Upload
docong
View
264
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH
DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SMU YANG AKAN MENGIKUTI
UJIAN AKHIR NASIONAL
Oleh :
AHMAD BAIQUNI
FUAD NASHORI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU BUDAYA DASAR
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2007
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH
DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SMU YANG AKAN MENGIKUTI
UJIAN AKHIR NASIONAL
Telah Disetujui Pada Tangaal
Dosen Pembimbing
( Fuad Nashori, H, S.Psi., M.Si., Psikolog)
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECEMASAN PADA ANAK
SMU YANG AKAN MENGIKUTI UJIAN AKHIR NASIONAL
Ahmad Baiquni
Fuad Nashori S.Psi, M Si
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kecerdasan Ruhaniah dengan
kecemasan pada anak SMU yang akan mengikuti ujian akhir nasional. Subjek penelitian ini adalah
siswa-siswi SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif,
dimana data berupa skor diambil dengan menggunakan Skala Kecerdasan Ruhaniah menggunakan alat
ukur Andes (2004) dan Skala Kecemasan yang disusun sendiri oleh penulis. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 22 hingga 25 April 2007, data yang diperoleh selanjutnya dibuat tabulasi kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dan bantuan komputasi
statistik program SPSS 12 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
Kecerdasan Ruhaniah dengan kecemasan pada anak SMU yang akan mengikuti ujian akhir nasional.
Hubungan tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) = - 0,432, koefisien determinan (r2) = 0,186
dengan p = 0,001 (p<0,01). Hasil ini menginformasikan bahwa semakin tingginya Kecerdasan
Ruhaniah akan diikuti oleh rendahnya tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin rendah Kecerdasan
Ruhaniah akan diikuti dengan semakin tingginya kecemasan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kecemasan pada siswa tidak hanya dipengaruhi
oleh Kecerdasan Ruhaniah saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar Kecerdasan
Ruhaniah sebesar 81,4 %.
Kata Kunci : Kecerdasan Ruhaniah, Kecemasan
PENGANTAR
Masalah pendidikan merupakan masalah yang tidak akan mungkin
bisa lepas dari kehidupan individu. Tanpa pendidikan akan sulit bagi seseorang untuk
menyongsong era globalisasi nantinya.
Sebagaimana yang diketahui, pendidikan sebagai cikal bakal perkembangan
negara merupakan salah satu masalah yang cukup pelik yang sedang dihadapi oleh
negara Indonesia sekarang ini. Salah satu masalah pendidikan yang banyak menyita
perhatian masyarakat Indonesia sekarang ini adalah banyaknya aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh siswa, guru dan wali murid, disebabkan para siswa gagal dalam ujian
akhir nasional. Kecemasan selalu menyelimuti setiap ujian akhir nasional akan
dilakukan.
Seperti kasus yang terjadi yang terjadi di daerah Yogyakarta, siswa SMU
peserta ujian nasional mengaku cemas dengan ujian nasional yang baru selesai
dilaksanakan, walaupun Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tetap optimis dan
memasang target kelulusan yang tinggi, hingga 98%. Kepala Dinas Kota Yogyakarta
Drs. Darno MA, mengatakan pihaknya optimis 98% dari siswa SMU/MA/SMK yang
ada di kota bisa lulus dalam ujian nasional tahun ini.
Ditambahkan lagi oleh Drs Darno MA sekitar 97% siswa SMU/SMK bisa
lulus Ujian Nasional. Untuk tahun ini tentu siswa mempersiapkan lebih baik dan hati-
hati. Siswa SMU di Yogyakarta mengungkapkan kekhawatiran mereka tidak bisa
mencapai nilai 4.26 permata pelajaran dan nilai rata-rata minimal 4.51. (Kompas,
Sabtu, 20 Mei 2005).
Begitu juga masalah kecemasan yang terjadi tahun 2006 di Semarang.
Sejumlah siswa kelas III jenjang SMP dan SMA Kota Semarang dilanda kecemasan
menjelang pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada 22-24 Mei untuk SMP/MTs dan
16-18 Mei 2006 untuk SMA/MA serta SMK. Rasa was-was juga melanda orang tua.
Mereka khawatir apabila peserta didik tidak bisa mencapai nilai minimal 4,26 untuk
setiap mata pelajaran, atau tak mampu mendapatkan di atas 4,50 nilai rata-rata tiga
mata pelajaran sebagai syarat kelulusan (Suara Merdeka, Senin, 17 April 2006).
Kecemasan menyelimuti para siswa ketika hari yang penting dan bersejarah
itu telah di depan mata. Rasa takut, stress, deg-degan, gundah dan sebagainya itu
menghinggapi para pelajar. Objek kecemasan bersifat samar-samar atau tidak jelas
sehingga menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, was-was, dan tidak
tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kartono, 1986).
Kartono (1986) mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi
psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada
rangsangan yang spesifik. Hal ini memunculkan kegelisahan dan kekhawatiran, serta
ketakutan terhadap sesuatu yang terkadang tidak jelas dan mempunyai ciri-ciri yang
berbeda-beda pada setiap individu.
Hampir setiap individu pernah mengalami perasaan cemas, baik orang kaya
atau miskin, tua atau muda, berpangkat maupun tidak, dan masing-masing individu
memiliki cara tersendiri dalam menanggapinya. Penulis berpendapat bahwa dengan
adanya kecemasan, maka seseorang akan terganggu dalam bekerja maupun
kehidupannya.
Kecemasan pada siswa mempunyai pengaruh negatif, bila kecemasan tersebut
menjadi faktor penghambat bagi keberhasilan siswa seperti munculnya perasaan
khawatir, was-was, takut, sehingga mengganggu konsentrasi siswa atau menimbulkan
rasa pesimis dalam menghadapi ujian yang mengakibatkan kegagalan pada siswa.
Oleh karma itu penelitian ini dikatakan perlu untuk meminimalisir perasaan cemas
yang terjadi pada siswa yang akan menghadapi ujian akhir nasional sehingga
diperlukan suatu faktor yang dapat mengubah pengaruh negatif kecemasan menjadi
hal yang positif, faktor itu adalah Kecerdasan Ruhaniah.
Idealnya setiap siswa tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian
akhir nasional, tapi kenyataannya banyak siswa yang mengalami kecemasan dalam
menghadapi ujian akhir nasional. Seharusnya siswa-siswa tersebut mampu
menyeimbangkan antara kecemasan yang mereka alami dengan rasio (berusaha,
berdo’a dan berserah diri) yang bersumber dari kecerdasan ruhaniah.
Kecemasan yang sering terjadi pada siswa SMU itu dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kecerdasan ruhaniah.
Oleh karena itulah kerdasan ruhaniah perlu dimiliki oleh siswa supaya mereka
dapat menyeimbangkan kecemasan tersebut dengan rasio. Menurut Tasmara (2001),
kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasaan yang berpusat pada rasa cinta yang
mendalam pada Allah dengan seluruh ciptaan-Nya. Diharapkan jika siswa memiliki
kecerdasan ruhaniah yang kuat maka kecemasan mereka terhadap ujian akhir nasional
itu tidak akan membawa dampak yang buruk terhadap mereka. Berdasarkan fakta di
atas itulah maka penulis mencoba untuk meneliti hubungan antara kecerdasan
ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian nasional pada siswa SMU.
TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan Daradjat (1985) rasa cemas adalah perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa
mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan
mencemaskan itu yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustrasi) dan pertentangan batin (konflik). Daradjat (1985) menambahkan
kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak
berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi
yang terjadi diluar kesadaran dan tidak jelas, seperti orang yang merasa takut tanpa
mengetahui sebabnya dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak
menyenangkan itu.
Kecemasan sebagai respon dibedakan menjadi state anxiety dan trait anxiety.
State anxiety adalah gejala-gejala kecemasan yang timbul bilamana individu
dihadapkan pada situasi-situasi tertentu. Situasi-situasi ini akan menyebabkan
individu mengalami kecemasan dan gejalanya akan selalu tampak jika situasi
penyebab kecemasan itu tetap ada. Trait anxiety adalah kecemasan sebagai suatu sifat
yang menetap pada diri individu atau kecenderungan bawaan yang ada pada individu
untuk menjadi lebih cemas dalam menghadapi situasi tertentu. (Arijani, 1998)
Kecemasan mengahadapi tes atau ujian sebenarnya adalah suatu keadaan atau
kondisi emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu saat
menghadapi tes. Berdasarkan pendapat Jersild (1968), maka dalam kasus menghadapi
tes worry meliputi komponen kognitif dari pengalaman cemas, misalnya ketakutan
yang berlebihan tentang kemungkinan gagal dalam tes. Emotionality mengacu hal-hal
yang berkaitan dengan reaksi emosi terhadap hal-hal buruk yang dirasakan mungkin
terjadi terhadap hasil tes tersebut, termasuk disini adalah reaksi faali semisal tubuh
yang berkeringat, badan gemetar, atau jantung yang berdebar kencang baik pada saat
mempersiapkan tes maupun pada saat melakukan tes. Menurut Azwar (1987) hal
tersebut disebabkan adanya persepsi yang kuat dalam diri siswa umumnya bahwa
suatu nilai tes yang baik merupakan kesuksesan belajar, sedangkan nilai tes yang
rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Adanya persepsi tersebut membuat siswa
menganggap bahwa nilai tes adalah satu-satunya indikator penting. Dalam suasana
hati yang cemas, siswa akan merasa ragu-ragu dalam bertindak, ada perasaan tidak
tenang, was-was dan curiga.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa suasana cemas akan membuat individu
sulit melakukan aktivitasnya dengan baik sehingga keberhasilan akan sulit dicapai,
dan kondisi demikian akan terjadi pengalaman yang samar-samar disertai perasaan
tidak berdaya dan tidak menentu ( Lazarus, 1971).
Daradjat (1985) mengatakan kalau gejala-gejala kecemasan ada itu ada dua macam,
yaitu :
1. Fisik
Gejala fisik misalnya ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur,
detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan
hilang, kepala pusing, nafas sesak dan lainya.
2. Mental.
Gejala mental antara lain rasa takut, merasa akan ditimpa bahaya, tidak bisa
memusatkan perhatian atau berkonsentrasi, perasaan tidak berdaya dan rendah
diri, hilang kepercayaan kepada diri sendiri, tidak tentram, ingin lari dari
kenyataan hidup dan lain-lain.
Bucklew (1960), mengungkapkan kalau tanda-tanda dari kecemasan terbagi menjadi
dua tingkat yaitu :
1. Tingkat psikologis, yaitu rekasi-reaksi kecemasan yang nampak pada gejala-gejala
kejiwaan, seperti misalnya :
a. Perasaan tegang
b. Bingung
c. Perasaan tidak menentu
d. Gerakan-gerakan yang tidak terarah atau tidak pasti
e. Gejala-gejala lainnya yang bercampuran
2. Tingkat phisiologis, reaksi-reaksi kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
nampak pada gejala-gejala fisik, disertai dengan adanya disorganisasi proses-
proses phisiologi terutama pada fungsi-fungsi system syaraf. Reaksi-reaksi ini
kita lihat sebagai :
a. Keringat yang berlebihan
b. Sirkulasi darah yang tidak teratur
c. Jantung berdebar-debar
d. Tremor atau gemetar
e. Nausea (mual)
Sue, dkk (1986), membagi manifestasi reaksi kecemasan menjadi empat aspek
yang menunjuk kepada gejala-gejala yang mungkin dihadapi oleh pelajar saat mereka
cemas menghadapi ujian, yaitu :
1. Reaksi kognitif
Reaksi ini bervariasi dari rasa khawatir yang ringan sampai dengan rasa panik.
Reaksi ini muncul berupa kesukaran dalam berkonsentrasi, sukar membuat
keputusan dan sulit tidur.
2. Reaksi motorik
Reaksi ini berupa gelisah, melangkah tidak menentu, menekan-nekan ruas jari,
menggigit bibir dan kuku jari.
3. Reaksi somatic
Reaksi meliputi reaksi fisik dan biologis seperti bernafas pendek-pendek, mulut
kering, tangan dan kaki dingin, sakit perut, sering buang air kecil, pusing, jantung
berdegub kencang, tekanan darah meningkat, berkeringat, otot menegang
(khusunya pada bagian leher dan bahu).
4. Reaksi afektif
Reaksi ini berupa kekhawatiran dan gelisah.
Kecerdasan Ruhaniah Pada awalnya para ahli berpandangan bahwa kecerdasan itu hanya berkaitan
dengan kemampuan berfikir. Namun dalam perkembangan berikutnya pandangan
tersebut berangsur-angsur berubah, perubahan ini berlangsung setelah munculnya
kecerdasan majemuk atau multiple intelligence yang dirumuskan oleh Howard
Gardner. Gardner mengungkapkan multiple intelligence meliputi kecerdasan
linguistik (berkaitan dengan bahasa), kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan
nalar logika dan matematika), kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan
gambar), kecerdasan musikal ( berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara),
kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), kecerdasan
interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial), kecerdasan
intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi). Dari hal diatas dapat
diketahui bahwa kecerdasan juga meliputi kemampuan-kemampuan lain diluar
kemampuan berfikir. (Jasmine, 2007).
Aspek-aspek kecerdasan ruhaniah dalam penelitian ini dapat dilihat melalui
indikator dan ciri-ciri yang menunjukkan esensi kecerdasan ruhaniah. Menurut
Tasmara (2001), indikator dari kecerdasan ruhaniah adalah takwa. Dari hasil
quesioner pada peserta pelatihan yang diadakan Tasmara definisi takwa adalah
mematuhi atau mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga
penafsiran lainnya yang menunjukkan bahwa takwa merujuk pada suasana hati dalam
berhadapan dengan nilai-nilai moral, etika, halal dan haram.
Sementara pengertian takwa menurut Tasmara (2001) adalah bertanggung
jawab. Al-Muttaqqin adalah orang-orang yang bertanggung jawab berdasarkan cinta.
Dalam kaitannya dengan kecerdasan ruhaniah, pengertian takwa sebagai bentuk
tanggung jawab tersebut akan lebih aplikatif dan memiliki tolak ukur yang jelas serta
dapat dilaksanakan secara praktis ( workable), sehingga mempengaruhi prilaku
sehari-hari. Menurut Tasmara (2001), ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan
spiritual yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki Visi
Mereka menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukan kebetulan, tetapi
sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab
(takwa). Mereka menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang berharga untuk
membuat rencana yang lebih cermat. Mereka menetapkan visi berdasarkan alasan-
alasan yang bisa dipertanggung jawabkannya dan mampu menjawab alasan-alasan
atas pilihan visinya itu. Termasuk adalah persiapan yang telah dilakukan untuk
membimbing harapan tersebut. Visi merupakan pengejawantahan imajinasi kreatif
dan merupakan motivasi utama dari tindakan manusia. Menetapkan visi berarti
menetapkan arah kiblat yang benar-benar diyakini. Sehingga seluruh sumber daya
yang dimilikinya diarahkan dan dituangkan dalam bentuk tindakan yang
membutuhkan perencanaan.
b. Merasakan kehadiran Allah
Manusia yang bertanggung jawab dan cerdas secara ruhaniah, merasakan
kehadiran Allah dimana saja mereka berada (omnipresence-God is all there). Firman
Allah (dalam Al-Qaaf:16) yang artinya “ Sesungguhnya telah Kami ciptakan
manusia, dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan hatinya. Kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat nadinya”. Hal ini melahirkan kecerdasan moral-spiritual
yang menumbuhkan perasaan sangat dalam (zauq). Kesadaran bahwa Allah
senantiasa bersamanya (innallaha ma’ana), merupakan bentuk fitrah manusia.
Siapapun yang meyakini merasakan kehadiran Allah, lalu menjalankan agamanya
secara rutin dan penuh rasa cinta akan memperoleh sandaran yang kuat.
c. Berzikir dan berdo’a
Zikir memberikan makna kesadaran diri cognizance (self awareness), “aku
dihadapan tuhanku”, yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh
tanggung jawab untuk melanjutkan misi hidupnya yang dinamis yaitu memberimakna
melalui amal-amal saleh. Zikir bukan hanya sekedar ritual, tetapi sebuah awal dari
perjalanan hidup yang aktual. Do’a bukanlah sekedar hafalan tetapi sebuah ungkapan
jiwa.
Mereka yang cerdas secara ruhaniah menyadari bahwa do’a mempunyai
makna yang sangat mendalam bagi dirinya. Dengan do’a berarti ada rasa optimisme
yang mendalam dihati dan masih memiliki semangat untuk melihat kedepan. Ada
sesuatu yang dituju dan diharapkan. Sehingga, dengan kandungan optimisme tersebut
mereka lebih bergairah untuk menyatakan dirinya secara aktual dan lebih
bertanggung jawab dalam perjalanannya meniti ombak samudra kehidupan yang
penuh dengan godaan dan tantangan. Mengingat do’a merupakan bagian dari zikir,
dan zikir dalah keyakinan yang mendalam bahwa ia selalu dilihat oleh tuhan, maka
berdo’a tersebut, mereka merasakan dirinya sedang beraudiensi dengan tuhannya. Ia
mengadapkan seluruh wajah batinya kepada Allah dengan bersungguh-sungguh
penuh rasa rendah hati dan rasa cemas, tetapi sekaligus penuh harap. Begitu
dahsyatnya do’a yang prihati sehingga dapat mengubah takdir.
d. Memiliki kualitas sabar.
Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita-cita.
Dalam kanduangan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqomah. Sabar berarti tidak
tergeser dari jalan yang mereka tempuh. Orang yang sabar dapat bertoleransi dengan
waktu, merka memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian
atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah, harapan untuk menuai hasil yang
ditanamnya. Sabar dapat disetarakan dengan kecerdasan emosional, yaitu
kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai tekanan (stressor).
Salah satu mahkota sabar adalah sikap memaafkan.
e. Cenderung kepada kebaikan
Orang yang bertakwa (bertanggung jawab) adalah tipe manusia yang selalu
cenderung kepada kebaikan dan kebenaran (hanif). Mereka tidak akan membiarkan
hari-harinya berlalu begitu saja tanpa melakukan kebaikan. Bertakwa dan
bertanggung jawab berarti berupaya sekuat tenaga untuk melakukan kewajiban
(amanah) sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil kerja yang baik. Orang yang
memiliki nilai takwa sudah tentu terpacu untuk selalu menggali potensi diri agar
menduduki tempat terbaik atau saleh. Ada dorongan untuk menjadi yang terbaik dan
berorientasi pada amal-amal prestasi.
f. Memiliki empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, sehingga
dapat merasakan kondisi batiniah orang lain. Empati sosial telah dipatrikan kepada
jiwa Agung Rasulullah SAW.
g. Berjiwa besar
Berjiwa besar yaitu suatu keberanian untuk memaafkan dan sekaligus
melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Disebut berjiwa besar
karena seseorang mungkin memaafkan, tapi tidak berangkat dari hati nurani yang
tulus sehingga tidak mau melupakan. Hal ini hanyalah pemberi maaf yang bersifat
formal ritual, tidak menyetujui nilai-nilai yang paling hakiki yaitu pembersihan dan
penghapusan. Orang yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu
memaafkan, betapapun pedihnya kesalahan yang pernah diperbuat orang tersebut
pada dirinya. Dengan menghapuskan segala kendala psikologis atau mau memaafkan
dengan tulus kesalahan orang lain maka memudahkan dirinya bersama-sama dengan
orang lain membangun kualitas moral dengan lebih baik.
h. Bahagia melayani
Budaya melayani dan menolong (saluation) merupakan bagian dari citra diri
seorang muslim. Mereka sadar bahwa kesadaran dirinya tidak terlepas dari tanggung
jawab lingkungannya. Sebagai bentuk tanggung jawab tersebut mereka tunjukkan
pada sikap mereka untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain,
dan merasa terpanggil untuk melayani.
Hipotesis Ada hubungan negatif antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan
menghadapi ujian akhir nasional. Semakin tinggi kecerdasan ruhaniah maka akan
semakin rendah kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan
ruhaniah maka akan semakin tinggi kecemasannya.
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Independen : Kecerdasan Ruhaniah
2. Variabel Dependen : Kecemasan Menghadapi Ujian Akhir Nasional
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Siswa SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Siswa kelas III
2. Usia antara 16-18 tahun
3. Jurusan IPA/IPS
4. Aktif mengikuti proses belajar mengajar tahun ajaran 2006/2007
Teknik pengambilan sample dipilih secara purposive sampling technique yaitu
mengambil sample dengan populasi yang telah disengaja ditentukan oleh peneliti
sesuai dengan maksud penelitian.
Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik pengolahan data uji
korelasional product moment dari Karl Pearson. Teknik tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi
ujian akhir nasional. Analisis data yang dimaksudkan adalah dengan menggunakan
fasilitas komputer program SPSS 12.0 For Windows.
Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan analisis Product Moment Karl
Pearson. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Bila dari uji
normalitas dan linearitas diperoleh hasil yang normal dan linear, maka pengujian analisis
Product Moment dapat dilakukan. Sebaliknya jika hasil dari uji tersebut tidak normal
dan linear maka pengujian analisis product moment tidak dapat dilakukan. Uji
normalitas dan linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows
Versi 12.0
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah variabel terdistribusi
secara normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel yaitu
Kecerdasan Ruhaniah dan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional dengan
menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi skor pada skala
kecerdasan ruhaniah memiliki sebaran normal, nilai KS – Z = 0.383; p = 0.999
(p>0.05). Distribusi skor pada skala kecemasan menghadapi ujian akhir nasional
memiliki sebaran normal, karena nilai KS – Z = 0.957; p = 0.319 (p>0.05).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi antara variabel
independen dengan dependen. Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dari
sebaran titik-titik yang merupakan nilai dari variabel-variabel penelitian dapat
ditarik garis lurus yang menunjukkan sebuah hubungan linear antara variabel-
variabel tersebut. Uji linear ini menggunakan teknik Bivariation Linear. Dari hasil
perhitungan diperoleh F = 10.427 dan p = 0.004 (p<0.05) dan Deviation from
Linearity F = 0.634 dan p = 0.891. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang linear
antara skor skala kecerdasan ruhaniah dengan skor skala kecemasan menghadapi
ujian akhir nasional.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan negatif antara
kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional. Uji
hipotesis ini menggunakan analisis program SPSS 12.0 for Windows.
Uji hipotesis adanya hubungan negatif antara kecerdasan ruhaniah
dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional menggunakan analisis
Product Moment Karl Pearson karena skor skalanya memiliki sebaran yang
normal dan linear. Uji hipotesis dilakukan melalui prosedur Bivarian
Correlation, yang menunjukkan koefisien korelasi ( r ) sebesar -0.432 dengan p =
0.001 (p<0.05), maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara
kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional
diterima karena semakin tinggi kecerdasan ruhaniah maka semakin rendah
kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan ruhaniah maka
semakin tinggi kecemasannya.
Pembahasan
Data yang didapat dari penelitian memiliki sebaran yang normal dan
memiliki hubungan yang linier sehingga teknik analisis Correlation Product
Moment dari Karl Pearson dapat dilakukan
Hasil analisis data dengan teknik analisis Correlation Product Moment dari
Karl Pearson menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh ( r ) sebesar -0.432
dengan p = 0.001 (p<0.05). dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada hubungan
negatif antara kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian akhir
nasional. Artinya semakin tinggi kecerdasan ruhaniah maka semakin rendah
kecemasannya begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan ruhaniah maka
semakin tinggi kecemasannya. Maka hipotesis yang diajukan diterima.
Hasil uji linieritas kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan diperoleh hasil F =
10.427 dan p = 0.004 (p<0.05) dan Deviation from Linearity F = 0.634 dan p =
0.891. Dapat dikatakan bahwa kecemasan menghadapi ujian akhir nasional memiliki
korelasi yang linier dengan kecerdasan ruhaniah.
Kontribusi kecemasan menghadapi ujian akhir nasional terhadap kecerdasan
ruhaniah adalah 18,6. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 siswa kelas III
SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta menunjukkan bahwa prosentase siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan ruhaniah yang sangat tinggi sebanyak 50%, tinggi
48.3%, sedang 1.7%, rendah 0%, sangat rendah 0%. sedangkan Variabel kecemasan
menghadapi ujian nasional menunjukkan bahwa ketegori sangat tinggi sebanyak 0%,
tinggi 3.33%, sedang 46.67%, rendah 38.33%, sangat rendah 11.67%.
Hasil diatas menunjukan bahwa tingkat kecerdasan ruhaniah yang ada pada
siswa sebagian besar berada pada tingkat tinggi karena presentase analisis didominasi
oleh sebagian besar subyek dilevel sangat tinggi (50%). Sedangkan pada tingkat
kecemasan berada pada tingkat sedang karena presentase analisis didominasi oleh
sebagian besar subyek dilevel sedang (46.67%).
Siswa dalam kehidupannya selalu dituntut oleh lingkungan untuk memperoleh
nilai baik ketika mereka menghadapi tes yang kadang-kadang tanpa mereka sadari
tuntutan tersebut akan menimbulkan kecemasan pada dirinya. Daradjat (1985)
mendefenisikan rasa cemas sebagai perasaan yang tidak menentu, panik, takut tanpa
mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan
mencemaskan itu yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Sedangkan menurut Lazarus (1971)
suasana cemas akan membuat individu sulit melakukan aktivitasnya dengan baik
sehingga keberhasilan akan sulit dicapai, dan kondisi demikian akan terjadi
pengalaman yang samar-samar disertai perasaan tidak berdaya dan tidak menentu.
Sue, dkk (1986), membagi gejala-gejala yang mungkin dihadapi oleh pelajar
saat mereka cemas menghadapi ujian ke dalam empat reaksi yaitu reaksi kognitif,
misalnya : kesukaran dalam berkonsentrasi, sukar membuat keputusan dan sulit tidur.
Rekasi motorik, misalnya : gelisah, melangkah tidak menentu, menekan-nekan ruas
jari, menggigit bibir dan kuku jari. Reaksi somatik, reaksi yang meliputi reaksi fisik
dan biologis. Reaksi afektif yang berupa kekhawatiran dan gelisah. Sedangakan
pendapat yang menggunakan sudut pandang agama Tasmara (2001) kecerdasan
ruhaniah (Transendental Intelligence), mengatakan Kecerdasan Ruhaniah merupakan
kecerdasan berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh
ciptaan-Nya. Dari dua pendapat ahli di atas jika seseorang memiliki kecerdasan
ruhaniah yang tinggi maka akan memunculkan sikap tawakal yang tumbuh didalam
diri seseorang, tawakal disini adalah berserah diri kepada Allah SWT dengan
berusaha dan berdoa sehingga menimbulkan rasa bahwa segala sesuatu hanyalah
milik Allah SWT,
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan
apa bila dia berdo’a kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang
menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah dibumi. Apakah disamping Allah ada
tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). “(an-Naml: 62)
“Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah. Sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan.” (Luqman:
22).
Tasmara (2001) juga berpendapat mengibaratkan do’a adalah cahaya dan
amal adalah terang, do’a adalah jiwa sedangkaan amal adalah raganya, do’a adalah
busur dan amal adalah anak panahnya sehingga anrata do’a dan amal ikhtiar
merupakan satu paket. Do’a yang sungguh-sungguh dengan hati akan mendorong
prilaku yang positif antara hati dan prilaku itu berdirilah akal piker. Dengan
demikian, seluruh tindakan yang berada dalam hati dan prilaku manusia akan sangat
dipengaruhi oleh cara dirinya berfikir, serta hubungan emosi antara jiwa dan raga.
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kecerdasan ruhaniah dapat
mempengaruhi perilaku manusia antara lain emosi, cara dirinya berfikir yang salah
satunya dapat memunculkan kecemasan yang datang menjelang menghadapi ujian
akhir nasional.
Penulis berpendapat bahwa kecerdasan ruhaniah merupakan faktor yang dapat
digunakan dalam mengukur tingkat kecemasan pada siswa dalam menghadapi Ujian
Akhir Nasional.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data penelitian dan pembahasan
yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dengan singkat dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ada hubungan yang negatif antara
kecerdasan ruhaniah dengan kecemasan menghadapi ujian nasional
diterima . Karena yang terjadi dilapangan semakin tinggi kecerdasan
ruhaniah maka semakin semakin rendah kecemasan menghadapi ujian nasional
pada siswa kelas III SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Berdasarkan deskripsi statistik data penelitian diketahui bahwa siswa
SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi
dan kecemasan menghadapi ujian nasional yang sedang.
Saran
Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang ditemukan, maka ada
beberapa saran yang dapat disampaikan :
1. Saran kepada subjek penelitian
Ujian akhir nasional memang tidak mudah, kecemasan akan menyelimuti
diri setiap siswa tetapi sebaiknya siswa harus tetap memiliki perasaan yang
optimis, bertawakal dan ikhlas dalam menjalankannya serta tidak berhenti
berikhtiar untuk selalu mencoba dan berpikir positif dalam setiap usaha demi
mencapai sebuah tujuan, supaya dapat mamaksimalkan potensi yang ada dalam
memupuk kecerdasan ruhaniah yang mapan untuk menghadapi ujian nasional.
2. Saran kepada pihak sekolah
Pihak sekolah hendaknya lebih intensif dalam mengefektifkan bimbingan
akademik maupun non akademik kepada siswa khususnya pada siswa yang
akan menghadapi ujian nasional melalui konsultasi kepada wali kelas atau
mendatangkan psikolog pendidikan sehingga perasaan cemas dalam
menghadapi ujian nasional dapat diubah menjadi semangat dalam menyambut
ujian nasional.
3. Saran kepada peneliti selanjutnya
Penelitian sejenis ini masih perlu dilakukan dengan menambahkan
variabel yang berbeda sehingga sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya
yang tertarik. Terhadap penelitian serupa diharapkan untuk meiihat bahwa begitu
banyak variabel yang dapat mempengaruhi kecemasan menghadapi ujian
nasional.
Daftar Pustaka
Andes, R. 2004. Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja pertengahan (skripsi tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Arijani, E. B. 1998. Kecemasan dan Kreativitas Pada Anak-anak. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Azwar, S. 1987. Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bucklew, J. 1980. Paradigm for psychopatology. A countribution to case history
analysis. New York Q: JB Lippencott company. Christian, F. 1994. Perbedaan Ttingkat Kecemasan pada Remaja yang Ibunya Bekerja
danRremaja yang Ibunya Tidak Bekerja di SMPK Santo Yosef Surabaya. Indonesian Psychological Journal : Anima.
Corey, G. 1999. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika
Aditama. Daradjat, Z. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : PT Gunung Agung. Dwita, A & Natalia, N. 2002. Pengaruh Musik Terhadap Kecemasan Penderita
Katarak Menjelang Operasi. Indonesian Psychological Journal : Anima Ginanjar, A. 2006. ESQ. Jakarta : Arga. Jasmine, J. 2007. mengajar berbasis multiple intelligences. Bandung : Nuansa. Jersild, A.T. 1968. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan
Company. Kartono, K. 1986. Patologi Sosial 3. Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta :
Rajawali. Lazarus, R.S. 1971. Personality. Second Edition. Kogakusha Tokyo : Mc Graw Hill. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sue, dkk. 1986. Understanding Abnormal Behavior. 2nd Edition. Boston Q: Houghton Mifftin Company.
Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Jakarta : Gema Insani Press. Zohar, D & Marshall, I. 2005. Spiritual Capital. Memberdayakan SQ di dunia Bisnis.
Bandung : Mizan. Pentashih, Lajnah, 1993. Al Quran Dan Terjemahnya. Semarang : CV. Alwaah. ---------, 2006. Siswa Cemas, Dinas Pasang Target 98 Persen Lulus. Yogyakarta :
Kompas. 20-05-2006. -------, 2006. Siswa Mulai Dilanda Kecemasan Menjelang Ujian Nasional. Semarang
: Suara Merdeka. 17-04-2006.
IDENTITAS PENULIS
Nama : Ahmad Baiquni
Alamat : Jalan Kaliurang Km. 9.3
Disamping Perumahan Merapi View No 116
Sleman - Yogyakarta
No. Telepon : 08995045706