46
GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS PASCA OPERASI DENGAN TEKNIK FAKOEMULSIFIKASI DI RSUP FATMAWATI 2016 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran OLEH: MOHAMAD HANIFSYAH ODANG NIM: 11141030000068 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK

SENILIS PASCA OPERASI DENGAN TEKNIK

FAKOEMULSIFIKASI DI RSUP FATMAWATI 2016

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

OLEH:

MOHAMAD HANIFSYAH ODANG

NIM: 11141030000068

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

ii

Page 3: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

iii

Page 4: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

iv

Page 5: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,

karena atas berkah rahmat dan kuasa-Nya penelitian ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Penyusunan dan penulisan pelitian ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Maka, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. dr. Hari Hendarto, Ph. D, Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku Dekan FK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku ketua Program Studi Kedokteran

dan Profesi Dokter FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nida Farida, Sp.M, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

banyak waktu menuntun peneliti dengan sabar dari awal penelitian hingga

selesai.

4. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu menuntun peneliti dengan sabar dari awal

penelitian hingga selesai.

5. dr. Zulhafdi, Sp.M yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

menjadi penguji I sidang skripsi saya.

6. dr. Marita Fadhilah, Ph.D.yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk menjadi penguji II sidang skripsi saya.

7. Pak Chris Adiyanto. M.Biomed, Ph. D selaku penanggung jawab modul

riset.

8. Kedua orangtua peneliti yang telah membesarkan peneliti dengan penuh

cinta yang tak terhingga, senantiasa mendoakan dan memberi nasihat

kepada peneliti.

9. Azhardin, Rahmy, Diva dan Indira selaku teman satu kelompok yang

telah saling membantu dan menyemangati dalam menyelesaikan

penelitian.

Page 6: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

vi

10. Teman-teman PSKPD angkatan 2014 serta seluruh staf dan pengajar

PSKPD FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan

semuanya. Hanya kepada Allah SWT peneliti serahkan segalanya, agar penelitian

ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Jakarta, 21 Maret 2018

Mohamad Hanifsyah Odang

Page 7: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

vii

ABSTRAK

Mohamad Hanifsyah Odang, Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Gambaran perbaikan visus pada pasien katarak senilis pasca operasi dengan

teknik Fakoemulsifikasi di RSUP FATMAWATI 2016.

Latar Belakang: Prevalensi kebutaan pada masyarakat usia lebih dari 50 tahun

di 3 provinsi di Indonesia (NTB, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) sebesar 3,2%.

Penyebab utamanya adalah katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa akibat

hidrasi atau denaturasi protein lensa yang dapat mengakibatkan turunnya tajam

penglihatan. Faktor resiko terjadinya katarak adalah usia, jenis kelamin dan

pekerjaan. Salah satu tatalaksana katarak adalah pembedahan dengan metode

fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan pembedahan dengan metode

fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan membaik. Tujuan: Mengetahui

gambaran perbaikan visus pada pasien katarak senilis pasca operasi dengan

teknik fakoemulsifikasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan

desain potong lintang dengan mengambil data sekunder yaitu berupa rekam

medik yang dilaksanakan pada periode februari 2017-maret 2017 di RSUP

FATMAWATI. Hasil: Dari 29 subjek penelitian didapatkan 21 orang mengalami

perbaikan visus (72,3%) dan sebanyak 8 orang tidak mengalami perbaikan visus

(27,5%). Berdasarkan uji statistik menggunakan Wilcoxon menunjukkan nilai p:

0.000 yang artinya terjadi perbedaan antara visus sebelum operasi dan setelah

operasi. Kesimpulan: terdapat perbedaan antara visus sebelum operasi dan

setelah operasi dengan metode Fakoemulsifikasi di RSUP FATMAWATI pada

tahun 2016.

Kata Kunci: katarak, visus, Fakoemulsifikasi

Page 8: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

viii

Mohamad Hanifsyah Odang, Medical Study Program and Doctor Profession. An

overview of visus improvement in postoperative senile cataract patients with

Facoemulsification technique at FATMAWATI 2016.

Background: Background: The prevalence of blindness in people aged over 50

years in 3 provinces in Indonesia (NTB, West Java and South Sulawesi) of 3.2%.

The main cause is cataracts. Cataracts are the lens turbidity due to the hydration

or denaturation of lens proteins which can lead to a sharp decrease of vision. The

risk factors for cataracts are age, sex and occupation. One of the management of

cataract is surgery by phacoemulsification method. After surgery with

phacoemulsifikasi method then visus will improve. Objective: To determine the

picture of visus improvement in postoperative senile cataract patient who had

surgery with phacoemulsification technique. Method: This research is a cross

sectional study by taking secondary data that is in the form of medical record

which was conducted in the period of februari 2017-march 2017 in RSUP

FATMAWATI. Result: From 29 subjects, 21 people got visus improvement

(72.3%) and 8 did not have visus improvement (27,5%). Based on statistical tests

using Wilcoxon shows p value: 0.000 which means there is a difference between

visus before operation and after operation. Conclusion: There is a difference

between the pre-surgery and post-operative vise with the Facoemulsification

method at FATMAWATI RSUP in 2016.

Page 9: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 2

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2

1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................... 2

1.4.2 Bagi Insitusi ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 3

2.1.1 Anatomi mata ......................................................................................... 3

2.1.2 Fisiologi penglihatan .............................................................................. 4

2.1.3 Visus ....................................................................................................... 7

2.1.4 Katarak ................................................................................................... 8

2.1.4.1 Definisi ......................................................................................... 9

2.1.4.2 Faktor resiko ................................................................................... 9

2.1.4.3 Patogenesis ..................................................................................... 9

Page 10: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

x

2.1.4.4 Stadium ........................................................................................ 10

2.1.4.5 klasifikasi ...................................................................................... 10

2.1.4.6 Tatalaksana .................................................................................... 12

2.1.4.7 Penyembuhan Luka Pada Kornea ................................................ 13

2.2 Kerangka Teori ........................................................................................... 15

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................................ 16

2.4 Definisi Operasional ................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 19

3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 19

3.2.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 19

3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................. 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 19

3.3.1 Populasi Target..................................................................................... 19

3.3.2 Populasi Terjangkau ............................................................................. 19

3.3.3 Sampel .................................................................................................. 19

3.3.4 Teknik Pemilihan Sampel..................................................................... 20

3.3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 20

3.3.6 Analisis Data ......................................................................................... 20

3.3.6.1 Analisis Univariat ............................................................................ 21

3.3.6.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 21

3.4 Alur Kerja Penelitian .................................................................................. 21

3.5 Manajemen Data ......................................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

4.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 23

4.1.1 Usia Responden ..................................................................................... 23

4.1.2 Jenis Kelamin Responden..................................................................... 24

4.1.3 Visus Pre-op Responden ...................................................................... 24

4.1.4 Visus Minggu Ke 6 Responden ........................................................... 25

4.1.5 Visus Pre-op Dibandingkan dengan Visus minggu ke 6 ...................... 25

4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 26

Page 11: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

xi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 27

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 27

5.2 Saran ........................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28

LAMPIRAN ........................................................................................................ 31

Page 12: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

xii

DAFTAR SINGKATAN

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

WHO : World Health Organization

EKEK : Ekstraksi Katarak Extra Kapsular

ECCE : Extra Capsular Cataract Extraction

Page 13: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi usia ................................................................................... 23

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin .................................................................. 24

Tabel 4.3 Distribusi visus pre-op ...................................................................... 24

Tabel 4.4 Distribusi visus post-op .................................................................... 25

Tabel 4.5 perbandingan visus pre-op dengan post-op ...................................... 25

Page 14: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi lensa ................................................................................. 4

Gambar 2.2 Media Refraksi ................................................................................ 6

Gambar 2.3 Retina .............................................................................................. 6

Gambar 2.4 Fisiologi penglihatan……………………………………………...7

Gambar 2.5 Snellen chart………………………………………………………8

Gambar 2.6 Klasifikasi katarak ......................................................................... 11

Gambar 2.7 Proses Fakoemulsifikasi ................................................................ 13

Gambar 2.8 Proses penyembuhan luka ............................................................. 14

Page 15: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Univariat .......................................................................... 29

Lampiran 2 Analisisis Bivariat ......................................................................... 30

Page 16: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

World Health Organizaion (WHO) memperkirakan terdapat 45 juta

penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia.

Sepertiga dari 45 juta penderita kebutaan terdapat di Asia Tenggara.1 Sembilan

puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan terdapat di negara

berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit

di dunia dan empat orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara.1 Di Indonesia,

satu orang menjadi buta setiap menitnya. Berdasarkan hasil survei kebutaan

dengan menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness atau

RAAB yang dilakukan di 3 provinsi di Indonesia (Nusa Tenggara Barat, Jawa

barat dan Sulawesi Selatan) pada tahun 2013-2014, didapatkan prevalensi

kebutaan pada masyarakat usia > 50 tahun rata-rata 3,2 %. Penyebab utamanya

adalah katarak (71%).2

Katarak merupakan penyebab utama penurunan tajam penglihatan hingga

kebutaan. Faktor resiko yang mempengaruhi katarak adalah usia, jenis kelamin,

dan pekerjaan. Modalitas utama pada tatalaksana katarak adalah pembedahan

dengan metode Ekstraksi Katrak Ekstra Kapsuler (EKEK) dan Fakoemulsifikasi.

Teknik operasi yang dilakukan pada pasien katarak disesusaikan dengan kondisi

pasien. Teknik operasi yang sering digunakan untuk pasien katarak senilis adalah

Fakoemulsifikasi. Teknik fakoemulsifikasi ini memiliki komplikasi minimal.3

Tujuan dilakukan operasi katarak adalah untuk meningkatkan tajam

penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Setelah dilakukan

pembedahan, pasien dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan atau lebih dikenal

dengan pemeriksaan visus. Tujuannya untuk mengetahui adanya perbaikan tajam

penglihatan (visus) pasien. Visus ditentukan dengan mempergunakan huruf-huruf

percobaan pada kartu Snellen. Visus orang yang normal yaitu 6/6.3

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran perbaikan visus pada

pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi di RSUP Fatmawati 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Page 17: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

2

Apakah terjadi perbaikan visus yang signifikan pada pasien katarak senilis

pasca operasi dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi di RSUP

Fatmawati 2016 ?

1.3 Hipotesis

Terjadi perbaikan visus yang signifikan pada pasien katarak senilis pasca

operasi dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi di RSUP Fatmawati 2016.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perbaikan visus pada pasien katarak senilis setelah

operasi menggunakan teknik fakoemulsifikasi.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran usia terbanyak pada pasien katarak senilis di

RSUP Fatmawati 2016

Mengetahui gambaran jenis kelamin terbanyak pada pasien katarak

senilis di RSUP Fatmawati 2016

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi peneliti

Mendapatkan pengetahuan tentang operasi katarak

Mendapatkan gambaran usia dan jenis kelamin terhadap perbaikan

visus pasca operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi

1.5.2 Manfaat bagi insitusi

Sebagai data masukan dan evaluasi bagi insitusi untuk memberikan

informasi tentang hasil pada operasi katarak.

Page 18: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Anatomi mata

2.1.1.1 Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan

hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.

Lensa digantung oleh zonula zinii yang menghubungkannya dengan korpus

siliare. Di anterior lensa terdapat humor aquoeus, di posterior terdapat vitreus

humor. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semi permiabel (sedikit lebih

permeabel daripada dinding kapiler) yang memungkinkan air dan elektrolit

dapat masuk. Di depan lensa terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa

lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat

lameral subepitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih

besar dan kurang elastis.4

Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.

Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada

pemeriksaan mikroskop, inti jelas dibagian perifer lensa dekat ekuator dan

bersambung dengan lapisan epitel subkapsul. Lensa ditahan di tempatnya oleh

ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula zinni) yang tersusun dari

banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator

lensa.4

Lensa terdiri dari 65% air, sekitar 35 % protein (kandungan protein

tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang

biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat

dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada pembuluh darah atau

syaraf di lensa.4

Page 19: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

4

Gambar 2.1 Anatomi lensa. Lensa terdiri dari nukleus, korteks, epitel dan

kapsul.5

2.1.1.2 Retina

Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi

transparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola

mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus cilirae dan

berakhir pada orra serata dengan tepi tidak rata.4

2.1.1.3 Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan

yang dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus.4

2.1.2 Fisiologi Penglihatan

Proses penglihatan dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada

retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika

dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak

dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri

diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang

terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel

epithelial. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial cells.6

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan

melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata.

Page 20: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

5

Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya

berubah dan ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek

yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata,

pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1,38), aqueous humor

(n=1,33), dan lensa (n=1,40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak

dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang

ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya

mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam

proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat

diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina.4

Gambar 2.2 Media Refraksi Mata. Kornea n =1,38, Aqueou humor n=1,33 dan

lensa n=1,40.7

Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory

retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin

yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk suatu matriks

hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya

dan mengisoloasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina,

terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionik.

Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron

dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiformis luar berada diantara lapisan

sel bipolar dan ganglionik sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara

lapisan sel bipolar dan ganglionik.6,8,9

Page 21: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

6

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang

terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral

geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks serebri.6,8,9

Gambar 2.3 Retina. terdiri dari 2 komponen yaitu pigmented dan sensorik

retina.10

Page 22: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

7

Gambar 2.4 Fisiologi penglihatan 1. Sewaktu cahaya masuk ke mata berkas sinar

dari separuh lapang pandang jatuh di separuh kanan retina kedua mata atau dalam

retina kiri dan separuh lateral atau luar retina kanan 2. Lalu diteruskan ke nervus

optikum 3. kiasma optikum 4. traktus optikum 5. Superior occuli 6. Genikulatum

lateral 7. Optic radiation 8. Visual cortex di lobus oksipital.11

2.1.3 Visus

Pemeriksaan tajam penglihatan atau visus merupakan pemeriksaan fungsi

mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab

kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam

penglihatan perlu di catat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.

Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan

menggunakan kartu snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan

diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari) ataupun

proyeksi sinar. Besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian

benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil pada kartu Snellen

yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu.

Kemampuan mata melihat benda secara rinci sebuah objek secara

kuantitatif ditentukan dengan 2 cara :

1. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit). Ini

merupakan tajam penglihatan resolusi. Disebut juga resolusi minimum

tajam penglihatan.

Page 23: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

8

2. Dengan fraksi snellen. Ini ditentukan dengan mempergunakan huruf

atau cincin landolt atau objek ekuivalen lainnya.

Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan

mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu.

Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan

normal. Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang

seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut.3

Gambar 2.5 Snellen chart.13

2.1.4 Katarak

2.1.4.1 Definsi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi

akibat kedua-duanya. Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh

katarak. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan.

Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut

yaitu di atas usia 50 tahun. Katrak senilis adalah penyebab utama gangguan

penglihatan pada orang tua.3,12

Page 24: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

9

2.1.4.2 Faktor Resiko

Usia

Proses penuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan

meningkatnya umur maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya

serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia lensa berkurang

kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya beratnya

kondisi katarak. Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat kali pada

pasien berusia >65 tahun.3 Klasifikasi lansia menurut WHO adalah :

Elder person ( 45-59)

Old person (60-64)

Very old person (+90)

Jenis Kelamin

Wanita lebih beresiko terkena katarak dikarenakan faktor hormonal. Bila

wanita sudah mengalami menoupose yang mana terjadi penurunan pada jumlah

estrogen maka akan meningkatkan resiko terjadinya katarak.

Riwayat Penyakit

Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks

refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah juga akan

meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous humor akan

masuk ke lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi

sorbitol oleh enzim aldose reduktase melalui jalur poliol yang tidak

dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa.

2.1.4.3 Patogenesis

Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya

dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel-

sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan

tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari

serabut korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke arah tengah

sehingga nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis

Page 25: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

10

nuclear). Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia

menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan

fluktuasi mendadak pada indeks refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan

penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga

menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya usia lensa

menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak

bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi

penurunan konsentrasi glutathione dan kalium diikuti meningkatnya konsentrasi

natrium dan kalsium.7,14,15

2.1.4.4 Stadium Katarak

Stadium katarak terdiri dari :

Katarak Insipien

Katarak Imatur

Katarak Matur

Katarak Hipermatur

2.1.4.5 Klasifikasi Katarak Senilis

Berdasarkan lokasi terjadinya kekeruhan pada lensa, katarak dikelompokkan

menjadi tiga tipe yaitu :

Katarak nuklear

Katarak nuklear merupakan kekeruhan terutama pada nukleus dibagian

sentral lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat sklerosis nuklear dan penguningan

lensa yang berlebihan. Beberapa derajat sklerosis nuklear dan penguningan

pada umumnya merupakan proses kondensasi nukleus lensa yang umumnya

normal pada pasien diatas usia pertengahan. Kondisi ini hanya sedikit

mempengaruhi fungsi visual.3

Katarak kortikal

Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Katarak ini

cenderung bilateral tetapi seringkali asimetris. Efeknya terhadap fungsi

penglihatan bervariasi, tergantung dari jarak kekeruhan terhadap aksial

penglihatan.. Gejala katarak kortikal adalah fotofobia dari sumber cahaya fokal

Page 26: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

11

yang terus-menerus dan diplopia monokular. Katarak kortikal bervariasi

kecepatan perkembangannya. Beberapa kekeruhan kortikal tetap tidak berubah

untuk periode yang lama, sementara yang lainnya berkembang dengan cepat.

Katarak subkapsular posterior

Katarak subkapsular posterior atau katarak cupuliformis terdapat pada korteks

di dekat kapsul posterior bagian sentral dan biasanya di aksial.

Pada awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan

gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala

yang timbul adalah fotofobia dan penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya

terang, akomodasi, atau miotikum. Ketajaman penglihatan dekat menjadi lebih

berkurang daripada penglihatan jauh. Beberapa pasien mengalami diplopia

monokular.3

Gambar 2.4 Klasifikasi Katarak.16

Page 27: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

12

2.1.4.6 Tatalaksana

Tatalaksana yang di gunakan untuk pengobatan katarak adalah pembedahan.

Terdapat 2 jenis teknik pembedahan yang sering di gunakan yaitu

Fakoemulsifikas dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK).

1. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan teknik pembedahan katarak yang

termasuk dalam teknik ekstraksi ekstrakapsuler, yaitu mengeluarkan isi

lensa (korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek

(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Akan

tetapi teknik ini berbeda dari EKEK konvensional dalam hal insisi yang

dibutuhkan dan metode pengeluaran nukleus. Teknik ini menggunakan

ujung yang mengeluarkan gelombang ultrasonik untuk menghancurkan

nukleus yang keras dan mengaspirasi substansi nukleus dan korteks

melalui insisi berukuran sekitar 2-3 mm. Ukuran insisi tersebut cukup

digunakan untuk memasukkan lensa intraokuler (IOL) yang dapat dilipat

(foldable intraocular lens).3,12

Sementara jika menggunakan lensa intraokuler yang kaku maka

dibutuhkan insisi sekitar 5 mm. Keuntungan teknik fakoemulsifikasi

adalah kondisi intraoperasi yang lebih terkontrol. Operasi yang relatif

tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi sehingga kedalaman

kamera okuli anterior dan tekanan positif viterus dapat dikontrol dan

perdarahan koroid dapat dicegah. Selain itu, teknik ini juga

meminimalkan penjahitan, penyembuhan luka yang lebih cepat dengan

derajat distorsi kornea yang rendah dan mengurangi inflamasi

intraokuler pasca operasi sehingga menghasilkan rehabilitasi visual yang

lebih cepat daripada prosedur dengan insisi yang lebih besar. Meskipun

demikian, teknik fakoemulsifikasi juga memiliki kekurangan yaitu

adanya risiko pergeseran materi nukleus ke posterior melewati robekan

kapsul posterior. Hal ini membutuhkan tindakan operasi vitreoretina

yang kompleks.3,12,17,18

Page 28: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

13

Gambar 2.5 Proses Fakoemulsifikasi 1. Lakukan insisi pada tepi kornea 2.

Merobek kapsul lensa 3. Proses fakoemulsifikasi dan irigasi 4. Pemasangan

lensa tanam 5. Akhir dari pemasangan lensa tanam.19

2. EKEK

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran

isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut. Penyulit yang

dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.13

2.1.4.7 Penyembuhan Luka Pada Kornea

Penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang terdiri atas proses yang

terjadi pada jaringan ikat. Tujuan penyembuhan luka adalah untuk

mengembalikan anatomi dan fungsi organ atau jaringan. Penyembuhan dapat

memerlukan waktu tahunan dan dapat menyebabkan scar dengan tingkatan yang

beragam. Beberapa tahapan reaksi mengikuti luka, fase inflamasi akut,

regenerasi/penyembuhan, dan kontraksi:

• Fase inflamasi akut, dapat terjadi pada beberapa menit sampai jam. Bekuan

darah terbentuk sebagai respon pada jaringan aktivator. Neutrofil dan cairan

masuk ke ruang ekstraselular. Makrofag memakan debris jaringan yang rusak,

pembuluh darah baru mulai terbentuk dan fibroblast mulai memproduksi kolagen.

Page 29: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

14

• Regenerasi adalah proses penggantian jaringan yang hilang. Proses ini terjadi

hanya pada jaringan yang terdiri atas sel-sel yang berkembang ( epitelium) yang

selalu membelah seumur hidup. Penyembuhan adalah proses restrukturisasi

jaringan oleh jaringan granulasi yang matur menjadi jaringan sikatrik.

• Akhirnya, kontraksi menyebabkan jaringan yang mengalami penyembuhan

menyusut sehingga sikatrik semakin kecil daripada jarringan yang sehat

disekitarnya.20,21,22

Gambar 2.6 Proses Penyembuhan Luka pada Kornea. 1. Netrofil masuk ke daerah

jaringan yang rusak. 2. Terbentuk pembuluh darah baru dan fibroblast

menghasilkan kolagen. 3,4,5 proses regenerasi terjadi pergantian sel-sel yang

hilang. 6. Proses Kontraksi yaitu penyusutan jaringan sikatrik dan akan tertutup

oleh jaringan yang normal.20

Page 30: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

15

2.2 Kerangka Teori

Usia >50tahun

Mengalami

degeneratif

Lensa menebal dan

lebih berat

Kemampuan

akomodasi menurun

Sel-sel tua

menumpuk karna

tidak dibuang

Nucleus lensa

mengeras

Katarak senilis

Tajam penglihatan

menurun

Tatalaksana

pembedahn dengan

teknik faeco

Tajam penglihatan

membaik

High molecullar-weight

protein

Radikal bebas

Kekeruhan pada

lensa

Denaturasi protein

Crystalin mengalami

modifikasi dan agregasi

kimia

Sintesis protein

menurun

Denaturasi protein

Protein terlarut >protein

tidak terlarut

Page 31: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

16

2.3 Kerangka Konsep

KETERANGAN

VARIABEL BEBAS

VARIABEL TERIKAT

VARIABEL PERANCU

VISUS PRE

OP

VISUS POST

OP

FAKOEMUL

SIFIKASI

KATARAK

SENILIS

USIA JENIS

KELAMIN

Page 32: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

17

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Fakoemulsifikasi Teknik operasi yang

tertera pada rekam

medik. Dengan

mengeluarkan isi lensa

melalui kapsul

anterior dengan

meninggalkan kapsul

posterior. 7

Rekam

medik

Baca Fakoemulsifikasi

(PERDAMI

2017)

Kategorik

2 Visus Visus pasien yang

tertera pada rekam

medis yaitu tajam

penglihatan yang

diukur dengan kartu

snellen.2

Rekam

medik

Baca Kriteria WHO

Baik (6/6-

6/18)

Sedang

(<6/18-

6/60)

Buruk

(<6/60)

Ordinal

3 Usia Usia pasien yang

tertera pada rekam

medis. Klasifikasi

menurut WHO.2

Rekam

medik

baca Kriteria WHO

pertengah

an

usia(45-

59)

usia lanjut

(60-74)

lansia (75-

90)

Ordinal

Page 33: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

18

4 Jenis kelamin Jenis kelamin pasien

yang tertera pada

rekam medik

Rekam

medik

Baca

Laki-laki

perempuan

Kategorik

Page 34: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan secara observasional dengan metode potong lintang

(crosssectional) deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perbaikan

visus pada pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai dengan Juni 2017.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati,

Jakarta Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah pasien terdiagnosa katarak senilis

yang menjalani operasi fakoemulsifikasi.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi yang digunakan adalah semua rekam medis pasien terdiagnosa

katarak senilis yang menjalani operasi fakoemulsifikasi mulai dari bulan Januari

2016 hingga Desember 2016 di RSUP Fatmawati. Pendataan dilakukan dengan

melihat hasil pengukuran visus sesudah menjalani operasi fakoemulsifikasi

3.3.3 Sampel

Sampel yang digunakan adalah semua mata yang terdiagnosis katarak senilis

yang menjalani operasi fakoemulsifikasi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 29

orang yang di operasi oleh salah satu dokter konsulen mata. Jumlah sampel

dihitung melalui rumus :

Page 35: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

20

N = (Z-alfa + Z-beta)s 2

(Xa – Xb)

N = 42,04 dimana jumlah minimal adalah 42 orang

N = jumlah sampel

S = simpang baku

Z-alfa = 1,96

Z-beta = 1,28

Xa-Xb = perbedaan yang dianggap bermakna = 1,5

3.3.4. Teknik Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel menggunakan cara Total Sampling rekam medis

pasien yang terdiagnosis penyakit katarak senilis yang menjalani operasi dengan

teknik fakoemulsifikasi dimulai dari bulan Januari 2016 hingga Desember 2016

yang sesuai dengan kriteria inklusi.

3.3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian

Kriteria Inklusi:

Dari rekam medis pada pada pasien terdapat:

Pasien yang telah tediagnosis katarak senilis

Pasien dengan usia ≥50 tahun

Pasien katarak yang telah menjalani operasi katarak menggunakan

teknik fakoemulsifikasi

Hasil visus post operasi sebelum dan sesudah koreksi

Kriteria Eksklusi:

Pasien katarak dengan komplikasi

3.3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dilakukan analisis univariat dan

bivariat menggunakan software IBM SPSS statistics versi 22.

Page 36: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

21

3.3.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini data bersifat kategorik

sehingga data ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan proporsi yang

disajikan dalam bentuk tabel.

3.3.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pada

visus pre operasi dengan post operasi. Uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon

karena kedua variabel saling berhubungan dan terdistibusi tidak normal. Jika nilai

Asymp.sig.(2-tailed) < 0,05 maka hasil perhitungan statistik menunjukan adanya

perbedaan antara 2 variabel.

3.4 Alur Penelitian

Menentukan Rumah Sakit

untuk pengambilan data

Perizinan Rumah

Sakit

Penentuan Kriteria

Inklusi

Penentuan Jumlah Sampel

yang dibutuhkan

Persiapan

Penelitian

Pengambilan Data

Sekunder

Tidak sesuai

kriteria inklusi Sesuai kriteria

Inklusi

Data tidak

diolah

Data diambil dan

akan dianalisis

Analisis Data

Penyajian hasil

dan kesimpulan

Page 37: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

22

3.5 Manajemen Data

3.5.1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah dengan beberapa tahapan, sebagai

berikut:

1. Cleaning

Data dipilih terlebih dahulu dari rekam medis yang diperlukan dan tidak

diperlukan sesuai dengan kriteria inklusi

2. Editing

Kelengkapan data diperiksa

3. Coding

Data yang sudah didapatkan diubah menjadi kode yang mana akan

memudahkan untuk memasukkan data.

4. Entry

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan SPSS versi 22, yang

meliputi analisis univariat berisi analisa distribusi frekuensi yang disajikan

dalam bentuk tabel dan diagram.

Page 38: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh data jumlah penderita katarak senilis yang di

operasi menggunakan teknik fakoemulsifikasi di RSUP Fatmawati Jakarta pada

tahun 2016 adalah 29 orang. Pasien terdiagnosis katarak senilis primer yang

dioperasi dengan teknik fakoemulsifikasi dan dilakukan salah satu konsulen

dokter spesialis mata di RSUP Fatmawati pada tahun 2016. Sumber data

diperoleh dari data sekunder, yaitu dilakukan dengan melihat data mengenai

jenis kelamin, usia, visus sebelum operasi, dan visus setelah operasi.

4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Usia Responden

Subjek penelitian ini merupakan individu lanjut usia yang berusia ≥50

tahun. Berdasarkan kriteria lanjut usia WHO, terdapat 7 pasien (24,1%) dalam

usia pertengahan (middle age), 16 pasien (55,2%) usia lanjut (elderly), dan 6

pasien (20,7%) yang memasuki usia lansia tua (old). Usia termuda 52 tahun dan

tertua 80 tahun dengan rata-rata usia responden adalah 66,31. Data usia

diperoleh berdasarkan data yang tertera pada rekam medis saat menjalani operasi

Fakoemulsifikasi. Serupa pada penelitian Imam dan Carla pada tahun 2015,

didapatkan pasien katarak senilis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

terbanyak dengan kelompok usia lanjut dengan 46,5%. Proses penuaan

mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Sesuai dengan bertambahnya usia

serat-serat lameral subepitel terus diproduksi sehingga lensa lama kelamaan

menjadi lebih besar dan kurang elastis.16

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia dari pasien katarak senilis

Frekuensi Persentase

USIA PERTENGAHAN 7 24,1

USIA LANJUT 16 55,2

LANSIA TUA 6 20,7

Total

29 100

Page 39: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

24

4.1.2 Jenis kelamin Responden

Sebagian besar subjek pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 17 pasien (58,6%) dan sisanya adalah permpuan sebanyak 12

pasien (41,4%). Berbeda dengan penelitian Imam dan Carla (2015) yang

menyatakan jenis kelamin terbanyak pasien katarak senilis adalah perempuan

dengan 59,3%. Pada wanita yang sudah mengalami menoupose dimana

terjadi penurunan jumlah estrogen yang signifikan akan menyebabkan

terjadinya katarak. Estrogren akan mensintesis 17 ß ekstradiol yang mana

berfungsi sebagai pelindung lensa dari stress oksidatif.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin dari pasien katarak senilis

Jenis kelamin frekuensi Persentase

Laki-laki 17 58,6

Perempuan 12 41,4

Total 29 100

.

4.1.3 Visus Pre-operasi Responden

Sebagian besar visus pre operasi pada subjek penelitian ini mempunyai

visus pre-operasi dengan kategori sedang sebanyak 13 orang (44,8%) diikuti

dengan kategori buruk 9 orang (31%) dan 7 orang (24,1%). Terdapat 7 orang

pasien katarak senilis dengan kategorik visus baik tetap di operasi karena letak

katarak berada di tengah lensa sehingga mengganggu penglihatan.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi visus pre operasi

Kategori Visus Frekuensi (n) Persentase (%)

6/6-6/18 (baik) 7 24,1

6/18-6/60 (sedang) 13 44,8

6/60 (buruk) 9 31

Page 40: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

25

Total 29 100

4.1.4 Visus post operasi (minggu ke 6)

Sebagian besar visus minggu ke 6 pada subjek penelitian ini mempunyai

visus dengan kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (96,6%) diikuti dengan

kategori sedang 1 orang (3,4%)

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi visus post operasi (minggu ke 6)

Kategori Visus Frekuensi (n) Persentase (%)

6/6-6/18 (baik) 28 96,6

6/18-6/60 (sedang) 1 3,4

6/60 (buruk) - -

Total 29 100

4.1.5 Perbandingan Visus pre-operasi dengan Visus post-operasi

Tabel 4.5 perbandinan visus pre- op dengan post- op

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE P

RESPONDEN (n) (%) value

Perbandingan visus

Pre op dengan post op

Membaik 21 72,3

0,00 Memburuk - -

Menetap 8 27,5

Dari tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 21 pasien katarak

yang mengalami perbaikan visus (72,3%) , 8 orang tidak mengalami perbaikan

ataupun penurunan visus. (27,5%) pada minggu ke 6 dibandingkan dengan

Page 41: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

26

sebelum operasi. Serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Imam dan Carla

(2015) pasien katarak senilis di RS PKU Muhamadiyah mengalami perbaikan

visus di minggu ke 6 dibandingkan dengan visus sebelum operasi. 8 Orang yang

tidak mengalami perubahan visus antara lain 1 orang yang merupakan pasien

dengan visus kategori sedang dan 7 orang dengan kategori baik.

satu orang yang visus pre opeasinya dalam kategori sedang tidak

mengalami perubahan visus pasca operasi kemungkinan berhubungan dengan

jumlah endotel yang sangat menurun pasca operasi. Dalam operasi

fakoemulsifikasi terdapat durasi berjalannya operasi (phaco time) yang akan

mempengaruhi proses penyembuhan luka operasi. Jika durasi phaco time tidak

tepat maka penyembuhan luka tidak sempurna, hal ini akan mempengaruhi media

refraksi dan mengakibatkan perubahan visus. Selain itu endotel yang rusak saat

operasi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka yang mana akan

berpengaruh pada perbaikan visus pasien.23,24,25

4.2 Keterbatasan Penelitian

Pada data rekam medis pasien tidak dilakukan pencatatan terhadap

stadium, lokasi, phaco time pada katarak senilis yang dapat

mempengaruhi kondisi mata pasien.

Data rekam medis kurang lengkap karena pasien yang tidak selalu

rutin datang untuk kontrol.

Page 42: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Perbaikan visus pada pasien katarak senilis pasca operasi dengan teknik

fakoemulsifikasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2016 adalah 72,3% (p =

0,000)

5.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan bervariasi

hasil yang lebih pasti.

2. Melanjutkan penelitian analisis multivariat dengan menambahkan faktor-

faktor risiko lain sebagai variabel dependen

Page 43: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

28

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. (2014, Agustus). Visual Impairment and

Blindness. Fact Sheet No 282. 2014

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.

3. Ilyas s (2007). Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

4. Lauralee, Sherwood (2011) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran EGC: Jakarta

5. Arthur CG, John EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.

Philadelphia : Elsevier. 2006. P 613-25

6. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas. 12th ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.

7. J Mark, Mannis Cornea 3rd edition USA : Elsevier Publisher; 2011

8. Guyton, AC (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2 EGC: Jakarta

9. Ganong, William (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran EGC: Jakarta

10. Netter, Frank. H. Atlas anatomi manusia. 25 th ed. Jakarta : Egc 2014

11. Textbook of Medical Physiology A.C.Guyton, J.E.Hall. – Tenth edition,

2002

12. Vaughan G.D, Asbury T. Eva R.P. (2000). Oftamologi Umum Edisi 14

Widya Medika : Jakarta

13. Ilyas S (2000). Dasar Tekhnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata,

FKUI: Jakarta

14. Lang GK. Cataract. In : Atlas Ophthalmology a Short Textbook. New

York : Thieme. 2000

15. Ming ALS, Constable IJ. Cataract. Color Atlas of Ophthamology

3rd edition. World Science.

16. Eye of physicians Northampton 2018.

Page 44: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

29

17. Natchiar. (2000). Manual Small Incision Cataract Surgery: An Alternative

Technique to Instrumental Phacoemulsification. India: Avarind Eye

Hospital

18. Rizki, M.S. (2013). Perbedaan Ketajaman Penglihatan Post Operasi

Katarak Senilis dengan Fakoemulsifikasi Pada Tiap-Tiap Kelompok

Lanjut Usia Di RS Mata dr. Yap Yogyakarta Periode 1 Januari-31

Desember 2012. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta

19. Christine Cote MS Biomedical Visualization.2018

20. Kanski J, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a Khurana AK.

Comprehensive Ophthalmology. fourth. New Delhi: New Age

International (P) Ltd. Publisher; 2007.

21. Ocampo VVD, Foster CS. Senile Cataract. Diunduh dari :

http://emedicine. medscape.com /article/ 1210914-overview. 2012

22. Iiechie, A. A., et al. (2012). Evaluation of Post-Operative Visual

Outcomes of Cataract Surgery in Ghana. Int J Health Res, 5(1), 35-42.

23. Venkatesh, R., et al. (2012). Outcomes of High Volume Cataract

Surgeries in a Developing Country. British Journal of Ophthalmology,

89(9), 1079-1083

24. Wilardjo. The effect of the qualification of eye surgeon on the result of

mass cataract operation. Journal of YKPTYARSI 2002; 12:13

25. Oderinlo, O., et al. (2017). Refractive Aim and Visual Outcome After

Phacoemulsification: A 2-Year Review From A Tertiary Private Eye

Hospital in Sub-Saharan Africa. Nigerian Journal of Clinical Practice,

20 (2), 147-162.

Page 45: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

30

LAMPIRAN

Lampiran 1

ANALISIS UNIVARIAT

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PEREMPUAN 12 41.4 41.4 41.4

LAKI-LAKI 17 58.6 58.6 100.0

Total 29 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid USIA PERTENGAHAN 7 24.1 24.1 24.1

USIA LANJUT 16 55.2 55.2 79.3

LANSIA TUA 6 20.7 20.7 100.0

Total 29 100.0 100.0

VISUS PRE-OP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 7 24.1 24.1 24.1

sedang 13 44.8 44.8 69.0

buruk 9 31.0 31.0 100.0

Total 29 100.0 100.0

MINGGU6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 28 96.6 96.6 96.6

sedang 1 3.4 3.4 100.0

Total 29 100.0 100.0

Page 46: GAMBARAN PERBAIKAN VISUS PADA PASIEN KATARAK SENILIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53640... · 2020. 11. 11. · fakoemulsifikasi maka tajam penglihatan akan

31

LAMPIRAN 2

ANALISIS BIVARIAT

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAR00005 .226 29 .001 .811 29 .000

MINGGU6 .539 29 .000 .184 29 .000

a. Lilliefors Significance Correction

VISUS MINGGU KE 6 DIBANDINGKAN DENGAN VISUS PRE OP

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

MINGGU6 – VISUS

PRE-OP

Negative Ranks 21a 11.00 231.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 8c

Total 29

a. MINGGU6 < VISUS PRE-OP

b. MINGGU6 > VISUS PRE-OP

c. MINGGU6 = VISUS PRE-OP

Test Statisticsa

MINGGU6 -

VAR00005

Z -4.144b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.