Upload
yudriawan-annas
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
1/41
1
Fisiologi Persalinan
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relative
tenag yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan
kehamilan aterm. Menjelang persalina uterus mulai memperlihatkan aktivitas kontraksi secara
terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang
persalinan, serta berangsur-angsur menghilang pada periode postpartum(Winjosastro).
Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, namun sedikitnya
ada dua kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi yang
berperan dalam persalinan(guyton).
1. Faktor Hormonal- Rasio estrogen terhadap progesterone. Progesterone menghambat kontraksi uterus
selama kehamilan, sehinga membantu mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya estrogen
mempunyai kecenderungan nyata ntuk menigkatkan derajat kontraktilitas uterus.
Baik estrogen maupun progesterone disekresi dalam jumlah yang secara progresif
makin bertambah selama kehamilan, tetapi mlai kehamilan bulan ke-7dan
seterusnya produksi estrogen meningkat sedangkan produksi progesterone tetap
konstan atau mungkin sedikit menurun(Guyton)
.
- Pengaruh oksitosin pada uterus. Oksitosinmerupakan suatu hormone yang disekresioleh neurohipofisis yang secara khusus menyebabkan kontaksi uterus. Ada empat
alasan mengapa oksitosin dapat meningkatakan kontrkatilitas dari uterus: (1) otot
uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitosin, dan oleh karena itu
meningkatkan jumlah responnya terhadap oksitosin selama beberapa bulan terakhir
persalinan. (2) kecwpatan sekrasi oksitosin oleh neurohipofisis sangat meningkat
pada saat persalinan. (3) walaupun pada hewan dan manusia yang telah menjalani
hipofisektomi masih dapat melahirkan dan dapat melahirkan bayinya pada
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
2/41
2
kehamilan aterm, persalinannya akanberlangsung lama. (4) penelitian pada hewan
menunjukkan bahwa iritasi atau regangan pada serviks uteri, seperti yang terjadi
selama persalinan, dapat menyebabkan sebuah rfleks neurogenik melalui nucleus
paraventrikular dan supraoptik hipotalamus yang dapat menyebakan kelenjar
hipofisis posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya.(2)
- Pengaruh hormone fetus pada uterus. Kelenjar hipofisis fetus juga menyekresikanoksitosin yang jumlahnya semakin meningkat, yang mungkn berperan dalam
merangsang uterus, dan kelenjar adrenalnya menyekresi sejumlah besar kortisol
yang mungkin merupakan suatu stimulus uterus. Selain itu, membrane fetus
melepaskan prostaglandin dalam konsentrasi tinggi pada saat persalinan.
Prostaglandin ini dapat meningkatkan intensitas kontrkasi uterus.(2)
2. Faktor mekanis- Regangan otot-otot uterus. Regangan sederhana organ-organ berotot polos
biasanya akan menigkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut. Selanjutnya, regangan
intermitten yang terjadi berulang-ulang pada uterus karena pergerakan fetus juga
meningkatkan kontraksi otot polos.(2)
- Regangan atau iritasi serviks. Mekanisme bagaimana irirtasi serviks dapatmerangsang korpus uteri masih belum diketahui. Namun diduga bahwa reganganatau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya reflex pada korpus uteri, tetapi
efek ini juga secara sederhana dapat terjsi akibat transmisi miogenik sinyal-sinyal
dari serviks ke korpus uteri. (guyton)
Diferensiasi aktifitas uterus
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah
relative pasif dibandingkan dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir
yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan
bertambah tua dan kemudian menipis sekali selama proses persalinan.(Winkjosastro)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
3/41
3
Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah berkontraksi secara
bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong akan menurun. Disinilah letak
pentingnya pembagian uterus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah
yang lebih pasif. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar,
sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus
semakin lunak berdilatasi sehingga janin dapat menonjol keluar..(Winkjosastro)
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang semula,
tetapi menjadi relative menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun tegangannya tetap
sama seperti sebelum kontraksi. Segmen aktif berkontraksi kebawah meski pada saat isinya
berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah
mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan kondisi menguntungkan yang
diperoleh dari ekspulsi janin dan memepertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi
uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi berikutnya akan mulai pada tempat yang
ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas uterus menjadi lebih kecil pada
setiap kontraksi berikutnya. Karena pemendekan terus-menerus, maka segmen atas uterus
akan menjadi semakin tebal pada kala pertama dan kedua persalinan dan menjad tebal sekali
pada tepat setelah pelahiran janin..(Winkjosastro)
Relaksasi segmen bawah bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih merupakan lawan
retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap kontraksi segmen atas,
dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relative tetap mempertahankan
panjangnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan regangan dan masih
berkontraksi sedikit pada saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju, pemanjangan berturut-
turut serabut otot di segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya
beberapa millimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah
uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh
suatu rete pada permukaan dalam uterus, cincin retraksi fisiologis. Jika pemendekan segmen
bawah uterus terlalu tipis, seperti pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
4/41
4
membentuk cincin retraksi patologis. Ini merupakan kondisi abnormal yang juga cincin Bandl.
Adanya suatu gradient aktivitas fisiologis yang semakin mengecil dari fundus sampai ke serviks
diketahui dari pengukuran perbedaan perilaku bagian atas dan bawah uterus pada persalinan
normal..(Winkjosastro)
Perubahan Bentuk Uterus
Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan
diameter horizontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses
persalinan. Pertama, pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan kolumna
vertebralis janin, dengan menekan kutub atasnya rapa-rapat terhadap fundus uteri, sementara
kutub bawah didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan panggul
berbentuk ovoid yang ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5-10 cm. Kedua,
dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dank arena segmen bawah
dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada
kutub bawah janin. Efek ini merupakan factor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot
segmen bawah dan serviks..(Winkjosastro)
Perubahan-Perubahan Pada Serviks
Selama kehamilan dan persalinan, serviks mengalami perubahan dari struktur yang keras,
dan menyerupai sfingter utuh menjadi struktur yang lebih lembut, lunak, dan mampu berdilatasi.
Perubahan struktural tersebut adalah hasil dari proses kolagenolisis dan peningkatan kadar air,
yang mungkin terjadi sebagai respon terhadap peningkatan rasio estrogen : progesteron,
prostaglandin E2, dan remodeling enzimatik dari jaringan servikal(Gyton English)).
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
5/41
5
Tenaga yang efektif pada kala 1 persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya
akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen
bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung
mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan gaya dorong ini, terjadi 2
perubahan mendasar yaitu pendataran dan dilatasi pada serviks yang sudah melunak. Sebagai
hasil dari aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan,
pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai sebelum persalinan aktif
mulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat
mukus ketika saluran serviks memendek. Jika
dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah
uterus dan serviks merupakan daerah yang
resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama
terjadi kontraksi, struktur-struktur ini mengalami
peregangan, yang dalam prosesnya serviks
mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi
uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban,
tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah
pecah, tekana pada bagian terbwah janin terhadap
serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak
mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan
tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Proses pendataran dan dilatasi serviks ini
menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion didepan kepal (Hacker).
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
6/41
6
Gambar 1. Mekanisme hidrostatik dari membran dalam menghasilkan penipisan dan dilatasi
serviks . Terjadi perubahan pada hubungan antara tulang servikal internal dan eksternal selama
perkembangan persalinan (A), (B), dan (C) (guyton).
Pendataran serviks
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2
cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hamper setipis kertas. Serabut-serabut
otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen bawah
uterus, sementra kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Pemendekan
dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukan terowongan yang mengubah seluruh
panjang sebuah tabung yang sempit menjadi suatu corong yang sangat tumpul dan
mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil dari aktivitas miometrium
yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk persalinan, pendataran yang lumayan besar
pada serviks yang lunak kadangakala selesai sebelum persalinan aktif mulai. Pendataran
menyebabkan ekspulsi sumbat mucus ketika saluran serviks memendek..(Winkjosastro)
)
Dilatasi Serviks
Dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan daerah yang
resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini
mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika
kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatis kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks seperti sebuah baji. Bila selaput ketuban sudah pecah,
tekanan pada bagian terbawah uterus janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga
sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
7/41
7
bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen
bawah uterus. Proses pendataran dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong
cairan amnion di depan kepala. .(Winkjosastro)
Ketuban pecah
Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada persalinan aktif. Pecah
ketuban secara khas tampak jelas sebagai semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit
keruh, hamper tidak berwarna dengan jumlah bervariasi. Selaput ketuban yang masih utuh
sampai bayi lahir lebih jarang ditemukan. Jika kebetulan selaput ketuban masih utuh sampai
pelahiran selesai, janin yang lahir dibungkus oleh selaput ketuban ini, dan bagian yang
membungkus kepala bayi yang baru lahir kadangkala disebut sebagai caul. Pecah ketuban
sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan mana pun disebut sebagai ketuban pecah.
.(Winkjosastro)
Pelepasan Plasenta
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini
berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa sentimeter di atas segmen
bawah yang lebih tipis. Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian umbilicus.
Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan bidang
tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan
yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi elastisitas plasenta terbatas,
plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua yang
paling lemah lapisan spongiosa, atau desidua spongiosa mengalah, dan pemisahan terjadi di
tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat
implantasi di bawahnya..(Winkjosastro)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
8/41
8
Ektrusi Plasenta
Setelah plasenta terpisah dari tempatnya implantasinya, tekanan yang diberikan padanya oleh
dinding uterus menyebabkan organ ini menggelincir turun menuju ke segmen bawah uterus
atau bagian atas vagina. Pada beberapa kasus, plasenta dapat terdorong keluar dari lokasi-
lokasi itu akibat meningginya tekanan abdomen, tetapi ibu yang dalam posisi telentang sering
tidak dapat mendorong keluar plasenta secara spontan.(.(Winkjosastro)
Mekanisme Ekstrusi Plasenta
Bila terjadi pemisahan plasenta tipe sentral, atau tipe biasa, hematoma retroplasenta dipercaya
mendorong plasenta menuju ke rongga uterus, pertama bagian tengah dan kemudian sisanya.
Dengan demikian, plasenta mengalami inverse dan dibebani oleh hematoma tersebut,
kemudian turun. Karena membrane di sekitarnya menempel kaku pada desidua, plasenta hanya
dapat turun dengan menyeret membrane secara perlahan-lahan; kemudian membrane-
membran tersebut mengelupas bagian perifernya. Akibatnya, kantong yang terbentuk oleh
membrane tersebut mengalami inverse, dan yang muncul di vulva adalah amnion yang
mengilap di atas permukaan plasenta atau ditemukan di dalam kantong inverse. Pada proses ini
yang dikenal sebagai ekspulsi plasenta secara mekanisme Schultze, darah dari tempat plasenta
tercurah ke dalam kantong inversi tersebut dan tidak mengalir keluar sampai setelah ekstrusi
plasenta. (.(Winkjosastro)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
9/41
9
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
10/41
10
Proses Persalinan
Kala-kala Pada Persalinan
Kala I
Kala I dimulai dengan onset tanda dan gejala in partu sampai terjadinya dilatasi serviks,
umumnya terjadi bukaan dengan kecepatan 1 cm per jam pada primigravida dan pada wanita
multigravida 1-2 cm per jam. Aktivitas uterin selama proses persalinan menunjukkan dominasi
fundus uteri dengan kontraksi yang menyebar atau simetris di semua bagian uterus, hingga
terjadi dilatasi dan pelebaran serviks.((pitkin)
Pada Kala I terjadi proses membukanya serviks yang disebut dengan berbagai istilah:
melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (obliteration), mendatar dan tertarik ke
atas (effaced and taken up), dan membuka (dilatation). (Cunningham)
Fase-fase pada Kala I
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam dua fase:
Fase laten. Fase ini berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampaidiameter serviks mencapai 4 cm. Pada wanita multipara, didapatkan pemanjangan fase
laten lebih dari 14 jam dan pada wanita nulipara pemanjangan mencapai lebih dari 20
jam.(1,4)
Fase aktif. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap.Kontraksi adekuat berlangsug dalam 3 kali atau lebih dalam 10 menit, masing-masing
kontraksi berlangsung 40 detik.
Pada fase aktif terjadi pembukaan serviks dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (primigravida) dan >1-2 cm (multigravida). Pembukaan ini berlangsung sampai
dengan 10 cm. Pada fase aktif juga terjadi penurunan bagian terbawah janin.(1,4)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
11/41
11
Terbagi menjadi tiga fase:
Fase akselerasi. Peningkatan bertahap dilatasi serviks, berlangsung 2 jam denganpembukaan mencapai 4 cm.
Periode dilatasi maksimal. Disebut juga fase dilatasi serviks yang paling cepat karenaberlangsung selama 2 jam. Fase deselerasi. Dilatasi melambat, berlangsung selama 2
jam hingga pembukaan mencapai 10 cm.
Periode Deselerasi. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalamwaktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).
(winkjosastro n
Cunningham)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
12/41
12
Gambar Tingkat penipisan (effacement) serviks. A : tidak ada effacement. B : efffacement 75%.
C : effacement 100%((Gibbs)
Kala II
Persalinan Kala II dimulai ketika serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II disebut juga sebagai kala pengeluaran bayi (Jaringan Nasional).
Gejala dan tanda Kala II persalinan:
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontrkasi. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina. Perineum menonjol. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Pembukaan serviks telah lengkap. Kepala janin mulai tampak melalui introitus vagina. (winkjosastro)
Pada Kala II (pengeluaran janin), his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena terjadi
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
13/41
13
juga tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
pada primi: 1 sampai dengan 2 jam, pada multigravida jam sampai dengan 1 jam.
(Cunningham)
Cardinal movement dari persalinan kala II adalah engagement, descent, flexion, internal
rotation, extension, external rotation, dan expulsion.(Cunningham)
1. EngagementMekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal- diameter transversal terbesar
kepala janin pada presentasi oksiput- untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai
engagement. Fenomena ini dapat terjadi pada mingu-minggu kehamilan terakhir
kehamilan atau mungkin tidak terjadi sama sekali sampai setelah dimulai persalinan.
2. DescentPergerakan ini merupakan syarat pertama untuk kelahiran bayi. Pada nulipara,
engagement dapat terjadi sebelum awitan persalinan, dan desensus lebih lanjut terjadi
sebelum persalinan kala dua dimulai. Pada wanita multipara, biasanya gerakan descent
ini bersamaan dengan engagement.Descent terjadi akibat adanya satu atau lebih dari
empat gaya: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan langsung fundus pada bokong saat
kontraksi, (3) usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen, (4) ekstensi dan
pelurusan badan janin.
3. FleksiBegitu gerakan descent mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada
janin, dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan diameter
oksipitofrontal yang lebih panjang.
4. Rotasi dalam
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
14/41
14
Gerakan ini adalah pemutaran kepala dengan suatu cara sehingga oksiput
perlahan-lahan bergerak dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau yang
lebih jarang, ke posterior menuju lubang sacrum. Rotasi interna penting untuk
penyelesaian persalinan, kecuali bila janinnya kecil. Rotasi interna biasanya belum
terjadi hingga kepala belum mencapai dasar spina.
5. EkstensiSetelah rotasi interna, kepala yang telah terfleksi maksimal mencapai vulva,
kepala ini akan mengalami ekstensi yang esensial untuk kelahiran. Gerakan ini membaa
dasar oksiput berkontak langsung dengan margo inferior simfisis pubis. Karen apintu
keluar vulva mengarah ke atas dan ke depan, ekstensi harus terjadi sebelum kepala
dapat melewatinya. Jka kepala yang telah terfleksi maksimal, saat mencapai dasar
panggul, tidak berekstensi tetapi malah semakin terdorong ke bawah, kepala ini
akanmengenai bagian posterior perineum dan akhirnya akan terdorong ke jaringan
perineum. Tetapi, pada sat kepala menekan lorong panggul, ada dua kekuatan yang
bekerja. Pertama, yang diberikan uterus, bekerja lebih ke posterior, dan kedua yang
ditimbulakn oleh dasar panggul yang resisten dan simfisis, bekerja lebih ke anterior.
Resultan gayanya mengarah ke muara vulva, dan dengan demikian menyebabkan
ekstensi. Dengan bertambahnya distensi perineum dan muara vagina, secaraberangsur-angsur makin banyak bagian oksiput yang terlihat. Kepala dilahirkan melalui ekstensi
lebih lanjut ketika oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu berhasil
melewati tepi anterior perineum. Segera setelah kepala lahir, kepala jatuh ke bawah dan
dagu terletak diatas daerah anus ibu.
6. Rotasi luarKepala yang sudah dilahirkan selanjutnya mengalami pemulihan. Jika oksiput padamulany amengarah ke kiri, bagian ini akan berotasi kea rah iri tuberositas iskhii kiri.
Kemalinya kepala ke posisi oblikdiikuti dengan diselesaikannya rotasi luar ke posisi
lintang, suatu gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin, yang berfungsi membawa
diameter biakromionnya berhimpit dengan diameter anteroposterior pintu bawah
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
15/41
15
panggul. Dengan demikian, satu bahu akan terletak anterior di belakang simfisis dan
yang lainnya di posterior. Gerakan ini tampaknya dihasilkan oleh factor-faktor panggul
yang sama seperti yang menyebabkan rotasi dalam kepala.
7. EkspulsiHamper segera setelah rotasi luar, bahu depan akan tampak dibawah simfisis pubis, dan
perineum segera teregang oleh bahu belakang. Setelah kedua bahu tersebut lahir, sisa
badan bayi lainnya akan segera terdorong ke luar.
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
16/41
16
Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban(Jaringan Nasional).
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali dari sebelumnya. Beberapa
saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran (plasenta). Dalam waktu - 1 menit
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit stelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc. ((Cunningham)
Pada Kala II persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran rongga tempat
melekatnya plasenta. Karena tempat perlekatan ini semakin mengecil, sedangkan plasenta
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
17/41
17
tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uteus atau ke dalam vagina.(Cunningham)
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini:
Perubahan bentuk dan tinggi fundus.Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
Tali pusat memanjang.Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
Semburan darah mendadak dan singkat.Darah yang terkumpul di belakang plasenta membantu mendorong plasenta keluar
dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang di antara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.(Winkjosastro)
Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Pada Kala IV dipantau:
(Winkjosastro, Cunningham)
Tekanan darah ibu Nadi Temperatur Tinggi fundus Kontrkasi uterus Kandung kemih
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
18/41
18
Perdarahan (1,5)Pemantauan Kala IV ini cukup penting terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau
persiapan penolong mengantisipasi perdarahan pasca persalinan. Pemantauan Kala IV
dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada
jam berikutnya. Pada Kala IV dilakukan iniasiasi menyusui dini.(Winkjosastro, Cunningham)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
19/41
19
Batasan Persalinan Normal
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap.(5)
Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada Letak
Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam(Mochtar
).
Persalinan normal merupakan sebuah proses berkelanjutan yang terbagi menjadi 3 tahap,
yaitu(Decherny):
1. Tahap pertama persalinan adalah interval antara onset persalinan dan serviks membukalengkap
2. Tahap kedua adalah interval antara pembukaan lengkap serviks dan kelahiran bayi3. Tahap ketiga adalah periode antara kelahiran bayi dan lahirnya plasenta.
Lama waktu yang diperlukan untuk tahap pertama persalinan pada primipara bervariasi
antara 6-18 jam, sedangkan pada multipara sekitar 2-10 jam. Kecepatan pembukaan serviks
selama fase aktif adalah 1,2 cm per jam pada kehamilan pertama dan 1,5 cm per jam pada
kehamilan yang berikutnya. Durasi tahap kedua adalah 30 menit sampai 3 jam pada primipara
dan 5-30 menit pada multipara. Untuk primi- maupun multipara durasi tahap ketiga berkisar 0-
30 menit untuk semua kehamilan(Decherny)
Kriteria persalinan normal oleh Friedman(Winkjosastro)):
1. Persalinan tanpa disproporsi fetopelvik2. Tidak ada kehamilan ganda3. Tidak sedang diobati dengan sedasi berat
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
20/41
20
4. Tidak mendapatkan analgesia konduksi, oksitosin atau intervensi operatif
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
21/41
21
Diagnosis Persalinan
Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas Braxton Hicks contraction semakin
meningkat. Pada masa masa itu terjadi pembentukan segmen bawah uterus untuk
mengakomodasi bagian terendah janin.(jarnas)
1. Tanda dan gejala pasti inpartu (true labor): Penipisan dan pembukaan serviks Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal dua kali
dalam 10 menit) Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
2. Tanda false labor: Kontraksi uterus iregular Tidak terdapat show Tidak terjadi dilatasi dan pendataran servik Rasa nyeri terutama di bagian bawah abdomen Rasa nyeri hilang dengan pemberian sedasi
Tabel 1. Karakteristik Persalinan Palsu (false labor) dan Persalinan Asli (True Labor)(Guyton)
Karakteristik Persalinan Asli Persalinan Palsu
Kontraksi
Irama Reguler Ireguler
Interval Berangsur-angsur memendek Tidak berubah
Intensitas Berangsur-angsur meningkat Tidak berubah
Rasa tidak nyaman
Lokasi Punggung dan perut Abdomen bagian bawah
Penggunaan Sedasi Tidak berpengaruh Biasanya akan menghilang
Dilatasi Serviks Ya Tidak
1.1.1. Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
22/41
22
Tabel 2. Diagnosis kala dan fase persalinan (syaifuddin)
Gejala dan tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasiPersalinan
palsu/belum in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks 4-9 cm
- Kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih per jam- Penurunan kepala I
Aktif
Serviks membuka lengkap (10 cm)
- Penurunan kepala berlanjut- Belum ada keinginan untuk meneran II
Awal (non-
ekspulsif)
Serviks membuka lengkap (10 cm)
- Bagian terbawah telah mencapai dasar panggul- Ibu meneran II
Akhir
(ekspulsif)
Identifikasi presentasi dan posisi janin
Dapat dilakukan pemeriksaan Leopold untuk memperoleh informasi tentang letak janin
berdasarkan acuan punggung/sumbu panjang ibu (longitudinal atau transversal), presentasi
janin pada pintu panggul (kepala atau bokong), letak punggung janin, mengetahui masuknya
bagian terendah janin ke dalam pelvis ibu, dan seberapa jauh penurunannya(cunningham n
Mochtar)
a.Leopold I /Manuver Pertama (Kutub Atas/Upper Pole)Palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan tinggi fundus uteri dan
menentukan bagian fetus yang berada pada kutub atas fundus uteri tersebut(Cunningham)).
b. Leopold II/Manuver Kedua (Sisi Samping Abdomen Ibu)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
23/41
23
Kedua tangan pemeriksa masing-masing diletakkan pada sisi samping kiri dan kanan
abdomen ibu. Tujuannya untuk menentukan batas samping uterus kanan dan kiri, serta
menentukan letak punggung janin. Pada letak lintang, untuk mengetahui posisi kepala
janin(Cunningham)
c. Leopold III/Manuver Ketiga (Kutub Bawah/Lower Pole)Bertujuan untuk menentukan apa yang menjadi bagian terbawah janin dan apakah
bagian terbawah janin ini sudah atau belum masuk ke dalam pintu atas
panggul(Cunningham)
d. Leopold IV/Manuver KeempatDengan menggunakan kedua tangan, melakukan palpasi pada tepi atas simfisis
menentukan bagian terbawah janin. Setelah itu, menentukan berapa jauh sudah masuk ke
pintu atas panggul(Cunningham)).
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
24/41
24
Posisi
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah
kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (maternal-pelvis). Misalnya pada letak
belakang kepala ubun-ubun kecil kiri depan, ubun-ubun kecil kanan belakang(Mochtar).
a) Letak belakang kepala (LBK). Indikator : ubun-ubun kecil (uuk)b) Presentasi dahi. Indikator : teraba dahi dan ubun-ubun besar (uub)c) Presentasi muka. Indikator : dagu (mento)d) Presentasi Bokong. Indikator : sakrume) Letak lintang
Menurut posisi kepala :Kepala di kiriKepala di kanan
Menurut arah punggung :Punggung depan (dorso-anterior)Punggung belakang (dorso-posterior)Punggung atas (dorso-superior)Punggung bawah (dorso-inferior)
Presentasi bahu (skapula) :Bahu kananBahu kiri
Tangan menumbang :Tentukan apakah tangan kiri atau tangan kanan Indikator adalah ketiak :
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
25/41
25
(*) ketiak menutup/membuka ke kanan
(*) ketiak menutup/membuka ke kiri
Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian terbawah rahim
(Mochtar).
Presentasi kepala berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas, dan mudahdigerakkan (bila belum masuk rongga panggul)
Presentasi bokong bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dansulit terpegang secara mantap
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Penurunan bagian terbawah janin dengan metode lima jari (perlimaan) adalah(jarnas)
5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada di atas simfisis dan (3/5)
bagian telah turun melewati bidang tengan rongga panggul (tidak dapat digerakkan
1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada di atassimfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga panggul
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruhbagian terbawah janin sudah masuk ke rongga panggul.
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
26/41
26
Manajemen Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.
(Wnkjo,
Cunningham,Jarnas,Mochtar)
Manajemen persalinan Kala I
Pemeriksaan fisik umum yang belum dilakukan harus diselesaikan sesegera mungkin
setelah pasien masuk rawat inap. Yang paling baik, seorang dokter dapat membuat
kesimpulan tentang normalnya kehamilan tersebut apabila semua pemeriksaan, termasuk
tinjauan ulang rekan medis dan laboratium, sudah dilaksanakan. Sebuah rencana yang
rasional untuk memantau persalinan kemudian dapat ditegakkan berdasarkan kepentingan
janin dan ibunya. (jarnas)
Pemantauan kesejahteraan janin selama persalinan. Frekuensi, intesitas, dan
lamanya kontraksi uterus, serta respons denyut jantung janin terhadap kontraksi tersebut
harus diperhatikan benar. Aspek-aspek ini dapat dievaluasi dengan tepat dalam urutan yang
logis. (jarnas)
Frekuensi Denyut Jantung Janin. Frekuensi denyut jantung janin dapat diketahui
dengan stetoskop yang sesuai atau salah satu di antara berbagai macam alat ultrasonik
Doppler. Perubahan frekuensi denyut jantung janin yang kemungkinan besar berbahaya bagi
janin hampir selalu dapat ditemukan setelah kontraksi uterus. Karena itu, jantung janin
wajib diperiksa dengan auskultasi segera setalah terjadi kontraksi. Untuk menghindari
kebingungan antara kerja jantung ibu dan janinnya, denyut nadi ibunya hendaknya dihitung
pada saat menghitung frekuensi denyut jantung janin. Bila tidak, takikardia ibu mungkin
disalahartikan sebagai frekuensi denyut jantung janin normal. (jarnas)
Resiko, bahaya, atau gawat janin dicurigai apabila frekuensi denyut jantung janin
yang diukur segera setelah kontraksi berulang kali berada di bawah 110 kali per menit.
Gawat janin sangat mungkin terjadi apabila denyut jantung terdengar kurang dari 100
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
27/41
27
denyut per menit sekalipun ada perbaikan hitung detak jantung menjadi 110 sampai 160
denyut per menit sebelum kontraksi berikutnya. Perhitungan jumlah denyutan dilakukan
dengan menghitung denyut jantung selama 5 detik dan 5 detik istirahat. Yang dihitung
adalah 5 detik pertama, ketiga dan kelima. Pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima
dijumlahkan dan hasilnya dikalikan dengan 4 untuk mempresentasikan denyut jantung janin
selama satu menit. (jarnas)
Kontraksi uterus. Dengan melakukan penekanan ringan oleh telapak tangan diatas
uterus, pemeriksa dapat menentukan waktu dimulainya kontraksi. Intensitas kontraksi
diukur berdasarkan derajat ketegangan yang dicapai uterus. Pada puncak kontraksi efektif,
jari atau ibu jari tangan tidak dapat menekan uterus. Selanjutnya, dicatat waktu ketika
kontraksi tersebut menghilang. Urutan ini diulangi untuk mengevaluasi frekuensi, durasi,
dan intensitas kontraksi uterus. (jarnas)
Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal(Saifuddin)
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*Ket : *dinilai pada setiap pemeriksaan dalam. Apabila ibu menunjukkan tanda atau
gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.
Untuk memantau kemajuan kala I persalinan bisa digunakan partograf. Hal-hal
yang perlu dicatat dari hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan adalah(jarnas)
1. Informasi tentang ibua.Nama, umur
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
28/41
28
b. Gravida, para, abortusc.Nomor catatan medikd. Tanggal dan waktu mulai dirawate. Waktu pecahnya selaput ketuban
2. Kondisi Janina. DJJ
b. Warna dan adanya air ketubanc. Penyusupan (molase) kepala janin
3. Kemajuan Persalinana. Pembukaan serviks
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janinc. Garis waspada dan garis bertindak
4. Jam dan waktua. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian5. Kontraksi uterus
a. Frekuensi kontraksin dalam waktu 10 menitb. Lama kontraksi (dalam detik)
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikana. Oksitosin
b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan7. Kondisi Ibu
a.Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuhb. Urin (volume, aseton, protein)
Kemajuan Persalinan dalam Kala I
1. Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kalaI(Saifuddin):
a. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasib. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm per jam selama persalinan fase
aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada di sebelah kiri garis waspada)
c. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
29/41
29
2. Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kalaI(Saifuddin):
a. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase latenb. ATAU kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam selama fase
aktif persalinan (dilatasi serviks berada di sebelah kanan garis waspada)
c. ATAU serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Posisi ibu selama persalinan. Ibu yang dalam proses bersalin tidak perlu berbaring di
tempat tidur pada awal persalinan. Sebuah kursi yang nyaman mungkin lebih bermanfaat
secara psikologis. Di tempat tidur, ibu hendaknya diperbolehkan mengambil posisi yang
rasanya enak, paling sering adalah berbaring miring. Ibu tidak harus ditahan pada posisiterlentang. (jarnas)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
30/41
30
Manajemen persalinan Kala II
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau
permulaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah
sendiri. Bila ketuban belum pecah spontan, ketuban harus dipecahkan (amniotomi). Kadang-
kadang pada permulaan kala II ini wanita tersebut ingin muntah disertai rasa ingin
mengedan kuat. His akan timbul lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin.
Disamping his, wanita tersebut harus dipimpin meneran (untuk membuat kontraksi dinding
abdomen dan diafragma menekan uterus) pada waktu his. Di luar his denyut jantung janin
harus sering diawasi. Ada 2 cara mengedan :
1. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku.Kepala sedikit diangkat, sehingga dagu mendekati dada dan ia dapat melihat perutnya.
2. Sikap seperti di atas, tetapi badan dalam posisi miring ke kanan atau kiri tergantungpada letak punggung anak. Hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berada di atas.
Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi
dalam belum sempurna. Dokter atau penolong persalinan berdiri pada sisi kanan wanita
tersebut.
Bila kepala janin telah sampai pada dasar panggung, vulva mulai membuka. Kepala janin
mulai tampak. Perineum dan anus tampak mulai meregang. Perineum mulai lebih tinggi,
sedangkan anus mulai membuka. Perineum ditahan dengan tangan kanan sebaiknya dengan
kassa steril, bila tidak ditahan akan robek (Ruptura perinei). (winkjosastro, jarnas)
Episiotomi dilakukan pada saat perineum tipis dan kepala tidak masuk kembali ke dalam
vagina. Ketika kepala janin akan mengadakan defleksi dengan suboksiput di bawah simfisis
sebagai hipomoklion, sebaiknya tangan kiri menahan bagian belakang kepala dengan
maksud agar gerakan defleksi tidak terlalu cepat. Dengan demikian, ruptura perinei dapat
dihindarkan.
Pada Kala II dilakukan:
Ibu dipimpin untuk mengejan, perineum mulai terbuka dan kepala bayi tampak di vulva. Saat his ibu diminta untuk menarik napas dan mengejan dengan kekuatan penuh. Lahirkan kepala bayi dengan menahan perineum dan tangan kanan mendorong kepala
bayi ke arah kranial. Saat kepala bayi lahir, bersihkan mulut dan hidung.
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
31/41
31
Kepala bayi dibantu dengan putaran paksi luar. Jika tali pusat melilit kepala bayi: Kendor: longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan jari penolong. Ketat: jepit tali pusat dengan 2 buah klem di 2 tempat dan dipotong pada antara 2
klem tersebut.
Lahirkan bayi dengan mengeluarkan bahu depan terlebih dahulu dengan tanganmemegang kepala bayi dengan tangan memegang kepala bayi secara biparietal dan
kemudian mengeluarkan bahu belakang.
Setelah seluruh badan dikeluarkan, bayi diletakkan pada kain steril di perut ibu. Tentukan nilai APGAR (appearance, pulse rate, grimace, activity, respiration). Jika perlu
dilakukan resusitasi.
Sesegera mungkin lakukan pembersihan jalan napas.Potong tali pusat dengan menjepit 2 buah klem 5 cm dari perut bayi (winkjosastro, jarnas)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
32/41
32
Penatalaksanaan Fisiologis Kala II(jarnas)
Tanda pasti persalinan kala II :
- Pembukaan serviks lengkap- Kepala janin terlihat dari introitus vagina
Dorongan spontan untuk meneran?
Dorongan untuk meneran?
- Anjurkan perubahan posisi- Lakukan stimulasi puting susu- Minta ibu mengosongkan kandung kemihnya- Anjurkan untuk minum- Nilai DJJ, kontraksi dan tanda-tanda vital- Evaluasi dalam 60 menit
Lanjutkan dengan penatalaksanaan
fisiologis :
- Pecahkan selaput ketuban bilabelum pecah
- Anjurkan untuk mulai meneran- Nilai DJJ, kontraksi, tanda-tanda
vital, kandung kemih secara rutin
- Anjurkan untuk minum- Anjurkan perubahan posisi
Bayi lahir dalam 60 menit pada multipara
atau 120 menit pada primipara
TidakYa
Ya
Rujuk segeraLakukan :
- Manajemen aktif kala III- Asuhan bayi baru lahir
Tidak
- Bimbing ibu untuk meneran saatkontraksi
- Anjurkan untuk minum- Anjurkan perubahan posisi- Lakukan stimulasi puting susu- Nilai DJJ setiap 5-10 menit
Bayi lahir dalam 60 menit (atau kelahiran
bayi akan segera terjadi)
Ya
Tidak
TidakYa
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
33/41
33
Manajemen persalinan Kala III
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah Kala III persalinan persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis.(winkjosastro, jarnas)
Manajemen aktif Kala III terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin Pastikan tidak ada bayi lain. Suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar. Oksitosin
merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat
membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum
penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah.
Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu ataumenyuruh ibu untuk menyusui segera, hal ini akan menyebabkan pelepasan
oksitosin secara alamiah.
Dilakukan pemotongan terhadap tali pusat janin. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan
kontak kulit dengan ibu.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali Berdiri di samping ibu Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus berkontraksi kembali untuk
mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.
Saat mulai kontraksi (uterus membulat dan tali pusat menjulur) tegangkan tali pusatke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
korpus uteri bergeraj ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat
dilahirkan.
Setelah plasenta terlepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorongkeluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai.
Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu.
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
34/41
34
Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta denganmengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
meletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek,
pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga
sehingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaputketuban. Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu
mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta,dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang
teraba.
c) Masase fundus uteri
Manajemen persalinan Kala IV
Plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat hendaknya diperiksa kelengkapannya dan
kelainan kelainan yang ada. Satu jam segera setelah kelahiran plasenta adalah masa kritis
dan disebut oleh beberapa ahli obstetri sebagai persalinan Kala IV.(Cunningham)
Hal ini dimasudkan agar dokter, bidan, atau penolong persalinan masih
mendampingi wanita selesainya bersalin, sekurang kurangnya 1 jam postpartum. Dengan
cara ini diharapkan kecelakaan kecelakaan karena perdarahan postpartum dapat dikurangi
atau dihindarkan. Sekalipun diberikan oksitosin, perdarahan postpartum akibat atonia
uterus paling mungkin terjadi pada saat ini (satu jam setelah plasenta lahir lengkap). Uterus
harus sering diperiksa selama masa ini. Demikian pula, daerah perineum harus sering
diperiksa untuk mendeteksi perdarahan yang banyak. (winkjosastro)
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
35/41
35
Setelah plasenta lahir(jarnas)
a. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksibaik dan kuat.
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang denganpusat sebagai patokan.
c. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.Dengan melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut
Cara lain adalah dengan melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabilaperdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta
tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka
telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik
maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml)
d. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineumNilai perluasan laserasi perineum
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
36/41
36
Gambar5. Derajat keparahan laserasi perineum(Cunningham)
e. Evaluasi keadaan umum ibu, meliputi :- Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang
keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama
satu jam kedua kala empat.
- Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menitselama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala empat
- Pantau temperatur tubuh setiap jam selama 2 jam pertama post partum- Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala IV
- Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlahdarah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi
lembek
- Selesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir-
Pastikan bahwa bayi sudah disusukan- Ajarkan ibu dan keluarganya untuk mencari asuhan segera bagi tanda-tanda
bahaya berikut termasuk(jarnas)):
Demam Perdarahan aktif Banyak keluar bekuan darah Bau busuk dari vagina Pusing Lemas luar biasa
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
37/41
37
Penyulit dalam menyusukan bayinya Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
38/41
38
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Langkah melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) (jarnas)
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selamapaling sedikit satu jam.
2. Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini danibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta member bantuan jika
diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hinggainisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperi: menimbang, pemberian
antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-lain.
Prinsip menyusui/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara ekslusif.
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi
bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1
jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi dan diselimuti
ayah atau keluarga dapat member dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu
diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk mengenali saat bayi untuk menyusu,
menolong bayi jika diperlukan. (jarnas)
Keuntungan / manfaat inisiasi dini (5)
1. Keuntungan kontak kulit untuk bayia. Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayib. Kontak kulit ke kulit dan IMD akan: Menstabilkan pernapasan Mengendalikan suhu tubuh bayi Memperbaiki pola tidur bayi yang lebih baik
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
39/41
39
Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat,
sehingga menurunkan kejadian ikterus BBL
Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jampertama hidupnya.
2. Keuntungan kontak kulit untuk ibuMerangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu:
Oksitosin: Stimulasi kontrkasi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI Keuntungan dan hubungan mutualistik antara ibu dengan bayi Ibu menjadi lebih tenang, fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri
dari berbagai prosedur pasca persalinan lainnya.
Prolaktin: Meningkatkan produksi ASI Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa yang kurang nyaman Member efek relaksasi kepada ibu setelah bayi menyusu Menunda ovulasi
3. Keuntungan IMD untuk bayi Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapatkan kolostrum
segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi
Segera memberikan kekebalan pasif kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasipertama bagi bayi
Meningkatkan kecerdasan Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap dengan kemampuan
bernapasnya
Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu-bayi
Mecegah kehilangan panas
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
40/41
40
4. Memulai menyusu dini akan: Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah Meningkatkan keberhasilan menyusui secara efektif dan lamanya bayi disusui Merangsang produksi ASI Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat
dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
7/28/2019 Fisiologi Persalinan Edited
41/41
Daftar Pustaka
(1)Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
(2)Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall edisi 11. Jakarta.
EGC
(3)Pitkin, Joan, et al. 2003. Obstetrics and gynaecology an Illustrated colour Text . Churchill
Livingstone. London
(4) Cunningham, et. al. 2010. Williams Obstetrics, Twenty-Third Editions. USA: McGraw-Hill.
(5)Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal;
Asuhan Esensial, Pencegahan Dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan
Dan Bayi Baru Lahir Revisi 5. Jakarta. DEPKES
(6)Mochtar, R. 1991. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi I, ed-2. Jakarta.
EGC