53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk menentukan beberapa pola penyakit yang terjadi dalam kelompok populasi disebut epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang dapat menghubungkan para praktisi (dokter atau dokter gigi), spesialis, peneliti, dan para akademisi. Yang merupakan studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan penyakit. Tolak ukur pertama dalam studi epidemiologi adalah pengamatan secara terencana dan teratur atau observasi sistematik pada manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Epidemiologi tidak sekedar observasi dan deduksi (pengambil kesimpulan). Meskipun epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih baru, tetapi banyak ditemukan dalam ilmu kedokteran, biologi, statistik dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Bahkan pada tahun-tahun belakangan ini kemajuan dalam 1

EPIDEMIOLOGI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk menentukan beberapa pola penyakit yang terjadi dalam kelompok populasi disebut epidemiologi. Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang dapat menghubungkan para praktisi (dokter atau dokter gigi), spesialis, peneliti, dan para akademisi. Yang merupakan studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan penyakit. Tolak ukur pertama dalam studi epidemiologi adalah pengamatan secara terencana dan teratur atau observasi sistematik pada manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

Epidemiologi tidak sekedar observasi dan deduksi (pengambil kesimpulan). Meskipun epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan yang masih baru, tetapi banyak ditemukan dalam ilmu kedokteran, biologi, statistik dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Bahkan pada tahun-tahun belakangan ini kemajuan dalam ilmu pengetahuan komputer telah mendorong kemampuan epidemiologi.

Dalam profesi kedokteran gigi saat ini, arti epidemiologi di satu pihak berarti dalam menghubungkan hasil-hasil penemuan studi-studi yang dapat dibaca dalam majalah ilmiah dengan apa yang ditemukan dalam majalah ilmiah dengan apa yang ditemukan dalam observasi para praktisi dalam praktek privatnya. Di lain pihak, epidemiologi berarti dalam mencatat perubahan-perubahan angka karies di antara pasien-pasien muda setelah adanya pengumuman mengenai flouridasi suplai air minum bagi masyarakat. Selain itu dalam pengembangan program preventif, epidemiologi menunjukkan keberhasilan dengan menurunnya penyakit gigi di antara mereka yang mengikuti cara hidup sehari-hari yang telah ditentukan.

Epidemiologi gigi berguna dalam menentukan kebutuhan masyarakat akan perawatan penyakit gigi. Penyakit gigi sangat bervariasi dari benua ke benua yang lain, bahkan dari masyarakat satu ke masyarakat lain. Epidemiologi digunakan untuk menggambarkan pola-pola penyakit dalam masyarakat. Hal ini sangat penting bagi dokter gigi yang menangani perencanaan program pelayanan kesehatan gigi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian penelitian epidemiologi?2. Apa macam macam penelitian epidemiologi?3. Bagaimana cara mengetahui langkah-langkah penelitian epidemiologi?4. Bagaimana cara mengetahui macam-macam teknik sampling?1.3 Tujuan

5. Untuk mengetahui pengertian penelitian epidemiologi6. Untuk mengetahui macam macam penelitian epidemiologi7. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian epidemiologi8. Untuk mengetahui macam-macam teknik samplingBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Pengetahuan Ilmu Kesehatan masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadapa keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan (Bustan, 1997).

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi=upon, pada atau tentang, demos= people,penduduk , logia=knowledge, ilmu. Namun epidemiologi ini tentu sesuai dengan sejarah kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang mengenai penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada dewasa itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemic yang banyak menelan korban kematian dan begitulah nama epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemiologi itu sendiri (Bustan, 1997).Epidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana berbagai factor menjadi factor penyebab penyakit tersebut. Untuk mengungkapakan dan menjawab masalah trsebut, epidemiologi melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa jenis (Bustan, 1997).

Penelitian epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok : Penelitian Observasional / survei

Penelitian Eksperimental / intervensi

Menurut cara analisisnya dibedakan :

Penelitian diskriptif

Penelitian analitik

Penelitian Cross Sectional

Penelitian Kasus Kontrol (Case Control)

Penelitian Kohort

Umumnya epidemiologi dapat dibagi atas tiga jenis utama yakni Epidemiologi Deskriptif, Epidemiologi Analitis dan Epidemiologi Eksperimental. Apa yang dimaksud dengan masing-masing jenis epidemiologi itu dapat dituliskan sebagai berikut. Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat.Di sini dipelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukkan tentang besarnya masalah it dalam masyarakat. Hasil pekerja Epidemiologi Deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengenai factor who (siapa), where (di mana) dan when (kapan) (Bustan, 1997).

Epidemiologi deskriptif merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dari segi epidemiologi dengan menjelaskan siapa yang terkena dan di mana serta kapan terjadinya masalah itu. Epidemiologi Analitis berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis factor-faktor (determinan) masalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab terjadinya masalah itu.Epidemiologi Eksperimental, salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu factor sebagia penyebab terjadinya factor luaran (penyakit), maka perlu diuji factor kebenarannya dengna percobaan atau eksperimen. Bentuk eksperimental lain yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan tentang Aids dan dilihata pakah intervensi ini sebgai komponen eksperimen menyebabkan meningkatnya pengetahuan subjek penelitian (Bustan, 1997).

Ketiga jenis ini tidak bisa dibedakan satu sama lainnya saling berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai masalah yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengna epidemiologi deskriptif, selalu diperdalam dengan Epidemiologi Analisis, dan disusul dengan melakukan Epidemiologi Eksperimental (Bustan, 1997)BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ilmu Epidemiologi

3.1.1 Pengertian Epidemiologi Menurut Asal KataJika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu:

-epi yang berarti permukaan, di atas, menimpa

Misalnya dalam istilah medis epidermis, yang berarti di ats permukaan tubuh (kulit). Kata dasarnya

Demo berartiorang, populasi, manusia,

Misalnya dalam istilah demografi, yaitu studi tentang data statistic kependudukan. Akhirannya

-ologi berarti ilmu tentang.

Dengan demikian, istilah epidemiologi dapat diartikan kata-perkata memiliki arti sesuatu yang menimpa manusia (Timmreck, 2004)

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah: Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya (faktor faktor yang mempengaruhinya).Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.

3.1.2 Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para AhliSebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi, beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 )

Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

2. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.

3. Gary D. Friedman ( 1974 )Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.

4. Hirsch ( 1883 )Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal.

5. Judith S. Mausner ; Anita K. BahnEpidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in groups of people and with the factors which influence their distribution.

6. Robert H. Fletcher ( 1991 )Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.

7. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn

Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the population has been subdivided according to some characteristic believed to influence of the event.

8. Lilienfeld ( 1977 )

Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.3.2 Epidemiologi Observasi

Adalah suatu penelitian epidemiologi dimana pengamatan terhadap fenomena kesehatan dilakukan dalam keadaan apa adanya, tanpa adanya intervensi atau perlakuan dari peneliti. Pada penelitian ini baik diskriptf ataupun analitik kedalaman analisis mekanisme sebab akibat tidak dapat diperoleh. Hasil yang didapat berupa dugaan-dugaan saja.

3.2.1 Epidemiologi Deskriptif3.2.1.1 Definisi

Epidemiologi desriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit. Penelitian ini merupakan usaha untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat, hasilnya disajikan dalam bentuk data yang diperoleh dari suatu observasi. Penelitian deskriptif tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan adanya hubungan antara paparan dan kejadian. Penelitian ini biasanya hanya menggambarkan pola-pola kejadian yang ditinjau dari aspek karakter manusia, misalnya jenis kelamin, umur, status dan sebagainya.Contoh penelitian deskriptif:

Studi kasus

Survey

Routline data

Prevalence survey

Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan : Siapa yang terkena?

Bilamana hal tersebut terjadi?

Bagaimana terjadinya?

Dimana kejadian tersebut?

Berapa jumlah orang yang terkena?

Bagaimana penyebarannya?

Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?

3.2.1.2 Tujuan

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.

2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

3.2.1.3 Ciri-Ciri Epidemiologi Deskriptif

Ciri-ciri epidemiologi deskriptif ialah:1. bertujuan untuk menggambarkan

2. tidak terdapat kelompok pembanding

3. hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi

4. hasil penelitiannya berupa hipotesis

5. merupakan studi pendahuluan untuk studi yang lebih mendalam (analitik)

3.2.1.4 Ciri Ciri Manusia yang Mempengaruhi Penyebaran Masalah KesehatanEpidemiologi deskriptif merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat dengan menjelaskan factor Manusia (Who), Waktu (When) dan Tempat (Where). Dalam kehidupan sehari hari sering ditemukan suatu masalah kesehatan tertentu yang ternyata banyak diderita oleh kelompok umur tertentu saja, oleh jenis kelamin tertentu saja atau oleh suku bangsa tertentu saja.

Penemuan yang seperti ini menjelaskan bahwa penyebaran suatu masalah kesehatan atau penyakit ternyata dipengaruhi oleh ciri ciri yang dimiliki oleh manusia yang terserang masalah kesehatan tersebut. Dengan diketahuinya penyebaran masalah kesehatan menurut ciri ciri manusia ini, akan dapat diketahui besarnya masalah kesehatan yang dihadapi dan keterangan yang diperoleh akan dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dimaksud.

Dalam epidemiologi, ciri ciri manusia yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan ini dapat dibedakan atas beberapa macam karakteristik yang diantaranya adalah :

Umur - Jenis Kelamin - Golongan Ethnik - Status Gizi - Kehamilan - Paritas,

Status Sosial Ekonomi Keluarga - Status Perkawinan - Pekerjaan - Pendidikan

Besarnya Keluarga - Struktur Keluarga, dll.

Umur Umur adalah variable yang sangat penting dan selalu diperhatikan dalam penyelidikan penyelidikan epidemiologi karena :

a) . Ada kaitannya dengan Daya Tahan Tubuh. Pada umumnya daya tahan tubuh orang dewasa jauh lebih kuat daripada daya tahan bayi atau anak anak.

b) . Ada kaitannya dengan ancaman terhadap kesehatan Orang dewasa yang karena pekerjaannya ada kemungkinan menghadapi ancaman penyakit lebih besar daripada anak anak.

c) . Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup Dibandingkan dengan anak anak, maka orang dewasa lebih besar kemungkinan terpapar dengan berbagai sumber masalah kesehatan atau penyakit.

Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur sangat mempunyai pengaruh / kemaknaan yang berhubungan dengan : 1) Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur ;

2) Perbedaan dalam proses Pathogenesis ;

3) Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu.

Golongan EtnikPenyebaran masalah kesehatan juga tergantung dari golongan etnik yang miliki. Yang dimaksud golongan etnik adalah : Sekelompok manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan hidup atau sifat biologis dan genetis yang sama.

Golongan Etnik dibedakan atas :

a) . Ras (Race)

Pengelompokan menurut Ras, lebih didasarkan pada Warna Kulit dan Bentuk Tubuh.

Dikenal 3 Ras utama :

1) Caucasoid (Kulit Putih)

2) Negroid (Kulit Hitam)

3) Mongoloid (Kulit Kuning/Sawo Matang)

Adanya penyakit tertentu yang secara genetik berhubungan erat dengan Ras, yaitu Sickle cell Anemia.

b) . Etnik / Suku Bangsa (Tribe)

Pengelompokan dalam Suku Bangsa didasarkan pada tempat tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi ataupun susunan makanannya. tinggal, adat istiadat, kebiasaan hidup, keadaan sosial ekonomi ataupun susunan makanannya. Contohnya adalah perbedaan pengalaman penyakit Malaria ataupun Filaria bagi penduduk Jawa dan Irian Jaya.

Timbulnya perbedaan frekuensi penyakit atau kematian mungkin disebabkan oleh perbedaan tempat

Status PerkawinanYang dimaksud dengan status perkawinan disini adalah persekutuan antara dua jenis kelamin yang berbeda dalam bentuk keluarga yang diakui secara sah oleh peraturan perundang undangan yang berlaku baik sipil maupun agama.

Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, status perkawinan ini ternyata mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan, karena : pola perilaku kalangan yang belum menikah berbeda dengan kalangan yang sudah menikah. Secara umum, pengaruh tersebut dapat dibedakan dalam 3 hal, yaitu :

1) Pengaruh Terhadap Pola Penyakit

Pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang belum menikah berbeda dengan pola penyakit yang ditemukan pada kelompok orang yang sudah menikah.

Misalnya Penyakit Kelamin yang ternyata lebih banyak ditemukan pada kelompok orang yang belum pernah menikah. Hal yang sama juga ditemukan pada penyakit akibat kecelakaan yang lebih banyak terjadi pada kelompok orang yang belum menikah.

2) Pengaruh Terhadap Resiko Terkena Penyakit

Resiko terkena penyakit TB Paru misalnya, akan lebih besar terjadi pada istri atau suami yang pasangannya menderita penyakit TBC Paru.

3) Pengaruh Terhadap Penatalaksanaan - Penanggulangan Penyakit

Pada kelompok orang yang belum menikah yang menderita penyakit akan mendapat perawatan yang kurang dibandingkan dengan mereka yang telah berkeluarga karena memang kurangnya anggota keluarga yang turut membantu mengatasi penyakit.

PekerjaanHubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan sudah sejak lama diketahui dan saat ini menjadi perhatian utama ahli kesehatan khusus dan derajat keterpaparan serta sifat pekerjaan.

1) Adanya Faktor faktor lingkunan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan, antara lain bahan-bahan kimia, gas beracun, radiasi, benda benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dsb.

2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan Stress, yang merupakan faktor penyebab terjadinya Hypertensi.

3) Karena ruangan tempat kerja yang terlalu sempit, sehingga memungkinkan proses penularan penyakit antar pekerja. dsb

Strutur Keluarga Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar, karena besarnya tanggungan secara relatif, mungkin harus tinggal berdesak desakan dalam rumah yang luasnya terbatas sehingga memudahkan penularan penyakit. Dan karena besarnya tanggungan keluarga, mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi baik atau tidak dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia, dsb.

Status SosialEkonomi Dalam kehidupan seharihari, sering ditemukan beberapa masalah kesehatan tertentu misalnya penyakit infeksi dan gangguan gizi yang lebih banyak diderita oleh masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah dan sebaliknya beberapa penyakit kardiovaskuler lebih banyak dijumpai pada penderita dengan status sosial ekonomi tinggi.

TempatPenyebaran masalah kesehatan menurut terjadinya masalah kesehatan tersebut amat penting, karena dari keterangan yang diperoleh akan dapat diketahui:

1. Jumlah dan Jenis Masalah Kesehatan yang Ditemukan Suatu Daerah.

2. Hal Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.

3. Keterangan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.

a) . Keadaan Geografis Berupa : letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari, angin, kelembaban udara, suhu udara, daerah pegunungan, pantai, daratan. (Lingkungan Fisis, Kemis dan Biologis )

b) . Keadaan Demografis Perbedaan keadaan penduduk (Demografi) sangat menentukan perbedaan penyebab penyakit menurut tempat. Keadan Demografis yang dimasud dapat berupa : Jumlah dan Kepadatan Penduduk, Konstitusi genetis an etnis, variasi kultural, dsb.

c) . Keadaan Pelayanan Kesehatan Dalam hal ini, menyangkut Jumlah dan Cakupan Pelayanan Kesehatan, Mutu Layanan Kesehatan yang dselenggarakan serta Program Higiene dan Sanitasi.

Luas DaerahBerdasarkan luasnya daerah yang terserang suatu masalah kesehatan, penyebaan menurut karakteristik Tempat ini secara umum dapat dibedaan menjadi 5 macam, yaitu :

1. Penyebaran pada Satu Wilayah (Setempat / Lokal )

Disini masalah kesehatan hanya ditemukan pada satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering digunakan adalah Desa dan Kota, karena masing masing mempunyai ciri tersendiri yang khas sehingga mempunyai gambaran penyakit yang berbeda beda.

2. Penyebaran Beberapa Wilayah

Pengertian penyebaran beberapa wilayah juga tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa kecamatan dsb.

3. Penyebaran Satu Negara (Nasional)

Pada penyebaran Satu Negara, masalah kesehatan tersebut ditemukan di semua wilayah yang ada dalam negara tersebut. Tergantung dari keadaan geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan berbeda pula.

4.Penyebaran Beberapa Negara (Regional)

Masalah kesehatan juga dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk tidaknya suatu penyakit ke suatu negara, dipengaruhi oleh faktor faktor :

a) . Kedaaan geografis suatu negara, Dalam arti apakah ditemukan keadaan keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.

b) . Hubungan komunikasi yang dimiliki, Dalam arti, apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, bagaimana hubungan antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.

c) . Peraturan perundang undangan yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan peraturan yang berkaitan dengan bidang kesehatan.

5. Penyebaran Banyak Negara (Internasional).

Di sini masalah kesehatan telah ditemukan di banyak negara, yang pada era sekarang ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi sangat mungkin terjadi.

Penyebaran Menurut Karakteristik Waktu. Manfaat mempelajari penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu adalah untuk mengetahui :

1. Kecepatan Perjalanan Penyakit

Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, hal ini berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan cepat.

2. Lama Terjangkitnya Suatu Penyakit.

Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yaitu dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang hilangnya penyakit tersebut.

Faktor faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan menurut waktu antara lain : 1. Sifat Penyakit Yang Ditemukan

Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan, yang dibedakan atas:

a) . Potogenesiti / Patogenitas

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul penyakit (Disease Stimulus) b) . Virulensi

Ukuran keganasan penyakit atau derjat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit. c) . Antigenesiti / Antigenitas

Kemampuan bibit penyakit untuk merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (pembentukan Antigen) pada diri penjamu. d) . Infektiviti / Infektifitas

Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu. 2. Keadaan Tempat Terjangkitnya PenyakitUntuk penyakit infeksi, keadaan yang paling penting adalah menyangkut ada tidaknya reservoir bibit penyakit ( Environmental Reservoir.

3. Keadaan Penduduk

Sama halnya dengan penyebaran menurut tempat, maka penyebaran masalah kesehatan menurut waktu ini juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang menyangkut ciri ciri manusianya ataupun yang menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk.

4. Keadaan Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia

Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah, sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.

Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Penyebaran Satu Saat

Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu Saat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) . Point Source Epidemic Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang ditandai oleh :

Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat,

Masa inkubasi yang pendek

Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal

Hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat

Contoh : Peristiwa keracunan makanan.

Muncul hanya pada waktu tertentu saja

b) . Contagious Diseases Epidemic Disebut juga Propagated Epidemic, adalah : Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh : Masa inkubasi yang panjang, Episode penyakit me

Waktu munculnya penyakit tidak jelas,

Hilangnya penyakit dalam waktu yang lama

Merupakan peristiwa majemuk

Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan,

Contoh : Wabah penyakit menular. 2. Penyebaran Satu Kurun Waktu

Yaitu Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun waktu tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk mencari Penyebab Penyakit.

3. Penyebaran Siklis

Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu, bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut peristiwa tertentu (musim panen, paceklik). 4. Penyebaran Sekular

Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.

3.2.2 Epidemiologi AnalitikPendekatan atau studi ini dipergunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi dari data dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.

2. Memprediksikan kejadian penyakit3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.

Penelitian analitik adalah bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.

3.2.2.1. Macam-macam Epidemiologi Analitik

Macam-macam epidemiologi analitik meliputi:

Kasus control

Cross Sectional

Kohort

1. Penelitian Kasus KontrolPenelitian kasus control atau disebut juga penelitian case control relative sederhana dan murah untuk dikerjakan dan kini semakin sering diterapkan dalam mencari sebab-sebab dari penyakit, terutama penyakit-penyakit yang jarang ditemukan. Kasus-kasus tersebut meliputi orang-orang yang mengidap sebuah penyakit (atau variable outcome lainnya) yang sedang diamati dan sebuah kelompok control yang sesuai (pembanding atau kelompok acuan) dari oaring-orang yang tidak mengidap penyakit atau variable outcome. Kemudian dibandingkan ada tidaknya faktor yang diperkirakan sebagai penyebab penyakit tersebut kemudian di antara kasus-kasus dan control. Data yang menyangkut lebih dari satu titik waktu tertentu kemudian dikumpulkan. Dalam hal ini, penelitian kasus control disebut sebagai penelitian lintas-bagian. Penelitian-penelitian kasus control disebut sebagai penelitian-penelitian retrospektif, karena para peneliti melihat ke belakang, yaitu dari penyakitnya kemudian mencari kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebabnya. Hal itu dapat membingungkan, karena istilah-istilah retrospektif dan prospektif itu kini semakin sering digunakan untuk menggambarkan waktu pengumpulan data dalam kaitannya dengan saat sekarang. Dalam hal ini, sebuah penelitian kasus control dapat saja bersifat retrospektif, yaitu bila semua data berasal dari masa-masa lalu, atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinmabungan seiring dengan berjalannya waktu.Sesudah penelitian kasus control dimulai dengan pemilihan kasus-kasus, yang seyogyanya mencerminkan sebuah kasus-kasus yang berasal dari sebuah populasi tertentu. Tugas yang paling sulit adalah dalam memilih kontrol-kontrol untuk memperkirakan prevalensi paparan yang ada di dalam populasi yang menjadi asal kasus-kasus penyakit tersebut. Lebih jauh, pemilihan kontrol dan kasus itu tidak boleh dipengaruhi oleh status pemaparannya, yang seyogyanya ditentukan dengan cara yang sama untuk keduanya. Kasus dan kontrol tidak selalu mencakup subyek dari populasi umum; dalam kenyataan, mereka dapat dibatasi dalam sub kelompok yang lebih khusus, misalnya orang-orang tua, laki-laki atau para wanita.

Subyek-subyek yang berperan sebagai kontrol seyogyanya terdiri atas orang-orang yang dipastikan akan dipilih sebagai kasus-kasus penelitian bila mereka menderita penyakit. Idealnya, penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus-kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup, meskipun banyak sekali penelitia acapkali dikerjakan dengan menggunakan data prevalensi (sebagai contoh, penelitian kasus-kasus kontrol tentang kelainan-kelainan congenital).

Satu aspek yang penting tentang penelitian kasus kontrol adalah penentuan awal dan durasi (lama) paparan untuk kasus dan kontrol-kontrol tersebut. Pada rancangan penelit5ian kasus kontrol, status paparan dari kasus-kasus tersebut selalu ditentukan sesuadah penyakit tersebut berkembang (dana retrospektif) dan selalu dengan menggunakan pertanyaan langsung terhadap orang yang terkena penyakit, terhadap seseorang anggota keluarganya, atau terhadap seorang temannya. Jawaban-jawaban yang b erasal dari pemberi informasi tersebut dapat saja dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang hipotesis yang sedang diteliti atau pengalaman sakiytnya itu sendiri. Kadang-kadang paparan itu ditentukan dengan menggunakan pengukuran-pengukuran biokimia (sebagai contoh adalah timah yang berada di dalam darah atau cadmium yang berada di dalam urine) yang dapat dipengaruhi oleh penyakit. Masalah ini dapat dicegah bila data paparan yang akurat dapat diperoleh dari sebuah pencatatan yang sudah mapan (sebagai contoh adalah data pencatatan kepegawaian di dalam industry tertentu) atau bila penelitian kaasus kontrol tersebut dikerjakan secara prospektif, maka data tentang paparannya dikumpulkan sebelum penyakit berkembang. Salah satu rancangan penelitian untuk tipe ini adalah penelitian kasus kontrol yang dicangkokkan atau the nested case-control study.

Contoh klasik tentang penelitian kasus kontrola dalah penemuan tentang adanya hubungan antara thalidomide dan kecacatan-kecacatan anggota badan tang tidak bisa terjadi pada anak-anak yang lahir di Republik Federasi Jerman pada tahun 1959 dan 1960; penelitian itu dilakukan pada tahun 1961, dengan membandingkan antara anak-anak yang menyandang cacat tersebut terhadap anak-anak yang normal (Mellin dan Katzenstein, 1962). Di antara 46 orang ibu yang mempunyai bayi dengan kelainan-kelainan yang tipikal, ternyata 41 orang di antaranya pernah meminum thalidomide di antara bulan ke empat dan kesembilan dari kehamilannya, sementara tidak ada satupun dari 300 ibu-ibu yang dijadikan kontrol, dengan anak-anak yang normal itu pernah meminum obat pada masa-masa tersebut.

Dalam penelitian kasus kontrol, hubungan antara paparan dan penyakit diperkirakan dengan menghitung rasio odds (odds ratio atau OR), yang merupakan rasio odds dari paparan di antara kasus-kasus terhadap odds yang mewakili paparan di antara kontrol-kontrol. Rasio odds amat mirip dengan besarnya rasio resiko, terutama bila penyakitnya amat jarang ditemui.

Kelebihan Studi Case-Control :

1. Tidak mahal untuk dilaksanakan.2. Mempermudah akses ke lebih banyak subjek karena studi menggunakan data dan identifikasi kasus yang kemudian dibandingkan dengan kontrol yang memiliki karakteristik serupa.3. Membutuhkan subjek yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol yang memiliki karakteristik serupa.4. Bermanfaat dalam studi faktor etiologis pada penyakit yang tidak biasa atau langka karena hanya sedikit kasus yang diperlukan.5. Memungkinkan perolehan hasil yang cukup cepat karena data siap tersedia.6. Bermanfaat karena lebih dari satu faktor resiko dapat diidentifikasi di saat yang bersamaan dalam perangkat data yang sama.7. Bermanfaat dalam studi penyakit yang disebabakan oleh obat-obatan jika pengobatan diduga sebagai penyebab efek samping atau reaksi merugikan yang segera dilihat.Kelemahan Studi Case-Control :

1. Informasi yang dibutuhkan untuk studi mungkin tidak siap tersedia.2. Informasi yang dibutuhkan untuk studi mungkin tidak dicatat dengan akurat.3. Jika teknik wawancara yang dipakai, responden mungkin tidak ingat dengan informasi atau fakta lama.4. Jika dipakai teknik survei/wawancara, responden mungkin tidak ingat dengan informasi atau fakta lama, atau pencacatan mungkin dilakukan dengan tidak tepat.5. Jika dipakai teknik survei/wawancara, responden mungkin memberikan jawaban yang subjektif atau bias.6. Pasien dan dokter mungkin tidak ingat pada peristiwa atau keadaan masa lalu atau mungkin mengingatnya dengan cara yang berbeda.7. Responden mungkin menambah-nambahkan kejadian untuk melengkapi cerita atau memberikan penekanan lebih kepada peristiwa tertentu di masa lalu.8. Pada penyakit serius atau kasus berat beberapa penyakit, individu yang terjangkit memiliki peluang lebih besar untuk memberikan bias yang kuat.9. Bias dapat terjadi pada studi kontrol.10. Keberadaan bias dalam kontrol dapat terjadi akibat kontrol yang diseleksi dari rekam medis .11. Penyajian yang kurang baik atau keliru dapat terjadi akibat proses seleksi kasus dan kontrol tidak dilakukan dengan cermat.12. Sifat atau perilaku pribadi dapat memperberat masalah yang berkontribusi pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, atau kematian.2. Penelitian Survei/Studi Cross-SectionalStudi cross-sectional merupakan suatu gambaran penyakit, kesehatan, medis, dan fenomena psikososial yang terjadi pada satu kurun waktu. Dari sudut pandang praktis, satu kurun waktu dapat berlangsung beberapa menit sampai maksimal dua atau tiga bulan.

Pelaksaanaan studi cross-sectional layaknya penggunaan kamera untuk mengambil gambar tidak bergerak tentang kesehatan, mental, dan sosial, lingkungan atau masalah atau peristiwa lain dalam populasi, yang berarti menetapkan data pada kurun waktu tertentu. Temuan studi longitudinal lebih sulit dilakukan karena harus mengikuti perkembangan suatu kelompok dalam populasi selama beberapa waktu. Studi cross-sectional dapat mengumpulkan informasi yang sama, yaitu dengan menetapkan sampel populasi yang menyerupai sampel studi longitudinal. Peneliti mengumpulkan data dari populasi sampel sekaligus pada waktu yang bersamaan. Studi longitudinal memberikan informasi yang lebih baik dan data yang akurat dalam banyak hal karena studi ini, mengikuti perkembangan waktu sesungguhnya dari suatu fenomena yang terjadi selama beberapa waktu, dengan memperhitungkan perubahan individu yang dapat terjadi. Studi cross-sectional terbatas pada data yang dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu.

Pengembangan hubungan studi cross-sectional. Ada tidaknya suatu variabel dikaji melalui studi cross-sectional. Setiap individu dalam kelompok studi atau sampel penelitian yang mewakili populasi ditunjukkan dalam studi cross-sectional pada kurun waktu tertentu dan temuannya mewakili kurun waktu tersebut. Hubungan antara beberapa variabel tertentu dan keberadaan faktor kesehatan, penyakit, kondisi, atau kejadian maupun keragaman derajata kondisi dapat diteliti dan dikaji. Hubungan, asosiasi, dan korelasi yang sama dapat dikaji dan dianalisis dalam subkelompok atau dalam berbagai kelompok usia. Implikasi epidemiologi dari studi cross-sectional adalah bahwa hubungan ada tidaknya suatu penyakit atau penyebab penyakit dapat dikaji. Implikasi epdemiologi lain adalah bahwa hubungan antara subjek terjangkit terhadap subjek tidak terjangkit, atau variabel yang terlibat sebagai penyebab penyakit juga dapat dipelajari.

Beberapa populasi yang mungkin digunakan untuk studi epidemiologi mungkin didasarkan pada etnik, ras, kemungkinan terkena penyakit, angka prevalensi yang tinggi dalam populasi lebih sering terkena penyakit daripada kelompok lain, atau alasan lain yang berhubungan.

Agar studi cross-sectional dapat berjalan dengan efektif dan valid, semua subjek harus memiliki peluang yang sama untuk mewakili populasi yang diteliti. Semua anggota kelompok studi populasi harus memiliki peluang yang sama untuk terpilih dan mengisi formulir survei. Dengan melakukan pengambilan sampel secara tepat dan objektif, semua anggota populasi dapat memperoleh peluang sama untuk berpartisipasi dalam studi.

Salah satu teknik yang paling umum untuk melakukan studi cross-sectional adalah melalui penggunaan metodologi survei. Banyak metode survei yang digunakan untuk melakukan studi epidemiologi. Metode survei merupakan metode penelitian yang paling banyak digunakan dalam desain penelitian yang kompleks atau juga dapat berbentuk kuesioner sederhana satu halaman yang terdiri daru satu variabel atau kondisi dalam populasi studi.

Kelebihan Studi Cross-Sectioanal;1. Merupakan pengumpulan data sekali dalam satu kurun waktu tertentu (wawancara/pemeriksaan/survei)

2. Lebih murah dan lebih praktis untuk dilaksanakan.

3. Memberikan banyak informasi dan data yang terbukti bermanfaat untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan program medis.

4. Memberikan gambaran sekilas tentang populasi studi, memperlihatkan distribusi relatif dari kondisi, penyakit, dan cedera, dan ketidakmampuan dalam kelompok dan populasi.

5. Memberikan keterkaitan antar-antribut penyakit dan kondisi dalam kelompok atau populasi.

6. Bermanfaat untuk memprediksi penyebaran penyakit tertentu, seperti kolera, di masa depan dalam populasi.

7. Memiliki satu kelebihan pokok, yaitu bahwa studi didasarkan pada sampel populasi utama dan tidak tergantung pada individu yang mengajukan diri untuk mendapatkan perlakuan medis.

Kelemahan Studi Cross-Sectioanal :

1. Tidak dapat memperlihatkan hubungan sebab-akibat yang kuat jika jumlah sampel sedikit.

2. Hanya mewakili individu yang mengisi kuesioner, mengikuti survei, dan berpatisipasi dalam studi.

3. Seperti yang dipakai dalam studi penyakit, hanya mewakili orang yang akan disurvei dan/atau terjangkit penyakit.

4. Jika digunakan sebagai suatu prevalensi dari pengkajian penyakit, tidak terlalu efektif jika angka kasus penyakit sangat kecil.

5. Kondisi atau penyakit kambuhan atau variasi musiman penyakit itu tidak mewakili dengan baik dalam studi cross-sectional karena saat studi lakukan, kondisi berada dalam keadaan tetap atau tidak aktif atau puncaknya.

6. Seperti kebanyakan studi, studi ini tidak berguna jika dipakai untuk memprediksi kejadian kondisi atau penyakit di masa mendatang.

7. Lebih efektif pada penyakit kronis dan kondisi yang berkaitan dengan perilaku, serta kurang efektif pada penyakit menular dengan masa inkubasi dan durasi singkat.

8. Menunjukkan persentase tinggi suatu kondisi atau penyakit yang durasinya panjang, sekaligus berpotensi untuk tidak memperlihatkan atau mempunyai efek yang terbatas dari suatu penyakit dalam serangkaian kasus insidensi.

3. Penelitian Study Kohort

Penelitian kohor disebut juga penelitian insiden atau penelitian prospektif. Kelebihan utama penelitian ini adalah metodenya yang memungkinkan mengamati bagaimana suatu factor keterpaparan berlangsung hingga memungkinkan terjadinya efek (penyakit).

Penelitian dimulai dengan memilih sampel kelompok sehat dari suatu populasi. Merreka yang sehat ini akan diobservasi terhadap ada tidaknya keterpaparan dalam suatu waktu tertentu. Setelah 5 tahun observasi, misalnya, dihitunglah beberapa yang jatuh sakit dan beberapa yang masih sehat. Hasilnya memberikan nilai perhitungan assosiasi yang disebut Relative Risk (Resiko Relatif) yang mempunyai nilai netral sebesar 1. Arti RR adalah tidak ada hubungan jika nilainya 1, sma halnya dengan nilai nol untuk Odds ratio dari suatu penelitian kasus control.

Studi kohort adalah metode epidemiologi untuk mengidentifikasi suatu populasi studi menurut usia atau dengan mengunakan cara atay sifat atau pengelompakan individu lain demi tujuan penelitian.

Analisis kohort mengkaji morbiditas, mortalitas dan factor-faktor resiko terkait berdasarkan usia subkelompok atau jika populaisnya lebih besar, berdasarkan pengelompokan subjek. Periode waktu, pengujian ulang, evaluasi ulang, dan kegiatan lanjutan dikaji saat kelompok individu menjalani waktu, usia dan kehidupannya. Begitu studi kohort selesai, data harus dianalisis dengan menggunakan rata-rata, rasio, dan tabel yang kemudian disusun dan dipresentasikan. Data morbiditas dan mortalitas perlu dianalisis dan ditabulasi berdasarkan kelompok usia dan kohort, saat mereka menjalani rentang waktu dan kehidupan. Populasi studi mungkin bersifat sementara dan menjadi subjek analisis hanya jika mereka ada dalam populasi studi.

Efek kohort, juga disebut ssebagai efek generasi, adalah perubahan dan variasi pada status penyakit atau kesehatan suatu populasi studi ketika kelompok studi tersebut bergerak seiring perjalanan waktu. Setiap pajanan atau pengaruh dari efek lingkungan terhadap perubahan social yang dapat mempengaruhi hasil studi sebagaimana factor tersebut, berarti juga dapat mempengaruhi status kesehatan subjek sebagai suatu kohort. Karena setiap kohort menua, menjalani fase demi fase kehidupannya, dan terpajan pada perubahan dalam hidupnya, efek seperti itu akan terlihat pada setiap orang dalam kohort dan akan berdampak pada hasil studi.

Insidensi kohort sebenarnya hanya penerapan konsep insidensi pada kelompok dan subkelompok kohort serta pada populasi srudi. Karena kasus baru penyakit muncul pada anggota sekelompok kohort dalam kuurun waktu tertentu, status kesehatan kelompok menjadi terpengaruh di sepanjang waktu pelaksanaan studi. Angka insidensi dapat mempengaruhi hasil studi kohort, sehingga kasus baru harus ditabulasi dan dianalisis karena berlangsung dalam kohort tersebut. Angka insidensi untuk subkelompok kohort dan untuk populasi studi secara keseluruhan dapat dihitung. Hasil akhirnya adalah insidensi kohort.

Studi Kohort pada Epidemiologi Kesehatan Kerja. Menurut Mausner dkk., studi kohort prospektif historis adalah metode yang umum digunakan dalam epidemiologi kesehatan kerja. Selain itu, kohort (kelompok) pekerja sering digunakan dalam studi mortalitas karena laporan kematian lebih mudah diperoleh dan lebih dapat dipercaya daripada laporan medis yang hanya menyajikan penyakit dan kondisi terkait.

Variabel Penggangu pada Studi Kohort. Menurut Kelsey, variabel penggangu dapat berpengaruh pada studi kohort. Dalam desain studi apapun, setiap factor yang dapat menyebabkan perubahan atau berpengaruh terhadap hasil harus diperhitungkan. Jika variabel penggangu tidak diperhitungkan, kesimpulan atau informasi yang kelitu dapat diperoleh dan disajikan dalam laporan. Pengkajian terhadap factor resiko atau derajat pemajanan dilakukan untuk menentukan efeknya terhadap status kesehatan atau tahapan penyakit.Kelebihan penelitian kohort:

1. Studi kohor merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insendensi dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.

2. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya assosiasi antara factor resiko dan penyakit.

3. Memberikan keterangan yang lengkap mengenai factor resiko yang dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.

4. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memori.

5. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan studi eksperimental.

6. Dapat dipakai langsung untuk mengukur incidence rate dari penyakit dan resiko relative dari factor resiko yang sedang diteliti.

7. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang buakn ahli epidemiologi.

8. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohot memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin meningkat.

Kekurangan Penelitian Kohort:

1. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang sedikit dijumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks.

2. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih penyakit-penyakit yang mempunyai masa inkubasi singkat.

3.2.3 Epidemiologi Eksperimental

Studi ekperimental bukan studi epidemiologi sejati, setidaknya dari sudut pandang tradisional, tetapi desain penelitiannya terencana dan bersifat klinis. Dalam desain penelitian ekperimental, peneliti menentukan atau menetapkan persyaratan studi atau ekperimen. Peneliti mengontrol atau menetapkan hubungan (asosiasi) sebab akibat, atau mengontrol atau karakteristik atau variabel yang kemudian diperbandingkan secara statistik. Kontrol, metode pengambilan sampel, dan pengkajian statistik probabilitas juga dilakukan. Statistik inferensial paling sering digunakan dalam analisis studi klinis atau studi eksperimental. Uji komunitas (community trial) (menggunakan data nonacak) dan uji klinis (clinical trial) (menggunakan data acak merupakan desain yang paling banyak digunakan dalam epidemiologi.

3.2.3.1 Desain Studi

Rencana inti dalam penyelenggarakan penelitian desain eksperimental adalah untuk menetapkan suatu kelompok percobaan atau perlakuan untuk mengindentifikasi kelompok kedua yang tidak dikenai perlakuan atau eksperimen dan digunakan sebagai pembanding. Kelompok yang tidak diterima perlakuan disebut kelompok kontrol. Karakteristik kelompok kontrol harus semirip mungkin dengan karakteristik kelompok percobaan. Jika memungkinkan, setiap individu ditempatkan secara acak pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol pada masing-masing kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok percobaan. Selain itu, kondisi, proses, lingkungan, pajanan terhadap pengaruh luar, dsb, pada kedua kelompok harus dijaga agar benar-benar sama. Satu-satunya faktor yang harus dibedakan pada kedua kelompok itu adalah bahwa perlakuan hanya diberikan pada kelompok percobaan ganda, studi buta, dan perlakuan nonrandominisasi, dan kelompok kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang tepat, sebagaimana dibahas, harus digunakan dalam desain eksperimental seperti dalam setiap penelitian lainnya. Teknik pengambilan sampel yang efektif harus diterapkan pada kedua kelompok, kelompok kontrol dan dan kelompok percobaan. Dalam beberapa uji klinis, pengambilan sampel tidak direncanakan sebelumnya karena sifat dimiliki penelitian dan subjek, misalnya dalam percobaan obat-obatan atau teknik bedah tertentu.

Dua konsep pokok yang digunakan dalam penelitian eksperimental adalah ;

Variabel terikat (dependen) ( faktor atau kondisi yang terjadi dalam kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Variabel terikat tidak menyebabkan perubahan dalam kelompok percobaan. Jika ada intervensi, perlakuan, atau perubahan yang terjadi dalam kelompok percobaan, kejadian itu harus diidentifikasi.

Variabel bebas adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam kelompok percobaan dan tidak diberikan pada kelompok kontrol. Agen perlakuan atau agen pengubah termasuk variabel bebas. Jika kelompok percobaan diberikan suatu perlakuan, misalnya vaksin, obat, atau intervensi lain dan kemudian perubahan terjadi, faktor yang menyebabkan perubahan itu disebut variabel bebas.

Dalam penelitian eksperimental, hubungan sebab akibat dapat dengan mudah diamati. Jika tidak ada perubahan, fenomena sebab-akibat akan tampak. Perubahan terjadi dalam kelompok percobaan sedangkan dalam kelompok kontrol tidak terjadi perubahan. Dengan demikian, ditarik kesimpulan bahwa perlakuan (variabel bebas) itulah yang menyebabkan perubahan.

3.2.3.2 Desain Eksperimental di Bidang EpidemiologiPenelitian eksperimental digunakan dalam penelitian empiris dasar pada populasi yang kecil. Di bidang perawatan kesehatan medis/kesehatan, desain ekperimental digunakan dalam pengujian obat-obatan, vaksin, prosedur perlakuan, dan teknik perlakuan pasien, yang semuanya dilaksanakan dalam skala kecil, sering kali terhadap hewan percobaan atau kelompok studi percobaan kecil. Umumnya, tidak etis apabila ekperimen seperti itu dilakukan pada populasi besar karena resiko dan hasilnya kemungkinan tidak baik. Dengan demikian, sekelompok kecil relawan, terkadang terdiri dari atas penderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan, digunakan sebagai sampel dan mereka diberitahu mengenai bahaya dan resiko yang akan dihadapi.

Aktivitas penelitian yang penting ini membantu memajukan pengetahuan. Banyak penelitian eksperimental yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok atau populasi besar.

Beberapa ukuran kontrol yang berguna di bidang kesehatan masyarakat dan epidemiologi merupakan hasil langsung penelitian eksperimental biomedis. Kebanyakan vaksin terbentuk dengan menggunakan uji eksperimental dan uji klinis, dan dari sisi ini,desain eksperiemental sangat penting untuk bidang epidemiologi.

Dalam penelitian ekperimental, salah satu dari hal pertama yang tampak berbeda adalah bahwa proses penelitian, prosedur, input, dan hasil berada di bawah pengendalian langusng peneliti. Desain eksperimental menunjukkan kesamaan dengan desain studi propektif dan longitudinal karena studi tersebut mengamati subjek selama beberapa waktu (biasanya dalam periode yang cukup singkat) dan melibatkan pengkajian lanjutan. Ciri yang paling menonjol adalah bahwa penelitia (penulis sengaja tidak menamakannya sebagai ahli epidemiologi) memanipulasi subjek atau melakukan beberapa bentuk intervensi, perlakuan dan perubahan. dalam studi epidemiologi observasi, tidak dilakukan manipulasi atau perubahan satupun sehingga yang diamati dan dipelajari dan diamati hanyalah peritiwa yang sudah terjadi.3.3 Langkah-langkah Penelitian

Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan, diperlukan suatu proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana yang menyeluruh (komprehensif dan holistik). Perencanaan kesehatan adalah kegiatan yang perlu dilakukan di masa yang akan datang, yang jelas tujuannya. Langkah-langkah perencanaan sebetulnya bersifat generik, yaitu sama dengan alur pikir siklus pemecahan masalah, langkah-langkah pokok yang perlu dilakukan adalah :

1. Analisis situasi

2. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas

3. Menetapkan tujuan

4. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik

5. Menyusun rencana operasional

3.3.1 Langkah-langkah Penelitian Deskriptif

Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriftif ini tidak berbeda dengan metode-metode penelitian yang lain, yakni :

1. Memilih masalah yang akan diteliti

2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masala, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.

3. Membuat asumsi atau angapan-anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis penelitian.

4. Merumuskan hipotesis penelitian

5. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.

6. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.

7. Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan.

8. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data yang akan digunakan.

9. Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis)

10. Menarik kesimpulan atau generalisasi.

11. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.

3.3.2 Langkah-langkah Penelitian Cross Sectional

Langkah-langkah Penelitian Cross Sectional yaitu:1. Mengidentifikasi variabel penelitian yaitu variabel faktor risiko dan efek yang akan diteliti dan faktor risiko mana yang tidak diteliti pengaruhnya terhadap efek.

2. Menetapkan subyek penelitian dengan membuat batasan variabel.

3. Menetapkan sampel penelitian. Menentukan jenis sampling dan besar sampel.

4. Tahap pengumpilan data.

Perlu diperhatikan adalah instrumen pengukuran yang digunakan.

Bentuk instrumen pengukuran :

Form kuesioner.

Form observasi klinik.

Form observasi non klinik.

5. Menganalisis hasil pengamatan/pengukuran setelah dilakukan tabulasi data.

Analisis dapat berupa uji sttistik untuk pembuktian hipotesa atau analisis diskriptif.

3.3.3 Langkah-langkah Penelitian Kasus Kontrol

Penelitian ini dimulai dari adanya kasus (data). Data kasus dapat diperoleh dari :

1. Hasil studi Cross Sectional.

2. Observasi / pengamatan lapang / klinik.

3. Data sekunder.

4. Kasus-kasus akut / epidemi

Langkah-langkah Penelitian Kasus Kontrol

1. Merumuskan Hipotesa

2. Menetapkan populasi penelitian.

3. Menetapkan teknik dan besar sampel.

4. Mempelajari riwayat pemaparan dengan menggunakan kuesioner atau data sekunder.

5. Analisis data

3.3.4 Langkah-langkah Penelitian Kohort

1. Merumuskan Hipotesa

2. Menetapkan polulasi penelitian dan sampel.

3. Tahap pengumpilan data. Dengan mengikuti perkembangan faktor risiko sampai terjadi suatu efek.

Bentuk instrumen pengukuran :

Form kuesioner.

Form observasi klinik.

Form observasi non klinik.

4. Analisis data3.4.Teknik Sampling3.4.1. Probability/Random Sampling

Merupakan suatu cara pengambilan sampling secara random atau acak. Teknik random sampling ini hanya boleh digunakan apabila setiap unit atau anggota populasi itu bersifat homogen. Hal ini berarti setiap anggota populasi itu memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

3.4.1.1 Pengambilan Sampel secara acak sederhana/Simple random sampling

Setiap anggota atau unit memiliki kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.

3.4.1.2. Pengambilan Sampel secara acak sistemik/Sistemic sampling

Membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan.

3.4.1.3. Pengambilan Sampel secara acak stratifikasi/Stratified sampling/Stratified Random sampling.

Mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.

3.4.1.4. Pengambilan Sampel secara kelompok atau gugus/Cluster sampling

Pengambilan gugus secara kelompok dengan cara peneliti tidak mendaftar semua anggota atau unit yang ada dalam populasi kemudian mengambil sampel berdasarkan gugus-gugus tersebut.

3.4.1.5. Pengambilan Sampel secara gugus bertahap/Multistage sampling

Pengambilan sampel dengan teknik yang dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan bila populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah.

3.4.2. Non Probability/Non Random Sampling

Pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan tetapi semata-mata hanya berdasar pada segi-segi kepraktisan belaka.

3.4.2.1. Purposive Sampling

Berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri dan berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3.4.2.2. Quota Sampling

Dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah

3.4.2.3. Accidental Sampling

Dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi penyebaran) serta determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang / masyarakat serta determinannya (faktor faktor yang mempengaruhinya).

Macam-macam penelitian epidemiologi antara lain : a. Epidemiologi Deskriptif; b. Epidemiologi Observasi; c. Epidemiologi Analitik; d. Epidemiologi Eksperimental.

Langkah-langkah pada penelitian epidemiologi terdiri atas : a. Analisis situasi; b. Melakukan analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik; c. Menyusun rencana operasional; c. Menetapkan tujuan; d. Identifikasi masalah dan menetapkan prioritas. Teknik sampling terbagi menjadi Probability/Random Sampling dan Non Probability/Non Random SamplingDAFTAR PUSTAKAAzwar, Azrul. 1988, Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara, Jakarta.Bustan, M.N. 1997. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka CiptaSetyawan, Ig. Dodiet Aditya. 2008. Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta. Surakarta

Kjellstrom, T. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi Yogyakarta: Gadjah Mada University PressDewanto, H. 2004. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta: EGC

Website :

http://epid-infokes.blogspot.com/2007_08_05_archive.htmlhttp://adityasetyawan.wordpress.com/2008/08/22/pengantar-epidemiologi/http://vandir1986.blogspot.com/2008/11/pengertian-epidemiologi.htmlhttp://arviant.web.ugm.ac.id/content/Epidemiologi%20dasar.pdf4