21
ETIKA DAN BATASAN DAKWAH Oleh : Kelompok : 3 1. Agustina Maulida/ 2. Safriadi/441106469 3. Elva Hidayana/ 4. Desi Maulina/ 5. Rahmanudin/

Etika Dan Batasan Dakwah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Etika Dan Batasan Dakwah

ETIKA DAN BATASAN DAKWAH

Oleh :

Kelompok : 3

1. Agustina Maulida/

2. Safriadi/441106469

3. Elva Hidayana/

4. Desi Maulina/

5. Rahmanudin/

Page 2: Etika Dan Batasan Dakwah

pembahasan

Ketika dibuat sebuah pertanyaan, apakah ada al-Qur’an menjelaskan tentang etika berdakwah?

Jawabanya mungkin ada atau tidak ada. Tapi kalau kita samakan arti etika dengan akhlak, maka jawabanya yang diberikan adalah bahwa al-Qur’an ada menjelaskan tentang etika berdakwah, karena isi al-Qur’an adalah akhlak.

Aisyah ketika ditanya seorang tentang akhlak Nabi Muhammad, ia menjawab bahwa akhlak Nabi Muhammad itu adalah al-Qur’an.

Page 3: Etika Dan Batasan Dakwah

Berdasarkan argumentasi di atas dapat dipahami bahwa: etika berdakwah ada dalam al-Qur’an, seperti yang

dipraktekkan Nabi Muhammad. Seperti diketahui Nabi bukan hanya sebagai pembawa risalah, tetapi juga sebgai pelaku utama dalam menyampaikan ajaran Islam. Dengan demikian bagaimana sikap dan perilaku Nabi Muhammad dalam menyampaikan dakwah adalah acuan utama bgi umatnya (pewaris), tidak terkecuali berkaitan dengan masalah etika berdakwah dalam masyarakat. Dengan memiliki etika dalam berdakwah seorang da’i memiliki batasan tentang apa yang harus ia lakukan dalam berdakwah.

Page 4: Etika Dan Batasan Dakwah

A. Etika dan Batasan DakwahSecara umum etika adalah aturan-aturan main yang dikenal dengan kode etik dakwah. Sebenarnya selain etika itu adalah istilah lain yaitu “akhlak”. Perkataan dari etika itu berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berati adat kebiasaan, sedangkan “Kode” disini diartikan sebagai aturan main. Dakwah itu adalah etika Islam itu sendri, di mana secara umum seorang da’i harus melakukan tindakan-tindakan yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah rambu-rambu etis yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah. Namun secara khusus dalam dakwah terdapat kode etik tersendiri. Dalam berdakwah terdapat beberapa etika yang merupakan rambu-rambu etis juru dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang bersifat rsponsif. Seorang da’i atau pelaku dakwah dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Dan sumber dari rambu-rambu etis dakwah bagi seorang da’i adalah al-Quran seperti yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena pada dirinya-lah figur teladan bagi kehidupan yang diinginkan oleh Allah. Dan pada diri Rasulullah telah mencapai puncak keimanan yang tinggi.

Page 5: Etika Dan Batasan Dakwah

Adapun rambu-rambu etis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak memisahkan Antara Ucapan dan Perbuatan

Dengan mencontoh Rasulullah dalam menjalankan dakwahnya, para da’i hendaknya untuk tidak memisahkan antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia kerjakan, dalam artian apa saja yang diperintahkan kepada mad’u, harus pula dikerjakan dan apa saja yang di cegah harus ditinggalkan. Seorang penyuru atau da’i yang tdak beramal sesuai dengan ucapannya seperti pemanah tanpa busur. Tanpa hal itu maka sulit dakwah mereka akan berhasil.

Page 6: Etika Dan Batasan Dakwah

Kode etik ini bersumber pada firman Allah dalam surah al-Saff, 2-3 :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan hal-hal yang kalian tidak melakukannya amat besar murka di sisi Allah, bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.

Dari ayat tersebut dapat dipahami dakwah itu haruslah dimulai dari pribadi sang da’i. Para penyuru Islam perlu untuk menjadi seorang muslim yang baik sebelum menyebut dirinya cukup mampu untuk mengemban tugas. Sebelum mengubah akhlak kepada orang lain seorang da’i harus mampu mengubah akhlak yang ada dalam dirinya.

Page 7: Etika Dan Batasan Dakwah

seperti yang diungkapkan oleh Imam Ali:

“Barangsiapa menjadi pemimpin hendaklah ia mulai dengan mengajar dirinya sendiri, sebelu mengajar orang lain dan mendidik dengan perilaku sebelum lisannya,”

Menjadi saksi kebenaran dengan menjadi teladan adalah penting untuk mencapai kesuksesan dakwah, bagaimana mungkin kita dapat mengajak orang lain untuk membangun moral yang tinggi dan memecah aktivitas yang tidak Islami, jika sang da’i itu sendiri tidak secara terang-terangan memperlihatkan akhlak baik yang memcerminkan nilai-nilai Islam.

Page 8: Etika Dan Batasan Dakwah

2. Tidak melakukan toleransi Agama

Toleransi (tasamuh) adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktu yang berbeda, prasangka, keinginan dan kepentingan. Toleransi memang dianjurkan oleh Islam adalah toleransi yang berjuang untuk menjunjung kemerdekaan agama.

Tersirat dalam QS. Al-hajj: 4. Toleransi hanya dalam batasan-batasan tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (keyakinan). Dalam masalah pribadi keyakinan (akidah), Islam memeberikan garis tegas untuk tidak bertoleransi, kompromi, dan sebagainya.

Page 9: Etika Dan Batasan Dakwah

Allah berfirman dalam QS. Al- Kafirun: 1-6

Artinya:

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Pada tataran ini seseorang da’i haruslah tegas dalam mempertahankan prinsip akidahnya tampil dengan penuh kejujuran dalam menyampaikan dakwahnya. Namun, juga tidak boleh memaksa para mad’unya untuk mengikuti jalanya.

Page 10: Etika Dan Batasan Dakwah

Dalam hal ini bisa kita lihat dalam surah al-Kahfi: 29

Artinya:

Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Page 11: Etika Dan Batasan Dakwah

3. Tidak menghidari sesembahan non Muslim

Allah berfirman dalam QS. Al-An’am: 108

Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Da’i dalam menyampaikan ajarannya sangat dilarang untuk menghina ataupun mencerca agama yang lain. Karena tindakan mencerca atau menghina tersebut justru akan mengahncurkan kesucian dari dkawah dan sangatlah tidak etis. Pada hakikatnya seorang da’i harus menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang aman, dan cara menyebarkan kejelekan terhadap umat lain.

Page 12: Etika Dan Batasan Dakwah

4. Tidak melakukan diskriminasi sosial Apabila menelusuri tauladan nabi maka para da’i hedaknya

jangan membeda-bedakan atau pilih kasih antara sesama orang. Karena keadilan sangat penting dalam dakwah Islam. Da’i harus menjunjung tinggi hak universal manusia dalam berdakwah. Karena itu merupakan hal yang suci dan sangat dihargai oleh setiap orang tanpa memandang kelas. Dan Islam sendiri tidak mendukung prinsip hierarki dalam masyarakat.

Allah berfirman dalam QS. Abasa: 1-2

Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanyaTafsirannya: Orang buta itu bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w.

Page 13: Etika Dan Batasan Dakwah

5. Tidak memungut imbalan

Dalam hal ini berpendapat menjadi tiga kelompok:

a.Mazhab Hanafi berpendapat bahwa memungut imbalan dalam berdakwah hukumnya haram secara mutlak, baik dengan perjanjian sebelumnya ataupun tidak.

b.Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i, membolehkan dalam memungut biaya atau imbalan, dalam menyebarkan ajaran Islam baik ada perjanjian sebelumnya maupun tidak.

c.Al-hasan al-Basri, Ibn Sirin, al-Sya’ibi dan lainnya, mereka bependapat boleh hukumnya memungut bayaran dalam berdakwah, tetapi harus diadakan perjanjian terlebih dahulu.

Page 14: Etika Dan Batasan Dakwah

6. Tidak berteman dengan pelaku maksiat

Berkawan dengan orang pelaku maksiat ini dikhawatirkan akan berdampak buruk atau serius. Karena orang bermaksiat itu beranggapan bahwa saeakan-akan perbuatan maksiatnya direstui oleh dakwah, pada sisi lain integritas seorang da’i tersebut akan berkurang

Allah berfirman dalam QS. Al-maidah: 78Artinya: Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

Jika da’i harus terjun kelingkungan pelaku maksiat maka da’i harus mampu menjaga dirinya serta mengukur kemampuannya, dalam artian jika sang da’i merasa tidak mampu untuk berdakwah di tempat tersebut ia harus meninggalkannya dikhawatirkan akan terpengaruh pada komunitas tersebut. Pada sisi lain berkawan dengan pelaku maksiat dikhawatirkan akan menjatuhkan integritas diri sang da’i dalam masyarakat.

Page 15: Etika Dan Batasan Dakwah

7. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui

Da’i yang menyampaikan suatu hukum, sementara ia tidak mengetahui, hukum itu pasti ia akan menyesatkan umat. Seorang juru dakwah tidak boleh asal jawab atau menjawab pertanyaan orang menurut seleranya sendiri tanpa ada dasar hukumnya. Dan salah satu hikmah itu adalah Ilmu.

Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’: 36

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Page 16: Etika Dan Batasan Dakwah

Sifat-sifat cerdas da’i tersebut meliputi:

Seorang da’i haruslah pandai dalam arti memilki pandangan yang luas dalam merespon dan menangani peristiwa-peristiwa yang terjadi pada umat.

Memiliki pandangan, firasat, sikap terhadap setiap urusan atau permasalahan.

Da’i haruslah mempu menangkap hal-hal yang tersembunyi di balik peristiwa.

Mampu mengambil manfaat dari setiap peristiwa yang terjadi.

Page 17: Etika Dan Batasan Dakwah

Sebab dakwah itu dibutuhkan sebuah sikap intelektaul yang tinggi, karena:

Dalam berdakwah kadang-kadang diperlukan sebuah ijtihad dalam menghadapi persoalan yang berkembang. Untuk itu da’i haruslah mencurahkan seluruh potensinya, pikirannya, perasaaan, kemauan maupun semangat.

Dakwah membutuhkan usaha ilmiah (ilmu) yang menyangkut taktik, tiknik, serta strategi. Karena Islam mengingatkan kepada orang-orang berilmu untuk menyampaikan sebuah kebenaran, melanjutkan khithah para rasul.

Amar ma’ruf nahi mungkar tidak mungkin terlaksana tanpa andil teknologi seiring dengan perkembangan peradaban manusia.

Page 18: Etika Dan Batasan Dakwah

KARAKTERISTIK KODE ETIK DAKWAH

Yang menjadi karateristik dari etika dakwah adalah karakteristik dari etika Islam itu sendiri, di mana cakupannya terdiri dari sumber moral dakwah, standar yang digunakan untuk menentukan baik buruknya tingkah laku sang da’i.

1. Al-qur’an dan Sunnah Sumber Moral2. Akal dan Naluri3. Motivasi Iman

Page 19: Etika Dan Batasan Dakwah

HIKMAH DALAM ETIKA DAKWAHSecara umum hikmah dalam pengaplikasian kode etik dakwah itu adalah:

Kemajuan ruhani, dimana bagi seorang juru dakwah akan selalu berpegang pada rambu-rambu etis Islam, maka secara otomatis ia akan memiliki akhlak yang mulia.

Sebagai penuntun kebaikan, kode etik dakwah bukan menunutn sang d’i pada jalan kebaikan tetapi mendorong dan memotivasi membentuk kehidupan yang cusi dengan memprodusir kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan kemanfaatan bagi sang da’i khususnya dan umat manusia pada umumnya.

Membawa pada kesempurnaan iman. Iman yang sempurna akan melahirkan ksempurnaan diri. Dengan bahasa lain bahwa keindahan etika adalah manifestasi daripada kesempurnaan iman. Dalam hubungan ini, Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah saw.: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya atau etikanya.” (HR. At-Tarmidzi)

Kerukunan antar umat beragama, untuk membina keharmonisan secara ekstern dan intern pada diri sang da’i.

 

 

Page 20: Etika Dan Batasan Dakwah

DAFTAR PUSTAKAZalikha. Membangun format baru dakwah.Arraniry Press. Banda Aceh: 2012Munir. Metode Dakwah. Kencana. Jakarta: 2003Ali Mustofa Yakub, sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1997.

 Syakh Mustofa Mansyur, Fiqh Dakwah Edisi Lengkap cer I, Al-Ih Tisham, Cahaya Ummat, Jakarta: 2000Alwi Shihab, Islam Inklusif, menuju sikap Terbuka dalam Beragama, Mizan; Bandung, 1999Loisen Marlow. Masyarakat Egaliter. Mizan, Bandung: 1999Ismail, R. Al-farugi, Lois Lamnya al-Farugi, Atlas budaya menjelajah khazanah kehidupan gemilang Islam, Mirzan, Bandung: 1998Rafiudin. Maman Abdul jalil. Prinsip dan stategi dakwah.pustaka Setia. Bandung: 1997

Page 21: Etika Dan Batasan Dakwah

SEKIAN DAN TERIMA KASIH