Upload
myra-marianty
View
52
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kmj;j
Citation preview
Sering engkau gagal mengenali kelebihanmu, karena terlalu sibuk mengeluhkan yang kau kira
kekuranganmuGlaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang di tandai dengan peningkatan tekanan intraocular ( TIO) dengan segala akibatnya.Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Jika peningkatan TIO lebih besar dari pada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus sehingga menyebabkan atrofi saraf optic dan hilangnya pandangan perifer
D. KLASIFIKASIBerdasarkan jenisnya :1. Glaukoma primer - Glaukoma sudut terbukaMerupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. - Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.- Perubahan lensa - Kelainan uvea- Trauma- bedah3. Glaukoma kongenital- Primer atau infantil- Menyertai kelainan kongenital lainnya 4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :1. GLAUKOMA AKUTa. DefinisiGlaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.b. EtiologiDapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor PredisposisiPada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.d. Manifestasi klinik1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.3). Tajam penglihatan sangat menurun.4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.10). Tekanan bola mata sangat tinggi.11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.e. Pemeriksaan PenunjangPengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.f. PenatalaksanaanPenderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. GLAUKOMA KRONIKa. DefinisiGlaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.b. EtiologiKeturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.c. Manifestasi klinikGejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.d. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.e. PenatalaksanaanPasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
E. PEMERIKSAAN FISIKa. Pemeriksaan Fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam . pada glaukoma akut primer, kamera anterior dangkal, akueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.c. Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sclera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras di banding mata yang lain.d. Uji diagnostic menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle did dapat nilai 22 – 32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure > 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskofi akan di dapat sudut normal pada glaucoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea / trabekula) maka sudt dapat tertutup. Pada glaucoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada TIO normal sudutnya sempit.F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Visus / tajam penglihatan 2. Pemeriksaan segmen anterior bola mata 3. Tonometri/ tekanan bola mata 4. Funduskopi / melihat papil N II5. Perimetri 6. Gonioskopi
Rentan tekanan intra okular normal adalah 10-21 mmHg. Pada usia lanjut,tekanan intra okular lebih tinggi sehingga batas atasnya adalah 24 mmHg. Padaglaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan memperlihatkantekanan intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa, namun pada individudengan glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan intra okular dengancepat.Untuk penegakan diagnosa lebih lanjut perlu dilakukan pemeriksaan untuk melihat ada atu tidaknya discus optikus glaukomatosa atau kelainan lapang pandang.ii. Penilaian diskus optikusDiscus optikus normal mempunyai cekungan dibagian tengahnya (depresisentral) – cawan fisiologis- yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati olehserat-serat
tersebut.Pada glaukoma, mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau pencekungan (cupping ) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching ) fokal ditepi diskus optikus.“Rasio cawan-diskus” adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskusoptikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukurancawan optik terhadap diameter diskus.Berikut ini adalah gambaran diskus optikus pada individu normal.
Terlihat rasio diskus oprikusnya normal yaitu kurang dari 0,5. Sedangkandibawah ini adalah rasio diskus optikus pada pasien glaukoma.Pada pasien dengan glaukoma terlihat adanya perbesaran rasio diskus optikus,yaitu lebih dari 0,5 dan terdapat tanda khas pada glaukoma yaitu adanya pergeseran pembuluh darah ke nasal dan tampilan diskus optikus yang bergaung (hallowed-out ),mengecualikan sebuah tepi tipis.iii. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang secara teratur berperan penting dalam diagnosis dantindak lanjut glaukoma. Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik karena gangguan ini akibat defek berkas serat saraf yang dijumpai pada semua penyakit nervus optikus; namun pola pola kelainan lapang pandang, sifat progresivitas,dan hubungannya dengan kelainan diskus optikus merupakan ciri khas penyakit ini.Gangguan lapang pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapang pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya titik buta.
UVEITIS
Prakata
Uveitis melibatkan semua proses-proses peradangan dari lapisan-lapisan tengah mata, juga disebut bidang uvea atau uvea. Uvea termasuk iris (bagian mata yang berwarna), choroid (suatu selaput tipis yang mengandung banyak pembuluh-pembuluh darah) dan badan ciliary (bagian mata yang menyambungkan ini bersama-sama).Uvea adalah sangat penting karena banyak vena-vena dan arteri-arterinya mengangkut darah ke bagian-bagian mata yang adalah kritis untuk penglihatan.
Gejala-Gejala Uveitis
Gejala-gejala uveitis mungkin termasuk:
Kemerahan dan iritasi mata Penglihatan yang kabur Nyeri mata Kepekaan yang meningkat pada sinar Noda-noda yang mengambang didepan mata-mata
Uveitis mungkin berkembang dengan cepat, dan adalah sangat penting bahwa anda mengunjungi dokter mata (ophthalmologist) anda untuk suatu pemeriksaan mata yang komplit jika anda mengembangkan gejala-gejala ini, terutama jika suatu mata merah yang nyeri tidak hilang secara cepat.Jika ditinggalkan tak terawat, uveitis mungkin merusak penglihatan anda secara permanen.
Penyebab Uveitis
Uveitis mempunyai banyak penyebab-penyebab yang berpotensi, termasuk infeksi dengan suatu virus, jamur-jamur, bakteri-bakteri atau parasit, penyakit peradangan yang mempengaruhi bagian-bagian lain tubuh, atau luka pada mata.Ada empat tipe-tipe dari uveitis:
Iritis adalah bentuk uveitis yang paling umum. Ia mempengaruhi iris dan seringkali dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun sepertirheumatoid arthritis. Iritis mungkin berkembang tiba-tiba dan mungkin berlangsung sampai delapan minggu, bahkan dengan perawatan.
Cyclitis adalah suatu peradangan dari bagian tengah mata dan mungkin mempengaruhi otot yang mengfokuskan lensa. Ini juga dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung beberapa bulan.
Retinitis mempengaruhi belakang mata. Ia mungkin maju secara cepat, membuatnya sulit untuk dirawat. Retinitis mungkin disebabkan oleh viris-virus seperti shingles atau herpes dan infeksi-infeksi bakteri seperti syphilis atautoxoplasmosis.
<liChoroiditis adalah suatu peradangan dari lapisan dibawah retina. Ia mungkin juga disebabkan oleh suatu infeksi seperti tuberculosis.</li
Retinitis dan choroiditis dapat setiapnya disebabkan oleh suatu penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis atau lupus. Pada sejumlah besar kasus-kasus, penyebab dari uveitis tidak dketahui, namun ia seringkali dikaitkan dengan stress.
Mendiagnosis Uveitis
Uveitis dapat merusak secara permanen penglihatan anda dan bahkan menyebabkan kebutaan. Oleh karenanya, jika anda mempunyai gejala-gejala apa saja dari uveitis, adalah sangat penting untuk anda untuk segera mengunjungi dokter mata (ophthalmologist) anda segera.Dokter mata anda akan melaksanakan suatu pemeriksaan mata-mata anda secara hati-hati. Ia mungkin memerintahkan tes-tes laboratorium termasuk kerja darah atau X-rays.Uveitis mungkin mempunyai penyebab yang mendasarinya ditempat lain didalam tubuh anda, dan dokter mata anda mungkin ingin berbicara dengan dokter pelayanan utama anda atau seorang spesialis untuk mengevaluasi kesehatan medis keseluruhan anda.
Merawat Uveitis
Karena uveitis adalah serius, perawatan perlu dimulai segera. Untuk uveitis yang tidak disebabkan oleh suatu infeksi, dokter mata anda mungkin meresepkan tetes-tetes mata yang mengandung steroid-steroid untuk mengurangi bengkak dan obat-obat untuk menghilangkan nyeri. Antibiotik-antibiotik digunakan pada pasien-pasien dengan uveitis yang infeksius. Kacamata-kacamata hitam akan membantu dengan kepekaan sinar.Komplikasi-komplikasi dari uveitis mungkin termasuk glaukoma, katarak-katarak, pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah yang abnormal dalam mata-mata yang mengganggu penglihatan, cairan dalam retina, dan kehilangan penglihatan. Diagnosis dini dan perawatan oleh dokter mata anda adalah kritis.
B. DEFINISI, ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PERADANGAN UVEA (UVEITIS)
Uveitis didefinisikan sebagai proses inflamasi pada salah satu atau semua bagian dari uvea (iris, badan siliar/korpus siliar, dan koroid). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa uvea merupakan lapisan vaskular mata yang tersusun atas banyak pembuluh darah yang dapat memberikan nutrisi kepada mata. Adanya peradangan pada area ini dapat mempengaruhi elemen mata yang lain seperti kornea, retina, sklera, dan beberapa elemen mata penting lainnya.
Penyebab pasti dari uveitis belum diketahui secara pasti sehingga patofisiologi yang pasti dari uveitis juga belum diketahui. Secara umum, uveitis dapat disebabkan oleh reaksi imunitas. Uveitis sering dihubungkan dengan infeksi seperti herpes, toxoplasmosis, dan sifilis; adapun, postulat reaksi imunitas secara langsung melawan benda asing atau antigen yang dapat melukai sel dan pembuluh darah uvea.
Uveitis juga dapat ditemukan dengan hubungannya dengan kelainan autoimun, seperti SLE (Systemic Lupus Erythematosus) dan Rheumatoid Arthritis (RA). Pada kasus ini, uveitis dapat disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas yang menyebabkan penimbunanan kompleks imun pada jaringan uvea.
Penyebab ganda telah dibuktikan menyebabkan terjadinya uveitis anterior. Kebanyakan tipe uveitis anterior merupakan reaksi peradangan steril, dimana hal inilah yang membedakan dengan uveitis posterior yang sering disebabkan oleh infeksi. Persentase terjadinya uveitis anterior idiopatik antara 38-70% dari seluruh kejadian uveitis anterior. Kemudian penyebab terbanyak kedua adalah terjadinya onset akut (HLA)-B27 positif atau HLA-B27 yang berhubungan dengan penyakit tertentu.
C. KLASIFIKASI PERADANGAN UVEA (UVEITIS)
Peradangan uvea (uveitis) dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa parameter. Adapun parameter yang digunakan antara lain: demografi; lokasi dari tempat peradangan; durasi, onset, dan perjalanan penyakit; karakter dari peradangan yang terjadi; dan penyebab dari inflamasi. Klasifikasi dan standarisasi dari uveitis sangat penting dilakukan untuk diagnosis dan penanganan penyakit. Sehingga penanganan yang cost-efective dapat terlaksana. Adapun klasifikasi dari uveitis antara lain (Ilyas dkk, 2002):
1. Lokasi utama dari bercak peradangan :
Klasifikasi yang paling sering digunakan pada uveitis adalah klasifikasi dari The International Uveitis Study Group (IUSG) yang dipublikasikan pada tahun 1987. Sedangkan lokasi anatomi dari proses inflamasi adalah salah satu tanda penting bagi proses patogenesis dan penanganan dari uveitis. Klasifikasi IUSG berdasarkan lokasi anatomi dari inflamasi yaitu:
gambar 2. Pembagian uveitis berdasarkan tempat peradangan yang terjadi
a. Uveitis anterior
Uveitis anterior; meliputi iritis, iridosiklitis dan siklitis anterior; yaitu peradangan intraokular yang paling sering terjadi. Uveitis anterior dapat terjadi apabila terjadi peradangan pada segmen anterior bola mata. Berdasarkan data epidemiologi, kebanyakan dari pasien uveitis tidak memiliki gejala sistemik yang terkait dengan uveitis, namun 50% pasien mengalami peradangan yang disebabkan oleh trauma, dan paling sering disebabkan oleh sindrom idiopatik postviral (Sindrom HLA-B27, herpes simpleks, dan herpes zoster, Fuchs heterochromic iridocyclitis, dan beberapa penyakit arthritis lainnya). Penyakit sekunder iatrogenik sering ditemukan post operasi, komplikasi pembedahan, implant sklera, transplantasi kornea, distrupsi kapsula, atau fixed haptic dan implantasi lensa intraokular yang difiksasi dengan iris.
Penyebab Uveitis anterior
Autoimun:
- Artritis rheumatoid juvenilis - Uveitis terinduksi-lensa
- Spondilitis ankilosa - Sarkoidosis
- Sindrom reiter - Penyakit chron
- Kolitis ulserativa - Psoriasis
Infeksi:
- Sifilis - Herpes simpleks
- Tuberkulosis - Onkoserkiasis
- Lepra (morbus Hensen) - Adenovirus
- Herpes Zoster
Keganasan:
- Sindrom masquerade - Limfoma
- Retinoblastoma - Melanoma maligna
- Leukemia
Lain-lain:
- Idiopatik - Iridosiklitis heterokromik Fuchs
- Uveitis traumatika - Gout
- Ablatio retina - Krisis galukomatosiklitik
Gambaran klinis dari uveitis anterior antara lain: fotofobia, epifora, gatal yang dalam dan tumpul pada daerah sekitar orbit mata dan sekitarnya. Gejala akan memburuk apabila terpapar cahaya sehingga pasien sering datang ke pasien dengan mengenakan kacamata. Epifora yang terjadi dihubungkan dengan peningkatan stimulasi neuron dari kelenjar airmata, dan tidak ada hubungannya dengan sensasi benda asing yang dirasakan.
Tajam penglihatan tidak selalu menurun drastis (20/40 atau kadang masih lebih baik, walaupun pasien melaporkan pandangannya berkabut). Daya akomodasi menjadi lebih sulit dan tidak nyaman. Inspeksi difokuskan pada kongesti palpebra ringan hingga sedang dan menyebabkan pseudoptosis. Kadang dapat ditemukan injeksi perilimbus dari konjungtiva dan sklera, walaupun konjungtiva palpebra normal. Kornea dapat terlihat edem pada pemeriksaan slitlamp. Pada beberapa kondisi yang lebih parah, dapat ditemukan deposit endotel berwarna coklat keabu-abuan yang disebut keratic precipitates (KP).
Gambar 3. Keratic precipitates (KP)
Tanda patagonomis dari uveitis anterior adalah ditemukannya sel leukosit (hipopion); dan flare (protein bebas yang lepas dari iris dan badan siliar yang meradang; dan dapat ditemukan pada kamera okuli anterior sehingga kamera okuli anterior tampat kotor dan berkabut). Iris dapat mengalami perlengketan dengan kapsul lensa (sinekia posterior) atau kadang dapat terjadi perlengketan dengan kornea perifer (sinekia anterior). Sebagai tambahan kadang terlihat nodul granulomatosa pada stroma iris.
Gambar 4. Kanan: sinekia posterior, Tengah: fler, dan kiri : hipopion
Tekanan intraokular dapat menurun karena penurunan sekresi dari badan siliar. Namun saat reaksi berlangsung, produk peradangan dapat perakumulasi pada trabekulum. Apabila debris ditemukan signifikan, dan apabila badan siliar menghasilkan sekresi yang normal maka dapat terjadi peningkatan tekanan intraokular dan menjadi glaukoma uveitis sekunder.
b. Uveitis intermediate
Uveitis Intermediate adalah bentuk peradangan yang tidak mengenai uvea anterior atau posterior secara langsung. Sebaliknya ini mengenai zona intermediate mata. Ini terutama terjadi pada orang dewasa muda dengan keluhan utama melihat “bintik-bintik terapung” di dalam lapangan penglihatannya. Pada kebanyakan kasus kedua mata terkena. Tidak ada perbedaan distribusi antara pria dengan wanita. Tidak terdapat rasa sakit, kemerahan, maupun fotofobia. Pasien mungkin tidak menyadari adanya masalah pada matanya, namun dokter melihat adanya kekeruhan dalam vitreus, yang sering menutupi pars plana inferior, dengan oftalmoskop.
Jikapun ada, hanya sedikit gejala uveitis anterior. Kadang-kadang terlihat beberapa sel di kamera okuli anterior, sangat jarang terjadi sinechia posterior dan anterior. Sel radang lebih besar kemungkinan terlihat di ruangan retrolental atau di vitreus anterior pada pemeriksaan dengan slit-lamp. Sering timbul katarak subkapsular posterior. Oftalmoskopi indirek sering menampakan kekeruhan tipis bulat halus di atas retina perifer. Eksudat seluler ini mungkin menyatu, sering menutupi pars plana. Sebagian pasien ini mungkin menunjukan vaskulitis, yaitu terlihat adanya selubung perivaskuler pada pembuluh retina.
Pada kebanyakan pasien, Penyakit ini tetap stasioner atau berangsur membaik dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Pada beberapa pasien timbul edema makular kistoid dan parut makular permanen, selain katarak subkapsular posterior. Pada kasus berat dapat terjadi pelepasan membran-membran siklitik dan retina. Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang jarang terjadi.
Penyebabnya tidak diketahui. Kortikosteroid adalah satu-satunya pengobatan yang menolong namun hanya dipakai pada kasus yang berat, terutama bila penglihatan menurun sekunder akibat edema makular. Mula-mula dipakai kortikosteroid topikal, namun jika gagal suntikan subtenon atau retrobulber dengan kortikosteroid mungkin efektif. Pengobatan demikian meningkatkan resiko timbulnya katarak. Untungnya pasien-pasien ini menyembuh setelah operasi katarak.
c. Uveitis posterior
Uveitis posterior merupakan peradangan pada koroid dan retina; meliputi koroiditis, korioretinitis (bila peradangan koroidnya lebih menonjol), retinokoroiditis (bila peradangan retinanya lebih menonjol), retinitis dan uveitis disseminta. Kebanyakan kasus uveitis posterior bersamaan dengan salah satu bentuk penyakit sistemik. Penyebab uveitis posterior seringkali
dapat ditegakkan berdasarkan (1) morfologi lesi, (2) cara onset dan perjalanan penyakit, (3) hubungannya dengan penyakit sistemik.
Penyebab uveitis posterior
1.Penyakit infeksi
a. Virus: CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, virus defisiensi imun manusia HIV), virus eipstein Barr, virus coxsackie, nekrosis retina akut.
b. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan endemic Nocardia, Mycobacterium avium-intracellulare, Yarsinia, dan borella (penyebab penyakit Lyme).
c. Fungus: Candida, histoplasma, Cryptococcus, dan aspergillus
d. Parasit: Toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchocerca
2. Penyakit Non Infeksi:
a. Autoimun:
- Penyakit Behcet - Oftalmia simpleks
- Sindrom vogt-koyanagi-Harada - Vaskulitis retina
- Poliarteritis nodosa
b. Keganasan:
- Sarkoma sel reticulum - Leukemia
- Melanoma maligna - Lesi metastatik
c. Etiologi tak diketahui:
- Sarkoidosis - Retinopati “birdshot”
- Koroiditis geografik - Epiteliopati pigmen retina
- Epitelopati pigmen piakoid multifocal akut
Secara tipikal, retinitis merupakan manifestasi dari infeksi toksoplasma dan herpes. Koroiditis dapat muncul diikuti dengan uveitis granulomatosa (seperti tuberkulosis, sarcoidosis, penyakit Lyme, sifilis), histoplasmosis, atau sindrom yang tidak biasa seperti korioretinitis serpiginous atau birdshot. Papilitis dapat timbul dengan toksoplasmosis, retinitis viral, limfoma, atau sarkoidosis.
Lesi pada segmen posterior mata dapat fokal, geografis atau difus. Yang menimbulkan kekeruhan pada vitreus di atasnya harus dibedakan dari yang tidak pernah menimbulkan sel-sel vitreus. Jenis dan distribusi kekeruhan vitreus harus dijelaskan. Lesi radang di segmen posterior umumnya berawal tenang, namun ada yang disertai kekeruhan vitreus dan kehilangan penglihatan secara tiba-tiba. Penyakit demikian biasanya disertai uveitis anterior, yang pada gilirannya kadang-kadang diikuti sebentuk glaukoma sekunder.
Uveitis posterior pada pasien 3 tahun dapat disebabkan oleh “sindrom samaran”, seperti retinoblastoma atau leukemia. Penyebab infeksi uveitis posterior pada kelompok umur ini adalah infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis, retinitis herpes, dan infeksi rubella.
Dalam kelompok umur 4 sampai 15 tahun, penyebab uveitis posterior termasuk toksokariasis, toksoplasmosis, uveitis intermediate, infeksi sitomegalovirus, sindrom samaran, panensefalitis sklerosis subakut, dan kurang penting, infeksi bakteri atau fungi pada segmen posterior. Dalam kelompok umur 16 sampai 40 tahun, yang termasuk diagnosis diferensial adalah toksoplasmosis, penyakit Behcet, sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, sifilis, endoftalmitis candida, dan kurang sering, infeksi bakteri endogen misalanya meningitis meningococcus.
Pasien uveitis posterior dan berumur di atas 40 tahun mungkin menderita sindrom nekrosis retina akut, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, retinitis, sarcoma sel retikulum, atau kriptokosis.
Uveitis yang terjadi unilateral lebih condong untuk diagnosis akibat toksoplasmosis, kandidiasis, toksocariasis, sindrom nekrosis retina akut, atau infeksi bakteri endogen. Onset uveitis posterior bisa akut dan mendadak atau lambat tanpa gejala. Penyakit pada segmen posterior mata yang onset mendadak adalah retinitis toksoplasmosis, nekrosis retina akut, dan infeksi bakterial. Kebanyakan penyebab uveitis posterior yang lain onsetnya lambat.
d. Uveitis difus atau panuveitis (peradangan pada kamera okuli anterior, vitreous, retina, dan koroid)
Istilah “uveitis difus” merupakan kondisi terdapat infiltratnya sel kurang lebih merata dari semua unsur di traktus uvealis atau dengan kata lain pada uveitis difus tidak memiliki tempat peradangan yang predominan dimana peradangan merata pada kamera okuli anterior, vitreous, dan retina dan atau koroid seperti retinitis, koroiditis, dan vaskulitis retinal). Keadaan ini seringnya disebabkan karena infeksi yang berkembang pada toxocariasis infantil, endoftalmitis bakterial postoperasi, atau toksoplasmosis yang berat. Ciri morfologis khas seperti infiltrat geografik secara khas tidak ada.
2. Berat dan perjalanan penyakit :
a. Akut
b. Sub-akut
c. Kronik
d. Rekurens
Berdasarkan berat dan perjalanan dari uveitis dapat dikategorikan menjadi akut, subakut, kronis (> 3 bulan), dan rekurens. Misalnya, pada iritis (inflamasi iris) akut sering terjadi pada dewasa muda. Gejala awal yang sering dirasakan adalah nyeri, kemerahan, dan fotofobia (sensitif terhadap cahaya). Seringnya, pasien memiliki hubungan genetik dengan timbulnya iritis akut seperti adanya riwayat anggota keluarga lain mengalami hal yang sama. Hubungan dengan faktor genetik ini sering terjadi pada penyakit lain misalnya pada ankylosing spondylitis (arthritis pada punggung bawah), penyakit inflamasi usus, dan psoriasis. Berdasarkan perjalanan penyakit, terjadinya uveitis memerlukan waktu 2-6 minggu dan selalu muncul hanya pada satu mata. Beberapa pasien dapat mengalami serangan 1-2 kali selama hidupnya, dan kadang ada yang mengalami serangan berulang.
Contoh lain misalnya kronik iridosiklitis yang berhubungan dengan iris dan badan siliar (struktur seperti kelenjar) dibelakang iris. Kronik iridosiklitis sering menunjukan gejala minimal hingga keparahan yang mampu merusak mata. Penyakit sistemik yang sering menyebabkan kronik iridosiklitis adalah anak-anak yang memiliki arthritis rheumatoid juvenile. Pada anak-anak ini, khususnya gadis yang berusia 2-6 tahun, merupakan usia yang sangat berpotensial untuk terjadinya kondisi ini. Banyak dari anak-anak ini tidak mengeluhkan gejala yang berhubungan dengan penglihatan. Sehingga, sangat penting bagi dokter spesialis mata untuk merujuk semua anak dengan arthritis rheumatoid juvenil ke dokter spesialis mata karena iridosiklitis kronik dapat muncul beberapa tahun setelah arthritis rheumatoid juvenil timbul, anak-anak yang memiliki riwayat seperti ini memerlukan check up periodik hingga usia remaja.
3. Berdasarkan patologinya :
a. Non-granulomatosa
Jenis uveitis non-granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme patogen dan berespon baik terhadap terapi kortikosteroid, diduga peradangan ini adalah semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis nongranulomatosa terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yakni iris dan korpus siliar. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuklear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di dalam kamera okuli anterior.
Pada bentuk non-granulomatosa onset khasnya akut, dengan rasa sakit, injeksi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkum korneal yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah limbus. Deposit putih halus (presipitat keratik/KP) pada permukaan posterior kornea dapat dilihat dengan slitlamp atau dengan kaca pembesar. Pupilnya kecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel kamera okuli anterior. Jika terdapat sinekia posterior maka pupil tampak tidak teratur.
Pasien harus ditanya tentang adanya riwayat arthritis dan kemungkinan terpajan terhadap toksoplasmosis, histoplasmosis, tuberculosis, dan sifilis. Kemungkinan adanya fokus infeksi jauh dalam tubuh harus pula dicari.
b. Granulomatosa
Sedangkan, uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke jaringan oleh organisme penyebab (misalnya. Mycobacterium tuberculosis atauToxoplasma gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan, dan diagnosis etiologik pasti jarang ditegakkan. Kemungkinan-kemungkinan seringkali dapat dipersempit oleh pemeriksaan klinik dan laboratorium. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang bagian traktus uvealis namun lebih sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan permukaan posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis spesifik dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis pada mata yang yang dikeluarkan dengan menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberkulosis, spirochaeta pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarkoidosis atau oftalmia simpatika, dan beberapa penyebab spesifik langka lainnya.
Pada uveitis granulomatosa (yang dapat menimbulkan uveitis anterior, uveitis posterior, dan keduanya), biasanya onsetnya tidak kentara. Penglihatan menjadi kabur dan mata tersebut memerah secara difus daearh sirkumkornea. Sakitnya minimal, dan fotofobianya tidak sama berat dengan non-granulomatosa. Pupil sering mengecil dan menjadi tidak teratur karena terbentuk sinekia posterior. KP “mutton fat” besar-besar terlihat di permukaan posterior kornea dengan slitlamp. Tampak kemerahan (flare) dan sel-sel di kamera anterior, dan nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih tampak di tepian pupil iris (nodul koeppe). Nodul-nodul ini sepadan dengan KP mutton fat. Nodul serupa diseluruh stroma iris disebutnodul busacca.
Gambar 5. Uveitis anterior dengan keratik presipitat “mutton-fat”
dan nodul Koeppe dan Busacca
Gambar 6. Uveitis anterior dengan nodul Busacca pada permukaan iris
dan sedikit mutton-fat pada aspek inferior
Lesi koroid dan retina yang aktif dan segar tampak sebagai bercak-bercak putih-kekuningan
samar-samar dengan oftalmoskop melalui corpus vitreum berkabut. Kasus posterior demikian pada umumnya digolongkan sebagai penyakit granulomatosa. Karena retina dan koroid saling melekat erat, retinanya hampir selalu ikut terkena (korioretinitis). Dalam proses penyembuhan,
kabut vitreus berangsur hilang, dan pigmentasi berangsur timbul di tepian bintik-bintik putih kekuningan. Pada tahap sembuh, umumnya terdapat deposit pigmentasi yang cukup banyak. Jika makula tidak terkena, kesembuhan penglihatan sentral umumnya sempurna. Pasien umumnya tidak menyadari adanya skotoma di perifer lapangan pandang sesuai dengan daerah parut.
4. Demografi, lateralitas dan faktor penyerta :
a. Distribusi menurut umum
b. Distribusi menurut kelamin
c. Distribusi suku bangsa atau ras
d. Unilateral dan bilateral
e. Penyakit yang menyertai atau mendasari
5. Penyebab yang diketahui :
a. Bakteri : tuberkulosa, sifilis
b. Virus : herpes simpleks, herpes zoster, CMV, Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada, Sindrom Behcet.
c. Jamur : Kandidiasis
d. Parasit : Toksoplasma, toksokara
e. Imunologik : Lens-induced iridosiklitis, oftalmia simpatika
f. Penyakit sistemik : penyekit kolagen, arthritis rheumatoid, multiple sclerosis, sarkoidosis, penyakit vaskuler.
g. Neoplastik : Limfoma, reticulum cell sarcoma
h. Lain-lain : AIDS
D. PENDEKATAN DIAGNOSIS PERADANGAN UVEA (UVEITIS)
Gejala penyakit pada traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu. Misalnya, karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan mengeluh sakit dan fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan penglihatan kecuali bila prosesnya berat atau cukup lanjut hingga mengeruhkan humor aqueous, kornea, dan lensa. Penyakit
koroid sendiri tidak menimbulkan sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid dengan retina, penyakit koroid hampir selalu melibatkan retina, penglihatan sentral akan terganggu. Vitreus juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid dan retina yang merdang. Namun gangguan penglihatan proposional dengan densitas kekeruhan vitreus dan bersifat reversible bila peradangan mereda. Adapun, secara umum pasien yang sedang mengalami peradangan uvea akan mengeluhkan gejala-gejala umum sebagai berikut:
- Mata merah (hiperemis konjungtiva)
- Mata nyeri
- Fotofobia
- Pandangan mata menurun dan kabur
- Epifora
Pasien dengan uveitis anterior menunjukan banyak gejala. Gejala-gejala ini bervariasi dari gejala ringan (pandangan kabur dengan kondisi mata normal) hingga gejala berat, fotofobia, dan hilang penglihatan yang berhubungan dengan injeksi yang muncul dan hipopion. Faktor diluar gejala mata kadang membantu dalam menegakan diagnosis uveitis anterior. Onset, durasi, dan keparahan gejala seperti unilateral atau bilateral harus diketahui. Selain itu usia pasien, latar belakang pasien, dan keadaan mata harus menjadi pertimbangan. Riwayat rinci dan review dari sistem merupakan pendekatan diagnosis yang berharga bagi pasien dengan uveitis.
Untuk menegakkan diagnosis dari uveitis ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan subyektif mata
a. Pemeriksaan subyektif mata yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan tajam pengllihatan, pemeriksaan gerakan bola mata.
b. Pada mata yang terkena akan mengalami penurunan tajam penglihatan
c. Sedangkan pada pemeriksaan gerakan bola mata ditemukan hasil yang normal
2. Pemeriksaan obyektif mata
Pada pemeriksaan obyektif mata dapat ditemukan:
a. Pemeriksaan sekitar mata, palpebra, dan duktus lakrimalis dalam kondisi normal
b. Ditemukan injeksi konjungtiva (Pola dari injeksi konjungtiva pada uveitis sering ditemukan pada 360 derajat dari injeksi perilimbus dan akan semakin meningkat menuju arah limbus. Hal inilah yang membedakannya dengan konjungtivitis yang terlihat injeksi semakin banyak dengan arah menjauhi limbus.)
c. Pemeriksaan tekanan intraokular dapat meningkat atau menurun, tergantung kondisi dari produksi humor aqueous, drainase, dan keberadaan sel radang, putih dan merah.
d. Pada pemeriksaan iris dapat ditemukan sinekia.
e. pupil, pasien dapat mengalami fotofobia direct ketika cahaya secara langsung mengenai iris yang terkena, sebagaimana fotofobia consensus ketika cahaya secara langsung mengenai iris berlawanan. Arti klinis dari temuaan ini yaitu:
- Fotofobia consensus sangat membantu dalam membedakan antra iritis dan beberapa penyebab fotofobia lain, seperti konjungtivitis.
- Pupil dalam kondisi miosis
3. Pemeriksaan funduskopi
4. Pemeriksaan biomikroskopis/slit lamp
a. Periksa epithelium dari kornea untuk menemukan adanya abrasi, edem, ulkus, atau benda asing.
b. Lakukan inspeksi pada kondisi ulkus yang dalam dan edema kornea
c. Temukan tanda patogonomis dari iritis yaitu keratitic precipitates / KP (sel darah putih pada endothelium). Apabila ditemukan KP kecil-sedang maka diklasifikasikan ke dalam uveitis nongranuloma, sedangkan KP pada uveitis granuloma lebih besar, kotor, dan penuh lemak (gambaran granula “mutton-fat”).
d. Pada kamera okuli anterior ditemukan fler (sel radang) yang menyebabkan kamera okuli anterior tampak kotor.
e. Sel darah merah (hifema) atau sel darah putih (hipopion) dapat ditemukan pada kamera okuli anterior dan dapat diklasifikasikan menjadi derajat +1 s/d +4:
- 0 tidak ditemukan
- +1 ditemukan dalam jumlah sedikit
- +2 ditemukan dalam jumlah sedang (iris dan lensa masih terlihat jelas)
- +3 iris dan lensa terlihat berkabut
- +4 intens (ditemukan deposit fibrin dan aqueous terkoagulasi)
C. KLASIFIKASIUveitis dapat dibedakan berdasarkan pada kelainan anatomis, gejala klinis, etiologi dan patologinya.
1. Menurut pembagian anatomis dibedakan :§ Uveitis anterior
Yaitu uveitis yang meliputi radang pada iris dan radang pada selaput pelangi dan badan siliari.
§ Uveitis posteriorYaitu radang dibagian belakang dari tepi belakang ”vitreous base”, dapat meliputi koroiditis, retinitis, krorionetinitis dan retina.
2. Menurut pembagian klinis dibedakan :§ Uveitis yang akut dengan gejala awal yang mendadak dan menetap selama 6
minggu atau kurang , dapat mengalami kekambuhan.§ Uveitis posterior menetap untuk berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
timbulnya kadang-kadang pelan-pelan tanpa gejala.3. Menurut penyebabnya dibedakan :§ Uveitis eksogen karena perlukaan atau masuknya kuman-kuman dari luar.§ Uveitis endogen disebabkan oleh kuman-kuman dari penderita sendiri,
misalnya oleh :a. Penyakit sistemik seperti artritis granaloma, infeksi-infeksi kronos (TBC).b. Parasit ( Toxoplasmosis )c. Virus ( Cytomegalovirus )d. Jamure. Idiopatik ( tidak jelas penyebabnya )4. Menurut patologinya dibedakan :§ Uveitis granulomatosa§ Uveitis nongranulomatosa
No Otot mata Gerakan Inervasi
1 M. Rectus Superior Elevasi (+ Abduksi)N. III
(nervus Oculomotorius)
2 M. Rectus Inferior Depresi (+ Abduksi)N. III
(nervus Oculomotorius)
3 M. Rectus Lateralis AbduksiN. VI
(nervus Abducens)4 M. Rectus Medialis Adduksi N. III
(nervus
Oculomotorius)
5M. Obliquus Superior
Rotasi medial (adduksi + depresi)
N. IV(nervus Throchlearis)
6M. Obliquus Inferior
Rotasi lateral (adduksi + elevasi)
N. III(nervus Ocul
Ablatio retina adalah lepasnya lapisan sensoris retina (sel batang dan sel kerucut) dari lapisan epitel pigmen retina. Diantara kedua lapisan tersebut akan terkumpul cairan yang disebut cairan subretina. Penderita ablatio retina akan mengeluh penglihatan nya kabur secara mendadak. Pada awalnya sebelum terjadi ablatio retina seseorang akan merasakan penglihatannya seperti ada kotoran, ada bintik bintik hitam atau bayang bayang hitam seperti garis garis pada lapangan penglihatannya (floaters) dan dapat juga disertai adanya sensasi kilatan kilatan cahaya (fotopsi) selanjutnya secara cepat penglihatan seperti tertutup tirai dan bahkan gelap sama sekali.
Apakah Ablasio Retina itu?
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti masuknya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup ke antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
Bagaimana Mengobati Retina Yang Robek?
Dilakukan laser fotokoagulasi atau cryotherapy (pembekuan) di sekeliling retina yang robek dan bertujuan untuk merekat atau menambal robekan tersebut supaya tidak terjadi ablasio. Floaters dari kilatan cahaya tidak selalu menunjukkan adanya ablasio retina. Tapi bila hal itu terjadi sebalinya segera periksa ke dokter mata. Laser dapat dilakukan di poliklinik dan tidak perlu rawat inap.
Gejala Ablasio Retina
- Kilatan-kilatan cahaya
- Floaters
- Melihat seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan.
Penyebab Ablasio Retina
- Miopia (rabun jauh)
- Trauma mata
- Ada riwayat ablasio retina dalam keluarga
- Ablasio retina pada mata yang lain.
- Pernah mengalami operasi mata
- Ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata.
Mendiagnosis Masalah Retina
Dokter akan memeriksa vitreus dan retina Anda dengan menggunakan lensa dan lampu khusus. Sebelumnya mata Anda akan ditetesi obat tetes mata agar pupil melebar untuk memudahkan dokter memeriksa mata Anda.
Penanganan Ablasio Retina
Kebanyakan kasus Ablasio retina memerlukan tindakan operasi untuk merekatkan kembali retina pada tempatnya. Dokter mata Anda akan menentukan car yang tepat sesuai penyebab Ablasio retina tersebut. Ada kemungkinan operasi dilakukan lebih dari satu kali,
Jenis-Jenis Operasi Ablasio Retina
Ada beberapa cara operasi untuk merekatkan retina yang lepas. Pemilihan jenis operasi dan anestesi (lokal atau umum) tergantung pada karakteristik ablasio retina yang terjadi.
Lokasi Ablasio harus ditentukan terlebih dahulu kemudia di laser fotokoagulasi (pemanasan) atau cryopexy (pembekuan) untuk menutup bagian yang robek. Adakalanya diperlukan gelembung udara khusus yang dimasukan ke dalam bola mata tersebut untuk membantu mendorong retina yang terlepas agar menempel kembali ke tempatnya di dinding bola mata.
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina(RIDE) atau terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di bawahnya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya pada retina membentuk suatu selaput tipis yang melekat erat pada jaringan penyokong di bawahnya. Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina tidak dapat berfungsi dan jika tidak kembali disatukan bisa terjadi kerusakan permanen.
Adapun penyebab ablasio antara lain adalah menyusutnya korpus vitreum (bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengan bola mata), proses penuaan, trauma, diabetes berat, penyakit peradangan, retinopati akibat prematuritas (pada bayi premature), myopia (rabun jauh), ada riwayat ablasio retina dalam keluarga, ablasio retina pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata.
Gejala-gejala Ablasio antara lain ialah kilauan-kilauan cahaya pada mata, floater, melihat seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan, hilangnya fungsi penglihatan (awalnya terjadi pada salah satu bagian dari lapang pandang, tetapi kemudian menyebar sejalan dengan perkembangan ablasio), gangguan penglihatan dan penglihatan menjadi kabur.
Diagnosa, diagnosis di lakukan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina antara lain ; a). Oftalmoskopi direk dan indirek, b). Ketajaman penglihatan, c). Tes refraksi, d). Respon refleks pupil, e). Gangguan pengenalan warna, f). Pemeriksaan slit lamp, g). tekanan intraokuler, h). USG mata, i) Angiografi fluoresensi, j). Elektroretinogram.
Kanker pada anak memang berbeda dari kanker yang dijumpai pada orang dewasa. Kanker pada orang dewasa dapat dicegah, sementara pada anak tidak.Perlu diketahui bahwa pola hidup dan makan yang sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Bukan semata bertujuan mencegah
kanker yang dapat timbul pada usia kanak-kanak, namun untuk mencegah agar pada saat mereka menginjak usia dewasa, dapat terhindar dari berbagai jenis kanker yang biasanya menyerang orang dewasa.The International Union Against Cancer, atau lebih dikenal dengan UICC, menganjurkan kepada orangtua agar mengajarkan anak-anak, antara lain untuk tidak merokok, makan dengan pola gizi seimbang, dan mengikuti program imunisasi yang berlaku di negara masing-masing.Himbauan tersebut bertujuan agar anak-anak itu saat menginjak usia dewasa dapat terhindar dari kanker paru, kanker usus besar, kanker hati, kanker leher rahim, dan jenis kanker lain yang hanya dapat terjadi pada usia dewasa.Banyak orangtua mempersalahkan diri sendiri karena anaknya terkena kanker. Beranggapan bahwa merekalah penyebab dari semua permasalahan yang terjadi pada anaknya,Diharapkan setelah membaca keterangan di atas, orangtua bisa semakin menyadarei bahwa anggapan tersebut tidak benar. Kiranya penjelasan ini akan memperjelas pengetahuan orangtua tentang kanker pada anak. Deteksi Dini Kanker Pada AnakHingga kini, dari sekian banyak kanker yang dapat ditemui pada anak, baru satu jenis yang dapat dideteksi dini secara dini, yakni kanker bola mata atau dikenal dengan istilah retinoblastoma. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan kanker anak, penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mewaspadai gejala kanker pada anak mengingat bahwa baru ada satu jenis kanker pada anak yang dapat dideteksi dini.Deteksi dini untuk retinoblastoma dinamakan :"Lihat Merah". Pemeriksaannya bisa dilakukan seorang tenaga kesehatan yang telah dilatih sebelumnya. Tidak harus oleh dokter yang bertugas di rumah sakit besar. Di PUSKESMAS pun pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut ophtalmoscope. Suatu alat untuk melihat bagian dalam dari mata anak yang diperiksa.Retinoblastoma terjadi pada anak usia balita. Dalam proses pemeriksaan, anak tersebut biasanya diminta untuk duduk di pangkuan ibunya. Sementara itu, pemeriksa berada tidak jauh dari hadapan merja.Bila mata anak dalam kondisi normal, maka pemeriksa, melalui alat ophthalmoscope, akan melihat warna merah terpantul dari mata anak itu.Sebaliknya, pemeriksa akan menganjurkan orangtua membawa anaknya ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap bila melalui alat tadi, pemeriksa tidak melihat warna merah terpantul dari mata si anak. Atau ada pantulan warna merah, namun mata anak yang diperiksa juling. Oleh karena itu, penting
bagi pemeriksa untuk mengetahui apakah sebelumnya anak bersangkutan juling atau tidak.Sekarang, setelah mengetahui adanya pemeriksaan "Lihat Merah", diharapkan orangtua mau memeriksakan anaknya sekali setahun selama masih berusia balita. Tidak seorangpun pernah berharap anaknya terkena retinoblastoma. Namun, jika Tuhan berkehendak lain, paling tidak kita dapat menemukannya pada stadium awal. Gejala Leukimia Pada AnakKanker darah atau Leukemia bisa menyerang siapa saja, tanpa pandang usia. Leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada anak-anak.'Tempat Kejadian Perkara' dari leukemia itu ada di sumsum tulang. Lalu, and a tentu bertanya pula, sumsum tulang itu dimana?Bayangkan saja saat menyantap paha ayam. Setelah dagingnya habis, tulangnya dipatahkan, dan bagian tengah dari tulang kita hisap.Bagian yang dihisap itulah yang dinamakan sum sum tulang.Sumsum tulang merupakan pabrik dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Ieukosit), dan keping darah (trombosit). Sebagai gambaran sederhana, sumsum tulang ini bisa diidentikkan dengan suatu kawasan pabrik misalnyaPermasalahan mulai timbul saat "karyawan" di pabrik leukosit berdemonstrasi secara anarkhis. Mereka melarang pabrik berproduksi. Akibatnya kadar leukosit dalam darah menjadi rendah. Tidak puas berdemonstrasi di pabrik sendiri, mereka ke pabrik eritrosit dan trombosit. Sama juga, tetap melarang agar kedua pabrik tidak berproduksi. Akibatnya, kadar eritrosit dan trombosit di dalam darah juga menjadi rendah.Masih belum puas berdemonstrasi di kawasan pabrik, para "karyawan" tersebut keluar merambah wilayah lain dan menyebar kemana-mana, termasuk ke otak, gusi, kulit, tulang, hati, limpa, dan testis.Bila kadar eritrosit dalam darah rendah, maka anak akan terlihat pucat. Selain itu, anak sering mengalami demam tanpa diketahui penyebabnya akibat kadar leukosit di dalam darah yang rendah dan juga perdarahan, seperti perdarahan kulit, gusi, atau mimisan akibat kadar trombosit di dalam darah yang rendah.Bila anak memiliki ketiga gejala ini atau paling tidak ada dua diantaranya, seorang anak bisa dicurigai terkena leukemia. Selain gejala-gejala di atas, dapat juga dijumpai gejala lainnya sebagai akibat dari penyebaran sel kanker ke organ-organ lain dalam tubuh.Gejala-gejala lain tersebut antara lain, kejang, pembengkakan gusi, nyeri tulang, perut terlihat membesar, dan testis tampak membesar dan keras.
Bila orangtua melihat hal-hat tersebut di atas, segera bawa anak ini ke dokter untuk mengkonfirmasi apakah benar gejala-gejala yang dialami itu dapat dikategorikan sebagai tanda-tanda terserang leukemia. Andaikata bukan, tentu saja kita bersyukur. Namun, bila ternyata benar bahwa gejala yang ditemukan memang mengarah kepada leukemia, tetap saja harus mensyukurinya. Sebab itu berarti leukemia pad a anak ini ditemukan pada kondisi yang masih dini.Semakin dini dan cepat seorang anak yang terkena kanker ditangani, semakin besar kemungkinan sembuh pada anak tersebut. Jadi, adalah penting bagi orangtua untuk mewaspadai gejala penyakit kanker pad a anak sejak dini, khususnya Leukemia. Mewaspadai Gejala Tumor Padat Pada AnakSetelah kita mengenal secara garis besar kanker jenis cair yang dikenal dengan istilah Leukemia, sekarang kita coba kenali jenis tumor padat pada anak.Tumor padat dapat dijumpai pada hampir semua organ tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Orangtua biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak pad a saat memandikannya. Sesuai dengan prinsip yang telah disepakati, segera bawa anak ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lain. Tujuannya untuk mengkonfirmasi apakah benar benjolan yang teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan.Berikut adalah hal-hal yang harus diwaspadai orangtua bila melihat atau meraba benjolan pada mata, leher, paru, perut, alat kelamin, tangan atau kaki, dan otak.A. MataOrangtua harus curiga bila mata anak terlihat seperti mata kucing, matanya merah, terjadi gangguan penglihatan, atau juling. Khusus tentang mata merah, biasanya orangtua akan memberi obat tetes mata yang dijual bebas di pasaran. Orangtua boleh saja melakukan tindakan tersebut di atas, namun bila dalam tiga hari tidak ada perbaikan, segera bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lain. Bisa jadi itu bukan merupakan penyakit mata biasa, melainkan gejala awal dari kanker mata.B. LeherWaspada bila menemui benjolan yang dijumpai di leher anak bertambah besar dalam waktu singkat. Biasanya anak tidak mengeluh kesakitan bila benjolan ditekan atau dipegang. Berbeda dengan benjolan yang timbul akibat infeksi, biasanya akan terasa sakit bila ditekan atau dipegang dan terasa panas bila diraba. Infeksi pad a gigi dan telinga juga dapat
menyebabkan benjolan dengan karakteristik seperti tersebut diatas. Konfirmasi perlu dilakukan mengingat penanganan kedua benjolan tersebut di atas berbeda.C. ParuBila pada seorang anak dijumpai sesak napas dan setelah dilakukan foto dada ternyata ditemukan sel kanker di parunya, jangan berpikiran bahwa anak ini terkena kanker paru. Tidak ada kanker paru pad a anak. Keadaan ini biasanya merupakan akibat dari penyebaran suatu jenis kanker tertentu ke paru-paru. Salah satu jenis kanker pada anak yang dapat menyebar hingga ke paru-paru adalah kanker tulang.D. PerutBanyak organ yang dapat dijumpai dalam perut, an tara lain hati, ginjal, indung telur, dan lain-lain. Semua organ tersebut di at as dapat terkena kanker. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit dan bila ditekan akan teraba suatu benjolan. Periksakan segera anak ini ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lain. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah jangan terlalu sering menekan perut anaknya yang makin lama makin membesar karena dapat mempermudah penyebaran.E. Alat kelaminAlat kelamin yang dimaksud adalah alat kelamin pria. Secara fisik, testis kanan dan kiri terlihat tidak sam a besar, konsistensi testis yang terkena biasanya keras, dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi. Kanker pada organ testis, sama seperti halnya paru-paru, dapat merupakan akibat penyebaran dari suatu jenis kanker tertentu ke testis. Jenis kanker yang dimaksud, yang dapat menyebar ke testis adalah leukemia.F. Tangan atau kakiWaspada bila terlihat ada bengkak pada tangan atau kaki. Pembengkakan ini biasanya dapat disertai dengan demam atau nyeri.G.OtakBenjolan pada otak memang tidak dapat dilihat maupun diraba. Walaupun demikian, orangtua tetap dapat mewaspadai gejala kanker otak dengan melihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya suatu benjolan di otak. Gejala-gejala tersebut an tara lain adalah pusing, muntah yang menyemprot, lumpuh, dan gangguan keseimbangan.Sebagaimana telah disampaikan di awal, kanker pada dasarnya dapat diobati dan sembuh bila dijumpai pada stadium awal.Itulah pentingnya orangtua harus mengerti dan waspada terhadap gejala-gejala kanker pada anak. Tidak cukup berhenti sampai di situ, jika orangtua mencurigai anaknya terkena kanker, segera bawa ke puskesmas, rumah
sakit, atau fasilitas kesehatannya lain untuk mendapatkan konfirmasi dan penanganan selanjutnya.Sebagai contoh, seorang anak yang terkena kanker mata yang dibawa orangtuanya ke rumah sakit pada stadium awal dan mendapatkan penanganan yang baik dan benar, ternyata memiliki angka harapan hid up bebas tUfTlor dua tahun sebesar 80%. Sebaliknya, bila dijumpai pada stadium lanjut, angka harapan hidup be bas tumor dua tahun turun hingga 25%.Ada kalimat bijak dari seseorang bernama Niccolo Machiavelli, yang berbunyi: "Awal penyakit sukar diketahui, mudah diobati. Penyakit yang sudah lanjut mudah diketahui, sukar diobati".Bila orangtua mencurigai anaknya terkena kanker, sebaiknya orangtua segera membawanya ke rumah sakit. Harus dikonfirmasi apakah gejala yang dijumpai adalah benar kanker atau bukan. Curiga Anak Terkena KankerApa yang akan dillakukan dokter untuk mengkonfirmasi gejala yang timbul pada anak yang dicurigai terkena kanker?Upaya awal para dokter tentunya tergantung dari gejala yang terlihat. Bila seorang anak dicurigai leukemia, maka anak tersebut akan dilakukan pengambilan sumsum tulang dan cairan dari punggung. Tujuannya adalah untuk melihat langsung pabrik tempat diproduksinya sel datah merah, sel darah putih, dan trombosit.Bila memang benar anak tersebut terkena leukemia, di bawah mikroskop akan terlihat sel-sel darah putih jahat yang menguasai sumsum tulang. Sementara itu, tujuan pengambilan cairan dari punggung adalah untuk melihat apakah sel-sel darah putih yang jahat tadi sudah menyebar sampai ke otak. Hal ini perlu diketahui dokter karena pengobatan antara yang sudah dan belum menyebar ke otak itu berbeda.Orangtua tidak perlu khawatir sekalipun meski pada anaknya dilakukan kedua tindakan terse but di atas. Anak biasanya akan ditidurkan untuk menghindari trauma. Prosesnya tidak jauh berbeda dengan proses pengambilan darah di tangan, sebagaimana dilakukan di laboratorium. Perbedaannya adalah pada jarum dan lokasi pengambilannya.Jarum yang digunakan untuk pengambilan sumsum tulang tentunya lebih besar dibanding jarum yang biasa digunakan untuk mengambil darah di tangan karena jarum tersebut harus menembus tulang. Sementara itu, lokasi pengambilan juga di tulang dekat tulang ekor, tulang pinggang, atau tulang di bawah lutut (khususnya pada anak umur kurang dari 2 tahun).
Pengambilan cairan dari punggung juga menggunakan jarum khusus dan lokasi pengambilannya di antara kedua ruas tulang belakang. Selanjutnya, kedua jenis cairan yang diambil dari sumsum tulang dan tulang belakang tersebut akan diproses dan diperiksa di bawah mikroskop oleh dokter spesialis patologi klinik.Bagi anak yang dicurigai terkena tumor padat, konfirmasi dilakukan dengan cara biopsi. Pelaksanaannya dapat dengan cara dibuka / dioperasi atau dengan menggunakan jarum halus. Orangtua juga tidak perlu kuatir bilamana dilakukan tindakan biopsi pada anak.Operasi biasanya akan dilakukan di lokasi dimana benjolan itu berada. Dokter bedah akan mengambil sedikit atau sebagian dari benjolan, atau jika memungkinkan seluruh benjolan yang ada untuk selanjutnya diproses dan diperiksa di bawah mikroskop oleh dokter spesialis patologi anatomi.
Kenali 12 Kanker Pada Anak, Deteksi Dini dan Pencegahannya
1. Leukemia Leukemia adalah penyebab kanker pada anak paling
sering. Jenis leukemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak
yaitu Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL). Faktor risiko untuk ALL
diantaranya terpapar sinar X sebelum lahir, terpapar radiasi, riwayat
kemoterapi, perubahan genetik tertentu dan gangguan genetik tertentu
seperti Down Syndrome. Jika terjadi gejala mencurigakan pada anak,
segera kunjungi dokter karena ALL akan memburuk dengan cepat jika
tak kunjung ditangani.
2. Limfoma Limfoma merupakan kanker yang menyerang kelenjar getah
bening, timus, limpa, amandel, kelenjar gondok dan sumsum tulang.
Terdapat dua jenis limfoma yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-
Hodgkin (NHL). Limfoma sendiri tercatat sebagai jenis kanker terbanyak
kedua yang menyerang anak-anak. Biasanya gejala awal limfoma
Hodgkin adalah pembesaran kelenjar getah bening yang tak terasa nyeri
di leher, di atas tulang selangka, di bawah ketiak atau pangkal paha.
Sedangkan untuk NHL, gejalanya antara lain susah bernafas, mengi,
batuk-batuk, nafas yang mengelurkan suara bernada tinggi,
pembengkakan kepala, leher atau tubuh bagian atas, susah menelan
makanan, penurunan berat badan yang tak wajar dan berkeringat di
malam hari.
3. Kanker otak dan tumor pada sistem saraf pusat Kanker otak dan
kanker saraf tulang belakang sendiri merupakan jenis kanker ketiga
yang paling banyak ditemukan pada anak-anak setelah leukemia dan
limfoma. Penyebab kedua kanker ini sendiri masih belum diketahui.
Gejalanya bisa berbeda dari satu pasien ke pasien yang lain. Namun
gejala yang paling sering ditemukan pada pasien tumor otak diantaranya
sakit kepala di pagi hari atau sakit kepala yang tak kunjung pergi setelah
muntah-muntah; sering mual dan muntah-muntah; gangguan
penglihatan, pendengaran dan bicara; kehilangan keseimbangan dan
kesulitan berjalan; rasa kantuk yang tak biasa atau perubahan kadar
aktivitas; perubahan kepribadian atau perilaku yang tak wajar; kejang-
kejang; dan peningkatan ukuran kepala (pada bayi). Sedangkan gejala
tumor saraf tulang belakang antara lain nyeri punggung atau nyeri yang
menyebar dari punggung dan menjalar ke lengan atau kaki; perubahan
kebiasaan buang air besar atau sulit buang air kecil; kaki lemas; dan
sulit berjalan.
4. Retinoblastoma. Retinoblastoma adalah kanker mata pada anak. Ini
berasal dari retina, lapisan peka cahaya, di mata. Ini adalah mata yang
paling umum tumor mata pada anak. Saat anak tidak mengeluh dari
setiap gangguan pandangan mata, tumor mungkin tetap tidak terdeteksi.
Cara yang paling umum dari presentasi adalah refleks putih (leukokoria)
di belakang murid. Kanker ini juga disebut mata kucing refleks. Mungkin
ada penyebab lain putih refleks ini juga, tetapi evaluasi oleh dokter mata
adalah suatu keharusan di semua anak-anak untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit ini hidup serius dan berpotensi mengancam.
Gejala lain adalah juling (mata juling) , visi miskin , mata merah
menyakitkan, peradangan pada jaringan di sekitarnya mata, penonjolan
bola mata (proptosis), dll Kadang-kadang terdeteksi pada pemeriksaan
mata rutin oleh dokter mata, terutama di seorang anak dengan riwayat
keluarga penyakit ini.
5. Kanker payudara Menurut penelitian, wanita berusia 30 tahun ke
bawah yang didiagnosis dengan kanker payudara mempunyai prognosis
untuk bertahan hidup yang lebih rendah ketimbang wanita yang lebih
tua. Alasannya, wanita yang lebih muda cenderung terserang kanker
payudara yang lebih agresif daripada wanita yang lebih tua.
6. Kanker serviks Kanker yang menyerang jaringan serviks atau organ
yang menghubungkan antara rahim dengan vagina ini biasanya
berkembang secara lambat dan tak memunculkan gejala tertentu namun
dapat ditemukan tes Pap rutin. Kanker serviks ini disebabkan oleh
infeksi human papillomavirus (HPV) dan sebagian besar menyebar lewat
kontak seksual. Itulah mengapa wanita yang telah aktif secara seksual
sejak muda dan mempunyai banyak pasangan seksual berisiko tinggi
terkena infeksi HPV sekaligus kanker serviks. Kebiasaan merokok dan
paparan terhadap asap rokok (perokok pasif) juga dapat meningkatkan
risiko kanker serviks. Diantara wanita yang terinfeksi dengan HPV,
dysplasia (kondisi pra-kanker) dan kanker invasif terjadi 2-3 kali lebih
sering pada perokok dan mantan perokok.
7. Kanker kolorektal atau kanker anus Memiliki keluarga inti dengan
riwayat kanker kolorektal dapat melipatgandakan risiko seseorang untuk
terserang penyakit serupa. Riwayat penyakit peradangan usus juga
dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Faktor risiko yang dapat
dicegah dari kanker ini diantaranya merokok, konsumsi alkohol
berlebihan dan obesitas.
8. Germ cells tumor, termasuk kanker testis Germ cells adalah sel-sel
di dalam tubuh yang berkembang menjadi sperma dan sel telur.
Mayoritas sel-sel ini ditemukan di dalam ovarium atau testis namun
terkadang sel ini juga bisa tertinggal di bagian tubuh lain ketika janin
berkembang di dalam rahim seperti di dada, otak atau bagian belakang
perut (kanker retroperitoneal). Germ cells tumor yang paling banyak
ditemukan adalah teratoma atau seminoma pada testis pria. Wanita juga
dapat mengidap germ cells tumor di ovarium namun sebagian besar
bersifat jinak dan hanya 1-2 persen yang benar-benar kanker. Kanker
testis sendiri paling sering dialami pria muda atau paruh baya. Faktor
risikonya antara lain undescended testicle (testis tidak turun),
pertumbuhan testis yang abnormal, memiliki riwayat kanker testis
sendiri atau riwayat keluarga, dan berkulit putih.
9. Kanker hati Kanker ini sebenarnya jarang dialami anak-anak dan
remaja. Kalaupun iya, bisa jadi itu hepatoblastoma (tidak menyebar di
luar hati dan biasanya terjadi pada anak berusia tiga tahun ke bawah)
dan hepatocellular carcinoma (kanker hati yang lebih umum pada anak
di atas tiga tahun dan remaja). Gejalanya seperti benjolan yang tak
terasa sakit di perut, pembengkakan atau nyeri perut, penurunan berat
badan yang tak wajar, kehilangan selera makan serta mual dan muntah.
10. Melanoma Meski paling banyak terjadi pada orang dewasa,
terkadang kanker ini juga ditemukan pada anak-anak dan remaja berusia
antara 10-19 tahun. Faktor risikonya antara lain berkulit putih, terpapar
cahaya matahari atau penggunaan tanning bed, mempunya sejumlah tahi
lalat atau keluarga memiliki riwayat melanoma. Cara terbaik untuk
mencegah melanoma adalah melindungi kulit dari radiasi UV dengan
memakai tabir surya, tidak berada di bawah sinar matahari dalam waktu
lama, dan mengenakan baju pelindung ketika keluar ruangan.
11. Sarkoma Sarkoma berkontribusi sebagai kanker yang menyerang
anak-anak sebesar 15 persen. Sarkoma dapat menyerang bagian tubuh
manapun namun yang paling sering terkena kanker ini adalah kaki dan
tangan karena sebagian besar jaringan ikat tubuh terletak di dalam
keduanya. Secara garis besar ada lima sub-kanker sarkoma yang biasa
menyerang anak-anak dan orang dewasa muda yaitu kanker tulang,
sarkoma Ewing, rhabdomyosarcoma, sarkoma jaringan lunak dan
sarkoma rahim.
12. Kanker tiroid Kanker tiroid kebanyakan terjadi pada wanita berusia
antara 25-65 tahun. Orang yang sering terpapar radiasi pada kepala dan
lehernya ketika masih kecil berisiko tinggi terkena kanker ini. Penduduk
benua Asia juga dikatakan paling tinggi risikonya terkena kanker tiroid.
Gejala yang paling umum diantaranya benjolan di leher, susah bernafas,
sulit menelan makanan atau suara serak.
Kenali 7 Gejala Kanker Pada Anak
Secara garis besar, kanker pada anak dibagi atas dua bagian, yaitu kanker
darah atau lebih dikenal dengan istilah leukemia dan tumor padat. Gejala
yang harus diwaspadai bila mencurigai seorang anak terkena leukemia
adalah anak terlihat pucat, sering mengalami demam, dan perdarahan, baik
itu di kulit, gusi, atau hidung. Gejala-gejala ini terjadi karena kadar sel
darah merah, sel darah putih, dan keping darah yang rendah akibat
produksinya ditekan oleh sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini tidak puas
hanya beredar di sumsum tulang. Sel-sel ini dapat menyebar ke luar dari
sumsum tulang menuju hati, limpa, otak, atau tulang. Secara fisik, anak
akan terlihat perutnya membuncit akibat hati dan limpa yang membesar.
Selain itu, anak biasanya juga akan mengeluh sakit saat berjalan karena sel-
sel leukemia yang menyebar ke tulang. Bila sel-sel leukemia sudah
menyebar ke otak, anak dapat mengalami kejang. Waspadai gejala-gejala
tersebut di atas dan segera bawa ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas
kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi.
Mengenai tumor padat, hal ini dapat dijumpai pada hampir semua organ
tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Orangtua
biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak pada saat
mereka memandikannya. Seperti prinsip yang telah disebutkan sebelumnya
di atas, segera bawa anak ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas
kesehatan lainnya untuk mengkonfirmasi apakah benar benjolan yang
teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan. Berikut ini adalah hal-hal
yang harus diwaspadai orangtua bila melihat atau meraba benjolan pada
mata, leher, paru, perut, alat kelamin, tangan atau kaki, dan otak.
1. Mata Mata anak terlihat seperti mata kucing, matanya merah, terjadi
gangguan penglihatan, atau juling. Khusus tentang mata merah,
biasanya orangtua akan memberi obat tetes mata yang dijual secara
bebas di pasaran. Orangtua boleh saja melakukan tindakan tersebut di
atas, namun bila dalam tiga hari tidak ada perbaikan, bawa ke
puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Bisa saja itu
bukan suatu penyakit mata biasa melainkan gejala awal dari kanker
mata.
2. Leher Terdapat benjolan yang dijumpai di leher anak bertambah besar
dalam waktu yang singkat. Biasanya anak tidak mengeluh kesakitan bila
benjolan ditekan atau dipegang. Berbeda dengan benjolan yang timbul
akibat infeksi, yang biasanya akan terasa sakit bila ditekan atau
dipegang dan teraba panas bila diraba. Infeksi pada gigi dan telinga
dapat menyebabkan benjolan dengan karakteristik tersebut. Konfirmasi
perlu dilakukan mengingat penanganan kedua benjolan tersebut di atas
yang berbeda.
3. Paru Gejala sesak napas dan setelah dilakukan foto dada ternyata
dijumpai sel kanker di parunya, jangan berpikiran bahwa anak ini
terkena kanker paru. Tidak ada kanker paru pada anak. Keadaan ini
biasanya merupakan akibat dari penyebaran suatu jenis kanker tertentu
ke paru-paru. Salah satu jenis kanker pada anak yang dapat menyebar
hingga ke paru-paru adalah kanker tulang.
4. Perut Banyak organ yang dapat dijumpai di dalam perut, antara lain
hati, ginjal, indung telur, dan lain-lain. Semua organ-organ tersebut di
atas dapat terkena kanker. Secara fisik, perut anak akan terlihat
membuncit dan bila ditekan akan teraba suatu benjolan. Periksakan
segera anak ini ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan
lainnya. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah jangan terlalu
sering menekan perut anaknya yang makin lama makin membesar
karena dapat mempermudah penyebaran.
5. Alat kelamin Alat kelamin yang dimaksud adalah alat kelamin pria.
Secara fisik, testis kanan dan kiri terlihat tidak sama besar, konsistensi
testis yang terkena biasanya keras, dan tidak dijumpai tanda-tanda
infeksi. Kanker pada organ testis, sama seperti halnya paru-paru, dapat
merupakan akibat penyebaran dari suatu jenis kanker tertentu ke testis.
Jenis kanker yang dimaksud, yang dapat menyebar ke testis adalah
leukemia.
6. Tangan atau kaki Waspada bila terlihat ada bengkak pada tangan atau
kaki. Pembengkakan ini biasanya dapat disertai dengan demam atau
nyeri.
7. Otak Benjolan pada otak memang tidak dapat dilihat maupun diraba.
Walaupun demikian, orangtua tetap dapat mewaspadai gejala kanker
otak dengan melihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya suatu
benjolan di otak. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah pusing,
muntah yang menyemprot, lumpuh, dan gangguan keseimbangan.
Jenis Kanker Pada Anak
LeukimiaLeukimia adalah kanker pada anak yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Leukimia mempunyai harapan sembuh dengan pengobatan yang tepat dan benar. Gejala yang perlu diwaspadai dan sering ditemukan pada leukimia antara lain pucat, demam atau pendarahan yang tidak jelas sebabnya, nyeri tulang dan pembengkakan perut.
Tumor OtakTumor pada otak dapat mengganggu fungsu dan merusak struktur sususan saraf pusat, karena terletak di dalam rongga yang terbatas(rongga
tengkorak).Gejala yang harus diwaspadai pada tumor otak adalah sakit yang disertai mual sampai muntah-muntah. Dapat pula disertai daya penglihatan berkurang, penurunan kesadaran atau perubahan perilalku.Pada bayi biasanya ubun-ubun besar menonjpol. Hal lain yang perlu dicurigai adalah bila terdapat gangguan bicara dan keseimbangan tubuh, anggota gerak melemah atau kejang.
RetinablastomaRetinablastoma adalah kanker mata yang sering dijumpai pada anak. Gejala yang perlu duawasi ialah adanya bercak putih di bagian tengah mata yang seolah bersinar bila kena cahaya seperti mata kucing. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah penglihatan yang terganggu, mata menjadi juling dan bila telah lanjut maka bola mata menonjol keluar.
LimfomaLimfoma Maglia adalah kanker kelenjar getah bening, kanker ini biasanya ditandai dengan pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah bening yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Pembesaran kelenjar getah bening yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher, ketiak dan atau selangkangan serta usus tanpa disertai rasa nyeri.Bila timbulnya di kelenjar getah bening dalam usus maka dapat menyebabkan sumbatan pada usus dengan gejala sakit perut, muntah, tidak bisa buang air besar dan demam. Bila tumbuh di daerah dada maka dapat mendorong atau menekan saluran nafas. Menyebabkan sesak nafas dan muka membiru.
NeuroblastomaNeuroblastoma adalah suatu gejala jenis kanker saraf yang dapat menunjukkan banyak gejala, tergantung pada lokasinya. Neuroblastoma dapat terjadi di daerah leher atau rongga dada dan mata. Bila terdapat di daerah mata dapat menyebabkan bola mata menonjol, kelopak mata turun dan pupil melebar. Bila terdapat di tulang belakang dapat menekan saraf tulang belakang dan mengakibatkan kelumpuhan yang cepat. Tumor di daerah perut akan teraba bisa sudah besar. Penyebaran pada tulang dapat menyebabkan patah tulang tanpa sebab, tanpa nyeri sehingga penderitanya pincang mendadak.
Tumor WilmsTumor Wilms adalah kanker ginjal yang paling sering dijumpai pada anak.Kanker ini dapat ditandai dengan kecing berdarah, rasa tidak enak di dalam perut dan bila sudah cukup besar teraba keras, biasanya diketahui ketika anak dimandikan.
RabdomiosarkomaKanker ini dijumpai pada otot di mana saja, biasanya pada anak di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat(kelenjar kelamin pria) dan vagina.
Gejala yang ditimbulkan bergantung pada letak kanker.Pada rongga mata menyebabkan mata menonjol keluar. Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan nafas, radang sinus(rongga sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di saluran kandung kemih menyebabkan gangguan buang air kecil atau air seni berdarah. Bila mengenai saluran pencernaan dapat mengalami gangguan buang air besar. Bila mengenai otot anggota gerak akan membengkak.
OsteosarkomaOsteosarkoma adalah kanker pada tulang. Pembengkakan yang cepat apabila disertai rasa nyeri perlu diwaspadai sebagai kemungkinan adanya kanker tulang. Kanker tulang dapat menyerang setiap bagian tulang, tetapi yang terbanyak ditemukan pada tungkai lengan dan pinggul.Kadang-kadang didahului oleh benturan keras seperti jatuh dan sebagainya.
Top
LeukimiaLeukimia adalah kanker pada anak yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Leukimia mempunyai harapan sembuh dengan pengobatan yang tepat dan benar. Gejala yang perlu diwaspadai dan sering ditemukan pada leukimia antara lain pucat, demam atau pendarahan yang tidak jelas sebabnya, nyeri tulang dan pembengkakan perut.
Tumor OtakTumor pada otak dapat mengganggu fungsu dan merusak struktur sususan saraf pusat, karena terletak di dalam rongga yang terbatas(rongga tengkorak).Gejala yang harus diwaspadai pada tumor otak adalah sakit yang disertai mual sampai muntah-muntah. Dapat pula disertai daya penglihatan berkurang, penurunan kesadaran atau perubahan perilalku.Pada bayi biasanya ubun-ubun besar menonjpol. Hal lain yang perlu dicurigai adalah bila terdapat gangguan bicara dan keseimbangan tubuh, anggota gerak melemah atau kejang.
RetinablastomaRetinablastoma adalah kanker mata yang sering dijumpai pada anak. Gejala yang perlu duawasi ialah adanya bercak putih di bagian tengah mata yang seolah bersinar bila kena cahaya seperti mata kucing. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah penglihatan yang terganggu, mata menjadi juling dan bila telah lanjut maka bola mata menonjol keluar.
LimfomaLimfoma Maglia adalah kanker kelenjar getah bening, kanker ini biasanya ditandai dengan pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah bening yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Pembesaran kelenjar getah bening
yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher, ketiak dan atau selangkangan serta usus tanpa disertai rasa nyeri.Bila timbulnya di kelenjar getah bening dalam usus maka dapat menyebabkan sumbatan pada usus dengan gejala sakit perut, muntah, tidak bisa buang air besar dan demam. Bila tumbuh di daerah dada maka dapat mendorong atau menekan saluran nafas. Menyebabkan sesak nafas dan muka membiru.
NeuroblastomaNeuroblastoma adalah suatu gejala jenis kanker saraf yang dapat menunjukkan banyak gejala, tergantung pada lokasinya. Neuroblastoma dapat terjadi di daerah leher atau rongga dada dan mata. Bila terdapat di daerah mata dapat menyebabkan bola mata menonjol, kelopak mata turun dan pupil melebar. Bila terdapat di tulang belakang dapat menekan saraf tulang belakang dan mengakibatkan kelumpuhan yang cepat. Tumor di daerah perut akan teraba bisa sudah besar. Penyebaran pada tulang dapat menyebabkan patah tulang tanpa sebab, tanpa nyeri sehingga penderitanya pincang mendadak.
Tumor WilmsTumor Wilms adalah kanker ginjal yang paling sering dijumpai pada anak.Kanker ini dapat ditandai dengan kecing berdarah, rasa tidak enak di dalam perut dan bila sudah cukup besar teraba keras, biasanya diketahui ketika anak dimandikan.
RabdomiosarkomaKanker ini dijumpai pada otot di mana saja, biasanya pada anak di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat(kelenjar kelamin pria) dan vagina. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada letak kanker.Pada rongga mata menyebabkan mata menonjol keluar. Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan nafas, radang sinus(rongga sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di saluran kandung kemih menyebabkan gangguan buang air kecil atau air seni berdarah. Bila mengenai saluran pencernaan dapat mengalami gangguan buang air besar. Bila mengenai otot anggota gerak akan membengkak.
OsteosarkomaOsteosarkoma adalah kanker pada tulang. Pembengkakan yang cepat apabila disertai rasa nyeri perlu diwaspadai sebagai kemungkinan adanya kanker tulang. Kanker tulang dapat menyerang setiap bagian tulang, tetapi yang terbanyak ditemukan pada tungkai lengan dan pinggul.Kadang-kadang didahului oleh benturan keras seperti jatuh dan sebagainya
Kemampuan penglihatan yang buruk pada satu mata saja yang disebabkan oleh suatu problem pada saat perkembangan mata, dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan berkepanjangan pada mata tersebut. Kondisi ini disebut ‘lazy eye’.
Apa itu Ambliopia (Mata Malas)?
Kemampuan penglihatan yang buruk pada salah satu ataupun kedua mata yang disebabkan oleh cacat pada perkembangan penglihatan normal semasa kanak-kanak dapat menyebabkan kondisi seumur hidup yang disebut “lazy eye” atau mata malas.
Apa penyebab Ambliopia (Mata Malas)?
Mata Malas (Ambliopia) adalah kurang jelasnya penglihatan akibat perkembangan penglihatan yang tidak sempurna dalam otak. Otak manusia membutuhkan stimulasi visual untuk berkembang sepenuhnya. Pada saat perkembangan anak sejak lahir hingga usia 8 tahun, apapun yang menghalangi atau menggangu jelasnya penglihatan dapat menyebabkan ambliopia. Penyebab umum termasuk ukuran kacamata tinggi (contohnya astigmatisma, hiperopia dan miopia), mata juling (strabismus), atau apapun yang menghalangi aksis visual pada satu mata (contohnya kelopak mata turun, katarak anak). Mata malas (ambliopia) biasanya hanya mempengaruhi satu mata, tetapi apabila kedua mata kurang mendapat visual yang baik dan jelas untuk periode yang berkepanjangan, kondisi dapat timbul pada kedua mata. Diagnosa dini meningkatkan kemungkinan suksesnya pengobatan, karena setelah usia 8
Reaksi pupil terhadap cahaya kemungkinan berasal dari jaras yang sama
dengan jaras rangsang cahaya yang ditangkap oleh sel kerucut dan batang, yang
mengakibatkan sinyal visual ke korteks oksipital. Jaras eferen pupilomotor
ditransmisikan melalui N.Optikus dan melalui hemidekusatio di chiasma.
Kemudian jaras pupilomotor mengikuti jaras visuosensorik melalui traktus
optikus dankeluar sebelum mencapai korpus genikulatum lateral, kemudian
masuk batang otak melalui brachium dari colliculus superior. Jaras/neuron aferen
tersebut kemudian membentuk sinaps dengan Nc. Pretektal yang kemudian
menuju Nc Edinger Westphal melalui neuron inter kalasi ipsilateral (berjalan ke
arah ventral di dalam substansia kelabu peri akuaduktus) dan kontralateral (di
bagian dorsal akuaduktus, didalam komissura posterior). Kemudian jaras
pupilomotor (neuron eferen parasimpatomimetik) masing-masing keluar dari Nc
Edinger Westphal menuju ganglion siliaris ipsilateral dan bersinaps di sini,
kemudian neuron post-ganglioner (N.silaris brevis) menuju M sfingter pupillae
Jaras Parasimpatetik
Jaras eferen pupil keluar dari otak tengah bersama dengan N.III. Jaras
eferen pupil di basis otak terletak pada permukaan superior N.III yang dapat
tertekan oleh aneurisma antara A Komunikans posterior dan A Kartis interna atau
pada kejadian herniasi unkus. Ketika N.III berjalan ke depan melalui rongga
subarakhnoid danmasuk dinding lateral sinus kavernosus, jaras pupil, kemudian
berjalan ke bawah sekeliling luar saraf diantara bagian anterior sinus kavernosus
dan posterior orbita kumpulan jaras terbagi dua dimana jaras pupilomotor akan
memasuki divisi inferior, lalu mengikuti cabang saraf untuk M obliqus inferior dan
2
akhirnya mencapai ganglion siliaris. Setelah bersinaps disini, serabut post
ganglioner (N siliaris brevis) kemudian menuju M sfingter pupillae
Jaras Simpatetik
Serabut ini memiliki:
o Neuron 1 atau preganglioner. Neuron ini berasal dari posterior hipotalamus
kemudian turun tanpa menyilang danbersinaps secara multiple di otak tengah
dan pons, danberakhir di kolumna intermediolateral C8-T2 yang juga disebut
ciliospinal centre of badge
o Neuron kedua berupa serabut-serabut preganglioner yang keluar dari medula
spinalis. Sebagian besar jaras pupilomotor mengikuti radiks ventral torakal 1,
sedangkan serabut sudomotor wajah terutama mengikuti radiks ventra T2-4.
Jaras tersebut memasuki rantai simpatetik servikal (ganglion stelata) untuk
kemudian bersinaps di ganglion servikal superior yang terletak dekat dasar
tengkorak
o Neuron ketiga merupakan serabut post ganglioner yang berjalan ke atas
bersama-sama A karotis komunis memasuki rongga kranium. Serabut untuk
vasomotor orbita, kelenjar likrimal, pupil dan otot Mulleri mengikuti A karotis
interna, sedangkan serabut sudomotor dan piloereksi wajah mengikuti A
karotis eksterna dan cabang-cabangnya. Pada sinus kavernosus jaras
pupilomotor tersebut meninggalkan A.karotis interna dan bergabung dengan
jaras ophthalmik N.trigeminal dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis
superior. Kadang-kadang berjalan bersama N.VI dahulu sebelum bergabung
dengan N.Trigeminal dan kemudian mencapai badan siliaris yang
mengakibatkan dilatasi iris melalui N.nasosiliaris dan N.siliaris longus.
Sedangkan serabut vasomotor orbita, M.mulleri dankelenjar lakrimalis
mengikuti A.oftalmika. Morissa dan kawan-kawan (1984) mengemukakan
bahwa keringat wajah sesisi tidak seluruhnya diurus oleh serabut yang
mengikuti A.karotis eksterna tetapi sebagian wajah yaitu bagian medial dahi
dan hidung diurus oleh serabut yang mengikuti A.karotis interna.
Akomodasi
Pada penglihatan jarak dekat akan terjadi akomodasi lensa (cembung),
konvergensi dan mosis. Jalannya jaras akomodasi seperti jaras cahaya dan
sampai pula ke korteks visual. Kaburnya bayangan pada retina yang dirasakan
oleh korteks oksipital menimbulkan usaha korektif melalui traktes oksipito tektal,
pada mesensefalon, bagian rostral inti Edinger Westphal berfungsi untuk
akomodasi
III. KELAINAN PUPIL
Pemeriksaan gangguan jaras aferen pupil
Penyinaran terhadap salah satu mata pada orang normal akan menyebabkan
kedia pupil berkonstriksi. Reaksi pupil pada mata yang disinari secara langsung
disebut respon direk/langsung sedangkan reaksi pupil pada mata sebelahnya
disebut respon konsnsual. Hal tersebut diatas terjadi karena adanya
hemidekusatio pada jaras pupilomotor di chiasma dan batang otak . Penyinaran dengan sinar yang redup pada salah satu mata pada orang normal
akan menyebabkan kedua pupil berkontriksi. Sinar yang lebih terang akan
menyebabkan kontraksi yang lebih kuat. Bila setelah menyinari satu mata, sinar
secara cepat dipindahkan ke mata satunya, respon yang terjadi adalah kontriksi
kedua pupil diikuti redilatasi. Bila sinar dipindahkan ke sisi yang satu, reaksi yang
sama juga terjadi.
Gangguan pada N.optikus dapat mengakibatkan gangguan relatif jaras eferen
pupil (pupil Marcus Gunn). Tes yang digunakan dinamakan tes penyinaran secara
alternat (swinging test), dimana bila mata yang sehat disinari cahaya kedua pupil
akan berkontraksi, kemudian re-dilatasi perlahan. Bila cahaya dipindahkan ke
mata yang sakit, konstraksi kedua pupil berkurang atau tidak ada re-dilatasi
yang lebih lama dapat terjadi.
Yang dapat menyebabkan gangguan relatif jaras eferen pupil: penyakit
N.optikus unilateral atau bilateral dimana terkenanya kedua saraf tidak sama
beratnya, penyakit retina, ambliopia, gangguan traktus optikus bila
menyebabkan gangguan lapang pandang yang satu lebih berat dari yang lain
DefinisiSuatu gejala medis yang didapatkan saat pemeriksaanswinging flashlight test yang mana pupil kurangberkonstriksi apabila cahaya diayun (swing) dari matanormal ke mata tidak normal.Uji ini adalah untuk mengetahui apakah serabutaferen penglihatan berfungsi baik dengan melihatreaksi pupil langsung atau tidak langsung pada keduamata.Dasar dari pemeriksaan RAPD,pada mata yang sehat, reaksi pupil terhadap mata kanandan kiri adalah berhubungan. Atau, apabila suatu cahaya disinari pada salah satu bolamata, akan terjadi konstriksi pada kedua pupil.Setelah cahaya yang disinari tadi dijauhkan,keduapupilmata akan melebar/dilatasi secara bersamaan.Ini juga disebutconsensual light reflex.Jalur aferen (merah):impuls saraf yang menghantar daripupil ke otak sepanjang nervusoptikus apabila cahaya disinaripada mata Jalur eferen (biru):impuls yang dihantar kembali darimid-brainke kedua pupil melaluiciliary gangliondan nervus kranialIII (saraf okulomotor), hinggamenyebabkan kedua pupilberkonstriksi, walaupun hanyasatu bola mata yang distimulasidengan cahaya.
Fisiologi
Stimulus cahaya diterima oleh N.opticus(N.II) ipsilateral
dari pupil. Selanjutnya sinyal tersebut diteruskan ke
chiasma opticdan terjadi persilangan sebagian serabut
HipermetropiaHipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).
Gambar 2. Mata Hipermetropia
Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.
Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
Alat Yang Perlu Dipersiapkan
1. Penggaris
2. Optotype Snellen
3. Set alat trial frame dan trial lens (kaca mata dan lensa coba)
4. Keratoskop Plasido
5. Kartu baca dekat
Cara Pemeriksaan
Persiapkan penderita untuk duduk sejajar pada jarak 6 meter
dari optotype snellen (=d). Tentukan dahulu ketajaman penglihatan
masing-masing mata, dengan menutup mata yang tidak diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan menunjukkan huruf-huruf pada
optotype snelen mulai dari deretan huruf terbesar sampai deretan
huruf terkecil yang masih dapat dilihat atau dibaca dengan jelas dan
lengkap (=D). Disebelah kanan deretan huruf tersebut, tertera angka
yang menunjukkan jarak dalam meter yang masih dapat dibaca mata
normal (emmetrop). Ketajaman penglihatan ditentukan dengan rumus
snellen yaitu V= d/D, harga d selalu 5 atau 6 meter.
Ukur jarak pupil (PD/Pupil Distance) kedua mata untuk
mengukur jarak frame kanan dan kiri pada trial frame yang akan
dipasangkan dan kaca mata atau lensa bantu koreksi nantinya.
Tentukan jarak pupil mata kanan dan kiri dengan meletakkan
penggaris di depan kedua mata, kemudian mengarahkan senter di
tengah kedua mata pasien. Perhatikan reflek cahaya pada kedua
kornea mata, kemudian ukur jarah antara kedua reflek tersebut dalam
mm maka didapatkan jarak pupil untuk penglihatan dekat.
Tambahkan 2mm untuk jarak pupil untuk penglihatan jauh.
Bila hasil visus awal adalah 6/6, maka kemungkinan keadaan
mata adalah emmetropia atau hipermetropia dengan akomodasi.
Pasang kaca mata coba pada posisi yang tepat yaitu jarak pupil untuk
penglihatan dekat. Pasang penutup (occluder) di depan salah satu
mata yang belum akan diperiksa.
Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa speris positif
(+)0,25D. Ulangi pemeriksaan dengan meminta penderita membaca
semua deretan huruf snellen dari yang terbesar hingga terkecil yang
masih dapat dibaca dengan jelas dan lengkap.
Bila dengan lensa ini deretan huruf 6/6 yang semula jelas
menjadi kabur maka berarti mata penderita adalah emmetropia. Pada
hipermetropia, mata dapat melihat huruf-huruf yang lebih kecil dari 6/6
dengan akomodasi. Untuk koreksinya, pemeriksa mulai dengan
memberikan lensa positif (+)0,25D, berturut-turut meningkat 0,25D.
Hal ini adalah usaha untuk membuat mata menjadi emmetrop dengan
mengurangi akomodasi, sebagai hasilnya diharapkan penderita dapat
melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas tanpa akomodasi. Lensa positif
terkuat dimana mata hipermetropia masih dapat melihat deretan huruf
6/6 dengan jelas menunjukkan besar kelainan hipermetropianya.
Bila visus kurang dari 6/6, lanjutkan dengan tes pinhole
dengan meletakkan pinhole didepan mata yang diperiksa. Bila
dengan tes pinhole ketajaman penglihatan menjadi lebih baik maka
terbukti pasien mengalamai kelainan refraksi, namun bila pada tes
pinhole tidak mengalami perbaikan maka pasien tidak mengalami
kelainan refraksi dan perlu dirujuk untuk pemeiksaan mata lebih
lanjut.
Bila visus kurang dari 6/6 dengan tes pinhole positif, maka
kemungkinan mata termasuk miopia. Untuk menilai besar miopia,
dimulai dari lensa negatif (-)0,25D, ditambahakan berturut-turut -0,25
sampai pada lensa negatif terlemah penderita dapat membaca
deretan huruf 6/6.
Untuk melakukan koreksi, kadang terdapat beberapa jenis
kekuatan lensa yang pas untuk digunakan melihat dengan jelas,
namun tidak semua lensa tersebut akan nyaman digunakan sebagai
lensa bantu. Hanya akan ada satu jenis kekuatan lensa yang
memberikan penglihatan yang jelas dan kenyamanan saat dipakai
sebagai lensa bantu yaitu lensa yang akan meminimalkan akomodasi
penderita. Untuk melakukan koreksi perlu dicoba beberapa jenis
kekuatan lensa secara berurutan yang tetap memberikan penglihatan
yang jelas dan kenyamanan saat membaca huruf tersebut. Seseorang dengan miopia bila diberikan lensa bantu negatif
yang terlalu lemah akan menimbulkan ketidaknyamanan karena
membuat orang tersebut berakomodasi untuk dapat melihat dengan
jelas atau pada hiperopia yang diberikan lensa positif terlalu kuat akan
menyebabkan pandangan orang tersebut kabur. Jadi bila pasien
miopia dikoreksi dengan -3,0D memberikan tajam penglihatan 6/6,
dan demikian juga bila diberi -3.25D, maka sebaiknya diberikan lensa
koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi. Demikian pula pada penderita hipermetropia, perlu
ditambah atau kurangkan kekuatan lensa sampai didapatkan visus
terbaik (trial and error). Ketepatan koreksi sangat ditentukan oleh
ketepatan ukuran lensa bantu yang dapat membiaskan sinar tepat
pada retina dengan akomodasi lensa yang minimal agar penderita
dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Orang yang tidak
mengontrol akomodasinya sering menyatakan bahwa kadang ia
melihat deretan huruf yang sama secara jelas dan kabur. Hal tersebut
harus dapat dikontrol oleh pemeriksa.
Usahan untuk melakukan pemeriksaan refraksi secepat
mungkin untuk menghindari kebosanan dari penderita yang akan
mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan. Terutama pada anak-anak yang cepat bosan sehingga perlu banyak dihibur untuk
membantu konsentrasinya dan orangtua yang cepat lelah sehingga
pemeriksaan dapat diteruskan di lain waktu.
Pemeriksaan kelainan refraksi astigmatisme dapat dilakukan
dengan metode refraksi spero-cylindrical menggunakan lensa silindris
untuk mengoreksinya. Selain itu dapat juga menggunakan keratoscop
palsido. Pemeriksaan astigmatisme dengan ketatoskop plasido
bertujuan untuk mengetahui keteraturan permukaan kornea.
Ketatorkop plasido diletakkan kurang lebih 20cm didepan mata orang
yang diperiksa, kemudian penderita diminta terus memandang lubang
keratoskop. Dari lubang tersebut pemeriksa dapat melihat bayangan
lingkaran pada kornea. Bila kornea bulat sempurna, yang tampak
adalah lingkaran konsentrik. Bila ada meredian yang lebih
melengkung daripada yang lain tegak lurus pada meredian I tadi