Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Evaluasi Karya Terjemahan Berbagai Media Populer Jepang-Indonesia:
Refleksi dan Saran Pengembangan Metode Evaluasi
bagi Mata Kuliah Penerjemahan1 di Program Studi Jepang
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Himawan Pratama
Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
1. Pendahuluan
Kemahiran penerjemahan merupakan kompetensi yang pada umumnya diharapkan dari lulusan
program studi terkait bahasa asing. Demikian pula halnya dengan program studi Jepang. Tidak hanya oleh
para pengguna lulusan, kemampuan untuk dapat menerjemahkan, di samping kemahiran untuk
berkomunikasi dalam bahasa asing, adalah kompetensi yang diinginkan untuk dimiliki oleh para
mahasiswa. Survei yang dilakukan terhadap mahasiswa baru Program Studi Jepang Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (Prodi Jepang UI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 27%
mahasiswa baru menjadikan profesi terkait bidang penerjemahan sebagai karir tujuannya. Data ini
menunjukkan bagaimana
2. Deskripsi Umum Mata Kuliah Penerjemahan di Prodi Jepang UI
Seperti telah dijelaskan pada catatan kaki yang menyertai judul makalah ini, Prodi Jepang UI
memiliki dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang-
Indonesia (diberikan pada semester 6) dan Terjemahan Indonesia-Jepang (diberikan pada semester 7).
Masing-masing mata kuliah berbobot 3 sks, dan mensyaratkan mahasiswa untuk terlebih dahulu lulus
Mata Kuliah Bahasa Jepang V. Kedua mata kuliah ini dideskripsikan sebagai mata kuliah yang
“memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menerjemahkan teks” baik dari bahasa Jepang ke
bahasa Indonesia (untuk Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia), maupun sebaliknya (untuk Mata
Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang)2. Deskripsi tersebut mengindikasikan fokus utama dalam kedua
mata kuliah, yaitu pada pengembangan kemahiran penerjemahan teks. Ada pun yang dimaksud sebagai
1 Pada Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia terdapat dua mata kuliah yang terkait langsung dengan bidang penerjemahan, yaitu Terjemahan Jepang-Indonesia dan Terjemahan Indonesia-Jepang. 2 Lihat Buku Pedoman Akademik Program Sarjana Tahun 2017/2018 (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: 2017).
teks dalam konteks ini adalah teks tertulis. Oleh karena itu, kegiatan perkuliahan didominasi kegiatan-
kegiatan yang diarahkan untuk melatih kemahiran penerjemahan berbagai jenis teks tertulis.
Meski demikian, perlu ditekankan bahwa yang diajarkan dalam kedua mata kuliah di atas
dititikberatkan kepada pengenalan ilmu penerjemahan dan berbagai sisi dunia penerjemahan. Dengan
demikian, mahasiswa belum terlalu dituntut untuk mampu menciptakan produk terjemahan selayaknya
penerjemah professional. Sesuai dengan mata kuliah yang menjadi prasyaratnya, yaitu Bahasa Jepang V,
kedua mata kuliah bidang penerjemahan pada Prodi Jepang UI merupakan sarana untuk lebih mengasah
kemahiran bahasa Jepang, serta mengidentifikasi perbedaan dan persamaan di antara budaya Indonesia-
Jepang seperti tercermin dalam bahasanya. Selain itu, kedua mata kuliah ini juga dirancang agar
mahasiswa dapat memiliki gambaran umum mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi dalam dunia
penerjemahan.
Melalui pemikiran seperti itulah, Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia serta Mata Kuliah
Terjemahan Indonesia-Jepang diawali dengan pengenalan teori penerjemahan, dan diakhiri dengan tugas-
tugas yang bertujuan membekali mahasiswa dengan pemahaman tentang kompleksitas dunia
penerjemahan3. Pengenalan teori penerjemahan dilakukan sepanjang paruh awal perkuliahan (hingga
Ujian Tengah Semester), sedangkan paruh akhir diisi dengan tugas praktik penerjemahan berbagai jenis
teks. Gambar 1 di bawah ini mengilustrasikan alur dari kegiatan perkuliahan pada Mata Kuliah Terjemahan
Jepang-Indonesia dan Mata Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang.
3. Kegiatan 1: Pengenalan Teori Penerjemahan
Dari 14 minggu masa perkuliahan, 6 minggu pertama digunakan untuk memperkenalkan teori
penerjemahan kepada mahasiswa. Untuk tujuan tersebut, rujukan utama yang digunakan adalah buku “In
Other Words” karya Mona Baker (2011). Buku ini dipilih karena sifatnya sebagai pengantar untuk masuk
ke dunia ilmu penerjemahan. Susunan materi di dalam buku ini dibuat mengikuti urutan satuan terkecil
3 Desain Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia pada tulisan ini adalah yang berlaku pada Semester Genap 2016/2017, sedangkankan untuk Mata Kuliah Terjemahan Indonesia-Jepang diambil dari Semester Gasal 2016/2017.
bahasa, yaitu morfem, hingga unsur-unsur pragmatik. Seperti tertera pada tabel 1 di bawah, masing-
masing pertemuan dalam kedua mata kuliah penerjemahan diarahkan untuk membahas satu bab dari
buku “In Other Words” kecuali pertemuan 1 dan 5). Sebagai rujukan tambahan, digunakan pula buku “The
Routledge Course in Japanese Translation” yang ditulis oleh Yoko Hasegawa (2012).
Tabel 1. Materi Perkuliahan Hingga Ujian Tengah Semester
Pertemuan ateri Rujukan
1 - Orientasi
- Definisi Penerjemahan dan Peran Penerjemah
Baker: 2011 (Bab 1)
Hasegawa: 2012 (Bab 1)
2 Penerjemahan Kata
Baker: 2011 (Bab 2)
3 Penerjemahan Kombinasi Kata
Baker: 2011 (Bab 3)
4 Penyesuaian Unsur Gramatikal dalam Penerjemahan
Baker: 2011 (Bab 4)
5 Penerjemahan Tekstual
Baker: 2011 (Bab 5-6)
6 Penerjemahan Unsur-unsur Pragmatik
Baker: 2011 (Bab 7)
7 Ujian Tengah Semester
3.1. Deskripsi Kegiatan
Sejalan dengan semangat untuk mengembangkan pembelajaran aktif yang berpusat pada
mahasiswa (student centered active learning), pada paruh awal kegiatan perkuliahan mahasiswa
diarahkan untuk mengkonstruksi pemahamannya mengenai teori penerjemahan. Untuk tujuan tersebut,
maka setiap pertemuan disusun dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang.
2. Masing-masing kelompok membuat rangkuman dari bab yang akan dibahas dalam setiap
pertemuan. Rangkuman dibuat dalam bentuk powerpoint dan dikumpulkan melalui sistem e-
learning Universitas Indonesia (SCeLE).
3. Powerpoint berisi rangkuman materi serta contoh-contoh penerapan materi dalam konteks
penerjemahan bahasa Jepang ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
4. Setiap kelompok memaparkan hasil rangkuman serta contoh-contoh yang diberikan kepada
seluruh kelas.
5. Dosen memberikan umpan balik terhadap hasil rangkuman.
6. Dosen memberikan soal-soal penerjemahan yang harus dikerjakan secara berkelompok maupun
secara individual.
Dalam tahap ini mahasiswa juga dibiasakan dengan lingkungan pembelajaran berbasis teknologi.
Hal ini tampak dari penggunaan berbagai fasilitas teknologi baik yang terdapat di lingkungan kampus
Universitas Indonesia maupun yang dimiliki secara pribadi oleh mahasiswa. Selain bahwa mahasiswa
dibiasakan untuk menggunakan sistem e-learning Universitas Indonesia dalam pengumpulan rangkuman
bacaan (lihat gambar 2), dosen juga memanfaatkan smartphone dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan smartphone yang dimaksud adalah melalui penggunaan aplikasi penyampai pesan, yaitu
Whatsapp sebagai sarana bagi mahasiswa untuk dapat menuangkan pemikirannya mengenai suatu isu
penerjemahan. Penggunaan aplikasi tersebut memudahkan diskusi karena ide maupun jawaban dari
mahasiswa dapat dibaca dan juga dievaluasi bersama oleh seluruh kelas. Contoh penggunaan Whatsapp
dalam perkuliahan tampak pada gambar 3 di bawah.
Gambar 2. Modul SCeLE Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia (Semester Genap 2016/2017)
Gambar 3. Pemanfaatan Aplikasi Penyampai Pesan Whatsapp dalam Pembelajaran
Gambar 3 memperlihatkan salah satu contoh pelaksanaan diskusi melalui aplikasi Whatsapp.
Tampak pada contoh bahwa dosen memberikan teks dalam bahasa Jepang untuk kemudian
diterjemahkan oleh mahasiswa secara individual. Keunggulan dari penggunaan aplikasi ini adalah pada
sisi interaksi yang terjalin oleh seluruh anggota kelas. Melalui aplikasi tersebut mahasiswa dapat juga
melihat dan mengevaluasi hasil terjemahan rekannya, dan kemudian melakukan refleksi terhadap hasil
terjemahannya sendiri. Peran dosen dalam contoh diskusi di atas adalah sebagai pemberi soal pemicu,
dan sebagai pemberi umpan balik. Tentu saja dengan keterbukaan yang dimungkinkan oleh aplikasi
Whatsapp dalam diskusi, maka umpan balik tidak seluruhnya berada di tangan dosen. Mahasiswa pun
dapat saling memberi masukan terhadap hasil terjemahan rekannya.
3.2. Target Luaran
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, paruh awal perkuliahan ditujukan agar
mahasiswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya mengenai teori penerjemahan. Untuk tujuan
tersebut, maka luaran yang ditargetkan terdiri atas dua jenis, yaitu rangkuman bacaan teori
penerjemahan yang didapat dari buku teks, dan contoh-contoh penerjemahan sesuai dengan teori yang
dipelajari.
Rangkuman bacaan dibuat secara berkelompok dalam bentuk powerpoint untuk kemudian
ditampilkan dan didiskusikan dengan seluruh kelas. Rangkuman dibuat dalam bahasa Indonesia untuk
menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi di dalam buku teks yang disampaikan dalam bahasa
Inggris. Melalui tugas ini mahasiswa dilatih untuk menyampaikan hasil bacaannya secara sistematis dan
komunikatif. Selain itu, untuk juga membiasakan mahasiswa dengan ketepatan waktu, maka hasil
rangkuman harus diunggah ke dalam sistem SCeLE dengan batas waktu yang telah disepakati.
Setelah membuat rangkuman bacaan, mahasiswa juga dituntut untuk membuat contoh-contoh
penerjemahan sesuai dengan teori yang sedang dipelajari. Contoh-contoh penerjemahan tersebut dibuat
dalam berbagai jenis media, yaitu di dalam powerpoint yang sama dengan rangkuman bacaan (lihat
gambar 4), melalui aplikasi Whatsapp (lihat gambar 3), maupun melalui penugasan tertulis di kelas (lihat
tabel 2).
Gambar 4. Contoh-contoh Penerjemahan di Dalam Powerpoint Rangkuman Bacaan
Gambar 4 mengilustrasikan bagaimana mahasiswa membuat contoh-contoh penerjemahan
melalui powerpoint yang sama dengan rangkuman bacaan sesuai dengan teori yang sedang dipelajari.
Pada contoh tersebut mahasiswa diminta untuk menjelaskan definisi dari “kata dengan makna ekspresif”
(sebagai rangkuman bacaan), serta membuat contoh-contohnya dalam bahasa Jepang disertai dengan
terjemahan bahasa Indonesianya. Mahasiswa diminta tidak untuk membuat contoh kalimat sendiri,
namun mencari contoh-contoh nyata yang ada di dalam berbagai media.
Di samping penggunaan powerpoint dan aplikasi whatsapp, latihan pembuatan contoh-contoh
penerjemahan (penerapan teori penerjemahan) juga dilakukan di kelas secara tertulis. Tabel 2 di bawah
ini menunjukkan salah satu contohnya. Pada contoh di bawah, mahasiswa ditantang untuk
menerjemahkan beberapa teks singkat berbahasa Indonesia yang mengandung kata bermuatan budaya
ke dalam bahasa Jepang. Teks diambil dari berbagai sumber yang benar-benar ada di Indonesia. Dalam
kegiatan tersebut, mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dan setiap kelompok diminta
untuk mendiskusikan terjemahan yang tepat dari setiap teks.
Tabel 2. Contoh Kegiatan Penerjemahan Teks Berbahasa Indonesia
yang Mengandung Kata Bermuatan Budaya ke dalam Bahasa Jepang
Teks asli 1: Di rumah tetangga sedang ada pengajian.
Kelompok 1: 近所では礼拝式が行われている。
Kelompok 2: 近所で祈り会が行われています。
Kelompok 3: 隣に礼拝中です。
Kelompok 4: 隣の家で祈り会が行われている。
Teks asli 2: Tadi gw makan seblak di kantin.
1. さっき学食で激辛きしめん食べたよ。
2. さっき、俺食堂で Seblak を食べたよ。
3. さっき僕は食堂で Seblak を食べた。
4. さっき、食堂でせんべい汁を食べた。
Pada kegiatan di atas, dosen mencatat hasil terjemahan seluruh kelompok dan kemudian
memperlihatkannya kepada seluruh kelas. Setelah itu masing-masing kelompok diminta untuk saling
mendiskusikan hasil terjemahannya. Masing-masing kelompok diminta untuk dapat menjelaskan
argumentasinya di balik keputusannya dalam membuat teks terjemahan. Sebagai contoh, pada tabel 2
terlihat bahwa tidak terdapat kesepakatan mengenai penerjemahan kata “pengajian” (teks asli 1) dan kata
“seblak” (teks asli 2). Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi tema utama diskusi. Tujuannya bukanlah
untuk menentukan terjemahan mana yang salah dan yang benar, namun untuk menegaskan bahwa
seorang penerjemah memiliki keleluasaan dalam strategi penerjemahan maupun pemilihan kata, namun
di sisi lain juga bertanggung jawab terhadap ketersampaian informasi kepada target dari teks terjemahan.
Pada akhirnya, setiap jenis diskusi dirancang untuk menegaskan kompleksitas dunia
penerjemahan. Mahasiswa diharapkan dapat memahami tanggung jawab dari pekerjaan sebagai
penerjemah. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan untuk memahami berbagai strategi penerjemahan,
termasuk keunggulan dan konsekuensi yang mengikuti pemilihan strategi tersebut.
3.3. Metode Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada paruh awal perkuliahan terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Evaluasi tugas, yang komponen penilaiannya meliputi:
- Ketepatan waktu pengumpulan tugas
- Penilaian kinerja di dalam kelompok oleh rekan sekelompok melalui “Borang Penilaian Kinerja
Kelompok” (mengukur kontribusi dan keaktifan di dalam kelompok)
2. Evaluasi pemahaman teori penerjemahan melalui ujian tengah semester
Ujian Tengah Semester (UTS) dilaksanakan pada pertemuan ketujuh. Ujian dilaksanakan di kelas
secara tertulis secara close book. Sebelumnya mahasiswa diberikan kisi-kisi ujian. Sepanjang perkuliahan
mahasiswa juga diberikan akses melalui SCeLE terhadap rangkuman-rangkuman bacaan baik yang dibuat
oleh kelompok sendiri maupun oleh kelompok lain.
Komponen-komponen yang diujikan di dalam UTS mencakup pengetahuan teoritis yang pada
enam pertemuan sebelumnya telah dipelajari bersama. Komponen-komponen tersebut dibagi sebagai
berikut:
1. Menerjemahkan sebuah teks singkat (kalimat) dengan beberapa strategi penerjemahan yang
ditentukan.
2. Menerjemahkan kata bermuatan budaya atau idiom yang disertai dengan argumentasi pemilihan
strateginya.
3. Memberikan contoh-contoh penerapan konsep linguistik tertentu yang disertai dengan
terjemahannya.
Bentuk ujian seperti ini selain menitikberatkan bukan hanya pada pemahaman mengenai teori
penerjemahan, namun juga pembangunan argumentasi mahasiswa mengenai pemilihan strategi-strategi
penerjemahan. Oleh karena itu, terutama untuk komponen nomor 2, variasi jawaban sangat
dimungkinkan selama argumentasi yang diutarakan memiliki landasan teoritis yang kuat.
4. Kegiatan 2: Praktik Penerjemahan Berbagai Teks
Setelah melalui UTS, mahasiswa difokuskan untuk mempraktikkan pengetahuan teoretisnya
mengenai penerjemahan melalui praktik penerjemahan berbagai jenis teks. Poin utama yang ditekankan
tetap pada bagaimana mahasiswa mampu membangun argumentasi yang mendasari pemilihan strategi
penerjemahan. Mahasiswa dituntut tidak hanya untuk membuat sebuah karya terjemahan yang dapat
diterima oleh audiens pada bahasa sasaran, namun juga mampu mempertanggungjawabkan alasan-
alasan di balik pemilihan strategi penerjemahan melalui referensi kepada teori penerjemahan yang telah
dipelajari pada paruh awal perkuliahan.
4.1. Deskripsi Kegiatan
Pada tahap ini mahasiswa diasumsikan memiliki pengetahuan teoritis yang cukup yang diperoleh
dari pertengahan awal perkuliahan. Dengan pengetahuan tersebut mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-
kelompok kecil (kelompok yang sama dengan sebelumnya) untuk membuat terjemahan dari berbagai
jenis teks. Melalui penggunaan teks dengan tingkat variasi yang tinggi mahasiswa diharapkan
mendapatkan gambaran mengenai pendekatan-pendekatan yang berbeda yang harus diambil ketika
menghadapi jenis-jenis teks yang berbeda pula. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan jenis-jenis teks yang
ditugaskan kepada mahasiswa untuk dikerjakan pada Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia.
Tabel 3. Materi Perkuliahan Mata Kuliah Terjemahan Jepang Indonesia
Setelah Ujian Tengah Semester
Pertemuan Materi Luaran
9 Praktik Penerjemahan 1: Teks prosedur melakukan sesuatu (tutorial)
Menerjemahkan teks cara melakukan sesuatu (tutorial) dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
10 Praktik Penerjemahan 2: Pengumuman
atau poster
Menerjemahkan pengumuman tercetak atau poster dalam bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
11 Praktik Penerjemahan 3: Surat/e-mail korespondensi
bisnis
Menerjemahkan sebuah surat atau e-mail bahasa Jepang dalam ragam formal (bisnis) ke bahasa Indonesia.
12 Praktik Penerjemahan 4: Teks akademik
Menerjemahkan sebuah abstrak jurnal ilmiah berbahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
13 Praktik Penerjemahan 5: Komik
Menerjemahkan komik 4 strip Jepang (4 koma manga) ke dalam bahasa Indonesia.
14 Praktik Penerjemahan 6: Film animasi
Membuat subtitle bahasa Indonesia dari dialog anime.
15 Praktik Penerjemahan 7-1: Lagu (Lirik)
Menerjemahkan lagu Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
16 Praktik Penerjemahan 7-2: Lagu (dengan Musik)
Menerjemahkan lagu Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
Seperti tampak pada tabel 3, variasi teks beragam dari teks tutorial (panduan) hingga lagu. Pada
setiap teks mahasiswa diinstruksikan untuk membuat teks terjemahan yang dapat berterima dengan
audiens bahasa sasaran. Selain itu, mahasiswa juga diharuskan untuk memperhatikan unsur-unsur teks
lain di luar unsur kebahasaan dari sebuah teks. Misalnya, dalam penerjemahan poster berbahasa Jepang
mahasiswa harus membuat terjemahan bahasa Indonesia yang mudah dipahami sekaligus mudah dilihat.
Pada tahap ini, sesuai dengan teori yang dipelajari sebelumnya, mahasiswa diberikan keleluasaan bahkan
untuk mengubah unsur-unsur yang ada pada sebuah teks. Kembali kepada contoh penerjemahan poster,
maka mahasiswa diperkenankan untuk tidak mempertahankan bentuk asli dari teks aslinya dengan satu
syarat, yaitu informasi yang disampaikan tersampaikan dengan baik. Berikut ini adalah salah satu
contohnya.
Gambar 5. Contoh Hasil Terjemahan Mahasiswa (Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia)
Dalam contoh di atas perbedaan paling mencolok terdapat pada keberadaan kotak bertuliskan
“FREE FOOD SAMPLE” dalam teks terjemahan bahasa Indonesia. Pada teks asli berbahasa Jepang
informasi bahwa terdapat sampel makanan yang dapat dicoba sebenarnya ditulis pada bagian keterangan
di bawah kotak. Namun demikian, mahasiswa berargumen bahwa informasi lebih efektif disampaikan
melalui bantuan unsur visual tersebut, serta melalui penggunaan bahasa Inggris karena dianggap lebih
umum. Proses argumentasi seperti inilah yang diharapkan dari mata kuliah penerjemahan di Prodi Jepang
UI. Maka, dapat dikatakan pula bahwa mata kuliah penerjemahan juga terkait langsung dengan usaha
pembangunan daya analitis kritis mahasiswa.
4.2. Target Luaran
Target luaran utama dari kegiatan praktik penerjemahan sudah tentu adalah teks hasil
terjemahan. Namun demikian, pengamatan terhadap proses berpikir mahasiswa sehingga sampai pada
kesimpulan untuk menerjemahkan sebuah teks dengan cara tertentu juga merupakan bagian krusial dari
mata kuliah penerjemahan di Prodi Jepang UI. Oleh karena itu untuk setiap jenis teks (seluruhnya terdapat
7 jenis teks, lihat tabel 3), mahasiswa dituntut untuk menghasilkan dua jenis luaran, yaitu:
1. Teks terjemahan
2. Presentasi kelompok yang menjelaskan argumentasi pemilihan strategi penerjemahan
Presentasi kelompok diadakan dengan tahapan yang sama dengan presentasi sebelum UTS.
Sebelum presentasi dimulai setiap kelompok mendapatkan hasil terjemahan rekannya dari kelompok lain
untuk dapat didiskusikan dan dievaluasi. Melalui proses diskusi ini mahasiswa dilatih untuk dapat
mengungkapkan secara sistematis argumentasi mengenai pemilihan strategi penerjemahan, dan juga
mengekspresikan pandangannya terhadap karya terjemahan rekannya. Berikut ini adalah contoh
presentasi mahasiswa yang menunjukkan argumentasinya dalam memilih strategi penerjemahan.
Gambar 6. Contoh Presentasi Mahasiswa
Luaran berikutnya adalah teks terjemahan itu sendiri. Penilaian terhadap teks terjemahan
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Ketepatan waktu pengumpulan tugas
2. Kerapian pengerjaan tugas
3. Ketersampaian informasi
4. Inovasi pada teks terjemahan
Pada kriteria ketepatan waktu indikatornya adalah kemampuan mahasiswa untuk menaati batas
waktu pengumpulan tugas. Seperti pada tugas-tugas sebelumnya, pengumpulan tugas dilakukan melalui
sistem SCeLE. Modul akan terkunci bersamaan dengan lewatnya tenggat waktu pengumpulan tugas.
Kelompok yang tidak mampu memenuhi tenggat waktu, maka dengan sendirinya tidak dapat
mengumpulkan tugas.
Kriteria berikutnya adalah kerapian. Pada kriteria ini unsur estetika sebuah teks menjadi poin yang
paling utama. Mengingat bahwa teks yang diterjemahkan memiliki jenis yang sangat berbeda, maka
penilaian kriteria ini bergantung kepada jenis teksnya. Sebagai contoh, untuk teks jenis poster maka
kemudahan untuk dibaca akan membuat sebuah teks terjemahan mendapat nilai yang tinggi. Untuk teks
jenis subtitle film, maka ketepatan waktu antara dialog dengan keluarnya subtitle menjadi poin yang
penting. Lain halnya dengan teks jenis lagu. Untuk teks jenis tersebut, maka penilaian tinggi diberikan jika
lagu versi terjemahan juga dapat dinyanyikan selayaknya lagu-lagu dalam bahasa sasaran tanpa
menimbulkan rasa ketidakalamian kepada penutur jati bahasa sasaran.
Pada kriteria ketersampaian informasi, hal yang diutamakan adalah bagaimana sebuah teks
terjemahan dapat menyampaikan informasi yang ada pada teks asli secara utuh. Dalam kaitannya dengan
bahasa Jepang, dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan baik secara bahasa maupun budaya
antara Indonesia dan Jepang, terkadang mempertahankan seluruh informasi dari teks asli sulit untuk
dilakukan. Strategi mahasiswa untuk menjaga informasi inilah yang mendapat nilai tinggi pada kriteria ini.
Kriteria terakhir adalah inovasi. Sejak awal mahasiswa diberikan pemahaman bahwa seorang
penerjemah memiliki keleluasaan untuk tidak terikat dengan struktur atau bentuk teks aslinya. Oleh
karena itu berbagai inovasi sangatlah dimungkinkan untuk dibuat. Kemampuan mahasiswa untuk berpikir
out of the box mendapat penilaian yang tinggi dalam kriteria inovasi. Meski demikian, tentu saja bukan
berarti mahasiswa disarankan untuk selalu mengubah bentuk dari sebuah teks. Melalui presentasi
mahasiswa harus menjelaskan argumentasi di balik inovasinya terhadap sebuah teks terjemahan.
4.3. Metode Evaluasi
Meski telah terdapat empat kriteria penilaian karya terjemahan mahasiswa seperti tertera di atas,
namun pada pelaksanaan Mata Kuliah Terjemahan Jepang-Indonesia dan Mata Kuliah Indonesia-Jepang
belum memiliki standar penilaian yang terstruktur untuk mengevaluasi karya mahasiswa. Oleh karena itu
di bawah ini penulis memberikan saran mengenai bagaimana karya mahasiswa dapat dievaluasi
menggunakan indikator-indikator yang lebih terukur. Tabel 4 merupakan saran matriks penilaian yang
dapat digunakan dalam proses evaluasi karya terjemahan mahasiswa.
Tabel 4. Saran Matriks Penilaian Karya Terjemahan Mahasiswa
Kriteria Nilai
85-100
Nilai
75-84
Nilai
65-74
Nilai
55-64
Ketepatan waktu Tugas
dikumpulkan
sesuai dengan
waktu yang
diinstruksikan.
- - -
Kerapian Teks terjemahan
disusun agar
mudah dibaca
selayaknya teks
asli serta memiliki
Teks terjemahan
disusun agar
mudah dibaca
selayaknya teks
asli namun
Susunan teks
terjemahan cukup
mudah untuk
dibaca, namun
unsur estetika
Susunan teks
terjemahan sulit
untuk dibaca, dan
sama sekali tidak
nilai estetika yang
baik.
terdapat unsur
estetika yang
hilang.
kurang
diperhatikan.
memperhatikan
unsur estetika.
Ketersampaian
informasi
Informasi kunci
dan berbagai detil
dari teks asli
sepenuhnya
tersampaikan
dalam teks
terjemahan.
Informasi kunci
dari teks asli
sepenuhnya
tersampaikan
dalam teks
terjemahan,
namun terdapat
detil yang
terlewatkan.
Sebagian besar
informasi kunci
dari teks asli
tersampaikan
dalam teks
terjemahan.
Terdapat banyak
informasi kunci
yang tidak
tersampaikan
dalam teks
terjemahan.
Inovasi pada teks
terjemahan
Terdapat inovasi
(perubahan)
dalam teks
terjemahan yang
membuat teks
terjemahan
menjadi lebih
mudah dipahami
dan lebih baik dari
sisi estetika.
Terdapat inovasi
(perubahan)
dalam teks
terjemahan yang
membuat teks
terjemahan
menjadi lebih
mudah dipahami.
Terdapat inovasi
(perubahan)
dalam teks
terjemahan yang
fungsinya kurang
signifikan dalam
membantu
membuat teks
menjadi lebih
mudah dipahami.
Terdapat inovasi
(perubahan)
dalam teks
terjemahan yang
membuat teks
terjemahan justru
menjadi lebih sulit
dipahami.
Keempat kriteria di atas memiliki bobot yang berbeda. Mengingat bahwa fokus penilaian karya
penerjemahan adalah pada sisi ketersampaian informasi yang ada pada teks bahasa sumber dalam teks
teks terjemahan, maka kriteria ketersampaian inovasi mendapat bobot yang paling besar, yaitu 40%.
Karya mahasiswa akan mendapat nilai penuh pada kriteria ketersampaian informasi jika teks terjemahan
yang dibuatnya mampu menyampaikan dengan utuh informasi-informasi kunci dan juga berbagai detil
yang ada pada teks asli. Bobot nilai terbesar berikutnya diberikan pada kriteria kerapian. Kemudian
kriteria ketepatan waktu dan inovasi pada teks terjemahan masing-masing mendapat bobot 15%.
Tabel 5. Saran Komposisi Penilaian Masing-masing Teks Terjemahan
Kriteria Bobot
Ketepatan waktu 15%
Kerapian 30%
Ketersampaian informasi 40%
Inovasi pada teks terjemahan 15%
TOTAL 100%
Penggunaan metode evaluasi yang lebih terukur ini disarankan agar penilaian terhadap karya
mahasiswa dapat dilakukan secara objektif dengan indikator-indikator yang terukur. Sejak awal masa
perkuliahan mahasiswa juga perlu untuk dijelaskan mengenai metode evaluasi ini agar masing-masing
mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri dengan ekspektasi yang disematkan
kepadanya dalam mata kuliah penerjemahan.
5. Penutup
Mata kuliah penerjemahan pada tingkat sarjana seyogyanya didesain sejalan dengan semanagt
untuk menumbuhkan daya pikir kritis analitis pada diri mahasiswa. Oleh karenanya, meski pada batas
tertentu kemahiran teknis penerjemahan diajarkan dalam mata kuliah tersebut, namun kompetensi
disasar tidak mungkin sama dengan pendidikan untuk penerjemah profesional.
References Baker, M. (2011). In Other Words (2nd ed.). London: Routledge.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. (2017). Buku Pedoman Akademik Program
Sarjana Tahun 2017/2018. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Hasegawa, Y. (2012). The Routlede Course in Japanese Translation. London: Routledge.
Malmkjær, K. (Penyunt.). (2004). Translation in Undergraduate Degree Programmes. Amsterdam: John
Benjamins Publishing Company.
Pratama, H. (2016). Maximizing Available Spaces to Convey Meaning: The Strategy of Space Utilization in
Japanese Manga Translation into Indonesian Language. Proceedings of The 2016 International
Translation and Symposium (pp. 114-122). Depok: Faculty of Humanities, Universitas Indonesia.