14
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS XI MA NEGERI 1 (Model) LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Oleh Monika Larasati¹, Tri Ariani, M.Pd.Si.², Wahyu Arini, M.Pd.Si.³ Email : [email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Received: ......................, 2019. Accepted: ................., 2019. Published: ...................., 2019 Abstract : This study aims to determine the completeness of student learning out comes, and determine student learning activities while participating in learning using the Problem Based Learning (PBL) learning model in class XI of MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau in the academic year 2018/2019. The research design used one group pre-test post-test design. The population in this study all class XI MIPA MA 1 (Model) Lubuklinggau 2018/2019 academic year amounting 110 students and the sample is class XI MIPA 4, amounting to 35 students and taken randomly. The collecting of the data is done by testing and observation techniques. Based on the results of data analyse with t test obtained tcount = 2,181 and ttable = 1,697, this showed that tcount < ttable then Ha is accepted and Ho is rejected. Then the hypothesis proposed in this study can be accepted as true. Student activity during the learning process has increased seen from the results of observational analysis at the second meeting with a percentage value of 61,83% with an active category, a third meeting with a percentage value of 73,17% with an active category, and the fourth meeting with a percentage value of 77,30% with very active category. So it can be concluded that student learning out comes after applying the Problem Based Learning (PBL) learning model is significantly, and student activities are increasing in class XI of Lubuklinggau MA Negeri 1 (Model). Abstrak : Penelitian inibertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa, dan mengetahui aktivitas belajar siswaselama mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas XI MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019.Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini seluruh kelasXI MIPA MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 110 siswa dan sampelnya adalah kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 35 siswa dan diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji t diperoleh t hitung = 2,181 dan = 1,697,ini menunjukkan bahwa maka H a diterima dan H o ditolak. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dilihat dari hasil analisis observasi pada pertemuan kedua dengan nilai persentase 61,83% dengan kategori aktif, pertemuan ketiga dengan nilai persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan keempat dengan nilai persentase 77,30% dengan kategori sangat aktif. Sehingga dapat disimpulakan bahawa hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) signifikan tuntas, dan aktivitas siswa meningkat di kelas XI MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau. © 2019 Physics Education Department, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia Kata kunci : Efektivitas, model pembelajaran Problem Based Learning, hasil belajar, aktivitas siswa PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan baik dari sektor pemerintahan, instansi lembaga pendidikan maupun para peserta didik. Menurut Nur dkk (2016:94)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS

XI MA NEGERI 1 (Model) LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN

2018/2019

Oleh

Monika Larasati¹, Tri Ariani, M.Pd.Si.², Wahyu Arini, M.Pd.Si.³

Email : [email protected]

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Lubuklinggau

2Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

Received: ......................, 2019. Accepted: ................., 2019. Published: ...................., 2019

Abstract : This study aims to determine the completeness of student learning out comes, and determine

student learning activities while participating in learning using the Problem Based Learning (PBL)

learning model in class XI of MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau in the academic year 2018/2019. The

research design used one group pre-test post-test design. The population in this study all class XI MIPA

MA 1 (Model) Lubuklinggau 2018/2019 academic year amounting 110 students and the sample is class XI

MIPA 4, amounting to 35 students and taken randomly. The collecting of the data is done by testing and

observation techniques. Based on the results of data analyse with t test obtained tcount = 2,181 and ttable

= 1,697, this showed that tcount < ttable then Ha is accepted and Ho is rejected. Then the hypothesis

proposed in this study can be accepted as true. Student activity during the learning process has increased

seen from the results of observational analysis at the second meeting with a percentage value of 61,83%

with an active category, a third meeting with a percentage value of 73,17% with an active category, and

the fourth meeting with a percentage value of 77,30% with very active category. So it can be concluded

that student learning out comes after applying the Problem Based Learning (PBL) learning model is

significantly, and student activities are increasing in class XI of Lubuklinggau MA Negeri 1 (Model).

Abstrak : Penelitian inibertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa, dan mengetahui

aktivitas belajar siswaselama mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) di kelas XI MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019.Desain

penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini seluruh

kelasXI MIPA MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 110 siswa

dan sampelnya adalah kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 35 siswa dan diambil secara acak. Pengumpulan

data dilakukan dengan teknik tes, dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data dengan uji t diperoleh thitung

= 2,181 dan = 1,697,ini menunjukkan bahwa maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Aktivitas

siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dilihat dari hasil analisis observasi pada

pertemuan kedua dengan nilai persentase 61,83% dengan kategori aktif, pertemuan ketiga dengan nilai

persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan keempat dengan nilai persentase 77,30% dengan

kategori sangat aktif. Sehingga dapat disimpulakan bahawa hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) signifikan tuntas, dan aktivitas siswa meningkat di kelas XI

MA Negeri 1 (Model) Lubuklinggau.

© 2019 Physics Education Department, STKIP PGRI Lubuklinggau, Indonesia

Kata kunci : Efektivitas, model pembelajaran Problem Based Learning, hasil belajar, aktivitas siswa

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia saat ini

sedang mengalami perkembangan baik

dari sektor pemerintahan, instansi

lembaga pendidikan maupun para peserta

didik. Menurut Nur dkk (2016:94)

Page 2: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

pendidikan dalam suatu definisi

dipandang sebagai upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa, mengembangkan

manusia Indonesia yang beriman dan

bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan. Dalam

undang-undang No.20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan Nasional dirumuskan

tujuan pendidikan Nasional yaitu

“Berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia beriman, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab”.

Pendidikan berkaitan erat dengan

segala sesuatu yang berkaitan dengan

perkembangan manusia mulai

perkembangan fisik, kesehatan,

keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan

sosial, sampai kepada perkembangan

iman. Perkembangan-perkembangan ini

mengacu kepada membuat manusia

menjadi lebih sempurna, membuat

manusia meningkatkan hidupnya dan

kehidupan alamiah menjadi berbudaya

dan bermoral. Dunia pendidikan sangatlah

berpengaruh dalam perkembangan

manusia. Berbagai upaya telah dilakukan

pemerintah untuk mencapai tujuan

pendididkan nasional dan meningkatkan

mutu pendidikan mulai dari jenjang

pendidikan sekolah dasar sampai

perguruan tinggi. Dalam dunia

pendidikan, fisika merupakan salah satu

disiplin ilmu yang hasus dikuasai karena

merupakan bagian dari ilmu-ilmu

pengetauan dasar (sains) yang sangat

diperlukan untuk menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Fisika merupakan salah satu

pelajaran yang sering dianggap susah dan

kurang menarik bagi siswa, ini terlihat

banyaknya siswa kesulitan dalam

memahami pelajaran fisika, sehingga

hasil belajar yang diperoleh siswa kurang

memuaskan. Guru memegang peran aktif

dalam proses pembelajaran sedangkan

siswa cenderung diam dan secara pasif

menerima materi pelajaran, siswa juga

kurang berani mengungkapkan

gagasannya. Hal ini menyebabkan siswa

mengalami hambatan dalam proses

belajar, akibatnya hasil belajar siswa

menjadi rendah. Salah satu alternatif yang

dapat digunakan untuk mengatasi

rendahnya hasil belajar siswa yaitu

seorang guru harus memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang akan diajarkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti di MA Negeri 1

(Model) Lubuklinggau pada tanggal 10

September 2018. Menurut siswa mata

pelajaran fisika adalah pelajaran yang

rumit dan sulit dipahami, terutama

terdapat banyak rumus dan di buku

pembelajaran terkadang rumusnya sangat

singkat sehingga siswa sulit untuk

memahami pembelajaran tersebut.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan peneliti dengan guru mata

pelajaran fisika di MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau yaitu Ibu Linda

Kurniawati, M.Pd. menunjukkan bahwa

hasil belajar fisika di sekolah ini belum

maksimal itu terlihat dari hasil ulangan

harian yang mereka peroleh masih banyak

tidak mencapai KKM.

Kesulitan siswa dalam belajar fisika

juga dapat dilihat dari data hasil nilai

ulangan harian salah satu kelas XI MIPA

jumlah siswa sebanyak 35 dengan

persentase hasil belajar siswa hanya 10

siswa (29%) yang tuntas dan 25 siswa (71

%) yang tidak tuntas sedangkan Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) yang

ditetapkan di MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau dari mata pelajaran fisika

ini adalah 78. Usaha untuk memperbaiki

permasalahan tersebut diperlukan suatu

model pembelajaran yang tepat dan

menarik sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar dan keaktifan siswa dalam

proses kegiatan belajar mengajar sehingga

membuat siswa tertarik untuk belajar

fisika. Salah satu alternatif untuk

mengatasi permasalahan tersebut, peneliti

Page 3: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

mencoba untuk menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) yang mana model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) adalah

salah satu model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk mampu berfikir

secara kritis untuk memecahkan suatu

permasalahan yang nyata.

LANDASAN TEORI

a. Belajar

Rusman (2013:134)

menyatakan bahwa belajar adalah

proses perubahan tingkah laku individu

sebagai hasil dari pengalamanya dalam

berinteraksi dengan lingkungan.

Belajar bukan hanya menghapal,

melainkan suatu proses mental yang

terjadi dalam diri seseorang. Menurut

Surya (dalam Rusman, 2013:85)

belajar dapat diartikan suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Witherington (dalam Rusman,

2013:85) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan dalam

kepribadian yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respons yang baru

berbentuk keterampilan, sikap,

kebiasaan, pengetahuan dan

kecakapan. Menurut Gage (dalam

Hardini dan Puspitasari, 2012:4)

belajar adalah proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya akibat

dari pengalaman.

Dari beberapa pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses perubahan tingkah

laku dalam diri seseorang yang

melakukan perbuatan belajar sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungan

disekitarnya dengan pola-pola respon

yang baru berbentuk keterampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan.

b. Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar,

guru Nawawi (dalam Susanto, 2013:5)

menyatakan bahwa hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi

pembelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh

dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu. Rusman

(2013:123) menyatakan bahwa hasil

belajar adalah sejumlah pengalaman

yang diperoleh siswa yang mencakup

ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Belajar tidak hanya

penguasan konsep teori mata

pealajaran saja, tapi juga penguasaan

kebiasaan, persepsi, kesenangan,

minat-bakat, penyesuaian sosial,

macam-macam keterampilan, cita-cita,

keinginan, dan harapan. Hamalik

(dalam Rusman, 2013:123)

menyatakan bahwa hasil belajar itu

dapat terlihat dari terjadinya perubahan

dari persepsi dan perilaku, termasuk

juga perbaikan perilaku. Hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku pada

diri siswa yang dapat diamati dan

diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan

(Putri dkk, 2017:92).

Menurut Bloom (dalam Rusman,

2013:125) tujuan pembelajaran dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga ranah

(domain), yaitu:

a. Domain kognitif; berkenaan dengan

kemampuan dan kecakapan-

kecakapan intelektual berfikir.

b. Domain efektif; berkenaan dengan

sikap, kemampuan, dan penguasaan

segi-segi emosional, yaitu perasaan,

sikap, dan nilai.

c. Domain psikomotor; berkenaan

dengan suatu keterampilan-

keterampilan atau gerakan-gerakan

fisik.

Hasil belajar dalam penelitian ini

adalah kemampuan kognitif siswa.

Menurut Bloom (dalam Rusman,

Page 4: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

2013:125) domain kognitif terdiri dari

enam kategori, yaitu:

1) Pengetahuan / Knowledge (C1)

Jenjang yang paling rendah

dalam kemampuan kognitif

meliputi pengingatan tentang hal-

hal yang bersifat khusus atau

universal, mengetahui metode dan

proses, pengingatan terhadap suatu

pola, struktur atau seting. Dalam

hal ini tekanan utama pada

pengenalan kembali fakta, prinsip,

kata-kata yang dapat dipakai:

definisikan, ulang, laporkan,

ingatan, garis bawahi, sebutkan,

daftar dan sambungkan.

2) Pemahaman / Comprehension

(C2)

Jenjang setingkat diatas

pengetahuan ini akan meliputi

penerimaan dalam komunikasi

secara akurat, menempatkan hasil

komunikasidalam bentuk

penyajian yang berbeda,

mengorganisasikannya secara

setingkat tanpa merubah

pengertian dan dapat

mengeksplorasikan. Kata-kata

yang dapat dipakai: menterjemah,

nyatakan kembali, diskusikan,

gambarkan, mengorganisasikan,

jelaskan, identifikasi, tempatkan,

review, ceritakan, paparkan.

3) Penerapan (C3)

Penggunaan prinsip atau

metode pada situasi yang baru.

Kata-kata yang dapat dipakai:

interprestasikan, menerapkan,

melaksanakan, menggunakan,

demontrasikan, mempraktekan,

mengilustrasikan,

mengoperasikan, jadwalkan,

sketsa, kerjakan.

4) Analisis (C4)

Jenjang yang keempat ini

akan menyangkut terutama

kemampuan anak dalam memisah-

misah terhadap suatu materi

menjadi bagian-bagian yang

membentuknya, mendeteksi

hubungan diantara bagian-bagian

itu dan cara materi itu diorganisir.

Kata-kaya yang dapat dipakai :

pisahkan, analisa, bedakan, hitung,

cobakan, test bandingkan kontras,

kririk, teliti, debatkan,

inventarisasikan, hubungkan,

pecahkan, kategorikan.

5) Sintesa (C5)

Jenjang yang sudah satu

tingkat lebih sulit dari analisa ini

adalah meliputi anak untuk

menaruhkan/menempatkan

bagian-bagian atau elemen

satu/bersama sehingga membentuk

suatu keseluruhan yang koheren.

Kata-kata yang dapat dipakai:

komposisi, ddesain, formulasi,

atur, rakit, kumpulkan ciptakan,

susun, organisasikan, memanage,

siapkan, rancang, sederhanakan.

6) Evaluasi (C6)

Jenjang ini adalah yang

paling atas atau yang dianggap

paling atas atau yang dianggap

paling sulit dalam kemampuan

pengetahuan anak didik. Disini

akan meliputi kemampuan anak

didik dalam pengambilan

keputusan atau dalam menyatakan

pendapat tentang nilai sesuatu

tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan

masalah, metoda, materi dan lain-

lain. Dalam pengambilan

keputusan atau dalam menyatakan

pendapat, termasuk juga kriteria

yang dipergunakan, sehingga

menjadi akurat dan menstandard

penilaian/ penghargaan. Kata-kata

yang dapat dipakai : putuskan,

hargai, nilai, skala, bandingkan,

revisi, skor, perkiraan.

Dalam penelitian ini

kemampuan kognitif yang digunakan

adalah C3, dan C4. Hasil belajar yang baik akan dapat dicapai dengan

pendekatan yang digunakan oleh guru

yang dapat berpengaruh terhadap

Page 5: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

hasil belajar yang diperoleh oleh

siswa.

c. Model Problem Based Learning

(PBL) Model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) merupakan

salah satu model pembelajaran inovatif

yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa. Wina (dalam

Patliyati dkk, 2015:152) menyatakan

bahwa Problem Based Learning (PBL)

adalah salah satu model pembelajaran

yang melibatkan siswa untuk

memecahkan masalah melalui tahap-

tahap metode ilmiah sehingga siswa

dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut

dan sekaligus memiliki keterampilan

untuk memecahkan masalah.

Masalah yang dijadikan sebagai

fokus pembelajaran dapat diselesaikan

siswa melalui kerja kelompok sehingga

dapat memberi pengalaman-

pengalaman belajar yang beragam

pada siswa seperti kerja sama dan

interaksi dalam kelompok, disamping

pengalaman belajar yang berhubungan

dengan pemecahan seperti membuat

hipotesis, percobaan, melakukan

penyelidikan, mengumpulkan data,

menginterpretasikan data, membuat

kesimpulan, mempresentasikan,

berdiskusi, dan membuat lapopran.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

model Problem Based Learning (PBL)

dapat memberi banyak pengalaman

kepada siswa.

a. Mengajukan pertanyaan atau

masalah yang terkait dalam

kehidupan nyata.

b. Melibatkan berbagai ilmu.

c. Melakukan penyelidikan autentik.

d. Menghasilkan produk atau karya

serta mengkomunikasikanya atau

memamerkannya.

e. Kerja sama dalam melakukan

penyelidikan.

Menurut Patliyati dkk

(2015:165) model Problem Based

Learning (PBL) adalah suatu

pendekatan pembelajaran dimana

siswa dihadapkan pada suatu masalah

yang kemudian melalui penyelidikan

dan berfikir sehingga dapat

memandirikan siswa dalam belajar

dan memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas maka

dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) adalah suatu model

pembelajaran yang menggunakan

masalah sebagai titik awal dalam

pembelajaran serta mengutamakan

keaktifan siswa dalam memecahkan

masalah untuk memperoleh

pengetahuan.

d. Langkah-langkah Model

Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) adalah sebagai

berikut, dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Langkah-langkah Model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

Fase Aktivitas Guru

Fase 1:

Mengorientasi

-kan siswa

pada masalah.

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik

yang diperlukan,

memotivasi siswa terlibat

aktif pada pemecahan

masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorgani-

sasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa

membatasi dan

mengorganisasi tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah yang

dihadapi

Fase 3

Membimbing

penyelidikan

individu

maupun

kelompok

Membimbing penyelidikan

individu maupun

kelompok

Fase 4

Mengembangk

-an dan

menyajikan

hasil karya

Membantu siswa

merencanakan dan

menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan,

vidio, dan model, dan

membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan

temannya

Fase 5 Membantu siswa

Page 6: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

Menganalisis

dan

mengevaluasi

proses

pemecahan

masalah

melakukan refleksi

terhadap penyelidikan dan

proses-proses yang

digunakan selama

berlangsungnya

pemecahan masalah

e. Kelebihan Model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

menurut Shoimin (2014:132), yaitu:

a. Siswa di dorong untuk memiliki

kemampuan memecahkan masalah

dalam situasi nyata.

b. Siswa memiliki kemampuan

membangun pengetahuannya

sendiri melalui aktifitas belajar.

c. Pembelajaran berfokus pada

masalah sehingga meteri yang tidak

ada hubungannya tidak perlu

dipelajari oleh siswa. Hal ini

mengurangi beban siswa dengan

menghafal atau menyimpan

informasi.

d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa

melalui kerja kelompok.

e. Siswa terbiasa menggunakan

sumber-sumber pengetahuan, baik

dari perpustakaan, internet,

wawancara, dan observasi.

f. Siswa memiliki kemampuan menilai

kemajuan belajarnya sendiri.

g. Siswa memiliki kemampuan untuk

melakukan komunikasi ilmiah

dalam kegiatan diskusi atau

presentasi hasil pekerjaan mereka.

h. Kesulitan belajar siswa secara

individual dapat di atasi melalui

kerja kelompok dalam bentuk peer

teaching.

f. Kekurangan Model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

menurut Shoimin (2014:132), yaitu:

a. PBM tidak dapat diterapkan untuk

setiap materi pelajaran, ada bagian

guru berperan aktif dalam

menyajikan materi. PBM tidak

cocok untuk pembelajaran yang

menuntut kemampuan tertentu yang

kaitanya dengan pemecahan

masalah.

b. Dalam satu kelas yang memiliki

keragaman siswa yang tinggi akan

terjadi kesulitan dalam pembagian

tugas.

g. Aktivitas Belajar

Ada atau tidaknya belajar

dicerminkan dari ada atau tidak adanya

aktivitas. Tanpa adanya aktivitas dalam

proses belajar mengajar, maka

pembelajaran tidak akan terjadi.

Sehingga dalam interaksi belajar

mengajar aktivitas merupakan prinsip

yang penting. Penggunaan metode,

pendekatan belajar mengajar dan

orientasi belajar menyebabkan

aktivitas belajar siswa berbeda-beda.

Winarti (2013:125)

mengungkapkan bahwa aktivitas

belajar merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk menghasilkan

perubahan pengetahuan-pengetahuan,

nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada

siswa sebagai latihan yang

dilaksanakan secara sengaja. Keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran akan

menyebabkan intraksi yang tinggi

antara guru dengan siswa ataupun

dengan siswa itu sendiri. Aktivitas

yang timbul dari siswa akan

mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang

akan mengarah pada peningkatan

prestasi. Jurotun (2017:37)

menyatakan bahwa aktivitas belajar

adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau

rohani. Aktivitas siswa selama proses

belajar megajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar. Aktivitas siswa

merupakan kegiatan atau perilaku yang

terjadi selama proses belajar mengajar.

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud

adalah kegiatan yang mengarah pada

proses belajar seperti, bertanya,

mengajukan pendapat, mengerjakan

Page 7: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

tugas-tugas, dapat menjawab

pertanyaan dari guru dan bisa bekerja

sama dengan siswa lain, serta

tanggungjawab terhadap tugas yang

diberikan.

Paul (Hamalik, 2010:172)

mengatakan bahwa terdapat 8 indikator

yang dapat menyatakan siswa tersebut

aktif dalam sebuah proses

pembelajaran di dalam kelas. Indikator

yang menyatakan aktvitas

pembelajaran siswa tersebut adalah

seperti di bawah ini:

a. Kegiatan visual yang termasuk di

dalamnya adalah membaca,

memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, dan

pekerjaan orang lain.

b. Kegiatan lisan (oral), seperti

menyatakan, merumuskan,

bertanya, member saran,

mengeluarkan pendapat,

mengadakan wawancara, diskusi,

dan interupsi.

c. Kegiatan mendengarkan, sebagai

contoh mendengarkan; uraian,

percakapan, diskusi, musik, dan

piano.

d. Kegiatan menulis, seperti misalnya

menulis cerita, kerangka, laporan,

angket, dan menyalin.

e. Kegiatan menggambar, misalnya

menggambar, membuat grafik, peta

dan diagram.

f. Kegiatan metrik, yang termasuk di

dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain,

berkebun, dan beternak.

g. Kegiatan mental, sebagai contoh

misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis,

melihat hubungan, dan mengambil

sikap.

h. Kegiatan emosional, seperti

misalnya, menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat,

bergairah, berani, tenang dan gugup.

Sudjana (dalam Winarti,

2013:126) keaktifan siswa dalam

pembelajaran dapat dirumuskan dalam

beberapa indikator yaitu:

a. Turut serta dalam melaksanakan

tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau

kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang

dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai

informasi yang diperoleh untuk

pemecahan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok.

f. Menilai kemampuan dirinya dan

hasil yang diperoleh.

g. Kesempatan menggunakan atau

menerapkan apa yang diperoleh

dalam menyelesaikan tugas.

Nafiah (2014:133-134)

merumuskan beberapa kriteria aktivitas

yaitu meliputi:

a. Belajar dalam lingkungan

kelompok.

b. Bekerjasama dalam mendifinisikan masalah.

c. Terlibat dalam eksperimen

menyelesaikan masalah.

d. Mengumpulkan, menyelidiki,

menilai dan mengolah informasi

yang relevan dan bernilai.

e. Berpemikiran terbuka.

f. Membuat kesimpulan.

g. Mempersiapkan laporan dan

persentasi.

h. Mempersentasikan hasil

eksperimen.

i. Mampu mengkomunikasikan hasil

pemikiran,solusi permasalahan dan

saran.

Dari berbagai aktivitas

pembelajaran yang dijelaskan oleh

beberapa ahli di atas beserta dengan

indikatornya yang dikemukakan oleh

ahli, maka dalam penelitian ini

kegiatan yang diamati oleh peneliti

terhadap aktivitas pembelajaran selama

Page 8: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

diterapkan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) yang

dilakukan siswa dapat dilihat pada

tabel 2.2

Tabel 2.2

Aktivitas Belajar yang diamati N

o

Aspek Aktivitas Belajar

Siswa

1

.

Mengorien

-tasi siswa

pada

masalah

1. Memfokuskan diri

terhadap apa

yang disampaikan

guru.

2. Menjawab

pertanyaan dari

guru

2

.

Mengorga-

nisasi

siswa

untuk

belajar

1. Bekerja sama

dengan teman

satu kelompok

2. Mengerjakan

LKP yang

diberikan guru

3

.

Membim-

bing

penyelidik-

an

1. Mendiskusikan

masalah yang

dihadapi dalam

kegiatan belajar

mengajar

4

.

Mengemb-

angkan dan

menyajik-

an hasil

karya

1. Bertukar

pendapat antar

teman dalam

kelompok

2. Mengambil

keputusan dari

semua jawaban

yang dianggap

paling benar

5

.

Menganali

-sis dan

mengevalu

-asi

1. Mempresentasika

n jawaban di

depan kelas

2. Merespon

jawaban teman

Dari beberapa pendapat ahli diatas

dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah sebuah kegiatan

pembelajaran yang dipengaruhi faktor

internal dan faktor eksternal serta

merupakan segala kegiatan yang

dilakukan dalam proses interaksi

pembelajaran, sehingga siswa dapat

melibatkan kemampuan pengetahuan

dan keterampilannya yang mengarah

pada peningkatan prestasi. Dengan

adanya indikator aktivitas siswa di

atas maka dapat menunjukkan bahwa

aktivitas di sekolah cukup bervariasi.

Jika berbagai macam aktivitas kegiatan

tersebut dapat diciptakan di sekolah

maka kegiatan di sekolah tidak

membosankan dan benar-benar

menjadi pusat aktivitas belajar siswa.

h. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Vebrianto (dalam Widya

dkk, 2017:162) efektivitas ialah

pengukuran terhadap prestasi atau hasil

belajar yang telah dicapai oleh siswa

setelah mempelajari bahan

ajar/perangkat pembelajaran yang

digunakan. Widya (2017:162)

menyatakan bahwa perangkat

pembelajaran yang dikembangkan

efektif bila siswa telah mencapai 75%

dari tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Efektivitas pembelajaran

merupakan pengukuran keberhasilan

dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan dalam kegiatan belajar

mengajar. Sadirman (dalam Trianto,

2009:20) menyatakan bahwa

keefektifan pembelajaran adalah hasil

guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar mengajar.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif

apabila memenuhi persyaratan utama

keefektifan pengajaran, yaitu:

a. Presentasi waktu belajar siswa yang

tinggi dicurahkan terhadap KBM.

b. Rata-rata perilaku melaksanakan

tugas yang tinggi diantara siswa.

c. Ketetapan antara kandungan materi

ajar dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar)

diutamakan.

d. Mengembangkan suasana belajar

yang akrab, positif, dan

mengembangkan kelas yang aktif.

Berdasarkan pendapat yang telah

dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa efektifitas

pembelajaran adalah sebuah tolak ukur

Page 9: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

tentang keberhasilan suatu proses

belajar mengajar dan juga untuk

menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

Selain itu pembelajaran dikatakan

efektif jika peserta didik yang tuntas

dalam belajar adalah 75% dari jumlah

siswa.

Kriteria efektivitas yang

digunakan oleh Rahayu dkk (2015:93)

dalam penelitiannya ada empat aspek

yaitu:

a. Rata-rata gain ternormalisasi hasil

belajar siswa menunjukkan suatu

peningkatan.

b. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas

apabila sekurang-kurangnya 75%

dari jumlah siswa yang telah belajar

dapat memperoleh nilai ≥ 78.

c. Hasil belajar siswa dilihat dari

indikator peningkatan keterlibatan

siswa dalam proses pembalajaran.

d. Pembelajaran dikatakan efektif jika

tanggapan siswa adalah positif,

yakni minimal dengan skor rata-rata

hasil angket tanggapan siswa

sebesar 56%.

Baroh (2010:17) menggunakan

empat aspek kriteria efektivitas dalam

penelitiannya yang meliputi:

a. Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik.

b. Aktifitas siswa selama pembelajaran

dikategorikan aktif.

c. Respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran positif.

d. Hasil belajar siswa tuntas secara

klasikal.

Berdasarkan pemaparan tentang

efektivitas di atas, maka indikator

efektivitas dalam penelitian ini yaitu:

a. Hasil belajar siswa mencapai

ketuntasan KKM yang telah

ditentukan sebelumnya oleh pihak

sekolah. Depdiknas (dalam Susanto,

2013:54) menyatakan bahwa

pembelajaran dapat dikatakan

efektif jika peserta didik yang

mampu mencapai ketuntasan KKM

mencapai angka ≥ 75%.

b. Aktivitas siswa selama

pembelajaran dengan model

pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) meningkat.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

2012:03). Menurut Arikunto (2010:203),

metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,

maka dalam penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian berbentuk Pre-test

and Post-test One Group Design. menurut

Sugiyono (2010:111), desain penelitian

ini adalah Pre-test and Post-test One

Group Design, ditunjukkan pada tabel Tabel 1. Desain One Group Pre-test Post-test

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Tes yang dilakukan sebelum

eksperimen( Pretest)

O2 = Tes yang dilakukan sesudah

eksperimen( Post-test)

X = Pengajaran dengan menggunakan

model Direct Instruction dengan

teknik Probing Prompting

a. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel penelitian

dilakukan secara acak karena

berdasarkan wawancara peneliti

dengan guru bidang studi fisika kelas

XI MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau mengatakan bahwa

setiap kelas mempunyai tingkat

kemampuan belajar yang relatif sama

atau homogen. Teknik pengambilan

sampel diambil secara acak (Simple

Random Sampling) dengan

menggunakan cara mengundi semua

kelas XI agar dapat memilih satu kelas

untuk dijadikan sampel penelitian.

Setelah dilakukan undian kelas, maka

Page 10: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

didapatkan sampel penelitian yaitu

kelas XI MIPA 4.

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Tes

Arikunto (2010:193) mengatakan

bahwa tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan

inteligensi, kemampuan atau batas

yang dimiliki oleh individu atau

kelompok. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk uraian yang

berfungsi untuk menilai kemampuan

kognitif siswa. Tes disini digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data

tentang hasil belajar siswa. Tes dalam

penelitian ini dilakukan sebanyak dua

kali yaitu tes sebelum (pre-test)

pengajaran atau tes awal diberikan

untuk menilai kemampuan awal

peserta didik pada materi elastisitas,

sesudah (post-test) pengajaran atau tes

akhir diberikan perlakuan dengan

model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL). Kedua tes ini

dilakukan pada kelas sampel dengan

bentuk soal esai sebanyak 6 soal.

2) Non Tes

Teknik pengumpulan data non

tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lembar observasi aktivitas

siswa. Observasi dilakukan untuk

mengumpulkan data tentang semua

kegiatan atau proses aktivitas siswa

selama pembelajaran fisika

berlangsung. Data observasi digunakan

sebagai pendukung data hasil belajar.

Adapun observasi aktivitas siswa

dilakukan oleh tim observer.

Observer diminta untuk menilai

kegiatan siswa saat pembelajaran

berlangsung. Data aktivitas dicatat

dalam lembar observasi dengan

menggunakan skala likert sehingga

observer memberi tanda ceklis (√)

pada setiap deskriptor yang muncul.

Penilaian siswa terbagi kedalam 4

(empat) kategori yang tersusun secara

bertingkat, mulai dari Kurang = 1,

Cukup = 2, Aktif = 3, dan Sangat Aktif

= 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

1) Data Tes

a. Hasil Kemampuan Awal siswa

(Pre-test)

Kemampuan pre-test adalah

kemampuan yang terlihat dari

kesiapan diri siswa dalam menerima

pembelajaran yang akan berikan oleh

guru. Rekapitulasi data hasil tes awal

dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.Rekapitulasi DataTes Awal ( Pre-test)

Kategori Hasil

Rata-rata nilai 40,48

Simpangan baku 14,16

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 16

Siswa Yang tuntas 1 (3%)

Siswa yang belum

tuntas 34 (97 %)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat

dilihat bahwa siswa yang menddapat

nilai lebih dari atau sama dengan KKM

yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 78

dalam pre-test ini sebanyak 1 (3%)

siswa dan mendapat nilai kurang dari

KKM adalah sebanyak 34 siswa (97

%). Nilai tertinggi pada pre-test ini

adalah 80 dan nilai terendah adalah 16.

Rata-rata ( nilai secara keseluruhan

adalah 40,48. Jadi secara deskriptif

dapat disimpulkan bahwa kemampuan

awasl siswa kelas XI MIPA 4 MA

Negeri 1 (Model) Lubuklinggau

sebelum pelaksanaan pembelajaran

fisika dengan menggunakan model

Problem Based Learning belum tuntas

dan aktivitas siswa meningkat.

b. Hasil Kemampuan akhir siswa (Post-

test)

Post-test dilaksanakan pada

pertemuan terakhir untuk mengetahui

kemampuan akhir siswa dalam

menjawab soal materi Elastisitas,

setelah diterapkan model pembelajaran

Page 11: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

Problem Based Learning (PBL) dalam

proses pembelajaran. Tabel 3. Rekapitulasi DataTes Akhir ( Post-test)

Kategori Hasil

Rata-rata nilai 81,49

Simpangan baku 9,44

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 60

Siswa Yang tuntas 27 (77%)

Siswa yang belum

tuntas 8

Berdasarkan tabel 4.7 dapat

dilihat bahwa nilai rata-rata pos-test

sebesar 81,49% dengan nilai tertinggi

100 dan nilai terendah 60. Hal tersebut

menunjukan bahwa 27 siswa atau 77

siswa sudah dikatakan tuntas karena

nilai yang didapat dari tes akhir

mencapai atau melebihi KKM yaitu

78. 8 siswa atau 23% siswa belum

tuntas dikarenakan nilainya belum

mencapai KKM, sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan akhir

siswa pada kelas XI MIPA 4 MA

Negeri 1 (Model) Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2018/2019 sesudah

pelaksanaan pembelajaran fisika

signifikan tuntas.

Berdasarkan uraian tersebut

maka dapat dilihat gambaran data lebih

jelas, nilai rata-rata tes awal dan tes

akhir seperti pada gambar 4.2

020406080

100

40,48

3%

81,49 77%

P…

Grafik 1. Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata

Ketuntasan Belajar.

c. Data Observasi aktivitas siswa Observasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model Problem Based

Learning (PBL). Lembar observasi

terdiri dari 9 item yang digunakan

untuk melakukan penilaian terhadap

aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung pada

pertemuan kedua, ketiga dan keempat

dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning

(PBL). Observer dalam penelitian ini

dilakukan oleh teman sejawat

sebanyak 5 orang. Adapun hasil

aktivitas siswa pada pertemuan kedua,

ketiga dan keempat dapat dilihat (pada

lampiran C).

Berdasarkan hasil perhitungan

rekapitulasi hasil observasi siswa pada

saat pembelajaran yang dilakukan

sebanyak tiga kali pertemuan dapat

dilihat pada tabel 4.10. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Data

Observasi Pertemuan

II

Pertemuan

III

Pertemuan

IV

Inter

preta

si Keter

angan

% Keter

angan

% Keter

angan

%

Aktif 61

,8

3

%

Aktif 73,1

7

%

Sangat

Aktif

77,3

0

%

Men

ingk

at

0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%70,00%80,00%

61,83%

73,17%

77,30%

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Aktivitas

Siswa

PEMBAHASAN

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian kuantitatif dengan metode

Page 12: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

Desain penelitian ini quasi eksperimen

dengan tujuan untuk mengetahui Apakah

hasil belajar fisika siswa setelah

mengikuti pembelajaran fisika dengan

menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan

mengetahui bagaimana aktivitas belajar

siswa selama mengikuti pembelajaran

fisika dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) di MA

Negeri 1 (Model) Lubuklinggau. Proses

belajar yang dilaksanakan dengan

menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) ini

diterapkan untuk memberikan

pemahaman kepada siswa dalam

mengenal dan memahami berbagai materi

bahwa pembelajaran fisika sangat

berkaitan erat dengan kehidupan sehari-

hari. Pembelajaran fisika dengan

menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) memungkinkan siswa

lebih aktif dan mampu bekerja sama

dengan teman kelompoknya dalam

memecahkan suatu masalah. Kemudian

siswa mempersentasikan hasil diskusi di

depan kelas, dengan berbicara,

mendengarkan, memperhatikan dan

menjawab pertanyaan dari kelompok lain

berarti siswa saling berinteraksi. Sehingga

diharapkan pembelajaran dengan

menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) menjadikan siswa lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian dilaksanakan mulai dari

11 Oktober 2018 sampai tanggal 3

November 2018. Pada model

pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) peneliti hanya menyajikan materi,

memberi tugas berupa masalah yang

terdapat pada Lembar Kerja Praktikum

(LKP) dan membimbing siswa jika

diperlukan ketika siswa belajar di dalam

kelompoknya masing-masing, sehingga

pembelajaran berlangsung tidak hanya

satu arah saja. Keaktifan siswa dalam

setiap pertemuan pun meningkat

sebagaimana hasil observasi aktivitas

siswa yang telah di bahas pada halaman

sebelumnya. Setelah diberikan perlakuan

sebanyak tiga kali pertemuan, maka

langkah selanjutnya adalah pemberian

post-test.

Dilihat dari ketuntasan hasil

belajar siswa di MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau dengan KKM yang sudah

ditetapkan yaitu 78 untuk pelajaran fisika.

Pada kelas eksperimen yaitu kelas XI

MIPA 4 dengan jumlah 35 siswa, dimana

sebanyak 27 siswa (77%) yang sudah

tuntas atau sudah mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan

8 siswa (23%) yang belim mencapai

KKM. Kemudian untuk pengujian

hipotesis di peroleh kesimpulan bahwa

sebesar 1,697 dan thitung sebesar

2,181. karena maka Ha

diterima dan Ho ditolak. Artinya hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini dapat

diterima kebenarannya, bahwa hasil

belajar fisika dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)

signifikan tuntas dan hasil belajar siswa

meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

a. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

sudah dilakukan bahwa hasil belajar

siswa kelas XI MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau setelah diterapkan

model Problem Based Learning secara

signifikan tuntas. aktivitas belajar

siswa pada proses pembelajaran fisika

selama diterapkan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) di

kelas XI MIPA MA Negeri 1 (Model)

Lubuklinggau tahun pelajaran

2018/2019 meningkat.

b. SARAN

Sehubungan dengan hasil

penelitian dan kesimpulan penulis

menyarankan sebagai berikut:

1. Guru, dapat menggunakan model

Problem Based Learning (PBL)

sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran fisika.

Page 13: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

2. Kepala, sekolah hendaknya

memotivasi guru untuk dapat

mengembangkan dan menerapkan

model Problem Based Learning

(PBL) dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas.

3. Siswa, diharapkan dapat lebih aktif

dan kreatif sehingga terjalin

komunikasi yang baik antara siswa

dan guru.

4. Peneliti, menambah wawasan serta

pengetahuan tentang model

Problem Based Learning (PBL)

dalam pembelajaran fisika dan

sebagai bekal untuk mengajar

dimassa yang akan datang.

5. Setiap pembelajaran hendaknya

memperhatikan alokasi waktu yang

tepat pada tiap pokok kegiatan

sehingga kegiatan yang

direncanakan dapat terlaksana

dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Baroh, Chasniatul. 2010. Efektivitas

Metode Simulasi dalam

Pembelajaran Matematika

pada Pokok Bahasan Peluang

di kelas IX-A MTs Nurul Huda

Kalanganyar sedati Sidoarjo.

Skripsi Pendidikan Matematika

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardini dan Puspita. 2014. Strategi

Pembelajaran Terpadu ( Teori,

Konsep dan Implementasi).

Yogyakarta: Familia (Group

Relasi Inti Media).

Jurotun. 2017. Meningkatkan Aktivitas

Dan Hasil Belajar Siswa Melalui

Model PBL –STAD Berbantuan

Geogebra Materi Program Linier

Kelas XI MIPA. Jurnal

Matematika Kreatif-Inovatif 8 (1)

35 – 46.

Nafiah dan suyanto. 2014. Penerapan

Model Problem Based Learning

Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berfikir Kritis Dan

Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Vokasi 4 (1), 125 -

143.

Nur, Muhammad. Dkk. 2016. Manajeman

Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan Pada Sdn Dayah Guci

Kabupaten Pidie. Jurnal

Administrasi Pendidikan 4(1), 93 –

103.

Patliyati, Teguh. Dkk. 2015. Pengaruh

Model Pembelajaran Problem Based

Learning Terrhadap Hasil Belajar

IPS Ditinjau Dari Kreativitas Siswa

Kelas VIII SMP Negeri Di

Kecamatan Kebumen Tahun

Pelajaran 2013/2014. Jurnal

GeoEco 1(2), 149 – 169.

Putri, Ihdi Shabrona. Dkk. 2017.

Pengaruh Model Pembelajaran

Discovery Learning Terhadap Hasil

Belajar Siswa Dan Aktivitas Siswa.

Jurnal Pendidikan Fisika 6(2), 91 –

94.

Rahayu. Dkk. 2015. Efektivitas Model

Pembelajaran Scientific Inquiry

Berbasis Pictorial Riddle Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika

Siswa Kelas VIII SMPN 1

Adimulyo Kebumen. Jurnal Radiasi

6(1), 92 – 95.

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran

Berbasis Komputer:

Mengembangakan Profesionalisme

Guru. Bandung: Alfabeta.

Page 14: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel efektivitas... · 2019-09-26 · persentase 73,17% dengan kategori aktif, dan pertemuan

Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran

Inovatif dalam Kurikulum

2013. Maguhuharjo: AR-RUZZ

MEDIA.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan

Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Jakarta : Prenadamedia Grup.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif:

Konsep, Landasan, Dan

Implementasinya Pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Prenada Media Group.

Widya, dkk,. 2017. Kualitas Perangkat

Pembelajaran Fisika Berbasis

Model Creative Problem Solving

Dengan Pendekatan Open – Ended

Pada Materi Usaha Dan Energi

Terintegrasi Energi Biomassa.

Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian

dan Pembelajaran Fisika. 3 (2),

162, 164 dan 166.

Winarti. 2013. Peningkatan Aktivitas Dan

Hasil Belajar Siswa Pokok

Pembahasan Penyusutan Aktiva

Tetap Dengan Metode

Menjodohkan Kotak. Jurnal

Pendidikan Ekonomi Dinamika

Pendidikan. 8 (2), 125.