81
UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN TERAPEUTIK DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSAB HARAPAN KITA JAKARTA SKRIPSI ADE KURNIAH 1006823141 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DEPOK JUNI 2012 Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATTENTANG BERMAIN TERAPEUTIK

DI RUANG RAWAT INAP ANAKRSAB HARAPAN KITA JAKARTA

SKRIPSI

ADE KURNIAH

1006823141

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

DEPOK JUNI 2012

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 2: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

iUniversitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN TERAPEUTIK

DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan

ADE KURNIAH1006823141

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

DEPOKJUNI 2012

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 3: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 4: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 5: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

ivUniversitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan

pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada;

1) Dessie Wanda, SKp., M.N, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusun skripsi ini.

2) Kuntarti, Skp, MBioMed, selaku koordinator mata ajar tugas akhir yang telah

membantu dalam memberikan perizinan dalam penyusunan skripsi.

3) Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI, atas segala fasilitas, sarana, dan

prasarana yang diberikan kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan

skripsi ini.

4) Seluruh perawat di ruang rawat inap anak, yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

5) Pihak Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral.

6) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Depok, Juni 2012

Penulis

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 6: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 7: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

viUniversitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ade KurniahProgram Studi : Sarjana KeperawatanJudul : Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik

di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita Jakarta

Bermain terapeutik sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek hospitalisasi dan kelangsungan tumbuh kembang anak yang dirawat di rumah sakit. Fenomena yang ditemukan adalah bermain terapeutik belum berjalan optimal. Pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik akan mempengaruhi perilaku perawat dalam pelaksanaan bermain terapeutik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta. Desain penelitian deskriptif dengan teknik clusterrandom sampling. Jumlah sampel 74 perawat ruang rawat inap anak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar 73% perawat memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang bermain terapeutik. Disarankan untuk rumah sakit agar membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung peningkatan pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik.

Kata kunci : Tingkat pengetahuan, perawat, bermain terapeutik

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 8: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

viiUniversitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ade KurniahProgram : Faculty of Nursing University of IndonesiaTitle : Description of Nurse’s Level of Knowledge about Therapeutic Play In

the Inpatient Ward RSAB Harapan Kita Jakarta

Therapeutic play is very important to reduce the effects of hospitalization and the continuity of growth and development of children whom cared at hospital.Unfortunately, therapeutic play has not been implemented optimally. Nurses’ knowledge about therapeutic play will affect their behavior in the implementation of therapeutic play. The research objective was to determine nurses’ knowledge level about therapeutic play in the children ward RSAB Harapan Kita. This research used descriptive design with cluster random sampling techniques. The respondents were 74 nurses who work in inpatient ward. Data was collected using questionnaires, and was analysis using univariate analysis. The results obtained as much as 73% of nurses had sufficient levels of knowledge about therapeutic play. It is recommended thathospital establishes policies that support the improvement of nursing knowledge about therapeutic play.

Keywords: level of knowledge, nurse, therapeutic play

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 9: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

viiiUniversitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS …………………………… iiHALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iiiKATA PENGANTAR ……............................................................................. ivLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………… vABSTRAK………………………………………………………………….. viABSTRACT ………………………………………………………………… viiDAFTAR ISI ……………...………………………………………………… viiiDAFTAR SKEMA ………..………………………………………………… xDAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiDAFTAR GRAFIK ………………………………………………………… xiiDAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 11.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 51.3 Tujuan Penelitian ………………........….…………………..……. 51.4 Manfaat Penelitian …………….…………………………………. 6

BAB 2 .TINJAUAN PUSTAKA2.1 Hospitalisasi …………………...........…………………………… 72.2 Konsep Bermain Terapeutik ..………………………................... 112.3 Peran Perawat Anak ...…………………………………………… 202.4 Konsep Pengetahuan …………………………………………….. 202.5 Kerangka Teori …………………………………………………... 25

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 263.2 Definisi Operasional ..................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian …………………………………………………. 304.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………...... 304.3 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ………………………… 324.4 Etika Penelitian …………………………………………………. 334.5 Alat Pengumpul Data…………………………............................... 344.6 Uji Instrumen ……………………………………………………. 354.7 Prosedur Pengumpul Data ………………………………………... 374.8 Pengolahan dan Analisis Data ……………………………………. 38

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 10: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

ixUniversitas Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN……………………………………………… 41

BAB 6 PEMBAHASAN……………………………………………………. 50

BAB 7 PENUTUP……..…………………………………………………….. 57

DAFTAR REFERENSI……………………………………………………… 59

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 11: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

xUniversitas Indonesia

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian……………………………………………….26Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………….27

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 12: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

xiUniversitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional,Cara, Hasil, dan Skala Ukur Variabel Penelitian ……………………………………………………….

28

Tabel 4.1 Populasi Penelitian di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita……………………………………………………………..

30

Tabel 4.2 Sampel Penelitian di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita……………………………………………………………...

32

Tabel 4.3 Kisi-Kisi kuesioner Tingkat Pengetahuan Perawat ……………. 35Tabel 4.4 Kisi-Kisi sub variabel tingkat pengetahuan…………………….. 35Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………….. 37Tabel 4.6 Analisa Data Univariat………………………………………….. 40Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Bermain

Terapeutik berdasarkan usia ……………………………………47

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Bermain Terapeutik berdasarkan Pendidikan Terakhir……………………

48

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Bermain Terapeutik berdasarkan Pengalaman Kerja…………………......

49

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 13: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

xiiUniversitas Indonesia

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Usia …………………….. 41Grafik 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis kelamin…………… 42Grafik 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir……. 42Grafik 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Pengalaman kerja………. 43Grafik 5.5 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Bermain Terapeutik Secara Umum…………………44

Grafik 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Pengertian Bermain Terapeutik………………………

44

Grafik 5.7 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Fungsi bermain Terapeutik……………………………

45

Grafik 5.8 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Klasifikasi Bermain Terapeutik ………………………

45

Grafik 5.9 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Prinsip Bermain Terapeutik……………………………

46

Grafik 5.10 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang peran perawat dalam bermain Terapeutik …………….

46

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 14: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

xiiiUniversitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitianLampiran 2 Lembar Informasi untuk RespondenLampiran 3 Permohonan menjadi RespondenLampiran 4 Lembar Persetujuan RespondenLampiran 5 Kuesioner penelitian

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 15: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa. Undang-undang perlindungan

anak Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 memperjelas bahwa anak merupakan

tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki

peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin kelangsungan

eksitensi bangsa dan Negara pada masa depan. Perawat dalam peranannya sebagai

tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk mendukung tercapainya anak-anak yang

sehat dan berkualitas.

Hasil survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (2010), jumlah anak di

Indonesia mencapai 81 juta atau sekitar sepertiga dari jumlah penduduk indonesia.

Jumlah anak yang besar, menempatkan anak menjadi penting, ada banyak harapan

agar anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa yang sehat fisik,

mental, dan social. Pada kenyataannya anak merupakan kelompok yang rentan

terhadap berbagai masalah, diantaranya masalah kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan pada anak yang sakit dapat berupa pengobatan

dan perawatan, yang diantaranya adalah perawatan anak di rumah sakit, yang dikenal

dengan istilah hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan

tertentu mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

menimbulkan stres bagi anak karena pada masa tersebut banyak hal baru ditemukan

oleh anak dan hal ini merupakan stressor tersendiri.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 16: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

2

Universitas Indonesia

Hockenberry & Wilson (2007) menyebutkan bahwa stressor dari hospitalisasi

meliputi kecemasan terhadap perpisahan dari orang tua dan yang dicintai, ketakutan

karena ketidaktahuan, kehilangan kontrol dan otonomi, cedera tubuh yang

mengakibatkan ketidaknyamanan, nyeri, dan mutilasi, dan ketakutan akan kematian.

Oleh karena itu tantangan-tantangan yang harus dihadapi anak yang mengalami

hospitalisasi, yaitu mengatasi masalah perpisahan, penyesuaian terhadap lingkungan

dan orang-orang yang merawatnya, berhubungan dengan anak yang sakit lainnya, dan

prosedur-prosedur tindakan keperawatan dan pengobatan yang diterimanya.

Kondisi-kondisi tersebut membuat anak menjadi takut dan cemas, sehingga bila tidak

segera ditangani maka anak akan melakukan penolakan terhadap perawatan dan

pengobatan yang diberikan (Wong, 2001). Untuk tatalaksana stres akibat hospitalisasi

perawat menggunakan prinsip perawatan atraumatik dan bermain terapeutik.

Perawatan atraumatik adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga

kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan

yang dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis yang dialami anak maupun

orang tuanya (Supartini, 2004). Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas

tentang bermain terapeutik.

Media yang paling efektif untuk mengekspresikan segala perasaan anak selama

dirawat adalah kegiatan bermain. Bermain merupakan salah satu aspek penting dari

kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk menatalaksana stres (Wong,

2001). Dalam ilmu keperawatan anak istilah yang sering digunakan terkait kegiatan

bermain pada anak adalah bermain terapeutik. Bermain terapeutik didefinisikan

sebagai serangkaian kegiatan terstruktur dirancang sesuai dengan umur,

perkembangan kognitif, dan masalah kesehatan yang terkait untuk meningkatkan

kesejahteraan psikofisiologi anak-anak yang dirawat di rumah sakit (Anglin &

Sawyer, 1993 dalam Li & Lopez, 2008).

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 17: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

3

Universitas Indonesia

Bermain terapeutik sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek hospitalisasi dan

kelangsungan tumbuh kembang anak yang dirawat di rumah sakit. Hal ini dapat

dilihat dari hasil-hasil penelitian sebelumnya terkait manfaat bermain terapeutik pada

anak-anak yang dirawat. Li & Lopez (2008) meneliti efektifitas dan ketepatan

intervensi bermain terapeutik dalam mempersiapkan anak untuk tindakan

pembedahan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tingkat kecemasan anak

dan keluarganya yang mendapat intervensi bermain terapeutik menurun selama

periode sebelum dan sesudah operasi dibandingkan dengan anak yang hanya diberi

informasi saja. Selain itu Subardiah (2009) meneliti pengaruh bermain terapeutik

terhadap kecemasan, kehilangan kontrol, ketakutan anak prasekolah yang dirawat di

rumah sakit. Hasil dari penelitian Subardiah (2009) menunjukan bahwa permainan

terapeutik berpengaruh terhadap penurunan kecemasan, kehilangan kontrol, dan

ketakutan pada anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit.

Peran perawat sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan bermain anak selama

dirawat di rumah sakit. Perawat dapat membantu orang tua menghadapi permasalahan

yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada di

samping pasien selama 24 jam (Supartini, 2004). Dalam kaitannya dengan bermain

terapeutik ini perawat harus mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang bermain

terapeutik, baik tentang pengertian bermain terapeutik, fungsi bermain terapeutik,

klasifikasi bermain terapeutik, prinsip bermain terapeutik dan peran perawat sendiri

dalam bermain terapeutik. Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi perawat

sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Perawat diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan terkini dalam

memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien (Gordon & Watts,

2011).

Pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik akan mempengaruhi perilaku

perawat dalam pelaksanaan bermain terapeutik. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, dimana perlilaku adalah

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 18: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

4

Universitas Indonesia

keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil

bersama antara faktor internal dan eksternal. Pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya) ( Notoatmodjo, 2010).

Rumah sakit anak dan bunda (RSAB) Harapan Kita merupakan salah satu rumah

sakit besar di Jakarta yang menjadi rumah sakit rujukan untuk masalah kesehatan

anak. Salah satu fasilitas pelayanan di RSAB Harapan Kita adalah unit rawat inap

anak. Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan rawat inap anak baik

terkait kasus penyakit dalam maupun bedah. Hasil observasi peneliti di salah satu

ruang rawat inap anak menunjukan bahwa ruang rawat inap anak sudah cukup

menggambarkan suasana ruang perawatan anak. Hal ini terlihat antara lain dengan

tersedianya ruang bermain dengan fasilitas bermain yang cukup lengkap antara lain,

beberapa boneka binatang, puzzle dari kayu, dan kursi meja untuk bermain.

Dengan fasilitas bermain yang dimiliki, ternyata program bermain terapeutik belum

berjalan optimal. Data ini didapat peneliti dari studi pendahuluan dengan 2 perawat di

rawat inap bedah anak, pada bulan Maret 2012. Satu perawat lulusan S1 keperawatan

dengan pengalaman kerja 10 tahun, dan satu perawat lulusan DIII keperawatan

dengan pengalaman kerja 5 tahun. Perawat lulusan S1 mengatakan paham tentang

bermain terapeutik dan pemenuhannya pada anak tapi pelaksanaannya di ruangan

belum maksimal. Sementara perawat lulusan DIII mengatakan tahu tentang bermain

terapeutik tapi banyak tindakan perawatan yang harus dilakukan sehingga kurang

waktu untuk melakukan bermain terapeutik pada anak yang dirawat. Kebijakan

RSAB tentang rasio perawat : pasien di ruang rawat inap anak adalah 6 : 1. Selain

itu masih ada anggapan dari sebagian perawat bahwa bermain terapeutik harus

dilakukan dalam satu ruangan khusus dan mengumpulkan sejumlah anak yang

dirawat. Selain itu standar operasional prosedur (SOP) yang mengatur tentang

bermain terapeutik belum ada.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 19: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

5

Universitas Indonesia

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti gambaran tingkat

pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak RSAB

Harapan Kita Jakarta.

1.2. Perumusan masalah

Pemenuhan kebutuhan bermain pada anak yang dirawat sangat penting untuk

mempercepat proses penyembuhan penyakit anak dan dapat mencegah stres yang

berlebihan saat anak mendapat perawatan lagi di rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan

tersebut memerlukan peranan perawat untuk membantu pemenuhannya. Peranan

perawat dalam melaksanakan program bermain terapeutik akan berjalan optimal bila

perawat mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang bermain terapeutik itu

sendiri. Fenomenanya pelaksanaan bermain terapeutik belum optimal dan dilapangan

ditemukan bahwa ada anggapan perawat yang keliru tentang bermain terapeutik.

Berdasarkan alasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan khusus:

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik di ruang perawatan inap anak RSAB Harapan Kita.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah teridentifikasi:

1.3.2.1. Karakteristik perawat (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan

pengalaman kerja) yang bertugas di ruang rawat inap anak RSAB Harapan

Kita Jakarta.

1.3.2.2. Tingkat pengetahuan perawat ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita

Jakarta tentang bermain terapeutik (pengertian, fungsi, klasifikasi, prinsip,

dan peran perawat dalam bermain teraputik).

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 20: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

6

Universitas Indonesia

1.3.2.3. Tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik berdasarkan

karakteristik perawat.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara :

1.4.1. Rumah sakit/Institusi

Rumah sakit diharapkan mendapat masukan tentang gambaran tingkat pengetahuan

perawat mengenai bermain terapeutik, yang dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi

pihak rumah sakit perlu tidaknya diadakan pelatihan mengenai bermain terapeutik,

dan jenis pelatihan yang sesuai dan dapat diberikan kepada perawat terkait konsep

bermain terapeutik. Selain itu dengan di ketahuinya tingkat pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik dapat menjadi dasar pertimbangan pihak rumah sakit

untuk membuat/menetapkan standar operasional prosedur (SOP) tentang bermain

terapeutik ini sehingga perawat dapat acuan yang jelas dalam memberikan asuhan

keperawatan terkait bermain terapeutik.

1.4.2.Institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan mendapatkan masukan tentang gambaran tingkat

pengetahuan perawat mengenai bermain terapeutik di lahan praktik, sehingga

institusi dapat melakukan evaluasi terhadap mata ajar terkait pembelajaran mengenai

bermain terapetuik yang dapat diterapkan dalam intervensi hospitalisasi anak.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 21: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini membahas tentang hospitalisasi, konsep bermain terapeutik,

peran perawat anak, dan konsep pengetahuan.

2.1. Hospitalisasi

2.1.1 Pengertian

Hospitalisasi adalah masuknya seseorang penderita ke dalam rumah sakit, atau masa

selama di rumah sakit (Dorland,2000 dalam Subardiah, 2009). Beberapa literatur juga

menyebutkan hal yang sama bahwa hospitalisasi merupakan suatu proses yang

menyebabkan seorang anak dirawat di rumah sakit, apakah secara terencana, akibat

kegawatan atau trauma, dimana kondisi ini membuat anak-anak pada semua usia dan

keluarganya mengalami stres, dan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan

yang baru (Ball & bindler, 2003; Supartini,2004; Hockenberry & Wilson, 2007).

Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat

di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan

lingkungan baru dan asing yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi

faktor stressor bagi anak baik terhadap anak, orang tua, dan keluarga (Wong, 2001).

Kesimpulan dari definisi-definisi diatas, hospitalisasi merupakan suatu proses yang

menyebabkan seorang anak dirawat di rumah sakit, apakah secara terencana, akibat

kegawatan atau trauma, dimana kondisi ini membuat anak-anak pada semua usia dan

keluarganya mengalami stres, daan melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan

yang baru.

Hospitalisasi hampir secara umum menyebabkan stres. Stres tersebut dapat

disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan meliputi : perpisahan dari orang tua

dan keluarga yang dicintai, kondisi yang tidak familiar, perubahan rutinitas, takut

karena ketidaktahuan, kehilangan kontrol dan otonomi, cedera tubuh yang

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 22: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

8

Universitas Indonesia

mengakibatkan ketidaknyamanan, nyeri karena sakit dan pengobatan, serta takut akan

kematian (Hockenbery & Wilson, 2007; Rudolph, hofman & Rudoph, 2006).

2.1.2. Manfaat hospitalisasi

Manfaat hospitalisasi yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi

juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengatasi stres dan merasa

kompeten dalam kemampuan koping mereka (Wong, 2001; Hockenbery & Wilson,

2007). Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosial yang baru bagi

anak yang dapat memperkuat hubungan interpersonal mereka. Sedangkan manfaat

psikologis antara lain: meningkatkan hubungan orang tua dan anak, memberi

kesempatan pendidikan, meningkatkan penguasaan diri, dan memfasilitasi sosialisasi.

2.1.3. Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Anak menunjukkan berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman

hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan

usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, keseriusan

diagnosa, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya

(Hockenbery & Wilson, 2007). Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah

kecemasan karena perpisahan, kehilangan rasa kendali diri, perlukaan tubuh, dan rasa

nyeri (Supartini, 2004). Menurut Wong, (2001) reaksi anak terhadap hospitalisasi

adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan kendali, dan cedera tubuh dan nyeri.

Kesimpulannya reaksi anak terhadap pengalaman hospitalisasi adalah kecemasan

karena perpisahan dengan keluarga,kehilangan kendali diri, dan cedera tubuh dan

nyeri.

2.1.3.1 Kecemasan akibat perpisahan

Kecemasan merupakan perkembangan yang normal sesuai perkembangan anak.

Ketidakinginan berpisah dengan orang terdekat/orang yang merawat merupakan hal

yang normal bagi anak. Kecemasan perpisahan pada anak umumnya menurun pada

usia antara 2 dan 3 tahun (Watkins, 2004). Perpisahan merupakan faktor penyebab

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 23: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

9

Universitas Indonesia

terjadinya cemas pada anak yang dirawat, sebab pada masa ini anak mempunyai

ketergantungan yang besar terhadap orang tua (Hockenbery & Wilson, 2007). Ada

beberapa fase kecemasan akibat perpisahan.

Hockenbery & Wilson, (2007) menyatakan bahwa Fase kecemasan akibat perpisahan

ada beberapa fase. Fase protes, dimana pada fase ini anak bereaksi agresif terhadap

perpisahan dengan orang tua, anak menangis dan berteriak memanggil orang tua

mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan tidak dapat ditenangkan. Fase putus

asa,dimana anak berhenti menangis dan muncul depresi. Fase

penyangkalan/pelepasan, dimana anak mulai menyesuaikan diri terhadap kehilangan

dan mulai tertarik dengan lingkungan sekitarnya.

Kecemasan akibat perpisahan merupakan stres terbesar yang ditimbulkan oleh

hospitalisasi selama masa kanak-kanak awal. Selama periode kanak-kanak awal ini

terlihat reaksi khas yang telah di jelaskan sebelumnya. Akan tetapi, anak usia toddler

menunjukan lebih banyak perilaku untuk mencapai tujuan, seperti anak memohon

orang tuanya agar tetap tinggal, menunjukan rasa tidak senang pada saat orang tua

kembali, menolak mamatuhi rutinitas, atau mengalami regresi ke tingkat

perkembangan yang lebih primitif. Sedangkan pada anak usia prasekolah lebih aman

secara interpersonal daripada toddler karena dapat mentoleransi perpisahan dengan

orang tua lebih singkat dan lebih cenderung membangun rasa percaya pengganti pada

orang dewasa lain yang berarti untuk anak tersebut.

Anak usia sekolah lebih mampu melakukan koping terhadap perpisahan dengan

orang tua, dan stres. Penyakit dan hospitalisasi dapat meningkatkan kebutuhan anak-

anak usia sekolah akan keamanan dan bimbingan orang tua. Karena pada umumnya

anak sekolah mempunyai kegiatan fisik yang banyak, maka kebosanan, isolasi dan

depresi umum terjadi ketika anak-anak tersebut menjalani hospitalisasi. Maka peran

perawat yang sensitif diperlukan untuk tanda-tanda yang kurang nyata terhadap

kecemasan perpisahan untuk pendekatan intervensi.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 24: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

10

Universitas Indonesia

2.1.3.2 Kehilangan kontrol

Menurut Hockenbery & Wilson, (2007) kehilangan kontrol merupakan salah satu dari

faktor stres yang dirasakan pada anak yang dirawat. Kurang kendali akan

meningkatkan persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping anak-

anak(Wong, 2001). Banyak situasi rumah sakit yang menurunkan jumlah kontrol

yang dirasakan anak. Meskipun stimulasi sensorik berkurang tapi stimulus rumah

sakit lainnya seperti cahaya, suara, dan bau dapat berlebihan. Tanpa pemahaman

tentang jenis lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan anak yang optimal,

pengalaman hospitalisasi dapat menjadi hal yang memperlambat perkembangan dan

yang lebih buruk membatasinya secara permanen. Karena kebutuhan anak sangat

bervariasi bergantung pada usia anak-anak tersebut maka area utama mengenai

kehilangan kendali dalam hal pembatasan fisik, perubahan rutinitas atau ritual, dan

ketergantungan.

Kehilangan kontrol bervariasi sesuai umurnya, yaitu: bayi berusaha mengendalikan

lingkungan dengan ungkapan emosional seperti menangis atau tertawa, Asuhan yang

tidak konsisten dan menyimpang dari rutinitas harian bayi dapat menyebabkan rasa

tidak percaya dan menurunkan rasa kendali (Wells dkk, 1994, dalam Wong, 2001);

pada toddler kehilangan kendali juga karena perubahan rutinitas dan ritual; anak

prasekolah juga mengalami kehilangan kendali yang disebabkan oleh restriksi fisik,

perubahan rutinitas, dan ketergantungan yang harus dipatuhi.

2.1.3.3. Cedera tubuh dan nyeri

Takut akan cedera tubuh dan nyeri sering terjadi di antara anak-anak. Konsekuensi

rasa takut ini dapat sangat mendalam; orang dewasa yang mengalami lebih banyak

rasa takut dan nyeri akan merasa lebih takut terhadap nyeri di masa dewasa dan

cenderung menghindari perawatan medis (Pate dkk, 1996 dalam Wong, 2001).

Dalam merawat anak perawat harus menghormati kekhawatiran anak terhadap cedera

dan reaksi terhadap nyeri sesuai dengan periode perkembangannya.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 25: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

11

Universitas Indonesia

2.2. Konsep Bermain Terapeutik

2.2.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

paling penting untuk menatalaksanakan stres (Wong, 2001). Hospitalisasi

menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai

stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan

cemas yang mereka alami. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan

kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak

juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2001). Bermain

sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek penting dalam

kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada

anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel &

Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004). Jadi bermain merupakan kebutuhan yang

sangat penting bagi kesejateraan mental emosional anak dan efektif menurunkan stres

pada anak.

2.2.2. Fungsi bermain

Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan

merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan

anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah

merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan

kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai

terapi (Wong, 2001). Bermain bermanfaat untuk memfasilitasi emosional dan

kesejahteraan fisik anak-anak yang dirawat di rumah sakit ( vessey & Mahon 1990

dalam Li &Lopez,2007). Armstrong, (2000) dalam Li & Lopez, (2007) menyatakan

bermain memungkinkan anak tidak hanya mendapatkan kesenangan tapi juga

membantu anak keluar dari stres ketika berhadapan dengan prosedur medis dan

lingkungan yang asing.Dapat disimpulkan manfaat bermain bagi anak di rumah sakit

antara lain: merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial,

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 26: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

12

Universitas Indonesia

perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,

bermain sebagai terapi yaitu mengurangi stres pada anak.

Fungsi bermain di rumah sakit antara lain : dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stres di rumah sakit, melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan di rumah sakit,

mengembangkan kreativitas melalui permainan yang tepat (Soetjiningsih,1995).

Wong (2001) fungsi bermain di rumah sakit yaitu : memberi kesempatan anak belajar

tentang bagian-bagian tubuh, fungsi, dan penyakit, membantu relaksasi, membantu

melepaskan ketegangan dan mengekspresikan perasaan, mendorong perkembangan

dan interaksi yang baik, cara untuk melepaskan ide yang kreatif, melanjutkan tujuan

pengobatan, dan mengurangi kecemasan.Jadi fungsi bermain di rumah sakit, antar

lain: beradaptasi terhadap stressor, mlanjutkan tumbuh kembang selama sakit,

mengembangkan kreatifitas, memberi kesempatan belajar, dan melanjutkan tujuan

pengobatan.

Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang

sangat tidak menyenangkan, seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan

tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi

beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Wong,(2001) stresor utama dari

hospitalisasi antara lain: perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri.

Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres

yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan

rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).

2.2.3. Klasifikasi bermain

Klasifikasi bermain bermain ada dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock, 1998).

Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam

bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami,

puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain

peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. Dalam

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 27: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

13

Universitas Indonesia

bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain

menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau

menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan mengeluarkan

tenaga tapi kesenangannya sama dengan bermain aktif.

Wong, (2001) membagi klasifikasi permainan menurut isi dan karakteristik social.

Permainan berdasarkan isinya, antara lain: Bermain afektif sosial (social affective

play), Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dan orang lain. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure

play),permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang pada anak

dan biasanya mengasyikkan. Permainan ketrampilan (skill play), Permainan ini akan

menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Permainan

simbolik atau pura-pura (dramatic play role), permainan anak ini yang memainkan

peran orang lain melalui permainannya.

Permainan (Games) yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang menggunakan

perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan

temannya. Banyak sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional

maupun moderen seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain. Permainan yang

hanya memperhatikan saja (unoccupied behavior), anak tidak memainkan alat

permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan

sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang

menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dengan onlooker, dimana anak aktif

mengamati aktivitas anak lainnya.

Berdasarkan karakteristik sosial, antara lain: Solitary play, di mulai dari bayi bayi

(toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent walaupun ada

orang lain di sekitarnya. Pararel play, dilakukan oleh suatu kelompok anak balita

atau prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu

sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik khusus

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 28: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

14

Universitas Indonesia

pada usia toddler. Associative play, permainan kelompok dengan tanpa tujuan

kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan

merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama

tetapi belum terorganisir secara formal. Cooperative play, suatu permainan yang

terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai

dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.

Onlooker play, anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak

ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai

pada usia toddler. Therapeutic play, merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,

khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama

hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan

perbaikan.

Klasifikasi permainan menurut kelompok usia anak dapat dibagi menjadi, permainan

untuk bayi, toddler, prasekolah, sekolah, dan anak usia remaja (Supartini, 2004).

Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0-3 bulan, 4-6 bulan, dan 7-

9 bulan. Karakteristik anak usia bayi adalah sense of pleasure play. Jenis permainan

yang tepat dipilih oleh anak usia toddler adalah solitary play dan parallel play. Pada

anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri

dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 sampai 3 tahun, anak

mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi

dalam kelompoknya walaupun belumjelas karena kemampuan berbahasa belum

begitu lancar.

Permainan yang sesuai untuk anak usia prasekolah adalah associative play, dramatic

play, dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya

dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah

mampu memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu, dan

bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill

play) banyak dipilih anak usia prasekolah.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 29: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

15

Universitas Indonesia

Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis

kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang

akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-

laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang

dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, dan sikapnya

dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak

dan boneka.

Anak remaja berada dala suatu fase peralihan dari masa kanak-kanak ke usia dewasa

(Supartini, 2004). Anak remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak

sukses melewatinya anak akan mencari kompensasi pada hal yang berbahaya,seperti

mengkonsumsi obat terlarang, dan atau seks bebas. Anak sering kali menyendiri,

mengkhayal, atau melamun, disisi lain mereka mempunyai geng sesama anak

remaja. Dengan melihat karakterisitik remaja tersebut, prinsipnya kegiatan bermain

bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan

perkembangan fisiomesional tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat, bakat, dan

aspirasi serta membantu remaja umtuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu

alat permainan yang tepat bisa berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan

alat gambar atau lukis.

2.2.4. Bermain Terapeutik

2.2.4.1. Pengertian Bermain Terapeutik

Bermain terapeutik didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan terstruktur dirancang

sesuai dengan umur, perkembangan kognitif, dan masalah kesehatan yang terkait

untuk meningkatkan kesejahteraan psikofisiologi anak-anak yang dirawat di rumah

sakit (Anglin. Sawyer, 1993 dalam Li & Lopez, 2008). Bermain terapeutik

merupakan bermain untuk menghadapi ketakutan dan keprihatinan pengalaman

kesehatan pada anak yang dirawat, yang biasanya dilakukan oleh perawat

(Hockenbery & Wilson, 2007; Ball & Bindler, 2003 ). Bermain terapeutik dapat

membantu perawat dan anggota staf yang lain untuk memperoleh insight terhadap

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 30: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

16

Universitas Indonesia

pikiran dan perasaan anak, suka dan ketidaksukaan, keinginan dan kebutuhan anak,

selama menemani anak untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh suatu

pengalaman. Bermain terapeutik merupakan teknik bermain yang dapat digunakan

untuk membantu anak memahami lebih baik tentang apa yang akan terjadi pada

mereka dalam suatu situasi tertentu (Hatfield, 2008).

Anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, dengan memperhatikan

prinsip-prinsip bermain di rumah sakit. Prinsip tersebut antara lain: Permainan tidak

boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila

anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur,

dan anak tidak boleh di ajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus

yang ada di ruangan rawat. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,

singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,

menggunakan permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia di

ruangan(Supartini, 2004).

Permainan yang harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang

aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari-lari, dan bergerak

secara berlebihan. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.

Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai

kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak

walaupun sedang dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain anaknya.

Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator (Supartini, 2004).

Kegiatan bermain harus diprogram dengan baik di rumah sakit. Pada beberapa negara

maju, kegiatan bermain pada anak di rumah sakit di koordinasi oleh nurse play

specialist, yaitu perawat yang mempunyai kompetensi khusus dalam melaksanakan

program bermain, yang bekerja sama secara kolaboratif dengan perawat dan dokter

anak di ruang rawat. Ia yang mempersiapkan program bermain sebagi terapi bagi

anak yang akan menghadapi operasi, anak-anak yang akan dilakukan prosedur

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 31: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

17

Universitas Indonesia

diagnostik khusus, atau program bermain rutin sehari-hari bagi anak di rumah sakit.

Apabila tidak ada tenaga khusus yang dapat memprogramkan kegiatan bermain pada

anak di rumah sakit, perawat bertugas untuk melaksanakannya (Supartini, 2004).

Pelaksanaan aktivitas bermain di rumah sakit, memerlukan keterlibatan petugas

kesehatan, termasuk tenaga perawat yang mungkin bertugas di bagian anak. Untuk itu

perlu upaya-upaya sebagai berikut : Menyediakan alat permainan, dalam

menyediakan alat permainan, syarat-syarat permainan yang edukatif tetap perlu

diperhatikan. Apabila perlu, orang tua diperbolehkan untuk membawa mainan anak

dari rumah; menyediakan tempat bermain. Karena anak berada di rumah sakit,

hendaknya disediakan ruangan khusus untuk bermain. Apabila tidak memungkinkan,

maka bermain bisa dilaksanakan di tempat tidur. Hal tersebut diperlukan untuk

menghindari infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang didapat saat dirawat di rumah

sakit; dalam pelaksanaannya, aktivitas bermain di rumah sakit merupakan tanggung

jawab petugas kesehatan dengan dibantu oleh orang tua. Alat- alat permainan perlu

dikelompokan berdasarkan bahannya. Bahan yang beresiko menimbulkan trauma,

jangan dicampur dengan bahan yang tidak berbahaya. Selain itu, adanya faktor

penghambat atau pendukung perlu diperhatikan agar permasalahan yang timbul dapat

dicari solusinya.

Tidak semua alat permainan dapat digunakan untuk anak-anak sebagai alat untuk

bermain. Semua alat permainan harus memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya:

aman, Ukuran dan berat alat permainan harus sesuai dengan usia anak , Desainnya

harus jelas baik ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan

tujuannya, fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak, bervariasi,

inuversal, Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas

Manfaat bermain terapeutik adalah menurunkan stress psikologis dan fisiologis yang

merupakan tantangan bagi anak dalam menghadapi pengobatan , dan manfaat jangka

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 32: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

18

Universitas Indonesia

panjang membantu perkembangan respon perilaku lebih positif untuk

menggambarkan pengalaman pengobatan ( Koller, 2008 dalam Subardiah,2009).

2.2.4.2. Teknik bermain terapeutik

Perawat dapat menggunakan intervensi bermain terapeutik untuk menurunkan stress

akibat ketakutan dengan mengguankan bermacam-macam permainan (Ball & Binder,

2003). Adapun tehnik bermian yang dapat diberikan apada anak menurut Ball dan

Bindler ( 2003), yaitu sebagai berikut:

1. Cerita

Pengkajian meliputi: apa yang dapat disusun anak tentang sebuah gamar;

menganalisa isi dan petunjuk emosi yang ada dalam cerita; apa yang dapat

diceritakan anak tentang pengalaman penting di dalam kelompok anak-anak

lain.

Intervensi meliputi: membaca atau menyusun cerita untuk menjelaskan

penyakit, hosipitalisasi, atau aspek spesifik lain tentang perawatan kesehatan,

termasuk di dalamnya emosi seperti ketakutan.

2. Menggambar

Pengkajian meliputi: lakukan test Goodenough Draw-A-Person untuk

mengevaluasi tingkat kognitif; pertimangkan focus utama, ukuran dan

penempatan item dalam gambar, warna yang digunakan, ada atau tidak adanya

hambatan fisik, dan perasaan emosi secara umum. Lakukan Gellert Index

untuk mempelajari pengetahuan anak tentang tubuh dan fungsinya sebelum

perencanaan pengajaran.

Intervensi meliputi: Gunakan gambar anak atau outline dari tubuh untuk

menjelaskan keperawatan, prosedur atau kondisi; menyediakan kesempatan

untuk anak menggambar gambarnya atau pilihannya atau topic langsung

seperti sebuah foto keluarga anak atau pertemuan perawat kesehatan;

tanyakan pada anak: “ Ceritakan kepada saya tentang gambar mu” sebagai

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 33: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

19

Universitas Indonesia

tanda emosi anak: “ Anak ini harus menjadi takut terhadap mesin x-ray yang

besar.

3. Musik

Pengkajian meliputi: observasi tipe music yang dipilih dan pengaruh bermain

music terhadap perilaku anak.

Intervensi meliputi: dorong orangtua dan anak untuk membawa tape favorit

ke rumah sakit untuk mengurangi stress;tape dimainkan selama test dan

prosedur; orangtua dapat merekam suara mereka sebagai permianan bayi dan

anak yang lebih muda selama perpisahan; selama anak dirawat dalam waktu

yang lama dapat mengirim rekaman kepada sibling atau teman sekelasnya,

dan merekam kembali respon mereka; pada waktu bermain anak diberikan

kesempatan memainkan instrument atau menyanyi.

4. Wayang

Pengkajian meliputi: wayang dapat mengajukan pertanyaan kepada anak yang

lebih muda, siapa yang biasanya lebih mungkin menjawab.

Intervensi meliputi: menyelenggarakan drama singkat yang lucu untuk

mengajarkan anak informasi keutuhan kesehatan.

5. Bermain dramatik

Pengkajian meliputi: menyediakan boneka atau perlengkapan pengobatan dan

analisa peran yang diberikan untuk boneka dari masing-masing anak,

demonstrasi perilaku dari boneka dalam permaiana anak, dan tampak kelas

emosi.

Intervensi meliputi: menyiapkan boneka dan peralatan sesuai permainan;

keamanan dijamin melakukan supervisi secara tertutup ketika perlengkapan

digunakan; respon emosional dan perilaku ditunjukan; gunakan boneka dan

perlengkapannya seperti pemalut, nebulizer, peralatan intra vena, dan

stetoskop untuk menjelaskan keperawatan; gunakan boneka dengan masalah

yang sama deengan anak; sedangkan mainan yang membantu pengalaman

perkembangan emosi, seperti ketokan papan dan melepaskan anak panah ke

dalam rumah.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 34: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

20

Universitas Indonesia

6. Binatang Kesayangan

Pengkajian meliputi: menyediakan pet terapi; menonton interaksi anatara

anak dan binatang.

Intervensi meliputi: menunujukan respon emosi anak; memfasilitasi sentuhan

dan memukul binatang.

2.3. Peran perawat anak

Peran perawat anak menurut Supartini,(2004), yaitu sebagai pembela, pendidik,

konselor, coordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, Pembina

hubungan terapeutik, pemantau, evaluator dan peneliti. Sedangkan menurut Wong,

(2001) selain peran yang telah disebutkan diatas ada peran restorative yaitu sebagai

pemberi asuhan, dimana perawat secara langsung terlibat dalam pemenuhan

kebutuhan fisik, dan emosi anak, sebagai penyuluh dan pemelihara kesehatan.

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan bermain sebagai fasilitator (Supartini,

2004). Perawat sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif

oleh anak dan orang tuanya.

2.4. Konsep pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui

sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga

menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010) . Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

(Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan

seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan

(Hidayat, 2007). Jadi pengetahuan merupakan proses dengan menggunakan

pancaindra terutama mata dan telinga yang dilakukan seseorang terhadap objek

tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 35: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

21

Universitas Indonesia

Tingkat pengetahuan seseorang mencerminkan seberapa banyak pengetahuan yang

dimiliki orang tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan. Tahu (know) artinya hanya sebagai recall (memanggil)

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Memahami

(comprehension) artinya tidak sekedar tahu tapi dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut. Aplikasi (application) artinya apabila

orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. Analisis (analysis)

adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian

mencari hubungan antaraa komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui.Sintetis (synthetic) menunjukan suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komonen-komponen pengetahuan yang dimiliki.Dan evaluasi (evaluation) berkaitan

dengn kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Tingkatan pengetahuan tersebut dapat menentukan sejauh mana tingkat kemampuan

seseorang dalam memahami segala seseuatu yang diketahuinya. Pengetahuan

seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam

sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi menusia

dengan lingkungan yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan kata lain perilaku manusia mmerupakan respon atau rekasi seseorang

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo,

2007). Benyamin Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2010), mengatakan bahwa

perilaku dibagi 3 domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain

psikomotor. Ketiga domain tersebut diukur dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 36: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

22

Universitas Indonesia

Menurut teori Lawerence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang

mempengaruhi perilaku individu ataupun kelompok:

- Faktor yang mempermudah/predisposing factors: pengetahuan, sikap, nilai,

kepercayaan, dan nilai social dari seseorang.

- Faktor pendukung/enabling factors: umur, status sosial, pendidikan, ekonomi,

sumber daya manusia.

- Faktor pendorong/reinforcing factors: sikap suami, orang tua, tokoh

masyarakat.

Pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah untuk mempengaruhi perilaku

seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat dari internal (dalam diri

individu) maupun dari eksternal (luar diri individu). Notoatmodjo (2005),

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu pengalaman, tingkat

pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Tingkat pengetahuan

juga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang

pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan tidak familier

dengan sumber informasi (NANDA, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,

2003), yaitu :

2.4.1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keribadian dan kemampuan di

dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 37: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

23

Universitas Indonesia

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin

luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positfi dari objek yang

diketahui, akan menumbuhkan makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo,

2007).

2.4.2. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam mmecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dari etik yang beertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).

2.4.3. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia dewasa awal

dan pertengahan, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

social serta lenih banyak melakukan persiapan demi suksenya upaya menyesuaikan

diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 38: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

24

Universitas Indonesia

tradisonal mengenal jalannya perkemangan selama hidup. Semakin tua semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2005). Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan. Seseorang dapat

mengungkapkan apa-apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan

maupun tulisan yang merupakan reaksi dari stimulus yang dapat berupa pertanyaan

lisan maupun tulisan. Bila pengukuran pengetahuan dengan memberikan kuisioner

tentang objek pengetahuan yang diukur , maka penilaian dilakukan dimana setiap

jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai

0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkaan skor jawaban yang

diharapkan(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase

dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

N = Sp/Sm x 100%

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan

acuan sebagai berikut :

- Baik : Nilai = 76-100%

- Cukup : Nilai = 56-75%

- Kurang : Nilai = 40-55%

- Tidak baik : Nilai < 40%

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 39: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

25

Universitas Indonesia

Khomsan, (2000 dalam Mawadah & Hardinsyah, 2008) tingkat pengetahuan

dikelompokan menjadi tiga, yaitu: tinggi, apabila skor > 80% dari total jawaban

yang benar; sedangkan cukup, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar;

kurang, apabila skor < 60 dari total jawaban yang benar.

2.5. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraiakan pada studi kepustakan maka

secara sistematis kerangka teori pada penelitian ini dapat digambarkan dalam skema

sebagai berikut:

Skema 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Dikutip dari: Ball dan Bindler, (2003); Hockenberry dan Wilson (2007).

Anak sakit

Hosptalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi:Kecemasan perpisahanPerasaan kehilangan kontrolKetakutan terhadap cedera

Bermain terapeutik

Peran perawat:Pemberi pelayananPendidikKonselorKoordinatorPembelaPembuat keputusan EtikEvaluatorPeneliti

Benyamin Bloom (1908, dalam

Notoatmodjo, 2010), mengatakan bahwa

perilaku dibagi 3 domain yaitu: domain

kognitif, domain afektif, dan domain

psikomotor. Ketiga domain tersebut diukur

dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat

Penurunan tingkat kecemasan, perasaan kehilangan kontrol dan ketakutan akan cedera dan nyeri.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 40: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

26 Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan rangkuman dari kerangka teori yang dibuat dalam

bentuk diagram yang menghubungkan antar variabel yang diteliti dan variabel lain

yang terkait (Sastroasmoro & Ismael 2008). Kerangka konsep penelitian adalah suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah

yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Teori dan konsep yang terkait telah

diuraikan pada studi kepustakaan maka skema yang merupakan kerangka konsep

penelitian adalah sebagai berikut:

Skema 3.1. Kerangka Konsep penelitian

Skema 3.1. merupakan kerangka konsep pada penelitian ini, dijelaskan bahwa area

penelitian ini yaitu pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang rawat

inap anak. Dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu pengetahuan

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN TERAPEUTIK

USIA

JENIS KELAMIN

PENGALAMAN KERJA

PENDIDIKAN

TINGKAT PENGETAHUAN:

- TINGGI- CUKUP- KURANG

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 41: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

27

Universitas Indonesia

perawat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif jadi tidak menggunakan

hipotesa.

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan sebuah konsep atau variabel dengan prosedur

spesifik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur (Polit & Beck, 2005).

Pengetahuan perawat yaitu segala sesuatu yang diketahui perawat ,didapat dari

pendengaran dan penglihatannya. Bermain terapeutik adalah suatu kegiatan bermain

yang diberikan kepada anak yang dirawat di rumah sakit dengan tujuan agar dapat

melanjutkan fase secara optimal tumbuh kembang, mengembangkan kreativitas anak,

dan anak dapat beradaptas secara lebih efektif terhadap stres.

Tabel 3.1. Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur variabel

penelitian

Variabel

penelitian

Definisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

ukur

Usia Jumlah tahun

yang dihitung

sejak responden

dilahirkan

sampai ulang

tahun terakhir.

Kuesioner Mengisi

kuesioner

pada data

demografi

1= 20-40

2= 41-60

Ordinal

Jenis kelamin Ciri biologis

atau fisik untuk

membedakan

responden atas

jenis kelamin

laki-laki dan

Kuesioner Mengisi

kuesioner

pada data

demografi .

1 = Laki-

laki

2=

perempuan

Nominal

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 42: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

28

Universitas Indonesia

perempuan.

Pendidikan

terakhir

Tingkat

pendidikan

formal terakhir

saat menjadi

responden.

Kuesioner. Mengisi

kuesioner

pada data

demografi

1= SPK

2=DIII Kep

3 = S1 kep

Ordinal

Pengalaman

kerja

Jumlah tahun

dihitung dari

mulai

responden

bekerja di

RSAB sampai

sekarang.

Kuesioner. Mengisi

kuesioner

pada data

demografi

1= 1-10

2= 11-20

3= 21-30

4= > 30

Ordinal

Pengetahuan

perawat

tentang

bermain

terapeutik.

1.Pengetahuan

tentang

pengertian

bermain

terapeutik

Segala sesuatu

yang diketahui

oleh responden

tentang suatu

kegiatan

bermain yang

diberikan

kepada anak

yang dirawat di

rumah sakit.

Kuesioner

berisi 20

pernyat

Kuesioner

yang terdiri

dari 4

pernyataan

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

1= Tinggi:

> 80%

2= Cukup:

60 - 80%

3= Kurang:

< 60%

1=Tinggi:

> 80%

2=Cukup:

60 - 80%

3= Kurang:

< 60%

Ordinal

Ordinal

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 43: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

29

Universitas Indonesia

2.Pengetahuan

tentang fungsi

bermain

terapeutik

3.Pengetahuan

tentang

klasifikasi

bermian

terapeutik

4.Pengetahuan

tentang prinsip

bermain

terapeutik

5.Pengetahuan

perawat

tentang peran

perawat dalam

bermain

terapeutik

Kuesioner

yang terdiri

dari 4

pernyataan.

Kuesioner

yang terdiri

dari 4

pernyataan.

Kuesioner

yang terdiri

dari 4

pernyataan.

Kuesioner

yang terdiri

dari 4

pernyataan.

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

Pernyataan

benar-salah

1= Benar

0= Salah

1=Tinggi:

> 80%

2=Cukup:

60 - 80%

3=Kurang:

< 60%

1=Tinggi:

> 80%

2=Cukup:

60 - 80%

3= Kurang:

< 60%

1=Tinggi:

> 80%

2=Cukup:

60 - 80%

3= Kurang:

< 60%

1=Tinggi:

> 80%

2=Cukup:

60 - 80%

3= Kurang:

< 60

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 44: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

30 Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau

menguji kesahihan hipotesis (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Tujuan dari menentukan

desain penelitian adalah memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan

penelitian ataupun hipotesa penelitian (Brink, 2000). Desain yang digunakan pada

penelitian ini merupakan desain deskriptif sederhana karena penelitian ini bermaksud

untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik

di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta, tanpa menganalisa bagaimana

dan mengapa fenomena tersebut terjadi.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang mungkin untuk diteliti (Notoadmojo,

2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat yang

bertugas di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta.

Tabel 4.1.Populasi penelitian di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta

No Ruangan Jumlah perawat

1. Widuri 18

2. Gambir 16

3. Anggrek 20

4. Teratai 16

5. Tanjung 10

Jumlah total 80

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 45: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

31

Universitas Indonesia

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di

anggap mewakili keseluruhan populasi (Arikunto, 2006). Sampel adalah sebagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2007). Strategi

sampling menggunakan Cluster random sampling (pengambilan sampel secara acak

cluster). Dalam pengambilan sampel secara gugus, peneliti tidak mengidentifikasi

mendaftar semua anggota atau unit yang ada di dalam populasi, tetapi mengambil

beberapa sampel berdasarkan gugus-gugusnya. Besar sampel menggunakan rumus

populasi terbatas, yaitu:

Keterangan:

n: Jumlah sampel

N: Jumlah populasi

d: Derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi (d=

0,05)

Berdasarkan rumus tersebut maka sampel pada penelitian ini adalah:

67

Dalam mengantisipasi drop out maka ditambahkan 10% dari perhitungan sebagai

berikut :

n’ = n / (1 – f )

= 67/ ( 1 – 0,1 )

= 74 ( setelah pembulatan)

Maka sampel penelitian adalah 74 perawat.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 46: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

32

Universitas Indonesia

Tabel 4.2. Sebaran sampel penelitian di ruang rawat inap anak RSAB harapan Kita

Jakarta

No Ruangan Jumlah perawat

1. Widuri 18/80 x 100% = 22,5% x 74 = 17

2. Gambir 16/80 x 100% = 20% x 74 = 14

3. Anggrek 20/80 x 100% = 25% x 74 = 19

4. Teratai 16/80 x 100% = 20% x 74 = 14

5. Tanjung 10/80 x 100 % = 12,5% x 74 = 10

Jumlah total 74 responden

Jumlah kuesioner yang disebarkan sesuai dengan penghitungan sebaran sampel,

sehingga jumlah kuesioner adalah 74 kuesioner. Kemudian kuesioner yang kembali

ke peneliti adalah 74 kuesioner. Sehingg return rate nya adalah 100%.

4.3. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta, yang

terdiri dari lima ruang rawat inap, yaitu ruang gambir, anggrek, teratai, tanjung, dan

widuri, mulai minggu kedua bulan Mei sampai minggu pertama bulan Juni 2012.

Ruang rawat inap anak tersebut terdiri atas: ruangan widuri yang merupakan ruang

perawatan bedah anak, ruang gambir merupakan ruang penyakit dalam anak kelas 3,

ruang anggrek merupakan ruang penyakit dalam kelas 2, ruang teratai merupakan

ruang penyakit dalam kelas 1, dan ruang tanjung merupakan ruang penyakit dalam

anak untuk kelas VIP dan VVIP. Dasar pemilihan tempat ini karena RSAB

merupakan salah satu rumah sakit rujukan anak terbesar di Jakarta yang sewajarnya

bila perawatnya harus mempunyai pengetahuan tentang bermain terapeutik yang baik.

Selain itu peneliti bertugas sebagai salah satu perawat di ruangan tersebut, sehingga

memudahkan peneliti dalam memperoleh proses perizinan dan prosedur yang

mendukung terlaksananya penelitian ini.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 47: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

33

Universitas Indonesia

4.4. Etika Penelitian

Etika penelitian harus ditegakkan untuk menjamin perlindungan kepada responden

dari kemungkinan adanya ketidaknyamanan fisik atau mental selama penelitian.

Pertimbangan etik yang ditegakkan hendaknya memenuhi hak-hak pasien. Menurut

Polit & Beck (2005), hak-hak yang harus dipenuhi oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

4.4.1. Self determination, dalam hal ini peneliti memperhatikan prinsip etik yang

peduli terhadap setiap responden. Responden telah diberi hak otonomi, hak

untuk memilih, dan hak membuat keputusan secara sadar tanpa paksaan dari

luar. Peneliti telah memberikan kebebasan kepada responden untuk

menentukan bersedia atau tidak terlibat dalam kegiatan penelitian ini secara

sadar. Kesediaan responden dibuktikan dengan penandatanganan lembar

persetujuan oleh responden.

4.4.2. Privacy dan dignity, peneliti telah memberikan hak privacy kepada responden

atas segala sesuatu yang terjadi selama penelitian dan berhak mendapatkan

penghargaan tentang apa yang mereka lakukan.

4.4.3. Anonymity dan confidentiality artinya selama kegiatan penelitian ini, peneliti

tidak mencantumkan nama jelas responden, yang dicantumkan di dalam

rekapitulasi instrument penelitian adalah nomor kode responden dan initial.

Segala yang terkait dengan identitas pribadi responden maupun informasi

pribai yang diperoleh selama penelitiaan tidak akan diketahui orang lain,

peneliti menjaga kerahasiaan informasi sepenuhnya.

4.4.4. Justice, artinya peneliti telah berlaku adil kepada responden, dengan cara tidak

membedakan responden baik yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia,

pengalaman kerja, maupun tingkat pendidikan. Peneliti sudah memberikan

penjelasan tentang prosedur dan keuntungan yang akan diperoleh selama

keterlibatan dalam penelitian ini.

4.4.5. Protection from discomfort and harm, responden mendapatkan hak

perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugianyang bersifat

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 48: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

34

Universitas Indonesia

fisik,psikologis, social,maupun ekonomi. Peneliti melindungi responden dari

eksploitasi dan menjamin bahwa semua usaha telah dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian serta memaksimalkan manfaat dari

penelititan kepada responden.

4.5. Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Penyusunan kuesioner

terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan pertanyaan. Data demografi meliputi

usia diisi dengan tahun, jenis kelamin diisi dengan check list laki-laki atau

perempuan, pendidikan terakhir diisi dengan check list SPK, DIII Kep,dan S1

keperawatan,a sementara pengalaman kerja diisi dengan tahun. Data demografi

menggambarkan karakteristik dari sampel yang diambil.

Bagian kedua kuesioner berisi pernyataan untuk mengetahui pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik. Pernyataan yang mengeksplorasi pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik berisi 20 pertanyataan. Pernyataan terdiri atas: pengertian

bermain 4 pernyataan dari nomor 1 sampai nomor 4, fungsi bermain 4 pernyataan

dari nomor 5 sampai nomor 8, klasifikasi bermain 4 pernyataan dari nomor 9 sampai

nomor 12, prinsip bermain 4 peryataan dari nomor 13 sampai 16, dan peran perawat

dalam bermain terapeutik 4 pernyataan dari nomor 17 sampai nomor 20. Pernyataan

berisi jawaban benar atau salah. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Untuk pernyataan positif jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai

0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban salah diberi nilai 1 dan jawaban benar

diberi nilai 0.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 49: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

35

Universitas Indonesia

Tabel 4.3. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan perawat

Pernyataan Nomor soal Jumlah

Positif

Negatif

2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 16,

17. 20

1,7, 11, 13, 14, 18, 19.

13

7

Total 20

Tabel 4.4. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan perawat berdasarkan sub-sub

variabel

Sub Variabel Positif Negatif Jumlah

Pengertian bermain terapeutik 2,3,4 1 4

Fungsi bermian terapeutik 5, 6, 8 7 4

Klasifikasi bermain terapeutik 9, 10, 12 11 4

Prinsip bermain teraputik 15, 16 13,14 4

Peran perawat dalam bermain

terapeutik

17, 20 18, 19 4

Total 20

4.6. Uji Validitas dan reliabilitas instrumen

Kuesioner yang telah disusun tidak bisa langsung digunakan untuk mengumpulkan

data. Kuesioner tersebut harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas

(Notoatmodjo, 2010).

4.6.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu

alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2007). Validitas adalah suatu indeks

yang menunujukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur

(Notoatmodjo, 2010).

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 50: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

36

Universitas Indonesia

Mengetahui validitas suatu kuesioner dapat dilakukan dengan cara melakukan

korelasi antar skor masing-masing variable dengan skor totalnya. Suatu variabel

dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor

totalnya. Teknik korelasi yang digunakan korelasi Pearson product Moment.

Keputusan uji yaitu, bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak, artinya

variable valid. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka artinya variable tidak valid.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan sejauhmana hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dan dengan alat ukur yang sama ( Hastono,2007. Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas

hanya dapat dilakukan pada pernyataan/pertanyaan yang sudah memiliki validitas.

Dengan demikian harus melakukan uji validitas terlebih dahulu sebelum melakukan

uji reliabilitas. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai alpha cronbach’s

dengan nilai r tabel (Hastono, 2007). Jika nilai alpha cronbach’s > r tabel maka

instrument tersebut reliabel begitu pula sebaliknya bila nilai alpha cronbach’s < r

tabel maka instrument tidak reliabel. Arikunto (2002) membuat reliabilitas sebagai

berikut : <0,0200 = sangat rendah, 0,200 – 0,399 = rendah, 0,400 – 0, 599 = cukup ,

0,600 – 0,799 = tinggi, dan 0,800 – 1,00 = sangat tinggi.

4.6.3. Hasil uji validitas dan reliabilitas

Pengujian kuesioner telah dilakukan pada 20 responden di RSAB Harapan Kita pada

bulan Maret 2012, dengan responden perawat anak yang bertugas di ruang rawat inap

khusus jaminan (Gakin,askeskin,jamkesmas), yaitu ruang kantil.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 51: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

37

Universitas Indonesia

Tabel 4.5. Hasil uji validitas dan reliabilitas, Maret 2012 (n=20)

No Variabel Validitas Reliabilitas

1. Pengetahuan perawat tentang

bermain terapeutik :

a. Pengertian bermain

terapeutik.

b. Tujuan bermain

terapeutik

c. Klasifikasi bermain

terapeutik.

d. Prinsip bermain

terapeutik.

e. Pelaksanaan bermain

terapeutik.

0,209 – 0,509

0,567 – 0,655

0,632 – 0,534

0,730 – 0,628

0,756 – 0,141 0,892

Berdasarkan tabel diatas ada beberapa pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 1 dn

nomor 20, karena pernyataan-pernyataan tersebut nilainya lebih kecil dari r tabel

(0,444). Hasil uji reliabilitas menunjukan yaitu 0,892 untuk alpha cronbach’s lebih

besar dari r tabel, berdasarkan skala reliabilitas menurut arikunto termasuk sangat

tinggi. Semua pernyataan yang tidak valid kemudian dilakukan revisi dan tidak

dilakukan uji validitas namun dilakukan dengan cara expert judgement artinya butir-

butir-butir pernyataan instrument ditelaah oleh orang yang ahli dibidangnya dalam

hal ini pembimbing skripsi.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

4.7.1. Prose perizinan melakukan penelitian dari dekan Fakultas ilmu keperawatan

(FIK UI), setelah proposal mendapat persetujuan pembimbing.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 52: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

38

Universitas Indonesia

4.7.2. Proses perizinan Direktur RSAB Harapan kita Jakarta.

4.7.3. Proses perizinan ke penanggung jawab ruang rawat inap anak.

4.7.4. Melakukan kontrak waktu dengan responden penelitian , dalam hal ini perawat

di ruang rawat inap anak.

4.7.5. Peneliti menjelaskan tujuan , manfaat, prosedur penelitian, hak untuk menolak

dan jaminan kerahasiaan sebagai responden.

4.7.6. Menawarkan perawat untuk menjadi responden penelitian dan menandatangi

lembar persetujuan jika bersedia menjadi responden.

4.7.7. Peneliti membagikan kuesioner kepada perawat yang bersedia menjadi

responden.

4.7.8. Peneliti berada tidak jauh dari responden ketika responden mengisi,kuesioner,

untuk menghindari bias.

4.7.9.Peneliti menjawab semua pertanyaan yang diajukan responden terkait pengisian

kuesioner.

4.8. Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1. Pengolahan data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah: Pengecekan Data (Editing), data

yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan

kelengkapan, kesesuaian, kejelasan, dan kekonsistenan jawaban. Pemberian Kode

(Coding), Coding atau pemberian kode dari data yang diperoleh dilakukan untuk

mempercepat entry data dan mempermudah pada saat analisis. Saat entry data,

pemberian kode dilakukan pada data kategorik seperti jenis kelamin, dan tingkat

pendidikan. Processing dilakukan dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke

dalam komputer dengan menggunakan salah satu program computer yaitu spss.

Pembersihan Data (Cleaning) dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah

di-entry. Pengecekan dilakukan apakah ada data yang hilang (missing) dengan

melakukan list, mengecek kembali apakah data yang sudah di-entry benar atau salah

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 53: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

39

Universitas Indonesia

dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan, serta kekonsistenan data

dengan membandingkan dua tabel (Notoadmojo, 2010).

4.8.2. Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk statistik deskriptif. Analisis data ini

meliputi distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmojo, 2010).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data univariat yang

bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Menurut Hastono, (2007) fungsi analisis sebenarnya untuk

menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil penelitian sedemikian rupa

sehingga kumpulan data tersebut beruah menjadi informasi yang berguna dan

peringkasan dari data-data tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga

grafik.

Pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel

karakteristik responden, tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik, dan

tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik. Sehingga bentuk dari

penyajian data menggunakan tabel dan grafik distribusi frekuensi dan persentase

untuk data kategorik, seperti pada tabel berikut ini.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 54: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

40

Universitas Indonesia

Tabel 4.6. Analisis data Univariat

Variabel penelitian Jenis data Cara analisis

Usia

Jenis Kelamin

Tingkat pendidikan

Pengalaman kerja

Tingkat pengetahuan

Kategorik

kategorik

Kategorik

Kategorik

Kategorik

Distribusi frekuensi

dengan persentase atau

proporsi.

Distribusi frekuensi

dengan persentase atau

proporsi.

Distribusi frekuensi

dengan persentase atau

proporsi.

Distribusi frekuensi

dengan presentase atau

proporsi.

Distribusi frekuensi

dengan persentase atau

proporsi.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 55: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

pendahuluan.

frekuensi untuk

bentuk

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden

kelamin, pendidikan

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1.1. Usia R

Berdasar

responden berusia antara 20

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

pendahuluan.

frekuensi untuk

bentuk grafik

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden

kelamin, pendidikan

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1.1. Usia R

Berdasarkan data yang diperoleh,

responden berusia antara 20

Grafik 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

pendahuluan. Analisis da

frekuensi untuk seluruh variabel

grafik dan tabel.

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden

kelamin, pendidikan terakhir

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1.1. Usia Responden

kan data yang diperoleh,

responden berusia antara 20

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

41

HASIL PENELITIAN

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

data yang digunakan adalah analisis

seluruh variabel penelitian.

5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

terakhir, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

kan data yang diperoleh, m

responden berusia antara 20-40 tahun.

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Mei 2012 (n=74)

33,8%

41

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

ta yang digunakan adalah analisis

penelitian. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam

yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

menunjukkan bahwa

40 tahun.

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Mei 2012 (n=74)

66,2%

HASIL PENELITIAN

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

ta yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi

Hasil penelitian akan ditampilkan dalam

yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

karakteristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

enunjukkan bahwa sebagian besar

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSAB Harapan Kita Jakarta

Mei 2012 (n=74)

20

41

Universitas Indonesia

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera

univariat dengan distribusi

Hasil penelitian akan ditampilkan dalam

yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

sebagian besar

di RSAB Harapan Kita Jakarta

20-40 tahun

41-65 tahun

Universitas Indonesia

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

disampaikan berdasarkan tujuan khusus penelitian seperti yang tertera bab 1

univariat dengan distribusi

Hasil penelitian akan ditampilkan dalam

yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

sebagian besar 49 (66,2%

di RSAB Harapan Kita Jakarta

Universitas Indonesia

Bab ini menampilkan data hasil penelitian yang telah dianalisis mengenai gambaran

tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik. Hasil penelitian akan

bab 1

univariat dengan distribusi

Hasil penelitian akan ditampilkan dalam

yang diidentifikasi dalam penelitian meliputi: Usia, jenis

, dan pengalaman kerja. Analisis univariat terhadap

66,2%)

di RSAB Harapan Kita Jakarta,

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 56: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

5.1.2. Jenis Kelamin Responden

Data hasil penelitian

(98,6%) adalah

5.1. 3. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

5.1.2. Jenis Kelamin Responden

Data hasil penelitian

(98,6%) adalah

Grafik 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

5.1. 3. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

Grafik 5.3. Distribusi

5.1.2. Jenis Kelamin Responden

Data hasil penelitian yang

(98,6%) adalah perempuan.

. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

5.1. 3. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir

5.1.2. Jenis Kelamin Responden

yang diperoleh

perempuan.

. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Jakarta

5.1. 3. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

responden berdasarkan pendidikan terakhir

Kita Jakarta

98,6%

1,4%

5,4%

diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas

. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Jakarta, Mei 2012 (n=74)

5.1. 3. Tingkat Pendidikan Responden

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan menunjuk

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

responden berdasarkan pendidikan terakhir

Kita Jakarta, Mei 2012 (n=74)

98,6%

1,4%

86,5%

5,4%

menunjukkan bahwa mayoritas

. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Mei 2012 (n=74)

pendidikan menunjuk

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

responden berdasarkan pendidikan terakhir

, Mei 2012 (n=74)

perempuan

laki

86,5%

8,1%

Universitas Indonesia

menunjukkan bahwa mayoritas

. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin di RSAB Harapan Kita

pendidikan menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden paling banyak adalah DIII Kep sebanyak 86,5%.

responden berdasarkan pendidikan terakhir di RSAB harapan

perempuan

laki-laki

8,1%

Universitas Indonesia

menunjukkan bahwa mayoritas responden

di RSAB Harapan Kita

an bahwa tingkat

di RSAB harapan

42

Universitas Indonesia

responden 73

di RSAB Harapan Kita

an bahwa tingkat

di RSAB harapan

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 57: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

43

Universitas Indonesia

5.1.4. Pengalaman Kerja Responden

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar responden 35

(47,3%) mempunyai pengalaman kerja antara 1-10 tahun.

Grafik 5.4. Distribusi responden Berdasarkan Pengalaman Kerja,Mei 2012 (n=74)

5.2. Tingkat Pengetahuan Tentang Bermain Terapeutik

Peneliti secara spesifik membagi variabel tingkat pengetahuan menjadi beberapa sub

variabel terkait tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutik, fungsi

bermain terapeutik, klasifikasi bermain terapeutik, prinsip bermain terapeutik, dan

peran perawat dalam bermain terapeutik. Analisa univariat mengenai tingkat

pengetahuan responden dijelaskan tentang bermain terapeutik dijelaskan sebagai

berikut:

47,3%

23%20,3%

9,5%

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 58: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Umum

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

pengetahuan cukup ten

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

5.2

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

yang

Grafik 5.6

Pengertian B

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Umum.

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

pengetahuan cukup ten

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

Grafik 5.5

Bermain Terapeutik Secara Umum

5.2.2. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

yang tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

Grafik 5.6. Distribusi Responden

Pengertian B

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

pengetahuan cukup tentang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

5.5. Distribusi Responden

Bermain Terapeutik Secara Umum

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Terapeutik.

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

. Distribusi Responden

Pengertian Bermain Terapeutik

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

. Distribusi Responden

Bermain Terapeutik Secara Umum

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

. Distribusi Responden

ermain Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

73%

40,5%

5,4%

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

. Distribusi Responden Berdasarkan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

. Distribusi Responden Berdasarkan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

73%

24,3%

2,7%

54,1%5,4%

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Berma

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang.

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

24,3%

tinggi

cukup

kurang

54,1%

Universitas Indonesia

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Bermain Terapeutik secara

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012 (n=74)

tinggi

cukup

kurang

tinggi

cukup

kurang

Universitas Indonesia

in Terapeutik secara

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

Tingkat Pengetahuan Tentang

, Mei 2012 (n=74)

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

tingkat pengetahuan tentang pengertian bermain terapeutiknya kurang.

Tingkat Pengetahuan Tentang

Mei 2012 (n=74)

44

Universitas Indonesia

in Terapeutik secara

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden (73%) mempunyai tingkat

tang bermain terapeutik secara umum., dan hanya sekitar 2.7%

2012 (n=74)

Tingkat Pengetahuan Responden Tentang pengertian Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (54,1%) responden mempunyai

pengetahuan yang tinggi tentang pengertian bermain terapeutik, dan 5,4% responden

Tentang

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 59: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

5.2.3

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

pengetahuan kurang.

5.2.4

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.

5.2.3. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

pengetahuan kurang.

Grafik 5.7.Distribusi

Bermain

5.2.4.Tingkat Pengetahuan Res

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.

Grafik 5.8

Klasifikasi Berm

. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

pengetahuan kurang.

.Distribusi Responden

Bermain Terapeutik

.Tingkat Pengetahuan Res

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.

5.8. Distribusi Responden

Klasifikasi Bermain Terapeutik

. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Fungsi B

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Responden Berdasarkan

Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

.Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Klasifikasi Berm

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.

. Distribusi Responden

Terapeutik di

40,5%

9,5%

48,6%

Responden tentang Fungsi B

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

ponden Tentang Klasifikasi Berm

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi.

. Distribusi Responden Berdasarkan

di RSAB Harapan Kita Jakarta,

50%

9,5%

43,2%

8,15%

Responden tentang Fungsi B

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012 (n=74)

ponden Tentang Klasifikasi Berm

Berdasarkan data yang diperoleh 48,6% responden mempunyai tingkat pengetahuan

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

RSAB Harapan Kita Jakarta,

50%

43,2%

Universitas Indonesia

Responden tentang Fungsi Bermain Terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Tingkat Pengetahuan Tentang Fungsi

, Mei 2012 (n=74)

ponden Tentang Klasifikasi Bermain terapeutik

mempunyai tingkat pengetahuan

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

Tingkat Pengetahuan

RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012 (n=74)

tinggi

cukup

kurang

tinggi

cukup

kurang

Universitas Indonesia

ermain Terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Tentang Fungsi

, Mei 2012 (n=74)

n terapeutik

mempunyai tingkat pengetahuan

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

Tingkat Pengetahuan Tentang

Mei 2012 (n=74)

45

Universitas Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi tentang fungsi bermain terapeutik, dan sekitar 9,5 responden memiliki tingkat

Tentang Fungsi

n terapeutik

mempunyai tingkat pengetahuan

kurang tentang klasifikasi bermain terapeutik, dan hanya 8,15% responden yang

Mei 2012 (n=74)

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 60: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

5.2.5

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi.

5.2

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

tingkat pengetah

tingkat pengetahuan kurang.

5.2.5. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

tinggi.

Grafik 5.9. Distribusi Responden

Bermain

5.2.6. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

tingkat pengetah

tingkat pengetahuan kurang.

Grafik 5.10. Distribusi Responden

Perawat dalam Bermain Terapeutik

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

. Distribusi Responden

Bermain Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Terapeutik.

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

tingkat pengetahuan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan kurang.

. Distribusi Responden

Perawat dalam Bermain Terapeutik

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

. Distribusi Responden Berdasarkan

Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan kurang.

. Distribusi Responden Berdasarkan

Perawat dalam Bermain Terapeutik

28,4%

68,9%

6,8%

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

Berdasarkan

Perawat dalam Bermain Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta

(n=74)

56,8%

14,9%

68,9%

24,3%6,8%

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan

Terapeutik di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012 (n=740)

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di RSAB Harapan Kita Jakarta

(n=74)

24,3%

Universitas Indonesia

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

cukup tentang prinsip bermain terapeutik, 28,4 responden mempunyai tingkat

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Tentang Prinsip

, Mei 2012 (n=740)

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

Tingkat Pengetahuan Tentang Peran

di RSAB Harapan Kita Jakarta

tinggi

cukup

kurang

tinggi

cukup

kurang

Universitas Indonesia

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Prinsip Bermain terapeutik

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

mempunyai tingkat

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

Tentang Prinsip

, Mei 2012 (n=740)

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

Tentang Peran

di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012

46

Universitas Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh 56,8% responden mempunyai tingkat pengetahuan

mempunyai tingkat

pengetahuan kurang, dan sekitar 14,9% responden mempunyai tingkat pengetahuan

Tentang Prinsip

. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Peran Perawat Dalam Bermain

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar (68,9%) responden mempunyai

tingkat pendidikan cukup tentang bermain terapeutik, 24,3% responden mempunyai

uan tinggi, dan hanya sekitar 6,8% responden yang mempunyai

Tentang Peran

, Mei 2012

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 61: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

47

Universitas Indonesia

5.3. Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

Gambaran tingkat pengetahuan responden juga dianalisis berdasarkan

karakteristiknya. Dalam hal ini peneliti menganalisis tingkat pengetahuan responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendikan, dan pengalaman kerja.

Berdasarkan sumber yang peneliti dapatkan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan responden. Oleh karena itu penjelasan mengenai tingkat

pengetahuan berdasarkan karakteristik responden tidak akan membahas tingkat

pengetahuan berdasarkan jenis kelamin.

5.3.1 Tingkat Pengetahuan Tentang Bermain Terapeutik Berdasarkan Usia

Responden.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 49 responden yang berusia antara 20-40 tahun,

ada sebanyak 32 (65,3%) responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup

tentang bermain terapeutik. Sedangkan dari 25 responden yang berusia antara 41-60

tahun, ada 22 (88%) yang mempunyai pengetahuan cukup tentang bermain

terapeutik.

Tabel 5.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Bermain Terapeutik

berdasarkan Usia di RSAB Harapan Kita Jakarta, Mei 2012 (n=74)

Usia Tingkat Pengetahuan

Tinggi Cukup Kurang

n % n % n %

Total

n %

20 - 40 16 32,7 32 65,3 1 2,0 49 100

41 - 60 2 8,0 22 88,0 1 4,0 25 100

Total 18 24,3 54 73,0 2 2,7 74 100

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Tentang Bermain Terapeutik Berdasarkan

pendidikan Terakhir Responden.

Data yang diperoleh dari 4 reponden dengan pendidikan terakhir SPK, ada sebanyak

3 (75%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik yang cukup.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 62: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

48

Universitas Indonesia

Dari 64 responden dengan pendidikan DIII keperawatan, ada sebanyak 47 (73,4%)

responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik cukup.

Sedangkan 6 responden dengan pendidikan terakhir S1 Kep, ada sebanyak 4 (66%)

responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup.

Tabel 5.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Bermain Terapeutik

berdasarkan Pendidikan Terakhir, Mei 2012 (n=74)

Pendidikan terakhir Tingkat pengetahuan

Tinggi Cukup Kurang

n % n % n %

Total

n %

SPK

DIII Kep

S1 Kep

1 25,0 3 75,0 0 0

15 23,4 47 73,4 2 3,1

2 33,0 4 66,0 0 0

4 100

64 100

6 100

Total 18 24,3 54 73 2 2,7 74 100

5.3.3. Tingkat Pengetahuan tentang Bermain Terapeutik Berdasarkan

Pengalaman kerja responden.

Data yang diperoleh dari 35 responden dengan pengalaman kerja antara 1-10 tahun,

ada sebanyak 23 (65,7%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik

cukup. Dari 17 responden dengan pengalaman kerja antara 11-20 tahun, ada sebanyak

12 (70,6%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik cukup. Dari

15 responden dengan pengalaman kerja 21-30 tahun, ada sebanyak 15 (100%)

mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Dari 7 responden dengan pengalaman kerja

lebih 30 tahun, ada sebanyak 4 (57,4%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang

bermain terapeutik cukup.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 63: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

49

Universitas Indonesia

Tabel 5.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Bermain Terapeutik

berdasarkan Pengalaman Kerja di RSAB Harapan Kita, Mei 2012 ( n=74)

Pengalaman kerja Tingkat pengetahuan

Tinggi Cukup Kurang

n % n % n %

Total

n %

1-10

11-20

21-30

>30

11 31,4 23 65,7 1 2,9

5 29,4 12 70,6 0 0

0 0 15 100 0 0

2 28,6 4 57,4 1 14,3

35 100

17 100

15 100

7 100

Total 18 24,3 54 73 2 2,7 74 100

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 64: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

50 Universitas Indonesia

BAB 6

PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian mencakup gambaran tingkat pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik, dan gambaran tingkat pengetahuan perawat berdasarkan

karakteristik perawat. Interpretasi penelitian menggunakan konsep teori yang relevan.

6.1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi tingkat pengetahuan perawat tentang

bermain tentang bermain terapeutik. Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan

bahwa Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya).

Hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat pengetahuan perawat di ruang rawat

inap anak RSAB Harapan Kita tentang bermain terapeutik secara umum sebanyak

73% mempunyai tingkat pengetahuan cukup, hanya 24,3% perawat yang mempunyai

tingkat pengetahuan tinggi, bahkan masih ada 2,7% perawat yang mempunyai tingkat

pengetahuan kurang. Oleh karena itu hasil penelitian ini sesuai dengan fenomena

yang ditemukan bahwa bermain terapeutik sudah ada tapi belum optimal

dilaksanakan.

Seorang perawat idealnya harus memiliki dasar pengetahuan tentang berbagai teori

yang berkaitan dengan bermain terapeutik. Hal ini akan mempengaruhi dalam

perilaku perawat itu sendiri. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terbentuk dalam wujud pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 65: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

51

Universitas Indonesia

(Notoatmodjo, 2007). Sedangkan Menurut teori Lawerence Green dalam

Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan salah satu factor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku individu atau kelompok.

Wahyunah, (2011) juga melakukan penelitian terkait tingkat pengetahuan perawat di

RSUD Indramayu. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis dan

ketidaknyamanan pasien di ruang rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan

sebanyak 50,8% responden perawat memiliki pengetahuan kurang, angka kejadian

phlebitis sebesar 40%. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan ditemukan

hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang terapi infus dengan kejadian

flebitis. Penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan seseorang akan

mempengaruhi tindakan orang tersebut. Analogi terkait dengan hasil penelitian ini

adalah bahwa pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik akan mempengaruhi

tindakan perawat tersebut dalam implementasi bermain terapeutik.

Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik dibagi menjadi

beberapa sub variabel sesuai tujuan penelitian, agar dapat menggambarkan secara

lebih rinci tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik tersebut. Sub-sub

variabel tersebut sebagai berikut: tingkat pengetahuan perawat tentang pengertian

bermain terapeutik, tingkat pengetahuan perawat tentang fungsi bermain terapeutik,

tingkat pengetahuan perawat tentang klasifikasi bermain terapeutik, tingkat

pengetahuan perawat tentang prinsip bermain terapeutik, dan tingkat pengetahuan

perawat tentang peran perawat dalam bermain terapeutik.

Data hasil penelitian yang diperoleh untuk sub variabel pengertian bermain

terapeutik, sebagian besar (54,1%) perawat mempunyai tingkat pengetahuan tinggi,

kemudian untuk sub variabel tentang fungsi bermain terapeutik juga sebagian besar

(50%) perawat mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Dari data tersebut

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 66: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

52

Universitas Indonesia

menunjukkan bahwa perawat sudah mempunyai pengetahuan yang baik tentang

pengertian dan fungsi bermain terapeutik. Dengan pengetahuan tentang pengertian

dan fungsi bermian terapeutik yang dimiliki, perawat diasumsikan sudah punya dasar

pengetahuan untuk melakukan intervensi bermain terapeutik. Berdasarkan hal

tersebut, diharapkan perawat memahami pentingnya bermain terapeutik untuk

membantu mengekspresikan perasaan dan kelangsungan tumbuh kembang anak yang

dirawat. Hockenberry & Wilson (2007) menyebutkan bahwa bermain terapeutik

merupakan bermain untuk menghadapi ketakutan dan keprihatinan pengalaman

kesehatan pada anak yang dirawat, yang biasanya dilakukan oleh perawat.

Hasil penelitian tentang sub variabel klasifikasi bermain terapeutik, menunjukkan

data bahwa sebagian besar (48,6%) perawat mempunyai tingkat pengetahuan

kurang. Data ini menunjukkan bahwa perawat kurang mengetahui tentang

pengklasifikasian bermain terapeutik. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh

Solikhah (2011) pada anak sekolah memilih therapeutic peer play. Permainan

tersebut dipilih berdasarkan karakteristik anak usia sekolah. Hasil penelitian tersebut

menekankan bahwa klasifikasi bermain terapeutik penting dalam implementasi

bermain terapeutik. Pengetahuan perawat yang kurang tentang klasifikasi bermain

dapat mengakibatkan perawat keliru ketika melakukan intervensi bermain terapeutik,

sehingga tujuan bermain terapeutik tidak tercapai.

Data penelitian yang diperoleh terkait sub variabel prinsip dan peran perawat dalam

bermain terapeutik, untuk sub variabel pengetahuan perawat tentang prinsip bermain

terapeutik sebagian besar (56,8%) perawat mempunyai tingkat pengetahuan cukup,

sedangkan untuk variabel pengetahuan perawat tentang peran perawat dalam

bermain terapeutik sebagian besar (68,9%) perawat mempunyai tingkat pengetahuan

cukup. Sesuai dengan fenomena yang ditemukan peneliti bahwa bermain terapeutik

belum berjalan optimal, karena beberapa perawat menyampaikan prinsip bermain

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 67: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

53

Universitas Indonesia

terapeutik yang belum sesuai, misalnya orang tua sebaiknya meninggalkan anaknya

ketika dilakukan bermain terapeutik.

Data penelitian diperoleh tingkat pengetahuan perawat berdasarkan usia, dari 49

perawat yang berusia antara 20-40 tahun, ada sebanyak 32 (65,3%) perawat yang

mempunyai tingkat pengetahuan cukup tentang bermain terapeutik. Sedangkan dari

25 responden yang berusia antara 41-60 tahun, ada 22 (88%) yang mempunyai

pengetahuan cukup tentang bermain terapeutik.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Siagian (2001)

berpendapat bahwa umur berkaitan erat dengan kedewasaan atau maturitas dimana

semakin meningkat umur seseorang akan semakin meningkat kedewasaan atau

kematangan kejiwaannya, baik secara teknis maupun spikologis, dan semakin

meningkat kemampuannya melaksanakan tugas. Perkembangan kognitif pada usia

dewasa yaitu meningkatnya kebiasaan berpikir rasional. Pengalaman pendidikan

formal maupun informal, pengalaman hidup secara umum, dan kesempatan pekerjaan

secara dramatis, meningkatkan konsep individu,pemecahan masalah dan keterampilan

motorik (Potter & Perry, 2005). Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan

dengan kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi ( Potter &

Perry, 2005).

Bila dilihat dari prosentase perawat usia 41-60 tahun, diperoleh data bahwa hanya

(8,0%) perawat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang bermain terapeutik,

sedangkan pada perawat yang lebih muda yaitu usia 20-40 tahun diperoleh data

bahwa yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang bermain terapeutik lebih

banyak yaitu sekitar 32,7%. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa

bertambahnya usia tidak selalu menambah pengetahuan seseorang. Idealnya memang

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 68: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

54

Universitas Indonesia

semakin bertambah umur maka akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Akan tetapi hal

tersebut tidak menjadi jaminan perawat yang berumur lebih tua akan memiliki

pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat terjadi bila tidak diimbangi dengan

pengembangan diri, melalui proses belajar, terutama untuk mencari pengetahuan atau

informasi baru tentang hal tertentu. Artinya, jika perawat yang memiliki usia 40-60

tahun tetapi tidak melakukan proses pembelajaran tentang bermain terapeutik dengan

baik, maka pengetahuannya tidak akan membaik. Menurut NANDA (2009) Tingkat

pengetahuan juga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi

informasi, kurang pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan

tidak familier dengan sumber informai.

Gambaran tingkat pengetahuan perawat dilihat berdasarkan pendidikan terakhir

perawat sebagai berikut: dari 4 reponden dengan pendidikan terakhir SPK, ada

sebanyak 3 (75%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik yang

cukup. Dari 64 responden dengan pendidikan DIII keperawatan, ada sebanyak 47

(73,4%) responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik

cukup. Sedangkan 6 responden dengan pendidikan terakhir S1 Kep, ada sebanyak 4

(66%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup.

Data di atas memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir perawat di ruang rawat inap

anak RSAB sudah memenuhi standar nasional yaitu sebagian besar DIII

Keperawatan. Sesuai KepMenKes no. 1239 tahun 2001 tentang perawat pada sarana

pelayanan kesehatan minimal DIII keperawatan. Namun dari data yang diperoleh

menunjukan bahwa masih ada perawat DIII kep yang mempunyai tingkat

pengetahuan kurang yaitu sekitar 3,1%, selain itu perawat dengan pendidikan S1 yang

mempunyai tingkat pengetahuan tinggi juga hanya 33,0%.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 69: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

55

Universitas Indonesia

Siagian (2001) berpendapat bahwa pendidikan merupakan pengalaman yang

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang,

dimana semakin tinggi tingkat pendidiikan maka akan semakin besar kemauannya

untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan

penelitian Sumaryoko (2008) tentang hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat

pengetahuan perawat tentang terapi bermain pada anak di rumah sakit se wilayah

Boyolali. Hasilnya menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan pengetahuan perawat tentang terapi bermain pada anak, semakin

tinggi tingkat pendidikan responden semakin baik tingkat pengetahuannya tentang

terapi bermain pada anak. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

Gambaran tingkat pengetahuan perawat berdasarkan pengalaman kerja diperoleh data

sebagai berikut: dari 35 responden dengan pengalaman kerja antara 1-10 tahun, ada

sebanyak 23 (65,7%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik

cukup. Dari 17 responden dengan pengalaman kerja antara 11-20 tahun, ada sebanyak

12 (70,6%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang bermain terapeutik cukup. Dari

15 responden dengan pengalaman kerja 21-30 tahun, ada sebanyak 15 (100%)

mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Dari 7 responden dengan pengalaman kerja

lebih dari 30 tahun, ada sebanyak 4 (57,4%) mempunyai tingkat pengetahuan tentang

bermain terapeutik cukup. Dari data diatas dapat dianalisis bahwa tingkat

pengetahuan perawat berdasarkan pengalaman kerja tidak menunjukkan perbedaan

signifikan.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 70: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

56

Universitas Indonesia

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dari etik yang beertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007). Pengalaman kerja perawat sering

dihubungkan dengan pengalaman seseorang dalam menjalani bidang yang

ditekuninya. Siagian (2001) menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi

pegawai dalam menjalankan fungsinya sehari-hari, dimana semakin lama seseorang

bekerja akan semakin terampil dan berpengalaman orang tersebut dalam

melaksanakan pekerjaannya.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasn yang peneliti temukan selama melakukan penelitian ini adalah proses

pengumpulan data dilakukan dalam waktu cukup lama, dikarenakan shift perawat

yang berbeda-beda.

6.3. Implikasi Keperawatan

6.3.1. Pelayanan Keperawatan

Kondisi saat ini secara tidak langsung akan menurunkan kualitas pelayanan

keperawatan anak yang dihospitalisasi, sehingga mengakibatkan stres meningkat

yang pada akhirnya akan meningkatkan lama hari perawatan anak. Oleh karena itu

rumah sakit harus meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara up date

pengetahuan terkini melalui ronde keperawatan, dan membuat kebijakan-kebijakan

terkait bermain terapeutik.

6.3.2. Pendidikan keperawatan

Institusi pendidikan harus mempersiapkan siswa/mahasiswa didiknya dengan

informasi yang memadai terkait bermain terapeutik, sehingga ketika bekerja dapat

mengaplikasi bermain terapeutik dengan benar.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 71: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

57 Universitas Indonesia

BAB 7

PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari keseluruhan penelitian ini dengan menyajikan

simpulan dan saran. Simpulan merupakan suatu upaya untuk menjawab tujuan

penelitian, sedangkan saran atau rekomendasi berkaitan erat dengan hasil penelitian.

Adapun simpulan dan saran sebagai berikut.

7.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:

7.1.1. Karakteristik usia perawat di ruang rawat inap anak mayoritas berusia antara

20-40 tahun, jenis kelamin perawat mayoritas perempuan, pendidikan terakhir

mayoritas DIII Kep, dan pengalaman kerja antara 1-10 tahun.

7.1.2. Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik secara

umum masuk kategori cukup, dengan gambaran sub variabel tingkat

pengetahuan sebagai berikut: tingkat pengetahuan perawat tentang pengertian

bermain terapeutik tinggi , tingkat pengetahuan perawat tentang fungsi bermain

terapeutik tinggi, tingkat pengetahuan perawat tentang klasifikasi bermain

terapeutik berada pada kategori kurang, tingkat pengetahuan perawat tentang

prinsip bermain terapeutik cukup, dan tingkat pengetahuan perawat tentang

peran perawat dalam bermain terapeutik berada pada kategori cukup.

7.1.3. Gambaran tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik responden sebagai

berikut: Tingkat pengetahuan perawat berdasarkan usia perawat, mayoritas

perawat baik yang berusia 20-40 maupun 41-60 mempunyai tingkat

pengetahuan cukup. Tingkat pengetahuan perawat berdasarkan pendidikan

terakhirnya, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 72: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

58

Universitas Indonesia

pengetahuan perawat bila dilihat dari pendidikan terakhir. Tingkat pengetahuan

perawat berdasarkan pengalaman kerja juga tidak menunjukkan perbedaan.

Mayoritas tingkat pengetahuan perawat berdasarkan pengalaman kerja

mempunyai tingkat pengetahuan cukup

7.2. Saran

7.2.1. Bagi pelayanan kesehatan

Rumah sakit perlu membuat standar operasional prosedur tentang bermain terapeutik

sehingga memungkinkan untuk memberikan bermain terapeutik kepada anak yang

dirawat. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk mengadakan kegiatan yang dapat

menambah pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik seperti pelatihan atau

diskusi dengan tema tentang bermain terapeutik.

7.2.2. Bagi Pendidikan

Institusi pendidikan hendaknya menginformasikan kepada peserta didik bahwa

bermain terapeutik dapat membantu menurunkan kecemasan anak karena

hospitalisasi. Selain itu institusi pendidikan harus mempersiapkan siswa/mahasiswa

didiknya dengan informasi yang memadai terkait bermain terapeutik, sehingga saat

bekerja dapat mengaplikasi bermain terapeutik dengan benar.

7.2.3. Bagi penelitian selanjutnya

Peneliti berikutya diharapkan melakukan penelitian lebih mendetail tentang bermain

terapeutik, tidak hanya melihat tingkat pengetahuannya saja tapi mungkin bisa

meneliti persepsi dan pelaksanaan bermain terapeutik, atau faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 73: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

59 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka

cipta.

Badan pusat statistik. (2010) Profil anak Indonesia. Jakarta.

Ball,J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: caring for children. (3rd

Edition). New Jersey: Pearson education inc.

Brink, Pamela, J, dan Wood, Marilynn. (2000). Langkah dasar perencanaan riset

keperawatan dari pertanyaan ke proposal.(Maryunani, A, penerjemah).

Jakarta: EGC. (buku asli diterbitkan tahun 1994).

Departemen kesehatan RI. (2002). Undang-undang RI nomor 23 tahun 2002 tentang

pelindungan anak. Jakarta.

Departemen kesehatan RI. (2001). Petunjuk pelaksanaan Kepmenkes nomor

1239/2001 tentang registrasi dan praktik perawat. Jakarta.

Gordon, J. & Watts, C. (2011). Applying skills and knowledge: Principle of Nursing

Practice F (vol.33, pp. 35-37). Art & science

Hastono,S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Fakultas kesehatan masyarakat.

Universitas Indonesia.

Hatfiled, N.T. (2008). Boardribb’s introductory pediatric nursing. (7th edition).

Philadelpia. Lippincot Williams & wilkins.

Hidayat. A. A. (2007). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Li, H.C.M, Lopez, V. (2007). Effectiveness and Appropriateness of Therapeutic Play

Intervention in Preparing Children for Surgery: A Randomized Controlled

Trial Study Jurnal Surgery Pediatric Nursing Vol. 13, No. 2, April 2008.

Diambil jam 23 tanggal 24 desember 2011 dari www.ebscohost.com.

Li,H.C.M, Lopez, V, Lee,T.L.I. (2007). Effect of preoperative therapeutic play on

outcome of school-age children undergoing day surgery. Research in nursing

&health, 2007. Diambil tanggal 10 mei 2012 dari www.ebscohost.com.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 74: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

60

Universitas Indonesia

Hockenbery, J.M. & Wilson, D. (2007).Wong’s nursing care of infant and children.

(8th Edition). Canada: Mosby company.

Hurlock, E. B. (1998). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Mawaddah, N.& Hardiansyah. (2008). Pengetahuan , sikap, dan praktek gizi serta

tingkat konsumsi ibu hamil di kelurahan kramat jati dan kelurahan Ragunan

provinsi DKI Jakarta. Jurnal pangan dan Gizi. Fakultas pertanian IPB: Bogor.

Nanda international. (2009). Nursing diagnoses.definition&classification 2009-2011.

Oxford: Wiley-Blackwell.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka

Cipta.

_______________(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta :

Rineka Cipta.

______________ (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

_______________(2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

Polit, D.F, & Hunger, B.P. (2005). Nursing research principle and method.

Philadelphia : J.B. Lipincot Company.

Potter, A.P, & Perry,A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,

proses & praktik. Edisi 4. (Yasmin asih.dkk.penerjemah). Jakarta: Penerbit

buku kedokteran EGC.

Rudolph, A.M. Hofman, J.I.E. & Rudolph, C.D. (2006). Buku ajar pediatric Rudolph

volume 1. (Samik wahab,dkk. Penerjemah). Jakarta : EGC.

Sastroasmoro,S,& Ismael.S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.(edisi

3). Jakarta : CV Sagung Seto.

Siagian, S.P. (2001).Manajemen sumber daya manusia. Jakarta. Bumi aksara

Solikhah. (2011). Pengaruh therapeutic peer play terhadap kecemasan dan

kemandirian anak usia sekolah selama hospitalisasi di RS wilayah Banyumas.

Tesis open. Jakarta: Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: EGC.

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 75: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

61

Universitas Indonesia

Subardiah, I.(2009). Pengaruh permainan terapeutik terhadap kecemasan,

kehilangan control, dan ketakutan anak prasekolah selama dirawat di RSUD

Dr.H.Abdoel Moeloek propinsi lampung. Tesis open. Jakarta: Fakultas ilmu

keperawatan Universitas Indonesia.

Sugiyono, (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sumaryoko. (2008). Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan

perawat tentang terapi bermain pada anak di rumah sakit se wilayah Boyolali.

Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maret 12, 2012.

http://etd.eprints.ums.ac.id/907/-

Supartini,Y. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC.

Watkins, C. (2004). Separation anxiety in young children, http:// www.

Baltimorespsych.com/ separation _anxiety.htm. diperoleh 20 Mei 2012.

Wayunah. (2011). Hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan

kejadian flebitis dan kenyamanan pasien di ruang rawat inap anak rumah

sakit umum daerah (RSUD) kabupaten Indramayu. Tesis open. Jakarta:

Fakultas ilmu keperawatan .Universitas Indonesia.

Wong, D.L Eaton,M.H,Wilson,david, Winkelstein,M.L, Schwartz, Patrici.

(2009).Buku ajar keperawatan pediatrik. ( Neti, J & Kuncara,H.Y.

penerjmah,). Jakarta : EGC. (buku asli diterbitkan tahun 2001)

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 76: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

Lampiran 2

Lembar Informasi Untuk Responden

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini ( Ade kurniah, NPM 1006823141)

merupakan mahasiswa fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia, akan

melaksanakan penelitian tentang “Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang

bermain terapeutik di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita”. Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam melaksanakan

bermain 1herapeutic diruang rawat inap anak. Penelitian ini tidak akan menimbulkan

kerugian bagi saudara sebagai responden. Jawaban yang saudara berikan akan kami

jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Kuisioner terdiri atas data demografi dan pernyataan kusioner untuk

mengetahui pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik sebanyak 20 pertanyaan.

Bersama ini kami mohon kesediaan saudara untuk menandatangani lembar

persetujuan dan menjawab pertanyaan serta pernyataan dalam lembar kuisioner sesuai

petunjuk yang ada. Atas bantuan dan paritipasinya yang baik dari saudara kami

mengucapkan terima kasih.

Peneliti

Ade Kurniah

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 77: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

Lampiran 3

Permohonan Menjadi Responden

Kepada Yth,

Calon Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tanan di bawah ini (Ade kurniah, NPM 1006823141)

merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Akan

mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran tingkat pengetahuan perawat

tentang bermain terapeutik di ruang rawat inap anak RSAB Harapan kita “.

Bersama dengan ini saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden

dan menandatangani lembar persetujuan serta menjawab semua pernyataan yang

berada dalam kuisioner sesuai dengan petunjuk yang telah ada. Jawaban-jawaban

yang telah diberikan oleh responden akan saya jaga kerahasiaannya. Atas bantuan dan

peran serta responden saya ucapkan terima kasih.

Depok, Mei 2012

Peneliti

(Ade kurniah)

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 78: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

Lampiran 4

Lembar Persetujuan Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk

berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas

ilmu keperawatan Universitas Indonesia program ekstensi 2010 yang bernama Ade

Kurniah. Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi dan catatan data

mengenai penelitian akan dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin,

semua berkas yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk

pengolahan data. Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun

saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Jakarta, Mei 2012

Responden

(Tanda tangan)

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 79: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

“Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang bermain terapeutik di ruang

rawat inap anak RSAB Harapan Kita Jakarta”

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban pada

pertanyaan yang bertanda titik atau memberikan tanda cek ( √ ) pada kolom

jawaban yang disediakan.

2. Mengisi semua pertanyaan karena tiap jawaban yang Saudara berikan akan

memberikan manfaat bagi penelitian keperawatan ini

Tanggal pengisian :

Kode Responden : (Diisi oleh peneliti)

1. Usia : …….tahun

2. Jenis kelamin : ( ) laki-laki ( ) perempuan

3. Pendidikan terakhir : ( ) SPK ( ) DIII Kep

( ) S1 Kep ( ) S2 Kep

4. Pengalaman kerja : …….tahun

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 80: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

(lanjutan)

B. Kuesioner Bermain terapeutik

Petunjuk Pengisian

Pilihlah jawaban dengan ketentuan sebagai berikut

1. Beri tanda cek (√) pada kolom B jika Saudara yakin pernyataan tersebut BENAR

2. Beri tanda cek (√) pada kolom S jika Saudara yakin pernyataan tersebut SALAH

1. Bermain sekedar untuk mengisi waktu luang anak ketika dirawat.

( ) B ( ) S

2. Bermain diperlukan bagi kesejahteraan mental emosional anak.

( ) B ( ) S

3. Bermain terapeutik merupakan kegiatan terstruktur yang dirancang sesuai umur anak.

( ) B ( ) S

4. Bermain terapeutik merupakan kegiatan terstruktur yang dirancang sesuai masalah kesehatan yang terkait.

( ) B ( ) S

5. Bermain terapeutik bertujuan meningkatkan kesejahteraan psikofisiologi anak-anak yang dirawat di rumah sakit.

( ) B ( ) S

6. Fungsi bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

( ) B ( ) S

7. Bermain terapeutik menambah stress pada anak yang dirawat. ( ) B ( ) S8. Bermain terapeutik memberikan kesempatan pada anak

belajar tentang bagian-bagian tubuh dan fungsinya serta penyakit.

( ) B ( ) S

9. Unoccupied behavior merupakan jenis permainan yang hanya memperhatikan saja.

( ) B ( ) S

10. Paralel play merupakan permainan yang dilakukan oleh balita atau prasekolah.

( ) B ( ) S

11. Jenis permainan yang dipilih oleh anak remaja adalah solitary play.

( ) B ( ) S

12. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik banyak dipilih anak usia prasekolah.

( ) B ( ) S

13. Alat permainan yang digunakan dalam bermain terapeutik boleh apa saja

( ) B ( ) S

14. Orang tua sebaiknya meninggalkan anaknya ketika ada kegiatan bermain terapeutik di ruang rawat inap.

( ) B ( ) S

15. Bermain terapeutik sejalan dengan program pengobatan. ( ) B ( ) S16. Bermain terapeutik membutuhkan banyak energi anak. ( ) B ( ) S17. Respon anak dan orang tua perlu diobservasi oleh perawat

selama kegiatan bermain.( ) B ( ) S

18. Perlu tenaga khusus untuk memprogram kegiatan bermain terapeutik pada anak di rumah sakit.

( ) B ( ) S

19. Perawat berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan bermain. ( ) B ( ) S

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012

Page 81: GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BERMAIN …

Universitas indonesia

20. perawat mendokumentasikan setiap kegiatan bermain yang dilakukan pada anak.

( ) B ( ) S

Gambaran tingkat..., Ade Kurniah, FIK UI, 2012