28
Gunung Argopuro atau Argopura (3.088 m.dpl), termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak, terdapat ± 14 puncak di jajaran Pegunungan Iyang. Terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan berada dalam pengawasan Sub BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) wilayah Jember. Gunung Argopuro merupakan gunung yang mempunyai jalur pendakian terpanjang diantara jalur gunung-gunung di Pulau Jawa lainnya. Memiliki peninggalan bersejarah dari Zaman Prasejarah hingga masa pendudukan Jepang. Jalur Pendakian Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat 2 jalur utama yang umum dipakai oleh para pendaki, yang pertama adalah lewat Baderan, Besuki atau lewat Desa Bremi, Probolinggo. Tapi umumnya para pendaki menggunakan Jalur Bremi, Probolinggo menuju Baderan Situbondo. Beberapa alasan adalah jalur tersebut lebih dekat menuju puncak, juga jika sekalian ingin melakukan pendakian Rally di sejumlah gunung-gunung yang berdekatan, biasa disebut Gorajen (Argopuro, Raung dan Ijen).

Gunung Argopuro Atau Argopura

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gunung Argopuro Atau Argopura

Gunung Argopuro atau Argopura (3.088 m.dpl), termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak, terdapat ± 14

puncak di jajaran Pegunungan Iyang. Terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan berada dalam pengawasan Sub

BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) wilayah Jember. Gunung Argopuro merupakan gunung yang mempunyai

jalur pendakian terpanjang diantara jalur gunung-gunung di Pulau Jawa lainnya. Memiliki peninggalan bersejarah dari

Zaman Prasejarah hingga masa pendudukan Jepang.

Jalur Pendakian

Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat 2 jalur utama yang umum dipakai oleh para pendaki, yang pertama

adalah lewat Baderan, Besuki atau lewat Desa Bremi, Probolinggo. Tapi umumnya para pendaki menggunakan Jalur Bremi,

Probolinggo menuju Baderan Situbondo. Beberapa alasan adalah jalur tersebut lebih dekat menuju puncak, juga jika

sekalian ingin melakukan pendakian Rally di sejumlah gunung-gunung yang berdekatan, biasa disebut Gorajen (Argopuro,

Raung dan Ijen).

Perjalanan ke Gunung Argopuro ini rata-rata membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam untuk naik dan 11 jam untuk turun,

dengan demikian kita harus mendirikan tenda di perjalanan. Karena itu pakaian hangat dan perlengkapan tidur (sleeping

bag, matras, tenda dsb.) serta perlengkapan masak adalah keharusan.

Page 2: Gunung Argopuro Atau Argopura

Jalur Bremi

Untuk mencapai Desa Bremi (960 m.dpl) sangat mudah karena ada bis umum yang menuju desa ini 2 (dua) kali sehari dari

terminal bis Probolinggo lama, jam 06.00 pagi dan jam 12.00 siang, yang tarifnya Rp.3.500,- atau dari Terminal Bayuangga,

Probolinggo naik bis atau minibus menuju Pajarakan dengan tarifnya Rp. 1500,-, karena disini ada minibus menuju Desa

Bremi yang tarifnya Rp.3.500,-. Tetapi bila pergi berombongan, dari Terminal Bayuangga ada minibus yang dapat

membawa kita langsung ke Bremi.

Sampai di Bremi, kita harus melapor pada petugas KSDA dan POLSEK Krucil di Bremi untuk meminta ijin melakukan

pendakian dan usahakan pendakian kita lakukan pada pagi hari.

Di Bremi sebaiknya kita menginap untuk melanjutkan perjalanan pagi harinya. Di desa ini, terdapat penginapan relatif

murah.Untuk menginap kita bisa menghubungi Pak Bawon atau masyarakat setempat tentang yang mengelola penginapan.

Salah satunya adalah penginapan bekas peninggalan Belanda yang memiliki ciri bangunan yang khas.

Esok harinya kita berjalan menyusuri jalan berbatu, menuju Perkebunan “Air Dinginâ€, mendekati gerbang Perkebunan �berbelok kekanan menuju Danau Taman Hidup (1.900 m.dpl). Perjalanan melewati hutan alam produksi dan hutan pinus

dan kita akan menjumpai banyak tanjakan yang mempunyai kemiringan yang tinggi. Perjalanan membutuhkan waktu 4 jam

pendakian kita akan sampai di Taman Hidup. Danau Taman Hidup merupakan sebuah danau yang sangat indah,

disekelilingnya terdapat lereng-lereng gunung yang mempunyai vegetasi yang rapat. Keanekaragamam hewan air bisa kita

jumpai serta binatang banyak berkeliaran.

Di sepanjang jalan, terutama di awal-awal perjalanan lewat jalur Bremi akan kita temui banyak lintah dan tumbuhan api-api

di kanan-kiri. Jadi sebaiknya lindungi diri dengan baju lengan panjang dan pelindung kaki (gaiter).

Setelah berjalan 7 jam melalui perkebunan damar dan hutan tropis dari Bremi, kita akan sampai di Aeng Kenek. Sesampai

di Aeng Kenek, kita menempuh perjalanan 1 jam lagi, dan kita sampai di Aeng Poteh atau Cisentor, yang merupakan

persimpangan jalan menuju puncak dan ke arah Baderan.

Di Aeng poteh, terdapat air sungai yang mengalir jernih,yang bewarna keputih-putihan. Karena itulah tempat ini dinamakan

Aeng Poteh (aeng = air, poteh = putih).

Di Aeng Poteh/persimpangan Cisentor, pada bulan-bulan tertentu seperti bulan September akan kita jumpai tikus-tikus

hutan yang amat banyak dan hiperaktif. Tikus-tikus ini berani mendekati kita dan tak segan-segan untuk menggigit carrier

untuk menda\npatkan makanan di dalamnya. Jadi pastikan bahwa carrier kita terlindungi dengan baik. Begitu juga dengan

kerapatan pintu tenda, karena bukan tak mungkin tikus-tikus akan menyelinap masuk dan bermain-main di kontur wajah

kita.

Setelah perjalanan sekitar 1 jam 45 menit menuju puncak, kita akan melewati Rawa Embik, dimana terdapat sungai yang

merupakan tempat minum kambing-kambing gunung. Disepanjang perjalanan banyak tempat untuk mendirikan tenda, dan

air tersedia cukup melimpah. Perlu 1 jam perjalanan lagi untuk mencapai Puncak Rengganis (2.920 m.dpl).

Di Gunung Argopuro, puncak yang sering dikunjungi adalah Puncak Rengganis, Puncak Argopuro (3.088 m.dpl) jarang

dikunjungi karena jalannya tertutup hutan lebat. Di Puncak Rengganis ini pernah ditemukan arca Dewi Rengganis, yang

Page 3: Gunung Argopuro Atau Argopura

menurut cerita adalah putri Raja Majapahit terakhir, Raden Brawijaya, yang melarikan diri dan menyepi di Gunung

Argopuro. Di puncak ini masih ditemukan petilasan Candi yang telah runtuh.

Puncak Rengganis ini, merupakan bekas kawah belerang. Menurut kepercayaan setempat di Puncak Rengganis ini

terdapat pusat kerajaan para lelembut (jin). Sehingga dari waktu kewaktu ada para pengunjung yang menaruh sesajian di

Puncak Rengganis ini.

Jalur Baderan

Untuk capai Desa Baderan, dari Surabaya kita menuju Probolinggo dengan bis. Kemudian diteruskan menuju Banyuwangi

turun di Besuki. Dari Besuki diteruskan menuju Besa Baderan (725 m.dpl), yang jaraknya 22 km dari Besuki, dengan

menggunakan angkutan umum (Rp. 1500, siang).

Sebelum mendaki kita harus melapor pada petugas KSDA dan polisi setempat untuk meminta ijin dan menyiapkan air disini,

karena air hanya akan kita jumpai di Sumber Air (5 jam perjalanan dari Baderan). Dari Baderan kita menuju Cemoro

Panjang (2.141 m.dpl), selama 7 jam perjalanan, melewati Sumber Air (1.710 m.dpl). Hutan yang dilalui adalah hutan pinus

dan hutan alam. Dari Cemoro Panjang kita menuju Alun-alun Kecil (2.040 m.dpl), kurang lebih 1 jam 15 menit, dan

dilanjutkan menuju Alun-alun Besar atau yang lebih dikenal dengan Sikasur (2.500 m.dpl), selama 2 jam 45 menit.

Perjalanan 3 jam dari Cikasur kita sampai di Aeng Poteh atau persimpangan Cisentor, pertigaan Baderan - Puncak - Bremi.

Turun dari puncak Argopuro, kita dapat memilih turun lewat Bremi selama 11 jam, atau kembali lewat Baderan selama 13

jam.

Sikasur, berupa padang rumput yang luas, sangat bagus untuk dijadikan camp, karena terdapat sungai kecil yang mengalir

jernih dihiasi tumbuhan Selada air (penduduk setempat menyebutnya Arnong). Di Sikasur ini juga terdapat bekas lapangan

terbang yang dibuat oleh A.J.M Ledeboer pada tahun 1940-an. Lapangan terbang tersebut, konon digunakan untuk

kegiatan pembudidayaan rusa yang didatangkan dari luar, sisa-sisa populasi masih ada tetapi semakin berkurang.

Jika ingin mendaki Gunung Argopuro, terlebih dahulu kita harus meminta ijin ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya

Alam) Jawa Timur di Surabaya Atau bisa juga ke Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur II dengan alamat,

Jl. Jawa 36, Jember 68101, telp. (0331) 85079. Di Bremi, kita harus melaporkan diri dulu di Pos Sub KSDA Pegunungan

Yang Barat di Krucil, terletak 2 km sebelum Bremi.

Page 4: Gunung Argopuro Atau Argopura

Gunung Raung 3.332 (m dpl), berada dalam jajaran Pegunungan Ijen dan termasuk sebagai gunung

berapi yang masih aktif dengan tipe stratovolcano, mempunyai kaldera di puncaknya yang berbentuk

lingkaran (circular), Kaldera Gunung Raung mempunya dimensi luasan sekitar 750 m x 2,250 m dan

masih selalu mengeluarkan asap dan semburan api. Tercatat sejak tahun 1593 telah mengalami

letusan sebanyak 57 kali.

Di puncak Gunung Raung sering bertiup angin kencang dan turun hujan menyebabkan keadaan

puncak sangat dingin, sampai mencapai 2- 10 derajat, jadi sebaiknya pakaian hangat harus dibawa saat melakukan

pendakian.

Sebelum mendaki Gunung Raung sebaiknya persiapan logitik dan fisik perlu di persiapkan lebih matang karena kawasan

Gunung Raung masih tertutup sehingga gunung ini belum banyak yang mendakinya. Bila terjadi keadaan emergensi kita

bisa menghubungi masyarakat setempat.Untuk ijin pendakian kita harus ijin terlebih dahulu ke PERHUTANI daerah Sumber

Wringin.

Jalur Pendakian

Untuk mencapai puncak Gunung Raung, Jalur dari arah Bondowoso-Sumber Wringin adalah jalur paling sering digunakan

sebagai jalur pendakian, sedangkan jalur dari arah Banyuwangi-Bajulmati yang jarang dilalui karena medan pendakian yang

cenderung menanjak dan curam. Dari arah Bondowoso kita menuju ke Wonosari dengan minibus lalu kita teruskan menuju

ke desa Sukosari . Dari desa Sukasari kita teruskan ke desa Sumber Wringin dengan naik kendaraan angkutan pedesaan.

Perjalanan membutuhkan waktu 1,5 jam.

Di Sumber Wringin kita turun di pasar. Dari Pasar Sumber Wringin kita menuju jalan kearah Pondok Motor yang letaknya

sekitar 200 meter. Selama perjalanan dari Sumber wringin ke arah Pondok Motor (1 jam) melalui pohon - pohon pinus yang

tertata rapi dan di sekitar jalan akan menjumpai beberapa pondok di ladang penduduk dan bisa di gunakan untuk istirahat.

Dari Sumber Wringin bisa juga naik kendaraan tetapi jarang, hanya truk milik perkebunan kopi.

Page 5: Gunung Argopuro Atau Argopura

Setelah sampai di Pondok Motor akan menjumpai sebuah pondok pendaki. Dari Pondok Motor perjalanan pendakian kita

mulai melewati tegalan sepanjang 0,5 Km ke arah Barat Daya,. Kemudian berjalan sekitar 30 Menit akan sampai di

ketinggian 1.300 m.dpl . Dari sini perjalanan kita lanjutkan menuju ketinggian 1.600 m.dpl yang membutuhkan waktu 30

menit .

Dari ketinggian 1.600 m.dpl pendakian menuju ke Pondok Sumur (1.750 m.dpl). Perjalanan dari ketinggian 1.600 m.dpl

menuju ke Pondok Sumur membutuhkan waktu 0,5 jam. Dari Pondok Sumur perjalanan mulai sulit dan tertutup semak

belukar, setelah 2 jam pendakian melewati hutan cemara dan pakis - pakisan dan padang rumput, kita akan sampai di

Pondok Demit dan kemudian dari Pondok Demit kita menuju ke Pondok Mantri yang memakan waktu sekitar 7 jam. Pondok

Mantri merupakan perbatasan hutan dengan batuan di sekitar puncak pada ketinggian 2.900 m.dpl, disini kita bisa

mendirikan tenda untuk bermalam. Dari pondok Mantri berjalan diteruskan melewati pinggir kaldera selama 1 jam akan

sampai di sekitar kaldera Gunung Raung. Total pendakian dibutuhkan waktu sekitar 9 jam.dan turunnya di perlukan 5 jam.

Page 6: Gunung Argopuro Atau Argopura

Sesungguhnya, selain puncak Raung 3.332 m dpl masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tak dapat mendaki ke

sana karena selain tidak ada jalan, hutannya juga terlalu lebat.

Puncak Gunung Raung merupakan kawah yang sangat luas dan sangat indah tapi jalan menuju ke puncak sangat sulit. Di

puncak Gunung Raung kita bisa meyaksikan panorama kaldera Gunung Raung yang indah dan mempunyai kedalaman

yang curam.

Page 7: Gunung Argopuro Atau Argopura

Dalam perjalanan ke puncak Gunung Raung tidak ada mata air. Sebaiknya, untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau

di Sumber \nLekan. Untuk mendaki Gunung Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke

aparat desa di Sumber Wringin.

Page 8: Gunung Argopuro Atau Argopura

Mahameru, adalah sebutan terkenal dari puncak Gunung Semeru dengan ketinggian ± 3.676 meter

diatas permukaan laut (mdpl), menempatkan diri sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung

Semeru termasuk salah satu dari gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur, terletak diantara

wilayah Administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang dengan posisi geografis antara 7°51’ - 8°11’

Lintang Selatan, 112°47’ - 113°10’ Bujur Timur.

Puncak Gunung Semeru (Mahameru) dapat terlihat dengan jelas dari Kota Malang dan beberapa

tempat lainnya dengan bentuk kerucut yang sempurna, tapi pada kondisi yang sebenarnya di puncak

berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jonggring Saloko

pada tahun 1913 dan tahun 1946 mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian,

Candipura dan Lumajang.

Gunung Semeru adalah bagian termuda dari Pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas

yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkannya berupa Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda,

Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai, Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran,

Pertumbuhan lambat/berangsur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.

Formasi geologi Gunung Semeru merupakan hasil gunung api kwarter muda, dengan jenis batuan terdiri dari : abu pasir/ tuf

dan vulkan intermedian sampai basis dengan fisiografi vulkan serta asosiasi andosof kelabu dan regosol kelabu dengan

bahan induk abu/pasir dab tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi menghasilkan batuan yang tidak padat dan

tidak kuat ikatan butirannya, mudah tererosi dimusim penghujan.

Jenis tanahnya adalah regosol, merupakan segabungan tanah dengan sedikit perkembangan profil dengan sedikit

perkembangan profil dengan solum dangkal, tipis pada bahan induk kukuh. Pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah

sepanjang route perjalanan dari mulai Ranu Pane (2.200 m dpl) sampai Puncak Semeru mempunyai suhu relatif dingin.

Suhu rata-rata berkisar antara 30C–80C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 00C–120C

kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan es yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau

dan sebaliknya.

Dinginnya suhu disepanjang route perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh

kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menjadi udara semakin dingin. Berdasarkan topografi kawasan secara

makro, pada tiupan angin membentuk pola yang tidak menentu dalam arti dominasi arah angin sulit ditentukan selalu

berubah-ubah. Bentuk topografi yang dilingkari oleh tebing tinggi sekitar 200-500 meter sebenarnya memungkin dapat

menahan arus kecepatan angin, tetapi karena banyak celah/lorong tebing tersebut, maka arus angin tidak tertahan bahkan

melaju dengan kecepatan yang lebih cepat.

Topografi dan Iklim

Bentuk topografi yang berupa cekungan sering terjadi angin siklus. Angin yang bertiup dikawasan ini berkaitan erat dengan

pola angin disekitarnya, yaitu Angin tenggara atau angin Gending, Angin timur laut dan Angin barat laut.

Kecepatan angin yang terjadi cukup kuat antara 8–30 knots, dimana saat musim angin kencang banyak dijumpai pohon

tumbang. Angin ini bertiup antara bulan Desember – Pebruari, dan untuk mencegah bahaya disarankan agar

wisatawan/pengunjung tidak melakukan pendakian ke gunung semeru.

Page 9: Gunung Argopuro Atau Argopura

Merupakan hal yang biasa bila terjadi kabut sepanjang route perjalanan pendakian pada pagi hari dan sore hari sampai

malam hari. Didaerah Ranu Kumbolo dan Kalimati sebagai tempat untuk menginap/bermalam selalu ditutupi kabul yang

tebal.

Keberadaan kabut yang terjadi didua tempat tersebut selain dinginnya suhu udara (proses kondensasi udara), juga angin

yang bertiup didaerah tersebut sambil membawa kabut. Khusus di daerah Ranu Kumbolo dengan adanya danau yang

cukup luas menjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air danau.

Secara umum keadaan iklim di wilayah gunung Semeru dan sekitarnya termasuk type iklim B (Schmidt & Ferguson) dengan

curah hujan antara 927 mm – 5.498 mm pertahun dan hari hujan 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh sekitar bulan

Nopember–April. Suhu udara di puncak Gunung Semeru pada bulan – bulan tersebut berkisar antara 2 derajat celcius – 4

derajat celcius.

Vegetasi dan Keanekaragaman Hayati

Vegetasi yang berada di wilayah Gunung Semeru dan sekitarnya yang termasuk dalam Zona Sub Alfin di dominir oleh jenis

pohon Cemara Gunung (Casuarina Junghuhniana), Jumuju (Podocarpus sp), Mentigi (Vacinium varingifolium),

Kemplangdingan (Albazialophanta) dan Akasia(Accasia decurrens).

Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh Alang – alang (Imperata Cylindrica), Kirinyuh (Euphatorium odoratum),

Tembelekan (Lantana camara), Harendong (Melastomo malabathicum) dan Edelwiss putih (Anaphalis javanica). Pada

Page 10: Gunung Argopuro Atau Argopura

lereng – lereng yang curam menuju puncak Semeru sekitar Arcopodo dijumpai jenis paku-pakuan seperti Gleichenia

volubilis, Gleichenia longisulus dan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di wilayah Semeru selatan.

Disekitar Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 meter dari permukaan laut, kondisinya merupakan batuan, pasir

dan abu tanpa vegetsi sama sekali. Kehidupan fauna yang terdapat di sekitar Gunung Semeru sangat terbatas, baik jumlah

maupuan jenisnya yang terdiri dari beberapa jenis burung, primata dan satwa liar lainnya, antara lain Macan Kumbang

(Panthera pardus), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus Javanica) dan lain – lain. Di Ranu Kumbolo terdapat Belibis

(Anas superciliosa) yang masih hidup liar.

Rute Pendakian

Pada bulan-bulan libur sekolah, pendakian menuju Gunung Semeru bakal rame. Ranu Kumbolo yang menjadi favorit para

pendaki dan sekaligus sebagai camp sementara untuk istirahat sebelum menuju puncak akan berubah menjadi

perkampungan baru para pendaki dari berbagai penjuru. Untuk Menuju daerah awal pedakian kita bisa mengunakan dua

jalur yaitu dari arah Senduro – Lumajang dan Tumpang-Malang.

Jalur Senduro–Lumajang

Jalur ini relatif sepi bagi pendakian karena belum begitu terkenal di kalangan pendaki, Akses transportasi juga masih agak

susah dijumpai untuk menuju ke Ranu Pani dari Senduro. Bila kita melewati jalur sini kita bisa menikmati hutan hutan yang

masih relatif alami dan tempat persembahyangan agama hindu di Senduro yang merupakan pura terbesar di Jawa. Dari

Senduro ke Ranupani membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan bermotor. Dari setelah tiba di Ranupani perjalanan

sama dengan jalur Tumpang –Malang.

Jalur Tumpang - Malang

Pendakian dari arah Malang merupakan jalur favorit karena ketersedian akses tranportasi dan akomodasi yang mudah di

dapat. Kota malang yang merupakan kota yang memiliki banyak panorama alam yang indah serta tempat tujuan wisata

yang mudah dicapai. Kota yang dijuluki sebagai tempat belajar yang nyaman ini memungkinkan kita berkunjung ke pencinta

alam salah satu perguruan tinggi yang terdapat di kota ini.

Dari Kota Malang perjalanan di lanjutkan menuju ke Tumpang via Terminal Arjosari dengan Angkot selama + 30 menit. Di

Tumpang kita bisa langsung naik jeep dengan tarif berkisar Rp.15.000 sampai 25.000,- atau Truk yang menuju ke

Ranupani. Disini kita bisa juga bermalam di tempat pemilik jeep bila kita kemalaman dan besoknya melanjutkan perjalanan.

Logistik bisa di dapat di sini serta sarana telepon juga sudah banyak.

Page 11: Gunung Argopuro Atau Argopura

Dari Tumpang perjalanan dilanjutkan ke Ranu pani dengan melewati Gubuklakah, yang merupakan Desa penghasil apel

lalu Ngadas, Tempat Suku tengger bermukim serta Jemplang–Bantengan ( Disini pemandangan ke Gunung Bromo nampak

bagaikan hamparan permadani bila awal musin hujan mulai atau akan berahkir) . Perjalanan Tumpang ke Ranu pani

membutuhkan waktu sekitar 4–5 jam.

Ranu Pani (2000 m dpl) adalah sebuah dusun terahkir perjalanan bermotor dengan luas 279 Ha. Ditempat ini terdapat Pos

Pemeriksaan Pendaki Gunung dan fasilitas yang ada berupa Pondok Pendaki, Pondok Penelitian, Pusat Informasi dan

Kantor Resort, Wisma Cinta Alam, Wisma tamu dan Bangunan Pengelola.

Page 12: Gunung Argopuro Atau Argopura

Ditengah perkampungan Ranu Pani terdapat Danau (Ranu) Pani yang merupakan kawasan wisata yang mengasikan.

Aktivitas memancing dan berjalan mengelilingi danau merupakan pengalaman yang terkesan. Dari Ranu Pani bila kita

berjalan menyusuri jalan setapak lurus akan sampai di Ranu Regulo. (15 menit). Di Pos Ranu Pani kita juga dapat

melakukan proses perijinan tetapi lebih baik perijinan dari kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan

No. 6 Malang 65100 telp. 0341 – 491828.

Dari Ranu Pani perjalanan dilanjutkan menyusuri jalan beraspal sepanjang ½ kilometer menuju jalan setapak pendakian

menuju ke Ranu Kumbolo (2.390 m dpl). Melewati tanah pertanian daerah Watu Rejeng perjalanan menanjak di mulai.

Disekitar perjalanan jalan ada yang tertutup oleh pohon tumbang/roboh ke jalan sehingga sesekali kita merayap di bawah

tumbuhan rubuh. Nuansa perjalanan banyak dijumpai penduduk yang mencari kayu bakar serta burung di sepanjang route

perjalanan.

Jarak dari Ranu Pani ke Watu Rejeng sekitar 5 Km dengan waktu temput 90 menit. Lalu untuk sampai di Ranu Kumbolo

membutuhkan waktu 90 menit dengan jarak 5 km. dan di Ranu Kumbolo kita bisa bermalam. Total Perjalanan dari Rani

Pani Ke Ranu Kumbolo 3–4 jam perjalanan dengan jarak sekitar 10 Km.

Ranu Kumbolo (2.390 m dpl) merupakan lembah dan terdapat danau/ranu yang luasnya 12 ha. Daerah ini tempat

peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi yang asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih

menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah – celah bukit menunjukan warna – warni yang membuat di sekitar

danau berwarna kemerah–merahan dan kekuningan, ditambah uap air diatas danau seakan-akan keluar dari danau

tersebut. Fasilitas yang terdapat disini berupa Pondok Pendaki dan MCK untuk istirahat dan memasak serta berkemah. Di

daerah ini terdapat Prasasti peninggalan jaman purbakala dn diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Dari Ranu Kumbolo kita bisa menuju ke Pangonan Cilik yang merupakan sebuah nama untuk kawasan padang rumput yang

terletak di lembah Gunung Ayek-Ayek yang terletak tidak jauh dari Ranu Kumbolo. Asal usul tersebut oleh masyarakat

Page 13: Gunung Argopuro Atau Argopura

setempat dikarenakan kawasan ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (pangonan). Daya tarik dari kawasan ini

merupakan lapangan yang relatif datar ditengah-tengah kawasan yang disekitarnya dengan konfigurasi berbukit-bukit

gundul yang bercirikan rumput sebagai type ekosistem asli, sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Setelah dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan ke Kalimati. Melewati Tanjakan Cinta, yang merupakan tanjakan yang

lumayan memeras tenaga dan diteruskan melewati Savana Oro-oro ombo (30 menit). Daerah ini merupakan padang rumput

luasnya + 100 Ha berada pada sebuah lembah yang dikelilingi bukit–bukit gundul dengan tipe ekosistem asli tumbuhan

rumput, lokasinya berada dibagian atas tebing yang bersatu mengelilingi Ranu Kumbolo. Padang rumput ini mirip sebuah

mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang – kadang pada beberapa tempat terendam air

hujan.

Perjalanan diteruskan ke Cemoro Kandang memerlukan waktu sekitar 3–4 jam perjalanan pendakian dan diteruskan

melewati Padang Rumput–Jambangan dan menuju ke Kalimati. Di sini kita dapat bermalam dengan fasilitas Pondok

pendaki dan kebutuhan air untuk memesak dapat diambil dari Sumber Mani ( 15 Menit). Perjalanan dari Ranu Kumbolo

menuju Kalimati memerlukan waktu sekitas 4-5 jam perjalanan pendakian.

Setelah dari Kalimati kita menuju ke Arcopodo (2-3 jam). Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak

Gunung Semeru dan dapat digunakan untuk mendirika tenda gumn mencapai puncak Mahameru. Pagi hari setelah

bermalam dari Kalimati atau Arcopodo perjalanana pendakian kita lanjutkan menuju ke puncak Jonggring Saloko dengan

melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati

medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita. Perjalanan Arcopodo ke Puncak

membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian.

Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu

dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan –

akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang–kadang 0–4 derajat celcius yang disertai kabut yang

tebal dan badai angin.

Sebelum melakukan pendakian ke gunung semeru usahakan terlebih dahulu mencari infomasi ke Kantor Taman Nasional

Bromo Tengger Semeru, Jl. Raden Intan No. 6 Malang 65100 Telp. 0341 – 491828 atau ke Organisasi Pencinta Alam

misalnya IMPALA UNIBRAW, Jl. MT. Haryono 161 B (Kampus UNIBRAW) Malang Telp. 0341- 560576 atau OPA yang

kamu kenal lainnya. Karena Pendakian ke Gunung Semeru tidak terus di buka atau sewaktu – waktu di tutup karena

aktivitas kawah yang terus bergejolak atau ada kejadian alam disekitar jalur pendakian.

Usahakan perijinan dilakukan 3 hari sebelum pendakian via e–mail, surat atau titip ke OPA yang ada (yang dikenal). Hal ini

dilakukan agar saat pendakian ramai tidak mendapatkan ijin setelah sampai lokasi pendakian.

Bila anda di puncak Mahameru usahakan jangan terlalu lama karena pada siang hari arah angin cenderung ke utara

sehingga asap akan bergerak ke utara. Karena semburan asap bisa mengakibatkan keracunan dan gangguan pernapasan

yang bisa berakibat meninggal seperti kejadiaan yang pernah terjadi di puncak ini.

Kawah Ijen, dibentuk oleh gunung api kembar dengan Gunung Merapi yang telah padam. Kawahnya

berbentuk elips, karena terjadinya perpindahan pipa kepundan. Kawah Ijen merupakan salah satu

Page 14: Gunung Argopuro Atau Argopura

panorama alam yang terindah di Indonesia, didasar kawah asap belerang mengepul sehingga menjadikan aroma di sekitar

kawah berbau belerang.

Kawah Ijen berupa danau kawah yang berukuran kurang lebih 960x600 m, berada pada ketinggian 2.148 m.dpl, dan

kedalamannya 200 m. Di dalam kawah gunung ini terdiri atas endapan batuan sisa letusan. Tebing - tebing terjal

mengelilingi kawah dan bila kita ingin menuju ke kawah kita harus melalui jalanan di sekitar tebing yang biasa dilalui

penambang belerang. Kawasan Kawah Ijen merupakan sebuah dataran tinggi, terdiri dari bukit Gunung Merapi (2.799

m.dpl) yang terletak bersebelahan.

Kawah Ijen merupakan kaldera terbesar di Indonesia, dan sampai sekarang bijih belerangnya ditambang secara tradisional.

Kaldera Ijen juga memiliki potensi panas bumi yang rencananya akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

Jalur Pendakian

Untuk menuju Kawah Ijen, terdapat dua jalur utama, yaitu dari arah Bondowoso-Wonosari dan Banyuwangi-Licin. Dari arah

Bondowoso mobil bisa mencapai Pal Tuding yang merupakan awal pendakian, sedangkan dari arah Banyuwangi kita harus

berjalan 4 jam dari Desa Jambu untuk mencapai Pal Tuding, karena jalan aspal dari Jambu menuju Pal Tuding sedang

dibuat.

Page 15: Gunung Argopuro Atau Argopura

Jalur Sempol, Bondowoso

Dari Bondowoso, kita naik angkutan umum (minibus) menuju Wonosari dilanjutkan lagi ke Sukosari, dan ganti kendaraan

lagi menuju Sempol. Di sini kita dapat mencari penginapan sederhana yang diusahakan para petugas PHPA, atau kita bisa

menginap di Perkebunan Kopi Belawan yang memiliki penginapan yang dikelola dengan baik. Untuk mencapai Belawan

yang jaraknya 3 km, tidak ada kendaraan umum, kecuali carter atau menumpang kendaraan perkebunan. Kalau menginap

di Belawan, kita bisa menikmati mandi air panas yang telah dikelola masyarakat dengan biaya sekedarnya.

Page 16: Gunung Argopuro Atau Argopura

Dari Sempol kita menuju ke Pal Tuding yang berjarak 13 Km, perjalanan membutuhkan waktu 30 menit dengan kendaraan.

Karena tidak ada kendaraan umum, untuk menyingkat waktu, dianjurkan untuk menyewa kendaraan dari Wonosari atau

Sempol sampai ke Pal Tuding. Perjalanan menuju Pal Tuding ini kita melewati padang rumput dan kebun kopi yang sangat

luas.

Di Pal Tuding kita harus melaporkan pendakian kita kepada petugas PHPA, dan membeli tanda masuk. Kita bisa menginap

di Pos PHPA ini dengan biaya sekedarnya, juga menyewa sleeping bag bila diperlukan. Dianjurkan untuk menginap di Pos

PHPA ini, atau di Sempol, karena perjalanan ke Kawah Ijen hanya 2 jam saja dari Pal Tuding ini.

Page 17: Gunung Argopuro Atau Argopura

Dari Pal Tuding perjalanan terus menanjak melintasi jalan yang cukup lebar dengan pemandangan hutan alam yang indah.

Diperlukan waktu 1,5 jam maka kita akan sampai di Pondok Penambangan Belerang. Pondok ini dibuat kantor

penampungan hasil belerang yang di dapat dari kawah. Di tempat ini kita bisa membeli minuman dan makanan ringan. Dari

Pondok ini hanya diperlukan waktu 0,5 jam lagi melewati jalanan yang datar kita akan sampai di Kawah Ijen.

Kawasan Kawah Ijen mempunyai panorama alam yang sangat indah. Suhu di sekitar kawah Ijen dapat mencapai 12 - 18 C

dan Curah hujannya mencapai 3.000 - 4.000 mm/tahun. Di sekitar lereng kawah terhampar pohon Manisrejo yang berdaun

kemerahan, sedangkan batuan dinding kawah berwarna belerang, kekuningan, kondisi-kondisi inilah yang membuat

panorama alam disini begitu mengesankan untuk dinikmati.

Dari punggungan kawah sejauh mata memandang kita bisa menyaksikan gunung-gunung di sekelilingnya dengan jelas, di

sebelah kiri kita memandang Gunung Padak, Gunung Widodaren (2.601 m.dpl) dan sebelah kanan kita memandang

Gunung Merapi (2.800 m.dpl).

Jalur Banyuwangi

Dari kota Banyuwangi, kita menuju ke terminal Sasak Perot/Banjarsari dengan naik bemo. Dari Sasak perot kita ganti

kendaraan minibus ke jurusan Licin. Dari desa Licin kita menuju kearah Sodong lewat Jambu dengan naik Truk perkebunan

atau ojek dan bisa juga dengan travel karena jalanan mudah di lalui oleh kendaraan. Perjalanan melewati perkebunan kopi

dan cengkeh serta hutan tropika yang indah. Jarak Licin ke Sodong 8 Km (2,5 Jam). Setelah tiba di Sodong kita

melanjutkan perjalanan lagi menuju ke Paltuding dengan Truk/Ojek. Paltuding merupakan tempat bertemunya jalur lewat

dari arah Bondowoso dan arah Banyuwangi.

Page 18: Gunung Argopuro Atau Argopura

Kalau punya cukup waktu, bila memulai perjalanan dari arah Bondowoso, dianjurkan turun ke arah Banyuwangi, selain

transportasi umum lebih mudah di Jambu, juga bisa menikmati pemandangan hutan alam yang indah disepanjang

perjalanan dari Pal Tuding ke Jambu, juga sekaligus menikmati pemandangan alam pantai Selat Bali di Banyuwangi -

Ketapang yang berpantai landai.

Dari Banyuwangi kita bisa meneruskan perjalanan ke Baluran dan Taman Nasional Alas Purwo untuk menyaksikan habitat

terbesar di Jawa untuk Kerbau Liar, Rusa dan Banteng. Kita juga bisa meneruskan perjalanan ke Pulau Bali.

Kalau kita berasal dari daerah yang jauh dari Kawah Ijen, sebaiknya kita merencanakan pendakian ke Gunung Raung

sebagai pendakian utama dan pendakian ke Kawah Ijen dapat dijadikan pendakian tambahan setelah pendakian yang

cukup melelahkan ke Gunung Raung.

Bila kita ingin menginap di Kota Banyuwangi banyak terdapat Hotel. Karena letak kota Banyuwangi sebagai pintu gerbang

menuju kawasan wisata yang terkenal di dunia yaitu pulau Bali.Hotel yang terdapat di sini antara lain Hotel Baru dengan

alamat Jl. Pattimura 82 -84. Hotel ini tersedia bermacam - macam tarif bermalam antara Rp. 15.000,00 sampai dengan Rp

250.000,00 dan masih banyak lagi hotel di kawasan ini.

Bila terjadi keadaan darurat bisa menghubungi pos PHPA di Pal Tuding. Kawasan Kawah Ijen merupakan kawasan wisata

yang sering di jadikan wisata pendakian keluarga karena medannya yang tidak terlalu membutuhkan tenaga ekstra dan

memiliki panorama yang menarik.

Gunung Bromo (2.329 m dpl), adalah salah satu gunung dari beberapa gunung lainnya yang

terhampar di kawasan Komplek Pegunungan Tengger, berdiri diareal Kaldera berdiameter 8-10 km

yang dinding kalderanya mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan ± 60-80 derajat dan

tinggi berkisar antara 200-600 meter. Daya tarik Gunung Bromo yang istimewa adalah kawah di

tengah kawah dengan lautan pasirnya yang membentang luas di sekeliling kawah Bromo yang

sampai saat ini masih terlihat mengepulkan asap putih setiap saat, manandakan Gunung ini masih

aktif.

 

Sejarah Pembentukan

Page 19: Gunung Argopuro Atau Argopura

Menurut sejarah terbentuknya Gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berimpitan satu sama

lain. Gunung Tengger (4.000 m dpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi pada waktu itu. Kemudian terjadi

letusan kecil, materi vulkanik terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam sampai ke desa sapi

kerep. Letusan dahsyat kemudian menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari delapan kilometer. Karena dalamnya

kaldera, materi vulkanik letusan lanjutan tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir dan di duga dulu kala

pernah terisi oleh air dan kemudian aktivitas lanjutan adalah munculnya lorong magma ditengah kaldera sehingga muncul

gunung - gunung baru antara lain Lautan pasir, Gunung Widodaren, Gunung watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan

Gunung Bromo.

Legenda Masyarakat

Menurut legenda dijelaskan tentang asal usul Suku Tengger ini. Dahulu di pulau Jawa di perintah oleh Raja Brawijaya dari

Majapahit yang mempunyai anak perempuan bernama Rara Anteng yang menikah dengan Joko Seger, keturunan

Brahmana. Ketika terjadi pergolakan di pulau Jawa, sebagian masyarakat yang setia pada agama Hindu melarikan diri ke

pulau Bali. Sebagian lainnya menarik diri dari dunia keramaian dan bermukim di sebuah dataran tinggi di kaki Gunung

Bromo, dipimpin oleh Roro Anteng dan Joko Seger, jadilah mereka suku Tengger, kependekan dari AnTeng dan SeGer.

Page 20: Gunung Argopuro Atau Argopura

Komplek Pegunungan

Gunung Bromo termasuk bagian salah satu gunung yang berada di Komplek Pegunungan Tengger. Pada hamparan pasir

yang sangat luas (Laut Pasir) dengan gunung-gunung di tengahnya yaitu: G. Bromo (2.392 m dpl), G. Batok ( 2.440 m dpl),

G. Widodaren (2.614 m dpl), G. Watangan (2.601 m dpl) dan G. kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi laut

pasir sangat terjal dengan kemiringan ±60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter. Di keliling kaldera Tengger

terdapat beberapa gunung diantaranya adalah G. Penanjakan (2.770 m dpl.), G. Cemorolawang, G. Lingker (2.278m dpl.),

G. Pundak Lembu (2.635 m dpl.), G Jantur (2.705 m dpl.),G.Ider-ider (2.527 m dpl.) serta G.Mungal (2.480 m dpl.).

Sedangkan pada Komplek Pegunungan Jambangan terdapat G. Lanang (2.313 m dpl), G Ayek-ayek (2.819 m dpl), G.

Panggonan Cilik (2.883 m dpl), G Keduwung (2.334 m dpl), G Jambangan (3.020 m dpl), G Widodaren (2.000 m dpl), G

Kepolo (3.035 m dpl), G Malang (2.401 m dpl), dan G Semeru (3.676 m dpl).

Menikmati Matahari Terbit

Page 21: Gunung Argopuro Atau Argopura

Salah satu atraksi yang paling menarik di atas Gunung Bromo adalah Matahari terbit. Gumpalan awan yang menutup langit

perlahan - lahan tersibak oleh bola putih kekuning - kuningan. Cahaya merah merona diufuk timur. Perlahan - lahan

timbulah temberang yang kian membesar hingga membentuk setengah lingkaran sang surya y\nang merah menyala.

Berangsur - angsur warnanya berubah menjadi keemasan. Udara sekitar mulai menerang. Mulailah suatau hari dan

kehidupan yang baru. Semuanya mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Kecuali di puncak Bromo,

atraksi matahari terbit bisa di lihat di Puncak Pananjakan.

Upacara Kasada (kasodo)

Pada tanggal 14 dan 15 bulan ke duabelas (tahun Jawa) atau bulan Desember/Januari (tahun Masehi) diadakan upacara

Kasada. Dalam upacara ini dikorbankan sebagian hasil sawah, ladang dan ternak masyarakat dengan melemparkannya ke

kawah Gunung Bromo sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain Upacara Kasodo juga di kenal Upacara

Karo Dan Ayak-ayak.

Page 22: Gunung Argopuro Atau Argopura

Menuju Lokasi

Dari Surabaya. Untuk menuju Gunung Bromo dari arah Pasuruan. Dari Surabaya kita naik bis menuju Probolinggo dan

turun di Pasuruan yang membutuhkan watu 1,5 jam. Selanjutnya naik colt menuju Desa Tosari - Wonokitri.

Di Wonokitri kita dapat bermalam di hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan per-jalanan menuju Gunung

Pananjakan atau masuk ke lautan pasir menuju puncak Gunung Bromo.

Bila dari arah Probolinggo, kita naik colt atau bis menuju Sukapura, kemudian kita terus ke Ngadisari. Dari Ngadisari naik

kuda atau berjalan kaki menuju Cemoro lawang ± 3 km. Di Cemoro lawang kita dapat bermalam di hotel atau losmen.

Besuk pagi kita dapat melanjutkan perjalanan ke kawah Gunung Bromo, yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau

naik kuda yang disewakan oleh masyarakat setempat.

Page 23: Gunung Argopuro Atau Argopura

Bila dari arah Malang kita bisa lewat Jemplang, Ngadas. Dari Malang naik minibus menuju ke Tumpang (18 Km) sekitar 30

menit. Dari Tumpang perjalanan kita lanjutkan dengan naik Jeep menuju ke Jemplang sekitar 1,5 jam perjalanan melewati

Desa Gubuk Klakah dan Desa Ngadas. Disekitar perjalanan kita dapat menyaksikan pemandangan alam yang berupa

kebun-kebun penduduk yang berada di lereng-lereng gunung dan hutan alam yang masih asli. Memasuki Desa Ngadas di

sekitar jalan kita melewati hutan cemara yang tertata rapi. Kondisi jalan dari Tumpang menuju Jemplang sekarang sudah

baik.

Page 24: Gunung Argopuro Atau Argopura

Dari Jemplang perjalanan kita teruskan menuju ke Gunung Bromo melewati jalan berbatu dan lautan pasir selama 1 jam

perjalanan dengan Trekking.

Bila lewat Purwodadi, dari Kota Malang kita naik Bus atau minibus menuju ke Purwodadi selam 30 menit. Dari Purwodadi

kita naik minibus menuju ke Desa Tosari, melewati Desa Nonggojajar selama 1,5 jam perjalanana. Dari Tosari kita teruskan

menuju Wonokitri.

Page 25: Gunung Argopuro Atau Argopura

Menuju Kawah Gunung Bromo dapat didaki melalui tangga buatan (249 buah), dari sini akan terlihat kawah Bromo

mengangah lebar dengan kepulan asap yang keluar dari dasarnya.