FF Puskesmas Tomang-IsPA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

blok 26 family folder

Citation preview

Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26

Maria Sarche kuna-102012117

B-FF12Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara no. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Munculnya penyakit yang meresahkan masyarakat sangat erat kaitannya dengan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi distribusi penyakit yang mewabah dan membuat masyarakat resah antara lain: okupasi, pola makan, aktivitas atau kebiasaan (misalnya: merokok, konsumsi alkohol, narkoba). Selain itu, dalam ilmu epidemiologi sosial, terdapat variable-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan dan tingkat kematian masyarakat, yaitu: usia, jenis kelamin, ras/ etnis, dan status sosial ekonomi. Definisi kesehatan tidak hanya mencangkup pada satu hal. Dalam menjelaskan hubungan antara faktor sosial dan kesehatan, kesehatan dalam hal ini akan merujuk pada satu pengertian mengenai kesehatan yaitu :11. WHO yaitu suatu keadaan complete physical, mental, dan social well-being, and not merely the absence of disease and infirmity12. Sosiologiyaitu keadaan kapasitas optimum individu untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah disosialisasikan13. Blum yaitu kesehatan manusia terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis, yaitu apa yang dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuanseperti kemampuan mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehat somatiknya sendiri; dan kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam keluarganya, dengan keluarganya, dan dengan system sosial.1Dari ketiga definisi terkait dengan konsep kesehatan, dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan keadaan optimum dari seorang individu dalam menjalankan perannya di dalam struktur dan sistem sosial yang diindikasikan dengan tidak adanya symptom-symptom tertentu.Laporan kasus

Puskesmas

: TomangNomor register : Tanggal kunjungan: 22 juli 2015

I. Identitas Pasien :

Nama

: Aviva Umur

: 8 tahun Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: pelajar Pendidikan

: SD

Alamat

: Jl. Mandalika selatanII. Riwayat Biologis Keluarga :

Keadaan kesehatan sekarang

: Baik

Kebersihan perorangan

: Baik

Penyakit yang sering diderita

:

Penyakit keturunan

: tidak ada Penyakit kronis/menular

: Tidak ada

Kecacatan anggota keluarga

: Tidak ada

Pola makan

: Sedang

Jumlah anggota keluarga

: 6 orang

III. Psikologis Keluarga :

Kebiasaan buruk

: Tidur larut malam, Pengambilan keputusan

: Keluarga

Ketergantungan obat

: Tidak ada

Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas

Pola rekreasi

: Kurang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan :

Jenis bangunan

: Permanen

Lantai rumah

: keramik Luas rumah

: 4m x 8m =32 m2 Penerangan

: Kurang

Kebersihan

: Kurang

Ventilasi

: Kurang

Dapur

: Ada

Jamban keluarga

: Ada

Sumber air minum

: PAM

Sumber pencemaran

: Tidak ada

System pembuangan air limbah : Ada

Tempat pembuangan sampah

: Ada

Sanitasi lingkungan

: Kurang

Pemanfaatan pekarangan

: ada tetapi tidak terlalu luasV. Spiritual Keluarga :

Ketaatan beribadah

: Cukup

Keyakinan tentang kesehatan

: Kurang

VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan

: Kurang

Hubungan antar aggota keluarga : Sedang

Hubungan dengan orang lain

: Kurang

Kegiatan organisasi sosial

: Kurang

Keadaan ekonomi

: Kurang

VII. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Betawi

Lain lain

: Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

No Nama Hub dgn KKUmur PendidikanPekerjaanAgama Keadaan

kesehatan Keadaan giziImunisasiKBKeterangan

1Tn. BKK45 thSMPTukang BangunanIslamBaikCukupLupa--

2Ny. SIsteri43 thSDIRTIslamBaikCukupLupa+-

3Nn. RAnak16 thSMP-IslamBaikCukupLengkap--

NoNamaHub dgn KKUmur Pendidikan PekerjaanAgama Keadaan kesehatanKeadaan gizi ImunisasiKBketerangan

1IslamCukup

2IslamCukup

3IslamCukup

4IslamCukup

5IslamCukup

6Islam Cukup

IX. Keluhan Utama :

Batuk pilek sesak napas demamX. Keluhan Tambahan : Suara serak, susah napasXI. Riwayat Penyakit sekarang :

Hari ini pasien mendatangi puskesmas untuk berobat. Keluhan yang dialami pasien adalah sejak 3 hari yang lalu pasien mengalami batuk pilek yang tidak kunjung berhenti, disertai demam. Sebelum nya ibu pasien sudah memberikan obat penurun panas dan hasilnya panas pasien mulai turun. Tetapi batuk pileknya tidak hilang. Ditambah kadang pasien juga merasakan kesulitan bernapas dan suaranya serak karena batuk. Ini bukan baru pertama dialami, sebelumnya sekitar bulan maret pasien juga pernah berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama. Awalnya gejala batuk pilek ini hanya dialami oleh si pasien namun sekarang ketiga saudara/saudarinya pun ikut mengalami keluhan yang sama. Namun yang berobat barulah si pasien ini. Dari keterangan ibu pasien, keluhan ini semakin bertambah semenjak merka pulang dari kampung halaman 2 hari yang lalu. XII. Riwayat penyakit dahulu :

Tidak adaXIII. Pemeriksaan fisik :Status Generalis Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah :

Pernapasan

: Nadi

: Suhu

: Status Gizi

IMT = BB (kg) / TB2 (m2)

= 24/(1,30)2 = 14,20kg/m2IMTKategori

23,0Kelebihan berat badan

23,0-24,9Beresiko menjadi obese

25,0-29,9Obese I

>30,0Obese II

Status gizi= kurang, berat badan kurangKeadaan RegionalThoraxParu-paru :

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamic, tidak ada retraksi

Palpasi

: Tidak teraba massa

Perkusi: Tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, whezzing -/-

AbdomenInspeksi: tampak cembung, gambaran vena dan usus tidak tampak

Palpasi

: supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar & lien tidak teraba

membesar, turgor kulit baikPerkusi : timpani Auskultasi: bising usus (+), normalXIV. Diagnosis Penyakit ;Infeksi saluran pernapasan akutXV. Diagnosis BandingXVI. Diagnosis keluarga :

XVII. Anjuran penatalaksanaan penyakit :1. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit inspeksi saluran pernapasan atas. Pemberian penyuluhan tentang ISPA dan bagaimana cara pencegahan dan mengobatinya. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). 2. Preventif : mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, menjaga kondisi udara sekitar

Khusus bayi melalui pemberian ASI eksklusif

Upaya mencuci tangan

Imunisasi

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Mencegah anak-anak berhubungan dengan penderita ISPA3. Kuratif:

Antitusif: Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap 4-6 jam.

Analgetik-antipiretik: Paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 5 hari.XVIII. Prognosis :

Penyakit: dubia ad bonam

Keluarga: dubia ad bonam

Masyrakat: dubia ad bonamXIX. Resume

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tangga 22 juli 2015, didapatkan bahwa pasien adalah penderita inspeksi saluran pernapasan akut. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas.Ayah pasien memiliki kebiasaan sering merokok baik di dalam rumah maupun di lingkungan luar rumah oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin, mulai dari menghindari asapa rokok, dan buat ayah pasien di anjurkan untuk tidak merokok di dalam rumah, serta hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi ruangan.

Tinjauan pustaka

Inspeksi saluran pernapasan akut.Pendahuluan

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negaraberkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negaraberkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta)dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yangterjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).

Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabunganpenyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 jutaBalita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1 di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau the forgotten killer of children(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan virus.

Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif,gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR, kepadatan pendudukdan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini masih menunjukkan Streptococcuspneumonia, Haemophilus influenza dan Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO 2008). Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO.Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur yaitu :a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan (pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).

b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur yaitu:

1) Untuk anak usia 2-59 bulan : a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing) dan tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia meliputi: bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.Etiologi

Lebih dari 90% disebabkan oleh virus. Virus tersebut meliputi rhinovirus, parainfluenza virus, adenovirus, coxsackleivirus, RSV, coronavirus. Sedangkan penyebab tersering ISPA adalah streptococcus (-hemoliticus.Epidemiologi

ISPA meliputi 50%dari keseluruhan penyakit pada anak berusia dibawah 5 tahun dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun. Sebagian besar ISPA terbatas pada saluran pernapasan atas sja, hanya sekitar 5% kasus yang melibatkan saluran pernapasan bawah. ISPA lebih sering doialami anak-anak dari pada orang dewasa (6-8 kali vs 2-4 kali pertahun). Insidensnya meingkat seiring pertambahan usia, mencapai puncak pada usia 4-7 tahun. ISPA yang disebabkan oleh bakteri (faringitis streptococcus) memliki insiden tetinggi pada usia 5-18 tahun dan jarang dialami pada usia dibawah 3 tahun.Faktor resiko Gizi kurang/buruk Tidak mengkonsumsi ASI Berat badan lahir rendah Imunisasi tidak lengkap Pendidikan orangtua rendah Tingkat sosioekonomi rendahDiagnosis

1. Manifestasi klinis

Rhinitis diseut juga common cold, sirisa ataupun selesma. Ditandai dengan pilek hidung gatal dan juga bersin, hidung tersumbat iritasi tenggorokan dan juga demam. Selain itu dapat ditemukan gejala umum infeksi virus seperti mialgia, malaise, iritable. Pemeriksaan fisik tidak menunjukan tnda yang khas, dapat ditemukan edema dan eritema mukosa hidung serta limfadenopati servikalis anterior

Faringitis-Tonsilitis-Tonsilofairngitis bakterialis(streptococcus sp.) ditandai dengan nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak, disfagia,demam tinggi(dapat mevapai 400 C), nyeri kepala dan keluhan gastrointestinal, seperti nyeri perut atau muntah. Pada pemeriksaan fisis ditemukan faring hiperemis,tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening anterior bengkak dengan nyeri, uvula bengkak dan hiperemis, ptekie alatum molle dan ruam skarlatina (ruam kemerahan seperti sunburn dsertai rasa gatal muncul pada wajah dan leher menyebar ke dada dan punggung kemudian ke seluruh tubuh.) Faringitis Viral. Ditandai dengan rinorea, suara serak, batuk, konjungtivitis diare dengan aiwatan yang bertahap melibatkan beberapa mukosa dan adanya kontak dengan pasien rinitis.

Faringitis Difteri. Ditandai dnegan membrana simetris(daat meluas dari batas anterior tonsil,hingga ke palatum mole dan atau ke uvula) mulai berdarah berwarna kelabu pada faring.

Rinosinositis. Ditandai dnegan rinorea hidung tersumbat bersin-bersin/gatal, batuk, neyri tekan wajah/pipi, nyeri kepala, ingus purulen, postnasal drip, napas bau, hiposmia/anosmia, dan demam. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan edema-eritema mukosa hidung desertai dengan rinorea, nyeri tekan dilokasi sinus, postnasal drip di dinding belakang faring dan deviasi septum nasi/polip sebagai faktor predisposisi.

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

Faringitis; kutur swab tenggorok padafaringitis bakterialbertujuan untuk mendeteksi adanya bakteri streptococcus (-hemolitikus grup A. Rinosinsitis;

Roentgen; menunjukan adanya perselubungan homogen, penebalan mukosa sedikitnya 4mm atau adanya air fluid level.

CT scan sinus paranasal; dapat memberikan gambar yang lebih akurat daripada roentgen namun bukan pemerikasaan yang rutin dilakukan.

Pemeriksaan mikrobiologi dnegan bahan sekret hidung(yang umum dilakukan namun akan ditemukan kuman yang merupakan flora normal hidung disamping kuman patogen). Baku emasnya adalah spesimen yang didapat dari pungsi atau aspirasi sinus maksilaris (tidak ruti dilakukan pada anak karena memerlukan anastesi umum). Diagnosis ditegakan apabila ditemukan bakteri >104U/mL

Pemeriksaan transluminasi untuk mengetahui adanya cairan di sinus yang sakit (akan terlihatlebih suram dari pada yang sehat).Penatalaksanaan

Sebagian rinitisa disebakan oleh virus sehingga terapi antibiotik tidak diberikan. Pemberian antibiotik tidak bermanfaat dan terbukti tidak dapat mencegah kelainan sekunder.

1. Terapi medika mentosa

a. Pengobatan simptomatis; dekongestan, antihistamin atau analgetik

b. Pada faringitis umumnya hanya diberikan terapi simptomatis;

Apabila curiga faringitisstreptococcal berikan antibiotik selama 10 hari; penisilin 15-30 mg/kgBB/hari (3 kali sehari); ampisilin 15-100 mg/kgBB/hari(4kali sehari); amoksisilin 25-50mg/kgBB/hari(4 kali sehari)

Pemebrian antibiotik sefalosporin golongan 1 dan 2 juga dapat memberikan efek yang smaa namum tidak diberikan karena resiko resistensinya lebih besar.

c. Pada rinosinositis dapat diberikan amoksisilin 45mg/kgBB/hari (2 kali sehari) Pada anak yang alergi amoksisilin dapat diberikan sefodoksin 10 mg/kgBB/hari dosis tnggal atau seforuksim 30mg/kgBB/hari (2kali sehari)

Pada anak dengan reaksi alergi berat dapat diberikan klaritromisin 15 mg/kgBB/hari(2 kali sehari) atau azitromisin 10mg/kgBB/hari pada hari perta,a dan dilanjutkan 5mg/kgBB/hari dan dilanjutkan dosis tunggal selama 3-4 hari

Jika kuman resisten penisilin dapat diberikan klindamisisn 30-40 mg/kgBB/hari (3 kali sehari)

Pada anak yang tidak kunjung sembuh dnegan pemebrian amoksisilin, diberikan amoksisilin-klavulanat dosis tinggi (80-90mg/kgBB/hari komponen amoksisilin dan 6,4 mg/kgBB/hari komponen klavulanat dibagi dalam 2 dosis)2. Terapi non medika mentosa, seperti elevasi kepala, minum dan istirahat yang cukup bermanfaat dalam tatalaksana rinitis.Komplikasi dan prognosis

Secara umum ISPA jarang menimbulkan komplikasi. Faringitis streptococcus dapat menimbulkan komplikasi akibat penyebaran langsung (otitis media,rinosinusitis,mastoiditis,adenitis servikalis, abses retrofaringeal/parafaringeal, pnemonia)atau penyebaran hematogen (meningitis, osteomielitis,artritis septik, demam rematik, glomerulonefritis).Pembahasan Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dari hasil kunjungan rumah pada penderita infeksi saluran pernapasan akut, didapat bahwa pasien memiliki keturunan darah tinggi dari ayahnya, dan pasien juga memiliki pola hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan darahnya, antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat kurang, tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga serta tidak teratur minum obat anti hipertensinya. Pasien mengaku sering berobat untuk mengontrol tekanan darahnya di Puskesmas terdekat dari rumahnya yaiu di Puskesmas Grogol III, dan dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori kurang sehat, sebab kurangnya ventilasi dalam rumah, kurangnya pencahayaan di dalam rumah serta kurangnya kebersihan didalam rumah tersebut (dapat dilihat di lampiran).

Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan penyuluhan perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien.

KesimpulanDari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 4 Maret 2011, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage Itidak terkontrol. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan berobat tidak teratur. Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dilihat dari kurangnya ventilasi dan udara dalam ruangan yang panas.Ayah pasien memiliki riwayat sakit darah tinggi oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukanpencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hedaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk memperbaiki ventilasi ruangan.Saran

Pada penderita semua anak-anak yang mempunyai keluhan seperti demam batuk pilek dan sudah terdiagnosis sebagai ISPA agar lebih memperhatikan keadaan kesehatan lingkungan sekitar, seperti tempat pembuangan sampah ataupun polusi yang dapat menganggu sistem pernapasan. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk berperilaku hidup sehat dengan cara menjaga ataupun menjauhkan diri dari tempat-tempat yang mungkin bisa menyebabkan terjangkit penyakit yang sama seperti tempat berdebu ataupun yang sirklasi udaranya tidak teratur ataupun tidak lancar. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh yaitu dengan memperbaiki kondisi rumah dengan cara memperbaiki ventilasi ruangan, pencahayaan yang cukup dan menjaga kebersihan rumah, serta menjaga agar jagan ada anggota keluarga yang merokok di dsekitar rumah baik itu di dalam maupun di luar rumah.Daftar pustaka

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-2.5, 2002

2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO Chronicle 1962

5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit FKUI, 2003.

6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35

7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World Congress of Cardiology, Tokyo, 1978

8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976

9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-Am., 61.3,531, 1977 10. Boedhi-Darmojo. R, Imam Parsudi dkk. Knowledge and Attitude of doctors on Hypertension, 3rd ASEAN Congress of Cardiology, Singapore (1980), in MEDIKA II,7, 634-638, 1985

LAMPIRAN

2

1

6

5

4

3

20