Upload
duongtuyen
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
71
Gambar 4.12 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Purus, Ujung Gurun dan Padang Pasir
Kel. Purus: t min = 22 menit t max = 27 menit
Kel. Ujung Gurun: t min = 20 menit t max = 23 menit
Kel. Padang Pasir: t min = 21 menit t max = 22 menit
Waktu Evakuasi
Arah rute evakuasi
72
Gambar 4.13 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Olo dan Kampung Jao
Kel. Olo: t min = 24 menit t max = 26 menit
Kel. Kampung Jao: t min = 21 menit t max = 23 menit
Waktu Evakuasi
Arah rute evakuasi
73
Gambar 4.14 Alternatif Alternatif rute evakuasi kelurahan Belakang Tangsi, Kampung Pondok, dan Berok Nipah
Waktu Evakuasi Kel. Belakang Tangsi: t min = 26 menit t max = 35 menit
Kel. Berok Nipah: t min = 33 menit t max = 43 menit
Kel. Kampung Pondok: t min = 28 menit t max = 29 menit
Arah rute evakuasi
74
4.3 Daerah dan analisis kebutuhan evakuasi untuk masing – masing
kelurahan
Hasil kajian dari daerah evakuasi dan analisis kebutuhannya sebagaimana telah
dijelaskan dalam sub bab 3.3 adalah sebagai berikut
Jika berdasarkan pada hasil simulasi Pusat Penelitian Kelautan ITB serta hasil
analisis dari Alternatif rute evakuasi yang dapat dilewati ketika gempabumi yang
berpotensi tsunami terjadi, maka diperoleh empat daerah pengungsian bagi
penduduk kecamatan Padang Barat yakni sebagaimana tersebut di bawah ini
dengan kebutuhan sarana pengungsian seperti yang tertera pada tabel 4.13 s/d
4.17 serta tergambar pada gambar 4.15
1. Kelurahan Alai Timur yang diperuntukkan bagi kelurahan Flamboyan
Baru dan Rimbo Kaluang dengan kebutuhan :
Tabel 4.13 Kebutuhan di daerah Alai Timur
Jumlah Penduduk : 10093Jumlah Rumah Tangga 2382No. Kebutuhan Kebutuhan satuan1 Air Bersih 151 kl/hari2 Gizi 21195 kkal3 Jamban Ideal 505 jamban4 Jamban Awal Bencana 202 jamban5 Tempat sampah 24 kiloliter6 Tempat naungan tertutup 35326 m2
2. Kelurahan Jati yang diperuntukkan bagi penduduk kelurahan Ujung
Gurun, sebagian penduduk kelurahan Purus dan sebagian penduduk
kelurahan Padang Pasir dengan kebutuhan :
75
Tabel 4.14 Kebutuhan di Kelurahan Jati
Jumlah Penduduk : 11776Jumlah Rumah Tangga 2821No. Kebutuhan Kebutuhan satuan1 Air Bersih 177 kl/hari2 Gizi 24729 kkal3 Jamban Ideal 589 jamban4 Jamban Awal Bencana 236 jamban5 Tempat sampah 28 kiloliter6 Tempat naungan tertutup 41215 m2
3. Komplek PJKA Simpang Haru yang disediakan bagi penduduk kelurahan
Olo, Kampung Jao, sebagian penduduk kelurahan Purus dan sebagian
penduduk kelurahan Padang Pasir dengan kebutuhan :
Tabel 4.15 Kebutuhan di Komplek PJKA
Jumlah Penduduk : 22351Jumlah Rumah Tangga 5685No. Kebutuhan Kebutuhan satuan1 Air Bersih 335 kl/hari2 Gizi 46938 kkal3 Jamban Ideal 1118 jamban4 Jamban Awal Bencana 447 jamban5 Tempat sampah 57 kiloliter6 Tempat naungan tertutup 78230 m2
4. Daerah Parak Gadang yang diperuntukkan bagi penduduk kelurahan
Belakang Tangsi dengan kebutuhan :
Tabel 4.16 Kebutuhan di Daerah Parak Gadang
Jumlah Penduduk : 3966Jumlah Rumah Tangga 1029No. Kebutuhan Kebutuhan satuan1 Air Bersih 59 kl/hari2 Gizi 8329 kkal3 Jamban Ideal 198 jamban4 Jamban Awal Bencana 79 jamban5 Tempat sampah 10 kiloliter6 Tempat naungan tertutup 13881 m2
76
5. Sedangkan untuk kelurahan Berok Nipah dan Kelurahan Belakang
Pondok untuk sementara diarahkan menuju daerah Ganting dan
sekitarnya dengan kebutuhan
Tabel 4.17 Kebutuhan untuk kelurahan Berok Nipah dan Kampung Pondok
Jumlah Penduduk : 11916Jumlah Rumah Tangga 2771No. Kebutuhan Kebutuhan satuan1 Air Bersih 179 kl/hari2 Gizi 25024 kkal3 Jamban Ideal 596 jamban4 Jamban Awal Bencana 238 jamban5 Tempat sampah 28 kiloliter6 Tempat naungan tertutup 41706 m2
77
Gambar 4.15 Daerah Penampungan dan Kebutuhannya
Pie Chart yang tertera pada gambar di atas menunjukkan kebutuhan sarana dan
prasarana untuk setiap daerah penampungan.
Kec. Padang Timur
Kec. Padang Barat
78
Sedangkan jika ternyata tsunami yang terjadi diperkirakan mencapai ketinggian 9
meter, maka upaya evakuasi dapat dilakukan dengan melakukan evakuasi
vertikal yakni dengan mempergunakan fasilitas-fasilitas yang memiliki elevasi
yang lebih tinggi dari 9 meter seperti gedung yang lebih dari tiga lantai atau
melakukan evakuasi horizontal dengan melewati sungai Bandar Bakali.
Jika dilihat dari ketersediaan jembatan saat ini maka kapasitas jembatan untuk
melewatkan penduduk dari kecamatan Padang Barat akan sangat terbatas. Oleh
karena itu maka diperlukan penambahan jembatan dengan perencanaan
konstruksi dapat bertahan pada gempabumi 9 SR. Adapun perencanaan lokasi
jembatan harus disesuaikan dengan Alternatif rute evakuasi yang telah ditetapkan
yakni:
1. 2 buah jembatan di kelurahan Jati yang dapat menghubungkan antara
daerah pengungsian Jati dan Komplek PJKA dengan perumahan
Cendana Parak Kopi yang untuk selanjutnya kegiatan evakuasi dapat
dilakukan menuju daerah Andalas.
2. 1 buah jembatan di kelurahan Simpang Haru
3. Jembatan di kelurahan Kampung Pondok yang dapat digunakan
sebagai Alternatif rute evakuasi menuju bukit Gado-gado.
Rekomendasi letak pembangunan jembatan baru dapat dilihat pada gabar 4.16
79
Gambar 4.16 Rekomendasi pembangunan Jembatan di Sungai Batang Arau dan Bandar
Bakali
Kec. Padang Timur
Kec. Padang Barat
80
4.4 Analisis Kerentanan
Jika dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah evakuasi melalui
rute yang telah ditetapkan, maka penduduk kelurahan Berok Nipah dan sebagian
penduduk kelurahan Belakang Tangsi yang berada di pesisir pantai tidak dapat
mencapai daerah evakuasi pada batas waktu yang tersedia. Kondisi ini akan lebih
berbahaya jika gempabumi yang berpotensi tsunami terjadi pada siang hari. Hal
ini dikarenakan kelurahan Berok Nipah yang merupakan salah satu sentral
kegiatan perekonomian dan pelabuhan. Dengan melihat kenyataan ini maka
diperlukan upaya-upaya untuk mengantisipasi hal tersebut.
Dengan mengambil skenario terburuk dari sejarah kejadian tsunami yang pernah
terjadi di Kota Padang yakni tsunami yang mencapai ketinggian 9 meter, jelas
terlihat bahwa kelurahan Flamboyan Baru dan Rimbo Kaluang dapat mencari
daerah evakuasi dengan melanjutkan Alternatif rute evakuasi menuju kelurahan
Ampang dan sekitarnya, sedangkan delapan kelurahan lainnya harus melewati
sungai Bandar Bakali terlebih dahulu sebelum bisa mencapai daerah dengan
elevasi yang lebih dari 9 meter. Dengan melihat ketersediaan jembatan saat ini
yang masih minim sangat dikhawatirkan tidak akan mampu menyeberangkan
penduduk dari delapan kelurahan di Kecamatan Padang Barat ditambah dengan
sebagian penduduk kecamatan Padang Timur.
4.5 Ketahanan Terhadap Bencana
Berbagai upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana gempabumi dan tsunami sudah mulai dilakukan di kota Padang. Upaya tersebut dilakukan dan diberikan pada elemen-elemen yang ada.
Upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan komunitas sekolah
meliputi kegiatan edukasi sekolah dan masyarakat terkait dengan upaya mitigasi
bencana gempabumi dan tsunami serta simulasi evakuasi yang telah dilakukan
sejak tahun 2005 pada beberapa daerah. Simulasi evakuasi yang melibatkan
kelompok masyarakat pernah dilakukan di dua kelurahan yakni kelurahan Rimbo
Kaluang dan kelurahan Purus sedangkan di kelurahan Berok Nipah kegiatan
81
simulasi evakuasi hanya dilakukan oleh anak-anak sekolah saja. Kegiatan
simulasi ini dilakukan mulai dari tempat tinggal masing-masing menuju tempat
yang menjauhi garis pantai. Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas
sekolah maka Dinas Pendidikan Kota Padang bekerjasama dengan Kogami dan
pihak lain yang terkait melakukan serangkaian kegiatan edukasi dan simulasi
evakuasi sekolah. Sampai dengan bulan Maret 2009 sejumlah 39 (36,45%) dari
107 sekolah mulai dari TK sampai SMA di kecamatan Padang Barat telah
memperoleh edukasi tentang gempabumi dan tsunami serta simulasi evakuasi
terhadap gempabumi. Sekolah-sekolah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 di
bawah ini
82
Tabel 4.18 Daftar Sekolah teredukasi di kecamatan Padang Barat No Nama Sekolah Alamat Kelurahan
1 TK. Adzkia I Jl. Batang Anai no. 9 Rimbo Kaluang2 SD Agnes Jl. Bandar Gereja Kampung Pondok3 SD Murni Jl. Nipah no. 33 Berok Nipah4 SDN 05 Padang Pasir Jl. Padang Pasir VI/4 Padang Pasir5 SDN 23 Ujung Gurun Jl. Veteran no. 82 Ujung Gurun6 SDN 25 Purus Jl. Sawo Purus V Purus7 SDN 28 Purus Jl. Sawo Purus V Purus8 SDN 29 Purus Jl. Purus V Purus9 SDN 03 Purus Jl. Veteran no 31 Purus
10 SDN 04 Purus Jl. Veteran no 31 Purus11 SDN 09 Berok Nipah Jl. Batang Arau Berok Nipah12 SDN 10 Berok Nipah Jl. Batang Arau Berok Nipah13 SDN 22 Ujung Gurun Jl. Ujung Gurun no 62 Ujung Gurun14 SDN Percobaan Jl. Ujung Gurun Ujung Gurun15 SDN 21 Purus Jl. Veteran no 31 Purus16 SDN 02 Kampung Pondok Jl. Pulau Karam Kampung Pondok17 SDN 16 Kampung Pondok Jl. Pulau Karam Kampung Pondok18 SDN 08 Kampung Pondok Jl. Pulau Karam Kampung Pondok19 SDN 26 Rimbo Kaluang Rimbo Kaluang20 SMPN 1 Padang Jl. Jenderal Sudirman no 3 Kampung Jao21 SMPN 2 Padang Jl. Bundo Kanduang 27 Kampung Pondok22 SMPN 3 Padang Jl. Pulau Karam no. 98 Kampung Pondok23 SMPN 4 Padang Jl. Pulau Karam no. 98 Kampung Pondok24 SMP YAPI Padang Jl. Purus IV no. 8 Purus25 SMP Murni Jl. Nipah No. 33 Berok Nipah26 SMP Sahara Jl. Padang Pasir no. 30 Padang Pasir27 SMP Baiuturrahmah Jl. Damar I no. 5 Purus28 SMP Pertiwi I Jl. Bandar Belakang Tangsi no. 18 Belakang Tangsi29 SMAN 1 Padang Jl. Jenderal Sudirman no. 1 Kampung Jao30 SMAN 2 Padang Jl. Batang Musi Rimbo Kaluang31 SMA Don Bosco Jl. Khairil Anwar no 8 Belakang Tangsi32 SMA Murni Jl. Nipah no. 33 Berok Nipah33 SMA YAPI Jl. Purus IV/8 Purus34 SMK N 9 Jl. Bundo Kanduang Kampung Pondok35 SMTI Jl. Batang Musi Rimbo Kaluang36 SMK N 3 Jl. Jenderal Sudirman no. 11 Kampung Jao37 SMK Pelayaran Jl. Bandar Purus Padang Pasir38 SMU Baiturrahmah Jl. Damar I no. 5 Purus39 SMA Muhammadiyah 2 Jl. Ujung Belakang Olo Olo
83
Gambar 4.17 Distribusi sekolah yang pernah diedukasi di Kelurahan Padang
Barat
84
Salah satu hasil yang telah dicapai dari kegiatan edukasi sekolah adalah adanya
12 sekolah siaga bencana di kota Padang yang diharapkan dapat menjadi model
bagi sekolah lainnya. Empat sekolah diantaranya berada di kecamatan Padang
Barat yakni:
1. SMPN 1 Padang
2. SMPN 2 Padang
3. SMAN 1 Padang
4. SMK Pelayaran
Selain pernah mendapatkan edukasi gempabumi dan tsunami, keempat sekolah tersebut telah melakukan simulasi evakuasi keluar dari lingkungan sekolah dan menjauhi garis pantai. Selain itu sekolah juga telah memiliki peta evakuasi untuk masing-masing kelas untuk bencana gempabumi. Perancangan dan implementasi kurikulum muatan lokal siaga bencana juga mulai dilakukan. SMAN 1 dan SMKN 9 Padang merupakan sekolah percontohan bagi upaya tersebut. Sampai saat ini kegiatan edukasi sekolah masih terus dilakukan.
Selain bertujuan untuk mendiseminasikan pengetahuan tentang gempabumi dan
tsunami serta tindakan yang harus dilakukan ketika gempabumi terjadi juga
diharapkan terciptanya suatu kebijakan lokal mengenai peringatan alami yang
dapat dijadikan sebagai acuan gempabumi yang berpotensi tsunami. Peringatan
alami tersebut dapat dilihat dari:
1. Gempa berlangsung lama lebih kurang selama 1 menit
2. Kita tidak dapat berdiri dengan seimbang
3. Struktur utama bangunan (tiang utama dan balok bangunan) banyak
mengalami kerusakan.
Pada level pemerintahan ada berbagai upaya yang telah dilakukan meliputi
pembentukan Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana
(PUSDALOPS-PB) yang merupakan sebuah organisasi yang bertanggung jawab
sebagai Pengelola Informasi Bencana( Disaster Information Manager) sekaligus
berfungsi sebagai Pengendali Koordinasiantar instansi dan lembaga baik
pemerintah maupun masyarakat, untuk penangangan bencana dan tsunami di
85
Kota Padang. Pusat Pengendali Operasi juga mempunyai peranan yang sangat
penting ketika gempa berpotensi tsunami terjadi karena memiliki kewenangan
untuk memberikan peringatan dini (early warning system) kepada pemerintah
melalui jaringan sistem peringatan dini yang telah ada. Upaya perancangan dan pembuatan dokumen yang berfungsi sebagai acuan umum (disaster mitigation planning) atau bersifat teknis meliputi pembuatan Rencana Aksi Daerah (RAD) yang berfungsi sebagai acuan perencanaan penanggulangan bencana bagi instansi dan institusi. Selain itu adanya Perda Provinsi no 5 tahun 2007 dan Perda Kota Padang no. 3 tahun 2008 tentang Penanggulangan Bencana memberikan andil yang cukup besar dalam upaya mitigasi bencana di Kota Padang.
Dalam upaya untuk dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat , pemerintah pusat dan daerah yang bekerjasama dengan US-IOTWS memasang DART (Deep-Ocean Assessment and Reporting of Tsunami) Bouy di Samudera Hindia. Selain itu untuk mendiseminasikan peringatan dini kepada masyarakat maka sistem tersebut diintegrasikan dengan FM-RDS serta pemasangan sirine yang salah satunya berada di kecamatan Padang Barat. Langkah konkrit untuk memberikan peringatan dini terhadap masyarakat jika terjadi gempabumi yang berpotensi tsunami dilakukan dengan membuat jejaring peringatan dini antara PUSDALOPS-PB dengan mesjid-mesjid yang tersebar di setiap kelurahan.
Upaya lain yang dilakukan untuk mengurangi resiko tsunami, Pemerintah kota
Padang membangun jalan samudera yang membentang sepanjang pantai Padang.
Upaya ini dilakukan untuk mempertinggi permukaan tanah di daerah tepi pantai.
Berkaitan dengan upaya mitigasi bencana tsunami di kota Padang, Dinas
Pemukiman dan Prasarana Wilayah kota Padang membuat perencanaan untuk
pembukaan dan peningkatan jalan jalur evakuasi. Jaringan jalan rencana tersebut
yang berada di Padang Barat dapat dilihat pada tabel 4.19 dan gambar 4.18 di
bawah ini
86
Tabel 4.19 Rencana pengembangan jalur evakuasi
[Dinas Kimpraswil Kota Padang, 2007]
No. Nama Jalan Panjang Lebar (m) (m)
1 Jl. Kampung Jawa Dalam dan Sekitarnya 1,500 5 2 Jl. Purus I, II, III dan V 1,360 5 3 Jl. Pemuda 750 5 4 Jl. Harapan 250 5 5 Jl. Koto Marapak 450 6 6 Jl. Karet 355 6 7 Jl. Damar II 150 5 8 Jl. Gurun Dalam dan Tanah Baroyo 1,000 5 9 Jl. Dobi 600 6
87
Gambar 4.18 Rencana Pengembangan Jalan sebagai Jalur Evakuasi
88
4.6 Analisis Resiko Bencana Tsunami untuk Masing-masing Kelurahan
Berdasarkan hasil kajian mengenai kerentanan daerah studi serta melakukan
pembobotan berdasarkan kelas dan kriteria pada tabel 3.2 sampai 3.6 maka
diperoleh bobot untuk masing-masing kelurahan seperti tergambar pada tabel
4.20 di bawah ini
Tabel 4.20 Bobot kriteria kerentanan masing-masing kelurahan
1 Berok Nipah 0.4 0.4 0.500 0.200 0.2672 Kampung Pondok 0.3 0.4 0.167 0.200 0.2673 Belakang Tangsi 0.4 0.4 0.333 0.200 0.2004 Kampung Jao 0.4 0.4 0.167 0.200 0.0675 Olo 0.4 0.4 0.167 0.267 0.3336 Purus 0.4 0.4 0.167 0.267 0.3337 Padang Pasir 0.4 0.4 0.167 0.200 0.2008 Ujung Gurun 0.4 0.4 0.167 0.200 0.3339 Rimbo Kaluang 0.4 0.4 0.167 0.200 0.067
10 Flamboyan Baru 0.4 0.4 0.167 0.200 0.067
Ketinggian Tempat
Waktu untuk evakuasiNo. Kelurahan Jarak dari
PantaiPenduduk
Rentan Siswa Rentan
Sedangkan dengan menggunakan metoda AHP (Analytical Hierarchy Process),
maka diperoleh bobot masing-masing kelas seperti pada tabel 4.21 di bawah ini
Tabel 4.21 Bobot kerentanan masing-masing kelas
No Kelas Bobot 1 Kebutuhan Waktu untuk evakuasi (T) 0.360 2 Ketinggian Tempat (E) 0.087 3 Jarak dari Pantai (L) 0.240 4 Kerentanan Penduduk (PR) 0.175 5 Kerentanan Siswa (SR) 0.137
Dengan perhitungan konsistensi rasionya adalah:
a. λ = 5,353
b. CI (consistency index) = 0,0882
c. RI (Random Concictency Indices) = 1,12
d. CR (consistency ratio) = 0,0788
e. CR < 0,1 artinya pembobotan konsisten
89
Dengan melakukan perhitungan numerik terhadap bobot masing-masing kelas
dengan bobot kriteria untuk masing-masing kelurahan, maka diperoleh bobot
kerentanan untuk masing-masing kelurahan sebagaimana tabel 4.22 di bawah ini
Tabel 4.22 Bobot kerentanan masing-masing kelurahan
0.360 0.087 0.240 0.175 0.1371 Berok Nipah 0.144 0.035 0.120 0.035 0.037 0.3712 Kampung Pondok 0.108 0.035 0.040 0.035 0.037 0.2553 Belakang Tangsi 0.144 0.035 0.080 0.035 0.027 0.3214 Kampung Jao 0.144 0.035 0.040 0.035 0.009 0.2635 Olo 0.144 0.035 0.040 0.047 0.046 0.3126 Purus 0.144 0.035 0.040 0.047 0.046 0.3127 Padang Pasir 0.144 0.035 0.040 0.035 0.027 0.2828 Ujung Gurun 0.144 0.035 0.040 0.035 0.046 0.3009 Rimbo Kaluang 0.144 0.035 0.040 0.035 0.009 0.263
10 Flamboyan Baru 0.144 0.035 0.040 0.035 0.009 0.263
Siswa Rentan Jumlah
Penduduk Rentan
Jarak dari Pantai
Ketinggian Tempat
Waktu untuk evakuasiNo.
Berdasarkan jumlah bobot kerentanan masing-masing kelurahan, maka urutan
kelurahan berdasarkan kerentanan tertinggi sampai terendah adalah sebagai
berikut:
1. Berok Nipah
2. Rimbo Kaluang
3. Flamboyan Baru
4. Purus
5. Kampung Pondok
6. Padang Pasir
7. Kampung Jao
8. Belakang Tangsi
9. Olo
10. Ujung Gurun
Sedangkan berdasarkan pada status ketahanan dan pembobotan sebagaimana
telah dijelaskan pada tabel 3.7 sampai 3.9 maka boot kriteria untuk masing-
masing kelas di daerah studi adalah sebagaimana terdapat pada tabel 4.23 di
bawah ini
Kelas
Kelurahan
90
Tabel 4.23 Bobot kriteria ketahanan pada daerah studi
No. Kelurahan Simulasi Evakuasi
Edukasi Sekolah
Sekolah Siaga
Bencana 1 Berok Nipah 0.333 0.4 0.1 2 Kampung Pondok 0.333 0.3 0.1 3 Belakang Tangsi 0.167 0.1 0.1 4 Kampung Jao 0.167 0.2 0.4 5 Olo 0.167 0.1 0.1 6 Purus 0.5 0.3 0.1 7 Padang Pasir 0.167 0.1 0.2 8 Ujung Gurun 0.167 0.2 0.1 9 Rimbo Kaluang 0.5 0.4 0.1
10 Flamboyan Baru 0.167 0.1 0.1
Sedangkan dengan menggunakan metoda AHP (Analytical Hierarchy Process),
maka diperoleh bobot masing-masing kelas ketahanan seperti pada tabel 4.24 di
bawah ini
Tabel 4.24 Bobot ketahanan untuk masing-masing kelas
No Kelas Bobot 1 Simulasi Evakuasi (SE) 0.589 2 Sekolah telah diedukasi (ES) 0.252 3 Sekolah siaga bencana (SSB) 0.159
Dengan perhitungan konsistensi rasionya adalah:
a. λ = 3,054
b. CI (consistency index) = 0,027
c. RI (Random Concictency Indices) = 0,58
d. CR (consistency ratio) = 0,0465
e. CR < 0,1 artinya pembobotan konsisten
Berdasarkan dua tabel di atas maka bobot ketahanan untuk masing-masing
kelurahan adalah sereti pada tabel 4.25 berikut ini
91
Tabel 4.25 Bobot ketahanan masing-masing kelurahan
No. Simulasi Evakuasi
Edukasi Sekolah
Sekolah Siaga Bencana Jumlah
0.589 0.252 0.159 1 Berok Nipah 0.196 0.101 0.016 0.313 2 Kampung Pondok 0.196 0.076 0.016 0.288 3 Belakang Tangsi 0.098 0.025 0.016 0.139 4 Kampung Jao 0.098 0.050 0.064 0.212 5 Olo 0.098 0.025 0.016 0.139 6 Purus 0.294 0.076 0.016 0.386 7 Padang Pasir 0.098 0.025 0.032 0.155 8 Ujung Gurun 0.098 0.050 0.016 0.165 9 Rimbo Kaluang 0.294 0.101 0.016 0.411
10 Flamboyan Baru 0.098 0.025 0.016 0.139
Dengan merujuk kepada nilai bobot kerentanan dan ketahanan untuk masing-
masing kelurahan, maka tingkat resiko bencana tsunami di kecamatan Padang
Barat sangat ditentukan oleh besarnya nilai bobot tersebut. Hal ini dikarenakan
dengan mengacu kepada potensi bencana tsunami, seluruh kelurahan di
Kecamatan Padang Barat memiliki nilai potensi bencana yang sama. Dengan
melakukan perhitungan numerik terhadap nilai bobot kerentanan dan ketahanan,
maka urutan kelurahan yang memiliki resiko tertinggi sampai dengan resiko
terendah dapat dilihat pada tabel 4.26 dan gambar 4.19 di bawah ini
Tabel 4.26 Bobot Resiko bencana tsunami di kecamatan Padang Barat
No. Kelurahan Bobot Resiko
1 Belakang Tangsi 2.305 2 Olo 2.234 3 Flamboyan Baru 1.889 4 Ujung Gurun 1.821 5 Padang Pasir 1.812 6 Kampung Jao 1.240 7 Berok Nipah 1.185 8 Kampung Pondok 0.886 9 Purus 0.807 10 Rimbo Kaluang 0.641
Kelas
Kelurahan
92
Kelurahan Belakang Tangsi menempati urutan pertama dalam hal bobot resiko
bencana tsunami dikarenakan beberapa hal yakni penduduk di kelurahan ini
memerlukan waktu untuk melakukan evakuasi yang melebihi batas waktu
evakuasi yang tersedia, selain itu kapasitas yang dimiliki oleh kelurahan ini
masih rendah. Hal ini dikarenakan penduduk kelurahan Belakang Tangsi belum
pernah melakukan simulasi evakuasi serta sekolah yang telah mendapatkan
edukasi mengenai gempabumi dan tsunami hanya 10% saja dari total sekolah
yang ada.
Kelurahan Olo yang memiliki tingkat kerentanan di bawah kelurahan Belakang
Tangsi, ternyata menempati urutan kedua daerah yang memiliki resiko bencana
tsunami di kecamatan Padang Barat. Hal ini dikarenakan tingkat ketahanan yang
dimilikinya masih rendah. Terbukti dengan hanya 6% sekolah yang pernah
mendapatkan edukasi kebencanaan serta penduduk kelurahan juga belum pernah
melakukan simulasi evakuasi.
Walaupun memiliki kerentanan yang rendah terhadap bencana tsunami, tetapi
kelurahan Flamboyan Baru juga memiliki ketahanan yang rendah juga. Hal ini
dikarenakan penduduk di kelurahan ini belum pernah melaksanakan simulasi
evakuasi. Selain daripada itu tingkat ketahanan juga tidak didukung oleh
ketahanan sekolah karena hanya ada satu Taman Kanak-Kanak yang ada di
kelurahan ini.
Dengan jumlah Sekolah Dasar sebanyak 51,4%, kerentanan kelurahan Ujung
Gurun disumbang oleh siswa yang rentan. Selain itu hanya sekitar 38% sekolah
yang pernah mendapatkan edukasi serta penduduk kelurahan tersebut belum
pernah melakukan simulasi evakuasi mengakibatkan kelurahan Ujung Gurun
menempati urutan keempat jika ditinjau dari resiko terhadap bencana tsunami.
Kelurahan Padang Pasir memiliki kerentanan penduduk dan kerentanan siswa
yang berada pada urutan sedang jika dibandingkan dengan kelurahan lainnya.
Walaupun hanya sekitar 19% sekolah yang pernah mendapatkan edukasi sekolah,
93
tetapi penyumbang bobot ketahanan diberikan dengan adanya Sekolah Siaga
Bencana.
Penduduk kelurahan Kampung Jao belum pernah melakukan simulasi evakuasi
terhadap bencana tsunami. Kelurahan ini memperoleh resiko bencana yang
menengah dikarenakan rendahnya tingkat kerentanan siswa karena di kelurahan
ini tidak terdapat Sekolah Dasar. Selain daripada itu, dengan adanya 3 sekolah
siaga bencana memberikan bobot ketahanan yang tinggi sehingga resiko bencana
dapat tereduksi dengan sendirinya.
Dari sisi spasial, kelurahan Berok Nipah memiliki kerentanan yang sangat tinggi
terhadap bencana tsunami, hal ini dikarenakan letak geografisnya yang
berbatasan langsung dengan pantai serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
daerah evakuasi melebihi waktu yang tersedia untuk evakuasi. Tetapi pada
kenyataannya, tingkat kerentanan tersebut dapat direduksi dengan kegiatan
edukasi sekolah yang telah dilaksanakan di sekitar 83% sekolah yang ada di
kelurahan tersebut. Selain itu kegiatan simulasi evakuasi yang dilakukan oleh
sebagian siswa sekolah juga mampu menambahkan bobot ketahanan di kelurahan
Berok Nipah.
Sama halnya dengan kelurahan Berok Nipah, kelurahan Pondok juga memiliki
tingkat ketahanan yang tinggi yang disumbang oleh kegiatan simulasi evakuasi
yang diikuti oleh sebagian besar siswa serta dengan adanya kegiatan edukasi
sekolah yang mampu mereduksi kerentanan wilayah yang berada sedikit di
bawah kerentanan kelurahan Berok Nipah.
Kelurahan Purus yang memanjang di daerah pesisir pantai memiliki karakteristik
kerentanan yang hampir sama dengan kelurahan Berok Nipah. Salah satu
penyumbang bobot ketahanan terbesar diberikan oleh kegiatan simulasi evakuasi
yang pernah diikuti oleh penduduk di kelurahan ini serta hampir 67% sekolah
yang ada telah mendapatkan edukasi sekolah.
94
Untuk kelurahan Rimbo Kaluang, walaupun memiliki kerentanan yang tinggi
terhadap tsunami tetapi dapat direduksi dengan bobot ketahanan yang tinggi juga
sehingga resiko terhadap tsunami menjadi rendah.
Gambar 4.19 Tingkat Resiko Bencana Tsunami di Kecamatan Padang Barat
95
4.7 Rekomendasi
1 Karena keterbatasan daerah dan waktu untuk melakukan evakuasi maka
alternatif yang dapat dilakukan meliputi:
a. Pembuatan dinding penahan gelombang (sea wall), hal ini diharapkan
dapat mereduksi energi akibat hempasan gelombang tsunami
sehingga ketinggian dan jangkauan gelombang ke daratan dapat
berkurang. Tetapi dalam pembuatannya, dinding penahan gelombang
memerlukan biaya yang sangat besar.
b. Mempertinggi bantaran sungai untuk mengurangi luapan air sungai
sehingga daerah di sekitar sungai pun dapat digunakan sebagai daerah
evakuasi.
c. Pembuatan fasilitas yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi
vertikal seperti taman kota yang elevasinya ditingkatkan beberapa
meter, pembuatan fasilitas umum seperti gelanggang olah raga,
fasilitas rekreasi, museum atau fasilitas komersil serta pembuatan
fasilitas sekolah. Selain pembuatan tempat elevasi vertikal juga dapat
memanfaatkan gedung-gedung tinggi yang sudah ada.
d. Pembuatan jembatan di kelurahan Berok Nipah dan Kampung
Pondok. Pembuatan jembatan ini dimaksudkan untuk memperpendek
Alternatif rute evakuasi dari masing-masing kelurahan menuju Bukit
Gado-Gado yang berada di seberang Sungai Batang Arau. Untuk
memperkecil resiko keruntuhan jembatan ketika gempabumi terjadi,
maka perencanaan jembatan juga harus mempertimbangkan Peraturan
Bangunan (Building Codes) yang telah ditetapkan.
2 Untuk mengurangi kerusakan struktur pada saat terjadinya gempabumi, maka
dalam perencanaan struktur bangunan harus sesuai dengan Building Codes
yang telah ditetapkan.
96
3 Tidak menjadikan kecamatan Padang Barat sebagai sentral pelayanan utama,
hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan penduduk pada siang hari.
4 Memindahkan fasilitas – fasilitas vital ke daerah yang lebih aman.
5 Menyediakan kendaraan evakuasi untuk membantu kelompok penduduk yang
membutuhkan bantuan ketika akan evakuasi.