21
Sasbel Skenario 3 Muskuloskeletal LI. 1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Oss. Coxae dan Femur LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Oss. Coxae dan Femur Makroskopik Oss. Femur Femur, tulang tunggal dari paha, adalah tulang terbesar, terpanjang, danterkuat di tubuh. Struktur tahan lamanya mencerminkan fakta bahwa tekanan pada tulang paha selama melompat kuat bisa mencapai 280 kg/cm (sekitar 2ton per inci persegi). Femur dilapisi oleh otot-otot besar yang mencegah kitadari meraba jalannya di sepanjang paha. Panjangnya kira- kira seperempat daritinggi seseorang. (Marieb, Elaine N. 2006) Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasidengan acetabulum dari os.coxae membentuk art. coxae. Pada pusat caputterdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatanligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkansepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalanke bawah, belakang, dan lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat(kurang sedikit pada wanita) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnyasudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit. (Snell, Richard S.1998) Femur lebih mungkin patah di leher femoralis, karena diameternya yanglebih kecil dibandingkan sisa tulangnya, dan terdiri dari tulang yang memilikikerapatan yang relatif rendah. Hal ini biasanya akan melibatkan dampak yangkeras, atau kekuatan pendaratan yang berlebihan dari jatuh tinggi. Femur mungkin juga patah sepanjang poros, yang biasanya disebabkan oleh dampak yang luar biasa dari sebuah kecelakaan kendaraan motor atau kekuatanmenyimpang di femur. (Walker, Brad. 2007)

Fraktur Collum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario 3 blok muskulo

Citation preview

Page 1: Fraktur Collum

Sasbel Skenario 3 Muskuloskeletal

LI. 1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Oss. Coxae dan Femur

LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Oss. Coxae dan Femur

Makroskopik Oss. Femur

Femur, tulang tunggal dari paha, adalah tulang terbesar, terpanjang, danterkuat di tubuh. Struktur tahan lamanya mencerminkan fakta bahwa tekanan pada tulang paha selama melompat kuat bisa mencapai 280 kg/cm (sekitar 2ton per inci persegi). Femur dilapisi oleh otot-otot besar yang mencegah kitadari meraba jalannya di sepanjang paha. Panjangnya kira-kira seperempat daritinggi seseorang. (Marieb, Elaine N. 2006)

Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasidengan acetabulum dari os.coxae membentuk art. coxae. Pada pusat caputterdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatanligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkansepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalanke bawah, belakang, dan lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat(kurang sedikit pada wanita) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnyasudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit. (Snell, Richard S.1998)

Femur lebih mungkin patah di leher femoralis, karena diameternya yanglebih kecil dibandingkan sisa tulangnya, dan terdiri dari tulang yang memilikikerapatan yang relatif rendah. Hal ini biasanya akan melibatkan dampak yangkeras, atau kekuatan pendaratan yang berlebihan dari jatuh tinggi. Femur mungkin juga patah sepanjang poros, yang biasanya disebabkan oleh dampak yang luar biasa dari sebuah kecelakaan kendaraan motor atau kekuatanmenyimpang di femur. (Walker, Brad. 2007)

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang yang menghubung kedua trochanter adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di belakang dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ialicin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter mayor terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batangmelebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fasciea poplitea.

Page 2: Fraktur Collum

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior, dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condyles dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylusikut membentuk art. genus. Di atas condyles terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorum berhubungan langsung dengan epicondylusmedialis. (Snell, Richard S. 1998)

Vaskularisasi:1. Pembuluh darah yang melewati colum femoris bersama dengan retinacula kapsularis

dan memasuki caput melalui foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari cabang a. sirkumfleksa femoralis melalu anastomiss dengan a cruciate dan a trochanterica. Pada orang dewasa ini merupakan sumber pasokan darah terpenting.

2. Pembuluh darah dalam lig teres yang memasuki caput melaluli foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang a. obturatoria.

3. Melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis nutrisia.

Makroskopik Oss. Coxae

Os coxae, terdiri dariilium,iskium,pubis. Coxae terletak di sebelah depan dan samping dari Pelvis wanita. Os Coxae terdiri dari 4 buah tulang penyusun,yaitu os Ilium, os Ischium, os Pubis dan os.Acetabulum.

Os Ilium merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan belakang panggul.Memiliki permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaca.Bagian atasnya disebutKrista iliaca. Ujung-ujung disebut Spina Iliaca anterior superior danspina Iliaca posterior superior. Terdapat tonjolan memanjang di bagiandalam os ilium yang membagi pelvis mayor dan pelvis minor disebutlineainnominata (linea terminalis).

Os IschiumTerdapat disebelah bawah os ilium.Merupakan tulang yang tebal dengan tiga tepi di belakang foramen obturator.Os Ichium merupakan bagian terendah dari Os Coxae.Memiliki tonjolan di bawah tulang duduk yang sangat tebal disebut Tuber Ischii berfungsi penyangga tubuh sewaktu duduk.Os PubisTerdapat disebelah bawah dan depan os ilium.Dengan tulangduduk dibatasi oleh foramen obturatum.Terdiri atas korpus (mengembang ke bagian anterior).Os Pubis terdiri dari ramus superior (meluas dari korpus keasetabulum) dan ramus inferior (meluas ke belakang dan beratdengan ramusischium). Ramus superior os pubis berhubungan dengan dengan os ilium,sedangkan ramus inferior kanandan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium.

Page 3: Fraktur Collum

LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Oss. Coxae dan Femur

Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yangmengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjangmempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah inilahyang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.Proses penyembuhan tulang sebagai berikut:

1. Tahap Inflamasi.Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringanyang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujungfragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

2. Tahap Proliferasi Sel.Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang- benang

fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast danosteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akanmenghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan(osteoid).Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulangrawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patahtulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus.Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan KalusPertumbuhan jaringan berlanjut danlingkaran tulang rawan tumbuh mencapaisisi lain sampai celah sudahterhubungkan. Fragmen patahan tulangdigabungkan dengan jaringan fibrus,tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secaralangsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.Perluwaktu tiga

sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulangrawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagidigerakkan.

4. Tahap OsifikasiPembentukan kalus mulaimengalami penulangan

dalam duasampai tiga minggu patah tulang,melalui proses penulanganendokondral. Patah tulang panjangorang dewasa normal, penulanganmemerlukan waktu tiga sampaiempat bulan.Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu

dengan keras.Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

Page 4: Fraktur Collum

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)Tahap akhir perbaikan patah

tulangmeliputi pengambilan jaringan matidan reorganisasi tulang baru kesusunan struktural sebelumnya.Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnyamodifikasi tulang yang dibutuhkan,fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang

kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya padatitik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerahmetafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaanepifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadisebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.(Rasjad.C, 1998)

LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Oss. Coxae dan Femur

Articulatio coxae

Tulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunataCapsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi :1. Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M.

Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata2. Ekstens : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosus, M. Semimembranosus, M.

Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior3. Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M. Sartorius, M.

Tensor fascia lata4. Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M.

Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris5. Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fascia lata, M.

Adductor magnus pars posterior6. Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator

externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores.

LI. 2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atautulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang menyebabkantulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

Page 5: Fraktur Collum

lengan bawah yangmenyebabkan fraktur radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut fraktur terbuka. Fraktur di dekatsendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan fraktur disertai luksasi sendi yang disebutfraktur dislokasi.

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.a. Melalui kepala femur (capital fraktur)b. Hanya di bawah kepala femurc. Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang

lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di

bawah trokhanter kecil.

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur

Secara umum, fraktur dapat dibagi menjadi 2, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Tetapi apabila kulit di atasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Derajat I :

Luka < 1 cm Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan Kontaminasi minimal

Derajat II :

laserasi > 1 cm Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse Fraktur kominutif sedang Kontaminasi sedang

Derajat III :

Page 6: Fraktur Collum

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot. dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi atas :- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi

luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

- Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi massif.Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

Secara umum juga fraktur dibedakan menjadi 2, fraktur komplit dan inkomplit. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi:

1. Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.

2. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.3. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil

dibanding transversal).4. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.5. Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.6. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam (sering terjadi pada

tulang tengkorak dan tulang wajah).7. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang).8. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,

penyakit Paget, metastasi tulang, tumor).9. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlengkatannya.10. Epfiseal, fraktur melalui epifisis11. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Klasifikasi fraktur collum femur• Fraktur intrakapsuler (collum femur )• Fraktur extrakapsuler fraktur

Page 7: Fraktur Collum

Fraktur intrakapsuler ( collum femur ) dapat disebabkan oleh trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma Langsung biasanya terjadi pada penderita dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras, sedangkan pada trauma tidak langsung disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligament didalam acetabulum oleh ligament iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur didaerah collum femur. Pada dewasa muda apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya cukup hebat. Sedang kebanyakan pada fraktur collum ini (intrakapsular), kebanyakan terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporotic. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh kepleset dikamar mandi). Klasifikasi fraktur femur berdasarkan

a. Lokasi anatomib. Arah sudut garis patahc. Dislokasi atau tidak dari fragmennya.

a. Berdasarkan lokasi anatomi dibagi menjadi 3 :Fraktur subcapitalFraktur transcervical

Fraktur basis collum femur

b. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :

- Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada

posisi tegak- Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal

pada posisi tegak- Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal

Klasifikasi Pauwel’s untuk Fraktur Kolum Femur1Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidanghorizontal pada posisi tegak.

c. Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah sebagai berikut :

- Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)- Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran- Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus

malaligment)

Page 8: Fraktur Collum

- Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan.

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Cedera TraumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang

patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :a. Tumor Tulang (Jinak atau Ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak

terkendali dan progresif.b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat

timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D

yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah

3. Secara SpontanDisesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Fraktur

Ketika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon

Page 9: Fraktur Collum

menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.

LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur

Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur, bagian bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen padafraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling

Page 10: Fraktur Collum

melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci). Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24614/4/Chapter%20II.pdf

LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Fisik Fraktur

e. AnamnesisData biografi, Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat

kesehatan keluarga, Riwayat psikososial (interaksi dengan keluarga), Pola kebersihan sehari- hari, Aktifitas, Sirkulasi darah, Neurosensori (kebas, kesemuran, tegang), Rasa Nyeri/ kenyamanan

f. Inspeksi / look Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanyaasimetris

pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local.Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah,terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit,laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkankecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

g. Palpasi / feel Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat jugasecara

objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hatianggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri inididapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa.Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dankrepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillaryrefill test), sensibilitas.Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeritekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapatdiperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tesgerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudahterjadi perluasan fraktur.

Page 11: Fraktur Collum

d. Gerakan / movingGerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karenamenimbulkan nyeri

dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan senditerbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function).

LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Fraktur

1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.

Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.

Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal)

Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto Rontgen

Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avascular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Bone Scanning

Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Page 12: Fraktur Collum

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera,

namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:- Darah rutin- Faktor pembekuan darah- Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi)- Urinalisa- Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografiDilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Fraktur

a. Osteitis PubisPeradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul besar di bagian depan panggul.

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisPatah tulang yang melewati fisis (plat tembat tumbuh pada tulang), yang menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

c. Snapping Hip SyndromeKondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang tertekuk dan diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan rasa sakit atau ketidaknyamanan.Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka sering terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang melibatkan sendi panggul.

LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Fraktur

Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi (Pengenalan)

Page 13: Fraktur Collum

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnose d an tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan

elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002)

3. Retensi (Immobilisasi)Upaya yang dilakukan untuk

menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi,

fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tigapin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer,2000)

Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak(Muttaqin, 2008)4. Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer, 2000)

Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :

d. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.

Page 14: Fraktur Collum

e. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.

f. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.2. Terapi farmakologi, terdiri dari :

a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial. Terapi ini dengan reposisi

anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin.Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.(Smeltzer, 2001)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-babii.pdfMansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: JakartaSmeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:

1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

a. SyokSyok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.

b.Sindrom emboli lemakPada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.

c. Sindroma KompartementMerupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).

d.Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

e. InfeksiSistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

f. Avaskuler nekrosis

Page 15: Fraktur Collum

Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare,2001)

2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union, dan non union.a. Malunion

Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai de ngan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

b. Delayed UnionDelayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

c. NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis.Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang (Price dan Wilson, 2006).

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC : Jakarta.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-babii.pdf