16
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM ANALISIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA (RTHK) STUDI KASUS: KOTA DEPOK Ir. Irina Mildawani, MT 1 Diana Susilowati, ST, MT 2 Lia Rosmala Schiffer, ST, MT 3 1,2 Lembaga Pengembangan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (LePTeSP)Universitas Gunadarma 3 Laboratorium Teknik Arsitektur Universitas Gunadarma 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] ABSTRAKSI Perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) merupakan bagian penting dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan kawasan binaan (budi daya) maupun kawasan alami di perkotaan berlandaskan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Studi ini bertujuan membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasi SIG untuk melakukan identifikasi potensi, kondisi dan masalah RTHK Depok dalam kerangka RUTRK Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Pemda Kota Depok berupa (1) identifikasi potensi dan kondisi gambaran umum RTHK yang ada dan (2) analisis potensi kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan untuk menjadi RTHK Depok. Hasilnya berupa paparan peta-peta SIG, yaitu informasi tematik spasial dan non spasial RTHK Depok yang dapat diperbarui dengan lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan peta kartografi yang menjadi acuan selama ini. Kata kunci: Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Depok, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Sistem Informasi Geografis (SIG), stakeholder , data spasial. ABSTRACT The Planning, implementation and City’s Green Open Spaces (CGOS) Management is the most important part of planning, implementation and management of plantation district and natural district in a city based on General Planning of City Spaces. This study aiming is to createCity’sgreenopenspaces(CGOS)analysiswith the aplication of GIS support to identified the potency, condition dan CGOS problem in Depok based on the General Planning of City Spaces. This GIS application is exactly suitable to planning, implementation and management of the CGOS information, because the results of CGOS analysis can be optimised to the used and management of CGOSThis study results wish to be input for the district goverment of Depok as (1) identification of potency and general ilustration of CGOS and (2) potencial analysis of a district which have environmental support to become City’s green open Spaces of Depok. The results containts GIS maps, spatial thematic information and non spatial CGOS of Depok which can be upgraded faster dan easier compare to the cartographic map used nowadays. Key Word : Analisys of City Green Open Spaces on Depok, Basic Plan of City Siteplan, Geographic Information System (GIS), stakeholder, spatial data.

full paper Jurnal.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)DALAM ANALISIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAANRUANG TERBUKA HIJAU KOTA (RTHK)STUDI KASUS: KOTA DEPOKIr. Irina Mildawani, MT1Diana Susilowati, ST, MT2Lia Rosmala Schiffer, ST, MT31,2Lembaga Pengembangan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan(LePTeSP)Universitas Gunadarma3Laboratorium Teknik Arsitektur Universitas [email protected][email protected][email protected], pembangunan, dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)merupakan bagian penting dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan kawasanbinaan (budi daya) maupun kawasan alami di perkotaan berlandaskan Rencana Umum TataRuang Kota (RUTRK). Studi ini bertujuan membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasiSIG untuk melakukan identifikasi potensi, kondisi dan masalah RTHK Depok dalam kerangkaRUTRK Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Pemda Kota Depok berupa(1) identifikasi potensi dan kondisi gambaran umum RTHK yang ada dan (2) analisis potensikawasan yang memiliki daya dukung lingkungan untuk menjadi RTHK Depok. Hasilnya berupapaparan peta-peta SIG, yaitu informasi tematik spasial dan non spasial RTHK Depok yangdapat diperbarui dengan lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan dengan peta kartografiyang menjadi acuan selama ini.Katakunci: Analisis Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Depok, Rencana Umum Tata RuangKota (RUTRK), Sistem Informasi Geografis (SIG), stakeholder , data spasial.ABSTRACTThePlanning,implementationandCitysGreenOpenSpaces (CGOS) Management isthe most important part of planning, implementation and management of plantation district andnatural district in a city based on General Planning of City Spaces. This study aiming is tocreateCitysgreenopenspaces(CGOS)analysis with the aplication of GIS support toidentified the potency, condition dan CGOS problem in Depok based on the General Planningof City Spaces. This GIS application is exactly suitable to planning, implementation andmanagement of the CGOS information, because the results of CGOS analysis can be optimisedto the used and management of CGOSThis study results wish to be input for the districtgoverment of Depok as (1) identification of potency and general ilustration ofCGOS and (2)potencial analysis of a district which have environmental support to become Citys green open Spaces of Depok. The results containts GIS maps, spatial thematic information and non spatialCGOS of Depok which can be upgraded faster dan easier compare to the cartographic mapused nowadays.Key Word : Analisys of City Green Open Spaces on Depok, Basic Plan of City Siteplan,Geographic Information System (GIS), stakeholder, spatial data.PENDAHULUANPertambahan jumlah penduduk yang makin meningkat memerlukan ruang untuktempat tinggal dan beraktifitas, telah mengarah ke daerah yang makin jauh ke tepiankota. Hal ini mengakibatkan peralihan tata guna lahan dari ruang terbuka hijau menjadiruang terbangun,baik untuk permukiman,area komersial,kampus atau fasilitaspendidikan, industri dan seterusnya.Perencanaan,pembangunan,dan pengelolaanRuang Terbuka HijauKota(RTHK) merupakan bagian penting dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaankawasan binaan (budi daya) maupun kawasan alami di perkotaan berlandaskan RencanaUmum Tata Ruang Kota (RUTRK). Dalam pelaksanaan pembangunan kota, parapemangku kepentingan (stakeholders) mempunyai peran masing-masing yang salingmendukung dan bekerjasama demi tercapai tujuan pembangunan kota yangberkesinambungan. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) dapat ditingkatkanbila komunikasiantarpemangku kepentingan lebih intensifdan para pemangkukepentingan mendapat informasi yang holistik dan dapat diperbarui secaraberkesinambungan.Oleh karena itu hasil penerapan rencana tata ruang harus selalu didata ataudidokumentasikan, sehingga dapat diketahui seberapa besar rencana tata ruang yang adatelah diimplementasikan. Melalui hasil pendataan ini dapat dilakukan penilaian ataupunpengkajian terhadap ketidaksesuaian atau simpangan antara rencana yang ada dengankenyataan yang terjadi di lapangan, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupuneksternal.Studi ini bertujuan membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasi SIGuntuk melakukan identifikasi potensi RTHK dalam kerangka RUTRK. Aplikasi SIG inisangat tepat bila digunakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) sebagaiinstansipemerintah kota terkaityang merencanakan,membangun dan mengelolaRTHK, karena hasil analisis RTHK tersebut akan dapat mengoptimalkan pemanfaatandan pengelolaan RTH Kota.TELAAH PUSTAKASistem Informasi Geografis (SIG)Geographic Information System (GIS) dalam istilah bahasa Indonesia dapatdisebut sebagai Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu sistem pemaparan informasilokasi atau tempat di peta bumi yang dilakukan dengan perangkat hardware (pirantikeras) maupun software (piranti lunak) berbasis komputer.Proses Geographic Information System (GIS) biasanya dinamakan juga sebagaimapping (pemetaan). Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) data-data disimpan didalam table (tabular data) dan spatial data (data yang memiliki karakteristik lokasi danmewakili suatu tempat atau lokasi). GIS pada pemakaiannya berhubungan denganbeberapa kumpulan data (database) guna memberikan secara cepat informasi suatutempat.Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diaplikasikan dalam berbagai bidangseperti pendidikan, perindustrian, pariwisata, perdagangan, perhubungan, lalulintas,pertanian, perencanaan tata guna lahan maupun infrastruktur. SIG mampu membantupemetaan, pengolahan data, penyimpanan serta pemanggilan kembali data spasial yangbergeoreferensi serta atributnya yang terkait berupa data non spasial.Ruang TerbukaDefinisi Ruang TerbukaPengertian ruang adalah tanah yang berada di suatu tempat dan dipergunakan,dimana tanah ini direncanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Direktorat TataGuna Lahan).Secara umum ruang terbuka adalah semua tanah dan air yang tidak tertutupbangunan (Lynch, 1996).Ruang terbuka adalah bagian dari permukaan tanah di dalam area pemukimanatau di luar area pemukiman (Rahmi, 1999).Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akantempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka (Budihardjo, 1998).Lebih lanjut Budihardjo menyatakan ruang terbuka atau ruang umum pada dasarnyamerupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakat, baiksecara individu maupun kelompok.Ruang terbuka menurut Laurie (1979) ada tiga bagian :1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, seperti perhutan, pertaman, perairandan sebagainya.2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia,misalnya cagar alam (hutan, laut, daerah budaya dan bersejarah)3. Ruang terbuka untuk kesempatan, kesejahteraan dan kenyamanan, antara lainuntuk kepentingan umum bersama.Fungsi Ruang TerbukaPerloff (1969) menyebutkan bahwa open space pada pembentukannya mempunyaifungsi :1. Menyediakan cahaya dan sirkulasiudara ke dalam bangunan terutama padabangunan tinggi di pusat kota2. Menghadirkan kesan perspektif dan vista pada pemandangan kota (urban scene),terutama pada kawasan padat di pusat kota3. Menyediakan area rekreasi dengan bentuk aktivitas yang spesifik.4. Melindungi fungsi ekologis kawasan5. Memberikan bentuk solid-void kawasan kota6. Sebagai area cadangan bagi penggunaan dimasa datang (cadangan areapengembangan).Definisi Ruang Terbuka HijauRuang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, danvegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidaklangsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.Dari berbagai referensi dan pengertian tentang eksistensi nyata sehari-hari,maka Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat pula dijabarkan dalam pengertian, sebagai:1. Suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai daripenutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu);2. Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batasgeografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapattetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonansebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan,dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lainyangjuga sebagai pelengkapdanpenunjangfungsi RTHyangbersangkutan (Purnomohadi, 1995).Ruang TerbukaHijau (RTH)Manfaat Manfaat Tak Manfaat Manfaat Tak Manfaat Manfaat Tak Manfaat Manfaat TakLangsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung LangsungRTH berbentuk areal :Hutan (hutan kota, hutan lindung, hutan rekreasi), taman, lapangan olahraga, kebun raya,kebun pembibitan, kawasan fungsional (perdagangan, industri, pemukiman, pertanian),kawasan khusus (Hankam, perlindungan tata air, plasma muftah, dll).RTH berbentuk jalur :RTH Koridor Sungai, RTH Sempadan Danau, RTH Sempadan Pantai, RTH Tepi Jalur Jalan,RTH Tepi Jalur Kereta, RTH Sabuk HijauRTH Publik RTH Privat RTH Publik RTH Privat RTH Publik RTH Privat RTH Publik RTH PrivatWilayah PerkotaanRuang Terbangun Ruang TerbukaFungsi Intrinsik Fungsi EkstrinsikFungsi Fungsi FungsiEkonomiFungsiSosial EkologisBentuk RTHekologis/alamiBentuk RTHbinaanArsitekturalBentuk RTHbinaanBentuk RTHbinaanDaya DukungSosialManfaatEkonomi ekologisStruktur RTHekologis/alamiKeselarasan,Kesesuaian,KeindahanStruktur RTHbinaanModel Pembangunan dan Pengelolaan RTHKotaRuang TerbukaNon HijauStruktur RTHbinaanStruktur RTHbinaanDaya DukungDiagram 1. Diagram Pembagian Ruang Terbuka HijauSumber : Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan,(Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB)Peran dan Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem darisistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayahkota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan menjadi: Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagiandarisistemsirkulasiudara(paru-parukota),pengaturiklimmikro,agarsistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah)polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin; Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresibudaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempatpendidikan, dan penelitian; Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaunindah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain; Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dariskala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap kotasecara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota.Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, ataukegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik danpsikis.Dapatterciptasuasanaserasi,danseimbangantaraberbagaibangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kotapertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api,serta jalur hijau bantaran kali.Bentuk Hutan KotaSelanjutnya, Dahlan (1992) juga membagi hutan kota dalam klasifikasi bentuk sebagaiberikut.a. Jalur Hijaub. Taman Kotac. Kebun dan Halamand. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatange. Hutan Lindungf. Kuburan dan Taman PahlawanMETODE PENELITIANPendekatan penelitian ini bersifat kualitatif descriptive (pemaparan) untuk dapatmendeskripsikan, menginterpretasikan dan mengevaluasi masalah untuk mendapatkanpengetahuan mengenai persoalan yang terbatas dan tidak untuk membuktikan teori-teoripendukung tertentu. Dalam hal ini akan diformulasikan suatu model analisis danpengembangan informasimengenaiRuang Terbuka Hijau Kota (RTHK) berbasisaplikasi SIG di Kota Depok.Basis Data yang dihimpun terdiri dari dua jenis data yang saling berhubungan,yaitu(1) basis data grafis (peta) yang disimpan sebagai format SIG(2) basis data numerik (sebagai atribut, statistik dan lainnya) yang disimpansebagai database format.Dalam penelitian Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) berbasis aplikasi SistemInformasi Geografis (SIG) ini, setelah data spasial dan non spasial terkumpul, makadilakukan analisis data spasial dan atribut terkaitnya (nonspasial) dengan dukunganpiranti lunak ArcView 3.4. dan ErMapper 6.4. Kedua software tersebut dipilih karenadapat dioperasikan dengan relatif mudah.Di samping analisis SIG terhadap peta-petadijital tersebut, dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui persepsi dan harapanpara stakeholder dengan jalan wawancara (pengisian kuesiener). Responden diambilsecara random dengan sampel pihak masyarakat, pemerintah maupun perencana danpengelola real estat. Analisis persepsi dan peranserta masyarakat tersebut dilakukandengan memproses kuesioner dengan dukungan software SPSS 16. Setelah prosesanalisis selesai hasilnya disajikan berupa peta-peta spasial tematik dengan layout yanginformatik yang dapat dijalankan dengan desktop.Hasil akhir penelitian berupa paparan deksriptif tentang Ruang Terbuka HijauKota Depok 2008 dalam kaitannya dengan implementasi RUTRK Depok 2005-2010.Software PendukungArcView 3.4.ArcView adalah salah satu software GIS yang paling banyak digunakan unutkanalisis data spasial dan nonspasial dalam aplikasi GIS di berbagai bidang seperti:sumber daya alam, perencanaan kota dan wilayah, kependudukan dan demografi,maupun pertanahan, lingkungan dan paiwisata. Dalam aplikasinya, ArcView terdiridari: modul standar, analisis spasial, network, tiga dimensi, maupun analisis citra.Dengan ArcView kita dapat melakukan beberapa kegiatan seperti:1. Menampilkan data ArcInfo2. Menampilkan data tabular3. Mengimpor data tabular dan menggabungkannya dengan data yang sedangditampilkanErMapper 6.4ErMapper 6.4 merupakan software yang digunakan dalam melakukan suatuproses analisis image dan nantinya hasilnya merupakan suatu tampilan yang dapatdiaplikasikan dengan software pendukung lainnya.Dalam proses citra satelittersedia berbagai macam jenisperangkat lunak(software) yang dapat menganalisis data sesuai karakteristik masing-masing. Adapunbeberapa software yang dapat digunakan adalah sebagai berikut ErMapper, ErdasImagine, ENVI, Arc View dengan Ext.Image Analysis, PCI, ILWIS, dan softwareimage processing lainnyaSPSS 16Program SPSS 16 merupakan program software statistik yang dipakai untuk memproseshasil kuesioner dengan lebih mudah dan cepat.HASIL DAN PEMBAHASANAnalisa Persepsi MasyarakatUntuk menjawab pertanyaan penelitian ini secara deskriptif, maka dilakukananalisis terhadap kuesioner yang telah disebarkan kepada para stakeholders baik pihakpemerintah, pengelola real estate/ developer dan para profesional /perencana kota sertapenghuni atau pengguna ruang terbuka hijau. Responden terdiri dari 31 org, terdiri dari58,1 % pria dan 41,9% wanita. Dengan usia responden antara 30-39 thn sejumlah41,9%, usia antara 20-29 thn sejumlah 29 %, dan usia 19-20th sejmlah 19,4%,sedangkan sisanya responden berusia 40-49 thn sejmlah yaitu 9,7%.Terhadap pertanyaan sejauh mana telah telah tersedia penyajian data danrencana yang komprehensif di kota Depok yang akan menguntungkan bagi masyarakatkota Depok, responden 64,5% responden belum mengetahui tentang penyajian data danperencanaan RTH yang komprehensif di kota Depok.dan hanya 32,3% yang telahmengetahui hal tersebut.Untuk meninjau manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat dalampengembangan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari RTH Kota Depok, makaditanyakan hubungan antara responden dengan kegiatan institusi dalam perencanaan /pemanfaatan/pemeliharaan/pengelolaan RTH lingkungan Kota Depok.Ternyatasejumlah 51,6% responden belum pernah berhubungan dengan kegiatan tersebut. Hanya41,9% responden yang menyatakan pernah berhubungan dengan kegiatan lingkunganRTH Kota Depok.Menurut pengamatan responden kondisi RTH lingkungan Kota Depok masihkurang bagus,yang dinyatakan oleh 67,7% responden.Bahkan 9,7% respondenmenyatakan tidak bagus. Hanya 22,6% responden yang menyatakan kondisi RTHlingkungan Kota Depok sudah cukup bagus.Lebih rinci lagi, menurut responden keuntungan atau manfaat adanya RTHlingkungan Kota Depok adalah:(a) menyejukkan lingkungan dan mengurangi pemanasan global (19,4%responden)(b) 9,7% responden menyatakan RTH dapat mendukung kegiatan OR danrekreasi masyarakat untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga(c) sejumlah 6,5% responden menyatakan RTH dapat menambah keindahanlingkungan tempat tinggal/kerja.(d) hanya sebagian kecil (3,2%) responden yang menganggap RTH dapatmenjadi sumber penghasilanYang menggembirakan adalah 22,6% responden menyatakan bahwa RTHlingkungan dapat berfungsi untuk semua hal tersebut di atas (a,b,c,d).Untuk mengembangkan potensi RTH lingkungan kota Depok, 32,3%responden.menyatakan bahwa masih terdapat cukup luas RTH yang belumdikembangkan. Bahkan 6,5% responden menyatakan bahwa masih ada RTH alami KotaDepok yang masih bagus kondisinya. Tetapi di sisi lain terdapat pendapat yang cukupmemprihatinkan bahwa 35,5% responden menyatakan bahwa RTH alamiDepoksebagian sudah rusak, sehingga lebih banyak responden yang menyatakan potensi RTHDepok sudah rusak daripada yang menyatakan kondisi RTH Depok masih bagus.Kekurangan atau kendala pengelolaan RTH lingkungan Kota Depok menurutresponden, pengelolaannya belum baik (38,7%), bahkan 41,9% menyatakanpengelolaan RTH Kota sangat kurang. Hanya 3,2% responden yang menyatakan bahwapengelolaan RTH kota sudah baik.Dalam hal komunikasi mengenai perencanaan dan pengelolaan RTH KotaDepok agar dapat selalu diperbaharui oleh pihak yang berwenang secaraberkesinambungan dengan penyajian Sistem Informasi Geografis, sejumlah 61,3%responden menyatakan belum pernah mengetahui tentang data dan rencana RTH yangkomprehensif dalam kerangka Rencana Umum Tata Ruang Kota Depok (2005-2010),sedangkan yang mengetahui hanya sekitar 29% responden. Cara responden mengetahuitentang adanya RTH lingkungan/RTH Kota Depok ada yang melalui website sejumlahkecil (9,7%) responden: jumlah ini sama dengan jumlah responden yang mengetahuiRTH Depok melalui program pendidikan formal (S1/S2/S3). Hanya 6,5% dari jumlahresponden. yang mengetahuinya melalui seminar.Mengenai website yang berhubungan dengan RTH lingkungan Kota Depok,hanya 29% responden yang menyatakan pernah mengakses website semacam itusedangkan 58,1% responden menyatakan belum pernah samasekali mengaksesnya.Hanya 12,9% responden yang menyatakan bahwa institusinya akan menggunakanwebsite yang berhubungan dengan RTH lingkungan di Kota Depok.Dalam hal tanggungjawab pengelolaan RTH, sangat menggembirakan bahwasebagian besar responden (87,1%) menyatakan bahwa pihak yang bertanggung jawabuntuk perencanaan, pelaksanaan, pembuatan RTH atau pemeliharaan dan pengelolaanRTH lingkungan dan RTH Kota Depok adalah seluruh masyarakat bekerja sama denganpemerintah dan LSM swasta. Hanya sebagian kecil responden (9,7%) yang menyatakanbahwa hal itu merupakan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan saja.Ketika dimintaikonfirmasiuntuk berpartisipasdalam pengembangan danpemeliharaan RTH Kota Depok sejumlah 61,3% responden menyatakan merekabersedia berpartispasi andaikata mampu (perlu dilatih terlebih dahulu agar mampu),sejumlah 29% menyatakan berminat untuk berpartisipasi dan hanya sebagian kecil(3,2%) responden yang menyatakan mereka tisak mau terlibat karena merasa bukantanggung jawabnya dan karena mereka tidak mempunyai waktu dan minat.Demikian juga mengenai pengembangan Sistem Informasi yang komprehensiftentangpotensi perencanaan, pemeliharaandanpengelolaanRTHKota Depok.Sejumlah besar responden (67,7%) menyatakan mereka mau berpartisipasi andaikatamampu (perlu dilatih terlebih dahulu), sedangkan 19,4% responden menyatakan merekaberminat untuk berpartispasi dalam pengembangan Sistem Informasi Geografis RTH.Hanya 6,5% yang menyatakan tidak berminat karena bukan tanggung jawab mereka,dan hanya sebagian terkecil (3,2% responden) menyatakan tidak mau berpartisipasikarena tidak mempunyai waktu dan minat.Pengembangan Sistem Informasi Geografis RTH yang komprehensif di KotaDepok dinyatakan akan menguntungkan bagi masyarakat Kota Depok, baik pemerintahmaupun pengelola real estate dan developer maupun perencana kota. Hal ini dinyatakanoleh 58,1% responden yang menyatakan bahwa SIG RTH sangat perlu diadakan,sedangkan 32,3% menyatakan sebaiknya hal ini disosialisasikan kepada masyarakatluas.Hanya sebagian kecil responden 3,2% yang menyatakan belum mengetahuimanfaat pengembangan SIG RTH ini.Analisa Tipe dan Bentuk RTH Kota DepokPada tahapan ini dilakukan analisis perbandingan antara kondisi eksisting yangada di kota Depok dengan peta-peta digital yang telah tersedia dari Bakorsutanal. Biladilihat dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Depok 2000-2010, KotaDepok memiliki kriteria-kriteria ideal sebagai daerah perencanaan, namun hal tersebutharus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan. Setelah diketahuiperbedaan yang terjadi baru diambil langkah-langkah yang tepat untukmengantisipasinya.Hutan Kota dan Jalur Hijau Koridor di Kecamatan Pancoran MasGambar 1 Taman Hutan Raya dan Jalur Hijau Koridor di Pancoran Mas(Sumber : survey lapangan, 2008)Ruang terbuka hijau berbentuk Hutan Kota yang terdapat di kecamatanPancoran Mas ini merupakan lahan yang dilindungi dengan Perda (lihat foto).Dari pengamatan lapangan, ternyata belum terdapat RTH bentuk Hutan Kotasemacam ini di kecamatan-kecamatan yang lain di kota Depok selain HutanKota dikampus Universitas Indonesia,yang sebagian masuk ke wilayahKecamatan Beji dan sebagian lainnya merupakan wilayah Jakarta Selatan.Hutan kota semacam ini perlu dijaga kelestariannya dan ditambahjumlahnya sebagai bagian dari sistem RTH Kota Depok sesuai dengan RUTRKDepok 2010. Dengan pembangunan kawasan hutan kota serupa yang dilindungisecara hukum untuk setiap kecamatan lainnya di kota Depok, diharapkan kotaDepok akan menjadikawasan penyangga dan kawasan resapan airyangberkesinambungan bagi Kawasan Jabodetabek sesuai dengan Keppres no.32tahun 1990 dan Keppres no. 114 tahun 1999 tentang Pengelolaan KawasanLindung dan Kawasan resapan air.Sabuk Hijau KotaDari hasil pengamatan lapangan ternyata belum ditemukan adanya bentuk fisikhutan kota sebagai sabuk hijau kota Depok yang seharusnya menjadi buffer disekeliling perbatasan Depok dengan kawasan Jabotabek.Dengan demikian diperlukan pertimbangan perencangan dan pendekatanimplementasi pembangunan area Sabuk Hijau Kota di sekeliling perbatasan kotaDepok dengan kawasan Jabotabek, agar hal ini menjadi perhatian utama parapengambil keputusan selain para stakeholders lainnya.Jalur Hijau Koridor di Kecamatan SukmajayaDari pengamatan lapangan paling sering ditemukan bentuk jalur hijau koridor,baik koridor sungai, koridor jalan, maupun jalur pipa gas alam seperti yangterdapat di beberapa lokasi di kecamatan Sukmajaya sebagai berikut.Gambar 2 Jalur Koridor Jalan di Kecamatan Sukmajaya(Sumber : survey lapangan, 2008)Jalur Hijau Koridor dan Hutan Kota di Kecamatan BejiGambar 3 Jalur Koridor (Sutet, KA, Jalan) di Kecamatan Beji(Sumber: survey lapangan, 2008)Dari pengamatan lapangan, terdapat Ruang Terbuka Hijau yangberbentuk Hutan Kota di kampus Universitas Indonesia, yang sebagiankawasannya masuk ke wilayah Kecamatan Beji dan sebagian lainnya merupakanwilayah Jakarta Selatan. Hutan kota ini merupakan sumbangan ekologis yangsangat posistif dalam hal resapan air dan kesejukan lingkungan yang sangatsignifikan bagipenghunidan pengunjung kampus,maupun keseimbanganlingkungan di perbatasan kota Depok dan Jakarta Selatan.Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan LimoGambar 4 Jalur Koridor (GSS, Jalan, Taman) di kecamatan Limo(Sumber: survey lapangan, 2008)Kecamatan Limo merupakan salah satu areal resapan yangmempengaruhi sistem akuifer Jakarta Selatan. Berdasarkan Keppres no.32 tahun1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang menyatakan perlunya upayaperlindungan terhadap kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan lindung,maka pembangunan dikawasan iniharusmemberikan perlindungan denganmemperhatikan konservasiairtanah melaluipengaturan kepadatan bangunan,vegetasi dan sumur resapan.Meskipun belum semua jalur jalan, sungai dan jalur di bawah SUTET dikecamatan Limo telah dilengkapi dengan Jalur Hijau Koridor, tetapi beberapa lokasiyang menjadi jalur utama kegiatan di kecamatan ini telah memenuhi Keppres no.32tahun 1990 dan Keppres no. 114 tahun 1999, selain Kec. Cimanggis dan KecamatanSawangan, karena wilayah ini memiliki karakter resapan air dan mempengaruhisistem akuifer Kota Depok.Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut di atas, pembangunan di kawasaniniharusmemperhatikan konservasiairtanah melaluipengaturan kepadatanbangunan, vegetasi dan sumur resapan.Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan CimanggisGambar 5 Jalur Koridor (Sutet, Pipa Gas, Jalan) di kecamatan Cimanggis(Sumber : survey lapangan, 2008)Beberapa jalur hijau koridor telah diterapkan di kecamatan Cimanggis sepertidi kawasan jalur jalan, sungai, dan jalur pipa gas, tetapi beberapa lokasi yang menjadijalur utama kegiatan di kecamatan ini belum dilengkapi dengan jalur hijau koridor.Jalur Hijau Koridor dan RTH di Kecamatan SawanganGambar 6 Jalur Koridor (Sutet, Rekreasi) di Kecamatan Sawangan(Sumber : survey lapangan, 2008)Kecamatan Sawangan merupakan salah satu kawasan yang dikenai Keppresno.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yaitu kawasan yangmenjadi salah satu area perlindungan (kategori kawasan lindung), yaitu area yangpotensial memberikan perlindungan terhadap daerah bawahannya (resapan air).Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG)Setelah tahap pengumpulan data, langkah selanjutnya yang harus dilakukanadalah meng-query data-data tersebut,yang merupakan penggabungan antara dataprimer dan data sekunder yang telah diperoleh.LAYOUT RUANG TERBUKA HIJAUquery buffer 1 kmunionquery query = 0buffer 30 munionbuffer 30 m atribut manipulasiadd field = 1query 8-15%IntersectIntersect_Ad_Ruang HijauSuitable AreaUnion_AdPer_RTHSungai Buff_SungaiRTHBuffer_RTH_KoridorSlope Slope 8-15%Jalan Buff_JalanAdministrasi Area Periferi Kel_PeriferiLanduse Ruang TerbukaDiagram 2 Jalur Koridor Layout Ruang Terbuka HijauPengumpulan data-data tersebut kemudian dibagi kedalam 3 bagian (layer), yaitu :Layer elemen alamiYang termasuk kedalam layer ini adalah topografi, slope (kemiringan tanah), ruangterbuka hijau (jalur jalan, jalur Kereta Api, Jalur Tegangan Tinggi, Hutan Kota danKawasan Preservasi).Gambar 5.9 Ruang Terbuka HijauSumber : Bakorsutanal (2006)Layer elemen BinaanYang termasuk kedalam layer elemen binaan adalah Tata Guna Lahan, saluranIrigasi, Batas Administrasi serta kependudukan.Gambar 5.10 Tata Guna LahanSumber : Bakorsutanal (2006)Layer AnalisisDi dalam layer analisis ini terdapat hasil analisis yang terdiri atas beberapa tahap yangmerupakan hasil dari survey lapangan serta kuisioner partisipasi masyarakat. Tahapanini dibagi menjadi 2, yaitu :- Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau,sepertiRekreasi/olah raga,aktivitasmasyarakat,koridor hijau.- Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, dibagi lagi kedalam 2 bagian yaitu sudahdikelola dan belum dikelola. Apabila sudah dikelola, perlu disebutkan pihakyang mengelolanya seperti Pemerintah Kota, Kecamatan, Kelurahan, SwadayaMasyarakat, swasta.Gambar 5.10 Ruang Terbuka IdealSumber : Bakorsutanal (2006)KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanDari pembahasan mengenai persepsi dan harapan masyarakat Depok tentang RuangTerbuka Hijau kota Depok serta aplikasi SIG untuk mendukung informasi tentang RTHkota Depok, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:1. Belum semua bentuk dan tipe RTH yang ada dalam Perda sesuai RUTRK Depoktelah dibangun dan dikelola dalam tiap kecamatan di Kota Depok2. Belum tersedia informasi yang memadai tentang Rencana Tata Ruang Kota yangkomprehensif di kota Depok yang menguntungkan bagi masyarakat Depok, baikpihak pemerintah, pengelola real estat, dan para perencana kota selain masyarakatumum.3. Pada umumnya masyarakat menanggapi dengan positif upaya perencanaan,pengelolaan dan pemeliharaan RTH secara partisipatif bila disosialisasikan denganjelas.Saran1. Perlu direncanakan, disosialisaikan, dibangun dan dikelola b erbagai tipe dan bentukRTH yang belum lengkap keberadaannya di seluruh wilayah kecamatan kota Depok.2. Perlu diadakan wadah informasi semacam website tentang RTH kota Depok denganaplikasi SIG yang akan membantu komunikasi dan sosialisasi informasi di antarapara stakeholders.3. Perlu dilakukan penyuluhan, kursus, pelatihan dan sosialisasi yang teratur tentangRTH kota Depok bagi masyarakat umum oleh para profesional dan Dinas terkait.DAFTAR PUSTAKAAlkadrie, Muchdie, Suhandojo. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah: Sumberdaya Alam,Sumberdaya Manusia,Teknologi.Jakarta:PusatPengkajian KebijakanTeknologi Pengembangan Wilayah, Badan Pengkajian Dan PenerapanTeknologi. 1999.Anonim. Training Course on Remote sensing & GIS Applications: using ERMapper &ArcView. BIOTROP Training and Information Centre. Bogor. 2007Darmawan, Edy. Analisa Ruang Publik Arsitektur kota. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang. 2005.Landry, Charles. The Creative City, A toolkit for Urban Innovators. Comedia Earthcsan,London, Sterling ,V.A. 2000.Leedy, Paul .D. Practical Research : Planning and Designing. Macmillan PublishingCo.Inc. New York, Collier Macmillan Publisher, London.Mildawani, Irina. dan Edi Minaji Pribadi. Laporan Penelitian : Open Space Evaluationto Support Land Use Planning Using Geographic Information System ( A CaseStudy of Depok Municipality, West JavaProvince). FTSPUniversitasGunadarma. 2006Spirn, Anne.W. The Granite Garden, Urban Nature and Human design. Basic Books.1984.Widiati, Ati. Kebijaksanaan Teknologi Untuk Perlindungan Lingkungan Perkotaan :Kasus Jabotabek dan Cekungan Bandung dalam Tiga Pilar PengembanganWilayah: Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi. Jakarta: PusatPengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Badan PengkajianDan Penerapan Teknologi. 1999.