4
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran berbasis bukti (eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan penanganan yang optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif. A. SEJARAH RUMPUN MELANESIA Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai keLaut Arafura, utara dan timur laut Australia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Jules Dumont d'Urville pada 1832 untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang berbeda dari Polinesia dan Mikronesia. Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab dia menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia dan sekarang ini hanya digunakan untuk penamaan geografis saja. Negara-negara yang termasuk ke dalam Melanesia yaitu: Fiji Papua Nugini Kepulauan Solomon Vanuatu Sebagai tambahan, negara Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru (yang merupakan dependensi Perancis) menggunakan istilah ini untuk menggambarkan diri mereka sendiri karena mencerminkan sejarah kolonial dan situasi regional umum yang serupa.

Epidemiologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,mnbsjkd

Citation preview

Page 1: Epidemiologi

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran berbasis bukti (eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan penanganan yang optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif. 

 A.        SEJARAH RUMPUN MELANESIA

Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai keLaut Arafura, utara dan timur laut Australia. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Jules Dumont d'Urville pada 1832 untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang berbeda dari Polinesia dan Mikronesia. Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab dia menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia dan sekarang ini hanya digunakan untuk penamaan geografis saja.

Negara-negara yang termasuk ke dalam Melanesia yaitu:

 Fiji

 Papua Nugini

 Kepulauan Solomon

 Vanuatu

Sebagai tambahan, negara Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru (yang merupakan dependensi Perancis) menggunakan istilah ini untuk menggambarkan diri mereka sendiri karena mencerminkan sejarah kolonial dan situasi regional umum yang serupa.

Page 2: Epidemiologi

Ras atau Rumpun Melanesia sebagaimana yang santer dianggap sebagai ras orang Papua

oleh Koenjtaraningrat dalam bukunya Penduduk Irian Barat sesungguhnya dikatakan bahwa

kebenaran tersebut hanya men-cover etnis-etnis Papua yang umumnya di wilayah Pesisir,

sebut saja etnis Biak Numfor dan Supiori, etnis di Pulau Yapen, serta etnis-etnis dikepulauan

Raja Ampat. Dengan cirri fisik seperti postur yang relative tinggi dan rambut yang

bergelombang tak heran mereka diidentikan layaknya penduduk di kepulauan Pasifik Selatan

yang berlatar Melanesia. Ciri fisik tersebut jelas berbeda dengan orang asli Papua lainnya yang

tinggal di dataran tinggi sepertihalnya di sepanjang kawasan Pegunungan Tengah(Central

Bergland) yang mana memiliki postur badan yang relative kecil dan berambut keriting.

Mengenai ciri tersebut, para antropolog mengasosiasikan penduduk di sepanjang pegunungan

tengah sebagai ras Negrito layaknya kelompok-kelompok etnis di Kongo, Afrika Tengah,

Kepulauan Andaman di Malaka.

CIRI-CIRI ANTROPOLOGI FISIK RUMPUN MELANESIA

Ras                

Secara khusus, kelompok-kelompok etnik Papua belum banyak diselidiki oleh para ahli Antropologi fisik tentang ciri-ciri ras.  Beberapa ahli seperti Kleiweg-de-Zwaan menyatakan bahwa etnik Papua mempunyai ciri-ciri fisik yang bervariasi. Menurut Teuku Jacob penduduk asli Papua telah melakukan suatu hubungan kearah timur untuk kemudian menduduki daerah kepulauan Melanesia. Diduga penyebaran ini terjadi sejak mereka mengembangkan suatu kebudayaan pantai dengan ciri perahu lesung bercadik. Semula sebagai alat menangkap ikan disekitar pantai; muara sungai dan daerah berawa, bahkan menyeberang ke pulau-pulau yang lebih jauh. Penelitian yang dilakukan pada awal tahun 1990-an antara lain oleh T. H. J. Bijlmer tentang tinggi badan index tengkorak menunjukan ciri yang berbeda, bahwa penduduk pegunungan/pedalaman lebih pendek dibandingkan dengan penduduk pantai yaitu tinggi badan penduduk Merauke rata-rata 167,2 cm; Marind-Anim 165,3 cm; Mimika 164,0 cm; Teluk Etnik (Orang Arguni) 164,4 cm; Sentani 159,5 cm; Mamberamo 162,5 cm; Teluk Humboldt (Jos Sudarso) 163,3 cm sedangkan pegunungan 144,9 – 155 cm; Demikian juga presentase

Page 3: Epidemiologi

indeks tengkorak berbeda, pantai lonjong (75,5%) misalnya pada etnik Asmat; 21,2% sedang (penduduk kepulauan dan pesisir utara); 3,4% pendek. (A. J. P. Van Den Broek, 923. Hal : 163-233; P. Wirz, 1926 : 149)

 Bentuk Rambut

Pada umumnya bentuk rambut orang Papua adalah keriting (ciri-ciri rambut ras Negroid); tetapi ada pula yang berambut ombak (ciri ras Weddoid); bahkan ada pula yang berambut Kejur (ciri ras Mongoloid). Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Gajdusek, D. C. dan kawan-kawan (1978) tentang perbedaan diantara penduduk pegunungan tengah Papua yaitu Suku Dani Barat; di daerah Mulia, Pit River dan Moni pada umumnya berkulit ciklat tua – hitam; warna rambut coklat kemerahan pada anak-anak : hitam – ikal. TInggi badan bagi wanita – laki-laki 150 – 165 cm.Timbul pertanyaan dari manakah ras Papua jika dilihat dari ciri-ciri ras yang ada merupakan cirri Australoid, Weddoid, Negroid, Melanesoid dan sedikit cirri-ciri Mongoloid. Jawabannya memang harus ditelusuri dari arah barat pulau Papua (J. P. Kleiweg de Zwaan 1956 : 338 dan Solheim 1976). Sulit untuk memastikannya karena sampai saat ini belum ditemukan dan diselidiki di pulau Papua mempunyai bahan-bahan Paleoantropologi berupa penggalian tulang-tulang tengkorak manusia atau sisa-sisa tubuh manusia dari masa lalu yang digali dari dalam lapisan bumi. Penemuan lain di Indonesia Timur baru di Flores berupa Sub-Fosil Proto Negroid seperti yang dikutip oleh Koentjaraningrat dari H.R. Van Heekeren (1957 : 67-79) menyatakan bahwa :

1.            Penemuan bekas manusia oleh Van Stein Callenfels di bukit-bukit di Sumatera Timur oleh Paleo Melanesoid; Penemuan oleh Tokoh yang sama di Sampung, Ponorogo berupa tengkorak berciri Papua Melanesoid dan Australoid.2.            Bylmer yang menyelidiki kepulauan Timur dan Flores juga menyatakan bahwa suku Belu dari Timor mempunyai cirri Mongoloid dan Negroid, baik dalam bentuk campuran dan berdampingan; suku Atoni di Timor ada cirri-ciri Melanesoid dan Australoid; pada orang Kroe terdapat tipe Papua “pada orang Manggarai di Flores ada pula type Melanesoid (Bylmer, 1929 : 92; 95-99)

Page 4: Epidemiologi