12
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015 1 PEMANTAUAN TINGKAT PERGERAKAN TANAH MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DI KABUPATEN BONDOWOSO Nain Dhaniarti Raharjo (1) , M. Taufik (2) , Rinto Sasongko (3) (1) Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2) Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (3) Dosen Politeknik Negeri Malang email: (1) [email protected] , (2) [email protected] , (3) [email protected] Abstrak Pergerakan tanah merupakan suatu peristiwa alam biasa, fenomena alam ini akan berubah menjadi bencana alam yang dikenal sebagai tanah longsor. Dalam skala besar kemungkinan berdampak timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda maupun hasil budaya manusia. Bondowoso dipilih sebagai tempat kajian, mengingat kabupaten tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi longsor. Metode pemantauan tingkat pergerakan tanah didasarkan pada hasil pengamatan GPS dalam 3 kala dengan interval waktu 15 hari. Pemantauan dilakukan terhadap 7 titik sampel pengamatan yang tersebar di daerah yang berpotensi sangat rawan longsor yang terletak di kecamatan Wringin, Pakem, dan Klabang. Hasil pengamatan GPS berupa nilai easting (E), northing (N), dan elevation (H) digunakan untuk perhitungan pergerakan tanah, yaitu meliputi kecepatan dan arah pergeseran posisi masing-masing titik sampel. Berdasarkan pemantauan dalam 3 (tiga) periode diperoleh nilai besaran dan arah pergerakan tanah di masing-masing titik sampel, disampaing itu juga jenis longsoran yang terjadi pada masing-masing wilayah. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat disimpulkan rata rata pergeseran dalam 3 kala, interval 15 hari), pergeseran arah Easting = -0,0048 m dan arah Northing = 0,0061 m , arah Horisontal = 0,0123 m dan arah Vertikal = -0,0969 m. Azimuth (berdasarkan kecenderungan sudut arah pergerakan tanah) mengarah pada arah barat laut dari posisi titik pengamatan. Kata kunci: Pergerakan Tanah, GPS, Pergeseran Vertikal, Pergeseran Horisontal. 1. Pendahuluan Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses evolusi yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana alam seperti gempa bumi, tsunami dan gunung meletus hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat, kapan akan terjadi dan berapa besaran kekuatannya, sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan masih dapat diprediksi sebelumnya. Meskipun demikian, kejadian bencana sering kali menimbulkan dampak kejutan dan kerugian. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam mengantisipasi ancaman bahaya. Sekilas, pergerakan tanah merupakan suatu peristiwa alam biasa yang dapat terjadi di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Bondowoso,

fullpaper-ATPW-2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pergerakan tanah

Citation preview

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    1

    PEMANTAUAN TINGKAT PERGERAKAN TANAH

    MENGGUNAKAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM

    DI KABUPATEN BONDOWOSO

    Nain Dhaniarti Raharjo(1)

    , M. Taufik(2)

    , Rinto Sasongko(3)

    (1)Mahasiswa Pascasarjana Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    (2)Dosen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    (3) Dosen Politeknik Negeri Malang

    email: (1)

    [email protected], (2)

    [email protected], (3)

    [email protected]

    Abstrak

    Pergerakan tanah merupakan suatu peristiwa alam biasa, fenomena alam ini akan

    berubah menjadi bencana alam yang dikenal sebagai tanah longsor. Dalam skala besar

    kemungkinan berdampak timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda maupun hasil

    budaya manusia. Bondowoso dipilih sebagai tempat kajian, mengingat kabupaten

    tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi longsor. Metode

    pemantauan tingkat pergerakan tanah didasarkan pada hasil pengamatan GPS dalam

    3 kala dengan interval waktu 15 hari. Pemantauan dilakukan terhadap 7 titik sampel

    pengamatan yang tersebar di daerah yang berpotensi sangat rawan longsor yang

    terletak di kecamatan Wringin, Pakem, dan Klabang. Hasil pengamatan GPS berupa

    nilai easting (E), northing (N), dan elevation (H) digunakan untuk perhitungan

    pergerakan tanah, yaitu meliputi kecepatan dan arah pergeseran posisi masing-masing

    titik sampel. Berdasarkan pemantauan dalam 3 (tiga) periode diperoleh nilai besaran

    dan arah pergerakan tanah di masing-masing titik sampel, disampaing itu juga jenis

    longsoran yang terjadi pada masing-masing wilayah. Berdasarkan hasil pengolahan

    data tersebut dapat disimpulkan rata rata pergeseran dalam 3 kala, interval 15 hari),

    pergeseran arah Easting = -0,0048 m dan arah Northing = 0,0061 m , arah Horisontal =

    0,0123 m dan arah Vertikal = -0,0969 m. Azimuth (berdasarkan kecenderungan sudut

    arah pergerakan tanah) mengarah pada arah barat laut dari posisi titik pengamatan.

    Kata kunci: Pergerakan Tanah, GPS, Pergeseran Vertikal, Pergeseran Horisontal.

    1. Pendahuluan

    Bencana alam dapat terjadi secara

    tiba-tiba maupun melalui proses evolusi

    yang berlangsung secara perlahan.

    Beberapa jenis bencana alam seperti

    gempa bumi, tsunami dan gunung

    meletus hampir tidak mungkin

    diperkirakan secara akurat, kapan akan

    terjadi dan berapa besaran kekuatannya,

    sedangkan beberapa bencana lainnya

    seperti banjir, tanah longsor, kekeringan

    masih dapat diprediksi sebelumnya.

    Meskipun demikian, kejadian bencana

    sering kali menimbulkan dampak

    kejutan dan kerugian. Kejutan tersebut

    terjadi karena kurangnya kewaspadaan

    dan kesiapan dalam mengantisipasi

    ancaman bahaya.

    Sekilas, pergerakan tanah

    merupakan suatu peristiwa alam biasa

    yang dapat terjadi di berbagai wilayah,

    termasuk di Kabupaten Bondowoso,

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    2

    Jawa Timur. Fenomena alam ini akan

    berubah menjadi bencana alam yang

    dikenal dengan istilah tanah longsor.

    Dalam skala besar, kemungkinan dapat

    menimbulkan dampak korban jiwa,

    kerugian materi/ harta benda maupun

    hasil budaya manusia.

    1.1 Tujuan Pemantauan

    Untuk meminimalisir dampak negative

    dari bencana tanah longsor, khususnya

    di wilayah Kabupaten Bondowoso,

    maka perlu dilakukan studi, kajian, dan

    penelitian dengan tujuan: untuk

    mengidentifikasi dan memetakan

    tempat tempat yang berpotensi longsor;

    mengetahui posisi dan besar pergerakan

    tanah yang terjadi pada titik titik pantau,

    dan untuk menyiapkan metode dalam

    upaya penanggulangan yang tepat pada

    zona yang memiliki tingkat potensi

    rawan longsor.

    Manfaat dari gagasan awal

    penelitian ini dapat digunakan sebagai

    bahan informasi bagi pemerintah dan

    masyarakat agar mampu mengantisipasi

    dan menanggulangi terjadinya tanah

    longsor; sebagai rujukan penelitian

    berikutnya yang berkaitan dengan

    pemetaan wilayah dan pemantauan

    lokasi potensi longsor; dan pada

    gilirannya dapat meminimalisir resiko

    korban akibat bencana longsor.

    1.2 Jenis Pergerakan Tanah

    Menurut Direktorat Vulkanologi

    dan Mitigasi Bencana Geologi (2005)

    bahwa tanah longsor boleh disebut juga

    dengan gerakan tanah. Didefinisikan

    sebagai massa tanah atau material

    campuran lempung, kerikil, pasir, dan

    kerakal serta bongkah dan lumpur, yang

    bergerak sepanjang lereng atau keluar

    lereng karena faktor gravitasi bumi.

    Gerakan tanah (tanah longsor) adalah

    suatu produk dari proses gangguan

    keseimbangan lereng yang

    menyebabkan bergeraknya massa tanah

    dan batuan ke tempat yang lebih rendah.

    Gaya yang menahan massa tanah

    sepanjang lereng tersebut dipengaruhi

    oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam

    tahanan geser tanah yang bekerja di

    sepanjang lereng.

    Menurut Djauhari (2006), ada 6

    (enam) jenis tanah longsor, yaitu:

    longsoran translasi, longsoran rotasi,

    pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan

    tanah, dan aliran bahan rombakan.

    Dari keenam jenis longsor tersebut,

    jenis longsor translasi dan rotasi paling

    banyak terjadi di Indonesia, hal itu

    dikarenakan tingkat pelapukan batuan

    yang tinggi, sehingga tanah yang

    terbentuk cukup tebal. Longsor yang

    paling banyak menelan korban harta

    benda dan jiwa manusia yaitu jenis

    aliran bahan rombakan, hal tersebut

    dikarenakan longsor jenis aliran bahan

    rombakan ini dapat menempuh jarak

    yang cukup jauh yaitu bisa mencapai

    ratusan bahkan ribuan meter, terutama

    pada daerah-daerah aliran sungai di

    daerah sekitar gunung api. Kecepatan

    longsor jenis ini sangat dipengaruhi

    oleh kemiringan lereng, volume dan

    tekanan air, serta jenis materialnya.

    Faktor penyebab terjadinya tanah

    longsor atau pergerakan tanah

    tergantung pada kondisi batuan dan

    tanah penyusun lereng, struktur geologi,

    curah hujan, vegetasi penutup dan

    penggunaan lahan pada lereng tersebut,

    namun secara garis besar dapat

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    3

    dibedakan sebagai faktor alami dan

    manusia.

    1.3 Teknologi SIG

    Dalam kaitannya dengan pemetaan

    zonasi tingkat potensi tanah longsor

    pada suatu wilayah, dapat digunakan

    teknologi GIS (Geographycal

    Information System) atau SIG (Sistem

    Informasi Geografis). Pengertian GIS

    saat ini lebih sering diterapkan bagi

    teknologi informasi spasial yang

    berorientasi pada penggunaan perangkat

    komputer. Dalam hubungannya dengan

    teknologi komputer, menurut Aronoff

    (1989) dan Anon (2003), GIS sebagai

    sistem berbasis komputer yang

    memiliki kemampuan dalam menangani

    data bereferensi geografi (georeference)

    yaitu meliputi pemasukan data (input),

    manajemen data (penyimpanan dan

    pemanggilan kembali), memanipulasi

    dan analisis data, serta keluaran sebagai

    hasil akhir (output).

    Komponen utama SIG dapat dibagi

    kedalam 4 komponen yaitu: perangkat

    keras (digitizer, scanner, Central

    Procesing Unit, hard-disk, dan lain-

    lain), perangkat lunak (ArcView,

    Arc/Info, Idrisi, ILWIS, MapInfo, dan

    lain-lain), organisasi (manajemen) dan

    pemakai(user). Kombinasi yang benar

    pada keempat komponen utama ini akan

    menentukan kesuksesan proyek

    pengembangan Sistem Informasi

    Geografis. Data yang diolah dalam GIS

    pada dasarnya terdiri dari data spasial

    dan data atribut (non spasial) dalam

    format digital. Dengan demikian

    analisis yang digunakan yaitu analisis

    spasial dan analisis atribut. Data spasial

    merupakan data yang berkaitan dengan

    lokasi keruangan yang umumnya

    berbentuk peta, sedangkan data atribut

    merupakan data berbentuk tabel

    berfungsi menjelaskan keberadaan/

    keterangan berbagai objek pada data

    spasial yang terkait.

    1.4 Pemantauan Pergerakan Tanah

    Konsep dasar pemantauan

    pergerakan tanah dalam hal ini meliputi

    pergeseran horisontal dan vertikal.

    Secara umum, perpindahan posisi titik

    atau obyek diperoleh dengan cara

    menghitung selisih dua koordinat dari

    dua pengamatan yang berurutan

    sehingga dihasilkan vektor perpindahan

    posisi titik pantau dalam arah easting,

    northing, dan elevation, yang disebut

    model statik, (Anisah, 2008):

    dj = xj(2)xj(1) ..................... (1)

    dengan dj merupakan vektor perubahan

    koordinat, xj(1)

    , xj(2)

    sebagai vektor

    koordinat titik periode 1 dan 2, yaitu

    (E,N,h)(1)

    dan (E,N,h)(2)

    , indeks j

    sebagai nomor titik pantau1,2,3.... dan

    seterusnya.

    Titik pantau yang mengalami

    perpindahan posisi horizontal dan

    vertikal paling aktif dihitung secara

    kumulatif, sebagai berikut (Anisah,

    2008):

    Perpindahan pengamatan 1-2: (dE1-2,

    dN1-2, dh1-2)

    Perpindahan pengamatan 2-3: (dE1-2

    +dE2-3), (dN1-2 + dN2-3), (dh1-2 + dh2-3).

    Perpindahan pengamatan 3-4:(dE1-2+

    dE2-3+dE3-4), (dN1-2+dN2-3+dN3-4),

    (dh1-2+dh2-3+dh34) .............(2)

    Disamping nilai pergeseran posisi

    tanah, maka kecepatan dan percepatan

    pergerakan tanah juga dapat dianalisis

    pada masing masing komponennya.

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    4

    Pemodelan matematis yang digunakan

    untuk menghitung kecepatan dan

    percepatan dirumuskan sebagai berikut

    (Anisah, 2008):

    dt

    dEEV ;

    dt

    dNNV ;

    dt

    dhhV ....... (3)

    2dt

    dEEa ;

    2dt

    dNNa ;

    2dt

    dhha ..... (4)

    Dalam hal ini:

    VE = kecepatan dalam arah sumbu

    easting.

    VN = kecepatan dalam arah sumbu

    northing.

    Vh = kecepatan dalam arah sumbu

    vertikal.

    aE = percepatan dalam arah sumbu

    easting.

    aN = percepatan dalam arah sumbu

    northing.

    ah = percepatan dalam arah sumbu

    vertical.

    dE = selisih easting antara dua

    pengamatan

    dN = selisih northing antara dua

    pengamatan

    dh = selisih posisi vertikal antara dua

    pengamatan

    dt = selang waktu antara dua

    pengamatan.

    Menurut Abidin (2007), selain

    pergeseran dan kecepatan pergerakan

    tanah, perpindahan posisi secara

    horizontal terjadi bila terdapat

    konsistensi arah perpindahan ( )

    antara pengamatan satu dengan

    pengamatan lainnya yang diperoleh dari

    selisih koordinat easting (dE ) dan

    northing (dN ) antara dua pengamatan

    Sudut arah tersebut dapat dihitung

    dengan rumus (Abidin dkk, 2007):

    dN

    dEtan.arc ....(5)

    Apabila material yang bergerak

    semakin besar volumenya maka akan

    merubah arah dan besar pergerakan

    yang terjadi (Dikau dkk, 1996)

    1.5 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu yang pernah

    dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai

    dalam penelitian ini sebagai bahan

    referensi. Penelitian tersebut,

    diantaranya adalah:

    1. Analisis GIS Terhadap Gerakan

    Tanah di Girimulyo, Kulonprogo,

    D.I. Yogyakarta, dan Kajian Faktor

    Faktor Pengontrolnya, oleh Yogi

    Saktyan Respati (2009).

    2. Analisa Tingkat Pergerakan Tanah

    Di Area Tambang Terbuka Ditinjau

    Dari Survey Terestris Dan Data

    Geologi (Studi Kasus : Wilayah

    Mod Pt Kaltim Prima Coal / Kpc),

    oleh Alivia Desi anita Kusuma

    Ningtyas (2013). 3. Landslide Movement Monitoring

    Using GPS Technology: A Case

    Study Of Bakthang Landslide,

    Gangtok, East Sikkim, India. Oleh

    M.S Rawat dkk (2011).

    4. Studying Landslide Displacements

    in Megamendung (Indonesia) Using

    GPS Survey Method, oleh

    Hasanudin. Z. Abidin (2004).

    5. Pemanfaatan Teknologi Gps Untuk

    Pemantauan Pergerakan Tanah Dan

    Korelasinya Dengan Zonasi

    Kerentanan Gerakan Tanah, oleh

    Anisah (2008).

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    5

    2. Metodologi

    Dalam konsep pemantauan

    pergerakan tanah ini, dilakukan dengan

    tahapan penelitian sebagai berikut:

    a. Tahap Persiapan

    Langkah awal sebelum memulai

    penelitian, terlebih dahulu dilakukan

    identifikasi masalah, yaitu hal hal yang

    terkait dengan penelitian ini. Pada tahap

    ini juga dilakukan studi literatur untuk

    memberikan dukungan teoritis terhadap

    penelitian dan membantu dalam

    rangkaian proses penelitian ini.

    b. Tahap Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam

    penelitian ini meliputi data spasial dan

    non spasial tahun 2014:

    1. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)

    Kabupaten Bondowoso dengan skala

    1 : 25.000.

    2. Peta dan data curah hujan Kab.

    Bondowoso.

    3. Peta dan data kelerengan Kab.

    Bondowoso.

    4. Peta dan data tata guna lahan Kab.

    Bondowoso.

    5. Peta dan data jenis tanah Kab.

    Bondowoso.

    6. Peta dan data geologi Kab.

    Bondowoso.

    7. Data hasil pengamatan lapangan,

    pada kala 1-3.

    Beberapa data sekunder tersebut

    diperoleh dari BAPPEDA Kab.

    Bondowoso. Untuk data dan peta

    geologi dan jenis tanah diperoleh dari

    Dinas Pertanian Kab. Bondowoso,

    sedangkan data dan peta kelerengan dan

    juga curah hujan diperoleh dari BPBD

    Kab. Bondowoso.

    Data Primer berupa posisi titik dalam

    arah easting, northing, elevation (E , N ,

    h) diperoleh dari hasil pengamatan

    survei lapangan dalam 3 kala,

    menggunakan alat GPS Hi-Target Dual

    Frequency. Penentuan titik objek

    pengukuran didasarkan pada peta zonasi

    potensi longsor, hasil dari proses

    pembobotan dan overlay.

    1. Pengolahan Data

    Pengolahan data dengan

    menggunakan metode SIG dengan

    bantuan software ARCGIS 10,

    dilakukan sebagai berikut:

    a. Dari data dan peta curah hujan,

    kelerengan, tata guna lahan, jenis

    tanah, dan geologi yang didapatkan,

    maka kemudian dilakukan proses

    klasifikasi untuk masing-masing

    parameter tersebut.

    b. Setelah proses klasifikasi selesai,

    maka dilakukan proses

    pembobotan/scoring berdasarkan

    Peraturan Direktorat Vulkanologi

    dan Mitigasi Bencana (2004) dan

    Permen PU No.22/PRT/M/2007

    tentang Pedoman Penataan Ruang

    Kawasan Rawan Bencana Longsor.

    c. Proses selanjutnya adalah dengan

    melakukan overlay terhadap peta-

    peta tematik tersebut, sehingga akan

    dihasilkan peta zonasi daerah-

    daerah yang berpotensi longsor.

    Untuk pengolahan data dengan

    menggunakan hasil dari pengamatan

    GPS dalam 3 kala adalah sebagai

    berikut:

    a. Hasil pengamatan/survey di

    lapangan dengan menggunakan

    GPS, yang berupa nilai esting,

    northing, dan elevation digunakan

    untuk perhitungan besar pergerakan

    tanah, yaitu besar kecepatan dan

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    6

    arah pergeseran posisi masing-

    masing titik objek.

    b. Setelah diketahui nilai besar

    pergerakan tanah di masing-masing

    titik obyek, maka dapat ditentukan

    arah dan jenis longsoran yang dapat

    terjadi di masing-masing titik objek.

    2. Analisa Data

    Tahap selanjutnya adalah dengan

    melakukan analisa terhadap hasil dari

    perhitungan pergerakan tanah dan arah

    serta jenis longsorang yang akan dan

    dapat terjadi di masing-masing titik

    objek pengamatan. Sehingga akan

    diketahui dan ditentukan alternative

    penentuan upaya stabilisasi lereng di

    masing-masing titik objek.

    3. Penarikan Kesimpulan

    Tahap terakhir dari penelitian ini

    adalah dengan penarikan kesimpulan

    dari seluruh rangkain proses/analisis

    data tersebut.

    Adapun diagram alir dari penelitian

    ini sebagai berikut:

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    7

    Mulai

    Identifikasi

    Masalah

    Studi Literatur

    Pengumpulan Data

    Peta RBI skala 1 : 25.000,

    Data dan Peta Curah

    Hujan, Kelerengan, Tata

    Guna Lahan, Jenis Tanah,

    Geologi 2014

    Klasifikasi

    Curah

    Hujan

    Klasifikasi

    Geologi

    Klasifikasi

    Jenis

    Tanah

    Klasifikasi

    Tata Guna

    Lahan

    Klasifikasi

    Kelerengan

    Pembobotan /

    Skoring

    Overlay

    Peta Zonasi

    Potensi Longsor

    2015Survey Terestris,

    Pengamatan 1 - 3

    Data Hasil

    Pengamat

    an Survey

    1 - 3

    Pengolahan

    Data Hasil

    Pengamatan

    1 - 3

    Perhitungan

    Besar

    Pergerakan

    Tanah

    Penentuan

    Arah Dan Tipe

    Longsoran

    Analisa

    Penentuan

    Alternatif Upaya

    Stabilitas Lereng

    SELESAI

    Pengolahan

    Data

    Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    8

    3. Hasil dan Pembahasan

    3.1 Hasil Pengolahan Data GPS

    Hasil pengamatan GPS selama 3

    kala, dapat dilihat dalam table 1

    sampai dengan table 3 berikut ini:

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Kala 1

    Titik

    Koordinat Standart Deviasi

    Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n

    (m)

    h

    (m)

    Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000

    WR01 810718.022 9135505.581 392.560 0.0046 0.0054 0.0186

    WR02 810675.457 9132804.900 397.514 0.0050 0.0086 0.0140

    WR03 810471.717 9134651.162 398.174 0.0066 0.0048 0.0258

    PK01 811145.911 9131791.816 388.929 0.0130 0.0134 0.0134

    PK02 811035.627 9138251.871 384.286 0.0056 0.0032 0.0128

    KL01 812625.583 9143448.138 386.396 0.0038 0.0056 0.0162

    KL02 812938.320 9144368.500 387.996 0.0032 0.0036 0.0084

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Kala 2

    Titik

    Koordinat Standart Deviasi

    Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n

    (m)

    h

    (m)

    Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000

    WR01 810718.019 9135505.587 392.558 0.0042 0.0088 0.0144

    WR02 810675.454 9132804.923 397.512 0.0068 0.0140 0.0406

    WR03 810471.715 9134651.182 398.173 0.0046 0.0150 0.0400

    PK01 811145.906 9131791.814 388.884 0.0084 0.0080 0.0244

    PK02 811035.627 9138251.870 384.221 0.0042 0.0040 0.0140

    KL01 812625.569 9143448.117 386.348 0.0036 0.0054 0.0090

    KL02 812938.317 9144368.507 387.991 0.0062 0.0042 0.0206

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Kala 3

    Titik

    Koordinat Standart Deviasi

    Easting (m) Northing (m) Elevation (m) e (m) n

    (m)

    h

    (m)

    Reff 814921.900 9120710.200 321.188 0.0000 0.0000 0.0000

    WR01 810718.004 9135505.586 392.557 0.0048 0.0074 0.0150

    WR02 810675.455 9132804.953 397.512 0.0046 0.0100 0.0090

    WR03 810471.716 9134651.212 398.172 0.0120 0.0131 0.0300

    PK01 811145.898 9131791.812 388.829 0.0060 0.0070 0.0220

    PK02 811035.626 9138251.869 384.171 0.0240 0.0032 0.0130

    KL01 812625.558 9143448.104 386.332 0.0046 0.0062 0.0100

    KL02 812938.313 9144368.521 387.926 0.0080 0.0036 0.0140 (Sumber: Hasil Perhitungan)

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    9

    Dari hasil pengamatan tersebut,

    dapat dihitung nilai besar pergeseran

    tanah pada masing-masing titik, dengan

    menggunakan persamaan (1), sehingga

    diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel 4. Nilai Besar Pergeseran Tanah

    Titik

    Besar Pergeseran (cm)

    kala 1-2

    dE12 dN12 dh12

    WR01 -0.0035 0.0055 -0.0015

    WR02 -0.0030 0.0225 -0.0020

    WR03 -0.0020 0.0200 -0.0010

    PK01 -0.0055 -0.0025 -0.0450

    PK02 -0.0005 -0.0010 -0.0650

    KL01 -0.0135 -0.0215 -0.0480

    KL02 -0.0030 0.0070 -0.0050

    Titik kala 2-3

    dE23 dN 23 dh 23

    WR01 -0.0145 -0.0010 -0.0010

    WR02 0.0010 0.0300 -0.0005

    WR03 0.0010 0.0300 -0.0015

    PK01 -0.0075 -0.0020 -0.0550

    PK02 -0.0010 -0.0015 -0.0500

    KL01 -0.0110 -0.0130 -0.0160

    KL02 -0.0045 0.0135 -0.0650

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Kemudian selanjutnya, diperoleh

    hasil nilai kecepatan pergerakan tanah

    pada masing-masing titik, dengan

    menggunakan persamaan (3), hasil

    dalam table 5 sebagai berikut:

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Tabel 5. Nilai Besar Kecepatan Pergerakan Tanah

    Titik

    Kecepatan (mm/hari)

    Kala 1-2 Kala 2-3

    VE VN VH VE VN VH

    WR01 -0.2333 0.3667 -0.1000 -0.9667 -0.0667 -0.0667

    WR02 -0.2000 1.5000 -0.1333 0.0667 2.0000 -0.0333

    WR03 -0.1333 1.3333 -0.0667 0.0667 2.0000 -0.1000

    PK01 -0.3667 -0.1667 -3.0000 -0.5000 -0.1333 -3.6667

    PK02 -0.0333 -0.0667 -4.3333 -0.0667 -0.1000 -3.3333

    KL01 -0.9000 -1.4333 -3.2000 -0.7333 -0.8667 -1.0667

    KL02 -0.2000 0.4667 -0.3333 -0.3000 0.9000 -4.3333 (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Dengan menggunakan persamaan (4),

    dapat diketahui besar percepatan

    pergerakan tanah seperti dalam table

    berikut:

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    10

    Tabel 6. Nilai Percepatan Pergerakan Tanah

    Titik

    Percepatan (mm/hari2)

    Kala 1-2 Kala 2-3

    VE VN VH VE VN VH

    WR01 -0.0156 0.0244 -0.0067 -0.0644 -0.0044 -0.0044

    WR02 -0.0133 0.1000 -0.0089 0.0044 0.1333 -0.0022

    WR03 -0.0089 0.0889 -0.0044 0.0044 0.1333 -0.0067

    PK01 -0.0244 -0.0111 -0.2000 -0.0333 -0.0089 -0.2444

    PK02 -0.0022 -0.0044 -0.2889 -0.0044 -0.0067 -0.2222

    KL01 -0.0600 -0.0956 -0.2133 -0.0489 -0.0578 -0.0711

    KL02 -0.0133 0.0311 -0.0222 -0.0200 0.0600 -0.2889

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Dari hasil koordinat yang telah

    diolah maka dihitung perpindahan

    posisi kumulatif untuk mengetahui titik

    pantau yang aktif. Dengan

    menggunakan persamaan (2), diperoleh

    hasil perpindahan posisi horisontal

    kumulatif sebagai berikut:

    Tabel 7. Nilai Pergeseran Horisontal

    Kumulatif

    Titik Kala 1-2

    (m)

    Kala 2-3

    (m)

    WR01 0.0055 0.0012

    WR02 0.0225 0.0300

    WR03 0.0200 0.0300

    PK01 0.0025 0.0021

    PK02 0.0010 0.0015

    KL01 0.0217 0.0131

    KL02 0.0070 0.0135 (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Secara umum nilai rata-rata

    pergeseran horisontal adalah sebesar

    0,0115 m untuk kala 1-2, dengan

    kisaran 0.0010-0.0025 m. Sedangkan

    untuk kala 2-3 adalah sebesar 0,0131 m

    dengan kisaran 0,0012-0,0300 m.

    Untuk nilai pergeseran posisi

    vertical, tersaji dalam table 8 berikut:

    Tabel 8. Nilai Pergeseran Vertikal

    Kumulatif

    Titik Kala 1-2

    (m)

    Kala 2-3

    (m)

    WR01 -0.0015 -0.001

    WR02 -0.002 -0.0005

    WR03 -0.001 -0.0015

    PK01 -0.445 -0.255

    PK02 -0.365 -0.15

    KL01 -0.048 -0.016

    KL02 -0.005 -0.065

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Secara umum nilai rata-rata

    pergeseran vertikal adalah sebesar -

    0,1239 m untuk kala 1-2, dengan

    kisaran (-0,0010 m) (-0,0480 m).

    Sedangkan untuk kala 2-3 adalah

    sebesar -0,0699 m dengan kisaran (-

    0,0005 m) (-0,2550 m).

    Untuk sudut arah pergeseran posisi

    horisontal dan vertikal yang dihitung

    dengan menggunakan rumus (5) tidak

    menunjukkan adanya konsistensi. Hal

    ini tampak pada perubahan nilai

    azimuth atau sudut terhadap arah utara

    (searah jarum jam) yang terjadi pada

    masing-masing titik di tiap kalanya.

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    11

    Tabel 9. Arah Perpindahan Posisi

    Horisontal

    Titik

    Kala 1-2 Kala 2-3

    Sudut

    (derajad)

    Sudut

    (derajad)

    WR01 327.5288076 266.0548

    WR02 352.4053569 1.9092

    WR03 354.2894068 1.9092

    PK01 245.5560496 255.0686

    PK02 206.5650458 213.6901

    KL01 212.1249976 220.2364

    KL02 336.8014072 341.5651

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Dari nilai besaran sudut yang

    diperoleh, dapat ditentukan bahwa

    pergeseran/pergerakan tanah mengarah

    ke arah barat laut dari masing-masing

    titik pengamatan.

    3.2 Pembahasan

    Berdasarkan pengolahan SIG dari

    beberapa peta tematik dan data atribut,

    diperoleh hasil zonasi dengan

    ditetapkannya 4 (empat) tingkatan

    potensi longsor pada wilayah

    Kabupaten Bondowoso. Batas masing

    masing zonasi disajikan pada peta

    berikut:

    Gambar 2. Peta Zonasi Tingkat Potensi

    Longsor dan Daerah Pengamatan

    Berdasarkan batas wilayah

    administrasi, ada 3 kecamatan yang

    termasuk dalam zona sangat rawan

    longsor dengan total luasan 5048

    hektar. Pada lokasi tersebut dipasang 7

    titik pantau berupa patok kayu, dengan

    rincian di kecamatan Wringin 3 titik,

    Tegalampel 2 titik, dan Klabang 2 titik.

    Hasil pengolahan data GPS pada

    masing masing periode, dapat dihitung

    tingkat ketelitian koordinat titik sampel

    yang dinyatakan oleh rata rata deviasi

    standar (simpangan baku) sebagai

    berikut:

    Tabel 10. Rata-Rata Standart Deviasi Pada

    Masing-Masing Kala

    Waktu Standart Deviasi Rerata (m)

    Easting Nothing Elevation

    Kala 1 0,0060 0,0056 0,0156

    Kala 2 0,0054 0,0085 0,0233

    Kala 3 0,0091 0,0072 0,0161

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Nilai rata-rata pergeseran horisontal

    untuk kala 1-2 sebesar 0,0115 m,

    dengan kisaran 0.0010-0.0025 m,

    sedangkan untuk kala 2-3 sebesar

    0,0131 m dengan kisaran 0,0012-0,0300

    m. Secara keseluruhan rata rata

    pergeseran horizontal sebesar 0,0123 m

    Nilai rata-rata pergeseran vertikal

    untuk kala 1-2 sebesar -0,1239 m,

    dengan kisaran (-0,0010 m) (-0,0480

    m), sedangkan untuk kala 2-3 sebesar -

    0,0699 m dengan kisaran (-0,0005 m)

    (-0,2550 m). Secara keseluruhan, rata

    rata pergeseran vertikal sebesar -0,0969

    m. Kecepatan rata rata keseluruhan

    pergeseran horizontal arah easting

    sebesar 0,3405 mm/hari, arah northing

    sebesar 0,0143 mm/hari sedangkan

    untuk pergeseran vertical sebesar

    1,6976 mm/hari.

    Dengan mengacu pada besaran

    sudut yang diperoleh, dapat ditentukan

  • Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW),

    Surabaya, 11 Juni 2015

    12

    bahwa pergeseran/ pergerakan tanah

    cenderung mengarah ke Barat Laut

    ditinjau dari dominasi arah gerak titik

    pengamatan.

    4. Simpulan dan Saran

    4.1 Simpulan

    Berdasarkan tujuan penelitian,

    analisis hasil proses hitungan dan

    pembahasannya, maka dapat ditulis

    beberapa simpulan sebagai berikut:

    1. Berdasarkan analisis SIG diperoleh

    zonasi sangat rawan longsor 5.048

    hektar, rawan longsor 50.360 hektar,

    cukup rawan longsor 63.030 hektar

    dan tidak rawan 37.170 hektar.

    2. Pergeseran horizontal sebesar 0,0123

    m, dengan kecepatan rata-rata

    easting 0,3405 mm/hari, northing

    0,8143 mm/hari

    3. Pergeseran vertikal sebesar -0,0969

    m, dengan kecepatan rata-rata

    1,6976 mm/hari.

    4. Dominasi sudut arah pergerakan

    tanah cenderung kea rah Barat Laut.

    4.2 Saran

    Beberapa saran yang perlu

    disampaikan untuk peningkatan

    penelitian selanjutnya, yaitu:

    1. Untuk lebih meningkatkan ketelitian

    hasil perlu diperbanyak titik

    pantaunya.

    2. Agar dapat diprediksi besar dan arah

    pergerakan tanah maka untuk

    penelitian selanjutnya perlu

    dilanjutkan dengan kala berikutnya.

    Daftar Pustaka:

    Abidin, H.Z. (2007): Konsep Dasar

    Pemetaan. Jakarta: PT Pradnya

    Paramita.

    Anisah. (2008), Pemanfaatan Teknologi

    GPS Untuk Pemantauan Pergerakan

    Tanah dan Korelasinya Dengan

    Zonasi Kerentanan Pergerakan

    Tanah, Surabaya: Tugas Akhir

    Jurusan Teknik Geomatika ITS.

    Barus B., dan U.S. Wiradisastra, (2000),

    Sistem Informasi Geografi,

    Laboratorium. Penginderaan Jauh

    dan Kartografi, Bogor: Jurusan

    Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

    Dikau,R., Brunsden,D., Schrott,L. &

    M.-L. Ibsen (Eds.), (1996),

    Landslide Recognition.

    Identification, Movement and

    Causes. Chichester: Wiley & Sons.

    Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi

    Bencana Geologi, (2005), Rencana

    Aksi Nasional Pengurangan Resiko

    Bencana, Bandung.

    Hardiyatmo, H.C., (2006), Penanganan

    Tanah Longsor dan Erosi,

    Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press.

    Khalida Rakhmadani, (2009), Aplikasi

    GIS Dalam Pemetaan Kerentanan

    Bahaya Tanah Longsor, Banjarmasin

    : Universitas Lambung Mangkurat.

    Ng. K. C., K. M. Chiu, K. K. S. Ho, and

    V. M. C. Chan. (2008), Application

    of GIS to Landslide Risk

    Management in Hong Kong. Hong

    Kong. Department Hong Kong SAR

    Government. www.x-

    cdeth.com/Edmonton08/pdfs/64.pdf.