140
FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT DETERM INANT FAKTORS MOTIVATION PLAYING ZAKAT LUSIANA KANJI PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

FAKTOR – FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

DETERMINANT FAKTORS MOTIVATION PLAYING ZAKAT

LUSIANA KANJI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2011

Page 2: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT
Page 3: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lusiana Kanji

NPM : P3400207002

Program Studi : Akuntansi

Menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa tesis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 11 Agustus 2011

Yang Menyatakan,

Lusiana Kanji

Page 4: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

ABSTRAK

LUSIANA KANJI. Faktor - Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat. (Dibimbing

oleh H. Abd. Hamid Habbe dan Mediaty)

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk : 1) Untuk mengetahui apakah faktor Iman,

Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan, Peran Pemerintah, Peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat berpengaruh terhadap Motivasi Membayar Zakat . 2) untuk mengetahui pakah faktor Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan

atau Pendapatan, Peran Pemerintah, Peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat berpengaruh secara Parsial dan Simultan terhadap Motivasi Membayar Zakat.

Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif dan analisis

regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) faktor ibadah, pengetahuan zakat, harta

kekayaan atau pendapatan, peran ulama dan kredibilitas lembaga amil zakat secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat, sedangkan faktor peran ulama berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

motivasi membayar zakat. Secara simultan faktor ibadah, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama dan kredibilitas lembaga

amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat.

Kata Kunci ; motivasi, zakat, motivasi membayar zakat

Page 5: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

ABSTRACT

Lusiana Kanji. Determinant factors Motivation Paying Zakat Zakat and magnitude of value. (Supervised by H. Abd. Hamid Habbe and Mediaty)

This study aimed to: 1) know the factors of Worship, Zakat Knowledge, Wealth, Role of Government, The Role of Ulama and the Credibility of institutions Amil Zakat influence

of Motivation Paying Zakat, 2) To know the factors of Worship, knowledge, charity, property , the role of government, the role of Ulema and the Credibility of Institutions

influential Partial Amil Zakat and Zakat Simultaneous to the magnitude of value. The method of analysis used the method of descriptive analysis and multiple linear

regression analysis.

The results showed that: 1) factors of worship, knowledge of charity, property or income, the role of scholars and credibility of institutions partially amil zakat has positive and significant impact on motivation to pay zakat, while the factors positively influence

the role of scholars and not significant to the motivation to pay zakat. Simultaneously factors of worship, charity knowledge, wealth or income, the role of government, the role

of scholars and credibility amil zakat institutions have a positive and significant impact on motivation to pay zakat.

Keywords: motivation, motivation to pay zakat

Page 6: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim

“Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa

bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS.At-Taubah, 9 : 103)

“Harta tidak berkurang karena shadekah (zakat) dan shadekah (zakat) tidak diterima dan

penghianatan (cara-cara yang tidak dibenarkan menurut syar’i)” (HR. Muslim)

Segala puji bagi Allah SWT, yang dari pada-Nya aku berlindung berlindung dari

dosa-dosa yang pernah kuperbuat dan dari aku memohon untuk dijauhkan dari rezki

yang haram, dialah yang Maha Adil. Tiada keadilan melainkan berasal dari pada-Nya.

Rasa syukur tiada henti atas anugrah yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis.

Karena dengan petunjuk dan bimbingan-Nya penulis dapat merangkai dan menguak

sebagian kecil ilmu Allah SWT, dalam bentuk tesis dengan judul “Faktor-Faktor

Determinan Motivasi Membayar Zakat” Sholawat serta salam semoga terceruh

kepada Rasulullah Muhammad teladan kami, dan kepada seluruh keluarganya, para

sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa istiqamah dalam menyebarkan

dinul Islam.

Penulisan tesis ini pasa dasarnya adalah merupakan pergulatan panjang antara

Idealisme dan Realisme penulis. Willing (kemampuan) dan Capability

(kemampuan) adalah dua “konsep” yang sering melahirkan pasimisme untuk segera

menyelesaikan tesis ini. Satu tahun bukanlah waktu yang panjang untuk

menyelesaikan tesis yang sederhana ini. Namun dengan bantuan, dorongan,

bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang menjadi “bahan bakar” timbulnya

kembali optimismen penulis.

Sehingga tidak ada perkataan yang pantas untuk menghargainya selain ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya oleh penulis kepada :

1. Prof. Dr. Muhammad Ali,SE.,M.S, Dekan Fak. Ekonomi Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, M.Si, Ak, Ketua Program Studi Akuntansi.

3. Gurunda Dr. H. Abd. Hamid Habbe, SE., M.Si, selaku dosen pembibing dan

penasehat yang dengan tulus dan sabar menyediakan waktu untuk memberikan

bimbingan serta motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Page 7: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

4. Dr. Hj. Mediaty, SE, M.Si, selaku anggota tim penasehat yang telah membimbing

penulis dalam penyelesaian tesis ini dengan baik.

5. Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, SE, M.Si, Dr. H. Alimuddin, MM, Dr. Syarifuddin,

selaku tim penilai yang telah memberikan banyak ilmu, saran-saran yang sangat

membangun sehingga tesis ini bisa selesai dengan baik

6. Ayahanda tersayang Abd. Kadir Kanji, ibunda terkasih Ruhana Siratang, semoga

Allah SWT bisa membalas semua pengorbanannya se lama ini.

7. Suami tercinta Ahmad Maskur, terima kasih atas segala pengertian, perhatian

serta motivasi yang diberikan selama ini, semoga berkah dan hidayah senantiasa

tercurah untuknya. Ketiga putri sholehah ku tersayang, mbak Jihan Fadhillah, adek

Nurul Izzah Shafirah and dede Aufa Balqis Salsabilah, senyum tangisnya pemicu

semangatku.

8. Adik-adikku tersayang, “kesuksesan harus di tempuh dengan ker ja keras,

optimisme dan doa, karena dengan doa itu bisa membuat kita lebih kuat”

9. Teman-teman kuliah, thanks atas kebersamaannya selama ini “kebersamaannya

cukup banyak memberikan pengalaman yang unik atas arti hidup…”

10. Saudara-saudaraku di Partai Keadilan Sejahtera, JAzakillah atas motivasi dan

“doa” yang diberikan kepada penulis, semoga apa yang dicita-citakan dan

diperjuangkan mendapat Ridho dari Allah SWT.

11. Saudara-saudaraku yang Setia dan Teguh dalam penjuangan (Di jalan)-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiyah ini masih jauh dari

contruct sebuah karya ilmiyah yang objektif dan sistematis, oleh karena itu saran dan

kritik selalu penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Dan harapan penulis

semoga karya yang sederhana ini bisa menjadi tambahan ilmu, rujukan bagi pejuang

ekonomi syariah.

Makassar, Agustus 2011

Lusiana kanji

Page 8: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan kepada :

Kedua Orang tuaku, Kasih Tulus doa dan

restumu tumpuan harapanku dan cintaku

Kepada Suami tersayang, keikhlasan dan pengertianmu

Menjadi Semangat dan harapanku

Ketiga putri sholehah ku tersayang, senyum tangismu

Pemicu semangatku

Kepada seluruh Pejuang Ekonomi Islam

Islam adalah system menyeluruh yang menyentuh

Seluruh kehidupan.

Ia adalah Negara dan Tanah Air, Pemerintah dan Ummat,

Akhlaq dan Kekuatan, Kasih Sayang dan Keadilan,

Peradaban dan Perundang-Undangan,

Ilmu dan Peradilan, Pasukan dan Pemikiran,

Sebagaimana ia adalah Aqidah yang lurus dan

ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.

HASAN AL_BANNA

Page 9: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C Tujuan Penelitian 7

D Manfaat Penelitian 7

E Batasan Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A . MOTIVASI 10

1. Pengertian Motivasi 10

2. Teori Motivasi 11

3. Teori Mitivasi dalam Islam 15

4. Teori Kepemilikan 22

5. Motivasi Membayar Zakat 25

B ZAKAT

1. Pengertian Zakat 26

2. Jenis-Jenis zakat 28

3. Tujuan dan Hikmah Zakat 28

4. Mamfaat Zakat 30

5. Kelompok orang-orang yang menerima zakat 32

C Kekayaan dalam Islam 34

D Hasil-Hasil Penelitian terdahulu 45

E Kerangka Pikir 47

F Pengembangan Hipotesis 50

Page 10: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB III METODA PENELITIAN

A Lokasi dan Waktu Penelitian 65

B Metoda Penelitian 65

C Definisi Operasional Variabel 66

D Metoda Pengumpulan data 70

E Jenis dan Sumber Data 71

F Populasi dan Sampel 71 G Uji Validitas dan Reabilitas 72

H Metoda Analisis Data 73

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 76

B. Deskripsi Distribusi Responden 79

C. Analisis Diskripsi Pendapat Responden 79

D. Statistik Diskripsi Keseluruhan Variabel 86

E. Uji Kualitas Data 87

F. Analisis Data Statistika dan Pengujian Hipotesis 88

1. Regresi Linier Berganda 88

2. Pengujian Hipotesis 91

G. Pembahasan Hasil Penelitian 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 108

B. Saran 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X 68

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Y 69

Tabel 3.3 Bobot Nilai Variabel 70

Tabel 4.1 Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuisioner 79

Tabel 4.2 Frekwensi Ibadah 81

Tabel 4.3 Frekwensi Pengetahuan Zakat 82

Tabel 4.4 Frekwensi Harta Kekayaan atau Pendapatan 83

Tabel 4.5 Frekwensi Peran Pemerintah 84

Tabel 4.6 Frekwensi Peran Ulama 85

Tabel 4.7 Frekwensi Kredibilitas Lembaga Amil Zakat 86

Tabel 4.8 Statistika Deskriptif Variabel 86

Tabel 4.9 Uji Validitas 87

Tabel 4.10 Uji reliabilitas Instrumen 88

Tabel 4. 11 Kontribusi Model terhadap Variabel Y1 88

Tabel 4.12 Kemaknaan Koefisien Regresi dan Signifikan Variabel Y1 89

Tabel 4.15 Uji Anova Y1 97

Page 12: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran 50

Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Kota Makassar 77

Page 13: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB 1

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Zakat bukan sesuatu yang baru dalam pandangan orang-orang Islam. Orang-

orang Islam sangat mempercayai dan meyakini bahwa zakat merupakan salah satu dari

pilar agama Islam. Kebanyakan orang Islampun berkeyakinan bahwa zakat mempunyai

peran yang sangat penting dalam pemberdayaan ekonomi umat. Pemberdayaan

ekonomi ummat Islam melalui pelaksanaan Iman zakat masih banyak menemui

hambatan yang bersumber terutama dari kalangan Umat Islam itu sendiri. Kesadaran

pelaksanaan zakat masih belum diikuti dengan tingkat pemahaman yang memadai

tentang Iman yang satu ini, khususnya jika diperbandingkan dengan Iman wajib lainnya

seperti sholat dan puasa. Kurangnya pemahaman tentang jenis harta yang wajib zakat

dan mekanisme pembayaran yang dituntunkan oleh syariat Islam menyebabkan

pelaksanaan Iman zakat menjadi sangat tergantung pada masing-masing individu. Hal

tersebut pada gilirannya mempengaruhi perkembangan institusi zakat, yang

seharusnya memegang peranan penting dalam pembudayaan Iman zakat secara

kolektif agar pelaksanaan Iman zakat menjadi lebih efektf dan efisien. Berdasarkan

kondisi tersebut, maka pemasyarakatan zakat yang dituntunkan oleh syariat islam

perlu ditingkatkan.

Konsep zakat yang ditawarkan Islam menjanjikan dimensi kemaslahatan dan

pengelolaan potensi sumber daya ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan

transformatif dalam pengembangan ekonomi Islam melalui gerakan zakat sebagai

Page 14: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

gerakan ekonomi yang berlandaskan syariah Islam, merupakan aktualisasi operasional

ekonomi Islam dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Zakat merupakan wujud

pilar perekonomian Islam dalam menjalankan fungsinya untuk mengelola dan

menyalurkan dana umat kepada orang-orang yang berhak.

Zakat sebagai salah satu konsepsi dari ajaran Al-Qur‟an salah satu dari rukun

Islam berdimensi sangat luas dan kompleksitas yang mengandung nilai-nilai azasi

sebagai kebutuhan dasar manusia dalam pengembangan kehidupan individu dan

masyarakat, aspek pemberdayaan ekonomi, aspek pengembangan sumber daya

manusia, aspek social, aspek moral, aspek Iman dan spiritual, berdimensi dunia dan

akhirat. Konsepsi ekonomi Islam yang berdasarkan syariah telah diperkenalkan lebih

dari empat belas abad yang lalu, namun dalam perjalannya sejarah umat manusia

konsepsi ekonomi berdasarkan syariah Islam belum menyentuh kepada substansi

kehidupan ekonomi dalam masyarakat.

Wajib zakat (muzakki) baik sebagai lembaga atau perorangan, merupakan

sumber kekayaan yang besar bagi umat. Dana zakat diambil dari harta orang yang

berkelebihan dan disalurkan kepada orang-orang yang kekurangan, namun zakat tidak

dimaksudkan memiskinkan orang kaya. Hal ini disebabkan zakat diambil dari sebagian

kecil hartanya dengan beberapa criteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh

karena itu, dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya dapat

disalurkan kepada kelompok masyarakat tertentu. Apabila dalam menunaikan

kewajiban berzakat para wajib zakat (muzakki) memiliki pengetahuan mendalam

tentang hakekat dan hikmah berzakat, motivasi keimanan, motivasi ketaqwaan,

Page 15: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

motivasi kesyukuran dan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap keberadaan Badan

Amil zakat dan Lembaga Amil Zakat.

Permasalahan yang sering muncul ditengah masyarakat kita adalah kepada

siapa zakat harus diberikan. Lebih utama disalurkan langsung oleh muzakki kepada

mustahiq, atau sebaliknya melalui amil zakat. Jika disalurkan kepada mustahiq,

memang ada perasaan tenang karena menyaksikan secara langsung zakatnya tersebut

telah disalurkan kepada mereka yang dianggap berhak menerimanya. Tapi terkadang

penyaluran langsung yang dilakukan oleh muzakki tidak mengenai sasaran yang tepat.

Terkadang orang sudah merasa menyalurkan zakat kepada mustahiq, padahal ternyata

yang menerima bukan mustahiq yang sesungguhnya, hanya karena kedekatan emosi

maka ia memberikan zakat kepadanya. Misalnya disalurkan kepada kerabatnya sendiri,

yang menurut anggapannya sudah temasuk kategori mustahiq, padahal jika

dibandingkan dengan orang yang berada dilingkungan sekitarnya, masih banyak orang-

orang yang lebih berhak untuk menerimanya sebab lebih fakir, lebih miskin, dan lebih

menderita dibanding dengan kerabatnya tersebut.

Masalah ini harus diantisipasi dan diatasi agar pengelolaan zakat terlaksana

dengan baik. Pengelolaan dana zakat melalui lembaga telah dicontohkan oleh rasul dan

para sahabat. Didalam sejarah Islam terdapat fakta-fakta sejarah yang menunjukkan

bahwa pengelolaan zakat oleh negara bukanlah hal yang baru, bahkan negara memiliki

peran yang sangat penting dalam mengelola zakat. Sebagai contoh pada zaman Uman

bin Khattab, Gubernur Yaman Muadz bin Jalal sampai harus mengirim zakat ke

Madinah karena pada waktu itu di Yaman tidak ada lagi orang miskin. Dan pada zaman

Umar Bin Abdul Aziz, amil zakat harus kepedalam Afrika untuk mencari penerima zakat,

Page 16: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

namun juga mereka tidak temukan. Kedua contoh tersebut adalah bukti bagaimana

zakat dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat tentu menginginkan kesejahteraan seperti zaman Umar Bin Khattab dan

Zaman Umar bin Abdul Azis. Bukan tidak mungkin di Indonesia apabila masyarakat

yang mampu untuk berzakat telah memahami manfaat zakat, dan zakat itupun dikelola

dengan baik dan jatuh ketangan orangan yang berhak menerimanya, maka

masyarakat akan merasakan keadilan dan kesejahteraan sosial ekonomi yang

didambakan. Solusi Islam yang berproyeksi keumatan (jama‟i) untuk mengatasi

kemiskinan melalui proses redistribusi kekayaan melalui zakat. Jadi sesungguhnya

sejak awal al-Qur‟an telah menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan

dan ketimpangan pembagian pendapatan dengan memasukkan kegiatan zakat sebagai

salah satu rukun Islam. Dilihat dari perpektif ekonomi, bahkan para ekonomi Islam

memposisikan zakat sebagai variable penting di dalam system ekonomi Islam di

samping penghapusan praktik ribawi, dan diyakini bahwa hanya dengan system itulah

persolan kemiskinan dapat terselesaikan.

Salah satu indikator keberhasilan dari pengelolaan zakat adalah besarnya nilai

zakat yang terserap. Masalah yang sering muncul adalah perolehan zakat ya ng masih

sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah tingkat pendapatan yang dimiliki masih

dirasasakan masih sangta rendah oleh seseorang yang seharusnya telah tergolong

sebagai wajib zakat, walaupun sudah mencapai haul-nya, sehingga keinginan unutk

mengeluarkan zakat masih rendah. Oleh karena itu, tingkat pendapatan juga menjadi

faktor pendorong seorang muzakki dalam mengeluarkan atau bahkan meningkatkan

penyaluran zakatnya. Memang jika melihat kenyataan yang ada, masih banyak potensi

Page 17: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

zakat yang belum tergali. Didin Hafiduddin (2010) dalam acara yang bertajuk “Dari

Konferensi Zakat Beirut Menuju Penerapan Sistem Zakat Secara Kaffah di Indonesia”

beliau menjelaskan bahwa, hasil penelitian BAZNAZ, tak kurang 20 triliun rupiah dana

zakat bisa dikumpulkan per tahunnya. Oleh karena itu peraturan mengenai zakat ini

mutlak diperlukan, selain karena potensinya yang begitu besar, secara empiris

mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat Islam. Lebih dari itu, dari sisi kemudahan

dan kejelasan, ketentuan zakat jauh lebih mudah dan efektif.

Pengelolaan zakat juga harus disusun secara terencana dan memenuhi

persayaratan akuntabilitas oleh lembaga amil zakat sehingga muzakki tidak perlu

khawatir bahwa zakat yang disalurkan kepada pihak yang salah. Hal ini juga telah

didukung oleh ED PSAK No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/shadaqah.

Kelahiran UU Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat cukup mampu

meniupkan angin segar dalam dunia perzakatan di Indonesia, namun regulasi

pemerintah berupa PP (Peraturan Pemerintah) yang mengurai tentang pelaksanaan

teknis dari Undang-Undang tersebut sampai saat ini belum juga di tetapkan. Sehingga

apa yang terjadi Pelaksanaan undang-undang tersebut menjadi timpang. Disisi lain

tingkat kepercayaan (trust) masyarakat pada badan atau institusi pemerintah dan

pengelola zakat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh belum adanya standar

profesionalisme baku yang menjadi tolak ukur bagi badan atau lembaga pemerintah

dan pengelola zakat di Indonesia, sehingga efektifitas penerapan ketentuan undang-

undang tersebut masih bersifat setengah hati dalam menjalankannya. Salah satu

indikasi penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari kalangan aparatur negara untuk

menciptakan iklim zakat yang kondusif ditengah aktivitas perekonomian Indonesia.

Page 18: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Berdasarkan surver penulis, bahwa potensi zakat yang ada di sulawesi selatan

cukup besar, namun belum tergali secara maksimal, dan hal itu di sebabkan oleh

beberapa factor yaitu : pertama, masih rendahnyap pemahaman dan kesadaran umat

Islam tentang kewajiban zakat. Kedua, rendahnya minat masyarakat untuk

menyetorkan zakatnya kepada institusi pemerintah dan pengelola zakat, dan diantara

mereka ada yang lebih senang menyetorkan zakatnya langsung kepada mereka yang

berhak. Ketiga, masih belum efektifnya UU zakat dan Peraturan Daerah (PERDA)

tentang zakat mendorong peningkatan mobilitas zakat melalui institusi pemerintah dan

pengelola zakat. Dengan melihat begitu besarnya potensi zakat yang belum tergali

secara maksimal. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis

menuangkan konsepsi-konsepsi diatas dalam bentuk karya ilmiyah sebagai dasar

penelitian tesis dengan judul penelitian :

“Faktor-Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat”

B. Rumusan Masalah

Masalah yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan,

Peran Pemerintah, Peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

berpengaruh terhadap Motivasi Membayar Zakat ?

2. Apakah faktor Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan,

Peran Pemerintah, Peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

berpengaruh secara Parsial dan Simultan terhadap Motivasi Membayar Zakat ?

C. Tujuan Penelitian

Page 19: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Melihat begitu besarnya potensi zakat di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota

Makassar, yang belum tergali dengan maksimal. Dan masih kurangnya penelitian

dalam bidang zakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui faktor Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan, Peran

Pemerintah, Peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat berpengaruh

terhadap Motivasi Membayar Zakat

2. Untuk mengetahui faktor Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan, peran

pemerintah, peran Ulama dan Kredibilitas Lembaga Amil Zakat berpengaruh

secara Parsial dan Simultan terhadap motivasi membayar zakat.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Secara Akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

akademik untuk penguatan dan pengembangan teori-teori keilmuan dalam kajian

ilmu agama islam terutama kajian zakat sebagai salah satu pilar pengembangan

ekonomi islam dan diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi negara dalam

hal ini pemerintah agar memaksimalkan pengelolaan zakat

2. Pada tataran praktek khususnya pada institusi pengolaan zakat diharapkan

dapat memberikan ide, pemikiran, gagasan dan konsep terutama pada Lembaga

Pengelolaan Zakat

3. Pada aspek kemasyrakatan, hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi

nyata berupa sumbangan ide, pemikiran dan tindakan dalam upaya mendorong

Page 20: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

motivasi gerakan sadar zakat menuju terwujudnya kesejahteraan ekonomi

masyarakat

4. Diharapkan zakat betul-betul dapat menjadi problem solving dalam

menanggulangi kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.

E. Batasan Penelitian

Penulis memberikan batasan dalam penelitian ini dengan melakukan penelitian

pada Lembaga Amil Zakat Kota Makassar, dan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah muzakki yang terdaftar dilembaga amil zakat kota Makassar. Kemudian dari

sekian banyak variabel yang mempengaruhi motivasi muzakki dalam membayar zakat,

ada enam variabel independen yang penulis teliti yaitu : faktor iman, pengetahuan

zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama, dan

kredibilitas lembaga amil zakat yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap variabel

dependen yaitu motivasi membayar zakat.

Iman merupakan tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan

sesuatu dengan berharap ridho dan berkah dari Allah Swt. Pengetahuan zakat adalah

pengetahuan masyarakat tentang zakat, tujuan dan manfaat zakat, dampak yang akan

diperoleh dari membayar zakat hingga melahirkan budaya berzakat sebagai suatu

kewajiban yang harus ditunailkan. Harta kekayaan atau pendapatan merupakan jumlah

penghasilan yang diperoleh dan dimiliki. Peran pemerintah dimaksud adalah

pemerintah pusat atau daerah yang mempunyai peran untuk memberikan sosialisasi,

perlindungan serta pengawasan terhadap pengelolaan dana zakat, peran ulama yang

dimaksud adalah tokoh masyarakat dan kaum cendikia yang beperan untuk

memberikan sosialisasi atau pencerahan kepada masyarakat tentang kewajiban

Page 21: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

membayar zakat, dan kredibilitas lembaga amil zakat terkait dengan tingkat

kepercayaan lembaga amil zakat dalam mengelola dana zakat. Motivasi membayar

zakat yang dimaksud terkait dengan dorongan keyakinan yang datang dalam diri

seseorang untuk membayar zakat dilandasi oleh keimanan dan kesyukuran

kepada Allah SWT.

Page 22: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Abraham Sperling (dalam Mangkunegara, 2001 : 68) mengemukakan

bahwa motivasi itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai

dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Menurut Nawawi

(2001:351), bahwa kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang

berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian

motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang

melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.

Bernard Berendoom dan Gary A. Stainer (dalam Sedarmayanti, 2002 : 66)

Motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut : “kondisi mental yang mendorong aktivitas

dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi

kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan”. Sedarmayanti (2002 : 66), motivasi

dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang

berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu. Abdul Malik dalam

Bukhari (2009) motivasi adalah suatu keadaan psikologis tertentu dalam diri seseorang

untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan Winardi dalam (2002 : 6) motivasi

adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang yang dapat

dikembangkan sendiri atau dikembangkan sejumlah kekuatan luar yang pada intinya

Page 23: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

berkitar sekitar imbalan moneter yang dapat mempengaruhi hasil kerja positif dan

positif, hal mana tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi bersangkutan.

Feldmen dalam Hamzah (2009 : 17) motivasi adalah energy dalam diri

seseorang yang ditandai oleh feeling dan didahului oleh tanggapan terhadap tujuan.

Selanjutnya dikemukakan bahwa motivasi ini mengandung tiga elemen penting yaitu :

(a) motivasi mengawali perubahan enegi pada setiap individu karena menyangkut

perubahan energi manusia, penampakannya akan menyangkut penampakan fisik, (b)

motivasi ditandai oleh adanya rasa atau efeksi seseorang, (c) motivasi akan

terangsang karena adanya tujuan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah keseluruhan daya penggerak atau pendorong yang menimbulkan adanya

keinginan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Tidak ada motivasi jika tidak dirasakan

adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal

termaksud akan menumbuhkan tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan

merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian

keseimbangan.

2. Teori Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu

kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik)

maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Teori motivasi menurut para ahli dalam

Akhmad Sudrajat (2008) :

Page 24: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

a) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori motivasi yang

dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat

bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1)

kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan

sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan

tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang

(love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya

tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self

actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk

mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi

kemampuan nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila

berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai

hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : (1) Kebutuhan yang satu

saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;

(b) Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa

bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam

pemuasannya, (c) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh”

dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat

sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori

kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan

mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada

kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

Page 25: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

b. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Dari McClelland dikenal

tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement

(N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan

kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Ahmad

Sudrajat merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :

“Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,

memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide

melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin,

sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.

Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan

dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara

berhasil”. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high

achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan

tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di

mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan

karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan

umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan

mereka yang berprestasi rendah.

c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG), Teori Alderfer dikenal dengan akronim

“ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari

tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness

(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan

akan pertumbuhan).

Page 26: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama,

secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang

dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan

identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness”

senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow

dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut

Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan

manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer

disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : (1) Makin tidak terpenuhinya suatu

kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; (2)

Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar

apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; (3) Sebaliknya, semakin

sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan

untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. Tampaknya pandangan ini

didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari

keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang

dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang

mungkin dicapainya.

d. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Ilmuwan ketiga yang diakui telah

memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang

dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor

motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang

dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang

Page 27: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang

dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang

sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan

perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang

tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang,

keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan

pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan

mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang

individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya,

teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, la kerja dan sistem imbalan

yang berlaku.

3. Teori Motivasi Dalam Islam

Dalam banyak hal yang dapat memotivasi seseorang untuk beraktifitas, karena

motivasi materi, kedudukan, pangkat, jabatan, status social dan sebagainya. Namun

kesemua motivasi itu sangat dangkal dan terbatas. Tetapi jika yang menjadi motor

penggerak motivasi adalah nilai spiritual (agama), maka pengaruhnya sangat dalam

dan tidak terbatas.

Setidaknya dalam literatul Barat dikenal beberapa tokoh mengembangkan teori

motivasi, salah satunya Abraham Maslow, salah satu tokoh besar yang

mengembangkan teori motivasi kebutuhannya. Sebelum wafat, Abraham Maslow

menunjukkan penyesalannya. Teori motivasi yang digagasnya itu seharusnya perlu

direvisi. Menurut yang ditulis Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Abdul Hamid Mursi

(2009), hierarki Kebutuhan yang digagasnya mestinya perlu dibalik. Maslow menyesal

Page 28: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

karena teori yang sebenarnya dimaksud untuk memaparkan problema masyarakat saat

itu, mengilhami orang-orang tertentu untuk menjadi tamak dan terus-terusan

memikirkan kebutuhan fisiknya, kebutuhan ragawinya. Di sisi lain, seperti yang kerap

kita dengar, teori ini juga banyak “dimanfaatkan” oleh orang -orang malas untuk

menjustifikasi kemalasannya dengan alasan kebutuhan fisik. Menurut Stephen R

Covey, dalam bukunya First Thing First (1994) kebutuhan aktualisasi yang paling tinggi

bukan lagi aktualisasi diri tapi masih ada kebutuhan yang lebih tinggi lagi yaitu Self

Transdence atau kebutuhan spiritual.

Dalam Islam teori ini tidak lahir secara induktif sebagaiman terjadi dibarat,

melainkan Islam secara langsung mengajarkan adanya teori ini melalui isyarat-isyarat

syariah, baik dalam Al-quran maupun sunnah. Konsep motivasi dapat dilihat dalam

uraian al-Qur‟an Surah Ar-Rad (13) : 11 yang artinya :

“… Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaanya…”

Selanjutnya dapat dilihat dalam Surat Al-Qashash (28) : 77 yang artinya :

“Dan berusahalah mendapatkan segala yang telah Allah berikan kepadamu mengenai tempat tinggalmu di akhirat, dan janganlah kamu melupakan nasib hidupmu

di dunia, dan berbuatlah kebaikan sebagimana Allah telah berbuat kebaikan kepadamu”

Pada ayat tersebut diatas dapat dipahami bahwa keadaan suatu kaum adalah

bentuk lahiriah dari masyarakat, sedangkan apa yang terdapat dalam dirinya adalah

motivasi atau pandangan hidup atau tekadnya. Apabila motivasi atau pandangan hidup

terbatas maka gerak dan tujuannyapun terbatas. Pandangan dan tujuan hidup yang

akan ingin dicapai dan arah itulah yang menentukan gerak langkah seorang ataupun

masyarakat

Page 29: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Suatu tesis baru tentang teori motivasi Islam adalah teori motivasi yang

dikemukakan Al Ghazali. Karya keilmuan Al Ghazali dapat dikonstruksikan sebagai

sebuah proses teorisasi ilmu yang memiliki karakter ilmiah, bukan sebagai wacana

agama, etika dan tasawuf belaka, karena karya-karya Al Ghazali bisa diinterpretasikan

dan diaktualkan untuk kepentingan yang lebih luas. Hal demikian termasuk dalam

kepentingan manajemen, khususnya ketika memahami teori motivasi dalam

manajemen sumber daya manusia. Al-Gazali atau Imam Gazali adalah bernama Abu

Hamid Al Ghazali (1085-1111 M) adalah salah seorang ilmuwan muslim yang

termasyhur sebagai tokoh muslim dari kelompok Ahlu Sunnah, yang juga dikenal

sebagai Hujjatul Islam. Salah satu karya utamanya adalah Ihya „Ulumuddin. Imam Al

Ghazali memandang proses pemotivasian seseorang sehingga mampu meningkatkan

prestasi kerjanya. Perspektif Al Ghazali dalam motivasi didasarkan pada bukunya Ihya

Ulumuddin, khususnya dalam rubu (bagian) khauf wa raja‟ (takut dan harap). Harap-

takut ini bagi Al Ghazali memiliki dua manfaat yaitu: (1) sebagai daya dorong untuk

melakukan perjalanan dan perkembangan mental spiritual sehingga memiliki prestasi

yang terpuji, (2) menjadi kontrol atau pisau kritis terhadap perjalanan spiritual atau

mental. Implikasinya, yang mendorong kita untuk maju adalah adanya rasa harap untuk

membuat kita lebih giat beramal kebajikan dan rasa khauf yang membuat kita untuk

tidak melakukan perbuatan yang tidak produktif. Di sinilah tampak urgensi peran khauf

dan raja‟ sebagai motif dasar dalam menggerakkan prilaku manusia dimuka bumi.

Miftah faridl (2009) berpendapat bahwa niat bisa diartikan dengan motif, karena

pengertian niat ada dua pengertian yaitu getaran batin untuk menentukan jenis

perbuatan Iman seperti sholat, puasa, membayar zakat dan lain-lain. Niat yang kedua

Page 30: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dalam arti tujuan adalah maksud dari sesuatu perbuatan (motif). Sahlan (2009) Niat

dalam pengertian motif mempunyai dua fungsi : (1) Menentukan nilai hukum (wajib,

sunat , makruh dan haram) , yaitu untuk sesuatu amal yang tidak ditentukan secara

tegas hukumnya dalam Al-Quran dan as-Sunah (2) Menentukan kualitas pahala dari

sesuatu perbuatan-perbuatan yang tertinggi ikhlas dan perbuatan terendah riya. Ketika

motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan keikhlasan maka hal ini sangat

sulit diukur, namun yang perlu digaris bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika

motivasi itu dibahas dan dibicarakan maka ada persamaannya yaitu sama–sama sulit

diklaim secara mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya.

Menurut Asep Ridrid Karana (2007) kata niat jika disejajarkan lebih tinggi

daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat pada Allah.

Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang

sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive)

atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa Inggris intention diartikan niat dan motivation

dengan motivasi namun dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan.

Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk berIman pada Allah, Semua aspek

kehidupan bisa bernilai Iman ketika diniatkan karena Allah. Memurnikan niat karena

Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas. Maksud niat disini adalah

pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya.

Maksud pendorong adalah penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal.

Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam.

Abdul Hamid Mursi (2009) menerangkan motivasi dalam perspektif Islam

sebagai berikut :

Page 31: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

1) Motivasi fisiologis

Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan

fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan

hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan

adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia unutk menjaga

keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu lenyap maka timbul

motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan

keseimbangan tubuh seperti semula.

a. Motivasi Menjaga Diri. Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-

Quran tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi

menjaga individu dan kelangsungan hidupnya. MIsalnya lapar, dahaga,

bernapas dan rasa sakit. Secara tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121

tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari,

cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa. Sebagian ayat al-Qur‟an

menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan

takut dalam kehidupan.

b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis. Allah menciptakan motivasi-

motivasi dasar yang merangsang manusia untuk menjaga diri yang

mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi seksual dan

rasa keibuan. Motivasi seksual merupakan dasar pembentukan keluarga dan

dalam penciptaan kaum wanita Allah menganugerahi motivasi dasar untuk

melakukan misi penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran

Page 32: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat

anaknya.

2) Motivasi Psikologis atau Sosial

a. Motivasi Kepemilikan. Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis

yang dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di dalam fase

pertumbuhan, berkembang kecenderungan individu untuk memiliki,

berusaha mengakumulasi harta yang dapat memenuhi kebutuhan dan

jaminan keamanan hingga masa yang akan datang. Urutan pemuasan

kebutuhan tersebut sebagai berikut : (1) Kebutuhan pangan dan papan (2)

Kebutuhan kesehatan dan pendidikan (3) Kebutuhan bagi kelengkapan

hidup (4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh social

b. Motivasi Berkompetensi. Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan

dorongan psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan

kultur yang tumbuh di dalamnya. Manusia biasa berkompetensi dalam

ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial dan sebagainya. Al-Quran

menganjurkan manusia agar berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh,

berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj Ilahi

dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia sehingga

memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT.

c. Motivasi Kerja. Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada

sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan

orang mau bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan merealisasikan

apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar

Page 33: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang

menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia

menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang

dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit.

3) Motivasi Spiritual

a. Motivasi Aqidah. Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan

motivasi aqidah, Iman dan motivasi muamalat. Motivasi akidah adalah

keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang dimaksud dengan

akidah Islam adalah rukum iman. Iman menurut hadist merupakan

pengikraran yang bertolak dari hati, pengucapan dengan lisan dan aplikasi

dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan

dari dalam yang muncul akibat kekuatan tersebut. Ketiga unsur ini dilibatkan

karena pada waktu bekerja terlibat secara nyata sehari-hari. Ketika

seseorang menghadirkan dimensi keyakinan akidahnya ke dalam

kehidupannya, sering terjadi pengalaman batin yang sangat individual dan

yakin dapat meningkatkan energi spiritual unutk meningkatkan kinerja.

b. Motivasi Iman. Kaidah Iman dalam arti khas (qoidah “ubudiyah) yaitu tata

aturan i lahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan

Tuhannya yang tata caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur‟an

dan Sunnah Rasul. Iman adalah suatu perbuatan yang tidak pernah

dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat dan puasa

itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Iman bertitik tolak

dari aqidah, jika Iman diibaratkan akar maka Iman adalah pohonnya. Jika

Page 34: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

ibdah masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari Iman

adalah mu‟amalah.

c. Motivasi Muamalah. Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan

ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan

manusia dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur

kebutuhan primer, dan sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja.

Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang tidak untuk

meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai pemborosan dan

pemusnahan sumber daya. Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari

muamalah yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang

muslim menuju tercapainya rahmatan lil‟alamin. Motivasi muamalah adalah

dorongan kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang

dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan

kinerja yang religious.

4. Teori Kepemilikan

Hak milik (kepemilikan) adalah hubungan antara manusia dengan harta yang

ditetapkan syara', dimana manusia memiliki kewenangan khusus untuk melakukan

transaksi terhadap harta tersebut, sepanjang tidak ditemukan hal yang melarangnya.

Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia, baik berupa harta benda

(dzat) atau nilai manfaat. Dengan demikian, dapat dipahami pernyataan Hanafiyah

yang mengatakan bahwa manfaat dan hak merupakan kepemilikan, bukan merupakan

harta.

Page 35: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Secara bahasa, kepemilikan bermakna pemilikan atas manusia atas suatu harta

dan kewenangan untuk bertransaksi secara bebas terhadapnya. Menurut istilah ulama

fiqh, kepemilikan adalah keistimewaan atas suatu benda yang menghalangi pihak lain

bertindak atasnyadan memungkinkan pemiliknya untuk bertransaksi secara langsung di

atasnya selama tidak ada halangan syara'. (Zuhaili, 2008). Ketika seseorang telah

memiliki harta benda dengan jalan yang dibenarkan syara', maka ia memiliki

kewenangan khusus atasnya. Ia memiliki kekhususan untuk mengambil manfaat atau

bertransaksi atasnya sepanjang tidak ada halangan syara' yang mencegahnya, seperti

gila, safih , anak kecil, dan lainnya. Keistimewaan itu juga bisa mencegah orang lain

untk memenfaatkan atau bertransaksi atas kepemilikan harta tersebut, kecuali terdapat

aturan syara' yang memperbolehkannya, seperti adanya akad wakalah.

Secara asal, harta benda boleh dimiliki. Namun, terdapat beberapa kondisi yang

dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan dan manfaat publk (fasiliyas umum) seperti

jalan umum, jembatan, benteng, sungai, laut, museum, perpustakaan umum, dan

lainnya. Harta ini tidak dapat diprivatisasi dan dimliki oleh individu, namun ia harus tetap

menjad aset publik untuk dimanfaatkan bersama. Jika harta tersebut sudah tidak

dikonsumsi oleh publik, maka harta tersebut kembali kepadas asalnya, yakni bisa

dimiliki oleh individu. Selain itu, ada juga harta yang tidak bisa dimilii kecuali dibenarkan

oleh syara'. Seperti harta yang diwakafkan dan aset-aset baitul maal. Harta wakaf tidak

boleh diperjual-belikan atau dihibahka, kecuali telah rusak atau biaya perawatannya

lebih mahal dari pada penghasilan yang didapatkan. Dalam konteks ini, mahkamah

(pengadilan/pemerintahan) boleh memberikan izin untuk mentransaksikan harta benda

tersebut. Begitu juga dengan aset-aset baitul maal atau aset pemerintahan. Aset ini

Page 36: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

tidak boleh di diperjualbelikan (privatisasi) kecuali ada ketetapan pemerintah yang

dilatar belakangiadanya dlarurat atau kemaslahatan yang mendesak. Aset pemerintah

layaknya harta anak yatim yang tidak boleh ditransaksikan kecuali terdapat kebutuhan

dan kemaslahatan yang mendesak. Ada juga harta yang bisa dimiliki dengan mutlak

tanpa batasan, yakni selain kedua harta tersebut.

Dilihat dari unsur harta (benda dan manfaat), kepemilikan dapat dibedakan

menjadi milk tamm dan milk al-naqish. Milk tamm adalah kepemilikan atas benda

seka;igus atas manfaatnya, pemilik memiliki hak mutlak atas kepemilikan ini tanpa

dibatasi dengan waktu. Selain itu, kepemilikan ini tidak bisa digugurkan kecuali dengan

jalan yang dibenarkan syara', seperti jual beli, mekanisme hukum waris, ataupun

wasiat. Dalam milk al tamm, pemilik memiliki kewenangan mutlak atas harta yang

dimiliki. Ia bebas melakukan transaksi, investasi atau hal lainnya, seperti jual beli,

hibah, waqf, wasiat, i'arah, ijarah, dan lainnyakarena ia memilikidzat harta benda

sekaligus manfaatnya. Jika ia merusak harta yang dimiliki, maka tidak berkewajiban

untuk menggantina. Akan tetapi, dari sisi agama, ia bisa mendapatkan sanksi, karena

merusak harta benda haram hukumnya. Sedangkan milk al naqish (kepemilikan tidak

sempurna) adalahkepemilikan atas salah satu unsur harta benda saja. Bisa berupa

kepemilikian atas manfaat tanpa memiliki bendanya, atau kepemilikan atas bendanya

tanpa disertai pemilikan manfaatnya. (Zuhaili, 2008)

Page 37: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

5. Motivasi Membayar Zakat

Berdasarkan beberapa defenisi dan teori tentang Motivasi . Motivasi membayar

zakat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang dengan penuh kesadaran

untuk mengeluarkan kekayaan wajib zakatnya yang dilandasi oleh motivasi keimanan,

motivasi ketaqwaan dan motivasi kesyukuran kepada Allah SWT.

Hasanuri (2010:59) mengatakan bahwa seseorang termotivasi untuk membayar

zakat karena :

a. Membayar zakat merupakan simbol dari keimanan seseorang, sebagaima na yang

ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Annisa (4:162)

b. Membayar zakat adalah merupakan symbol ketaqwaan, karena didalam surat Al-

Baqarah (2:2-3) bahwa tanda-tanda orang bertaqwa itu adalah orang yang

senantiasa mengeluarkan zakat dan sedaqah yang telah dianugrahkan Allah SWT

kepada mereka,

c. Membayar zakat adalah merupakan symbol kebersihan dan kesucian jiwa ,

sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 103.

Bukhari (2009) dalam tesisnya berkesimpulan bahwa motivasi seseorang

membayar zakat didasari karena panggilan keimanan dan ketaqwaan, tanpa kesadaran

iman dan taqwa seseorang cenderung enggan untuk membayar zakat, karena

dorongan nafsu kepemilikan terhadap harta kekayaan mereka, seringkali mendominasi

dari manusia untuk memilikinya.

Mohd Ali, dkk (2004) hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor keimanan dan

pengetahuan tentang zakat mempengaruhi muzakki dalam membayar zakat, semakin

Page 38: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

tinggi tingkat keimanan dan pengetahuan zakat individu muslim akan lebih cenderung

untuk membayar zakat.

Berdasarkan dari pengertian diatas penulis berkesimpulan bahwa motivasi

membayar zakat dapat diartikan sebagai dorongan yang datang dari diri seseorang

dengan penuh kesadaran untuk mengeluarkan kekayaan wajib zakatnya, sebagai suatu

kewajiban yang dilandasi oleh motivasi keimanan, motivasi ketakwaan, motivasi

kesyukuran kepada Allah SWT.

B. Zakat

1. Pengertian Zakat

Zakat berasal dari asal kata zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan

berkembang. Adapun menurut istilah syariat, zakat adalah harta yang wajib di

keluarkan kepada orang yang berhak menerimanya yang telah memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan. Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah

satu unsur pokok bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah

wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat

termasuk dalam kategori Iman, seperti: shalat, haji, dan puasa yang telah diatur secara

rinci dan paten berdasarkan Al-Qur‟an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal

sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan

perkembangan ummat manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan zakat mendefinisikan bahwa :

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang

dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.

Page 39: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Nuruddin dalam bukunya Teori Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan

Fiskal (2006: 7), mendefinisikan bahwa :

Zakat adalah sebagian harta yang te lah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat yang berwenang, kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai

dengan kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan untukmemenuhikebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan oleh Al-Qur‟anserta menurut tuntutan

politik bagi keuangan Islam Arief Mufraini dalam bukunya Akuntansi dan Manajemen Zakat (2008 : 18 )

mendefinikan bahwa :

Zakat adalah Pemindahan hak milik atas bagian tertentu dari harta tertentukepada orang yang berhak menerimanya dari golongan tertentu pula

dengan maksud untuk mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan mensucikan jiwa, harta dan masyarakat

Ash-Shiddieq dalam bukunya Al- Islam (2000 : 85) mendefinisikan bahwa :

Zakat adalah mengeluarkan sebagaian harta baik berupa benda maupunberupa

tumbuh-tumbuhan menurut kadar yang telah ditentukan syara‟ untuk diberikan kepada yang telah ditetapkan agama, dimasa-masa yang sudah tertentu, untuk mewujudkan masyarakat yang sosialis

Dari berbagai definisi diatas dapatlah dipahami bahwa zakat merupakan suatu

kewajiban bagi umat Islam atau badan yang dimiliki umat Islam dengan cara

menyisihkan hartanya untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya. Dalam pelaksanaan zakat ada beberapa unsur yang harus terpenuhi,

yaitu muzakki, amil dan mustahiq. Wahbah Al-Zuhayly, dalam Muhammad Hasbi

(2006: 6) mengatakan bahwa rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab

(harta) dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik

orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepadanya

Page 40: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni iman atau orang yang bertugas

untuk memungut zakat.

Zakat disamping dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan

dalam syariat Islam, juga dimaksudkan sebagai upaya menaggulangi kemiskinan

dengan pemerataan kesejahteraan dikalangan umat Islam. Karena itu selain zakat

bernilai Iman disisi Allah SWT dengan imbalan mendapatkan pahala dari-Nya, dan

melepaskan seseorang dari perbuatan dosa, juga mempunyai hikmah lain baik

terhadap diri pemberi zakat, terhadap harta yang dizakati maupun terhadap penerima

zakat.

Zakat sebagai kekuatan aktual umat Islam perlu dikelola dengan sistem

manajemen yang baik, seperti manajeman yang dipergunakan dalam bidang

perekonomian masyarakat lainnya, dan sistem informasi menjadi sangat penting, yaitu

informasi tentang masyarakat zakat, informasi wajib zakat, informasi sarana penyaluran

dan pemanfaatan zakat, informasi kegiatan ekonomi produktif, merupakan informasi

yang sangat penting dalam penyelenggraan kegiatan perzakatan secara

profesionalisme dan terkendali.

2. Jenis-jenis Zakat

Zakat terbagi atas dua tipe yakni: (1) Zakat Fitrah adalah Zakat yang wajib

dikeluarkan menjelang pada bulan Ramadhan oleh setiap muslim dan keluarga yang

ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya idul fitri.

(2) Zakat Maal ( Harta) adalah zakat atas harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap

muslim apabila telah sampai nishab atau haulnya ( Muhammad Hasbi 2006 : 8 )

Page 41: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

3. Tujuan dan Hikmah Zakat

Menurut Monzer Kahf (1999) tujuan utama dari zakat adalah untuk mencapai

keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan

ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.

Abdurrahman (2001:61) menerangkan bahwa tujuan zakat adalah : (1)

mengangkat derajat fakir miskin; (2) membantu memecahkan masalah para gharimin,

ibnu sabil dan mustahik lainnya; (3) membentangkan dan membina tali persaudaraan

sesama umat Islam dan manusia pada umumnya; (4) menghilangkan sifat kikir dan loba

para pemilik harta; (5) menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati

orang-orang miskin; (6) menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam

masyarakat; (7) mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang

terutama yang memiliki harta; (8) mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan

kewajiban dan menyerahkan hak orang lain padanya; (9) sarana pemerataan

pendapatan untuk mencapai keadilan social.

Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan Sang Khaliq maupun

hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, antara lain: (1) Menolong,

membantu, membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi

sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka

akan mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT (2) Memberantas

penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang-orang di sekitarnya berkehidupan

cukup, apalagi mewah, (3). Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa,

memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlaq mulia menjadi murah hati, peka terhadap rasa

kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah.(4) Dapat menunjang

Page 42: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: Ummatn

Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban),

Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti'ma (tanggung jawab bersama)

(5) Menjadi unsur penting dalam mewujudakan keseimbanagn dalam distribusi harta

(sosial distribution), dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat (6)

Zakat adalah Iman maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau

pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial,

pernyataan rasa kemanusian dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat

persatuan ummat dan bangsa, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan

yang miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang

kuat dengan yang lemah (7) Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana

hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang

akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam masyarakat

seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya komunisme

atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab dengan dimensi

dan fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan

sendirinya sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT, akan terciptalah

sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa Rabbun Ghafur.

(htpp://abuazi.blogspot.com)

4. Manfaat Zakat

1) Dilihat dari segi agama, (a) Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah

satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan

dan keselamatan dunia dan akhirat, (b) Merupakan sarana bagi hamba untuk

Page 43: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan

karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan, (c) Pembayar

zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman

Allah, yang artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS:

Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq “alaih Nabi Shallallaahu

„alaihi wa Sallam” juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan

ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda, (d) Zakat merupakan

sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah

Muhammad SAW.

2) Segi Akhlak, (a) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan

dada kepada pribadi pembayar zakat, (b) Pembayar zakat biasanya identik

dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak

punya, (c) Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat

baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada

dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan

dihormati sesuai tingkat pengorbanannya, (c) Di dalam zakat terdapat penyucian

terhadap akhlak.

3) Segi Sosial Kemasyarakatan, (a) Zakat merupakan sarana untuk membantu

dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok

mayoritas sebagian besar negara di dunia, (b) Memberikan dukungan kekuatan

bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam

kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah. (c) Zakat

bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada

Page 44: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dalam dada fakir miskin. (d) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi

pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah, (e) Membayar zakat berarti

memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan

maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang menikmati.

5. Kelompok Orang-Orang yang Menerima Zakat

Zakat adalah instrumen ilahiah yang diwajibkan kepada kaum muslim.

Allah SWT berfirman dalam Surat At-taubah ayat 60 yang artinya :

”Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil

zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), hamba sahaya, orang-orang yang

berutang, untuk jalan Allah,dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan,

sebagai kewajiban dari Allah, Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana ”

Berdasarkan surat At-Taubah ayat 60 ada delapan golongan yang berhak

menerima zakat yaitu : fakir, miskin, amil, mualaf, hamba sahaya, orang yang

berhutang, orang-orang dalam perjalanan, dan para pejuang di jalan Allah (Ibnu Sabil).

Para fuqaha berbeda pendapat tentang golongan tersebut. Imam Al-Syafi‟i dan

sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa jika yang membagikan zakat itu kepala negara

atau wakilnya, gugurlah bagian amilin dan bagian hendaklah diserahkan kepada tujuh

golongan lainnya jika mereka itu ada semua. Jika golongan tersebut tidak lengkap,

zakat diberikan kepada golongan-golongan yang ada saja. Tidak boleh meninggalkan

salah satu golongan yang ada. Jika ada golongan yang tertinggal, bagiannya wajib

diganti.

Ash-Shiddieqy (1997:99) membagi dalam tujuh golongan yaitu: fakir miskin,

pegawai zakat, para mukallaf, memerdekakan budak, orang yang berutang, segala

pekerjaan yang diridhoi Allah, memelihara anak pungutan atau mushafir yang

kehabisan belanja.

Page 45: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Al-Ghazali dalam Hamzah (2008: 11) membagi dalam delapan golongan yaitu:

orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil, muallaf, orang-orang mukatabah (yaitu

budak yang dijanjikan kemerdekaannya denagn menebus dirinya kepada tuannya),

orang-orang yang berutang, orang-orang yang berperang, ibnu sabil (musafir)

Ja‟far (2008 : 70) membagi kedalam tujuh golongan yaitu: fukara dan masakin,

amilin, muallaf (orang-orang yang dibujuk hatinya, firriqab (memerdekakan budak), al-

gharimin (orang yang berutang), fisabilillah (dijalan Allah) dan ibnu sabil (orang-orang

yang sedang dalam perjalanan)

Berdasarkan pandangan beberapa ulama tentang golongan yang berhak

menerima zakat, dalam konteks ekonomi serta perkembangan masyarakat sekarang

ini, yang tidak terdapat lagi system perbudakan, maka dapat ditarik intisari dari delapan

golongan penerima zakat menjadi empat kelompok besar yaitu :

a) Bidang pemberdayaan ekonomi umat, termasuk pada kelompok ini yaitu ; fakir,

miskin, firrikab dan al-gharimin, ibnu sabil, yaitu dapat diberikan bantuan dalam

bentuk investmen sector, modal kerja untuk penggerak roda ekonomi masyarakat

melalui pengembangan sector produksi dan pembukaan lapangan pekerjaan.

b) Bidang pengembangan sumber daya manusia umat, termasuk dalam kelompok ini

yaitu, muallaf, fisabilillah dan firrikab, yaitu melalui perbaikan system pendidikan

untuk menciptakan sumber daya manusia umat yang berkualitas memiliki iman

dan takwa, ilmu dan teknologi sebagai umat terbaik (khaeruh ummah).

c) Bidang pengembangan sosial, budaya dan politik umat secara keseluruhan yaitu,

melalui pembangunan saran dan prasarana umum masyarakat, rumah Iman,

rumah sakit, gedung sekolah, panti asuhan dan pemeliharaan anak yatim.

Page 46: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

d) Bidang operasional dan pengembangan kelembagaan amil zakat diperuntukkan

bagi kesejahteraan karyawan Badan Amil Zakat (BAZ) , pemeliharaan sarana dan

prasarana kelembagaan, gedung kantor, perbaikan system manajemen Badan

Amil Zakat (BAZ).

C. Kekayaan dalam Islam

Islam memandang kekayaan atau harta mempunyai ni lai yang strategis, karena

merupakan alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat dan mencapai

kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu. Hubungan manusia dengan kekayaan

atau harta sangatlah erat. Demikian eratnya hubungan tersebut, sehingga naluri

manusia untuk memilikinya menjadi satu dengan naluri mempertahankan hidup

manusia itu sendiri. Kekayaan atau Harta termasuk salah satu hal penting dalam

kehidupan manusia, karena ia merupakan unsur dari lima asas (hak) yang wajib

dilindungi bagi setiap manusia yaitu, jiwa, akal, agama, harta dan keturunan.

Yusuf Qardhowi dalam Didin Hafidhuddin (2007:16) harta (al-amwal) adalah

segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya.

Zarqa dalam Didin Hafidhuddin (2007:16) juga menyatakan bahwa harta adalah segala

yang diinginkan oleh manusia dan memungkinkan menyimpannya sampai waktu yang

dibutuhkan dan dimungkinkan untuk diperjual belikan atau dimanfaatkan.

Pandangan Islam mengenai harta, bahwa harta itu milik Allah SWT. Harta yang

merupakan hak milik-Nya itu, kemudian diberikan kepada orang-orang yang

dikehendaki-Nya untuk dibelanjakan pada jalan-Nya. Islam menetapkan,segala yang

dimiliki manusia adalah amanah yang dipercayakan Allah kepada manusia untuk

mengolah dan mengembangkannya sehingga dapat memberi manfaat dan

Page 47: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

kesejahteraan bersama untuk mewujudkan keadilan social, khususnya masyarakat

lapisan bawah dan lemah, keduanya mempunyai tugas memberdayakan fakir miskin

dan membantu pembiayaan untuk kepentingan agama dan kemaslahatan manusia.

Hal ini menunjukkan bahwa benda merupakan milik bersama (public goods),

meskipun ia dimiliki oleh perorangan, dengan kata lain harta itu berfungsi social. Fungsi

sosial harta itu tidak semata-mata dalam peranannya sebagai barang konsumtif yang

dibagi-bagikan dan dibutuhkan oleh masyarakat tetapi lebih berperan dalam fungsi

ekonomi edukatif.

Hubungan zakat dengan konsep kepemilikan dan dorongan agama untuk

menjadi orang yang memiliki harta yang banyak (kaya), saling terkait, karena untuk

melakukan kewajiaban zakat haruslah memiliki harta kekayaan, kewajiban

mengeluarkan zakat sekaligus mendorong kewajiban mencari harta agar menjadi

orang yang mampu menjadi muzakki. Efek positif zakat terhadap redistribusi harta

sangat nyata. Hal ini akan terlihat jelas bila diingat ada dua cirri khas zakat. Pertama

dana zakat itu didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, baik

dalam pengertian tunai maupun dalam bentuk surat-surat berharga dan dalam bentuk

barang-barang yang menghasilkan. Kedua distribusi dana zakat tidak dibatasi, artinya

orang orang yang berhak menerimanya dapat diberi zakat dalam jumlah tertentu yang

bisa menutup kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan standar hidup masyarakat yang

wajar, diseratai motivasi meningkatkan kempuannya untuk memperole h penghasilan

yang lebih layak sehingga dia bisa keluar dari kelompok penerima zakat.

Page 48: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

1. Jenis-jenis Kekayaan yang Menjadi Sumber Zakat

Jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang dikemukakan secara terperinci

dalam Al Qur‟an dan hadist, menurut sebagian ulama pada dasarnya ada empat jenis

yaitu (1) tanam-tanaman dan buah-buahan, (2) hewan ternak, (3) emas dan perak serta

(4) harta perdagangan. Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditetapkan menjadi

obyek zakat terbatas pada (1) emas dan perak; (2) tumbuh-tumbuhan tertentu seperti

gandum, jelai, kurma dan anggur; (3) hewan ternak tertentu seperti domba atau biri -biri,

sapi dan unta; (4) harta perdagangan (tijarah); (5) harta kekayaan yang ditemukan

dalam perut bumi (rikaz). Sedangkan menurut ulama yang lain menyatakan bahwa

harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah nuqud (emas dan perak), barang

tambang dan temuan, harta perdagangan, tanaman dan buah-buahan, hewan atau

binatang ternak. Didin Hafidhuddin (2007 : 120)

Selain dari yang disebutkan itu, Al- Qur‟an hanya merumuskan apa yang wajib

dizakati dengan rumusan yang sangat umum yaitu ”kekayaan”. Yusuf Qardhawi dalam

Didin Hafiduddin (2007: 123) kekayaan atau amwal (kata jamak dari maal) menurut

bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk menyimpan

dan memilikinya, setelah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan

zakatnya.

Seiring perkembangan zaman, jenis obyek zakat terus berkembang. Para ahli

fiqih terus mengadakan pengkajian, melakukan ijtihad untuk menentukan harta-harta

obyek zakat yang belum dikenal di zaman Rasulullah. Hikmah Kurnia (2008: 98) jenis

kekayaan yang wajib dizakati :

Page 49: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

1) Kekayaan dan Perkembangannya

a. Uang, alat pertukaran dalam suatu transaksi yang sekaligus merupakan harga

suatu barang. Uang dapat dibagi dua bagian, (1) Mata Uang Mutlak, seperti

emas dan perak, (2) Mata Uang Terbatas, seperti uang kertas dan uang logam.

b. Barang yaitu harta yang dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya, terdiri dari : (1)

barang yang dimiliki untuk tujuan pemanfaatannya dalam berbagai jenis

kegiatan, seperti alat bangunan, kendaraan, mesin, binatang pekerja (tidak wajib

zakat) (2) Modal perdagangan, yaitu barang yang diperuntukkan buat

diperjualbelikan, yaitu barang yang dapat ditransaksikan yang dibeli atau

diproduksi untuk tujuan dagang atau yang biasa dikenal modal aktif.

c. Binatang Ternak, yaitu Unta, sapi, kambing, dan sejenisnya. Binatang ternak

terbagi (1) Binatang perahan atau peternak, (2) Binatang pekerja, yaitu binatang

yang dimiliki untuk diambil tenaganya dalam membantu suatu pekerjaan (tidak

wajib zakat), (3) Binatang ternak dagangan.

d. Tanaman dan buah-buahan, yaitu hasil pertanian. Kekayaan ini dapat dibagi

dua : (1) pertanian yang diairi dengan alat irigasi bermodal, (2) pertanian yang

diairi dengan air hujan, tanpa modal

2) Kekayaan yang sebelumnya tidak dimiliki kemudian menjadi kepemilikan. Kekayaan

ini terbagi dua :

a. Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan

harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak yang

mengakui sebagai pemiliknya

Page 50: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

b. Ma‟din adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan memiliki nilai

ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, batubara, minyak

bumi dll

c. Mustafad, yaitu harta yang didapatkan dari orang lain atau harta tidak terduga,

seperti pemberian dan hadiah.

3) Kekayaan qinayah, yaitu harta yang dimiliki bukan untuk perdagangan tetapi untuk

diambil hasilnya sebagai pemasukan, seperti barang yang disewakan (harta

musthagalat), binatang perahan yang diambil susunya sebagai sumber pemasukan,

mobil angkuatan dan yang sejenisnya.

4) Kekayaan atau harta perolehan, yaitu harta yang didapatkan dari suatu pekerjaan

atau profesi, seperti gaji dan upah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan zakat Bab 1V pasal 11, harta yang dikenai zakat adalah :

a. Emas, perak dan uang;

b. Perdagangan dan perusahaan; c. Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

d. Hasil pertambangan; e. Hasil peternakan; f. Hasil pendapatan dan jasa;

g. Rikaz

2. Syarat-syarat Kekayaan Wajib Zakat

Islam selalu menetapkan standard umum pada setiap kewajiban yang

dibebankan kepada umatnya, termasuk penetapan harta yang menjadi sumber atau

obyek zakat. Seorang muslim dituntut untuk mencapai tingkat kesempurnaan tertentu

dalam pelaksanaan Iman zakat. Untuk itu dalam menentukan dan menghitung

kewajiban zakat maalnya dengan tingkat kepatutandan kehati-hatian tertentu, apalagi

Page 51: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

terdapat seperangkat prinsip-prinsip akuntansi yang dapat dijadikan sebagai alat

pendekatan kesempurnaan Iman.

Hikmah Kurnia dalam bukunya Panduan Pintar Zakat (2008 : 11) syarat-syarat harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya harus memenuhi Kriteria sebagai berikut :

a) Kepemilikan Sempurna (milkiyah tammah/genuine ownership), kepemilikan

sempurna dimaksud adalah bahwa asset kekayaan tersebut harus berada dibawah

kekuasaan seseorang secara total tanpa ada hak orang lain di dalamnya. Dengan

demikian, secara hukum, pemiliknya dapat membelanjakan kekayaan tersebut

sesuai dengan keinginannya, dan yang dihasilkan dari pemanfaatan kekayaan

tersebut akan menjadikan miliknya (free of claims by other). Harta yang wajib

dizakatkan disyaratkan bersumber dari sesuatu yang halal. Oleh karena itu, harta

yang bersumber dari hal-hal yang haram tidak wajib dizakati.

b) Aset Produktif atau Berpotensi untuk Produktif (mengalami perkembangan nilai

asset) dimaksud adalah bahwa dalam proses pemutarannya (komersialisasi) dapat

mendatangkan hasil atau pendapatan tertentu, sehingga tidak terjadi pengurangan

nilai atas capital asset. Hikmah dari persyaratan ini adalah bahwa Islam sangat

memerhatikan ketetapan nilai dari sebuah komoditas, property atau asset tetap dari

sebuah roda usaha yang dijalankan umat muslim agar dapat memberikan dorongan

dalam merealisasikan pertumbuhan ekonomi.

c) Harus mencapai Nisab. Mencapai Nisab dimaksud bahwa syarat jumlah minimum

asset yang dapat dikategorikan sebagai asset wajib zakat. Oleh karena itu, Islam

mensyaratkan dalam pelaksanakan zakat agar asset yang dizakati harus mencapai

nilai asset tertentu, hanya asset surplus saja menjadi objek zakat. Nisab merupakan

Page 52: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

keniscayaan sekaligus merupakan kemaslahatan, sebab zakat itu diambil dari orang

yang kaya (mampu) dan diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Indikator

kemampuan harus jelas, dan nisablah merupakan indikator kemampuannya. Jika

kurang dari nisab, Islam memberikan pintu untuk mengeluarkan sebagian dari

penghasilan yaitu infak dan sedekah.

d) Asset Surplus Nonkebutuhan Primer. Maksud dari asset surplus nonkebutuhan

primer adalah asset kepemilikan yang melebihi pemenuhan kebutuhan primer

(sandang, pangan dan papan). Sebagian ulama mahzab Hanafi mensyaratkan

kewajiban zakat setelah terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain zakat

dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari -hari. Yang

dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan

mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan dalam hidup. Perbedaan ukuran akan

keprimeran sesuatu pada saat ini membuat penentuan kebutuhan primer menjadi

sulit. Kebutuhan primer manusia akan selalu berubah dan berkembang seiring

dengan perkembangan zaman, lingkungan dan kondisi, oleh karena itu pemerintah

bertanggung jawab untuk menetapkan standarnya.

e) Tidak ada Tanggungan Utang. Asset wajib zakat adalah asset yang sudah

dikurangi utang. Hal ini berdasarkan pada asas yang menyatakan bahwa hak

orang yang meminjamkan utang harus didahulukan daripada hak golongan orang

yang berhak menerima zakat. Namun demikian, di lain pihak jumlah asset dari utang

yang dibayarkan tersebut akan menjadi akan menjadi aseet wajib zakat bagi

sipemilik piutang.

Page 53: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

f) Kepemilikan Satu Tahun Penuh (Haul). Dalam pemikiran Islam, Tahun Qomariah

Hijriah) dijadikan sebagai standar minimum untuk pertumbuhan nlai asset, dengan

demikian maka haul (satu tahun) merupakan titik awal dari suatu pertumbuhan.

Karena itu calon muzakki yang diwajibkab zakat harus melakukan penilaian atas

harta yang dimiliki sesuai denagn nilai pasar setelah kepemilikan melewati satu haul

atau satu tahun.

3. Kadar Perhitungan Zakat

Perhitungan zakat secara umum banyak berkaitan dengan penentuan dan

penaksiran kadar (harga) zakat, prosedur perhitungan zakat terdiri dari :

a) Menentukan tanggal haul, yaitu tanggal tibanya satu tahun hijriah waktu

pembayaran zakat. Tanggal ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi usaha siwajib

zakat, kecuali kdalam hal zakat hasil pertanian dan rikaz yang harus dibayar

zalatnya ketika panen atau mendapatkan hasil.

b) Menentukan dan menaksir harta kekayaan siwajib zakat serta penjelasan tentang

kekayaan yang kena kewajiban zakat. Dalam penaksiran harga barang harus

bedasarkan harga pasar, sedangkan harta yang berada dipihak lain seperti piutang

dihitung berdasarkan harga yang bisa diharapkan pelunasannya.

c) Menentukan dan menaksir jumlah tanggungan, tuntutan, dan kewajiban

pembayaran tahun berjalan atau tagihan yang akan jatuh tempo yang akan

dipotongkan atau dikurangkan kepada harta zakat (apabila ada)

d) Menentukan nizab zakat sesuai dengan jenis barang zakat yang ada. Misalnya :

Page 54: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

1) Perdagangan, industri, sewa, mustaghat, gaji, perhiasan (emas dan perak),

piutang, surat berharga, barang tambang dan rikaz, nishabnya 85 gram emas

murni 24 karat.

2) Pertanian, nishabnya 5 watsaq atau 653 kg.

3) Binatang ternak, nishabnya sesui jadwal yang terdapat dalam perhitungan

zakat ternak.

e) Membandingkan antara total harta zakat untuk mengetahui apakah barang-barang

zakat tersebut kenakewajiban zakat atau tidak. Apabila barang tersebut telh

mencapai nishab, maka zakatnya dikeluarkan bedasarkan kadarnya (harga zakat)

f) Menentukan kadar zakat yang akan dibayar dari barang-barang zakat . zakat ini

ada kalanya:

1) 2,5 % untuk zakat harta tunai, perdagangan, industri, jasa, sewa, hasil usaha,

harta perolehan dan profesi.

2) 5 % untuk hasil pertanian yang diairi dengan irigasi dan alat-alat yangh

menelan biaya.

3) 10 % untuk hasil pertanian yang diairi dengan air hujan yang tidak banyak

menelan biaya dan untuk zakat barang tambang

4) 20 % untuk zakat barang rikaz.

g) Mengalkulasikan jumlah zakat yang harus dibayar dengan mengalikan harta bersih

wajib zakat dengan kadar zakat.

h) Membebankan kewajiban pembayaran zakat sebagai berikut :

1) Perorangan atau perusahaan pribadi, memikul semua jumlah zakat secara

pribadi.

Page 55: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

2) Perusahaan partnership (syirkah), jumlah zakatnya dibagi kepada serikat

sesuai dengan persentase modal harta mereka dalam akad.

4. Ancaman terhadap Pengingkar Zakat

Dalam kitab suci al-Quran, ancaman terhadap orang-orang kaya yang memenuhi

syarat memenuhi untuk membayar zakat, tapi ingkar atau enggan membayar zakat,

terdapat dapat Al-Qur‟an :

a) QS. Alimran : 180

Artinya “Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang telah AllahSwt berikan kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa kikir

itu baik bagi mereka. Sebenarnya kekiran itu buruk bagi mereka karena harta kekayaan yang mereka kumpulkan itu akan menjadi kalung dari api

neraka yang kelak akan dikalungkan dilehernya pada hari kiamat. Milik Allah-lah apa yang ada dilangit dan dibumi. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

b) QS. Attaubah : 34-35

Artinya “wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak orang alim dan

rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan

orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkan di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira bagi mereka bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang amat pedih (34). Ingatlah pada hari

ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka dan ketika sudah panas lalu disetrika dahi, lambung dan pungguh mereka, lalu dikatakan kepada

mereka “inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu (35)

Selain dalam Al-Qu‟ran, ancaman terhadap orang-orang kaya yang bakhil menunaikan

zakat , juga ditegaskan oleh Rasulullah, dalam hadisnya :

Page 56: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

c) Hadist riwayat bukhari (hal 244)

Artinya “Barang siapa yang diberi Allah SWT harta kekayaan, tapi tidak dikeluarkan zakatnya, harta itu akan dirupakan pada hari kiamat sebagai

seekor ular jantan yang dengan ke berbisa dengan kedua matanya yang dilindungi warna hitam kelam, lalu dikalungkan kelernya, maka ular itu akan memegang rahangnya dan mengatakan kepadanya. Saya ini

adalah simpananmu, harta kekayaanmu, kemudian Rasulullah SAW membaca ayat.

d) Hadist diriwayatkan oleh muslim

Artinya “Dari abu hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda : tiada seseorang

yang menyimpan harta dan tidak mau menunaikan zakat, kecuali akan dipanaskan harta itu dineraka jahannam dan akan dijadikan kepingan-kepingan lalu seterikakan kedua tangannya, hingga Allah mengadili

hamba-hambanya disuatu hari yang lamanya sama dengan lima puluh tahun kemudian akan dilihat tempatnya, apa dineraka atau disyurga.

Berdasarkan ayat-ayat dan hadist tesebut diatas dapatlah dipahami bahwa

mengeluarkan zakat tidak boleh ditawar-tawar bahwa kewajiban, ditangguhkan atau

diingkari, sebab pengingkaran kepada pelaksanaan zakat bukan saja akan saja

berdampak negative kepada orang yang enggan membayar zakat berupa ditimpaka n

azab kepadanya, tapi lebih jauh akan membawa malapetaka dan kesengsaraan bagi

mustahik (orang miskin) karena kehidupan hidup mereka tidak dapat terpenuhi.

Ancaman akan siksaan Allah SWT, hendaknya mendorong para agniya‟ (orang -

orang kaya) dan pemerintah (penguasa) untuk berusaha mensejahterakan orang

miskin, sehingga jurang pemisah antara sikaya dan simiskin tidak semakin meluas,

yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap ketentraman masyarakat secara

keseluruhan.

Page 57: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

D. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Salah satu karya monumental dalam sejarah penulisan Fiqh modern, adalah

“Fiqh al-Zakah” karya Yusuf Al-Qhardawi (1991), beliau selain membahas masalah

zakat dari aspek hukum –yang dengan ijtihadnya mampu mengemukakan hal-hal baru

yang belum pernah dibahas oleh ulama-ulama sebelumnya, juga beliau membahas

kedudukan zakat dari perspektif ekonomi sebagai salah satu system moneter dan sosial

yang sesuai dengan kemajuan zaman. Selain Qhardawi, adalah Abdul Mannan (1997)

yang menguraikan panjang lebar masalah zakat dalam bukunya yang berjudul “Islamic

Economics, Theory and Praktic” Beliau dalam bukunya itu menegaskan betapa negara-

negara Islam pada priode klasik serta negara-negara Islam pada umumnya telah

berhasil memposisikan zakat sebagai sumber utama pendapatan pemerintahan.

Hasanuri (2010:59) dalam tesisnya “Pemberdayaan Zakat Bagi Pengembangan

Ekonomi Ummat” mengatakan bahwa seseorang termotivasi untuk membayar zakat

karena : (1) Membayar zakat merupakan simbol dari keimanan seseorang, (2)

Membayar zakat adalah merupakan symbol ketaqwaan, (3) Membayar zakat adalah

merupakan symbol kebersihan dan kesucian jiwa. Bukhari (2009) juga dalam tesisnya

berkesimpulan bahwa motivasi seseorang membayar zakat didasari karena panggilan

keimanan dan ketaqwaan, tanpa kesadaran iman dan taqwa seseorang cenderung

enggan untuk membayar zakat, karena dorongan nafsu kepemilikan terhadap harta

kekayaan mereka, seringkali mendominasi dari manusia untuk memilikinya.

Mohd Ali, dkk (2004) dalam journal ”Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan

dikalangan Kakitangan Universitas Kebangsaan Malaysia” hasil penelitian

menunjukkan bahwa factor keimanan dan pengetahuan tentang zakat mempengaruhi

Page 58: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

muzakki dalam membayar zakat, semakin tinggi tingkat keimanan dan pengetahuan

zakat individu muslim akan lebih cenderung untuk membayar zakat.

Penelitian lain ”Pengalaman Indonesia dalam Mengelola Zakat“ oleh M. Fuad

Nazar (2006), penulis dalam tesisnya mengkritisi BAZNAZ yang dinilai belum mampu

berperan secara signifikan dalam kapasitasnya yang sangat strategis sebagai lembaga

koordinator Nasional Institusi Pemerintah dan pengelola zakat. Sementara itu Ria

Casmi Arrsa (2008), ”Negara dan zakat” dalam tesisnya mengatakan bahwa

Seyogyanya pemerintah dan lembaga amil zakat berkoordinasi dalam merevitalisasi

dan mensosialisasikan pentingnya pengelolaan zakat yang akuntabel sebagai upaya

strategis dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Sedangkan Zoel Dirga Dinhi

(2008) dalam Skripsi “Analisis Factor-Faktor Motivasi yang Berpengaruh Terhadap

Keputusan Muzakki Dalam Membayar Zakat” berkesimpulan bahwa faktor Iman,

pendapatan, organisasi zakat, dan disclosure berpengaruh secara simultan terhadap

keputusan muzakki dalam membayar zakat.

Penelitian lain adalah A. Miftah (2008) dalam Tesisnya “Pembaharuan Zakat

untuk Pengentasan Kemiskinan” dalam tesisnya bahwa peran zakat dalam

pengentasan kemiskinan baru akan terwujud apabila ada paradigm dalam konsep zakat

yang dipahami dan diamalkan, serta perubahan konsep zakat harus bersifat totalitas

dan menyeluruh. Sementara Budi Prayitno (2009) dalam Tesisnya “Optimalisasi

Pengelolaan Zakat” Potensi zakat di Indonesia belum dikembangkan secara optimal

dan belum dikelola secara profesional. Hal ini disebabkan belum efektifnya Lembaga

Zakat yang menyangkut aspek pengumpulan administrasi, pendistribusian, monitoring

serta evaluasinya. Dengan kata lain, Sistem Organsisasi dan Manajemen Pengelolaan

Page 59: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Zakat hingga kini dinilai masih bertaraf klasikal, bersifat konsumtif dan terkesan

Inefisiensi sehingga kurang berdampak sosial yang berarti.

Penelitian lain adalah “Dianamika Pengelolaan Zakat dengan kolaborasi antara

Ulama, Umara dan Agniya” oleh Yamin Hadad (2008), beliau dalam disertasinya

menyimpulkan bahwa : (1) kolaborasi ulama, umara dan aghniya‟merupakan suatu

sistem yang terbentuk dari sub-struktur yang saling bergantung antara satu dengan

yang lainnya sedemikian rupa, sehingga perubahan pada suatu bagian secara otomatis

akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya. (2) aktivitas sistem kolaborasi yang mapan

memiliki fungsi untuk mempertahankan struktur-struktur lain dalam suatu sistem sosial,

seperti ekonomi, keluarga, politik, agama, pendidikan, dan hukum dan melihat peran

kolaborasi tersebut dalam pengelolaan zakat, baik sistem pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan secara profesional yang akan menjamin

kelangsungan hidup masyarakat. (3) Tawaran konsep bahwa ulama‟ sebagai elit

fungsional agama, umara sebagai elit fungsional penguasa dan aghniya‟ sebagai

fungsional pemilik modal. Manakala mereka berkolaborasi mengelola zakat sesuai

fungsi masing-masing, maka Islam tidak akan mungkin mengalami permasalahan

sosial, walaupun dunia tengah mengalami perubahan, sebab peredaran keuangan

zakat tidak harus melalui pasar global dan tergantung fluktuasi dolar.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian kerangka teori di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dibuat kerangka pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini intinya akan memotret variabel Motivasi membayar zakat. Yang

dimaksud dengan motivasi membayar zakat adalah dorongan yang datang dalam diri

Page 60: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

seseorang dengan penuh kesadaran untuk mengeluarkan harta wajib zakatnya yang

dilandasi oleh motivasi keimanan, motivasi kesyukuran kepada Allah SWT. Hasanuri

(2010:59)

Zakat sebagai salah satu konsepsi dari ajaran Al-Qur‟an salah satu dari rukun

Islam berdimensi sangat luas dan kompleksitas yang mengandung nilai -nilai azasi

sebagai kebutuhan dasar manusia berdimensi dunia dan akhirat. Konsepsi ekonomi

Islam yang berdasarkan syariah telah diperkenalkan lebih dari empat belas abad yang

lalu, namun dalam perjalannya sejarah umat manusia konsepsi ekonomi berdasarkan

syariah Islam belum menyentuh kepada substansi kehidupan ekonomi dalam

masyarakat.

Kelahiran Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

cukup mampu meniupkan angin segar dalam dunia perzakatan di Indonesia

mencerminkan wujud kepedulian pemerintah dalam pengelolaan zakat melalui lembaga

yang amanah, professional dan transparan. Terbuka peluang yang sangat besar bagi

umat untuk menggali potensi zakat dari objek-objek zakat dengan suatu system

pengelolaan dan kelembagaan zakat mulai dari tingkat Nasional sampai kepada tingkat

kelurahan.

Wajib zakat (muzakki) baik sebagai lembaga atau perorangan, merupakan

sumber kekayaan yang besar bagi umat, apabila dalam menunaikan kewajiban

berzakat para wajib zakat, dengan penuh kesadaran untuk mengeluarkan hartanya

untuk berzakat yang dilandasi oleh pendidikan masyarakat tentang zakat, tujuan dan

manfaat zakat, hakekat dan hikmah berzakat, motivasi keimanan, motivasi ketaqwaan,

motivasi kesyukuran dan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap keberadaan Badan

Page 61: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Amil zakat dan Lembaga Amil Zakat, serta dampak yang akan diperoleh dari membayar

zakat yang akan melahirkan budaya masyarakat sebagai suatu kewajiban yang harus

ditunaikan.

Yamin Hadad (2008), beliau dalam disertasinya menyimpulkan bahwa apabila

pemerintah, ulama dan agniya‟ berkolaborasi mengelola zakat sesuai fungsi masing-

masing, maka Islam tidak akan mungkin mengalami permasalahan sosial, walaupun

dunia tengah mengalami perubahan, sebab peredaran keuangan zakat tidak harus

melalui pasar global dan tergantung fluktuasi dolar.

Dalam menganalisis motivasi muzakki dalam membayar zakat, terdapat

berbagai faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, untuk menyederhanakan, penulis

memutuskan untuk menganalisis faktor Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau

pendapatan, peran pemerintah, ulama, kredibilitas organisasi sebagai faktor yang

berpengaruh. Penulis mengambil enam faktor tersebut untuk dipertimbangkan dalam

menganalisis pengaruhnya terhadap motivasi muzakki dalam membayar zakat.

Dari ilustrasi di atas, maka yang menjadi kerangka pikir penulis dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 62: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor Determinan Motivasi Membayar Zakat

G. Pengembangan Hipotesis

1) Iman

Iman yaitu tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan

sesuatu dengan berharap ridho dan berkah dari Allah Swt. Dalam konsep

potensi diri yang dipaparkan oleh Taqiuddin (2001) yang kemudian

Pengetahuan

Zakat

Harta Kekayaan

atau

Pendapatan

Iman

Peran Ulama

Peran

Pemerintah

Kredibilitas

Lembaga Amil Zakat

MOTIVASI

MEMBAYAR

ZAKAT

Page 63: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dikembangkan oleh Abdullah (2002) memperlihatkan bahwa terdapat hubungan

antara naluri sebagai salah satu potensi hidup manusia mempunyai pengaruh

terhadap motivasi seseorang. Naluri mengkultuskan seseuatu atau beragama

yang merupakan naluri dasar yang dimiliki oleh setiap manusia dimuka bumi.

Tidak ada satupun manusia yang tidak mempunyai dorongan untuk melakukan

sesuatu atas dasar bahwa ada dzat diluar mereka yang mempunyai kekuatan

terbesar, sekalipun itu adalah orang atheis yang mengingkari kebenaran

pencipta dan fitrahnya sendiri.

Keinginan untuk mengkultuskan sesuatu itulah yang dapat mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu atas dasar penghambaan dirinya

dihadapan dzat yang dikultuskan tersebut karena ini adalah sifat fitrawi. Begipula

dengan aktifitas mengeluarkan zakat yang merupakan tuntutan aqidah yang

dimiliki setiap muslim yang secara syariat memenuhi kriteria sebagai wajib zakat.

Kewajiban membayar zakat tersebut harus diikuti pula dengan penuh keikhlasan

yaitu sikap sukarela, termasuk menyerahkan apa yang dimilikinya, karena ingin

mendapatkan kebahagian melalui Ridho Allah SWT. Faktor inilah yang harus

mendominasi motivasi para muzakki dalam berIman, dalam hal ini mengeluarkan

zakat. Miftah Farid (2009) juga mengemukakan bahwa motivasi Iman seseorang

lahir karena getaran bathin yang mendorong untuk menentukan jenis Iman yang

akan dilakukan seperti sholat, membayar zakat dll.

Hasanuri (2010:59) dalam tesisnya “Pemberdayaan Zakat Bagi

Pengembangan Ekonomi Ummat” mengatakan bahwa seseorang termotivasi

untuk membayar zakat karena:(1) Membayar zakat merupakan simbol dari

Page 64: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

keimanan seseorang, (2) Membayar zakat adalah merupakan symbol

ketaqwaan, (3) Membayar zakat adalah merupakan symbol kebersihan dan

kesucian jiwa. Bukhari (2009) juga dalam tesisnya berkesimpulan bahwa

motivasi seseorang membayar zakat didasari karena panggilan keimanan dan

ketaqwaan, tanpa kesadaran iman dan taqwa seseorang cenderung enggan

untuk membayar zakat, karena dorongan nafsu kepemilikan terhadap harta

kekayaan mereka, seringkali mendominasi dari manusia untuk memilikinya.

Quraish Shihab juga menambahkan bahwa tuntutan amanah ini

merupakan sebuah penugasan yang diberikan oleh Allah Swt, kepada seorang

hamba sebagai khalifah dipermukaan bumi ini, sebagai bentuk solidaritas social

sesama muslim dan menjalin ukhuwah atau persaudaraan.

H1: faktor iman berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat

2) Pengetahuan Zakat

Pengetahuan zakat (Bukhari 2009) adalah pengetahuan masyarakat

tentang zakat, tujuan dan manfaat zakat, dampak yang akan diperoleh dari

membayar zakat yang akan melahirkan budaya berzakat masyarakat sebagai

suatu kewajiban yang harus ditunaikan.

Pengetahuan masyarakat tentang zakat, cara pandangan masyarakat

tentang zakat sangat kental dengan nuansa fiqih harus ditambah dengan cara

pandang yang memungkinkan zakat dapat diberdayakan. Cara pandang

ekonomi dan social agaknya dapat ditambahkan dalam melihat kewajiban zakat.

Jika selama sebagian masyarakat memandang zakat sebagai Iman yang

terlepas kaitannya dengan persoalan social dan ekonomi, maka saat ini zakat

Page 65: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

harus dipandang sebagai sumber kekuatan ekonomi yang dapat dipergunakan

untuk menyelesaikan berbagai permasalahan social umat Islam, Dengan cara

pandang demikian, maka pelaksanaan zakat tidak lagi semata -mata dilihat dari

persoalan sah-tidaknya atau boleh tidaknya. Tetapi pelaksanaan zakat dilihat

pula dari dimensi ekonomi dan sosialnya. Ketika seseorang akan menunaikan

kewajiban zakatnya, maka dia tidak cukup hanya memperhatikan nilai sah-

tidaknya kewajiban zakat tersebut. Dia juga harus memperhitungkan dampak

ekonomi dan sosial yang akan ditimbulkan dari zakat yang dibayarnya.

Faktor pengetahuan zakat memiliki nilai yang penting dalam konteks

pemberdayaan zakat. Sebab pengetahuan seseorang tentang sesuatu akan

mempengaruhi perilakunya. Dalam filsafat fenomenologis dikemukakan bahwa

tingkah laku manusia merupakan konsekwensi dari sejumlah pandangan atau

dokrin yang hidup dikepala manusia yang bersangkutan. Sebagai contoh

membayar zakat secara langsung kepada mustahiq (penerima zakat) dan

membayar zakat melalui lembaga. Dalam kasus membayar zakat secara

langsung, muzakki tentu dipengaruhi oleh doktrin keabsahan dan kebolehan

membayar zakat secara langsung tersebut. Pembayaran zakat secara langsung

ini hanya mementingkan legal formalnya saja, tanpa terlalu memperhatikan

dampak ekonomi dan social yang ditimbulkan oleh pembayaran zakat seperti itu.

Sementara dalam kasus muzakki membayar zakat melalui lembaga, muzakki

dipengaruhi tidak saja oleh persoalan keabsahan dan kebolehannya saja, tetapi

muzakki juga memperhitungkan efek ekonomi dan social yang ditimbulkan dari

pembayaran zakat melalui lembaga. Dua kasus ini merupakan bukti bahwa

Page 66: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

pengetahuan seseorang akan menentukan perilaku yang berbeda dalam

berzakat.

Pengetahuan tentang zakat dimulai dari pembaharuan terhadap fiqih itu

sendiri. Jika selama ini dalam fiqih zakat ditempatkan sebagai bagian dari Iman,

maka zakat harus ditempatkan dalam aspek muamalat (ekonomi) atau kajian

yang berdiri sendiri sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yusuf qardhawi

melalui karya monementalnya “Fiqh Zakat”. Dalam karya ini zakat tidak hanya

dilihat dari sisi ajaran normatifnya saja, tetapi zakat dilihat dari sisi historis dan

filosofinya. Dan agaknya pendekatan semacam inilah yang harus terus dilakukan

dalam sosialisasi zakat.

Mohd Ali, dkk (2004) dalam journal ”Kesadaran Membayar Zakat

Pendapatan dikalangan Kakitangan Universitas Kebangsaan Malaysia” hasil

penelitian menunjukkan bahwa factor keimanan dan pengetahuan tentang zakat

mempengaruhi muzakki dalam membayar zakat, semakin tinggi tingkat

keimanan dan pengetahuan zakat individu muslim akan lebih cenderung untuk

membayar zakat dan peningkatan besarnya nilai zakat.

Zamdin (2008) dalam journalnya “Pengetahuan dan praktek pembayaran

zakat pada karyawan Universitas Haluoleo” berkesimpulan bahwa rendahnya

penerimaan zakat di Indonesia karena masyarakat muslim indonesia, belum

paham atau baru mengetahui sedikit tentang berbagai aspek tentang zakat

seperti : arti penting dan mamfaat zakat serta bagaimana menunaikan kewajiban

zakatnya sesuai dengan prosedur yang benar, yaitu melalui amil resmi (lembaga

BAZIZ)

Page 67: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

H2: faktor pengetahuan zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat

3) Harta Kekayaan atau Pendapatan

Islam memandang kekayaan atau harta mempunyai nilai yang strategis,

karena merupakan alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat dan

mencapai kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu. Hubungan manusia

dengan kekayaan atau harta sangatlah erat. Demikian eratnya hubungan

tersebut, sehingga naluri manusia untuk memilikinya menjadi satu dengan naluri

mempertahankan hidup manusia itu sendiri. Kekayaan atau Harta termasuk

salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, karena ia merupakan unsur

dari lima asas (hak) yang wajib dilindungi bagi setiap manusia yaitu, jiwa, akal,

agama, harta dan keturunan.

Yusuf Qardhowi dalam Didin Hafidhuddin (2007:16) harta (al-amwal)

adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan

dan memilikinya. Zarqa dalam Didin Hafidhuddin (2007:16) juga menyatakan

bahwa harta adalah segala yang diinginkan oleh manusia dan memungkinkan

menyimpannya sampai waktu yang dibutuhkan dan dimungkinkan untuk diperjual

belikan atau dimanfaatkan.

Pandangan Islam mengenai harta, bahwa harta itu milik Allah SWT. Hal ini

menunjukkan bahwa benda merupakan milik bersama (public goods), meskipun

ia dimiliki oleh perorangan, dengan kata lain harta itu berfungsi social. Fungsi

sosial harta itu tidak semata-mata dalam peranannya sebagai barang konsumtif

yang dibagi-bagikan dan dibutuhkan oleh masyarakat tetapi lebih berperan

dalam fungsi ekonomi edukatif.

Page 68: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Hubungan zakat dengan konsep kepemilikan dan dorongan agama untuk

menjadi orang yang memiliki harta yang banyak (kaya), saling terkait, karena

untuk melakukan kewajiaban zakat haruslah memiliki harta kekayaan, kewajiban

mengeluarkan zakat sekaligus mendorong kewajiban mencari harta agar menjadi

orang yang mampu menjadi muzakki. Efek positif zakat terhadap redistribusi

harta sangat nyata. Hal ini akan terlihat jelas bila diingat ada dua cirri khas zakat.

Pertama dana zakat itu didistribusikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya, baik dalam pengertian tunai maupun dalam bentuk surat -surat

berharga dan dalam bentuk barang-barang yang menghasilkan. Kedua distribusi

dana zakat tidak dibatasi, artinya orang orang yang berhak menerimanya dapat

diberi zakat dalam jumlah tertentu yang bisa menutup kebutuhan-kebutuhannya

sesuai dengan standar hidup masyarakat yang wajar, diseratai motivasi

meningkatkan kempuannya untuk memperoleh penghasilan yang lebih layak

sehingga dia bisa keluar dari kelompok penerima zakat.

Dalam teori pendapatan, seseorang yang memiliki pendapatan akan

menambah pengeluarannya, apabila terjadi penambahan terhadap

pendapatannya, apakah berupa komsumsi atau investasi.

J.M Keynes (Boediono: 1993) mengungkapkan teori ini dengan rumus :

Y = C + S

Dimana, Y : Pendapatan

C : Komsumsi

S : Tabungan

Page 69: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Rumus diatas menunujukkan bahwa apabila pendapatan seseorang

bertambah maka jumlah pengeluaran pun akan bertambah sebanding dengan

tingkat pengeluarannya. Ini menandakan keterkaitan erat antara pendapatan dan

pengeluaran. Jika kita kontekskan pada pengeluaran dalam bentuk zakat maka

pengeluaran ini dapat dianalogikan dengan investasi ataupun komsumsi.

Tingkat pendapatan seseorang akan memberikan pengaruh positif atau

berbanding lurus terhadap tingkat pengeluarannya hingga pada batasan tertentu.

Begitu pula dengan aktivitas mengeluarkan zakat yang membutuhkan penyisihan

pendapatan. Hal ini dapat memotivasi seseorang muzakki untuk mengeluarkan

zakat. Apabila seorang wajib zakat yang memiliki harta dan pendatannya yang

besar mengharuskan adanya pembayaran zakat yang besarnya pula asal

terpenuhinya nishab dan haul-nya. Oleh karena itu, semakin tinggi harta

kekayaan atau pendapatan seorang muzakki maka semakin tinggi pula jumlah

zakat yang harus dikeluarkan karena dampak pada dorongan atau motivasinya

untuk memenuhi kewajiban sebagai muzakki. Seorang muzakki akan merasa

bersalah ketika harta atau pendapatannya yang semakin besar tapi tidak

mengelurkan zakat. (Zamdin :2008)

H3: faktor harta kekayaan atau pendapatan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi membayar zakat

4) Peran Pemerintah

Pemerintah adalah Peran pemerintah dalam mendorong pengoptimalan

dalam pengelolaan zakat tentu sangat penting, solusi kongkrit peran pemerintah

sebagai motivator dalam meritalisasi pengelolaan zakat adalah Pertama, melalui

Page 70: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

bentuk sosialisasi zakat, pendidikan, pembinaan, maupun gerakan sadar zakat

yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan pemungutan zakat oleh negara tidak

dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap kaum muslim di Indonesia.

Kedua, dalam memotivasi masyarakat untuk taat dalam menjalankan

kewajibannya untuk membayar zakat perlu disiasati agar tidak terjadi dualisme

pemungutan antara zakat dan pajak. Dengan penegasan tersebut diharapkan

menghindarkan masyarakat dari beban ganda.

Dilakukannya revisi terhadap UU No 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

zakat. Hal ini sangat penting mengingat bahwa efektifitas UU tersebut belum

mengakomodir keberlangsungan iklim zakat di Indonesia. Hal ini disebabkan

oleh adanya indikasi bahwa UU No 38 Tahun 1999 berpotensi menghambat

pengembangan zakat akibat ketidak jelasan dalam mengatur fungsi regulator,

pengawasan, dan pelaksana (operator). Sebagaimana dimaksud di dalam Pasal

6 dan Pasal 7 UU No 38/1999, lembaga pengelola zakat terdiri atas dua

jenis,yaitu Badan Amil Zakat (BAZ), yang didirikan pemerintah, dan Lembaga

Amil Zakat (LAZ), yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat. Akan tetapi

Undang-Undang tersebut tidak mengatur secara jelas mengenai hubungan antar

keduanya. Yang dijelaskan hanyalah hubungan antar-BAZ di semua tingkatan,

yang bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif (Pasal 6 ayat 3). Sementara

tugas pokok lembaga zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan, dan

mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (Pasal 8). Kelemahan

dari pola ini adalah tidak adanya lembaga yang menjadi regulator dan pengawas,

Page 71: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

karena undang-undang tersebut tidak memberikan kewenangan yang dimaksud

kepada lembaga tertentu.

H4: faktor peran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

motivasi membayar zakat

5) Peran Ulama

Ulama adalah Tokoh masyarakat dan kaum cendekia setempat yang

memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi.

Peran ulama dalam kehidupan umat manusia memiliki posisi yang sangat

penting dan strategis. Pada dasarnya ulama tidak hanya memiliki peran sebatas

pada aspek Iman mahdhah saja, seperti yang selama ini terjadi di tengah-tengah

masyarakat, melainkan memiliki peran yang lebih luas. Permasalahan-

permasalahan yang dihadapi oleh umat bukan hanya sebatas pada wilayah Iman

mahdhah saja, tetapi meliputi permasalahan sosial, politik, ekonomi dan lain

sebagainya, yang semua itu juga membutuhkan peran ulama di dalamnya.

Bukan berarti para ulama tersebut turun langsung berkecimpung dalam aspek-

aspek tersebut – meskipun bisa juga berkecimpung langsung jika memang

memiliki kemampuan di bidang-bidang tersebut. Namun ucapan, perilaku, dan

pengetahuan ulama dapat menjadi pegangan setiap umat dalam melaksanakan

Iman mahdhah dan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti politik, ekonomi, dan

sosial.

Selain itu peran ulama dalam mensosialisasikan ekonomi syariah ke

masayarakat umum dapat berdampak sangat signifikan. Kenapa? Karena suara

ulama masih memiliki posisi yang sangat penting. Ulama masih didengar oleh

Page 72: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

masyarakat. Petuahnya masih dijadikan sandaran dan pegangan oleh

masyarakat, di samping para ulama memiliki jamaah tersendiri. Para ulama

dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa ajaran muamalah maliyah harus

dihidupkan kembali sesuai dengan syariah Islam yang berdasarkan Al-Qur‟an

dan Sunnah. Selama ini sebagian umat Islam memang telah melakukan aktivitas

sekonomi maupun mengkaji ilmu ekonomi, tetapi sayang sekali, prakteknya

banyak sekali bertentangan dengan syari‟at Islam, seperti riba, maysir, gharar.

Sahal Mahfudh mengatakan Peran ulama dalam menyiarkan zakat yang

dibingkai melalui sinergi program MUI dengan BAZNAS merupakan sebuah

terobosan. Sinergi tersebut memiliki urgensi sebagai berikut : Pertama,

sosialisasi zakat yang antara lain mencakup upaya penyadaran umat untuk

berzakat melalui amil, optimalisasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat

untuk kepentingan mustahiq, terutama fakir dan miskin, perlu diangkat ke dalam

tataran yang lebih luas menjadi mainstream gerakan sosial umat Islam di tanah

air. Dalam kaitan ini modal sosial umat Islam yang dapat digerakkan di antaranya

ialah peran ulama baik secara perorangan maupun bersama-sama melalui

kelembagaan MUI sebagai wadah yang mewakili umat Islam Indonesia. Kedua,

pemberdayaan ekonomi umat memerlukan langkah sinergi yang berkelanjutan

dalam rangka penguatan dakwah. Tujuan dakwah, khususnya dakwah bil hal

yang sejak tahun 1965 (periode kepengurusan Ketua Umum KH Hasan Basril

telah menjadi fokus perhatian MUI, dan tertuang dalam program MUI. Dakwah bil

hal bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat umat Islam, terutama

kaum dhuafa atau kaum berpenghasilan rendah. Pemberdayaan zakat adalah

Page 73: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

instrumen yang penting dalam dakwah bil hal yang perlu digerakkan oleh para

ulama. Ketiga, masalah kemiskinan, termasuk belakangan ini mencuatnya

kasus-kasus gizi buruk di beberapa daerah memerlukan upaya penanggulangan

secara terprogram. Posisi MUI sangat penting dan strategis sebagai jembatan

penghubung antara umat, ulama dan umara untuk mewujudkan kemaslahatan

dalam kehidupan bangsa. Dalam konteks perzakatan MUI bersama BAZNAS

akan menyusun agenda bersama yang bersifat lintas ormas dan golongan.

Yamin Hadad (2008), “Dianamika Pengelolaan Zakat dengan kolaborasi

antara Ulama, Umara dan Agniya” oleh beliau dalam disertasinya menyimpulkan

bahwa : (1) kolaborasi ulama, umara dan aghniya‟merupakan suatu sistem yang

terbentuk dari sub-struktur yang saling bergantung antara satu dengan yang

lainnya sedemikian rupa, sehingga perubahan pada suatu bagian secara

otomatis akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya. (2) aktivitas sistem

kolaborasi yang mapan memiliki fungsi untuk mempertahankan struktur-struktur

lain dalam suatu sistem sosial, seperti ekonomi, keluarga, politik, agama,

pendidikan, dan hukum dan melihat peran kolaborasi tersebut dalam

pengelolaan zakat, baik sistem pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan secara profesional yang akan menjamin kelangsungan hidup

masyarakat. (3) Tawaran konsep bahwa ulama‟ sebagai elit fungsional agama,

umara sebagai elit fungsional penguasa dan aghniya‟ sebagai fungsional pemilik

modal. Manakala mereka berkolaborasi mengelola zakat sesuai fungsi masing-

masing, maka Islam tidak akan mungkin mengalami permasalahan sosial,

Page 74: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

walaupun dunia tengah mengalami perubahan, sebab peredaran keuangan

zakat tidak harus melalui pasar global dan tergantung fluktuasi dolar.

H5: faktor peran ulama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat

6) Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat, adalah tingkat kepercayaan muzakki

kepada sebuah lembaga amil zakat dalam usahanya mengumpulkan, mengelola,

dan menyalur zakat yang berjalan sebagimana mestinya. Ini berdasarkan konsep

kebutuhan keamanan oleh Maslow (Gibson : 1996)

Layaknya sebuah perusahaan, Lembaga amil Zakat (LAZ) pun mesti

memiliki kiat dalam merebut perhatian dari pasar donator dan mempertahankan

loyalitas mereka. Hal ini dipandang sangat penting untuk kontiniutas dan upaya

pemberdayaan masyarakat. Kredibilitas organisasi atau lembaga amil zakat

memegang peranan sangat penting dalam menstimulus masyarakat wajib zakat

untuk segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muzakki.

Berdasarkan petunjuk al-Qur‟an, hadist Nabi dan pelaksanaanya dizaman

Khalifah bahwa pelaksanaan zakat bukanlah sekedar amal krestif

(kedermawanan), tetapi merupakan kewajiban yang bersifat otoritatif, maka

zakat tidaklah seperti sholat, shaoum dan Iman haji yang pelaksanaanya

diserahkan kepada individu masing-masing, tetapi disertai keterlibatan aktif dari

para petugas amil zakat yang amanah, jujur, terbuka, professional.

Kredibilitas atau kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amill zakat

akan memperngaruhi motivasi muzakki dalam mengeluarkan zakat melalui

Page 75: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

lembaga amil zakat didasarkan pada berberapa pertimbangan (Zoel Dirga :

2008) sebagai berikut :

a. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pemabayar zakat, menjaga perasaan

rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung unutk menerima

haknya dari para mustahiq

b. Untuk mencapai efisiensi, efektivitas dan sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada disuatu tempat

c. Untuk memeperlihatkan syariat Islam dan semangat penyelenggaraan

Negara dan pemerintah uang Islami.

Sebaliknya, jika pelaksanaan zakat itu begitu saja diserahkan kepada para

muzakki maka nasib dan hak-hak orang miskin dan para mustahiq lainnya

terhadap orang-oorang kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti. Maslow

(Gibson !996) juga telah mengungkapkan bahwa salah satu kebutuhan manusia

adalah keamanan setelah kebutuhan fisiologsinya terpenuhi. Dalam hal ini

kemanan dan rasa tenang juga menjadi syarat yang diajukan para muzakki

kepada lembaga amil zakat dalam mek menjalankan amanahnya.

Asas operasional dan pelaksanaan zakat seperti dikemukakan diatas tidak

mengabaikan sifat dan kedudukan zakat itu sendiri sebagai Iman mahdah yang

harus dilaksanakan atas dasar kesadaran, keikhlasan dan ketakwaan seseorang

kepada Allah SWT. Oleh karena itu kredibilitas yang tinggi oleh lembaga amil

zakat dapat memotivasi para muzakki dalam mengeluarkan zakatnya.

H6: faktor kredibilit lebaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi membayar zakat

Page 76: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

g) Faktor Keseluruhan Variabel

Dari hasil ekspolarasi tersebut, keenam faktor variabel independen yang

diangkat mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen

Motivasi Membayar Zakat dan Besarnya Nilai Zakat

H7: faktor Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan,

peran pemerintah, peran ulama, kredibilit lebaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat

Page 77: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Provinsi Sulawesi

Selatan, Waktu penelitian dari bulan April 2011 sampai dengan Mei 2011

B. Metoda Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif

yaitu penelitian yang menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data pokok, yang dilanjutkan dengan uji verifikasi yang bertujuan untuk menguji

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian survey yang dimaksud adalah

bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Penelitian survey

biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak

mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel

yang representatif.

Adapun yang menjadi disain penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

X2

X1

X3

X4

X5

X6

Y1

Page 78: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Keterangan :

X1 = Iman

X2 = Pengetahuan Zakat

X3 = Harta Kekayaan atau Pendapatan

X4 = Peran Pemerintah

X5 = Peran Ulama

X6 = Kredibiltas Lembaga Amil Zakat

Y1 = Motivasi Membayar Zakat

C. Definisi Oprasional Variabel

Untuk mengetahui data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka terlebih

dahulu peneliti mengoperasionalisasikan variabel-variabel seperti yang telah

diinvetarisir dari latar belakang penelitian dan kerangka pikir dengan maksud untuk

menentukan indikator-indikator variabel sekaligus menentukan instrumen atau

pengukuran variabel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas

(independen) yaitu iman (X1), pengetahuan zakat (X2), harta kekayaan atau pendapatan

(X3), peran pemerintah (X4), peran ulama (X5), kredibilitas lembaga amil zakat (X6) dan

variabel terikat (dependen) yaitu motivasi membayar zakat (Y1)

Variabel Dependen :

1. Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Motivasi membayar zakat merupakan dorongan yang datang dalam diri

seseorang dengan penuh kesadaran untuk mengeluarkan kekayaan wajib

zakatnya yang dilandasi oleh motivasi keimanan, motivasi ketakwaan dan

motivasi kesyukuran kepada Allah SWT. Hasanuri (2010:59)

Page 79: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Variabel Independen :

2. Iman (X1)

Iman yaitu tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu

dengan berharap ridho dan berkah dari Allah Swt (Hasanuri :2010). Iman juga

merupakan tindakan yang dilakukan didominasi oleh harapan untuk

mendapatkan ridho dan berkah dari Allah SWT, berdasarkan apa yang telah

diungkapkan oleh Taqiuddin dan dikembangkan oleh Abdullah (2002)

3. Pengetahuan zakat (X2)

Pengetahuan zakat yang dimaksud adalah pengetahuan masyarakat tentang

zakat, tujuan dan manfaat zakat, dampak yang akan diperoleh dari membayar

zakat yang akan melahirkan budaya berzakat masyarakat sebagai suatu

kewajiban yang harus ditunaikan. (Bukhari : 2009)

4. Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3)

Harta kekayaan atau pendapatan adalah segala kekayaan yang dimiliki oleh

wajib zakat terhadap kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Besar kecilnya

harta kekayaan atau pendapatan dapat mempengaruhi motivasi muzakki

membayar zakat, sesuai dengan konsep yang diungkapkan vdalam konsep

Y=C+S (Boediono : 1993) mengenai konsep pendapatan yang berhubungan

lurus dengan pengeluaran. Zakat dianalogikan sama dengan konsep komsumsi

dan tabungan sebagai pengeluaran.

5. Peran Pemerintah (X4)

Peran pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat dan pemerintah

daerah. Pemerintah pusat membentuk badan amil zakat Nasional yang

Page 80: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

berkedudukan di ibu kota negara. Pemerintah daerah membentuk badan amil

zakat daerah yang berkedudukan di ibu kota propinsi, kabupaten atau kota dan

kecamatan, yang bertugas untuk memberikan perlindungan hukum dan

pengawasan terhadap pengelolaan dana zakat (Undang-undang RI No.38

tentang Pengelolaan zakat).

6. Peran Ulama (X5)

Ulama yang dimaksud adalah Tokoh masyarakat dan kaum cendekia setempat

yang memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas

tinggi. (Undang-undang RI No.38 tentang Pengelolaan zakat).

7. Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6)

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat, terkait dengan tingkat kepercayaan muzakki

kepada sebuah lembaga amil zakat dalam usahanya mengumpulkan, mengelola,

dan menyalur zakat yang berjalan sebagimana mestinya. Ini berdasarkan konsep

kebutuhan keamanan oleh Maslow (Gibson : 1996)

Dari definisi operasionalisasi variabel di atas, dapat dituangka n pada tabel

berikut:

Tabel-1: Operasionalisasi Variabel-X

Variabel Indikator Skala

Data

Iman (X1)

1. Mengetahuai arti penting zakat 2. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap

muslim yang telah memenuhi syarat agama

Interval

1-5

Pengetahuan Zakat

(X2)

1. Mengetahuai arti Penting Zakat 2. Mengetahui tujuan dan manfaat zakat

3. Mengetahui hikmah yang terkandung dalam mengelurkan zakat

Interval

1-5

Page 81: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Harta Kekayaan dan Pendapatan

(X3)

1. Kekayaan yang menjadi objek zakat adalah

milik sendiri

2. Kekayaan tersebut harus mencapai nisab 3. Mengetahui kekayaan yang menjadi objek-

objek zakat

Interval

1-5

Pemerintah (X4)

1. Kebijakan 2. Transparansi program dan penggunaan dana

zakat

3. Pengarahan dan Pelayanan

Interval

1-5

Ulama

(X5)

1. Tersosialisasinya pengetahuan tentang zakat 2. Masyarakat sadar tentang kewajiban

membayar zakat

Interval

1-5

Kredibilitas Lemnbaga Amil

Zakat (X6)

1. Transparansi dalam pengelolaan dana zakat 2. Prosedur penerimaan dana zakat sesuai

tujuan 3. Prosedur penyaluran dana zakat tepat guna

Interval

1-5

Sumber : Data diolah Sendiri

Tabel-2: Operasionalisasi Variabel-Y

Motivasi membayar zakat

(Y1)

1. Masyarakat sadar tentang kewajiban membayar zakat

2. Kesadaran membayar zakat di sertai dengan

pemahaman dan pengetahuan tentang zakat

Interval

1-5

Sumber : Data diolah Sendiri

Dalam melakukan test dari masing-masing variabel yang ada baik variabel bebas

maupun variabel terikat akan diukur dengan menggunakan instrumen kuesioner,

dengan skala likert. Kuesioner disusun dengan menyiapkan 5 (lima) pilihan seperti

pada tabel berikut ini:

Page 82: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel - 3 : Bobot Nilai Variabel

Pilihan Bobot

Sangat Setuju/Selalu 5

Setuju/Sering 4

Kadang-kadang 3

Tidak Setuju/Jarang 2

Sangat tidak setuju/Tidak Pernah 1

Sumber : Riduwan (2006:16)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti secara

terstruktur, terncana dan sistematik berkaitan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

2. Kuestioner, yaitu menggunakan daftar pertanyaan yang didistribusikan kepada

responden yang dipilih untuk mewakili wajib zakat (muzakki), Penerapan metode

kuetioner dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai beberapa faktor yang

akan dianalisis berkaitan dengan tingkat motivasi orang berzakat dan besarnya

nilai zakat.

3. Interview, digunakan dengan maksud melengkapi data yang belum diperoleh dari

observasi dan kuesioner. Metode ini dapat menjadi alat control terhadap data

yang masih diragukan dan data yang tidak valid

Page 83: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif, yaitu data dalam bentuk nonangka, misalnya sejarah singkat

lembaga amil, struktur oganisasi, dan lain-lain

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka, seperti persepsi sampel

yang sudah dikonversi menjadi skala likert.

2. Sumber Data

a. Data Primer adalah data penelitian yang bersumber dari hasil kuetioner,

observasi dan wawancara langsung dari responden.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari dokumentasi dan laporan

tertulis dari Lembaga Amil Zakat (LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan.

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wajib zakat (muzakki) yang terdaftar pada Lembaga Amil Zakat

(LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam kaitannya dengan judul yang dipilih oleh

penulis maka populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 725 orang muzakki yang

terdaftar dan aktif membayar zakat pada Lembaga amil zakat Provinsi Sulawesi

Selatan.

Sampel adalah sebagian kecil dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik

oleh setiap anggota yang dipilih dapat mewakili populasi. Metode sampel yang

digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik atau pertimbangan tertentu yang

dianggap dan dinilai representative bagi penulis dalam memberikan informasi yang

akurat. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah muzakki yang

Page 84: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

aktif sebesar 725, dengan jumlah subjek tersebut besarnya sampel diambil antara 10-

15 % atau 20-25 % atau lebih. Oleh peneliti mengambil sampel sebesar 20% dari

populasi atau sebanyak 145 responden.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian perlu dilakukan

hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh benar-benar valid dan reliable. Simamora

(2002) mengungkapkan Uji Validitas dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat

pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan karena

tidak mencerminkan pertanyaan-pertanyaan yang penting. Sedangkan uji reliabilitas

bertujuan untuk mengukur keandalan alat ukur dengan cara memberikan skor yang

relatif sama pada seorang responden, walaupun responden mengerjakannya dalam

waktu yang berbeda Misalkan seseorang telah mengisi kuisioner, beberapa waktu

kemudian di minta lagi untuk mengisi ulang kuisioner, bila isi kuisioner pertama sama

dengan isi kuisioner kedua, maka kuisioner dikatakan reliable. Kuisioner yang sudah

lolos ujilah yang dapat dipakai untuk diisi data dari responden. Pengujian reliable

dilakukan dengan menghitung nilai crobatch alpha, menurut Ferdinand Augusty (2002)

bahwa nilai batas tingkat reliabilitas alpha adalah 0,7.

Pengujian tingkat validitas dan reliabilitas dihitung dengan alat bantu komputer.

Cara pengambilan keputusan untuk validitas dan reliabilitas adalah didistribusikan

dengan tabel t dengan =0.10, dan derajat kebebasan (dk= n-2), kaidah keputusan,

jika r hitung > r tabel berarti valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak valid. Sedangkan

untuk reliabilitas jika r Alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka reliabel, sebaliknya jika

r Alpha negatif atau r Alpha lebih kecil dari r tabel maka tidak reliabel.

Page 85: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

G. Metode Analisis Data

Untuk menguji kebenaran hipotesis dan menjawab serta memecahkan

permasalahan tentang faktor yang berpengaruh terhadap motivasi membayar zakat dan

besarnya nilai zakat di Kota Makassar yaitu, meliputi variable -variabel X1 (Iman), X2

(Pengetahuan Zakat), X3 (Harta Kekayaan atau Pendapatan), X4 (Peran Pemerintah ),

X5 (Peran Ulama ) dan X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), penulis menggunakan

metode dan alat analisis secara kulitatif maupun kuantitif, maka digunakan metode

analisis sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif yaitu suatu metode analisis yang digunakan untuk

mengetahui identitas responden wajib zakat (muzakki) pada Lembaga Amil Zakat

(LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan, dengan dimensi peningkatan motivasi membayar

zakat. Hasil pengisian questioner dengan mengelompokkan jawaban responden

kedalam lima kategori dengan menggunakan skala Likert.

2. Analisis Kuantitatif yaitu analisis regresi linier berganda (multiple regressions

analysis) untuk mengetahui pengaruh atau signifikasi antara variable-variable X1

(Iman), X2 (Pengetahuan Zakat), X3 (Harta Kekayaan), X4 (Peran Pemerintah), X5

(Peran Ulama), X6 (Kredibilitasa Lembaga Amil Zakat ) terhadap Motivasi

Berzakat (Y1) dirumuskan dengan formulasi sebagai berikut :

Page 86: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Y1 = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e

Dimana Y1 = Motivasi Membayar Zakat

b0 = Konstanta

X1 = Iman

X2 = Pengetahuan Zakat

X3 = Harta Kekayaan atau Pendapatan

X4 = Peran Pemerintah

X5 = Peran Ulama

X6 = Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

b1-b6 = Koefisien Regresi

e = Standar Kesalahan

Dari formula regresi tersebut diatas, maka dilakukan pengujian dengan

menggunakan software windows SPSS. Untuk menguji hipotesis dengan uji

statistik sebagai berikut :

1. Uji-F (Fisher), yaitu pengujian secara simultan atau bersama-sama untuk

mengetahui dan menarik simpulan apakah koefisien semua variable bebas

(X1 s/d X6) mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable terikat (Y)

yaitu dengan membandingkan antara F ratio (hitung) dengan F table pada

Df (degree of feedom) 90 %. Jika F Ratio (hitung) lebih besar dari F table,

maka dinyatakan bahwa variable independen (X1 s/d X6) secara simultan

berpengaruh nyata terhadap variable dependen motivasi berzakat (Y).

2. Uji-T (student) yaitu pengujian secara parsial atau individual untuk

mengetahui dan menarik simpulan apakah koefisien setiap variable bebas

Page 87: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

( X1 s/d X6 ) mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable terikat (Y)

yaitu dengan membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel masing-

masing variable pada Df (degree of freedom) 90% atau alpha 10%. Jika t-

hitung lebih besar dari t-tabel, maka dinyatakan bahwa variable

independen (X1 s/d X 6) secara parsial berpengaruh nyata terhadap

variable dependen (Y)

3. Untuk menguji bahwa faktor yang dominan berpengaruh terhadap motivasi

berzakat di kota Makassar dengan membandingkan antara variable nilai

thitung dan koefisien regresi yang dominan.

Page 88: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan adalah badan pengelola

zakat yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Kota Makassar Nomor:

75/kep/451.12/2002 tentang Perubahan Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kota

Makassr No. 451.12/07/S.edar/ksbg.

Berpijak pada landasan syar‟I dan hukum positif, maka azas dan tujuan

pengelolaan zakat wiliyah Kota Makassar yaitu berdasarkan keimanan dan ketaqwaan,

keterbukaan dan kepastian hokum sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-

Undang Dasar R.I tahun 1945.

Tujuan Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Kota Makassar adalah : (a)

Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan

agama, (b) Meningkatkan fungsi pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan social, (c) Meningkatkan daya guna dan hasil

guna. Untuk melaksanakan amanah Undang-undang tersebut dengan baik dimana

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan telah menerbitkan buku Saku

Pedoman Pengelolaan Zakat Kota Makassar.

Peranan fungsi dan tugas Badan Amil Zakat Kota Makassar, digambarkan dalam

struktur Organisasi Badan Amil zakat Kota Makssar, yaitu terdiri dari Dewan Pembina,

Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas, dan Badan Pelaksana terlihat pada :

Gambar 3 berikut :

Page 89: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Gambar 3. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Kota Makassar

Sumber : Lembaga Badan Amil Zakat Kota Makassar

a. Ketua Dewan Pembina Pimpinan oleh wali Kota Makassar sebagai pimpinan

tertinggi Pemerintah daerah Kota Makassar, sebagai anggota dari unsure

ulama senior serta unsure akademis berfungsi untuk memberikan

pengarahan dan pembinaan terhadap efektifitas pengelolaan zakat di Kota

Makassar.

Badan Pelaksana

Harian

Staf-staf

Dewan

Pertimbangan

Komisi

Pengawas

Kepala

Seksi

Pendayagunaa

n

Ketua

Umum

UPZ-UPZ Staf-staf

Kepala

Seksi

Pengembangan

Kepala

Seksi

Pendistribusian

Kepala Seksi

Pengumpulan

Dana

Staf-staf

Mustahiq Muzakki Mustahiq Mustahiq

Bendahara Sekertaris

Umum

Page 90: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

b. Dewan Pertimbangan yaitu suatu Dewan yang berfungsi untuk memberikan

pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi tentang pengembangan hokum

dan pemahaman pengelolaan zakat meliputi : penetapan garis-garis

kebijakan umum Badan amil Zakat, menggunakan fatwa syariah, memberikan

pertimbangan, saran, rekomendasi serta menampung, mengelola dan

menyampaikan pendapat umat tentang pengelolaan zakat.

c. Komisi pengawas bertugas melaksanakan pengawasan terhadap

pengawasan internal atas operasional kegiatan yang dilaksanakan oleh

Badan Pelaksana yang fungsinya diuraikan sebagai berikut :(1) Mengawasi

pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan, (2) Mengawasi

pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, (3) Mengawasi

operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana mencakup

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, (4) Melakukan

pemeriksanaan operasional dan pemeriksaan syariah dan peraturan

perundang-undangan, (5) Menunjuk akuntan publik untuk melakukan audit,

(6) Menyampaikan hasil pengawasan kepada Badan Pelaksana dan Dewan

Pertimbangan untuk ditindak lanjuti.

d. Badan Pelakasana Yaitu badan yang langsung melaksanakan tugas

operasional Badan Amil Zakat (BAZ), yaitu :

1) Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

2) Mengumpulkan dan mengelola data yang diperlukan untuk menyusun

rencana pengelolaan zakat.

Page 91: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

3) Menyelenggarakan bimbingan dibidang pengelolaan, pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

4) Melaksanakan pemgumpulan, pendistribusian dan pemdayagunaan,

menyusun erencana dan program kerja tahunan.

B. Deskripsi Distribusi Responden

Pengumpulan data untuk keperluan analisis dilakukan melalui pendistribusian

kuisioner yang diantarkan langsung kealamat muzakki yang terdaftar di Lembaga Amil

Zakat Kota Makassar. Pendistribusian tersebut dilakukan selama lima hari , yaitu pada

tanggal 13 Mei sampai dengan 17 Mei 2011. Kuisioner yang diisi oleh para muzakki

atau yang telah membayar zakatnya dilembaga amil zakat berjumlah 145 kuisioner.

Tabel 4.1

Ikhtisar distribusi dan Pengembalian Kuisioner

No Keterangan Jumlah Kuisioner Persentase

1 Distribusi Kuisioner 145 100%

2 Kuisioner kembali 145 100%

3 Kuisioner tidak kembali 0 100%

4 Kuisioner diolah 145 100%

n sampel = 145

Responden Rate = (145/145) x 100% = 100%

Sumber : Data diolah

C. Analisis Diskriptif Pendapat Responden

Deskripsi pendapat responden dimaksudkan untuk memberikan uraian tentang

hasil jawaban atau tanggapan masing-masing responden, dalam hubungan dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan variabel-variabel penelitian

Page 92: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dimaksud adalah motivasi muzakki membayar zakat (Y1) dan besarnya nilai zakat (Y2)

sebagai variabel terikat, terhadap variabel bebas yaitu Iman (X1), pengetahuan zakat

(X2), harta kekayaan atau pendapatan (X3), peran pemerintah (X4), peran ulama (X5),

kredibilitas lembaga amil zakat (X6), variabel-variabel tersebUt akan dibahas satu

persatu sebagai hasil penelitian.

1. Pendapat Responden tentang Variabel Iman (X1)

Variabel Iman dalam penelitian ini menggunakan instrument yang diukur dengan

menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan sangat tidak

setuju). Instrument terdiri dari 5 (lima) item pertanyaan yang digunakan untuk

mengetahui apakah motivasi Iman merupakan motivasi yang mempengaruhi muzakki

dalam membayar zakat. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari instrumen ini

menunjukkan semakin tinggi motivasi responden dalam hal Iman pada saat

membayar zakat. Selanjutnya skor tersebut diolah dalam pengujian statistik deskriptif

untuk mengetahui tentang gambaran dari motivasi Iman.

Setelah dilakukan pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambaran yang

menunjukkan variabel Iman (X1) memiliki rata-rata mean 24,31 dengan standar

deviasi sebesar 1,284. Data pada table 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata rsponden

menjawab “sangat setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang diberikan sehingga

dapat disimpulkan mayoritas muzakki memiliki motivasi Iman yang sangat kuat pada

saat mengeluarkan zakat.

Page 93: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.2

Frekwensi Iman

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 436 87,56%

4 = setuju 56 11,24%

3 = ragu-ragu 6 1,20%

2 = tidak setuju -

1 = sangat tidak setuju -

Total 498 100% Rata-rata = 24,31 Standar Deviasi = 1,284

Sumber : Data Diolah

2. Pendapat Responden tentang Pengetahuan Zakat (X2)

Variabel pengetahuan zakat dalam penelitian ini menggunakan instrument yang

diukur dengan menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan

sangat tidak setuju). Instrument terdiri dari 5 (lima) item pertanyaan yang digunakan

untuk mengetahui apakah motivasi pengetahuan zakat merupakan motivasi yang

mempengaruhi muzakki dalam membayar zakat. Semakin tinggi skor yang diperoleh

dari instrumen ini menunjukkan semakin tinggi motivasi responden dalam hal Iman

pada saat membayar zakat. Selanjutnya skor tersebut diolah dalam pengujian statistik

deskriptif untuk menbetahui tentang gambaran dari motivasi Iman. Setelah dilakukan

pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambaran yang menunjukkan variable

pengetahuan zakat (X2) memiliki rata-rata mean 20,77 dengan standar deviasi sebesar

1,927. Data pada table 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata responden menjawab “sangat

setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang diberikan sehingga dapat disimpulkan

mayoritas muzakki memiliki motivasi pengetahuan tentang zakat yang sangat kuat pada

saat mengeluarkan zakat.

Page 94: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.3

Frekwensi Pengetahuan Zakat

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 322 62.42%

4 = setuju 135 27,38%

3 = ragu-ragu 26 5,27%

2 = tidak setuju 10 4,93%

1 = sangat tidak setuju - -

Total 493 100% Rata-rata = 20,77 Standar Deviasi = 1,927

Sumber : Data Diolah

3. Pendapat Responden tentang Harta kekayaan atau Pendapatan (X3)

Variabel harta kekayaan atau pendapatan ini menggambarkan instrument yang

diukur dengan menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan

sangat tidak setuju). Instrument terdiri dari 5 (lima) item pertanyaan yang digunakan

untuk mengetahui apakah motivasi harta kekayaan atau pendapatan merupakan

motivasi yang mempengaruhi motivasi muzakki dalam membayar zakat. Semakin tinggi

skor yang diperoleh dari instrumen ini menunjukkan semakin tinggi motivasi responden

dalam hal harta kekayaan atau pendapatan pada saat membayar zakat. Selanjutnya

skor tersebut diolah dalam pengujian statistik deskriptif untuk mengetahui tentang

gambaran dari motivasi harta kekayaan atau pendapatan.

Setelah dilakukan pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambaran yang

menunjukkan variable harta kekayaan atau pendapatan (X3) memiliki rata-rata mean

2,275 dengan standar deviasi sebesar 2,528. Data pada table 4.2 menunjukkan bahwa

rata-rata rsponden menjawab “sangat setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang

diberikan sehingga dapat disimpulkan mayoritas muzakki memiliki motivasi harta

kekayaan atau pendapatan yang sangat kuat pada saat mengeluarkan zakat.

Page 95: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.4 Frekwensi Harta Kekayaan atau Pendapatan

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 322 66,44%

4 = setuju 133 27,08%

3 = ragu-ragu 26 5,29%

2 = tidak setuju 10 4,91%

1 = sangat tidak setuju -

Total 491 100% Rata-rata = 22,75

Standar Deviasi = 2,528

Sumber : Data Diolah

4. Pendapat Responden tentang Variabel Peran Pemerintah (X4)

Variabel peran pemerintah ini menggambarkan instrument yang diukur dengan

menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju).

Instrument terdiri dari 4 (empat) item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui

apakah variabel peran pemerintah merupakan motivasi yang mempengaruhi motivasi

muzakki dalam membayar zakat. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari instrumen ini

menunjukkan semakin tinggi motivasi responden dalam hal peran pemerintah pada saat

membayar zakat. Selanjutnya skor tersebut diolah dalam pengujian statistik deskriptif

untuk mengetahui tentang gambaran dari motivasi peran pemerintah.

Setelah dilakukan pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambaran yang

menunjukkan variable peran pemerintah (X4) memiliki rata-rata mean 18,00 dengan

standar deviasi sebesar 1,853 Data pada table 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata

responden menjawab “sangat setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang diberikan

sehingga dapat disimpulkan mayoritas muzakki memiliki motivasi peran pemerintah

yang sangat kuat pada saat mengeluarkan zakat.

Page 96: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.5 Frekwensi Peran Pemerintah

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 210 52,50%

4 = setuju 185 46,25%

3 = ragu-ragu 5 1,25%

2 = tidak setuju -

1 = sangat tidak setuju - 100%

Total 400

Rata-rata = 18,00 Standar Deviasi = 1,853

Sumber : Data Diolah

5. Pendapat Responden tentang Varabel Peran Ulama (X5)

Variabel peran ulama ini menggambarkan instrument yang diukur dengan

menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan sangat tidak

setuju). Instrument terdiri dari 2 (dua) item pertanyaan yang digunakan untuk

mengetahui apakah peran ulama merupakan motivasi yang mempengaruhi motivasi

muzakki dalam membayar zakat. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari instrumen ini

menunjukkan semakin tinggi motivasi responden dalam hal peran pemerintah pada

saat membayar zakat. Selanjutnya skor tersebut diolah dalam pengujian statistik

deskriptif untuk mengetahui tentang gambaran dari motivasi peran ulama.

Setelah dilakukan pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambara n yang

menunjukkan variable peran ulama (X5) memiliki rata-rata mean 9,450 dengan standar

deviasi sebesar 0,868. Data pada table 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata rsponden

menjawab “sangat setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang diberikan sehingga dapat

disimpulkan mayoritas muzakki memiliki motivasi peran ulama yang sangat kuat pada

saat mengeluarkan zakat.

Page 97: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.6 Frekwensi Peran Ulama

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 145 72,86%

4 = setuju 54 27,14%

3 = ragu-ragu - -

2 = tidak setuju - -

1 = sangat tidak setuju - -

Total 199 100 Rata-rata = 9,450

Standar Deviasi = 0,868

Sumber : Data Diolah

6. Pendapat Responden tentang vaiabel Kredibilitas Lembaga Amil zakat (X6)

Variabel kredibilitas lembaga amil zakat ini menggambarkan instrument yang

diukur dengan menggunakan skala likert lima point (sangat setuju sampai dengan

sangat tidak setuju). Instrument terdiri dari 4 (empat) item pertanyaan yang digunakan

untuk mengetahui apakah kredibilitas lembaga amil zakat merupakan motivasi yang

mempengaruhi motivasi muzakki dalam membayar zakat. Semakin tinggi skor yang

diperoleh dari instrumen ini menunjukkan semakin tinggi motivasi responden dalam hal

kredibilitas lembaga amil zakat pada saat membayar zakat. Selanjutnya skor tersebut

diolah dalam pengujian statistik deskriptif untuk mengetahui tentang gambaran dari

motivasi kredibilitas lembaga amil zakat.

Setelah dilakukan pengujian statistik deskriptif maka diperoleh gambaran yang

menunjukkan variable kredibilitas lembaga amil zakat (X6) memiliki rata-rata mean

18,889 dengan standar deviasi sebesar 1,757. Data pada table 4.7 menunjukkan

bahwa rata-rata rsponden menjawab “sangat setuju” atau skala 5 atas pertanyaan yang

diberikan sehingga dapat disimpulkan mayoritas muzakki memiliki motivasi kredibilitas

lembaga amil zakat yang sangat kuat pada saat mengeluarkan zakat.

Page 98: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.7

Frekwensi Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

Skala Frekwensi Persentse

5 = sangat setuju 223 67,57%

4 = setuju 102 30,90%

3 = ragu-ragu 5 1,53%

2 = tidak setuju - -

1 = sangat tidak setuju - -

Total 330 100% Rata-rata = 27,57 Standar Deviasi = 2,324

Sumber : Data Diolah

D. Statistik Deskriptif Keseluruhan Variabel

Analisis dilakukan terhadap 145 sampel (jawaban responden) yang diolah lebih

lanjut. Hasil pengujian data statistik deskriptif keseluruhan variable ditunjukkan pada

tebel 4.8 berikut :

Tabel 4.8

Statistik Deskriptif Variabel

Variabel N Mean Standar

Deviasi

Motivasi Membayar Zakat 145 9,46 1,019

Iman 145 24,31 1,284

Pengetahuan zakat 145 20,77 1,927

Harta Kekayaan atau Pendapatan 145 22,75 2,528

Peran pemerintah 145 18,00 1,853

Peran Ulama 145 9,45 0,868

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat 145 1,889 1,757

Sumber : Data diolah

Page 99: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

E. Uji Kualitas Data

1 Uji Valitas Data

Uji valitas data ditunjukkan untuk mengukur seberapa besar nyata suatu

pengujian atau instrument mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian

ini validitas data diukur dengan membandingkan sig. hitung masing-masing item

pertanyaan harus lebih kecil dari taraf signifikasi 10% (0,10). Uji validitas ini dilakukan

terhadap instrument Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan,

peran pemerintah, peran ulama, dan kredibilitas lembaga amil zakat. Hasil uji validitas

penelitian ini, menunjukkan bahwa semua item variabel valid (nilai sig.<0,10). Rincin

masing-masing item disajikan pada lampiran berikut :

Tabel 4.9 Uji Validitas

Variabel Item Valid Item Tidak Valid

Iman (X1) 1,2,3,4,5 -

Pengetahuan Zakat (X2) 1,2,3,4,5 -

Harta kekayaan atau Pendapatan (X3) 1,2,3,4,5 -

Peran Pemerintah (X4) 1,2,3,4 -

Peran Ulama (X5) 1,2 -

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) 1,2,3,4 -

Motivasi Membayar Zakat (Y1) 1,2 -

Sumber : Data diolah

2. Uji Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah tingkat seberapa besar pengukur dengan stabil dan konsisten.

Pengujian reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Koefisien cronbach alpha yang

diatas 0,7 menunjukkan keandalan instrument. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

reliabilitas masing-masing instrument Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau

pendapatan, peran pemerintah, peran ulama, kredibilitas lembaga amil zakat, setelah

Page 100: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dilakukan pengedropan item-item variabel yang tidak valid adalah relatif baik karena

memiliki nilai alpha diatas 0,7 (Fierdinard Augusty : 2002).

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Item (N) Alpha Keterangan

Iman (X1) 5 0,731 Reliabel

Pengetahuan Zakat (X2) 5 0,846 Reliabel

Harta kekayaan atau Pendapatan (X3) 5 0,854 Reliabel

Peran Pemerintah (X4) 4 0,885 Reliabel

Peran Ulama (X5) 2 0,993 Reliabel

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) 4 0,941 Reliabel

Motivasi Membayar Zakat (Y1) 2 0,961 Reliabel Sumber : Data Diolah

F. Analisis Data Statistika dan Pengujian Hipotesis

1. Regresi Linier Berganda

Berdasarkan perhitungan analisis berganda, diketahui bahwa variabel Iman (X1),

Pengetahuan Zakat (X2) , Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah

(X4), Peran Ulama (X5), Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) adalah variabel bebas

(independent) yang dilteliti dalam hubungannya dengan Motivasi Membayar Zakat (Y1)

sebagai variabel terikat (dependent) dapat dilihat dalam tabel 4.11, berikut :

Tabel 4.11 Model Summeryb

Kontribusi Model terhadap Variabel Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Chang

e df1 df2 Sig. F

Change

1 .804a .646 .629 0.330744 .646 27.620 6 138 .000

a. Predictors: (Constant), X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), X1 ( Iman), X5 (Peran Ulama), X2 (Pengetahuan Zakat), X3 (Harta Kekayaan atau Pendapatan, X4 (Peran Pemerintah)

b. Dependen Variabel : Y1 (M0tivasi Membayar Zakat)

Sumber : Data Diolah

Page 101: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Dari model summery diatas, tampak bahwa R2 = 0,646, yang berarti bahwa

kurang lebih sekitar 64,60 % dari variasi perubahan Motivasi Membayar Zakat (Y1)

dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu Iman (X1), Pengetahuan Zakat (X2) , Harta

Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah (X4), Peran Ulama (X5), Kredibilitas

Lembaga Amil Zakat (X6) sedangkan sisanya 35,40 % dipengaruhi oleh factor lain diluar

model ini.

Standar Error Estimasi (SEE) adalah sebesar 0,330 atau 30,30% satuan yang

dipakai vatiabel terikat yaitu Motivasi membayar Zakat (Y1), sementara Standar Deviasi

(SD) Motivasi Membayar Zakat (Y1) sebesar 0,509 atau 50,09%.

Selanjutnya hasil analisis berganda yang diperoleh dengan bantuan computer

program SPSS versi 16.0 dapat dilihat dalam tabel 4.12

Tabel 4.12 Uji Kemaknaan koefisien Regresi dan Signifikan Variabel Independen

terhadap variabel Dependen Y1

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.161 1.519 1.422 .157

X1 (Iman) .299 .068 .316 4.412 .000

X2 (Pengetahuan Zakat) .064 .035 .108 1.821 .071

X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan)

.120 .036 .277 3.302 .001

X4 (Peran Pemerintah) .026 .041 .043 .641 .523

X5 (Peran Ulama) .193 .102 .160 1.905 .059

X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat)

.217 .060 .364 3.610 .000

a. Dependent Variable: Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

Sumber : Data diolah

Hasil perhitungan uji statistik menunjukkan bahwa, koefisien regresi Iman (X1 )

sebesar 0,299, Pengetahuan Zakat (X2) sebasar 0,064 , Harta Kekayaan atau

Pendapatan (X3) sebesar 0,120, Peran Pemerintah (X4) sebesar 0,26, Peran Ulama

Page 102: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

(X5) sebesar 0,193, Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) sebesar ,0217, sedangkan

konstanta sebesar 2,161. Sehingga apabila dimasukkan kedalam formula persamaan

regresi sebagai berikut :

Y1 = 2,161+0,299 X1 +0,064 X2 +0,120 X3 +0,026X4 + (0,193) X5 + 0,217 X6 + e

Dari persamaan regresi di atas dapat di interpretasikan bahwa :

a = 2,161 yang berarti angka tersebut menunjukan bahwa motivasi membayar zakat

akan meningkat dengan baik dengan nilai konstan sebesar 2,161 apabila

disertai dengan peningkatan varabel Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan

atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama dan kredibilitas lembaga amil

zakat

b1 = 0,299 yang berarti bahwa bila motivasi Iman ditingkatkan 1 satuan, maka

motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar 0,299.

b2 = 0,064 yang berarti bahwa bila motivasi pengetahuan zakat ditingkatkan 1

satuan, maka motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar 0,064.

b3 = 0,120 yang berarti bahwa bila motivasi harta kekayaan atau pendapatan

ditingkatkan 1 satuan, maka motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar

0,120.

b4 = 0,026 yang berarti bahwa bila motivasi peran pemerintah ditingkatkan 1 satuan,

maka motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar 0,026.

Page 103: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

b5 = 0,193 yang berarti bahwa bila motivasi peran ulama ditingkatkan 1 satuan,

maka motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar 0,193.

b6 = 0,217 yang berarti bahwa bila motivasi kredibilitas lembaga amil zakat

ditingkatkan 1 satuan, maka motivasi membayar zakat akan lebih baik sebesar

0,217

Hasil regresi berganda di atas menunjukan bahwa variabel motivasi Iman,

pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama

dan krediblitas lembaga amil zakat adalah faktor berpengaruh positif terhadap motivasi

membayar zakat, dimana setiap kenaikan yang terjadi pada variabel variabel motivasi

Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran

ulama dan krediblitas lembaga amil zakat akan diikuti pula oleh kenaikan motivasi

membayar zakat.

Hasil regresi berganda di atas menunjukan bahwa variabel motivasi Iman,

pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama

dan krediblitas lembaga amil zakat adalah faktor berpengaruh positif terhadap besarnya

nilai zakat, dimana setiap kenaikan yang terjadi pada variabel variabel motivasi Iman,

pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama

dan krediblitas lembaga amil zakat akan diikuti pula oleh kenaikan besarnya nilai zakat.

2. Pengujian Hiopotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menguji kebenaran teori berdasarkan

bukti empiris dilapangan. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunaka Uji

T dan Uji F.

Page 104: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

a. Analisis pengaruh Variabel Bebas terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Secara Parsial (Uji t)

Uji-t digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara parsial

masing-masing variabel independen yaitu Variabel Iman (X1), Pengetahuan

Zakat (X2) , Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah (X4),

Peran Ulama (X5), Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) adalah variabel bebas

(independent) yang dilteliti dalam hubungannya dengan Motivasi Membayar

Zakat (Y1) sebagai variabel terikat (dependent).

Dengan uji-t ini dapat diperoleh informasi mengenai variabel mana yang

memiliki pengaruh paling dominan. Uji-t dilakukan dengan cara membandingkan

antara nilai sig dengan derajat alpha (α) pada taraf signifikansi = 10% (0,10). Jika

nilai nilai sig < taraf signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut

memiliki pengaruh yang signifikan, sebagaimana terlihat pada tabel 4.12, hingga

bisa disimpulkan pengaruh setiap variabel independen (X1 sampai dengan X 6)

terhadap variabel dependen Motivasi Membayar Zakat Y1 sebagai berikut :

1) Variabel Iman (X1) terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Hipotesis H1 : Faktor Iman berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Membayar zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasilkan t-hitung variabel Iman (X1) sebesar

4,412 sedangkan t-tabel 1,396 dengan demikian thitung > ttabel, maka Ho

ditolak, H1 diterima, berarti bahwa variabel Iman (X1) berpengaruh nyata

atau berpengaruh positif terhadap motivasi membayar zakat selama

variabel lainnya konstan. Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat

Page 105: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dijelaskan bahwa pada taraf signifikansi alpha (α) = 0,10; variabel Iman

(X1) dengan nilai sig 0,000 < alpha (α), maka dapat disimpulkan bahwa

Iman berpengaruh signifikan dengan motivasi membayar zakat atau

dengan kata lain H1 diterima.

2) Variabel Pengetahuan Zakat (X2) terhadap Motivasi Membayar

Zakat (Y1)

Hipotesis H2 : Faktor Pengetahuan Zakat berpengaruh positif dan

signifikan terhadap motivasi membayar zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasilkan t-hitung variabel pengetahuan zakat

(X2) sebesar 1,821 sedangkan t-tabel 1,396 dengan demikian thitung > ttabel ,

maka Ho diterima, H2 ditolak, berarti bahwa variabel pengetahuan zakat

(X2) berpengaruh positif terhadap motivasi membayar zakat selama

variabel lainnya konstan. Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat

dijelaskan bahwa pada taraf signifikansi alpha (α) = 0,10; variabel Iman

(X1) dengan nilai sig 0,07 < alpha (α), maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan zakat berpengaruh signifikan dengan motivasi membayar

zakat atau dengan kata lain H2 diterima.

3) Variabel Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3) terhadap Motivasi

Membayar Zakat (Y1)

Hipotesis H3 : Faktor harta kekayaan atau pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Membayar zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasilkan t-hitung variabel harta kekayaan

atau pendapatan (X3) sebesar 3,302 sedangkan t-tabel 1,396 dengan

Page 106: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

demikian thitung > ttabel , maka Ho ditolak, H3 diterima, berarti bahwa

variabel harta kekayaan atau pendapatan (X3) berpengaruh nyata atau

berpengaruh positif terhadap motivasi membayar zakat selama variabel

lainnya konstan. Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa pada taraf signifikansi alpha (α) = 0,10; variabel harta kekayaan

atau pendapatan (X3) dengan nilai sig 0,001 < alpha (α), maka dapat

disimpulkan bahwa harta kekayaan atau pendapatan berpengaruh

signifikan dengan motivasi membayar zakat atau dengan kata lain H3

diterima.

4) Variabel Peran Pemerintah (X4) terhadap Motivasi Membayar

Zakat (Y1)

Hipotesis H4 : Faktor peraan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Membayar zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasilkan t-hitung variabel peran pemerintah

(X4) sebesar 0,641 sedangkan t-tabel 1,396 dengan demikian thitung < ttabel

maka Ho diterima, H4 ditolak, berarti bahwa peran pemerintah (X4)

berpengaruh positif terhadap motivasi membayar zakat selama variabel

lainnya konstan. Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa pada taraf signifikansi alpha 0,10; variabel peran pemerintah (X4)

dengan ni lai sig 0,523. > alpha (α), maka dapat disimpulkan bahwa peran

pemerintah tidak berpengaruh signifikan dengan motivasi membayar

zakat atau dengan kata lain H4 ditolak.

Page 107: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

5) Variabel Peran Ulama (X5) terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Hipotesis H5 : Faktor peran ulama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Membayar zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasi lkan t-hitung variabel peran ulama (X5)

sebesar 1,905 sedangkan t-tabel 1,396 dengan demikian thitung > ttabel ,

maka Ho ditolak, H5 diterima, berarti bahwa variabel peran ulama (X5)

berpengaruh negatif terhadap motivasi membayar zakat selama variabel

lainnya konstan. Uji signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa pada taraf signifikansi alpha 0,10; variabel peran ulama (X5)

dengan nilai sig 0,059 < alpha (α), maka dapat disimpulkan bahwa peran

ulama berpengaruh signifikan dengan motivasi membayar zakat atau

dengan kata lain H5 diterima.

6) Variabel Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) terhadap Motivasi

Membayar Zakat (Y1)

Hipotesis H6 : Faktor kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Membayar

zakat

Berdasarkan hasil pengujian dihasilkan t-hitung variabel kredibilitas lembaga

amil zakat (X6) sebesar 3,610 sedangkan t-tabel 1,396 dengan demikian

thitung > ttabel , maka Ho ditolak, H6 diterima, berarti bahwa variabel

kredibilitas lembaga amil zakat (X6) berpengaruh nyata dan signifikan

terhadap motivasi membayar zakat selama variabel lainnya konstan. Uji

signifikansi berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada taraf

signifikansi alpha 0,10; variabel kredibilitas lembaga amil zakat (X6)

dengan nilai sig 0,000 < alpha (α), maka dapat disimpulkan bahwa harta

Page 108: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

kekayaan atau pendapatan berpengaruh signifikan dengan motivasi

membayar zakat atau dengan kata lain H6 diterima.

b. Analisis pengaruh Variabel Bebas terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Secara Simultan (Uji F)

Hipotesis H7a : Iman (X1), Pengetahuan Zakat (X2) , Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah (X4), Peran Ulama (X5), Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1)

Untuk mengetahui apakah variabel Iman (X1), Pengetahuan Zakat (X2) ,

Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah (X4), Peran Ulama (X5),

Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) berpengaruh simultan terhadap Motivasi

Membayar Zakat (Y1) maka digunakan uji F atau uji Anova.

Sebagaimana yang dikemukakan pada hipotesis penelitian ini adalah Iman

(X1), Pengetahuan Zakat (X2) , Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran

Pemerintah (X4), Peran Ulama (X5), Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1). Untuk

menguji hipotesis tersebut digunakan uji simultan atau uji F pada tingkat

signifikansi (α) 10 %. Uji F dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai sig

dengan derajat alpha (α) pada taraf signifikansi (α) = 0,10;. Dalam perhitungan

regresi linier berganda yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu

komputer, maka dapat diketahui bahwa nilai sig =0.000 < derajat alpha (α

=0.10), seperti pada tabel 4.15 berikut:

Page 109: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Tabel 4.15 Uji Anova

Pengujian Variabel Independen terhadap Variabel Depeden (Y1) secara Simultan

a. Predictors: (Constant), X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), X2 (Pengetahuan Zakat), X1 (Iman), X4 (Peran Pemerintah), X5 (Peran Ulama), X3 (Harta kekayaan atau Pendapatan)

b. Dependent Variable: Y1 (Motivasi membayar Zakat )

Dari tabel menunjukan bahwa variabel Iman (X1), Pengetahuan Zakat

(X2) , Harta Kekayaan atau Pendapatan (X3), Peran Pemerintah (X4), Peran

Ulama (X5), Kredibilitas Lembaga Amil Zakat (X6) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1). ini bisa terlihat dari hasil

pengujian simultan (Uji F) diatas dapat dijelaskan bahwa hasil pengujian regresi

menunjukkan nilai sig =0.000 < derajat alpha (α =0.10). Maka dapat disimpulkan

bahwa Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan, Peran

Pemerintah, Peran Ulama, Kredibilitas Lembaga Amil Zakat secara simultan

berpengaruh signifikan dengan motivasi membayar zakat atau dengan kata lain

H7 diterima

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan,

Peran Pemerintah, Peran Ulama, Kredibilitas Lembaga Amil Zakat terhadap Motivasi Membayar Zakat (Y1) dan Besarnya Nilai zakat (Y2)

a. Pengaruh Motivasi Iman

Hasil Penelitian secara parsial menunjukkan bahwa, dari hasil analisis

statistik maka dapat diketahui bahwa variabel Iman berpengaruh positif dan

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 80.076 6 13.346 27.620 .000a

Residual 66.683 138 .483

Total 146.759 144

Page 110: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

signifikan terhadap motivasi membayar zakat, demikian pula terhadap

pengaruhnya terhadap besarnya nilai zakat. Hasil penelitian mengindikasikan

bahwa motivasi Iman yang merupakan tuntutan atas aqidah yang dimiliki setiap

muslim yang secara syariat memenuhi kriteria sebagai wajib zakat, terdorong

dengan ikhlas untuk mengeluarkan zakat, karena ingin membantu saudara yang

membutuhkan dan mendapatkan kebahagiaan melalui ridho Allah SWT. Hasil

penelitian ini sejalan dengan konsep potensi diri yang dikemukan oleh Taqiuddin

(2001) yang kemudian dikembangkan oleh Abdullah (2002) memperlihatkan

bahwa hubungan antara naluri sebagai salah satu potensi hidup manusia

mempunyai pengaruh terhadap motivasi seseorang.

Hasil penelitian Ini juga sejalan penelitian yang dilakukan oleh Hasanuri

(2010:59) dalam tesisnya “Pemberdayaan Zakat Bagi Pengembangan Ekonomi

Ummat” mengatakan bahwa seseorang termotivasi untuk membayar zakat

karena: (1) Membayar zakat merupakan simbol dari keimanan seseorang, (2)

Membayar zakat adalah merupakan simbol ketaqwaan, (3) Membayar zakat

adalah merupakan simbol kebersihan dan kesucian jiwa.

Bukhari (2009) dalam tesisnya berkesimpulan bahwa motivasi seseorang

membayar zakat didasari karena panggilan keimanan dan ketaqwaan, tanpa

kesadaran iman dan taqwa seseorang cenderung enggan untuk membayar zakat,

karena dorongan nafsu kepemilikan terhadap harta kekayaan mereka, seringkali

mendominasi dari manusia untuk memilikinya.

Page 111: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

b. Pengaruh Motivasi Pengetahuan zakat

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel pengetahuan

zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat,

akan tetapi motivasi pengetahuan zakat tidak berpengaruh secara siginifikan

terhadap besarnya nilai zakat. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa motivasi

pengetahuan zakat berpengaruh signifikan terhadap motivasi muzakki untuk

membayar zakat, tetapi secara parsial tidak berpengaruh besar terhadap

besarnya nilai zakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mohd Ali, dkk (2004) dalam journal “ Kesadaran Membayar Zakat

Pendapatan dikalangan Kakitangan Universitas Kebangsaan Malaysia” hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor keimanan dan pengetahuan tentang zakat

mempengaruhi muzakki dalam membayar zakat, semakin tinggi tingkat keimanan

dan pengetahuan zakat individu muslim akan lebih cenderung untuk membayar

zakat.

Sedangkan secara simultan atau bersama-sama, terbukti bahwa motivasi

pengetahuan zakat akan mendorong motivasi muzakki membayar zakat dan

berpengaruh terhadap peningkatan besarnya nilai zakat. Oleh karena itu perlu

sinergitas dan keseimbangan antara keenam variabel tersebut pada diri seorang

muzakki, sehingga akan menghasilkan kolerasi positif dan signifikan terhadap

motivasi muzakki dalam membayar zakat.

Page 112: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

c. Pengaruh Motivasi Harta Kekayaan atau Pendapatan

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa harta kekayaan atau

pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat

dan besarnya nilai zakat. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa harta kekayaan

atau pendapatan yang dimiliki oleh seorang muzakki berpengaruh besar terhadap

motivasi untuk membayar zakat. Begitu pula jika ada kenaikan harta atau

pendapatan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah zakat yang akan

dikeluarkan berikutnya. Hal ini sejalan dengan teori komsumsi (Boediono : 1993)

yang menerangkan bahwa kenaikan jumlah pendapatan akan mempengaruhi

pengeluaran seseorang, baik dalam bentuk komsumsi maupun tabungan,

termasuk dalam bentuk zakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

Zoel Dirga (2008) beliau berkesimpulan bahwa pendapatan seorang dapat

mendorong secara signifikan keputusan muzakki untuk membayar zakat dan

mendorong peningkatan besarnya nilai zakat.

Tingkat pendapatan seseorang akan memberikan pengaruh positif atau

berbanding lurus terhadap tingkat pengeluarannya hingga pada batasan tertentu.

Begitu pula dengan aktivitas mengeluarkan zakat yang membutuhkan penyisihan

pendapatan. Hal ini dapat memotivasi seseorang muzakki untuk mengeluarkan

zakat. Apabila seorang wajib zakat yang memiliki harta dan pendapatannya yang

besar mengharuskan adanya pembayaran zakat yang besarnya pula asal

terpenuhinya nishab dan haul-nya. Oleh karena itu, semakin tinggi harta

kekayaan atau pendapatan seorang muzakki maka semakin tinggi pula jumlah

Page 113: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

zakat yang harus dikeluarkan karena dampak pada dorongan atau motivasinya

untuk memenuhi kewajiban sebagai muzakki. Seorang muzakki akan merasa

bersalah ketika harta atau pendapatannya yang semakin besar tapi tidak

mengelurkan zakat. (Zamdin : 2008)

d. Pengaruh Peran Pemerintah terhadapa Motivasi membayar zakat

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel peran pemerintah

berpengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap motivasi

membayar zakat dan besarnya nilai zakat. Hasil penelitian mengindikasikan

bahwa peran pemerintah saja tidak terlalu berpengaruh besar terhadap motivasi

muzakki untuk membayar zakat, perlu ditunjang oleh faktor-faktor lain, seperti

Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau pendapatan, kredibilitas lembaga

amil zakat dan peran ulama sebagai tokoh masyarakat yang dapat meyakinkan

para muzakki untuk membayar zakat dan peningkatan besarnya nilai zakat yang

akan terkumpul.

Sedangkan secara simultan atau bersama-sama, terbukti bahwa motivasi

peran pemerintah akan mendorong motivasi muzakki membayar zakat dan

mendorong peningkatan besarnya nilai zakat. Oleh karena itu perlu sinergitas

dan keseimbangan antara keenam variabel tersebut pada diri seorang muzakki

untuk membayar zakat sehingga akan menghasilkan kolerasi positif dan signifikan

terhadap motivasi muzakki dalam membayar zakat dan besarnya nilai zakat.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yamin Hadad (2008) “Dianamika Pengelolaan Zakat dengan kolaborasi antara

Ulama, Umara dan Agniya” beliau dalam disertasinya menyimpulkan bahwa: “(1)

Page 114: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

kolaborasi ulama, umara dan aghniya‟ merupakan suatu sistem yang terbentuk

dari sub-struktur yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya

sedemikian rupa, sehingga perubahan pada suatu bagian secara otomatis akan

mempengaruhi bagian-bagian lainnya. (2) aktivitas sistem kolaborasi yang mapan

memiliki fungsi untuk mempertahankan struktur-struktur lain dalam suatu sistem

sosial, seperti ekonomi, keluarga, politik, agama, pendidikan, dan hukum dan

melihat peran kolaborasi tersebut dalam pengelolaan zakat, baik sistem

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan secara professional akan

memotivasi muzakki untuk membayar zakat yang pada akhirnya menjamin

kelangsungan hidup masyarakat. (3) Tawaran konsep bahwa ulama‟ sebagai elit

fungsional agama, umara sebagai elit fungsional penguasa dan aghniya‟ sebagai

fungsional pemilik modal. Manakala mereka berkolaborasi mengelola zakat

sesuai fungsi masing-masing, maka Islam tidak akan mungkin mengalami

permasalahan sosial, walaupun dunia tengah mengalami perubahan, sebab

peredaran keuangan zakat tidak harus melalui pasar global dan tergantung

fluktuasi dolar”

e. Pengaruh Motivasi Peran Ulama

Hasil peneltian secara parsial menunjukkan bahwa motivasi peran ulama

berpengaruh negatif tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi

membayar zakat dan besarnya nilai zakat. Hasil penelitian mengindikasikan

bahwa motivasi peran ulama sangat diperlukan untuk mensosialisasikan zakat

ditengah-tengah masyarakat. Selain itu peran ulama dalam mensosialisasikan

ekonomi syariah ke masayarakat umum dapat berdampak sangat signifikan.

Page 115: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Karena suara ulama masih memiliki posisi yang sangat penting. Ulama masih

didengar oleh masyarakat. Petuahnya masih dijadikan sandaran dan pegangan

oleh masyarakat, di samping itu para ulama memiliki jamaah tersendiri. Para

ulama dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa ajaran muamalah maliyah

harus dihidupkan kembali sesuai dengan syariah Islam yang berdasarkan Al-

Qur‟an dan Sunnah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian “Dianamika Pengelolaan

Zakat dengan kolaborasi antara Ulama, Umara dan Agniya” oleh Yamin Hadad

(2008), beliau dalam disertasinya menyimpulkan bahwa : “(1) kolaborasi ulama,

umara dan aghniya‟merupakan suatu sistem yang terbentuk dari sub-struktur

yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya sedemikian rupa,

sehingga perubahan pada suatu bagian secara otomatis akan mempengaruhi

bagian-bagian lainnya. (2) aktivitas sistem kolaborasi yang mapan memiliki fungsi

untuk mempertahankan struktur-struktur lain dalam suatu sistem sosial, seperti

ekonomi, keluarga, politik, agama, pendidikan, dan hukum dan melihat peran

kolaborasi tersebut dalam pengelolaan zakat, baik sistem pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan secara professional akan memotivasi

muzakki untuk membayar zakat yang pada akhirnya menjamin kelangsungan

hidup masyarakat. (3) Tawaran konsep bahwa ulama‟ sebagai elit fungsional

agama, umara sebagai elit fungsional penguasa dan aghniya‟ sebagai fungsional

pemilik modal. Manakala mereka berkolaborasi mengelola zakat sesuai fungsi

masing-masing, maka Islam tidak akan mungkin mengalami permasalahan sosial,

Page 116: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

walaupun dunia tengah mengalami perubahan, sebab peredaran keuangan zakat

tidak harus melalui pasar global dan tergantung fluktuasi dolar”.

f. Pengaruh Motivasi Kredibilitas Lembaga Amil Zakat

Variabel keenam kredibilitas lembaga amil zakat, dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh positif

dan signifikan terhadap motivasi membayar zakat. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa motivasi kredibilitas lembaga amil zakat mempengaruhi

motivasi muzakki dalam membayar zakat dan berngaruh juga terhadap

peningkatan besarnya nilai zakat. Lembaga amil zakat yang dikelola dengan

professional didukung oleh sumber daya manusia yang baik, menjamin rasa

aman dari seorang muzakki untuk menyalurkan zakatnya kelembaga amil zakat,

karena ketika rasa aman tidak ada terhadap lembaga amil zakat maka muzakki

memliki altrnatif lain untuk menyalurkan zakatnya sendiri kepada mustahiq. Jadi

rasa aman inilah yang akan memantapkan hati muzakki membayar zakat ke

lembaga amil zakat. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelskan oleh Maslow

dalam teori kebutuhan (Gibson, 1996) yang menyatakan bahwa rasa aman

merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi setip manusia. Dengan

demikian tingginya tingkat kepercayaan muzakki terhadap kredibilitas lembaga

amil zakat akan mempengruhi motivasi membayar zakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti -

Zoel Dirga (2008) tentang ”analisis faktor-faktor motivasi yang berpengaruh

terhadap keputusan muzakki membayar zakat, beliau berkesimpulan bahwa

Page 117: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

kredibilitas lembaga amil zakat dapat mendorong secara signifikan keputusan

muzakki untuk membayar zakat. Ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan

beberapa responden yang mengaku lebih lebih senang dan aman menyalurkan

zakatnya dilembaga amil zakat karena bisa lebih tepat guna.

Berbagai penjelasan diatas mengindikasikan bahwa perlunya sinergitas

dan keseimbangan antara keenam variabel pada diri seorang muzakki sehingga

akan menghasilkan korelasi yang positif dan signifikan terhadap motivasi

muzakki dalam membayar zakatnya. Motivasi iman, pengetahuan zakat, peran

ulama yang terarah dengan baik akan menuntun keseimbangan sehingga akan

memotivasi muzakki dalam membayar zakat, khususnya dalam memutuskan

kemana zakatnya akan disalurkan. Hal ini pun perlu ditunjang dengan motivasi

harta kekayaan atau pendapatan.

Adapun hasil wawancara langsung dengan pihak Lembaga Badan Amil

Zakat Kota Makassar dan kepada calon muzakki, yang juga ikut mendukung hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara pada tanggal 3 Agustus 2011 di kantor Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Provinsi Sulawesi Selatan dengan Bapak Imran, Devisi Fudresing yang bertugas

langsung kelapangan dalam rangka menjaga respon dan pengembangan muzakki

sehingga sering berinteraksi dengan muzakki menuturkan bahwa :

”Muzakki mengaku lebih termotivasi membayar zakat, karena merasa aman bila zakat di salurkan melalui lembaga amil zakat, karena penyaluran kepada

mustahiq lebih tepat sasaran, ditambah lagi adanya pengawasan dari pemerintah dalam mendistribusikan zakat. Muzakki juga merasa bingung menyalurkan kepada siapa zakatnya akan disalurkan dan dibayarkan, bila

tidak ada lembaga amil zakat yang membantu menyalurkannya. Muzakki juga mengakui bahwa yang dia sukai dari lembaga amil zakatnya adalah

Page 118: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

cara menjaga komitmen muzakki untuk berzakat, misalnya dengan banyak melakukan silturrahim dan program-program yang diadakan membuat

muzakki dan calon muzakki tertarik untuk menyalurkan zakatnya di badan amil zakat kota Makassar”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka jelas bahwa faktor-faktor seperti

kredibilitas lembaga amil zakat dan peran pemerintah sebagai badan pengawasan

merupakan sesuatu yang sangat penting bagi muzakki dan lembaga amil zakat

sehingga mampu mendorong motivasi muzakki dalam membayar zakat.

Disinggung pula mengenai bagaimana kiat-kiat Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Provinsi Sulawesi Selatan dalam menarik dan menjaga kepercayaan muzakki-nya,

beliau megatakan :

“Lembaga Amil Zakat (LAZ) Provinsi Sulawesi Selatan melakukan sosialisasi lewat media maupun bulletin yang diterbitkan sendiri untuk menarik muzakki dan calon muzakki. Kami juga mengadakan program door to door baik

kepada muzakki untuk menawarkan dan menjemput pembayaran zakat, dan kepada calon muzakki yang sebelumnya telah diduga kuat berpotensi untuk

berzakat. Kami juga melakukan penelusuran terhadap orang -orang yang berpengaruh dilingkungan calon muzakki yang bisa memberikan informasi tentang calon muzakki yang potensial”.

Ini mengindikasikan bahwa BAZ Kota Makassar melakukan berbagai cara

untuk tetap menjaga dan menarik perhatian dan komitmen muzakki dan

calon muzakki agar menyalurkan zakatnya disana. Karena dari pantauan

kami terhadap perilaku muzakki secara umum, mereka dapat meningkatkan

jumlah muzakki dilembaga amil tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan

adanya Devisi Fundraising pada struktur BAZ Kota Makassar yang bertugas

sebagai penghimpun dana dan sekaligus sebagai pengembangan potensi

muzakki. Divisi ini juga terjun langsung kelapangan untuk berinteraksi

Page 119: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

dengan muzakki. BAZ Kota Makassar menerapkan layanan jemput zakat

untuk memperkuat kredibilitas lembaga amil zakat.

Berbagai penjelasan diatas mengindikasikan bahwa perlunya sinergitas dan

keseimbangan antara keenam variabel pada diri seorang muzakki sehingga

akan menghasilkan korelasi yang positif dan signifikan terhadap motivasi

muzakki dalam membayar zakatnya. Motivasi iman, pengetahuan zakat,

peran ulama yang terarah dengan baik akan menuntun keseimbangan

sehingga akan memotivasi muzakki dalam membayar zakat, khususnya

dalam memutuskan kemana zakatnya akan disalurkan. Hal ini pun perlu

ditunjang dengan motivasi harta kekayaan atau pendapatan.

Page 120: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor motivasi yang bepengaruh

terhadap motivasi muzakki membayar zakat dan pengaruhnya secara parsial maupun

secara simultan terhadap motivasi membayar zakat. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu muzakki yang telah terdaftar dan membayar zakat pada Lembaga

Amil Zakat Kota Makassar. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan

analisis regresi berganda maka ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Motivasi Iman, Pengetahuan Zakat, Harta Kekayaan atau Pendapatan, Peran

Ulama, Kredibilitas Lembaga Amil Zakat secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat sedangkan faktor peran

pemerintah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi membayar

zakat. Secara simultan faktor Iman, pengetahuan zakat, harta kekayaan atau

pendapatan, peran pemerintah, peran ulama, dan kredibilitas lembaga amil zakat

secara berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Membayar Zakat.

2. Motivasi Iman yang merupakan tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang dalam

melakukan sesuatu dengan berharap ridho dan berkah dari Allah Swt, dan

pengetahuan tentang zakat yang dimiliki, jika terarah dengan baik akan lebih

mendorong dan memotivasi muzakki dengan segera untuk mengeluarkan atau

membayar zakat harta yang mereka miliki suatu kewajiban yang harus

ditunaikan dengan segera.

Page 121: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

3. Sedangkan peran pemerintah sebagai elit fungsional penguasa dan ulama

sebagai elit fungsional agama, bersama-sama harus mensosialisasikan

kewajiban zakat kepada masyarakat, sehingga akan memotivasi para muzakki

sebagai fungsional pemilik harta kekayaan untuk segera mengeluarkan zakat

hartanya sebagai suatu kewajiban yang harus ditunaikan dengan segera, dan

disalurkan kepada lembaga amil zakat yang kredibel sehingga zakat yang

dikeluarkan tepat sasaran.

B. Saran

Temuan penelitian yang menunjukkan bahwa Iman, pengetahuan zakat, harta

kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama dan kredibilitas lembaga

amil zakat berpengaruh signifikan terhadap motivasi muzakki membayar zakat dan

berpengaruh terhadap besarnya nilai zakat secara simultan, patutlah mendapat

perhatian besar dari semua pihak, bahwa zakat memiliki potensi yang sangat besar

dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. Bagi Lembaga amil zakat kota Makassar diharapkan semakin memperhatikan

aspek kredibilitas lembaga amil zakat, sehingga akan meningkatkan atau menarik

perhatian masyarakat sehingga akan mendorong motivasi muzakki untuk

membayar zakat.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan memperluas ruang lingkup peneltian yang

disertai dengan populasi dan sampel yang lebih banyak sehingga peneltian ini

mampu lebih mewakili keadaan yang sebenarnya.

Page 122: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asmawi, Muhammad, S, 2005, Problematika dan Penerapan Syariat Islam Dalam Undang-Undang, Cipayung: Gaung Persada Press.

Ali, daud Mohammad, 1998, Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata

Hukum di Indonesia), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arief, Mufraini, 2008, Akuntansi dan Manajemen Zakat (Mengkomunikasikan

Sikap Kesadaran dan Membangun Jaringan. Jakarta : Kencana

Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari http://www.bps.go.id, diakses pada tanggal 15 April 2010

Birri, fatchul, 2007, Jenis-jenis zakat, diakses dari http://www.pkpu.or.id, diakses pada tanggal 17 April 2009

Bambang, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan Aplikasi), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Budi, Prayitno. 2009. Optmalisasi pengelolaan Zakat pada Badan Amil Zakat

Daerah. diakses dari http://www.jurnal zakat.org, diakses pada tanggal 3 januari 2011 Bukhari. 2009. Motivasi berzakat masyarakat kabupaten Banggai. Makassar.

Tesis tidak diterbitkan

Didin, Hafiuddin, 2007, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Pers.

Djama‟an, Qomaruddin, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta :

Alfabet Dwi, Yani. 2008. Starategi Menghimpun Dana Masyarakat. diakses dari

http://www.jurnal zakat.org, diakses pada tanggal 3 januari 2011

Gustian, Sugiarto, dkk, 2006, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gibson, James C, John M, Ivancevich. 1996. Organisasi, Edisi 8 jilid`1. Jakarta : Binarupa Aksara

Page 123: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Ferdinand, Augusty, 2002. Structural Education Modeling dalam Peneltian Manajemen. Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.

Hamzah, 2009. Analisis Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat, Infak dan

Shodaqah terhadap Peningkatan Kesejahteraan Umat. Makassar. Tesis

tidak diterbitkan Hamid, Mursi. (2009). SDM yang produktif : Perspektif Al-Qur’an. Hasanuri. (2010). Pemberdayaan Zakat bagi Pengembangan Ekonomi Umat.

Makassar, Tesis tidak diterbitkan Hikmah Kurnia, 2008. Panduan Pintar Zakat, Jakarta : Kultum Media

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Gaung Persada

Lusiana, 2003. Perbadingan Tingkat Perolehan Laba antara Sistem Konvensional Pada PT. BNI dan Sistem Syariah pada PT. BMI, Kendari :

skripsi tidak diterbitkan

Lawang, Hasanna, 2001. BAZIS dan Pemberdayaan Ekonomi Umat dalam Perspektif Ekonomi Islam, Makasar : tesis tidak diterbikan Mangkunegara, 2008. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Motivasi terhadap peningkatan kinerja. diakses dari http://www.jurnal.org,

diakses pada tanggal januari 2011 Mohd Ali, dkk. 2004. Kesadaran Membayar Zakat Pendapatan dikalangan Kaki

Tangan Profesional Universitas Kebangsaan Malaysia. diakses dari

http://www.jurnal zakat.org, diakses pada tanggal 3 januari 2011

Muhammad, Sahri, 2006, Mekanisme Zakat dan Permodalan Masyarakat Miskin(pengantar Untuk Rekonstruksi Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi), Malang: Bahtera Press.

Muhammad, Hasbi, 2006. Pedoman Zakat, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra. Miftah . 2008. Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan. diakses dari

http://www.jurnal zakat.org, diakses pada tanggal 3 januari 2011

Nuruddin, Ali, 2006, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Pallagau. 2003. Analisis Pengaruh Zakat Badan Pengelolaan Zakat, Infak dan Shadaqah terhadap Peningkatan Kesejahteraan Umat di Makassar.

Makassar, Tesis tidak diterbitkan

Page 124: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Prihatna, Andi A, dkk, 2004, Kedermawanan Kaum Muslimin (Potensi dan Realita Zakat Masyarakat di Indonesia), Jakarta: PIRAMEDIA

Qardhawi, Yusuf, 1973, Fiqh Zakat, Beirut

Qardhawi, Yusuf, 1997, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani

Qodir, Abdurrahman, 2001. Zakat : Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial , Jakarta : PT. Graha Pindo Persada

Rochmatin, Widyani, 2007, Peranan Strategis Zakat Dalam Membangun Ekonomi Makro Ummat Islam di Indonesia, diakses dari

http://www.rumahzakat.org, diakses pada tanggal 20 April 2009

Ria, casmira . 2008. Negara dan Zakat Daerah. diakses dari http://www. zakat.org, diakses pada tanggal 20 April 2009

Risal, Sofyan. 2008. Pengaruh tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki kepada Lembaga Amil Zakat terhadap Perilaku Berzakat. diakses dari

http://www. zakat.org, diakses pada tanggal 1 juli 2009

Salmadanis, 2008, Posisi Zakat dalam mengurangi kemiskinan, diakses dari http://www.fk-kbih.or.id, diakses pada tanggal 20 April 2009.

Simomora, Bilson, 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT.

Garamedia Pustaka Utama

Syafe‟ie, Muhammad, 2009. Zakat, Infak dan Shadaqah, Bandung : Salamadani

Sedarmayanti, Syarifuddin, 2002. Metodologi Penelitian, Bandung : Mandar Maju

Sumitro, Warkum, 2005, Perkembangan Hukum Islam di Tengah Dinamika Sosial Politik di Indonesia, Malang: Bayumedia

Sugiyono, 2004. Statistik Non Parametrik. Bandung ; Alfabeta

Undang-Undang Zakat. Undang-Undang republic Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

Umar, Husein. 2008. Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada.

Yamin, Hadad. 2008. Dinamika Pengelolaan Zakat dengan Kolaborasi antara

Ulama, Umara dan Aghniya. diakses dari http://www.jurnal zakat.org,

diakses pada tanggal 3 januari 2011

Page 125: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Zamdin, 2008. Pengetahuan Dan Praktek Pembayaran Zakat Pada Karyawan

Universitas Haluoleo. Kendari

Zoel Dirga, 2008. Analisis Faktor-faktor Motivasi yang Berpengaruh terhadap Keputusan Muzakki Membayar zakat. Makassar : Skripsi tidak diterbtkan

Keputusan Presiden RI No 8 Tahun 2001 Tentang Badan Amil Zakat Nasional

Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat

Page 126: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT DAN BESARNYA

NILAI ZAKAT

Bapak Ibu Yth,

Terima kasih berkenan menjadi responden kami. Seluruh jawaban dan identitas Anda sekalian dijamin kerahasiaannya.

Begitu pentingnya jawaban jujur dari Anda sekalian, sehingga hasil olahan data ini akan

menjadi data yang valid bagi jawaban permasalahan penelitian ini dan menjadi studi penelitian-penelitian selanjutnya. Mohon Bapak/Ibu menuliskan identitas secara lengkap dan benar

Nama : Jenis Kelamin : Umur :

Status Perkawinan : Pendidikan terakhir :

Pekerjaan : Alamat :

Untuk menjawab pertanyaan :

Berilah tanda pada kolom yang paling sesuai dengan Anda. Skala jawaban yang disediakan untuk menjawab pertanyaan Anda adalah sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju (S)

3. Kadang-kadang (KK) 4. Tidk Setuju (TS) 5. Sangat Tidak Setuju (STS)

Page 127: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

N0 BUTIR PERTANYAAN JAWABAN

5 4 3 2 1

MOTIVASI (Variabel X)

A. IMAN (X1)

1 Saya mengeluar zakat karena dorongan Iman Kepada Allah SWT

2 Saya meyakini sepenuhnya bahwa agama saya mewajibkan untuk berzakat bagi yang mampu

3 Saya mengeluarkan zakat tampa ada paksaan dari pihak

manapun

4 Saya merasa gelisah dan berdosa, apabila menunda atau tidak mengeluarkan zakat

5 Ibadah adalah motivasi yang paling dominan dibanding motivasi

yang lain bagi saya dalam berzakat

B. PENGETAHUAN ZAKAT (X2)

6 Zakat terdiri dari zakat fitrah dan zakat maal

7 Saya terdorong untuk membayar zakat karena saya sadar betul bahwa didalamnya terdapat hikmah membantu orang yang jauh

lebih membutuhkan

8 Pengetahuan tentang zakat, membuat saya lebih termotivasi untuk membayar zakat

9 Zakat merupakan sarana membantu memenuhi kebutuhan pokok

fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas di Indonesia

10 Pengetahuan tentang cara menghitung zakat, memotivasi saya untuk membayar zakat dengan segera

C. HARTA KEKAYAAN ATAU PENDAPATAN (X3)

11 Saya membayar zakat, salah satu alasan karena saya memiliki

pendapatan atau harta kekayaan

12 Saya mulai termotivasi membayar zakat setelah yakin bahwa pendapatan atau harta kekayaan saya telah mencapai nisab untuk

membayar zakat

13 Ketika saya mendapatkan tambahan pendapatan/kekayaan, sebelum saya belanjakan, terlebih dahulu saya menghitung dan

menyisihkan untuk membayar zakat

14 Kenaikan pendapatan atau harta kekayaaa memotivasi saya untuk semakin menambah zakat saya

15 Setiap kenaikan pendapatan atau harta kekayaan saya, sebelum membelanjakan terlebih dahulu saya menyisihkan untuk

membayar zakat terlebih dahulu

D. PERAN PEMERINTAH

16 Peraturan pemerintah tentang pengelolaan zakat diatur dalam Undang-undang No. 38 tahun 1999.

17 Pemerintah berkewajiban memberikan pengawasan dan

Page 128: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

pelayanan kepada para muzakki

18 Transparansi program dan penggunaan dana zakat

19 Pemerintah berkewajiban mensosialisasikan kebijakan atau peraturan pemerintah tentang zakat kepada masyarakat

E. PERAN ULAMA (X6)

20 Ulama memiliki peran yang sangat besar dalam

mensosialisasikan kewajiban membayar zakat dimasyarakat

21 Saya termotivasi untuk membayarar zakat setelah mendengar ceramah dari ulama di masjid

F. KREDIBILITAS LEMBAGA AMIL ZAKAT (X7)

22 Saya mengeluarkan zakat, salah satu alasannya karena saya percaya dengan lembaga amil zakat

23 Saya lebih memilih menyalurkan zakat kepada Lembaga Amil Zakat dari pada menyalurkannya sendiri

24 Saya merasa zakat saya aman di LAZ saya menyalurkan zakat

25 LAZ tempat saya membayar zakat selalu menjaga hubungan baik dengan muzakkinya

26 Prosedur penyaluran/distribusi zakat sangat cepat

MEMBAYAR ZAKAT (Variabel Y1)

27 Saya sangat mantap dan tidak akan menunda mengeluarkan

zakat setiap ada penambahan pendapatan atau harta kekayaan sesuai dengan perintah agama

28 Saya yakin bahwa zakat yang saya keluarkan akan membantu

merigankan beban saudara-saudara saya yang lebih membutuhkan.

Page 129: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

No. Resp

Nomor Kuisioner

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4

3 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4

5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5

6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5

7 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

8 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4

9 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5

10 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

12 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4

24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

29 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

36 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4

37 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5

39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

41 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

42 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

44 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 46 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

47 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4

48 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

49 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

51 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

52 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

54 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

55 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4

56 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5

57 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

58 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

59 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

60 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 61 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

62 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5

63 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4

64 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Page 130: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

65 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

66 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

67 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 68 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

69 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

70 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

71 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

72 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

73 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

74 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

75 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5

76 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4

77 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

78 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5

79 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

80 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

81 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

82 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 83 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 2 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4

84 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

85 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4

86 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4

87 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4

88 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5

89 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4

90 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

91 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

92 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4

93 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

94 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5

95 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5

96 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

97 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 98 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 2 2 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4

99 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4

100 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5

101 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5

102 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5

103 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

104 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5

105 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5

106 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5

107 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5

108 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

109 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5

110 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

111 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 112 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4

113 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

114 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

115 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

116 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

117 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

118 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

119 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

120 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

121 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

122 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

123 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4

123 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

124 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

125 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 126 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

127 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

128 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4

129 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Page 131: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

130 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4

131 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

132 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 133 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

134 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

135 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4

136 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

137 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5

138 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

139 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

140 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

141 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

142 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

143 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

144 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4

145 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Page 132: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 8, Uji Validitas dan Reliabilitas Y1

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.961 .961 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Y11 4.73000 .529055 145

Y12 4.73000 .509605 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted r table = 0,1396

Y1 4.73000 .260 .926 .a Valid

Y2 4.73000 .280 .926 .a Valid

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

9.46000 1.039 1.019209 2

Page 133: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 7, Uji Validitas dan Reliabilitas X6

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.941 .942 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X61 4.69000 .486069 145

X62 4.71000 .477684 145

X63 4.75000 .457817 145

X64 4.74000 .484507 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted r table =0,1396

X61 14.20000 1.798 .809 .939 Valid

X62 14.18000 1.765 .863 .922 Valid

X63 14.14000 1.778 .902 .910 Valid

X64 14.15000 1.745 .866 .921 Valid

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

1.88900E1 3.089 1.757495 4

Page 134: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 6, Uji Validitas dan Reliabilitas X5

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.933 .933 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X51 4.73000 .446196 145

X52 4.72000 .451261 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted r table = 0,1396

X51 4.72000 .204 .875 .a Valid

X52 4.73000 .199 .875 .a Valid

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

9.45000 .755 .868936 2

Page 135: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 5, Uji Validitas dan Reliabilitas X4

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.885 .885 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X41 4.42000 .516006 145

X42 4.55000 .538891 145

X43 4.58000 .553775 145

X44 4.45000 .538891 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted r table =0,1396

X41 13.58000 2.105 .710 .867 Valid

X42 13.45000 2.008 .744 .855 Valid

X43 13.42000 1.882 .819 .825 Valid

X44 13.55000 2.028 .727 .861 Valid

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

1.80000E1 3.434 1.853198 4

Page 136: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 4, Uji Validitas dan Reliabilitas X3

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.854 .869 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X31 4.84000 .368453 145

X32 4.73000 .489382 145

X33 4.27000 .851084 145

X34 4.28000 .829750 145

X35 4.63000 .485237 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted R table = 0,1396

X31 17.91000 5.315 .554 .860 Valid

X32 18.02000 4.787 .637 .836 Valid

X33 18.48000 3.101 .856 .775 Valid

X34 18.47000 3.282 .805 .791 Valid

X35 18.12000 4.713 .685 .827 Valid

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2.27500E1 6.391 2.528125 5

Page 137: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 3, Uji Validitas dan Reliabilitas X2

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.846 .850 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X21 4.32000 .548276 145

X22 4.11000 .469149 145

X23 4.12000 .498077 145

X24 4.04000 .510891 145

X25 4.18000 .411452 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted R table = 0,1396

X21 16.45000 2.331 .647 .819 Valid

X22 16.66000 2.429 .729 .796 Valid

X23 16.65000 2.492 .619 .825 Valid

X24 16.73000 2.401 .665 .812 Valid

X25 16.59000 2.689 .634 .823 Valid

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2.07700E1 3.714 1.927237 5

Page 138: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 2, Uji Validitas dan Reliabilitas X1

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 145 100.0

Excludeda 0 .0

Total 145 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items

.731 .783 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X11 4.77000 .529055 145

X12 4.95000 .219043 145

X13 4.87000 .337998 145

X14 4.85000 .358870 145

X15 4.87000 .337998 145

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted R table = 0,1396

X11 19.54000 1.120 .224 .851 Valid

X12 19.36000 1.384 .423 .720 Valid

X13 19.44000 1.118 .586 .652 Valid

X14 19.46000 .958 .802 .559 Valid

X15 19.44000 1.057 .690 .613 Valid

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

2.43100E1

1.650 1.284681 5

Page 139: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

Lampiran 10, Hasil Persamaan Regresi Berganda Y1

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

9.34483 1.009533 145

X1 (Ibadah) 2.45103E1 1.067950 145

X2 (Pengetahuan Zakat) 2.05724E1 1.824771 145

X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan)

2.29793E1 2.334729 145

X4 (Peran Pemerintah) 1.77448E1 1.766900 145

X5 (Peran Ulama) 9.50345 .834367 145

X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat)

1.89931E1 1.689414 145

Variables Entered/Removed

b

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), X2 (Pengetahuan Zakat), X1 (Ibadah), X4 (Peran Pemerintah), X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan), X5 (Peran Ulama)

a

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

Model Summary

b

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .804a .646 .629 .330744 .646 27.620 6 138 .000 1.900

a. Predictors: (Constant), X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), X2 (Pengetahuan Zakat), X4 (Peran Pemerintah), X1 (Ibadah), X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan), X5 (Peran Ulama)

b. Dpenden Variable : Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

Page 140: FAKTOR FAKTOR DETERMINAN MOTIVASI MEMBAYAR ZAKAT

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 80.076 6 13.346 27.620 .000a

Residual 66.683 138 .483

Total 146.759 144

a. Predictors: (Constant), X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat), X2 (Pengetahuan Zakat), X4 (Peran Pemerintah), X1 (Ibadah), X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan), X5 (Peran Ulama)

b. Dependent Variable: Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.161 1.519 1.422 .157

X1 (Ibadah) .299 .068 .316 4.412 .000

X2 (Pengetahuan Zakat) 064 .035 .108 1.821 .071

X3 (Harta Kekayaan atau Pendapaatan) .120 .036 .277 3.302 .001

X4 (Peran Pemerintah) .026 .041 .043 .641 .523

X5 (Peran Ulama) 193 .102 .160 1.905 .059

X6 (Kredibilitas Lembaga Amil Zakat) .217 .060 .364 3.610 .000

a. Dependent Variable: Y1 (Motivasi Membayar Zakat)

Residuals Statistics

a

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 6.72941 10.12590 9.34483 .745710 145

Residual -1.958575E0

1.844874 .000000 .680495 145

Std. Predicted Value 3.507 1.047 .000 1.000 145

Std. Residual 2.818 2.654 .000 .979 145

a. Dependent Variable: Y1 (Motivasi Membayar Zakat)