ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    1/109

    GAMBARAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI

    PT. TIRA AUSTENITE

    DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN (PRODUKSI)

    CILEUNGSI, BOGOR TAHUN 2014

    Laporan Magang

    Disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah semester VIII

    dan menunjang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

    Disusun oleh :

    ELFIRA AUGUSTIN

    NIM : 1110101000070

    PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    TAHUN 1435 H / 2014 M

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    2/109

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATPEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    MAGANG, FEBRUARI – MARET 2014

    Elfira Augustin, NIM : 1110101000070

    Gambaran Implementasi Produksi Bersih di PT. Tira Austenite Departemen

    Supply Chain Cileungsi Bogor Tahun 2014

    xvii + 88 halaman, 6 tabel, 6 bagan,24 gambar, 2 diagram, 3 lampiran

    ABSTRAK

    PT. Tira Austenite merupakan perusahaan swasta yang memiliki dua unit

    strategis (SBU), yaitu SBU Industrial Products dan SBU Industrial Gases. Pada SBU

     Industrial Products terdapat divisi manufacturing yang memproduksi bronze (perunggu)

    dan kawat las. Tujuan kegiatan magang ini adalah melihat penerapan proses produksi

    dan identifikasi kemungkinan inefisiensi dari masing-masing produksi kawat las dan

    perunggu.

    Hasil yang didapatkan adalah adanya penerapan reduce dan  reuse pada proses

    produksi  kawat las berupa pencucian mixer   tanpa deterjen dan penggunaan kembali

    bubuk pengelasan yang masih basah dari produk cacat, serta penerapan reduce, reuse

    dan recycle  pada produksi perunggu berupa penggunaan LNG untuk bahan bakar

    tungku, peleburan kembali bahan sisa produksi dan peleburan bahan baku yang berupa

    rongsokan dari pengepul. Adapun inefisiensi yang ditemukan yaitu penggunaan lampu

    pada ruangan kantor yang jarang digunakan di bagian welding (kawat las) serta operator

    yang bekerja tidak sesuai dengan SOP di bagian foundry (peleburan perunggu).

    Rekomendasi yang diberikan antara lain: ditingkatkannya pengawasan kepadasetiap pekerja saat berlangsungnya proses produksi kawat las dan perunggu,

    penghematan listrik berupa pemadaman lampu di ruangan-ruangan kantor bagian

    welding  yang jarang digunakan serta dibentuknya standar prosedur operasional untuk

    penanganan limbah, baik ditangani sendiri ataupun menggunakan pihak ketiga.

    Daftar Bacaan : 37 (1986-2014)

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    3/109

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    GAMBARAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH

    DI PT. TIRA AUSTENITE DEPARTEMEN SUPPLY CHAIN  

    CILEUNGSI BOGOR TAHUN 2014

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program

    Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, Mei 2014

    Mengetahui

    Dewi Utami Iriani, Ph. D

    Pembimbing Fakultas

    Budi Ismawan

    Pembimbing Lapangan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    4/109

    PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

    PROGRAM STUFI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, Juni 2014

    Penguji I,

    Dewi Utami Iriani, Ph. D 

    Penguji II,

    Ela Laelasari, SKM, M.Kes

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    5/109

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A.  Data Pribadi

    Nama Lengkap : Elfira Augustin

    Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1992

    Pekerjaan dan Alamat : Mahasiswa

    Jl. Tebet Timur III-G no.2

    Jakarta 12820

    Agama : Islam

    Golongan Darah : O

    Telp / HP : 08568938935

    E-mail : [email protected]

    B.  Riwayat Pendidikan

    Tingkat / Nama Institusi Pendidikan Tahun

    TK Sumber Harapan, Jakarta  1996 - 1998 

    SD Negeri Klender 04 Pagi, Jakarta  1998 - 2004 

    SMP Negeri 255, Jakarta  2004 - 2007 

    SMA Negeri 61, Jakarta  2007 - 2010 

    S-1, Program Studi KesehatanMasyarakat.Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2010 - sekarang

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    6/109

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

    Penyayang,, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Laporan Magang ini. Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah

    SAW yang membawa Rahmat kepada semesta alam.

    Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah magang semester VIII

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan laporan ini, berbagai pihak yang telah

    mendukung dan membantu penulis dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena

    itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :

    1. 

    Orang tua penulis yang telah memberi motivasi serta kasih sayang sehingga

    penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

    2.  Ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Fakultas, terima kasih

    atas semua arahan dan masukan dalam bimbingannya dalam penyusunan laporan

    ini.

    3. 

    Bapak Budi Ismawan selaku Pembimbing Lapangan yang memberikan

    bimbingan, masukan serta arahan kepada penulis.

    4.  Seluruh karyawan PT. Tira Austenite. Pak Freddy, Mbak Citra, Mbak Wiwi,

    Mbak Lidya, Pak Darmin, Pak Kirno, Mas Mul dan lainnya yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, saran serta

    informasinya.

    5. 

    Teman-teman mahasiswa Kesehatan Masyarakat dan segenap pihak yang telah

    membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.

    Akhir Kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT, kesalahan datangnya dari

    penulis sehingga laporan ini tidak terlepas dari segala kekurangan. Oleh karena itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan

    datang.

    Jakarta, Mei 2014

    Penulis

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    7/109

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .......................................................................................................... i

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

    PERNYATAAN PENGUJI ............................................................................... iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

    DAFTAR BAGAN ............................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

    DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

    DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2  Tujuan ..................................................................................................... 4

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    8/109

    1.2.1  Tujuan Umum ............................................................................ 4

    1.2.2 

    Tujuan Khusus ........................................................................... 4

    1.3  Manfaat ................................................................................................... 5

    1.3.1  Bagi Mahasiswa .......................................................................... 5

    1.3.2  Bagi Fakultas .............................................................................. 5

    1.3.3  Bagi Perusahaan ......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Industri Manufaktur Logam ................................................................ 7

    2.1.1  Perunggu ..................................................................................... 8

    2.1.2  Kawat Las ................................................................................... 9

    2.2  Produksi Bersih ...................................................................................... 12

    2.2.1 

    Definisi ........................................................................................ 13

    2.2.2  Konsep ......................................................................................... 13

    2.2.3  Penerapan ................................................................................... 15

    BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

    3.1  Alur Kegiatan ......................................................................................... 18

    3.2  Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 19

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Gambaran Umum Perusahaan ............................................................. 25

    4.1.1  Sejarah ........................................................................................ 25

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    9/109

    4.1.2  Visi dan Misi ............................................................................... 26

    4.1.3 

    Struktur Organisasi ................................................................... 28

    4.2  Produksi Kawat Las .............................................................................. 29

    4.2.1  Tahapan Produksi Kawat Las .................................................. 33

    4.2.2  Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Kawat Las

    ....................................................................................................... 46

    4.2.3  Hal Lainnya Terkait Produksi Kawat Las .............................. 51

    4.3  Produksi Perunggu ( Bronze) ................................................................. 54

    4.3.1  Tahapan Produksi Perunggu .................................................... 54

    4.3.2  Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Perunggu

    ....................................................................................................... 70

    4.3.3  Hal Lainnya Terkait Produksi Perunggu ................................ 77

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    5.1  Kesimpulan ............................................................................................. 79

    5.2  Saran ....................................................................................................... 81

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 82

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 89

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    10/109

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.2.1 Komposisi Bubuk Pengelasan Sesuai Jenisnya ........................... 31

    Tabel 4.2.2 Prosedur Standar Operasi Sesuai Jenis Kawat Las .................... 45

    Tabel 4.2.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkab Tahapan Produksi Kawat Las

    ............................................................................................................................... 50

    Tabel 4.3.1.1 Jenis Perunggu Berdasarkan Grade .......................................... 56

    Tabel 4.3.1.2 Standar Penarikan Produk Continuous Casting ....................... 63

    Tabel 4.3.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkan Tahapan Produksi Perunggu

    ............................................................................................................................... 74

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    11/109

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 3.1 Alur Kegiatan ................................................................................... 18

    Bagan 4.1.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 28

    Bagan 4.2.1 Proses Produksi Kawat Las ......................................................... 29

    Bagan 4.2.2 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Kawat Las MG NOX 29, Tanggal

    24 Februari 2014 ................................................................................................ 46

    Bagan 4.3.1 Proses Produksi Perunggu .......................................................... 54

    Bagan 4.3.4 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Perunggu Teknik Continuous

    Casting Grade LG-2, Tanggal 28 Februari 2014 ............................................. 70

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    12/109

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.2.1 Kawat Inti ................................................................................... 30

    Gambar 4.2.2 Bubuk Pengelasan ..................................................................... 31

    Gambar 4.2.1.1 Mixer Pencampur Adonan Bubuk Pengelasan .................... 35

    Gambar 4.2.1.2 Adonan Bubuk Pengelasan .................................................... 35

    Gambar 4.2.1.3 Penimbangan Kawat Inti ....................................................... 36

    Gambar 4.2.1.4 Proses Pencetakan Kawat Las ............................................... 37

    Gambar 4.2.1.5 Kawat Las Diproduksi Dari Mesin ....................................... 37

    Gambar 4.2.1.6 Pengamatan Kualitas Kawat Las .......................................... 38

    Gambar 4.2.1.7 Kawat Las di Rak Besi ........................................................... 39

    Gambar 4.2.1.8 Proses Pengeringan di Ruangan Khusus .............................. 40

    Gambar 4.2.1.9 Kawat Las yang Siap Dipanaskan ........................................ 40

    Gambar 4.2.1.10 Oven Untuk Memanaskan Kawat Las ............................... 41

    Gambar 4.2.1.11 Mesin Pengecapan Kawat Las ............................................. 43

    Gambar 4.2.1.12 Kawat Las Yang Sudah Diberi Cap .................................... 43

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    13/109

    Gambar 4.2.1.13 Kawat Las Yang Sudah Dikemas ........................................ 44

    Gambar 4.3.1.1 Tungku Peleburan ( Melting Furnace) .................................. 57

    Gambar 4.3.1.2 Pemeriksaan Sampel Dengan Spektrometer ........................ 58

    Gambar 4.3.1.3 Pemanasan Ladle Diatas Tungku Peleburan ....................... 59

    Gambar 4.3.1.4 Penuangan Logam Cair Dari Tungku .................................. 60

    Gambar 4.3.1.5 Pemasangan Dies Pada Holding Furnace ............................. 61

    Gambar 4.3.1.6 Penuangan Cairan Kedalam Holding Furnace .................... 62

    Gambar 4.3.1.7 Pemotongan Produk Continuous Dengan Mesin Gerinda . 65

    Gambar 4.3.1.9 Pendinginan Produk Dengan Air ......................................... 66

    Gambar 4.3.1.10 Pengurangan Diamater Produk Dengan Mesin Bubut .... 67

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    14/109

    DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 4.2.2 Perbandingan Material Produksi Kawat Las Per Bulan .... 49

    Diagram 4.3.2 Perbandingan Material Produksi Perunggu Per Bulan Tahun 2013

    ............................................................................................................................... 73

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    15/109

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Perizinan Magang ............................................................ 89

    Lampiran 2 Surat Tanggapan Proposal Magang .......................................... 90

    Lampiran 3 Surat Pengantar Pelaksanaan Magang ..................................... 91

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    16/109

    DAFTAR ISTILAH

    Blok = Sisa bahan baku yang berbentuk batangan

     Bronze = Perunggu

    Ceramic fiber = Isolator panas tahan api untuk penggunaan pada industri

    manufaktur logam, petrokimia sertaa keramik

    Continuous Casting = Metode untuk memproses logam cair menjadi bentuk

    padat secara kontinyu

    Degasser = Bahan tambahan untuk menghilangkan gas yang terlarut

    dalam logam cair

     Dies = Komponen dasar cetakan sesuai bentuk yang diinginkan

    Flux = Bahan yang digunakan untuk menghilangkan kotoran

    dari logam non-ferrous cair

    Foundry = Pengecoran / peleburan

    Grafit = Timbal hitam yang digunakan untuk cetakan

    Gram = Serpihan produk yang tebentuk saat pembubutan produk

     Holding Furnace = Tempat penampungan sementara logam cair

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    17/109

    Ingot = Alumunium dengan paduan tertentu yang umumnya

    berbentuk batangan

    Kawat Las = Logam pengisi yang dilelehkan untuk mengisi celah

    bagian yang akan di las

     Ladle = Wadah yang digunakan untuk memindahkan cairan

    logam

    LNG = Liquefied Natural Gas / gas alam yang dicairkan

    LPG = Liquefied Petroleum Gas / gas dari minyak bumi yang

    dicaikan

     Master Plan Report (MPR) = Laporan hasil rekapitulasi kuantitas barang jadi, sisa

    produksi, kehilangan serta besarnya keuntungan dan

    kerugian ekonomi pada setiap proses produksi

     Melting Furnace = Tungku untuk peleburan logam dari bentuk padat

    menjadi cair

    Morchem = Serbuk berwarna hitam yang digunakan sebagai pelapis

    ladle

    Mortar = Semen untuk pelapis ladle

    Potasium silikat

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    18/109

    dan Sodium silikat = Larutan alkali yang merupakan bahan campuran untuk

    bubuk pengelasan

     Request of Quotation (RFQ) = Permintaan kepada produsen / vendor untuk

    menyediakan produk

    Sand Casting = Teknik pengecoran logam dengan cetakan pasir

    Scrap = Bahan baku yang tersisa dari produksi suatu produk

    Sentrifugal Casting = Pengecoran logam dengan cara memasukka logam cair

    ke dalam cetakan dengan gaya sentrifugal

    Shamout = Pasir untuk pelapis ladle

    Slag = Hasil sampingan dari proses peleburan logam yang

    berbentuk bongkahan kecil

    Stock Opname = Kegiatan memeriksa kecocokan berat perunggu yang

    ada ditempat penyimpanan dengan berat yang tercantum di

    catatan

    Triset = Batuan berwarna putih sebagai pelapis ladle agar tidak

    lengket

    Welding = Pengelasan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    19/109

    BAB I

    PENDAHULUAN 

    1.1  Latar Belakang

    Semakin meningkatnya kemajuan teknologi serta tuntutan hidup manusia,

    semakin besar kebutuhan energi yang diperlukan. Karena tuntutan kebutuhan

    yang semakin besar, manusia semakin memerlukan kepraktisan dan kenyamanan

    untuk menjalani hidupnya. Sejak awal revolusi industri hingga era modern saat

    ini, pemakaian energi fosil seperti gas alam, minyak bumi dan batubara

    berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga berkontribusi besar atas

    kerusakan bumi. Di sisi lain, di abad 22 diperkirakan terjadi kelangkaan bahan

    bakar fosil karena semakin menipisnya cadangan energi (BATAN, 2009). Oleh

    karena itu, penggunaan energi yang ramah lingkungan dapat menjadi solusi yang

    tepat untuk mengatasi berbagai masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan

    pencemaran akibat penggunaan energi fosil.

    Produksi bersih adalah strategi pengelolaan yang bersifat preventif,

    terpadu, dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari

    hulu sampai hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk

    meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya

    pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya

    sehingga meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

    serta kerusakan lingkungan (Permen LH No. 31 Tahun 2009). Berdasarkan

    pengertian di atas, fokus utama penerapan Produksi Bersih adalah:

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    20/109

    a. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam,

    b. mencegah pencemaran lingkungan, dan

    c. mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya.

    Pelaksanaan produksi bersih dapat dilakukan secara internal maupun

    secara eksternal. Pelaksanaan secara internal dilakukan di dalam sistem produksi

    dan/atau jasa di perusahaan itu sendiri, misalnya upaya pengurangan jumlah

    limbah dari proses produksi. Pelaksanaan secara eksternal dilakukan diluar

    sistem produksi dan/atau jasa perusahaan, misalnya dengan cara membantu

    Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menerapkan produksi bersih dalam kegiatan

    usahanya. Beberapa upaya Produksi Bersih yang dapat diterapkan menurut

    KEMENLH tahun 2012:

    a. Penggantian (substitusi) bahan baku dan bahan penolong yang lebih

    ramah lingkungan

    b. Peningkatan efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan pembantu

    c. Peningkatan efisiensi penggunaan air

    d. Peningkatan efisiensi energi

    e. Pengelolaan limbah di dalam perusahaan.

    Prinsip-prisip dalam produksi bersih dikenal dengan 4R menurut

    KEMENLH tahun 2002 yaitu: reduce, reuse, recycle dan recovery.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    21/109

    PT. Tira Austenite saat ini adalah perusahaan yang memiliki dua unit

    bisnis strategis. Keduanya antara lain Industrial Products yang diimpor dari luar

    negeri seperti berbagai jenis baja khusus, kawat las dan mesin las, serta

     Industrial Gases yaitu gas-gas industri, gas-gas medis maupun gas-gas khusus.

    Departemen supply chain  (produksi) merupakan salah satu bagian dari

    unit bisnis strategis produk industri. Bagian ini memproduksi sendiri produk-

    produk keperluan industri, seperti perunggu (bronze) untuk mesin-mesin industri

    serta kawat las dengan spesifikasi sesuai permintaan konsumen. Konsumen

    produk-produk ini pada umumnya adalah industri yang membutuhkan

    penggantian suku cadang pada mesin produksinya.

    Pada industri pengecoran logam, terdapat berbagai bahaya yang dapat

    mempengaruhi kesehatan manusia. Di lingkungan kerja pengecoran logam

    terdapat bahaya antara lain: suhu tinggi, percikan logam panas, debu pembakaran

    serta serpihan material logam (Ireng, 2010).

    Sedangkan pada proses produksi kawat las juga terdapat faktor-faktor

    yang mempengaruhi kesehatan. Menurut penelitian Paran’ko, dkk (1992), faktor-

    faktor tersebut antara lain: kebisingan dan mangan dalam bentuk aerosol yang

    beterbangan di udara dalam konsentrasi yang tinggi. Dampak kesehatan dari zat

    tersebut adalah kemungkinan beracun pada darah, paru-paru, otak, sistem saraf

    pusat serta kerusakan organ jika terpapar dalam waktu yang lama (Science Lab,

    2013).

    Dalam proses produksi kawat las dan perunggu di PT. Tira Austenite,

    dihasilkan berbagai keluaran baik produk maupun bukan produk. Keluaran

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    22/109

    bukan produk tersebut ada yang dapat dimanfaatkan kembali untuk proses

    produksi, serta ada yang menjadi limbah. Limbah tersebut ada yang langsung

    dibuang ke lingkungan dan ada pula yang dijual ke pengepul. Di sisi lain, selama

    proses produksi juga terdapat hal-hal yang mempengaruhi kesehatan manusia

    serta lingkungan sekitar. Selain itu, bahan bakar untuk tungku peleburan

    perunggu menggunakan LNG yang lebih ramah lingkungan dibandingkan

    industri serupa yang menggunakan kokas dan solar.

    Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis merasa

    perlu untuk mengamati penerapan produksi bersih di PT. Tira Austenite. Hasil

    pengamatan ini akan dianalisis berdasarkan prinsip produksi bersih, inefisiensi

    pada proses serta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

    sekitar.

    1.2  Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Mengetahui implementasi produksi bersih di PT. Tira Austenite.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    1.  Mengetahui gambaran umum PT. Tira Austenite.

    2.  Mengetahui proses produksi kawat las di PT. Tira Austenite.

    3.  Mengetahui proses produksi perunggu (bronze) di PT. Tira Austenite.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    23/109

    4.  Mengetahui adanya kemungkinan inefisiensi pada proses produksi di PT.

    Tira Austenite.

    1.3  Manfaat

    1.3.1 Bagi Mahasiswa

    1.  Dapat mengerapkan keilmuan Kesehatan Lingkungan dibidang Produksi

    Bersih, serta mengaplikasikan antara teori yang didapat di perkuliahan

    dan penerapannya di lingkungan kerja PT. Tira Austenite.

    2.  Bertambahnya pengetahuan mengenai ilmu Kesehatan Lingkungan yang

    belum didapat selama perkuliahan, serta mempelajarinya di lingkungan

    kerja PT. Tira Austenite.

    3.  Mendapat pengalaman bekerja sesuai dengan keilmuan dan poin-poin

    yang akan diteliti di PT. Tira Austenite.

    1.3.2 Bagi Fakultas

    1.  Terciptanya kerja sama dengan perusahaan tempat magang untuk

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

    2.  Mendapat saran agar program magang selanjutnya dapat berjalan lebih

    baik.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    24/109

    1.3.3 Bagi Perusahaan

    1.  Mendapat masukan untuk memperbaiki upaya produksi bersih

    berdasarkan hasil observasi yang didapat.

    2.  Terjalin kerja sama antara pihak institusi pendidikan dengan perusahaan

    dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.

    3.  Hasil dari kegiatan magang yang dilakukan penulis dapat dijadikan acuan

    yang bermanfaat tentang kajian produksi bersih di lingkungan

    perusahaan.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    25/109

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Industri Manufaktur Logam

    Menurut Zulkifli (2001), manufaktur atau kegiatan produksi adalah kegiatan

    mengubah masukan (input ) menjadi keluaran (output ) berupa barang atau jasa.

    Misalnya sebuah perusahaan mengolah berbagai masukan seperti bahan mentah,

    tenaga kerja serta sistem menjadi kendaraan bermotor.

    Tidak seperti industri pada umunya, manufaktur biasanya dimiliki oleh

    pebisnis besar karena memerlukan peralatan, energi, tenaga kerja, bahan baku

    mentah, serta modal yang besar untuk memulainya (Griffin, 2004). Dengan kata

    lain modal yang besar sangat diperlukan untuk mendirikan manufaktur karena

    dibutuhkan biaya untuk menggaji jumlah karyawan yang besar, pembelian dan

    pemeliharaan peralatan, pembelian bahan baku mentah serta lainnya.

    Berdasarkan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

    Republik Indonesia nomor 19 tahun 1986, ditetapkan sistem klasifikasi industri.

    Salah satu industri dalam klasifikasi tersebut adalah industri manusfaktur logam.

    Manufaktur logam termasuk kelompok Industri Mesin Logam Dasar dan

    Elektronika, yaitu mengolah bahan mentah logam untuk dijadikan berbagai

    mesin, rekayasa dan bahan perakitan. Dari berbagai produk manufaktur logam,

    salah satunya adalah produk pengelasan dan peleburan, dua diantaranya yaitu:

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    26/109

    2.1.1  Perunggu ( bronze)

    Menurut Allen (2009), perunggu merupakan logam keemasan dan

    kemerahan cerah yang pada umumnya mengandung 90 persen tembaga dan

    10 persen timah. Namun saat ini istilah “perunggu” diberikan untuk

    perpaduan yang luas meliputi logam lainnya seperti alumunium, silikon,

    mangan, nikel dan seng. Perunggu sering dimanfaatkan sebagai patung,

    lonceng, ornamen, perangkat keras dan jalur cuaca.

    Menurut Oktoby dkk (2003), perunggu adalah aloy (perpaduan) timah

    dan tembaga. Materi ini tidak rapuh tetapi keras, dapat dituang di cetakan dan

    memiliki titik leleh sekitar 950°C, lebih rendah daripada titik leleh tembaga

    murni (1084°C).

    Perunggu merupakan logam yang memiliki banyak kegunaan. Di Jepang,

    orang-orang mulai melirik logam sebagai bahan material bangunan karena

    memiliki karakter yang tidak dimiliki kayu, rumput, tanah dan batu. Bahan-

    bahan metal khususnya perunggu digunakan sebagai bahan pahatan dalam

    arsitektur (Widagdo, dkk. 2013).

    Sejak ratusan tahun yang lalu perunggu digunakan sebagai material

    dalam pembuatan alat musik. Gamelan, simbal, drum dan senar gitar yang

    terbaik pada umumnya menggunakan perunggu sebagai dasar materialnya.

    Alat-alat musik tiup seperti terompet, klarinet dan saksofon juga

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    27/109

    menggunakan bahan perpaduan tembaga-timah (Cu-Sn) untuk memperoleh

    kualitas bunyi yang baik. Kelebihan perunggu adalah mudah dibentuk dalam

    kondisi panas dan stabil bentuknya pada suhu kamar (Wibowo, 2007).

    Dalam bidang industri, perunggu banyak digunakan pada beberapa

    elemen mesin, antara lain: bantalan mesin, sudu pompa, ring piston, lonceng

    dan roda gigi. Perunggu digunakan untuk mesin industri memiliki sifat

    mudah dicor karena daya alir yang tinggi, mudah dibentuk dalam kondisi

    panas karena memiliki struktur Kristal hexagonal closed packed (HCP),

    tahan aus, tahan korosi serta memiliki kekuatan yang baik (Sugita, dkk.

    2010).

    2.1.2 

    Kawat Las (welding electrodes) 

    Kawat las atau elektroda las adalah logam pengisi yang dilelehkan untuk

    mengisi celah sambungan yang akan di las. Jenisnya bermacam-macam

    tergandung dari material yang akan di las serta cara pengelasan yang akan

    dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan elektroda yang

    digunakan untuk pengelasan antara lain:

    a.  Jenis logam yang akan dilas

    b.  Ketebalan dan bentuk logam yang akan dilas

    c.  Bentuk sambungan

    d.  Posisi pada saat pengelasan

    e.  Spesifikasi yang diharapkan secara teknis

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    28/109

    f.  Arus listrik yang tersedia. (Anonim)

    2.1.2.1 Jenis-jenis Kawat Las 

    Menurut Saputa (2004), pemakaian jenis kawat las atau elektroda

    tergantung pada bahan yang akan dilas dan posisi yang digunakan dalam

    pengelasan. Untuk pelat yang tipis digunakan elektroda berukuran kecil,

    begitu pula sebaliknya. Jika pelat yang kecil menggunakan elektroda

    yang besar, pelat tersebut akan terbakar dan meninggalkan lubang. Oleh

    karena itu, elektroda yang dibuat juga harus sesuai dengan sifat arus

    listrik dan jenis elektrodanya, yaitu: Jenis elektroda untuk AC, jenis

    elektroda untuk DC-, jenis elektroda untuk DC+ dan jenis elektroda untuk

    DC±. Berikut ini jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pengelasan:

    a.  RD-260

    Merupakan kawat las tipe “titania” tinggi yang hanya

    digunakan untuk pengelasan vertikal atau tegal lurus ke bawah.

    Mudah digunakan dan percikannya sedikit serta dapat digunakan

    pada arus AC ataupun DC.

    b.  C-11

    Merupakan kawat las cellulosic  kawat las segala posisi

    untuk pengelasan DC+ yang digunakan pada pemakaian-

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    29/109

    pemakaian umum. Pembekuannya cepat, pembentukannya

    teraknya sedikit, unsur apinya stabil, penetrasi kuat dan cairan

    “slag”nya mudah dikendalikan.

    c.  RD-460

    Kawat las titania  tinggi dengan  flux  yang tebal. Alur las

    yang dihasilkan tebal, baik dan dangkal penetrasinya. Sedikit

    menimbulkan percikan dan teraknya dapat terlepas dengan

    sendirinya. Kawat las ini digunakan dengan metode kontak dan

    dapat digunakan pada arus AC ataupun DC.

    d.  1-10

    Kawat las tipe ilmenite  yang berasap 30% lebih sedikit

    dibandingkan asap dari kawat las tipe ilmenite  biasa. Mudah

    digunakan pada segala posisi pengelasan, sedikit percikan dan

    mudah dilepaskan teraknya.

    e.  ED-7

    Kawat las tipe ilmenite  mudah dilas dengan efisiensi

    tinggi. Mudah digunakan dengan posisi pengelasan vertikal dan di

    atas kepala, logam las memiliki sifat-sifat mekanis, daya tahan

    keretakan dan hasil sinar X sangat baik. Cocok untuk pengelasan

    bagian yang memerlukan kekuatan dari segala posisi. Besar arus

    pengelasan yang digunakan pada kawat las harus tepat dan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    30/109

    dikeringkan pada temperature 80°C -120°C selama 30-60 menit

    sebelum digunakan.

    f.  LT-03

    Kawat las tipe lime-utania  yang digunakan untuk

    pengelasan dalam semua posisi terutama horizontal. Teraknya

    mudah dilepaskan, bususr api mudah menyala dan tenang, efisien

    dalam pengerjaan dan pengelasan, sedikit percikan dan daya

    tahannya baik terhadap keretakan.

    g.  GA-27

    Kawat las tipe bubuk besi oksida dengan efisiensi yang

    tinggi. Cocok untuk pengelasan dengan alat dan pengelasan

    dengan tangan. Untuk pengelasan dengan tangan dilakukan

    dengan pengelasan kontak dengan kemiringan yang dijaga. Kawat

    las yang lembab dikeringkan dengan suhu antara 80°C - 120°C

    selama 30 – 60 menit.

    2.2  Produksi Bersih

    Produksi bersih adalah bagian dari konsep produksi dan konsumsi yang

    berkelanjutan. Dengan metode dan teknologi bersih diharapkan dampak yang

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    31/109

    dihasilkan dari proses maupun hasil produksi dapat diminimalisasi serta tidak

    mengganggu manusia dan lingkungan.

    2.2.1  Definisi

    Definisi produksi bersih menurut UNEP (United Nations Environment

    Program, 1990) merupakan aplikasi berkelanjutan dari strategi lingkungan

    yang terintegrasi kepada proses, produk dan pelayanan untuk meningkatkan

    efisiensi dan mengurangi risiko untuk manusia dan lingkungan.

    Menurut KLH (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002), produksi bersih

    adalah strategi lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan

    secara terus-menerus pada setiap proses produksi, produk dan jasa untuk

    meningkatkan efisiensi sehingga mengurangi dampak terhadap manusia dan

    lingkungan.

    2.2.2  Konsep

    Pada awalnya digunakan konsep end-of-pipe treatment , yaitu fokus pada

    pengolahan dan pembuangan limbah. Di sisi lain konsep ini tidak sepenuhnya

    efektif untuk memecahkan masalah lingkungan. Kendala dari konsep ini

    antara lain:

    a.  Pendekatan baru dilakukan setelah limbah terbentuk.

    b.  Pengolahan limbah cair, padat atau gas berisiko menyebabkan

    berpindahnya polutan dari satu media ke media lainnya.

    c.  Biaya investasi dan operasi yang tinggi.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    32/109

    d.  Memerlukan berbagai peraturan, ketersediaan biaya serta SDM

    yang handal untuk pengawasan tetapi control social lemah dan

     jumlah sarana serta prasarana yang terbatas.

    Karena berbagai kendala konsep end-of-pipe treatment , muncullah

    konsep produksi bersih untuk pengelolaan lingkungan. Produksi bersih

    bertujuan untuk mencegah dan meminimalisasi limbah atau bahan pencemar

    yang dibuang ke lingkungan. Ada dua keuntungan yang diperoleh dari

    konsep produksi bersih ini. Pertama, kelestarian lingkungan terjaga karena

    terbentuknya limbah dapat dikurangi. Kedua, adanya efisiensi dalam proses

    produksi sehingga biaya produksi dapat dikurangi. Prinsip-prisip dalam

    produksi bersih dikenal dengan 4R, antara lain:

    a.   Reuse  atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang

    memungkinkan limbah dapat digunakan kembali tanpa

    mengalami perlakuan secara fisik/kimia/biologi.

    b.   Reduce  atau pengurangan limbah pada sumbernya. Misalnya

    mengganti bahan B3 dengan non-B3.

    c.   Recovery  atau daur ulang yaitu memisahkan bahan atau energi

    dari limbah dengan atau tanpa perlakuan.

    d.   Recycling  atau daur ulang adalah memproses limbah dengan

    perlakuan agar kembali seperti proses semula. Misalnya sampah

    plastik yang dibuat biji plastik yang bertujuan sebagai bahan baku

    produk lainnya (KLH, 2002).

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    33/109

    2.2.3  Penerapan

    Dalam penerapan produksi bersih, ada beberapa perusahaan yang masih

    terdapat inefisiensi dalam proses produksinya sehingga ada peluang

    diterapkannya konsep produksi bersih. Berdasarkan penelitian Nurdalia

    (2006) mengenai peluang penerapan produksi bersih pada beberapa usaha

    kecil batik cap di Pekalongan, terjadi inefisiensi pada setiap proses produksi,

    seperti penggunaan malam, zat warna serta penggunaan air. Alternatif

    penanganan sebagai implementasi produksi bersih dapat dilakukan dengan

    pemanfaatan sisa kain, membuat bak perangkap malam, memasang lantai

    keramik, memasang  flowmeter   untuk memantau jumlah penggunaan air,

    mengganti peralatan produksi yang rusak serta menjaga kebersihan.

    Berdasarkan penelitian Gunawan (2006) mengenai peluang penerapan

    produksi bersih pada sistem pengolahan air limbah domestik di perumahan

    PT. Badak NGL Bontang, terjadi inefisiensi dalam penggunaan air bersih,

    energi listrik dan klorin. Dimana pemakaian air bersih sebesar 700

    L/kapita/hari, pemakaian klorin sebanyak 5475 Kg/tahun tetapi kandungan

    klorin dalam effluent   sering dibawah standar, serta waste water treatment

    (WWTP) yang tidak sesuai dengan beban limbah yang masuk dimana unit

    hanya bekerja 5-15% dibawah kapasitas desain sehingga pemakaian listrik

    tidak efisien. Tindakan penerapan konsep produksi bersih yang dapat

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    34/109

    dilakukan antara lain: perbaikan pola konsumsi, perbaikan saluran distribusi

    air, penyesuaian kapasitas pengolahan unit dengan beban limbah yang masuk

    serta perbaikan sistem injeksi klorin.

    Salah satu contoh perusahaan yang sudah menerapkan produksi bersih

    terdapat pada penelitian Nugraha dan Susanti (2006). Dalam penelitiannya

    mengenai penerapan produksi bersih, PT. Indah Kiat Pulp and Paper (PT.

    IKPP) sebagai objek penelitiannya telah melakukan berbagai cara sehingga

    limbah produksi dapat dikurangi. Pelaksanaan produksi bersih yang

    dilakukan antara lain:

    a.  Mengolah air sisa produksi dengan penambahan zat kimia untuk

    memisahkan serat dengan air. Serat yang berhasil dipisahkan

    kemudian dikurangi kadar airnya, lalu dikirim kembali ke tempat

    bahan baku untuk diproses kembali menjadi kertas.

    b.  Penerapan produksi bersih di  paper machine  dengan cara:

    mengurangi fiber loss pada mesin, efisiensi bahan kimia, efisiensi

    penggunaan uap panas, mengurangi terjadinya broke  (terputusnya

    lembaran kerja) serta mengembalikan lembaran yang terputus

    untuk diolah kembali.

    c.  Daur ulang di tahap  finishing, yaitu penyortiran produk yang

    cacat. Produk yang cacat diproses kembali mulai dari awal

    sebagai bahan baku, sehingga tidak terbuang.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    35/109

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    36/109

    BAB III

    ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

    3.1  Alur Kegiatan

    Bagan 3.1 Alur Kegiatan

    Pengamatan

    proses produksi

    di bagian foundry

    dan welding

    Pemberian

    petunjuk magang

    serta pengenalan

    oleh pembimbing

    lapangan

    Studi literatur,

    pengambilan data

    obsevasi dan

    wawancara terkait

    dengan tema

    Pencarian dan

    pengumpulan

    kelengkapan

    data serta

    dokumentasi

    Presentasi laporan

    magang

    Penyusunan laporan

    magang

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    37/109

    3.2  Jadwal Kegiatan 

    Hari Tanggal Kegiatan Tempat

    Jum’at 21 Februari

    2014

    - Perkenalan dengan

    karyawan

    - Penyusunan format laporan

    - Ruang kantor

    welding 

    Senin 24 Februari

    2014

    - Observasi dan wawancara di

    bagian pengelasan (welding)

    produksi kawat las

    - Melakukan pressing 

    produksi kawat las sebelum

    proses pengeringan

    - Pemeriksaan kualitas kawat

    las tahap awal

    - Studi literatur

    - Ruang produksi

    welding

    - Ruang kantor

    welding 

    Selasa 25 Februari

    2014

    - Studi literatur

    - Konsultasi dengan

    pembimbing lapangan

    - Ruang kantor

    welding 

    Rabu 26 Februari

    2014

    - Studi literatur

    - Penyusunan laporan

    produksi kawat las

    - Wawancara dengan

    - Ruang kantor

    welding 

    - Ruang produksi

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    38/109

    karyawan di bagian produksi

    kawat las

    welding 

    Kamis 27 Februari

    2014

    - Wawancara dengan

    karyawan di bagian

     purchasing 

    - Pengambilan data daftar

    harga barang.

    - Studi literatur

    - Konsultasi dengan

    pembimbing lapangan

    - Pengambilan data

    keuntungan dan kerugian

    ekonomi

    - Ruang kantor

     foundry

    - Ruang kantor

    welding 

    Jum’at 28 Februari

    2014

    - Observasi dan wawancara di

    bagian foundry (continuous) 

    - Wawancara di bagian

    Quality Control (QC )

    - Evaluasi dengan

    pembimbing lapangan

    - Ruang produksi

     foundry

    - Ruang QC

    Senin 3 Maret 2014 - Pengambilan data komposisi

    bubuk pengelasan

    berdasarkan jenisnya dan

    - Ruang produksi

    welding

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    39/109

    material safety data sheet  

    - Wawancara dan observasi

    keadaan lingkungan dan

    sanitasi di sekitar

    perusahaan

    - Halaman

    Selasa 4 Maret 2014 - Identifikasi dan analisis

    masalah kesehatan

    lingkungan di bagian

    produksi kawat las

    - Pengambilan sampel air

    buangan produksi kawat las

    (hulu)

    - Ruang kantor

    welding

    - Ruang produksi

    welding

    Rabu 5 Maret 2014 - Observasi kolam

    penampung limbah welding 

    dan wawancara karyawan

    mengenai buangan air

    limbah bagian welding 

    - Pengambilan sampel air di

    kolam penampungan limbah

    welding 

    - Pengambilan data

    pemakaian energi listrik

    - Halaman

    samping

    perusahaan

    - Ruang produksi

    welding

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    40/109

    Kamis 6 Maret 2014 - Mengikuti proses Stock

    Opname (SO)

    - Wawancara mengenai

    penggunaan energi

    - Ruang produksi

     foundry

    - Ruang

    maintenance

    Jum’at 7 Maret 2014 - Pengamatan kualitas air

    limbah bagian foundry 

    - Evaluasi dan bimbingan

    dengan pembimbing

    lapangan

    Senin 10 Maret

    2014

    - Mengisi Master Plan Report  

    (MPR)

    - Studi literatur

    - Ruang kantor

    welding

    Selasa 11 Maret

    2014

    - Studi literatur

    - Menyusun file Request For

    Quotation (RFQ)

    - Ruang kantor

    welding 

    Rabu 12 Maret

    2014

    - Mengisi Master Plan Report  

    (MPR)

    - Studi literatur

    - Ruang kantor

    welding 

    Kamis 13 Maret

    2014

    - Studi literatur

    - Mengisi Master Plan Report  

    (MPR)

    - Pengambilan air sampel inlet

    - Ruang kantor

    welding

    - Halaman dan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    41/109

    dan outlet di ruang foundry  cooling tower  

    Jum’at 14 Maret

    2014

    - Pengamatan sampel air inlet

    dan outlet dari foundry 

    - Evaluasi dan bimbingan

    dengan pembimbing

    lapangan

    Senin 17 Maret

    2014

    - Revisi laporan produksi

    kawat las

    - Ruang kantor

    welding 

    Selasa 18 Maret

    2014

    - Wawancara dengan

    karyawan di bagian produksi

    kawat las

    - Pengambilan data produksi

    kawat las dan perunggu di

    bagian quality control 

    - Ruang produksi

    welding

    - Ruang QC

    Rabu 19 Maret

    2014

    - Penyusunan dan revisi

    laporan

    - Observasi dan wawancara di

    bagian foundry (continuous 

    dan sand casting).

    - Ruang kantor

    welding

    - Ruang produksi

     foundry

    Kamis 20 Maret

    2014

    - Penyusunan dan revisi

    laporan

    - Ruang kantor

    welding

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    42/109

    - Wawancara di bagian

    maintenance 

    - Ruang

    maintenance 

    Jum’at 21 Maret

    2014

    - Evaluasi dan bimbingan

    dengan pembimbing

    lapangan

    - Penyusunan dan revisi

    laporan

    - Berpamitan dengan seluruh

    karyawan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    43/109

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Gambaran Umum Perusahaan

    4.1.1  Sejarah

    Berawal sebagai Divisi Teknik di PT. Tigaraksa di tahun 1971, PT. Tira

    Austenite Tbk didirikan pada tanggal 8 April 1974. Dengan aktivitas bisnis sebagai

    perusahaan perdagangan yang berfokus sebagai distributor, perwakilan, dan agen

    tunggal berlisensi untuk produk-produk teknik permesinan berkualitas tinggi dari

    Eropa, PT. Tira Austenite Tbk telah dikenal luas sebagai perwakilan dari

    perusahaan-perusahaan Eropa yang terkemuka.

    Dengan perkembangannya yang pesat, PT. Tira Austenite Tbk memperluas

    area bisnisnya dari perdagangan menjadi manufaktur. Di bulan juli 1993, PT. Tira

    Austenite Tbk menjadi perusahaan publik yang sahamnya terdaftar pada Bursa Efek

    Indonesia. Saat ini pemegang saham utama dari PT. Tira Austenite Tbk adalah PT.

    Mulia Darma Sarana, PT. Widjajatunggal Sejahtera, dan PT. Martensite Unggul.

    PT. Tira Austenite Tbk memiliki dua Strategic Business Unit (SBU), yaitu :

    SBU Industrial Products dan SBU Industrial Gases. SBU Industrial Products

    memfokuskan diri untuk memasarkan produk-produk teknik untuk keperluan

    industri seperti Kawat Las, berbagai macam jenis Baja,  Bronze, Mesin Las dan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    44/109

    Mesin Potong. Selain itu di dalam SBU Industrial Products  juga terdapat divisi

    khusus yang disebut Divisi  Manufacturing, dimana dalam divisi ini PT. Tira

    Austenite Tbk memproduksi sendiri produk Bronze dan Welding Electrodes.

    SBU Industrial Gases memfokuskan diri untuk memasarkan gas-gas

    keperluan industri seperti Argon, Asetilen, Hidrogen, Karbondioksida, Nitrogen dan

    Oksigen. Selain itu SBU Industrial Gases juga memasarkan gas-gas medis serta gas-

    gas khusus baik dalam bentuk gas tabung ataupun cairan. Dalam hal ini PT. Tira

    Austenite Tbk bekerjasama dengan beberapa principal gas industri ternama untuk

    memastikan bahwa kualitas gas yang diberikan benar-benar terjaga dengan baik.

    PT. Tira Austenite Tbk menyediakan berbagai macam produk teknis dan gas

    industri di berbagai bidang industri yang berbeda seperti : industri pupuk, semen,

    gula, kelapa sawit, pembangunan kapal, pertambangan, minyak dan gas, perkayuan,

    baja, perbengkelan umum, industri otomotif, kaca, pertambangan timah, pipa, tekstil,

    kertas, aluminium, gedung gedung (rumah sakit, perkantoran dan hotel), kimia,

    beragam industri kecil, sedang dan berat, tenaga listrik dan pencetakan baja.

    4.1.2 

    Visi dan Misi

    4.1.2.1  Visi

    Menjadi perusahaan yang terdepan dan dapat diandalkan dibidang produk

    dan gas industri di Indonesia.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    45/109

    4.1.2.2 

    Misi

    a.  Menciptakan sistem kerja yang efektif dan tepat guna serta

    mendukung etika bisnis yang sesuai.

    b.  Menghasilkan produk dan gas industri yang inovatif dan

    berkualitas tinggi serta bernilai tambah.

    c.  Membangun reputasi perusahaan yang baik dengan terus

    menerus meningkatkan kualitas pelayanan yang prima bagi

    semua mitra bisnis.

    d.  Menjaga lingkungan kerja yang sehat dan aman.

    e. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten dan

    menjunjung tinggi profesionalisme serta memberikan manfaat

    maksimal kepada semua pihak yang berkepentingan. 

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    46/109

    4.1.3  Struktur Organisasi

    Bagan 4.1.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

    Sumber: Company Profile PT. Tira Austenite

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    47/109

    4.2  Produksi Kawat Las

    Proses pembuatan kawat las secara umum, mulai dari awal sampai akhir adalah

    sama, yang membedakan adalah waktu pencampuran, ketebalan lapisan (coating),

    kelembaban saat tahap pengeringan, waktu pemanasan dan suhu di oven serta pemberian

    cap sesuai nama produknya. Pada saat observasi dan wawancara tanggal 24 Februari

    2014, kawat las yang sedang diproduksi yaitu MG NOX 29. Secara umum, produksi

    kawat las terdiri dari beberapa tahap, Berikut ini bagan alir proses produksi kawat las.

    Bagan 4.2.1 P Produksi Kawat Las

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    48/109

    Proses produksi kawat las membutuhkan bahan baku dan bahan penolong.

    Bahan bakunya yaitu kawat inti (core wire) , serta bahan penolong seperti air,

    potasium silikat, sodium silikat dan bubuk pengelasan (welding powder ). Masing-

    masing kawat inti terdiri atas berbagai jenis, yaitu: ER 312 (1.4337 29/9), NiFe

    (bimetal), Mild Steel (1.4323), ER 310 (1.4842 NCT 3), ER 308L (1.4316), Mild

    Steel (1.0323), NiCu (monel), ER Cu Sn-A, ER 316L (1.4430), serta Ni 99.2.

    Diameter kawat yang digunakan antara lain: 2mm, 2,5mm, 3,25mm dan 4mm.

    Gambar 4.2.1 Kawat Inti

    Sedangkan bubuk pengelasan dikemas dalam drum berwarna hitam dengan

    berat 50kg. Jenis bubuk pengelasan yang tersedia antara lain: NOX 4, NOX 10,

    NOX 21, NOX 29, NOX 35, CAST 1, CAST 6, CAST 31, CON 15, CON 33, CON

    53, 29 SYN, DUR 3, DUR 7, DUR 18, DUR 42, DUR 65, DUR 150, CU 11. Namun

    yang sering digunakan hanya CAST 1, CAST 6, NOX 4, NOX 21, NOX 29, NOX

    309L, DUR 7 dan DUR 18.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    49/109

    Gambar 4.2.2 Bubuk Pengelasan

    Dari berbagai jenis bubuk pengelasan yang digunakan, hanya beberapa jenis

    saja yang sering digunakan dalam proses produksi serta tercantum komposisinya,

    antara lain:

    Tabel 4.2.1 Komposisi Bubuk Pengelasan Sesuai Jenisnya

    Jenis bubuk pengelasan Komposisi Kadar (%)

    NOX 29 Kalsium karbonat 1-10

    Kalsium fluorida 1-10Potasium oksalat 1-10

    Kromium 10-25

    Besi 10-20

    Silikon 1-10

    Titanium dioksida 20-30

    Mangan 1-10

    Potasium feldspar 5-15

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    50/109

    Jenis bubuk pengelasan Komposisi Kadar (%)

    NOX 35 Silikon dioksida 10-20

    Kalsium karbonat 10-20

    Barium karbonat 1-10

    Besi oksida 1-10

    Kalsium fluorida 1-10

    Titanium dioksida 10-20

    Kromium 5-15

    Nikel 5-15

    Mangan 5-15

    CAST 1 Silikon dioksida 10-20

    Kalsium karbonat 20-30

    Karbon 1-10

    Barium karbonat 20-40

    Besi oksida 1-10

    Kalsium fluorida 10-20

    CAST 6 Silikon dioksida 10-20

    Kalsium karbonat 20-30

    Karbon 1-10

    Barium karbonat 35-45

    Kalsium fluorida 10-20DUR 7 Kalsium karbonat 1-10

    Kalsium fluorida 25-35

    Karbon 5-15

    Potasium oksalat 1-10

    Kromium 15-25

    Besi 10-20

    Silikon 1-10

    Barium karbonat 1-10

    Titanium dioksida1-10

    DUR 18 Sodium alum fluorida 1-10

    Silikon 1-10

    Kalsium karbonat 1-10

    Karbon 5-15

    Besi oksida 1-10

    Kalsium fluorida 1-10

    Titanium dioksida 15-25

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    51/109

    Kromium 20-40

    Potasium oksalat 1-10

    Besi 10-20

    Potasium feldspar 1-10

    SYN Nic 29 Kalsium karbonat 1-10Kalsium fluorida 1-10Kromium 20-25Besi 10-20Silikon 1-10Titanium dioksida 20-30Mangan 1-10Potasium feldspar 5-15

    CON 53 Selulosa 15-25Magnesit 10-20Besi 30-40Silikon dioksida 5-15Grafit 5-15

    Sumber:data Messer Welding, Februari 2014. 

    4.2.1  Tahapan Produksi Kawat Las

    a. Pencucian (washing)

    Sebelum dilakukan proses pencampuran, alat pencampur (mixer )

    dicuci terlebih dahulu dengan air sebelum digunakan. Pencucian ini bertujuan

    untuk membersihkan sisa-sisa campuran bubuk pengelasan yang telah

    digunakan sebelumnya. Lamanya proses pencucian air sekitar 20 menit.

    Proses pencucian mixer dilakukan dengan menggunakan air sampai baling-

    baling pengaduk yang berada di dalamnya bersih. Sisa-sisa bubuk pengelasan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    52/109

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    53/109

    Gambar 4.2.1.1 Mixer Pencampur Adonan Bubuk Pengelasan

    c.  Pencetakan ( pressing)

    Gambar 4.2.1.2 Adonan Bubuk Pengelasan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    54/109

    Campuran yang dihasilkan kemudian dikeluarkan dari dalam mixer ,

    kemudian dituang kedalam wadah. Campuran di wadah tersebut lalu

    dimasukkan ke dalam mesin pencetakan ( pressing).

    Gambar 4.2.1.3 Penimbangan Kawat Inti

    Sebelum dilakukan pencetakan di dalam mesin, kawat inti terlebih

    dahulu ditimbang. Kawat inti yang digunakan dalam pembuatan kawat las

    MG NOX 29 seberat 400 kg. Kawat inti yang sudah ditimbang lalu

    ditambahkan sedikit demi sedikit ke mesin. Satu persatu kawat yang

    ditambahkan masuk kedalam mesin kemudian terlapis dengan campuran

    bubuk pengelasan.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    55/109

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    56/109

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    57/109

    d. Pengeringan ( drying)

    Setelah kawat keluar dari mesin kemudian ditata diatas rak besi.

    Setelah satu rak penuh lalu ditumpuk dengan rak berikutnya sampai penuh.

    Ketinggian rak yang ditumpuk sekitar 30 – 40 buah. Setelah itu tumpukan rak

    yang berisi kawat las dipindahkan kedalam ruangan pengeringan dan

    disimpan selama 36 jam. Setelah proses pengeringan kawat las MG NOX 29,

    diukur kelembaban aktual sebelum dimasukkan kedalam oven. Hasil

    pengukuran menunjukkan kelembaban sebesar 3, 1% sedangkan standar

    kelembaban untuk kawat las MG NOX 29 sebesar 2%. Karena kelembaban

    masih diatas standar, kawat las tersebut membutuhkan waktu lebih lama

    dalam ruang pengeringan agar kelembabannya berkurang.

    Gambar 4.2.1.7 Kawat Las di Rak Besi

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    58/109

    Gambar 4.2.1.8 Proses Pengeringan di Ruangan Khusus

    e.  Pemanasan di oven

    Setelah dilakukan pengeringan, kemudian tumpukan rak berisi kawat

    las dipindahkan kedalam oven. Kawat las dipanaskan selama beberapa jam

    untuk menghilangkan sebanyak mungkin kadar air. Uap air yang keluar dari

    oven dikeluarkan melalui cerobong asap dan dibuang keluar.

    Gambar 4.2.1.9 Kawat Las yang Siap Dipanaskan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    59/109

    Gambar 4.2.1.10 Oven Untuk Memanaskan Kawat Las

    f.  Penyortiran

    Kawat las yang sudah dikeluarkan dari oven didiamkan selama

    kurang lebih 30 menit untuk menghilangkan panas. Setelah dingin, kawat-

    kawat las tersebut diperiksa kelembabannya. Jika melebihi standar yang

    sudah ditentukan, maka kawat tersebut dikembalikan ke oven untuk

    dikurangi kadar airnya. Kadar kelembaban yang tinggi pada kawat las

    tersebut dapat menyebabkan lapisan pada kawat menjadi pecah saat

    dilakukan pengelasan, yang berarti kualitas kawat tersebut buruk.

    Kawat yang kadar kelembabannya sudah dibawah standar lalu

    disimpan di bagian penyimpanan/ gudang. Produk jadi tersebut baru

    dikeluarkan dari gudang jika ada pesanan. Pada tahap pengeringan sampai

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    60/109

    tahap penyortiran, jumlah kawat las yang rusak nihil. Penyusutan berat sejak

    tahap awal sampai akhir sebesar 18 kg. Secara singkat, dengan perhitungan

    matematis dapat digambarkan dengan:

    Berat bahan baku = Berat akhir produk jadi + bahan yang hilang / rusak

    (penyusutan)

    93,6 kg = 475 kg + 18,6 kg

    Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014. 

    g. Pemberian Cap ( Printing)

    Kawat yang disimpan di gudang kemudian dikeluarkan dan diberi cap

     jika ada pesanan. Pemberian cap dilakukan pada kawat las untuk menandai

    sesuai nama produk atau merek dagang. Kode yang terdapat didalam kurung

    adalah jenis bubuk pengelasan yang digunakan sebagai pelapis.

    Nama produk yang dicetak pada kawat las antara lain: MG 600 (NOX

    29), MG 210 (CAST 31), MG 570 (CON 53), MG 610 (NOX 21), MG 601

    (29 SYN), MG 750 (NOX 35), MG 540 (CON 15), MG 740 (DUR 3), MG

    500 (CON 33), MG 206 (CAST 6), MG 310 (CU 11), SELECTRODE 29

    SYN, MG 650 (NOX 4), MG 743 (DUR 42), MG 790 (DUR 65), MG 660

    (NOX 10), MG 770 (DUR 18), MG 710 (DUR 7), MG 7150 (DUR 150), dan

    MG 200 (CAST 1).

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    61/109

    Gambar 4.2.1.11 Mesin Pengecapan Kawat Las

    Gambar 4.2.1.12 Kawat Las Yang Sudah Diberi Cap

    h. Pengemasan ( packing)

    Setelah dilakukan pencetakan, kawat las kemudian dimasukkan

    kedalam kemasan. Tiap kemasan berisi 5kg kawat las. Setelah dikemas

    kemudian dipasang stiker nama produk, segel dan dibungkus plastik.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    62/109

    Gambar 4.2.1.13 Kawat Las Yang Sudah Dikemas

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    63/109

    Tabel 4.2.2 Prosedur Standar Operasi Sesuai Jenis Kawat Las

    Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014

    Nama produk Jenis kawat inti Lamapencampuran

    (menit)

    Kelembabanlapisan

    sebelumoven (%)

    Suhupemanasan

    (°C)

    Wa

    Pre ba

    MG 600 (NOX 29) ER 312 (1.4337 29/9) 15 < 2 450 -

    MG 210 (CAST 31) NiFe (bimetal) 20 < 1,2 180 2 (150°

    MG 570 (CON 53) Mild Steel (1.4323) 15 < 6 450 -

    MG 610 (NOX 21 ER 310 (1.4842 NCT 3) 15 < 2 450 -

    MG 601 (29 SYN) ER 308L (1.4316) 12 < 2 450 -

    MG 750 (NOX 35) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 450 -

    MG 540 (CON 15) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 400 -

    MG 740 (DUR 3) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 400 -

    MG 500 (CON 33) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 120 - MG 206 (CAST 6) NiCu (monel) 15 < 2 120 2 (50°

    MG 310 (CU 11) ER Cu Sn-A 15 < 2 280 -

    SELECTRODE 29SYN

    ER 308L (1.4316) 15 < 2 450 -

    MG 650 (NOX 4) ER 308L (1.4316) 15 < 2 450 -

    MG 743 (DUR 42) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 400 -

    MG 790 (DUR 65) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 185 -

    MG 660 (NOX 10) ER 316L (1.4430) 15 < 2 450 -

    MG 770 (DUR 18) Mild Steel (1.0323) 10 < 2 400 -

    MG 710 (DUR 7) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 450 -

    MG 7150 (DUR 150) Mild Steel (1.0323) 12 < 2 160

    (centigrade)

    -

    MG 200 (CAST 1) Ni 99.2 20 < 1,2 180 2 (50°

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    64/109

    4.2.2  Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Kawat Las

    Dalam setiap tahap produksi memungkinkan terjadinya inefisiensi. Untuk

    memudahkan penjelasan mengenai alur produksi kawat las secara umum serta

    mengidentifikasi kemungkinan adanya inefisiensi dalam proses produksi, berikut ini

    diagram alir proses produksi kawat las.

    Input Proses→

     produkKeluaran bukan

    produk

    Bubuk

    pengelasan

    dengan potasiumsilikat + air atau

    sodium silikat +

    air, listrik

    Pencampuran

    (mixing)→ 

    adonan 

    Bubuk

    pengelasan yangbeterbangan dan

    terjatuh sebagian

    Pencetakan

    ( pressing)→ 

    kawat las basah 

    Kawat inti dan

    adonan, listrik

    Serpihan

    campuran bubuk

    pengelasan dan

    kawat inti yang

    bengkok

    Kawat las

    basah, listrik

    Pengeringan(drying)→ kawat

    las setengah kering 

    Air, kawatlas cacat/

    retak

    Kawat las

    setengah

    kering, listrik

    Pemanasan→ 

    kawat las kering 

    Uap air, panas,

    kawat las

    cacat/ retak

    Pencucian(washing)

    → mesin

    pencampun/ mixer  

    Air yang tercampur

    dengan sisa adonan

    sebelumnya

    Listrik, air

       B  e  r  a   t  a  w  a   l  :   4   9   3 ,   6   k  g

       P  e  n

      u  s  u   t  a  n  :   1

       8 ,   6   k

     

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    65/109

    Bagan 4.2.2 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Kawat Las MG NOX 29,

    Tanggal 24 Februari 2014. 

    Berdasarkan data dari perusahaan, dalam setiap proses perhitungan ekonomi

    dalam produksi kawat las terdiri atas dua bagian yaitu perhitungan ekonomi saat

    proses pembuatan barang jadi ( finished goods) dan perhitungan ekonomi saat proses

    pemberian cap sampai pengepakan (proses printing). Namun dalam penerapannya,

    tidak dicantumkan identifikasi kerugian ekonomi akibat sisa bahan yang terbuang

    (losses) saat proses printing. Sehingga meskipun pada tahap itu ada sebagian sisa

    bahan yang terbuang, hal tersebut dianggap nihil. Perhitungan ekonomi yang

    terdapat identifikasi kerugian ekonomi hanya terdapat pada tahap  finished goods.

    Identifikasi kerugian tersebut terdiri atas barang rusak, susut dan bubuk pengelasan

    Kawat las

    kering

    Penyortiran→ 

    kawat las bebas

    cacat 

    Kawat las

    cacat / reject =

    Pemberian cap

    ( printing)→ kawat

    las telah dicap 

    Kawat las

    bebas cacat,

    listrik, tinta cap

    Tumpahan

    tinta cap

    Kawat las yang

    telah dicap,listrik

    Pengepakan

    ( packing)→

     kawatlas yang sudah

    dikemas 

    Sisa

    potonganlakban,

    panas,

    Kawat las siap

    dipasarkan

       P  r  o   d  u   k   j  a   d   i  =   4   7

       5   k  g

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    66/109

    yang terbuang. Berikut ini analisis rata-rata dalam satu bulan tahun 2013 pada tahap

     finished goods.

    Total produksi merupakan hasil dari penjumlahan penimbangan bahan baku

    dan bahan penolong sebelum proses produksi. Dalam satu bulan kurang lebih

    sekitar 349 kg bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dengan keuntungan

    maksimal yang mungkin diperoleh sekitar Rp 66.119.658,-.

    Spoilage  atau bisa didefinisikan sebagai bahan baku dan bahan penolong

    yang terbuang tetapi masih dapat dimanfaatkan kembali untuk proses produksi

    (reuse). Dalam satu bulan kurang lebih sekitar 7,8 kg bahan baku dan bahan

    penolong yang terbuang namun masih dapat digunakan kembali dengan presentase

    sebesar 2,23% dari total produksi perkiraan nilainya sekitar Rp 1.477.745,-.

    Used material atau bahan baku dan bahan penolong yang pada kenyataannya

    benar-benar diproses menjadi barang jadi. Dalam satu bulan kurang lebih sekitar

    347,9 kg bahan baku dan bahan penolong yang diproses menjadi barang jadi dengan

    presentase sebesar 99,68% dari total produksi, perkiraan nilainya sekitar Rp.

    66.119.658,-.

     Losses  adalah kerugian akibat kehilangan bahan baku dan bahan penolong

    saat proses produksi atau bahan yang tidak dapat digunakan kembali. Dalam satu

    bulan kurang lebih sekitar 3,1 kg bahan yang terbuang dengan presentase sebesar

    0,89% dari total produksi, perkiraan nilainya sekitar Rp122.843,-.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    67/109

     

    Dengan d

    spoilage, proses

    menghemat sekit

    Meskipun angka

    dampak terhadap

    Dikarena

     Material, dan Lo

     

    Diagra

    Berdasark

    (losses) memiliki

    terbilang kecil (

    bahan yang hilan

    mikian jika dilihat berdasarkan prinsip pro

    enggunaan kembali bahan baku dan bahan

    ar Rp1.477.745,- atau 2,23% dari total pro

    tersebut mungkin terbilang kecil untuk

    manusia dan lingkungan dapat dikurangi.

    an dalam data tersebut saling beririsan

    es, berikut ini diagram perbandingannya:

    4.2.2 Perbandingan Material Produksi

    an diagram di atas, terlihat bahwa bahan

    presentase yang sangat rendah dan secara

    p 122.843,-). Berdasarkan keterangan dari

    tersebut dianggap nihil.

    uksi bersih, dari data

    enolong (reuse) dapat

    uksi setiap bulannya.

    skala industri, namun

    ntara spoilage, Used

    awat Las Per Bulan 

    ang hilang atau rusak

    ekonomi nominalnya

    karyawan perusahaan,

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    68/109

    Prinsip 3R Tahapan Produksi

    Reduce Ketika pencucian mixer pada proses produksi

    kawat las, hanya digunakan air serta sikat.

    Sabun hanya digunakan ketika ada pekerja

    yang mencuci tangan atau membersihkan alat

    tertentu 

    Reuse Penggunaan kembali bubuk pengelasan yang

    terdapat pada kawat las yang cacat saat

    proses pressing.

    Recycle -

    Tabel 4.2.2.1 Penerapan Prinsip 3R Berdasarkan Tahapan Produksi

    Kawat Las

    Identifikasi adanya inefisiensi lainnya adalah pemakaian energi. Bagian

    produksi kawat las menggunakan energi listrik untuk kegiatan produksi maupun di

    ruangan kantor. Pemakaian tenaga listrik berikut ini dilihat dari pemakaian rata-rata

    dalam satu bulan. Dalam hal ini, waktu pemakaian listrik dibagi menjadi dua oleh

    Perusahaan Listrik Negara (PLN), yaitu Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) pukul

    22.00 – 18.00 dan Waktu Beban Puncak (WBP) . Karena waktu operasi berada saat

     jam kerja yaitu pukul 08.00 – 17.00, maka besar pemakaian listrik dilihat saat

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    69/109

    LWBP. Berdasarkan data dari bagian maintenance, besar rata-rata pemakaian listrik

    di bagian welding dalam satu bulan sebesar 3804 Kwh. Besarnya angka pemakaian

    listrik di bagian welding sebenarnya didominasi oleh pemakaian listrik di area kantor

    yang masih termasuk wilayah welding  karena berlangsung setiap hari kerja, seperti

    penggunaan AC, komputer dan lainnya. Sedangkan pemakaian listrik untuk proses

    produksi kawat las sendiri jauh lebih kecil karena proses produksi tidak berlangsung

    setiap hari.

    Selama hari kerja, seringkali ditemukan adanya beberapa ruangan kosong

    yang tidak ditempati tetapi lampu didalamnya dibiarkan menyala. Ruangan tersebut

    antara lain ruang karyawan yang berada di lantai dua serta ruangan direksi. Jika

    kondisi tersebut dibiarkan, inefisiensi pemakaian listrik akan terus terjadi.

    Banyaknya ruangan yang tidak ditempati tersebut kurang lebih setengah dari seluruh

    ruangan kantor yang ada di bagian welding. Jika efisiensi penggunaan listrik

    diterapkan pada ruangan-ruangan tersebut dengan cara memadamkan lampu jika

    tidak ada kegiatan, penggunaan listrik bisa dihemat hampir 50%.

    4.2.3 

    Hal Lainnya Terkait Produksi Kawat Las

    Berdasarkan identifikasi inefisiensi pada tiap tahap produksi yang telah

    dibahas sebelumnya, ada berbagai macam keluaran bukan produk atau limbah dari

    setiap prosesnya. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi kawat las antara lain

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    70/109

    sisa bubuk pengelasan yang terbawa di mesin produksi dan di air bekas pencucian

    mixer, kawat inti yang bengkok, produk jadi kawat las yang mengalami kecacatan

    yang tak dapat diperbaiki lagi.

    Sumber limbah cair produksi kawat las berasal dari proses pencucian mixer  

    serta pekerja di bagian produksi kawat las yang mencuci tangan dengan sabun cuci.

    Sedangkan limbah padat berasal dari serpihan bubuk pengelasan yang digunakan

    sebagai pelapis kawat inti. Serpihan ini diperkirakan dapat mencemari udara

    meskipun sisa pemakaiannya dapat digunakan kembali untuk proses produksi selama

    belum menjadi kawat las yang dimasukkan di ruang pengeringan. Pencemaran udara

     juga diduga berasal dari saluran pembuangan asap di oven yang digunakan untuk

    mengurangi kadar air dalam kawat las.

    Berdasarkan pengamatan lingkungan sekitar, tidak terlihat adanya pengaruh

    yang signifikan terhadap hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya akibat

    limbah produksi kawat las. Uap air yang keluar dari sluran udara juga tidak terlalu

    mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pengaruh yang terlihat hanya perubahan

    kualitas air akibat proses pencucian mixer . Perubahan tersebut terlihat dari perbedaan

    kekeruhan air seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Air yang keluar dari kolam

    penampungan menuju lingkungan luar juga tidak mempengaruhi lingkungan sekitar

    karena jumlahnya yang sangat kecil (± 5 – 10 liter).

    Risiko penyakit yang sangat mungkin terjadi terdapat di bagian produksi

    kawat las adalah gangguan pernafasan serta iritasi saluran pernafasan dan bagian

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    71/109

    tubuh lainnya. Penyakit tersebut dapat timbul akibat terhirupnya bubuk pengelasan

    dari proses produksi kawat las. Dalam proses produksi pembuatan kawat las, para

    pekerja sangat rentan terkena paparan debu yang berasal dari bubuk pengelasan. Saat

    proses pencampuran oleh mixer , sebagian bubuk beterbangan saat penuangan

    kedalam mixer . Pekerja yang menunangkan bubuk menggunakan masker, namun

    pekerja lainnya tidak menggunakan masker sehingga debu yang beterbangan dapat

    terhirup.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    72/109

    4.3  Produksi Perunggu ( Bronze)

    4.3.1 

    Tahapan Produksi Perunggu

    Proses pembuatan perunggu dimulai dari beberapa tahap, yaitu memasukkan

    bahan baku peleburan (melting), pemeriksaan kualitas (quality control), dan

    setelahnya terbagi lagi menjadi tiga jenis proses pencetakan seperti sentrifuge,

    continuous  dan sandcasting. Pada saat observasi tanggal 28 Februari 2014, proses

    pencetakan yang digunakan adalah continuous. Berikut ini bagan alir proses

    produksi perunggu.

    Bagan 4.3.1 Proses Produksi Perunggu

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    73/109

    Proses produksi perunggu membutuhkan bahan baku dan bahan penolong.

    Bahan bakunya antara lain ingot, blok, scrap dan gram. Ingot merupakan bahan baku

    yang didatangkan dari luar yang bentuknya bermacam-macam, seperti bekas

    komponen-komponen mesin atau peralatan yang terbuat dari perunggu. Blok

    merupakan perunggu yang berasal dari sisa produksi sebelumnya. Scrap adalah

    perunggu yang berasal dari produksi sebelumnya namun bentuknya tidak sempurna.

    Sedangkan gram adalah serpihan-serpihan perunggu yang dihasilkan dari proses

    pembubutan sebelumnya.

    Bahan penolong yang digunakan antara lain: Timah hitam (Pb), timah putih

    (Sn), tembaga (Cu), alumunium (Al), flux, degasser, triset, morchem, ceramic fiber ,

    LPG, LNG, arang, grafit, kawat las, pasir silika, resin, shamout dan mortar.

    a.  Peleburan ( melting)

    Bahan baku yang terdiri atas: tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn),

    timbal (Pb), alumunium (Al) dan nikel (Ni). Perunggu yang akan dilebur

    dibuat sesuai permintaan dan tingkatan (grade) nya. Setiap grade terdiri atas

    berbagai komposisi kimia yang berbeda-beda. Saat proses produksi, grade

    produk yang dihasilkan adalah LG-2 (BA 850). Bahan baku yang digunakan

    saat itu adalah ingot dengan berat 1338,5 kg dan gram seberat 90 kg. Jadi

    total bahan baku yang digunakan sebesar 1478,5 kg. Sedangkan berat total

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    74/109

    produk yang dipesan sebesar 990 kg. Berikut ini tabel jenis perunggu

    berdasarkan grade-nya.

    Tabel 4.3.1.1 Jenis Perunggu Berdasarkan Grade

    Grade Komposisi kimia (%)Cu Sn Zn Pb Al Ni Lainnya

     Leaded Tin Bronze

    BA 850 84 - 86 4 - 6 4 – 6 4 - 6 max 0,05 max 1BA 950S 86 – 90 5 – 7 3 – 5 1 – 3 max 0,01 max 1 Cu RemBA 830 81 – 85 6 – 8 3 – 5 5 – 7 max 2 Cu Rem

    0,25 FeBA 860 86 – 89 9 – 11 1 – 3 max 1 max 0,01 max 1 Cu Rem

    0,2 FeBA 865P 88 - 90 10 - 12 max 0,5 max 0,5 max 0,05 max 1 Cu Rem

    0,15 Fe High Leaded Tin Bronze

    BA 770L 75 – 79 7 – 9 max 1 14 - 16 max 0,01 max 1 Cu Rem0,3 Fe

    BA 800 78 - 82 9 - 11 max 1 9 - 11 max 0,01 Cu Rem

     Alumunium BronzeBA 810 min 79 max0,1

    max 0,5 max 0,1 8,5 –10,5

    3 - 6 Cu Rem3 – 6 Fe0,1 – 0,5

    Mn Manganesse Bronze

    AB 603 60 - 66 max0,1

    max 0,5 max 0,1 8,5 –10,5

    3 - 6 Cu Rem3 – 6 Fe0,1 – 1,5

    MnSumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014. 

    Pertama-tama tungku dipanaskan selama kurang lebih 30 menit

    dengan suhu 800°C untuk menghilangkan kelembababan. Kemudian bahan

    baku dimasukkan dan dipanaskan selama 3 jam dengan suhu tungku 2000°C

    dan suhu bahan baku yang mencair sekitar 1300°C.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    75/109

    Gambar 4.3.1.1 Tungku Peleburan ( Melting Furnace)

    b. 

    Pemeriksaan Kualitas Tahap-1 (Quality Control)

    Setelah bahan baku dilebur, kemudian diambil sedikit cairannya

    sebagai sampel dan didinginkan untuk menghilangkan panasnya kemudian

    diperiksa kualitasnya ke bagian Quality Control (QC). Sampel tersebut

    kemudian dibersihkan dengan alkohol dan diperiksa dengan spektrometer.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    76/109

    Gambar 4.3.1.2 Pemeriksaan Sampel Dengan Spektrometer

    Sampel yang sudah diperiksa ditentukan apakah sudah memenuhi

    standar sesuai grade  yang diinginkan. Jika sampel tersebut terindikasi tidak

    memenuhi standar, maka dilakukan perbaikan komposisi pada tahap

    peleburan sampai memenuhi standar. Jika sudah memenuhi standar.

    Perunggu cair dari dalam tungku siap diproses ke tahap selanjutnya. Pada

    sampel dari produk LG-2 yang diproduksi saat observasi, setelah diperiksa

    komposisi kimianya terdapat Cu 80,4%, Sn 6,87%, Pb 7, 19% dan Zn 4,36%.

    Berdasarkan analisis dari bagian quality control, sampel tersebut

    sudah dikategorikan baik. Kadar Zn dalam produk mempengaruhi kekuatan

    produk tersebut. Produk perunggu yang baik kualitasnya adalah yang

    memiliki kekuatan dan daya tahan yang lama. Semakin rendah kadar Zn,

    semakin baik kualitas produk yang dihasilkan.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    77/109

    Sebelum dituang, ladle atau wadah untuk memindahkan cairan

    terlebih dahulu dipanaskan selama 15 menit pada suhu 200°C agar cairan

    logam tidak lengket dengan ladle saat dituang. Ladle dipanaskan dengan cara

    menaruhnya dalam posisi terbalik di atas tungku. Setelah ladle dipanaskan,

    kemudian dipindahkan ke bagian bawah untuk menampung cairan logam

    yang akan dituangkan.

    Gambar 4.3.1.3 Pemanasan Ladle Diatas Tungku Peleburan

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    78/109

    Gambar 4.3.1.4 Penuangan Logam Cair Dari Tungku

    Pada bagian  foundry, teknik pencetakan yang digunakan ada tiga

    macam. Yaitu continuous casting, centrifugal casting dan sand casting.

    Ketiga teknik tersebut digunakan tergantung pada bentuk dan besarnya

    barang yang dipesan. Pada saat observasi, teknik pencetakan yang digunakan

    adalah continuous casting. Berikut ini adalah teknik pencetakan dengan

    teknik continuous casting setelah proses peleburan selesai.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    79/109

    c.  Pencetakan Kontinyu (Continuous Casting)

    Cairan logam yang dituang di ladle  kemudian dimasukkan ke dalam

    tungku penahan (holding furnace) yang berfungsi menahan suhu cairan agar

    tetap konstan sampai proses penarikan produk. Selama proses peleburan

    berlangsung, holding furnace dipanaskan. Sebelum produk ditarik keluar,

    holding furnace terlebih dahulu dipasangi dies yang berfungsi membentuk

    logam dengan dimensi yang sesuai dengan permintaan. Dies tersebut terbuat

    dari grafit.

    Gambar 4.3.1.5 Pemasangan Dies Pada Holding Furnace

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    80/109

    Gambar 4.3.1.6 Penuangan Cairan Kedalam Holding Furnace. 

    Setelah cairan siap dituang, dipasang starter bar yang berfungsi untuk

    menarik produk awal ketika keluar dari holding furnace. Penuangan cairan

    kedalam holding furnace  dilakukan dengan hari-hati. Setelah cairan masuk

    seluruhnya, holding furnace ditutup dengan arang kayu. Proses penarikan

    dilakukan dengan memperhitungkan waktu holding, kecepatan penarikan,

    kondisi pendinginan dan kondisi tampilan produk. Ketika proses penarikan

    berlangsung, starter bar ditarik oleh operator sambil dipantau kondisi

    produknya.

    Untuk mendinginkan produk setelah keluar dari holding furnace,

    digunakan air pendingin yang dialirkan ke permukaan produk selama proses

    penarikan. Dalam proses penarikan produk continuous, terdapat standar

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    81/109

    waktu penarikan karena dipengaruhi oleh ukuran produk. Berikut ini tabel

    standar penarikan produk continuous casting.

    Tabel 4.3.1.2 Standar Penarikan Produk Continuous Casting 

    Diameter (Inch) Drawing  Holding Time (detik) % V

    1 solid 1000 – 6500 3 – 7 20/30 – 30/30

    1 ½ solid 1000 – 6500 4 – 8 20/30 – 30/30

    1 ½ x ½ 1000 – 6500 3 – 7 20/30 – 30/30

    2 solid 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/302 x 1 1000 – 6500 4 – 8 20/30 – 30/30

    2 ½ solid 1000 – 6500 7 – 11 20/30 – 30/30

    2 ½ x 1 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30

    2 ½ x 1 ½ 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30

    3 solid 1000 – 6500 9 - 13 20/30 – 30/30

    3 x 1 1000 – 6500 7 – 11 20/30 – 30/30

    3 x 1 ½ 1000 – 6500 5 – 9 20/30 – 30/30

    3 ½ solid 1000 – 6500 10 – 14 20/30 – 30/30

    3 ½ x 1 1000 – 5500 7 – 11 20/30 – 30/303 ½ x 1 ½ 1000 – 5500 6 – 10 20/30 – 30/30

    4 solid 1000 – 6500 12 – 16 20/30 – 30/30

    4 x 1 1000 – 5500 10 – 14 20/30 – 30/30

    4 x 2 1000 – 5500 9 – 13 20/30 – 30/30

    4 x 2 ½ 1000 – 5500 7 – 11 20/30 – 30/30

    4 ½ solid 1000 – 6500 15 – 19 20/30 – 30/30

    4 ½ x 1 ½ 1000 – 5500 12 – 16 20/30 – 30/30

    4 ½ x 2 1000 – 5500 11 – 15 20/30 – 30/30

    5 solid 1000 – 6500 16 – 20 20/30 – 30/30

    5 x 2 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30

    5 x 2 ½ 1000 – 5500 12 – 16 20/30 – 30/30

    5 x 3 1000 – 5500 11 – 15 20/30 – 30/30

    5 ½ solid 1000 – 6500 18 – 22 20/30 – 30/30

    5 ½ x 2 1000 – 5500 15 – 19 20/30 – 30/30

    5 ½ x 2 ½ 1000 – 5500 14 – 18 20/30 – 30/30

    5 ½ x 3 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30

    6 solid 1000 – 6500 20 – 24 20/30 – 30/30

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    82/109

    Diameter (Inch) Drawing  Holding Time (detik) % V

    6 x 2 1000 – 5500 17 – 21 20/30 – 30/30

    6 x 2 ½ 1000 – 5500 15 – 19 20/30 – 30/30

    6 x 3 1000 – 5500 14 – 18 20/30 – 30/30

    6 x 4 1000 – 5500 13 – 17 20/30 – 30/30

    6 ½ solid 1000 – 6500 21 – 26 20/30 – 30/30

    7 solid 1000 – 6500 24 – 28 20/30 – 30/30

    7 x 3 1000 – 5500 18 – 22 20/30 – 30/30

    7 x 4 1000 – 5500 16 – 20 20/30 – 30/30

    7 x 5 1000 – 5500 10 – 15 20/30 – 30/30

    7 ½ solid 1000 – 6500 26 – 30 20/30 – 30/30

    8 solid 1000 – 6500 28 – 33 20/30 – 30/30

    8 x 3 1000 – 5500 23 – 27 20/30 – 30/30

    8 x 4 1000 – 5500 20 – 24 20/30 – 30/30

    8 x 5 1000 – 5500 17 – 21 20/30 – 30/30

    Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014.

    Keterangan:

    •  Diameter (dalam inchi) merupakan ukuran produk

    •   Drawing merupakan panjang yang dihasilkan dalam sekali tarikan

    •  % V adalah presentase air yang digunakan untuk pendinginan

    Ketika pemantauan produk saat proses penarikan, dilihat apakah

    produk yang keluar dari holding furnace terdapat cacat atau tidak. Cacat yang

    dialami semisal permukaan yang tidak mulus atau bentuknya berbeda dari

    yang diharapkan. Jika terjadi cacat produk, bagian yang cacat dipotong

    dengan mesin gerinda, lalu disimpan atau dipergunakan kembali untuk bahan

    baku peleburan selanjutnya.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    83/109

    Setelah proses penarikan selesai, produk lalu dipotong dengan

    panjang sesuai permintaan. Kemudian produk didinginkan untuk

    menghilangkan panas. Produk dipindahkan dengan crane atau alat untuk

    memindahkan beban berat. Produk diikat dengan rantai dan dipindahkan ke

    tempat pendinginan lalu disiramkan air hingga suhunya berkurang.

    Gambar 4.3.1.7 Pemotongan Produk Continuous Dengan MesinGerinda

    Gambar 4.3.1.8 Produk yang Sudah Dipotong

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    84/109

    Gambar 4.3.1.9 Pendinginan Produk Dengan Air

    d.  Penyelesaian Bentuk Akhir ( Finishing) 

    Apabila ukuran produk lebih besar dari yang diharapkan, maka

    dikurangi ukurannya dengan menggunakan mesin bubut. Pada tahap ini

    bentuk produk disesuaikan sesuai permintaan. Saat proses pembubutan, ada

    serpihan-serpihan perunggu yang terjatuh. Serpihan ini disebut gram, yaitu

    serpihan yang dihasilkan ketika suatu produk perunggu sedang dalam proses

    pembubutan. Gram ini kemudian dikumpulkan kemudian disimpan atau

    digunakan dalam proses peleburan berikutnya.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    85/109

    Gambar 4.3.1.10 Pengurangan Diamater Produk Dengan Mesin Bubut

    Pada tahap ini karena proses penyesuaian bentuk produk, maka ada

    bahan baku yang tersisa. Bahan baku yang tersisa saat observasi proses ini

    sebesar 319 kg. Sedangkan bahan yang hilang atau losses merupakan bahan

    baku yang hilang karena proses pemanasan di tungku karena penguapan atau

    sisapembubutan yang sulit dikumpulkan kembali.

    Pada saat observasi, berat bahan baku yang hilang sebesar 169,5 kg.

    Secara singkat, dengan perhitungan matematis dapat digambarkan dengan:

    Berat bahan baku = Berat akhir produk jadi + sisa hasil produksi + bahan

    yang hilang

    1478,5 kg = 990 kg + 319 kg + 169,5 kg

    Sumber: data PT. Tira Austenite, Februari 2014. 

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    86/109

    e.  Pemeriksaan Kualitas Tahap-2 (Quality Control)

    Setelah proses penyesuaian bentuk pada produk telah selesai,

    selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh bagian quality control  untuk

    memastikan apakah ukuran produk sudah sesuai standar. Ada tiga macam

    produk yang dihasilkan pada saat observasi. Berikut ini hasil pemeriksaan

    oleh bagian quality control saat observasi.

    •  Standar: Ø 4 ½” x 2 ½” x 3000 mm

    •  Aktual: Ø 4 ⅔” x 2 ½” x 150 mm (cacat 4,5 kg) 

    •  Standar: Ø 3 ¼” x 2” x 1600 mm

    •  Aktual: Ø 3 ½” x 2” x 1600 mm

    •  Standar: Ø 3” x 1” x 1700 mm

    •  Aktual: Ø 3” x 1” x 1700 mm

    Pada saat pemeriksaan, produk yang dibandingkan dengan standar

    memiliki toleransi sebesar ± 2mm dari ukuran standarnya. Jika lebih dari itu,

    produk tersebut ditolak. Produk yang cacat tersebut bisa dipotong dan

    disimpan untuk produksi berikutnya atau dilebur ulang jika terdapat cacat

    yang parah.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    87/109

    f.  Barang Jadi

    Jika produk sudah lolos pemeriksaan kualitasnya, produk perunggu

    sudah dapat dikirimkan kepada pemesan. Pada umumnya produk perunggu

    yang dikirimkan tidak dimasukkan dalam kemasan, misalnya produk

    continuous casting  yang berbentuk beberapa gelondongan dengan panjang

    tertentu. Produk perunggu yang dikemas tertentu hanya produk sand casting. 

    Produk dari sand casting dikemas dalam kotak-kotak kayu karena bentuknya

    yang lebih besar dan memiliki bentuk tertentu yang dikhawatirkan dapat

    rusak jika tidak dikemas.

  • 8/19/2019 ELFIRA AUGUSTIN - FKIK.pdf

    88/109

    4.3.2  Identifikasi Adanya Inefisiensi pada Proses Produksi Perunggu

    Bagan 4.3.4 Kemungkinan Inefisiensi Produksi Perunggu Teknik Continuous

    Casting Grade LG-2, Tanggal 28 Februari 2014

    Input Proses→ produk   Keluaran bukan

    produk

    Peleburan

    (melting) 

    Pemeriksaan

    kualitas

    tahap I 

    Proses continuous

    casting di holding

     furnace 

    Finishing 

    Bahan baku

    (ingot, gram,

    scrap), bahan

    bantu, gas, listrik  

    Panas, uap

    dari tungku,

    slag, debu,

    serpihan

    bahan bantu

    Sampel, listrik,

    alkohol, gas argon 

    Hasil

    pemeriksaan

    Cairan logam,

    listrik, air Air panas,

    uap logam.

    Sisa produk:

    Scrap, blok,

    gram

    Produk

    continuous

    casting 

    Pemeriksaan

    kualitas tahap II 

    Scrap, blok,

    gram, barang

    cacat

    Produk

    continuous

    casting 

    Barang jadi

       1   4   7   8 ,   5   k  g

       1   3   0   9   k  g

       P  r  o   d  u   k   j  a   d   i  =   9   9   0   k  g

       H�