14
Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas hydrophila terhadap Tingkat Pertumbuhan dan Kelulushidupan benih Ikan Lele (Clarias sp) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang Yan Evan dan Manja Meyky Bond Abstrak Kegiatan kerekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas vaksin cair Aeromonas hydrophila terhadap tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan Lele (Clarias sp) yang dipelihara dalam wadah terkontrol. Kegiatan berlangsung selama 3 bulan yaitu bulan Juli- September 2011 di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten. Metode pengujian terdiri dari uji lapang dan uji tantang. Ikan uji yang digunakan adalah ikan Lele (Clarias sp) dengan rata-rata panjang 6-8 cm dan rata-rata berat 2,72 gram. Ikan uji dipelihara dalam wadah berukuran 2 x 4 m, masing-masing dengan kepadatan tebar 1000 ekor per wadah. Perlakuan terdiri dari kontrol, P0, P1 dan P2 masing-masing dengan 3 ulangan. Ikan direndam dalam larutan vaksin dengan kepadatan 10 9 cfu/ml dalam 60 liter air selama 30 menit. Setelah seminggu diberi vaksin ikan di uji tantang dengan menyuntikkan bakteri A. hydrophila sebanyak 0,1 ml dengan kepadatan 10 9 cfu/ml. Rata-rata pertambahan panjang dan berat ikan Lele tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (25,80 cm dan 79,01 gram) diikuti dengan P1 (24,25 cm dan 72,99 gram), P0 (23,73 cm dan 72 gram) dan Kontrol (21,47 cm dan 65 gram). Nilai SR tertinggi pada uji lapang selama 3 bulan pemeliharaan yaitu perlakuan P2 diikuti P1, P0 dan Kontrol masing-masing sebesar 80.5% (805 ekor/1000 ekor), 76.9% (769 ekor/1000 ekor), 70.0% (700 ekor/1000 ekor) dan 68.4% (684 ekor/1000 ekor). Hasil SR tertinggi pada uji tantang bakteri A. hydrophila diperoleh pada perlakuan P2 diikuti P1, P0 dan Kontrol masing- masing sebesar 75% (15 ekor/20 ekor), 50% (10 ekor/20 ekor), 33.33% (6.67 ekor/20 ekor) dan 10% (2 ekor/20 ekor). Nilai titer antibodi tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 diikuti dengan P1, P0 dan Kontrol masing- masing sebesar 9, 8, 8 dan 7. Perlakuan pemberian vaksin

Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas hydrophila terhadap Tingkat Pertumbuhan dan Kelulushidupan benih Ikan Lele (Clarias sp)

di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Yan Evan dan Manja Meyky Bond

Abstrak

Kegiatan kerekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas vaksin cair Aeromonas hydrophila terhadap tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan Lele (Clarias sp) yang dipelihara dalam wadah terkontrol. Kegiatan berlangsung selama 3 bulan yaitu bulan Juli-September 2011 di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten. Metode pengujian terdiri dari uji lapang dan uji tantang. Ikan uji yang digunakan adalah ikan Lele (Clarias sp) dengan rata-rata panjang 6-8 cm dan rata-rata berat 2,72 gram. Ikan uji dipelihara dalam wadah berukuran 2 x 4 m, masing-masing dengan kepadatan tebar 1000 ekor per wadah. Perlakuan terdiri dari kontrol, P0, P1 dan P2 masing-masing dengan 3 ulangan. Ikan direndam dalam larutan vaksin dengan kepadatan 109 cfu/ml dalam 60 liter air selama 30 menit. Setelah seminggu diberi vaksin ikan di uji tantang dengan menyuntikkan bakteri A. hydrophila sebanyak 0,1 ml dengan kepadatan 109 cfu/ml. Rata-rata pertambahan panjang dan berat ikan Lele tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (25,80 cm dan 79,01 gram) diikuti dengan P1 (24,25 cm dan 72,99 gram), P0 (23,73 cm dan 72 gram) dan Kontrol (21,47 cm dan 65 gram). Nilai SR tertinggi pada uji lapang selama 3 bulan pemeliharaan yaitu perlakuan P2 diikuti P1, P0 dan Kontrol masing-masing sebesar 80.5% (805 ekor/1000 ekor), 76.9% (769 ekor/1000 ekor), 70.0% (700 ekor/1000 ekor) dan 68.4% (684 ekor/1000 ekor). Hasil SR tertinggi pada uji tantang bakteri A. hydrophila diperoleh pada perlakuan P2 diikuti P1, P0 dan Kontrol masing-masing sebesar 75% (15 ekor/20 ekor), 50% (10 ekor/20 ekor), 33.33% (6.67 ekor/20 ekor) dan 10% (2 ekor/20 ekor). Nilai titer antibodi tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 diikuti dengan P1, P0 dan Kontrol masing-masing sebesar 9, 8, 8 dan 7. Perlakuan pemberian vaksin dengan tingkat passage sebanyak 2 kali (P2) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan, nilai kelulushidupan dan titer antibodi ikan Lele yang dipelihara.

Kata Kunci : Vaksin, Aeromonas hydrophila, pertumbuhan, SR, Lele

Page 2: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan benih berkualitas baik secara performa fisik (normal, tidak cacat) maupun internal fisiologis, cepat tumbuh dan tahan terhadap serangan penyakit merupakan harapan bagi para pembudidaya untuk mendapatkan benih unggul tersebut. Namun demikian seiring berkembangnya budidaya ikan serta menurunnya kualitas perairan untuk budidaya maka perkembangan berbagai jenis penyakit ikan terutama dari golongan penyakit patogen seperti serangan penyakit virus, bakteri, jamur dan parasit juga semakin berkembang.

Saat ini jenis penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri sudah cukup merugikan para pembudidaya ikan sehingga diperlukan upaya untuk mencegah dan menekan perkembangan penyakit bakteri tersebut. Salah satu jenis penyakit bakterial dari jenis bakteri air tawar adalah Aeromonas hydrophila. Jenis bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit pada ikan dengan gejala septisemia. Pada ikan catfish, penyakit yang ditimbulkan oleh A. hydrophila biasa disebut dengan MAS (Motile Aeromonas Septicemia) (Olga & Aisiah, 2008).

Penyakit MAS sering diatasi dengan penggunaan obat-obatan, dan antibiotik seperti sulfamerazine, chloramphenicol, oxytetracycline, terramycin dan kalium permanganat oleh para pembudidaya namun hasilnya tidak memuaskan bahkan penggunaan obat-obatan tersebut secara terus-menerus dapat menimbulkan patogen yang resisten, penimbunan residu obat-obatan dalam tubuh ikan, maupun pencemaran lingkungan perairan (Kamiso, 1997; Olga & Aisiah, 2008). Oleh karena itu, maka perlu dilakukan alternatif yang tepat untuk pencegahan dini terhadap serangan bakteri tersebut yaitu melalui kegiatan vaksinasi dan teknik pengembangan vaksinasi.

Vaksin adalah satu bahan antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksinasi merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit dan vaksinasi tidak menimbulkan dampak yang negatif baik pada ikan, lingkungan maupun konsumen (Olga & Aisiah, 2008).

Vaksinasi ikan dilakukan dengan beberapa metoda diantaranya yaitu metoda intraperitoneal, intramuskular, perendaman, dan oral. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan dalam hal teknik. Namun dari beberapa penelitian bahwa metoda penyuntikan vaksin yang terbaik dalam merangsang produksi antibodi dan perlindungan terhadap patogen pada infeksi buatan (Horne & Ellis, 1988 dalam Desrina, 2006), kelemahan dari teknik penyuntikan adalah terjadinya stress pada ikan uji, sedangkan hasil penelitian Collado et al. (2000) dalam Desrina (2006) bahwa beberapa formulasi vaksin bakteri V. vulnificus yang diberikan pada ikan eel (Anguilla anguilla) dengan metoda perendaman jangka panjang mampu memberikan perlindungan yang sama dengan suntikan akan tetapi diperlukan booster dua kali.

Pada kegiatan perekayasaan ini akan dilakukan vaksinasi dengan metoda perendaman karena dapat dilakukan terhadap ikan uji dengan jumlah yang banyak dan memperkecil tingkat stress pada ikan yang divaksin. Melalui teknik vaksinasi yang tepat diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan benih ikan yang divaksinasi yaitu benih yang dihasilkan dapat menjadi resisten dan bebas penyakit bakterial, meningkatkan pertumbuhan serta efektif dan efisien dalam mempergunakan bahan-bahan yang diperlukan.

Page 3: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan vaksin cair bakteri Aeromonas hydrophila adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan Lele.

II. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini meliputi yaitu : peralatan laboratorium untuk isolasi bakteri, akuarium ukuran 100 liter, wadah terpal ukuran 2 x 4 m, peralatan kerja dan perlengkapan untuk pemeliharaan ikan Lele. Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini meliputi yaitu : benih ikan Lele (Clarias sp) ukuran 5-7 cm, pellet, isolat bakteri Aeromonas hydrophila, media TSA, larutan fisiologis 0,85 % NaCl, PBS, Formalin dan bahan-bahan media isolasi bakteri.

2.2 Metode Kegiatan

Kegiatan kerekayasaan ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu : inokulasi bakteri A. hydrophila, peningkatan virulensi, inaktivasi bakteri, rancangan percobaan, pengumpulan data dan analisa data.

2.2.1 Inokulasi Bakteri A. hydrophila

Isolat bakteri A. hydrophila diperoleh dari ikan Lele yang terserang penyakit MAS di sekitar wilayah Serang. Isolat bakteri ditanam pada media agar TSA dalam cawan petri dan dikultur pada suhu 27-30oC. Selanjutnya dilakukan pengamatan mengenai morfologi koloni, warna, dan diameter koloni. Morfologi sel bakteri dapat ditentukan dengan pewarnaan gram. Untuk pengujian biokimia bakteri, digunakan kultur bakteri yang berumur tidak lebih dari 24 jam. Jenis pengujian biokimia bakteri A. hydrophila yang dilakukan adalah uji oxidase, uji katalase, uji Hugh-Leifson (O/F), uji Sulfide Indol Motility (SIM).

2.2.2 Peningkatan Virulensi

Peningkatan virulensi bakteri A. hydrophila dilakukan dengan cara menyuntikan 0,1 ml larutan bakteri dengan kepadatan 109 cfu/ml ke tubuh ikan Lele secara intraperitoneal. Ikan yang menunjukkan gejala klinis dilakukan reisolasi bakteri dari luka/borok, darah dan ginjal. Bakteri yang diperoleh selanjutnya dimurnikan dan untuk memastikan bakteri yang diinjeksikan sama dengan yang direisolasi, maka dilakukan identifikasi ulang secara karakteristik morfologi koloni dan sel bakteri maupun karakter biokimia.

2.2.3 Inaktivasi Bakteri

Inaktivasi bakteri A. hydrophila dilakukan dengan cara sebagai berikut : isolat A. hydrophila ditumbuhkan dalam media Tryptic Soy Agar (TSA) dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 28oC. Kemudian bakteri dipanen dengan cara diberi sedikit larutan fisiologis pada permukaan media kemudian koloni bakteri dikerok sampai

Page 4: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

koloni bakteri terpisah dari media agar, setelah itu biomasa bakteri dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan fisiologis.

Sediaan murni A. hydrophila di sentrifuse 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan hasil sentrifuse dibuang dan natan (biomasa bakteri) diberi perlakuan dosis formalin sebanyak 3%. Kemudian dihomogenkan menggunakan vortex. Bakteri dipanen dengan cara disentrifuse, endapan yang diperoleh dicuci dengan larutan fisiologis 2 kali dan disuspensikan dalam larutan fisiologis sebanyak 100 ml. Selanjutnya dilakukan uji viabilitas vaksin dengan membiakkan vaksin tersebut dalam media TSA. Bila tidak terjadi pertumbuhan bakteri, maka vaksin siap digunakan.

2.2.4 Rancangan Percobaan

2.2.4.a Uji Lapang

Pada kegiatan uji lapang, rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut yaitu Kontrol, P0 (Vaksin tanpa passage), P1 (Vaksin passage 1) dan P2 (Vaksin passage 2). Masing-masing perlakuan terdiri dari 1000 ekor benih ikan Lele berukuran 5-7 cm yang dipelihara ke dalam wadah terpal ukuran 2 x 4 m. Sebelum dipelihara ikan divaksin dengan cara perendaman di dalam larutan vaksin A. hydrophila dengan dosis 109 cfu/ml selama 30 menit dalam 60 liter air. Ikan diberi pakan pelet sebanyak 2 kali sehari dengan dosis 3% bobot biomassa ikan Lele.

2.2.4.b Uji Tantang

Kgiatan uji tantang dilakukan setelah dilakukan uji lapang selama seminggu. Rancangan percobaan yang dilakukan terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang dilakukan yaitu : (1) Kontrol (tanpa perlakuan vaksin), (2) P0 (Vaksin tanpa passage), (3) P1 (Vaksin passage 1), dan (4) P2 (Vaksin passage 2). Masing-masing perlakuan terdiri dari 20 ekor ikan Lele yang dipelihara dalam 100 liter akuarium. Teknik pemberian vaksin dilakukan sama seperti pada uji lapang. Ikan diberi pakan pelet sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan siang hari.

2.2.5 Pengumpulan Data

Data utama yang dikumpulkan berupa data pertumbuhan benih Ikan Lele dan tingkat kelulushidupan (SR). Data pendukung kegiatan ini yaitu data titer antibodi, parameter kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan. Pengamatan data pertumbuhan dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengambil 30 ekor ikan sampel, data SR dihitung pada awal dan akhir pengamatan, data titer antibodi diukur sebelum divaksin dan seminggu setelah divaksin selama 4 minggu, data pakan dihitung pada akhir pengamatan, dan data kualitas air diukur setiap hari.

2.2.6 Analisa Data

Data dianalisa dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett.

Page 5: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Lapang

Hasil ANOVA pertumbuhan panjang ikan Lele yang dipelihara dalam wadah terpal 2 x 4 m dengan kepadatan benih 1000 ekor selama 12 minggu pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Analisis Ragam Panjang (cm) Ikan Lele dengan Perlakuan Vaksin A. hydrophila

Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa perlakuan pemberian vaksin memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p=0.000) terhadap pertumbuhan ikan Lele yang dipelihara selama 12 minggu di dalam wadah terpal terkontrol. Perbedaan yang sangat nyata terjadi pada perlakuan P0, P1 dan P2 terhadap kontrol. Hal ini berarti bahwa tingkat passage yang berbeda mempengaruhi efektivitas vaksin bakteri A. hydrophila terhadap pertumbuhan panjang ikan Lele. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Dunnett Perlakuan Pemberian Vaksin A. hydrophila terhadap Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Lele

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1 dan P2 memberikan hasil yang sangat signifikan terhadap ikan kontrol dengan pertumbuhan tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 dengan rata-rata pertumbuhan panjang sebesar 18,48 cm (selisih rata-rata panjang akhir dengan panjang awal). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan vaksin A. hydrophila dengan tingkat passage yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan panjang ikan Lele.

Page 6: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

M0 M2 M4 M6 M8 M10 M12

Minggu ke-

Pan

jan

g (

cm

)

Kontrol P0 P1 P2

Gambar 1. Grafik rata-rata pertumbuhan panjang ikan Lele selama 12 minggu

Gambar 1 di atas menunjukkan pola rata-rata pertumbuhan panjang ikan Lele yang diberi perlakuan vaksin dengan tingkat passage yang berbeda serta kontrol mulai dari minggu ke-0 hingga minggu ke-12. Berdasarkan gambar 1 di atas terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan panjang ikan Lele yang diberi dengan perlakuan P2 memiliki pertumbuhan panjang yang cukup signifikan yaitu mulai dari rata-rata 7,32 cm pada minggu ke-0 hingga mencapai 25,80 cm pada minggu ke-12. Sedangkan perlakuan kontrol rata-rata pertumbuhan panjangnya pada minggu ke-0 adalah sebesar 7,37 cm dan pada minggu ke-12 rata-rata pertumbuhan panjangnya mencapai 21,47 cm.

Hasil ANOVA pertumbuhan berat ikan Lele yang diberi dengan vaksin dengan tingkat passage yang berbeda dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Analisis Ragam Berat (gram) Ikan Lele dengan Perlakuan Vaksin A. hydrophila

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa perlakuan vaksin dengan tingkat passage yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata (p=0.000) terhadap pertumbuhan berat ikan Lele. Hasil uji lanjut Dunnett pada tabel 4, maka perlakuan P2 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan berat ikan Lele yaitu sebesar 76,29 gram.

Page 7: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

Tabel 4. Hasil Uji Lanjut Dunnett Perlakuan Pemberian Vaksin A. hydrophila terhadap Pertumbuhan Berat (gram) Ikan Lele

Hasil uji lanjut Dunnett pada tabel 4 dan gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan P0, P1 dan P2 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan berat ikan Lele (kontrol) dengan pertumbuhan berat tertinggi berturut-turut yaitu pada perlakuan P2 sebesar 76,29 gram, P1 sebesar 70,28 gram, P0 sebesar 69,29 gram dan kontrol sebesar 62,28 gram.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

M0 M2 M4 M6 M8 M10 M12Minggu ke-

Bera

t (g

ram

)

Kontrol P0 P1 P2

Gambar 2. Grafik rata-rata pertumbuhan berat ikan Lele selama 12 minggu

Tingkat kelulushidupan (SR) ikan Lele yang dipelihara selama 12 minggu pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan P2 menghasilkan nilai SR tertinggi yaitu sebesar 80,5 % (805 ekor) dan terendah pada kontrol yaitu sebesar 68,4 % (684 ekor). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin A. hydrophila dengan passage 2 memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kelangsungan hidup benih

Page 8: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

ikan Lele dan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit bakteri A. hydrophila Berikut adalah tabel nilai SR ikan Lele dari tiap perlakuan vaksin dan kontrol.

Tabel 5. Nilai SR ikan Lele yang diberi perlakuan vaksin dan kontrol

Perlakuan Jumlah Ikan Awal Jumlah Ikan Hidup SR (%)Kontrol 1000 ekor 684 ekor 68,4

P0 1000 ekor 700 ekor 70,0P1 1000 ekor 769 ekor 76,9P2 1000 ekor 805 ekor 80,5

3.2 Uji Tantang

Hasil analisis ragam dan uji lanjut Dunnett dari uji tantang bakteri A. hydrophila terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan Lele menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan nilai SR tertinggi dengan rata-rata kehidupan sebesar 75% (rata-rata 15 ekor/20 ekor) ikan yang dipelihara diikuti berturut-turut dengan perlakuan P1, P0 dan kontrol masing-masing nilai SR sebesar 50%, 33.33% dan 10%.

Tabel 6. Analisis Ragam Uji Tantang Bakteri A. hydrophila terhadap Nilai SR Ikan Lele yang Dipelihara Selama 1 Bulan

Tabel 7. Hasil Uji Lanjut Dunnett dari Uji Tantang Bakteri A. hydrophila terhadap Nilai SR Ikan Lele yang Dipelihara Selama 1 Bulan

3.3 Titer Antibodi

Nilai titer antibodi ikan Lele yang telah diberi perlakuan vaksin dan kontrol disajikan pada tabel 8 berikut ini.

Page 9: Efektivitas Vaksin Cair Bakteri Aeromonas Hydro Phi La Terhadap Tingkat Pertumbuhan Dan Kelulusanhidupan Benih Ikan Lele

Tabel 8. Nilai Titer Antibodi ikan Lele yang Diberi Perlakuan Vaksin Selama 1 Bulan Pengamatan

Perlakuan Minggu 0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4Kontrol 2 2 2 2 2P0 2 4 5 7 8P1 2 5 7 7 8P2 2 7 8 9 9

Berdasarkan tabel 8 di atas terlihat bahwa nilai titer antibodi ikan Lele yang diberi perlakuan vaksin mengalami peningkatan dengan nilai peningkatan tertinggi yaitu pada perlakuan P2 sebesar 9 diikuti dengan P1 dan P0, serta Kontrol masing-masing sebesar 8, 8, dan 2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vaksin dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan terutama pada sistem antibodinya sehingga tubuh ikan mampu memberikan pertahanan yang baik terhadap serangan penyakit bakteri A. hydrophila.

3.4 Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang masih baik untuk media pemeliharaan ikan. Rata-rata suhu harian pemeliharaan yaitu 27,1-28,6oC, pH air media berkisar 7,4-8,6, dan oksigen terlarut (DO) berkisar 2,16-5,47 mg/l.

IV. KESIMPULAN

Pemberian vaksin cair bakteri A. hydrophila dengan tingkat passage 2 kali memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat pertumbuhan dan kelulushidupan serta daya tahan ikan Lele terhadap serangan penyakit bakteri A. hydrophila.

DAFTAR PUSTAKA

Desrina. 2006. Aplikasi Antigen Murni sebagai Vaksin untuk Pengendalian Penyakit Vibriosis pada Ikan Kerapu. Laporan riset terpadu Bidang Pertanian dan Pangan. Kementerian Riset dan Teknologi. LIPI. 72 hal.

Kamiso, H.N. 1997. Uji Lapang Penggunaan Vaksin Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Perikanan UGM (GMU J. Fish Sci) (2): 17-24.

Nurhayati, A.P.D, R. Pratiwi dan Triyanto. 2002. Pengaruh Interval Booster terhadap Produksi Antibodi pada Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Divaksin Debris Aeromonas hydrophila. Program Studi Biologi. UGM. Yogyakarta.

Olga & S. Aisiah. 2008. Vaksin Protein Produk Ekstraseluler Aeromonas hydrophila untuk Meningkatkan Tanggap Kebal Patin (Pangasius hypophthalamus) terhadap Motile Aeromonas Septicemia (MAS). Sains Akuatik 10(2): 105-110.