426
As-Sunnah, Wahyu Kedua Setelah Al-Qur`an Pengertian As-Sunnah As-Sunnah yang dimaksudkan di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari’at bagi umat ini. Termasuk didalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah sebagaimana yang menjadi pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai pada derajat wajib’ yang menjadi istilah ahli fikih (Lihat Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil Aqaid wa al Ahkam karya As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal. 11). As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah : “Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya.” -yakni As- Sunnah-, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130) Para ulama juga menafsirkan firman Allah : “…dan supaya mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah” (Al BAqarah ayat 129) Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah As-Sunnah seperti diterangkan oleh Imam As-Syafi`i, “Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur`an yang dimaksud adalah As- Sunnah.” Demikian pula yang ditafsirkan oleh para ulama yang lain. ( Al-Madkhal Li Dirasah Al Aqidah Al-Islamiyah hal. 24) As-Sunnah Terjaga Sampai Hari Kiamat Diantara pengetahuan yang sangat penting, namun banyak orang melalaikannya, yaitu bahwa As-Sunnah termasuk dalam kata ‘Adz-Dzikr’ yang termaktub dalam firman Allah Al-Qur`an surat al-Hijr ayat 9, yang terjaga dari kepunahan dan ketercampuran dengan selainnya, sehingga dapat dibezakan mana yang benar-benar As-Sunnah dan mana yang bukan. Tidak seperti yang di sangka oleh sebagian kelompok sesat, seperti Qadianiyah (Kelompok pengikut Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiani yang mengaku sebagai nabi, yang muncul di negeri India pada masa penjajahan Inggris) dan Qur`aniyun (Kelompok yang mengingkari As-Sunnah, dan hanya berpegang pada Al-Qur’an), yang hanya mengimani (meyakini) Al-Qur`an namun menolak As-Sunnah. Mereka beranggapan salah (dari sini nampak sekali kebodohan mereka akan Al Qur’an, seandainya mereka benar-benar mengimani Al Qur’an sudah pasti mereka akan mengimani As-Sunnah, kerana betapa banyak ayat Al Qur’an yang memerintahkan untuk mentaati Rasulullah saw yang sudah jelas sekali menunjukkan perintah untuk mengikuti As-Sunnah) tatkala mengatakan bahwa As-Sunnah telah tercampur dengan kedustaan manusia; tidak lagi boleh dibezakan mana yang benar-benar As-Sunnah dan mana yang bukan. Sehingga, mereka menyangka, setelah wafatnya Rasulullah , kaum muslimin tidak mungkin lagi mengambil faedah dan merujuk kepada as-Sunnah.( Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fi Al Aqaid wal Ahkam hal. 16) Dalil-dalil yang Menunjukkan Terpeliharanya As-Sunnah:

HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

As-Sunnah, Wahyu Kedua Setelah Al-Qur`an

Pengertian As-Sunnah

As-Sunnah yang dimaksudkan di sini adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya (terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai syari’at bagi umat ini. Termasuk didalamnya apa saja yang hukumnya wajib dan sunnah sebagaimana yang menjadi pengertian umum menurut ahli hadits. Juga ‘segala apa yang dianjurkan yang tidak sampai pada derajat wajib’ yang menjadi istilah ahli fikih (Lihat Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fil Aqaid wa al Ahkam karya As-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal. 11).

As-Sunnah atau Al-Hadits merupakan wahyu kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah :“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur`an dan (sesuatu) yang serupa dengannya.” -yakni As-Sunnah-, (H.R. Abu Dawud no.4604 dan yang lainnya dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnad IV/130)

Para ulama juga menafsirkan firman Allah :“…dan supaya mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah” (Al BAqarah ayat 129)

Al-Hikmah dalam ayat tersebut adalah As-Sunnah seperti diterangkan oleh Imam As-Syafi`i, “Setiap kata al-hikmah dalam Al-Qur`an yang dimaksud adalah As-Sunnah.” Demikian pula yang ditafsirkan oleh para ulama yang lain. ( Al-Madkhal Li Dirasah Al Aqidah Al-Islamiyah hal. 24)

As-Sunnah Terjaga Sampai Hari KiamatDiantara pengetahuan yang sangat penting, namun banyak orang melalaikannya, yaitu bahwa As-Sunnah termasuk dalam kata ‘Adz-Dzikr’ yang termaktub dalam firman Allah Al-Qur`an surat al-Hijr ayat 9, yang terjaga dari kepunahan dan ketercampuran dengan selainnya, sehingga dapat dibezakan mana yang benar-benar As-Sunnah dan mana yang bukan.

Tidak seperti yang di sangka oleh sebagian kelompok sesat, seperti Qadianiyah (Kelompok pengikut Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiani yang mengaku sebagai nabi, yang muncul di negeri India pada masa penjajahan Inggris) dan Qur`aniyun (Kelompok yang mengingkari As-Sunnah, dan hanya berpegang pada Al-Qur’an), yang hanya mengimani (meyakini) Al-Qur`an namun menolak As-Sunnah.

Mereka beranggapan salah (dari sini nampak sekali kebodohan mereka akan Al Qur’an, seandainya mereka benar-benar mengimani Al Qur’an sudah pasti mereka akan mengimani As-Sunnah, kerana betapa banyak ayat Al Qur’an yang memerintahkan untuk mentaati Rasulullah saw yang sudah jelas sekali menunjukkan perintah untuk mengikuti As-Sunnah) tatkala mengatakan bahwa As-Sunnah telah tercampur dengan kedustaan manusia; tidak lagi boleh dibezakan mana yang benar-benar As-Sunnah dan mana yang bukan. Sehingga, mereka menyangka, setelah wafatnya Rasulullah , kaum muslimin tidak mungkin lagi mengambil faedah dan merujuk kepada as-Sunnah.( Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fi Al Aqaid wal Ahkam hal. 16)

Dalil-dalil yang Menunjukkan Terpeliharanya As-Sunnah:

Pertama:Firman Allah:

7ا 9ن ?ح=ن; إ ?ا ن =ن ل ?ز7 7ا الذ'ك%ر# ن 9ن ?ه; و?إ ?ح?اف9ظ;ون? ل ل“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:9)

Page 2: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Adz-Dzikr dalam ayat ini mencakup Al-Qur’an dan bila diteliti dengan cermat, mencakup pula As-Sunnah.

Sangat jelas dan tidak diragukan lagi bahwa seluruh sabda Rasulullah yang berkaitan dengan agama adalah wahyu dari Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:“Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya.” (Q.S. An-Najm:3)Tidak ada perselisihan sedikit pun di kalangan para ahli bahasa atau ahli syariat bahwa setiap wahyu yang diturunkan oleh Allah merupakan Adz-Dzikr. Dengan demikian, sudah pasti bahwa yang namanya wahyu seluruhnya berada dalam penjagaan Allah; dan termasuk di dalamnya As-Sunnah.

Anda mungkin juga meminati: Iktibar Dari Penciptaan Manusia Koleksi Hadis Nabi Salallahu 'Alaihi Wasallam Mengenali Kesesatan – Syirik (Bahagian 1) Tujuan Menuntut Ilmu

Linkwithin

Segala apa yang telah dijamin oleh Allah untuk dijaga, tidak akan punah dan tidak akan terjadi penyelewengan sedikitpun. Bila ada sedikit saja penyelewengan, nescaya akan dijelaskan kebatilan penyelewengan tersebut sebagai konsekuensi dari penjagaan Allah. Kerana seandainya penyelewengan itu terjadi sementara tidak ada penjelasan akan kebatilannya, hal itu menunjukkan ketidakakuratan firman Allah SWT yang telah menyebutkan jaminan penjagaan. Tentu saja yang seperti ini tidak akan terbetik sedikitpun pada benak seorang muslim yang berakal sehat.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa agama yang dibawa oleh Muhammad ini pasti terjaga. Allah SWT sendirilah yang bertanggung jawab menjaganya; dan itu akan terus berlangsung hingga akhir kehidupan dunia ini ( Al-Hadits Hujjatun bi Nafsihi fi al Aqaid wa Al Ahkam, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal. 16-17)

Kedua:Allah menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai penutup para nabi dan rasul, serta menjadikan syari’at yang dibawanya sebagai syari’at penutup. Allah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk beriman dan mengikuti syari’at yang dibawa oleh Muhammad sampai Hari Kiamat, yang hal ini secara automatik menghapus seluruh syari’at selainnya.

Dengan adanya perintah Allah untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia, menjadikan syariat agama Muhammad tetap abadi dan terjaga. Adalah suatu kemustahilan, Allah SWT membebani hamba-hamba-Nya untuk mengikuti sebuah syari’at yang akan punah. Sudah kita maklumi bahwa dua sumber utama syari’at Islam adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah. Maka bila Al-Qur’an telah dijamin keabadiannya, tentu As-Sunnah pun demikian ( Al-Hadis Hujjatun bi Nafsihi fi al Aqaid wa Al Ahkam, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal. 19-20)

Ketiga:Seorang yang memperhatikan perjalanan umat Islam, niscaya ia akan menemukan bukti adanya penjagaan As-Sunnah. Diantaranya sebagai berikut (Al Madkhal li Ad Dirasah Al Aqidah Al Islamiyah, hal. 25):

(a) Perintah Nabi kepada para sahabatnya agar menjalankan As-Sunnah.

(b) Semangat para sahabat dalam menyampaikan As-Sunnah.

(c) Semangat para ulama di setiap zaman dalam mengumpulkan As-Sunnah dan menelitinya sebelum mereka menerimanya.

(d) Penelitian para ulama terhadap para periwayat As-Sunnah.

Page 3: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(e) Dibukukannya Ilmu Al Jarh wa At Ta’dil.( Ilmu yang membahas penilaian para ahli hadits terhadap para periwayat hadis, baik berkaitan dengan pujian maupun celaan, Pen.)

(f) Dikumpulkannya hadis–hadis yang cacat, lalu dibahas sebab-sebab cacatnya.

(g) Pembukuan hadis-hadis dan pemisahan antara yang diterima dan yang ditolak.

(h) Pembukuan biografi para periwayat hadits secara lengkap.

Wajib merujuk kepada As-Sunnah dan haram menyelisihinyaPembaca yang budiman, sudah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin pada generasi awal, bahwa As-Sunnah merupakan sumber kedua dalam syari’at Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik dalam perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan, maupun dalam urusan hukum, politik, pendidikan dan lainnya.

Tidak boleh seorang pun melawan As-Sunnah dengan pendapat, ijtihad maupun qiyas. Imam Syafi’i rahimahullah di akhir kitabnya, Ar-Risalah berkata, “Tidak halal menggunakan qiyas tatkala ada hadits (shahih).” Kaedah Ushul menyatakan, “Apabila ada hadits (shahih) maka gugurlah pendapat”, dan juga kaedah “Tidak ada ijtihad apabila ada nash yang (shahih)”. Dan perkataan-perkataan di atas jelas bersandar kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Perintah Al-Qur`an agar berhukum dengan As-SunnahDi dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk berhukum dengan As-Sunnah, diantaranya:

1. Firman Allah :“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mahupun perempuan mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam urusan mereka, mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia telah nyata-nyata sesat.” (Q.S. Al Ahzab: 36)

2. Firman Allah :“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 49:1)

3. Firman Allah :“Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 32)

4. Firman Allah :“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; janganlah kamu berbantah-bantahan, karena akan menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Anfal: 46)

5. Firman Allah :“Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang ia kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan.” (Q.S. An Nisa’: 13-14)

Hadis-hadis yang memerintahkan agar mengikuti Nabi dalam segala hal diantaranya:

1. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:“Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali orang yang engan,” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulallah, siapakah orang yang enggan itu?’ Rasulullah menjawab, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk Surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku dialah yang enggan”. (HR.Bukhari dalam kitab al-I’tisham) (Hadits no. 6851).

Page 4: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

2. Abu Rafi’ mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda :“Sungguh, akan aku dapati salah seorang dari kalian bertelekan di atas sofanya, yang apabila sampai kepadanya hal-hal yang aku perintahkan atau aku larang dia berkata, ‘Saya tidak tahu. Apa yang ada dalam Al-Qur`an itulah yang akan kami ikuti”, (HR Imam Ahmad VI/8 , Abu Dawud (no. 4605), Tirmidzi (no. 2663), Ibnu Majah (no. 12), At-Thahawi IV/209).

3. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, Pen.).” (HR. Imam Malik secara mursal (Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad) Al-Hakim secara musnad (Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah ) – dan ia menshahihkannya-) Imam Malik dalam al-Muwaththa’ (no. 1594), dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak (I/172).

Kesimpulan :1. Tidak ada perbezaan antara hukum Allah SWT dan hukum Rasul-Nya, sehingga tidak diperbolehkan kaum muslimin menyelisihi salah satu dari keduanya. Derhaka kepada Rasulullah beerti durhaka pula kepada Allah, dan hal itu merupakan kesesatan yang nyata.2. Larangan mendahului (lancang) terhadap hukum Rasulullah sebagaimana kerasnya larangan mendahului (lancang) terhadap hukum Allah.3. Sikap berpaling dari mentaati Rasulullah merupakan kebiasaan orang-orang kafir.4. Sikap rela/redha terhadap perselisihan, -dengan tidak mahu mengembalikan penyelesaiannya kepada As-Sunnah- merupakan salah satu sebab utama yang meruntuhkan semangat juang kaum muslimin, dan memusnahkan daya kekuatan mereka.5. Taat kepada Nabi merupakan sebab yang memasukkan seseorang ke dalam Syurga; sedangkan derhaka dan melanggar batasan-batasan (hukum) yang ditetapkan oleh Nabi saw merupakan sebab yang memasukkan seseorang kedalam Neraka dan memperoleh azab yang menghinakan.6. Sesungguhnya Al-Qur`an memerlukan As-Sunnah (kerana ia sebagai penjelas Al-Qur’an); bahkan As-Sunnah itu sama seperti Al-Qur`an dari sisi wajib ditaati dan diikuti. Barangsiapa tidak menjadikannya sebagai sumber hukum bererti telah menyimpang dari tuntunan Rasulullah7. Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah akan menjaga kita dari penyelewengan dan kesesatan. Karena, hukum-hukum yang ada di dalamnya berlaku sampai hari kiamat. Maka tidak boleh membedakan keduanya.

Rujukan:1. Al-Hadits Hujjatun bi nafsihi fil Aqaid wa Al Ahkam, karya as-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, cet. III/1400 H, Ad-Dar As-Salafiyah, Kuwait.2. Al-Madkhal li Ad Dirasah Al Aqidah Al Islamiyah ‘ala Madzhab Ahli As Sunnah, karya Dr. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan, penerbit Dar As-Sunnah, cet. III.

Wallahu A’lam .

Diambil dari Majalah Fatawa

Sumber: http://muslim.or.id/?p=5

(Artikel ini telah diubahsuai sedikit oleh KoleksiHadis bertujuan untuk lebih mudah difahami terutama dari segi susunan bahasa)

Hadis dan Sunnah Pengertian Hadis Menurut Bahasa

Hadis menurut bahasa adalah baru (al-Hadits), lawan kepada (al-Qodim) yang bermaksud lama. Hadis juga bersifat baru kerana keluar lafaznya dari mulut Rasulullah saw. Di dalam Al-Quran

Page 5: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

diterangkan diterangkan perkataan-perkataan hadith, hadithan dan ahadith yang mempunyai pelbagai maksud, antaranya :(a). Perkataan [Al-Nisaa’ : 87](b). Peristiwa [Al-Tahrim : 3](c). Mimpi [Yusuf : 101](d). Al-Quran [Al-Kahfi : 6]

Dengan itu hadis dari segi bahasa mengikut Al-Quran, antaranya adalah;(a). Perkataan atau kisah yang keluar dari mulut.(b). Peristiwa atau cerita mengenai sejarah.(c). Ditujukan kepada Al-Quran sebagai wahyu atau Kalam Allah.(d). Perkhabaran atau berita yang berhubung dengan soal keagamaan, kehidupan, peristiwa zaman silam, masa kini dan masa akan datang.

Pengertian Hadis Menurut IstilahDari segi istilah para muhaddithin telah mengemukakan pelbagai pendapat mengenainya namun tiada percanggahan antara satu sama lain kecuali jika ada sesuatu sebab yang khusus mengenainya. Antaranya;(a). Hadis ialah segala apa sahaja yang dinisbahkan pada Nabi Muhammad saw dari segi perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat samada fizikal atau akhlak dan sirah samada sebelum dan selepas menjadi Rasul.(b). Hadis juga ialah segala apa yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw atau sahabat atau tabiin termasuk juga apa yang dinamakan hadis marfu’, mauquf dan maqtu’.

Perbezaan Antara Hadis dan SunnahSunnah dari segi bahasa bermaksud jalan atau sirah samada terpuji atau tercela. Lawan bagi perkataan sunnah adalah bidaah. Mereka yang mengikuti sunnah dipanggil orang yang mengikuti jalan yang lurus dan terpuji, manakala mereka yang berpaling dari sunnah adalah pembuat bidaah dan tercela.Sunnah dari sudut istilah pula terbahagi kepada beberapa pendapat ilmuwan berdasarkan pengkhususan ilmu mereka, antaranya;

(a). Ulama Usul Fiqh – Sunnah adalah kata-kata, perbuatan dan taqrir. Mereka mengkaji hadis sebagai sumber hukum syariat seperti wajib, haram, sunat, harus dan makruh.

(b). Ulama Fiqh – Sunnah adalah perkara-perkara sunat yang apabila dilakukan akan mendapat pahala dan meninggalkannya tidaklah berdosa.

(c). Ulama Kalam – Sunnah adalah antonim bagi bidaah. Mereka yang berpaling dari sunnah dianggap sebagai pembuat bidaah.

(d). Ulama Hadis – Sunnah adalah apa juga yang disandarkan kepada Rasulullah saw dari segi perkataan, perbuatan, perakuan, sifat fizikal dan akhlak samada sebelum dilantik menjadi Rasul atau sesudahnya.

Takrif yang diberikan oleh ulama hadis lebih diberi keutamaan kerana ia merangkumi seluruh kehidupan Rasulullah saw. Sunnah dalam pengertian ini adalah sama dengan maksud al-hadis. Kesimpulannya pada hakikatnya al-Hadis dan al-Sunnah mengandungi pengertian yang sama dan jika ada perbezaan hanya pada istilah dan skop pemakaiannya sahaja.

Beramal dan Memahami Al-SunnahSurah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa

yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..Antara Cara Beramal Dengan Al-Sunnah dan Mengambil Pelajaran Darinya

Page 6: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Bagi memudahkan cara memahami hadis, ia boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian;(a). Hadis yang mudah difahami Maksudnya hadis yang apabila dilihat dari sudut zahirnya saja kita sudah boleh memahaminya. Contohnya;Hadis tentang akhlak : Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, “Orang Islam yang bagaimanakah yang paling baik?” Jawab Rasulullah saw, “Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya”. (0033) Sahih MuslimHadis bersolat : Dari Aisyah r.ha : Bahawa Nabi saw setelah salam (selesai solat), Nabi saw mengucapkan ‘Allaahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikraam.’ (Wahai Allah, Engkaulah keselamatan, daripada-Mu kesejahteraan dan Maha Besar kebaikan-Mu, wahai Allah yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan). Abu Daud berkata, ‘Sufyan mendengar dari Amr bin Murrah.” Kata mereka, “(Ia mendengar) lapan belas hadis.” [Hadis 1512] Sahih Abu DaudHadis tentang zikir : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Dua kalimat yang amat dikasihi (disukai oleh) Tuhan yang Maha Pemurah, ringan disebut lidah dan berat timbangannya (pahalanya), iaitu; ‘Subhaanallahi wabihamdihi , Subhaanallahil ‘azhim’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya/kemuliaan-Nya, Maha Suci Allah dengan keagungan-Nya).” [2028] Sahih BukhariHadis penakwilan secara zahir ini adalah yang paling banyak dalam kitab-kitab hadis. Beramal dengan hadis ini lebih diutamakan.Kadangkala terdapat beberapa hadis yang walaupun dilihat seperti boleh memahaminya dengan mudah, tetapi agak bertentangan dengan akal, contohnya;Hadis yang memerlukan tafsiran hadis lain : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka.” [5341] Sahih BukhariMengapa pakaian yang melebihi mata kaki (buku lali) boleh menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam neraka dan apa kaitannya dengan agama? Seolah-olah Nabi saw melarang seseorang melabuhkan pakaiannya. Bagaimana pula dengan wanita yang perlu menutup aurat?Jika berjumpa hadis seperti ini, hendaklah kita melihat tafsirannya melalui hadis-hadis yang lain kerana para sahabat r.anhum lebih mengetahui mengenai apa yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Zaman kita ini telah menyaksikan pembukuan hadis yang telah disusun mengikut bab-babnya atau menyatukan jalan periwayatannya dan memudahkan kita untuk mencari hadis-hadis yang bersangkutan mengenainya.Namun sekiranya tidak mampu, maka bertanyalah kepada ahli ilmu. Bukan bertanya pada seorang sahaja, tanyalah kepada beberapa orang supaya kita tidak taksub mengenainya. Antara contoh hadis mengenai apa yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah;

Hadis : Dari ‘Abdullah ibn Umar : Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyeret (labuh) pakaiannya kerana kesombongan tidak akan dilihat oleh Allah pada Hari Kebangkitan.” [009] Hadis sahih dari Imam Malik dalam Al-Muwattho’Dalam hadis yang lain;Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Nabi saw beliau bersabda, “Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak.” Lalu Abu Bakar r.a berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri, kecuali jika aku selalu menjaganya?” Lalu Nabi saw bersabda, “Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu kerana sombong.” [5338] Sahih BukhariJadi apa yang dimaksudkan adalah; jika memakai satu pakaian kerana sombonglah yang akan menyebabkan seseorang itu dimasukkan ke neraka. Andaikata kita memakai sarung walaupun di atas mata kaki tetapi di hati kita ingin mempamerkan logo sarung tersebut (gajah duduk, emirates) kerana menunjukkan mahalnya kain tersebut, maka tempatnya adalah neraka kerana sombong.Jadi apabila anda memakai apa sahaja pakaian, niatkanlah ‘ini adalah pakaian untuk menutup aurat’ maka kita tetap tergolong dalam orang yang mentaati Allah dan mengikut sunnah Rasul-Nya. Berdasarkan sebuah hadis;

Page 7: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari Abu Umamah r.a dia mendengar Umar Bin Khaththab r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki pakaian baru kemudian mengenakannya dan ketika sampai di tengkuknya dia membaca;'Alhamdulillaahil ladzii kasaanii maa uwaarii bihi 'aurotii wa atajammalu bihii fi hayaatii (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepadaku yang dapat menutup auratku dan dapat berhias dengannya dalam hidupku)’, kemudian dia berniat dengan pakaian yang sudah usang atau yang sudah tidak dikenakan untuk diinfaqkan, maka dia berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan berada di sisi Allah serta berada dalam lindungan Allah baik hidup mahupun mati, baik hidup mahupun mati dan baik hidup mahupun mati.” [288] Sahih Riwayat Ahmad(b). Hadis yang pertengahan Maksudnya hadis yang memerlukan perhatian khusus atau takwilan mengenainya. Contohnya;Hadis kiasan : Dari 'Aisyah r.anha : Sebahagian isteri-isteri Nabi saw berkata kepada Nabi saw : "Siapakan diantara kami yang segera menyusul anda (setelah kematian)?". Beliau bersabda: "Siapa yang paling panjang lengannya diantara kalian". [1331] Sahih Bukhari‘Panjang lengan atau tangan’ itu bermaksud orang yang paling banyak bersedekah bukan orang lebih panjang tangannya secara zahir. Para isteri Nabi saw juga salah faham mengenainya (pada mulanya sahaja) sehingga mereka mengukur tangan masing-masing untuk melihat tangan siapa yang lebih panjang.Di dalam bahasa melayu panjang tangan bermaksud suka mencuri, tetapi dalam bahasa arab panjang tangan bermaksud orang yang paling suka dan banyak bersedekah. Jadi tidak boleh kita menafsir mengikut bahasa lain kecuali mengikut maksud bahasa yang diturunkan pada waktu itu.Hadis pengkajian : Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi saw bersabda, “Terapi pengubatan itu ada tiga cara, iaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada tempat yang terluka), sedangkan aku melarang umat ku berubat dengan kay.” [5249] Sahih BukhariBukan sahaja berbekam dan madu sahaja malah bercelak, lada hitam dan sebagainya juga mempunyai pelbagai khasiat untuk kesihatan. Tetapi, bukan itu satu-satunya cara dalam pengubatan, apa yang Nabi saw ingin sampaikan, hakikatnya adalah supaya kita berusaha mencari penawar apabila sakit dan yang paling utama adalah penjagaan kesihatan. Tiada salahnya dengan memakan vitamin dan sebagainya.Hadis yang boleh dipelbagaikan : Dari Aisyah r.anha : Rasulullah saw bersabda, “Siwak itu dapat membersihkan mulut dan dapat mendatangkan keredhaan Allah AzzaWaJalla.” [23196] Sahih Riwayat AhmadTidak semestinya menggunakan sugi untuk memberus gigi, boleh juga menggunakan berus dan ubat gigi kerana tujuan asalnya adalah agar dapat membersihkan mulut dan gigi. Sekiranya tiada sugi atau berus gigi misalannya, gunakanlah jari.Perlu diingat, secara asasnya kita perlu melihat kepada zahir hadis terlebih dahulu sebelum mentakwil sesuatu hadis. Untuk mentakwil sesuatu hadis, ia perlu kepada alasan yang kuat dan kukuh dan perlu melihat kepada keperluannya samada hadis itu satu kiasan, memerlukan pengkajian dan samada ianya boleh dipelbagaikan. Bab ini adalah antara yang paling rumit, tetapi tidaklah mustahil untuk dipelajari. Tujuannya adalah untuk membuktikan kehebatan hadis Nabi saw yang bersesuaian sepanjang zaman dari seluruh aspek. Selain itu ia juga menunjukkan fleksibiliti hadis yang memudahkan sesiapa sahaja untuk mengamalkannya.(c). Hadis yang wajib beriman tetapi tidak boleh ditakwilIa melibatkan hadis-hadis mengenai alam ghaib (tidak dapat dilihat dengan mata). Contohnya;Hadis sifat Allah Ta’ala : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni”. [1077] Sahih BukhariHadis siksa kubur : Dari Aisyah r.anha : Dia bertanya kepada Rasulullah saw perihal siksa kubur, maka Beliau (saw) menjawab: "Ya benar, siksa kubur itu ada". Kemudian 'Aisyah r.anha berkata : "Maka sejak itu aku tidak (pernah) melihat Rasulullah saw setelah melaksanakan solat kecuali Beliau memohon perlindungan dari siksa kubur.” [1283] Sahih Bukhari

Page 8: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis tentang malaikat : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Jika Allah memutuskan suatu keputusan di langit, maka malaikat akan mengepak-ngepakkan sayapnya kerana tunduk kepada titah-Nya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin.” [6927] Sahih BukhariBanyak lagi hadis-hadis yang mengenai perkara ghaib ini seperti hadis para Malaikat, Jin, Syaitan, Arasy, alam barzakh, hari akhirat dan sebagainya. Umumnya hadis mengenai perkara-perkara ghaib ini jangan ditakwil kerana tiada sesiapun mengetahui akan perkara ghaib. Namun beriman kepadanya adalah wajib.(d). Belum sampai ilmu pengetahuanTerdapat juga beberapa hadis yang kita tidak mampu mengungkapkannya dengan akal kerana akal kita atau ilmu pengetahuan kita masih belum mencapai tahapnya. Selalunya hadis ini berkaitan dengan kejadian masa depan, fizik dan sebagainya. Namun beriman dengannya adalah wajib. Contohnya;Hadis masa depan : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” [4270] Sahih BukhariTiada seorang pun yang dapat tahu bagaimana keadaan bumi dan planet-planet di sekitarnya apabila matahari terbit dari barat atau menerangkan bagaimana kejadian tersebut boleh berlaku. Walaupun terdapat beberapa gambaran dan penjelasan mengenainya, namun janganlah terlalu taksub atau berpegang dengannya. Ini kerana, jika sains tersebut salah maka orang akan menyalahkan hadis Nabi saw. Sebenarnya kajian sains merekalah yang salah bukan hadis yang merupakan wahyu dari Allah Subhana wa Ta’ala yang mempunyai kekurangan.Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah Ali 'Imran [3] : 164164. Sungguh Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah

mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka

adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.Rujukan :Tafsir Ibn KatsirBerinteraksi Dengan Al-Sunnah [Dr. Yusuf Al-Qaradhawi]Keagungan Sunnah [Syeikh Qayyum bin Muhammad bin Nasir As-Sahaibani]Kaedah Memahami al-Hadith [A/Prof Fauzi Deraman]Ilmu Usul al-Fiqh [Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin]Sejarah Perkembangan Hadis [Rosli Mokhtar]Sejarah Hadis [M Hasbi Ash Shidieqy]Berinteraksi Dengan Al-Hadis

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang

mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..

Antara Cara Berinteraksi Dengan Al-HadisMaksud berinteraksi dengan hadis ini adalah bagaimana cara kita berkomunikasi atau mengambil sesuatu hadis dan memahaminya (secara umum) sebelum beramal serta menyebarkannya.1. Jangan membuat fatwa atau menjatuhkan hukum sewenang-wenangnya kepada orang lain kecuali jika kita memang berupaya dan berpengetahuan dalam Al-Quran, Jalur Periwayatan Hadis yang lain, Usul Fiqh dan ilmu-ilmu yang lain seumpamanya. Ini adalah bagi mengelakkan diri dari terjerumus kepada menghalalkan perkara yang haram dan mengharamkan perkara yang halal atau mengkafir dan mensesatkan (bidaah) orang sesuka hati.2. Berfikirlah dengan adil, dengan pemahaman yang benar berpaksikan Al-Quran dan Al-Hadis (berdasarkan pemahaman para sahabat r.anhum dan para tabiin sebelum berijtihad) serta tidak melanggar hukum-hukum syariat. Contohnya;Hadis : “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (Sahih Muslim)Seimbas dilihat seperti kita lebih tahu urusan dunia kita. Terdapat orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan hadis ini dengan takwil bahawa kita boleh mencipta undang-undang sendiri, ekonomi sendiri berasaskan jalan yang haram dan pelbagai lagi tanpa perlu

Page 9: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

merujuk Al-Quran dan Al-Sunnah secara keseluruhan. Ini tidak benar, kerana dalam hadis yang penuh;Hadis : Dari 'Aisyah dan dari Tsabit dari Anas r.a : Nabi saw pernah melalui suatu kaum yang sedang mengahwinkan (mengacukkan) pohon kurma lalu Beliau bersabda: "Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik." Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rosak (hasilnya tidak menjadi). Hingga suatu saat Nabi saw melalui mereka lagi dan melihat hal itu, Beliau bertanya: “Ada apa dengan pohon kurma kalian?” Mereka menjawab, ‘Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu (tidak perlu mengacukkan kurma)?’ Beliau lalu bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” [4358] Sahih MuslimMaksudnya; hadis tersebut berkenaan pengacukkan kurma, bukannya hal-hal mengenai dasar-dasar pemerintahan, ekonomi, undang-undang dan sebagainya. Malah dalam riwayat yang lain, terdapat lafaz sambungannya;Hadis : Dari 'Aisyah r.a berkata : ..... (Diringkaskan hadis seperti di atas, dan sambungannya) Nabi saw bersabda, "Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian maka itu urusan kalian, tetapi jika menyangkut urusan agama kalian maka kembalikanlah kepadaku." [2462] Sahih Ibnu MajahIni bermakna kita tidak boleh membuat hukum-hukum atau undang-undang ciptaan sendiri dalam bab agama, tetapi boleh jika ia berkaitan dengan hal-hal keduniaan seperti sains pertanian, mencipta telefon, komputer, enjin, kapal terbang dan teknologi-teknologi moden yang lain asalkan tidak menyalahi dan membelakangi syariat.3. Jangan mentakwil sesuatu hadis yang tidak jelas pada akal fikiran atau di luar bidang kemampuan, sebaliknya tanyalah kepada para ahli ilmu. Ia terbahagi kepada dua, iaitu;(a). Mukhtalaf al-hadith, iaitu dua hadis yang maqbul, tetapi bercanggah antara satu sama lain, contohnya;Hadis : Dari Anas bin Malik r.a : “Nabi saw melarang minum sambil berdiri.” [3771] Sahih BukhariDalam hadis yang lain pula;Hadis : Dari Ibnu Umar r.a ia berkata : "Pada masa Rasulullah saw kami (para sahabat) pernah minum sambil berdiri dan makan sambil berjalan." [4535] Sahih Riwayat AhmadMengenai hal ini, ulama lebih mengutamakan menggabungkan kedua-duanya dari melakukan pentarjihan (menolak salah satu). Perkara ini sangat penting kerana berapa ramai orang sekarang terlalu mudah menjatuhkan hukum sesat dan bidaah antara satu sama lain.(b). Mushkil al-hadith, iaitu hadis yang diragui makna zahirnya kerana bertentangan dengan akal, contohnya;Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus (perut).” [4974] Sahih BukhariSemua orang mengetahui dengan jelas, iaitu tidak kira orang kafir atau mukmin hanya mempunyai satu perut. Hadis ini adalah sahih dan jangan pula kita menolaknya dan anda boleh lihat di sini mengenai penerangannya (http://hafizfirdaus.com/content/view/319/78/).Perkara ini sangat penting kerana ramai orang yang menolak hadis atas alasan bertentangan dengan ilmu pengetahuan, jumud dan sebagainya. Ini hanyalah salah satu kaedah sahaja dan banyak lagi kaedah lain seperti ilmu nasikh al-hadith, ilmu gharib al-hadith, ilmu asbab wurud al-hadith dan sebagainya.5. Jangan mengejek-ngejek hadis atau orang yang mengamalkan hadis walaupun dengan bergurau. Mengejek orang yang mengamalkan sunnah Nabi saw sama seperti mengejek hadis Nabi saw; mengejek hadis Nabi saw sama dengan menghina Nabi saw; menghina Nabi saw sama dengan mempertikai Allah Subhana wa Ta’ala yang mengutus Rasul-Nya. Contohnya;(a). Mengejek (walaupun secara bergurau) orang yang menyimpan janggut dan memanggil mereka sebagai ‘terrorist’, taliban, janggut kambing dan lain-lain yang seumpamanya.(b). Mengejek orang yang berdakwah dengan mencaci mereka seperti perkataan ‘macam bagus’, alim kucing, ‘poyo’ dan sebagainya.(c). Melemahkan semangat orang-orang yang berjuang menegakkan Islam dengan alasan ‘kita tidak mampu berbuat apa-apa’ atau ‘mustahil kita dapat menegakkan sistem khilafah zaman ini’. Ini adalah perkataan orang munafik.(d). Jangan mencaci maki para ulama kerana ulama adalah pewaris para Nabi. Berdasarkan hadis (yang diringkaskan);

Page 10: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari Uwaimir bin Malik (Abu Darda’) r.a : Rasulullah saw bersabda, “.....Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.....” [3157] Sahih Abu Daud Perkara ini dilakukan oleh kebanyakan orang masakini, malah orang yang mencaci para ulama ini bukan sahaja tidak mengetahui tentang hadis; menjawab salam dengan betul pun tidak tahu. Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah At Taubah [9] : 6565. .....Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-

olok?" .......66. Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan

segolongan kamu (lantaran mereka taubat), nescaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

( Maksudnya : Kecuali mereka yang bertaubat kerana hal itu, tetapi orang yang mempermainkan taubatnya; iaitu setelah bertaubat mereka tetap memperolok-olokkan lagi, mereka tetap akan diazab kerana tabiat mereka yang suka mengejek Nabi saw dan melemahkan semangat orang Islam – kesimpulan dari Tafsir Ibn Katsir)Beramal dan Memahami Al-Sunnah

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang

mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..

Antara Cara Beramal Dengan Al-Sunnah dan Mengambil Pelajaran DarinyaBagi memudahkan cara memahami hadis, ia boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian;(a). Hadis yang mudah difahami Maksudnya hadis yang apabila dilihat dari sudut zahirnya saja kita sudah boleh memahaminya. Contohnya;Hadis tentang akhlak : Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, “Orang Islam yang bagaimanakah yang paling baik?” Jawab Rasulullah saw, “Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya”. (0033) Sahih MuslimHadis bersolat : Dari Aisyah r.ha : Bahawa Nabi saw setelah salam (selesai solat), Nabi saw mengucapkan ‘Allaahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikraam.’ (Wahai Allah, Engkaulah keselamatan, daripada-Mu kesejahteraan dan Maha Besar kebaikan-Mu, wahai Allah yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan). Abu Daud berkata, ‘Sufyan mendengar dari Amr bin Murrah.” Kata mereka, “(Ia mendengar) lapan belas hadis.” [Hadis 1512] Sahih Abu DaudHadis tentang zikir : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Dua kalimat yang amat dikasihi (disukai oleh) Tuhan yang Maha Pemurah, ringan disebut lidah dan berat timbangannya (pahalanya), iaitu; ‘Subhaanallahi wabihamdihi , Subhaanallahil ‘azhim’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya/kemuliaan-Nya, Maha Suci Allah dengan keagungan-Nya).” [2028] Sahih BukhariHadis penakwilan secara zahir ini adalah yang paling banyak dalam kitab-kitab hadis. Beramal dengan hadis ini lebih diutamakan.Kadangkala terdapat beberapa hadis yang walaupun dilihat seperti boleh memahaminya dengan mudah, tetapi agak bertentangan dengan akal, contohnya;Hadis yang memerlukan tafsiran hadis lain : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka.” [5341] Sahih BukhariMengapa pakaian yang melebihi mata kaki (buku lali) boleh menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam neraka dan apa kaitannya dengan agama? Seolah-olah Nabi saw melarang seseorang melabuhkan pakaiannya. Bagaimana pula dengan wanita yang perlu menutup aurat?Jika berjumpa hadis seperti ini, hendaklah kita melihat tafsirannya melalui hadis-hadis yang lain kerana para sahabat r.anhum lebih mengetahui mengenai apa yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Zaman kita ini telah menyaksikan pembukuan hadis yang telah disusun mengikut bab-babnya atau menyatukan jalan periwayatannya dan memudahkan kita untuk mencari hadis-hadis yang bersangkutan mengenainya.

Page 11: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Namun sekiranya tidak mampu, maka bertanyalah kepada ahli ilmu. Bukan bertanya pada seorang sahaja, tanyalah kepada beberapa orang supaya kita tidak taksub mengenainya. Antara contoh hadis mengenai apa yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah;

Hadis : Dari ‘Abdullah ibn Umar : Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyeret (labuh) pakaiannya kerana kesombongan tidak akan dilihat oleh Allah pada Hari Kebangkitan.” [009] Hadis sahih dari Imam Malik dalam Al-Muwattho’Dalam hadis yang lain;Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Nabi saw beliau bersabda, “Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak.” Lalu Abu Bakar r.a berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri, kecuali jika aku selalu menjaganya?” Lalu Nabi saw bersabda, “Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu kerana sombong.” [5338] Sahih BukhariJadi apa yang dimaksudkan adalah; jika memakai satu pakaian kerana sombonglah yang akan menyebabkan seseorang itu dimasukkan ke neraka. Andaikata kita memakai sarung walaupun di atas mata kaki tetapi di hati kita ingin mempamerkan logo sarung tersebut (gajah duduk, emirates) kerana menunjukkan mahalnya kain tersebut, maka tempatnya adalah neraka kerana sombong.Jadi apabila anda memakai apa sahaja pakaian, niatkanlah ‘ini adalah pakaian untuk menutup aurat’ maka kita tetap tergolong dalam orang yang mentaati Allah dan mengikut sunnah Rasul-Nya. Berdasarkan sebuah hadis;Hadis : Dari Abu Umamah r.a dia mendengar Umar Bin Khaththab r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki pakaian baru kemudian mengenakannya dan ketika sampai di tengkuknya dia membaca;'Alhamdulillaahil ladzii kasaanii maa uwaarii bihi 'aurotii wa atajammalu bihii fi hayaatii (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepadaku yang dapat menutup auratku dan dapat berhias dengannya dalam hidupku)’, kemudian dia berniat dengan pakaian yang sudah usang atau yang sudah tidak dikenakan untuk diinfaqkan, maka dia berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan berada di sisi Allah serta berada dalam lindungan Allah baik hidup mahupun mati, baik hidup mahupun mati dan baik hidup mahupun mati.” [288] Sahih Riwayat Ahmad(b). Hadis yang pertengahan Maksudnya hadis yang memerlukan perhatian khusus atau takwilan mengenainya. Contohnya;Hadis kiasan : Dari 'Aisyah r.anha : Sebahagian isteri-isteri Nabi saw berkata kepada Nabi saw : "Siapakan diantara kami yang segera menyusul anda (setelah kematian)?". Beliau bersabda: "Siapa yang paling panjang lengannya diantara kalian". [1331] Sahih Bukhari‘Panjang lengan atau tangan’ itu bermaksud orang yang paling banyak bersedekah bukan orang lebih panjang tangannya secara zahir. Para isteri Nabi saw juga salah faham mengenainya (pada mulanya sahaja) sehingga mereka mengukur tangan masing-masing untuk melihat tangan siapa yang lebih panjang.Di dalam bahasa melayu panjang tangan bermaksud suka mencuri, tetapi dalam bahasa arab panjang tangan bermaksud orang yang paling suka dan banyak bersedekah. Jadi tidak boleh kita menafsir mengikut bahasa lain kecuali mengikut maksud bahasa yang diturunkan pada waktu itu.Hadis pengkajian : Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi saw bersabda, “Terapi pengubatan itu ada tiga cara, iaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada tempat yang terluka), sedangkan aku melarang umat ku berubat dengan kay.” [5249] Sahih BukhariBukan sahaja berbekam dan madu sahaja malah bercelak, lada hitam dan sebagainya juga mempunyai pelbagai khasiat untuk kesihatan. Tetapi, bukan itu satu-satunya cara dalam pengubatan, apa yang Nabi saw ingin sampaikan, hakikatnya adalah supaya kita berusaha mencari penawar apabila sakit dan yang paling utama adalah penjagaan kesihatan. Tiada salahnya dengan memakan vitamin dan sebagainya.Hadis yang boleh dipelbagaikan : Dari Aisyah r.anha : Rasulullah saw bersabda, “Siwak itu dapat membersihkan mulut dan dapat mendatangkan keredhaan Allah AzzaWaJalla.” [23196] Sahih Riwayat Ahmad

Page 12: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Tidak semestinya menggunakan sugi untuk memberus gigi, boleh juga menggunakan berus dan ubat gigi kerana tujuan asalnya adalah agar dapat membersihkan mulut dan gigi. Sekiranya tiada sugi atau berus gigi misalannya, gunakanlah jari.Perlu diingat, secara asasnya kita perlu melihat kepada zahir hadis terlebih dahulu sebelum mentakwil sesuatu hadis. Untuk mentakwil sesuatu hadis, ia perlu kepada alasan yang kuat dan kukuh dan perlu melihat kepada keperluannya samada hadis itu satu kiasan, memerlukan pengkajian dan samada ianya boleh dipelbagaikan. Bab ini adalah antara yang paling rumit, tetapi tidaklah mustahil untuk dipelajari. Tujuannya adalah untuk membuktikan kehebatan hadis Nabi saw yang bersesuaian sepanjang zaman dari seluruh aspek. Selain itu ia juga menunjukkan fleksibiliti hadis yang memudahkan sesiapa sahaja untuk mengamalkannya.(c). Hadis yang wajib beriman tetapi tidak boleh ditakwilIa melibatkan hadis-hadis mengenai alam ghaib (tidak dapat dilihat dengan mata). Contohnya;Hadis sifat Allah Ta’ala : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni”. [1077] Sahih BukhariHadis siksa kubur : Dari Aisyah r.anha : Dia bertanya kepada Rasulullah saw perihal siksa kubur, maka Beliau (saw) menjawab: "Ya benar, siksa kubur itu ada". Kemudian 'Aisyah r.anha berkata : "Maka sejak itu aku tidak (pernah) melihat Rasulullah saw setelah melaksanakan solat kecuali Beliau memohon perlindungan dari siksa kubur.” [1283] Sahih BukhariHadis tentang malaikat : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Jika Allah memutuskan suatu keputusan di langit, maka malaikat akan mengepak-ngepakkan sayapnya kerana tunduk kepada titah-Nya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin.” [6927] Sahih BukhariBanyak lagi hadis-hadis yang mengenai perkara ghaib ini seperti hadis para Malaikat, Jin, Syaitan, Arasy, alam barzakh, hari akhirat dan sebagainya. Umumnya hadis mengenai perkara-perkara ghaib ini jangan ditakwil kerana tiada sesiapun mengetahui akan perkara ghaib. Namun beriman kepadanya adalah wajib.(d). Belum sampai ilmu pengetahuanTerdapat juga beberapa hadis yang kita tidak mampu mengungkapkannya dengan akal kerana akal kita atau ilmu pengetahuan kita masih belum mencapai tahapnya. Selalunya hadis ini berkaitan dengan kejadian masa depan, fizik dan sebagainya. Namun beriman dengannya adalah wajib. Contohnya;Hadis masa depan : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” [4270] Sahih BukhariTiada seorang pun yang dapat tahu bagaimana keadaan bumi dan planet-planet di sekitarnya apabila matahari terbit dari barat atau menerangkan bagaimana kejadian tersebut boleh berlaku. Walaupun terdapat beberapa gambaran dan penjelasan mengenainya, namun janganlah terlalu taksub atau berpegang dengannya. Ini kerana, jika sains tersebut salah maka orang akan menyalahkan hadis Nabi saw. Sebenarnya kajian sains merekalah yang salah bukan hadis yang merupakan wahyu dari Allah Subhana wa Ta’ala yang mempunyai kekurangan.Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah Ali 'Imran [3] : 164164. Sungguh Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah

mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka

adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.Rujukan :Tafsir Ibn KatsirBerinteraksi Dengan Al-Sunnah [Dr. Yusuf Al-Qaradhawi]Keagungan Sunnah [Syeikh Qayyum bin Muhammad bin Nasir As-Sahaibani]Kaedah Memahami al-Hadith [A/Prof Fauzi Deraman]Ilmu Usul al-Fiqh [Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin]Sejarah Perkembangan Hadis [Rosli Mokhtar]

Page 13: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sejarah Hadis [M Hasbi Ash Shidieqy]Ulum Hadis [Dr. Rosmawati Ali]Iman Kepada Allah [Dr. Sulaiman al-Asyqar]Kedudukan Sunnah dalam Islam

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang

mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..

Kewajipan Beriman dan Beramal Dengan Al-SunnahAl-Sunnah merupakan sumber hukum kedua selepas Al-Quran. Di dalamnya bukan sahaja terdapat perkara-perkara berkaitan akidah, ibadah, muamalat, politik malah meliputi kesuruhan kehidupan termasuk kerohanian, psikologi, akhlak, pendidikan, kesihatan, kesukanan, hiburan, masakan serta seluruh perkara-perkara yang berkaitan dengan kehidupan di dunia dan di akhirat.Ini menjadikan al-Sunnah merupakan satu panduan yang lengkap dan seimbang kepada seluruh manusia tanpa mengira agamanya, tabiatnya, minatnya, pekerjaannya, pangkat kebesarannya atau apa sahaja yang berkaitan dengan individu dan masyarakat; sesuai dengan terutusnya Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam (saw) sebagai rahmat kepada seluruh alam.Al-Sunnah bukan sahaja lengkap dan seimbang, malah mempraktikkannya juga adalah sangat mudah kerana ia melibatkan keperluan dalam kehidupan harian manusia. Contohnya, cara berdoa, cara makan, adab bermasyarakat dan segala yang berkaitan dengan kehidupan seharian.Umat Islam amat memerlukan Al-Sunnah kerana ia menjelaskan dan memberikan tatacara dalam menjalani kehidupan dengan sebenar menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Subhana wa Ta’ala dan ia sebenarnya merupakan satu rahmat yang besar kepada seluruh manusia sebagai pedoman atau jalan atau panduan. Umat Islam hendaklah merujuk kepadanya, mempercayainya dan melaksanakannya apabila telah sabit kesahihannya atau disepakati ulama akan diterimanya sesebuah hadis itu (maqbul). Ia sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam;

Surah Al-Ahzab [33] : 3636. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mahupun perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam urusan mereka, mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa

menderhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah nyata-nyata sesat.” Maka, mana-mana lelaki dan perempuan mukmin, tiada pilihan lain bagi mereka kecuali mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui utusan-Nya Nabi Muhammad saw dalam urusan mereka. Berpaling darinya, maka bermakna ia telah sesat dengan jelas.

Surah Al-Hujuraat [49] : 11. “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Di antara ayat lain yang menjelaskan akan kedudukan sunnah dalam dalam Islam adalah,

Surah Ali Imran [3] : 3232. “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang kafir.” Surah An-Nisaa’ [4] : 14

“... Dan barangsiapa menderhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan

mendapatkan siksa yang menghinakan.”Selain dari kesesatan, orang yang menolak sunnah juga diancam kekal di dalam neraka. Terdapat banyak lagi perintah dalam mewajibkan mengikuti Al-Sunnah di dalam Al-Quran. Pengingkaran atau penolakan terhadap sunnah yang telah jelas kesahihannya serta apa yang telah disepakati oleh para ulama, sama seperti menolak Al-Quran. Contoh yang disepakati oleh para ulama seperti apa yang diperjelaskan oleh Rasulullah saw adalah; pengakuan tauhid, penjelasan tatacara bersolat, pengharaman memakan daging binatang yang mempunyai taring, penjelasan had potong tangan para pencuri dan lain-lain lagi. Dalam sebuah hadis mengenai golongan anti hadis;Hadis : Dari Al-Miqdam bin Ma'diy r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir saja seseorang laki-laki yang bersandar di sofa mewah (mengenai golongan anti hadis akhir zaman) menceritakan hadis dari ku, ia (golongan anti hadis) berkata:

Page 14: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

“Diantara kami dan kalian ada Kitab Allah Subhanallahu wa Ta'ala, maka apa yang kami dapati sebagai suatu yang halal akan kami halalkan, dan apa yang kami dapatkan suatu yang haram maka kami haramkan' (golongan anti hadis ini hanya menerima Al-Quran sahaja dan menolak hadis).”(Kata Nabi saw) : Ketahuilah apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw adalah (sama) seperti (apa) yang diharamkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta'ala.” [585] Hadis Maqbul – Al-DarimiBerdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan hadis di atas maka adalah menjadi tanggungjawab kita agar kembali kepada sunnah dan berusaha mengamalkannya sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah Subhana wa Ta’ala melalui Al-Quran dan dari sunnah Rasul-Nya agar kita tidak tergolong di dalam golongan yang sesat dan kekal di dalam neraka.Berinteraksi Dengan Al-Hadis

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang

mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..

Antara Cara Berinteraksi Dengan Al-HadisMaksud berinteraksi dengan hadis ini adalah bagaimana cara kita berkomunikasi atau mengambil sesuatu hadis dan memahaminya (secara umum) sebelum beramal serta menyebarkannya.1. Jangan membuat fatwa atau menjatuhkan hukum sewenang-wenangnya kepada orang lain kecuali jika kita memang berupaya dan berpengetahuan dalam Al-Quran, Jalur Periwayatan Hadis yang lain, Usul Fiqh dan ilmu-ilmu yang lain seumpamanya. Ini adalah bagi mengelakkan diri dari terjerumus kepada menghalalkan perkara yang haram dan mengharamkan perkara yang halal atau mengkafir dan mensesatkan (bidaah) orang sesuka hati.2. Berfikirlah dengan adil, dengan pemahaman yang benar berpaksikan Al-Quran dan Al-Hadis (berdasarkan pemahaman para sahabat r.anhum dan para tabiin sebelum berijtihad) serta tidak melanggar hukum-hukum syariat. Contohnya;Hadis : “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (Sahih Muslim)Seimbas dilihat seperti kita lebih tahu urusan dunia kita. Terdapat orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan hadis ini dengan takwil bahawa kita boleh mencipta undang-undang sendiri, ekonomi sendiri berasaskan jalan yang haram dan pelbagai lagi tanpa perlu merujuk Al-Quran dan Al-Sunnah secara keseluruhan. Ini tidak benar, kerana dalam hadis yang penuh;Hadis : Dari 'Aisyah dan dari Tsabit dari Anas r.a : Nabi saw pernah melalui suatu kaum yang sedang mengahwinkan (mengacukkan) pohon kurma lalu Beliau bersabda: "Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik." Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rosak (hasilnya tidak menjadi). Hingga suatu saat Nabi saw melalui mereka lagi dan melihat hal itu, Beliau bertanya: “Ada apa dengan pohon kurma kalian?” Mereka menjawab, ‘Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu (tidak perlu mengacukkan kurma)?’ Beliau lalu bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” [4358] Sahih MuslimMaksudnya; hadis tersebut berkenaan pengacukkan kurma, bukannya hal-hal mengenai dasar-dasar pemerintahan, ekonomi, undang-undang dan sebagainya. Malah dalam riwayat yang lain, terdapat lafaz sambungannya;Hadis : Dari 'Aisyah r.a berkata : ..... (Diringkaskan hadis seperti di atas, dan sambungannya) Nabi saw bersabda, "Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian maka itu urusan kalian, tetapi jika menyangkut urusan agama kalian maka kembalikanlah kepadaku." [2462] Sahih Ibnu MajahIni bermakna kita tidak boleh membuat hukum-hukum atau undang-undang ciptaan sendiri dalam bab agama, tetapi boleh jika ia berkaitan dengan hal-hal keduniaan seperti sains pertanian, mencipta telefon, komputer, enjin, kapal terbang dan teknologi-teknologi moden yang lain asalkan tidak menyalahi dan membelakangi syariat.3. Jangan mentakwil sesuatu hadis yang tidak jelas pada akal fikiran atau di luar bidang kemampuan, sebaliknya tanyalah kepada para ahli ilmu. Ia terbahagi kepada dua, iaitu;(a). Mukhtalaf al-hadith, iaitu dua hadis yang maqbul, tetapi bercanggah antara satu sama lain, contohnya;Hadis : Dari Anas bin Malik r.a : “Nabi saw melarang minum sambil berdiri.” [3771] Sahih BukhariDalam hadis yang lain pula;

Page 15: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari Ibnu Umar r.a ia berkata : "Pada masa Rasulullah saw kami (para sahabat) pernah minum sambil berdiri dan makan sambil berjalan." [4535] Sahih Riwayat AhmadMengenai hal ini, ulama lebih mengutamakan menggabungkan kedua-duanya dari melakukan pentarjihan (menolak salah satu). Perkara ini sangat penting kerana berapa ramai orang sekarang terlalu mudah menjatuhkan hukum sesat dan bidaah antara satu sama lain.(b). Mushkil al-hadith, iaitu hadis yang diragui makna zahirnya kerana bertentangan dengan akal, contohnya;Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus (perut).” [4974] Sahih BukhariSemua orang mengetahui dengan jelas, iaitu tidak kira orang kafir atau mukmin hanya mempunyai satu perut. Hadis ini adalah sahih dan jangan pula kita menolaknya dan anda boleh lihat di sini mengenai penerangannya (http://hafizfirdaus.com/content/view/319/78/).Perkara ini sangat penting kerana ramai orang yang menolak hadis atas alasan bertentangan dengan ilmu pengetahuan, jumud dan sebagainya. Ini hanyalah salah satu kaedah sahaja dan banyak lagi kaedah lain seperti ilmu nasikh al-hadith, ilmu gharib al-hadith, ilmu asbab wurud al-hadith dan sebagainya.5. Jangan mengejek-ngejek hadis atau orang yang mengamalkan hadis walaupun dengan bergurau. Mengejek orang yang mengamalkan sunnah Nabi saw sama seperti mengejek hadis Nabi saw; mengejek hadis Nabi saw sama dengan menghina Nabi saw; menghina Nabi saw sama dengan mempertikai Allah Subhana wa Ta’ala yang mengutus Rasul-Nya. Contohnya;(a). Mengejek (walaupun secara bergurau) orang yang menyimpan janggut dan memanggil mereka sebagai ‘terrorist’, taliban, janggut kambing dan lain-lain yang seumpamanya.(b). Mengejek orang yang berdakwah dengan mencaci mereka seperti perkataan ‘macam bagus’, alim kucing, ‘poyo’ dan sebagainya.(c). Melemahkan semangat orang-orang yang berjuang menegakkan Islam dengan alasan ‘kita tidak mampu berbuat apa-apa’ atau ‘mustahil kita dapat menegakkan sistem khilafah zaman ini’. Ini adalah perkataan orang munafik.(d). Jangan mencaci maki para ulama kerana ulama adalah pewaris para Nabi. Berdasarkan hadis (yang diringkaskan);Hadis : Dari Uwaimir bin Malik (Abu Darda’) r.a : Rasulullah saw bersabda, “.....Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.....” [3157] Sahih Abu Daud Perkara ini dilakukan oleh kebanyakan orang masakini, malah orang yang mencaci para ulama ini bukan sahaja tidak mengetahui tentang hadis; menjawab salam dengan betul pun tidak tahu. Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah At Taubah [9] : 6565. .....Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-

olok?" .......66. Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan

segolongan kamu (lantaran mereka taubat), nescaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

( Maksudnya : Kecuali mereka yang bertaubat kerana hal itu, tetapi orang yang mempermainkan taubatnya; iaitu setelah bertaubat mereka tetap memperolok-olokkan lagi, mereka tetap akan diazab kerana tabiat mereka yang suka mengejek Nabi saw dan melemahkan semangat orang Islam – kesimpulan dari Tafsir Ibn Katsir).

Hadits Qudsi salah satu jenis hadits dimana perkataan Nabi Muhammad disandarkan kepada Allah atau dengan kata lain Nabi Muhammad meriwayatkan perkataan Allah.

Secara bahasa (Etimologis), kata يسدقال dinisbahkan kepada kata القدس (suci). Artinya, hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Allah swt. Dan secara istilah (terminologis) adalah sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari nabi Muhammad saw. yang disandarkan kepada Tuhannya. Secara sederhana dikatakan Hadist Qudsi adalah perkataan Nabi Muhammad, tentang Wahyu Tuhan yang diterimanya secara langsung, tanpa perantaraan malaikat (Jibril).Perbedaan Antara Hadits Qudsi Dan al-Qur`anTerdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya, di antaranya adalah:

Page 16: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

1. Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian, alias maknanya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.

2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian.3. Syarat validitas al-Qur`an adalah at-Tawâtur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts Qudsi

tidak demikian.4. Secara sederhana dapat dikatakan, Hadist Qudsi adalah Wahyu Tuhan yang diterima Nabi

Muhammad secara langsung, TANPA perantaraan malaikat Jibril. Sehingga tidak ada kata QUL (katakanlah) diawal kalimat dan Allah membahasakan diri-Nya dengan sebutan AKU .

5. Sedangkan Al Qur'an adalah Wahyu Tuhan yang diterima Nabi Muhammad lewat perantaraan Malaikat Jibril. Sehingga Jibril membacakan wahyu dengan permulaan kata Qul dan Jibril membahasakan Tuhan dengan sebutan nama-Nya, Allah ( dan Asmaul Husna lainnya ).

6. Hadist Qudsi memakai kalimat langsung ( orang pertama / Aku ) , sedang Al Qur'an memakai kalimat orang ketiga .

7. Hadist Qudsi diturunkan secara "private" (khusus ) kepada Muhammad sebagai Nabi, sehinggga tidak disebarluaskan untuk umum , karena bersifat pribadi. Hanya beberapa sahabat terpercaya saja yang menerimanya .

8. Sedangkan Al Qur'an diturunkan kepada Muhammad sebagai Rosul , sehingga Nabi Muhammad wajib menyebarluaskannya kepada umatnya dan seluruh umat manusia .

9. Demi kemurnian dan kesucian Al Qur'an, Hadist Qudsi dan Al Qur'an tidak disatukan dalam satu Mushaf. Hadist Qudsi dibiarkan berdiri sendiri dan tidak pernah dibukukan (kodifikasi) secara resmi .

Jumlah Hadits QudsiDibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits. Karena Hadist Qudsi sebenarnya adalah untuk Muhammad sebagai pribadi Nabi, bukan sebagai Rosul, maka Nabi pun "pilih-pilih" dalam memberikannya kepada sahabat-sahabatnya. Hanya sahabat-sahabat terpilih yang mempunyai kecerdasan tinggi saja yang menerimanya. Karena memang Hadist Qudsi bukan untuk konsumsi umum. Sampai sekarang pun masih banyak kalangan umat Islam yang tak mampu menerima "kebenaran" Hadist Qudsi. Tinggi kandungan "isi"-nya adalah penyebabnya. Hanya sahabat-sahabat khusus saja yang menerima Hadist Qudsi dari Nabi Muhammad, semisal Sayyidina Ali bin Abu Tholib dan sahabat Abu HurairahLafazh-Lafazh PeriwayatannyaBagi orang yang meriwayatkan Hadits Qudsi, maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya:

1. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya 'Azza Wa Jalla

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam dari-Nya

Contoh "Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan persekutuan. Barangsiapa melakukan

suatu amalan kemudian dia mempersekutukan diri-Ku dengan yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dan meninggalkan sekutunya." Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Maka dia akan menjadi milik sekutunya dan Aku berlepas diri darinya."

Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah Azza wa Jalla: "Tangan Allah penuh, tidak dikurangi lantaran memberi nafkah, baik di waktu siang maupun malam."

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berkata: " Allah ta`ala berfirman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku. Bila menyebut-Ku di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-Ku di kalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu

Buku Mengenai Hadits QudsiDi antara buku yang paling masyhur mengenai Hadits Qudsi adalah kitab Al-Ithâfât as-

Saniyyah Bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah karya 'Abdur Ra`uf al-Munawiy. Di dalam buku ini terkoleksi

Page 17: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

272 buah hadits. Sebenarnya Hadist Qudsi tidak pernah dibukukan (kodifikasi) secara resmi, sebagaimana Al Qur'an yang dibukukan secara resmi pada jaman Khalifah Utsman dengan nama Al Qur'an Mushaf Utsmani ( yang berarti jika ada Al Qur'an diluar itu maka itu adalah Al Qur'an palsu). Yang ada Hadist Qudsi tersimpan pada pribadi-pribadi sahabat Nabi dan disampaikan lewat mulut ke mulut. Karena "isinya" yang tinggi, Hadist Qudsi tercecer hanya pada sahabat - sahabat khusus saja, yang menyimpannya bagi dirinya sendiri dan kemudian menurunkannya pada orang - orang tertentu pula . Sebagaimana Abu Hurairah berkata, " Aku menerima sekantung ilmu dari Rosululloh. Separuh kantung aku bagikan kepada kamu semua dan separuhnya lagi aku simpan buat aku sendiri. Karena jika yang separuh lagi itu aku bagikan juga, niscaya kalian akan mengkafirkanku dan menggantungku "

Segala puji-pujian hanya bagi Allah yang Maha Agung yang telah mengurniakan nikmat Islam dan manisnya keimanan dengan ilmu yang telah diwarisi dari utusan-Nya Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasallam dan diajarkan serta disampaikan pula oleh pengikut yang mengikutinya dari ahlul bait, kalangan sahabat (r.a) dan para ulama terdahulu hingga zaman sekarang.

Semoga hati yang telah diberi petunjuk ini tidak dicondongkan kepada kesesatan. Sesungguhnya tiada tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Nabi Muhammad itu Rasul Allah dan hamba yang dikasihi-Nya.

Tulisan INI DALAM USAHA PENYIAPAN berkelanjutan, PULUHAN RIBU HADIS DIPILIH SATU PERSATU DARI PELBAGAI KITAB UNTUK MEMASTIKAN TIADA HADIS YANG BERULANG KECUALI ULANGAN DARI KITAB YANG LAIN

Semua hadis yang dimasukkan di sini adalah hadis sahih KECUALI saya letakkan di belakang hadis tersebut statusnya. TUJUAN UTAMA tulisan ini adalah untuk menyampai dan menyebarkan hadis dan seterusnya diamalkan, terutama di zaman fitnah yang berleluasa ini. Sesuai dengan sabda Nabi salallahu ‘alaihi wasallam (saw) :

Dari Irbadh bin Sariyah : Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah SWT, dengan mendengar dan taat, meskipun yang memerintahkan kamu adalah seorang budak dari Habsyah. Kamu akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat sesudahku, maka hendaklah kamu berpegang pada Sunnah-ku dan Sunnah-Khulafa ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi gerahammu dan jauhilah perkara-perkara baru (bid’ah), sesungguhnya setiap bid’ah (perkara baru dalam agama) adalah sesat.” (0040) Sahih Ibnu Majah.

Anda BEBAS mengambil apa-apa hadits dan artikel dalam tulisan ini dan jika tidak keberatan silakan letakan ‘link’ tulisan ini (www.KoleksiHadisNabi.tulisanspot.com) di mana saja anda menggunakan hadis dalam tulisan ini dalam usaha penyebaran hadits bersama (bukan tujuan keuntungan).

Surah Asy-Syuura [42] : 2323. .... Katakanlah : "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih

sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Semoga Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang memberkati dan merahmati kita semua dan menyatukan umat Islam berpaksikan Al-Quran dan As-Sunnah.

Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah orang yang menyaksikan di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir dari kalian.” (0193) Sahih Ibnu Majah.

Dari Amru bin Auf : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, kemudian (sunnahku tersebut) diamalkan oleh orang lain, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa berbuat bid’ah, kemudian perbuatannya tersebut diikuti oleh orang lain, maka baginya dosa dan dosa-dosa orang yang melakukannya tanpa terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (0174) Sahih Ibnu Majah

Renungilah pesanan terakhir Rasulullah SAW dan merupakan ayat Al-Quran yang terakhir diturunkan. Selepas turun ayat ini Rasulullah SAW hidup selama sembilan malam, kemudian pada malam Isnin Rabi’ul Awal wafatlah Rasulullah SAW.Ayat itu adalah;

Surah Al-Baqarah [2] : 281

Page 18: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Perintah Al-Quran agar berpegang teguh pada hukum dengan As-Sunnah. Di dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk berhukum dengan As-Sunnah, diantaranya :1. Firman Allah :“Dan tidaklah patut bagi laki-laki maupun perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam urusan mereka, mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia telah nyata-nyata sesat.” (Q.S. Al Ahzab: 36)

2. Firman Allah :“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujuraat:1)3. Firman Allah :“Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 32)4. Firman Allah :“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; janganlah kamu berbantah-bantahan, kerana akan menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Anfal: 46)5. Firman Allah :“Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang ia kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa menderhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan.” (Q.S. An Nisa’: 13-14)

***************

As-Sunnah Terjaga Sampai Hari KiamatDiantara pengetahuan yang sangat penting, namun banyak orang melalaikannya, yaitu

bahwa As-Sunnah termasuk dalam kata ‘Adz-Dzikr’yang termaktub dalam firman Allah Al-Qur`an surat al-Hijr ayat 9, yang terjaga dari kepunahan dan ketercampuran dengan selainnya, sehingga dapat dibezakan mana yang benar-benar As-Sunnah dan mana yang bukan.

Dalil-dalil yang Menunjukkan Terpeliharanya As-Sunnah :Pertama : Firman Allah:

7ا 9ن ?ح=ن; إ ?ا ن =ن ل ?ز7 =ر? ن 7ا الذdك 9ن ?ه; و?إ اف9ظ;ون? ل ?ح? ل“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:9)

Adz-Dzikr dalam ayat ini mencakup Al-Qur’an dan bila diteliti dengan cermat, mencakup pula As-Sunnah.

[[ BACA SETERUSNYA ]]***************

Kalimah TauhidApabila disebut LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADUR RASUULULLAAH ….maka bacaan

sebenarnya ialah dengan “ MUHAMMADUR “ . (berbaris depan pada huruf dal di dalam ejaan asal ~ Arab). Kalimah (perkataan / ayat) ini dikenali sebagai " Kalimah Tauhid ". (Perkataan yang menjadikan kita meyakini bahawa Allah Ta'ala itu Maha Tunggal sahaja)

Apabila bacaan itu dimulakan dengan “ ASYHADU AL LAA ILAAHA ILLALLAAHU, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH “ … dibaca dengan “ MUHAMMADAR “ (berbaris atas pada huruf dal di dalam ejaan asal di dalam Bahasa Arab). Perkataan ini pula (yang dimulai dengan

Page 19: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

"Asyhadu") dikenali sebagai "Kalimah Syahadah" (Perkataan yang memperakui / mengiktiraf keesaan Allah Ta'ala ).

[[ BACA SETERUSNYA ]]***************

Kitab-Kitab HadisHadis-hadis Nabi saw yang terdiri daripada tutur kata, perbuatan, pengiktirafan (taqrir) dan

sifat baginda Rasulullah saw pun telah dikumpul di zaman lalu. Para ulama zaman silam pun sudah membukukan dengan menggunakan kaedah-kaedah penyaringan yang telah disepakati para ulama’. Cara pengumpulannya melalui beberapa cara, antaranya :

1. MasanidIa adalah kata jamak dari perkataan Musnad Yaitu kitab yang mengandung hadis-hadis Nabi

saw berdasarkan riwayat seseorang sahabat yang meriwayatkannya. Bagaimanapun tidak diambil kira samada hadis tersebut berstatus sahih atau daif.

Nama-nama sahabat itu disusun samada mengikut tertib keislaman mereka atau dengan cara mengikut susunan abjad ataupun dengan cara mengikut kabilah, negara kelahiran serta nama keluarga dan selainnya.

Contoh : Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241H), Musnad Abu Daud Al-Thayalisi (wafat 203H), Musnab ‘Ubaidullah bin Musa (wafat 213H) dan banyak lagi musnad-musnad yang lain.2. Musannafat

Ia adalah kata jamak dari musannaf, merupakan kitab hadis yang disusun secara ringkas dalam beberapa bab fiqih dan agama yang tidak lengkap dan tidak secara khusus. Topik yang dibentangkannya tidak lengkap seperti kitab Jamik yang merangkumi semua topik agama dan tidak juga lengkap dalam topik fiqh sepertimana kitab Sunan.

Contoh : Musannaf oleh Waki’ bin al-Jirah (wafat 197H), Hammad bin Salamah (wafat 167H) dan beberapa lagi.

Di dalam musannafat ini pelbagai hadis yang bertaraf marfuk. mauquf dan juga maqthu’.3. Sihah / Sahih

Sihah, Ia adalah kata jamak dari sahih dan merupakan kitab hadis yang disusun berdasarkan himpunan hadis-hadis yang paling sahih dengan mengeluarkan semua hadis-hadis yang lemah dan tidak menepati syarat hadis sahih.

Contoh : Imam al-Bukhari (wafat 256H), Imam Muslim (wafat 261H).Kedua kitab ini telah menjadi panduan dan rujukan kitab-kitab hadis yang paling utama

selepas itu samada dari sudut manhaj atau kesahihannya.4. Jamik

Ia adalah kitab hadis yang dikumpulkan setiap hadis menurut topik yang lebih besar dikenali sebagai kitab, seperti kitab akidah, kitab iman, kitab adab, kitab musafir dan sebagainya.Contoh : Jamik al-Sahih – Imam al-Bukhari, Jamik Sunan - Imam al-Tirmidzi (wafat 279H), Jamik al-Saghir – Sufyan al-Tsauri (wafat 161H).5. Sunan

Ia merupakan kitab hadis yang ditulis dengan cara urutannya didasarkan pada tajuk-tajuk fiqh menurut ahli fiqh seperti dimulakan dengan bab ilmu, bab iman, bab bersuci, bab solat, bab zakat, bab puasa dan lain-lain.

Kurun ketiga yang merupakan kemuncak kegemilangan keilmuan Islam telah menyaksikan banyak hasil pengumpulan hadis dalam bentuk sunan, antaranya;

Contoh : Sunan Abu Daud (wafat 275H), Sunan Ibnu Majah (wafat 273H), Sunan al-Nasa’I (wafat 303H) dan lain-lain.

Keempat-empat kitab sunan yang masyhur di kalangan umat Islam adalah Jamik Sunan al-Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn Majah dan Sunan al-Nasa’i. (Rujukan : Sejarah Perkembangan Hadis – Rosli Mokhtar dan Mohd Fikri Che Hussain)

Ibnu Majah

Page 20: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ibnu Majah atau nama sebenarnya Abu Abdillah Muhammad bin Yazid merupakan seorang ahli hadis, ahli tafsir dan ahli sejarah Islam yang terkenal dalam sejarah peradaban Islam (209 H/824 M – 20 Ramadan 273/18 Februari 887).

Karya utamanya dalam bidang hadis adalah Sunan Ibn Majah yang dikenal sebagai salah satu dari enam kitab kumpulan hadis yang terkenal dengan julukan al-Kutub as-Sittah (Kitab Yang Enam). Lima kitab hadis yang lain dari kumpulan tersebut adalah Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmizi, dan Sunan an-Nasa’i.

Ibnu Majah pada mulanya belajar sejak beliau masih muda lagi. Ada yang mengatakan bahawa beliau belajar hadis sejak usia 15 tahun pada seorang guru bernama Ali bin Muhammad at-Tanafasi.

Pada usia 21 tahun dia mula mengembara untuk menulis dan mengumpulkan hadis. Negeri-negeri yang pernah dikunjunginya untuk tujuan itu di antaranya adalah Teheran, Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Syria, dan Mesir.

Dengan cara tersebut, dia telah mendapatkan hadis-hadis dari ulama terkenal di kota-kota dan negeri-negeri tersebut seperti Abu Bakar bin Abi Syaibah, Hisyam bin Ammar, Basyar bin Adam dan lain-lain lagi.

Ibnu Majah telah menyusun kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis Tafsir al-Quran al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, karya sejarah yang berisi biografi para periwayat hadis sejak awal hingga pada zamannya. Kerana tidak begitu popular, kedua-dua kitab tersebut ada kemungkinan tidak sampai ke tangan generasi sekarang. Karyanya yang paling masyhur adalah dalam bidang hadis, iaitu as-Sunan atau dikenal juga dengan Sunan Ibnu Majah.

Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Quran (Indeks al-Quran), telah memperinci hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini. Ada 4.341 hadis di dalamnya. Sejumlah 3.002 di antaranya juga termaktub dalam lima kitab kumpulan hadis yang lain.

Sebanyak 712 dari 1.339 lainnya adalah lemah, yang dapat dikategorikan sebagai hadis dusta. Kerana banyaknya hadis yang lemah itu, sebelum abad ke-4 H para ulama belum memasukkannya sebagai kitab yang dijadikan standard yang layak menjadi panduan dan rujukan. Orang yang pertama kali memasukkan Ibnu Majah ke dalam kitab-kitab kumpulan hadis sahih sehingga termasuk dalam kitab yang enam adalah Abu al-Fadal Muhammad bin Tahir al-Maqdisi.

Pada pertengahan kedua abad ke-7 H, setelah hadis-hadis telah banyak terhimpun dalam kitab-kitab, usaha yang ditempuh ulama hadis adalah menerbitkan isi kitab-kitab kumpulan hadis itu, menyunting dan menyusun kitab-kitab takhrij (mengeluarkan) serta membuat kitab-kitab Jami’ (Penghimpun) yang umum.

Di antara kitab-kitab yang disusun pada peringkat ini adalah kitab-kitab zawa’id, yang terkenal di antaranya adalah kitab Zawa’id Ibnu Majah. Kitab ini disusun oleh Abu Ahmad bin Muhammad al-Busiri dalam kitab yang berjudul Misbah az-Zujajah fi Zawa’id Ibn Majah (Lampu Kaca dalam Tulisan Ibnu Majah). Hadis-hadis yang hanya diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Majah seperti tersebut di atas kebanyakannya daif (lemah).

Hal ini dapat diketahui daripada keterangan-keterangan gurunya, Ibnu Mulaqqin, dalam kitabnya yang berjudul Ma Tamussu Ilaihi al-Hajah ala Sunan Ibn Majah (Apa Yang Diperlukan dalam Sunan Ibnu Majah).

Sebagaimana kitab-kitab kumpulan hadis lainnya, kitab-kitab syarah (penafsiran) Sunan Ibn Majah juga banyak muncul pada abad-abad sesudahnya. Di antara kitab-kitab syarah itu adalah Misbah az-Zujajah Syarh Sunan Ibn Majah susunan as-Sayuti dan Syarh Sunan Ibn Majah (Penjelasan tentang Kitab Sunan Ibnu Majah) susunan Muhammad Abdul Hadi as-Sindi.

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaklah dia mengambil tempatnya di neraka.” (MUTAWATIR)

Allah berfirman di dalam Al Quran : "..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.." (Surah [22] AL HAJJ : Ayat 78)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang

Page 21: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW1. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Apa yang aku perintahkan kepadamu, maka

kerjakanlah dan apa yang aku larang bagimu, maka tinggalkanlah." (0001)2. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa taat kepadaku, bererti dia telah taat

kepada Allah SWT; dan barangsiapa mendurhakaiku, bererti dia durhaka kepada Allah SWT." (0003)3. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, "Akan senantiasa ada di kalangan umatku sekelompok

ahli hadis (mengikut terjemahan Imam Ahmad bin Hambal) orang yang tegak (dalam memperjuangkan) perintah Allah S.W.T. Tidak ada membahayakan mereka tindakan orang-orang yang menentangnya.” (0007)

4. Dari Irbadh bin Sariyah : Pada suatu hari, Rasulullah saw berdiri berkhutbah di tengah-tengah kami. Kemudian beliau saw memberikan nasihat yang sangat mengesankan, yang menggetarkan hati dan membuat air mata bercucuran. Beliau saw ditanya, “Ya Rasulullah saw, engkau menasihati kami dengan nasihat perpisahan, maka berilah kami amanat.” Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah SWT, dengan mendengar dan taat, meskipun yang memerintahkan kamu adalah seorang budak dari Habsyah. Kamu akan melihat perselisihan yang sangat dahsyat sesudahku, maka hendaklah kamu berpegang pada Sunnah-ku dan Sunnah-Khulafa ur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dengan gigi gerahammu dan jauhilah perkara-perkara baru, sesungguhnya setiap bid’ah (perkara baru dalam agama) adalah sesat.” (0040)

Iman5. Dari Abdullah bin Umar : Suatu hari Nabi saw mendengar seorang lelaki memberi nasihat kepada

saudaranya tentang sifat malu, lalu Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya malu itu cabang dari iman.” (0049)

6. Dari Abdullah : Rasulullah saw bersabda, “Mencela seorang muslim itu perbuatan fasik, dan membunuhnya adalah perbuatan kufur.” (0058)

7. Dari Mu’adz bin Jabar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka rela bersaksi bahawa tidak ada tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah pesuruh Allah, menegakkan solat dan menunaikan zakat.” (MUTAWATIR (0060)

Takdir8. Dari Ibnu Ad –Dailami dari, Zaid bin Tsabit r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seandainya Allah

berkehendak untuk menyiksa hamba-Nya yang berada di langit dan di bumi, nescaya Dia pasti akan menyiksa mereka, sedangkan Dia tidak zalim terhadap mereka. Seandainya Allah merahmati mereka, sungguh rahmat-Nya itu lebih baik bagi mereka daripada amal-amal kebajikan mereka. Seandainya kamu mempunyai emas sebesar Gunung Uhud, kemudian kamu infakkan di jalan Allah, tidak akan diterima infakmu sehingga kamu beriman kepada takdir sepenuhnya.Maka perlu kamu ketahui bahawa musibah yang menimpamu tidak akan meleset dari mu dan sesuatu yang mesti terlepas dari mu tidak akan menjadi musibah bagi mu. Jika kamu mati dengan (keyakinan) selain ini, pasti kamu masuk neraka.” (0062)

9. Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada penyakit yang menular (berjangkit), tidak boleh meramal sesuatu dengan burung (sesuatu kejadian dikaitkan dengan binatang), dan tidak ada hammah (kepercayaan jahiliyah).” Tiba-tiba berdiri seorang laki-laki badwi dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapat mu tentang seekor unta yang kudisan (berpenyakit), kemudian menular ke seluruh unta yang ada?’ Beliau saw menjawab, “Itulah takdir. (Kerana) siapakah yang (membuat unta) pertama tadi kudisan (berpenyakit)?” (0070)

Orang yang Mempelopori Perbuatan Baik dan Perbuatan Buruk10. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menyeru ke jalan petunjuk (kebaikan),

maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, yang tidak terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala amal mereka sama sekali. Barangsiapa menyeru kepada jalan yang menyesatkan, maka baginya dosa semisal (sama) dosa orang-orang yang mengikutinya, yang tidak terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka sama sekali.” (0172)

11. Dari Amru bin Auf : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, kemudian (sunnahku tersebut) diamalkan oleh orang lain, maka baginya pahala semisal pahala orang yang mengamalkannya tanpa terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa berbuat bid’ah, kemudian perbuatannya tersebut diikuti oleh orang lain, maka baginya dosadan dosa-dosa orang yang melakukannya tanpa terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (0174)

Page 22: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

12. Dari Utsman bin Affan r.a : Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling utama di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya pada orang lain.” (0176)

Keutamaan Ulama dan Anjuran Mencari Ilmu 13. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah SWT menjadi baik,

maka Allah SWT akan memahamkannya dalam masalah agama.” (0181)

14. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam.” (0184)

Orang Yang Menyampaikan Ilmu15. Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah orang yang menyaksikan di antara kalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir dari kalian.” (0193)

16. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah SWT mengelokkan rupa seseorang yang mendengar ucapanku, kemudian memeliharanya, lalu menyampaikannya dariku. Mungkin saja orang yang membawa ilmu bukanlah orang yang pandai, dan mungkin juga seseorang akan menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu darinya.” (0194)

Memanfaatkan dan Mengamalkan Ilmu17. Dari Abu Hurairah r.a : Termasuk doa Nabi saw iaitu, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, doa yang tidak didengar, hati yang tidak khusyu’ dan nafsu yang tidak pernah kenyang (sangat tamak kepada dunia).” (0204)

18. Dari Jabir bin Abdullah : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian belajar ilmu untuk menyombongkan diri kepada para ulama, untuk menghina orang-orang yang bodoh. Dan janganlah kalian (terlalu) berharap agar menjadi pilihan suatu majlis. Barangsiapa melakukan semua hal itu, maka neraka.. sekali lagi, neraka (adalah tempatnya).”(0208)

Larangan Menahan Buang Air19. Dari Abu Umamah : Rasulullah saw melarang seseorang untuk mengerjakan solat jika dia sedang menahan kencing atau buang air besar. [0506]

Larangan Keluar Dari Masjid Jika Azan Sedang Dikumandangkan20. Dari Utsman bin Affan : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa telah mendengar azan di masjid, kemudian dia keluar dan keluarnya tersebut bukan untuk suatu keperluan, (melainkan) dia tidak ingin kembali ke masjid, maka dia itu adalah orang munafik.” [0606]

21. Dari Umar bin Khathab : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa membangun masjid yang di dalamnya disebut nama Allah, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di syurga.” [0607]

Tempat yang Dilarang Mengerjakan Solat22. Dari Abu Sa’id Al-Khudri : Rasulullah saw bersabda, “Bumi itu seluruhnya adalah masjid, kecuali perkuburan dan bilik mandi (tandas).” [0612]

Tambahan Tulisan : Walau cantik, bersih dan sebesar mana pun tandas itu, ia tetap dinamakan tandas dan tidak boleh mendirikan solat di situ.

Masjid yang Pertama Kali Dibina23. Dari Abu Dzar Al-Ghifari : Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, masjid mana yang pertama kali dibangun (dibina)? Rasulullah saw menjawab, “Masjidil Haram.” Abu Dzar berkata, ‘Aku bertanya, kemudian mana lagi?’ Nabi saw menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsa.’

Aku (Abu Dzar) bertanya, ‘Berapa jarak antara keduanya?’ Nabi saw menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian bumi itu sebagai tempat solat bagimu, maka solatlah di mana saja kamu mendapatkan waktu solat (apabila solat tiba).” [0616]

Larangan Mengumumkan Barang yang Hilang Dalam Masjid

Page 23: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

24. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mendengar seorang mengumumkan sesuatu yang hilang di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya; Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu. Sesungguhnya masjid tidak dibangun untuk maksud ini.” [0628]

Doa Masuk dan Keluar Masjid25. Dari Fathimah binti Rasulullah saw, ia berkata : Rasulullah saw ketika masuk ke dalam masjid, beliau berdoa, “Dengan nama Allah (Bismillah), semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Rasulullah (Wassaalamu ‘ala rosulillah). Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu rahmat-Mu (Allahumaghfirli dzunuubii, waftahli abwaaba rohmatik).

Dan apabila keluar dari masjid, beliau berdoa, Dengan nama Allah, semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Rasulullah. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu kemuliaan-Mu (faudhlik).” [0632]

Berjalan ke Masjid26. Dari Anas bin Malik : Rasulullah saw bersabda, “Berilah khabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan untuk pergi ke masjid dengan (balasan) cahaya yang sempurna pada hari kiamat kelak.” [0640]

27. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Orang-orang yang jauh dan yang lebih jauh dari masjid, maka pahalanya lebih besar.” [0641]

28. Dari Anas bin Malik, ia berkata : Bani Salimah bermaksud ingin memindahkan rumah mereka dekat masjid. Rasulullah saw tidak menyukai bila pinggiran Madinah menjadi kosong (kerana ditinggalkan oleh mereka); maka Rasulullah saw bersabda, “Wahai Bani Salimah! Tidakkah kalian memperhitungkan pahala langkah kalian (untuk menuju ke masjid)?” Akhirnya mereka pun tetap tinggal di pinggiran Madinah.” [0643]

Orang yang Lebih Berhak Jadi Imam 29. Dari Malik bin Al-Huwairits, ia berkata : Aku dan seorang sahabatku mendatangi Rasulullah saw. Ketika kami ingin pulang, Nabi saw bersabda kepada kami, “Apabila telah tiba waktu solat, maka azanlah dan iqamatlah. Hendaknya yang paling tua dari kalian berdua yang menjadi imam.” [0806]

Solat Sunat Tahiyatul Masjid30. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sampai dia melakukan solat dua rakaat.” [0834]

Meninggalkan Solat31. Dari Jabir bin Abdullah : Rasulullah saw bersabda, “Perbezaan antara hamba Allah dan kekafiran adalah meninggalkan solat.” [0890]

32. Dari Anas bin Malik : Nabi saw bersabda, “Tidak ada perbezaan antara hamba Allah dan kesyirikan kecuali meninggalkan solat. Apabila ia meninggalkan solat, maka ia telah syirik.” [0892]

33. Dari Lubabah bin Abdul Mundzir : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya hari Jumaat adalah tuan segala hari yang paling agung di sisi Allah dan (juga) hari yang paling agung di sisi Allah dari hari Idul Adha dan Idul Fitri.

Pada hari Jumaat terjadi lima peristiwa. Pada hari tersebut;[1]. Allah menciptakan Adam,[2]. Allah mendaratkan (melemparkan) Adam ke dunia serta [3]. hari diwafatkannya Adam (pada hari Jumaat).[4]. Terdapat sebuah waktu yang apabila seseorang hamba berdoa (meminta sesuatu), Allah akan memberikannya selama yang diminta bukan sesuatu yang diharamkan.[5]. (Pada hari tersebut) juga akan terjadi hari kiamat serta tidaklah para malaikat yang dekat langit, bumi, angin, gunung dan lautan kecuali mereka takut kepada hari Jumaat (berlakunya kiamat itu).” (Hasan) [0895]

Hari Jumaat34. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berwudhu lalu memperbaiki wudhunya, kemudian mendatangi solat Jumaat, lalu berdekatan dengan imam dan diam serta mendengarkan khutbah,

Page 24: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

maka Allah mengampuni dosa-dosanya antara Jumaat tersebut dan Jumaat lainnya dan ditambahkan tiga hari. Barangsiapa bermain-main dengan batu kerikil, maka dia telah sia-sia.” [0901]

35. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Apabila tiba hari Jumaat, maka di setiap pintu masjid terdapat para malaikat yang menulis amalan manusia sesuai jarak rumah-rumah mereka. Siapa yang datang lebih awal, maka ditulis di awal. Lalu apabila imam berkhutbah, para malaikat menutup bukunya dan mereka mendengarkan khutbah.

Maka orang yang datang segera (ke masjid) untuk solat, seperti orang yang berkorban seekor unta; kemudian yang datang berikutnya seperti orang yang berkorban seekor sapi; kemudian yang datang berikutnya, ia seperti orang yang berkorban seekor kambing....” sampai Rasulullah saw menyebut seekor ayam dan sebutir telur. [0903]

36. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Apabila kamu berkata kepada teman mu, ‘Diamlah di hari Jumaat, imam sedang berkhutbah!’, maka kamu telah berbuat sia-sia.” [0918]

Penjelasan :Maksudnya, bersuara dalam mengingatkan orang lain agar diam saat imam sedang berkhutbah pada solat Jumaat, suatu perbuatan sia-sia kerana yang mengingatkan sendiri berkata-kata. Seeloknya para khatib sebelum memulakan khutbah, mengingatkan pada para jemaah akan hal ini.

37. Dari Jabir bin Abdullah r.a : Bahawa seorang lelaki masuk masjid pada hari Jumaat, sementara Rasulullah saw sedang berkhutbah, lalu orang tersebut melangkahi orang banyak; Maka Rasulullah saw bersabda, “Duduklah! Kamu telah menyakiti (orang yang dilangkahi) dan datang terlambat.” [0923]

Penjelasan :Sekiranya datang terlambat ke masjid hendak solat Jumaat, janganlah menyakiti orang yang berada di saf hadapan kerana berebut saf hadapan yang ganjarannya besar. Sebaliknya datanglah lebih awal ke masjid dan sekiranya terlambat, duduklah di mana tempat yang masih kosong, bukan berebut-rebut.

38. Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mendapatkan satu rakaat dari solat Jumaat atau selain solat Jumaat, maka ia telah mendapatkan solat.” [0929]

39. Dari Jabir bin Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan solat Jumaat tiga kali tanpa ada kepentingan (darurat) maka Allah akan menutup hatinya.” [0931]

Solat Sunat40. Dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan r.anha : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang solat sunah dalam satu hari satu malam dua belas rakaat maka akan dibangun untuknya sebuah rumah di syurga.” [1151]

Penjelasan :Antara solat sunat yang dituntut kita mengerjakannya adalah 2 rakaat sebelum Subuh, 2 rakaat sebelum dan selepas Zohor (terdapat juga riwayat 4 rakaat sebelum zohor dan 2 rakaat sesudahnya), 2 rakaat selepas Maghrib dan 2 rakaat selepas Isyak. Selain itu, solat tahajjud, solat witir, tahiyatul masjid, solat hari raya semuanya juga termasuk solat sunat yang dituntut. Di antara semua solat sunat yang paling utama adalah solat sunat 2 rakaat sebelum Subuh.

Tidak perlu dibayangkan rumah yang disediakan di syurga tersebut, yang penting kita sudah ‘menempah tiket’ ke syurga.

41. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Apabila telah iqamat (untuk solat fardhu), maka tidak ada solat kecuali solat wajib (fardhu).” [0951]

42. Dari Qais bin Amr r.a, ia berkata : Nabi saw melihat seorang lelaki sedang solat dua rakaat setelah solat Subuh, lalu Rasulullah saw bertanya, “Apakah kamu solat Subuh dua kali?”

Lelaki tersebut berkata, ‘Aku belum melakukan solat dua rakaat sebelum Subuh, maka aku mengerjakannya (menggantikannya) sekarang.’

Page 25: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Berkata Qais bin Amr r.a, “Maka Rasulullah saw pun diam (membenarkan).” [0954]

Penjelasan :1. Tiada solat sunat selepas Subuh, namun mereka yang tidak sempat mengerjakan solat sunat sebelum Subuh boleh menggantikannya selepas itu.2. Boleh mengerjakan solat sunat rawatib muakkad itu di masjid atau di rumah.

43. Dari Abu Darda’ r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi tempat tidurnya dan dia berniat ingin bangun serta solat malam, tiba-tiba dia dikalahkan oleh matanya sampai subuh (tidur hingga terbangun waktu subuh), maka telah dicatat niat tersebut baginya (mendapat pahala solat malam itu). Adapun tidurnya merupakan sedekah dari Rabbnya.” [1113]

Tempoh Yang Disunahkan Mengkhatam Al-Quran44. Dari Abdullah bin Amr r.a, katanya : Aku telah hafal Al-Quran lalu aku membaca seluruhnya dalam semalam, maka Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku takut zaman akan melintasi kamu dan kamu bosan, maka bacalah Al-Quran (seluruhnya) dalam waktu sebulan.”

Lalu aku berkata, ‘Biarkanlah aku menikmati kekuatan masa muda ini.’ Beliau bersabda, “Bacalah dalam waktu tujuh hari.” Aku berkata (lagi), ‘Biarkanlah aku menikmati kekuatan dan masa muda ini.’ Maka Rasulullah saw menolak. [1114]

Penjelasan :Menikmati kekuatan masa muda yang dimaksudkan adalah, ia mampu untuk membaca Al-Quran lebih dari yang dianjurkan Rasulullah saw.

45. Dari Abdullah bin Amr r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan faham (tidak memahami) orang yang membaca Al-Quran kurang dari tiga hari.” [1115]

Penjelasan :Orang yang kelam kabut membaca Al-Quran atau tergesa-gesa membacanya tidak akan memahami apa-apa isi Al-Quran, sedangkan Al-Quran itu sebagai cahaya petunjuk.

Bacaan Al-Quran46. Dari Hudzaifah r.a, (katanya) : Nabi saw bersolat, dan jika beliau membaca ayat tentang rahmat, beliau memohon rahmat. Jika beliau membaca ayat tentang azab, beliau memohon agar dijauhkan. Jika beliau membaca ayat yang menerangkan tentang penyucian sifat-sifat Allah, beliau bertasbih. [1119]

Antara Doa Ketika Solat Malam47. Dari Asim bin Humaid, ia berkata : Aku bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang dibaca oleh Nabi saw ketika memulai solat malam?’ Aisyah berkata, ‘Sungguh kamu telah bertanya tentang sesuatu yang tidak pernah ditanyakan seseorang pun sebelumnya.

Sesungguhnya Rasulullah saw bertakbir sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, bertasbih sepuluh kali dan beristighfar sepuluh kali. Lalu beliau berdoa, “Allahummaghfirli. Wahdinii, warzuqnii, wa’aafinii (Ya Allah. Ampunilah aku; dan berilah kepadaku petunjuk; berilah aku rezeki dan lindungilah aku)”.

Beliau memohon perlindungan dari kesempitan pada hari kiamat.’ HASAN SAHIH [1123]48. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Rabb kita yang Maha Suci dan Maha Tinggi (Tabaraka wa Ta’ala) akan turun sepertiga malam yang akhir di setiap malam kemudian Dia berfirman, ‘Barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan. Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Barangsiapa yang yang memohon ampunan kepada-Ku maka Aku akan ampuni, sampai menjelang datangnya (terbitnya waktu) fajar.’ [1132]

49. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian bangun malam, lalu berasa susah (kerana mengantuk) untuk membaca Al-Quran (dalam riwayat lain, ‘bersolat’) pada lisannya dan dia tidak tahu apa yang dikatakannya, maka berbaringlah (tidurlah dahulu kerana dalam keadaan mengantuk kadangkala kita tidak sedar apa yang kita ucapkan).” [1138]

Solat

Page 26: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

50. Dari Utsman r.a : Rasulullah saw bersabda, “Bagaimana pendapat mu andaikata di halaman depan rumah salah seorang di antara kalian ada sebuah sungai mengalir? Dia mandi di situ setiap lima kali sehari, maka tidakkah akan tersisa di tubuhnya kotoran?Dia (seseorang) berkata, ‘Tidak akan ada sedikit pun yang tersisa (kotoran di badannya).’Kemudian, beliau (SAW) bersabda, “Sesungguhnya solat itu menghapus dosa sebagaimana air menghapus kotoran.” [1154]

51. Dari Abu Qatadah bin Rib’i r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Aku telah mewajibkan atas umatmu lima (kali) waktu solat dan Aku telah membuat janji di sisi-Ku bahawa barangsiapa yang memelihara lima waktu ini maka dia akan Aku masukkan ke dalam syurga dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka tiada ada baginya janji-Ku.” Hasan [1160]

Keutamaan Solat52. Dari Abu Hurairah r.a : Solat di masjidku ini lebih utama dari di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.” [1161]

53. Dari Al-Mughirah r.a, dia berkata : “Rasulullah saw bersolat hingga sampai kedua kaku beliau bengkak. Lalu ditanya, ‘Wahai Rasulullah, engkau telah diampuni oleh Allah atas dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang (mengapa masih begini?). Beliau (saw) menjawab, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba Allah yang bersyukur (kerana hal itu)? [1174]

Menziarah Orang Sakit54. Dari Ali r.a, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menziarahi saudaranya sesama Muslim yang sedang sakit, bererti (seolah-olah) ia berjalan di kebun syurga sampai ia duduk.

Jika ia telah duduk maka ia akan diliputi dengan rahmat, apabila ia (menziarahinya) pada waktu pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya hingga petang hari.

Jika ia (menziarahinya) pada waktu petang hari maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoakannya hingga pagi hari.” [1191]

55. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menziarahi orang sakit maka akan ada yang berseru kepadanya dari langit, ‘Kamu telah berbuat kebaikan dan perjalanmu (dalam menziarahi) juga baik dan kamu menempati (disediakan) sebuah rumah di syurga.” HASAN [1192]

56. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Talqinlah (bimbinglah) orang yang sedang sakaratul maut antara kalian dengan kalimat laa ‘illaha illallah’ (Tiada tuhan selain Allah).” [1193]

57. Dari Buraidah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Orang mukmin meninggal dengan mengeluarkan keringat di keningnya.” [1197]

58. Dari Syadad bin Aus r.a : Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendatangi orang yang telah meninggal dunia, maka pejamkanlah matanya (kerana) sesungguhnya mata mengikuti roh (saat dicabut) dan ucapkanlah hal-hal yang baik, sesungguhnya malaikat mengamini apa yang diucapkan oleh penghuni rumah.” HASAN [1199]===== Imam At-Tirmidzi (209-279 H)Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang mashyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.

Perkembangan dan PerjalanannyaDatuk Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadis. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadis untuk mendengar hadis yang kembali dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat.

Page 27: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah. Kisah ini akan dihuraikan lebih lanjut. Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar fikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai orang buta; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmidzi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Isnin 13 Rejab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.

Guru-gurunyaIa belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadis dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmidzi belajar pula hadis dari sebagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.

Murid-muridnyaHadis-hadis dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain.

Kekuatan HafalannyaAbu ‘Isa aat-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadis, kesolehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin ‘Abdullah bin Abu Dawud, yang berkata : “Saya mendengar Abu ‘Isa at-Tirmidzi berkata: Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Makkah, dan ketika itu saya telah menulis dua jilid berisi hadis-hadis yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut bertembung dengan kami. Lalu saya bertanya-tanya mengenai dia, mereka menjawab bahawa dialah orang yang ku maksudkan itu. Kemudian saya menemuinya. Saya mengira bahwa “dua jilid kitab” itu ada padaku. Ternyata yang ku bawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya.

Ketika saya telah bertemu dengan dia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadis, dan ia mengabulkan permohonan itu. Kemudian ia membacakan hadis yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan sesuatu apa pun.

Demi melihat kenyataan ini, ia berkata: ‘Tidakkah engkau malu kepadaku?’ lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. ‘Cuba bacakan!’ suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun.

Ia bertanya lagi: ‘Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?’ ‘Tidak,’ jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh buah hadis yang tergolong hadis-hadis yang sulit atau gharib, lalu berkata: ‘Cuba ulangi apa yang kubacakan tadi,’ Lalu aku membacakannya dari pertama sampai selesai; dan ia berkata: ‘Aku belum pernah melihat orang seperti engkau.”

Pandangan Para Pengkritik Hadis TerhadapnyaPara ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, pengkritik hadis, menggolongkan Tirmidzi ke dalam kelompok “Siqat” atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kuat hafalannya, dan berkata: “Tirmidzi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadis, menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama.”

Abu Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi adalah seorang penghafal dan ahli hadis yang baik yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Ta’dil. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami’us Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam.

Page 28: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Fiqh Tirmidzi dan IjtihadnyaImam Tirmidzi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadis yang mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jami’nya ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih.

Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya. Salah satu contoh ialah penjelasannya terhadap sebuah hadis mengenai penangguhan membayar piutang yang dilakukan si pemiutang yang sudah mampu, sebagai berikut : “Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-A’rai dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, bersabda : ‘Penangguhan membayar hutang yang dilakukan oleh si pemiutang yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang di antara kamu dipindahkan hutangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah pemindahan hutang itu diterimanya.”

Imam Tirmidzi memberikan penjelasan sebagai berikut: Sebagian ahli ilmu berkata: ” apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu, maka bebaslah orang yang memindahkan (muhil) itu, dan bagi orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut kepada muhil.” Pernyataan ini adalah pendapat Syafi’i, Ahmad dan Ishaq.

Sebagian ahli ilmu yang lain berkata: “Apabila harta seseorang (muhtal) menjadi rugi disebabkan kemuflisan muhal ‘alaih, maka baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang pertama (muhil).”

Mereka memakai alasan dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: “Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim.”

Menurut Ishak, maka perkataan “Tidak ada kerugian atas harta benda seorang Muslim” ini adalah “Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu tidak mampu, maka tidak ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang dipindahkan hutangnya) itu.”Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa cemerlangnya pemikiran fiqh Tirmidzi dalam memahami nas-nas hadis, serta betapa luas dan original pandangannya itu.

Karya-karyanyaImam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya: 1. Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi. 2. Kitab Al-‘Ilal. 3. Kitab At-Tarikh. 4. Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah. 5. Kitab Az-Zuhd. 6. Kitab Al-Asma’ wal-kuna. Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.

Sekilas tentang Al-Jami’Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolonga salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmidzi. Namun nama pertamalah yang popular.Sebagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelaran as-Sahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan Sahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat.Setelah selesai menyusun kitab ini, Tirmidzi memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan: “Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya meredhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara.”

Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadis sahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadis-hadis hasan, da’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.

Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadis-hadis yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh kerananya, ia meriwayatkan semua hadis yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu sahih ataupun tidak sahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadis.

Diriwayatkan, bahawa ia pernah berkata: “Semua hadis yang terdapat dalam kitab ini adalah dapat

Page 29: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

diamalkan.” Oleh kerana itu, sebahagian besar ahli ilmu menggunakannya (sebagai pegangan), kecuali dua buah hadis, yaitu:Pertama, yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menjamak shalat Zuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan Isya, tanpa adanya sebab “takut” dan “dalam perjalanan.”

“Jika ia peminum khamar, minum lagi pada yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia.”Hadis ini adalah mansukh dan ijma’ ulama menunjukan demikian.Sedangkan mengenai solat jamak dalam hadis di atas, para ulama berbeza pendapat atau tidak sepakat untuk meninggalkannya. Sebahagian besar ulama berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan solat jamak di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibnu Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqh dan ahli hadits juga Ibnu Munzir. Hadis-hadis da’if dan mungkar yang terdapat dalam kitab ini, pada umumnya hanya menyangkut fada’il al-a’mal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan). Hal itu dapat difahami kerana persyaratan-persyaratan bagi (meriwayatkan dan mengamalkan) hadis seperti ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadis-hadis tentang halal dan haram.

Wikepedia ( Sedikit Pengubahsuaian Dari Segi Penggunaan Bahasa oleh KoleksiHadis )

Allah berfirman di dalam Al Quran:

"..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.."(Surah [22] AL HAJJ : Ayat 78)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)[[ Bab Keperibadian Nabi Muhammad saw ]] Dinukil dari Kitab Syamail Muhammad S.A.W - Imam Al-Tirmidzi

Fizikal Rasulullah saw1. Rasulullah saw memiliki perawakan yang sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Tubuh beliau menarik. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim dan Ahmad)

2. Dari Anas ibnu Malik r.a : Rasulullah saw memiliki perawakan yang sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Tubuh beliau menarik. Rambut beliau tidak terlalu kerinting dan tidak pula lurus tergerai. Warna kulit beliau berwarna coklat. Ketika berjalan, tubuh beliau saw tegap. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim dan Ahmad)

3. Al-Bara' ibnu Azib r.a : Saya belum pernah melihat seseorang yang hujung rambutnya menyentuh bahagian bawah telinganya serta mengenakan baju berwarna merah yang lebih gagah daripada Rasulullah saw. Rambut beliau saw separas bahu, tubuh di antara kedua bahunya lebar, dan postur beliau saw sederhana (tidak pendek dan tidak tinggi)."

Tanda Kenabian Rasulullah saw4. Dari Jabir bin Samurah r.a : Saya melihat tanda kenabian di antara kedua bahu Rasulullah saw; iaitu daging berwarna merah sebesar telur burung merpati. (Riwayat Tirmidzi, Muslim dan Ahmad)

Rambut Rasulullah saw5. Dari Anas ibnu Malik r.a : Panjang rambut Rasulullah saw sampai setengah telinga beliau saw. (Riwayat Tirmidzi, Muslim, Abu Dawud, Nasa'i dan Ahmad)

6. Abdullah ibnu Mughaffal : Rasulullah saw melarang kami untuk merapikan rambut dengan berlebihan, kecuali hanya sesekali. (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ahmad)

7. Dari Ibnu Abbas r.a : Abu Bakar r.a berkata kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah saw, anda telah beruban." Rasulullah saw bersabda, "Yang membuatku beruban adalah Surah Hud, Al-Waqiah, Al-Mursalat,An-Naba' dan At Takwir." (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Sa'd dan Hakim)

8. Dari Qatadah : Saya bertanya kepada Anas bin Malik r.a, "Apakah Rasulullah saw mewarnai rambutnya?

Page 30: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Beliau menjawab, "Rasulullah saw tidak pernah melakukannya, meski pada kedua pelipisnya terdapat uban. Tetapi Abu Bakar r.a pernah mewarnai rambutnya dengan inai dan al-katm." (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Nasa'i, Ahmad dan Abu Dawud)

9. Dari Jabir bin Samurah : Jika Rasulullah saw memakai minyak rambut, uban beliau tidak terlihat. Tapi, ketika beliau sedang tidak memakai minyak rambut, nampaklah uban beliau. (Riwayat Tirmidzi, Muslim, Nasa'i dan Ahmad)

10. Utsman bin Mauhab : Abu Hurairah r.a pernah ditanya "Apakah Rasulullah saw mewarnai rambutnya?" Abu Hurairah r.a, mengiyakannya. (Riwayat Tirmidzi)

Bercelak11. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw memiliki sebuah bekas celak yang beliau saw gunakan untuk bercelak setiap malam, sebanyak tiga kali di sini (mata kanan) dan sebanyak tiga kali di sini (mata kiri). (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Hakim)

12. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw bersabda, "Alat celak yang paling baik bagi kalian adalah batu celak (al-itsmid) kerana hal itu dapat memperjelas penglihatan dan menumbuhkan bulu (mata)." (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa'i dan Ahmad)

Sandal/Selipar/Kasut13. Dari Abu Hurairah r.a : Salah seorang dari kalian tidak boleh berjalan dengan menggunakan satu sandal (bukan sepasang). Hendaklah ia menggunakan atau melepaskan keduanya. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ibnu Majah)

14. Dari Abu Hurairah r.a : Apabila salah seorang dari kalian menggunakan sandal, hendaklah ia memulai dari kaki kanan, dan ketika ia melepaskannya, hendaklah ia memulai dari kaki kiri. Jadikan kaki kanan sebagai kaki pertama ketika menggunakan sandal dan kaki terakhir ketika melepaskannya. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud, Ahmad dan Humaidi)

Cincin15. Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw membuat cincin dari perak. Beliau saw memfungsikan cincin itu sebagai stempel (cop), bukan untuk digunakan. (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad)

16. Dari Anas bin Malik : Ketika Rasulullah saw hendak mengirim surat kepada Raja Persia, Raja Romawi dan Raja Najasyi, beliau saw mendapatkan maklumat bahawa mereka tidak akan menerima surat yang tidak berstempel. Maka Rasulullah saw membuat cincin yang lingkarannya terbuat dari perak dan bertuliskan 'Muhammad Rasul Allah'. (Riwayat Tirmidzi dan Muslim)

17. Dari Ali bin Abi Thalib : Rasulullah saw mengenakan cincin di jari tangan kanan beliau saw. (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban)

Serban18. Amr bin harits r.a : Sungguh, Rasulullah saw pernah berkhutbah di hadapan orang-orang dengan menggunakan serban hitam di kepala beliau. (Riwayat Tirmidzi, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad)

19. Ibnu Umar r.a : Ketika Rasulullah saw mengenakan serban, beliau saw menjulurkan serban itu di antara kedua bahu beliau. (Riwayat Tirmidzi dan Abu Syaikh)

Pakaian20. Dari Abu Burdah : Aisyah r.anha menunjukkan sehelai pakaian yang kasar dan sebuah sarung yang tebal kepada kami, kemudian ia berkata, "Rasulullah saw wafat ketika mengenakan pakaian ini. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad dan Abu Syaikh)

Cara Berjalan21. Dari Ali bin Abi Thalib : Apabila Rasulullah saw berjalan, tubuh beliau tegap, seperti sedang menuruni tanah yang landai. (Riwayat Tirmidzi dan Hakim) Makanan22. Dari Umar bin Khathab r.a : Rasulullah saw bersabda, "Makanlah minyak zaitun dan manfaatkanlah

Page 31: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

sebagai minyak. Sungguh, minyak zaitun berasal dari tumbuhan yang diberkati." (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)

23. Dari Aisyah r.anha : Rasulullah saw menyukai manis-manisan dan madu. (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim Abu Dawud dan Ibnu Majah)

24. Dari Abdullah bin Harits r.a : Kami memakan daging bakar bersama Rasulullah saw di dalam masjid. (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

25. Dari Aisyah r.anha : Minuman yang paling disukai oleh Rasulullah saw adalah minuman yang manis dan dingin. (Riwayat Tirmidzi, Ahmad, Hakim dan Abu Syaikh)

Cara minum26. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah pernah meminum air zam-zam dengan berdiri (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad)

27. Dari Abdullah ibnu Amr ibnu Ash r.a : Saya terkadang melihat Rasulullah saw minum dalam keadaan berdiri dan kadangkala dalam keadaan duduk. (Riwayat Tirmidzi dan Ahmad)

28. Dari Barra' ibnu Zaid ibnu Ibnati Anas ibnu Malik : Suatu ketika Rasulullah saw bertamu ke rumah Ummu Sulaim. Di sana ada qirbah (bekas air daripada kulit) yang sedang digantung. Beliau saw minum dari mulut qirbah itu dalam keadaan berdiri, kemudian Ummu Sulaim mengambil dan melepaskan qirbah itu (dari gantungan). (Riwayat Tirmidzi, Ahmad dan Darami)

Wangian29. Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga pemberian yang tidak boleh ditolak, iaitu bantal, minyak wangi dan susu." ((Riwayat Tirmidzi, Abu Syaikh dan Baghawi) - Hadis Hasan

30. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Wewangian bagi lelaki adalah wangian yang keras, aromanya (bau) keras dan warnanya tidak nampak. Sedangkan wangian bagi perempuan adalah wangian yang warnanya nampak dan aromanya tidak menyengat (hidung)." (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i dan Ahmad)

Berbicara31. Dari Anas ibnu Malik r.a : Rasulullah saw mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali agar mudah difahami (oleh pendengarnya). (Riwayat Tirmidzi dan Hakim)

Bergurau32. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw pernah memanggilnya, "Wahai orang yang memiliki dua telinga!" (Riwayat Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad) - Maksud hadis - Rasulullah bergurau begitu kerana Anas r.a pendengar yang baik.

Tidur33. Dari Bara' bin Azib r.a : Ketika hendak tidur Rasulullah saw selalu meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan beliau dan berdoa 'Rabbi qiniy adzaabaka yama tab'a-tsu 'ibaadaka (Ya Rabb, lindungilah aku dari azab-Mu pada hari ketika engkau membangkitkan hamba-hambaMu |dari kubur|) (Riwayat Tirmidzi, Ahmad dan Nasa'i)

34. Dari Hudzaifah r.a : Setiap hendak tidur Rasulullah saw selalu berdoa (Ya Allah, dengan namaMu aku mati dan hidup). Dan setiap kali bangun tidur, beliau berdoa (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah sebelumnya mematikan kami dan kepadaNyalah (kami) dibangkitkan). (Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Nasa'i)

Hadis No.1 hingga ke No.34 Dinukil dari Kitab Syamail Muhammad S.A.W - Imam Al-Tirmidzi, Hadis Berikutnya dari;

Kitab Sahih Sunan Tirmidzi

Page 32: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Jilid 2

Jual Beli1. Dari Jabir bin Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual-beli khamar (arak), bangkai, babi dan patung.”

Ada orang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat mu dengan lemak bangkai, sebab biasanya digunakan untuk mengecat kapal, meminyaki kulit dan bahan untuk menyalakan lampu?’

Rasulullah saw menjawab, “Tidak boleh. Ia juga haram.” Kemudian Nabi saw bersabda lagi, “Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi! Sesungguhnya Allah telah mengharamkan lemak atas mereka, namun mereka melebur atau mencairkannya (hingga tidak dikenal bahawa itu adalah lemak (namanya juga diubah) ), kemudian mereka jual dan mereka makan hasil penjualannya.” [1297]

2. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian melakukan Najsy.” [1304]

Keterangan Hadis : An-Najsy dalam jual-beli bermaksud kesepakatan penjual dengan seseorang dalam menipu pembeli yang lain dalam tawar menawar sesuatu harga barang. Ia bertujuan agar pembeli itu menawar harga yang lebih tinggi.

Imam Asy-Syafi’i berkata; Perbuatan tersebut adalah berdosa, tetapi jual-beli itu sah.

Mengambil Kembali Pemberian2. Dari Ibnu ‘Abbas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Kami tidak memiliki contoh yang buruk; (Iaitu) orang yang mengambil kembali pemberiannya seperti anjing menjilat muntahnya sendiri.” [1298]

Riwayat lain dari Ibnu Umar r.a : Nabi saw bersabda, “Tidak halal bagi seseorang memberi suatu pemberian lalu ia mengambilnya kembali, kecuali orang tua (ibu bapa), dia boleh mengambil kembali apa yang telah diberikan kepada anaknya.

Hutang4. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang memberi tempoh (kelonggaran waktu) pembayaran hutang kepada orang yang kesulitan atau membebaskannya, maka Allah akan menempatkannya di bawah naungan Arasy-Nya pada hari Kiamat nanti, (iaitu) hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.” [1306]

Perkongsian Tanah5. Jabir bin Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mempunyai hak kerana berkongsi pada sebidang kebun, maka dia tidak boleh menjual bahagiannya hingga dia menawarkannya terlebih dahulu kepada pemegang hak pengongsinya yang lain.” [1312]

Harga Barang Naik6. Dari Anas r.a, ia berkata : Pada masa Rasulullah saw, harga bahan-bahan pokok naik, maka para sahabat berkata kepada Rasulullah saw, ‘Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga barang untuk kami.’

Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang berhak menetapkan harga, Maha Menyempitkan, Maha Melapangkan dan Maha Pemberi Rezeki, dan aku berharap, ketika aku berjumpa dengan Tuhan ku, tidak ada seseorang pun dari kalian yang menuntut (kepada) ku kerana sesuatu tindakan zalim baik yang menyangkut darah mahupun harta.” (Hasan Sahih) [1314]

Perdamaian Antara Manusia7. Dari Katsir bin Abdullah bin Amr bin Auf Al-Muzani menceritakan dari bapanya, dari datuknya : Rasulullah saw bersabda, “Perdamaian antara kaum muslimin adalah boleh, KECUALI perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Kaum muslimin harus melaksanakan syarat yang mereka tetapkan, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” [1352]

Menanam Tanaman8. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam sebuah pohon atau menanam sebuah tanaman lalu pohon atau tanaman itu dimakan oleh manusia, burung atau binatang, kecuali hal itu menjadi pahala sedekah untuknya.” [1382]

Page 33: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Diyat (Tebusan)9. Dari Amr bin Syuaib dari bapanya, dari datuknya : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka putusannya diserahkan kepada wali yang terbunuh. Jika mahu mereka boleh membunuhnya (dengan cara qisas) dan jika mahu mereka juga boleh meminta diyat, iaitu tiga puluh unta hiqqah (unta yang berusia empat tahun), tiga puluh unta jadza’ah (unta yang berusia lima tahun) dan empat puluh kholifah (unta yang sudah bunting). Kalaupun ada kesepakatan damai, maka hal itu terserah pada mereka.” Hadis Hasan. [1387]

Hanya TIGA perkara yang MEMBOLEHKAN Menumpahkan Darah Seorang Muslim10. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a : Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak halal menumpahkan darah seorang Muslim yang bersaksi tidak ada sesembahan selain Allah dan aku (Nabi saw) adalah utusan Allah KECUALI kerana salah satu dari tiga perkara;(a). Penzina yang sudah bernikah (rejam),(b). Kerana membunuh jiwa (qisas),(c). dan orang yang meninggalkan agama (murtad) dan keluar dari jemaah kaum Muslimin.” [1402]

Larangan Membunuh Orang Bukan Islam11. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah, barangsiapa yang membunuh kafir yang terikat perjanjian damai dengan kaum Muslimin yang memiliki jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya, maka sesungguhnya orang tersebut telah telah merosak jaminan Allah.

Kerana itu, ia (orang yang membunuh) tidak akan dapat mencium aroma syurga, padahal aroma syurga itu tercium dari jarak perjalanan tujuh puluh tahun.” [1403]

12. Dari Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang terbunuh kerana membela (mempertahankan) hartanya, maka ia adalah syahid; dan barangsiapa yang mengambil tanah walaupun hanya sejengkal nescaya tujuh lapis bumi akan dikalungkan kepadanya pada hari kiamat nanti.” [1418]

Tambahan Tulisan : Salah satu kemukjizatan Nabi Muhammad Saw, adalah mengetahui bumi mempunyai tujuh lapisan.

13. Dari Sa’id bin Zaid r.a : Rasulullah saw bersabda :(1). “Barangsiapa yang terbunuh kerana mempertahankan hartanya, maka ia adalah syahid,(2). Barangsiapa yang terbunuh kerana mempertahankan agamanya, maka ia adalah syahid,(3). Barangsiapa yang terbunuh kerana membela darahnya (dirinya), maka ia adalah syahid dan;(4) Barangsiapa yang terbunuh kerana membela keluarganya, maka ia adalah syahid.” [1421]

Menutup Aib Orang Muslim14. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya dari kesusahan-kesusahan akhirat,

Dan barangsiapa yang menutupi (aib) orang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mahu menolong saudaranya (sesama Islam).” [1425]

Larangan Memakan Daging Binatang yang Bertaring dan Cakar15. Dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani r.a, berkata : Rasulullah saw melarang (makan daging) binatang yang mempunyai taring dari jenis binatang buas. [1477]

16. Dari Jabir r.a, ia berkata : Rasulullah saw mengharamkan (memakan) – ketika Perang Khaibar – keldai (jinak), daging baghal, segala binatang buas yang mempunyai taring dan burung yang mempunyai cakar. [1478]

17. Dari Abu Hurairah r.a : Sesungguhnya Rasulullah saw telah mengharamkan segala binatang buas yang mempunyai taring. [1479]

Nazar18. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian bernazar, kerana sesungguhnya

Page 34: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

nazar itu sama sekali tidak boleh mengubah atau menolak takdir. Nazar itu hanya berfungsi mengeluarkan harta dari orang yang bakhil.” [1538]

Perjalanan Hidup Rasulullah SAW19. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Aku telah diutamakan atas para Nabi (yang lain) dengan enam perkara;1. Aku diberi Jawami’ al-Kalim (Hikmah atau kebijaksanaan dalam mengeluarkan perkataan yang singkat, tetapi mencakupi makna yang luas),2. Aku ditolong dengan memberikan rasa takut dalam diri musuh,3. Harta rampasan perang dihalalkan untuk ku,4. Tanah dijadikan sebagai masjid dan alat bersuci untuk ku, dan(5). Aku diutus kepada seluruh makhluk dan (6) para Nabi ditutup oleh diri ku.” [1553]

20. Dari Al-Harits bin Malik r.a, ia berkata : Aku mendengar Nabi saw bersabda pada hari penaklukan kota Makkah, “Tidak akan diperangi (kota) ini setelah hari (ini) sampai hari kiamat kelak.” [1611]

21. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada Adwa (penyakit yang berjangkit tanpa kehendak Allah), tidak ada Thiyarah (nasib sial) dan aku menyukai Fa’l.”Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah fa’l itu?’ Rasulullah saw menjawab, “Perkataan yang baik.” [1615]

Jihad22. Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah (saw), ‘Ya Rasulullah, apa yang dapat menyamai (pahala) Jihad? Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.”

Para sahabat mengulangi pertanyaan itu dua atau tiga kali. (Namun untuk) masing-masing pertanyaan Beliau (saw) bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukannya.”

Rasulullah saw kemudian bersabda pada kali yang ketiga, “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah adalah seperti orang yang beribadah (pada malam hari) dan berpuasa (di siang hari) tanpa merasa penat melaksanakan solat atau puasa sampai orang yang berjihad itu kembali.” [1619]

23. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, (Allah berfirman) : “Orang yang berjihad di jalan Allah itu menjadi tanggungjawab-Ku. Jika Aku mencabut nyawanya, maka aku akan mewariskan syurga kepadanya. Jika Aku mengembalikannya, maka Aku akan mengembalikannya dengan membawa pahala atau ghanimah (harta rampasan perang).” [1620]

24. Dari Fadhalah bin Ubaid r.a : Rasulullah saw bersabda, “Setiap orang yang meninggal dunia itu ditanda sesuai dengan amal perbuatannya, kecuali orang yang meninggal dalam keadaan menjaga (dari serangan musuh) di jalan Allah. Sesungguhnya amal perbuatannya akan dikembangkan untuknya sampai hari kiamat dan ia akan diselamatkan dari fitnah (siksa) kubur.” [1621]

Keutamaan Puasa25. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkannya dari neraka selama perjalanan tujuh puluh tahun.” [1622]

Keutamaan Infak26. Dari Khuraim bin Fatik r.a (ada riwayat lain dari Abu Hurairah r.a) : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan suatu nafkah di jalan Allah, akan ditulis untuknya (pahala) tujuh ratus kali ganda.” [1625]

Kelebihan ‘Mata’27. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh (api) neraka;

(a). Mata yang menangis kerana takut kepada Allah dan

(b). Mata yang tidak terpejam kerana berjaga-jaga di jalan Allah (orang yang menjaga di perbatasan).” [1639]

Berdoa Mati Syahid

Page 35: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

28. Dari Abdurrahman bin Syuraih r.a (ada riwayat lain dari Mu’adz bin Jabal r.a) : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang meminta mati syahid kepada Allah dari dalam hatinya secara jujur, maka Allah akan menyampaikannya ke darjat orang-orang yang mati syahid, walaupun ia meninggal dia atas tempat tidurnya.” [1653]

Pahala Orang Mati Syahid29. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak (ada) seorang hamba (pun) dari penduduk syurga yang ingin kembali ke dunia kecuali orang mati syahid. Sesungguhnya ia ingin kembali ke dunia. Ia berkata ‘Supaya aku dapat dibunuh sepuluh kali (lagi) di jalan Allah’. Ini kerana ia telah melihat kemuliaan yang diberikan kepadanya (atas sebab syahidnya dia ketika di dunia).” [1661]

30. Dari Al-Miqdam bin Ma’di Karib r.a : Rasulullah saw bersabda, “Bagi orang yang mati syahid itu (di sisi Allah) ada enam (balasan atau ganjaran):

(a). Akan diampuni baginya (dosa-dosa) sejak pertama kali percikan darah(nya keluar),

(b). Ia akan melihat tempatnya di syurga,(c). Ia akan diselamatkan dari siksa kubur dan kedahsyatan besar (pada hari kiamat),

(d). Akan diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan, satu yakut (permata) pada mahkota tersebut lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya,

(e). Ia akan dikahwinkan dengan tujuh puluh dua isteri yang berupa (dari jenis) bidadari, dan

(f). Ia akan diterima syafaatnya untuk tujuh puluh orang keluarganya.” [1663]Allah berfirman di dalam Al Quran:

"..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.."(Surah [22] AL HAJJ : Ayat 78)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

Allah berfirman di dalam Al Quran:

"..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.."(Surah [22] AL HAJJ : Ayat 78)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

Imam Abu Dawud

Abu Dawud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim serta pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.

Perkembangan dan PerlawatannyaSejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk (menikmati) dan menimba ilmunya. Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadis dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.

Page 36: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadis, kemudian hadis-hadis yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadis dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadis, Ahmad bin Hanbal.

Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadis.

Guru-gurunyaPara ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya. Di antaranya guru-guru yang paling terkemuka ialah Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja', Abu'l Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.

Murid-muridnya (Para Ulama yang Mewarisi Hadisnya)Ulama-ulama yang mewarisi hadisnya dan mengambil ilmunya, antara lain Abu 'Isa at-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain.

Cukuplah sebagai bukti pentingnya Abu Dawud, bahawa salah seorang gurunya, Ahmad bin Hanbal pernah meriwayatkan dan menulis sebuah hadis yang diterima daripadanya. Hadis tersebut ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Hammad bin Salamah dari Abu Ma'syar ad-Darami, dari ayahnya, sebagai berikut: "Rasulullah SAW ditanya tentang 'atirah, maka ia menilainya baik."

Akhlak dan Sifat-sifatnya yang TerpujiAbu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesolehannya. Ia adalah seorang manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:"Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya.

Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut." Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak.

Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang hal ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.

Pujian Para Ulama KepadanyaAbu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadis dan ilat-ilatnya (kecacatannya). Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:"Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadis, dan di akhirat untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."

Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan. "Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilakan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan kepadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," jawab Abu Dawud.

Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang

Page 37: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

kemudian dicium oleh Sahal.

Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadis berkata: "Hadis telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadis. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.

Abu Bakar al-Khallal, ahli hadis dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.

Madzhab Fiqh Abu DawudSyaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam asy-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya menggolongkan Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga Qadi Abu'l-Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Dawud adalah bermadzhab Syafi'i.Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada gaya susunan dan sistematika Sunan-nya. Terlebih lagi bahawa kemampuan berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.

Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu dan UlamaSikap Abu Dawud yang memandang tinggi terhadap kedudukan ilmu dan ulama ini dapat dilihat pada kisah berikut sebagaimana dituturkan, dengan sanad lengkap, oleh Imam al-Khattabi, dari Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Ia berkata:

"Aku bersama Abu Dawud tinggi di Baghdad. Pada suatu waktu, ketika kami selesai menunaikan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu pintu aku buka dan seorang pelayan melaporkan bahawa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq mohon izin untuk masuk. Kemudian aku melapor kepada Abu Dawud tentang tamu ini, dan ia pun mengizinkan. Sang Amir pun masuk, lalu duduk. Tak lama kemudian Abu Dawud menemuinya seraya berkata: "Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?"

"Tiga kepentingan," jawab Amir. "Kepentingan apa?" tanyanya. Amir menjelaskan, "Hendaknya tuan berpindah ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali. Ini mengingatkan bahawa Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi Zenji."

Abu Dawud berkata: "Itu yang pertama, sebutkan yang kedua!"

"Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab Sunan kepada putera-puteraku," kata Amir.

"Ya, ketiga?" Tanya Abu Dawud kembali.

Amir menerangkan: "Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan hadis kepada putera-putera khalifah, sebab mereka tidak mahu duduk bersama-sama dengan orang umum."

Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat mahupun rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama."Ibn Jabir menjelaskan: "Maka sejak itu putera-putera khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim; hanya saja di antara mereka dengan orang umum di pasang tirai, dengan demikian mereka dapat belajar bersama-sama."

Maka hendaknya para ulama tidak mendatangi para raja dan penguasa, tetapi merekalah yang harus datang kepada para ulama. Dan kesamaan darjat dalam ilmu dan pengetahuan ini, hendaklah dikembangkan apa yang telah dilakukan Abu Dawud tersebut.

Page 38: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

WafatnyaSetelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktiviti ilmiah, menghimpun dan menyebarluaskan hadis, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan redha-Nya kepadanya.

Karya-karyanyaImam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain:

1. Kitab AS-Sunnan (Sunan Abu Dawud).2. Kitab Al-Marasil.3. Kitab Al-Qadar.4. An-Nasikh wal-Mansukh.5. Fada'il al-A'mal.6. Kitab Az-Zuhd.7. Dala'il an-Nubuwah.8. Ibtida' al-Wahyu.9. Ahbar al-Khawarij.

Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi adalah Sunan Abi Dawud.

Metode Abu Dawud dalam Penyusunan SunannyaKarya-karya di bidang hadis, kitab-kitab Jami' Musnad dan sebagainya disamping berisi hadis-hadis hukum, juga memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan amal-amal yang terpuji (fada'il a'mal) kisah-kisah, nasihat-nasihat (mawa'iz), adab dan tafsir.

Cara demikian tetap berlangsung sampai datang Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadis-hadis hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.

Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis:

"Aku mendengar dan menulis hadis Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu, aku memilih sebanyak 4.800 hadis yang kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan yang mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadis pun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan. Segala hadis yang mengandung kelemahan yang sangat ku jelaskan, sebagai hadis macam ini ada hadis yang tidak shahih sanadnya.

Adapun hadith yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadis tersebut bernilai salih (dipakai alasan, dalil), dan sebahagian dari hadis yang sahih ini ada yang lebih sahih daripada yang lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab, sesudah Qur'an, yang harus dipelajari selain daripada kitab ini.

Empat buah hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadis tersebut adalah, yang ertinya:

Pertama: "Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap orang memperoleh apa yang ia niatkan. Kerana itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya kerana untuk mendapatkan dunia atau kerana perempuan yang ingin dikahwininya, maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang dia hijrah kepadanya itu."

Kedua: "Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."

Ketiga: "Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya."

Page 39: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Keempat: "Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat (atau samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram, ibarat penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah, sesungguhnya larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam rumah ini terdapat sepotong daging, jika ia baik, maka baik pulalah semua tubuh dan jika rosak maka rosak pula seluruh tubuh. Ingatlah, ia, iaitu hati."

Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hadis pertama adalah ajaran tentang niat dan keikhlasan yang merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah.

Hadis kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi umat Islam agar selalu melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadis ketiga, mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berlaku baik dalam pergaulan dengan orang lain, meninggalkan sifat-sifat egois, dan membuang sifat iri, dengki dan benci, dari hati masing-masing.

Hadis keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram, serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara', yaitu dengan cara menjauhi hal-hal musykil yang samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama, kerana untuk menganggap enteng melakukan haram.

Dengan hadis ini nyatalah bahawa keempat hadis di atas, secara umum, telah cukup untuk membawa dan menciptakan kebahagiaan.

Komen Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu DawudTidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam, Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam." Demikian juga dua imam besar, An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hukum.

Hadith-hadith Sunan Abu Dawud yang DikritikImam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadis-hadis maudhu' (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadith. Walaupun demikian, disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah mengatakan "palsu", namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebahagian ahli hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuti.

Dan andaikata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadis-hadis yang dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Kerana itu kami melihat bahawa hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai rujukan utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Jumlah Hadis Sunan Abu DawudDi atas telah disebutkan bahawa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadis sebanyak 4.800 buah hadis. Namun sebahagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahawa sebahagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadith yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih. Dua jalan periwayatan hadis atau lebih ini telah dikenal di kalangan ahli hadis.

Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah, di antaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1,871 buah bab.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.

Page 40: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Diambil dari http://www.skdoj.net/index.php?option=com_content&view=article&id=186:sejarah-hidup-6-enam-tokoh-penghimpun-hadith&catid=72:artikel&limitstart=3 dengan sedikit pengubah suaian bahasa oleh KoleksiHadisAl-Quran1. Dari Utsman r.a : Nabi saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” [Hadis 1452]

2. Dari Aisyah r.ha : Nabi saw bersabda, “Orang yang ahli (mahir) dalam Al-Quran akan bersama dengan para malaikat yang mulia lagi benar. Orang yang terbata-bata (merangkak-rangkak) dalam membaca Al-Quran dan dia bersusah payah mempelajarinya, untuknya pahala dua kali lipat.” [Hadis 1454]

3. Dari Uqbah bin Amir : Rasulullah saw pernah keluar menjumpai kami, sedang kami bersama ahlush shuffah. (klik – Maksud Ahlush Shuffah)

Nabi saw bersabda, “Siapakah di antara kalian yang suka pergi ke Buththan ke Aqiq, lalu kembali membawa dua ekor unta yang besar lagi gemuk, bukan dengan cara haram dan bukan dari hasil memutuskan tali silaturahmi?”

Mereka menjawab, “Kami semua suka wahai Rasulullah!”

Nabi saw bersabda, “Seandainya seseorang di antara kalian berpagi-pagi pergi ke masjid setiap hari, lalu mempelajari dua ayat dari kitab Allah SWT (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik dari dua ekor unta. Jika belajar tiga ayat, maka pahalanya lebih baik dari tiga ekor unta. Demikianlah, bergantung banyaknya ayat yang dipelajari.” [Hadis 1456]

4. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Alhamdu lillahi rabbil ‘alamiin (Al-Fatihah) adalah induk Al-Quran, induk Al-Kitab dan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.” [Hadis 1457]

5. Dari Ubay bin Ka’ab r.a : Nabi saw bersabda,”Hai Abu Mundzir, ayat apakah yang paling agung dari Kitabullah menurut engkau?”.

Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”

Nabi saw bersabda, “Hai Abu Mundzir! Ayat apakah yang paling agung dari Kitabullah menurut engkau?”

Ubay menjawab “Allahu Laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum....”(Al-Baqarah [2] : 255).

Ubay berkata, ‘Lalu beliau (Nabi saw) menepuk dadaku seraya bersabda, “Hai Abu Mundzir, semoga ilmu tetap menyayangimu.”’ [Hadis 1460]

6. Dari Abu Said Al-Khudri r.a : Bahwasanya seorang lelaki (Abu Said Al-Khudri) mendengar seorang lelaki (Qatadah bin Nu’man) membaca ‘Qul Huwallaahu ahad’ (Surah Al-Ikhlas), dia mengulang-ulangnya. Ketika pagi hari, dia (Abu Said) pergi mendatangi Nabi saw, lalu menyampaikan kejadian itu kepada beliau dan seolah-olah orang itu menganggap bacaan temannya itu sedikit.

Maka Nabi saw bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surah Al-Ikhlas itu mengimbangi sepertiga Al-Quran.” [Hadis 1461]

7. Dari Uqbah bin Amir r.a : Ketika aku berjalan bersama Rasulullah saw antara Juhfah dan Abwa’ (Abwa' adalah-sebuah desa yang terletak antara Madinah dan Juhfah, kira- kira sejauh 23 mil di sebelah selatan kota Madinah-klik Juhfah untuk peta satelit), tiba-tiba kami diliputi angin dan cuaca gelap-gelita.

Maka Rasulullah saw memohon perlindungan dengan membaca ‘Qul a’uudzubirobbil falaq’ dan ‘Qul a’uudzubirobbin naas’, dan Rasulullah saw bersabda, “Wahai Uqbah, mohonlah perlindungan kepada Allah dengan kedua surah ini. Tidak seorang pun berlindung kepada Allah dengan doa yang menyerupai keduanya”.

Kata Uqbah, ‘Aku mendengar beliau menjadi imam ketika solat bersama kami dengan membaca kedua surah itu’. [Hadis 1463]

8. Dari Abdullah bin Amr r.a : Nabi saw bersabda, “Akan diucapkan kepada ahli Al-Quran (pada hari kiamat)

Page 41: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

‘Bacalah, dan naiklah (ke syurga) serta bacalah (Al-Quran) dengan tartil, sebagaimana kamu membacanya dengan tartil ketika di dunia. Kerana sesungguhnya kedudukanmu adalah di akhir ayat yang engkau baca’”. (HASAN SAHIH) [Hadis 1464]

9. Dari Barra’ bin Azib r.a : Nabi saw bersabda, “Hiasilah Al-Quran dengan suaramu”. [Hadis 1468]Doa10. Dari Nu’man bin Basyir : Nabi saw bersabda, “Doa itu ibadah. Tuhanmu telah berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, nescaya akan Kuperkenankan bagimu.’” (Surah Al-Mukmin : 40) [Hadis 1479]

11. Dari Fadhalah bin Ubaid : Rasulullah saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdoa dalam solatnya, dia tidak memuliakan Allah dan tidak membaca selawat atas Nabi saw. Maka Rasulullah saw bersabda, “Orang ini tergesa-gesa.” Lalu Nabi saw memanggilnya dan dan bersabda kepadanya dan juga kepada lainnya.

(Sabda Nabi saw) : “Apabila salah seorang di antara kalian mengerjakan solat, hendaklah memulainya dengan mengagungkan Tuhannya dan menyanjung-Nya. Setelah itu bacalah selawat atas Nabi saw, kemudian berdoa setelah itu sesuai dengan doa yang dikehendakinya.” [Hadis 1481]

12. Dari Aisyah r.ha : Nabi saw menyukai kalimat doa yang jami’ (mencakup segalanya) dan meninggalkan kalimat yang selain itu.” [Hadis 1482]

13. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seseorang dari kamu mengucapkan, ‘Allahummaghfir lii in syi’ta, Allahhummarhamnii in syita (Wahai Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki. Wahai Allah, sayangilah aku jika Engkau kehendaki)’. Hendaklah berdoa dengan hati yang teguh, kerana tak seorang pun yang dapat memaksa Allah.” [Hadis 1483]

14. Dari Abu Hurairah r.a :Nabi saw bersabda, “Akan dikabulkan (doa) seseorang dari kamu selama dia tidak tergesa-gesa, iaitu berkata, ‘Aku telah berdoa, tapi belum juga dikabulkan bagiku.” [Hadis 1484]

15. Dari Malik bin Yasar As-Sakuni Al Aufi : Nabi saw bersabda, “Apabiila kalian memohon kepada Allah, mohonlah dengan perut telapak tanganmu, dan janganlah memohon kepada-Nya dengan punggung (bahagian luar) telapak tangannya.” (HASAN SAHIH) [Hadis 1486]

16. Dari Anas r.a : Bahawasanya dia pernah duduk bersama Rasulullah saw dan seorang lelaki yang sedang solat, kemudian berdoa (Terjemahannya : Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, segala puji hanya milik Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau. Yang Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi, wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang yang hidup lagi mengurusi semua makhluk).

Lalu Nabi saw bersabda, “Sungguh dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung, yang apabila diseru dengan nama itu, pasti Dia mengabulkannya, dan apabila diminta dengan nama itu, pasti Dia memberinya.” [Hadis 1495]

17. Dari Asma binti Abu Bakar r.a : Nabi saw bersabda, “Nama Allah yang agung terdapat dalam dua ayat, iaitu ‘Wa ilaahukum ilaahu(n) waahid. Laa ilaaha ilaa huwarrahmaanurrahim’. (Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Tiada Tuhan selain Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)(Surah Al-Baqarah [2] : 163).

Dan juga pada pembukaan surah Ali Imraan, ‘Alif laam miim. Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum.’ (Alif laam miim. Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Mengurus segala makhluk).” (Hasan) [Hadis 1496]

18. Dari Ibnu Abbas r.a : Ia berkata, Rasulullah saw pernah keluar dari rumah Juwairiyah. Nama Juwairiyah adalah Burrah, lalu diubahnya. Beliau saw keluar, sedang Juwairiyah masih tetap di tempat solatnya. Lalu Nabi saw kembali, namun dia masih tetap di tempat solatnya.

Setelah itu Nabi saw bersabda, “Kamu masih saja di tempat solatmu ini?” Jawabnya. “Ya.” Nabi saw bersabda, “Aku telah berkata kepada orang-orang selain kamu empat kalimat. Nabi saw mengucapkannya tiga kali.

Kalau tiga kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan tadi, pasti memadainya, iaitu

Page 42: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

‘Subhaanallaahi wabihamdih, ‘adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.’ (Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, sebanyak bilangan makhluk-Nya, kesukaan diri-Nya, timbangan arasy-Nya dan sebanyak kalimat-Nya).” [Hadis 1503] (Juga Diriwayatkan oleh Muslim)

19. Dari Aisyah r.ha : Bahawa Nabi saw setelah salam (selesai solat), Nabi saw mengucapkan ‘Allaahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikraam.’ (Wahai Allah, Engkaulah keselamatan, daripada-Mu kesejahteraan dan Maha Besar kebaikan-Mu, wahai Allah yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan). Abu Daud berkata, ‘Sufyan mendengar dari Amr bin Murrah.” Kata mereka, “(Ia mendengar) lapan belas hadis.” [Hadis 1512]

20. Dari Tsauban, pelayan Nabi saw : Bahawasanya Nabi saw apabila hendak selesai dari solatnya, Beliau saw membaca istighfar tiga kali, lalu mengucapkan “Allaahumma...” Dia menyebutkan maksud hadis Aisyah r.ha (seperti hadis no.19). [Hadis 1513]

Doa Ketika Takut Kepada Sesuatu Kaum21. Dari Abu Musa Al-Asy’ari : Nabi saw apabila takut kepada sesuatu kaum, beliau mengucapkan , ‘Allahuma innaa naj’ aluka fii nuhuurihim wa na’udzu bika min syururihim .” (Wahai Allah, sesungguhnya aku menjadikan Engkau untuk menolak mereka (bermaksud : menyerahkan sepenuh hati kepada Allah yang Maha Agung) dan kami memohon perlindungan dengan Engkau dari kejahatan mereka) [0365]

Doa Mohon Perlindungan22. Dari Ibn Umar r.a : Di antara doa Rasullas saw adalah, ‘Allahumma inni a’udzu bika min zawaali ni’matika wa tahwiili ‘aafiyatika wa fujaa-ati naqmatika, wajami’i sukhthik.” (Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, pindahnya kesejahteraan-Mu, datangnya murka-Mu dengan tiba-tiba dan semua murka-Mu) [1545]

23. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw mengucapkan Allahumma inni a’udzu bika minal arba’, min ‘ilmi(n) (l)la yanfa’, wamin qalbi(n) (l)laa yakhsya’, wa min nafsi(n) (l)laa tasyba’, wamin du’aai(n) (l)laa yusma’. (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara. Iaitu : (1) Dari ilmu yang tidak bermanfaat, (2) dari hati yang tidak khusyu’, (3) dari jiwa yang tidak kenyang dan (4) dari doa yang tidak dimakbulkan. [1548]

Sedekah24. Dari Abdullah bin Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang memohon perlindungan dengan nama Allah, maka lindungilah orang tersebut dan barangsiapa yang meminta dengan nama Allah, maka berilah. Barangsiapa yang mengundangmu, maka penuhilah undangannya.

Barangsiapa yang berbuat baik kepadamu, maka balaslah kebaikan itu, dan jika kamu tidak dapat membalasnya, maka doakan orang tersebut sampai kamu merasa bahawa kamu telah membalasnya.” [1672]

25. Dari Abu Hurairah r.a : Sesungguhnya ia berkata, ‘Wahai Rasulullah saw, apakah sedekah yang paling utama?’ Nabi saw bersabda, “Orang miskin yang berusaha keras, dan mulailah dengan bersedekah kepada keluargamu.” [1677]

26. Dari Sa’ad bin Ubadah r.a : Sesungguhnya ia telah berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibunya Sa’ad telah wafat, maka sedekah apa yang paling utama untuknya? Nabi saw bersabda, “Air.” Sa’ad berkata, ‘Maka aku membuat sumur yang aku niatkan pahalanya untuk ibuku.’ [1681]

Silaturrahim27. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.” [1693]

28. Dari Jubair bin Muth’im r.a : Telah sampai kepadanya hadis Nabi saw berbunyi, “Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan silaturrahim.” [1696]

29. Dari Abdullah bin Amr r.a : Rasulullah saw telah bersabda, “Bukanlah orang yang membalas dengan baik kebaikan orang lain yang disebut sebagai orang yang menyambung tali silaturrahim, tetapi dia adalah orang yang menyambung kembali hubungan yang terputus.” [1697]

30. Dari Aisyah r.ha : Sesungguhnya ia telah menyebutkan jumlah orang-orang miskin, yang lain

Page 43: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

mengatakan, ‘Ia menyebutkan beberapa sedekahnya,’ kemudian Nabi saw bersabda kepadanya, “Berikanlah dan janganlah kamu menghitung-hitungnya, kalau kamu menghitung-hitungnya, (takut dan enggan mengeluarkan sedekah) sehingga Allah mempersempit rezeki-Nya kepadamu.” [1700]

Kewajipan Haji31. Dari Ibnu ‘Abbas r.a : Al-Aqra’ bin Habis bertanya kepada Rasulullah saw, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah haji di wajibkan setiap tahun atau hanya sekali (dalam seumur hidup)?’. Rasulullah saw menjawab, “Ya, hanya sekali dan siapa yang menambahkan, maka itu sunah.” [1721]

Ziarah Kubur32. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu menjadikan rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburan ku sebagai hari raya, dan berselawatlah kepada ku, kerana sesungguhnya selawat mu (itu) sampai kepada ku dimanapun kamu berada.” [2042]

Nikah33. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Wanita dinikahi kerana empat perkara; kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya. Pilihlah kerana agamanya, maka engkau akan beruntung dan bahagia.” [2047]

34. Dari Jabir bin Abdullah r.a, ia berkata : Rasulullah saw telah berkata kepada ku, “Apakah engkau sudah bernikah?” Aku menjawab, ‘Ya, sudah.’ Kemudian Nabi saw bertanya lagi, “Dengan gadis atau dengan janda?” Aku menjawab, ‘Dengan seorang janda.’ Nabi saw berkata kembali, “Kenapa tidak dengan gadis? Sehingga engkau dapat bermesraan dengannya, dan ia dapat bermesraan dengan mu.” [2048]

35. Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata : Telah datang seorang lelaki kepada Nabi Muhammad saw, kemudian lelaki tersebut berkata kepada Nabi saw, ‘Saya telah bertemu dengan seorang wanita yang cantik dan bernasab baik, akan tetapi wanita tersebut tidak dapat melahirkan (mandul), apakah (boleh) saya menikahinya?’

Nabi saw menjawab, “Jangan.” Kemudian lelaki tersebut datang lagi untuk kedua kalinya, dan Nabi saw juga melarangnya. Kemudian lelaki tersebut datang lagi untuk yang ketiga kalinya, dan Nabi saw menjawab, “Nikahilah wanita yang banyak anak kerana aku akan bangga dengan banyaknya umat ku.” (Hasan Sahih) [2050]

36. Dari Ali bin Abu Thalib r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT telah melaknat muhallil dan muhallal lahu.” [2076]

Muhallil bermaksud : Orang yang menikahi wanita yang ditalak tiga supaya suaminya yang pertama dapat menikahi kembali.

Muhallal lahu bermaksud : Orang yang mentalak isterinya dengan talak tiga dan ingin menikahinya kembali.

37. Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw telah bersabda, “Janganlah seseorang kamu meminang seorang wanita yang telah dipinang saudaranya (dipinang oleh orang lain) dan jangan pula seorang dari kamu menawar barang dagangan yang telah di tawar oleh saudara kamu, kecuali dengan izin dari peminang atau penawar yang pertama.” [2081]

38. Dari Ibnu ‘Abbas r.a : Sesungguhnya seorang wanita datang kepada Nabi saw, kemudian ia menceritakan kepada Nabi saw bahawa ayahnya telah menikahkannya (tanpa kerelaan), dan dia tidak menyukai perkahwinannya. Maka Nabi saw pun memberikan wanita tersebut hak untuk memilih. [2096]

39. Dari Ibnu Mas’ud r.a : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seseorang wanita melihat wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya seakan-akan ia (suaminya) melihatnya (wanita tersebut).” [2150]

40. Dari Muawiyah Al-Qusyairi r.a : Aku mendatangi Rasulullah saw, aku berkata, ‘Nasihat apa yang akan engkau katakana (yang harus kami lakukan) terhadap isteri-isteri kami?’ Rasulullah saw menjawab, “Berilah mereka makan dari apa-apa yang kalian makan, dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian pakai. Janganlah kalian memukul mereka dan jangan pula menjelikkan (memburuk-burukkan) mereka.” [2144]

Menahan Pandangan41. Dari Jarir r.a : Saya bertanya kepada Rasululullah saw tentang pandangan yang tidak disengaja.

Page 44: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kemudian Rasulullah saw menjawab, “Alihkanlah pandangan mu.” [2148]

Talak42. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga perkara yang apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bergurau maka akan menjadi sungguh-sungguh, iaitu : nikah, talak dan ruju’.” Hasan [2194]

Khulu’ (Permintaan Cerai Dari Isteri)43. Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, “Wanita mana saja yang meminta talak kepada suaminya dengan tanpa ada alasan yang dibenarkan, maka ia terhalang dari bau syurga.” [2226]

Puasa44. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik solat setelah solat fardhu adalah solat malam (tahajjud).” [2429]

45. Dari Abu Ayyub r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan yang kemudian diikuti dengan (puasa) enam hari penuh bulan Syawal, maka seakan-akan ia puasa satu tahun penuh.” [2433]

46. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak boleh bagi isteri untuk berpuasa sedangkan suaminya sedang bersamanya kecuali mendapatkan izin darinya iaitu selain puasa Ramadhan. Tidak boleh pula memperkenankan orang lain (masuk) ke rumah suaminya ketika suaminya sedang bersamanya kecuali mendapat izin suaminya.” [2458]

Penjelasan : Sedangkan ketika suami berada dalam rumah tidak boleh membenarkan orang lain masuk kecuali izin suami, apalagi jika suaminya tiada di rumah.

Jihad47. Dari Amir, dari Abdullah bin Amru r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya selamat dari ucapannya dan perilakunya. Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah kepadanya.” [2481]

48. Dari Imran bin Husain r.a: Rasulullah saw bersabda, “Sekelompok dari umat ku akan senantiasa berjuang membela kebenaran dan akan mengalahkan orang yang memusuhi mereka sehingga orang terakhir dari mereka nanti akan memerangi Dajjal.” [2484]

49. Dari Ummu Haram binti Milhan r.ha : Nabi saw bersabda, “Perut yang (mual sehingga) muntah pada waktu di laut (mabuk laut), baginya pahala orang syahid. Sedangkan bagi orang yang tenggelam (lemas) baginya pahala dua orang syahid.” (HASAN) [2493]

Penjelasan : Mabuk laut ketika berada di laut itu tentunya bukan berlayar untuk bermaksiat. Wallahu’alam.

50. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Perangilah orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” [2504]

51. Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa membekali pasukan di jalan Allah maka ia (dianggap) telah berperang. Barangsiapa mengurus keluarga dari orang yang berperang dengan baik maka ia (juga dianggap) telah berperang.” [2509]

Tambahan Hadis Nombor 51 : Dalam riwayat yang lain dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a dari Nabi saw : “Maka baginya separuh dari pahala orang yang keluar (untuk berperang)." [2510]

52. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesuatu yang paling buruk dalam diri seseorang adalah (sifat) bakhil yang diikuti dengan rasa takut yang berlebihan.” [2511]

Binatang53. Dari Sahal bin Hanzhaliyah r.a, ia berkata : Rasulullah saw pernah melalui seekor unta yang punggungnya bertemu dengan perutnya (kerana kelaparan atau kurus), kemudian beliau (SAW) bersabda, “Takutlah kalian kepada Allah atas binatang yang bisu ini. Kenderailah ia dengan cara yang baik dan berilah ia makan dengan cara yang baik pula.” [2548] – (Nota : Rujuk hadis 2549 – Rujukan penulis sahaja)

Page 45: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

54. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ketika seorang lelaki berjalan di sebuah jalan, tiba-tiba ia merasa sangat haus lalu ia terjumpa sebuah sumur dan ia pun turun menuju sumur tersebuat kemudian minum.

Setelah itu ia keluar dan pergi namun tiba-tiba seekor anjing menjulurkan lidahnya sambil menjilat-jilat tanah kerana sangat haus. Orang itu pun berkata, ‘Anjing itu pasti sangat haus sama seperti yang aku alami tadi.’

Orang itu kemudian turun lagi ke dalam sumur lalu mengisi air ke dalam sepatu, kemudian membawanya ke atas dengan cara menggigitnya. Setelah itu dia meminumkannya kepada anjing itu. Allah pun membalas kebaikan orang itu dan mengampuninya.

Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah saw, apakah kita mendapat pahala kalau kita berbuat baik kepada binatang?’

Rasulullah (SAW) menjawab, “(menyayangi) setiap makhluk yang bernyawa ada pahalanya.” [2550]

55. Dari Jabir r.a, ia berkata : Suatu ketika ada seekor himar atau keldai yang dicap mukanya lalu di hadapan Nabi saw, beliau (SAW) bersabda, “Tidakkah aku telah sampaikan kepada kalian bahawa aku melaknat orang yang mengecap haiwan ternaknya di mukanya atau memukulnya di wajahnya.” Beliau (SAW) lalu melarang hal tersebut (mengecap dan memukul di wajah binatang). [2564]

Perjalanan56. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah bepergian (melakukan perjalanan jauh) pada malam hari kerana bumi dilipat pada malam hari (maksudnya jarak terasa dekat).” [2571]

57. Dari Jabir r.a : Rasulullah saw bersabda, “Jangan kalian lepaskan ternak kalian ketika matahari terbenam hingga hilang kegelapan malam kerana sesungguhnya syaitan akan berbuat kerosakan ketika matahari terbenam hingga hilangnya kegelapan malam.” [2604]

58. Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata : Jarang sekali Rasulullah saw keluar untuk perjalanan kecuali pada hari Khamis. [2605]

59. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Apabila ada tiga orang yang melakukan perjalanan, maka hendaklah salah satu dari mereka menjadi pemimpin perjalanan.” HASAN SAHIH [2609]

60. Dari Ibnu Abbas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Teman yang paling baik adalah berjumlah empat orang, pasukan yang baik adalah empat ratus personel, dan (jumlah) tentera yang baik adalah sebanyak empat ribu tentera, dan jumlah tentera dua belas ribu orang tidak dapat dikalahkan.” [2611]Sahih Abu Daud [ Halaman 2 ] Ketaatan Kepada Pemimpin

61. Dari Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Mendengarkan dan mentaati (perintah) adalah sebuah kewajipan seorang Muslim dalam masalah yang ia suka dan ia benci, selama ia tidak diperintahkan untuk melakukan maksiat.

Apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat, maka tidak ada kewajipan untuk mendengarkan atau mentaati.” [2626]

62. Dari Salim Abu Nadhir (Ibny Ma’mar), ia berkata : Ketika hendak berangkat ke Haruriyah, Abdullah bin Abu Aufa menulis surat kepadanya yang menyatakan bahawa Rasulullah saw pada hari ketika bertemu musuh, beliau (SAW) bersabda,

“Saudara-saudara! Janganlah kalian berharap bertemu musuh dan mintalah keselamatan kepada Allah. Apabila kalian bertemu musuh maka hadapilah dengan sabar. Ketahuilah, syurga berada di bawah kilatan pedang.”

Setelah itu Rasulullah (SAW) berdiri dan mengucapkan doa, “Ya Allah, yang menurunkan Al-Quran,

Page 46: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

yang menjalankan awan, dan yang menghalau pasukan. Halaulah pasukan musuh dan berilah kami kemenangan.” [2631]==== Hadists Shohih Nasa’I

Thaharah1. Dari Anas bin Malik r.a : Nabi saw telah menentukan waktu bagi kita dalam masalah memotong kumis, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan dan mencabut bulu ketiak, iaitu; kamu tidak membiarkannya lebih dari empat puluh hari. Pada kesempatan lain Rasulullah saw bersabda, "Empat puluh malam." [Hadis 0014]

2. Dari Abu Qatadah : Rasulullah saw bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian buang air kecil, maka jangan menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya." [Hadis 0024]

Wudhu’3. Dari Umar bin Khathab r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berwudhu’ kemudian memperbaiki wudhu’nya lalu berdoa, ‘Aku bersaksi bahawa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’ maka akan dibukakan baginya lapan pintu syurga, dan dia masuk dari pintu mana sahaja yang dia kehendaki.” [Hadis 0109]

Batal Wudhu’4. Dari Abdullah bin Zaid : Diadukan kepada Nabi saw tentang seorang lelaki yang mendapati sesuatu ketika bersolat. Nabi saw bersabda, “Jangan keluar (dari solat) hingga ia mencium bau atau mendengar bunyi (kentut).” [Hadis 0115]

Mengingati Mati5. Dari Anas : Nabi saw bersabda, “Janganlah kalian berdoa untuk mati dan janganlah kalian mengharapkannya. Barangsiapa yang harus berdoa (untuk mati), hendaklah dia berdoa, ‘Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku selama kematian lebih baik bagiku’.” [Hadis 1821]

6. Dari Abu Hurairah : Nabi saw bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu kematian.” [Hadis 1823]

Saat Ruh Seorang Mukmin Keluar7. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Apabila seseorang mukmin telah didekati ajalnya, para malaikat rahmat datang menemuinya dengan membawa sutera putih. Mereka berkata, ‘Keluarlah kamu (roh) dengan redha dan diredhai menuju rahmat Allah, bau harum dan Rabb yang tidak murka’. Lalu ia keluar seperti bau misik yang paling harum, hingga sebahagian mereka berebut dengan sebahagian yang lain untuk mendapatkannya hingga mereka membawanya sampai di pintu langit.

Lalu mereka (penduduk langit) berkata, ‘Alangkah harumnya bau yang kalian bawa ini dari bumi!’ Lalu mereka datang dengannyamenemui roh-roh kaum mukminin. Mereka lebih gembira dengan (kedatangannya) daripada seorang daripada kalian yang didatangi orang yang tidak pernah kelihatan.

Lalu mereka bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah dilakukan oleh oleh si fulan? Apa yang telah dilakukan oleh si fulan?’ Mereka berkata, ‘Biarkanlah dia kerana dahulu dia berada dalam kesusahan dunia.’

Jika dia bertanya, ‘Tidakkah ia datang menemui kalian?’ Mereka menjawab, ‘Dia dibawa ke tempat asalnya yang dalam (neraka Hawiyah)’.

Dan, sungguh seorang yang kafir jika telah didekati ajalnya, para malaikat azab datang dengan membawa kain kasar. Mereka berkata, ‘Keluarlah kamu dengan murka dan dimurkai menuju siksa Allah-Azza wa Jalla-‘. Lalu ia keluar seperti bau bangkai yang paling busuk, hingga mereka membawanya sampai di pintu bumi. Lalu mereka berkata, ‘Alangkah busuknya bau ini!’ Hingga mereka membawanya menemui roh orang-orang kafir.” [Hadis 1832]

Larangan Mencaci Orang yang Telah Meninggal Dunia8. Dari Aisyah : Nabi saw bersabda, “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal dunia, kerana mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka lakukan (pembalasan amal).” [Hadis 1935]

Page 47: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

9. Dari Anas bin Malik : Nabi saw bersabda, “Tiga perkara yang akan menyertai mayit; Keluarga,Harta dan Amal Perbuatannya, lalu yang dua kembali iaitu keluarga dan hartanya dan satu yang tetap bersamanya, iaitu; Amal Perbuatannya.” [Hadis 1936]

Pertanyaan Dalam Kubur10. Dari Anas bin Malik : Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika telah diletakkan di dalam kuburannya dan para sahabat telah berpaling, ia benar-benar mendengar bunyi terompah mereka.” Nabi saw bersabda lagi, “Lalu dua malaikat mendatanginya, keduanya (malaikat) mendudukkan orang tersebut lalu bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu katakana pada orang ini (yakni Nabi saw)?

Adapun orang mukmin, maka ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahawa ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya’, lalu dikatakan kepada orang tersebut, ‘Lihatlah tempat tinggal mu di neraka, sungguh Allah telah menggantikannya dengan tempat tinggal di syurga’.” Nabi saw bersabda, “Maka ia melihat kedua-duanya.” [Hadis 2049]

Penambahan : (Nabi saw bersabda, “Adapun orang kafir dan munafik, maka dikatakan kepadanya, ‘Apa yang kamu katakan tentang orang ini?’ Maka ia akan menjawab, ‘Aku tidak tahu. Dahulu aku mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh banyak orang’. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Engkau tidak tahu dan engkau tidak membaca’. Kemudian ia dipukul dengan sekali pukulan di bahagian antara kedua telinganya, lalu ia menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh makhluk lain selain jin dan manusia.”) [Hadis Muttafaq alaih juga Nasa’i [Hadis 2050] dengan rujukan hadis di atas]

Siksa Kubur11. Dari Ibnu Umar : Nabi saw bersabda, “Inilah orang yang kerananya arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka dan tujuh puluh ribu malaikat menyaksikannya. Sungguh ia telah di himpit dengan sekali himpitan kemudian dilepaskan.” [Hadis 2054]12. Dari Al Barra’ : ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’ (Surah Ibrahim [14] : 27)

Dia berkata, ‘Ayat ini turun menerangkan tentang siksa kubur’. [Hadis 2055]Bulan Ramadhan13. Dari Abdullah bin Abbas : Rasulullah saw adalah manusia paling dermawan dan beliau akan tampak lebih dermawan pada bulan Ramadhan; ketika Jibril menemuinya. Jibril menemuinya setiap malam pada bulan Ramadhan dan mengajarkan Al-Quran.

Ibnu Abbas berkata : Rasulullah saw ketika ditemui Jibril a.s lebih dermawan dalam hal kebaikan daripada angin yang berhenbus. [Hadis 2094]

14. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” [Hadis 2096]

15. Dari Anas : Rasulullah saw bersabda, “Makan sahurlah kalian, kerana sesungguhnya dalam sahur itu terdapat berkah.” [2145]

16. Dari Amru bin al-Ash : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perbezaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” [2165]

Keutamaan Orang Berpuasa17. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Semua amal perbuatan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang berpuasa lebih harum disisi Allah pada hari kiamat dari aroma minyak kasturi.” [2217]

18. Dari Sahl bin Sa’d : Rasulullah saw bersabda, “ Bagi orang-orang yang berpuasa ada sebuah pintu di syurga yang dinamakan Ar-Rayyan, tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka. Jika orang terakhir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup, orang yang masuk melalui pintu itu pasti minum dan orang yang telah minum tidak akan dahaga selamanya.” [2235]

19. Dari Abu Hurairah : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah Azza wa Jalla akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama tujuh puluh tahun.” [2245]

Page 48: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sedekah20. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik sedekah ialah yang diambil dari sisa keperluan sendiri dan mulailah (memberi sedekah) orang yang menjadi tanggunganmu.” [2543]

21. Dari Abu Mas’ud : Nabi saw bersabda, “Jika seseorang memberikan nafkah kepada keluarganya dan ia mengharapkan pahalanya, hal itu adalah sedekah baginya.” [2544]

22. Dari Asma’ binti Abu Bakar : Nabi saw bersabda, “Janganlah kamu menghitung-hitungnya (sedekah), maka Allah Azza wa Jalla akan menghitung-hitung atas dirimu.” [2549]

23. Dari Asma’ binti Abu bakar : Ia mendatangi Nabi saw lalu bertanya, ‘Wahai Nabi Allah! Aku tidak memiliki sesuatu pun kecuali apa yang Az-Zubair berikan kepadaku, lalu apakah aku berdosa jika memberikan sebahagian dari apa yang ia berikan kepadaku?’ Maka Nabi saw bersabda, “Berikanlah semampumu dan jangan bakhil, maka Allah Azza wa Jalla akan bakhil atas dirimu.” [2550]

24. Dari Adi bin Hatim : Nabi saw bersabda, “Takutlah kalian terhadap api neraka, meskipun dengan (menyedekahkan) separuh biji kurma.” [2551]

Sembunyi dan Terang-terangan Dalam Bersedekah25. Dari Uqbah bin Amir : Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mengeraskan (menguatkan) bacaan Al-Quran seperti orang yang terang-terangan dalam bersedekah dan orang yang membaca Al-Quran dengan lirih (perlahan) seperti orang yang sembunyi-sembunyi dalam bersedekah.” [2560]

26. Dari Abu Dzar : Nabi saw bersabda, “Tiga golongan yang Allah Azza wa Jalla tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat, tidak melihat mereka serta tidak menyucikan mereka, dan bagi mereka (tiga golongan itu) siksa yang pedih.” Lalu Nabi saw membacanya. Abu Dzar berkata, ‘Mereka gagal mendapat pahala dan merugi (sangat rugi) kerana mendapat azab, mereka gagal dan merugi (dalam kerugian).’

Nabi saw bersabda, “Orang yang menjulurkan kainnya sampai di bawah mata kakinya, orang yang menawarkan barang dagangannya dengan sumpah palsu dan orang yang menyebut-nyebut pemberiannya.” [2562]

Orang yang Meminta Atas Nama Allah Azza wa Jalla27. Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah, maka berilah ia perlindungan; barangsiapa yang meminta kepada kalian atas nama Allah, maka berilah ia; barangsiapa yang meminta jaminan atas nama Allah maka berilah ia jaminan;

Dan barangsiapa yang melakukan kebaikan untuk kalian, maka balaslah ia. Jika kalian tidak mendapatkan, maka berdoalah untuknya, hingga kalian mengetahui bahawa kalian telah membalasnya.” [2566]

Orang Fakir yang Sombong28. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Tiga golongan yang Allah Azza wa Jalla tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat; (1) orang tua yang berzina (2) orang fakir yang sombong dan (3) imam yang pendusta.” [2574]

Meminta-minta29. Dari Abu Hurairah : Rasulullah saw bersabda, “Sungguh salah seorang di antara kalian mengikat satu ikat kayu bakar, dibawa di atas punggungnya lalu menjualnya, itu lebih baik dari meminta-minta kepada seseorang; baik orang itu member atau menolaknya.” [2583]

30. Dari Ibnu Umar : Rasulullah saw bersabda, “Seseorang selalu meminta-minta, hingga pada hari kiamat kelak tidak sepotong daging pun ada pada wajahnya.” [2584]

31. Dari Abu Sa’id Al-Khudri : Sekelompok orang meminta-minta pada Nabi saw, lalu beliau memberikan kepada mereka. Kemudian mereka meminta-minta lagi, maka beliau memberikan kepada mereka, hingga ketika apa yang beliau (Nabi saw) telah habis.

Nabi saw bersabda, “Aku tidak memiliki harta lagi dan jika aku punya (ada harta) tidak akan ku simpan dari kalian (pasti diberikan kepada peminta). Barangsiapa menjauhkan diri dari (meminta-minta), nescaya Allah

Page 49: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Azza wa Jalla akan menjauhkan dirinya dari semua yang tidak halal; dan barangsiapa bersabar, nescaya Allah akan memenuhi segala keperluannya.

Tidaklah seseorang diberikan suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” [2587]

Jihad32. Dari Anas r.a : Nabi saw bersabda, “Perangilah kaum musyrikin dengan harta, tangan dan lisan kalian.” [3096]

33. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang mati sedangkan ia belum pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk berjihad, maka ia mati dalam satu cabang kemunafikan.” [3097]

34. Dari Abdullah bin Amr r.a, ia berkata : Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah saw minta izin kepada beliau untuk berjihad, maka beliau (saw) bersabda, “Apakah kedua orang tua mu masih hidup?” Ia menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah (saw) bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah pada keduanya.” [3103]

35. Dari Muawiyah bin Jahimah As-Sulami, (katanya) : Bahawasanya Jahimah datang kepada Nabi saw dan bertanya, ‘Wahai Rasululullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta pendapat engkau?’ Rasulullah saw bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?” Ia menjawab, ‘Ya.’ Maka Beliau (saw) bersabda, “Maka tetaplah bersamanya, kerana sesungguhnya syurga itu di bawah kedua kakinya.” [3104]

36.Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a : Ada seorang Aran Badwi datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Ada seseorang yang berperang untuk dipuji, seseorang berperang untuk mendapatkan harta rampasan perang dan seseorang berperang agar kedudukannya dilihat. Siapakah (diantara mereka) di jalan Allah?

Nabi saw menjawab, “Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka ia berada di jalan Allah.” [3136]

37. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mati syahid tidak mengalami sakitnya terbunuh, melainkan seperti salah seorang dari kalian merasakan cubitan.” [3161]

38. Dari Sahl bin Hunaif r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah –Azza wa Jalla- dengan benar (ikhlas dan sepenuh hati), maka Allah akan menyampaikannya pada kedudukan para syuhada, meskipun ia mati di atas tempat tidurnya.” [3162]

39. Dari Uqbah bi Amir r.a : Rasulullah saw bersabda, “Lima keadaan yang barangsiapa diwafatkan dalam keadaan salah satu di antaranya, maka ia syahid;

(1). Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid,(2). Orang yang tenggelam di jalan Allah adalah syahid,(3). Orang yang mati kerana sakit perut di jalan Allah adalah syahid,(4). Orang yang mati kerana penyakit tha’un (taun) di jalan Allah adalah syahid dan,(5). Wanita yang mati kerana melahirkan (anak) di jalan Allah adalah syahid.” [3163]

40. Dari Salman Al-Khair r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melaksanakan ribath (menjaga perbatasan) di jalan Allah sehari semalam, maka baginya seperti pahala puasa dan solat sebulan. Jika mati, maka mengalirlah kepadanya pahala amal yang ia lakukan dan aman dari fitnah, serta dialirkan rezeki kepadanya.” [3168]

==== HADITS QUDSIHadis Al-Qudsi

Jilid Satu

Takrif Hadis Al-QudsiHadis Al-Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam daripada Allah Azza wa Jalla kadangkala dengan perantaraan Jibril 'alaihi salam, kadangkala dengan perantaraan wahyu atau ilham atau mimpi. Lafaz hadis ini terpulang kepada Rasulullah saw untuk

Page 50: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

mengucapkannya.

Tiada perbezaan mahupun percanggahan antara hadis Al-Qudsi dengan hadis An-Nabawi melainkan pada isnadnya terus kepada Allah Subhana wa Ta'ala.

Peranan Hadis QudsiBiasanya hadis Al-Qudsi lebih tertumpu ke arah pembinaan dan pembentukan jiwa insani yang lurus, iaitu menyeru kepada kebaikan, kelebihan dan akhlak-akhlak mulia, memandu nafsu agar mencintai Allah yang Maha Agung dan berusaha memperoleh keredhaan-Nya.

Semua hadis ini diambil dari kitab Mustika Hadis-Hadis Al-Qudsi Sahih karangan ‘Isomuddin bin Sayyid Abdul Robbuni Al-Soobaathi. Hadis di dalam kitab ini tidak diubah sedikit pun, kecuali bahagian penjelasan dan pengajaran, telah diringkaskan dan ditambah sedikit dari segi perkataan dan contoh-contoh tanpa menyalahi maksud sebenar dari kitab. Wallahu’alam.

PERINGATAN : Firman Allah SWT mengenai ayat-ayat Al-Quran dilabelkan dengan warna biru, manakala firman Allah SWT dalam lafaz hadis berwarna hitam supaya tidak terkeliru.

Amaran Terhadap Perbuatan Syirik dan Kelebihan Tauhid1. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, "Allah Ta'ala berfirman kepada orang yang menerima azab yang paling ringan pada hari kiamat; 'Jika kamu mempunyai sesuatu di atas permukaan bumi sebagai tebusan, adakah kamu menebus azab ini dengannya?' Orang itu pun menjawab, 'Ya'.

Allah Ta'ala pun berfirman, 'Aku menghendaki darimu agar melakukan sesuatu yang lebih mudah dari ini sewaktu kamu berada di dalam tulang sulbi Adam (iaitu) agar kamu tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, namun kamu telah ingkar (enggan) melakukannya, melainkan kamu telah mempersekutukan Daku." (Sahih, Al-Bukhari dan seumpamanya oleh Imam Ahmad) [001]

Penjelasan dan Pengajaran : a. Sesuatu yang dikehendaki Allah SWT yang lebih mudah iaitu iman. Iman bermaksud melafazkan kalimah tauhid dengan lidah (lisan), meyakini dengan sepenuh hati dan melaksanakannya dengan fizikal atau anggota badan (beramal).

b. Syirik bermaksud mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain seperti menyembah berhala, memuja kubur, menganggap Nabi Isa a.s sebagai anak tuhan dan sebagainya. Syirik juga boleh membawa makna terdapat kuasa lain yang lebih berkuasa dari kekuasaan Allah SWT, seperti percaya pada tangkal dan lain-lain.

c. Syirik boleh juga terjadi melalui perkataan atau percakapan kita sehari-hari seperti “Kejayaan aku hari ini adalah kerana usaha aku!”, sama seperti percakapan Qarun dalam Surah Al-Qasas [28] : 78, contoh dua: “Jika tiada ubat ini, tentulah aku mati,” dan yang seumpama dengannya.

d. Rujuk Surah Al-A’raaf [7] : 172, perihal janji manusia kepada Allah SWT sebelum dilahirkan.

2. Dari Anas r.a : Nabi saw bersabda, “Seorang kafir akan ditampilkan ke muka (pengadilan) pada hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya; ‘Apa pandangan kamu sekiranya kamu mempunyai emas sepenuh bumi, adakah kamu akan menggunakannya sebagai tebusan (untuk menggantikan azab yang kamu rasai)?” Si kafir itupun berkata, ‘Ya.’

Sabda Rasulullah saw, “Maka dikatakan kepada si kafir itu, ‘Sesungguhnya Aku telah meminta dari kamu suatu yang lebih mudah dari sedemikian itu.’ Yang sedemikian itu adalah Firman Allah Azza wa Jalla (maksudnya) : Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang dari mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu.......” (Surah Ali Imran [3] : 91) [003]

Page 51: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(Sahih, Imam Ahmad. Hadis di dalam kitab Kanzul Ummal - Al-Hindi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Iman dan tauhid itu menjadi tempat perlindungan dari azab Allah SWT di alam akhirat. Pemahaman yang benar mengenai tauhid dan iman wajib dipelajari oleh segenap orang yang mengaku beragama Islam.

b. Tiada azab yang paling pedih dan dahsyat melainkan azab ‘Khulud’, iaitu tinggal kekal dalam neraka selama-lamanya.

c. Jika ada orang-orang munafik dan kafir bertanya, “Adilkah Allah SWT menyiksa orang-orang kafir dalam neraka untuk selamanya, walhal mereka hanya hidup selama beberapa tahun di dunia?” Jawablah, sekiranya mereka diberi kehidupan seribu tahunpun mereka tetap tidak berniat untuk beriman kepada Allah SWT kerana hati dan mata mereka buta pada kebenaran. Sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui. (Rujuk Surah Al-An’aam [6] : 28)

3. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “(Nabi) Ibrahim bertemu dengan bapanya Aazar pada hari kiamat. Pada muka Aazar terdapat tanda-tanda legam bagaikan terkena asap (akibat ketakutan terhadap kedahsyatan hari kiamat tersebut) dan dicemari dengan debu. Lalu Ibrahim berkata kepadanya, ‘Tidakkah aku telah memberitahumu agar jangan mengingkari daku (seruan dakwahku)?’

Bapanya pun menjawab, ‘Maka pada hari ini aku tidak akan mengingkari kamu.’ Ibrahim pun berkata padanya, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah berjanji denganku agar tidak menghinakan daku pada hari di mana semua manusia dibangkitkan (dari kubur masing-masing), maka apakah kehinaan yang lebih dahsyat dari kehinaan yang menimpa bapaku yang terjauh dari rahmat (syurga)Mu?’Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Sesungguhnya aku mengharamkan syurga itu ke atas orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim, ‘Wahai Ibrahim, apakah yang berada di bawah kedua kakimu?’

Lalu Ibrahim pun melihat ke bawah kedua-dua kakinya dan beliau mendapati seekor serigala hutan yang diselaputi oleh tanah berlumpur. Kemudian serigala itu ditangkap dengan dipegang kakinya lalu dicampakkan ke dalam api neraka.” [004] (Sahih, Al-Bukhari dan seumpamanya dikeluarkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak dan diringkaskan oleh Al-Bukhari. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i di dalam kitab sunannya (As-Sunan Al-Kubra), seperti yang dikatakan oleh Al-Mazzi di dalam kitab Tuhfatul Asyraf)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Hadis menjelaskan secara mendalam mengenai orang yang ingkar kepada Allah SWT pada hari kiamat. Kata-kata Nabi Ibrahim a.s pada bapanya bukanlah cercaan, tetapi seolah-olah menyesali sikap bapanya yang enggan menerima dakwahnya.

b. Keimanan pada hari kiamat adalah tidak bermanfaat kerana tidak beriman ketika hidup di dunia. Marilah kita beriman dengan sebenar-benar iman sebelum terlambat.

c. Bapa tidak dapat memberi manfaat, anak juga tidak dapat memberi manfaat kecuali Allah SWT menghendaki atau diizinkan oleh-Nya.

d. Pertukaran Aazar kepada seekor serigala hutan oleh Allah SWT, sehingga Nabi Ibrahim a.s tidak mengenalinya. Inilah hakikat hari kiamat, hubungan kekeluargaan tidak mempunyai erti apa-apa, yang tinggal hanya keimanan yang diadili pada hari kiamat.

Hanya Amalan yang Ikhlas Diterima Oleh Allah SWT – (Golongan Manusia yang Pertama Dihisab di Hari Penghisaban)

Page 52: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

5. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Manusia yang awal-awal akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang telah mati syahid. Lalu lelaki itu dibawa ke muka (pengadilan-pent).

Allah SWT telah memperingatkan kepadanya segala nikmat yang telah dikurniakan-Nya kepadanya, lantaran itu, lelaki itupun mengakui akan segala nikmat kurniaan Allah SWT tersebut.

(i). Allah SWT bertanya kepadanya (sedangkan Dia Maha Mengetahui): ‘Maka apakah yang telah dikau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Lelaki itupun menjawab: ‘Aku berperang kerana-Mu sehinggalah aku mati mati syahid.’Allah SWT berfirman: ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu berperang supaya kamu dipanggil seorang yang berani. Oleh yang demikian, sesungguhnya kamu telah telahpun dipanggil sedemikian.’

Kemudian Allah SWt memerintahkan agar lelaki itu dicampakkan ke dalam api neraka, lalu beliaupun ditarik dengan mukanya ke bawah hinggalah dicampakkan ke dalam api neraka.

(ii). Dan seorang lelaki yang mempelajari ilmu (agama) dan mengajarkannya. Beliau juga membaca Al-Quran (ataupun seorang yang mahir dalam pembacaan Al-Quran). Lelaki itupun dibawa menghadap Allah SWT.

Allah SWT memperingatkan segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lelaki itu mengakui akan penerimaan semua nikmat tersebut. Allah SWT berfirman kepadanya : ‘Oleh itu, apakah yang telah kamu lakukan dengannya?’ Lelaki itupun menjawab : ‘Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya (kepada orang lain). Aku telah membaca Al-Quran semata-mata kerana-Mu.’

Allah SWT berfirman kepadanya : ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu telah mempelajari ilmu supaya kamu dipanggil sebagai seorang ‘alim dan kamu telah membaca Al-Quran supaya dipanggil seorang qari. Sesungguhnya kamu telahpun dipanggil sedemikian.

Kemudian Allah SWT telah memerintahkan kepada malaikat agar lelaki itu dibawa pergi dan diheret dengan mukanya ke bawah hinggalah beliau dicampakkan ke dalam api neraka.

(iii). Begitu juga seorang lelaki yang telah diperluaskan oleh Allah SWT untuknya segala jenis harta kesemuanya. Lelaki itu pun dihadapkan ke muka. Allah SWt memperingatkan segala nikmat yang telah dikurniakan-Nya kepada lelaki tersebut lalu lelaki itu mengakuinya.

Allah berfirman kepada lelaki itu : ‘Maka apakah yang telah kamu lakukan dengan kesemua harta itu?’ Lelaki itu menjawab : ‘Tidaklah aku tinggalkan walaupun satu jalan yang disukai agar dibelanjakan harta untuknya melainkan aku telah membelanjakan hartaku semata-mata kerana-Mu.’ Allah berfirman : ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu telah melakukan semua itu agar kamu dipanggil seorang dermawan. Sesungguhnya kamu telahpun dipanggil sedemikian.

Kemudian diperintahkan agar lelaki itu dibawa pergi lalu beliau ditarik dengan mukanya ke bawah dan kemudian dicampakkan ke dalam api neraka.” [011] (Sahih, Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Hakim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Diperjelaskan kepada kita mengenai balasan orang-orang yang tidak ikhlas untuk mendapatkan keredhaan Allah SWT. Mereka berbuat kebaikan demi kepentingan dunia dan diri mereka semata-mata.

b. Hendaklah melaksanakan ibadah dengan niat kerana Allah SWT dan untuk memperoleh keredhaan-Nya. (Sila rujuk Sahih Bukhari dalam hadis pendahuluan)

c. Hadis ini perlu dijadikan pengajaran bagi setiap lapisan masyarakat kerana segala nikmat Allah

Page 53: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

SWT akan ditanya untuk apa kita gunakan di dunia ini, terutama para ilmuwan, hartawan dan mereka yang mendakwa berjihad di jalan Allah SWT. Adakah kita benar-benar mengikut jalan yang ditunjuk oleh Rasulullah saw dan para sahabat?

Syirik - Perkara yang Paling Ditakuti Rasulullah SAW Atas Umatnya6. Dari Mahmud bin Labid r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku takuti atas kamu adalah syirik asghar (syirik kecil).” Para sahabat bartanya, ‘Ya Rasulullah, apa kah syirik asghar itu?’

Baginda Saw menjawab, “Riya’. Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman pada hari semua amalan-amalan diganjari, ‘Pergilah kamu kepada orang-orang yang telah kamu perlihatkan amalan-amalan kamu kepada mereka dan lihatlah samada ada balasan di sisi mereka itu (untuk kamu).” [014] (Sahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Al-Baghawi dalam Syarhul As-Sunnah. Kanzul Ummal dan At-Targhib wa Tarhib lil Al-Hafidz Al-Mundziri)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Amaran terhadap perbuatan riya’ iaitu, orang yang menunjuk-nunjuk amalannya kepada orang lain bagi memperoleh maksud tertentu, seperti bangga diri - ingin dikenali sebagai orang berilmu kerana amalan yang dilakukan dan lain-lain seumpamanya.

b. Perkataan ‘syirik kecil’ bukanlah bermakna meringan-ringankan perkara syirik, tetapi cukuplah dengan dosa yang bakal diperoleh oleh si pelaku. Perlu diingat, ini adalah perkara yang paling ditakuti Rasulullah saw ke atas umatnya.

c. Hari di mana segala rahsia terbongkar dan para pelaku riya’ berasa amat sengsara dan menyesal sekali kerana disuruh meminta pengurniaan pahala daripada orang yang mereka perlihatkan amalan itu.

7. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza Jalla berfirman, ‘Hamba-Ku akan berterusan bertanya tentang Daku’ : Allah ini telah menciptakan aku, maka siapakah pula yang menciptakan Allah?” [016] (Sahih Bukhari dan Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw benar-benar telah terjadi seperti sebuah hadis di dalam Musnad Imam Ahmad; seorang lelaki dari Iraq telah bertanya pada Abu Hurairah r.a, siapakah yang menciptakan Allah, lalu Abu Hurairah r.a menutup telinganya dan berteriak, “Benarlah Allah dan Rasul-Nya!” kemudian membaca Surah Al-ikhlas.

b. Tambahan Tulisan : Telah muncul zaman kita ini, tentang fahaman ‘Scientology’ yang kini menular di Malaysia. Golongan ini mengingkari takdir dan mengatakan setiap yang berlaku ada penjelasan sains tentangnya. Manusia semua bebas tanpa terikat dengan peraturan alam. Moga kita dilindungi oleh Allah yang Maha Penyayang dari tergolong di kalangan mereka ini.

Pagi Seorang Mukmin, Petang Menjadi Kafir8. Dari Zaid bin Kholid Al-Juhni r.a : Beliau telah berkata, Rasulullah saw telah bersolat subuh dengan kami di Hudaibiyyah di penghujung malam. Apabila selesai bersolat, baginda berpaling menghadap ke arah orang ramai (para sahabatnya) seraya bersabda, “Adakah kamu sekalian mengetahui apakah yang difirmankan oleh Tuhan kamu?” Mereka menjawab ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’

Rasulullah saw pun bersabda, “Allah berfirman, ‘Berpagi-pagi hamba-hamba-Ku beriman dengan-Ku. Maka adapun orang-orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan justeru dengan kurniaan Allah SWT dan rahmat-Nya’, orang yang berkata sedemikian itu adalah orang yang beriman dengan-Ku dan kufur dengan bintang-bintang.

Page 54: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dan adapun orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan disebabkan bintang yang condong ke arah barat ini dan itu’, maka orang yang berkata sedemikian adalah orang yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang (syirik-pent).” [017] (Sahih. Dikeluarkan oleh Imam Malik, Imam Syafi’e dalam musnadnya, Imam Al-Bukhari dan Muslim, Abi ‘Awanah dan Al-Baihaqi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Mereka yang beriktikad bahawa hujan turun adalah kerana, ketika bintang itu condong ke barat, maka hujan akan turun ketika itu (menolak kekuasaan Allah SWT). Padahal Allah SWT yang menurunkan hujan (rujuk Surah An-Naba’ [78] : 14-16).

b. Tambahan Tulisan : Perlu berhati-hati ketika mengeluarkan perkataan atau percakapan seperti orang zaman ini berkata, ’Hujan turun kerana bulan Disember’, atau ‘manusia boleh membuat hujan melalui pembenihan awan’ dan lain-lain percakapan yang menidakkan kekuasaan Allah SWT. Semoga Allah yang Maha Penyayang melindungi kita dari kekufuran.

Mencerca Masa9. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman : Anak Adam menyakiti Aku dengan mengutuk zaman (masa) dan Aku adalah zaman. Aku membolak-balikkan malam dan siang. Maka jika Aku menghendaki, Aku akan menggenggam kedua-duanya (malam dan siang).” [025] (Sahih. Dikeluarkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi)

Al-Hakim telah memulakan hadis di atas dengan kata-kata perawinya, Sufyan bin ‘Uyainah : Orang-orang jahiliyah telah berkata, ‘Sesungguhnya zaman (masa) itulah yang membinasakan kita semua. Dialah (perjalanan masa) yang mematikan dan menghidupkan kita.’ (Maksudnya, kaum jahiliyah menolak kekuasaan Allah yang Maha Agung).

Penciptaan Makhluk Di Dalam Rahim Ibunya10. Dari Abdullah bin Mas’ud : Rasulullah saw bersabda, “Penciptaan salah seorang kamu disempurnakan dalam rahim ibunya sepanjang tempoh beberapa kali (dalam) empat puluh hari. Empat puluh hari yang kedua dalam bentuk segumpal darah kemudian dalam empat puluh hari yang ketiga dalam bentuk segumpal daging.

Kemudian Allah mengutuskan malaikat kepadanya lalu diperintahkan agar menulis untuknya empat kalimah dengan firman-Nya : ‘Tulislah baginya amalannya, ajalnya, rezekinya dan samada celaka atau bahagia.’

Maka demi Dia yang memegang jiwa ku di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya (jika) seseorang dari kalangan kamu beramal dengan amalan ahli syurga hinggalah jarak beliau dengan syurga itu hanyalah satu hasta, maka sebagaimana telah dituliskan ketentuannya (sebagai ahli neraka) lalu beramallah beliau dengan amalan ahli neraka, justeru itu beliaupun masuk neraka.

Dan sesungguhnya (jika) seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli neraka hinggalah jarak beliau dengan neraka itu hanyalah sehasta, namun telah ditetapkan ketentuan (takdir) untuknya (sebagai ahli syurga) lalu beliaupun beramal dengan amalan ahli syurga, justeru itu beliaupun masuk syurga.” [040] (Sahih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Imam Ahmad dan hampir seumpama lafaznya juga yang telah dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi)

Keterangan Hadis : Begitu banyak pengajaran yang terdapat dalam hadis ini, namun kesimpulannya adalah mengagungkan kekuasaan Allah yang Maha Tinggi. Selain itu kita wajib beriman kepada qada dan qadar ini dan bersangka baik kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Jika kita merasakan bahawa kita adalah ahli syurga, maka berusahalah menuntut ilmu agar kita dapat beramal dengan amalan ahli syurga. Maksudnya, hadis ini memberi dorongan atau motivasi kepada kita untuk berusaha mendapatkan syurga.

Page 55: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis ini juga mengajar kita supaya tidak sombong dan memandang rendah pada orang lain kerana syurga dan neraka itu milik Allah yang Maha Agung dan Dia boleh memberi kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki-Nya.

Tambahan Tulisan : Mengenai penciptaan dalam masa empat puluh hari itu bererti keseluruhannya dalam tempoh masa empat puluh hari, bukan tiga atau empat bulan. Begitulah kajian ulama kini. Sila rujuk kajian Prof. Dr. Sharaf al-Qudhah [Fakulti Syariah, Universiti Jordan] dan diterjemahkan oleh Zulkifli Hj Mohd Yusoff Abdurrahim Yapono [Universiti Malaya] dalam bukunya berjudul ‘Bilakah Waktu Janin Ditiupkan Roh?’.

Pena (Al-Qalam)11. Dari Ubadah bin As-Somit r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama-tama diciptakan oleh Allah adalah ‘Al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata : ‘Apakah yang aku akan tulis?’ Allah berfirman : ‘Tulislah akan qadar (takdir) dan apa yang terjadi untuk selama-lamanya.” [041] ( Sahih. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud At-Tayaalisi)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Allah yang Maha Agung telah menetapkan semua takdir pada apa sahaja perkara yang berlaku dan akan berlaku selama-lamanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Pencipta segala sesuatu.

[b]. Allah Maha Mengetahui sejak azali bahawa jika seseorang itu melakukan kejahatan atau kebaikan setelah mereka diberi hak untuk membuat pilihan.

[c]. Keimanan seseorang hamba tidak akan sempurna jika tidak mengimani perkara takdir ini dan hendaklah mereka menerima baik atau buruk sesuatu takdir dengan redha.

Bab Solat

Bangun Di Waktu Malam12. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhni r.a : Nabi saw bersabda, “Dua orang lelaki dari kalangan umat ku; salah seorang dari mereka bangun di waktu malam seraya melawan keinginannya untuk terus tidur dan malas beribadat, lalu berwudhuk. Diikat pada tubuhnya (orang yang tidur) beberapa ikatan (oleh syaitan).

Maka apabila beliau berwudhuk dan mewudhukkan kedua-dua tangannya, terlepaslah satu ikatan. Dan apabila dia mewudhukkan wajahnya terlepaslah pula satu ikatan. Apabila mengusap wajahnya, terlepaslah pula satu ikatan. Apabila mengusap kepalanya terlepas lagi satu ikatan dan apabila beliau mewudhukkan kakinya terlepas pula ikatan yang lain.

Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada mereka yang berada di sebalik hijab (para malaikat) : ‘Kamu lihatlah kepada hamba-Ku ini. Beliau melawan keinginan (untuk terus tidur dan beribadat) nafsunya, lalu meminta (berdoa selepas solat) dari-Ku. Oleh itu, apa sahaja yang dipinta oleh hamba-Ku maka itulah miliknya (doanya dimakbulkan oleh Allah yang Maha Tinggi).

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Sesungguhnya seseorang Muslim apabila hendak melakukan kebaikan atau beribadah memerlukan tahap kesabaran yang tinggi dan kekuatan menentang penguasaan syaitan ke atas dirinya.

[b]. Di antara senjata untuk melawan penguasaan syaitan ke atas diri adalah dengan berwudhuk.

[c]. Allah yang Maha Agung mencintai seseorang mukmin yang berjuang melawan penguasaan syaitan ke atas dirinya dengan merawatinya melalui berbuat ketaatan. Hasilnya Allah yang Maha Agung menerima doa yang dipanjatkannya.

Page 56: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Malaikat Pencatat Amalan13. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Malaikat-malaikat pencatat amalan yang dilakukan di waktu malam dan siang silih berganti mencatat amalan-amalan kamu. Mereka berkumpul di waktu solat Asar dan solat Subuh.

Kemudian malaikat yang bermalam di kalangan mereka naik. Allah bertanya kepada mereka (sedangkan Allah Maha Mengetahui) : ‘Dalam keadaan bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hambaKu?’ Mereka menjawab : ‘Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mereka bersolat dan kami telah datang kepada mereka dalam keadaan mereka juga bersolat.” [062] (Sahih. Dikeluarkan oleh Imam Malik. Al-Bukhari dan Muslim, Imam Ahmad, Abu ‘Awanah dan Al-Baghowi)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Para malaikat pencatat amalan itu terbahagi kepada dua golongan;[1]. Golongan yang bertugas dari fajar hingga ke solat Asar[2]. Golongan yang bertugas dari solat Asar hingga kef ajar berikutnya.

[b]. Manusia seharusnya sedar; segala perbuatannya, siang dan malam dicatat oleh malaikat sebagai bukti dan saksi apa yang telah kita lakukan ketika hidup di dunia ini pada hari pembalasan nanti.

Solat Adalah Amalan yang Pertama Dihisab14. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amalan pertama akan dihisab pada seseorang hamba ialah solatnya. Jika solatnya baik maka sesungguhnya beliau telah berjaya dan selamat dan sekiranya solatnya rosak maka sesungguhnya rugi dan binasalah ia.

Sekiranya berlaku sesuatu kekurangan pada solat fardhunya, maka Tuhan Pemelihara Azza wa Jalla akan berfirman (kepada para malaikat-Nya) : Lihatlah oleh kamu adakah hamba-Ku mempunyai ibadat tathowwu’?

Lalu solat fardhunya itu disempurnakan dengan solat tathowwu’-nya itu. Kemudian seluruh amalan dihisab sedemikian juga.” [065] (Sahih. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa’i. Juga dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Hakim dll dengan lafaz sedikit berbeza)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Ibadat tathowwu’ adalah salah satu dari cabang amalan-amalan mandub (sunat). Antara contoh ibadat tathowwu’ seperti sedekah, puasa Isnin dan Khamis, solat sunat dan sunat muakkad. Dipanggil juga sunat tambahan atau nafilah. (Sila rujuk ilmu usul fiqh).

[b]. Mengenai kekurangan solat fardhu, ulama mempunyai pelbagai pendapat. Antaranya, kekurangan kerana kurang khusyuk dalam solat, kekurangan bilangan solat fardhu, kekurangan kesempurnaan solat dan lain-lain.

Namun ulama memilih kekurangan pada bilangan solat fardhu yang ditinggalkan lebih sesuai dalam mentakrif hadis tersebut.

[c]. Jangan sesekali kita memandang remeh ibadah sunat. ‘Ibadah sunat adalah perkara yang apabila dikerjakan, mendapat pahala yang boleh menyelamat dari azab dan apabila ditinggalkan, akan mengalami kerugian yang besar’.

Tertolak Solat yang Tidak Dibacakan Al-Fatihah16. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan satu solat tanpa Ummul Quran (Al-Fatihah) maka beliau seorang penipu (diulang tiga kali), (iaitu) tidak sempurna.”

Lalu ditanya (oleh orang) kepada Abu Hurairah : “Sesungguhnya (jika) kami bersolat di belakang

Page 57: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

imam?”

Kata Abu Hurairah r.a : “Bacalah untuk diri mu kerana sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda” : “Allah Ta’ala berfirman : Aku membahagikan solat itu antara-Ku dengan hamba-Ku kepada dua bahagian dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya (permintaannya dikabulkan).

Apabila si hamba membaca : Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku memuji-Ku.

Apabila si hamba membaca : Yang Maha Pemurah dan Pengasih, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku memuja-Ku.

Apabila si hamba membaca : Penguasa hari pembalasan,Allah berfirman : Hamba-Ku mengagungkan Daku, hamba-Ku menyerahkan (urusannya kepada-Ku).

Apabila si hamba membaca : Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan,Allah Ta’ala berfirman : Ini adalah antara-Ku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya.

Apabila si hamba membaca : Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau kurniakan nikmat dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai dan orang-orang yang sesat,Allah berfirman : Ini adalah untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya.”[074] (Sahih. Dikeluarkan oleh Muslim, Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dll)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Penipuan dalam solat adalah orang yang tidak tidak mengerjakan solat dengan sempurna (tidak sempurna rukunnya). Puncanya kerana membiarkan diri dalam keadaan jahil dan tidak ambil peduli untuk mempelajari cara bersolat.

[b]. Membahagikan solat itu kepada dua bahagian bermaksud, solat tidak sah tanpa membaca surah Al-Fatihah ini (catatan tepi Sahih Muslim).

Membelanjakan Harta di Jalan Allah17. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman : Belanjalah wahai anak Adam, Aku akan berbelanja atasmu.” [079] (Sahih. Riwayat Bukhari, Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran : Membelanjakan harta di jalan Allah bermaksud : Belanja yang membawa erti menafkahkan harta kepada ibu bapa yang miskin, isteri, anak-anak dalam tanggungan dan tiada sumber pendapatan, kaum kerabat terdekat yang miskin, kaum fakir miskin, orang-orang yang dalam kesusahan dan segala kebaikan yang lainnya kerana Allah Ta’ala.

Mengutamakan yang Lebih Utama18. Dari Abu Umamah r.a : Rasulullah saw bersabda, “(Allah Azza wa Jalla berfirman) : Wahai anak Adam, sekiranya engkau membelanjakan kelebihan yang ada pada kamu maka itu adalah baik untuk kamu dan jika kamu menahannya maka ia adalah buruk bagi mu.

Dan kamu tidak akan ditempelak (dicela atau dicerca) di atas kadar keperluan yang ada pada kamu. Dan mulakannya (pemberian) itu dengan orang yang bergantung pada mu. Dan tangan di atas adalah lebih baik dari tangan yang di bawah.” [082] (Sahih. Riwayat Muslim, Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Page 58: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Pengorbanan dan sedekah harta yang lebih dari keperluan sendiri dan orang-orang dalam tanggungannya dikira sebagai kebaikan. Keengganan bersedekah kerana kebakhilan hanya membawa keburukan pada diri sendiri.

[b]. ‘Dan kamu tidak akan ditempelak (dicela atau dicerca) di atas kadar keperluan yang ada pada kamu’ bermaksud : tidak dikira berdosa berbelanja pada diri sendiri dan tanggungan seperti membeli rumah yang besar, kereta dan sebagainya.

[c]. Mengutamakan pemberian kepada orang yang menjadi tanggungan.

[d]. Islam menyuruh kepada membantu sesama Islam bukan mencaci, menghina dan kemungkaran lainnya seperti yang terjadi waktu ini.

[e]. Menggalakkan berusaha kepada peningkatan taraf hidup dan bukan hanya berpeluk tubuh mengharap bulan jatuh ke riba.19. Dari Abu Waaqid Al-Laithi r.a, katanya : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman : Sesungguhnya Kami telah menurunkan (mengurniakan) harta bagi mendirikan solat dan mengeluarkan zakat.Jika seorang anak Adam itu mempunyai satu wadi (satu lembah harta) maka sudah pasti ia suka andainya beliau mempunyai wadi kedua; dan sekiranya beliau mempunyai dua wadi sudah pasti beliau suka untuk mempunyai wadi yang ketiga.Tidaklah yang memenuhi perut anak Adam melainkan tanah (sikap cinta kepada harta dunia itu akan berakhir bila mati). Kemudian Allah menerima taubat siapa yang bertaubat kepada-Nya.” [086] Sahih. Riwayat AhmadPenjelasan dan Pengajaran : Hadis ini menjelaskan peranan harta di muka bumi ini iaitu, ia digunakan untuk membuat amal kebajikan dan beribadah kepada Allah Subhana wa Ta’ala. Di dalam firman-Nya;

Surah Al-Qasos [28] : 77Terjemahan : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan

janganlah kamu berbuat kerosakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan.

Perkataan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi bukanlah bermaksud mencari dunia separuh dan akhirat separuh (dunia 50% - akhirat 50%) ataupun keseimbangan dalam mencari harta di dunia dan akhirat.Tetapi apa yang dimaksudkan menerusi ayat itu dalam tafsir Ibnu Katsir adalah, segala harta yang dikurniakan oleh Allah Ta’ala kepada kita adalah untuk tujuan berbuat kebajikan dan ibadah kepada Allah Ta’ala.Tidak salah jika kita berusaha mencari berbillion harta di muka bumi ini, tetapi ia bukan untuk tujuan berbangga diri, berbuat maksiat atau kemungkaran lainnya. Ia digunakan untuk kebaikan manusia, Islam khususnya seperti membayar zakat, membina masjid, berjihad atau apa sahaja kebajikan dan ibadah kepada Allah Ta’ala semata-mata.

Selain itu hadis ini juga menerangkan kepada kita bahawa sifat manusia begitu mudah ditewaskan dengan sifat tamak dan digunakan harta itu untuk memuaskan hawa nafsunya dan seringkali tidak merasa cukup pada apa yang ada pada dirinya atau kurang bersyukur.

Pemusnah bagi sifat tamak yang bermaharajalela ini adalah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu mati. Apabila mati, tiada harta, makanan atau minuman yang memenuhi perut kita kecuali tanah. Wallahu’alam

Kelebihan Berpuasa20. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, (Allah Subhana wa Ta’ala berfirman), “Setiap

Page 59: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

amalan anak Adam adalah untuknya melainkan puasa, maka ia adalah untuk-Ku dan Aku yang mengganjarinya.

Dan demi Dia (Allah) yang memegang jiwaku (Nabi Muhammad saw) di dalam Tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi. Dan puasa itu adalah perisai (yang melindungi dari api neraka).

Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Rabb Azza wa Jalla di mana dia bergembira dengan puasanya.” [104] Sahih. Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Khuzaimah

Penjelasan dan Pengajaran : 1. Berkata Imam Ibnu Hajar, maksud ganjaran puasa dari Allah adalah ganjaran pahala yang tidak terkira banyaknya. Amalan lain dikira; satu kebaikan digandakan dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali ganda, tetapi puasa hanya Allah yang memberi ganjarannya dan ganjarannya adalah besar.

2. Maksud ‘tangan’ di sini seperti umum yang kita ketahui iaitu, tanpa;

(a). Tahrif (tidak mengubah lafaz atau mengubah maknanya),

(b). Ta’til (tidak menafikan atau menolaknya),

(c). Takyif (tidak bertanya bagaimana) dan

(d). Tamsil (tidak menyerupai Allah dalam zat mahupun perbuatan seperti menyamakan dengan makhluk, sifat makhluk dan menyerupakan sesuatu yang tidak ada, tidak sempurna dan lain-lain).

Semua makna hakiki mengenai sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran mahupun hadis, hanya Allah yang Maha Mengetahui.

3. ‘Puasa itu adalah perisai’. Tambahan oleh ‘Koleksi Hadis (penulis tulisan)’ pada perkataan selepas itu ‘yang melindungi dari api neraka’ berdasarkan sebuah hadis Hasan dari Imam Ahmad dalam kitab sama, hadis bernombor 105.

Allah Tertawa Kepada Dua OrangDari Ibnu Mas’ud r.a, katanya : (Bersabda Rasulullah saw), “Dua orang lelaki yang mana Allah tertawa (dalam riwayat Abu Darda’ r.a dengan darjat Hasan juga dari Thabrani, ditulis ‘ketawa dan bergembira’) melihat kedua-dua mereka;

(a). Seorang lelaki yang berada di atas kudanya yang menyerupai kuda-kuda para sahabatnya. Musuhpun berhadapan dengan mereka lalu tumpas. Manakala lelaki itu tetap teguh atas kudanya (berjihad). Sekiranya beliau terbunuh, maka beliau telahpun menemui kesyahidan. Maka itulah lelaki yang mana Allah tertawa melihatnya.

(b). Dan seorang lelaki yang bangun pada waktu malam, tidak ada seorang pun mengetahuinya lalu beliau menyempurnakan wudhuk dan berselawat ke atas Muhammad solallahu ‘alaihi wasallam dan memuji Allah serta memulakan bacaan Al-Quran (dalam riwayat lain status Sahih dari Imam Ahmad dan Ibnu Hibban ditulis ‘bersolat’).

Maka Allah tertawa melihatnya dan berfirman kepada malaikat-Nya; “Lihatlah kepada hamba-Ku. Tidaklah seorang pun melihatnya kecuali Aku.” [142] Hasan Li Ghoyrihi. Riwayat Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir

Penjelasan dan Pengajaran : 1. Maksud ‘ketawa’ di sini seperti umum yang kita ketahui iaitu, tanpa;

Page 60: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(a). Tahrif (tidak mengubah lafaz atau mengubah maknanya), (b). Ta’til (tidak menafikan atau menolaknya),(c). Takyif (tidak bertanya bagaimana) dan (d). Tamsil (tidak menyerupai Allah dalam zat mahupun perbuatan seperti menyamakan dengan makhluk, sifat makhluk dan menyerupakan sesuatu yang tidak ada, tidak sempurna dan lain-lain).

2. Antara jalan menuju kepada mecintai Allah Subhana wa Ta’ala adalah dengan berjihad dan beramal soleh.

3. Manusia dimuliakan di hadapan malaikat kerana amalannya yang ikhlas semata-mata kerana Allah Ta’ala.

4. Besarnya pahala mengikuti sunnah Rasulullah saw (bangun beribadah pada waktu malam ketika orang lain sedang lena) hingga Allah gembira melihatnya dan memujinya di hadapan malaikat.=== Imam Nasa'i

Nama penuh beliau ialah al-Hafidz Abu Abdul Rahman Ahmad bin Syuib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar al-Khurasani al Nasa’i.

Imam Nasa'i juga merupakan tokoh ulama kenamaan ahli hadis pada masanya. Selain Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami' At-Tirmidzi, juga karya besar Imam Nasa'i, Sunan us-Sughra termasuk jajaran kitab hadis pokok yang dapat dipercayai dalam pandangan ahli hadis dan para pengkritik hadis.

Ia adalah seorang imam ahli hadis syaikhul Islam sebagaimana diungkapkan az-Zahabi dalam Tazkirah-nya Abu 'Abdurrahman Ahmad bin 'Ali bin Syu'aib 'Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Qadi, pengarang kitab Sunan dan kitab-kitab berharga lainnya. Juga ia adalah seorang ulama hadis yang jadi ikutan dan ulama terkemuka melebihi para ulama yang hidup pada zamannya.

Dilahirkan di sebuah tempat bernama Nasa' pada tahun 215 H. Ada yang mengatakan pada tahun 214 H.

PengembaraannyaIa lahir dan tumbuh berkembang di Nasa', sebuah kota di Khurasan yang banyak melahirkan ulama-ulama dan tokoh-tokoh besar. Di madrasah negeri kelahirannya itulah ia menghafal Al-Qur'an dan dari guru-guru negerinya ia menerima pelajaran ilmu-ilmu agama yang pokok. Setelah meningkat remaja, ia senang mengembara untuk mendapatkan hadis.

Belum lagi berusia 15 tahun, ia berangkat mengembara menuju Hijaz, Iraq, Syam, Mesir dan Jazirah. Kepada ulama-ulama negeri tersebut ia belajar hadis, sehingga ia menjadi seorang yang sangat terkemuka dalam bidang hadis yang mempunyai sanad yang 'Ali (sedikit sanadnya) dan dalam bidang kekuatan periwayatan hadis.

Nasa'i merasa sesuai tinggal di Mesir. Kerananya, ia kemudian menetap di negeri itu, di jalan Qanadil. Dan seterusnya menetap di kampung itu hingga setahun menjelang wafatnya. Kemudian ia berpindah ke Damsyik. Di tempatnya yang baru ini ia mengalami suatu peristiwa tragis yang menyebabkan ia menjadi syahid. Alkisah, ia dimintai pendapat tentang keutamaan Mu'awiyyah r.a. Tindakan ini seakan-akan mereka minta kepada Nasa'i agar menulis sebuah buku tentang keutamaan Mu'awiyyah, sebagaimana ia telah menulis mengenai keutamaan Ali r.a.

Oleh kerana itu ia menjawab kepada penanya tersebut dengan "Tidakkah Engkau merasa puas dengan adanya kesamaan darjat (antara Mu'awiyyah dengan Ali), sehingga Engkau merasa perlu untuk mengutamakannya?" Mendapat jawaban seperti ini mereka naik pitam, lalu memukulinya sampai-sampai buah kemaluannya pun dipukul, dan menginjak-injaknya yang kemudian menyeretnya keluar dari masjid, sehingga ia nyaris menemui kematiannya.

WafatnyaTidak ada kesepakatan pendapat tentang di mana ia meninggal dunia. Imam Daraqutni menjelaskan, bahawa di saat mendapat cubaan tragis di Damsyik itu ia meminta supaya dibawa ke Makkah.

Page 61: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Permohonannya ini dikabulkan dan ia meninggal di Makkah, kemudian dikebumikan di suatu tempat antara Safa dan Marwah. Pendapat yang sama dikemukakan pula oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-'Uqbi al-Misri dan ulama yang lain.

Imam az-Zahabi tidak sependapat dengan pendapat di atas. Menurutnya yang benar ialah bahawa Nasa'i meningal di Ramlah, suatu tempat di Palestina. Ibn Yunus dalam Tarikhnya setuju dengan pendapat ini, demikian juga Abu Ja'far at-Tahawi dan Abu Bakar bin Naqatah. Selain pendapat ini menyatakan bahawa ia meninggal di Ramlah, tetapi yang jelas ia dikebumikan di Baitul Maqdis. Ia wafat pada tahun 303 H.

Sifat-sifatnyaIa bermuka tampan. Warna kulitnya kemerah-merahan dan ia senang mengenakan pakaian garis-garis buatan Yaman. Ia adalah seorang yang banyak melakukan ibadah, baik di waktu malam atau siang hari, dan selalu beribadah haji dan berjihad.

Ia sering ikut bertempur bersama-sama dengan gabenor Mesir. Mereka mengakui kesatriaan dan keberaniannya, serta sikap konsistensinya yang berpegang teguh pada sunnah dalam menangani masalah penebusan kaum Muslimin yang tetangkap lawan.

Dengan demikian ia dikenal senantiasa "menjaga jarak" dengan majlis sang Amir, padahal ia tidak jarang ikut bertempur besamanya. Demikianlah. Maka, hendaklah para ulama itu senantiasa menyebar luaskan ilmu dan pengetahuan. Namun ada panggilan untuk berjihad, hendaklah mereka segera memenuhi panggilan itu. Selain itu, Nasa'i telah mengikuti jejak Nabi Dawud, sehari puasa dan sehari tidak.

Fiqh Nasa'iIa tidak saja ahli dan hafal hadis, mengetahui para perawi dan kelemahan-kelemahan hadis yang diriwayatkan, tetapi ia juga ahli fiqh yang berwawasan luas.Imam Daraqutni pernah berkata mengenai Nasa'i bahawa ia adalah salah seorang Syaikh di Mesir yang paling ahli dalam bidang fiqh pada masanya dan paling mengetahui tentang hadis dan perawi-perawi.

Ibnul Asirr al-Jazairi menerangkan dalam mukadimah Jami'ul Usul-nya, bahawa Nasa'i bermazhab Syafi'i dan ia mempunyai kitab Manasik yang ditulis berdasarkan mazhab Syafi'i, rahimahullah.

Karya-karyanyaImam Nasa'i telah menulis beberapa kitab besar yang tidak sedikit jumlahnya. Di antaranya:

1. As-Sunan ul-Kuba.2. As-Sunan us-Sughra, tekenal dengan nama Al-Mujtaba.3. Al-Khasa'is.4. Fada'ilus-Sahabah.5. Al-Manasik.Di antara karya-karya tersebut, yang paling besar dan bemutu adalah Kitab As-Sunan.

Sekilas tentang Sunan An-Nasa'iNasa'i menerima hadis dari sejumlah guru hadis terkemuka. Di antaranya ialah Qutaibah Imam Nasa'i Sa'id. Ia mengunjungi Qutaibah ketika berusia 15 tahun, dan selama 14 bulan belajar di bawah asuhannya. Guru lainnya adalah Ishaq bin Rahawaih, al-Haris bin Miskin, 'Ali bin Khasyram dan Abu Dawud penulis as-Sunan, serta Tirmidzi, penulis al-Jami'.

Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh para ulama yang tidak sedikit jumlahnya. Antara lain Abul Qasim at-Tabarani, penulis tiga buah Mu'jam, Abu Ja'far at-Tahawi, al-Hasan bin al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu'awiyyah bin al-Ahmar al-Andalusi dan Abu Bakar bin Ahmad as-Sunni, perawi Sunan Nasa'i.

Ketika Imam Nasa'i selesai menyusun kitabnya, As-Sunan ul-Kubra, ia lalu menghadiahkannya kepada Amir ar-Ramlah. Amir itu bertanya: "Apakah isi kitab ini sahih seluruhnya?" "Ada yang sahih, ada yang hasan dan ada pula yang hampir serupa dengan keduanya," Jawabnya. "Kalau demikian," kata sang Amir, "Pisahkan hadis-hadis yang sahih saja."

Atas permintaan Amir ini maka Nasa'i berusaha menasingkannya, memilih yang sahih-sahih saja, kemudian dihimpunnya dalam suatu kitab yang dinamakan As-Sunan us-Sughra dan kitab ini disusun menurut sistematika fiqh sebagaimana kitab-kitab Sunan yang lain.

Page 62: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Imam Nasa'i sangat teliti dalam menyusun kitab Sunan us-Sughra. Kerananya, ulama berkata: "Kedudukan kitab Sunan Sughra ini di bawah darjat Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, kerana sedikit sekali hadis dha'if yang terdapat di dalamnya."

Oleh kerana itu, kita dapatkan bahawa hadis-hadis Sunan Sughra yang dikritik oleh Abul Faraj ibnul al-Jauzi dan dinilainya sebagai hadis maudhu' kepada hadis-hadis tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima. As-Suyuti telah menyanggahnya dan mengemukakan pandangan yang berbeza dengannya mengenai sebahagian besar hadis yang dikritik itu.

Dalam Sunan Nasa'i terdapat hadis-hadis shahih, hasan, dan dha'if, hanya saja hadis yang dha'if sedikit sekali jumlahnya. Adapun pendapat sebahagian ulama yang menyatakan bahawa isi kitab Sunan ini sahih semuanya, adalah suatu anggapan yang sambil lewa, tanpa didukung oleh penelitian mendalam. Atau maksud pernyataan itu adalah bahawa sebahagian besar ini Sunan adalah hadis sahih.

Sunan us-Sughra inilah yang dikategorikan sebagai salah satu kitab hadis pokok yang dapat dipercaya dalam pandangan ahli hadis dan para pengkritik hadis. Sedangkan Sunan ul-Kubra, metode yang ditempuh Nasa'i dalam penyusunannya adalah tidak meriwayatkan sesuatu hadis yang telah disepakati oleh ulama kritik hadis untuk ditinggalkan.

Apabila sesuatu hadis yang dinisbahkan kepada Nasa'i, misalnya dikatakan, "hadis riwayat Nasa'i", maka yang dimaksudkan ialah "riwayat yang di dalam Sunan us-Sughra, bukan Sunan ul-Kubra", kecuali yang dilakukan oleh sebahagian kecil para penulis.

Hal itu sebagaimana telah diterangkan oleh penulis kitab 'Aunul-Ma'bud Syarhu Sunan Abi Dawud pada bahagian akhir huraiannya: "Ketahuilah, pekataan al-Munziri dalam Mukhtasar-nya dan perkataan al-Mizzi dalam Al-Atraf-nya, hadith ini diriwayatkan oleh Nasa'i", maka yang dimaksudkan ialah riwayatnya dalam As-Sunan ul-Kubra, bukan Sunan us-Sughra yang kini beredar di hampir seluruh negeri, seperti India, Arabia, dan negeri-negeri lain.

Sunan us-Sughra ini merupakan ringkasan dari Sunan ul-Kubra dan kitab ini hampir-hampir sulit ditemukan. Oleh kerana itu hadis-hadis yang dikatakan oleh al-Munziri dan al-Mizzi, "diriwayatkan oleh Nasa'i" adalah tedapat dalam Sunan ul-Kubra. Kita tidak perlu bingung dengan tiadanya kitab ini, sebab setiap hadis yang tedapat dalam Sunan us-Sughra, terdapat pula dalam Sunanul-Kubra dan tidak sebaliknya.Mengakhiri pengkajian ini, perlu ditegaskan kembali, bahawa Sunan Nasa'i adalah salah satu kitab hadis pokok yang menjadi pegangan.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.

Diambil dari http://www.skdoj.net/index.php?option=com_content&view=article&id=186:sejarah-hidup-6-enam-tokoh-penghimpun-hadith&catid=72:artikel&limitstart=3 dengan sedikit pengubahsuaian bahasa oleh KoleksiHadis

(Rujukan dari KoleksiHadis : Biografi Ulama’-Ulama’ Hadis oleh A/Prof Dr. Ariffin bin Omar dan H M Yusuf Sinaga) – Terbitan Jahabersa===

Kitab Bersuci

1. Kewajiban bersuci ketika solat

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Solat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih Muslim No.330)

2. Cara wudu dan kesempurnaannya

• Hadis riwayat Usman bin Affan ra.:

Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya

Page 63: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu solat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.331)

3. Keutamaan wudu dan salat sunat wudu

• Hadis riwayat Usman ra.:

Dari Abu Anas bahwa Usman ra. berwudu di kedai dan berkata: Mahukah aku tunjukkan cara wudu Rasulullah saw.? Kemudian ia berwudu tiga kali-tiga kali. (Shahih Muslim No.337)

4. Wudu Nabi saw.

• Hadis riwayat Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra.:

Dia pernah diminta berwudu seperti wudu Rasulullah saw., Lalu ia minta air sebejana, kemudian menuangkannya pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. Setelah itu ia masukkan tangannya lalu mengeluarkannya, berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali. Sesudah itu ia memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Setelah itu memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing dua kali. Lalu memasukkan tangan lalu mengeluarkannya, kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke belakang. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki (buku lali), dan berkata: Demikianlah wudu Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.346)

5. Hitungan ganjil dalam hal menghirup air ke hidung dan beristinja dengan batu

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau beristinja dengan batu, hendaklah beristinja dengan hitungan ganjil dan apabila berwudu lalu memasukkan air ke hidung, hendaklah mengeluarkannya. (Shahih Muslim No.348)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, hendaklah mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) tiga kali, karena syaitan itu menginap di batang hidungnya. (Shahih Muslim No.351)

6. Wajib membasuh kedua kaki dengan sempurna

• Hadis riwayat Abdullah bin Umru ra., ia berkata:

Bersama Rasulullah saw. kami kembali dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami berada pada sebuah oase di tengah jalan, beberapa orang tergesa-gesa menunaikan solat Asar. Mereka berwudu dengan tergesa-gesa. Lalu kami dekati mereka, tampak tumit mereka tidak terkena air, maka Rasulullah saw. bersabda: Siksa neraka bagi (pemilik) tumit itu. Sempurnakanlah wudu kalian. (Shahih Muslim No.354)

Page 64: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. melihat seorang lelaki tidak membasuh kedua tumitnya, beliau bersabda: Siksa neraka, bagi para pemilik tumit. (Shahih Muslim No.356)

7. Sunat memperluas basuhan dari yang wajib, seperti membasuh muka lebih luas, tangan, kaki

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Kalian adalah orang-orang yang memiliki cahaya muka, cahaya tangan dan cahaya kaki pada hari kiamat, kerana penyempurnaan wudu. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu, hendaklah ia memanjangkan cahaya putih tersebut. (Shahih Muslim No.362)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. menziarahi kuburan. Beliau berdoa: "Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami, insya Allah akan menyusulmu". Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda: Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka, kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar, bekas wudu. Aku mendahului mereka datang ke telaga. Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim No.367)

8. Siwak

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan orang-orang beriman (dalam hadis riwayat Zuhair, umatku), niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan salat. (Shahih Muslim No.370)

• Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:

Aku mendatangi Nabi saw. sementara ujung siwak berada di mulut beliau. (Shahih Muslim No.373)

• Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata:

Apabila Rasulullah saw. bangun untuk melakukan solat tahajjud, beliau menggosok giginya dengan siwak. (Shahih Muslim No.374)

9. Fitrah (Pembawaan/Tabii)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Fitrah itu ada lima, atau ada lima perkara yang termasuk

Page 65: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

fitrah; berkhitan; mencukur rambut kemaluan; memotong kuku; mencabut bulu ketiak dan menggunting kumis. (Shahih Muslim No.377)

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Potonglah kumis dan panjangkanlah jenggot. (Shahih Muslim No.380)

10. Mencuci dan adab buang air

• Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila engkau ke tandas, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat. (Shahih Muslim No.388)

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra. bahwa ia berkata:

Banyak orang berkata: Apabila engkau duduk buang hajatmu, janganlah menghadap kiblat atau Baitulmakdis. Abdullah berkata: Aku pernah naik ke loteng rumah, aku melihat Rasulullah saw. duduk berjongkok buang hajat di atas dua buah batu dengan menghadap ke Baitulmakdis. (Shahih Muslim No.390)

11. Larangan beristinja dengan tangan kanan

• Hadis riwayat Abdullah bin Abu Qatadah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan saat kencing. Jangan beristinja dengan tangan kanan. Dan janganlah bernafas dalam wadah (minuman). (Shahih Muslim No.392)

12. Menggunakan tangan kanan dalam bersuci atau lainnya

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. suka memulai dengan yang kanan saat bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal. (Shahih Muslim No.395)

13. Beristinja dengan air dari buang hajat

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:

Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti seorang anak muda yang membawa kendi, ia paling muda di antara kami, lalu anak muda itu meletakkan kendinya dekat pohon bidara. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan hajat beliau menemui kami lagi. Tadi beliau beristinja dengan air. (Shahih Muslim No.398)

14. Mengusap sepasang khuf (sepatu kulit)

• Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra.:

Dari Hammam, ia berkata: Jarir pernah buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khufnya. Lalu ia ditanya: Engkau melakukan hal itu? Dia menjawab: Ya, aku pernah melihat Rasulullah saw. buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.401)

Page 66: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata:

Aku pernah bersama Nabi saw. tiba di suatu tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Beliau kencing dengan berdiri, lalu aku menjauh. Beliau bersabda: Mendekatlah, maka aku mendekat sampai berdiri di dekat tumit beliau. Kemudian beliau berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.402)

• Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.:

Dari Rasulullah saw. bahwa beliau keluar untuk buang hajat dan Mughirah mengikutinya dengan membawa sekantung air. Setelah Nabi selesai ia menuangkan airnya. Beliau berwudu dan mengusap kedua khuf beliau. (Shahih Muslim No.404)

15. Orang yang akan wudu makruh mencelupkan tangannya yang diragukan kenajisannya ke dalam wadah (air) sebelum dibasuh tiga kali

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana air sebelum membasuhnya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya menginap. (Shahih Muslim No.416)

16. Hukum jilatan anjing

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Apabila anjing minum (dengan ujung lidahnya) dalam wadah milik salah seorang di antara kalian, hendaklah ia membuang airnya kemudian membasuh wadah itu tujuh kali. (Shahih Muslim No.418)

17. Larangan kencing pada air tenang

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian kencing dalam air yang diam tenang lalu mandi dengan air tersebut. (Shahih Muslim No.424)

18. Wajib membasuh air kencing dan najis-najis lain yang ada di masjid dan bahwa tanah dapat disucikan dengan air tanpa harus menggalinya

• Hadis riwayat Anas ra.:

Bahwa seorang badui kencing di mesjid, lalu sebagian sahabat menghampirinya. Rasulullah saw. bersabda: Biarkan, jangan engkau hentikan. Anas berkata: Ketika orang itu telah selesai, Nabi saw. meminta seember air, lalu menyiramkannya pada tempat kencing itu. (Shahih Muslim No.427)

19. Hukum air kencing bayi yang masih menyusu dan cara membasuhnya

• Hadis riwayat Aisyah istri Nabi ra.:

Bahwa Nabi saw. pernah didatangi orang-orang yang membawa beberapa bayi, kemudian beliau mendoakan dan menyuapi mereka. Lalu seorang anak kencing dan mengenai beliau. Lantas beliau meminta air dan menuangkannya pada air kencing tadi dan tidak mencucinya. (Shahih Muslim No.430)

Page 67: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Ummu Qais binti Mihshan ra.:

Bahwa ia datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa putranya yang belum pernah makan makanan, kemudian meletakkannya di pangkuan beliau, lalu bayi tersebut kencing. Beliau hanya menyiramnya dengan air. (Shahih Muslim No.432)

20. Hukum mani (sperma)

• Hadis riwayat Aisyah ra.:

Dari Alqamah bahwa seseorang datang kepada Aisyah, kemudian Aisyah berkata: Seandainya engkau melihat mani, maka engkau cukup mencuci tempatnya saja, kalau engkau tidak melihatnya, engkau siram air di sekitarnya. Aku pernah mengerik mani pada pakaian Rasulullah saw. dengan sekali kerik, kemudian beliau memakainya untuk salat. (Shahih Muslim No.434)

21. Najisnya darah dan cara membasuhnya

• Hadis riwayat Asma ra., ia berkata:

Seorang wanita datang kepada Nabi saw., ia berkata: Salah seorang di antara kami, pakaiannya terkena darah haid. Apa yang harus dilakukannya? Beliau bersabda: Mengerik darah itu, lalu menggosoknya dengan air, kemudian dibasuh. Setelah itu ia boleh salat dengan pakaian tersebut. (Shahih Muslim No.438)

22. Dalil najisnya air kencing dan kewajiban membersihkannya

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:

Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kubur, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih Muslim No.439).

== Kitab Solat

1. Permulaan azan

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:Dahulu, orang-orang Islam ketika tiba di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkirakan waktu solat. Tidak ada seorang pun yang menyeru untuk solat. Pada suatu hari mereka membicarakan hal itu. Sebagian mereka berkata: Gunakanlah lonceng seperti lonceng orang Kristen. Sebagian yang lain berkata: Gunakanlah terompet seperti terompet orang Yahudi. Kemudian Umar berkata: Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang agar berseru untuk salat? Rasulullah saw. bersabda: Hai Bilal, bangunlah dan serulah untuk salat. (Shahih Muslim No.568)

2. Perintah menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamat

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Bilal diperintahkan agar menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamat. (Shahih Muslim No.569)

3. Sunat menunjuk dua orang muazin untuk satu masjid

Page 68: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:Rasulullah saw. mempunyai dua muazin, Bilal dan Ibnu Ummu Maktum yang buta. (Shahih Muslim No.573)

4. Sunat membaca seperti yang dikumandangkan muazin bagi yang mendengar azan kemudian membaca selawat untuk Nabi saw. dan memohon wasilah untuknya• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau mendengar azan, maka bacalah seperti yang dikumandangkan muazin. (Shahih Muslim No.576)

5. Keutamaan azan dan larinya syaitan ketika mendengar azan

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Nabi saw., Beliau bersabda: Sesungguhnya syaitan, apabila mendengar azan untuk solat, ia berlari sambil terkentut-kentut sampai tidak mendengarnya lagi. Ketika azan telah berhenti, ia kembali menghasut. Apabila mendengar iqamat, ia pergi sampai tidak mendengarnya. Ketika iqamat telah berhenti, ia kembali menghasut lagi. (Shahih Muslim No.582)

6. Sunat mengangkat dua tangan sejajar pundak ketika takbiratul ihram, akan rukuk dan bangun dari rukuk serta tidak mengangkat tangan ketika bangun dari sujud

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah saw. mengangkat kedua tangan hingga sejajar bahu ketika memulai solat, sebelum rukuk dan ketika bangun dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud. (Shahih Muslim No.586)

• Hadis riwayat Malik bin Huwairits ra.:Dari Abu Qilaabah, bahwa ia melihat Malik bin Huwairits ketika ia solat, ia bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Ketika ingin rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika mengangkat kepala dari rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. dahulu berbuat seperti itu. (Shahih Muslim No.588)

7. Menetapkan takbir tiap kali turun dan bangun dalam salat, kecuali bangun dari rukuk membaca: "Allah mendengar orang yang memuji-Nya"

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah solat mengimami para sahabat. Ia bertakbir tiap kali turun dan bangun. Ketika selesai ia berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling mirip dengan solat Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.590)

• Hadis riwayat Imran bin Hushein ra.:Dari Mutharrif bin Abdullah, ia berkata: Aku dan Imran bin Hushein solat di belakang Ali bin Abu Thalib. Saat sujud beliau bertakbir. Saat mengangkat kepalanya beliau bertakbir. Saat bangun dari dua rakaat beliau bertakbir. Selesai solat Imran memegang tanganku dan berkata: Sesungguhnya Ali telah mengimami solat kita dengan solat seperti solat Muhammad saw. atau katanya: Sesungguhnya Ali telah mengingatkan aku dengan solat Muhammad saw.. (Shahih Muslim No.594)

8. Wajib membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat dan bagi orang yang tidak tahu dan belum mempelajarinya disarankan membaca surat lain, selain surat Fatihah

• Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra.:Bahwa Nabi saw. bersabda: Orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah, tidak sah solatnya. (Shahih Muslim No.595)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada solat kecuali dengan bacaan surat Al-Fatihah. (Shahih Muslim No.599)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. masuk masjid. Lalu seorang lelaki masuk dan melakukan solat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah saw. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda: Ulangilah solatmu, karena sesungguhnya engkau belum solat.

Page 69: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Lelaki itu kembali salat seperti salat sebelumnya. Setelah salatnya yang kedua ia mendatangi Nabi saw. dan memberi salam. Rasulullah saw. menjawab: Wa'alaikas salam. Kemudian beliau bersabda lagi: Ulangilah salatmu, karena sesungguhnya engkau belum salat. Sehingga orang itu mengulangi salatnya sebanyak tiga kali.

Lelaki itu berkata: Demi Zat yang mengutus Anda dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda: Bila engkau melakukan salat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Alquran yang engkau hafal. Setelah itu rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh salatmu. (Shahih Muslim No.602)

9. Dalil tidak boleh mengeraskan bacaan basmalah

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Aku pernah salat bersama Rasulullah saw., bersama Abu Bakar, bersama Umar dan bersama Usman dan aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim. (Shahih Muslim No.605)

10. Dalil bahwa basmalah adalah awal ayat tiap surat kecuali surat At-Taubah

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:Ketika Rasulullah saw. bersama kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian mengangkat kepala beliau sambil tersenyum. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang membuat Anda tertawa? Beliau menjawab: Baru saja satu surat diturunkan kepadaku. Lalu beliau membaca: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar "nikmat yang banyak". Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.

Kemudian beliau bertanya: Tahukah kalian, apakah Kautsar itu? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Itu adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku. Sungai yang menyimpan banyak kebaikan dan merupakan telaga yang didatangi umatku pada hari kiamat. Wadahnya sebanyak bilangan bintang. Ada seorang hamba yang ditarik dari kumpulan mereka. Aku berkata: Ya Tuhanku, dia termasuk umatku. Allah berfirman: Engkau tidak tahu, dia telah membuat suatu bid`ah sepeninggalmu. (Shahih Muslim No.607)

11. Tasyahhud dalam solat

• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra. dia berkata:Ketika kami bermakmum di belakang Rasulullah saw., kami membaca: "Keselamatan tetap pada Allah, keselamatan tetap pada si fulan". Suatu hari Rasulullah saw. bersabda kepada kami: Sesungguhnya Allah adalah keselamatan itu sendiri. Jadi, apabila salah seorang di antara engkau duduk (membaca tasyahud) hendaknya membaca: "Segala kehormatan, semua rahmat dan semua yang baik itu milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkat-Nya dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi.

Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan kepada para hamba-Nya yang saleh. Apabila dia telah membacanya, maka keselamatan itu akan menyebar kepada semua hamba Allah yang saleh", baik yang di langit maupun yang di bumi. "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah", kemudian berdoalah sesukanya. (Shahih Muslim No.609)

12. Selawat kepada Nabi saw. sesudah tasyahhud

• Hadis riwayat Kaab bin Ujrah ra.:Dari Abdullah bin Abu Laila, dia berkata: Kaab bin Ujrah menemuiku dan berkata: Maukah engkau aku berikan hadiah? Rasulullah saw. pernah menemui kami, lalu kami berkata: Kami telah mengetahui cara membaca salam untuk Baginda, lalu bagaimana kami membaca selawat untuk Anda?

Beliau bersabda: Bacalah: "Allahumma shalli `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad kamaa baarakta `alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad kamaa baarakta `alaa aali Ibrahim Innaka hamiidum majiid". (Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah

Page 70: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia). (Shahih Muslim No.614)

• Hadis riwayat Abu Humaid As-Saidi ra.:Bahwa para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami membaca selawat untuk Anda? Beliau bersabda: Bacalah: "Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa shallaita ‘alaa aali Ibrahim wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa baarakta ‘alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid." (Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia). (Shahih Muslim No.615)

13. Membaca "sami`allahu liman hamidah" dan "aamiin"

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila imam membaca "sami`allahu liman hamidah", hendaklah kalian membaca "Allahumma rabbanaa lakal hamdu", (Ya Allah, Tuhan kami, hanya milik-Mu-lah segala pujian), karena barang siapa yang ucapannya bertepatan dengan bacaan malaikat, maka dosanya yang lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.617)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila Imam membaca: Amin, hendaklah kalian membaca: "Aamiin". Karena sesungguhnya barang siapa yang bacaan aminnya bertepatan dengan bacaan amin malaikat maka dosanya yang lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.618)

14. Makmum harus mengikuti imam

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra. dia berkata:Nabi saw. pernah jatuh dari kuda sehingga lambung (rusuk) kanan beliau robek (koyak/cedera). Kami datang menjenguk. Saat tiba waktu solat, beliau solat bersama kami dengan duduk dan kami pun salat di belakang beliau dengan duduk. Usai salat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang dijadikan imam untuk diikuti. Jadi, apabila dia bertakbir, bertakbirlah. Bila dia sujud, sujudlah. Bila ia bangun, bangunlah. Bila ia membaca "sami`allahu liman hamidah", bacalah "rabbanaa lakal hamdu" dan bila ia salat dengan duduk, salatlah dengan duduk pula. (Shahih Muslim No.622)

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah sakit. Para sahabat datang menjenguk beliau. Kemudian beliau salat dengan duduk. Para sahabat bermakmum pada beliau dengan berdiri. Beliau memberi isyarat kepada mereka agar duduk, maka mereka pun duduk. Selesai solat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang dijadikan imam hanyalah untuk diikuti. Jadi apabila ia rukuk, maka rukuklah kalian, bila ia bangun, maka bangunlah kalian dan bila ia solat sambil duduk, maka solatlah kalian sambil duduk. (Shahih Muslim No.623)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Kerana itu, maka janganlah kalian menyalahinya. Apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian, bila ia rukuk, maka rukuklah kalian, bila ia membaca "sami`allahu liman hamidah", maka bacalah "Allahumma rabbanaa lakal hamdu", bila ia sujud, maka sujudlah dan bila ia salat sambil duduk, maka salatlah kalian sambil duduk. (Shahih Muslim No.625)

15. Imam mengangkat seseorang untuk menggantikannya apabila ia uzur, seperti sakit, bepergian atau lainnya, makmum harus berdiri di belakang imam yang duduk selama ia mampu, penghapusan hukum duduk di belakang imam yang duduk bagi makmum yang mampu berdiri

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Dari Ubaidillah bin Abdullah, ia berkata: Aku menemui Aisyah dan berkata: Mahukah Anda menceritakan kepadaku tentang sakit Rasulullah saw? Ia berkata: Nabi saw. menderita lemah sekali, beliau bersabda: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak (tempat air di blik mandi). Kami pun melakukannya lalu beliau mandi. Setelah itu, saat ingin bangkit beliau pengsan.

Page 71: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ketika sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Saat akan berdiri beliau pengsan lagi. Setelah sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Ketika akan bangun beliau pengsan lagi untuk yang ketiga kalinya. Pada waktu sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah.

Para sahabat telah berkumpul di masjid menunggu Rasulullah saw. untuk solat Isyak. Beliau memerintahkan seseorang menemui Abu Bakar agar ia mengimami solat. Tiba di hadapan Abu Bakar, ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan Anda untuk mengimamai salat sahabat lainnya. Abu Bakar adalah seorang yang lembut hati, ia berkata: Wahai Umar, imamilah mereka itu! Umar berkata: Anda lebih menjadi imam mereka.

Akhirnya Abu Bakar mengimami solat mereka selama beberapa hari. Ketika sakit Rasulullah saw. agak ringan, beliau keluar untuk salat Zuhur, dibantu oleh dua orang, salah satunya adalah Abbas. Saat itu Abu Bakar akan mengimami sahabat. Ketika ia melihat Rasulullah saw. datang, ia mundur untuk menunda (solat). Nabi saw. memberi isyarat kepadanya agar jangan ditunda. Kemudian beliau memerintahkan kedua orang yang memapah beliau: Dudukkan aku di sampingnya. Mereka mendudukkan beliau di samping Abu Bakar. Maka Abu Bakar salat berdiri bermakmum kepada Rasulullah saw., para sahabat yang lain bermakmum kepada Abu Bakar dan Rasulullah saw. saat itu salat sambil duduk. (Shahih Muslim No.629)

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:Bahwa Abu Bakar mengimami sahabat ketika Rasulullah saw. sakit yang membuatnya wafat, pada hari Isnin, ketika berbaris dalam solat, Rasulullah saw. menyingkap tirai kamar dan memandang kami dengan berdiri. Wajah beliau putih seperti kertas, beliau tersenyum. Kami yang sedang solat terpukau karena gembira dengan keluarnya Rasulullah saw. Kemudian Abu Bakar mundur untuk ke barisan pertama. Ia mengira bahwa Rasulullah saw. keluar untuk solat. Rasulullah saw. memberi isyarat tangan kepada mereka agar terus menyempurnakan solat. Lalu beliau masuk lagi dan menurunkan tirai kamar. Pada hari itu Rasulullah saw. wafat. (Shahih Muslim No.636)

• Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:Rasulullah saw. sakit dan semakin bertambah parah. Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami solat kaum muslimin. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, Abu Bakar adalah seorang yang berhati halus. Kalau ia menempati tempat baginda, ia tidak akan mampu mengimami salat Kaum muslimin. Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami solat kaum muslimin. Kalian ini seperti teman-teman Yusuf (dalam berdebat). Abu Musa berkata: Kemudian Abu Bakar mengimami solat mereka ketika Rasulullah saw. masih hidup. (Shahih Muslim No.638)

16. Jamaah menunjuk seseorang untuk mengimami mereka bila imam yang tetap terlambat datang dan mereka tidak khawatir akan timbul masalah akibat penunjukan tersebut

• Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra.:Bahwa ketika Rasulullah saw. pergi ke Bani Amru bin Auf untuk mendamaikan pertikaian di antara mereka, maka ketika tiba waktu solat, seorang muazin datang kepada Abu Bakar lalu berkata: Mahukah engkau mengimami solat orang-orang. Lalu saya mengiqamati? Abu Bakar menjawab: Ya. Kemudian Abu Bakar solat. Ketika orang-orang sedang solat, Rasulullah saw. datang. Beliau maju perlahan hingga sampai barisan awal. Melihat itu orang-orang bertepuk tangan, tetapi Abu Bakar tidak menoleh.

Ketika tepuk tangan semakin riuh ia menoleh dan melihat Rasulullah saw. Beliau mengisyaratkan Abu Bakar agar tetap di tempatnya. Abu Bakar mengangkat kedua tangannya seraya memuji Allah 'azza wa jalla sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah saw, lalu mundur sehingga sejajar dengan barisan awal. Setelah itu Nabi saw. maju dan solat.

Usai salat, beliau bersabda: Hai Abu Bakar, apa yang menghalangimu untuk tetap di tempatmu ketika aku suruh? Abu Bakar menjawab: Tidak layak bagi anak Abu Quhafah solat di hadapan Rasulullah saw. Beliau bersabda lagi: Mengapa kalian bertepuk tangan? Barang siapa yang ingin mengingatkan sesuatu di dalam salat, hendaknya ia bertasbih, karena bila ia bertasbih, ia akan ditoleh. Tepuk tangan hanya untuk wanita. (Shahih Muslim No.639)

17. Bertasbih bagi lelaki dan tepuk tangan bagi wanita jika ingin mengingatkan sesuatu di dalam salat

Page 72: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah bersabda: Bertasbih untuk lelaki dan tepuk tangan untuk wanita. (Shahih Muslim No.641)

18. Perintah membaguskan, menyempurnakan dan khusyuk dalam solat

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih Muslim No.642)

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sempurnakanlah rukuk dan sujud, demi Allah, sesungguhnya aku dapat melihat engkau di belakangku (kemungkinan bersabda: yang di belakang punggungku) saat engkau rukuk atau sujud. (Shahih Muslim No.644)

19. Larangan mendahului imam dalam rukuk, sujud atau lainnya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Muhammad saw. pernah bersabda: Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, tidak takut kepalanya diganti oleh Allah dengan kepala keledai. (Shahih Muslim No.647)

20. Meluruskan barisan dan merapikannya, berdesakan dalam barisan pertama dan berlumba mendapatkannya, mendahulukan orang-orang yang punya keutamaan dan mendekatkan mereka kepada imam

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Luruskanlah barisan kalian. Sesungguhnya kelurusan barisan salat termasuk bagian dari kesempurnaan salat. (Shahih Muslim No.656)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Sempurnakanlah barisan, karena sesungguhnya aku dapat melihat engkau yang ada di belakangku. (Shahih Muslim No.657)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Luruskanlah barisan dalam salat, karena lurusnya barisan itu termasuk kebaikan salat. (Shahih Muslim No.658)

• Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sebaiknya engkau mau meluruskan barisanmu atau Allah akan menancapkan rasa permusuhan di antara engkau. (Shahih Muslim No.659)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka akan mengundinya. Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam bersegera (datang sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba melakukannya. Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan salat Subuh, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih Muslim No.661)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya kalian (atau mereka) tahu apa yang ada dalam barisan depan, tentu akan diadakan undian. (Shahih Muslim No.663)

21. Perintah agar para wanita yang solat di belakang laki-laki untuk tidak mengangkat kepala mereka dari sujud sebelum laki-laki mengangkat kepalanya

• Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:Aku melihat orang-orang lelaki yang salat di belakang Nabi saw. mengikatkan kain mereka pada leher

Page 73: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

seperti anak kecil karena sempitnya kain mereka. Seseorang berkata: Hai para wanita, janganlah kalian mengangkat kepala kalian sebelum orang-orang lelaki mengangkat kepala mereka. (Shahih Muslim No.665)

22. Wanita boleh ke masjid apabila tidak menimbulkan hal-hal yang negatif dan tanpa memakai wangi-wangian

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Jika istri salah seorang dari kalian minta izin pergi ke mesjid, maka janganlah mencegahnya. (Shahih Muslim No.666)

• Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata:Seandainya Rasulullah saw. melihat apa yang diperbuat wanita saat ini, tentu beliau melarang mereka pergi ke mesjid, seperti dilarangnya wanita Bani Israel. Yahya berkata: Aku bertanya kepada Amrah: Apakah wanita Bani Israel dilarang pergi ke mesjid (tempat ibadah mereka)? Ia menjawab: Ya. (Shahih Muslim No.676)

23. Membaca bacaan dalam salat jahriyah (salat yang bacaannya dikeraskan) dengan suara antara keras dan pelan, apabila khawatir akan timbul hal yang tidak baik jika dikeraskan

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:Tentang firman Allah Taala: Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata ayat ini turun ketika Rasulullah saw. sedang bersembunyi di Mekah. Ketika beliau salat bersama para sahabat, beliau mengeraskan suaranya dalam membaca Alquran. Orang-orang musyrik yang mendengarnya menjelek-jelekan Alquran, Allah yang menurunkannya dan Nabi yang membawanya. Maka Allah Taala berfirman: Janganlah engkau mengeraskan suaramu di dalam salatmu, sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu: Dan janganlah engkau memelankannya sehingga sahabatmu tidak mendengarnya. Carilah cara di antara kedua hal itu. Akhirnya beliau membaca antara keras dan pelan. (Shahih Muslim No.677)

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Tentang firman Allah: Dan janganlah mengeraskan suaramu di dalam salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata: Ayat ini diturunkan berkaitan dengan doa. (Shahih Muslim No.678)

24. Mendengarkan bacaan Alquran

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:Tentang firman Allah: Janganlah engkau gerakkan lidahmu tergesa-gesa untuk membaca Alquran. Ia berkata: Dulu ketika malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu, Nabi saw. sering menggerakkan lidah dan bibir beliau (untuk mengulang-ulang agar tidak lupa). Hal itu membuat beliau merasa berat. Keadaan beliau seperti itu dapat dilihat. Lalu Allah berfirman: Janganlah engkau gerakkan lidahmu terburu-buru untuk membacanya dan ingin cepat "menguasainya". Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan di dadamu dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya, ikutilah bacaan itu. Kami menurunkannya, maka dengarkanlah baik-baik. Firman-Nya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya "Kami menjelaskannya melalui lidahmu". Ketika malaikat Jibril mendatangi beliau (untuk memberi wahyu), maka beliau diam mendengarkan. Setelah Jibril pergi, beliau membacanya, sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah pada beliau. (Shahih Muslim No.679)

25. Mengeraskan bacaan dalam salat subuh dan membacakan Alquran untuk Jin• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Rasulullah saw. tidak membacakan kepada jin dan tidak pula melihat mereka. Beliau pergi bersama para sahabat menuju pasar Ukaz. Saat itu antara setan dan berita langit telah terhalang. Mereka dilempari panah api. Setan-setan itu kembali kepada kaum mereka dan berkata: Antara kami dan berita langit telah terhalang dan kami pun dilempari panah api. Ini tidak lain pasti karena sesuatu telah terjadi.

Pergilah ke belahan bumi bagian timur dan barat, telitilah apa yang menghalangi kita dengan berita langit. Mereka pun pergi ke belahan bumi bagian timur dan barat. Sebagian mengambil arah Tihamah dengan tujuan pasar Ukaz (Nabi berada di Nakhl). Saat itu beliau sedang salat Subuh dengan para sahabat. Mereka mendengar Alquran yang dibaca beliau dan memperhatikannya.

Lalu kata mereka: Inilah yang membuat kita terhalang dengan berita langit. Mereka kembali kepada kaum mereka dan berkata: Hai kaumku, Sesungguhnya kami telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang

Page 74: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

dapat mengantarkan kita kepada kebenaran. Maka aku beriman kepadanya, dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah Taala menurunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok jin telah mendengarkan bacaan Alquran. (Shahih Muslim No.681)

26. Bacaan dalam salat Zuhur dan Asar

• Hadis riwayat Abu Qatadah ra., ia berkata:Kami pernah salat berjamaah dengan Rasulullah saw. Dalam dua rakaat pertama salat Zuhur dan Asar, beliau membaca Fatihah dan dua buah surat, kadang-kadang memperdengarkan ayat kepada kami. Beliau memanjangkan rakaat pertama salat Zuhur dan memperpendek rakaat kedua. Demikian pula dalam salat Subuh. (Shahih Muslim No.685)

27. Bacaan dalam salat Subuh

• Hadis riwayat Abu Barzah ra.: ia berkata:Rasulullah saw. dalam salat Subuh membaca enam puluh sampai seratus ayat. (Shahih Muslim No.702)

28. Bacaan dalam salat Isyak

• Hadis riwayat Barra' ra.:Dari Nabi saw. bahwa dalam suatu perjalanan beliau mengerjakan salat Isyak. Dalam salah satu dari dua rakaatnya beliau membaca Wat tiini waz zaitun. (Shahih Muslim No.706)

• Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:Muaz pernah salat bersama Nabi saw. lalu pulang mengimami kaumnya. Pada suatu malam ia salat Isyak bersama Nabi saw. lalu pulang mengimami kaumnya. Ketika ia mulai dengan membaca surat Al-Baqarah, ada seorang lelaki yang memisahkan diri dari salat berjamaah sampai salam, selanjutnya mengerjakan salat sendiri dan pergi. Orang-orang menegurnya: Hai fulan, apakah engkau telah munafik?

Ia menjawab: Tidak, demi Allah. Sungguh, aku akan menemui Rasulullah saw. dan memberitahukan hal ini. Setelah bertemu dengan Rasulullah saw., ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah pemilik unta penyiram tanaman, bekerja di siang hari. Sesungguhnya Muaz setelah mengerjakan salat Isyak bersama Anda lalu pulang dan (salat bersama kami) mulai dengan bacaan surat Al-Baqarah.

Rasulullah saw. menghadap ke arah Muaz dan bersabda: Wahai Muaz, apakah engkau ingin menimbulkan fitnah (kesulitan)? Bacalah (surat) ini dan itu. Sufyan berkata: Aku berkata kepada Amru bahwa Abu Zubair menceritakan kepada kami dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bacalah Was Syamsi wa Dhuhaaha (surat As-Syams), Wadh Dhuhaa (surat Ad-Dhuhaa), Wal laili idza Yaghsyaa (surat Al-Lail) dan Sabbihisma rabbikal a`laa (sutat Al-A`laa), maka Amru menanggapi: Ya, seperti itu. (Shahih Muslim No.709)

29. Perintah kepada imam agar mempercepat solat sambil menjaga kesempurnaan• Hadis riwayat Abu Masud Al-Anshari ra., ia berkata:Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. dan berkata: Saya terlambat salat Subuh karena si fulan memperlambat salatnya saat mengimami kami. Kemudian aku belum pernah melihat Nabi saw. marah dalam memberikan nasehat seperti marahnya beliau (memberikan nasehat) pada hari itu. Beliau bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya di antara engkau ada yang membuat orang lari (jera). Barang siapa di antara kalian menjadi imam, maka hendaklah ia meringkas, sebab di belakangnya ada orang tua, orang lemah dan orang yang punya keperluan. (Shahih Muslim No.713)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menjadi imam, maka hendaknya ia memperingan salatnya, karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Bila salat sendirian, maka salatlah sekehendak hatinya. (Shahih Muslim No.714)

• Hadis riwayat Anas ra.:Bahwa Nabi saw. meringkas (bacaan) salat dan menyempurnakannya. (Shahih Muslim No.719)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah mendengar tangis anak kecil bersama ibunya ketika sedang salat. Maka beliau membaca surat yang ringan atau surat yang pendek. (Shahih Muslim No.722)

Page 75: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

30. Keselarasan antara rukun-rukun salat dan memperingan dengan tetap sempurna

• Hadis riwayat Barra' bin Azib ra., ia berkata:Aku mengamati salat Muhammad saw. Aku perhatikan berdirinya, rukuknya, iktidal setelah rukuk, sujudnya, duduk antara dua sujud, sujud kedua, duduk antara salam dan selesai salat, (aku perhatikan) satu dengan lainnya saling sama. (Shahih Muslim No.724)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Sungguh, aku tidak akan menambah-nambah, aku akan mengimami salat kalian seperti aku melihat Rasulullah saw. mengimami salat kami. Tsabit (salah seorang perawi) berkata: Anas telah melakukan sesuatu yang tidak seperti yang kalian lakukan. Ketika ia bangun dari rukuk, ia berdiri tegak hingga orang berkata: Anas telah lupa, dan ketika bangun dari sujud, ia diam (tidak bergerak) sehingga orang bilang: Anas telah lupa. (Shahih Muslim No.726)

31. Mengikuti imam dan bergerak setelah gerakan imam

• Hadis riwayat Barra' ra.:Bahwa mereka (para sahabat) salat di belakang Rasulullah saw. Ketika beliau bangun dari rukuk (dan ingin sujud). aku tidak melihat seorang pun membungkukkan badannya hingga Rasulullah saw. meletakkan dahinya di tanah. Setelah itu para sahabat yang di belakang beliau ikut bersungkur sujud. (Shahih Muslim No.728)

32. Bacaan ketika rukuk dan sujud

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:Adalah Rasulullah saw. dalam rukuk dan sujudnya banyak membaca: "Subhaanaka allahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfir li" (Maha suci Allah, ya Allah, ya Tuhan kami, dengan segala puji-Mu, ampunilah aku). Beliau menafsirkan perintah Alquran. (Shahih Muslim No.746)

33. Menjelaskan anggota tubuh untuk bersujud, larangan menahan rambut dan pakaian (saat sujud), menjalin rambut ketika salat

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Nabi saw. diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota badan dan dilarang menutup dahinya dengan rambut dan pakaian. (Shahih Muslim No.755)

34. Meluruskan badan, meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah, mengangkat kedua siku dari lambung (rusuk) dan menjauhkan perut dari kedua paha ketika sujud

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Luruslah kalian dalam sujud dan janganlah seorang kalian melunjurkan kedua lengannya seperti anjing melunjurkan kaki depannya. (Shahih Muslim No.762)

35. Menjelaskan suatu hal yang berhubungan dengan cara salat

• Hadis riwayat Abdullah bin Malik bin Buhainah ra.:Bahwa Rasulullah saw. merenggangkan kedua tangannya ketika salat hingga tampak putihnya ketiak beliau. (Shahih Muslim No.764)

36. Pembatas orang yang salat

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Rasulullah saw., jika keluar untuk salat hari raya, beliau minta dibawakan tombak pendek yang kemudian beliau letakkan di depannya. Lalu beliau salat menghadap tombak itu dan para sahabat berada di belakang beliau. Beliau melakukannya saat sedang dalam perjalanan. (Karena itulah kemudian banyak para pemimpin menggunakan tongkat). (Shahih Muslim No.773)

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Nabi saw. biasa menambatkan tunggangan beliau dan beliau salat menghadap ke arahnya. (Shahih Muslim No.775)

Page 76: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Abu Juhaifah ra., ia berkata:Aku menemui Nabi saw. di Mekah. Saat itu beliau berada di Abthah (nama tempat) di dalam kemah yang terbuat dari kulit samakan milik beliau. Kemudian Bilal keluar membawa air wudu beliau. Ada orang yang mendapat air itu sedikit dan ada pula yang hanya diperciki oleh lainnya. Nabi saw. keluar dengan memakai pakaian merah, nampaknya aku dapat melihat betis beliau yang putih. Beliau berwudu dan Bilal mengumandangkan azan.

Aku memperhatikan mulutnya bergerak kesana kemari ke kanan dan ke kiri, ia membaca: "Hayya `alas shalah, hayya `alal falah", (Marilah mengerjakan salat, marilah menuju kemenangan). Sebatang tombak pendek ditancapkan untuk Nabi. Beliau melangkah maju dan mengerjakan salat Zuhur (diqasar) dua rakaat. Keledai dan anjing lewat di depan beliau tanpa dicegah. Selanjutnya beliau mengerjakan salat Asar (diqasar) dua rakaat. Demikian kemudian beliau tak henti-hentinya mengerjakan salat dua rakaat hingga kembali ke Madinah. (Shahih Muslim No.777)

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Aku datang dengan naik keledai betina. Saat itu aku hampir usia balig. Rasulullah saw. mengimami salat para sahabat di Mina, lalu aku lewat di depan barisan, lalu aku pulang dan kubiarkan keledaiku merumput, dan aku masuk ke barisan solat. Tidak ada seorang pun yang mencela perbuatanku itu. (Shahih Muslim No.780)

37. Melarang orang lalu di depan orang yang sedang solat

• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila salah seorang di antara kalian sedang solat, janganlah ia membiarkan seorang pun lalu di depannya, dan hendaklah ia mencegahnya semampunya. Bila ia tidak peduli, perangilah kerana sesungguhnya ia adalah syaitan. (Shahih Muslim No.782)• Hadis riwayat Abu Juhaim ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Seandainya orang yang lewat di depan tempat salat itu mengetahui betapa besar dosanya, pasti ia berdiri selama lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang salat Abu Nadher berkata: Aku tidak tahu, apakah ia mengatakan hari atau bulan atau tahun. (Shahih Muslim No.785)

38. Orang yang solat sebaiknya mendekatkan pembatas

• Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra., ia berkata:Jarak tempat salat Nabi saw. dan dinding seukuran jalan laluan kambing. (Shahih Muslim No.786)

• Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra.:Bahwa ia memilih tempat mushaf lalu mengerjakan salat di sana. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. selalu memilih tempat tersebut. Jarak antara mimbar dan kiblat kira-kira cukup untuk laluan kambing. (Shahih Muslim No.787)

39. Melintang di depan orang solat

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Bahwa Nabi saw. pernah salat di tengah malam, sedangkan aku tidur melintang di antara beliau dan kiblat seperti melintangnya jenazah. (Shahih Muslim No.791)

• Hadis riwayat Maimunah ra., istri Nabi saw. ia berkata:Rasulullah saw. pernah salat dan aku (berada) dekat beliau dalam keadaan haid. Kadang-kadang pakaian beliau mengenai tubuhku saat sujud. (Shahih Muslim No.797)

40. Solat dengan selembar pakaian dan cara pemakaiannya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang solat dengan selembar pakaian. Beliau menjawab: Bukankah tiap engkau punya dua lembar pakaian. (Shahih Muslim No.799)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang dari kalian mengerjakan salat dengan memakai selembar pakaian yang tidak sedikit pun menutupi kedua pundaknya. (Shahih Muslim No.801)

Page 77: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Umar bin Abu Salamah ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah salat di rumah Ummu Salamah dengan satu lembar pakaian untuk menutupi seluruh tubuhnya (seperti selimut), kedua ujungnya diletakkan di atas pundak beliau. (Shahih Muslim No.802)

• Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah saw. solat dengan berselimutkan selembar pakaian di tubuh beliau. (Shahih Muslim No.805)== Allah berfirman di dalam Al Quran:

"..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.."(Surah [22] AL HAJJ : Ayat 78)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21) === Imam Abu Dawud

Abu Dawud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim serta pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.

Perkembangan dan PerlawatannyaSejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk (menikmati) dan menimba ilmunya. Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadis dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.

Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadis, kemudian hadis-hadis yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadis dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadis, Ahmad bin Hanbal.

Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadis.

Guru-gurunyaPara ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya. Di antaranya guru-guru yang paling terkemuka ialah Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja', Abu'l Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.

Murid-muridnya (Para Ulama yang Mewarisi Hadisnya)Ulama-ulama yang mewarisi hadisnya dan mengambil ilmunya, antara lain Abu 'Isa at-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain.

Cukuplah sebagai bukti pentingnya Abu Dawud, bahawa salah seorang gurunya, Ahmad bin Hanbal pernah meriwayatkan dan menulis sebuah hadis yang diterima daripadanya. Hadis tersebut ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Hammad bin Salamah dari Abu Ma'syar ad-Darami, dari ayahnya, sebagai berikut: "Rasulullah SAW ditanya tentang 'atirah, maka ia menilainya baik."

Akhlak dan Sifat-sifatnya yang TerpujiAbu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam

Page 78: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

ibadah, kesucian diri, wara' dan kesolehannya. Ia adalah seorang manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:"Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya.

Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut." Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak.

Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang hal ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.

Pujian Para Ulama KepadanyaAbu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadis dan ilat-ilatnya (kecacatannya). Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:"Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadis, dan di akhirat untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."

Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan. "Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilakan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan kepadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," jawab Abu Dawud.

Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian dicium oleh Sahal.

Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadis berkata: "Hadis telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadis. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.

Abu Bakar al-Khallal, ahli hadis dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.

Madzhab Fiqh Abu DawudSyaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam asy-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya menggolongkan Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga Qadi Abu'l-Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Dawud adalah bermadzhab Syafi'i.Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada gaya susunan dan sistematika Sunan-nya. Terlebih lagi bahawa kemampuan berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.

Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu dan UlamaSikap Abu Dawud yang memandang tinggi terhadap kedudukan ilmu dan ulama ini dapat dilihat pada kisah berikut sebagaimana dituturkan, dengan sanad lengkap, oleh Imam al-Khattabi, dari Abu Bakar bin Jabir,

Page 79: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

pembantu Abu Dawud. Ia berkata:

"Aku bersama Abu Dawud tinggi di Baghdad. Pada suatu waktu, ketika kami selesai menunaikan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu pintu aku buka dan seorang pelayan melaporkan bahawa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq mohon izin untuk masuk. Kemudian aku melapor kepada Abu Dawud tentang tamu ini, dan ia pun mengizinkan. Sang Amir pun masuk, lalu duduk. Tak lama kemudian Abu Dawud menemuinya seraya berkata: "Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?"

"Tiga kepentingan," jawab Amir. "Kepentingan apa?" tanyanya. Amir menjelaskan, "Hendaknya tuan berpindah ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali. Ini mengingatkan bahawa Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi Zenji."

Abu Dawud berkata: "Itu yang pertama, sebutkan yang kedua!"

"Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab Sunan kepada putera-puteraku," kata Amir.

"Ya, ketiga?" Tanya Abu Dawud kembali.

Amir menerangkan: "Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan hadis kepada putera-putera khalifah, sebab mereka tidak mahu duduk bersama-sama dengan orang umum."

Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat mahupun rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama."Ibn Jabir menjelaskan: "Maka sejak itu putera-putera khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim; hanya saja di antara mereka dengan orang umum di pasang tirai, dengan demikian mereka dapat belajar bersama-sama."

Maka hendaknya para ulama tidak mendatangi para raja dan penguasa, tetapi merekalah yang harus datang kepada para ulama. Dan kesamaan darjat dalam ilmu dan pengetahuan ini, hendaklah dikembangkan apa yang telah dilakukan Abu Dawud tersebut.

WafatnyaSetelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktiviti ilmiah, menghimpun dan menyebarluaskan hadis, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan redha-Nya kepadanya.

Karya-karyanyaImam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain:

1. Kitab AS-Sunnan (Sunan Abu Dawud).2. Kitab Al-Marasil.3. Kitab Al-Qadar.4. An-Nasikh wal-Mansukh.5. Fada'il al-A'mal.6. Kitab Az-Zuhd.7. Dala'il an-Nubuwah.8. Ibtida' al-Wahyu.9. Ahbar al-Khawarij.

Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi adalah Sunan Abi Dawud.

Metode Abu Dawud dalam Penyusunan SunannyaKarya-karya di bidang hadis, kitab-kitab Jami' Musnad dan sebagainya disamping berisi hadis-hadis hukum, juga memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan amal-amal yang terpuji (fada'il a'mal) kisah-kisah, nasihat-nasihat (mawa'iz), adab dan tafsir.

Cara demikian tetap berlangsung sampai datang Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadis-hadis hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun

Page 80: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.

Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis:

"Aku mendengar dan menulis hadis Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu, aku memilih sebanyak 4.800 hadis yang kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan yang mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadis pun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan. Segala hadis yang mengandung kelemahan yang sangat ku jelaskan, sebagai hadis macam ini ada hadis yang tidak shahih sanadnya.

Adapun hadith yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadis tersebut bernilai salih (dipakai alasan, dalil), dan sebahagian dari hadis yang sahih ini ada yang lebih sahih daripada yang lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab, sesudah Qur'an, yang harus dipelajari selain daripada kitab ini.

Empat buah hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadis tersebut adalah, yang ertinya:

Pertama: "Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap orang memperoleh apa yang ia niatkan. Kerana itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya kerana untuk mendapatkan dunia atau kerana perempuan yang ingin dikahwininya, maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang dia hijrah kepadanya itu."

Kedua: "Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."

Ketiga: "Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya."

Keempat: "Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat (atau samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram, ibarat penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah, sesungguhnya larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam rumah ini terdapat sepotong daging, jika ia baik, maka baik pulalah semua tubuh dan jika rosak maka rosak pula seluruh tubuh. Ingatlah, ia, iaitu hati."

Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hadis pertama adalah ajaran tentang niat dan keikhlasan yang merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah.

Hadis kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi umat Islam agar selalu melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadis ketiga, mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berlaku baik dalam pergaulan dengan orang lain, meninggalkan sifat-sifat egois, dan membuang sifat iri, dengki dan benci, dari hati masing-masing.

Hadis keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram, serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara', yaitu dengan cara menjauhi hal-hal musykil yang samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama, kerana untuk menganggap enteng melakukan haram.

Dengan hadis ini nyatalah bahawa keempat hadis di atas, secara umum, telah cukup untuk membawa dan menciptakan kebahagiaan.

Page 81: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Komen Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu DawudTidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam, Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam." Demikian juga dua imam besar, An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hukum.

Hadith-hadith Sunan Abu Dawud yang DikritikImam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadis-hadis maudhu' (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadith. Walaupun demikian, disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah mengatakan "palsu", namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebahagian ahli hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuti.

Dan andaikata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadis-hadis yang dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Kerana itu kami melihat bahawa hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai rujukan utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Jumlah Hadis Sunan Abu DawudDi atas telah disebutkan bahawa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadis sebanyak 4.800 buah hadis. Namun sebahagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahawa sebahagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadith yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih. Dua jalan periwayatan hadis atau lebih ini telah dikenal di kalangan ahli hadis.

Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah, di antaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1,871 buah bab.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.==== Al-Jami'us Shaghir (Jilid 1) Imam As-SuyuthiBiografi : Imam Suyuthi

1. Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin Abi Bakr bin Muhammad As-Suyuthi.

Lahir tahun 849H atau tahun 1445M di Asyuth Mesir dari keturunan orang-orang terkemuka di negeri itu dan wafat tahun 911H atau tahun 1505M.

Ayah beliau wafat pada waktu beliau berumur enam tahun, jadi beliau hidup sebagai anak yatim.

2. Bagi memuaskan dahaganya akan ilmu, maka selain dari negerinya sendiri, beliau pun mencari ilmu dan merantau ke serata negeri antaranya Syam, Hijaz, Yaman, India, Maghribi dan negeri-negeri lain serta berguru pada para ulama terkenal berbagai disiplin ilmu saat itu yang jumlahnya lebih kurang seratus lima puluh orang.

Diantara para ulama itu ialah Syaikh Syihabuddin As-Syarmasahi, Syaikhul Islam Alamuddin Al-Bulqini, putera Al-Bulqini, Syaikhul Islam Syarafuddin Al-Manawi, Taqiyuddin As-Syibli, Muhyiddin Al-Kafiji, Syaikh Saifuddin Al-Hanafi dan lain-lain.

3. Belliau pernah bekerja sebagai guru pada sekolah Ibn Thulun, As-Syaikhuniyah dan Al-Bibrisiyah. Guru-guru beliau telah memberi hak dan kekuasaan padanya untuk mengajar pada usia sangat muda. Beliau diberi hak dan kekuasaan untuk mengajarkan ilmu sastera arab pada usia tujuh belas tahun dan pada usia dua puluh tujuh tahun, telah diberi mengajarkan hukum agama dan memberikan fatwa.

Page 82: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Pada usia empat puluh tahun beliau mengundurkan diri dari masyarakat ramai untuk memanfaatkan seluruh waktu dan mencurahkan seluruh perhatiannya untuk kajian dan menulis. Hasil kerja keras beliau itu adalah berupa buku-buku tebal yang terdiri dari beberapa jilid sampai buku-buku yang kecil dan jumlah keseluruhannya lebih kurang enam ratus buah.

4. Bidang keilmuan yang beliau kuasai sangat luas. Hampir setiap ilmu yang beliau pelajari ditulis buku mengenainya. Sekadar gambaran betapa produktifnya beliau dalam menulis, disenaraikan beberapa buah buku darinya;

(a) Ilmu Tafsir dan Qiraat (24 buah) antaranya ‘Lubaabun Nuquul fi Asbaabin Nuzul’

(b) Ilmu Hadis, antaranya Mirqaatus Shu’ud ila Sunani Abi Dawud, Syarhu Sunan Ibni Majah, Adzkarul Adzkar, Zawa-idu Nawaadiril Usul lil Hakim At-Tirmidzi dan banyak lagi.

(c) Ilmu Feqah, antarnya Al-Jami’ fil Faraidh dan pebagai lagi.

Judul buku-buku di atas hanya sedikit sekali yang dipaparkan, seperti yang dikatakan, buku-buku beliau yang ditulis berjumlah lebih kurang 600 buah.

(Diteliti dan dinilai oleh Syeikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani)

1. Ayat Al-Kursi adalah seperempat Al-Quran. (DHAIF, Riwayat Abu Syaikh dalam At-Tsawab dari Anas) [Hadis 0021]

2. Datangilah undangan apabila kamu diundang. (Sahih, Riwayat Muslim dari Ibnu Umar) [Hadis 0031]

3. Carilah kebaikan pada orang-orang yang berwajah cantik. (MAUDHU', Riwayat Daraquthni dalam Al-Afrad dari Abu Hurairah [Hadis 0044]

4. Mulailah dengan dirimu, maka berilah ia sedekah. Lalu apabila berlebih sesuatu maka untuk keluargamu. Lalu apabila berlebih sesuatu dari (keperluan) keluargamu, maka untuk sanak kerabatmu. Lalu apabila berlebih sesuatu dari (keperluan) sanak kerabatmu, maka begini dan begitu. (sedekah kepada orang-orang lain (mengikut keutamaan)). (Sahih, Riwayat Nasa’i dari Jabir) [Hadis 0046]

5. Orang yang paling dibenci oleh Allah ada 3 :(a) orang yang melanggar kehormatan tanah haram,(b) orang yang mengharapkan kebiasaan jahiliyah dalam Islam dan,(c) orang yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk menumpahkan darahnya.(Sahih, Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas) [Hadis 0057]

6. Jibril telah datang kepadaku dengan (membawa) sebuah periuk lalu aku makan daripadanya, maka aku diberi kekuatan empat puluh laki-laki dalam bersetubuh. (MAUDHU’, Riwayat Ibnu Sa’ad dari Safwan bin Salam) [Hadis 0086]

7. Takutlah kamu akan doa orang yang teraniaya sekalipun dia kafir, kerana sesungguhnya ia (doa orang yang teraniaya) tidak dihalangi. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Ya’laa dan Dliya dari Anas) [Hadis 0150]

8. Amal yang paling disukai Allah adalah solat pada waktunya, lalu berbakti kepada ibu bapa, lalu jihad di jalan Allah. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i dari Ibnu Mas’ud) [Hadis 0196]

9. Aku mengkhuatirkan tiga perkara atas umatku sepeninggalanku :

Page 83: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(a) kezaliman para penguasa(b) kepercayaan kepada nujum (bomoh dan sebagainya) dan(c) mendustakan takdir (Sahih, Riwayat Ibnu Asakir dari Abu Mihjan Atssaqafi) [Hadis 0279]

10. Perbezaan (pendapat) umatku adalah rahmat. (MAUDHU’, Riwayat Nashrul Muqaddasi dalam Al Hujjah, Baihaqi dalam Risalah Asy’ariyah tanpa sanad, dari Halim, Qadi Hussain, Imam Haramain dan lain-lain) [Hadis 0288]

11. Apabila Allah memberimu harta maka perlihatkanlah bekas nikmat Allah atas dirimu dan (perlihatkanlah) kemurahannya. (Sahih, Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Hakim dari Walid Abul Ahwash) [Hadis 0330]

12. Apabila datang kepadaku satu hari yang tidak bertambah ilmuku di situ yang mendekatkan aku kepada Allah SWT maka semoga terbitnya sang suria hari itu tidak diberkahi untukku.(MAUDHU’, Riwayat Thabrani dalam Al-Ausath, Ibnu Audi dan Abu Nu’aim dari Aisyah) [Hadis 0343]

13. Apabila datang (melamar) kepadamu orang yang kamu sukai akhlak dan agamanya maka kahwinkanlah dia. Kalau tidak engkau perbuat (demikian), akan terjadi fitnah di bumi dan kerosakan yang luas.(Hasan, (a) Riwayat Tirmidzi, Ibn Majah dan Hakim dari Abu Hurairah, (b) Riwayat Ibnu ‘Adi dari Ibn Umar dan (c) Riwayat Tirmidzi dan Baihaqi Abu Hatim Al-Muzani; dan ia tidak mempunyai hadis selain itu.) [Hadis 0347]

14. Apabila datang kepadamu peminta-peminta maka taruhlah (berilah) di tangannya walaupun (hanya) kulit kaki binatang yang dibakar.(Sahih, Riwayat Ibnu ‘Adi dari Jabir) [Hadis 0348]

15. Apabila tukang azan (bilal) telah melakukan azan (Jumaat) pada hari Jumaat, haram bekerja. (MAUDHU’ R.Dailami dari Anas) [0374]

16. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, dipermanis-Nya dia. Ditanyakan (kepada Nabi saw), ‘Bagaimana Ia mempermanisnya?’ Baginda saw menjawab, “Dibukakan-Nya baginya amal soleh sebelum matinya, lalu dimatikan-Nya dia atas amal soleh itu.” (Sahih, Riwayat Ahmad dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu ‘Anbah) [0379]

17. Apabila engkau hendak meludah maka janganlah meludah ke arah kananmu, tapi ke arah kirimu kalau (sebelah kirimu) kosong. Maka kalau tidak kosong, maka (ludahlah) ke bawah telapak kakimu. (Sahih, Riwayat Bazzar dari Thariq bin Abdullah) [0415]

18. Apabila engkau berkehendak dicintai Allah maka bencilah dunia. Dan apabila engkau berkehendak dicintai manusia maka yang ada padamu dari kelebihan dunia itu lemparkanlah kepada mereka. (DAIF, Riwayat Khathib dari Rib’aa bin Hirasy dengan mursal) [0418]

19. Apabila isteri salah seorang kamu memintanya izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i dari Ibnu Umar) [0423]

20. Apabila orang laki-laki bangun di malam hari dan membangunkan keluarganya dan keduanya solat dua rakaat, keduanya dicatat dalam (golongan) orang-orang lelaki dan perempuan yang berzikir banyak-banyak kepada Allah. (Sahih, Riwayat Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id bersama-sama) [0434]

21. Apabila engkau mengeluh kesakitan (berasa sakit), letakkanlah tanganmu di tempat yang engkau keluhkan (tempat sakit), lalu ucapkanlah, ‘Dengan nama Allah aku mohon dihindarkan, dengan keagungan dan kekuasaan Allah dari kejahatan sakitku yang aku rasakan ini.’ Kemudian

Page 84: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

angkatlah tanganmu lalu ulangi yang demikian itu dengan gasal. (gasal bererti ganjil, iaitu mengulangi perbuatan tersebut dengan ganjil bilangannya-pent) (Sahih, Riwayat Tirmidzi dan Hakim dari Anas) [0448]

22. Apabila pagi-pagi anak Adam, maka seluruh anggota (tubuhnya) menunduk kepada lidah lalu berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam hal kami, kerana kami hanyalah menurut (kata) mu, maka kalau engkau lurus, luruslah kami dan kalau engkau bengkok,- bengkoklah kami. (Hasan, Riwayat Tirmidzi, Ibn Khuzaimah dan Baihaqi dari Abu Sa’id) [0454]

23. Apabila salah seorang kamu berbuka (puasa) maka berbukalah dengan kurma, kerana ia (mempunyai) berkat. Maka apabila ia tidak mendapat kurma maka hendaklah ia berbuka dengan air, kerana ia menyucikan. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari Salman bin Amrid Ad-Dlabi) [0464]

24. Apabila telah dekat (akhir) zaman (maka) hampir-hampir mimpi orang Islam tidak dusta, dan orang yang paling benar mimpinya ialah yang paling benar perkataannya. (Sahih, Riwayat Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0466]

25. Apabila solat telah diiqamati maka janganlah kamu mendatanginya seraya kamu berlari-lari kecil, tapi datangilah seraya kamu berjalan (biasa) dan kamu harus tenang, maka apa yang kamu temui, solatilah (bersama imam) dan apa yang tertinggal, maka sempurnakanlah (setelah imam selesai solat). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0471]

26. Apabila orang mengkafirkan saudaranya maka kembalilah salah seorang (dari) mereka dengan (dosa mengkafirkan) itu. (Sahih, Riwayat Muslim dari Ibnu Umar) [0475]

27. Apabila salah seorang kamu makan maka hendaklah ia makan dengan tangan kanannya, hendaklah ia minum dengan (tangan) kanannya, hendaklah ia menerima dengan (tangan) kanannya dan hendaklah ia memberi dengan (tangan) kanannya;

kerana sesungguhnya syaitan makan dengan (tangan) kirinya, minum dengan (tangan) kirinya, menerima dengan (tangan) kirinya dan memberi dengan (tangan) kirinya. (Sahih, Riwayat Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya dari Abu Hurairah) [0482]

28. Apabila dua muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan dan memuji Allah dan memohon ampun (kepada Allah) maka keduanya diampuni. (DAIF, Riwayat Abu Daud dari Barra) [0486]

29. Apabila Allah menaruh dalam hati seseorang (kehendak) melamar seseorang perempuan, maka tidak mengapa ia melihat kepada perempuan itu. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Hakim dan Baihaqi dari Muhammad bin Maslamah) [0489]

30. Apabila (bulan) Syaaban telah sampai ke pertengahan maka janganlah berpuasa sampai datang (bulan) Ramadhan. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Uthbah bin Nuddar) [0494]

31. Apabila salah seorang kamu memakai terompah (kasut) maka hendaklah ia memakainya bermula dengan yang kanan dan apabila ia membukanya maka hendaklah mulai dengan yang kiri. Hendaklah yang kanan lebih dahulu dipakai dan yang terakhir dilepas (dibuka). (Sahih, Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0495]

32. Apabila salah seorang kamu kencing, maka janganlah ia memegang kemaluannya dengan (tangan) kanannya; dan apabila ia masuk ke dalam tandas maka janganlah ia membasuh dengan (tangan) kanannya; dan apabila ia minum maka janganlah ia menghembuskan nafas di dalam bekas. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Qatadah) [0506]

Page 85: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

33. Apabila salah seorang kamu menguap maka hendaklah ia meletakkan tangannya di atas mulutnya kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke mulut) bersama nguapan (itu). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Sa’id) [0516]

34. Apabila dua orang muslim berjabat tangan (maka) tidak terlepas kedua tapak tangannya sampai keduanya diampuni. (Sahih, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Umamah) [0526]

35. Apabila salah seorang kamu bercita-cita maka hendaklah ia perbanyak, kerana ia hanya meminta kepada Tuhannya. (Riwayat Thabrani dalam Al-Ausath dari Aisyah) [0532]

36. Apabila salah seorang kamu datang (berjemaah) pada hari Jumaat sedang imam berkhutbah, maka hendaklah ia solat dua rakaat dan hendaklah ia melakukannya sekadar yang perlu-perlu (meringkaskan solat). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Jabir) [0543]

37. Apabila terasa bimbang sesuatu dalam hati mu maka tinggalkanlah dia. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Umamah) [0558]

38. Apabila hamba takut kepada Allah, dibuat-Nya segala sesuatu takut kepadanya, dan apabila hamba tidak takut kepada Allah maka dibuat-Nya ia takut kepada segala sesuatu. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Uqaili dari Abu Hurairah) [0569]

39. Apabila tiga orang ke luar dalam bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang mereka menjadi pemimpin. (Sahih, Riwayat Ibnu Majah dan Dliya dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id) [0573]

40. Apabila salah seorang kamu (hendak) melamar orang perempuan, maka tidak ada larangan atasnya melihat kepadanya (perempuan itu) walaupun ia (perempuan itu) tidak mengetahui. (Sahih, Riwayat Ahmad dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Hamid Sa’idi) [0578]

41. Apabila salah seorang kamu masuk (bertandang) kepada saudaranya yang muslim lalu dia hendak berbuka (membatalkan puasanya) maka hendaklah ia berbuka, KECUALI puasanya itu (puasa) Ramadhan, qada Ramadhan atau nazar. (Hasan, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibu Umar) [0585]

42. Apabila engkau memasuki masjid, maka solatlah (berjemaah) bersama-sama orang-orang walaupun engkau telah solat. (Sahih, Riwayat Sa’id bin Manshur dari Mihjan Addu-ali) [0596]

43. Apabila salah seorang kamu diundang untuk makan, maka hendaklah memenuhi(nya), maka kalau ia tidak berpuasa maka hendaklah ia makan dan kalau ia berpuasa maka ia mendoakan berkah (bagi yang empunya makanan). (Sahih, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Mas’ud) [0610]

44. Apabila bangsa Arab menjadi rendah, Islam pun menjadi rendah. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Abu Ya’la dari Jabir) [0617]

45. Apabila salah seorang kamu melihat mimpi yang baik maka hendaklah ia mentafsirinya dan memberitahukannya; dan apabila ia melihat mimpi yang buruk maka janganlah ia mentafsirinya dan jangan memberitahukannya. (Sahih, Riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah) [0618]

46. Apabila salah seorang kamu melihat mimpi yang disenanginya maka sesungguhnya ia semata-mata dari Allah, maka hendaklah ia membaca ‘Alhamdulillah’ atasnya dan memberitahukannya.Dan apabila ia melihat (mimpi) yang tidak begitu, iaitu yang tidak disenanginya maka sesungguhnya ia semata-mata dari syaitan, maka hendaklah membaca ‘A’udzubillahi minasy syaito-nirrajiim’; dan janganlah dia menyebutkannya kepada seseorang, kerana sesungguhnya ia

Page 86: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

tidak membahayakannya. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Tirmidzi dari Abu Sa’id) [0621]

47. Apabila kamu melihat jenazah, maka berdirilah sampai ia meninggalkan kamu atau diletak. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Amir bin Rabi’ah) [0638]

48. Apabila kamu telah melihat bendera-bendera hitam telah datang dari arah Khurasan maka datangilah ia kerana sesungguhnya di sana ada Khalifah Allah Al-Mahdi. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Ahmad dan Hakim dari Tsauban) [0648]

49. Apabila seorang ahli kitab mengucapkan salam kepada mu, maka ucapkanlah ‘Wa’alaikum.” (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas) [0683]

50. Apabila engkau mendengar tetangga-tetangga mu mengatakan ‘Engkau baik’, maka engkau benar-benar baik; dan apabila mereka mengatakan, ‘Engkau keji’, maka engkau benar-benar keji. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Mas’ud dan riwayat Ibnu Majah dari Kulsum Al-Khuza’i) [0688]

51. Apabila kamu mendengar penyakit berjangkit di satu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila ia terjadi sedang kamu berada di satu daerah, maka janganlah kamu keluar daripadanya kerana lari dari (penyakit) itu. (Sahih. Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i dari usamah bin Zaid) [0700]

52. Apabila perempuan telah solat lima (waktunya), telah berpuasa bulan (Ramadhan)nya, telah menjaga kemaluannya (dari zina) dan telah mentaati suaminya (tentu) ia masuk syurga. (Sahih. Riwayat Bazzar dari Anas, Riwayat Ahmad dari Abdurrahman Zuhri dan Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dai Abdurrahman bin Hasanah) [0725]

53. Apabila engkau telah solat Subuh maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara kepada seseorang, (Allahumma ajirnii minan(n)aar), ‘Wahai Allah, selamatkanlah aku dari neraka’ tujuh kali. Maka sesungguhnya kalau engkau mati pada hari mu itu, Allah mencatat untuk mu keselamatan dari neraka.

Dan apabila engkau telah solat Maghrib maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara kepada seseorang, (Allahumma ajirnii minan(n)aar), ‘Wahai Allah, selamatkanlah aku dari neraka’ tujuh kali. Maka sesungguhnya apabila engkau mati pada malam mu itu, Allah mencatat untuk mu keselamatan dari neraka. (Sahih. Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibu Hibban dari Harts Taimi) [0728]

54. Apabila telah terbenam matahari makan tahanlah anak-anak kecil mu, kerana sesungguhnya ia saat disebarnya syaitan-syaitan. [0767] (Sahih. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Abbas)

55. Apabila salah seorang kamu berdiri dalam solat, maka janganlah ia memejamkan matanya. [0785] (DAIF. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dan Ibnu Adi dari Ibnu Abbas)

56. Apabila beberapa orang laki-laki melalui satu kaum lalu salah seorang dari yang lalu mengucapkan salam kepada orang-orang yang duduk, dan dari mereka itu seseorang telah membalas (salam) maka telah mencukupi dari mereka itu dan dari mereka itu. (Sahih. Riwayat Abu Nu’aim dari Abu Sa’id)

57. Apabila salah seorang kamu mengantuk sedang dia berada di masjid, maka hendaklah dia berpindah dari tempat duduknya itu ke (tempat) lainnya. [0878] (Sahih. Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar)

58. Apabila makanan telah diletakkan maka ambillah dari tepinya dan biarkanlah (dahulu) tengahnya, kerana sesungguhnya berkah turun di tengah-tengahnya. [0891] Sahih Ibnu Majah dari

Page 87: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ibnu Abbas

59. Kasihanilah orang yang di bumi, engkau akan dikasihani oleh Yang di langit. [0941] Sahih. Thabrani dalam Al-Kabir dari Jabir dan Hakim dari Ibnu Mas’ud

60. Mintalah fatwa kepada dirimu sendiri walaupun engkau diberi fatwa oleh orang-orang yang memberi fatwa. [0991] Hasan. Bukhari dalam At-Tariikh dari Waabishah

61. Berlakulah lurus (jujur) dan berakhlak baiklah engkau kepada orang-orang (lain). [0993] Hasan. Tabhrani dalam Al-Kabir, Hakim dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman dari Ibnu Umar.

62. Orang-orang yang paling kuat dugaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang soleh, kemudian yang paling menyerupai dan yang paling menyerupai (dengan mereka). [1056] Sahih. Thabrani dalam Al Kabir dari saudara perempuan Khudzaifah. Juga maksud yang sama (berbeza lafaz) dalam Ibnu Majah, Abu Ya’la dan Hakim dari Abu Sa’id.

63. Jaminlah untuk ku enam (perkara) dari diri mu, aku jamin syurga untuk mu;1. yang benarlah (jujur) apabila kamu berbicara,2. tepatilah apabila kamu berjanji,3. sampaikanlah apabila kamu diberi amanah,4. jagalah kehormatan mu,5. pejamkanlah penglihatan mu (dari melihat maksiat),6. tahanlah tangan mu (dari berbuat maksiat). [1095] HASAN. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman dari Ubadah bin Shamit.

64. Baguskanlah perkataan, ucapkanlah salam, hubungilah kaum keluarga dan solatlah di waktu malam sedang orang-orang masih pada tidur (solat tahajjud), kemudian masuklah ke syurga dengan aman. [1096] Sahih. Ibnu Hibban dan Abu Nu’aim dari Abu Hurairah.

65. Telah diberikan kepadaku tujuh puluh ribu (orang) dari umatku yang masuk syurga tanpa dihisab, wajah-wajah mereka seperti pada malam purnama, hati-hati mereka seperti hati seorang (bersatu padu), lalu aku meminta tambah kepada Rabbku azza wa jalla. Lalu ia memberi aku tambahan bersama setiap satu orang tujuh puluh ribu (orang). [1175] Sahih. Riwayat Ahmad dari Abu Bakar.

66. Umumkanlah pernikahan ini dan buatlah ia di masjid-masjid dan pukullah rebana untuknya. [1198] DAIF. Riwayat Tirmidzi dari Aisyah.

67. Umur umatku adalah antara enam puluh sampai tujuh puluh, dan sedikit dari mereka yang melampaui (had) itu. [1199] Sahih. Riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Riwayat Abu Ya’la dari Anas.

68. Bekerjalah kerana setiap (orang) dimudahkan apa yang dibuat untuknya. [1202] Sahih. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Abbas dan Imran bin Husain

69. Pergunakanlah kesempatan lima (perkara) sebelum (datangnya) lima (perkara);a). Pada waktu hidupmu sebelum matimu,b). Pada waktu sihatmu sebelum sakitmu,c). Pada waktu senangmu sebelum sibukmu dand). Pada waktu kayamu sebelum kefakiranmu. [1210] Sahih. (*). Riwayat Hakim dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Abbas. (*). Riwayat Ahmad dalam Azzuhd, Abu Nu’aim dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Amr bin Maimun dengan mursal (mursal – riwayat tabi’in tanpa nama sahabat).

70. Sedekah yang paling utama adalah memberi minum air. [1261] Sahih. Riwayat Ahmad, Abu

Page 88: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Sa’ad bin Ubadah dan Riwayat Abu Ya’la dari Ibnu Abbas.==== Antara Kelebihan Umat Islam Akhir ZamanPENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang

mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya).

PENGENALANUmat Islam atau umat Nabi Muhammad saw mempunyai pelbagai kelebihan di dunia dan

akhirat. Inilah kurniaan Allah Subhana wa Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad saw dimana ia sebagai pelengkap kepada tatacara dalam melalui kehidupan di muka bumi ini samada dari segi akidah, ibadah mahupun segala aspek kehidupan masyarakat yang bertamadun. Bersyukurlah atas nikmat Allah yang tidak terhingga ini. Di dalam Al-Quran juga telah dinyatakan bahawa umat Islam adalah umat yang terbaik.

Terjemahan : Surah Ali 'Imran [3] : 110110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Namun sejak kebelakangan ini terdapat kata-kata atau penulisan atau ceramah yang mengatakan umat akhir zaman ini akan menjadi semakin buruk dan semakin buruk. Hari esok akan lebih buruk dari hari ini dan seterusnya. Benarkah begitu? Apakah Islam mengajar kita untuk terus berfikiran negatif, sedangkan di dalam Al-Quran dan sunnah yang sahih mengajar kita untuk bersangka baik pada Allah dan bersikap optimis. Janganlah begitu. PERBINCANGAN

Terdapat banyak ayat Al-Quran dan hadith yang sahih mengenai kelebihan umat Islam akhir zaman (tidaklah memperkecilkan umat terdahulu kerana umat akhir zaman sendiri adalah pengikut dan mencontohi umat terbaik terdahulu; iaitu zaman sahabat Rasulullah saw, para tabiin dan tabiut tabiin). Antaranya :1. Sentiasa ada golongan umat Islam yang pasti menang.

Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, "Senantiasa ada sekelompok umatku yang dimenangkan atas kebenaran. Tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya hingga Hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu (berada dalam kebenaran)." [3544] Sahih Muslim

Kata Imam Ahmad mengenai hal ini adalah ahli hadith. Kata Imam al-Bukhari, mereka adalah para ahli ilmu. Oleh itu, umat akhir zaman ini tetap ada ilmuan Islam yang sentiasa menang dan tidak mampu diganggu-gugat oleh sesiapapun kerana mereka di dalam jagaan Allah Subhana wa Ta’ala.

Persoalannya untuk apa mereka dimenangkan? Tentulah untuk memimpin umat Islam dari musuh-musuh Islam dan seterusnya menegakkan agama Islam di muka bumi ini serta akan terus dimenangkan sehingga hari yang ditentukan-Nya.2. Sentiasa ada golongan yang membawa umat Islam ke arah manhaj sebenar.

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Setiap seratus tahun Allah mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini (dari penyimpangan)." [3740] Sahih Abu Daud

Maksud ‘memperbaharui agama’ bukanlah mengada-adakan sesuatu yang tiada dalam Islam, tetapi ia adalah membawa agama ini kembali kepada jalan yang lurus mengikut ajaran yang diajar oleh Rasulullah saw, iaitu kembali kepada Al-Quran dan Al-Sunnah yang sahih serta menghancurkan bidaah yang menyesatkan.

Perkataan ‘seseorang’ pula bukanlah bermakna seorang sahaja, tetapi samada secara individu, perkumpulan atau sesebuah pertubuhan atau organisasi. Mereka akan membetulkan kembali bidaah-bidaah yang terjadi dari bisikan syaitan dan membawa umat Islam kembali berpegang kepada Al-Quran dan sunnah yang sahih.3. Sentiasa dimuliakan dengan Al-Quran.

Page 89: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dari ‘Amir bin Watsilah r.a, katanya : Bahawasanya Nafi’ bin ‘Abdul Harits pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar r.a di Usfan. -(Diringkaskan – Hadis ini mengenai Umar r.a bertanya kepada Nafi’, mengapa diangkat Ibnu Abza (hamba yang dimerdekakan) menjadi ketua bagi penduduk Wadi. Lalu Nafi’ menerangkan, bahawa Ibnu Abza mempunyai kefahaman mengenai Al-Quran dan pakar ilmu faraid kerana itulah dia diangkat menjadi ketua di situ)-Kata Umar r.a, ‘Benar! Nabi saw pernah bersabda, “Bahawasanya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan Kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan yang lain.” [0783] Sahih MuslimUmat Islam akan dimuliakan kerana ilmu yang didasarkan serta berpandukan dari Al-Quran. Al-Quran adalah sumber utama ilmu bagi mereka yang ingin berusaha dan mencarigali khazanah yang terdapat di dalamnya samada ilmu sains, kerohanian, perubatan, kejuruteraan, ilmu falaq dan sebagainya.Umat Islam yang dapat menguasai Al-Quran dan faham bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan akan dimuliakan. PERLU DIINGAT bahawa perkara ini adalah umum kepada semua manusia dan bukannya khusus kepada umat Islam. Maksudnya Al-Quran itu diturunkan atau ditujukan kepada seluruh manusia dan seandainya orang kafir yang berpegang kepadanya, tetapi umat Islam meninggalkannya maka dihinakanlah umat Islam itu di mata orang kafir. Inilah antara punca terbesar umat Islam diperlakukan lebih buruk dari binatang ternakan pada masa ini, iaitu meninggalkan dan meremehkan Al-Quran kononnya atas dasar kemodenan serta membebaskan diri dari kejumudan.Kita boleh lihat ikan paus, panda, beruang, harimau yang dibunuh oleh pemburu mendapat liputan seluruh dunia akan kekejaman pemburu tersebut. TETAPI umat Islam yang dibunuh dan disembelih di tanah air mereka sendiri dituduh pengganas dan dihalalkan darah mereka atas kebenaran dan persetujuan siapa? Tidak lain tidak bukan kerana umat Islam sendiri membenarkannya dengan meninggalkan Al-Quran...; lalu kita dihinakan malah diperlakukan lebih buruk dari binatang ternakan. Semoga Allah menyelamatkan umat Islam di seluruh dunia. Semoga Allah memberi hidayah dan petunjuk kepada pemimpin-pemimpin kita.KESIMPULANTiga hadith di atas memadai bahawa sesungguhnya Allah benar-benar memelihara umat Nabi Muhammad saw dan tidak membiarkan umat akhir zaman ini terus dalam kesesatan. Hendaklah kita terus bersikap optimis dan yakin bahawa pada masa akan datang umat Islam akan menjadi lebih hebat dan semakin hebat. Apa yang penting adalah apa yang perlu kita lakukan sekarang untuk membentuk generasi umat Islam yang hebat esok hari. Kita adalah perintis dan penggerak dalam membentuk masa depan umat Islam dan ini adalah sunnatullah. Maksudnya, ‘Apa yang kita lakukan hari ini membentuk masa hadapan’ (bersesuaian dengan takdir Allah Subhana wa Ta’ala).Caranya, kembali kepada hadith-hadith di atas iaitu kembali kepada Al-Quran, Al-Sunnah yang sahih, mencontohi umat terbaik terdahulu (sahabat, tabiin dan tabiut tabiin) serta berusaha dan bekerjasama dalam membentuk dan melahirkan umat Islam yang mempunyai pendidikan yang hebat, penguasaan ekonomi (saling membantu sesama umat Islam) dan paling utama menyebarkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.==== Imam Suyuthi1. Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin Abi Bakr bin Muhammad As-Suyuthi. Lahir tahun 849H atau tahun 1445M di Asyuth Mesir dari keturunan orang-orang terkemuka di negeri itu dan wafat tahun 911H atau tahun 1505M. Ayah beliau wafat pada waktu beliau berumur enam tahun, jadi beliau hidup sebagai anak yatim.2. Bagi memuaskan dahaganya akan ilmu, maka selain dari negerinya sendiri, beliau pun mencari ilmu dan merantau ke serata negeri antaranya Syam, Hijaz, Yaman, India, Maghribi dan negeri-negeri lain serta berguru pada para ulama terkenal berbagai disiplin ilmu saat itu yang jumlahnya lebih kurang seratus lima puluh orang.Diantara para ulama itu ialah Syaikh Syihabuddin As-Syarmasahi, Syaikhul Islam Alamuddin Al-Bulqini, putera Al-Bulqini, Syaikhul Islam Syarafuddin Al-Manawi, Taqiyuddin As-Syibli, Muhyiddin Al-Kafiji, Syaikh Saifuddin Al-Hanafi dan lain-lain.3. Belliau pernah bekerja sebagai guru pada sekolah Ibn Thulun, As-Syaikhuniyah dan Al-Bibrisiyah. Guru-guru beliau telah memberi hak dan kekuasaan padanya untuk mengajar pada usia sangat muda. Beliau

Page 90: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

diberi hak dan kekuasaan untuk mengajarkan ilmu sastera arab pada usia tujuh belas tahun dan pada usia dua puluh tujuh tahun, telah diberi mengajarkan hukum agama dan memberikan fatwa. Pada usia empat puluh tahun beliau mengundurkan diri dari masyarakat ramai untuk memanfaatkan seluruh waktu dan mencurahkan seluruh perhatiannya untuk kajian dan menulis. Hasil kerja keras beliau itu adalah berupa buku-buku tebal yang terdiri dari beberapa jilid sampai buku-buku yang kecil dan jumlah keseluruhannya lebih kurang enam ratus buah.4. Bidang keilmuan yang beliau kuasai sangat luas. Hampir setiap ilmu yang beliau pelajari ditulis buku mengenainya. Sekadar gambaran betapa produktifnya beliau dalam menulis, disenaraikan beberapa buah buku darinya;(a) Ilmu Tafsir dan Qiraat (24 buah) antaranya ‘Lubaabun Nuquul fi Asbaabin Nuzul’

(b) Ilmu Hadis, antaranya Mirqaatus Shu’ud ila Sunani Abi Dawud, Syarhu Sunan Ibni Majah, Adzkarul Adzkar, Zawa-idu Nawaadiril Usul lil Hakim At-Tirmidzi dan banyak lagi.

(c) Ilmu Feqah, antarnya Al-Jami’ fil Faraidh dan pebagai lagi.

Judul buku-buku di atas hanya sedikit sekali yang dipaparkan, seperti yang dikatakan, buku-buku beliau yang ditulis berjumlah lebih kurang 600 buah.

Kitab Bersuci

1. Kewajiban bersuci ketika solat

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Solat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudu. (Shahih Muslim No.330)

2. Cara wudu dan kesempurnaannya

• Hadis riwayat Usman bin Affan ra.:

Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian membasuh wajahnya tiga kali, lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. Setelah itu mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu solat dua rakaat, di mana dalam dua rakaat itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.331)

3. Keutamaan wudu dan salat sunat wudu

• Hadis riwayat Usman ra.:

Dari Abu Anas bahwa Usman ra. berwudu di kedai dan berkata: Mahukah aku tunjukkan cara wudu Rasulullah saw.? Kemudian ia berwudu tiga kali-tiga kali. (Shahih Muslim No.337)

4. Wudu Nabi saw.

• Hadis riwayat Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari ra.:

Dia pernah diminta berwudu seperti wudu Rasulullah saw., Lalu ia minta air sebejana, kemudian menuangkannya pada kedua tangannya dan membasuhnya tiga kali. Setelah itu ia masukkan tangannya lalu mengeluarkannya, berkumur dan menghirup air ke hidung dari satu telapak tangan. Ia mengerjakannya tiga kali. Sesudah itu ia memasukkan tangannya

Page 91: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Setelah itu memasukkan tangannya lalu mengeluarkannya, kemudian membasuh kedua tangannya sampai siku masing-masing dua kali. Lalu memasukkan tangan lalu mengeluarkannya, kemudian mengusap kepala. Ia mengusapkan kedua tangannya ke depan lalu ke belakang. Setelah itu membasuh kedua kakinya sampai mata kaki (buku lali), dan berkata: Demikianlah wudu Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.346)

5. Hitungan ganjil dalam hal menghirup air ke hidung dan beristinja dengan batu

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau beristinja dengan batu, hendaklah beristinja dengan hitungan ganjil dan apabila berwudu lalu memasukkan air ke hidung, hendaklah mengeluarkannya. (Shahih Muslim No.348)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, hendaklah mengeluarkan air dari hidungnya (istintsar) tiga kali, karena syaitan itu menginap di batang hidungnya. (Shahih Muslim No.351)

6. Wajib membasuh kedua kaki dengan sempurna

• Hadis riwayat Abdullah bin Umru ra., ia berkata:

Bersama Rasulullah saw. kami kembali dari Mekah menuju Madinah. Ketika kami berada pada sebuah oase di tengah jalan, beberapa orang tergesa-gesa menunaikan solat Asar. Mereka berwudu dengan tergesa-gesa. Lalu kami dekati mereka, tampak tumit mereka tidak terkena air, maka Rasulullah saw. bersabda: Siksa neraka bagi (pemilik) tumit itu. Sempurnakanlah wudu kalian. (Shahih Muslim No.354)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. melihat seorang lelaki tidak membasuh kedua tumitnya, beliau bersabda: Siksa neraka, bagi para pemilik tumit. (Shahih Muslim No.356)

7. Sunat memperluas basuhan dari yang wajib, seperti membasuh muka lebih luas, tangan, kaki

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Kalian adalah orang-orang yang memiliki cahaya muka, cahaya tangan dan cahaya kaki pada hari kiamat, kerana penyempurnaan wudu. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu, hendaklah ia memanjangkan cahaya putih tersebut. (Shahih Muslim No.362)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. menziarahi kuburan. Beliau berdoa: "Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, hai kaum yang mukmin dan kami, insya Allah akan menyusulmu". Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku. Para sahabat bertanya: Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedang saudaraku adalah orang-orang yang belum datang setelahku. Mereka bertanya lagi: Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang di masa ini? Beliau bersabda: Tahukah engkau, seandainya ada seorang lelaki memiliki kuda yang bersinar muka, kaki dan tangannya kemudian kuda itu berada di antara kuda-kuda

Page 92: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya? Mereka menjawab: Tentu saja dapat, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar, bekas wudu. Aku mendahului mereka datang ke telaga. Ingat! Beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: Kemarilah! Lalu dikatakan: Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) sesudahmu. Aku berkata: Semoga Allah menjauhkan mereka. (Shahih Muslim No.367)

8. Siwak

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan orang-orang beriman (dalam hadis riwayat Zuhair, umatku), niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali akan salat. (Shahih Muslim No.370)

• Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:

Aku mendatangi Nabi saw. sementara ujung siwak berada di mulut beliau. (Shahih Muslim No.373)

• Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata:

Apabila Rasulullah saw. bangun untuk melakukan solat tahajjud, beliau menggosok giginya dengan siwak. (Shahih Muslim No.374)

9. Fitrah (Pembawaan/Tabii)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Fitrah itu ada lima, atau ada lima perkara yang termasuk fitrah; berkhitan; mencukur rambut kemaluan; memotong kuku; mencabut bulu ketiak dan menggunting kumis. (Shahih Muslim No.377)

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Potonglah kumis dan panjangkanlah jenggot. (Shahih Muslim No.380)

10. Mencuci dan adab buang air

• Dari Abu Ayyub Al-Anshari ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila engkau ke tandas, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat. (Shahih Muslim No.388)

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra. bahwa ia berkata:

Banyak orang berkata: Apabila engkau duduk buang hajatmu, janganlah menghadap kiblat atau Baitulmakdis. Abdullah berkata: Aku pernah naik ke loteng rumah, aku melihat Rasulullah saw. duduk berjongkok buang hajat di atas dua buah batu dengan menghadap ke Baitulmakdis. (Shahih Muslim No.390)

11. Larangan beristinja dengan tangan kanan

Page 93: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Abdullah bin Abu Qatadah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang di antara kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan saat kencing. Jangan beristinja dengan tangan kanan. Dan janganlah bernafas dalam wadah (minuman). (Shahih Muslim No.392)

12. Menggunakan tangan kanan dalam bersuci atau lainnya

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. suka memulai dengan yang kanan saat bersuci, menyisir rambut dan memakai sandal. (Shahih Muslim No.395)

13. Beristinja dengan air dari buang hajat

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:

Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti seorang anak muda yang membawa kendi, ia paling muda di antara kami, lalu anak muda itu meletakkan kendinya dekat pohon bidara. Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan hajat beliau menemui kami lagi. Tadi beliau beristinja dengan air. (Shahih Muslim No.398)

14. Mengusap sepasang khuf (sepatu kulit)

• Hadis riwayat Jarir bin Abdullah ra.:

Dari Hammam, ia berkata: Jarir pernah buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khufnya. Lalu ia ditanya: Engkau melakukan hal itu? Dia menjawab: Ya, aku pernah melihat Rasulullah saw. buang air kecil, kemudian berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.401)

• Hadis riwayat Hudzaifah ra., ia berkata:

Aku pernah bersama Nabi saw. tiba di suatu tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Beliau kencing dengan berdiri, lalu aku menjauh. Beliau bersabda: Mendekatlah, maka aku mendekat sampai berdiri di dekat tumit beliau. Kemudian beliau berwudu dan mengusap sepasang khuf beliau. (Shahih Muslim No.402)

• Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra.:

Dari Rasulullah saw. bahwa beliau keluar untuk buang hajat dan Mughirah mengikutinya dengan membawa sekantung air. Setelah Nabi selesai ia menuangkan airnya. Beliau berwudu dan mengusap kedua khuf beliau. (Shahih Muslim No.404)

15. Orang yang akan wudu makruh mencelupkan tangannya yang diragukan kenajisannya ke dalam wadah (air) sebelum dibasuh tiga kali

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang di antara engkau bangun tidur, janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana air sebelum membasuhnya tiga kali, karena ia tidak tahu dimanakah tangannya menginap. (Shahih Muslim No.416)

16. Hukum jilatan anjing

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Page 94: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Rasulullah saw. bersabda: Apabila anjing minum (dengan ujung lidahnya) dalam wadah milik salah seorang di antara kalian, hendaklah ia membuang airnya kemudian membasuh wadah itu tujuh kali. (Shahih Muslim No.418)

17. Larangan kencing pada air tenang

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian kencing dalam air yang diam tenang lalu mandi dengan air tersebut. (Shahih Muslim No.424)

18. Wajib membasuh air kencing dan najis-najis lain yang ada di masjid dan bahwa tanah dapat disucikan dengan air tanpa harus menggalinya

• Hadis riwayat Anas ra.:

Bahwa seorang badui kencing di mesjid, lalu sebagian sahabat menghampirinya. Rasulullah saw. bersabda: Biarkan, jangan engkau hentikan. Anas berkata: Ketika orang itu telah selesai, Nabi saw. meminta seember air, lalu menyiramkannya pada tempat kencing itu. (Shahih Muslim No.427)

19. Hukum air kencing bayi yang masih menyusu dan cara membasuhnya

• Hadis riwayat Aisyah istri Nabi ra.:

Bahwa Nabi saw. pernah didatangi orang-orang yang membawa beberapa bayi, kemudian beliau mendoakan dan menyuapi mereka. Lalu seorang anak kencing dan mengenai beliau. Lantas beliau meminta air dan menuangkannya pada air kencing tadi dan tidak mencucinya. (Shahih Muslim No.430)

• Hadis riwayat Ummu Qais binti Mihshan ra.:

Bahwa ia datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa putranya yang belum pernah makan makanan, kemudian meletakkannya di pangkuan beliau, lalu bayi tersebut kencing. Beliau hanya menyiramnya dengan air. (Shahih Muslim No.432)

20. Hukum mani (sperma)

• Hadis riwayat Aisyah ra.:

Dari Alqamah bahwa seseorang datang kepada Aisyah, kemudian Aisyah berkata: Seandainya engkau melihat mani, maka engkau cukup mencuci tempatnya saja, kalau engkau tidak melihatnya, engkau siram air di sekitarnya. Aku pernah mengerik mani pada pakaian Rasulullah saw. dengan sekali kerik, kemudian beliau memakainya untuk salat. (Shahih Muslim No.434)

21. Najisnya darah dan cara membasuhnya

• Hadis riwayat Asma ra., ia berkata:

Seorang wanita datang kepada Nabi saw., ia berkata: Salah seorang di antara kami, pakaiannya terkena darah haid. Apa yang harus dilakukannya? Beliau bersabda: Mengerik darah itu, lalu menggosoknya dengan air, kemudian dibasuh. Setelah itu ia boleh salat dengan pakaian tersebut. (Shahih Muslim No.438)

Page 95: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

22. Dalil najisnya air kencing dan kewajiban membersihkannya

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:

Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kubur, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih Muslim No.439)==

Kisah DajjalHadis yang dipaparkan adalah pengumpulan hadis-hadis mengenai perihal Dajjal. Pentingnya perkara Dajjal ini adalah kerana berdasarkan sebuah hadis;Dari Ibnu 'Umar berkata : "Kemudian Nabi saw berdiri di hadapan manusia, lalu memuji Allah yang Dia satu-satunya yang paling berhak dipuji kemudian Beliau menyebutkan masalah ad-Dajjal dan bersabda: "Sungguh aku mengingatkan kalian tentangnya dan tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah mengingatkan kaumnya tentang Dajjal itu. Sungguh Nabi Nuh 'Alaihissalam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang para Nabi (sebelumku) belum pernah mengatakannya, iaitu bahawa ad-Dajjal itu a'war (buta sebelah matanya) dan sesungguhnya Allah tidaklah buta sebelah". [2829] Sahih BukhariPerkataan ‘tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah mengingatkan kaumnya tentang Dajjal’ bermakna perkara mengenai Dajjal ini sangat-sangat penting. Maka dengan itulah kami cuba mengumpulkan seberapa yang ada mengenai hadis-hadis perihal Dajjal (tidak semua). Hadis mengenai kedatangan Dajjal ini adalah mutawatir, mengingkarinya boleh menyebabkan kekufuran.Perlu diingat, bahawa Dajjal itu bukanlah hawa nafsu atau bentuk-bentuk yang pelik sebagaimana terdapat beberapa kisah mengenainya, tetapi Dajjal itu seperti susuk tubuh manusia biasa dan buta sebelah matanya serta dikurniakan perkara-perkara ajaib oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana sebagai ujian terbesar kepada umat manusia.Terdapat beberapa ratus hadis mengenainya termasuk yang berulang dan daif. Kami hanya memilih dari riwayat yang terkuat dan hadis-hadis yang berulang tidak dimasukkan kecuali sebab-sebab tertentu, seperti menguatkan hadis yang lain atau penambahan dari perawi yang kuat hafalannya. Perlu diingatkan sekali lagi, kami tidak meletakkan seluruh hadis mengenai Dajjal di sini. Wallahu'alam.Riwayat Al-Bukhari

001. Dari 'Aisyah r.ha : Rasulullah saw di dalam solat membaca do'a:

'ALLAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABIL QABRI, WA A'UUDZU BIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL, WA A'UUDZU BIKA MIN FITNATIL MAHYAA WA FITNATIL MAMAAT. ALLAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL MA'TSAMI WAL MAGHRAM

7ه;م7 9نdي الل ?ع;وذ; إ 9ك? أ =ر9 ع?ذ?اب9 م9ن= ب =ق?ب ?ع;وذ; ال 9ك? و?أ ?ة9 م9ن= ب =ن يح9 ف9ت =م?س9 ?ع;وذ; الد7ج7ال9 ال 9ك? و?أ ?ة9 م9ن= ب =ن ?ا ف9ت ي =م?ح= ?ة9 ال =ن و?ف9ت =م?م?ات9 ال

7ه;م7 9نdي الل ?ع;وذ; إ 9ك? أ 9 م9ن= ب ?م =ث =م?أ 9 ال م =م?غ=ر? ?ه; ف?ق?ال? و?ال 9ل~ ل ?ر? م?ا ق?ائ =ث ك? ?ع9يذ; م?ا أ ت ?س= 9 م9ن= ت م =م?غ=ر? ال

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang).

Tiba-tiba ada seseorang berkata kepada beliau, "Kenapa tuan banyak meminta perlindungan dari hutang?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya seseorang apabila berhutang dia akan cenderung berkata dusta dan berjanji lalu mengingkarinya." [789]

Page 96: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Tambahan : Saat membacanya selepas tasyahud akhir dan sebelum salam.

002. Dari Anas bin Malik r.a : Nabi saw bersabda, "Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah, kerana tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan bergoncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik daripadanya". [1748]

003. Dari Abu Sa'id Al Khudriy r.a : Telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw dengan pembicaraan yang panjang tentang Dajjal. Diantara yang Beliau ceritakan tentangnya adalah;

Beliau berkata: "Dajjal akan datang pada suatu tanah yang tandus di Madinah (untuk memasuki Madinah) padahal dia diharamkan untuk memasuki pintu-pintu gerbang Madinah.

Maka pada hari itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan manusia terbaik atau salah seorang dari manusia terbaik menghadangnya seraya berkata; Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang pernah diceritakan oleh Rasulullah saw.

Maka Dajjal berkata; Bagaimana sikap kalian jika aku membunuh orang ini lalu aku menghidupkannya kembali, apakah kalian masih meragukan kemampuanku?

Mereka menjawab: "Tidak". Maka Dajjal membunuh laki-laki terbaik itu lalu menghidupkannya kembali. Laki-laki itu berkata, ketika Dajjal menghidupkannya kembali; "Demi Allah, hari aku tidak akan lebih waspada kecuali terhadap diriku sendiri. Maka Dajjal berkata; "Aku akan membunuhnya lagi". Maka Dajjal tidak sanggup (tidak mampu) untuk menguasainya". [1749]

004. Ibnu 'Umar r.a berkata : "Kemudian Nabi saw berdiri di hadapan manusia, lalu memuji Allah yang Dia satu-satunya yang paling berhak dipuji kemudian Beliau menyebutkan masalah ad-Dajjal dan bersabda:

"Sungguh aku mengingatkan kalian tentangnya dan tidak ada seorang Nabi pun kecuali telah mengingatkan kaumnya tentang Dajjal itu. Sungguh Nabi Nuh 'Alaihissalam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang para Nabi (sebelumku) belum pernah mengatakannya, iaitu bahwa ad-Dajjal itu a'war (buta sebelah matanya) dan sesungguhnya Allah tidaklah buta sebelah". [2829]

005. Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, "Mahukah kalian aku ceritakan tentang ad-Dajjal yang belum pernah diceritakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, iaitu bahwa dia itu buta sebelah matanya dan dia datang dengan perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang dikatakanya sebagai syurga sesungguhnya adalah nereka dan aku ceritakan kepada kalian sebagaimna Nabi Nuh Alaihissalam menceritakannya kepada kaumnya". [3090]

006. Dari Hudzaifah r.a berkata : "Sungguh aku pernah mendengar Beliau bersabda: "Dajjal keluar dengan membawa air dan api. Adapun apa yang dilihat manusia sebagai api sebenarnya adalah air yang dingin, dan yang dilihat manusia sebagai air sesungguhnya dia adalah api yang membakar. Maka siapa di antara kalian yang berjumpa dengannya hendaklah mengambil yang di tangannya yang nampak seperti api kerana itu adalah air yang segar lagi dingin".... [3194]

007. ....Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, ketika itu para korban yang terbunuh sangat banyak padahal keduanya mengaku satu agama (Islam) dan tidak akan terjadi hari kiamat hingga timbul para ‘dajjal pendusta’ yang jumlahnya hampir mendekati tiga puluh orang (dan) semuanya mengaku dirinya Rasul Allah". [3340]

008. ... Ibnu Abbas r.a mengatakan : "Sesungguhnya di antara kedua mata Dajjal tertulis "Kafir" (dalam hadis lain Kaf, Fa’ Ro’), Ibnu Abbas mengatakan; "Namun saya belum pernah mendengar

Page 97: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

beliau (secara langsung) mengatakan hal itu.... [5458]

009. Dari Anas r.a mengatakan : Nabi saw bersabda, "Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah dan pendusta, ketahuilah bahawasanya dajjal itu buta sebelah, sedang Rabb kalian tidak buta sebelah, tertulis diantara kedua matanya KAFIR (mata Dajjal)." [6598]

Tambahan : Hadis ini membenarkan kata-kata Ibnu Abbas r.a pada hadis nombor 008.

010. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Jalan-jalan Madinah dijaga oleh para malaikat, sehingga kota itu tidak akan dimasuki wabak taun ataupun dajjal." [6600].Riwayat Ahmad (Dajjal) Riwayat Ahmad

01. Dari 'Amru Bin Huraits r.a bahwa Abu Bakar r.a sembuh dari sakitnya, kemudian dia pergi menemui orang-orang dan meminta maaf kerana sesuatu dan berkata;

"Kami tidak menginginkan kecuali kebaikan", lalu berkata; "Rasulullah saw telah bersabda kepada kami, bahwa Dajjal akan muncul dari bumi bahagian timur, yang disebut Khurasan, banyak manusia yang mengikutinya, wajah mereka bagaikan alat yang ditempa (perisai)." [00033]

02. Dari Jabir bin Samurah r.a dan dari Nafi' bin Utbah bin Abu Waqqash berkata : Rasulullah saw bersabda, "Kalian akan memerangi Jazirah Arab kemudian Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi Persia dan Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi Romawi dan Allah menaklukkannya untuk kalian. Kemudian kalian akan memerangi Dajjal dan Allah menaklukkannya untuk kalian." Nafi' berkata; Jabir berkata; "Dajjal tidak akan keluar sampai Romawi ditaklukkan." [1458]

03. Dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah r.a : Dari Nabi saw, bahawa Beliau menyebutkan tentang Dajjal, lalu beliau memperincikan dengan cirri-cirinya yang aku tidak dapat mengingatnya." Para sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah bagaimana hati kami ketika itu, apakah seperti hari ini?" beliau menjawab; "Atau (boleh jadi) lebih baik." [1600]

04. Dari Ibnu Umar r.a ia berkata : "Rasulullah saw bersabda, "Dajjal akan turun pada dataran yang subur ini dengan melewati satu lembah, dan golongan yang paling banyak keluar untuk menuju kepadanya ialah dari kalangan kaum wanita, sehingga seorang laki-laki akan kembali menemui isterinya, ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan kepada bibinya untuk mengikat mereka dengan tali kerana khuatir mereka akan keluar menuju kepadanya (Dajjal).

Kemudian Allah Ta'ala akan menjadikan kaum muslimin berkuasa atasnya sehingga mereka pun akhirnya dapat membunuhnya dan menghabisi kelompoknya, sampai-sampai ada seorang Yahudi yang bersembunyi di balik pohon atau batu besar, lalu batu besar itu atau pohon itu berkata kepada orang muslim, 'Ini ada seorang Yahudi di bawahku, bunuhlah ia!." [5099]

05. Abdullah bin Umar berkata : Kami diceritai tentang Haji Wada' namun kami tidak mengetahui hal itu adalah wada' (haji perpisahan) Rasulullah saw. Pada saat Haji Wada' Rasulullah saw berkhutbah, beliau menyebut-nyebut Masih Ad Dajjal kemudian beliau terus menyebutnya berulang kali hingga beliau bersabda:

"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia mengingatkan umatnya (dari bahaya Dajjal), Nuh telah mengingatkan umatnya dan juga para Nabi yang datang setelahnya. Ketahuilah bahwa Dajjal tidaklah tersembunyi, dan jangan sekali-kali tersembunyi dari kalian. Dan Rabb kalian tidaklah buta sebelah.

Ketahuilah bahwa Dajjal tidak tersembunyi dari kalian, dan jangan sekali-kali tersembunyi dari kalian, dan Rabb kalian tidaklah buta sebelah.” [5909]

Page 98: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

06. ... Abdullah bin 'Amr r.a berkata: Rasulullah saw bersabda, "Dajjal akan muncul di tengah-tengah umatku lalu ia akan tinggal bersama mereka selama empat puluh. "Aku tidak tahu apakah itu empat puluh hari, empat puluh tahun, empat puluh malam, atau empat puluh bulan. "Lalu Allah 'azza wajalla membangkitkan Isa bin Maryam a.s dan wajahnya seperti Urwah bin Mas'ud Ats Tsaqafi.

Ia akan muncul dan membinasakan Dajjal. Setelah itu manusia hidup dalam keadaan damai dan (hampir) tidak ada pertikaian antara dua anak manusia, kemudian Allah Ta'ala menghembuskan angin dingin yang datang dari arah negeri Syam. Tidak ada seorangpun yang di dalam hatinya terdapat sebiji sawi keimanan kecuali Dia pasti akan mengambil nyawanya (mewafatkannya) hingga jika ada diantara mereka yang bersembunyi di perut gunung nescaya angin itu akan mendatanginya."

Ia (Abdullah) berkata: Aku mendengarnya dari Rasulullah saw, "Kemudian tinggallah manusia-manusia yang jahat, yang selalu bersegera dalam melakukan kejahatan. Mereka tidak mengenal kebajikan dan tidak mengingkari kemungkaran. " Beliau berkata (melanjutkan sabdanya): "Kemudian syaitan menampakkan dirinya dan menyeru, 'Mahukah kalian menerima ajakanku? ' Kemudian ia menyuruh mereka, hingga mereka pun menyembah berhala-berhala padahal mereka telah diberikan rezeki yang banyak dan kehidupan yang nyaman.

Kemudian ditiuplah sangkakala, dan tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali pasti ia akan memiringkan kepalanya. Dan manusia yang paling pertama mendengarnya ialah seorang lelaki yang sedang memperbaiki kolamnya, kemudian ia terkejut hingga menemui ajalnya.

Lalu tidak tersisa seorang pun kecuali ia pasti binasa. Kemudian Allah menurunkan hujan rintik-rintik lalu dengan jasad manusia tumbuh kembali dan bermunculan dari dalam kubur.

Kemudian ditiuplah sangkakala untuk kedua kalinya dan tiba-tiba manusia berdiri (untuk menunggu keputusan)." Beliau berkata: "Kemudian dikatakan, 'Wahai manusia, mendekatlah kalian kepada Rabb kalian! ' (Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) kerana sesungguhnya mereka akan ditanya).

'Beliau berkata: "Kemudian dikatakan, 'Keluarkanlah penghuni neraka! '". Beliau berkata: "Lalu ditanyakan, 'Berapa? ' Dia menjawab, 'Setiap seribu orang keluarkanlah sembilan ratus sembilan puluh sembilan dari mereka. 'Maka pada hari itu anak-anak dibangkitkan dalam keadaan telah beruban dan pada hari itu pula betis disingkapkan."Muhammad bin Ja'far berkata: Syu'bah meceritakan hadits ini kepadaku berkali-kali, dan akupun memaparkannya kepadanya. [6268]

07. Dari Jabir bin Abdullah r.a, sesungguhnya dia berkata : Rasulullah saw bersabda: "Dajjal akan keluar saat terjadinya krisis dalam memeluk agama dan banyak yang meninggalkan ilmu. Dia mengelilingi bumi selama empat puluh malam, sehari lamanya ada yang seperti satu tahun. Sehari di dalamnya, ada yang lamanya seperti satu bulan. Satu hari di dalamnya lamanya seperti satu minggu, lalu semua harinya sebagaimana hari kalian ini.

Dia mempunyai keldai dan dinaikinya, jarak antara kedua telinganya empat puluh dhiro' (hasta). Dia berkata kepada manusia, saya adalah tuhan kalian. Dia buta salah satu matanya. Dan tuhan kalian tidaklah buta sebelah. Tertulis antara kedua matanya KAFIR, KAF -FA’- RO’ yang dapat dieja setiap orang mukmin baik yang boleh menulis mahu pun yang tidak.

Dia mendatangi semua sumber-sumber air dan menghabiskannya, dan juga memasuki semua kota kecuali Madinah dan Makkah, kerana Allah telah mengharamkan keduanya. Para malaikat berdiri di pintu-pintunya. (Dajjal) membawa segunung roti dan manusia (semuanya) dalam kesusahan kecuali yang mengikutinya.

Page 99: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dia mempunyai dua sungai, saya (Rasulullah saw) lebih tahu keduanya daripada dia sendiri. Sungai yang dikatakan syurga dan sungai yang dikatakannya neraka. Siapa yang dimasukkan ke dalam syurganya maka itu sebenarnya adalah neraka, dan yang dimasukkan ke dalam neraka itu sebenarnya adalah syurga ".

(Rasulullah saw) bersabda: “Allah mengutus bersamanya para syaitan, yang akan mengajak berbicara kepada orang-orang, dia membawa fitnah yang sangat dahsyat. Dia seolah-olah boleh memerintahkan langit sehingga menurunkan hujan menurut penglihatan manusia, membunuh orang lalu menghidupkannya kembali menurut pandangan mereka, tidak ada yang mengalahkannya dari kalangan manusia.Dia berkata; Wahai manusia, bukankah tidak dapat melakukan hal ini kecuali Rabb Azza wa Jalla".

(Rasulullah saw) bersabda: "Lalu orang-orang muslim lari ke gunung Dukhan di Syam, lalu dia mendatangi mereka dan mengepungnya dengan kepungan yang sangat ketat dan sangat susah payah, lalu turunlah 'Isa bin Maryam, Beliau memanggil di waktu menjelang subuh.

Lalu Beliau berkata, 'Wahai manusia, apa yang membuat kalian keluar menghindari pendusta yang sangat keji itu?’

Lalu mereka menjawab, 'Ini adalah seorang yang keji.' Lalu mereka meninggalkannya dan mengikuti 'Isa bin Maryam alaihissalam, lalu dilaksanakan solat, lalu dikatakan kepadanya, 'Majulah wahai Ruh Allah', lalu Isa mengatakan, 'Agar imam kalian maju dan memimpin solat kalian'. Setelah mereka selesai solat subuh mereka keluar menuju 'Isa".

(Rasulullah saw) berkata; tatkala Dajjal melihat (Nabi Isa a.s), dia mencair sebagaimana garam yang mencair dalam air, lalu ('Isa bin Maryam Alahissalam) berjalan menuju dia dan membunuhnya, sampai pohon dan batu saja memanggil 'Wahai ruh Allah ini orang Yahudi', maka dia tidak meninggalkan seorangpun yang mengikuti (Dajjal) kecuali beliau membunuhnya. [14126]

08. Dari Sha'bi bin Jatstsamah bin Qais bin 'Abdullah Ya'mar r.a : Sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Dajjal tidak akan keluar sampai manusia lupa menyebutnya dan sampai para pemimpin lupa menyebutkannya di atas mimbar." [16073]

09. Dari Mutharrif bin 'Abdullah bin Asy Syakhir dia berkata; Imran bin Hushain bin 'Ubaid bin Khalaf r.a berkata kepadaku : Sungguh aku akan menceritakan kepadamu satu hadis hari ini, agar Allah Azza Wa Jalla memberikan manfaat padamu di hari-hari yang akan datang, ingatlah bahawa sebaik-baik hamba Allah Tabaraka wa Ta'ala pada hari kiamat adalah umat Muhammad, dan ingatlah bahawa akan selalu ada sekelompok manusia dari pemeluk agama Islam yang selalu berperang membela kebenaran dan selalu memenangkannya dari musuh-musuh mereka hingga mereka berhasil membunuh Dajjal. [19049]

10. Dari 'Imran bin Hushain r.a ia berkata : Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa mendengar berita tentang Dajjal, maka menjauhlah darinya!." (beliau mengulanginya hingga tiga kali), kerana orang yang mendatanginya, nescaya ia akan mengikutinya kerana menyangkanya sebagai orang yang benar dengan syubhat (kesamaran) yang Dajjal bawa." [19118]

11. Dari Ubay bin Ka'ab bin Qais r.a : Rasulullah saw bersabda, "Salah satu dari kedua matanya (Dajjal) seperti kaca berwarna hijau, dan berlindunglah kalian kepada Allah Tabaaraka Wa Ta'ala dari siksa kubur." [20220]

12. Dari Hudzaifah bin Al Yaman r.a : Nabi saw bersabda, "Dalam umatku ada para pendusta dan Dajjal. Dajjal sebanyak dua puluh tujuh, diantara mereka ada empat orang wanita, aku adalah penutup para nabi, tidak ada Nabi setelahku." [22269]

13. Dari Hafshah binti 'Umar bin Al Khaththab r.anha : Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya pertama kali Dajjal keluar kepada manusia, ia dalam keadaan marah." [25222]

Page 100: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

14. Dari Abu Darda' r.a : Nabi saw bersabda, "Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, maka ia terlindung dari fitnah Dajjal." Hajjaj (Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad) menyebutkan, "Barangsiapa membaca sepuluh terakhir dari surat Al Kahfi." [26244]

15. Dari Fatimah binti Qais r.anha : Suatu hari Rasulullah saw datang dengan tergesa-gesa seraya naik mimbar, maka diserukanlah, “Hendaklah solat berjamaah”, orang-orang pun berkumpul, kemudian beliau bersabda:

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku tidak menyeru kalian untuk menakut-nakuti dan mengejutkan kalian, akan tetapi Tamim Ad-Dari telah menceritakan kepadaku bahawa sekelompok manusia dari penduduk Palestin telah mengharungi lautan, lalu mereka diterpa angin (ribut) sampai terdampar di sebuah pulau dari beberapa pulau di lautan.

Tiba-tiba mereka bertemu dengan makhluk yang berambut panjang (berbulu lebat) sehingga tidak diketahui apakah dia laki-laki atau perempuan kerana rambutnya sangat lebat.

Mereka bertanya, 'Siapa kamu? Makhluk itu menjawab, 'Aku adalah Jassasah'. Mereka bertanya, 'Mahukah kamu bercerita kepada kami? ' Makhluk itu menjawab, 'Aku bukanlah orang yang bercerita dan bukan pula yang meminta cerita kepada kalian, akan tetapi pergilah ke tempat peribadatan (biara) ini, di sana ada seorang laki-laki yang memerlukan cerita-cerita dari kalian dan dia akan bercerita untuk kalian.'

Kemudian mereka memasuki biara, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang buta sebelah matanya dan terbelenggu rantai.

Dia bertanya, 'Siapa kalian?’ Mereka menjawab, 'Kami adalah orang-orang Arab.’

Dia bertanya lagi, 'Apakah sudah ada seorang Nabi yang diutus untuk kalian?' Mereka menjawab, 'Ya.'

Dia berkata, 'Apakah orang-orang arab mengikutinya? ' Mereka menjawab, 'Ya.' Dia lalu berkata, 'Itu lebih baik bagi mereka.'

Lantas dia bertanya, 'Apa yang diperbuat oleh (orang-orang) Persia? Apakah dia (Nabi saw) dapat menguasainya (atau mengalahkannya)? Mereka menjawab, 'Tidak.' Dia lalu berkata, 'Sesungguhnya mereka akan dapat menguasainya.'

Kemudian dia bertanya lagi, 'Apa yang terjadi dengan mata air Zughar?’ Mereka menjawab, 'Dia mengeluarkan air dengan banyak.'

Kemudian dia bertanya lagi, 'Apa yang terjadi dengan pohon kurma yang ada di Baisan, apakah ia memberikan kecukupan makan? ' Mereka menjawab, 'Ya, untuk penduduknya.'

Kemudian dia berdiri dengan cepat, sehingga kami mengira bahwa dia akan lepas, maka kami berkata, 'Siapa kamu? ' Dia menjawab, 'Aku adalah Dajjal, aku akan menginjakkan kakiku ke semua penjuru bumi, kecuali Makkah dan Taibah.”

Maka Rasulullah saw bersabda: "Aku khabarkan berita gembira ini wahai orang-orang Muslim, (Kota Madinah) ini adalah Taibah yang tidak akan dimasuki oleh Dajjal." [26084]=== Riwayat Ibnu Majah (Dajjal) Riwayat Ibnu Majah

01. Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, "Akan muncul generasi yang membaca Al Qur'an namun tidak melewati kerongkongan mereka, setiap keluar satu generasi maka akan terputus."

Page 101: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ibnu Umar r.a berkata; Aku mendengar Rasulullah sawm bersabda: "Setiap keluar generasi akan terputus sebanyak dua puluh kali, hingga keluar di antara keturunan mereka Dajjal." [0170]

02. Dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mengajarkan kami doa ini sebagaimana beliau mengajari kami surat dari Al-Quran (dengan bersungguh-sungguh kerana pentingnya perkara ini), iaitu; "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masih Ad Dajjal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kematian dan kehidupan." [3830]

03. Dari 'Amru bin Huraits r.a, dari Abu Bakar Ash Shiddiq r.a, dia berkata : "Rasulullah saw menceritakan kepada kami bahwa Dajjal akan datang dari bumi bahagian timur yang di sebut dengan daerah Khurasan, ia diikuti oleh suatu kaum yang wajah mereka menyerupai alat pemukul (atau perisai)." [4062]

04. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a, dia berkata : "Ketika Rasulullah saw di isra'kan di malam isra'nya, beliau bertemu dengan Ibrahim, Musa dan Isa, lantas mereka menyebutkan mengenai hari Kiamat.

Dimulai dari Ibrahim, kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai terjadinya hari Kiamat namun Ibrahim tidak mengetahuinya, kemudian mereka bertanya kepada Musa namun Musa juga tidak mengetahuinya, kemudian pembicaraan mereka kembali kepada Isa bin Maryam.

Maka Isa berkata, "Sungguh telah diikrarkan kepadaku segala hal selain kejadian Kiamat, adapun kejadiannya maka tidak seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah, setelah itu Isa menyebutkan tentang munculnya Dajjal, dia berkata, "Kemudian saya diturunkan dan berhasil membunuhnya, sehingga kebanyakan manusia kembali ke negaranya masing-masing.

Ternyata mereka bertemu dengan Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka (Ya'juj dan Ma'juj) turun dengan cepat dari tempat yang tinggi, mereka tidak melintasi mata air (sungai) melainkan akan meminum habis airnya, dan tidak pula (melintasi) sesuatu melainkan mereka akan membuat kerusakan.

Maka saya memohon kepada Allah dengan mengangkat suara supaya mereka dibinasakan, lantas bumi berbau busuk (kerana bangkainya), maka saya memohon kepada Allah dengan penuh harap dan mengangkat suara, lantas Allah menurunkan air hujan dan membawa (bangkai) mereka dan melemparkan (bangkai) mereka di lautan.

Kemudian gunung-gunung diratakan dan bumi dibentangkan sebagaimana kulit (binatang) sehabis disamak, lalu diberitahukan kepadaku, sekiranya hal itu telah terjadi, maka Kiamat oleh manusia ibarat seorang wanita hamil yang keluarganya tidak mengetahui bila kelahirannya akan tiba (tempohnya sangat dekat)."

Al 'Awam berkata, "Ternyata kebenaran hal itu didapati dalam Kitabullah Ta'ala: '(Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi) ' (Qs. Al Anbiyaa; 96). [4071]

05. Dari Jabir bin Samurah r.a, dari Nafi' bin 'Utbah bin Abu Waqash r.a : Nabi saw bersabda, "Kalian akan berperang melawan Jazirah Arab, kemudian Allah menaklukkan buat kalian. Setelah itu kalian akan berperang melawan orang-orang Romawi, lalu Allah menaklukkannya. Setelah itu kalian akan berperang melawan Dajjal, kemudian Allah akan menaklukkannya."

Jabir berkata, "Dajjal tidak akan keluar hingga bangsa Romawi dapat dikalahkan." [4081]Riwayat Nasa’i (Dajjal) Riwayat Nasa’i01. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Bila salah seorang dari kalian tasyahud (akhir sebelum salam), maka berlindunglah dari empat hal, iaitu azab neraka jahannam, azab kubur,

Page 102: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

fitnah kehidupan dan kematian, serta dari jahatnya Dajjal." Kemudian hendaklah berdoa untuk dirinya dari apa yang diinginkannya. [1293]Riwayat Abu Daud

01. Dari Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, "Apabila kalian selesai dari tasyahud akhir, hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara, iaitu; dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian serta dari kejahatan Dajjal." [833]

02. Dari Imran bin Hushain r.a, ia berkata : Rasulullah saw bersabda, "Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran dalam keadaan unggul atas orang-orang yang memusuhi mereka hingga orang terakhir diantara mereka memerangi Al- Masih Dajjal." [2125]

03. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata : Rasulullah saw berkata: "Tiga perkara yang merupakan dasar keimanan, iaitu:

a. menahan diri dari orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH,

b. dan kita tidak mengkafirkannya kerana suatu dosa,

c. serta tidak mengeluarkannya dari keIslaman kerana sebuah amalan.

Jihad tetap berjalan sejak Allah mengutusku hingga umatku yang terakhir memerangi Dajjal, hal itu tidaklah digugurkan oleh kezaliman orang yang zalim, serta keadilan orang yang adil, dan beriman kepada takdir." [2170]

04. Dari Abdullah bin Umar r.a berkata : "Saat kami duduk-duduk di sisi Rasulullah saw, beliau bercerita tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita sekitar fitnah itu hingga beliau menyebutkan tentang fitnah Al-Ahlas.

Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al-Ahlas?" Beliau menjawab: "Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah kesenangan yang asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahli baitku. Ia mengaku berasal dari keturunanku, padahal bukan. Wali-waliku hanya orang-orang yang bertakwa.

Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang pura-pura). Kemudian akan muncul fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerosakan darinya). Ketika fitnah itu telah dianggap selesai, namun fitnah tersebut (sebenarnya) terus berlanjutan.

Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu petang, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok; sekelompok orang yang beriman dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya, dan sekelompok orang yang penuh kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya. Jika keadaan kalian sudah begitu, maka tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya." [3704]

05. Dari Abdullah bin Busr r.a : Rasulullah saw bersabda: "Antara peperangan dan pembukaan kota Konstantinopel jaraknya enam tahun, lalu Al Masih Ad Dajjal keluar pada awal tahun ke tujuh." [3744]

06. Dari Imran bin Hushain r.a menceritakan : "Rasulullah saw bersabda: "Siapa yang mendengar (kedatangan) Dajjal hendaklah menjauhinya. Demi Allah, seorang laki-laki benar-benar akan mendatangi Dajjal dan mengira bahawa ia adalah seorang mukmin, lalu ia akan mengikuti setiap subahat (keraguan) yang ditebarkannya (iaitu, bekerjasama atau mengikuti Dajjal)." [3762]

07. Dari Ubadah bin Ash Shamit r.a, ia menceritakan kepada mereka : Rasulullah saw bersabda, "Sungguh, aku telah menceritakan perihal Dajjal kepada kalian, hingga aku khuatir kalian tidak lagi mampu memahaminya (masih tidak faham bentuk Dajjal).

Sesungguhnya Al Masih Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, berkaki bengkok, berambut kerinting, buta sebelah dan matanya tidak terlalu menonjol dan tidak pula terlalu tenggelam. Jika kalian merasa bingung, maka ketahuilah bahwa Rabb kalian tidak bermata juling." [3763]

Page 103: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

08. Dari An Nawwas bin Sam'an Al Kilabi r.a, ia berkata : "Rasulullah saw menyebutkan tentang Dajjal, Beliau bersabda:

"Jika saat Dajjal keluar aku masih bersama kalian maka akulah yang akan melindungi kalian darinya. Namun jika ia keluar dan aku tidak lagi bersama kalian, maka setiap orang harus melindungi dirinya sendiri. Allah adalah pelindung bagiku dan setiap muslim.

Barangsiapa dari kalian berjumpa dengannya, hendaklah ia bacakan awal surat Al-Kahfi, sebab itu akan melindungi kalian dari fitnahnya."

Kami lalu bertanya, "Berapa lama ia akan tinggal di bumi?" Beliau menjawab: "Empat puluh hari. Satu hari seakan setahun, dan sehari seakan sebulan, dan sehari seakan seminggu dan hari-harinya dia sama sebagaimana hari-hari kalian."

Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, pada hari yang seakan satu tahun, apakah solat kami akan mencukupi untuk waktu sehari semalam?" Beliau menjawab, "Tidak, namun sesuaikanlah (setiap waktu solat).

Kemudian Isa putera Maryam (a.s) akan turun di sisi menara putih, sebelah timur kota Damaskus (Syria). Lalu ia menemukan Dajjal di pintu Lud (sebuah tempat di dekat Baitul Maqdis), lantas ia pun membunuhnya." [3764]

09. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, "Tidak ada Nabi antara aku dan dia (maksudnya Isa a.s). Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi ataupun pendek), berkulit merah keputih-putihan, mengenakan kain berwarna kekuningan.

Seakan rambut kepala menetes meski tidak basah. Ia akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, ia memecahkan salib, membunuh babi dan membebaskan jizyah (pajak). Pada masanya Allah akan membinasakan semua agama selain Islam, Isa akan membunuh Dajjal, dan akan tinggal di dunia selama empat puluh tahun. Setelah itu ia meninggal dan kaum muslimin mensolatinya." [3766]Riwayat Muslim (Dajjal) Riwayat Muslim

001. Dari Abu Hurairah r.a : "Rasulullah saw bersabda, "Akan ada di akhir zaman para Dajjal Pendusta membawa hadis-hadis kepada kalian yang mana kalian tidak pernah mendengarnya dan bapa-bapa kalian juga belum pernah mendengarnya. Maka kalian jauhilah (hadis itu) dan (pada) mereka (juga) jauhilah. Mereka tidak dapat menyesatkan kalian dan tidak (dapat) memfitnah kalian." [0008]

002. Dari Abu Hurairah dia berkata : "Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga perkara yang apabila keluar nescaya tidak akan bermanfaat iman seseorang yang sebelumnya beriman atau sebelumnya berusaha berbuat baik pada imannya, iaitu : terbitnya matahari dari barat, keluarnya Dajjal, dan makhluk melata di bumi'." [0227]

003. Dari Malik, dari Nafi' dari Abdullah bin Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, "Pada suatu malam aku bermimpi di sisi Ka'bah, aku melihat seorang lelaki berkulit sawo matang, sebagaimana kamu pernah melihat seorang lelaki tampan berkulit sawo matang, dia berambut ikal sebagaimana kamu pernah melihat seorang lelaki tampan berambut ikal.

Dia menguraikan rambutnya yang masih basah. Dia bersandar kepada dua orang -atau kepada bahu dua orang- sambil melakukan Tawaf di Baitullah. Lalu aku bertanya, 'Siapakah lelaki ini? ' Ada yang menjawab, 'Dia adalah al-Masih bin Maryam' (Nabi Isa a.s). Kemudian tiba-tiba aku di dekat seorang lelaki berambut keriting, mata kanannya buta seperti buah anggur yang masak ranum (maksudnya matanya keluar). Lalu aku bertanya, 'Siapa pula lelaki ini? ' Ada yang menjawab, 'Dia adalah al-Masih Dajjal'." [0246]

004. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw selalu meminta perlindungan dari siksa kubur dan siksa

Page 104: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Jahanam dan fitnah Dajjal." [0929]

005. Dari Abu Darda’ r.a : Nabi saw bersabda, "Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al-Kahfi, maka ia akan terpelihara dari (kejahatan) Dajjal." [1342]

006. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga bangsa Romawi turun ke medan perang di suatu tempat bernama A'maq atau Dabiq, sehingga ada sekelompok pasukan dari Madinah yang keluar menghadapi mereka. Mereka adalah sebaik-baik penduduk bumi ketika itu.

Dan tatkala mereka berhadapan, pasukan Romawi berkata: 'Biarkanlah kami memerangi orang-orang yang menawan kami!

'Kaum muslimin menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tidak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami.'

Maka terjadilah peperangan antara mereka. Lalu ada sepertiga yang kalah dimana Allah tidak akan mengampuni dosa mereka untuk selamanya, dan sepertiga lagi terbunuh sebagai sebaik-baik para syuhada' di sisi Allah, dan sepertiga lagi Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Mereka tidak akan ditimpa sebuah fitnah untuk selamanya, lalu selanjutnya mereka menaklukkan kostantinopel.

Dan ketika mereka sedang membahagikan harta rampasan perang dan tengah menggantungkan pedang-pedang mereka pada pohon zaitun, tiba-tiba syaitan meneriaki mereka 'Sesungguhnya Al-Masih (Dajjal) telah muncul di tengah-tengah keluarga kalian,' merekapun berhamburan keluar, dan ternyata itu hanyalah kebohongan belaka.

Ketika mereka mendatangi Syam, ia muncul. Dan ketika mereka sedang mempersiapkan peperangan dan sedang merapikan barisan, tiba-tiba datanglah waktu solat, dan turunlah Nabi Isa bin Maryam a.s, lalu ia mengimami mereka.

Dan apabila musuh Allah (Dajjal) melihatnya, nescaya ia akan meleleh sebagaimana garam yang mencair di dalam air, meskipun seandainya saja ia membiarkannya nantinya ia juga akan meleleh lalu binasa akan tetapi Allah menginginkan ia membunuhnya dengan tangannya lalu memperlihatkan kepada mereka darahnya yang berada di ujung tombaknya." [5157]

007. Dari Hudzaifah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Sungguh aku tahu apa yang ada bersama Dajjal, bersamanya ada dua sungai mengalir. Salah satunya secara mata kasar berupa air putih dan yang lainnya secara mata kasar berupa api yang bergejolak. Bila ada yang menjumpainya, hendaklah mendatangi syurga yang ia lihat berupa api dan hendaklah menutup mata, kemudian hendaklah menundukkan kepala lalu meminumnya kerana sesungguhnya itu adalah air dingin.

Sesungguhnya Dajjal buta matanya, di atas matanya ada kulit tebal, diantara kedua matanya tertulis KAFIR yang boleh dibaca oleh setiap mukmin yang boleh membaca tulisan atau pun tidak." [5223]

008. Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, "Dajjal diikuti Yahudi Ashbahan sebanyak tujuh puluh ribu, mereka mengenakan jubah hijau." [5237]

009. Dari Ummu Syarik (Ghuzailah binti Daudan bin 'Amru r.anha) bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda, "Manusia akan lari dari Dajjal ke gunung." Ummu Syarik bertanya: Wahai Rasulullah, lalu dimana bangsa arab saat itu? Beliau menjawab: "Mereka sedikit." [5238]

010. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Segeralah beramal sebelum (munculnya) enam (hal): terbitnya matahari dari barat, kabut, Dajjal, binatang, kekhususan salah seorang dari kalian (kematian) atau urusan umum (kiamat)." [5240]

Page 105: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Imam Abu Dawud

Abu Dawud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim serta pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.

Perkembangan dan PerlawatannyaSejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk (menikmati) dan menimba ilmunya. Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadis dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.

Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadis, kemudian hadis-hadis yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadis dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadis, Ahmad bin Hanbal.

Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadis.

Guru-gurunyaPara ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya. Di antaranya guru-guru yang paling terkemuka ialah Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja', Abu'l Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.

Murid-muridnya (Para Ulama yang Mewarisi Hadisnya)Ulama-ulama yang mewarisi hadisnya dan mengambil ilmunya, antara lain Abu 'Isa at-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain.

Cukuplah sebagai bukti pentingnya Abu Dawud, bahawa salah seorang gurunya, Ahmad bin Hanbal pernah meriwayatkan dan menulis sebuah hadis yang diterima daripadanya. Hadis tersebut ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Hammad bin Salamah dari Abu Ma'syar ad-Darami, dari ayahnya, sebagai berikut: "Rasulullah SAW ditanya tentang 'atirah, maka ia menilainya baik."

Akhlak dan Sifat-sifatnya yang TerpujiAbu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesolehannya. Ia adalah seorang manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:"Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya.

Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut." Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak.

Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang hal ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.

Pujian Para Ulama KepadanyaAbu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadis dan ilat-ilatnya (kecacatannya). Ia memperoleh penghargaan dan

Page 106: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:"Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadis, dan di akhirat untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."

Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan. "Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilakan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan kepadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," jawab Abu Dawud.

Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian dicium oleh Sahal.

Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadis berkata: "Hadis telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadis. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.

Abu Bakar al-Khallal, ahli hadis dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.

Madzhab Fiqh Abu DawudSyaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam asy-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya menggolongkan Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga Qadi Abu'l-Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Dawud adalah bermadzhab Syafi'i.Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada gaya susunan dan sistematika Sunan-nya. Terlebih lagi bahawa kemampuan berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.

Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu dan UlamaSikap Abu Dawud yang memandang tinggi terhadap kedudukan ilmu dan ulama ini dapat dilihat pada kisah berikut sebagaimana dituturkan, dengan sanad lengkap, oleh Imam al-Khattabi, dari Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Ia berkata:

"Aku bersama Abu Dawud tinggi di Baghdad. Pada suatu waktu, ketika kami selesai menunaikan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu pintu aku buka dan seorang pelayan melaporkan bahawa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq mohon izin untuk masuk. Kemudian aku melapor kepada Abu Dawud tentang tamu ini, dan ia pun mengizinkan. Sang Amir pun masuk, lalu duduk. Tak lama kemudian Abu Dawud menemuinya seraya berkata: "Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?"

"Tiga kepentingan," jawab Amir. "Kepentingan apa?" tanyanya. Amir menjelaskan, "Hendaknya tuan berpindah ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali. Ini mengingatkan bahawa Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi Zenji."

Abu Dawud berkata: "Itu yang pertama, sebutkan yang kedua!"

"Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab Sunan kepada putera-puteraku," kata Amir.

"Ya, ketiga?" Tanya Abu Dawud kembali.

Page 107: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Amir menerangkan: "Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan hadis kepada putera-putera khalifah, sebab mereka tidak mahu duduk bersama-sama dengan orang umum."

Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat mahupun rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama."Ibn Jabir menjelaskan: "Maka sejak itu putera-putera khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim; hanya saja di antara mereka dengan orang umum di pasang tirai, dengan demikian mereka dapat belajar bersama-sama."

Maka hendaknya para ulama tidak mendatangi para raja dan penguasa, tetapi merekalah yang harus datang kepada para ulama. Dan kesamaan darjat dalam ilmu dan pengetahuan ini, hendaklah dikembangkan apa yang telah dilakukan Abu Dawud tersebut.

WafatnyaSetelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktiviti ilmiah, menghimpun dan menyebarluaskan hadis, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan redha-Nya kepadanya.

Karya-karyanyaImam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain:

1. Kitab AS-Sunnan (Sunan Abu Dawud).2. Kitab Al-Marasil.3. Kitab Al-Qadar.4. An-Nasikh wal-Mansukh.5. Fada'il al-A'mal.6. Kitab Az-Zuhd.7. Dala'il an-Nubuwah.8. Ibtida' al-Wahyu.9. Ahbar al-Khawarij.

Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi adalah Sunan Abi Dawud.

Metode Abu Dawud dalam Penyusunan SunannyaKarya-karya di bidang hadis, kitab-kitab Jami' Musnad dan sebagainya disamping berisi hadis-hadis hukum, juga memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan amal-amal yang terpuji (fada'il a'mal) kisah-kisah, nasihat-nasihat (mawa'iz), adab dan tafsir.

Cara demikian tetap berlangsung sampai datang Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadis-hadis hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.

Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis:

"Aku mendengar dan menulis hadis Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu, aku memilih sebanyak 4.800 hadis yang kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan yang mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadis pun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan. Segala hadis yang mengandung kelemahan yang sangat ku jelaskan, sebagai hadis macam ini ada hadis yang tidak shahih sanadnya.

Adapun hadith yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadis tersebut bernilai salih (dipakai alasan, dalil), dan sebahagian dari hadis yang sahih ini ada yang lebih sahih daripada yang lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab, sesudah Qur'an, yang harus dipelajari selain daripada kitab ini.

Page 108: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Empat buah hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadis tersebut adalah, yang ertinya:

Pertama: "Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap orang memperoleh apa yang ia niatkan. Kerana itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya kerana untuk mendapatkan dunia atau kerana perempuan yang ingin dikahwininya, maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang dia hijrah kepadanya itu."

Kedua: "Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."

Ketiga: "Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya."

Keempat: "Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat (atau samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram, ibarat penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah, sesungguhnya larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam rumah ini terdapat sepotong daging, jika ia baik, maka baik pulalah semua tubuh dan jika rosak maka rosak pula seluruh tubuh. Ingatlah, ia, iaitu hati."

Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hadis pertama adalah ajaran tentang niat dan keikhlasan yang merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah.

Hadis kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi umat Islam agar selalu melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadis ketiga, mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berlaku baik dalam pergaulan dengan orang lain, meninggalkan sifat-sifat egois, dan membuang sifat iri, dengki dan benci, dari hati masing-masing.

Hadis keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram, serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara', yaitu dengan cara menjauhi hal-hal musykil yang samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama, kerana untuk menganggap enteng melakukan haram.

Dengan hadis ini nyatalah bahawa keempat hadis di atas, secara umum, telah cukup untuk membawa dan menciptakan kebahagiaan.

Komen Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu DawudTidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam, Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam." Demikian juga dua imam besar, An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hukum.

Hadith-hadith Sunan Abu Dawud yang DikritikImam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadis-hadis maudhu' (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadith. Walaupun demikian, disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah mengatakan "palsu", namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebahagian ahli hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuti.

Dan andaikata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadis-hadis yang dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Kerana itu kami melihat bahawa hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai rujukan utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Page 109: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Jumlah Hadis Sunan Abu DawudDi atas telah disebutkan bahawa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadis sebanyak 4.800 buah hadis. Namun sebahagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahawa sebahagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadith yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih. Dua jalan periwayatan hadis atau lebih ini telah dikenal di kalangan ahli hadis.

Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah, di antaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1,871 buah bab.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah==

Kedudukan Sunnah dalam Islam

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang

ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari

(kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu

kepadanya)..

Kewajipan Beriman dan Beramal Dengan Al-Sunnah

Al-Sunnah merupakan sumber hukum kedua selepas Al-Quran. Di dalamnya

bukan sahaja terdapat perkara-perkara berkaitan akidah, ibadah, muamalat,

politik malah meliputi kesuruhan kehidupan termasuk kerohanian, psikologi,

akhlak, pendidikan, kesihatan, kesukanan, hiburan, masakan serta seluruh

perkara-perkara yang berkaitan dengan kehidupan di dunia dan di akhirat.

Ini menjadikan al-Sunnah merupakan satu panduan yang lengkap dan

seimbang kepada seluruh manusia tanpa mengira agamanya, tabiatnya,

minatnya, pekerjaannya, pangkat kebesarannya atau apa sahaja yang

berkaitan dengan individu dan masyarakat; sesuai dengan terutusnya Nabi

Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam (saw) sebagai rahmat kepada seluruh

alam.

Al-Sunnah bukan sahaja lengkap dan seimbang, malah mempraktikkannya juga

adalah sangat mudah kerana ia melibatkan keperluan dalam kehidupan harian

manusia. Contohnya, cara berdoa, cara makan, adab bermasyarakat dan

segala yang berkaitan dengan kehidupan seharian.

Umat Islam amat memerlukan Al-Sunnah kerana ia menjelaskan dan

memberikan tatacara dalam menjalani kehidupan dengan sebenar menurut

apa yang dikehendaki oleh Allah Subhana wa Ta’ala dan ia sebenarnya

Page 110: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

merupakan satu rahmat yang besar kepada seluruh manusia sebagai pedoman

atau jalan atau panduan.

Umat Islam hendaklah merujuk kepadanya, mempercayainya dan

melaksanakannya apabila telah sabit kesahihannya atau disepakati ulama

akan diterimanya sesebuah hadis itu (maqbul). Ia sesuai dengan apa yang

telah difirmankan oleh Allah Ta’ala dalam;

Surah Al-Ahzab [33] : 36

36. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki mahupun perempuan mukmin, apabila

Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam urusan mereka,

mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa menderhakai Allah dan Rasul-Nya,

sungguh dia telah nyata-nyata sesat.”

Maka, mana-mana lelaki dan perempuan mukmin, tiada pilihan lain bagi

mereka kecuali mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala melalui

utusan-Nya Nabi Muhammad saw dalam urusan mereka. Berpaling darinya,

maka bermakna ia telah sesat dengan jelas.

Surah Al-Hujuraat [49] : 1

1. “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-

Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui.”

Di antara ayat lain yang menjelaskan akan kedudukan sunnah dalam dalam

Islam adalah,

Surah Ali Imran [3] : 32

32. “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu berpaling, maka

sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”

Surah An-Nisaa’ [4] : 14

“... Dan barangsiapa menderhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar

ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka

sedang ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan.”

Selain dari kesesatan, orang yang menolak sunnah juga diancam kekal di dalam neraka. Terdapat banyak lagi perintah dalam mewajibkan mengikuti Al-Sunnah di dalam Al-Quran. Pengingkaran atau penolakan terhadap sunnah yang telah jelas kesahihannya serta apa yang telah disepakati oleh para ulama, sama seperti menolak Al-Quran.

Contoh yang disepakati oleh para ulama seperti apa yang diperjelaskan oleh Rasulullah saw adalah; pengakuan tauhid, penjelasan tatacara bersolat,

Page 111: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

pengharaman memakan daging binatang yang mempunyai taring, penjelasan had potong tangan para pencuri dan lain-lain lagi. Dalam sebuah hadis mengenai golongan anti hadis;

Hadis : Dari Al-Miqdam bin Ma'diy r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir saja seseorang laki-laki yang bersandar di sofa mewah (mengenai golongan anti hadis akhir zaman) menceritakan hadis dari ku, ia (golongan anti hadis) berkata:

“Diantara kami dan kalian ada Kitab Allah Subhanallahu wa Ta'ala, maka apa yang kami dapati sebagai suatu yang halal akan kami halalkan, dan apa yang kami dapatkan suatu yang haram maka kami haramkan' (golongan anti hadis ini hanya menerima Al-Quran sahaja dan menolak hadis).”

(Kata Nabi saw) : Ketahuilah apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw adalah (sama) seperti (apa) yang diharamkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta'ala.” [585] Hadis Maqbul – Al-Darimi

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan hadis di atas maka adalah menjadi tanggungjawab kita agar kembali kepada sunnah dan berusaha mengamalkannya sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah Subhana wa Ta’ala melalui Al-Quran dan dari sunnah Rasul-Nya agar kita tidak tergolong di dalam golongan yang sesat dan kekal di dalam neraka.

Hadis Palsu

Pengenalan

Hadis mawdu’ atau hadis palsu adalah;

1. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi dusta.

2. Perkhabaran yang direka-reka dengan menyandarkan ia pada Nabi saw,

sahabat atau tabi’in dengan pembohongan atas sebab muslihat tertentu.

3. Hadis yang direka lalu disandarkan kepada Nabi saw sama ada secara

sengaja atau tidak sengaja.

Kelahiran Hadis Palsu

Mereka yang mula-mula melibatkan diri dalam mencipta hadis palsu adalah

golongan syiah. Ia berkaitan dengan keadaan politik ketika itu. Antara faktor

utama kelahiran hadis palsu adalah;

1. Pertelingkahan politik terutamanya antara pengikut Muawiyah r.a dan Ali r.a.

2. Golongan yang membenci Islam baik secara individu, perkumpulan mahupun

pemimpin yang kehilangan kuasa dalam pemerintahan Islam ketika

tersebarnya Islam ke serata dunia. Mereka mencipta hadis palsu yang

memesongkan akidah dan menimbulkan kekacauan.

Page 112: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

3. Pertelingkahan mazhab dan fahaman. Mereka mencipta hadis palsu

terutamanya dalam bab fiqah dan ilmu kalam (falsafah).

Antara Cara Mengenali Hadis Palsu

Di antara strategi paling besar musuh Islam untuk meremehkan, mencela serta

menghapuskan Islam dan penganutnya adalah dengan cara membuat hadis

palsu. Pemalsuan hadis berlaku kepada semua bab dalam Islam samada dalam

bab akidah, ibadah, hukum dan sebagainya.

Berbagai-bagai jenis hadis palsu yang direka kerana para musuh Islam ini tahu

hadis itu sebahagian dari sumber agama Islam. Mereka menyerang hadis

kerana mereka tidak mampu memalsukan Al-Quran. Walaubagaimanapun,

mereka tidak tahu bahawa hadis juga termasuk dalam pemeliharaan Allah

Ta’ala.

Berikut adalah beberapa hadis yang mudah kita kenali kepalsuannya dan ada

pula memerlukan perhatian khusus samada dari segi sanad mahupun

matannya. Antara contoh kepalsuan yang memerlukan perhatian dari segi

sanad;

Contoh satu :

Dari Ibnu Abas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu berserban

nescaya bertambah kesopanan kamu.” HADIS PALSU [002 – Bab Pakaian]

Himpunan Hadis Daif dan Palsu

Bukan mudah untuk mengetahui perihal sanad ini tetapi kita boleh melihat

pembukuan yang telah dilakukan oleh ulama hadis (zaman kita ini telah

menjadi mudah kerana telah dihimpun dan dibukukan). Antara yang

mengatakan hadis tersebut palsu adalah Imam Ibnul Jauzy dan Imam Ahmad

yang mengatakan perawinya Sa’id bin Salam dan Ubaidullah adalah

berpenyakit (pembohong dan suka mereka-reka hadis).

Contoh dua :

“Barangsiapa yang taklid (mengikuti membuta tuli) seorang alim maka dia

bertemu dengan Allah dengan selamat.” HADIS PALSU (tanpa sanad) [009]

Hadis Lemah dan Palsu

Hadis di atas langsung tidak mempunyai sanad. Ertinya ia hanya percakapan

kosong orang-orang jahil sahaja.

Page 113: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Contoh tiga :

Antara contoh kepalsuan dari segi matan yang kononnya Nabi saw bersabda;

“Bahawasanya Allah mengadu sakit matanya, maka para malaikat pun

melawat-Nya.”

“Nabi itu umpama nasi.”

“Tempat yang paling disukai syaitan adalah panggung wayang.”

Kesemua hadis di atas (contoh tiga) sangat mudah kita mengenalinya kerana

ia langsung tidak masuk akal, menyalahi Al-Quran dan hadis sahih lainnya,

maksud yang lucu, bahasa yang lemah dan sebagainya.

Hanya orang yang kurang akal sahaja yang mempercayainya. Tetapi berbeza

dengan hadis yang memerlukan perhatian sanad, kadangkala matannya sahih

tapi sanadnya tidak. Apa yang penting adalah sanadnya.

Antara Tujuan Pemalsuan Hadis

Selain dari mencetuskan huru-hara dalam Islam, mereka yang membuat hadis

palsu ini juga adalah kerana;

1. Fanatik – Taksub dengan mazhab masing-masing, fanatik bangsa, semangat

kenegerian dan seumpamanya.

2. Mencari rezeki dan kekayaan – Inginkan nama, pangkat, melariskan jualan

dan sebagainya.

3. Mendampingi (membodek) pemerintah – Mengampu pemerintah kerana

inginkan pangkat dan sebagainya.

4. Pencerita – Supaya dapat menjadi terkenal. Kadangkala diciptanya hadis

petua ini dan itu lalu disandarkan pada Nabi saw agar dapat menarik perhatian

orang ramai agar orang mengenalinya sebagai orang yang berilmu.

5. Salah faham dan jahil dalam agama – Perkara ini adalah yang paling

merbahaya kepada masyarakat Islam kerana biasanya orang-orang ini

berpakaian seperti ulama tetapi akalnya singkat kerana jahil. Mereka

menyangka membuat hadis palsu demi kebaikan umat Islam dibolehkan. Ini

adalah perkara yang sangat buruk. Antaranya mereka mengatakan;

Page 114: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

“Perselisihan umatku adalah rahmat.” HADIS PALSU (tanpa sanad) [001] Hadis

Lemah dan Palsu

Apakah kesan hadis ini? Hadis ini membuatkan umat Islam akan lebih lemah

dan keilmuan hadis akan semakin hilang. Selain itu umat Islam akan

menyangka perbalahan dalam Islam adalah perkara yang dibenarkan dan

mengambil mudah perkara ini yang akhirnya akan menjadi barah dalam

masyarakat.

Tidakkah mereka perhatikan di dalam Al-Quran, dimana Allah Ta’ala melarang

umat Islam saling berbantah-bantahan yang boleh menyebabkan mereka

menjadi pengecut, lemah dan hilang kekuatan ? (Rujuk : Surah [8] Al-

Anfaal : 46]

Hadis dan Sunnah

Pengertian Hadis Menurut Bahasa

Hadis menurut bahasa adalah baru (al-Hadits), lawan kepada (al-Qodim) yang bermaksud lama. Hadis juga bersifat baru kerana keluar lafaznya dari mulut Rasulullah saw. Di dalam Al-Quran diterangkan diterangkan perkataan-perkataan hadith, hadithan dan ahadith yang mempunyai pelbagai maksud, antaranya;

(a). Perkataan [Al-Nisaa’ : 87]

(b). Peristiwa [Al-Tahrim : 3]

(c). Mimpi [Yusuf : 101]

(d). Al-Quran [Al-Kahfi : 6]

Dengan itu hadis dari segi bahasa mengikut Al-Quran, antaranya adalah;

(a). Perkataan atau kisah yang keluar dari mulut.

(b). Peristiwa atau cerita mengenai sejarah.

(c). Ditujukan kepada Al-Quran sebagai wahyu atau Kalam Allah.

(d). Perkhabaran atau berita yang berhubung dengan soal keagamaan, kehidupan, peristiwa zaman silam, masa kini dan masa akan datang.

Pengertian Hadis Menurut IstilahDari segi istilah para muhaddithin telah mengemukakan pelbagai pendapat mengenainya namun tiada percanggahan antara satu sama lain kecuali jika ada sesuatu sebab yang khusus mengenainya. Antaranya;

(a). Hadis ialah segala apa sahaja yang dinisbahkan pada Nabi Muhammad saw dari segi perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat samada fizikal atau akhlak dan sirah samada sebelum dan selepas menjadi Rasul.

(b). Hadis juga ialah segala apa yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw atau sahabat atau tabiin termasuk juga apa yang dinamakan hadis marfu’, mauquf dan maqtu’.

Page 115: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Perbezaan Antara Hadis dan SunnahSunnah dari segi bahasa bermaksud jalan atau sirah samada terpuji atau tercela. Lawan bagi perkataan sunnah adalah bidaah. Mereka yang mengikuti sunnah dipanggil orang yang mengikuti jalan yang lurus dan terpuji, manakala mereka yang berpaling dari sunnah adalah pembuat bidaah dan tercela.

Sunnah dari sudut istilah pula terbahagi kepada beberapa pendapat ilmuwan berdasarkan pengkhususan ilmu mereka, antaranya;

(a). Ulama Usul Fiqh – Sunnah adalah kata-kata, perbuatan dan taqrir. Mereka mengkaji hadis sebagai sumber hukum syariat seperti wajib, haram, sunat, harus dan makruh.

(b). Ulama Fiqh – Sunnah adalah perkara-perkara sunat yang apabila dilakukan akan mendapat pahala dan meninggalkannya tidaklah berdosa.

(c). Ulama Kalam – Sunnah adalah antonim bagi bidaah. Mereka yang berpaling dari sunnah dianggap sebagai pembuat bidaah.

(d). Ulama Hadis – Sunnah adalah apa juga yang disandarkan kepada Rasulullah saw dari segi perkataan, perbuatan, perakuan, sifat fizikal dan akhlak samada sebelum dilantik menjadi Rasul atau sesudahnya.

Takrif yang diberikan oleh ulama hadis lebih diberi keutamaan kerana ia merangkumi seluruh kehidupan Rasulullah saw. Sunnah dalam pengertian ini adalah sama dengan maksud al-hadis. Kesimpulannya pada hakikatnya al-Hadis dan al-Sunnah mengandungi pengertian yang sama dan jika ada perbezaan hanya pada istilah dan skop pemakaiannya sahaja

Hadis dan Sunnah

Pengertian Hadis Menurut Bahasa

Hadis menurut bahasa adalah baru (al-Hadits), lawan kepada (al-Qodim) yang bermaksud lama. Hadis juga bersifat baru kerana keluar lafaznya dari mulut Rasulullah saw. Di dalam Al-Quran diterangkan diterangkan perkataan-perkataan hadith, hadithan dan ahadith yang mempunyai pelbagai maksud, antaranya;

(a). Perkataan [Al-Nisaa’ : 87]

(b). Peristiwa [Al-Tahrim : 3]

(c). Mimpi [Yusuf : 101]

(d). Al-Quran [Al-Kahfi : 6]

Dengan itu hadis dari segi bahasa mengikut Al-Quran, antaranya adalah;

(a). Perkataan atau kisah yang keluar dari mulut.

(b). Peristiwa atau cerita mengenai sejarah.

(c). Ditujukan kepada Al-Quran sebagai wahyu atau Kalam Allah.

(d). Perkhabaran atau berita yang berhubung dengan soal keagamaan, kehidupan, peristiwa zaman silam, masa kini dan masa akan datang.

Pengertian Hadis Menurut IstilahDari segi istilah para muhaddithin telah mengemukakan pelbagai pendapat mengenainya namun tiada percanggahan antara satu sama lain kecuali jika ada sesuatu sebab yang khusus mengenainya.

Page 116: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Antaranya;

(a). Hadis ialah segala apa sahaja yang dinisbahkan pada Nabi Muhammad saw dari segi perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat samada fizikal atau akhlak dan sirah samada sebelum dan selepas menjadi Rasul.

(b). Hadis juga ialah segala apa yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw atau sahabat atau tabiin termasuk juga apa yang dinamakan hadis marfu’, mauquf dan maqtu’.

Perbezaan Antara Hadis dan SunnahSunnah dari segi bahasa bermaksud jalan atau sirah samada terpuji atau tercela. Lawan bagi perkataan sunnah adalah bidaah. Mereka yang mengikuti sunnah dipanggil orang yang mengikuti jalan yang lurus dan terpuji, manakala mereka yang berpaling dari sunnah adalah pembuat bidaah dan tercela.

Sunnah dari sudut istilah pula terbahagi kepada beberapa pendapat ilmuwan berdasarkan pengkhususan ilmu mereka, antaranya;

(a). Ulama Usul Fiqh – Sunnah adalah kata-kata, perbuatan dan taqrir. Mereka mengkaji hadis sebagai sumber hukum syariat seperti wajib, haram, sunat, harus dan makruh.

(b). Ulama Fiqh – Sunnah adalah perkara-perkara sunat yang apabila dilakukan akan mendapat pahala dan meninggalkannya tidaklah berdosa.

(c). Ulama Kalam – Sunnah adalah antonim bagi bidaah. Mereka yang berpaling dari sunnah dianggap sebagai pembuat bidaah.

(d). Ulama Hadis – Sunnah adalah apa juga yang disandarkan kepada Rasulullah saw dari segi perkataan, perbuatan, perakuan, sifat fizikal dan akhlak samada sebelum dilantik menjadi Rasul atau sesudahnya.

Takrif yang diberikan oleh ulama hadis lebih diberi keutamaan kerana ia merangkumi seluruh kehidupan Rasulullah saw. Sunnah dalam pengertian ini adalah sama dengan maksud al-hadis. Kesimpulannya pada hakikatnya al-Hadis dan al-Sunnah mengandungi pengertian yang sama dan jika ada perbezaan hanya pada istilah dan skop pemakaiannya sahaja

Beramal dan Memahami Al-Sunnah

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang

ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari

(kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu

kepadanya)..

Antara Cara Beramal Dengan Al-Sunnah dan Mengambil Pelajaran Darinya

Bagi memudahkan cara memahami hadis, ia boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian;

(a). Hadis yang mudah difahami

Maksudnya hadis yang apabila dilihat dari sudut zahirnya saja kita sudah boleh memahaminya. Contohnya;

Page 117: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis tentang akhlak : Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, “Orang Islam yang bagaimanakah yang paling baik?” Jawab Rasulullah saw, “Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya”. (0033) Sahih Muslim

Hadis bersolat : Dari Aisyah r.ha : Bahawa Nabi saw setelah salam (selesai solat), Nabi saw mengucapkan ‘Allaahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikraam.’ (Wahai Allah, Engkaulah keselamatan, daripada-Mu kesejahteraan dan Maha Besar kebaikan-Mu, wahai Allah yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan). Abu Daud berkata, ‘Sufyan mendengar dari Amr bin Murrah.” Kata mereka, “(Ia mendengar) lapan belas hadis.” [Hadis 1512] Sahih Abu Daud

Hadis tentang zikir : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Dua kalimat yang amat dikasihi (disukai oleh) Tuhan yang Maha Pemurah, ringan disebut lidah dan berat timbangannya (pahalanya), iaitu; ‘Subhaanallahi wabihamdihi , Subhaanallahil ‘azhim’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya/kemuliaan-Nya, Maha Suci Allah dengan keagungan-Nya).” [2028] Sahih Bukhari

Hadis penakwilan secara zahir ini adalah yang paling banyak dalam kitab-kitab hadis. Beramal dengan hadis ini lebih diutamakan.

Kadangkala terdapat beberapa hadis yang walaupun dilihat seperti boleh memahaminya dengan mudah, tetapi agak bertentangan dengan akal, contohnya;

Hadis yang memerlukan tafsiran hadis lain : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka.” [5341] Sahih Bukhari

Mengapa pakaian yang melebihi mata kaki (buku lali) boleh menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam neraka dan apa kaitannya dengan agama? Seolah-olah Nabi saw melarang seseorang melabuhkan pakaiannya. Bagaimana pula dengan wanita yang perlu menutup aurat?

Jika berjumpa hadis seperti ini, hendaklah kita melihat tafsirannya melalui hadis-hadis yang lain kerana para sahabat r.anhum lebih mengetahui mengenai apa yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Zaman kita ini telah menyaksikan pembukuan hadis yang telah disusun mengikut bab-babnya atau menyatukan jalan periwayatannya dan memudahkan kita untuk mencari hadis-hadis yang bersangkutan mengenainya.

Namun sekiranya tidak mampu, maka bertanyalah kepada ahli ilmu. Bukan bertanya pada seorang sahaja, tanyalah kepada beberapa orang supaya kita tidak taksub mengenainya. Antara contoh hadis mengenai apa yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah;

Hadis : Dari ‘Abdullah ibn Umar : Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyeret (labuh) pakaiannya kerana kesombongan tidak akan dilihat oleh Allah pada Hari Kebangkitan.” [009] Hadis sahih dari Imam Malik dalam Al-Muwattho’

Dalam hadis yang lain;

Page 118: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Nabi saw beliau bersabda, “Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak.”

Lalu Abu Bakar r.a berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri, kecuali jika aku selalu menjaganya?” Lalu Nabi saw bersabda, “Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu kerana sombong.” [5338] Sahih Bukhari

Jadi apa yang dimaksudkan adalah; jika memakai satu pakaian kerana sombonglah yang akan menyebabkan seseorang itu dimasukkan ke neraka. Andaikata kita memakai sarung walaupun di atas mata kaki tetapi di hati kita ingin mempamerkan logo sarung tersebut (gajah duduk, emirates) kerana menunjukkan mahalnya kain tersebut, maka tempatnya adalah neraka kerana sombong.

Jadi apabila anda memakai apa sahaja pakaian, niatkanlah ‘ini adalah pakaian untuk menutup aurat’ maka kita tetap tergolong dalam orang yang mentaati Allah dan mengikut sunnah Rasul-Nya. Berdasarkan sebuah hadis;

Hadis : Dari Abu Umamah r.a dia mendengar Umar Bin Khaththab r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki pakaian baru kemudian mengenakannya dan ketika sampai di tengkuknya dia membaca;

'Alhamdulillaahil ladzii kasaanii maa uwaarii bihi 'aurotii wa atajammalu bihii fi hayaatii (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepadaku yang dapat menutup auratku dan dapat berhias dengannya dalam hidupku)’,

kemudian dia berniat dengan pakaian yang sudah usang atau yang sudah tidak dikenakan untuk diinfaqkan, maka dia berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan berada di sisi Allah serta berada dalam lindungan Allah baik hidup mahupun mati, baik hidup mahupun mati dan baik hidup mahupun mati.” [288] Sahih Riwayat Ahmad

(b). Hadis yang pertengahan

Maksudnya hadis yang memerlukan perhatian khusus atau takwilan mengenainya. Contohnya;

Hadis kiasan : Dari 'Aisyah r.anha : Sebahagian isteri-isteri Nabi saw berkata kepada Nabi saw : "Siapakan diantara kami yang segera menyusul anda (setelah kematian)?". Beliau bersabda: "Siapa yang paling panjang lengannya diantara kalian". [1331] Sahih Bukhari

‘Panjang lengan atau tangan’ itu bermaksud orang yang paling banyak bersedekah bukan orang lebih panjang tangannya secara zahir. Para isteri Nabi saw juga salah faham mengenainya (pada mulanya sahaja) sehingga mereka mengukur tangan masing-masing untuk melihat tangan siapa yang lebih panjang.

Di dalam bahasa melayu panjang tangan bermaksud suka mencuri, tetapi dalam bahasa arab panjang tangan bermaksud orang yang paling suka dan banyak bersedekah. Jadi tidak boleh kita menafsir mengikut bahasa lain kecuali mengikut maksud bahasa yang diturunkan pada waktu itu.

Hadis pengkajian : Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi saw bersabda, “Terapi pengubatan itu ada tiga cara, iaitu; berbekam, minum madu dan kay

Page 119: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(menempelkan besi panas pada tempat yang terluka), sedangkan aku melarang umat ku berubat dengan kay.” [5249] Sahih Bukhari

Bukan sahaja berbekam dan madu sahaja malah bercelak, lada hitam dan sebagainya juga mempunyai pelbagai khasiat untuk kesihatan. Tetapi, bukan itu satu-satunya cara dalam pengubatan, apa yang Nabi saw ingin sampaikan, hakikatnya adalah supaya kita berusaha mencari penawar apabila sakit dan yang paling utama adalah penjagaan kesihatan. Tiada salahnya dengan memakan vitamin dan sebagainya.

Hadis yang boleh dipelbagaikan : Dari Aisyah r.anha : Rasulullah saw bersabda, “Siwak itu dapat membersihkan mulut dan dapat mendatangkan keredhaan Allah AzzaWaJalla.” [23196] Sahih Riwayat Ahmad

Tidak semestinya menggunakan sugi untuk memberus gigi, boleh juga menggunakan berus dan ubat gigi kerana tujuan asalnya adalah agar dapat membersihkan mulut dan gigi. Sekiranya tiada sugi atau berus gigi misalannya, gunakanlah jari.

Perlu diingat, secara asasnya kita perlu melihat kepada zahir hadis terlebih dahulu sebelum mentakwil sesuatu hadis. Untuk mentakwil sesuatu hadis, ia perlu kepada alasan yang kuat dan kukuh dan perlu melihat kepada keperluannya samada hadis itu satu kiasan, memerlukan pengkajian dan samada ianya boleh dipelbagaikan.

Bab ini adalah antara yang paling rumit, tetapi tidaklah mustahil untuk dipelajari. Tujuannya adalah untuk membuktikan kehebatan hadis Nabi saw yang bersesuaian sepanjang zaman dari seluruh aspek. Selain itu ia juga menunjukkan fleksibiliti hadis yang memudahkan sesiapa sahaja untuk mengamalkannya.

(c). Hadis yang wajib beriman tetapi tidak boleh ditakwil

Ia melibatkan hadis-hadis mengenai alam ghaib (tidak dapat dilihat dengan mata). Contohnya;

Hadis sifat Allah Ta’ala : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni”. [1077] Sahih Bukhari

Hadis siksa kubur : Dari Aisyah r.anha : Dia bertanya kepada Rasulullah saw perihal siksa kubur, maka Beliau (saw) menjawab: "Ya benar, siksa kubur itu ada". Kemudian 'Aisyah r.anha berkata : "Maka sejak itu aku tidak (pernah) melihat Rasulullah saw setelah melaksanakan solat kecuali Beliau memohon perlindungan dari siksa kubur.” [1283] Sahih Bukhari

Hadis tentang malaikat : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Jika Allah memutuskan suatu keputusan di langit, maka malaikat akan mengepak-ngepakkan sayapnya kerana tunduk kepada titah-Nya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin.” [6927] Sahih Bukhari

Banyak lagi hadis-hadis yang mengenai perkara ghaib ini seperti hadis para Malaikat, Jin, Syaitan, Arasy, alam barzakh, hari akhirat dan sebagainya. Umumnya hadis mengenai perkara-perkara ghaib ini jangan ditakwil kerana tiada sesiapun mengetahui akan perkara ghaib. Namun beriman kepadanya adalah wajib.

Page 120: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(d). Belum sampai ilmu pengetahuan

Terdapat juga beberapa hadis yang kita tidak mampu mengungkapkannya dengan akal kerana akal kita atau ilmu pengetahuan kita masih belum mencapai tahapnya. Selalunya hadis ini berkaitan dengan kejadian masa depan, fizik dan sebagainya. Namun beriman dengannya adalah wajib. Contohnya;

Hadis masa depan : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” [4270] Sahih Bukhari

Tiada seorang pun yang dapat tahu bagaimana keadaan bumi dan planet-planet di sekitarnya apabila matahari terbit dari barat atau menerangkan bagaimana kejadian tersebut boleh berlaku. Walaupun terdapat beberapa gambaran dan penjelasan mengenainya, namun janganlah terlalu taksub atau berpegang dengannya.

Ini kerana, jika sains tersebut salah maka orang akan menyalahkan hadis Nabi saw. Sebenarnya kajian sains merekalah yang salah bukan hadis yang merupakan wahyu dari Allah Subhana wa Ta’ala yang mempunyai kekurangan.

Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah Ali 'Imran [3] : 164

164. Sungguh Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah

benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

== Berinteraksi Dengan Al-Hadis

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di

belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan)

ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya)..

Antara Cara Berinteraksi Dengan Al-Hadis

Maksud berinteraksi dengan hadis ini adalah bagaimana cara kita berkomunikasi atau mengambil sesuatu hadis dan memahaminya (secara umum) sebelum beramal serta menyebarkannya.

1. Jangan membuat fatwa atau menjatuhkan hukum sewenang-wenangnya kepada orang lain kecuali jika kita memang berupaya dan berpengetahuan dalam Al-Quran, Jalur Periwayatan Hadis yang lain, Usul Fiqh dan ilmu-ilmu yang lain seumpamanya.

Ini adalah bagi mengelakkan diri dari terjerumus kepada menghalalkan perkara yang haram dan mengharamkan perkara yang halal atau mengkafir dan mensesatkan (bidaah) orang sesuka hati.

Page 121: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

2. Berfikirlah dengan adil, dengan pemahaman yang benar berpaksikan Al-Quran dan Al-Hadis (berdasarkan pemahaman para sahabat r.anhum dan para tabiin sebelum berijtihad) serta tidak melanggar hukum-hukum syariat. Contohnya;

Hadis : “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (Sahih Muslim)

Seimbas dilihat seperti kita lebih tahu urusan dunia kita. Terdapat orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan hadis ini dengan takwil bahawa kita boleh mencipta undang-undang sendiri, ekonomi sendiri berasaskan jalan yang haram dan pelbagai lagi tanpa perlu merujuk Al-Quran dan Al-Sunnah secara keseluruhan. Ini tidak benar, kerana dalam hadis yang penuh;

Hadis : Dari 'Aisyah dan dari Tsabit dari Anas r.a : Nabi saw pernah melalui suatu kaum yang sedang mengahwinkan (mengacukkan) pohon kurma lalu Beliau bersabda: "Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik."

Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rosak (hasilnya tidak menjadi). Hingga suatu saat Nabi saw melalui mereka lagi dan melihat hal itu, Beliau bertanya: “Ada apa dengan pohon kurma kalian?”

Mereka menjawab, ‘Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu (tidak perlu mengacukkan kurma)?’

Beliau lalu bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” [4358] Sahih Muslim

Maksudnya; hadis tersebut berkenaan pengacukkan kurma, bukannya hal-hal mengenai dasar-dasar pemerintahan, ekonomi, undang-undang dan sebagainya. Malah dalam riwayat yang lain, terdapat lafaz sambungannya;

Hadis : Dari 'Aisyah r.a berkata : ..... (Diringkaskan hadis seperti di atas, dan sambungannya) Nabi saw bersabda, "Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian maka itu urusan kalian, tetapi jika menyangkut urusan agama kalian maka kembalikanlah kepadaku." [2462] Sahih Ibnu Majah

Ini bermakna kita tidak boleh membuat hukum-hukum atau undang-undang ciptaan sendiri dalam bab agama, tetapi boleh jika ia berkaitan dengan hal-hal keduniaan seperti sains pertanian, mencipta telefon, komputer, enjin, kapal terbang dan teknologi-teknologi moden yang lain asalkan tidak menyalahi dan membelakangi syariat.

3. Jangan mentakwil sesuatu hadis yang tidak jelas pada akal fikiran atau di luar bidang kemampuan, sebaliknya tanyalah kepada para ahli ilmu. Ia terbahagi kepada dua, iaitu;

(a). Mukhtalaf al-hadith, iaitu dua hadis yang maqbul, tetapi bercanggah antara satu sama lain, contohnya;

Hadis : Dari Anas bin Malik r.a : “Nabi saw melarang minum sambil berdiri.” [3771] Sahih Bukhari

Dalam hadis yang lain pula;

Hadis : Dari Ibnu Umar r.a ia berkata : "Pada masa Rasulullah saw kami (para sahabat) pernah minum sambil berdiri dan makan sambil berjalan." [4535] Sahih Riwayat Ahmad

Mengenai hal ini, ulama lebih mengutamakan menggabungkan kedua-duanya dari melakukan pentarjihan (menolak salah satu). Perkara ini sangat penting kerana berapa ramai orang sekarang terlalu mudah menjatuhkan hukum sesat dan bidaah antara satu sama lain.

Page 122: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(b). Mushkil al-hadith, iaitu hadis yang diragui makna zahirnya kerana bertentangan dengan akal, contohnya;

Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus (perut).” [4974] Sahih Bukhari

Semua orang mengetahui dengan jelas, iaitu tidak kira orang kafir atau mukmin hanya mempunyai satu perut. Hadis ini adalah sahih dan jangan pula kita menolaknya dan anda boleh lihat di sini mengenai penerangannya (http://hafizfirdaus.com/content/view/319/78/).

Perkara ini sangat penting kerana ramai orang yang menolak hadis atas alasan bertentangan dengan ilmu pengetahuan, jumud dan sebagainya. Ini hanyalah salah satu kaedah sahaja dan banyak lagi kaedah lain seperti ilmu nasikh al-hadith, ilmu gharib al-hadith, ilmu asbab wurud al-hadith dan sebagainya.

5. Jangan mengejek-ngejek hadis atau orang yang mengamalkan hadis walaupun dengan bergurau. Mengejek orang yang mengamalkan sunnah Nabi saw sama seperti mengejek hadis Nabi saw; mengejek hadis Nabi saw sama dengan menghina Nabi saw; menghina Nabi saw sama dengan mempertikai Allah Subhana wa Ta’ala yang mengutus Rasul-Nya. Contohnya;

(a). Mengejek (walaupun secara bergurau) orang yang menyimpan janggut dan memanggil mereka sebagai ‘terrorist’, taliban, janggut kambing dan lain-lain yang seumpamanya.

(b). Mengejek orang yang berdakwah dengan mencaci mereka seperti perkataan ‘macam bagus’, alim kucing, ‘poyo’ dan sebagainya.

(c). Melemahkan semangat orang-orang yang berjuang menegakkan Islam dengan alasan ‘kita tidak mampu berbuat apa-apa’ atau ‘mustahil kita dapat menegakkan sistem khilafah zaman ini’. Ini adalah perkataan orang munafik.

(d). Jangan mencaci maki para ulama kerana ulama adalah pewaris para Nabi. Berdasarkan hadis (yang diringkaskan);

Hadis : Dari Uwaimir bin Malik (Abu Darda’) r.a : Rasulullah saw bersabda, “.....Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.....” [3157] Sahih Abu Daud

Perkara ini dilakukan oleh kebanyakan orang masakini, malah orang yang mencaci para ulama ini bukan sahaja tidak mengetahui tentang hadis; menjawab salam dengan betul pun tidak tahu. Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah At Taubah [9] : 65

65. .....Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" .......

66. Tidak usah kamu minta maaf, kerana kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), nescaya Kami akan

mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.

( Maksudnya : Kecuali mereka yang bertaubat kerana hal itu, tetapi orang yang mempermainkan taubatnya; iaitu setelah bertaubat mereka tetap memperolok-olokkan lagi, mereka tetap akan diazab kerana tabiat mereka yang suka mengejek Nabi saw dan melemahkan semangat orang Islam – kesimpulan dari Tafsir Ibn Katsir).

== Peristiwa Akhir Zaman

Page 123: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

001. Dari Irbadh bin Sariyah r.a, katanya : Telah menasihati kami oleh Rasulullah saw akan satu nasihat yang menggentarkan hati kami dan menitiskan air mata kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, ‘Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali, maka berilah pesanan kepada kami.

Lalu Baginda saw bersabda, “Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba.

Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan Sunnah ku dan sunnah para Khulafa Ar-Rasyidin Al-Mahdiyin (Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali r.a) dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baharu (bid’ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid’ah itu sesat.” (Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :[a]. Sentiasa bertakwa kepada Allah yang Maha Agung iaitu, beriman dan beramal soleh. Mengerjakan segala yang diperintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

[b]. Mentaati pemerintah walaupun ia dari keturunan hamba.

[c]. Perselisihan yang banyak akan terjadi selepas kewafatan Nabi saw dan hendaklah kita tetap berpegang pada sunnah Nabi saw dan para sahabatnya walaupun bersendirian.

[d]. Menjauhi perkara-perkara ibadah yang direka-reka kerana ia membawa kepada kesesatan. Maksudnya; mengandaikan penyampaian Nabi saw tidak sempurna lalu dibuat ibadah yang tiada sumbernya dari Rasulullah saw.

002. Dari Zainab binti Jahsy r.a (isteri Rasulullah saw), katanya : Rasulullah saw masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaa ha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (bencana) yang sudah hampir menimpa mereka.

Pada hari ini telah terbuka dinding Ya’juj dan Ma’juj,” dan Baginda saw menemukan ujung ibu jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan.

Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kami akan binasa sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang soleh?’ Lalu Nabi saw bersabda, “Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak.” [Riwayat Bukhari dan Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :a. Rasulullah saw berasa cemas akan malapetaka akibat keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Perlu diingat, perkara yang membuatkan Rasulullah saw sendiri cemas, maka apalagi kita. Bersamalah kita berdoa agar terselamat dari huru-hara itu.

b. Walaupun disebutkan bangsa Arab secara khusus namun lafaznya adalah umum kepada umat manusia.

c. Kemungkaran dan kemaksiatan yang berlaku hendaklah segera dibasmikan kerana bencana yang berlaku pada sesuatu kaum yang jahat, turut menimpa penduduk yang berada di sekitar mereka.

003. Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengemuruni kamu (umat Islam) bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka.”

Maka salah seorang sahabat bertanya, ‘Apakah dari kerana (bilangan) kami sedikit pada hari itu?’ Nabi saw menjawab, “Bahkan kamu pada hari itu banyak (ramai) sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu; dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’.”

Seorang sahabat bertanya, ‘Apakah wahan itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Cinta pada dunia dan takut pada mati.” [Riwayat Abu Daud]

Page 124: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Penjelasan dan Pengajaran :a. Sepertimana kita lihat umat Islam pada ketika ini berjumlah lebih kurang 1.6 billion seluruh dunia tetapi kita dijadikan seperti ‘lauk di dalam talam’ oleh orang kafir. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

b. Hadis ini merupakan motivasi kepada seluruh umat Islam agar bangkit dan kembali dengan sebenar-benar kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan bukannya hanya menyerah dan lembik kepada orang kafir.

c. Allah yang Maha Agung akan mencabut kemuliaan orang Islam apabila umat Islam cenderung kepada cinta dunia (tamak, rakus dan cinta pada harta umumnya) dan takut mati (leka dan lupa pada hari pembalasan dan takut berjihad di jalan Allah yang Maha Tinggi).

004.Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a : Rasulullah saw bersabda, “Bahawasanya Allah Subhana wa Ta’ala (SWT) tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah SWT menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama.

Maka apabila sudah tiada alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :Pelbagai usaha perlu dilakukan agar mengembalikan semula atau mengganti semula para alim ulama yang sudah tiada. Ketiadaan para alim ulama akan menyebabkan manusia berada dalam kebingungan hingga tidak mengenal yang mana benar dan yang mana bathil.

005. Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a : Rasulullah saw bersabda, “Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka.”

Sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Yahudi dan Nasrani yang kau maksudkan?’ Nabi saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :a. Umat Islam akan mengikut cara hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam pelbagai keadaan, baik dari segi pemerintahan mahupun yang lebih parah lagi; dari segi pemikiran dan kerohanian.

b. Umat Islam perlu kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dari semua aspek kehidupan, iaitu menghidupkan kerohanian keIslaman (rasa cinta pada Islam atas dasar tauhid), pemerintahan Islam, pendidikan Islam, perundangan Islam, ekonomi Islam dan sistem kemasyarakatan berasaskan Islam.

006. Dari Miqdam bin Ma’dikariba r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba di suatu masa di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas katilnya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis daripada hadis ku (Hadis Nabi saw),Maka ia (golongan anti hadis) berkata, ‘Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullahAl-Quran) sahaja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Quran kami halalkan; dan apa yang diharamkan, kami haramkan.’

Kemudian bersabda Nabi saw), “Padahal apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan oleh Allah SWT.” (Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Telah ada golongan anti hadis ini merosakkan akidah umat Islam, oleh itu kita perlu berhati-hati dan peka serta membasmi pemikiran mereka ini sedaya-upaya.007. Dari Abu hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Umat ku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu.” Sahabat bertanya, ‘Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?’

Nabi saw menjawab, “Penyakit-penyakit itu ialah : (1). Terlalu banyak (ber)seronok, (2).Terlalu mewah, (3).

Page 125: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Menghimpun harta sebanyak mungkin, (4). Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5). Saling memarahi, (6). Hasud menghasud sehingga jadi zalim menzalimi.” (Riwayat Hakim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Penyakit-penyakit tersebut jelas terpampang di depan mata kita sekarang ini. Penyakit tersebut adalah penyakit rohani yang melanda umat Islam kini.

b. Jika diperhatikan, kesemua penyakit di atas adalah kerana hilangnya nilai-nilai akhlak murni. Hilangnya nilai-nilai akhlak tersebut kerana sistem pendidikan yang hanya mementingkan nilai akademik semata-mata tanpa menghiraukan pendidikan agama dan moral.

c. Krisis kerohanian ini hanya boleh diselesaikan apabila umat Islam kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam setiap aspek kehidupan, pendidikan terutamanya.

008. Dari Ali bin Abi Thalib r.a : Bahawasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah saw di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair r.a dan tiada di atas badannya kecuali hanya sehelai selendang yang bertampung dengan kulit.

Tatkala Rasulullah saw melihat kepadanya, Baginda saw menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus’ab ketika berada di Mekah dahulu; dan kerana memandang nasib Mus’ab sekarang (dalam kemiskinan sebagai seorang Muhajirin dan meninggalkan segala kemewahan).

Kemudian Nabi saw bersabda, “Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu saat nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian dan pergi di waktu petang dengan pakaian yang lain pula (dalam sehari bertukar-tukar pakaian).

Dan bila diangkatkan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain (mewah dengan makanan). Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu seperti mana kamu memasang kelambu Ka’bah?”

Maka jawab sahabat, ‘Wahai Rasulullah, tentunya di waktu itu kami lebih baik dari hari ini. Kami akan memberikan penumpuan kepada masalah ibadat sahaja dan tidak usah (perlu) mencari rezeki.’

Lalu Nabi saw bersabda, “Tidak! Keadaan kamu di hari ini adalah lebih daripada keadaan kamu di hari itu.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Kemewahan hidup membuatkan kita terleka untuk beribadat kepada Allah SWT. Maksud kemewahan adalah, melebihi apa yang diperlukan.

b. Perbezaan besar antara sahabat Rasulullah saw dengan umat Islam sekarang. Para sahabat sentiasa berfikir bagaimana hendak menambahkan ibadat, sebaliknya umat Islam sekarang sibuk berfikir bagaimana hendak menambah harta.

Para sahabat sanggup meninggalkan kemewahan demi agama, umat Islam sekarang sanggup meninggalkan agama demi kemewahan. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

c. Sepatutnya umat Islam kini perlu lebih beribadat kerana segala kemudahan berada di depan mata. Sumber air, elektrik, masjid, jalan, kenderaan dan pelbagai lagi kemudahan sudah tersedia, tetapi sayangnya umat Islam sekarang telah kufur pada nikmat Allah yang Maha Agung.

009. Dari Muadz bin Jabal r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ambillah pemberian itu selama ia masih sebagai pemberian. Tetapi apabila ia telah menjadi rasuah dalam pandangan agama, maka kamu jangan mengambilnya. Namun kenyataannya kamu tidak akan dapat meninggalkan rasuah itu kerana kamu takut (menjadi) fakir dan kamu sangat berhajat untuk mengambilnya. (Riwayat At-Thabrani dan Abu Nuaim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Di akhir zaman, rasuah akan menjadi-jadi. Wang menjadi kuasa untuk membeli pangkat atau jawatan dalam sesuatu organisasi atau pertubuhan; dan pelbagai lagi punca kepada rasuah.

Page 126: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

b. Punca kepada rasuah adalah kerana penyakit ‘wahan’.

c. Akhir zaman, manusia tidak peduli lagi yang mana halal atau haram. Apa yang penting bagi mereka, hajat hawa nafsu mereka terlaksana.

010. Dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan berlaku kiamat sehingga;

(1). anak seseorang menjadi punca kemarahan (bagi ibu bapanya) dan(2). hujan akan menjadi panas (hujan berkurangan dan cuaca menjadi semakin panas) dan (3). akan bertambah ramai orang yang tercela dan(4). akan berkurangan orang yang baik dan(5). anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan(6). orang yang jahat berani melawan orang-orang baik (tidak malu berbuat kemungkaran).” (Riwayat Thabrani)

Penjelasan dan Pengajaran :Adakah salah satu dari enam perkara di atas masih belum terjadi kepada kita pada hari ini?

011. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang suatu zaman seseorang tidak mempedulikan dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataupun haram.” (Riwayat Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Manusia zaman akhir telah lupa tujuan hidup mereka atau tujuan mereka diciptakan di muka bumi ini. Mereka salah faham erti kehidupan dan berpegang pada materialisme.

b. Mereka sanggup berbunuhan, memutuskan hubungan kekeluargaan, menipu, menindas, menolak hukum dan pelbagai lagi kemungkaran demi mendapatkan harta.

c. Mereka menganggap harta adalah segala-galanya.

012. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang juga pun kecuali ia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau ia tidak makan secara langsung, ia akan terkena juga debu-debunya.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :Maha Benar Allah dan Rasul-Nya. Kita lihat saja diri sendiri. Di mana kita menyimpan wang, saluran gaji, hutang rumah, kereta dan sebagainya.

013. Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada sebahagian dari umat ku yang akan meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama lain (Tiger, Anchor dan sebagainya).

(Mereka meminum) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah subhana wa ta’ala akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan Allah subhana wa ta’ala akan merubah mereka menjadi kera dan babi.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Para penyedia atau pengeluar khamar ini merekacipta nama lain bagi khamar dan kononnya mempunyai khasiat, seperti untuk kesihatan dan kesegaran badan.

b. Sudah begitu banyak kelab malam, disko dan seumpamanya yang menghidangkan arak dan diikuti pula dengan nyanyian tidak kira lelaki atau wanita.

c. Penukaran rupa mereka ke dalam bentuk kera atau babi belum lagi terjadi, namun sifat, sikap dan cara hidup mereka sudah menyerupai kera dan babi. Wallahu ‘alam. Manakala kejadian yang menenggelamkan mereka ke dalam bumi sudah banyak terjadi seperti gempa bumi dan lain-lain.

Page 127: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

014. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Di antara tanda kiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, berlaku banyak perzinaan, ramai kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nantinya seorang lelaki akan mengurus lima puluh perempuan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Kejahilan dan perzinaan sudah biasa benar terjadi seperti yang kita lihat sekarang ini.

b. Nisbah lelaki dan wanita akan sangat ketara pada masa akan datang. Ulama mengatakan, ia akibat dari peperangan yang berlaku dan banyak lelaki yang terbunuh serta Allah yang Maha Agung menghendaki kebanyakan yang lahir di dunia ini adalah perempuan.

015. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang pada agamanya laksana menggenggam bara api.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Orang yang berpegang pada ajaran Islam (mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah) akan dipandang hina, jumud dan lain-lain.

b. Mereka tersepit dan cuba dipengaruhi oleh keadaan sekeliling agar meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah, baik dari orang kafir dan lebih teruk lagi dari orang yang mengaku Islam.

c. Akhir zaman juga orang Islam akan menghadapi tentangan yang hebat, sekiranya leka maka terlepaslah Islam dari tangan mereka.

Golongan Ruwaibidhoh016. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Lagi akan datang kepada manusia tahun-tahun yang tandus.

(a). Dan pada waktu itu orang yang berdusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan berdusta.

(b). Orang khianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat.

(c). Dan yang berpeluang bercakap hanyalah golongan ‘Ruwaibidhoh’.”Sahabat bertanya, ‘Apakah Ruwaibidhoh itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Orang yang kerdil dan sebenarnya hina dan tidak mengerti urusan orang ramai.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :Zaman yang tandus tersebut bermaksud zaman orang-orang yang ketandusan ilmu dan pemikiran. Orang yang benar akan diketepikan dan orang yang khianat serta fasiq akan disanjung dan dijadikan idola.

Orang yang berilmu dan berada pada kebenaran tidak dibenarkan bercakap dan dituduh pula dengan berbagai-bagai tohmahan. Orang yang dibenarkan bercakap pula adalah orang-orang yang hina dan tidak tahu bagaimana hendak menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan mengelirukan.

Maha Benar Allah. Melalui hadis ini juga kita lihat zaman ini berapa ramai ahli ilmu yang dibiarkan sepi tanpa mengambil peduli pada apa yang disampaikan oleh mereka. Malah mereka dituduh pula sebagai pengkhianat agama. Wallahu’alam.Peperangan Demi Peperangan017. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga melimpah ruah harta benda dan timbul fitnah (ujian kepada keimanan) dan banyak berlaku ‘al-Harj’.”

Sahabat bertanya, ‘Apakah al-Harj itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Peperangan demi peperangan demi peperangan.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :(a). Harta benda melimpah ruah - Kita boleh melihat pada hari ini betapa banyaknya dan mudahnya kita mendapatkan harta. Termasuk harta benda ini adalah dari segi kediaman, pengangkutan, perhiasan dan

Page 128: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

segala macam bentuk kemudahan serta kekayaan lagi.

(b). Timbul fitnah - Tidak perlu diperjelaskan lagi, kerana zaman kita ini fitnah terlampau banyak dan berleluasa. Fitnah ini begitu luas maknanya, tetapi secara umum ia adalah sebagai satu ujian kepada keimanan atau satu bencana besar kepada umat Islam.

(c). Peperangan demi peperangan - Pembunuhan dan peperangan seolah-olah telah lali dengan telinga dan mata kita hari ini.

== Peristiwa Akhir Zaman

001. Dari Irbadh bin Sariyah r.a, katanya : Telah menasihati kami oleh Rasulullah saw akan satu nasihat yang menggentarkan hati kami dan menitiskan air mata kami ketika mendengarnya, lalu kami berkata, ‘Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat yang terakhir sekali, maka berilah pesanan kepada kami.

Lalu Baginda saw bersabda, “Aku berwasiat akan kamu supaya sentiasa bertakwa kepada Allah dan dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun yang memimpin kamu itu hanya seorang hamba.

Sesungguhnya sesiapa yang panjang umurnya daripada kamu pasti akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang teguh dengan Sunnah ku dan sunnah para Khulafa Ar-Rasyidin Al-Mahdiyin (Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali r.a) dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang baharu (bid’ah) yang diada-adakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bid’ah itu sesat.” (Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :[a]. Sentiasa bertakwa kepada Allah yang Maha Agung iaitu, beriman dan beramal soleh. Mengerjakan segala yang diperintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

[b]. Mentaati pemerintah walaupun ia dari keturunan hamba.

[c]. Perselisihan yang banyak akan terjadi selepas kewafatan Nabi saw dan hendaklah kita tetap berpegang pada sunnah Nabi saw dan para sahabatnya walaupun bersendirian.

[d]. Menjauhi perkara-perkara ibadah yang direka-reka kerana ia membawa kepada kesesatan. Maksudnya; mengandaikan penyampaian Nabi saw tidak sempurna lalu dibuat ibadah yang tiada sumbernya dari Rasulullah saw.

002. Dari Zainab binti Jahsy r.a (isteri Rasulullah saw), katanya : Rasulullah saw masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaa ha illallah, celaka (binasa) bagi bangsa Arab dari kejahatan (bencana) yang sudah hampir menimpa mereka.

Pada hari ini telah terbuka dinding Ya’juj dan Ma’juj,” dan Baginda saw menemukan ujung ibu jari dan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan.

Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kami akan binasa sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang soleh?’ Lalu Nabi saw bersabda, “Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak.” [Riwayat Bukhari dan Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :a. Rasulullah saw berasa cemas akan malapetaka akibat keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Perlu diingat, perkara yang membuatkan Rasulullah saw sendiri cemas, maka apalagi kita. Bersamalah kita berdoa agar terselamat dari huru-hara itu.

b. Walaupun disebutkan bangsa Arab secara khusus namun lafaznya adalah umum kepada umat manusia.

c. Kemungkaran dan kemaksiatan yang berlaku hendaklah segera dibasmikan kerana bencana yang berlaku pada sesuatu kaum yang jahat, turut menimpa penduduk yang berada di sekitar mereka.

Page 129: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

003. Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengemuruni kamu (umat Islam) bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka.”

Maka salah seorang sahabat bertanya, ‘Apakah dari kerana (bilangan) kami sedikit pada hari itu?’ Nabi saw menjawab, “Bahkan kamu pada hari itu banyak (ramai) sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu; dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’.”

Seorang sahabat bertanya, ‘Apakah wahan itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Cinta pada dunia dan takut pada mati.” [Riwayat Abu Daud]

Penjelasan dan Pengajaran :a. Sepertimana kita lihat umat Islam pada ketika ini berjumlah lebih kurang 1.6 billion seluruh dunia tetapi kita dijadikan seperti ‘lauk di dalam talam’ oleh orang kafir. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

b. Hadis ini merupakan motivasi kepada seluruh umat Islam agar bangkit dan kembali dengan sebenar-benar kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan bukannya hanya menyerah dan lembik kepada orang kafir.

c. Allah yang Maha Agung akan mencabut kemuliaan orang Islam apabila umat Islam cenderung kepada cinta dunia (tamak, rakus dan cinta pada harta umumnya) dan takut mati (leka dan lupa pada hari pembalasan dan takut berjihad di jalan Allah yang Maha Tinggi).

004.Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a : Rasulullah saw bersabda, “Bahawasanya Allah Subhana wa Ta’ala (SWT) tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah SWT menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama.

Maka apabila sudah tiada alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :Pelbagai usaha perlu dilakukan agar mengembalikan semula atau mengganti semula para alim ulama yang sudah tiada. Ketiadaan para alim ulama akan menyebabkan manusia berada dalam kebingungan hingga tidak mengenal yang mana benar dan yang mana bathil.

005. Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a : Rasulullah saw bersabda, “Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka.”

Sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Yahudi dan Nasrani yang kau maksudkan?’ Nabi saw menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka.” [Riwayat Muslim]

Penjelasan dan Pengajaran :a. Umat Islam akan mengikut cara hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam pelbagai keadaan, baik dari segi pemerintahan mahupun yang lebih parah lagi; dari segi pemikiran dan kerohanian.

b. Umat Islam perlu kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dari semua aspek kehidupan, iaitu menghidupkan kerohanian keIslaman (rasa cinta pada Islam atas dasar tauhid), pemerintahan Islam, pendidikan Islam, perundangan Islam, ekonomi Islam dan sistem kemasyarakatan berasaskan Islam.

006. Dari Miqdam bin Ma’dikariba r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hampir tiba di suatu masa di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas katilnya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis daripada hadis ku (Hadis Nabi saw),Maka ia (golongan anti hadis) berkata, ‘Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullahAl-Quran) sahaja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Quran kami halalkan; dan apa yang diharamkan, kami haramkan.’

Page 130: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kemudian bersabda Nabi saw), “Padahal apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan oleh Allah SWT.” (Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Telah ada golongan anti hadis ini merosakkan akidah umat Islam, oleh itu kita perlu berhati-hati dan peka serta membasmi pemikiran mereka ini sedaya-upaya.

007. Dari Abu hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Umat ku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pernah menimpa umat-umat dahulu.” Sahabat bertanya, ‘Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?’

Nabi saw menjawab, “Penyakit-penyakit itu ialah : (1). Terlalu banyak (ber)seronok, (2).Terlalu mewah, (3). Menghimpun harta sebanyak mungkin, (4). Tipu menipu dalam merebut harta benda dunia, (5). Saling memarahi, (6). Hasud menghasud sehingga jadi zalim menzalimi.” (Riwayat Hakim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Penyakit-penyakit tersebut jelas terpampang di depan mata kita sekarang ini. Penyakit tersebut adalah penyakit rohani yang melanda umat Islam kini.

b. Jika diperhatikan, kesemua penyakit di atas adalah kerana hilangnya nilai-nilai akhlak murni. Hilangnya nilai-nilai akhlak tersebut kerana sistem pendidikan yang hanya mementingkan nilai akademik semata-mata tanpa menghiraukan pendidikan agama dan moral.

c. Krisis kerohanian ini hanya boleh diselesaikan apabila umat Islam kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam setiap aspek kehidupan, pendidikan terutamanya.

008. Dari Ali bin Abi Thalib r.a : Bahawasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah saw di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair r.a dan tiada di atas badannya kecuali hanya sehelai selendang yang bertampung dengan kulit.

Tatkala Rasulullah saw melihat kepadanya, Baginda saw menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus’ab ketika berada di Mekah dahulu; dan kerana memandang nasib Mus’ab sekarang (dalam kemiskinan sebagai seorang Muhajirin dan meninggalkan segala kemewahan).

Kemudian Nabi saw bersabda, “Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu saat nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian dan pergi di waktu petang dengan pakaian yang lain pula (dalam sehari bertukar-tukar pakaian).

Dan bila diangkatkan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain (mewah dengan makanan). Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu seperti mana kamu memasang kelambu Ka’bah?”

Maka jawab sahabat, ‘Wahai Rasulullah, tentunya di waktu itu kami lebih baik dari hari ini. Kami akan memberikan penumpuan kepada masalah ibadat sahaja dan tidak usah (perlu) mencari rezeki.’

Lalu Nabi saw bersabda, “Tidak! Keadaan kamu di hari ini adalah lebih daripada keadaan kamu di hari itu.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Kemewahan hidup membuatkan kita terleka untuk beribadat kepada Allah SWT. Maksud kemewahan adalah, melebihi apa yang diperlukan.

b. Perbezaan besar antara sahabat Rasulullah saw dengan umat Islam sekarang. Para sahabat sentiasa berfikir bagaimana hendak menambahkan ibadat, sebaliknya umat Islam sekarang sibuk berfikir bagaimana hendak menambah harta.

Para sahabat sanggup meninggalkan kemewahan demi agama, umat Islam sekarang sanggup meninggalkan agama demi kemewahan. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya.

c. Sepatutnya umat Islam kini perlu lebih beribadat kerana segala kemudahan berada di depan mata.

Page 131: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sumber air, elektrik, masjid, jalan, kenderaan dan pelbagai lagi kemudahan sudah tersedia, tetapi sayangnya umat Islam sekarang telah kufur pada nikmat Allah yang Maha Agung.

009. Dari Muadz bin Jabal r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ambillah pemberian itu selama ia masih sebagai pemberian. Tetapi apabila ia telah menjadi rasuah dalam pandangan agama, maka kamu jangan mengambilnya. Namun kenyataannya kamu tidak akan dapat meninggalkan rasuah itu kerana kamu takut (menjadi) fakir dan kamu sangat berhajat untuk mengambilnya. (Riwayat At-Thabrani dan Abu Nuaim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Di akhir zaman, rasuah akan menjadi-jadi. Wang menjadi kuasa untuk membeli pangkat atau jawatan dalam sesuatu organisasi atau pertubuhan; dan pelbagai lagi punca kepada rasuah.

b. Punca kepada rasuah adalah kerana penyakit ‘wahan’.

c. Akhir zaman, manusia tidak peduli lagi yang mana halal atau haram. Apa yang penting bagi mereka, hajat hawa nafsu mereka terlaksana.

010. Dari ‘Aisyah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan berlaku kiamat sehingga;

(1). anak seseorang menjadi punca kemarahan (bagi ibu bapanya) dan(2). hujan akan menjadi panas (hujan berkurangan dan cuaca menjadi semakin panas) dan (3). akan bertambah ramai orang yang tercela dan(4). akan berkurangan orang yang baik dan(5). anak-anak menjadi berani melawan orang-orang tua dan(6). orang yang jahat berani melawan orang-orang baik (tidak malu berbuat kemungkaran).” (Riwayat Thabrani)

Penjelasan dan Pengajaran :Adakah salah satu dari enam perkara di atas masih belum terjadi kepada kita pada hari ini?

011. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang suatu zaman seseorang tidak mempedulikan dari mana ia mendapatkan harta, apakah dari sumber yang halal ataupun haram.” (Riwayat Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Manusia zaman akhir telah lupa tujuan hidup mereka atau tujuan mereka diciptakan di muka bumi ini. Mereka salah faham erti kehidupan dan berpegang pada materialisme.

b. Mereka sanggup berbunuhan, memutuskan hubungan kekeluargaan, menipu, menindas, menolak hukum dan pelbagai lagi kemungkaran demi mendapatkan harta.

c. Mereka menganggap harta adalah segala-galanya.

012. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang juga pun kecuali ia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau ia tidak makan secara langsung, ia akan terkena juga debu-debunya.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :Maha Benar Allah dan Rasul-Nya. Kita lihat saja diri sendiri. Di mana kita menyimpan wang, saluran gaji, hutang rumah, kereta dan sebagainya.

013. Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada sebahagian dari umat ku yang akan meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama lain (Tiger, Anchor dan sebagainya).

(Mereka meminum) sambil dialunkan dengan bunyi muzik dan suara artis-artis. Allah subhana wa ta’ala

Page 132: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan Allah subhana wa ta’ala akan merubah mereka menjadi kera dan babi.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Para penyedia atau pengeluar khamar ini merekacipta nama lain bagi khamar dan kononnya mempunyai khasiat, seperti untuk kesihatan dan kesegaran badan.

b. Sudah begitu banyak kelab malam, disko dan seumpamanya yang menghidangkan arak dan diikuti pula dengan nyanyian tidak kira lelaki atau wanita.

c. Penukaran rupa mereka ke dalam bentuk kera atau babi belum lagi terjadi, namun sifat, sikap dan cara hidup mereka sudah menyerupai kera dan babi. Wallahu ‘alam. Manakala kejadian yang menenggelamkan mereka ke dalam bumi sudah banyak terjadi seperti gempa bumi dan lain-lain.

014. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Di antara tanda kiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, berlaku banyak perzinaan, ramai kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nantinya seorang lelaki akan mengurus lima puluh perempuan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Kejahilan dan perzinaan sudah biasa benar terjadi seperti yang kita lihat sekarang ini.

b. Nisbah lelaki dan wanita akan sangat ketara pada masa akan datang. Ulama mengatakan, ia akibat dari peperangan yang berlaku dan banyak lelaki yang terbunuh serta Allah yang Maha Agung menghendaki kebanyakan yang lahir di dunia ini adalah perempuan.

015. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, “Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang pada agamanya laksana menggenggam bara api.” (Riwayat Tirmidzi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Orang yang berpegang pada ajaran Islam (mengikuti Al-Quran dan As-Sunnah) akan dipandang hina, jumud dan lain-lain.

b. Mereka tersepit dan cuba dipengaruhi oleh keadaan sekeliling agar meninggalkan Al-Quran dan As-Sunnah, baik dari orang kafir dan lebih teruk lagi dari orang yang mengaku Islam.

c. Akhir zaman juga orang Islam akan menghadapi tentangan yang hebat, sekiranya leka maka terlepaslah Islam dari tangan mereka.

Golongan Ruwaibidhoh016. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Lagi akan datang kepada manusia tahun-tahun yang tandus.

(a). Dan pada waktu itu orang yang berdusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan berdusta.

(b). Orang khianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat.

(c). Dan yang berpeluang bercakap hanyalah golongan ‘Ruwaibidhoh’.”Sahabat bertanya, ‘Apakah Ruwaibidhoh itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Orang yang kerdil dan sebenarnya hina dan tidak mengerti urusan orang ramai.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :Zaman yang tandus tersebut bermaksud zaman orang-orang yang ketandusan ilmu dan pemikiran. Orang yang benar akan diketepikan dan orang yang khianat serta fasiq akan disanjung dan dijadikan idola.

Orang yang berilmu dan berada pada kebenaran tidak dibenarkan bercakap dan dituduh pula dengan berbagai-bagai tohmahan. Orang yang dibenarkan bercakap pula adalah orang-orang yang hina dan tidak tahu bagaimana hendak menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan mengelirukan.

Page 133: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Maha Benar Allah. Melalui hadis ini juga kita lihat zaman ini berapa ramai ahli ilmu yang dibiarkan sepi tanpa mengambil peduli pada apa yang disampaikan oleh mereka. Malah mereka dituduh pula sebagai pengkhianat agama. Wallahu’alam.Peperangan Demi Peperangan017. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga melimpah ruah harta benda dan timbul fitnah (ujian kepada keimanan) dan banyak berlaku ‘al-Harj’.”

Sahabat bertanya, ‘Apakah al-Harj itu hai Rasulullah?’ Nabi saw menjawab, “Peperangan demi peperangan demi peperangan.” (Riwayat Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran :(a). Harta benda melimpah ruah - Kita boleh melihat pada hari ini betapa banyaknya dan mudahnya kita mendapatkan harta. Termasuk harta benda ini adalah dari segi kediaman, pengangkutan, perhiasan dan segala macam bentuk kemudahan serta kekayaan lagi.

(b). Timbul fitnah - Tidak perlu diperjelaskan lagi, kerana zaman kita ini fitnah terlampau banyak dan berleluasa. Fitnah ini begitu luas maknanya, tetapi secara umum ia adalah sebagai satu ujian kepada keimanan atau satu bencana besar kepada umat Islam.

(c). Peperangan demi peperangan - Pembunuhan dan peperangan seolah-olah telah lali dengan telinga dan mata kita hari ini.

Al-Jami'us Shaghir

Jilid 1

Imam As-Suyuthi[[ Biografi ]]

(Diteliti dan dinilai oleh Syeikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani)

1. Ayat Al-Kursi adalah seperempat Al-Quran. (DHAIF, Riwayat Abu Syaikh dalam At-Tsawab dari Anas) [Hadis 0021]

2. Datangilah undangan apabila kamu diundang. (Sahih, Riwayat Muslim dari Ibnu Umar) [Hadis 0031]

3. Carilah kebaikan pada orang-orang yang berwajah cantik. (MAUDHU', Riwayat Daraquthni dalam Al-Afrad dari Abu Hurairah [Hadis 0044]

4. Mulailah dengan dirimu, maka berilah ia sedekah. Lalu apabila berlebih sesuatu maka untuk keluargamu. Lalu apabila berlebih sesuatu dari (keperluan) keluargamu, maka untuk sanak kerabatmu. Lalu apabila berlebih sesuatu dari (keperluan) sanak kerabatmu, maka begini dan begitu. (sedekah kepada orang-orang lain (mengikut keutamaan)). (Sahih, Riwayat Nasa’i dari Jabir) [Hadis 0046]

5. Orang yang paling dibenci oleh Allah ada 3 :(a) orang yang melanggar kehormatan tanah haram,(b) orang yang mengharapkan kebiasaan jahiliyah dalam Islam dan,(c) orang yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk menumpahkan darahnya.(Sahih, Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas) [Hadis 0057]

6. Jibril telah datang kepadaku dengan (membawa) sebuah periuk lalu aku makan daripadanya, maka aku diberi kekuatan empat puluh laki-laki dalam bersetubuh. (MAUDHU’, Riwayat Ibnu Sa’ad dari Safwan bin Salam) [Hadis 0086]

7. Takutlah kamu akan doa orang yang teraniaya sekalipun dia kafir, kerana sesungguhnya ia (doa orang yang teraniaya) tidak dihalangi. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Ya’laa dan Dliya dari Anas) [Hadis 0150]

Page 134: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

8. Amal yang paling disukai Allah adalah solat pada waktunya, lalu berbakti kepada ibu bapa, lalu jihad di jalan Allah. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i dari Ibnu Mas’ud) [Hadis 0196]

9. Aku mengkhuatirkan tiga perkara atas umatku sepeninggalanku :(a) kezaliman para penguasa(b) kepercayaan kepada nujum (bomoh dan sebagainya) dan(c) mendustakan takdir (Sahih, Riwayat Ibnu Asakir dari Abu Mihjan Atssaqafi) [Hadis 0279]

10. Perbezaan (pendapat) umatku adalah rahmat. (MAUDHU’, Riwayat Nashrul Muqaddasi dalam Al Hujjah, Baihaqi dalam Risalah Asy’ariyah tanpa sanad, dari Halim, Qadi Hussain, Imam Haramain dan lain-lain) [Hadis 0288]

11. Apabila Allah memberimu harta maka perlihatkanlah bekas nikmat Allah atas dirimu dan (perlihatkanlah) kemurahannya. (Sahih, Riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Hakim dari Walid Abul Ahwash) [Hadis 0330]

12. Apabila datang kepadaku satu hari yang tidak bertambah ilmuku di situ yang mendekatkan aku kepada Allah SWT maka semoga terbitnya sang suria hari itu tidak diberkahi untukku.(MAUDHU’, Riwayat Thabrani dalam Al-Ausath, Ibnu Audi dan Abu Nu’aim dari Aisyah) [Hadis 0343]

13. Apabila datang (melamar) kepadamu orang yang kamu sukai akhlak dan agamanya maka kahwinkanlah dia. Kalau tidak engkau perbuat (demikian), akan terjadi fitnah di bumi dan kerosakan yang luas.(Hasan, (a) Riwayat Tirmidzi, Ibn Majah dan Hakim dari Abu Hurairah, (b) Riwayat Ibnu ‘Adi dari Ibn Umar dan (c) Riwayat Tirmidzi dan Baihaqi Abu Hatim Al-Muzani; dan ia tidak mempunyai hadis selain itu.) [Hadis 0347]

14. Apabila datang kepadamu peminta-peminta maka taruhlah (berilah) di tangannya walaupun (hanya) kulit kaki binatang yang dibakar.(Sahih, Riwayat Ibnu ‘Adi dari Jabir) [Hadis 0348]

15. Apabila tukang azan (bilal) telah melakukan azan (Jumaat) pada hari Jumaat, haram bekerja. (MAUDHU’ R.Dailami dari Anas) [0374]

16. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, dipermanis-Nya dia. Ditanyakan (kepada Nabi saw), ‘Bagaimana Ia mempermanisnya?’ Baginda saw menjawab, “Dibukakan-Nya baginya amal soleh sebelum matinya, lalu dimatikan-Nya dia atas amal soleh itu.” (Sahih, Riwayat Ahmad dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu ‘Anbah) [0379]

17. Apabila engkau hendak meludah maka janganlah meludah ke arah kananmu, tapi ke arah kirimu kalau (sebelah kirimu) kosong. Maka kalau tidak kosong, maka (ludahlah) ke bawah telapak kakimu. (Sahih, Riwayat Bazzar dari Thariq bin Abdullah) [0415]

18. Apabila engkau berkehendak dicintai Allah maka bencilah dunia. Dan apabila engkau berkehendak dicintai manusia maka yang ada padamu dari kelebihan dunia itu lemparkanlah kepada mereka. (DAIF, Riwayat Khathib dari Rib’aa bin Hirasy dengan mursal) [0418]

19. Apabila isteri salah seorang kamu memintanya izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i dari Ibnu Umar) [0423]

20. Apabila orang laki-laki bangun di malam hari dan membangunkan keluarganya dan keduanya solat dua rakaat, keduanya dicatat dalam (golongan) orang-orang lelaki dan perempuan yang berzikir banyak-banyak kepada Allah. (Sahih, Riwayat Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id bersama-sama) [0434]

Page 135: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

21. Apabila engkau mengeluh kesakitan (berasa sakit), letakkanlah tanganmu di tempat yang engkau keluhkan (tempat sakit), lalu ucapkanlah, ‘Dengan nama Allah aku mohon dihindarkan, dengan keagungan dan kekuasaan Allah dari kejahatan sakitku yang aku rasakan ini.’ Kemudian angkatlah tanganmu lalu ulangi yang demikian itu dengan gasal. (gasal bererti ganjil, iaitu mengulangi perbuatan tersebut dengan ganjil bilangannya-pent) (Sahih, Riwayat Tirmidzi dan Hakim dari Anas) [0448]

22. Apabila pagi-pagi anak Adam, maka seluruh anggota (tubuhnya) menunduk kepada lidah lalu berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam hal kami, kerana kami hanyalah menurut (kata) mu, maka kalau engkau lurus, luruslah kami dan kalau engkau bengkok,- bengkoklah kami. (Hasan, Riwayat Tirmidzi, Ibn Khuzaimah dan Baihaqi dari Abu Sa’id) [0454]

23. Apabila salah seorang kamu berbuka (puasa) maka berbukalah dengan kurma, kerana ia (mempunyai) berkat. Maka apabila ia tidak mendapat kurma maka hendaklah ia berbuka dengan air, kerana ia menyucikan. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari Salman bin Amrid Ad-Dlabi) [0464]

24. Apabila telah dekat (akhir) zaman (maka) hampir-hampir mimpi orang Islam tidak dusta, dan orang yang paling benar mimpinya ialah yang paling benar perkataannya. (Sahih, Riwayat Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0466]

25. Apabila solat telah diiqamati maka janganlah kamu mendatanginya seraya kamu berlari-lari kecil, tapi datangilah seraya kamu berjalan (biasa) dan kamu harus tenang, maka apa yang kamu temui, solatilah (bersama imam) dan apa yang tertinggal, maka sempurnakanlah (setelah imam selesai solat). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0471]

26. Apabila orang mengkafirkan saudaranya maka kembalilah salah seorang (dari) mereka dengan (dosa mengkafirkan) itu. (Sahih, Riwayat Muslim dari Ibnu Umar) [0475]

27. Apabila salah seorang kamu makan maka hendaklah ia makan dengan tangan kanannya, hendaklah ia minum dengan (tangan) kanannya, hendaklah ia menerima dengan (tangan) kanannya dan hendaklah ia memberi dengan (tangan) kanannya;

kerana sesungguhnya syaitan makan dengan (tangan) kirinya, minum dengan (tangan) kirinya, menerima dengan (tangan) kirinya dan memberi dengan (tangan) kirinya. (Sahih, Riwayat Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya dari Abu Hurairah) [0482]

28. Apabila dua muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan dan memuji Allah dan memohon ampun (kepada Allah) maka keduanya diampuni. (DAIF, Riwayat Abu Daud dari Barra) [0486]

29. Apabila Allah menaruh dalam hati seseorang (kehendak) melamar seseorang perempuan, maka tidak mengapa ia melihat kepada perempuan itu. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Hakim dan Baihaqi dari Muhammad bin Maslamah) [0489]

30. Apabila (bulan) Syaaban telah sampai ke pertengahan maka janganlah berpuasa sampai datang (bulan) Ramadhan. (Sahih, Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Uthbah bin Nuddar) [0494]

31. Apabila salah seorang kamu memakai terompah (kasut) maka hendaklah ia memakainya bermula dengan yang kanan dan apabila ia membukanya maka hendaklah mulai dengan yang kiri. Hendaklah yang kanan lebih dahulu dipakai dan yang terakhir dilepas (dibuka). (Sahih, Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) [0495]

32. Apabila salah seorang kamu kencing, maka janganlah ia memegang kemaluannya dengan (tangan) kanannya; dan apabila ia masuk ke dalam tandas maka janganlah ia membasuh dengan (tangan) kanannya; dan apabila ia minum maka janganlah ia menghembuskan nafas di dalam bekas. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Qatadah) [0506]

Page 136: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

33. Apabila salah seorang kamu menguap maka hendaklah ia meletakkan tangannya di atas mulutnya kerana sesungguhnya syaitan masuk (ke mulut) bersama nguapan (itu). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Sa’id) [0516]

34. Apabila dua orang muslim berjabat tangan (maka) tidak terlepas kedua tapak tangannya sampai keduanya diampuni. (Sahih, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Umamah) [0526]

35. Apabila salah seorang kamu bercita-cita maka hendaklah ia perbanyak, kerana ia hanya meminta kepada Tuhannya. (Riwayat Thabrani dalam Al-Ausath dari Aisyah) [0532]

36. Apabila salah seorang kamu datang (berjemaah) pada hari Jumaat sedang imam berkhutbah, maka hendaklah ia solat dua rakaat dan hendaklah ia melakukannya sekadar yang perlu-perlu (meringkaskan solat). (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Jabir) [0543]

37. Apabila terasa bimbang sesuatu dalam hati mu maka tinggalkanlah dia. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Umamah) [0558]

38. Apabila hamba takut kepada Allah, dibuat-Nya segala sesuatu takut kepadanya, dan apabila hamba tidak takut kepada Allah maka dibuat-Nya ia takut kepada segala sesuatu. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Uqaili dari Abu Hurairah) [0569]

39. Apabila tiga orang ke luar dalam bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang mereka menjadi pemimpin. (Sahih, Riwayat Ibnu Majah dan Dliya dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id) [0573]

40. Apabila salah seorang kamu (hendak) melamar orang perempuan, maka tidak ada larangan atasnya melihat kepadanya (perempuan itu) walaupun ia (perempuan itu) tidak mengetahui. (Sahih, Riwayat Ahmad dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Hamid Sa’idi) [0578]

41. Apabila salah seorang kamu masuk (bertandang) kepada saudaranya yang muslim lalu dia hendak berbuka (membatalkan puasanya) maka hendaklah ia berbuka, KECUALI puasanya itu (puasa) Ramadhan, qada Ramadhan atau nazar. (Hasan, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibu Umar) [0585]

42. Apabila engkau memasuki masjid, maka solatlah (berjemaah) bersama-sama orang-orang walaupun engkau telah solat. (Sahih, Riwayat Sa’id bin Manshur dari Mihjan Addu-ali) [0596]

43. Apabila salah seorang kamu diundang untuk makan, maka hendaklah memenuhi(nya), maka kalau ia tidak berpuasa maka hendaklah ia makan dan kalau ia berpuasa maka ia mendoakan berkah (bagi yang empunya makanan). (Sahih, Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Mas’ud) [0610]

44. Apabila bangsa Arab menjadi rendah, Islam pun menjadi rendah. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Abu Ya’la dari Jabir) [0617]

45. Apabila salah seorang kamu melihat mimpi yang baik maka hendaklah ia mentafsirinya dan memberitahukannya; dan apabila ia melihat mimpi yang buruk maka janganlah ia mentafsirinya dan jangan memberitahukannya. (Sahih, Riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah) [0618]

46. Apabila salah seorang kamu melihat mimpi yang disenanginya maka sesungguhnya ia semata-mata dari Allah, maka hendaklah ia membaca ‘Alhamdulillah’ atasnya dan memberitahukannya.Dan apabila ia melihat (mimpi) yang tidak begitu, iaitu yang tidak disenanginya maka sesungguhnya ia semata-mata dari syaitan, maka hendaklah membaca ‘A’udzubillahi minasy syaito-nirrajiim’; dan janganlah dia menyebutkannya kepada seseorang, kerana sesungguhnya ia tidak membahayakannya. (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Tirmidzi dari Abu Sa’id) [0621]

47. Apabila kamu melihat jenazah, maka berdirilah sampai ia meninggalkan kamu atau diletak.

Page 137: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Amir bin Rabi’ah) [0638]

48. Apabila kamu telah melihat bendera-bendera hitam telah datang dari arah Khurasan maka datangilah ia kerana sesungguhnya di sana ada Khalifah Allah Al-Mahdi. (MAUDU’ / Hadis PALSU, Riwayat Ahmad dan Hakim dari Tsauban) [0648]

49. Apabila seorang ahli kitab mengucapkan salam kepada mu, maka ucapkanlah ‘Wa’alaikum.” (Sahih, Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas) [0683]

50. Apabila engkau mendengar tetangga-tetangga mu mengatakan ‘Engkau baik’, maka engkau benar-benar baik; dan apabila mereka mengatakan, ‘Engkau keji’, maka engkau benar-benar keji. (Sahih, Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Mas’ud dan riwayat Ibnu Majah dari Kulsum Al-Khuza’i) [0688]

51. Apabila kamu mendengar penyakit berjangkit di satu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila ia terjadi sedang kamu berada di satu daerah, maka janganlah kamu keluar daripadanya kerana lari dari (penyakit) itu. (Sahih. Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa’i dari usamah bin Zaid) [0700]

52. Apabila perempuan telah solat lima (waktunya), telah berpuasa bulan (Ramadhan)nya, telah menjaga kemaluannya (dari zina) dan telah mentaati suaminya (tentu) ia masuk syurga. (Sahih. Riwayat Bazzar dari Anas, Riwayat Ahmad dari Abdurrahman Zuhri dan Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dai Abdurrahman bin Hasanah) [0725]

53. Apabila engkau telah solat Subuh maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara kepada seseorang, (Allahumma ajirnii minan(n)aar), ‘Wahai Allah, selamatkanlah aku dari neraka’ tujuh kali. Maka sesungguhnya kalau engkau mati pada hari mu itu, Allah mencatat untuk mu keselamatan dari neraka.

Dan apabila engkau telah solat Maghrib maka ucapkanlah sebelum engkau berbicara kepada seseorang, (Allahumma ajirnii minan(n)aar), ‘Wahai Allah, selamatkanlah aku dari neraka’ tujuh kali. Maka sesungguhnya apabila engkau mati pada malam mu itu, Allah mencatat untuk mu keselamatan dari neraka. (Sahih. Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibu Hibban dari Harts Taimi) [0728]

54. Apabila telah terbenam matahari makan tahanlah anak-anak kecil mu, kerana sesungguhnya ia saat disebarnya syaitan-syaitan. [0767] (Sahih. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Abbas)

55. Apabila salah seorang kamu berdiri dalam solat, maka janganlah ia memejamkan matanya. [0785] (DAIF. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dan Ibnu Adi dari Ibnu Abbas)

56. Apabila beberapa orang laki-laki melalui satu kaum lalu salah seorang dari yang lalu mengucapkan salam kepada orang-orang yang duduk, dan dari mereka itu seseorang telah membalas (salam) maka telah mencukupi dari mereka itu dan dari mereka itu. (Sahih. Riwayat Abu Nu’aim dari Abu Sa’id)

57. Apabila salah seorang kamu mengantuk sedang dia berada di masjid, maka hendaklah dia berpindah dari tempat duduknya itu ke (tempat) lainnya. [0878] (Sahih. Riwayat Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar)

58. Apabila makanan telah diletakkan maka ambillah dari tepinya dan biarkanlah (dahulu) tengahnya, kerana sesungguhnya berkah turun di tengah-tengahnya. [0891] Sahih Ibnu Majah dari Ibnu Abbas

59. Kasihanilah orang yang di bumi, engkau akan dikasihani oleh Yang di langit. [0941] Sahih. Thabrani dalam Al-Kabir dari Jabir dan Hakim dari Ibnu Mas’ud

60. Mintalah fatwa kepada dirimu sendiri walaupun engkau diberi fatwa oleh orang-orang yang

Page 138: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

memberi fatwa. [0991] Hasan. Bukhari dalam At-Tariikh dari Waabishah

61. Berlakulah lurus (jujur) dan berakhlak baiklah engkau kepada orang-orang (lain). [0993] Hasan. Tabhrani dalam Al-Kabir, Hakim dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman dari Ibnu Umar.

62. Orang-orang yang paling kuat dugaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang soleh, kemudian yang paling menyerupai dan yang paling menyerupai (dengan mereka). [1056] Sahih. Thabrani dalam Al Kabir dari saudara perempuan Khudzaifah. Juga maksud yang sama (berbeza lafaz) dalam Ibnu Majah, Abu Ya’la dan Hakim dari Abu Sa’id.

63. Jaminlah untuk ku enam (perkara) dari diri mu, aku jamin syurga untuk mu;1. yang benarlah (jujur) apabila kamu berbicara,2. tepatilah apabila kamu berjanji,3. sampaikanlah apabila kamu diberi amanah,4. jagalah kehormatan mu,5. pejamkanlah penglihatan mu (dari melihat maksiat),6. tahanlah tangan mu (dari berbuat maksiat). [1095] HASAN. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman dari Ubadah bin Shamit.

64. Baguskanlah perkataan, ucapkanlah salam, hubungilah kaum keluarga dan solatlah di waktu malam sedang orang-orang masih pada tidur (solat tahajjud), kemudian masuklah ke syurga dengan aman. [1096] Sahih. Ibnu Hibban dan Abu Nu’aim dari Abu Hurairah.

65. Telah diberikan kepadaku tujuh puluh ribu (orang) dari umatku yang masuk syurga tanpa dihisab, wajah-wajah mereka seperti pada malam purnama, hati-hati mereka seperti hati seorang (bersatu padu), lalu aku meminta tambah kepada Rabbku azza wa jalla. Lalu ia memberi aku tambahan bersama setiap satu orang tujuh puluh ribu (orang). [1175] Sahih. Riwayat Ahmad dari Abu Bakar.

66. Umumkanlah pernikahan ini dan buatlah ia di masjid-masjid dan pukullah rebana untuknya. [1198] DAIF. Riwayat Tirmidzi dari Aisyah.

67. Umur umatku adalah antara enam puluh sampai tujuh puluh, dan sedikit dari mereka yang melampaui (had) itu. [1199] Sahih. Riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Riwayat Abu Ya’la dari Anas.

68. Bekerjalah kerana setiap (orang) dimudahkan apa yang dibuat untuknya. [1202] Sahih. Riwayat Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu Abbas dan Imran bin Husain

69. Pergunakanlah kesempatan lima (perkara) sebelum (datangnya) lima (perkara);a). Pada waktu hidupmu sebelum matimu,b). Pada waktu sihatmu sebelum sakitmu,c). Pada waktu senangmu sebelum sibukmu dand). Pada waktu kayamu sebelum kefakiranmu. [1210] Sahih. (*). Riwayat Hakim dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Abbas. (*). Riwayat Ahmad dalam Azzuhd, Abu Nu’aim dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Amr bin Maimun dengan mursal (mursal – riwayat tabi’in tanpa nama sahabat).

70. Sedekah yang paling utama adalah memberi minum air. [1261] Sahih. Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Sa’ad bin Ubadah dan Riwayat Abu Ya’la dari Ibnu Abbas.

== Kitab Solat

Kitab Solat

Page 139: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

1. Permulaan azan

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:Dahulu, orang-orang Islam ketika tiba di Madinah, mereka berkumpul lalu memperkirakan waktu solat. Tidak ada seorang pun yang menyeru untuk solat. Pada suatu hari mereka membicarakan hal itu. Sebagian mereka berkata: Gunakanlah lonceng seperti lonceng orang Kristen. Sebagian yang lain berkata: Gunakanlah terompet seperti terompet orang Yahudi. Kemudian Umar berkata: Mengapa kalian tidak menyuruh seseorang agar berseru untuk salat? Rasulullah saw. bersabda: Hai Bilal, bangunlah dan serulah untuk salat. (Shahih Muslim No.568)

2. Perintah menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamat

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Bilal diperintahkan agar menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamat. (Shahih Muslim No.569)

3. Sunat menunjuk dua orang muazin untuk satu masjid

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:Rasulullah saw. mempunyai dua muazin, Bilal dan Ibnu Ummu Maktum yang buta. (Shahih Muslim No.573)

4. Sunat membaca seperti yang dikumandangkan muazin bagi yang mendengar azan kemudian membaca selawat untuk Nabi saw. dan memohon wasilah untuknya• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau mendengar azan, maka bacalah seperti yang dikumandangkan muazin. (Shahih Muslim No.576)

5. Keutamaan azan dan larinya syaitan ketika mendengar azan

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Nabi saw., Beliau bersabda: Sesungguhnya syaitan, apabila mendengar azan untuk solat, ia berlari sambil terkentut-kentut sampai tidak mendengarnya lagi. Ketika azan telah berhenti, ia kembali menghasut. Apabila mendengar iqamat, ia pergi sampai tidak mendengarnya. Ketika iqamat telah berhenti, ia kembali menghasut lagi. (Shahih Muslim No.582)

6. Sunat mengangkat dua tangan sejajar pundak ketika takbiratul ihram, akan rukuk dan bangun dari rukuk serta tidak mengangkat tangan ketika bangun dari sujud

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah saw. mengangkat kedua tangan hingga sejajar bahu ketika memulai solat, sebelum rukuk dan ketika bangun dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud. (Shahih Muslim No.586)

• Hadis riwayat Malik bin Huwairits ra.:Dari Abu Qilaabah, bahwa ia melihat Malik bin Huwairits ketika ia solat, ia bertakbir lalu mengangkat kedua tangannya. Ketika ingin rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika mengangkat kepala dari rukuk, ia mengangkat kedua tangannya. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. dahulu berbuat seperti itu. (Shahih Muslim No.588)

7. Menetapkan takbir tiap kali turun dan bangun dalam salat, kecuali bangun dari rukuk membaca: "Allah mendengar orang yang memuji-Nya"

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.Dari Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah solat mengimami para sahabat. Ia bertakbir tiap kali turun dan bangun. Ketika selesai ia berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling mirip dengan solat Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.590)

• Hadis riwayat Imran bin Hushein ra.:Dari Mutharrif bin Abdullah, ia berkata: Aku dan Imran bin Hushein solat di belakang Ali bin Abu

Page 140: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Thalib. Saat sujud beliau bertakbir. Saat mengangkat kepalanya beliau bertakbir. Saat bangun dari dua rakaat beliau bertakbir. Selesai solat Imran memegang tanganku dan berkata: Sesungguhnya Ali telah mengimami solat kita dengan solat seperti solat Muhammad saw. atau katanya: Sesungguhnya Ali telah mengingatkan aku dengan solat Muhammad saw.. (Shahih Muslim No.594)

8. Wajib membaca surat Al-Fatihah setiap rakaat dan bagi orang yang tidak tahu dan belum mempelajarinya disarankan membaca surat lain, selain surat Fatihah

• Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra.:Bahwa Nabi saw. bersabda: Orang yang tidak membaca surat Al-Fatihah, tidak sah solatnya. (Shahih Muslim No.595)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada solat kecuali dengan bacaan surat Al-Fatihah. (Shahih Muslim No.599)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. masuk masjid. Lalu seorang lelaki masuk dan melakukan solat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah saw. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda: Ulangilah solatmu, karena sesungguhnya engkau belum solat.

Lelaki itu kembali salat seperti salat sebelumnya. Setelah salatnya yang kedua ia mendatangi Nabi saw. dan memberi salam. Rasulullah saw. menjawab: Wa'alaikas salam. Kemudian beliau bersabda lagi: Ulangilah salatmu, karena sesungguhnya engkau belum salat. Sehingga orang itu mengulangi salatnya sebanyak tiga kali.

Lelaki itu berkata: Demi Zat yang mengutus Anda dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda: Bila engkau melakukan salat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Alquran yang engkau hafal. Setelah itu rukuk hingga engkau tenang dalam rukukmu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh salatmu. (Shahih Muslim No.602)

9. Dalil tidak boleh mengeraskan bacaan basmalah

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Aku pernah salat bersama Rasulullah saw., bersama Abu Bakar, bersama Umar dan bersama Usman dan aku tidak mendengar seorang pun dari mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim. (Shahih Muslim No.605)

10. Dalil bahwa basmalah adalah awal ayat tiap surat kecuali surat At-Taubah

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:Ketika Rasulullah saw. bersama kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian mengangkat kepala beliau sambil tersenyum. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang membuat Anda tertawa? Beliau menjawab: Baru saja satu surat diturunkan kepadaku. Lalu beliau membaca: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar "nikmat yang banyak". Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.

Kemudian beliau bertanya: Tahukah kalian, apakah Kautsar itu? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Itu adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku. Sungai yang menyimpan banyak kebaikan dan merupakan telaga yang didatangi umatku pada hari kiamat. Wadahnya sebanyak bilangan bintang. Ada seorang hamba yang ditarik dari kumpulan mereka. Aku berkata: Ya Tuhanku, dia termasuk umatku. Allah berfirman: Engkau tidak tahu, dia telah membuat suatu bid`ah sepeninggalmu. (Shahih Muslim No.607)

11. Tasyahhud dalam solat

• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra. dia berkata:

Page 141: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ketika kami bermakmum di belakang Rasulullah saw., kami membaca: "Keselamatan tetap pada Allah, keselamatan tetap pada si fulan". Suatu hari Rasulullah saw. bersabda kepada kami: Sesungguhnya Allah adalah keselamatan itu sendiri. Jadi, apabila salah seorang di antara engkau duduk (membaca tasyahud) hendaknya membaca: "Segala kehormatan, semua rahmat dan semua yang baik itu milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkat-Nya dilimpahkan kepadamu, wahai Nabi.

Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan kepada para hamba-Nya yang saleh. Apabila dia telah membacanya, maka keselamatan itu akan menyebar kepada semua hamba Allah yang saleh", baik yang di langit maupun yang di bumi. "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah", kemudian berdoalah sesukanya. (Shahih Muslim No.609)

12. Selawat kepada Nabi saw. sesudah tasyahhud

• Hadis riwayat Kaab bin Ujrah ra.:Dari Abdullah bin Abu Laila, dia berkata: Kaab bin Ujrah menemuiku dan berkata: Maukah engkau aku berikan hadiah? Rasulullah saw. pernah menemui kami, lalu kami berkata: Kami telah mengetahui cara membaca salam untuk Baginda, lalu bagaimana kami membaca selawat untuk Anda?

Beliau bersabda: Bacalah: "Allahumma shalli `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad kamaa baarakta `alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad kamaa baarakta `alaa aali Ibrahim Innaka hamiidum majiid". (Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia). (Shahih Muslim No.614)

• Hadis riwayat Abu Humaid As-Saidi ra.:Bahwa para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami membaca selawat untuk Anda? Beliau bersabda: Bacalah: "Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa shallaita ‘alaa aali Ibrahim wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa azwaajihi wa zurriyyatihi kamaa baarakta ‘alaa aali Ibrahim. Innaka hamiidum majiid." (Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan istri-istrinya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia). (Shahih Muslim No.615)

13. Membaca "sami`allahu liman hamidah" dan "aamiin"

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila imam membaca "sami`allahu liman hamidah", hendaklah kalian membaca "Allahumma rabbanaa lakal hamdu", (Ya Allah, Tuhan kami, hanya milik-Mu-lah segala pujian), karena barang siapa yang ucapannya bertepatan dengan bacaan malaikat, maka dosanya yang lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.617)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila Imam membaca: Amin, hendaklah kalian membaca: "Aamiin". Karena sesungguhnya barang siapa yang bacaan aminnya bertepatan dengan bacaan amin malaikat maka dosanya yang lalu akan diampuni. (Shahih Muslim No.618)

14. Makmum harus mengikuti imam

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra. dia berkata:Nabi saw. pernah jatuh dari kuda sehingga lambung (rusuk) kanan beliau robek (koyak/cedera). Kami datang menjenguk. Saat tiba waktu solat, beliau solat bersama kami dengan duduk dan kami pun salat di belakang beliau dengan duduk. Usai salat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang

Page 142: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

dijadikan imam untuk diikuti. Jadi, apabila dia bertakbir, bertakbirlah. Bila dia sujud, sujudlah. Bila ia bangun, bangunlah. Bila ia membaca "sami`allahu liman hamidah", bacalah "rabbanaa lakal hamdu" dan bila ia salat dengan duduk, salatlah dengan duduk pula. (Shahih Muslim No.622)

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah sakit. Para sahabat datang menjenguk beliau. Kemudian beliau salat dengan duduk. Para sahabat bermakmum pada beliau dengan berdiri. Beliau memberi isyarat kepada mereka agar duduk, maka mereka pun duduk. Selesai solat beliau bersabda: Sesungguhnya seseorang dijadikan imam hanyalah untuk diikuti. Jadi apabila ia rukuk, maka rukuklah kalian, bila ia bangun, maka bangunlah kalian dan bila ia solat sambil duduk, maka solatlah kalian sambil duduk. (Shahih Muslim No.623)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Kerana itu, maka janganlah kalian menyalahinya. Apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian, bila ia rukuk, maka rukuklah kalian, bila ia membaca "sami`allahu liman hamidah", maka bacalah "Allahumma rabbanaa lakal hamdu", bila ia sujud, maka sujudlah dan bila ia salat sambil duduk, maka salatlah kalian sambil duduk. (Shahih Muslim No.625)

15. Imam mengangkat seseorang untuk menggantikannya apabila ia uzur, seperti sakit, bepergian atau lainnya, makmum harus berdiri di belakang imam yang duduk selama ia mampu, penghapusan hukum duduk di belakang imam yang duduk bagi makmum yang mampu berdiri

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Dari Ubaidillah bin Abdullah, ia berkata: Aku menemui Aisyah dan berkata: Mahukah Anda menceritakan kepadaku tentang sakit Rasulullah saw? Ia berkata: Nabi saw. menderita lemah sekali, beliau bersabda: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak (tempat air di blik mandi). Kami pun melakukannya lalu beliau mandi. Setelah itu, saat ingin bangkit beliau pengsan.

Ketika sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Saat akan berdiri beliau pengsan lagi. Setelah sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Ketika akan bangun beliau pengsan lagi untuk yang ketiga kalinya. Pada waktu sedar beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah solat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah.

Para sahabat telah berkumpul di masjid menunggu Rasulullah saw. untuk solat Isyak. Beliau memerintahkan seseorang menemui Abu Bakar agar ia mengimami solat. Tiba di hadapan Abu Bakar, ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan Anda untuk mengimamai salat sahabat lainnya. Abu Bakar adalah seorang yang lembut hati, ia berkata: Wahai Umar, imamilah mereka itu! Umar berkata: Anda lebih menjadi imam mereka.

Akhirnya Abu Bakar mengimami solat mereka selama beberapa hari. Ketika sakit Rasulullah saw. agak ringan, beliau keluar untuk salat Zuhur, dibantu oleh dua orang, salah satunya adalah Abbas. Saat itu Abu Bakar akan mengimami sahabat. Ketika ia melihat Rasulullah saw. datang, ia mundur untuk menunda (solat). Nabi saw. memberi isyarat kepadanya agar jangan ditunda. Kemudian beliau memerintahkan kedua orang yang memapah beliau: Dudukkan aku di sampingnya. Mereka mendudukkan beliau di samping Abu Bakar. Maka Abu Bakar salat berdiri bermakmum kepada Rasulullah saw., para sahabat yang lain bermakmum kepada Abu Bakar dan Rasulullah saw. saat itu salat sambil duduk. (Shahih Muslim No.629)

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:Bahwa Abu Bakar mengimami sahabat ketika Rasulullah saw. sakit yang membuatnya wafat, pada hari Isnin, ketika berbaris dalam solat, Rasulullah saw. menyingkap tirai kamar dan memandang kami dengan berdiri. Wajah beliau putih seperti kertas, beliau tersenyum. Kami yang sedang solat

Page 143: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

terpukau karena gembira dengan keluarnya Rasulullah saw. Kemudian Abu Bakar mundur untuk ke barisan pertama. Ia mengira bahwa Rasulullah saw. keluar untuk solat. Rasulullah saw. memberi isyarat tangan kepada mereka agar terus menyempurnakan solat. Lalu beliau masuk lagi dan menurunkan tirai kamar. Pada hari itu Rasulullah saw. wafat. (Shahih Muslim No.636)

• Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:Rasulullah saw. sakit dan semakin bertambah parah. Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami solat kaum muslimin. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, Abu Bakar adalah seorang yang berhati halus. Kalau ia menempati tempat baginda, ia tidak akan mampu mengimami salat Kaum muslimin. Beliau bersabda: Perintahkan Abu Bakar agar mengimami solat kaum muslimin. Kalian ini seperti teman-teman Yusuf (dalam berdebat). Abu Musa berkata: Kemudian Abu Bakar mengimami solat mereka ketika Rasulullah saw. masih hidup. (Shahih Muslim No.638)

16. Jamaah menunjuk seseorang untuk mengimami mereka bila imam yang tetap terlambat datang dan mereka tidak khawatir akan timbul masalah akibat penunjukan tersebut

• Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra.:Bahwa ketika Rasulullah saw. pergi ke Bani Amru bin Auf untuk mendamaikan pertikaian di antara mereka, maka ketika tiba waktu solat, seorang muazin datang kepada Abu Bakar lalu berkata: Mahukah engkau mengimami solat orang-orang. Lalu saya mengiqamati? Abu Bakar menjawab: Ya. Kemudian Abu Bakar solat. Ketika orang-orang sedang solat, Rasulullah saw. datang. Beliau maju perlahan hingga sampai barisan awal. Melihat itu orang-orang bertepuk tangan, tetapi Abu Bakar tidak menoleh.

Ketika tepuk tangan semakin riuh ia menoleh dan melihat Rasulullah saw. Beliau mengisyaratkan Abu Bakar agar tetap di tempatnya. Abu Bakar mengangkat kedua tangannya seraya memuji Allah 'azza wa jalla sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah saw, lalu mundur sehingga sejajar dengan barisan awal. Setelah itu Nabi saw. maju dan solat.

Usai salat, beliau bersabda: Hai Abu Bakar, apa yang menghalangimu untuk tetap di tempatmu ketika aku suruh? Abu Bakar menjawab: Tidak layak bagi anak Abu Quhafah solat di hadapan Rasulullah saw. Beliau bersabda lagi: Mengapa kalian bertepuk tangan? Barang siapa yang ingin mengingatkan sesuatu di dalam salat, hendaknya ia bertasbih, karena bila ia bertasbih, ia akan ditoleh. Tepuk tangan hanya untuk wanita. (Shahih Muslim No.639)

17. Bertasbih bagi lelaki dan tepuk tangan bagi wanita jika ingin mengingatkan sesuatu di dalam salat

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah bersabda: Bertasbih untuk lelaki dan tepuk tangan untuk wanita. (Shahih Muslim No.641)

18. Perintah membaguskan, menyempurnakan dan khusyuk dalam solat

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat depanku. (Shahih Muslim No.642)

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sempurnakanlah rukuk dan sujud, demi Allah, sesungguhnya aku dapat melihat engkau di belakangku (kemungkinan bersabda: yang di belakang punggungku) saat engkau rukuk atau sujud. (Shahih Muslim No.644)

19. Larangan mendahului imam dalam rukuk, sujud atau lainnya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:Muhammad saw. pernah bersabda: Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, tidak

Page 144: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

takut kepalanya diganti oleh Allah dengan kepala keledai. (Shahih Muslim No.647)

20. Meluruskan barisan dan merapikannya, berdesakan dalam barisan pertama dan berlumba mendapatkannya, mendahulukan orang-orang yang punya keutamaan dan mendekatkan mereka kepada imam

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Luruskanlah barisan kalian. Sesungguhnya kelurusan barisan salat termasuk bagian dari kesempurnaan salat. (Shahih Muslim No.656)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Sempurnakanlah barisan, karena sesungguhnya aku dapat melihat engkau yang ada di belakangku. (Shahih Muslim No.657)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Luruskanlah barisan dalam salat, karena lurusnya barisan itu termasuk kebaikan salat. (Shahih Muslim No.658)

• Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sebaiknya engkau mau meluruskan barisanmu atau Allah akan menancapkan rasa permusuhan di antara engkau. (Shahih Muslim No.659)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seandainya manusia tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam azan dan barisan pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, pasti mereka akan mengundinya. Seandainya mereka tahu apa (keutamaan) yang terdapat dalam bersegera (datang sedini mungkin) melakukan salat, pasti mereka berlomba-lomba melakukannya. Seandainya mereka tahu apa yang terdapat dalam salat Isyak dan salat Subuh, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. (Shahih Muslim No.661)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seandainya kalian (atau mereka) tahu apa yang ada dalam barisan depan, tentu akan diadakan undian. (Shahih Muslim No.663)

21. Perintah agar para wanita yang solat di belakang laki-laki untuk tidak mengangkat kepala mereka dari sujud sebelum laki-laki mengangkat kepalanya

• Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:Aku melihat orang-orang lelaki yang salat di belakang Nabi saw. mengikatkan kain mereka pada leher seperti anak kecil karena sempitnya kain mereka. Seseorang berkata: Hai para wanita, janganlah kalian mengangkat kepala kalian sebelum orang-orang lelaki mengangkat kepala mereka. (Shahih Muslim No.665)

22. Wanita boleh ke masjid apabila tidak menimbulkan hal-hal yang negatif dan tanpa memakai wangi-wangian

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Dari Nabi saw., beliau bersabda: Jika istri salah seorang dari kalian minta izin pergi ke mesjid, maka janganlah mencegahnya. (Shahih Muslim No.666)

• Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata:Seandainya Rasulullah saw. melihat apa yang diperbuat wanita saat ini, tentu beliau melarang mereka pergi ke mesjid, seperti dilarangnya wanita Bani Israel. Yahya berkata: Aku bertanya kepada Amrah: Apakah wanita Bani Israel dilarang pergi ke mesjid (tempat ibadah mereka)? Ia menjawab: Ya. (Shahih Muslim No.676)

23. Membaca bacaan dalam salat jahriyah (salat yang bacaannya dikeraskan) dengan suara antara keras dan pelan, apabila khawatir akan timbul hal yang tidak baik jika dikeraskan

Page 145: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:Tentang firman Allah Taala: Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata ayat ini turun ketika Rasulullah saw. sedang bersembunyi di Mekah. Ketika beliau salat bersama para sahabat, beliau mengeraskan suaranya dalam membaca Alquran. Orang-orang musyrik yang mendengarnya menjelek-jelekan Alquran, Allah yang menurunkannya dan Nabi yang membawanya. Maka Allah Taala berfirman: Janganlah engkau mengeraskan suaramu di dalam salatmu, sehingga orang-orang musyrik mendengar bacaanmu: Dan janganlah engkau memelankannya sehingga sahabatmu tidak mendengarnya. Carilah cara di antara kedua hal itu. Akhirnya beliau membaca antara keras dan pelan. (Shahih Muslim No.677)

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Tentang firman Allah: Dan janganlah mengeraskan suaramu di dalam salatmu dan jangan pula memelankannya. Ia berkata: Ayat ini diturunkan berkaitan dengan doa. (Shahih Muslim No.678)

24. Mendengarkan bacaan Alquran

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:Tentang firman Allah: Janganlah engkau gerakkan lidahmu tergesa-gesa untuk membaca Alquran. Ia berkata: Dulu ketika malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu, Nabi saw. sering menggerakkan lidah dan bibir beliau (untuk mengulang-ulang agar tidak lupa). Hal itu membuat beliau merasa berat. Keadaan beliau seperti itu dapat dilihat. Lalu Allah berfirman: Janganlah engkau gerakkan lidahmu terburu-buru untuk membacanya dan ingin cepat "menguasainya". Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan di dadamu dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya, ikutilah bacaan itu. Kami menurunkannya, maka dengarkanlah baik-baik. Firman-Nya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya "Kami menjelaskannya melalui lidahmu". Ketika malaikat Jibril mendatangi beliau (untuk memberi wahyu), maka beliau diam mendengarkan. Setelah Jibril pergi, beliau membacanya, sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah pada beliau. (Shahih Muslim No.679)

25. Mengeraskan bacaan dalam salat subuh dan membacakan Alquran untuk Jin• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Rasulullah saw. tidak membacakan kepada jin dan tidak pula melihat mereka. Beliau pergi bersama para sahabat menuju pasar Ukaz. Saat itu antara setan dan berita langit telah terhalang. Mereka dilempari panah api. Setan-setan itu kembali kepada kaum mereka dan berkata: Antara kami dan berita langit telah terhalang dan kami pun dilempari panah api. Ini tidak lain pasti karena sesuatu telah terjadi.

Pergilah ke belahan bumi bagian timur dan barat, telitilah apa yang menghalangi kita dengan berita langit. Mereka pun pergi ke belahan bumi bagian timur dan barat. Sebagian mengambil arah Tihamah dengan tujuan pasar Ukaz (Nabi berada di Nakhl). Saat itu beliau sedang salat Subuh dengan para sahabat. Mereka mendengar Alquran yang dibaca beliau dan memperhatikannya.

Lalu kata mereka: Inilah yang membuat kita terhalang dengan berita langit. Mereka kembali kepada kaum mereka dan berkata: Hai kaumku, Sesungguhnya kami telah mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat mengantarkan kita kepada kebenaran. Maka aku beriman kepadanya, dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapapun. Maka Allah Taala menurunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwa sekelompok jin telah mendengarkan bacaan Alquran. (Shahih Muslim No.681)

26. Bacaan dalam salat Zuhur dan Asar

• Hadis riwayat Abu Qatadah ra., ia berkata:Kami pernah salat berjamaah dengan Rasulullah saw. Dalam dua rakaat pertama salat Zuhur dan Asar, beliau membaca Fatihah dan dua buah surat, kadang-kadang memperdengarkan ayat kepada kami. Beliau memanjangkan rakaat pertama salat Zuhur dan memperpendek rakaat kedua. Demikian pula dalam salat Subuh. (Shahih Muslim No.685)

27. Bacaan dalam salat Subuh

Page 146: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hadis riwayat Abu Barzah ra.: ia berkata:Rasulullah saw. dalam salat Subuh membaca enam puluh sampai seratus ayat. (Shahih Muslim No.702)

28. Bacaan dalam salat Isyak

• Hadis riwayat Barra' ra.:Dari Nabi saw. bahwa dalam suatu perjalanan beliau mengerjakan salat Isyak. Dalam salah satu dari dua rakaatnya beliau membaca Wat tiini waz zaitun. (Shahih Muslim No.706)

• Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:Muaz pernah salat bersama Nabi saw. lalu pulang mengimami kaumnya. Pada suatu malam ia salat Isyak bersama Nabi saw. lalu pulang mengimami kaumnya. Ketika ia mulai dengan membaca surat Al-Baqarah, ada seorang lelaki yang memisahkan diri dari salat berjamaah sampai salam, selanjutnya mengerjakan salat sendiri dan pergi. Orang-orang menegurnya: Hai fulan, apakah engkau telah munafik?

Ia menjawab: Tidak, demi Allah. Sungguh, aku akan menemui Rasulullah saw. dan memberitahukan hal ini. Setelah bertemu dengan Rasulullah saw., ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah pemilik unta penyiram tanaman, bekerja di siang hari. Sesungguhnya Muaz setelah mengerjakan salat Isyak bersama Anda lalu pulang dan (salat bersama kami) mulai dengan bacaan surat Al-Baqarah.

Rasulullah saw. menghadap ke arah Muaz dan bersabda: Wahai Muaz, apakah engkau ingin menimbulkan fitnah (kesulitan)? Bacalah (surat) ini dan itu. Sufyan berkata: Aku berkata kepada Amru bahwa Abu Zubair menceritakan kepada kami dari Jabir bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bacalah Was Syamsi wa Dhuhaaha (surat As-Syams), Wadh Dhuhaa (surat Ad-Dhuhaa), Wal laili idza Yaghsyaa (surat Al-Lail) dan Sabbihisma rabbikal a`laa (sutat Al-A`laa), maka Amru menanggapi: Ya, seperti itu. (Shahih Muslim No.709)

29. Perintah kepada imam agar mempercepat solat sambil menjaga kesempurnaan• Hadis riwayat Abu Masud Al-Anshari ra., ia berkata:Seorang lelaki datang menemui Rasulullah saw. dan berkata: Saya terlambat salat Subuh karena si fulan memperlambat salatnya saat mengimami kami. Kemudian aku belum pernah melihat Nabi saw. marah dalam memberikan nasehat seperti marahnya beliau (memberikan nasehat) pada hari itu. Beliau bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya di antara engkau ada yang membuat orang lari (jera). Barang siapa di antara kalian menjadi imam, maka hendaklah ia meringkas, sebab di belakangnya ada orang tua, orang lemah dan orang yang punya keperluan. (Shahih Muslim No.713)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menjadi imam, maka hendaknya ia memperingan salatnya, karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Bila salat sendirian, maka salatlah sekehendak hatinya. (Shahih Muslim No.714)

• Hadis riwayat Anas ra.:Bahwa Nabi saw. meringkas (bacaan) salat dan menyempurnakannya. (Shahih Muslim No.719)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. pernah mendengar tangis anak kecil bersama ibunya ketika sedang salat. Maka beliau membaca surat yang ringan atau surat yang pendek. (Shahih Muslim No.722)

30. Keselarasan antara rukun-rukun salat dan memperingan dengan tetap sempurna

• Hadis riwayat Barra' bin Azib ra., ia berkata:Aku mengamati salat Muhammad saw. Aku perhatikan berdirinya, rukuknya, iktidal setelah rukuk, sujudnya, duduk antara dua sujud, sujud kedua, duduk antara salam dan selesai salat, (aku perhatikan) satu dengan lainnya saling sama. (Shahih Muslim No.724)

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:

Page 147: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sungguh, aku tidak akan menambah-nambah, aku akan mengimami salat kalian seperti aku melihat Rasulullah saw. mengimami salat kami. Tsabit (salah seorang perawi) berkata: Anas telah melakukan sesuatu yang tidak seperti yang kalian lakukan. Ketika ia bangun dari rukuk, ia berdiri tegak hingga orang berkata: Anas telah lupa, dan ketika bangun dari sujud, ia diam (tidak bergerak) sehingga orang bilang: Anas telah lupa. (Shahih Muslim No.726)

31. Mengikuti imam dan bergerak setelah gerakan imam

• Hadis riwayat Barra' ra.:Bahwa mereka (para sahabat) salat di belakang Rasulullah saw. Ketika beliau bangun dari rukuk (dan ingin sujud). aku tidak melihat seorang pun membungkukkan badannya hingga Rasulullah saw. meletakkan dahinya di tanah. Setelah itu para sahabat yang di belakang beliau ikut bersungkur sujud. (Shahih Muslim No.728)

32. Bacaan ketika rukuk dan sujud

• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:Adalah Rasulullah saw. dalam rukuk dan sujudnya banyak membaca: "Subhaanaka allahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfir li" (Maha suci Allah, ya Allah, ya Tuhan kami, dengan segala puji-Mu, ampunilah aku). Beliau menafsirkan perintah Alquran. (Shahih Muslim No.746)

33. Menjelaskan anggota tubuh untuk bersujud, larangan menahan rambut dan pakaian (saat sujud), menjalin rambut ketika salat

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Nabi saw. diperintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota badan dan dilarang menutup dahinya dengan rambut dan pakaian. (Shahih Muslim No.755)

34. Meluruskan badan, meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah, mengangkat kedua siku dari lambung (rusuk) dan menjauhkan perut dari kedua paha ketika sujud

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Luruslah kalian dalam sujud dan janganlah seorang kalian melunjurkan kedua lengannya seperti anjing melunjurkan kaki depannya. (Shahih Muslim No.762)

35. Menjelaskan suatu hal yang berhubungan dengan cara salat

• Hadis riwayat Abdullah bin Malik bin Buhainah ra.:Bahwa Rasulullah saw. merenggangkan kedua tangannya ketika salat hingga tampak putihnya ketiak beliau. (Shahih Muslim No.764)

36. Pembatas orang yang salat

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Rasulullah saw., jika keluar untuk salat hari raya, beliau minta dibawakan tombak pendek yang kemudian beliau letakkan di depannya. Lalu beliau salat menghadap tombak itu dan para sahabat berada di belakang beliau. Beliau melakukannya saat sedang dalam perjalanan. (Karena itulah kemudian banyak para pemimpin menggunakan tongkat). (Shahih Muslim No.773)

• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Nabi saw. biasa menambatkan tunggangan beliau dan beliau salat menghadap ke arahnya. (Shahih Muslim No.775)

• Hadis riwayat Abu Juhaifah ra., ia berkata:Aku menemui Nabi saw. di Mekah. Saat itu beliau berada di Abthah (nama tempat) di dalam kemah yang terbuat dari kulit samakan milik beliau. Kemudian Bilal keluar membawa air wudu beliau. Ada orang yang mendapat air itu sedikit dan ada pula yang hanya diperciki oleh lainnya. Nabi saw. keluar dengan memakai pakaian merah, nampaknya aku dapat melihat betis beliau yang putih. Beliau berwudu dan Bilal mengumandangkan azan.

Page 148: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Aku memperhatikan mulutnya bergerak kesana kemari ke kanan dan ke kiri, ia membaca: "Hayya `alas shalah, hayya `alal falah", (Marilah mengerjakan salat, marilah menuju kemenangan). Sebatang tombak pendek ditancapkan untuk Nabi. Beliau melangkah maju dan mengerjakan salat Zuhur (diqasar) dua rakaat. Keledai dan anjing lewat di depan beliau tanpa dicegah. Selanjutnya beliau mengerjakan salat Asar (diqasar) dua rakaat. Demikian kemudian beliau tak henti-hentinya mengerjakan salat dua rakaat hingga kembali ke Madinah. (Shahih Muslim No.777)

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:Aku datang dengan naik keledai betina. Saat itu aku hampir usia balig. Rasulullah saw. mengimami salat para sahabat di Mina, lalu aku lewat di depan barisan, lalu aku pulang dan kubiarkan keledaiku merumput, dan aku masuk ke barisan solat. Tidak ada seorang pun yang mencela perbuatanku itu. (Shahih Muslim No.780)

37. Melarang orang lalu di depan orang yang sedang solat

• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bila salah seorang di antara kalian sedang solat, janganlah ia membiarkan seorang pun lalu di depannya, dan hendaklah ia mencegahnya semampunya. Bila ia tidak peduli, perangilah kerana sesungguhnya ia adalah syaitan. (Shahih Muslim No.782)• Hadis riwayat Abu Juhaim ra., ia berkata:Rasulullah saw. bersabda: Seandainya orang yang lewat di depan tempat salat itu mengetahui betapa besar dosanya, pasti ia berdiri selama lebih baik baginya daripada lewat di depan orang yang sedang salat Abu Nadher berkata: Aku tidak tahu, apakah ia mengatakan hari atau bulan atau tahun. (Shahih Muslim No.785)

38. Orang yang solat sebaiknya mendekatkan pembatas

• Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi ra., ia berkata:Jarak tempat salat Nabi saw. dan dinding seukuran jalan laluan kambing. (Shahih Muslim No.786)

• Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra.:Bahwa ia memilih tempat mushaf lalu mengerjakan salat di sana. Ia bercerita bahwa Rasulullah saw. selalu memilih tempat tersebut. Jarak antara mimbar dan kiblat kira-kira cukup untuk laluan kambing. (Shahih Muslim No.787)

39. Melintang di depan orang solat

• Hadis riwayat Aisyah ra.:Bahwa Nabi saw. pernah salat di tengah malam, sedangkan aku tidur melintang di antara beliau dan kiblat seperti melintangnya jenazah. (Shahih Muslim No.791)

• Hadis riwayat Maimunah ra., istri Nabi saw. ia berkata:Rasulullah saw. pernah salat dan aku (berada) dekat beliau dalam keadaan haid. Kadang-kadang pakaian beliau mengenai tubuhku saat sujud. (Shahih Muslim No.797)

40. Solat dengan selembar pakaian dan cara pemakaiannya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang solat dengan selembar pakaian. Beliau menjawab: Bukankah tiap engkau punya dua lembar pakaian. (Shahih Muslim No.799)

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang dari kalian mengerjakan salat dengan memakai selembar pakaian yang tidak sedikit pun menutupi kedua pundaknya. (Shahih Muslim No.801)

• Hadis riwayat Umar bin Abu Salamah ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah salat di rumah Ummu Salamah dengan satu lembar pakaian untuk menutupi seluruh tubuhnya (seperti selimut), kedua ujungnya diletakkan di atas pundak beliau. (Shahih

Page 149: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Muslim No.802)

• Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:Aku melihat Rasulullah saw. solat dengan berselimutkan selembar pakaian di tubuh beliau. (Shahih Muslim No.805)

== Sumber Dari Internet - Langkah Penapisan Pengambilannya

PENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan)

ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya).

PENGENALAN

Sejak kebelakangan ini, minat terhadap ilmu agama semakin meluas di kalangan orang ramai baik di internet mahupun di luar internet. Di mana-mana sahaja orang mula berbicara mengenai ilmu agama. Ini adalah satu perkembangan yang baik dan menunjukkan bahawa akan datang, Islam akan menjadi gah semula dan tidak lagi diperkotak-katikkan. InsyaAllah yang Maha Tinggi.

Zaman ini, kita adalah perintis kepada kecemerlangan Islam akan datang. Maka perlulah kita memastikan ilmu agama yang dipelajari adalah benar-benar bersih dari kekotoran mereka yang tidak bertanggungjawab, baik dari orang bukan Islam, munafik dan dari orang Islam itu sendiri supaya generasi akan datang lebih berilmu dan hebat semangatnya sesuai dengan fitnah-fitnah yang bakal berlaku akhir zaman.

Internet mempunyai ‘sumber ilmu yang tidak terbatas’ dan pemantauan terhadapnya adalah hampir mustahil. Jadi seeloknya, perlu ada satu piawaian atau penapisan sebelum kita mengambil sumber-sumber dari internet ini. Malah boleh juga mengggunakan kaedah ini sebelum mengambil apa-apa ilmu agama dari sesiapa dan di mana sahaja.

(Maksud ‘sumber ilmu yang tidak terbatas’ itu adalah; sesiapa sahaja boleh meletakkan atau menulis apa sahaja yang difikirkannya samada benar atau tidak, ataupun ilmiah atau jahil)

Itulah tujuan risalah ini dan ia dikhususkan kepada pengambilan sumber agama, iaitu penapisan sesuatu pengajian seperti tafsir Al-Quran, hadis, doa-doa, artikel-artikel dan lain-lain yang seumpamanya yang bercanggah dengan syariat Islam itu sendiri.

PERBINCANGAN

Umum mengetahui, sumber syariat Islam adalah dari Al-Quran dan As-Sunnah. Walaupun ijmak, qiyas dan ijtihad digunakan, namun ia tetap bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Begitu juga sekiranya kita ingin mengambil sumber agama dari internet, ia hendaklah bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Persoalannya, bagaimana kita hendak mengetahui ianya dari sumber yang tulin?

1. Memastikan Sumber Itu Dari Akidah yang Benar

49. Al-Hujuraat [49] : 6

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Page 150: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Tidak boleh kita mengambil sumber agama dari orang bukan Islam, kerana musuh Islam sentiasa mencari jalan untuk mempertikaikan dan mencari-cari kesalahan agama Islam. Cara mengenalinya dengan melihat ‘muqaddimah’ laman web tersebut. Contoh mudah, dari tulisan ini sendiri.

Pertama : Kami meletakkan (Surah Al-Hajj [22]:78) menerangkan keimanan kepada para Nabi dan Rasul dan menyatakan keIslaman. Tetapi ini tidak mencukupi.

Kedua : Kami meletakkan asas ikutan kami adalah Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam (saw) dan membenarkan kerasulannya (Surah Al-Ahzab [33]: 21).

Ketiga : Meletakkan hadis mutawatir, bahawa barangsiapa yang menipu menggunakan nama Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam (saw) di ancam ke neraka. Ia adalah ikrar bahawa hadis di dalam tulisan ini adalah dipercayai.

Keempat : Kemudian kami meletakkan pengenalan diri dengan dimulakan puji-pujian hanya kepada Allah yang Maha Agung dan mengakui tiada tuhan selain Allah, kerasulan Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam (saw) serta tidak mengingkari para sahabat radiyallahu anhum (r.a).

Maka jika anda mahu berdakwah, menulis mengenai Islam atau mengenai sesuatu yang berkaitan dengan agama melalui internet (tulisan dan sebagainya), hendaklah melengkapi sekurang-kurangnya perkara ‘keempat’ di atas. Iaitu, lafaz kalimah tauhid yang menerangkan akidah anda. Ini adalah perkara paling utama.

Antara laman web yang tidak dibenarkan mengambil sumbernya kerana bertentangan dengan akidah adalah;

Contoh 1 : Pengajian Sahih Muslim – Dilihat seperti ia menjelaskan mengenai hadis, tetapi sila lihat muka depan laman web ini (Answering Islam). Sebenarnya apa yang diperjelaskan melalui laman itu ternyata satu usaha menolak dan mempertikaikan sumber kitab hadis yang utama. Penjelasannya hanya berdasarkan kejahilan dan penolakan kepada kebenaran.

Contoh 2 : Jemaah Al-Quran – Dilihat muka depan laman web ini seperti ia memperjuangkan agama Islam dan cuba membawa umat Islam kembali kepada Al-Quran. Tapi sayangnya, penafsirannya hanya mengikut logik akal semata-mata dan penuh dengan sangka-sangka. Sila lihat laman ‘page’ ini (Keluar Dari Kejumudan), dimana beliau mencela kesahihan sahih Bukhari dan seluruh kitab hadis sahih yang lain.

Telah disepakati oleh para ulama bahawa hadis di dalam sahih Bukhari telah lengkap segala sanadnya dan diiktiraf kesahihannya secara ilmiah, bukan sangka-sangka. Begitu pula kitab-kitab hadis sahih yang ada sekarang telah lengkap pentahkikan dan pentakhrijannya.

Maka sesiapa yang menolak hadis sahih, sama seperti menolak para sahabat r.a. Menolak para sahabat sama seperti menolak Rasulullah saw. Menolak Rasulullah saw sama seperti menolak Al-Quran. Menolak Al-Quran sama seperti mengingkari Allah yang Maha Agung.

Orang-orang seperti ini diancam kekal di dalam neraka, sebagaimana dalam firman-Nya;

Surah An-Nisaa' [4] : 14

14. Dan barangsiapa yang menderhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka

sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.

Manakala, mereka yang taat pada Allah dan Rasul-nya, iaitu mengikuti apa yang disampaikan melalui Al-Quran dan As-Sunnah;

Page 151: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah An-Nisaa' [4] : 13

13. ....... Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang

mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.

Ini adalah contoh laman web yang tidak meletakkan prinsip atau pegangannya atau akidahnya yang sebenar dan ternyata di dalamnya penuh kepura-puraan dan sangka-sangka. Ini terkecuali sekiranya laman web itu memang seorang yang dikenali atau mahsyur, seperti laman web Ustaz Zaharuddin, Dr. Mohd Asri (Dr. Maza) dan lain-lainnya.

Namun kami berharap, langkah ini diikuti oleh semua pendakwah internet bagi membezakan antara satu sama lain (yang benar dan bathil) dan sebagai langkah berjaga-jaga serta pengambilan dari sumber yang salah dapat dikurangkan.

PERHATIAN : Ini bukanlah pendapat saya sewenang-wenangnya, sila lihat tafsir Al-Quran, kitab-kitab hadis, kitab-kitab ulama dahulu dan sekarang. Sila baca ‘muqaddimah’ mereka. Semuanya bermula dengan ikrar tauhid selepas puji-pujian kepada Allah yang Maha Agung.

Malah Al-Quran sendiri dimulakan dengan puji-pujian kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang seterusnya penafian kepada kekuasaan lain kecuali, hanya Allah yang Maha Memelihara dan Mentadbir seluruh alam semesta. (Rujuk Surah Al-Fatihah [1] : 1-2).

2. Mengelakkan Mengambil Sumber Tanpa Rujukan

Surah An-Nuur [24] : 11

11. .... Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.

a. Al-Quran

Setiap ayat Al-Quran hendaklah diletakkan nama surah, nombor surah dan ayat, supaya mudah untuk diperiksa kembali. Tidak boleh, hanya menulis ;

‘Allah berfirman bahawa lelaki dan wanita mencuri hendaklah dipotong tangannya’.

Kesalahannya adalah tidak meletakkan rujukan surah tersebut. Sekiranya tidak diletakkan rujukan surah, boleh mendatangkan kekeliruan samada ia dari Al-Quran atau hadis qudsi. Contoh hadis qudsi;

‘...Allah Ta’ala berfirman, Aku membahagikan solat itu antara-Ku dengan hamba-Ku kepada dua bahagian....’

Kedua-duanya ditulis Allah berfirman, tetapi satu dari Al-Quran dan satu lagi dari hadis. Ini boleh mengelirukan ramai orang. Jadi laman web yang terdapat tulisan sebegini mesti dielakkan.

b. Hadis

Setiap hadis yang dikeluarkan hendaklah, sekurang-kurangnya menulis status hadis tersebut samada sahih, hasan, daif, palsu dan sebagainya serta dimanakah hadis itu diambil berserta periwayatannya. Contoh;

Contoh hadis 1 : Dari Anas r.a :"Sekali pandang muka orang alim adalah lebih aku sukainya daripada ibadah enam puluh tahun; puasanya dan qiamulailnya."

(MAUDHU’ / Hadis PALSU, [0035] Jilid ke-2, bab Mengenai Keutamaan Ilmu - HImpunan Hadis-Hadis Maudhu [Edaran : Al-Hidayah Publishers]

Page 152: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Contoh hadis 2 : Dari Abu Bakar r.a : Rasulullah saw bersabda, "Dajjal akan keluar dari belahan bumi sebelah timur yang disebut Khurasan. Dia diikuti oleh beberapa kaum. Wajah mereka terlihat seolah seperti perisai yang menutupi." [2237] Sahih. At-Tirmidzi dan Sahih Ibnu Majah

Sekiranya hanya ditulis, ‘Nabi saw bersabda bahawa sabar itu separuh dari iman’, tanpa meletakkan seperti contoh di atas, maka haram baginya mengambil, menggunakannya dan menyebarkannya. Malah perkataan ‘sabar separuh dari iman’ itu juga tidak diketahui asalnya, yang sahih adalah;

Di dalam Sahih Bukhari hadis bernombor 19 : Dari Salim bin Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya malu itu separuh dari iman."

c. Artikel atau Tulisan lainnya

c.1. Tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

Contoh; lihat artikel ini (RakanMasjid.com / Sayyidah / Scribd). Di antaranya si penulis berkata,

‘Hingga pada suatu malam, dia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa perempuan mudah menangis?" Dalam mimpinya dia merasa seolah-olah mendengar jawapannya...’

Perkataan ini benar-benar bertentangan dengan akidah seperti firman-Nya;

Surah Asy-Syuura [42] : 51

51. Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahawa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang

Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Perkara itu hanya khusus kepada para Nabi dan Rasul sahaja, dan adalah mustahil sama sekali dan tidak mungkin mana-mana manusia (selepas kewafatan Rasulullah saw) mengatakan bermimpi mendengar tuhan berkata-kata dengannya kecuali orang-orang yang sesat dan terencat akalnya (Sila lihat Artikel - Tipu Daya Iblis Zaman Ini). Maka sumber seperti ini dilarang menyebarkannya.

c.2. Membuat notakaki atau penjelasan mengenai sesuatu tulisan atau menjelaskan sumbernya.

Contoh 1 : Hirabah atau pemberontakan adalah sekumpulan orang yang bersenjata di negara Islam keluar untuk mengadakan kekacauan, rusuhan, pertumpahan darah, merosakkan tanaman.... (Bersumber dari Fiqh Sunnah Jilid 5 halaman 167).

Contoh 2 : Artikel Tujuan Menuntut Ilmu - Menegakkan agama Islam bermaksud..... Ia merangkumi pembangunan diri, keluarga, masyarakat dan negara serta meliputi aspek jasmani, rohani, emosi dan intelek berdasarkan prinsip Islam berpandukan Al-Quran dan As-Sunnah. (Rujukan : Krisis Dalam Pendidikan Islam - Dr. S.S Husain dan Dr. S.A Ashraf )

Notakaki adalah sangat penting kerana ia merupakan sumber rujukan mengenai apa yang diperkatakan. Ia juga boleh digunakan sebagai dalil dan pemahaman kepada maksud-maksud tertentu. Sumber tulisan seperti ini (yang tiada sumber rujukannya) tidak layak dijadikan hujah, hanya sekadar bacaan santai.

3. Menghindari Laman Web yang Menghina Ulama

Berikut adalah firman Allah yang Maha Agung mengenai pembersihan nama Ummul Mukminin ‘Aisyah r.ha. Namun, ini juga merupakan pengajaran kepada para mukminin dan mukminat supaya bersangka baik. (Rujuk tafsir Ibn Katsir halaman 270 juz 16-19)

Page 153: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah An-Nuur [12] : 24

12. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata" (kerana tidak mendatangkan

bukti).

Surah An-Nuur [24] : 15

15. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulut mu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

Banyak laman web yang menghina para ulama baik dari ulama salaf, khalaf dan ulama masakini. Amat mendukacitakan kerana mereka mengkritik tanpa ilmiah dan hanya terikut-ikut rentak orang-orang yang tidak diketahui latarbelakangnya. Saya tidak meletakkan contoh di sini, memadai dengan tajuk di atas.

Sekiranya terdapat laman web yang menghina para sahabat r.a, dan para ulama lainnya seharusnya dielakkan dan jangan mengambil apa-apa sumber yang terdapat dalam laman web tersebut, kerana mereka tidak lain hanya mengikut nafsu semata dan taksub malah mengkafirkan orang yang tidak sealiran dengan mereka.

Termasuk dalam kategori ini adalah laman web yang mengandungi unsur-unsur fitnah kepada para ulama, pemimpin atau mana-mana individu. Larangan ini jelas di dalam Al-Quran dan hadis;

Surah An-Nuur [24] : 15

15. ......kamu katakan dengan mulut mu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

Hadis : Dari Hudzaifah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak dapat masuk syurga, orang-orang yang menyiar-nyiarkan berita untuk mengacau (merusuh).” [0082] Sahih Muslim

Surah Al-Qalam [68] : 10-13

10. Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,11. Yang suka mencaci, lagi yang suka menyebarkan fitnah hasutan (untuk

memecah belahkan orang ramai),12. Yang sering menghalangi amalan-amalan kebajikan, yang melanggar hukum-

hukum agama, lagi yang amat berdosa,13. Yang jahat kejam, yang selain itu tidak tentu pula bapanya (tidak diketahui

latarbelakangnya).

PENUTUP

Tidaklah risalah ini bertujuan menghina mana-mana usaha dakwah dari laman-laman web yang ada, ia sekadar salah satu cara untuk mengelakkan dari mengikut secara membuta-tuli apa yang ditulis oleh orang-orang yang sengaja memperlekehkan Islam ataupun orang yang tidak sengaja (kerana jahil).

Surah Faathir [35] : 38

38. Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Moga risalah ini dapat dipanjangkan kepada para sahabat-sahabat yang lain dan semoga Allah yang Maha Agung menghindarkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Page 154: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Ali 'Imran [3] : 104

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.

Hadis Al-Qudsi

Jilid Satu

Takrif Hadis Al-QudsiHadis Al-Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam daripada Allah Azza wa Jalla kadangkala dengan perantaraan Jibril 'alaihi salam, kadangkala dengan perantaraan wahyu atau ilham atau mimpi. Lafaz hadis ini terpulang kepada Rasulullah saw untuk mengucapkannya.

Tiada perbezaan mahupun percanggahan antara hadis Al-Qudsi dengan hadis An-Nabawi melainkan pada isnadnya terus kepada Allah Subhana wa Ta'ala.

Peranan Hadis QudsiBiasanya hadis Al-Qudsi lebih tertumpu ke arah pembinaan dan pembentukan jiwa insani yang lurus, iaitu menyeru kepada kebaikan, kelebihan dan akhlak-akhlak mulia, memandu nafsu agar mencintai Allah yang Maha Agung dan berusaha memperoleh keredhaan-Nya.

Semua hadis ini diambil dari kitab Mustika Hadis-Hadis Al-Qudsi Sahih karangan ‘Isomuddin bin Sayyid Abdul Robbuni Al-Soobaathi. Hadis di dalam kitab ini tidak diubah sedikit pun, kecuali bahagian penjelasan dan pengajaran, telah diringkaskan dan ditambah sedikit dari segi perkataan dan contoh-contoh tanpa menyalahi maksud sebenar dari kitab. Wallahu’alam.

PERINGATAN : Firman Allah SWT mengenai ayat-ayat Al-Quran dilabelkan dengan warna biru, manakala firman Allah SWT dalam lafaz hadis berwarna hitam supaya tidak terkeliru.

Amaran Terhadap Perbuatan Syirik dan Kelebihan Tauhid1. Dari Anas r.a : Rasulullah saw bersabda, "Allah Ta'ala berfirman kepada orang yang menerima azab yang paling ringan pada hari kiamat; 'Jika kamu mempunyai sesuatu di atas permukaan bumi sebagai tebusan, adakah kamu menebus azab ini dengannya?' Orang itu pun menjawab, 'Ya'.

Allah Ta'ala pun berfirman, 'Aku menghendaki darimu agar melakukan sesuatu yang lebih mudah dari ini sewaktu kamu berada di dalam tulang sulbi Adam (iaitu) agar kamu tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, namun kamu telah ingkar (enggan) melakukannya, melainkan kamu telah mempersekutukan Daku." (Sahih, Al-Bukhari dan seumpamanya oleh Imam Ahmad) [001]

Penjelasan dan Pengajaran : a. Sesuatu yang dikehendaki Allah SWT yang lebih mudah iaitu iman. Iman bermaksud melafazkan kalimah tauhid dengan lidah (lisan), meyakini dengan sepenuh hati dan melaksanakannya dengan fizikal atau anggota badan (beramal).

b. Syirik bermaksud mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain seperti menyembah berhala, memuja kubur, menganggap Nabi Isa a.s sebagai anak tuhan dan sebagainya. Syirik juga boleh membawa makna terdapat kuasa lain yang lebih berkuasa dari kekuasaan Allah SWT, seperti percaya pada tangkal dan lain-lain.

c. Syirik boleh juga terjadi melalui perkataan atau percakapan kita sehari-hari seperti “Kejayaan aku hari ini adalah kerana usaha aku!”, sama seperti percakapan Qarun dalam Surah Al-Qasas [28] : 78, contoh dua: “Jika tiada ubat ini, tentulah aku mati,” dan yang seumpama dengannya.

d. Rujuk Surah Al-A’raaf [7] : 172, perihal janji manusia kepada Allah SWT sebelum dilahirkan.

Page 155: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

2. Dari Anas r.a : Nabi saw bersabda, “Seorang kafir akan ditampilkan ke muka (pengadilan) pada hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya; ‘Apa pandangan kamu sekiranya kamu mempunyai emas sepenuh bumi, adakah kamu akan menggunakannya sebagai tebusan (untuk menggantikan azab yang kamu rasai)?” Si kafir itupun berkata, ‘Ya.’

Sabda Rasulullah saw, “Maka dikatakan kepada si kafir itu, ‘Sesungguhnya Aku telah meminta dari kamu suatu yang lebih mudah dari sedemikian itu.’ Yang sedemikian itu adalah Firman Allah Azza wa Jalla (maksudnya) : Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang dari mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu.......” (Surah Ali Imran [3] : 91) [003] (Sahih, Imam Ahmad. Hadis di dalam kitab Kanzul Ummal - Al-Hindi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Iman dan tauhid itu menjadi tempat perlindungan dari azab Allah SWT di alam akhirat. Pemahaman yang benar mengenai tauhid dan iman wajib dipelajari oleh segenap orang yang mengaku beragama Islam.

b. Tiada azab yang paling pedih dan dahsyat melainkan azab ‘Khulud’, iaitu tinggal kekal dalam neraka selama-lamanya.

c. Jika ada orang-orang munafik dan kafir bertanya, “Adilkah Allah SWT menyiksa orang-orang kafir dalam neraka untuk selamanya, walhal mereka hanya hidup selama beberapa tahun di dunia?” Jawablah, sekiranya mereka diberi kehidupan seribu tahunpun mereka tetap tidak berniat untuk beriman kepada Allah SWT kerana hati dan mata mereka buta pada kebenaran. Sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui. (Rujuk Surah Al-An’aam [6] : 28)

3. Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “(Nabi) Ibrahim bertemu dengan bapanya Aazar pada hari kiamat. Pada muka Aazar terdapat tanda-tanda legam bagaikan terkena asap (akibat ketakutan terhadap kedahsyatan hari kiamat tersebut) dan dicemari dengan debu. Lalu Ibrahim berkata kepadanya, ‘Tidakkah aku telah memberitahumu agar jangan mengingkari daku (seruan dakwahku)?’

Bapanya pun menjawab, ‘Maka pada hari ini aku tidak akan mengingkari kamu.’ Ibrahim pun berkata padanya, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah berjanji denganku agar tidak menghinakan daku pada hari di mana semua manusia dibangkitkan (dari kubur masing-masing), maka apakah kehinaan yang lebih dahsyat dari kehinaan yang menimpa bapaku yang terjauh dari rahmat (syurga)Mu?’Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Sesungguhnya aku mengharamkan syurga itu ke atas orang-orang kafir.’ Kemudian dikatakan kepada Ibrahim, ‘Wahai Ibrahim, apakah yang berada di bawah kedua kakimu?’

Lalu Ibrahim pun melihat ke bawah kedua-dua kakinya dan beliau mendapati seekor serigala hutan yang diselaputi oleh tanah berlumpur. Kemudian serigala itu ditangkap dengan dipegang kakinya lalu dicampakkan ke dalam api neraka.” [004] (Sahih, Al-Bukhari dan seumpamanya dikeluarkan oleh Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak dan diringkaskan oleh Al-Bukhari. Dikeluarkan oleh An-Nasa’i di dalam kitab sunannya (As-Sunan Al-Kubra), seperti yang dikatakan oleh Al-Mazzi di dalam kitab Tuhfatul Asyraf)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Hadis menjelaskan secara mendalam mengenai orang yang ingkar kepada Allah SWT pada hari kiamat. Kata-kata Nabi Ibrahim a.s pada bapanya bukanlah cercaan, tetapi seolah-olah menyesali sikap bapanya yang enggan menerima dakwahnya.

b. Keimanan pada hari kiamat adalah tidak bermanfaat kerana tidak beriman ketika hidup di dunia. Marilah kita beriman dengan sebenar-benar iman sebelum terlambat.

c. Bapa tidak dapat memberi manfaat, anak juga tidak dapat memberi manfaat kecuali Allah SWT menghendaki atau diizinkan oleh-Nya.

Page 156: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

d. Pertukaran Aazar kepada seekor serigala hutan oleh Allah SWT, sehingga Nabi Ibrahim a.s tidak mengenalinya. Inilah hakikat hari kiamat, hubungan kekeluargaan tidak mempunyai erti apa-apa, yang tinggal hanya keimanan yang diadili pada hari kiamat.

Hanya Amalan yang Ikhlas Diterima Oleh Allah SWT – (Golongan Manusia yang Pertama Dihisab di Hari Penghisaban)

5. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Manusia yang awal-awal akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang telah mati syahid. Lalu lelaki itu dibawa ke muka (pengadilan-pent).

Allah SWT telah memperingatkan kepadanya segala nikmat yang telah dikurniakan-Nya kepadanya, lantaran itu, lelaki itupun mengakui akan segala nikmat kurniaan Allah SWT tersebut.

(i). Allah SWT bertanya kepadanya (sedangkan Dia Maha Mengetahui): ‘Maka apakah yang telah dikau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Lelaki itupun menjawab: ‘Aku berperang kerana-Mu sehinggalah aku mati mati syahid.’Allah SWT berfirman: ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu berperang supaya kamu dipanggil seorang yang berani. Oleh yang demikian, sesungguhnya kamu telah telahpun dipanggil sedemikian.’

Kemudian Allah SWt memerintahkan agar lelaki itu dicampakkan ke dalam api neraka, lalu beliaupun ditarik dengan mukanya ke bawah hinggalah dicampakkan ke dalam api neraka.

(ii). Dan seorang lelaki yang mempelajari ilmu (agama) dan mengajarkannya. Beliau juga membaca Al-Quran (ataupun seorang yang mahir dalam pembacaan Al-Quran). Lelaki itupun dibawa menghadap Allah SWT.

Allah SWT memperingatkan segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lelaki itu mengakui akan penerimaan semua nikmat tersebut. Allah SWT berfirman kepadanya : ‘Oleh itu, apakah yang telah kamu lakukan dengannya?’ Lelaki itupun menjawab : ‘Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya (kepada orang lain). Aku telah membaca Al-Quran semata-mata kerana-Mu.’

Allah SWT berfirman kepadanya : ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu telah mempelajari ilmu supaya kamu dipanggil sebagai seorang ‘alim dan kamu telah membaca Al-Quran supaya dipanggil seorang qari. Sesungguhnya kamu telahpun dipanggil sedemikian.

Kemudian Allah SWT telah memerintahkan kepada malaikat agar lelaki itu dibawa pergi dan diheret dengan mukanya ke bawah hinggalah beliau dicampakkan ke dalam api neraka.

(iii). Begitu juga seorang lelaki yang telah diperluaskan oleh Allah SWT untuknya segala jenis harta kesemuanya. Lelaki itu pun dihadapkan ke muka. Allah SWt memperingatkan segala nikmat yang telah dikurniakan-Nya kepada lelaki tersebut lalu lelaki itu mengakuinya.

Allah berfirman kepada lelaki itu : ‘Maka apakah yang telah kamu lakukan dengan kesemua harta itu?’ Lelaki itu menjawab : ‘Tidaklah aku tinggalkan walaupun satu jalan yang disukai agar dibelanjakan harta untuknya melainkan aku telah membelanjakan hartaku semata-mata kerana-Mu.’

Allah berfirman : ‘Kamu berdusta. Akan tetapi kamu telah melakukan semua itu agar kamu dipanggil seorang dermawan. Sesungguhnya kamu telahpun dipanggil sedemikian.

Kemudian diperintahkan agar lelaki itu dibawa pergi lalu beliau ditarik dengan mukanya ke bawah dan kemudian dicampakkan ke dalam api neraka.” [011] (Sahih, Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Hakim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Diperjelaskan kepada kita mengenai balasan orang-orang yang tidak ikhlas untuk mendapatkan keredhaan Allah SWT. Mereka berbuat kebaikan demi kepentingan dunia dan diri mereka semata-mata.

Page 157: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

b. Hendaklah melaksanakan ibadah dengan niat kerana Allah SWT dan untuk memperoleh keredhaan-Nya. (Sila rujuk Sahih Bukhari dalam hadis pendahuluan)

c. Hadis ini perlu dijadikan pengajaran bagi setiap lapisan masyarakat kerana segala nikmat Allah SWT akan ditanya untuk apa kita gunakan di dunia ini, terutama para ilmuwan, hartawan dan mereka yang mendakwa berjihad di jalan Allah SWT. Adakah kita benar-benar mengikut jalan yang ditunjuk oleh Rasulullah saw dan para sahabat?

Syirik - Perkara yang Paling Ditakuti Rasulullah SAW Atas Umatnya6. Dari Mahmud bin Labid r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perkara yang paling aku takuti atas kamu adalah syirik asghar (syirik kecil).” Para sahabat bartanya, ‘Ya Rasulullah, apa kah syirik asghar itu?’

Baginda Saw menjawab, “Riya’. Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman pada hari semua amalan-amalan diganjari, ‘Pergilah kamu kepada orang-orang yang telah kamu perlihatkan amalan-amalan kamu kepada mereka dan lihatlah samada ada balasan di sisi mereka itu (untuk kamu).” [014] (Sahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Al-Baghawi dalam Syarhul As-Sunnah. Kanzul Ummal dan At-Targhib wa Tarhib lil Al-Hafidz Al-Mundziri)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Amaran terhadap perbuatan riya’ iaitu, orang yang menunjuk-nunjuk amalannya kepada orang lain bagi memperoleh maksud tertentu, seperti bangga diri - ingin dikenali sebagai orang berilmu kerana amalan yang dilakukan dan lain-lain seumpamanya.

b. Perkataan ‘syirik kecil’ bukanlah bermakna meringan-ringankan perkara syirik, tetapi cukuplah dengan dosa yang bakal diperoleh oleh si pelaku. Perlu diingat, ini adalah perkara yang paling ditakuti Rasulullah saw ke atas umatnya.

c. Hari di mana segala rahsia terbongkar dan para pelaku riya’ berasa amat sengsara dan menyesal sekali kerana disuruh meminta pengurniaan pahala daripada orang yang mereka perlihatkan amalan itu.

7. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza Jalla berfirman, ‘Hamba-Ku akan berterusan bertanya tentang Daku’ : Allah ini telah menciptakan aku, maka siapakah pula yang menciptakan Allah?” [016] (Sahih Bukhari dan Muslim)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw benar-benar telah terjadi seperti sebuah hadis di dalam Musnad Imam Ahmad; seorang lelaki dari Iraq telah bertanya pada Abu Hurairah r.a, siapakah yang menciptakan Allah, lalu Abu Hurairah r.a menutup telinganya dan berteriak, “Benarlah Allah dan Rasul-Nya!” kemudian membaca Surah Al-ikhlas.

b. Tambahan Tulisan : Telah muncul zaman kita ini, tentang fahaman ‘Scientology’ yang kini menular di Malaysia. Golongan ini mengingkari takdir dan mengatakan setiap yang berlaku ada penjelasan sains tentangnya. Manusia semua bebas tanpa terikat dengan peraturan alam. Moga kita dilindungi oleh Allah yang Maha Penyayang dari tergolong di kalangan mereka ini.

Pagi Seorang Mukmin, Petang Menjadi Kafir8. Dari Zaid bin Kholid Al-Juhni r.a : Beliau telah berkata, Rasulullah saw telah bersolat subuh dengan kami di Hudaibiyyah di penghujung malam. Apabila selesai bersolat, baginda berpaling menghadap ke arah orang ramai (para sahabatnya) seraya bersabda, “Adakah kamu sekalian mengetahui apakah yang difirmankan oleh Tuhan kamu?” Mereka menjawab ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’

Rasulullah saw pun bersabda, “Allah berfirman, ‘Berpagi-pagi hamba-hamba-Ku beriman dengan-Ku. Maka adapun orang-orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan justeru dengan kurniaan Allah SWT dan rahmat-Nya’, orang yang berkata sedemikian itu adalah orang yang beriman dengan-Ku dan kufur dengan bintang-bintang.

Page 158: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dan adapun orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan disebabkan bintang yang condong ke arah barat ini dan itu’, maka orang yang berkata sedemikian adalah orang yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang (syirik-pent).” [017] (Sahih. Dikeluarkan oleh Imam Malik, Imam Syafi’e dalam musnadnya, Imam Al-Bukhari dan Muslim, Abi ‘Awanah dan Al-Baihaqi)

Penjelasan dan Pengajaran :a. Mereka yang beriktikad bahawa hujan turun adalah kerana, ketika bintang itu condong ke barat, maka hujan akan turun ketika itu (menolak kekuasaan Allah SWT). Padahal Allah SWT yang menurunkan hujan (rujuk Surah An-Naba’ [78] : 14-16).

b. Tambahan Tulisan : Perlu berhati-hati ketika mengeluarkan perkataan atau percakapan seperti orang zaman ini berkata, ’Hujan turun kerana bulan Disember’, atau ‘manusia boleh membuat hujan melalui pembenihan awan’ dan lain-lain percakapan yang menidakkan kekuasaan Allah SWT. Semoga Allah yang Maha Penyayang melindungi kita dari kekufuran.

Mencerca Masa9. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman : Anak Adam menyakiti Aku dengan mengutuk zaman (masa) dan Aku adalah zaman. Aku membolak-balikkan malam dan siang. Maka jika Aku menghendaki, Aku akan menggenggam kedua-duanya (malam dan siang).” [025] (Sahih. Dikeluarkan oleh Al-Hakim, Al-Baihaqi)

Al-Hakim telah memulakan hadis di atas dengan kata-kata perawinya, Sufyan bin ‘Uyainah : Orang-orang jahiliyah telah berkata, ‘Sesungguhnya zaman (masa) itulah yang membinasakan kita semua. Dialah (perjalanan masa) yang mematikan dan menghidupkan kita.’ (Maksudnya, kaum jahiliyah menolak kekuasaan Allah yang Maha Agung).

Penciptaan Makhluk Di Dalam Rahim Ibunya10. Dari Abdullah bin Mas’ud : Rasulullah saw bersabda, “Penciptaan salah seorang kamu disempurnakan dalam rahim ibunya sepanjang tempoh beberapa kali (dalam) empat puluh hari. Empat puluh hari yang kedua dalam bentuk segumpal darah kemudian dalam empat puluh hari yang ketiga dalam bentuk segumpal daging.

Kemudian Allah mengutuskan malaikat kepadanya lalu diperintahkan agar menulis untuknya empat kalimah dengan firman-Nya : ‘Tulislah baginya amalannya, ajalnya, rezekinya dan samada celaka atau bahagia.’

Maka demi Dia yang memegang jiwa ku di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya (jika) seseorang dari kalangan kamu beramal dengan amalan ahli syurga hinggalah jarak beliau dengan syurga itu hanyalah satu hasta, maka sebagaimana telah dituliskan ketentuannya (sebagai ahli neraka) lalu beramallah beliau dengan amalan ahli neraka, justeru itu beliaupun masuk neraka.

Dan sesungguhnya (jika) seseorang dari kamu beramal dengan amalan ahli neraka hinggalah jarak beliau dengan neraka itu hanyalah sehasta, namun telah ditetapkan ketentuan (takdir) untuknya (sebagai ahli syurga) lalu beliaupun beramal dengan amalan ahli syurga, justeru itu beliaupun masuk syurga.” [040] (Sahih. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Imam Ahmad dan hampir seumpama lafaznya juga yang telah dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi)

Keterangan Hadis : Begitu banyak pengajaran yang terdapat dalam hadis ini, namun kesimpulannya adalah mengagungkan kekuasaan Allah yang Maha Tinggi. Selain itu kita wajib beriman kepada qada dan qadar ini dan bersangka baik kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Jika kita merasakan bahawa kita adalah ahli syurga, maka berusahalah menuntut ilmu agar kita dapat beramal dengan amalan ahli syurga. Maksudnya, hadis ini memberi dorongan atau motivasi kepada kita untuk berusaha mendapatkan syurga.

Hadis ini juga mengajar kita supaya tidak sombong dan memandang rendah pada orang lain kerana syurga dan neraka itu milik Allah yang Maha Agung dan Dia boleh memberi kepada sesiapa sahaja

Page 159: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

yang dikehendaki-Nya.

Tambahan Tulisan : Mengenai penciptaan dalam masa empat puluh hari itu bererti keseluruhannya dalam tempoh masa empat puluh hari, bukan tiga atau empat bulan. Begitulah kajian ulama kini. Sila rujuk kajian Prof. Dr. Sharaf al-Qudhah [Fakulti Syariah, Universiti Jordan] dan diterjemahkan oleh Zulkifli Hj Mohd Yusoff Abdurrahim Yapono [Universiti Malaya] dalam bukunya berjudul ‘Bilakah Waktu Janin Ditiupkan Roh?’.

Pena (Al-Qalam)11. Dari Ubadah bin As-Somit r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya yang pertama-tama diciptakan oleh Allah adalah ‘Al-Qalam’. Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata : ‘Apakah yang aku akan tulis?’ Allah berfirman : ‘Tulislah akan qadar (takdir) dan apa yang terjadi untuk selama-lamanya.” [041] ( Sahih. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud At-Tayaalisi)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Allah yang Maha Agung telah menetapkan semua takdir pada apa sahaja perkara yang berlaku dan akan berlaku selama-lamanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Pencipta segala sesuatu.

[b]. Allah Maha Mengetahui sejak azali bahawa jika seseorang itu melakukan kejahatan atau kebaikan setelah mereka diberi hak untuk membuat pilihan.

[c]. Keimanan seseorang hamba tidak akan sempurna jika tidak mengimani perkara takdir ini dan hendaklah mereka menerima baik atau buruk sesuatu takdir dengan redha.

Bab Solat

Bangun Di Waktu Malam12. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhni r.a : Nabi saw bersabda, “Dua orang lelaki dari kalangan umat ku; salah seorang dari mereka bangun di waktu malam seraya melawan keinginannya untuk terus tidur dan malas beribadat, lalu berwudhuk. Diikat pada tubuhnya (orang yang tidur) beberapa ikatan (oleh syaitan).

Maka apabila beliau berwudhuk dan mewudhukkan kedua-dua tangannya, terlepaslah satu ikatan. Dan apabila dia mewudhukkan wajahnya terlepaslah pula satu ikatan. Apabila mengusap wajahnya, terlepaslah pula satu ikatan. Apabila mengusap kepalanya terlepas lagi satu ikatan dan apabila beliau mewudhukkan kakinya terlepas pula ikatan yang lain.

Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada mereka yang berada di sebalik hijab (para malaikat) : ‘Kamu lihatlah kepada hamba-Ku ini. Beliau melawan keinginan (untuk terus tidur dan beribadat) nafsunya, lalu meminta (berdoa selepas solat) dari-Ku. Oleh itu, apa sahaja yang dipinta oleh hamba-Ku maka itulah miliknya (doanya dimakbulkan oleh Allah yang Maha Tinggi).

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Sesungguhnya seseorang Muslim apabila hendak melakukan kebaikan atau beribadah memerlukan tahap kesabaran yang tinggi dan kekuatan menentang penguasaan syaitan ke atas dirinya.

[b]. Di antara senjata untuk melawan penguasaan syaitan ke atas diri adalah dengan berwudhuk.

[c]. Allah yang Maha Agung mencintai seseorang mukmin yang berjuang melawan penguasaan syaitan ke atas dirinya dengan merawatinya melalui berbuat ketaatan. Hasilnya Allah yang Maha Agung menerima doa yang dipanjatkannya.

Malaikat Pencatat Amalan13. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Malaikat-malaikat pencatat amalan yang dilakukan di waktu malam dan siang silih berganti mencatat amalan-amalan kamu. Mereka berkumpul di waktu solat Asar dan solat Subuh.

Page 160: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kemudian malaikat yang bermalam di kalangan mereka naik. Allah bertanya kepada mereka (sedangkan Allah Maha Mengetahui) : ‘Dalam keadaan bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hambaKu?’ Mereka menjawab : ‘Kami meninggalkan mereka dalam keadaan mereka bersolat dan kami telah datang kepada mereka dalam keadaan mereka juga bersolat.” [062] (Sahih. Dikeluarkan oleh Imam Malik. Al-Bukhari dan Muslim, Imam Ahmad, Abu ‘Awanah dan Al-Baghowi)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Para malaikat pencatat amalan itu terbahagi kepada dua golongan;[1]. Golongan yang bertugas dari fajar hingga ke solat Asar[2]. Golongan yang bertugas dari solat Asar hingga kef ajar berikutnya.

[b]. Manusia seharusnya sedar; segala perbuatannya, siang dan malam dicatat oleh malaikat sebagai bukti dan saksi apa yang telah kita lakukan ketika hidup di dunia ini pada hari pembalasan nanti.

Solat Adalah Amalan yang Pertama Dihisab14. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amalan pertama akan dihisab pada seseorang hamba ialah solatnya. Jika solatnya baik maka sesungguhnya beliau telah berjaya dan selamat dan sekiranya solatnya rosak maka sesungguhnya rugi dan binasalah ia.

Sekiranya berlaku sesuatu kekurangan pada solat fardhunya, maka Tuhan Pemelihara Azza wa Jalla akan berfirman (kepada para malaikat-Nya) : Lihatlah oleh kamu adakah hamba-Ku mempunyai ibadat tathowwu’?

Lalu solat fardhunya itu disempurnakan dengan solat tathowwu’-nya itu. Kemudian seluruh amalan dihisab sedemikian juga.” [065] (Sahih. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa’i. Juga dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Hakim dll dengan lafaz sedikit berbeza)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Ibadat tathowwu’ adalah salah satu dari cabang amalan-amalan mandub (sunat). Antara contoh ibadat tathowwu’ seperti sedekah, puasa Isnin dan Khamis, solat sunat dan sunat muakkad. Dipanggil juga sunat tambahan atau nafilah. (Sila rujuk ilmu usul fiqh).

[b]. Mengenai kekurangan solat fardhu, ulama mempunyai pelbagai pendapat. Antaranya, kekurangan kerana kurang khusyuk dalam solat, kekurangan bilangan solat fardhu, kekurangan kesempurnaan solat dan lain-lain.

Namun ulama memilih kekurangan pada bilangan solat fardhu yang ditinggalkan lebih sesuai dalam mentakrif hadis tersebut.

[c]. Jangan sesekali kita memandang remeh ibadah sunat. ‘Ibadah sunat adalah perkara yang apabila dikerjakan, mendapat pahala yang boleh menyelamat dari azab dan apabila ditinggalkan, akan mengalami kerugian yang besar’.

Tertolak Solat yang Tidak Dibacakan Al-Fatihah16. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan satu solat tanpa Ummul Quran (Al-Fatihah) maka beliau seorang penipu (diulang tiga kali), (iaitu) tidak sempurna.”

Lalu ditanya (oleh orang) kepada Abu Hurairah : “Sesungguhnya (jika) kami bersolat di belakang imam?”

Kata Abu Hurairah r.a : “Bacalah untuk diri mu kerana sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda” : “Allah Ta’ala berfirman : Aku membahagikan solat itu antara-Ku dengan hamba-Ku kepada dua bahagian dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya (permintaannya dikabulkan).

Apabila si hamba membaca : Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku memuji-Ku.

Page 161: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Apabila si hamba membaca : Yang Maha Pemurah dan Pengasih, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku memuja-Ku.

Apabila si hamba membaca : Penguasa hari pembalasan,Allah berfirman : Hamba-Ku mengagungkan Daku, hamba-Ku menyerahkan (urusannya kepada-Ku).

Apabila si hamba membaca : Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan,Allah Ta’ala berfirman : Ini adalah antara-Ku dan hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya.

Apabila si hamba membaca : Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau kurniakan nikmat dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai dan orang-orang yang sesat,Allah berfirman : Ini adalah untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dipintanya.”[074] (Sahih. Dikeluarkan oleh Muslim, Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dll)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Penipuan dalam solat adalah orang yang tidak tidak mengerjakan solat dengan sempurna (tidak sempurna rukunnya). Puncanya kerana membiarkan diri dalam keadaan jahil dan tidak ambil peduli untuk mempelajari cara bersolat.

[b]. Membahagikan solat itu kepada dua bahagian bermaksud, solat tidak sah tanpa membaca surah Al-Fatihah ini (catatan tepi Sahih Muslim).

Membelanjakan Harta di Jalan Allah17. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman : Belanjalah wahai anak Adam, Aku akan berbelanja atasmu.” [079] (Sahih. Riwayat Bukhari, Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Penjelasan dan Pengajaran : Membelanjakan harta di jalan Allah bermaksud : Belanja yang membawa erti menafkahkan harta kepada ibu bapa yang miskin, isteri, anak-anak dalam tanggungan dan tiada sumber pendapatan, kaum kerabat terdekat yang miskin, kaum fakir miskin, orang-orang yang dalam kesusahan dan segala kebaikan yang lainnya kerana Allah Ta’ala.

Mengutamakan yang Lebih Utama18. Dari Abu Umamah r.a : Rasulullah saw bersabda, “(Allah Azza wa Jalla berfirman) : Wahai anak Adam, sekiranya engkau membelanjakan kelebihan yang ada pada kamu maka itu adalah baik untuk kamu dan jika kamu menahannya maka ia adalah buruk bagi mu.

Dan kamu tidak akan ditempelak (dicela atau dicerca) di atas kadar keperluan yang ada pada kamu. Dan mulakannya (pemberian) itu dengan orang yang bergantung pada mu. Dan tangan di atas adalah lebih baik dari tangan yang di bawah.” [082] (Sahih. Riwayat Muslim, Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Penjelasan dan Pengajaran : [a]. Pengorbanan dan sedekah harta yang lebih dari keperluan sendiri dan orang-orang dalam tanggungannya dikira sebagai kebaikan. Keengganan bersedekah kerana kebakhilan hanya membawa keburukan pada diri sendiri.

[b]. ‘Dan kamu tidak akan ditempelak (dicela atau dicerca) di atas kadar keperluan yang ada pada kamu’ bermaksud : tidak dikira berdosa berbelanja pada diri sendiri dan tanggungan seperti membeli rumah yang besar, kereta dan sebagainya.

[c]. Mengutamakan pemberian kepada orang yang menjadi tanggungan.

Page 162: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

[d]. Islam menyuruh kepada membantu sesama Islam bukan mencaci, menghina dan kemungkaran lainnya seperti yang terjadi waktu ini.

[e]. Menggalakkan berusaha kepada peningkatan taraf hidup dan bukan hanya berpeluk tubuh mengharap bulan jatuh ke riba.

19. Dari Abu Waaqid Al-Laithi r.a, katanya : Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman : Sesungguhnya Kami telah

menurunkan (mengurniakan) harta bagi mendirikan solat dan mengeluarkan

zakat.

Jika seorang anak Adam itu mempunyai satu wadi (satu lembah harta) maka

sudah pasti ia suka andainya beliau mempunyai wadi kedua; dan sekiranya

beliau mempunyai dua wadi sudah pasti beliau suka untuk mempunyai wadi

yang ketiga.

Tidaklah yang memenuhi perut anak Adam melainkan tanah (sikap cinta

kepada harta dunia itu akan berakhir bila mati). Kemudian Allah menerima

taubat siapa yang bertaubat kepada-Nya.” [086] Sahih. Riwayat Ahmad

Penjelasan dan Pengajaran :

Hadis ini menjelaskan peranan harta di muka bumi ini iaitu, ia digunakan untuk

membuat amal kebajikan dan beribadah kepada Allah Subhana wa Ta’ala. Di

dalam firman-Nya;

Surah Al-Qasos [28] : 77

Terjemahan : 77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu

berbuat kerosakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan.

Perkataan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

bukanlah bermaksud mencari dunia separuh dan akhirat separuh (dunia 50% -

akhirat 50%) ataupun keseimbangan dalam mencari harta di dunia dan akhirat.

Tetapi apa yang dimaksudkan menerusi ayat itu dalam tafsir Ibnu Katsir

adalah, segala harta yang dikurniakan oleh Allah Ta’ala kepada kita adalah

untuk tujuan berbuat kebajikan dan ibadah kepada Allah Ta’ala.

Tidak salah jika kita berusaha mencari berbillion harta di muka bumi ini, tetapi ia bukan untuk tujuan berbangga diri, berbuat maksiat atau kemungkaran lainnya. Ia digunakan untuk kebaikan manusia, Islam khususnya seperti membayar zakat, membina masjid, berjihad atau apa sahaja kebajikan dan ibadah kepada Allah Ta’ala semata-mata.

Selain itu hadis ini juga menerangkan kepada kita bahawa sifat manusia begitu mudah ditewaskan dengan sifat tamak dan digunakan harta itu untuk memuaskan hawa nafsunya dan seringkali tidak merasa cukup pada apa yang ada pada dirinya atau kurang bersyukur.

Page 163: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Pemusnah bagi sifat tamak yang bermaharajalela ini adalah mengingat pemutus kenikmatan, iaitu mati. Apabila mati, tiada harta, makanan atau minuman yang memenuhi perut kita kecuali tanah. Wallahu’alam

Kelebihan Berpuasa20. Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, (Allah Subhana wa Ta’ala berfirman), “Setiap amalan anak Adam adalah untuknya melainkan puasa, maka ia adalah untuk-Ku dan Aku yang mengganjarinya.

Dan demi Dia (Allah) yang memegang jiwaku (Nabi Muhammad saw) di dalam Tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Allah dari bau kasturi. Dan puasa itu adalah perisai (yang melindungi dari api neraka).

Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu Rabb Azza wa Jalla di mana dia bergembira dengan puasanya.” [104] Sahih. Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Khuzaimah

Penjelasan dan Pengajaran : 1. Berkata Imam Ibnu Hajar, maksud ganjaran puasa dari Allah adalah ganjaran pahala yang tidak terkira banyaknya. Amalan lain dikira; satu kebaikan digandakan dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali ganda, tetapi puasa hanya Allah yang memberi ganjarannya dan ganjarannya adalah besar.

2. Maksud ‘tangan’ di sini seperti umum yang kita ketahui iaitu, tanpa;

(a). Tahrif (tidak mengubah lafaz atau mengubah maknanya),

(b). Ta’til (tidak menafikan atau menolaknya),

(c). Takyif (tidak bertanya bagaimana) dan

(d). Tamsil (tidak menyerupai Allah dalam zat mahupun perbuatan seperti menyamakan dengan makhluk, sifat makhluk dan menyerupakan sesuatu yang tidak ada, tidak sempurna dan lain-lain).

Semua makna hakiki mengenai sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran mahupun hadis, hanya Allah yang Maha Mengetahui.

3. ‘Puasa itu adalah perisai’. Tambahan oleh ‘Koleksi Hadis (penulis tulisan)’ pada perkataan selepas itu ‘yang melindungi dari api neraka’ berdasarkan sebuah hadis Hasan dari Imam Ahmad dalam kitab sama, hadis bernombor 105.

Allah Tertawa Kepada Dua OrangDari Ibnu Mas’ud r.a, katanya : (Bersabda Rasulullah saw), “Dua orang lelaki yang mana Allah tertawa (dalam riwayat Abu Darda’ r.a dengan darjat Hasan juga dari Thabrani, ditulis ‘ketawa dan bergembira’) melihat kedua-dua mereka;

(a). Seorang lelaki yang berada di atas kudanya yang menyerupai kuda-kuda para sahabatnya. Musuhpun berhadapan dengan mereka lalu tumpas. Manakala lelaki itu tetap teguh atas kudanya (berjihad). Sekiranya beliau terbunuh, maka beliau telahpun menemui kesyahidan. Maka itulah lelaki yang mana Allah tertawa melihatnya.

(b). Dan seorang lelaki yang bangun pada waktu malam, tidak ada seorang pun mengetahuinya lalu beliau menyempurnakan wudhuk dan berselawat ke atas Muhammad solallahu ‘alaihi wasallam dan memuji Allah serta memulakan bacaan Al-Quran (dalam riwayat lain status Sahih dari Imam Ahmad dan Ibnu Hibban ditulis ‘bersolat’).

Maka Allah tertawa melihatnya dan berfirman kepada malaikat-Nya; “Lihatlah kepada hamba-Ku. Tidaklah seorang pun melihatnya kecuali Aku.” [142] Hasan Li Ghoyrihi. Riwayat Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir

Page 164: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Penjelasan dan Pengajaran : 1. Maksud ‘ketawa’ di sini seperti umum yang kita ketahui iaitu, tanpa;(a). Tahrif (tidak mengubah lafaz atau mengubah maknanya), (b). Ta’til (tidak menafikan atau menolaknya),(c). Takyif (tidak bertanya bagaimana) dan (d). Tamsil (tidak menyerupai Allah dalam zat mahupun perbuatan seperti menyamakan dengan makhluk, sifat makhluk dan menyerupakan sesuatu yang tidak ada, tidak sempurna dan lain-lain).

2. Antara jalan menuju kepada mecintai Allah Subhana wa Ta’ala adalah dengan berjihad dan beramal soleh.

3. Manusia dimuliakan di hadapan malaikat kerana amalannya yang ikhlas semata-mata kerana Allah Ta’ala.

4. Besarnya pahala mengikuti sunnah Rasulullah saw (bangun beribadah pada waktu malam ketika orang lain sedang lena) hingga Allah gembira melihatnya dan memujinya di hadapan malaikat.

Muhasabah Diri : Menyayangi Allah Atau Disayangi Allah?

Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pernahkah soalan ini ditanya kepada diri ataupun terfikir; Adakah kita lebih

menyayangi Allah atau Allah yang lebih menyayangi kita? Jika kita menyayangi

Allah, adakah kita menuruti segala perintah dan larangan-Nya? Tetapi jika kita

melanggar perintah-Nya, pernahkah ditarik kembali semua nikmat yang

diberikan oleh-Nya?

Pernahkah pula kita terfikir bahawa orang-orang yang menyekutukan Allah;

namun dalam masa yang sama nikmat Allah tetap tercurah kepada seluruh

makhluk-Nya tanpa mengira apa agama dan jenisnya (manusia, jin, binatang,

tumbuh-tumbuhan, angin, planet-planet dan pelbagai lagi; termasuk makhluk

yang tidak kita ketahui).

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Setelah selesai

menciptakan makhluk-Nya, Allah menulis dalam kitab-Nya mewajibkan atas

Diri-Nya sendiri : ‘Sesungguhnya kasih sayang-Ku mengalahkan (mengatasi)

kemurkaan-Ku’”. [2751/16] Sahih Muslim

Inilah antara tanda bahawa Allah itu Maha Pemurah lagi Maha Penyayang serta

bukti bahawa Allah lebih menyayangi makhluk-Nya berbanding kasih sayang

makhluk-Nya (manusia terutamanya) terhadap Rabb penciptanya.

Di dalam Al-Quran, seperti yang telah kita ketahui setiap surah pada

permulaannya telah diletakkan nama dan sifat Allah (kecuali At-Taubah) iaitu,

‘Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Page 165: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Jika kita memperhatikannya, seolah-olah Allah Subhana wa Ta’ala mahu

makhluknya memahami bahawa cara yang pertama sekali mengenal Rabb

mereka adalah dengan pemahaman bahawa kemurahan dan kasih sayang

Allah itu mengatasi segalanya. Perkataan Maha Pemurah dan Maha Penyayang

ini juga telah diulang lebih seratus kali.

Di dalam sebuah hadis yang menyatakan kasih sayang Allah;

Dari Salman al-Farisi r.a : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah

memiliki 100 kasih sayang, ada satu kasih sayang (telah diberikan) agar semua

makhluk menyayangi di antara mereka, 99 kasih sayang lainnya untuk Hari

Kiamat.” [2753] Sahih Muslim

Kasih Sayang Allah Melimpah-ruah

Jika dilihat perkataan Maha Penyayang pula, lebih dua ratus kali tercatat di

dalam Al-Quran. Kasih sayang itu meliputi kurniaan nikmatnya yang tidak

mungkin dapat diberikan oleh manusia mahupun jin; mahupun berkumpul jin

dan manusia dan bersatu untuk memberikan nikmat itu kepada sesama

mereka.

Antaranya, ia meliputi nikmat siang dan malam (perjalanan bintang yang

teratur), tidur, nyawa, nafas, pengaturan automatik sistem tubuh, benih-benih

yang menjadi makanan (tumbuh-tumbuhan dan haiwan) dan terlalu banyak

lagi nikmat Allah itu yang jika kita ingin menyebutnya, sampai habis hayat

masih belum habis lagi pengungkapannya.

Firman-Nya;

Terjemahan : Surah An-Nahl [16] : 18

18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kamu tidak akan

dapat menghitungkan jumlahnya (kerana terlalu banyak). Sesungguhnya Allah

benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Maksudnya, manusia itu sangat-sangat lemah. Seandainya Allah

memerintahkan semua manusia bersyukur atas segala nikmat-Nya satu

persatu, maka tiada satu pun manusia yang mampu menyenaraikannya.

Oleh kerana itulah di akhir ayat tersebut diletakkan Allah itu Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang yang membawa maksud, jika sebelum ini makhluk-Nya

Page 166: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

melanggar perintah dan larangan-Nya, maka bertaubatlah dan pasti akan

diampuni. (Rujukan : Tafsir Ibn Katsir)

Di dalam sebuah hadis, bersabda Rasulullah saw;

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seandainya seorang

mukmin tahu siksa yang ada di sisi Allah, maka tidak ada seorang pun yang

tidak menginginkan syurga-Nya (takut berbuat dosa); Dan seandainya ada

orang kafir yang tahu kasih sayang Allah, maka tidak akan ada yang merasa

putus asa dari (mendapatkan) syurga Allah.” [3379] Sahih. Riwayat Muslim [At-

Targhib]

Mengagungkan Allah

Terjemahan : Surah Al-Israa' [17] : 111

111. Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan

tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang

memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang

sebesar-besarnya.

Sekiranya kita benar-benar menyayangi Allah, maka hendaklah kita

mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Maksudnya, jika

kita benar-benar orang yang beriman maka hendaklah kita meletakkan

perintah dan larangan Allah (Al-Quran dan Al-Sunnah) di tempat teratas baik

dari segi pemikiran mahupun hati.

Janganlah biarkan diri kita tergolong dalam kalangan orang-orang yang

menyekutukan Allah, di mana mereka meletakkan Al-Quran dan Al-Sunnah

sebagai ‘perkara’ yang remeh, diubah-ubah tulisan serta maknanya,

mengatakan Al-Quran dan Al-Sunnah itu tidak membawa kemajuan,

mencetuskan perbalahan dan seumpamanya. Moga Allah melindungi kita dari

bersama mereka.

Terjemahan : Surah Az-Zumar [39] : 67

67. Dan mereka (orang-orang musyrik) tidak mengagungkan Allah dengan

pengagungan yang semestinya....... .

Pada hari kiamat nanti mereka (orang yang memperlekeh Al-Quran dan

Sunnah) akan berada dalam keadaan benar-benar dalam penyesalan. Tetapi

penyesalan itu tidak bermakna lagi kerana masing-masing sudah diberi masa

Page 167: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

yang mencukupi, masing-masing telah diberikan penjelasan yang jelas dan

yang paling utama, agama ini (Islam) telah sempurna disampaikan oleh Nabi

Muhammad saw.

Persoalannya hanyalah; Mahukah kita mengikuti jalan yang lurus atau

mengikuti jalan yang bersimpang-siur? Semua orang akan masuk ke syurga

dan ini janji Allah dan Rasul-Nya (saw) KECUALI mereka yang tidak mahu, dan

orang yang tidak mahu ke syurga adalah orang yang mempermain dan

memperlekehkan Al-Quran dan Al-Sunnah serta bertuhankan hawa nafsu.

Bertaubatlah Sebelum Terlambat

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat

kepada Allah Ta’ala sebelum matahari terbit dari barat, (maka) Allah menerima

taubatnya.” [2323] Sahih Muslim

Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan tidak ada satu manusia pun

pada zaman ini tidak melakukan dosa samada kecil atau besar. Tetapi sesuatu

yang wajib kita ketahui, bahawa Allah itu Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang dan akan mengampuni siapa sahaja yang bertaubat kepada-Nya

kecuali saat matahari terbit dari barat dan saat nyawa sedang dicabut (Rujuk :

An-Nisa’ [4] : 18]).

Janganlah berputus asa terhadap rahmat Allah kerana putus asa itu sifat orang

kafir. Bertaubatlah terhadap kesalahan yang lalu dan jadikanlah masa akan

datang ini masa yang bermanfaat dan masa memperbaiki kesilapan lalu.

Mulakanlah hidup baru yang menjamin cahaya kehidupan yang abadi di syurga

- InsyaAllah.

Ingatlah antara pesan terakhir Rasulullah saw sebelum kewafatannya;

Dari Jabir bin Abdullah al-Ansari r.a, katanya tiga hari sebelum Rasulullah

saw wafat : Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu mati melainkan baik

sangka terhadap Allah Azza wa Jalla.” [2451] Sahih Muslim

Sesungguhnya Allah itu Maha Pemurah, Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang kepada makhluk-Nya.

LEGENDA WANITATERCIPTA DARI TULANG RUSUK PRIA ..〃Wanita yang selalu mengembalikan yang lebih untuk pria〃✽ Jika kamu memberinya rumah, maka ia akan memberimu kehangatan dalam rumahmu.✽ Jika kamu memberinya beras, ia akan mengembalikan nasi untukmu.✽ Jika kamu memberinya cinta, ia akan memberimu pengabdian seumur hidupnya.

Page 168: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

✽ Tapi jika kau memberinya hinaan, ia akan memberimu do'a dalam air mata kepedihannya, dan itu berarti siapkan dirimu untuk berjuta kemalangan.

✽ Jika kemarin kamu berdo'a dan yakin bahwa dialah tulang rusukmu, maka terimalah dia bukan sebagai wanita yang sempurna, melainkan sebagai wanita yang terbaik dari ALLAH.

✽ Bukanlah dia yang tidak pernah berbuat salah, tapi dia yang selalu berkata maaf untuk setiap kesalahannya dan ia yang punya sejuta maaf untuk kesalahanmu.

✽ Ia yang menerima masa lalumu dan yang siap merancangkan masa depannya bersamamu.

✽ Ia yang selalu cemas dan hilang akal ketika kamu tak memberinya kabar.

✽ Jika dulu sifat manjanya membuatmu tertawa lucu, cemburunya berarti sayang, air matanya bisa menyayat hatimu, tapi sekarang semuanya itu jadi alasan kamu melepaskannya, maka renungkanlah kembali perbuatanmu !

Mengapa wanita tercipta dari tulang rusuk pria, bukan dari tulang kepala ? karena wanita bukan untuk memimpin pria. Bukan dari tulang kaki, karena wanita bukan alas kaki pria. Wanita tercipta dari tulang rusuk pria karena dekat dengan hati, agar wanita menjadi pendamping, penjaga hati. Karena wanita akan terlelap dalam dekapan pria. Karena wanita tahu dari sana dia berasal. Semoga bermanfaat buat kita semuanya.. Yaa ALLAH... Terangilah jiwa kami dengan cahaya-MU, bimbinglah langkah kami dengan petunjuk-MU dan jagalah kami dan keluarga kami dari siksa api neraka. Yaa ALLAH...Bimbinglah agar kami senantiasa memperbaiki diri, menyesali tiap kehilafaan dan berilah kekuatan agar kami mampu untuk tidak mengulanginya.Yaa ALLAH...Ampunilah kehilafan kami, orang tua kami, saudara kami serta para jama'ah yang membaca tulisan ini.Aamiin..Untukmu saudariku muslimah, ambillah teladan dari pohon putri malu;

⊹⊱ Yang durinya, menjadi perisai diri untuk menjaga kehormatanmu sebagai wanita muslimah.

⊹⊱ Yang daunnya Menguncup saat disentuh, jadikanlah sifat malu sebagai perhiasan diri.

⊹⊱ Yang akarnya Kuat mencekam bumi, kukuhkanlah kepribadianmu dengan ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya melalui Al-Qur’an dan Sunnah.

Jadikan dirimu indah dengan akhlaq mulia, tutuplah auratmu dan jangan mengumbar wewangian kesana kemari yang dapat dinikmati setiap lelaki, agar tiada kumbang yang sengaja menggodamu atau bahkan menodaimu karena cantikmu tersembunyi hanya untuk lelaki yang kelak Allah SWT pilihkan yang menghiasi indahnya taman sanubari.

Ulama Pewaris Nabi

Rasulullah وسلم عليه لله ا =م? bersabda صلى =ع9ل ال ;و=ا ث و?ر7 7م?ا 9ن إ � ه?ما د9ر= ? و?ال ا ?ر� =نا د9ي ;و=ا ث dو?ر; ي ?م= ل ?ء? 9يا =ب ?ن =أل ا 9ن7 إ ?اء9، 9ي =ب ?ن =أل ا ?ة; ث و?ر? ;م?اء; =ع;ل ال إنو?اف9ر� 9ح?ظ  ب ?خ?ذ? أ ف?ق?د= 9ه9 ب ذ? ?خ? أ ف?م?ن=

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Tirmidzi, Ahmad, Ad-

Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani)

Rasulullah وسلم عليه لله ا . bersabda صلى ?م= ل 9ذ?ا إ 7ى ح?ت ?ء9 ?ما =ع;ل ال =ض9 9ق?ب ب ?ك9ن= و?ل ?د9، =ع9با ال م9ن? ?ز9ع;ه; =ت ?ن ي � اعا 9ز? =ت ان =م? =ع9ل ال 9ض; ?ق=ب ي ? ال الله? 9ن7 إ¦وا ?ض?ل و?أ ¦وا ف?ض?ل � =م ع9ل =ر9 9غ?ي ب ?و=ا ف=ت

? ف?أ ;وا 9ل أ ف?س; � ه7اال ج; � ؤ;و=سا ر; 7اس; الن 7خ?ذ? ات � 9ما ?ل عا =ق9 ;ب ي

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”

(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Page 169: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Periwayat TerbanyakSahabat Rasulullah وسلم عليه لله ا صلى yang paling banyak meriwayatkan hadits ialah :

Abu Hurairah = 5.374 hadits, Ibnu Umar = 2.630 hadits, Anas bin Malik = 2.286 hadits, Aisyah = 2.210 hadits, Ibnu ‘Abbas = 1.660 hadits, Jabir bin ‘Abdullah = 1.540 hadits, Abu Sa'id Al-Khudri = 1.170 hadist, Ibnu Mas'ud = 848 hadits, Ibnu 'Amr bin Ash = 700 hadits, Abu Dzarr Al- Ghifari = 281 hadits, Abu Darda' = 179 hadits (Talqih fahum ahli al-atsar karya Ibn Jauzi) Rasulullah وسلم عليه لله ا صلى bersabda ;ر= ي 7اس9 خ? 9ي= الن ن ;م7 ق?ر= =ن? ث 7ذ9ي ?ه;م= ال ;و=ن ?ل ;م7 ي =ن? ث 7ذ9ي ?ه;م= ال ;و=ن ?ل ي

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

Imam Malik الله رحمه telah berkata : ¦ل; =ر� ك ي ?ع9 ف9ي خ? 9با ل?ف م?ن= إت ;ل¦ و? س? ر  ك ?ع9 ف9ي ش? 9دا =ت خ?ل?ف9 م?ن= إب

“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)" dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.

Rasulullah وسلم عليه لله ا صلى bersabda

“Akan senantiasa ada di antara ummatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sehingga datang (hari Kiamat) ketetapan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan

demikian.” (Hadits Muslim)

Rasulullah وسلم عليه لله ا ?اءbersabda 9 صلى ب =غ;ر? 9ل ل ?ى ف?ط;و=ب ? ?د?أ ب ?م?ا ك �ا =ب غ?ر9ي ?ع;و=د; ي و?س? �ا =ب غ?ر9ي ?م; ال 9س= اإل= ? ?د?أ ب

“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang

asing itu”. (Hadits Muslim no. 145)

Abu Zur’ah الله :Berkata رحمه

“ Sesungguhnya, Rasulullah وسلم عليه لله ا wafat dengan meninggalkan 114.000 orang sahabat dan masa sahabat berakhir صلى

dengan wafatnya Abu Thufail Amir bin Watsilah al Laitsi al Kanani pada tahun 100 H (Tadrib ar rawi 208)

Rasulullah وسلم عليه لله ا ? : Bersabda صلى و?ال ?ح?د9ه9م= أ م;د7 ?غ? ?ل ب م?ا �ا ذ?ه?ب ;ح;د� أ =ل? م9ث =ف?ق? ?ن أ ;م= ?ح?د?ك أ ?ن7 أ ?و=ا ف?ل 9ي= اب ص=ح?? أ ¦و=ا ب ?س; ت ? ال

=ف?ه; ?ص9ي ن

“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Andaikan seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud, niscaya infaq itu tak mampu mencapai satu mud infaq mereka, dan tidak pula setengahnya” (HR. Bukhari 3470, Muslim 2541)

Pengambilan Hadits

Berkata Muhammad bin Sirin الله =ظ?ر; رحمه ;ن ف?ي ;م= ?ك ال ر9ج? ?ا ?ن ل مµو=ا س? ;و=ا ق?ال ?ة; =ن =ف9ت ال و?ق?ع?ت9 ?م7ا ف?ل ?اد9 ن 9س= اإل= ع?ن9 ;و=ن? ل? أ ?س= ي ;و=ا ;و=ن ?ك ي ?م= ل

;ه;م= =ث د9ي ح? ;ؤ=خ?ذ; ي ? ف?ال 9د?ع9 =ب ال ?ه=ل9 أ 9ل?ى إ =ظ?ر; ;ن و?ي ;ه;م= =ث د9ي ح? ;ؤ=خ?ذ; ف?ي 7ة9 ن الس¦ ?ه=ل9 أ 9ل?ى إ

“Sebutkanlah kepada kami rawi-rawi kalian maka dilihatlah kepada Ahlus Sunnah lalu diambil hadits mereka dan dilihat kepada Ahlil bid’ah dan tidak diambil hadits mereka”.

ULAMA AHLUL HADITS mulai dari zaman sahabat hingga sekarang yang masyhur :

Page 170: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

1. Khalifah ar-Rasyidin :• Abu Bakr Ash-Shiddiq• Umar bin Al-Khaththab• Utsman bin Affan• Ali bin Abi Thalib

2. Al-Abadillah :• Ibnu Umar• Ibnu Abbas• Ibnu Az-Zubair• Ibnu Amr• Ibnu Mas’ud• Aisyah binti Abubakar• Ummu Salamah• Zainab bint Jahsy• Anas bin Malik• Zaid bin Tsabit• Abu Hurairah• Jabir bin Abdillah• Abu Sa’id Al-Khudri• Mu’adz bin Jabal• Abu Dzarr al-Ghifari• Sa’ad bin Abi Waqqash• Abu Darda’

3. Para Tabi’in :• Sa’id bin Al-Musayyab / wafat 90 H• Urwah bin Zubair / wafat 99 H• Sa’id bin Jubair / wafat 95 H• Ali bin Al-Husain Zainal Abidin / wafat 93 H• Muhammad bin Al-Hanafiyah / wafat 80 H• Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud / wafat 94 H• Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H• Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq • Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H• Muhammad bin Sirin wafat 110 H• Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H• Nafi’ bin Hurmuz wafat 117 H • Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H • Ikrimah wafat 105 H • Asy Sya’by wafat 104 H • Ibrahim an-Nakha’iy wafat 96 H • Aqamah wafat 62 H

4. Para Tabi’ut tabi’in :• Malik bin Anas wafat 179 H• Al-Auza’i wafat 157 H• Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H• Sufyan bin Uyainah wafat 193 H• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H• Syu’bah ibn A-Hajjaj wafat 160 H• Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:• Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H• Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H• Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H

Page 171: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Yahya bin Sa’id Al-Qaththan wafat 198 H• Imam Syafi’i wafat 204 H

6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :• Ahmad bin Hambal wafat 241 H• Yahya bin Ma’in wafat 233 H• Ali bin Al-Madini wafat 234 H• Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H• Ibnu Rahawaih Wafat 238 H• Ibnu Qutaibah Wafat 236 H

7. Kemudian murid-muridnya seperti:• Al-Bukhari wafat 256 H• Muslim wafat 271 H• Ibnu Majah wafat 273 H• Abu Hatim wafat 277 H• Abu Zur’ah wafat 264 H• Abu Dawud : wafat 275 H• At-Tirmidzi wafat 279• An Nasa’i wafat 234 H

8. Generasi berikutnya : orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di jalan mereka adalah:• Ibnu Jarir ath Thabary wafat 310 H• Ibnu Khuzaimah wafat 311 H• Muhammad Ibn Sa’ad wafat 230 H• Ad-Daruquthni wafat 385 H• Ath-Thahawi wafat 321 H• Al-Ajurri wafat 360 H• Ibnu Hibban wafat 342 H• Ath Thabarany wafat 360 H• Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H• Al-Lalika’i wafat 416 H• Al-Baihaqi wafat 458 H• Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H• Ibnu Qudamah Al Maqdisi wafat 620 H

9. Murid-Murid Mereka :• Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 H• Ibnu Taimiyah wafat 728 H• Al-Mizzi wafat 742 H• Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)• Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H)• Ibnu Katsir wafat 774 H• Asy-Syathibi wafat 790 H• Ibnu Rajab wafat 795 H

10. Ulama Generasi Akhir :• Ash-Shan’ani wafat 1182 H• Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H• Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H• Al-Mubarakfuri wafat 1427 H• Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H• Ahmad Syakir wafat 1377 H• Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H• Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H• Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H• Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H

Page 172: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

• Hammad Al-Anshari wafat 1418 H• Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H• Muhammad Al-Jami wafat 1416 H• Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H• Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H• Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah• Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah• Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah

Sumber: Makanatu Ahli Hadits karya Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali dan Wujub Irtibath bi Ulama dengan sedikit tambahan.

Para Ulama Salaf Lainnya

Para Ulama Salaf Ahlul Hadits selain yang disebutkan diatas yang masyur dizamannya antara lain :

Imam Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam (wafat 220H) Ibnu Abi Syaibah (159-235 H) Imam Asy Syaukani (172-250 H) Imam al-Muzanniy (wafat 264H) Imam Al Ajurri (190-292H) Imam Al Barbahari (wafat 329 H) Abdul Qadir Al Jailani (471-561 H) Al-Hafidh Al Mundziri 581-656H Imam Nawawi (631-676H) Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H) Ibnu Hajar Al ‘Asqolani (773-852 H) Imam As Suyuti (849-911 H)

Para Ulama sekarang yang berjalan diatas As-Sunnah yaitu:

Syaikh Ahmad An-Najmi (1346-1410.H) Syaikh Abdullah Muhammad IbnHumayd (1329-1402H) Syaikh Muhammad Aman Al-Jami (1349-1416 H) Syaikh Muhammad Dhiya`I (1940-1994.M) Syaikh Abdullah Al Ghudayyan (1345H..H) Syaikh Ubail Al-Jabiri (1357H..H) Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin (1349H..H) Syaikh Salim Bin ‘Ied Al Hilali 1377H/1957M Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby (1380H..H) Syaikh Abu Ubaidah Masyhur Hasan Salman (1380.H..H) Syaikh Abdullah Bin Abdirrahim Al-Bukhari Syaikh Ali bin Yahya Al Haddadi Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia Para Ulama Sekarang lainnya yang berjalan diatas As-Sunnah (Klick

Baca Selanjutnya)

Keluarga Rasulullah

وسلم عليه لله ا صلى

Istri- istri Nabi النبي زوجات

Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH) Zainab binti Khuzaimah (wafat 1 SH) Aisyah binti Abu Bakar (wafat 57 H) Hafsah binti Umar (wafat 45 H) Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H) Maimunah binti Harits (wafat 50 H) Mariah Qibtiah (wafat 16 H)

Page 173: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Saudah binti Zam`ah (wafat 23 H/ 643 M) Sofiah binti Huyai bin Akhtab (wafat 50 H) Ummu Habibah binti Abu Sofyan (wafat 44 H) Ummu Salamah (wafat 57 H) Zainab binti Jahsy (wafat 20 H)

Putra-Putri Nabi

Al- Qasim bin Muhammad Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.) Ruqayyah binti Muhammad (wafat 2 H) Ummu Kultsum (wafat 9 H) Fatimah Az-Zahra (wafat 11 H) Abdullah bin Muhammad (meninggal ketika kecil) Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H ketika kecil)

Cucu Nabi

Abdullah bin Usman bin Affan (Putra Ruqayyah) Ali bin Abul Ash (Putra Zainab.meninggal ketika kecil.) Hasan bin Ali bin Abu Talib (3-50 H.) Husain bin Ali bin Abu Talib (4-61 H) Zainal Abidin (wafat 93H) Ummi Kultsum binti Ali bin Abu Thalib (wafat.75H)

Paman Nabi

Abbas bin Abdul Mutalib (wafat 32 H) Abu Thalib bin Abdul Muthalib (wafat 3 SH) Hamzah bin Abdul Mutalib (wafat 3 H)

Para Sahabat Rasulullah

وسلم عليه لله ا صلى

Abdullah bin Jahsy (wafat 3 H) Abbas bin Abdul Muthalib (wafat 32 H) Abdullah bin Abbas (wafat 68 H) Abdullah bin Amru bin Ash (wafat 65 H) Abdullah bin Khuzafah As Sahmi (wafat 28 H) Abdullah bin Masud bin Gafil (wafat 32 H) Abdullah bin Rawahah (wafat 8 H) Abdullah bin Salam (wafat 43 H) Abdullah bin Umar bin Khattab (wafat 73 H) Abdullah bin Ummi Maktum (wafat 14 H) Abdullah bin Zubair (wafat 73 H) Abdurrahman bin Auf (wafat 32 H) Abu Bakr Siddik (51 SH-13 H) Abu Dardaa (wafat 32 H) Abu Hurairah (wafat 59 H) Abu Musa Asy’ari (wafat 44 H) Abul Ash bin Rabi’ al Absyamial Qurasyi Abu Sufyan bin Harists Abu Thalhah An.Anshary Abu Dzarr Al Gifari (wafat 32 H) Adi bin Hatim (wafat 68 H) Ali bin Abu Thalib (23 SH-40 H) Anas bin Malik bin Nadar (wafat 93 H) Bilal bin Rabah Al Habasyi (wafat 20 H) Hakim bin Huzam (wafat 54 H) Hamzah bin Abdul Muthalib (wafat 3 H) Hasan bin Ali (wafat 50 H)

Page 174: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Husein bin Ali (Wafat ..H) Huzaifah bin Yamman (wafat 36 H) Jakfar bin Abu Thalib (wafat 8 H) Muawwiyah bi Abu Sofyan (20 SH-60 H) Muaz bin Jabal (wafat 18 H) Rabi’ah bin Ka’ab Said bin Amir Huzaim Al Jumahi Said bin Zaid Tsumamah bin ‘Utsal Thufeil bin Amr Addausi Umar bin Khaththab (40 SH-23 H) Umair bin Sa’ad Usamah bin Zaid Uqbah bin ‘Amir al Juhani Ustman bin Afffan (47 SH-35 H) Usaid bin Hudhair Zaid bin Tsabit (wafat 45 H) Para Sahabat Rasulullah Lainnya (Baca selanjutnya berikut : )

Selain para sahabat diatas. Dibawah ini masih termasuk para sahabat Rasulullah وسلم عليه لله ا dengan , صلىpenjelasan biografi singkatnya.

Abdullah bin Abu Aufa (wafat 86 H) Nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abu Aufa Al-Aslami, dijuluki dengan Abu Muawiah. Sahabat yang ikut

dalam Perdamaian Hudaibiah dan peristiwa-peristiwa lainnya ini, berdomisili di Kota Madinah sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. wafat, setelah itu beliau pindah ke Kota Kufah. Dialah sahabat yang terakhir meninggal di sana.

Abdullah bin Amru bin Haram (wafat 3 H/ 635 M) Seorang sahabat yang terpandang di kalangan peserta baiat Akabah dan perang Badar, di mana beliau ini

termasuk pimpinannya. Beliau meninggal dalam perang Uhud. Diriwayatkan bahwa malaikat membayang-bayangi jenazahnya di saat kematiannya

Abdullah bin Jakfar (wafat 80 H) Abdullah bin Jakfar bin Abu Thalib yang dijuluki dengan Abu Jakfar ini adalah seorang sahabat yang pertama

lahir di Abessina pada masa awal Islam. Dia datang ke Kota Madinah bersama ayahnya dan banyak menghafal serta meriwayatkan hadis langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau wafat di Kota Madinah.

Abdullah bin Mughaffal (wafat 57 H.). Abdullah bin Mughaffal Al-Mazani, adalah seorang sahabat yang sempat ikut dalam Baiatus Syajarah (sumpah

prasetia di bawah sebatang pohon) dalam peristiwa Baiat Ridwan. Beliau masuk kelompok orang-orang yang diutus Khalifah Umar bin Khattab mengajarkan ilmu-ilmu keislaman kepada kaum muslimin di Kota Basrah, kemudian beliau menetap di kota tersebut dan meninggal dunia di sana.

Abdullah bin Rawahah (wafat 8 H) Sahabat asal Ansar dari suku Khajraj ini termasuk orang yang memeluk agama Islam dari sejak dini yang

merupakan salah seorang pimpinan dalam baiat Akabah. Berliau ini sempat mengikuti perang Badar dan peperangan-peperangan sesudah itu, akhirnya beliau meninggal dalam perang Muktah.

Abdullah bin Salam (wafat 43 H) Sahabat yang sebelumnya penganut Yahudi ini memasuki Islam segera setelah kedatangan Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wassalam hijrah ke Madinah. Beliau mengikuti perang penaklukan Baitulmakdis bersama Umar bin Khattab dan akhirnya beliau meninggal di Madinah.

Abdullah bin Umar bin Khattab (wafat 73 H) Sahabat pemuka Quraisy ini memeluk Islam bersama ayahnya semasa kecil dan mengikuti hijrah bersama

ayahnya ke Madinah. Beliau termasuk pemuka, ilmuan dan juru fatwa kaum muslimin. Beliau mengikuti penaklukan kota Mekah, perang Yarmuk dan penaklukan Mesir. Dia meninggal di Mekah.

Abdullah bin Ummi Maktum (wafat 14 H) Abdullah bin Umar bin Syuraikh, seorang sahabat asal Quraisy ini termasuk peserta hijrah ke Madinah

rombongan pertama. Beliau sampai di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau meninggal dalam perang Qadisiah membawahi sebuah brigade.

Abdullah bin Zaid (wafat 32 H) Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Zaid bin Tsalabah Al- Anshari Al-Khajraji, dijuluki dengan Abu

Muhammad. Sahabat ini berdomisili di Kota Madinah, beliaulah orang yang pernah memimpikan bunyi azan dikumandangkan.

Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari (7-63 H) Nama lengkapnya ialah Abdullah bin Zaid bin Ashim bin Kaab An-Naggari Al-Anshari, dijuluki Abu

Muhammad. Sahabat ini berdomisili di Kota Madinah dan sempat mengikuti Perang Badar. Beliaulah yang membunuh Musailamatul Kazzab di waktu Perang Yamamah. Beliau meriwayatkan 48 buah hadis dan gugur dalam peristiwa Harrah tahun 63 H/683 M.

Abdullah bin Zam’ah (wafat 35 H) Nama lengkapnya ialah Abdullah bin Zam’ah bin Aswad Al-Qurasyi Al-Asadi, seorang sahabat yang banyak

meriwayatkan hadis dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau hidup dan meninggal dunia di Kota Madinah.

Page 175: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abdullah bin Zubair (wafat 73 H) Beliau ini adalah putra pasangan Zubair bin Awam dan Asma binti Abu Bakar. Dia ikut serta dalam berbagai

penaklukan, dia ikut berjuang di barisan Aisyah dalam perang Jamal. Beliau minta bela atas penguasa Umaiah di Hijaz, beliau mengklaim dirinya sebagai khalifah sepeninggal Yazid bin Muawiah dengan membuat kota Madinah sebaga pusat pemerintahan. Kekuasaannya berkelanjutan selama sembilan tahun akhirnya ditumbangkan oleh Hajjaj As Tsaqafi dalam suatu peperangan di Mekah.

Abdurrahman bin Abu Bakar (wafat 53 H) Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Abu Bakar Siddik bin Abu Quhafah Al-Qurasyi At-Tamimi,

saudara kandung Saidah Aisyah, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau sempat mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam Perdamaian Hudaibiah, ikut berjuang dalam Perang Yamamah serta penaklukan wilayah Syam (Suriah, Lebanon,Yordania dan Palestina) di bawah komando Panglima Khalid bin Walid.

Abdurrahman bin Auf (wafat 32 H/652 M) Abdurrahman bin Auf bin Harits bin Zuhrah, seorang sahabat asal Quraisy dari suku Zuhri adalah di antara

orang yang masuk Islam dari sejak dini dan termasuk sepuluh orang yang diproyeksikan masuk surga oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam serta termasuk enam orang konsultan Nabi. Beliau mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah termasuk perang Badar. Beliau meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi`.

Abdurrahman bin Azhar (wafat 63 H) Kemenakan Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jubair. Beliau

sempat mengikuti Perang Hunain, Dia berhasil menghafal banyak hadis langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau berdomisili di Madinah dan meninggal dunia dalam Perang Harrah (63 H/683 M).

Abdurrahman bin Samurah (wafat 50 H) Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Samurah bin Habib bin Abdu Syams Al-Qurasyi, seorang sahabat

yang dijuluki dengan Abu Said. Beliau masuk Islam ketika penaklukan Kota Mekah, dia sempat ikut dalam Perang Muktah, penaklukan Sijistan, Kabul, Sind serta Khurasan. Beliau meninggal dunia di Kota Basrah.

Abu Ayub Al Anshari (wafat 52 H/672 M) Nama lengkapnya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib, seorang sahabat asal Ansar dari suku Khajraj. Beliaulah

yang menjamu Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika sampai di Madinah dalam perjalanan Hijrah dari Mekah. Beliau ini sempat mengikuti baiat Akabah, perang Badar, perang Uhud, perang Khandak dan peristiwa-peristiwa lainnya yang diikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam Beliau ini meninggal dalam kepungan pasukan Bizantium.

Abu Bakrah (wafat 52 H) Nama aslinya adalah Nafi bin Harits bin Kildah As-Tsaqafi, salah seorang sahabat yang berasal dari penduduk

Taif. Beliau meriwayatkan sebanyak 132 hadis dan meninggal dunia di Kota Basrah. Abu Barzah (wafat 65 H) Nama aslinya adalah Nadlah bin Ubaid bin Harits Al-Aslami, seorang sahabat yang pernah tinggal di Kota

Madinah dan Basrah. Beliau ikut bersama pasukan Ali bin Abu Thalib ketika memerangi penduduk Nahrawan dan Perang Azariqah bersama Mahlab bin Abu Shufrah. Beliau meriwayatkan sebanyak 46 hadis.

Abu Basyir Al-Anshari (wafat 63 H) Nama lengkapnya ialah Abu Basyir Al-Anshari Al-Haritsi, seorang perawi yang hadisnya dalam masalah jihad

banyak diriwayatkan oleh Ibad bin Tamim Al-Anshari. Beliaulah yang banyak menderita luka parah dalam Perang Harrah kemudian meninggal dunia akibatnya.

Abu Burdah Al-Anshari (wafat 41H) Nama aslinya adalah Hani bin Niar bin Amru Al-Balwa, paman Barraa bin Azib. Beliau ikut dalam Perang

Badar. Hadisnya banyak diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah dan Abdurrahman bin Jabir dalam kitab “memerangi orang-orang murtad”. Beliau meninggal dunia di awal Kekhalifahan Muawiah.

Abu Dujanah Al Anshari (wafat 11 H) Beliau ini adalah seorang sahabat yang sempat mengikuti perang Badar dan meninggal dunia dalam perang

Yamamah. Beliau ini ikut serta melawan Musailamah. Abu Juhaifah (wafat 74 H) Nama aslinya adalah Wahab bin Abdullah bin Muslim bin Janadah As-Sawai, seorang sahabat yang di waktu

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. mangkat masih dalam keadaan bayi. Beliau bertempat tinggal di Kota Kufah dan pernah menjadi bendahara baitul mal pada zaman Ali bin Abu Thalib. Beliau biasa dipanggil dengan panggilan “Wahab yang baik”. Dialah sahabat yang terakhir meninggal di Kota Kufah.

Abu Khuzaifah bin Utbah (wafat 11 H) Nama lengkapnya adalah Abu Khuzaifah bin Utbah bin Rabiah bin Abdu Syams bin Abdul Manaf. Beliau ini

adalah sahabat asal Quraisy termasuk orang yang masuk Islam dari sejak dini. Beliau ini sempat mengikuti dua kali hijrah, ke Abessinia dan ke Madinah dan sempat melaksanakan salat ke dua arah kiblat, ke Baitulmakdis dan Kakbah. Beliau ini sempat mengikuti perang Badar dan meninggal dalam perang Yamamah.

Abu Masud Al-Anshari (wafat 40 H) Nama lengkapnya adalah Uqbah bin Amru bin Tsaklabah Al- Anshari Al-Badri yang dijuluki dengan Abu

Masud. Sahabat yang ikut dalam Baiat Akabah, Perang Uhud dan peristiwa-peristiwa lainnya ini adalah salah seorang pengikut Ali, ketika singgah di Kota Kufah diangkat menjadi penggantinya pada saat Ali dan pasukannya bergerak keShiffin. Beliau meriwayatkan lebih dari 100 hadits.

Abu Musa Asy’ari (wafat 44 H) Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Qais. Beliau sempat ikut hijrah ke Abessina, kemudian datang ke

Madinah setelah perang Khaibar. Khalifah Usman bin Affan mengangkatnya sebagai penguasa di Koufah. Beliau ini termasuk arbitrator dalam peristiwa arbitrasi Shiffin.

Abu Said Al Khudri (wafat 74 H)

Page 176: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Nama lengkapnya adalah Said bin Malik bin Sannan. Sahabat periwayat hadis dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ini berasal dari kelompok Ansar, suku Khajraj. Beliau adalah pakar hadis yang terkemuka di kalangaan sahabat. Beliau sempat mengikuti dua belas kali peperangan. Jabatannya yang terakhir adalah mufti Madinah, beliau ini wafat di Madinah.

Abu Salamah Al Makhzumi (wafat 4 H.) Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abdul Asad. Saudara Nabi sesusuan ini termasuk orang yang pertama-

pertama masuk Islam. Beliau sempat ikut hijrah ke Abessina dan Madinah dan sempat mengikuti perang Badar. Beliau meninggal di Madinah dan termasuk orang yang pertama diberikan daftar amalnya dengan tangan kanannya kelak.

Abu Sofyan bin Harb (wafat 31 H/652 M) Nama lengkapnya adalah Sakhar bin Harb bin Umaiah. Beliau ini termasuk orang kaya Quraisy, pada mulanya

termasuk musuh Islam nomor satu, di mana beliau sempat memimpin pasukan kaum Musyrikin dalam perang Uhud dan Khandak. Beliau masuk Islam pada waktu penaklukan kota Mekah. Dia adalah ayah dari Muawiah, pendiri Daulat Umaiah.

Abu Syuraih Adawi (wafat 68 H) Nama aslinya adalah Khuwailid bin Amru bin Shakhr Al-Khuzai Al-Kaabi, seorang sahabat yang memeluk

Islam di hari penaklukan Kota Mekah saat mana dia membawa panji-panji Bani Kaab. Beliau meninggal di Ailah.

Abu Ubaidah bin Jarah (wafat 18 H/639 M) Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah. Sahabat asal Quraisy ini termasuk sepuluh sahabat yang

diproyeksikan oleh Nabi masuk surga. Beliau ini dijuluki dengan pemegang amanat kaum Muslimin yang sempat mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dia termasuk komando dalam penaklukan Syam (Suriah, Libanon, Yordan dan Palestina sekarang). Ayahnya termasuk pasukan musyrikin yang berhasil ditumbangkan dan dibunuhnya. Beliau meninggal dunia akibat penyakit pes yang meraja lela.

Abu Umamah (Wafat 1 H) Nama lengkapnya adalah Asad bin Zararah, seorang sahabat asal Ansar yang telah lama masuk Islam, di mana

beliau sempat ikut dalam baiat Akabah I dan II. Beliau adalah kepala suku, dialah yang pertama mengucapkan baiat pada malam baiat Akabah dan beliau pulalah orang pertama membawa Islam ke Madinah

Abu Usaid (wafat 60 H) Nama sebenarnya ialah Malik bin Rabiah bin Baden As-Saidi, seorang sahabat yang ikut dalam Perang Badar

bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliaulah sahabat prajurit Badar yang terakhir meninggal. Di akhir hayatnya, beliau mengalami kebutaan dan meninggal dunia di Kota Madinah.

Abu Waqid Al-Laitsi (wafat 68 H.). Nama aslinya adalah Auf bin Harits Al-Laitsi, dijuluki Abu Waqid. Beliau adalah sahabat yang pernah ikut

dalam perang Badar. Dia sempat singgah di Kota Madinah dan meninggal dunia di Kota Meru pada zaman Khalifah Muawiah.

Abu Zar Al Gifari (wafat 32 H) Beliau ini adalah seorang sahabat yang masuk Islam dari sejak dini. Semasa Jahiliah beliau ini telah melarang

minum khamar dan beliau tidak pernah ikut menyembah berhala oleh sebab itu beliau terkenal orang takwa. Dia selalu mengajak fakir miskin agar integrasi dengan orang kaya. Beliau ini mengikuti penaklukan Baitulmakdis bersama khalifah Umar bin Khatab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda tentang beliau “semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada Abu Zar, yang hidup menyendiri, mati menyendiri dan akan dibangkitkan sendiri pula”

Ahnaf bin Qais (wafat 67 H) Nama lengkapnya adalah Ahnaf bin Qais bin Hashin Mari El Munqari At Tamimi. Pimpinan Bani Tamim ini

termasuk kelompok cerdik pandai dan orator. Beliau ikut dalam perang melawan Khurasan di bawah komando Abu Musa Asy`ari. Dalam perang Jamal beliau ini sempat keluar barisan karena menghindari terjadinya fitnah, namun dalam perang Shiffin beliau termasuk dalam barisan Ali bin Abi Thalib. Ketikapemilihan Abu Musa Asy`ari menjadi arbitrator, beliau tidak sependapat dengan Ali bin Abi Thalib, namun setelah Muawiah menjadi khalifah beliau ini menolak permintaan khalifah untuk ditunjuk sebagai pejabat.

Akra’ bin Habis (wafat 31 H/651 M) Nama lengkapnya adalah Akra` bin Habis bin Iqal Ad Darimi. Beliau termasuk pemuka masyarakat Arab di

zaman jahiliah. Ketika delegasi bani Darim datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam beliau ikut di dalamnya, di saat itulah dia mengumumkan Islamnya bersama anggota delegasi. Dia mengikuti Khalid bin Walid dalam banyak peperangan di Yamamah di saat konfrontasi melawan kaum yang murtad. Beliau juga sempat mengikuti perang panaklukan Irak, di saat itulah beliau mendapat berbagai cobaan (luka parah). Beliau wafat sebagai syahid dalam perang Khauzjan.

Alaa bin Hadhrami (wafat 21 H) Nama lengkapnya adalah Alaa bin Abdullah bin Ammar Al-Hadrami, seorang sahabat yang lahir dan besar di

Kota Mekah. Beliau diangkat menjadi gubernur Bahrain oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. pada tahun 8 H dan giat menumpas kaum murtad yang ada di sana. Konon beliaulah pemimpin armada Islam pertama dalam rangka ekspansi wilayah kekuasaan Islam.

Amar bin Ma’d Yakrib (wafat 21 H) Beliau masuk Islam pada tahun kesembilan hijrah. Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dia

sempat murtad dan bertaubat kembali menjadi Muslim yang baik. Beliau sempat mengikuti perang Yarmuk, dia menderita luka parah di mana sebelah matanya tercongkel. Dalam perang Qadisiah dia juga menderita luka parah dan akhirnya meninggal dalam perang Nahawand.

Amir bin Fahirah At Tamimi

Page 177: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sahabat yang berasal dari suku Azdi ini termasuk orang yang memeluk Islam dari sejak dini. Beliau adalah seorang yang beragama yang baik, dalam buku-buku sejarah namanya banyak disebut sebagai pahlawan yang gigih. Beliau mati syahid dalam perang Bi`ri Maunah.

Amir bin Rabiah (wafat 35 H) Amir bin Rabiah termasuk orang yang memeluk Islam dari sejak dini dan berkesempatan mengikuti emigrasi

ke Abessinia dan hijrah ke Madinah. Beliau sempat mengikuti perang Badar dan berbagai perang berikutnya. Khalifah Usman bin Affan mengangkatnya sebagai pemerintah di Madinah sewaktu khalifah menunaikan ibadah haji. Beliau meninggal beberapa hari setelah Usman meninggal dunia.

Ammar bin Yasir (wafat 37 H) Sahabat yang memeluk Islam dari sejak dini ini masuk Islam bersama ayah dan ibunya (Yasir dan Sumaiyah)

yang akibatnya mereka sama-sama menderita berbagai cobaan dari suku mereka yaitu Mahzum. Ayahnya sempat meninggal dalam cobaan tersebut, sedangkan ibunya ditikam oleh Abu Jahal sehingga menemui ajalnya. Beliau pergi emigran ke Abessinia, sekembalinya dari Abessinia dia ikut hijrah ke Madinah. Dalam perang Badar dan Khandak beliau ini menderita luka parah. Beliau ikut perang Shiffin di belakang Ali bin Abu Thalib dan meninggal dalam perang tersebut.

Amru bin Ash (wafat 43 H). Amru bin Ash bin Wail bin Hasyim bin Said bin Saham ini adalah pimpinan Arab terkenal yang menaklukkan

Mesir dan membangun kota Fustat (Cairo sekarang). Beliau sempat mengikuti arbitrasi seusai perang Shiffin di mana Muawiah menang berkat kecerdikannya. Beliau meninggal di Cairo.

Amru bin Jammuh (wafat 3 H) Sahabat asal Ansar ini tergolong bangShallallahu ‘alaihi wassalaman kaum Ansar yang oleh Nabi Shallallahu

‘alaihi wassalam mengangkatnya menjadi pemimpin Bani Salamah. Beliau meninggal dalam perang Uhud. Amru bin Umaiah (wafat 55 H) Nama lengkapnya adalah Amru bin Umaiah bin Khuwailid bin Abdullah Ad-Dlamiri, seorang sahabat yang

sangat pemberani. Ketika Perang Badar dan Uhud, beliau masih berada dalam barisan kaum musyrikin. Setelah dia memeluk Islam, dia ikut partisipasi dalam Perang Bir Maunah. Beliau meriwayatkan 20 hadis dan meninggal di Kota Madinah pada zaman Muawiah bin Abu Sofyan.

Anas bin Malik bin Nadar (wafat 93 H) Sahabat asal Ansar, suku Khajraj ini adalah pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang sempat

mengikuti berbagai penaklukan. Beliau termasuk rawi yang banyak meriwayatkan hadis. Dia berdomisili dan meninggal di kota Basrah.

Asid bin Khudair (wafat 20 H) Sahabat yang satria ini berasal dari kelompok Ansar, kepala suku Aus. Beliau termasuk orang-orang yang

masuk Islam dari sejak dini, di mana beliau termasuk tokoh penting dalam baiat Akabah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mempersaudarakannya dengan Zaid bin Haritsah. Beliau meninggal di zaman pemerintahan Umar bin Khattab.

Ayad bin Ganim (wafat 20 H) Nama lengkapnya adalah Ayad bin Ganim bin Zuhair Al Fihri Al Qurasyi. Beliau termasuk emigran pertama-

tama, sempat mengikuti perang Badar dan perang-perang yang sesudah itu. Beliau termasuk komando penakluk yang berani. Sewaktu singgah di Syam (Suriah dan sekitarnya) beliau berhasil menaklukkannya berikut kawasan semenanjung Arab lainnya. Beliau meninggal di negeri Syam.

Barra` bin Azib (wafat 71 H) Sahabat asal suku Khajraj ini sempat mengikuti penaklukan Persia, perang Jamal dan Shiffin di barisan Ali bin

Abi Thalib dan pembantrasan kaum sparatis (Khawarij). Beliau berdomisili dan meninggal dunia di kota Koufah.

Buraidah (wafat 63 H) Nama lengkapnya adalah Buraidah bin Husaib bin Abdullah bin Harits Al-Aslami Al-Madani, seorang sahabat

yang dijuluki dengan Abu Sahal.  Beliau termasuk sahabat yang pernah tinggal di Kota Madinah kemudian pindah ke Kota Basrah dan ikut dalam perang di kawasan Khurasan. Beliau meninggal dunia pada tahun 63 Hdi Meru.

Dahiah Al Kalabi (wafat 45 H) Sahabat ini menjadi tumpuan perumpamaan karena kegantengannya, sampai-sampai malaikat Jibril as pernah

turun membawa wahyu kepada Rasulullah dengan gambaran fostur tubuhnya. Perang yang pertama diikutinya adalah perang Khandak, konon kabarnya beliau juga mengikuti perang Uhud, namun tidak sempat mengikuti perang Badar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah mengutusnya menjadi delegasi kepada Kaisar Hiraklius di Roma. Beliau ini hidup sampai masa pemerintahan Muawiah.

Fadel bin Abbas (wafat 13 H) Fadel bin Abdul Muthalib bin Hasyim Al-Qurasyi yang dijuluki dengan Abu Muhammad ini adalah anak

tertua dari Abbas bin Abdul Mutalib, paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. Sepeninggal Rasulullah beliau ikut dalam pasukan yang diutus ke Syam, beliau gugur sebagai syahid dalam Perang Ajnadin.

Habbab bin Munzir bin Jamuh (wafat 20 H) Sahabat pemberani ini adalah tokoh yang diminta pertimbangannya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam ketika perang Badar yang mengemukakan pendapatnya agar pasukan diposkan di tempat-tempat sumber air dalam melawan musuh. Semasa jahiliah juga beliau ini termasuk konsultan yang diperhitungkan. Beliau sempat mengikuti perang Badar, Uhud dan semua perang yang diikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau ini meninggal di masa pemerintahan Umar bin Khattab.

Haris bin Kildah (wafat 50 H) Sahabat asal Taif dari suku Tsaqafi ini adalah dokter dan pilosof. Arab yang terkemuka di masanya. Beliau

lahir di masa jahiliah dan hidup semasa dengan Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Beliau pergi belajar ilmu kedokteran ke Persia, dia mempunyai kumpulan karya tulis seputar kedokteran antara lain buku polemik

Page 178: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

kedokteran antara beliau dengan Kisra. Beliau juga seorang puitis. Dia meninggal semasa pemerintahan Muawiah.

Hisyam bin Ash (wafat 13 H) Hisyam bin Ash bin Wail bin Hsyim As Sahmi ini dari sejak dini telah memeluk Islam di Mekah. Beliau

sempat ikut emigran ke Abessinia tetapi dia kembali ke Mekah untuk menyusul Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam yang dia dengar berhijrah ke Madinah, namun malang dia dikurung oleh orang tua dan keluarganya di Mekah. Beliau baru dapat keluar dari Mekah ke Madinah setelah perang Khandak. Beliau dapat mengikuti semua peperangan yang terjadi setelah Khandak, beliau meninggal dalam perang Ajnadin.

Huzaifah bin Yamman (wafat 36 H) Sahabat tokoh penaklukan ini banyak memegang rahasia-rahasia Nabi. Khalifah Umar bin Khattab ra.

mengangkatnya menjadi pemerinah di Madain. Pada tahun 642 M, dia berhasil mengalahkan pasukan Persia dalam perang Nahawand, kemudian dia mengikuti perang penaklukan Jazirah Arab dan akhirnya meninggal di kota Madain.

Ikrimah bin Abu Jahal (wafat 13 H) Sahabat asal Quraisy dari suku Mahzumi ini adalah anak musuh Islam nomor satu. Beliau melarikan diri ke

Yaman setelah penaklukan kota Mekah tetapi istrinya yang bernama Umu Hakim menyuruhnya kembali setelah mendapat persetujuan keamanan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Sesampainya di Mekah beliau masuk Islam dan menjadi pemeluk Islam yang baik. Beliau ini sempat mengikuti perang penumpasan kaum murtad dan meninggal dalam perang Yarmuk.

Imran bin Husain (wafat 52 H) Imran bin Husain bin Ubaid, adalah sahabat yang masuk Islam pada tahun terjadinya Perang Khaibar (7 H).

Pada perang penaklukan Kota Mekah, beliau memegang bendera suku Khuzaah. Beliau wafat di Kota Basrah. Itban bin Malik (wafat 50 H) Nama lengkapnya ialah Itban bin Malik bin Amru bin Aglan Al-Anshari As-Salimi, salah seorang sahabat

yang turut dalam Perang Badar. Beliaulah yang dipersaudarakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. dengan Umar bin Khattab. Beliau meriwayatkan 10 hadis dan wafat pada masa Khalifah Muawiah bin Abu Sofyan.

Jabir bin Abdullah Al-Anshari (wafat 78 H) Nama lengkapnya adalah Jabir bin Abdullah bin Amru bin Haram Al-Anshari As-Salami, seorang sahabat

yang dijuluki dengan Abu Abdullah. Pada akhir hayatnya beliau mengalami kebutaan dan sempat meriwayatkan beberapa hadis dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. dan Abu Said. Dia berdomisili di Kota Madinah dan meninggal dunia di sana.

Jabir bin Samurah (wafat 74 H) Nama lengkapnya ialah Jabir bin Samurah bin Janadah As-Sawai Al-Madani, seorang sahabat yang dijuluki

dengan Abu Abdullah. Ibunya bernama Khalidah binti Abu Waqqas, saudara kandung Saad dan Utbah. Beliau wafat pada masa khilafah Abdul Malik bin Marwan.

Jakfar bin Abu Thalib  (wafat 8 H) Jakfar bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim ini masuk Islam dari sejak dini dan sempat mengikuti

hijrah ke Abessinia, malah sempat mempublikasikan Islam di daerah itu. Dalam perang Muktah beliau diserahi menjadi pemegang bendera Islam, setelah tangan kanannya terpotong dia memegang bendera dengan tangan kiri, namun tangan kirinya juga terpotong lagi, sehingga dia memegang bendera itu dengan dadanya. Berbagai cobaan ditahankannya dalam mengemban tugas ini, akhirnya beliau mati syahid di mana dalam tubuhnya terdapat sekitar 90 goretan dan tembakan. Dalam suatu hadits diriwayatkan, bahwa kelak di Surga Allah Subhanahu wa ta’ala akan menggantikan kedua tangannya dengan sepasang sayap. Oleh sebab itulah, maka beliau dijuluki dengan nama Jakfar Penerbang atau Jakfar yang punya sepasang sayap.

Jubair bin Mut`im bin Adi (wafat 57 H) Sahabat asal Quraisy ini termasuk pemuka dan pakar genetis Quraisy. Beliau masuk Islam antara perang

Hudaibiah dan penaklukan kota Mekah. Dia meninggal di masa pemerintahan Muawiah bin Abi Sofyan. Jundub Al-Alaqi (wafat 64 H) Nama lengkapnya adalah Jundub bin Abdullah bin Abu Sofyan Al-Bajli Al-Alaqi, seorang sahabat yang

dijuluki dengan Abu Abdullah. Pernah berdomisili di Kota Kufah kemudian pindah ke Basrah. Beliau meriwayatkan hadis dari perawi-perawi yang ada di kedua kota itu.

Kaab bin Malik (wafat sekitar 50 H) Sahabat ini adalah seorang puitis yang banyak membantah cemoohan yang dilontarkan kepada Nabi. Setelah

memeluk Islam dia mengikuti baiat Akabah dan berkesempatan mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar dan Tabuk. Beliau adalah termasuk sasaran ayat Terhadap tiga orang yang penerimaan taubatnya ditangguhkan sampai mereka merasa dunia ini sempit dan jiwa merekapun terasa sesak akibat ulah mereka sendiri dan mereka menduga bahwa tidak ada jalan untuk selamat kecuali mengikuti petunjuk Allah, pada saat itulah Allah baru menerima taubat mereka agar taubat mereka itu benar-benar. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat]. (At Taubah ayat 118).

Kaab bin Ujrah (wafat 51 H) Namanya Kaab bin Ujrah Al-Anshari, seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Muhammad. Beliau

mendengar hadis dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. dan hadisnya tentang haji dan umrah banyak diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Laila serta Abdullah bin Mughaffal. Dia wafat di Kota Madinah.

Kaab bin Zuhair (wafat 26 H) Putra puitis Zuhair bin Abi Salma ini adalah seorang puitis yang hidup dalam dua zaman (jahiliah dan Islam).

Beliau sempat mencaci Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam serta kaum wanita Islam sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam menghalalkan darahnya, namun dia cepat-cepat minta maaf kepada Rasulullah dan menyampaikan kasidah penyesalannya di hadapan Nabi. Nabi memaafkannya dan memberikan hadiah baju kepada beliau.

Page 179: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Khabbab bin Art (wafat 37 H) Sahabat yang telah masuk Islam dari sejak dini ini berkesempatan mengikuti semua peperangan yang diikuti

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam mempertahankan agama yang dianutnya ini, beliau menerima banyak cobaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mempersaudarakan beliau dengan Jubair bin Atiq. Beliau meninggal di kota Koufah.

Khabib bin Adi (wafat 4 H) Sahabat asal Ansar, suku Aus ini berkesempatan mengikuti perang Badar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam mendelegasikan beliau ke suku Bani Adal dan Bani Qarah dengan suatu missi untuk mengajari mereka ajaran-ajaran agama Islam, namun mereka menipu Nabi, beliau ditangkap dan dijual penduduk daerah tersebut kepada suku Bani Harits bin Amir bin Naufal. Oleh karena di waktu perang Badar Khabib berhasil membunuh kakek mereka, maka merekapun membunuhnya.

Khalid bin Walid (wafat 21 H) Sahabat asal suku Makhzumi ini adalah bangShallallahu ‘alaihi wassalaman Arab yang dipercayakan

memimpin pasukan Islam dalam penaklukan Persia dan Syam (Suriah dan sekitarnya). Beliau berhasil mengalahkan pasukan Romawi dalam perang Ajnadin dan Yarmuk, namun kemudian beliau meninggal di kota Homs.

Khuzaimah bin Tsabit Al Anshari (wafat 37 H) Khuzaimah bin Tsabit bin Fakah bin Saidah al Anshari ini adalah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak

dini yang berkesempatan mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah sejak perang Badar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menganngap kesaksiannya setaraf dengan kesaksian dua orang lelaki sebagai prioritas buat beliau. Beliau adalah komando pasukan dalam perang Shiffin dan meninggal dalamperang itu.

Ma`qil bin Yasar Nama lengkapnya adalah Ma`qil bin Yasar bin Abdullah Al- Mazni, seorang perawi hadis yang dijuluki

dengan Abu Ali. Beliau berdomisili di Kota Basrah, wafat pada masa Khalifah Muawiah ketika Abdullah bin Ziyad menjabat gubernur di sana. Imam Hasan Basri banyak meriwayatkan hadis beliau tentang nikah dan tafsir surat Al-Baqarah.

Malik bin Huwairits (wafat 74 H) Malik bin Huwairits Al-Laitsi ini adalah seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Sulaiman. Dia banyak

mendengar hadis langsung dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. dan hadisnya tentang salat diriwayatkan oleh Abu Qilabah. Beliau berdomisili di Kota Basrah dan meninggal dunia di sana.

Miqdad bin Aswad al Kindi (wafat 33 H) Nama lengkapnya adalah Miqdad bin Umar bin Tsaklabah bin Malik. Beliau ini termasuk tujuh orang yang

masuk Islam dari sejak dini dan satria pertama yang terjun ke medan perang dengan mengendarai kuda dalam Islam. Beliau ini mempersunting Daba`ah binti Zubair bin Abdul Muthalib, ponakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau termasuk orang yang mengikuti dua kali hijrah, ke Abessina dan ke Madinah dan sempat mengikuti perang Badar dan semua perang yang sesudah itu. Beliau meninggal se waktu pemerintahan Usman bin Affan.

Miswar bin Makhramah (wafat 64 H) Nama lengkapnya ialah Miswar bin Makhramah bin Naufal bin Ahyab Al-Qurasyi Az-Zuhri, seorang sahabat

yang dijuluki dengan Abu Abdurrahman. Beliau sempat menyaksikan hidupnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika dia masih kanak-kanak dan sempat mendengar beberapa hadis langsung dari Nabi. Dia meriwayatkan hadis dari khulafaurrasyidin yang empat dan tokoh perawi sahabat yang lainnya.

Mu`aiqib bin Abu Fatimah (wafat 40 H) Mu`aiqib bin Abu Fatimah Ad-Dusi ini adalah seorang sahabat yang hadisnya diriwayatkan oleh Abu Salamah

bin Abdurrahman. Beliau berdomisili di Kota Madinah. Muawiah bi Abu Sofyan (20 SH-60 H) Muawiah bi Abu Sofyan bin Harb bin Umaiah Al Qurasyi Al Umawi adalah pendiri Daulat Umaiah di Suriah.

Beliau lahir di Mekah dan sempat memusuhi Islam dan akhirnya memeluk Islam ketika penaklukan kota Mekah (8 H). Beliau sempat belajar tulis baca dan matematika, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengangkatnya menjadi juru tulisnya. Beliau bertugas di Suriah di masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Usmanbin Affan. Beliau menentanag Ali dan berkonfrontasi dengan Ali dalam perang Shiffin (37 H/657 M) yang berakhir dengan sebuah arbitrase. Beliau dinobatkan menjadi khalifah (40-60 H/661-680 M) di mana ibukota pemerintahan dia pindahkan ke Damaskus. Beliau termasuk tokoh penakluk ternama dalam sejarah Islam, di mana penaklukannya sampai ke daerah di Lautan Atlantik.

Muaz bin Jabal (wafat 18 H/ 639 M) Sahabat asal Ansar dari suku Khajraj ini sempat mengikuti baiat Akabah dan semua peperangan yang diikuti

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah menugaskan beliau menjadi hakim di Yaman. Beliau termasuk kelompok enam yang mempunyai kodifikasi sekaligus hafiz Al Quran di zaman Nabi. Beliau sempat mengikuti perang Yarmuk dan meninggal akibat penyakit pes yang melanda di kala itu.

Mugirah bin Syukbah (wafat 50 H) Sahabat asal suku Tsaqafi ini adalah termasuk cendekia Arab. Beliau meriwayatkan banyak hadits dari

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan sempat mengikuti baiat Ridwan, perang Yamamah, penaklukan negeri Syam (Suriah dan sekitarnya) dan penaklukan Irak. Sewaktu pemerintahan Umar bin Khattab ra. beliau ini diserahi memerintah kota Basrah dan Koufah. Setelah Usman naik tahta kekhalifahan, beliau diberhentikan, namun setelah Muawiah naik tahta beliau kebali diangkat sebagai pemerintah kota Koufah yang akhirnya beliau meninggal di tempat terakhir ini.

Muhammad bin Maslamah (wafat 43 H) Sahabat asal Ansar dari suku Aus ini termasuk yang mempunyai keutamaan. Dia termasuk orang yang

bernama Muhammad di zaman Jahiliah. Beliau ikut membunuh Kaab bin Asyraf yang menghasut suku

Page 180: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Quraisy untuk memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau ini sempat mengikuti perang penaklukan Mesir dan Syam. Beliau tidak mengikuti perang Jamal dan Shiffin karena menghindari terjadinya fitnah. Beliau meninggal di Madinah.

Mujasyi` bin Masud (wafat 36 H) Nama lengkapnya adalah Mujasyi` bin Masud bin Tsalabah As-Salami, seorang sahabat yang terkenal berani.

Dia sempat ikut dalam perang menaklukkan Kota Kabul dan menanda tangani perjanjian damai dengan rajanya, kemudian meneruskan peperangan sampai ke Makran dan daerah pedalaman. Ketika Perang Jamal terjadi, beliau saat itu menjabat kepala suku Bani Salim, dia berpihak kepada Aisyah, tetapi keburu terbunuh sebelum perang tersebut terjadi dan dikuburkan di Kota Basrah.

Musayab bin Hazen Nama lengkapnya adalah Musayab bin Hazen bin Abu Wahab bin Amru Al-Makhzumi Al-Qurasyi, seorang

sahabat yang ikut dalam peristiwa Baiat Ridwan bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau adalah ayah dari Said bin Musayab, seorang ahli fikih.

Mushab bin Umair (wafat 3 H) Beliau termasuk sahabat yang mempunyai keistimewaan. Dia memeluk Islam tetapi merahasiakan

keislamannya terhadap keluarganya. Setelah keluarganya mengetahui keislamannya, mereka mengurungnya kemudian melepaskannya kembali. Setelah itu dia ikut berijrah ke Abessinia dan kembali ke Mekah seusai baiat Akabah I. Beliau menyibukkan diri mengajari kaum muslimin Al Qur`an dan mengimami salat mereka. Beliau sempat mengikuti perang Badar dan Uhud membawahi sebuah brigade. Beliau mati syahid dalam perang Uhud.

Naim bin Masud (wafat 30 H) Sahabat asal suku Bani Asyjak ini memeluk Islam pada malam perang Khandak Beliau berhasil memecah

antara pasukan Bani Quraizah dengan Bani Gathfan dalam perang Khandak tersebut. Beliau berdomisili dan meninggal di Madinah.

Nukman bin Basyir (wafat 65 H) Sahabat yang sastrawan ini pernah memerintah di Koufah sewaktu pemerintahan Muawiah, di Homs sewaktu

pemerintahan Yazid. Karena beliau ikut membaiat Abdullah bin Zubair, beliau dibunuh oleh lawan politiknya. Beliau ini mempunyai kumpulan puisi.

Nukman bin Makran (wafat 21 H) Nukman bin Makran bin Umar bin Aiz ini adalah sahabat asal suku Mazani yang menjadi komando dalam

perang penaklukan Persia. Beliau berhasil menduduki wilayah Qarmisin, namun terbunuh dalam perang Nahawand.

Qais bin Saad (wafat 60 H) Nama lengkapnya adalah Qais bin Saad bin Ubadah bin Dulaim Al-Anshari Al-Khajraji, seorang sahabat yang

menjabat kepala polisi pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. Oleh Khalifah Ali bin Abu Thalib beliau diangkat menjadi gubernur Mesir tahun 36 H. Beliau wafat di Kota Madinah.

Qaka` bin Amar At Tamimi (wafat 40 H) Sahabat ini adalah seorang patriot Arab di zaman jahiliah dan Islam, dia sempat mengikuti perang Yarmuk.

Dalam perang Qadisiah dia menderita luka parah. Dia ikut berjuang dalam perang Jamal di belakang Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar pernah bicara tentang dia “ Teriakannya dalam suatu pertempuran lebih bermanfaat dari kehadiran seribu serdadu”. Beliau berdomisili dan meninggal dunia di Koufah.

Qatadah bin Nukman Al Anshari (wafat 23 H) Beliau ini termasuk juru tembak terkenal, dia mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wassalam. Dalam perang Uhud sebelah matanya cedera sampai jatuh keluar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memasukkannya kembali ke tempatnya, sampai akhir hayatnya mata tersebut terus sehat. Beliau meninggal di Madinah.

Rafi bin Khudaij (wafat 73 H) Nama lengkapnya ialah Rafi bin Khudaij bin Rafi Al-Ausi Al-Anshari, seorang sahabat yang meriwayatkan

hadis dari kedua pamannya, Zuhair dan yang satu lagi tidak diketahui namanya. Beliau berdomisili di Kota Madinah dan meninggal dunia di sana.

Saad bin abi Waqqas (wafat 55 H) Sahabat asal Quraisy dari suku Zuhri ini termasuk sepuluh orang yang diproyeksikan Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wassalam masuk surga. Beliau ini memimpin pasukan dalam penaklukan Persia dan berhasil memukul pasukan panglima Rustum dalam perang Qadisiah. Beliau inilha yang membangun kota Koufah.

Saad bin Muaz (wafat 5 H) Saad bin Muaz bin Nukman asal Madinah, suku Aus ini adalah seorang sahabat yang mempunyai jiwa patriot.

Beliau adalah bangShallallahu ‘alaihi wassalaman suku Aus yang masuk Islam antara baiat Akabah I dan baiat Akabah II. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pernah mengaplikasikan pendapatnya sekitar pembangkangan dan pembatalan perjanjian yang ditanda tangani Nabi dengan bani Quraizah yaitu membunuh kaum lelaki dan memperbudak kaum wanita dan anak-anak mereka. Beliau mati syahid dalam perang Khandak

Saad bin Ubadah (wafat 14 H) Sahabat asal Ansar, suku Khajraj ini termasuk pangeran terpandang di masa jahiliah dan Islam. Beliau sempat

mengikuti baiat Akabah, perang Uhud, perang Khandak. Beliau ini mempunyai ambisi menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, sehingga dia tidak ikut membaiat Abu Bakar Siddik dan Umar bin Khattab. Beliau menyingkir ke daerah Khauran dan meninggal di daerah tersebut.

Saddad bin Aus (wafat 58 H) Saddad bin Aus bin Tsabit Al Khajraji yang dijuluki dengan Abu Abdurrahman ini sempat mengikuti prang

Badar. Beliau ini mempunyai dua keistimewaan, masing-masing bila bicara, jelas sekali dan bila marah dapat dipendam. Beliau meninggal di Palestina dan dimakamkan di Baitulmakdis di masa pemerintahan Muawiah.

Sahal bin Hunaif (wafat 38 H)

Page 181: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Nama lengkapnya adalah Sahal bin Hunaif bin Wahib Al-Ausi Al-Anshari, seorang sahabat yang ikut serta dalam hampir seluruh peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. juga termasuk yang bertahan pada posisinya saat kekalahan kaum muslimin di Perang Uhud. Beliau diangkat oleh Ali bin Abu Thalib menggantikan kedudukannya di Madinah ketika pasukan akan bergerak ke Kota Basrah, setelah itumenjabat sebagai gubernur Persia.

Sahal bin Saad Saidi (wafat 91 H) Nama lengkapnya adalah Sahal bin Saad bin Malik Al-Anshari As-Saidi, seorang sahabat yang sebelumnya

bernama Hazen kemudian diganti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. dengan Sahal. Beliaulah sahabat yang terakhir meninggal dunia di Kota Madinah dalam usia 100 tahun.

Saib bin Yazid (wafat 91 H) Nama lengkapnya adalah Saib bin Yazid bin Said bin Tsumamah bin Aswad Al-Kindi, seorang sahabat yang

dalam usia 7 tahun, dibawa kedua orang tuanya melaksanakan haji wada bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau wafat di Kota Madinah.

Said bin Ash (wafat 59 H) Nama lengkapnya adalah Said bin Ash bin Said bin Ash bin Umaiah bin Abdu Syams keturunan Umawi ini

adalah seorang sahabat yang mempunyai sifat dermawan dan berkelakuan baik. Pada tahun 30 H khalifah Usman bin Affan mengangkatnya sebagai penguasa di Koufah. Beliau ini termasuk pembantu khalifah dalam program pengkodifikasian Al Qur`an. Beliau meninggal di Madinah.

Said bin Zaid (wafat 51 H) Nama lengkapnya adalah Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi ini adalah seorang sahabat asal Quraisy

yang berkesempatan mengikuti semua peperangan yang disertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam kecuali perang Badar. Beliau termasuk sepuluh orang yang diproyeksikan masuk surga oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau ikut dalam penaklukan negeri Syam (Suriah dan sekitarnya), kemudian meninggal di Madinah.

Salim, Maula Abu Huzaifah (wafat 11 H) Nama lengkapnya adalah Salim bin Ubaid bin Rabiah. ia termasuk orang yang masuk Islam dari sejak dini dan

termasuk empat orang guru Al Qur`an yang mendapat rekomendasi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau diserahi pemegang bendera Islam dalam perang penumpasan kaum murtad di saat mana keduatangan beliau terputus kemudian beliau mati syahid.

Salmah bin Akwa` (wafat 47 H) Sahabat ini termasuk orang yang membaiat Nabi dalam baiat Ridwan. Beliau mengikuti Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wassalam dalam tuju kali peperangan. Dia mempunyai jiwa patriot, juru tembak dan tangkas larinya melebihi keccepatan kuda. Beliau ini meninggal dalam usia 80 tahun

Salman Al Farisi (wafat 35 H) Sahabat yang dulunya penganut agama Majusi dari Persia ini berangkat meninggalkan kampung halamannya

dengan suatu tujuan mencari agama yang benar. Pertama sekali dia menganut agama Kristen, dia ditawan dan dijual dan berpindah-pindah tangan, terakhir sampai ke Madinah lalu dibeli dan dimerdekakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau inilah yang mempunyai ide penggalian paret dalam perang Khandak. Beliau mengikuti semua peperangan termasuk penaklukan Irak, kemudian dia diangkat sebagai pemerintah di Madain. Dia berdomisili dan meninggal di pos terakhirnya ini.

Samurah bin Jundub (wafat 56 H) Beliau ini sangat jujur, tidak pernah bohong dan mencintai Islam, salah seorang pejabat kekhalifahan yang

berasal dari Ansar. Beliau berdomisili dan meninggal di Basrah di masa pemerintahan Muawiah, bila beliau pergi tugas ke kota Koufah beliau digantikan oleh Ziad. Beliau ini sangat tegas dalam menghadapi kaum sparatis Khawarij.

Shaab bin Jatsamah Al-Laitsi (wafat 25 H) Nama lengkapnya adalah Shaab bin Jatsamah bin Qais Al-Laitsi, salah seorang sahabat yang terkenal berani.

Beliau selalu ikut andil dalam banyak peperangan pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. juga dalam perang menaklukkan Istakher dan Persia.

Shuhaib Ar Rumi (wafat 28 H) Nama lengkapnya adalah Shuhaib bin Sannan bin Malik, ia ini dijuluki dengan Ar Rumi, karena beliau lama

berdomisili di Roma ketika dia tertawan. Beliau ini masuk Islam di Dar Arqom bersama Ammar. Beliau termasuk orang-orang lemah yang menerima berbagai macam cobaan dalam mempertahankan agamanya. Beliau ikut berhijrah ke Madinah dan sempat mengikuti perang Badar. Kaum Quraisy memberi pilihan kepadanya antara hijrah ke Madinah dan hak-miliknya yang berada di Mekah, tetapi dia memilihhijrah, oleh karena itulah Firman Allah turun tentang beliau yang berarti ” Ada sebagian orang yang berani membeli dirinya demi mengharap rida Allah” Al Baqarah ayat 207.  Beliau sempat mengikuti semua perang mulai dari perang Badar, kemudian meninggal di Madinah.

Shukbah bin Najiah (wafat 9 H) Nama lengkapnya adalah Shukbah bin Najiah bin Iqal bin Muhammad bin Sofyan, ia adalah pemuka Arab dan

pimpinan suku Tamim di masa jahiliah dan Islam Beliau inilah warga Tamim pertama membayar tebusan agar tidak menanam putri suku mereka hidup-hidup, sehingga di saat Islam muncul beliau mempunyai 104 orang putri yang ditebusnya dari orang tua merekamasing-masing agar tidak ditanam.

Suhail bin Amr (wafat 15 H) Nama lengkapnya adalah Suhail bin Amr bin Abdu Syams Al Amiri, ia ini adalah pimpinan delegasi Quraisy

dalam perjanjian Hudaibiah. Kaum Muslimin berhasil menawannya dalam perang Badar, namun dia dibebaskan setelah membayar tebusan dirinya. Beliau tetap dalam agama aslinya sampai penaklukan kota Mekah. Pada saat itulah beliau masuk Islam, seterusnya berangkat dan berdomisili di Madinah. Beliau sempat mengikuti perang penaklukan negeri Syam (Suriah dan sekitarnya) dan perang Yarmuk dan meninggal dalam perang terakhir ini.

Page 182: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sulaiman bin Sharad (wafat 65 H) Nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Sharad bin Jun bin Abu Jun Abdul Uzza bin Munqiz As-Saluli Al-

Khuza`i, seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Mathraf. Sebelumnya beliau dinamai Yasar lalu diganti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. dengan Sulaiman. Beliaulah pemimpin Jamaah orang-orang yang bertaubat yang menuntut bela atas kematian Imam Husain. Beliau gugur dalam peperangan melawan tentara Abdullah bin Ziyad.

Suraqah bin Malik (wafat 24 H) Sahabat inilah yang berhasil mengejar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika hijrah ke Madinah,

namun berkat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, kedua kaki kudanya tertanam di pasir. Atas permohanannya sendiri dia minta dibebaskan, dengan syarat dia tidak akan memberitahukan kepada siapapun. Beliau ini masuk Islam pada penaklukan kota Mekah dan meninggal dunia di masa pemerintahan Usman bin Affan.

Thalhah bin Abdullah (wafat 36 H) Nama lengkapnya adalah Thalhah bin Abdullah bin Usman bin Kaab bin Said, sahabat asal Quraisy ini adalah

salah seorang dari enam konsultan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan termasuk sepuluh orang yang diproyeksikan masuk surga oleh Nabi. Beliau ini mengikuti perang Uhud dan menderita luka parah yang luar biasa. Dia membuat dirinya menjadi perisai bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam danmengalihkan panah yang akan menancap diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dengan tangannya sehingga semua jari-jarinya terputus. Beliau meninggal akibat panahan pada perang Jamal.

Thulaib bin Umair (wafat 13 H) Nama lengkapnya adalah Thulaib bin Umair bin Wahab bin Abi Katsir bin Qushai, beliau  adalah seorang

sahabat asal Quraisy. Beliau ini termasuk peserta emigran ke Abessinia. Beliaulah orang pertama menumpahkan darah kaum musyrikin dalam sejarah Islam karena mempertahankan Nabi. Dia berkesempatan mengikuti perang Badar dan berbagai peperangan berikutnya sampai beliau menemui ajalnya dalam perang Ajnadin.

Tsabit bin Dlahhak (wafat 64 H) Nama lengkapnya adalah Tsabit bin Dlahhak bin Khalifah Asyhali Al-Ausi Al-Madani, seorang sahabat yang

dijuluki dengan Abu Zaid. Beliau ikut dalam peristiwa Baiat Ridwan, dia dibonceng oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. pada Perang Khandaq. Beliau meriwayatkan 14 hadis.

Tsauban bin Mujaddid  (wafat 54 H) Namanya adalah Tsauban bin Mujaddid, seorang budak yang dibeli oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wassalam. lalu dibebaskan. Kemudian beliau masih terus berkhidmat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. sampai wafatnya dan meriwayatkan 128 hadis.

Tsumamah bin Atsal (wafat 11 H) Nama lengkapnya adalah Tsumamah bin Atsal bin Nukman bin Maslamah Al Hanafi, beliau ini berasal dari

daerah Yamamah. Beliau adalah seorang satria yang ditakuti dan pemuka dalam kaumnya. Beliau datang ke Madinah dan menyatakan ke Islamannya di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, setelah itu dia pergi ke Mekah meneruskan dakwah Nabi, menantang ide Musailamah Al Kazab. Pada tahun 8 H beliau diangkat oleh Nabi menjadi pemerintah di Bahrain Dalam berbagai peperangan melawan kaum musyrikin, Tsumamah ini selalu memberikan bala bantuan.

Ubadah bin Shamit (wafat sekitar 34 H) Nama lengkapnya adalah Ubadah bin Shamit bin Qais, sahabat asal Ansar, suku Khajraj ini termasuk salah

seorang pimpinan dalam baiat Akabah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mepersaudarakan beliau dengan Abu Murtsid Al Ganawi. Beliau sempat mengikuti perang Badar dan semua peperangan lainnya termasuk perang penaklukan Mesir. Beliaulah hakim Islam pertama di daerah Palestina dan termasuk hafiz yang mempunyai kodifikasi Al Qir`an di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau menginggal di Ramlah.

Ubai bin Kaab bin Qais (wafat 21 H) Sebelum kedatangan Islam, Ubai ini adalah termasuk pendeta Yahudi yang banyak membaca kitab-kitab

klasik. Beliau ini sempat mengikuti baiat Akabah II, ketika itulah dia mengumumkan keislamannya sekaligus membaiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Sejak itu Ubai masuk ke dalam kelompok juru tulis wahyu. Beliau sempat mengikuti perang Badar, Uhud dan semua perang yang diikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau ini termasuk empat orang pengajar Al Qur`an yang hafiz dan mempunyai kodifikasi Al Qur`an di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, dia terkenal dengan julukan Said El Qurra` .

Ukbah bin Amir Al Juhani (wafat 59 H) Sahabat ini meriwayatkan banyak hadis langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, sebaliknya

banyak pula sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadis Nabi dari beliau. Beliau ini adalah seorang pandai Al Qur`an, pakar Faraidl dan ilmu Fikih disamping sebagai puitis juga sebagai penulis kawakan. Beliau ini termasuk hafiz Al Qur`an, sempat mengikuti perang penaklukan kota Damaskus dan perang Shiffin dan akhirnya meninggal di masa pemerintahan Muawiah.

Umair bin Wahab Al Jamhi (wafat 24 H) Suku Quraisy pernah mengutusnya untuk membunuh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam akan tetapi sebelum

melakukan niatnya beliau bertaubat dan memeluk Islam. Beliau sempat mengikuti perang Uhud dan peperangan-peperangan lain setelah itu. Dia berjuang menumpas kaum murtad. Beliau termasuk dalam pasukan penaklukan Syam, ikut bersama Amru bin Ash menaklukkan kota Alexandria. Beliau hidup sampai awal pemerintahan Usman bin Affan.

Umar bin Abu Salamah (2-83 H) Nama lengkapnya adalah  Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad Al-Khajraji, dilahirkan di

Abessina. Beliau dibesarkan dan dididik oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dia pernah menjadi gubernur di Bahrain pada masa Ali bin Abu Thalib serta berjuang dalam barisannya ketika Perang Jamal tahun 36 H/656 M. Beliau wafat di Kota Madinah.

Page 183: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Usamah bin Zaid (wafat 54 H) Usamah lahir dari keluarga yang sudah Muslim. Semasa mudanya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

wassalam menyerahkan pimpinan pasukan militer yang besar kepadanya. khalifah Umar bin Khattab menaruh respek kepadanya. Beliau termasuk orang yang menyingkirkan diri dari pemerintahan karena menghindari terjadinya fitnah sepeninggal khalifah Usman bin Affan. Usamah meninggal di Medinah

Usman bin Maz`un (wafat 2 H) Sahabat yang termasuk cendekiawan Arab di zaman jahiliah ini sempat mengikuti perang Badar dan

meninggal dunia sekembalinya dari perang tersebut. Beliau inilah yang pernah berniat membujang dan meninggalkan keduniaan akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melarang berliau dari niat tersebut. Sepeninggal beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menciumnya sambil mengalirkan air mata. Beliau inilah sahabat pertama meninggal di Madinah.

Wahsyi bin Harb (wafat 25 H) Sahabat ini termasuk pahlawan dari kelompok budak Mekah di zaman Jahiliah. Beliau inilah pembunuh

Hamzah dalam perang Uhud, setelah itu beliau memeluk Islam. Beliau sempat mengikuti perang penumpasan kaum murtad dan berhasil membunuh Musailamah. Beliau juga ikut dalam perang Yarmuk, kemudian dia berdomisili dan meninggal dunia di Homs.

Ya’la bin Umaiah (wafat 37 H) Nama lengkapnya adalah Ya`la bin Umaiah bin Abu Ubaidah bin Hammam At Tamimi Al-Handali, seorang

sahabat yang masuk Islam pada hari penaklukan Kota Mekah. Beliau ikut bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. dalam Perang Taif, Hunain dan Tabuk. Oleh Khalifah Abu Bakar beliau diangkat menjadi gubernur Yaman.

Zaid bin Arqam (wafat 68 H) Nama lengkapnya adalah Zaid bin Arqam bin Yazid bin Qais bin Nukman bin Malik bin Agar bin Tsalabah

bin Kaab bin Khajraj, seorang sahabat yang menyertai Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam. dalam 17 kali peperangan, yang pertama adalah pada Perang Khandaq. Beliau juga banyak meriwayatkan hadis.

Zaid bin Haritsah (wafat 8 H/629 M) Sahabat ini pernah diangkat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai anak angkat, sebelum

legalitas anak angkat dicabut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengawinkannya dengan Zainab binti Jahasy putri pamannya kandung, setelah keduanya cerai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam mengawinkannya lagi dengan Umu Kaltsum Binti Uqbah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerdekakannya setelah pergaulan mereka akrab dengan catatan pembayaran tebusan dari keluarganya. Beliau diserahkan memimpin pasukan dalam perang Muktah.

Zaid bin Khalid Al-Juhani (wafat 68 H) Zaid bin Khalid Al-Juhani ini adalah seorang sahabat yang ikut dalam Perdamaian Hudaibiah. Pada hari

penaklukan Kota Mekah beliau dipercayakan memegang bendera suku Juhainah. Beliau banyak meriwayatkan hadis Nabi yang termuat dalam kitab Sahih Bukhari dan Muslim.

Zaid bin Khattab (wafat 11 H) Zaid bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza adalah saudara sebapak Umar bin Khattab. Beliau ini termasuk

peserta emigran pertama-tama yang berkesempatan mengikuti semua peperangan mulai dari perang Badar. Beliau ikut dalam perang penumpasan kaum Murtad di Yamamah dan meninggal dalam perang tersebut.

Zaid bin Tsabit (wafat 45 H) Sahabat asal Ansar, suku Khajraj ini termasuk tokoh sahabat dan pakar ilmu faraid. Beliau ditugasi oleh

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam belajar bahasa Suryani dan Ibrani agar dapat mengetahui isi surat-surat yang diterma Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dari kedua suku ini. Beliau ini adalah termasuk juru tulis wahyu.

Zubair bin Awam (wafat 36 H) Sahabat asal Quraisy ini adalah putra bibi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sekaligus pendampingnya.

Beliau termasuk 10 orang yang telah diproyeksikan masuk surga. Dia mengikuti semua perang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam

Para Shahabiyah Rasulullah

وسلم عليه لله ا صلى

Asma binti Abu Bakar (wafat 73 H) Asma Binti Yazid Al-Anshariah (wafat 30 H) Asma binti ‘Umais (Ummu Ubdillah) Asy Syfa binti Harits Barirah maulah ‘Aisyah Hamnah bintu Jahsyi Hindun binti ‘Utbah Khansa binti Amru wafat 24 H Khaulah binti Tsa’labah Rubai bin Ma’udz Raihanah binti Zaid bin Amru

Page 184: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Shafiyah binti Abdul Muththalib Sumayyah binti Khayyath Umamah Bintu Abil ‘Ash Ummu Athiyyah Al-Anshariyah Ummu ‘Aiman (Barkah bintu Tsa’labah bin ‘Amr) Ummu Fadhl (Lubabah binti al-Haris) Ummu Hani’ binti Abi Thalib Ummu Syuraik al Quraisyiah Ummu Haram (Malikah binti Milhan bin Khalid Al-Anshariah) wafat 28 H Ummu Halim bin Harits Ummu Umarah (Nusaibah binti Kaab) wafat 13 H Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah Ummu Waraqah binti Naufal Ummu Ruman bintu ‘Amir Ummu Sulaim binti Malhan Para Shahabiyah Rasulullah lainnya (Baca Selanjutnya : )

Selain para Shahabiyah diatas. Dibawah juga ini masih termasuk para Shahabiyah Rasulullah عليه لله ا صلى.dengan penjelasan biografi singkatnya , وسلم

Arwa binti Abdul Muthalib (wafat 15 H.) Bibi Rasulullah ini, termasuk wanita yang terpandang pada masa Jahiliah dan masa Islam. Beliau memiliki ide-

ide yang jernih dan profesional melantunkan syair. Fatimah binti Qais bin Khalid (wafat 50 H.) Sahabat wanita yang berpandangan luas ini termasuk rombongan yang pertama berhijrah. Di tempat

kediamannyalah diselenggarakan pertemuan tokoh-tokoh Islam (ahli syura) untuk memusyawarahkanpengganti khalifah sepeninggal Umar.

Gazalah Al-Haruriah (wafat 77 H.) Istri Syabib bin Yazid Al-Haruri ini terkenal sebagai wanita pemberani dan tangkas. Beliau ikut berperang

dalam beberapa kali pertempuran sebagaimana pahlawan lainnya. Terdapat sebuah ceritapopuler tentang dirinya yaitu larinya Hajjaj karena tidak mampu menghadapinya dalam sebuah pertempuran.

Hindun binti Utbah bin Rabiah (wafat 14 H.) Sahabat wanita dari suku Quraisy yang terkenal dengan kefasihan kelantangan, ide-ide yang gemilang dan

tegas ini, cukup professional dalam membacakan syair. Sebelum masuk Islam dia sering membangkitkansemangat kaum musyrikin untuk menghantam kaum muslimin. Dia masuk Islam pada waktu penaklukan Kota Mekah dan berkesempatan pula mengikuti Perang Yarmuk serta aktif membangunkan semangat kaummuslimin dalam melawan tentara Romawi.

Juwairiah binti Abu Sofyan (wafat 54 H.) Seorang sahabat dan pejuang wanita yang turut menggempur musuh secara langsung pada Perang Yarmuk.

Beliau juga ikut dalam berbagai pertempuran lainnya yang membuktikan bahwa dia adalah wanita pioniryang tangkas.

Khaulah binti Azwar Al-Asadi (wafat 35 H.) Penyair wanita yang termasuk pemberani ini mirip dengan Khalid bin Walid dalam aktifitas kemiliterannya.

Dia mempunyai kumpulan cerita tentang penaklukan negeri-negeri Syam. Syair-syairnya dianggap sebagai syair yang melukiskan kemuliaan dan kemegahan.

Laila Al-Gifariah (wafat 40 H.) Sahabat wanita yang terpandang ini sering mengikuti Rasulullah ke medan tempur untuk mengobati pejuang

yang sakit dan terluka. Pada waktu Perang “Jamal” ia ikut berangkat ke Basrah berperang dibarisan Ali bin Abu Thalib.

Lubabah Kubra (Lubabah binti Harits Al-Hilali) (wafat 30 H.) Istri Abbas bin Abdul Muthalib ini, termasuk wanita terhormat yang melahirkan banyak tokoh. Beliau masuk

Islam di Mekah setelah Khadijah, dengan demikian dia adalah wanita kedua masuk Islam. Muazah binti Abdullah Al-Adawiah (wafat 83 H.) Wanita ini adalah pakar hadis yang banyak meriwayatkan hadis dari Aisyah dan Ali bin Abu Thalib ra. Dia

termasuk perawi yang terpercaya yang mencapai tingkat siqah dan hujjah dalam ilmu hadis. Qatilah binti Harits bin Kaldah (wafat 20 H.) Penyair wanita ranking pertama ini, adalah saudara kandung Nadhar yang sering menghalang-halangi orang-

orang yang ingin menemui Nabi . Beliau berhasil menawan dan membunuh saudaranya pada PerangBadar, seraya melantunkan sebuah syair yang dianggap merupakan sebab Rasulullah . melarang membunuh tawanan Quraisy. Beliau masuk Islam dan meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah .

Rabayi` binti Mi`waz bin Harits Al-Anshariah (wafat 45 H.) Sahabat wanita yang terkemuka ini sempat membaiat Rasulullah  pada waktu Baiat Ridwan dan turut dalam

berbagai pertempuran bersama Rasulullah . Dia bertugas mensuplai minuman kepada para pejuangdan merawat serta mengobati mereka serta mentransportasikan pahlawan yang gugur dan yang luka-luka ke Madinah.

Rufaidah Al-Anshariah (wafat 35 H.) Sahabat wanita juru rawat tentara yang luka-luka ini telah mengabdikan dirinya untuk melayani para pejuang

Islam dan dianggap sebagai juru rawat pertama dalam sejarah Islam. Dialah yang membalutluka Saad bin Abu Waqash ketika dibawa ke kemahnya sewaktu Perang Khandaq.

Rumaisha binti Milhan (wafat 30 H.)

Page 185: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sahabat wanita terpandang, ibu Anas bin Malik ini, ikut dalam beberapa kali pertempuran. Pada waktu Perang Uhud, dia bertugas sebagai pensuplai minuman para pejuang dan mengobati yang cedera.Pada waktu Perang Hunain dia bersama Aisyah bertugas mengambil air dan membawanya dengan kantong-kantong kulit untuk diberikan kepada kaum muslimin di saat perang sedang berkecamuk, setelah itu merekakembali lagi mengambil air dan membawanya ke barisan kaum muslimin.

Subaiah binti Harits Subaiah binti Harits Al-Aslamiah ini, adalah seorang sahabat wanita yang pernah kawin dengan Saad bin

Khaulah dari suku Bani Amir yang berasal dari Bani Luai. Saad, suaminya, sempat ikut dalam PerangBadar dan wafat ketika melaksanakan haji wada. Umar bin Abdullah bin Arqam meriwayatkan hadis yang berkenaan dengan talak dari sahabat wanita ini.

Syifa binti Abdullah Al-Adawiah Al-Qurasyiah (wafat 20 H.) Sahabat wanita yang terkemuka ini, pada zaman Jahiliah sudah pandai tulis-baca dan setelah Islam dia

mengajari Hafsah (istri Rasulullah.) tulis-baca. Rasulullah memberikan kepadanya sebuah rumahdi Madinah. Umar bin Khattab selalu mengutamakan pendapatnya.

Ummu Athiyah Al-Anshariah (Nasibah binti Harits) (wafat 8 H.) Sahabat wanita terkemuka ini, sempat berbaiat kepada Rasulullah, meriwayatkan hadis-hadis dari beliau dan

mengikuti beliau berperang sebanyak tujuh kali peperangan. Dia bertugas membuat makanan untukpejuang muslimin, mengobati tentara yang terluka dan merawat yang sakit.

Ummu Darda (Khairah binti Abu Hadrad Al-Aslami) wafat 30 H. Sahabat wanita yang terkemuka dan memiliki ide-ide yang cemerlang ini berhasil menghafal banyak hadis

Rasulullah . Banyak tabiin yang meriwayatkan hadis dari beliau, seperti Sofwan bin Abdullah.Beliau berdomisili di Madinah dan meninggal di negeri Syam (Suriah).

Ummu Kulsum binti Uqbah bin Muit (wafat 40 H.) Sahabat wanita yang masuk Islam di Mekah ini adalah wanita yang ikut berhijrah dalam priode pertama.

Beliau berjalan kaki dari Mekah menuju ke Madinah. Ummu Qais binti Mihsan Nama aslinya adalah Aminah binti Mihsan Al-Asadiah, seorang sahabat wanita yang telah memeluk Islam dari

sejak dini dan ikut berhijrah dan membaiat Nabi . Dialah wanita yang datang menyerahkan bayinyakepada Nabi yang kemudian oleh Nabi diletakkan di atas pangkuannya, bayi tersebut buang air kecil, Nabi menyuruh mengambil air danmenyiramkannya ke atas bagian pakaian yang terkena air kencing tanpa dicuci.

Ummu Waraqah binti Abdullah bin Harits (wafat 15 H.) Sahabat wanita yang sempat berbaiat kepada Rasulullah  ini, adalah hafal dan mempunyai koleksi Alquran.

Beliau sempat mengikuti,Perang Badar, di saat itu dia aktif mengobati tentara yang terluka dan merawat yang sakit.

Zainab binti Ali bin Abu Talib (wafat 62 H.) Dia adalah saudara kandung Hasan dan Husain yang sempat ikut bersama saudaranya Husain dalam Perang

Karbela. Dia dikenal dengan kewibawaan dan kepandaian berpidato dengan gaya bahasa yang menarik.

Hadis Arbain : Hadits Keduapuluh Lima

Hadits 25: Shadaqah

ل7ى الل¸ه علي¸ه وس¸لم و=ل9 الل¸ه9 ص¸? س; ص=ح?اب9 ر?? � م9ن= أ ?اسا ?ن7 ن =ه; : أ ض9ي? الله; ع?ن 9ي ذ?ر  ر? ب

? ع?ن= أا ?م¸? ¦و=ن? ك ل ;ص¸? ;ج;و=ر9 ي =أل 9ا ;و=ر9 ب ?ه=ل; الد¦ث و=ل? الله9، ذ?ه?ب? أ س; ?ا ر? 7م? ي ل =ه9 و?س? ?ي 9يd ص?ل7ى الله; ع?ل 7ب 9لن ;وا ل ق?الل? الل¸ه; د= ج?ع¸? =س? ق¸? ?ي و? ل

? 9ه9م= ق?ال? : أ م=و?ال? 9ف;ض;و=ل9 أ ?ص?د7ق;و=ن? ب ، و?ت ?ص;و=م; ?م?ا ن ?ص;و=م;و=ن? ك ;ص?لdي، و?ي ن

=د?ة� ص?د?ق?ة�، ?ح=م9ي ;لd ت ة� ص?د?ق?ة� و?ك =ر? 9ي =ب ?ك ;لd ت =ح?ة� ص?د?ق?ة� و?ك 9ي ب ?س= ;لd ت 9ك ;م= ب ?ك 9ن7 ل ?ص?د7ق;و=ن? : إ ?ت ;م= م?ا ي ?ك ل;م= د9ك ?ح¸? ع9 أ ;ض¸= د?ق?ة� و?ف9ي ب ر� ص¸? ? =ك ?ه=ي� ع?ن م;ن د?ق?ة� و?ن و=ف9 ص¸? =م?ع=ر; ال 9 ر� ب م¸=

? ?ة� ص?د?ق?ة� و?أ =ل 9ي ?ه=ل ;لd ت و?كو= ? ;م= ل =ت ?ي أ ر?

? ال? : أ ر~ ؟ ق¸? ?ج¸= ا أ =ه¸? ?ه; ف9ي ;و=ن; ل ?ك ?ه; و?ي ه=و?ت ?ا ش? ?ح?د;ن 9ي أ =ت ?أ ?ي و=ل? الله9 أ س; ?ا ر? ;وا : ي ص?د?ق?ة� ق?ال?ج=ر~ . ?ه; أ ?ان? ل ?ل9 ك =ح?ال 9ذ?ا و?ض?ع?ه?ا ف9ي ال 9ك? إ ?ذ?ل ر~ ؟ ف?ك =ه9 و9ز= ?ي ?ان? ع?ل ?ك � أ ام و?ض?ع?ه?ا ف9ي ح?ر?

[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.

Page 186: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(Riwayat Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

1. Sikap bijak dalam menanggapi berbagai kondisi serta mendatangkan kabar gembira bagi jiwa serta menenangkan perasaan.

2. Para shahabat berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.

3. Luasnya keutamaan Allah ta’ala serta banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka bagi hamba-Nya.

4. Semua bentuk zikir sesungguhnya merupakan shodaqoh yang dikeluarkan seseorang untuk dirinya.

5. Kebiasaan-kebiasaan mubah dan penyaluran syahwat yang disyariatkan dapat menjadi ketaatan dan ibadah jika diiringi dengan niat shalih.

6. Anjuran untuk meminta sesuatu yang dapat bermanfaat bagi seorang muslim dan yang dapat meningkatkan dirinya ke derajat yang lebih sempurna.

7. Didalam hadits ini terdapat keutamaan orang kaya yang bersyukur dan orang fakir yang bersabar.

Para Tabi’in dan Tabiut Tabi’in

Abdullah bin Tsuaib (Abu MuslimAl Khaulani) Abdullah bin al-Mubarak Abu Hanifah Aisyah binti Thalhah Amir Bin Abdillah Attamimi Atba’ bin Abi Rabah Zainal Abidin bin Husain Ali Abithalib Hasan Al-Bashri Muhammad ibnu Wa’asi al Azdiy Muhammad bin Sirin Rabi’ah ar Ra’yi Said Ibnu al Musayaab Said ibnu Jubair Salamah ibnu Dinar Shilah bin Asy Syam al ‘Adawi Syuraih al Qadli Thaawus ibnu Kaisan Urwah bin Zubair Umar bin Abdul Aziz Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz Qosim bin Muhammad bin Abi Bakr

Sedangkan para Tabi’ut Tabi’in dan murid muridnya serta generasi sesudahnya telah disebutkan pada biografi diatas antara lain seperti: Malik bin Anas, Imam Al Auza’I, Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Imam Syafee’I, Imam Hambali, Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, Imam Hatim, Imam Zur’ah, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i. Serta generasi berikutnya.

Pernik-Pernik Para Sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in

Muhadiddtsin

Penulisan dan Penghimpunan Al Qur’an Pembukuan dan kitab-kitab hadits Abu Hurairah Periwayat hadits terbanyak Jumlah hadits (Abu Dawud, Nasa’i, Timidzi, Ibnu Majah) Shahih Bukhari dan Shahih Muslim kitab hadits paling shahih Siapa itu Ulama Ahlul hadits

Page 187: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Para Imam Ahlussunnah Ashabul hadits Tabiin menurut hadits Ilmu Al-Jarh Wat-Ta’dil

Penutup

Penutup

Demikian perjalanan hidup para ‘Ulama Ahlul Hadits dibuat Semoga dapat menambah pengetahuan kita dalam mengenal generasi terbaik ummat ini. Mereka itulah 3 (tiga) Angkatan yang dinilai oleh Rasulullah sebagai generasi terbaik ummat Islam.

Rasulullah وسلم عليه لله ا صلى Bersabda:

=ر; ي 7اس9 خ? 9ي= الن ن ;م7 ق?ر= =ن? ث 7ذ9ي ?ه;م= ال ;و=ن ?ل ;م7 ي =ن? ث 7ذ9ي ?ه;م= ال ;و=ن ?ل ي

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

Bagaimanakah dengan generasi kita saat ini ?

25 Nabi dan Rasul

Sejarah singkat 25 Nabi dan Rasul ini dikaitkan dengan nash al-Quran, dan untuk lebih lengkap silahkan baca buku karya Ibnu Katsir. Berikut ini kisah singkat 25 Nabi dan Rasul :

Adam, Idris Nuh, Hud, Saleh Ibrahim, Ismail Luth, Ishaq, Yaqub Yusuf Ayyub, Zulkifli, Syu’aib Musa, Harun Daud, Sulaiman Ilyas, Ilyasa, Yunus Zakaria, Yahya, Isa Muhammad وسلم عليه لله ا صلى

‘Umar bin al-Khaththab (wafat 23 H)

Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luay al-Quraisy al-‘Adawy. Terkadang dipanggil dengan Abu Hafash dan digelari dengan al-Faruq. Ibunya bernama Hantimah binti Hasyim bin al-Muqhirah al-Makhzumiyah.

Awal Keislamanya.

Umar masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih sekitar 40 (empat puluh) orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Imam Tirmidzi, Imam Thabrani dan Hakim telah meriwayatkan dengan riwayat yang sama bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam telah berdo’a,” Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.

Berkenaan dengan masuknya Umar bin al-Khaththab ke dalam Islam yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang diungkap oleh Imam Suyuti dalam kitab “ Tarikh al-Khulafa’ ar-Rasyidin” sebagai berikut:

Anas bin Malik berkata:” Pada suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani Zahrah bertanya” Wahai Umar, hendak kemana engkau?,” maka Umar menjawab, “ Aku hendak membunuh Muhammad.” Selanjutnya

Page 188: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

orang tadi bertanya:” Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad”.

Lalu orang tadi berkata,” Tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”. Kemudian Umar pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik dan iparnya sedang membaca lembaran Al-Quran, lalu Umar berkata, “barangkali keduanya benar telah berpindah agama”,. Maka Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga muka adiknya mengeluarkan darah.

Kemudian Umar berkata: “Berikan lembaran (al-Quran) itu kepadaku, aku ingin membacanya”, maka adiknya berkata.” Kamu itu dalam keadaan najis tidak boleh menyentuhnya kecuali kamu dalam keadaan suci, kalau engaku ingin tahu maka mandilah (berwudhulah/bersuci).”. Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci) kemudian membaca lembaran (al-Quran) tersebut yaitu surat Thaha sampai ayat,” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhanselain Aku, maka sembahlah Aku dirikanlah Shalat untuk mengingatku.” (Qs.Thaha:14). Setelah itu Umar berkata,” Bawalah aku menemui Muhammad.”.

Mendengar perkataan Umar tersebut langsung Khabbab keluar dari sembunyianya seraya berkata:”Wahai Umar, aku merasa bahagia, aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi pada malam kamis menjadi kenyataan, Ia (Nabi) berdo’a “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.

Lalu Umar berangkat menuju tempat Muhammad Shallallahu alaihi wassalam, didepan pintu berdiri Hamzah, Thalhah dan sahabat lainnya. Lalu Hamzah seraya berkata,” jika Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada tujuan lain kita akan membunuhnya”. Lalu kemudian Umar menyatakan masuk Islam dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.

Lalu bertambahlah kejayaan Islam dan Kaum Muslimin dengan masuknya Umar bin Khaththab, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas’ud, seraya berkata,” Kejayaan kami bertambah sejak masuknya Umar.”.

Umar turut serta dalam peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah, dan tetap bertahan dalam perang Uhud bersama Rasulullah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suyuthi dalam “Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin”.

Rasulullah memberikan gelar al-Faruq kepadanya, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya dia berkata,” Aku telah bertanya kepada Aisyah, “ Siapakah yang memanggil Umar dengan nama al-Faruq?”, maka Aisyah menjawab “Rasulullah”.

Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:” Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya ‘Umarlah orangnya”. Hadist ini dishahihkan oleh Imam Hakim. Demikian juga Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi bersabda,” Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin al-Khaththab orangnya.”.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Umar dia berkata,” Nabi telah bersabda:”Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar”. Anaknya Umar (Abdullah) berkata,” Apa yang pernah dikatakan oleh ayahku (Umar) tentang sesuatu maka kejadiannya seperti apa yang diperkirakan oleh ayahku”.

Keberaniannya

Riwayat dari Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali, dia berkata,” Aku tidak mengetahui seorangpun yang hijrah dengan sembunyi sembunyi kecuali Umar bi al-Khaththab melakukan dengan terang terangan”. Dimana Umar seraya menyandang pedang dan busur anak panahnya di pundak lalu dia mendatangi Ka’bah dimana kaum Quraisy sedang berada di halamannya, lalu ia melakukan thawaf sebanyak 7 kali dan mengerjakan shalat 2 rakaat di maqam Ibrahim.

Kemudian ia mendatangi perkumpulan mereka satu persatu dan berkata,” Barang siapa orang yang ibunya merelakan kematiannya, anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang lembah itu”. Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin Khaththab Radhiyallahu’Anhu.

Wafatnya

Pada hari rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H ia wafat, ia ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh beliau ditikam oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar ash Shiddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

Page 189: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Disalin dari Biografi Umar Ibn Khaththab dalam Tahbaqat Ibn Sa’ad, Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin Imam Suyuthi

Utsman bin ‘Affan (Wafat 35 H)

Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affanbin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Ibunya bernama Arwa’ bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin ‘Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh.

Keutamaannya

Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, amaka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakainanmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.

Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah” bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.

Perjalanan hidupnya

Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.

Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul mukminin, Ini amirul mukminin..”

Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.

WafatnyaIa wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).

Diringkas dari Biografi Utsman bin affan dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah.

Ali bin Abi Thalib

Nama dan Nasab beliau:

Nama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dijuluki Abul Hasan dan Abu Turab.

Page 190: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Semenjak kecil beliau hidup diasuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena ayahnya terlalu banyak beban dan tugas yang sangat banyak dan juga banyak keluarga yang harus dinafkahi, sedangkan Abu Thalib hanya memiliki sedikit harta semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih anak-anak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengasuhnya sebagai balas budi terhadap pamannya, Abu Thalib yang telah mengasuh beliau ketika beliau tidak punya bapak dan ibu serta kehilangan kakek tercintanya, Abdul Muththalib.

Ali bin Abi Thalib masuk Islam:

Mayoritas ahli sejarah Islam menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah orang kedua yang masuk Islam setelah Khadijah radhiyallahu ‘anha, di mana usia beliau saat itu masih berkisar antara 10 dan 11 tahun. Ini adalah suatu kehormatan dan kemuliaan bagi beliau, di mana beliau hidup bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan terdepan memeluk Islam. Bahkan beliau adalah orang pertama yang melakukan shalat berjamaah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana ditulis oleh al-Askari (penulis kitab al-Awa`il).

Sifat fisik dan kepribadian beliau:

Beliau adalah sosok yang memiliki tubuh yang kekar dan lebar, padat berisi dengan postur tubuh yang tidak tinggi, perut besar, warna kulit sawo matang, berjenggot tebal berwarna putih seperti kapas, kedua matanya sangat tajam, murah senyum, berwajah tam-pan, dan memiliki gigi yang bagus, dan bila berjalan sangat cepat.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah sosok manusia yang hidup zuhud dan sederhana, memakai pakaian seadanya dan tidak terikat dengan corak atau warna tertentu. Pakaian beliau berbentuk sarung yang tersimpul di atas pusat dan menggantung sampai setengah betis, dan pada bagian atas tubuh beliau adalah rida’ (selendang) dan bahkan pakaian bagian atas beliau bertambal. Beliau juga selalu mengenakan kopiah putih buatan Mesir yang dililit dengan surban.

Ali bin Abi Thalib juga suka memasuki pasar, menyuruh para pedagang bertakwa kepada Allah dan menjual dengan cara yang ma`ruf.

Beliau menikahi Fatimah az-Zahra putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dikarunia dua orang putra, yaitu al-Hasan dan al-Husain.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah sosok pejuang yang pemberani dan heroik, pantang mundur, tidak pernah takut mati dalam membela dan menegakkan kebenaran. Keberanian beliau dicatat di dalam sejarah, sebagai berikut:

a) Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin berhijrah ke Madinah pada saat rumah beliau dikepung di malam hari oleh sekelompok pemuda dari berbagai utusan kabilah Arab untuk membunuh Nabi, Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib shallallahu ‘alaihi wasallam tidur di tempat tidur beliau dengan mengenakan selimut milik beliau. Di sini Ali bin Abi Thalib benar-benar mempertaruhkan nyawanya demi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan penuh tawakal kepada Allah Ta’ala.

Keesokan harinya, Ali disuruh menunjukkan keberadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau menjawab tidak tahu, karena beliau hanya disuruh untuk tidur di tempat tidurnya. Lalu beliau disiksa dan digiring ke Masjidil Haram dan di situ beliau ditahan beberapa saat, lalu dilepas.

b) Beliau kemudian pergi berhijrah ke Madinah dengan berjalan kaki sendirian, menempuh jarak yang sangat jauh tanpa alas kaki, sehingga kedua kakinya bengkak dan penuh luka-luka setibanya di Madinah.

c) Ali bin Abi Thalib terlibat dalam semua peperangan di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, selain perang Tabuk, karena saat itu beliau ditugasi menjaga kota Madinah. Di dalam peperangan-peperangan tersebut beliau sering kali ditugasi melakukan perang tanding (duel)

Page 191: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

sebelum peperangan sesungguhnya dimulai. Dan semua musuh beliau berhasil dilumpuhkan dan tewas. Dan beliau juga menjadi pemegang panji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiayallahu ‘anhu:

Keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sangat banyak sekali. Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi keutamaan dan keistimewaan beliau. Berikut ini di antaranya:

-Ali adalah manusia yang benar-benar dicintai Allah dan RasulNya.

Pada waktu perang Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bendera ini sungguh akan saya berikan kepada seseorang yang Allah memberikan kemenangan melalui dia, dia mencintai Allah dan RasulNya, dan dia dicintai Allah dan RasulNya.” Maka pada malam harinya, para sahabat ribut membicarakan siapa di antara mereka yang akan mendapat kehormatan membawa bendera tersebut. Dan keesokan harinya para sahabat datang menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, masing-masing berharap diserahi bendera. Namun beliau bersabda, “Mana Ali bin Abi Thalib?” Mereka menjawab, “Matanya sakit, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah menyuruh untuk menjemputnya dan Ali pun datang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyemburkan ludahnya kepada kedua mata Ali dan mendoakannya. Dan Ali pun sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu beliau memberikan bendera kepadanya. Ali berkata, “Ya Rasulullah, aku memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.” Beliau menjawab, “Majulah dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka masuk Islam dan sampaikan kepada mereka hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah memberikan hidayah kepada seorang manusia melalui dirimu, sungguh lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah.” (HR. Muslim, no. 2406).

-Jiwa juang Ali sangat melekat di dalam kalbunya, sehingga ketika Rasulullah ingin berangkat pada perang Tabuk dan memerintah Ali agar menjaga Madinah, Ali merasa keberatan sehingga mengatakan, “Apakah engkau meninggalkan aku bersama kaum perempuan dan anak-anak?”

Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam justru menunjukkan kedudukan Ali yang sangat tinggi seraya bersabda, “Apakah engkau tidak ridha kalau kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada kenabian sesudahku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

-Beliau juga adalah salah satu dari sepuluh orang yang telah mendapat “busyra biljannah” (berita gembira sebagai penghuni surga), sebagaimana dinyatakan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam al-Mustadrak.

-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyatakan kepada Ali radhiyallahu ‘anhu, “bahwa tidak ada yang mencintainya kecuali seorang Mukmin dan tidak ada yang membencinya, kecuali orang munafik.” (HR. Muslim)

-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda kepada Ali radhiyallahu ‘anhu,

=ك? م9ن ?ا ?ن و?أ dي= م9ن =ت? ?ن .أ

“Engkau adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu.” (HR. al-Bukhari).

-Beliau juga sangat dikenal dengan kepandaian dan ketepatan dalam memecahkan berbagai masalah yang sangat rumit sekalipun, dan beliau juga seorang yang memiliki `abqariyah qadha’iyah (kejeniusan dalam pemecahan ketetapan hukum) dan dikenal sangat dalam ilmunya. (Lihat: Aqidah Ahlussunnah fi ash-Shahabah, jilid I, halaman 283).

Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah:

Ketika Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah keempat, situasi dan suasana kota Madinah sangat mencekam, dikuasai oleh para pemberontak yang telah menodai tanah suci Madinah dengan

Page 192: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

melakukan pembunuhan secara keji terhadap Khalifah ketiga, Uts-man bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.

Ali bin Abi Thalib dalam pemerintahannya benar-benar menghadapi dilema besar yang sangat rumit, yaitu:

1) Kaum pemberontak yang jumlahnya sangat banyak dan menguasai Madinah.

2) Terbentuknya kubu penuntut penegakan hukum terhadap para pemberontak yang telah membunuh Utsman bin ‘Affan, yang kemudian melahirkan perang saudara, perang Jamal dan Shiffin.

3) Kaum Khawarij yang dahulunya adalah para pendukung dan pembela beliau kemudian berbalik memerangi beliau.

Namun dengan kearifan dan kejeniusan beliau dalam menyikapi berbagai situasi dan mengambil keputusan, beliau dapat mengakhiri pertumpahan darah itu melalui albitrasi (tahkim), sekalipun umat Islam pada saat itu masih belum bersatu secara penuh.

Abdurrahman bin Muljam, salah seorang pentolan Khawarij memendam api kebencian terhadap Ali bin Abi Thalib, karena dianggap telah menghabisi rekan-rekannya yang seakidah, yaitu kaum Khawarij di Nahrawan. Maka dari itu ia melakukan makar bersama dua orang rekannya yang lain, yaitu al-Barak bin Abdullah dan Amr bin Bakar at-Tamimi, untuk menghabisi Ali, Mu’awiyah dan Amr bin al-’Ash, karena dia anggap sebagai biang keladi pertumpahan darah.

Al-Barak dan Amr gagal membunuh Mu’awiyah dan Amr bin al-’Ash, sedangkan Ibnu Muljam berhasil mendaratkan pedangnya di kepala Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib, pada dini hari Jum’at, 17 Ramadhan, tahun 40 H. dan beliau wafat keesokan hari-nya.

Abu Hurairah (wafat 57 H)

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya.

Pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain, karena banyak meriwayatkan hadist Umar bin Khaththab pernah menetangnya dan ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :” Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah ia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka”. Kalau begitu kata Umar, engkau boleh pergi dan menceritakan hadist.

Syu’bah bin al-Hajjaj memperhatikan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Ka’ab al-Akhbar dan meriwayatkan pula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tetapi ia tidak membedakan antara dua riwayatnya tersebut. Syu’bah pun menuduhnya melakukan tadlis, tetapi Bisyr bin Sa’id menolak ucapan Syu’bah tentang Abu Hurairah. Dan dengan tegas berkata: Bertakwalah kepada allah dan berhati hati terhadap hadist. Demi Allah, aku telah melihat kita sering duduk di majelis Abu Hurairah. Ia menceritakan hadist Rasulullah dan menceritakan pula kepada kita riwayat dari Ka’ab al-Akhbar. Kemudian dia berdiri, lalu aku mendengan dari sebagian orang yang ada bersama kita mempertukarkan hadist Rasulullah dengan riwayat dari Ka’ab. Dan yang dari Ka’ab menjadi dari Rasulullah.”. Jadi tadlis itu tidak bersumber dari Abu Hurairah sendiri, melainkan dari orang yang meriwayatkan darinya.

Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”.

Marwan bin al-Hakam pernah mengundang Abu Hurairah untuk menulis riwayat darinya, lalu ia bertanya tentang apa yang ditulisnya, lalu Abu Hurairah menjawab :” Tidak lebih dan tidak kurang dan susunannya urut”.

Page 193: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari /abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi.

Sanad paling shahih yang berpangkal daripadanya adalah Ibnu Shihab az-Zuhr, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah).

Adapun yang paling Dlaif adalah as-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.

Ia wafat pada tahun 57 H di Aqiq.

Abdullah bin Umar (Wafat 72 H)

Periwayatan paling banyak berikutnya sesudah Abu Hurairah adalah Abdullah bin Umar. Ia meriwayatkan 2.630 hadits.

Abdullah adalah putra khalifah ke dua Umar bin al-Khaththab saudarah kandung Sayiyidah Hafshah Ummul Mukminin. Ia salahseorang diantara orang-orang yang bernama Abdullah (Al-Abadillah al-Arba’ah) yang terkenal sebagai pemberi fatwa. Tiga orang lain ialah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Abdullah bin az-Zubair.

Ibnu Umar dilahirkan tidak lama setelah Nabi diutus Umurnya 10 tahun ketika ikut masuk bersama ayahnya. Kemudian mendahului ayahnya ia hijrah ke Madinah. Pada saat perang Uhud ia masih terlalu kecil untuk ikut perang. Dan tidak mengizinkannya. Tetapi setelah selesai perang Uhud ia banyak mengikuti peperangan, seperti perang Qadisiyah, Yarmuk, Penaklukan Afrika, Mesir dan Persia, serta penyerbuan basrah dan Madain.

Az-Zuhri tidak pernah meninggalkan pendapat Ibnu Umar untuk beralih kepada pendapat orang lain. Imam Malik

dan az-Zuhri berkata:” Sungguh, tak ada satupun dari urusan Rasulullah dan para sahabatnya yang tersembunyi bagi Ibnu Umar”. Ia meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Sayyidah Aisyah, saudari kandungnya Hafshah dan Abdullah bin Mas’ud. Yang meriwayatkan dari Ibnu Umar banyak sekali, diantaranya Sa’id bin al-Musayyab, al Hasan al Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, Ibnu Sirin, Nafi’, Mujahid, Thawus dan Ikrimah.

Ia wafat pada tahun 73 H. ada yang mengatakan bahwa Al-Hajjaj menyusupkan seorang kerumahnya yang lalu membunuhnya. Dikatakan mula mula diracun kemudian di tombak dan di rejam. Pendapat lain mengatakan bahwa ibnu Umar meninggal secara wajar.

Sanad paling shahih yang bersumber dari ibnu Umar adalah yang disebut Silsilah adz- Dzahab (silsilah emas), yaitu Malik, dari Nafi’, dari Abdullah bin Umar. Sedang yang paling Dlaif : Muhammad bin Abdullah bin al-Qasim dari bapaknya, dari kakeknya, dari ibnu Umar.

Abdullah bin Abbas (wafat 68 H)

Abdullah bin Abbas adalah sahabat kelima yang banyak meriwayatkan hadist sesudah Sayyidah Aisyah , ia meriwayatkan 1.660 hadits. Dia adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman Rasulullah dan ibunya adalah Ummul Fadl Lababah binti harits saudari ummul mukminin Maimunah.

Sahabat yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang ini dijuluki dengan Informan Umat Islam. Beliaulah asal silsilah khalifah Daulat Abbasiah. Dia dilahirkan di Mekah dan besar di saat munculnya Islam, di mana beliau terus mendampingi Rasulullah sehingga beliau mempunyai banyak riwayat hadis sahih dari Rasulullah . Beliau ikut di barisan Ali bin Abi Thalib dalam perang Jamal dan perang Shiffin. Beliau ini adalah pakar fikih, genetis Arab, peperangan dan sejarah. Di akhir hidupnya dia mengalami kebutaan, sehingga dia tinggal di Taif sampai akhir hayatnya.

Abdullah lahir tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam mendoakannya “Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)”.Allah mengabulkan doa Nabi-nya dan Ibnu Abbas belakangan terkenal dengan penguasaan ilmunya yang luas dan pengetahuan fikihnya yang mendalam , menjadikannya orang yang dicari untuk di mintai fatwa penting sesudah Abdullah bin Mas’ud, selama kurang lebih tiga puluh tahun. tentang Ibnu Abbas, Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah berkata :”Tak pernah aku melihat seseorang yang lebih mengerti dari pada Ibnu Abbas tentang ilmu hadits Nabi Shallallahu alaihi Wassalam serta keputusan2 yang dibuat Abubakar ,Umar , dan Utsman“.

Begitu pula tentang ilmu fikih ,tafsir ,bahasa arab , sya’ir , ilmu hitung dan fara’id. Orang suatu hari menyaksikan ia duduk membicarakan ilmu fiqih, satu hari untuk tafsir, satu hari lain untuk masalah peperangan, satu hari untuk syair

Page 194: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

dan memperbincangkan bahasa Arab. Sama sekali aku tidak pernah melihat ada orang alim duduk mendengarkan pembicaraan beliau begitu khusu’ nya kecuali kepada beliau. Dan setiap pertanyaan orang kepada beliau, pasti ada jawabannya”.

Menurut An-Nasa’I, sanad hadits Ibnu Abbas paling Shahih adalah yang diriwayatkan oleh az-Zuhri, dari Ubaidullah bin Abdullah bin ‘Utba, dari Ibnu abbas. Sedangkan yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Marwan as-Suddi Ash-Shaghir dan Al-Kalabi, dari Abi Shalih. Rangkaian ini disebut silsilah Al-Kadzib (silsilah bohong).

Ibnu Abbas mengikuti Perang Hunain, Thaif, Penaklukan Makkah dan haji wada’. Ia menyaksikan penaklukan Afrika bersama Ibnu Abu as-Sarah. Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.

Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H. Ibnu al-Hanafiyah ikut menshalatkanya.

 

Disalin dari : Biografi Ibnu Abbas dalam Al-Ishabah no.4772

Ibnu Zubair (Abdullah bin Zubair) 94 H

Seorang pemimpin masa Khalifah Ali bin Abi Talib dan awal khilafah Bani Umayyah. Dia adalah bayi pertama yang lahir dikalangan Muhajirin di Madinah. Ayahnya bernama Zubair Awwam dan ibunya, Asma binti Abu Bakar as-Siddiq. Ia sepupu dan juga kemenakan Nabi Muhammad dari istrinya, Aisyah binti Abu Bakar. Ia termasuk salah seorang dari “Empat ‘Ibadillah” (empat orang yang bernama Abdullah) dari 30 orang lebih sahabat Nabi yang dikenal menghafal seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, Tiga orang ‘Ibadillah lainnya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar bin Khatab, dan Abdullah bin Amr bin As.

Ibnu Zubair telah mengenal perang sejak berusia 12 tahun, yaitu ketika bersama ayahnya turut dalam Perang Yarmuk, dan empat tahun kemudian kembali menyertai ayahnya yang menjadi anggota pasukan Amr bin As di Mesir. Ibnu Zubair juga mengambil bagian dalam ekspedisi Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh melawan orang-orang Byzantium di Afrika. Semua peristiwa tersebut mengundang kekaguman penduduk Madinah kepadanya.

Di masa Khalifah Usman bin Affan, ia duduk sebagai anggota panitia yang bertugas menyusun Al-Qur’an. Di masa KhalifahAli bin Abi Talib, ia bersama Aisyah mengatur langkah untuk menantang Khalifah tersebut untuk menuntut penyelesaian kasus pembunuhan Khalifah Usman. Gerakan ini didukung oleh beberapa tokoh, seperti Ja’la bin Umayyah dari Yaman, Abdullah bin Amr Basra, Sa’ad bin As, dan Wahid bin Uqbah (pemuka kalangan Umayyah di Hedzjaz) dan beberapa sahabat senior (Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam), dan ayahnya. Perselisihan antara kelompoknya dan kelompok Ali yang sedang berkuasa diselesaikan dalam Perang Unta (Waqiah al-Jamal). Dalam perang inilah ia menyaksikan ayahnya gugur. Disebut Perang Unta karena Aisyah mengendarai unta saat memimpin pasukan itu.

Ibnu Zubair kembali melawan Dinasti Bani Umayyah. Meskipun di masa Mu’awiyah bin Abi Sufyan bentuk perlawanannya belum bersifat terbuka, ia tampil menantang khilafah (pemerintahan) Bani Umayyah secara terang-terangan. Ia memprotes Yazid, putra Mu’awiyah, yang naik menjadi khalifah atas penunjukan ayahnya setelah ayahnya wafat. Yazid memerintahkan walinya di Madinah untuk memaksa Ibnu Zubair bersama Husein bin Ali (cucu Nabi) dan Abdullah bin Umar agar menyatakan kesetiaan kepadanya. Ibnu Zubair dan Husein tetap membangkang. Demi keamanan, keduanya pindah ke Mekah. Ia tetap sebagai penantang khalifah sekalipun Husein, tak lama sesudah itu, tewas dengan menyedihkan dalam pertempuran tak seimbang di Karbala.

Pernyataan secara terbuka, bahwa kekuasaan Yazid tidak sah membawa pengaruh luas dikalangan ansar di Madinah yang akhirnya melahirkan pemberontakan. Setelah menunggu kesempatan yang baik, Yazid mengerahkan tentara Suriah di bawah pimpinan Muslim bin Uqbah dan memadamkan pemberontakan orang-orang Madinah tersebut dalam Perang Harran. Kematian Muslim bin Uqbah tak menghalangi tentara tersebut untuk bergerak menuju Mekah dengan sasaran mematahkan perlawanan Ibnu Zubair. Tentara tersebut mengepung dan menghujani kota Mekah dengan batu dan panah api yang menyebabkan Ka’bah terbakar. Berita meninggalnya Khalifah Yazid menyebabkan komandan pasukan, Husain bin Numair, mencoba membujuk Ibnu Zubair agar bersedia bergabung dengan mereka untuk kembali ke Suriah. Ibnu Zubair menolak bujukan tersebut dengan mengatakan bahwa ia akan tetap di Mekah. Selanjutnya, ia memproklamasikan dirinya sebagai amirulmukminin. Sekalipun proklamasi itu tidak lebih dari sekedar nama, namun lawan-lawan dinasti Bani Umayyah di Suriah, Mesir, Arab Selatan, dan Kufah sempat menghargainya sebagai khalifah.

Setelah Mu’awiyah putra dan pengganti Yazid meninggal dunia, Ibnu Zubair muncul sebagai kandidat khalifah atas dukungan Bani Qais. Selain itu ada kandidat lainnya yaitu, Marwan bin Haqam (dukungan Bani Qalb) dan dua kabilah Arab berdomisili di Suriah, juga saling bersaing mengajukan calon masing-masing. Akan tetapi, Ibnu Zubair terpojok tatkala peta kekuatan politik mengalami perubahan, akibat pemberontakan di Kufa dan pembelontan di antara pengikutnya, setelah Yazid wafat. Pengepungan membawa kematiannya terjadi ketika

Page 195: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi ditugaskan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan, putra Marwan bin Hakam, untuk menyelesaikan perlawanan “Sang Penantang Enam Khalifah” – dari Ali, Mu’awiyah, Yazid, Mu’awiyah, Marwan bin Hakam, sampai Abdul Malik.

Tidak kurang dari tujuh bulan diperlukan untuk menghujani kota suci Mekah dan Ka’bah dengan bombardir pasukan al-Hajjaj untuk melumpuhkan perlawanan Ibnu Zubair. Ia masih bertahan tatkala putra-putranya menyerahkan diri kepada al-Hajjaj. Keperkasaannya bangkit kembali setelah berjumpa sebentar dengan ibunya yang sudah buta, yang mendorongnya dengan memberikan semangat juang. Padahal sebelumnya, ia sempat menyatakan kepada ibunya rasa khawatir, bahwa mayatnya akan diperlakukan secara sadis oleh para pembunuhnya kelak. Ibunya mengatakan bahwa kambing yang sudah disembelih tak sedikit pun akan merasakan sayatan-sayatan pada dagingnya. Jawaban ini mendorongnya keluar dari rumah tempat ia bertahan , maju ke tengah-tengah lawannya yang kemudian menyergap dan menghabisinya. Mayatnya ditempatkan pada tiang gantung yang sama di mana saudaranya, Amr, pernah mengalami hal serupa. Atas perintah Abdul Malik, mayatnya kemudian diserahkan kepada ibunya. Tak lama berselang, setelah menguburkan mayat putranya itu, ia pun wafat pada tahun 94 H.

Abdullah bin Amr bin Al-Ash (Wafat 63 H)

Dia adalah seorang dari Abadilah yang faqih, ia memeluk agama Islam sebelum ayahnya, kemudian hijrah sebelum penaklukan Mekkah. Abdullah seorang ahli ibadah yang zuhud, banyak berpuasa dan shalat, sambil menekuni hadits Rasulullah Shallahllahu ‘alaihi Wassalam. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 700 hadits, Sesudah minta izin Nabi Shallahu ‘alaihi Wassalam untuk menulis, ia mencatat hadits yang didengarnya dari Nabi. Mengenai hal ini Abu Hurairah berkata “ Tak ada seorangpun yang lebih hapal dariku mengenai hadits Rasulullah, kecuali Abdullah bin Amr bin al-Ash. Karena ia mencatat sedangkan aku tidak”.

Abdullah bin Amr meriwayatkan hadits dari Umar, Abu Darda, Muadz bin Jabal, Abdurahman bin Auf, dan beberapa yang lain. Yang meriwayatkan darinya antara lain Abdullah bin Umar bin Al-Khatthab, as-Sa’ib bin Yazid, Sa’ad bin Al-Musayyab, Thawus, dan Ikrimah.

Sanad paling shahih yang berpangkal darinya ialah yang diriwayatkan oleh Amr bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya Abdullah.

Abdullah bin Amr wafat pada tahun 63 H pada malam pengepungan Al-Fusthath.

Ibnu mas’ud (Abdullah bin Mas’ud) Wafat 32 H

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “ Abu Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk islam. Ia hijrah ke Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal.

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda” Ambilah al-Quran dari empat orang: Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka’ab”. Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas’ud ini.

Ketikah menjadi Khalifah Umar mengangkatnya menjadi Hakim dan Pengurus kas negara di kufah. Ia simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri.

Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan oleh Suyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah. Sedangkan yang paling dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu Said.

Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 848 hadits.

Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.

Disalin dari : Biografi Ibn Mas’ud dalam Al-Ishabah: Ibn Hajar Asqalani no.4945

Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anha

Aisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahu 2 H.

Page 196: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.

Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.

Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.

Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.

Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah.

Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.

Disalin dari Biografi Sayyidah Aisyah dalam Al-Ishabah, kitab an-Nis no 701; Thabaqat Ibn Sa’ad 8/39

Abu Hurairah (wafat 57 H)

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya.

Pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain, karena banyak meriwayatkan hadist Umar bin Khaththab pernah menetangnya dan ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :” Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah ia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka”. Kalau begitu kata Umar, engkau boleh pergi dan menceritakan hadist.

Syu’bah bin al-Hajjaj memperhatikan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Ka’ab al-Akhbar dan meriwayatkan pula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tetapi ia tidak membedakan antara dua riwayatnya tersebut. Syu’bah pun menuduhnya melakukan tadlis, tetapi Bisyr bin Sa’id menolak ucapan Syu’bah tentang Abu Hurairah. Dan dengan tegas berkata: Bertakwalah kepada allah dan berhati hati terhadap hadist. Demi Allah, aku telah melihat kita sering duduk di majelis Abu Hurairah. Ia menceritakan hadist Rasulullah dan menceritakan pula kepada kita riwayat dari Ka’ab al-Akhbar. Kemudian dia berdiri, lalu aku mendengan dari sebagian orang yang ada bersama kita mempertukarkan hadist Rasulullah dengan riwayat dari Ka’ab. Dan yang dari Ka’ab menjadi dari Rasulullah.”. Jadi tadlis itu tidak bersumber dari Abu Hurairah sendiri, melainkan dari orang yang meriwayatkan darinya.

Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”.

Marwan bin al-Hakam pernah mengundang Abu Hurairah untuk menulis riwayat darinya, lalu ia bertanya tentang apa yang ditulisnya, lalu Abu Hurairah menjawab :” Tidak lebih dan tidak kurang dan susunannya urut”.

Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari /abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin

Page 197: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi.

Sanad paling shahih yang berpangkal daripadanya adalah Ibnu Shihab az-Zuhr, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah).

Adapun yang paling Dlaif adalah as-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.

Ia wafat pada tahun 57 H di Aqiq.

Disalin dari Biografi Abu Hurairah dalam Al-Ishabah Ibn Hajar Asqalani No. 1179, Tahdzib al ‘asma: An-Nawawi 2/270

Para Ulama Salaf Lainnya

Para Ulama Salaf Ahlul Hadits selain yang disebutkan diatas yang masyur dizamannya antara lain :

Imam Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam (wafat 220H) Ibnu Abi Syaibah (159-235 H) Imam Asy Syaukani (172-250 H) Imam al-Muzanniy (wafat 264H) Imam Al Ajurri (190-292H) Imam Al Barbahari (wafat 329 H) Abdul Qadir Al Jailani (471-561 H) Al-Hafidh Al Mundziri 581-656H Imam Nawawi (631-676H) Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H) Ibnu Hajar Al ‘Asqolani (773-852 H) Imam As Suyuti (849-911 H)

Abdul Qadir Al Jailani (471-561 H)

Biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani termuat dalam kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Tetapi, buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau berada di atas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka hal ini merupakan suatu kekeliruan. Karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah rasul yang paling mulia di antara para nabi dan rasul yang derajatnya tidak akan pernah bisa dilampaui di sisi Allah oleh manusia siapapun. Ada juga sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaraannya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai perantara tidak ada syari’atnya dan ini sangat diharamkan. Apalagi kalau ada yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Allah melarang makhluknya berdo’a kepada selainNya. Allah berfirman, yang artinya:

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin:18)

Kelahirannya

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.

Pendidikannya

Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Pemahamannya

Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau. Beliau adalah seorang alim yang beraqidah ahlus sunnah mengikuti jalan Para Pendahulu Islam Yang Sholeh. Dikenal banyak

Page 198: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak pula orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya dan lainnya.

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, “Dia (Allah) di arah atas, berada di atas ‘ArsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. “Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu berkata, “Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ (Allah berada di atas ‘ArsyNya) tanpa takwil (menyimpangkan kepada makna lain, -seperti Allah dihati atau dimana-mana, ini adalah keyakinan batil-). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas ‘Arsy.

Dakwahnya

Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.

Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, “Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

Wafatnya

Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat Para Ulama tentang Beliau

Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, “Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”

Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (orang Mesir) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya). Cukuplah seorang itu dikatakan berdusta, jika dia menceritakan segala yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tenteram untuk meriwayatkan apa yang ada di dalamnya, kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari kitab selain ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh (dari agama dan akal), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak terbatas. Semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far al Adfawi telah menyebutkan bahwa Asy Syathnufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”

Ibnu Rajab juga berkata, “Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. “

Imam Adz Dzahabi mengatakan, “intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang-orang beriman). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”

Imam Adz Dzahabi juga berkata, “Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak di antara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi.”

Ulama sekarang diatas Sunnah

ال; ال? ?ز? 9ف?ة~ ت 9ي م9ن= ط?ائ م7ت; =ح?قd ع?ل?ى ظ?اه9ر9ين? أ ه;م= ال? ال ?ض;ر¦ ?ه;م= م?ن= ي ذ?ل 7ى خ? 9ي? ح?ت =ت ?أ م=ر; ي

? 7ه9 أ ?ذ?ل9ك? ع?ل?ى و?ه;م= الل ك

Page 199: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari kalangan ummatku yang menegakkan/ berdiri di atas perintah Allah, tidak akan memadhorotkan mereka siapa yang menghina dan menyelisihi mereka sampai datang perkara Allah (yaitu hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan demikian“. [Muttafaqun 'alaih, hadits dari Mu'awiyah]

Para Ulama Sekarang Yang Berjalan Di Atas As-Sunnah Antara Lain:

‘Ulama Saudi Arabia:

1. Al ‘Allamah asy Syaikh Muhammad Mukhtar Amin asy Syanqithiy– shohibut Tafsir adh wa’ul bayan. Beliau termasuk salah satu guru Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin

2. Al ‘Allamah asy Syaikh Abdurrohman bin Nashir as Sa’di , pemilik kitab Tafsir Karimur Rohman fi Kalamil Mannan atau yang lebih dkenal Tafsir as Sa’diy

3. Samahatusy Syaikh al ‘allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz 4. Faqihul zaman al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin5. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Adbul Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al Badr, Beliau

termasuk ulama senior saat ini, mengajar di Masjid Nabawi.6. Al ‘allamah asy Syaikh Doktor Sholih Fauzan al Fauzan anggota Haiah Kibarul ‘Ulama7. Al ‘allamah asy Syaikh Abdul Aziz bin sholih alu Syaikh mufti ‘Amm kerajaan Saudi

Arabia saat ini8. Al ‘allamah al muhaddits asy Syaikh Yahya bin Ahmad an Najmi mufti kerajaan Saudi

untuk daerah Selatan (Shoromithoh)9. Al ‘allamah al muhaddits asy syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkholy –pembawa bendera jarh

wa ta’dil saat ini sebagaimana rekomendasi Syaikh al Albani10. Al ‘allamah asy syaikh Dr. Sholih bin Sa’ad as Suhaimy –Beliau dosen pascasarjana di

Jami’ah al Islamiyyah Madinah11. Al ‘allamah asy Syaikh Muhammad bin Hadi al Madkholy –dosen jami’ah Islamiyyah

Madinah12. Al ‘allamah asy Syaikh Dr. Ibrohim bin ‘Amir ar Rauhaily – penulis kitab “Mauqif Ahlis

sunnah ‘an ahlil bida’” yang diterjemahkan dgn judul “Mauqif Ahlus Sunnah terhadap Ahlul Bid’ah” (ana lupa judul tepatnya)

13. Asy Syaikh DR. Ali bin Nashir al faqihy – Guru Besar Aqidah di Masjid Nabawy14. Asy Syaikh Abdurrozaq bin Abdil Muhsin bin Hammad al ‘Abbad al badr - putra Syaikh

Abdul Muhsin al ‘Abbad al Badr (point no 3)15. Asy Syaikh Abdul Malik a Romadhoniy al Jazairy– Beliau yang menyiapkan majelis

Syaikh Abdul Muhsin di Masjid Nabawi. Penulis buku “Madarik an Nazhor fi Siyasah…”diterjemahkan dgn judul “Pandangan Tajam thd Politik”

16. Asy Syaikh Kholid ar Roddady –pentahqiq kitab Syarhus sunnah al barbahary17. Asy Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi al madkholy18. Asy Syaikh Abdulloh bin ‘Abdirrohman al Jibrin – termasuk ulama senior, sudah sepuh19. Asy Syaikh Ubaid al Jabiri20. asy Syaikh Abdul Aziz ar Rojihy21. Asy Syaikh Muhammad Aman Jamiy22. Fadhilatusy Syaikh Sholih bin Muhammad al Luhaidan ketua Mahkamah Tinggi dan

anggota Hai’ah Kibarul Ulama23. Masyayikh anggota Majelis Ifta wal Buhuts dan anggota Kibarul Ulama24. Fadhilatusy Syaikh Bakar Abu –penulis kitab “Hukmul Intima’”25. asy Syaikh AbdusSalam bin Barjas -penulis Kitab “Hujjajul Qowwiyyah..”. Beliau sudah

meninggal dalam kecelakaan mobil. Semoga Allah melapangkan kuburnya dan menempatkannya di kedudukan yang mulia di sisiNya.

‘Ulama dari Yaman:

1. al ‘allamah al muhaddits ad diyar al yamaniyyah asy Syaikh Muqbil bin Hadi al wadi’iy;, Beliau termasuk ulama besar abad ini.

2. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab al Washobi; beliau mungkin Syaikh yang dituakan di Yaman. Kalau datang ke Damaj, biasanya beliau Cuma menjawab pertanyaan2 dan sedikit memberi nasihat emasnya. Punya markas di Hudaidah.

3. Asy Syaikh Muhammad Al Imam beliau termasuk Ahl Hill wal Aqd yang ditunjuk oleh Asy Syaikh Muqbil rahimahullah. Salah satu murid pertamanya Asy Syaikh Muqbil. Punya markas di Ma’bar merupakan markas terbesar ke 2 setelah Damaj.

4. Syaikh Yahya al Hajury–Beliau yang menggantikan Syaikh Muqbil di Darul Hadits Dammaj

Page 200: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

5. Asy Syaikh Abdul Aziz Al Buro’i adalah termasuk salah satu masyaikh yang sangat keras terhadap Ahlul Bid’ah. Beliau mempunyai markas di Kota Ib.

6. Asy Syaikh Abdullah bin Utsman dijuluki Khotibul Yamany karena beliau terkenal sangat pintar berorator. Nasihat2 beliau tentang maut, membuat mata tak bisa menahan airnya.

7. Asy Syaikh Abdurrozaq punya markas di Dammar8. Asy Syaikh Abdul Musowwir termasuk masyaikh yang sudah cukup berumur. Dulu Asy

Syaikh Yahya hafidhohullah belajar Syarh Ibn Aqil dengan beliau.9. asy Syaikh Abdulloh al Mar’iy dan Saudaranya asy Syaikh Abdurrohman al Mar’iy

Ulama dari Yordania

1. al ‘Allamah al Muhaddits Nashirus sunnah asy Syaikh al Albani . Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz pernah berkata: Saya tidak mengetahui di bawah kolong langit saat ini orang yang lebih mengetahui hadits daripada Beliau (Syaikh al Albani)”.

2. Syaikh Ali hasan al Halabiy tatkala Syaikh al Albani ditanya cucunya “Siapakah dua orang murid yang paling mengetahui tentang hadits“. Syaikh al Albani berkata: Abu Ishaq al Huwaini dan Ali Hasan al Halabiy.

3. Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali, penulis kitab Limadza Ikhtartu Manhaj Salaf, Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Sholihin, dll.

4. Syaikh Muhammad Musa5. Syaikh Masyhur alu Salman6. Syaikh Husain ‘Uwaisyiah

Dan masih banyak lagi para ulama yang belum disebutkan disini.

Hadits Mauquf & Hadits Maqthu’

Hadist Mauquf

Definisi : Al-Mauquf berasal dari kata waqof yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahabat.

Hadits Mauquf menurut istilah adalah “perkataan, atau perbuatan, atau taqrir yang disandarkan kepada seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, baik yang bersambung sanadnya kepada Nabi ataupun tidak bersambung.

Contohnya

1. Mauquf Qauli (perkataan) : seperti perkataan seorang perawi : Telah berkata Ali bin Abi Thalib radliyallaahu ‘anhu,”Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya ?”.

2. Mauquf Fi’li (perbuatan) : seperti perkataan Imam Bukhari,”Ibnu ‘Abbas menjadi imam sedangkan dia (hanya) bertayamum”.

3. Mauquf Taqriry : seperti perkataan seorang tabi’in : “Aku telah melakukan demikian di depan seorang shahabat dan dia tidak mengingkari atasku”.

Hadits Mauquf sanadnya ada yang shahih, hasan, atau dla’if. Hukum asal pada hadits mauquf adalah tidak boleh dipakai berhujjah dalam agama.

Hadits Maqthu’Definisi : Al-Maqthu’ artinya yang diputuskan atau yang terputus. Hadits Maqthu’ menurut istilah

adalah : “perkataan dan perbuatan yang disandarkan kepada tabi’i atau orang yang di bawahnya, baik bersambung sanadnya atau tidak bersambung.

Perbedaan antara Hadits Maqthu’ dan Munqathi’ adalah bahwasannya Al-Maqthu’ adalah bagian dari sifat matan, sedangkan Al-Munqathi’ bagian dari sifat sanad. Hadits yang Maqthu’ itu merupakan perkataan tabi’I atau orang yang di bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya. Sedangkan Munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya dengan matan.

Page 201: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sebagian ulama hadits – seperti Imam Asy-Syafi’I dan Ath-Thabarani – menamakan Al-Maqthu’ dengan Al-Munqathi’ yang tidak bersambung sanadnya. Ini adalah istilah yang tidak populer. Hal tersebut terjadi sebelum adanya penetapan istilah-istilah dalam ilmu hadits, kemudian menjadi istilah Al-Maqthu’ sebagai pembeda untuk istilah Al-Munqathi’.

Contohnya

1. Al-Maqthu’ Al-Qauli (yang berupa perkataan) : seperti perkataan Hasan Al-Bashri tentang shalat di belakang ahli bid’ah,”Shalatlah dan dia lah yang menanggung bid’ahnya”.

2. Al-Maqthu’ Al-Fi’li (yang berupa perbuatan) : seperti perkataan Ibrahim bin Muhammad Al-Muntasyir,”Adalah Masruq membentangkan pembatas antara dia dan keluarganya dan menghadapi shalatnya, dan membiarkan mereka dengan dunia mereka”.

Tempat-Tempat yang Diduga Terdapat Hadits Mauquf dan Maqthu’Kebanyakan ditemukan hadits mauquf dan maqthu’ dalam :1 Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.2. Mushannaf Abdurrazzaq.3. Kitab-kitab tafsir : Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Ibnul-Mundzir.

Sa’ad bin Abi Waqqash (wafat 55 h)

Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash bin Uhaib Az-Zuhri dengan julukan “Abu Ishaq”, Ia adalah salah seorang diantara sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira bakal masuk surga, dan orang yang pertama dalam melontarkan panah dalam perang Sabillillah, ia orang yang ke empat lebih dulu masuk Islam melalui tangan Abu Bakar ketika umurnya 17 tahun.

Sa’ad bin Abi Waqqash mengikuti banyak peperangan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, dalam peperangan itu ia bergabung dalam pasukan berkuda. Ia berasal dari bani Zuhrah seasal dengan ibu Nabi (Aminah).

Khilafah Umar bin Khaththab mengangkatnya menjadi komandan pasukan yang dikirimkan untuk memerangi orang Persia dan berhasil mengalahkannya pada tahun 15 H di Qadisiyah. Setahun setelahnya 16 H di Julailak ia menaklukan Madain dan Bani al-Kuffa pada tahun 17 H.

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah penguasa Irak dimasa pemerintahan Umar bin Khaththab yang berlanjut pada masa pemerintahan Utsman bi Affan. Ia adalah seorang diantara enam sahabat orang yang dicalonkan menjadi Khalifah, sejak bencana besar atas terbunuhnya Utsman.

Sa’ad bin Abi Waqqash meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar dan Khaulah binti Hakim.

Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Mujahid, Alqamah bin Qais as sa’ib bin Yazid, Sanad paling shahih berpangkal darinya adalah yang diriwayatkan oleh Ali bin Husain bin Ali, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Sa’ad bin Abi Waqqash).

Ia wafat pada tahu 55 H di Aqiq.

Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha

Ummu Salamah adalah seorang Ummul-Mukminin yang berkepribadian kuat, cantik, dan menawan, serta memiliki semangat jihad dan kesabaran dalam menghadapi cobaan, lebih-lebih setelah berpisah dengan suami dan anak-anaknya. Berkat kematangan berpikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan, dia mendaparkan kedudukan mulia di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.. Di dalam sirah Ummahatul Mukminin dijelaskan tentang banyaknya sikap mulia dan peristiwa penting darinya yang dapat diteladani kaum muslimin, baik sikapnya sebagai istri yang selalu menjaga kehormatan keluarga maupun sebagai pejuang di jalan Allah.

Nama sebenarnya Ummu Salamah adalah Hindun binti Suhail, dikenal dengan narna Ummu Salamah. Beliau dibesarkan di lingkungan bangsawan dari Suku Quraisy. Ayahnya bernama Suhail bin Mughirah bin Makhzurn. Di kalangan kaumnya, Suhail dikenal sebagai seorang dermawan sehingga dijuluki Dzadur-Rakib (penjamu para musafir) karena dia selalu menjamu setiap orang yang menyertainya dalam perjalanan. Dia adalah pemimpin kaumnya, terkaya, dan terbesar wibawanya. Ibu dari Ummu Salamah bernama Atikah binti Amir bin Rabi’ah bin Malik bin Jazimah bin Alqamah al-Kananiyah yang berasal dari Bani Faras.

Demikianlah, Hindun dibesarkan di dalam lingkungan bangsawan yang dihormati dan disegani. Kecantikannya meluluhkan setiap orang yang melihatnya dan kebaikan pribadinya telah tertanam sejak kecil.

Page 202: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

 B. Pernikahan dan Perjuangannya

Banyak pemuda Mekah yang ingin mempersunting Hindun, dan yang berhasil menikahinya adalah Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, seorang penunggang kuda terkenal dari pahlawan-pahlawan suku Bani Quraisy yang gagah berani. Ibunya bernama Barrah binti Abdul-Muththalib bin Hasyim, bibi Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Abdullah adalah saudara sesusuan Nabi dari Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Mereka hidup bahagia, dan rumah tangga mereka diliputi kerukunan dan kesejahteraan.

Tidak lama setelah itu, dakwah Islam menarik hati mereka sehingga mereka memeluk Islam dan menjadi orang-oramg pertama yang masuk Islam. Begitu pula dengan Hindun, dia tergolong orang-orang yang pertama masuk Islam, dan bersama suaminya memulai perjuangan dalam hidup mereka.

Orang-orang Quraisy selalu mengganggu dan menyiksa kaum muslimin agar mereka meninggalkan agama Islam dan kembali ke agama nenek moyang mereka. Melihat kondisi seperti itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengizinkan mereka untuk hijrah ke Habasyah, sehingga mereka disebut sebagai kaum muhajirin yang pertama. Mereka menetap di Habasyah, dan di sana Hindun melahirkan anak-anaknya: Zainab, Salamah, Umar, dan Durrah.

Setelah beberapa lama, mereka berniat kembali ke Mekah, terutama setelah mendengar keislaman dua tokoh penting Quraisy, Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul-Muththalib. Akan tetapi, ternyata penyiksaan masih terus berlangsung, bahkan bertambah dahsyat. Untuk menjaga kehormatan diri dan keluarganya, Abu Salamah meminta perlindungan dari Abu Thalib (paman Nabi) dari siksaan kaumnya, yaitu Bani Makhzum, dan Abu Thalib menyatakan perlindungannya.

C. Cobaan Datang

Karena orang-orang Quraisy masih saja menyiksa kaum muslimin, akhirnya Allah membuka hati penduduk Madinah untuk menerima Islam. Kemudian Rasulullah mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke sana, baik secara kelompok maupun perseorangan. Abu Salamah, istri, dan anaknya (Salamah) hijrah ke sana. Di tengah perjalanan mereka dihadang oleh kaum Bani Makhzum (kaumnya Ummu Salamah) yang kemudian merampas serta menyandera Ummu Salamah. Keluarga Abu Salamah (Bani Asad) ikut campur tangan dan mereka menolak menyerahkan Salamah, bahkan si anak dirampas dan dijauhkan dari ibunya. Sedangkan Bani Makhzum menculik Ummu Salamah dan dipenjara. Adapun Abu Salamah dibiarkan ke Yatsrib dengan hati penuh kesedihan karena harus berpisah dengan istri dan anaknya.

Keadaan demikian berjalan kurang lebih setahun lamanya. Ummu Salamah terus-menerus menangis karena kecewa atas perbuatan kaumnya, sehingga akhirnya ada seorang laki-laki dari kaumnya yang merasa iba dan membiarkan Ummu Salamah menyusul suaminya di Madinah. Adapun Bani Asad menyerahkan kembali putranya, Salamah, kepadanya. Akan tetapi, banyak rintangan yang harus dia hadapi, dan berkat keimanan dan keinginan yang kuat, dia mampu mengatasi semua itu dan tiba di Madinah.

 D. Pesan Abu Salamah untuk Istrinya

Dalam membela Islam, peran Abu Salamah sangat besar. Dia dikenal berani dalam berperang. Rasulullah menghargainya dengan mengangkatnya sebagai wakil Rasulullah di Madinah ketika beliau pergi memimpin pasukan dalam perang Dzil Asyirah pada tahun kedua hijriah. Abu Salamah ikut dalam Perang Badar dan Uhud. Ketika dalam perang Uhud, Abu Salamah mengalami luka yang cukup parah dan nyaris meninggal, namun beberapa saat kemudian dia sembuh.

Setelah Perang Uhud, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mencrima berita bahwa Bani Asad hendak menyerang kaum muslimin di Madinah. Sebelum mereka menyerang, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. berinisiatif mendahului mereka. Dalam misi ini, beliau menunjuk Abu Salamah untuk memimpin pasukan yang berjumlah seratus lima puluh orang dan di dalamnya terdapat Saad bin Abi Waqash, Abu Ubaidah bin Jarrah, Amir bin Jarrah, dan yang lainnya. Pasukan diarahkan ke Bukit Quthn, tempat mata air Bani Asad. Kemenangan gemilang diraih oleh pasukan Abu Salamah, dan mereka kembali ke Madinah dengan membawa banyak harta rampasan perang. Di Madinah, luka-luka Abu Salamah karnbuh sehingga dia harus beristirahat beberapa waktu. Ketika sakit, Rasulullah selalu menjenguk dan mendoakannya.

Ummu Salamah selalu mendampingi suaminya yang sedang dalam keadaan sakit sehingga dia merawat dan menjaganya siang dan malam. Suatu hari, demam Abu Salamah menghebat, kemudian Ummu Salamah berkata kepada suaminya, “Aku mendapat benita bahwa seorang perempuan yang ditinggal mati suaminya, kemudian suaminya masuk surga, istrinya pun akan masuk surga, jika setelah itu istrinya tidak menikah lagi, dan Allah akan mengumpulkan mereka nanti di surga. Demikian pula jika si istri yang meninggal, dan suaminya tidak menikah lagi sepeninggalnya. Untuk itu, mari kita berjanji bahwa engkau tidak akan menikah lagi sepeninggalku, dan aku berjanji untukmu untuk tidak menikah lagi sepeninggalmu.” Abu Salamah berkata, “Maukah engkau menaati perintahku?” Dia menjawab, “Adapun saya bermusyawarah hanya untuk taat.” Abu Salamah berkata, “Seandainya aku mati, maka menikahlah.” Lalu dia berdoa kepada Allah ”Ya Allah, kurniakanlah kepada Ummu Salamah sesudahku seseorang yang lebih baik dariku, yang tidak akan menyengsarakan dan menyakitinya.”

Page 203: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Pada detik-detik akhir hidupnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. selalu berada di samping Abu Salamah dan senantiasa memohon kesembuhannya kepada Allah. Akan tetapi, Allah berkehendak lain. Beberapa saat kemudian maut datang menjemput. Rasulullah menutupkan kedua mata Abu Salamah dengan tangannya yang mulia dan bertakbir sembilan kali. Di antara yang hadir ada yang berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau sedang dalam keadaan lupa?” Beliau menjawab, “Aku sama sekali tidak dalam keadaan lupa, sekalipun bertakbir untuknya seribu kali, dia berhak atas takbir itu.” Kemudian beliau menoleh kepada Ummu Salamah dan bersabda, “Barang siapa yang ditimpa suatu musibah, maka ucapkanlah sebagaimana yang telah dperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita akan dikembalikan. Ya Allah, karuniakanlah bagiku dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya, maka Allah akan melaksanakannya untuknya.”

Setelah itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. berdo’a: “Ya Allah, berilah ketabahan atas kesedihannya, hiburlah dia dari musibah yang menimpanya, dan berilah pengganti yang lebih baik untuknya.”

Abu Salamah wafat setelah berjuang menegakkan Islam, dan dia telah memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah. Sepeninggal Abu Salamah, Ummu Salarnah diliputi rasa sedih. Dia menjadi janda dan ibu bagi anak-anak yatim.

Setelah wafatnya Abu Salarnah, para pemuka dari kalangan sahabat bersegera meminang Ummu Salamah. Hal ini mereka lakukan sebagai tanda penghormatan terhadapat suaminya dan untuk. melindungi diri Ummu Salamah. Maka Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab meminangnya, tetapi Ummu Salamah menolaknya.

Pada saat dirundung kesedihan atas suami yang benar-benar dicintainya serta belum mendapatkan orang yang lebih baik darinya, ia didatangi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan maksud menghiburnya dan meringankan apa yang dialaminya. Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah kepada Allah agar Dia memberimu pahala pada musibahmu serta menggantikan untukmu (suami) yang lebih baik.” Ummu Salamah bertanya, “Siapa yang lebih baik dan Abu Salamah, wahai Rasulullah?”

E. Di Rumah Rasulullah.

Rasulullah mulai memikirkan perkara Ummu Salamah, seorang mukminah mujahidah yang memiliki kesabaran, dan Ummu Salamah pun telah menolak lamaran dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Rasulullah pun berpikir dengan penuh pertimbangan dan kasih sayang untuk tidak membiarkannya larut dalam kesedihan dan kesendirian.

Dalam keadaan seperti itu Rasulullah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah menemui Ummu Salarnah dengan maksud meminangnya untuk beliau. Maka oleh Ummu Salamah diterimanya pinangan tersebut. Bagaimana mungkin baginya untuk tidak menerima pinangan dari orang yang lebih baik dari Abu Salamah, bahkan lebih baik dan semua orang di dunia.

Dengan perkawinan tersebut maka Ummu Salamah termasuk kalangan Ummahatul- Mukminin, dan oleh Rasulullah ia ditempatkan di kamar Zainab binti Khuzaimah yang digelari Ummul-Masakiin (ibu bagi orang-orang miskin) sampai Ummu Salamah meninggal dunia.

Hal itu diceritakan oleh Ummu Salamah kepada kami. Ia berkata, “Aku dipersunting oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., lalu aku dipindahkan dan ditempatkan di rumah Zainab (ummul- masakiin).”

Beberapa keistimewaan yang dimiliki Ummu Salamah adalah ketajaman logika, kematangan berpikir, dan keputusan yang benar atas banyak perkara. Karena itu, ia memiliki kedudukan yang agung di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., seperti interaksinya dengan para Ummahatul-Mukminin yang merupakan interaksi yang diliputi rasa kasih sayang dan kelemahlembutan.

 F. Kedudukannya yang Agung

Di antara perkara yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam adalah apa yang diceritakan Urwah bin Zubair “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh Ummu Salamah melaksanakan shalat shubuh di Mekah pada hari penyembelihan (qurban) — padahal saat itu merupakan hari (giliran)nya. Oleh sebab itu, Rasulullah merasa senang atas kesetujuannya.”

Begitu juga hadits Ummi Kulsum binti Uqbah yang dimasukkan oleh Ibnu Sa’ad dalam (kitab) Thabaqat-nya. Ummi Kultsum berkata, “Tatkala Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. menikahi Ummu Salamah, belau berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya aku menghadiahkan untuk Raja Najasyi sejumlah bejana berisikan minyak wangi dan selimut. Akan tetapi, aku bermimpi bahwa Raja Najasyi itu telah meninggal dunia, kemudian hadiah yang kuberikan kepadanya dikembalikan kepadaku. Karena dikembalikan kepadaku, maka barang tersebut menjadi milikkü.”

Sebagaimana yang dikatakan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., Raja Najasyi meninggal dunia, dan hadiah tersebut dikembalikan kepadanya. Lalu beliau memberikan kepada setiap istrinya masing-masing satu uqiyah (1/2 liter Mesir) dan beliau memberi (sisa) keseluruhannya serta selimut kepada Ummu Salamah.

Page 204: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Setelah Ummu Salamah menjadi istrinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. memasukkannya dalam kalangan ahlul-bait. Di antara riwayat tentang masalah tersebut adalah bahwasanya pernah pada suatu hari Rasulullah berada di sisi Ummu Salamah, dan anak perempuan Ummu Salamah ada di sana. Rasulullah kemudian didatangi anak perempuannya, Fathimah azZahra, disertai kedua anaknya, Hasan dan Husain r.a., lalu Rasullah memeluk Fathimah dan berkata, “Semoga rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah pada kalian wahai ahlul-bait. Sesungguhnya Dia Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia.”

Lalu menangislah Ummu Salamah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menanyakan tentang penyebab tangisnya itu. Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau mengistimewakan mereka sedangkan aku dan anak perempuanku engkau tinggalkan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau dan anak perempuanmu termasuk keluargaku.”

Anak perempuan Ummu Salamah, Zainab, tumbuh dalam peliharaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. ia termasuk di antara wanita yang memiliki ilmu yang luas pada masanya.

Sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mempersunting Ummu Salamah, wahyu pernah turun kepada Rasulullah di kamar Aisyah, yang dengan hal itu Aisyah membanggakannya pada istri-stri beliau yang lain. Maka setelah Rasulullah menikahi Ummu Salamah, wahyu turun kepadanya ketika beliau berada di kamar Ummu Salamah.

G. Beberapa Sikap Cemerlang pada Masa Hidup Ummu Salamah.

Di antara sikap agungnya adalah apa yang ditunjukkannya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. pada hari (perjanjian) Hudaibiyah. Pada waktu itu ia menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dalam perjalanannya menuju Mekah dengan tujuan menunaikan umrah, tetapi orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki Mekah, dan terjadilah Perjanjian Hudaibiyah antara kedua belah pihak.

Akan tetapi, sebagian besar kaum muslimin merasa dikhianati dan merasa bahwa orang-orang musyrik menyianyiakan sejumlah hak-hak kaum muslimin. Di antara mayonitas yang menaruh dendam itu adalah Umar bin al-Khaththab, yang berkata kepada Rasulullah dalam percakapannya dengan beliau, “Atas perkara apa kita serahkan nyawa di dalam agama kita?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menjawab, “Saya adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak akan menyalahi perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyianyiakanku.”

Akan tetapi, tanda-tanda bahaya semakin memuncak setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh kaum muslimin melaksanakan penyembelihan hewan qurban kemudian bercukur, tetapi tidak seorang pun dari mereka melaksanakannya. Beliau mengulang seruannya tiga kali tanpa ada sambutan.

Beliau menemui istrinya, Ummu Salamah, dan menceritakan kepadanya tentang sikap kaum muslimin. Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan perintah Allah ini dilaksanakan oleh kaum muslimin? Keluarlah engkau, kemudian janganlah mengajak bicara sepatah kata seorang pun dari mereka sampai engkau menyembelih qurbanmu serta memanggil tukang cukur yang mencukurmu.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. kagum atas pendapatnya dan bangkit mengerjakan sebagaimana yang diusulkan Ummu Salamah. Tatkala kaum muslimin melihat Rasulullah mengerjakan hal itu tanpa berkata kepada mereka, mereka bangkit dan menyembelih serta sebagian dari mereka mulai mencukur kepala sebagian yang lain tanpa ada perasaan keluh kesah dan penyesalan atas tindakan Rasulullah yang mendahului mereka.

Ummu Salamah telah menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. di banyak peperangan, yaitu peperangan Khaibar, Pembebasan Mekah, pengepungan Tha’if, peperangan Hawazin, Tsaqif kemudian ikut bersama beliau di Haji Wada’.

Kita tidak melupakan sikapnya terhadap Umar bin al-Khaththab, tatkala Urnar datang kepadanya dan mengajak bicara tentang perkara keperluan Ummahatul-Mukminin kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. serta kekasaran mereka terhadap Rasulullah. Maka ia berkata, “Engkau ini aneh, wahai anak al-Khaththab. Engkau telah ikut campur di setiap perkara sehingga ingin mencampuri urusan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. beserta istri-istrinya?”

Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. meninggal dunia ia senantiasa mengenang beliau dan sangat berduka cita atas kewafatannya. Beliau senantiasa banyak melakukan puasa dan beribadah, tidak kikir pada ilmu, serta meriwayatkan hadits yang berasal dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Telah diriwayatkannya sekian banyak hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah dan suaminya, Abu Salamah, serta dari Fathimah az-Zahraa Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya banyak sekali, di antara mereka adalah anak-anaknya dan para pemuka dan sahabat serta ahli hadits.

Di antara beberapa sikapnya yang nyata adalah pada hari pembebasan kota Mekah. Waktu itu Nabi keluar dari Madinah bersarna bala tentaranya dengan kehebatan dan jumlah yang belum pernah disaksikan oleh bangsa Arab, sehingga orang-orang musyrik Quraisy merasa takut, dan mereka keluar dari rumah dengan rnaksud menemui Rasulullah untuk bertobat dan menyatakan keislaman mereka.

Page 205: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Termasuk dari mereka, Abu Sufyan bin al-Harts bin Abdul-Muththalib (anak paman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.) dan Abdullah bin Abi Umayyah bin al-Mughirah (anak bibi [dari ayah] Rasulullah, saudara Ummu Salamah sebapak). Ketika mereka berdua meminta izin masuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam., beliau enggan memberi izin masuk bagi keduanya disebabkan penyiksaan mereka yang keras terhadap kaurn muslimin menjelang beliau hijrah dari Mekah.

Maka berkatalah Ummu Salamah kepada Rasulullah dengan perasaan iba terhadap keluarganya sendiri dan juga keluarga Rasulullah, “Wahai Rasulullah, mereka berdua adalah anak parnanmu dan anak bibirnu (dan ayah) serta iparmu.” Rasulullah menjawab, “Tidak ada keperluan bagiku dengan mereka berdua. Adapun anak parnanku, aku telah diperlakukan olehnya dengan tidak baik. Adapun anak bibiku (dari ayah) serta iparku telah berkata di Mekah dengan apa yang ia katakan.”

Pernyataan itu telah sampai kepada Abu Sufyan, anak paman Rasulullah. Maka ia berkata, “Demi Allah, ia harus mengizinkanku atau aku mengambil anak ini dengan kedua tanganku -pada saat itu ia bersama anaknya, Ja’far- kemudian karni harus berkelana di dunia sehingga mati kehausan dan kelaparan.”

Lalu Ummu Salamah memberitahukan perkataan Abu Sufyan tersebut kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dengan kembali memohon rasa belas kasih. Akhirnya hati beliau menjadi luluh, lalu mengizinkan keduanya masuk. Maka masuklah keduanya dan menyatakan keislaman serta bertobat di hadapan Rasulullah.

H. Sikapnya terhadap Fitnah

Ummu Salamah selalu berada di rumahnya, senantiasa ikhlas beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjaga Sunnah suaminya tercinta pada masa (khilafah) Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin al-Khaththab..

Pada masa khilafah Utsman bin Affan ia melihat kegoncangan situasi serta perpecahan kaum muslimin di seputar khalifah. Bahaya fitnah sernakin memuncak di langit kaum muslirnin. Maka ia pergi menernui Utsman dan menasihatinya supaya tetap berpegang teguh pada petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. serta petunjuk Abu Bakar dan Umar bin al-Khaththab, tidak menyimpang dan petunjuk tersebut selama-lamanya.

Apa yang dikhawatirkan Ummu Salamah terjadi juga, yaitu peristiwa terbunuhnya Utsman yang saat itu tengah membaca Al-Qur’an dan angin fitnah tengah bertiup kencang terhadap kaurn muslimin. Pada saat itu Aisyah telah membulatkan tekad untuk keluar menuju Bashrah disertai Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin al-’Awwam dengan tujuan mernobilisasi massa untuk melawan Ali bin Abi Thalib. Maka Ummu Salamah mengirim surat yang memiliki sastra indah kepada Aisyah.

 “Dari Ummu Salamah, Istri Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam., untuk Aisyah Ummul-Mu’ minin.Sesungguhnya aku memuji Allah yang tidak ada ilah (Tuhan) melainkan Dia.Amma ba’du.Engkau sungguh telah merobek pembatas antara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dan umatnya yang merupakan hijab yang telah ditetapkan keharamannya.Sungguh Al-Qur’an telah memberimu kemuliaan, maka jangan engkau lepaskan. Dan Allah telah menahan suaramu, maka janganlah engkau niengeluarkannya Serta Allah telah tegaskan bagi umat ini seandainya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengetahui bahwa kaum wanita memiliki kewajiban jihad (berperang) niscaya beliau berpesan kepadamu untuk menjaganya.Tidakkah engkau tahu bahwasanya beliau melarangmu melampaui batas dalam agama, karena sesungguhnya tiang agama tidak bisa kokoh dengan campur tangan wanita apabila tiang itu telah miring, dan tidak bisa diperbaiki oleh wanita apabila telah hancur. Jihad wanita adalah tunduk kepada segala ketentuan, mengasuh anak, dan mencurahkan kasih sayangnya.”

Ummu Salamah berada di pihak Ali bin Abi Thalib karena beliau menggikuti kesepakatan kaum muslimin atas terpilihnya beliau sebagai khalifah mereka. Karena itu, Ummu Salamah mengirim/mengutus anaknya, Umar, untuk ikut berperang dalan barisan Ali .

 I. Saat Wafatnya

Pada tahun ke-59 hijriah, usia Ummu Salamah telah mencapai 84 tahun. Usia tua dan pikun merambah di pertambahan umurnya. Allah ta’ala mengangkat rohnya yang suci naik ke atas menuju hadirat-Nya. Ia meninggal dunia setelah hidup dengan aktivitas yang dipenuhi oleh pengorbanan, jihad, dan kesabaran di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Beliau dishalatkan oleh Abu Hurairah r.a. dan dikuburkan di al-Baqi’ di samping kuburan Ummahatul-Mukminin lainnya.

 Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Ummu Salamah. dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.

Sumber: Buku Dzaujatur-Rasulullah , Karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh

Page 206: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Zainab binti Jahsy radhiallaahu ‘anhaPernikahan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dengan Zainab binti Jahsy didasarkan pada perintah Allah

sebagai jawaban terhadap tradisi jahiliah. Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang berasal dan kalangan kerabat sendiri. Zainab adalah anak perempuan dan bibi Rasulullah, Umaimah binti Abdul Muththalib. Beliau sangat mencintai Zainab.

Nasab dan Masa Pertumbuhannya

Nama lengkap Zainab adalah Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin Sharah bin Murrah bin Kabir bin Gham bin Dauran bin Asad bin Khuzaimah. Sebelum menikah dengan Rasulullah, namanya adalah Barrah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Zainab setelah menikah dengan beliau. Ibu dari Zainab bernama Umaimah binti Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai. Zainab dilahirkan di Mekah dua puluh tahun sebelurn kenabian. Ayahnya adalah Jahsy bin Ri’ab. Dia tergolong pernimpin Quraisy yang dermawan dan berakhlak baik. Zainab yang cantik dibesarkan di tengah keluarga yang terhormat, sehingga tidak heran jika orang-orang Quraisy rnenyebutnya dengan perempuan Quraisy yang cantik.

Zainab termasuk wanita pertarna yang memeluk Islam. Allah pun telah menerangi hati ayah dan keluarganya sehingga memeluk Islam. Dia hijrah ke Madinah bersama keluarganya. Ketika itu dia masih gadis walaupun usianya sudah layak menikah.

Pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah

Terdapat beberapa ayat A1-Qur’an yang mernerintahkan Zainab dan Zaid melangsungkan pernikahan. Zainab berasal dan golongan terhormat, sedangkan Zaid bin Haritsah adalah budak Rasulullah yang sangat beliau sayangi, sehingga kaum muslimin menyebutnya sebagai orang kesayangan Rasulullah. Zaid berasal dari keluarga Arab yang kedua orang tuanya beragama Nasrani. Ketika masih kecil, dia berpisah dengan kedua orang tuanya karena diculik, kemudian dia dibeli oleh Hakam bin Hizam untuk bibinya, Khadijah binti Khuwailid r.a., lalu dihadiahkannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Ayah Zaid, Haritsah bin Syarahil, senantiasa mencarinya hingga dia mendengar bahwa Zaid berada di rumah Rasulullah. Ketika Rasulullah menyuruh Zaid memilih antara tetap bersama beliau atau kembali pada orang tua dan pamannya, Zaid berkata, “Aku tidak menginginkan mereka berdua, juga tidak menginginkan orang lain yang engkau pilihkan untukku. Engkau bagiku adalah ayah sekaligus paman.” Setelah itu, Rasulullah mengumumkan pembebasan Zaid dan pengangkatannya sebagai anak. Ketika Islam datang, Zaid adalah orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan budak. Dia senantiasa berada di dekat Nabi, terutama setelah dia rneninggalkan Mekah, sehingga beliau sangat mencintainya, bahkan beliau pernah bersabda tentang Zaid,

“Orang yang aku cintai adalah orang yang telah Allah dan aku beri nikmat. (HR. Ahmad)

Allah telah memberikan nikmat kepada Zaid dengan keislamannya dan Nabi telah memberinya nikmat dengan kebebasannya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan Zaid dengan Hamzah bin Abdul Muththalib. Dalam banyak peperangan, Zaid selalu bersama Rasulullah, dan tidak jarang pula dia ditunjuk untuk menjadi komandan pasukan. Tentang Zaid, Aisyah pernah berkata, “Rasulullah tidak mengirimkan Zaid ke medan perang kecuali selalu menjadikannya sebagai komandan pasukan, Seandainya dia tetap hidup, beliau pasti menjadikannya sebagai pengganti beliau.”

Masih banyak riwayat yang menerangkan kedudukan Zaid di sisi Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam.. Sesampainya di Madinah beliau meminang Zainab binti Jahsy untuk Zaid bin Haritsah. Semula Zainab membenci Zaid dan menentang menikah dengannya, begitu juga dengan saudara laki-lakinya. Menurut mereka, bagaimana mungkin seorang gadis cantik dan terhormat menikah dengan seorang budak? Rasulullah menasihati mereka berdua dan menerangkan kedudukan Zaid di hati beliau, sehingga turunlah ayat kepada mereka:

“Dan tidaklah patut bagi laki -laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.“ (Q.S. Al-Ahzab: 36)

Akhirnya Zainab menikah dengan Zaid sebagai pelaksanaan atas perintah Allah, meskipun sebenarnya Zainab tidak menyukai Zaid. Melalui pernikahan itu Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan di antara manusia kecuali dalam ketakwaan dan amal perbuatan mereka yang baik. Pernikahan itu pun bertujuan untuk menghilangkan tradisi jahiliah yang senang membanggakan diri dan keturunan. Akan tetapi, Zainab tetap tidak dapat menerima pernikahan tersebut karena ada perbedaan yang jauh di antara mereka berdua. Di depan Zaid, Zainab selalu membangga-banggakan dirinya sehingga menyakiti hati Zaid. Zaid menghadap Rasulullah untuk mengadukan perlakukan Zainab terhadap dirinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruhnya untuk bersabar, dan Zaid pun mengikuti nasihat beliau. Akan tetapi, dia kembali menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa dirinya tidak mampu lagi hidup bersama Zainab.

Mendengar itu, beliau bersabda, “Pertahankan terus istrimu itu dan bertakwalah kepada Allah.” Kemudian beliau mengingatkan bahwa pernikahan itu merupakan perintah Allah. Beberapa saat kemudian turunlah ayat, “Pertahankan terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah.” Zaid berusaha menenangkan din dan bersabar, namun tingkah laku Zainab sudah tidak dapat dikendalikan, akhirnya terjadilah talak. Selanjutnya, Zainab dinikahi Rasulullah.

Page 207: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Prinsip dasar yang melatarbelakangi pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy adalah untuk menghapuskan tradisi pengangkatan anak yang berlaku pada zaman jahiliah. Artinya, Rasulullah ingin menjelaskan bahwa anak angkat tidak sama dengan anak kandung, seperti halnya Zaid bin Haritsah yang sebelum turun ayat Al-Qur’an telah diangkat sebagai anak oleh beliau. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka,’ itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudara seagama dan maula-maulamu.” (QS. Al-Ahzab:5)

Karena itu, seseorang tidak berhak mengakui hubungan darah dan meminta hak waris dan orang tua angkat (bukan kandung). Karena itulah Rasulullah menikahi Zainab setelah bercerai dengan Zaid yang sudah dianggap oleh orang banyak sebagai anak Muhammad. Allah telah menurunkan wahyu agar Zaid menceraikan istrinya kemudian dinikahi oleh Rasulullah. Pada mulanya Rasulullab tidak memperhatikan perintah tersebut, bahkan meminta Zaid mempertahankan istrinya. Allah memberikan peringatan sekali lagi dalam ayat:

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, ‘Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah, ‘sedang kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah- lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak- anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluan daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.“ (QS. Al-Ahzab:37)

Ayat di atas merupakan perintah Allah agar Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. menikahi Zainab dengan tujuan meluruskan pemahaman keliru tentang kedudukan anak angkat.

Menjadi Ummul-Mukminin

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. mengutus seseorang untuk mengabari Zainab tentang perintah Allah tersebut. Betapa gembiranya hati Zainab mendengar berita tersebut, dan pesta pernikahan pun segera dilaksanakan serta dihadiri warga Madinah.

Zainab mulai memasuki rurnah tangga Rasulullah dengan dasar wahyu Allah. Dialah satu-satunya istri Nabi yang berasal dan kerabat dekatnya. Rasulullah tidak perlu meminta izin jika memasuki rumah Zainab sedangkan kepada istri-istri lainnya beliau selalu meminta izin. Kebiasaan seperti itu ternyata menimbulkan kecemburuan di hati istri Rasul lainnya.

Orang-orang munafik yang tidak senang dengan perkembangan Islam membesar-besarkan fitnah bahwa Rasulullah telah menikahi istri anaknya sendiri. Karena itu, turunlah ayat yang berbunyi,

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…. “ (Qs. Al-Ahzab: 40)

Zainab berkata kepada Nabi, “Aku adalah istrimu yang terbesar haknya atasmu, aku utusan yang terbaik di antara mereka, dan aku pula kerabat paling dekat di antara mereka. Allah menikahkanku denganmu atas perintah dan langit, dan Jibril yang membawa perintah tersebut. Aku adalah anak bibimu. Engkau tidak memiliki hubungan kerabat dengan mereka seperti halnya denganku.” Zainab sangat mencintai Rasulullah dan merasakan hidupnya sangat bahagia. Akan tetapi, dia sangat pencemburu terhadap istri Rasul lainnya, sehingga Rasulullah pernah tidak tidur bersamanya selama dua atau tiga bulan sebagai hukuman atas perkataannya yang menyakitkan hati Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab wanita Yahudiyah itu.

Zainab bertangan terampil, menyamak kulit dan menjualnya, juga mengerjakan kerajinan sulaman, dan hasilnya diinfakkan di jalan Allah.

Wafatnya

Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang pertama kali wafat menyusul beliau, yaitu pada tahun kedua puluh hijrah, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dalarn usianya yang ke-53, dan dimakamkan di Baqi. Dalarn sebuah riwayat dikatakan bahwa Zainab berkata menjelang ajalnya, “Aku telah rnenyiapkan kain kafanku, tetapi Umar akan mengirim untukku kain kafan, maka bersedekahlah dengan salah satunya. Jika kalian dapat bersedekah dengan sernua hak-hakku, kerjakanlah dari sisi yang lain.” Sernasa hidupnya, Zainab banyak mengeluarkan sedekah di jalan Allah.

Tentang Zainab, Aisyah berkata, “Semoga Allah mengasihi Zainab. Dia banyak menyamaiku dalarn kedudukannya di hati Rasulullah. Aku belum pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya daripada Zainab. Dia sangat bertakwa kepada Allah, perkataannya paling jujur, paling suka menyambung tali silaturahmi, paling banyak bersedekah, banyak mengorbankan diri dalam bekerja untuk dapat bersedekah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Selain Saudah, dia yang memiliki tabiat yang keras.”

Semoga Allah memberikan kemuliaan kepadanya (Sayyidah Zainab Binti Jahsy) di akhirat dan ditempatkan bersama hamba-hamba yang saleh. Amin.

Page 208: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sumber: Buku Dzaujatur-Rasulullah , karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh

Anas bin Malik (Wafat 93 H)Anas bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan sebanyak

2.286 hadits.Anas adalah (Khadam) pelayan Rasulullah yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman

membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama Malik bin an-Nadlr. Rasulullah sering bergurau dengan Anas bin Malik, dan Rasulullah sendiri tidaklah bersikap seperti seorang majikan kepada hambanya.

Anas sendiri pernah berkata:” Rasulullah Shallallahu alaihi wasssalam tidak pernah menegur apa yang aku perbuat, beliau juga tidak pernah menanyakan tentang sesuatu yang aku tidak kerjakan, akan tetapi beliau selalu mengucapkan Masya’allahu kan wa ma lam yasya”.

Anas bin Malik tidak berperang dalam perang Badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda. Tetapi ia banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu. Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai pengangkatan Anas bin Malik menjadi pegawai di Bahrain, Umar memujinya :” Dia adalah anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis, dan juga lama bergaul dengan Rasulullah”.

Sedangkan Komentar Abu Hurairah tentangnya : “ Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya menyerupai Rasulullah kecuali Ibnu Sulaiman (Anas bin Malik)”.

Ibn Sirin berkata:” Dia (Anas) paling bagus Shalatnya baik di rumah maupun ketika sedang dalam perjalanan”.

Pada hari hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke Basrah, Sebagian lain mengatakan kepindahannya karena terkena fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya. Maka tidak ada jalan lain bagi anas bin Malik untuk pindah ke Basrah yang menjadikan satu satunya sahabat Nabi disana.

Itulah sebabnya para Ulama mengatakan bahawa Anas bin Malik adalah sahabat terakhir yang meninggal di Basrah., pada wafatnya Muwarriq berkata: “ Telah hilang separuh ilmu. Jika ada orang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, marilah menghadap kepada orang yang pernah mendenganr dari Rasululah Shallallahu alaihi wassalam”.

Sanad paling sahih yang bersumber awalnya dari : Malik, dari az-Zuhri, dan dia (Anas bin Malik). Sedangkan yang paling Dlaif dari Dawud bin al-Muhabbir, dari ayahnya Muhabbir dari Abban bin Abi Iyasy dari dia.

Ia wafat pada tahun 93 H dalam usia melampaui seratus tahun.

Zaid bin Tsabit (wafat 45 H)Nama lengkapnya adalah Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak bin Zaid Ludzan bin Amru, dia masuk islam ketika

umur 11 tahun ketika perang Badar terjadi.

Perjalanan hidupnya.

Nabi menyerahkan bendera Bani Malik bin an-Najjar kepada ‘Imarah sebagai komandan perang Tabuk, lalu Nabi mengambilnya dan diserahkan kepada Zaid bin Tsabit. Ketika beliau memintanya, maka Imarah bertanya,” Ya Rasulullah, apakah engkau akan menyerahkan sesuatu yang engkau berikan kepadaku?. Beliau menjawab,” Tidak, tetapi al-Quran harus didahulukan, dan Zaid bin Tsabit lebih banyak menguasai bacaan Al-Quran daripadamu”.

Zaid juga sebagai penulis wahyu bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.Saat Umar menjadi Khalifah dia diangkat sebagai amir (gubernur) Madinah sebanyak 3 kali di ibukota

atau di wilayah pusat kekuasaan, dan dia juga ditugaskan untuk mengumpulkan al-Quran atas perintah Abu Bakar dan Umar sebagai mana dijelaskan dalam riwayat yang diriwayatkan oleh Bukhari : “Zaid bin Tsabit berkata” Aku disuruh menghadap Abu Bakar berkenaan dengan pembunuhan yang dilakukan penduduk Yamamah, dan ketika itu dihadapan nya ada Umar bin al-Khaththab. Lalu Abu Bakar berkata, “Jika perang terus berkecamuk banyak memakan korban jiwa kaum muslimin, banyak para penghapal al-Quran di negeri ini terbunuh, dimana akhirnya banyak bagian al-Quran yang hilang maka agar al-Quran dibukukan, aku berpandangan sama dengan Umar, engkau laki laki yang cerdas dan masih muda, maka cari dan kumpulkanlah (Mushaf) al-Quran”.

Zaid bin Tsabit adalah seorang ulama yang kedudukannya sama dengan para ulama dari kalangan sahabat lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,” Umatku yang paling menguasai ilmu Faraidh adalah Zaid bin Tsabit”. Riwayat lain yang senada terdapat dalam riwayat Imam an-Nasa’I dan Ibnu Majah, dimana nabi bersabda,” Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, yang paling kuat kesaksiannya dihadapan Allah adalah Umar, yang paling diakui perasaan malunya adalah Utsman dan yang paling menguasai faraidh adalah Zaid bin Tsabit.”.

Ketika Zaid bin Tsabit wafat maka Abu Hurairah berkata,” Telah wafat orang terbaik dari umat ini semoga Allah menjadikan Ibnu abbas sebagai penggantinya”.

Page 209: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Wafatnya

Ia wafat di Madinah pada tahun 45 H dalam usia 56 tahun (dalam riwayat lain ia wafat tahun 51 H atau 52 H)

Jabir bin Abdullah (wafat 74H)Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 hadist, Ayahnya bernama Abdullah bin Amr bin Hamran Al-

Anshari as-Salami. Ia bersama ayahnya dan seorang pamannya mengikuti Bai’at al-‘Aqabah kedua di antara 70 sahabat anshar yang berikrar akan membantu menguatkan dan menyiarkan agama Islam, Jabir juga mendapat kesempatan ikut dalam peperangan yang dilakukan pleh Nabi, kecuali perang Badar dan Perang Uhud, karena dilarang oleh ayahku. Setelah Ayahku terbunuh, aku selalu ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.

Jabir bin Abdullah pernah melawat ke Mesir dan Syam dan banyak orang menimba ilmu darinya dimanapun mereka bertemu dengannya. Di Masjid Nabi Madinah ia mempunyai kelompok belajar , disini orang orang berkumpul untuk mengambil manfaat dari ilmu dan ketakwaan.

Ia wafat di Madinah pada tahun 74 H. Abbas bin Utsman penguasa madinah pada waktu itu ikut mensholatkannya.

Sanad terkenal dan paling Shahih darinya adalah yang diriwayatkan oleh penduduk Makkah melalui jalur Sufyan bin Uyainah, dari Amr bin Dinar, dari Jabir bin Abdullah.

(biografi jabir dalam Al-Ishabah 1/213 dan Tahdzib al-Asma 1/142)

Sa’ad bin Abi Waqqash (wafat 55 h)Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash bin Uhaib Az-Zuhri dengan julukan “Abu Ishaq”, Ia adalah

salah seorang diantara sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira bakal masuk surga, dan orang yang pertama dalam melontarkan panah dalam perang Sabillillah, ia orang yang ke empat lebih dulu masuk Islam melalui tangan Abu Bakar ketika umurnya 17 tahun.

Sa’ad bin Abi Waqqash mengikuti banyak peperangan bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, dalam peperangan itu ia bergabung dalam pasukan berkuda. Ia berasal dari bani Zuhrah seasal dengan ibu Nabi (Aminah).

Khilafah Umar bin Khaththab mengangkatnya menjadi komandan pasukan yang dikirimkan untuk memerangi orang Persia dan berhasil mengalahkannya pada tahun 15 H di Qadisiyah. Setahun setelahnya 16 H di Julailak ia menaklukan Madain dan Bani al-Kuffa pada tahun 17 H.

Sa’ad bin Abi Waqqash adalah penguasa Irak dimasa pemerintahan Umar bin Khaththab yang berlanjut pada masa pemerintahan Utsman bi Affan. Ia adalah seorang diantara enam sahabat orang yang dicalonkan menjadi Khalifah, sejak bencana besar atas terbunuhnya Utsman.

Sa’ad bin Abi Waqqash meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar dan Khaulah binti Hakim.

Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Mujahid, Alqamah bin Qais as sa’ib bin Yazid, Sanad paling shahih berpangkal darinya adalah yang diriwayatkan oleh Ali bin Husain bin Ali, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Sa’ad bin Abi Waqqash).

Ia wafat pada tahu 55 H di Aqiq.Disalin dari Biografi Sa’ad dalam Thadzib at Thadzib karya Ibn Hajar Asqalani 3/483 dan Shifaf at Shafwah karya

Ibn Jauzi 1/138

Abu Sa’id Al-Khudri (wafat 74 H)Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi

wassalam. Telah meriwayatkan 1.170 hadits. Orang orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku menghapalnya”.

Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan Uhud, Ia seorang Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj yang terkenal dengan julukan “Abjar”.

Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar anaknya diikutkan dalam peperangan. Pada waktu itu Jabir masih berusia 13 tahun, namun ayahnya menyanjung kekuatan tubuh anaknya:” Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi, Rasulullah tetap menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.

Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah.

Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali peperangan.

Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber yang paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.

Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikramah.

Page 210: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman Baqi, dan berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat itu. Katanya: “ Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak, kuburkanlah aku disana, Jangan engkau buat tenda untuk, jangan engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api, Jangan engkau tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan seorangpun tentang diriku”.

Kemudian ia beliau wafat pada tahun 74 H Disalin dari Biografi Abu Sa’id dalam Tahdzib at Tahdzib 3/49

Abu Darda’ (Wafat 32H)

Nama lengkapnya adalah Uwaimir bin Zaid bin Qais, seorang sahabat perawi hadist dari Anshar, dari kabilah Khajraj, ia hapal al-Quran dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Dalam perang Uhud Rasulullah bersabda mengenai dirinya “ Prajurit berkuda paling baik adalah Uwaimir” Beliau ini dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Salman Al Farisi. Dia mengikuti semua peperangan yang terjadi setelah perang Uhud.

Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, Abu Darda’ diangkat menjadi Hakim di daerah Syam, Ia adalah mufti (pemberi fatwa) penduduk Syam dan ahli Fiqh penduduk Palestina.

Ia meriwayatkan hadits dari Sayyidah Aisyah dan Zaid bin Tsabit, sedangkan yang meriwayatkan darinya ialah anaknya sendiri Bilal dan istrinya Ummu Darda’. Hadits yang dia riwayatkan mencapai 179 hadits. Tentang dia Masruq berkata:” Aku mendapatkan ilmu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pada enam orang diantaranya dari Abu Darda“.

Ia wafat pada tahun 32 H di dasmaskus.

 

( disalin dari Biografi Abu Darda’ dalam Al-Ishabah no.6119 karya Ibn Hajar Asqalani)

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu (Wafat 18 H)

Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, dengan nama julukan “Abu Abdurahman”, dilahirkan di Madinah. Ia memeluk Islam pada usia 18 tahun, Ia mempunyai keistimewaan sebagai seorang yang sangat pintar dan berdedikasi tinggi. Dari segi fisik, ia gagah dan perkasa. Allah juga mengaruniakan kepadanya kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah, Muadz termasuk di dalam rombongan yang berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang berbai’at kepada Rasulullah. Setelah itu Muadz kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat yang terkemuka seperti misalnya Amru bin Al-Jamuh.

Pada waktu Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, Muaz senantiasa berada bersama dengan Rasulullah sehingga ia dapat memahami Al-Qur’an dan syariat-syariat Islam dengan baik. Hal tersebut membuatnya di kemudian hari muncul sebagai seorang yang paling ahli tentang Al-Qur’an dari kalangan para sahabat. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, “Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal.” (Hadist Tirmidzi dan Ibnu Majah). Ia meriwayatkan hadist dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar dan meriwayatkan darinya ialah Anas bin Malik, Masruq, Abu Thufail Amir bin Wasilah. Selain itu, Muadz merupakan salah satu dari enam orang yang mengumpulkan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah.

Setelah kota Makkah didatangi oleh Rasulullah, penduduk Makkah memerlukan tenaga-tenaga pengajar yang tetap tinggal bersama mereka untuk mengajarkan syariat agama Islam. Rasulullah lantas menyanggupi permintaan tersebut dan meminta supaya Muaz tinggal bersama dengan penduduk Makkah untuk mengajar Al-Qur’an dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah. Sifat terpuji beliau juga jelas terlihat manakala rombongan raja-raja Yaman datang menjumpai Rasulullah guna meng-isytihar-kan keislaman mereka dan meminta kepada Rasulullah supaya mengantarkan tenaga pengajar kepada mereka. Begitupun maka Rasulullah memilih Muaz untuk memegang tugas itu bersama-sama dengan beberapa orang para sahabat.

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mempersaudarakanya dengan Abdullah bin Mas’ud. Nabi mengirimnya ke negeri Yaman untuk mengajar, memberikan pengetahuan agama dan mendidik sampai hapal al-Quran kepada penduduk Yaman. Rasulullah mengantarnya dengan berjalan kaki sedangkan Mu’adz berkendaraan, dan Nabi bersabda kepadanya: ” Sungguh, aku mencintaimu“.

Lantas beliau mewasiatkan kepada Muadz dengan bersabda : “Wahai Muadz! Kemungkinan kamu tidak akan dapat bertemu lagi dengan aku selepas tahun ini“, Kemudian Muadz menangis karena terlalu sedih untuk berpisah dengan Rasulullah Shallalahu alaihi wassalam. Selepas peristiwa tersebut ternyata Rasulullah wafat dan Muadz tidak lagi dapat melihatnya.

Muadz sangat terpukul atas berpulangnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Ia bahkan menangis tersedu-sedu selama beberapa saat. Namun ia segera menyadari tanggung jawab dakwah di pundaknya. Ia senantiasa menjaga ghirah

Page 211: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(semangat) keislamannya agar tidak surut. Setelah Umar bin Khattab dilantik menjadi khalifah, ia mengutus Muaz untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi di kalangan Bani Kilab. Ia pun sukses menjalankan misi itu.

Pada zaman pemerintahan Khalifah Umar pula, gubernur Syam (sekarang Mesir) mengirimkan Yazid bin Abi Sofian untuk meminta guru bagi penduduknya. Lalu Umar memanggil Muaz bin Jabal, Ubaidah bin As-Somit, Abu Ayub Al-Ansary, Ubai bin Kaab dan Abu Darda’ dalam satu majelis. Khalifah Umar berkata kepada mereka : “Sesungguhnya saudara kamu di negeri Syam telah meminta bantuan daripada aku supaya mengantar siapa saja yang dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang agama Islam. Oleh karena itu bantulah aku untuk mendapat tiga orang dari kalangan kamu semoga Allah merahmati kamu. Sekiranya kamu ingin membuat pengundian, kamu boleh membuat undian, jika tidak aku akan melantik tiga orang dari kalangan kamu.”

Lalu mereka menjawab : “Kami tidak akan membuat pengundian dengan memandang bahwa Abu Ayub telah terlalu tua, sedang Ubai pun senantiasa mengalami kesakitan, dan yang tinggal hanya kami bertiga saja.” Kemudian Umar berkata kepada mereka : “Kalian mulailah bertugas di Hims, sekiranya kamu suka dengan keadaan penduduknya, bolehlah salah seorang diantara kamu tinggal di sana. Kemudian salah seorang daripada kamu hendaknya pergi ke Damsyik, dan seorang lagi pergi ke Palestina.”

Lalu mereka bertiga keluar ke Hims dan mereka meninggalkan Ubaidah bin As-Somit di sana, Abu Darda’ pergi ke Damsyik. Muaz bin Jabal terus berlalu pergi ke negara Urdun. Muaz bin Jabal berada di Urdun pada saat negeri tersebut tengah terserang wabah penyakit menular.

Mu’adz bin Jabal wafat tahun 18 H ketika terjadi wabah hebat di Urdun tersebut, waktu itu usianya 33 tahun .

 

 

Disalin dari Biografi Mu’adz dalam Al-Ishabah no.8039 karya Ibn Hajar Asqalani dan Thabaqat Ibn Sa’ad 3/Q2,120

Abu Dzarr Al-Ghifari (wafat 32 H)

Abu Dzaar al-Ghifari Nama aslinya adalah Jundab bin Junadah dinisbatkan kepada kakeknya Junadah yang berasal dari Ghifar, ia seorang Kinani. Abu Dzarr orang yang ahli ibadah sebelum diutusnya Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Ia adalah sahabat kelima yang lebih dulu masuk Islam, Ia baru bisa Hijrah setelah perang Khandaq.

Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu’anhu

Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan. Latar belakang tabi’at kesukuan, apakah itu tabiat yang baik ataukah tabi’at yang jelek, semuanya terkumpul pada diri Abu Dzar.

Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar. Di suatu hari tersebar berita di kampung Bani Ghifar, bahwa telah muncul di kota Makkah seorang yang mengaku sebagai utusan Allah dan mendapat berita dari langit. Serta merta berita ini sangat mengganggu penasaran Abu Dzar, sehingga dia mengutus adik kandungnya bernama Unais Al Ghifari untuk mencari berita ke Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat piawai dalam menggubah syair-syair Arab. Berangkatlah Unais ke Makkah untuk mencari tau apa sesungguhnya yang terjadi di Makkah berkenaan dengan berita kemunculan utusan Allah itu. Dan setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu Dzar tentang yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut. Ditanyakan oleh Abu Dzar kepada Unais : “Apa yang telah kamu lakukan ?”, tanyanya. Unais menjelaskan : “Aku sungguh telah menemui seorang pria yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang jelek”.

Abu Dzar bertanya lagi : “Apa yang dikatakan orang-orang tentangnya ?”.

Unais menjawab : “Orang-orang mengatakan, bahwa dia adalah tukang sya’ir, tukang tenung, dan tukang sihir. Tetapi aku sesungguhnya telah biasa mendengar omongan tukang tenung, dan tidaklah omongannya serupa dengan omongan tukang tenung. Dan aku telah membandingkan omongan darinya dengan omongan para tukang sya’ir, ternyata amat berbeda omongannya dengan bait-bait sya’ir. Demi Allah, sesungguhnya dia adalah orang yang benar ucapannya, dan mereka yang mencercanya adalah dusta”.

Mendengar laporan dari Unais itu, Abu Dzar lebih penasaran lagi untuk bertemu sendiri dengan orang yang berada di Makkah yang mengaku telah mendapatkan berita dari langit itu. Segeralah dia berkemas untuk berangkat menuju Makkah, demi menenangkan suara hatinya itu. Dan sesampainya dia di Makkah, langsung saja menuju Ka’bah dan tinggal padanya sehingga bekal yang dibawanya habis. Dia sempat bertanya kepada orang-orang Makkah, siapakah

Page 212: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

diantara kalian yang dikatakan telah meninggalkan agama nenek moyangnya ? Orang-orangpun segera menunjukkan kepada Abu Dzar, seorang pria yang ganteng putih kulitnya dan bersinar wajahnya bak bulan purnama. Abu Dzar memang amat berhati-hati, dalam kondisi hampir seluruh penduduk Makkah memusuhi dan menentang Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Dan orangpun di Makkah dalam keadaan takut dan kuatir untuk mendekat kepada beliau sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam, karena siapa yang mendekat kepadanya bila dia adalah dari kalangan budak belian, akan menghadapi hukuman berat dari tuannya. Demikian pula bila dari kalangan pendatang dan tidak mempunyai qabilah pelindungnya di Makkah. Demi keadaan yang demikian mencekam, Abu Dzar tidak gegabah berbicara dengan semua orang dalam hal apa yang sedang dicarinya dan apa yang diinginkannya.

Dia hanya menanti dan menanti di Ka’bah, dalam keadaan semua perbekalannya telah habis. Dia berusaha mengatasi rasa lapar yang mengganggu perutnya dengan minum air zam-zam dan tidak ada makanan lain selain itu. Demikian terus suasana penantian itu berlangsung selama tiga puluh hari dan perut Abu Dzar selama itu tidak kemasukan apa-apa kecuali hanya air zam-zam. Ini sungguh sebagai karamah air zam-zam, karena nyatanya Abu Dzar badannya serasa semakin gemuk selama tiga puluh hari itu. Apa sesungguhnya yang dinantinya ? yang dinantinya hanyalah kesempatan menemui dan berdialog langsung dengan pria ganteng berwajah bulan purnama itu, untuk mengetahui darinya langsung agama apa sesungguhnya yang dibawanya. Dia setiap harinya terus menerus mengamati tingkah laku pria ganteng tersebut dan sikap masyarakatnya yang anti pati terhadapnya.

Di suatu hari yang cerah, Abu Dazar bernasib baik. Sedang dia berdiri di salah satu pojok Ka’bah, lewat di hadapan beliau Ali bin Abi Thalib dan langsung menegurnya, apakah engkau orang pendatang di kota ini ? Segera saja Abu Dzar menjawabnya : Ya ! Maka Ali bin Abi Thalib menyatakan kepadanya : Kemarilah ikut ke rumahku. Maka Abu Dzarpun pergi kerumah Ali untuk dijamu sebagai tamu. Dia tidak tanya kepada tuan rumah dan tuan rumahpun tidak tanya kepadanya tentang tujuannya datang ke kota Makkah. Dan setelah dijamu, Abu Dzarpun kembali ke Ka’bah tanpa bercerita panjang dengan tuan rumah. Tapi Ali bin Abi Thalib melihat pada gurat wajah tamunya, ada sesuatu keperluan yang sangat dirahasiakannya. Sehingga ketika esok harinya, Ali berjumpa lagi dengan tamunya di Ka’bah dan segera menanyainya : “Apakah hari ini anda akan kembali ke kampung ?”. Abu Dzar menjawab dengan tegas : “Belum !”. Mendapat jawaban demikian, Ali tidak tahan lagi untuk menanyainya : “Apa sesungguhnya urusanmu, dan apa pula yang mendatangkanmu ke mari ?”. Dan Abu Dzarpun terperangah mendapat pertanyaan demikian dari satu-satunya orang Quraisy yang telah menjamunya dan mengakrabkan dirinya dengan tamu asing ini. Tetapi Abu Dzar tidak lagi merasa asing dengan orang yang menjamunya ini, sehingga mendapat pertanyaan demikian langsung saja dia balik mengajukan syarat bernada tantangan : “Bila engkau berjanji akan merahasiakan jawabanku, aku akan menjawab pertanyaanmu”. Langsung saja Ali menyatakan janjinya : “Aku berjanji untuk menjaga rahasiamu”. Dan Abu Dzar tidak ragu lagi dengan janji pemuda Quraisy yang terhormat ini, sehingga dengan setengah berbisik dia menjelaskan kepada Ali : “Telah sampai kepada kami berita, bahwa telah keluar seorang Nabi”. Mendengar kata-kata Abu Dzar itu Ali menyambutnya dengan gembira dan menyatakan kepadanya : “Engkau sungguh benar dengan ucapanmu ?! ikutilah aku kemana aku berjalan dan masuklah ke rumah yang aku masuki. Dan bila aku melihat bahaya yang mengancammu, maka aku akan memberi isyarat kepadamu dengan berdiri mendekat ke tembok dan aku seolah-olah sedang memperbaiki alas kakiku. Dan bila aku lakukan demikian, maka segera engkau pergi menjauh”. Maka Abu Dzarpun mengikuti Ali kemanapun dia berjalan, dan dengan tidak mendapati halangan apa-apa, akhirnya dia sampai juga di hadapan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dan langsung menanyakan kepada beliau. Inilah saat yang paling dinanti oleh Abu Dzar dan ketika Rasulullah menawarkan Islam kepadanya, segera Abu Dzar menyatakan masuk Islam dituntun Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat. Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam berwasiat kepadanya : “Wahai Aba Dzar, sembunyikanlah keislamanmu ini, dan pulanglah ke kampungmu !, maka bila engkau mendengar bahwa kami telah menang, silakan engkau datang kembali untuk bergabung dengan kami”.

Mendengar wasiat tersebut Abu Dzar menegaskan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam: “Demi yang Mengutus engkau dengan kebenaran, sungguh aku akan meneriakkan di kalangan mereka bahwa aku telah masuk Islam”. Dan Rasulullah mendiamkan tekat Abu Dzar tersebut.

Segera saja Abu dzar menuju Masjidil Haram dan di hadapan Ka’bah banyak berkumpul para tokoh-tokoh kafir Quraisy. Demi melihat banyaknya orang berkumpul padanya, Abu Dzar berteriak dengan sekeras- keras suara dengan menyatakan : “Wahai orang-orang Quraisy, aku sesungguhnya telah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku bersaksi pula Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah”.

Mendengar omongan itu, para dedengkot kafir Quraisy marah besar dan mereka berteriak memerintahkan orang-orang di situ : “Bangkitlah kalian, kejar orang murtad itu”. Maka segera orang-orang mengerumuni Abu Dzar sembari memukulinya dengan nafsu ingin membunuhnya. Syukurlah waktu itu masih ada Al Abbas bin Abdul Mutthalib tokoh Bani Hasyim paman Rasulillah yang disegani kalangan Quraisy. Sehingga Al Abbas berteriak kepada masyarakat yang sedang beringas memukuli Abu Dzar : “Celakalah kalian, apakah kalian akan membunuh seorang dari kalangan Bani Ghifar yang kalian harus melalui kampungnya di jalur perdagangan kalian”. Demi masyarakat mendapat teriakan demikian, merekapun melepaskan Abu Dzar yang telah babak belur bersimbah darah akibat dari pengeroyokan itu. Demikianlah Abu Dzar, sosok pria pemberani yang bila meyakini kebenaran sesuatu perkara, dia tidak akan peduli menyatakan keyakinannya di hadapan siapapun meskipun harus menghadapi resiko seberat apapun. Dan apa yang dihadapinya hari ini, tidak menciutkan nyalinya untuk mengulang proklamasi keimanannya di depan Ka’bah menantang para dedengkot kafir Quraisy. Keesokan harinya dia mengulangi proklamasi keimanan yang penuh keberanian itu, dan teriakan syahadatainnya menimbulkan kembali berangnya para tokoh kafir Quraisy. Sehingga mereka memerintahkan untuk mengeroyok seorang Abu Dzar untuk kedua kalinya. Dan untuk kedua kalinya ini, Al Abbas berteriak lagi seperti kemarin dan Abu Dzarpun dilepaskan oleh masa yang sedang mengamuk itu dalam keadaan babak belur bersimbah darah seperti kemaren.

Page 213: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Setelah dia puas membikin marah orang-orang kafir Quraisy dengan proklamasi masuk Islamnya, meskipun dia harus beresiko hampir mati dikeroyok masa. Barulah dia bersemangat melaksanakan wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam untuk pulang ke kampungnya di kampung Bani Ghifar. Abu Dzar pulang ke kampungnya, dan di sana dia rajin menda’wahi keluarganya. Unais Al Ghifari, adik kandungnya, telah masuk Islam, kemudian disusul ibu kandungnya yang bernama Ramlah bintu Al Waqi’ah Al Ghifariah juga masuk Islam. Sehingga separoh Bani Ghifar telah masuk Islam. Adapun separoh yang lainnya, telah menyatakan bahwa bila Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah hijrah ke Madinah maka mereka akan masuk Islam. Maka segera saja mereka berbondong-bondong masuk Islam setelah sampainya berita di kampung mereka bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam telah hijrah ke Al Madinah An Nabawiyah.

Hijrah Ke Al Madinah :

Dengan telah masuk Islamnya seluruh kampung Bani Ghifar, dan setelah peperangan Bader dan Uhud dan Khandaq, Abu Dzar bergegas menyiapkan dirinya untuk berhijrah ke Al Madinah dan langsung menemui Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di masjid beliau. Dan sejak itu Abu Dzar berkhidmat melayani berbagai kepentingan pribadi dan keluarga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia tinggal di Masjid Nabi dan selalu mengawal dan mendampingi Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kemanapun beliau berjalan. Sehingga Abu Dzar banyak menimba ilmu dari Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Sehingga Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam sangat mencintainya dan selalu mencari Abu dzar di setiap majlis beliau dan beliau menyesal bila di satu majlis, Abu Dzar tidak hadir padanya. Sehingga beliau menanyakan, mengapa dia tidak hadir dan ada halangan apa.

Begitu dekatnya Abu Dzar dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dan begitu sayangnya beliau kepada Abu Dzar, sehingga disuatu hari pernah Abu Dzar meminta jabatan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Maka beliau langsung menasehatinya :

(tulis hadisnya di Thabaqat Ibnu Sa’ad 3 / 164)

“Sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, dan sesungguhnya jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagi orang yang menerima jabatan itu, kecuali orang yang mengambil jabatan itu dengan cara yang benar dan dia menunaikan amanah jabatan itu dengan benar pula”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya.

Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wa sallam pernah berpesan kepadanya :

(tulis haditsnya di kitab Hilyatul Auliya’ 1 / 162)

“Wahai Abu Dzar, engkau adalah seorang yang shaleh, sungguh engkau akan ditimpa berbagai mala petaka sepeninggalku”. Maka Abu Dzarpun bertanya : Apakah musibah itu sebagai ujian di jalan Allah ?”, Rasulullahpun menjawab : “Ya, di jalan Allah”. Dengan penuh semangat Abu Dzarpun menyatakan : “Selamat datang wahai mala petaka yang Allah taqdirkan”. HR. Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitab Al Hilyah jilid 1 hal. 162.

Asma’ bintu Yazid bin As Sakan menceritakan, bahwa di suatu hari Abu Dzar setelah menjalankan tugas kesehariannya melayani Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, dia beristirahat di masjid, dan memang tempat tinggalnya di masjid. Maka masuklah Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam ke masjid dan mendapati Abu Dzar dalam keadaan sedang tiduran padanya. Maka Rasulullah meremas jari jemari telapak kakinya dengan telapak kaki beliau, sehingga Abu Dzarpun duduk dengan sempurna. Rasulullah menanyainya : Tidakkah aku melihat engkau tidur ?. Maka dia menjawab : Dimana lagi aku bisa tidur, apakah ada rumah bagiku selain masjid ? Maka Rasulullahpun duduk bersamanya, kemudian beliau bertanya kepadanya : Apa yang akan engkau lakukan bila engkau diusir dari masjid ini ?. Abu Dzar menjawabnya : Aku akan pindah ke negeri Syam, karena Syam adalah negeri tempat hijrah, dan negeri hari kebangkitan di padang mahsyar, dan negeri para Nabi, sehingga aku akan menjadi penduduk negeri itu. Kemudian Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam bertanya lagi kepadanya : Bagaimana pula bila engkau diusir dari negeri Syam ? Maka Abu Dzar menjawab : Aku akan kembali ke Masjid ini dan akan aku jadikan masjid ini sebagai rumahku dan tempat tinggalku. Kemudian Nabi bertanya lagi : Bagaimana kalau engkau diusir lagi dari padanya ? Abu Dzar menjawab : Kalau begitu aku akan mengambil pedangku dan aku akan memerangi pihak yang mengusirku sehingga aku mati. Maka Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam tersenyum kecut mendengar jawaban Abu Dzar itu dan beliau menyatakan kepadanya : Maukah aku tunjukkan kepadamu yang lebih baik darinya ? Segera saja Abu Dzar menyatakan : Tentu, demi bapakku dan ibuku wahai Rasulullah. Maka beliaupun menyatakan kepadanya : “Engkau ikuti penguasamu, kemana saja dia perintahkan kamu, engkau pergi kemana saja engkau digiring oleh penguasamu, sehingga engkau menjumpaiku (yakni menjumpaiku di alam qubur) dalam keadaan mentaati penguasamu itu”. HR. Ahmad dalam Musnadnya jilid 6 hal. 457.

Disamping berbagai wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam tersebut, dirwayatkan pula pujian dari Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kepada Abu Dzar sebagai berikut ini :

(tulis haditsnya di Thabaqat Ibnu Sa’ad jilid 3 hal. 161).

Page 214: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

“Tidak ada makhluq yang berbicara di kolong langit yang biru dan yang dipikul oleh bumi, yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 hal 161, juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya, hadits ke 3801 dari Abdullah bin Amer radhiyallahu ‘anhuma.

Abu Dzar berjuang sendirian :

Setelah wafatnya Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam, Abu Dzar cenderung menyendiri. Tampak benar kesedihan pada wajahnya. Dia adalah orang yang keras, tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang dengan segenap ajaran Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam disamping kebenciannya kepada segala bentuk kebid’ahan (yakni segala penyimpangan dari ajaran Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam). Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Karena dia terus-menerus berpegang dengan wasiat Nabi sebagaimana yang beliau ceritakan : (artinya) “Telah berwasiat kepadaku orang yang amat aku cintai (Yakni Rsaulullah) dengan tujuh perkara : Beliau memerintahkan aku untuk mencintai orang-orang miskin dan mendekati mereka, dan beliau memerintahkan aku untuk selalu melihat keadaan orang yang lebih menderita dariku. Beliau memerintahkan kepadaku juga untuk aku tidak meminta kepada seseorangpun untuk mendapatkan keperluanku sedikitpun, dan aku diperintahkan untuk tetap menyambung silaturrahmi walaupun karib kerabatku itu memboikot aku. Demikian pula aku diperintahkan untuk mengucapkan kebenaran walaupun serasa pahit untuk diucapkan, dan aku tidak boleh takut cercaan siapapun dalam menjalankan kebenaran. Aku dibimbing olehnya untuk selalu mengucapkan la haula wala quwwata illa billah (yakni tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan bantuan Allah), karena kalimat ini adalah simpanan perbendaharaan yang diletakkan di bawah Arsy Allah”. HR. Ahmad dalam Musnadnya jilid 5 hal. 159.

Abu Dzar mempunyai pendapat yang dirasa ganjil oleh banyak orang yang hidup di zamannya, tetapi mereka tidak bisa membantahnya. Diriwayatkan oleh Al Ahnaf bin Qais sebuah kejadian yang menunjukkan betapa berbedanya Abu Dzar dari yang lainnya, kata Al Ahnaf : “Aku pernah masuk kota Al Madinah di suatu hari. Ketika itu aku sedang duduk di suatu halaqah (ya’ni duduk bergerombol dengan formasi duduknya melingkar) dengan orang-orang Quraisy. Tiba-tiba datanglah ke halaqah itu seorang pria yang compang camping bajunya, badannya kurus kering, dan wajahnya menunjukkan kesengsaraan hidup, dan orang inipun berdiri di hadapan mereka seraya berkata : Beri kabar gembira bagi orang-orang yang menyimpan kelebihan hartanya, dengan ancaman adzab Allah berupa dihimpit batu yang amat panas karena batu itu dibakar diatas api, dan batu itupun diletakkan di dadanya sehingga sampai tenggelam padanya sehingga batu panas itu keluar dari pundaknya. Dan juga diletakkan batu panas itu di tulang pundaknya sehingga keluar di dadanya, demikian terus sehingga batu panas itu naik turun antara dada dan tulang pundaknya.

Mendengar omongan orang ini, hadirin yang ada di halaqah itu menundukkan kepalanya. Maka aku melihat, tidak ada seorangpun yang menyapanya dari hadirin yang duduk di halaqah itu. Sehingga orang itupun segera meninggalkan halaqah tersebut dan duduk menjauh daripadanya . Maka akupun bertanya kepada yang hadir di halaqah itu : Siapakah dia ini ?, mereka menjawab : Dia adalah Abu Dzar.

Demi aku melihat keadaan demikian, akupun mendatangi tempat dia duduk menyendiri dan akupun duduk dihadapannya dan aku katakan kepadanya : Aku melihat, mereka yang duduk di halaqah itu tidak suka dengan apa yang engkau ucapkan.

Abu Dzarpun menyatakan : Mereka itu adalah orang-orang yang tidak mengerti sama sekali. Sesungguhnya kekasihku Abul Qasim (yakni Nabi Muhammad) sallallahu alaihi wa aalihi wasallam pernah memanggil aku dan akupun segera memenuhi panggilan beliau. Maka beliaupun menyatakan kepadaku : Engkau lihat gunung Uhud itu ?!.

Aku melihat gunung itu dalam keadaan diterpa oleh sinar matahari pada punggungnya, dan aku menyangka beliau akan menyuruh aku untuk suatu keperluan padanya. Maka aku menjawab pertanyaan beliau : Aku melihatnya.

Kemudian beliaupun bersabda : Tidaklah akan menyenangkan aku kalau seandainya aku punya emas sebesar itu, kecuali bila aku shodaqahkan semuanya sehingga tidak tersisa daripadanya kecuali tiga dinar (untuk keperluanku).

Selanjutnya Abu Dzar menyatakan : Tetapi kemudian mereka itu kenyataannya selalu mengumpulkan dunia, mereka tidak mengerti sama sekali.

Aku katakan kepadanya : Ada apa antara engkau dengan saudara-saudarmu dari kalangan orang-orang Quraisy. Mengapa engkau tidak minta bantuan dari mereka sehingga engkau mendapatkan sebagian harta mereka.

Abu Dzar menjawab dengan tegas dan lantang : Tidak ! Demi Tuhanmu, aku tidak akan meminta dunia sedikitpun kepada mereka dan aku tidak akan minta fatwa dari mereka tentang agama, sehingga aku mati bergabung dengan Allah dan RasulNya”.

Demikian diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Shahihnya hadits ke 1407 – 1408 dan Muslim dalam Shahihnya hadits ke 992 / 34 – 35.

Abu Dzar sangat keras dengan pendiriannya. Dia berpendapat bahwa menyimpan harta yang lebih dari keperluannya itu adalah haram. Sedangkan keumuman para Shahabat Nabi berpendapat, bahwa boleh menyimpan harta dengan syarat bahwa harta itu telah dizakati (yakni dikeluarkan zakatnya). Bahkan Abu Dzar menjauh dari para Shahabat Nabi

Page 215: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

sallallahu alaihi wa aalihi wasallam yang mulai makmur hidupnya karena menjabat jabatan di pemerintahan. Hal ini diceritakan oleh Abu Buraidah sebagai berikut :

“Ketika Abu Musa Al Asy’ari datang ke Madinah, dia langsung menemui Abu Dzar. Maka Abu Musa berusa merangkul Abu Dzar, padahal Abu Musa adalah seorang pria yang kurus dan pendek. Sedangkan Abu Dzar adalah seorang pria yang hitam kulitnya dan lebat rambutnya. Maka ketika Abu Musa berusaha merangkulnya, dia mengatakan : Menjauhlah engkau dariku !!

Abu Musa mengatakan kepadanya : Marhaban wahai saudaraku.

Abu Dzarpun menyatakan kepadanya sambil mendorongnya untuk menjauh darinya : “Aku bukan saudaramu, dulu memang aku saudaramu sebelum engkau menjabat jabatan di pemerintahan”.

Selanjutnya Abu Buraidah menceritakan : Kemudian setelah itu datanglah Abu Hurairah menemuinya. Juga Abu Hurairah berusaha merangkulnya dan menyatakan kepadanya : Marhaban wahai saudaraku.

Abu Dzar menyatakan kepadanya : Menjauhlah engkau dariku, apakah engkau menjabat satu jabatan dalam pemerintahan ?

Abu Hurairah menjawab : Ya, aku menjabat jabatan dalam pemerintahan.

Abu Dzar selanjutnya menanyainya : Apakah engkau berlomba-lomba membangun bangunan yang tinggi, atau membikin tanah pertanian, atau hewan piaraan ?

Abu Hurairah menjawab : Tidak.

Maka Abu Dzarpun menyatakan kepadanya : Kalau begitu engkau saudaraku, engkau saudaraku”. Demikian diriwayatkan kisah ini oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 halaman 163.

Sikap Abu Dzar yang demikian keras, karena amat kuat berpegang dengan wasiat Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam kepadanya :

(tulis haditsnya dalam Thabaqat Ibnu Sa’ad jilid 3 hal. 162)

“Orang yang paling dekat diantara kalian dariku di hari kiamat, adalah yang keadaan hidupnya ketika meninggal dunia, seperti keadaannya ketika aku meninggalkannya untuk mati”. HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 hal. 162.

Abu Dzar keadaannya ketika Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam meninggal dunia, ialah sangat melarat. Dia ingin mempertahankan kondisi melarat itu ketika dia meninggal dunia nanti, karena ingin mendapatkan posisi yang paling dekat dengan Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam di hari kiamat kelak.

Meninggal dunia di tempat pengasingan :

Dengan sikap hidup yang demikian, Abu Dzar tidak punya teman dari kalangan sesama para Shahabat Nabi sallallahu alaihi wa aalihi wasallam. Dia pernah tinggal di negeri Syam di zaman pemerintahan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Waktu itu gubernur negeri Syam adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu. Maka Mu’awiyah merasa terganggu dengan sikap hidupnya, sehingga meminta kepada Amirul Mu’minin Utsman bin Affan untuk memanggilnya ke Madinah kembali. Abu Dzar akhirnya dipanggil kembali ke Madinah oleh Utsman dan tentu dia segera menta’ati panggilan itu. Sesampainya di Madinah segera saja Abu Dzar menghadap Amirul Mu’minin Utsman bin Affan. Abu Dzar diberi tahu oleh Amirul Mu’minin bahwa dia dikehendaki untuk tinggal di Madinah menjadi orang dekatnya Amirul Mu’minin Utsman. Mendengar penjelasan itu Abu Dzar menegaskan kepada beliau : “Wahai Amirul Mu’minin, aku tidak senang dengan posisi demikian. Izinkanlah aku untuk tinggal di daerah perbukitan Rabadzah di luar kota Madinah”.

Maka Amirul Mu’mininpun mengizinkannya dan memerintahkan untuk membekali Abu Dzar dengan beberapa ekor ternak dan budak belian untuk membantunya. Tetapi Abu Dzar menolaknya dengan menyatakan kepada beliau : “Cukuplah bagi Abu Dzar, beberapa ekor ternak miliknya sendiri”.

Abu Dzar segera berangkat ke Rabadzah, dan di perbukitan tersebut tidak ada manusia yang tinggal di sana. Dia ingin mengasingkan diri di sana, demi melihat kebanyakan orang merasa terganggu dengan berbagai ungkapannya dan pendapatnya. Dia tinggal di tempat pengasingannya dengan anak perempuannya dan budak wanita miliknya yang hitam dan jelek rupa. Budak wanita itu dibebaskannya kemudian dinikahinya sebagai istri. Abu Dzar menghabiskan waktunya untuk berdzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an. Sesekali dia turun ke Madinah karena takut tergolong orang yang kembali menjadi badui setelah hijrah. Yang demikian itu dilarang oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam.

Page 216: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Di suatu hari ketika Abu Dzar turun ke Al Madinah, sempat dia berkunjung ke Amirul Mu’minin dan di sana ada Ka’ab dan Abdullah bin Abbas sedang membicarakan tentang dibagi-baginya harta warisan Abdurrahman bi A’uf. Maka Amirul Mu’minin bertanya kepada Ka’ab : Wahai Aba Ishaq, bagaimana menurut pendapatmu bila harta seseorang itu yang telah ditunaikan zakatnya, apakah akan menjadi mala petaka bagi yang mengumpulkannya. Maka Ka’ab menjawab : Bila harta itu adalah kelebihan dari harta yang telah ditunaikan padanya haqnya Allah (yakni zakat), maka yang demikian itu tidak mengapa.

Mendengar jawaban itu Abu Dzar bangun dari tempat duduknya dan langsung memukul Ka’ab dengan tongkatnya pada bagian diantara kedua telinganya sehingga melukainya. Abu Dzar menyatakan kepada Ka’ab : Wahai anaknya perempuan Yahudi, kamu menganggap tidak ada kewajiban atasnya dalam perkara hartanya bila dia telah menunaikan zakat atas hartanya. Sedangkan Allah telah berfirman : (artinya)”Dan mereka lebih mengutamakan saudaranya dari pada dirinya walaupun menyulitkan dirinya”. S. Al Hasyr 9, juga Allah berfirman : (artinya)”Mereka kaum Mu’minin itu memberi makan kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. S. Ad Daher (dinamakan juga S. Al Insan) ayat ke 8. Dan beberapa ayat lainnya dari Al Qur’an yang semakna dengan ayat-ayat tersebut, yang merupakan dalil-dalil bagi Abu Dzar atas pendapatnya bahwa seseorang itu dianggap belum menunaikan kewajibannya atas hartanya bila dia belum menghabiskannya untuk shadaqah, kecuali meninggalkannya untuk keperluan mendesak bagi keluarganya.

Melihat kejadian itu, Amirul Mu’minin segera menegur Abu Dzar : “Takutlah engkau kepada Allah wahai Aba Dzar, tahanlah tanganmu dari perbuatan itu dan tahanlah lesanmu untuk mengucapkan ucapan sekeras itu kepada saudaramu”. Juga Amirul Mu’minin meminta kepada Ka’ab untuk memaafkan Abu Dzar dan tidak menuntut hukum qishas (yakni hukum balas) atas Abu Dzar dengan tindakannya melukai kepala beliau. Dan Ka’abpun akhirnya memaafkannya.

Abu Dzar kembali ketempat pengasingannya di Rabadzah dengan penuh kekecewaan dan kemarahan. Dia semakin senang untuk menyendiri dan semakin rindu untuk bertemu Allah dan RasulNya. Sampailah akhirnya dia menderita sakit ditempat pengasingannya. Dia hanya ditemani oleh anak istrinya di saat-saat akhir hidupnya. Tidak ada orang yang tahu bahwa Abu Dzar sedang sakit dan menderita dengan sakitnya. Bertambah hari tampak bertambah berat penyakit yang dideritanya. Dalam kondisi demikian, istrinya menangis dihadapannya. Abu Dzar menegurnya : “Mengapa engkau menangis ?”.

Istrinya menjawab : “Aku menangis karena engkau pasti akan tiada lagi, dalam keadaan aku tidak punya kain kafan untuk membungkus jenazahmu”.

Maka Abu Dzar menasehati istrinya : “Jangan engkau menangis, karena aku telah pernah mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi wasallam bersabda di suatu hari dan aku ada di samping beliau bersama sekelompok orang yang lainnya. Beliau bersabda : “Sungguh salah seorang dari kalian akan meninggal dunia di padang pasir yang akan disaksikan oleh sekelompok kaum Mu’minin”.

Kemudian Abu Dzar melanjutkan nasehatnya kepada istrinya : “Ketahuilah olehmu, semua orang yang hadir bersama aku waktu itu di hadapan Rasulullah, telah mati semua di kampung dan desanya. Dan tidak tertinggal di dunia ini dari yang hadir itu kecuali aku. Maka sudah pasti yang akan mati di padang pasir seperti yang dikabarkan oleh beliau itu adalah aku. Oleh karena itu sekarang engkau lihatlah ke jalan. Engkau pasti nanti akan melihat apa yang aku katakan. Aku tidaklah berdusta dan aku tidak didustai dengan berita ini (yakni pasti engkau akan mendapati sekelompok orang yang akan menyaksikan peristiwa kematianku seperti yang diberitakan oleh Rasulullah)”.

Istrinya menyatakan kepadanya : “Bagaimana mungkin akan ada orang yang engkau katakan, sedang musim haji telah lewat ?!”.

Abu Dzar tetap meyakinkan istrinya untuk melihat ke arah jalan : “Lihatlah jalan !”. Maka istrinya menuruti beliau mengamati jalanan yang ada didepan Rabadzah. Dan ternyata, ketika si istri sedang mengamati jalan di depan Rabadzah, apakah ada rombongan yang berlalu padanya, tiba-tiba dilihat olehnya dari kejauhan serombongan kafilah sedang mendekat ke arah Rabadhah yang menandakan bahwa mereka akan melewati jalan di depan Rabadzah. Amat gembira tentunya istri Abu Dzar melihatnya, sehingga rombongan itupun berhenti didepannya. Orang-orang di rombongan itupun menanyainya : Ada apa engkau ada di sini ? Maka perempuan itupun menyatakan kepada mereka : “Di sini ada seorang pria Muslim yang hendak mati, hendaknya kalian mengkafaninya, semoga Allah membalas kalian dengan pahalaNya”. Maka merekapun menanyainya : “Siapakah dia ?” Perempuan itu menjawab : “Dia adalah Abu Dzar”. Mendengar jawaban itu mereka berlarian turun dari kendaraannya masing-masing menuju gubuknya Abu Dzar. Dan ketika mereka sampai di gubuk itu, mereka mendapati Abu Dzar sedang terkulai lemas di atas tempat tidurnya. Tapi masih sempat juga Abu Dzar memberi tahu mereka : “Bergembiralah kalian, karena kalianlah yang diberitakan Nabi sebagai sekelompok kaum Mu’minin yang menyaksikan saat kematian Abu Dzar”. Kemudian Abu Dzar menyatakan kepada mereka : “Kalian menyaksikan bagaimana keadaanku hari ini. Seandainya jubbahku mencukupi sebagai kafanku, niscaya aku tidak dikafani kecuali dengannya. Aku memohon kepada kalian dengan nama Allah, hendaklah janganlah ada yang mengkafani jenazahku nanti seorangpun dari kalian, orang yang pernah menjabat sebagai pejabat pemerintah, atau tokoh masyarakat, atau utusan pemerintah untuk satu urusan”.

Semua anggauta rombongan itu adalah orang-orang yang pernah menjabat berbagai kedudukan itu, kecuali seorang pemuda Anshar, yang menyatakan kepadanya : “Aku adalah orang yang engkau cari dengan persyaratan itu. Aku mempunyai dua jubbah dari hasil pintalan ibuku. Satu dari padanya ada di kantong tas bajuku, sedang yang lainnya ialah baju yang sedang aku pakai ini”.

Page 217: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Mendengar omongan pemuda Anshar itu Abu Dzar amat gembira, kemudian dengan serta merta menyatakan kepadanya : “Engkaulah orang yang aku minta mengkafani jenazahku nanti dengan jubbahmu itu”.

Dengan penuh kegembiraan, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya, dan selamat tinggal dunia yang penuh duka dan nestapa ini. Selamat jalan wahai Abu Dzar untuk menemui Allah dan RasulNya yang amat engkau rindukan. Beristirahatlah engkau di sana dari berbagai penderitaan dunia ini. Jenazah Abu Dzar dirawat oleh pemuda Anshar pilihan Abu Dzar, dan segera dishalati serta dikuburkan oleh rombongan kafilah tersebut di Rabadzah itu.

P e n u t u p :

Anak istri Abu Dzar akhirnya diungsikan dari Rabadzah ke Madinah sepeninggalnya. Amirul Mu’minin Utsman bin Affan amat pilu mendengar peristiwa kematian Abu Dzar. Beliau hanya mampu menanggapi berita kematian itu dengan mengucapkan : “Semoga Allah merahmati Abu Dzar”. Putri Abu Dzar dimasukkan oleh Utsman bin Affan dalam keluarganya.

Demikianlah perjalanan hidup orang yang sangat besar ambisinya kepada kenikmatan hidup di akherat dan amat mengecilkan serta merendahkan dunia. Dia amat konsisten dengan pandangan hidupnya, sampaipun dibawa mati. Memang tidak mesti orang yang sendirian itu dianggap salah, asalkan dia menjalani kesendirian itu dengan bimbingan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman Salafus Shaleh.

Duhai, betapa berat untuk istiqamah di atas kebenaran itu. Di zaman pemerintahan Utsman bin Affan yang penuh limpahan barokah dan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah serta masyarakat yang diliputi oleh kejujuran dan ketaqwaan, sempat ada orang yang kecewa dengan masyarakat itu, sehingga memilih hidup menyendiri sampai dijemput mati. Apatah lagi di zaman ini, masyarakat diliputi oleh kejahilan tentang ilmu Al Qur’an dan Al Hadits. Masyarakat yang jauh dari ketaqwaan, sehingga para pendustanya amat dipercaya dan diikuti, sedangkan orang-orang yang jujur justru dianggap pendusta dan dijauhi. Kalaulah tidak karena pertolongan, petunjuk dan bimbingan Allah, niscaya kita semua di zaman ini akan binasa dengan kesesatan, kedustaan dan pengkhianatan serta fitnah yang mendominasi hidup ini. Tapi ampunan dan rahmat Allah jualah yang kita harapkan untuk mengantarkan kita kepada keridho’anNya.

Daftar Pustaka :

1. Al Qur’an Al Karim.2. Fathul Bari Syarah Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajr Al Asqalani.3. Al Minhaj Fi Syarah Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Al Imam Abu Zakaria An Nawawi.4. At Thabaqatul Kubra, Muhammad bin Sa’ad.5. Hilyatul Awliya’ Wa Thabaqatul Ashfiya’, Al Hafidl Abu Nu’aim Al Asfahani.6 . Siyar A’lamin Nubala’, Al Imam Adz Dzahabi.7. Musnad Imam Ahmad, Al Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani.8. Sunan At Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah At tirmidzi.

Abu Dzarr meriwayatkan hadits sebanyak 281 hadits

Ia wafat pada tahun 32 H.

Disalin dari Biografi Abu Dzarr dalam al-Ishabah Ibn Hajar Asqalani VII/60, Thabaqaat Ibn Sa’ad IV/161

Baca selengkapnya Biografi abu Dzarr

Sa’id bin aL-Musayyab (wafat 94 H)

Nama lengkapnya Sa’id bin al-Musayyab bin Hazn al-Quraisy al-Makhzumi, ayany dan kakeknya adalah sahabat Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia dilahirkan sebelum Umar menjadi khalifah, sejak muda telah melakukan perjalanan siang dan malam untuk mendapatkan hadist Nabi,.

Mengenai dia sebagaimana dituturkan oleh Ahmad bin Hambal adalah:” Ia tabi’in paling utama”. Sedangkan Makhul berkata:” Aku telah menjelajahi bumi untuk menuntut ilmu, teryata aku tidak bertemu seorangpun yang lebih pandai daripada Sa’id bin al-Musayyab”. Sementara itu Ali bin al-Madini menyatakan :” Aku tidak tahu di kalangan tabi’in ada orang yang luas ilmunya daripada dia, menurutku ia tabi’in terbesar”.

Para ulama meriwayatkan bahwa ia mengawinkan putrinya kepada Kutsayyir bin Abi Wada’ah hanya dengan mas kawin dua dirham. Padahal sebelumnya ia menolak lamaran Abdul Malik yang ingin menjodohkan putrinya dengan al-Walid bin Abdul Malik. Dan ketika Abdul Malik hendak melaksanakan bai’at bagi putranya al-Walid, Hisyam bin Ismail selaku pengganti Abdul Malik di Medinah memukul Sa’id bi al-Musayyab dan menghadapnya dengan pedang, untuk memaksanya melakukan bai’at namun Sa’id tetap tidak mau.

Ibnu Musayyab meriwayatkan hadist dari Abu Bakar secara Mursal, dan ia mendengar dari Umar, Utsman, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Sayyidah Aisyah dan beberapa yang lainnya.

Page 218: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Yang meriwayatkan dari dia antara lain Salim bin Abdullah, Az-Zuhri, Qatadah, Syuraik, Abu az-Zanad.

Ia wafat pada tahun 94 H.

Imam An-Nawawi (631-676H)

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah Al Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Hussain bin Jumu’ah bin Hizam Al Hizamy An Nawawi Asy Syafi’i.

Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa daerah Hauran termasuk wilayah Damaskus Syiria.

Sifat – sifatnya

Beliau adalah tauladan dalam kezuhudan, wara’, dan memerintah pada yang ma’ruf dan melarang pada yang mungkar.

Pertumbuhannya

Ayahandanya mendidik, mengajarnya, dan menumbuhkan kecintaan kepada ilmu sejak usia dini. Beliau mengkhatamkan Al Qur’an sebelum baligh. Ketika Nawa tempat kelahirannya tidak mencukupi kebutuhannya akan ilmu, maka ayahandanya membawanya ke Damaskus untuk menuntut ilmu, waktu itu beliau berusia 19 tahun. Dalam waktu empat setengah bulan beliau hafal Tanbih oleh Syairazi, dan dalam waktu kurang dari setahun hafal Rubu’ Ibadat dari kitab muhadzdzab.

Setiap hari beliau menelaah 12 pelajaran, yaitu dua pelajaran dalam Al Wasith, satu pelajaran dalam Muhadzdzab, satu pelajaran dalam Jamu’ baina shahihain, satu pelajaran dalam Shahih Muslim, satu pelajaran dalam Luma’ oleh Ibnu Jinny, satu pelajaran dalam Ishlahul Manthiq, satu pelajaran dalam tashrif, satu pelajaran dalam Ushul Fiqh, satu pelajaran dalam Asma’ Rijal, dan satu pelajaran dalam Ushuluddin.

Guru – guru

Di antara guru – gurunya dalam ilmu fiqh dan ushulnya adalah Ishaq bin Ahmad bin Utsman Al Maghriby, Abdurrahman bin Nuh bin Muhammad Al Maqdisy, Sallar bin Hasan Al Irbily, Umar bin Indar At Taflisy, Abdurrahman bin Ibrahim Al Fazary.

Adapun guru – gurunya dalam bidang hadits adalah Abdurrahman bin Salim Al Anbary, Abdul Aziz bin Muhammad Al Anshory, Khalid bin Yusuf An Nabilisy, Ibrahim bin Isa Al Murady, Ismail bin Ishaq At Tanukhy, dan Abdurrahman bin Umar Al Maqdisy.

Adapun guru – gurunya dalam bidang Nahwu dan Lughah adalah Ahmad bin Salim Al Mishry dan Izzuddin Al Maliky.

Murid – muridnya

Di antara murid muridnya adalah Sulaiman bin Hilal Al Ja’fary, Ahmad bin Farrah Al Isybily, Muhammad bin Ibrahim bin Jama’ah, Ali bin Ibrahim Ibnul Aththar, Syamsuddin bin Naqib, Syamsuddin bin Ja’wan dan yang lainnya.

Pujian para ulama kepadanya

Ibnul Aththar berkata,

“Guru kami An Nawawi disamping selalu bermujahadah, wara’, muraqabah, dan mensucikan jiwanya, beliau adalah seorang yang hafidz terhadap hadits, bidang – bidangnya, rijalnya, dan ma’rifat shahih dan dha’ifnya, beliau juga seorang imam dalam madzhab fiqh.”

Quthbuddin Al Yuniny berkata,

“Beliau adalah teladan zamannya dalam ilmu, wara’, ibadah, dan zuhud.”

Syamsuddin bin Fakhruddin Al Hanbaly,

“Beliau adalah seorang imam yang menonjol, hafidz yang mutqin, sangat wara’ dan zuhud.”

Page 219: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Aqidahnya

Al Imam An Nawawi terpengaruh dengan pikiran Asy ‘ariyyah sebagaimana nampak dalam Syarh Shahih Muslim dalam mentakwil hadits – hadits tentang sifat – sifat Allah. Hal ini memiliki sebab – sebab yang banyak di antaranya ;

1. Terpengaruh dengan pensyarah Shahih Muslim yang sebelumnya seperti Qadhi Iyadh, Maziry, dan yang lainnya, karena beliau banyak menukil dari mereka ketika mensyarah Shahih Muslim.

2. Beliau belum sempat secara penuh mengoreksi dan mentahqiq tulisan – tulisannya, tetapi beliau tidak mengikuti semua pemikiran Asy’ariyyah bahkan menyelisihi mereka dalam banyak masalah.

3. Beliau tidak banyak mendalami masalah Asma’ wa Sifat, sehingga banyak terpengaruh dengan pemikiran Aay’ariyyah yang berkembang pesat di zamannya.

Di antara keadaan – keadaannya

Ibnul Aththar berkata,

“Guru kami An Nawawi menceritakan kepadaku bahwa beliau tidak pernah sama sekali menyia – nyiakan waktu , tidak di waktu malam atau di waktu siang bahkan sampai di jalan beliau terus dalam menelaah dan manghafal.”

Rasyid bin Mu’aliim berkata,

“Syaikh Muhyiddin An Nawawi sangat jarang masuk kamar kecil, sangat sedikit makan dan minumya, sangat takut mendapat penyakit yang menghalangi kesibukannya, sangat menghindari buah – buahan dan mentimun karena takut membasahkan jasadnya dan membawa tidur, beliau sehari semalam makan sekali dan minum seteguk air di waktu sahur.”

Kitab-kitabnya

Di antara tulisan – tulisannya dalam bidang hadits adalah Syarah Shahih Muslim, Al Adzkar, Arba’in, Syarah Shahih Bukhary, Syarah Sunan Abu Dawud, dan Riyadhus Shalihin.

Diantara tulisan – tulisannya dalam bidang ilmu Al Qur’an adalah At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an.

Wafat

Al Imam An Nawawi wafat di Nawa pada 24 Rajab tahun 676 H dalam usia 45 tahun dan dikuburkan di Nawa. semoga Allah meridhoinya dan menempatkannya dalam keluasan jannahNya.

Sumber: Tadzkiratul Huffadzoleh Adz Dzahaby 4 / 1470 – 1473 dan Bidayah wan Nihayah oleh Ibnu Katsir 13/230 – 231.

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah (wafat 656 H)

Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya

Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H.Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul

Page 220: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan A’immatul Fiqhi (para imam fiqih).

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdo’a.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ah dan khurafat di tengah kaum Mu’minin.

Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl:44).

Juga firman Allah Ta’ala, “Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7).

Murid-Muridnya

Page 221: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau –rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya –baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.”

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat Islam–Pent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala,“Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” (Saba’:6).

Qotadah mengatakan, “Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.

Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah (tindak preventif) dan al-‘Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Page 222: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Pujian Ulama Terhadapnya

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.”

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaan Al-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”

Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).’”

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.”

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang ‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.

Page 223: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Beberapa Karyanya

1. Tahdzib Sunan Abi Daud,2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin,3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban,4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,5. Bada I’ul Fawa’id,6. Amtsalul Qur’an,7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan,8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil,9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an,10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris,11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain,12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in,13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ ila Rabbis Sama’14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz,15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad,16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,.18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah,19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah,20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul,21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah,22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin,23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi,24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud,25. Miftah daris Sa’adah,26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu’aththilah,27. Raf’ul Yadain fish Shalah,28. Nikahul Muharram,29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah,30. Fadl-lul Ilmi,31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,32. al-Kaba’ir,33. Hukmu Tarikis Shalah,34. Al-Kalimut Thayyib,35. Al-Fathul Muqaddas,36. At-Tuhfatul Makkiyyah,37. Syarhul Asma il Husna,38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim,40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi,41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya’ tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’ Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Sumber: 1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir,2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab wa Abdul Qadir al-Arna`uth,3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’uf Sa’d,4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imam asy-Syaukani,5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad,6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani,7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali,8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi,9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi,10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,

Imam Ahmad Bin Hambal

Nama dan Nasab:

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.

Page 224: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kelahiran Beliau:

Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya meninggal dunia saat beliau masih berumur belia, tiga tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya dengan sabar dan ulet memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.

Awal mula Menuntut Ilmu

Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15 tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.

Keadaan fisik beliau:

Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Beliau senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain.Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga beliau:

Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Beliau melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan beliau:

Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.

Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Beliau masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Pujian Ulama terhadap beliau:

Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Beliau sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”.

Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”.

Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.

Kezuhudannya:

Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.

Tekunnya dalam ibadah

Abdullah bin Ahmad berkata, “Bapakku mengerjakan shalat dalam sehari-semalam tiga ratus raka’at, setelah beliau sakit dan tidak mampu mengerjakan shalat seperti itu, beliau mengerjakan shalat seratus lima puluh raka’at.

Page 225: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Wara’ dan menjaga harga diri

Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau juga tidak mau menerimanya.

Tawadhu’ dengan kebaikannya:

Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”.

Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.

Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Beliau sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.

Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar dalam menuntut ilmu

Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak”.

Hati-hati dalam berfatwa:

Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak cukup”. Hingga akhirnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” beliau menjawab. “Saya harap demikian”.

Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran

Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah cobaan, barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik”.

Masa Fitnah:

Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi di masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru manusia kepada kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menjadikan paham jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya.

Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanyarkalian namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. lalu beliau menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.

Page 226: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.

Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah ilmunya. Beliau mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.

Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih

Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan beliau lebih unggul dari seniornya”.

Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, beliau dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan beliau setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!

Guru-guru Beliau

Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:

1. Ismail bin Ja’far2. Abbad bin Abbad Al-Ataky3. Umari bin Abdillah bin Khalid4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami5. Imam Asy-Syafi’i.6. Waki’ bin Jarrah.7. Ismail bin Ulayyah.8. Sufyan bin ‘Uyainah9. Abdurrazaq10. Ibrahim bin Ma’qil.

Murid-murid Beliau:

Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:

1. Imam Bukhari.2. Muslim3. Abu Daud4. Nasai5. Tirmidzi6. Ibnu Majah7. Imam Asy-Syafi’i. Imam Ahmad juga pernah berguru kepadanya.8. Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal9. Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal10. Keponakannya, Hambal bin Ishaq11. dan lain-lainnya.

Wafat beliau:

Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan nafas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

Karya beliau sangat banyak, di antaranya:

1. Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.2. Kitab At-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.3. Kitab Az-Zuhud4. Kitab Fadhail Ahlil Bait5. Kitab Jawabatul Qur’an

Page 227: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

6. Kitab Al Imaan7. Kitab Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah8. Kitab Al Asyribah9. Kitab Al Faraidh

Terlalu sempit lembaran kertas untuk menampung indahnya kehidupan sang Imam. Sungguh sangat terbatas ungkapan dan uraian untuk bisa memaparkan kilauan cahaya yang memancar dari kemulian jiwanya. Perjalanan hidup orang yang meneladai panutan manusia dengan sempurna, cukuplah itu sebagai cermin bagi kita, yang sering membanggakannya namun jauh darinya.

Dikumpulkan dan diterjemahkan dari kitab Siyar A’lamun NubalaKarya Al Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah

Sumber: Majalah As Salam

Al-Hafidh Al-Mundziri (581- 656 H)

Kelahirannya

Ia adalah seorang hafidh yang besar, Zakiyyuddin Abdul ‘Adhim bin Abdul-Qawiy bin Abdullah bin Salamah Abu Muhammad Al-Mundziri, berasal dari Damaskus, namun dilahirkan dan wafat di Mesir. Ia dilahirkan pada tahun 581 H.

Guru-Gurunya

Ia belajar Al-Qur’an dan mendalaminya. Kemudian belajar ilmu hadits hingga mahir. Ia mendengar hadits dari sejumlah ulama’ hadits, seperti Abul-Hasan Ali bin Mufadldlal Al-Muqaddasi. Ia berguru kepadanya hingga tamat. Di Madinah kota Nabi, ia berguru kepada Al-Hafidh Ja’far bin Umusan. Di Damaskus, ia berguru pada ‘Umar bin Thabrazad. Ia juga berguru ke Najran. Iskandariyah, Raha, dan Baitul-Maqdis. Ia mulai berguru pada tahun 591 H ketika berusia sepuluh tahun.

Murid-Muridnya

Sejumlah ulama yang pernah belajar hadits padanya antara lain Al-Hafidh Ad-Dimyathi yang berguru sampai tamat, Al-‘Allamah Taqiyyuddin Ibnu Daqqiiqil-‘Ied, Al-Yunaini Abul-Husain, Ismail bin Asakir, dan Syarif ‘Izzudin.

Ia mengajar di Universitas Adh-Dhafiri di Kairo. Kemudian menjadi wali wilayah Dar Kamilah. Tetapi, kemudian beliau meninggalkan jabatan itu untuk menyebarkan ilmu selama dua puluh tahun.

Kelebihannya

Asy-Syarif ‘Izzuddin Al-Hafidh berkata,”Syaikh kita Zakiyyuddin jarang tandingannya dalam ilmu hadits dengan segala cabangnya. Pandai tentang matan hadits yangshahih, yang saqiim (sakit), dan yang cacat beserta jalan-jalannya. Mendalam dan luas ilmunya tentang hukum, makna-maknanya, dan permasalahan-permasalahannya. Sangan pandai tentang makna-makna hadits yang ganjil, I’rab-nya, dan lafal-lafalnya yang bermacam-macam. Mahir dalam mengetahui perawi-perawinya, celaan terhadap para perawi hadits, dan pujian terhadap mereka, kesempurnaan mereka, sejarah kelahiran mereka, serta informasi tentang mereka. Menjadi imam (pemuka, tokoh) yang argumentative, teguh pendirian, wara’, selektif dalam berkata-kata, dan mantap dalam meriwayatkan”.

Adz-Dzahabi berkata,”Pada jamannya, tidak ada orang yang lebih hafidh (hafal hadits) darinya”.

Informasi tentang Al-Mundziri

Ia memberi fatwa (mufti) di negeri Mesir. Tetapi, kemudian berhenti dari pekerjaan ini. Keberhentiannya dari tugas ini menguakkan informasi tentang kejujuran, kelapangan hati, dan pengakuannya terhadap suatu keutamaan bagi yang berwenang. Hal itu diisyaratkan oleh At-Taj As-Subki yang mengatakan,”Saya mendengar dari ayah (yaitu Taqiyyuddin As-Subki) menceritakan bahwa Syaikh ‘Izzuddin Abdus-Salam itu mendengar (belajar) hadits di Damaskus hanya sedikit. Tetapi, setelah datang ke Kairo, maka dia sering datang di majelis Syaikh Zakiyyuddin (yaitu Al-Mundziri) dan mendengar pelajarannya bersama sejumlah orang yang mendengarnya,. Syaikh Zakiyyuddin juga meninggalkan tugas memberi fatwa”. Ayah berkata,”Dimana datang Syaikh ‘Izzuddin, maka orang-orang tidak memerlukan aku lagi”.

Wafatnya

Page 228: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Imam Al-Mundziri rahimahullah wafat pada tanggal 4 Dzulqa’dah tahun 656 H.

Al-Imam as-Suyuthi (849-911 H)

Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad bin Saabiquddien bin al-Fakhr Utsman bin Nashiruddien Muhammad bin Saifuddin Khadhari bin Najmuddien Abi ash-Shalaah Ayub ibn Nashiruddien Muhammad bin asy-Syaich Hammamuddien al-Hamman al-Khadlari al-Asyuuthi. Lahir ba’da Maghrib, hari Ahad malam, bulan Rajab tahun 849 Hijriyah, yakni enam tahun sebelum bapaknya wafat.

Asal Usul Beliau

Jalaluddien as-Suyuthi berasal dari lingkungan cendekiawan sejak kecilnya. Bapaknya berusaha mengarahkannya ke arah kelurusan dan keshalihan. Adalah beliau hafal al-Qur’an di usianya yang sangat dini dan selalu diikutkan bapaknya di berbagai majlis ilmu dan berbagai majlis qadhinya.

Dan bapaknya telah memintakan kepada Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani supaya mendo’akannya diberi berkah dan taufiq. Dan adalah bapaknya melihat dalam diri anaknya seperti yang didapati dalam diri Ibnu Hajar, hingga ketika beliau minum, sebagian diberikan kepada anaknya dan mendo’akannya agar ia seperti Ibnu Hajar, menjadi ulama yang trampil dan tokoh penghafal (hadits). Bapaknya wafat saat ia (imam Suyuthi) baru berumur lima tahun tujuh bulan. Tetapi Allah telah memeliharanya dengan taufiq dari-Nya dan mengasuhnya dengan asuhan-Nya. Ini terbukti dengan telah ditakdirkan Allah Ta’ala untuknya al-‘Allamah Kamaaluddien bin Humam al-Hanafi pengarang Fathul Qadir untuk menjadi guru asuhnya. Hingga hafal al-Qur’an dalam umur delapan tahun, kemudian menghafal kitab al-’Umdah lalu Minhajul Fiqhi dan Ushul, serta Alfiyah Ibnu Malik. Dan mulai menyibukkan diri dengan (menggeluti) ilmu pada tahun 864 H, yakni ketika berumur 15 tahun.

Menimba ilmu Fiqih dari Syaikh Siraajuddien al-Balqini. Bahkan mulazamah kepada beliau hingga wafatnya. Kemudian mulazamah kepada anak beliau, dan menyimak banyak pelajaran darinya seperti al-Haawi ash-Shaghir, al-Minhaaj, syarah al-Minhaaj dan ar-Raudhah. Belajar Faraidl dari syaikh Sihaabuddien Asy-Syaarmasaahi, dan mulazamah kepada asy-Syari al-Manaawi Abaaz Kuriya Yahya bin Muhammad, kakak dari Abdurrauf pensyarah al-Jami’ ash-Shaghir. Kemudian menimba ilmu bahasa Arab dan ilmu Hadits kepada Taqiyuddien asy-Syamini al-Hanafi (872 H). Lalu mulazamah kepada syaikh Muhyiddien Muhammad bin Sulaiman ar-Ruumi al-Hanafi selama 14 tahun. Dari beliau ia menimba ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Juga berguru kepada Jalaaluddien al-Mahilli (864 H) dan ‘Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dan membaca shahih Muslim, asy-Syifa, Alfiyah Ibnu malik dan penjelasaannya pada Syamsu as-Sairaami.

Imam Suyuthi tidak mau meninggalkan satu cabang ilmu pun kecuali ia berusaha untuk mempelajarinya, seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin as-Sibaa’ dan Abudl Aziz al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim ad-Diwwani ar-Ruumi. Hal ini sesuai dan didukung oleh keadaan waktu itu di mana dia dapat menimba ilmu dari banyak syaikh. Ia tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimilikinya, baik ilmu bahasa maupun ilmu dien, demikian pula ia tidak merasa cukup dengan para ulama yang telah ia temui.

Bahkan ia bepergian jauh sekedar untuk mencari ilmu dan riwayat hadits, hingga ke negeri Maghribi (Tanjung Harapan, sebelah ujuh barat pulau Afrika), ke Yaman, India, Syam Mahallah (di Mesir Barat), Diimath (sebuah kota di tepi sungai Nil, Mesir), dan Fayyum (Mesir) serta negeri-negeri Islam lainnya. Telah menunaikan ibadah Hajji dan telah minum air Zam-zam dengan harapan supaya dapat seperti Syaich al-Balqini dalam menguasi ilmu Fiqih serta dapat seperti Ibnu Hajar dalam menguasai ilmu Hadits.

Demikianlah imam yang mulia ini, mengadakan perjalanan yang tidak tanggung-tanggung dengan segala kesusahannya hanya untuk dapat menimba ilmu. Banyak sekali gurunya. Bahkan disebutkan oleh syaikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani dalam kitab Thabaqat bahwa gurunya lebih dari 600-an orang.

Sesuai dengan banyaknya syaikh dan jauhnya perjalanannya dalam menimba ilmu, hal itu didukung pula oleh kemampuannya untuk semaksimal mungkin dalam memanfaatkan perpustakaan Madrasah Mahmudiyah. Berkata al-Maqrizi, bahwa di dalam perpustakaan ini terdapat segala jenis kitab-kitab Islam, dan madrasah ini merupakan sebaik-baik madrasah yang ada, yang dinisbatkan kepada Mahmud bin al-Astadaar, yang berdirinya pada tahun 897 H. Dan kitab-kitab yang ada tersebut merupakan kitab yang paling lengkap dari yang ada sekarang di Qahirah (Cairo), yang merupakan koleksi dari Burhan Ibn Jama’ah dan kemudian dibeli oleh Mahmud al-Astadaar dengan uang warisannya setelah ia wafat dan kemudian ia waqafkan.

Hingga matanglah kepribadian Suyuthi, dan sempurnalah pembentukan ilmunya pada taraf syarat mampu untuk berijtihad. Beliau seorang yang mudah mengerti, kuat hafalannya, dianugerahi Allah dengan otak yang cerdas, disamping itu beliau adalah seorang yang ‘abid (ahli ibadah), zuhud, tawadlu’. Tidak mau menerima hadiah raja. Pernah ia diberi hadiah raja Ghuuri seorang budak perempuan dan uang banyak sebesar seribu dinar. Maka dikembalikannya uang itu sedangkan budak perempuan itu dimerdekakannya dan menjadikannya sebagai pelayan di

Page 229: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

hujrah Nabawi. Lalu ia berkata kepada sang penguasa itu, “Jangan berusaha memalingkan hanya dengan memberi hadiah semacam itu karena Allah telah menjadikan aku merasa tidak butuh dari hal-hal semacam itu.”

Oleh karena itu beliau rahimahullah dikenal sebagai seorang yang berani tapi beradab, semangat dalam menegakkan hukum-hukum syari’at dan mengamalkannya tanpa memihak kepada seorang pun. Tidak takut dalam kebenaran celaan orang yang mencela. Ia telah diminta untuk memberikan fatwa serta urusan-urusan yang bersangkutan dengan kehakiman, maka beliau tetap berusaha untuk adil dan menerapkan hukum-hukum dien tanpa memperdulikan kemarahan Umara’ maupun penguasa. Bahkan jika ia melihat ada Qadhi (hakim) yang menta’wilkan hukum sesuai dengan kehendak penguasa, bertujuan menjilat mereka maka beliau menentangnya dan menyatakan pengingkarannya serta cuci tangan darinya. Menerangkan kesalahannya, dan meluruskannya, seperti yang dikemukakannya dalam kitab “al-Istinshaar bil Wahid al-Qahhar.” Beliau terlalu disibukkan dengan memberi pelajaran dan berfatwa sampai umur 40 tahun, kemudian beliau lebih mengkhususkan untuk beribadah dan mengarang kitab. Dan karangan imam Suyuthi rahimahullah lebih dari 500 buah karangan. Berkata imam Suyuthi, “Kalau seandainya aku mau maka aku mampu untuk menyusun kitab yang membahas setiap masalah dengan segala teori dan dalil-dalil yang kami nukil, qiyasnya, keterangannya, bantahan-bantahannya, jawaban-jawabannya, muwazanahnya antara perselisihan berbagai madzhab tentang masalah itu, dengan fadhilah Allah, tidak dengan daya dan kemampuanku. Karena sesungguhnya tidak ada kekuatan kecuali dari Allah.”

Kitab-Kitabnya

Adapun kitab-kitab yang disusun oleh imam Suyuthi rahimahullah antara lain sebagai berikut:

1. Al-Itqaan fi ‘Uluumil Qur’an2. Ad-Durrul Mantsuur fit Tafsiril Ma’tsuur3. Tarjumaan al-Qur’an fit Tafsir4. Israaru at-Tanziil atau dinamakan pula dengan Qathful Azhaar fi Kasyfil Asraar5. Lubaab an-Nuqul fi Asbaabi an-Nuzuul6. Mifhamaat al-Aqraan fi Mubhamaat al-Qur’an7. Al-Muhadzdzab fiima waqa’a fil Qur’an minal Mu’arrab8. Al-Ikllil fi istimbaath at-Tanziil9. Takmilatu Tafsiir asy-Sayich Jalaaluddien al-Mahilli10. At-Tahiir fi ‘Uluumi Tafsir11. Haasyiyah ‘ala Tafsiri al-Baidlawi12. Tanaasuq ad-Duraru fi Tanaasub as-Suwari13. Maraashid al-Mathaali fi Tanaasub al-Maqaathi’ wal Mathaali’14. Majma’u al-Bahrain wa Mathaali’u al-Badrain fi at-Tafsir.15. Mafaatihu al Ghaib fi at-Tafsiir16. Al-Azhaar al-Faaihah ‘alal Fatihah17. Syarh al-Isti’adzah wal Kasmalah18. Al-Kalaam ‘ala Awalil Fathi19. Syarh asy-Syathibiyah20. Al-Alfiyah fil Qara’at al ‘asyri21. Khimaayal az-Zuhri fi Fadla’il as-Suwari22. Fathul Jalil li ‘Abdi Adz Dzalil fil Anwa’il Badi’ah al- Mustakhrijah min Qaulihi Ta’ala: Allaahu Waliyyulladziina aamanu23. al-Qaul al-Fashih Fi Ta’yiini adz-Dzabiih24. al-Yadul Bustha fi as-Shalaatil Wustha25. Mu’tarakul Aqraan Fi musykilaatil Qur’an

Semua itu judul-judul buku yang berkenaan dengan Tafsir, adapun yang berkenaan dengan ilmu hadits, antara lain adalah sebagai berikut:

. ‘Ainul Ishaabah Fi Ma’rifati ash-Shahaabah2. Durru ash-Shahaabah Fi man Dakhala Mishra Minash Shahaabah3. Husnul Muhaadlarah4. Riihu an-Nisriin Fi man ‘Aasya Minash Shahaabah Mi ata Wa ‘isyriin5. Is’aaful Mubtha’ bi Rijaalil Muwaththa’6. Kasyfu at-Talbiis ‘an Qalbi Ahli Tadliis7. Taqriibul Ghariib8. al-Madraj Ila al-Mudraj9. Tadzkirah al-Mu’tasi Min Hadits Man haddatsa wa nasiy10. Asmaa`ul Mudallisiin11. al-Luma’ Fi Asmaa`i Man Wadla’12. ar-Raudlul Mukallal Wa Waradul Mu’allal fi al-mushthalah

Wafatnya

Page 230: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Imam as-Suyuthi rahimahullah wafat pada hari Jum’at, malam tanggal 19 Jumadal Ula tahun 911 H. Sebelumnya beliau menderita sakit selama tujuh hari dan akhirnya wafat dalam umur 61 tahun. Dikuburkan di pemakaman Qaushuun atau Qaisun di Cairo.

Sumber dari : Kitab adriib ar-Raawi Fi Syarh Taqriib an-Nawawy karya as-Suyuthy

Fatimah Az Zahra Binti Rasulullah (Wafat 11 H)

Pemimpin wanita pada masanya ini adalah pui ke 4 dari anak anak Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, dan ibunya adalah Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid. Sesungguhnya allah Subhanahu wa ta’ala menghendaki kelahiran Fathimah yang mendekati tahun ke 5 sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah sebagai menengah ketika terjadi perselisiha antara suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’abah diperbaharui. Dengan kecerdasan akalnya beliau mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan peperangan diantara kabilah-kabilah yang ada di Makkah.

Kelahiran Fahimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fathimah dan julakannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya).

Ia putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya.sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya.

Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathima dan kakanya \ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminag Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.Lalau Ali bin Abi Thalib dating kepada Rasulullah untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu ?”, Tidak ada ya Rasulullah,” jawabku. “ Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya beliau. “ Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawabku. “Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,”.kata beliau.

Lalu ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affat seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.

Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun ke 4 H. pada tahun kelima H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir benama Ummu Kultsum.

Rasullah sangat menyayangi Fathimah, setelah Rasulullah bepergian ia lebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui istri istrinya. Aisyah berkata ,” Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah selain Fathimah, jika ia dating mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Rasulullah dating mengunjunginya.”.

Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fathima bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah bearti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.”.

Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada’ dan ketika ia melihat Fathima, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata,” Selamat dating wahai putriku”. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikan sesuatu, sehingga Fathimah menangis dengan tangisan yang keras, tak kala Fathimah sedih lalu Beliau membisikan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fathimah tersenyum.

Takala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisiknnya lalu Fathimah menjawab,” Saya tak ingin membuka rahasia”. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fathimah tentang apa yang dibisikan Rasulullah kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dan tersenyum. Lalu Fathimah menjawab,” Adapun yang Beliau kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Qura’an dengan hapalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata “Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku.”. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata,” Wahai Fathimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku”. Kemudian saya tertawa.

Page 231: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Takala 6 bulan sejak wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, Fathimah jatuh sakit, namaun ia merasa gembira karena kabar gembira yang diterima dari ayahnya. Tak lama kemudian iapun beralih ke sisi Tuhannya pada malam selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.

Disalin dari Buku Sirah Shahabiyah karya Mahmud mahdi al Istambuli & Musthafa Abu an Nashr asy Syalabi, Penerbit Maktabah Salafy Press, Tahum 2006.

== KH Mohammad Mansur Ulama Cerdas Pahlawan Jakarta

Kiprah Mohammad Mansur atau yang akrab dipanggil dengan nama Guru Mansur ini tertoreh dalam sejarah Kota Jakarta.

Selain cerdas dalam ilmu agama, ia tak segan memanggul senjata untuk melawan penjajah serta menegakkan Islam di tanah Batavia ini.

Mohammad Mansur (1878-1967) adalah seorang ulama cerdas dari Betawi. Ia hidup sejak zaman penjajahan Belanda dan menjadi saksi dari perjuangan rakyat Jakarta untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai ulama, ia banyak menelurkan karya Islami yang sangat berguna dalam pengajaran agama Islam. Sebelumnya, ia telah memperdalam ilmu agamanya di Makkah selama empat tahun lamanya.

Sepulangnya dari Makkah, ia kemudian mengajar di Jamiatul Khair dan banyak berdiskusi dengan tokoh-tokoh Islam besar lainnya.

Ia adalah orang yang berhasil menggagalkan pembongkaran masjid Cikini pada 1925 yang terletak di Jalan Raden Saleh.

Keturunannya pun banyak yang menjadi ulama besar penegak syariat Islam, salah satunya adalah cucunya yang kini menjadi ulama terkemuka, Ustaz Yusuf Mansur.

Mohammad Mansur lahir di Kampung Sawah, Jembatan Lima, Jakarta, pada 1295 H atau 1878 M. Ia lahir di lingkungan yang agamis. Ayahnya adalah KH Abdul Hamid bin Muhmmad Damiri.

Ayahnya merupakan guru mengaji yang sangat disegani di lingkungan tersebut. Mohammad Mansur beruntung bisa mendapatkan pendidikan langsung dan belajar dari ayahnya yang merupakan guru dari banyak pemuda Betawi lainnya.

Sejak kecil, ia tertarik dengan ilmu hisab atau ilmu falak. Meski ia mempelajari ilmu lainnya, ia terlihat ingin memperdalam kajian dalam ilmu hisab ini.

Keuletannya dalam menimba ilmu agama tak pupus meski ayahnya telah meninggal. Ia terus belajar, mencari guru panutan lain, seperti kakak-kakaknya, juga ulama lain.

Pada usia 16 tahun, Mohammad Mansur pergi ke Makkah. Selain menunaikan ibadah haji, ia juga banyak menimba ilmu agama di sana.

Ia belajar pada sejumlah ulama terkemuka, antara lain, Syekh Mukhtar Atharid Al Bogori, Syekh Umar Bajunaid Al Hadrami, Syekh Ali Al Maliki, Syekh Said Al Yamani, Syekh Umar Sumbawa, dan banyak lagi guru lainnya.

Pulang dari Makkah, ia menghabiskan waktu di kampungnya untuk mengajar dan berdakwah. Ia juga banyak mendirikan sekolah, madrasah, pesantren, serta membentuk banyak majelis taklim.

Pada 1915, ia diangkat menjadi penghulu daerah Penjaringan-Betawi serta pernah juga menjabat sebagai rois Nahdlatul Ulama cabang Betawi pada zaman kepemimpinan KH Hasyim Asy'ari.

Page 232: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ilmu falak menjadi perhatian khusus bagi sang ulama cerdas ini. Ini timbul karena keprihatianannya melihat masyarakat Betawi di sekitarnya sering tak sama menetapkan awal Ramadhan dan Idul Fitri.

Sebelumnya, masyarakat setempat menggunakan metode melihat bulan (rukyat) dan penghulu menentukan awal bulan dalam penanggalan Hijriyah. Beduk di masjid pun akan dipukul bertalu-talu sebagai penanda bahwa Ramadhan atau Syawal tiba.

Menurutnya, cara ini memiliki banyak kekurangan. Selain terlalu mendadak, sering kali ia melihat banyak kalangan masyarakat tak mendengar suara beduk dan tidak tahu bulan telah berganti. Akibatnya, mereka ini sering merayakan Idul Fitri pada hari yang berbeda dengan yang lain.

Inilah yang membuatnya mempelajari lebih dalam tentang ilmu hisab. Selain bisa memprediksi datangnya bulan Hijriyah lebih awal, juga bisa menyeragamkan awal Ramadhan dan Idul Fitri pada semua masyarakat.

Ini adalah harapannya dari dulu. Ketika ia menjabat sebagai penghulu, ia pun selalu mengumumkan lebih awal agar kabar awal bulan Hijriyah yang telah ditentukan bisa tidak terlambat disebarkan.

Selain mengenalkan cara baru menentukan awal bulan Hijriyah, ia juga banyak menelurkan karya yang dijadikan pedoman oleh ulama-ulama lain hingga sekarang.

Di antaranya, kitab Sullamun Nayyiroin, Khulasatul Jawadil, Mizanul I'tidal, Jadwal Dawaa'irul Falakiyah, Majmu' Arba' Rasa'il Fii Mas'alatil Hilal, Rub'ul Mujayyab, Mukhtashor Ijtima'un Nayyiroin, dan Kaifiyatul Amal Ijtimak, Khusuf, wal Kusuf.

Mohammad Mansyur juga dikenal sebagai pejuang yang berani. Sebagai ulama, ia juga langsung turun langsung menghadapi penjajah. Momen yang paling tidak terlupakan  pada 1946 saat Belanda datang kembali untuk menduduki Indonesia.

Mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat itu adalah harga mati sehingga ia tetap bersikukuh untuk mengibarkan bendera merah putih di menara masjid di Jembatan Lima.

Saat itu, Belanda menyuruhnya untuk menurunkan bendera, namun ditolaknya mentah-mentah. Pendiriannya tetap tidak berubah meski tentara Belanda menembaki menara masjid bahkan memberikan sogokan hadiah kepadanya.

Ia wafat pada 12 Mei 1967. Meski raganya telah tiada, jiwa dan semangatnya tetap berkobar hingga kini. Pesan dan nasihatnya pun tetap diingat oleh masyarakat Betawi, salah satunya adalah “Kalau jahil belajar. Kalau alim mengajar. Kalau sakit berobat. Kalau jahat lekas tobat.”

==

Cara Ulama Terdahulu Menjadi Ulama

Created on Friday, 28 September 2012

Oleh : Ust. Khoirul Anwar

Penulis bertanya kepada DR. Rasyid Rajjal, dosen senior berkebangsaan Mesir, yang sudah sekitar 15 tahun mengajar di LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab). Beliau biasa mengajar mata kuliah ‘Tsaqofah Islamiyah’ dan ‘Tarbiyah Islamiyah’ di lembaga pendidikan yang dibawahi langsung oleh Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Arab Saudi, ini. Pertanyaan yang diajukan adalah: Bagaimana cara ulama terdahulu menuntut ilmu dan menjadi ulama yang hebat?

Page 233: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sebelum penulis tuturkan jawabannya, kita mengenang kembali bagaimana kedahsyatan ulama terdahulu di dalam kancah keilmuan. Baik ilmu ke-Islaman maupun ilmu sains, atau dalam bahasa Arabnya; ilmu ayat-ayat Qauliyah, yang mengkaji Al-Quran dan Hadits Nabi, maupun ilmu ayat-ayat Kauniyah, yang mengkaji ciptaan-ciptaan Allah di alam semesta, para ulama terdahulu itu meninggalkan warisan keilmuan yang sangat melimpah. Bayangkan Musnad Imam Ahmad dalam kompilasi hadits-hadits Nabi yang disusun oleh Imam Ahmad sendiri, terdiri dari 20 jilid! Suatu karya yang di zaman sekarang tidak bisa dikerjakan melainkan oleh tim dan kelompok! Bayangkan pula kehebatan Ibnu Sina, dokter muslim yang hafal Quran sejak kecil. Ia memiliki karya berjudul Al-Qanun fi Ath-Thib yang terjemahkan ke bahasa-bahasa Eropa oleh orang-orang Eropa, kemudian dijadikan rujukan selama beratus-ratus tahun oleh universitas-universitas kedokteran di sana.

Inilah kiranya rahasia keunggulan para ulama Islam terdahulu, walau pun mereka tidak mengenal gedung-gedung mewah universitas, karena memang belum ada dibangun di zaman itu:

Sewaktu menghafal Quran, para calon ulama besar itu belajar menghargai waktu dengan sebenar-benarnya. Para penghafal Quran zaman sekarang tau benar bagaimana pentingnya menghargai waktu itu jika mau sukses menyelesaikan hafalan Qurannya. Menyia-nyiakan waktu satu jam saja yang sudah dibiasakan untuk digunakan menghafal, maka tunggu-lah besok di waktu yang sama untuk menghafal hafalan baru itu lagi. Mereka juga belajar mengatur waktu menghafal dan waktu mengulang hafalan. Waktu sebelum subuh untuk menghafal hafalan baru, dan waktu dhuha untuk mengulang hafalan yang telah dimiliki. Semua kemampuan ini sangat menunjang di saat mereka mempelajari ilmu-ilmu yang akan mereka geluti nantinya.

Al-Quran dengan sendirinya juga mendorong ulama-ulama cilik ini untuk bersemangat menuntut ilmu sekencang-kencangnya. Teriakan-teriakan ‘mengapa kamu tidak berfikir’, ‘mengapa kamu tidak mempergunakan akal’, ‘mengapa kamu tidak meneliti’, adalah teriakan-teriakan yang datang dari Al-Quran yang selalu mereka ulang-ulang sewaktu mengulang hafalan. Dan masih banyak lagi alasan mengapa hafalan Quran mampu memberikan tenaga besar di dalam menggerakkan tubuh, jiwa dan akal para ulama cilik ini untuk mendalami ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya.

Karena ikhlas, maka Allah membantu perjuangan sang pencari ilmu, dan jika sudah dibantu Allah, adakah penghalang yang mampu menghalangi? Ikhlas dalam menuntut ilmu berarti menyerahkan sepenuh hati kepada ilmu itu. Maka tidaklah mengherankan jika di antara mereka ada yang berkata: “Berikan dirimu untuk ilmu sepenuhnya, maka ilmu akan memberikan dirinya kepadamu separuhnya.” Ikhlas dalam menuntut ilmu berarti juga menganggap enteng penghalang-penghalang yang menghambat proses panjang mencari ilmu itu. Sebab ia yakin, Allah akan menolongnya di saat kesulitan. Maka tidaklah mengherankan jika di antara mereka, ada yang giat menyalin buku jikalau uang tidak ada di tangan untuk membelinya. Bagaimana kondisi kita jika kita tidak bisa membeli suatu buku yang berharga? Apakah meniru mereka dengan menyalin buku itu? Atau diam saja tidak berbuat sambil berharap, mudah-mudahan bulan depan ada rezeki untuk membelinya?

Sejak kecil, ulama-ulama terdahulu telah ditumbuhkan kecintaan ilmu oleh para orang tua mereka. Imam Suyuthi dikabarkan lahir dari ibu yang sedang menyuguhkan secangkir teh buat suaminya (ayah Imam Suyuthi)  yang sedang menggeluti ilmu di perpustakaan pribadinya! Inilah memang yang mesti kita galakkan kepada anak-anak kandung kita dan kepada anak-anak didik kita: Menanamkan kecintaan ilmu sejak dini sekali!

Memperdengarkan bacaan Al-Quran sejak si anak masih janin di dalam rahim, lalu di saat mereka tertidur dan terbangun di waktu bayi, kemudian di saat mereka sedang belajar merangkak lalu berjalan, kemudian di saat mereka sudah mulai terdaftar di Taman Kanak-Kanak, adalah salah satu cara menanamkan kecintaan kepada ilmu segala ilmu, Al-Quran.

Page 234: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Alhamdulillah, anak penulis yang berumur satu tahun sudah ikut ibunya mengajar di Lembaga Tahfidz Quran At-Taqwa. Walaupun di sana kebanyakannya berjalan kian kemari, tetapi sering pula penulis mendengar dari istri tercinta, si Hafidz suka merebut ‘A-Ba-Ta-Tsa’nya anak-anak, hingga akhirnya dibelikanlah buku ‘A-Ba-Ta-Tsa’ itu.

Dengan kecintaan kepada ilmu, jadilah mainan mereka buku-buku, jadilah kesukaan mereka masjid-masjid yang di dalamnya tersebar halaqah-halaqah ilmu. Dan kalau sudah cinta kepada ilmu, beristirahat-lah kita –para orang tua- dari ngedumel-ngedumel mengomel menyuruh anak-anak belajar. Sebab mereka sudah otomatis belajar sendiri. Bahkan tunggulah suatu waktu, dimana kita kesulitan menyiapkan uang buat membeli buku-buku ilmu kegemaran mereka!

Tentu maksudnya ilmu yang menyampaikan kepada rasa takut kepada Allah. Begitulah memang para ilmuan solih sebelum kita. Ilmu … ilmu … dan ilmu. Saking sudah menghayatinya mereka itu akan penting ilmu, sampai-sampai terkenal di antara mereka, ilmuan-ilmuan yang matang karena otodidak, belajar sendiri. Pergi ke perpustakaan dari awal jam dibuka dan keluar pada akhir jam ditutup. Imam Al-Albani sang pemuncak hadits abad ke-21 ini sampai diberikan kunci perpustakaan agar ia bisa sepuas-puasnya menjelajahi buku-buku di sana setelah waktu resmi perpustakaan itu ditutup setiap malamnya!

Sebagian pakar memang tidak menganjurkan sistem belajar otodidak. Akan tetapi itu jikalau tidak dibarengi dengan menyambangi majelis-majelis ilmu dan duduk bersimpuh di hadapan para guru. Jika bersama dengan belajar di hadapan para ulama, maka itulah yang dipraktikkan ulama-ulama terdahulu!

Jiwa otodidak (bahasa Arabnya: At-Ta’lim Adz-Dzati) mutlak diperlukan oleh setiap penuntut ilmu. Imam Nawawi penyusun kitab ‘Riyadh Ash-Shalihin’ adalah seorang ulama berjiwa otodidak. Beliau menegaskan bahwa seorang murid tidak boleh selalu bergantung dengan gurunya, sebab bisa jadi gurunya sedang lelah mengajar, atau banyak sekali murid-muridnya yang mengaji kepadanya.

Halaqah tahfidz dan talaqqi Quran, halaqah tafsir Quran, halaqah Hadits, halaqah Fikih adalah halaqah-halaqah yang dilangsungkan di masjid-masjid perkotaan kaum muslimin di masa lalu. Penulis belum membaca apakah halaqah matematika, halaqah ilmu Fisika, dan halaqah ilmu Biologi dilangsungkan juga di masjid, akan tetapi kemungkinan besar teori-teorinya diajarkan di masjid-masjid, kemudian praktiknya dilangsungkan di lapangan dan di laboratorium.

Dengan menjadikan masjid sebagai tempat belajar, mereka bisa selalu mengkondisikan hati untuk selalu ikhlas karena Allah dalam belajar. Mereka juga bisa selalu berdoa kepada Allah jika mendapat kesulitan dalam suatu persoalan. Ketenangan bisa terjaga karena di masjid setiap orang tidak diizinkan berteriak-teriak. Dan masih banyak lagi keutamaan belajar mengajar di tempat yang paling suci di muka bumi ini.

Belajar Al-Quran dari seorang hafidz Quran yang mutqin (hafalannya lancar) dan memiliki isnad Quran. Belajar Hadits dari seorang hafidz Hadits. Belajar Fikih kepada ahli Fikih dan seterusnya, adalah cara pemuda-pemuda penuntut ilmu mereguk luasnya lautan ilmu di zaman terdahulu. Terkenal di kalangan mereka sebuah kalimat: “Sesungguhnya ilmu agama ini adalah din (amanah agama), maka lihatlah, dari siapa engkau mengambilnya.”

Uniknya, para pemuda haus ilmu ini, tidaklah mencari guru lain di bidang lain, sebelum ia faham betul akan ilmu yang sudah dipelajarinya. Belum hafal Quran, mereka tidak akan mengambil ilmu hadits. Belum hafal hadits, mereka pun tidaklah pergi untuk menimba ilmu fikih dan begitulah seterusnya. Ada tahapan, ada ke-amanahan, dan ada kedisiplinan di dalam menggeluti jenjang dan bidang ilmu.

Ketika mempelajari bab Mu’amalat (jual beli) mereka berdagang. Ketika mempelajari bab Jihad mereka berjihad. Ketika mempelajari bab Nikah mereka menikah, dan seterusnya.

Page 235: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ini jelas mempertajam ilmu yang telah dikuasainya secara teori. Maka terkenal-lah di kalangan mereka julukan-julukan semisal An-Najjar, si tukang kayu, Al-Haddad, pandai besi, Al-Jasshash, si tukang kapur, Az-Zajjaj, si tukang cermin. Menandakan betapa mereka selain ahli di bidang ilmu juga menjalani profesi di lapangan, artinya mempraktikkan ilmu di kehidupan. Hanya memang perlu diingat, jika kita bukan termasuk yang mampu menggabungkan antara berdagang dengan kegiatan ilmu, maka yang diutamakan harus-lah belajar dan belajar.

Di antara para ulama terdahulu yang mengajar sambil belajar adalah Imam Nawawi, dimana paginya beliau belajar dan di sore harinya mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Menurut riwayat, sampai 13 mata kuliah yang beliau pelajari di pagi hari, dan di sorenya pun mengajarkan lagi ke-13 mata kuliah itu untuk para santri. Sementara Imam Abu Hanifah, mengajarkan ilmunya setelah matang sampai umur 40 tahun belajar, lalu mengajarkan ilmunya sampai usia 70 tahun. Ibnu ‘Abbas juga dikenal sejarah sebagai seorang sahabat Nabi yang sangat sibuk mengajarkan 7 mata pelajaran berbeda di setiap harinya. Adapun Imam Syafi’i, dikabarkan bahwa para penghafal Quran datang menyetorkan bacaan dan hafalan mereka kepada beliau lepas shalat Subuh hingga matahari terbit. Setelahnya datang para penghafal Hadits menyetorkan hafalan Hadits dan menanyakan makna-makna Hadits Nabi itu kepada beliau hingga waktu dhuha (atau jam 10-an). Selanjutnya datang para ahli Fikih, mempelajari fikih Imam Syafi’i yang sangat termasyhur itu.

Maksud dari menulis di sini adalah mengarang, menterjemahkan, menyusun, mengkritik suatu pemikiran dan kegiatan lain yang berhubungan dengan penulisan. Ulama terdahulu terbiasa melakukan kegiatan tulis-menulis ini. Seakan-akan kegiatan ini telah menjadi nafas mereka di dalam pergaulan mereka dengan ilmu. Orang-orang Jerman kabarnya pun menggalakkan anak didik mereka sejak kecil dengan kegiatan tulis-menulis. Diberikan kepada anak-anak Sekolah Dasar suatu kalimat misalnya ‘Indonesia’. Maka mereka pun diwajibkan untuk mencari tau informasi Indonesia sebanyak-banyaknya, apakah lewat buku-buku di perpustakaan, atau bertanya kepada orang-orang Indonesia ahli Sejarah yang kebetulan sedang tugas di Jerman dan sebagainya. Yang mana membawa informasi terlengkap, maka itulah pemenangnya!

Lihat saja HAMKA, ia menulis di usia 19 tahun. Tulisan-tulisannya telah dimuat di surat-surat kabar, baik yang ia ikut mengelolanya maupun yang tidak. Maka tak heran di akhir hayatnya, buku-buku yang telah dikarang dan disusunnya mencapai lebih dari 100 judul. Belum lagi yang belum sempat naik cetak.

Al-Qosim bin Muhammad

Ia merupakan putra pertama Rasulullah وسلم عليه لله ا صلى dan beliau dijuluki dengan Abul Qosim, ia hidup hingga mampu berjalan kemudian meninggal dunia dalam usia 2 tahun.

<

Tidak boleh orang berkunyah ‘Abul Qosim’ berdasarkan Hadits Rasulullah shollahu’alaihiwasallam, “Hendaklah kalian bernama dengan nama-namaku tetapi jangan berkunyah dengan kunyahku (Abul Qosim).” (HR. Bukhori no. 3537 dll).

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Pendapat yang benar bernama dengan nama Nabi itu diperbolehkan. Sedangkan berkunyah dengan kunyah Nabi itu terlarang. Berkunyah dengan kunyah Nabi saat beliau masih hidup itu terlarang lagi. Terkumpulnya nama dan kunyah Nabi pada diri seseorang juga terlarang.” (Zaadul Ma’ad, 2/317, Muassasah Ar-Risalah).

Beliau juga mengatakan, “Kunyah adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap orang yang diberi kunyah… diantara petunjuk Nabi adalah memberi kepada orang yang sudah punya ataupun yang tidak punya anak. Tidak terdapat Hadits yang melarang berkunyah dengan nama tertentu, kecuali berkunyah dengan nama Abul Qasim.” (Zaadul Maad, 2/314).

Imam Ibnu Muflih berkata, “Diperbolehkan berkunyah meskipun belum memiliki anak.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah karya Ibnu Muflih 3/152, Muassasah Ar-Risalah).

Page 236: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ummu Kultsum Binti Muhammad (Wafat 9 H)

Ummu Kultsum adalah adik Ruqayyah , putri Rasulullah . Ia telah menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelurn mereka mengenal Islam. Lalu ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya memeluk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi . yang selalu ditentang oleh Abu lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi . firman-Nya yang berbunyi, Maka celakalah kedua tangan Abu lahab’(Al-lahab: 1) ‘ Setelah tutun ayat ini, Abu lahab berkata kepads Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi . dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah . Atas periakuan itu, maka Rasulullah . telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi . terhadap Utaibah itu benar-benar teriadi.

Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas teiah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan. Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah . di Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah . berhijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah . Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama. Mereka berdua teriahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula

Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka Utsman bin Affan. menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabi’ul-Awwal, tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah . berkata, ‘Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri, maka aku akan tetap menikahkan mereka dengan Utsman.’ Ummu Kultsum adaiah seorang wanita yang cantik. la senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya, jenazahnya telah dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiah binti Abdul Muthalib. jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari batang polgon palem yang baru dipotong. Dan pada saat penguburannya, Rasulullah . duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Beliau berkata, siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi malam?’ Abu Thalhah ra. berkata, ‘Aku, ya Rasulullah ‘ lalu Beliau menyuruhnya, “Turunlah kamu.” Maka Abu Thalhah turun dan menguburkan Ummu Kultsum.

–ooOoo—

Ruqoyyah dan Ummu Kultsum

Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”

Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu.

Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.

Page 237: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu ‘anha melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.

Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha, berhijrah bersama keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.

Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.

Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.

Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu ‘anha, ‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk menikah dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.

Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu ‘anha untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.

Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib radhiallahu ‘anhuma. Tampak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?” Abu Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau, “Turunlah!”

Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai keduanya…. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

(Sumber Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038, bacaan: • Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d 1839-1842, 1952-1953), • Fathul Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105), • (8/36-38), • Siyar A’lamin Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/188), • Tahdzibul Kamal, karya Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/250-253), • Al-Imam Al-Mizzi (19/448), Penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran, dinukil dari asysyariah.com, kategori cerminan shalihah

Zainab binti Muhammad (Wafat 8 H)

Zainab adalah putri tertua Rasulullah .. Rasulullah . telah menikahkannya dengan sepupu beliau, yaitu Abul ‘Ash bin Rabi’ sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, atau ketika Islam belum tersebar di tengah-tengah mereka. lbu Abul ‘Ash adalah Halah binti Khuwaylid, bibi Zainab dari pihak ibu. Dari pernikahannya dengan Abul ‘Ash mereka mempunyai dua orang anak: Ali dan Umamah. Ali meninggal ketika masih kanak-kanak dan Umamah tumbuh dewasa dan kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib. setelah wafatnya Fatimah.

Setelah berumah tangga, Zainab tinggal bersama Abul ‘Ash bin Rabi’ suaminya. Hingga pada suatu ketika, pada saat suaminya pergi bekerja, Zainab mengunjungi ibunya. Dan ia dapatkan keluarganya telah mendapatkan suatu karunia dengan diangkatnya, ayahnya, Muhammad . menjadi Nabi akhir jaman. Zainab mendengarkan keterangan tentang Islam dari ibunya, Khadijah.. Keterangan ini membuat hatinya lembut dan menerima hidayah Islam. Dan keislamannya ini ia pegang dengan teguh, walaupun ia belum menerangkan keislamannya kepada suaminya, Abul ‘Ash.

Sedangkan Abul ‘Ash bin Rabi’ adalah termasuk orang-orang musyrik yang menyembah berhala. Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai peniaga. Ia sering meninggalkan Zainab untuk keperluan dagangnya. la sudah mendengar tentang pengakuan Muhammad sebagai Nabi .. Namun, ia tidak mengetahui bahwa istrinya, Zainab sudah memeluk Islam. Pada tahun ke-6 setelah hijrah Nabi . ke Madinah.

Page 238: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abul ‘Ash bin Rabi’ pergi ke Syria beserta kafilah-kafilah Quraisy untuk berdagang. Ketika Rasulullah . mendengar bahwa ada kafilah Quraisy yang sedang kembali dari Syria, beliau mengirim Zaid bin Haritsah ra. bersama 313 pasukan muslimin untuk menyerang kafilah Quraisy ini. Mereka menghadang kafilah ini di dekat Al-is di Badar pada bulan jumadil Awal. Mereka menangkap kafilah itu dan barang-barang yang dibawanya serta menahan beberapa orang dari kafilah itu, termasuk Abul ‘Ash bin Rabi’. Ketika penduduk Mekkah datang unluk menebus para tawanan, maka saudara laki-laki Abul ‘Ash, yaitu Amar bin Rabi’, telah datang untuk menebus dirinya. Ketika itu, Zainab istri Abul ‘Ash masih tinggal di Mekkah. la pun telah mendengar berita serangan kaum muslimin atas kafilah-kafilah Quraisy termasuk berita tertawannya Abul ‘Ash.

Berita ini sangat meiiyedihkannya. Lalu ia mengirimkan kalungnya yang terbuat dari batu onyx Zafar hadiah dari ibunya, Khadijah binti Khuwaylid ra.. Zafar adalah sebuah gunung di Yaman. Khadijah binti Khuwaylid telah memberikan kalung itu kepada Zainab ketika ia akan menikah dengan Abul ‘Ash bin Rabi’. Dan kali ini, Zainab mengirimkan kalung itu sebagai tebusan atas suaminya, Abul ‘Ash. Kalung itu sampai di tangan Rasulullah . Ketika beliau . melihat kalung itu, beliau segera mengenalinya. Dan kalung itu mengingatkan beliau kepada istrinya yang sangat ia sayangi, Khadijah. Beliau berkata, ‘Seorang Mukmin adatah penolong bagi orang Mukmin lainnya. Setidaknya mereka memberikan perlindungan. Kita lindungi orang yang dilindungi oleh Zainab. jika kalian bisa mencari jalan untuk niembebaskan Abul ‘Ash kepada Zainab dan mengembalikan kalungnya itu kepadanya, maka lakukaniah.’ Mereka menjawab, ‘Baik, ya Rasulullah ‘ Maka mereka segera membebaskan Abul ‘Ash dan mengembalikan kalung itu kepada Zainab.

Kemudian Rasulullah . menyuruh Abul ‘Ash agar berjanji untuk membiarkan Zainab bergabung bersama Rasulullah . Dia pun berjanji dan memenuhi janjinya itu. Ketika Rasulullah . pulang ke rumahnya, Zainab datang menemuinya dan meminta untuk mengembalikan kepada Abul ‘Ash apa yang pernah diambil darinya. Beliau mengabulkannya. Pada kesempatan itu, Beliau pun telah melarang Zainab agar tidak mendatangi Abul ‘Ash, karena dia tidak halal bagi Zainab selama dia masih kafir. lalu Abul ‘Ash kembali ke Mekkah dan menyelesaikan semua kewajibannya. Kemudian dia masuk Islam dan kembali kepada Rasulutiah sebagai seorang Muslim. Dia berhijrah pada bulan Muharram, 7 Hijriyah. Maka Rasulullah . pun mengembalikan Zainab kepadanya, berdasarkan pernikahannya yang pertama

Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Orang-orang yang memandikan jenazahnya ketika itu, antara lain ialah; Ummu Aiman, Saudah binti Zam’ah, Ummu Athiyah dan Ummu Salamah.. Rasulullah . berpesan kepada mereka yang akan memandikan jenazahnya ketika itu, ‘Basuhiah dia dalarn jumlah yang ganjil, 3 atau 5 kali atau iebih jika kalian merasa lebih baik begitu. Mulailah dari sisi kanan dan anggota-anggota wudhu. Mandikan dia dengan air dan bunga. Bubuhi sedikit kapur barus pada air siraman yang terakhir. Jika kalian sudah selesai beritahukaniah kepadaku.’ Ketika itu, rambut jenazah dikepang meniadi tiga kepangan, di samping dan di depan lalu dikebelakangkan. Setelah selesai dari memandikan jenazah, Ummu Athiyah memberitahukan kepada Nabi . Lalu Nabi memberikan selimutnya dan berkata, ‘Kafanilah dia dengan kain ini.’

Cerita cinta

Cinta tak cukup untuk menyatukan dua manusia. Tatkala jalan telah berbeda, tak kan mungkin mereka saling bersama. Namun cahaya keimanan akan mempertemukan kembali yang telah terpisahkan sekian lama.

Tersebutlah kisah tentang putri pemimpin para nabi. Terlahir dari rahim ibundanya, seorang wanita bangan Quraisy, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay Al-Qurasyiyyah radhiallahu ‘anhu, saat ayahnya memasuki usia tiga puluh tahun. Dia bernama Zainab radhiallahu ‘anha bintu Muhammad bin ‘Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semasa hidup ibunya, sang putri yang menawan ini disunting oleh seorang pemuda, Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ bin ‘Abdil ‘Uzza bin ‘Abdisy Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyi namanya. Dia putra Halah bintu Khuwailid, saudari perempuan Khadijah. Ketika itu, Khadijah radhiallahu ‘anha menghadiahkan seuntai kalung untuk pengantin putrinya. Dari pernikahan itu, lahir Umamah dan ‘Ali, dua putra-putri Abul ‘Ash.

Tatkala cahaya Islam merebak, Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka hati Zainab radhiallahu ‘anha untuk menyambutnya. Namun, Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ masih berada di atas agama nenek moyangnya. Dua insan di atas dua jalan yang berbeda…

Orang-orang musyrik pun mendesak Abul ‘Ash untuk menceraikan Zainab, namun Abul ‘Ash dengan tegas menolak mentah-mentah permintaan mereka. Akan tetapi, Zainab radhiallahu ‘anha masih pula tertahan untuk bertolak ke bumi hijrah.

Ramadhan tahun kedua setelah hijrah, terukir peristiwa Badr. Dalam pertempuran itu, terbunuh tujuh puluh orang dari pihak musyrikin dan tertawan tujuh puluh orang dari mereka. Di antara tawanan itu ada Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’.

Penduduk Makkah pun mengirim tebusan untuk membebaskan para tawanan. Terselip di antara harta tebusan itu seuntai kalung milik Zainab radhiallahu ‘anha untuk kebebasan suaminya. Ketika melihat kalung itu, Rasulullah

Page 239: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkenang pada Khadijah radhiallahu ‘anha yang telah tiada. Betapa terharu hati beliau mengingat putri yang dicintainya. Lalu beliau berkata pada para shahabat, “Apabila kalian bersedia membebaskan tawanan yang ditebus oleh Zainab dan mengembalikan harta tebusan yang dia berikan, lakukanlah hal itu.” Para shahabat pun menjawab, “Baiklah, wahai Rasulullah!”

Kemudian mereka lepaskan Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ dan mengembalikan seuntai kalung Zainab yang dijadikan harta tebusan itu.

Ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta Abul ‘Ash untuk berjanji agar membiarkan Zainab pergi meninggalkan negeri Makkah menuju Madinah. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu bersama salah seorang Anshar sembari berkata, “Pergilah kalian ke perkampungan Ya’juj sampai bertemu dengan Zainab, lalu bawalah dia kemari.”

Berpisahlah Zainab bintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas jalan Islam, meninggalkan suaminya yang masih berkubang dalam kesyirikan.

Menjelang peristiwa Fathu Makkah, Abul ‘Ash keluar dari negeri Makkah bersama rombongan dagang membawa barang-barang dagangan milik penduduk Makkah menuju Syam. Dalam perjalanannya, rombongan itu bertemu dengan seratus tujuhpuluh orang pasukan Zaid bin Haritsah yang diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadang rombongan dagang itu. Pasukan muslimin pun berhasil menawan mereka dan mengambil harta yang dibawa oleh rombongan musyrikin itu, namun Abul ‘Ash berhasil meloloskan diri.

Ketika gelap malam merambah, Abul ‘Ash dengan diam-diam menemui istrinya, Zainab bintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk meminta perlindungan.

Subuh tiba. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat berdiri menunaikan Shalat Shubuh. Saat itu, Zainab radhiallahu ‘anha berseru dengan suara lantang, “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku telah memberikan perlindungan kepada Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’!”

Usai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap pada para shahabat sembari bertanya, “Kalian mendengar apa yang aku dengar?” “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi, “Sesungguhnya aku tidak mengetahui apa pun sampai aku mendengar apa yang baru saja kalian dengar.”

Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui putrinya dan berpesan, “Wahai putriku, muliakanlah dia, namun jangan sekali-kali dia mendekatimu karena dirimu tidak halal baginya.” Zainab radhiallahu ‘anha menjawab, “Sesungguhnya dia datang semata untuk mencari hartanya.”

Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan pasukan Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu dan berkata pada mereka, “Sesungguhnya Abul ‘Ash termasuk keluarga kami sebagaimana kalian ketahui, dan kalian telah mengambil hartanya sebagai fai’ yang diberikan Allah kepada kalian. Namun aku ingin kalian berbuat kebaikan dan mengembalikan harta itu kepadanya. Akan tetapi kalau kalian enggan, maka kalian lebih berhak atas harta itu.” Para shahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, kami akan kembalikan harta itu padanya.”

Seluruh harta yang dibawa Abul ‘Ash kembali ke tangannya dan tidak berkurang sedikit pun. Segera dia membawa harta itu kembali ke Makkah dan mengembalikan setiap harta titipan penduduk Makkah pada pemiliknya. Lalu dia bertanya, “Apakah masih ada di antara kalian yang belum mengambil kembali hartanya?” Mereka menjawab, “Semoga Allah memberikan balasan yang baik padamu. Engkau benar-benar seorang yang mulia dan memenuhi janji.” Abul ‘Ash pun kemudian menegaskan, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya! Demi Allah, tidak ada yang menahanku untuk masuk Islam saat itu, kecuali aku khawatir kalian menyangka bahwa aku memakan harta kalian. Sekarang setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala tunaikan harta itu kepada kalian masing-masing, aku masuk Islam.” Abul ‘Ash bergegas meninggalkan Makkah, hingga bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan Islam.

Enam tahun bukanlah rentang waktu yang sebentar. Akhir penantian yang sekian lama pun menjelang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembalikan putri tercintanya, Zainab radhiallahu ‘anhu kepada suaminya, Abul ‘Ash bin Ar- Rabi’ radhiallahu ‘anhu, dengan nikahnya yang dulu dan tanpa menunaikan kembali maharnya. Dua insan kini bersama meniti jalan mereka …

Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan taqdir-Nya. Tak lama setelah pertemuan itu, Zainab bintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke hadapan Rabb-nya, pada tahun kedelapan setelah hijrah, meninggalkan kekasihnya untuk selamanya.

Di antara para shahabiyyah yang memandikan jenazahnya, ada Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyah radhiallahu ‘anha. Darinya terpapar kisah dimandikannya jenazah Zainab radhiallahu ‘anha, sesuai perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan guyuran air bercampur daun bidara. Seusai itu, rambut Zainab radhiallahu ‘anha dijalin menjadi tiga jalinan. Jenazahnya dibungkus dengan kain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Putri pemimpin para nabi itu telah pergi…

Page 240: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sumber bacaan: •Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (4/1701-1704,1853-1854), •Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/30-35), •Mukhtashar Sirah Ar-Rasul, karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (hal. 110-117), •Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, karya Ibrahim Al-‘Ali (hal. 192), •Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/246-250), Penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran, dinukil dari asysyariah.com, kategori cerminan shalihah

Ruqayyah Binti Rasulullah (Wafat 2 H)

Ruqayyah telah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum masa kenabian. Sebenarnya hat itu sangat tidak disukai oleh Khadijah.. Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. ta khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah . telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah . dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi . dan para sahabat . Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah . dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah ., maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya, ‘Maka celakalah kedua tangan Abu lahab, (Al lahab: 1) Setelah ayat ini turun, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang putranya, Utbah dan Utaibah, ‘Kepalaku tidak haial bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan Putri Muhammad.’ Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah mericeraikan istrinya tanpa alasan. Setelah bercerai dengan Utbah, kemudian Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah . dengan Utsman bin Affan.

Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangan Quraisy. Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan dari kafirin Quraisy. Ketika semakin hari penderitaan kaum muslimin, termasuk keluarga Rasulutlah . bertambah berat, maka dengan berat hati Nabi . mengijinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Ketika itu Rasulullah . bersabda, ‘Pergilah ke negeri Habasyah, karena di sana ada seorang raja yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya siapapun, Di sana adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke sana. Sehingga Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.’

Maka berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman bin Affan. Rasulullah . bersabda tentang mereka, Mereka adalah orang yang pertama kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth as.’ Setibanya di Habasyah mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah telah aman. Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu akan kembali lagi ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Mekkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Mekkah, barulah mereka mengunjungi rumah masingmasing yang dirasa aman. Ruqayyah pun masuk ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.

Namun ketika matanya beredar ke sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang sangat ia rindukan. la bertanya, ‘Mana ibu?….. mana ibu?….’ Saudara-saudaranya terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis. Hatinya sangat bergetar, bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya. Penderitaan hatinya, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama berselang, anak lelaki satu-satunya, yaitu Abdullah yang lahir ketika hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. Padahal nama Abdullah adalah kunyah bagi Utsman ra., yaitu Abu Abdullah. Abdullah masih berusia dua tahun, ketika seekor ayam jantan mematuk mukanya sehingga mukanya bengkak, maka Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi setelah itu.

Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah j. hijrah. Ketika Rasulullah . bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah . menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah . masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Dan kemenangan kaum muslimin yang dibawa oleh Rasulullah . beserta pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota Madinah, telah disambut dengan berita penguburan Ruqayyah. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah . berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz’un.’

Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin Khattab. datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah . menahan tangan Umar. dan berkata, ‘Biarkaniah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.’

–ooOoo–

Page 241: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ruqoyyah dan Ummu Kultsum

Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”

Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu.

Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.

Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu ‘anha melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.

Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha, berhijrah bersama keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.

Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.

Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.

Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu ‘anha, ‘Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk menikah dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang kehilangan suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.

Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah radhiallahu ‘anha untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.

Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib radhiallahu ‘anhuma. Tampak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?” Abu Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau, “Turunlah!”

Page 242: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai keduanya…. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

(Sumber Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038, bacaan: • Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d 1839-1842, 1952-1953), • Fathul Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105), • (8/36-38), • Siyar A’lamin Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/188), • Tahdzibul Kamal, karya Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/250-253), • Al-Imam Al-Mizzi (19/448), Penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran, dinukil dari asysyariah.com, kategori cerminan shalihah)

Husain bin Ali bin Abu Talib (4-61 H)

Putra kedua dari perkawinan Ali bin Abu Talib dengan Fatimah. Dia tidak mau membaiat Yazid, sehingga dia terbunuh dalam perang Karbala tanggal 10 Muharam 61 H/680 M.

Riwayat Hidup Al-Husein dan Peristiwa Pembunuhannya

Oleh: Ustadz Muhammad Umar Sewed

Beliau dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun ke-empat Hijriyah. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men-tahnik (yakni mengunyahkan kurma kemudian dimasukkan ke mulut bayi dengan digosokkan ke langit-langitnya -pent.), mendoakan dan menamakannya Al-Husein. Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, juz VIII, hal. 152.

Berkata Ibnul Arabi dalam kitabnya Al-Awashim minal Qawashim: “Disebutkan oleh ahli tarikh bahwa surat-surat berdatangan dari ahli kufah kepada Al-Husein (setelah meninggalnya Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu). Kemudian Al-Husein mengirim Muslim Ibnu Aqil, anak pamannya kepada mereka untuk membai’at mereka dan melihat bagaimana keikutsertaan mereka. Maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memberitahu beliau (Al-Husein) bahwa mereka dahulu pernah mengkhianati bapak dan saudaranya. Sedangkan Ibnu Zubair mengisyaratkan kepadanya agar dia berangkat, maka berangkatlah Al-Husein. Sebelum sampai beliau di Kufah ternyata Muslim Ibnu Aqil telah terbunuh dan dise-rahkan kepadanya oleh orang-orang yang memanggilnya. “Cukup bagimu ini sebagai peringatan bagi yang mau mengambil peringatan” (kelihatannya yang dimaksud adalah ucapan Ibnu Abbas kepada Al-Husein -pent.). Tetapi beliau radhiyallahu ‘anhu tetap melanjutkan perjalanannya dengan marah karena dien dalam rangka menegakkan al-haq. Bahkan beliau tidak mendengarkan nasehat orang yang paling alim pada jamannya yaitu ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan menyalahi pendapat syaikh para shahabat yaitu Ibnu Umar. Beliau mengharapkan permulaan pada akhir (hidup -pent.), mengharapkan kelurusan dalam kebengkokan dan mengharapkan keelokan pemuda dalam rapuh ke-tuaan. Tidak ada yang sepertinya di sekitarnya, tidak pula memiliki pembela-pembela yang memelihara haknya atau yang bersedia mengorbankan dirinya untuk membelanya. Akhirnya kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein, maka datang kepada kita musibah yang menghilangkan kebahagiaan jaman. (lihat Al-Awashim minal Qawashim oleh Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib, hal. 229-232)

Yang dimaksud oleh beliau dengan ucapannya ‘Kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein‘ adalah bahwa niat Al-Husein dengan sebagian kaum muslimin untuk mensucikan bumi dari khamr Yazid yang hal ini masih merupakan tuduhan-tuduhan dan tanpa bukti, tetapi hasilnya justru kita menodai bumi dengan darah Al-Husein yang suci. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhibbudin Al-Khatib dalam ta’liq-nya terhadap buku Al-Awashim Minal Qawashim.

Ketika Al-Husein ditahan oleh tentara Yazid, Samardi Al-Jausyan mendorong Abdullah bin Ziyad untuk membunuhnya. Sedangkan Al-Husein meminta untuk dihadapkan kepada Yazid atau dibawa ke front untuk berjihad melawan orang-orang kafir atau kembali ke Mekah. Namun mereka tetap membunuh Al-Husein dengan dhalim sehingga beliau meninggal dengan syahid radhiyallahu ‘anhu. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Al-Husein terbunuh di Karbala di dekat Eufrat dan jasadnya dikubur di tempat terbunuhnya, sedangkan kepalanya dikirim ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dan dari para imam yang lain.

Adapun tentang dibawanya kepala beliau kepada Yazid telah diriwayatkan dalam beberapa jalan yang munqathi’ (terputus) dan tidak benar sedikitpun tentangnya. Bahkan dalam riwayat-riwayat tampak sesuatu yang menunjukkan kedustaan dan pengada-adaan riwayat tersebut. Disebutkan padanya bahwa Yazid menusuk gigi taringnya dengan besi dan bahwasanya sebagian para shahabat yang hadir seperti Anas bin Malik, Abi Barzah dan lain-lain mengingkarinya. Hal ini adalah pengkaburan, karena sesungguhnya yang menusuk dengan besi adalah ‘Ubaidilah bin Ziyad. Demikian pula dalam kitab-kitab shahih dan musnad, bahwasanya mereka menempatkan Yazid di tempat ‘Ubaidilah bin Ziyad. Adapun ‘Ubaidillah, tidak diragukan lagi bahwa dialah yang memerintahkan untuk membunuhnya (Husein) dan meme-rintahkan untuk membawa kepalanya ke hadapan dirinya. Dan akhirnya Ibnu Ziyad pun dibunuh karena itu.

Dan lebih jelas lagi bahwasanya para shahabat yang tersebut tadi seperti Anas dan Abi Barzah tidak berada di Syam, melainkan berada di Iraq ketika itu. Sesungguhnya para pendusta adalah orang-orang jahil (bodoh), tidak mengerti apa-apa yang menunjukkan kedustaan mereka.” (Majmu’ Fatawa, juz IV, hal. 507-508)

Page 243: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Adapun yang dirajihkan oleh para ulama tentang kepala Al-Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhuma adalah sebagaimana yang disebutkan oleh az-Zubair bin Bukar dalam kitabnya Ansab Quraisy dan beliau adalah seorang yang paling ‘alim dan paling tsiqah dalam masalah ini (tentang keturunan Quraisy). Dia menyebutkan bahwa kepala Al-Husein dibawa ke Madinah An-Nabawiyah dan dikuburkan di sana. Hal ini yang paling cocok, karena di sana ada kuburan saudaranya Al-Hasan, paman ayahnya Al-Abbas dan anak Ali dan yang seperti mereka. (Dalam sumber yang sama, juz IV, hal. 509)

Demikianlah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma terbunuh pada hari Jum’at, pada hari ‘Asyura, yaitu pada bulan Muharram tahun 61 H dalam usia 54 tahun 6 bulan. Semoga Allah merahmati Al-Husein dan mengampuni seluruh dosadosanya serta menerimanya sebagai syahid. Dan semoga Allah membalas para pembunuhnya dan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih. Amin.

Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Mu’awiyyah

Untuk membahas masalah ini kita nukilkan saja di sini ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah secara lengkap dari Fatawa-nya sebagai berikut:

Belum terjadi sebelumnya manusia membicarakan masalah Yazid bin Muawiyyah dan tidak pula membicarakannya termasuk masalah Dien. Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat terhadap Yazid bin Muawiyyah, bahkan bisa jadi mereka menginginkan dengan itu laknat kepada yang lainnya. Sedangkan kebanyakan Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu. Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid termasuk orang-orang shalih yang besar dan Imam-imam yang mendapat petunjuk.

Maka golongan yang melampaui batas terhadap Yazid menjadi dua sisi yang berlawanan:

Sisi pertama, mereka yang mengucapkan bahwa dia kafir zindiq dan bahwasanya dia telah membunuh salah seorang anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membunuh shahabat-shahabat Anshar, dan anak-anak mereka pada kejadian Al-Hurrah (pembebasan Madinah) untuk menebus dendam keluarganya yang dibunuh dalam keadaan kafir seperti kakek ibunya ‘Utbah bin Rab’iah, pamannya Al-Walid dan selain keduanya. Dan mereka menyebutkan pula bahwa dia terkenal dengan peminum khamr dan menampakkan maksiat-maksiatnya.

Pada sisi lain, ada yang meyakini bahwa dia (Yazid) adalah imam yang adil, mendapatkan petunjuk dan memberi petunjuk. Dan dia dari kalangan shahabat atau pembesar shahabat serta salah seorang dari wali-wali Allah. Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa dia dari kalangan para nabi. Mereka mengucapkan bahwa barangsiapa tidak berpendapat terhadap Yazid maka Allah akan menghentikan dia dalam neraka Jahannam. Mereka meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin ‘Adi bahwa dia adalah wali yang seperti ini dan seperti itu. Barangsiapa yang berhenti (tidak mau mengatakan demikian), maka dia berhenti dalam neraka karena ucapan mereka yang demikian terhadap Yazid. Setelah zaman Syaikh Hasan bertambahlah perkara-perkara batil dalam bentuk syair atau prosa. Mereka ghuluw kepada Syaikh Hasan dan Yazid dengan perkara-perkara yang menyelisihi apa yang ada di atasnya Syaikh ‘Adi yang agung -semoga Allah mensucikan ruhnya-. Karena jalan beliau sebelumnya adalah baik, belum terdapat bid’ah-bid’ah yang seperti itu, kemudian mereka mendapatkan bencana dari pihak Rafidlah yang memusuhi mereka dan kemudian membunuh Syaikh Hasan bin ‘Adi sehingga terjadilah fitnah yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya.

Dua sisi ekstrim terhadap Yazid tersebut menyelishi apa yang disepakati oleh para ulama dan Ahlul Iman. Karena sesungguhnya Yazid bin Muawiyyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak pula termasuk shahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan. Dia termasuk kalangan pemuda-pemuda muslim bukan kafir dan bukan pula zindiq. Dia memegang kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin dan diridlai oleh sebagian yang lain. Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya.

Namun pada masa pemerintahannya telah terjadi perkara-perkara besar yaitu:

1. Terbunuhnya Al-Husein radhiyallahu ‘anhu sedangkan Yazid tidak memerintahkan untuk membunuhnya dan tidak pula menampakkan kegembiraan dengan pembunuhan Husein serta tidak memukul gigi taringnya dengan besi. Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia memerintahkan untuk melarang Husein dengan melepaskannya dari urusan walaupun dengan memeranginya. Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya tatkala Samardi Al-Jausyan mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya. Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan dhalim. Terbunuhnya beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk musibah besar, karena sesungguhnya terbunuhnya Al-Husein -dan ‘Utsman bin ‘Affan sebelumnya- adalah penyebab fitnah terbesar pada umat ini. Demikian juga pembunuh keduanya adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah. Ketika keluarga beliau radhiyallahu ‘anhu mendatangi Yazid bin Mua’wiyah, Yazid memuliakan mereka dan mengantarkan mereka ke Madinah.

Diriwayatkan bahwa Yazid melaknat Ibnu Ziyad atas pembunuhan Husein dan berkata: “Aku sebenarnya meridlai ketaatan penduduk Irak tanpa pembunuhan Husein.” Tetapi dia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhnya, tidak membela serta tidak pula membalasnya, padahal itu adalah wajib bagi dia. Maka akhirnya Ahlul

Page 244: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Haq mencelanya karena meninggalkan kewajibannya, ditambah lagi dengan perkara-perkara yang lain. Sedangkan musuh-musuh mereka menambahkan kedustaan-kedustaan atasnya.

2. Ahlil Madinah membatalkan bai’atnya kepada Yazid dan mereka mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka, memerintahkan mereka untuk taat dan jika mereka tidak mentaatinya setelah tiga hari mereka akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Setelah tiga hari, tentara Yazid memasuki Madinah an-Nabawiyah, membunuh mereka, merampas harta mereka, bahkan menodai kehormatan-kehormatan wanita yang suci, kemudian mengirimkan tentaranya ke Mekkah yang mulia dan mengepungnya. Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekkah dan hal ini meru-pakan permusuhan dan kedzaliman yang dikerjakan atas perintahnya.

Oleh karena itu, keyakinan Ahlus Sunnah dan para imam-imam umat ini adalah mereka tidak melaknat dan tidak mencintainya. Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata: Aku katakan kepada ayahku: “Sesungguhnya suatu kaum mengatakan bahwa mereka cinta kepada Yazid.” Maka beliau rahimahullah menjawab: “Wahai anakku, apakah akan mencintai Yazid seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir?” Aku bertanya: “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaknatnya?” Beliau menjawab: “Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu melaknat seseorang?”

Diriwayatkan pula bahwa ditanyakan kepadanya: “Apakah engkau menulis hadits dari Yazid bin Mu’awiyyah?” Dia berkata: “Tidak, dan tidak ada kemulyaan, bukankah dia yang telah melakukan terhadap ahlul Madinah apa yang dia lakukan?”

Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja (Islam -pent). Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya. Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu: Bahwa seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering minum khamr. Acap kali dia didatangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dicambuknya. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)

Walaupun demikian di kalangan Ahlus Sunnah juga ada yang membolehkan laknat terhadapnya karena mereka meyakini bahwa Yazid telah melakukan kedhaliman yang menyebabkan laknat bagi pelakunya.

Kelompok yang lain berpendapat untuk mencintainya karena dia seorang muslim yang memegang pemerintahan di zaman para shahabat dan dibai’at oleh mereka. Serta mereka berkata: “Tidak benar apa yang dinukil tentangnya padahal dia memiliki kebaikan-kebaikan, atau dia melakukannya dengan ijtihad.”

Pendapat yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para imam (Ahlus Sunnah), bahwa mereka tidak mengkhususkan kecintaan kepadanya dan tidak pula melaknatnya. Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( ) . البخارى… رواه ?ه;م= ل م?غ=ف;و=ر~ =ص?ر? ق?ي ?ة? =ن م?د9ي و=ن? ?غ=ز; ي 9ى م7ت; أ م9ن= =ش� ج?ي و7ل;

? و?أ

Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni. (HR. Bukhari)

Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.

Catatan:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah melanjutkan setelah itu dengan ucapannya: “Kadang-kadang sering tertukar antara Yazid bin Mu’ awiyah dengan pamannya Yazid bin Abu Sufyan. Padahal sesungguhnya Yazid bin Abu Sufyan adalah dari kalangan Shahabat, bahkan orang-orang pilihan di antara mereka dan dialah keluarga Harb (ayah Abu Sufyan bin Harb -pent) yang terbaik. Dan beliau adalah salah seorang pemimpin Syam yang diutus oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu ketika pembebasan negeri Syam. Abu Bakar ash-Shiddiq pernah berjalan bersamanya ketika mengantarkannya, sedangkan dia berada di atas kendaraan. Maka berkatalah Yazid bin Abu Sufyan: “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah! (ke atas kendaraan) atau aku yang akan turun.” Maka berkatalah Abu Bakar: “Aku tidak akan naik dan engkau jangan turun, sesungguhnya aku mengharapkan hisab dengan langkah-langkahku ini di jalan Allah. Ketika beliau wafat setelah pembukaan negeri Syam di zaman pemerintahan Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau mengangkat saudaranya yaitu Mu’awiyah untuk menggantikan kedudukannya.

Kemudian Mu’awiyah mempunyai anak yang bernama Yazid di zaman pemerintahan ‘Utsman ibnu ‘Affan dan dia tetap di Syam sampai terjadi peristiwa yang terjadi.

Page 245: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Yang wajib adalah untuk meringkas yang demikian dan berpaling dari membicarakan Yazid bin Mu’awiyah serta bencana yang menimpa kaum muslimin karenanya dan sesungguhnya yang demikian merupakan bid’ah yang menyelisihi ahlus sunnah wal jama’ah. Karena dengan sebab itu sebagian orang bodoh meyakini bahwa Yazid bin Mu`awiyah termasuk kalangan shahabat dan bahwasanya dia termasuk kalangan tokoh-tokoh orang shalih yang besar atau imam-imam yang adil. Hal ini adalah kesalahan yang nyata.” (Diambil dari Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jilid 3, hal. 409-414)

Bid’ah-bid’ah yang Berhubungan dengan Terbunuhnya Al-Husein

Kemudian muncullah bid’ah-bid’ah yang banyak yang diadakan oleh kebanyakan orang-orang terakhir berkenaan dengan perisiwa terbunuhnya Al-Husein, tempatnya, waktunya dan lain-lain. Mulailah mereka mengada-adakan An-Niyaahah (ratapan) pada hari terbunuhnya Al-Husein yaitu pada hari ‘Asyura (10 Muharram), penyiksaan diri, mendhalimi binatang-binatang ternak, mencaci maki para wali Allah (para shahabat) dan mengada-adakan kedustaan-kedustaan yang diatasnamakan ahlul bait serta kemungkaran-kemungkaran yang jelas dilarang dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.

Al-Husein radhiyallahu ‘anhu telah dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan mati syahid pada hari ‘Asyura dan Allah telah menghinakan pembunuhnya serta orang yang mendukungnya atau ridla dengan pembunuhannya. Dan dia mempunyai teladan pada orang sebelumnya dari para syuhada, karena sesungguhnya dia dan saudaranya adalah penghulu para pemuda ahlul jannah. Keduanya telah dibesarkan pada masa kejayaan Islam dan tidak mendapatkan hijrah, jihad, dan kesabaran atas gangguan-gangguan di jalan Allah sebagaimana apa yang telah didapati oleh ahlul bait sebelumnya. Maka Allah mulyakan keduanya dengan syahid untuk menyempurnakan kemulyaan dan mengangkat derajat keduanya.

Pembunuhan beliau merupakan musibah besar dan Allah subhanahu wa ta’ala telah mensyari’atkan untuk mengucapkan istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika musibah dalam ucapannya:

dه9م=… ب ر? م9ن= ?و?ات~ ص?ل =ه9م= ?ي ع?ل 9ك? ?ئ ;ول أ اج9ع;ون? ر? =ه9 ?ي 9ل إ 7ا 9ن و?إ 7ه9 9ل ل 7ا 9ن إ ;وا ق?ال ?ة~ م;ص9يب =ه;م= ?ت ص?اب? أ 9ذ?ا إ 7ذ9ين? ال 9ر9ين? الص7اب ر9 dش? و?ب. ?د;ون? =م;ه=ت ال ه;م; 9ك? ?ئ ;ول و?أ ح=م?ة~ و?ر?

…. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orangyang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah: 155-157)

Sedangkan mereka yang mengerjakan apa-apa yang dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka meratapinya seperti memukul pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah, maka balasannya sangat keras sebagaimana diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam:

( ) . ومسلم البخارى رواه 7ة9 9ي اه9ل =ج? ال 9د?ع=و?ى ب و?د?ع?ا ، ;و=ب? ي =ج; ال ق7 و?ش? =خ;د;و=د?، ال ل?ط?م? م?ن= 7ا م9ن =س? ?ي ل

Bukan dari golongan kami, siapa yang memukul-mukul pipi, merobek-robek baju, dan menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain, juga dalam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia berkata: “Aku berlepas diri dari orang-orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri darinya, yaitu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari al-haliqah, ash-shaliqah dan asy-syaaqqah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam Shahih Muslim dari Abi Malik Al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

: ق?اء; 9س= ت 9س= =إل و?ا اب9 =س? ?ن =أل ا ف9ى و?الط7ع=ن; اب9 ?ح=س? =أل ا ف9ى =ف?خ=ر; ال ?ه;ن7 ;و=ن ك =ر; ?ت ي ? ال 7ة9 9ي اه9ل =ج? ال م=ر9? أ م9ن= 9ى م7ت

; أ ف9ى ?ع~ ب ر=? أ

( ) . مسلم رواه ?اح?ة; dي و?الن 9 ;ج;و=م 9الن ب

Empat perkara yang terdapat pada umatku dari perkara perkara jahiliyah yang mereka tidak meninggalkannya: bangga dengan kedudukan, mencela nasab (keturunan), mengharapkan hujan dengan bintang-bintang dan meratapi mayit. (HR. Muslim)

Dan juga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

. 7ار9… الن ?ه?ب9 ل م9ن= ع~ و?د?ر= ، ان9 ق?ط9ر? م9ن= ?ال~ ب ر= س9 =ه?ا ?ي ع?ل ?ام?ة9 =ق9ي ال ?و=م? ي ?ت= ائ ج? =م?و=ت9 ال =ل? ق?ب ;ب= ?ت ت ?م= ل 9ذ?ا إ 9ح?ة? 7ائ الن 9ن7 و?إ( والحاكم( والطبرانى أحمد رواه صحيح

Sesungguhnya perempuan tukang ratap jika tidak bertaubat sebelum matinya dia akan dibangkitkan di hari kiamat sedangkan atasnya pakaian dari timah dan pakaian dada dari nyala api neraka. (HR. Ahmad, Thabrani dan Hakim)

Page 246: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadits-hadits tentang masalah ini bermacam-macam.

Demikianlah keadaan orang yang meratapi mayit dengan memukul-mukul badannya, merobek-robek bajunya dan lain-lain. Maka bagaimana jika ditambah lagi bersama dengan itu kezaliman terhadap orang-orang mukmin (para shahabat), melaknat mereka, mencela mereka, serta sebaliknya membantu ahlu syiqaq orang-orang munafiq dan ahlul bid’ah dalam kerusakan dien yang mereka tuju serta kemungkaran lain yang Allah lebih mengetahuinya.

Hasan bin Ali bin Abu Talib (3-50 H.)

Dia adalah putra sulung Ali bin Abu Talib dengan Fatimah Postur dan paras mukanya mirip dengan Rasulullah. Dia diangkat sebagai khalifah sepeninggal ayahnya. Dia lebih mengutamakan tidak berperang, menghindari pertumpahan darah sesama muslim, untuk itu dia menyerahkan kursi ke khalifahan kepada Muawiah sampai dia meninggal dunia di Madinah.

Riwayat Hidup Al-Hasan dan Wafatnya

Oleh: Ustadz Muhammad Umar Sewed

Beliau dilahirkan pada bulan Ramadlan tahun ke-3 Hijriyah menurut kebanyakan para ulama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar. (lihat Fathul Bari juz VII, hal. 464)

Setelah ayah beliau Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu terbunuh, sebagian kaum muslimin membai’at beliau, tetapi bukan karena wasiat dari Ali. Berkata Syaikh Muhibbudin al-Khatib bahwa diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya juz ke-1 hal. 130 -setelah disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib akan terbunuh- mereka berkata kepadanya: “Tentukanlah penggantimu bagi kami.” Maka beliau menjawab: “Tidak, tetapi aku tinggalkan kalian pada apa yang telah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam….” Dan disebutkan oleh beliau (Muhibuddin Al-Khatib) beberapa hadits dalam masalah ini. (Lihat Ta’liq kitab Al-’Awashim Minal Qawashim, Ibnul Arabi, hal. 198-199). Tetapi setelah itu Al-Hasan menyerahkan ketaatannya kepada Mu’awiyah untuk mencegah pertumpahan darah di kalangan kaum muslimin.

Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab As-Shulh dari Imam Al-Hasan Al-Bashri, dia berkata: -Demi Allah- Al-Hasan bin Ali telah menghadap Mu’awiyah beserta beberapa kelompok pasukan berkuda ibarat gunung, maka berkatalah ‘Amr bin ‘Ash: “Sungguh aku berpendapat bahwa pasukan-pasukan tersebut tidak akan berpaling melainkan setelah membunuh pasukan yang sebanding dengannya”. Berkata kepadanya Mu’awiyah -dan dia demi Allah yang terbaik di antara dua orang-: “Wahai ‘Amr! Jika mereka saling membunuh, maka siapa yang akan memegang urusan manusia? Siapa yang akan menjaga wanita-wanita mereka? Dan siapa yang akan menguasai tanah mereka?” Maka ia mengutus kepadanya (Al-Hasan) dua orang utusan dari Quraisy dari Bani ‘Abdi Syams Abdullah bin Samurah dan Abdullah bin Amir bin Kuraiz, ia berkata: “Pergilah kalian berdua kepada orang tersebut! Bujuklah dan ucapkan kepadanya serta mintalah kepadanya (perdamaian -peny.)” Maka keduanya mendatanginya, berbicara dengannya dan memohon padanya…) kemudian di akhir hadits Al-Hasan bin Ali meriwayatkan dari Abi Bakrah bahwa dia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar dan Hasan bin Ali di sampingnya beliau sesaat menghadap kepada manusia dan sesaat melihat kepadanya seraya berkata:

) . الفتح مع البخارى رواه =ن? 9م9ي ل =م;س= ال م9ن? =ن9 ?ي =م?ت ع?ظ9ي =ن9 ?ي ?ت ف9ئ =ن? ?ي ب 9ه9 ب 9ح? ;ص=ل ي ?ن= أ الله? ?ع?ل7 و?ل dد~، ي س? ه?ذ?ا 9ى =ن اب 9ن7 إ/۷ )٢۷٠٤رقم ٦٤۷

Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid, semoga Allah akan mendamaikan dengannya antara dua kelompok besar dari kalangan kaum muslimin. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, juz V, hal. 647, hadits no. 2704)

Berkata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah: “….Al-Husein menyalahkan saudaranya Al-Hasan atas pendapat ini, tetapi beliau tidak mau menerimanya. Dan kebenaran ada pada Al-Hasan sebagaimana dalil yang akan datang….” (lihat Al-Bidayah wan Nihayah, juz VIII hal. 17). Yang dimaksud oleh beliau adalah dalil yang sudah kita sebutkan di atas yang diriwayatkan dari Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Itulah keutamaan Al-Hasan yang paling besar yang dipuji oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka bersatulah kaum muslimin hingga tahun tersebut terkenal dengan tahun jama’ah.

Yang mengherankan justru kaum Syi’ah Rafidlah menyesali kejadian ini dan menjuluki Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu sebagai ‘pencoreng wajah-wajah kaum mukminin’. Sebagian mereka menganggapnya fasik sedangkan sebagian lagi bahkan mengkafirkannya karena hal itu. Berkata Syaikh Muhibbudin Al-Khatib mengomentari ucapan Rafidlah ini sebagai berikut: “Padahal termasuk dari dasar-dasar keimanan Rafidlah -bahkan dasar keimanan yang paling utama- adalah keyakinan mereka bahwa Al-Hasan, ayah, saudara dan sembilan keturunannya adalah maksum. Dan dari kon-sekwensi kemaksuman mereka, bahwa mereka tidak akan berbuat kesalahan. Dan setiap apa yang bersumber dari mereka berarti hak yang tidak akan terbatalkan. Sedangkan apa yang bersumber dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang paling besar adalah pembai’atan terhadap amiril mukminin Mu’awiyah, maka mestinya mereka pun

Page 247: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

masuk dalam bai’at ini dan beriman bahwa ini adalah hak karena ini adalah amalan seorang yang maksum menurut mereka. (Lihat catatan kaki kitab Al-Awashim minal Qawashim hal. 197-198).

Tetapi kenyataannya mereka menyelisihi imam mereka sendiri yang maksum bahkan menyalahkannya, menfasikkannya, atau mengkafirkannya. Sehingga terdapat dua kemungkinan:

Pertama, mereka berdusta atas ucapan mereka tentang kemaksuman dua belas imam, maka hancurlah agama mereka (agama Itsna ‘Asyariyyah).

Kedua, mereka meyakini kemaksuman Al-Hasan, maka mereka adalah para pengkhianat yang menyelisihi imam yang maksum dengan permusuhan dan kesombongan serta kekufuran. Dan tidak ada kemungkinan yang ketiga.

Adapun Ahlus Sunnah yang beriman dengan kenabian “kakek Al-Hasan” shallallahu ‘alaihi wa sallam berpendapat bahwa perdamaian dan bai’at beliau kepada Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu bukti kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amal terbesar Al-Hasan serta mereka bergembira dengannya kemudian menganggap AlHasan yang memutihkan wajah kaum mukminin.

Demikianlah khilafah Mu’awiyah berlangsung dengan persatuan kaum muslimin karena Allah Subhanahu wa Ta ‘ala dengan sebab pengorbanan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu yang besar yang dia -demi Allah- lebih berhak terhadap khilafah daripada Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Arabi dan para ulama. Semoga Allah meridlai seluruh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada tahun ke 10 masa khilafah Mu’awiyah meninggallah Al-Hasan radhiyallahu `anhu pada umur 47 tahun. Dan ini yang dianggap shahih oleh Ibnu Katsir, sedangkan yang masyhur adalah 49 tahun. Wallahu A’lam bish-Shawab. Ketika beliau diperiksa oleh dokter, maka dia mengatakan bahwa Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu meninggal karena racun yang memutuskan ususnya. Namun tidak diketahui dalam sejarah siapa yang membunuhnya. Adapun ucapan Rafidlah yang menuduh pihak Mu’awiyah sebagai pembunuhnya sama sekali tidak dapat diterima sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi dengan ucapannya: “Kami mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin karena dua hal: pertama, bahwa dia (Mu’awiyah) sama sekali tidak mengkhawatirkan kejelekan apapun dari Al-Hasan karena beliau telah menyerahkan urusannya kepada Mu’awiyah. Yang kedua, hal ini adalah perkara ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, maka bagaimana mungkin menuduhkannya kepada salah seorang makhluk-Nya tanpa bukti pada zaman yang berjauhan yang kita tidak dapat mudah percaya dengan nukilan seorang penukil dari kalangan pengikut hawa nafsu (Syi’ ah). Dalam keadaan fitnah dan Ashabiyyah, setiap orang akan menuduh lawannya dengan tuduhan yang tidak semestinya, maka tidak mungkin diterima kecuali dari seorang yang bersih dan tidak didengar darinya kecuali keadilan.” (Lihat Al-Awashim minal Qawashim hal. 213-214)

Demikian pula dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah bahwa tuduhan Syi’ah tersebut tidak benar dan tidak didatangkan dengan bukti syar’i serta tidak pula ada persaksian yang dapat diterima dan tidak ada pula penukilan yang tegas tentangnya. (Lihat Minhajus Sunnah juz 2 hal. 225)

Semoga Allah merahmati Al-Hasan bin Ali dan meridlainya dan melipatgandakan pahala amal dan jasa-jasanya. Dan semoga Allah menerimanya sebagai syahid. Amiin.

Ali bin Al-Husein Zainal Abidin (Wafat 93 H)

Nama sebenarnya adalah Ali bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, neneknya adalah Fatimah az-zahra binti Rasulillah, terkadang ia disebut dengan Nama Abu Husein atau Abu Muhammad, sedangkan nama panggilannya adalah Zainal abidin dan As-Sajad, karena kebanyakan melakukan shalat dimalam hari dan di siang hari.

Perjalanan hidupnya.

Diriwayatkan bahwa Ia menerima beberapa orang tamu dari Irak, lalu membicarakan Abu Bakar, Umar dan Utsman tentang sesuatu yang buruk terhadapnya, dan ketika mereka selesai bicara, maka ia berkata,”Apakah kalian termasuk kaum muhajirin yang didalam Alquran surat al-Hasyr: 8 yang menegaskan ‘Mereka yang diusir dari kampung halaman dan dipaksa meninggalkan harta benda mereka, hanya karena mereka ingin memperoleh karunia Allah dan keridhaan-Nya?”’ Mereka menjawab, ”Bukan…!”

”Apakah kalian termasuk kaum Anshar yang dinyatakan dalam Alquran surat al-Hasyr 97: ‘Mereka yang tinggal di Madinah dan telah beriman kepada Allah sebelum kedatangan kaum Muhajirin. Mereka itu mencintai dan bersikap kasih sayang kepada orang-orang yang datang berhijrah kepada mereka, dan mereka tidak mempunyai pamrih apa pun dalam memberikan bantuan kepada kaum Muhajirin. Bahkan mereka lebih mengutamakan orang-orang yang hijrah daripada diri mereka sendiri, kendatipun mereka berada dalam kesusahan?”’ ”Bukan…!”

Kalau begitu berati kalian menolak untuk tidak termasuk ke dalam salah satu dari kedua golongan tersebut. Selanjutnya ia berkata” Aku bersaksi bahwa kalian bukanlah orang yang dimaksud dalam firman allah, “”Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah

Page 248: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (Qs. Al Hasyr:10). Maka keluarlah kalian dari rumahku, niscaya Allah murka kepada kalian”.

Ali bin al Husein Zainal ‘Abidin dianggap sebagai ulama yang paling masyur di Madinah dan pemimpin ulama tabi’in di sana. Hal ini keterangan yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, dan yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

Kurang lebih 30 tahun Zainal Abidin bergiat mengajar berbagai cabang ilmu agama Islam di Masjid Nabawi di Madinah. Sikap tidak berpihak pada kelompok mana pun tersebut mengundang simpati dari semua kelompok yang bertikai. Zainal Abidin disegani oleh segenap kaum Muslimin baik kawan maupun lawan.

Pada zamannya, Zainal Abidin diakui masyarakat Muslimin sebagai ulama puncak dan kharismatik. Ia sangat dihormati, disegani, dan diindahkan nasihat-nasihatnya. Kenyataan itu tidak hanya karena kedalaman ilmu pengetahuan agamanya, tidak pula karena satu-satunya pria keturunan Rasulullah, tetapi juga karena kemuliaan akhlak dan ketinggian budi pekertinya.

Salah seorang Putera ‘Amar bin Yasir meriwayatkan bahwa: pada suatu hari Ali bin Husein kedatangan suatu kaum, lalu beliau menyuruh pembantunya untuk membuatkan daging panggang, Kemudian pembantu itu dengan terburu buru sehingga besi untuk membakar daging terjatuh mengenai kepala anak Alin bin usein yang masih kecil sehingga anak tersebut meninggal. Maka Ali berkata kepada pembantunya,’ kamu kepanasan, sehingga besi itu jatuh’. Setelah itu beliau sendiri mempersiapkan untuk memakamkan anaknya.”. Menunjukan kesabaran dan kepasrahan beliau, dimana seorang pembantu telah menyebabkan kematian anaknya. sehingga ia membalas kejelekan dengan suatu kebaikan.

Sebuah keterangan yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Abdul Malik ketika ia sedang menunaikan ibadah haji sebelum diangkat menjadi Khalifah, ia berusaha untuk mencium hajar aswad tetapi ia tidak mampu melakukannya, kemudian datang Ali bin Husein hendak mencium hajar aswad juga sehingga orang orang disekitarnya menyingkir dan berhenti lalu beliau menciumnya. Kemudian orang orang bertanya kepada Hisyam siapa orang itu?, dia menjawab aku tidak mengenalnya. Maka seseorang berkata” Aku mengenalnya, dia adalah Ali bin al Husein.

Para ulama sepakat bahwa Ali bin al Husein ini anak paling kecil dari Husein yang selamat, sedangkan kakak kakaknya dan kedua orang tuanya terbunuh sebagai syuhada. Zainal Abidin kecil selamat dari pembunuhan keluarga Rasulullah, ketika itu ia sedang terlentang diatas tempat tidur karena sakit, sehingga keadaanya luput dari pembunuhan, saat itu usianya 23 tahun. Allah melindungi dan menyelamatkannya.

Ia wafat pada tahun 74 H di Madinah dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Baqi. Riwayat lain dikatakan ia wafat pada tahun 93 H dalam usia 57 tahun.

Diringkas dari Biografi Ali bin Husein dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah

Ummi Kultsum binti Ali bin Abu Thalib (wafat.75H)

Namanya adalah Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan anak, memiliki kedudukan yang tinggi dan posisi yang luhur di sisi Rasulullah. Beliau juga putri khalifah Rasyidin yang keempat. Kakeknya adalah penghulu anak Adam. Ibu beliau adalah ratu wanita ahli jannah, Fathimah binti Rasulullah, sedangkan kedua saudaranya adalah pemimpin pemuda ahli jannah dan penghibur hati Rasulullah.

Dalam lingkungan yang mulia seperti inilah pada zaman Rasulullah Ummu Kultsum dilahirkan, tumbuh berkembang dan terdidik. Beliau adalah teladan bagi para gadis muslimah yang tumbuh di atas dien, keutamaan dan rasa malu.

Amirul Mukminin Umar bin Khathab al-Faruq , Khalifah Rasyidin yang kedua mendatangi ayahnya untuk meminang beliau. Akan tetapi, mulanya Imam Ali bin Abi Thalib meminta ditunda, karena Ummu Kultsum masih kecil. Umar berkata: “Nikahkanlah aku dengannya wahai Abu Hasan, karena aku telah memperhatikan kemuliannya, yang tidak aku dapatkan pada orang lain.” Maka Ali meridhainya dan menikahkan Umar dengan putrinya pada bulan Dzulqa’dah tahun 17 Hijriyah, dan hidup bersama hingga terbunuhnya Umar. Dari pernikahannya mendapatkan dua anak, yaitu Zaid bin Umar al-Akbar dan Ruqayyah binti Umar.

Yang mengesankan pada Ummu Kultsum, istri dari Amirul Mukminin, bahwa suatu ketika Umar keluar pada malam hari seperti biasanya untuk mengawasi rakyatnya (inilah keadaan setiap pemimpin yang bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya dalam naungan daulah Islamiyah ). Beliau melewati suatu desa di Madinah, tiba-tiba beliau mendengar suara rintihan wanita yang bersumber dari sebuah gubug, di depan pintu ada seorang laki-laki yang sedang duduk. Umar mengucapkan salam kepadanya dan bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi. Laki-laki tersebut berkata bahwa dia adalah seorang Badui yang ingin mendapatkan kemurahan hati Amirul Mukminin. Umar bertanya tentang wanita di dalam gubug yang beliau dengar rintihannya. Laki-laki tersebut tidak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah Amirul Mukminin, maka dia menjawab, “Pergilah anda dan semoga Allah merahmati

Page 249: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

anda sehingga mendapatkan yang anda cari, dan janganlah anda bertanya tentang sesuatu yang tak ada gunanya bagi anda.”

Umar kembali mengulang-ulang pertanyaannya agar dia dapat membantu kesulitannya jika mungkin. Laki-laki tersebut menjawab, “Dia adalah istriku yang hendak melahirkan dan tak ada seorang pun yang dapat membantunya.” Umar bertolak meninggalkan laki-laki tersebut dan kembali ke rumah dengan segera. Beliau masuk menemui istrinya, yakni Ummu Kaltsum dan berkata,” Apakah kamu ingin mendapat pahala yang Allah akan limpahkan kepadamu?” Beliau menjawab dengan keadan yang penuh antusias dan berbahagia dengan kabar gembira tersebut yang mana beliau merasa mendapatkan kehormatan karenanya, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut Wahai Umar?” Maka Umar memberitahukan kejadian yang baru mereka temui, kemudian Ummu Kultsum segera bangkit dan dan mengambil peralatan untuk melahirkan dan kebutuhan bagi bayi, sedangkan Amirul Mukminin membawa kuali yang di dalamnya ada mentega dan makanan. Beliau berangkat bersama istrinya hingga sampai ke gubug tersebut.

Ummu Kultsum masuk ke dalam gubug dan membantu ibu yang hendak melahirkan dan beliau bekerja dengan semangat seorang bidan. Sementara itu, Amirul Mukminin duduk-duduk bersama laki-laki tersebut di luar sambil memasak yang beliau bawa. Tatkala istri laki-laki tersebut melahirkan anaknya, Ummu Kultsum secara spontan berteriak dari dalam rumah, “Beritakan kabar gembira kepada temanmu wahai Amirul Mukminin, bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki. Hal itu membuat orang badui tersebut terperanjat. Karena ternyata orang di sampingnya yang sedang memasak dan meniup api adalah Amirul Mukminin.

Begitu pula wanita yang melahirkan tersebut terperanjat, karena yang menjadi bidan baginya di gubug tersebut ternyata adalah istri dari Amirul Mukminin. Takjub pula orang-orang yang hadir menyaksikan realita yang berada dalam naungan Islam tersebut ketika seorang kepala negara dan istrinya membantu seorang laki-laki dan istrinya dari Badui.

Setelah berselang beberapa waktu lamanya, tangan yang berdosa dan dengki dengan Islam membunuh Umar bin Khatthab, sehingga Ummu Kultsum menjadi seorang janda.

Tatkala Ummu Kultsum wafat, Ibnu Umar menyalatkannya dan begitu pula putranya, Zaid, yang berdiri di sampingnya dan mereka berdua takbir empat kali.

Sumber: kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi

Ad Daraquthny (Wafat 385 H)

Nama sebenarnya adalah Ali bin Umar bin Ahmad bin Maddy, seorang hafidh besar dan seorang amirul mukminin fii hadits.

Beliau banyak mendengar hadits dan banyak mengarang kitab dalam bidang hadits, beliau terkenal sebagai imam di masanya dalam jarah dan ta’dil, ia mempunya sebuah kitab yang bernama Al-Ilzamat yang merupakan kitab al-Istidrak bagi Shahih al-Bukhary dan Shahih Muslim.

Juga ia mempunya kitab yang bernama as Sunan yang telah dicetak bersama sama Ta’liqat, juga ia mempunyai kitab bernama al-‘Illal.

Abu Jauzy berkata,” Adh Daraquthny menguasai ilmu hadits, Qiraat, Nahwoo, Fiqh dan Siar, dan beliau orang yang Tsiqah”.

Ia wafat pada tahun 385 H

Ath-Thabarany (wafat 360 H)

Nama sebenarnya adalah Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrany, ia seorang hafidh yang terkenal di abad ke empat Hijriah, Ia menyusun 3 buah Mu’jam yaitu al Kabier, ash Shagier dan al Ausath.

Didalam al Kabier dikumpulkan musnad musnad sahabat, diterbitkan menurut haraf mu’jam, selain dari pada musnad Abu Hurirah yang disusun dalam sebuah kitab, menurut riwayat didalam al Kabier ditulis 520.000 hadits dan apabila dikatakan al Mu’jam, maka yang dimaksud adalah al Kabier.

Al-Ausath disusun berdasarkan nama guru gurunya dan didalam al Ausath terdapat 320.000 hadits. Menurut perkataan adz Dzahaby didalamnya terdapat hadits shahih dan hadits mungkar.

Page 250: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sedangkan kitab Ash Shagier terdiri dari satu jilid, didalamnya ditulis hadits yang diterima dari gurunya, isinya sebanyak 15.000 hadits.

Ia wafat pada tahun 360 H

Disalin dari riwayat ath Thabarany dalam Tahdzib at Tahdzib karya Ibnu Hajar asqalani 2:290

Al Hakim an-Naisabur (Wafat H)

Namanya adalah Abu Abdillah an-Naisabury yang terkenal dengan nama Ibnul Baiyyi, pengarang kitab al-Mustadrak.

Ia mempunyai banyak kitab dalam ilmu hadits diantranya adalah: al-Ilal wa Amali, Ma’rifatu Ulumil Hadits dan lain lainnya. Menurut riwayat kitabnya lebih kurang 1.500 juz.

Ia pernah melakukan perjalanan ke Iraq dan Hijaz, beliau mengadakan Mudzakarah dengan ulama ulama hadits dan Munadharah dengan penghapal penghapal hadits.

Al Hakim menjabat sebagai Qadli di Naisabur pada tahun 359 H.

Ia wafat pada tahun 405 H

Disalin dari riwayat al-Hakim dari Tarikh Ibnu Katsir 11/35, Miftahus Sunnah

Imam Al Baihaqi (wafat 458 H)

Nama lengkapnya adalah Imam Al-Hafith Al-Mutaqin Abu Bakr Ahmed ibn Al-Hussein ibn Ali ibn Musa Al Khusrujardi Al-Baihaqi, adalah seorang ulama besar dari Khurasan (desa kecil di pinggiran kota Baihaq) dan penulis banyak buku terkenal.

Masa pendidikannya dijalani bersama sejumlah ulama terkenal dari berbagai negara, di antaranya Iman Abul Hassan Muhammed ibn Al-Hussein Al Alawi, Abu Tahir Al-Ziyadi, Abu Abdullah Al-Hakim, penulis kitab “Al Mustadrik of Sahih Muslim and Sahih Al-Bukhari”, Abu Abdur-Rahman Al-Sulami, Abu Bakr ibn Furik, Abu Ali Al-Ruthabari of Khusran, Halal ibn Muhammed Al-Hafaar, dan Ibn Busran.

Para ulama itu tinggal di berbagai tempat terpencar. Oleh karenanya, Imam Baihaqi harus menempuh jarak cukup jauh dan menghabiskan banyak waktu untuk bisa bermajelis dengan mereka. Namun, semua itu dijalani dengan senang hati, demi memuaskan dahaga batinnya terhadap ilmu Islam.

As-Sabki menyatakan: “Imam Baihaqi merupakan satu di antara sekian banyak imam terkemuka dan memberi petunjuk bagi umat Muslim. Dialah pula yang sering kita sebut sebagai ‘Tali Allah’ dan memiliki pengetahuan luas mengenai ilmu agama, fikih serta penghapal hadits.”

Abdul-Ghaffar Al-Farsi Al-Naisabouri dalam bukunya “Thail Tareekh Naisabouri”: Abu Bakr Al-Baihaqi Al Hafith, Al Usuli Din, menghabiskan waktunya untuk mempelajari beragam ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya. Dia belajar ilmu aqidah dan bepergian ke Irak serta Hijaz (Arab Saudi) kemudian banyak menulis buku.

Imam Baihaqi juga mengumpulkan Hadits-hadits dari beragam sumber terpercaya. Pemimpin Islam memintanya pindah dari Nihiya ke Naisabor untuk tujuan mendengarkan penjelasannya langsung dan mengadakan bedah buku. Maka di tahun 441, para pemimpin Islam itu membentuk sebuah majelis guna mendengarkan penjelasan mengenai buku ‘Al Ma’rifa’. Banyak imam terkemuka turut hadir.

Imam Baihaqi hidup ketika kekacauan sedang marak di berbagai negeri Islam. Saat itu kaum Muslim terpecah-belah berdasarkan politik, fikih, dan pemikiran. Antara kelompok yang satu dengan yang lain berusaha saling menyalahkan dan menjatuhkan, sehingga mempermudah musuh dari luar, yakni bangsa Romawi, untuk menceraiberaikan mereka.

Dalam masa krisis ini, Imam Baihaqi hadir sebagai pribadi yang berkomitmen terhadap ajaran agama. Dia memberikan teladan bagaimana seharusnya menerjemahkan ajaran Islam dalam perilaku keseharian.

Sementara itu, dalam Wafiyatul A’yam, Ibnu Khalkan menulis, “Dia hidup zuhud, banyak beribadah, wara’, dan mencontoh para salafus shalih.”

Beliau terkenal sebagai seorang yang memiliki kecintaan besar terhadap hadits dan fikih. Dari situlah kemudian Imam Baihaqi populer sebagai pakar ilmu hadits dan fikih.

Page 251: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Setelah sekian lama menuntut ilmu kepada para ulama senior di berbagai negeri Islam, Imam Baihaqi kembali lagi ke tempat asalnya, kota Baihaq. Di sana, dia mulai menyebarkan berbagai ilmu yang telah didapatnya selama mengembara ke berbagai negeri Islam. Ia mulai banyak mengajar.

Selain mengajar, dia juga aktif menulis buku. Dia termasuk dalam deretan para penulis buku yang produktif. Diperkirakan, buku-buku tulisannya mencapai seribu jilid. Tema yang dikajinya sangat beragam, mulai dari akidah, hadits, fikih, hingga tarikh. Banyak ulama yang hadir lebih kemudian, yang mengapresiasi karya-karyanya itu. Hal itu lantaran pembahasannya yang demikian luas dan mendalam.

Meski dipandang sebagai ahli hadits, namun banyak kalangan menilai Baihaqi tidak cukup mengenal karya-karya hadits dari Tarmizi, Nasa’i, dan Ibn Majah. Dia juga tidak pernah berjumpa dengan buku hadits atau Masnad Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali). Dia menggunakan Mustadrak al-Hakim karya Imam al-Hakim secara bebas.

Menurut ad-Dahabi, seorang ulama hadits, kajian Baihaqi dalam hadits tidak begitu besar, namun beliau mahir meriwayatkan hadits karena benar-benar mengetahui sub-sub bagian hadits dan para tokohnya yang telah muncul dalam isnad-isnad (sandaran : rangkaian perawi hadits).

Di antara larya-karya Baihaqi, Kitab as-Sunnan al-Kubra yang terbit di Hyderabat, India, 10 jilid tahun 1344-1355, menjadi karya paling terkenal. Buku ini pernah mendapat penghargaan tertinggi.

Dari pernyataan as-Subki, ahli fikih, usul fikih serta hadits, tidak ada yang lebih baik dari kitab ini, baik dalam penyesuaian susunannya maupun mutunya.

Dalam karya tersebut ada catatan-catatan yang selalu ditambahkan mengenai nilai-nilai atau hal lainnya, seperti hadits-hadits dan para ahli hadits. Selain itu, setiap jilid cetakan Hyderabat itu memuat indeks yang berharga mengenai tokoh-tokoh dari tiga generasi pertama ahli-ahli hadits yang dijumpai dengan disertai petunjuk periwayatannya.

Itulah di antara sumbangsih dan peninggalan berharga dari Imam Baihaqi. Dia mewariskan ilmu-ilmunya untuk ditanamkan di dada para muridnya. Di samping telah pula mengabadikannya ke dalam berbagai bentuk karya tulis yang hingga sekarang pun tidak usai-usai juga dikaji orang.

Imam terkemuka ini meninggal dunia di Nisabur, Iran, tanggal 10 Jumadilawal 458 H (9 April 1066). Dia lantas dibawa ke tanah kelahirannya dan dimakamkan di sana. Penduduk kota Baihaq berpendapat, bahwa kota merekalah yang lebih patut sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang pecinta hadits dan fikih, seperti Imam Baihaqi.

Sejumlah buku penting lain telah menjadi peninggalannya yang tidak ternilai. Antara lain buku “As-Sunnan Al Kubra”, “Sheub Al Iman”, “Tha La’il An Nabuwwa”, “Al Asma wa As Sifat”, dan “Ma’rifat As Sunnan cal Al Athaar”.

Ibnu Majah (wafat 273 H)

Nama sebenarnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.

Ia melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menulis hadits, anatara lain Ray, Basrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir dan Hijaz.

Ia menerima hadit dari guru gurunya antara lain Ibn Syaibah, Sahabatnya Malik dan al-Laits. Abu Ya’la berkata,” Ibnu Majah seorang ahli ilmu hadits dan mempunyai banyak kitab”.

Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh as-Suyuthi.

Ibnu Katsir berkata,” Ibnu Majah pengarang kitab Sunan, susunannya itu menunjukan keluasan ilmunya dalam bidang Usul dan furu’, kitabnya mengandung 30 Kitab; 150 bab, 4.000 hadits, semuanya baik kecuali sedikit saja”.

Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting.

Page 252: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ia wafat pada tahun 273 H

Imam Abu Dawud

Beliau lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan beliau terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah. Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna hadist dalam berbagai sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi selanjutnya guna memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Abu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab beliau Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Selanjutnya upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah syubhat.

Beliau menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum diantara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

“Keutamaan seorang ulama atas seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas semua bintang.” HR. Abu Dawud (3641)

Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan bahwa Ulama adalah pewaris para nabi (HR. Attimidzi (2682)). Pewaris dalam konteks penyeru dan penyebar perintah atau syariat agama yang lurus (shahih) kepada umat manusia seluruhnya. Tugas menyeru yang galib itu pun tidak terbatas pada orang-orang tertentu, kelompok-kelompok tertentu, atau kalangan dan suku tertentu, melainkan berlaku bagi siapapun yang beriman kepada Allah SWT. Bahkan kepada orang-orang kafir sekalipun sesuai dengan kemampuannya.

Ulama adalah orang yang paham agama, baik secara teori maupun dalam implementasi. Mereka tahu syariat dan mengamalkannya. Mereka menyeru, mengajak dan mencontohkannya. Dibalik tugas yang mulia itu, para ulama memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat karena secara mutlak ia berkewajiban menjadi teladan dalam tugas keummatannya tersebut. Oleh karenanya, bila defenisi ini tidak dipahami dengan baik oleh orang yang ingin menjadi seorang ulama, hanya “tahu agama” tanpa pernah sampai pada “pengamalan agama”, niscaya tunggulah keburukan dampaknya.

Page 253: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Lebih jauh lagi, sekadar “tahu” dan “diamalkan” juga perlu ditindaklanjuti. ‘Tahu’ ilmunya saja tidak dapat menjadi syarat menjadi ulama. Demikian pula’diamalkan’ tidak dapat pula menjadi tolok ukur. ‘Tahu’ harus dengan ilmu yang benar dan tidak disimpangkan. Sedangkan ‘pengamalannya’ itu juga harus dengan ilmu yang benar, sumber yang shahih; bersumber dari al-Qur’an dan Assunnah yang tidak diragukan kebenarannya.

Sederhananya, menjadi ulama itu merupakan tugas yang suci dan mulia sehingga siapapun yang dipilih menjadi ulama harus lurus dan suci secara akidah dan tauhid, lahir dan bathin. Ulama itu bukan hanya tahu perintah dan memerintah, atau tahu larangan dan melarang, tetapi lebih jauh sebagai teladan dalam hal keduanya, yakni tahu perintah dan mengamalkannya dan tahu larangan dan menjauhinya.

Pakaian bagus bercirikan ustadz atau kiyai, tahu baca kitab gundul, fasih berbahasa Arab, atau lulusan sebuah pesantren dan ma’had, belum bisa disebut ulama bila pemahamannya ternodai oleh bid’ah dan kurafat. Yang lebih memprihatinkan, sebahagian orang yang dianggap ulama dengan gelar segala macam, terasuki oleh paham liberal, kapital, atau semacamnya.

Segala sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat tidak dapat menjadi landasan dalam berpikir, berperilaku, dan bertingkah laku sebab yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. Kecuali hal-hal tersebut memiliki landasan yang kuat, atau sumber yang jelas dan shahih. Sebaliknya juga berlaku, yang buruk belum tentu buruk menurut Allah sekalipun semua manusia menganggapnya buruk. Jadi, untuk mendalami keduanya harus dengan ilmu yang benar, dengan cara-cara yang benar.

Muslim sejati pedomannya jelas, Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan ahlul bait, tadzkirah, dan selainnya. Rasulullah pun pernah mempertegas ketika menasihati ummatnya (ketika itu di hadapan para sahabatnya) untuk berpegang teguh pada keduanya sekalipun banyak orang yang mencibir dan mencaci-maki. Kebenaran itu tidak selalu banyak pengikutnya. Jadi, bila seseorang telah memahami Islam dengan benar dan kokoh, ia tidak serta merta mundur menjadi futur hanya karena orang yang mendukungnya atau orang yang sepaham dengannya sedikit. Yang sedikit belum tentu sesat dan yang yang terasing dari orang kebanyakan belum tentu menyimpang.

Di sinilah peran ulama. Ulama bertugas untuk mengajak umat manusia kepada agama Allah SWT, dan memberikan pengetahuan kepada mereka tentangnya -tanpa sedikitpun menyembunyikan ilmunya sebagaimana banyaknya fenomenya orang yang menyembunyikan ilmunya karena takut disaingi oleh orang yang diseru-, serta menebar kebaikan yang “dibawa” oleh Nabi SAW. Dengan demikian, para ulama menempati kedudukan nabi di tengah umat karena mereka adalah pewaris yang mewarisi nabi. Ulama di tengah umat tidak ubahnya seperti nabi di tengah Bani Israil.

“Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari manusia, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan ulama. Hingga bila tidak tersisa lagi seorang ulama pun, maka manusia akan mengambil para pemimpin jahil, lalu mereka ditanya, maka mereka memberi fatwa dengan tanpa dasar ilmu, sehingga mereka sesat lagi menyesatkan.” HR. Al-Bukhari (100)

Konsekuensi yang paling umum bagi para ulama yang lurus adalah sedikitnya pengikut dan caci maki orang-orang yang tidak berilmu.

Kewajiban Ulama

Kewajiban ulama yang pertama dan utama adalah memperbaiki diri, keluarga dan anak-anaknya. Setelah keluarga, barulah kepada masyarakat umum. “Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44). Pada ayat yang lain. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Assyu’ara: 214)

Ulama saat ini sangat dibutuhkan oleh umat karena kejahilan telah merebak, kemaksiatan mengepung dari segala penjuru, bid’ah, kurafat, hingga penyimpangan akidah dan tauhid tak pernah lekang dari kehidupan manusia. Ulama yang dibutuhkan oleh umat adalah ulama yang shalih bukan

Page 254: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

ulama yang su’ atau ulama jahat/ buruk yang tega dan rela menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit.

Menjadi ulama memang tidak bisa sekali jadi. Melihat orang yang rajin beribadah, tidak bisa dicap langsung sebagai ustadz. Atau melihat seorang pembesar di bidang agama dengan gelar yang panjang, lulusan luar negeri, apalagi bila memiliki banyak simpatisan dan pengikut, juga tidak bisa dijadikan ukuran ‘dia’ adalah ulama. Ini harga mati karena tolok ukur ulama adalah keshalihan. Sejauh mana mereka memahami tentang Islam, hukum-hukum/ syariat, dan ajarannya serta bagaimana ia mengamalkannya dalam segala bentuk kehidupannya. Keluasan ilmu, perangai yang santun, keteladanan yang benar, dan yang utama adalah pedoman yang jelas (Al-Qur’an dan As-sunnah) tanpa reserve, tekanan, atau taklid kepada siapapun.

Dengan landasan yang kokoh itu, tidak diragukan lagi bahwa kewajiban ulama di tengah umat ini sangat besar. Allah tidak menganugerahkan ilmu kepada mereka agar merasa lebih tinggi dari yang lain, atau merasa lebih mulia dan lebih saleh dari yang lain. Ilmu sebagai anugerah dari Allah SWT tidak mereka simpan dalam dada dan menyembunyikannya, melainkan semua itu mereka bagi, mereka sebar kepada umat secara umum agar umat juga merasakan kenikmatan atas kedekatan kepada Allah dengan mengamalkan perintah-Nya.

Yang Perlu Dibenahi

Sangat disayangkan, di akhir zaman ini, ketika badai fitnah merebak dan huru hara akhir zaman semakin banyak tampak di muka bumi, sebahagian orang justru mengangkat ulama tanpa mengetahui dengan baik apakah ilmu yang mereka miliki dan ajarkan itu benar dan lurus. Akibatnya, karena hanya mengambil model dan landasan ‘semua orang suka, senang dan nrimo, hingga banyak orang mengidolakannya’, seseorang yang picik ilmu pun tampil dengan gaya ulama. Mirisnya, paham-paham liberal merebak luas, perintah agama dipersepsikan sesuai logika, dan pengamalan syariat ‘dimudah-mudahkan’ atas hukum “yang penting bermerek agama” dan bukan atas perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an atau teladan dari Rasulullah SAW (baca; Assunnah).

Atas dasar itulah sehingga perlu dipahami bahwa belajar agama itu tidak bisa secara instan. Tidak bisa berpedoman pada argumentasi banyak orang ‘assalak bajik”, atau sesuai dengan hati masing-masing. Semua syariat harus jelas pijakannya.

Oleh karena itu, mari kita belajar bersungguh-sungguh kepada para ulama yang benar ilmunya, jelas pedomannya, yang memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Assunnah. Ulama adalah pewaris para nabi. Memang tidak mudah menjadi ulama tetapi menjadi ulama adalah pekerjaan yang paling mulia dari segala bentuk pekerjaan di muka bumi ini. Mari jauhi bertaklid buta atau mengikuti amalan seseorang yang tidak jelas sumbernya. Cukuplah Allah sebagai tujuan.

== Imam al-Nasa’i (215-303 H)

Nama lengkap Imam al-Nasa’i adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam kajian hadis, yakni al-Mujtaba’ yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan al-Nasa’i.

Pengembaraan intelektual

Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa’. Beliau berhasil menghafal al-Qur’an di Madrasah yang ada di desa kelahirannya. Beliau juga banyak menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Saat remaja, seiring dengan peningkatan kapasitas intelektualnya, beliaupun mulai gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk guna memburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin hadis dan ilmu Hadis.

Belum genap usia 15 tahun, beliau sudah melakukan mengembar ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Iraq, Syam, Khurasan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh dikalangan para Imam Hadis. Semua imam hadis, terutama enam imam hadis, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan perlawatan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan ciri khas ulama-ulama hadis, termasuk Imam al-Nasa’i.

Page 255: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kemampuan intelektual Imam al-Nasa’i menjadi kian matang dan berisi dalam masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena justru di daerah inilah, beliau mengalami proses pembentukan intelektual, sementara masa pengembaraannya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.

Guru dan murid

Seperti para pendahulunya: Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam al-Tirmidzi, Imam al-Nasa’i juga tercatat mempunyai banyak pengajar dan murid. Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah antara lain; Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami’/Sunan al-Tirmidzi).

Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramah beliau, antara lain; Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr al-Dalaby, dan Abu Bakrbin Ahmad al-Sunni. Nama yang disebut terakhir, disamping sebagai murid juga tercatat sebagai “penyambung lidah” Imam al-Nasa’i dalam meriwayatkan kitab Sunan al-Nasa’i.

Sudah mafhum dikalangan peminat kajian hadis dan ilmu hadis, para imam hadis merupakan sosok yang memiliki ketekunan dan keuletan yang patut diteladani. Dalam masa ketekunannya inilah, para imam hadis kerap kali menghasilkan karya tulis yang tak terhingga nilainya.

Tidak ketinggalan pula Imam al-Nasa’i. Karangan-karangan beliau yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i.

Kitab al-Mujtaba

Sekarang, karangan Imam al-Nasa’i paling monumental adalah Sunan al-Nasa’i. Sebenarnya, bila ditelusuri secara seksama, terlihat bahwa penamaan karya monumental beliau sehingga menjadi Sunan al-Nasa’i sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui proses panjang, dari al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra, al-Mujtaba, dan terakhir terkenal dengan sebutan Sunan al-Nasa’i.

Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan al-Nasa’i, kitab ini dikenal dengan al-Sunan al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, beliau kemudian menghadiahkan kitab ini kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah) sebagai tanda penghormatan. Amir kemudian bertanya kepada al-Nasa’i, “Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadis shahih?” Beliau menjawab dengan kejujuran, “Ada yang shahih, hasan, dan adapula yang hampir serupa dengannya”.

Kemudian Amir berkata kembali, “Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadis yang shahih-shahih saja”. Atas permintaan Amir ini, beliau kemudian menyeleksi dengan ketat semua hadis yang telah tertuang dalam kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya beliau berhasil melakukan perampingan terhadap al-Sunan al-Kubra, sehingga menjadi al-Sunan al-Sughra. Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab yang pertama.

Imam al-Nasa’i sangat teliti dalam menyeleksi hadis-hadis yang termuat dalam kitab pertama. Oleh karenanya, banyak ulama berkomentar “Kedudukan kitab al-Sunan al-Sughra dibawah derajat Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit sekali hadis dhaif yang terdapat di dalamnya”. Nah, karena hadis-hadis yang termuat di dalam kitab kedua (al-Sunan al-Sughra) merupakan hadis-hadis pilihan yang telah diseleksi dengan super ketat, maka kitab ini juga dinamakan al-Mujtaba. Pengertian al-Mujtaba bersinonim dengan al-Maukhtar (yang terpilih), karena memang kitab ini berisi hadis-hadis pilihan, hadis-hadis hasil seleksi dari kitab al-Sunan al-Kubra.

Disamping al-Mujtaba, dalam salah satu riwayat, kitab ini juga dinamakan dengan al-Mujtana. Pada masanya, kitab ini terkenal dengan sebutan al-Mujtaba, sehingga nama al-Sunan al-Sughra seperti tenggelam ditelan keharuman nama al-Mujtaba. Dari al-Mujtaba inilah kemudian kitab ini kondang dengan sebutan Sunan al-Nasa’i, sebagaimana kita kenal sekarang. Dan nampaknya untuk selanjutnya, kitab ini tidak akan mengalami perubahan nama seperti yang terjadi sebelumnya.

Kritik Ibn al-Jauzy

Kita perlu menilai jawaban Imam al-Nasa’i terhadap pertanyaan Amir Ramlah secara kritis, dimana beliau mengatakan dengan sejujurnya bahwa hadis-hadis yang tertuang dalam kitabnya tidak semuanya shahih, tapi adapula yang hasan, dan ada pula yang menyerupainya. Beliau tidak mengatakan bahwa didalamnya terdapat hadis dhaif (lemah) atau maudhu (palsu). Ini artinya beliau tidak pernah memasukkan sebuah hadispun yang dinilai sebagai hadis dhaif atau maudhu’, minimal menurut pandangan beliau.

Page 256: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Apabila setelah hadis-hadis yang ada di dalam kitab pertama diseleksi dengan teliti, sesuai permintaan Amir Ramlah supaya beliau hanya menuliskan hadis yang berkualitas shahih semata. Dari sini bisa diambil kesimpulan, apabila hadis hasan saja tidak dimasukkan kedalam kitabnya, hadis yang berkualitas dhaif dan maudhu’ tentu lebih tidak berhak untuk disandingkan dengan hadis-hadis shahih.

Namun demikian, Ibn al-Jauzy pengarang kitab al Maudhuat (hadis-hadis palsu), mengatakan bahwa hadis-hadis yang ada di dalam kitab al-Sunan al-Sughra tidak semuanya berkualitas shahih, namun ada yang maudhu’ (palsu). Ibn al-Jauzy menemukan sepuluh hadis maudhu’ di dalamnya, sehingga memunculkan kritik tajam terhadap kredibilitas al-Sunan al-Sughra. Seperti yang telah disinggung dimuka, hadis itu semua shahih menurut Imam al-Nasa’i. Adapun orang belakangan menilai hadis tersebut ada yang maudhu’, itu merupakan pandangan subyektivitas penilai. Dan masing-masing orang mempunyai kaidah-kaidah mandiri dalam menilai kualitas sebuah hadis. Demikian pula kaidah yang ditawarkan Imam al-Nasa’i dalam menilai keshahihan sebuah hadis, nampaknya berbeda dengan kaidah yang diterapkan oleh Ibn al-Jauzy. Sehingga dari sini akan memunculkan pandangan yang berbeda, dan itu sesuatu yang wajar terjadi. Sudut pandang yang berbeda akan menimbulkan kesimpulan yang berbeda pula.

Kritikan pedas Ibn al-Jauzy terhadap keautentikan karya monumental Imam al-Nasa’i ini, nampaknya mendapatkan bantahan yang cukup keras pula dari pakar hadis abad ke-9, yakni Imam Jalal al-Din al-Suyuti, dalam Sunan al-Nasa’i, memang terdapat hadis yang shahih, hasan, dan dhaif. Hanya saja jumlahnya relatif sedikit. Imam al-Suyuti tidak sampai menghasilkan kesimpulan bahwa ada hadis maudhu’ yang termuat dalam Sunan al-Nasa’i, sebagaimana kesimpulan yang dimunculkan oleh Imam Ibn al-Jauzy. Adapun pendapat ulama yang mengatakan bahwah hadis yang ada di dalam kitab Sunan al-Nasa’i semuanya berkualitas shahih, ini merupakan pandangan yang menurut Muhammad Abu Syahbah_tidak didukung oleh penelitian mendalam dan jeli. Kecuali maksud pernyataan itu bahwa mayoritas (sebagian besar) isi kitab Sunan al-Nasa’i berkualitas shahih.

Komentar Ulama

Imam al-Nasa’i merupakan figur yang cermat dan teliti dalam meneliti dan menyeleksi para periwayat hadis. Beliau juga telah menetapkan syarat-syarat tertentu dalam proses penyeleksian hadis-hadis yang diterimanya. Abu Ali al-Naisapuri pernah mengatakan, “Orang yang meriwayatkan hadis kepada kami adalah seorang imam hadis yang telah diakui oleh para ulama, ia bernama Abu Abd al Rahman al-Nasa’i.”

Lebih jauh lagi Imam al-Naisapuri mengatakan, “Syarat-syarat yang ditetapkan al-Nasa’i dalam menilai para periwayat hadis lebih ketat dan keras ketimbang syarat-syarat yang digunakan Muslim bin al-Hajjaj.” Ini merupakan komentar subyektif Imam al-Naisapuri terhadap pribadi al-Nasa’i yang berbeda dengan komentar ulama pada umumnya. Ulama pada umumnya lebih mengunggulkan keketatan penilaian Imam Muslim bin al-Hajjaj ketimbang al-Nasa’i. Bahkan komentar mayoritas ulama ini pulalah yang memposisikan Imam Muslim sebagai pakar hadis nomer dua, sesudah al-Bukhari.

Namun demikian, bukan berarti mayoritas ulama merendahkan kredibilitas Imam al-Nasa’i. Imam al-Nasa’i tidak hanya ahli dalam bidang hadis dan ilmu hadis, namun juga mumpuni dalam bidang figh. Al-Daruquthni pernah mengatakan, beliau adalah salah seorang Syaikh di Mesir yang paling ahli dalam bidang figh pada masanya dan paling mengetahui tentang Hadis dan para rawi. Al-Hakim Abu Abdullah berkata, “Pendapat-pendapat Abu Abd al-Rahman mengenai fiqh yang diambil dari hadis terlampau banyak untuk dapat kita kemukakan seluruhnya. Siapa yang menelaah dan mengkaji kitab Sunan al-Nasa’i, ia akan terpesona dengan keindahan dan kebagusan kata-katanya.”

Tidak ditemukan riwayat yang jelas tentang afiliansi pandangan fiqh beliau, kecuali komentar singkat Imam Madzhab Syafi’i. Pandangan Ibn al-Atsir ini dapat dimengerti dan difahami, karena memang Imam al-Nasa’i lama bermukim di Mesir, bahkan merasa cocok tinggal di sana. Beliau baru berhijrah dari Mesir ke Damsyik setahun menjelang kewafatannya.

Karena Imam al-Nasa’i cukup lama tinggal di Mesir, sementara Imam al-Syafi’i juga lama menyebarkan pandangan-pandangan fiqhnya di Mesir (setelah kepindahannya dari Bagdad), maka walaupun antara keduanya tidak pernah bertemu, karena al-Nasa’i baru lahir sebelas tahun setelah kewafatan Imam al-Syafi’i, tidak menutup kemungkinan banyak pandangan-pandangan fiqh Madzhab Syafi’i yang beliau serap melalui murid-murid Imam al-Syafi’i yang tinggal di Mesir. Pandangan fiqh Imam al-Syafi’i lebih tersebar di Mesir ketimbang di Baghdad. Hal ini lebih membuka peluang bagi Imam al-Nasa’i untuk bersinggungan dengan pandangan fiqh Syafi’i. Dan ini akan menguatkan dugaan Ibn al-Atsir tentang afiliasi mazhab fiqh al-Nasa’i.

Pandangan Syafi’i di Mesir ini kemudian dikenal dengan qaul jadid (pandangan baru). Dan ini seandainya dugaan Ibn al-Atsir benar, mengindikasikan bahwa pandangan fiqh Syafi’i dan al-Nasa’i lebih didominasi pandangan baru (Qaul Jadid, Mesir) ketimbang pandangan klasik (Qaul Qadim, Baghdad).

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa Imam al-Nasa’i merupakan sosok yang berpandangan netral, tidak memihak salah satu pandangan mazhab fiqh manapun, termasuk pandangan Imam al-Syafi’i. Hal ini seringkali terjadi pada imam-imam hadis sebelum al-Nasa’i, yang hanya berafiliasi pada mazhab hadis. Dan independensi pandangan ini merupakan ciri khas imam-imam hadis. Oleh karena itu, untuk mengklaim pandangan Imam al-Nasa’i telah terkontaminasi oleh pandangan orang lain, kita perlu menelusuri sumber sejarah yang konkrit, bukannya hanya berdasarkan dugaan.

Page 257: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Tutup Usia

Setahun menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-’Uqbi al-Mishri.

Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja’far al-Thahawi (murid al-Nasa’i) dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa’i meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam mengemban wasiat Rasullullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin.

–ooOoo–

Keluarga Rasulullah

وسلم عليه لله ا صلى

Istri- istri Nabi النبي زوجات

Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH) Zainab binti Khuzaimah (wafat 1 SH) Aisyah binti Abu Bakar (wafat 57 H) Hafsah binti Umar (wafat 45 H) Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H) Maimunah binti Harits (wafat 50 H) Mariah Qibtiah (wafat 16 H) Saudah binti Zam`ah (wafat 23 H/ 643 M) Sofiah binti Huyai bin Akhtab (wafat 50 H) Ummu Habibah binti Abu Sofyan (wafat 44 H) Ummu Salamah (wafat 57 H) Zainab binti Jahsy (wafat 20 H)

Putra-Putri Nabi

Al- Qasim bin Muhammad Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.) Ruqayyah binti Muhammad (wafat 2 H) Ummu Kultsum (wafat 9 H) Fatimah Az-Zahra (wafat 11 H) Abdullah bin Muhammad (meninggal ketika kecil) Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H ketika kecil)

Cucu Nabi

Abdullah bin Usman bin Affan (Putra Ruqayyah) Ali bin Abul Ash (Putra Zainab.meninggal ketika kecil.) Hasan bin Ali bin Abu Talib (3-50 H.) Husain bin Ali bin Abu Talib (4-61 H) Zainal Abidin (wafat 93H) Ummi Kultsum binti Ali bin Abu Thalib (wafat.75H)

Paman Nabi

Abbas bin Abdul Mutalib (wafat 32 H) Abu Thalib bin Abdul Muthalib (wafat 3 SH) Hamzah bin Abdul Mutalib (wafat 3 H)

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah (wafat 656 H)

Nama seberanya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnul Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul

Page 258: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya

Ia belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur di segenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentang madzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H.Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Oleh karenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yang luas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amat mencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yang menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya (bergurunya secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih, membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharui segala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar dan membersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum Ahlul Bid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsu mereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni: Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrah Islamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap Ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai Hadits, makna hadits, pemahaman serta Istinbath-Istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguh berpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus ash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada (prinsip) ijtihad serta menjauhi taqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anul Karim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabat serta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan A’immatul Fiqhi (para imam fiqih).

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkan bahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan dengan akal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telah benar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliau tetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyak berdo’a.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf (sasaran) dari Ulama Faqih ini adalah hadaf yang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuh Hijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orang dengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketiga Hijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai

Page 259: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Isalam, ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketika berbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman, tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yang menyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan (dari dalam pent.) dinul Hanif (agama lurus). Orang-orang semacam ini sengaja melancarkan syubhat (pengkaburan)-nya terhadap hadits-hadits Nabawiyah Syarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, serta pemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ah dan khurafat di tengah kaum Mu’minin.

Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulama yang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekad memerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaum pendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadap ketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullah wa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk pengamalan dari Firman Allah Ta’ala: “Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepada Umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (an-Nahl:44).

Juga firman Allah Ta’ala, “Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, dan apa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (al-Hasyr:7).

Murid-Muridnya

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i, Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikit kotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikan kebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karim sebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai cara pandang yang benar. Beliau –rahimahullah- sama sekali tidak mau mempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alam seluruhnya –baik alam bawah maupun- alam atas dengan segala bagian-bagaiannya, niscaya anda akan temui semua itu memberikan kesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan Sang Pemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akal dan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwa telah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal dan fitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yang akal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akal dan fitrahnya perlu dipertanyakan.”

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedang dilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan (pemikiran Umat Islam–Pent.) di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancam hancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika anda lihat Ibnul Qayyim waktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya dan menyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliau mewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala,“Dan orang-orang yang diberi ilmu (itu) melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” (Saba’:6).

Qotadah mengatakan, “Mereka (orang-orang yang diberi ilmu) itu ialah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.

Page 260: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasai taqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawaban sebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amat terlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihi madzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliau bersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yang bermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid. Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana pun berada, ittijah (cara pandang)-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an, sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannya dalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakala sedang berargumentasi.

Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menuju keterbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialah mengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanya sesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernah terjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab, as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli (menyandarkan persoalan cabang pada yang asli), al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah (tindak preventif) dan al-‘Urf (kebiasaan yang telah diakui baik).

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garis taqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telah mengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orang semisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapat barunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanya dan kubu lainnya kontra. Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan. Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ah dan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap, dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil didera dengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, ada pula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwa tentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan. Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten (teguh) menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikian disebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. Semoga Allah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Pujian Ulama Terhadapnya

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasih sayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yang teramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta pada kebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu ia akan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujian bagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan, kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorang yang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaan pendapat dan madzhab-madzhab salaf.”

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaan Al-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri, dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjang sekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antara para sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullah tetap tidak bergeming.”

Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasi oleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh, beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hingga sinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilah acara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicaya kekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengan kesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamah dalam hal din (agama).’”

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar, bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits dan matan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits (para perawi

Page 261: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

hadits). Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih dengan ketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalah Ushul.”

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang ‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu dan mengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiada terhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnya memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan, terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agar prinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demi pembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannya banyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil. Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah. Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementara orang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramat senang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyim terhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitab berbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaan Islam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dan sekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gaya bahasa nan menarik.

Beberapa Karyanya

1. Tahdzib Sunan Abi Daud,2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin,3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban,4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,5. Bada I’ul Fawa’id,6. Amtsalul Qur’an,7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan,8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil,9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an,10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris,11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain,12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in,13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ ila Rabbis Sama’14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz,15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad,16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,.18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah,19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah,20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul,21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah,22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin,23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi,24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud,25. Miftah daris Sa’adah,26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah wal Mu’aththilah,27. Raf’ul Yadain fish Shalah,28. Nikahul Muharram,29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah,30. Fadl-lul Ilmi,31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,32. al-Kaba’ir,33. Hukmu Tarikis Shalah,34. Al-Kalimut Thayyib,35. Al-Fathul Muqaddas,36. At-Tuhfatul Makkiyyah,37. Syarhul Asma il Husna,38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim,40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil li qaumihi,41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab serta karya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Page 262: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ibnul-Qoyyim meninggal dunia pada waktu isya’ tanggal 13 Rajab 751 H. Ia dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’ Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Sumber: 1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir,2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab wa Abdul Qadir al-Arna`uth,3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’uf Sa’d,4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imam asy-Syaukani,5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad,6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani,7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali,8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi,9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi,10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,

Syaikh Abdullah Shalfiq : Perjalananku ke Indonesia

الرحيم الرحمن الله بسممسلمين من العباد بين األرزاق ومقسم أجمعين، الخلق خالق العالمين، رب لله الحمد

المؤمنين للموحدين اآلخرة في الفوز وجاعل .وكافرين،شريعته جعل واألعجمين، العرب وإلى الثقلين، لجميع المبعوث على والسالم والصالة

هديه اتبع من المرسلين، أديان لجميع ا ناسخ� ودينه األولين، شرائع جميع على مهيمنةوالذله الصغار عليه كتب هديه وجانب أمره، عن حاد ومن ذكره، وأعلى الله أعزه وسنته

بعد… أما :

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin, Pencipta seluruh makhluk, Yang membagikan rezki kepada segenap hamba-Nya, baik kaum muslimin maupun kaum kafir, dan Dia-lah yang menjadikan kesuksesan di akhirat bagi para muwahhidin mu`minin.

Shalawat dan Salam kepada Rasul yang diutus kepada bangsa jin dan manusia semuanya, kepada bangsa ‘Arab dan non Arab. Allah telah menjadikan syari’at beliau sebagai batu ujian bagi segenap syari’at sebelumnya, agama beliau sebagai penghapus seluruh agama para rasul sebelum. Barangsiapa yang mengikuti bimbingan dan sunnah beliau, maka akan Allah muliakan dia dan dan Allah tinggikan kedudukannya. Dan barangsiapa menentang perintah beliau, menjauhi bimbingan beliau maka Allah tetapkan atasnya kehinaan dan kerendahan.

Amma ba’d,

Huruf-huruf dan kata-kata ini aku torehkan pertama kali ketika aku berada di atas pesawat dalam perjalanan pulangku dari negeri Indonesia tatkala melewati Bandara Abu Dhabi Emirat Arab. Perjalanan tersebut memakan waktu tujuh jam di udara, kami menempuh jarak sekitar kurang lebih 7.000 km. Yaitu setelah aku turut serta dalam Daurah Ilmiyyah ke-4 di Ma’had Al-Anshar Yogyakarta (Jogja) Indonesia. Turut serta pula dalam acara tersebut saudaraku Asy-Syaikh DR. ‘Abdullah bin ‘Abdirrahim Al-Bukhari, profesor hadits di Fakultas Hadits Syarif Universitas Islam dan saudaraku Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri, yang sekarang sedang menempuh program doktoral di Universitas Islam Madinah.

Selama waktu yang panjang dalam perjalanan, yang aku habiskan untuk membaca dan menulis, terbayang dalam pikiran dan benakku terhadap semua yang aku saksikan dan aku dengar semenjak safarku hingga kembaliku. Maka sebagian darinya aku tuliskan, dalam rangka memberikan dorongan kepada ikhwah Indonesia atas aktivitas yang mereka lakukan selama ini berupa dakwah dan semangat menyebarkan ilmu dan sunnah. Sekaligus sebagai dorongan bagi saudara-saudaraku para masyaikh dan para thullabul ‘ilmi untuk membantu mereka dan mengunjungi mereka. Serta dalam rangka menampakkan kebaikan yang telah aku saksikan, berupa semangat yang besar dalam menuntut ilmu dan mengikuti as-sunnah, yang itu membuat senang hati seorang mukmin di satu sisi, dan membangkitkan semangat bagi para penuntut ilmu dan para da’i sunnah di sisi lain. Disamping juga dalam rangka menjelaskan sikap yang wajib atas seorang muslim terkait fenomena-fenomena kemungkaran yang menyelisihi syari’at Allah Yang Maha Bijaksana.

Saya memohon kepada Allah agar mengaruniakan kepada kita kekokohan di atas Islam dan di atas Sunnah, melindungi kita dari kejelekan fitnah baik yang tampak maupun tidak, serta menjadikan urusan kaum muslimin di setiap tempat menjadi baik.

Page 263: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kaum muslimin pada hari ini di setiap tempat — kecuali yang dirahmati oleh Rabb-ku dan jumlah mereka sedikit – berada dalam kondisi yang menyedihkan, yang sebenarnya mereka sangat membutuhkan pemimpin yang adil dan membimbing (mereka), takut kepada Allah dalam urusan kaum muslimin, serta sangat semangat membela Islam dan Syari’at-Nya.

العظيم العلي بالله إال قوة وال حول وال المستعان .والله

Ditulis oleh hamba yang faqir (sangat butuh) kepada Rabbnya

‘Abdullah bin Shalfiq Al-Qasimi Azh-Zhafiri

Awal mula ditulis di antara langit dan bumi, antara Jakarta dan Abu Dhabi

Sore hari Ahad, bertepatan dengan 9/8/1429 H

Muqaddimah

Kisah indah ini bermula dari telepon para ikhwah salafiyyin di Indonesia, meminta kepadaku untuk hadir dalam Daurah Ilmiah ke-4 yang mereka adakan, pada tahun ini (1429 H), yaitu pada awal Sya’ban selama 8 hari. Setelah bermusyawarah aku pun beristikharah kepada Allah. Akhirnya aku putuskan untuk berangkat.

Aku memilih untuk mengajarkan Kitabul ‘Ilmi dari kita Shahih Al-Bukhari, dan Kitabus Sunnah dari kita Sunan Abi Dawud. Kedua kitab tersebut, termasuk kitab yang aku baca (pelajari) di hadapan para masyaikh kami yang mulia ketika mereka ikut andil pada Daurah Ilmiah pertama yang diadakan di daerah Hafrul Bathin, Masjid Jami’ Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallah ‘anhuma. Daurah tersebut dilaksanakan pada awal bulan Rabi’uts Tsani tahun 1422 H. Kitabus Sunnah aku membaca (mempelajari)nya di hadapan Fadlilah Syaikhina Al-Muhaddits Mufti, Alim, dan Ahli Hadits di bagian selatan Kerajaan Saudi Arabia Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah rahmatan wasi’an. Sedangkan Kitabul ‘Ilmi baca (pelajari) di hadapan Fadhilatu Syaikhina ‘Ubaid bin ‘Abdillah Al-Jabiri hafizhahullah.

Aku memulai perjalanan ilmiah ini pada hari Sabtu awal Sya’ban dari bandara Kuwait, yang aku telah memesan tiket perjalan dari sana. Kemudian transit ke bandara Abu Dhabi, lalu langsung ke bandara Jakarta, Indonesia. Perjalanan ini berlangsung selama tujuh 7 jam. Lalu menuju bandara Yogjakarta (Jogja) yang merupakan akhir perjalanan. Tiba pada malam Senin, tanggal 3 Sya’ban 1429 H. Dalam perjalanan ini aku ditemani oleh Al-Akh Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri hafizhahullah.

Sejak malam itu dimulailah sejumlah pelajaran dan muhadharah, terkhusus oleh Al-Akh Asy-Syaikh Khalid. Pelajaran dan muhadharah berlangsung hingga hari Sabtu, tanggal 8 Sya’ban 1429 H, yang dibagi antara kami bertiga : Asy-Syaikh DR. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim Al-Bukhari, n Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri, dan aku sebagai penulis baris-baris ini (yakni Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Shalfiq Azh-Zhafiri).

Di sela-sela daurah tersebut, kami bertemu dengan saudara-saudara kita fillah dari para ikhwah Ahlus Sunnah, duduk bersama mereka, melihat mereka, dan mengetahui berita mereka yang mendinginkan dada orang yang beriman, membangkitkan harapan kepada Allah bahwasa Dia-lah penolong agama-Nya dan yang memenangkan sunnah Nabi-Nya meskipun para pembuat tipu daya dan makar dari kalangan para syaithan -baik syaithan manusia maupun jin- dan dari kalangan orang-orang kafir dan komunis, serta juga para ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu.

Pembahasanku pada baris-baris ini terbagi dalam lima pembahasan, yaitu:

1. Tentang ikhwah (asatidzah) Ahlus Sunnah Salafiyyin panitia penyelenggara daurah dan para pengampu dakwah di sana.

2. Tentang Daurah Ilmiah

Page 264: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Keduanya merupakan tujuan utama dari perjalanan.

3. Tentang risalah-risalah yang selesai dibacakan selama perjalanan, serta faidah-faidah ilmiah yang terdapat di dalamnya tambahan tambahan keterangan yang penting.

4. Tentang kondisi negeri tersebut, dan berbagai kenikmatan yang Allah berikan padanya berupa pemandangan yang indah dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang menakjubkan.

5. Tentang apa yang aku lihat di sela-sela perjalanan ini berupa maksiat, penyimpangan, penentangan terhadap Allah, dan terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah, serta apa yang menjadi kewajiban bagi kaum muslimin, baik raykat maupun pemerintahnya, dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut.

Dengan memohon kepada Allah agar memberikan kekokohan kepada kita di atas Islam dan As-Sunnah, serta menjadikan kita sebagai pemberi petunjuk yang mendapatkan hidayah.

Pertama :

Para Ikhwah (Asatidzah) Ahlus Sunnah As-Salafiyyin

Panitia Daurah Ilmiah dan Pengampu Dakwah Salafiyyah

di Negeri Indonesia

Sungguh kami telah berjumpa – sesampainya kami di negeri Islam ini (negeri Indonesia)- dengan saudara-saudara kami, Ahlus Sunnah As-Salafiyyin. Kami saksikan kebenaran dalam berpegang kepada As-Sunnah kejujuran dalam beragama, istiqamah di atas manhaj salafi, serta semangat dalam thalabul ilmi dan berdakwah di jalan Allah, kami menilainya demikian – dan kami tidak bermaksud memberikan tazkiyyah di hadapan Allah untuk seorang pun – .

Sebagian di antara mereka ada yang pernah belajar di hadapan para masyaikh dan para ‘ulama kita, seperti Asy-Syakh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahumallah, atau seperti Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahumallah. Sebagian yang lain adalah para alumnus Al-Jami’ah Al-Islamiyyah (Universitas Islam) Madinah, dan sebagian yang lain, yang masih belum mendapat kesempatan seperti ini, tetap bersemangat untuk menseriusi kitab-kitab dan kaset-kaset para masyaikh tersebut, baik para ‘ulama maupun para penuntut ilmu dari kalangan Ahlus Sunnah.

Lebih dari sekadar berguru, aku telah mengetahui pada mereka seringnya mereka berziarah dan bermusyawarah dengan para ‘ulama. Paling seringnya adalah bermusyawarah dengan Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali – hafizhahullah – yang beliau ini memiliki peran besar dalam menyatukan kalimat dan barisan mereka.

Sungguh itu merupakan di antara bukti-bukti dalam mengetahui jalan beragama seseorang, apakah dia berjalan di atas sunnah atau di atas sesuatu yang menyelisihinya. Ruh-ruh itu adalah tentara yang berbaris, ruh-ruh yang saling cocok akan bisa bersatu, dan ruh-ruh yang saling bertentangan akan berselisih. Para ‘ulama salaf dahulu memandang bahwa bergaulnya seseorang dengan ahlus sunnah, mencintainya, dan bersemangat dalam mengambil ilmu darinya serta bermusyawarah dengannya sebagai tanda bagi manhaj seseorang.

Lebih dari itu, mereka (para ‘ulama salaf) memiliki pengetahuan tentang manhaj-manhaj baru, kelompok-kelompok hizbiyyah, waspada darinya, dan mentahdzirnya.

Ini merupakan prinsip yang sangat penting bagi seorang muslim, terutama bagi kalangan penuntut ilmu atau para da’i di jalan Allah, yaitu hendaknya ia mengetahui kejelekan dan para pengusungnya agar ia waspada darinya. Sungguh Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallah ‘anhuma berkata:

ي�د%ر�ك#ن�ي أ#ن% ة# اف# م#خ# ر' الش� ع#ن� أ#ل� س%أ# و#ك�ن%ت� ي%ر�، ال%خ# ع#ن� أ#ل�ون# ي#س% الن�اس� ك#ان#

Page 265: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

“Dahulu orang-orang bertanya tentang kebaikan, namun aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir (kejelekan tersebut) akan menimpaku.”

Sungguh benar ucapan sang penyair:

ــ£يه� ق' ل�ت#و# ل£ك�ـن ر' ل�لش� ال# ر� الش� ف%ت� ع#ر#

يه� ف� ع% ي#ق# ي%ر� ال%خ# م�ن# ر� الش� ي#ع%ر�ف� ال# و#م#ن%

Aku mempelajari kejelekan bukan untuk melakukannya, akan tetapi untuk aku menghindarinya

Barangsiapa yang tidak bisa membedakan kejelekan dari kebaikan maka ia akan terjatuh ke dalamnya

Demikianlah yang aku saksikan pada diri mereka. Itu merupakan di antara hasil tarbiyah para ‘ulama rabbani. Sesungguhnya ‘ulama rabbani adalah ‘ulama yang mentarbiyah murid-muridnya dengan tarbiyah salafiyyah, yang dengannya terbedakan dengan seluruh manusia. Maka ‘ulama rabbani tersebut mengumpulkan antara penanaman prinsip syari’at dan aqidah, dengan peringatan terhadap kejelekan dan bid’ah serta para pelakunya.

Inilah keistimewaan para ‘ulama yang telah disebutkan di atas. Dan hal ini demi Allah merupakan bentuk nasehat bagi seluruh kaum muslimin dan para penuntut ilmu. Adapun sikap mengambil satu sisi dan mengabaikan sisi lainnya, maka cara yang demikian ini yang akan membuat si murid berbuat yang berlebihan pada satu kesempatan, atau berbuat menyepelekan pada kesempatan yang lain, dan akan menjadikannya tidak berjalan dia pondasi ilmiah manhajiyyah. Cara demikian membuat banyak kalangan muda berada dalam alam pikiran yang kacau. Tidak mampu membedakan mana yang Ahlus Sunnah dan mana yang Ahlul Bid’ah, di samping berada dalam aqidah yang lemah. Ia bingung dalam memberikan loyalitasnya, sehingga tidak mengetahui siapa yang layak diberi loyalitas dan siapa yang harus dimusuhi. Tidak mengetahui siapa yang harus ia cintai dan siapa yang harus ia benci. Bahkan ada di antara mereka yang menjadi berseberangan dengan kewajiban-kewajiban imaniyyah, yaitu mencintai ahlus sunnah dan membenci ahlul bid’ah. Yang demikian kami saksikan pada sebagian murid-murid para masyaikh yang tidak mau memperhatikan sikap waspada terhadap kebid’ahan dan para pengusungnya, hizbiyyah dan berbagai simbolnya. Mereka tidak memberikan perhatian sama sekali, yang menyebabkan timbulnya di tengah-tengah mereka orang-orang yang seperti itu. Bahkan durhaka dan meninggalkan jalan para masyaikh (guru) mereka.

Aku katakan :

Sungguh aku telah menyaksikan pada para ikhwah tersebut (yakni para asatidzah penyelenggara/panitia Daurah Ilmiyyah Nasional) adanya adab-adab yang tinggi, akhlak-akhlak yang mulia, jiwa-jiwa yang baik, kepeduliaan yang tinggi, ta’awun yang kuat sesama mereka dalam rangka menyebarkan sunnah dan tauhid, serta manhaj salafi di tengah-tengah negeri tersebut yang telah banyak didominasi oleh kalangan Asy’ariyyah dan Shufiyyah, bahkan kelompok-kelompok hizbiyyah.

Sungguh tidak berlebihan bila aku katakan, bahwa apa yang aku saksikan adalah sesuatu yang tidak ada bandingannya. Aku belum pernah melihat yang seperti itu. Belum pernah aku menyaksikan jumlah yang begitu besar, mendatangi Daurah Umum yang diterjemahkan, jumlah mereka lebih dari 10.000 orang. Atau jumlah besar mereka yang hadir pada pelajaran Daurah Khusus (khusus untuk para asatidzah dan para duat) yang mendekati 500 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru dan kepulauan negeri Indonesia dengan membawa semangat untuk menyebarkan sunnah dan mencari ilmu. Bahkan aku diberi tahu bahwa di sana masih ada lagi sejumlah para penuntut ilmu yang juga berkeinginan menghadiri Daurah Khusus, namun karena tempat yang tidak mencukupi untuk menampung jumlah mereka yang besar, maka panitia membatasi dengan sebagiannya saja.

Mereka (para asatidzah penyelenggara/panitia) telah mengadakan daurah-daurah tersebut dengan swadaya mereka sendiri, di tengah-tengah segala kekurangan. Namun mereka tidak mau menerima sumbangan dana bersyarat dari sebagian organisasi/yayasan yang memiliki tujuan yang samar dan

Page 266: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

tanzhim hizbi, yang tidaklah tanzhim tersebut hadir pada suatu negeri atau suatu dakwah kecuali pasti akan memecah belah dakwah tersebut dan menimbulkan permusuhan dan saling benci sesama pelaku dakwah. Walahaula wala Quwwata illa billah.

Upaya saling bekerjasama dan bantu membantu yang membuahkan hasil ini, dan cara yang sukses ini, tidak lain merupakan buah dari tarbiyah para ulama dan senantiasa berhubungan dengan mereka. Hal itu membuahkan dalam diri mereka kesinambungan dalam berusaha di atas sikap pertengahan dan lapang, serta hanifiyyah (kelurusan) yang jelas.

Sungguh orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang berhak mendapatkan bantuan, pertolongan, dan kerjasama dalam menjalankan dakwah mereka untuk menyebarkan tauhid dan Sunnah serta manhaj salafi di tengah-tengah negeri yang penduduknya telah didominasi oleh aqidah Asy’ariyyah dan tarekat Shufiyyah, bahkan kelompok-kelompok hizbiyyah dan takfiry, serta aliran-aliran dan agama-agama yang bermacam-macam.

Semoga Allah memberikan sebaik-baik balasan kepada para ikhwah pengampu dakwah dan Daurah Ilmiah ini. Dan semoga Allah memperbesar pahala atas perkara yang mereka jalankan, berupa pelaksanaan amanat ini dan menyebarkan risalah ini.

Di antara para ikhwah (asatidzah) tersebut yang aku jumpai adalah Al-Ustadz Luqman Ba’abduh, Al-Ustadz Abal Mundzir, Al-Ustadz ‘Askari, Al-Ustadz Hannan Bahannan, Al-Ustadz Qamar Su’aidi, Al-Ustadz Usamah Faishal Mahri, Al-Ustadz ‘Abdush Shamad Bawazir, Al-Ustadz Ahmad Khadim, Al-Ustadz Ruwaifi’, Al-Ustadz ‘Abdul Mu’thi, Al-Ustadz ‘Abdul Bar, Al-Ustadz Ja’far Shalih, dan selain mereka yang tidak aku ingat nama-namanya. Sebagaiman pula aku tidak lupa dengan salah seorang pemuda bernama Muhammad Fuad yang telah melakukan penerjemahan banyak kitab-kitab salafiyyah dari bahasa ‘Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Sebagai tambahan keterangan, bahwasanya ia (Muhammad Fuad) dulunya adalah Cina kafir, kemudian masuk Islam dan benarlah Islamnya. Kemudian Allah memberikan karunia kepadanya berupa mengenal manhaj salafi dan aqidah sunni. Allah memberikan manfaat melalui dirinya kepada Islam dan kaum muslimin. Maha Suci Allah yang telah mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Mengeluarkan dari kegelapan kepada cahaya. Ia memberikan hidayah ke ash-shirath al-mustaqim bagi siapa yang ia kehendaki. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.

Di antara perkara yang membuatku terkejut adalah ketika aku melihatnya sebagai penerjemah – dan aku bersyukur kepada Allah atas hal ini- kitabku Sallu As-Suyuf wa Al-Asinnah ‘ala Ahli Al-Ahwa’ wa Ad’iyyah As-Sunnah yang mendapatkan pendahuluan dari Syaikh kami, Doktor Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, seorang ‘ulama yang memiliki perjuangan yang penuh berkah dalam membela rekan-rekan dan murid-muridnya, serta anak-anak didiknya dari kalangan Ahlus Sunnah di setiap tempat. Segala puji bagi Allah yang dengan-Nya sempurnalah setiap amal shalih. Dan aku memohon kepada-Nya agar memberikan rizqi kepada kita berupa keikhlasan dalam berucap dan beramal, menjadikan kita beramal dalam ketaatan-Nya dan membela agama dan sunnah Nabi-Nya, dan agar Dia menjadikan hal ini semua termasuk dalam timbangan amal-amal kebaikan, baik yang berupa kitab-kitab, pengantar, penerjemahan, maupun penerbitan, pada hari yang sudah tidak lagi bermanfaat lagi harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.

Kedua :

Daurah Ilmiah Asatidzah Di Yogyakarta (Jogja)

Daurah Ilmiah tahunan yang diselenggarakan oleh ikhwah salafiyyin di Indonesia, tepatnya di kota Yogyakarta (Jogja), termasuk daurah-daurah yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada kaum. Daurah tersebut berhasil menghidupkan kembali di tengah-tengah para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) kebiasaan para as-salafush shalih melakukan rihlah (perjalanan) untuk menuntut ilmu, semangat mempelajari ilmu, dan berakhlak dengan akhlak para ahli ilmu.

Daurah ini dihadiri oleh para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) dari seluruh penjuru Indonesia dan kepulauan-kepulauannya yang banyak. Sebagian mereka datang dengan naik kapal melewati lautan dan pulau-pulau. Sebagian yang lain dengan mengendarai pesawat terbang. Sebagian yang lain

Page 267: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

dengan mobil-mobil dan kereta api. Mereka menempuh jarak yang mencapai ribuan kilo meter. Mereka harus melewati gunung-gunung, lembah, dan sungai-sungai.

Yang aku saksikan pada mereka perilaku yang baik, semangat untuk menerapkan sunnah pada penampilan mereka dan shalat mereka, serta semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu.

Aku melihat mereka dalam keadaan masjid sudah penuh sesak oleh mereka. Mereka berkumpul di sekitar meja pengajar. Hampir-hampir tidak ada tempat kosong di antara mereka. Jumlah mereka mencapai 500 orang!!

Pemandangan yang seperti ini akan membuat pandangan mata menjadi sejuk, jiwa menjadi bahagia, harapan kepada Allah semakin kuat, dan harapan mendapakan pertolongan dari-Nya bagi para muwahhidin. Allah pasti akan memenangkan agama-Nya walaupun orang-orang musyrik, kafir, dan munafik membencinya, dan meskipun mereka mengupayakan berbagai makar untuk menyerang Islam dan para pemeluknya, berusaha sungguh-sungguh untuk menyesatkan dan menghalangi mereka dari agama mereka yang benar dengan berbagai macam makar dan tipu daya, maka sesungguhnya Allah akan menggagalkan tipu daya dan makar mereka.

اك�ر�ين# ( ال%م# ي%ر� خ# الله� و# الله�، ك�ر� ي#م% و# ون# ك�ر� ي#م% /30و# ]30األنفال) [

Mereka melakukan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. [Al-Anfal : 30]

Meskipun mereka berusaha dengan keras untuk merubah fitrah kaum muslimin, menanamkan fitnah sesama mereka, dan memasukkan bid’ah dan khurafat kepada mereka, serta menenggelamkan mereka dengan berbagai bentuk syahwat, maka sesungguhnya Allah Yang akan memadamkan itu semua. Dia yang akan menjadikan tipu daya mereka kembali kepada leher-leher mereka. Dia akan mengeluarkan dari keturunan kaum muslimin orang yang mengibarkan bendera as-sunnah, mendakwahkan Islam yang benar dan bersih dari kotoran syirik dan bid’ah, berakhlak dengan Islam dan pondasi-pondasinya yang agung. Maha Benar Allah, Dzat Yang Maha Mulia dan Maha Hikmah ketika Ia berfirman:

) ون# ال%ك#اف�ر� ك#ر�ه# ل#و% و# ن�ور�ه� ت�م© م� الل�ه� و# م% اه�ه� و# ب�أ#ف% الل�ه� ن�ور# ئ�وا ل�ي�ط%ف� ال�ذ�ي) 8ي�ر�يد�ون# و# ه� ) ر�ك�ون# ال%م�ش% ك#ر�ه# ل#و% و# ك�ل'ه� الد'ين� ع#ل#ى ه� ر# ل�ي�ظ%ه� ق' ال%ح# د�ين� و# د#ى ب�ال%ه� ول#ه� س� ر# ل# س# ر%

)9أ# / ]9، 8الصف[

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya”. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa hidayah (ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal shalih) agar Dia memenangkannya (agama tersebut) di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci. [Ash-Shaf : 8-9]

Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan anugerah (barakah) dalam keikutsertaan kami dalam daurah ini, yaitu dengan menjelaskan Kitabul ‘Ilmi dari kitab Shahih Al-Bukhari secara lengkap, demikian pula dengan menjelaskan awal Kitabus-Sunnah dari kitab Sunan Abi Daud. Kedua kitab ini di antara kitab pegangan yang diajarkan dalam Daurah Ilmiyyah pertama di Masjid Jami’ Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallah ‘anhuma, Hafrul Bathin, sebagaimana telah lalu.

Sedangkan saudaraku, Asy-Syaikh DR ‘Abdullah bin ‘Abdurrahim Al-Bukhari ikut andil dengan mengajarkan manzhumah Al-Baiquniyyah dan Kitabun-Nikah dari kitab Manhajus Salikin karya Al-’Allamah As-Sa’di. Sebagaimana pula saudaraku Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri mengajarkan Kitab Fafhul Rabbil Bariyyah bi Talkhis Al-Hamawiyyah.

Ditambah lagi dengan penyampaian pelajaran yang sukses, disampaikan di sejumlah muhadharah yang dilaksanakan di Masjid Jami’ lain di wilayah yang sama (yang beliau maksud adalah Daurah Umum di Masjid Agung Bantul – Yogyakarta) yang jarak tempuhnya dari pusat pengadaan Daurah Ilmiah Asatidzah adalah sekitar 45 menit.

Page 268: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Penyampaian muhadharah tersebut (Daurah Umum) dilakukan secara bergantian antara kami bertiga. Sebagaimana pula aku dan Asy-Syaikh Khalid menyampaikan dua kali muhadharah ketika kami kembali ke Jakarta. Tema muhadharah yang aku sampaikan adalah berkaitan dengan hak Allah atas para hamba, yaitu tauhid, serta penjelasan buahnya ketika di dunia dan di akhirat dan penjelasan bahwasanya buah tersebut hanya akan terwujud bagi merkea yang mengikuti petunjuk Nabi dan menerapkan sunnah beliau, baik dalam ibadah maupun dalam aqidah. Sebagaimana pula Allah telah memberikan taufik dengan aku bisa menyampaikan khutbah Jum’at dengan tema ini pula. Teriring do’a memohon kepada Allah untuk seluruh kalangan agar diberi keikhlasan dan diterima amalannya.

Daurah Ilmiah terlaksana selama satu pekan. Masa-masa daurah tersebut menjadi waktu yang paling indah, karena kami menghabiskannya dalam suasana keilmuan bersama para ikhwah yang memiliki semangat tinggi. Semangatmu menjadi pendorong untuk menyampaikan, membahas, serta mendiskusikan berbagai masalah ilmiyyah.

Waktu-waktu pelajaran mayoritasnya pada siang hari dan seusai shalat berjama’ah :

- setelah shalat Shubuh selama dua jam,

- jam 09.30 pagi hingga menjelang Zhuhur,

- setelah shalat Zhuhur,

- setelah shalat ‘Ashar,

- setelah shalat ‘Isya’ dua jam.

Adapun waktu setelah Maghrib adalah waktu istirahat untuk para pelajar dan menyantap makan malam.

Pada kesempatan ini, aku ingin memberikan dorongan kepada para masyayikh dan para thullabul ‘ilmi (penuntut ilmu) untuk berta’awun bersama para ikhwah tersebut yang telah membukakan bagi kita pintu yang lebar untuk mengajar dan menyebarkan ilmu, sunnah, tauhid, dan berbagai muhadharah di hadapan jumlah hadirin yang begitu besar. Allah Yang memberikan taufik dan petunjuk kepada jalan yang lurus.

Ketiga :

Beberapa Risalah yang Selesai Dibaca Selama PerjalananBeserta Faidah-Faidah Ilmiahatau Penambahan Catatan Kaki yang Penting

Karena perjalanan antara Jakarta dan Abu Dhabi yang sangat jauh, yaitu membutuh waktu perjalanan selama tujuh jam (pesawat), maka aku menghabiskannya untuk membaca dan menulis. Di antara risalah yang tertuang adalah risalah yang berjudul Al-Maqalat Asy-Syar’iyyah (Makalah-makalah Ilmiah) karya rekan kami Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari dengan pendahuluan dari dua orang syaikh yang mulia, yaitu Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah dan Asy-Syaikh Zaid bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah.

Risalah tersebut terkumpul dalam tiga jilid, beliau memberikannya kepadaku sebagai hadiah pada daurah kali ini. Beliau menulis dalam risalah tersebut sejumlah pembahasan yang bagus. Asy-Syaikh An-Najmi menyatakan tentang pembahasan tersebut : “Pembahasan-pembahasan ini dalam pandanganku adalah untaian permata dan cahaya putih. Penulis telah mendapatkan taufik dalam memilih dan dalam menyampaikannya.” Beliau juga berkata : “Penulis (Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari) telah mengumpulkan perbahasan-pembahasan yang membangunkan akal-akal yang tidur dan hati-hati yang lalai.”

Diantara apa yang telah aku baca dari pembahasan dan makalah ini adalah tulisan tentang pembelaan yang benar tentang seorang tokoh pembawa dan pembela bendera as-sunnah, yaitu Asy-

Page 269: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali. Pada awal pembahasan membicarakan masalah keutamaan para ‘ulama dan penjelasan tentang sebagian hak mereka yang harus ditunaikan oleh umat ini terhadap para ‘ulama. Kemudian beliau (Asy-Syaikh Al-Bukhari) membahas tentang Asy-Syaikh A-Mujahid Al-’Allamah Al-Muhaddits Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dan pembelaannya terhadap as-sunnah, serta pujian-pujian para ulama atasnya. Di antaranya beliau menyebutkan pujian dari dua orang ‘ulama besar, yaitu Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-’Allamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani dan Asy-Syaikh Al-Faqih Al-Ushuli Al-Mufassir Al-’Allamah Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin – semoga Allah merahmati keduanya-.

Ketika telah selesai membaca risalah yang indah dan pembahasan yang bagus ini, aku memberikan tambahan terhadap pembahasan tersebut dalam bentuk catatan kaki. Aku katakan padanya :

Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah. Wa ba’d : Ini adalah makalah yang baik, ditulis oleh saudara kami Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari tentang pembelaan terhadap Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Mujahid Rabi’ Al-Madkhali. Risalah ini mencapai puncak keindahan. Hanya saja penulis tidak menampilkan sikap-sikap syaikh kami (Asy-Syakh Rabi’) yang bisa dirasakan dalam memberikan nasehat kepada pihak lain dan kesabaran beliau menghadapi mereka, hingga tampak dari mereka sikap rujuk. Apabila ternyata tetap tidak mau rujuk, maka beliau pun membantahnya. Hal ini sebagaimana terjadi terhadap ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq, Salman Al-’Audah, Abul Hasan Al-Ma’ribi, dan selain mereka.

Demikian pula dengan sikap beliau terhadap para salafiyyin di seluruh tempat. Musyawarah-musyawarah dan nasehat yang beliau berikan. Berapa banyak didapatkan dari musyawarah, nasehat, dan arahan penghancuran kebatilan dan bid’ah-bid’ah, tampaknya As-Sunnah dan orang-orang yang berpegang dengannya, serta kemenangan kaum muslimin dalam menghadapi orang-orang kafir.

Sebagaimana terjadi pada kaum muslimin di salah satu kepulauan Indonesia, ketika kaum Nashrani dengan tiba-tiba menyerang kaum muslimin di kepulauan tersebut, yaitu pada hari raya ‘Idul fitri. Kaum nashrani menyerang kaum muslimin dengan serentak. Mereka berhasil membunuh sejumlah besar kaum muslimin. Sehingga tidak ada yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin di Indonesia kecuali berkumpul dan bersepakat untuk memerangi mereka. Mereka menyeberangi lautan dengan kapal untuk menuju kepulauan tersebut dengan jumlah mencapai 5000 orang. Mayoritas mereka adalah salafiyyin. Kemudian mereka menyerang kaum nashara dan berhasil membunuh dari mereka sejumlah ribuan orang di medan tempur yang berlangsung selama berbulan-bulan. Hasil dari upaya ini (jihad melawan orang-orang nashara-pen) memberikan hasil berupa pelajaran bagi kalangan nashrani, yang dengannya mulialah kaum muslimin dan menjadi hinalah orang-orang kafir. Semua usaha ini (melawan kaum nashara-pen) mayoritasnya adalah karena mengikuti dan arahan dari Asy-Syaikh Al-Mujahid Rabi’ Al-Madkhali dan Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil Al-Wadi’i, ketika pemerintah dalam keadaan tidak merespon untuk melakukan perbaikan keadaan.

Yang seperti ini, demi Allah, adalah jihad yang hakiki, yaitu untuk menegakkan kalimat Allah dan membela kaum muslimin. Adapun perang yang dilakukan oleh ahlul bid’ah dan kalangan takfiri, Al-Qaeda (Usamah) bin Laden dan (Aiman) Azh-Zhawahiri, yang mereka menamakannya sebagau jihad, pada hakekatnya adalah kejahatan terhadap Islam dan kaum muslimin serta memberikan peluang kepada kaum kafir untuk mencekik leher kaum muslimin dan merampas wilayah mereka. Mayoritas perang mereka – yaitu kalangan takfiri dan Al-Qaeda – semenjak awalnya dan masih terus berlanjut, adalah untuk menyerang kaum muslimin, sebagaimana telah terjadi di Afghanistan, penyerangan mereka terhadap Ahlus Sunnah dan pembunuhan yang mereka lancarkan terhadap Asy-Syaikh Jamilurrahman As-Salafi –rahimahullah-.

Sebagaimana pula yang terjadi di Aljazair. Mereka membunuhi kaum muslimin, mengeluarkannya dari masyarakat muslimin, dan mengkafirkannya. Itu semua dengan arahan dari orang-orang yang disebutkan sebagai dai-dai kebangkitan.

Sebagaimana pula terjadi di Iraq, mereka menumpahkan darah, berbuat lancang terhadap orang-orang yang tidak berdosa, masuk ke dalam masjid-masjid dan membunuh orang-orang yang shalat. Itu semua mereka lakukan atas nama jihad!! Inilah klaim mereka!!

Page 270: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Bahkan sebagaimana terjadi pada negeri kami, yaitu Kerajaan Saudi Arabia, negeri tahuid dan sunnah. Terjadi berbagai pengeboman dan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah, dilakukan oleh Al-Qaeda dan para pengekornya dari kalangan takfiri dan Quthbiyyin, atau dari kalangan orang-orang yang mendapatkan tarbiyah dari pendidikan Jama’ah Tabligh.

Aku katakan : betapa banyak Allah telah menghancurkan melalui beliau – yaitu Asy-Syaikh Rabi’ – upaya pembunuhan terhadap kaum muslimin dan orang-orang yang mendapatkan jaminan keamanan. Juga tindakan menumpahkan darah. Sebagaimana terjadi di Aljazair, ketika pembunuhan telah merajalela di antara mereka. Asy-Syaikh Rabi’ hafizahullah dan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah memberikan nasehat kepada mereka.

Demikian pula dengan sikap beliau terhadap penduduk Iraq, serta arahan yang beliau sampaikan, yang kemudian berhasil menjaga dakwah dan keamanan mereka, serta kehormatan dan agamanya. Beliau juga memberikan dorongan untuk mencari ilmu, penuh hikmah, dan kesabaran. Serta sikap/peran beliau yang lain.”

Catatan kaki ini aku tulis sebagai tambahan untuk apa yang telah ditulis oleh saudara kami Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Bukhari, semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadanya. Tidak diragukan lagi bahwa Syaikhuna (Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali) memiliki sejumlah sikap/peran besar yang seharusnya untuk kita menampilkannya, agar umat mengetahui siapa sebenarnya ‘ulama kita. Betapa banyak melalui mereka Allah menjaga agama dan as-sunnah. Betapa banyak fitnah dan kejelekan yang Allah padamkan melalui mereka. Betapa banyak musibah dan bencana yang menimpa kaum muslimin Allah redakan melalui mereka. Yang demikian karena mereka bertolak dari ilmu, hikmah, dan nasehat yang jujur bagi kaum muslimin.

Peristiwa Perang Teluk pertama belumlah jauh dari kita. Para ‘ulama –di bawah pimpinan Al-Imam Al-’Alim Al-’Allamah A-Muhaddits Al-Mujahid ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz- memberikan fatwa bolehnya meminta bantuan kepada kekuatan asing dalam melawan pasukan komunis (pasukan Iraq, di bawah pimpinan Shaddam Husain-pen).

Fatwa agung itu telah menjaga pertahanan Islam dan pemeluknya di saat para da’i-da’i ‘pencerahan’ dan ‘penyemangat’, seperti Salman Al-’Audah dan Safar Al-Hawali, berfatwa dengan penolakan fatwa para ‘ulama tersebut dan berlepas diri darinya – demikian yang mereka yakini!!

Aku katakan : Inilah Al-Mujahid Al-’Alim As-Salafi yang sangat cemburu terhadap Islam, As-Sunnah dan Manhaj As-Salafi, yaitu Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali. Sangat disayangkan ada di sana di antara anak-anak dari keturunan kita dan orang-orang yang tumbuh di negeri tauhid dan sunnah, dan terkadang dari kalangan yang dianggap berilmu dan da’i, yang umat diuji dengan keberadannya. Barangsiapa yang mengenali keutamaan beliau (Asy-Syaikh Rabi’), membaca karya-karyanya, serta mengambil nasehat dan arahan-arahannya, maka dia akan menolak dan waspada dari orang-orang semacam itu.

Demikianlah keadaannya. Hal ini telah terjadi dan aku saksikan sendiri di negeri Indonesia. Salah satu pelajar Indonesia yang hadir di daurah mengabarkan kepadaku bahwasanya pada beberapa hari sebelumnya ia ditemui oleh salah satu wakil Universitas Islam (Madinah) untuk menguji para pelajar yang ingin mendaftar di universitas tersebut. “Penguji tersebut menanyaiku tentang Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali, maka aku jawab sesuai dengan pengetahuanku tentang beliau.”, kata pelajar tersebut. Kemudian ia melanjutkan, “Ternyata hasil dari wawancara ini adalah namaku tidak masuk dalam daftar orang-orang yang diterima di unversitas Islam Madinah.”

Kami, demi Allah, sangat menyayangkan munculnya orang-orang seperti ini dari pihak Universitas Islam. Padahal dengannya Allah telah memberikan manfaat kepada Islam dan kaum muslimin. Jika Allah berkehendak, maka universitas tersebut akan senantiasa menjadi sebagai menara tauhid dan sunnah. Bagaimana tidak, sebenarnya universitas ini berdiri di atas ilmu yang benar bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, serta aqidah As-Salaf ash-Shalih. Berdiri di tangan para ulama rabbani dan kawakan, baik dalam urusan pengaturan maupun pengajaran, seperti Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alusy-Syaikh, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz, Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Al-Jinki Asy-Syinqithi, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, dan selain mereka.

Page 271: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Aku memohon kepada Allah agar menetapkan universitas Islam Madinah tersebut dalam kondisi mulia untuk Islam dan kaum muslimin, Sunnah dan tauhid, serta menjauhkannya dari tangan-tangan ahlul ahwa dan hizbiyyin.

Keempat:

Alam Negeri Indonesia, Nikmat-nikmat yang Allah Karuniakan Berupa Pemandangan yang Indah, dan Keajaiban-keajaiban Lainnya

Diantara yang kami saksikan di negeri ini adalah berbagai pemandangan alam yang sangat indah. Yang sangat menakjubkan adalah bagaimana Allah menciptakan dan menghiasinya, berupa berbagai keajaiban-keajaiban, gunung-gunung tinggi yang hijau, hutan yang luas dipenuhi dengan berbagai macam pohon dan bunga, tanah yang dihampari dengan pemandangan yang hijau, ada yang berupa lahan pertanian yang berbuah dan ada yang pemandangan alam yang cantik, sungai-sungai banyak mengalir, hawa yang lembut dan nyaman, awan seperti gunung yang menggumpal di udara bak ombak di lautan, di mana kami bisa melihatnya di bawah kami – yaitu di dalam pesawat – dalam pemandangan yang mengagumkan, ciptaan Allah Yang Maha Hikmah lagi Maha Mulia. Tidak lama kemudian kita akan mengatakan Laa ilaaha illallah, aku beriman kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Maha Hikmah dan Maha Mulia. Betapa agungnya ciptaan Allah dan betapa lemahnya manusia yang lemah ini dan sombong kepada Allah. Maha Benar Allah ketika berfirman:

) 9 ?ر9يم =ك ال dك? ب 9ر? ب ك? غ?ر7 م?ا ان; =س? 9ن اإل= ¦ه?ا ي? أ ?ا ?ك?) (6ي ف?ع?د?ل و7اك? ف?س? ?ق?ك? ل خ? 7ذ9ي ?ك?) (7ال 7ب ك ر? اء? ش? م?ا ة� ص;ور? dي

? أ )8ف9ي ) 9الدdين9 ب ;ون? ?ذdب ;ك ت ?ل= ب ?ال7 /9ك ] ]10-6اإلنفطار)

Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. Bukan Hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. (QS. Al-Infithar:6-9)

berfirman:Dan Allah

م?ه9ين� ( م?اء� م9ن= ;م= ;ق=ك ل ?خ= ن ?م= ?ل م?ك9ين�) (20أ ار� ق?ر? ف9ي ?اه; =ن ع?ل �) (21ف?ج? ;وم م?ع=ل ق?د?ر� 9ل?ى ون?) 22إ =ق?اد9ر; ال 9ع=م? ف?ن ?ا ن ف?ق?د?ر= 9ين?) (23( ?ذdب =م;ك 9ل ل 9ذ� ?و=م?ئ ي =ل~ /24و?ي ]24-20المرسالت) [

Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan air tersebut dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, Lalu Kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (QS. Al-Mursalat:20-24)

Sungguh orang akan bertanya-tanya : Apakah hikmah dari (kenyataan) bahwasanya negeri kita (Saudi ‘Arabia) mayoritasnya adalah tanah yang tandus, padang pasir yang gersang dan terlihat putih. Sedikit sekali daerah-daerah yang hijau, kecuali pada sebagian wilayah dan sebagian tempat. Padahal negeri kita adalah tempat turunnya wahyu, Al-Haraiman (Makkah dan Madinah), tempat diutusnya risalah, tempat singgahnya hati-hati kaum muslimin, dan syari’at Islam berdiri tegak, bendera tauhid dan as-sunnah berkibar di angkasanya, sedangkan penguasanya – segala puji bagi Allah – bangga dengan Islam dan as-sunnah. Ilmu juga berdiri tegak. Ulama-ulama rabbani banyak jumlahnya, meskipun amat disayangkan adanya kedurhakaan dari sebagian anak-anak keturunan kami. mereka telah menggantikan yang baik dengan yang buruk. Mereka meninggalkan (manhaj) yang mereka dahulu ditarbiyah di atasnya. Mereka memilih bergabung dengan hizbiyyah yang berporos pada pikiran manusia, dan jama’ah-jama’ah yang muhdatsah bid’ah yang muncul dari negeri-negeri yang tidak berbuat untuk mencapai kebaikan baginya. Mereka menyelundup kepada kita dalam kemasan sebagai bentuk kesemangatan untuk Islam dan cemburu kepada syari’at, sebagaimana diselundupkannya racun dalam madu …?!!

Namun yang kita katakan adalah bahwasanya Rabb kita memiliki hikmah yang tinggi, hujjah yang membungkam. Dia ‘Azza wa Jalla pemilik hak mencipta, memerintah, dan menguasai. Ia mengatur kerajaan-Nya dalam ketelitian yang puncak berdasar hikmah dan keadilan serta rahmat. Ia membuat yang ini miskin dan membuat kaya yang lain, menghinakan yang ini dan memuliakan yang lain. Ia

Page 272: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

menjadikan yang ini hijau dan berbunga. Menjadikan yang itu putih dan gersang. Ia adalah Rabb kita Yang Maha terpuji atas segala sesuatu baik di dunia maupun di akhirat.

Semoga Allah menyimpankan untuk kita kenikmatan-kenikmatan tersebut, dan yang lebih baik dari itu di negeri yang tidak akan musnah kenikmatannya. Di negeri tersebut terdapat berbagai kenikmatan belum pernah terlihat oleh mata keindahannya, belum pernah didengar oleh telinga, tidak pula pernah terbetik dalam hati manusia.

Betapapun indahnya negeri itu (Indonesia), namun sesungguh hidup di tempat turunnya wahyu dan dua tanah haram, di bawah naungan hukum syari’at Islam, sehingga seorang muslim bisa beribadah kepada Allah dengan aman dan tenang, jauh dari tempat-tempat fitnah dan syahwat, adalah lebih baik ratusan kali daripada itu semua.

Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menghidupkan kita di atas Islam dan as-sunnah, dan agar mematikan kita di atas keimanan dan as-sunnah. Sebagaimana pula kita memohon kepada-Nya agar menjaga bendera tauhid dan sunnah senantiasa dalam keadaan berkibar. Dan agar menjaga negeri ini dengan syari’at yang cemerlang. Dan agar memenangkan kita di atas musuh-musuh kita dari orang-orang kafir dan komunis, serta atas ahlul ahwa dan bid’ah. Dan agar menolak untuk kita berbagai tipu daya para penipu, orang-orang munafik, orang-orang zhalim, dan orang-orang yang menentang.

(Sumber : http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=360996 & diarsipkan di http://www.rabee.net/almadani/andonisia.zip. Dikirimkan oleh al akh Abu Amr melalui email)

Syaikh Ali Hasan Al Halaby

Nama dan Nasabnya

Namanya adalah Syaikh Abul Harits Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid As Salafy Al Atsary. Beliau lahir di kota Zarqa Yordania, 29 Jumadi at-Tsani 1380 H. (1960 M)

Guru-Guru nya

Ayah dan kakeknya hijrah ke kota Yordania dari kota Yafa Palestina pada tahun 1368 H/1948 M, karena penjajahan Yahudi (Laknat Alloh atas Yahudi). Beliau memulai studi ilmu-ilmu agama di saat usia beliau belum melebihi dua puluh tahun, guru beliau yang paling menonjol adalah Al ‘Allamah Asy Syaikh ahli Hadits Muhammad Nashiruddin Al Albani (semoga rahmat Alloh tercurah padanya), kemudian syaikh ahli bahasa Abdul Wadud Az Zarazi (semoga rahmat Alloh tercurah padanya) dan ulama-ulama lainnya.

Beliau berjumpa dengan gurunya yaitu syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani di akhir tahun 1977 di kota Amman Yordania. Beliau belajar pada syaikh Al Albani kitab Iskaalat Al Baiul Hatsis pada tahun 1981, dan beliau juga mempelajari kitab-kitab Musthalahul Hadits lainnya.

Beliau memiliki ijazah-ijazah (pengakuan) dari sejumlah ulama, di antaranya syaikh Badiuddin As Sanadi, dan juga Al ‘Allamah Al Fadhil Muhammad As Salik Asa Syinqithi (semoga rahmat Alloh tercurah pada mereka) dan ulama-ulama lainnya.

Pujian Ulama Terhadap Beliau

Sejumlah ulama yang terkemuka memuji beliau, di antaranya: Asy-Syaikh al-Allamah ahli hadits yang berilmu tokoh pembela sunnah Muhammad Nashiruddin Al Albani (semoga rahmat tercurah padanya) sebagaimana dalam kitab Silsilah Ahadits Ash Shahihah 2/720 tatkala syaikh Al Albani menjelaskan kedustaan “penghancur sunnah” Hasan Abdul Manan; beliau berkata: “…penjelasan yang luas dalam menerangkan kesalahan ucapannya dalam melemahkan hadits itu membutuhkan satu karya khusus, dan ini yang tidak mungkin bagi saya lantaran keterbatasan waktu, semoga sebagian saudara-saudara kami yang mempunyai kemampuan hebat dalam ilmu hadits ini mengarang kitab tentangnya, seperti misalnya al-Akh Ali al-Halaby.”

Lihat juga Muqaddimah kitab at-Ta’liqat ar-Raudhiyyah ala ar-Raudhah an-Nadiyyah dan kitab Adabuz Zifaf cetakan Al Maktabah Al Islamiyyah.

Beliau juga dipuji oleh syaikh bin Baz (semoga rahmat Alloh tercurahkan padanya) dimana syaikh mengomentari kitabnya: “Sesungguhnya kitabnya beraqidah dan bermanhaj salaf.”

Page 273: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Demikian juga syaikh Bakr Abu Zaid memuji beliau dalam kitabnya; Tahrifunnusus min Maaqod Ahlil Ahwa fil Istidlal hal 93-94.

Demikian juga syaikh Al ‘Allamah ahli hadits Muqbil bin Hadi al-Wadi’I (semoga rahmat Alloh tercurah padanya) memuji beliau. Syaikh Muqbil menuturkan: “Sesudah ini, aku melihat sebuah karya bagus yang berjudul Fikhul Waqi Baina An Nadhariyyah wat Tathbiq karya saudara kami Ali bin Hasan bin Abdul Hamid, saya menasihatkan agar membaca kitab itu, semoga Alloh membalas kebaikan kepadanya. Syaikh Muqbil juga menukil karya syaikh Ali Hasan ini dalam kitabnya yang berjudul Gharah al-Asrithah ala ahlil Jahli was Safsatah beliau menyebutkannya “Saya tidak pernah mengetahui semisal ini.”

Demikian juga syaikh Al Allamah ahli hadits Abdul Muhsin al-Abbad (semoga Alloh menjaganya) juga memuji beliau. Dalam kitabnya yang menawan Rifqon Ahli Sunnah bi Ahli Sunnah cetakan kedua yang diperbaharui 1426 H, hal. 9-8 menuturkan: “Aku juga mewasiatkan kepada para penuntut ilmu di seluruh negeri agar mengambil faedah dari para ahli ilmu yang berkecimpung dalam masalah ilmu dari kalangan ahli sunnah di negeri ini semisal murid-murid syaikh al-Albani di Jordania, yang mendirikan sebuah markaz yang menggunakan nama syaikh al-Albani sepeninggal beliau.”

Aktivitas Dakwah Beliau

Beliau salah seorang pendiri majalah Al Ashalah yang terbit di negara Yordania, beliau salah seorang dewan redaksi dan penulis dalam majalah ini. Beliau termasuk pendiri markaz Imam Albani.

Beliau aktif menulis makalah-makalah yang terbit tiap pekan di Koran Al Muslimun yang terbit di London Inggris, dalam rubrik “as-Sunnah”, hal ini berlangsung sekitar dua tahun semenjak tanggal 18 Rabiul Awal 1417.

Beliau pernah mengikuti berbagai muktamar Islam, kegiatan dakwah dan dauroh ilmiah di berbagai Negara, dan ini sering beliau lakukan, seperti Negara: Amerika, Inggris, Belanda, Hongaria, Kanada, Indonesia, Perancis dan Negara-negara lainnya.

Beliau juga pernah di undang di berbagai Universitas di Yordania untuk berceramah dan pertemuan-pertemuan, semisal: Universitas Yordania, Universitas Yarmuk, dan UniversitasAz Zaitunah.

Karya-Karya nya

Karya-karya dan buku-buku yang telah diteliti beliau lebih dari 150 judul, yang terdiri atas buku yang tidak terlalu tebal maupun yang berjilid-jilid, diantara karya beliau yang paling penting:

1. Ilmu Ushulul Bida’2. Dirasah Ilmiyyah fi Shahih Muslim3. Ru’yatun Waqiah fil Manahij ad-Dakwiyyah4. An Nukatu ala Nuzhatin Nadhar5. Ahkamus Sita6. dan lain-lain

Adapun buku-buku yang diteliti beliau:

1. Mifatahu Daris Sa’adah, karya Ibnul Qayyim, 3 jilid2. At Ta’liqat ar-Raudiyyah ala ar-Raudah an-Nadiyyah, karya al-Albani, 3 jilid3. Al-Baisul Hasis, karya Ibnu Kasir, 2 jilid4. Al-Huttah fi zikri as-Shihah as-Sittah, karya Sodiq hasan Qan5. Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnul Qayyim, 1 jilid6. dan lain-lain

Sejumlah karya beliau ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, di antaranya: Perancis, Urdu, Indonesia dan lain-lain. (diterjemahkan dari www.alhalaby.com)

Asy-Syaikh Abdullah Bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullâh

Nama :

‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm bin Husain bin Mahmûd As-Sa’di kemudian Al-Bukhâri Al-Madîni.

As-Sa’di adalah nisbah kepada Bani Sa’d yang berasal dari Ath-Thâ`if. Beliau dilahirkan di Madinah di desa Bâbut Tamâr.

Page 274: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ayahnya :

Adapun tentang ayah beliau, yaitu Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm bin Husain Al-Bukhâri , tumbuh dalam kondisi yatim. Telah hafal Al-Qur`an semenjak kecil. Belajar di Madrasah Al-’Ulûm Asy-Syar’iyyah. Beliau sangat berprestasi. Di tengah aktivitasnya, beliau juga sangat aktif dan bersemangat menghadiri halaqah-halaqah ilmu di Masjid Nabawi dan mengambil ilmu dari para ‘ulama pada waktu itu. Kemudian beliau pindah ke kota Riyâdh, bekerja sebagai staff Al-Malik (Raja) ‘Abdul ‘Aziz . Setelah itu beliau bekerja pada bidang lain, dan pada awal tahun 1374 H bergabung pada Hai`ât Al-Amri bil Ma’rûf. Pimpinan umumnya waktu itu adalah Asy-Syaikh Al-’Allâmah ‘Umar bin Hasan âlu Asy-Syaikh. Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri mendapat ijazah dan rekomendasi yang ditandatangani oleh Asy-Syaikh ‘Umar bin Hasan âlu Asy-Syaikh atas kebaikan prilaku dan tugas beliau. Ijazah tersebut bernomor 2396/Kh/M tertanggal 25/9/1377 H.

Kemudian Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm pindah ke Madinah, bertugas di Al-Mahkamah Asy-Syar’iyyah Al-Kubrâ pada tanggal 13 – 2 – 1380 H. Pimpinan mahkamah pada waktu itu adalah Asy-Syaikh Al-’Allâmah ‘Abdul ‘Azîz bin Shâlih , beliau sekaligus imam dan khathib Masjid Nabawi. Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm juga mendapat ijazah dari pimpinan mahkamah tertanggal 21/9/1392 H. ditegaskan dalam ijazah tersebut :

“Selama bertugas menjadi teladan dalam kesungguhan dan semangat kerja. Senantiasa menjalankan tugas dengan sangat baik.”

Kemudian pada tanggal 1 – 4- 1388 H, beliau pindah ke Universitas Islam Madinah, dengan Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz sebagai rektornya. Beliau juga mendapat ijazah dari Asy-Syaikh Al-Imâm ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz, bahwa “Bersifat dengan prilaku dan akhlaq yang baik, dan sangat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas.” Ijazah tersebut bernomor 338 tertanggal 27/31392 H. Beliau terus bertugas di Universitas Islam Madinah sampai pensiun pada 1 – 7 – 1407 H.

Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri adalah seorang yang sangat rajin beribadah, bersemangat dalam ilmu, sangat mencintai dan menghormati para ‘ulama, konsisten berpegang kepada sunnah, dan sangat menentang bid’ah dan para pengusungnya. Beliau juga menjaling hubungan sangat baik dan erat dengan sejumlah ‘ulama besar Ahlus Sunnah, di antaranya Samâhatul Imâm Al-’Allâmah Al-Mufassir Muhammad Al-Amîn Asy-Syinqhîthi (penulis tafsir Adhwâ`ul Bayân ) , Samâhatul Imâm Syaikhul Islâm ‘Abdul ‘Azîz bin ‘Abdillâh bin Bâz , beliau juga sering berhubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Faqîh ‘Abdurrahmân As-Sa’di –bahkan Asy-Syaikh Sa’di menghadiahkan kepada beliau sejumlah kitab yang padanya ada tulisan tangan beliau. Kitab-kitab tersebut masih tersimpan- , di antaranya juga : Al-’Allâmah Al-Muhaddits Hammâd Al-Anshâri, Al-’Allâmah Al-Muhaddits ‘Abdul Muhsin Al-’Abbâd, Al-’Allâmah Al-Mujâhid Muhammad Amân Al-Jâmi, Al-’Allâmah Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali, Al-’Allâmah ‘Umar bin Muhammad Fallâtah, dan masih banyak lagi.

Asy-Syaikh ‘Abdurrahîm Al-Bukhâri wafat pada 23 Dzulhijjah 1422 H, di dekat salah satu pintu masuk Masjid Nabawi, menjelang maghrib, dan ketika itu beliau sedang bershaum. Meninggalkan 13 anak.

Menuntut Ilmu Asy-Syaikh ‘Abdullâh bin ‘Abdirrahîm hafizhahullâh tumbuh di bawah asuhan dan bimbingan kedua orang tuanya yang sangat antusias dan memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu, serta upaya mendidik anak-anak dengan pendidikan yang selamat dan lurus.

Beliau mulai menghafal Al-Qur`an semejak tahun-tahun pertama ketika beliau duduk di madrasah ibtida`iyyah di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri ( ayah beliau sebagai penanggung jawab di masjid tersebut ).

Beliau dikarunai kecintaan terhadap ilmu hadits sejak kecil. Karena itu beliau sangat bersemangat untukmengumpulkan dan membaca kitab-kitab tentang ilmu hadits, bertanya tentang perkara yang sulit, dan menghafalnya.

Beliau juga sangat bersemangat untuk mempelajari kitab-kitab aqidah, karena beliau melihat kebutuhan umat yang sangat besar terhadapnya. Itu semua beliau lakukan dengan cara senantiasa rutin dan bermulâzamah di Masjid Nabawi.

Guru-gurunya antara lain :

Dalam bidang Al-Qur`an dan Tajwid

1. Asy-Syaikh Muhammad Ramadhân Ad-Dahlawi

2. Asy-Syaikh Al-Mudaqqiq Sayyid Lâsyîn Abul Faraj hafizhahullâh, banyak menimba ilmu dari beliau,terutama dalam penarapan tilawah dan praktek langsung dalam bidang tajwid.

3. Asy-Syaikh Ahmad ‘Abdul Karîm .

Page 275: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

4. Asy-Syaikh Muhammad Al-Marisi (juru tulis di Universitas Islam Madinah dan imam di Masjid Al-Imâm Al-Bukhâri) Banyak mengambil ilmu tajwid dari beliau. Juga belajar secara khusus risalah yang berjudul Al-Burhân fî Tajwîdil Qur`an, karya Ash-Shâdiq Qamhari. Juga belajar ilmu khath, baik teori maupun praktek. Demikian juga belajar ilmu nahwu dengan mempelajari kitab Al-Âjurrûmiyyah.

5. Asy-Syaikh Mu’ammar Bakri bin ‘Abdil Majîd Ath-Tharâbîsyi. Mendapat ijazah dari beliau dalam bidang Al-Qur`an. Juga mendapat ijazah umum atas semua riwayat beliau yang didapat dari gurunya Asy-Syaikh Muhammad bin Salîm Al-Hulwâni.

6. Asy-Syaikh Ahmad Al-Qâdhi hafizhahullâh. Secara khusus mengambil ilmu dalam bidang tajwid, dan mempelajari kitab Haqqut Tilâwah karya Husni Syaikh ‘Utsmân.

Dalam berbagai disiplin ilmu lainnya :

1. Al-’Allâmah An-Nâshih Ash-Shâdiq Ar-Rabbâni Asy-Syaikh Muhammad Amân bin ‘Ali Al-Jâmi . Bermulâzamah kepada beliau selama 10 tahun. Mendapatkan ijazah dari beliau atas berbagai kitab yang dipelajari dari beliau dalam berbagai disiplin ilmu, sebagaimana tertulis dalam ijazah yang sangat menjadi kebanggaan Asy-Syaikh Al-Bukhâri. Kitab-kitab yang dipelajari dari beliau, antara lain :

- Al-Ushûluts Tsalâtsah karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb

- Al-Qawâ’idul Arba’ karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb

- Kitâbut Tauhid karya Syaikhul Islâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb

- Fathul Majîd karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahmân bin Hasan, cucu Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb.

- Qurratu ‘Uyûnil Muhawwidîn karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahmân bin Hasan, cucu Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb.

- Tajrîdut Tauhid karya Al-Maqrîzi

- Al-’Aqidah Al-Wâsithiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.

- Al-Hamawiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.

- At-Tadmûriyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.

- Syarh Al-’Aqîdah Ath-Thahâwiyyah, karya Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi.

- Al-Qawâ’idul Mutslâ, karya Asy-Syaikh Al-’Utsaimîn.

- Qathrun Nadâ,

- Al-âjurrûmiyyah,

- Nailul Authâr (beberapa bab), karya Asy-Syaukâni.

- Zâdul Ma’âd, karya Ibnul Qayyim.

- Kitâbush Shiyâm dari kitab Shahîhul Bukhâri.

- ‘Umdatul Ahkâm, karya Abdul Ghanî Al-Maqdisi.

- dan masih banyak lagi

mayoritasnya di Masjid Nabawi, sebagian lagi di masjid dekat rumah Asy-Syaikh Al-Jâmi, sebagiannya lagi di Masjid Ash-Shâni’ di desa Al-Mashâni’

2. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Fâdhil ‘Abdul Muhsin bin Hamd Al-’Abbâd hafizhahullâh. Bermulazamâh kepada beliau selama 16 tahun. Kitab-kitab yang dipelajari dari beliau antara lain :

- Jilid terakhir kitab Shahîh Muslim

Page 276: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

- Shahîh Al-Bukhâri

- Sunan An-Nasâ`i

- Sunan Abî Dâwûd

- Sebagian besar Jâmi’ At-Tirmidzi

- Al-Lu`lu` wal Marjân (belum sampai tamat)

- ‘Aqidah Ibni Abî Zaid Al-Qairâwani Asy-Syaikh Al-Bukhâri bercerita, “Pada musim haji tahun 1420 H saya membaca di hadapan beliau satu juz Kitâbul Hajj dari kitab Syarhus Sunnah karya Al-Imâm Al-Baghawi . Kemudian pada musim haji tahun 1421 H saya membaca di hadapan beliau kitab Fatwâ Arkânil Islâm karya Asy-Syaikh Al-Utsaimîn. … .”

3. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mu`arrikh ‘Umar bin Muhammad Fallâtah. Menghadiri pelajaran syarh terhadap kitab Shahîh Muslim, Al-Muwattha`, dan syarh tentang sirah nabawiyyah.

4. Al-’Allâmah Al-Faqîh Asy-Syaikh ‘Athiyyah bin Muhammad Sâlim. Menghadiri pelajaran syarh terhadap kitab Mudzakkirah Asy-Syinqithi fî Ushûlil Fiqh, dan sebagian pelajaran kitab Ar-Rahbiyyah, yang membahas tentang ilmu fara`idh, dan pelajaran kitab Syarh Al-Waraqât. Semua pelajaran tersebut di Masjid Nabawi.

5. Asy-Syaikh Al-’Allâmah An-Nâshih ‘Ali bin Muhammad bin Sinân . Mempelajari kitab Alfiyyah Ibni Mâlik, Irsyâdhul Fuhûl karya Asy-Syaukâni, dan Ar-Raudh Al-Murabbâ’ fiqh hanbali.

6. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mujâhid An-Nâqid Asy-Syaikh Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali hafizhâhullâh. Belajar kepada beliau di masjid dekat rumah beliau ketika itu, yaitu di kampung Al-Azhari, beberapa pelajaran antara lain pelajaran Muqaddimah Shahîh Muslim, At-Taqyîd wal îdhah karya Al-Hâfizh Al-’Irâqi, I’lâmul Muwaqqi’în karya Ibnul Qayyim, dan Ikhtishâr ‘Ulûmil Hadîts karya Ibnu Katsîr.

7. Al-’Allâmah Al-Mu`arrikh Al-Lughawi An-Nassâbah Shafiyyurrahmân Al-Mubârakfûri. Duduk bersama beliau selama kurang lebih dua tahun. Membaca di hadapan beliau beberapa bagian yang mencukupi dari Al-Kutubus Sittah –sebagaimana tertulis dalam ijazah- dan mendapatkan ijazah Al-Kutubus Sittah dari beliau (yaitu kitab : Shahîh Al-Bukhâri, Shahîh Muslim, Sunan Abî Dâwûd, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasâ`i, Sunan Ibni Mâjah), dan juga ijazah atas semua riwayat beliau yang bersambung dengan kitab Al-Hâfizh Asy-Syaukâni Ithâful Al-Akâbir bi Isnâdid Dafâtir. Juga membaca di hadapan beliau sebagian besar kitab Jâmi’ At-Tirmidzi, dan beberapa kitab dalam bidang lughah, terkhusu Nahwu dan Sharaf, dan kitab-kitab yang tersebar di negeri India, di antara kitab Syarh Mi`ah ‘âmil. Juga membaca di hadapan beliau beberapa kitab aqidah, seperti Ushûlus Sunnah karya Al-Imâm Ahmad bin Hanbal, dll. Pelajaran-pelajaran tersebut mayoritas di Masjid Nabawi dalam majelis khusus.

8. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Faqîh Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi . Menghadiri majelis pembacaan kitab Sunnan Abî Dâwûd di rumah kediaman Asy-Syaikh Muhammad bin Hâdi Al-Madkhali. Kemudian beliau (Asy-Syaikh An-Najmi) memberikan ijazah umum atas semua riwayatnya, dengan nama Inâlatuth Thâlibîn bi Asâdîd Kutubil Muhadditsîn.

9. Al-’Allâmah An-Nabîh Asy-Syaikh ‘Alî bin Nâshir Al-Faqîhi hafizhahullâh. Membaca di hadapan beliau sejumlah besar kitab aqidah, antara lain kitab Sharîhus Sunnah karya Ibnu Jarîr Ath-Thabari, kitab Sulâlatur Risâlah fî Dzammir Rawâfidh min Ahlidh Dhalâl karya Mulâ ‘Ali Al-Qâri, pada musim haji tahun 1421 H.

10. Asy-Syaikh Al-Jalîl ‘Ubaid bin ‘Abdillâh Al-Jâbiri hafizhahullâh. Membaca di hadapan beliau kitab Mudzakkirah Asy-Syinqîthi fî Ushûlil Fiqh, As-Sailil Jarrâh (jilid I) karya Al-’Allâmah Asy-Syaukâni .

11. Asy-Syaikh Al-Lughawi Al-Bâri’ ‘Abdurrahmân bin ‘Auf Al-Kûni. Mempelajari kitab Malhatul I’rab karya Al-’Allâmah Al-Harîri, dan juga mengikuti majelis pelajaran nahwu lainnya.

Para masyâikh lainnya yang mengajar beliau di Fakultas Hadits di Universitas Islam Madinah juga termasuk guru-guru beliau.

Hubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz dan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn

Beliau berdua adalah ‘ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah masa ini. Tokoh besar salafiyyun masa ini yang sangat terhormat dan disegani. Ketokohan dan kapasitas keilmuan dan keshalihan beliau berdua diakui secara international, baik oleh kawan maupun lawan.

Page 277: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Beliau berdua merupakan guru besar Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri.

Asy-Syaikh Al-Imâm ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz Menghadiri majelis beliau di masjid di daerah Ath-Tha`if, pada musim panas tahun 1408 H, membahas kitab Bulûghul Marâm karya Al-Hâfizh Ibnu Hajar. Kemudian hadir pula di majelis pembacaan kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jâmi’it Tirmidzi di kediaman beliau di Ath-Tha`if. Sering hadir dalam majelis-majelis beliau dan menyampaikan berbagai pertanyaan kepada beliau.

Asy-Syaikh Al-Bukhâri menuturkan : “Aku ingat, suatu waktu ketika aku bertanya kepada beliau tentang belajar di Universitas Islam Madinah. Maka beliau memberikan motivasi dan dorongan kepadaku.

Kemudian aku tanya lagi tentang Fakultas Hadits, maka beliau pun makin memberikan motivasi kepadaku.”

Asy-Syaikh Al-Faqîh Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimîn .

Menghadiri pelajaran-pelajaran beliau di Masjidil Haram pada sepuluh terakhir Ramadhân tahun 1407 H, ketika itu beliau mensyarh Hadits Jibril yang sangat panjang. Menghadiri pelajaran beliau di ‘Unaizah pada musim panas tahun 1408 H dan 1409 H. Demikian juga senantiasa hadir dalam pelajaran beliau di Masjid Nabawi.

Hubungan dengan Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits An-Nâqid Muhammad Nâshiruddîn Al-Albâni .

Ketika beliau berziarah ke Madinah pada tahun 1408 H, maka kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh Asy-Syaikh Al-Bukhâri untuk senantiasa menghadiri seluruh majelis-majelis beliau. Majelis-majelis umum dan sebagian dari majelis khusus.

Asy-Syaikh Al-Bukhâri menuturkan kenangan manisnya bersama Asy-Syaikh Al-Albâni : “Aku merasa mulia ketika aku berkesempatan untuk menyendiri bersama beliau. Ketika itu beliau sedang berada di luar masjid hendak menuju tempat tinggalnya. Maka aku menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau, sambil beliau memegang tanganku dan menyilangkan jari-jari tangan kanan beliau dengan jari-jari tangan kiriku. Kemudian beliau menanyaiku, bahwa siapa namaku dan belajarku.”

Karir Ilmiah

1. Lulus dari Fakultas Hadits Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyyah (Universitas Islam) Madinah pada tahun ajaran 1410 – 1411 H dengan peringkat : sangat baik.

2. Guru/Pengajar Ad-Dirâsât Al-Islâmiyyah (Studi Ilmu Islam) di madrasah Ibtida`iyyah dan Tsanawiyyah selama 6 tahun, di bawah Departemen Pendidikan dan Pengajaran.

3. Tahun 1417 H melanjutkan jenjang Magister (S2) di Universitas Ummul Qurâ Makkah Al-Mukarramah, Fakultas Da’wah dan Ushûlud Dîn Jurusan Al-Kitâb was Sunnah. Lulus dengan predikat cumlaod.

4. Menulis tesis magister dengan judul Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin ‘Abdillâh bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa Dirâsatan. Diuji pada 21 – 8 – 1420 H, dan berhasil meraih cumload dengan anjuran untuk mencetak tesis tersebut.

5. Tahun 1418 H pindah dari Departemen Pendidikan dan Pengajaran ke Universitas Islam Madinah, kembali ke Fakultas Hadits jurusan Fiqhus Sunnah wa Mashâdiruhâ.

6. Berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1426 H dengan tesis tahqîq (penelitian) atas kitab Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh Al-’Irâqi, mulai awal kitab ar-radhâ’ sampai pada penghujung kitab Idzâ Aflasa lirrajuli Gharîm. Dengan prestasi cumlaod pada level utama.

7. Sekarang sebagai Ustâdz Musâ’id pada Fakultas Hadits jurusan Fiqhus Sunnah wa Mashâdiruhâ.

Karya-karya Tulis :

Tidak diragukan, bahwa ikut berperan aktif dalam mengumpulkan ilmu dan menyebarkannya merupakan perkara yang sangat penting dan mulia. Allah telah memberikan nikmat dan taufiqnya kepada Asy-Syaikh Al-Bukhâri untuk juga memiliki andil yang besar pada sisi ini. Beliau memiliki banyak karya tulis ilmiah yang beliau tekuni sejak lama. Tidak lain adalah dalam rangka ikut berperan aktif menyebarkan ilmu yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj salaf.

Di antara karya tulis beliau :

Page 278: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

1. Marwiyyât Abî ‘Ubaidah bin ‘Abdillâh bin Mas’ûd ‘an Abîhi Jam’an wa Dirâsatan (karya tulis),dicetak oleh penerbit Dâr Adhwâ’is Salaf Al-Mishiryyah.

2. Takmilatu Syarh At-Tirmidzi karya Al-Hâfizh Al-’Irâqi (tahqîq). Belum dicetak.

3. Manârus Sabîl bi Takhrîji Juz`i Ibni Dîzîl (tahqîq) dicetak oleh penerbit Al-Ghurabâ` Madinah pada tahun 1413 H. dicetak ulang lagi pada tahun ini 1429 H oleh penerbit Dâr Al-Imâm Ahmad Mesir.

4. Ithâful Nubalâ` bi Adillati Tahrîm Ityânil Mahal Al-Makrûh minan Nisâ` (karya tulis) dicetak pada tahun 1414 H, oleh penerbit Dârul Ghurabâ` Madinah, dicetak ulang pada tahun 1428 H oleh penerbit Dârul Minhâj, Mesir.

5. Riyâdhul Jannah bi Takhrîji Ushûlis Sunnah libni Abî Zamanin (tahqîq dan takhrîj) dicetak tahun 1414 H oleh penerbit Dârul Ghurabâ`, dicetak ulang oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun ini 1429 H.

6. Tuhfatul Ikhwân bi Takhrîji Majlisi min Amâli Ibni Bisyrân (takhrîj dan tahqîq) masih tulisan tangan belum dicetak.

7. At-Tanbîh wal Irsyâd litajâwuzât Mahmûd Al-Haddâd (karya tulis), fotocopy, publikasi tahun 1414 H.

8. Al-Fathul Rabbâni fir Radd ‘alâ Abil Hasan As-Sulaimâni (karya tulis) dicetak tahun 1424 H oleh penerbit Dârul âtsâr, Yaman, dan dicetak pula pada tahun 1425 H oleh penerbit Dâr Mâjid ‘Asîrî, Jeddah – Saudi.

9. At-Taudhîhul Abhar li Tadzkirati Ibnil Mulaqqin fî ‘Ilmil Atsar karya Al-Hâfizh As-Sakhâwi (tahqîq) dicetak oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Riyadh – Saudi tahun 1418 H, dan tahun ini dicetak lagi oleh penerbit Dâr Al-Imâm Ahmad, Mesir.

10. Al-Maqâlat Asy-Syar’iyyah/kumpulan pertama, (karya tulis), dengan pengantar dari Al-’Allâmah Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi dan Al-’Allâmah Asy-Syaikh Zaid Al-Madkhali hafizhahullâh, dicetak oleh Dârul Madînah Al-’Amaliyyah, Imarat pada tahun 1428 H, dan dicetak pula oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun yang sama.

11. Al-Maqâlat Asy-Syar’iyyah/kumpulan kedua (karya tulis), dicetak oleh Dâr Adhwâ`is Salaf, Mesir pada tahun 1429 H.

12. Al-Ajwibah Al-Madaniyyah ‘an Al-As`ilatil Haditsiyyah (karya tulis) dicetak pada tahun 1429 H oleh penerbit Dârul Istiqamah, Mesir.

13. Mushthalahâtul Muhadditsîn fî Kitâbatil Hadîts wa Dhabthihi wa Ishlâhihi (pembasan ilmiah) telah diuji oleh Universitas Al-Imâm Muhammad bin Su’ûd. Diangkat oleh universitas dan akan ditampilkan dalam beberapa edisi majalah universitas. Semoga Allah memudahkan penerbitannya.

14. Su`âlât Al-Imâm Abî Zur’ah Ad-Dimasyqi li Al-Imâm Ahmad bin Hanbal fi Kitâbihi (at-Târîkh), Jam’an wa Dirâsatan (karya tulis), pembahasan ilmiah telah diuji oleh Lembaga Riset Ilmiah Universitas Islam Madinah. Kemudian akan dicetak oleh Dârul Istiqâmah, Mesir. Semoga Allah memudahkan penerbitannya.

15. Tamâmul Minnah bi Syarh Ushûlis Sunnah li Al-Imâm Al-Humaidi (transkrip atas pelajaran) – (karya tulis), dicetak oleh Dârul Istiqâmah, Mesir tahun 1429 H.

16. At-Ta’liqât Ar-Radhiyyah ‘alâ Al-Manzhûmah Al-Baiqûniyyah (karya tulis), akan dicetak oleh Dârul Istiqâmah, Mesir. Semoga Allah memudahkan penerbitannya.

17. Kemudian Dârul Istiqâmah juga meminta naskah transkrip atas transkrip 2 kaset syarh kitab Al-Mûqizhah karya Adz-Dzahabi. Semoga Allah memudahkan penerbitannya.

18. At-Ta’liqât Ar-Radhiyyah ‘alâ Al-’Aqîdah Al-Wâsithiyyah karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah. Syarh yang telah ditranskrip, tahun 1424 H. Naskahnya diminta oleh Dârul Falâh untuk dicetak.

Saat ini masih dalam proses murâja’ah. Dan masih banyak lagi selain yang tersebut di atas. Semoga Allah membantu dan memudahkan.

Kitab-kitab yang diajarkan :

Kitab-kitab yang diajarkan oleh Asy-Syaikh Al-Bukhâri hafizahullâh dalam berbagai pelajaran beliau, antara lain :

1. Haqqut Tilâwah, dalam bidang ilmu tajwid. Karya Husni Syaikh ‘Utsmân.

2. Al-Burhân fi Tajwîdil Qur`an , karya Ash-Shâdiq Al-Qamhâwi.

Page 279: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

3. Al-Ushûlts Tsalâtsah.

4. Al-Qawâ’idul Arba’ah.

5. Kitâbut Tauhîd (ketiga kitab ini karya Al-Imâm Muhammad bin ‘Abdil Wahhâb ).

6. Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd.

7. Sullamul Wushûl, karya Al-’Allâmah Hâfizh Hakami.

8. Ushûlus Sunnah, karya Al-Humaidi.

9. As-Sunnah, karya Al-Muzani.

10. Sharîhus Sunnah, karya Ibnu Jarîr Ath-Thabari.

11. As-Sunnah, karya ‘Abdullah bin Al-Imâm Ahmad.

12. Al-Imân, karya Abû ‘Ubaid Al-Qâsim bin Sallâm.

13. Kitâbut Tauhîd dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.

14. Kitâbul Imân dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.

15. Al-Wâsithiyyah, karya Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah.

16. Kitâbur Riqâq dari kitab Shahîh Al-Bukhâri.

17. Al-Manzhûmah Al-Baiqûniyyah.

18. Ikhtishâr ‘Ulûmil Hadîts, karya Ibnu Katsîr.

19. At-Taudhîhul Abhar li Tadzkirati Ibnil Mulaqqin fî ‘Ilmil Atsar karya Al-Hâfizh As-Sakhâwi.

20. Al-Mûqizhah karya Adz-Dzahabi.

21. Al-Muqni’ fî ‘Ulûmil Hadîts karya Ibnul Mulaqqin.

22. Irsyâd Thullâbil Haqâ`iq, karya Al-Hâfizh An-Nawawi.

23. Muqaddimah Shahîh Muslim bin Al-Hajjâj.

24. Nukhbatul Fikar fî Mushthalahi Ahlil Atsar, karya Al-Hâfizh Ibni Hajar.

25. Mukhtashar Shahîhil Bukhâri, karya Az-Zubaidi.

26. Al-Adabul Mufrad karya Al-Imâm Al-Bukhâri.

27. ‘Umdatul Ahkâm Al-Kubrâ karya Al-Hâfizh Al-Maqdisi.

28. ‘Umdatul Ahkâm Ash-Sughrâ karya Al-Hâfizh Al-Maqdisi.

29. Bulûghul Marâm min Adillatil Ahkâm karya Al-Hâfizh Ibnu Hajr.

30. Al-Anjam Az-Zâhirât ‘ala Hill Alfâzhil Waraqât, karya Al-Mâridîni Asy-Syâfi’i.

31. Al-Arba’în An-Nawawiyyah.

32. Minhâjus Sâlikîn, karya Al-’Allâmah As-Sa’di.

33. Bahjatul Qulûbil Abrâr, karya Al-’Allâmah As-Sa’di.

Page 280: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

34. Al-Muharrar fîl Hadîts, karya Al-Hâfizh Ibnu ‘Abdil Hâdi.

35. Ar-Risâlah At-Tabûkiyyah, karya Al-Imâm Ibnul Qayyim.

36. Al-Wâbilush Shayyib min Al-Kallimith Thayyib, karya Al-Imâm Ibnul Qayyim.

37. Ad-Durûsul Muhimmah li ‘âmmatil Ummah, karya Al-’Allâmah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz.

38. Dhawâbithul Jarh wat Ta’dîl, karya ‘Abdul ‘Azîz ‘Abdul Lathîf.

39. Ar-Raf’u wat Takmîl fil Jarh wat Ta’dîl, karya Al-Kanawi Al-Hindi.

40. Thuruq Takhruju Hadîts Rasûlillâh .

41. Al-Jâmi’ li Akhlâqir Râwi wa âdâbis Sâmi’, karya Al-Hâfizh Al-Khathîb Al-Baghdâdi.

42. Al-Âjurrûmiyyah. Dan masih banyak lagi lainnya.

Para ‘Ulama Senior yang memberikan Ijazah

Para ‘ulama kibâr (senior) Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang memberikan ijazah kepada Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri, antara lain :

1. Asy-Syaikh Bakri Ath-Tharâbîsyi.

2. Al-’Allâmah An-Nâshih Ash-Shâdiq Ar-Rabbâni Asy-Syaikh Muhammad Amân bin ‘Ali Al-Jâmi .

3. Al-’Allâmah Al-Mu`arrikh Al-Lughawi An-Nassâbah Shafiyyurrahmân Al-Mubârakfûri .

4. Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Faqîh Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi .

5. Asy-Syaikh Al-’Allâmah Al-Muhaddits Abû Muhammad Badî’uddîn Asy-Syahur Rasyîd As-Sindi Asy-Syarîf . Ijazah “Munjidul Mustajîz li Riwâyatis Sunnah wal Kitâbil ‘Azîz” tertanggal 15 Rajab 1416 H.

Dan masih banyak lagi. Ada pula para ‘ulama yang mengirimkan ijazah kepada beliau, tanpa beliau minta. Pujian dan Tazkiyyah Al-’Allâmah Al-Muhaddits Al-Mujâhid Al-Wâlid Asy-Syaikh Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali

hafizhahullâh Asy-Syaikh Rabî’ ditanya : “Bagaimana pendapat engkau menghadiri pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh

Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri?” Beliau hafizhahullâh menjawab : “Saya menasehatkan kepada kaum muda di Madinah untuk menghadiri

pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh Al-Akh ‘Abdullâh Al-Bukhâri, karena sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang terbaik di kalangan Ahlus Sunnah, dan termasuk orang-orang yang senantiasa membelanya dalam setiap kesempatan sepengetahuanku. Dia rajin menulis, beraktivitas, dan bergerak dalam rangka membela sunnah dan ahlus sunnah lebih banyak daripada mayoritas orang-orang yang memeranginya dari kalangan ahlul ahwâ` (pengikut hawa nafsu), baik dulu maupun sekarang. Jadi dia (Asy-Syaikh ‘Abdullâh Al-Bukhâri) adalah di antara orang-orang terbaik di kalangan ahlus sunnah, Insyâ`allâh. Kita memohon kepada Allah agar mengokohkan kita dan dia di atas sunnah dan menjadi kita semua bermanfaat. Tidaklah aku tahu tentangnya, kecuali dia adalah salafy yang baik. Kita semua sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang sering berbuat salah adalah orang yang senantiasa bertaubat.

Maka saya wasiatkan dengan pria ini (Asy-Syaikh ‘Abdullâh), karena dia di antara lulusan terbaik Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyyah (Universitas Islam Madinah), menyandang gelar magister, dan sekarang sedang menempuh doktoral. Dia orang yang sangat cerdas, pemuda yang sangat cerdas. Saya mengenalnya berada di atas manhaj salafi, insyâ`allâh. Maka hadirlah kalian (pada pelajaran-pelajaran)nya, dan ambillah faedah darinya.”

[Tazkiyyah ini beliau sampaikan pada hari Jum'at 14 Jumâdal Ulâ 1425 H, dalam tanya jawab pada pelajaran Kitâbusy Syarî'ah karya Al-Imâm Al-âjurri (Bab : Beriman kepada Telaga yang diberikan kepada Nabi ), tepatnya pada menit 42 : 35].   Sumber : http://www.assalafy.org Situs Salafy Jember

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya membaca di beberapa situs internet mengenai aliran Wahabi, ternyata aliran wahabi ini telah mengkafirkan beberapa ulama seperti Imam Bukhari, Imam Namawi, Ibnu Hajar, sahabat Rasulullah, bahkan Nabi Adam dan Siti Hawa pun mereka kafirkan.

Page 281: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kemudian, statemen mereka: siapapun yg menolak wahabi berarti menolak Islam. Mereka mempunyai kitab Fiqih sendiri dan berbeda dengan fiqih dari 4 madzhab. Tolong dijelaskan Pa Ustadz. Terima kasih sebelumnya, semoga membawa kebaikan. Amien

Wassalamuaikum Wr. Wb.

Wa Alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokaatuh

Saudara Usep yang dimuliakan Allah swt.

Memang Allah swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya manakala mendapatkan informasi atau berita yang tidak jelas/diragukan kebenarannya hendaklah melakukan pemeriksaan secara seksama sebelum diambilnya sebagai suatu pemikiran / keyakinan.

Firman Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. 49 : 6)

Da’wah Salafiyah adalah pelopor gerakan-gerakan ishlah (reformasi) yang muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan pemikiran di dunia islam. Da’wah salafiyah ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan kepada asalnya yang murni, dan menekankan pada pemurnian arti tauhid dari sirik dengan segala manifestasinya. Sebagian orang ada yang menyebut da’wah ini dengan Wahabi, karena dinisbatkan kepada nama pendirinya, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H / 1703 – 1791 M).

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang ulama yang sangat tegas dan lantang dalam menyerukan tauhid. Ia seorang ulama yang karismatik dan disegani sehingga mampu menda’wahi para penguasa untuk kemudian bekerja sama menghancurkan berbagai kemusyrikan yang ada di masyarakat, seperti dengan penguasa Uyainah yang bernama Utsman bin Muammar atau dengan Pangeran Muhammad bin Su’ud sebagai pengusa Dir’iyah yang kemudian diteruskan oleh putranya yang bernama Pangeran Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud hingga Syeikh meninggal dunia.

Di antara prinsip-prinsip Da’wah Salafiyah :

1. Pendiri da’wah ini, dalam studi-studinya adalah bermadzhab Hambali.2. Menekankan untuk senantiasa merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah dalam

permasalahan aqidah.3. Berpegang teguh dengan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.4. Menyerukan kepada pemurnian arti tauhid.5. Menetapkan tauhid asma dan sifat-sifat Allah tanpa tamtsil (perumpamaan), takyif

(pencocokan) dan ta’wail (interpretasi).6. Menentang segala bentuk bid’ah dan khurafat.7. Menentang segala bentuk ungkapan, petualangan tarekat sufistik yang dimasukan kedalam

agama yang tak pernah ada sebelumnya.8. Melarang berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu, berdasarkan firman Allah :

“(Mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.” (QS. Al A’raf : 33)

9. Segala bentuk yang didiamkan oleh hukum syara’ adalah dimaafkan. Tak ada seorangpun yang berhak mengharamkan, mewajibkan atau memakruhkan berdasarkan firman Allah, “Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu, dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, nisacaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah : 101

(Disarikan dari buku, al Mausu’atul Muyassaroh Fil Adyaan Wal Madzahibil Muaashiroh, WAMY, edisi terjemahan, hal. 227 – 232)

Page 282: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sebagai da’wah yang memegang teguh prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka Da’wah Salafiyah tidak mengkafirkan seorang pun dari kaum muslimin kecuali apabila orang itu melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya, sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya (muslim) : Wahai kafir, maka pengkafiran ini akan kembali kepada salah satu dari keduanya, jika dia benar dalam pengkafirannya (maka tidak mengapa), tapi jika tidak maka ucapan itu akan kembali kepadanya” [HR Al-Bukhari)

Jadi prinsip Da’wah Salafiyah terhadap orang islam secara umum—walau ia melakukan dosa besar sekalipun—adalah tetap menganggap menghargai keislaman mereka apalagi terhadap orang-orang mulia yang anda sebutkan di atas.

Mereka adalah para ulama dan imam besar umat ini yang karya-karyanya justru dijadikan sebagai rujukan dan referensi oleh orang-orang salafi. Imam Bukhori dengan karyanya, “Shohihul Bukhori”. Imam Nawawi dengan karyanya, “Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi”. Ibnu Hajar dengan karya terbesarnya,”Fathul Bari Syarh Shohihil Bukhori”

Wallahu A’lam

-Ustadz Sigit Pranowo, Lc

Imam Abu Dawud

Abu Dawud nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani, seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim serta pengarang kitab Sunan. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.

Perkembangan dan PerlawatannyaSejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk (menikmati) dan menimba ilmunya. Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. Ia belajar hadis dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.

Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadis, kemudian hadis-hadis yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadis dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadis, Ahmad bin Hanbal.

Dengan bangga Imam Ahmad memujinya sebagai kitab yang sangat indah dan baik. Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadis.

Guru-gurunyaPara ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud banyak jumlahnya. Di antaranya guru-guru yang paling terkemuka ialah Ahmad bin Hanbal, al-Qa'nabi, Abu 'Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja', Abu'l Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.

Murid-muridnya (Para Ulama yang Mewarisi Hadisnya)Ulama-ulama yang mewarisi hadisnya dan mengambil ilmunya, antara lain Abu 'Isa at-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa'id al-A'rabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain.

Cukuplah sebagai bukti pentingnya Abu Dawud, bahawa salah seorang gurunya, Ahmad bin Hanbal pernah meriwayatkan dan menulis sebuah hadis yang diterima daripadanya. Hadis tersebut ialah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Hammad bin Salamah dari Abu Ma'syar ad-Darami, dari ayahnya, sebagai berikut: "Rasulullah SAW ditanya tentang 'atirah, maka ia menilainya baik."

Akhlak dan Sifat-sifatnya yang Terpuji

Page 283: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Abu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesolehannya. Ia adalah seorang manusia utama yang patut diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya. Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama yang menyatakan:"Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya.

Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut." Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak.

Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang hal ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.

Pujian Para Ulama KepadanyaAbu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadis dan ilat-ilatnya (kecacatannya). Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:"Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadis, dan di akhirat untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."

Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan. "Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilakan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan kepadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," jawab Abu Dawud.

Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian dicium oleh Sahal.

Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadis berkata: "Hadis telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadis. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.

Abu Bakar al-Khallal, ahli hadis dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.

Madzhab Fiqh Abu DawudSyaikh Abu Ishaq asy-Syairazi dalam asy-Syairazi dalam Tabaqatul-Fuqaha-nya menggolongkan Abu Dawud ke dalam kelompok murid-murid Imam Ahmad. Demikian juga Qadi Abu'l-Husain Muhammad bin al-Qadi Abu Ya'la (wafat 526 H) dalam Tabaqatul-Hanabilah-nya. Penilaian ini nampaknya disebabkan oleh Imam Ahmad merupakan gurunya yang istimewa. Menurut satu pendapat, Abu Dawud adalah bermadzhab Syafi'i.Menurut pendapat yang lain, ia adalah seorang mujtahid sebagaimana dapat dilihat pada gaya susunan dan sistematika Sunan-nya. Terlebih lagi bahawa kemampuan berijtihad merupakan salah satu sifat khas para imam hadis pada masa-masa awal.

Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu dan UlamaSikap Abu Dawud yang memandang tinggi terhadap kedudukan ilmu dan ulama ini dapat dilihat pada kisah

Page 284: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

berikut sebagaimana dituturkan, dengan sanad lengkap, oleh Imam al-Khattabi, dari Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Ia berkata:

"Aku bersama Abu Dawud tinggi di Baghdad. Pada suatu waktu, ketika kami selesai menunaikan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu pintu aku buka dan seorang pelayan melaporkan bahawa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq mohon izin untuk masuk. Kemudian aku melapor kepada Abu Dawud tentang tamu ini, dan ia pun mengizinkan. Sang Amir pun masuk, lalu duduk. Tak lama kemudian Abu Dawud menemuinya seraya berkata: "Gerangan apakah yang membawamu datang ke sini pada saat seperti ini?"

"Tiga kepentingan," jawab Amir. "Kepentingan apa?" tanyanya. Amir menjelaskan, "Hendaknya tuan berpindah ke Basrah dan menetap di sana, supaya para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia datang belajar kepada tuan; dengan demikian Basrah akan makmur kembali. Ini mengingatkan bahawa Basrah telah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi Zenji."

Abu Dawud berkata: "Itu yang pertama, sebutkan yang kedua!"

"Hendaknya tuan berkenan mengajarkan kitab Sunan kepada putera-puteraku," kata Amir.

"Ya, ketiga?" Tanya Abu Dawud kembali.

Amir menerangkan: "Hendaknya tuan mengadakan majlis tersendiri untuk mengajarkan hadis kepada putera-putera khalifah, sebab mereka tidak mahu duduk bersama-sama dengan orang umum."

Abu Dawud menjawab: "Permintaan ketiga tidak dapat aku penuhi; sebab manusia itu baik pejabat terhormat mahupun rakyat melarat, dalam bidang ilmu sama."Ibn Jabir menjelaskan: "Maka sejak itu putera-putera khalifah hadir dan duduk bersama di majlis taklim; hanya saja di antara mereka dengan orang umum di pasang tirai, dengan demikian mereka dapat belajar bersama-sama."

Maka hendaknya para ulama tidak mendatangi para raja dan penguasa, tetapi merekalah yang harus datang kepada para ulama. Dan kesamaan darjat dalam ilmu dan pengetahuan ini, hendaklah dikembangkan apa yang telah dilakukan Abu Dawud tersebut.

WafatnyaSetelah mengalami kehidupan penuh berkat yang diisi dengan aktiviti ilmiah, menghimpun dan menyebarluaskan hadis, Abu Dawud meninggal dunia di Basrah yang dijadikannya sebagai tempat tinggal atas permintaan Amir sebagaimana telah diceritakan. Ia wafat pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889M. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan redha-Nya kepadanya.

Karya-karyanyaImam Abu Dawud banyak memiliki karya, antara lain:

1. Kitab AS-Sunnan (Sunan Abu Dawud).2. Kitab Al-Marasil.3. Kitab Al-Qadar.4. An-Nasikh wal-Mansukh.5. Fada'il al-A'mal.6. Kitab Az-Zuhd.7. Dala'il an-Nubuwah.8. Ibtida' al-Wahyu.9. Ahbar al-Khawarij.

Di antara karya-karya tersebut yang paling bernilai tinggi adalah Sunan Abi Dawud.

Metode Abu Dawud dalam Penyusunan SunannyaKarya-karya di bidang hadis, kitab-kitab Jami' Musnad dan sebagainya disamping berisi hadis-hadis hukum, juga memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan amal-amal yang terpuji (fada'il a'mal) kisah-kisah, nasihat-nasihat (mawa'iz), adab dan tafsir.

Cara demikian tetap berlangsung sampai datang Abu Dawud. Maka Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus

Page 285: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

hanya memuat hadis-hadis hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-hadis sahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadis shahih, hadis hasan, hadis dha'if yang tidak terlalu lemah dan hadis yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.

Cara yang ditempuh dalam kitabnya itu dapat diketahui dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan mereka mengenai kitab Sunannya. Abu Dawud menulis:

"Aku mendengar dan menulis hadis Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu, aku memilih sebanyak 4.800 hadis yang kemudian aku tuangkan dalam kitab Sunan ini. Dalam kitab tersebut aku himpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan yang mendekati sahih. Dalam kitab itu aku tidak mencantumkan sebuah hadis pun yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkan. Segala hadis yang mengandung kelemahan yang sangat ku jelaskan, sebagai hadis macam ini ada hadis yang tidak shahih sanadnya.

Adapun hadith yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadis tersebut bernilai salih (dipakai alasan, dalil), dan sebahagian dari hadis yang sahih ini ada yang lebih sahih daripada yang lain. Kami tidak mengetahui sebuah kitab, sesudah Qur'an, yang harus dipelajari selain daripada kitab ini.

Empat buah hadis saja dari kitab ini sudah cukup menjadi pegangan bagi keberagaman tiap orang. Hadis tersebut adalah, yang ertinya:

Pertama: "Segala amal itu hanyalah menurut niatnya, dan tiap-tiap orang memperoleh apa yang ia niatkan. Kerana itu maka barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya pula. Dan barang siapa hijrahnya kerana untuk mendapatkan dunia atau kerana perempuan yang ingin dikahwininya, maka hijrahnya hanyalah kepada apa yang dia hijrah kepadanya itu."

Kedua: "Termasuk kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya."

Ketiga: "Tidaklah seseorang beriman menjadi mukmin sejati sebelum ia merelakan untuk saudaranya apa-apa yang ia rela untuk dirinya."

Keempat: "Yang halal itu sudah jelas, dan yang haram pun telah jelas pula. Di antara keduanya terdapat hal-hal syubhat (atau samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Barang siapa menghindari syubhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatan dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, maka ia telah terjerumus ke dalam perbuatan haram, ibarat penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat tempat terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa itu mempunyai larangan. Ketahuilah, sesungguhnya larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ingatlah, di dalam rumah ini terdapat sepotong daging, jika ia baik, maka baik pulalah semua tubuh dan jika rosak maka rosak pula seluruh tubuh. Ingatlah, ia, iaitu hati."

Demikianlah penegasan Abu Dawud dalam suratnya. Perkataan Abu Dawud itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hadis pertama adalah ajaran tentang niat dan keikhlasan yang merupakan asas utama bagi semua amal perbuatan diniah dan duniawiah.

Hadis kedua merupakan tuntunan dan dorongan bagi umat Islam agar selalu melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan dunia.Hadis ketiga, mengatur tentang hak-hak keluarga dan tetangga, berlaku baik dalam pergaulan dengan orang lain, meninggalkan sifat-sifat egois, dan membuang sifat iri, dengki dan benci, dari hati masing-masing.

Hadis keempat merupakan dasar utama bagi pengetahuan tentang halal haram, serta cara memperoleh atau mencapai sifat wara', yaitu dengan cara menjauhi hal-hal musykil yang samar dan masih dipertentangkan status hukumnya oleh para ulama, kerana untuk menganggap enteng melakukan haram.

Dengan hadis ini nyatalah bahawa keempat hadis di atas, secara umum, telah cukup untuk membawa dan

Page 286: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

menciptakan kebahagiaan.

Komen Para Ulama Mengenai Kedudukan Kitab Sunan Abu DawudTidak sedikit ulama yang memuji kitab Sunan ini. Hujatul Islam, Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: "Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis ahkam." Demikian juga dua imam besar, An-Nawawi dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah memberikan pujian terhadap kitab Sunan ini bahkan beliau menjadikan kitab ini sebagai pegangan utama di dalam pengambilan hukum.

Hadith-hadith Sunan Abu Dawud yang DikritikImam Al-Hafiz Ibnul Jauzi telah mengkritik beberapa hadis yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan memandangnya sebagai hadis-hadis maudhu' (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak 9 buah hadith. Walaupun demikian, disamping Ibnul Jauzi itu dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah mengatakan "palsu", namun kritik-kritik telah ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebahagian ahli hadis, seperti Jalaluddin as-Suyuti.

Dan andaikata kita menerima kritik yang dilontarkan Ibnul Jauzi tersebut, maka sebenarnya hadis-hadis yang dikritiknya itu sedikit sekali jumlahnya, dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap ribuan hadis yang terkandung di dalam kitab Sunan tersebut. Kerana itu kami melihat bahawa hadis-hadis yang dikritik tersebut tidak mengurangi sedikit pun juga nilai kitab Sunan sebagai rujukan utama yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Jumlah Hadis Sunan Abu DawudDi atas telah disebutkan bahawa isi Sunan Abu Dawud itu memuat hadis sebanyak 4.800 buah hadis. Namun sebahagian ulama ada yang menghitungnya sebanyak 5.274 buah hadis. Perbedaan jumlah ini disebabkan bahawa sebahagian orang yang menghitungnya memandang sebuah hadith yang diulang-ulang sebagai satu hadis, namun yang lain menganggapnya sebagai dua hadis atau lebih. Dua jalan periwayatan hadis atau lebih ini telah dikenal di kalangan ahli hadis.

Abu Dawud membagi kitab Sunannya menjadi beberapa kitab, dan tiap-tiap kitab dibagi pula ke dalam beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah, di antaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi ke dalam bab-bab. Sedangkan jumlah bab sebanyak 1,871 buah bab.

Sumber: Kitab Hadith Shahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah==

Tujuan Menuntut Ilmu

PENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki

(memberitahu kepadanya).

PENGENALAN

Ilmu

Di dalam Al-Quran ilmu dapat dimaksudkan dengan pelbagai makna, tetapi di sini cukuplah dengan membicarakan pengertian ilmu itu dalam bahasa melayu sahaja. Ilmu menurut Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka bererti;

1. Pengetahuan dalam perkara dunia, akhirat, zahir, batin dan lain-lain.

2. Kajian dalam sesuatu perkara.

3. Hadirnya makna dalam diri seseorang.

Page 287: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dari segi pemahaman yang mudah, ilmu bermaksud suatu pengetahuan yang merangkumi pengetahuan yang diperolehi melalui belajar atau proses dan aktiviti pembelajaran seperti pemerhatian, kajian, eksperimen dan sebagainya serta boleh juga diperolehi melalui pengalaman.

Ilmu juga merangkumi pengetahuan mengenai perkara yang berasaskan kebenaran, kebatilan, keraguan (bimbang atau bingung) dan syak (was-was). Selain dari itu, ilmu juga berbentuk umum yang meliputi pengetahuan mengenai hal-hal keduniaan dan akhirat, iaitu ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah.

Fardhu Ain : Ilmu yang wajib dipelajari seperti tauhid/Iman (mengesakan Allah yang Maha Agung), syariat/Islam (solat, mempelajari Al-Quran atau mempelajari perintah dan larangan) dan tasauf/Ihsan (ilmu akhlak atau sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat yang dikeji seperti adab berjiran,adab bergaul,adab selisih faham, adab makan, adab mandi dan lain-lain). Keingkaran untuk mempelajari fardhu ain ini bagi setiap individu hukumnya adalah berdosa.

Fardhu Kifayah : Ilmu yang menjadi tanggungjawab sekumpulan tertentu bagi mewakili orang Islam, atau untuk mewakili masyarakat. Andaikata tiada seorang pun di kalangan orang Islam yang mempelajarinya, maka semua ahli masyarakat berdosa. Contohnya, ahli tafsir, usahawan, saintis, doktor dan lain-lain.

Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam.” (Sahih – Ibnu Majah [0184])

(Rujukan : Kamus Dewan Edisi Keempat, Ihya’ Ulumuddin [Imam Al-Ghazali] dan Ilmu Mantik [Ustaz Ab. Latif Muda dan Dr. Rosmawati Ali @ Mat Zin])

ISI PERBINCANGAN

Tujuan Menuntut Ilmu

1. Memperbaiki Diri

Surah Al-‘Ankabuut [29] : 69

Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keredhaan); dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah berserta orang-

orang yang berusaha membaiki amalannya. (Rujukan : http://www.iiu.edu.my/deed/quran/malay/)

Antara tujuan utama kita dalam menuntut ilmu adalah agar dapat memperbaiki diri. Memperbaiki diri bermaksud berusaha bersungguh-sungguh untuk menambah ilmu pengetahuan serta membawa ibadah dan juga taraf kehidupan ke tempat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan menuntut ilmu kita secara tidak langsung bukan sahaja mendapat petunjuk, malah dipimpin ke jalan yang lurus. InsyaAllah yang Maha Tinggi.

Contohnya, dengan menuntut ilmu kita dapat;

(a). Mendapat keyakinan yang lebih dalam ibadah.

(b). Solat terasa lebih khusyuk dari sebelumnya.

(c). Peningkatan kerjaya.

Pelbagai lagi nikmat yang akan kita perolehi dalam usaha memperbaiki diri, malah tidak terhitung dan cukuplah tiga contoh di atas. Sekiranya kita memahami ayat di atas (Surah Al-‘Ankabuut [29] : 69) nikmat terbesar adalah mendapat pertolongan dan bantuan Allah yang Maha Agung. Pertolongan dan bantuan siapakah yang lebih besar dari itu?

2. Mensyukuri Nikmat Allah yang Maha Agung

Surah An-Naml [27] : 15

Page 288: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Dan sesungguhnya Kami telah mengurniakan ilmu pengetahuan kepada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman; dan mereka berdua bersyukur dengan berkata: "Segala puji tertentu bagi Allah yang dengan limpah

kurniaNya memberi kami kelebihan mengatasi kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman".

Walaupun ayat berkenaan tentang ilmu yang diberikan kepada Nabi Daud a.s dan Nabi Sulaiman a.s, namun lafaznya umum. Antara nikmat terbesar yang dikurniakan kepada manusia adalah nikmat akal untuk belajar dan memahami ilmu dalam menjalani kehidupan di dunia dan persediaan untuk akhirat. Maka antara tujuan kita dalam usaha menuntut ilmu adalah sebagai tanda syukur atas segala macam nikmat-Nya.

Dengan ilmulah kita mengenal cara melaksanakan ibadah dan kategorinya; dan dengan ilmu jugalah kita mengenal kebaikan dan kejahatan; dan dengan ilmu juga kita mengetahui tentang dunia dan akhirat. Maka wajiblah kita bersyukur atas nikmat yang tak terhingga ini, iaitu nikmat akal dan ilmu pengetahuan.

Surah Al-Baqarah [2] : 269

Allah memberikan Hikmat kebijaksanaan (ilmu yang berguna) kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan yang ditentukanNya). Dan sesiapa yang diberikan hikmat itu maka sesungguhnya ia telah

diberikan kebaikan yang banyak. Dan tiadalah yang dapat mengambil pengajaran (dan peringatan) melainkan orang-orang yang menggunakan akal fikirannya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz : “Barangsiapa beramal tanpa ilmu, maka yang rosak lebih banyak daripada yang benar”.

3. Menegakkan Agama Islam

Surah At-Taubah [9] : 122

Dan tidaklah (betul dan elok) orang-orang yang beriman keluar semuanya (pergi berperang); oleh itu, hendaklah keluar sebahagian sahaja dari tiap-tiap puak di antara mereka, supaya orang-orang (yang

tinggal) itu mempelajari secara mendalam ilmu yang dituntut di dalam agama, dan supaya mereka dapat mengajar kaumnya (yang keluar berjuang) apabila orang-orang itu kembali kepada mereka; mudah-

mudahan mereka dapat berjaga-jaga (dari melakukan larangan Allah).

Menegakkan agama Islam bermaksud memuliakan, mengamalkan perintah dan larangannya, melaksanakan hukum-hukumnya, dan menyebarkannya dengan cara; melalui umat Islam yang beriman, beramal soleh dan bertamadun; iaitu berpendidikan, mampu memerintah, adil dan mampu memikul tanggungjawab sebagai hamba dan khalifah Allah yang Maha Tinggi di muka bumi.

Ia merangkumi pembangunan diri, keluarga, masyarakat dan negara serta meliputi aspek jasmani, rohani, emosi dan intelek berdasarkan prinsip Islam berpandukan Al-Quran dan As-Sunnah. (Rujukan : Krisis Dalam Pendidikan Islam - Dr. S.S Husain dan Dr. S.A Ashraf )

Di dalam tafsir Ibn Katsir, antaranya diterangkan mengenai ayat di atas (Surah At-Taubah [9] : 122) sebagai dua tugas yang terpadu. Sebahagian pergi berperang, sebahagian lagi menuntut ilmu. Ini menunjukkan tingginya darjat orang yang menuntut ilmu hingga disamakan dengan orang yang pergi berjihad. Walaubagaimanapun, tidaklah bermaksud hendak meremehkan jihad menentang orang-orang yang memerangi Islam.

Persoalannya, bagaimana ilmu itu boleh menegakkan agama Islam? Di sini, kita melihat dari segi faktor semasa sahaja. Antaranya, kita perlu ubah persepsi kita mengenai contoh fardhu kifayah. Rasanya sejak dari kanak-kanak, kemudian dewasa hingga tua kita dihadapkan dengan contoh ini; iaitu mengaitkan contoh fardhu kifayah hanyalah - pengurus jenazah atau orang memandikan, mengafankan dan segala perihal tentang jenazah.

Sebenarnya yang termasuk dalam fardhu kifayah itu antaranya adalah; ahli tafsir, usahawan, saintis, ahli fizik, pakar kimia, doktor, pakar komputer, pakar enjin, arkitek dan lain-lain. Mungkin kita melihat seperti remeh, tetapi inilah yang secara tidak sengaja telah tertanam dalam akal fikiran kira sebelum ini. Akhirnya kita menganggap fardhu kifayah adalah perkara yang mudah dan memandang ringan padanya, akibatnya umat Islam (Malaysia khususnya) kekurangan tenaga pakar dan mahir dalam pelbagai bidang.

Page 289: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Sekiranya umat Islam ketandusan para ilmuwan ini, maka siapakah yang ingin menghormati orang Islam? Apalagi agama Islam. Bukankah Allah yang Maha Agung telah berfirman;

Surah Al-Mujaadalah [58] : 11

.....nescaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat.....

Dr. Wahbah al-Zuhaily dalam tafsirnya mengenai ayat ini berkata, ‘Darjat orang mukmin melebihi darjat orang bukan mukmin. Darjat orang berilmu melebihi darjat orang yang tidak berilmu.’

Di dalam ayat yang lain Allah yang Maha Tinggi berfirman;

Surah Az- Zumar [39] : 9

....”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Tentulah tidak sama antara orang yang pakar dan tidak pakar. Perkataan orang yang pakar lebih dipercayai. Contohnya dalam pembinaan sebuah bangunan, kita mahu mempercayai cakap arkitek atau buruh binaan? Begitu juga dalam menegakkan agama Islam, tentulah orang yang berilmu lebih didengari percakapannya berbanding dengan orang yang kurang ilmunya.

Maksudnya orang Islam yang mempunyai kepakaran dan kemahiran yang tinggi, secara automatik memberi impak kehormatan kepada Islam itu sendiri; iaitu agama Islam dan penganutnya akan dihormati dan dipandang tinggi oleh orang bukan Islam, secara tidak langsung Islam dapat ditegakkan.

Surah As-Saff [61] :14

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku

(untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami

berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

4. Berfikir Dengan Adil

Berfikir bermaksud menggunakan akal untuk menyelesaikan sesuatu, manakala adil pula bermaksud meletakkan sesuatu perkara sesuai pada tempatnya. Ramai yang berpendapat adil bermaksud sama rata, ini adalah pemahaman yang salah. Jadi, berfikir dengan adil bermaksud menggunakan akal dalam mempertimbangkan sesuatu perkara agar bertepatan dan bersesuaian pada tempatnya.

Surah Yunus [10] : 35-36

Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)?

Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka

kerjakan.

Dengan adanya ilmu, kita dapat membuat dan melaksanakan keputusan, ibadah, pekerjaan dan lain-lain hal berkaitan kehidupan dengan lebih bijak,tepat dan teratur; iaitu mengutamakan yang lebih penting dari yang penting. Antara beberapa contoh;

(a). Mengutamakan mempelajari fardhu ain dari fardhu kifayah.

Page 290: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(b). Mengutamakan amal yang bermanfaat dari yang kurang bermanfaat seperti, memilih beramal dengan sedikit tetapi berterusan daripada beramal dengan banyak tetapi setahun sekali.

(c). Mengutamakan mengajar atau menyuruh anak-anak kecil bersolat dari berpuasa kerana biasanya orang yang tidak meninggalkan solat pasti berpuasa (yang berkemampuan) dan orang yang berpuasa belum tentu penuh solatnya. Sesuai dengan firman Allah yang Maha Tinggi dalam,

Surah Al 'Ankabuut [29] : 45

.....Sesungguhnya solat itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar....

(d). Mengutamakan ibadah fardhu dari ibadah sunat dan mengutamakan sunat yang mu’akkad; iaitu sunat yang dituntut seperti mengutamakan solat rawatib mu’akkad, solat tahajjud, daripada solat terawih, solat sunat musafir dan lain-lain.

(e). Mengutamakan mencintai Rasulullah salallahu ‘alaihi wasalam daripada orang lain.

Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, “Belum sempurna iman seseorang kamu sebelum ia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada anaknya, kepada bapanya dan kepada manusia semuanya”. (Sahih Muslim [0035])

Ini hanya sebahagian contoh sahaja, banyak lagi perkara-perkara yang perlukan pertimbangan akal yang adil dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Surah Al-Baqarah [2] : 219

Mereka bertanya kepadamu (Wahai Muhammad) mengenai arak dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya ada dosa besar dan ada pula beberapa manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya lebih besar daripada

manfaatnya...

Ayat di atas sebagai contoh mengapa kita perlu berfikir dengan adil, ini adalah perkara yang sangat-sangat penting.

(Antara Rujukan : Fiqh Keutamaan [Dr. Yusuf Al-Qardhawi], Perangai Bergantung Pada Diri Sendiri [Za’ba])

Antara Kesan atau Kelebihan Menuntut Ilmu

1. Doa cepat dimakbulkan

Surah An-Naml [27] : 40

Berkata pula seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: "Aku akan membawakannya kepadamu dalam sekelip mata!" Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya,

berkatalah ia:

"Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. Dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal

kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Pemurah".

Umum mengetahui ayat di atas mengenai pemindahan singgah sana Ratu Balqis ke istana Nabi Sulaiman a.s. Malah jin ‘Ifrit juga tidak dapat menandingi kehebatan orang yang berilmu. Perlu diingat, kisah ini hanya berlaku pada zaman Nabi Sulaiman a.s.

Bukanlah bermakna kita perlu belajar ilmu yang dapat mengubah ‘KLCC’ ke tempat lain sekelip mata, ini hanya contoh betapa hebatnya orang berilmu kerana doanya dimakbulkan dengan cepat, insyaAllah yang Maha Berkuasa. Zaman ini, jika ada seseorang berkata dapat mengubah sesuatu bangunan dalam sekelip mata, itu adalah sihir.

2. Dinaikkan darjat

Page 291: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Al-Mujaadalah [58] : 11

....Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Contoh yang paling mudah antaranya;

(a). Peniaga yang mempelbagaikan jualannya dan kreatif, lebih banyak keuntungan dari peniaga yang menjual satu jenis barangan sahaja.

(b). Pekerja yang berilmu (mempunyai ijazah dan sebagainya) lebih tinggi gajinya dari pekerja yang kurang ilmunya.

(c). Pelajar yang tekun belajar, lebih pandai dari pelajar yang malas belajar.

(d). Guru dihormati oleh pelajarnya. Mereka yang tidak menghormati gurunya tergolong dalam orang yang jahil.

3. Tidak tersesat

Surah Al-Hajj [22] : 54

..dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahawasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah

Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

4. Dikurniakan nikmat kesabaran

Surah Al-Qasas [28] : 80

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh

orang-orang yang sabar."

5. Dipermudahkan ke syurga

Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberikan kepadanya kemudahan jalan menuju syurga.” (Sahih, At-Tirmidzi [2646])

Banyak lagi kelebihan-kelebihan orang-orang yang berilmu pengetahuan yang di sebut di dalam Al-Quran dan hadis.

Antara Halangan-Halangan Menuntut Ilmu

Diantara halangan yang menyebabkan ramai orang yang ambil remeh dalam hal menuntut ilmu, diringkaskan seperti berikut;

1. Anggap Diri Sudah Cukup

Surah Al-Mu'min [40] : 83

Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka

dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.

Menganggap segala pengetahuan mereka lebih banyak dari orang lain dan tak perlu menuntut ilmu lagi. Hal ini hanyalah satu kesombongan dari hasutan syaitan (lihat artikel Tipu Daya Iblis Zaman Ini) dan ego yang tak bertempat.

2. Sibuk

Page 292: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Al-'Asr [103] : 1-3

Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.

Kesibukan adalah apabila kita tidak pandai menghargai masa. Semua manusia akan mengalami kerugian kecuali empat sifat di atas, iaitu;

(a). Iman – Memahami dan melaksanakan rukun iman.

(b). Amal soleh – Mentaati dan melaksanakan hukum-hukum, perintah dan larangan Allah yang Maha Agung.

(c). Nasihat kebenaran – Memberi pengajaran, bimbingan atau mengajak kepada kebaikan dan menjauhi serta mencegah kemungkaran.

(d). Menasihati agar bersifat sabar – Bersabar atau redha pada qada’ dan qadar.

Kita tidak ketahui akan perkara-perkara di atas kecuali dengan menuntut ilmu.

(Rujukan : Tafsir Al-Munir)

3. Lalai

Lalai terbahagi kepada dua, namun berkaitan iaitu;

(a). Urusan di dunia – Membuat perkara-perkara yang tidak bermanfaat pada diri dan masyarakat.

Al-Hadiid [57] : 20

Ketahuilah, bahawa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan

anak,....

(b). Urusan menghadapi akhirat – Tidak mengingati mati lalu menjadi malas untuk beribadah, apalagi untuk menuntut ilmu.

Surah Ar-Ruum [30] : 8

.....Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.

Antara Akibat Jahil

1. Mengikut hawa nafsu

Surah Al-Jaatsiyah [45] : 18

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Orang yang jahil hanya mengikut hawa nafsu sahaja dalam berfikir dan menganggap akal dan ilmu pengetahuannya lebih hebat dari syariat, lalu melanggar segala macam hukum dari Al-Quran dan hadis.

2. Menjadi zalim dan tersesat

Surah Ar-Ruum [30] : 29

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

Page 293: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Setelah mereka (orang-orang yang jahil) ini melanggar segala macam syariat, maka mereka terdedah kepada kesesatan dan seterusnya berbuat kezaliman; iaitu menyesatkan orang lain dan meruntuhkan akhlak masyarakat yang terikut-ikut dengan mereka, akibatnya berlaku ketidakharmonian dalam masyarakat.

3. Cenderung menjadi pengikut syaitan

Surah Al-Hajj [22] : 3

Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat,...

Mereka yang tidak berilmu seringkali bercakap perkara yang mereka agak-agak sahaja terutamanya dalam hal agama yang boleh membawa kepada kekufuran tanpa mereka sedari. Perkataan yang mereka keluarkan tidak lain, kecuali mengikuti hawa nafsu yang dibisikkan oleh syaitan sahaja. (Rujuk artikel Tipu Daya Iblis Zaman Ini)

Sekiranya kita ragu-ragu tentang sesuatu perkara atau ingat-ingat lupa, janganlah berkata-kata untuk berbangga diri atau berasa malu cakap tidak tahu, tanyalah kepada orang yang berilmu.

Al Anbiyaa' [21] : 7

....maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

KESIMPULAN

Islam didasari dengan ilmu.Tidak ada satu pun permasalahan kecuali diajar dalam agama Islam bagi mereka yang mahu menggunakan akal dan menuntut ilmu.

Ali 'Imran [3] : 18

Allah menerangkan (kepada sekalian makhlukNya dengan dalil-dalil dan bukti), bahawasanya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang sentiasa mentadbirkan (seluruh alam) dengan keadilan, dan

malaikat-malaikat serta orang-orang yang berilmu (mengakui dan menegaskan juga yang demikian); tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.

Hanya dengan ilmulah kita dapat mempertabatkan umat Islam dan menjaga kemuliaan Islam, yang kini dimana-mana pun umat Islam diperbudak-budakkan dan agama Islam diperlekehkan.

At Taubah [9] : 128

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi

penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Marilah kita mencontohi sikap para Nabi ‘alaihi salam; iaitu berasa sedih akan penderitaan masyarakat Islam sekarang yang ditendang dan dipermainkan sesuka hati. Moga-moga Allah yang Maha Penyayang memenangkan kita ke atas musuh-musuh Islam. (Rujuk tafsir Ibn Katsir m/s : 236)

Namun perlu diingat setinggi mana ilmu kita, tidak dapat kita mengatasi mukjizat para Nabi ‘alaihi salam dan setiap yang mengetahui, ada lagi yang lebih mengetahui (Rujuk Surah Yusuf [12] : 76).

Marilah kita merenung ayat di bawah, luasnya ilmu Allah yang Maha Tinggi tidak terhingga. Allah yang Maha Agung berfirman dalam;

Surah Al-Kahfi [18] : 109

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak

itu (pula).

Page 294: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Luqman [31] : 27

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, nescaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Rujukan :

Al-Quran terjemahan,

Tafsir Ibn Katsir dan Tafsir Al-Munir,

Kitab-kitab hadis sahih,

Krisis Dalam Pendidikan Islam [Dr. S.S Husain dan Dr. S.A Ashraf ],

Ihya’ Ulumuddin [Imam Al-Ghazali],

Ilmu Mantik [Ustaz Ab. Latif Muda dan Dr. Rosmawati Ali @ Mat Zin],

Berfikir [Harun Yahya],

Fiqh Keutamaan [Dr. Yusuf Al-Qardhawi],

Perangai Bergantung Pada Diri Sendiri [Za’ba].

Mengapa saya mencintai Islam?

Pendahuluan

Firman Allah S.W.T : Al-Baqarah [2] : 255

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa

yang dikehendaki-Nya.

Pengenalan

Surah Al-Hajj [22] : 78

"..Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.."

Perkataan Islam berasal dari bahasa arab ertinya sejahtera, aman, harmoni dan dirujuk dari istilah yang memberi makna menyerah diri kepada Pencipta Yang Maha Berkuasa dengan mentauhidkan sepenuhnya dengan keyakinan serta melaksanakan segala suruhan dan meninggalkan larangan-Nya.

Dalam riwayat Imam Al-Bukhari (hadis bernombor 42), seseorang bertanya kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam (saw), “Apakah ertinya Islam?” Rasulullah saw bersabda, “ Islam, iaitu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, menegakkan solat, membayar zakat dan puasa Ramadan.”

Page 295: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Al-Maidah [5] : 3

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama

bagimu.

Saya mencintai Islam kerana;

Islam membawa berita gembira pada saya

Islam adalah cara hidup yang benar-benar diperlukan oleh setiap manusia yang inginkan kehidupan yang bahagia seterusnya ke arah masyarakat yang harmoni.

Adakah satu kitab yang menghimpunkan ilmu, sejarah peradaban, akhlak dan adab, perdagangan, kejadian bangsa-bangsa terdahulu, makanan dan minuman, undang-undang, hukuman dan pelbagai lagi berkaitan dengan kehidupan untuk kita jadikan pelajaran? Belum lagi dikira kehidupan sebelum kehidupan dan kehidupan selepas mati.

Firman Allah S.W.T : Al-Fussiliat : 3-4

Sebuah Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya satu persatu; iaitu Al-Quran yang diturunkan dalam bahasa Arab bagi faedah orang-orang yang mengambil

tahu dan memahami kandungannya. Ia membawa berita yang menggembirakan (bagi orang beriman) dan membawa amaran (bagi orang

yang ingkar).

Sejarah membuktikan sebelum datangnya Islam, manusia hidup penuh huru-hara. Undang-undang buatan mereka hanya agak-agak sahaja, sehingga anak-anak perempuan dibunuh, wanita datang haid hendaklah diasingkan, orang yang beribadah tidak boleh berkahwin dan sebagainya.

Firman Allah S.W.T : Az-Zukhruf : 3-4

Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya). Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk Al Kitab

(Lohmahfuz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.

Firman Allah S.W.T : Al-Qamar : 17

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?

Datangnya Islam membawa lembaran baru buat manusia, bukan sahaja membawa perubahan dalam ibadah, tetapi juga sistem pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sosial kemasyarakatan sehingga membentuk sebuah tamadun.Tamadun Islam. Itulah yang dimaksudkan dengan berita gembira iaitu; memisahkan antara haq (benar) dengan yang bathil.

Islam membantu saya membezakan kebenaran (haq) dan kebatilan

Page 296: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kekuasaan Allah Yang Maha Pemurah dapat dilihat di mana-mana. Seluas mata memandang ke langit, lautan dan bumi, maka setiap satunya terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Di langit,

Firman Allah S.W.T : Ar-Ra’d : 2

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur

urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

Adakah kekuatan lain yang meninggikan langit tanpa tiang? Adakah batu (musyrik) yang boleh ditinggikan menopang langit? Adakah wang ringgit (taghut) mampu membuat tiang setinggi langit?

Di lautan,

Firman Allah S.W.T : An-Nahl : 14

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari

lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari kurnia-Nya, dan

supaya kamu bersyukur.

Kita juga disuruh mencari rezeki yang halal. Salah satu kurniaan Allah S.W.T adalah dari dalam lautan. Baik dari segi makanan mahupun perhiasan, semua boleh diniagakan untuk mendapat keuntungan daripada merompak, memeras dan kekejian yang lain.

Di bumi,

Firman Allah S.W.T : An-Nahl : 15

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar

kamu mendapat petunjuk.

Siapakah yang memasakkan bumi ini dengan gunung agar daratan dan lautan tidak turut berpusing dan berkocak ketika bumi berputar pada paksinya? Adakah ini terjadi secara kebetulan (Atheis)?

Firman Allah S.W.T : Al-Baqarah : 256

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.

Kebenaran Al-Quran Dari Setiap Aspek

Page 297: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Kebenaran dan kebatilan telah jelas, segala dalil dan buktinya dapat diperhatikan dimana-mana, di sekeliling dan juga pada diri kita sendiri. Tetapi, kenapa mesti Al-Quran? Kenapa orang Islam selalu menjadikan Al-Quran sebagai dalil dan contoh? Kalau Taurat dan Injil dari Allah, tentu kita boleh menggunakannya juga? Bagi saya jawapannya merupakan satu soalan, iaitu;

Kenapa tiada kitab lain diturunkan selepas Al-Quran?

Semua manusia mengakui (kecuali Atheis dan penyembah Tagut, namun jauh di sudut hati mereka tetap mengakui kewujudan Pencipta yang Maha Agung) akan kebenaran kitab Taurat, Injil dan Al-Quran sehingga mustahil seluruh penduduk bumi yang mengakui akan turunnya kitab dari langit ini (kitab samawi), berpakat bersama akan kebenarannya. Maksudnya, mustahil 3.7 billion manusia dapat berpakat bersama ‘menipu’ akan kebenaran kitab-kitab samawi ini.

Diingatkan sekali lagi, adalah mustahil seluruh 3.7 billion manusia berpakat untuk menipu. Dibawah adalah data kependudukan manusia di bumi pada tahun 2009 dan 2010. Saya ‘copy and paste’ terus dari Google.

Penduduk Bumi

As of June 2010, world population is estimated at 6,827,100,000 people. More or less.

Islam

As of October 2009, there are about 1.57 billion Muslims of all ages living in the world today (in more than 200 countries of the world). This represents 23% of an estimated 2009 world population of 6.8 billion people.

Kristian

There are just over 2.1 billion that claim to be Christian around the world. 36.5 percent of the population are Christian.

Bunches and bunches, but understand the word Christian is a much mis-used and maligned word. In actuality, a Christian is Christ-like. Many people followed Christ but few were with him.

Yahudi

About 16 million Jews in the sense of adherents of Judaism.

Ini kebenaran yang tidak dapat disanggah, jika anda hendak mempertikaikan data ini; anda boleh mengira sendiri. Tapi itu bukan persoalannya. Persoalannya adalah, pernahkah kita terfikir kenapa ada kitab lain selepas Taurat? Kenapa ada kitab lain selepas Injil? Tetapi, kenapa tiada lagi sesudah Al-Quran?

Firman Allah S.W.T : Al-Maidah : 3

Page 298: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama

bagimu.

Firman Allah S.W.T di atas adalah jawapan mengapa tiada lagi kitab selepas Al-Quran. Turunnya Al-Quran menandakan kesempurnaan kehidupan yang diperlukan oleh manusia melalui; secara bertahap (suhuf-suhuf, Taurat dan Injil) atas kehendak Allah yang Maha Agung secara mutlak. Ini juga menjadi dalil tiada lagi nabi selepas Nabi Muhammad S.A.W.

Tapi, tidak cukupkah kitab Taurat dan Injil itu? Kenapa mesti diturunkan Al-Quran? Apakah yang menyebabkan turunnya Al-Quran itu? Apakah yang telah dilakukan oleh orang Yahudi sehingga diturunkan Injil? Apa pula yang telah dilakukan oleh penganut Kristian sehingga diturunkan Al-Quran?

Firman Allah S.W.T : Al-Maidah : 15

Hai Ahli Kitab (ahli Taurat dan Injil), sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami (Nabi Muhammad s.a.w) menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-

Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang

menerangkan (Al-Quran).

Ayat diatas diterangkan kepada kita bahawa kitab Taurat dan Injil telah diubahsuai mengikut hawa nafsu dan kerana itulah diturunkan Al-Quran sebagai kurniaan rahmat kepada seluruh alam, manusia khususnya.

Firman Allah S.W.T : Al-Hijr : 9

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Manakala Al-Quran pula telah dijamin oleh Allah yang Maha Agung agar tidak diubahsuai oleh sesiapapun tidak kira manusia mahupun jin kerana Allah yang Maha Agung sendiri yang memeliharanya.

Islam mengajar saya tentang akhlak pergaulan

Kedatangan Islam dalam kehidupan telah memberi ilmu tentang akhlak yang terpuji. Dahulu, kebanggaan kekayaan menjadi bualan, umpatan dan kejian menjadi mainan, kemudian datanglah Islam memberi ketenangan.

Firman Allah S.W.T : Al-Humazah : 1-4

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa

hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.

Berhati-hatilah sesiapa yang suka mengumpat, mengeji dan yang mencari harta sehingga lalai pada perintah Allah, kerana Allah S.W.T menjamin

Page 299: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(neraka) Huthamah. Nabi S.A.W bersabda, orang yang kita ceritakan keburukannya itu adalah umpatan. Jika tidak benar dipanggil fitnah, jika benar dipanggil mencela.

Melalui Al-Quran juga Allah S.W.T menyuruh hamba-Nya berbuat baik pada ibu-bapa, keluarga, jiran dan seluruh masyarakat tidak kira Islam mahupun bukan Islam (yang tidak memerangi Islam).

Firman Allah S.W.T : An-Nisa’ : 36

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Dilarang sama sekali bersikap sombong, meninggikan diri yang sama sikapnya dengan syaitan yang dilaknat dan kekal dalam neraka ketika enggan sujud dan patuh pada perintah Allah yang Maha Agung.

Pergaulan yang mesra akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan kepercayaan pada kita. Janganlah bercakap sesuatu yang menimbulkan provokasi dan sesuatu yang tidak disukai, seperti mencela perbuatan, idea, tindakan dan apa yang boleh menjatuhkan maruahnya kerana kita tidak tahu isi hati orang lain dan apa yang difikirkannya.

Selain itu, janganlah pula kita mudah sangat berasa tersinggung dengan apa yang orang lain katakan pada kita, kerana manusia memang perlukan pujian dan kritikan. Pujian bagi meningkatkan motivasi dan kritikan dapat membendung perasaan kagum dan riak.

Ini salah satu saja, sila rujuk kitab (Nashaihul ‘Ibad – Imam Nawawi) banyak lagi yang boleh dipelajari.

Islam diikat dengan kasih sayang persaudaraan

Umat Islam semua bersatu padu di bawah kalimah Laa ilaa ha il lallah, muhammadur rosulullah dan menghadap kiblat yang sama. Persaudaraan ini terjalin atas kasih sayang yang murni melalui Al-Quran.

Firman Allah S.W.T :Al-Hujuraat : 10

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya

kamu mendapat rahmat.

Firman Allah S.W.T : An-Nisa’ : 1

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

Page 300: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Allah S.W.T juga menjanjikan rahmatnya pada sesiapa yang mendamaikan pertelingkahan sesama kita. Sebaliknya pula, kita dilarang memutuskan tali silaturrahim dengan ancaman dilaknati dan dimatikan hatinya agar tidak dapat mendengar dan memahami Al-Quran.

Firman Allah S.W.T : Muhammad : 22-23

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-

orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.

Hadis : ……..sayangilah penduduk bumi, nescaya kalian disayangi penduduk langit……. (Imam Ahmad, dinukil dari tafsir Ibn Katsir)

Islam mengajar saya menghargai waktu

Tiada siapa yang lebih berdisplin daripada orang yang menjaga waktu solatnya. Secara tak langsung pengamalan menjaga waktu solat ini terbawa dalam kehidupan seharian dalam menghargai waktu.

Firman Allah S.W.T : Al-‘Asr : 1-3

Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat

menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Imam As-Syafi’I berkata : “Seandainya manusia benar-benar memahami surah ini, nescaya surah ini mencukupi bagi mereka.”

Dibawah adalah antara hadis menganai ‘masa’ yang paling umum dan paling ramai orang menghafal, tapi paling sikit yang ambil iktibar. Ini kerana kita lebih suka mendengar apa yang dikatakan oleh orang bukan Islam dari Nabi S.A.W, kemudian cuba mengait-ngaitkannya dengan Islam atau Al-Quran kononnya Islam sudah tahu berkurun-kurun dahulu. Ini adalah antara punca orang benci kepada Islam, sepatutnya kitalah yang pertama merungkai perkara itu (Contoh : Sains, Psikologi, Astronomi dan pelbagai lagi). Sila rujuk artikel ‘Muhkam dan Mutasyabih’ dalam blog ini.

Hadis : Ambillah peluang yang lima, sebelum lima : Masa muda sebelum tua, sihat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, hidup sebelum mati dan lapang sebelum sibuk.

(Al-Hakim dan Al-Baihaqi, dinukil dari Nashaihul ‘Ibad)

Page 301: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis ini benar-benar menyuruh kita agar memanfaatkan masa dan mencakupi seluruh faktor kehidupan, dari akil baligh hingga mati. (Mengenai masa perlu perbincangan yang luas dan artikel akan datang adalah, Pengurusan Masa – Hanya Empat Golongan yang Mampu Mengurusnya).

Islam membantu saya menenangkan hati

Al-Quran yang diturunkan bukan sahaja menjadi peringatan dan petunjuk, malah boleh juga dijadikan penawar baik dari segi zahir dan batin. Penawar bagi keresahan, ketakutan, kegelisahan selama ini yang bertumpuk-tumpuk, dengan mudah hilang dengan Al-Quran.

Firman Allah S.W.T : Ar-Ra’d : 28

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi

tenteram.

Mengingat Allah yang Maha Agung itu banyak, antaranya melihat langit, burung, hujan dan alam ini khususnya, seraya memikirkan akan penciptaan Allah S.W.T.

Firman Allah S.W.T : Az-Zumar : 23

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gementar kerananya

kulit, orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah,

dengan kitab itu. Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk

baginya.

Tidak perlu kita susah-susah mencari ketenangan diri dengan minum arak, dadah, berbuat maksiat dan sebagainya atau beralasan membuat sesuatu yang bukan-bukan (sia-sia) bagi mencari keseronokan atau ketenangan kerana tidak semua perkara yang harus itu boleh dilakukan. Apa yang diperlukan, amalkan membaca Al-Quran setiap hari, sesungguhnya Allah yang Maha Agung tidak memungkiri janji.

Islam mengajar saya erti menepati janji

Umat Islam disuruh mengotakan janjinya apabila berjanji. Melaksanakan sesuatu dengan keikhlasan demi menjaga sebuah perhubungan.

Firman Allah S.W.T : Al-Ahzab : 23

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit

pun tidak merubah (janjinya),

Page 302: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Betapa pentingnya menepati janji sehingga Allah yang Maha Agung menggelarkan orang yang menepati janji adalah ‘mukmin’ (orang yang beriman) manakala orang yang mempermainkan janji digelar munafik (rujuk beberapa ayat selepas itu), kecuali mereka yang bertaubat.

Sebenarnya kita bukan sahaja dituntut menepati janji sesama manusia, malah janji kita kepada Allah yang Maha Agung lebih-lebih patut kita tepati.

Firman Allah S.W.T : Al-Maidah : 7

Dan ingatlah kurnia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati".

Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (mu)..

Islam menjamin hak asasi manusia

Saidina Abu Bakar r.a ketika awal pemerintahannya, telah mengisytiharkan perang terhadap orang yang mengingkari membayar zakat. Islam adalah pelopor (yang pertama) dalam memperjuangkan hak orang miskin.

Beliau juga mengatakan tentang melarang orang yang bersikap perkauman dan perhambaan, “Mengapa hendak engkau perhambakan manusia, padahal dia dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka?”

Begitu juga hak wanita, kanak-kanak, orang tua, ibu bapa, orang bukan Islam dan segenap lapisan masyarakat mempunyai hak masing-masing, sehinggakan hak kepada orang mati pun ada dalam Islam.

Hadis : Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya (se-Islam), hendaklah ia mengkafani dengan baik. (Riwayat Bukhari)

Hadis : Janganlah kamu mencaci maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang telah mereka kerjakan. (Riwayat Bukhari)

Firman Allah S.W.T : An-Nisa’ : 58

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran ini Allah S.W.T menyuruh kita menyampaikan hak-hak manusia dengan adil. Begitu banyak hadis tentang hak ini.

Hadis : Hak muslim terhadap muslim ada lima : 1. menjawab salam 2.menjenguk orang sakit 3. menghantar ke kubur 4. memenuhi undangan 5. mendoakan bila bersin. (Riwayat Bukhari)

Penutup

Page 303: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Firman Allah S.W.T : An-Nisa’ : 135

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi kerana Allah biar pun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

kerana ingin menyimpang dari kebenaran.

Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Kita sebagai umat yang dipilih dijadikan ‘role model’ pada umat yang lain. Kita diperhati. Berdasarkan perilaku, pemikiran dan perbuatan kita sekarang, adakah orang bukan Islam mahu masuk Islam kerananya?

Marilah kita bersama berdoa agar Allah S.W.T memberi petunjuk, hidayah dan menyatukan hati semua umat Nabi Muhammad S.A.W. Saya berharap agar sama-samalah kita jadikanlah doa ini dalam waktu solat kita disamping doa kita pada diri sendiri. Amin.

Firman Allah S.W.T : Ali Imran : 20

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mahu) masuk Islam?" Jika mereka

masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan

(ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.

Surah Al-Baqarah [2] : 143

Dan demikianlah (sebagaimana Kami telah memimpin kamu ke jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai umat Muhammad) satu umat yang

pilihan lagi adil, supaya kamu layak menjadi orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah) dan

Rasulullah (Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu.

Lalai Dalam SolatPENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255].....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya).PENGENALAN

Page 304: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Apakah yang dimaksudkan dengan lalai ?Lalai membawa kepada beberapa maksud yang berlainan jika diperincikan, diantaranya ;1. tidak menghiraukan, 2. tidak berhati-hati, 3. berlengah-lengah atau melambat-lambatkan,4. terlupa, 5. asyik dengan sesuatu perkara dan 6. tidak mengambil berat. (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka edisi keempat).Di dalam Al-Quran, Allah yang Maha Agung telah memberi ancaman kecelakaan terhadap mereka yang lalai dalam solat.Surah Al-Ma’un [107] : 4-51. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang solat,2. (iaitu) orang-orang yang lalai dari solatnya, (Mengikut Tafsir Ibnu Abbas : Mereka adalah

golongan munafik yang berbuat riya’ ketika bersolat. Apabila ada orang Islam, mereka bersolat kemudian meninggalkannya apabila tiada orang melihat) - halaman 819

Kita tidak akan dapat menangani sesuatu permasalahan sekiranya kita tidak mengetahui atau mengenalpasti apakah punca kepada permasalahan itu. Sekiranya kita mengetahui apakah yang menyebabkan kita lalai dalam solat, maka dapatlah kita memperbaikinya dan secara automatik, insyaAllah yang Maha Tinggi kita akan mendapat kekhusyukan di dalam solat.Maka dapatlah dikatakan risalah ini bertujuan untuk mendekatkan kita kepada perkara-perkara asas dalam mewujudkan kosentrasi atau kekhusyukan dalam solat dengan cara mengenali kelalaian-kelalaian yang kurang kita beri perhatian terhadapnya.PERBINCANGANKita akan menelusuri satu persatu secara ringkas mengenai pemerincian perkataan lalai di atas melalui contoh dalam Al-Quran yang sebelum ini mungkin kita ‘lalai’ dari memperhatikannya, iaitu apakah yang boleh menyebabkan seseorang manusia itu lalai.Pemerincian Perkataan Lalai Dalam Al-QuranWalaupun ayat-ayat Al-Quran di bawah ini dikhususkan kepada perkara tertentu, tetapi pengajarannya adalah khusus kepada umat manusia.1. Tidak MenghiraukanSurah Ar-Ruum [30] : 77. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang

(kehidupan) akhirat adalah lalai.(a). Orang-orang yang terlalu asyik dengan kehidupan dunia sehingga terlupa satu hari nanti

dia akan mati lalu segala perbuatannya akan dihisab. (b). Mereka tidak menghiraukan pembelajaran mengenai solat khususnya dan apa yang

penting adalah ilmu akademik semata-mata.Orang yang lalai dalam solat adalah orang yang tidak tahu bersolat dengan cara yang betul kerana tiada ilmu mengenai cara-cara bersolat. Solatnya hanya mengikut orang-orang yang di kiri dan kanannya sahaja. Puncanya : Tidak menghiraukan akan ilmu menghadapi hari akhirat dan asyik dengan kehidupan dunia.2. Tidak berhati-hati atau cuaiSurah Al-Munaafiquun [63] : 99. Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari

mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.(a). Orang-orang yang sibuk dengan urusan kehidupannya seperti perniagaan, urusan

kekeluargaan dan segala macam lagi kepentingan diri sendiri yang tidak bertempat.(b). Tidak berhati-hati dalam melaksanakan solat dan sambil lewa sahaja seperti, tiada

tukmakninah dalam solat kerana sibuk mengejar urusan dunianya.Orang yang lalai dalam solat adalah, orang yang cuai dalam melaksanakan solat atau memandang remeh kewajipan solat sehingga meninggalkan solat kerana sibuknya menguruskan harta dan keluarga. Puncanya : Salah anggap tujuan hidup. Mereka menganggap wang dan keselesaan keluarga adalah lebih penting dari solat.

Page 305: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

3. Berlengah-lengah atau melambat-lambatkanSurah Al-Anbiyaa' [21] : 11. Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada

dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).(a). Orang-orang yang lupa bahawa kematian semakin mendekati, tetapi tetap melengah-

lengahkan waktu solat dan menganggap ia akan hidup lama. Pemikiran sebegini juga boleh membawa kepada syirik kerana menidakkan kuasa Allah subhana wa ta’ala.

(b). Termasuk dalam kelalaian itu juga adalah orang yang melengah-lengahkan dalam menuntut ilmu. Mereka menganggap masa muda adalah untuk ‘enjoy’ dan apabila tua atau pencen, barulah mendekati ilmu agama.

Perlu berhati-hati dengan pemikiran sebegini kerana ia boleh menyebabkan syirik kerana beranggapan kita mempunyai kuasa dalam menentukan selama mana kita hidup dan bila kita akan mati. Puncanya : Beralasan terlalu sibuk dengan kerja. Selain itu ada pula yang melewatkan waktu solat zohor berdekatan dengan asar (atau solat lainnya) dengan alasan, mudah dengan sekali wudhuk. Sebenarnya tidak boleh melewatkan waktu solat kecuali dalam keadaan alasan yang benar. Contohnya, doktor yang membedah pesakit atau apa-apa darurat yang lain.4. TerlupaSurah Al-Maa'idah [5] : 1414. Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani",

ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.

Maksud lupa di sini bukanlah lupa kerana tidak teringat akan sesuatu, tetapi lupa di sini adalah melupakan dengan sengaja atau sengaja buat-buat lupa. Orang yang lalai dalam solatnya adalah orang yang sengaja melupakan waktu solatnya. Contohnya, tidur lewat hingga terlepas waktu solat subuh. Sememangnya terhadap hadis,Dari Anas bin Malik katanya : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa lupa solat atau tertidur kerananya, maka kaffaratnya adalah menunaikannya disaat ingat (sedar atau jaga)." [1103] Sahih Muslim (Ensiklopedia Hadis)Maksudnya, terlupa atau tertidur tanpa sengaja, maka bolehlah terus bersolat selepas ingat atau sedar. Hadis ini tidak berkaitan dengan orang yang sengaja tidur lewat tiga hingga empat pagi kerana bermain facebook, ‘games’, futsal atau perkara-perkara yang sengaja melalaikan dirinya sehingga lewat bangun subuh. Orang-orang seperti inilah yang sengaja melalaikan dirinya dan tergolong di dalam orang yang lalai dalam solatnya. Puncanya : Memandang remeh kewajipan solat.5. Asyik dengan sesuatu perkara Surah Shaad [38] : 3232. Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda)

sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan."Orang-orang yang terlalu asyik dengan sesuatu perkara yang disukainya sehingga menyebabkan ia sengaja melupakan kewajipan untuk bersolat. Walaupun memang fitrah manusia, iaitu suka kepada perkara yang indah dan cantik atau yang menarik minatnya, namun janganlah terlalu asyik kerananya.Orang-orang yang lalai dalam solatnya adalah, mereka yang terlalu asyik dengan perkara yang diminatinya seperti, bermain atau menonton bola atau sukan lainnya, berhibur, menonton televisyen dan sebagainya yang menyebabkan mereka melewatkan solat atau; malah tidak bersolat langsung.Kita boleh lihat keadaan ini di mana-mana sekarang ini, contoh terbesar adalah para penonton sukan di stadium bolasepak dan konsert-konsert artis. Bukanlah mencela, tetapi ia adalah satu peringatan supaya tidak terlalu asyik dengan perkara yang tidak terlalu berfaedah.Puncanya : Terlalu banyak bermewah-mewah dan meletakkan dunia dalam hatinya atau penyakit ‘wahan’ (cinta dunia).6. Tidak mengambil berat

Page 306: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Surah Al-Anbiyaa' [21] : 2-32. Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan

mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,3. (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai......

Orang-orang yang tidak peduli akan pentingnya solat. Mereka juga tidak peduli akan hukum meninggalkan solat. Malah mereka tidak pernah belajar bersolat, kecuali hanya mengikut-ngikut sahaja.

Orang-orang ini lalai dalam solatnya kerana tidak pernah ambil tahu atau memandang remeh dalam usaha menuntut ilmu agama, khususnya bab paling penting, iaitu tatacara bersolat dengan betul.Puncanya : Menganggap memadai dengan ucapan kalimah tauhid, maka bab-bab lain dalam agama dipandang ringan. Sedangkan solat juga adalah rukun Islam dan mereka tahu mengenainya tetapi mereka tidak pernah mengambil berat akan hal itu. PENUTUPSemoga risalah ini dapat memberi manfaat dan seterusnya dapat kita mengenali kelalaian-kelalaian yang menyebabkan kita tidak mendapat khusyuk di dalam solat. Diantara kelalaian tersebut dapat kita melihat melalui puncanya, iaitu;(1). Tidak menghiraukan akan kepentingan menuntut ilmu, dan khusus dalam bab ini adalah

mengenai ilmu untuk bersolat.(2). Melupakan tujuan hidup di dunia ini, iaitu beribadah kepada Allah subhana wa ta’ala.(3). Terlalu sibuk dan asyik dengan sesuatu perkara dan melupakan ‘kesibukan’ yang paling utama,

seperti dalam sebuah hadis, Dari Abdullah bin Mas'ud r.a : Nabis saw bersabda, "Sesungguhnya dalam solat itu ada kesibukan (konsentrasi) ". [3586] Sahih Bukhari (Ensiklopedia Hadis). Maksudnya sibuk berdoa dan memohon kepada Allah Subhana wa’Ta’ala.

(4). Terlalu suka bermewah-mewah dan mencintai dunia.(5). Tidak peka atau tidak mengambil berat akan bab-bab bersolat, termasuk kepentingannya

pada masyarakat, hukumnya dan segala yang berkaitan.Surah Al-'Ankabuut [29] : 4545. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu Al-Kitab (Al Quran) dan dirikanlah solat.

Sesungguhnya solat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Wallahu’alamRujukan :Al-Quran Terjemahan dan Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Ibn AbbasEnsiklopedia HadisZadul Ma’ad [Ibnul Qayyim al-Jauziyah]Betulkan Solat Anda [Imam Ahmad bin Hambal]Perbaharui Solat Anda – Jangan Solat Bersama Setan [Syaikh Mu’min al-Haddad]

Beramal dan Memahami Al-Sunnah

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang

ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari

(kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu

kepadanya)..

Antara Cara Beramal Dengan Al-Sunnah dan Mengambil Pelajaran Darinya

Page 307: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Bagi memudahkan cara memahami hadis, ia boleh dibahagikan kepada beberapa bahagian;

(a). Hadis yang mudah difahami

Maksudnya hadis yang apabila dilihat dari sudut zahirnya saja kita sudah boleh memahaminya. Contohnya;

Hadis tentang akhlak : Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a : Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, “Orang Islam yang bagaimanakah yang paling baik?” Jawab Rasulullah saw, “Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang Islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya”. (0033) Sahih Muslim

Hadis bersolat : Dari Aisyah r.ha : Bahawa Nabi saw setelah salam (selesai solat), Nabi saw mengucapkan ‘Allaahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikraam.’ (Wahai Allah, Engkaulah keselamatan, daripada-Mu kesejahteraan dan Maha Besar kebaikan-Mu, wahai Allah yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan). Abu Daud berkata, ‘Sufyan mendengar dari Amr bin Murrah.” Kata mereka, “(Ia mendengar) lapan belas hadis.” [Hadis 1512] Sahih Abu Daud

Hadis tentang zikir : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Dua kalimat yang amat dikasihi (disukai oleh) Tuhan yang Maha Pemurah, ringan disebut lidah dan berat timbangannya (pahalanya), iaitu; ‘Subhaanallahi wabihamdihi , Subhaanallahil ‘azhim’ (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya/kemuliaan-Nya, Maha Suci Allah dengan keagungan-Nya).” [2028] Sahih Bukhari

Hadis penakwilan secara zahir ini adalah yang paling banyak dalam kitab-kitab hadis. Beramal dengan hadis ini lebih diutamakan.

Kadangkala terdapat beberapa hadis yang walaupun dilihat seperti boleh memahaminya dengan mudah, tetapi agak bertentangan dengan akal, contohnya;

Hadis yang memerlukan tafsiran hadis lain : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka.” [5341] Sahih Bukhari

Mengapa pakaian yang melebihi mata kaki (buku lali) boleh menyebabkan seseorang dimasukkan ke dalam neraka dan apa kaitannya dengan agama? Seolah-olah Nabi saw melarang seseorang melabuhkan pakaiannya. Bagaimana pula dengan wanita yang perlu menutup aurat?

Jika berjumpa hadis seperti ini, hendaklah kita melihat tafsirannya melalui hadis-hadis yang lain kerana para sahabat r.anhum lebih mengetahui mengenai apa yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Zaman kita ini telah menyaksikan pembukuan hadis yang telah disusun mengikut bab-babnya atau menyatukan jalan periwayatannya dan memudahkan kita untuk mencari hadis-hadis yang bersangkutan mengenainya.

Namun sekiranya tidak mampu, maka bertanyalah kepada ahli ilmu. Bukan bertanya pada seorang sahaja, tanyalah kepada beberapa orang supaya kita tidak taksub mengenainya. Antara contoh hadis mengenai apa yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah;

Page 308: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari ‘Abdullah ibn Umar : Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyeret (labuh) pakaiannya kerana kesombongan tidak akan dilihat oleh Allah pada Hari Kebangkitan.” [009] Hadis sahih dari Imam Malik dalam Al-Muwattho’

Dalam hadis yang lain;

Hadis : Dari Ibnu Umar r.a : Nabi saw beliau bersabda, “Siapa yang menjulurkan pakaiannya (hingga ke bawah mata kaki) dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari Kiamat kelak.”

Lalu Abu Bakar r.a berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu dari sarungku terkadang turun sendiri, kecuali jika aku selalu menjaganya?” Lalu Nabi saw bersabda, “Engkau bukan termasuk orang yang melakukan hal itu kerana sombong.” [5338] Sahih Bukhari

Jadi apa yang dimaksudkan adalah; jika memakai satu pakaian kerana sombonglah yang akan menyebabkan seseorang itu dimasukkan ke neraka. Andaikata kita memakai sarung walaupun di atas mata kaki tetapi di hati kita ingin mempamerkan logo sarung tersebut (gajah duduk, emirates) kerana menunjukkan mahalnya kain tersebut, maka tempatnya adalah neraka kerana sombong.

Jadi apabila anda memakai apa sahaja pakaian, niatkanlah ‘ini adalah pakaian untuk menutup aurat’ maka kita tetap tergolong dalam orang yang mentaati Allah dan mengikut sunnah Rasul-Nya. Berdasarkan sebuah hadis;

Hadis : Dari Abu Umamah r.a dia mendengar Umar Bin Khaththab r.a berkata : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memiliki pakaian baru kemudian mengenakannya dan ketika sampai di tengkuknya dia membaca;

'Alhamdulillaahil ladzii kasaanii maa uwaarii bihi 'aurotii wa atajammalu bihii fi hayaatii (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepadaku yang dapat menutup auratku dan dapat berhias dengannya dalam hidupku)’,

kemudian dia berniat dengan pakaian yang sudah usang atau yang sudah tidak dikenakan untuk diinfaqkan, maka dia berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan berada di sisi Allah serta berada dalam lindungan Allah baik hidup mahupun mati, baik hidup mahupun mati dan baik hidup mahupun mati.” [288] Sahih Riwayat Ahmad

(b). Hadis yang pertengahan

Maksudnya hadis yang memerlukan perhatian khusus atau takwilan mengenainya. Contohnya;

Hadis kiasan : Dari 'Aisyah r.anha : Sebahagian isteri-isteri Nabi saw berkata kepada Nabi saw : "Siapakan diantara kami yang segera menyusul anda (setelah kematian)?". Beliau bersabda: "Siapa yang paling panjang lengannya diantara kalian". [1331] Sahih Bukhari

‘Panjang lengan atau tangan’ itu bermaksud orang yang paling banyak bersedekah bukan orang lebih panjang tangannya secara zahir. Para isteri Nabi saw juga salah faham mengenainya (pada mulanya sahaja) sehingga mereka mengukur tangan masing-masing untuk melihat tangan siapa yang lebih panjang.

Page 309: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Di dalam bahasa melayu panjang tangan bermaksud suka mencuri, tetapi dalam bahasa arab panjang tangan bermaksud orang yang paling suka dan banyak bersedekah. Jadi tidak boleh kita menafsir mengikut bahasa lain kecuali mengikut maksud bahasa yang diturunkan pada waktu itu.

Hadis pengkajian : Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi saw bersabda, “Terapi pengubatan itu ada tiga cara, iaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada tempat yang terluka), sedangkan aku melarang umat ku berubat dengan kay.” [5249] Sahih Bukhari

Bukan sahaja berbekam dan madu sahaja malah bercelak, lada hitam dan sebagainya juga mempunyai pelbagai khasiat untuk kesihatan. Tetapi, bukan itu satu-satunya cara dalam pengubatan, apa yang Nabi saw ingin sampaikan, hakikatnya adalah supaya kita berusaha mencari penawar apabila sakit dan yang paling utama adalah penjagaan kesihatan. Tiada salahnya dengan memakan vitamin dan sebagainya.

Hadis yang boleh dipelbagaikan : Dari Aisyah r.anha : Rasulullah saw bersabda, “Siwak itu dapat membersihkan mulut dan dapat mendatangkan keredhaan Allah AzzaWaJalla.” [23196] Sahih Riwayat Ahmad

Tidak semestinya menggunakan sugi untuk memberus gigi, boleh juga menggunakan berus dan ubat gigi kerana tujuan asalnya adalah agar dapat membersihkan mulut dan gigi. Sekiranya tiada sugi atau berus gigi misalannya, gunakanlah jari.

Perlu diingat, secara asasnya kita perlu melihat kepada zahir hadis terlebih dahulu sebelum mentakwil sesuatu hadis. Untuk mentakwil sesuatu hadis, ia perlu kepada alasan yang kuat dan kukuh dan perlu melihat kepada keperluannya samada hadis itu satu kiasan, memerlukan pengkajian dan samada ianya boleh dipelbagaikan.

Bab ini adalah antara yang paling rumit, tetapi tidaklah mustahil untuk dipelajari. Tujuannya adalah untuk membuktikan kehebatan hadis Nabi saw yang bersesuaian sepanjang zaman dari seluruh aspek. Selain itu ia juga menunjukkan fleksibiliti hadis yang memudahkan sesiapa sahaja untuk mengamalkannya.

(c). Hadis yang wajib beriman tetapi tidak boleh ditakwil

Ia melibatkan hadis-hadis mengenai alam ghaib (tidak dapat dilihat dengan mata). Contohnya;

Hadis sifat Allah Ta’ala : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni”. [1077] Sahih Bukhari

Hadis siksa kubur : Dari Aisyah r.anha : Dia bertanya kepada Rasulullah saw perihal siksa kubur, maka Beliau (saw) menjawab: "Ya benar, siksa kubur itu ada". Kemudian 'Aisyah r.anha berkata : "Maka sejak itu aku tidak (pernah) melihat Rasulullah saw setelah melaksanakan solat kecuali Beliau memohon perlindungan dari siksa kubur.” [1283] Sahih Bukhari

Hadis tentang malaikat : Dari Abu Hurairah r.a : Nabi saw bersabda, “Jika Allah memutuskan suatu keputusan di langit, maka malaikat akan mengepak-

Page 310: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

ngepakkan sayapnya kerana tunduk kepada titah-Nya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin.” [6927] Sahih Bukhari

Banyak lagi hadis-hadis yang mengenai perkara ghaib ini seperti hadis para Malaikat, Jin, Syaitan, Arasy, alam barzakh, hari akhirat dan sebagainya. Umumnya hadis mengenai perkara-perkara ghaib ini jangan ditakwil kerana tiada sesiapun mengetahui akan perkara ghaib. Namun beriman kepadanya adalah wajib.

(d). Belum sampai ilmu pengetahuan

Terdapat juga beberapa hadis yang kita tidak mampu mengungkapkannya dengan akal kerana akal kita atau ilmu pengetahuan kita masih belum mencapai tahapnya. Selalunya hadis ini berkaitan dengan kejadian masa depan, fizik dan sebagainya. Namun beriman dengannya adalah wajib. Contohnya;

Hadis masa depan : Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga matahari terbit dari sebelah barat.” [4270] Sahih Bukhari

Tiada seorang pun yang dapat tahu bagaimana keadaan bumi dan planet-planet di sekitarnya apabila matahari terbit dari barat atau menerangkan bagaimana kejadian tersebut boleh berlaku. Walaupun terdapat beberapa gambaran dan penjelasan mengenainya, namun janganlah terlalu taksub atau berpegang dengannya.

Ini kerana, jika sains tersebut salah maka orang akan menyalahkan hadis Nabi saw. Sebenarnya kajian sains merekalah yang salah bukan hadis yang merupakan wahyu dari Allah Subhana wa Ta’ala yang mempunyai kekurangan.

Firman Allah Subhana wa Ta’ala;

Surah Ali 'Imran [3] : 164

164. Sungguh Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan

(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah

benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Rujukan :

Tafsir Ibn Katsir

Berinteraksi Dengan Al-Sunnah [Dr. Yusuf Al-Qaradhawi]

Keagungan Sunnah [Syeikh Qayyum bin Muhammad bin Nasir As-Sahaibani]

Kaedah Memahami al-Hadith [A/Prof Fauzi Deraman]

Ilmu Usul al-Fiqh [Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin]

Sejarah Perkembangan Hadis [Rosli Mokhtar]

Sejarah Hadis [M Hasbi Ash Shidieqy]

Page 311: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Ulum Hadis [Dr. Rosmawati Ali]

Iman Kepada Allah [Dr. Sulaiman al-Asyqar]

Mencintai Isteri

PENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu

kepadanya).

PENGENALAN

Mencintai isteri yang dimaksudkan di sini adalah perasaan rasa kasih sayang

seorang suami kepada isterinya. Seorang suami yang bertanggungjawab dan

cinta kepada isterinya tidak akan mengabaikan isterinya baik dari segi

kehidupan di dunia mahupun perjalanan menuju ke akhirat.

Suami adalah pemimpin kepada keluarganya dan isteri pula adalah penasihat

terbaik bagi suaminya. Selain itu isteri juga memberikan ketenangan dan

tempat mengadu kasih, mengadu masalah, bermanja-manja dan keperluan-

keperluan emosi lain oleh suami.

Dari Ibnu Umar r.a : Rasulullah saw bersabda, “Dunia ialah kesenangan.

Sebaik-baik kesenangan dunia ialah perempuan yang solehah.” [1410] Sahih

Muslim

Oleh kerana besar dan pentingnya peranan isteri kepada suami, maka menjadi

tanggungjawab suami agar menjaga pula perasaan dan emosi isteri agar

masing-masing dapat menjalankan kewajipan masing-masing dan seterusnya

dapat membina keluarga Islam yang cemerlang; dan seterusnya membentuk

generasi masyarakat Islam yang hebat.

Terjemahan : Surah Ar-Ruum [30] : 21

21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir.

Di antara pengajaran yang dapat kita ambil dari ayat di atas;

Page 312: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(a). Isteri-isteri dari jenis kita sendiri, bererti Allah Subhana wa Ta’ala tidak

menjadikan isteri kepada anak Adam lain dari golongan manusia seperti orang

yang mendakwa berkahwin dengan binatang, jin dan sebagainya.

(b). Menjadikan manusia berasa tenteram dari gangguan perbuatan zina dan

kemungkaran yang lain.

(c). Diberikan kepada manusia nikmat yang besar, iaitu nikmat berkasih

sayang dan menyintai antara lelaki dan wanita dimana kedua-duanya

memerlukan perasaan itu; untuk memberikan kasih sayang dan saling cinta

menyintai. (Tafsir Ibn Katsir)

PERBINCANGAN

1. Keutamaan Mencintai Isteri

Di antara akhlak manusia yang paling baik adalah orang yang berbuat baik

kepada isterinya. Mencintai isteri juga adalah mengikuti sunnah Rasulullah

saw. Sesetengah orang menganggap mengikuti sunnah Rasulullah saw itu

dengan memakai jubah, serban, bercelak dan lainnya.

Tetapi, sebenarnya berbuat baik kepada isteri juga adalah sunnah. Malah ia

lebih utama untuk diikuti kerana ia membabitkan kewajipan seorang suami dan

hak isteri.

Dari Ibnu Abbas r.a : Nabi saw bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang

paling baik kepada isterinya, dan aku (Nabi saw) adalah orang yang paling baik

di antara kalian kepada isteri ku.” [1621] Sahih Ibnu Majah

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin yang

paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya, dan

sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada isterinya.” [1162] Hasan Sahih.

Riwayat Al-Tirmidzi

2. Memimpin Isteri

Terjemahan : Surah An-Nisaa' [4] : 34

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

Page 313: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

(wanita), dan kerana mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka.

Lelaki adalah pemimpin kepada kaum wanita bermaksud; menyeluruh dalam

ertikata sebagai pemimpin, ketua negara, hakim, pendidik atau pembimbing

kepada wanita. (Tafsir Ibn Katsir).

Memimpin isteri bermaksud menjagai dia dengan mengajar ciri-ciri wanita

Islam, akhlak, ibadah serta tanggungjawab-tanggungjawab sebagai seorang

isteri dan Islam tanpa melupakan tanggungjawab diri sendiri (suami).

Maksudnya si suami perlulah mempunyai ilmu-ilmu Islam yang benar untuk

mengajar isterinya.

Oleh itu, para wanita yang belum berkahwin hendaklah memilih bakal

suaminya seorang yang faham dan taat akan Islam agar suaminya layak

menjadi pemimpin kepada rumahtangga. Kacak dan berharta juga penting,

tetapi tidak sepenting ketaatan dan keilmuannya dalam agama.

Rasulullah saw telahpun menerangkan cara-cara mendidik wanita secara

umum, tetapi jelas dan padat.

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Ajarilah wanita itu dengan

cara sebaik-baiknya kerana sesungguhnya perempuan itu dijadikan

(seumpama) dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk paling bengkok ialah yang di

atas sekali.

Jika engkau memaksa meluruskannya, nescaya (patah) dan jika engkau

biarkan saja, sentiasa ia akan bengkok. Sebab itu, nasihatilah perempuan itu

dengan cara yang sebaik-baiknya.” [1467] Sahih Bukhari dan Sahih Muslim

[1411 hingga 1413]

Ertinya jika suami terlalu tegas (garang, baran atau seumpamanya) tentu

rumahtangga tidak bahagia. Jika membiarkan saja si isteri, contohnya

membiarkan isteri tidak menutup aurat di luar rumah, bergaul bebas atau

membiarkan saja ia membuat sewenangnya, maka rumahtangga juga tidak

bahagia.

Hendaklah berada pada pertengahan di antaranya, iaitu meletakkan sikap

lembut, tegas atau marah sesuai pada tempat dan keadaannya. Selain itu

suami juga perlu setia kepada isterinya.

Page 314: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Setia kepada isteri juga adalah sunnah Rasulullah saw, sebagaimana setianya

Rasulullah saw kepada isterinya Khadijah binti Khuwailid (antara empat wanita

terbaik di alam semesta) walaupun setelah ia meninggal dunia.

3. Adil

Dari Muawiyah Al-Qusyairi r.a : Saya mendatangi Rasulullah saw, aku

bertanya, ‘Nasihat apa yang akan engkau katakan (yang harus kami lakukan)

terhadap isteri-isteri kami?’

Rasulullah saw menjawab, “Berilah mereka makan dari apa-apa yang kalian

makan, dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian pakai. Janganlah

kalian memukul mereka dan jangan pula mencaci mereka.” [2144] Sahih Abu

Daud

Bersikap adillah kepada isteri dan jangan hanya mementingkan diri sendiri

sahaja. Maksud adil di sini adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dalam

segala hal. Kadangkala suami membeli pakaian yang mahal tetapi isteri hanya

dibelikan pakaian yang murah. Suami makan daging, tetapi isteri hanya

dibelikan nasi lemak ikan bilis.

Sepatutnya, apa yang suami makan atau pakai hendaklah sama juga apa yang

diberikan kepada isterinya malah kalau boleh biarlah apa yang diberikan

kepada isteri itu lebih dari apa yang kepunyaan suami demi menjaga perasaan

dan emosinya.

Sebenarnya ia bukan terhad kepada perkara makan dan pakai sahaja, tetapi ia

adalah peringatan yang menyeluruh dari Rasulullah saw. Makanan dan pakaian

itu salah satu contoh sahaja.

4. Bersabar Dengan Kerenah Dan Maafkanlah Mereka

Terjemahan : Surah An-Nahl [16] : 92

92. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan

benangnya yang sudah dipintal dengan kuat....

Mengikut tafsir Ibn Katsir ayat di atas adalah ayat perumpamaan.

Perumpamaannya mengenai orang yang melanggar janjinya setelah

bersumpah.

Tetapi perumpamaan dalam Al-Quran sangat hebat dan kadangkala satu

ayatnya mengandungi pelbagai makna dan pengajaran yang boleh diambil,

Page 315: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

asalkan ia tidak bertentangan dengan syariat, ilmu pengetahuan atau

bertentangan dengan Al-Quran dan hadis yang lain.

Mengapa ayat di atas tidak ditulis lelaki yang menguraikan simpulan? Ini

kerana yang selalu kita lihat, lelaki apabila menjumpai simpulan pasti akan

mengguntingnya saja. Perempuan pula lebih sabar dan teliti. Ini adalah

perumpamaan.

Di sebalik kesabaran dan ketelitian wanita menguraikan simpulan tersebut,

lelaki melihatnya sebagai; wanita itu suka kepada perkara yang remeh dan

banyak kerenah. Inilah antara perbezaan besar antara lelaki dan wanita dan

yang indahnya, perbezaan inilah yang menerbitkan komunikasi. Komunikasi

pula membantu menjana hubungan suami isteri supaya sentiasa hangat.

Oleh kerana itu kadangkala kita melihat wanita lebih banyak bercakap dan

cakapnya pula kadangkala ‘tidak bertapis’. (Terdapat juga di dalam hadis-hadis

mengenai perkara ini seperti apa yang dilakukan oleh isteri-isteri Rasulullah

saw kepada Rasulullah saw sendiri serta kepada madu mereka Safiah binti

Huyay (keturunan yahudi). Rasulullah saw telah mengendalikannya dengan

penuh bijaksana).

Janganlah difikir sangat perkara itu kerana itu memang fitrah wanita (banyak

kerenah dan kadangkala sukar difahami kerana dalamnya perasaan mereka).

Jangan sekali-kali kerana hal itu (terasa hati kerana percakapan wanita), kita

memukul dan mencaci-caci mereka. Bersabarlah dengan isteri dan sentiasa

memaafkan mereka. Di dalam hadis;

Dari Muawiyah Al-Qusyairi r.a : (Lanjutan dari hadis di atas).... “Janganlah

kalian memukul mereka (isteri) dan jangan pula mencaci mereka.” [2144]

Sahih Abu Daud

Dari Aisyah r.ha, ia berkata : Rasulullah saw tidak pernah memukul seorang

pun dari pembantu beliau dan tidak juga isteri dan Beliau tidak pernah

memukul apa pun dengan tangan Beliau. [1627] Sahih Ibnu Majah

5. Membantu Urusan Rumahtangga

Dari Aswad r.a, katanya : Saya bertanya kepada Aisyah r.anha, apa yang

dilakukan Nabi saw dalam rumahtangganya. Ia berkata, “Beliau (Nabi saw)

selalu mengerjakan urusan rumahtangga. Kalau masuk waktu solat, beliau

pergi bersolat.” [1707] Sahih Bukhari

Page 316: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Suami yang mencintai isterinya juga sebaiknya membantu kerja-kerja rumah

dan bukan menganggap isterinya sebagai orang gaji. Membantu isteri

membuat kerja-kerja rumah juga mendapat pahala kerana mengikuti sunnah

Rasulullah saw.

Al-Tabari meriwayatkan dari Aisyah r.ha dan ujarnya, Baginda saw membantu

kerja-kerja rumah membantu isterinya seperti memotong daging, menyapu

rumah malah membantu khadamnya melakukan tugas. Dalam riwayat lain pula

menyatakan, Rasulullah saw menjahit pakaiannya, menampal kasutnya dan

seperti lelaki lain juga yang membantu tugas isterinya. (Sumber dari Kertas

Kerja Dr. Abdullah Nasih Ulwan – Jawapan Poligami Rasulullah saw)

PENUTUP

Perkara-perkara di atas bukanlah semua yang dapat ditulis di sini mengenai

mencintai isteri. Secara umumnya, apabila dikatakan mencintai isteri, maka

suami sehendaknya melaksanakan semua tanggungjawabnya kepada isteri

seperti memberi nafkah, menjaga hati, menghormati keluarganya,

menghormati pandangannya, minta nasihatnya dan lain-lain seumpamanya.

Mencintai isteri adalah amat penting dalam mewujudkan sebuah keluarga yang

bahagia. Bermula dari mencintai isteri juga akan terlahir perasaan kasih

sayang dan rasa tanggungjawab si suami kepada keluarganya.

Apabila terwujudnya perasaan saling menunaikan tanggungjawab masing-

masing maka banyak keuntungan yang diperolehi. Selain berpahala ia juga

memberi ketenteraman pada jiwa serta keseronokan berkasih sayang dapat

dirasai.

Apabila telah lahirnya keluarga yang bahagia, maka tempiasnya turut

dirasakan oleh jiran-jiran dan menjadikan mereka sebagai contoh lalu ia akan

tersebar pula oleh jiran lainnya kemudian kepada masyarakat dan seterusnya

memberi manfaat pula kepada keharmonian kemasyarakatan itu sendiri hasil

dari didikan dan kewujudan keluarga yang bahagia; dan segalanya bermula

dari mencintai isteri.

Terjemahan : Surah An-Nisaa' [4] : 19

19. ...Dan bergaullah dengan mereka (isteri-isteri kamu) dengan cara yang

baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) kerana

mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak.

Page 317: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Terjemahan : Surah Ar-Ruum [30] : 21

21. ........Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-

tanda bagi kaum yang berfikir.

Rujukan :

Tafsir Ibnu Katsir

Jawapan Poligami Rasulullah saw [Prof Dr. Ibrahim Sya’wat dan Dr. Abdullah

Nasir Ulwan]

Isteri dan Puteri Rasulullah saw [Muhammad Mahdi al-Istambuli dan Mushtafa

Abu Nashr al-Syiby]

Mutiara Ilmu [Syeikh Muhammad Soleh al-Uthaimin]

Metodologi Al-Quran Dalam Pendidikan [Muhammad Shadid]

Antara Kelebihan Umat Islam Akhir Zaman

PENDAHULUAN

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan) ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu

kepadanya).

PENGENALAN

Umat Islam atau umat Nabi Muhammad saw mempunyai pelbagai kelebihan di

dunia dan akhirat. Inilah kurniaan Allah Subhana wa Ta’ala kepada umat Nabi

Muhammad saw dimana ia sebagai pelengkap kepada tatacara dalam melalui

kehidupan di muka bumi ini samada dari segi akidah, ibadah mahupun segala

aspek kehidupan masyarakat yang bertamadun.

Bersyukurlah atas nikmat Allah yang tidak terhingga ini. Di dalam Al-Quran

juga telah dinyatakan bahawa umat Islam adalah umat yang terbaik.

Terjemahan : Surah Ali 'Imran [3] : 110

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman

kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka;

Page 318: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-

orang yang fasik.

Namun sejak kebelakangan ini terdapat kata-kata atau penulisan atau ceramah

yang mengatakan umat akhir zaman ini akan menjadi semakin buruk dan

semakin buruk. Hari esok akan lebih buruk dari hari ini dan seterusnya.

Benarkah begitu? Apakah Islam mengajar kita untuk terus berfikiran negatif,

sedangkan di dalam Al-Quran dan sunnah yang sahih mengajar kita untuk

bersangka baik pada Allah dan bersikap optimis. Janganlah begitu.

PERBINCANGAN

Terdapat banyak ayat Al-Quran dan hadith yang sahih mengenai kelebihan

umat Islam akhir zaman (tidaklah memperkecilkan umat terdahulu kerana

umat akhir zaman sendiri adalah pengikut dan mencontohi umat terbaik

terdahulu; iaitu zaman sahabat Rasulullah saw, para tabiin dan tabiut tabiin).

Antaranya;

1. Sentiasa ada golongan umat Islam yang pasti menang.

Dari Tsauban r.a : Rasulullah saw bersabda, "Senantiasa ada sekelompok

umatku yang dimenangkan atas kebenaran. Tidak akan membahayakannya

orang yang memusuhinya hingga Hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti

itu (berada dalam kebenaran)." [3544] Sahih Muslim

Kata Imam Ahmad mengenai hal ini adalah ahli hadith. Kata Imam al-Bukhari,

mereka adalah para ahli ilmu. Oleh itu, umat akhir zaman ini tetap ada ilmuan

Islam yang sentiasa menang dan tidak mampu diganggu-gugat oleh

sesiapapun kerana mereka di dalam jagaan Allah Subhana wa Ta’ala.

Persoalannya untuk apa mereka dimenangkan? Tentulah untuk memimpin

umat Islam dari musuh-musuh Islam dan seterusnya menegakkan agama Islam

di muka bumi ini serta akan terus dimenangkan sehingga hari yang ditentukan-

Nya.

2. Sentiasa ada golongan yang membawa umat Islam ke arah manhaj sebenar.

Dari Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, "Setiap seratus tahun Allah

mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini

(dari penyimpangan)." [3740] Sahih Abu Daud

Page 319: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Maksud ‘memperbaharui agama’ bukanlah mengada-adakan sesuatu yang

tiada dalam Islam, tetapi ia adalah membawa agama ini kembali kepada jalan

yang lurus mengikut ajaran yang diajar oleh Rasulullah saw, iaitu kembali

kepada Al-Quran dan Al-Sunnah yang sahih serta menghancurkan bidaah yang

menyesatkan.

Perkataan ‘seseorang’ pula bukanlah bermakna seorang sahaja, tetapi samada

secara individu, perkumpulan atau sesebuah pertubuhan atau organisasi.

Mereka akan membetulkan kembali bidaah-bidaah yang terjadi dari bisikan

syaitan dan membawa umat Islam kembali berpegang kepada Al-Quran dan

sunnah yang sahih.

3. Sentiasa dimuliakan dengan Al-Quran.

Dari ‘Amir bin Watsilah r.a, katanya : Bahawasanya Nafi’ bin ‘Abdul Harits

pada suatu ketika bertemu dengan Khalifah Umar r.a di Usfan.

-(Diringkaskan – Hadis ini mengenai Umar r.a bertanya kepada Nafi’, mengapa

diangkat Ibnu Abza (hamba yang dimerdekakan) menjadi ketua bagi penduduk

Wadi. Lalu Nafi’ menerangkan, bahawa Ibnu Abza mempunyai kefahaman

mengenai Al-Quran dan pakar ilmu faraid kerana itulah dia diangkat menjadi

ketua di situ)-

Kata Umar r.a, ‘Benar! Nabi saw pernah bersabda, “Bahawasanya Allah akan

memuliakan suatu kaum dengan Kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan yang

lain.” [0783] Sahih Muslim

Umat Islam akan dimuliakan kerana ilmu yang didasarkan serta berpandukan

dari Al-Quran. Al-Quran adalah sumber utama ilmu bagi mereka yang ingin

berusaha dan mencarigali khazanah yang terdapat di dalamnya samada ilmu

sains, kerohanian, perubatan, kejuruteraan, ilmu falaq dan sebagainya.

Umat Islam yang dapat menguasai Al-Quran dan faham bagaimana

mengaplikasikannya dalam kehidupan akan dimuliakan. PERLU DIINGAT

bahawa perkara ini adalah umum kepada semua manusia dan bukannya

khusus kepada umat Islam.

Maksudnya Al-Quran itu diturunkan atau ditujukan kepada seluruh manusia

dan seandainya orang kafir yang berpegang kepadanya, tetapi umat Islam

meninggalkannya maka dihinakanlah umat Islam itu di mata orang kafir. Inilah

antara punca terbesar umat Islam diperlakukan lebih buruk dari binatang

Page 320: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

ternakan pada masa ini, iaitu meninggalkan dan meremehkan Al-Quran

kononnya atas dasar kemodenan serta membebaskan diri dari kejumudan.

Kita boleh lihat ikan paus, panda, beruang, harimau yang dibunuh oleh

pemburu mendapat liputan seluruh dunia akan kekejaman pemburu tersebut.

TETAPI umat Islam yang dibunuh dan disembelih di tanah air mereka sendiri

dituduh pengganas dan dihalalkan darah mereka atas kebenaran dan

persetujuan siapa?

Tidak lain tidak bukan kerana umat Islam sendiri membenarkannya dengan

meninggalkan Al-Quran...; lalu kita dihinakan malah diperlakukan lebih buruk

dari binatang ternakan. Semoga Allah menyelamatkan umat Islam di seluruh

dunia. Semoga Allah memberi hidayah dan petunjuk kepada pemimpin-

pemimpin kita.

KESIMPULAN

Tiga hadith di atas memadai bahawa sesungguhnya Allah benar-benar

memelihara umat Nabi Muhammad saw dan tidak membiarkan umat akhir

zaman ini terus dalam kesesatan. Hendaklah kita terus bersikap optimis dan

yakin bahawa pada masa akan datang umat Islam akan menjadi lebih hebat

dan semakin hebat.

Apa yang penting adalah apa yang perlu kita lakukan sekarang untuk

membentuk generasi umat Islam yang hebat esok hari. Kita adalah perintis dan

penggerak dalam membentuk masa depan umat Islam dan ini adalah

sunnatullah. Maksudnya, ‘Apa yang kita lakukan hari ini membentuk masa

hadapan’ (bersesuaian dengan takdir Allah Subhana wa Ta’ala).

Caranya, kembali kepada hadith-hadith di atas iaitu kembali kepada Al-Quran,

Al-Sunnah yang sahih, mencontohi umat terbaik terdahulu (sahabat, tabiin dan

tabiut tabiin) serta berusaha dan bekerjasama dalam membentuk dan

melahirkan umat Islam yang mempunyai pendidikan yang hebat, penguasaan

ekonomi (saling membantu sesama umat Islam) dan paling utama

menyebarkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Mencintai Rasulullah (sallahu ‘alaihi wasallam)

Surah Al Baqarah [2] : [255]

.....(Allah) yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di

belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari (kandungan)

ilmu Allah melainkan apa yang Allah kehendaki (memberitahu kepadanya).

Page 321: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

Hadis : Dari Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda, "Belum sempurna iman

seseorang kamu sebelum ia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada anaknya,

kepada bapanya dan kepada manusia semuanya.” (0035) Sahih Muslim. Juga terdapat

dalam riwayat Bukhari, Ibnu Majah, Nasa’i, Ahmad, al-Darimi.

Mencintai Rasulullah saw melebihi cinta kepada manusia semuanya bukanlah

bermaksud membenci orang-orang lain. Tetapi apa yang dimaksudkan adalah

mengikuti apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah

subhana wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Ini bermakna sesiapa sahaja yang menyuruh kita melakukan kemaksiatan,walaupun

ibu bapa sendiri, hendaklah kita mengingkarinya. Tidak boleh mentaati sesiapa sahaja

dalam kemungkaran.

Selain itu diantara ciri-ciri orang yang mencintai Rasulullah saw boleh dibahagikan

kepada beberapa bahagian, antaranya;

Individu

1. Mendahulukan kata-kata Rasulullah saw daripada kata-kata orang lain, walaupun

kata-kata orang yang ternama dan terkenal.

2. Mencari contoh-contoh dari Rasulullah saw sebelum membuat sesuatu pekerjaan

atau keputusan.

3. Berbuat baik sesama rakan, iaitu tidak memalukannya, mencelanya, mengumpat

atau secara umumnya menjaga hati rakan-rakan yang lain.

4. Sentiasa berfikir dan mencari jalan untuk menyebarkan kebaikan, atau berlumba-

lumba dalam membuat kebajikan.

5. Tidak membiarkan diri berada dalam kejahilan.

Keluarga

1. Menghormati kedua ibu bapa dan menjaga mereka yang telah tua (tidak dihantar

ke rumah kebajikan).

2. Berbuat baik kepada isteri atau suami dan anak-anak. Sentiasa memberikan yang

terbaik kepada mereka.

3. Melengkapi keluarga dengan pendidikan agama yang cukup, iaitu mengajar mereka

tentang Iman, Islam dan Ehsan.

4. Sentiasa mengambil berat hal-ehwal mereka (ibu bapa, isteri atau suami dan anak-

anak) dari segala segi terutama emosi mereka.

Page 322: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

5. Membangunkan mereka (menantu, isteri atau suami dan anak-anak) untuk solat

malam (solat sunat tahajjud).

Masyarakat

1. Sentiasa mendoakan kebaikan kepada seluruh umat Islam. Jangan sekali-kali

mendoakan keburukan pada orang-orang Islam yang lain.

2. Kembali kepada Al-Quran dan Al-Sunnah sekiranya terdapat sebarang perselisihan

walaupun perkara kecil.

3. Menghormati, tolak ansur, memberi makan, menjaga hati dan perasaan jiran

tetangga tanpa mengira agama dan bangsa.

4. Tidak bertelagah sesama sendiri, juga tidak mendengki, khianat dan memburuk-

burukkan satu sama lain.

5. Tidak taksub atau fanatik terhadap sesuatu aliran sehingga mengkafirkan sesama

sendiri terutamanya pada perkara cabang.

Anda mungkin juga meminati:

Solat qasar dan jama'

Iktibar Dari Penciptaan Atom

Peristiwa Akhir Zaman

Iktibar Dari Penciptaan Manusia

Linkwithin

Negara

1. Taat pada pemimpin dalam hal-hal yang tidak membelakangi Al-Quran dan Al-

Sunnah (termasuk mengikut peraturan jalanraya serta peraturan-peraturan lain yang

dibuat oleh pemerintah).

2. Sekiranya ada sesuatu perkara yang dibuat oleh pemimpin yang tidak dipersetujui,

hendaklah bersabar. Haram melakukan tunjuk perasaan, hirabah, demonstrasi

(walaupun secara aman), merampas kuasa dan lain-lain yang menyebabkan huru-hara

dalam apa keadaan sekalipun. Hendaklah bersabar dan berdoa agar pemimpin diberi

hidayah dan petunjuk oleh Allah Subhana wa Ta’ala.

3. Bersama menjaga keamanan negara baik dari segi hubungan sesama negeri atau

hubungan luar negara.

4. Sentiasa bekerjasama dalam berusaha melengkapi fardhu-fardhu kifayah dalam

negara seperti ahli tafsir, saintis, pakar fizik, doktor, pakar enjin, arkitek, pakar

komputer, pakar persenjataan dan segala perkara yang diperlukan oleh umat Islam

masakini.

Page 323: HADIST IBNU MAJAH Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW

5. Jangan sekali-kali berpaling tadah atau menjadi tali barut dalam mengkhianati

negara.

Secara umumnya, setiap umat Islam perlu senantiasa menjadikan Rasulullah saw

sebagai satu contoh yang terbaik dari segi akhlak, perbuatan, tindakan serta apa-apa

sahaja dalam kehidupan sehariannya dan baru