FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI …... · Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Komunikasi Visual Oleh: ... The work was made in the

Embed Size (px)

Citation preview

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

    FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI

    SENI LIPING JOPAJAPU

    Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Seni

    Jurusan Desain Komunikasi Visual

    Oleh:

    MIFTAH M. PURNOMOADI

    C0705020

    DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

    FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

    UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2013

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini penulis menyatakan bahwa Pengantar Karya Tugas Akhir yang

    berjudul FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI

    LIPING JOPAJAPU, ini beserta isinya dan seluruh karya desain yang penulis

    buat adalah benar-benar karya sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan

    baik seluruhnya maupun sebagian, dengan cara-cara yang tidak sesuai etika

    keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

    Atas pernyataan ini, penulis siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

    kepada penulis, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

    keaslian karya ini.

    Surakarta, 31 Januari 2013

    Penulis,

    Miftah M. Purnomoadi

    NIM C0705020

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Untuk Ibu, Bapak, dan semua Keluarga

    tercinta, yang senantiasa sabar menanti

    kelulusan saya....

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    HALAMAN MOTTO

    You do not even inspire me,

    Then why are you so dare to teach

    me?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan rahmat-Nya yang luar biasa, serta semua tuntunan dan kekuatan yang selalu

    dianugerahkan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan mata kuliah

    Tugas Akhir setelah melalui proses panjang demi tersusunnya pengantar karya

    Tugas Akhir ini.

    Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

    :

    1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

    Rupa UNS.

    2. Drs. M. Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

    3. Andreas S. W, S.Sn., M.Hum, selaku dosen sekaligus pembimbing I, terima

    kasih atas waktu, tenaga, pikiran, serta kesabarannya, yang telah diberikan

    dalam membimbing tugas akhir ini.

    4. Rudy W. Herlambang, S.Sn., M.Sn, selaku dosen sekaligus Pembimbing II,

    terima kasih atas waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabarannya, yang telah

    diberikan dalam membimbing tugas akhir ini.

    5. Semua pihak dan jajaran yang berada di lingkungan kampus terima kasih

    untuk ide, kesabaran, bantuan dan dukungan moral sehingga tugas akhir ini

    dapat selesai.

    Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh

    masyarakat Indonesia.

    Surakarta, 31 Januari 2013

    Penulis

    Miftah M. Purnomoadi

    NIM C0705020

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .... ii

    HALAMAN PERNYATAAN .... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..... v

    HALAMAN MOTTO ............. vi

    KATA PENGANTAR ............. vii

    DAFTAR ISI ............................ viii

    DAFTAR LAMPIRAN ........... xi

    ABSTRAK ............................... xii

    ABSTRACT .............................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ... 1

    B. Rumusan Masalah .. 3

    C. Tujuan ................ 3

    D. Target Audience dan Target Market ........ 3

    E. Metode Pengumpulan Data ................ 5

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Seni Liping ..................... 6

    1.Pengertian Seni Liping ....................................... 6

    2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal ......... 7

    B. Fotografi ......................................... 7

    1. Definisi Fotografi .......................... 7

    2. Sejarah Fotografi ................... 7

    3. Jenis-Jenis Fotografi .............................................. 10

    4. Konseptual Fotografi ............................................................. 13

    5. Fotografi Still Life ................................................................. 14

    6. Lighting ................................................................................. 17

    7. Komposisi Fotografi ............................................................. 18

    8. Kamera Digital ..................................................................... 18

    C. Promosi .............................................. 22

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    1. Promosi ............................. 22

    2. Merk ................................. 22

    BAB III IDENTIFIKASI DATA

    A. Identifikasi Data Objek/ Produk ............. 24

    1. Sejarah Seni Liping .................... 24

    2. Visi dan Misi .................. 25

    3. Struktur Organisasi ........ 25

    4. Produk ............ ...... 25

    5. Proses Produksi ............... . 27

    6. Pameran yang Pernah diikuti ............ 28

    7. Hambatan yang Dialami ........... 28

    B. Kompetitor ................................................................................. 29

    1. Recycle Art of Wayang Koran ............................................. 29

    2. Lugoet Bamboo Art .............................................................. 30

    C. Analisis SWOT ........................................................................ 32

    D. Positioning ................................................................................ 34

    E. Unique, Selling, Prepositioning ................................................ 34

    BAB IV Konsep Pemikiran Desain

    A. Metode Perancangan ................................................................. 35

    B. Konsep Kreatif .......................................................................... 36

    1. Tujuan Perancangan ............................................................. 36

    2. Strategi Konsep .................................................................... 36

    3. Gaya Desain ......................................................................... 36

    C. Standar Visual ........................................................................... 37

    1. Standar Visual Secara Umum .............................................. 37

    2. Standar Fotografi ................................................................... 38

    3. Strategi Visual Verbal dan Non Verbal ................................. 48

    D. Pemilihan Media dan Media Placement ..................................... 53

    1. Poster ..................................................................................... 54

    2. Katalog .................................................................................. 55

    3. Leaflet ................................................................................... 56

    4. Kartu Pos .............................................................................. 57

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    5. Paper Bag .............................................................................. 58

    6. Web Banner .......................................................................... 59

    7. Website ................................................................................. 60

    E. Prediksi Biaya ........................................................................... 61

    BAB V VISUALISASI KARYA............ 62

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .... 71

    DAFTAR PUSTAKA ...................... 73

    UCAPAN TERIMAKASIH........ 74

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Visualisasi dan Pengaplikasian Karya

    Lampiran 2 Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Tugas Akhir I

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Tugas Akhir II

    Lampiran 4 Lembar Revisi Tugas Akhir

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    Fotografi Sebagai Penunjang Promosi

    Seni Liping Jopajapu

    Miftah M. Purnomoadi1

    Andreas S.W, S.Sn, M.Hum2 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn

    3

    ABSTRAK

    2013. Tugas Akhir ini berjudul Fotografi Sebagai Penunjang Promosi Seni Liping

    Jopjapu. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana merancang promosi

    dengan komunikasi dan visualisasi yang baik agar dapat mendorong peningkatan

    brand awareness dan brand image Seni Liping Jopajapu serta mengedukasi

    tentang kearifan budaya lokal Indonesia. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan

    unsur desain grafis maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga

    mampu menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran. Visual karya foto yang akan

    dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni Liping Jopajapu dengan

    menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema yang diangkat disatukan

    dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan menjunjung tinggi kearifan

    Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan secara efektif, persuasif, dan

    bermuatan artistik. Dengan disusunnya perancangan ini, diharapkan masyarakat

    menyadari akan keberadaan merk Seni Liping Jopajapu, serta menjadikan Seni

    Liping Jopajapu sebagai salah satu medium edukasi tentang kearifan budaya lokal

    sebagai penumbuh rasa cinta tanah air pada bangsa Indonesia.

    1 Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS

    dengan NIM. C0705020 2 Dosen Pembimbing I

    3 Dosen Pembimbing II

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    Photography as Supporting Promotion

    Seni Liping Jopajapu

    Miftah M. Purnomoadi3

    Andreas S.W, S.Sn, M.Hum4 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn

    3

    ABSTRACT

    2013. This final project entitled Photography as Supporting Promotion Seni

    Liping Jopajapu. The problem studied is how to design campaigns with good

    communication and visualization in order to encourage brand awareness and

    brand image of Seni Lipng Jopajapu, and educate about cultural wisdom

    Indonesia. The work was made in the form of photographs with elements of

    graphic design and digital imaging, is designed to produce targeted

    communications. Visual photographs are created which displays Seni Liping

    Jopajapu to highlight the uniqueness and superiority. The themes were raised

    together in the depiction of the spirit to respect and uphold the wisdom of local

    culture so as to convey the message effectively, persuasive, and artistic charged.

    With the formulation of this design, it is expected the public aware of the

    existence of brand Seni Liping Jopajapu, and make it as a medium of education on

    cultural wisdom as a grower sense of patriotism to the nation of Indonesia.

    3 Student of Visual Communication Design, Letter and Fine Arts Faculty, Sebelas Maret

    University, Student Number: C0705020 4 The First Lecturer

    3 The Second Lecturer

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    Bab I

    Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Diilhami dari keprihatinan melihat generasi muda yang sudah mulai merasa

    asing atau aneh dengan tradisi atau kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia,

    yang sejatinya telah membesarkan dan membentuk karakter pola pikir orang tua

    mereka. Sebuah cita-cita dari sekedar pemikiran sederhana yang akhirnya mampu

    memberikan kontribusi terhadap seni dan budaya daerah yang menjadikan citra

    diri bangsa indonesia sebagai bangsa timur yang plural dan berkepribadian.

    Kebiasaan itu terlahir sebagai tradisi yang merupakan warisan dari para leluhur.

    Namun ironisnya sekarang ini justru banyak masyarakat yang tak kenal apalagi

    paham dengan budayanya sendiri, mereka cenderung mengarah ke hal yang baru

    dan akhirnya membentuk budaya sendiri dan bukan lagi budaya orisinal,

    melainkan trend ikut-ikutan dengan gaya westernisasi, dan bahkan banyak

    diminati oleh kaum muda saat ini. Untuk budayanya sendiri mereka malu, mereka

    menganggap itu kuno atau bermacam alasan yang intinya tidak tertarik.

    Dari sini awal terbentuknya Seni Liping sebagai konsep karya baru, yaitu

    mengenalkan kembali budaya daerah khususnya budaya Jawa kepada masyarakat

    yang saat ini cenderung melupakan budayanya sendiri, serta menjadikan Seni

    Liping sebagai media untuk mendekatkan budaya adiluhung Indonesia kepada

    masyarakat dan generasi muda agar dapat memahami dan mengenal kembali

    budaya sendiri sehingga bangsa ini tidak kehilangan citra dirinya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Seni Liping adalah suatu karya yang berbahan olahan kayu pinus, berupa

    miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat Jawa

    khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Seni Liping memiliki visi dan

    misi yang sangat bagus dalam upaya memberi nilai edukasi tentang kearifan

    budaya lokal kepada masyarakat, akan tetapi dalam perkembangannya sampai saat

    ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal Seni Liping Jopa Japu. Hal

    tersebut disebabkan karena kesadaran akan merk Seni Liping Jopa Japu masih

    rendah, sehingga kesadaran masyarakat terhadap keberadaan produk Seni Liping

    masih kurang, dan hampir tidak ada. Maka diperlukan adanya promosi guna

    meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Seni Liping Jopa Japu.

    Berangkat dari permasalahan di atas dan demi memberi nilai edukasi

    mengenai kearifan budaya Indonesia dan Jawa khususnya kepada masyarakat,

    maka penulis bermaksud mengangkat sebuah perancangan promosi dalam tugas

    akhir dengan judul FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI

    LIPING JOPAJAPU. Mengingat luasnya pemasalahan dalam lingkup promosi,

    maka penulis membatasi permasalahan pada promosi dengan atau melalui media

    fotografi.

    Dalam perancangan ini penulis menggunakan fotografi sebagai media.

    Karena pada dasarnya fotografi bersifat merekam dan menampilkan kejadian yang

    sesungguhnya.

    Fotografi menampilkan kenyataan atau realita dan tidak ada unsur abstrak

    di dalamnya. Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni fotografi dengan kamera

    berarti membatasi subyek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini

    menjadikan seni fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam

    seperti memfotocopy subyek yang ada di depannya. (Yekti Herlina. 2003)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    Dalam hal ini penulis bermaksud merekam secara jujur keunggulan dan

    keunikan yang dimiliki Seni Liping Jopa Japu dan menampilkannya dengan

    komposisi yang tepat, sehingga pesan promosi yang disampaikan pun dapat diterima

    dengan baik.

    B. Rumusan Masalah

    Berikut rumusan masalah dalam perancangan ini:

    1. Bagaimana merancang promosi yang tepat guna meningkatkan brand

    awareness dan brand image dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi

    sebagai penunjang?

    2. Bagaimana memilih media dan placement yang tepat untuk promosi dan

    relevan dengan fotografi?

    C. Tujuan

    Berikut adalah tujuan dari perancangan ini:

    1. Merancang promosi untuk meningkatkan brand awareness dan brand image

    dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi sebagai penunjang.

    2. Memilih media yang tepat untuk promosi dan relevan dengan fotografi.

    D. Target Audience dan Target Market

    Target Primer : Wisatawan asing dan domestik

    Target Sekunder : Masyarakat Solo

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Segmentasi dari target audience adalah sebagai berikut :

    1. Geografis : Solo

    2. Demografis

    A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

    B) agama : semua agama

    C) usia : 25-40 tahun

    D) sosial ekonomi : masyarakat s/d menengah ke atas

    E) tingkat pendidikan : s/d Sekolah Menengah Atas

    F) pekerjaan : segala profesi

    Segmentasi dari target marget adalah sebagai berikut:

    1. Geografis : Solo

    2. Demografis

    A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

    B) agama : semua agama.

    C) usia : segala usia

    D) sosial ekonomi : segala lapisan masyarakat

    E) tingkat pendidikan : segala tingkat pendidikan

    F) pekerjaan : segala profesi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    E. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain:

    1. Metode Observasi

    Penulis secara langsung datang ke tempat pembuatan seni liping untuk

    mengamati, melihat lokasi serta situasi dan kondisi lapangan. Penulis

    melakukan observasi dalam menentukan pemilihan media dan penempatannya.

    2. Metode Wawancara

    Penulis melakukan wawancara mendalam atau in depth interviewing yang

    dilakukan secara formal dan nonformal kepada pemilik home industry Seni

    Liping.

    3. Metode Studi Pustaka

    Penulis menggunakan sarana pustaka dari beberapa buku, majalah, jurnal

    dan artikel yang dapat memperkuat hasil analisis ini. Selain itu penulis

    melakukan pencarian melalui situs internet yang berhubungan langsung dengan

    Seni Liping dan juga produk-produk kompetitornya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    Bab II

    Kajian Teori

    A. Seni Liping

    1. Pengertian Seni Liping

    Seni Liping adalah sebuah produk yang menjadi dasar karya dari

    perusahaan kerajinan Jopa-Japu. Seni Liping adalah suatu bentuk seni kerajinan

    yang berbahan olahan kayu pinus, berupa miniatur patung yang bercerita tentang

    kehidupan keseharian masyarakat Jawa khususnya dan masyarakat Indonesia

    umumnya.

    Menurut asal katanya Seni Liping berasal dari kosakata Bahasa Inggris yaitu

    living yang artinya kehidupan, mengadopsi dari kehidupan dan lidah orang jawa

    yang umumnya ndeso, udik, kampungan, bagaimana mereka mengucapkan kata

    living menjadi liping. Sama halnya ketika dulu bangsa Belanda datang ke tanah

    Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama compacny

    yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi kompeni dan diartikan

    sebagai penjajah.

    Latar belakang terciptanya Seni Liping diilhami dari keprihatinan melihat

    masyarakat dan generasi muda yang sudah merasa asing dengan tradisi atau

    kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, yang sejatinya telah

    membentuk karakter pola pikir orang-orang terdahulu, yang kemudian mampu

    memberikan kontribusi terhadap seni dan budaya daerah dan menjadikan citra diri

    bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang plural dan berkepribadian.

    (jopajapu.com)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal

    Kearifan lokal atau local genius yaitu kepandaian orang-orang setempat

    dalam menerima pengaruh dari luar, untuk kemudian dimanipulasi menjadi hal-

    hal yang lebih baik, lebih berguna dan lebih serasi diterapkan di lingkungannya

    sendiri dan bagi dirinya sendiri.

    Indonesia yang terbentang begitu luasnya dengan aneka ragam budaya, adat-

    istiadat serta kesenian dengan segala spesifikasinya yang disebut dengan kearifan

    lokal adalah mutiara-mutiara terselubung yang sangat perlu diungkap kembali,

    supaya kita tidak kehilangan jatidiri, milik kita yang sangat berharga untuk

    dimanfaatkan dan dikumandangkan ke seluruh mancanegara. (Made Sukarata,

    1999)

    Seni Liping adalah produk yang mampu memberi nilai edukasi tentang

    kearifan budaya Indonesia, khususnya Jawa. (Bejo Wage Suu)

    B. Fotografi

    1. Definisi Fotografi

    Fotografi berasal dari istilah Yunani yaitu photos yang berarti cahaya dan

    graphein yang berarti menggambar. Istilah tersebut digunakan pertama kali oleh

    Sir John Herschel pada tahun 1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar

    dengan cahaya. (Yekti Herlina, 2003)

    2. Sejarah Fotografi

    Cikal bakal fotografi sudah dimulai oleh seorang penulis Cina, Moti pada

    abad ke-5 SM, Aristoteles pada abad ke-3 SM, dan seorang ilmuwan Arab Ibnu al

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Haitam pada abad ke-10 SM. Kemudian pada tahun 1558 ilmuwan Itali,

    Giambattista della Porta menciptakan camera obscura, yaitu sebuah kotak yang

    membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

    Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Itali bernama

    Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan

    berubah menjadi hitam. Thomas Wedgwood pada 1800, dan Humprhrey Davy

    melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak namun bernasib sama,

    yaitu pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah menangkap

    imaji melalui camera obscura.

    Akhirnya pada tahun 1824 seorang seniman lythography perancis, Joseph-

    Nicephore Niepce setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela

    kamarnya, melalui proses yang disebutnya heliogravure di atas plat logam yang

    diapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula

    mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia mencoba menggunakan

    kamera obscura berlensa, proses yang disebut heliogravure pada tahun 1826 inilah

    yang akhirnya menjadi awal sejarah fotografi yang sebenarnya. Foto yang

    dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

    Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang

    pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya, sebuah gambar permanen

    pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama

    satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercury atau neon. Proses ini

    disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan

    garam dan air suling.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    George Eastman, seorang fotografer, peneliti, sekaligus seorang pebisnis

    berhasil melahirkan kamera legendaris Kodak pada bulan Juni 1888. Namun

    sebelumnya, pada akhir tahun 1885 Eastman berhasil meluncurkan negatif kertas

    inovasi barunya yang disebut American Film, kemudian meluncurkan kertas

    bromida untuk cetak positifnya. Sejak saat itu dimulailah abad pembesaran foto

    versi Kodak yang besarnya hingga 76 x 63 cm. Kemudian pada Juni 1888

    Eastman berhasil mewujudkan impiannya dengan meluncurkan kamera merek

    Kodak yang ringan, kompak, bahkan tanpa dilengkapi jendela bidik atau view

    finder. Pemotret cukup mengarahkan tanda V yang dicetak timbul ke arah

    sasaran, menarik sebuah tali untuk menyiapkan pembukaan shutter, menekan

    tombol, dan menggulung film. Setelah film yang memuat 100 exposure habis,

    kamera bisa dibawa ke pabrik Kodak untuk diproses dan diisi film baru. Sejak itu

    muncullah slogan You Press the button we do the rest. Muncul pula ikon Gadis

    Kodak yang murah senyum.

    Perkembangan cara kerja kamera pun semakin pesat. Kamera sudah tidak

    lagi menggunakan film yang membutuhkan proses cuci cetak. Revolusi penerima

    bayangan gambar memicu lahirnya fotografi digital. Film diganti oleh data digital

    yang pada dasarnya sama dengan teknologi rekaman televisi. Awalnya, pada

    tahun 1951 terjadi peristiwa sebuah VTR atau video tape recorder bisa

    menangkap gambar hidup dari kamera televisi dengan menggunakan sensor CCD

    atau charge coupled device untuk mengatur sensitivitas pencahayaan penerimaan

    image gambar, mengonversi informasi menjadi impuls electric digital dan

    menyimpannya pada tape magnetis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    Pada 1972 ada pematenan kamera tanpa film yang disebut film-less

    electronic camera. Kamera tanpa film pertama yang diperdagangkan keluaran

    Sony yang dirilis pada 1981, Sony Mavica Electronic Still Camera. Gambar-

    gambar direkam ke dalam mini disc, dan melalui video reader yang terhubung

    dengan monitor televisi, maka hasil jepretan kamera tanpa film itu dapat

    dinikmati.

    Akhirnya Kodak pun merilis DCS atau Digital Camera System profesional

    pertama, dan mengincar pasar para jurnalis foto, itulah kamera Nikon F-3 yang

    dilengkapi dengan 1.3 megapixel sensor. Pada 1990-an muncul pula kamera-

    kamera digital untuk pasar para konsumen yang bekerja dengan komputer rumah,

    dengan serial cable, yaitu Apple Quick-Take 100 (Februari 1994), Kodak DC40

    (Maret 1995), Casio QV-11 dengan LCD monitor (akhir 1995), dan kamera Sony

    Cyber-Shot Digital Still (1996).

    (Ray Bachtiar. Majalah Chip Foto-Video, edisi: Ritual Fotografi. 2008.)

    3. Jenis-Jenis Fotografi

    Dalam fotografer.net dijelaskan beberapa macam atau kategori fotografi

    sebagai berikut:

    a. Fotografi abstrak: foto-foto objek yang mengutamakan keindahan

    komposisi, permainan bentuk dan warna, elemen-elemen grafis dan

    tekstur.

    b. Fotografi arsitektur: foto-foto yang menampilkan kecantikan bangunan

    buatan manusia, seperti gedung dan jembatan.

    http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=1http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    c. Fotografi budaya: objek foto berupa tampilan budaya tradisional,

    kontemporer, dan modern, seperti tari-tarian, festival budaya tradisional

    dan tradisi lokal.

    d. Fotografi olah digital: karya-karya yang merupakan hasil olah digital,

    kolase foto, dan teknik-teknik digital lain.

    e. Fotografi fashion: foto-foto busana yang dirancang khusus dan dikenakan

    oleh model foto, bisa berupa foto di catwalk, studio atau lokasi khusus,

    dan berbeda dengan kategori model yang tidak menonjolkan unsur-unsur

    detil busana.

    f. Fotografi interior: objek utama adalah interior ruangan, dan berbeda

    dengan kategori arsitektur yang lebih menonjolkan unsur eksterior.

    g. Fotografi jurnalistik: foto-foto yang dihasilkan oleh jurnalis foto dalam

    melakukan tugasnya, dan non-jurnalis foto yang merekam peristiwa-

    peristiwa.

    h. Fotografi komersial: foto-foto yang dibuat untuk kepentingan komersial.

    i. Fotografi landscape: foto-foto yang objeknya adalah pemandangan alam

    yang unsur utamanya berupa unsur-unsur tak hidup seperti tanah, air,

    langit atau kombinasi ketiganya, dan berbeda dengan kategori nature

    yang menonjolkan objek-objek berupa makhluk hidup.

    j. Fotografi lubang jarum: foto-foto yang dibuat dengan kamera lubang

    jarum alias pinhole camera.

    k. Fotografi makro: foto-foto benda kecil yang ditampilkan dengan

    perbesaran 1:2 atau lebih.

    http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=3http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=4

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    l. Fotografi human interest: foto-foto yang objek utamanya berupa manusia

    secara individual dan kelompok, yang utamanya ditujukan untuk

    menampilkan mood dari objek foto.

    m. Fotografi model: foto-foto yang menampilkan modelfoto, tanpa

    penekanan pada unsur fashion.

    n. Fotografi nature: segala fenomena alam, satwa liar hidup di habitat

    aslinya serta tumbuh- tumbuhan liar yang hidup di habitat alaminya.

    Kehadiran manusia atau segala bentuk hasil karya budaya manusia tidak

    boleh tampak dalam foto. Demikian pula, satwa yang sudah ditangkar,

    dikurung, diawetkan dan tumbuh-tumbuhan yang berupa tumbuhan

    hibrida, ditanam manusia dan diawetkan tidak termasuk dalam fotografi

    nature. Fenomena geologi dan foto serangga termasuk dalam kategori

    ini. Nilai penuturan sebuah cerita lebih ditekankan daripada sekedar nilai

    piktorial. Manipulasi foto hanya diperkenankan sebatas menusir kotoran

    dan tidak merubah foto aslinya. Manipulasi lebih daripada itu tidak

    diperkenankan dalam bentuk apapun.

    o. Fotografi olahraga: foto-foto event olahraga.

    p. Fotografi panggung: foto-foto pertunjukan di panggung, seperti konser

    musik, pentas showbiz, pertunjukan tari dan pentas teater.

    q. Fotografi portrait: foto-foto dengan objek manusia, baik secara

    individual maupun kelompok, dengan bergaya portrait yang menonjolkan

    unsur personality objek foto.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    r. Fotografi satwa: foto-foto hewan yang masih hidup di habitat alaminya,

    atau yang hidup di habitat buatan manusia yang mirip dengan aslinya,

    seperti taman nasional dan taman safari.

    s. Fotografi still life: foto-foto benda tidak bergerak yang diatur atau dibuat

    secara khusus untuk membentuk komposisi yang indah. Foto-foto karya

    seni, detil mesin, dan patung termasuk dalam kategori ini.

    4. Konseptual Fotografi

    Konsep adalah sesuatu yang sangat penting dalam menghasilkan foto,

    karena konsep merupakan jembatan atau media untuk menyampaikan bahasa

    gambar, di mana gambar merupakan sarana berkomunikasinya. Dan seorang

    pemotret selayaknyalah memikirkannya hingga komunikasinya sampai pada orang

    lain. Karena itu bila pemotret telah mempunyai konsep pemotretan maka cara apa

    pun yang dilakukannya pasti akan menjadikan suatu objek menjadi lebih baik

    dibandingkan dengan memotretnya tanpa konsep yang jelas. (Atok Sugiarto,

    Multiply.com, 14 Juni 2005)

    Fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual

    dari pengalaman yang dimiliki fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang

    lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini

    maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep

    AIDA (AttentionInterest-Desire-Action) atau PerhatianKetertarikan

    KeinginanTindakan. Syarat pertama adalah harus menimbulkan perhatian atau

    attention. Sebuah karya foto pertama-tama harus mampu mendapatkan perhatian

    orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat

    perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan atau

    interest terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah orang tertarik pada karya

    foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya

    keinginan atau desire untuk mengetahui lebih jauh pesan yang disampaikan.

    Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan atau action seperti yang

    diharapkan oleh fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses

    terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai

    pengalaman yang dimiliki fotografer kepada orang lain dengan adanya tindakan

    nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung

    pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu, misalnya

    sedih, gembira, marah, takut, terharu, dan lain-lain, hingga tindakan yang nyata.

    Misalnya: membeli produk yang tercantum pada foto pada commercial

    photography, memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa musibah pada

    photojournalism, human interest, menimbulkan rasa kagum bahkan cinta, dan lain

    sebagainya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita, produk

    olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu lahirlah

    ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata. (Yekti Herlina. 2003).

    5. Fotografi Still life

    Fotografi still life adalah foto-foto benda tidak bergerak yang diatur atau

    dibuat secara khusus untuk membentuk komposisi yang indah.

    (www.fotografer.net)

    http://www.fotografer.net/

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Meskipun yang menjadi objek pemotretan adalah benda-benda mati,

    memotretnya untuk menjadi sebuah foto yang baik dan mengandung seni tidaklah

    semudah yang kita bayangkan. Terlebih bila kita harus menjadikan benda mati

    tersebut menjadi "hidup" atau berisi.

    Jelas bahwa membuat foto still life bukan sekadar menyalin atau

    memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya. Karena bila seperti itu

    yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Padahal yang diperlukan

    adalah suatu teknik pemotretan yang baik, apakah mengenai sudut pemotretan,

    pencahayaan atau hal-hal lain yang terkait dengan tujuan pencapaian hasil foto

    yang artistik dan mengandung seni. Karena itulah untuk menghasilkan sebuah

    foto still life yang baik perlu adanya teknik pemotretan yang baik pula.

    Yang sangat berperan dalam hal ini adalah pencahayaannya, yaitu jatuhnya

    sinar terhadap objek yang kita potret. Umumnya pemotretan still life dilakukan

    dengan menggunakan cahaya artifisial atau cahaya buatan, lampu kilat misalnya.

    Mengatur jatuhnya sinar pada objek sedemikian rupa dengan cara memindah-

    mindahkannya atau menggeser, mengangkat, memutar objek sehingga ditemukan

    pencahayaan yang terbaik. Inilah salah satu kemudahan memotret benda mati di

    mana untuk menentukan arah pencahayaan yang tepat pada objek, pemotret hanya

    melakukannya dengan cara menggeser, mengangkat atau memutarnya.

    Dalam menyinari objek still life posisi lampu dan jumlah lampu yang

    digunakan akan sangat menentukan keberhasilan dalam "menghidupkan" benda-

    benda mati tersebut. Karena itu harus mampu menentukan penempatannya dengan

    memperhatikan objek yang akan difoto secara benar dan melakukan penyinaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    sesuai teori dasar penyinaran yang benar serta sesuai keinginan untuk mencapai

    hasil seperti yang diharapkan pemotret.

    Tambahan latar belakang atau sesuatu aksesori lain jika dikehendaki

    memang akan lebih membantu menjadikan sebuah benda biasa menjadi lebih

    menarik.

    Semua peralatan kamera maupun lensa, selama itu masih berfungsi dengan

    baik, dapat digunakan untuk memotret alam benda mati atau still life. Dimulai dari

    kamera jenis SLR sampai jenis kamera view. Demikian juga dengan

    pencahayaannya. Bila tidak memiliki lampu kilat secara khusus, seperti kebiasaan

    orang memotret still life yang selalu menggunakan cahaya lampu kilat studio yang

    baik, menggunakan lampu kilat biasa bahkan dengan cahaya alam matahari dapat

    juga dilakukan. Misalnya dengan menunggu matahari muncul dari balik jendela

    rumah. Memang memotret still life dapat dilakukan dengan penyinaran apa pun.

    Sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pemotretan ini merupakan suatu cabang

    fotografi yang simpel dan mengasyikkan.

    Bila pemotret berhasil menggabungkan konsep teknik dengan konsep seni,

    maka sebuah benda mati yang tak pernah diperhatikan orang yang mungkin juga

    sering hanya dibuang, bisa menjadi sesuatu yang dilirik bahkan mungkin dilihat

    serta diminati orang ketika sudah ditampilkan dalam bentuk sebuah foto yang baik

    dan mengandung nilai seni. (atoksugiarto.multiply.com. 14 Juni 2005)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    6. Lighting

    Pencahayaan still life atau produk kecil terlihat cukup sulit, kecuali anda

    memiliki cukup pengalaman untuk mengatasi tantangan yang muncul. Pada

    awalnya, fotografi produk still life diperlukan banyak kesabaran. Memiliki

    kesabaran untuk mendapatkan hasil bidikan yang sempurna dengan sudut dan

    pencahayaan yang sempurna adalah hal yang paling sulit. Maka Anda harus

    mencintai proses, bukan hanya hasil akhir.

    Dalam fotografi still life atau produk kecil menggunakan softbox besar atau

    payung membantu untuk mencapai kualitas cahaya yang diperlukan, membantu

    menciptakan kontras yang bagus pada objek itu sendiri. Dan untuk mendapatkan

    transisi halus serta menghilangkan debu atau ketidaksempurnaan pada produk,

    pascaproduksi adalah kuncinya.

    Dalam fotografi produk, menciptakan efek pencahayaan halus tanpa terlalu

    banyak melakukan penyinaran adalah sebuah kebutuhan. Menjaga warna produk

    "tetap asli" dalam gambar adalah penting.

    Pencahayaan adalah satu hal penting dalam membuat gambar. Lighting

    dapat menambah komposisi dengan menciptakan pemisahan antara benda satu

    dengan benda lain dan dengan menguatkan karakter lingkungan di sekitar objek.

    Cahaya menetapkan suasana hati dan menuntun mata pemirsa kepada pesan visual

    yang disampaikan.

    Ketika memotret produk ataupun still life di dalam suatu set, tiga lampu

    biasanya diperlukan: cahaya utama, cahaya pengisi, dan cahaya aksen. Untuk

    pemotretan produk yang lebih kecil, menggunakan softbox utama sebagai cahaya

    pengisi mungkin cukup. Produk dengan bentuk yang unik, tekstur, dan permukaan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    reflektif memerlukan perlakuan khusus, misalnya dengan menggunakan reflektor.

    Dengan kamera digital yang ditambatkan ke komputer, Anda dapat mengubah

    pencahayaan dan komposisi pada monitor. (Lou Jacobs Jr, 2010)

    7. Komposisi Fotografi

    Komposisi menjadi satu kunci bagus-tidaknya hasil foto. Memang

    komposisi adalah masalah selera pribadi, tidak ada yang salah dan benar dalam

    komposisi selama punya keyakinan bahwa foto yang diambil penuh dengan

    pemikiran dan eksplorasi. Komposisi adalah cemin konsep tentang cara

    menempatkan objek dalam bingkai foto. (Jimmy W. Bharata. 2006)

    8. Kamera Digital

    Proses perekaman gambar pada kamera digital dimulai dengan cahaya

    mengenai subjek, kemudian cahaya tadi dipantulkan ke kamera, kemudian

    diteruskan untuk mengenai sensor gambar kamera digital selama rana terbuka.

    Saat dimana cahaya mengenai sensor gambar disebut pencahayaan atau exposure.

    Pencahayaan adalah proses penerimaan dan perekaman gambar oleh sensor dan

    sistem kerja kamera digital. (Makarios Soekojo. Fotografi Digital Artisitik. 2008).

    Berikut beberapa elemen penting dalam membuat foto dengan kamera

    digital:

    a. Diafragma dan rana

    Kamera bisa menghasilkan gambar dengan kualitas yang baik, jika

    menerima cahaya dalam rentang kecerahan tertentu, tidak boleh terlalu

    cerah, juga tidak terlalu gelap. Karena itu cahaya yang masuk ke kamera

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    dan akan mengenai sensor harus diatur kecerahannya dengan diafragma

    dan rana kamera.

    Diafragma atau apperture berfungsi mengendalikan kecerahan cahaya

    yang masuk ke kamera. Bukaan diafragma diatur oleh cakra diafragma

    atau apperture dial pada f2,8, f4, f5,6, f8, f11, f16 dan seterusnya. Jika

    mengatur diafragma pada angka f2,8, diafragma lensa akan bekerja dengan

    bukaan besar. Bukaan f4 lebih kecil dari bukaan f2,8 dan seterusnya,

    hingga f16 atau f22 yang merupakan bukaan terkecil. Dengan mengatur

    bukan diafragma besar atau kecil, kita bisa mengatur banyaknya cahaya

    yang akan mengenai sensor gambar kamera digital.

    Sedangkan rana atau shutter kamera berfungsi untuk mengendalikan

    lama cahaya mengenai sensor gambar. Lamanya rana bekerja membuka

    dan menutup kembali biasanya disebut kecepatan rana atau shutter speed.

    Kecepatan rana ditandai dengan angka: 1, 2, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500,

    1000, 2000, 4000, bahkan 8000. Setiap angka ini berarti 1/... (sepersekian

    detik). Jika kita mengatur cakra kecepatan rana pada angka 250, rana akan

    bekerja membuka dan menutup selama 1/250 detik. Jika mengatur cakra

    pada angka 30, rana akan membuka dan menutup selama 1/30 detik.

    Kecepatan rana rendah akan membiarkan cahaya cukup lama menerpa

    sensor gambar digital, sedangkan kecepatan rana tinggi akan membatasi

    intensitas cahaya yang mengenai sensor tersebut. Selain mengatur

    kecerahan cahaya, penggunaan rana juga tergantung pada kecerahan

    cahaya yang ada. Dalam keadaan cerah kita bisa menggunakan kecepatan

    rana tinggi, sedangkan dalam keadaan remang-remang atau gelap, maka

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    mau tidak mau kita harus menggunakan kecepatan rana rendah, agar

    cahaya yang lemah tadi mampu direkam menjadi gambar yang

    memuaskan. (Makarios Soekojo. 2008).

    b. Mettering atau Pola Pengukuran Cahaya

    Untuk mendapatkan hasil rekaman yang optimal, kita membutuhkan

    informasi kecerahan subjek secara akurat. Maka pada kamera disediakan

    beberapa pola pengukuran sebagai berikut:

    1. Pola pengukuran multi segmen atay multi-pattern, pengukur cahaya

    membaca kecerahan menurut beberapa segmen pandangan, kemudian

    dievaluasi prosesor kamera untuk mendapatkan nilai pencahayaan

    akhir.

    2. Pola pengukuran rata-rata atau average reading. Pengukur cahaya

    membaca secara rata-rata seluruh kecerahan pandangan.

    3. Pola pengukuran spot atau spot meterring, hanya mengukur area

    sangat kecil di tengah gambar (seluas 2-5% dari keseluruhan

    pandangan).

    c. ISO (Kepekaan atau Sensitivitas)

    Mempertimbangkan dan menentukan kepekaan penerimaan cahaya

    akan menentukan pembentukan keseluruhan gambar. Untuk mendapatkan

    kualitas gambar yang terbaik, sebaiknya kita menggunakan kepekaan atau

    ISO yang terendah yang disediakan kamera. Menaikkan kepekaan berarti

    kamera akan membuat penguatan signal input, dan ini berarti

    kemungkinan terjadinya penyimpangan atau deviasi yang lebih besar

    antara data input dan output, dan juga kemungkinan gambar menjadi kasar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    dan berbutir. Makin tinggi ISO yang digunakan, kualitas rekamannya juga

    akan menurun secara drastis, tetapi dengan kemampuan proses gambar

    yang lebih canggih pada kamera digital, kualitas gambar pada iso tinggi

    sudah jauh lebih halus dan lebih tajam. (Makarios Soekojo. 2008).

    d. White Balance atau Keseimbangan Cahaya

    Sebenarnya tampilan warna-warna yang terekam dalam sebuah foto

    sangat dipengaruhi oleh sumber cahaya yang meneranginya. Sumber

    cahaya yang dianggap sempurna untuk mendapatkan tampilan warna-

    warna yang optimal adalah cahaya matahari. Cahaya matahari dapat

    menghasilkan tampilan warna maksimal, karena cahaya matahari memiliki

    spektrum warna cahaya yang lengkap (merah, hijau, biru yang lengkap).

    Masalahnya pada malam hari, atau dalam ruangan tertutup, sumber cahaya

    yang menerangi objek bisa berbeda-beda, mulai dengan lampu pijar,

    lampu gas, lampu minyak dan sebagainya, yang cahayanya memiliki

    spektrum warna yang berbeda dengan spektrum warna cahaya matahari.

    Karena perbedaan spektrum warna cahaya itulah, kita akan melihat

    tampilan warna yang berbeda dari objek yang sama. Pengaturan

    keseimbangan cahaya atau white balamce pada kamera adalah koreksi atau

    penyesuaian atas perbedaan spektrum warna cahaya yang ada terhadap

    cahaya matahari. Dengan adanya koreksi ini, diharapkan warna-warna

    objek bisa tampil sempurna seperti berada di bawah cahaya matahari.

    Kamera akan membuat atau memasang filter warna elektronik yang

    mengompensasi spektrum cahaya yang ada supaya mirip dengan spektrum

    cahaya matahari. (Makarios Soekojo. 2008).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    C. Promosi

    1. Promosi

    Promosi berasal dari kata promvere (latin) atau promotion (inggris), adalah

    salah satu dari bauran pemasaran atau marketing mix yang berfungsi merangsang

    penjualan, berbentuk komunikasi yang informatif dan sekaligus persuasif.

    Promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari metode

    komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen,

    mendorong penjualan serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan.

    (www.e-iman.uni.cc. 14 Desember 2009)

    Istilah promosi umum digunakan dalam mendeskripsikan komunikasi

    dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun terminologi komunikasi

    pemasaran atau marketing communication sekarang ini lebih disukai oleh para

    praktisi dan akademisi pemasaran. (Terence A. Shimp, 2000)

    Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi

    pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran

    merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merk, yang

    memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang

    disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. (Terence A. Shimp, 2000)

    2. Merk

    American Marketing Association mendefinisikan merk sebagai nama,

    istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keseluruhannya yang

    dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau

    sekelompok penjual, agar dapat dibedakan dari kompetitornya.

    http://www.e-iman.uni.cc/

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Merk dalam perspektif konsumen terdiri atas dua bentuk pengetahuan

    tentang merk, yaitu kesadaran merk atau brand awareness dan citra merk atau

    brand image.

    Kesadaran merk atau brand awareness merupakan kemampuan sebuah merk

    untuk muncul dalam benak konsumen ketika sedang memikirkan kategori produk

    tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dapat dimunculkan. Berdasarkan

    cara pandang konsumen, sebuah merk tidak memiliki ekuitas hingga konsumen

    menyadari keberadaan merk tersebut. Mencapai kesadaran akan merk adalah

    tantangan utama bagi merk baru. Mempertahankan tingkat kesadaran akan merk

    yang tinggi adalah tugas yang harus dihadapi oleh semua merk.

    Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merk yang berdasarkan perspektif

    konsumen adalah citra dari sebuah merk. Citra merk atau brand image dapat

    dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat

    sebuah merk tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam

    bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merk. (Terence

    A. Shimp, 2000)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Bab III

    Identifikasi Data

    A. Identifikasi Data Objek/ Produk

    Nama Produk: : Seni Liping

    Nama Perusahaan : Jopajapu

    Alamat : Jl. Kencur RT 01 RW 16, Tunggulsari,

    Laweyan, Solo.

    Telepon : 0815 4876 0537

    Website : www.jopajapu.com

    Jenis Usaha: : Kerajinan kriya yang bermuatan seni

    Owner: : Bejo Wage Suu

    Berdiri : 1 Oktober 2002

    1. Sejarah Seni Liping

    Jopajapu mulai berdiri tanggal 1 Oktober 2002, diilhami dari keprihatinan

    melihat generasi muda yang mulai merasa aneh dengan tradisi atau kebiasaan

    sehari-hari masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, yang sejatinya telah

    membesarkan dan membentuk pola pikir orang tua mereka. Oleh sebab itu,

    Jopajapu ingin melestarikan bentuk-bentuk tradisi adhiluhung masyarakat Jawa

    tersebut dalam sebuah miniatur.

    Memulai usaha dari jalanan, sampai tahun 2004 bertemu dengan Bapak

    Didik Jati Utomo dari Dinas Perindustrian Surakarta. Atas ajakan beliau Jopajapu

    mulai diajak mengenal dunia pameran. Dari sinilah awal terbentuknya jati diri

    24

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Jopajapu dan memperkenalkan Seni Lipng sebagai konsep karya dari Jopajapu itu

    sendiri.

    2. Visi dan Misi

    a. Visi

    Melestarikan Budaya daerah khususnya Budaya Jawa kepada generasi

    muda yang saat ini cenderung melupakan Budayanya sendiri.

    b. Misi

    Menjadikan Seni Liping sebagai media untuk medekatkan Budaya

    adhiluhung kepada generasi muda agar dapat memahami dan mengenal

    kembali Budayanya sendiri supaya bangsa ini tidak kehilangan citra dirinya.

    3. Struktur Organisasi

    Pemilik, Pencipta

    Bejo Wage Suu

    Tim Kreatif

    Yono Bahen Sobirin

    Tim Kreatif Tim Kreatif

    4. Produk

    Seni Liping itu sendiri sebagai dasar karya Jopajapu berasal dari kosakata

    bahasa inggris yaitu living yang artinya kehidupan, mengadopsi dari kehidupan

    bahkan lidah orang Jawa yang umumnya ndeso, bagaimana mereka mengucapkan

    kata living menjadi liping. Sama halnya ketika dulu bangsa Belanda datang ke

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    tanah Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama

    Compacny yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi kompeni dan

    diartikan sebagai penjajah. Seni Liping adalah adalah suatu karya yang berbahan

    olahan kayu pinus berupa miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan

    keseharian masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.

    Adapun jenis atau tipe-tipe produk dari Seni Liping antara lain tipe Biasa,

    Khusus, dan Fine Art.

    a. Tipe Biasa

    Tipe ini desainnya dibuat massal dan biasanya disetorkan ke toko-toko.

    Ciri dari tipe Biasa ini antara lain:

    1). Desainnya tidak terlalu detail.

    2). Harganya cukup terjangkau antara Rp 25.000,00 hingga Rp 50.000,00.

    3). Tema ceritanya bertemakan kegiatan-kegiatan tradisional yang masih

    dapat dijumpai atau belum terlalu langka.

    b. Tipe Khusus

    Tipe ini biasanya hanya dijual ketika berpameran, tidak dijual massal dan

    pembeli atau konsumennya biasanya adalah para kolektor.

    Ciri produk:

    1). Desain lebih detail.

    2). Harga lebih mahal, yaitu di atas Rp100.000, 00.

    3). Tema ceritanya tentang kegiatan-kegiatan yang cukup langka dijumpai.

    Misalnya, orang menumbuk padi.

    Ada juga contoh produk yang termasuk dalam Tipe Khusus, yaitu Catur

    Mataram. Yaitu suatu set papan catur beserta bidak-bidaknya yang bertemakan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    kerajaan jaman dulu. Satu set-nya dihargai antara Rp 1.500.000,00 hingga Rp

    2.500.000,00 bahkan lebih.

    c. Fine Art

    Tipe yang satu ini layaknya seni murni. Karya yang dibuat berdasarkan

    subjektifitas sang pembuat. Pun penentuan harga jualnya menyesuaikan

    keinginan sang pembuat.

    5. Proses Produksi

    Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses produksi Seni

    Liping:

    a. Memilih kayu pinus yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan untuk

    pembuatan Seni liping.

    b. Membuat pola badan, tangan, dan kaki menggunakan gergaji triplek.

    c. Dari ketiga pola bagian tubuh tersebut kemudian dibentuk detailnya

    masing-masing, sesuai dengan proporsi tubuh manusia.

    d. Kemudian menggabungkan bagian-bagian tubuh tersebut menggunakan

    lem khusus sehingga terbentuk miniatur manusia yang utuh dan

    proporsional.

    e. Mengecat bagian-bagian tertentu, seperti rambut, dan pakaian. Untuk

    model celana biasanya hanya dengan membalut bagian kaki menggunakan

    lakban hitam.

    f. Memberi bermacam aksesoris atau properti yang diperlukan, seperti kain

    batik, dan lain-lain.

    g. Selanjutnya menyetel gerakan sesuai dengan tema atau setting cerita.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    h. Yang terakhir adalah finishing, yaitu pemberian label Jopajapu dan label

    hak cipta.

    6. Pameran yang Pernah Diikuti

    Eksistensi Seni Liping lebih banyak dikenal di dunia pameran. Berikut

    adalah pameran-pameran yang pernah diikuti Seni Liping:

    a. Festival Kesenian Yogyakarta. Merupakan agenda pameran tetap setiap

    tahun sejak tahun 2005, dan sekaligus pernah menjadi ikon untuk festival

    ini.

    b. Pameran Produk Ekspor di Jakarta.

    c. SMESCO, pameran produk usaha kecil menengah (UKM) di Jakarta.

    d. Peserta INAcraft di Jakarta.

    e. Peserta Asia Africa Art and Culture di Bali.

    f. SIEM 2007 dan 2008.

    7. Hambatan yang Dialami

    Eksistensi Seni Liping dan perkembangannya hingga akhirnya memiliki

    market tertentu yang kebanyakan pengunjung pameran ini bisa dikatakan tidak

    mengalami hambatan yang cukup berarti. Jopajapu sendiri dalam proses

    produksinya juga tidak mendapatkan kesulitan yang signifikan. Hanya saja ada

    satu hambatan yang cukup mendasar, yaitu masih kurangnya modal dalam

    usahanya memperluas jaringan, termasuk niatnya memperkenalkan produk ke luar

    negeri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    B. Kompetitor

    1. Recycle Art of Wayang Koran

    Adalah sebuah produk kerajinan berupa figur atau boneka tokoh wayang

    yang terbuat dari koran bekas. Produk Wayang Koran ini diciptakan oleh seorang

    perajin bernama Burhan Gatot. Latar belakang diciptakannya produk ini adalah

    kurangnya minat remaja masa kini terhadap kesenian wayang. Burhan khawatir

    jika hal tersebut terus dibiarkan seni wayang akan semakin punah, tenggelam di

    tengah maraknya kemunculan tokoh-tokoh superhero rekaan.

    Karya seni ini dijual seharga berkisar Rp 25.000,00 hingga Rp 200.000,00.

    Peminatnya pun tak cuma dari wilayah setempat, tapi juga dari luar Pulau Jawa

    dan Bali.

    a. Jenis Produk

    1). Wayang koran dengan tokoh figur Arjuna yang sedang memanah.

    2). Wayang koran dengan tokoh Gathot Kaca.

    3). Wayang koran dengan lakon Petruk Dadi Ratu yang menceritakan

    keangkuhan dan kesombongan manusia ketika mendapatkan

    kekuasaan dan kekayaan yang tidak diimbangi dengan pengendalian

    diri dan kearifan sosial. Sangat cocok untuk pajangan sekaligus

    menjadi media pembelajaran tentang budaya bangsa.

    b. Proses Produksi

    1). Koran bekas digunting sesuai ukuran.

    2). Koran tersebut dipilin dengan alat khusus.

    3). Koran yang sudah dipilin dibentuk mirip manusia.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    4). Kemudian diberi pernik-pernik sesuai kebutuhan dan karakter produk,

    seperti topi, rambut, keris.

    5). Setelah itu barulah diberi ekspresi pada wajah dengan spidol atau

    pewarna pada bagian tertentu.

    c. Promosi yang Telah Dilakukan

    1). Stand Market di Pasar Ngarsopuro Solo.

    2). Online Marketing. Pemasaran produk melalui internet.

    d. Keunggulan Wayang Koran

    1). Produk kerajinan yang unik, dengan teknik pembuatan yang

    memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi sehingga sangat mudah

    diapresiasi.

    2). Mengangkat tema tentang cerita wayang, sehingga mampu

    menjadikan produk sebagai media melestarikan kesenian wayang.

    e. Kelemahan Wayang Koran

    1). Kurang promosi, sehingga penjualan produk ini agak tersendat.

    2). Bahan baku yang terbuat dari koran bekas ini kadang menimbulkan

    persepsi yang negatif dari masyarakat, agak tidak layak bila dijual

    dengan harga tinggi.

    2. Lugoet Bamboo Art

    Adalah suatu produk kerajinan berupa miniatur yang terbuat dari limbah

    bambu. Lugoet Bamboo Art diciptakan oleh seorang perajin bernama Gringsing

    Ibnu Handoko biasa dipanggil Inung. Latar belakang diciptakannya karya

    kerajinan ini awalnya Inung merasa prihatin dengan banyaknya limbah bambu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    bekas pembangunan rumah yang ternyata hanya dibuang atau dijadikan kayu

    bakar. Dengan sentuhan seni, sisa-sisa bambu itupun mulai dirakit menjadi

    berbagai macam miniatur.

    Sejak dirintis setahun lalu, saat ini kerajinan tersebut terus diminati banyak

    kalangan. Tak hanya dari wilayah Solo dan sekitarnya, pesanan pun datang dari

    berbagai kota di Indonesia.

    a. Jenis Produk

    1). miniatur kendaraan.

    2). miniatur kereta api.

    3). miniatur sepeda motor.

    4). miniatur kehidupan atau autodrama: suasana warung angkringan,

    suasana gotong-royong, suasana pos ronda, dan berbagai macam

    bentuk autodrama bersetting masa lampau.

    b. Proses Produksi

    Berikut adalah proses pembuatan Lugoet Bamboo Art:

    1). Bambu dibersihkan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang

    diinginkan.

    2). Potongan-potongan bambu kemudian dirangkai menjadi miniatur

    dengan menggunakan lem.

    3). Agar terlihat lebih indah, biasanya dipadu dengan karung goni dan

    daun pisang kering.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    c. Promosi yang Telah Dilakukan

    Adapun promosi maupun usaha yang telah dilakukan dalam

    meningkatkan penjualan produk Lugoet Bamboo Art hanya sebatas

    membuka stand market di Pasar Ngarsopuro Solo.

    d. Keunggulan Lugoet Bamboo Art

    Lugoet Bamboo Art mrupakan produk kerajinan yang unik, dengan

    teknik pembuatan yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi

    sehingga sangat mudah diapresiasi.

    e. Kelemahan Lugoet Bamboo Art

    Kelemahan dari produk dari ini adalah masih kurang promosi.

    C. Analisis SWOT

    Analisa akan segala hal yang berhubungan dengan perencanaan strategi

    promosi dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis ini membantu untuk

    melihat kembali kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan

    (opportunity), dan ancaman (threat). Faktor-faktor internal adalah kekuatan dan

    kelemahan sedangkan faktor eksternal adalah kesempatan dan ancaman.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    TABEL ANALISIS SWOT

    No SWOT Seni Liping

    1. Strength (kekuatan) - Mengangkat tema tentang budaya-budaya

    adhiluhung Indonesia, sehingga memiliki

    daya tarik tersendiri.

    - Merupakan suatu produk yang unik,

    produk ini memiliki kesempatan untuk

    menjadi produk yang eksklusif sehingga

    dapat menciptakan harga penjualan yang

    tinggi.

    - Memiliki kekhasan yang tidak mudah

    untuk diplagiat.

    2. Weakness (kelemahan) - Kurang promosi sehingga banyak orang

    yang belum tahu tentang Seni Liping.

    3. Opportunity

    (kesempatan)

    - Sering diselenggarakan pameran seni

    maupun kerajinan.

    4. Treat (ancaman) - Munculnya produk pesaing yang sama-

    sama memiliki citra eksklusif.

    - Banyak produk figur aksi yang lebih

    diminati konsumen.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    D. Positioning

    Positioning adalah bagaimana suatu produk memposisikan dirinya dalam

    membentuk image, persepsi, atau citra kepada target audience. Sebagai sebuah

    produk, adapun image, persepsi, atau citra yang ingin dibentuk Seni Liping Jopa

    Japu di mata para calon konsumen adalah sebagai Produk seni dalam bentuk

    miniatur yang mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.

    E. Unique, Selling, Prepositioning (USP)

    USP adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada keunggulan produk

    yang tidak dimiliki oleh produk saingan. Bisa juga dikatakan sabagai suatu hal

    yang dijadikan alasan konsumen untuk menggunakan suatu produk.

    Berikut beberapa keunggulan Seni Liping yang tidak dimiliki produk

    saingan:

    1. Sebuah karya kerajinan tangan yang memiliki kesulitan tersendiri dalam

    proses pembuatannya, terlihat dari karakter fisiknya yang tampak lebih detil.

    2. Suatu produk yang ekslusif, mampu merepresentasikan kearifan budaya

    Indonesia, dan mampu menunjukkan sifat produk yang original dan

    berkarakter, serta layak dijual dengan harga tinggi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    Bab IV

    Konsep Pemikiran Desain

    A. Metode Perancangan

    Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang tersusun secara

    teratur. Dalam perancangan diperlukan suatu metode agar setiap rencana yang

    dilakukan lebih terarah dan berhasil. Metode sangat penting peranannya dalam

    memulai suatu rencana atau kegiatan. Begitu pula dalam masalah

    mempromosikan suatu produk agar tepat sasaran dan lebih terarah tujuan dan

    manfaatnya.

    Metode yang dilakukan penulis dalam perancangan ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Pengumpulan data dan pengolahan data yang merupakan pedoman untuk

    merumuskan tema sentral, tujuan perancangan, serta menghasilkan

    ketetapan-ketetapan.

    2. Penyusunan konsep perancangan yang terdapat dua aspek yang saling

    berkaitan, yaitu perancangan kreatif dan pemilihan media.

    3. Konsep perancangan digunakan sebagai dasar perancangan yang berisi

    eksekusi atau keputusan akhir tentang layout, laporan pelaksanaan dan

    laporan desain akhir.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    B. Konsep Kreatif

    1. Tujuan Perancangan

    Meningkatkan ekuitas merk Seni Liping Jopa Japu sebagai produk seni

    berupa miniatur, sehingga konsumen dapat mengenal dan memiliki kesadaran

    akan adanya merk Seni Liping. Serta mengkomunikasikan dan menanamkan citra

    merk Seni Liping Jopa Japu di dalam benak konsumen sebagai produk yang

    mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.

    2. Strategi Konsep

    Hasil akhir dari konsep karya yang dibuat bukan merupakan hasil karya

    fotografi murni. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan unsur desain grafis

    maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga mampu

    menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran.

    Visual karya foto yang akan dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni

    Liping Jopa Japu dengan menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema

    yang diangkat disatukan dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan

    menjunjung tinggi kearifan Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan

    secara efektif, persuasif, dan bermuatan artistik.

    3. Gaya Desain

    Gaya desain karya ini dimunculkan untuk membentuk karakter visual

    dengan menggunakan kekuatan fotografi. Gaya karya foto ini menggunakan gaya

    desain modern, simplicity, prestigious agar terkesan elegan, dan mudah dibaca

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    sehingga dapat diterima target audience. Sebagai pendukung karya desain

    digunakan imaging digital dan komposisi desain lain untuk mendukung tema.

    C. Standar Visual

    1. Standar Visual secara Umum

    Dalam penentuan strategi kreatif yang tepat perlu adanya data dan

    pemahaman terlebih dahulu mengenai target audience, kondisi pasar, pesaing, dan

    keunggulan produk. Target audience dan market positioning Seni Liping

    mencangkup kelas ekonomi menengah ke atas. Dari pemahaman-pemahaman

    tersebut dapat ditentukan strategi kreatif sebagai berikut:

    a. Merancang visual promosi dalam hal ini fotografi yang menarik perhatian

    terutama kepada target audience, yaitu wisatawan, pecinta seni, kolektor,

    serta mereka yang menghargai nilai Budaya, dan menyukai keunikan.

    b. Mengkomunikasikan visual identity kepada target audience dengan

    memvisualisasikan media komunikasi visual yang efisien, efektif,

    komunikatif, dan menarik untuk mempromosikan dan meningkatkan ekuitas

    merk Seni Liping Jopa Japu.

    c. Penyampaian naskah iklan atau copywriting bersifat luwes, modern, dan

    persuasif untuk menarik target audience.

    d. Penyajian visual yang sederhana namun berkarakter modern dan elegan.

    Berdasarkan berbagai macam pertimbangan, dan rangkaian-rangkaian

    kampanye promosi terhadap Seni Liping Jopa Japu yang nantinya akan penulis

    lakukan adalah untuk menarik perhatian para konsumen. Dengan harapan, ekuitas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    merk dari Seni Liping Jopa Japu akan meningkat, tentu saja kesadaran masyarakat

    akan merk Seni Liping meningkat pula.

    2. Standar Fotografi

    Standar visual perancangan ini menciptakan ciri khas desain melalui media

    fotografi. Agar tercapai desain yang baik diperlukan pengolahan komposisi dalam

    pembuatan fotografinya. Teknik-teknik tersebut antara lain :

    a. Teknik Penggunaan Lensa

    Pada fotografi produk Seni Liping Jopa Japu ini, hampir semua lensa

    yang ada bisa digunakan, mulai dari lensa fix, tele, wide, sampai fish eye.

    Penggunaan lensa disesuaikan dengan konsep yang ingin dihasilkan. Dari

    beberapa jenis lensa di atas, penulis menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa

    normal, tele, wide dan lensa makro.

    1). Lensa Normal atau Normal Lens

    Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa normal, sudut pandang

    normal seperti sudut pandang manusia, tidak ada distorsi perspektif pada

    gambar. Kategori lensa normal ukuran 50 mm f /3,5 ; 55 mm f /3,5 (format

    kamera 35 mm).

    2). Lensa Tele atau Tele Lens

    Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa tele mempunyai efek

    gambar lebih sempit, gambar tampak datar, tidak ada distorsi perspektif

    pada gambar. Kategori lensa tele antara lain 85 mm f /3,5 ; 100 mm f /3,5

    format kamera 35 mm.

    3.) Lensa Sudut Lebar atau Wide Angle Lens

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa sudut lebar yang berefek

    lebih luas, ruang ketajaman luas, mempunyai efek tiga dimensi, serta

    distorsi atau perubahan bentuk perspektif pada gambar. Lensa kategori

    wide angle mempunyai ukuran antara lain 28 mm f /3,5 ; 35 mm f /3,5

    (format kamera 35 mm).

    4). Lensa Makro

    Lensa ini sangat baik digunakan untuk merekam benda-benda kecil.

    Panjang fokal lensa makro antara 55-105 mm, tetapi didalam lensa makro

    berbeda dengan lensa biasanya, ditambah beberapa jenis lensa sehingga

    bisa merekam gambar dari jarak dekat sekali, dan perbandingan antara

    subyek dengan yang ditangkap oleh lensa bisa mencapai1:1.

    b. Teknik Pengambilan Gambar

    1) Close Up

    Close up merupakan pengambilan gambar pandang dekat, yaitu bidikan

    kamera yang diarahkan pada bagian objek yang terbatas. Gambar yang

    dihasilkan akan nampak besar, sehingga detail objek nampak.

    2) Dept of Field

    Pengambilan gambar dengan membuka diafragma besar atau

    menggunakan lensa tele, sehingga ruang ketajaman antara depan objek

    dan belakang objek sangat sempit dan mempunyai kesan kabur sedangkan

    obyek terlihat lebih tajam.

    3) Low Angle Shoot

    Teknik pengambilan gambar dengan sudut yang lebih rendah dari objek.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    4) Eye Level View

    Teknik pengambilan gambar menggunakan sudut pandang sejajar. Dipakai

    sebagai upaya mendapat variasi komposisi.

    5) Back Angle

    Sudut yang diambil dari belakang objek. Ada yang menampilkan bagian

    depan objek, ada pula yang hanya menampilkan bagian belakangnya.

    c. Teknik Pencahayaan

    Teknik pencahayaan yang akan digunakan oleh penulis adalah

    menggunakan available light atau ambient light, seperti cahaya matahari,

    cahaya lampu kamar, cahaya lampu di jalan, dan sebagainya untuk

    menghasilkan karya. Tidak juga menutup kemungkinan untuk menggunakan

    artificial light untuk menghasilkan pencahayaan yang lebih baik.

    d. Setting

    Eksekusi fotografi akan dilakukan dengan setting indoor maupun

    outdoor, menyesuaikan objek yang difoto dan tema yang akan diangkat.

    e. Kamera

    Menggunakan kamera digital single lens reflect. Kamera digital dengan

    resolusi gambar sebesar 7 megapixel, mampu menghasilkan gambar yang

    sesuai dengan kebutuhan visual. Kamera ini dipilih dengan pertimbangan

    mampu menghasilkan gambar yang bagus dan mudah dalam pengaturan

    pengambilan gambar tanpa harus takut gagal akan hasilnya.

    f. Skema Pemotretan

    Berikut adalah skema pemotretan yang akan penulis gunakan:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    1). Skema Pemotretan Angon Bebek

    1

    2

    3

    4

    2). Skema Pemotretan Bakul Gethuk

    1

    2

    3

    4

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    3). Skema Pemotretan Batik Tulis

    1

    2

    3

    4

    4

    neon 25watt

    neon 25watt

    4). Skema Pemotretan Kerokan

    1

    2

    3

    4

    5

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    5). Skema Pemotretan Masah

    1

    2

    4

    5

    6). Skema Pemotretan Masak

    1

    2

    3

    4

    asap buatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    7). Skema Pemotretan Menumbuk Padi

    1

    2

    4

    3

    8). Skema Pemotretan Mikul

    1

    2

    4

    3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    9). Skema Pemotretan Negor Wit

    1

    2

    4

    3

    10) Skema Pemotretan Ngangsu

    1

    2

    4

    3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    11) Skema Pemotretan Ngecap Batik

    1

    2

    4

    3

    12). Skema Pemotretan Nggendhong Pari

    1

    2

    4

    3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    13). Skema Pemotretan Ngonthel

    1

    2

    4

    3

    14). Skema Pemotretan Nyapu Latar

    1

    2

    4

    3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    15). Skema Pemotretan Payung Godhong Gedhang

    1

    2

    4

    3

    hujan buatan

    foreground

    foreground

    Keterangan:

    1. Kamera.

    2. Objek foto.

    3. Background.

    4. Cahaya matahari / lampu neon 25 watt.

    5. Standar reflektor.

    3. Strategi Visual Verbal dan Non Verbal

    a. Isi Pesan.

    Isi pesan yang akan disampaikan adalah menginformasikan dan

    mempublikasikan kepada masyarakat bahwa Seni Liping Jopa Japu adalah

    produk yang unik yang mengusung pesan edukatif tentang pentingnya

    menghargai kearifan Budaya lokal.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    1) Pesan Verbal.

    a. Headline.

    Berfungsi sebagai pemberi informasi pesan dan juga sebagai elemen

    grafis pengikat untuk memperkuat slogan. Headline yang dipakai

    merupakan penjelasan tentang objek foto. Sehingga audience

    mampu dengan mudah menerima pesan karya foto itu sendiri.

    Headline yang digunakan adalah: SENI LIPING JOPA JAPU.

    b. Subheadline.

    Berfungsi sebagai penjelas dari Headline. Subheadline yang

    digunakan adalah: The Real Indonesian Life Style.

    c. Teks

    Berupa informasi lengkap guna menjelaskan pesan yang

    disampaikan. Teks yang digunakan: Kesejatian masyarakat

    Indonesia yang arif dan adiluhung.

    2) Pesan Non Verbal.

    a. Ilustrasi

    Ilustrasi dalam karya fotografi ini dibuat untuk mendukung visual

    yang sesuai dengan tema. Ilustrasi berupa objek foto Seni Liping

    Jopa Japu itu sendiri, dengan menampilkan keunikan dan

    keunggulannya.

    b. Tipografi

    Tipografi adalah kajian ilmu yang mempelajari macam-macam

    bentuk dan jenis huruf. Setiap bentuk jenis huruf mencerminkan

    suatu sikap, pembawaan, atau karakteristik yang berbeda. Selain

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    sebagai alat tulis baca dalam dunia desain komunikasi visual,

    pemilihan huruf yang tepat dapat mendukung pesan yang ingin

    disampaikan agar lebih berarti. Tipografi yang baik haruslah

    mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan serta desain huruf

    tertentu dapat menciptakan gaya atau style dan karakter atau menjadi

    karakteristik subjek yang diiklankan. (Frank Jefkins, 1996: 248)

    Pemilihan tipografi yang digunakan dalam karya fotografi desain ini

    menggunakan antara lain:

    1) Freestyle Script

    Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu

    Vv Ww Xx Yy Zz

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

    Penggunaan jenis huruf Freestyle Script sebagai tagline, karena

    sifat huruf yang natural menampilkan karakter luwes, simpel, tapi

    tidak murahan.

    2) Calibri

    Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu

    Vv Ww Xx Yy Zz

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

    Calibri digunakan sebagai body copy pada poster, booklet dan

    website. Karakternya yang simpel memudahkan audience dalam

    membaca informasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    b. Warna

    Warna adalah pelengkap dari suatu bentuk serta merupakan salah

    satu unsur dalam menambah daya tarik visual. Warna merupakan

    unsur yang penting karena warna merupakan bahasa komunikasi

    tersendiri yang disampaikan melalui penglihatan. Permainan warna

    dapat menentukan menarik atau tidaknya suatu iklan, apalagi bila

    permainan atau penggunaan warna dalam suatu iklan dapat

    menimbulkan kesan unik dan enak dipandang, karena setiap individu

    memiliki reaksi yang berbeda terhadap warna. Untuk itu warna

    dalam perancangan ini dibuat dengan pertimbangan sebagai berikut:

    1) Warna harus mampu menjadi daya tarik utama dalam satu

    komposisi desain.

    2) Warna harus mendukung penampilan dan membantu

    menonjolkan keindahan-keindahan.

    3) Warna harus dapat menarik perhatian bagi semua orang yang

    melihatnya.

    Fungsi warna sangat mempengaruhi faktor psikologis tertentu

    terhadap audience. Selain itu juga membangkitkan simbolisasi

    suasana dari tema yang diangkat.

    Pemilihan komposisi warna didasarkan pada :

    1) Menjadi daya tarik tersendiri dalam karya desain tersebut.

    2) Menampilkan karakteristik visual sesuai tema.

    3) Dapat menyampaikan makna pesan dalam karya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    Warna yang akan dipakai cenderung menggunakan warna merah,

    emas, dan hitam untuk menampilkan karakter elegan.

    C: 0 M: 100 Y: 100 K: 0

    C: 0 M: 0 Y: 60 K: 0

    C: 0 M: 0 Y: 0 K: 100

    C: 50 M: 90 Y: 98 K: 8

    c. Layout

    Layout adalah menyusun dan mengatur bidang-bidang pada grafis

    untuk memperoleh komposisi yang tepat serta mempunyai daya

    persuasi yang tepat serta mempunyai daya persuasi yang tinggi.

    Penempatan ilustrasi, tipografi baik penempatan maupun ukurannya

    ditentukan oleh layout. Layout merupakan pondasi dalam karya

    desain grafis. Layout yang digunakan mengandalkan kekuatan pada

    maksimalisasi fotografi. Dengan tujuan objek utama yaitu

    fotografinya tidak terganggu dengan typografi maupun unsur yang

    lain. Layout menggunakan style Prestigious, yaitu penggunaan

    bidang kosong yang cukup luas untuk menciptakan keluwesan atau

    gracefull sehingga terkesan elegan dan informasi mudah

    tersampaikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    Layout style prestigious:

    bidang kosong

    objek

    D. Pemilihan Media dan Media Placement

    Pemilihan media yang akan dipakai berdasarkan pada faktor-faktor sebagai

    berikut :

    1. Identifikasi media yang paling tepat agar mencapai target audience.

    2. Efektifitas dari media terpilih.

    3. Faktor biaya.

    Keberhasilan sebuah promosi tidak cukup ditentukan dari desain yang

    menarik maupun pesan yang disampaikan. Pemilihan dan penempatan media juga

    sangat berpengaruh pada hasil akhir sebuah promosi. Iklan yang bagus dan

    menarik tidak akan mengena pada sasaran jika pemilihan dan penempatan media

    kurang diperhatikan. Pemilihan dan penempatan media yang tidak tepat sasaran

    akan mengakibatkan salah persepsi bahkan bisa membawa pengaruh negatif

    terhadap produk/ jasa yang diiklankan seperti menjatuhkan nama baiknya. Oleh

    karena itu dalam sebuah promosi perlu memperhatikan media yang tepat serta

    penempatannya agar sesuai dengan sasaran yang dituju. Pemilihan dan

    penempatan media perlu memperhatikan dan memahami karakter khusus dari

    target audience. Maka pemilihan media berikut disesuaikan dengan karakter target

    audience yang mencintai kesenian dan cinta budaya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    Media yang dipilih adalah poster, booklet, flyer, kartu pos, paper bag. web

    banner ,website.

    1. Poster

    a. Pemilihan Media:

    1). Media poster dipilih karena sifatnya yang menyajikan visual full color

    dapat menarik perhatian target audience.

    2). Poster merupakan media komunikasi visual yang efektif untuk

    berkampanye atau mempropagandakan suatu pesan.

    b. Konseptual Media:

    1). Mengkomunikasikan kepada audience tentang keseharian masyarakat

    Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman dahulu.

    2). Fotografi sebagai elemen utama poster. Body copy sebagai elemen

    penjelasan dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.

    3). Layout poster dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan

    bidang kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan

    keluwesan atau gracefull sehingga terkesan elegan.

    4). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus

    fokus utama dari layout poster. Dan menyisakan bidang kosong di

    sebelah kanan atau kiri bidang gambar.

    5). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek

    utama.

    6). Menampilkan mandatory di kiri bawah atau kanan bawah, berupa logo

    dan tagline Seni Liping Jopa Japu, sebagai closing dari komunikasi yang

    disampaikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    c. Media Placement:

    Poster akan di tempel di toko suvenir di bandara Adi Sumarmo, Cafe

    Solomio, Cafe Priyayi Keprabon, Hotel Novotel, Homestay Cakra Kauman,

    Restoran Omah Sinten, Kraton Kasunanan, Kraton Mangkunegaran, Dinas

    Pariwisata Surakarta, dan di gerai Seni Liping Jopa Japu.

    Ukuran: A2

    Jumlah: 500 lembar

    Biaya: Rp 2.000.000,00

    2. Katalog

    a. Pemilihan Media:

    Media ini dipilih karena mampu menyajikan visual dan informasi yang rinci

    mengenai produk-produk yang ditawarkan.

    b. Konseptual Media:

    1). Cover:

    Menampilkan judul, logo, tagline, maskot.

    2). Halaman pengantar:

    Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian

    rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan

    menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan

    sebuah representasi dari kearifan budaya lokal Indonesia.

    3). Halaman katalog:

    Menampilkan produk-produk Seni Liping Jopa Japu, beserta penjelasan

    dan rincian harga produk.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    4). Halaman penutup:

    Memberikan informasi berupa alamat dan kontak perusahaan Jopa Japu.

    5). Cover belakang:

    Menampilkan tagline: the real indonesian lifestyle.

    c. Media Placement:

    Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir di gerai Seni Liping Jopa Japu.

    Ukuran: 17 x 16,5 cm

    Jumlah: 100 exemplar

    Biaya: @ Rp 5000,00 x 100 exp = Rp 500.000,00

    3. Leaflet

    a. Pemilihan Media:

    Media ini dipilih untuk menunjang promosi Seni Liping dan memberikan

    informasi singkat mengenai Seni Liping serta menginformasikan lokasi dan

    alamat gerai Seni liping.

    b. Konseptual Media:

    Leaflet dirancang dengan mode bolak-balik, yaitu halaman cover dan

    halaman isi. Halaman cover menampilkan logo, tagline, dan alamat Jopa

    Japu. Halaman isi menampilkan penjelasan tentang Seni Liping Jopa Japu di

    halaman kiri dan foto-foto produk di halaman kanan.

    c. Media Placement:

    Media ini diberikan secara gratis sebagai media publikasi yang akan

    dibagikan di bandara, dinas pariwisata, tempat wisata di Solo, hotel,

    homestay, dan di gerai Seni Liping Jopa Japu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    57

    Ukuran: 11 x 21 cm

    Jumlah: 500 lembar

    Biaya: Rp 400.000,00

    4. Kartu Pos

    a. Pemilihan Media:

    Media ini dipilih karena sifatnya yang eksklusif, terkesan elegan dan

    modern. Dan banyak pula orang yang menyukainya, bahkan ada yang gemar

    mengoleksinya.

    b. Konseptual Media:

    1). Di form kartu pos ditampilkan foto produk dengan transparan. Di bawah

    tengah diberi body copy sebagai penjelasan dari komunikasi.

    2). Di halaman sebalik mengkomunikasikan kepada audience tentang

    keseharian masyarakat Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman

    dahulu.

    3). Fotografi sebagai elemen utama. Body copy sebagai elemen penjelasan

    dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.

    4). Layout dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang

    kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan

    atau gracefull sehingga terkesan elegan.

    5). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus

    fokus utama dari layout. Dan menyisakan bidang kosong di sebelah

    kanan atau kiri bidang gambar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    58

    6). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek

    utama.

    7). Menampilkan mandatory di kiri bawah atau kanan bawah, berupa logo

    dan tagline Seni Liping Jopa Japu, sebagai closing dari komunikasi yang

    disampaikan.

    c. Media Placement:

    1). Karena sifatnya yang eksklusif maka media ini akan dibagikan gratis di

    bandara, dinas pariwisata, tempat wisata di Solo, hotel, dan homestay.

    2). Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir pembelian Seni Liping.

    Ukuran: 15 x 9 cm

    Jumlah: 500 lembar

    Biaya: Rp 250.000,00

    5. Paper Bag

    a. Pemilihan Media:

    Media tas ini dirasa cocok digunakan karena sifatnya awet dan juga

    pengaruhnya akan semakin efektif jika pembawanya suka bepergian.

    Semakin indah dan awet tas itu, maka semakin lama pesan iklannya tersebar

    kepada siapa saja yang melihatnya.

    b. Konseptual Media

    1). Fotografi sebagai elemen utama.

    2). Layout dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang

    kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan

    atau gracefull sehingga terkesan elegan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    59

    3). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus

    fokus utama dari layout.

    4). Logo dan tagline sebagai closing dari komunikasi yang disampaikan.

    c. Media Palcement:

    Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir bersama media booklet dan

    kartu pos dalam satu wadah paper bag.

    Ukuran: 17 x 18 x 13 cm

    Jumlah: 100 buah

    6. Web Banner

    a. Pemilihan Media:

    1). Media ini dipilih karena semakin maraknya situs jejaring yang

    menawarkan space untuk web banner.

    2). Bentuk visual web banner cukup menarik perhatian target audience yang

    sedang berselancar di situs jejaring.

    b. Konseptual Media

    1). Menonjolkan foto produk yang dramatis secara animasi sehingga

    membuat audience tertarik untuk meng-klik.

    2). Menampilkan logo dan tagline sebagai closing komunikasi di akhir

    animasi.

    c. Media Placement:

    Situs jejaring Facebook dan web soloaja.com.

    Ukuran: 468 pixel x 60 pixel

    Jumlah: 1 buah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    60

    Biaya: Rp 125.000,00 selama 1 bulan

    7. Website

    a. Pemilihan Media:

    Media ini dipilih karena era internet sudah semakin maju, banyak orang

    yang membutuhkan informasi tentang Seni Liping Jopa Japu dari internet.

    Maka diperlukan website untuk mengakses secara online.

    b. Konseptual Media

    Dibagi 4 Halaman, yaitu, Home, About Jopa Japu, Gallery, Alamat dan

    kontak.

    1). Home:

    Halaman home sebagai opening dari website ini.

    2). About Jopa Japu:

    Menyajikan informasi dan sejarah tentang Seni Liping Jopa Japu

    3). Gallery:

    Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian

    rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan

    menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan

    sebuah rep