Upload
lephuc
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN
METODE PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP DENGAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2
BANGUNTAPAN BANTUL
SKRIPSI
untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
diajukan oleh :
AMALIAH RIZQI WIBOWO
06600039
Kepada
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Hal : Persetujuan Skipsi Lamp : 3 Eksemplar Skipsi Kepada:
Yth. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Amaliah Rizqi Wibowo NIM : 06600039 Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran Group To Group dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Sains dan Teknologi program studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Matematika.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
iv
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Hal : Persetujuan Skipsi Lamp : 3 Eksemplar Skipsi Kepada:
Yth. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Amaliah Rizqi Wibowo NIM : 06600039 Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran Group To Group dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Smp Negeri 2 Banguntapan Bantul
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Sains dan Teknologi program studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Matematika.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
v
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Amaliah Rizqi Wibowo
NIM : 06600039
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
vi
MOTTO
ø……………………….. !$uΖ −/u‘ $ uΖ Ï?#u™ ⎯ÏΒ y7Ρ à$ ©! Zπ tΗôqy‘ ø⋅Ähyδuρ $ oΨ s9 ô⎯ÏΒ $tΡ ÌøΒr& # Y‰x©u‘ ∩⊇⊃∪
……………."Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."(QS.
Al-Kahfi ayat 10)1
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya……………… (QS. AL-Baqarah ayat 286)2
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Karya Toha
Putra, 2003). 2 Ibid, Alqur’an dan Terjemahnya, 2003.
vii
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orangtuaku, bapak dan ibuku
tersayang
Kakakku dan kedua adikku tersayang
Almamaterku Tercinta Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
viii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن اهللا بسم
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang
telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika
Menggunakan Metode Pembelajaran Group To Group Dengan Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul” ini. Shalawat serta salam tidak lupa
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqomah di
jalan-Nya.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Maizer Said Nahdi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas perizinan yang diberikan.
2. Ibu Dra. Hj. Khurul Wardati, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga atas
persetujuan penulisan skripsi ini.
3. Bapak M. Wakhid Mustofa, M.Si., selaku pembimbing I yang telah berkenan
memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada
peneliti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
ix
4. Bapak Iwan Kuswidi, S.Pd.I.,M.Sc., selaku pembimbing II yang telah
berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran,
serta nasehat yang berharga dan sara-saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Suparni, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan selama ini.
6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan Karyawan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
7. Ibu Kin Tukinami, selaku Kepala SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul yang
telah berkenan memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian.
8. Ibu Sri Purwanti, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP
Negeri 2 Banguntapan Bantul yang telah membantu, membimbing, serta
menjadi guru kolabolator dalam penelitian ini.
9. Bapak ibuku tercinta, Bambang Hadi Wibowo dan Widiyati. Terimakasih atas
doa dan semangat kalian, hanya doa yang saat ini bias penulis berikan untuk
kalian para pahlawanku. Penulis bersyukur menjadi anak kalian. Semoga
penulis dapat membahagiakan bapak dan ibu di dunia dan akhirat. Amin.
10. Teruntuk masq satu-satunya mas Erwin, terimakasih atas semangat yang
selalu kau berikan kepada penulis. Maap karena selama ini penulis belum bisa
membalasnya. Tak lupa untuk dua adikq tersayang dek wafi dan dek thoriq,
terus semangat raihlah cita-cita kalian setinggi-tingginya.
x
11. Teristimewa untuk mas koko, engkaulah yang senantiasa menjadi motivator
bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terimakasih telah
menemaniku berproses selama ini.
12. Sahabatku sekaligus saudaraku mbak risdah, nanik, isra, uci, aam, oneng,
yiest, ulfa, mb ida, ifa, candra, dan nuril. Terimakasih atas dukungan dan
bantuan kalian. Kalian telah memberikan warna yang baru dalam hidup
penulis. Semoga silaturahhmi kita tetap terjaga.
13. My Best Friend Stepy dan valent kalian berdua adalah sahabat terbaikku yang
selalu menemani penulis di kala penulis susah dan senang. Tak akan pernah
kulupakan kenangan indah bersama kalian. Semoga persahatan kita tetap
terjalin.
14. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika ’06, PPL II SMA Negeri 2
Banguntapan, dan KKN kelompok 10 Kaligalang Sentolo yang selalu
memberikan motivasi serta bantuan kepada peneliti.
15. Teman-teman kontrakan (mbak Yuli, mbak Fina, mbak Menik, Nanik, Aam,
Ita, mbak Susi Sekeluarga) yang selalu memberikan motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
16. Segenap pihak yang telah membantu penulis mulai dari pembuatan proposal,
penelitian, sampai penulisan skripsi ini yang tidak mungkin dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Kepada semua pihak yang disebutkan di atas, semoga amal baik saudara
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
xi
selalu di harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 16 Juni 2010
Amaliah Rizqi Wibowo 06600039
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ........ iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
ABSTRAK .................................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... .............. 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................. ................ 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... ............. 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................... ............. 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................. 10
A. Landasan Teori ....................................................................................... 10
1. Efektivitas Pembelajaran .................................................................. 10
2. Pembelajaran Matematika ................................................................ 12
xiii
3. Metode Group To Group ................................................................. 17
4. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ................. 19
5. Prestasi Siswa .................................................................................... 29
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 32
C. Kerangka Berpikir .................................................................... .............. 34
D. Hipotesis .................................................................. ............................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 38
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 38
B. Tempat dan Tempat Penelitian .............................................................. 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. ........... 40
D. Variabel Penelitian …………................................................... .............. 41
E. Prosedur Penelitian …….......................................................... .............. 41
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................... ............. 43
G. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen ........................... ............. 45
H. Teknis Analisis Data ................................................................. ............. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. .............. 58
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 58
1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 58
2. Uji Hipotesis .................................................................................... 64
3. Hasil Observasi Terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran
Matematika di Dalam Kelas ............................................................. 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 71
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 85
A. Kesimpulan ............................................................................................ 85
B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian ........................................................................................... 11
Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Secara Kualitatif ............................................................. 12
Tabel 2.3 Perbedaan Antara CTL Dan Tradisonal ......................................................... 26
Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ........................................................................ 38
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 39
Tabel 3.3 Populasi Penelitian .......................................................................................... 40
Tabel 3.4 Koefisien Korelasi .......................................................................................... 48
Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ......................................................................... 50
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal ........................................................................ 52
Tabel 4.1 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan (Kelas Kontrol) ...................... 65
Tabel 4.2 Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan (Kelas Kontrol)......................... 65
Tabel 4.3 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan (Kelas Eksperimen) ................ 66
Tabel 4.4 Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan (Kelas Eksperimen) .................. 66
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................................... 36
Gambar 4.1 Guru Memberikan Bimbingan Kepada Siswa ............................................ 73
Gambar 4.2 Siswa Berani Bertanya ............................................................................... 74
Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi Dengan Teman Sebaya .................................................. 76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Surat - Surat Keterangan Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS Lampiran 2 Soal Post-Test Lampiran 3 Nilai Post-Test Lampiran 4 Analisis Butir Soal Lampiran 5 Nilai Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Lampiran 6 Output Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Lampiran 7 Output Uji T Lampiran 8 Perhitungan Efektivitas Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas Lampiran 10 Hasil Wawancara Lampiran 11 Curiculum vitae
xvii
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP DENGAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2
BANGUNTAPAN BANTUL
Oleh: Amaliah Rizqi Wibowo NIM: 06600039
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010; (2) Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian semu (quasi experiment) dengan desain nonrandomaized control group pretest-posttest. Variabel penelitian terdiri atas 2 variabel, yaitu variabel bebas berupa pembelajaran menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan variabel terikat berupa prestasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah 144 siswa kelas VII. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas dan uji normalitas dengan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan tes. Lembar observasi, wawancara dan gambar digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dari pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
Teknik analisis data menggunakan uji T sampel berpasangan / dependent dan kriteria keefektifan dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis diperoleh hasil: (1) Penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010; (2) Ada perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen (besar nilai (Sig.) 0,000 < α = 0,05 dan Thitung = -9,487 < - Ttabel = -2,8).
Kata Kunci: Group To Group, Contextual Teaching and Learning (CTL), Prestasi Belajar.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi yang kokoh guna menyusun sendi-
sendi kehidupan yang lainnya. Jika kualitas pendidikannya tinggi maka akan
memberi output Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi pula sehingga
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi itu pembangunan di segala
sektor dapat dibangun berdasarkan otak yang cemerlang. Kualitas kehidupan
suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan, oleh karena itu pembaharuan
pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
suatu bangsa.
Pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah merupakan dasar
yang sangat penting dalam keikutsertaannya dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa sekaligus dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Banyaknya permasalahan dalam pendidikan matematika
merupakan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika di
sekolah. Permasalahan - permasalahan tersebut salah satunya adalah
rendahnya mutu pendidikan Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat
dilihat, antara lain, dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Nasional (UAN) untuk
semua bidang studi yang di-UN-kan, baik di tingkat nasional maupun daerah.3
3 Sawali Tuhusetya. ”Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya”, Artikel,
diakses dari http://www.blog.sawalisuhusetya.com pada tanggal 20 September 2009 jam 14.30
2
Tetapi selain permasalahan - permasalahan yang muncul dari pelajaran
matematika, matematika pun memiliki keistimewaan, salah satunya dengan
muncul seorang matematikawan cilik yang berhasil mengungkapkan misteri
kematian Michael Jackson menggunakan rumus - rumus matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan
untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
dan memiliki ketrampilan serta cakap menyikapinya. Selain itu dengan
permendiknas no. 22 tahun 2006 kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, guru cenderung bersifat monoton
dan hampir tanpa variasi kreatif dalam pembelajaran. Siswa beranggapan
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, tidak mampu menjawab, takut
disuruh guru ke depan, dan sebagainya. Pembelajaran matematika di dalam
kelas harus dikelola sebaik mungkin, karena apabila guru masih bersifat
monoton di dalam kelas akan membuat siswa menjadi pasif. Aktivitas mereka
hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan apa yang disuruh oleh guru,
sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajaran yang
tidak bermakna. Aktivitas yang dilakukan siswa seperti inilah yang
menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia.
3
Dari uraian-uraian di atas guru harus lebih peka terhadap kebutuhan
siswa, sehingga siswa tidak merasa malas, bosan dalam menerima pelajaran.
Guru dapat menggunakan metode-metode baru yang akan membuat siswa
aktif dan berfikir kreatif dalam belajar sehingga prestasi siswa dapat
meningkat.
Matematika banyak mempelajari tentang kehidupan dan pengalaman
kita sehari-hari. Contohnya adalah penggunaan rumus-rumus matematika yang
digunakan untuk konstruksi, penyusunan kalender, dan perhitungan dalam
perniagaan dll. Pembelajaran Matematika lebih nyaman dan lebih mudah
dipahami oleh siswa jika siswa ikut dalam proses penemuan dan penyusunan.
Keikutsertaan siswa dalam proses penemuan dan penyusunan dapat
mengarahkan pembelajaran matematika yang lebih humanis. Guru
menempatkan subjek / pribadi yang memiliki sifat tertentu dan dapat
dimanifestasikan dalam proses pembelajaran, yakni dengan memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan potensi dirinya ketaraf lebih baik
yang mempunyai sifat kemandirian.
Peneliti telah melakukan observasi awal pada tanggal 20 Desember
2009 untuk mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran yang dilakukan oleh
guru di kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul. Hasil observasi
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah cukup ada
variasi, meskipun metode konvensional (metode ceramah) terkadang tetap
digunakan. Karena metode konvensional (metode ceramah) lebih
mendominasi dalam pembelajaran matematika, siswa menjadi kurang aktif
4
dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya kesempatan bagi siswa untuk
saling bertukar pikiran, kurangnya bekerja sama dengan teman, dan kurangnya
merespon pemikiran siswa lainnya. Prestasi belajar di SMP negeri 2
Banguntapan belum bisa dikatakan baik karena melihat dari nilai UAS yang di
peroleh para siswa yang masih banyak belum tuntas.
Mengacu pada permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk membantu
guru dalam membuat suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan
dan mudah dipahami. Dalam membantu guru di SMP Negeri 2 Banguntapan,
peneliti menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL), pendekatan pembelajaran dengan
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
pada kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika mempunyai relevansi
dengan kehidupan sehari-hari, namun pemanfaatan contoh-contoh kejadian
dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu proses pembelajaran belum
dilaksanakan.
Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat diartikan
bahwa pembelajaran adalah mengkonstruksi (menyusun struktur) pemahaman
atau pengetahuan dengan cara mengaitkan dan menyelaraskan fenomena, ide
kegiatan atau pengetahuan baru ke dalam struktur pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi
5
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki pengetahuan
/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan
ke permasalahan lainnya.
Suasana belajar siswa aktif merupakan anjuran Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), diharapkan dalam proses pembelajaran siswalah
yang harus aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Guru
dapat membuat suasana belajar aktif di kelas dengan menerapkan
pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif menawarkan banyak metode
pembelajaran yang salah satunya adalah metode group to group yang dapat
diterapkan di kelas agar pembelajaran dapat berjalan ke arah aktif yang positif.
Dalam penerapan metode group to group fungsi guru sebagai fasilitator dapat
dijalankan secara maksimal. Metode group to group memberikan kesempatan
pada siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan yang berbeda pada tiap
kelompoknya. Keaktifan siswa muncul dari metode tersebut. Selain aktif
metode tersebut juga menguntungkan dari segi keefektifan karena dalam
pembelajarannya tiap kelompok membahas sub pokok bahasan yang berbeda
namun saling berkaitan.
Belajar aktif adalah belajar dengan cara melibatkan siswa secara
langsung dari awal proses belajar itu dilakukan. Salah satunya melalui
aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat
membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Terdapat juga teknik-
teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas / kelompok kecil, merangsang
6
diskusi dan debat, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan bahkan membuat
peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain.4 Metode group to group
merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang menekankan kepada
kerjasama kelompok, maka suasana belajar aktif akan menuju kepada
persaingan kelompok.
Penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) ini diterapkan pada pokok
bahasan sudut dan garis. Pokok bahasan ini merupakan materi tentang
bagaimana hubungan antara garis dan sudut yang terbentuk. Pada pokok
bahasan ini, banyak diantara siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan
menyelesaikan soal-soalnya. Pada pokok bahasan ini siswa harus dapat
membedakan hubungan antar sudut yang dipotong oleh sebuah garis dan
bagaimana mengukur sudut yang benar. Pembelajaran matematika dengan
pokok bahasan sudut dan garis dilakukan mengaitkan kehidupan sehari-hari
yang dialami siswa dan melibatkan langsung siswa. Sehingga pembelajaran
yang dilakukan akan lebih bermakna untuk siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
4 Melvin L. Silbermen, Active Learning 101 Cara Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Yapendis, 2007), hlm. xviii.
7
1. Guru sudah mencoba menggunakan metode – metode baru tetapi metode
pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) belum pernah digunakan.
2. Masih banyak hambatan pembelajaran matematika di kelas, khususnya
pengembangan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa.
3. Siswa tidak aktif dan berfikir kreatif dalam mengikuti pelajaran
matematika saat disampaikan oleh guru.
4. Prestasi belajar matematika sebagian besar siswa masih kurang.
C. Batasan Masalah
Mengingat ruang lingkup permasalahan pendidikan cukup luas maka
perlu diberikan batasan masalah agar penelitian ini menjadi lebih terarah.
Masalah yang diteliti dibatasi pada :
1. Prestasi belajar siswa, yaitu perubahan kemampuan dari segi aspek
kognitif yang ditunjukkan oleh skor hasil pengukuran melalui tes dari mata
pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul
tahun pelajaran 2009/2010.
2. Model pembalajaran matematika menggunakan metode group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) yang
digunakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun
pelajaran 2009/2010 untuk materi sudut dan garis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
8
1. Apakah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan
dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas
kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2
Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah
penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas
eksperimen?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas
eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah
yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran
2009/2010.
2. Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa antara
sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran
matematika di kelas eksperimen.
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk Pihak Sekolah.
9
Memberikan suatu informasi untuk perbaikan proses pembelajaran
matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Untuk Guru Bidang Studi
Meningkatkan kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran
yang lebih tepat sehingga proses belajar mengajar matematika dirasakan
siswa lebih menarik dan menyenangkan.
3. Untuk Siswa
a. Meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
b. Siswa dapat memahami dan menyelesaikan masalah pelajaran
matematika dengan mudah, khususnya pada pokok bahasan sudut dan
garis.
4. Untuk Peneliti
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran
matematika yang lebih efektif, kreatif dan menyenangkan.
b. Memberikan informasi bagi peneliti sebagai calon pendidik agar dapat
menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam
mengajar matematika.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2
Banguntapan Bantul dengan mengambil pokok bahasan sudut dan garis.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang menjadi sampel yaitu kelas VIIC
sebagai kelas kontrol dan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen. Pembelajaran
matematika di kelas kontrol menggunakan pembelajaran matematika
menggunakan metode ceramah, sedangkan pada kelas eksperimen
pembelajaran matematikannya menggunakan pendekatan contextual teaching
and learning (CTL) dan metode group to group.
Untuk mendapatkan nilai awal tersebut dilakukan suatu uji awal yaitu
uji prasyarat analisis. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dan
kenormalan dari dua kelas tersebut.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji awal nilai UAS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1) Uji normalitas Nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan bantuan software SPSS 16. Nilai awal (Nilai UAS)
yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi sampel adalah
59
nilai UAS pada semester 1. Dengan analisis hipotesis H0 adalah
sampel berdistribusi normal, dan H1 adalah sampel tidak
berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf
signifikansi sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) >
0,05 maka H0 diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05
maka H0 ditolak.
a) Uji normalitas awal (Nilai UAS) pada kelas eksperimen.
Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada
kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan (Sig.) pada
kolom Shapiro-wilk sebesar 0,159 > 0,05 hal ini berarti H0
diterima, artinya nilai UAS siswa kelas eksperimen
berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat
dalam lampiran 7.
b) Uji normalitas awal (Nilai UAS) pada kelas kontrol.
Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada
kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan (Sig.) pada
kolom Shapiro-wilk sebesar 0,330 > 0,05 hal ini berarti H0
diterima, artinya nilai UAS siswa kelas kontrol berdistribusi
normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran
7.
2) Uji homogenitas (Nilai UAS)
Uji homogen ini untuk mengetahui apakah kemampuan awal
(nilai UAS) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
60
varians yang homogen. Analisis varians dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 16.
Dengan analisis hipotesis H0 adalah kedua varians sampel
adalah homogen, dan H1 adalah kedua varians sampel tidak
homogen. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi
sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0
diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
Dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukan bahwa
signifikansi (Sig.) sebesar 0,369 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima,
artinya varians nilai UAS siswa kelas eksperimen dan nilai UAS
siswa kelas kontrol keduanya homogen. Pengujian lebih lengkap
dapat dilihat dalam lampiran 7.
3) Uji T nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol
Setelah diketahui bahwa nilai UAS kelas eksperimen dan
kelas kontrol normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji T
untuk mengetahui apakah rata-rata nilai UAS semester 1 antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Perhitungan uji T ini
menggunakan bantuan software SPSS 16. Rumusan hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 (Tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol)
H1 : µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1 antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol).
61
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah :
1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < -Ttabel atau signifikansi (Sig.)
< 0,05 maka ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan.
2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > -Ttabel atau signifikansi (Sig.)>
0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan.
Dari hasil pengujian pada tabel Independent Samples Test
menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel yaitu 1,109 < 2,021 serta
diketahui signifikansinya sebesar 0,271 > 0,050. Ini berarti tidak
ada perbedaan signifikan rata-rata nilai UAS semester 1 antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat dalam lampiran 8.
b. Uji pre-test prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
1) Uji normalitas pre-test prestasi belajar siswa
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan bantuan software SPSS 16. Nilai siswa yang
digunakan untuk menguji normalitas distribusi sampel adalah nilai
pre-test siswa. Dengan analisis hipotesis H0 adalah sampel
berdistribusi normal, dan H1 adalah sampel tidak berdistribusi
normal. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi
62
sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0
diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
a) Uji normalitas nilai pre-test pada kelas eksperimen
Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada
kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,162 dan (Sig.) pada
kolom Shapiro-wilk sebesar 0,114 > 0,05 hal ini berarti H0
diterima, artinya nilai pre-test siswa kelas eksperimen
berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat
dalam lampiran 7.
b) Uji normalitas nilai pre-test pada kelas kontrol
Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada
kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,070 dan (Sig.) pada
kolom Shapiro-wilk sebesar 0,136 > 0,05 hal ini berarti H0
diterima, artinya nilai pre-test siswa kelas kontrol berdistribusi
normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran
7.
2) Uji homogenitas pre-test prestasi belajar siswa
Uji homogen ini untuk mengetahui apakah nilai pre-test
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang
homogen. Analisis varians dilakukan dengan menggunakan
bantuan software SPSS 16.
Dengan analisis hipotesis H0 adalah kedua varians sampel
adalah homogen, dan H1 adalah kedua varians sampel tidak
63
homogen. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi
sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0
diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak.
Dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukan bahwa
signifikansi (Sig.) sebesar 0,767 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima,
artinya varians nilai pre-test siswa kelas eksperimen dan nilai pre-
test siswa kelas kontrol keduanya homogen. Pengujian lebih
lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7.
3) Uji T nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
Setelah diketahui bahwa nilai pre-test kelas eksperimen dan
kelas kontrol normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji T
untuk mengetahui apakah rata-rata nilai pre-test antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen sama. Perhitungan uji T ini
menggunakan bantuan software SPSS 16. Rumusan hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 (Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol)
H1 : µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan rata-rata nilai pre-test antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol).
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah :
1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < -Ttabel atau signifikansi (Sig.) <
0,05 maka ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan.
64
2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > -Ttabel atau signifikansi (Sig.)>
0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan.
Dari hasil pengujian pada tabel Independent Samples Test
menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel yaitu 0,231 < 2,021 serta
diketahui signifikansinya sebesar 0,818 > 0,050. Ini berarti tidak
ada perbedaan signifikan rata-rata nilai pre-test siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran 8.
Dari uraian uji prasyarat analisis di atas menunjukkan
bahwa kelas VIIB dan VIIC adalah normal dan homogen. Maka
kelas VIIB dapat ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas
VIIC sebagai kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis
a. Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas
eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode
ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun
ajaran 2009/2010.
Pada dasar teori telah dijelaskan bahwa dalam menentukan
tingkat efektivitas suatu pembelajaran dapat dilihat dalam tabel kriteria
hal 9 tabel 2.2.
65
1) Kelas Kontrol
Pada kelas kontrol nilai pre-test yang diperoleh oleh siswa
akan dihitung berdasarkan tabel 2.1 halaman 8 yaitu kriteria
penilaian. Nilai – nilai yang sudah dihitung berdasarkan kriteria
penilaian, akan dubah menjadi suatu bentuk persentase tertentu.
Selanjutnya hasil persentase yang diperoleh dibawa ke dalam tabel
kriteria efektivitas pembelajaran yang dapat dilihat dalam tabel 2.2
halaman 9. Hasil persentase nilai pre-test di kelas kontrol
menunjukkan pada kriteria efektivitas cukup.
Tabel 4.1
Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan
Jumlah yang Memperoleh Nilai Efektivitas
≥ 8 ≥7 ≥ 6 ≥ 5 ≥ 4
< 75% ≥ 65% Cukup
25% 47,22% 75% 88,89% 100% Cukup
Efektivitas pembelajaran pada kelas kontrol menunjukan
kriteria cukup dilihat dari nilai pre-test siswa. Setelah dilakukan
post-test ternyata persentase efektivitas pembelajaran menunjukkan
kriteria cukup.
Tabel 4.2
Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan
Jumlah yang Memperoleh Nilai Efektivitas
66
≥ 8 ≥7 ≥ 6 ≥ 5 ≥ 4
< 75% ≥ 65% Cukup
25% 47,22% 75% 88,89% 100% Cukup
2) Kelas Eksperimen
Pada kelas eksperimen nilai post-test yang diperoleh oleh
siswa akan dihitung berdasarkan tabel 2.1 halaman 8 yaitu kriteria
penilaian. Nilai – nilai yang sudah dihitung berdasarkan kriteria
penilaian, akan dubah menjadi bentuk persentase tertentu.
Selanjutnya hasil persentase yang diperoleh dibawa ke dalam tabel
kriteria efektivitas pembelajaran yang dapat dilihat dalam tabel 2.2
halaman 9. Hasil persentase nilai post-test di kelas eksperimen
menunjukkan pada kriteria efektivitas cukup.
Tabel 4.3
Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan
Jumlah yang Memperoleh Nilai Efektivitas
≥ 8 ≥7 ≥ 6 ≥ 5 ≥ 4
< 75% ≥ 65% Cukup
27,78% 50% 75% 88,89% 100% Cukup
Efektivitas pembelajaran pada kelas eksperimen
menunjukkan kriteria cukup dilihat dari nilai pre-test siswa.
Setelah dilakukan post-test ternyata persentase efektivitas
menunjukkan kriteria persentase tinggi.
67
Tabel 4.4
Efektivitas pembelajaran setelah perlakuan
Jumlah yang Memperoleh Nilai Efektivitas
≥ 8 ≥7 ≥ 6 ≥ 5 ≥ 4
< 75% ≥ 75% Tinggi
50% 75% 100% Tinggi
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 9.
Kriteria efektivitas antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen terdapat perbedaan perubahan kriteria keefektifan
pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dengan kriteria
efektivitas yang diperoleh. Di kelas kontrol kriteria efektivitas
tidak meningkat dari cukup ke kriteria cukup, sedangkan di kelas
eksperimen terjadi peningkatan dari kriteria cukup menjadi
kriteria tinggi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
efektivitas penggunaan metode group to group dengan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen dan
metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam
pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun
ajaran 2009/2010.
b. Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa
antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group
68
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam
pembelajaran matematika di kelas eksperimen.
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji T dua
sampel berpasangan / dependent. Uji T dua sampel berpasangan /
dependent digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang
signifikan di kelas eksperimen sebelum dan sesudah ada perlakuan.
Langkah pertama uji T dua sampel berpasangan / dependent
(nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen) adalah menetukan H0
H0: d = 0 (nilai sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda secara
signifikan)
H1 : d ≠ 0 (nilai sebelum dan sesudah perlakuan ada berbeda secara
signifikan)
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah :
1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < - Ttabel atau signifikansi (Sig.) <
0,05 maka ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan
di kelas eksperimen yang signifikan.
2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > - Ttabel atau signifikansi (Sig.) >
0,05 maka tidak ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah ada
perlakuan di kelas eksperimen yang signifikan.
Dari hasil pengujian pada tabel Dependent Samples Test
menunjukkan bahwa Thitung < -Ttabel yaitu -9,487 < -2,8 serta diketahui
signifikansinya (Sig.) sebesar 0,000 < 0,050. (lampiran 8) Ini berarti
69
ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah perlakuan di kelas
eksperimen yang signifikan. Jadi penggunaan metode group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam
pembelajaran matematika di kelas eksperimen dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa secara signifikan pada kelas VII SMP Negeri 2
Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010.
3. Hasil Observasi Terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika
di Dalam Kelas
Berdasarkan hasil observasi yang terlihat di lembar observasi kelas
yang dilakukan di setiap pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
a. Pada pembelajaran I aktivitas guru dalam kelas dapat dikatakan sudah
baik tapi masih terdapat beberapa poin observasi yang belum dicapai,
sedangkan persentase aktivitas belajar siswa sebesar 38,89%.
Pembelajaran I berjalan sesuai dengan metode group to group dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
b. Pada pembelajaran II aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin
baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan
metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) dan semua poin dalam lembar observasi sudah
terpenuhi. Siswa sudah mulai sedikit aktif dalam pembelajaran, tetapi
belum banyak siswa yang mulai berani bertanya kepada teman maupun
kepada guru. Persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran II
meningkat menjadi 58,33% dibandingkan dengan pembelajaran I.
70
c. Pada pembelajaran III aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin
baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan
metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) dan siswa lebih berani untuk mengomentari pendapat
dari teman lain. Persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
III meningkat menjadi 72,22% dibandingkan dengan pembelajaran I
dan II.
d. Pada pembelajaran IV aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin
baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan
metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) dan persentase aktivitas belajar siswa meningkat
menjadi 83,33% dibandingkan pembelajaran I, II, dan III. Hasil
observasi yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 10.
Dari hasil observasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan
contextual teaching learning (CTL) berjalan sesuai dengan harapan
peneliti. Selain dengan menggunakan lembar observasi, peneliti
menggunakan lembar wawancara siswa yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika
menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) yang dilakukan selama penelitian.
Wawancara dilakukan kepada siswa. Berikut hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada siswa:
71
a) Respon siswa sangat baik dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b) Pembelajaran lebih menyenangkan, selain lebih paham siswa juga
dapat saling bertanya pada teman maupun guru.
c) Siswa tidak mengalami kebosanan ketika pembelajaran dilakukan
dengan diskusi kelompok, karena jika hanya dijelaskan oleh guru kita
sulit memahami pelajaran.
d) Siswa merasa lebih tertarik dengan pembelajaran tersebut, karena
dapat bertukar pendapat dengan teman serta diperkuat oleh penjelasan
dari guru pada akhir pembelajaran.
e) Siswa lebih mudah memahami pelajaran, karena siswa dapat belajar
matematika dengan mengaitkan kejadian sehari-hari sehingga siswa
dapat mengetahui ilmu sekaligus penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
f) Guru jarang menggunakan metode-metode baru karena metode
tersebut memerlukan banyak waktu, sedangkan materi yang diajarkan
cukup banyak.
Hasil dari wawancara dengan siswa selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 11.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian ini dari 144 siswa yang menjadi populasi dalam
penelitian diambil sebanyak 72 siswa yang dijadikan sebagai sampel
penelitian yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu 36 siswa kelas VIIB
72
sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa kelas VIIC sebagai kelas kontrol.
Dalam kelas kontrol pembelajaran matematika diajarkan menggunakan
metode ceramah sedangkan dalam kelas eksperimen menggunakan metode
group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning
(CTL).
Pembelajaran kelas kontrol sebanyak 10 kali pertemuan dengan
metode pembelajaran ceramah. Pembelajaran di kelas kontrol terlihat
membosankan, karena siswa hanya diminta untuk mendengarkan tanpa
mengerjakan sesuatu apapun. Pembelajaran matematika menggunakan
metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) pada kelas eksperimen dilaksanakan dalam enam kali
pertemuan. Berikut penjelasan disetiap pertemuan di kelas eksperimen:
1. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama ini belum dimulai pembelajaran, peneliti
melakukan pre-test dengan pokok bahasan sudut dan garis terlebih
dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti
mengetahui karakteristik setiap siswa.
2. Pertemuan Kedua
Pada awalnya pembelajaran pada kelas eksperimen mengalami
sedikit hambatan. Model pembelajaran yang baru bagi siswa
membutuhkan waktu untuk proses penyesuaian, karena biasanya
mereka mengisi LKS yang sama dengan kelompok lain sedangkan
pada pembelajaran matematika kali ini mereka mengerjakan LKS
73
pertemuan I yang berbeda-beda. Dalam satu kelas eksperimen dibagi
menjadi 9 kelompok. Dari ke-9 kelompok tersebut membahas 3 LKS
yaitu LKS 1, LKS 2, LKS 3 yang berbeda. Pada saat mengisi LKS
siswa merasa kesulitan, tetapi mereka malu untuk bertanya, sehingga
menyita banyak waktu untuk mengerjakan LKS tersebut. Hal inilah
yang membuat pembelajaran menjadi agak lamban, tetapi dalam
pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen terlihat cukup
menarik bagi siswa karena mereka tidak hanya belajar mengerjakan
soal, tetapi mereka juga belajar menjawab soal serta menemukan
jawabannya bersama dengan teman sekelompoknya. Kesulitan dalam
pembagian kelompok belajar pada kelas eksperimen ini cukup menyita
waktu karena ada pemisahan antara kelompok yang anggotanya
perempuan dan kelompok yang anggotanya laki-laki. Siswa juga masih
merasa canggung untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Keseganan siswa untuk bertanya kepada guru juga menjadi salah
satu faktor yang menghambat penangkapan materi secara maksimal. Di
akhir pembelajaran matematika ini guru memberikan refleksi tentang
materi yang diperoleh pada saat pertemuan tersebut. Hal tersebut
dilakukan supaya siswa tidak bingung dengan kesimpulan yang
diperoleh dalam pembelajaran matematika. Setelah guru memberikan
refleksi, guru memberikan suatu bentuk kartu test yang harus
dikerjakan oleh siswa. Kartu test digunakan untuk menilai seberapa
74
besar kemampuan siswa dalam memahami pelajaran pada pertemuan
hari itu.
Gambar 4.1 Guru memberikan bimbingan kepada siswa
3. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan selanjutnya hambatan-hambatan yang pernah
terjadi perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa telah dapat
menyesuaikan diri dengan baik. Adanya respon yang cukup baik
menyebabkan pembelajaran matematika dengan metode group to
group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)
yang diterapkan dalam belajar kelompok dapat terlaksana sesuai yang
diharapkan. Siswa sudah mulai dapat membagi waktu dalam
mengerjakan LKS pertemuan II, dan berani untuk menjelaskan di
depan kelas. Siswa sudah tidak merasa canggung lagi berbicara di
depan kelas. Mereka mulai aktif bertanya baik kepada guru dan teman
dari kelompoknya maupun dari kelompok lain. Suasana kelas menjadi
lebih interaktif dengan adanya tanya jawab. Dalam mengerjakan LKS
siswa juga diminta untuk dapat memberikan contoh bagaimana
penerapan pelajaran garis dan sudut yang dapat digunakan dalam
75
kehidupan sehari-hari. Peran guru dalam pembelajaran ini hanya
sebagai fasilitator yang harus dapat terus membimbing dan
memberikan pengarahan.
Setelah guru memberikan pengarahan, seperti halnya
pertemuan sebelumnya, guru memberikan suatu bentuk kartu test yang
digunakan untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu
memamhami pelajaran pada hari itu.
Gambar 4.2 Siswa Berani Bertanya
4. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan selanjutnya kegiatan belajar mengajar sudah
mulai berjalan dengan baik. Siswa juga sudah mulai lancar dalam
mengerjakan LKS pertemuan III yang berbeda pokok bahasannya
sehingga tidak terlalu menyita waktu. Mereka juga berani bertanya
kepada guru apabila ada yang belum dipahami. Siswa juga sudah
terbiasa melakukan diskusi, tanya jawab dengan kelompok lain yang
pokok bahasannya berbeda dengan mereka pelajari. Guru hanya
sebagai fasilitator yang membimbing siswa, dan memberikan
pengarahan apabila dalam diskusi siswa ada yang merasa kurang
76
paham. Seperti halnya pada pertemuan sebelumnya, sesudah
mengerjakan LKS siswa diundang untuk maju ke depan
menyampaikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan bersama
kelompoknya masing-masing. Pada pertemuan ini siswa terlihat sudah
tidak merasa malu dan canggung. Mereka terlihat lebih berani dan
percaya diri. Setelah siswa menjelaskan hasil diskusi di depan kelas,
guru memberikan kesimpulan tentang apa yang telah di pelajari pada
pertemuan tersebut. Guru memberikan kesimpulan supaya siswa
mendapatkan satu informasi yang berasal dari guru. Selanjutnya guru
memberikan suatu test atau soal yang diberikan kepada siswa. Test ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam
pertemuan ini.
Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebaya
5. Pertemuan Kelima
Pada pertemuan selanjutnya tidak ada kendala dalam kegiatan
belajar mengajar menggunakan metode group to group dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Siswa tidak
merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS pertemuan IV karena
77
mereka sudah terbiasa. Siswa juga semakin aktif dalam pembelajaran
terlihat dari antusias siswa dalam diskusi kelompok maupun kelas.
Pada pertemuan ini penilaian tidak melalui kartu test,
melainkan siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan untuk menambah antusias siswa
dalam mengerjakan soal.
Pada pertemuan ini penggunaan metode group to group dengan
pendekatan contextual teaching learning (CTL) berjalan sesuai
prosedur yang diharapkan.
6. Pertemuan Keenam
Pertemuan terakhir ini digunakan untuk evaluasi atau post-test
dari pembelajaran matematika selama ini. Diharapkan siswa
memperoleh hasil yang maksimal.
Hasil penelitian menggunakan metode pembelajaran group to
group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)
menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan. Pembelajaran group to group adalah pembelajaran dengan
mengajar teman sebaya dalam bentuk kelompok-kelompok. Pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) adalah pembelajaran berbasis
inquiry, pengajaran autentik, pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran berbasis kerja.
Pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa. Siswa mengetahui apa yang akan dipelajari dan
78
dikerjakan serta melatih lebih percaya diri siswa dalam mengungkapkan
gagasan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Penerapan metode pembelajaran group to group dengan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) dapat menghidupkan suasana
kelas, dimana siswa dapat saling berdiskusi untuk memecahkan suatu
permasalahan dalam kelompok. Menurut Erman Suherman, dkk proses
pemecahan masalah akan efektif jika dilakukan dengan kelompok kecil.39
Dengan diskusi kelompok tersebut siswa dituntut untuk bekerjasama,
bertukar pendapat maupun mencari informasi sebanyak-banyaknya.
Pembelajaran dimulai dengan membagi siswa dalam bentuk 9
kelompok dan ada 3 jenis LKS. LKS 1 dikerjakan oleh 3 kelompok, LKS
2 dikerjakan oleh 3 kelompok lain dan LKS 3 dikerjakan oleh 3 kelompok
sisanya. Setiap kelompok mendiskusikan masalah yang berbeda namun
saling berkaitan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa. Dengan bentuk belajar secara berkelompok-
kelompok siswa dapat belajar dengan teman sebaya dalam berdiskusi
membahas permasalahan. Di dalam membahas permasalahan ini siswa
harus mampu mengkonstruk, menemukan, dan membuat suatu model yang
berkaitan dengan LKS yang dikerjakan.
Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) mempunyai tujuh komponen pokok yang harus ada
39 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung,
FMIPA UPI-JICA, 2001), hlm. 99.
79
disetiap pembelajaran yang menggunakan pendekatan contextual teaching
and learning (CTL). Ketujuh komponen tersebut meliputi:
a. Kontruktivisme (Constructivism)
Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran sesuai dengan
pemahaman yang mereka miliki serta menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata. Pembelajaran tidak monoton selalu berpusat kepada guru.
Tetapi siswa juga diajak untuk menggunakan pemikiran dan
pengetahuan yang telah diperolehnya untuk memcahkan masalah-
masalah yang terdapat dalam LKS.
b. Menemukan (Inquiry)
Pembelajaran matematika pada pokok bahasan garis dan sudut
yang dilakukan guru, guru memberikan kesempatan untuk siswa
menemukan suatu konsep tersendiri dengan guru hanya sebagai
fasilitator. Dimulai dengan mengkonstruk pemahaman siswa mengenai
garis dan sudut, siswa dituntut untuk bisa menemukan sendiri jawaban
dari permasalahan yang ada di LKS yang telah ada pada setiap
pertemuan.
c. Bertanya (Questioning)
Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching
and learning (CTL) terdapat komponen bertanya. Dalam penelitian
yang telah dilakukan komponen ini sering muncul dalam
80
pembelajaran. Siswa bertanya kepada teman sebayanya ataupun
kepada guru dalam mengerjakan LKS
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) menuntut adanya diskusi kelompok. Dengan diskusi
kelompok siswa akan lebih memudah materi pelajaran serta dapat
membantu temannya yang mengalami kesulitan. Siswa dapat saling
bertanya jawab kepada siswa lain atau dengan teman sebayanya.
Banyak penelitian menyebutkan pengajaran oleh teman sebaya lebih
efektif dari pada pengajaran oleh guru.40 Diterapkannya pendekatan
CTL dalam pembelajaran akan menyadarkan siswa pada pemahaman
makna, pemilihan informasi pada kebutuhan, mengaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki, menggunakan waktu
belajarnya dengan baik, mengembangkan keterampilan, dan tidak
melakukan hal-hal yag merugikan.
Diskusi siswa dilaksanakan dengan mengerjakan LKS yang
berisi tentang materi yang akan dipelajari. LKS yang digunakan
sebagai bahan diskusi siswa dibuat dengan menggunakan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL), dengan demikian siswa
mampu mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks yang
dapat membantu dalam memecahkan masalah dalah kehidupan sehari -
hari. Apabila dalam pembelajaran guru dapat menjelaskan aplikasi dari
40 Anita Lie, Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002)
hlm. 12.
81
materi yang dipelajari maka siswa akan sangat termotivasi dan tertarik.
LKS sebagai instrumen pembelajaran dalam diskusi dapat membantu
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
e. Permodelan (Modelling)
Dalam setiap pertemuan guru membawakan alat peraga yang
dapat digunakan untuk memberikan gambaran bahwa pembelajaran
garis dan sudut bukan sesuatu pembelajaran yang abstrak.
Pembelajaran CTL yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk
memberikan gambaran bahwa pembelajaran matematika tidak
selamanya abstrak. Tetapi dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-
hari siswa.
Guru memberikan contoh yang berkaitan dengan kehidupan
sehari – hari, dengan tujuan agar siswa juga mampu membuatkan
sebuah model yang berkaitan dengan garis dan sudut yang berkaitan
lansung dengan kehidupan sehari – hari.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi yang dilakukan oleh guru dimulai presentasi hasil
diskusi kelompok dilakukan setelah diskusi kelompok selesai. Guru
menunjuk salah satu siswa secara acak sebagai perwakilan dari
kelompoknya untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok kepada siswa
yang lain. Perwakilan presentasi dilakukan oleh siswa di depan kelas,
sedangkan siswa yang lain memperhatikan penjelasan. Apabila siswa
kurang paham dengan apa yang telah dipresentasikan maka siswa
82
mempunyai kesempatan bertanya ataupun mengeluarkan pendapat.
Pembelajaran ini juga melatih siswa untuk belajar bagaimana cara
menyampaikan gagasan, menghormati pendapat, serta dapat berjiwa
besar apabila pendapatnya salah. Setelah presentasi selesai guru
memberikan penjelasan dan penguatan materi. Kemudian
pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesimpulan terhadap materi
yang telah dipelajari.
Pada akhir pertemuan guru memberikan suatu refleksi atau
rangkuman materi kepada siswa tentang apa yang telah dipelajarinya.
Refleksi ini dilakukan agar siswa mengetahui kesimpulan yang tentang
apa yang dipelajarinya tenatang hari itu. Sehingga pembelajaran pada
pertemuan itu menjadi lebih bermakna.
g. Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assessment)
Selain memberikan refleksi guru juga memberikan suatu test
kepada siswa. Test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi yang telah di dapat. Dalam penilaian yang
sebenarnya, guru tidak hanya menilai dari hasil yang didapat, tetapi
juga menilai dari proses dan apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
Penilaian yang sebenarnya mengutamakan tentang penilaian kualitas
hasil kerja siswa dalam menyelesaikan tugas.
Tujuh komponen dalam pembelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) harus
selalu terpenuhi disetiap pertemuannya. Hal ini dikarenakan apabila salah
83
satu dari ketujuh komponen tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran
matematika tersebut belum bisa dikatakan pembelajaran menggunakan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
Pembelajaran matematika menggunakan metode group to group
dengan pendekatan menempatkan siswa dalam posisi sentral disetiap
proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin mencapai cita-cita
memiliki tujuan dan kemudian mencapainya secara optimal. Pembelajaran
semacam ini akan menyangkut interaksi sesama siswa, kerja individu,
kerjasama kelompok, diskusi kelas, presentasi hasil pekerjaan siswa dan
aktivitas lainnya dalam mengorganisasikan kelas sehingga hasil yang
diperoleh akan maksimal.41
Pembelajaran ini berpusat pada aktivitas yang dilakukan oleh
siswa, sehingga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tidak
hanya menjadi objek yang selalu menerima pelajaran. Siswa merasa
memiliki kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa diberikan
kesempatan untuk menemukan, mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran dapat berjalan dengan beberapa arah, siswa dapat
berinteraksi dengan siswa lain, kelompok lain, maupun dengan guru.
Kondisi pembelajaran yang baik adalah adanya keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Semakin banyak interaksi yang terjadi dalam
pembelajaran baik interaksi antara siswa dengan siswa maupuan siswa
41 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung,
FMIPA UPI-JICA, 2001), hlm. 56.
84
dengan guru dapat diartikan pula bahwa keaktifan siswa juga semakin
tinggi.
Pembelajaran matematika menggunakan metode group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dikatakan
lebih efektif digunakan untuk meningkatan prestasi belajar matematika
kelas VII untuk pokok bahasan sudut dan garis. Pada awalnya pre-test
antara kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada
kriteria efektivitas pembelajaran cukup.
Setelah dilakukannya perlakuan yaitu pembelajaran matematika
menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) pada kelas eksperimen kriteria efektivitas
pembelajaran meningkat dari kriteria cukup menjadi tinggi. Hal ini terlihat
dari persentasi nilai dari pre-test ke post-test siswa. Sedangkan pada kelas
eksperimen kriteria efektivitasnya tidak meningkat yaitu masih berada
pada kriteria efektivitas cukup.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika
menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan
pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas kontrol.
Pembelajaran yang dilakukan kelas eksperimen menggunakan
metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
85
learning (CTL) menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam
peningkatan prestasi belajar siswa. Terlihat dari hasil nilai pre-test dan
post-test di kelas eksperimen. Untuk mengetahuinya di perlukan suatu uji
T berpasangan menggunakan bantuan software SPSS 16 dan di peroleh
nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 < 0,05 artinya H0 ditolak. Dengan
demikian ada perbedaan prestasi pada kelas eksperimen sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen.
85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan
dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas
kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2
Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010.
2. Ada Perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah
penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas
eksperimen.
B. SARAN
Bedasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Guru dapat menggunakan implementasi metode pembelajaran group to
group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) sebagai
salah satu alternatif untuk membuat pembelajaran matematika lebih
efektif.
86
2. Pembelajaran dengan implementasi metode pembelajaran group to group
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat
dikembangkan lagi sehingga selain dapat meningkatkan dan prestasi
belajar juga dapat digunakan untuk meningkatkan aspek-aspek yang lain.
3. Supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan maksimal maka perlu
adanya persiapan yang matang baik dari peneliti, guru, dan siswa.
87
DAFTAR PUSTAKA
Al Krismanto, Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika, Artikel, diakses dari http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/STRATEGIPEMBELAJARANMATEMATIKA.pdf pada tanggal 18 Juli 2010 jam 17.00
A.M Slamet Soewandi. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Anas Sudijono. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Anita Lie. 2002. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Darhim, Permainan Matematika Sebagai Latihan Untuk Menumbuhkan Minat
Terhadap Matematika, Artikel, diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/D-FMIPA/JUR.PEND.MAT/195503031980021-DARHIM/Makalah Artikel/ pada tanggal 18 Juli 2010 jam 17.00
Departemen Agama RI. 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya
Toha Putra. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Teori-teori Belajar. Yogyakarta: Bahan
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Erman Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : FMIPA UPI-JICA. Fima Rosyidah. ”Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran
Kontekstual”, Artikel, diakses dari http://artikel.us/art05-96.html pada tanggal 10 April 2008 jam 21.30.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
Indonesia. Herman Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Herman Hudojo. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan
Pelaksanaannya Di Depan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional. Hidayat, Semadaryanti, Syarifudin. 2002. Metode Penelitian. Bandung : Manjar
Maju, 2002.
88
Ibrahim, Suparni. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Bidang Akademika UIN Sunan Kalijaga.
Mel Silbermen. 2002. Active Learning. Yogyakarta: Yappendis. Melvin L. Silberman. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Yapendis. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosda Karya. M. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara. Sumardi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.