Upload
vanhanh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR A. PENDAHULUAN
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-
peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang.Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa
saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.
B. PEMBAHASAN
1. Prinsip Psikologi dan Penerapannya
Ini merupakan pendapat penulis bahwa persoalan terhadap kemampuan
penerapan yang saat ini banyak didiskusika. Pada kenyataannya banyak yang
masih belum paham, baik itu pendiidk maupun psikolog. Di buku ini kita akan
membahas semuanya untuk mengklarifikasi persoalan ini dan untuk
menunjukan bagaimana persengketaan berakhir.
Pengaplikasian aturan dalam Pembelajaran terlalu sering dipermasalahkan
dengan alas an yang tidak sesuai. Pada saat sekarang ini, mari kita letakan pada
keadaan yang sebenarnya bhwa persoalan ini bukan persoalan baru dan
bukanlah masalah yang penting bagi pendidikan. Disisi lain dimana persoalan
diperdebatkan disaat kontroversi berakhir. Apakah Dimana psikologi dapat
mempunyai peran utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai
suatu informasi atau menjadi ssuatu kewajiban tambahan untuk menyampaikan
“ Pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan “ menjadi sebuah prinsip-
prinsip pelaksanaan. Intinya adalah ditekankan bahwa persoalan ini adalah
masalah umum yang telah menjadi karakteristik psikologi itu sendiri.
a. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan teori Banyak pendidik dan
psikologis yang kurang paham arti dari kenyataan bahwa psikologi
mengarah kepada ilmu pengetahuan dan sangat baik sebagai suatu profesi.
Dijaman sekarang mengenai masalah social umumnya dan pendidikan
khususnya, semuanya seperti terlupakan bahwa banyak ahli psikologi yang
belum menerapkan apa yang mereka cetuskan, sama anehnya jika pembaca
tidak memahami bahwa beberapa psikolog menyatakan bahwa diri mereka
sebagai dasar dari ilmu pengetahuan, seperti ahli biologi, ahli psikologi
dan ahli fisika yang secara personal tidak terkait langsung dengan
penerapan penemuan mereka. Beberapa ahli psikologi melihat konstribusi
mereka pada masyaraakat dan peran mereka dalam penemuan pengetahuan
tentang manusia dan hewan. Secara khusus, kita mempelajari teori belajar,
kita akan menemukan kebanyakan orang telah memberikan konstribusi
kepada pemahaman proses belajar yang menarik perhatian dalam proses
pemberian materi. Bagai mana pun, maksudnya adalah bahwa sifat dasar
dari rumusan teori mereka dan prinsip umumnya lebih sering diterapkan
sebagai bahan pertimbangan dasar bagi ilmu pengetahuan dari pada
praktek itu sendiri.Teori belajar dan penerapannya sebagai masalah umum
dalam psikologi.Banyak para ahli psikologi mengidentifikasi diri mereka
dengan dasar sebagai ahli ilmu pengetahuan yang menyarankan bahwa
pentingnya untuk mempunyai dasar teori ilmu pengetahuan psikologi yang
luas sebelum melakukan penerapan diberbagai prinsip, sebagai contoh,
penerapan psikologi dalam program latihan telah menjadi dasar pendapaat
bahwa ahli psikologi yang nomor satu dan pendidikan itu sendiri nomor
dua
Mengenai pemakaian teori belajar, penjelasan dari beberapa orang telah
tersedia pada poin ini. Pertama penulis menyatakan bahwa menurut aturan
yang berlaku sepanjang abad ke 20 untuk mengangkat pertanyaan apakah
ada teori psikologi yang cocok dipakai di pendidikan, dan jika ada
begaimana penyempurnaannya. Terlihat jelas dari tulisan penulis betul-
betul menyimpulkan keadaan bahwa praktek dapat bermanfaat bagi
perkembangan psikologi pada proses belajar. Banyak psikolog dan
pendidik menganggap teori psikologi itu hal yang biasa. Padaahal teori
psikologi merupakan salah satu bagian dari dasar ilmu pengetahuan. Jadi
didalam psikologi, teori dasar dari ilmu pengetahuan merupakan jalan
dalam menciptakan kespesifikasian keadaan pendidikan.
Jadi, perdebatan ini menjadi suatu kebiasaan, contohnya antara teori
thorndike dan prinsip gestalt sama halnya dnegan seringnya mensejajarkan
beberapa bagian teori neo behaviorisme melawan orientasi teori kognitif
atau beberapa bagian dari psikologi humanistic. Jadi dalam berbagai
orientasi, belajar psikologi memberikan masukan kepada dasar dari
penelitian dan penemuan. , contohnya hall dan lindzley didalam teori
personal merekomendasikan agar pelajar psikologi membiasakan diri
mereka dengan berbagai macam teori kepribadian. Dan dapat segera
membentuk komitmen terhadap teori tersebut dan mendukung
penelitiannya sertaa menggambungkan penemuannya kedalam konteks
teori tersebut. Keadaan tersebut berlanjut menjadi sesuatu kepopuleran
diantara ahli psikologi sebagai jalan yang baik untuk mendukung dasar
program penelitiannya, juga bagi psikologi dan pendidik dalam
penggunaan prinsip dan teori psikologi pada praktek pendidikan sebagai
suatu hubungan yang positif Sedikitnya bagi mereka yang dibebankan
dengan kewajiban didalam memecahkan kembali masalah dalam praktek
pendidikan dan untuk membentuk pengalaman pendidkan yang efektif ,
tetapi tetap tidak boleh terbatas hanya pada satu teori saja., penting bagi
pembaca untuk terus berlatih setiap dasar dari teori ilmu pengetahua yang
manatelah dikembangkan oleh ahli psikologi. , agar dapat memilih
berbagai prinsip dan konsep yang sangat bernilai terhadap suatu situasi
praktek pendidikan. Kita juga akan melihat munculnya peran didalam teori
instruksional dan proses pembentukan psikoeduvational dalam
menceritakan teori belajar sebagai praktek pendidikan. Kita perlu untuk
membuang cerita lain mengenai hubungan dasar ilmu pengetahuan dan
resolusi masalah praktek, pemahaman teori belajar yang tidak aempurna
bisa saja tidak menjamin kesempurnaan penerapan teori dalam situasi yang
lebih spesifik. , karena ada masalah mengenai hal ini, banyak pendidik dan
pendidik psokilogi kecewa dalam menerapkan ilmu psikologi secara
umum dan teori belajar secara khusus karena mereka tidak dibayar dalam
peningkatan praktek pendidikan.Bagian dari alas an menulis buku ini
untuk menunjukan bagaimana gambaran teori belajar bisa atau tidak biasa
diharaapkan untuk menghasilkan petunjuk bagi pendidik, dimana mereka
mungkin belum siap mencuptaka petunjuk untuk praktek pendidikan,
meskipun demikian semua teori belajar dapat memberikan penilaian bagi
pendidik bahwa mereka menyedaiakan jalan yang sistematis untuk konsep
apa yang terjadi disalam situasi praktek dan situasi penelitian.
b. Aplikasi pendidik mengenai prinsip psikologi. Metode ilmiah telah
didukung untuk digunakan pada ilmu pendidikan sama lamanya dengan
psikologi, tetapi pendidik memiliki kebiasaan melihat psikologi sebagai
sumber informasi. Dalam beberapa hal, pendidik telah menganggab
psikologi sebagai ilmu yang mengawaki mereka dalam mengambil
kesimpulan atau strategi untuk praktek pendidikan. Tetapi mereka
melewatkan bahwa psikolog mempunyai kemampuan dasar disbanding
yang diterapkan dan mereka mengasumsikan bahwa teori tersebut telah
memberikan resep bagi dunia pendidikan , pada bagian ini kita akan
menguji sebagian hubungan antara teori psikologi dan praktek bidang
pendiidkan Mari kita pertimbangan suatu pertanyaan yang telah menjadi
kritik tentang hubungan antara teori belajar dan teori pendiidkan . pada
lanjutan text, berbagai pembicara memiliki pertanyaan apakah teori belajar
psikologi, diperoleh dari penelitian serta disain khusus laboratorium
dengan jadwal yang sering menggunakan subjek hewan. Daapat memiliki
hubungan untuk praktek pendiidkan. Pendidik tidak mempunyai pilihan
untuk mengumumkan factor yang dapat memudahkan dan menganggu
belajar. Pendidik perlu untuk memutuskan prinsip mana dalam
pendapatnya, sehingga terlihat menjadi deskripsi yang alami dan benar.
Dan yang mana tampak lebih relevan terhadap bermacam pengalaman
belajar yang telah dirancangnya.Pertama, hokum yang mengacu kepada
prinsip dan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dipakai
oleh orang hokum juga berasaal dari perundang undangan dan pengenalan
keadilan yang juga ditetapkan adt dan polisi.Kedua hokum didalam ilmu
pengetahuan mengacu kepada pernyataan hubungan antara dua kondisi
tentang keadaan khusus dibawah kondisi yang spesifik untuk memperkuat
kebenaran observasi ilmiah diperlukan hokum ini, hokum ini boleh
dipergunakan atau tidak. Pendapat akhir mengenai penerapan teori
psikologi . dari waktu ke waktu akan dibuat acuan tentnag prinsip atau
aturan psikologi bagi pendidik. Hal itu penting untuk memperjelas apa
yang akan dimanfaatkan. Karna pemanfaatan teori psikologi tidak akan
100 percen penuh.
2. Teori-Teori Belajar
a. Teori Koneksionisme Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang
dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari
defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari
kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati,
atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
b. Teori Conditioning Watson Menurut Watson, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel)
dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
c. Teori Conditioning Edwin Guthrie Dijelaskan bahwa hubungan antara
stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu
dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan
stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga
mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan
bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut.
d. Teori Operant Conditioning Skinner Menurut Skinner, hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya,
yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori
Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon
serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh Skinner.
e. Teori Systematic Behavior Clark Hull Dalam teori Hull mengatakan
bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah
penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat
bermacam-macam bentuknya.
3. Teori Belajar Sosial Teori Belajar Sosial (sosial Learning Theory)
dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari
Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk
menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan
sebenarnya untuk melakukan perubahan-perubahan tingkah laku. Hasil
penelitian para ahli teori belajar spt Skinner dan Thorndike dilakukan tidak
dalam situasi sosial tetapi hasilnya untuk situasi sosial. Sedangkan menurut
Bandura, dalam situasi sosial ternyata orang bisa lebih cepat belajar dengan
mengamati tingkah laku orang lain. Bandura (1977) menghipotesiskan
bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal
pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah
merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan
nilai mempengaruhi tingkah laku. Pengakuan sosial yang berbeda
mempengaruhi konsepsi diri individu. Tingkah laku dihadirkan oleh
“model”. Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model).
Dalam konsepnya, jelaslah bahwa Bandura meningikutsertakan unsur
kognitif
4. Mengapa Diperlukan Teori Pembelajaran. Disini kita akan memfokuskan
aspek dasar dari psikologi yang mana memasukan pengetahuan,
pemahaman, perkembangan, kepribadian dan lain lian. Bagi ahli psikologi
tekanan pada teori pembelajaran dan dnegan penelitian yang utama dari
fakta sejarahnya bahwa teori pembelajaran menempati tingkat utama dalam
perkembangan ilmu pengetahuan psikologi semenjak awal abaad ini
dimulai. Memang sejarah dari perkembangan teori pembelajaran ini adalah
cabang dari psikologi yang dikenal hamper isomorphic dengan sejarah
psikologi sebagai suatu keteraaturan yang terpisah. Untuk mengetahui dan
memahami teori pembelajaran dan untuk dapat mengerti masalah yang
timbul di dalam perkembangan teori ini perlun adanya pemahaman yang
baik terhadap persoalan utama dalam teori psikologi. Oleh karena itu
banyak orang yang melihat dirinya sebagai seorang psikologis atau siapa
saja yang berkeinginan menggunakan psikologi untuk beberapa tujua
praktek haruslah paham dengan teori belajar. Ini secara tidak langsung bagi
mereka teori belajar dianggap cukup untuk memecahkan masalah penting
ketika dilihat dari teori psikologi lain yang terpisahSalah satu dari tujuan
buku ini adalah untuk memberikan proses dan asas dari gagaasan teori
belajar dan mengaharapkan pembaca akan mendaapat pemahamaan teori
belajar sebagai salah satu aspek dasar teori ilmu pengetahuan psikologi yang
mana terkait dengan pendidikan. Catataan penting bahwa orientasi ada dan
sangat mempengaruhi hubungan antaraa psikologi dan pendiidkan.
Dengan begitu untuk dua aasas berbeda ( satu dari psikologi dan satu lagi
dari pendidikan ) penulis memilih focus pada penerapan teori belajar dalam
praktek pendidikan sebagai penemuan yang berharga bagi dan tentang
dirinya sendiri sperti hanya suatu contoh hubungan yang umum antara
psikologi dan pendidikan. Ini adalah pengalaman penulis bahwa teori
belajar dan khususnya pendidikan memberikan murid murid pelajaran
psikologi sebagai mana sama baiknya dengan pendidikan. Agar mereka
memiliki konsep yang berbeda sebagai dasar dalam membicarakan
rangkaian pelajaran. Demikianlah dirasakan sangat penting bahwa pembaca
mengenal adanya dua orientasi yang berbeda antara teori belajar dan
pendidikan.
5. Mengapa Diperlukan Teori Instruksional Teori ini beberapa berasal dari
teori belajar, yang kemudian disebut sebagai teori instruksional. Mereka
mewakili usaha untuk mengembangkan teori dengan lebih memperhatikan
penerapannya, seperti kemunculan dari teori instruksional ini baru saja
mewakili perbandingan perkembangan didalam hubungannya antara teori
belajar dan praktek pendidikan. Letika pada usaha masa lampau untuk
menggunkan teori belajar sebagai dasar untuk membangkitkan prinsip
penerapanya, dimana beberapa prinsip menjadi perhatian kedua, ini jenis
yang baru dari teoritikus bahwa lebih sedikit fokus kepada prinsip dasar
tingkah laku dan lebih banyak perhatian kepada prinsip instruksi untuk
menunjang tercapainya objek pendidikan. Teoritis biasanya menceritakan
satu atau lebih dasar teori ilmu pengetahuan psikologi untuk orientasi yang
mendasari mereka.Pada poin ini , murid secara khas mengankat pertanyaan
dimana teori instruksional berbeda dari metode pendidikan atau garis besar
prosedur didalam rencana pembelajaran. Hal inn sangat penting untuk
mengenal bahwa kita sendang membicarakan tentang prinsip yang agak
umum yang tidak membatasi terhadap pengal;aman belajar yang khususs
didalam kelas atau situasi pendidikan yang lain.Sepanjang decade masa
lampau, berbagai macam pemimpin pendidikan (beuchamp, 1961 : getzels,
1952) telah menegaskan tentaang pemecahan secara relative dan dengan
cara yang tidak sitematis yang mana kita membuat ketegasan mengenai
praktek pendiidkan. Teori instruksional muncul didalam usahanya untuk
menyediakan rencana yang lebih sistematis didalam pengajaran, masih
berdasarkan prinsip yang telah diuji secara ilmiah. Yang lain yang
diperhatikan adalah perbedaan antara teori belajar dan teori instruksional,
dalam penjelasan yang singkat, teori pembelajaran yang ideal haruslah
komnprehensih , karena itulah kenapa dating perubahan dalam treori belajar,
tetapi bisa jadi tidak lengkap untuk praktek pengaplikasian bagi pendidik.
Teori instruksional ideal haruslah komprehensif agar mudah dilaksanakan.
Mungkin baarang kalai lebih bermanfaat jika kita membedakan alurnya
dimana pendidik diharapkan menggunakan teori instruksional dengan
alurnya yang mana telah dicobakan sebelumnya pada teori belajar. Yang
perlu ditekankan dalam teori instruksional ini adalah prosedur yang
langsung yang telah dibuktikan dan cocok dengan konsepsi social didalam
pengalaman pendidikan. Tetapi pengarang yang berbeda (siegel) yang
menentang bahwa teori instruksional didapat dari teori belajar “
selengkapnya yang harus dipatuhi bahwa keberhasilan belajar dinyatakan
karena berhasilnya instuksi (pengajaran)Satu lagi masalah yang terakhir,
kita harus mempertimbangkan hubunga antara teori instruksional dan teori
pendidikan yang lain (Gordon, 1968) mendefinisikan bahwa teori
iinstruksional lebih luas dan banyak diterima, bahwa serangkaian
pernyataan didasari dengan penelitian yang dapat dijawab atau ditemukan
jawaabanya akan menjadi suatu yang dapat meramalkan perubahan yang
khusus didalam lingkungan pendidikan Tinjauan ulang mengenai teori
belajar dan teori instruksional menunjukan bahwa keduanya belum bias
dikatakan teori ilmiah yang valid dan konsisten untuk saat sekarang,
walaupun pantas dipertimbangkan untuk kemajuan.Sebagai pengganti
keberadaan teori yang sesuai terutama tentang teori instruksionalApa yang
dapat dilakukan oleh praktisi bidan pendidikan dan psikologi pendidikan
untuk meningkatkan praktek di bidang pendidikan , atas dasar ini muncul
teori di bidang psikologi dan di bidang pendidikan. Bagaimana kta
merancang bentuk hubungan antara psikologi dan pendidikan, terutama
antara learning teori dan instructional Pertentangan tersebut membutuhkan
jalan tengah antara peneliti psikologi dengan praktisi pendidikan. Para ahli
mendukung kesepakatan akan perbaikan dasar dari praktek pendidikan,
yang sesuai dengan masukan dari colaborati berbagai ahli professional,
seperti…….., ahli menggambarkan penelitian tersebut dap roses
perkembangannya dari maukan yang benar benar dibutuhkan untuk
memperbaiki proses pembelajaran , dan akan memberikan peran lebih
kepada ahli psikologi sebagai psychoeducational disain. Para ahli akhirnya
mempertimbangkan beberapa implikasi akan pendekatan psikoedutional
disain untuk psikolog , guru dan praktisi pendiidkan.
Sedikit penjelasan terlihat pada pendiidk yang sedang mencari resep
instruktinal dalam praktek pendiidkan . tujuanya adalah untuk mengenalkan
pendidik dengan beberapa teori psikologi yang baru baru ini muncul dalam
bidang pendiidkan dan pelaksanaan pengamalannya bagi bidang pendidikan,
dikarenakan banyak siswa ingin melihat bentuk praktis tatcara seseorang
dalam mengajar. Kebalikannya, masalah yang dihadapi penulis bahwa kita
harus memberikan penekanan lebig besar atas pengembangan yang rasional
terhadap act mengajar dari pada metode mencawan dalam pelajaran di kelas
Ini adalah keyakinan penulis bhw skrg kita dapat melakukan pengembangan
materi dalam pendidikan dan psikilogi yang mana akan berguna bg
pendidik, dan juga riset pd jaman ini serta langkah perkembangan ; inilah
yang dimaksud dari proses pembentukan psikoedu. Objek utamanya adalah
untuk memberikan berbagai pemahaman bg penddk akan pentingnya latihan
dan pilihan yg ada utk lbh memahami proses dr knsp instruksional. Dan
untuk merencanakan lbh spesifik akan pengalaman penddikan.
6. Kelemahan dan kelebihan teori belajar Teori behavioristik sering kali tidak
mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel
atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak
dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak
mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan
dengan responnya.Namun kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan
siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau
shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi.
7. Aplikasi Dasar Belajar Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut
siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan
evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan
bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
8. Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Efisien Menurut Popham dan
Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah
kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari
kemampuan dan persepsi siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker
menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif tergantung pada
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
proses belajar mengajar.Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44)
mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan keefektifan, seorang guru perlu
memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam situasi
pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan
teks, tuntutan sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.Ahli lain,
McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk
menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran.
Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif
untuk menyelesaikan tugas tertentu. Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama
yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif.
Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa
adalah hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses
pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang
dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan siswa dan sistem ujian.
a. Pembelajaran Reading Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading
adalah kemampuan bahasa yang reseptif. Maksudnya adalah proses
psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur
kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna
yang dibentuk oleh pembaca. Reading (membaca) yang efektif adalah
kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari teks yang sesuai
dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan
membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang
tersedia dengan efektif untuk membaca dan memahami makna yang
terkandung pada bacaan.
b. Pembelajaran Writing Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan
kegiatan writing (menulis) yang efektif diperlukan banyak waktu, atau
bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis
membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan,
menyusunnya, dan menulis ulang sehingga menghasilkan tulisan yang
baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam mengajarkan writing,
guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan
kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan
pengelompokan gagasan sehingga menjadi tulisan yang koheren.
Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan
menghabiskan banyak waktu untuk menghasilkan tulisan yang baik.
Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan gagasan,
menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh
apabila penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai
kegiatannya. Menulis secara efektif dan efisien akan menghasilkan
tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren.
c. Pembelajaran Listening Harmer (1983) menyatakan bahwa listening
(mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing.
Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan,
tetapi hanya bisa mendengarkannya. Harmer juga menjelaskan tentang
kriteria materi untuk listening. Menurutnya, dengan melihat kesulitan
yang ada dalam materi listening, kita akan mempunyai gambaran untuk
menanganinya. Pertama, kita harus memahami materi seperti apa yang
ingin didengarkan oleh siswa. Kedua, jika memungkinkan, guru
memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami teks. Yang terakhir
dan mungkin yang paling penting, kita harus yakin pada kualitas tape
recorder yang kita gunakan untuk kegiatan listening.
d. Pembelajaran Speaking Menurut Finnochiaro dan Bonomo (1973: 110),
untuk menumbuhkan minat dan mendorong komunikasi, percakapan
sederhana harus diikutsertakan pada awal pembelajaran, lagu harus
diajarkan, cerita harus diperkenalkan sehingga siswa dapat
meresponnya. Tetapi, pada waktu yang bersamaan juga harus diajarkan
tentang unsur-unsur bahasa yang lainnya, seperti grammar dan
pronunciation.Sedangkan Robinett (1978) menjelaskan bahwa aktifitas
lisan akan lebih bisa dikendalikan, atau dengan kata lain lebih bebas.
Dia juga menyatakan bahwa harus diperhatikan juga masalah yang
berkaitan dengan pengucapan (pronunciation) pada waktu mengajarkan
speaking.
Kesimpulannya, pembelajaran speaking (berbicara) tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan
komunikasi yang dilakukan setiap hari. Untuk mencapai pembelajaran
speaking yang efektif, proses pembelajaran harus berhubungan dengan
percakapan yang autentik. Selain itu guru juga harus bisa mendorong
siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam kelas. Dalam
pembelajaran speaking, grammar (termasuk kosakata dan structure)
sebaiknya diajarkan selangkah demi selangkah sehingga siswa dapat
mengikuti dengan baik dan akan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.
9. Komponen Utama Dalam Belajar Komponen-komponen yang menentukan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru,
materi, tempat, waktu, dan fasilitas.
a. Siswa
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the
teaching and learning process, so they have to be involved in almost all
the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”
Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri, Brown(1987:115)
menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa. “The
foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in
learning the language will positively motivated to learn. When students
are motivated to learn, they usually pay attention, become actively
involved in the learning and direct their energies to the learning task.”
b. Guru
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru.
Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang
komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan
bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang
komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak
sebagai pengamat.
c. Materi
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa.
Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan
Waters adalah:
1. Adanya teks yang menarik
2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi
kemampuan berpikir siswa
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah mereka miliki
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
d. Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung.
Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik
dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan
meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana
yang nyaman di kelas.
e. Waktu
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar
juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru.
Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang
tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai
sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus
berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa
setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam
proses pembelajaran.
f. Fasilitas
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media
pembelajaran.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar menurut
teori Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.
2. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
3. Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
4. Hamaluk oemar. Dr. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung.
Sinar Baru
5. Bahri Syaeful Drs. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta