Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS
XI MA NEGERI 1 (Model) LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN
2018/2019
Oleh
Monika Larasati¹, Tri Ariani, M.Pd.Si.², Wahyu Arini, M.Pd.Si.³
Email : [email protected]
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau
2Dosen Program Studi Pendidikan Fisika
Received: ......................, 2019. Accepted: ................., 2019. Published: ...................., 2019
Abstract : This study aims to determine the completeness of student learning out comes, and determine
student learning activities while participating in learning using the Problem Based Learning (PBL)
learning model in class XI of MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau in the academic year 2018/2019. The
research design used one group pre-test post-test design. The population in this study all class XI MIPA
MA 1 (Model) Lubuklinggau 2018/2019 academic year amounting 110 students and the sample is class XI
MIPA 4, amounting to 35 students and taken randomly. The collecting of the data is done by testing and
observation techniques. Based on the results of data analyse with t test obtained tcount = 2,181 and ttable
= 1,697, this showed that tcount < ttable then Ha is accepted and Ho is rejected. Then the hypothesis
proposed in this study can be accepted as true. Student activity during the learning process has increased
seen from the results of observational analysis at the second meeting with a percentage value of 61,83%
with an active category, a third meeting with a percentage value of 73,17% with an active category, and
the fourth meeting with a percentage value of 77,30% with very active category. So it can be concluded
that student learning out comes after applying the Problem Based Learning (PBL) learning model is
significantly, and student activities are increasing in class XI of Lubuklinggau MA Negeri 1 (Model).
Abstrak : Penelitian inibertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa, dan mengetahui
aktivitas belajar siswaselama mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) di kelas XI MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019.Desain
penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini seluruh
kelasXI MIPA MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 110 siswa
dan sampelnya adalah kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 35 siswa dan diambil secara acak. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tes, dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji t diperoleh thitung
= 2,181 dan = 1,697,ini menunjukkan bahwa maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Aktivitas
siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dilihat dari hasil analisis observasi pada
pertemuan kedua dengan nilai persentase 61,83% dengan kategori aktif, pertemuan ketiga dengan nilai
persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan keempat dengan nilai persentase 77,30% dengan
kategori sangat aktif. Sehingga dapat disimpulakan bahawa hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) signifikan tuntas, dan aktivitas siswa meningkat di kelas XI
MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau.
© 2019 Physics Education Department, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia
Kata kunci : Efektivitas, model pembelajaran Problem Based Learning, hasil belajar, aktivitas siswa
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia saat ini
sedang mengalami perkembangan baik
dari sektor pemerintahan, instansi
lembaga pendidikan maupun para peserta
didik. Menurut Nur dkk (2016:94)
pendidikan dalam suatu definisi
dipandang sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengembangkan
manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Dalam
undang-undang No.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional dirumuskan
tujuan pendidikan Nasional yaitu
“Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab”.
Pendidikan berkaitan erat dengan
segala sesuatu yang berkaitan dengan
perkembangan manusia mulai
perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan
sosial, sampai kepada perkembangan
iman. Perkembangan-perkembangan ini
mengacu kepada membuat manusia
menjadi lebih sempurna, membuat
manusia meningkatkan hidupnya dan
kehidupan alamiah menjadi berbudaya
dan bermoral. Dunia pendidikan sangatlah
berpengaruh dalam perkembangan
manusia. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah untuk mencapai tujuan
pendididkan nasional dan meningkatkan
mutu pendidikan mulai dari jenjang
pendidikan sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Dalam dunia
pendidikan, fisika merupakan salah satu
disiplin ilmu yang hasus dikuasai karena
merupakan bagian dari ilmu-ilmu
pengetauan dasar (sains) yang sangat
diperlukan untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Fisika merupakan salah satu
pelajaran yang sering dianggap susah dan
kurang menarik bagi siswa, ini terlihat
banyaknya siswa kesulitan dalam
memahami pelajaran fisika, sehingga
hasil belajar yang diperoleh siswa kurang
memuaskan. Guru memegang peran aktif
dalam proses pembelajaran sedangkan
siswa cenderung diam dan secara pasif
menerima materi pelajaran, siswa juga
kurang berani mengungkapkan
gagasannya. Hal ini menyebabkan siswa
mengalami hambatan dalam proses
belajar, akibatnya hasil belajar siswa
menjadi rendah. Salah satu alternatif yang
dapat digunakan untuk mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa yaitu
seorang guru harus memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti di MA Negeri 1
(Model) Lubuklinggau pada tanggal 10
September 2018. Menurut siswa mata
pelajaran fisika adalah pelajaran yang
rumit dan sulit dipahami, terutama
terdapat banyak rumus dan di buku
pembelajaran terkadang rumusnya sangat
singkat sehingga siswa sulit untuk
memahami pembelajaran tersebut.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan guru mata
pelajaran fisika di MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau yaitu Ibu Linda
Kurniawati, M.Pd. menunjukkan bahwa
hasil belajar fisika di sekolah ini belum
maksimal itu terlihat dari hasil ulangan
harian yang mereka peroleh masih banyak
tidak mencapai KKM.
Kesulitan siswa dalam belajar fisika
juga dapat dilihat dari data hasil nilai
ulangan harian salah satu kelas XI MIPA
jumlah siswa sebanyak 35 dengan
persentase hasil belajar siswa hanya 10
siswa (29%) yang tuntas dan 25 siswa (71
%) yang tidak tuntas sedangkan Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditetapkan di MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau dari mata pelajaran fisika
ini adalah 78. Usaha untuk memperbaiki
permasalahan tersebut diperlukan suatu
model pembelajaran yang tepat dan
menarik sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar sehingga
membuat siswa tertarik untuk belajar
fisika. Salah satu alternatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut, peneliti
mencoba untuk menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yang mana model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) adalah
salah satu model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk mampu berfikir
secara kritis untuk memecahkan suatu
permasalahan yang nyata.
LANDASAN TEORI
a. Belajar
Rusman (2013:134)
menyatakan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil dari pengalamanya dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar bukan hanya menghapal,
melainkan suatu proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang. Menurut
Surya (dalam Rusman, 2013:85)
belajar dapat diartikan suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Witherington (dalam Rusman,
2013:85) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru
berbentuk keterampilan, sikap,
kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan. Menurut Gage (dalam
Hardini dan Puspitasari, 2012:4)
belajar adalah proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya akibat
dari pengalaman.
Dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang yang
melakukan perbuatan belajar sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya dengan pola-pola respon
yang baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan.
b. Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar,
guru Nawawi (dalam Susanto, 2013:5)
menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi
pembelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenal sejumlah
materi pelajaran tertentu. Rusman
(2013:123) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah sejumlah pengalaman
yang diperoleh siswa yang mencakup
ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasan konsep teori mata
pealajaran saja, tapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, kesenangan,
minat-bakat, penyesuaian sosial,
macam-macam keterampilan, cita-cita,
keinginan, dan harapan. Hamalik
(dalam Rusman, 2013:123)
menyatakan bahwa hasil belajar itu
dapat terlihat dari terjadinya perubahan
dari persepsi dan perilaku, termasuk
juga perbaikan perilaku. Hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan
(Putri dkk, 2017:92).
Menurut Bloom (dalam Rusman,
2013:125) tujuan pembelajaran dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah
(domain), yaitu:
a. Domain kognitif; berkenaan dengan
kemampuan dan kecakapan-
kecakapan intelektual berfikir.
b. Domain efektif; berkenaan dengan
sikap, kemampuan, dan penguasaan
segi-segi emosional, yaitu perasaan,
sikap, dan nilai.
c. Domain psikomotor; berkenaan
dengan suatu keterampilan-
keterampilan atau gerakan-gerakan
fisik.
Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah kemampuan kognitif siswa.
Menurut Bloom (dalam Rusman,
2013:125) domain kognitif terdiri dari
enam kategori, yaitu:
1) Pengetahuan / Knowledge (C1)
Jenjang yang paling rendah
dalam kemampuan kognitif
meliputi pengingatan tentang hal-
hal yang bersifat khusus atau
universal, mengetahui metode dan
proses, pengingatan terhadap suatu
pola, struktur atau seting. Dalam
hal ini tekanan utama pada
pengenalan kembali fakta, prinsip,
kata-kata yang dapat dipakai:
definisikan, ulang, laporkan,
ingatan, garis bawahi, sebutkan,
daftar dan sambungkan.
2) Pemahaman / Comprehension
(C2)
Jenjang setingkat diatas
pengetahuan ini akan meliputi
penerimaan dalam komunikasi
secara akurat, menempatkan hasil
komunikasidalam bentuk
penyajian yang berbeda,
mengorganisasikannya secara
setingkat tanpa merubah
pengertian dan dapat
mengeksplorasikan. Kata-kata
yang dapat dipakai: menterjemah,
nyatakan kembali, diskusikan,
gambarkan, mengorganisasikan,
jelaskan, identifikasi, tempatkan,
review, ceritakan, paparkan.
3) Penerapan (C3)
Penggunaan prinsip atau
metode pada situasi yang baru.
Kata-kata yang dapat dipakai:
interprestasikan, menerapkan,
melaksanakan, menggunakan,
demontrasikan, mempraktekan,
mengilustrasikan,
mengoperasikan, jadwalkan,
sketsa, kerjakan.
4) Analisis (C4)
Jenjang yang keempat ini
akan menyangkut terutama
kemampuan anak dalam memisah-
misah terhadap suatu materi
menjadi bagian-bagian yang
membentuknya, mendeteksi
hubungan diantara bagian-bagian
itu dan cara materi itu diorganisir.
Kata-kaya yang dapat dipakai :
pisahkan, analisa, bedakan, hitung,
cobakan, test bandingkan kontras,
kririk, teliti, debatkan,
inventarisasikan, hubungkan,
pecahkan, kategorikan.
5) Sintesa (C5)
Jenjang yang sudah satu
tingkat lebih sulit dari analisa ini
adalah meliputi anak untuk
menaruhkan/menempatkan
bagian-bagian atau elemen
satu/bersama sehingga membentuk
suatu keseluruhan yang koheren.
Kata-kata yang dapat dipakai:
komposisi, ddesain, formulasi,
atur, rakit, kumpulkan ciptakan,
susun, organisasikan, memanage,
siapkan, rancang, sederhanakan.
6) Evaluasi (C6)
Jenjang ini adalah yang
paling atas atau yang dianggap
paling atas atau yang dianggap
paling sulit dalam kemampuan
pengetahuan anak didik. Disini
akan meliputi kemampuan anak
didik dalam pengambilan
keputusan atau dalam menyatakan
pendapat tentang nilai sesuatu
tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan
masalah, metoda, materi dan lain-
lain. Dalam pengambilan
keputusan atau dalam menyatakan
pendapat, termasuk juga kriteria
yang dipergunakan, sehingga
menjadi akurat dan menstandard
penilaian/ penghargaan. Kata-kata
yang dapat dipakai : putuskan,
hargai, nilai, skala, bandingkan,
revisi, skor, perkiraan.
Dalam penelitian ini
kemampuan kognitif yang digunakan
adalah C3, dan C4. Hasil belajar yang baik akan dapat dicapai dengan
pendekatan yang digunakan oleh guru
yang dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar yang diperoleh oleh
siswa.
c. Model Problem Based Learning
(PBL) Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. Wina (dalam
Patliyati dkk, 2015:152) menyatakan
bahwa Problem Based Learning (PBL)
adalah salah satu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk
memecahkan masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah.
Masalah yang dijadikan sebagai
fokus pembelajaran dapat diselesaikan
siswa melalui kerja kelompok sehingga
dapat memberi pengalaman-
pengalaman belajar yang beragam
pada siswa seperti kerja sama dan
interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan
dengan pemecahan seperti membuat
hipotesis, percobaan, melakukan
penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat
kesimpulan, mempresentasikan,
berdiskusi, dan membuat lapopran.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
model Problem Based Learning (PBL)
dapat memberi banyak pengalaman
kepada siswa.
a. Mengajukan pertanyaan atau
masalah yang terkait dalam
kehidupan nyata.
b. Melibatkan berbagai ilmu.
c. Melakukan penyelidikan autentik.
d. Menghasilkan produk atau karya
serta mengkomunikasikanya atau
memamerkannya.
e. Kerja sama dalam melakukan
penyelidikan.
Menurut Patliyati dkk
(2015:165) model Problem Based
Learning (PBL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada suatu masalah
yang kemudian melalui penyelidikan
dan berfikir sehingga dapat
memandirikan siswa dalam belajar
dan memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai titik awal dalam
pembelajaran serta mengutamakan
keaktifan siswa dalam memecahkan
masalah untuk memperoleh
pengetahuan.
d. Langkah-langkah Model
Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah sebagai
berikut, dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Langkah-langkah Model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
Fase Aktivitas Guru
Fase 1:
Mengorientasi
-kan siswa
pada masalah.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik
yang diperlukan,
memotivasi siswa terlibat
aktif pada pemecahan
masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorgani-
sasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa
membatasi dan
mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan
dengan masalah yang
dihadapi
Fase 3
Membimbing
penyelidikan
individu
maupun
kelompok
Membimbing penyelidikan
individu maupun
kelompok
Fase 4
Mengembangk
-an dan
menyajikan
hasil karya
Membantu siswa
merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
vidio, dan model, dan
membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan
temannya
Fase 5 Membantu siswa
Menganalisis
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
melakukan refleksi
terhadap penyelidikan dan
proses-proses yang
digunakan selama
berlangsungnya
pemecahan masalah
e. Kelebihan Model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
menurut Shoimin (2014:132), yaitu:
a. Siswa di dorong untuk memiliki
kemampuan memecahkan masalah
dalam situasi nyata.
b. Siswa memiliki kemampuan
membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktifitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada
masalah sehingga meteri yang tidak
ada hubungannya tidak perlu
dipelajari oleh siswa. Hal ini
mengurangi beban siswa dengan
menghafal atau menyimpan
informasi.
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa
melalui kerja kelompok.
e. Siswa terbiasa menggunakan
sumber-sumber pengetahuan, baik
dari perpustakaan, internet,
wawancara, dan observasi.
f. Siswa memiliki kemampuan menilai
kemajuan belajarnya sendiri.
g. Siswa memiliki kemampuan untuk
melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka.
h. Kesulitan belajar siswa secara
individual dapat di atasi melalui
kerja kelompok dalam bentuk peer
teaching.
f. Kekurangan Model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
menurut Shoimin (2014:132), yaitu:
a. PBM tidak dapat diterapkan untuk
setiap materi pelajaran, ada bagian
guru berperan aktif dalam
menyajikan materi. PBM tidak
cocok untuk pembelajaran yang
menuntut kemampuan tertentu yang
kaitanya dengan pemecahan
masalah.
b. Dalam satu kelas yang memiliki
keragaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian
tugas.
g. Aktivitas Belajar
Ada atau tidaknya belajar
dicerminkan dari ada atau tidak adanya
aktivitas. Tanpa adanya aktivitas dalam
proses belajar mengajar, maka
pembelajaran tidak akan terjadi.
Sehingga dalam interaksi belajar
mengajar aktivitas merupakan prinsip
yang penting. Penggunaan metode,
pendekatan belajar mengajar dan
orientasi belajar menyebabkan
aktivitas belajar siswa berbeda-beda.
Winarti (2013:125)
mengungkapkan bahwa aktivitas
belajar merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menghasilkan
perubahan pengetahuan-pengetahuan,
nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada
siswa sebagai latihan yang
dilaksanakan secara sengaja. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan intraksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun
dengan siswa itu sendiri. Aktivitas
yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan
prestasi. Jurotun (2017:37)
menyatakan bahwa aktivitas belajar
adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau
rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar megajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa
untuk belajar. Aktivitas siswa
merupakan kegiatan atau perilaku yang
terjadi selama proses belajar mengajar.
Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti, bertanya,
mengajukan pendapat, mengerjakan
tugas-tugas, dapat menjawab
pertanyaan dari guru dan bisa bekerja
sama dengan siswa lain, serta
tanggungjawab terhadap tugas yang
diberikan.
Paul (Hamalik, 2010:172)
mengatakan bahwa terdapat 8 indikator
yang dapat menyatakan siswa tersebut
aktif dalam sebuah proses
pembelajaran di dalam kelas. Indikator
yang menyatakan aktvitas
pembelajaran siswa tersebut adalah
seperti di bawah ini:
a. Kegiatan visual yang termasuk di
dalamnya adalah membaca,
memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, dan
pekerjaan orang lain.
b. Kegiatan lisan (oral), seperti
menyatakan, merumuskan,
bertanya, member saran,
mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi,
dan interupsi.
c. Kegiatan mendengarkan, sebagai
contoh mendengarkan; uraian,
percakapan, diskusi, musik, dan
piano.
d. Kegiatan menulis, seperti misalnya
menulis cerita, kerangka, laporan,
angket, dan menyalin.
e. Kegiatan menggambar, misalnya
menggambar, membuat grafik, peta
dan diagram.
f. Kegiatan metrik, yang termasuk di
dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain,
berkebun, dan beternak.
g. Kegiatan mental, sebagai contoh
misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, dan mengambil
sikap.
h. Kegiatan emosional, seperti
misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang dan gugup.
Sudjana (dalam Winarti,
2013:126) keaktifan siswa dalam
pembelajaran dapat dirumuskan dalam
beberapa indikator yaitu:
a. Turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain atau
kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang
dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai
informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok.
f. Menilai kemampuan dirinya dan
hasil yang diperoleh.
g. Kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa yang diperoleh
dalam menyelesaikan tugas.
Nafiah (2014:133-134)
merumuskan beberapa kriteria aktivitas
yaitu meliputi:
a. Belajar dalam lingkungan
kelompok.
b. Bekerjasama dalam mendifinisikan masalah.
c. Terlibat dalam eksperimen
menyelesaikan masalah.
d. Mengumpulkan, menyelidiki,
menilai dan mengolah informasi
yang relevan dan bernilai.
e. Berpemikiran terbuka.
f. Membuat kesimpulan.
g. Mempersiapkan laporan dan
persentasi.
h. Mempersentasikan hasil
eksperimen.
i. Mampu mengkomunikasikan hasil
pemikiran,solusi permasalahan dan
saran.
Dari berbagai aktivitas
pembelajaran yang dijelaskan oleh
beberapa ahli di atas beserta dengan
indikatornya yang dikemukakan oleh
ahli, maka dalam penelitian ini
kegiatan yang diamati oleh peneliti
terhadap aktivitas pembelajaran selama
diterapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yang
dilakukan siswa dapat dilihat pada
tabel 2.2
Tabel 2.2
Aktivitas Belajar yang diamati N
o
Aspek Aktivitas Belajar
Siswa
1
.
Mengorien
-tasi siswa
pada
masalah
1. Memfokuskan diri
terhadap apa
yang disampaikan
guru.
2. Menjawab
pertanyaan dari
guru
2
.
Mengorga-
nisasi
siswa
untuk
belajar
1. Bekerja sama
dengan teman
satu kelompok
2. Mengerjakan
LKP yang
diberikan guru
3
.
Membim-
bing
penyelidik-
an
1. Mendiskusikan
masalah yang
dihadapi dalam
kegiatan belajar
mengajar
4
.
Mengemb-
angkan dan
menyajik-
an hasil
karya
1. Bertukar
pendapat antar
teman dalam
kelompok
2. Mengambil
keputusan dari
semua jawaban
yang dianggap
paling benar
5
.
Menganali
-sis dan
mengevalu
-asi
1. Mempresentasika
n jawaban di
depan kelas
2. Merespon
jawaban teman
Dari beberapa pendapat ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah sebuah kegiatan
pembelajaran yang dipengaruhi faktor
internal dan faktor eksternal serta
merupakan segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi
pembelajaran, sehingga siswa dapat
melibatkan kemampuan pengetahuan
dan keterampilannya yang mengarah
pada peningkatan prestasi. Dengan
adanya indikator aktivitas siswa di
atas maka dapat menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah cukup bervariasi.
Jika berbagai macam aktivitas kegiatan
tersebut dapat diciptakan di sekolah
maka kegiatan di sekolah tidak
membosankan dan benar-benar
menjadi pusat aktivitas belajar siswa.
h. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Vebrianto (dalam Widya
dkk, 2017:162) efektivitas ialah
pengukuran terhadap prestasi atau hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa
setelah mempelajari bahan
ajar/perangkat pembelajaran yang
digunakan. Widya (2017:162)
menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan
efektif bila siswa telah mencapai 75%
dari tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Efektivitas pembelajaran
merupakan pengukuran keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan dalam kegiatan belajar
mengajar. Sadirman (dalam Trianto,
2009:20) menyatakan bahwa
keefektifan pembelajaran adalah hasil
guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif
apabila memenuhi persyaratan utama
keefektifan pengajaran, yaitu:
a. Presentasi waktu belajar siswa yang
tinggi dicurahkan terhadap KBM.
b. Rata-rata perilaku melaksanakan
tugas yang tinggi diantara siswa.
c. Ketetapan antara kandungan materi
ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar)
diutamakan.
d. Mengembangkan suasana belajar
yang akrab, positif, dan
mengembangkan kelas yang aktif.
Berdasarkan pendapat yang telah
dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa efektifitas
pembelajaran adalah sebuah tolak ukur
tentang keberhasilan suatu proses
belajar mengajar dan juga untuk
menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
Selain itu pembelajaran dikatakan
efektif jika peserta didik yang tuntas
dalam belajar adalah 75% dari jumlah
siswa.
Kriteria efektivitas yang
digunakan oleh Rahayu dkk (2015:93)
dalam penelitiannya ada empat aspek
yaitu:
a. Rata-rata gain ternormalisasi hasil
belajar siswa menunjukkan suatu
peningkatan.
b. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas
apabila sekurang-kurangnya 75%
dari jumlah siswa yang telah belajar
dapat memperoleh nilai ≥ 78.
c. Hasil belajar siswa dilihat dari
indikator peningkatan keterlibatan
siswa dalam proses pembalajaran.
d. Pembelajaran dikatakan efektif jika
tanggapan siswa adalah positif,
yakni minimal dengan skor rata-rata
hasil angket tanggapan siswa
sebesar 56%.
Baroh (2010:17) menggunakan
empat aspek kriteria efektivitas dalam
penelitiannya yang meliputi:
a. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran baik.
b. Aktifitas siswa selama pembelajaran
dikategorikan aktif.
c. Respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran positif.
d. Hasil belajar siswa tuntas secara
klasikal.
Berdasarkan pemaparan tentang
efektivitas di atas, maka indikator
efektivitas dalam penelitian ini yaitu:
a. Hasil belajar siswa mencapai
ketuntasan KKM yang telah
ditentukan sebelumnya oleh pihak
sekolah. Depdiknas (dalam Susanto,
2013:54) menyatakan bahwa
pembelajaran dapat dikatakan
efektif jika peserta didik yang
mampu mencapai ketuntasan KKM
mencapai angka ≥ 75%.
b. Aktivitas siswa selama
pembelajaran dengan model
pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) meningkat.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,
2012:03). Menurut Arikunto (2010:203),
metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,
maka dalam penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian berbentuk Pre-test
and Post-test One Group Design. menurut
Sugiyono (2010:111), desain penelitian
ini adalah Pre-test and Post-test One
Group Design, ditunjukkan pada tabel Tabel 1. Desain One Group Pre-test Post-test
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Tes yang dilakukan sebelum
eksperimen( Pretest)
O2 = Tes yang dilakukan sesudah
eksperimen( Post-test)
X = Pengajaran dengan menggunakan
model Direct Instruction dengan
teknik Probing Prompting
a. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel penelitian
dilakukan secara acak karena
berdasarkan wawancara peneliti
dengan guru bidang studi fisika kelas
XI MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau mengatakan bahwa
setiap kelas mempunyai tingkat
kemampuan belajar yang relatif sama
atau homogen. Teknik pengambilan
sampel diambil secara acak (Simple
Random Sampling) dengan
menggunakan cara mengundi semua
kelas XI agar dapat memilih satu kelas
untuk dijadikan sampel penelitian.
Setelah dilakukan undian kelas, maka
didapatkan sampel penelitian yaitu
kelas XI MIPA 4.
b. Teknik Pengumpulan Data
1) Tes
Arikunto (2010:193) mengatakan
bahwa tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau batas
yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk uraian yang
berfungsi untuk menilai kemampuan
kognitif siswa. Tes disini digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar siswa. Tes dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak dua
kali yaitu tes sebelum (pre-test)
pengajaran atau tes awal diberikan
untuk menilai kemampuan awal
peserta didik pada materi elastisitas,
sesudah (post-test) pengajaran atau tes
akhir diberikan perlakuan dengan
model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Kedua tes ini
dilakukan pada kelas sampel dengan
bentuk soal esai sebanyak 6 soal.
2) Non Tes
Teknik pengumpulan data non
tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar observasi aktivitas
siswa. Observasi dilakukan untuk
mengumpulkan data tentang semua
kegiatan atau proses aktivitas siswa
selama pembelajaran fisika
berlangsung. Data observasi digunakan
sebagai pendukung data hasil belajar.
Adapun observasi aktivitas siswa
dilakukan oleh tim observer.
Observer diminta untuk menilai
kegiatan siswa saat pembelajaran
berlangsung. Data aktivitas dicatat
dalam lembar observasi dengan
menggunakan skala likert sehingga
observer memberi tanda ceklis (√)
pada setiap deskriptor yang muncul.
Penilaian siswa terbagi kedalam 4
(empat) kategori yang tersusun secara
bertingkat, mulai dari Kurang = 1,
Cukup = 2, Aktif = 3, dan Sangat Aktif
= 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
1) Data Tes
a. Hasil Kemampuan Awal siswa
(Pre-test)
Kemampuan pre-test adalah
kemampuan yang terlihat dari
kesiapan diri siswa dalam menerima
pembelajaran yang akan berikan oleh
guru. Rekapitulasi data hasil tes awal
dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.Rekapitulasi DataTes Awal ( Pre-test)
Kategori Hasil
Rata-rata nilai 40,48
Simpangan baku 14,16
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 16
Siswa Yang tuntas 1 (3%)
Siswa yang belum
tuntas 34 (97 %)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat
dilihat bahwa siswa yang menddapat
nilai lebih dari atau sama dengan KKM
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78
dalam pre-test ini sebanyak 1 (3%)
siswa dan mendapat nilai kurang dari
KKM adalah sebanyak 34 siswa (97
%). Nilai tertinggi pada pre-test ini
adalah 80 dan nilai terendah adalah 16.
Rata-rata ( nilai secara keseluruhan
adalah 40,48. Jadi secara deskriptif
dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awasl siswa kelas XI MIPA 4 MA
Negeri 1 (Model) Lubuklinggau
sebelum pelaksanaan pembelajaran
fisika dengan menggunakan model
Problem Based Learning belum tuntas
dan aktivitas siswa meningkat.
b. Hasil Kemampuan akhir siswa (Post-
test)
Post-test dilaksanakan pada
pertemuan terakhir untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa dalam
menjawab soal materi Elastisitas,
setelah diterapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam
proses pembelajaran. Tabel 3. Rekapitulasi DataTes Akhir ( Post-test)
Kategori Hasil
Rata-rata nilai 81,49
Simpangan baku 9,44
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 60
Siswa Yang tuntas 27 (77%)
Siswa yang belum
tuntas 8
Berdasarkan tabel 4.7 dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata pos-test
sebesar 81,49% dengan nilai tertinggi
100 dan nilai terendah 60. Hal tersebut
menunjukan bahwa 27 siswa atau 77
siswa sudah dikatakan tuntas karena
nilai yang didapat dari tes akhir
mencapai atau melebihi KKM yaitu
78. 8 siswa atau 23% siswa belum
tuntas dikarenakan nilainya belum
mencapai KKM, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan akhir
siswa pada kelas XI MIPA 4 MA
Negeri 1 (Model) Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2018/2019 sesudah
pelaksanaan pembelajaran fisika
signifikan tuntas.
Berdasarkan uraian tersebut
maka dapat dilihat gambaran data lebih
jelas, nilai rata-rata tes awal dan tes
akhir seperti pada gambar 4.2
020406080
100
40,48
3%
81,49 77%
P…
Grafik 1. Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata
Ketuntasan Belajar.
c. Data Observasi aktivitas siswa Observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Lembar observasi
terdiri dari 9 item yang digunakan
untuk melakukan penilaian terhadap
aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung pada
pertemuan kedua, ketiga dan keempat
dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Observer dalam penelitian ini
dilakukan oleh teman sejawat
sebanyak 5 orang. Adapun hasil
aktivitas siswa pada pertemuan kedua,
ketiga dan keempat dapat dilihat (pada
lampiran C).
Berdasarkan hasil perhitungan
rekapitulasi hasil observasi siswa pada
saat pembelajaran yang dilakukan
sebanyak tiga kali pertemuan dapat
dilihat pada tabel 4.10. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Data
Observasi Pertemuan
II
Pertemuan
III
Pertemuan
IV
Inter
preta
si Keter
angan
% Keter
angan
% Keter
angan
%
Aktif 61
,8
3
%
Aktif 73,1
7
%
Sangat
Aktif
77,3
0
%
Men
ingk
at
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%
61,83%
73,17%
77,30%
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Aktivitas
Siswa
PEMBAHASAN
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian kuantitatif dengan metode
Desain penelitian ini quasi eksperimen
dengan tujuan untuk mengetahui Apakah
hasil belajar fisika siswa setelah
mengikuti pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan
mengetahui bagaimana aktivitas belajar
siswa selama mengikuti pembelajaran
fisika dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) di MA
Negeri 1 (Model) Lubuklinggau. Proses
belajar yang dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) ini
diterapkan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa dalam
mengenal dan memahami berbagai materi
bahwa pembelajaran fisika sangat
berkaitan erat dengan kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran fisika dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) memungkinkan siswa
lebih aktif dan mampu bekerja sama
dengan teman kelompoknya dalam
memecahkan suatu masalah. Kemudian
siswa mempersentasikan hasil diskusi di
depan kelas, dengan berbicara,
mendengarkan, memperhatikan dan
menjawab pertanyaan dari kelompok lain
berarti siswa saling berinteraksi. Sehingga
diharapkan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) menjadikan siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan mulai dari
11 Oktober 2018 sampai tanggal 3
November 2018. Pada model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) peneliti hanya menyajikan materi,
memberi tugas berupa masalah yang
terdapat pada Lembar Kerja Praktikum
(LKP) dan membimbing siswa jika
diperlukan ketika siswa belajar di dalam
kelompoknya masing-masing, sehingga
pembelajaran berlangsung tidak hanya
satu arah saja. Keaktifan siswa dalam
setiap pertemuan pun meningkat
sebagaimana hasil observasi aktivitas
siswa yang telah di bahas pada halaman
sebelumnya. Setelah diberikan perlakuan
sebanyak tiga kali pertemuan, maka
langkah selanjutnya adalah pemberian
post-test.
Dilihat dari ketuntasan hasil
belajar siswa di MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau dengan KKM yang sudah
ditetapkan yaitu 78 untuk pelajaran fisika.
Pada kelas eksperimen yaitu kelas XI
MIPA 4 dengan jumlah 35 siswa, dimana
sebanyak 27 siswa (77%) yang sudah
tuntas atau sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan
8 siswa (23%) yang belim mencapai
KKM. Kemudian untuk pengujian
hipotesis di peroleh kesimpulan bahwa
sebesar 1,697 dan thitung sebesar
2,181. karena maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima kebenarannya, bahwa hasil
belajar fisika dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
signifikan tuntas dan hasil belajar siswa
meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
a. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah dilakukan bahwa hasil belajar
siswa kelas XI MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau setelah diterapkan
model Problem Based Learning secara
signifikan tuntas. aktivitas belajar
siswa pada proses pembelajaran fisika
selama diterapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) di
kelas XI MIPA MA Negeri 1 (Model)
Lubuklinggau tahun pelajaran
2018/2019 meningkat.
b. SARAN
Sehubungan dengan hasil
penelitian dan kesimpulan penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Guru, dapat menggunakan model
Problem Based Learning (PBL)
sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran fisika.
2. Kepala, sekolah hendaknya
memotivasi guru untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan
model Problem Based Learning
(PBL) dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas.
3. Siswa, diharapkan dapat lebih aktif
dan kreatif sehingga terjalin
komunikasi yang baik antara siswa
dan guru.
4. Peneliti, menambah wawasan serta
pengetahuan tentang model
Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran fisika dan
sebagai bekal untuk mengajar
dimassa yang akan datang.
5. Setiap pembelajaran hendaknya
memperhatikan alokasi waktu yang
tepat pada tiap pokok kegiatan
sehingga kegiatan yang
direncanakan dapat terlaksana
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baroh, Chasniatul. 2010. Efektivitas
Metode Simulasi dalam
Pembelajaran Matematika
pada Pokok Bahasan Peluang
di kelas IX-A MTs Nurul Huda
Kalanganyar sedati Sidoarjo.
Skripsi Pendidikan Matematika
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardini dan Puspita. 2014. Strategi
Pembelajaran Terpadu ( Teori,
Konsep dan Implementasi).
Yogyakarta: Familia (Group
Relasi Inti Media).
Jurotun. 2017. Meningkatkan Aktivitas
Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Model PBL –STAD Berbantuan
Geogebra Materi Program Linier
Kelas XI MIPA. Jurnal
Matematika Kreatif-Inovatif 8 (1)
35 – 46.
Nafiah dan suyanto. 2014. Penerapan
Model Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Kritis Dan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Vokasi 4 (1), 125 -
143.
Nur, Muhammad. Dkk. 2016. Manajeman
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Pada Sdn Dayah Guci
Kabupaten Pidie. Jurnal
Administrasi Pendidikan 4(1), 93 –
103.
Patliyati, Teguh. Dkk. 2015. Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terrhadap Hasil Belajar
IPS Ditinjau Dari Kreativitas Siswa
Kelas VIII SMP Negeri Di
Kecamatan Kebumen Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal
GeoEco 1(2), 149 – 169.
Putri, Ihdi Shabrona. Dkk. 2017.
Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Dan Aktivitas Siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika 6(2), 91 –
94.
Rahayu. Dkk. 2015. Efektivitas Model
Pembelajaran Scientific Inquiry
Berbasis Pictorial Riddle Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Siswa Kelas VIII SMPN 1
Adimulyo Kebumen. Jurnal Radiasi
6(1), 92 – 95.
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran
Berbasis Komputer:
Mengembangakan Profesionalisme
Guru. Bandung: Alfabeta.
Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum
2013. Maguhuharjo: AR-RUZZ
MEDIA.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta : Prenadamedia Grup.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Prenada Media Group.
Widya, dkk,. 2017. Kualitas Perangkat
Pembelajaran Fisika Berbasis
Model Creative Problem Solving
Dengan Pendekatan Open – Ended
Pada Materi Usaha Dan Energi
Terintegrasi Energi Biomassa.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian
dan Pembelajaran Fisika. 3 (2),
162, 164 dan 166.
Winarti. 2013. Peningkatan Aktivitas Dan
Hasil Belajar Siswa Pokok
Pembahasan Penyusutan Aktiva
Tetap Dengan Metode
Menjodohkan Kotak. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika
Pendidikan. 8 (2), 125.