17
FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

Fraksinasi Dengan Kromatografi Kolom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tumbuhan

Citation preview

FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

FRAKSINASI DENGAN KROMATOGRAFI KOLOMEKSTRAK DAUN JAMBU BIJIAlat dan BahanAlat :

Beaker glassGelas ukurLabu alas bulatLempeng KLTBak kromatografiErlenmeyerGlass woolGlass columVial 25 mL (sebanyak 10)MikropipetLampu UV 254 nm dan 365 nm

Bahan :

Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)Etanol 96 %MetanolHCl 57%KloroformAsetonAsam formiatSilika gelStandar kuersetin

Cara KerjaPreparasi Ekstrak

Pemilihan Eluen untuk Fraksinasi

Fraksinasi dengan Kromatografi Kolom

Gambar Sederhana Teknik Kromatografi Kolom

sampel dalam kolom kromatografi terjadi pemisahan, terlihat warna berbeda-beda

hasil tampungan dalam vialHasil Pengamatan

Kondisi analisis:Kloroform : Aseton : Asam Formiat ( 150 : 33 : 17)Fase diam: Silika gel GF 254Detektor: UV 254 nm

PembahasanPreparasi EkstrakEkstrak Jambu Biji dipreparasi terlebih dahulu yaitu dengan cara dihidrolisis pada suhu 70o C selama 30 menit. Tujuannya untuk memecah ikatan glikosida quersetin (glikosida pada daun jambu biji) menjadi bentuk aglikonnnya sehingga pada akhirnya dapat terbentuk warna.Ekstrak dipekatkan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung sampai ekstrak mengental/semi padatPemilihan Eluen untuk FraksinasiLarutan standar yang digunakan adalah quercetinekstrak daun jambu biji dilarutkan dalam etanol 96% kemudian ditotolkan 2-5 l pada lempeng dan diamati pada UV 254 nm dan UV 365 nm. Eluen atau fase gerak yang digunakan dalam fraksinasi kali ini adalah campuran kloroform : aseton : asam formiat = 150 :33 : 17.

Fraksinasi denganKromatografi KolomSilika gel yang terbentuk dalam kolom tidak boleh terdapat gelembung udara karena jarak tempuhnya analit akan lebih jauh.Kolom didiamkan untuk memampatkan serta untuk melihat apakah terjadi keretakan pada silica gel dalam kolom yang ditandai dengan adanya garis-garis putih.Karena tidak terjadi keretakan, eluen ditambahkan lagi,eluen yang ditambahkan kurang lebih 3 cm diatas permukaan silica gel sambil di alirkan perlahan untuk memampatkan silica gel. Setiap kali sudah turun volumenya sedikit diatas silica gel, eluen harus segera diisi lagi agar tidak merusak silica gelnya. Setelah dirasa mampat, kran ditutup kemudian ekstrak dimasukkan secara hati-hati ke kolom dan ditambahkan eluen.

kran dibuka, diatur penetesannya 2 tetes per detik dan ditampung dalam vial 25 ml sebanyak 10 vial.Setelah didapat tampungan dalam 10 vial, alumunium foil dilubangi untuk menguapkan pelarut pengembang sehingga didapatkan campuran pekat yang berisi senyawa kimia. Pada ekstrak daun jambu biji, terlihat minyak atsiri yang berwarna merah darah berada diatas, naik ke permukaan atas. kemudian perlahan dalam kolom membentuk warna-warna tersendiri. Dalam sampel ini membentuk warna seperti (dari bawah ke atas) kuning pucat, hijau muda, hijau, hijau kekuningan, coklat, kuning, oranye dan merah gelap.

Vial-vial tersebut kemudian diuapkan pada waterbath agar pelarut pengembang menguap selanjutnya dilakukan penotolan pada lempeng KLT dan dieluasi untuk melihat noda yang dihasilkan.Dalam teori, jambu biji mengandung kuersetin yg merupakan senyawa flavonoid golongan flavonol dg rf pmbnding : 0.8 yang apabila dites dengan KLT maka akan memberikan noda warna coklat.Rf yang diberikan tidak sesuai dalam teori. Sedangkan warna noda yang dihasilkan pada vial standard memberikan warna coklat, vial 1 memebrikan warna coklat, vial 2 memberikan warna coklat dan hijau, vial 3 memberian warna hijau, vial 4, 5, 6, 10 tidak menghasilkan warna, dan pada vial 7, 8, 9 memberikan warna hijau pucat.

Perbedaan tinggi noda yang dihasilkan berkaitan dengan ada atau tidaknya kandugan senyawa dalam ekstrak. hasil fragsinasi ektrak daun jambu biji didapatkan bahwa fraksi 1, 2, dan 3 merupakan zat sejenis karena memiliki nilai Rf yang sama yaitu 0,95. Sedangkan fraksi 7,8, dan 9 merupakan senyawa sejenis yang memiliki nilai Rf sama dengan standart kuersetin yaitu 0,0625. Rf tidak sesuai dengan teori sebab diperkirakan jumlah penotolan ekstrak ke KLT kurang sehingga noda yang dihasilkan tidak terlalu tampak, kondisi eluasi tidak sesuai sebab pada saat praktikum chamber terlalu banyak dibuka sehingga hal ini pasti mempengaruhi tingkat kejenuhan dalam chamber ketika mengeluasi KLT. Sedangkan jika dari KLT, mungkin yang terdeteksi bukan kuersetin tetapi senyawa lain sehingga tidak sama dengan standar.