6
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989) Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. NSel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Eritrosit tersusun oleh air sebanyak 60% dan sisanya 40% terdiri dari protein konjugasi yang berbentuk globin dan heme. Pigmen ini biasa disebut hemoglobin. Struktur komplek ini tidak hanya menentukan bentuk eritrosit, tetapi menentukan pula sifat fisiologis yang dimiliki eritrosit. Membran plasma bersifat permeable terhadap air, elektrolit, dan beberapa polisakrida, tetapi tidak pada hemoglobin. Plasma darah bersifat isotonik terhadap eritrosit (Brown, 1989). Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya

ERITROSHIIT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhjhk

Citation preview

Page 1: ERITROSHIIT

Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989)

Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. NSel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Eritrosit tersusun oleh air sebanyak 60% dan sisanya 40% terdiri dari protein konjugasi yang berbentuk globin dan heme. Pigmen ini biasa disebut hemoglobin. Struktur komplek ini tidak hanya menentukan bentuk eritrosit, tetapi menentukan pula sifat fisiologis yang dimiliki eritrosit. Membran plasma bersifat permeable terhadap air, elektrolit, dan beberapa polisakrida, tetapi tidak pada hemoglobin. Plasma darah bersifat isotonik terhadap eritrosit (Brown, 1989).

Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah(Guyton, 1995).

Jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit ayam betina adalah 2.720.000 sel/mm3, jumlah eritrosit ayam jantan adalah 3.230.000 sel/mm3, jumlah eritrosit mencit normal adalah berkisar4.000.000 - 6.000.000 sel/mm3. Jumlah normal leukosit pada mamalia adalah rata-rata 4.000.000 - 11.000.000 sel/mm3, jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3dan jumlah leukosit ikan adalah 20.000-150.000 sel/mm3. Sedangkan untuk jumlah leukosit tikus putih normal adalah 16.000 – 40.000 sel / mm3(Guyton, 1995). Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari.

Eritropoiesis atau pembentukan eritrosit baru melalui berbagai proses. Proses-proses itu antara lain pembentukan sel bibit, preritroblast, eritrobas basofil, eritroblast polikhromatik, eritroblast ortokhromatofilik, retikulosit dan eritrosit dewasa (Hartono, 1989) Sel bibit menurut teori lama disebut mieloblast. Sel ini merupakan bibit atau induk yang nantinya akan tumbuh menjadi eritrosit. Sel bibit ini berasal dari CFU dari limpa (Hartono,

Page 2: ERITROSHIIT

1989). Proeritoblast sering disebut pronormoblast merupakan sel yang berasal dari sel bibit. Sel ini berdiameter sekitar 12-17 µm. Inti bulat dengan khromatin agak kasar dari meioblast. Nukleolus agak kurang jelas. Sitoplasma bersifat basofil karena mengandung ribosoma bebas dari poliribosoma (Hartono, 1989).

Setelah proeritoblast membelah beberapa kali, sel mengalami diferensiasi menjadi eritroblast basofil. Khromatin inti tampak lebih kasar dan nukleolus tidak lagi jelas. Sitoplasma bersifat lebih basofil dan eritroblast basofil masih bersifat mitotik aktif (Hartono, 1989).Sifat mitotik aktif kemudian berangsur berkurang dan dalam sitoplasma mulai tampak adanya hemoglobin (Hb) sehingga sifat basofilitas dari sitoplasma juga berkurang. Hemoglobin bersifat asidofil. Pada masa ini disebut polikhromatik sitoplasma. Eritroblast polikhromatik berukuran berbeda-beda, namun secara umum lebih kecil dari erithroblast basofil (Hartono, 1989).Tahap selanjutnya disebut eritroblast ortokhromatofilik, biasa juga disebut normoblast. Dalam tahap ini, sifat mitotik aktif hilang. Sebelum memasuki perifer, kadar Hb sudah cukup banyak, inti mulai lenyap, begitu pula organiod sel. Fragmen inti yang berwarna jelas disebut Howell-Jolly (Hartono, 1989). Eritrosit muda yang telah memasuki aliran darah disebut retikulosit. Sisa RNA masih tampak berupa benang-benang yang amat halus dengan pewarnaan Brilliant Cresyl. Secara normal jumlah retikulosit tidak lebih dari 1-2%. Jumlah retikulosit dapat dipakai sebagai patokan efektivitas terapi pada anemia pernisiosa. Bila jumlah retikulosit naik maka jumlah produksi eritrosit juga bertambah (Hartono, 1989). Setelah berbentuk retikulosit, selanjutnya akan terbentuk eritrosit dewasa. Pembentukan eritrosit secara normal bergantung pada berbagai faktor. Bahan baku Hb, misal zat besi, bila kurang dapat mengakibatkan anemia mikrositik. Belum lagi bila kekurangan substansi penambah yang dapat merangsang proses pemasakan seperti vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa (Hartono, 1989). Selain itu, faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sel darah merah antara lain perbedaan jenis (breed), kondisi nutrisi, aktifitas fisik, umur, dan ketinggian tempat (Brown dan Dellman, 1989). Eritropoiesis diatur oleh hormon yang diproduksi oleh ginjal, terutama erytropoietin (Borysenko, 1979).

Page 3: ERITROSHIIT

Variasi Bentuk Eritrosit

1. RULO (Rouleaux) = stack of coins

Darah dibiarkan → sel-sel darah merah mempunyai kecenderungan menempel → tumpukan uang logam

2. KRENASI (Crenation)

Bila berada dalam larutan hipertonis, cairan dari Eritrosit → keluar → Eritrosit mengkerut (permukaan sel tak rata, tampak berduri)

3. SEL HANTU (Ghost Cell)

Bila berada dalam cairan hipotonis, cairan dari luar masuk ke dalam Eritrosit → berbentuk bola → akhirnya pecah → selaput bentuk tidak beraturan

Page 4: ERITROSHIIT

Daftar Pustaka

Borysenko, Myrin. 1979. Functional Histology. Litle, Brown and Company Inc. USA.

Brown, Esther M. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Indonesia University Press. Jakarta.

Frandson, RD. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hartono. 1989. Histologi Veteriner. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hickman and Andrew. 1974. Histology Of The Vertebrates. The CV Masby Company. Saint Louis.

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia.:Lea and Febiger.

Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. Toronto: W. B. Saunders Company Philadelphia London.

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :Penerbit EGC.

Kimball, J.W. 1988. Biologi. Jakarta.:Erlangga

Kimball, Jhon W. 1999. Biologi. Jakarta.:Erlangga

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.