46
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis Potensi Fisik Kawasan Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui potensi pengembangan wisata budaya melalui tiga aspek yaitu kualitas budaya kawasan, kelayakan kawasan wisata, dan kualitas estetika-visual lingkungan. 5.1. 1. Analisis Kualitas Budaya Kawasan Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan menilai potensi obyek dan atraksi wisata budaya, baik dari segi cultural significance maupun kualitas fisik obyek dan atraksi wisata budaya eksisting. Kualitas budaya kawasan ditentukan dari potensi obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. Semakin tinggi rata-rata potensi obyek dan atraksi yang dimiliki oleh kawasan, semakin tinggi kualitas budaya kawasan. 5.1.1.1. Analisis Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting Penilaian objek dan atraksi wisata eksisting dilakukan dengan menggunakan 6 kriteria penilaian (kesejarahan /historival value, fungsi sosial/social value, harmoni, keunikan, daya tarik dan kelangkaan). Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Potensi obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Lokasi pengamatan Obyek Atraksi Parameter N P S I II III IV V VI 1 Kwanggan 1 Bekas gudang senjata masa keraton Pajang melihat situs bersejarah 8 3 8 3 4 3 29 R S4 2 Galeri batik Melihat pameran karya seni 3 5 4 3 4 3 19 R S4 2 Sayangan Kulon 3 Rumah tua dan unik Bentuk arsitektur bangunan 9 9 10 3 10 7 48 S S2 4 Pabrik batik abstrak a. Proses pembuatan batik b. Ikut pelatihan membatik pola abstrak 6 12 12 9 12 12 63 T S1 5 Galeri batik Wisata belanja 6 8 11 10 12 11 58 T S2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

  • Upload
    ngodien

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

65

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi dan Analisis Potensi Fisik Kawasan

Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui

potensi pengembangan wisata budaya melalui tiga aspek yaitu kualitas budaya

kawasan, kelayakan kawasan wisata, dan kualitas estetika-visual lingkungan.

5.1. 1. Analisis Kualitas Budaya Kawasan

Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan menilai potensi obyek

dan atraksi wisata budaya, baik dari segi cultural significance maupun kualitas

fisik obyek dan atraksi wisata budaya eksisting. Kualitas budaya kawasan

ditentukan dari potensi obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki oleh

masing-masing kawasan. Semakin tinggi rata-rata potensi obyek dan atraksi

yang dimiliki oleh kawasan, semakin tinggi kualitas budaya kawasan.

5.1.1.1. Analisis Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Eksisting

Penilaian objek dan atraksi wisata eksisting dilakukan dengan

menggunakan 6 kriteria penilaian (kesejarahan /historival value, fungsi

sosial/social value, harmoni, keunikan, daya tarik dan kelangkaan). Hasil

penilaian dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Potensi obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan

Lokasi pengamatan Obyek Atraksi

Parameter N P S I II III IV V VI

1 Kwanggan 1 Bekas gudang senjata masa keraton Pajang

melihat situs bersejarah

8 3 8 3 4 3 29 R S4

2 Galeri batik Melihat pameran karya seni

3 5 4 3 4 3 19 R S4

2 Sayangan

Kulon

3 Rumah tua dan unik

Bentuk arsitektur bangunan

9 9 10 3 10 7 48 S S2

4 Pabrik batik abstrak

a. Proses pembuatan batik

b. Ikut pelatihan membatik pola abstrak

6 12 12 9 12 12 63 T S1

5 Galeri batik Wisata belanja 6 8 11 10 12 11 58 T S2

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

66

Lanjutan Tabel 28.

Lokasi pengamatan Obyek Atraksi

Parameter N P S I II III IV V VI

6 Showroom dan museum batik milik keluarga

menyaksikan koleksi yang berkaitan dengan pembatikan warisan para leluhur

6 11 12 10 12 11 62 T S1

7 Langgar Merdeka

Bnetuk arsitektur bangunan dan sejarahnya

12 12 12 9 9 12 66 T S1

3 Kramat 8 Museum Samanhudi

Melihat koleksi peninggalam KH.Samanhudi

8 8 11 11 9 10 57 T S2

9 Galeri batik Berbelanja batik 3 6 3 3 4 3 22 R S4

4 Sayangan Wetan

10 Tugu Laweyan (bekas Pasar Laweyan Kuno)

Menyaksikan situs tempat pasar laweyan kuno

8 9 7 6 8 8 46 S S2

11 Pabrik Batik dan galeri

Melihat proses pembuatan batik dan wisata belanja

7 9 8 7 10 7 48 S S2

12 showroom dan galeri 1

Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2

13 showroom dan galeri 2

Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2

14 showroom dan galeri 3

Wisata belanja 4 7 10 10 11 9 51 S S2

15 batik furniture

wisata belanja dan melihat proses pembuatan

3 5 8 3 8 6 33 R S3

5 Setono 16 Bangunan kuno dan unik Setono

Bentuk arsitektur bangunan

6 9 10 9 11 9 54 S S2

17 Pabrik batik

Melihat proses pembuatan batik

6 10 9 9 10 7 51 S S2

18 Showroom dan galeri batik 1

Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2

19 Showroom dan galeri batik 2

Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2

20 Showroom dan galeri batik 3

Wisata belanja 6 10 10 10 11 9 56 T S2

21 Langgar Ma’moer

Bentuk arsitektur bangunan dan sejarahnya

9 12 11 12 8 12 64 T S1

22 Rumah para pekerja batik

Mengenal sejarah dan budaya masyarakat pembatik

6 6 9 4 6 5 36 R S3

23 Makam Kyai Ageng henis

Melihat makam kuno

9 11 12 7 10 9 58 T S1

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

67

Lanjutan Tabel 28. Lokasi

pengamatan

Obyek Atraksi Parameter

N P S I II III IV V VI

24 Mesjid laweyan

Melihat tempat bersejarah dan cerita tentang masa lalu

12 12 12 12 12 12 72 T S1

25 Bunker bawah tanah

Melihat tempat bersejarah dan legenda

7 6 12 3 8 7 43 S S3

26 Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi

Melihat sejarah jaman pergerakan Samanhudi

11 10 12 8 11 10 62 T S1

27 Art galery melihat karya seni

3 5 4 3 4 3 19 R S4

28 Batik Furniture

wisata belanja dan melihat proses pembuatan

3 5 8 3 8 6 33 R S3

29 IPAL Melihat teknik pengolahan limbah batik

3 3 5 5 4 9 29 R S4

6 Lor Pasar 30 Pabrik batik dan galeri

Belajar batik, wisata belanja

6 9 10 9 9 8 51 S S2

31 showroom batik 2

Wisata belanja 5 6 10 10 11 9 51 S S2

32 showroom batik 3

Wisata belanja 4 4 9 8 10 8 43 S S3

7 Kidul Pasar 33 Situs Kabanaran

Melihat situs bersejarah

11 8 12 3 8 9 51 S S2

34 pabrik batik

Melihat proses pembuatan batik

6 5 4 6 8 5 34 S S3

8 Klaseman 35 Bangunan kuno

Bentuk arsitektur bangunan

6 7 8 3 7 5 36 R S3

36 Laweyan batik Centre

Pelatihan batik, pertemuan.

4 6 3 7 4 3 27 R S4

37 Pabrik batik a. Melihat proses pembuatan batik

b. Ikut pelatihan membatik

8 9 8 8 11 9 53 S S2

38 Showroom batik

Wisata belanja 8 9 8 10 10 9 54 S S2

Sumber: Hasil Olahan Data Lapang 2010 Keterangan: Parameter (I=kesejarahan/historical value), II= harmoni, III=keunikan, IV= fungsi sosial/social value, V= daya tarik, VI= kelangkaan). N= Nilai (maks = 72, min= 18, belum termasuk perhitungan bobot ) P= potensi (T=tinggi, S=sedang, R=rendah) S= skor (S1=sangat baik, S2=baik, S3 = cukup, S4 = buruk) n=3 (tim ahli)

Tabel 28 menunjukkan 6 obyek (16%) sangat baik (S1) untuk

dikembangkan, 19 obyek (50%) berkategori baik (S2) untuk dikembangkan, 7

obyek (18 %) bernilai cukup, dan 6 obyek (16%) bernilai buruk dan tidak sesuai

untuk dikembangkan. Klasifikasi sangat baik (S1) untuk 6 obyek dan atraksi

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

68

wisata menunjukkan bahwa keenam obyek tersebut memiliki nilai budaya dan

dan daya tarik sangat tinggi untuk dijadikan obyek tujuan wisata, Diperlukan

penjagaan dan pemeliharaan serta dan hanya sedikit perbaikan saja agar obyek

ini tetap lestari. Obyek dan atraksi tersebut antara lain pabrik batik abstrak,

showroom dan museum batik milik keluarga, Langgar merdeka, langgar

Ma’moer, mesjid Laweyan, makam Kiai Ageng Henis, rumah pemberian

Soekarno untuk Samanhudi. Peneliti menilai bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabkan nilai potensi untuk keenam obyek ini sangat tinggi , disamping

karena unsur nilai budaya dan daya tarik yang tinggi, pengaruh yang lain salah

satunya adalah karena pemeliharaan yang rutin dikarenakan unsur kepemilikan

yang jelas. Pabrik batik abstrak dan museum keluarga serta showroom dimiliki

secara perorangan dan berorientasi bisnis, sehingga wajar jika dipelihara dan

selalu ditingkatkan kondisinya agar selalu menarik terjaga. Sedangkan Langgar

merdeka, Langgar Ma’moer, dan mesjid Laweyan merupakan milik

umum/masyarakat, bahkan sudah menjadi salah satu daftar benda cagar budaya

yang telah disyahkan oleh pemkot Surakarta. Hal ini menyebabkan obyek-obyek

ini mendapat perhatian yang cukup untuk mempertahankan eksistensinya.

Untuk kriteria yang sangat buruk (6 obyek), menunjukkan bahwa obyek

tersebut tidak layak dikunjungi. Perlu perlakuan yang mahal untuk

menjadikannya sebayai obyek tujuan wisata. Keenam obyek tersebut tidak

memiliki nilai budaya yang signifikan, karena sebagian besar berupa galeri batik

yang dimiliki perorangan dan kurang berkembang baik. Satu-satunya obyek yang

bernilai sejarah tapi bernilai buruk adalah bekas gudang senjata. Obyek ini

bernilai rendah karena keberadaannya secara fisik (artefak) tidak dapat

ditemukan lagi dan hanya menjadi cerita sejarah bahwa di daerah itu pernah

terdapat gudang senjata jaman kerajaan Pajang. Namun juga terdapat Laweyan

Batik centre yang seharusnya kepemilikannya adalah milik pemerintah daerah,

namun jarang terlihat aktivitas yang menarik di dalamnya. Obyek ini dapat

ditingkatkan menjadi sangat baik dengan campur tangan pemerintah dan

masyarakat lokal untuk mengisi atraksi yang menarik di dalamnya.

Gambar 16 menunjukkan letak obyek dan atraksi wisata di kawasan

Kampung Batik Laweyan, beserta tingkat potensi masing-masing obyek. Tabel

29, 30, 31, dan 32 menunjukkan jenis obyek dan atraksi wisata beserta jenis

atraksi yang dapat ditawarkan.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

69

Sumber: Hasil olahan data 2010

Gambar 16. Peta potensi obyek dan atraksi wisata eksisting

Tabel 29. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan

Surakarta dengan klasifkasi sangat baik (S1) No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1. Sayangan Kulon

Pabrik batik abstrak (no.4 di peta gb. 16)

c. Proses pembuatan batik

d. Ikut pelatihan membatik pola abstrak

2 Sayangan Kulon

Showroom dan museum batik milik keluarga (no. 6 )

Melihat-lihat koleksi yang berkaitan dengan pembatikan yang sudah dilakukan oleh para leluhur

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

70

Lanjutan Tabel 29. No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

3 Sayangan Kulon

Langgar merdeka (no 7)

Bentuk arsitektur bangunan dan mendengar sejarahnya

4 Setono

Mesjid Laweyan (no. 24 di peta gb.16)

Melihat tempat bersejarah dan mendengar kisah asal-usul Laweyan

5 Setono

Langgar Ma’moer (no.21 di peta gb.16)

Bentuk arsitektur bangunan dan sejarahnya

6 Setono

Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi (no 18 di peta gb.16)

Mendengar dan menyaksikan bukti sejarah peninggalan Samanhudi

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

71

Tabel 30. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan

Surakarta dengan klasifkasi baik (S2) No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1 Sayangan Kulon

Rumah kuno dan unik (no. 3 pada peta dig b.16)

Melihat model arsitektur bangunan rumah tua

2 Sayangan Kulon

Galeri Batik mahkota (no 5 di peta gambar 16)

Wisata belanja

3 Kramat

Museum Samanhudi (no. 8)

Melihat koleksi peninggalan KH. Samanhudi

4 Sayangan Wetan

Tugu Laweyan (no. 10) Klasifikasi: Sesuai, potensi Sedang

Melihat situs tempat berdirinya pasar Laweyan kuno yang berkaitan dengan Sungai kabanaran

5 Setono

Makam Ki Ageng Henis (no.23 di peta gb.16)

Berziarah, melihat dan mengetahui sejarah makam kuno

Pintu gerbang makam Ki Ageng Henis

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

72

Lanjutan Tabel 30. No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

Makam Ki Ageng Henis. Dengan pohon Nagasari berusia 500 tahun

6 Sayangan Wetan

Pabrik Batik & galeri Sayangan Wetan (no.11 di peta gambar no.16)

Melihat proses pembuatan batik

7 Sayangan Wetan

Galeri batik 1 (no. 12). Klasifikasi: Sesuai, potensi Sedang

Belanja batik dan melihat keunikkan interior galeri

8 Setono

Bangunan kuno dan unik (no. 16) .

Mengamati bentuk arsitektur bangunan dan tata ruang serta furniture yang mewakili gaya tertentu di jaman penjajahan Belanda (dikenal dengan gaya Indiesch)

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

73

Lanjutan Tabel 30. No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

9 Setono Pabrik batik (no. 17).

Melihat proses pembuatan batik

10 Setono

Galeri batik 1 (no. 18 )

Wisata belanja

11 Setono Galeri Batik kencana (no.19)

Wisata belanja

12 Lor Pasar Pabrik batik dan galeri (no. 30)

Melihat proses pembuatan batik dan galeri

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

74

Lanjutan Tabel 30. No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

13 Lor Pasar Pabrik batik dan galeri (no. 31)

Galeri batik

14 Kidul Pasar

Situs Kabanaran (no.33) klasifikasi ; sesuai, potensi Sedang

Melihat situs bersejarah, bekas Bandar besar di jaman kerajaan Pajang

15 Klaseman

Pabrik batik Klaseman (no 37)

a. Melihat proses pembuatan batik

b. Ikut pelatihan membatik

16 Klaseman

Showroom batik (no.38)

Wisata belanja

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

75

Tabel 31. Obyek dan Atraksi Wisata di Kawasan Kampung Batik Laweyan

Surakarta dengan Klasifkasi Cukup (S3) No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto

1 Sayangan Wetan

Batik furniture (no.15)

Melihat cara membuat furniture batik

2 Setono

Rumah pekerja batik ( no. 22)

Melihat rumah kuno yang secara turun temurun merupakan pekerja batik sejak batik mencapai jaman keemasan di jaman dulu

3 Setono

Bunker bawah tanah (no. 25)

Melihat bunker peninggalan jaman dulu

4 Kidul Pasar

Pabrik batik (no.34)

Melihat proses pembuatan batik

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

76

Tabel 32. Obyek dan atraksi wisata di kawasan Kampung Batik Laweyan

Surakarta dengan klasifkasi buruk (S4) No Lokasi Nama Obyek Atraksi Foto 1 Kwanggan Bekas gudang

senjata (no. 2) Melihat sisa peninggalan jaman kerajaan pajang

2 Kidul Pasar

IPAL (no. 29). Melihat proses pengolahan limbah batik

3 Klaseman Laweyan batik Centre (no. 36)

Tempat pelatihan yang berkaitan dengan aktivitas membatik

Letak obyek dan atraksi wisata eksisting menyebar di seluruh kawasan

Kampung Batik Laweyan. Obyek dan atraksi wisata eksisting dapat

dikelompokkan berdasarkan kualitas masing-masing obyek dan atraksi wisata.

(Tabel 33 dan Gambar 17). Demikian juga untuk jenis wisata eksisting yaitu

wisata eksisting batik, dan wisata eksisting budaya dan sejarah.

Pengelompokkan jenis wisata ini dapat dilihat di Tabel 34 dan gambar 19.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

77

Tabel 33. Jenis aktivitas wisata dan kualitas ODAW eksisting

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas

1 Sayangan Kulon

1. Pabrik batik abstrak Wisata batik Sangat baik

2. Showroom dan museum batik keluarga

Wisata batik Sangat baik

3. Langgar Merdeka Wisata sejarah Sangat baik

Setono 4. Langgar ma’moer Wisata budaya dan sejarah

Sangat baik

5. Mesjid Laweyan Wisata budaya dan sejarah

Sangat baik

6. Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi

Wisata sejarah Sangat baik

2 Sayangan Kulon

7. Rumah tuan dan unik Wisata budaya Baik

8. Galeri batik Wisata batik Baik

Kramat 9. Museum Samanhudi Wisata sejarah Baik

Sayangan wetan

10. Tugu laweyan Wisata sejarah Baik

11. Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik

12. Showroom batik 1 Wisata batik Baik

13. Showroom batik 2 Wisata batik Baik

14. Showroom batik 3 Wisata batik Baik

Setono 15. Bangunan kuno dan unik

Wisata budaya Baik

16. Pabrik batik Wisata batik Baik

17. Showroom dan galeri batik 1

Wisata batik Baik

18. Showroom dan galeri batik 2

Wisata batik Baik

19. Showroom dan galeri batik 3

Wisata batik Baik

20. Makam Kyai Ageng Henis

Wisata sejarah Baik

Lor Pasar 21. Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik

22. Showroom batik 2 Wisata batik Baik

Kidul Pasar 23. Situs kabanaran Wisata sejarah Baik

Klaseman 24. Pabrik batik Wisata batik Baik

25. Showroom batik Wisata batik Baik

3 Sayangan wetan

26. Batik furniture Wisata batik Cukup

Setono 27. Rumah para pekerja batik

Wisata batik Cukup

28. Bunker bawah tanah Wisata sejarah Cukup

29. Batik furniture Wisata batik Cukup

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

78

Lanjutan Tabel 33.

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas

Lor Pasar 30. Showroom batik 3 Wisata batik Cukup

Kidul Pasar 31. Pabrik batik Wisata sejarah Cukup

Klaseman 32. Bangunan kuno Wisata budaya dan sejarah

Cukup

4 Kwanggan 33. Bekas gudang senjata 34. Galeri batik

Wisata sejarah Wisata batik

Buruk Buruk

Kramat 35. Galeri batik Wisata batik Buruk

Setono 36. Art galery Wisata batik Buruk

37. IPAL Wisata batik Buruk

Klaseman 38. Laweyan batik centre Wisata batik Buruk

Tabel 33 di atas menunjukkan obyek dan atraksi wisata (ODAW) eksisting

beserta jenis aktivitas wisatanya. Masing-masing ODAW tersebut telah dinilai

kualitasnya dari analisis potensi ODAW. Gambar 17 di bawah ini menunjukkan

pengelompokkan potensi obyek dan atraksi wisata eksisting.. Sedangkan

Gambar 18 menunjukkan peta deliniasi kawasan berdasarkan jenis aktivitas

wisata dari obyek dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan

Surakarta.

Gambar 17. Peta deliniasi kawasan berdasarkan potensi obyek dan atraksi

wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Surakarta

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

79

Tabel 34. Jenis aktivitas wisata ODAW eksisting

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas

Wisata batik

Kwanggan Galeri batik Wisata batik Buruk

Sayangan Kulon

Pabrik batik abstrak Wisata batik Sangat baik

Galeri batik Wisata batik Baik

Showroom dan museum batik keluarga

Wisata batik Sangat baik

Kramat Galeri batik Wisata batik Buruk

Sayangan wetan

Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik

Showroom batik 1 Wisata batik Baik

Showroom batik 2 Wisata batik Baik

Showroom batik 3 Wisata batik Baik

Batik furniture Wisata batik Cukup

Setono Pabrik batik Wisata batik Baik

Showroom dan galeri batik 1

Wisata batik Baik

Showroom dan galeri batik 2

Wisata batik Baik

Showroom dan galeri batik 3

Wisata batik Baik

Rumah para pekerja batik Wisata batik Cukup

Art galery Wisata batik Buruk

Batik furniture Wisata batik Cukup

IPAL Wisata batik Buruk

Lor Pasar Pabrik batik dan galeri Wisata batik Baik

Showroom batik 2 Wisata batik Baik

Showroom batik 3 Wisata batik Cukup

Klaseman Laweyan batik centre Wisata batik Buruk

Pabrik batik Wisata batik Baik

Showroom batik Wisata batik Baik

Wisata budaya

Sayangan Kulon

Rumah tuan dan unik Wisata budaya Baik

Setono Bangunan kuno dan unik Wisata budaya Baik

Langgar ma’moer Wisata budaya Sangat baik

Klaseman Bangunan kuno Wisata budaya Cukup

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

80

Lanjutan Tabel 34.

No Lokasi Obyek dan Atraksi (ODAW)

Jenis wisata Kualitas

Wisata sejarah

1 Kwanggan Bekas gudang senjata

Wisata sejarah

Buruk

Sayangan Kulon

Langgar Merdeka Wisata sejarah Sangat baik

Kramat Museum Samanhudi Wisata sejarah Baik

Sayangan wetan

Tugu laweyan Wisata sejarah Baik

Setono Makam Kyai Ageng henis Wisata sejarah Baik

Mesjid Laweyan Wisata sejarah Sangat baik

Bunker bawah tanah Wisata sejarah Cukup

Rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi

Wisata sejarah Sangat baik

7 Kidul Pasar Situs kabanaran Wisata sejarah Baik

Pabrik batik Wisata sejarah Cukup

Gambar 18 menunjukkan pengelompokkan kawasan dengan jenis atraksi

wisata yang berbeda-beda. Jenis aktivitas batik banyak terdapat di kawasan

Setono, Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Lor Pasar dan Klaseman. Namun

letaknya lebih banyak berada di sepanjang jalan Sidoluhur. Hanya obyek yang

berada di Sayangan Kulon yang terletak agak jauh di dalam. Untuk jenis aktivitas

sejarah, banyak terdapat di kawasan Kramat, Setono bagian selatan, dan hanya

sedikit di kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Klaseman dan Kidul

Pasar. Jenis aktivitas wisata yang menawarkan budaya arsitektural banyak

terdapat di kawasan Sayangan kulon, Setono, dan Klaseman.

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

81

Gambar 18. Peta deliniasi kawasan berdasarkan jenis aktivitas wisata dari obyek

dan atraksi wisata eksisting di Kampung Batik Laweyan Surakarta

5.1.1.2. Kualitas Budaya di Kampung Batik Laweyan berdasarkan Obyek

dan Atraksi Wisata Eksisting yang Dimiliki

Berdasarkan tingkat potensi obyek dan atraksi wisata eksisting, maka

dapat diketahui kualitas kawasan yang mengandung obyek dan atraksi wisata di

dalamnya. Kawasan yang memiliki banyak obyek dan atraksi wisata yang sangat

potensial maka tergolong kawasan dengan kualitas budaya tinggi.

Tabel 35. Kualitas budaya masing-masing kawasan berdasarkan obyek dan

atraksi wisata (ODAW) eksisting yang dimiliki

Lokasi pengamatan

Tingkat Potensi ODAW Nilai Rata2 Kualitas Sangat

Baik (4)

Baik

(3)

Cukup

(2)

Buruk (1)

1 Kwanggan - - - 2 2 0.5 R 2 Sayangan Kulon 3 2 - - 18 4.5 S 3 Kramat - 1 - 1 5 1.25 R 4 Sayangan Wetan - 5 1 - 17 4.25 S 5 Setono 4 5 3 2 39 9.75 T 6. Lor Pasar - 2 1 - 8 2 R 7. Kidul Pasar - 1 1 - 5 1.25 R 8. Klaseman - 2 1 1 9 2.25 R

Sumber: Hasil olahan data 2010

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

82

Gambar 19. Peta tematik kualitas budaya masing-masing kawasan berdasarkan

potensi obyek dan atraksi wisata eksisting

Gambar 19 menunjukkan tingkat kualitas budaya masing-masing

kawasan. Kawasan dengan kualitas budaya tinggi hanya ada di satu kawasan

yaitu kawasan Setono (13%). Kawasan ini memiliki nilai tinggi karena memiliki

banyak obyek dan atraksi wisata dengan nilai sangat baik ( Tabel 35). Beberapa

obyek yang sangat baik kualitasnya yang terdapat di kawasan setono antara lain

Langgar ma’moer, rumah pemberian Soekarno untuk Samanhudi, dan mesjid

Laweyan. Sedangkan obyek dan atraksi yang bernilai baik antara lain bangunan

kuno dan unik, pabrik batik, showroom dan galeri batik, dan makam Kyai Ageng

Henis. Kawasan sayangan Kulon dan Sayangan wetan tergolong berkualitas

sedang ( sekitar 25%) . Sayangan Kulon sebenarnya memiliki 3 obyek dan

atraksi wisata yang bernilai sangat baik, namun secara total jumlah rata-rata nilai

obyek dan atraksi wisatanya lebih kecil dibandingkan yang dimiliki oleh kawasan

setono. Demikian juga untuk kawasan Sayangan wetan. Sedangkan kawasan

yang memiliki kualitas budaya rendah terdiri dari 5 kawasan (sekitar 63%) yaitu

kawasan Kranggan, Kramat, Kidul Pasar, lor Pasar, dan Klaseman. Hal ini

disebabkan karena masing-masing kawasan ini hanya memiliki sedikit obyek dan

atraksi wisata. Sebenarnya, kawasan Lor Pasar dan Klaseman masing-masing

memiliki 2 obyek wisata yang berkualitas baik. Untuk Kidul pasar dan Kramat

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

83

masing-masing hanya 1 obyek yang berkualitas baik. Sedangkan kawasan

kranggan tidak memiliki satupun obyek yang bernilai cukup hingga sangat baik.

Di kawasan kranggan hanya terdapat 2 obyek, yang keduanya bernilai buruk.

Kawasan Lor Pasar dan Klaseman dapat dipertimbangkan sebagai tujuan wisata

meskipun secara keseluruhan kawasan memiliki kualitas budaya rendah, dengan

alasan kawasan ini masih memiliki beberapa obyek wisata yang bernilai baik.

5.1. 2. Analisis Kelayakan Kawasan Wisata

Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter dari Direkorat

Jenderal Pengembangan Produk Pariwisata (2002). Hasil penilaian ditunjukkan

pada Tabel 36 yang memperlihatkan tingkat kelayakan kawasan. Kawasan yang

kelayakannya sangat potensial sebesar 25% adalah Sayangan kulon dan

Sayangan wetan. Kawasan yang potensial sekitar 50% adalah Kramat, Setono,

Lor Pasar dan Klaseman. Sedangkan kawasan yang tidak potensial sebesar 25%

adalah kawasan Kwanggan dan Kidul pasar.

Tabel 36. Tingkat kelayakan kawasan wisata

Lokasi pengamatan Parameter Kelayakan N K I II III IV

1 Kwanggan 10 78 60 3 151 TP 2 Sayangan Kulon 83 78 60 38 259 SP 3 Kramat 21 83 54 4 162 P 4 Sayangan Wetan 84 78 60 18 240 SP 5 Setono 88 51 28 41 208 P 6. Lor Pasar 31 73 50 12 166 P 7. Kidul Pasar 20 21 66 3 110 TP 8. Klaseman 56 52 48 40 196 P Sumber : Olahan Data Lapang, 2010 Keterangan : Parameter kelayakan (I= potensi objek dan atraksi wisata, II=aksesibilitas, III= letak dari jalan raya, IV= fasilitas wisata yang tersedia). N= nilai (maks = 300 ; min = 12 , telah disesuaikan dengan skala pembobotan ) K= klasifikasi (SP= sangat potensial, P= potensial, TP= tidak potensial) n = 3 (n= nara sumber atau pakar)

Kawasan yang dinilai sangat potensial, yaitu kawasan Sayangan Kulon

dan Sayangan Wetan merupakan kawasan yang memiliki aksesibilitas sangat

tinggi, letaknya sangat dekat dengan jalan raya, memiliki obyek-obyek dan

atraksi wisata dengan kategori S2 (baik) maupun S1(sangat baik), dan memiliki

fasilitas wisata yang cukup memadai. Namun, fasilitas wisata merupakan

masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani karena hampir di seluruh

kawasan tidak memiliki fasilitas wisata yang memadai. Aspek fasilitas wisata

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

84

memiliki nilai rendah hampir di semua kawasan. Hal ini hendaknya menjadi

perhatian penting bagi pemerintah daerah maupun penggerak masyarakat ,yang

harus dipertimbangkan untuk dilengkapi dan ditingkatkan demi memenuhi

kepuasan pengunjung yang ingin datang menikmati objek dan atraksi yang ada

di kampung Batik Laweyan ini. Gambar 20 di bawah ini merupakan peta

kelayakan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan.

Gambar 20. Peta kelayakan kawasan wisata budaya

Kawasan Kwanggan dan kawasan Kidul Pasar merupakan kawasan yang

dinilai tidak potensial untuk dikembangkan. Secara fakta, kawasan Kwanggan

memiliki objek yang paling minim dan miskin atraksi. Namun, kawasan ini

memiliki kelebihan karena letak dan aksesnya yang sangat dekat dengan jalan

utama. Dengan potensi yang dimiliki, kawasan ini dapat dirancang menjadi

kawasan penerima (welcome area) dan menjadi pintu masuk atau entrance

kawasan wisata. Sedangkan kawasan Kidul pasar , juga memiliki nilai rendah,

karena selain memiliki obyek wisata yang tidak potensial, letak, fasilitas dan

aksesibilitasnya pun tergolong rendah. Hal ini menyebabkan kawasan ini

tergolong tidak potensial. Namun, kawasan ini memiliki situs bersejarah yaitu

Situs Kabanaran yang telah ditetapkan pemerintah sebagai situs bersejarah.

Namun karena lingkungan sekitar sungai tidak dipelihara dan tidak didisain

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

85

secara menarik, maka nilai kelayakannya menjadi sangat rendah. Perlu adanya

usaha dari pemerintah dan stakeholder untuk mengangkat citra sungai

Kabanaran ini agar dapat lebih banyak memberi informasi sejarah dan budaya

kawasan yang sangat berguna bagi para pengunjung dan masyarakat. Hal ini

dapat diatasi dengan merencana ulang kawasan Situs Kabanaran agar lebih

menarik dan layak untuk dijadikan obyek wisata sejarah di kawasan Kampung

Laweyan ini.

Kawasan yang tergolong berpotensi sedang adalah Kampung Setono,

Kramat, Lor Pasar, dan Klaseman. Kampung Setono sebenarnya justru memiliki

beberapa obyek dan atraksi wisata yang sangat potensial seperti makam kuno

dan Mesjid Laweyan. Hanya saja, karena letak obyek wisata ini jauh dari jalan

raya dan jalan besar, serta memiliki fasilitas wisata yang minim, maka penilaian

terhadap kawasan ini menjadi lebih rendah. Sebenarnya akses menuju Mesjid

Laweyan, yang merupakan obyek wisata bersejarah yang sangat potensial,

sangatlah mudah karena dapat dicapai dengan kendaraan roda empat. Hanya

saja, lahan parkir yang sangat terbataslah yang menjadi salah satu kendala. Tata

letak fasilitas yang tepat dan mendukung akan sangat membantu meningkatkan

potensi kawasan ini. Sedangkan Kampung Klaseman, walaupun memiliki obyek

wisata yang sedikit, namun akses menuju obyek ini tergolong mudah karena

letaknya dekat dengan jalan raya. Untuk kawasan Lor Pasar dan Kramat,

diuntungkan oleh letak yang dekat dengan jalan raya, dan obyek wisata yang

memiliki potensi sedang. Keempat kawasan ini dapat ditingkatkan potensinya

menjadi sangat potensial dengan menambah fasilitas wisata yang memuaskan

pengunjung, dan pembenahan jalan atau gang agar lebih nyaman dilalui.

5.1. 3. Analisis Kualitas Estetika-Visual Lingkungan

Apresiasi terhadap estetika lingkungan perkotaan dapat berupa apresiasi

visual dan kinestetik. Apresiasi visual terhadap lingkungan perkotaan merupakan

hasil dari persepsi dan kognisi. Sedangkan pengalaman kinestetik merupakan

apresiasi terhadap lingkungan yang mengikursertakan kepekaan gerakan seluruh

anggota tubuh (Carmona, et al 2003).

Nasar (1998) mengatakan ada beberapa atribut untuk mengatakan bahwa

suatu lingkungan itu disukai antara lain 1) upkeep/civilities (lingkungan yang

terlihat terawat dan dipelihara) ; 2) openness and defined space (perpaduan

antara ruang terbuka dengan panorama dan vista dari elemen2 yang menarik); 3)

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

86

historical significance/content (lingkungan yang membentuk ingatan/memori yang

dharapkan); dan 4) order (keteraturan, koheren (tepat ), kongruen (sesuai),

legible (mudah dipahami), dan ada kejelasan (clarity)).

Smith (1980) mengatakan bahwa kapasitas intuisi kita terhadap apresiasi

estetika memiliki beberapa komponen , salah satunya adalah apresiasi ritme.

Keindahan visual bisa diperoleh dari elemen-elemen yang memiliki ritme yang

bervariasi mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks (Smith, 1980). Ritme

diperoleh dari pengelompokkan elemen-elemen untuk menciptakan adanya

penekanan, interval, akses, atau pengarahan. Untuk menghindari adanya kesan

monoton, perlu adanya kekontrasan dan variasi dalam membentuk ritme yang

menarik. Ritme arsitektural merupakan salah satu pertimbangan dalam

menyumbang keragaman bagi kualitas estetika-visual (Carmona, et al. 2006).

Penilaian kualitas estetika-visual dilakukan dengan melakukan penilaian

berdasarkan 5 parameter sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasar (1998)

dan Carmona, et.al (2006) sebagaimana yang telah dijabarkan di Tabel 26.

Berdasarkan hasil penilaian yang ditunjukkan Tabel 37 memperlihatkan kondisi

kawasan wisata budaya berdasarkan kualitas estetika-visual lingkungan.

Ditunjukkan bahwa kawasan yang memiliki potensi Tinggi ada 4 kawasan (sekitar

50%) yaitu Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Setono, dan Lor Pasar (Gambar

21). Kawasan ini memiliki nilai tinggi karena lingkungannya masih terpelihara

dengan baik, memiliki ruang terbuka yang menciptakan vista yang cukup

mengesankan dan lingkungannya sangat representatif terhadap kehidupan sosial

budaya kampung batik. Di daerah Setono, kawasannya memiliki keteraturan

yang sangat baik. Lingkungannya mencerminkan ciri khas kehidupan sosial

budaya kampung batik. Berada di daerah Setono membuat kita benar-benar

merasa berada di kawasan kampung batik. Ritme arsitektural di kawasan ini

sangat menarik. Banyaknya rumah-rumah kuno dengan ciri khas arsitektur

indische, tembok-tembok tinggi yang menjadi ciri khas Laweyan, banyaknya

pabrik-pabrik batik, keadaan rumah batik maupun rumah penduduk yang masih

terawat dengan baik, menyebabkan penilaian kualitas visual untuk kawasan ini

tinggi. Hal ini juga terjadi di kawasan Sayangan kulon, sayangan wetan.

Kehadiran Tugu Laweyan di kawasan Sayangan Wetan cukup menjadikannya

sebagai landmark yang memudahkan pengunjung untuk mengetahui arah

perjalanan yang mereka tuju. Hanya saja disain tugu laweyan ini dirasa kurang

menarik dan kurang interpretatif. Disain ulang tugu ini sangat diperlukan untuk

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

87

meningkatkan dan membantu interpretasi kawasan. Deretan showroom batik

beserta pabriknya, deretan tembok tinggi yang dengan jalan sempit yang menjadi

cirri khas laweyan di Kawasan Setono dan sayangan wetan ini turut

menyumbangkan nilai tinggi untuk kualitas visual kawasan ini.

Terdapat 3 kawasan (38%) dengan potensi sedang, yaitu Klaseman,

Kidul Pasar, dan Kramat. Dari segi keteraturan, keterbukaan dan perawatan,

keduanya memiliki nilai rendah karena didominasi ruang terbuka berupa kuburan

maupun lahan kosong yang kurang terawat. Kedua kawasan ini berbatasan

langsung dengan sungai Kabanaran sehingga memiliki potensi keterbukaan yang

tinggi , namun membutuhkan perencanaan ulang yang matang karena keadaan

sungai kabanaran yang tidak terawat dengan baik. Namun kelebihan lain dari

kedua kawasan ini dari segi visual adalah adanya museum Samanhudi dan Situs

Kabanaran. Kedua obyek ini memberi nilai tinggi untuk visual kawasan karena

sangat mencerminkan keadaan sosial budaya kawasan. Situs Kabanaran

merupakan situs bersejarah yang mengandung sejarah asal usul laweyan.

Sedangkan museum Samanhudi menyimpan banyak peninggalan dan cerita

tentang tokoh terkenal nasional, KH Samanhudi. Perlu penataan dan

perencanaan ulang kedua obyek wisata ini agar dapat meningkatkan daya

tariknya.

Sedangkan kawasan yang berpotensi rendah hanya ada 1 kawasan

(13%) yaitu Kwanggan. Pemandangan di kawasan Kwanggan ini didominasi

rumah-rumah penduduk sederhana, bengkel, atau fungsi lainnya yang kurang

representatif terhadap citra kawasan kampung batik. Kawasan Kwanggan tidak

memiliki rumah usaha yang ada kaitannya dengan batik. Lingkungannya juga

kurang terawat dan pemandangan yang diberikan juga tidak menarik.

Namun secara garis besar hasil penilaian kualitas visual kawasan ini

menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan memang potensial secara visual

untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Kawasan kampung Batik

Laweyan ini memang didominasi oleh bangunan yang sudah padat dan sangat

mendominasi kawasan. Namun, karena sebagian besar bangunan ini adalah

bangunan kuno yang memiliki arsitektur yang menarik, dan dilapisi tembok-

tembok tinggi, maka secara visual memberi nilai tinggi dan mencerminkan

keadaan sosial budaya kawasan. Hanya saja, arsitektur kuno dan antik ini

seringkali banyak yang tidak dibuka untuk umum, dan sangat tertutup oleh

tembok tinggi, padahal detil tata ruang di dalamnya sangatlah menarik. Perlu ada

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

88

campur tangan pemerintah dan stakeholder yang dapat mengangkat obyek-

obyek ini agar lebih dapat dinikmati dari luar dan menyumbangkan pemandangan

visual yang lebih menarik bagi kawasan. Hal ini sesuai dengan prinsip dimensi

visual yaitu pengalaman kinestetik (kinaesthetic experience) sebagaimana

dikemukakan oleh Cullen (1961) dalam Carmona (2003). Ia mengatakan tentang

‘serial vision” dimana pengalaman merupakan serangkaian penyingkapan

banyak hal disertai dengan adanya daya tarik karena unsur kontras seperti

halnya juxtaposition dalam bidang arsitektur. Cullen mengatakan bahwa dalam

lingkungan perkotaan seharusnya didisain dari sudut pandang orang yang

bergerak, dimana mereka banyak menemukan pengalaman menarik dari

pergerakan atau perjalanan mereka. Prinsip ini dapat diterapkan dalam

perencanaan obyek wisata di Kampung batik Laweyan ini, dengan membuka

rumah-rumah kuno yang tersembunyi di balik tembok tinggi. Pengunjung dapat

berjalan menikmati obyek-obyek wisata dengan melakukan rute perjalanan

dengan tema tertentu (jalur interpretatif) dan berhenti di obyek-obyek wisata

tertentu seperti rumah-rumah kuno yang tersembunyi di balik tembok yang tinggi.

Unsur kontras ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Bosselmann (1998) dalam Carmona (2003), mengatakan bahwa

seseorang mengukur langkahnya dengan “jarak ritmik” yang berkaitan dengan

pengalaman visual dan spasial. Bila seseorang yang mengambil jarak tempuh

yang sama di lingkungan yang berbeda, akan memberikan persepsi terhadap

waktu dan pengalaman yang berbeda-beda. Perjalanan di lingkungan yang tidak

menarik akan memberi persepsi terhadap waktu yang terasa lebih lama dari

kenyataan waktu yang sebenarnya. Prinsip Bosselmann ini dapat memberi

inspirasi dalam meningkatkan daya tarik obyek wisata di kampung Laweyan

lewat kualitas estetika-visual sehingga menimbulkan rasa betah bagi para

pengunjung untuk mengeksplor seluruh kawasan di Kampung Batik Laweyan ini.

Tabel 37. Kualitas estetika-visual lingkungan masing-masing kawasan

NO Lokasi pengamatan Parameter Visual N K I II III IV V

1 Kwanggan 3 3 3 3 3 15 R 2 Sayangan Kulon 20 51 30 66 72 239 T 3 Kramat 4 24 16 29 21 94 S 4 Sayangan Wetan 31 50 27 72 65 245 T 5 Setono 34 39 21 67 64 225 T 6 Lor Pasar 10 39 18 57 44 166 T 7 Kidul Pasar 5 15 22 33 20 95 S 8 Klaseman 22 36 23 43 41 165 S

Sumber: Olahan Data Lapang 2010

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

89

Keterangan : I = Architectural rhythm, V = order/keteraturan I I = Perawatan lingkungan, IV = Historical significance/content III = openness/keterbukaan, K = klasifikasi (T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah),

Gambar 21. Peta kondisi kualitas estetika-visual lingkungan

Gambar 22 di bawah ini menunjukkan kawasan yang memiliki kualitas

estetika-visual yang rendah di Kwanggan, sebagian Kramat , dan Kidul pasar.

Gambar 22. Lanskap dengan nilai estetika-visual lingkungan rendah

N = nilai; nilai maksimal = 315; nilai minimal = 15 (telah disesuaikan dengan skala pembobotan)

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

90

Gambar 23 di bawah ini menunjukkan kawasan yang memiliki kualitas

estetika-visual yang tinggi. Kawasan yang dimaksud adalah Sayangan Kulon,

Sayangan Wetan, Setono, dan Lor Pasar.

Gambar 23. Lanskap dengan nilai estetika-visual lingkungan tinggi

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

91

5.1.4. Zona Wisata Budaya Potensial

Setelah melakukan analisis kualitas budaya kawasan berdasarkan obyek

dan atraksi wisata eksisting, kelayakan kawasan wisata dan analisis kualitas

estetika-visual lingkungan, maka diperoleh peta kualitas budaya kawasan, peta

kelayakan kawasan dan peta potensi kualitas estetika-visual lingkungan. Lalu

dilakukan overlay terhadap ketiga peta potensi tersebut untuk memperoleh zona

wisata budaya potensial. Overlay dilakukan dengan pembobotan masing-masing

40% untuk faktor kualitas budaya kawasan, 35% untuk faktor kelayakan

kawasan, dan 25% untuk faktor kualitas estetika-visual lingkungan. Tabel 38

menunjukkan luasan dan prosentase wilayah yang memiliki potensi wisata

budaya sebagai hasil overlay potensi kualitas budaya kawasan, kelayakan

kawasan dan kualitas estetika-visual lingkungan.

Tabel 38. Zona wisata budaya potensial di Kampung Batik Laweyan

No Lokasi Pengamatan

Kualitas budaya

kawasan

Kelayakan kawasan wisata

(Bobot 35%)

Kualitas estetika-

visual lingkungan

(Bobot 25%)

Potensi wisata budaya

Luasan

(Bobot 45%)

Ha %

1 Kwanggan 1 1 1 R 1.88 7.6 2 Sayangan

Kulon 2 3 3 T 3.00 12.1 3 Sayangan

Wetan 2 3 3 T 3.43 13.8 4 Lor Pasar 1 2 3 S 4.11 16.7 5 Kramat 1 2 2 S 2.01 8.1 6 Setono 3 2 3 T 5.05 20.3 7 Kidul Pasar 1 1 2 R 2.32 9.3 8 Klaseman 1 2 2 S 3.00 12.1 Total 24.83 100

Sumber: Hasil olahan data 2010

Gambar 24 menunjukkan potensi wisata masing-masing kawasan.

Terdapat 3 kawasan (sekitar 38%) yang memiliki potensi wisata budaya sangat

potensial yaitu Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Ketiga kawasan

ini memiliki persyaratan potensi wisata tertinggi. Terdapat tiga kawasan dengan

potensi sedang (sekitar 38%) yaitu Kramat, Lor Pasar, dan Klaseman.

Sedangkan kawasan dengan potensi rendah hanya 24% (2 kawasan) yaitu

Kawasan Kwanggan dan Kidul Pasar. Kedua kawasan ini memiki potensi wisata

terendah karena kualitas estetika-visual lingkungan yang rendah dan kelayakan

kawasan yang tidak potensial.

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

92

Gambar 24. Peta zona wisata budaya potensial di Kampung Batik Laweyan

5.2. Analisis Tingkat Akseptibilitas Masyarakat Lokal

Tahap penentuan zona akseptibilitas masyarakat lokal ditunjukkan

dengan tingkat kesediaan masyarakat dalam menerima pengembangan lokasi

penelitian menjadi kawasan wisata. Penilaian dilakukan oleh responden, dimana

dari masing-masing kampung diambil 12 orang, sehingga jumlah dari responden

seluruh kampung yang diteliti adalah 96 responden.

Tabel 39 menunjukkan tingkat akseptibilitas masyarakat terhadap

rencana pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan,

Surakarta. Dari hasil survey lapang baik menggunakan kuisioner maupun

wawancara langsung kepada masyarakat, sebagian besar masyarakat bersedia

dan menerima jika tempat tinggal atau lingkungan disekitarnya dijadikan sebagai

tempat wisata. Dari Tabel 40 menunjukkan bahwa sebanyak 3 kawasan (46.2%)

dengan luas sekitar 11.48 Ha memiliki tingkat akseptibilitas tinggi (Sayangan

Kulon, Sayangan Wetan dan Setono). Ketiga kawasan ini sebagian besar

masyarakatnya memiliki usaha batik, baik pabrik, galeri, maupun toko batik.

Sebenarnya hal ini juga dimiliki oleh kawasan Lor Pasar, Kidul Pasar, Kramat,

dan Klaseman. Namun tidak semua masyarakat ini sepenuhnya menerima

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

93

pengembangan kawasan dengan beberapa alasan yang sifatnya pribadi. Hal ini

sedikit menurunkan nilai penilaian sehingga tingkat akseptibilitas yang diperoleh

termasuk dalam potensi sedang (sebanyak 46.1% ) dan menempati kawasan

seluas 11.44 Ha. Sedangkan 7.7% dari kawasan yang menampati 1.88 Ha

(hanya 1 kawasan) memiliki tingkat akseptibilitas masyarakat yang rendah yaitu

Kwanggan (Gambar 25).

Tabel 39. Tingkat akseptibilitas masyarakat terhadap rencana pengembangan

kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta

NO Lokasi pengamatan Parameter N K

I II III IV V

1 Kwanggan 20.00 15.00 15.00 15.00 20.00 85.00 R

2 Sayangan Kulon 20.00 19.00 20.00 19.00 20.00 98.00 T

3 Kramat 19.00 19.00 18.00 18.00 20.00 94.00 S

4 Sayangan Wetan 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 100.00 T

5 Setono 20.00 20.00 19.00 20.00 20.00 99.00 T

6 Lor Pasar 18.00 19.00 18.00 20.00 20.00 95.00 S

7 Kidul Pasar 20.00 18.00 17.00 18.00 20.00 93.00 S

8 Klaseman 20.00 19.00 17.00 19.00 20.00 95.00 S

Sumber: Data Olahan 2010 Keterangan: I = Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata II = Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat III = Peran aktif masyarakat dalam pariwisata IV = Keuntungan kegiatan wisata V = Keberadaan wisatawan N = Nilai Total (maksimal 100.00, minimal 25, setelah disesuaikan dengan skala pembobotan) K = Klasifikasi (T= Tinggi, S= Sedang, R= Rendah) Tabel 40. Luasan kawasan di Kampung Batik Laweyan berdasarkan tingkat

akseptibilitas masyarakat terhadap pengembangan kawasan wisata

No Lokasi Pengamatan Potensi Kawasan

Total (Ha) Sangat Potensial Potensial Tidak Potensial

1 Kwanggan 1.88 Ha 1.88 2 Sayangan Kulon 3.00 Ha 3.00 3 Sayangan Wetan 3.43 Ha 3.43 4 Lor Pasar 4.11 Ha 4.11 5 Kramat 2.01 Ha 2.01 6 Setono 5.05 Ha 5.05 7 Kidul Pasar 2.32 Ha 2.32 8 Klaseman 3.00 Ha 3.00 Total 11.48 Ha 11.44 Ha 1.88 Ha 24.83 Persentase (%) 46.2% 46.1% 7.7% 100%

Sumber: Olahan data 2010

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

94

Ketujuh kawasan (kawasan yang sangat potensial dan potensial ) ini

boleh dikatakan memiliki kepentingan langsung terhadap pengembangan wisata

budaya sehingga mereka sangat menerima. Kwanggan sebagai satu-satunya

kawasan dengan potensi rendah, karena hanya sedikit sekali dari masyarakat di

kawasan ini yang memiliki usaha batik sehingga mereka merasa tidak terlalu

memiliki keuntungan dengan adanya kegiatan wisata. Sebagian besar

masyarakat di kampung Kwanggan tidak memiliki usaha, dan sebagian kecil

membuka usaha bengkel, toko, salon, dan kegiatan perekonomian yang tidak

berkaitan dengan perbatikkan. Beberapa rumah tua di kawasan Kwanggan tidak

berpenghuni.

Gambar 25. Peta zona tingkat akseptibilitas masyarakat di Kampung

Batik Laweyan, Surakarta

5.3. Zona Integratif Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik Laweyan

Zona integratif diperoleh pada tahap sintesis dengan tehnik overlay yang

mengintegrasikan zona wisata budaya potensial (Pwb) dan potensi masyarakat

lokal (Pml) (Tabel 41). Setelah peta-peta tematik tersebut dioverlay, diperoleh

zona integratif kawasan wisata budaya yang nantinya akan digunakan sebagai

zoba untuk pengembangan wisata budaya. Setelah itu dibuat klasifikasi potensi

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

95

yaitu kawasan sangat potensial (SP), potensial (P), dan tidak potensial (TP)

(Gambar 26). Bobot untuk aspek wisata budaya (67%) dan aspek masyarakat

(33%) ditentukan melalui proses pengambilan keputusan dari beberapa ahli

dengan expert judgement. Dari hasil penilaian diperoleh bahwa zona integratif

yang tergolong sangat potensial ada 38% (3 kawasan), yaitu kawasan Sayangan

Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan yang potensial sekitar 38% ( 3

kawasan) yaitu Lor Pasar, Kramat dan Klaseman. Sedangkan kawasan tidak

potensial sekitar 25% (2 kawasan ) yaitu Kwanggan dan Kidul Pasar.

Tabel 41. Zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan

NO Lokasi pengamatan

Potensi Wisata Budaya

(Bobot 67%)

Potensi Masyarakat (Bobot 33%)

Zona Integratif

Z S 67% Z S 33% N K 1 Kwanggan TP 1 0.67 TP 1 0.33 1 TP 2 Sayangan Kulon SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 3 Kramat P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 4 Sayangan Wetan SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 5 Setono SP 3 2.01 SP 3 0.99 3 SP 6 Lor Pasar P 2 1.34 P 2 0.66 2 P 7 Kidul Pasar TP 1 0.67 P 2 0.66 1.3 TP 8 Klaseman P 2 1.34 P 2 0.66 2 P

Sumber : Data Olahan 2010 S = Skor K = Klasifikasi potensi (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial) Z = Zona (SP = Sangat Potensial, P = Potensial, TP = Tidak Potensial) N = nilai total setelah dilakukan pembobotan (Nilai maksimal 3, nilai minimal 1)

Gambar 26. Peta zona integratif kawasan wisata budaya di Kampung

Batik Laweyan, Surakarta

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

96

Setelah diperoleh zona integratif kawasan wisata budaya, lalu dilakukan

klasifikasi untuk menentukan zona pengembangan kawasan yang dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan wisata budaya batik di Kampung Batik

Laweyan. Zona pengembangan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan

(Gambar 27) dibagi dalam:

1) Zona pengembangan wisata potensial (zona inti). Yang termasuk dalam

zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang menunjukkan kawasan

yang memiliki potensi tinggi (T) untuk aspek wisata budaya dan masyarakat

yaitu kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono. Kawasan

lain yang termasuk dalam zona pengembangan wisata potensial yaitu

kawasan dengan klasifikasi potensi sedang (S) yaitu kawasan Lor Pasar,

Kramat dan Klaseman. Ketiga kawasan ini, memiliki persyaratan sebagai

kawasan zona pengembangan wisata potensial karena memiliki kualitas

budaya sedang, memiliki beberapa obyek dan atraksi wisata yang

berkualitas baik, dan dukungan masyarakat yang cukup potensial. Zona ini

dimanfaatkan sebagai zona inti untuk pengembangan wisata interpretasi

budaya batik Laweyan, karena memiliki hampir semua persyaratan untuk

interpretasi budaya batik Laweyan. Pada zona ini memiliki obyek dan atraksi

wisata, kualitas budaya, kelayakan kawasan potensial, dan kualitas estetika-

visual potensial dan mendapatkan penerimaan yang tinggi dari masyarakat

terhadap pengembangan kawasan untuk menjadi kawasan wisata budaya.

Di dalam zona ini juga akan ditempatkan semua fasilitas untuk wisata

budaya, baik interpretasi tentang budaya batik, maupun sejarah dan budaya

kampung Laweyan. Keenam kawasan yang tergolong zona inti ini jaraknya

berdekatan dan mengumpul sehingga akan memudahkan dalam

perencanaan tata letak fasilitas dan sirkulasi wisata.

2) Zona pengembangan wisata tidak potensial (zona pendukung). Yang

tergolong dalam zona ini adalah zona integratif hasil overlay yang memiliki

potensi rendah (TP). Zona ini tidak digunakan sebagai inti wisata budaya

karena tidak memiliki obyek dan atraksi wisata yang interpretatif terhadap

budaya batik Laweyan. Zona ini digunakan sebagai zona pendukung wisata

yang berfungsi sebagai area penerimaan (welcome area), area transisi, dan

area untuk menempatkan fasilitas penunjang wisata seperti lahan parkir,

fasilitas pelayanan dan kenyamanan lainnya seperti toilet, kafe dan restoran,

dan pusat informasi pengunjung (VIC). Zona pendukung yang terdiri dari dua

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

97

kawasan yaitu kawasan Kwanggan dan Kidul Pasar memang letaknya

berjauhan. Namun hal ini tidak akan menjadi kendala dalam perencanaan

nanti karena masing-masing akan menjadi pendukung zona inti yang terletak

di dekatnya.

Tabel 42 menunjukkan luasan kawasan untuk pengembangan kawasan

wisata budaya. Peta yang menunjukkan pembagian zona pengembangan

kawasan wisata potensial dapat dilihat di Gambar 27.

Tabel 42. Zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung Batik

Laweyan

No Lokasi Pengamatan

Potensi Kawasan Total (Ha) Sangat Potensial Potensial Tidak Potensial

Zona Wisata potensial (zona inti)

Zona Wisata tidak potensial (zona

pendukung)

1 Kwanggan 1.88 Ha 1.88 2 Sayangan Kulon 3.00 Ha 3.00 3 Sayangan Wetan 3.43 Ha 3.43 4 Lor Pasar 4.11 Ha 4.11 5 Kramat 2.01 Ha 2.01 6 Setono 5.05 Ha 5.05 7 Kidul Pasar 2.32 Ha 2.32 8 Klaseman 3.00 Ha 3.00 Total 15.59 Ha 5.01 Ha 4.20 Ha 24.83 Persentase (%) 62.8% 20.2% 16.0% 100% Sumber : Data Olahan 2010

Gambar 27. Peta zona pengembangan kawasan wisata budaya di Kampung

Batik Laweyan, Surakarta

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

98

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya tinggi (SP)

meliputi kawasan Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, dan Setono yang

selanjutnya ditetapkan menjadi zona inti kawasan wisata budaya Kampung Batik

Laweyan. Salah satu faktor yang membuat kawasan ini memiliki nilai potensi

tinggi adalah keberadaan obyek dan atraksi wisata potensial yang dimiliki

keempat kawasan ini. Obyek dan atraksi yang dimiliki di kawasan potensi Tinggi

(SP) ini adalah :

a. Kampung Sayang Kulon :pabrik batik abstrak , galeri batik dan museum

batik milik keluarga, rumah tua dan unik, langgar merdeka

b. Sayangan Wetan : showroom dan galeri batik, pabrik batik, tugu laweyan

c. Kampung setono : mesjid Laweyan, makam Kyai Ageng Henis, Langgar

Ma’moer, showroom dan galer batik, rumah tua dan kuno di Sentono,

pabrik batik, rumah pemberian soekarno untuk Samanhudi, bunker bawah

tanah, batik furniture.

Beberapa obyek yang seharusnya menarik dari segi sejarah seperti tugu

Laweyan, dan bunker bawah tanah memang harus mendapat perhatian khusus

dari pemerintah kota maupun masyarakat laweyan. Untuk Tugu Laweyan,

dibutuhkan perbaikan berupa perubahan disain yang lebih menarik dan

representatif dan dapat memberi banyak informasi tentang sejarah kawasan tugu

laweyan yang dulu merupakan pasar kuno Laweyan. Obyek ini mendapat

penilaian rendah karena bentuk disain tugu yang tidak menarik dan tidak

representatif terhadap citra kawasan. Sedankan bunker bawah tanah mendapat

penilaian rendah karena letaknya yang berada di dalam rumah warga, sehingga

ketersediaan obyek ini tidak selalu ada sepanjang waktu dan sangat tergantung

pada kesediaan warga yang rumahnya ditempati bunker bersejarah ini.

Kawasan yang juga termasuk zona inti adalah kawasan yang termasuk

zona pengembangan wisata budaya sedang (S) yang meliputi kawasan Lor

Pasar, Kramat, dan Klaseman. Kawasan Lor Pasar, yang berada tepat di tepi

jalan raya atau jalan utama, memiliki jalur sirkulasi yang dapat digunakan

sebagai jalur distribusi barang produksi di kawasan Kampung batik yang akan

dikirim ke luar wilayah, atau sebagai jalur distribusi bahan baku yang akan

digunakan pabrik-pabrik yang ada di dalam Kampung Laweyan ini. Di dalam

kawasan ini dapat dibangun satu tempat khusus untuk menurunkan atau memuat

barang-barang produksi batik laweyan. Di samping itu, jalur sirkulasi ini dapat

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

99

digunakan oleh masyarakat lokal sebagai jalur sirkulasi untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan wisata.

Untuk kawasan Kramat dan Klaseman digolongkan ke dalam zona inti

karena memiliki beberapa beberapa aspek yang tergolong potensial yaitu

kualitas budaya kawasan, kualitas estetika-visual lingkungan, kelayakan

kawasan, dan akseptibilitas masyarakat . Kriteria potensial ini akan sangat baik

dan memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai zona inti kawasan wisata.

Untuk obyek dan atraksi wisata eksisting yang dimiliki kedua kawasan ini,

tergolong obyek yang memiliki kualitas baik.

Obyek dan atraksi wisata yang dimiliki kawasan ini meliputi:

a. Kramat : Museum Samanhudi

b. Klaseman : pabrik batik dan showroom batik, Laweyan Batik Centre

c. Lor Pasar : Pabrik batik dan galeri batik

Museum Samanhudi merupakan obyek potensial, namun tetap

memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat

mengingat kondisinya saat ini yang sangat tidak layak dan tidak mencerminkan

sebuah museum yang menarik untuk didatangi. Sedangkan Laweyan batik centre

memiliki potensi yang rendah karena miskin atraksi dan tidak dimanfaatkan

secara serius dan regular oleh Kampung batik Laweyan. Pembuatan program

acara yang menarik di Laweyan batik center ini akan membantu meningkatkan

daya tarik obyek ini dan akan meningkatkan kualitas wisata. Pabrik batik dan

galeri yang ada di Lor Pasar memiliki kualitas baik sehingga dapat dipertahankan

sebagai obyek wisata.

Kawasan yang termasuk zona pengembangan wisata budaya dengan

potensi rendah (TP) adalah daerah Kwanggan dan Kidul Pasar, yang selanjutnya

ditetapkan menjadi kawasan pendukung wisata. Di dalam kawasan ini

ditempatkan fasilitas pendukung wisata dan dijadikan kawasan penerimaan

(welcome area) dan kawasan penempatan fasilitas pendukung wisata. Kawasan

Kwanggan ini memiliki kelebihan dari segi aksesibilitas yang tinggi karena

terletak tepat di tepi jalan utama dan tepat di pintu gerbang utama menuju

kampung Batik Laweyan. Kawasan ini sangat sesuai untuk dijadikan kawasan

penerima (welcome area). Di samping itu, kawasan ini akan ditempatkan fasilitas

pendukung wisata yang berkaitan dengan pelayanan dan kenyamanan seperti

pusat informasi pengunjung (VIC), toilet, café dan restoran, musholla, tempat

parkir, dll. Kawasan ini sekaligus berguna sebagai zona transisi menuju ke zona

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

100

inti kawasan wisata budaya. Sedangkan kawasan kidul pasar terletak agak jauh

dari jalan raya. Di kawasan ini tidak terdapat obyek wisata menarik kecuali situs

kabanaran yang sebenarnya letaknya secara geografis berada di luar kawasan

ini namun secara administratif berada di kawasan ini. Nilai cultural significance

untuk situs kabanaran ini tergolong tinggi, namun secara visual tergolong rendah

karena tidak terawat dengan baik. Kendala ini dapat diatasi dengan melakukan

perbaikan pada situs ini agar menjadi kawasan yang menarik, dan kawasan kidul

pasar dapat menjadi tempat peletakan fasilitas yang mendukung obyek wisata

bersejarah ini.

5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik Laweyan

5.4.1. Konsep Perencanaan Wisata

Perencanaan Lanskap wisata budaya Kampung Batik Laweyan

didasarkan pada konsep pelestarian dan apresiasi kehidupan membatik di

Kampung Batik Laweyan yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, dalam

rangka mempertahankan warisan budaya tak benda, dengan tetap

memperhatikan unsur ekonomi masyarakat lokal. Program pemerintah yang

telah menetapkan kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan Cagar

budaya sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya

telah menjadi dasar yang kuat dalam mengupayakan tindakan pelestarian

terhadap kehidupan sosial budaya beserta peninggalan sejarah yang terkandung

di dalamnya. Dengan adanya tujuan pelestarian dan pemanfaatan kawasan

yang mendukung pelestarian, maka konsep perencanaan yang paling tepat

diterapkan di kawasan ini adalah ‘Laweyan sebagai kampung wisata pusaka

yang interpretatif’. Menurut badan organisasi wisata dunia (WTO), wisata pusaka

adalah kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia,

kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Sedangkan interpretatif artinya

mampu memberi interpretasi atau informasi tentang sesuatu, dalam hal ini yaitu

batik. Dengan konsep ini, diharapkan perencanaan seluruh kawasan dilakukan

dengan pertimbangan untuk dapat memberi banyak informasi dan interpretasi

tentang batik berikut kehidupan sosial budaya yang menyertai. Seluruh fasilitas

wisata, jalur sirkulasi, obyek dan atraksi wisata, dirancang agar memenuhi

tuntutan interpretasi yang berkaitan dengan budaya batik dan kehidupan

masyarakatnya.

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

101

Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kawasan wisata budaya

kampung Batik Laweyan adalah dengan pendekatan dua aspek yaitu aspek

wisata, yang mengungkap potensi obyek dan atraksi wisatanya, dan potensi

estetika-visual lingkungan fisik, serta aspek masyarakat lokal. Pendekatan ini

diharapkan mampu menggali potensi kawasan dan memanfaatkan potensi

tersebut dengan tepat sesuai dengan karakter kawasan sehingga pada akhirnya

dapat tercipta kawasan yang sangat interpretatif terhadap kehidupan sosial

budaya di dalamnya. Ciri khas yang paling menonjol dari kehidupan sosial

budaya di kampung Laweyan ini adalah kehidupan membatik. Semua aspek

yang diidentifikasi dan dianalisis, menunjukkan adanya kehidupan membatik

yang sangat dominan. Latar belakang sejarah yang dimiliki kawasan juga erat

kaitannya dengan kehidupan membatik tempo dulu hingga kini.

5.4.2. Konsep Ruang Kawasan Wisata Budaya

Konsep ruang wisata budaya yang dikembangkan didasarkan pada

kebutuhan ruang wisata budaya untuk menyampaikan informasi tentang budaya

masyarakat lokal, yang dihubungkan oleh jalur sirkulasi yang membantu upaya

interpretasi terhadap kawasan tersebut.

Pada zona inti yang merupakan pusat aktivitas wisata utama untuk wisata

budaya, dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang transisi, dan ruang wisata utama,

Pada tiap ruang wisata terdapat aktifitas dan fasilitas yang mendukung tema dan

tujuan dari ruang wisata tersebut (Gambar 28). Ruang-ruang tersebut adalah :

Kedua ruangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Ruang Transisi

Merupakan ruang penghubung yang menghantarkan pengunjung dari

welcome area menuju ruang wisata utama. Ruang ini juga berfungsi

sebagai ruang informasi yang mengarahkan pengunjung untuk memilih

wisata mana yang diinginkan setelah memasuki ruang wisata utama. Di

dalam ruang ini terdapat fasilitas pameran batik, museum pusaka batik,

fasilitas interpretasi batik, dan ruang interpretasi budaya dan sejarah

kawasan Laweyan.

2) Ruang wisata utama:

a) Edutourism

Merupakan ruang wisata utama yang mengakomodasikan aktifitas

dan fasilitas wisata untuk wisata edukasi tentang perbatikan. Wisata

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

102

edukasi di sini adalah mengajak wisatawan untuk mengenal lebih

jauh tentang perbatikan mulai dari sejarahnya, filosofinya, motif dan

disain, proses pembuatan batik, hingga produk batik. Wisatawan juga

dapat ikut berpartisipasi dalam pembuatan batik ini dengan belajar

langsung dari para pembatik yang ada di kampung Laweyan.

Ruang ini merupakan ruang wisata yang memiliki obyek dan atraksi

wisata yang berkaitan dengan perbatikan seperti pabrik batik dan

showroom batik. Di dalam ruang ini juga terdapat ruang pelatihan

bagi pengunjung yang ingin serius menekuni keahlian membatik

dalam kurun waktu tertentu dan juga terdapat ruang interpretasi batik.

b) Culture tourism

Merupakan ruang yang mengakomodasikan obyek dan atraksi

budaya dan sejarah. Aktivitas wisata budaya yaitu melakukan

kampoeng tour untuk melihat lebih dekat kehidupan sosial budaya di

kampung Laweyan yang sangat unik dan asli, baik dari bentuk

arsitektural rumah, maupun sejarah yang terkandung di Kampung

Laweyan. Wisatawan diharapkan dapat mengeksploitasi kampung

Laweyan mulai dari sejarah terbentuknya Laweyan hingga

terciptanya image kampung ini sebagai kampung batik beserta filosofi

dan kearifan lokal yang dimiliki oleh kampung ini yang masih

tercermin hingga kini melalui arsitektur bangunan dan morfologi

kampung dan kehidupan sosial yang masih dijalani hingga kini.

c) Welcome area (ruang penerimaan)

Ruang ini merupakan area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu

masuk ke objek dan atraksi wisata. Area ini berisi fasilitas pelayanan

seperti ruang duduk, ruang interpretasi wisata (sesuai dengan tema

masing-masing wisata), dan fasilitas lain yang dibutuhkan wisatawan

untuk melakukan touring mengikuti jalur interpretasi.

Pada zona pendukung terbagi atas entrance (pintu masuk utama) , visitor

centre, dan ruang fasilitas pelayanan sebagai pendukung wisata. Ruang-ruang

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Entrance (pintu masuk utama)

Merupakan pintu masuk ke kampung Batik Laweyan. Pintu masuk ini

langsung berhadapan dengan jalur primer yaitu Jl. Dr. Radjiman yang

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

103

merupakan jalan utama di wilayah kelurahan Laweyan yang juga

menghubungkan kota Solo dan Jogjakarta.

2) Ruang visitor centre (VIC)

Merupakan area penerimaan menuju wisata budaya. Area ini berisi

pusat informasi bagi pengunjung (VIC) yang masuk ke Kampung Batik

Laweyan. Area ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi

bagi pengunjung yang akan berwisata budaya.

3) Ruang fasilitas pendukung wisata

Merupakan ruang yang berisi fasilitas-fasilitas pendukung yang

dibutuhkan dalam aktivitas wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat

berupa fasilitas pelayanan dan fasilitas kenyamanan. Fasilitas pelayanan

seperti toilet, mushola, instalasi listrik dan air, tempat parkir, penyediaan

sarana transportasi, ruang pelatihan, dll. Sedangkan fasilitas

kenyamanan seperti café dan restoran, ruang istirahat, dll. Ruang

pelayanan wisata ini terdapat di kedua zona, baik zona inti wisata

maupun zona pendukung wisata

Gambar 28. Konsep ruang kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan,

Surakarta

5.4.3. Konsep Sirkulasi Kawasan Wisata Budaya

Konsep dasar sirkulasi untuk pengembangan wisata ini memakai sistem

Kampong tour dengan konsep learn by experiencing and exploring. Jadi konsep

ini semacam upaya mengenal kampung Laweyan dengan tidak hanya sekedar

melihat-lihat, tetapi juga ikut terlibat dalam beberapa aktivitas tertentu yang dapat

memberi pengalaman langsung bagi pengunjung sehingga diharapkan nantinya

dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi para pengunjung tentang

ENTRANCE

AREA TRANSISI

RUANG WISATA

UTAMA

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

104

kampung batik Laweyan beserta kehidupan sosial budaya di dalamnya (Gambar

29). Aktivitas menelusuri kampung ini difasilitasi dengan jalur sirkulasi.

Di samping itu sistem jalur wisata di kawasan wisata budaya kampung

Batik Laweyan juga menekankan pada visualisasi untuk mengamati dan

menikmati atraksi dalam kesatuan yang utuh, terstruktur, berurutan dan ada

keterkaitan satu sama lain dalam satuan ruang dan waktu. Menurut Simonds

(1983) , dalam touring system perlu mempertimbangkan tentang:

1. Jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan

area merupakan fungsi dari ruang, sehingga keduanya merupakan satu

kesatuan yang utuh

2. Keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan unity dari elemen-

elemen, sehingga elemen-elemen tersebut tidak terpencar-pencar

3. Sekuen, yang menggambarkan urutan terhadap obyek yang mempunyai

persepsi kontinuitas sehingga merupakan penorganisasian dari elemen-

elemem pada ruang.

Gambar 29. Konsep ruang dan sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung

Batik Laweyan, Surakarta

: Jalur sirkulasi primer

: Jalur sirkulasi sekunder

: Jalur sirkulasi tertier

: Entrance

: Welcome area

: Ruang transisi

: Ruang wisata utama

: Kawasan wisata

Page 41: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

105

Pada dasarnya jalur sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung Batik

Laweyan terbagi menjadi tiga yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tertier.

Jalur sirkulasi primer di kawasan wisata budaya ini adalah jalan utama DR.

Rajiman. Jalan ini berfungsi sebagai akses utama untuk menuju kawasan. Baik

dari terminal, bandara, luar kota, dll. Akses menuju kawasan wisata ini sangat

tinggi. Pengunjung dapat mendatangi kawasan dari kedua arah, baik dari arah

Yogyakarta atau Semarang, maupun dari arah Sukoharjo ataupun Surabaya.

Selanjutnya, jalur sirkulasi sekunder berfungsi menghubungkan antar kawasan.

Jalur ini dapat menggunakan kendaraan becak dalam jumlah yang sangat

terbatas dan tidak diperkenankan untuk menjadi tempat parkir. Kendaraan roda 4

tidak diperkenankan masuk ke dalam kawasan wisata. Sedangkan jalur tertier

adalah jalur pejalan kaki yang berupa gang-gang yang menghubungkan satu

obyek wisata dengan obyek lainnya, baik di dalam masing-masing kawasan,

ataupun antar kawasan. Jalur sekunder dan tertier di zona inti tidak

memperkenankan kendaraan roda empat untuk melintas. Namun, terdapat satu

jalur sekunder di kawasan Lor Pasar yang dapat dilintasi kendaraan roda empat

karena merupakan jalur penurunan dan penaikkan muatan hasil produksi batik

bagi penduduk setempat dan menjadi pintu masuk dan keluar bagi aktivitas

produksi agar tidak saling mengganggu dengan aktivitas wisata.

5.4.4. Pengembangan Aktifitas dan Fasilitas di Kawasan Wisata Budaya

Tabel 42 di bawah ini menunjukkan hubungan antara ruang dan aktivitas

beserta fasilitas yang dibutuhkan. Aktivitas di kawasan wisata budaya ini dibagi

berdasarkan aktivitas/kegiatan ekonomi masyarakat lokal dan aktivitas wisata

pengunjung.

Aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat lokal, terbagi-bagi

berdasarkan ruang yang dibutuhkan. Ruang atau zona yang menampung

aktivitas ini terbagi atas zona inti dan zona pendukung. Pada zona inti, maka

aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat lokal adalah aktivitas yang

terkait langsung dengan wisata budaya seperti menjual batik, membuat batik,

memamerkan batik, maupun kegiatan yang berhubungan dengan budaya dan

sejarah kawasan.

Page 42: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

106

Tabel 43. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona inti di kawasan wisata

budaya Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Zona Wisata

Ruang Wisata

Transisi Wisata Utama

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas

Zona Inti

Penerimaan wisatawan

Pusat informasi wisata budaya Pusat Interpretasi Ruang galeri

budaya laweyan Ruang galeri

batik

EduTourism (wisata batik) -pengunjung Wisata pasif: Melihat proses

pembuatan batik Melihat galeri batik Melihat pameran

seni batik Melihat festival

berkaitan dengan batik

Melihat museum batik

Wisata aktif: Ikut pelatihan

membatik Berbelanja produk

batik

-masyarakat lokal Membuat furniture

batik Membuat dan

memproduksi batik Menjadi pemandu

di gedung interpretasi batik

Menjadi karyawan di toko atau pabrik batik

Membuat art gallery Menjual dan

memamerkan hasil produksi batik

Showroom

batik Pabrik batik Ruang

interpretasi batik

Ruang pelatihan membatik

Ruang pameran dan panggung festival batik

Ruang

pelatihan (Laweyan Batik Centre) Galeri batik

dan ruang pameran batik

Pabrik

furniture Pabrik batik VIC,

welcome area, obyek wisata Galeri dan

toko batik, pabrik batik Galeri galeri

Page 43: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

107

Lanjutan Tabel 43.

Zona Wisata

Ruang Wisata

Transisi Wisata Utama

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas

Zona Inti

Culture Tourism (Wisata budaya dan sejarah) -Pengunjung: Wisata pasif: Melihat peninggalan

sejarah Mendengar sejarah dan

menyaksikan festival Menikmati

pemandangan situs bersejarah

Melihat gedung-gedung bersejarah

Melihat arsitektur bangunan ciri khas Kampung Laweyan

Wisata aktif: Kampong tour dengan

berjalan kaki di kawasan Berperahu dari titik

mesjid Laweyan sampai pelabuhan Kabanaran (riverwalk boat tour)

Berziarah di makam Kyai Ageng Henis

-Masyarakat lokal: Menjadi pemandu

wisata budaya Menampilkan

pertunjukkan seni budaya

Membuat kerajinan/ handycarft

Melakukan ritual adat

• Ruang interpretasi • Museum • Plaza dan

monument sejarah • Pelabuhan

kabanaran (re-create)

• Riverfront theatre • Jalur sirkulasi yang

nyaman • Sungai Kabanaran

yang bersih dan terawat

• Perahu • Historical Riverfront

and sidewalks , educational components di tepi S. Kabanaran

• Sculpture Welcome area dan

VIC Riverfront theatre Pabrik atau ruang

galeri

Zona Inti

Welcome area • penerimaan wisatawan di

ruang wisata utama

• Pusat informasi

wisata/ VIC

Page 44: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

108

Tabel 44. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona pendukung wisata budaya

Kampung Batik Laweyan, Surakarta

Zona Wisata

Ruang Wisata

Entrance Visitor Centre Ruang Fasilitas Pendukung

Zona Pendu- kung

Aktifitas Fasili tas

Aktifitas Fasilitas Aktifitas Fasilitas

Menerima wisatawan

Tempat Parkir Taman Shelter

Menerima wisatawan

Gedung pusat informasi wisata

-Makan -Istirahat -Sholat -Berbelanja souvenir -Pelatihan batik massal -Menginap

-Restoran dan café -Mushola -Toko souvenir -Tempat parkir -Ruang pelatihan -Sarana untuk kegiatan riverwalk boat tour di sungai Kabanaran -Taman -Gazebo -Tempat penginapan

Sedangkan aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung terbagi-bagi

berdasarkan zona inti dan zona pendukung sebagaimana aktivitas ekonomi.

Pengunjung yang hendak melakukan aktivitas wisata yang berkaitan dengan

wisata budaya maupun sejarah, dapat dilakukan di zona inti. Sedangkan aktivitas

yang dilakukan pengunjung yang tidak terkait langsung seperti beristirahat, atau

parkir, dll dapat dilakukan di zona pendukung.

5.4.5. Program Pengembangan Perencanaan Wisata

Tujuan dari program pengembangan dan penataan kawasan wisata

adalah untuk mendukung kelestarian budaya batik yang telah menjadi warisan

budaya yang telah diakui dunia dan menjaga kelestarian kawasan dan

keberlanjutan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, serta

menjadi wadah edukasi warisan budaya batik. Kehadiran obyek dan atraksi

wisata yang terdapat di kawasan ini merupakan sumber daya wisata yang sangat

potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan.

Program ini diarahkan pada setiap obyek dan atraksi wisata potensial yang

Page 45: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

109

berada di kawasan ini dengan melalui upaya rekonstruksi, revitalisasi dan

preservasi, dan jalur-jalur sirkulasi yang digunakan untuk mencapai obyek dan

atraksi wisata yang ada (Lampiran 1 dan 2).

5.5. Perencanaan Lanskap Wisata Budaya

Perencanaan lanskap wisata budaya batik didasarkan pada hasil analisis

sebelumnya dan konsep yang dikembangkan. Rencana tata ruang yang tersaji

dalam Gambar 30 tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis terhadap

kualitas budaya yang didasarkan pada potensi obyek dan atraksi wisata

eksisting, kelayakan kawasan, kualitas estetika-visual, dan akseptibilitas

masyarakat. Potensi obyek dan atraksi wisata eksisting beserta jenis aktivitas

wisata yang telah dianalisis sebelumnya menjadi pertimbangan dalam

pembuatan block plan atau tata ruang (Gambar 30). Selain itu, pertimbangan

kualitas budaya kawasan, kelayakan kawasan, dan kualitas estetika-visual, juga

turut menentukan pembagian ruang wisata di dalam kawasan. Dari konsep

rencana tata ruang tersebut, diturunkan berbagai fasilitas untuk menampung

aktivitas wisata yang dibutuhkan, dan dituangkan dalam gambar site plan

(Gambar 31). Pada gambar tersebut memperlihatkan letak-letak fasilitas

perencanaan pada tapak, zonasi ruang wisata, dan ruang-ruang untuk

penghijauan dan jalur sirkulasi. Perencanaan pengembangan lanskap wisata

budaya di Kampung Batik Laweyan terdiri atas:

1. Penerapan konsep pelestarian budaya dengan membuat wisata

interpretasi. Diharapkan dengan perencanaan yang berlandaskan pada

konsep pelestarian pusaka dan sejarah batik, dapat turut menjaga

kelestarian budaya lokal kampung Laweyan

2. Pengembangan perencanaan benar-benar didasarkan pada nilai

signifikansi budaya dan sejarah obyek wisata yang dimiliki.

3. Mempertahankan budaya asli Laweyan dengan memperhatikan SK

walikota tentang penetapan kampung Laweyan sebagai cagar budaya,

dengan membangun dan mengembangkan kawasan lewat upaya

rekonstruksi, revitalisasi dan preservasi bagi obyek-obyek bersejarah.

4. Wisata budaya ini berkaitan dengan upaya edukasi. Fasilitas interpretasi

yang dibangun harus sesuai dengan tujuan interpretasi itu sendiri.

5. Melestarikan budaya lokal seperti menyelenggarakan pagelaran seni dan

budaya, dan mengembangkan usaha lokal seperti penginapan

Page 46: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis ... V... · Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui ... penilaian dapat dilihat pada Tabel 28. ... terdapat

110

(homestay), mengembangkan usaha pembuatan dan penjualan souvenir,

pengembangan obyek dan atraksi wisata yang dapat meningkatkan

ekonomi masyarakat lokal.

6. Meningkatkan aktifitas budaya dengan menghidupkan tradisi lama melalui

program pagelaran seni tari, wayang, seni musik, dll.

7. Membuat program museum proaktif dengan mengadakan demonstrasi

maupun workshop berkaitan dengan upaya konservasi maupun

preservasi obyek-obyek bersejarah di laweyan

8. Mengadakan festival tahunan yang berkaitan dengan budaya batik

termasuk karnaval batik maupun pagelaran busana batik di kampung

batik Laweyan

9. Mengadakan pelatihan batik yang membutuhkan kurun waktu tertentu

sehingga mendorong pengunjung untuk menghabiskan waktu lebih lama

dengan menginap di homestay di kawasan Kampung Laweyan.

Gambar 30. Rencana tata ruang kawasan wisata budaya di Kampung Batik

Laweyan, Surakarta