25
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk hasil hutan non kayu adalah minyak yang berasal dari tumbuhan aromatic. Tumbuhan aromatik Minyak atsiri yang dalam bahasa lain disebut essential oil atau essences adalah suatu zat yang berkonsentrasi tinggi yang diekstrak dari berbagai macam bagian tumbuhan yang memiliki aroma. Merupakan metabolit sekunder dari tanaman/hewan. Minyak atsiri merupakan zat yang memiliki aroma dengan konsentrasi tinggi yang dapat menguap dengan mudah serta bukan merupakan minyak makan (non edible oil). Salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antar berbagai persenyawaan kimia dan air; disintesa dalam sel kelenjar (glandular cel) pada jaringan tanaman ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin (ex.Minyak terpentin pohon pinus). Minyak Atsiri terutama terdiri dari persenyawaan kimia mudah menguap ; termasuk dalam golongan Hidrokarbon asiklik & hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat O2. Minyak atsri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang berbeda 1

Hasil Hutan Non Kayu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengelolaan Minyak Atsiri

Citation preview

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu produk hasil hutan non kayu adalah minyak yang berasal dari tumbuhan aromatic. Tumbuhan aromatik Minyak atsiri yang dalam bahasa lain disebut essential oil atau essences adalah suatu zat yang berkonsentrasi tinggi yang diekstrak dari berbagai macam bagian tumbuhan yang memiliki aroma. Merupakan metabolit sekunder dari tanaman/hewan. Minyak atsiri merupakan zat yang memiliki aroma dengan konsentrasi tinggi yang dapat menguap dengan mudah serta bukan merupakan minyak makan (non edible oil).Salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antar berbagai persenyawaan kimia dan air; disintesa dalam sel kelenjar (glandular cel) pada jaringan tanaman ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin (ex.Minyak terpentin pohon pinus). Minyak Atsiri terutama terdiri dari persenyawaan kimia mudah menguap ; termasuk dalam golongan Hidrokarbon asiklik & hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat O2. Minyak atsri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang berbedaBeberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri, salah satu cara yang digunakan adalah penyulingan dengan sistem kukus. Penyulingan dilakukan agar minyak atsiri dalam tanaman dapat keluar dan dapat di murnikan untuk mendapatkan minyak atsiri yang baik.1.2 Tujuan

Acara 1. Pengumpulan Sampel

Mengenal tumbuhan aromatik yang ada di Hutan Pendidikan Unmul Samarinda

Mengetahui lokasi dan bentuk tanaman aromaticAcara 2. Pengeringan dan perajangan

Pengeringan bertujuan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan proses penyulingan minyak dari bahan baku

Pengeringan berguna untuk menentukan mutu dan rendemen minyak

Perajangan bertujuan untuk meratakan distribusi dan kepadatan bahan dalam alat suling sehingga aliran uap menjadi merata

Acara 3. Perhitungan Moisture Factor

Untuk mengetahui factor kelembaban sampel yang akan disuling

Acara 4. Penyulingan Sistem Kukus

Untuk mengeliarkan minyak dari kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan-jaringantempat minyak tersebut tersimpan pada tanaman atsiri

Acara 5. Penyaringan/Pemisahan Air dan Minyak

Untuk mendapatkan minyak atsiri yang murni dan jernih

1.3 Risalah Jenis

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.

Minyak atsiri ini merupakan minyak yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu.

Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya.

Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya rempah-rempah, daun-daunan dan bunga). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara teknisuntuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau dengan mentransmisikan uap melalui minyak yang terdapat di dalam bahan bakunya.

Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling dilarutkan.

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda. Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik. Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi tidak persis sama, dan sangat bergantung pada komponen kimia penyusun minyak tersebut. Perlu diingat bahwa tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri. Hanya tumbuhan yang memiliki sel glandula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri.

Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena adalah bagaian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan berwujud cairan. Umumnya senyawa golongan oleoptena ini terdiri atas senyawa monoterpena, sedangkan stearoptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigenasi yang umumnya berwujud padat. Stearoptena ini umumnya terdiri atas senyawa turunan oksigen dari terpena. Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi.

Minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu:

1.Terpen, yang ada hubungannya dengan isoprena atau isopentena.

2.Persenyawaan berantai lurus.

3.Turunan benzena.

4.Persenyawaan lainnya.II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Waktu: Kamis-Jumat, 19-20 Maret 2015

Tempat: Hutan Pendidikan Fahutan Unmul, Laboratorium Kimia Hasil Hutan

2.2 Alat dan Bahan

Acara I: Pengumpulan Sampel

1. Alat dokumentasi

2. ATK

3. Sarung Tangan

4. Kantong plastik atau wadah untuk mengangkat sampelAcara II: Pengeringan dan Perajangan

1. Tempat menjemur sampel

2. Pisau untuk merajang

3. Kantong plastik atau wadah untuk mengangkat sampelAcara III: Perhitungan Moisture Factor

1. Sampel yang telah kering udara

2. Timbangan

3. Oven

4. Cawan timbang

5. Botol tempat sampel

6. ATK7. Serbet atau tissueAcar IV: Penyaringan/Pemisahan Air dan Minyak

1. Labu Pemisah

2. Botol penyimpan minyak

3. Wrapping

4. Na2CO3

5. Label2.3 Langkah KerjaAcara I: Pengumpulan Sampel1. 1 hari sebelum kegiatan penyulingan, sampel di ambil dari lokasi Hutan Pendidikan Fahutan Unmul2. Lakukan dokumentasi tumbuhan dan kegiatan pengambilan

3. Ambil sekitar 3-5 kg sampel basah

4. Masukkan dalam kantong yang sudah dipersiapkan

5. Segera di angin-angin di Lab.Kimia Hasil HutanAcara II : Pengeringan dan Perajangan1. 1 hari sebelum penyulingan, sampel sudah ada di Lab.Kimia Hasil Hutan

2. Sampel dikeringkan udarakan

3. Sampel yang ukurannya besar, dipotong atau dirajang terlebih dahulu menjadi ukuran lebih kecil. Perajangan sebaiknya dilakukan sesaat sebelum proses penyulingan

4. Bahan yang telah dirajangdimasukkan ke dalam wadah atau karung untuk pengangkutandalam alat suling

5. Alat penyuling dicuci terlebih dahulu untuk menghindari kotoran yang ada didalam alat

6. Dokumentasikan semua proses yang dilakukanAcara III: Perhitungan Moisture FactorSebelum melakukan penyulingan, sampel dihitung faktor kelembabannya terlebih dahulu

Proses analisis faktor kelembaban (Moisture Factore/MF)

1. Timbang botol bersih

2. Masukkan sampel sebanyak 2 gram. Catat berat botol dan sampel

3. Masukkan kedalam oven pada suhu 1050C

4. Setelah 2 jam,timbang sampel.Catat berat botol dan sampel

5. Masukkan kembali sampel ke oven, lakukan kembali sampai berat konstan

6. Perhitungan MF= berat sampel setelah masuk oven/Berat sampel mula-mula

Acara IV: Penyaringan/pemisahan Air dan Minyak

1. Hasil tampungan dipisahkan dengan menggunakan labu pemisah

2. Minyak dikeluarkan dengan hati-hati sehingga diupayakan seminimal mungkin air ikut terbawa

3. Air ada dibagian bawah dan minya di bagian atas

4. Tampung air terlebih dahulu dan sisiakan minyak di dalam labu pemisah

5. Ambil tempat yang berbeda, dan tampung minyak yang tertinggl

6. Bila masih ada sisa air dalam minyak, masukkan sedikit Na2CO3 untuk menyerap air yang ada

7. Pipet minyak yang sudah terpisah dengan air dan masukkan kedalam botol bersih yang sudah ditimbang beratnya8. Hitung rendemen minyak dengan rumus:

(berat minyak yang diperoleh/berat sampel sebelum disuling x MF)* 100%

- Dokumentasikan semua proses yang dilakukan

- Beri label nama minyak dan kelompokIII. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

Tabel 1. Acara 1 pengumpulan sampel

1Jenis sampel : Daun/Bunga/Ranting/..........

2Nama lokal/umum : Kayu Medangsampel

3Nama latin sampel : Litsea eliptica

4Lokasi pengambilan : Hutan Pendidikan Fahutan Unmul

5Waktu pengambilan : 19 Maret 2015

Hari : Kamis

Pukul : 10.30 WITA

6Perlakuan perajangan : Ada/Tidak

7Lokasi pengeringan : Laboratorium Kimia Hasil Hutan

8Lamanya pengeringan : 24 Jam

9Dokumentasi sumber : Ada/tidakSampel

10Dokumentasi : Ada/TidakPerajangan

11Dokumentasi : Ada/Tidakpengeringan

Tabel 2. Acara 3 Perhitungan Moisture Factor

Nama sampel : Litsea eliptica

Perhitungan Moisture Factore (MF)

1Berat sampel sebelum dioven/mula- : 1,1020 grammula

2Berat sampel setelah dioven : (Berat sampel+botol)- berat Botol = 49,2024 48,7552 = 0,4472 gram

3Nilai MF : 0,4472/1,1020 = 0,4058

No.Berat

Botol

Sebelum

Dioven

(g)Berat sampel

Sebelum

di oven

(g)Berat

Sampel

+ botol

Sebelum

dioven

(g)Berat

Sampel

+ botol

Setelah

dioven

(g)Berat sampel setelah

dioven (g)Moisture

Factor

144,19011,148345,330044,68400,49390,4301

235,51211,088436,592735,94350,43140,3964

366,56351,069267,624266,97970,41620,3893

x48,75521,102049,849049,20240,44720,4058

Tabel 3. Acara 4 Penyulingan Sistem Kukus

Penanganan sampel

1Berat sampel sebelum dimasukkan : 4,6 KgKe alat suling

Penanganan Alat Suling

2Pencucian dan pembersihan : Ada/Tidaksebelum penyulingan

3Pencucian dan pembersihan : Ada/Tidaksetelah penyulingan

4Lamanya penyulingan : Dari jam 12.30 s/d 16.20

5Dokumentasi alat suling : Ada/Tidak

6Dokumentasi hasil penyulingan : Ada/Tidak

7Penanganan sampel pasca suling : Dibuang/Tidak

Tabel 4. Acara 5 Penyaringan/pemisahan air dan minyak

Penanganan sampel

1Kondisi hasil suling : Ya/TidakAir dan minyak terpisah

2Warna minyak hasil suling sebelum : Beningpenyaringan

3Warna minyak setelah penyaringan : Bening

4Pemberian bahan kimia penyerap: Ada/Tidakair

5Berat botol bersih: 34,1005 gram

Berat botol + minyak:68,5612 gram

Berat minyak: 34,4607 gram

6Rendemen: 1,8 %

7Kondisi pengemasan:

8Dokumentasi hasil penyulingan : Ada/Tidak

9Dokumentasi proses pemisahan: Ada/TidakMinyak dan air

10Dokumentasi minyak atsiri: Ada/Tidak

11Dokumentasi pengemasan: Ada/Tidak

3.2 PembahasanKegiatan praktikum yang dilakukan menggunakan bahan tumbuhan dari suku Lauraceae spesies Litsea eliptica yang diambil langsung pada kawasan Kebun Raya Unmul Samarinda. Pengambilan sampel dilakukan secara manual menggunakan tangan dan bantuan alat parang. Pengambilan sampel dilakukan langsung dengan memanjat pohon dan memotong beberapa rantingng yang memiliki jumlah daun yang relative banyak. Selanjutnya setiap ranting diambil daunnya dan dikumpulkan pada kantong plastik yang telah disediakan. Daun yang diambil merupakan daun yang terlihat sehat dan utuh. Berat sampel yang diambil dari lapangan kira-kira 5 kg dan langsung dibawa ke laboratoriun untuk dikering anginkan selama 24 jam. Setelah dikering anginkan hari berikutnya sampel di rajang/dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil menggunakan pisau dan gunting. Dalam proses perajangan kemungkinan minyak atsiri didalam bahan dapat terabsorsi sehingga menguap, untuk itu hasil perajangan langsung dimasukkan dalam alat penyuling yang mana alat penyuling ini telah terlebih dahulu di bersihkan. Sampel yang dimasukkan dalam alat penyuling memiliki berat 4,6 kg. Metode penyulingan adalah suatu cara untuk menguapkan minyak atsiri dengan bantuan uap air. Campuran uap air dan uap minyak diarahkan keluar dari alat suling atau ketel suling melalui kondesor dan mencairkannya kembali ketika campuran uap minyak dan air itu melalui kondesor (alat pendingin)

Proses penyulingan dilakukan selama 4 jam, waktu uni juga termasuk untuk memanaskan air yang terdapat dalam alat penyuling. Pengairan juga dilakukan untuk menghasilkan minyak yang baik. Dengan prinsip air yang mendidih akan menghasilkan uap yang mengenai sampel lalu selanjutnya masuk pada tabung dengan sirkulasi air yang telah terlebih dahulu diberikan es batu sehingga akan menghasilkan tetesan air yang bercampur minyak kedalam tabung yang telah disediakan pada ujung tabung. Dari tetesan pertama maka dihitung waktu perebusan sekitar 3 jam. Setiap tabung yang telah penuh harus diganti dengan tabung baru agar tidak terjadi tumpahan minyak dan air. Selama proses penyulingan berlangsung harus diperhatikan ember yang berisi air dan juga es batu didalamnya harus terus ditambahkan agar suhu air tetap konstan dingin. Selama proses penyulingan berlangsung kegiatan lain ynag dilakukan adalah perhitungan moisture factor dengan menggunakan sampel yang sama. 3 buah botol ditimbang lalu masing masing botol diisi dengan sampel hingga beratnya 1 gram. Lalu ketiga sampel dioven dengan suhu 105oC selama 2 jam, setelah dioven masing-masing sampel ditimbang kembali beratnya dan dihitung nilai moisture factornya.

MF = MF = Nilai MF yang diperoleh adalah 0,4058

Setelah proses penyulingan berjalan selama 3 jam maka, kompor dimatikan dan sampel penyulingan dibuang dan tenpat penyulingan dibersihkan kembali. Hasil penyulingan selanjutnya di pisahkan antara minyak dengan air yang bercampur didalamnya. Pemisahan menggunakan alat labu pemisah dimana hasil penyulingan dimasukkan pada labu pemisah, masa jenis air yang lebih berat akan menyebabkan minyak terdapat pada bagian atas labi dan air terdap[at pada bagian bawahnya. Lalu sedikit demi sedikit labu dibuka bagian bawahnya, air akan menetes dan meninggalkan minyak dalam labu. Minyak yang dihasilkan dikumpulkan pada botol lalu akhirnya minyak yang terkumpul ditimbang untuk mencari nilai rendemennya. Rumus mencari nilai rendemen;

Rendemen = Rendemen = Hasil rendemen dari praktikum sampel ini adalah 1,8% dengan berat minyak yang dihasilkan 34,4607 gram.IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP4.1 Kesimpulan Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Minyak atsiri terdapat pada beberapa bahan dari tumbuhan aromatik.2. Minyak atsiri memiliki persenyawaan kimia yang sifatnya tergantung pada bahan kimia yang terdapat didalamnya.

3. Minyak atsiri bisa didapatkan melalui penyulingan sistem kukus dari bahan-bahan tumbuhan aromatik.

4. Dari jumlah sampel yang digunakan didapatkan rendemen dari minyak atsiri sebesar 1,8%.4.2 Saran

1. Pelaksanaan praktikum dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya seperti pembuatan produk-produk sederhana dari minyak atsiri.

2. Pengadaan peralatan yang diperlukan kedepannya perlu lebih dilengkapi untuk menunjang proses pelaksanaan praktikum.DAFTAR PUSTAKA

Atsiri Indonesia. Data Minyak Atsiri di Indonesia. Tersedia di:http://www.atsiri-indonesia.com/index.php?page=produk.

Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2014. Perkembangan Ekspor Minyak Atsiri Indonesia. Tersedia di: http://agribisnis.deptan.go.id/ disp_informasi/1/5/54/1290/perkembangan ekspor minyak atsiri indonesia. html.

Kuspradini, H. 2015. Panduan Praktikum Pengelolaah Hasil Hutan Non Kayu. Fakultas Kehutanan. Universitas Mulawarman.

Makmun, Suhirman. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. Balittro.

Naibaho. RA. 2010. Minyak Atsiri.

LAMPIRAN

(1) Pohon Litsea eliptica; (2) Pemisahan daun dari ranting;

(3) Daun dikumpulkan pada plastik (4) Bahan di keringanginkan (5) Pemasangan Baut Penutup; (6) Penyulingan sistem kukus

(7) Penimbangan sampel; (8) Alat timbangan digital;

(9) Sampel dalam cawan petri (10) Pengovenan sampel;

. (11) Botol; (12) Desikator

(13) Pemisahan air dan minyak; (14) pengambilan sisa air yang tercampur (15) Minyak Atsiri yg diperoleh18