112
EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Oleh RIYADHATUL JINAN NIM: 70300117003 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021

EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TEKNIK

IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PENDERITA HIPERTENSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran

Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Oleh

RIYADHATUL JINAN

NIM: 70300117003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021

Page 2: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

ii

Page 3: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmatnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan tema “Efektivitas Terapi

Relaksasi Otot Progresif Dan Tehnik Imajinasi Terbimbing Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pasien Hipertensi”. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada nabiyullah Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia di jalan

Allah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan penyelesaian

pendidikan pada program strata satu (S1) Jurusan Keperawatan pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Dengan terselesaikan skripsi ini, penulis

menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga banyak

pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu proses penyelesaian

penulisan proposal ini.

Ucapan terima kasih yang tulus kepada pembimbing, yang telah

mengarahkan, memberikan petunjuk maupun yang senantiasa memotivasi, serta

rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, MA PhD, sebagai Rektor UIN Alauddin

Makassar, serta Prof. Dr. H Mardan M.Ag sebagai Wakil Rektor I,

Dr.H Wahyudin, M.Hum. sebagai Wakil Rektor bidang II dan Prof.

Dr. Darussalam, M.Ag sebagai Wakil Rektor III, dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag, sebagai Wakil Rektor IV.

2. Dr. dr.Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, beserta Dr.

Hj. Gemy Nastity Handayany., S.Si M.Si.,Apt. sebagai Wakil Dekan

Page 4: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

iii

I, dan Dr. H.M. Fais Satrianegara, S.KM., MARS sebagai Wakil

Dekan II dan Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M,Pd sebagai Wakil Dekan III.

3. Dr.Muh.Anwar Hafid, S.Kep.,M.Kes sebagai Ketua Jurusan Ilmu

Keperawatan dan Hasnah,S.Sit.,M.Kes sebagai Sekretaris Jurusan

Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar, dengan rasa tulus serta kesabarannya

memberikan arahan, motivasi, nasehat, serta semangat bimbingan

selama penulis menempuh kuliah dijurusan Ilmu Keperawatan.

4. Dr.Muh.Anwar Hafid, S.Kep.,M.Kes sebagai Pembimbing I, dan

Dr.Risnah S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk mengarahkan serta membimbing penulis

dengan setulus hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr.NurHidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Penguji I, dan

Dr.Muhaemin,S.Ag., M.Th.I.,M,Ed Penguji II, yang bersedia

meluangkan waktu mengarahkan, memberikan masukan serta

membimbing penulis.

6. Andi Adriana Amal S.Kep.,Ns.,M.Kep, yang bersedia meluangkan

waktunya untuk saya hubungi dan berkonsultasi terkait SPSS

7. Kepala Puskesmas Pattopakang Ikhsan Muis Putra,SKM, beserta

jajarannya yang telah menerima kami dengan sangat hangat untuk

melakukan penelitian, serta masyarakat Desa cikoang yang antusias

menerima kami ayang walaupun awalnya sedikit canggung, namun

seiring berjalannya waktu kami merasa seperti keluarga sendiri.

Page 5: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

iv

8. Penanggung jawab PTM dengan Prolanis (program pengelolaan

penyakit kronis) di puskesmas Pattopakang, Fitriyani S.Kep.,Ns,

terimakasih sudah banyak membantu saya selama penelitian.

9. Untuk Alm ayahku, terimakasih telah menitipkan ibu hebat dan kakak

hebat untukku, sehingga aku tidak merasakan bagaimana namanya

kehilangan yang amat sangat dalam.

10. Untuk orang terhebatku Ibu saya St. Maryam, kakak saya

Muhammad Iqbal dan Jf Idris, yang senantiasa mendukung saya

sampai sejauh ini, serta melengkapi kekurangan saya baik moril

maupun material terimakasih sudah ada di depan, samping dan

belakang adik bungsumu ini kakak hebatku

11. Untuk kakak dan adikku serta teman-temanku terimakasih karena

sudah meluangkan waktunya walau hanya sekedar mengatakan ayok

bisa sehingga saya bertambah semangat untuk mengerjakan skripsi.

12. Ade Novira, Yulia Putri, Wahdaniar, Nahda Purna Nugraha, Yustika,

terimakasih yang setulus-tulusnya karena sudah banyak membantu

dan menyemangati saya untuk sampai di tahap ini

13. Untuk teman-teman keperawatan angkatan 2017 terimakasih telah

berjuang bersama. Semoga keluar menjadi perawat yang berguna

bagi agama nusa dan bangsa.

Page 6: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

v

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan penulis sadar

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar

harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik berupa saran

yang sifatnya membangun demi kesempatan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis semoga dengan bantuan

kalian berikan ini bernilai pahala di sisi Allah Swt. Aamiin.

Wassalamu’Alaikum Wr.Wb.

Samata, 23 Agustus 2021

Penulis,

Riyadhatul Jinan

NIM: 70300117003

Page 7: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..…………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................7

C.Hipotesis Penelitian ..............................................................................................7

D.Tujuan Penelitian ..................................................................................................8

E.Manfaat penelitian ................................................................................................9

F. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian......................................10

G. Kajian Pustaka ...................................................................................................11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA………………………………….…………….16

A. Tinjauan Umum Hipertensi ..............................................................................16

B. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif ..........................................................29

C. Konsep Teknik Imajinasi Terbimbing ..............................................................37

D. Konsep Model Keperawatan ……………………………………………….38

E. Kerangka Teori ..................................................................................................41

F. Kerangka Konsep ...............................................................................................43

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….44

A. Desain Penelitian ...............................................................................................44

B. Lokasi dan waktu penelitian .............................................................................44

C. Populasi dan sampel ..........................................................................................44

D. Teknik sampling ................................................................................................48

E. Cara pengumpulan data .....................................................................................48

F. Instrument penelitian .........................................................................................48

G. Langkah pengolahan data .................................................................................48

H. Analisa data........................................................................................................49

I. Etika penelitian....................................................................................................50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...52

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………52

B. Hasil Penelitian ……………………………………………………………53

C. Pembahasan………………………………………………………………...58

Page 8: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

vii

BAB V PENUTUP………………………………………………………………73

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….73

B. Saran ……………………………………………………………………...74

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………76

LAMPIRAN……………………………………………………………………...79

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Definisi Operasional .................................................................................. 10

Tabel 1.2 Kajian Pustaka ........................................................................................... 11

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................................... 18

Tabel 2.2 Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif .............................................. 34

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden pemberian terapi relaksasi otot

progresif dan teknik imajinasi terbimbing…………………………….54

Tabel 4.2 Distribusi perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik,diastolik sebelum

dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif ……………….54

Tabel 4.3 Distribusi perbedaan rata tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah

pemberian teknik imajinasi terbimbing ………………………………….55

Tabel 4.4 Distribusi perbedaan efektivitas penurunan tekanan darah sistolik dan

diastolik setelah diberikan Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Teknik

imajinasiterbimbing…………………………………………………...57

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan .......................................................................................................... Hal

Bagan 2.1 Kerangka Teori ......................................................................................... 42

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 43

Page 9: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden ............................................ 80

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden ............................................... 81

Lampiran 3 Lembar Pengumpulan data .................................................................... 82

Lampiran 4 SOP Terapi Relaksasi oto progresif ..................................................... 83

Lampiran 5 SOP Teknik Imajinasi Terbimbing ...................................................... 86

Lampiran 6 Lembar Observasi Tekakanan darah .................................................... 89

Lampiran 7 Uji SPSS ................................................................................................92

Lampiran 8 Kelayakan Etik ...................................................................................... 97

Lampiran 9 PTSP ..................................................................................................... 98

Lampiran 10 Izin telah meneliti ...............................................................................99

Lampiran 11 Dokumentasi .....................................................................................100

Page 10: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

ix

ABSTRAK

Nama : Riyadhatul Jinan

Nim : 70300117003

Judul : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Imajinasi

Terbimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita

Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, dimana jumlah

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya yang diperkirakan pada tahun 2025

akan ada 1,5 milliar orang terkena hipertensi, dan 10,44 juta orang meninggal tiap

tahunnya akibat hipertensi dan komplikasinya. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental dengan rancangan

penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign dengan teknik purposive

sampling, besar sample 36 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

Terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing. Setiap kelompok

mendapatkan perlakuan selama 15 menit dilakukan setiap hari selama enam hari.

Setiap perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post. Hasil

penelitian menggunakan uji Friedman, Wilcoxon, Kruskal-Wallis, Mann Whitney

menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik, diastolik pada masing-masing

kelompok mengalami penurunan, terapi relaksasi otot progresif 9,89 mmHg dan

7,73 mmHg (p value = 0,000 α <0,05),teknik imajinasi terbimbing 4,2 mmHg dan

3,2 mmHg (p value = 0,000 α <0,05). Disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot

progresif lebih efektif daripada teknik imajinasi terbimbing dalam menurunkan

tekanan darah penderita hipertensi. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan

terapi seperti terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing

sebagai alternatif terapi non farmakologik dalam penanganan pasien Hipertensi.

Keywords: Terapi Relaksasi Otot Progresif, Teknik imajinasi Terbimbing,

Tekanan darah, Hipertensi

Page 11: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu masalah kesehatan yang masih dan terus di

perbincangkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Hipertensi di kenal dengan

sebutan the silent killer (pembunuh secara diam-diam). Dimana penyakit ini

sering terjadi tanpa memiliki keluhan yang bisa memberikan informasi awal bagi

pasien, sehingga kebanyakan dari penderita tersebut tidak mengetahui dirinya

dinobatkan sebagai hipertensi dan sadar dengan hal itu setelah terjadi komplikasi.

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular di kenal dengan sebutan the

silent killer (pembunuh senyap) yang menjadi masalah utama bukan hanya di

Indonesia tetapi juga didunia, karena merupakan salah satu pintu masuk penyakit

seperti jantung, gagal ginjal, diabetes maupun stroke. Data WHO jumlah

penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,diperkirakan pada tahun

2025 akan ada 1,5 M orang terkena hipertensi, dan diperkirakan 10,44 juta orang

meninggal akibat hipertensi tiap tahunnya. Data Riskesdas 2018 menyatakan

bahwa 63 juta penduduk Indonesia menyandang hipertensi. dengan estimasi

jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka

kematian di Indonesia sebesar 427.218 kasus kematian tiap tahunnya (Kemenkes

RI, 2019).

Hipertensi biasa di sebut dengan tekanan darah tinggi. Dimana seseorang

dikatakan hipertensi apabila peningkatan tekanan darah sistol dan diastol secara

konsisten di atas 140/90 mmHg. Hipertensi juga dapat menyerang berbagai

kalangan di masyarakat mulai dari tingkat sosial tinggi hingga menengah

kebawah. Selain itu juga, meningkatnya usia pada seseorang beresiko untuk

Page 12: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

2

menderita hipertensi akan semakin besar dikarenakan pengaruh usia seseorang

terhadap kemunculan stres juga sering terjadi.

Hipertensi masuk ke dalam penyakit yang memiliki jumlah penderita yang

tinggi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) sebanyak 80 juta

masyarakat di Amerika dengan usia lebih dari 20 tahun dimana satu dari tiga

orang memiliki penyakit ini. Prevalensi penderita hipertensi di Kanada adalah

25% pada rentang usia dewasa (Ratnawati et al., 2020). Pada saat sekarang dapat

menunjukan bahwa hipertensi bukan hanya dialami oleh lansia, melainkan dari

berbagai golongan usia. Penderita hipertensi di Indonesia ini terdiri dari beberapa

golongan usia di mulai ketika usia lebih dari 30 tahun (Kemenkes, 2019). Pada

usia 31 – 33 tahun jumlah penderita sebanyak 31,6% . Usia 45 – 54 tahun

memiliki penderita sebanyak 45,3%. Rentang usia 55 – 64 tahun sebanyak 55,2 %

penderita (Kemenkes RI, 2019).

Data World Health Organizatiton ( WHO ) tahun 2019 memperkirakan saat

ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia.

Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27%. Sedangkan

Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25%

terhadap total penduduk .Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran pada

riskesdas Tahun 2018 mengatakan bahwa di Indonesia mencapai 34,11%, dimana

Sulawesi selatan prevalensi hipertensinya 31,68 % (Kemenkes RI, 2019).

Pada tahun 2018 data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi selatan bahwa

jumlah penderita hipertensi sebanyak 142.571 orang dengan rincian yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 54.749 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak

87.882 orang. Sedangkan data dinas kesehatan provinsi selatan pada tahun 2018,

prevalensi kabupaten tertinggi penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi di

Page 13: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

3

sulawesi selatan, yaitu kabupaten selayar 32,49%, kabupaten soppeng 24,92%,

dan Takalar 14,82% yang dimana pada penelitian ini berlokasi di daerah

kabupaten Takalar. Secara administrasi, Kabupaten Takalar terdiri dari 9

(Sembilan) kecamatan, 76 desa dan 24 kelurahan. Berdasarkan letak geografis,

kabupaten takalar memiliki batasan wilayah; di sebelah timur berbatasan langsung

dengan Kabupaten Jeneponto. Di sebelah utara, berbatasan dengan kabupaten

Gowa, sedangkan di sebelah barat dan selatan di batasi oleh selat Makassar dan

Laut Flores. Luas wilayah kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2, dengan jarak

ibukota Takalar dan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km dengan

melalui kabupaten Gowa. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019, penduduk

Takalar mengalami pertumbuhan sebesar 0,94 persen. Sementara jumlah

penduduk berdasarkan jenis kelamin di dapatkan bahwa jumlah laki-laki sebanyak

76.508 orang dan jumlah perempuan sebanyak 90.691 orang. Bisa disimpulkan

bahwa di daerah kabupaten takalar lebih banyak penduduk perempuan dari pada

laki-laki (HARIS, 2020).

Berdasarkan data pusat statistik kabupaten Takalar tahun (2020) jumlah

penduduk di kabupaten takalar yaitu 298.688 orang, jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 143.674 dan perempuan sebanyak 155.014 orang. Dengan jumlah

penduduk di 9 kecamatan cukup beragam, dimana kecamatan Mangarombang

merupakan kecamatan tertinggi ke-3 terbanyak penduduknya dengan jumlah

penduduk sebanyak 39378 penduduk. Kabupaten Takalar pada tahun 2018 dari

jumlah 15 puskesmas didapatkan kasus hipertensi sebanyak 757 orang dengan

rincian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 105 orang dan jenis kelamin

perempuan sebanyak 652 orang (Wijaya et al., 2020).

Page 14: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

4

Berdasarkan data 10 penyakit tertinggi yang berada di kabupaten takalar

tahun 2018 hipertensi merupakan penyakit paling tinggi yang berada di urutan

pertama. Dinas kesehatan kabupaten takalar (2018) melaporkan bahwa

kecamatan Mangarabombang adalah kecamatan kedua terbanyak jumlah penderita

hipertensi , dimana puskesmas pattopakang merupakan puskesmas yang berada

diwilayah kecamatan Mangarobombang (Wijaya et al., 2020). Data dari

puskesmas pattopakang mengenai kejadian hipertensi menunjukkan bahwa

penyakit hipertensi merupakan penyakit paling tinggi di bandingkan dengan

penyakit lain serta orang yang menderita hipertensi terus meningkst setiap

tahunnya. Berdasarkan data hipertensi di puskesmas tersebut, jumlah penderita

hipertensi pada tahun 2019 sebanyak 768 orang, sedangkan pada tahun 2020

sebanyak 976 orang dengan rincian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 274

orang sedangkan yang perempuan sebanyak 702 orang. Dari data 2019-2020

menunjukkan bahwa ada peningkatan hipertensi di puskesmas Pattopakang.

Peningkatan hipertensi setiap tahunnya disebabkan karena pola makan, pola

hidup, stress serta pekerjaannya, hal itulah yang mengakibatkan kejadian

hipertensi meningkat setiap tahunnya di puskesmas Pattopakang. Oleh karena itu

hal tersebut menggambarkan penyakit hipertensi sifatnya akut yang dipengaruhi

oleh pola makan dan pola hidup masyarakat. Sehingga diperlukan adanya usaha

untuk memperbaiki pola makan dan pola hidup seperti memakan makanan dengan

pola seimbang dan teratur serta mengatur gaya hidup yang rentan stress

(Muswirah,2019).

Adapun dampak dari hipertensi yaitu penyebab utama gagal jantung, stroke

dan gagal ginjal Adapun beberapa faktor yang menyebabkan tekanan darah

masyarakat di PKM Pattopakang tidak terkontrol di akibatkan karena tidak rutin

dalam mengkonsumsi obat antihipertensi, mengapa demikian hal ini terjadi

Page 15: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

5

disebabkan karena sebagian masyarakat tidak rutin ke puskesmas untuk

memeriksakan kesehatannya untuk mengontrol tekanan darahnya. Berdasarkan

hasil wawancara dengan beberapa orang yang menderita penyakit hipertensi di

wilayah kerja PKM Pattopakang bahwa hal tersebut sudah diketahui bahwa ketika

tidak mengkonsumsi obat antihipertensi maka tekanan darah tidak terkontrol,

tetapi karena adanya kesibukan mengurus rumah tangga,bertani, serta berdagang

sehingga ketika pekerjaan rumah menumpuk, pulang dari kebun dan berdagang

sudah merasa lelah dan juga jarak rumah dan PKM dengan masyarakat lumayan

jauh sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengunjungi pelayanan

kesehatan hal tersebut yang menyebabkan sebagian masyarakat tidak teratur

dalam minum obat anti hipertensi. Melihat kejadian hipertensi yang meningkat

setiap tahun mengindikasikan bahwa hipertensi perlu dan harus segera diatasi

dikarenakan hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ

dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun, oleh sebab itu

bukan hanya pengobatan farmakologi yang bisa dilakukan untuk menurunkan

tekanan darah tetapi juga pengobatan non farmakologi yang membantu

menurunkan tekanan darah seseorang. Sehingga peniliti tertarik untuk

memberikan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing untuk

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sebagai terapi alternatif non

farmakologik untuk menurunkan tekanan darah.

Relaksasi otot progresif merupakan latihan untuk mendapatkan sensasi rileks

dengan menegangkan suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan. saat

melakukan relaksasi otot progresif dengan tenang, rileks, dan penuh konsentrasi,

maka sekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormone) dan ACTH

(Adrenocorticotropic Hormone) dikelenjar hipotalamus menurun. Penurunan

kedua sekresi hormone ini menyebabkan aktivitas syaraf simpatis menurun

Page 16: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

6

dengan demikian pengeluaran hormone adrenalin dan nonadrenalin berkurang,

akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar tahanan

pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa jantung sehingga menyebabkan

tekanan darah di arterial jantung menurun Tindakan ini mampu membangkitkan

atmosfer yang teduh, menurunkan krisis sebagai akibat suatu tanggapan dari

adanya ketegangan, menaikkan.

Terapi relaksasi imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik untuk megkaji

kekuatan pikiran saat sadar maupu tidak sadar untuk menciptakan bayangan

gambar yang membawa ketenangan dan keheningan sehingga mampu

menurunkan tekanan darah.

Oleh karena itu, sejalan dengan teori yang mengatakan terdapat pengaruh

teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di

Puskesmas Bojong Soang Kabupaten Bandung, sehingga latihan relaksasi otot

progresif bisa dijadikan salah satu materi dalam pemberian pendidikan kesehatan

oleh petugas puskesmas dalam penanganan hipertensi non-farmakologi (Rahayu

et al., 2020). Disisi lain juga, dalam penelitian yang telah dilakukan oleh

(Poernomo dkk,2019) mengatakan bahwa guided Imagery atau imajinasi

terbimbing juga berpotensi untuk menurunkan tekanan darah.

Sejalan dengan teori yang telah di paparkan oleh salah satu pakar

keperawatan yaitu Dorothea E.Orem dengan model teori self care ( perawatan diri

sendiri), bisa di katakan bahwa untuk penangan hipertensi ini perlu dilakukan

perawatan oleh masing-masing penderita hipertensi, bukan hanya menggunakan

obat-obat farmakologik, tetapi juga dengan melihat dari buku standar intervensi

Page 17: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

7

keperawatan Indonesia terdapat beberapa intervensi yang bisa membantu

penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah diantaranya yaitu dengan

melakukan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing. Melihat

penelitian sebelumnya dengan judul Terapi Non Farmakologi dalam pengendalian

tekanan darah pada pasien Hipertensi menunjukkan bahwa terapi non

farmakologik yang efektif dalam mengendalikan tekanan darah pada pasien

hipertensi adalah terapi relaksasi otot, serta teknik imajinasi terbimbing

(Ainurrafiq, Risnah, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas upaya yang bisa di lakukan untuk mengatasi

masalah tekanan darah pada penderita hipertensi termasuk beberapa riset

sebelumnya, yang mengatakan intervensi yang mampu menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi diantaranya adalah terapi relaksasi otot progresif dan teknik

imajinasi terbimbing untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: “Efektivitas

terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing terhadap penurunan

tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas pattopakang.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah dengan pertanyaan

penelitian: “Bagaimana efktivitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik

imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

di wilayah kerja puskesmas Patoppakang?“

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di

mana rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk kalimat

Page 18: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

8

pertanyaan (Sugiyono, 2018). Hipotesis juga dapat di katakan sebagai jawaban

teoritis terhadap perumusan masalah penelitian, belum di katakan jawaban yang

empirik.

1. Hipotesis nol (Ho)

Terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing tidak efektif

dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas pattopakang.

2. Hipotesis Alternatif ( Ha)

Terapi relaksasi otot progresif efektif dari teknik imajinasi terbimbing

terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja

puskesmas pattopakang.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik

imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

di wilayah kerja puskesmas pattopakang.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden yang diberikan terapi relaksasi otot

progresif dan teknik imajinasi terbimbing

b. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik,diastol sebelum dan sesudah

diberikan terapi relaksasi otot progresif

c. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik,diastolik sebelum dan sesudah

diberikan teknik imajinasi terbimbing

Page 19: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

9

d. Mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik

imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi

E. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya

Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

peneliti terkhusus terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing

pada perubahan tekanan darah penderita hipertensi, sehingga dapat menjadi bahan

bacaan peneliti berikutnya untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. Selain itu

juga, sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan

untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

2. Bagi pendidikan

a. Sebagai bahan masukan dan informasi di puskesmas tentang terapi relaksasi

otot progresif dan tehnik imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

b. Hasil penelitian ini semoga menjadi masukan dalam hal menambah wawasan

pengetahuan Mahasiswa Uin Alauddin Makassar.

3. Manfaat pelayanan

Penelitian diharapkan menjadi sumber rujukan untuk perawat di puskesmas

terkhusus bagian pelayanan masyarakat, sehingga perawatan yang di berikan

bukan hanya tentang terapi farmakologis, tetapi juga untuk di berikan terapi non

farmakologis.

Page 20: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

10

F. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian

Tabel 1.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala

data

1

2

Independen

TROP

Teknik Imajinasi terbimbing

Latihan untuk

mendapatkan

sensasi rileks

dengan

menegangkan

suatu

kelompok otot

dan

menghentikan

tegangan

Membentuk pikiran dengan mengubah

situasi untuk meningkatkan kenyamanan

Lembar observasi

Lembar observasi

1. 1. Efektiv jika terjadi penururnan darah dari

sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg sesudah pemberian

terapi otot progresif dan tehnik imajinasi terbimbing 2.Tidak efektif jika tidak terjadi

penurunan tekanan darah dari sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-

99 mmHg sesudah pemberian terapi otot progresif dan tehnik imajinasi

terbimbing

Nominal

Nominal

3 Dependen

Tekanan

darah

Kekuatan tekanan yang

mengalir di dinding pembuluh

1. Spyghmomanometer digital

2. Lembar observasi

- Normal <120 dan

<80 mmHg

- Pre

Rasio

Page 21: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

11

darah yang

keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh

Hipertensi

120-139 mmHg dan 80-89 mmHg

- Hipertensi tingkat 1 140-159 mmHg

dan 90-99 mmHg

- Hipertensi tingkat 2 >160 mmHg dan >100

mmHg

G. Kajian Pustaka

Kajian pustaka bertujuan untuk membantu peneliti menyelesaikan masalah

penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya

yang relevan.

Tabel 1.2 Kajian pustaka

No Nama Peneliti Judul

penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

1. Irene Chrisne

Dien, Julianus Ake, Selvie Rumagit

Pengaruh

Terapi Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

( 2020)

Tujuan

penelitian ini untuk menganalisa Pengaruh

Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Pasien

menggunak

an desain pra eksperimenpascatest

(pretestposttest design

Penelitian

membuktikan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot

progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan nilai p

value = 0,000 dimana nilai p

Desain

penelitian

Page 22: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

12

No Nama Peneliti Judul

penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Hipertensi Di RSU GMIM Betheseda Tomohon

< dari 0,05.

2. Sri Mulyati

Rahayu, Nur Hayati, Sandra lantika asih

Pengaruh

teknik relaksasi otot progresif

terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi

(2020)

Tujuan

penelitian untuk mengetahui

pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi

Penelitian

ini menggunakan pra

eksperimental dengan pendekatan obe group pre test post test, penelitian ini

menggunakan purposive sampling

Hasil penelitian

menunjukkan tekanan darah sistolik dan

diastolik diperoleh nilai 0,000 (0<0,05) yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap

tekanan darah pada lansia hipertensi di pusesmas bojong soang

Desain

penelitian

3. M.Ilham,

Armina, Hasyim Kadri

Efektivitas

Terapi Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan

Hipertensi Pada Lansia

(2019)

Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi

Penelitian

ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan

rancangan Non Equivalent Control Group Pretest-Posttest,

dengan teknik purposive sampling

Hasil analisis

menggunakan uji Independent T test didapatkan perbedaan tekanan darah

kelompok eksperimen dan kontrol dimana tekanan darah sistolik p value 0,031 <(0,05), sedangkan

tekanan darah diastolik p value 0,009 <(0,05) dapat dikatakan menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan

Desain

penelitian

Page 23: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

13

No Nama Peneliti Judul

penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

terhadap tekanan darah lansia hipertensi

sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.

4 Adnan Faris

Naufal, Dini Afriani Khasanah,

Pengaruh

Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan

Darah pada Wanita Lanjut Usia dengan Hipertensi

(2020)

Tujuan

penelitian ini untuk melihat ada tidaknya pengaruh terapi

relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada wanita lanjut usia dengan

hipertensi

quasi

experimental pretestposttest with control group

design

Hasil uji Mann

Whitney menunjukkan tekanan sistolik pada sampel setalah diukur sistolik (p value

= 0.031) dan sedangkan diastoliknya (p value =0.261). Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh

terhadap perubahan tekanan darah sistolik tetapi tidak berpengaruh pada perubahan

tekanan darah diastolik pada wanita lansia dengan hipertensi.

Variabel pada

penelitian ini berfokus pada wanita yang sudah lanjut usia, sedangkan

yang di harapkan pada penelitian ini variabelnyaitu sesuai dengan usia 40-50 tahun

5 Muhammad

Nurman

Efektifitas

Teknik Relaksasi otot progresif dan teknik Nafas Dalam

Terhadap Penurunan

Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui efektifitas antara relaksasi otot

progresif dan tehnik

Penelitian

ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Ekperimen

Desigh dengan

Rata-rata

penurunan tekanan darah pada responden tehnik relaksasi nafas dalam sistolik 14

mmHg dan

Penelitian ini

bertujuan untuk membandingkan efektivitas dari TROP dengan teknik

imajinasi

Page 24: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

14

No Nama Peneliti Judul

penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Di Desa Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar

Timur Tahun 2020

relaksasi nafas dalam terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pulau Birandang Wilayah

Kerja Puskesmas Kampar Timur Tahun 2020

rancangan penelitian yang digunakan

adalah Group Pre Test and Post Test Desigh.

diastolik 8,67 terbimbing

6 Ainurrafiq,

Risnah,Maria Ulfa Azhar

Terapi Non

Farmakologi dalam pengendalian Tekanan Darah pasien Hipertensi:

(2019)

Tujuan

Untuk mengatasi tekanan darah pada pasien hipertensi,

merupakan intervensi non farmakologi, merupakan intervensi yang efisien

berdasarkan hasil penelitian dan intervensi yang mudah dilakukan.

Systematic

Review

Berdasarkan 10

jurnal yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi,terapi non farmakologik

yang efektif dalam mengendalikan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah terapi

relaksasi,pemberian juice campur tomat dan mentimun, terapi music, suara alama dan slow deep breathing

Desain

penelitian

7 Dewi Ika Sari

Hari Poernomo, Dian Prawesti,

POTENSI

GUIDED IMAGERY MENURUN

Tujuan

penelitian adalah mempelajari

Desain

dalam penelitian ini adalah

Guided

Imagery berpotensi menurunkan

Desain

penelitian

Page 25: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

15

No Nama Peneliti Judul

penelitian

Tujuan

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Kili Astarani KAN TEKANAN DARAH DENGAN

HIPERTENSI

( 2019 )

potensi guided imagery menurunkan

tekanan darah dengan hipertensi

Pra Experiment Design

tekanan darah sistolik dengan penurunan 14 mmHg dan

menurunkan tekanan darah diastolik dengan penurunan 5,9 mmHg pada lansia dengan

hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal Kediri

8 Yusrin Aswad,

Budi Susanto

PENGARU

H IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP TEKANAN DARAH

PENDIERITA HIPERTENSI

(2019)

Untuk

mengetahui pengaruh teknik imajinasi terbimbing pada perubahan

tekanan darah pasien hipertensi

quasi

experimen dengan desain “group pre and post test design”

hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa Mengetahui Pengaruh Imajinasi Terbimbing

Terhadap Tekanan Darah pada Pendierita Hipertensi

Desain

penelitian

Page 26: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi

1. Definisi

Tekanan darah merupakan kekuatan atau tekanan sirkulasi darah yang diberikan

terhadap dinding pembuluh yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) menuju

keseluruh tubuh. Tekanan darah adalah penekanan pada darah secara paksa yang

ditujukan untuk melawan dari dinding pembuluh darah (AHA, 2016).oleh sebab itu di

katakan hipertensi karena kondisi ketika tekanan sirkulasi darah terlalu tinggi (WHO,

2019).

Hipertensi adalah perumpamaan dari tekanan bagi darah untuk melewati dinding

pembuluh darah secara berlebih (AHA, 2016). Hipertensi adalah suatu keadaan yang

dialami oleh seorang pasien terhadap peningkatan tekanan darah di atas normal, baik

tekanan darah sistolik maupun diastolik. Di Indonesia, hipertensi merupakan

penyebab kematian ke-3 setelah stroke,dan tuberculosis (AYUKHALIZA, 2020) .

Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu

keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding

pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras

untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal tersebut

dapat mengganggu aliran darah, pembuluh darah, bahkan sampai dapat menyebabkan

penyakit degenerative, hingga menyebabkan kematian. Hipertensi merupakan suatu

kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah

Page 27: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

17

normal. Dimana nilai sistolik >140 mmHg dan nilai diastolik >90 mmHg (Ilham et

al., 2019).Dalam Lemon & Burke (2008) hipertensi adalah meningkatnya tekanan

darah sistolik yang menetap yaitu 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik

90 mmHg atau lebih ketika dilakukan pemeriksaan minimal tiga kali dalam waktu

yang berbeda (Damanik & Ziraluo, 2018).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رعة ، إنما الشديد الذى ي نفسه عند الغضب ملك ليس الشديد بالص

Artinya: Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan

lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang

sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” [HR Al-

Bukhari (no. 5763) dan Muslim (no. 2609)].

Kemudian di dalam Al-Quran juga di jelaskan

اء والكاظمين الغيظ والعافين عن ال ر اء والض ناس والله لذين ينفقون فى السر

يحب المحسنين

Terjemahan: (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang

lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan, (QS. Ali Imran 134)

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan

sekunder (Ernawati et al., 2020).

1. Hiperensi Primer/Essential Hypertension adalah hipertensi yang tidak dapat

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer biasanya disingkronkan dengan

faktor gaya hidup seperti pola makan dan kurangnya aktivitas fisik. Dikatakan

Page 28: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

18

bahwa Sekitar 90% pengidap hipertensi mengalami hipertensi primer atau

hipertensi esensial.

2. Hipertensi Sekunder/Non-essential Hypertension. Hipertensi yang

penyebabnya sudah diketahui secara pasti. Sekitar 5-10% kejadian hipertensi

disebabkan oleh penyakit ginjal. Sedangkan sekitar 1-2% disebabkan oleh

pemakaian obat tertentu maupun kelainan hormonal.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah (Kemenkes RI, 2019)

Kategori TDS

(MmHg )

TDD (MmHg)

Normal <120 Dan < 80

Pra-hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi

Tingkat 1

140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi

Tingkat 2

≥ 160 atau Atau ≥ 100

Sumber: Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation

and Treatment or High Pressure VIII/JNC – VIII, 2015

3. Patofisiologi

Penyebab terjadinya hipertensi dapat dilihat dari tekanan darah arteri sistemik

yang merupakan hasil perkalian total resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung

(cardiac output). Hasil Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke

volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate

Page 29: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

19

(denyut jantung). Isi sekuncup jantung sendiri dipengaruhi oleh preload, afterload,

dan kontraktilitas miokardium (MUH.ANWAR, 2015).

Preload adalah derajat peregangan serabut miokardium segera sebelum

kontraksi. Peregangan serabut miokardium bergantung pada volume darah yang

meregangkan ventrikel pada akhir-diastolik. Aliran balik darah vena ke jantung

menentukan volume akhir diastolik ventrikel. Peningkatan aliran balik vena

meningkatkan volume akhir-diastolik ventrikel, yang kemudian memperkuat

peregangan serabut miokardium. Mekanisme Frank-Starling menyatakan bahwa

dalam batas fisiologis, apabila semakin besar peregangan serabut miokardium pada

akhir-diastolik, maka semakin besar kekuatan kontraksi pada saat diastolik.

Afterload dapat didefinisikan sebagai tegangan serabut miokardium yang

harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah. Faktor-faktor yang

mempengaruhi afterload dapat dijelaskan dalam versi sederhana persamaan Laplace

yang menunjukkan bila tekanan intraventrikel meningkat, maka akan terjadi

peningkatan tegangan dinding ventrikel. Persamaan ini juga menunjukkan hubungan

timbal balik antara tegangan dinding dengan ketebalan dinding ventrikel, tegangan

dinding ventrikel menurun bila ketebalan dinding ventrikel meningkat.

Kontraktilitas adalah penentu ketiga pada volume sekuncup. Kontraktilitas

merupakan perubahan kekuatan kontraksi yang terbentuk tanpa tergantung pada

perubahan panjang serabut miokardium. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil

intensifikasi hubungan jembatan penghubung pada sarkomer. Kekuatan interaksi ini

Page 30: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

20

berkaitan dengan konsentrasi ion Ca++ bebas intrasel. Kontraksi miokardium secara

langsung sebanding dengan jumlah kalsium intrasel.

Hipertensi juga diawali dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.

Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan

pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan

dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

akhirnya memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi

(Bustan, 2016). Hipertensi juga di kaitkan dengan penebalan dan hilangnya elastisitas

dinding arteri. Tahanan pembuluh darah perifer meningkat dalam pembuluh yang

tebal dan tidak elastis. Jantung terus memompa melawan tahanan yang lebih besar.

Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal menurun

(PERRY & POTTER, 2019).

4. Manifestasi klinis

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki

tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada

gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,

tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa

berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di

Page 31: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

21

hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain itu, hipertensi

memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013):

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain

tekanan darah tinggi.

b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan

arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan

papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling

berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang

terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau

infark miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta

kadar kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien

[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan bicara,

pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau permanen.

5. Faktor Resiko

Hipertensi dapat berkembang dalam waktu yang cukup lama. Hipertensi bisa

timbul di sebabkan oleh pilihan gaya hidup yang tidak sehat (CDC, 2020). Menurut

Page 32: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

22

(Yunita sari 2017) faktor-faktor yang mempunyai potensi menimbulkan masalah atau

kerugian kesehatan biasa disebut dengan faktor risiko. Adapun faktor resiko kejadian

hipertensi adalah:

a. Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dimodifikasi/ di rubah

1. Usia

Semakin tua usia seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk

menderita hipertensi. Sejalan dengan bertambahnya usia, pembuluh darah secara

bertahap kehilangan elastisitasnya sehingga mampu berkontribusi pada peningkatan

tekanan darah (AHA, 2014). Terdapat satu tanda yang khas pada tekanan darah

seiring bertambahnya usia, karena risiko hipertensi menjadi lebih besar. Oleh sebab

itu, kebutuhan perawatan hipertensi kepada orang yang lebih tua juga berbeda

(Weber, 2019). Salah satu penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang

dewasa di Afrika sekitar 2 hingga 4 kali lebih banyak dibandingkan pada remaja

(Bosu et al., 2019). Sehingga struktur dan fungsi jantung manusia serta perubahan

pembuluh darah terjadi seiring bertambahnya usia.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih sering terserang hipertensi dibandingkan dengan

wanita. Hal ini disebabkan oleh pria banyak mempunyai faktor yang mendorong

terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.

Akan tetapi biasanya wanita juga akan mengalami peningkatan resiko hipertensi

setelah memasuki usia menopause.

Page 33: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

23

3. Riwayat Keluarga

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi

terkena penyakit hipertensi. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki

riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.Jika orang tua atau kerabat dekat

memiliki tekanan darah tinggi, risiko menderita hipertensi semakin meningkat (AHA,

2014).

Salah satu penelitian di wilayah Miyun, China menunjukkan bahwa seseorang

dengan riwayat keluarga hipertensi 4 kali lebih berisiko mengalami hipertensi (Liu et

al., 2015).Riwayat kesehatan keluarga juga menyediakan informasi mengenai risiko

kondisi langka yang disebabkan adanya mutasi gen (NIH, 2020). Hampir semua

anggota dalam keluarga akan memiliki kesamaan gen, lingkungan, dan gaya hidup

(CDC, 2019). Sehingga beberapa faktor tersebut secara bersama-sama memberikan

petunjuk terhadap permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi di dalam sebuah

keluarga. Dengan mengevaluasi pola penyakit di antara keluarga, pihak medis

profesional mampu memperkirakan apakah individu, anggota keluarga lain atau

generasi selanjutnya kemungkinan memiliki faktor risiko lebih tinggi terhadap

penyakit tersebut. Penyakit yang dimaksud disini adalah tekanan darah tinggi

(hipertensi). Penyakit tersebut dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari beberapa faktor

seperti genetik, kondisi lingkungan dan gaya hidup (NIH, 2020).

Page 34: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

24

4. Etnis

Ada perbedaan tekanan darah pada orang yang berkulit hitam dan putih.

Peningkatan prevalensi hipertensi antara orang yang berkulit hitam belum jelas

kepastiannya, tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,

sentivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tingginya asupan garam, dan

tingginya stress lingkungan (M.BLACK JOYCO, 2014)

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat di modifikasi

1. Diabetes

Diabetes mampu mempercepat ateroklerosis dan menyebabkan hipertensi karena

kerusakan pada pembuluh darah (Elsevier,2014). Diabetes dapat menyebabkan

tertumpuknya gula di dalam darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan

darah yang akan berujung pada risiko penyakit jantung (CDC,2020). Resistensi

insulin adalah salah satu penyebab paling umum tekanan darah tinggi pada penderita

diabetes (Tsimihodimos et al., 2017).

2. Stress

Stress adalah keadaan yang paling sering di temui di setiap orang. Stress

meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi

aktivitas system saraf simpatis (Elsevier, 2014). Pada saat stres, tubuh akan

merasakan ketidaknyamanan emosional. Tubuh bereaksi dengan melepaskan hormon

kortisol dan adrenalin ke dalam darah. Kemudian, sebuah respons psikopatologis,

“melawan-atau-lari” (figh or fligh) di prakarsai dalam tubuh (Elsevier, 2014 ). Hal ini

Page 35: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

25

menyebabkan jantung berdetak lebih cepat serta pembuluh darah menyempit

sehingga tekanan darah meningkat (AHA, 2016).

3. Obesitas

Obesitas merupakan masalah malnutrisi yang sangat sering ditemui di beberapa

negara berkembang. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Dua et al., 2014). Obesitas bisa

menyebabkan beberapa mekanisme dalam tubuh yang berkontribusi dalam

peningkatan tekanan darah. Mekanisme tersebut adalah dislipidemia dan

aterosklerosis (Jiang et al., 2016).Obesitas atau kelebihan berat badan mampu

memberikan beban ekstra pada jantung serta sistem sirkulasi darah yang dapat

menyebabkan masalah kesehatan serius. Hal ini juga meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi (AHA, 2014).

4. Konsumsi Natrium (Sodium)

Salah satu faktor penting yang diperlukan tubuh adalah natrium (sodium)

(Prihatini, Permaesih, & Julianti, 2016). Sodium merupakan nutrisi esensial yang

dibutuhkan untuk memelihara plasma darah, keseimbangan asam basa, transmisi saraf

impuls dan normalisasi fungsi sel (WHO, 2016). Kelebihan sodium berkaitan dengan

peningkatan tekanan darah. Penyalur utama konsumsi sodium sangat bergantung pada

budaya dan kebiasaan konsumsi pangan di masyarakat (WHO,2016). WHO

merekomendasikan konsumsi sodium untuk orang dewasa maksimal 2 gram per hari

(setara dengan 5 gram garam per hari) (WHO, 2012). Konsumsi sodium yang tinggi

dan peningkatan tekanan darah berkaitan dengan retensi air dalam tubuh, resistensi

Page 36: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

26

sistem perifer, modifikasi aktivitas simpatetik serta modulasi saraf autonom pada

sistem peredaran darah (Grillo et al., 2019).

5. Merokok

Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah merokok. Merokok bisa

merusak pembuluh darah serta membuatnya menebal serta tumbuh lebih sempit. Hal

ini juga membuat jantung berdetak lebih cepat serta meningkatkan tekanan darah

(CDC, 2018).

Tercatat lebih dari 5000 komponen bahan kimia yang ada pada rokok. Ratusan di

antaranya sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia. Seperti karbon monoksida

dan nikotin pada rokok. Karbon monoksida adalah gas berbahaya yang dihirup ketika

merokok. Gas tersebut masuk ke dalam paru-paru dan ditransfer menuju aliran darah.

Karbon monoksida mampu menurunkan jumlah oksigen dalam sel darah merah. Hal

ini juga meningkatkan jumlah kolesterol yang disimpan di lapisan arteri. Semakin

lama, arteri semakin mengeras dan menyebabkan tekanan darah tinggi (AHA, 2015).

6. Mengonsumsi Alkohol berlebih

Mengkonsumsi alkohol secara berlebih berpotensi meningkatan tekanan darah

secara drastis (AHA, 2014).Alkohol dapat menyebabkan efek yang sama dengan

karbondioksida dimana keduanya dapat meningkatkan keasaman darah menjadi

kental serta jantung dipaksa untuk memompa. Bukan hanya itu, konsumsi alkohol

bisa berpengaruh pada peningkatan produksi hormon kortisol dalam darah sehingga

aktivitas rennin-angiotensin aldosteron system (RAAS) meningkat serta

menyebabkan tekanan darah meningkat (Jayanti, Wiradnyani & Ariyasa, 2017).

Page 37: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

27

Beberapa mekanisme dalam tubuh yang menyebabkan hipertensi akibat alkohol

adalah ketidakseimbangan sistem saraf pusat, gangguan baroreseptor, peningkatan

aktivitas simpatis, stimulasi sistem renin angiotensin-aldosteron, peningkatan kadar

kortisol, peningkatan reaktivitas vaskular karena peningkatan intraseluler. Selain itu

hilangnya relaksasi karena peradangan dan cedera oksidatif endotelium oleh

angiotensin II yang mengarah ke penghambatan endotelium yang bergantung pada

produksi nitrat adalah kontributor utama hipertensi akibat alkohol (Husain, Ansari, &

Ferder, 2014).

7. Aktivitas fisik

Ketika seseorang tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup sebagai pelengkap

dari gaya hidupnya akan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik

yang tepat sangat baik untuk kesehatan jantung dan sistem peredaran darah (AHA,

2014). Latihan fisik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan secara terencana

dan tersistematis seperti jogging, jalan kaki, push up, peregangan, aerobik, dan

sebagainya. Olahraga mempunyai arti berupa aktivitas fisik yang terstruktur dan

terencana mengikuti regulasi yang berlaku. Hal ini tidak hanya ditujukan untuk alasan

kebugaran namun juga untuk memperoleh prestasi. Contohnya adalah sepak bola,

bulu tangkis, basket, berenang dan sebagainya (Kemenkes RI, 2018).

6. Komplikasi

Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal

jantung dan stroke, dan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

Page 38: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

28

a. Stroke

Hipertensi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang berlebihan saja,

melainkan karena penyakit-penyakit lain yang ikut sebagai penyerta. Penyakit ini

diperparah dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh manusia. Beberapa

penyakit yang terkait dengan hipertensi: Atherosclerosis. Darah mengalir dalam

tubuh melalui pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan pada tekanan darah dapat

memengaruhi kondisi pembuluh darah itu sendiri, dan kekakuan pada pembuluh

darah arteri sehingga memungkinkannya untuk menjadi rusak. Efek lanjutan dari

kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung

dan stroke.

b. Gagal Jantung

Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Ketika jantung

memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah maka diperlukan

kerja ekstra dari otot jantung. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menjadi lebih

tebal.Tetapi jika jantung bekerja terlalu keras dalam jangka waktulama, maka lama

kelamaan otot jantung menjadi kelelahan dan tidak mampu bekerja memompa darah

secara opimal. Hal ini disebut gagal jantung. Jantung yang seharusnya memompa

darah untuk beredar berkeliling seluruh tubuh, akhirnya tidak mampu lagi dan

mengakibatkan darah menumpuk diberbagai organ. Jika menumpuk di paru-paru,

maka mengakibatkan paru-paru tergenang dan menjadikan kesulitan/sesak napas, jika

menumpuk di hati maka akan menyebabkan gangguan fungsi hati dalam menetralkan

racun, jika menumpuk di tangan dan kaki akan menyebabkan pembengkakan.

Page 39: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

29

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih

keras, yang mengakibatkan sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak.

7. Penatalaksaan

Penatalaksanaan hipertensi menurut Lewis (2000) dibagi menjadi dua cara yaitu

non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa

menggunakan agen obat dalam proses terapinya, sedangkan terapi farmakologis

menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat menurunkan tekanan

darah pasien (Triyanto, 2014). Pemberian terapi non farmakologis diantaranya

akupresure, terapi jus, pijat, yoga, pengobatan herbal, pernafasan, relaksasi otot

progresif, dan teknik imajinasi terbimbing (Bulecheck, dkk 2013 dalam Erwanto, dkk

2017).

B. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif

1) Definisi

Relaksasi otot progresif merupakan latihan untuk mendapatkan sensasi rileks

dengan menegangkan suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan (Potter &

Perry, 2010). Tindakan ini mampu membangkitkan atmosfer yang nyaman,

menurunkan krisis sebagai akibat suatu tanggapan dari adanya ketegangan,

menaikkan kerja parasimpatik, menurunkan indeks jantung, serta mengendalikan

tekanan darah (NURMAYA, 2018)

Page 40: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

30

Relaksasi otot progresif Jacobson merupakan program relaksasi yang ditujukan

untuk pengurangan stres dan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Prinsip tindakan dari relaksasi ini adalah dengan melakukan penahanan pada otot

kemudian merileksasikan otot (Guy’s & Thomas, 2019). Terapi relaksasi otot

progresif mampu meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis

serta meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter

arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan asetilkolin untuk menghambat aktivitas

saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi arteriol

dan vena (Muttaqin, 2014). Relaksasi otot progresif juga bersifat vasodilator yang

efeknya memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara

langsung. Relaksasi ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping,

mudah dilakukan, membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Erwanto,

2017).

Teknik relaksasi otot progresif adalah perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan

mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan

melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Tyani S,

2015).Relakssi otot progresif adalah menggunakan teknik-teknik penegangan dan

peregangan otot untuk meredakan ketegakangan otot, ansietas, nyeri, serta

meningkatkan kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran ((PPNI), 2018).

(Smeltzer & Bare, 2010) mengatakan tujuan relaksasi adalah untuk

menghasilkan respon yang dapat mengurangi stress. Oleh sebab itu, saat melakukan

relaksasi otot progresif dengan tenang, rileks, dan penuh konsentrasi, maka sekresi

CRH (Corticotropin Releasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic

Page 41: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

31

Hormone) dikelenjar hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormone ini

menyebabkan aktivitas syaraf simpatis menurun dengan demikian pengeluaran

hormone adrenalin dan nonadrenalin berkurang, akibatnya terjadi penurunan denyut

jantung, pembuluh darah melebar tahanan pembuluh darah berkurang dan penurunan

pompa jantung sehingga menyebabkan tekanan darah di arterial jantung menurun

(Muhammad Nurman, 2017).

Selain itu juga ketika diberikan terapi relaksasi secara berturut-turut maka akan

menyebabkan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis sehingga neurotransmitter

asetilkolin akan dilepas, dan asetilkolin tersebut akan mempengaruhi aktifitas otot

rangka dan otot polos di sistem saraf perifer. Neurotransmitter asetilkolin yang

dibebaskan oleh neuron kedinding pembuluh darah akan merangsang sel-sel

endothelium pada pembuluh tersebut untuk mensitesis dan membebaskan NO (oksida

nitrat), Pengeluaran NO akan memberikan sinyal pada sel-sel otot polos untuk

berelaksasi sehingga kontraktilitas otot jantung menurun, kemudian terjadi

vasodilatasi arteriol dan vena sehingga tekanan darah akan menurun (Valentine et al.,

n.d.) dan (Rosidin et al., 2019) Selain itu setelah melakukan relaksasi otot progresif

para lansia merasakan perasaan bahagia dan merasa tubuhnya kembali bugar,

perasaan bahagia yang didapat tentunya juga akan merangsang zat-zat seperti

serotonin (sebagai vasodilator pembuluh darah) dan hormon endorphin yang bisa

memperbaiki tekanan darah lebih lancar dan berkontribusi pada penurunan tekanan

darah (Azizah, 2011) dan (Rosidin et al., 2019).

Page 42: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

32

2) Tujuan

Tindakan ini mampu membangkitkan atmosfer yang teduh, menurunkan krisis

sebagai akibat suatu tanggapan dari adanya ketegangan, menaikkan kerja

parasimpatik, menurunkan indeks jantung, serta mengendalikan tekanan darah

(Varvogli&Darviri,2011 dalam Indrawati,dkk 2020 ).

Menurut potter (2005) dan Herodes (2010) dalam setyoadi dan Kushariadi (2011)

tujuan dari terapi relaksasi otot progresif ini adalah :

a. Menjadikan ketegangan otot, nyeri leher, nyeri punggung, kecemasan, tekanan

darah tinggi, dan laju metabolic menurun

b. Membuat distrimia jantung, serta kebutuhan oksigen menurun

c. Gelombang alfa otak meningkat yang terjadi ketika klien sadar dan tidak

konsentrasi menjadi relaks

d. Kemampuan mengatasi stress menjadi baik

e. Membangun emosi positif, sehingga emosi negatif hilang

3) Indikasi

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi

otot progresif,yaitu :

a. Klien yang mengalami insomnia

b. Klien yang sering stress

c. Klien yang mengalami kecemasan

Page 43: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

33

d. Klien yang mengalami depresi

4) Kontra indikasi

a. Klien yang mengalami keterbatasan gerak pada anggota badan

b. Klien yang menjalani perawatan tirah baring (bedrest)

5) Hal yang perlu di perhatikan pada saat melakukan terapi relaksasi otot

progresif

Menurut Kushariyadi (2011), hal-hal yang harus diingat dalam melakukan terapi

relaksasi otot progresif yaitu :

a. Tidak boleh menegangkan otot terlalu berlebihan karena bisa menyiderai diri

sendiri

b. Untuk membuat otot - otot rileks dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.

c. Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup, hindari

dengan posisi berdiri

d. Kelompok otot ditegangkan dua kali tegangan

e. Bagian kanan tubuh didahulukan dua kali hitungan, kemudian dilanjut

bagian kiri dua kali

f. Pastikan apakah klien merasakan benar-benar relaks

g. Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup, hindari

dengan posisi berdiri

h. Kelompok otot ditegangkan dua kali tegangan

Page 44: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

34

i. Bagian kanan tubuh didahulukan dua kali hitungan, kemudian dilanjut

bagian kiri dua kali

j. Pastikan apakah klien merasakan benar-benar relaks

Tabel 2.2 Prosedur pelaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif

No Gerakan Tujuan Cara pelaksanaan

1. Gerakan 1

Untuk melatih

otot tangan

1) Tangan kiri mengepal

2) Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi

3) Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan rileks selama 10 detik

4) Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali sehingga bisa membedakan antara otot tegang dan otot relaks.

5) Lakukan prosedur pada tangan kanan.

2 Gerakan 2

Untuk melatih

otot bagian belakang tangan

1) Kedua lengan ditekuk ke belakang

pada pergelangan tangan sehingga otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.

2) Jari - jari menghadap kelangit-langit

3 Gerakan 3

Untuk melatih

otot bisep

1) Membuat kepalan pada kedua tangan.

2) Kemudian angkat kedua kepalan ke arah pundak sehingga otot bisep akan tegang

Page 45: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

35

4 Gerakan 4

Untuk melatih

otot bahu supaya mengendur

1) Angkat setinggi-tingginya kedua bahu

seperti menyentuh kedua telingan. 2) Fokuskan atas, dan leher

5 Gerakan 5

Untuk melemaskan

otot-otot dahi, mata, mulut, dan rahang

1) Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput.

2) Tutup rapat-rapat mata sehingga dirasakan otot disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata

6 Gerakan 7

Untuk melatih

otot rahang

1) Katupakan rahang

2) Selanjutnya dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot

7 Gerakan 8

Untuk

mengendurkan otot-otot sekitar mulut

1) Moncongkan bibir sekuat-kuatnya dan

akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

8 Gerakan 9 Untuk

merilekskan otot leher bagian depan

1) Diawali dengan gerakan otot leher bagian belakang dilanjutkan otot leher

bagian depan. 2) Letakkan kepala sehingga bisa

beristirahat

Page 46: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

36

maupun

belakang

3) Tekan kepala pada permukaan

bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

9 Gerakan 10

untuk melatih

otot leher bagian depan

1) Gerakan membungkukkan kepala 2) Dagu dibenamkan ke dada, sehingga

dirasakan ketegangan di daerah leher bagian depan.

10 Gerakan 11

untuk melatih

otot punggung

1) Angkat tubuh dari sandaran kursi

2) Punggung di lengkungkan 3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang

selama 10 detik, kemudian relaks. 4) Saat relaks,letakkan tubuh kembali

ke kursi sambil membiarkan otot

menjadi lemas.

11

Gerakan 12

untuk

melemaskan otot dada

1) Tarik napas dalam untuk mengisi paru-

paru dengan udara 2) Tahan beberapa saat, sambil rasakan

ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian di hembuskan

3) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega

4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

12 Gerakan ke 13

untuk melatih

otot perut 1) menarik perut dengan kuat kedalam

2) Tahan sampai terasa kencang dan keras selama 10 detik, setelah itu

Page 47: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

37

C. Konsep Teknik Imajinasi Terbimbing

Teknik imajinasi terbimbing merupakan teknik yang membantu mencapai

relaksasi terdalam (Tarigan,2010). Teknik imajinasi terbimbing adalah

membentuk imajinasi dengan menggunakan semua indera melalui pemrosesan

kognitif dengan mengubah obyek, tempat, peristiwa, atau situasi untuk

meningkatkan relaksasi, meningkatkan kenyamanan dan meredakan nyeri

(PPNI,2018). Terapi relaksasi imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik

untuk megkaji kekuatan pikiran saat sadar maupu tidak sadar untuk menciptakan

bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan.

Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk

mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan

obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Penelitian membuktikan

bahwa imajinasi terbimbing mampu menurunkan tekanan darah yaitu dengan

menstimulasi otak mulai imajinasi sehingga dapat menimbulkan pengaruh

lagsung pada system saraf dan endokrin, serta dapat menyebabkan terjadinya

pelepasan hormone endorphin yang mempengaruhi penurunan kadar katekolamin

dalam darah sehingga menyebkan pembuluh darah melebar (vasodilatsi) dan

suplai darah terpenuhi,yang kemudian berdampak pada penurunan tekan darah

serta pengurangan denyut jantung.

Teknik imajinasi terbimbing bertujuan untuk mengurangi stress dan

meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan metode penenang

lepaskan bebas

3) Mengulangi kembali gerakan awal perut ini.

Page 48: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

38

untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Teknik imajinasi terbimbing merupakan

sebuah teknik pikiran yang dianggap sebagai suatu bentuk hippnotis yang di

pandu melalui konsentrasi dan imajinasi pikiran (Novantica,2015 di kutip dalam

Dzurratun,dkk 2020). Teknik imajinasi terbimbing menghasilkan hormon

Endorphin. Endorphin adalah neurohormon yang berhubungan dengan sensasi

yang menyenangkan. Endorphin akan meningkat di dalam darah saat seorang

mampu dalam keadaan relaks atau tenang sehingga dapat menurunkan tekanan

darah, pernapasan dan denyut jantung (Nafi’ah et al., 2020)

Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah :

1) Observasi:

Identifikasi masalah yang dialami

Monitor respon perubahan emosional

2) Terapeutik

Sediakan ruangan yang tenang dan nyaman

3) Edukasi

Anjurkan membayangkan sesuatu tempat yang sangat menyenangkan yang

pernah atau yang ingin di kunjungi (mis. Gunung, pantai )

Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat yang dikunjungi berada

dalam kondisi yang sehat, bersama orang yang dikasihi atau dicintai dalam

suasana yang nyaman.

D. Konsep Teori/ Model Keperawatan

Terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu efektivitas terapi relaksasi otot

progresif dan teknik imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah pada

penderita hipertensi,erat kaitannya dengan teori salah satu pakar keperawatan yang

Page 49: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

39

membahas tentang bagaimana kemampuan seseorang untuk merawat dirirnya sendiri

dengan melakukan terapi secara mandiri untuk meningkatkan derajat hidupnya.

Seorang pakar keperawatan DOROTHEA ELIZABETH OREM mengemukakan

teorinya tentang “self care deficit theory” bahwa untuk melakukan proses asuhan

keperawatan maka harus dengan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan

untuk melakukan perawatan pada dirinya sendiri sehingga akan membantu individu

dalam memunuhi kebutuhan hidupnya. Demikian dalam teori self care ini terdapat

teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu teori therapeutic self care

demand yaitu terapi yg dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan sesuai

dengan metode yang valid, dimana perawatan diri dilaksanakan karena adanya

masalah pada kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan

kesehatan. Orem lahir pada tanggal 15 juli 1914, Baltimore, Maryland, Amerika.

Kemudian beliau wafat pada tanggal 22 juni 2007, di Savannah Georgie,

Amerika.Beliau mengambil pendidikan di providence Hospital Scool Of Nursing

kemudoan lulus pada tahun 1930. Pada tahun 1976 dengan latar belakang pendidikan

tinggi, Orem disebut sebagai Ners Teorist (RISNAH & IRWAN, 2021).

Menurut Orem, untuk melakukan proses asuhan keperawatan maka harus

dengan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk melakukan

perawatan pada dirinya sendiri sehingga akan membantu individu dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, memelihara kesehatannya dan mencapai kesejahteraan. Teori

Orem ini dikenal sebagai self-care deficit theory. Orem memberikan label pada

teorinya sebagai teori umum yang terdiri atas 3 teori terkait, yaitu teori self-care, teori

self-care deficit, dan teori nursing system.

Page 50: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

40

1. Self-Care

Self-care menggambarkan dan menjelaskan beberapa manfaat dari

perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan dan juga

kesejahteraannya jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri ini dapat

memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan

manusia (Asmadi, 2005). Kebutuhan dari perawatan diri terkait penelitian

diatas menurut Orem, meliputi juga keinginan untuk normal.

2. Self-care Agency

Kemampuan dari individu untuk melakukan perawatan diri atau self-

care agency merupakan suatu kekuatan/kemampuan individu yang

mempunyai hubungan pada perkiraan dan esensial dari operasi produksi untuk

perawatan diri. Self-care agency ini dipengaruhi oleh usia, status

perkembangan, pengalaman hidup, orientasi sosial budaya, kesehatan dan juga

sumber daya yang tersedia (Asmadi, 2005).

3. Therapeutic self-care demand

Yaitu totalitas aktifitas perawatan diri yang dilakukan untuk jangka

waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan

menggunakan metode yang valid. Perawatan diri sendiri memiliki beberapa

prinsip, diantaranya perawatan diri dilaksanakan karena adanya masalah pada

kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan

(Asmadi, 2005).

4. Nursing Agency

Page 51: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

41

Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang terdiri atas

suatu fisik, psikologik dan sosial, dengan derajat kemampuan mengasuh diri

sendiri (self-care ability) yang berbeda-beda. Berdasarkan pandangan ini, ia

berpendapat bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan ditujukan kepada

upaya memacuh kemampuan mengasuh diri sendiri. Ia menyatakan bahwa

teorinya, yaitu self-care defisit teori of nursing merupakan teori umum

(general theory) (Kusnanto, 2003).

Berdasarkan teori yang telah di paparkan diatas, erat kaitannya dengan

variabel yang akan teliti oleh peneliti. Dimana terapi relaksasi otot progresif

dan teknik imajinasi terbimbing mampu memberikan kontribusi yang lebih

kepada penderita hipertensi dengan mengupayakan kemampuan dirinya untuk

merawat diri sendiri, sehingga tekanan darah pada penderita hipertensi bisa

menurun.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat tentang efektivitas terapi relaksasi

otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing pada perubahan tekanan darah pasien

hipertensi, serta kajian pustaka yang telah di paparkan, maka peneliti menentukan

terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing sebagai variabel bebas,

dan hipertensi sebagai variabel terikat. Sesuai dengan teori keperawatan Orem.

Page 52: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

42

Bagan 2.1 Kerangka teori

Sumber: (Nafi’ah et al., 2020), (RISNAH & IRWAN, 2021), (MUH.ANWAR, 2015).

Teori Keperawatan

self care (perawatan

diri sendiri)

Dorothea E.Orem

1. Nursing

Agensi

2. Self care

Agensi

3. Self care

Therapeutic

Demand

4. Self care

Peningkatan

tekanan darah

(Hipertensi)

Penurunan kadar hormon

kortisol, serta peningkatan

hormone endorfin

Peningkatan kontraktilitas dan

denyut jantung

Peningkatan curah jantung

Terapi relaksasi otot

progresif

Latihan untuk mendapatkan

sensasi rileks dengan

menegangkan suatu

kelompok otot dan

menghentikan tegangan

Memperlancar aliran

darah, nutrisi dan oksigen

ke sel-sel tubuh

Vasodilatasi pembuluh darah

Perubahan tekanan darah

Peningkatan aktivitas saraf

simpatis, penurunan aktifitas saraf

parasimpatis

Teknik imajinasi terbimbing

Membentuk pikiran dengan

mengubah situasi untuk

meningkatkan kenyamanan

Memperlancar aliran darah,

nutrisi dan oksigen ke sel-

sel tubuh

peningkatan kadar

hormone endorfin

Vasodilatasi pembuluh darah

Perubahan tekanan darah

Page 53: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

43

F. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah bentuk konseptual yang menjabarkan bentuk interaksi

dari beberapa variabel yang diteliti, sehingga akan memberikan hubungan sebab

akibat secara terpisah atau bermakna. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri

atas dua variabel, yaitu variabel dependen dan independen.

Bagan 2.2 Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Keterangan : Variabel Independen

Variabel Dependen

Berdasarkan bagan diatas, peneliti ingin mengetahui efekktivitas antara terapi

relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah

pada pasien hipertensi.

Terapi relaksasi

otot progresif

Terkontrolnya

tekanan darah

Terapi imajinasi

terbimbing

Page 54: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif eksperimen

(Tiro & A.S.A, 2014). Dengan desain penelitian Quasi Experimental dengan

menggunakan rancangan penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign

(Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok intervensi yaitu

kelompok intervensi I yang merupakan kelompok yang diberikan terapi relaksasi otot

progresif dan kelompok intervensi II yaitu kelompok yang diberikan teknik imajinasi

terbimbing. Pada penelitian ini kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah

15 menit sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif dan

teknik imajinasi terbimbing.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Cikoang Desa Cikoang Wilayah Kerja

puskesmas pattopakang kab. Takalar

Waktu : 9 juli- 15 Juli 2021

C. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian

Populasi merupakan seluruh unsur atau elemen yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Imas & T, 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab program PTM (penyakit

tidak menular) dengan Prolanis (Program pengelolaan penyakit kronis) di puskesmas

Page 55: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

45

Pattopakang maka di dapatkan data bahwa penderita hipertensi jenis kelamin

perempuan yang berada di Dusun Cikoang Desa Cikoang Wilayah Kerja Puskesmas

Pattopakang berjumlah 50 orang .Oleh sebab itu, populasi pada penelitian di ambil

dari penderita hipertensi yang berada di dusun cikoang desa Cikoang Wilayah kerja

puskesmas pattopakang yaitu sebanyak 50 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang secara nyata diteliti kemudian ditarik kesimpulannya (Imas & T,

2018). Dimana sampel pada penelitian ini kriteria yang diberikan pada kelompok

terapi relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing itu sama.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang menyaring anggota populasi yang

menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai terkait dengan topik

dan kondisi penelitian (Imas & T, 2018). Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini

adalah:

1. Responden berjenis kelamin perempuan

2. Responden yang tidak memiliki riwayat DM, dan obesitas

3. Responden yang bersedia dan koperatif serta mau bekerjasama dalam

penelitian ini

4. Responden yang menderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik 140-159

mmHg, dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

5. Responden bisa mendengar dan melihat

Page 56: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

46

6. Responden yang tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi

7. Responden yang berusia 40-60 tahun

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang bisa digunakan untuk mengeluarkan

anggota sampel dari kriteria inklusi atau bisa di sebut ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel (Imas & T, 2018) Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah:

1. Responden yang meninggalkan lokasi penelitian

2. Responden yang tidak hamil

3. Responden tidak dapat mendengar dan melihat

4. Responden yang tidak hadir pada saat penelitian

5. Responden yang tidak mengikuti penelitian dari awal sampai akhir.

c. Penentuan besar sampel

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Taro Yamane (Imas

& T, 2018). Adapun rumus Taro Yamanae adalah sebagai berikut:

n =𝑁

1 + 𝑁(𝑑)2

Keterangan :

n = Sampel

N =Jumlah Populasi

d = Presisi terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0.10),5%

(0,05)

Page 57: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

47

n =50

1 + 50(0,10)2

n =50

1,5

n = 32,25

Jadi besar sampel berdasarkan rumus Taro Yamane dalam penelitian

adalah sebanyak 32 orang. Untuk menghindari adanya sampel yang drop out

maka dilakukan koreksi sebesar 10% (Sastroasmoro, 2011) yaitu besar sampel

yang dibutuhkan akan ditambah 10% untuk mengantisipasi kemungkinan

drop out, sehingga keseluruhan besar sampel dengan rumus:

n’= n/(1-f)

keterangan :

n= perkiraan jumlah sampel yang di hitung

f= perkiraan proporsi drop out (10%)

n’= 32/(1-0,1)

n’= 32/0,9

n’ = 35,5

Jadi responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang. Kemudian

responden dibagi menjadi dua, sehingga diperoleh 18 responden intervensi

terapi relaksasi otot progresif dan 18 responden intervensi teknik imajinasi

terbimbing.

Page 58: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

48

D. Teknik sampling

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengambilan sampel secara

NonProbability Sampling dengan purposive sampling yang pengambilan sampel

dengan kriteria tertentu ((Sugiyono, 2018). Dimana subyek dalam penelitian ini yaitu

masyarakat di dusun cikoang desa Cikoang yang berada di wilayah kerja puskesmas

pattopakang.

E. Cara pengumpulan data

1. Data primer adalah data yang diambil dari responden atau subjek yang diteliti

2. Data sekunder adalah data yang diambil dari daftar hipertensi yang ada di

Puskesmas pattopakang

F. Instrument penelitian

Instrumen penelitian sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam ataupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian

Ulya&Faidah (2017) instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi dan sphygmomanometer digital (Habibi, 2020).

G. Langkah pengolahan data

Tahapan yang dapat dilakukan dalam mengolah data menurut (Imas & T, 2018)

adalah sebagai berikut:

1. Editing

Setelah lembar observasi dikumpulkan dalam bentuk observasi, kemudian data

tersebut di lakukan pengecekan dengan maksud memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan data serta keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang

Page 59: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

49

masih kurang.

2. Coding

Dilakukan pengkodian bermaksud agar data-data tersebut mudah diolah

yaitu dengan cara semua jawaban atas data yang disederhanakan dengan

membiarkan symbol-symbol/ kode dalam bentuk angka maupun alphabet pada

nomor daftar pertanyaan, dan nomor variable.

3. Entry data

Yaitu melakukan pemindahan data dari lembar observasi kedalam program

computer

4. Cleaning data

Mengecek kembali apakah ada kesalahan data, sehingga data siap untuk

dianalisa.

H. Analisa data

1. Analisis Univariat

Anlisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti (Notoetmodjo,2010) Dalam penelitian ini

analisa univariat akan menjelaskan/mendeskripsikan tentang karakteristik

responden (data umum/demografi) yaitu umur,jenis kelamin.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua bariabel.

Pada penelitian ini, uji bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan

Page 60: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

50

tekanan darah pada saat pretest dan posttest serta melihat perbedaan

efektivitas antara dua intervensi (Notoetmodjo, 2010).

I. Etika penelitian

Semua penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek harus menerapkan 4

(empat) prinsip dasar etika penelitian (Imas & T, 2018) yaitu:

1. Menghormati atau menghargai subjek (respon for person)

Menghormati atau menghargai orang perlu memperhatikan beberapa hal,

diantaranya:

a. Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap kemungkinan

bahaya dan penyalah gunaan penelitian

b. Pada subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitan maka diperlukan

perlindungan.

2. Manfaat ( beneficience)

Didalam peneliitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-

besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek penelitian. Oleh sebab itu

desain penelitian harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan dari subjek

peneliti

3. Tidak membahayakan subjek penelitian (non maleficience)

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa peneliti harus mengurangi

kerugian atau resiko bagi subjek penelitian. Penting bagi peneliti untuk

Page 61: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

51

memperkirakan kemungkinan-kemungkina apa yang akan terjadi dalam penelitian

sehingga dapat mencegah resiko yang mebahayakan bagi subjek penelitian.

4. Keadilan (justice)

Arti keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek. Perlu diperhatikan

bahwa penelitian seimbang antara manfaat dan resikonya.

Page 62: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas pattopakang. Puskesmas

pattopakang berada di wilayah kecamatan Mangarobombang Kab. Takalar yang di

bangun pada tahun 1990 dan memiliki luas wilayah kerja kurang lebih 39.79 km.

wilayah kerja puskesmas pattopakang meliputi 6 Kelurahan yaitu Cikoang,

Mangadu, Banggae, Bontomanai, Bontoparang, Laikang. Puskesmas Pattopakang

memiliki batas wilayah yakni sebelah utara berbatasan dengan Desa Pa’Bundukang,

sebelah timur berbatasan dengan desa panyangkalang, sebelah selatan berbatasan

dengan selat Makassar dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan

Mappakasunggu. Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Pattopakang pada

tahun 2019 berjumlah 39378 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 18,697 orang

dan perempuan sebanyak 20,681 orang. Penduduk disekitar wilayah kerja

puskesmas Pattopakang mayoritas beragama Islam.

Adapun Visi dan Misi dari Puskesmas Pattopakang adalah:

Visi:Terwujudnya pelayanan kesehatan yang unggul, sejahtera, dan bermartabat

Misi : Meningkatkan pelayanan kesehatan Masyarakat yang bermutu dan Proffesional

Page 63: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

53

B. Hasil penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan metode kuantitatif

eksperimen. Dengan desain penelitian Quasi Experimental dengan menggunakan

rancangan penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign untuk

membandingkan efektivitas antara terapi relaksasi otot progresif dan tehnik

imajinasi terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai tanggal 09 juli- 15

juli 2021. Bertempat diwilayah kerja puskesmas Pattopakang. Jumlah populasi

pada penelitian ini sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan

rumus Taro Yamane dengan rumus sebagai berikut 𝑁

1+𝑁(𝑑)2 sehingga didapatkan

jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 36 responden. Hasil penelitian ini di

dapatkan dari pengukuran tekanan darah yang diisi pada lembar observasi. Setelah

semua data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kemudian

data diolah dan dianalisa secara univariat dan bivariat. Berikut ini peneliti akan

menyajikan analisa data terhadap setiap variabel.

1. Karakteristik responden yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dan

teknik imajinasi terbimbing.

Responden pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang lokasi tempat

tinggalnya berada dalam wilayah kerja Puskesmas Pattopakang yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 36 responden. Adapun karakteristik

responden yang diteliti dapat dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin dan pekerjaan

yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Page 64: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

54

Tabel 4.1

Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,dan pekerjaan

Karakteristik Frekuensi Presentase

Jenis kelamin

Perempuan 36 100%

Umur

35-45 tahun ( Dewasa akhir) 6 16,7 %

45-60 tahun ( Lansia Awal ) 30 83,3%

Pekerjaan

IRT 20 55,6%

Petani 11 30,6%

Pedagang 5 13,8%

Sumber: Data primer 2021

Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang diteliti

adalah 36 orang dengan keseluruhan responden berjenis kelamin perempuan,

dan dapat dilihat nilai validnya 100%. Selain itu juga dapat dilihat bahwa

sebagian besar responden yang mengalami hipertensi berada pada rentang usia

(45-60 tahun) yaitu sebanyak 30 responden (83,3%). Sedangkan dilihat dari

jenis pekerjaannya bahwa ibu rumah tangga lebih banyak yang menderita

hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 20 orang ( 55,6%).

2. Rata-rata Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah

diberikan terapi relaksasi otot progresif

Tabel 4.2

Distribusi tekanan darah Sistolik dan diastolik Sebelum dan sesudah pemberian

Terapi Relaksasi Otot Progresif di Dusun cikoang Desa Cikoang wilayah kerja

puskesmas pattopakang

No Variabel N Mean Std Deviation

P Value

Sistolik pre test TROP 18 152.68 3.235

Page 65: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

55

1

Sistolik post test TROP

18

142.79

5.828

0,000

2

Diastolik pre test TROP Diastolik post test TROP

18 18

94.67 86.94

2.292 3.732

0,000

Sumber: Data primer 2021

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa perbedaan tekanan darah sistolik

sebelum pemberian terapi relaksasi otot progresif adalah 152,68 mmHg dengan

standar deviasi sebesar 3.235 dan sesudah pemberian terapi otot progresif adalah

142.79 mmHg dengan standar deviasi 5.828 sedangkan tekanan darah diastolik

sebelum pemberian terapi relaksasi otot progresif adalah 94,67 mmHg dan diastolik

setelah diberikan terapi relaksasi adalah 86,94 mmHg. Nilai rata-rata penurunan

tekanan darah sistolik sebesar 9,89 mmHg, dan nilai rata-rata penurunan tekanan

darah diastolik sebesar 7,73 mmHg. Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon

didapatkan nilai P value 0,000 (≤0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang

signifikan terhadadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah

dilakukan terapi relaksasi otot progresif.

3. Rata-rata Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan teknik

imajinasi terbimbing

Tabel 4.3

Distribusi tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah pemberian

Teknik imajinasi terbimbing di dusun cikoang Desa Cikoang wilayah kerja

puskesmas pattopakang

Page 66: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

56

No Variabel N Mean Std

Deviation

P

Value

1

Sistolik pre test TI Sistolik post test TI

18 18

150,76 146,56

3.508 3.599

0,000

2

Diastolik pre test TI Diastolik post test TI

18 18

93,62 90,42

2.063 2.644

0,000

Sumber: Data primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3 telah terlihat bahwa perbedaan rata-rata tekanan darah

antara sebelum dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah 150,76 mmHg dengan

standar deviasi sebesar 3.508 dan sesudah pemberian teknik imajinasi terbimbing

adalah 146,56 mmHg dengan standar deviasi 3.599. Sedangkan perbedaan tekanan

darah diastolik sebelum dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah 93,62 mmHg

dan tekanan darah diastolik setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah

90,42 mmHg. Nilai rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4,2 mmHg dan

nilai rata-rata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 3,2 mmHg. Hasil uji statistik

menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai P value 0,000 (≤0,05) yang artinya

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah setelah

dilakukan teknik imajinasi terbimbing pada penderita hipertensi di Desa Cikoang

wilayah kerja puskesmas pattopakang

4. Efektivitas penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan

terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing

Page 67: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

57

Tabel 4.4

Distribusi Efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

terbimbing terhadap perubahan tekanan darah di dusun cikoang Desa Cikoang

wilayah kerja puskesmas pattopakang.

No Variabel N Mean Std

Deviation

P

Value

1

Sistolik post test TROP Sistolik post test TI

18 18

142,79 146,56

5.828 3.599

0,000

2

Diastolik post test TROP Diastolik post test TI

18 18

86,94 90,42

3.732 2.644

0,000

Sumber:Data primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diperoleh hasil penelitian dengan nilai rata-rata

tekanan darah pada responden yang diberikan terapi relaksasi otot progresif sistolik

menjadi 142,79 mmHg dan diastolik menjadi 86,94 mmHg, sedangkan nilai rata-rata

tekanan darah pada responden yang diberikan teknik imajinasi terbimbing sistolik

menjadi 146,56 mmHg dan diastol menjadi 90,42 mmHg. Dimana nilai rata-rata

penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif sistolik

sebesar 9,89 mmHg dan penurunan diastolik sebesar 7,73 mmHg. Dan nilai rata-rata

penurunan tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing sistolik

sebesar 4,2 mmHg dan diastolik sebesar 3,2 mmHg. Hasil uji statistik menggunakan

uji Mann withney di dapatkan nilai p value =0,000, < 0,001 yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

Page 68: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

58

terbimbing terhadap penurunan tekanan darah,dimana penurunan tekanan darah pada

teknik relaksasi otot progresif lebih signifikan daripada pemberian teknik imajinasi

terbimbing.

C. Pembahasan Penelitian

1. Karakteristik responden yang di berikan terapi relaksasi otot progresif dan

teknik imajinasi terbimbing.

Pada penelitian ini karakteristik responden yang diteliti adalah jenis kelamin,

umur, dan pekerjan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden pada

penelitian ini terbanyak berada pada rentang usia 45-60 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin beresiko terjadinya hipertensi.

Berdasarkan kategori umur menurut (Depkes RI,2009) usia tersebut,termasuk dalam

kategori lansia awal. Semakin bertambah usia, maka terjadi perubahan struktural dan

fungsional pada system pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan kenaikan

tekanan darah. Menurut (Smeltzer & Bare, 2008) perubahan yang terjadi antara lain

hilangnya elastisitas jaringan ikat, serta penurunan otot polos pembuluh darah.

perubahan tersebut akan mempengaruhi kemampuan aorta dan arteri besar

mengakomodasi volume darah yang dipompa jantung sehingga akan terjadi

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan periver. Secara fisiologi, terjadinya

peningkatan usia akan meningkatkan risiko hipertensi terhadap seseorang. Hipertensi

lebih sering terjadi pada kelompok lansia dan risiko hipertensi meningkat seiring

dengan pertambahan usia.

Page 69: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

59

Hal ini terjadi karena pada lansia akan mengalami suatu proses yang disebut

proses penuaan, dimana pada proses ini ditandai dengan tahapan-tahapan

menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, semakin rentannya tubuh terhadap berbagai

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan (Kurniasih, 2013) di Puskesmas Srondol Semarang pada 30

responden penderita hipertensi, usia terbanyak penderita hipertensi yang berobat

adalah usia ≥45 tahun (53,3%) dibandingkan dengan usia <45 tahun (46,7%)

disebabkan karena pada usia 45-60 tahun seseorang akan berfokus pada peningkatan

derajat kesehatannya. Selain itu juga pada usia ini seseorang masih mampu dan

mudah untuk menerima informasi terkait dengan terapi yang diberikan karena

semakin tua usia seseorang maka daya tangkap dan pola pikir menurun sehingga sulit

untuk memberikan pengetahuan terkait terapi yang diberikan.

Distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok intervensi yang diberikan

adalah sama yaitu 100% perempuan dengan jumlah responden sebanyak 36 orang.

Penelitian Chen, Lo, Chang dan Kuo (2014) mendapatkan hasil 51,2 % perempuan

dan 48,8% laki-laki menderita hipertensi. Menurut (Chen et al., 2014) perempuan

lebih banyak menderita hipertensi setelah menopause, hal tersebut terjadi karena

adanya penurunan hormon yang menyebabkan homeostatis tubuh. Setelah usia 45

tahun perempuan lebih beresiko terkena hipertensi karena produksi hormone estrogen

yang mempengaruhi kadar High Density Lipoprotein (HDL). Perubahan hormon

tersebut dapat menyebabkan hipertensi dan penebalan pembuluh darah atau

Page 70: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

60

ateroklerosis. Selain itu pada saat melakukan penelitian jumlah laki-laki yang ada

didaerah tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan perempuan dengan alasan laki-

laki banyak yang merantau dan sibuk dengan pekerjaannya serta tidak siap untuk

menjadi responden dalam penelitian.

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini yaitu petani, pedagang, dan ibu

rumah tangga. Hasil distribusi karakteristik responden terbanyak yaitu ibu rumah

tangga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurindah Puspitasari

(2020) yang menyatakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga akan beresiko

terjadinya hipertensi disebabkan karena padatnya pekerjaan rumah yang dilakukan

sehingga tidak adanya kesempatan untuk beristirahat, hal ini lah yang memicu

terjadinya peningkatan tekanan darah pada seseorang yang bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Selain itu, beban kerja yang berlebih akan menjadi salah satu faktor

terjadinya peningkatan tekanan darah disebabkan karena beban kerja yang berat akan

menambah beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak

lagi keseluruh tubuh (purwaningsih & Aisyah,2016). Selain itu pada siklus

kehidupan, seseorang tak jarang mengalami stress yang berhubungan dengan

pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karena tuntutan untuk menjadi ibu

rumah tangga yang harus menyediakan dan melengkapi segala kebutuhan yang ada

didalam rumah mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, hal inilah yang

menyebabkan ibu rumah tangga lebih beresiko terkena hipertensi.

Page 71: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

61

2. Rata-rata tekanan darah Sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah

pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif di Dusun cikoang Desa

Cikoang wilayah kerja puskesmas pattopakang

Setelah dilakukan uji normalitas pada tekanan darah sistolik dan diastolik

menunjukkan nilai signifikan P< 0,05 yang berarti data tidak terdistribusi nomal, maka

digunakan uji friedman, oleh karena nilai P pada uji friedmen <0,05 maka dilakukan

uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil uji beda tekanan darah antara

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif dengan

menggunakan uji Wilcoxon di SPSS 23, didapatkan nilai p value 0,000, artnya <0,05

berarti ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif. Dari

penelitian ini didapatkan bahwa setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama

enam hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 9,89 mmHg

dan tekanan darah diastolik sebesar 7,73 mmHg.

Menurut asumsi peneliti, terdapat efektifitas tehnik relaksasi otot progresif

terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi,

karena terapi ini mudah dilakukan dan membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang dan

relaks. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa menciptakan

keadaan rileks seperti melakukan teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu

Page 72: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

62

cara penatalaksanaan hipertensi secara non farmakalogis yang efektif (Muttaqin, 2014)

karena Relaksasi otot progresif bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar

pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Relaksasi ini

menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping, mudah dilakukan,

membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Erwanto, 2017).

Menurut Joohan, 2000 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015 relaksasi otot

progresif berefek langsung terhadap sistem saraf otonom, menyebabkan penurunan

kerja sistem saraf simpatis dan peningkatan kerja sistem saraf parasimpatis sehingga

terjadi penurunan tekanan darah. Selain itu, pada saat dilakukan terapi relaksasi otot

progresif dapat menyebabkan pembuluh darah yang awalnya menyempit menjadi lebar

sehingga sirkulasi darah, oksigen dan nutrisi dapat berjalan dengan baik di dalam

tubuh. Oksigen yang meningkat akan mengaktivasi refleks kemoreseptor dan reflek

baroreseptor. Aktivasi kemoreseptor dan baroreseptor menyebabkan aktivitas kerja

saraf parasimpatis meningkat dan menurunkan aktivitas kerja saraf simpatis sehingga

akan menyebabkan penurunan tekanan darah.

Jose & Almeida, 2013 mengatakan Relaksasi efektif, pada menejemen

hipertensi secara simpel dan mudah dilakukan. Secara fisiologi seluruh tubuh terdiri

dari otot rangka. Otot rangka yang mengalami relaksasi akan memacu pengeluaran

neurotransmiter dari saraf parasimpatis yaitu asetilkolin yang akan menekan

norepinefrin yang dikeluarkan saraf simpatis sehingga dapat menurun.

Page 73: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

63

Sesuai dengan teori Kushariyadi dan Setyoadi (2011) yang menyatakan bahwa

relaksasi otot progresif dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik, mengurangi

distrima jantung, kebutuhan oksigen, meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi

ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta rileks, mengatasi kelelahan

dan spasme otot. Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi karena pada saat kondisi tubuh

seseorang yang merasakan relaks, tenang, istirahat pikiran, otot-otot rileks mata

tertutup dan pernapasan teratur maka keadaan inilah yang dapat menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi. Sehingga responden yang serius dalam melakukan

relaksasi otot progresif mengalami penurunan tekanan darah (Kusharyadi & Setyyoadi,

2011)

Dengan demikian, saat melakukan relaksaksi otot progresif dengan tenang, rileks

dan penuh kosentrasi terhadap tegang dan relaksasi otot yang dilatih maka sekresi CRH

(cotricotropin releasing hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone) di

hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormon ini menyebabkan aktivitas

syaraf simpatis menurun sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin berkurang,

akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, tahanan

pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa jantung sehingga tekanan darah

arterial jantung menurun (Smeltzer & Bare, 2010). Selain itu juga Relaksasi otot

progresif ini memanfaatkan dari gerakan otot rangka dengan menegangkan dan

Page 74: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

64

merelaksasikan sampai mencapai keadaan relaks. Pencapaian relaksasi inilah yang

diharapkan, karena pada saat relaksasi yang terjadi adalah otot - otot menjadi kendur

dan relaks. Menurut penelitian lain juga diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan

respon denyut jantung genotipe II dan non-genotipe II terhadap latihan beban

menggunakan bench test (YMCA), kecuali denyut jantung setelah 3 menit istirahat

pada atlit (MUH.ANWAR, 2015).

Keadaan tubuh yang tenang dan relaks secara otomatis akan mengabaikan

ketegangan yang dirasakan didalam tubuh. Keadaan relaks akan mempengaruhi saraf

parasimpatis memproduksi asitilkolin dan akan berinteraksi dengan reseptor asetilkolin

di sel endotel sehingga endotel akan mensintesis dan mensekresi nitrogwn oksida yang

mana memiliki vasodilator yang kuat. Hal inilah yang mempengaruhi kerja jantung dan

pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi dan mengakibatkan peredaran darah

menjadi lancar, serta tekanan darah menurun (Triyanto, 2014).

Pembahasan diatas di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irene,

JA,Selvie (2020) tentang “Efektivitas terapi relaksasi otot progresif terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi”. Hasil penelitian ini menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah dan jantung pre dan post

intervensi, secara statistik didapatkan hasil pada tekanan darah sistolik (p<0,000).

Tekanan darah diastolic (p=0,005) dan denyut jantung (p<0,05) terjadi penurunan yang

signifikan setelah melaksanakan relaksasi otot progresif.

Page 75: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

65

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairani dan Fadhila (2017)

dengan judul pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada

penderita hipertensi diwayah kerja puskesmas baiturrahman dengan hasil penelitian p

value 0,0001 < 0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean

hipertensi pretest dan posttest setelah diberikan teknik relaksasi otot progresif pada

kelompok intervensi.

Selain itu penelitian yang lain dilakukan Tyani dkk. (2018) melakukan

relaksasi dengan memusatkan perhatian pada aktivitas otot untuk mendapatkan

perasaan relaks. Hasil dari kelompok eksperimen sebelum dilakukan perlakuan sistolik

156,60 mmHg sedangkan setelah diberi perlakuan sistolik 146,53 mmHg. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif dapat menurunkan

tekanan darah.

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Wahyuni, Suhariyanti dan Priyanto

(2017) dengan judul efektifitas relaksasi otot progresif dan mesagge kaki dengan

pemberian oil kenanga dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia dengan

hasil penelitian pada kelompok relaksasi otot progresif didapatkan nilai p value =

0,0001 < 0,05 dan pada kelompok message kaki didapatkan nilai p value =0,0001 <

0,05 perbedaan dua kelompok di tandai dengan hasil rata-rata, dimana pada kelompok

relaksasi otot progresif nilai mean yaitu 9,2 sedangkan pada message kaki nilai mean

nya yaitu 5,92 maka dapat disimpulkan bahwa relaksasi oto progresif lebih efektif

dalam menurunkan tekanan darah.

Page 76: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

66

3. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah

pemberian Teknik imajinasi terbimbing di dusun cikoang Desa Cikoang

wilayah kerja puskesmas pattopakang

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3 menunjukkan hasil uji beda tekanan

darah antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi teknik imajinasi terbimbing

dengan menggunakan uji Wilcoxon di SPSS 23,didapatkan nilai p value 0,000 yaitu

<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik

antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi teknik imajinasi terbimbing. Dilihat

dari penurunan rata-rata tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing

sistolik sebesar 4,2 mmHg dan diastolik sebesar 3,2 mmHg.

Menurut asumsi peneliti, terdapat efektifitas teknik imajinasi terbimbing

terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi

karena tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah dilakukan, namun harus dalam

kondisi yang sangat tenang. Karena pada saat melakukan teknik imajinasi

terbimbing tubuh menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neurohormon

yang berhubungan dengan sensasi yang menyenangkan. Hormone endorphin

merupakan neuromodulator yang bekerja secara tidak langsung dengan menurunkan

efek partikuler neurotransmitter. Dalam hal ini, hormone endorphin menurunkan

neurotransmitter berupa katekolamin. Penurunan kadar katekolamin dalam pembuluh

darah dapat mengakibatkan denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi

turun. Endorphin akan meningkat didalam darah saat seseorang mampu dalam

Page 77: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

67

keadaan relaks atau tenang sehingga dapat menurunkan tekanan darah, pernafasan

dan denyut jantung.

Menurut Yusiana & Rejeki, 2015; Hartina et al., 2015 guided imagery

membuat relaksasi dan imajinasi positif menurunkan aktivitas simpatis sehingga

merileksasi otot polos pembuluh darah dan menyebabkan penurunan tekanan darah.

Saat seseorang relaksasi dan berimajinasi positif akan merangsang otak untuk

mengeluarkan horman serotonin dan endorfin. Horman serotonin akan memberikan

efek untuk meningkatkan reflek baroreseptor dan endorfin juga akan memberikan

efek terhadap suasana hati, reflek baroreseptor merupakan salah satu pengontrol

sistem saraf terhadap tekanan darah, yang terletak secara spesifik pada dinding

beberapa arteri sistemik besar.

Tehnik imajinasi terbimbing mampu menstimulasi otak serta dapat

menimbulkan pengaruh langsung pada system saraf, dan endokrin sehingga

menyebabkan terjadinya pelepasan hormon endorphin yang mempengaruhi

katekolamin dalam darah sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar

(vasodilatasi) dan suplai darah terpenuhi, yang kemudian berdampak pada penurunan

tekanan darah serta pengurangan denyut jantung (Yusrin & Susanto, 2019)

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusrin

Aswad,Budi (2019) dengan judul “Efektivitas imajinasi terbimbing terhadap

perubahan tekanan darah pasien hipertensi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah dan jantung pre dan post

Page 78: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

68

intervensi, secara statistik didapatkan hasil pada tekanan darah sistolik (p<0,03) dan

denyut jantung (p<0,05). Artinya ada pengaruh teknik imajinasi terbimbing terhadap

penurunan tekanan darah pasien hipertensi.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan Armunanto, susanti wiwi (2017)

tentang “pengaruh terapi imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah

pada pasien hipertensi di kelurahan karangsari Kabupaten Kendal”. Hasil

menunjukkan nilai p value tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberikan

terapi imajinasi terbimbing (0,001) lebih kecil dari 0,005. Hal ini menunjukkan ada

pengaruh terapi imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Kelurahan Karangsari Kabupaten Kendal.

4. Efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

terbimbing terhadap perubahan tekanan darah di dusun cikoang Desa

Cikoang wilayah kerja puskesmas pattopakang.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan hasil uji beda

dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis di diperoleh nilai P=0,000, karena nilai p<

0,05 maka paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok intervensi. Oleh

sebab itu untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan maka harus

dilakukan analisis post hoc. Analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah Mann-

Whitney. Setelah dilakukan Uji Mann Whithney didapatkan nilai p< 0,001 yang

berarti terdapat perbedaan antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

terbimbing dengan melihat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik 9,89 mmHg

Page 79: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

69

dan diastolik 7,73 mmHg setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif sedangkan

penurunan tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing sistolik 4,2

mmHg dan diastolik 3,2 mmHg. Hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik

diastolik terapi relaksasi otot progresif lebih besar dari pada teknik imajinasi

terbimbing. Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa terapi relaksasi otot

progresif lebih efektiv dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing karena terapi

relaksasi otot progresif dapat mengaktivasi 2 mekanisme tubuh yaitu neural dan

hormonal, sehingga mengaktivasi refleks kemoreseptor dan baroreseptor, sedangkan

teknik imajinasi terbimbing hanya mengaktifasi mekanisme neural dan hanya

mengaktivasi refleks baroreseptor. Selain itu terapi relaksasi otot progresif lebih

mudah dilakukan dari pada teknk imajinasi terbimbing yang harus memerlukan

lingkungan yang tenang (tidak bising).

Menurut asumsi peneliti yang dilakukan selama penelitian, perbedaan

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden yang diberikan

intervensi terapi relaksasi otot progresif dan responden yang diberikan intervensi

tehnik imajinasi terbimbing terjadi karena perbedan cara kerja masing-masing

intervensi dalam memberikan perlakuan. Peneliti juga berpendapat bahwa dengan

melakukan terapi relaksasi otot progresif secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi. Ini dikarenakan efek dari relaksasi yang terjadi pada

saat dilakukan terapi relaksasi otot progresif dapat menyebabkan pembuluh darah

yang awalnya menyempit menjadi lebar sehingga sirkulasi darah, oksigen dan nutrisi

Page 80: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

70

dapat berjalan dengan baik di dalam tubuh.Selain itu terapi relaksasi otot progresif

juga mempunyai manfaat bagi sistem dalam tubuh seperti dapat meringankan

ketegangan saraf, membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks.

Sesuai dengan firman Allah SWT didalam Al-Qur’an menjelaskan

يغي روا ما بانفسهم ان الله ل يغي ر ما بقوم حتى

Terjemahan: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum

mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'd Ayat 11)

Berdasarkan penelitian diatas yang dikaitkan dalil tersebut di jelaskan bahwa

pasien tidak akan mandiri jika tidak melakukan latihan secara mandiri. Hal ini di

dukung oleh teori keperawatan yang dipaparkan oleh Orem, yang mengatakan untuk

melakukan proses asuhan keperawatan maka harus dengan keyakinan bahwa setiap

orang memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan pada dirinya sendiri

sehingga akan membantu individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

memelihara kesehatannya dan mencapai kesejahteraan, serta mengubah life stylenya

untuk mempertahankan stabilitas tekanan darahnya . Selain itu juga salah satu teori

Orem yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Therapeutic self-care demand,

yaitu totalitas aktifitas perawatan diri yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu

guna memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menggunakan metode yang valid.

Perawatan diri sendiri dengan Therapeutic self-care demand memiliki prinsip

Page 81: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

71

perawatan, dimana perawatan ini dilaksanakan karena adanya masalah pada

kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.

Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW

صلى الله عليه وسلم ق ما عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي ا له الله داء إل أنز شفاء أنز

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi

wasallam, beliau bersabda, ‘Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali

menurunkan pula obatnya’” (Al-Albani, 2008).

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya dari

Allah sybhanahu wa ta’ala. Jadi kita tidak perlu khawatir. Penyakit dalam urusan-

urusan badan manusia saja Allah turunkan obatnya. Ini merupakan wujud dari

sempurnanya rahmat Allah Swt kepada hamba-hambaNya. Maka dari itu orang-orang

yang beriman sangat beruntung karena mereka dekat dengan sumber rahmat Allah.

Namun tidak semua orang tepat dalam proses penyembuhannya, ada obat namun tidak

semua orang tahu, kemudian orang yang mungkin memahami namun tidak semua

orang mepraktekkan dengan benar.

Dari hadits tersebut bisa diartikan bahwa setiap penyakit ada obatnya, kita

sebagai hamba Allah yang tunduk dan taat kepadaNya kita dituntut untuk berdo.a dan

berusaha mencari obat yang sesuai dengan penyakit yang kita hadapi dengan

mengharapkan kesembuhan dari Allah Swt. Disinilah kenapa peneliti melakukan

penelitian tentang efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi

terbimbing terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi. sehingga mereka

bisa tahu, dan menggunakan terapi tersebut untuk menurunkan tekanan darahnya.

Page 82: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

72

Setelah terbukti bahwa terapi relaksasi otot progresif lebih efektiv

dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing diharapkan kepada responden yang

menderita hipertensi/ tekanan darah tinggi dapat memanfaat kan terapi ini sebagai

terapi alternative yang dapat menurunkan tekanan darah.

5. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan penelitian yaitu, jarak yang

lumayan jauh dari tempat peneliti dan tempat penelitian.

Page 83: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun

cikoang Desa Cikoang wilayah kerja Puskesmas Pattopakang terkait dengan

efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing pada

penderita hipertensi yang berjenis kelamin perempuan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan data karakteristik responden,bahwa responden pada penelitian

semuanya berjenis kelamin perempuan 100% yang berjumlah 36 orang. Dilihat dari

kategori usia bahwa jumlah responden yang paling banyak pada penelitian ini adalah

usia 45-60 tahun (lansia awal) dengan mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai

ibu rumah tangga

2. Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah

dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama enam hari menunjukkan perbedaan

yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah

dilakukan terapi relaksasi otot progresif.

3. Rerata tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah dilakukan tehnik

imajinasi terbimbing selama enam hari juga menunjukkan adanya perbedaan yang

Page 84: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

74

signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah

dilakukan tehnik imajinasi terbimbing.

4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat efektivitas

pemberian terapi relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing didapatkan

keduanya memiliki hasil yang sangat signifikan terhadap penurunan hipertensi,

namun hasil Uji beda menggunakan Kruskal-Wallis di dapatkan hasil bahwa terapi

relaksasi otot progresif lebih signifikan untuk untuk menurunkan tekanan darah

penderita hipertensi dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing.

B. Saran

Berkaitan dengan simpulan diatas, ada beberapa hal yang yang dapat di sarankan

untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap perubahan tekanan darah

pasien hipertensi

1. Bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan terkait

Bagi penderita hipertensi diharapkan melakukan terapi relaksasi otot progresif secara

mandiri, dan teratur supaya tekanan darah bisa menurun. Pihak puskesmas juga perlu

meningkatkan program prolanis (program pengelolaan penyakit kronis)dengan

melakukan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing yang

bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis khususnya penderita

hipertensi untuk mencapai kualitas hidup yang optimal

2. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan agar

informasi hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk

Page 85: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

75

memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan khususnya

perawatan penderita hipertensi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya setelah melihat perbedaan efektivitas dari dua terapi

diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan, serta dapat mengembangkan terapi

relaksasi yang ringkas namun efektif, sesuai dengan buku standar intervensi

keperawatan indonesia (SIKI).

Page 86: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

76

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-qarim

(PPNI), P. P. N. I. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan

Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat

Nasional Indonesia.

AHA. (2016). Managing Stress to Control High Blood Pressure. American Heart

Association (AHA), Retrieved from

Https://Www.Heart.Org/En/Healthtopics/High-Blood-Pressure/Changes-You-

Can-Make-to-Manage-High-Bloodpressure/Managing Stress-to-Control-High-

Blood-Pressure.

Ainurrafiq, Risnah, M. U. A. (2019). Non Pharmacological Therapy in Blood

Pressure Control in Hypertensive Patients: Systematic Review. 2(3), 192–199.

AYUKHALIZA, D. A. (2020). Faktor risiko hipertensi di wilayah pesisir (studi pada

wilayah kerja uptd puskesmas tanjung tiram) skripsi.

CDC. (2020). High Blood Pressure. Know Your Risk for High Blood Pressure.

Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved from

Https://Www.Cdc.Gov/Bloodpressure/Risk_factors.Htm.

Chen, K., C.F., Plauschinat, C.A., Frech, F., Harer, A., Dubois, & R. (2014). Patient

Satisfaction With Antihypertensive Therapi. Journal of Human Hipertension,

19, 793–799.

Damanik, H., & Ziraluo, A. A. W. (2018). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT

PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN

HIPERTENSI DI RSU IMELDA. 1.

Ernawati, I., Fandinata, S. S., & Permatasari, S. N. (2020). KEPATUHAN

KONSUMSI OBAT PASIEN HIPERTENSI Pengukuran dan Cara Meningkatkan

Kepatuhan (N. R. H (ed.)). Graniti.

Erwanto. (2017). Lansia dan keperawatan Keluarga. Nuha Medika.

Habibi. (2020). Penerapan Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tekanan

Darah pada Keluarga dengan Hipertensi : Literature Review. VIII(2), 86–93.

HARIS, A. (2020). KABUPATEN TAKALAR DALAM ANGKA, 2020 (B. K. Takalar

(ed.)). BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TAKALAR.

Ilham, M., Armina, A., & Kadri, H. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot

Progresif Dalam Menurunkan Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Akademika

Baiturrahim Jambi, 8(1), 58. https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.103

Page 87: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

77

Imas, M., & T, N. A. (2018). BAHAN AJAR REKAM MEDIS DAN INFORMASI

KESEHATAN (RMIK) METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI,

1–5.

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

Kusharyadi, & Setyyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogenetrik. Salemba Medika.

M.BLACK JOYCO, J. H. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (8th ed.).

ELSEVIER,CV.

MUH.ANWAR, H. (2015). The Role of Angiotensin Converting Enzim Gene on The

Fitness Level And Dynamica Of Response The Heart Rate And Blood Pressure

Loading Test On Athletes. Disertasi.

Muhammad Nurman. (2017). EFEKTIFITAS ANTARA TERAPI RELAKSASI OTOT

PROGRESIF DAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA

PULAU BIRANDANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TIMUR

TAHUN 2017. 1(2), 108–126.

Muttaqin. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler. Salemba Medika.

Nafi’ah, D., Budi, S., & Mutasyah. (2020). EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY DAN

SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

PADA PASIEN ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN PATIENTS. 06(01),

1–11.

NURMAYA, S. (2018). PENGARUH DOSIS PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI

OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA

LANSIA HIPERTENSI.

PERRY, & POTTER. (2019). DASAR DASAR KEPERAWATAN (9th ed.).

ELSEVIER.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. EGC.

Rahayu, Sri, M., Hayati, Intan, Nur, Asih, & Lantika, S. (2020). Pengaruh Teknik

Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi.

3(1), 91–98.

Ratnawati, Diah, Rosiana, & Rosiana. (2020). Terapi Komplementer Relaksasi Otot

Progresif Jacobson Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita

Page 88: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

78

Hipertensi. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), 149–159.

https://doi.org/10.37341/interest.v9i2.205

RISNAH, & IRWAN, M. (2021). Falsafah dan teori keperawatan dalam integrasi

keilmuan (Musdalifah (ed.)). Alauddin University press.

Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Sagung Seto.

Smeltzer, S. ., & Bare, B. . (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Suddarth. EGC.

Smeltzer, S. ., & Bare, B. . (2010). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.

Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

ALFABETA,CV.

Tiro, M. A., & A.S.A. (2014). Penelitian Eksperimen. Andira Publisher.

Triyanto. (2014). Pelayanan keperawatan Bagi penderita hipertensi secara terpadu.

Graha Ilmu.

WHO. (2019). Hypertension. World Health Organization. Retrieved from

Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheets/Detail/Hipertension.

Wijaya, I., K, R. N. K., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan

terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten

Takalar. 3.

Yusrin, A., & Susanto, B. (2019). pengaruh imajinasi terbimbing terhadap perubahan

tekanan darah penderita hipertensi di panti wirda ilomaata. JAMBURA

JOURNAL, 1.

Page 89: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

79

BIODATA

Penulis Skripsi yaitu Riyadhatul jinan lahir dari pasangan Alm.

Bapak A.Madjid Tayeb dan ibu St. Maryam yang merupakan

anak ketiga dari 3 bersaudara yang memiliki dua kakak hebat

bernama Muhammad Iqbal dan Jf Idris. Penulis dilahirkan

disebuah desa yang dikelilingi banyak gunung dan laut lebih

tepatnya di Desa Rupe pada tanggal 26 Oktober 1998. Penulis

beralamat di RT 20 RW 008 Desa Rupe Kecamatan LANGGUDU Kab. Bima NTB.

Penulis menyelesaiakan pendidikan formal di SDN NO 2 RUPE, MTsN Karumbu,

MAN 1 KOTA BIMA . Setelah menempuh pendidikan menengah atas, penulis

melanjutkan pendidikan Strata ( S1 ) Program Studi Keperawatan di Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar. Selama menenmpuh pendidikan di kampus penulis

juga aktif di lembaga internal kampus yaitu di HMJ Keperawatan sebagai Kepala

Divisi Klinik Ilmiah dan pernah menjabat sebagai Ketua Senata Mahasiswa ( SEMA

) FKIK periode 2019-2020. Dengan usaha dan Do’a mengantarkan penulis untuk

mendapatkan gelar sarjana Keperawatan

Page 90: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

80

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 91: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

81

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden

Di-

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa S1 Keperawatan

UIN ALAUDDIN Makassar yaitu :

Nama : Riyadhatul Jinan

NIM : 70300117003

Dengan Judul penelitian : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan

teknik imajinasi terbimbing Terhadap perubahan Tekanan darah pada Penderita

Hipertensi

Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan dari saudari untuk menjadi

responden dalam penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden, selanjutnya saya mengharapkan saudari untuk mengikuti

prosedur yang kami berikan dengan kejujuran dan jawaban anda dijamin

kerahasiaannya dan penelitian ini akan bermanfaat semaksimal mungkin. Jika

saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada sanksi bagi saudari.

Atas perhatian dan kerja sama saudari kami ucapkan terima kasih

Peneliti

(Riyadhatul Jinan)

Page 92: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

82

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendengarkan dan memahami isi penjelasan tentang tujuan dan

penelitian ini, maka saya menyatakan :

Bersedia menjadi responden

penelitian Tidak bersedia menjadi

responden

Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan UIN

ALAUDDIN Makassar yaitu :

Nama : Riyadhatul Jinan

NIM : 70300117003

Judul : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan teknik imajinasi

terbimbing Terhadap perubahan Tekanan darah pada Pasien Hipertensi

Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaaan dari siapapun .

demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat di gunakan sebagaimana

mestinya.

Takalar , Februari 2021

Responden

(………..)

Page 93: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

83

Lampiran 3

LEMBAR PENGUMPULAN DATA PADA PENDERITA HIPERTENSI

Judul penelitian : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Teknik

imajinasi terbimbing Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Penderita Hipertensi

Kode responden :

Tanggal pengisian :

A. Data Umum

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

B. Hasil Pengukuran Tekanan Darah

1. Pretest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg

2. Postest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg

Page 94: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

84

Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Tema :Terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan darah

Sasaran : para penderita hipertensi

Waktu : 15 menit

Tujuan : 1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif di harapkan tekanan

darah akan menurun

2.Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif di harapkan pasien mampu:

1. Mengikuti instruksi terapi relaksasi otot progresif

2. Melakukan terapi relaksasi otot progresif secara mandiri

Indikasi :

a) Klien mengalami insomnia

b) Klien yang mengalami stress

c) Klien yang mengalami kecemasan

d) Klien yang mengalami depresi

Page 95: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

85

No LANGKAH-LANGKAH

A TAHAP PRA INTERAKSI

1 Salam terapeutik

2 Jelaskan tujuan, manfaat,prosedur, dan pengisian lembar persetujuan

Posisikan tubuh klien senyaman mungkin, hindari melakukan relaksasi dengan posisi berdiri

Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat

3 Menyiapkan alat dan bahan

Kursi Bantal Lingkungan yang nyaman

B TAHAP ORIENTASI

4 Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

C TAHAP KERJA

a. Terapi pada pasien, pasien duduk bersandar di kursi yang sudah di sediakan

b. Gerakan pertama, menggenggam tangkan kiri dan kanan sambil membuat kepalan ( dilakukan bergantian, setiap gerakan dihitung 10 hitungan oleh peneliti). Pada setiap akhir gerakan klien dipandu untuk merilekskan

c. Gerakan kedua menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan, sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.

d. Gerakan ketiga diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga

menjadi sebuah kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot bisap akan menjadi tegang.

e. Gerakan keempat, mengangkat kedua bahu setinggi tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menjadi tegang.

f. Gerakan kelima, mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya mengendalikan otot mata.

g. Gerakan keenam, menutu keras-keras mata sehingga dapat dirasakan

ketegangan disekitar mata dan otot-otot mengendalikan gerakan mata. h. Gerakan ketujuh, mengatupakan rahang di ikuti dengan menggigit gigi-gigi

sehingga dapat dirasakan ketegangan otot disekitar rahang

Page 96: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

86

i. Gerakan kedelapan, bibir di moncongkan sekuat kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan disekitar mulut j. Gerakan kesembilan, menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi

sedemikian sehingga kita dapat merasakan ketegangang di bagian leher dan punggung atas

k. Gerakan kesepuluh, gerakana in dilakukan dengan mengangkat tubuh dari sandaran, kemudian punggung di lenggungkan lalu di busungkan dada. Kondisi tegang di pertahankan selama 10 detik.

l. Gerakan kedua belas, pola gerakan ini, klien diminta untuk menarik napas

panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posis ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan dibagian dada kemudian turun ke perut. Gerakan ini dilakukan sebanyak 2 kali.

m. Gerakan ketiga belas, gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas kemudian diulang kembali seperti gerakan awal.

n. Gerakan keempat belas, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini lanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan pindah ke oto-otot betis

D Tahap Terminasi

Mengeksplorasi perasaan pasien

Berdiskusi dengan umpan balik bersama pasien Melakukan kontrak waktu dan tempat, untuk kegiatan

selanjutnya/terminasi jangka panjang

Page 97: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

87

Lampiran 5

SOP TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING

Tahap-tahap imajinasi

terbimbing Cara pelaksanaan Hasil yang diharapkan

1. Persiapan a) sediakan lingkungn yang

nyaman dan tenang

b) berikan privasi klien

Dalam 3 menit klien

tampak lebih tenang dan rileks

2. Pelaksanaan 1. Mengucapkan salam dan

berkenalan dengan klien 2. Menjelaskan distraksi

imajinasi terbimbing 3. Menjawab pertanyaan klien 4. Membangun kepercayaan

klien dalam distraksi imajinasi terbimbing

5. Menciptakan kontrak distraksi imajinasi

terbimbing 6. Bantu klien ke posisi nyaman 7. Bantu klien pada posisi

bersandar dan minta klien menutup matanya

8. Gunakan sentuhan hanya jika hal ini tidak membuat klien merasa terancam, atau bisa

dengan menyuruh menggenggam tangannya klien

- Dalam 2 menit klien merasa lebih akrab dengan pelaksanaan

distraksi imajinasi terbimbing mengetahui tujuan distraksi imajinasi terbimbing, tidak merasa takut dan tidak salah paham. Klien merasa percaya

diri untuk berhasil dalam distraksi imajinasi terbimbing dan tercipta kontrak distraksi imajinasi terbimbing

- Klien merupakan partisipan aktif dalam

latihan imajinasi terbimbing dan harus memahami secara lengkap apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan

3. Memberikan

sugesti untuk distraksi imajinasi terbimbing

1. Meminta klien untuk menghitung mundur 100 diselingi dengan sugesti

semakin rileks sampai angka-angka lenyap dari pikiran

2. Memperdalam tingkat

Dalam 3 menit klien

memasuki keadaan rileks dan ciri-ciri:

1. Pernapasan diafragma

Page 98: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

88

rileksasi pikiran dengan

memberi sugesti setiap hembusan nafas menghantarkan tubuh dan pikiran ke dalam relaksasi yang semakin nyaman, semakin damai dan semakin memasuki alam bawah sadar a. gunakan nama yang

disukai klien b. bicara jelas dengan nada

suara yang tenang dan netral

c. minta klien menarik nafas dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua

otot d. dorong klien untuk “ pergi

ketempat yang sebelumnya ia rasa sangat tentram

e. bantu klien merinci gambaran dari

bayangannya minta klien untuk menggunakan semua indranya dalam menjelaskan bayangan dan lingkungan baying tersebut

f. minta klien untuk menjelaskan perasaan

fisik emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya. Arahkan klien mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan memungkinkan klien

memodifikasi imajinasinya. Respon Negatife dapat diarahkan kembali oleh perawat untuk memberikan hasil akhir yang lebih positif

g. berikan umpan balik

kontinu pada klien dan

tampak tenang

2. Akral tubuh hangat

3. Bola mata mengarah kearah atas atau ke bawah atau kekiri secara terus menerus tanpa

digerakkan

Page 99: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

89

berikan komentar pada

tanda-tanda rileksasi dan ketentraman

4. Membangunkan subyek

Meminta klien membuka mata pelan-pelan setelah hitungan 5

hitungan 5 mundur hingga 1 katakan kepada kllien bahwa ia akan merasa telah beristrahat ketika mata terbuka

Dalam 1 menit dostraksi imajinasi terbimbing

berakhir dengan nyaman sehingga klien tidak merasa pusing atau bingung saat membuka mata

Page 100: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

90

Lampiran 6

Lembar Observasi Tekanan Darah

(Pemberian Terapi Relaksasi otot progresif)

Page 101: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

91

Lembar Observasi tekanan darah

(pemberian teknik imajinasi terbimbing)

Page 102: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

92

Perubahan tekanan darah responden setiap hari sebelum dan sesudah diberikan

teknik imajinasi terbimbing dan terapi relaksasi otot progresif

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Penurunan Tekanan darah setiap harinya sebelum dan sesudah diberikan teknik imajinasi terbimbing dan terapi relaksasi otot progresif

Sistolpre diastolpre sistolpost diastlpost

Page 103: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

93

Lampiran 7

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid perempuan 36 100.0 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Irt 20 55.6 55.6 55.6

Petani 5 13.9 13.9 69.4

Pedagang 11 30.6 30.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Dewasaakhir 6 16.7 16.7 16.7

Lansiaawal 30 83.3 83.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sistolpretrop1 .246 18 .005 .862 18 .013

diastolpretrop1 .296 18 .000 .792 18 .001

sistolposttrop1 .236 18 .009 .867 18 .016

diastolpostrop1 .168 18 .195 .912 18 .095

sistolpretrop2 .346 18 .000 .750 18 .000

Page 104: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

94

diastpretrop2 .258 18 .003 .773 18 .001

sistposttrop2 .289 18 .000 .749 18 .000

diasposttrop2 .227 18 .015 .893 18 .044

sistpretrop3 .205 18 .043 .817 18 .003

diastpretrop3 .242 18 .006 .816 18 .003

sistposttrop3 .251 18 .004 .783 18 .001

diastposttrop3 .218 18 .024 .868 18 .017

sistpre4trop .299 18 .000 .840 18 .006

diastpre4trop .249 18 .004 .885 18 .032

sistpos4trop .287 18 .000 .833 18 .005

diastpost4trop .252 18 .004 .833 18 .005

sistpre5trop .253 18 .003 .833 18 .005

diaspre5trop .371 18 .000 .705 18 .000

sispos5trop .240 18 .007 .783 18 .001

diaspro5trop .275 18 .001 .710 18 .000

sistpre6trop .247 18 .005 .734 18 .000

diastpre6trop .380 18 .000 .720 18 .000

sistpost6trop .234 18 .010 .722 18 .000

diastpost6trop .371 18 .000 .769 18 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sistolpreTI1 .235 18 .010 .831 18 .004

diastolpreti1 .241 18 .007 .831 18 .004 sistolpostTI1 .258 18 .003 .795 18 .001 diastolpostti2 .241 18 .007 .831 18 .004 sistolpreti2 .216 18 .026 .827 18 .004 diastpreti2 .281 18 .001 .776 18 .001 sistpostti2 .275 18 .001 .803 18 .002 diaspostti2 .252 18 .004 .815 18 .002

Page 105: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

95

sistpreti3 .267 18 .001 .793 18 .001 diastpreti3 .258 18 .003 .762 18 .000 sistpostti3 .265 18 .002 .793 18 .001 diastpost3ti .252 18 .004 .815 18 .002

sistpre4ti .263 18 .002 .781 18 .001 diastpre4ti .433 18 .000 .665 18 .000 sistpos4ti .220 18 .022 .786 18 .001 diastpost4ti .308 18 .000 .767 18 .001 sistpre5ti .273 18 .001 .712 18 .000 diaspre5ti .260 18 .002 .807 18 .002 sispos5ti .255 18 .003 .804 18 .002 diaspro5ti .245 18 .006 .802 18 .002

sistpre6ti .243 18 .006 .824 18 .003 diastpre6ti .306 18 .000 .850 18 .008 sistpost6ti .241 18 .007 .841 18 .006 diastpost6ti .235 18 .010 .871 18 .019

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

SistolpreTROP 18 146 159 152.68 .311 3.235 SistolpostTROP 18 130 152 142.79 .561 5.828

diastolpreTROP 18 90 99 94.67 .221 2.292 diaspolpostTROP 18 79 93 86.94 .359 3.732 Valid N (listwise) 18

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

SistolpreTI 18 142 159 150.76 .337 3.508 SistolpostTI 18 140 155 146.56 .346 3.599 DiastolpreTI 18 90 99 93.62 .198 2.063 diastolpostTI 18 84 98 90.42 .254 2.644 Valid N (listwise)

18

Page 106: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

96

Friedman Test

Test Statisticsa

N 18

Chi-Square 195.573 Df 11 Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Test Statisticsa

N 18

Chi-Square 194.671 Df 11 Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Kruskal-Wallis Test

Ranks

PERLAKUAN N Mean Rank

SISTOLPRE TROP 18 125.65

TEKNIK IMAJINASI

18 91.35

Total 36

SISTOLPOST TROP 18 89.33

TEKNIK IMAJINASI

18 127.67

Total 36

DIASTOLPRE TROP 18 122.36

TEKNIK IMAJINASI

18 94.64

Total 36

DIASTOLPOST

TROP 18 80.32

TEKNIK

IMAJINASI 18 136.68

Total 36

Test Statisticsa,b

Page 107: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

97

SISTOLPRE SISTOLPOST DIASTOLPR

E DIASTOLPO

ST

Chi-Square 16.404 20.415 10.797 44.308

Df 1 1 1 1 Asymp. Sig. .000 .000 .001 .000

a. Kruskal Wallis Test b.Grouping Variable: PERLAKUAN

Mann-Whitney Test Ranks

PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks

SISTOLPOST TROP 18 89.33 9648.00

TEKNIK IMAJINASI

18 127.67 13788.00

Total 36

DIASTOLPOST

TROP 18 80.32 8674.50

TEKNIK IMAJINASI

18 136.68 14761.50

Total 36

Test Statistics

a

SISTOLPOS

T DIASTOLPO

ST

Mann-Whitney U 33.82 49.71 Wilcoxon W 9648.000 8674.500 Z -4.518 -6.656 Asymp. Sig. (2-tailed)

.000 .000

a. Grouping Variable: PERLAKUAN

Page 108: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

98

Lampiran 8

Page 109: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

99

Lampiran 9

Page 110: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

100

Lampiran 10

Page 111: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

101

Lampiran 11

Dokumentasi :

d

Dokumentasi: Pengukuran tekanan darah dan pemberian terapi relaksasi otot progresif

Page 112: EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN …

102

Dokumentasi: Pengukuran tekanan darah dan pemberian terknik imajinasi

terbimbing