28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan Generatif makhluk hidup, sifat- sifat dan karakteristik dari kedua induk diwariskan kepada keturunannya. Sifat-sifat dan karakteristik tersebut dikendalikan dan dikuasai oleh faktor-faktor genetik. Faktor-faktor genetik yang mengendalikan dan menguasai sifat-sifat tersebut berada didalam kromosom, tepatnya pada gen. Gen terdapat pada lokus yag berupa substansi protein dan tersusun oleh DNA dengan susunan yang kompleks. Istilah Gen dikemukakan oleh W. Johhansen (1898) untuk mengganti istilah faktor, elemen, atau determinan pada zaman Mendell. Menurut Morgan, gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati suatu lokus pada krmosom yang mengandung suatu informasi genetika dan mengatur sifat menurun tertentu. Tempat gen dalam kromosom yang homolog (kromosom berada dalam pasangan dua) disebut lokus. Sederetan lokus berisi gen yang sealela. Secara kimis, gen dibangun oleh DNA. DNA dibentuk oleh tigam macam molekul, yaitu gula pentose (deoksiribosa), asam fosfat, dan basa nitrogen. Kromosom terdiri atas DNA dan protein. Informasin genetik yang mengatur aktivitas sel terletak dalam

GenetikA MONOHIBRID 2

  • Upload
    matt

  • View
    249

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bio

Citation preview

Page 1: GenetikA MONOHIBRID 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan Generatif makhluk hidup, sifat-sifat dan karakteristik

dari kedua induk diwariskan kepada keturunannya. Sifat-sifat dan karakteristik

tersebut dikendalikan dan dikuasai oleh faktor-faktor genetik. Faktor-faktor

genetik yang mengendalikan dan menguasai sifat-sifat tersebut berada didalam

kromosom, tepatnya pada gen. Gen terdapat pada lokus yag berupa substansi

protein dan tersusun oleh DNA dengan susunan yang kompleks.

Istilah Gen dikemukakan oleh W. Johhansen (1898) untuk mengganti

istilah faktor, elemen, atau determinan pada zaman Mendell. Menurut Morgan,

gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati suatu lokus pada krmosom

yang mengandung suatu informasi genetika dan mengatur sifat menurun tertentu.

Tempat gen dalam kromosom yang homolog (kromosom berada dalam pasangan

dua) disebut lokus. Sederetan lokus berisi gen yang sealela. Secara kimis, gen

dibangun oleh DNA. DNA dibentuk oleh tigam macam molekul, yaitu gula

pentose (deoksiribosa), asam fosfat, dan basa nitrogen.

Kromosom terdiri atas DNA dan protein. Informasin genetik yang

mengatur aktivitas sel terletak dalam struktur DNA-nya dan bukan pada

proteinnya. Makin banyak jumlah kromosom, makin besar kandungan DNA-nya.

DNA terdiri atas rangkaian beberapa nukleotida. Nukelotida mengandung

beberapa nukleosida yang terikat dengan asam fosfat, sedangkan nukleosida

terdiri atas basa nitrogen.

Oleh karena itu, tujuan dilakukannya percobaan Genetik agar kita dapat

mengetahui bagaimana pola kromosom yang berisi faktor-faktor genetik Selain

itu, kita juga dapat mengetahui struktur kimia didalam materi genetik yang telah

kita pelajari pada percobaan Genetik.

Page 2: GenetikA MONOHIBRID 2

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui fungsi gen yang terdapat didalam kromosom.

Mengetahui bentuk-bentuk kromosom pada tiap fase pertumbuhan dan

pembelahan mitosis.

Menjelaskan replikasi DNA dalam metode genetik.

Page 3: GenetikA MONOHIBRID 2

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Melalui percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Morgan mengatakan gen adalah suatu zarah yang kompak dan menempati

suatu lokus pada kromosom yang mengandung suatu informasi genetika dan

mengatur sifat menurun tertentu. Jadi, fungsi gen adalah sebagai pengatur

pertumbuhan atau perkembangan terhadap metabolisme makhluk hidup.

Selain itu juga berfungis untuk menyampaikan informasi genetik dari

generasi ke generasi berikutnya.

Setiap kromosom terdiri atas sentromer atau lengan. Berdasarkan letak

sentromer atau lengan, bentuk kromosom dibedakan menjadi empat macam ;

bentuk telosentrik, yaitu jika letak sentromer berada diujung ; bentuk

akrosentrik, yaitu jika letak sentromer mendekati ujung ; bentuk

submetasentrik, yaitu jika letak sentromer agak jauh dari ujung kromosom

dan biasanya membentuk huruf L atau J ; dan yang terakhir yaitu bentuk

metasentrik, yaitu jika letak sentromer berada ditengah sehinggan panjang

masing-masing lengan adalah sama.

DNA mempunyai kemampuatn heterokatalik, yaitu mampu membentuk

molekul kimia lain dari sebagian rantainya dan autokatalik, yaitu mampu

memperbanyak diri. Ketika terjadi pembelahan mitosis, pita kembar yang

berpilin pada DNA, akan dilepas sebagian oleh enzim DNA polimerase pada

ikatan hidrogen antara purin dan pirimidin. Ikatan tersebut lemah, sehingga

mudah pecah dibandingkan dengan ikatan kovalen antara fosfat dan

deoksiribosa , inilah yang disebut dengan replikasi DNA.

Page 4: GenetikA MONOHIBRID 2

5.2 Saran

Pada percobaan genetika selanjutnya diharapkan agar kancing yang

digunakan dapat diganti dengan menggunakan dadu kocok, agar kita dapat

mengetahui hasil dari pengocokan tersebut, apakah hasil yang didapatkan dapat

menyesuaikan dengan hasil pada saat menggunakan kancing.

Page 5: GenetikA MONOHIBRID 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada

keturunannya. Pewarisan sifat mengikuti pola-pola tertentu. Orang yang pertama

kali mengadakan percobaan tentang pewarisan sifat adalah Gregor Johann

Mendel (1822-1884), seorang biarawan di sebuah biara di Brunn, Austria.

Mendel menyilangkan (mengawinkan secara silang) kacang kapri (Pisum

sativum), kemudian hasil persilangannya ditanam dan diamati. Mendel

mengawinsilangkan hingga diperoleh keturunan kedua. Mendel melakukan

percobaannya selama 12 tahun (Sabani dkk., 1984).

Alasan Mendel memilih kapri sebagai bahan percobaannya adalah karena

kapri:

1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok

2. Melakukan pernyebukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan

pernyebukan sendiri cenderung memiliki sifat konstan, yaitu sifat yang turun-

temurun tetap. Tumbuhan yang memiliki sifat yang konstan dikenal sebagai

galur murni

3. Mudah dilakukan pernyebukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari

dari satu kapri dan diletakkan di kepala putik dari kapri yang lain.

4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat, hanya dalam

beberapa bulan sudah diketahui hasilnya.

5. Mempunyai keturunan yang banyak

Pasangan sifat beda yang mencolok pada kacang kapri

No. Ciri Tanaman Sifat Beda

1 Bentuk biji Bulat >< keriput

2 Warna biji Kuning >< hijau

3 Warna bunga Ungu >< putih

4 Warna polong Gembung >< keriput

5 Warna polong Hijau >< kuning

6 Letak bunga Aksial (ketiak daun)

Page 6: GenetikA MONOHIBRID 2

> < terminal (ujung

batang)

7 Panjang batang Panjang (2-2,5 m) >

< pendek (0,25-0,5

m)

(Thomi, 2005)

2.1 Genotip dan Fenotip

Genotip adalah sifat atau karakter yang ditentukan oleh gen. Ada yang

menyebut genotip sebagai faktor bakat atau bawaan. Genotip bersifat menurun

dan diwariskan kepada keturunannya. Sifat yang tampak dari luar disebut fenotip.

Fenotip merupakan panduan antara genotip dengan lingkungannya. Dalam

diagram persilangan, sifat genotip biasanya ditampilkan dalam bentuk simbol

huruf. Contohnya, genotip untuk tumbuhan berfenotip buah bulat. Jadi, B adalah

genotip sedangkan bulat adalah fenotip.

Misalkan air, memiliki genotip H2O. Pada suhu 0oC hingga 100oC, air

menampakkan sifat cair (fenotip cair). Pada suhu di atas 100oC fenotipnya berupa

uap dan pada suhu di bawah 0oC fenotipnya berupa es yang padat. Jadi meskipun

air genotipnya H2O, fenotipnya dapat berupa padat, cair, atau gas, tergantung

pada lingkungan suhu di sekitarnya. Contoh yang lain adalah bakat melukis pada

seorang anak. Misalnya bakat melukis ditentukan oleh gen, sehingga bakat

melukis adalah genotip. Genotip melukis tidak menampakkan hasilnya jika anak

itu tidak pernah diberi pelajaran menggambar. Pelajaran menggambar adalah

lingkungan. Anak yang bebakat melukis (genotip) kemudian diberi pelajaran

menggambar (lingkungan) akan menampakkan keterampilan melukis (fenotip)

(Thomi, 2005).

2.2 Hukum Mendel I

Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum segregasi. Selama proses

meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan

tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel

gamet. Misal, set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Misal, induk

Mm akan menghasilkan gamet M dan m. Prinsip demikian setiap sel gamet hanya

Page 7: GenetikA MONOHIBRID 2

mengandung satu gen dari alelnya. Pada waktu fertilisasi, sperma bersatu secara

acak dengan ovum untuk membentuk individu baru. Hukum Mendel I dapat

kalian kaji dari persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda,

pada uraian berikut.

Mendel menyilangkan sejenis kapri dengan memperhatikan satu sifat beda

yang mencolok, misalnya, kapri berbiji bulat disilangkan dengan kapri berbiji

keriput, kapri dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau,

kapri berbunga merah dengan bunga putih, dan seterusnya.

Setiap individu jantan maupun betina memiliki peranan yang sama dalam

pewarisan sifat. Dalam menyilangkan kapri berbiji bulat dan kapri berbiji keriput

misalnya, Mendel tidak membedakan apakah kapri berbiji bulat atau keriput yang

digunakan, diambil sel kelamin jantan ataukah betinanya. Baik bukat atau keriput

berjenis kelamin jantan maupun betina akan menghasilkan keturunan yang sama.

Untuk memudahkan mempelajariya, tiap-tiap persilangan diberi simbol.

Pada saat menyilangkan, tanaman induk diberi notasi P (singkatan dari

parental=induk). Keturunan I (keturunan pertama) yang dihasilkan disebut filial I

(filial=keturunan) yang disingkat F1. Untuk mendapatkan keturunan II (F2),

dilakukan persilangan antarsesama F1. Caranya, Mendel menanam tumbuhan F1

yang kemudian disilangkan dengan tanaman F1 yang lain (Yatim, 1996).

No. Sifat Beda atau

Parental(P)

Banyaknya

Individu F1

(keturunan 1)

Banyaknya

Individu F2

(keturunan 2)

Perbandingan

1 Biji bulat ><

keriput

Semua bulat 5.474 bulat :

1.850 keriput

2,96:1

2 Biji kuning ><

hijau

Semua kuning 6.022

kuning :

2.001 hijau

3,01:1

3 Bunga ungu ><

putih

Semua merah 705 merah :

224 putih

3,15:1

4 Polong gembung

>< keriput

Semua

gembung

882

gembung :

2,95:1

Page 8: GenetikA MONOHIBRID 2

299 kurus

5 Polong hijau ><

kuning

Semua hijau 428 hijau :

152 kuning

2,82:1

6 Bunga aksial ><

terminal

Semua aksial 651 aksial :

207 terminal

3,14:1

7 Batang panjang ><

pendek

Semua

panjang

787 panjang :

277 pendek

2,84:1

Perbandingan rata-rata 3:1

Berdasarkan hasil percobaan Mendel pada tabel dapat dikemukakan

beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Sifat yang muncul pada F1 disebut sifat dominan (menang), sedangkan

yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Pada contoh nomor 1

pada tabel, bentuk biji bulat dominan terhadap keriput, dan biji keriput resesif

terhadap bulat. Pada contoh nomor 2 pada tabel, warna biji kuning dominan

terhadap hijau, dan hijau resesif terhadap kuning, dan seterusnya.

b. Banyaknya individu (tanaman) yang muncul pada F2 antara yang dominan

dan resesif memiliki perbandingan rata-rata 3:1. Pada contoh nomor 1,

tanaman yang menghasilkan biji bulat sebanyak s.474 pohon, sedangkan yang

menghasilkan biji keriput sebanyak 1.850 pohon. Bulat : keriput = 2,96 : 1,

atau dibulatkan menjadi bulat : keriput = 3 : 1.

Jika dilihat contoh nomor 3, bunga kapri ungu disilangkan dengan

tanaman kapri bunga putih. Biji hasil persilangan ditanam dan akan menghasilkan

keturunan pertama (F1). Ternyata semua tanaman F1 menghasilkan berwarna

ungu, tidak ada satupun tanaman yang menghasilkan bunga berwarna putih. Oleh

karena itu dikatakan warna ungu dominan(menang) dan warna putih resesif

(kalah). Jika biji tanaman berwarna ungu ini disilangkan sesamanya (F1><F1), dan

hasil persilangannya ditanam, akan diperoleh keturunan kedua (F2) sebanyak 705

tanaman berbunga ungu dan 224 tanaman berwarna putih, atau perbandingan

rata-rata antara dominan : resesif = 3:1.

Page 9: GenetikA MONOHIBRID 2

Oleh Mendel, induk yang dominant homozigot diberi simbol dengan

huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf besar yang ditulis

dua kali. Sifat resesif diberi simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi.

Misalnya, biji bulat yang ditulis dua kali atau sepasang karena kromososm selalu

berpasangan. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada

kromosom homolognya.

Mendel juga mengatakan bahwa pada saat pembentukkan gamet (sel

kelamin), terjadi pemisahan bebas dari sifat atau gen yang dikandung oleh

induknya. Artinya, setiap gamet akan mendapatkan gen yang dikandung oleh

induknya. Artinya, dikenal sebagai prinsip segregasi bebas. Misalnya, induk

heterozigot Bb akan menghasilkan keturunan BB, Bb, bb, karena tiap individu

jantan dan betina menghasilkan gamet B dan b. Untuk induk dengan dua sifat

beda (dihibrid), misalnya BbPp (biji bulat, batang panjang), akan menghasilkan

gamet BP, Bp, bP, dan bp. Prinsi ini disebut prinsip kombinasi secara bebas.

Individu yang mengandung notasi dominan-dominan atau dominan-resesif

akan menampakkan fenotip resesif. Jadi, genotip BB dan Bb menampakkan

fenotip bulat, sedangkan genotip bb akan menampakkan fenotip keriput (Sabani

dkk., 1984).

2.3 Hukum Mendel II

Hukum Mendel II dikenal pula sebagai Hukum Asortasi atau Hukum

Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat

berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen

untuk satu sifat tidak berpengaruh pada untuk sifat yang lain yang bukan alelnya.

Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu

persilangan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji

(bulat+keriput) dan warna biji (kuning+hijau). Pada persilangan antara tanaman

tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna hijau diperoleh

keturunan biji bulat warna kuning. Dari hasil persilangan tersebut dapat diduga

bahwa sifat bulat dan kuning merupakan sifat dominan sedangkan sifat keriput

dan hijau merupakan sifat resesif. Oleh karena setiap gen dapat berpasangan

Page 10: GenetikA MONOHIBRID 2

secara bebas maka hasil persilangan antar sesama F1 memperoleh hasil tanaman

bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau, dan keriput hijau.

Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan.

Jika kedua gen itu letaknya berdekatan, hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel

II ini juga tidak berlaku untuk persilangan monohibrid.

Perhatikan analisis papan catur berikut ini tentang kapri dengan dua sifat

beda (dihibrid). Kapri biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan biji keriput

berwarna hijau. Keturunan pertama semuanya biji berbiji bulat berwarna kuning.

Artinya, sifat bulat terhadap keriput dan kuning dominant terhadap hijau.

Persilangan atar F1 menghasilkan keturunan kedua F2 sebagai berikut: 315

tanaman bulat kuning, 108 tanaman bukat hijau, dan 32 keriput hijau. Jika

diperhatikan, perbandingan antara tanaman bulat kuning:keriput kuning:bulat

hijau : keriput hijau mendekati 9:3:3:1 (Yatim, 1996).

P : BBKK (bulat, kuning) >< bbkk (keriput, hijau)

F1 : BbKk (bulat, kuning)

F1 X F1: BbKk (bulat, kuning) >< BbKk (bulat, kuning)

Gamet : BK,Bk,bK,bk BK,Bk,bK,bk

Gamet-gamet ini dapat berpasangan secara bebas (Hukum Mendel II)

sehingga F2 dapat digambarkan sebagai berikut:

Gamet BK Bk bK bk

BKBBKK

1

BBKk

2

BbKK

3

BbKk

4

BkBBKk

5

BBkk

6

BbKk

7

Bbkk

8

bKBbKK

9

BbKk

10

bbKK

11

Bbkk

12

BkBbkk

13

Bbkk

14

bbKk

15

Bbkk

16

Keterangan: Bulat kuning: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13

Keriput kuning: 11, 12, 15

Bulat hijau: 6, 8, 14

Page 11: GenetikA MONOHIBRID 2

Keriput hijau: 16

− Tanaman bulat kuning pada kotak nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13, jumlah 9

− Tanaman bulat hijau pada kotak nomor: 6, 8, 14 jumlah 3

− Tanaman keriput hijau pada kotak nomor: 16, jumlah 1

− Jadi, perbandingan bulat kining : Bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau

= 9 : 3 : 3 : 1.

Tanaman homozigot terletak pada kotrak nomor 1, 6, 11, dan 16,

sedangkan lainnya heterozigot. Bastar konstan atau individu baru terdapat pada

kotak 6 dan qq. Bastar konstan atau individu baru adalah keturunan homozigot

yang memiliki sifat baru (berbeda dari kedua induknya), sehingga dalam

persilangan antarsesamanya tidak memisah (konstan).

2.4 Macam Gamet dan Macam Fenotipe dari Persilangan

1. Persilangan Resiprok

Dalam persilangan, Hukum Mendel tidak mempersoalkan jenis kelamin.

Artimya, Hukum Mendel I dan II berlaku sama pada jenis kelamin jantan dan

betina. Ini berarti bahwa baik jantan maupun betina mendapatkan kesempatan

yang sama dalam pewarisan sifat. Misalnya, persilangan antara bunga merah

dengan putih akan menghasilkan keturunan yang sama, apabila serbuk sari

diambil dari bunga merah atau putih. Persilangan yang demikian dikenal sebagai

persilangan resiprok.

2. Back Cross dan Test Cross

Back cross adalah mengawinkan F1 dengan salah satu induknya, baik

induk homozigot dominan atau resesif. Tujuannya adalah untuk mengetahui

genotip induk yang belum diketahui.

Tess Cross (uji silang) adalah mengawinkan suatu individu hasil

persilangan dengan salah satu induknya yang homozigot resesif. Uji silang ini

bertujuan untuk mengetahui apakah genotip individu yang diuji itu homozigot

ataukah heterozigot. Apabila hasil uji silang menunjukkan perbandingan fenotip

keturunannya memisah,maka kesimpulannya individu yang diuji adalah

heterozigot, bukan homozigot. Akan tetapi apabila hasil uji silang 100%

berfenotip sama, maka individu tersebut homozigot (Sabani dkk. 1984)

Page 12: GenetikA MONOHIBRID 2

BAB IIIMETODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

− Alat tulis

− Kertas gambar

3.1.2 Bahan

− Dua kancing merah dan putih yang telah dilekatkan; warna merah untuk

alel R dan warna putih untuk alel r. R pembawa sifat warna bunga merah

dan alel r untuk bunga warna putih

− Kancing plastik dengan kombinasi warna: merah-hitam, merah-hijau,

putih-hitam, putih-hijau, dan kantong kain.

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Persilangan monohibrid

− Setiap kantong menerima dua buah kantong yang masing-masing berisi

16 kancing plasstik yang terdiri dari:

1. 4 merah-hitam (RB) = bunga merah, buah bulat

2. 4 merah-hijau (Rb) = bunga merah, buah oval

3. 4 putih-hitam (rB) = bunga putih, buah bulat

4. 4 putih-hijau (rb) = bunga putih, buah oval

− Kantong tersebut diumpamakan alat kelamin individu dihibrid (RrBb),

sedangkan kombinasi kancing seperti di atas merupakan gamet-gamet

yang dibentuk oleh dihibrid.

Page 13: GenetikA MONOHIBRID 2

− Diambill dengan tangan kiri di kantong kiri dan dengan tangan kanan di

kantong kanan pada waktu yang bersamaan sehingga diperoleh sebuah

kombinasi kancing pertemuan dari dua kombinasi kancing di kedua belah

tangan merupakan zigot. Setelah dicatat hasilnya, dikembalikan

kombinasi itu ke dalam kantong asalnya, dan dikocoklah kantong itu agar

kombinasi kantong itu bercapur kembali. Diulangi pengambilan

kombinasi kancing tersebut sampai 200 kali.

− Dilakukan pengujian X2 untuk melakukan percobaan dihibrid dan

monohibrid. Bagaimana kesimpulan untuk data percobaan yang diperoleh.

Page 14: GenetikA MONOHIBRID 2

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:

4.1.1 Persilangan Monohibrid

Gamet Observasi (o) Harapan (ɛ) X2=

RR 43 50 0,98

Rr 99 100 0,01

rr 58 50 1,28

X2hitung = 2,27

4.1.2 Tabel persilangan Monohibrid

X2 tabel = 5,99

Pengamatan

GametDiamati (O) Harapan (E) X2 =

RR

Rr

rr

43

99

58

50

100

50

X2 = 0,98

X2 = 0,01

X2 = 1,28

Total 200 200 hitung = 2,27

Page 15: GenetikA MONOHIBRID 2

X2 hitungan = 0,32

Db= K-1

= 3-1 = 2

Dengan taraf kepercayaan 95%

Hipotesis:

H0 = bila x2 hit < x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan.

H1 = bila x2 hit > x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan.

Kesimpulannya: Berdasarkan percobaan maka Ho di terima dengan x2 hit < x2

tabel, maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata denga

sebaran harapan.

4.1.3 Persilangan Dihibrid

Gamet Observasi Harapan X2= (o - ɛ)2/ ɛ

R_B_ 109 112,5 0,11

R_bb 52 37,5 5,61

rrB_ 26 37,5 3,53

rrbb 13 12,5 0,02

200 200 9,27

X2 tabel = 7,82

X2 hitungan = 9,27

Db = K-1

= 4-1

= 3

Hipotesis:

H0 = bila x2 hit < x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan.

Page 16: GenetikA MONOHIBRID 2

H1 = bila x2 hit > x2 tabel = maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan.

Kesimpulannya: Berdasarkan percobaan maka H0 di terima dengan x2 hit < x2

tabel, maka di terima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata denga

sebaran harapan.

4.2 Pembahasan

Dari percobaan persilangan monohibrid dan dihibrid mendel dapat

disimpulkan bahwa:

Hipotesis pada persilangan monohibrid hit db α, maka di terima bahwa

sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran hitungan. Dengan x2

tabel = 5,99 , x2 hitungan = 0,32

Hipotesis pada persilangan dihibrid hit db α, maka di terima bahwa

sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran hitungan. Dengan x2

tabel = 7,28 , X2 hitungan = 9,27

Dari hasil percobaan monohibrid dan dihibrid dikatakan bahwa percobaan

sudah sesuai dengan hukum mendel. Pada Hukum Mendal I, yaitu pada waktu

pembentukan gamet, gen-gen dari sepasang gen suatu sifat akan bersegresi bebas

dan menghasilkan empat fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1 dan pada Hukum

Mendel II, yaitu pada waktu pembentukan F1 masing-masing gen suatu sifat dari

tetua betina berpadu bebas dengan masing-masing gen suatu sifat dari tetua

jantan.

Gen adalah suatu sifat pewarisan yang diturunkan oleh sang induk kepada

seorang anak.

Dalam halnya persilangan monohibrid adalah persilangan antaradua

spesies yang sama dengan satu sifat beda persilangan monohibrid ini sangat

berkaitan dengan hukum mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi.

Hukum ini berbunyi pada pembentukan gametuntu gen yang merupakan

pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali

mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada

kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini didalam persilangan

Page 17: GenetikA MONOHIBRID 2

monohibrid selalu berlaku hukum mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel

belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom

dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel

menyebut bahan genetik itu hanya faktor penentu (determinan) atau disingkat

dengan faktor. Hukum Mendel I berlaku pada gemetogenesis F1 x F1 itu

memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada

kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing

pergi ke satu gamet.Karakter R yang dominan terhadap r rendah atau resesif pada

bahan percobaan yang kami gunakan yaitu kancing baju.

Persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua

tanda beda. Persilangan ini membuktikan kebenarannya pada Hukum Mendel II

yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan

bersegrasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan

perbandingan 9:3:3:1. Kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil

yang berbeda dari apa yang diharapkan yang mungkin disebabkan oleh beberapa

hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan

sebagainya.

Dari percobaan genetika yang telah dilakukan, diperoleh hasil persebaran

nyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki itu berbeda. Dan setiap

kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen

berbeda.

Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh gamet-

gamet akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan, tiap

uji percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang

kami lakukan hasil RR (Merah bulat) memperoleh hasil observasi 38 peluang

dengan harapan 50% dari 200% jika diambil nilai persentase garis besarnya

diperoleh 2,88%, dan Rr (Merah kisut) memperoleh hasil observasi 101 peluang

dengan harapan 100% dari 200% yang memperoleh hasil 0,01%, dan peluang

untuk rr (putih kisut) memperoleh hasil observasi 61 peluang dengan harapan

50% dari 200% dan memperoleh hasil ialah 2,42%. Nilai Db (drajat bebas)

merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi (3-1=2) nilai yaitu 5,99 dilihat

Page 18: GenetikA MONOHIBRID 2

pada tabel 4.1.1 dengan Db = 2 terletak 200%.Dari dasil ini kita dapat

menyimpulkan jadi, Ho diterima (5,31 ≤ 5,99), maka sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi hukum Mendel 1 diterima.

Pada tabel II persilangan monohibrid dominansi penuh (3:1) R-(dominan)

memperoleh observasi 139 dari hasil menjumlahkan RR (merah bulat) pada tabel

1 dan Rr (merah kisut) pada tabel 1(89+101=139) dan memperoleh harapan

150% dari 200% dan menghasilkan 0.81%. untuk rr (putih kisut) memperoleh

harapan hasil observasi 61 peluang dengan harapan 50% dari 200% dan

memperoleh hasil ialah 2,42%. Nilai Db (drajat bebas) merupakan banyaknya

kelas fenotip dikurangi (2-1=1) nilai yaitu 3,23% dilihat pada table 4.1.2 denagan

Db = 1. Dari hasil ini kita dapat menyimpulkan jadi, Ho diterima (3,23 ≤ 3,84),

maka sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran pengamatan tidak

berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi huum mendel 1 diterima.

Pada tabel III persilangan dihibrid (9:3:3:1) R-B (merah hitam dominan)

memperoleh observasi 81 peluang dengan harapan 112,5% dari 200% dan

memperoleh hasil ialah 8,82%, pada R-bb (merah dominan, hijau, dan putih)

memperoleh observasi 65 peluang dengan harapan 37,5% dari 200% dan

memperoleh hasil ialah 20,2%, pada rr-B (hijau, putih, dan hitam dominan)

memperoleh observasi 45 peluang dengan harapan 37,5% dari 200% dan

memperoleh hasil 1,5%, pada rr bb (hijau putih) memperoleh observasi 9 peluang

dengan harapan 12,5% dari 200% dan memperoleh hasil 0,98%. Nilai Db (drajat

bebas) merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi (4-1=3) nilai yaitu 7,82

dapat disimpulkan jadi, ho di tolak (31,5 > 7,82), maka sebaran pengamatan

berbeda nyata dengan sebaran harapan, jadi huum mendel II diterima.

Dalam percobaan genetika memiliki faktor kesalahan yaitu sering

terjadinya kelebihannya peluang kancing yang diambil sehingga menyebabkan

lambatnya dalam pengambilan data dan perhitungan.

Page 19: GenetikA MONOHIBRID 2

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. 2003. Biologi, jilid kedua edisi kelima. Erlangga. Jakarta

Campbell, N.A. Reece, J.B. dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi, jilid ketiga edisi kelima. Erlangga. Jakarta

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid 1.Yrama Widya. Bandung

James, J. Baker, C. dan Swain, H. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga. Jakarta

Tjitrosomo, S.S. 1983. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung