Upload
nain-dhaniarti-raharjo
View
6
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pergerakan tanah
Citation preview
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
1
PEMANTAUAN TINGKAT PERGERAKAN TANAH
MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM
DI KABUPATEN BONDOWOSO
Nain Dhaniarti Raharjo(1)
, M. Taufik(2)
, Rinto Sasongko(3)
(1)Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(2)Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(3) Dosen Politeknik Negeri Malang
email: (1)
[email protected], (2)
[email protected], (3)
Abstrak
Pergerakan tanah merupakan suatu peristiwa alam biasa, fenomena alam ini akan
berubah menjadi bencana alam yang dikenal sebagai tanah longsor. Dalam skala besar
kemungkinan berdampak timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda maupun hasil
budaya manusia. Bondowoso dipilih sebagai tempat kajian, mengingat kabupaten
tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi longsor. Metode
pemantauan tingkat pergerakan tanah didasarkan pada hasil pengamatan GPS dalam
3 kala dengan interval waktu 15 hari. Pemantauan dilakukan terhadap 7 titik sampel
pengamatan yang tersebar di daerah yang berpotensi sangat rawan longsor yang
terletak di kecamatan Wringin, Pakem, dan Klabang. Hasil pengamatan GPS berupa
nilai easting (E), northing (N), dan elevation (H) digunakan untuk perhitungan
pergerakan tanah, yaitu meliputi kecepatan dan arah pergeseran posisi masing-masing
titik sampel. Berdasarkan pemantauan dalam 3 (tiga) periode diperoleh nilai besaran
dan arah pergerakan tanah di masing-masing titik sampel, disampaing itu juga jenis
longsoran yang terjadi pada masing-masing wilayah. Berdasarkan hasil pengolahan
data tersebut dapat disimpulkan rata rata pergeseran dalam 3 kala, interval 15 hari),
pergeseran arah Easting = -0,0048 m dan arah Northing = 0,0061 m , arah Horisontal =
0,0123 m dan arah Vertikal = -0,0969 m. Azimuth (berdasarkan kecenderungan sudut
arah pergerakan tanah) mengarah pada arah barat laut dari posisi titik pengamatan.
Kata kunci: Pergerakan Tanah, GPS, Pergeseran Vertikal, Pergeseran Horisontal.
1. Pendahuluan
Bencana alam dapat terjadi secara
tiba-tiba maupun melalui proses evolusi
yang berlangsung secara perlahan.
Beberapa jenis bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami dan gunung
meletus hampir tidak mungkin
diperkirakan secara akurat, kapan akan
terjadi dan berapa besaran kekuatannya,
sedangkan beberapa bencana lainnya
seperti banjir, tanah longsor, kekeringan
masih dapat diprediksi sebelumnya.
Meskipun demikian, kejadian bencana
sering kali menimbulkan dampak
kejutan dan kerugian. Kejutan tersebut
terjadi karena kurangnya kewaspadaan
dan kesiapan dalam mengantisipasi
ancaman bahaya.
Sekilas, pergerakan tanah
merupakan suatu peristiwa alam biasa
yang dapat terjadi di berbagai wilayah,
termasuk di Kabupaten Bondowoso,
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
2
Jawa Timur. Fenomena alam ini akan
berubah menjadi bencana alam yang
dikenal dengan istilah tanah longsor.
Dalam skala besar, kemungkinan dapat
menimbulkan dampak korban jiwa,
kerugian materi/ harta benda maupun
hasil budaya manusia.
1.1 Tujuan Pemantauan
Untuk meminimalisir dampak negative
dari bencana tanah longsor, khususnya
di wilayah Kabupaten Bondowoso,
maka perlu dilakukan studi, kajian, dan
penelitian dengan tujuan: untuk
mengidentifikasi dan memetakan
tempat tempat yang berpotensi longsor;
mengetahui posisi dan besar pergerakan
tanah yang terjadi pada titik titik pantau,
dan untuk menyiapkan metode dalam
upaya penanggulangan yang tepat pada
zona yang memiliki tingkat potensi
rawan longsor.
Manfaat dari gagasan awal
penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi bagi pemerintah dan
masyarakat agar mampu mengantisipasi
dan menanggulangi terjadinya tanah
longsor; sebagai rujukan penelitian
berikutnya yang berkaitan dengan
pemetaan wilayah dan pemantauan
lokasi potensi longsor; dan pada
gilirannya dapat meminimalisir resiko
korban akibat bencana longsor.
1.2 Jenis Pergerakan Tanah
Menurut Direktorat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (2005)
bahwa tanah longsor boleh disebut juga
dengan gerakan tanah. Didefinisikan
sebagai massa tanah atau material
campuran lempung, kerikil, pasir, dan
kerakal serta bongkah dan lumpur, yang
bergerak sepanjang lereng atau keluar
lereng karena faktor gravitasi bumi.
Gerakan tanah (tanah longsor) adalah
suatu produk dari proses gangguan
keseimbangan lereng yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah
dan batuan ke tempat yang lebih rendah.
Gaya yang menahan massa tanah
sepanjang lereng tersebut dipengaruhi
oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam
tahanan geser tanah yang bekerja di
sepanjang lereng.
Menurut Djauhari (2006), ada 6
(enam) jenis tanah longsor, yaitu:
longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan
tanah, dan aliran bahan rombakan.
Dari keenam jenis longsor tersebut,
jenis longsor translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia, hal itu
dikarenakan tingkat pelapukan batuan
yang tinggi, sehingga tanah yang
terbentuk cukup tebal. Longsor yang
paling banyak menelan korban harta
benda dan jiwa manusia yaitu jenis
aliran bahan rombakan, hal tersebut
dikarenakan longsor jenis aliran bahan
rombakan ini dapat menempuh jarak
yang cukup jauh yaitu bisa mencapai
ratusan bahkan ribuan meter, terutama
pada daerah-daerah aliran sungai di
daerah sekitar gunung api. Kecepatan
longsor jenis ini sangat dipengaruhi
oleh kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, serta jenis materialnya.
Faktor penyebab terjadinya tanah
longsor atau pergerakan tanah
tergantung pada kondisi batuan dan
tanah penyusun lereng, struktur geologi,
curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut,
namun secara garis besar dapat
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
3
dibedakan sebagai faktor alami dan
manusia.
1.3 Teknologi SIG
Dalam kaitannya dengan pemetaan
zonasi tingkat potensi tanah longsor
pada suatu wilayah, dapat digunakan
teknologi GIS (Geographycal
Information System) atau SIG (Sistem
Informasi Geografis). Pengertian GIS
saat ini lebih sering diterapkan bagi
teknologi informasi spasial yang
berorientasi pada penggunaan perangkat
komputer. Dalam hubungannya dengan
teknologi komputer, menurut Aronoff
(1989) dan Anon (2003), GIS sebagai
sistem berbasis komputer yang
memiliki kemampuan dalam menangani
data bereferensi geografi (georeference)
yaitu meliputi pemasukan data (input),
manajemen data (penyimpanan dan
pemanggilan kembali), memanipulasi
dan analisis data, serta keluaran sebagai
hasil akhir (output).
Komponen utama SIG dapat dibagi
kedalam 4 komponen yaitu: perangkat
keras (digitizer, scanner, Central
Procesing Unit, hard-disk, dan lain-
lain), perangkat lunak (ArcView,
Arc/Info, Idrisi, ILWIS, MapInfo, dan
lain-lain), organisasi (manajemen) dan
pemakai(user). Kombinasi yang benar
pada keempat komponen utama ini akan
menentukan kesuksesan proyek
pengembangan Sistem Informasi
Geografis. Data yang diolah dalam GIS
pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut (non spasial) dalam
format digital. Dengan demikian
analisis yang digunakan yaitu analisis
spasial dan analisis atribut. Data spasial
merupakan data yang berkaitan dengan
lokasi keruangan yang umumnya
berbentuk peta, sedangkan data atribut
merupakan data berbentuk tabel
berfungsi menjelaskan keberadaan/
keterangan berbagai objek pada data
spasial yang terkait.
1.4 Pemantauan Pergerakan Tanah
Konsep dasar pemantauan
pergerakan tanah dalam hal ini meliputi
pergeseran horisontal dan vertikal.
Secara umum, perpindahan posisi titik
atau obyek diperoleh dengan cara
menghitung selisih dua koordinat dari
dua pengamatan yang berurutan
sehingga dihasilkan vektor perpindahan
posisi titik pantau dalam arah easting,
northing, dan elevation, yang disebut
model statik, (Anisah, 2008):
dj = xj(2)xj(1) ..................... (1)
dengan dj merupakan vektor perubahan
koordinat, xj(1)
, xj(2)
sebagai vektor
koordinat titik periode 1 dan 2, yaitu
(E,N,h)(1)
dan (E,N,h)(2)
, indeks j
sebagai nomor titik pantau1,2,3.... dan
seterusnya.
Titik pantau yang mengalami
perpindahan posisi horizontal dan
vertikal paling aktif dihitung secara
kumulatif, sebagai berikut (Anisah,
2008):
Perpindahan pengamatan 1-2: (dE1-2,
dN1-2, dh1-2)
Perpindahan pengamatan 2-3: (dE1-2
+dE2-3), (dN1-2 + dN2-3), (dh1-2 + dh2-3).
Perpindahan pengamatan 3-4:(dE1-2+
dE2-3+dE3-4), (dN1-2+dN2-3+dN3-4),
(dh1-2+dh2-3+dh34) .............(2)
Disamping nilai pergeseran posisi
tanah, maka kecepatan dan percepatan
pergerakan tanah juga dapat dianalisis
pada masing masing komponennya.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
4
Pemodelan matematis yang digunakan
untuk menghitung kecepatan dan
percepatan dirumuskan sebagai berikut
(Anisah, 2008):
dt
dEEV ;
dt
dNNV ;
dt
dhhV ....... (3)
2dt
dEEa ;
2dt
dNNa ;
2dt
dhha ..... (4)
Dalam hal ini:
VE = kecepatan dalam arah sumbu
easting.
VN = kecepatan dalam arah sumbu
northing.
Vh = kecepatan dalam arah sumbu
vertikal.
aE = percepatan dalam arah sumbu
easting.
aN = percepatan dalam arah sumbu
northing.
ah = percepatan dalam arah sumbu
vertical.
dE = selisih easting antara dua
pengamatan
dN = selisih northing antara dua
pengamatan
dh = selisih posisi vertikal antara dua
pengamatan
dt = selang waktu antara dua
pengamatan.
Menurut Abidin (2007), selain
pergeseran dan kecepatan pergerakan
tanah, perpindahan posisi secara
horizontal terjadi bila terdapat
konsistensi arah perpindahan ( )
antara pengamatan satu dengan
pengamatan lainnya yang diperoleh dari
selisih koordinat easting (dE ) dan
northing (dN ) antara dua pengamatan
Sudut arah tersebut dapat dihitung
dengan rumus (Abidin dkk, 2007):
dN
dEtan.arc ....(5)
Apabila material yang bergerak
semakin besar volumenya maka akan
merubah arah dan besar pergerakan
yang terjadi (Dikau dkk, 1996)
1.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai
dalam penelitian ini sebagai bahan
referensi. Penelitian tersebut,
diantaranya adalah:
1. Analisis GIS Terhadap Gerakan
Tanah di Girimulyo, Kulonprogo,
D.I. Yogyakarta, dan Kajian Faktor
Faktor Pengontrolnya, oleh Yogi
Saktyan Respati (2009).
2. Analisa Tingkat Pergerakan Tanah
Di Area Tambang Terbuka Ditinjau
Dari Survey Terestris Dan Data
Geologi (Studi Kasus : Wilayah
Mod Pt Kaltim Prima Coal / Kpc),
oleh Alivia Desi anita Kusuma
Ningtyas (2013). 3. Landslide Movement Monitoring
Using GPS Technology: A Case
Study Of Bakthang Landslide,
Gangtok, East Sikkim, India. Oleh
M.S Rawat dkk (2011).
4. Studying Landslide Displacements
in Megamendung (Indonesia) Using
GPS Survey Method, oleh
Hasanudin. Z. Abidin (2004).
5. Pemanfaatan Teknologi Gps Untuk
Pemantauan Pergerakan Tanah Dan
Korelasinya Dengan Zonasi
Kerentanan Gerakan Tanah, oleh
Anisah (2008).
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
5
2. Metodologi
Dalam konsep pemantauan
pergerakan tanah ini, dilakukan dengan
tahapan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Langkah awal sebelum memulai
penelitian, terlebih dahulu dilakukan
identifikasi masalah, yaitu hal hal yang
terkait dengan penelitian ini. Pada tahap
ini juga dilakukan studi literatur untuk
memberikan dukungan teoritis terhadap
penelitian dan membantu dalam
rangkaian proses penelitian ini.
b. Tahap Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi data spasial dan
non spasial tahun 2014:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
Kabupaten Bondowoso dengan skala
1 : 25.000.
2. Peta dan data curah hujan Kab.
Bondowoso.
3. Peta dan data kelerengan Kab.
Bondowoso.
4. Peta dan data tata guna lahan Kab.
Bondowoso.
5. Peta dan data jenis tanah Kab.
Bondowoso.
6. Peta dan data geologi Kab.
Bondowoso.
7. Data hasil pengamatan lapangan,
pada kala 1-3.
Beberapa data sekunder tersebut
diperoleh dari BAPPEDA Kab.
Bondowoso. Untuk data dan peta
geologi dan jenis tanah diperoleh dari
Dinas Pertanian Kab. Bondowoso,
sedangkan data dan peta kelerengan dan
juga curah hujan diperoleh dari BPBD
Kab. Bondowoso.
Data Primer berupa posisi titik dalam
arah easting, northing, elevation (E , N ,
h) diperoleh dari hasil pengamatan
survei lapangan dalam 3 kala,
menggunakan alat GPS Hi-Target Dual
Frequency. Penentuan titik objek
pengukuran didasarkan pada peta zonasi
potensi longsor, hasil dari proses
pembobotan dan overlay.
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dengan
menggunakan metode SIG dengan
bantuan software ARCGIS 10,
dilakukan sebagai berikut:
a. Dari data dan peta curah hujan,
kelerengan, tata guna lahan, jenis
tanah, dan geologi yang didapatkan,
maka kemudian dilakukan proses
klasifikasi untuk masing-masing
parameter tersebut.
b. Setelah proses klasifikasi selesai,
maka dilakukan proses
pembobotan/scoring berdasarkan
Peraturan Direktorat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana (2004) dan
Permen PU No.22/PRT/M/2007
tentang Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Longsor.
c. Proses selanjutnya adalah dengan
melakukan overlay terhadap peta-
peta tematik tersebut, sehingga akan
dihasilkan peta zonasi daerah-
daerah yang berpotensi longsor.
Untuk pengolahan data dengan
menggunakan hasil dari pengamatan
GPS dalam 3 kala adalah sebagai
berikut:
a. Hasil pengamatan/survey di
lapangan dengan menggunakan
GPS, yang berupa nilai esting,
northing, dan elevation digunakan
untuk perhitungan besar pergerakan
tanah, yaitu besar kecepatan dan
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
6
arah pergeseran posisi masing-
masing titik objek.
b. Setelah diketahui nilai besar
pergerakan tanah di masing-masing
titik obyek, maka dapat ditentukan
arah dan jenis longsoran yang dapat
terjadi di masing-masing titik objek.
2. Analisa Data
Tahap selanjutnya adalah dengan
melakukan analisa terhadap hasil dari
perhitungan pergerakan tanah dan arah
serta jenis longsorang yang akan dan
dapat terjadi di masing-masing titik
objek pengamatan. Sehingga akan
diketahui dan ditentukan alternative
penentuan upaya stabilisasi lereng di
masing-masing titik objek.
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir dari penelitian ini
adalah dengan penarikan kesimpulan
dari seluruh rangkain proses/analisis
data tersebut.
Adapun diagram alir dari penelitian
ini sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
7
Mulai
Identifikasi
Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Peta RBI skala 1 : 25.000,
Data dan Peta Curah
Hujan, Kelerengan, Tata
Guna Lahan, Jenis Tanah,
Geologi 2014
Klasifikasi
Curah
Hujan
Klasifikasi
Geologi
Klasifikasi
Jenis
Tanah
Klasifikasi
Tata Guna
Lahan
Klasifikasi
Kelerengan
Pembobotan /
Skoring
Overlay
Peta Zonasi
Potensi Longsor
2015Survey Terestris,
Pengamatan 1 - 3
Data Hasil
Pengamat
an Survey
1 - 3
Pengolahan
Data Hasil
Pengamatan
1 - 3
Perhitungan
Besar
Pergerakan
Tanah
Penentuan
Arah Dan Tipe
Longsoran
Analisa
Penentuan
Alternatif Upaya
Stabilitas Lereng
SELESAI
Pengolahan
Data
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
8
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Pengolahan Data GPS
Hasil pengamatan GPS selama 3
kala, dapat dilihat dalam table 1
sampai dengan table 3 berikut ini:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kala 1
Titik
Koordinat Standart Deviasi
Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n
(m)
h
(m)
Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000
WR01 810718.022 9135505.581 392.560 0.0046 0.0054 0.0186
WR02 810675.457 9132804.900 397.514 0.0050 0.0086 0.0140
WR03 810471.717 9134651.162 398.174 0.0066 0.0048 0.0258
PK01 811145.911 9131791.816 388.929 0.0130 0.0134 0.0134
PK02 811035.627 9138251.871 384.286 0.0056 0.0032 0.0128
KL01 812625.583 9143448.138 386.396 0.0038 0.0056 0.0162
KL02 812938.320 9144368.500 387.996 0.0032 0.0036 0.0084
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kala 2
Titik
Koordinat Standart Deviasi
Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n
(m)
h
(m)
Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000
WR01 810718.019 9135505.587 392.558 0.0042 0.0088 0.0144
WR02 810675.454 9132804.923 397.512 0.0068 0.0140 0.0406
WR03 810471.715 9134651.182 398.173 0.0046 0.0150 0.0400
PK01 811145.906 9131791.814 388.884 0.0084 0.0080 0.0244
PK02 811035.627 9138251.870 384.221 0.0042 0.0040 0.0140
KL01 812625.569 9143448.117 386.348 0.0036 0.0054 0.0090
KL02 812938.317 9144368.507 387.991 0.0062 0.0042 0.0206
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kala 3
Titik
Koordinat Standart Deviasi
Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n
(m)
h
(m)
Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000
WR01 810718.004 9135505.586 392.557 0.0048 0.0074 0.0150
WR02 810675.455 9132804.953 397.512 0.0046 0.0100 0.0090
WR03 810471.716 9134651.212 398.172 0.0120 0.0131 0.0300
PK01 811145.898 9131791.812 388.829 0.0060 0.0070 0.0220
PK02 811035.626 9138251.869 384.171 0.0240 0.0032 0.0130
KL01 812625.558 9143448.104 386.332 0.0046 0.0062 0.0100
KL02 812938.313 9144368.521 387.926 0.0080 0.0036 0.0140 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
9
Dari hasil pengamatan tersebut,
dapat dihitung nilai besar pergeseran
tanah pada masing-masing titik, dengan
menggunakan persamaan (1), sehingga
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Nilai Besar Pergeseran Tanah
Titik
Besar Pergeseran (cm)
kala 1-2
dE12 dN12 dh12
WR01 -0.0035 0.0055 -0.0015
WR02 -0.0030 0.0225 -0.0020
WR03 -0.0020 0.0200 -0.0010
PK01 -0.0055 -0.0025 -0.0450
PK02 -0.0005 -0.0010 -0.0650
KL01 -0.0135 -0.0215 -0.0480
KL02 -0.0030 0.0070 -0.0050
Titik kala 2-3
dE23 dN 23 dh 23
WR01 -0.0145 -0.0010 -0.0010
WR02 0.0010 0.0300 -0.0005
WR03 0.0010 0.0300 -0.0015
PK01 -0.0075 -0.0020 -0.0550
PK02 -0.0010 -0.0015 -0.0500
KL01 -0.0110 -0.0130 -0.0160
KL02 -0.0045 0.0135 -0.0650
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Kemudian selanjutnya, diperoleh
hasil nilai kecepatan pergerakan tanah
pada masing-masing titik, dengan
menggunakan persamaan (3), hasil
dalam table 5 sebagai berikut:
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 5. Nilai Besar Kecepatan Pergerakan Tanah
Titik
Kecepatan (mm/hari)
Kala 1-2 Kala 2-3
VE VN VH VE VN VH
WR01 -0.2333 0.3667 -0.1000 -0.9667 -0.0667 -0.0667
WR02 -0.2000 1.5000 -0.1333 0.0667 2.0000 -0.0333
WR03 -0.1333 1.3333 -0.0667 0.0667 2.0000 -0.1000
PK01 -0.3667 -0.1667 -3.0000 -0.5000 -0.1333 -3.6667
PK02 -0.0333 -0.0667 -4.3333 -0.0667 -0.1000 -3.3333
KL01 -0.9000 -1.4333 -3.2000 -0.7333 -0.8667 -1.0667
KL02 -0.2000 0.4667 -0.3333 -0.3000 0.9000 -4.3333 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Dengan menggunakan persamaan (4),
dapat diketahui besar percepatan
pergerakan tanah seperti dalam table
berikut:
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
10
Tabel 6. Nilai Percepatan Pergerakan Tanah
Titik
Percepatan (mm/hari2)
Kala 1-2 Kala 2-3
VE VN VH VE VN VH
WR01 -0.0156 0.0244 -0.0067 -0.0644 -0.0044 -0.0044
WR02 -0.0133 0.1000 -0.0089 0.0044 0.1333 -0.0022
WR03 -0.0089 0.0889 -0.0044 0.0044 0.1333 -0.0067
PK01 -0.0244 -0.0111 -0.2000 -0.0333 -0.0089 -0.2444
PK02 -0.0022 -0.0044 -0.2889 -0.0044 -0.0067 -0.2222
KL01 -0.0600 -0.0956 -0.2133 -0.0489 -0.0578 -0.0711
KL02 -0.0133 0.0311 -0.0222 -0.0200 0.0600 -0.2889
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Dari hasil koordinat yang telah
diolah maka dihitung perpindahan
posisi kumulatif untuk mengetahui titik
pantau yang aktif. Dengan
menggunakan persamaan (2), diperoleh
hasil perpindahan posisi horisontal
kumulatif sebagai berikut:
Tabel 7. Nilai Pergeseran Horisontal
Kumulatif
Titik Kala 1-2
(m)
Kala 2-3
(m)
WR01 0.0055 0.0012
WR02 0.0225 0.0300
WR03 0.0200 0.0300
PK01 0.0025 0.0021
PK02 0.0010 0.0015
KL01 0.0217 0.0131
KL02 0.0070 0.0135 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Secara umum nilai rata-rata
pergeseran horisontal adalah sebesar
0,0115 m untuk kala 1-2, dengan
kisaran 0.0010-0.0025 m. Sedangkan
untuk kala 2-3 adalah sebesar 0,0131 m
dengan kisaran 0,0012-0,0300 m.
Untuk nilai pergeseran posisi
vertical, tersaji dalam table 8 berikut:
Tabel 8. Nilai Pergeseran Vertikal
Kumulatif
Titik Kala 1-2
(m)
Kala 2-3
(m)
WR01 -0.0015 -0.001
WR02 -0.002 -0.0005
WR03 -0.001 -0.0015
PK01 -0.445 -0.255
PK02 -0.365 -0.15
KL01 -0.048 -0.016
KL02 -0.005 -0.065
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Secara umum nilai rata-rata
pergeseran vertikal adalah sebesar -
0,1239 m untuk kala 1-2, dengan
kisaran (-0,0010 m) (-0,0480 m).
Sedangkan untuk kala 2-3 adalah
sebesar -0,0699 m dengan kisaran (-
0,0005 m) (-0,2550 m).
Untuk sudut arah pergeseran posisi
horisontal dan vertikal yang dihitung
dengan menggunakan rumus (5) tidak
menunjukkan adanya konsistensi. Hal
ini tampak pada perubahan nilai
azimuth atau sudut terhadap arah utara
(searah jarum jam) yang terjadi pada
masing-masing titik di tiap kalanya.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
11
Tabel 9. Arah Perpindahan Posisi
Horisontal
Titik
Kala 1-2 Kala 2-3
Sudut
(derajad)
Sudut
(derajad)
WR01 327.5288076 266.0548
WR02 352.4053569 1.9092
WR03 354.2894068 1.9092
PK01 245.5560496 255.0686
PK02 206.5650458 213.6901
KL01 212.1249976 220.2364
KL02 336.8014072 341.5651
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Dari nilai besaran sudut yang
diperoleh, dapat ditentukan bahwa
pergeseran/pergerakan tanah mengarah
ke arah barat laut dari masing-masing
titik pengamatan.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan pengolahan SIG dari
beberapa peta tematik dan data atribut,
diperoleh hasil zonasi dengan
ditetapkannya 4 (empat) tingkatan
potensi longsor pada wilayah
Kabupaten Bondowoso. Batas masing
masing zonasi disajikan pada peta
berikut:
Gambar 2. Peta Zonasi Tingkat Potensi
Longsor dan Daerah Pengamatan
Berdasarkan batas wilayah
administrasi, ada 3 kecamatan yang
termasuk dalam zona sangat rawan
longsor dengan total luasan 5048
hektar. Pada lokasi tersebut dipasang 7
titik pantau berupa patok kayu, dengan
rincian di kecamatan Wringin 3 titik,
Tegalampel 2 titik, dan Klabang 2 titik.
Hasil pengolahan data GPS pada
masing masing periode, dapat dihitung
tingkat ketelitian koordinat titik sampel
yang dinyatakan oleh rata rata deviasi
standar (simpangan baku) sebagai
berikut:
Tabel 10. Rata-Rata Standart Deviasi Pada
Masing-Masing Kala
Waktu Standart Deviasi Rerata (m)
Easting Nothing Elevation
Kala 1 0,0060 0,0056 0,0156
Kala 2 0,0054 0,0085 0,0233
Kala 3 0,0091 0,0072 0,0161
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Nilai rata-rata pergeseran horisontal
untuk kala 1-2 sebesar 0,0115 m,
dengan kisaran 0.0010-0.0025 m,
sedangkan untuk kala 2-3 sebesar
0,0131 m dengan kisaran 0,0012-0,0300
m. Secara keseluruhan rata rata
pergeseran horizontal sebesar 0,0123 m
Nilai rata-rata pergeseran vertikal
untuk kala 1-2 sebesar -0,1239 m,
dengan kisaran (-0,0010 m) (-0,0480
m), sedangkan untuk kala 2-3 sebesar -
0,0699 m dengan kisaran (-0,0005 m)
(-0,2550 m). Secara keseluruhan, rata
rata pergeseran vertikal sebesar -0,0969
m. Kecepatan rata rata keseluruhan
pergeseran horizontal arah easting
sebesar 0,3405 mm/hari, arah northing
sebesar 0,0143 mm/hari sedangkan
untuk pergeseran vertical sebesar
1,6976 mm/hari.
Dengan mengacu pada besaran
sudut yang diperoleh, dapat ditentukan
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),
Surabaya, 11 Juni 2015
12
bahwa pergeseran/ pergerakan tanah
cenderung mengarah ke Barat Laut
ditinjau dari dominasi arah gerak titik
pengamatan.
4. Simpulan dan Saran
4.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan penelitian,
analisis hasil proses hitungan dan
pembahasannya, maka dapat ditulis
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis SIG diperoleh
zonasi sangat rawan longsor 5.048
hektar, rawan longsor 50.360 hektar,
cukup rawan longsor 63.030 hektar
dan tidak rawan 37.170 hektar.
2. Pergeseran horizontal sebesar 0,0123
m, dengan kecepatan rata-rata
easting 0,3405 mm/hari, northing
0,8143 mm/hari
3. Pergeseran vertikal sebesar -0,0969
m, dengan kecepatan rata-rata
1,6976 mm/hari.
4. Dominasi sudut arah pergerakan
tanah cenderung kea rah Barat Laut.
4.2 Saran
Beberapa saran yang perlu
disampaikan untuk peningkatan
penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Untuk lebih meningkatkan ketelitian
hasil perlu diperbanyak titik
pantaunya.
2. Agar dapat diprediksi besar dan arah
pergerakan tanah maka untuk
penelitian selanjutnya perlu
dilanjutkan dengan kala berikutnya.
Daftar Pustaka:
Abidin, H.Z. (2007): Konsep Dasar
Pemetaan. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
Anisah. (2008), Pemanfaatan Teknologi
GPS Untuk Pemantauan Pergerakan
Tanah dan Korelasinya Dengan
Zonasi Kerentanan Pergerakan
Tanah, Surabaya: Tugas Akhir
Jurusan Teknik Geomatika ITS.
Barus B., dan U.S. Wiradisastra, (2000),
Sistem Informasi Geografi,
Laboratorium. Penginderaan Jauh
dan Kartografi, Bogor: Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian IPB.
Dikau,R., Brunsden,D., Schrott,L. &
M.-L. Ibsen (Eds.), (1996),
Landslide Recognition.
Identification, Movement and
Causes. Chichester: Wiley & Sons.
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, (2005), Rencana
Aksi Nasional Pengurangan Resiko
Bencana, Bandung.
Hardiyatmo, H.C., (2006), Penanganan
Tanah Longsor dan Erosi,
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Khalida Rakhmadani, (2009), Aplikasi
GIS Dalam Pemetaan Kerentanan
Bahaya Tanah Longsor, Banjarmasin
: Universitas Lambung Mangkurat.
Ng. K. C., K. M. Chiu, K. K. S. Ho, and
V. M. C. Chan. (2008), Application
of GIS to Landslide Risk
Management in Hong Kong. Hong
Kong. Department Hong Kong SAR
Government. www.x-
cdeth.com/Edmonton08/pdfs/64.pdf.