26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan organ tubuh yang penting dan berfungsi sebagai media pengelihatan. Kelainan yang terjadi pada mata dapat menyebabkan gangguan fungsi pengelihatan dan berdampak terhadap kualitas hidup seseorang. Kelainan-kelainan pada mata dapat disebabkan oleh faktor internal dari mata atau oleh faktor eksternal dari luar mata. Kelainan mata akibat faktor internal contohnya adalah kelainan bentuk bola mata yang dapat menyebabkan kelainan refraksi berupa miopia atau hipermetropia. Sementara kelainan mata akibat faktor eksternal contohnya adalah trauma pada mata atau trauma okuli. 123 Trauma pada mata merupakan salah satu kegawatdaruratan mata yang dapat mengenai jaringan mata diantaranya kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. 2 Trauma pada mata dapat menimbulkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, rongga orbita, dan saraf mata sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi penglihatan. 2 Berdasarkan mekanisme trauma, trauma pada mata dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma termal, trauma fisik, trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma radiasi. 2,3 Salah satu jenis trauma mata yang sering ditemukan adalah trauma kimia. Trauma oleh bahan kimia ini dapat terjadi 1

glaukoma

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata merupakan organ tubuh yang penting dan berfungsi sebagai media pengelihatan. Kelainan yang terjadi pada mata dapat menyebabkan gangguan fungsi pengelihatan dan berdampak terhadap kualitas hidup seseorang. Kelainan-kelainan pada mata dapat disebabkan oleh faktor internal dari mata atau oleh faktor eksternal dari luar mata. Kelainan mata akibat faktor internal contohnya adalah kelainan bentuk bola mata yang dapat menyebabkan kelainan refraksi berupa miopia atau hipermetropia. Sementara kelainan mata akibat faktor eksternal contohnya adalah trauma pada mata atau trauma okuli.123Trauma pada mata merupakan salah satu kegawatdaruratan mata yang dapat mengenai jaringan mata diantaranya kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.2 Trauma pada mata dapat menimbulkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, rongga orbita, dan saraf mata sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi penglihatan.2 Berdasarkan mekanisme trauma, trauma pada mata dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma termal, trauma fisik, trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma radiasi.2,3Salah satu jenis trauma mata yang sering ditemukan adalah trauma kimia. Trauma oleh bahan kimia ini dapat terjadi karena kecelakaan pada lokasi pekerjaan, industri, dan laboratorium.2 Bahan-bahan kimia yang digunakan sering memiliki sifat merusak mata sehingga apabila kontak langsung dengan mata akan menyebabkan trauma. Namun ternyata bahan kimia di rumah tangga yang digunakan sehari-hari juga dapat menimbulkan trauma kimia pada mata. Contohnya adalah bahan-bahan pembersih di rumah tangga dan yang berasal dari alam seperti getah tanaman. Trauma mata oleh bahan kimia memerlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.2,3Trauma kimia pada mata berdasarkan sifat bahannya dibagi menjadi trauma asam dan trauma basa atau alkali. Masing-masing jenis bahan kimia yang mengenai mata memiliki efek yang berbeda-beda. Bahan kimia basa atau alkali akan berefek lebih cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan dengan bahan kimia asam sehingga menyebabkan kerusakan struktur interna bola mata seperti iris dan lensa. Sementara bahan kimia asam tidak dapat menembus ke dalam jaringan bola mata.2Angka prevalensi trauma pada mata cukup tinggi yaitu sebanyak 2,4 juta kasus pertahunnya di Amerika Serikat.3,4 Indonesia merupakan negara yang memiliki kejadian trauma mata yang cukup tinggi. Data dari RSUP Sanglah Denpasar, sebanyak 926 pasien dengan trauma okuli tercatat selama periode 2006-2008.31.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis mengenai kasus trauma pada mata serta mengetahui secara terperinci langkah-langkah diagnosis dan terapi pasien tersebut. Sehingga penulis dapat mengetahui langkah awal penanganan pada kasus trauma bahan kimia pada mata.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan.32.1.1 Trauma Asam

Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7. Bahan asam yang dapat merusak mata yaitu bahan anorganik, organik (asetat, forniat) dan organik anhidrat (asetat). Jika mata terkena zat kimia bersifat asam maka akan terlihat iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya tidak berat karena asam akan menyebabkan koagulasi protein plasma. Koagulasi protein ini menimbulkan keuntungan bagi mata, yaitu sebagai barrier yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut, sehingga yang megalami kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Tetapi jika konsentrasi bahan asam yang masuk ke mata tinggi, kerusakan yang terjadi sama seperti trauma bahan basa. Koagulasi juga menyebabkan kerusakan konjungtiva dan kornea. Selama masa penyembuhan setelah terkena zat kimia asam akan terjadi simblefaron yaitu perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan konjungtiva tarsal.2,42.1.2 Trauma BasaTrauma akibat bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi.22.2 Epidemiologi

Prevalensi trauma kimiawi di Amerika Serikat yaitu 2,4 juta kasus pertahunnya.3 Di negara berkembang, 80% dari trauma kimiawi pada mata dikarenakan oleh pajanan pada dan/atau karena pekerjaan. Trauma pada mata merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja dan sebagian besar 84% diantaranya adalah trauma kimia. Data yang didapatkan di RSUP Sanglah tahun 2006-2008, 926 orang datang dengan keluhan trauma pada mata.32.3 Mortalitas/morbiditasPerhatian utama dari trauma pada mata adalah kemampuan pengelihatan akhir dan masalah kosmetik. Komplikasi cedera yang parah antara lain glaukoma, perforasi kornea, katarak, jaringan parut pada kornea, cul-de-sac conjunctival, komplikasi pada konjungtiva dan palpebra, ablasio retina, dan ulkus kornea.5,62.4 Penyebab

Trauma kimiawi basa biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah. Bahan kimia basa yang tersering menyebabkan trauma pada mata adalah produk-produk pembersih (ammonia), semen, plaster, mortar (lime), petasan (magnesium hidroksida), potasium hidroksida, getah tanaman tertentu.52.5 KlinisDiagnosis dari trauma kimia pada mata terutama berdasarkan anamnesa daripada tanda dan gejala. Pasien umumnya melaporkan adanya nyeri, fotofobia, pengelihatan kabur, dan adanya halo berwarna disekitar cahaya. Trauma yang parah pada mata akan menyebabkan mata tampak putih karena iskemia pada pembuluh darah konjungtiva. Beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi antara lain : 1,2,5,82.5.1. Penurunan visus : penurunan visus mendadak dapat terjadi akibat defek pada epitel kornea, pembentukan kabut stroma, peningkatan lakrimasi atau ketidaknyamanan.

2.5.2. Peningkatan tekanan intraokuler : peningkatan TIO secara mendadak merupakan akibat dari deformasi dan pemendekan serabut kolagen, dimana terjadi pengkerutan chamber anterior. Peningaktan TIO yang terus-menerus secara langsung berhubungan dengan derajat kerusakan segmen anterior akibat peradangan.

2.5.3. Peradangan konjungtiva : derajat peradangan konjungtiva bervariasi mulai dari hiperemis hingga kemosis.

2.5.4. Iskemik perilimbus : derajat dari iskemik limbus merupakan indikator utama untuk prognosis penyembuhan kornea, karena stem sel di limbus-lah yang berperan dalam repopulasi epitel kornea. Secara umum, semakin luas iskemik yang terjadi di limbus, maka prognosis juga semakin buruk. Tetapi, bagaimanapun, keberadaan stem sel perilimbus yang intak tidak dapat menjamin akan terbentuknya reepitelial yang normal.

2.5.5. Defek epitel kornea : kerusakan epitel kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu keratitis pungtata superfisial hingga defek epitel luas. Pada keadaan defek epitel luas, hasil tes fluoresin mungkin negatif, sehingga terkadang keadaan ini dapat terlewat.

2.5.6. Kabut stroma : kabut dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi sempurna.2.5.7. Perforasi kornea : walaupun jarang, perforasi kornea permanen dapat terjadi dalam beberapa hari hingga mnggu pada trauma kimia parah yang tidak ditangani dengan baik.

2.5.8. Reaksi peradangan pada chamber anterior : reaksi yang terbentuk bervariasi dari flare sampai rwaksi fibrinoid. Secara umum, trauma basa lebih sering menyebabkan peradangan chamber anterior akibat kemampuannya yang dapat menembus kornea.

2.5.9. Kerusakan jaringan adnexa : kerusakan jaringan adnexa yang mungkin terjadi antara lain pembentukan jaringan parut pada palpebra yang meyebabkan mata tidak dapat menutup sempurna.62.6 Patofisiologi trauma basaBahan alkali atau basa akan berdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil mengakibatkan saponifikasi asam lemak membran sel, sedangkan kationnya akan berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Interaksi ini memfasilitasi penetrasi lebih dalam menembus lapisan kornea menuju semen anterior bola mata. Reaksi hidrasi terhadap glikosaminoglikan mengakibatkan pembentukan kabut stroma. Hidrasi dari kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan serabut fibril. Hal ini mengakibatkan gangguan terhadap fungsi jaringan trabekular sehingga hasil akhirnya adalah peningkatan tekanan intra okuler.7Selain itu, mediator-mediator keradangan dibebaskan selama proses ini, dimana hal ini akan merangsang pembentukan prostaglandin, yang selain merusak jaringan lebih jauh dengan memproduksi enzim proteolitik juga dapat meningkatkan tekanan intra okuler. Proses penghancuran oleh enzim proteolitik dinamakan nekrosis liquefactive. Bahan basa dapat menembus bagian depan bola mata menuju bilik mata depan secara cepat (5-15 menit). Dimana iris, siliaris body, lensa dan jaringan trabekular akan mengalami kerusakan. Jika pH basa melebihi 11,5 kerusakan yang terjadi bersifat ireversibel.1,4,7Menurut klasifikasi Hughes, trauma basa dapat dibedakan menjadi:

Derajat 1 : iskemia limbus yang minimal atau tidak ada Derajat 2 : iskemia kurang dari 2 kuadran limbus Derajat 3 : iskemia lebih dari 3 kuadran limbus, kornea keruh, pupil masih tampak Derajat 4 : iskemia pada seluruh limbus, seluruh permukaan epitel konjungtiva dan bilik mata depan, seluruh kornea keruh dan pupil tidak tampak atau tidak bisa dievaluasi 8

Gambar 1. Trauma basa, terdapat reaksi konjungtiva yang parah dan opasifikasi stroma yang membuat iris terlihat kabur.52.7 PenatalaksanaanPenatalaksanaan trauma kimia pada mata terdiri dari 6 langkah utama yaitu membersihkan bahan kimia melalui irigasi, memfasilitasi proses reepiteliasi kornea, mengendalikan proses peradangan, mencegah terjadinya infeksi, mengendalikan tekanan intra okuler dan menurunkan rasa nyeri.2,5,91. Membersihkan bahan kimia melalui irigasi 2,5,10Pengobatan untuk semua trauma kimiawi harus dimulai sesegera mungkin. Ini adalah satu-satunya cara untuk dapat mempertahankan kemampuan penglihatan, adalah untuk memulai irigasi sesegera mungkin dan mempertahankannya sedikitnya sekitar 30 menit. Tujuan dari pengobatan pada luka bakar kimiawi adalah untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan resiko infeksi. Cairan yang digunakan untuk irigasi adalah larutan garam fisiologis. Saat melakukan irigasi dapat diberikan anastesi bila perlu. Pemeriksaan pH perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman bahan kimia.Larutan steril dengan osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat) merupakan pembilas ideal. Jika tidak tersedia, larutan garam isotonis steril merupakan pembilas yang cocok. Larutan hipotonik, seperti air biasa, dapat menyebabkan penetrasi lebih dalam dari larutan korosif kedalam struktur kornea karena kornea memiliki gradien osmotik yang lebih tingi (420 mOs/L). Lamanya dan banyaknya cairan pembilas ditentukan oleh pH mata. Irigasi diteruskan sampai pH menjadi normal dalam 30 menit.2. Memfasilitasi proses reepiteliasi kornea2,5Setelah bahan kimia dibersihkan dari permukaan bola mata, proses reepiteliasi mulai terjadi. Proses ini dapat difasilitasi dengan pemberian air mata artifisial, karena pada mata yang terkena trauma kimia, produksi air mata cenderung tidak stabil. Vitamin C oral (sampai dengan 2 gram QID) bisa diberikan karena telah terbukti meningkatkan produksi kolagen.3. Mengendalikan proses peradangan6Pemberian steroid topikal adalah penting untuk mencegah infiltrasi sel-sel netrofil sehingga akan mencegah pengumpulan kolagenase dan menurunkan pembentukan fibroblasts pada kornea, namun penggunaan steroid tidak boleh digunakan untuk lebih dari satu minggu karena adanya resiko melelehnya corneoscleral. Pemberian sitrat selain mempercepat proses penyembuhan kornea, juga dapat menghambat agregasi sel PMN via penghambatan ion kalsium. Sedangkan pemberian asetilsistein (10% atau 20%) dapat memfasilitasi proses kolagenasi sehingga menghambat ulserasi kornea, walaupun penggunaan secara klinis masih dalam predebatan.

4. Mencegah terjadinya infeksi9Pasien dengan trauma pada kornea, konjungtiva, dan sklera dapat dilakukan pemberikan antibiotik tetes mata atau salep mata topikal profilaksis. Pilihan antibiotik adalah yang berspektrum luas, seperti tobramisin, gentamisin, siprofloxacin, norfloxacin, bacitrasin. Neomycin dan golongan sulfa lebih jarang digunakan karena banyaknya kasus alergi. Pada trauma kimia ringan hingga sedang, Pemberian salep antibiotik dapat diberikan tiap 1 sampai 2 jam.5. Mengendalikan tekanan intra okuler2Peninggian tekanan intraokular harus diterapi dengan Diamox jika perlu, namun pemberian beta-blocker topikal dapat digunakan sendirian maupun sebagai tambahan.

6. Menurunkan rasa nyeri2,5Pemberian sikloplegik dapat membantu dalam pencegahan spasme siliar. Ditambah lagi, bahan ini dipercaya menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah yang oleh karenanya, mengurangi peradangan dan menurunkan rasa nyeri. Homatropine 5% sering direkomendasikan karena memiliki masa kerja rata-rata 12-24 jam, waktu dimana pasien harus menemui ahli mata untuk pemeriksaan lanjutan. Sikloplegik jangka panjang, seperti scopolamine dan atropine, lebih jarang digunakan. Penggunaan diklofenak tetes mata dapat diberikan sebagai tambahan untuk memungkinkan pasien dapat menggunakan kedua mata selama pengobatan.6Penatalaksanaan tambahan

Amniotic membranes (AM) telah terbukti memfasilitasi migrasi sel-sel epitel, menguatkan adhesi sel eitel bagan basal, mencegah apoptosis epitel, dan meningkatkan diferensiasi epitel. Cangkok AM (AM grafts) telah digunakan untuk membantu mengurangi jaringan parut, peradangan, dan neovascularisasi dari mata yang terkena trauma; lensa kontak AM saat ini masih dalam penelitian untuk tujuan tersebut diatas.6Terapi Pembedahan

1. Terapi pembedahan tambahan jika terdapat gangguan penyembuhan luka setelah trauma kimiawi yang amat parahSuatu transplantasi conjunctival dan limbal (stem cell transfer) dapatmengganti sel induk yang hilang yang penting untuk penyembuhan kornea sehingga akan menyebabkan re-epitelisasi. Apabila kornea tidak mengalami penyembuhan, suatu lem cyanoacrylate dapat digunakan untuk melekatkan suatu hard contact lens (epitel buatan) untuk membantu penyembuhan.62. Penatalaksanaan bedah lanjutan setelah mata stabil5,8Lisis dari symblepharon untuk meningkatkan motilitas okuler dan palpebra. Bedah plastik pada palpebra untuk membebaskan bola mata. Ini hanya boleh dilakukan sekitar 12 sampai 18 bulan setelah cedera.

Apabila terdapat kehilangan total dari sel goblet, transplantasi mukosa nasaldapat menghilangkan nyerinya. Penetrating keratoplasty dapat dilakukan untuk mengembalikan pengelihatan.2.8 PrognosisIndikator tingkat keparahan cedera ditentukan dari derajat iskemia konjungtiva dan pembuluh darah daerah limbus. Makin besar iskemia dari konjungtiva dan pembuluh darah limbus, luka yang terjadi akan makin parah. Bentuk paling parang dari trauma kimia adalah cooked fish eye. Dimana prognosisnya amat buruk, dan buta total mungkin terjadi.Trauma kimiawi sedang sampai berat pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra dapat menyebabkan simblefaron, perlengketan antara konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra. reaksi peradangan di bilik mata depan dapat menyebabkan glaukoma sekunder.2,8BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama

: SAUmur

: 31 Tahun 2 Bulan 25 Hari

Jenis Kelamin: Laki-laki

Alamat

: PRM Kori Nuansa Ungasan Blk XI No 4 DpsPekerjaan

: WiraswastaIRJ

: 19 Maret 2014

3.2 Anamnesa

Keluhan Utama: Berair kena getah pada mata kiri sejak kemarin Anamnesa

:

Pasien dating dengan keluhan kedua mata merah dan berair. Keluhan nyeri dan gatal disangkal. Riwayat terkena getah daun minori pada mata kanan 3 bulan yang lalu. Mata kiri juga terkena getah 4 hari yang lalu. Mata kanan sempat dibersihkan dengan air keran dan bengkak setelah terkena getah daun minori tetapi keluhan hilang tanpa perlu ke RS. Mata kiri selama 4 hari kemarin dibersihkan dengan air keran tetapi tetap bengkak dan berair. Kemarin malam mata kiri mengalami nyeri di sekitar palpebral superior. Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan

Riwayat terkena getah daun minori 3 bulan yang lalu pada mata kanan. Riwayat pemakaian obat tetes mata sebelumnya dilakukan. Riwayat Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial

Pasien memiliki kebiasaan merokok 1,5 bungkus perhari. Pekerjaan pasien adalah ternak jangkrik dan tukang las.

3.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 94x/menitRespirasi : 20x/menit

Temperatur axila : 36o C3.4 Resume

Laki-laki 31 tahun datang dengan keluhan mata kiri terkena getah daun minori 4 hari yang lalu sebelum datang ke rumah sakit. Selama 4 hari mata kiri nya hanya dibersihkan menggunakan air keran dan menggunakan obat tets mata tapi keluhan tetap dirasakan. Pasien mengatakan sedang mencari daun minori untuk makanan jangkrik sehingga terkena getah daun tersebut. Pasien mengaku sempat terkena getah yang sama 3 bulan yang lalu pada mata kanannya dan dibersihkan dengan air keran. Dari pemeriksaan fisik ditemukan visus OD 6/6, OS 1/60. Pada OS didapatkan CVI konjunctiva (+), PCVI (+). Pada kornea didapatkan fl. Pada OS ditemukan dalam batas normal.

Pemeriksaan lokal

OD

Pemeriksaan

OS 6/6

Visus

1/60 Normal

Palpebra Spasme Tenang

Konjungtiva Bulbi CVI (+), PCVI(+) Erosi (+) minimal

, Kornea Odema,Descemet fold, iskemia nebula (+), fl (+), Sikatrik

limbus (-), fl (+), erosi jam 5-7 (+)

Normal

Bilik Mata Depan Normal

Bulat, Reguler Iris

Bulat, reguler Reflek positif

Pupil

Reflek positif Jernih

Lensa

Jernih Jernih

Vitreus

Sulit dievaluasi Normal

Funduskopi

Reflek negatifPemeriksaan lain: pH meter (pH=8) , tes flurosensi (+) ODS3.5 Diagnosis

OD Erosi kornea

OS Trauma Kimia basa hughes 13.6 Planning

Konsul divisi kornea lensa

OS Irigasi dengan RL 2 Lt

Polygran 6x1 tts OD

Xitrol 6x1 tts OS

Siloxan 6x1 tts OS

EDTA 6x1 tts OS

Eyefresh 6x1 tts ODS Na. diclofenac 2x50mg

Becom C 2x500mg

Kontrol besok 20-3-2014

Atropine 1% 3x1 OS3.7 Prognosis

Ad vitam

: Dubius et bonamAd fungsionam: Dubius et bonam

a)

b)

Gambar 2. Foto mata pasien a) okuli dextra b) okuli sinistraBAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan mata kiri berair sejak satu hari yang lalu karena terkena getah daun minori 4 hari yang lalu. Tiga bulan yang lalu pasien mengalami hal yang sama pada mata kanannya dan sudah sempat membaik. Penanganan yang diberikan tiga bulan yang lalu yaitu dicuci menggunakan air keran di rumah. Penanganan awal yang dilakukan oleh pasien untuk mata kirinya yaitu mencuci dengan air keran dan menambahkan obat tetes mata tetapi kondisi mata pasien tidak membaik. Pasien mengeluhkan matanya berair dan dari pemeriksaan secara obyektif, mata pasien terlihat merah, bengkak, dan berair. Kemarin malamnya, pasien mengeluhkan nyeri disekitar palpebra superior.Keluhan utama penderita yaitu mata kiri berair. Trauma kimia pada umumnya, pasien akan mengeluhkan adanya nyeri lokal, mata merah, dan atau mata berair pada mata yang terkena trauma. Selain berair, kedua mata pasien terlihat merah tetapi hanya mata kiri pasien yang edema atau bengkak. Pasien sudah tidak merasakan nyeri saat datang ke poli disebabkan oleh onset sakit yang sudah 4 hari. Tetapi pasien mengeluhkan nyeri sehari sebelum datang ke poli. Rasa nyeri dan berairnya mata pasien disebabkan oleh adanya bahan kimia yaitu getah pohon minori yang masuk ke mata. Getah pohon minori bersifat basa dimana bahan kimia yang basa lebih berbahaya dibandingkan dengan bahan kimia asam. Berdasarkan pustaka, trauma bahan alkali akan cepat merusak dan menembus kornea, bilik mata depan, dan sampai jaringan pada retina. Bahan kimia alkali akan membentuk proses persabunan karena bersifat koagulasi sel dan dapat merusak kolagen kornea. Mata menjadi berair karena iritasi ujung saraf kornea sehingga terjadi peningkatan pembentukan air mata.Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur sehingga menyebabkan penurunan visus pasien. Penurunan visus tersebut dapat disebabkan oleh adanya defek pada epitel kornea, peningkatan pengeluaran air mata, dan pembentukan kabut stroma. Keluhan mata merah pasien menunjukkan peradangan pada konjungtiva.

Pemeriksaan lokalis pada mata kiri didapatkan penurunan visus yang membuat pandangan mata pasien kabur. Palpebra ditemukan mengalami spasme dan edema. Edema disebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah berupa CVI dan PCVI karena reaksi peradangan yang meluas sampai ke arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior. Pada pasien ini terjadi komplikasi erosi kornea di kedua mata. Bahan kimia alkali menghancurkan jaringan kolagen kornea dan membentuk proses persabunan yang disertai dengan dehidrasi. Alkali yang menembus ke dalam bola mata dapat merusak retina yang berpotensi menjadi buta.Pemeriksaan fluoresin dilakukan pada kedua mata dan kedua mata hasilnya positif. Erosi kornea pada mata kiri pasien lebih parah dibandingkan mata kanan. Pada mata kiri pasien, erosi kornea terjadi di sentral dan mengenai saraf kornea sehingga pasien bisa mengeluhkan nyeri. Pada mata kanan pasien, erosi kornea terdapat di bagian perifer kornea dan bisa disebabkan juga oleh percikan las yang mengenai mata karena tidak menggunakan kaca mata pelindung saat pasien bekerja.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis OD erosi kornea dan OS trauma bahan kimia basa hugesh 1.Penatalaksanaan pada pasien sebelum datang ke rumah sakit adalah pencucian dengan air keran. Di poli, pasien diberi tindakan irigasi dengan RL 2000 cc pada mata kiri. Penanganan awal yang harus diberikan pada kasus trauma kimiawi adalah irigasi dengan garam fisiologik secepatnya dan dilakukan selama mungkin. Pada pasien ini diberikan 5 jenis obat tetes mata dan 2 jenis obat oral. Obat oral yang diberikan yaitu natrium diclofenac 2x50mg untuk mengurangi rasa nyeri pasien dan becom c 2x500mg yaitu vitamin yang berperan untuk mempercepat penyembuhan. Pasien diberikan 6 jenis obat tetes mata yaitu 1 obat untuk kedua mata, 1 obat untuk mata kanan saja, dan 4 obat untuk mata kiri. Obat-obatnya yaitu Polygran 6x1 tts OD, Xitrol 6x1 tts OS, Siloxan 6x1 tts OS, EDTA 6x1 tts OS, Eyefresh 6x1 tts ODS, dan Atropine 1% 3x1 OS. Xitrol mengandung steroid dan antibiotik. Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Antibiotik tetes mata atau salep mata topikal profilaksis biasanya diberikan pada pasien dengan trauma pada kornea, konjungtiva, dan sklera. Steroid diberikan untuk mengurangi proses peradangan. Steroid secara topikal untuk mencegah infiltrasi sel-sel netrofil sehingga akan mencegah pengumpulan kolagenase dan menurunkan pembentukan fibroblasts pada kornea. Namun penggunaan steroid tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu karena adanya resiko melelehnya corneoscleral. Pasien diberikan EDTA untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk, umumnya diberikan 1 minggu setelah terjadinya trauma. Pasien juga diberikan tetes mata Siloxan untuk mengurangi edema kornea.Prognosis pasien belum ditentukan karena masih dilihat perkembangan pada kedua mata pasien lebih lanjut. Pasien masih harus melakukan kontrol ke poli keesokan harinya.BAB V

SIMPULAN

Trauma pada mata berdasarkan pH dibagi menjadi trauma asam dan trauma basa atau alkali. Trauma kimia basa memiliki akibat yang lebih berat dibandingkan trauma asam pada mata. Trauma kimia basa bisa disebabkan oleh produk-produk pembersih, semen, plaster, mortar (lime), petasan (magnesium hidroksida), potasium hidroksida, getah tanaman tertentu. Trauma kimia basa menyebabkan terjadinya proses persabunan yang dapat merusak jaringan kornea dan dapat menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh trauma kimia basa pada umumnya adalah nyeri, mata merah, berair dan gangguan penglihatan. Tindakan awal yang diperlukan untuk trauma kimia basa adalah irigasi dengan cairan RL atau akuades sebanyak 2 L. Irigasi ini dilakukan untuk mengurangi dan menetralkan konsentrasi zat kimia pada mata. Pemberian antibiotik dan antiinflamasi juga diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengurangi peradangan yang terjadi. Prognosis trauma kimia basa ditentukan oleh derajat iskemia konjungtiva dan pembuluh darah disekitar limbus. DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G, Ashbury, Taylor, Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996. Jakarta : Widya Medika2. Ilyas, Sidarta. Trauma Mata, dalam: Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2005 pp:259-276.3. Djelantik AAAS, Andayani A, Widiana R. The Relation of Onset Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia. 2010; 7(3): 85-904. Thompson GJ, Mollan SP. Occupational Eye Injuries: a Continuing Problem. Occupational Medicine. 2009;59:1231255. Eye Emergency Manual An Illustrated Guidline. Edisi ke-2. St North Sydney: NSW Department of Health.6. Burn, Chemical: Treatment& Medication. http://emedicine.medscape.com/article/1215950-diagnosis. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.7. Pfister RR, Pfister DA.Alkali injuries of the eye.In: Fundamentals of Cornea and External Disease. Cornea.Vol 2.2005:1285-93.8. Susila N, Budhiastra IP, Sunerti N, Djelantik AAAS, Kusumadjaja MA, Jayanegara WG, dkk. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 20099. Trauma (Chemical). Clinical Management Guidline. The College of Optometrist. 2009; 9: 1-410. Budhiastra P, Susila N, Sunerti N, Djelantik AAAS, Jayanegara WG, Kusumadjaja MA. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Mata RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 200117