Upload
phungngoc
View
238
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
‘
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
W. Budhi Wicaksono
132012602
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SMA NEGERI 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh: W. Budhi Wicaksono
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Dr. Yari Dwikurnaningsih, M. Pd.
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 3 Salatiga yang ditinjau dari evaluasi context, evaluasi
input, evaluasi process dan evaluasi product. Sumber data pada penelitian ini
adalah guru bimbingan dan konseling, kepala sekolah, siswa dan dokumentasi.
Jenis penelitian ini yaitu kualitatif dengan model evaluasi CIPP (Context, Input,
Process, Product). Teknik pengumpulan data meliputi teknik observasi,
dokumentasi dan wawancara. Analisis data menggunakan teknik analisis data
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada masing-masing
aspek yaitu: (1) Context: di SMA Negeri 3 Salatiga sudah melakukan identifikasi
kebutuhan dengan beberapa instrumen, namun penyebaran instrumen belum
maksimal; (2) Input: secara keseluruhan aspek input sudah sesuai dengan
ketentuan, hanya pada sub komponen sarana prasana perlu dilengkapi; (3)
Process: secara keseluruhan implementasi program berjalan sesuai dengan
prosedur pelaksanaan; (4) Product: penilaian hasil pelayanan dari pelanggan atau
siswa berdampak positif pada masing-masing siswa, sesuai dengan kebutuhan
siswa dan dianggap sudah memenuhi tujuan program bimbiang konseling.
Kata Kunci: Evaluasi, Program Bimbingan dan Konseling, model CIPP
PENDAHULUAN
Bimbingan Konseling yang
dilaksanakan atau dipraktikan
sebagai upaya untuk membantu
individu-individu yang memerlukan
bantuan diperlukan adanya berbagai
persiapan-persiapan agar pelayanan
yang diberikan optimal. Persiapan
yang dimaksud adalah meliputi
perencanaan yang merupakan fungsi
dasar atau fundamental. Setelah
dilaksanakan perencanaan
diperlukan pengorganisasian yang
merupakan fungsi organik kedua.
Kemudian pengarahan atau
penggerak yang merupakan fungsi
fundamental sebagai tindak lanjut
fungsi perencanaan dan
pengorganisasian. Terakhir adalah
pengawasan yang harus
dilaksanakan oleh seorang manajer
dan merupakan fungsi yang terakhir.
Dan kesemuanya tersebut terangkum
dalam manajemen bimbingan
konseling. Sama halnya dengan
Mashudi (2013) yang mengatakan
bahwa kedudukan evaluasi dalam
manajemen ada empat fungsi
manajemen yang berasal dari
klarifikasi paling awal dari fungsi-
fungsi manajerial yaitu: planning,
organizing, leading, dan controlling.
Manajemen bertujuan untuk
mempermudah mencapai tujuan
yang dalam hal ini manajemen
Bimbingan Konseling bertujuan
untuk mempermudah mencapai
tujuan bimbingan konseling yang
dilaksanakan dalam sekolah atau
instansi pendidikan yang dimaksud.
Sepaham dengan pendapat Sugiyo
(2012) yang menyatakan dengan
proses tersebut agar mencapai tujuan
serta mengevaluasi kegiatan
bimbingan dan konseling untuk
mengetahui apakah semua kegiatan
layanan sudah dilaksanakan dan
mengetahui bagaimana hasilnya.
Dari beberapa model evaluasi
peneliti memilih model evaluasi
CIPP. Model CIPP adalah model
evaluasi yang memandang program
yang dievaluasi sebagai sebuah
sistem (Stufflebeam 2003)
Pengadaan program
bimbingan konseling di sekolah
dapat membantu guru maupun
siswa. Melalui layanan Bimbingan
dan koseling pada siswa dibentuk
mengenal diri dan lingkungannya,
serta perencanaan masa depan.
Bimbingan diperlukan siswa untuk
menciptakan situasi yang dapat
menstimulirnya memahami diri dan
lingkungan sehingga ia mampu
membuat pilihannya secara bijak
dan tepat dimasa mendatang.
Dengan demikian, maka bimbingan
dan konseling seharusnya diterapkan
dan dilaksanakan secara proaktif
oleh guru pembimbing atau konselor
sesuai dengan jangka kerja yang
telah ditetapkan, dalam hal ini
melaksanakan bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar
dan bibingan jabatan atau karir.
Yang tentu saja sesuai dengan
kondisi atau keadaan siswa yang
membutuhkan.
Berkaitan dengan Undang-
Undang Sistim Pendidikan Nasional
no 20 tahun 2003 pasal 3 bertujuan
untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung
jawab, walaupun dalam proses
pendidikan di sekolah siswa kadang
mengalami masalah yang dapat
menghambat prestasi belajar dan
pengembangan diri. Masalah yang
muncul dalam proses belajar siswa
dapat menimbulkan berbagai
gangguan yang dimanifestasikan
dalam berbagai macam tingkah laku
seperti membolos, datang terlambat,
tidak menyelesaikan tugas yang
pada gilirannya siswa tersebut akan
tinggal kelas. Dengan demkian,
untuk mengatasi masalah yang
dihadapi siswa diatas perlu adanya
bantuan layanan bimbingan dan
konseling yang prima.
LANDASAN TEORI
Salah satu peran penting
dalam pendidikan kususnya di
sekolah yaitu bimbingan dan
konseling, maka perlu dibahas dan
dikaji pengertian bimbingan dan
konseling. Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan
oleh orang yang ahli kepada sorang
atau beberapa individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa; agar
orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri; dengan
memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan; berdasarkan norma-
norma yang berlaku, (Prayitno dan
Amti, 2004:99). Sedangkan
Konseling adalah kegiatan di mana
semua fakta dikumpulkan dan
semua pengalaman siswa difokuskan
pada masalah tertentu untuk diatasi
sendiri oleh yang bersangkutan,
dimana ia diberi bantuan pribadi dan
langsung dalam pemecahan masalah
itu. Konselor tidak memecahkan
masalah untuk klien. Konseling
harus ditujukan pada perkembangan
yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya
sendiri tanpa bantuan. (Jones dalam
Prayitno dan Amti, 2004:100).
Dapat dimaknai bimbingan dan
konseling adalah proses bantuan
yang diberikan oleh individu yang
berkompoten dalam bidang
bimbingan kepada orang lain dalam
memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara dan dengan cara
yang sesuai dengan keadaan.
Setiap bimbingan konseling
di sekolah pastinya memiliki
program untuk mempermudah guru
melakukan layanan dan membantu
siswa secara mendalam. Program
tersebut perlu adanya evaluasi demi
perbaikan untuk kemajuan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Yusuf (dalam Tohirin, 2009:60)
mengemukakan bahwa evaluasi
program bimbingan dan konseling
merupakan proses penilaian
terhadap keberhasilan program
bimbingan dan konseling yang
dilakukan melalui pengumpulan
data, pengolahan data serta analisis
data yang akan dijadikan dasar
untuk membuat keputusan. Senada
dengan Yusuf, Prasetyo (2010:50)
mengemukakan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan
konseling adalah usaha penelitian
dengan cara mengumpulkan data
secara sistematis, menarik
kesimpulan atas dasar data yang
diperoleh secara objektif,
mengadakan penafsiran dan
merencanakan langkah-langkah
perbaikan, pengembangan dan
pengarahan staf. Dari beberapa
pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa evaluasi
program bimbingan dan konseling
merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting, karena berdasarkan
hasil evaluasi itulah dapat diambil
suatu kesimpulan apakah kegiatan
yang telah dilakukan itu mencapai
sasaran yang diharapkan secara
efektif dan efesien atau tidak, serta
apakah kegiatan tersebut perlu
diteruskan atau tidak.
Tujuan program bimbingan
dan konseling menurut Hastuti
(dalam Sukardi, 2008:86) memiliki
dua macam tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum bertujuan sebagai berikut: (1)
Mengetahui kemajuan program
bimbingan dan konseling atau
subjek yang telah memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling;
(2) Mengetahui tingkat efesiensi dan
efektifitas strategi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling
yang telah dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu; (3) Secara
operasional penyelenggaraan
evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling ditujukan
untuk meneliti secara berkala
pelaksanaan program bimbingan
dan konseling, mengetahui jenis
layanan yang sudah atau belum
dilaksanakan dan atau perlu
diadakan perbaikan dan
pengembangan, dan mengetahui
sampai sejauh mana keterlibatan
semua pihak dalam usaha
menunjang keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan dan
konseling. Berikutnya adalah tujuan
khusus yaitu, (1) Untuk mengetahui
jenis-jenis layanan bimbingan dan
konseling apakah sudah ada atau
belum diberikan kepada siswa di
sekolah (madrasah); (2) Untuk
mengetahui aspek-aspek lain apakah
yang perlu dimasukkan kedalam
program bimbingan dan konseling
untuk perbaikan layanan yang
diberikan; (3) Untuk membantu
kepala sekolah (madrasah), guru-
guru termasuk pembimbing atau
konselor dalam melakukan
perbaikan tata kerja mereka dalam
memahami dan memenuhi
kebutuhan tiap-tiap siswa; (4) Untuk
mengetahui dalam bagian-bagian
manakah dari program bimbingan
yang perlu diadakan perbaikan-
perbaikan; (5) Untuk mendorong
semua personil bimbingan dan
konseling agar bekerja lebih giat
dalam mengembangkan program-
program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Untuk mencapai tujuan
dan terlaksananya program
bimbingan dan konseling dengan
baik, maka pelaksanaannya harus
dikelola seefisien dan seefektif
mungkin selaras dengan pinsip-
prinsip suatu program. Gibson dan
Mitchell (dalam Prasetyo, 2010:80)
mengemukakan beberapa prinsip
yang harus diperankan dalam
penyelenggaraan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan
konseling yaitu evaluasi yang efektif
menuntut pengenalan terhadap
tujuan-tujuan program, memerlukan
kriteria pengukuran yang jelas dan
hendaknya terencana dan
berkesinambungan, evaluasi
melibatkan berbagai unsur yang
professional.
Beralih pada Lingkup
evaluasi program bimbingan dan
konseling di sekolah menurut
Tohirin (2009:53) yakni evaluasi
peserta didik (input), evaluasi jenis
ini dimulai dari layanan
pengumpulan data pada saat peserta
didik diterima oleh sekolah yang
bersangkutan. Kedua adalah
evaluasi program yang menurut
Prayitno (2004:59) dikelompokkan
menjadi beberapa kegiatan layanan
yaitu layanan kepada peserta didik,
guru, kepala sekolah, dan orang tua
siswa atau masyarakat. Selanjutnya
adalah evaluasi proses yang
dievaluasi yakni proses pelayanan
bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dari mulai perencanaan
hingga pelaksanaan. Terakhir adalah
evaluasi hasil, yang dimaksudkan
evaluasi terhadap hasil pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling
ditujukan pada pencapaian tujuan
program baik jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
Berbicara tentang program, perlu
diperhatikan aspek-aspek yang perlu
dievaluasi. Menurut Surya (2006:32)
aspek program yang perlu dievaluasi
dimulai dari dasar atau acuan
penyusunan program lalu proses
penyusunan program dengan melihat
bagaimana program bimbingan dan
konseling diwujudkan dan
kurikulum layanan.
Setelah mengetahui aspek
yang perlu dievaluasi maka
dilakukanlah pelaksanaan program.
Program yang dilaksanakan tidak
sembarangan dilakukan tetapi
terdapat prosedur didalamnya.
Seperti menurut Surya (2006:40)
dalam mengadakan evaluasi
terhadap pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah
harus melalui prosedur- prosedur
evaluasi yang terbagi menjadi dua,
yang pertama adalah identifikasi
tujuan yang akan dicapai dalam
program pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
Melakukan identifikasi terhadap
tujuan yang ingin dicapai sangatlah
penting karena memberikan arah
terhadap pekerjaan yang akan
dilaksanakan, artinya selama
melakukan evaluasi tetap mengacu
pada tujuan yang telah ditetapkan.
Kedua yaitu pengembangan rencana
evaluasi program bimbingan dan
konseling. Pengembangan rencana
evaluasi merupakan langkah
lanjutan setelah menetapkan tujuan
yang ingin dicapai. Untuk
merancang program melakukan
pendekatan adalah bagian yang
penting dalam mengetahui
kebutuhan peserta didik (sasaran
program). Pendekatan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan
konseling dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan kegiatan. Macam-
macam metode metode yang
digunakan untuk menyelenggarakan
evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling antara lain
metode survei, metode observasi,
metode eksperimental, dan metode
studi kasus (Sukardi 2008) .
Untuk mendapatkan data
yang tepat dan akurat dalam
melakukan evaluasi program
bimbingan dan konseling, maka
diperlukan sumber data yang
relevan. Adapun sumber data yang
perlu dihubungi, sangat bergantung
pada jenis data atau informasi yang
diperlukan. Menurut Prayitno
(2004:33) sumber data yang dapat
dihubungi, yaitu Kepala sekolah,
Wakil kepala sekolah, Koordinator
bimbingan dan konseling, Konselor
sekolah, Guru mata pelajaran,
Personil sekolah lainnya, Siswa dan
teman terdekatnya, Orang tua dan
masyarakat, Para ahli atau lembaga-
lembaga terkait.
METODE
Penelitian yang dilakukan
adalah penelitian kualitatif, yaitu
metode penelitian yang meneliti
kondisi objek alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen
kunci (Sugiyono, 2010:15).
Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif. Penelitian ini juga lebih
mengutamakan pada proses daripada
hasil. Metode kualitatif digunakan
untuk mendapatkan data yang
mendalam dan memiliki makna.
Menurut Sugiyono (2010:15) teknik
pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan secara triangulasi dan
analisis data bersifat deduktif.
Triangulasi memiliki arti
menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data secara gabungan.
Yakni gabungan dari teknik
wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan
model penelitian CIPP Evaluation
Model yang dikembangkan oleh
Stuefflebeam di Ohio State
University. Model CIPP ini adalah
model evaluasi yang paling sering
digunakan. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Guili Zhang, dkk
(2011), “the CIPP evaluation
program belongs in the
improvement / accountability
category and is one of the most
widely applied evaluation models”.
CIPP ini terdiri dari empat
komponen yakni context evaluation,
evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani, dan tujuan program. Dalam
penelitian ini, evaluasi konteks
diarahkan pada tujuan, kebutuhan,
masalah dan peluang keberhasilan
program bimbingan dan koseling.
Input evaluation, Evaluasi masukan
ditujukan pada kemampuan awal
peserta didik dan sekolah yang
meliputi perekrutan peserta didik,
guru, dan sarana prasarana yang
disediakan. Pada penelitian ini
evaluasi masukan berfokus pada
identifikasi personil, pola atau
metode, anggaran dana, unit
organisasi dan bahan material.
Process evaluation, Evaluasi proses
diarahkan pada seberapa jauh
kegiatan yang dilaksanakan di dalam
program sudah terlaksana sesuai
rencana. Dalam penelitian ini,
evaluasi proses berfokus pada
implementasi program dan
hambatan pelaksanaan program.
Product evaluation, evaluasi produk
diarahkan pada hal-hal yang
menunjukkan perubahan yang
terjadi pada masukan, dalam hal ini
adalah peserta didik. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat hasil
identifikasi pelayanan bimbingan
dan konseling.
Penelitian ini dilakukan di
SMA Negeri 3 Salatiga. Adapun
sumber dalam penelitian ini adalah
guru bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga, kepala sekolah
SMA Negeri 3 Salatiga, siswa SMA
Negeri 3 Salatiga dan dokumen.
Fokus penelitian ini adalah
implementasi progam bimbingan
dan konseling di SMA Negeri 3
Salatiga yang meliputi perencanaan,
proses dan evaluasi program
bimbingan dan konseling. Teknik
penelitian dalam penelitian ini
meliputi teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Selanjutnya adalah ujikeabsahan
data, Uji keabsahan ini bertujuan
untuk memastikan kevalidan data
yang didapatkan. Sehingga hasil
penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Uji keabsahan data yang
dilakukan dalam penelitian ini,
dengan menggunakan metode
triangulasi dan pengecekan
konfirmasi oleh ahli yang dalam hal
ini adalah para pembimbing
penelitian. Menurut Moleong
(2010) menyatakan bahwa teknik
triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding
terhadap dua data tersebut. Teknik
triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat tiga macam
yaitu, triangulasi data, triangulasi
metode, dan triangulasi sumber.
Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data reduksi yang
berarti merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak
perlu. Reduksi data merupakan
proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan
kedalaman wawasan yang tinggi.
Dalam mereduksi data harus
diperhatikan tujuan awal dari
penelitian. Selain data reduksi dalam
penelitian ini menggunakan
penyajian data. Penyajian data
dimaksudkan untuk menemukan
makna dari kata-kata yang diperoleh
kemudian disusun secara sistematis
dan logis sehingga mudah dipahami.
Teknik analisis data yang terakhir
yaitu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan
adalah kegiatan terakhir yang
dilakukan dan merupakan pokok
dari hasil penelitian. Penarikan
kesimpulan merupakan jawaban dari
rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal dan
diharapkan merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen Context
Evaluasi Tujuan Program
Tujuan merupakan pedoman/arah
yang harus dipatuhi oleh semua
petugas bimbingan dan konseling di
sekolah agar program bimbingan
dan konseling yang telah
direncanakan dapat tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dalam perumusan
tujuan dikaji dari berbagai produk
hukum yang memuat tujuan
pendidikan secara umum maupun
tujuan pendidikan di sekolah terkait.
Penyusunan tujuan program
bimbingan dan konseling tidak dapat
semaunya sendiri, melainkan
mengacu pada tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 agar
menyelaraskan dengan arah
pelaksanaan pendidikan yang sudah
diatur oleh pemerintah. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sugiyo
(2011:16) mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan dan konseling
bersifat kompetibel dengan tujuan
pendidikan. Tujuan yang dimaksud
dalam bentuk sejumlah kompotensi
yang harus dikuasi peserta didik,
maka segala aktivitas bimbingan dan
konseling harus selalu diarahkan
untuk membantu peserta didik
dalam pencapaian standar
kompetensi. Tujuan dalam program
bimbingan dan konseling terdiri dari
tujuan utama dan tujuan yang sudah
diturunkan dalam berbagai layanan.
Berdasarkan dengan hasil penelitian,
tujuan utama program bimbingan
dan konseling SMA Negeri 3
Salatiga yaitu “Membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah dan
mengembangkan diri baik bidang
belajar, sosial, pribadi, dan karir”.
Di samping itu, penentuan tujuan
program bimbingan dan konseling
juga diarahkan pada pencapaian
kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Tujuan yang bersifat
konkrit dan dapat terukur ini
diperoleh dari turunan tujuan utama
program bimbingan dan konseling.
Tujuan program tersebut juga dapat
bersifat sasaran apabila tujuan yang
diharapkan dapat diukur secara
konkrit dengan ciri pragmatis,
konkrit dan kuantitatif misalnya
seperti siswa dapat mengentaskan
masalah yang dihadapi, atau klien
dapat menunjukkan rasa bahagia dan
merasa puas setelah memperoleh
layanan konseling. Selain itu, tujuan
prioritas pada masing-masing
tingkatan (kelas X, XI, XII) dirasa
sudah sesuai dengan kebutuhan
sasaran layanan. Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa tujuan
prioritas tersebut telah dituangkan
dalam berbagai jenis layanan
bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Salatiga.
Evaluasi Identifikasi Kebutuhan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dikatakan identifikasi kebutuhan
siswa masih kurang karena telah
melakukan asesmen dari berbagai
sumber. Selain itu identifikasi juga
digunakan untuk melihat latar
belakang munculnya kebutuhan
siswa tersebut. Terdapat beberapa
bagian yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan kembali pada kegiatan
identifikasi kebutuhan. Identifikasi
kebutuhan seharusnya dilakukan
kepada seluruh siswa agar diperoleh
data kebutuhan yang sesuai dengan
kondisi seluruh siswa. Agar kegiatan
identifikasi tidak memakan waktu
yang lama diperlukannya siasat yang
tepat untuk meminimalisir
penggunaan waktu oleh unit
bimbingan dan konseling.
Penggunaan berbagai instrumen
dalam identifikasi akan membantu
dalam memperoleh data identifikasi
yang lebih sesuai dengan kondisi di
lapangan. Berdasarkan hal tersebut
maka sub komponen identifikasi
kebutuhan dalam program
bimbingan dan konseling perlu
mendapat perhatian khusus.
Evaluasi Masalah Program
Masalah dalam suatu program
terkadang menjadi suatu hambatan
dalam proses pelaksanaan program.
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa masalah dalam program
bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga adalah
keterbatasan waktu menjalankan
program. Hal tersebut dikarenakan
terdapat administrasi atau kegiatan
yang tak terduga sehingga menyita
waktu yang sudah direncanakan.
Selain itu waktu libur yang cukup
banyak terlebih pada semester dua
yang membuat guru dan siswa
khususnya kelas X dan XI harus
menunda layanan. Berdasarkan
temuan tersebut perlu diwaspadai
dan dicari cara pemecahannya
sehingga tidak berdampak pada saat
pelaksanaan program. Terkait
dengan masalah keterbatasan waktu
mengarah kepada terhambatnya
suatu kegiatan pelayanan yang
sudah terprogram namun terkendala
jadwal yang tidak pasti. Dengan
penanganan yang tepat harapannya
masalah ini tidak akan
mengakibatkan tidak terlaksananya
program bimbingan dan konseling
Evaluasi Peluang Program
Menurut Gibson dan Mitchell
(2011:584), evaluasi program adalah
untuk menyediakan yang paling
bermakna, maka ia harus dilakukan
dengan semangat positif,
dimaksudkan untuk memfasilitasi
program dan menyoroti kekuatan
serta kelemahannya. Dapat
disimpulkan bahwa perlu
diketahuinya kekuatan dan
kelemahan program bimbingan dan
konseling sehingga program dapat
berjalan secara optimal. Melihat
kekuatan program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 3 Salatiga
yaitu yaitu sebagai program
pendidikan yang memfasilitasi
peserta didik untuk senantiasa
mengembangkan diri, dapat
dikatakan program bimbingan dan
konseling memiliki peran tersendiri
dalam pendidikan sekolah. Di
samping itu program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 3 Salatiga
memiliki kelemahan pada
keterbatasan waktu. Berdasarkan
kelebihan dan kelemahan tersebut
dapat simpulkan jika program
bimbingan dan konseling sudah
memiliki peran tersendiri di sekolah
yang memang dibutuhkan oleh
siswa tetapi karena keterbatasan
waktu dikhawatirkan pelaksanaan
program tidak dapat terjadwal secara
pasti sesuai dengan porgram yang
sudah disusun
Evaluasi Komponen Input
Evaluasi Personel Bimbingan dan
Konseling
Berdasarkan hasil penelitian, kepala
sekolah sebagai peran supervisi
telah dilaksanakan. Selain peran
supervisi, kepala sekolah juga
berperan dalam memotivasi dan
mendukung peningkatan pelayanan
bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa kepala sekolah
sudah cukup berperan dalam
supervisi bimbingan dan konseling.
Dapat dikatakan bahwa peran
pengawas dan kepala sekolah dalam
program bimbingan dan konseling
telah memberikan kontribusi dalam
ketercapaian program bimbingan
dan konseling.
Hasil penelitian di SMA Negeri 3
Salatiga diketahui bahwa terdapat 2
orang guru senior dan 2 orang guru
junior. Diketahui bahwa semua guru
bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga memiliki latar
belakang S1 bimbingan dan
konseling. Diketahui bahwa masing-
masing guru bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
setiap tahun mengampu kurang lebih
300 siswa setiap tahunnya. Beban
kerja guru bimbingan dan konseling
SMA Negeri 3 Salatiga berdasarkan
Peraturan bersama Menteri
Pendidikan Nasional dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor
03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun
2010, dapat dikatakan tidak
proporsional. Terlalu banyak siswa
asuh bisa menjadi salah satu faktor
penyebab kurang optimal dan tidak
meratanya layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan.
Berdasarkan hasil dokumentasi
penelitian, diketahui bahwa 1.010
siswa merupakan pelanggan yang
memiliki hak untuk memperoleh
pelayanan bimbingan dan konseling
guna mengembangkan potensinya.
Keanekaragaman potensi yang
dimiliki siswa SMA Negeri 3
Salatiga termasuk dalam sasaran
utama pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling tidak
hanya diberikan kepada siswa yang
dianggap bermasalah saja tetapi
kepada seluruh siswa yang miliki
potensi yang berbeda-beda untuk
dioptimalkan.
Evaluasi Anggaran Dana
Bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga memperoleh dana
operasional layanan bimbingan dan
konseling pada setiap kegiatan
layanan. Tersedianya dana
operasional tersebut membuktikan
adanya dukungan kepala sekolah
dalam kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Dukungan kepala sekolah tersebut
dapat dimaknai sebagai suatu
kesadaran sekolah terhadap peran
bimbingan dan konseling di sekolah.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Gibson dan Mitchell (2011:599)
yang mengemukakan bahwa
anggaran memampukan program
apapun untuk mendukung lebih
baiknya layanan yang diberikan
untuk publik. Sejalan menurut
pendapat Gibson dan Mitchell
(2011:599) bahwa pada penelitian
ini anggaran berjalan untuk
mendukung program melalui
bendahara sekolah. Adanya
dukungan dana operasional tersebut
diharapkan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling dapat
berjalan dengan baik. Hambatan
yang mungkin muncul dengan
dikelolanya anggaran bimbingan dan
konseling oleh bendahara sekolah
adalah sulitnya pengajuan anggaran
kegiatan layanan dengan dana
tertentu, karena anggaran setiap
kegiatan layanan akan di anggarkan
oleh bendahara sekolah bukan pihak
bimbingan dan konseling.
Evaluasi Unit Organisasi
Organisasi bimbingan dan konseling
terdiri dari berbagai personel yang
memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing-masing. Sugiyo
(2011:32) mengemukakan bahwa
pembagian pekerjaan merupakan
kegiatan dalam membagi beban
kerja kedalam aktivitas-aktivitas
yang secara logis dan
menyenangkan dan dapat dilakukan
oleh anggota organisasi. Pembagian
tugas dalam organisasi bimbingan
dan konseling mengacu kepada
prinsip “the right man on the right
place”. Adanya pengorganisasian
yang tepat, pengaturan petugas
bimbingan dan konseling lebih
sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik pribadinya sehingga
tidak akan terjadi tumpang tindih.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
sudah memiliki struktur organiasi
dan memiliki pembagian tugas yang
spesifik pada masing-masing
pelaksana bimbingan dan konseling.
Selain itu terdapat pula pembagian
tugas antar guru bimbingan dan
konseling sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Dapat
disimpulkan perlunya pemeliharaan
dan peningkatan pola komunikasi
yang sudah terjalin baik dengan
warga sekolah guna memperoleh
keberhasilan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
Evaluasi Sarana Prasarana
Prasarana pokok yang diperlukan
ialah ruang bimbingan dan
konseling yang cukup memadai.
Ruang bimbingan dan konseling
hendaknya dapat menyimpan
segenap perangkat instrumen
bimbingan dan konseling, himpunan
data serta informasi lainnya. Ruang
bimbingan dan konseling juga
hendaknya memuat berbagai
informasi seperti informasi
pendidikan, jabatan, kegiatan
ekstrakurikuler dan sebagainya. Hal
yang harus diperhatikan ruangan
bimbingan dan konseling hendaknya
nyaman, sehingga guru bimbingan
dan konseling betah dan giat untuk
bekerja sebab kenyamanan itu
merupakan modal utama bagi
kesuksesan pelayanan yang
terselenggara. Hal ini didukung
dengan temuan Rahmawati
(2013:132) bahwa sarana prasana
pelayanan bimbingan dan konseling
termasuk faktor non personal
dengan kategori tinggi yang
menghambat pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah. Jumlah
ruang bimbingan dan konseling
disesuaikan dengan kebutuhan jenis
layanan dan jumlah ruangan. Antar
ruangan sebaiknya tidak tembus
pandang. Depdiknas (2007:73)
menyebutkan bahwa jenis ruangan
bimbingan dan konseling yang
diperlukan meliputi: (1) ruang kerja,
(2), ruang administrasi/ data, (3)
ruang konseling individual, (4)
ruang bimbingan dan konseling
kelompok, (5) ruang biblio terapi,
(6) ruang relaksasi/ desensitisasi,
dan (7) ruang tamu.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa ruang bimbingan
dan konseling SMA Negeri 3
Salatiga dalam kondisi cukup
nyaman. Jika dilihat dari ruang
layanan, ruang bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
dapat dikatakan belum lengkap
karena belum memiliki ruang
layanan ruang relaksasi. Kekurangan
lainnya terletak pada pembatas
setiap ruangan konseling kelompok
dan individu yang kurang memadai,
selain itu gabungan antara ruang
tamu dan ruang kerja guru sedikit
tidak layak yang seharusnya ruangan
tersebut terpisah. Kelengkapan
penunjang pelayanan yang dimiliki
oleh SMA Negeri 3 Salatiga sudah
cukup memadai. Namun masih ada
beberapa kelengkapan yang dirasa
perlu untuk ditambah yaitu perlu
ditambah papan pola dan komputer.
Berdasarkan hal tersebut maka sub
komponen sarana prasana
bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga kurang optimal.
Ruang bimbingan dan konseling
SMA Negeri 3 Salatiga hendaknya
perlu direnovasi sesuai dengan
syarat ruangan bimbingan dan
konseling agar tercipta suasana yang
nyaman bagi guru bimbingan dan
konseling maupun siswa yang
memperoleh layanan. Di samping itu
juga diperlukan penataan ruangan
secara tepat agar ruangan dapat
meningkatkan kinerja guru
bimbingan dan konseling.
Evaluasi Pola atau Metode
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa unit bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
masih menggunakan pola 17 plus
dan K13 dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
Penggunaan pola 17 plus dan K13
dalam layanan bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
dikarenakan SMA Negeri 3 Salatiga
masih dalam transisis untuk
menggunakan pola layanan.
Pemilihan pola dalam layanan
bimbingan dan konseling hendaknya
menyesuaikan dengan kurikulum
terbaru agar berjalan selaras dengan
implementasi kurikulum yang
digunakan sekolah. Pada saat ini
sekolah menerapkan kurikulum
2013 yang diatur pada Pasal 1
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 81 A Tahun
2013 tentang Implementasi
Kurikulum menyebutkan
Implementasi kurikulum pada
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA),
dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/MAK) dilakukan secara
bertahap mulai tahun pelajaran
2013/2014.
Evaluasi Komponen Process
Evaluasi Kredibilitas Guru
Bimbingan dan Konseling
Hasil identifikasi pada komponen
input personel bimbingan dan
konseling diketahui bahwa 3 orang
guru berlatar pendidikan S1 BK dan
1 orang guru berlatar belakang
pendidikan S2 psikologi, sedangkan
jika dilihat dari pengalaman bekerja
diketahui 2 orang guru dapat
dikategorikan guru senior dan 2
orang guru dapat dikategorikan guru
junior. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dikatakan bimbingan dan
konseling SMA Negeri 3 Salatiga
sudah memiliki guru bimbingan dan
konseling yang mampu untuk
melaksanakan kegiatan layanan
dalam program bimbingan dan
konseling. Namun, kredibilitas guru
bimbingan dan konseling akan dapat
lebih dipercaya jika didukung
dengan bukti berupa kesanggupan
melaksanakan kegiatan dalam
program bimbingan dan konseling.
Hal ini sejalan dengan kompetensi
profesional yang dijelaskan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi
Konselor. Kredibilitas guru
bimbingan dan konseling ini terkait
dengan kompetensi profesional yang
ditandai dengan penguasaan dan
penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling yang berorientasi
pada kesanggupan dan kemampuan
praktik secara langsung.
Evaluasi Waktu Pelaksanaan
Diketahui bahwa bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 3 Salatiga
memiliki jam masuk kelas dan jam
di luar kelas. Alokasi untuk
bimbingan kelompok tidak
dialokasikan karena dilaksanakan
pada jam istrirahat atau setelah
pulang sekolah. Berdasarkan
implementasi kurikulum 2013,
pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan salah satu bentuk
kegiatan pengembangan diri
sehingga penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling
dapat dilaksanakan di dalam kelas
maupun di luar kelas. Jika dicermati
lebih mendalam, alokasi waktu yang
sudah dijalankan oleh pihak sekolah
dengan peraturan yang ada sudah
cukup sesuai karena di SMA Negeri
3 Salatiga memiliki alokasi waktu
untuk tatap muka atau jam pelajaran
walaupun hanya satu jam pelajaran.
Pada luar jam pelajaran guru
bimbingan dan konseling masih
menyediakan waktu untuk siswa
yang ingin berkonsultasi
permasalahan siswa. Pengamatan
yang didapat peneliti ditempat
menunjukan bahwa guru bimbingan
dan konseling bersedia melakukan
konsultasi di luar jam pelajaran.
Evaluasi Perangkat Layanan
Perangkat layanan yang dimaksud
adalah kelengkapan format satuan
layanan yang berisi prosedur
operasional layanan, bahan materi,
media dan format penilaian layanan.
Pada setiap layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, guru
bimbingan dan konseling dituntut
untuk mempersiapkan RPL
(Rancangan Pelaksanaan Layanan)
dalam bentuk satuan layanan dan
bahan materi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa
perangkat layanan pada program
bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Salatiga dapat dikatakan
sudah sesuai. Bahan materi layanan
yang disiapkan sudah sesuai dengan
hasil identifikasi dan prioritas
kebutuhan dan metode klasikal yang
digunakan.
Evaluasi Pemanfaatan Sumber
Daya Sesuai Kegunaan
Evaluasi pemanfaatan sumber daya
merupakan evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui apakah
penggunaan fasilitas baik berupa
sarana prasarana maupun anggaran
operasional sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Berikut
merupakan hasil evaluasi
pemanfaatan sumber daya: (1)
Sarana Prasarana, guru bimbingan
dan konseling sudah berusaha
menoptimalkan penggunaan sarana
prasarana untuk mendukung
kelancaran layanan bimbingan dan
konseling. (2) Anggaran dana,
berdasarkan data wawancara
anggaran yang disediakan oleh
sekolah sudah dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
Evaluasi Hambatan yang Muncul
Hambatan yang muncul pada saat
pelaksanaan program merupakan
implikasi dari masalah program
pada komponen context dan
kekurangan pada komponen input.
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa hambatan yang muncul
dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Salatiga antara lain: (1)
keterbatasan waktu pelaksanaan
program; (2) terdapat pihak-pihak
yang kurang mendukung layanan;
(3) terlalu disibukan oleh masalah
administrasi; (4) fasilitas yang
belum optimal; (5) banyaknya
layanan yang bersifat insidental
sehingga sering mengganggu
layanan yang sudah terprogram.
Berbagai hambatan tersebut
berdampak kepada kurang
optimalnya pelayanan bimbingan
dan konseling. Melihat berbagai
hambatan pelaksanaan program
yang muncul, dapat dikatakan usaha
penanganan yang dilakukan oleh
bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga sudah cukup baik.
Evaluasi Komponen Product
Evaluasi Hasil Layanan dari
Siswa
Bimbingan dan konseling
merupakan bentuk layanan sub
sitem pendidikan dimana seharusnya
mengacu kepada kepuasan
pelanggan. Seperti yang
dikemukakan Sallis dalam Sugiyo
(2011:46) bahwa sebagai bentuk
layanan harus mendorong semua
anggota stafnya untuk memuaskan
para pelanggan. Oleh karena itu
layanan bimbingan dan konseling
juga harus memuaskan
pelanggannya yaitu siswa.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling SMA
Negeri 3 Salatiga dinilai baik oleh
siswa. Melihat hasil peneltian,
dapat dikatakan jika layanan
bimbingan dan konseling sudah
memenuhi tujuan program
bimbingan dan konseling.
Evaluasi Hasil dengan
Membandingkan Tujuan,
Kebutuhan, dan Komponen Program
Lainnya
Arikunto dan Jabar
(2009:49) program layanan adalah
sebuah kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu sehingga
merasa puas sesuai dengan tujuan
program. Keberhasilan program
bimbingan dan konseling tidak
hanya menuju kepada ketercapaian
tujuan tetapi juga kepada
pemenuhan kebutuhan pelanggan
layanan bimbingan dan konseling.
Jika dikaji dari hasil layanan dengan
tujuan program diketahui bahwa
hasil layanan sudah sesuai dengan
tujuan program bimbingan dan
konseling. Kesesuaian hasil dengan
tujuan tersebut membuktikan bahwa
pelayanan sudah berjalan seperti
yang direncanakan dan
diprogramkan sehingga kebutuhan
dan masalah siswa dipenuhi secara
tepat. Sub komponen hasil layanan
dari siswa yang sudah sesuai
dibandingkan dengan komponen
context, input, process yang
memiliki kategori cukup sesuai,
dapat disimpulkan bahwa hasil
program yang diperoleh sudah
sesuai bahkan lebih dari pelaksanaan
perogram yang sudah dilakukan. Hal
ini berarti bahwa pelaksanaan
program sudah efektif melihat hasil
layanan yang diperoleh, komponen
product memperoleh hasil yang
lebih baik daripada ketiga
komponen lainnya.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian “evaluasi program
bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 3 Salatiga tahun ajaran
2016/2017” yang dilihat dari
beberapa aspek. Diantaranya yaitu:
a Aspek context: sudah
dilakukan evaluasi
identifikasi kebutuhan siswa,
namun identifikasi yang
menggunakan instrumen
belum dilakukan secara
menyeluruh pada siswa.
b Aspek Input: sub komponen
input identifikasi personil,
pola atau metode, anggaran
dana, organisasi sudah sesuai
dengan ketentuan, tetapi
pada identifikasi sarana dan
prasarana masih terdapat
ruangan dan kelengkapan
penunjang layanan yang
kurang memadai.
c Aspek process: dari setiap
sub komponen process,
implementasi program sesuai
dengan prosedur pelaksanaan
program bimbingan dan
konseling walaupun masih
terdapat beberapa hambatan
dalam pelaksanaan program.
d Aspek product: ditinjau dari
pelanggan yaitu siswa, hasil
pelayanan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 3
Salatiga mempunyai dampak
positif karena banyak siswa
yang terbantu dengan
layanan bimbingan
konseling. Selain itu layanan
bimbingan dan konseling di
SMA Negeri 3 Salatiga
sudah memenuhi tujuan
program bimbingan dan
konseling. Kesesuaian hasil
dengan tujuan membuktikan
bahwa pelayanan sudah
berjalan seperti yang
direncanakan dan
diprogramkan. Dapat
diartikan juga bahwa
kebutuhan dan masalah
siswa dipenuhi dengan tepat.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Mashudi, F. (2013). Panduan Evaluassi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling. Jogjakarta: Divapress.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetyo. (2010). Penilaian BK. Parung: Naskah Bahan Ajar BK.
Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta: Rineka Cipta.
R. L Gibson dan Marianne H Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling (Edisi Indonesia-Edisi Ke tujuh). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahmawati, S. (2013). Faktor Determinan Kesenjangan Antara Pprogram Bimbingan Konseling dan pelaksanaannya Di SMP Negeri Se-Kota Semarang Tahun 2011-2012. Jurnal Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Stufflebeam, D. L. (2003). The CIPP Model for Evaluation. The article Presented at 2003 annual conference of the oregon program evaluator Network (OPEN).
Sugiyo. (2012). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Tohirin. (2009). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali.