Upload
rosiana-kurnia-shabella
View
23
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mikrobiologi
Citation preview
Haemophilus influenza
A. Klasifikasi dan Morfologi
Divisi :bakteri
Kelas : schizomicetes
Ordo : eubacteriales
Family : haemophilunaceae
Genus : haemophilus
Species: haemophilus influenza
MORFOLOGI
Kokobasil 1,5 miumikron
Gram Negatif
Tidak menghemolisis darah
Variasi kapsul :
+ bakteri patogen
- bakteri flora normal
Media kultur biakan : BHI + darah (Brain Heart Infussion)
24 jam : koloni bulat kecil
36-48 jam : koloni lebih besar
IsoVitaleX : faktor pertumbuhan yang mengandung faktor V dan faktor X
B. Definisi
Bakteri ini sering ditemukan di selaput mukosa saluran napas atas pada manusia.
Bakteri ini menjadi penyebab meningitis pada anak-anak dan terkadang menyebabkan
infeksi pada orang dewasa. Ciri khas morfologi dari organisme ini adalah terlihat
sebagai kokobasil pendek kira-kira 1,5 μm atau seperti rantai pendek. Pada biakan
1
morfologinya bergantung pada umur dan pembenihan. Setelah kira-kira 6-8 jam
dalam pembenihan diperkaya, bentuk kokobasilnya ditemukan terbanyak. Kemudian
didapatkan batang yang lebih panjang, bakteri mengalami lisis dan berbentuk
pleomorfik.
C. Sifat Patologis
H. influenzae tidak menghasilkan eksotoksin dan peranan antigen somatik toksiknya
pada penyakit alamiah belum jelas. Organisme yang tidak bersimpai termasuk
anggota flora normal saluran pernapasan manusia. Simpai bersifat antifagositik bila
tidak terdapat antibodi antisimpai khusus. H. influenzae yang memiliki simpai
khususnya tipe b menyebabkan infeksi pernapasan supuratif (sinusitis,
laringotrakeitis, epiglotitis, otitis) dan pada anak kecil meningitis. Darah dari orang
dengan umur kira-kira 3-5 tahun memiliki daya bakterisidal kuat terhadap H.
influenzae, dan infeksi klinik lebih jarang terjadi pada orang itu. Namun sekarang
antibodi bakterisidal sudah jarang ditemukan pada 25% orang AS dan infeksi yang
bersifat klinik lebih sering terjadi pada orang dewasa. H. influenzae yang dapat
digolongkan atau tidak bersimpai tipe b umumnya menyebabkan otitis media
(mekanisme patogeniknya belum jelas). Bakteri ini dan pneumonia menjadi penyebab
utama otitis media bacterial dan sinusitis akut. Organisme ini dapat ikut aliran darah
atau terkadang menetap di sendi. Jika menetap di sendi maka bakteri dapat
menyebabkan Artritis Infeksiosa.
D. Identifikasi bakteri
Identifikasi dan isolasi bakteri dlm spesimen klinik dr manusia contohnya urin dan cairan
dahak. Langkah-langkah dlm melakukan identifikasi yaitu:
1. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan spesimen menggunakan instrumen mikroskop
dgn preparat yg telah dilakukan pewarnaan sesuai dgn keperluan. Pewarnaan sediaan yg
sering dilakukan antara lain pewarnaan Gram atau pewarnaan spesifik seperti pewarnaan
BTA (Basil Tahan Asam) menggunakan metode Ziehl Nelsen atau Kinyoun Gabbet.
2. Isolasi / Penanaman Isolasi dikalukan pada media yang sesuai tergantung dari
pemeriksaan mikroskopik yang telah dilakukan. Media yang umum dipakai yaitu Agar
Darah, MSA (Manitol Salt Agar) dll.
3. Uji biokimia dilakukan untuk melihat aktifitas biokimiawi bakteri dalam media-media yg
disediakan. Bakteri akan mensintesis zat-zat kimia tertentu tergantung dgn
2
kemampuannya. Uji biokimia yang digunakan yaitu bontrey pendek, bontrey panjang atau
imvic.
4. Uji Serologi Uji serologi meliputi tes aglutinasi menggunakan plasma koagulasi spesifik,
Uji katalase dengan indikasi pembentukan gas oksigen, dll.
5. Uji Kepekaan / Sensitivity Yaitu tes yang digunakan untuk menguji kepekaan suatu
bakteri terhadap antibiotik. Dengan dilakukannya tes ini akan diketahui efektifitas dari
beberapa antibiotik yg diujikan utk melihat kemampuannya membunuh bakteri.
6. Uji Patogenitas Uji kekuatan bakteri dalam menyebabkan penyakit dgn menggunakan
hewan percobaan. Dalam uji patogenitas juga termasuk uji Toksisitas untuk melihat racun
yang dapat dihasilkan oleh bakteri tertentu.
TES DIAGNOSTIK LABORATORIUM
• Identifikasi :
1. Antiserum spesifik kelinci tipe b untuk mengetahui ada tidaknya simpai atau kapsul
2. Imunofluoresensi
Spesimen : swab nasofaring, darah, nanah, cairan cerebrospinal
3
Pewarnaan gram cairan serebrospinal pasien
meningitis Haemophilus influenza, kokobasil
gram negatif diantara PMN
Pewarnaan gram Haemophillus influenza, tampak kokobasil gram negatif
Isolasi bakteri H. influenzae dilakukan pada pelat agar-agar, untuk menjadi agar-agar
cokelat dengan menambahkan X (hemin) & V (NAD) faktor pada 37 ° C dalam inkubator
CO2-diperkaya. Koloni Haemophillus influenzae muncul sebagai koloni cembung, halus,
pucat, abu-abu atau transparan. Observasi Gram bernoda dan mikroskopis dari spesimen
Haemophillus influenzae akan menunjukkan coccobacilli Gram-negatif,, tanpa pengaturan
khusus. Organisme budidaya dapat lebih dicirikan menggunakan tes katalase dan oksidase,
yang keduanya harus positif. Tes serologis lebih lanjut diperlukan untuk membedakan
polisakarida kapsul dan membedakan antara Haemophillus influenzae dan spesies tidak ada
capsulat. Meskipun sangat spesifik, kultur bakteri Haemophillus influenzae tidak memiliki
sensitivitas. Penggunaan antibiotik sebelum pengumpulan sampel sangat mengurangi tingkat
isolasi dengan membunuh bakteri sebelum identifikasi adalah mungkin.
E. Cara infeksi
Infeksi oleh haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat
bersin atau batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada
saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang
terutama penting pada penyakit paru kronik. Meningitis karena haemophilus
influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum
4
Haemophilus influenza pada agar coklat perlufaktor X & faktor V, koloni abu-abu mukoid,
faktor V dilepaskan saat agar dipanaskan
Haemophilus influenza & Haemophilus parainfluenza diinokulasi bersama, Haemophiluspara influenza hanya memerlukan faktor V,
tumbuh disekitar cakram V & X+V
dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis,
haemophilus influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut
F. Penyakit yang ditimbulkan dan gejalanya
1. Artritis Infeksiosa
Pada anak anak akan menyebabkan demam dan nyeri (anak cenderung
rewel). Mereka biasanya tidak mau menggerakkan sendi karena akan sangat
nyeri.
Pada remaja sampai dewasa gejalanya dapat terjadi secara tiba-tiba.
Persendian akan memerah dan terasa hangat, jika digerakkkan akan sangat
nyeri. Sendi-sendi yang sering terkena adalah lutut, bahu, pergelangan
tangan, panggul, jari dan sikut.
Sendi akan bengkak karena penumpukan cairan terinfeksi.
Penderita juga bisa mengalami demam dan menggigigil.
Sebagian besar infeksi bakteri, jamur dan mikobakteria, hanya mengenai satu
sendi atau kadang-kadang mengenai beberapa sendi.
2. Meningitis
Selain itu H. influenzae juga menjadi penyebab utama meningitis bakteri pada
anak-anak (usia 5 bulan sampai 5 tahun). Terkadang pada bayi timbul
laringotrakeitis obstruktif yang hebat dengan epiglotis yang membengkak dan
berwarna merah anggur. Keadaan ini memerlukan intubasi segera untuk
menyelamatkan hidup. Pneumonitis dan epiglotis akibat H. influenzae dapat
terjadi setelah saluran pernapasan terinfeksi (pada anak kecil dan orang dewasa).
Selain itu orang dewasa dapat menderita bronkitis atau pneumonia akibat H.
influenzae.
G. Siklus dalam Tubuh
Setelah 6-8 jam bentuk kokobasil ditemukan terbanyak.
H. Imunitas
Bayi dengan umur dibawah 3 bulan memiliki antibodi dalam serum yang diperoleh
dari ibunya. Pada masa ini memang infeksi H. influenzae jarang terjadi, tetapi
kemudian antibodi akan hilang. Anak-anak mendapat infeksi H. influenzae biasanya
5
dalam bentuk asimtomatik tetapi dapat dalam bentuk penyakit pernapasan atau
meningitis. Pada umur 3-5 tahun kebanyakan anak-anak memiliki antibodi yang dapat
membunuh bakteri dengan bantuan komplemen dan fagositosis (antibodi yang
dimaksud adalah antibodi PRP). Imunisasi pada anak-anak menimbulkan antibodi
yang sama.
Ada korelasi antara adanya antibodi bakterisidal dan resistensi terhadap infeksi H.
influenzae tipe b. Namun tidak diketahui apakah antibodi ini saja yang menimbulkan
imunitas. Pneumonia dan artritis masih dapat timbul pada orang dewasa yang
memiliki antibodi ini.
I. Pengobatan
1. Artritis Infeksiosa
Cara pengobatan awal biasanya pemberian antibiotik, walaupun belum
diperoleh hasil laboratorium mengenai kuman penyebabnya. Antibiotik yang
diberikan biasanya yang dapat membunuh semua bakteri. Antibiotik ini
diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) hal ini dimaksudkan agar
tercapai jumlah obat yang cukup sampai ke sendi yang terinfeksi. Walaupun
jarang diberikan antibiotik ada yang disuntikkan langsung ke sendi terinfeksi.
Bila antibiotik yang dipakai tepat maka akan memberi efek setelah 48 jam.
Untuk mencegah terjadinya penggumpalan nanah yang bisa merusak sendi
maka dilakukan pengeluaran nanah dengan jarum, namun bila jarum tidak bisa
mencapai sendi yang dituju maka digunakan sebuah selang untuk mengeluarkan
nanahnya. Bila kedua cara ini tidak bisa dilakukan maka dilakukan pembedahan
atau artroskopi.
Penggunaan bidai sebenarnya dapat membantu meringankan nyeri, namun dapat
memberi efek seperti kekakuan bahkan kehilangan fungsi menetap.
Pengobatan lain antara lain dengan obat anti jamur bila disebabkan oleh jamur,
kombinasi antibiotik bila penyebabnya tuberkulosis. Sedangkan untuk infeksi
karena virus cukup dengan pengobatan demam dan nyerinya karena infeksi oleh
virus ini akan membaik dengan sendirinya. Jika yang diserang adalah sendi
buatan maka setelah pemberian antibiotik harus dilakukan pembedahan untuk
mengganti sendi yang rusak dengan sendi buatan yang baru (pemberian
antibiotik saja biasanya tidak cukup).
2. Meningitis
6
Angka kematain karena meningitis yang tidak diobati mencapai 90%. Banyak
strain H. influenzae tipe b peka terhadap amphisilin, tetapi 25% strain resiten
karena membentuk β-laktamase di bawah kendali plasmid yang dapat
dipindahkan. Kebanyakan semua strain peka terhadap kloramfenikol dan
sefalosporin baru. Pemberian sefotaksim 150-200 mg/kg/hari secara intravena
memberi hasil yang baik. Diagnosis dan pemberian obat antimikroba secara
tepat sangant penting agar sekuele gangguan neurologik dan intelektual dapat
dikurangi. Komplikasi lanjut biasanya terjadi penimbunan cairan subdural yang
memerlukan drainase melalui pembedahan.
J. Epidemologi, Pencegahan, dan Pengendalian
H. influenzae tipe b bersimpai penularannya dari orang ke orang melalui jalur
pernapasan. Penyakit akibat H. influenzae tipe b dapat dicegah dengan pemberian
vaksin konjugat Haemophilus b pada anak-anak. Anak-anak dengan usia 2 bulan
atau lebih dapat diimunisasi dengan vaksin konjugat H. influenzae tipe b dengan satu
dari dua pembawa dengan dosis boster yang sesuai anjuran. Anak-anak usia 15 bulan
atau lebih dapat diberi toksoid difteri (yang tidak bersifat imunogenik pada anak-anak
yang lebih muda).
Kontak dengan pasin yang menderita infeksi klinik memberi resiko kecil bagi orang
dewasa saja, karena memberi resiko nyata bagi sudara kandung yang nonimun dan
anak-anak nonimun lain yang berusia di bawah 4 tahun yang brkontak erat. Profilaksis
dan rifampin sangat dianjurkan bagi anak-anak tersebut.
K. Tanda dan Gejala Infeksi Haemophilus Influenzae
7
inflamasi supuratif akut
Bronkopneumonia
Epiglotitis, umumnya menyerang permukaan laringeal dan faringeal
Demam tinggi
Tidak enak badan
Edema mukosal dan eksudat kental jika Haemophilus
Influenzae menginfeksi laring, trakea, dan pohon bronchial
Mukosa faringeal yang berwarna merah bisa disertai eksudat berwarna kuning
lembut
L. Uji Diagnostik
Isolasi organisme biasanya dengan kultur darah, memastikan Infeksi
Haemophilus Influenzae
Leukositosis polimorfonuklear (15.000 sampai 30.000/ul) juga memastikan
diagnosis
Meningitis Hib bisa di deteksi dalam kultur cairan serebrospinal
Hasil kultur nasofaringeal positif tidak menentukan diagnosis karena bisa
merupakan temuan normal pada orang sehat
M. Tindakan Penanganan
Rangkaian ampicilin selama 2 minggi merupakan penanganan standar, tetapi
sekitar 30% sampai 50% strain Haemophilus Influenzae resistan
Ceftriaxone, cefotaxime, atau chloramphenicol bisa digunakan bersamaan
sampai identifikasi adanya sensitivitas.
N. Kesimpulan
Haemophilus influenzae bersimpai penularannya dari orang ke orang melalui jalur
pernapasan. Penyakit akibat haemophilus influenzae tipe b dapat dicegah dengan
pemberian vaksin konjugat Haemophilus b pada anak-anak. Anak-anak dengan usia 2
bulan atau lebih dapat diimunisasi dengan vaksin konjugat haemophilus influenzae
tipe b dengan satu dari dua pembawa dengan dosis boster yang sesuai anjuran. Anak-
anak usia 15 bulan atau lebih dapat diberi toksoid difteri (yang tidak bersifat
imunogenik pada anak-anak yang lebih muda). Kontak dengan pasin yang menderita
infeksi klinik memberi resiko kecil bagi orang dewasa saja, karena memberi resiko
8
nyata bagi sudara kandung yang nonimun dan anak-anak nonimun lain yang berusia
di bawah 4 tahun yang brkontak erat. Profilaksis dan rifampin sangat dianjurkan bagi
anak-anak tersebut.
O. Saran
Dari makalah ini harapan penulis semoga pembaca bisa memahami tentang morfologi
haemophilus influenza dan mengetahui beberapa gejala dan penyakit yang bisa di
timbulkan oleh bakteri haemophilus influenzae. Semoga makalah bisa bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo. F, dkk. (1995). ‘Mikrobiologi Kedokteran’, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, hal. 265-267
http://edysuntoro.blogspot.com/2013/08/haemophilus-influenza.html
http://www.medicastore.com. Senin 5 Februari 2007
http://myundergroundsciense.blogspot.com/2012/03/haemophilus-influenzae.html
http://indobeta.com/haemophilus-influenzae/6649/
http://www.slideshare.net/kikikamila/mikrobiologi-bakteri
9