Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DI WILAYAH
PESISIR TELUK KENDARI KELURAHAN BENU-BENUA
KECAMATAN KENDARI BARAT PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program
Studi Diploma III Keperawatan Pada Politeknik Kesehatan Kendari
EKAPRI TOSEPU
NIM : P00320014059
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DI WILAYAH
PESISIR TELUK KENDARI KELURAHAN BENU-BENUA
KECAMATAN KENDARI BARAT PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
Disusun dan Diajukan Oleh :
EKAPRI TOSEPU
NIM. P00320014059
Telah Mendapatkan Persetujuan Tim Pembibing
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DI WILAYAH
PESISIR TELUK KENDARI KELURAHAN BENU-BENUA
KECAMATAN KENDARI BARAT PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
Disusun dan Diajukan Oleh :
EKAPRI TOSEPU
NIM. P00320014059
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada tanggal 26 Juli 2017 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Menyetujui :
1. Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep (...............................)
2. Nurfantri, S.Kep.,Ns.,M.Sc (...............................)
3. Sahmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep (...............................)
4. Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc (...............................)
5. Dian Yuniar SR. SKM.,M.Kep (...............................)
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari
iv
MOTTO
“Masukkanlah Kritik dan Saran yang baik dalam Hati untuk membangun dirimu
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi sesama dan bukan sebaliknya”
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk Ayah ku yang tersayang dan
Almarhumah Ibu ku yang tercinta, meski engkau tidak dapat lagi berada di
sampingku dan memberikan nasehat serta kritik semasa hidup mu dulu,
namun sampai saat ini pesan, nasehat, serta kritik mu selalu
membangunkan ku untuk bekerja secara mandiri.
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Ekapri Tosepu
2. Tempat Tanggal Lahir : Inolobu, 2 Februari 1995
3. Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
4. Jenis Kelamin : Laki – Laki
5. Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negri 1 Meluhu Tamat Tahun 2007
2. SMP Negri 4 Wawotobi Tamat Tahun 2010
3. SMKS Kesehatan Unaaha Tamat Tahun 2013
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk Tahun 2014
vi
ABSTRAK
Ekapri Tosepu (P00320014059). “Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat DiWilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua Kecamatan Kendari BaratProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017”. Dibimbing oleh Muhaimin Sarananidan Dian Yuniar SR. Terdiri dari 6 BAB + 73 Halaman + 10 Tabel + 12lampiran. Sanitasi lingkungan yang sehat di daerah pesisir sangat di butuhkanagar terhindar dari penyakit-penyakit infeksi dan pencemaran lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat keadaan sarana sanitasi masyarakat diwilayah pesisir teluk Kendari (Sarana Penampungan Air Minum, Sarana Jamban,Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah, dan Sarana Pembuangan Sampah). Jenispenelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalahsemua KK (Kepala Keluarga) yang bermukim di wilayah pesisir teluk KendariKelurahan Benu-Benua sebanyak 234 KK, teknik Probability Sampling, Hasilpenelitian menggambarkan keadaan Sarana Penampungan Air Minum yangmemenuhi syarat kesehatan 28 orang (40%) dan yang tidak memenuhi syaratkesehatan yaitu 42 orang (60%), sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatansebanyak 27 orang (39%) dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 43orang (61%), sarana SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70orang (100%), sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatansebanyak 70 orang (100%). Mengantisipasi terjadinya dampak buruk terhadapkesehatan diharapkan masyarakat untuk melakukan perubahan/perbaikan saranasanitasi sehingga memenuhi syarat kesehatan.Kata Kunci : Sarana Penampungan Air Minum, Sarana Jamban, Sarana SPAL,
dan Sarana Pembuangan Sampah.Daftar Pustaka : 25 (1990-2017).
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis berupa kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran
Sarana Sanitasi Masyarakat Di Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-
Benua, Kecamatan Kendari Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017”.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis sadari amat banyak aral yang
melintang, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk-Nya serta
keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga segalah hambatan yang penulis
hadapi dapat teratasi. Terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada
Kedua Orang tua yang amat ku cintai, Ayahanda Baidaman bin Tosepu dan
Ibunda Almarhumah Nasniatin binti Korewan atas segala doa dan kasih sayang
yang diberikan kepada saya serta semua pengorbanan materil yang dilimpahkan,
tanpa ridho keduanya penulis tidak ada apa-apanya.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya secara khusus kepada kedua pembimbing yang terhormat Bapak
Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Pembimbing I dan kepada Ibu Dian
Yuniar SR. SKM.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan
waktu dan pemikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.Si, Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Penguji I, Ibu Nurfantri,
S.Kep.,Ns.,M.Sc, Selaku Penguji II, dan Bapak Sahmad, S.Kep.,Ns.,M.Kep,
Selaku Penguji III yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian
KTI sehingga penelitian ini dapat lebih terarah.
viii
4. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang
turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
5. Kepala Kantor Badan Riset Sultra dan Kepala Kelurahan Benu-Benua Bapak
Juhardi Dema.,S.Sos.,M.AP yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis dalam penelitian ini.
6. Saudaraku tersayang Yayu Triningsi Binti Baidaman dan Adrian Tosepu Bin
Baidaman yang selalu memberikan dukungannya.
7. Terakhir untuk yang Spesial Ika Putri Aprilia serta Sahabat-sahabatku di
SMKS Kesehatan Unaaha dan di Poltekkes Kemenkes Kendari terkhusus
untuk Jurusan Keperawatan Tingkat III B (I Nyoman Juliana, Dimas Dwi
Prasetyo, Kiky Rizky Yolanda, Trivita Putri Solo, Adelia Apriana dan Desi
Saputri Serta teman-teman yang lain yang tak sempat saya sebutkan satu per
satu namanya) dan Tingkat III A, teman-teman organisasi di PMI dan HMKM
yang tak bisa saya sebutkan satu per satu namanya, yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kendari, 26 Juli 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................iLEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iiHALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iiiMOTTO ................................................................................................................ivRIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vABSTRAK ............................................................................................................viKATA PENGANTAR......................................................................................... viiDAFTAR ISI.........................................................................................................ixDAFTAR GAMBAR............................................................................................xiDAFTAR TABEL ............................................................................................... xiiDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiiiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................. 8C. Tujuan Penelitian................................................................................... 8D. Manfaat Penelitian................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Tentang Sanitasi Lingkungan................................................ 10
1. Pengertian Sanitasi Lingkungan ...................................................... 102. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan .............................................. 113. Sarana Sanitasi dan Persyaratan ..................................................... 20
B. Tinjauan Tentang Sanitasi Lingkungan Pemukiman............................ 38C. Tinjauan Tentang Sanitasi Wilayah Pesisir .......................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIANA. Dasar Pemikiran ................................................................................... 44B. Kerangka Pikir...................................................................................... 45C. Variabel Penelitian ............................................................................... 45D. Definisi Operasional ............................................................................. 46E. Alat Pengumpulan Data........................................................................ 49
BAB IV METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian ..................................................................................... 50B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 50C. Populasi dan Sampel............................................................................. 50D. Jenis Data.............................................................................................. 52E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 52F. Pengolahan Data ................................................................................... 52G. Analisa Data ......................................................................................... 53H. Penyajian Data...................................................................................... 54
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian..................................................................................... 55B. Pembahasan .......................................................................................... 61
x
BAB VI KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................................... 71B. Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR SINGKATANDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pikir................................................................................... 45
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Syarat Kimia ............................................................................... 24Tabel 2.2 Tabel Syarat Fisika................................................................................ 25Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Responden..................... 56Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Alamat Responden................................ 56Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Responden.......................... 57Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Responden............................ 58Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Sarana PAM Responden ....................... 59Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Sarana Jamban Responden ................... 59Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Menurut Sarana SPAL Responden...................... 60Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Menurut Sarana Sampah Responden................... 60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permintaan Persetujuan Menjadi Responden.
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden.
Lampiran 3 : Lembar Observasi.
Lampiran 4 : Master Tabel dan Tabulasi Hasil Penelitian.
Lampiran 5 : Surat Pengantar Pengambilan Data Awal.
Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal.
Lampiran 7 : Surat permohonan Izin Penelitian.
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Badan Litbang Provinsi Sulta.
Lampiran 9 : Surat Rekomendasi Penelitian Dari Badan Kesatuan dan Politik
Provinsi Sulta.
Lampiran 10 : Surat Rekomendasi Penelitian.
Lampiran 11 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 12 : Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Sanitasi adalah
penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia
seperti urin dan feces. Istilah 'sanitasi' juga mengacu kepada pemeliharaan
kondisi higienis melalui upaya pengelolaan sampah dan pengolahan limbah
cair. Sanitasi diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta
air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan (Sholehah dkk,
2014).
Krisis sanitasi terutama terjadi pada permukiman informal yang sangat
padat di seluruh dunia. Situasi ini tidak terbatas pada pemukiman perkotaan
dan dapat dijumpai di pinggiran kota miskin, kota dagang kecil, desa besar,
permukiman peri-urban dan tempat lainnya di negara-negara berkembang.
Di negara-negara berkembang, sekitar 90 persen dari air limbah dibuang
tanpa diproses dahulu ke sungai, danau dan area pesisir. Di Asia, lebih dari
750 juta orang masih melakukan buang air besar (BAB) di tempat terbuka,
sehingga meninggalkan tinja mereka di tanah yang kemudian
mengontaminasi lingkungan sekitarnya, memasuki perairan dan pada
akhirnya, berdampak pada mata pencaharian dan kesehatan seluruh
masyarakat (Sanitation Drive, 2015).
2
UNICEF baru-baru ini menyatakan bahwa sebanyak 55 juta orang di
indonesia masih melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABS). Badan
Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa capaian sanitasi layak di indonesia pada
tahun 2013 baru mencapai angka 59,71%. Angka ini masih berada di bawah
rata-rata capaian akses sanitasi layak di nagara-negara asia tenggara. Perilaku
buang air besar sembarang (BABS) dapat mengakibatkan pencemaran air
dan bahkan membahayakan kesehatan manusia. (Kementrian PU dan
perumahan rakyat RI, 2017).
World Bank Water Sanitation Program (WSP) mengemukakan,
bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan
sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih
buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah
(Diela, 2013 dalam Sholehah dkk, 2014).
PBB tahun 2010 telah mencanangkan bahwa sanitasi menjadi hak
asasi manusia. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menegah (RPJMN) ke-III tahun 2015-2019 Kementrian Kesehatan pada
tahun 2015, mempunyai tujuan yaitu meningkatnya status kesehatan
masyarakat. Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang
akan dicapai diantaranya yaitu meningkatnya upaya prilaku hidup bersih dan
sehat
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis
3
pantai sepanjang 108.000 km. Sehingga wajar apabila sekarang ini wilayah
pesisir dan laut Indonesia merupakan sasaran dan harapan baru dalam
memenuhi kesejahteraan rakyat (Mallewai, 2013 dalam Sholehah dkk,
2014).
Menurut Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang terakhir telah
disempurnakan melalui Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan
bahwa wilayah daerah Provinsi terdiri dari wilayah daratan dan wilayah laut
sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau
kearah perairan kepulauan, sedangkan kewenangan daerah kabupaten/kota
sejauh sepertiga dari batas laut daerah Provinsi Melalui pelimpahan
kewenangan tersebut, maka daerah dapat lebih leluasa dalam merencanakan
dan mengelola sumberdaya wilayah pesisir, termasuk jasa lingkungan
lainnya bagi kepentingan pembangunan daerah itu sendiri. Khususnya
wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah lautan lebih luas dari
pada daratan yang dikelilingi oleh lautan dan pesisir. (Muttaqiena, 2009
dalam Sholehah dkk, 2014).
Pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di
wilayah pesisir seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan, objek wisata
dan lain-lain, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem sumberdaya pesisir
dan laut ini semakin meningkat, sehingga meningkatnya tekanan ini
tentunya mengakibatkan berbagai macam pencemaran seperti; pencemaran
air laut akibat pembuangan sampah di laut dan air limbah di laut serta
berbagai macam aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan sehingga
4
dari dampak tersebut dapat mengakibatkan gangguan masalah kesehatan
yang ada seperti kesehatan berbasis lingkungan (Mallewali, 2013 dalam
Sholehah dkk, 2014).
Hasil survei levels & trends in child mortality tahun 2014
menujukkan lebih dari 370 anak berusia balita di indonesia setiap hari
meninggal dunia dikarenakan diare dan pneumonia akibat sanitasi dan
kebersihan yang buruk ternyata cukup besar (Kementrian PU dan perumahan
rakyat RI, 2017).
Berdasarkan target Millennium Development Goals (MDGs),
Indonesia harus mampuh untuk meningkatkan hingga 68,87% proporsi
penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman,
dengan indikator sumber air terlindungi dan air perpipaan, serta akses
terhadap fasilitas sanitasi dasar, dengan indikator jamban tangki septik
memadai, akan tetapi pada tahun 2015 indonesia baru mampu mencapai
angka sebesar 62,41% dari Target Millennium Development Goals (MDGs)
2015 yang di tetapkan sebesar 68,87% (Kemenkes RI, 2016).
Data Penduduk Sulawesi Tenggara menggunakan sumber air minum
yang bervariasi, seperti Sumur Gali Terlindung (SGT), Sumur Gali dengan
Pompa (SGP), Sumur Bor dengan Pompa (SBP), Terminal Air (TA), Mata
Air Terlindung (MAT), Penampungan Air Hujan (PAH) dan PDAM.
Pemeriksaan kualitas air yang dilakukan beberapa kabupaten terhadap
penyelenggara air minum di Sulawesi Tenggara tahun 2013, persentase
penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak
5
sebesar 55,51%, tahun 2014 menurun 31,94%, dan pada tahun 2015 kembali
mengalami peningkatan sebesar 42,23%, namun hal tersebut masih sangat jauh
untuk mencapai terget yang akan dicapai yaitu 80% penduduk yang memiliki
akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak.
Berdasarkan presentase penduduk tahun 2013 yang memiliki akses
sanitasi layak (jamban sehat) baru mencapai 41.61%, tahun 2014 menurun
hingga 23,92%, dan tahun 2015 kembali mengalami kenaikan menjadi
41,36%, namun masih di bawah 50%. Bisa disimpulkan bahwa rata-rata
penduduk Sulawesi Tenggara telah menggunakan jamban, tapi lebih dari
setengahnya belum memenuhi syarat jamban sehat/sanitasi layak. Berdasarkan
laporan yang dihimpun dari dinas kabupaten/kota, presentase total rumah tangga
sehat di Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 mencapai 42.53%, meningkat bila
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 37.34 %, pada tahun 2014
mengalami peningkatan sebesar 47,30%, dan pada tahun 2015 mencapai angka
sebesar 57,28%, namun hal tersebut masih sangat jauh untuk mencapai terget
yang akan dicapai yaitu 80% total rumah tangga sehat di Sulawesi Tenggara
(Profil Kesehatan Kab/Kota 2015 & Laporan Program).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan
pemeriksaan kualitas air terhadap penyelenggara air minum di Kota Kendari
tahun 2015, persentase penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap
air minum yang layak sebesar 57,98%, hal tersebut masih sangat jauh untuk
mencapai terget yang akan dicapai yaitu 80% penduduk yang memiliki akses
berkelanjutan terhadap air minum yang layak. Provinsi Sulawesi Tenggara di
6
Kota Kendari tahun 2015 berdasarkan presentase penduduk yang memiliki
akses sanitasi layak (jamban sehat) baru mencapai 76,37%, Bisa disimpulkan
bahwa rata-rata penduduk Kota Kendari telah menggunakan jamban, tetapi
sebagian belum memenuhi syarat jamban sehat/sanitasi layak. Berdasarkan
laporan yang dihimpun dari dinas kabupaten/kota, presentase total rumah tangga
sehat di Kota Kendari pada tahun 2015 mencapai 77.44%, namun hal tersebut
masih belum mencapai terget yang akan dicapai yaitu 80% total rumah tangga
sehat di Kota Kendari (Profil Kesehatan Kab/Kota 2015 & Laporan Program).
Kelurahan Benu-Benua merupakan salah satu Kelurahan dari
Kecamatan Kendari Barat yang berada di wilayah pesisir teluk Kendari.
Karena terletak di pesisir teluk kendari, penduduk di Kelurahan Benu-Benua
yang berjumlah 2.527 jiwa (laki-laki dan perempuan) yang terdiri dari 620 KK
(Kepala Keluarga), kemungkinan akan mengalami masalah dalam pemenuhan
sanitasi yang layak (Rekapitulasi Data Penduduk Kelurahan Benu-Benua,
2017 ). Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke
arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Suning Dkk, 2014 dalam
Supriharyono, 2002).
Hasil survei program kesehatan lingkungan di Puskesmas Benu-
Benua, Kelurahan Benu-Benua dalam hal data jumlah penduduk yang
memiliki akses sanitasi air minum yang layak pada tahun 2014 mencapai
angka 93.63%, tahun 2015 meningkat menjadi 97.96%, namun pada tahun
7
2016 mengalami penurunan drastis hingga 83%. Data jumlah penduduk yang
memiliki sanitasi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi
syarat, pada tahun 2014 mencapai angka 70%, tahun 2015 meningkat menjadi
85.59%, dan tahun 2016 turun menjadi 77%. Data jumlah penduduk yang
memiliki kondisi sanitasi perumahan yang tidak layak masih terdapat 23%
perumahan yang tidak memenuhi sanitasi perumahan yang layak. Data jumlah
penduduk yang memiliki akses tempat pembuangan sampah yang layak pada
tahun 2014 mencapai angka 70%, tahun 2015 meningkat menjadi 85.59% dan
pada tahun 2016 mengalami penurunan yaitu 77% penduduk yang memiliki
akses tempat pembuangan sampah yang layak. Data jumlah penduduk yang
memiliki sanitasi Jamban yang tidak memenuhi syarat di tahun 2016 masih
terdapat 8% jamban penduduk yang tidak memenuhi syarat (Profil Puskesmas
Benu-Benua, 2016)
Berdasarkan hasil observasi awal di Kelurahan Benu-Benua dilihat
dari sarana sanitasi yaitu kondisi tempat tinggal/perumahan penduduk di
kawasan Kelurahan Benu-Benua tampak padat dengan kondisi lingkungan
yang memperihatinkan karena kurangnya ketersediaan tempat sampah umum
sehingga menyebabkan sampah berserakan di drainase penduduk yang
menyebabkan banjir pada musim penghujan dan kondisi pembuangan air
limbah penduduk yang tidak tertutup menyebabkan bau yang tidak sedap,
disampang itu pula beberapa penduduk menggunakan sumber air yang berasal
dari PAM tetapi hanya mengalir seminggu sekali dan ada juga yang
menggunakan sumur gali tetapi lokasi sumur berdekatan dengan
8
penampungan tinja sehingga kemungkinan menyebabkan air terkontaminasi,
karena sanitasi yang layak merupakan elemen penting untuk menunjang
kesehatan masyarakat. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang judul :
“Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat di Wilayah Pesisir Teluk
Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari Barat, Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat di
wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sarana sanitasi masyarakat di wilayah
pesisir teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari Barat,
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui keadaan sarana penampungan air minum
masyarakat di wilayah pesisir teluk Kendari Kelurahan, Benu-Benua,
Kecamatan Kendari Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017.
9
b. Untuk mengetahui keadaan sarana jamban masyarakat di wilayah
pesisir teluk Kendari Kelurahan, Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
c. Untuk mengetahui keadaan sarana pembuangan air limbah masyarakat
di wilayah pesisir teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan
Kendari Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
d. Untuk mengetahui keadaan sarana pembuangan sampah masyarakat di
wilayah pesisir teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan
Kendari Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan
informasi bagi Instansi terkait.
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak – pihak yang
ingin mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap persoalan yang sama.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam
memperluas wawasan keilmuan.
10
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjaun Tentang Sanitasi Lingkungan
1. Pengertian Sanitasi Lingkungan
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya
menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan
tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Batasan pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan
penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah,
pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan
dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan
kerja. Sedangkan menurut pengertian umum, sanitasi adalah pencegahan
penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan faktor – faktor
lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan
lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada
pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan
hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun
kelangsungan hidupnya (Isnaini, 2014).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
11
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Masalah
kesehatan lingkungan di negara-negara yang sedang berkembang yaitu
berkisar pada penyediaan air minum, pembuangan sampah, pembuangan
air limbah (air kotor), sanitasi (jamban), dan perumahan (housing)
(Notoadmodjo, 2007).
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi
sarana buang air besar, sarana pengolahan sampah, limbah rumah tangga
sarana serta penyediaan air bersih. Sanitasi total adalah kondisi ketika
suatu komunitas tidak buang air besar sembarang (BAB) sembarang,
mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar, dan mengelola limbah cair
rumah tangga dengan aman (Keputusan Mentri Kesehatan, 2008).
2. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan
Ruang lingkup sanitasi lingkungan terdiri dari beberapa cakupan.
Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor
lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan
kesehatan.
Menurut Kusnoputranto dalam Isnaini tahun 2014, ruang lingkup
dari kesehatan lingkungan meliputi:
a. Penyediaan air minum.
b. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air.
c. Pengelolaan sampah padat.
12
d. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah. .
e. Pengendalian pencemaran udara.
f. Pengendalian radiasi.
g. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya- bahaya fisik,
kimia dan biologis.
h. Pengendalian kebisingan.
i. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan
masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan- bangunan
umum dan institusi.
j. Perencanaan daerah dan perkotaan.
k. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan
darat.
l. Rekreasi umum dan pariwisata.
m. Tindakan - tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat.
n. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar
lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan
kesehatan.
Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas, tempat-tempat
umum merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian
dalam pengawasannya.
13
a. Air
1) Struktur Air
Air merupakan salah satu dari telinga komponem yang membentuk
bumi (zat padat, cair dan gas). Bumi dilindungi air sebanyak 70 %.
Sedangkan 30 % berupa dataran. Air terdiri dari dua atom dan satu
oksigen yang beraksi membentuk air atau ditulis H2O. Air terdapat dalam
tiga fase :
a) Sebagai uap yaitu : sebagai butir-butir air yang terdapat dalam udara
akibat pemanasan. Oleh cahaya matahari, air yang ada di laut, danau
sungai menguap secara vertical.
b) Sebagai zat cair yaitu yang di dalam laut, sungai dan air yang terdapat
di dalam tanah.
c) Air dalam fase padat, yaitu air beku atau es.
Air memilki ciri-ciri diantaranya bersifat sebagai zat cair
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah sifat-sifat
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup.
b) Menerima sinar matahari yang cukup.
c) Mengandung mineral-mineral yang cukup.
2) Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi, air
angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.
14
a) Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di
bumi. Walau merupakan air yang paling bersih, air tersebut
cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida,
nitrogen, dan amoniak.
b) Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan- badan air semacam
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan,
sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami.
c) Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau
penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara
alamiah. Proses - proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tana h menjadi
lebih murni dibandingkan air permukaan.
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, sumber air terdiri dari:
a) Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum.
Akan tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena
15
itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan
kalsium didalamnya.
b) Air Sungai
Menurut asalnya sebagian dari air sungai ini berasal dari air
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai. Air
ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai ini
sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran
maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
c) Air Danau
Menurut asalnya sebagian dari air danau ini juga berasal dari
air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai
atau danau. Air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena
air danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai
macam kotoran maka bila akan dijadikan air minum harus diolah
terlebih dahulu.
d) Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air
tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air
ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air
minum langsung. Akan tetapi karena kita belum yakin apakah betul
belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu
sebelum diminum.
16
e) Air Sumur Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah. Air
berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya
lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang
lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15
meter dari permukaan tanah. Air pompa sumur dangkal ini belum
begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah
masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
f) Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.
Dalamnya dari permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh
karena itu, sebagian besar air sumur kedalaman seperti ini sudah
cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa
melalui proses pengolahan).
3) Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
akan lebih cepat meninggal karena kekurang air dari pada
kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55%-60% berat
badannya terdiri dari air, untuk anak-anak 65% dan untuk bayi
sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara
lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam
cucian), dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO dinegara-
17
negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per
hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termaksud
indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari
(Notoadmodjo, 2007).
4) Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Air minum yang sehat
harus melalui persyaratan-persyaratan tertentu. Ada beberapa cara
pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
a) Pengolahan Secara Alamia
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan
(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber,
seperti air danau, air kali, air sumber, dan sebagainya. Dalam
penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di
tempatnya. Kemudian akan terjadi kongulasi dari zat-zat yang
terdapat dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan
menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan
ikut mengendap.
b) Pengolahan Air dengan Menyaring
Penyaringan ini secara sederhana dapat dilakukan degan
kerikil, ijuk, dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi
tinggi dilakukan oleh perusahaan air minum (PAM) yang
hasilnya dapat dikonsumsi umum.
18
c) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa macam-macam,
yakni zat kimia yang berfungsi untuk kongulasi, dan akhirnya
mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang
kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh
bibit penyakit yang ada dalam air, misalnya chlor).
d) Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta
bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak
diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajad
keasaman air.
e) Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang
terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya
untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah
tangga.
b. Tanah
Tanah adalah tempat kita berpijak. Tanah ada di mana- mana. Ketika
kalian ke luar rumah dan melihat pohon-pohon tumbuh di tepi jalan, juga
cacing yang bergerak-gerak di antara bebatuan, kalian akan segera tahu
bahwa makhluk-makhluk malang itu tidak akan dapat hidup tanpa
tanah. Tanah merupakan alat vital yang menjadi habitat berbagai macam
organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi puluhan bahkan
19
ratusan makhluk hidup bergantung padanya. Tanah membantu berbagai
tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara yang
membuatnya bertahan dari serangan penyakit. Intinya, tanah adalah media
yang digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh
hidup yang terbentuk dari pelapukan batuan (Isnaini, 2014).
c. Udara
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada permukaan
bumi. Udara bumi yang kering mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen,
dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas-gas lain. Udara akan berubah
sesuai dengan ketinggiannya. Apabila saat bernafas, kandungan oksigen
berkurang sementara karbondioksida meningkat. Ketika tumbuhan
menjalani sistem fotosintesis, oksigen kembali dibebaskan. Diantara gas-
gas yang membentuk udara adalah seperti berikut: Udara terdiri dari
nitrogen (78%), oksigen (21%), uap air (0-7%), ozon, karbon dioksida,
hidrogen dan gas-gas mulia seperti krypton dan argon, yaitu 1% zat lain.
Persentase yang ditunjukkan diungkapkan oleh fraksi volume (Isnaini,
2014).
Udara terdiri dari nitrogen, oksigen, dan argon, yang bersama-sama
merupakan gas utama dari atmosfer.Udara juga bisa mengandung sisa gas
di antaranya adalah gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida,
metan, asam nitrat, dan ozon.Udara disaring mencakup jumlah jejak
banyak senyawa kimia lainnya. Banyak zat alami mungkin ada dalam
jumlah kecil dalam sampel udara tanpa filter, termasuk debu, serbuk
20
sari dan spora, semprot laut, dan abu vulkanik. Berbagai polutan industri
juga mungkin ada, seperti klorin (dasar atau dalam senyawa), senyawa
fluor, unsur merkuri, dan senyawa sulfur seperti sulfur dioksida [SO2]
(Isnaini, 2014).
3. Sarana Sanitasi dan Persyaratan
a. Sarana Penampungan Air Bersih
1) Syarat Penampuangan Air Bersih
Menurut Depkes RI (2005), berapa sumber air yang
menghasilkan air bersih dan umumnya digunakan masyarakat di
Indonesia diantaranya adalah sumur gali, sumur pompa tangan,
perlindungan air hujan, perlindungan mata air, sistem perpipaan, dan
terminal air. Berikut beberapa syarat penting berbagai sarana tersebut :
a) Sumur gali (SGL)
Beberapa syarat sumur gali, antara lain Lantai sekitar sumur
dibuat dengan jarak minimal 1 meter dari dinding sumur, dengan
kemiringan yang cukup untuk memudahkan air mengalir keluar,
dan dibuat kedap air untuk mencegah merembesnya air kotor.
Dinding sumur dibuat kedap air, dengan kedalaman minimal 3
meter di bawah permukaan tanah. Terdapat saluran pembuangan air
kotor (SPAL).
21
b) Sumur pompa tangan (SPT)
Beberapa syarat pompa tangan yang penting, antara lain :
- Kedalaman sumur cukup untuk mencapai lapisan tanah yang
mengandung air.
- Dinding sumur dibuat yang kuat agar tanah tidak longsor.
- Dinding sumur harus kedap air setinggi 70 sentimeter di atas
permukaan tanah atau permukaan air banjir.
- Lantai sumur dibuat minimal 1 meter dari dinding sumur dengan
ketinggian 20 senti meter di atas permukaan tanah.
- Saluran pembuangan harus ada untuk mengalirkan air limbah ke
bak peresapan.
c) Perlindungan air hujan (PAH)
Beberapa syarat perlindungan air hujan (PAH yang penting,
antara lain:
- Bidang penangkap air harus bersih tidak ada kotoran atau sampah.
- Lokasi jauh dari sumber pencemar.
- Talang / saluran air tidak kotor dan dapat mengalirkan air.
- Dinding penampung air hujan harus kuat dan tidak bocor.
- Bak saringan terbuat dari bahan yang kuat dan rapat nyamuk serta
dilengkapi kerikil, ijuk, dan pasir.
- Pipa peluap dipasang kawat kasa rapat nyamuk dan tidak
menghadap ke atas.
- Kran air tidak rusak.
22
- Bak resapan terdapat batu, pasir, dan bersih.
d) Perlindungan mata air (PMA)
Beberapa syarat perlindungan mata air yang penting, antara lain:
- Sumber harus dari mata air, bukan dari air permukaan.
- Jarak mata air dengan sumber pencemar minimal 11 meter.
- Atap dan dinding kedap air, di sekeliling bangunan dibuatkan
saluran air dan mengarah keluar bangunan.
- Lubang kontrol pada bak penampungan dipasang tutup dan terbuat
dari bahan yang kuat.
- Lantai kedap air dan mudah dibersihkan dengan kemiringan
mengarah pada pipa penguras.
- Terdapat pagar pengaman yang kuat dan tahan lama.
- Terdapat saluran pembuangan air limbah yang kedap air.
e) Sistem perpipaan (PP)
Beberapa syarat perpipaan yang penting, antara lain:
- Pemasangan pipa tidak boleh terendam air kotor atau air sungai.
- Bak penampung harus kedap air dan tidak dapat tercemar oleh
kontaminan.
- Bak pengambilan air dari sarana perpipaan harus melalui kran.
- Pipa distribusi yang dipakai harus terbuat dari bahan yang tidak
mengandung atau melarutkan bahan kimia.
- Sebelum disalurkan ke konsumen, sumber air utama yang
digunakan harus diolah dulu dengan metode yang tepat.
23
f) Terminal air (TA)
Beberapa syarat terminal air yang penting, antara lain:
- Kran pengambilan air setinggi 50 – 70 cm dari lantai.
- Bak penampung air dibuat kedap air, kuat, tidak korosif, dan
dilengkapi lubang pengontrol dan pipa penguras.
- Bak air yang tidak dapat dijangkau langsung oleh mobil tangki,
aliran air dari mobil harus menggunakan pipa yang dilengkapi
tutup pengaman.
- Lantai tempat pengambilan air harus kedap air dan kuat
- Terdapat saluran pembuangan air limbah.
2) Syarat-syarat Air Minum yang Sehat
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Agar air minum tidak
menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan
memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya
diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus
mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a) Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya.
b) Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah
24
dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteeri E. Coli
maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c) Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah
satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis
pada manusia. Bahan bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air
yang ideal antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.1
Jenis bahan Kadar yang dibenarkan
Flour (F)
Chlor (Cl)
Arsen (As)
Tembaga (Cu)
Basi (Fe)
Zat Organik
Ph (Keasaman)
CO2
1-1,5
250
0,05
1,0
0,3
10
6,5-9,0
0
Sumber : Notoadmodjo, 2007.
Berdasarkan syarat kualitas air minum menurut Peraturan
Mentri Kesehatan No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air harus memenuhi syarat
25
kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologis, fisika, kimia,
dan radioaktif. Dimana syarat fisika dari air yang diperbolehkan
untuk diminum meliputi :
Tabel 2.2
No Parameter Satuan Kadar Maksimumyang
diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bau
Jumlah zat padat
terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
-
mg/L
Skala NTU
-
0C
Skala TCU
-
1.500
25
-
Suhu Udara ± 30C
50
Tidak Berbau
-
-
Tidak Berasa
-
-
Sumber : Peraturan Mentri Kesehatan No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990.
Syarat Wadah Penampungan Air Minum Menurut Peraturan Mentri
Kesehatan RI Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat
mengemukakan bahwa syarat wadah penampungan air minum yaitu:
a. Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan
kran.
b. Air minum yang sudah diolah sebaiknya disimpan di wadah
pengolahannya.
26
c. Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam wadah yang bersih
dan selalu tertutup.
d. Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau
tidak minum langsung air mengenai mulut/wadah kran.
e. Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan
sulit terjangkau oleh binatang.
f. Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan
air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.
b. Syarat Sarana Jamban Sehat
Menurut Herianto tahun 2014 yang dikutip dari Depkes RI tahun 2009,
syarat jamban sehat adalah sebagai berikut:
1) Tidak mencemari tanah sekitarnya.
2) Mudah dibersikan dan aman digunakan.
3) Dilengkapi dinding dan alat pelindung.
4) Penerangan dan ventilasi cukup.
5) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
6) Tersedia air dan alat pembersih.
7) Kotoran manusia tidak dijamah oleh lalat.
8) Jamban tidak menimbulkan sarang nyamuk.
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Untuk mencegah sekurang-
kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
27
Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilng jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-
binatang lainya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).
7) Sederhana desainya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar pernyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu
diperhatikan antara lain:
1) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindungi
dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari
pandangan orang (pravacy) dan sebagainya.
2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat, dan sebagainya.
3) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas
pembersih.
28
Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana:
1) Jamban cemplung, kakus (Pit Latrine) berjarak sekurang-kurangnya 15
meter dari sumber air minum.
2) Jamban cemplung berventilasi.
3) Jamban empang yang dibangun di atas empang ikan.
4) Jamban pupuk.
5) Septic tank .
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Tahun 2014 tentang sanitasi
total berbasis masyarakat mengemukakan bahwa standar dan persyaratan
bangunan jamban diantaranya terdiri dari :
1) Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai
dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
2) Bangunan Tengah Jamban
Terdapat 2 bagian bangunan tengah jamban, yaitu :
a) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja atau urine) yang saniter
dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana
(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstuksi leher angsa, tatapi
harus ditutup.
b) Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke sistem pembuangan air limbah.
29
3) Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampung, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Tardapat 2 macam bangunan bawah jamban, yaitu :
a) Tangki septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampung limbah kotoran manusia.
b) Cubluk, merupakan lubang galian yanng akan menampung limbah
padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut kedalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi
empat, dindingnya harus aman dari longsor, jika diperlukan dinding
cempluk diperkuat dengan pasaangan bata, batu kali, besi beton,
anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.
c. Syarat Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
begi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
30
bersama-sama degan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada
(Notoadmodjo, 2007).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air
yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air
yang digunakan begi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang
lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh
sebab itu, air buangan ini harus di kelola atau diolah secara baik
(Notoadmodjo, 2007).
1) Karakteristik Air Limbah
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Karakteristik air limbah perlu
dikenal karena hal inni akan menentukan cara pengolahan yang tepat,
sehingga tidak meenncemari lingkungan hidup. Secara garis besar
karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi:
a) Karakteristik Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari
bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga,
biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau.
Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian
beras dan sayuran, bagian-bagian tinja dan sebagainya.
31
b) Karakteristik Kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia
an-organik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat
organik berasal dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah
lainnya.
c) Karakteristik Bakteriologis
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli
terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya,
namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
2) Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Pengolahan air limbah
dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pecemaran air
limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan mempunyai daya
dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukuungnya, sehingga air limbah
perlu dioalah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air
bungan antara lain:
a) Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke bahan-bahan air. Akan tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak,
32
dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini
dapat dipertahannkan lagi. Di sampign itu, cara ini menimbulkan
kerugian lain, di antaranya ; bahaya kontaminasi terhadap bahan-bahan
air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau,
dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
b) Kolam Oksidasi (Oxidiation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksidasi dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam besar
berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan
dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apa pun. Lokasi kolam harus
harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah yang terbuka,
sehingga memungkinkkan sirkulasi anngin dengann baik.
c) Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan
air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding
parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat
digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan
sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi,
rumah potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat
organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
33
Menurut Indonesian Public Health tahun 2017, Air limbah yang
dihasilkan dari proses pengolahan makanan dan pencucian piring dialirkan
kesaluran pembuangan air limbah. Pembuangan air kotor harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan sehingga lalat dan serangga lain tidak dapat hidup dan
berkembang biak, ini untuk menghindari tersebarnya berbagai macam
penyakit. Syarat-syarat pembuangan air kotor:
1) Tidak mengotori sumber air minum.
2) Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan
kedap air, tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya mempunyai
saluran tertutup, septik tank dan riol.
3) Tidak mengganggu masyarakat karena baunya yang busuk atau
mengganggu pandangan yang baik.
4) Tidak mengotori perairan yang digunakan untuk tempat rekreasi atau
untuk tempat memelihara ikan.
5) Tidak melanggar peraturan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan setempat.
d. Syarat Sarana Pembuangan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan
lagi dalam suatu kegiatan manusia dan di buang. Para ahli kesehatan
masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang di buang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
terjadi dengan sedirinya (Notoadmodjo, 2007).
34
1) Sumber-sumber Sampah
a) Sampah yang bersal dari pemukiman (domestic wastes).
b) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
c) Sampah yang berasal dari perkantoran.
d) Sampah yang berasal dari jalan raya.
e) Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes).
f) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan.
g) Sampah yang berasal dari pertambangan.
h) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan (Notoadmodjo, 2007).
2) Jenis-jenis Sampah
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Kalau kita bicara tentang sampah,
sebenarnya meliputi 3 janis sampah yakni : sampah padat, sampah cair, dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi
berbagai jenis, yakni :
a) Berdasarkan zat kimia
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya sampah dibagi
menjadi :
- Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
sebagainya.
- Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat
membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan
dan sebagainya.
35
b) Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
- Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik,
kain bekas, dan sebagainya.
- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.
c) Berdasarkan karakteristik sampah
- Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah
tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
- Rabish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik
yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik, dan sebagainya,
maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip,
pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.
- Ashes (abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah
terbakar, termaksud abu rokok.
- sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam
sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan
sebagainya.
- Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-
pabrik.
- Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati
karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
36
- Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil,
sepeda motor, dan sebagainya.
- Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-
puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu, dan sebagainya.
3) Pengelolaan Sampah
Menurut Notoadmodjo tahun 2007, Sampah erat kaitannya dengan
kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai
mikro organisme penyebab penyakit (bacteri patogen), dan juga binatang
serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu
sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah
yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk
keindahan lingkungan yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini
adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnaan
atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Cara-cara
pengolahan sampah antara lain:
a) Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah
Pengumpulan sampah adalah tanggung jawab dari masing-
masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh
sebab itu mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus
untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
37
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ketempat penampungan
sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ketempat penampungan
akhir (TPA).
b) Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
- Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah.
- Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar di dalam tungku pembekaran (incenerator).
- Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi
pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan,
sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.
4) Syarat Tempat Sampah yang Sehat
Menurut Herianto tahun 2014 yang dikutip dari Suryasa tahun
2008:172, Syarat tempat sampah yang sehat yaitu:
a) Konstruksinya kuat dan tidak mudah bocor sehingga sampah tersebut
tidak berserakan.
b) Mempunyai tutup yang dibuat sedemikian rupa agar mudah dibuka dan
ditutup tanpa harus mengotorkan tangan.
c) Mudah dibersihkan.
d) Mempunyai ukuran yang sesuai agar tidak meluap dan mudah diangkat.
38
e) Tempat sampah basah dan kering harus dipisahkan untuk memudahkan
dalam proses pengolahan.
f) Menyediakan plastik didalamnya.
g) Tempat sampah dibersihkan secara rutin agar kuman-kuman penyakit
tidak tertinggal.
B. Tinjauan Tentang Sanitasi Lingkungan Pemukiman
Menurut Soedjadi tahun 2005, Kesehatan perumahan dan lingkungan
permukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologi di dalam rumah, di
lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan
perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib di
penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di
perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan permukiman sangat
di perlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Sanitasi lingkungan pemukiman meliputi: pengelolaan sampah, air bersih,
sarana pembuangan air limbah, dan jamban.
C. Tinjauan Tentang Sanitasi wilayah Pesisir
Menurut Sholehah dkk tahun 2014, Penjelasan umum mengenai kawasan
pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik wilayah merupakan hal yang
sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai wilayah pesisir
dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian
39
tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama
penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah
masih belum jelas.
1. Pengertian Wilayah Pesisir
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional
adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat
mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau
pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental
shelf) (Beatley et al , 1994 dalam Sholehah dkk, 2014).
2. Pencemaran di Kawasan Pesisir
Beberapa jenis bahan pencemar yang sering menyebabkan
terjadinya pencemaran di laut yaitu limbah domestik dan pertanian.
Macam-macam limbah cair dari rumah tangga (domestik), industri dan
pertanian :
a. Limbah Domestik
Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari
perumahaan dan pusat perdagangan maupun perkotaan, hotel, rumah
sakit, tempat rekreasi, dll. Limbah jenis ini sangat mempengaruhi
tingkat kekeruhan, BOD (biological oxigen demand) dan kandungan
organik sistem pasokan air.
b. Limbah Industri
Sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari
sumbernya. Limbah jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat
kekeruhan, BOD, tetapi juga mengubah struktus kimia air akibat
40
masuknya zat-zat organik yang mencemari. Penanganan limbah ini
dilakukan dengan cara memasang instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air.
c. Air Limbah Pertanian
Berasal dari sedimen akibat erosi lahan, unsur kimia limbah
atau pupuk (umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dari
pestisida. Unsur pencemar ini meliputi bak sedimen dan erosi lahan
tanaman perkubunan maupun larutan fosfor dan nitrogen yang
dihasilkan oleh limbah hewani serta pupuk.
Salah satu bahan pencemar laut yang utama adalah kebocoran
tanker minyak (tumpahan minyak), tumpahan minyak baik dari proses di
kapal, pengeboran lepas pertanian maupun akibat kecelakaan kapal.
Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut
yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena
kaibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan
sangat signifikan merusak mahluk hidup disekitar pantai tersebut.
Dampak yang ditimbulkan oleh minyak tersebut sangat berbahaya
bagi biota laut baik di jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka
pendek, masuknya molekul-molekul hidrokarbon minyak ke dalam sel.
Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak.
Minyak dapat menyebabkan kematian pada ikan karena kekuarangan
oksigen, karacunan karbondioksida dan keracunan bahan berbahaya
lainya. Jangka panjang, terutama bagi biota laut yang masih muda,
41
minyak dalam laut dapat termakan oleh biota-biota tersebut. Penyebab
utama pencemaran wilayah pesisir adalah :
a. Masih rendahnya kepedulian industri sepanjang pesisir terhadap
sistem pengolahan limbah cair yang masuk ke perairan umum.
b. Kurang ketatnya pengawasan limbah oleh instansi terkait.
c. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan
sampah dan kebersihan lingkungan sekitarnya serta pola bangunan
yang membelakangi pantai.
d. Penangkapan ikan dengan bahan kimia.
e. Sampah dengan kegiatan pariwisata massal.
f. Buangan minyak kotor dari kapal ikan, nelayan dan sebagainya.
3. Sanitasi Wilayah Pesisir
Indonesia Development Magz tahun 2016, Sanitasi tidak terlepas
dari pola hidup bersih dan sehat, dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya. Bahaya ini bisa memberikan dampak secara fisik
maupun biologis. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan terdiri dari kotoran manusia atau binatang, sisa bahan buangan
padat, air bahan buangan domestik seperti air seni, bahan buangan mandi
atau cucian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan
menggunakan solusi teknis, contohnya perawatan cucian dan sisa cairan
buangan, pembangunan prasarana seperti, kakus dan tangki septik.
Kotoran manusia merupakan salah satu penyebab pencemaran air.
42
Fasilitas pembuangan kotoran yang kurang memadai akan mengurangi
manfaat potensial dari penyediaan air, karena dapat menularkan bakteri
patogen dari orang yang tertular ke orang yang sehat. Lebih dari 50
macam infeksi dapat ditularkan, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui kotoran manusia.
Rumah di daerah pesisir Indonesia masih banyak yang belum
memiliki WC dan sistem pengolahan sampah yang baik. Mereka lebih
memilih untuk membuang kotoran manusia dan sampah rumah tangga ke
laut. Hal mendasar yang menyebabkan sulitnya upaya sanitasi
lingkungan di daerah pesisir adalah rendahnya pemahaman masyarakat
mengenai pentingnya upaya sanitasi lingkungan serta kemampuan
finansial yang kurang mencukupi bagi setiap rumah tangga untuk
mengupayakan sanitasi lingkungan rumah tangga yang memenuhi syarat.
Pola-pola lampau, seperti bantuan langsung membangun jamban dan
sumur, tanpa disertai peningkatan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat, sebaiknya dihindari. Untuk itu diperlukan suatu kerja
kelompok secara bersama-sama dari berbagai pihak. Upaya-upaya seperti
pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengawasan, peningkatan
pengetahuan dan perilaku masyarakat, dinilai lebih baik.
Pemberdayaan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menyediakan air bersih dan sarana
sanitasi bagi dirinya sendiri. Peningkatan pengetahuan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sarana sanitasi
43
yang memenuhi syarat. Pengawasan kualitas sarana bertujuan untuk
mengurangi dampak kesehatan lingkungan berupa kejadian penyakit
yang diakibatkan oleh penggunaan air bersih dan sarana sanitasi yang
tidak memenuhi syarat.
Untuk daerah pesisir, seyogyanya dapat diupayakan prasarana
drainase yang terpusat, karena lokasi pesisir yang merupakan daerah
resapan air sehingga menyulitkan untuk membuat saluran pembuangan
air limbah bagi masing-masing rumah tangga. Dampak fisik yang dapat
langsung dilihat akibat buruknya sanitasi lingkungan di daerah pesisir
adalah lingkungan yang kotor, tidak teratur dan tentunya berbau. Hal
inilah yang menjadi penyumbang timbulnya gangguan ekosistem di
daerah pesisir dan pantai.
BAB III
44
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran
Hasil Survei Levels & Trends In Child Mortality tahun 2014
menujukkan lebih dari 370 anak berusia balita di indonesia setiap hari
meninggal dunia dikarenakan diare dan pneumonia akibat sanitasi dan
kebersihan yang buruk ternyata cukup besar. Semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah
pesisir seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan, objek wisata dan lain-
lain, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem sumber daya pesisir dan laut
ini semakin meningkat, sehingga mengakibatkan berbagai macam
pencemaran seperti; pencemaran air laut akibat pembuangan sampah di laut
dan air limbah di laut serta berbagai macam aktivitas manusia yang dapat
merusak lingkungan sehingga dari dampak tersebut dapat mengakibatkan
gangguan masalah kesehatan yang ada seperti kesehatan berbasis lingkungan.
Kelurahan Benu-Benua merupakan salah satu kelurahan dari
Kecamatan Kendari Barat yang berada di pesisir teluk Kendari, dengan
jumlah penduduk sangat padat dengan kondisi lingkungan yang
memperihatinkan karena kurangnya ketersediaan tempat sampah umum
sehingga menyebabkan sampah berserakan di drainase penduduk yang
menyebabkan banjir pada musim penghujan dan kondisi pembuangan air
limbah penduduk yang tidak tertutup menyebabkan bau yang tidak sedap,
disamping itu pula beberapa penduduk menggunakan sumber air yang berasal
45
dari PAM tetapi hanya mengalir seminggu sekali dan ada juga yang
menggunakan sumur gali tetapi lokasi sumur berdekatan dengan
penampungan tinja sehingga kemungkinan menyebabkan air terkontaminasi.
B. Kerangka Pikir
Sarana Sanitasi :
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Gambar 3.1
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Sarana Sanitasi masyarakat di
wilayah pesisir teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini sarana penampungan air
bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah, dan sarana
pembuangan sampah.
D. Definisi Operasional
1. Sarana Penampungan Air Minum
2. Sarana Jamban Keluarga
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
4. Sarana Pembuangan Sampah
Gambaran Sarana
Sanitasi
46
1. Sarana Penampungan Air Minum
Sarana penampungan air minum adalah suatu wadah penampungan
air yang harus memenuhi syarat. (Peraturan Mentri Kesehatan No.
416/Men.Kes/PER/IX/1990).
Kriteria Objektif :
Memenuhi syarat : Jika sarana penampungan air selalu
tertutup, bersih atau bebas dari kotoran ,
mempunyai kran, dan dibersihkan setelah
3 hari pemakayan (Peraturan Mentri
Kesehatan RI, 2014).
Serta kondisi fisik air minum tidak
berbau dan berwarna (Peraturan Mentri
Kesehatan No.416/Men.Kes/PER/IX/
1990).
Tidak memenuhi syarat : Jika sarana penampungan air tidak
tertutup dan tidak dibersihkan setelah
3 hari Pemakaian, tidak bersih, tidak
mempunyai kran serta kondisi fisik
air berbau dan berwarna.
2. Sarana Jamban Keluarga
Sarana jamban adalah suatu cara untuk mencegah sekurang-
kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan dimana
47
pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat
serta memenuhi syarat (Notoadmodjo, 2007).
Kriteria Objektif :
Memenuhi syarat : Jika jamban yang digunakan leher
angsa atau cemplung yang tertutup
rapat, lantai kedap air atau kuat
(terbuat dari bahan semen atau ubin),
mempunyai ventilasi, tidak menimbulkan
bau, tidak mengganggu pemadangan,
terdapat alat pembersih dan jarak
dari sumber air bersih sekurang-kurangnya
15 meter (Notoadmodjo tahun 2007).
Tidak memenuhi syarat : Jika jamban yang digunakan bukan leher
angsa atau cemplung dan tidak tertutup,
lantai tidak kedap air atau tidak kuat,
tidak mempunyai ventilasi, menimbulkan
bau, mengganggu pemandangan, tidak
terdapat alat pembersih dan jarak dari
sumber air bersih kurang dari 15 meter.
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana pembuangan air limbah atau saluran pembuangan air limbah
yang sehat adalah harus terbuat dari bahan kedap air, mempunyai penutup
48
dan tidak mengganggu masyarakat karena baunya (Indonesian Public
Health, 2017).
Kriteria Objektif :
Memenuhi syarat : Jika saluran terbuat dari bahan kedap air
(disemen atau terbuat dari pipa) dan
tertutup, dan tidak menimbulkan bau
(Indonesian Public Health, 2017).
Tidak memenuhi syarat : Jika saluran tidak terbuat dari bahan
Kedap air, tidak tertutup, dan menimbulkan
Bau.
4. Sarana Pembuangan Sampah Keluarga
Tempat pembuangan sampah yang sehat adalah tempat sampah yang
memiliki konstruksi yang kuat sehingga tidak mudah bocor, mempunyai
penutup, mudah dibersihkan, tempat sampah kering dan basah dipisahkan,
serta sampah tidak berserakan.
Kriteria Objektif :
Memenuhi syarat : Jika konstruksinya kuat dan tidak mudah
bocor sehingga sampah tidak berserakan
(terbuat dari bahan plastik, dan drom),
mempunyai penutup, mudah dibersihkan
(tersedia plastik di dalamnya), tempat
sampah basah dan kering harus
dipisahkan, dan sampah tidak berserakan
49
(Herianto, 2014).
Tidak memenuhi syarat : Jika konstruksinya tidak kuat dan mudah
bocor sehingga sampah berserakan, tidak
mempunyai penutup, susah dibersihkan
(tidak tersedia plastik di dalamnya),
tempat sampah basah dan kering tidak
dipisahkan, dan sampah berserakan.
E. Alat Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian adalah daftar pertanyaan kuisioner dan
lembar observasi. Daftar pertanyaan yang berisi daftar pertanyaan tertutup
dan terbuka tentang identitas responden. Sedangkan lembar observasi
digunakan untuk pengamatan terhadap Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat
di wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kriteria atau cara pengukuran dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Skala Guttman yang akan dibuat dalam bentuk checklist.
Berdasarkan skalanya dalam penelitian ini artinya bersifat mutlak yaitu “bila
memenuhi syarat diberi skor 1” dan “bila tidak memenuhi syarat diberi skor
0” (Sugiono, 2007:139).
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif yang
bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang sesuatu secara
objektif, dalam hal ini untuk melihat gambaran sarana sanitasi masyarakat di
wilayah pesisir teluk Kendari, Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah pesisir teluk Kendari,
Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari Barat, Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tanggal 10 Juni sampai 19 Juli tahun 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono,2007:117). Populasi dari penelitian ini adalah semua Kepala
Keluarga (KK) pada Kelurahan Benu-Benua yang bermukim di wilayah
pesisir teluk Kendari dalam hal ini berjumlah 4 RT dengan jumlah
populasi sebanyak 234 KK.
51
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus dari Isaac dan Michael (Sugiono, 2007:126). Teknik pengambilan
sampel yaitu Probability Sampling dengan metode Proportionate Stratified
Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 70. Pengambilan
sampel terpilih dilakukan dengan cara Random Sampling, yang dilakukan
mengunakan sistem lot.
Rumus : s =. . .( ) . .
Keterangan : dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, dan 10%
P = Q = 0,5. d = 0,05. S = jumlah sampel
Cara hitung :
= . . .( − 1) + . .= 1 . 234 . 0,5 . 0,50,05 (234 − 1) + 1 . 0,5 . 0,5
= 234 . 0,250,0025 (233) + 0,25= 58,50,5825 + 0,25
= 58,50,8325 = 70,270 => 70=5 = 76234 70 = 23
52
6 = 54234 70 = 169 = 47234 70 = 1410 = 57234 70 = 17
= 70D. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang di kumpulkan dengan menggunakan
kuisioner dan pengukuran langsung terhadap responden atau KK di
Kelurahan Benu-Benua.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas Benu-Benua, Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Dinkes Kota Kendari dan instansi terkait lainnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
melakukan wawancara dan observasi pada lingkungan masyarakat dengan
menggunakan lembar kuisioner dan lembar observasi.
F. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dilakukan pengolahan data agar dapat dilakukan
analisis sehingga menghasilkan informasi yang benar menggunakan
Komputerisasi dan perhitungan manual menggunakan Exel, ada empat
tahapan pengolahan data yang harus dilalui yaitu :
53
1. Mengkode Data (Koding)
Pada tahap ini, peneliti memberikan kode-kode tertentu pada data-
data yang sudah dikumpul dengan tujuan memudahkan pengelolahan data
selanjutnya.
2. Mengedit Data (Editing)
Editing digunakan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang
sudah diisi.
3. Memberi Skor (Skoring)
Skoring adalah perhitungan secara manual dengan menggunakan
kalkulator untuk mengetahui presentase dari setiap hal yang di teliti.
4. Tabulation
Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan. Dalam hal ini setelah data tersebut dikoding kemudian
ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi
frekuensi.
G. Analisa Data
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan
persentase dari masing-masing variabel yanng diteliti dengan menggunakan
rumus:
Keterangan :
X : Jumlah persentase variabel yang diteliti
54
f : Jumlah kriteria penilaian terhadap responden
n : Jumlah sampel penelitian
K : Kostanta 100% (Hasan,2001 dalam Herianto, 2014).
H. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang kemudian dinarasikan secara deskriptif variabel-variabel yang
telah diteliti.
55
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penlitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geogravis
Kelurahan Benu-Benua terletak di Kecamatan Kendari Barat
Provinsi Sualwesi Tenggara serta memiliki kondisi geografis daerah
pesisir yang berbatasan dengan :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Nipa-Nipa
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Kendari
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Punggaloba
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sodohoa
Luas wilayah Kelurahan Benu-Benua Sekitar 2.580 KM2 yang
terdiri atas 4 RW dan 10 RT dengan jumlah penduduk 2.553 jiwa
(laki-laki dan perempuan) yang terdiri dari 620 KK (Kepala keluarga).
2. Karakteristik Umum Responden
a. Jenis Kelamin
Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel di bawah :
56
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin Respondendi Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 62 89
2 Perempuan 8 11
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak
berjenis kelamin laki-laki yaitu 62 orang (89%) dan terendah yaitu
jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang
(11%).
b. Alamat Rumah KK
Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Menurut Alamat Rumah Respondendi Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2017
No Alamat Frekuensi Persentase (%)
1 RT 5 23 33
2 RT 6 16 23
3 RT 9 14 20
4 RT 10 17 24
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.2 Menunjukkan bahwa distribusi alamat rumah
responden yang terbanyak adalah RT 5 yaitu sebanyak 23 orang
(33%) dan yang terendah adalah RT 9 yaitu 14 orang (20%).
57
c. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Responden di Wilayah
Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua KecamatanKendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 11 16
2 SMP 13 18.5
3 SMA 27 38.5
4 DIPLOMA 5 7
5 SARJANA 12 17
6 Tidak Sekolah 2 3
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.3 Menunjukkan bahwa distribusi pendidikan responden
yang terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 27 orang (38.5%) dan
pendidikan responden yang terendah adalah tidak sekolah yaitu 2
orang (3%).
58
d. Keadaan Sosial Ekonomi atau Pekerjaan
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Responden di Wilayah
Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua KecamatanKendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 IRT 2 3
2 WIRASWASTA 30 43
3 PNS 11 16
4 TNI/POLRI 1 1
5 NELAYAN 26 37
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.4 Menunjukkan bahwa distribusi pekerjaan responden
yang terbanyak adalah Wiraswasta yaitu sebanyak 30 orang (43%)
dan yang terendah adalah TNI/POLRI yaitu 2 orang (3%).
3. Variabel Penelitian
a. Sarana Penampungan Air Minum
Distribusi responden berdasarkan sarana Penampungan Air
Minum di Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
59
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Menurut Sarana PAM Respondendi Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2017
No Sarana PAM Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 28 40
2 Tidak Memenuhi Syarat 42 60
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sarana Sanitasi Masyarakat
berdasarkan keadaan Sarana Penampungan Air Minum yang
terbanyak yaitu tidak memenuhi syarat kesehatan 42 orang (60%) dan
yang terendah memenuhi syarat kesehatan yaitu 28 orang (40%).
b. Sarana Jamban Keluarga
Distribusi responden berdasarkan Sarana Jamban Keluarga di
Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua Kecamatan
Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel di
bewah ini :
Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Menurut Sarana Jamban Responden
di Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-BenuaKecamatan Kendari Barat Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Sarana Jamban Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 27 39
2 Tidak Memenuhi Syarat 43 61
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
60
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sarana Sanitasi Masyarakat
berdasarkan keadaan Sarana Jamban Keluarga yang terbanyak yaitu
tidak memenuhi syarat kesehatan 43 orang (61%) dan yang terendah
memenuhi syarat kesehatan yaitu 27 orang (39%).
c. Sarana SPAL
Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Menurut Sarana SPAL Respondendi Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2017
No Sarana SPAL Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 0 0
2 Tidak Memenuhi Syarat 70 100
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sarana Sanitasi Masyarakat
berdasarkan keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah yang terbanyak
yaitu tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70 orang (100%).
d. Sarana Pembuangan Sampah
Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Menurut Sarana Sampah Respondendi Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
Kecamatan Kendari Barat ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2017
No Sarana SPAL Frekuensi Persentase (%)
1 Memenuhi Syarat 0 0
2 Tidak Memenuhi Syarat 70 100
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer 2017
61
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Sarana Sanitasi Masyarakat
berdasarkan keadaan Sarana Pembuangan Sampah Keluarga yang
terbanyak yaitu tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70 orang
(100%).
B. Pembahasan
1. Variabel Penelitian
a. Sarana Penampungan Air Minum
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan
Sarana Penampungan Air Minum pada Kelurahan Benu-Benua yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 28 orang (40%) dan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan yaitu 42 orang (60%), ini menunjukkan
bahwa 40% di Kelurahan Benu-Benua sudah memenuhi syarat
Kesehatan dalam hal sarana penampungan air minum.
Hasil penelitian pada responden, secara fisik Sarana
Penampungan Air Minum dan fisik air sudah memenuhi syarat
kesehatan tetapi ada sebagian masyarakat dalam hal Sarana
Penampungan Air Minum tidak dikelola dengan baik misalnya tidak
dibersihkannya wadah penampungan air minum setelah 3 hari
pemakaian, wadah penampungan air minum yang tidak tertutup dan
tidak mempunyai kran sehingga menyebabkan wadah penampungan
air minum menjadi tidak sehat dan bahkan menyebabkan timbulnya
bibit penyakit.
62
Dilihat dari segi pendidikan kepala keluarga yang diteliti
kebanyakan berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak
27 orang (38.5%) setelah melakukan cros cek terhadap data karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan didaptkan hasil yaitu sebanyak
17 orang atau 28% tidak memenuhi syarat kesehatan, hal ini menunjukkan
responden dengan pendidikan SMA bahwa dalam hal kebersihan wadah
penampungan air minum masih dirasa kurang karena mereka belum
mengerti tentang cara berperilaku hidup bersih dan sehat disamping itu
juga kebanyakan masyarakat yang bekerja sebagai Nelayan yaitu sebanyak
26 orang (37%) setelah melakukan cros cek terhadap data karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil yaitu sebanyak 21
orang atau 30% tidak memenuhi syarat kesehatan, ini kemungkinan di
mengakibatkan karena tingkat kesibukan yang tinggi sehingga
menyebabkan kurangnya perhatian masyarakat dalam mengelola atau
membersihkan wadah penampungan air minum mereka setelah 3 hari
pemakaian.
Hal ini sejalan dengan Syarat Wadah Penampungan Air Minum
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Tahun 2014 tentang sanitasi total
berbasis masyarakat yang mengemukakan bahwa syarat wadah
penampungan air minum selalu tertutup, bersih atau bebas dari kotoran,
mempunyai kran, dan dibersihkan setelah 3 hari pemakaian. Serta
kondisi fisik air minum tidak berbau dan berwarna (Peraturan Mentri
Kesehatan No.416/Men.Kes/PER/IX/1990).
63
Hasil observasi dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa
masyarakat di Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua
semuanya sudah mempunyai sarana penampungan air minum dan secara
fisik Sarana Penampungan Air Minum dan fisik air sudah memenuhi
syarat kesehatan akan tetapi ada sebagian masyarakat yang tidak
membersihkan wadah penampungan air minum setelah 3 hari pemakaian
dan wadah penampungan air minum yang tidak tertutup dan tidak
mempunyai kran sehingga disimpulkan bahwa sarana Penampungan Air
Minum tidak dikelola dengan baik sehingga dapat menyebabkan wadah
penampungan air minum menjadi tidak sehat dan bahkan menyebabkan
timbulnya bibit penyakit.
Penelitian ini juga didukung oleh Suning tahun 2014 bahwa
masyarakat yang memiliki sarana air bersih sebanyak 70% belum
memenuhi syarat kesehatan yang di akibatkan karena kurangnya perhatian
dari masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih.
b. Sarana Jamban
Hasil penelitian Sarana Sanitasi berdasarkan keadaan Sarana Jamban
Keluarga yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 27 orang (39%) dan
tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 43 orang (61%), ini menunjukkan
bahwa 39% di Kelurahan Benu-Benua sudah memenuhi syarat Kesehatan
dalam hal sarana jamban dimana pada hasil observasi menunjukkan
semua responden memiliki sarana jamban dari jenis leher angsa, akan
tetapi sebagian dari responden memiliki jamban yang tidak memenuhi
64
syarat kesehatan karena tidak adanya ventilasi dan tidak adanya alat
pembersih yang disediakan.
Dilihat dari segi pendidikan kepala keluarga yang diteliti
kebanyakan berpendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang (38.5%) setelah
melakukan cros cek terhadap data karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan didaptkan hasil yaitu sebanyak 12 orang atau 17% tidak
memenuhi syarat kesehatan ini menunjukkan bahwa pengetahuan dalam
hal memperhatikan kebersihan sarana jamban seperti menyediakan alat
pembersih wadah penampungan air minum masih kurang karena mereka
tidak mengerti tentang cara berperilaku hidup bersih dan sehat disamping
itu juga kebanyakan masyarakat yang bekerja sebagai Nelayan yaitu
sebanyak 26 orang (37%) setelah melakukan cros cek terhadap data
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil yaitu
sebanyak 21 orang atau 30% tidak memenuhi syarat kesehatan ini
menunjukkan kemungkinan tingginya tingkat kesibukan sehingga
menyebabkan kurangnya perhatian masyarakat dalam mengelola atau
manyediakan alat pembersih untuk sarana jamban mereka.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Notoadmodjo tahun 2007 dimana terdapat syarat-syarat yang harus
diperhatikan yaitu lantai kedap air atau kuat (terbuat dari bahan semen
atau ubin), mempunyai ventilasi, tidak menimbulkan bau, tidak
mengganggu pemadangan, terdapat alat pembersih dan jarak dari sumber
air bersih sekurang-kurangnya 15 meter.
65
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di
Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua semuanya sudah
mempunyai jamban dan secara fisik jamban yang digunakkan sudah
memenuhi syarat kesehatan namun sebagian masyarakat masih memiliki
jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat
membahayakan bagi kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Penelitian ini juga didukung oleh Suning tahun 2014 bahwa
masyarakat yang memiliki sarana jamban sebanyak 68% belum memenuhi
syarat kesehatan yang di akibatkan karena kurangnya perhatian dari
masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Hasil penelitian Sarana Sanitasi berdasarkan keadaan Sarana Saluran
Pembuangan Air Limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak
70 orang (100%), ini menunjukkan bahwa 100% di Kelurahan Benu-
Benua tidak memenuhi syarat Kesehatan dalam hal sarana pembuangan air
limbah dimana pada hasil observasi menunjukkan bahwa semua
responden telah memiliki sarana pembuangan air limbah yang terbuat dari
bahan kedap air akan tetapi sebagian besar dari responden memiliki sarana
SPAL yang langsung terkontaminasi langsung oleh tanah, tidak tertutup
serta menimbulkan bau.
Dilihat dari segi pendidikan kepala keluarga yang diteliti teridiri atas
SD, SMP, SMA maupun tingkat pendidikan tinggi secara keseluruhan
yaitu sebanyak 70 orang (100%) setelah melakukan cros cek terhadap data
66
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didaptkan hasil
yaitu sebanyak 70 orang atau 100% tidak memenuhi syarat kesehatan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan dalam hal memperhatikan kebersihan
sarana SPAL kemungkinan masih kurang dan belum mengerti tentang cara
berperilaku hidup bersih dan sehat, disamping itu juga dilihat dari segi
pekerjaan yang digeluti oleh responden yang meliputi IRT, wiraswasta,
PNS, TNI/POLRI maupun nelayan yaitu sebanyak 70 orang (100%)
setelah melakukan cros cek terhadap data karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil yaitu sebanyak 70 orang atau
100% tidak memenuhi syarat kesehatan hal ini kemungkinan diakibatkan
karena kurangnya perhatian masyarakat dalam menjaga lingkungan dan
berperilaku hidup bersih dan sehat.
Karena keberadaannya diwilayah pesisir teluk Kendari kebanyakan
masyarakat langsung membuang air sisa pakai mereka ke saluran
pembuangan yang langsung mengarah ke area teluk, hal ini menyebabkan
teluk Kendari menjadi tercemar akibat masih kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memperhatikan kebersihan lingkungan mereka, hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan dalam hal memperhatikan kebersihan
sarana SPAL seperti membersihkan sampah yang berada didalam SPAL
bahkan menutup sarana SPAL agar tidak menimbulkan bau masih dirasa
kurang, karena mereka kemungkinan belum mendapatkan penyuluhan baik
dari pemerintah setempat maupun pusat mengenai tentang cara berperilaku
hidup bersih dan sehat.
67
Disamping itu juga dari pemerintah setempat yang tidak
memperhatikan kebersihan lingkungan warganya seperti melaksanankan
bakti social bersama masyarakat untuk membersihkan lingkungan tidak
dilakukan, sehingga menyebabkan daerah Kelurahan Benu-Benua
menjadi tidak sehat karena bau yang ditimbulkan dari sarana SPAL yang
tidak bersih dan tidak tertutup sehingga serta pada saat musim penghujann
datang dapat menyebabkan banjir karena tidak lancarnya aliran pada
SPAL masyarakat. Kebanyakan masyarakat yang bekerja sebagai
Wiraswasta ini menunjukkan tingkat kesibukan yang tinggi sehingga
berdampak kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah setempat
untuk bersama-sama dalam membersihkan lingkungan mereka.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Indonesian
Public Health tahun 2017 bahwa terdapat syarat-syarat yang harus
diperhatikan yaitu saluran pembuangan air limbah terbuat dari bahan
kedap air (disemen atau terbuat dari pipa) dan tertutup, dan tidak
menimbulkan bau.
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di
Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua semuanya belum
mempunyai sarana SPAL yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat
berdampak terjangkitnya masalah kesehatan. Air buangan masyarakat
yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat membahayakan bagi
kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan (Sholehah
dkk, 2014).
68
Penelitian ini juga didukung oleh Suning tahun 2014 bahwa
masyarakat yang memiliki sarana pengelolaan air limbah sebanyak 80%
belum memenuhi syarat kesehatan yang di akibatkan karena kurangnya
perhatian dari masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih.
d. Sarana Pembuangan Sampah
Hasil penelitian Sarana Sanitasi berdasarkan keadaan Sarana
Pembuangan Sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 70
orang (100%), ini menunjukkan bahwa 100% di Kelurahan Benu-Benua
tidak memenuhi syarat Kesehatan dalam hal sarana pembuangan sampah
dimana pada hasil observasi penelitian menunjukkan hampir semua
responden tidak memiliki sarana pembuangan sampah didalam rumah
yang terdiri dari penampungan sampah permanen seperti tempat sampah
yang terbuat dari drom maupun semen dan tempat sampah yang tidak
permanen seperti terbuat dari dos/kantong plastik serta kebanyakan
masyarakat mempunyai sarana sampah yang konstruksinya tidak kuat,
mudah bocor sehingga sampah berserakan dan menyebabkan lingkungan
menjadi tidak bersih, tidak adanya penutup pada sarana sampah sehingga
menimbulkan bau, sarana sampah yang tidak mudah dibersihkan seperti
disediakan plastik didalamnya sehingga mudah untuk diangkat dan
dipindahkan kepembuangan sampah umum.
Dilihat dari segi pendidikan kepala keluarga yang diteliti teridiri atas
SD, SMP, SMA maupun tingkat pendidikan tinggi secara keseluruhan
yaitu sebanyak 70 orang (100%) setelah melakukan cros cek terhadap data
69
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didaptkan hasil
yaitu sebanyak 70 orang atau 100% tidak memenuhi syarat kesehatan ini
menunjukkan bahwa pengetahuan dalam hal memperhatikan peneyediaan
sarana sampah dirasa masih cukup kurang, disamping itu juga dilihat dari
segi pekerjaan yang digeluti oleh responden yang meliputi IRT,
wiraswasta, PNS, TNI/POLRI maupun nelayan yaitu sebanyak 70 orang
(100%) setelah melakukan cros cek terhadap data karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil yaitu sebanyak 70 orang atau
100% tidak memenuhi syarat kesehatan hal ini kemungkinan diakibatkan
karena kurangnya perhatian masyarakat dalam menjaga lingkungan dan
berperilaku hidup bersih dan sehat.
Tempat sampah basah dan kering tidak dipisahkan serta ada sebagian
responden yang sama sekali tidak mempunyai sarana penampungan
sampah sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Herianto tahun 2014 bahwa terdapat syarat-syarat
sarana pembuangan sampah yang harus diperhatikan yaitu konstruksinya
kuat dan tidak mudah bocor sehingga sampah tidak berserakan (terbuat
dari bahan plastik, dan drom), mempunyai penutup, mudah dibersihkan
(tersedia plastik di dalamnya), tempat sampah basah dan kering harus
dipisahkan, dan sampah tidak berserakan (Herianto, 2014).
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di
Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua semuanya belum
70
mempunyai sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan
sehingga dapat berdampak terjangkitnya masalah kesehatan.
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit
(bacteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar
penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik
sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan
masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Penelitian ini juga didukung oleh Suning tahun 2014 bahwa
masyarakat yang memiliki sarana pengelolaan air limbah sebanyak 82%
belum memenuhi syarat kesehatan yang di akibatkan karena kurangnya
perhatian dan kepedulian dari masyarakat untuk melakukan perilaku hidup
bersih.
71
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden yang
mempunyai sarana penampungan air minum yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 28 orang (40%) dan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan yaitu 42 orang (60%).
2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden yang
mempunyai sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 27
orang (39%) dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu 43 orang
(61%).
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden yang
mempunyai sarana SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 70 orang (100%).
4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 responden yang
mempunyai sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 70 orang (100%)
B. Saran
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
pihak-pihak terkait baik secara teoritis maupun praktis.
72
1. Bagi Instansi Terkait
Diharapkan kepada instansi terkait baik lingkup pemerintahan
Kelurahan Benu-Benua dan Puskesmas Benu-Benua untuk lebih dapat
mengefektifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya prilaku hidup bersih, agar masyarakat bisa mengerti dan
memahami apa dampak yang ditimbulkan jika keadaan lingkungan tidak
memenuhi syarat kesehatan serta diharapakn agar pemerintah juga dapat
menambah penyediaan tempat sampah umum.
2. Bagi Masyarakat/Keluarga
Bagi masyarakat yang berada di Wilayah Pesisir Teluk Kendari
Kelurahan Benu-Benua khususnya yang memiliki sarana sanitasi
(Sarana Penampungan Air Minum, Sarana Jamban, Sarana SPAL, dan
Sarana Pembuangan Sampah) yang tidak memenuhi syarat kesehatan
agar dapat melakukan upaya perbaikan/perubahan sperti selalu
memperhatikan kebersihan sarana penempungan air minum,
menyediakan alat pembersih untuk sarana jamban, membersihkan dan
menutup got dan tidak membuang sampah pada saluran yang langsung
mengalir di areah pesisir dan menyediakan tempat sampah masing-
masing di dalam rumah sehingga keadaan sarana sanitasi dapat
memenuhi syarat kesehatan sehingga mengurangi terjadinya pencemaran
yang dapat menimbulkan masalah terganggunya kesehatan.
73
3. Manfaat Bagi Penelitian
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan menambah wawasan pengetahuan tentang sarana
sanitasi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan.
Daftar Singkatan
BAB : Buang Air BesarBABS : Buang Air Besar SembarangBOD : Biological Oxygen DemandBPS : Badan Pusat StatistikIPAL : Instalasi Pengolahan Air LimbahKK : Kepala KeluargaKM : Kilo MeterMAT : Mata Air TerlindungiMDGs : Millennium Development GoalsNKRI : Negara Kesatuan Republik IndonesiaPAH : Penampungan Air HujanPAM : Perusahaan Air MinumPBB : Perserikatan Bangsa-BangsaPDAM : Perusahaan Daerah Air MinumPMA : Perlindungan Mata AirPP : Sistem PerpipaanRT : Rukun TetanggaRW : Rukun WargaSBP : Sumur Bor dengan PompaSGT : Sumur Gali TerlindungiSGL : Sumur GaliSGP : Sumur Gali dengan PompaSPAL : Saluran Pembuangan Air LimbahSPT : Sumur Pompa TanganTA : Terminal AirTPA : Tempat Pembuangan Sampah AkhirTPS : Tempat Pembuangan Sampah SementaraWHO : World Health OrganizationWSP : Water Sanitation Program
Daftar Pustaka
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jakarta . 2015. EnsiklopediaWarga Jakarta. Jakarta Pedia.(http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Sanitasi_Lingkungan). Diakses tanggal 22 maret 2017.
Depkes RI. 1990. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 416 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2009. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 3 tentang SanitasiTotal Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2008. Peraturan Mentri Kesehatan RI Starategi Nasional tentangSanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 492 tentangPersyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 3 tentang SanitasiTotal Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Dinkes Sultra. 2014. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2013. Kendari:Dinkes Sultra.
Dinkes Sultra.2015. Profil Kesehatan Kab/Kota 2015 & Laporan Program.Kendari: Dinkes Sultra.
Dinkes Sultra. 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2014. Kendari:Dinkes Sultra.
Dinkes Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015. Kendari:Dinkes Sultra.
Herianto.2014. Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pada Pasien Gastroesteritis.Kendari: KTI
Indonesia Development Magz. 2016. Sanitasi Buruk Gambaran Pesisir Indonesia.(http://indonesiadevelopmentmagz.com/2016/10/01/sanitasi-buruk-gambaran-pesisir-indonesia/). Di akses tanggal 22 maret 2017.
Indonesian Public Health. 2017. Karakteristik Pengolahan Air Limbah TempatPengolahan Makanan. (http://www.indonesian-publichealth.com/limbah-tempat-pengolahan-makanan/). Di akses tanggal 22 maret 2017.
Isanini. 2014. Gambaran Umum Tentang Sanitasi.(http://eprints.walisongo.ac.id/2835/3/094211006_Bab2.pdf). Di aksestanggal 22 maret 2017.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian KesehatanRI.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Indonesia Tahun2015-2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. 2017. Pusat KomunikasiPublik. Jakarta: kementrian PU dan Perumahan Rakyat RI.
Notoadmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat: Llmu dan Seni. Jakarta:Rineka Cipta.
Data Kelurahan.2017. Rekapitulasi Data Penduduk Kelurahan Benu-Benua.Kendari: Kantor Kelurahan Benu-Benua.
Sanitation Drive. 2015.Sanitasi Menjaga Lingkungan Tetap Bersih.(http://sanitationdrive2015.org/wp-content/uploads/2013/11/Ind-Planners-Guide-Fact-Sheet-5.pdf). Di akses tanggal 22 maret 2017.
Sholehah dkk. 2014. Gambaran Sarana Sanitasi Dasar Manyarakat PesisirPantai Dusun Talaga Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten SeramBagian Barat Tahun 2014. (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/download/1237/1222). Di aksestanggal 22 maret 2017.
Sugiono.2007. Metode Penelititan Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suning, Dkk.2014.Fenomena Empiris Budaya Sanitasi Masyarakat Pesisir SedatiDalam Perspektif Grounded Theory. Google Cendekia
Undang-undang RI No.23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan. Jakarta.
Lampiran 1
SURAT PERMINTAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
Di –
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : EKAPRI TOSEPU
Nim : P00320014095
Sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan keperawatan,
bermaksud akan mmelakukan peneltian dengan judul penelitian “Gambaran
Sarana Sanitasi Masyarakat Di Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kelurahan Benu-
benua, Kecamatan Kendari Barat, Provinsi Sulawesi tenggara”
Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan
waktu menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila disetujui, maka Bapak/Ibu dipersilahkan
untuk menandatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
EKAPRI TOSEPU
Lampiran 2
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, bersedia turut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Kendari yang bernama Ekapri Tosepu, Nim : P00320014059, dengan
judul penelitian “Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat Di Wilayah Pesisir Teluk
Kendari Kelurahan Benu-benua, Kecamatan Kendari Barat, Provinsi Sulawesi
tenggara”
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian bahwa
segala informasi tentang penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan
untuk kepentingan peneliti, saya mengerti dan menyadari bahwa penelitian ini
tidak akan merugikan atau berakibat negativ terhadap saya. Sehingga jawaban
yang diberikan adalah jawaban yang sebenar-benarnya.
Kendari, 2017
Responden
( )
Lampiran 3
OBSERVASI
Judul Penelitian : Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat Di Wilayah Pesisir
Teluk Kendari Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari
Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara.
No. KK :
Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal Penelitian :
Petunjuk : Bacalah tiap pokok dengan cermat dan berikan tanda √ pada
Kotak jawaban yang anda pilih.
A. Sarana Penampungan Air Minum
NO PERTANYAANPenampugan Air Bersih
Ya Tidak
1Sarana penampungan air minumtertutup
2Sarana penempugan air minumdibersihkan setelah 3 hari pemakaian
3Sarana penampungan air minumnampak bersih atau bebas dari kotoran
4Sarana penampungan air minummempunyai kran
5Syarat fisik air tidak berbau danberwarna
B. Sarana Jamban Keluarga
NO PERTANYAANSarana Jamban Keluarga
Ya Tidak
1Jamban Leher Angsa atau Cempulungyang Tertutup Rapat
2 Lantai terbuat dari semen atau ubin3 Mempunyai ventilasi4 Tidak menimbulkan bau5 Tidak mengganggu pemandangan6 Terdapat alat pembersih7 Jarak dengan Sumber Air <15 m
C. Sarana Pembuangan Air Limbah
NO PERTANYAANSarana Pembuangan Air
LimbahYa Tidak
1Saluran Pembuangan Air limbahTerbuat Dari Bahan Kedap Air(disemen atau terbuat dari pipa)
2Saluran Pembuangan Air limbah SelaluTertutup
3 Tidak menimbulkan bau
D. Sarana Pembuangan Sampah Keluarga
NO PERTANYAANSarana Pembuangan
SampahYa Tidak
1Kontsruksinya kuat dan tidak mudahbocor (terbuat dari bahan plastik ataudrom).
2 Mempunyai penutup
3Mudah Dibersihkan (tersedia plastikdidalamnya)
4Tempat sampah kering dan basahharus dipisahkan
5 Sampah tidak berserakan
KEMENTERAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota KendariTelp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: [email protected]
JURUSAN KEPERAWATAN : Telp (0401) 3136088
Nomor : DL.09.02/6/67/2017Lampiran : -Perihal : Surat Pengantar Pengambilan Data
Kepada Yth
Direktur Poltekkes KendariDi-
Tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir Mahasiswa Poltekkes KendariJurusan Keperawatan :
Nama : Ekapri TosepuNIM : P00320014059
Akan melakukan pengambilan data awal penelitian karya tulis ilmiah di KantorKecamatan Kendari Barat Kota Kendari, sebagai bahan penyelesaian tugas akhirdi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari, maka kamimohon untuk diberikan surat pengambilan data untuk makdsud tersebut.
Demikian permohonan ini, atas bantuannya diucapakan terima kasih.
KEMENTERAN KESEHATAN RIBADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota KendariTelp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: [email protected]
Nomor : DL.11.02/1/412/2017Lampiran : -Perihal : Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
Yang Terhormat,Kepala Puskesmas Benu-benuadi-
Tempat
Dengan Hormat,Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian
mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.Nama : Ekapri TosepuNIM : P00320014059Jurusan/Prodi : D III KeperawatanData Yang : 1. Data kejadian penyakit diare pada anak balitaDiperlukan 2. Data 10 besar penyakit
3. Data observasi terhadap lingkungan rumah4. Data hasil wawancara terhadap tingkat
pengetahuan keluarga tentang sanitasi
Untuk diberikan izin pengembilan data awal penelitian diKecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dankerjasamanya diucapkan terima kasih.
KEMENTERAN KESEHATAN RIBADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota KendariTelp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: [email protected]
Nomor : DL.11.02/1/1411/2017Lampiran : 1 (satu) eks.Perihal : Permohonan Izin Penelitian
Yang Terhormat,Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sultradi-
Kendari
Dengan Hormat,Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian
mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.Nama : Ekapri TosepuNIM : P00320014059Jurusan/Prodi : D III KeperawatanJudul Penelitian : Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat di
Wilayah Pesisir Teluk Kendari KelurahanBenu-Benua Kecamatan Kendari BaratProvinsi Sulawesi Tenggara
Untuk diberikan izin penelitian oleh Badan Penelitian danPengambangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dankerjasamanya diucapkan terima kasih.
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARABADAN PENELITIAN DAN PENGAMBANGANKompleks Bumi Praja Andounohu Telp. (0401) 3136256 Kendari 93232
Kendari, 7 juni 2017
KepadaNomor : 070/2406/Blitbang/2017 Yth. Walikota KendariLampiran : - di –Perihal : Izin Penelitian KENDARI
Berdasarkan Surat Direktur Poltekes Kendari Nomor : DL.11.02/1/1411/2017tanggal 7 Juli 2017 perihal tersebut di atas, Mahasiswa di bawah ini :
Nama : EKAPRI TOSEPUNIM : P00320014059Prog. Studi : D-III KeperawatanPekerjaan : MahasiswaLokasi Penelitian : Wilayah Peisir Teluk Kendari Kel. Benu-Benua Kec. Kendari
Barat Kota Kendari
Bermaksud untuk melakukan penelitian/pengambilan Data di Daerah/KantorSaudara dalam rangka penyusunan KTI, dengan judul :
“GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIRTELUK KENDARI KELURAHAN BENU-BENUA KECAMATAN KENDARI BARAT
PROVINSI SULAWESI TENGGARA”
Yang akan dilaksanakan dari tanggal : 07 Juni 2017 sampai selesaiSehubungan dengan hal tersebut diatas, pada prinsipnya kami menyetujui kegiatandimaksud dengan ketentuan :1. Senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban serta mentaati perundangan-
undangan yang berlaku.2. Tidak mengadakan kegiatan lain yang bertentangan dengan rencana semula.3. Dalam setiap kegiatan dilapangan agar pihak Peneliti senantiasa koordinasi dengan
pemerintah setempat.4. Wajib menghormati Adat Istiadat yang berlaku di daerah setempat.5. Mneyerahkan 1 (satu) examplar copy hasil penelitian kepada Gubernur Sultra Cq.
Kepala Badana Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.6. Surat Izin akan dicabut kembali dan dinyatakan tidak berlaku apabila ternyata
pemegang surat izin ini tidak menaati ketentuan tersebut di atas.Demikian Surat Izin Penelitian diberikan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
T e m b u s a n :1. Gubernur Sulawesi Tenggara (sebagai laporan) di Kendari;2. Direktur poltekes Kendari di Kendari;3. Kepala Badan Kesbang Kota Kendari di Kendari;4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari di Kendari;5. Camat Kendari Barat di Tempat;6. Lurah Benu-Benua di Tempat;7. Mahasiswa yang bersangkutan;
PEMERINTAH KOTA KENDARIBADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIKJl. Drs. H. Abdullah Silondae No.8 Telp. (0401) 3131068 Kendari
REKOMENDASI PENELITIANNomor : 070/281/VI/2017
a. Dasar : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2014tentang perubahan atas Peratuaran Menteri Dalam NegeriNomor 64 Tahun tentang Pedoman PenerbitanRekomendasi Penelitian.
2.Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 2 Tahun 2008tentang urusan pemerintahan yang menjadi kewenanganpemerintahan Kota Kendari (Lembaran Daerah Kota KendariTahun 2008 Nomor 2).
b. Menimbang : Surat Kepala Badan dan Politik Provinsi Sulawesi TenggaraNomor 070/2406 tanggal 07 Juni 2017 perihal rekomendasipenelitian.
MEMBERITAHUKAN BAHWA :
a. Nama : EKAPRI TOSEPUb. Tempat/Identitas : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu/7402254202950001c. Untuk : 1) melakukan penelitian dengan proposal/Tesis berjudul :
GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DIWILAYAH PESISIR TELUK KENDARI KELURAHANBENU-BENUA KECAMATAN KENDARI BARAT PROV.SULTRA
2) Lokasi Penelitian : Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kel.Benu-Benua Kec. Kendari Barat Kota Kendari
3) Waktu Kegiatan :Juni-Juli 20174) Bidang Penelitian : Sosial5) Status Penelitian : Baru
Melaporkan Hasil pelaksanaan kegiatan kepada Walikota Kendari Cq. Kepala BadanKesbang dan Politik Kota Kendari.
T e m b u s a n :1. Walikota Kendari (sebagai laporan) di kendari;2. Direktur Poltekkes Kendari di Kendari;3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari di Kendari:4. Camat Kendari Barat di Kendari;5. Lurah Benu-Benua di Kendari;6. Yang bersangkutan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
PEMERINTAH KOTA KENDARIKELURAHAN BENU-BENUA
Jl. Kkatua No. 79 Kendari
REKOMENDASI PENELITIANNomor : 070/29/2017
a. Dasar : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2014tentang perubahan atas Peratuaran Menteri Dalam Negeri Nomor64 Tahun tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian.
2. Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 2 Tahun 2008 tentangurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahanKota Kendari (Lembaran Daerah Kota Kendari Tahun 2008 Nomor2).
b. Menimbang : Surat Kepala Badan dan Politik Provinsi Sulawesi TenggaraNomor 070/2406 tanggal 07 Juni 2017 perihal rekomendasi penelitian.
MEMBERITAHUKAN BAHWA :
a. Nama : EKAPRI TOSEPUb. Tempat/Identitas : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu/7402254202950001c. Untuk : 1) melakukan penelitian dengan proposal/Tesis berjudul :
GAMBARAN SARANA SANITASI MASYARAKAT DIWILAYAH PESISIR TELUK KENDARI KELURAHANBENU-BENUA KECAMATAN KENDARI BARAT PROV.SULTRA
2) Lokasi Penelitian : Wilayah Pesisir Teluk Kendari Kel.Benu-Benua Kec. Kendari Barat Kota Kendari
3) Waktu Kegiatan : Juni-Juli 20174) Bidang Penelitian : Sosial5) Status Penelitian : Baru
Melaporkan Hasil pelaksanaan kegiatan kepada Walikota Kendari Cq. Kepala Badan Kesbang danPolitik Kota Kendari.
T e m b u s a n :1. Walikota Kendari (sebagai laporan) di kendari;2. Direktur Poltekkes Kendari di Kendari;3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari di Kendari:4. Camat Kendari Barat di Kendari;5. Yang bersangkutan untuk digunakan sebagaimana mestinya.6. A r s i p
PEMERINTAH KOTA KENDARIKELURAHAN BENU-BENUA
Jl. Kkatua No.79 Kendari
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
Nomor : 070 / 37 /2017
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :JUHARDIN DEMA.,S.Sos.M.AP
Nip : 197406152008011022
Jabatan : Lurah Benu-Benua
Dengan ini menyatakan bahwa :
Nama :EKAPRI TOSEPU
Nim : P00320014059
Jurusan : DIII Keperawatan
Institusi : Poltekkes Kemenkes Kendari
Benar-benar telah melakukan penelitian di Kelurahan Benu-Benua Kecamatan
Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 10 Juni – 19 Juni 2017,
dengan judul :
“Gambaran Sarana Sanitasi Masyarakat di wilayah pesisir teluk Kendari
Kelurahan Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017”.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Dokumentasi Pemeriksaan Sarana Penampungan Air Minum
B. Dokumentasi Pemeriksaan Sarana Jamban Keluarga
C. Dokumentasi Pemeriksaan Sarana SPAL
D. Dokumentasi Pemeriksaan Sarana Sampah Keluarga