51

Gedung Bursa Efek Jakarta Jakarta 12190, Indonesiasiteresources.worldbank.org/INTEASTASIAPACIFIC/Resources/Indonesia... · 2 Gedung Bursa Efek Jakarta Menara 2, Lantai 12 Bursa Efek

Embed Size (px)

Citation preview

2

Gedung Bursa Efek JakartaMenara 2, Lantai 12Bursa Efek JakartaJl. Jendral Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12190, Indonesia

Direktur : Andrew D. SteerKoordinator Lingkungan : Thomas E. Walton

Bank DuniaKantor Indonesia

DAFTAR ISI

Edisi pemantauan “Monitor” ini telah disiapkan oleh suatu Tim Bank Dunia yang dipimpin oleh Thomas E. Walton, dan terdiri atas Priya Mathur sertaGiovanna Dore, Toru Uemachi, pekerja musim panas, telah membantu dalam memperoleh data tentang kualitas udara dan air. Data, informasi dandukungan telah diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Ir. Moh. Gempur Adnan, Dra. Masnellyarti Hilman, MSc, Plt. Drs. Hendra Setiawan, RidwanD. Tamin, M.S. (R), Sri Hudyastuti, Ilham Malik, Maulyani Djajadilaga, Heddy S. Mukna, Henny Agustina), BPLHD DKI (Yosiono Anwar Supalad, EvySulistyowati), Biro Pusat Statistik (Johnny Anwar, ZS), Swisscontact (Restiti Sekartini, Veronica Ponda), WALHI Jakarta (Puput), Komite PenghapusanBensin Bertimbal (Ahmad Safrudin), Keanekaragaman Hayati Indonesia (Satria Budiono), Departemen Kesehatan (Rida Sagitarina). De La Salle University- Manado (Ben Eusebia, pimpinan tim, dan Fery I. Hardiyanto) telah melakukan himpunan data di Indonesia. Tim menyatakan terima kasih atas komentardan masukan dari David Hanraham, Rusdian Lubis, N. Harshadeep, A. Acharya serta dukungan redaksional dan administratif dari Anju Sachdeva, FaridaZaituni, Dellya Nurzaman, Jenna Diallo, David Bridges, Samson Kaber, Sirinun Maitrawattana, dan Nicholas Allen. Desain sampul dan susunan tata ruangtelah dibuat oleh Yok Dechamorn dan Sorachai Nuntawatcharaviboon. Jeffrey Lecksell dari Bank Dunia telah membuat peta tentang daerah-daerahlingkungan yang sensitif dan “hot spot” (tempat utama). Foto Biawak Komodo telah diambil oleh Jessie Cohen dari Smithsonian National Zoological Park.Pandangan-pandangan yang dikemukakan di dalam “Indonesia Environment Monitor” adalah sepenuhnya dari para penulis dan tidak boleh dikutip tanpa

izin sebelumnya. Pandangan-pandangan tersebut tidaklah perlu mencerminkan pandangan dari Kelompok Bank Dunia, para Direktur Eksekutifnya, atau

negara-negara yang diwakilinya. Bahan yang terkandung disini telah diperoleh dari sumber-sumber yang dianggap dapat dipercaya, tetapi tidaklah perlu

lengkap dan tidak dapat dijamin.

PRAKATA : MENGURANGI POLUSI DI INDONESIA

SINGKATAN DAN AKRONIM

PETA“HOT SPOT”(TEMPAT UTAMA)

INDONESIA : DAFTAR PERIKSA LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

POLUSI UDARA

POLUSI AIR

LIMBAH PADAT DAN BERBAHAYA

ISU GLOBAL

STRUKTUR KELEMBAGAAN

DAFTAR ISTILAH LINGKUNGAN

INDONESIA SEKILAS PANDANG

CATATAN

3

4

56

7

820

33

4244

4546

47Jakarta

January 2003

3

Andrew D. SteerDirektur Indonesia

Bank Dunia

Thomas E. WaltonKoordinator Lingkungan Indonesia

Bank Dunia

ertumbuhan dan perlindungan lingkungan seiringjalan dengan setiap visi pembangunanberkesinambungan yang sebenarnya. Selama

tanah dalam skala besar, telah sangat meningkatkan polusiudara di Indonesia dan negara-negara tetangga.

(ii) Indonesia memiliki salah satu tingkat penutupanpenyaluran kotoran dan sanitasi yang terendah di Asia, danhal ini menyebabkan kontaminasi air permukaan dan airtanah yang tersebar luas. Beberapa kota Indonesia malahmempunyai suatu sistem pembuangan kotoran yang tidaksempurna, dan karenanya sebagian besar rumah tanggasangat mengandalkan tangki kotoran pribadi ataupembuangan kotoran manusia langsung ke sungai dankanal. Akibatnya, Indonesia telah berulang kali mengalamiwabah infeksi lambung secara lokal dan mempunyai insidenpenyakit tipus yang tertinggi di Asia. Sumber-sumber polusiair yang lain adalah pertambangan serta pengaliran air yangtidak lancar dan tidak teratur.

(iii) Buruknya pengelolaan limbah padat dan berbahayatelah mengakibatkan degradasi tanah, udara dan air, danjuga mempunyai suatu dampak terhadap kesehatan manusia.Penimbunan sampah yang terbuka masih tetap merupakanbentuk pembuangan yang paling lazim di negara ini, dimana90 persen limbah dibuang dengan cara ini, sehinggamenghasilkan bahan-bahan yang mencemarkan air tanahdan menambah berkembang biaknya hama dan kumanpembawa penyakit. Sebagian limbah yang tidak dikumpulkantelah dibakar, sehingga menambah polusi udara perkotaan,sementara yang lain pada akhirnya menghambat aliransungai dan kanal, dan menambah banjir serta penyebaranair yang tercemar di daerah-daerah pemukiman yang terletakrendah.

Informasi yang terkandung di dalam pemantauan ini telahdiperoleh dari berbagai sumber, termasuk laporan-laporanyang dipublikasi dari instansi pemerintah, universitas danLSM; data yang tidak dipublikasi; dan dokumen Bank Dunia.Kami sangat berterima kasih atas hubungan kerjasama yangerat dengan Kementrian Lingkungan Hidup dalammempersiapkan dokumen ini.

Pbertahun-tahun pertumbuhan ekonomi yang pesat telahmemberikan keuntungan yang besar kepada orang Indone-sia. Namun, pertumbuhan ini telah menghasilkan polusi yangsignifikan, untuk mana orang Indonesia telah membayar mahaldipandang dari segi kesehatan manusia dan degradasilingkungan.

“Monitor Environment Indonesia” (Pemantauan LingkunganIndonesia) tentang Polusi adalah bagian dari rangkaian “EastAsian Environment Monitor”, yang diprakarsai pada tahun2000 untuk memberikan informasi tentang kecenderunganlingkungan di negara-negara Asia Timur dan Pasifik.Pemantauan tersebut memberikan suatu tinjauan luas tentangberbagai kondisi di udara, air dan tanah, serta sumber-sumber polusi yang utama dan ancaman yang terkaitterhadap kesehatan dan sumber alam. Dengan mengetahuibahwa perubahan lingkungan terjadi sepanjang waktu, makapemantauan ini akan merupakan suatu titik awal bagipembaharuan kecenderungan dan kondisi secara periodikdi Indonesia.

Ada beberapa prestasi signifikan yang dicapai dalampengelolaan polusi di Indonesia, seperti penghapusan timbaldalam bensin di Jakarta serta pengurangan penggunaanbahan-bahan yang menipiskan ozon. Namun, masih tetapada banyak tantangan. Analisa dari data yang disampaikandi dalam pemantauan ini menegaskan bahwa :

(i) Kualitas udara di Indonesia terancam, yangmengakibatkan meningkatnya masalah kesehatan sertakerugian produktifitas. Peningkatan urbanisasi, motorisasidan industrialisasi di Indonesia telah memperburuk polusiudara. Jumlah kendaraan di Indonesia telah meningkat lebihdari 6 juta antara tahun 1995 dan 2000. Tambahan lagi,kebakaran hutan yang terutama disebabkan oleh konversi

Prakata : Mengurangi Polusi di Indonesia

4

Singkatan dan Akronim

NGO LSMN2O Nitrous OxidaNO2 Nitrogen DioxidaNSS Studi Strategi NasionalO3 OzonODS Bahan Penipis OzonODP Potensi Penipis OzonPAH Polychlorinated HydrocarbonPb TimbalPCB Polychlorinated BiphenylsPM Zat partikel kurangPM10 Zat partikel kurang dari 10 Mikron dalam

diametePM2.5 Zat partikel kurang dari 2.5 Mikron dalam

diameterPam Jaya Perusahaan Air Minum JakartaPDAM Perusahaan Daerah Air MinumPJT Perum Jasa TirtaPOLDA Kepolisian DaerahPOPs Bahan Organik Tetap PencemarPROKASIH Program Kali Bersih

(Clean River Program)PSI Indeks Standar PolusiPUTE Minggu Pengurungan EmisiRT Rukun TetanggaRW Rukun WargaSO2 Sulfur DioxideSPM Zat Partikel PadatSWM Pengelolaan Limbah PadatTPS Temporary Storage PlaceTSP Partikel Tertahan TotalTSS Bahan Padat Tertahan TotalUNEP Program Lingkungan PBBUNDP Program Pembangunan PBBUNIDO Organisasi Program Pembangunan PBBUU Undang - UndangVHC Volatile HydrocarbonsVOCs Campuran Organik VolatileWHO Organisasi Kesehatan Dunia

Exchange Rate : 1US$ = 8,927.50 Rupiahon January 7, 2003

ADB Bank Pembangunan AsiaARD Pembuangan Batu AsamASM Pertambangan Artisanal Skala KecilAvgas Bensin AviasiAvtur Bahan Bakar Turbin Aviasi Jenis KeroseneBAPEDALDA Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan DaerahCDC Pusat Pengawasan dan Pencegahan PenyakitCER Pengurangan Emisi BersertifikasiCH4 MethaneCO Karbon MonoksidaCO2 Karbon DioksidaB3 Limbah Berbahaya dan BeracunBLL Tingkat Timbal DarahBOD Permintaan Oksigen BiokomiaCAP Program Udara BersihCDM Mekanisme Pembangunan BersihCGRER Pusat Penelitian Lingkungan Global dan

RegionalCOREMAP Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan

Batu KarangDDT Dichloro - diphenyl - trichloroethaneDK Dinas Kebersihan

(Department of Public Cleansing)DKI Daerah Khusus Ibukota Jakarta

(Special Capital District)DO Oksigen TerlarutEIA Penilaian Dampak LingkunganENSO Osilasi Selatan El NinoGHG Greenhouse GasGDP Hasil Kotor DomestikGNP Hasil Kotor Nasionalg/dL Gram per desiliterGOI Pemerintah IndonesiaGTZ Dinas Jerman untuk Kerjasama Teknisha HectareHC HidrokarbonIQ Tingkat KecerdasanJICA Dinas Kerjasama Internasional JepangKabupaten Kabupatenµg MikrogramMLH Kementrian Lingkungan HidupNA Tidak Ada / Tersedia

~

5

Peta “Hot Spot”

6

Indonesia : Daftar Periksa Lingkungan

Keprihatinan Sebab / Isu Tanggapan / Respon

I. Polusi Udara

III. Limbah Padat dan BerbahayaProduksi limbah telah meningkat secara signifikanselama lima tahun terakhir.

l Kira-kira 1 juta ton limbah berbahaya telah dihasilkan diIndonesia dalam tahun 2000, dan sedikit sekali pembuanganyang terkontrol.l Penimbunan sampah terbuka yang ilegal masih tetapmerupakan bentuk pembuangan yang paling lazm di negaraini, dimana 90 persen limbah dibuang dengan cara ini, sehinggamenghasilkan bahan-bahan yang mencemarkan air tanah danmenambah berkembang biaknya hama dan kuman pembawapenyakit. Sebagian limbah yang tidak dikumpulkan telahdibakar, sehingga menambah polusi udara perkotaan,sementara yang lain pada akhirnya menghambat aliran sungaidan kanal, dan menambah banjir serta penyebaran air yangtercemar di daerah-daerah pemukiman yang terletak rendah.l Di Indonesia, kandungan kelembaban adalah tinggi di dalamlimbah padat kotamadya dan kira-kira 75 persen adalah bio-degradable dan tidak dapat dengan cepat dibakar.

l Diperlukan studi terhadap aliran limbah untukmenentukan metode pembuangan yang sesuai.l Partisipasi masyarakat perlu untuk menentukanpembuangan limbah yang dapat diterima danpilihan-pilihan untuk melakukan kontrol.l Lembaga-lembaga yang lebih kuat, khususnyadi tingkat kotamadya, serta mekanisme pendanaanyang sesuai.

Polusi udara di daerah perkotaan, khususnya olehtimbal dan partikel halus, merupakan suatukeprihatinan kesehatan umum yang utama di In-donesia. Bahan pencemar lain yang berkaitantermasuk sulfur dan nitrogen dioxida, carbonmonixide, dan ozon.

l Meningkatnya pertumbuhan daerah perkotaan, industrialisasi,dan motorisasi di Indonesia telah memperburuk polusi udara.Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah meningkat lebihdari 6 juta antara tahun 1995 dan 2000. Timbal yang dikeluarkandari besin yang mengandung timbal merupakan suatu ancamankesehatan yang signifikan.l Kebakaran hutan sangat menambah polusi udara di Indone-sia dan negara-negara tetangga.l Polusi udara di dalam rumah yang diakibatkan olehpembakaran bahan bakar yang tidak diproses seperti kayubakar dapat menjurus kepada meningkatnya penyakitpernafasan; namun, ada beberapa studi yang menelitihubungan antara dampak kesehatan dan polusi udara di dalamrumah di Indonesia.

l Bensin yang mengandung timbal telahdihapuskan di Jakarta dan diharapkan akandihapuskan di seluruh Indonesia pada bulan Januari2003.l Perlunya dasar pengetahuan, analisa danpembangunan kesadaran yang lebih baik terhadapkualitas udara dan pengelolaan hutan.l Perlunya untuk mengerti lebih baik polusi udaradi dalam rumah dan implikasi kesehatannya diIndonesia.

II. Polusi AirWalaupun Indonesia memiliki suatu ketersediaanair tahunan yang sangat tinggi (lebih dari 13.700m3/kapita), sungai-sungai di Indonesia tercemaroleh sumber-sumber rumah tangga dan industri,dan air yang tidak sehat adalah salah satu darisebab-sebab utama penyakit.

l Kurangnya fasilitas kebersihan yang cukup adalah suatusebab utama kontaminasi kotoran dari sumber-sumber air didaerah urban. Beberapa kota Indonesia malah mempunyaisuatu sistem pembuangan kotoran yang tidak sempurna, dankarenanya sebagian besar rumah tangga sangat mengandalkantangki kotoran pribadi atau pembuangan kotoran manusialangsung ke sungai dan kanal.l Sumber-sumber polusi air yang lain adalah pertambanganserta pengaliran air yang tidak lancar dan tidak teratur.

l Perbaikan pasokan air dan sistem sanitasi yanglayak mungkin dapat memberikan kontribusikepada pengurangan kematian diare yangsignifikan dan kepada peningkatan hasil kesehatan.Suatu cara pengelolaan sumber air terpadu,termasuk polusi air, dengan pengumpulan data,bagi informasi, analisa dan penggunaan yangcukup, juga diperlukan dalam suatu konteks dasar.

IV. Polusi dan PertambanganWalaupun pertambangan merupakan kira-kira 13persen dari GDP Indonesia dan 14 persen daripenghasilan ekspor Indonesia, namunpertambangan merupakan suatu sumber darisebagian besar polusi yang tidak dikontrol.Persediaan ikan sungai dan laut, tanah, batu karangdsb. Secara merugikan telah dipengaruhi olehpembuangan sisa-sisa pertambangan, termasukbahan-bahan beracun.V. Polusi dan Batu karangIndonesia memiliki kira-kira 60.000 km2 batu karang(kira-kira seperdelapan dari jumlah keseluruhan didunia) yang terancam oleh eksploitasi berlebihandan polusi.

l Polusi dari pembuangan sedimen dan sisa-sisa pertambanganke sungai dan laut telah terjadi selama puluhan tahun.l Pengelolaan lingkungan yang salah paling berat bagipertambangan skala menengah serta pertambangan artisanaldan berskala kecil, dimana penggunaan mercury merupakanbahaya yang signifikan bagi lingkungan dan kesehatan.

l Diperlukan lebih banyak pertambangan yangbertanggung jawab dan pengurangan yang lebihbaik.l Pemantauan dan pelaksanaan oleh pemerintahyang lebih erat maupun suatu dasar informasi yanglebih baik dan kesadaran masyarakat yang lebihbesar diperlukan, khususnya bagi pertambanganyang kecil dan sering ilegal.

l Empat puluh persen dari batu karang Indonesia sangatrusak dan hanya 5% secara relatif tidak diganggu.

l Lebih banyak praktek penangkapan ikan yangbertanggung jawab adalah perlu.l Diperlukan pengurangan sedimentasi dan polusidari kegiatan di pedalaman.

7

Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA

Peta 2. Jumlah Pendudukrang Indonesia menyebut negerinya sebagaiTanah Air Kita, yang berarti “Tanah dan AirKita”. Indonesia, negara kepulauan terbesarO

di dunia, memiliki suatu wilayah seluas 1,91 juta km2yang tersebar di 17.508 pulau. Pulau-pulau tersebut,dan enam lautan yang memisahkannya, terletak di suatuwilayah berukuran kira-kira 2.000 kilometer dari utarake selatan, dan lebih dari 5.000 km dari timur ke barat.Indonesia merupakan negara dengan jumlahpenduduk terbesar keempat di dunia (setelah Cina,India dan Amerika Serikat), dengan jumlah penduduksebanyak 203 juta jiwa (sensus tahun 2000). Duapertigaberdiam di pulau Jawa, yang menurut sejarah

Peta 3. Cakupan Daratan

Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA(Resolusi : 1o x 1o).

Pendahuluan

merupakan pusat kekuatan ekonomi dan politik di Indonesia. Terdapat 309 kelompok etnik yang berbeda-beda. Disebabkanoleh keanekaragaman kebudayaan yang sangat besar ini, maka semboyan negara tersebut adalah Bhinneka Tunggal Ika, yangberarti “Persatuan dalam Keanekaragaman”.Secara administratif Indonesia terbagi dalam 30 propinsi, dua daerah istimewa, dan daerah khusus Ibukota Jakarta. Hampir 60persen dari daratan Indonesia berhutan dan suatu bagian yang signifikan juga bergunung dan bergunung api. Ada lebih dari500 gunung api di Indonesia (112 di pulau Jawa saja), diantaranya 129 masih tetap aktif. Kegiatan gunung berapi selamaberabad-abad telah menimbulkan suatu tingkat kesuburan tanah yang tinggi di pulau Jawa dan Bali, sebagaimana tercerminpada konsentrasi penduduk dan pertanian yang tinggi di pulau-pulau tersebut.

8

Ada sesuatu di udara ...... suatu populasi perkotaan yangberkembang telah meningkatkan industri dan lalu lintas disemua pusat kota yang besar. Bahan-bahan pencemar yangberbahaya, yang dikeluarkan ke atmosfir, tidak hanyamengancam kesehatan dari penduduk perkotaan, tetapi jugakesan dari kota. Kota-kota seperti Jakarta telah diakui olehOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan yang lain sebagaimemiliki udara yang sangat tercemar.Sumber Polusi UdaraProduksi energi, pengangkutan, konversi serta rumah tangga,industri dan penggunaan kendaraan bermotor, merupakanpenyumbang antropogemik utama kepada polusi udara.Bahan-bahan pencemar utama yang penting adalah timbal,partikel halus, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx),hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2), dan karbon diokida(CO2) (Tabel 1).Armada Kendaraan BermotorJumlah keseluruhan kendaraan bermotor (seperti mobil, bisdan truk) di Indonesia telah meningkat dari 12 juta lebih dalamtahun 1995 menjadi 19 juta lebih dalam tahun 2000 (lihatGambar 1) - sepeda motor1 (yang merupakan 71 persen darijumlah keseluruhan kendaraan bermotor) saja adalah 5 jutadari peningkatan tersebut. Transportasi menghabiskan 12 jutakiloliter minyak gas, 12 juta kiloliter premium, 118 ribu kiloliterminyak diesel, 185 ribu kiloliter bahan bakar minyak, dan 749ribu kiloliter jenis bahan bakar lain.2

IndustriIndonesia memiliki sektor industri yang besar danberanekaragam (termasuk makanan, bahan kimia, minyak,batu bara, karet dan pabrik produk plastik); namun terdapatinformasi yang terbatas mengenai dampak industri terhadapkualitas udara. penjualan bahan bakar menunjukkan bahwaindustri menghabiskan 6 juta kiloliter minyak gas; 1 juta kilo-liter minyak diesel; 4.068 ribu kiloliter bahan bakar minyak; 48ribu kiloliter minyak tanah3 (angka-angka tahun 1999) dan136 milyar m3 batubara4, dan pembakaran bahan bakar fosiltersebut mempunyai pengaruh merugikan yang signifikanterhadap kualitas udara.Sumber-sumber Polusi Udara yang lainSumber-sumber polusi udara yang lain termasuk pembakaranbiomass, konsumsi bahan bakar dari kegiatan masak rumahtangga dan penjual kakilima, pembakaran sampah padat(termasuk tempat pembakaran kotamadya dan pembakaranterbuka), kebakaran hutan (lihat Kotak 1), dan sumber-sumberlain seperti konstruksi. Polusi udara di dalam rumah (terutamadari kegiatan masak) secara signifikan dapat menambahpengaruh kesehatan yang merugikan. Walaupun beberapa

Gambar 1. Indonesia - Jumlah Kendaraan Bermotor (1995-2000)

Sumber : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 2000.

Tabel 1. Standar Kualitas Udara Indonesia

Polusi Udara

Bahan Bakar Waktu Rata-rata Standar(mg/m3)

TSP 1-Jam rata-rata 9024-Jam rata-rata 230

PM10 24-Jam rata-rata 150SO2 1-Jam rata-rata 60

24-Jam rata-rata 365NO2 1-Jam rata-rata 100

24-Jam rata-rata 150O3 1-Jam rata-rata 235

1-Jam rata-rata 50Pb 24-Jam rata-rata 2

1-Jam rata-rata 1CO 1-Jam rata-rata 30.000

24-Jam rata-rata 10.000

9

dari praktek-praktek tersebut dapat merupakan sumber polusiudara yang signifikan (misalnya penjualan bahan bakar minyaktanah rumah tangga adalah 12 juta kiloliter dalam tahun 1999),dampaknya yang tepat sebagian besar tidak diketahui.

TimbalBank Dunia telah mengidentifikasi pengeluaran (emisi) timbaldari bensin sebagai suatu bahaya lingkungan yang besar bagiorang Indonesia, khususnya bagi anak-anak. Pengaruh daritimbal, terutama dari bensin bertimbal, tukang lebur timbaldan cat timbal, telah diperlihatkan memiliki suatu dampakterhadap sistem saraf, ginjal, reproduksi, liver, jantung danurat darah, serta lambung dan usus. Anak-anak dan tingkatintelejensi mereka sangat sensitif, perkembanganpengetahuan dan tingkah laku dapat juga terpengaruh secarasignifikan karena terbuka terhadap timbal. Penghapusan timbaldari bensin merupakan suatu langkah yang nyata dan seringsangat efektif biaya untuk mengurangi masalah-masalahkesehatan yang berkaitan dengan polusi udara. Suatu jumlahyang dengan cepat meningkat dari negara-negara di dunia(termasuk Bangladesh, India, Filipina, Jepang, Muangthai, danVietnam di Asia) sedang menghapus bensin bertimbal. Indo-nesia juga memulai usaha ini; kota Jakarta telah menghapusbensin bertimbal dalam bulan Juli 2001, dan tujuan Pemerintahadalah untuk melakukan penghapusan tersebut di seluruhnegara pada bulan Januari 2003. Namun, pada saat bukupemantauan ini akan dicetak, ada indikasi batas waktu akanmundur ke tahun 2005.Polusi timbal dalam atmosfir di Jakarta meningkat dari 0,42µg/m3 dalam tahun 1998 menjadi 1,3 µg/m3 dalam tahun 2000(lihat Gambar 2), yang terutama berkaitan denganmeningkatnya jumlah kendaraan bermotor di jalan pada saatekonomi Indonesia pulih. Di Jakarta saja, polusi bensinbertimbal telah membebani negara dengan biaya sekitar US$266 juta per tahun untuk perawatan kesehatan sampai bensinbertimbal tersebut dihapuskan.Dalam bulan Juni 2001, Pusat Pengawasan dan PencegahanPenyakit di Amerika Serikat (CDC) melakukan suatu studitentang tingkat timbal dalam darah (BLL) pada anak-anaksekolah tingkat 2 dan 3 yang tinggal di Jakarta danmenemukan BLL yang cukup tinggi pada anak-anak tersebut.Anak-anak muda lebih mudah terkena keracunan timbaldaripada orang dewasa, karena mereka menyerap jauh lebihbanyak timbal dari lingkungan mereka, dan sistem saraf pusatmereka masih berkembang. Lebih dari sepertiga anak-anakyang menjadi obyek studi, khususnya mereka dibawah umur6 tahun, mempunyai BLL lebih dari 10 µg/dL- tingkat-tingkatyang secara merugikan dapat mempengaruhi perkembanganpengetahuan dan tingkat laku5 (lihat Gambar 3). Hasil tersebut

adalah sesuai dengan BLL dari anak-anak di negara-negaralain yang terus menggunakan timbal dalam bensin (misalnyaanak-anak berusia 2-14 tahun di Uruguay telah dinyatakanmempunyai suatu BLL rata-rata sebesar 9,6 µg/dL).Untuk memenuhi rencana penghapusan timbal lengkap padatahun 2003, Pemerintah Indonesia (GOI) telah membuat suatujadwal penghapusan timbal dibawah Program “Langit Biru”.Departemen Sumber Energi dan Mineral Indonesia telahmengumumkan bahwa pemerintah akan mensubsidiperbedaan harga untuk memudahkan peralihan dari bensinbertimbal yang tidak mahal ke bensin tanpa timbal. Namun,tantangan terhadap penghapusan timbal termasuk kapasitasdi kilang-kilang minyak perusahaan minyak BUMN(PERTAMINA) dan penolakan untuk memberikan wewenangkepada kilang-kilang minyak swasta untuk memproduksi dan/atau mengimpor dan menjual secara eceran bensin tanpatimbal.

Gambar 2. Konsentrasi Timbal di Jakarta, 1995 - 2000(µg/m3)

Catatan : Standar Timbal adalah 1µg/m3 (1 jam waktu rata-rata)Sumber : Data Statistik 1995-98, 2000 dari Departemen Energi, USEPA, 2001.

Gambar 3. Tingkat Timbal Darah pada Anak-anak,Jakarta, 2001 (µg/m3)

Sumber : Albalak, R., “Terbuka terhadap Timbal dan Anemiapada anak-anak di Jakarta”, Indonesia, Laporan Akhir, 2001.

Polusi Udara

10

Partikel

Partikel-partikel halus di udara merupakan suatu ancamankesehatan yang utama bagi orang Indonesia. Iritasi selaputlendir dan permulaan dari penyakit pernafasan dan penyakitlain merupakan keprihatinan utama yang berkaitan denganpartikel. Partikel yang lebih halus, PM10, dan khususnya PM2.5yang ultra-halus, adalah yang paling berbahaya. Pada udarayang ambien, partikel biasanya ada dengan sejumlah zatpencemar lain. Banyak studi epidemiologik telahmenunjukkan bahwa partikel dan SO2 merupakan risikokesehatan yang tinggi6. Sayangnya, partikel yang lebih halusbaru sekarang mulai dimonitor dan sebagian besar datahistoris hanya menunjuk kepada Partikel Tertahan Total (TSP).Jakarta mempunyai suatu konsentrasi partikel yang relatiftinggi dibandingkan sebagian besar kota-kota di Asia (lihatGambar 4). Selama pertengahan 1990-an, konsentrasi TSPdi sebagian besar kota-kota Indonesia meningkat dengancepat, memuncak pada tahun 1997 (kemungkinandiperburuk oleh kebakaran hutan) dan kemudian jatuh padatahun 1998 (lihat Gambar 5). Pengukuran PM10 pada tahun2001 memperlihatkan suatu variasi yang luas sepanjangsemua bulan di Indonesia (Gambar 6), dan konsentrasi yanglebih tinggi daripada standar dalam bulan Juni - Septem-ber.

Diperkirakan bahwa 35 persen dari emisi partikel dikeluarkandari pembakaran bahan bakar (termasuk kegiatan memasakrumah tangga), 30 persen dari sumber-sumber transportasi,15 persen dari proses industri, 12 persen dari sumber-sumberlain (termasuk konstruksi dan debu), dan 8 persen daripembuangan limbah padat (termasuk tempat pembakaransampah perkotaan dan pembakaran terbuka)7.

Sulfur Dioksida

SO2 di-emisi pada saat bahan bakar yang mengandung sul-fur dibakar. SO2 adalah suatu zat iritasi paru-paru yang keras.Tingkat sulfur dioksida (SO2) tumbuh dengan cepat (lihatGambar 7); industri dan pembangkit tenaga listrik adalahsumber-sumber SO2 anthropogenic yang paling penting diIndonesia. Diperkirakan bahwa emisi SO2 yang paling tinggiadalah di pulau Jawa, dengan “hotspot” di Sumatera padatahun 20008. SO2 atmosfir dapat bergabung dengan uaplembab di udara untuk membentuk “hujan asam” yangmempengaruhi tanaman, hutan, gedung dan kualitas airpermukaan.

Gambar 4. Rata-rata Konsentrasi TSP, Asia (1997)

Catatan : Melampaui Standar WHOSumber : Indikator Pembangunan Dunia, Bank Dunia, 1997.

Gambar 5. Rata-rata Konsentrasi TSP Tahunan,Indonesia

Catatan : Standar TSP adalah 230 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata)Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal

2000.

Gambar 6. Konsentrasi PM10 di Jakarta, 2001

Catatan : Standar PM10 adalah 150 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata)

Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002.

Gambar 7. Konsentrasi SO2 - Jakarta10

Catatan : Standar SO2 adalah 0,139 ppm (24 jam)Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia, Bapedal, 2000.

Polusi Udara

11

Nitrogen Dioksida

Sebab-sebab utama dari polusi NO2 adalah lalu lintaskendaraan bermotor dan industri9. Nitrogen dioksida (NO2)meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, menggangguparu-paru, menyebabkan oedema, bronchitis dan pneumo-nia, dan dapat juga menyebabkan serangan asma. Di Jakarta, konsentrasi NO2 menjadi lima kali lipat antara tahun 1992dan 2000 tetapi sebagian besar tetap berada di bawahstandar 150 µg/m3 (lihat Gambar 8).

ketidaksadaran dan kematian. Emisi Karbon Monoksidakendaraan bermotor diperkirakan akan meningkat sebesarsetengah juta ton dari 1998 sampai 2000 (lihat Gambar 9).Sekitar 70 persen dari emisi CO diperkirakan berasal darisepeda motor (8,6 juta ton), 16 persen dari mobil (1,8 jutaton), 9 persen dari truk (1,1 juta ton), dan 4 persen dari bis(0,4 juta ton). Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa konsentrasiCO dalam tahun 2001 untuk Bandung, Semarang danPekanbaru secara signifikan berada diatas standar (10 mg/m3). Tingkat yang tinggi di Pekanbaru dapat disebabkanoleh kebakaran hutan tahunan. Perkiraan emisi CO baru-baruini menyatakan bahwa sebagian besar emisi terjadi di pulauJawa bagian barat dan di Sumatera sekitar Medan (lihat Peta4).

Polusi Udara

Gambar 8. Konsentrasi NO2 di Jakarta, 2001

Gambar 9. Emisi CO dari Kendaraan Bermotor(ton/tahun)

Sumber : Berdasarkan Penilaian Cepat terhadap Polusi Udara, Air,dan Tanah, WHO, No. 62, 198, dan disesuaikan dengan konteksIndonesia oleh Djajadiningrat dan Harsono dalam tahun 1993.

Gambar 10. Konsentrasi CO dalam tahun 2001-kotapilihan. (mg/m3)

Catatan : Standar CO adalah 10 mg/m3 (24 jam waktu rata-rata)Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002.

Peta 4. Emisi CO Anthropogemic (ton), 2000

Sumber : Dr. Jung-Hum Woo, CGRER, The University of Iowa, USA.

Karbon Monoksida

CO dihasilkan terutama oleh karena pembakaran yang tidaklengkap dari bahan bakar kendaraan bermotor. COmengganggu presepsi dan daya pikir dan memperlambatrefleksi. CO menyebabkan kejang yang dapat menyebabkan

Catatan : Standar NO2 adalah 150 µg/m3 (24 jam waktu rata-rata)

Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002.

12

Hidrokarbon

Hidrokarbon yang mudah menguap (VHC), dengan adanyasinar matahari, dapat bereaksi dengan NOx untuk membentukozon (suatu zat pencemar kedua). Adalah sulit untuk membuatsuatu penyamarataan tentang pengaruh kesehatan dari VHCkarena merupakan senyawa khusus. Beberapa VHC secarasignifikan adalah beracun, dan sejumlah lainnya telah terbuktiatau dicurigai dapat menyebabkan kanker (carcinogen).Misalnya, polyromatic hydrocarbon (PAH) - suatu subset yangrumit dari hydrocarbon - mempunyai pengaruh kesehatan mu-tagenic dan carcinogenic di setiap tingkat11. Walaupunkonsentrasi VHC tidak dimonitor di Indonesia, emisi hydrocar-bon dari kendaraan bermotor telah diperkirakan meningkatsebanyak 80.000 ton antara tahun 1998 dan 2000. Sepedamotor menyumbang 71 persen dari emisi VHC, mobil16 persen,truk 9 persen, dan bis 4 persen (lihat Gambar 11). KonsentrasiVHC juga tidak dimonitor.OzonTidak ada emisi ozon yang langsung ke atmosfir. Ozonterutama dibentuk secara tidak langsung oleh tindakan sinarmatahari terhadap nitrogen dioksida. Sebagai akibat dariberbagai reaksi yang terjadi di atmosfir, maka O3 cenderungtertumpuk sesuai arah angin dari pusat-pusat urban dimanasebagian besar dari Nox di-emisi dari kendaraan bermotor. O3menyebabkan suatu deretan pengaruh akut, seperti gangguanmata, hidung dan tenggorokan, gangguan dada, batuk dansakit kepala. Hal ini telah dikaitkan dengan tingkat oksidansetiap jam12 sebesar kira-kira 200 µg/m3. Fungsi paru-paruterhambat pada anak-anak dan orang dewasa muda setelahterbuka terhadap konsentrasi O3 rata-rata dalam lingkup 160-300 µg/m3.Dalam tahun 2001, konsentrasi O3 rata-rata berada di bawahstandar (lihat Gambar 12). Tingkat-tingkat tersebut sangatbervariasi setiap bulan, walaupun tingkat maksimum bulananlebih rendah daripada standar.Karbon DiokidaEmisi karbon dioksida (CO2) dari konsumsi dan menyalanyabahan bakar fosil (terutama minyak tanah) berjumlah ekivalendengan 64 juta ton carbon dalam tahun 1999. Ini merupakansuatu peningkatan sebesar 41 juta ton sejak tahun 1980 (lihatGambar 13). Rata-rata emisi CO2 per kapita dari bahan bakarfosil selama jangka waktu tersebut adalah ekivalen dengan0,02 metrik ton carbon.13 Hanya ada sedikit data tentang emisidari bahan pencemar lain yang berasal dari pembakaranbahan bakar fosil, seperti partikel dan senyawa organik volatile(mudah menguap) dan semi-volatile. Tidak seperti CO, tidakada konsekuensi kesehatan setempat langsung dari emisiCO2, namun hal ini adalah signifikan dari sudut pandang

Gambar 11. Emisi Hydrocarbon Rata-rata dariKendaraan Bermotor , 1998-2000 (ton/tahun)

Sumber : Berdasarkan Penilaian Cepat terhadap Polusi Udara,Air, dan Tanah, WHO, No. 62, 198, dan disesuaikan dengankonteks Indonesia oleh Djajadiningrat dan Harsono dalam tahun1993.

Gambar 12. Konsentrasi Ozon dikota-kota pilihan,2001 (µµµµµg/m3)

Catatan : Standar Ozon adalah 235 µg/m3 (waktu rata-rata setiapjam)Sumber : BAPEDALDA, Juni 2002.

Gambar 13. Emisi Carbon Dioxide Indonesia dariKonsumsi dan Menyalanya Bahan Bakar Fosil

1980-1999 (Jutaan metrik ton dari ekivalen carbon)

Sumber : Administrasi Informasi Energi, US Department of En-ergy, 2002.

perubahan iklim karena merupakan suatu gas rumah kacayang penting.

Polusi Udara

13

KOTAK : Kebakaran Hutan (1997-1998)Antara tahun 1985 dan 1987, lebih dari 20 juta hektar hutanpenutup telah hilang.14 Tingkat penggundulan hutan yangtinggi telah memperburuk keadaan pada tahun 1997 dan1998 pada saat banyak bagian Indonesia dilandakekeringan dan kebakaran. Hampir 10 juta hektar telahterbakar (termasuk 3,8 juta hektar tanah pertanian) (lihatGambar 14), yang membuat sekitar 20 juta orang di seluruhAsia Tenggara rentan terhadap polusi udara. Walaupunsuatu musim kering berkepanjangan yang disebabkan olehkondisi iklim karena Oskilasi Selatan El Nino (ENSO) telahmemberikan kontribusi kepada penyebaran kebakaran,namun kebakaran tersebut terutama disebabkan olehkegiatan manusia. Secara khusus, perusahaan-perusahaanperkebunan dan perusahaan-perusahaan besar telahmembuat banyak kebakaran untuk membersihkan tanahsemurah dan secepat mungkin. Hanya satu persen darikebakaran tersebut diakibatkan oleh sebab-sebab alam(lihat Gambar 15).Pengaruh kesehatan dari kebakaran hutan antara bulanSeptember sampai Nopember 1997 telah dikalkulasi di 8propinsi (lihat Tabel 2). Sekitar 1,4 juta kasus InfeksiPernafasan Akut (ARI) telah disebabkan oleh kebakaran.Jumlah kasus asma, kematian dan bronchitis adalahsignifikan.Kerugian ekonomis dari kebakaran-kebakaran tersebutdiperkirakan US$ 9-US$ 10 milyar15 dalam biaya kepadapara warga dan perusahaan-perusahaan di Indonesia (lihatGambar 16 untuk perincian). Diperkirakan bahwa jumlahbiaya dari kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran-kebakaran tahun 1997 saja, adalah lebih daripadakewajiban legal yang dinilai untuk gabungan insidentumpahan minyak Exxon Valdez dan bencana kimia Bhopal(India). Namun, banyak biaya kesehatan dan lingkungantidak dapat diukur - seperti jangka waktu yang diperpendekdari orang-orang yang rentan secara medis (dibuat sakitsampai akhir hidupnya oleh kebakaran), kematian suatupersentase besar dari jenis binatang yang terancam punah(misalnya orang utan dan monyet proboscis), danpenghancuran dari hutan dataran rendah utuh yang terakhirdi Indonesia.Pemadaman kebakaran sebagian besar tidak efektifdisebabkan oleh usaha yang lemah dan tidak terkoordinasioleh Pemerintah Indonesia, ditambah oleh pelatihan yangtidak cukup, kurangnya dana dan peralatan, air yang tidakcukup, lokasi yang terpencil dari banyak kebakaran, dankurangnya peta hutan penutup yang akurat, yang diperlukanuntuk menggunakan pesawat udara pembom air secaraefektif.

Polusi Udara

Gambar 14. Perkiraan Kerusakan Ruang oleh KebakaranDi Indonesia, 1997-1998 (daerah dalam hektar)

Sumber : “Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Alam dalam suatu waktu peralihan” Bank Dunia, 2001.

Gambar 15. Sebab-sebab Kebakaran di Indonesia, 1997-1998

Sumber : “Pengelolaan Lingkungan dan Sumber Alamdalam suatu waktu peralihan” Bank Dunia, 2001.

Gambar 16. Ikhtisar Kerugian Ekonomis Rata-rata dariKebakaran

Sumber : BAPPENAS, 1999.

Tabel 2. Pengaruh Kesehatan Dari Bahan Pencemar di 8Propinsi, September - Nopember 1997

Catatan : Propinsi yang distudi adalah : Jambi, Sumatera Baratdan Selatan, Kalimantan Utara, Barat, Selatan, Timur danTengahSumber : WRI, 2002.

Pengaruh Kesehatan Jumlah Kasus

Infeksi Pernafasan Akut (Ari) 1.446.120Asma 298.125Bronchitis 58.095Hambatan Kegiatan Sehari-Hari 4.758.600Kematian 527Peningkatan Perawatan Rumah Sakit 15.822Peningkatan Perawatan Berobat Jalan 36.462Hari Kerja Yang hilang 2.446.352

14

KOTAK : Hujan Asam

Tingkat keasaman hujan telah meningkat di Indonesia,yang dapat mempunyai suatu dampak yang signifikanterhadap lingkungan. Endapan asam di Indonesia dimonitoroleh Pusat Pengelolaan Lingkungan16 (EMC), KementrianLingkungan Hidup, sejak 1998, melalui pengambilancontoh secara terus menerus dari endapan yang basahdan kering.17 EMC juga memonitor sebuah danau air dipedalaman (Danau Situ Patenggang) dua kali setahun sejak2001. Dalam tahun 1998, Indonesia mulai berpartisipasidalam program Jaringan Asia Timur untuk PemantauanEndapan Asam untuk memperoleh informasi dan bekerjadengan negara-negara Asia Timur lainnya untukmengurangi dampak yang merugikan dari endapan asam.Tingkat pH rata-rata dalam curah hujan untuk tahun 1998adalah 4,8 untuk 10 kota di Indonesia, yang menyatakansuatu peningkatan keasaman dari tingkat-tingkat tahun 1996sebesar 5,5 (lihat gambar 17). Hujan yang mempunyai pHlebih rendah dari 5,6 dianggap “hujan asam”.18 Walaupunseluruh 10 kota mempunyai tingkat pH lebih rendah dari5,5, tingkat yang paling asam ditemukan di DKI Jakarta,diikuti secara ketat oleh Surabaya dan Bandung.Hujan asam merupakan hasil dari ion nitrat dan sulfat yangmembentuk asam sulfur dan asam nitrat dalam air hujan.Sumber dari nitrat dan sulfat adalah emisi bahan pencemarudara. Konsentrasi Nitrat (NO3) dalam air hujan antara tahun1996 dan 1998 adalah tertinggi di Bandung (3,0 mg/L), DKIJakarta (2,3 mg/L), dan Surabaya (1,2 mg/L) (lihat Gambar18). Konsentrasi rata-rata sulfat (SO4) dalam air hujan selamaperiode tersebut adalah juga tertinggi di Bandung (3,5 mg/L). Satu alasan untuk tingkat polusi yang tinggi di Bandungadalah lokasinya pada suatu dataran tinggi yang dikelilingibukit-buki. Jakarta dan Surabaya mengalami konsentrasiyang sama selama periode tersebut (lihat Gambar 19) -dengan rata-rata sekitar 3,8 mg/L konsentrasi sulfat dalamair hujan.Hujan asam menyebabkan tanah menjadi asam sampaitercapai suatu tingkat yang mempengaruhi pertumbuhantanaman dan hasil tanaman. Kira-kira 10 persen (13.200km2) dari tanah di pulau Jawa (terutama terdapat di selatanJakarta) dianggap sangat rentan terhadap keasaman, dankira-kira 46 persen (60.800 km2) dianggap cukup mudahterkena keasaman tanah.19 Tanah-tanah tersebut tidakmempunyai suatu karbonat permanen tinggi yang bertindaksebagai penyangga untuk pengasaman. Sebagian besardari tanah yang sensitif dan cukup sensitif terdapat di bagianbarat pulau tersebut; sayangnya, ini juga merupakan daerahdengan konsentrasi tertinggi bahan pencemar udara.

Kerusakan langsung terhadap tanaman disebabkan olehendapan hujan asam, nitrat dan suflat pada daun-dauntanaman. Pengaruh lain dari bagian asam termasukberkurangnya pH di danau dan sungai di Indonesia. Namun,polusi dari sumber ini tidak signifikan dibandingkan denganpolusi yang hebat dari pembuangan kotoran industri danrumah tangga.20

Gambar 17. pH dalanm Air Hujan

Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994 – 98) Bapedal2000.

Gambar 18. Konsentrasi dalam NO3 dalam Air Hujan(mg/L)

Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal2000.

Gambar 19. Konsentrasi dalam SO4 dalam Air Hujan(mg/L)

Sumber : Laporan Kualitas Udara di Indonesia (1994-98) Bapedal2000.

Polusi Udara

15

Pengaruh Kesehatan Dan Polusi Udara TerhadapPenduduk Indonesia

Garis besar status kesehatan di Indonesia sedang membaik,namun polusi udara telah semakin menjadi suatu bahayaterhadap kesehatan.21 Sebagaimana diperlihatkan di dalamGambar 20 dan 21, kematian dan ketidaksehatan yang terkaitdengan polusi udara di Jakarta cukup tinggi sehubungandengan kota-kota lain di Asia.Bagi orang Indonesia secara keseluruhan, peradangansaluran pernafasan adalah sebab utama keenam darikematian (setelah kecelakaan, diare, penyakit jantung danurat darah, tuberculosis dan campak), yang merupakan 6,2persen dari semua kematian. Di Jakarta peradanganpernafasan merupakan 12.6 persen dari semua kematian,lebih dari dua kali lipat angka untuk seluruh Indonesia (lihatTabel 3). Terbuka terhadap polusi udara yang tinggi di luardan di dalam rumah, ditambah dengan kepadatan pendudukyang tinggi dan akses perawatan kesehatan yang terbatasbagi yang sangat miskin, dapat menjadi alasan bagi angka-angka yang lebih tinggi di kota.

Untuk keseluruhan penduduk, kondisi saluran pernafasanatas adalah sebab utama dari ketidaksehatan, yang menjadialasan bagi 45 persen dari semua kasus ketidaksehatan yangdilaporkan. Data dari sensus Indonesia tahun 1990menunjukkan bahwa di antara anak-anak balita yang tinggaldi Jakarta, 11 persen mengalami batuk atau nafas pendekselama dua minggu sebelum periode survey sensus. Angkayang lazim dari asma pada anak-anak adalah tertinggi diJakarta dan Bogor dan kurang dari itu di Yogyakarta danBali. Sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 22, angkauntuk batuk dan sulit bernafas secara tetap telah meningkat.

Gambar 20. Gejala Pernafasan di Asia(Jutaan kasus)

Sumber : Hughes, G., “Dapatkah Lingkungan Menunggu ? Isu Prioritasuntuk Asia Timur”, Bank Dunia, 1997.

Gambar 21. Kematian Prematur dan Bronchitis Kronis diAsia (Jutaan kasus)

Sumber : Hughes, G., “Dapatkah Lingkungan Menunggu? Isu Prioritas

untuk Asia Timur”, Bank Dunia, 1997.

Gambar 22. Persentase Penduduk dengan MasalahKesehatan yang terkait dengan Polusi udara di Indonesia

Sumber : BPS – statistik Indonesia 1998 – 2000, survei Sosial EkonomiNasionalCatatan : Angka-angka tersebut mencakup suatu contoh satu - bulan(dalam setiap tahun) dari keluarga-keluarga di berbagai propinsi diIndonesia. Jawaban terhadap pertanyaan adalah terbatas untukpengertian para peserta

Polusi Udara

16

Penyakit yang berkaitan dengan polusi udara telah mencapai proporsi epidemis di banyak desa di Indonesia. ada kira-kira 5600desa di 26 propinsi yang telah melaporkan terjadinya epidemi pernafasan dalam tahun 1999.22 Hubungan sebab akibat memerlukanstudi lanjutan, karena pengaruh kesehatan merupakan suatu interaksi yang rumit antara dosis, respon dan transmisi penyakit darikerentanan terhadap bahan pencemar. Dalam hal ini , epidemi tersebut dapat juga merupakan akibat dari polusi udara di dalamrumah, polusi dari kebakaran hutan atau disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang buruk atau pengamanan yang burukterhadap transmisi penyakit.Badan pencemar udara utama tidak perlu bervariasi secara konsisten dengan berjalannya waktu. Tingkat-tingkat SPM dalamtahun 2000 adalah 6 persen lebih rendah dari tingkat-tingkat dalam tahun 1990, yang dapat berasal dari kegiatan konstruksiyang lebih sedikit dalam tahun 2000 (disebabkan oleh krisis ekonomi) daripada dalam tahun 1990. Jadi, ada lebih sedikitpengaruh kesehatan dalam tahun 2000 dari SPM daripada dalam tahun 1990. Sebaliknya, tingkat-tingkat NOx lebih tinggi kira-kira 80 persen dalam tahun 2000, disebabkan oleh suatu kombinasi dari jumlah kendaraan bermotor yang meningkat danpemeliharaan yang buruk (yang tersebut belakangan mungkin disebabkan oleh krisis ekonomi).

Tabel 3. Dampak Polousi Udara terhadap kesehatan (Jakarta)

*Angka NilaiSumber : IVERS (Strategi Pengurangan Emisi Kendaraan Terpadu).

Tabel 4. Nilai Ekonomis untuk Tiap Kasus Kesehatan yang Berkaitan dengan Polusi Udara

**Nilai Tukar 2001Sumber : Bank Pembangunan Asia, 2002.

Polusi Udara

Kondisi Kesehatan Jumlah KasusSPM Timbal NO2

1990 2000 1990 2000 1990 2000

Kematian Prematur 1.160 1.067 346 622

Gejala Permafasan (jutaan) 31,6 29,1 1,98 3,56

Penyakit Pernafasan Rendah 104.121 95.792

Serangan Asma 464.148 427.017

Bronchitis Kronis 10.562 9.717

Darah Tinggi 211.323 380.382

Serangan Jantung Tidak Fatal 283 509

IQ Decrement* 2.221.303 3.998.345

Adm. Pengunjung Sakit Pernafasan 2.071 1.905

Kunjungan Ruang Darat 40.625 37.375

Kegiatan Terbatas, Hari 6.380.639 5.870.188

Bahan Pencemar Pengaruh Kesehatan Perkiraan untuk 2001 dalam rupiah **

PM10 Kematian Prematur (jutaan) 92Hari Kegiatan Terbatas 17.050Masuk Rumah Sakit 823.050Kunjungan Ruang Darurat 135.170Serangan Asma 24.650Penyakit Pernafasan Rendah Pada Anak-anak 11.900Gejala Pernafasan 11.900Bronchitis Kronis 57.266

NO2 Gejala Pernafasan 11.900SO2 Kematian Prematur 92.157.163

Penyakit Pernafasan Rendah pada Anak-anak 11.900Ketidaknyamanan Dada pada Orang Dewasa 11.900

17

Penilaian Biaya Kesehatan yang Berkaitan Dengan PolusiUdara di Jakarta

Diperkirakan bahwa polusi udara membebani biaya sebesarpaling sedikit US$ 400 juta pada ekonomi Indonesia setiaptahun.23 Biaya yang disebabkan oleh kematian prematur danketidaksehatan telah dinilai untuk PM10 dan SO2 dalam suatustudi Bank Pembangunan Asia (ADB) baru-baru ini. Untuktahun 2001, biaya dari pengaruh terhadap kesehatan daribahan-bahan pencemar tersebut diperkirakan sebesar Rp.3,5 trilyun hanya untuk hal-hal kecil yang menjadi penyebabketidaksehatan. Partikel halus diperkirakan menyebabkansebagian besar dari biaya tersebut. Jumlah biaya kesehatanyang diperkirakan untuk PM10 dalam tahun 1998 adalah Rp.1 trilyun. Proyeksi memperlihatkan bahwa kecuali kondisiberubah sampai pada tahun 2015, bangsa Indonesia akanmengalami Rp. 3,4 trilyun untuk biaya kesehatan yangberkaitan dengan polusi udara (lihat Tabel 4).Biaya perawatan kesehatan untuk morbidity (keadaan tidaksehat) telah diperkirakan untuk polusi PM10 denganmenjumlahkan biaya-biaya dari hari kegiatan terbatas (RAD),perawatan rumah sakit, kunjungan ruang darurat, seranganasma, penyakit pernafasan rendah pada anak-anak, gejalapernafasan dan bronchitis kronis, yang diakibatkan oleh PM10(lihat Gambar 23).Biaya dari kematian prematur yang disebabkan oleh polusiudara di Indonesia dalam tahun 1998 diperkirakan lebih dariRp. 300 milyar (lihat Tabel 4).24 Adalah penting untuk mencatatbahwa metodologi-metodologi yang berbeda dapatmenghasilkan jumlah-jumlah yang sangat berbeda dalammemperkirakan biaya perawatan kesehatan, namuncenderung untuk menyetujui bahwa biaya dari polusi udara(khususnya untuk partikel halus) sangat besar. Kematian danketidaksehatan yang terkait dengan polusi udara diharapkanakan meningkat tajam dibawah skenario bisnis - sebagaimana- biasa di masa depan.Keuntungan kesehatan potensial dari kualitas udara yanglebih baik, yang diperkirakan sebagai suatu bagian daripenghasilan perkotaan di beberapa kota Asia, dilukiskandalam Gambar 24. Perkiraan untuk Jakarta adalah 12 persen.Hal ini didasarkan atas perkiraan konvensional terhadapkesediaan orang untuk membayar agar mengurangi resikodari kematian prematur atau penyakit dan memperkirakanbahwa rata-rata penghasilan perkotaan adalah sama denganProduk Nasional Kotor (GNP) per kapita.25

Gambar 23. Perkiraan Biaya Ketidaksehatandisebabkan oleh Polusi PM10 di Jakarta

Sumber : Bank Pembangunan Asia, 2002.

Gambar 24. Keuntungan Kesehatan Dari Kualitas Airyang lebih baik sebagai suatu Bagian dari Penghasilan

Perkotaan (persen)

Sumber : “Dapatkah Lingkungan Menunggu? Isu Prioritas untuk AsiaTimur”, Bank Dunia, 1997.

Polusi Udara

18

Tanggapan KelembagaanUsaha untuk mengelola kualitas udara telah dihambat olehkapasitas pelaksanaan yang lemah. Sebagai tambahan,dasar pengetahuan untuk secara efektif mengelola bahan-bahan pencemar tersebut adalah buruk - hanya ada sedikittentang inventaris emisi yang terperinci atau karakterisasisumber, penyebaran atau pembuatan model ekonomi, dankapasitas pemantauan pemerintah adalah terbatas. Secarakeseluruhan, pengawasan polusi udara tidak menerimaperhatian dan pendanaan Pemerintah Indonesia dimanapundidekat tingkat yang dituntut oleh konsekuensi kesehatanyang sangat besar dan didokumentasi dengan baik.

PemantauanPada awal tahun 1990-an, UNEP (Program Lingkungan PBB)telah menggolongkan Jakarta sebagai megakota ketiga yangpaling tercemar di dunia setelah Mexico City dan Bangkok.Pemerintah Indonesia yang bertanggung jawab membantahbahwa dalam hal Jakarta - tidak seperti beberapa kota lain -stasiun-stasiun pemantauan terletak di sisi tepi jalan. Untukmenghindari tekanan buruk selanjutnya, stasiun-stasiun yangbersangkutan segera dipindahkan ke daerah-daerah yangkurang terkena polusi.26

Namun, isu polusi udara tidak terlepas dari pikiranPemerintah Indonesia dan, untuk pertama kali, dalam tahun1999, pemerintah Indonesia membentuk suatu jaringan yangluas dari stasiun pemantauan kualitas udara ambien di 10kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar,Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Jambi dan Pontianak)dengan pendanaan dari Pemerintah Austria. Seleksi lokasiuntuk stasiun pemantauan dilakukan denganmempertimbangkan kriteria internasional. Jaringan stasiunpemantauan, yang terdiri atas 33 stasiun tidak bergerak dan9 stasiun bergerak, memantau konsentrasi dari SO2, PM10,CO, O3 dan NO2. Sebagai tambahan, jaringan stasiunmeteorologi mengukur informasi seperti arah dan kecepatanangin, kelembaban, radiasi solar, dan temperatur. Di pusatDaerah di 8 dari kota-kota tersebut, data pemantauan udaradikumpulkan ke dalam suatu Indeks Standar BahanPencemar (PSI). Ini merupakan suatu angka tunggal untukmemudahkan masyarakat umum mengerti. Indeks PSI dibuatdi Amerika Serikat dan telah dipakai oleh beberapa negaraAsia lain seperti Singapura dan Malaysia.Tujuan dari jaringan tersebut termasuk :l penyediaan data kualitas udara yang baik;

l penyediaan informasi tentang status kualitas udara kepada masyarakat;l pelaksanaan dari Indeks Standar Bahan Pencemar (PSI);l pemantauan isu-isu kualitas udara lintas batas;l pemantauan emisi dari bencana kebakaran hutan, gunung berapi, dsb.Kapasitas terbatas untuk pemeliharaan jangka panjang dankalibrasi dari peralatan kualitas udara, yang sangat mahaldan memerlukan staf teknis yang cukup, merupakan suatuketerbatasan utama untuk prakarsa tersebut. Juga, hanyakualitas udara ambien rata-rata yang akan diukur. Kualitasudara di dekat tepi jalan atau di daerah industri, dimanaorang tinggal dan bekerja, tidak akan diukur.

Partisipasi Masyarakat dan PengungkapanSifat dari partisipasi masyarakat di Indonesia adalahsebagian besar pasif, dimana pihak yang berwenangmemberikan informasi kepada masyarakat umum. Di dalamprogram Jaringan Pemantauan Ambien Nasional, adatigapuluh layar peragaan data yang memperlihatkan nilai-nilai Indeks Standar Bahan Pencemar (PSI) untuk masyarakat.Namun, untuk alasan yang sama sekali tidak jelas, informasipemantauan aktual untuk bahan pencemar individu tidaktersedia bagi masyarakat. Jadi, indeks tersebut memilikikegunaan yang terbatas bagi perorangan dan dinas-dinasyang berminat untuk membuat penilaian dan penyelidikantentang rata-rata jangka pendek dan jangka panjang darikonsentrasi bahan pencemar khusus. Walaupun demikian,ini merupakan suatu langkah positif untuk memberitahumasyarakat tentang kualitas udara. Sebelum tahun 2000, tidakada media cetak maupun elektronik yang mempublikasi datakualitas udara yang dipantau.

Program Langit BiruKementrian Lingkungan Hidup telah meluncurkan “ProgramLangit Biru” pada tahun 1991 untuk menjelaskan masalah-masalah polusi udara. Untuk sumber tak bergerak, programtersebut memberikan prioritas kepada pabrik pembangkitlistrik, industri semen, kertas dan pulp, dan baja.

Program Udara BersihProgram Udara Bersih (CAP), yang diumumkan dalam tahun1991, adalah suatu usaha oleh Kota Jakarta untukmeningkatkan kesadaran masyarakat tentang polusi udara.Dibawah CAP, telah dilakukan uji emisi di jalan-jalan dantempat-tempat parkir di Jakarta oleh Badan Pengelolaan

Polusi Udara

19

Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) bekerjasama dengan Kepolisian Daerah (POLDA), antara tahun 1998-2000.27

Parameter seperti HC, CO dan Opacity telah diuji.

Perundang-undanganUndang-undang No. 14 (1992) tentang Lalu Lintas danTransportasi Darat

Undang-undang No. 23 (1997) tentang Pengelolaan Lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 44 (1993) tentang kendaraan danoperator kendaraan

Peraturan Pemerintah No. 41 (1999) tentang Pengawasan PolusiUdara

Keputusan Menteri Transportasi/ Komunikasi No. KM-8-1989tentang Standar Emisi Kendaraan dalam Konteks Layak Jalan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-35/MEN/LH/10/1993 tentang Batas Emisi untuk Limbah Gas dari KendaraanBermotor.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Standar Emisi untuk Sumber-sumber Tidak BergerakKeputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-15/MENLH/11/1996 tentang Program Langit BiruKeputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Polusi UdaraKeputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-205/BAPEDAL/07/1996tentang Pedoman Teknis untuk Pengawasan Polusi Udara dariSumber Tidak Bergerak.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997tentang Pedoman Teknis untuk Perhitungan, Pelaporan danPenyebaran Informasi dari Indeks Standar Polusi Udara.Keputusan Menteri Energi dan Sumber Minral No. 1585/K/32/MPE (1999) tentang kriteria untuk Pemasaran Bensin dan Dieseldi IndonesiaKeputusan Gubernur DKI Jakarta No. 95 (2000) tentangPengetatan Standar Kualitas Emisi dari Sumber Bergerak.

Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1041 (2000) tentangStandar Emisi Kendaraan Bermotor untuk DKI Jakarta

Isu dan Kegiatan Yang DiaturMenyatakan bahwa semua kendaraan bermotor harus menjalani uji sehubungandengan emisi dan keributan, dan menguraikan peranan dari Kementrian LingkunganHidup dan Kementrian Transportasi/KomunikasiMemberikan mandat kepada Kementrian Lingkungan Hidup untuk mengatur semuaaspek pengawasan polusi termasuk polusi udara.Peraturan ini menguraikan tentang persyaratan teknis untuk kendaraan, layak jalandan peraturan mengemudi. Pasal 127 menetapkan bahwa layak jalan dari sebuahkendaraan termasuk mematuhi batas emisi dan batas keributan sebagaimana diaturoleh Kementrian Lingkungan Hidup. Pelaksanaan dan supervisi dari layak jalankendaraan (termasuk uji emisi) dilakukan oleh Kementrian Transportasi/Komunikasi.Peraturan ini mencakup pengawasan polusi udara yang berasal dari sumber-sumberyang tidak bergerak dan bergerak. Juga mencakup pengawasan bau dan keributan.Peraturan ini memberikan perincian tentang mandat kepada Kementrian LingkunganHidup untuk membuat standar dan praktek yang dapat diterima dalam usahapengawasan polusi udara .Keputusan ini membatasi emisi CO dan HC dari kendaraan bertenaga bensinsehubungan dengan layak jalan sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan olehMenteri Lingkungan Hidup.Keputusan ini membatasi emisi CO dan HC dari kendaraan bermotor.

Keputusan ini mengatur dan membuat standar dan batas untuk emisi dari sumber-sumber tidak bergerak.Keputusan ini membuat suatu program pengawasan polusi udara di seluruh negaradengan sasaran daerah tingkat II (Kabupaten kotamadya).Keputusan ini menetapkan indeks standar polusi udara untuk seluruh negara.

Pedoman teknis ini dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan Menteri LingkunganHidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Standar Emisi untuk Sumber TidakBergerak.Pedoman Teknis ini dikeluarkan sehubungan dengan Keputusan Menteri LingkunganHidup No. Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Polusi Udara.

Menetapkan tanggal penghapusan timbal dalam bensin, yaitu 1 Januari 2003.

Mewajibkan semua kendaraan agar memenuhi Standar Kualitas Emisi. Menjelaskanbahwa inspeksi akan diikuti oleh pemeliharaan dengan menggunakan suatu sistemI & M desentralisasi. Melibatkan sektor swasta dengan pemerintah daerah sebagaifasilitator.Menetapkan standar emisi. Berdasarkan sukarela. Dikeluarkan oleh pemerintahdaerah/kota.

Polusi Udara

Sebagai tambahan, proyek “Minggu Pengurangan Emisi” (PUTE) telah dilakukan di Jakarta dibawah CAP, dimana uji emisicuma-cuma telah dilakukan terhadap kendaraan bermotor. Mobil-mobil yang tidak memenuhi standar emisi kemudian diservis.Emisi kemudian diuji setelah melakukan servis untuk memastikan bahwa pada akhirnya mereka memenuhi standar. Hasil dariPUTE memperlihatkan bahwa untuk sebagian besar mobil, emisi HC dan CO turun sampai pada tingkat-tingkat yang dapatditerima begitu selesai melakukan servis dan meningkat kembali dalam beberapa bulan, bilamana kendaraan-kendaraan tersebuttidak dirawat secara teratur.28

Perundang-undangan Polusi Udara

20

Indonesia menerima curah hujan yang melimpah dan memilikikira-kira 6 persen dari sumber air segar di dunia. Hal iniekivalen dengan kira-kira 2.530 km3 sumber air yang dapatdiperbaharui setiap tahun (lihat Tabel 5), walaupundistribusinya sangat berbeda diantara berbagai pulau. Dipulau Jawa, dimana berdiam sekitar 60 persen dari jumlahpenduduk, ketersediaan air rata-rata per tahun adalah sekitar1.750 m3 per kapita, dan didistribusi tidak sama rata baiksecara geografis maupun secara musim.29 Sumber air tanahterbatas dan digunakan untuk tujuan rumah tangga,kotamadya dan industri.Jumlah sumber air yang dapat diperbaharui per kaptia(termasuk aliran sungai dan aliran air tanah dan curah hujandi negara tersebut) adalah 13.709 m3 dalam tahun 1999.30 Inilebih tinggi dari rata-rata dunia, tetapi lebih rendah daripadabeberapa negara Asia Timur lain - seperti Kamboja dan LaoPDR.Kualitas air Indonesia semakin memburuk. Penyediaan airyang aman adalah terbatas di Indonesia, dan akses ke airbersih akan berkurang karena tingkat-tingkat polusi yangmeningkat - yang menjurus kepada kerusakan ekologis danestetis maupun peningkatan masalah kesehatan yangberkaitan dengan air.

Sumber Polusi Air

Pembuangan kotoran rumah tangga, pembuangan industri,pengaliran pertanian dan kesalahan dalam pengelolaanlimbah padat, mencemarkan air permukaan dan air tanah diIndonesia. Sebagai tambahan, penyimpanan yang tidaksesuai dan penggunaan bahan kimia pertanian (termasukpupuk dan pestisida) semakin memperburuk masalahtersebut. Lingkup sampai sejauh mana limbah berbahayamempengaruhi kualitas air, tidak secukupnya diinvestigasi.

Polusi Industri

Pembangunan Indonesia telah dipimpin oleh pertumbuhanhasil manufaktur yang cepat. Namun, banyak dari perluasanindustri telah berlangsung tanpa mengindahkan lingkungandan telah menjurus kepada degradasi lingkungan yangserius, khususnya di pulau Jawa, dimana berlokasi lebih dari75 persen industri.31

Tabel 5. Sumber Air yang dapat DiperbaharuiDalam Suatu Konteks Global

Sumber : Database dari Indikator Pembangunan Dunia* Angka – angka 1998

Polusi Air

Jumlah Sumber 1999(km3) (m3/orang)

Dunia 4.022,00 8.240Asia Timur 13.206,74 3.680 *Indonesia 2.530,00 13.709Lao PDR 270,00 55.251Muangthai 110,00 1.845Kamboja 88,10 40.505Kepulauan Solomon 44,70 107.194 *Fiji 28,55 34.732 *

21

Limbah Rumah Tangga

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkatpenutupan penyaluran limbah dan sanitasi yang terendahdi Asia, yang menyebabkan kontaminasi air permukaan danair tanah yang tersebar luas.32 Akibatnya, Indonesia telahberulang kali mengalami wabah infeksi lambung secara lokaldan mempunyai insiden penyakit tipus yang tertinggi diAsia.33 Kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh isu ini,secara konservatif diperkirakan US$ 4,7 milyar per tahun,atau 2 persen dari GDP, yang secara kasar sama denganUS$ 12 per rumah tangga per bulan.34 Sampai kira-kira tahun1998, sistem pembuangan limbah telah diberikan prioritasyang sangat rendah dalam perencanaan pembangunanekonomi di Indonesia, dan Repelita berikutnya telahmengeluarkannya dari pendanaan yang berasal darianggaran pembangunan nasional.Walaupun data yang dapat diandalkan tentang sanitasiadalah terbatas, hanya setengah dari jumlah pendudukdianggap mempunyai sanitasi di tempat (disebut sebagaikakus pribadi)35 dengan tangki limbah berkonstruksi burukuntuk mengumpulkan limbah manusia (lihat Tabel 6 untukperbandingan internasional). Sisa jumlah penduduk, yangtermasuk sebagian besar kaum miskin perkotaan,mengandalkan fasilitas umum dan aliran air, dan rentanterhadap risiko kesehatan (lihat Kotak : Pembuangan Limbahdi Indonesia).36

Polusi industri dari industri besar di pulau Jawa merupakan25 sampai 50 persen dari jumlah keseluruhan beban polusi37

berkenaan dengan Biological Oxygen Demand (BOD).38

Lebih dari separuh pengaliran BOD yang dibuat oleh industriadalah di sektor makanan dan minuman (lihat Gambar 25).Sektor-sektor pulp dan kertas, makanan dan minuman, bahankimia dan tekstil bersama-sama menyebabkan lebih dari 90persen pengaliran BOD. Adanya pengaliran industri yangkhusus, seperti phenol, detergen dan nitrate telah diamatisecara dangkal di daerah Jabotabek.

Tabel 6. Perbandingan Air Perkotaan dan PelayananSanitasi

Sumber : Seminar Internasional Pembaruan Sektor Air Perkotaandan Sanitasi dalam Konteks Otonomi Daerah; Jakarta, Indonesia;21-23 Mei, 2001.

Gambar 25. Bagian Industri dan Emisi BOD, 1998

Sumber : Indikator Pembangunan Dunia 2001, Bank Dunia.

Akses ke Air dan Sanitasi

Banyak studi epidemiologis telah memperlihatkan bahwaperbaikan dalam pasokan air dan sanitasi telah mengurangiinsiden penyakit yang disebabkan oleh air. Dalam tahun1994, air pipa telah diberikan melalui 2.850.000 sambunganrumah dan melayani kira-kira 20 juta orang (29 persen) darijumlah penduduk perkotaan, dan melalui 36.500 pipa tegakyang melayani suatu tambahan 4,5 juta orang. Secarakeseluruhan, hanya kira-kira 25 juta orang (36 persen) darijumlah penduduk perkotaan memiliki akses ke sistem air pipaumum.39

Walaupun jumlah penduduk perkotaan dengan akses ke airpipa meningkat dengan hampir 40 persen antara tahun 1989dan 1994 (lihat Gambar 26), jumlah dari penduduk yangtidak mendapat pelayanan air pipa juga meningkat sebesarhampir 25 persen. Diperkirakan bahwa pada akhir tahun1994, 43 juta orang tidak memiliki akses ke air pipa, darijumlah mana 30 juta orang berada di pulau Jawa saja.

Gambar 26. Penduduk Perkotaan dengan Akses ke AirPipa

Sumber : Laporan Lingkungan Indonesia, Bank Dunia, 1994.

Polusi Air

Negara GNP/kapita Cakupan Air Pembuangan US$ 1997 Perkotaan Kotoran

(%) Perkotaan (%)Bolivia 950 74 41Bulgaria 1.140 98 18Cina 860 95 65Indonesia 1.110 36 1Filipina 1.220 60 4

22

KOTAK : Pembuangan Limbah di Indonesia

Walaupun sanitasi di tempat adalah lazim di Indonesia, terdapat sistem pembuangan limbah yang terbatas di kira-kira tujuhkota di Indonesia. Sistem tersebut melayani kira-kira 2 sampai 30 persen penduduk di daerah-daerah tersebut. Jaringanpembuangan modern yang pertama di Indonesia dibangun oleh Belanda selama paruh pertama abad ke-20 di beberapa kotatermasuk Bandung, Cirebon, Surakarta dan Yogyakarta (lihat Gambar 27). Selama dua dekade terakhir, Pemerintah Indonesiasedikit memperluas sistem tersebut dan membangun sistem pembuangan limbah yang terpisah-pisah dikota-kota lain, sepertiJakarta, Medan dan Tangerang. Walaupun ada pembangunan tersebut, mayoritas orang Indonesia tetap mengandalkansanitasi di tempat daripada suatu jaringan pembuangan untuk membuang limbah manusia. Gambar dibawah memperlihatkanbesarnya investasi pembuangan limbah di setiap kota selama dua dekade yang lalu.

Gambar 27. Biaya Investasi

* Catatan : Sedang diselesaikan

Investasi di setiap kota cukup kecil, bahkan di kota-kota yang besar seperti Jakarta dan Bandung. Sistem konstruksi, padaumumnya, adalah operasi percobaan yang mencakup sebagian kecil dari setiap kota, sering di pusat kota dan/atau daerah-daerah komersil.

Pemeliharaan sistem pembuangan limbah adalah terbatas dan/atau diabaikan pada sebagian besar fasilitas. Denganpengecualian Bandung dan Medan, dimana lubang got, pipa dan pompa dibersihkan secara teratur, pipa-pipa seringtersumbat dan penuh dengan sampah, lumpur dan pelumas, dan beberapa penutup lubang got telah hilang dan/atau tertutupoleh permukaan jalan yang baru. Kurangnya biaya perbaikan yang cukup serta insentif yang tidak cukup bagi staf ahli agartetap dipekerjakan di bagian-bagian pembuangan limbah merupakan sebab-sebab dari pemeliharaan dan operasi yangburuk.

Sumber : Indonesia : Tinjauan tentang Pengalaman Sanitasi dan Pembuangan Limbah , dan Pilihan Kebijakan; EASUR, Bank Dunia, 2002.

Polusi Air

Air dari sebagian besar PDAM yang otonomi, dianggapberada dibawah kualitas, dapat diminum oleh para pemakai.Persepsi konsumen tentang kualitas yang rendah dan airpipa telah menciptakan suatu ledakan di pasar air botol, yangdiperkirakan tumbuh dengan 20 persen setiap tahun.40

Namun, ada beberapa statistik komprehensif tentang kualitaskimia dari air pipa atau botol. Juga ada hanya sedikit informasitentang pelanggaran terhadap standar kualitas air Indone-sia oleh PDAM. Juga tidak ada data yang terpisah tentangstatistik kesehatan yang terkait dengan polusi air, yangtersedia bagi sektor pedesaan dan sektor perkotaan.41

Kota Jumlah Penduduk Yang Daerah YangSambungan Dilayani (%) Dilayani (%)

(000)Bandung 90,0 20 17Cirebon 18,8 32 9,7Jakarta 2,3 2,8 DiabaikanMedan 7,4 2,3 1,9Surakarta * 8,0 13 26Tangerang 9,8 4 DiabaikanYogyakarta 10,1 10 6

Statistik Kementrian Kesehatan menyatakan insiden diare dankematian yang disebabkan diare sebagai masalah kesehatanberkaitan dengan air yang paling umum, yang tetap tidakberubah selama tahun 1992-1997 dengan sekitar 20 - 24kasus diare per seribu orang, dan 0,25 - 0,30 kasus kematianper seribu penyakit. Secara keseluruhan, kira-kira 3.5 jutakasus diare telah dilaporkan dalam tahun 1995, dan 1.100kematian diakibatkan oleh hal tersebut. Terdapat wabahinfeksi lambung yang berulang kali terjadi di Indonesia, daninsiden tipus adalah salah satu yang tertinggi di Asia.42

23

Kotak: Perlakuan Terhadap Lingkungan dari Pabrik Manufaktur di Semarang

Dalam tahun 1998, Bank Dunia melakukan suatu survei untuk mengidentifikasi lingkup perlakuan terhadap lingkungan daritingkatan pabrik dan mengukur luasnya kerentanan mereka terhadap tekanan-tekanan peraturan, masyarakat dan pasar, sertamenilai dampak masing-masing terhadap perlakuan pabrik terhadap lingkungan. Suatu data set lengkap telah dikumpulkanuntuk 94 pabrik di Semarang.

Dari pabrik-pabrik tersebut, 25 adalah pabrik kimia, 23 pabrik tekstil, 23 pabrik makanan dan minuman, dan 23 adalah industrilain. Rata-rata pabrik di dalam contoh tersebut mempekerjakan 320 orang, berumur 16,5 tahun, dan mempunyai penjualantahunan sebesar Rp. 146 juta. Tigapuluh tiga persen dari pabrik-pabrik tersebut menyatakan bahwa mereka telah membuatpengeluaran untuk pengawasan polusi antara tahun 1991 dan 1996, dan pengeluaran tahunan untuk polusi adalah rata-rataRp. 12,1 juta. Jumlah 33 persen yang lain menyatakan bahwa mereka memantau emisi mereka, 15 persen menyatakan bahwamereka melaporkan hasil pemantauan kepada BAPEDALDA setempat, sementara 18 persen melaporkan bahwa paling tidakmereka mempunyai suatu sistem pengelolaan lingkungan tingkat pabrik yang baru dibentuk. Keseluruhan kerentanan pabrik-pabrik tersebut terhadap tekanan peraturan, masyarakat dan publik adalah cukup tinggi : 84 persen dari pabrik-pabriktersebut dikenakan pemantauan pemerintah dan/atau peringatan dari pemerintah; 69 persen dari pabrik-pabrik tersebutrentan terhadap tekanan masyarakat; dan secara signifikan beberapa perusahaan (17 persen) rentan terhadap tekanan daripara pembeli.

Penemuan dari survei tersebut menunjukkan bahwa pabrik-pabrik di Semarang memberikan tanggapan terhadap tekanan-tekanan peraturan, masyarakat dan pasar, dan sampai suatu tingkat mereka melakukan investasi untuk pengurangan polusi.Namun, penemuan dari studi yang sama juga menunjukkan bahwa pengurangan polusi yang signifikan tidak terjadi diSemarang.

Sumber : Aden, Jean, dan M. Rock, “Apa Yang Mendorong Perlakuan Terhadap Lingkungan dari Pabrik-pabrik Manufaktur di Semarang?Implikasi untuk para Pembuat Kebijakan”, EASES, Bank Dunia, April, 1998.

Polusi Air

24

Air PermukaanLembah Sungai Jratunseluna

Ini adalah lembah sungai yang terbesar di bagian timurlautpulau Jawa. Ia terdiri atas sungai Serang, Lusi dan Juana.Bodri dan Tuntang. Sebagai akibat dari pembangunan industridan komersial, kegiatan pertanian dan kepadatan penduduk,maka kualitas air sungai Serang dan Bidri telah memburukselama sepuluh tahun terakhir, dengan peningkatan tingkatnitrogen, fosfor dan pestisida. Beban rumah tangga merupakankira-kira 35 persen dari total beban BOD kotor di dalam lembahyaitu sebesar 150 ribu ton per tahun, dan kegiatan rumahtangga (23 persen), industri (18 persen), komersil dan pertanian(15 persen) melengkapi sisanya.43

Lembah Sungai Brantas

Lembah Sungai Brantas adalah lembah sungai kedua terbesardi Jawa Timur dan mengairi suatu daerah sebesar kira-kira11.800 km2. Sungai Brantas mengalir kira-kira 320 km sebelumterbagi menjadi Kali Surabaya dan Porong. Perum Jasa Tirta(PJT) telah didirikan sebagai suatu organisasi dibawahDepartemen Pekerjaan Umum untuk mengelola penggunaansumber-sumber air di Lembah Sungai Brantas dan jugamelakukan pemantauan kualitas air permukaan di dalamlembah tersebut. Pengambilan contoh dilakukan bulanan diempat puluh stasiun, mingguan di sembilan stasiun, dan hariandi dua stasiun. Pengambilan contoh harian dilakukan di duatitik pengambilan terbesar dari Sungai Brantas di daerahSurabaya (dimana air diambil untuk penggunaan air minum).Dari tempat pengambilan tersebut telah didokumentasi bahwakualitas airnya buruk.44 Di sungai-sungai yang sangattercemar, seperti Brantas, adalah sulit untuk menghilangkanbahan-bahan pencemar yang terkumpul di dalam badan airdengan menggunakan pabrik pengolahan yang ada denganbiaya yang layak.Parameter kualitas air yang diukur termasuk daya konduksi,larutan oksigen, biochemical oxygen demand (BOD), zat padattertahan, pH, amonia, nitrat dan orthofosfat. Secarakeseluruhan kualitas air Sungai Brantas adalah buruk.45

Tingkat DO semakin buruk ke arah muara sungai sampai padatitik dimana hanya bentuk kehidupan air yang terbatas dapathidup di bagian yang rendah dari sungai (lihat Gambar 28).Zat padat tertahan semakin meningkat dengan pertambahanjarak ke hilir sungai (lihat Gambar 29). Kontribusi BOD industriadalah 125 ton per hari, sementara kontribusi BOD rumahtangga diperkirakan 207 ton per hari.46 Suatu penelitianterhadap kecenderungan distribusi konsentrasi BOD diLembah Sungai tersebut (lihat Gambar 30) memperlihatkanbahwa sungai tersebut semakin bersih dari tahun 1993 sampai1997, tetapi tampaknya menjadi tercemar pada tahun 1998(konsisten dengan bantahan kontra-intuitif bahwa sebenarnya

Gambar 28. Tingkat DO di Lembah Sungai Brantas1990 - 1997

Sumber : Sakti, Laporan Akhir : Desain dari JaringanPemantauan Kualitas Air Otomatis di Sungai Brantas, 1997

Gambar 29. Tingkat Zat Padat Tertahan di LembahSungai Brantas, 1990 - 1997

Sumber : Sakti, Laporan Akhir : Desain dari JaringanPemantauan Kualitas Air Otomatis di Sungai Brantas, 1997.

Gambar 30. Kecenderungan BOD di Lembah SungaiBrantas,

Sumber : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2000;Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.

Polusi Air

krisis keuangan telah memperburuk polusi daripadadisebabkan oleh pelaksanaan yang lemah pada saat itu - yangmengalihkan polusi dari penurunan ekonomi).47

25

Kuantitas dan kualitas air tanah juga telah dipengaruhi secaramerugikan oleh praktek-praktek pengelolaan air dan airlimbah selama sepuluh tahun terakhir. Limbah rumah tangga,limbah pabrik dan pengaliran pertanian merupakan sebabdari polusi air tanah; kurangnya suatu kebijakan harga yangsesuai serta pengisian kembali yang lambat dan menurun,telah menjurus ke eksploitasi air tanah secara berlebihandan perembesan air asin di daerah-daerah pesisir. Informasitentang angka penggalian air tanah dan luasnya kontaminasidi tingkat nasional adalah terbatas.

KOTAK : Sumur Air Yang Terkontaminasi

Di DKI Jakarta dalam tahun 1990/1991, hampir 20 persenrumah tangga yang memiliki sumur, mempunyai tangkikotoran yang dibuat pada jarak kurang dari 5 meter darisumur. Sebagian besar sungai yang dangkal, yang terletakdi daerah dengan kepadatan penduduk tinggi (lebih dari100 per ha), dilaporkan telah terkontaminasi oleh bakterifecal coliform. Suatu studi 1991 yang dilakukan oleh JICAselama musim kering 1990, mengungkapkan bahwasemua, kecuali dua dari 30 sumur dangkal yang diteliti dibagian-bagian kota yang berbeda, memperlihatkan tanda-tanda kontaminasi fecal, khususnya di Jakarta Utara danPusat, dan 74 persen mempunyai jejak-jejak NH4.48

Tigabelas persen dari sumur-sumur yang terletak di JakartaSelatan kedapatan mengandung jejak-jejak mercury.Ditemukan bahwa tingkat polusi secara negatif terkaitdengan kedalaman sumur. Sebagai tambahan, secarasignifikan sumur pompa memperlihatkan tingkatkontaminasi yang lebih rendah daripada sumur terbuka.

Polusi Air Tanah : Implikasi Keadilan

Ada bukti yang menunjukkan bahwa beban dari polusisecara tidak proporsional jatuh pada golongan miskin.Di seluruh daerah perkotaan Indonesia, sambungan air piparumah tangga tetap terkait erat dengan penghasilan rumahtangga. Dalam tahun 1992, hanya 10 persen dari rumahtangga yang mempunyai pengeluaran kurang dari Rp.100.000/bulan memiliki aliran air, dibandingkan rumahtangga yang mempunyai pengeluaran lebih dari Rp.700.000/bulan.49 Oleh karenanya, golongan miskin harus lebihmengandalkan sumur, penjual air dan hidran umum.Karena air tanah semakin tercemar, dan di beberapa daerahmenjadi asin, rumah tangga tanpa sambungan ke air pipaterpaksa membeli air minum dari para penjual pribadidengan harga yang relatif tinggi. Dalam beberapa hal, rumahtangga yang membeli air dari para penjual, membayarsebanyak lima puluh kali lebih banyak per unit air daripadarumah tangga yang tersambung dengan sistem airkotamadya. Sementara sebuah rumah tangga dengan suatusambungan hanya membayar antara Rp. 170-285 per meterkubik untuk air (harga tahun 1994), sebuah rumah tanggatanpa sambungan membayar Rp.2.500 sampai 8.840 permeter kubik, tergantung pada lokasi dan musin.50 Aksespelayanan air pipa secara khusus adalah penting di daerahperkotaan karena alternatif (seperti air sumur) tidak layakuntuk kepadatan penduduk yang tinggi. Di daerah pedesaan,dimana air pipa di dalam rumah malah lebih jarang,khususnya diantara golongan miskin, rumah tangga harusmenghabiskan waktu yang banyak untuk membawa air, danmeninggalkan kegiatan ekonomi yang lain.

Polusi Air

26

Indonesia mengalami suatu ledakan pertambangan dalamtahun 1990-an, yang memerlukan ratusan atau ribuan hektardi setiap lokasi tambang, menghasilkan limbah sisa-sisatambang yang meningkatkan resiko kecelakaan yangmerugikan, dan mengkontaminasi sungai dengan bahan-bahan pencemar (lihat Tabel 7). Suatu Keputusan Presiden,yang memberikan kepada pertambangan prioritas atas semuapenggunaan tanah yang lain, telah diganti oleh Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Pengelolaan Hutan. Padadasarnya Undang-undang ini melarang pertambanganpermukaan di tanah hutan negara, apapun klasifikasinya.Secara keseluruhan, mineral dan produk-produk terkaitmerupakan 19% dari total ekspor Indonesia, dengan emassebagai pemberi penghasilan terbesar.51 Sektor pertambangandi Indonesia terdiri atas tiga jenis tambang, masing-masingdengan karakteristik yang terang dan jelas : (i) skala besar, (ii)skala menengah, dan (iii) artisanal dan skala kecil (ASM).52

Dibandingkan dengan pertambangan skala besar, yangmempunyai dampak yang relatif terbatas terhadap lingkungandi Indonesia, operasi ASM cenderung merupakan pembuatpolusi yang besar dalam hubungan dengan hasilnya. OperasiASM biasanya juga sulit untuk dipantau dan jarang memenuhiperaturan-peraturan lingkungan. Sejak krisis ekonomi 1997,jumlah pertambangan skala menengah serta pertambanganbatubara dan emas skala kecil yang membuat polusi, telahmeningkat.

Pertambangan Skala Besar

Operasi pertambangan skala besar memiliki potensi untukrentan terhadap kecelakaan besar dengan konsekuensilingkungan negatif jangka panjang bilamana penilaian resikoyang layak tidak dilakukan pada permulaan suatu proyek.

Resiko terbesar yang timbul dari suatu operasi pertambanganskala besar adalah tumpahan sisa-sisa pertambangan. Sesuaidengan data global dari Program Lingkungan PBB, UnitedStates Committee on Large Dams, dan sumber-sumber lain,telah terjadi 28 tumpahan sisa-sisa pertambangan yang besardalam 30 tahun terakhir, atau kira-kira satu per tahun di seluruhdunia.53 Kira-kira 50 dari 10.000 tambang skala menengahdan skala besar yang aktif di dunia, berada di Indonesia; satutumpahan sisa-sisa tambang dapat membebani Indonesiasuatu perkiraan US$ 100 juta untuk pembersihan dankompensasi (tidak termasuk biaya suatu kemungkinan kerugiananeka ragam kehidupan atau fungsi ekologis lainnya).54 Suatumasalah lingkungan paling serius berikutnya adalahpenyaluran batu asam, karena pengaruhnya dapatberlangsung beberapa dekade.55

Tabel 7. Perkiraan Biaya dan KeuntunganTahunan dari Kegiatan Pertambangan (juta US$)

Sumber : “Pertambangan dan Lingkungan di Indonesia :Kecenderungan Jangka Panjang dan Akibat dari Krisis EkonomiAsia”, Rangkaian Kertas Diskusi EASES, Bank Dunia, Nopember2000.Ekivalen tahunan dari biaya rehabilitasi selama 10 tahun pada nilaidiskon 12%. Angka di dalam tanda kurung menunjukkan perkiraandari total biaya reklamasi selama periode 10 tahun.

Pertambangan Skala Menengah

Penilaian baru-baru ini terhadap praktek lingkungan daritambang skala menengah menunjukkan kinerja lingkunganyang sembrono, khususnya di tambang yang dimiliki secaradomestik, yang menjurus kepada kerugian produksi dankerusakan lingkungan yang signifikan.56

Masalah lingkungan utama yang berkaitan denganpertambangan skala menengah termasuk : pembuatan lokasiyang tidak sesuai dari pabrik persiapan batubara, sering ditepi sungai, yang dapat menjurus kepada risiko kontaminasiketika limbah tumpah atau tertiup langsung ke dalam sungai;kurangnya kolam sedimen, yang sering meluap; daerahpenerimaan yang dirancang buruk; penyebaran partikelbatubara yang halus karena kurangnya sirkuit pengumpulanbatubara halus di pabrik; ARD yang signifikan dari sisa-sisapertambangan; dan pengelolaan buruk dari tanah lapisan atas.Walaupun banyak perusahaan telah melakukan investasi yangperlu untuk peralatan pengendalian polusi dan infrastruktur,perolehan kembali biaya reklamasi melalui penangananpartikel halus batubara secara lebih baik selamapenghancuran dan pencucian, tetap merupakan suatutantangan. Perkiraan memberi kesan bahwa industripertambangan skala menengah dapat mencapai suatu kinerjalingkungan yang kuat dengan suatu pengeluaran sebesar kira-kira US$ 53 juta per tahun, termasuk biaya reklamasi yangdilakukan terus menerus. Berkaitan dengan nilai dari hasilbatubara untuk industri batubara skala menengah dalam tahun1998 - US$ 45 juta - biaya reklamasi jauh lebih kecil dari satupersen pendapatan kotor.

Polusi Air

Pengeluaran Reklamasi Kerugian Nilai dari untuk Tanah Produktivitas Hasil

Lingkungan (tahunan selama7 tahun)

Skala besar 10 5-7 1.300/batubara (26-39)Skala besar 65 100 3.500/logam (550)Skala menengah 3 4-6 82 425/batubara (22-34)Artisanal/ Tidak ada data 177skala kecil (1.000)TOTAL 78 286-290 82 5.225

27

Pertambangan Artisanal dan Skala Kecil

Pertambangan artisanal dan skala kecil (ASM), yangdigunakan untuk emas dan batubara, dilaksanakandengan sedikit atau tanpa kepedulian pada lingkungan.Sekitar 349 ASM adalah lokasi pertambangan yang le-gal, yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pertambagnan(DGN) dan mencakup 1,8 juta hektar. Suatu jumlah ASMyang tidak diketahui adalah ilegal dan tidak teratur.Sampai tahun 1980-an jumlah ASM cukup kecil; namun,suatu peningkatan yang besar dalam jumlah ASM secarasignifikan telah merubah situasi, sebagian besardisebabkan oleh perolehan kembali yang lebih tinggi (5sampai 10 kali lebih tinggi daripada kegiatan ekonomitradisional) dan sebagian gangguan pada hukum danketertiban.Pengaruh lingkungan utama dari ASM termasuk erositanah, sedimentasi badan air, polusi mercury dankurangnya reklamasi tanah setelah penutupan. Darisemuanya itu, yang paling berbahaya adalahkontaminasi mercury. Mercury tidak biodegradable dandapat bergabung dengan elemen-elemen lain danmembentuk racun yang paling buruk. Pembuangan kesungai dapat mengakibatkan suatu kerugian dramatisdari tumbuhan dan satwa liar dalam lingkup jarak yangbesar ke arah hilir.Sebagian besar daerah ASM mempunyai usia produksiyang pendek, biasanya kurang dari sepuluh tahun.Walaupun pertambangan skala kecil dapat meningkatkanpendapatan daerah pedesaan dalam jangka waktupendek, pengandalan kepada pertambangan yangmeningkat, ditambah kerusakan lingkungan yangsignifikan, dapat mempunyai suatu dampak yang tetapsehubungan dengan pembangunan berkesinambungan.Potensi untuk pembangunan yang seimbang seringtergantung pada kebiasaan menyimpan dari pararesipien - yaitu, bagaimana mereka menggunakanpendapatan yang tidak disangka-sangka yang dihasilkanoleh kegiatan pertambangan. Alokasi dari sebagianpendapatan tersebut untuk praktek lingkungan yang lebihbaik atau reklamasi tanah, meningkatkan prospekpembangunan lokal dalam jangka panjang.

KOTAK : Pengaruh Kesehatan dari Polusi MercuryMercury biasanya digunakan oleh para penambang skala kecil dalam pengolahanbiji emas. Kontak langsung dan konsumsi dari makanan yang terkontaminasi mer-cury dapat mempunyai dampak kesehatan yang serius. Resiko kesehatan yangpaling besar terhadap manusia dan satwa liar berasal dari konsumsi ikan yangterkontaminasi. Methyl mercury, yang paling berbahaya unuk manusia, bertumpukpada saat naik rantai makanan.Mercury mempengaruhi otak, tulang belakang, ginjal, paru-paru dan hati.Keterbukaan jangka panjang terhadap mercury dapat menjurus kepada gejala-gejala yang semakin buruk, seperti perubahan pribadi, tunnel vision, pingsan dankoma. Mercury juga mempengaruhi pertumbuhan janin, mencegah perkembangannormal dari otak dan sistem syaraf. Anak-anak yang terkena memperlihatkanintelejensia yang rendah, maupun pendengaran dan koordinasi yang buruk.Disebabkan oleh jangka waktu yang lama sebelum pengaruh dari penyakit karenamercury dapat terlihat, dan kesulitan dalam membedakan penyakit karena mer-cury dengan penyakit umum lainnya, seperti malaria, maka masyarakat yang terkenapolusi mercury sering tidak mengetahui resiko kesehatan pada waktunya.Penggundulan hutan dan pertambangan emas skala kecil dapat menghasilkansuatu tumpukan mercury yang mematikan. Penggundulan hutan menyebabkanerosi, yang dapat mengkontaminasi sistem sungai dengan jumlah besar mercuryyang timbul secara alamiah. Dengan menggunakan metode lain untukmenghancurkan biji-bijian dan membatasi penggunaan mercury sampai padaproses konsentrasi akhir, maka penggunaan mercury dapat dikurangi sebanyak70 sampai 90 persen dalam pertambangan. Penggunaan tabung tertutup untukmendaur ulang mercury, sangat mengurangi bahaya keselamatan dan dapatmengurangi jumlah limbah mercury dengan 10 sampai 20 persen lagi. Namun,tujuan akhir adalah untuk menghapuskan penggunaan mercury dalam produksiemas, biasanya dengan memperkenalkan proses konsentrasi yang lebih terpusat,dengan pembuangan dan fasilitas sisa-sisa tambang yang sesuai.Sumber : “Pertambangan dan Lingkungan di Indonesia : Kecenderungan JangkaPanjang dan Akibat dari Krisis Ekonomi Asia”. Unit Pembangunan Lingkungandan Sosial, Wilayah Asia Timur dan Pasifik, Bank Dunia, 2000.

Polusi Air

Perkiraan Biaya Ekonomi dari Kerusakan Lingkungan

Walaupun sulit untuk mengukur kerusakan lingkunganyang disebabkan oleh pertambangan skala besar di In-donesia, ada kemungkinan untuk memperkirakan angka-angka untuk biaya pencegahan kerusakan lingkungan.Diperkirakan bahwa pengeluaran lingkungan yangdiperlukan untuk langkah-langkah pencegahan bagiindustri skala menengah (diperoleh denganmenggunakan biaya Kaltim Prima Coal sebesar US$ 0,23

Tabel 8. Pengeluaran Tambang untuk LingkunganPengeluaran untuk

Tambang Lingkungan(US$ per tahun)

per ton) adalah sekitar US$ 3 juta per tahun (termasuk reklamasi).Perkiraan konservatif dapat berdasarkan biaya reklamasi yang dikeluarkanoleh empat tambang logam besar, dengan syarat bahwa perkiraan tersebutmengurangi kerusakan lingkungan dengan biaya setidak-tidaknya untuklangkah pencegahan tahunan.57 Dengan tidak adanya standar reklamasiyang jelas, maka biaya-biaya tersebut sangat bervariasi. Perkiraan yang adauntuk empat tambang diperlihatkan dalam tabel 8. Perkiraan keseluruhanpengeluaran untuk mempertahankan lingkungan bagi tambang-tambang diIndonesia adalah US$ 50 sampai 60 (catatan : Nilai tahunan keseluruhandari produksi adalah US$ 3,5 milyar).

Tambang Tembaga dan Emas 42Freeport, PapuaTambang Emas Kelian, Kalimantan Timur 2Tambang Nikel Inco 1Tambag Emas Minahasa 2 (perkiraan)TOTAL untuk Indonesia 50 sampai 60

28

KOTAK: Di Teluk Jakarta

Limbah rumah tangga dan limbah industri tanpa pengolahan memadai yang kemudian mengalir masuk saluran air danperairan pantai mempunyai dampak signifikan pada flora dan fauna perairan pantai. Limbah rumah tangga terutamameningkatkan BOD dan mengurangi oksigen terlarut , yang menimbulkan kondisi anoxic. Dengan kondisi demikian, ikan danspesies lain yang tergantung pada oksigen tidak dapat bertahan dan organisme aerobik lambat laun tergeser oleh bentukkehidupan anaerobic, terutama bakteri dan spesies invertebrata dalam jumlah terbatas. Polusi organic ini berdampak pentingpada organisme benthik dan perikanan pantai, terumbu karang dan spesies yang hidupnya tergantung pada organismemuara dan sungai. (Lihat Tabel 9)

Jika nilai DO dan BOD di Teluk Jakarta diteliti ( lihat Gbr 31 dan 32), tampak bahwa variasi DO kira-kira sama di keempat Zona,meskipun tingkat BOD lebih tinggi di Zona C dan D dibanding Zona A dan B. Selama periode 1999-2000, di Zona A , kualitasair dari 4 stasiun pengamat (A1, A3,A6, A7) rendah; di 3 lokasi ( A2, A3, A5) kualitas air sedang. Kualitas air rata-rata sedangdi Zona B dan D. Di zona C, kualitas rata-rata adalah antara rendah dan sedang (Lihat Peta 5 dan Tabel 10).

Gbr 31. Level DO di Teluk Jakarta1999-2000

Gbr. 32 Level BOD di Teluk Jakarta ,1999-2000

Tabel 9. Klasifikasi dan Standar Kualitas AirLaut

Sumber: Laporan Kualitas Lingkungan di DKI Jakarta, 1999-2000.

* tidak terdeteksi

Maksudpenggunaan air

Berenang danmenyelamBudi daya airKonservasikelautanIndustri

B O D

≤ 20≤ 45≤ 45≤ 20

D O

≥ 5≥ 4≥ 4-

NH3-N

≤ 1≤ 1≤ 0,3-

Polusi Air

Peta 5. Lokasi Monitoring di Teluk Jakarta

Sumber: D Jung-Hun Woo, CGRER, Universitas Iowa,USA.

Tabel 10. 1999-2000 Kualitas Air di Teluk Jakarta

Zone pH Ammonia Nitrat(Mg/L) (mg/L)

A 7,87-8,37 * -0,04 0,01-0,35B 7,62-8,33 * -0,038 0,12-1,35C 7,57-8,32 * * -3,14D 7,30-8,34 * - 0,25 * - 0,31

29

Kotak: Ancaman Polusi terhadap Terumbu Karang

Indonesia memiliki terumbu karang terkaya secara biologis di dunia , dengan keragaman ikan terumbu yang terbesar ( sekitar 1.650 spesies)dan 60 persen dari spesies karang keras di dunia (480 spesies). Menurut perkiraan konservatif, Indonesia memiliki lebih dari 50 persenterumbu karang di Asia Timur ( tidak termasuk terumbu karang yang belum dipetakan di daerah terpencil, dan terumbu di bawah permukaan),yang tersebar seluas 51,000 km2. Namun diperkirakan bahwa 86 persen dari terumbu karang ini menghadapi risiko degradasi sedang hinggatinggi.58 Terumbu karang berjasa sebagai penahan ombak , hilangnya terumbu karang mengakibatkan semakin rawannya masyarakat pantaiterhadap bencana alam jika permukaan air naik, sebagaimana diisyaratkan oleh proyeksi pemanasan global. Selain itu, terumbu karangIndonesia mendukung salah satu kegiatan perikanan laut terbesar di dunia, dengan hasil tangkapan sebanyak 3.6 juta ton (1997). Namun,survei tahun 1998 terhadap kondisi terumbu karang menunjukkan hasil berikut: 5.3% sangat baik (cakupan koral 76-100%); 21.7% baik (51-75% cakupan); 33.5% sedang (26-50% cakupan); dan 39.5% buruk (0-25% cakupan).Terumbu karang terancam praktek-praktek penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dan mencemarkan , seperti peledakan dan penggunaanracun mematikan natrium sianida yang mengakibatkan pingsannya ikan besar dalam perdagangan ikan hidup yang sangat menguntungkanitu. Kedua praktek ini dilakukan secara luas di Indonesia, meski ada upaya untuk mengendalikan penggunaannya. Dampak racun sianida danpeledakan di terumbu karang meliputi kerusakan fisik terumbu dan matinya karang dan organisme non-target lainnya secara luas, sertadampak merugikan lain yang tak segera terdeteksi pada kesehatan ekosistem koral dengan akibat serius bagi kesejahteraan manusia dalamjangka menengah hingga panjang.Polusi yang bersumber dari darat, termasuk limbah industri, limbah cair, dan sisa bahan kimia pertanian (mis. pupuk dan pestisida), selainbertambahnya sedimentasi karena penggundulan hutan, juga mengancam terumbu karang. Terumbu karang biasanya tumbuh subur di airjernih dengan tingkat nutrien rendah, karena zooxanthelae yang diandalkan oleh koral memerlukan banyak cahaya. Maka, bertambahnyasedimen berpengaruh secara negatif pada pertumbuhan koral, yang mengakibatkan kematian koral dalam kasus yang terberat. Tampakbahwa terumbu yang terkena polusi darat keragamannya kurang pada 10 meter, dibandingkan terumbu asli. Selain itu, menurut perkiraankonservatif , antara tahun 1989 dan 2000, jumlah terumbu yang mengandung 50 persen koral hidup telah turun sekitar 36-29 persen.Walaupun memiliki keuntungan finansial jangka pendek, kerugian ekonomi akibat praktek-praktek tidak berkelanjutan ini signifikan. Diperkirakanbahwa kerugian ekonomi akibat penangkapan ikan dengan sianida sebesar US $46 juta/tahun. Perkiraan total kerugian ekonomi daripenangkapan ikan dengan bahan peledak dan adanya sedimentasi berjumlah US$ 1.140 juta ( selama periode 20 tahun) akibat kerugian usahaperikanan berkelanjutan, perlindungan pantai, dan kerugian pendapatan dari turisme ( lihat Tabel 11 dan Gbr. 33). Angka ini adalah perkiraankonservatif dari biaya kegiatan pencemaran oleh manusia , dimana kerugian potensial dari penangkapan ikan dengan racun, pembangunanpantai, sedimentasi yang bersumber di hulu di daerah tanpa pariwisata signifikan, dan sumber polusi dari laut tidak dimasukkan dalam angkaini. Meskipun demikian, biaya tinggi ini sangat kontras dengan perkiraan pendapatan individu sebesar US $ 390 juta yang dihasilkan dalam

Di tahun 1994, untuk mencegah semakin rusaknya terumbu, pemerintah RI merencanakan penetapan 85 daerah laut terlindung yang meliputi50 juta hectare hingga tahun 2000. Namun, sampai tahun 2000, Indonesia hanya mempunyai 51 wilayah laut terlindung meliputi 6,2 juta hectarekarena perubahan politik dan kurangnya upaya pemerintah secara terkoordinasi. Pemerintah RI juga mensponsori COREMAP, program 15tahun untuk memperkuat pengelolaan sumber daya pantai selain pertimbangan kebutuhan masyarakat. Program ini keberhasilannya terbatas.

periode yang sama.59

Tabel 11. Kerugian Ekonomi dari Penangkapan ikan denganbahan peledak dan Sedimentasi selama periode 20 tahun ( US$

juta)

Sumber: WRI, 2002.

Gbr. 33. Keuntungan Individu dan Total Kerugian Ekonomi akibatPenangkapn Ikan dengan peledakan dan akibat Sedimentasi

dalam Kurun Waktu 20 tahun (Juta US$)

Sumber: WRI, 2002.

Polusi Air

Peledakan 570 160 210

SedimentasiAkibat 20 0 100Logging di daerah

Turisme

Pendapatan yangditentukan dari

PerikananBerkelanjutan

KehilanganPerlindungan

Pantai

KerugianPendapatandariTurisme

30

Kerugian akibat Polusi Air Bersih

Polusi air dapat merugikan kesehatan manusia, perikanandan pertanian, dan menimbulkan biaya kesehatan danekonomi yang bersangkutan (lihat Tabel 12). Polusi air jugamengancam ekosistem melalui eutrofikasi dan bertanggungjawab atas hilangnya spesies tumbuhan dan hewan.60

Penggunaan air tercemar menyebabkan sejumlah penyakittermasuk diare, hepatitis, tifus, trachoma dan infeksi cacingtambang.Pengaruh pencemaran air pada kesehatan terutamadiakibatkan oleh kontaminasi air minum, mandi dan masakoleh kotoran manusia. Selain itu penyakit terbawa air jugaditularkan dari berbagai jalan fecal-oral. Implikasinya adalahbahwa penyebaran penyakit ini juga tergantung padakebiasaan hygiene pribadi - dimana tingkat kebersihanseringkali berhubungan dengan tersedianya air yang amandigunakan.61

Menerapkan temuan Survei Kesehatan Rumah Tangga bahwa12 persen kematian disebabkan oleh diare pada 8,2 jutapenduduk Jakarta, Bank Dunia mengestimasi bahwa nilaiekonomi dari pengurangan kematian sebanyak 55-60 persen(3.800-4.200 kematian dihindari setiap tahun62) adalah sekitar$215-315 juta.63

Tabel 12. Biaya Kesehatan yang dapat dihindari dariPolusi Air di Jakarta , 1994

Sumber: Indonesia Environment and Development Report, BankDunia,1994.

Biaya Ekonomi dan Risiko Potensial bagi Akuakultur

Budidaya air payau di pantai utara Jawa selain mencemarkanjuga semakin terancam pencemaran. Di tahun 1992, banyakimportir Jepang mulai menjajaki pilihan pemasok lain setelahsisa-sisa antibiotik ditemukan pada udang windu (black ti-ger prawn) Indonesia. Sejak itu ada indikasi bahwa episodekontaminasi akuakultur telah terjadi berulangkali di pulau -pulau lain, sehingga industri udang Indonesia semakinmemprihatinkan.64

Respon Kebijakan

Kontrol terhadap pencemaran air diatur oleh berbagaiundang-undang. Kebanyakan UU ini pada awalnyadiberlakukan terutama untuk mengatur penggunaan danpengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dan bukanuntuk memberi perlindungan. Walaupun telah dilakukansejumlah upaya untuk mengontrol pencemaran air industri,baru setelah diberlakukan Peraturan Pengendalian PolusiAir 2001, limbah rumah tangga dinyatakan sebagaipencemar air dan pemerintah kota bertanggung jawab ataspengelolaannya.Dengan desentralisasi, kota dan kabupaten (kecamatan)berhak merencanakan dan mengelola layanan lingkungan,konstruksi, dan operasi fasilitas pusat pengolahan air limbah.Desentralisasi pada akhirnya mungkin dapat menghasilkanperbaikan dalam manajemen kualitas air, karena pembuatkeputusan akan lebih dekat dengan masalah dan konstituenyang terkena. Masih terlalu dini untuk menilai adanyaperubahan terhadap kondisi ini, namun satu hasil negatifialah bahwa data pemantauan kualitas sungai ambien tidaklagi dikirim ke pusat. Oleh karena itu akan semakin sulituntuk menilai kondisi perairan Indonesia dengan cara yangkomprehensif.

Polusi Air

Kontaminasi dari Kotoran Nilai Total(Juta US$)

Rendah Sedang Tinggi

Kematian yang dapat dihindari 40 300 700

Penyakit yang dapat dihindari 1 3 6

Biaya Total 41 303 706

31

Pelaksanaan undang-undang

Pelaksanaan undang-undang lingkungan yang adasekarang ini lemah akibat kurangnya koordinasi antarberbagai lembaga , rendahnya kemampuan teknis untukmembuktikan pelanggaran, gagalnya proses pengadilanuntuk memvonis dan memberi denda pada pelanggar, danakses terbatas pada informasi. Namun, untuk memprakarsaiperubahan peraturan dan mendorong agar standarlingkungan lebih ditaati oleh perusahaan, GOI mencobamelengkapi peraturan command-and-control denganinstrumen berdasarkan pasar dan alat pengungkapanpublik, meskipun ini hanya berhasil secara terbatas.Instrumen ini dimaksud sebagai insentif guna mendorongperubahan dalam perilaku para pengguna air danpolutan.Walaupun program pengaduan polusi digariskanuntuk mengontrol polusi air yang berasal dari usaha industri,pelaksanaannya terbatas hanya pada tahap pilot di satudaerah di negara ini. Tantangan bagi para pembuatkeputusan adalah untuk menerapkan program ini dengancara yang masuk akal agar biaya untuk mematuhinyaberkurang dan tersedia insentif untuk pencemar. Selain itu,penerapan instrumen ekonomi (seperti pajak) untukpengambilan air tanah dan permukaan, selain harga sumberdaya air yang sesuai akan memacu pula upaya konservasi.

Pemantauan

Saat ini, kualitas air di banyak sungai tidak dipantau secaratetap. Selain itu, dimana dilakukan monitoring kualitas air,beberapa lokasi dipantau tiap minggu dan tiap hari, tetapihasilnya dilaporkan setiap bulan dan/atau setiap tahun. Tidakada mekanisme untuk memasukkan data pantauan dengancara yang tepat waktu, ke dalam rencana rehabilitasi.

Program PROKASIH

Program Kali Bersih (Prokasih) yang diresmikan tahun 1989oleh GOI dirancang sebagai respon inovatif terhadappeningkatan beban polusi di daerah aliran sungai kritis.Program ini menyoroti pencemar terburuk industri, di 24sungai yang tercemar berat, dengan menyatakan sebagaitargetnya yaitu pengurangan beban polusi sebesar 50persen dalam jangka waktu dua tahun secara sukarela.Program PROKASIH meliputi lima langkah yaitu: (i)menetapkan tim PROKASIH daerah; (ii) mengidentifikasiperusahaan tertentu di industri pencemar berat; (iii)mengupayakan agar perusahaan tersebut menandatanganisurat komitmen secara sukarela untuk mengurangi bebanpolusi sebanyak 50 persen dalam jangka waktu yangdisepakati; (iv) memantau hasil selanjutnya; dan (v) memberitekanan lebih besar bagi mereka yang tidak berusahamemenuhi komitmennya. Sejak 1994 perjanjian sukarela telahdiadakan untuk lebih dari 2.000 usaha; beban polusi tampakberkurang di beberapa propinsi, terutama yang memilikikemampuan teknis untuk mengejar tujuan programPROKASIH.Pelaksanaan PROKASIH dilakukan oleh otoritas propinsidengan dukungan lembaga pusat bilamana perlu. Selainitu media didorong untuk melaporkan kerusakan lingkunganyang terjadi akibat polusi dan upaya pembersihan yangsignifikan, dan LSM membantu memfasilitasi keikutsertaankelompok masyarakat dalam kegiatan lingkungan terkait.Walaupun masih berhasil, dampak keseluruhan dari ProgramPROKASIH dianggap ada keuntungan dan kerugiannya,karena sifat program yang terbatas, dan sukarela, selainkapasitas Pemerintah yang terbatas untuk memantau pro-gram.

Polusi Air

32

Perundangan Kualitas Air

Fungsi Penggunaan/Klasifikasi Sungai dan Standar Kualitas Air

Di Indonesia , sungai-sungai digolongkan ke dalam empat kategori, yang berkaitan dengan penggunaan/fungsinya:Klasifikasi A: air dapat langsung digunakan untuk minum tanpa pengolahan (termasuk BOD/level polutan yang dianggap ‘dapatditerima’ untuk semua klasifikasi);Klasifikasi B: air akan digunakan untuk minum setelah pengolahan konvensional;Klasifikasi C: air untuk perikanan dan hewan;Klasifikasi D: air untuk pertanian, suplai perkotaan, industri dan tenaga listrik.Undang-undang yang ada menyatakan bahwa sungai di Indonesia diklasifikasi menurut penggunaan yang telah ditentukan. Masing-masing klasifikasi mendefinisikan kriteria kualitas air untuk berbagai bahan (yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 20/1990) dan menetapkan batas-batas konsentrasi untuk masing-masing bahan ini di dalam sungai sehingga penggunaan khususdapat dicapai dan dipertahankan .Sumber: Surabaya River Pollution Control Action Plan Study – Final Report.

Polusi Air

Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah No. 19 (1999) mengenai PengendalianPencemaran LautUU No. 23 (1997) mengenai Pengelolaan Lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 82 (2001) mengenai PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Keputusan Menteri (Kepmen) Lingkungan Hidup No. Kep-35/MENLH/7/1995 mengenai Program Kali Bersih (PROKASIH)KepMen Lingkungan Hidup No. Kep-35A/MENLH/7/1995mengenai Program untuk Menilai Pemenuhan KinerjaPerusahaan/Bisnis terhadap Upaya PROKASIHKeputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/ 10/1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk KegiatanIndustri.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-52/MENLH/10/1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk KegiatanPerhotelan.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MENLH/12/1995 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk KegiatanRumah Sakit.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-42/MENLH/10/1996 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk IndustriPerminyakan, Gas dan Panas Bumi.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-45/MENLH/11/1996 mengenai Program Pantai/Pesisir Bersih (ProgramKonservasi Pantai).Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-09/MENLH/4/1997 mengenai Perubahan terhadap Keputusan MenteriLingkungan Hidup No. Kep-42/MENLH/10/1996 mengenaiStandar Kualitas Limbah Padat untuk Industri Perminyakan, Gasdan Panas Bumi.Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. Kep-03/MENLH/1/1998mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk Daerah Industri.Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001mengenai Perlindungan Terumbu Karang (Pengendalian danPemantauan Kerusakan Terumbu Karang).

Isu dan Kegiatan Yang Diatur

Peraturan ini memberi kerangka untuk kontrol polusi laut, upaya meringankan dampakdan penegakan hukum. UU mengatur pembuangan bahan pencemar ke laut.Memberi mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengatur semuaaspek pengendalian polusi termasuk polusi air.Peraturan ini menetapkan kerangka kerja untuk pengelolaan kualitas air danpencegahan polusi air. Mengatur klasifikasi penggunaan perairan dan pemantauanpolusi air.Keputusan ini menetapkan sungai, kualitas air dan standar pemantauan untukprogram PROKASIH.Keputusan ini menerapkan mekanisme penghargaan bagi perusahaan yangmemenuhi peraturan lingkungan dan yang berpartisipasi aktif dalam programPROKASIH.Keputusan ini mengatur level limbah cair (efluen)yang dibuang dan membatasikonsentrasi polutan kimia dan/atau logam dari kegiatan industri.

Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasipolutan kimia dan/atau logam dari kegiatan hotel dan turisme.

Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasipolutan kimia dan/atau logam dari rumah sakit.

Keputusan ini mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasipolutan kimia dan/atau logam dari industri minyak, gas dan panas bumi.

Keputusan ini memberi kerangka bagi pengendalian polusi di daerah pantai danbakau dan terumbu katang.

Keputusan ini memperkuat Kepmen Lingkungan HidupNo. Kep-42/MENLH?10/1996 mengenai Standar Kualitas Limbah Padat untuk IndustriMinyak, Gas dan Panas Bumi.

Keputusan yang mengatur level efluen yang dibuang dan membatasi konsentrasibahan polutan kimia dan/atau logam dari areal/daerah industri.Keputusan ini menetapkan kerangka untuk perlindungan terumbu karang.Keputusan ini juga menyatakan bahwa limbah industri kimia/minyak yang dibuangke laut ialah penyumbang terbesar bagi kerusakan terumbu karang.

33

Produksi limbah padat telah meningkat secara signifikanselama lima tahun terakhir di Indonesia; pembuangan yangsebagian besar tak terkendali ke lingkungan sekitar tampaksemakin mengancam kualitas air, udara dan tanah. Tempatpembuangan informal mencemarkan air permukaan dan airtanah selain mendorong kehadiran binatang pengganggudan patogen yang menyebarkan penyakit menular. Ancamanini semakin parah dengan kurangnya fasilitas pembuangandan pengolahan sampah yang aman untuk lingkungan. Dataakurat dan handal yang tersedia mengenai produksi,pengumpulan dan pembuangan sampah selain untukmengkategorikan limbah sifatnya terbatas dan tampak kurangdihargai.Limbah padat berasal dari berbagai sumber hunian, industri,pertanian, kelembagaan dan komersial, termasuk rumahtangga, pabrik, dan rumah sakit (lihat Tabel 13). Di Indone-sia, sumber terbesar limbah padat ialah kegiatan rumahtangga dan komersial (lihat Gbr. 34). Di 1998, per kapitarata-rata produksi limbah padat di kota besar di Indonesiaberkisar antara 0,66 - 0,90 kg per kapita per hari (lihat Tabel14). Di 2000, Jakarta sendiri menghasilkan lebih dari 25,000m3 sampah per hari, yang diperkirakan akan menjadi duakali lipat pada 2010. Di daerah ini terdapat variasi besarlimbah yang dihasilkan ( lihat Gbr. 35). Namun diperkirakanbahwa seiring dengan urbanisasi di Indonesia, masalahlimbah akan semakin besar.

Komposisi Limbah

Komposisi limbah dipengaruhi oleh faktor-faktor sepertilokasi, standar hidup, dan cuaca. Komposisi limbah padatmempengaruhi pemilihan dan operasi peralatan dan fasilitaspengumpulan dan pembuangan , kelayakan pemulihansumber daya dan energi, dan desain dari fasilitaspembuangan.Di Indonesia, kebanyakan limbah sangat organic dan dapatdidaur ulang. Hingga 75 persen dari limbah perkotaan In-donesia biodegradable dan sebagian besar terdiri darisampah dapur dan pasar. Persentase tinggi sampah or-ganic menunjukkan bahwa limbah tersebut dapat digunakansebagai kompos, meskipun ini memerlukan lebih banyakpembinaan, demonstrasi dan pelatihan sebelum dapatdipakai dalam skala besar. Namun jika terbukti layak, inidapat memberi dividen ganda dalam bentuk berkurangnyamasalah pembuangan limbah padat maupun produksipupuk organic yang bermanfaat.

Tabel 13. Sumber dan Jenis Limbah PadatSumber Jenis-Jenis Limbah Padat

Rumah Sisa makanan, kertas, plastik, tekstil, kulit, limbah kebun,tangga kayu, logam, dan limbah rumah tangga yang berbahaya

Industri Kemasan, bahan bangunan dan pembongkaran, limbahberbahaya dan abu

Komersial Kertas, kardus, plastik, kayu , sisa makanan, kaca, logam,limbah khusus dan limbah berbahaya

Lembaga Sama seperti komersialKonstruksi Kayu, baja, beton, debu dst,Layanan Limbah jalanan, potongan pohon dan pertamanan, dan limbahPerkotaan umum dari taman, pantai , lumpurProses Limbah proses industri, bahan bekas, ff-specification prod

uct, slag, tailingPertanian Sisa makanan busuk, limbah pertanian, dan limbah

berbahayaSumber: “What a Waste: Solid Waste Management in Asia,” UrbanDevelopment Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia,Mei 1999.

Gbr. 34 Sumber Limbah Padat di Kota-Kota Indonesia

Sumber: IBID.

Tabel 14. Produksi Limbah Padat Perkotaan di Indonesia,1996

Sumber: DKI, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Padangdan Ujung Pandang Jakarta, 1998.

Limbah Padat Dan Berbahaya

Kota Produksi Limbah TiapLimbah Hari

(m3/hari) per kapita(kg/kapita/hari)

Jakarta, Java 24.025 0,66Bandung, Java 6.862 0,70Semarang, Java 3.215 0,69Yogyakarta, Java 1.240 0,78Padang, Sumatra 1.922 0,90Ujung Padang, 2.424 0,86Sulawesi

34

Gbr. 35. Produksi Limbah di Indonesia di dalam Konteks Ekonomi dan Urbanisasi di Asia

Catatan: Ukuran lingkaran proporsional dengan satuan produksi limbahSumber: “What a Waste: Solid Waste Management in Asia,” Urban Development Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia, Mei 1999.

Kotak: Pengaruh dari Manajemen Limbah Padat Di Media Lingkungan

Efek dari banyak pencemar jarang terbatas pada media dan jalur eksposur tunggal;keterkaitan antara polusi di seluruh media lingkungan begitu kompleks. Ini palingnyata dalam hal (mis)manajemen limbah padat. Pembuangan sampah secarasembarangan mencemarkan persediaan air permukaan dan air tanah. Di daerahperkotaan, limbah padat menyumbat saluran, menciptakan air tergenang dimanapatogen dapat berkembang biak, dan memperbesar bahaya banjir selama musimhujan. Pembakaran sampah yang tidak terkontrol dan insinerasi buruk mempunyaisumbangan besar untuk polusi udara kota dan masalah kesehatan yang terkait. Gasrumah kaca dihasilkan dari dekomposisi limbah organic pada landfill, dan leachateyang tidak diolah mencemari tanah dan air di sekitar. Isu kesehatan dan keselamatan juga timbul dari manajemen sampahpadat secara salah. Kotoran manusia sering ditemui di sampah kota. Vektor serangga dan tikus tertarik pada sampah dandapat menyebarkan penyakit seperti kolera dan demam berdarah. Menggunakan air yang tercemar limbah padat untukmandi, makan dan irigasi dan minum dapat mengekspos seseorang pada organisme penyakit dan kontaminan lain. Pekerjakebersihan dan pemulung jarang dilindungi dari kontak dan cedera; ini merupakan ancaman kesehatan yang serius dalampembuangan limbah berbahaya dan limbah kesehatan bersama-sama dengan sampah perkotaan.

Sumber: “What a Waste: Solid Waste management in Asia.” Urban Development Sector Unit, East Asia and Pacific Region, Bank Dunia,Mei 1999.

Leachate Treatment Pond, Bali

Limbah Padat Dan Berbahaya

35

Pendauran Ulang

Hanya sebagian kecil dari limbah padat didaur ulang,meskipun terdapat pasar yang relatif besar untuk produk jadiyang terbuat dari plastik daur ulang, botol kaca, kertas bekasdan logam bekas ( lihat Gambar 36a dan Gambar 36b).Pendauran ulang dilakukan terutama oleh sector swasta in-formal (mis. pemulung, pembantu truk sampah), dan terjadipada tiga tahap : tingkat rumah tangga, pengambilan di trotoirdan di tempat pembuangan. Data tahun 1996 dari AsosiasiPemulung Indonesia mengungkapkan bahwa di Jakartaterdapat lebih dari 150 fasilitas yang memproses bahan yangdapat didaur ulang untuk industri yang berbeda. Bahan daurulang, sebagian besar terdiri dari kertas, kaca, logam danplastik dijual ke distributor, dimana bahan dibersihkan, dipilah,dikemas dan mengalami pemrosesan awal sebelum dijualkembali (lihat Tabel 15).

Pengumpulan

Pengumpulan limbah padat sangat terdesentralisasi danbervariasi di seluruh daerah, tergantung dari kesejahteraanekonomi, tingkat urbanisasi, dan praktek budaya. Pemerintahdaerah mempunyai tanggung jawab untuk mengumpulkansampah, yang umumnya dilakukan melalui kontraktor, atauoleh para penghuni itu sendiri.Jumlah sampah yang resmi dikumpulkan secara efisien diseluruh Indonesia adalah rendah dan diperkirakan sebesar50 persen; namun kota besar tampaknya mempunyai tingkatpengumpulan lebih tinggi ( hingga 75 persen ). Daerah kotayang lebih miskin maupun daerah pedesaan biasanya kurangterlayani atau tidak dilayani sama sekali.Di Jakarta, lebih dari separuh rumah tangga mengandalkanorganisasi masyarakat Rukun Tetangga65 dan/atau RukunWarga66 untuk layanan pengumpulan sampah primer. Wargamemutuskan dan membayar tingkat layanan yangdikehendakinya, dari rumah-ke-rumah, pengambilan daritrotoir, dan pengumpulan per blok di daerah yang lebihmampu, ke pengumpulan dengan gerobak di daerahberpenghasilan rendah. Cara terakhir ini lebih seringdilakukan dan berbiaya rendah, terutama untuk rumah tanggadi daerah berpenghuni padat yang tidak mudah dijangkaukarena jalannya rusak dan sempit. Selama sepuluh tahunterakhir, pengumpulan sampah berkurang secara signifikandibandingkan dengan jumlah sampah yang dihasilkan, danini mungkin terjadi akibat terbatasnya jumlah kendaraanpengumpul yang sesuai, tidak adanya titik transfer, kurangdilaksanakannya dan dipenuhinya aturan dan peraturan.

Gbr. 36a : Kecenderungan jumlah Botol Plastik

Gbr. 36b : Kecenderungan Jumlah Kantong Plastik

Sumber: MEIP, 1997.

Tabel 15. Penghematan Biaya Operasional SWM AkibatKegiatan Pemulung

Sumber: DKI Bandung, Semarang, Surabaya atau Listyawan, B., “Pros-pects of Recycling Systems in Indonesia,” Recycling in Asia Partner-ship for Responsive Solid Waste Management, UN Center for Re-gional Development, Nagoya , Japan 1997.

Limbah Padat Dan Berbahaya

Kota Biaya Produksi Pengurangan PenghematanOperasional SW dalam SW BulananManajemen Anorganik oleh Pemulung (Juta Rp)

Limbah Padat Bulanan (m3)(Milyar Rp/tahun) (m3)

Bandung 3.630 55.060 10.610 29,17(19%)

Semarang 2.940 30.729 500 (2%) 1,37Surabaya 11.200 41.458 12.665 34,83

(31%)

36

Penyapuan Jalan

Menyapu jalan dilakukan baik secara manual (dengan sapu)dan secara mekanis. Kendaraan penyapu mekanis biasanyahanya membersihkan jalan utama di pusat-pusat kota besar.Meskipun sampah jalanan hanya merupakan bagian kecildari keseluruhan aliran limbah, bagian yang signifikan daritenaga kerja dan manajemen limbah dialokasikan untukmemelihara kebersihan jalan. Anggapan tentang pentingnyauntuk menyapu jalan kemungkinan adalah akibat persainganuntuk menerima penghargaan ADIPURA , yang diberikansetiap tahun oleh Presiden untuk kota kecil, sedang dan besaryang terbersih.

Tempat Pembuangan Terbuka

Pembuangan terbuka tetap merupakan cara yang palingumum dari limbah padat perkotaan. Kira-kira 85 persen kotakecil dan 53 persen kota berukuran sedang secara resmimembuang sampahnya di pembuangan terbuka. Terdapatbeberapa kasus kota kecil (mis. Bajera) yang tidak memilikitempat pembuangan resmi. Akibatnya, baik pekerja sampahdan penghuni menggunakan tempat pembuangan illegalkarena tidak ada pilihan legal lainnya.

Pemindahan dan Pengangkutan

Sistem transfer berguna untuk mengurangi jarak angkut untuktruk pengumpul, sehingga biaya pengumpulan dapat lebihrendah. Di Jakarta, sampah yang terkumpul dikirim ke tempatpengumpulan sementara (TPS) dimana sampah inimenunggu dikumpulkan oleh dinas kota. Beberapa TPSrelatif modern dengan petugas dan metal dumpster yangdilengkapi untuk pemindahan mekanis, sedangkan yanglainnya hanya berupa container metal besar, bak beton, dan/atau tempat terbuka.Pengangkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir adalahtanggung jawab dari Dinas Kebersihan (DK). Usahakomersial dan industri besar di Jakarta harus membuangsampahnya sendiri dengan bantuan DK dan/atau kontraktorumum. Sampah pasar dikumpulkan oleh truk pemerintahdaerah.Jumlah truk pengumpul sampah tetap sedikit selama sepuluhtahun terakhir meski jumlah penduduk tumbuh secarasignifikan dan lebih banyak sampah padat yang dihasilkan.DK tetap menggunakan alat pemadat dan truk mekanislainnya meskipun telah ditunjukkan bahwa truk tersebut mahaldan tidak efisien (lihat Tabel 16).

Tabel 16. Biaya Operasi Armada Persampahan di Jakarta

Sumber: Porter,R., “The Economics of Waste and Water: A CaseStudy of Jakarta, Indonesia,” Avebury AshgatePublishing Ltd, England, 1996.

Limbah Padat Dan Berbahaya

Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Biaya per Tahun(US$)

1986 1990 1990Bak terbuka 223 129 7.220Alat pemadat 219 277 21.280Tipper 213 215 8.760Tipper,crane 11 13 n.a.Arm Roll 68 102 11.410

37

Pengolahan dan Pembuangan

Opsi pengolahan yang mungkin untuk limbah padat termasuk pembuatan kompos, anaerobic digestion, pembakaran, dansanitary landfilling (Lihat tabel 17). Sampah padat rumah tangga yang mencapai lokasi pembuangan ini mempunyai kelembabandan kandungan organic tinggi dan nilai kalori rendah, serupa dengan kebanyakan negara berkembang di Asia. Pembuatankompos dan sanitary landfill adalah teknologi paling sesuai untuk pengolahan dan pembuangan, sedangkan pembakarankurang efektif dan mahal. Pembakaran harus dibatasi pada pengolahan limbah medis yang menular dan limbah berbahaya.

Pembuangan terbuka ilegal masih saja merupakan bentuk pembuangan yang paling banyak terdapat di negeri ini, dengan 90persen sampah dibuang dengan cara ini. Landfill terkontrol dan landfill saniter hanya berjumlah sedikit.

Tabel 17. Cara-cara pembuangan sampah padat perkotaan di negara tertentu, 1997(persentase sampah padat yang dibuang dengan menggunakan masing-masing cara)

Landfilling Tempat pembuangan terbuka Kompos Insinerasi Lain-lainAustralia 80 - 10 5 5Korea 60 20 5 5 10Malaysia 30 50 10 5 5Cina 30 50 10 2 8India 15 60 10 5 10Indonesia 10 60 15 2 13Filipina 10 75 10 - 5Pakistan 5 80 5 - 10Vietnam - 70 10 - 20Sri Langka - 85 5 - 10

Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup, Singapura, Laporan Tahunan, 1997.

Pembuatan kompos

Masyarakat Indonesia secara tradisional melakukancomposting untuk membuang sampahnya. Composting ialahdekomposisi dari sampah organic dengan kondisi terkendaliuntuk menghasilkan pengkondisi tanah, kompos atau pupukorganic. Namun selama 20 tahun terakhir, praktek kompostelah berkurang akibat semakin banyaknya penggunaanpupuk kimia.. Namun, sejak awal tahun 1990 an beberapakota dan komunitas telah merintis proyek pengkomposan.

Peraturan untuk fasilitas kompos terbatas : para operatorhanya diminta untuk meminimalkan berkembang biaknya lalatdan memantau dan menanggapi keluhan dari masyarakat.Hasil uji untuk logam berat, yang dilakukan pada tahap awaldari pelaksanaan proyek kompos, menunjukkan bahwaproyek itu memenuhi standar kompos untuk logam berat.

Sanitary landfill (Penimbunan)

Di Indonesia, tempat pembuangan hanya dikembangkan dibeberapa daerah perkotaan besar. Hanya terdapat satutempat pembuangan di Jakarta , yaitu Sistem PembuanganSaniter Bantar Gebang, yang mulai beroperasi tahun 1989.Tempat ini milik DK dan terletak kira-kira 40 km dari pusatkota. Kira-kira 5.500 ton sampah padat kota dikirim setiaphari oleh sekitar 1.500 truk sampah. Tempat pembuangan inibuka 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan meminta bayaranRp 8.000/ton. Tempat pembuangan ini juga mempunyai 3mesin pemadat; namun hanya satu yang tampaknyadipergunakan. Praktek sanitary landfill yang dapat diterimatidak dijalankan secara konsisten; misalnya, penutup tanahdapat diberikan setiap tiga bulan. Sekitar 640 pemulungterdaftar untuk bekerja di dan/atau di sebelah penimbunan.Rekor operasi dari Bantar Gebang rendah, sebagian besarkarena kurangnya sumber daya keuangan, staf yang terlatihdan terampil, dan kurangnya dukungan politik daripemerintah daerah.

Limbah Padat Dan Berbahaya

38

Saat air merembes melalui sampah padat di timbunan, airakan menyerap zat kimia dan mikro organisme yang terdapatpada bahan yang membusuk. Keluarnya cairan secara takterkontrol dari timbunan sampah padat, yang disebutleachate, mencemarkan air tanah dan air permukaan danmenimbulkan bahaya lingkungan dan kesehatan untukdaerah sekitarnya. Bila dikelola dengan baik, leachatedikumpulkan dalam sistem pengumpul leachate dandipompa ke fasilitas pengolahan dimana akan mengalamipengolahan sebelum dibuang.Gas tempat pembuangan dikeluarkan secara pasif denganmenggunakan perkolasi vertical. Gas tempat pembuangan,yang mirip dengan gas alam, dihasilkan pada saatdekomposisi sampah di penimbunan dan pembuanganterbuka dan biasanya mengandung 50 persen gas rumahkaca yang keras, methan, yang memberi sumbangan untukpemanasan global. Gas methan yang dihasilkan oleh tempatpenimbunan besar dapat dikonrol secara efektif denganmengumpulkan dan mengkonversikan gas menjadi energiyang dapat dijual. Di seluruh dunia, pengembanganproduksi energi dari gas tempat pembuangan telahdianjurkan dengan kuat dan didorong. Misalnya, di Santiago,Chile, gas tempat pembuangan dapat memenuhi 40 persenpermintaan jaringan distribusi gas kota dan juga dikirim kepabrik pengolahan makanan untuk digunakan sebagaisumber bahan bakar bagi boiler pabrik.

Pembakaran dan Fasilitas Pembakaran (Insinerator)

Pembakaran sampah dipraktekkan di kota dan desa untukmengurangi jumlah sampah rumah tangga. Hal ini jugadilakukan oleh pemulung di tempat pebuangan sampahuntuk memisahkan bahan yang dapat diaur ulang darisampah. Kebakaran secara tak sengaja sering mulai ditempat pembuangan, disebabkan oleh api yang menyalakangas methan hasil dekomposisi bahan organik.Fasilitas pembakaran terpusat dianjurkan oleh beberapakalangan sebagai solusi potensial bagi masalah sampahyang semakin besar di Indonesia. Namun incinerator bukanpilihan yang efektif untuk meniadakan sampah padatperkotaan di Indonesia, karena sifat sampah itu yang tidaksesuai (kelembaban dan kandungan organic tinggi serta nilaikalori rendah), kurangnya kualitas yang konstan dan konsistendari aliran limbah dan suhu operasi, biaya konstruksi danoperasi yang tinggi, dan pemantauan dan pengawasan yanglemah.

Terdapat tiga incinerator di Indonesia. Sebuah incineratordi Surabaya dikembangkan melalui kemitraan swasta-publikpada tahun 1989-90. Fasilitas pembakaran 200 ton per harimulai beroperasi tahun 1991. Kandungan energi rendahdari sampah di Surabaya (antara 900 sampai 1,200 kcal/kg)menimbulkan masalah start-up, dan bahan bakar harus terusditambah untuk memelihara pembakaran, bahkan selamamusim kering dan setelah 5 hari pengeringan udara di shed.Karena kekurangan tempat untuk sistem pengeringan udara,fasilitas ini hanya membakar 170 ton per hari. Selain itu,fasilitas ini tidak menggunakan sistem kontrol partikulat ataugas, dan instalasinya dapat menambah biaya keseluruhandari fasilitas dengan paling sedikit 50 persen.

Limbah berbahaya ialah limbah yang, secara tersendiri atausetelah berhubungan dengan limbah lain, mempunyai cirriseperti reaksi kimia, beracun, korosif, atau mempunyaikecenderungan untuk meledak, yang berisiko bagi kesehatanmanusia atau lingkungan. Limbah berbahaya dihasilkan darikegiatan industri, perdagangan, dan pertanian, dan dapatberbentuk padat, cair atau lumpur yang memberi risiko yangakut dan kronis bagi kesehatan masyarakat atau lingkungan.67

Produksi Limbah

Perkiraan konservatif bagi Indonesia adalah 1 juta ton limbahberbahaya yang dihasilkan selama tahun 2000.68 DiIndonesia, industri utama yang menghasilkan limbahberbahaya ialah tekstil, pengerjaan logam, kimia (termasukprodusen petrokimia, pestisida, pupuk, tinta dan pewarna),otomotif, elektronika, dan industri minyak dan gas. Di daerahdengan konsentrasi tinggi industri rumah, seperti Bali, denganindustri besar pewarna tekstil, dan tidak ada metodepembuangan limbah yang resmi, kemungkinan terjadinyapencemaran perairan dengan limbah beracun dan anorganiksemakin memprihatinkan.

Limbah Padat Dan Berbahaya

39

Respon

Monitoring dilakukan secara terbatas dan konsentrasimerkuri, tembaga, atau chromium tidak diukur secara tetap.Ada indikasi bahwa sejumlah besar limbah beracun danberbahaya dibuang di tempat pembuangan secara tidakterkontrol dan dibuang di sungai dengan limbah industrilainnya. Hanya sedikit mekanisme pengembalian biaya(cost-recovery) untuk pengolahan limbah yang mahal; hal inimerupakan disinsentif bagi industri untuk membuang limbahberbahaya di fasilitas pengolahan yang ada.Pusat Pengolahan Limbah Berbahaya Cileungsi di dekatJakarta mulai beroperasi tahun 1994. Pusat Pengolahan inimempunyai kemampuan pemrosesan (lihat gambar 37) selaindaerah penyimpanan yang aman dan tempat pembuanganyang dilapisi untuk pembuangan bahan beracun yangdistabilkan dan pada tingkat rendah. Ini merupakan fasilitassatu-satunya di Indonesia.Baru-baru ini pengolahan seperti untuk daur ulang pelarut,pengolahan asam dan basa, pengambilan timah dan perakdari industri elektronik, pengambilan kembali tembaga,pengolahan air limbah berbahaya dengan penguapan,tersedia dalam skala kecil di Indonesia. Selain itu, KantorMenteri Lingkungan Hidup telah menerbitkan sejumlah 219izin untuk penghasil limbah berbahaya guna mengolahlimbahnya sendiri, yang mulai berlaku November 2002 (lihatgambar 38).69

Biaya Manajemen Limbah Padat

Data dan informasi mengenai alokasi anggaran perkotaandan pengeluaran swasta untuk pengelolaan limbah padatjarang dan/atau sulit diperoleh. Berbagai lembagapemerintah yang terlibat dalam manajemen limbah padattidak menyusun biaya untuk layanan yang diberikan. Biayapenyusutan dari fasilitas dan peralatan, layanan hutang,asuransi dan utilitas tidak diperhitungkan, sehingga biayapemilikan dan operasi tidak diketahui jelas. Selama tahun1990an, GOI mengalokasi rata-rata 0,4 persen dari GDP bagiprasarana umum perkotaan; namun, hanya 8 persen dari ini(sekitar 0,03 persen GDP) dikeluarkan untuk layananpengelolaan limbah padat.

Gbr. 37: Limbah B3 yang diproses di Pusat pengolahanCileungsi (000 ton)

Catatan : Data tahun 2002 diekstrpolasi linier dari data September(24.000 ton)Sumber : Hilman M. 2002.

Gbr. 38 : Izin pengolahan B3 yang diterbitkan oleh KantorMenteri Negara Lingkungan Hidup

Sumber: Hilman M. 2002.

Sumber Pendapatan

Semua daerah perumahan di Jakarta diharapkan membayaruntuk pengumpulan awal sampah. Tergantung pada tingkatpenghasilan masyarakat dan/atau tingkat layanan yangdikehendaki, rumah tangga membayar mulai beberapa ru-piah hingga maksimum 3 US dolar sebulan. Kira-kira separuhdari biaya ini digunakan untuk menutup layananpengumpulan sampah, dan sisanya untuk keamananlingkungan dan acara khusus. Penghuni yang lebih miskindirugikan oleh sistem ini karena jasa pengumpulan dikaitkandengan pendapatan kecil yang dihasilkan. Untuk sebagianbesar kota di Indonesia, hanya sedikit atau tidak tersediadata untuk menunjukkan biaya yang dibayar di tingkat lokaluntuk pengumpulan sampah primer.

Limbah Padat Dan Berbahaya

40

Biaya sampah dikumpulkan oleh kelurahan untuk menutupibiaya transportasi dan pembuangan akhir. Meskipun adaperaturan mengenai jumlah yang harus dibayar olehberbagai sumber penghasil sampah, biaya yangsebenarnya dikumpulkan sangat rendah. Dalam hal kotaJakarta, hanya 1 persen dari ongkos sampah disampaikanke DK. Untuk menutupi perbedaan dalam ongkos yanghilang, pemerintah daerah menggunakan dana umumnyauntuk membayar tahap pengelolaan sampah ini. Kota-kotalain lebih aktif dalam hal mencari jalan untuk mengumpulkanongkos tersebut. Misalnya, Surabaya melakukannya melaluitagihan air, dan Bandung melalui tagihan listrik. Selainmengumpulkan dan mengelola ongkos melaluidesentralisasi, pemerintah daerah bertanggung jawabsecara keseluruhan untuk pendanaan dan pengembalianbiaya dari layanan pengelolaan limbah padat.

Kerangka legislative

Undang-undang dan peraturan khusus dikembangkan untukmengelola layanan limbah padat secara baik dan efisien.Dengan desentralisasi, kotamadya dan kabupaten berhakmerencanakan dan mengelola layanan lingkungan, termasukpengelolaan limbah padat. Sementara desentralisasidiharapkan membawa perbaikan dalam kualitas layananyang ditawarkan, masih terlalu dini untuk menilai adanyaperubahan dalam kondisi.

Kelembagaan

Sebelum desentralisasi, manajemen limbah padat ditanganioleh beberapa departemen dan kementrian : DepartemenPekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, DepartemenKesehatan, BPPT, BAPEDAL, dan Sub Direktorat PengelolaanLimbah Padat. Struktur ini menimbulkan tumpang tindihtanggung jawab dan lemahnya pelaksanaan dan penegakanundang-undang dan peraturan limbah padat.Dengan desentralisasi, pemerintah daerah mendapat lebihbanyak tanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaanprogram manajemen limbah padat di daerahnya.

Pelaksanaan undang-undang

Pelaksanaan undang-undang yang ada umumnya lemahakibat kurangnya kemauan politik, tidak memadainyakoordinasi antara berbagai lembaga, kemampuan teknisyang rendah untuk membuktikan pelanggaran, akses terbataspada informasi, dan kurangnya pendanaan. Untukmemperbaikinya Pemerintah pusat dan pemerintah daerahmencoba melengkapi peraturan perintah dan pengawasanyang ada dengan instrumen berdasarkan pasar dankemitraan publik-swasta.Program KENDALI limbah Beracun dan Berbahaya (B3) yangdiadakan oleh Bapedal dari 1995 hingga 1997 dirancangsebagai program kemitraan strategis untuk mengelola limbahberacun dan berbahaya. Program ini bertujuan untukmeningkatkan kesadaran mengenai peraturan dan ketaatanterhadap peraturan di kalangan penghasil limbahberbahaya. Melalui program ini, jumlah perusahaan yangmendaftar untuk izin mengolah limbah berbahaya dapatdikatakan meningkat. Pada tahun 1995, 89 industri, yangdipilih dari daftar penghasil limbah berpartisipasi dalam pro-gram ini.70 Di bawah program ini, kalangan industridisyaratkan menanda tangani pernyataan bahwa merekaakan memenuhi peraturan. Program ini memberikan bantuanteknis dan bimbingan kepada perusahaan, kenyataannya,setelah berpartisipasi dalam program, jumlah perusahaanyang taat terhadap peraturan meningkat hingga 96 persensetelah hampir dua tahun.71 Program ini berakhir tahun 1997karena memburuknya keadaan ekonomi.

Limbah Padat Dan Berbahaya

41

Perundangan mengenai Limbah Padat dan Berbahaya

Legislasi Isu dan Pengaturan Kegiatan

Limbah Padat Dan Berbahaya

Undang-Undang No. 23 (1997) menegani PengelolaanLingkungan

Peraturan Pemerintah No. 18 (1999) mengenai PengelolaanLimbah Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 85 (1999) mengenai Perubahanterhadap Peraturan Pemerintah No.18 (1999) mengenaiPengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.Peraturan Pemerintah No. 74 (2001) mengenai PengelolaanLimbah Berbahaya dan Beracun.

Keputusan Kepala BAPEDAL No Kep-68 /BAPEDAL/05 /1994mengenai Prosedur untuk mendapat lisensi/Izin untuk Menyimpan,Mengumpulkan, Operasi dari Alat Pengolahan, Pengolahan danPenimbunan Limbah Berbahaya dan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 01 /BAPEDAL/ 09 /1995mengenai Prosedur dan Pedoman Teknis untuk Menyimpan danMengumpulkan Limbah Berbahaya dan BeracunKeputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 02 /BAPEDAL/ 09 /1995mengenai Persyaratan Dokumentasi untuk Limbah Berbahayadan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-03 /BAPEDAL/09 /1995mengenai Persyaratan Teknis untuk Pengelolaan LimbahBerbahaya dan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-04 /BAPEDAL/ 09 /1995mengenai Prosedur dan Persyaratan untuk Penimbunan HasilPengolahan Limbah B3, Persyaratan untuk Bekas LokasiPengolahan Limbah dan Bekas Lokasi Penimbunan LimbahBerbahaya dan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No.Kep-05 /BAPEDAL/09 /199mengenai Penggunaan Simbol dan Label untuk LimbahBerbahaya dan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-255 /BAPEDAL/ 08 /1995mengenai Prosedur dan Pedoman Teknis untuk Penyimpanandan Pengumpulan dari Pelumas Mesin Bekas.Surat Edaran dari Kepala BAPEDAL No. 08/SE/02/1997 mengenaiPenyerahan Pelumas Mesin Bekas.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-02 /BAPEDAL/ 01 /1998mengenai Pedoman Pemantauan Manajemen Limbah Berbahayadan Beracun di Daerah.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep- 03 /BAPEDAL/01/1998mengenai Inisiatif Kemitraan untuk Pengolahan dan PengelolaanLimbah Berbahaya dan Beracun.Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-03 /BAPEDAL/ 01 /1998mengenai Propinsi Prioritas dalam Inisiatif Kemitraan untukPengolahan dan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

Memberi mandat kepada Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengaturseluruh aspek pengendalian polusi termasuk ketentuan umum untukmengelola limbah padat, beracun dan berbahaya.Peraturan ini mendefinisikan parameter, definisi dan kerangka untukpengelolaan limbah berbahaya dan beracun. Melarang impor bateretimbal acid sejak September 2002.Peraturan ini mengandung beberapa perubahan terhadap PeraturanPemerintah No. 18 (1999) menegnai proses identifikasi awal dan pedomantoksikologi.Peraturan ini adalah pengembangan yang signifikan dari kedua peraturansebelumnya. Disini terdaftar 209 bahan kimia beracun . Peraturan inimenyatakan bahwa: • Setiap perorangan dan perusahaan dilarang membuang limbah beracun secara langsung ke dalam air, tanah atau udara; • Penghasil limbah beracun diwajibkan memroses limbah beracun; • Diperlukan izin untuk mengumpulkan, mengangkut dan mengolah, termasuk pembuangan akhir.Keputusan ini memberi pedoman perizinan bagi perusahaan untukmenyimpan, mengumpulkan, mengoperasikan, menimbun dan mengolahlimbah berbahaya dan beracun.

Keputusan ini mengatur pengumpulan dan penyimpanan limbahberbahaya dan beracun.

Keputusan ini mengatur dokumentasi penanganan limbah berbahayadan beracun.

Keputusan ini mengatur syarat teknis pengelolaan yang benar daripenanganan limbah berbahaya dan beracun.

Keputusan ini mengatur lokasi untuk penimbunan limbah berbahaya danberacun dan penanganan pengolahan limbah.

Keputusan ini menetapkan penggunaan yang benar dari symbol danlabel limbah berbahaya dan beracun.

Mengklasifikasi pelumas mesin bekas dalam golongan beracun danmengatur penanganan yang benar dari pelumas mesin bekas danmenegakkan peraturan yang ada.

Keputusan ini menetapkan pedoman yang benar untuk pejabat propinsidan kecamatan untuk mengelola dan memantau limbah berbahaya danberacun.Keputusan ini merintis peogram kemitraan guna mengkoordinasi upayanasional untuk menangani limbah berbahaya dan beracun, yang meliputipejabat BAPEDAL daerah dan perusahaan daerah.Keputusan ini menetapkan 9 propinsi pilot prioritas untuk berpartisipasidalam Inisiatif Kemitraan untuk program Pengolahan dan PengelolaanLimbah Berbahaya dan Beracun.

42

☺Indonesia turut serta dalam sejumlah konvensi internasionalyang dirancang untuk menangani masalah lingkungan glo-bal dan lintas batas (lihat Tabel 18 untuk daftar konvensi terkaitpolusi). Melalui kerjasama dan kolaborasi dengan masyarakatinternasional, Indonesia melaksanakan sejumlah instrumendalam upaya untuk menghadapi isu lingkungan yangmemprihatinkan.

Perubahan Iklim

Emisi gas rumah kaca di Indonesia diproyeksikan akanmeningkat dengan cepat di tahun-tahun mendatang. EmisiCO2 dari sektor energi diproyeksikan akan naik tiga kali antara2000 dan 2020, saat porsi batubara dalam persediaan energidiperkirakan meningkat dengan faktor 10. Pada 1994 (tanggalinventaris emisi terakhir). Emisi tiga gas rumah kaca utama(GHG) di Indonesia : karbon dioksida, metana dan nitrogenoksida berjumlah sekitar 343 juta ton CO2 ekivalen.72

Tambahan 156 juta ton emisi CO2 netto disebabkan olehperubahan tata guna lahan (terutama penggundulan hutan)dan pertanian, bertanggung jawab atas emisi 85 juta ton CO2ekivalen.

Studi Strategi Nasional (NSS)

Indonesia merupakan bagian dari komunitas 30 negara yangditargetkan secara aktif oleh program NSS, yang memberibantuan kepada negara tuan rumah untuk mengembangkanpendekatan nasionalnya untuk pemanfaatan Clean Develop-ment Mechanism (CDM) dan Joint Implementation (JI) di dalamkelompok khusus peluang dan kendala. CDM ialahmekanisme fleksibel yang termasuk di dalam Protokol Kyoto.Mekanisme ini memungkinkan negara dengan pembatasanemisi gas rumah kaca dan komitmen pada pengurangannya,untuk turut serta dalam kegiatan berdasarkan proyek di negaraberkembang dengan tujuan membantu negara berkembangmencapai pembangunan berkelanjutan dan membantunegara Annex B untuk memenuhi targetnya guna mengurangiemisi. Proyek-proyek CDM menghasilkan unit penguranganemisi GHG yang disebut reduksi emisi sertified (CERs), Pro-gram NSS Indonesia, yang diawasi oleh Kantor Menteri NegaraLingkungan Hidup, dengan dukungan German Agency forTechnical Cooperation (GTZ), Lembaga Australia untukPengembangan Interasional (AusAID) dan Bank Duniamengembangkan strategi untuk menarik investasi CDM danmelaksanakan proyek CDM di Indonesia. Ini merupakan studipertama dari program NSS yang diselesaikan di wilayah Asia.

Lapisan Ozon

Tujuan dari Protokol Montreal ialah untuk melindungi lapisanozon dengan mengambil tindakan untuk phase out emisi bahanyang mengurangi ozon (ODS) secara global, sementaramempertimbangan faktor teknis, lingkungan dan ekonomi,selain kebutuhan negara berkembang. Sejak Indonesiamengawali kegiatan pengurangan ODS di 1993, konsumsiODS telah berkurang dari 7.728 ton (Ozone Depleting Poten-tial [ODP] ) menjadi total konsumsi 5.019 ODP pada 2001.Keberhasilan ini dimungkinkan oleh kombinasi dari kebijakan,kegiatan menciptakan kesadaran dan dukungan finansial dariDana Multilateral untuk membantu sejumlah besar usaha gunamengkonversi produksinya dari penggunaan ODS ke teknologipengganti. Total dukungan finansial dari MLF pada Maret2002 adalah sekitar US$ 37 juta. Pengurangan total dari ODSdi Indonesia dijadwalkan pada Desember 2007.Indonesia telah menerima dana dari Dana Multilateral ProtokolMontreal melalui Bank Dunia, UNDP, UNIDO dan UNEP untukmelaksanakan pengurangan.

Persistent Organic Pollutants (POPs)

Konvensi Persistent Organic Pollutants, yang meliputi 12bahan kimia sintesa, diberlakukan pada 22 Mei 2001 danditandatangani oleh Indonesia. Pemerintah RI sedangmempersiapkan strategi nasional untuk manajemen POPs danpengurangan. POPs adalah senyawa karbon yang tetap utuhdi lingkungan untuk jangka panjang, tersebar luas, terkumpuldalam jaringan lemak organisme hidup dan beracun bagimanusia dan satwa. POPs termasuk pestisida (mis. DDT),bahan kimia industri (mis. PCB); dan produk sampingan takdisengaja dari proses industri atau pembakaran (dioksin danfuran).

Limbah Berbahaya Lintas Batas

Tujuan Konvensi Basel ialah manajemen lingkungan yangbaik dari limbah berbahaya. Pada 1988, Indonesiamelaporkan produksi limbah berbahaya 17.131 MT. TujuanKonvensi ialah: (i) mengurangi pergerakan lintas perbatasandari limbah berbahaya sekecil mungkin; (ii) membuang limbahini sedekat mungkin dari tempat dihasilkannya; (iii)meminimalkan produksinya.

Isu Global

43

Tabel 18: Konvensi Global Terkait Polusi dan Indonesia

Isu Global

Judul

Konvensi mengenai Penilaian Dampak Lingkungan dalam Konteks Lintas Batas, Espoo, 1991Annex 16, jilid II (Perlindungan Lingkungan: Emisi Mesin Pesawat Terbang) bagi Konvensi Chicago1044 mengenai Penerbangan Sipil Internasional, Montreal, 1981Konvensi mengenai Polusi Udara Lintas Batas Jangka Panjang (LRTAP), Jenewa, 1079United Nations Framework Convention mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC), New York, 1002Konvensi Wina untuk Perlindungan Lapisan Ozon, Wina, 1985Protokol Montreal mengenai Bahan yang Mengurangi Lapisan Ozon, Montreal 1987Konvensi mengenai Larangan Impor ke Afrika dan Kontrol Pergerakan Lintas Batas dan PengelolaanLimbah Berbahaya di Afrika, Bamako, 1991Konvensi mengenai Kontrol dari Pergerakan Lintas Batas dari Limbah Berbahaya dan Pembuangannya(Konvensi Basel), Basel, 1989.Konvensi untuk Melarang Impor dari Limbah Berbahaya dan Radioaktif ke Negara Kepulauan Forumdan Mengontrol Pergerakan Lintas Batas dan Pengelolaan Limbah Berbahaya di Daerah PasifikSelatan ( Konvensi Waigani), Waigani, 1995Konvensi mengenai Pencegahan Polusi Laut oleh Damping Limbah dan Bahan Lain (Konvensi London1972), London 1972Konvensi Internasional untuk Mencegah Polusi dari Kapal, 1973, seperti dimodifikasi oleh Protokol1978 sehubungan dengannya (MARPOL) 73/78), London, 1973 dan 1978Konvensi Internasional mengenai Pertanggung Jawaban Sipil untuk Kerusakan dari Polusi Minyak1969 (1969 CLC), Brussels, 1969, 1976, dan 1984.Konvensi Internasional mengenai Kesiapan, Respon dan Kerjasama untuk Polusi Minyak (OPRC),London, 1990Konvensi Internasional Hubungan Intervensi di Laut Lepas dalam hal Korban Polusi Minyak (KonvensiIntervensi), Brussels, 1969Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Kelautan (UNCLOS), Montego Bay, 1982Konvensi mengenai Konservasi Sumber Daya Kehidupan Laut Antartika (CCAMLR), Canberra, 1980

Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (Konvensi Warisan Dunia), Paris,1972Konvensi mengenai Keragaman Hayati (CBD), Nairobi, 1992Konvensi mengenai Konservasi dari Spesies Hewan Hidup yang Bermigrasi (CMS), Bonn, 1979Konvensi mengenai Lahan Basah yang Penting secara Internasional terurtama sebagai Habitat BurungPerairan (Konvensi Ramsar), Ramsar, 1971Perjanjian Perkayuan Tropis Internasional, 1994 (ITTA, 1994), Jenewa, 1994Konvensi mengenai Perlindungan dan Penggunaan Jalur Air Lintas Batas dan Danau Internasional,Helsinki, 1992Konvensi mengenai Bantuan dalam hal Kecelakaan Nuklir atau Keadaan Darurat Radiologi (KonvensiBantuan), Wina, 1986Konvensi mengenai Pemberitahuan Awal mengenai Kecelakaan Nuklir (Konvensi Pemberita huan),Wina, 1986Konvensi mengenai Keamanan Nuklir, Wina, 1994

Tanggal Ditandatangani

Februari 5, 1991Desember 7, 1944

November 13, 1979Mei 9, 1992

September 16, 1987

Januari 30, 1991

Maret 22, 1998

September 16, 1995

Desember 29, 1972

Februari 17, 1978

November 28, 1969

November 30, 1990

November 29,1969

Desember 10, 1982Mei 20, 1980

November 16, 1972

Juni 5, 1992Juni 23, 1979

Februari 2, 1971

November 18, 1983Maret 17, 1992

September 26, 1986

September 26, 1986

Juni 17, 1994

Tanggal Ratifikasi

September 10, 1997April 4, 1947

Maret 16, 1983Maret 21, 1983

January 1, 1989Juni 1, 1992

April 2, 1998

Mei 5, 1992

Agustus 30, 1975

Oktober 2, 1983

Juni 19, 1975

Mei 13, 1995

Mei 6, 1975

November 16, 1994April 7, 1982

Desember 17, 1975

Desember 29, 1993November 1, 1983

Desember 21, 1975

April 1, 1985Oktober6, 1996

Februari 26, 1987

Oktober 27, 1987

Oktober 24, 1996

44

Struktur Kelembagaan dari Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup ialah otoritas pusat di Indonesia untuk masalah lingkungan. Bertanggung jawabsecara keseluruhan atas strategi, perundangan, perumusan kebijakan, penetapan standar kualitas lingkungan, ketaatan ,pemantauan dan pelaksanaan peraturan polusi, pembangunan kesadaran, partisipasi masyarakat, pembangunan kapasitas,penilaian dampak lingkungan, riset lingkungan, pengumpulan , pengelolaan dan sosialisasi data. Juga mengawasi danmendukung propinsi untuk mengelola dan melaksanakan kebijakan dan peraturan nasional.

.

Sumber: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2002.

Struktur Kelembagaan

45

Ambient Measurement : pengukuran konsentrasi zat ataupolutan di dalam lingkungan langsung dari organisme; diambiluntuk mengkaitkan dengan jumlah eksposur yang mungkin.Akuifer: formasi, geologi bawah tanah, atau kelompok formasi,yang menjadi sumber air tanah.Biochemical Oxygen Demand (BOD): Jumlah oksigen yangdikonsumsi dalam proses biologi yang mengurai bahan or-ganic di dalam air. Makin besar BOD, makin besar derajatpolusi organik.Dissolved Oxygen (DO): Oksigen yang tersedia bebas di dalamair, penting bagi ikan dan kehidupan akuatik lain dan untukmencegah bau. Level DO dianggap indicator paling pentingdari kemampuan perairan itu untuk mendukung kehidupanakuatik yang diinginkan. Pengolahan limbah sekunder danlanjut umumnya dirancang untuk memastikan cukupnya DOdalam air yang menerima limbah.Effluent: Air limbah - diolah atau tidak - yang mengalir keluardari pusat pengolahan, saluran air limbah atau pipapembuangan industri. Umumnya berarti air yang dibuang keair permukaan.Logam Berat: Unsur logam dengan berat atom tinggi (mis.merkuri, khrom, kadmium, arsen dan tmbal); dapat merusakmakhluk hidup dalam konsentrasi rendah dan cenderungterakumulasi di rantai makanan.Most Probable Number (MPN): Perkiraan dari kerapatan mi-crobial per satuan volume sampel air, berdasarkan teorikemungkinan.Organic Pollution: Limbah karbon yang terkandung dalammateri tumbuhan atau hewan dan berasal dari sumber rumahtangga atau industri.Ozone Depleting Potential (ODP): ODP dari suatu zatmenunjukkan kapasitasnya untuk mengurangi lapisan ozonrelatif terhadap CFC 11.Pestisida: Bahan atau campuran bahan yang dimaksudkanuntuk mencegah, menolak atau mengurangi hewanpengganggu.Point Source: Lokasi tetap atau fasilitas tetap dari mana polutandikeluarkan; sumber polusi tunggal yang dapat dikenal ; mis.pipa, saluran, kapal, galian tambang, cerobong asap pabrik.

Pollutant: Umumnya, zat apapun yang dimasukkan kelingkungan yang mempengaruhi secara negatif manfaatsumber daya atau kesehatan manusia, hewan atau ekosistem.Run-Off: Bagian dari air hujan, salju yang meleleh , atau airirigasi yang mengalir di atas tanah ke kali atau air permukaanlainnya. Dapat membawa polutan dari air dan tanah ke dalamair.Salinisasi/Saline Intrusion: Invasi air tawar di permukaan ataudi dalam tanah oleh air garam.Sewage: Limbah dan air limbah yang dihasilkan dari sumberhunian dan perdagangan dan dibuang ke saluranpembuangan.Standar: Norma yang memberi batasan pada jumlah polutanatau emisi yang dihasilkan.Subsidence: Gerakan menurun dari permukaan tanah yangberhubungan dengan pemompaan air tanah, terutama dimanapemompaan itu melebihi hasil aman dan permukaan air telahturun.Suspended Solids: Partikel kecil polutan padat yangmengapung pada permukaan atau tersuspensi dalam airbuangan atau cairan lain. Tidak dapat dibuang dengan carakonvensional.Total Colliform Bacteria (TCB): Kumpulan dari mikroorganismetidak merusak yang hidup dalam jumlah besar di usus manusiadan hewan berdarah dingin, Subkelompok spesifik dari koleksiini adalah bakteri coliform fecal - yang kehadirannya dilingkungan akuatik menunjukkan bahwa air telahterkontaminasi denganmateri feces manusia atau hewan lain.Total Suspended Solids: Ukuran dari zat padat teruspensi didalam air limbah, limbah cair atau perairan, yang ditentuanoleh tes untuk total suspended non-filterable solids (lihat sus-pended solid).Standar Kualitas Air: standar yang menentukan penggunaanperairan dan menetapkan criteria kualitas air yang harusdipenuhi untuk melindungi penggunaan yang telah ditentukan.Watershed/Daerah aliran sungai: areal lahan yang airnyamengalir ke sebuah kali; daerah aliran untuk sungai besardapat meliputi sejumlah daerah aliran lebih kecil yang padaakhirnya bergabung menjadi satu.

Sumber: Berdasarkan United States Environmental Protection Agency“Terms of the Environment”, Mei 1998.

Daftar Istilah Lingkungan

46

Indonesia Sekilas Panding

AsiaKEMISKINAN dan SOSIAL Timur Penghasilan

Indonesia dan Pasifik Rendah2000Penduduk, pertengahan tahun (Juta) 210,4 1.853 2.459GNI per kapita (Metode Atlas, US$) 570 1.060 420GNI (Metode Atlas, US$ milyar) 119,9 1.964 1.030Pertumbuhan rata-rata per tahun, 1994-00Penduduk (%) 1,5 1,1 1,9Tenaga kerja (%) 2,5 1,4 2,4Perkiraan Terakhir (tahun terakhir tersedia. 1994-00)Kemiskinan (% penduduk di bawah garis kemiskinan nasional) 24 ....Penduduk kota (% total penduduk) 41 35 32Harapan hidup pada saat lahir (tahun) 66 69 59Kematian anak (per 1.000 kelahiran hidup) 46 35 77Malnutrisi anak (% anak di bawah 5) 70 13 ..Akses ke sumber air yang diperbaiki (% penduduk) 76 75 76Buta huruf (% penduduk berumur 15 +) 10 14 38Pendaftaran bruto di sekolah dasar (% populasi usia sekolah) 113 119 96

Laki-laki 115 121 102Perempuan 110 121 86

RASIO EKONOMI KUNCI dan TREND JANGKA PANJANG1980 1990 1999 2000

GDP (US$ milyar) 76,4 114,4 141,3 153,3Investasi domestik kotor/GDP 24,6 30,7 12,2 17,9Ekspor barang dan jasa/GDP 34,9 25,3 35,2 38,5Tabungan domestik bruto/GDP 38,8 32,3 20,2 25,7Tabungan nasional bruto/GDP .. 28,1 13,1 19,2Saldo rekening /GDP .. -2,6 3,3 4,9Pembayaran bunga/GDP 1,5 3,0 3,4 4,7Total hutang/GDP 27,4 61,1 106,7 92,5Total layanan hutang /ekspor .. 33,3 30,5 25,4Nilai hutang saat ini/GDP .. .. 106,0 ..Nilai hutang saat ini/ekspor .. .. 254,9 ..

1980-90 1990-00 1999 2000 2000-04(pertumbuhan tahunan rata-rata)GDP 6,1 4,2 0,8 4,8 4,9GDP per kapita 4,2 2,5 -0,8 3,1 3,4Ekspor barang dan jasa 2,9 5,4 -31,6 16,1 4,0

STRUKTUR EKONOMI1980 1990 1999 2000

(% of GDP)Pertanian 24,5 19,4 19,5 16,9Industri 42,6 39,1 43,7 47,3

Manufaktur 13,3 20,7 25,9 26,0Layanan 32,9 41,5 36,7 35,8Konsumsi Swasta 50,4 58,9 73,3 67,3Konsumsi umum pemerintah 10,7 8,8 6,5 7,0Impor barang dan jasa 20,6 23,7 27,2 30,7

1980-90 1990-00 1999 2000(pertumbuhan rata-rata tahunan)Pertanian 3,6 2,1 2,7 1,7Industri 6,9 5,8 1,9 5,5

Manufaktur 12,6 6,9 3,8 6,2Layanan 6,9 3,5 -1,0 5,3Konsumsi Swasta 5,6 6,5 4,6 3,6Konsumsi umum pemerintah 4,6 0,1 0,7 6,5Investasi domestik bruto 6,7 -0,3 -23,3 8,9Impor barang dan jasa 1,2 5,5 -40,7 18,2Catatan: data 2000 adalah perkiraan awal* Diamond menunjukkan empat indicator kunci di dalam negeri ( dalam cetakan tebal) dibandingkan dengan rata-rata kelompok penghasilan. Jika tidakada data, diamond nya tidak lengkap.

47

1 Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 20002 ‘Lain’ dapat disagregasi : Avgas dan Avitur -5.456; dan 744.143 kiloliter masing-masing3 Statistik Minyak dan Gas Indonesia, 2002 (angka 1999)4 Angka 19965 R. Abalak, Lead Exposure and Anemia among Children in Jakarta, Indonesia, Final Report, 2001, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Environmental Health, Division of Environmental Hazards and Health Effects (EHHE), Lead Poisoning Prevention Branch6 M. Kleeman, Energy Use and Air Pollution in Indonesia, Ashgate Publishing Limited 1994.7 B. Ostro, Estimating. The Health Effects of Air Pollution : A method with an Application to Jakarta, World Bank, 1994.8 Renat Heuberger,SWISSCONTACT Jakarta, SO2 and NO2 Passive Sampling, Lead Analysis, 2000.9 B. Ostro, Estimating. The Health Effects of Air Pollution : A method with an Application to Jakarta, World Bank, 199410 Stasiun pemantauan: Rawa Terate 1, Ancol, Gelora Senayan, Gambir, Duri Kosambi, Cipedak, Pegadungan, Kramat Pela dan Cilincing.11 Ibid.12 J. T. Shah, Nagpal, C. Brandon, eds, URBAIR Guidebook, World Bank, 1997.13 Energy Information Administration, US Department of Energy, 2002.14 Holmes, D., Where Have All the Forests Gone?, The World Bank, 200215 15Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 1999, Laporan Akhir, Causes, Extent, Impact and Costs of 1997/ 98 Fires and Drought, Bank Pembangunan Asia dan BAPPENAS.16 EMC sekarang dikenal sebagai “Deputi Asisten untuk Fasilitas Pengelolaan Dampak Lingkungan”17 Hilman, M. , Deputy Menteri Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas kerja , November 200218 M. Kleeman, Energy.19 Ibid.20 Kleeman, M., Energy.21 Tingkat kematian bayi pada 2000 adalah 44 per 1000 kelahiran hidup (dibandingkan 54 kematian per 1000 kelahiran di 1996).22 BPS- Statistik Indonesia, 2000 Statistik Potensial Desa.23 KedutaanBesarAmerikaSerikat,Jakarta (http://www.usembassyjakarta.org/econ/clean%20air.html).24 Nilai dari kasus kematian premature (juga dikenal sebagai nilai kehidupan statistik) diperkirakan sebagai nilai discounted dari penghasilan yang diperkirakan di masa depan pada umur rata-rata.25 Karena nilai absolut dari tunjangan dinyatakan sebagai bagian dari penghasilan urban, angka-angka ini bebas dari perkiraan mengenai penghasilan urban rata-rata.26 Renat Heuberger, Swisscontact, Jakarta “Air Monitoring Jakarta: Assessment of the Quality Monitoring System”, 2000.27 Pada tahun 2000, sekitar 729 diuji.28 Swisscontact, Clean Air Project: Inspection & maintenance of Private Cars, Pramono and Heuberger.29 Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997.30 The Little Green Data Book: World Development Indicators, World Bank, 1997.31 Indonesia Environment Report, World Bank, 1994.32 Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997.33 Ibid.34 ADB TA No. 2805-INO, Strengthening of Urban Waste Management Policies and Strategies, 1998.35 International Seminar on Water Supply and Sanitation Sector Reform in the Context of Regional Autonomy; Jakarta, May 21-23,

2001.36 Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR; WB 1997.37 Ibid.

Catatan

48

41 Ibid.42 A. Sudjarwo and Y.D. Desa, "Community-Based Sanitation, International Seminar on Water Supply and Sanitation Sector Reform

in the Context of Regional Autonomy," Jakarta, May 21-23, 2001.43 Laporan Lingkungan Indonesia, 1994.44 Sakti, Laporan Akhir: Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River, 1997.45 Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River - Final Report. Disiapkan untuk PT LIDIPUTA

PERTIWI oleh PT. GEMPA SURYA SAKTI, October 1997.46 Laporan Lingkungan Hidup Indonesia 1994; Design of Automated Water Quality Monitoring Network in the Brantas River, 1997.47 Afsah, S., Impact of Financial Crisis on Industrial Growth and Environmental Performance in Indonesia, US-Asia Environmental

Partnership, July 1998.48 Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta; JICA, 1991.49 Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997.50 Ibid.51 Tambang Freeport ialah penghasil tambang emas terbesar di dunia; pada tahun 2000 dihasilkan 73,5 ton emas.52 Jenis teknologi dan throughput of ore biasanya dipakai untuk mendefinisikan skala tambang yang berbeda. Namun, Departemen

Tambang dan Energi Indonesia mengklasifikasikan kegiatan tambang bukan dari skala operasi namun dari jenis mineralyang dihasilkan dan sistem huruf:’A’ untuk mineral yang vital bagi ekonomi (mis. emas, uranium); ‘B’untuk produk yangterkait energi (mis. batubara;minyak;gas); dan ‘C’ untuk mineral industri (mis. pasir;kerikil;batu kapur); dan tambang emasskala kecil.

53 ‘Chronology of Major Tailings Dam Failures’ tersedia di internet di http://antenna.nl/wise-database/uranium/mdaf.html.Meskipun penulis tidak menggolongkannya demikian, sebagian besar dari tambang ini kemungkinan adalah tambang skala-menengah.

54 Perkiraan berdasarkan US$100 juta yang dikeluarkan oleh Placer Dome untuk tumpahan tambang Marcopper skala menengahdi Filipina.

55 Acid rock drainage adalah air dari limbah dan tailing tambang yang menjadi asam oleh oksidasi bahan sulfida. ARD membunuhkebanyakan kehidupan tumbuhan dan hewan. Untuk menghindari ARD, limbah harus tertutup oleh air atau tanah di lokasiimpermeable.

56 Hamilton, 1998 b., Bank Dunia, laporan Indonesia in Transition.57 Secara teoretis, jika biaya lingkungan di internalisasi , kemudian pada marjin, pengeluaran lingkungan oleh perusahaan

dapat cukup untuk58 World Resources Institute (WRI), Reefs at Risk in Southeast Asia, 2000.59 Ibid.60 Eutrophication: Kelebihan nutrien dalam perairan yang menimbulkan penimbunan bentuk kehidupan yang merugikan.61 Peninjauan tahun 1990 terhadap 84 studi mengenai kualitas dan kuantitas air , hygiene, sanitasi dari 30 negara berbeda

mengindikasi bahwa perbaikan keadaan air dan sanitasi diharapkan dapat mengurangi kematian sebanyak 55 hingga 60persen dan morbiditas sebanyak 25 persen.

62 Perkiraan ini mengasumsi tingkat kematian kasar 0,007, yang menghasilkan perkiraan kematian 7.000/tahun.63 The Indonesia Environment and Development Report, World Bank, 1994.64 Ibid.

Catatan

38 BOD ialah jumlah oksigen yang dikonsumsi dalam proses biologis yang menguraikan bahan organic dalam air. Makin banyakBOD, makin banyak derajat polusi.

39 Rasio layanan sulit diestimasi secara tepat, karena mereka khususnya tergantung pada perkiraan jumlah rumah tangga yangdilayani per sambungan dan per standpipe. Pada umumnya diakui bahwa rata-rata 7 orang atau 1,6 rumah tangga dilayanioleh sambungan domestik akibat perumahan kolektif, pemakaian bersama oleh dua rumah tangga atau lebih dan membelidari tetangga.

40 Indonesia Urban Water Supply Sector Policy Framework-EASUR, World Bank, 1997.

49

65 Pada umumnya rukun tetangga ialah satuan administrasi terkecil, terdiri dari keluarga, dipimpin oleh perorangan yang dipiliholeh warga.

66 Rukun warga menunjukkan satuan administrasi yang terdiri dari beberapa RT yang dipimpin oleh seseorang yang dipilih olehwarga. Pemimpin yang ditunjuk tidak dianggap pejabat pemerintah; namun ia didukung oleh program social pemerintah danbertindak sebagai penghubung antara otoritas pemerintah local dan warga yang memilihnya.

67 Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002.68 Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 2002.69 Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 200270 Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 200271 Hilman,M., Deputi Menteri untuk Prasarana Teknis Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja November 8, 200272 Studi Strategi Nasional mengenai Mekanisme Pengembangan Bersih di Indonesia, Kementrian Lingkungan, 2001.

Catatan

50