36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani,Mulyani, 2010). Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi. Kini epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik (penyakit yang “berkunjung” secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang “tinggal” di dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang). Epidemiologi tidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit non-infeksi. Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan meningkatnya kemakmuran dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu dilakukan untuk menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis menggunakan paradigma “Black box”, yakni meneliti hubungan antara paparan di tingkat 1

Epidemiologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rwetrtrett

Citation preview

Page 1: Epidemiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan

masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap masalah kesehatan baik

penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani,Mulyani,

2010).

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi.

Kini epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit

epidemik (penyakit yang “berkunjung” secara mendadak dalam jumlah banyak

melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang “tinggal”

di dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang).

Epidemiologi tidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit non-

infeksi. Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan meningkatnya

kemakmuran dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit

kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu dilakukan untuk

menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis

menggunakan paradigma “Black box”, yakni meneliti hubungan antara paparan di

tingkat individu (kebiasaan merokok, diet) dan risiko terjadinya penyakit kronis,

tanpa perlu mengetahui variabel antara atau patogenesis dalam mekanisme kausal

antara paparan dan terjadinya penyakit (Susser dan Susser, 1996).

Pembahasan epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dari konsep

epidemiologi itu sendiri dalam menangani masalah penyakit. Dalam hal ini

frekuensi pengetahuan masyarakat tentang faktor penyebab atau faktor risikonya

dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait (Bustan, 2006).

1

Page 2: Epidemiologi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah epidemiologi berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat ?

2. Apakah peranan epidemiologi terhadap kesehatan masyarakat ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, penulisan makalah ini memiliki tujuan

untuk mengetahui dan memahami tentang pengetahuan akan epidemiologi

kesehatan, penyakit, statistik kesehatan serta pencegahan dan penanggulangan

mengenai masalah kesehatan masyarakat.

1.4 Hipotesa

Epidemiologi berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

2

Page 3: Epidemiologi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

2.1.1 Definisi Epidemiologi

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat

yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun

non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani, 2010).

Perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi

(jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah

kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan

(development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah

kesehatan (Maryani, 2010).

2.1.2 Tujuan Epidemiologi

Menurut Timmreck, Thomas C (2005),ada tiga tujuan umum studi

epidemiologi:

1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit

atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindron

atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan yang berasal dari setiap

bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/ perilaku.

2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten

dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku

dan ilmu biomedis yang terbaru.

3. Untuk menentukan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian

dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk

pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang

diperlukan yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi untuk

mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah kegiatan dan program intervensi.

3

Page 4: Epidemiologi

2.1.3 Jenis Epidemiologi

Jenis epidemiologi dibagi tiga, yaitu:

1. Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang mempelajari frekuensi dan

distribusi masalah kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan

jawaban tentang faktor penyebab yang memepengaruhi frekuensi,

penyebaran dan munculnya masalah kesehatan tersebut. Ini menjawab

tentang siapa (Who), di mana (Where) dan kapan (When).

2. Epidemiologi Analitik

Epidemiollogi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor

penyebab (determinan) masalah kesehatan. Ini menjawab tentang,

mengapa (Why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat

yang ditimbulkan.

3. Epidemiologi Eksperimental

Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan

melakukan peercobaan untuk membuktikan suatu faktor sebagai penyebab

terjadinya penyakit (Maryani, 2010).

2.1.4 Peranan Epidemiologi dalam Kesehatan Masyarakat

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan

kesehatan atau penyakit dalam suatu masyarakat tertentu dalam usaha

mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahannya.

2. Menyiapkan data/ informasi unutk keperluan program kesehatan dengan

menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran

tentang kelompok penduduk yang terancam.

3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.

4. Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta

mengatasinya, baik penyakit perorangan (tetapi dianalisis dalam

kelompok) maupun kejadian luar biasa atau wabah dalam masyarakat

(Lidya, Dkk., 2010).

4

Page 5: Epidemiologi

2.2 Kejadian Penyakit Infeksi Dalam Masyarakat

A. Penyakit Infeksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Penyakit infeksi menular

2. Penyakit infeksi non menular.

Penyakit infeksi menular adalah penyakit yang disebabkan oleh transmisi

suatu agen infeksius tertentu atau produk toksisnya, dari manusia atau hewan yang

terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh penyakit infeksi menular: Dipteri, TBC, Typhus, Abdominalis, Hepatitis.

Penyakit infeksi tidak menular adalah penyakit yang berlangsung secara berlarut-

larut (kronik), contohnya : jantung, tetanus (Maryani,2010).

B. Beberapa Istilah Kejadian Penyakit dalam Masyarakat:

1. Endemi

Endemi adalah suatu keadaan dimana penyakit terjadi secara menetap,

tidak cepat hilang, jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara

luar biasa dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu.

Contohnya: kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Balikpapan

merupakan kasus endemis selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2007-

2009.

2. Epidemi

Epidemi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu

populasi tertentu dalam, suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang

melampaui laju “ekspektasi” (dugaan) atau jumlah yang melebihi atas

jumlah normal atau jumlah yang biasa. Contohnya: tahun 2002 terjadi

epidemik cikungunya di Bekasi (Jawa Barat, Purworejo dan Klaten (Jawa

Tengah).

3. Pandemi

Pandemi adalah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan

biasanya mencakup proporsi yang banyak. Contohnya: pandemik flu

burung yang ada di Indonesia pada tahun 2009 dan sudah menyebar ke

seluruh dunia.

5

Page 6: Epidemiologi

Host

LingkunganAgen

4. Kasus

Kasus adalah seseorang menderita penyakit yang telah didiagnosis

terhadapnya jadi bukan sekedar terinfeksi. Contohnya: seorang

dikatakan memiliki kasus TB paru jika dokter menegakkan diagnosa

orang tersebut terinfeksi tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik.

5. Kasus Indeks

Kasus indeks adalah kasus pertama yang diperoleh atau mendapat

laporan kejadian penyakit/wabah atau penelitian. Contohnya: flu

asiatik yang dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara,

Rusia.

6. Kasus Primer

Kasus primer adalah kasus pertama yang menjadi sumber penyebaran

penyakit menular yang terjadi dalam komuniti. Contohnya: Flu babi

pertama kali menyebar di Meksiko pada tahun 1976 (Muliani, Dkk.,

2010).

2.2.1 Konsep Dasar Epidemiologi Penyakit

2.2.1.1 Segitiga Epidemiologi

Segitiga Utama Epidemiologi

Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang

6

Page 7: Epidemiologi

hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan

masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor

penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan

lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam

keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan

terhadapkeseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan enimbulkan status

sakit. Hubungan keseimbangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut

(Maryani, 2010) :

2.2.1.2 Komponen segitiga epidemiologi :

A. Faktor host/ penjamu (Tuan rumah)

Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat

terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk faktor

penjamu adalah:

1. Genetika, faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan.

Misalnya: buta warna, asma, hemofilia dll.

2. Umur dan keadaan imunologis, mempengaruhi status kesehatan karena

ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Misalnya, pada

7

a. Manusia dalam keadaan sehat

penjamu agen

lingkungan

b. Manusia menderita penyakit karena daya tahan tubuh

berkurang

penjamu bibit penyakit lingkungan

lc. Manusia menderita penyakit

karena kemampuan bibit penyakit meningkat

penjamu bibit penyakitlingkungan

d. Manusia menderita penyakit karena perubahan lingkungan

penjamu lingkunganbibit penyakit

Page 8: Epidemiologi

balita karena imunnya belum stabil, dan pada manula karena imunnya

sudah menurun.

3. Jenis kelamin, mempengaruhi status kesehatan karena ad penyakit

yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau wanita

saja. Misalnya, kanker serviks pada wanita.

4. Etnis/ ras/ warna kulit. Mempengeruhi status kesehatan karena terdapat

perbedaan antara etnis/ ras tertentu. Misalnya, ras kulit putih lebih

berisiko terkena kanker kulit dibandingkan dengan ras kulit hitam.

5. Keadaan fisiologis tubuh, mempengeruhi status kesehatan. Misalnya,

kelelahan, kehamilan, pubertas, keadaan gizi dll.

6. Perilaku dan kebiasaan/ gaya hidup, mempengaruhi status kesehatan.

Misalnya, personal hygiene, hubungan antar pribadi dll

7. Penyakit sebelumnya, mempengaruhi status kesehatan karena ada

penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya

serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga

jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka risiko kambuh lebih

kecil atau tidak terjadi (Muliani, Dkk., 2010).

B. Faktor Agen

Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau

kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masallah

kesehatan lainnya Faktor lingkungan (Muliani, Dkk., 2010).

Agent/ penyebab bibit penyakit terdiri dari biotis dan abiotis.

1. Penyebab biotis, khususnya terjadi pada penyakit-penyakit menular

yang terdiri dari lima golongan, yaitu: Protozoa (plasmodium,

amoeba), Metazoa (arthopoda, helmintes), Bakteri (salmonela,

meningitis), virus (dengue, polio), Jamur (candida, tinia algae).

2. Penyebab abiotis, terdiri dari:

a. Nutrient agent: kekurangan/ kelebihan gizi

b. Chemical agent: pestisida, logam berat, obat dll.

c. Physical agent: suhu, kelembaban, panas dll

8

Page 9: Epidemiologi

d. Menhanical agent: pukulan, kecelakaan, trauma dll (Maryani,

Dkk., 2010).

C. Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang dapat berupa

lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor

lingkungan adalah lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan

sosial dan lingkungan ekonomi (Muliani, Dkk., 2010).

D. Karakteristik Segutiga Utama Epidemiologi

Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus berinteraksi satu

sama lain sehingga perubahan pada unsur trias dapat menyebabkan

kesakitan yang tergantung pada karakteristik (ciri) dari ketiganya dan

interaksi antara ketiganya (Muliani, Dkk., 2010).

a. Karakteristik Penjamu

Penjamu mempunyai karakteristik dalam menghadapi ancaman

penyakit, misalnya:

1. Resistensi

Resistensi merupakan kemampuan penjamu untuk bertahan

terhadap infeksi tertentuh, dan penjamu mempunyai mekanisme

pertahanan tersendiri dalamk menghadapinya.

2. Imunitas

Imunitas merupakan kemampuan penjamu untuk mengambangkan

suatu resp[on imunologis, baik yang di dapat secar alamiah atau

non alamiah sehingga tubuh kebal terhafdap penyakit tertentuh.

3. Infektifitas

Infektifitas merupakan kemampuan penjamu yang terinfeksi untuk

menularkan penyakit pada orang lain kerena kuman yang berada

dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada tubuh manusia dan

sekitarnya.

b. Karakteristik Agen

Agen mempunyai karakteristik tersendiri dalam menyebabkan

terjadinya penyakit, misalnya: Patogenisti (kemampuan penyakit

untuk menimbulkan reaksi pada penjamu), Virulensi (ukuran derajat

9

Page 10: Epidemiologi

kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit). Antigenisti

(kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme imun

pada host. Infektivi (kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi

dan menyesuaikan diri dan berreproduksi di dalam host (Maryani,

Dkk., 2010).

c. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan mepunyi karakteristik tersendiri dalam menimbulkan

status sakit, misalnya:

1. Topografi

Topografi berkaitan dengan situasi lokasi tertentu, baik yang

natural atau buatan manusia yang mungkin mempengarui

terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.

2. Geografis

Geografis merupakan keadaan yang berhubungn dengan struktur

geologi bumi yang berhubungan dengan kejadian penyakit

(Muliani, Dkk., 2010).

2.3 Pencegahan Dan Penanggulangan

2.3.1 Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan penyakit

dari waktu ke waktu sehingga upaya pencegahan di bagi atas berbagai tingkat

sesuai dengan perjalanan penyakit (Muliani, Dkk., 2010).

1. Pencegahan Tingkat Pertama (primary prevention)

Pencegahan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan melakukan

tindakan pencegahan khusus.Pencegahan tingkat pertama meliputi:

a. Promosi kesehatan (Health promotion)

merupakan upaya untuk menghindari adanya faktor resiko. Upaya

promosi kesehatan meliputi:

1. Penyuluhan kesehatan

2. Perbaikan perumahan

3. Penyediaan sanitasi yang baik

10

Page 11: Epidemiologi

4. Perbaikan Gizi

5. Konsultasi genetik

6. Pengendalian faktor lingkungan

b. Pencegahan khusus (Specific protection)

Merupakan upaya untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh

penyebab serendah mungkin. Upaya pencegahan khusus meliputi:

1. Pemberian imunisasi dasar

2. Pemberian nutrisi khusus

3. Pemberian Vitamin A, tablet zat besi

4. Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection)

5. Perlindungan terhadap sumber-sumber pencemaran

2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary prevention)

Pencegahan ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin

sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan tingkat kedua

(secondary prevention), meliputi:

A. Diagnosis awal dan pengobatan tepat merupakan upaya yang

ditujukan untuk diagnosis dini penderita atau yang dianggap

menderita suatu penyakit sehingga dapat diberikan pengobatan

tepat dan segera. (Muliani, Dkk., 2010). Upaya ini meliputi :

a. Melakukan general check-up secara rutin

b. Melakukan berbagai survey seperti screaning (penyaringan)

c. Pencarian kasus (case finding)

d. Pemeriksaan khusus (labolatorium dan tes)

e. Monitoring dan surveilans epidemiologi

f. Pemberian obat yang rational dan efektif

B. Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)

Merupakan upaya untuk mencegah penyakit tidak bertambah

parah, tidak mati atau timbul cacat atau kronik. Upaya ini meliputi:

a. Operasi plastik pada bagian/organ yang cacat

a. Pemasangan pin pada tungkai yang patah

11

Page 12: Epidemiologi

3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Yang termasuk upaya pencegahan ketiga adalah rehabilitasi yang

merupakan upaya untuk memulihkan kedudukan, kemampuan atau fungsi

setelah penderita sembuh. Pada keadaan ini kerusakan patologis bersifat

irreversible, tidak bisa diperbaiki lai, karena itu upaya rehabilitasi yang dapat

dilakukan, seperti:

a. Rehabilitasi fisik, misalnya rehabilitasi cacat tubuh, dengan alat bantu.

b. Rehabilitasi sosial, misalnya mendirikan tempat pendidikan untuk

tunanetra, tunarungu, anak cacat dan terbelakang.

c. Rehabilitasi kerja, misalnya rehabilitasi masuk ke tempat kerja

sebelumnya, mengaktifkan optimum organ yang cacat

d. Rehabilitasi mental, misalnya mengembalikan kepercayaan diri orang

yang terkena narkoba. (Lidya dan Rizki, 2010).

2.3.2 Upaya Penanggulangan

2.3.2.1 Penanggulangan Penyakit

Penanggulangan penyakit dalam epidemiologi bisa diketahui dengan kecepatan

keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi

penyakit (Bustan, 2006).

1. Penyakit menular

Penyakit menular dalam epidemiologi dapat ditanggulangi dengan cara :

a. Menghilangkan atau mengurangi sumber infeksi

b. Memutuskan rantai penularan

Memutuskan rantai penularan dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan

dengan cepat akan memberikan indikasi cara penularan berlangsung dapat

dibedakan menjadi 3 yakni:

- Kontak dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung

- Dari sumber yang sama

- Kombinasi antara a dan b

12

Page 13: Epidemiologi

c. Melindungi populasi berisiko

Hubungan kepastian etiologi,sumber dan cara penularan dengan

keluasan penyelidikan dan kecepatan cara penanggulangan.

2.4 Tehnik Untuk Memecahkan Masalah di Puskesmas

A. Definisi pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

(responden) dan proses mencatat peristiwa atau mencatat karakteristik atau

mencatat nilai variable yang diperlukan dalam suatu penelitian. Variable

adalah semua objek yang menjadi sasaran penelitian yaitu gejala-gejala

yang menunjukan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatnya.

Variable ini sesyatu yang nilainya berubah menurut waktu atau berbeda

menurut elemen atau tempat (Muliani, Dkk., 2010).

B. Tujuan Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data dalam epidemiologi adalah untuk

menentukan dan mencatat hal-hal dibawah ini, yaitu :

1. Kelompok resiko terbesar dari masalah

2. Jenis agen dan karakteristiknya

3. Reservoir dari penyakit infeksi

4. Keadaan berlangsungnya transmisi

5. Kejadian penyakit atau masalah secara keseluruhan (Muliani, Dkk.,

2010).

C. Sumber Data

Data yang akurat memerlukan sumber dan metode pengumpulan data yang

tepat. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara atau sumber

pengumpulan data, yaitu :

1. Menurut cara pengumpulan

Berdasarkan cara pengumpulannya, data dibagi menjadi:

13

Page 14: Epidemiologi

a. Langsung

Data langsung adalah data yang didapat dengan melakukan Tanya

jawab langsung antara person dengan person, pengumpul data

berhadapan langsung dengan subjek (responden)

b. Tidak langsung

Data tidak langsung adalah data yang didapat melalui telepon atau

surat, melalui media atau cara tertentu untuk mencapai subjek

(responden) (Muliani, Dkk., 2010).

2. Menurut sumber pengumpulan

Berdasarkan sumber pengumpulannya, data dibagi menjadi:

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang

memerlukan nya dari subjek pertama (responden) atau dari sumber

utamanya, melalui nalat atau metode pengumpulan data.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang sudah

mengumpulkan data itu sebelumnya dimana pembaca data dapat

langsung membaca atau langsung memperolehnya secara tertulis dari

pengumpul data pertama. Contoh penyedia data, yaitu: BPS (Badan

Pusat Statistik), dll (Muliani, Dkk., 2010).

2.4.1 Teknik Analisis

Analisis data merupakan suatu proses untuk mengghasilkan rumusan

masalah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan data yang telah terkumpul.

Untuk dapat mengindifikasi masalah program atau masalah kesehatan masyarakat,

hasil analisi apa umumnya dibandingkan dengan target atau ukuran keberhasilan

program yang telah ditetapkan sebelumnya (Muninjaya, 2004).

2.4.2 Pengolahan dan analisa data

Statistik dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan

perangkat lunak komputer. Pengolahan data secara manual dewasa ini sudah

14

Page 15: Epidemiologi

jarang dilakukan. Namun, untuk data yang berskala kecil dan kelangkaan

prasarana komputer dan kemampuan sumber daya manusia, pengolahan secara

manual masih digunakan (Notoatmodjo, 2007).

2.4.3 Pengukuran Sumber Kesehatan

a. Ukuran Epidemiologis

Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup

angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan

untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian dan nilai

statistik vital lainnya. Mislanya kesakitan bisa diukur dengan angka

insidensi, prevalensi, dan angka serangan, sedangkan kematian bisa

diukur dengan angka kematian (Maryani, 2010).

Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai disini adalah dari

aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan dengan suatu

peristiwa, selain itu faktor place atau tempat adalah faktor yang berkaitan

dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut

berasal. Faktor time atau waktu adalah periode atau waktu kapan oarang-

orang tersebut mengalami suatu peristiwa (Maryani, 2010).

b. Angka (Rate)

Angka (rate) adalah suatu jumlah kejadian dihubugkan dengan

populasi yang bersangkutan. Peristiwa yang biasanya diukur dalam

bentuk angka diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan

untuk perhitungan kasus adalah insidence rate, prevalence rate (point

prevalence rate), periode prevelence rate, attack rate dan dalam

hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, age

specific death rate, cause disease specific death rate(Maryani, 2010)

1. Incidence Rate (Angka Insidensi)

Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah kasus baru

penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk pada suatu jangka

15

Page 16: Epidemiologi

waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang mungkin terkna penyakit baru tersebut pada pertengahan

tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil

(Maryani, 2010).

Rumus:

Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan waktu atau saat

timbulnya penyakit. Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit

berhubung terjadinya dapat diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi

jika penyakit timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis

dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan incidence rate

adalah dapat mempelajari faktor-faktor penyebab dari penyakit yang akut

maupun kronis. Incidence rate adalah suatu ukuran langsung adri

kemungkinan atau probalitas untuk menjadi sakit (Maryani, 2010).

2. Attack Rate (Angka Serangan)

Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit

yang ditemukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama

dalam persen atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi

yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu

wabah (Maryani, 2010).

Rumus :

3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)

Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder) adalah jumlah

penderita baru suatu penyakit yang mendapat serangan kedua

16

Page 17: Epidemiologi

dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah orang yang

telah pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil

(Maryani, 2010).

Rumus :

4. Point Prevalence Rate

Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama

dan baru yang ditemukan pada waktu jangka tertentu disekelompok

masyarakat tertentu. Point Prevalence Rate mengukur jumlah penderita

lama dan baru yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada

satu titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk ssaat itu dalam

persen atau permil. Point Prevalence Rate biasa juga disebut Prevalence

Rate saja (Maryani, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate, yaitu (Maryani,

2010):

a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada waktu yang lalu.

b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru ditemukan

c. Lamanya atau time menderita sakit.

Rumus :

5. Periode Prevalence Rate

Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru

suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi

dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang

bersangkutan dalam persen atau permil. Periode Prevalence terbentuk

17

Page 18: Epidemiologi

dari Periode Prevalence Rate ditambah incidence rate dan kasus-kasus

yang kambuh selama periode observasi (Maryani, 2010).

Rumus :

6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) adalah jumlah

semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu tertentu (satu

tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu

yang bersangkutan dalam persen atau permil. Crude Death Rate

digunakan untuk perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk

yang mempunyai susunan umur yang berbeda-beda tetapi tidak dapat

secara langsung melainkan harus melalui prosedur penyesuaian

(adjusment). Crude Death Rate digunakan secara luas karena sifatnya

yang merupakan summary rate dan dapat dihitung dengan adanya

informasi yang minimal (Maryani, 2010).

Rumus :

7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian Penyebab Khusus)

Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan

kematian karena suatu penyebab khusus dalamsatu jangka waktu tertentu

dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang

bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).

Rumus :

18

Page 19: Epidemiologi

8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur Tertentu)

Age Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian

pada umur tertentu dalam satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibagi

dengan jumlah penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan

tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).

Rumus :

9. Proporsi

Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian dalam

kelompok data yang mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu

atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan

kelompok yang dinyatakan dalam persen. Proporsi umumnya digunakan

jika tidak mungkin menghitung angka indensi, karena itu proporsi tidak

dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali

jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada

setiap sub kelompok (Maryani, 2010).

10. Rasio

Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa

atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap

kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam

epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan

jumlahorang sehat, misalnya: rasio orang sakit kanker dibandingkan

dengan orang sehat (Maryani, 2010).

19

Page 20: Epidemiologi

BAB III

PETA KONSEP

`

20

Epidemiologi

Agen Host Lingkungan

Seimbang Tidak Seimbang

Penyakit

Menular Tidak Menular

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data

Tindakan Penyalesaian masalah

Page 21: Epidemiologi

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia harus berupaya untuk

melakukan perbaikan di segala bidang untuk menjadi lebih baik. Bidang

kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan

Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik

penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Secara etimologis,

epidomiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana Epi = upon (pada/tentang),

demos = people (penduduk/masyarakat), logia = knowledge (ilmu pengetahuan).

(Maryani, 2010).

Menurut Maryani (2010), perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan

sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan

(faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan

perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi

masalah kesehatan. Dalam melihat masalah kesehatan yang sedang terjadi,

epidemiologi membutuhkan data. Data adalah gambaran dari sesuatu dan kejadian

yang kita hadapi. Dalam kehidupan sehari-hari data merupakan fakta tersurat

dalam bentuk tulisan tentang suatu objek. Data epidemiologi merupakan

komponen dasar dari informasi epidemiologi yang akan diproses. Lebih lanjut

untuk menghasilkan informasi epidemiologi.

Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias

epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang

hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan

masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor

penyebab), dan environment (lingkungan). Hubungan antara penjamu, agen dan

21

Page 22: Epidemiologi

lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam

keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan

terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status

sakit (Maryani, 2010).

Menurut Maryani (2010), ukuran dasar yang digunakan dalam

epidemiologi mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk

perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan,

kematian dan nilai statistik vital lainnya. Misalnya kesakitan bisa diukur dengan

angka insidensi, prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur

dengan angka kematian. Peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka

diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus

adalah insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode prevelence

rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude

death rate, age specific death rate, cause disease specific death rate. Proporsi

merupakan hubungan antara jumlah kejadian dalam kelompok data yang

mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian

dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen.

Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka indensi,

karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau

infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama

pada setiap sub kelompok. Sedangkan Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi

perbandingan peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian

terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam

epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan jumlah orang sehat,

misalnya: rasio orang sakit batuk berdarah dibandingkan dengan orang sehat.

Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi

epidemiologis karena secara umum penyakit tersebar menurut faktor penjamu,

agen dan lingkungan. Oleh karena itu, penjelasan penyebaran penyakit dilakukan

dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian dan waktu

kejadiaanya (Maryani, 2010).

22

Page 23: Epidemiologi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Epidemi adalah suatu masalah kesehatan yang umumnya terjadi di

masyarakat ,di mana epidemiologi membahas penyakit menular dan tidak menular

baik secara langsung maupun tidak menular. Epidemiologi adalah ilmu

kedokteran dasar yang mempunyai tujuan meningkatkan kesehatan populasi

masyarakat.

5.2 Saran

Di harapkan semua masyarakat mengerti dan memahami akan

pentingnya masalah dan perilaku hidup sehat.

23

Page 24: Epidemiologi

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta

Maryani, Lidya dan Rizki Mulyani. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku kedokteran.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka

Cipta

Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi: 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 23-24.

Susser M, Ezra Susser. 1996. Choosing a future for epidemiology: II. F. USA.

.

24