20
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum Bonded berdasarkan W:P Ratio Grup : A4a Tgl. Praktikum : 29 Mei 2012 Pembimbing : Sri Yogyarti, drg., MS Penyusun : 1. Rizki Widyakartika Yuniarti 021111057 2. Nur Indah Metikasari 021111058 3. Rahmah Ayu D. 021111059 4. Erlina Rachmawati 021111060 5. Nia Pramais Octaviani 021111061 6. Jennifer Widjaja 021111062 7. Suryani 021111063 8. Nadya Soraya Auliyah 021111064 DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

hasil tanam tuang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hasil tanam tuang

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum Bonded berdasarkan W:P Ratio

Grup : A4a

Tgl. Praktikum : 29 Mei 2012

Pembimbing : Sri Yogyarti, drg., MS

Penyusun :

1. Rizki Widyakartika Yuniarti 021111057

2. Nur Indah Metikasari 021111058

3. Rahmah Ayu D. 021111059

4. Erlina Rachmawati 021111060

5. Nia Pramais Octaviani 021111061

6. Jennifer Widjaja 021111062

7. Suryani 021111063

8. Nadya Soraya Auliyah 021111064

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

Page 2: hasil tanam tuang

1. Tujuan

Mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam tuang dengan cara yang tepat dan dapat

membedakan setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded dengan variasi w/p

ratio.

2. Alat dan Bahan

2.1. Bahan :

a. Bahan tanam gypsum bonded (w:p = 15:43, 15:45, 18:43)

b. Air PAM

c. Vaselin

Gambar a. bubuk bahan Gambar b. Air PAM Gambar c. Vaselin

tanam gypsum bonded

2.2. Alat

a. Mangkuk karet

b. Spatula

c. Gelas ukur

d. Stopwatch

e. Timbangan analitik

f. Gelas Plastik

g. Dial indicator

h. Pisau gypsum

i. Pisau model

j. Pisau malam

k. Sonde

l. Ekstensometer

m. Sendok Plastik

n. Botol Plastik

Page 3: hasil tanam tuang

o. Penggaris

Gambar a. Mangkuk karet Gambar b. Spatula Gambar c. Gelas ukur

Gambar d. Stopwatch Gambar e,f. Timbangan Analitik Gambar g. Dial indicator

dan gelas plastik

Gambar h. Pisau Gypsum Gambar i. Pisau Model Gambar j. Pisau Malam

Gambar k. Sonde Gambar l. Ekstensometer Gambar m. Sendok Plastik

Gambar n. Botol Plastik Gambar o. Penggaris

Page 4: hasil tanam tuang

3. Cara Kerja

a. Alat dan bahan praktikum dipersiapkan terlebih dahulu.

b. Bagian dalam cetakan bahan tanam tuang gypsum bonded pada ekstensometer

diolesi vaselin secara merata.

c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi

yang tepat dengan jarum menunjuk ke angka nol.

d. Bubuk bahan tanam tuang gypsum bonded ditimbang seberat 43 gr dan air

sebanyak 15 ml disiapkan.

e. Air dituangkan ke dalam mangkuk karet, selanjutnya bahan tanam dituang sedikit

demi sedikit dan biarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan

gelembung udara.

f. Adonan bahan tanam tuang gypsum bonded dan air diaduk sampai homogen

selama 1 menit / 120 putaran bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar

perlahan-lahan.

g. Adonan bahan tanam tuang gypsum bonded dituang ke dalam cetakan (tanpa

merubah posisi cetakan dan jarum dial indicator), kemudian permukaannya

diratakan dengan spatula gips/pisau malam.

h. Panjang awal cetakan bahan tanam tuang gypsum bonded diukur pada alat

ekstensometer.

i. Terjadinya ekspansi bahan tanam tuang gypsum bonded diamati dan dicatat pada

penujuk mikrometer pada dial indicator setiap interval 10 menit sampai menit ke

60.

j. Percobaan diatas diulangi sebanyak 2 kali dengan rasio yang berbeda, yaitu bahan

tanam gypsum bonded sebanyak 46 gr dengan air sebanyak 15 ml, dan bahan

tanam gypsum bonded sebanyak 43 gr dengan air sebanyak 18 ml.

Gambar b. Pengolesan vaselin pada cetakan Gambar d. Penimbangan bubuk bahan tanam tuang

Page 5: hasil tanam tuang

Gambar e. Bubuk dibiarkan mengendap Gambar f. Saat pengadukan Gambar g. Penuangan adonan

ke cetakan

Gambar h. Pengukuran awal Gambar i. Pengamatan pada dial indicator

dengan interval 10 menit sampai menit ke 60

4. Hasil Praktikum

Tabel 1. Hasil Perhitungan Setting Expansion pada Bahan Tanam Tuang

W/P(ml/gr)

Jumlah putaran / menit

Panjang awal (mm)

Waktu (menit ke-) / pertambahan panjang (mm) Panjang

Akhir (mm)

Perubahan(%)

10 20 30 40 50 6015/46kental

68 137 0 0 0.15 0.28 0.34 0.36 137.360.263

15/43normal

120 133 0 0 0.13 0.27 0.34 0.38 133.380.286

18/43encer

112 135 0 0 0 0.01 0.03 0.05 135.050.037

Perubahan: Besar Setting Expansion Menit Ke−60

Panjang Awal× 100 %

Page 6: hasil tanam tuang

Grafik Perbandingan Setting Expansion dengan variabel W/P Rasio

10 20 30 40 50 600

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

15/4615/4318/43

menit ke -

Keterangan :

- Expansi bahan tanam tuang diukur dengan : angka yang ditunjukkan pada jarum

indikator x 0,01. Hasil yang didapat merupakan pertambahan panjang dalam mm

- Pengukuran panjang awal dan akhir pada cetakan dengan menggunakan penggaris

5. Pembahasan

Bahan tanam adalah bahan yang dipakai untuk menanam model malam pada proses

pembuatan restorasi dari logam, sehingga setelah dilakukan burn out (buang malam)

didapatkan mould atau rongga tuang, selanjutnya rongga tersebut dituangi logam cair dan

akan menghasilkan tuangan logam dengan bentuk sama seperti model malam. Berdasarkan

titik cair logam, bahan tanam tuang terbagi menjadi beberapa jenis yaitu gypsum bonded,

phosphate bonded, dan silica bonded.

Gypsum bonded adalah bahan tanam yang paling umum digunakan dalam pengecoran

dental alloy emas dengan suhu liquidus tidak lebih tinggi dari 1.080°C, yang biasanya

digunakan untuk inlay emas, mahkota, dan gigi palsu sementara dan permanen sebagian.

Karena kecenderungannya untuk terurai pada suhu tinggi, bahan ini tidak cocok untuk

pengecoran alloy emas yang titik leburnya tinggi, alloy paladium (digunakan untuk copings

dalam alloy keramik restorasi), atau alloy logam paling dasar, seperti nikel-kromium dan

kobalt-krom. (O’Brian 2002, hal 89)

Gypsum bonded diklasifikasikan oleh International Standards Organization (1990)

menjadi 3 tipe, yaitu:

Tipe 1: jenis Ekspansi termal, untuk inlays casting dan mahkota

Page 7: hasil tanam tuang

Tipe 2: Tipe ekspansi higroskopis, inlays untuk casting dan mahkota

Tipe 3: Untuk pengecoran basis gigi tiruan lengkap dan sebagian.

Beberapa bahan, diklasifikasikan oleh produsen sebagai produk "universal," yang diklaim

sebagai bahan yang cocok untuk casting semua restorasi alloy emas. (O’Brian 2002, hal 89)

Gambar 1. Klasifikasi gipsum bonded (O’Brian 2002, hal 89)

Tabel 1. Tipe gipsum bonded (O’Brian 2002, hal 90)

Tipe Contoh

Inlay investment, thermal expansion (ISO type 1)

Inlay investment, thermal expansion, rapid heat

(ISO type 1)

Inlay investment, hygroscopic expansion (ISO

type 2)

Denture investment (ISO type 3)

Cristobalite Inlay (Kerr/ Sybron)

Cristoquick (GC)

Beauty-Cast (Whip Mix)

R&R Gray (Dentsply/ Ransom and

Randolph)

Bahan tanam tuang gipsum bonded ini adalah bubuk yang dicampur dengan air dan

terdiri dari campuran silika (SiO2) dan kalsium sulfat hemihydrate (produk gipsum) bersama-

sama dengan komponen kecil lainnya termasuk grafit bubuk atau bubuk tembaga dan

berbagai modifikasi untuk mengontrol setting time. (Mc Cabe 2008, hal 47)

Semua gipsum bonded pada dasarnya terdiri dari bahan pengisi yang refraktori dan

binder. Kemungkinan juga terdapat sejumlah kecil (kurang dari 5%) bahan modifikasi yang

penting. Bahan refraktori yang terkandung pada gipsum bonded adalah polimorf dari silika

(SiO2). Persentase bahan refraktori dalam gipsum bonded biasanya berkisar antara 55%

sampai 75% (O’Brian 2002, hal 90). Bahan ini juga berfungsi sebagai substansi pengeras

(Oktavian Lubis 2003, hal 17). Silica mempunyai sususan kristal yang berbeda-beda, yaitu:

1. Cristobalite

Page 8: hasil tanam tuang

2. Quarts (O’Brian 2002, hal 90).

Bahan refraktori juga dapat berbentuk campuran cristobalite dan quarts. (O’Brian 2002,

hal 90). Penambahan bahan refraktori akan memperbesar ekspansi sewaktu pemanasan.

Besarnya ekspansi dari masing-masing bentuk kristal berbeda, yaitu:

1. Cristobalite memberikan ekspansi sebesar 1,6% pada temperatur 400°C.

2. Quarts 1,4% pada temperatur 600°C.

Silica juga dapat mengatur thermal expansi dan mencegah pecahnya bahan investment

selama pemanasan (Oktavian Lubis 2003, hal 17).

Binder material yang dipergunakan untuk gipsum bonded adalah alpha kalsium sulfat

hemihydrat, dalam bentuk plester atau batu (O’Brian 2002, hal 90). Banyaknya binder dalam

gipsum bonded berkisar 25% - 40%. Sebagai binder, alpha kalsium sulfat hemihydrat

mengikat zat-zat lain secara bersamaan. Kekuatan dari dental invesment tergantung dari

banyak dan sedikitnya kandungan binder di dalamnya. Sewaktu air dicampur dengan

investment, air akan bereaksi dengan alpha kalsium sulfat hemihydrat membentuk alpha

kalsium dihydrat. Pada tahap permulaan proses pemanasan, kelebihan air akan menguap.

Akibat pemanasan, gipsum akan mengalami kontraksi dan ekspansi. Reaksi yang terjadi

adalah: (Oktavian Lubis 2003, hal 17)

CaSO4.½H2O + 1½H2O --> CaSO4.2H2O + panas

Hemihydrat dihydrat (gipsum)

Zat-zat lain yang terkandung dalam gipsum bonded banyaknya sekitar 5% yang

berguna untuk memperbaiki keadaan-keadaan fisikalnya. Zat-zat lain tersebut adalah:

1. Modifiying agents

Bahan ini dapat mencegah penyusutan dari gipsum ketika dipanaskan diatas 33°C.

Contoh bahan ini adalam asam boraks dan sodium chloride.

2. Reducing agents

Bahan ini berupa carbon yang berguna untuk mengurangi tekana udara di dalam mould

sewaktu pemanasan dan mengurangi oksidasi yang terjadi pada metal. Reducing agent

yang biasa terdapat pada investment adalah graphite.

3. Copper powder.

4. Mg Oxyde (Oktavian Lubis 2003, hal 17).

Ketika bahan tanam tuang setting, silika tidak terpengaruh; pengikat hemihydrate

berikatan dengan air untuk membentuk dihidrat (gipsum) seperti yang terjadi pada proses

Page 9: hasil tanam tuang

setting gipsum produk lainnya. Reaksi saat setting sama dengan yang ditunjukkan pada bahan

cetak gipsum. Setting bahan tanam terdiri dari partikel halus silika yang melekat pada suatu

kumpulan yang lebih kecil yang saling terkait dengan kristal gipsum acicular. (O’Brian 2002,

hal 90)

Mikrostruktur bahan tanam

gipsum bonded yaitu partikel-partikel besar merupakan kristobalit; kristal acicular kecil

gipsum yang terbentuk selama setting. (O’Brian 2002, hal 91)

Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting expansion. Campuran

dari silika dan gipsum menghasilkan setting expansion yang lebih besar dari setting

expansion produk gipsum yang digunakan sendiri. Ukuran partikel kalsium sulfat hemihidrat

mempunyai efek yang kecil pada hygroscopic expansion, sedangkan ukuran partikel silika

mempunyai efek yang signifikan. Partikel silika yang semakin baik menyebabkan setting dan

higroscopic expansion yang lebih tinggi (Powers, 2006). Partikel-partikel silika akan

bercampur dengan kristal interlocking dan intermeshing ketika mengalami pembentukan,

sehingga selama pembentukan terdapat tekanan pada kristal. Setting ekspansi dapat diatur

dengan menambahkan retarder atau akselerator. (Powers, 2006)

Ekspansi setting diukur dengan menggunakan sebuah bak khusus dengan ujung pelat

yang dapat bergerak, mendorong sebuah extensometer. Bahan campuran dituangkan ke dalam

bak dan saat mengeras dan mengembang extensometer dapat bergeser, memberikan nilai

ekspansi linier. Nilai ekspansi maksimum adalah 0,15% untuk bahan tipe 1 dan 4 dan 0,30%

untuk bahan tipe 2 dan 5. Bahan tipe 3 memiliki ekspansi maksimum 0,20%. Beberapa

produk individu memiliki nilai ekspansi jauh lebih rendah. (Mc Cabe 2008, hal 36)

Ekspansi yang mengimbangi diperoleh dengan kombinasi ekspansi setting, ekspansi

termal dan ekspansi yang terjadi ketika silika mengalami inversi pada temperatur tinggi.

Page 10: hasil tanam tuang

Ekspansi higroskopis dapat digunakan untuk melengkapi ekspansi setting bahan gypsum

bonded. Ini juga mungkin untuk bahan phosphate bonded tetapi jarang digunakan dalam

praktik untuk produk ini. Ekspansi setting dari bahan gypsum bonded khas adalah dalam orde

0,3% yang dapat meningkat menjadi sekitar 1,3% oleh ekspansi higroskopis. (Mc Cabe 2008,

hal 51)

Tujuan adanya setting expansion adalah untuk membantu pemuaian mold untuk

mengkompensasi penyusutan logam. Apabila bahan tanam tuang setting dengan udara di

sekelilingnya, ekspansi ini disebut dengan normal setting expansion. Sedangkan apabila

adonan bahan tanam tuang setting dengan kontak dengan cair, ekspansinya akan jauh lebih

besar dan disebut dengan hygroscopic setting expansion. (Powers, 2006)

Perubahan fisik lain yang menyertai setting adalah ekspansi kecil yang disebabkan

oleh dorongan yang keluar dari kristal tumbuh. Tingkat maksimum ekspansi terjadi pada saat

suhu meningkat paling cepat. Ekspansi ini, pada kenyataannya, hanya terlihat sejak set berisi

bahan dengan volume porositas besar. Jika material ditempatkan dalam air pada tahap set

awal, ekspansi jauh lebih banyak terjadi selama setting. Ekspansi ini meningkat disebut

ekspansi higroskopis dan kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan setting ekspansi

bahan tanam gipsum bonded. (Mc Cabe, 2008 hal 36)

Mekanisme terjadinya hygroscopic expansion berhubungan dengan normal setting

expansion yang muncul ketika adonan bahan tanam tuang set dan kontak dengan udara. Dasar

dari mekanisme ini berada pada tegangan permukaan dari air campuran dan dapat dijabarkan

sebagai berikut. Setelah adonan bahan tanam tuang tercampur, air mengelilingi komponen

bahan tanam tuang setting. Sebagai reaksi dari calcium sulfate binder, air di sekelilingnya

berkurang dan menyebabkan adanya kristal gipsum berbenturan pada permukaan dari sisa air

yang oleh tegangan permukaan pertumbuhan kristal dihambat. Ketika air yang dibutuhkan

untuk reaksi habis digunakan dan reaksinya selesai, pertumbuhan kristal gipsum berhenti

(Powers, 2006).

Faktor yang berpengaruh terhadap setting expansion:

1. ukuran partikel silika

2. silica/binder ratio

3. water/powder ratio

4. spatulation

5. usia bahan tanam tuang

6. water-bath technique

Page 11: hasil tanam tuang

Ukuran partikel kalsium sulfat hemihidrat berpengaruh kecil terhadap hygroscopic

expansion sedangkan ukuran partikel silika mempunyai pengaruh yang signifikan. Silika

yang lebih baik menghasilkan setting dan hygroscopic expansion yang lebih tinggi (Powers,

2006).

Silica/binder ratio juga berpengaruh terhadap setting expansion. Bahan tanam tuang

biasanya mengandung 65% sampai 75% silika, 25% sampai 35% kalsium sulfat hemihidrat,

dan sekitar 2% sampai 3% zat kimia tambahan untuk mengontrol sifat fisis yang berbeda dan

untuk memberi warna bahan tanam tuang (Powers, 2006). Apabila silica/stone ratio

dinaikkan, hygroscopic expansion dari bahan tanam tuang juga akan meningkat, tetapi

kekuatannya akan menurun. Selain itu, water/powder ratio juga berperan dalam setting

expansion. Semakin banyak air pada adonan (semakin cair adonan atau W/P ratio lebih

tinggi), normal dan hygroscopic setting expansion berkurang. Thermal expansion pun

berkurang apabila adonan lebih encer.

Proses pengadukan mempunyai efek yang sangat besar terhadap setting time dan setting

expansion. Semakin banyak jumlah spatulasi (semakin cepat atau semakin lama waktu

pengadukan atau keduanya) akan memperpendek setting time. Ketika bubuk dimasukkan ke

dalam air, reaksi kimia dimulai dan beberapa kalsium sulfat dihidrat terbentuk. Selama

pengadukan, kalsium sulfat dihidrat yang baru terbentuk pecah menjadi kristal yang lebih

kecil dan memulai nukleasi dimana kalsium sulfat dihidrat dapat mengendap. Karena

penambahan jumah spatulasi menyebabkan nuclei centers terbentuk, konversi dari kalsium

sulfat hemihidrat menjadi dihidrat semakin cepat (Powers, 2006). Selain itu, setting

expansion juga akan semakin besar.

Usia dari bahan tanam tuang berperan juga dalam setting expansion. Bahan tanam tuang

yang sudah berusia dua atau tiga tahun tidak akan memuai seperti bahan tanam tuang yang

baru. Oleh sebab itu, container tempat menyimpan bahan tanam tuang harus disimpan

tertutup serapat mungkin, terutama apabila bahan tanam tuang disimpan di tempat yang

lembab (Powers, 2006).

Implikasi

Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, kami melakukan tiga percobaan

pengukuran setting expansion dengan menggunakan ekstensometer yang dilengkapi dial

indicator dengan perbandingan w/p rasio yang bervariasi. Setting expansion dilihat selama 10

menit sekali selama satu jam.

Page 12: hasil tanam tuang

Pada percobaan pertama digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai

aturan ADA, yaitu 15 ml : 43 gr. Pada percobaan pertama ini mengalami ekspansi sebesar

0.263%. Pada percobaan pertama ini juga mengalami puncak setting expansion pada menit ke

60. Pada percobaan ini, kami melakukan pengadukan sesuai prosedur yaitu 120 putaran per

menit. Hasil yang didapatkan adalah bahan tanam tuang gypsum bonded yang bertekstur

halus dan tidak berporus. Flow dan kepadatan yang didapat cukup, sehingga mudah saat

dicetak dan dilepaskan dari ekstensometer.

Pada percobaan kedua digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai

aturan ADA, yaitu 15 ml : 46 gr, dalam hal ini powder bertindak sebagai accelerator. Pada

percobaan kedua ini mengalami ekspansi sebesar 0,286 %. Pada percobaan kedua ini juga

mengalami puncak setting expansion pada menit ke 60. Penambahan powder menghasilkan

konsistensi adonan yang lebih kental dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan

pertama. Semakin banyak powder, maka jumlah partikel silika pada adonan bahan tanam

tuang semakin banyak. Jumlah partikel silika yang banyak tersebut menyebabkan adanya

pembentukan nuklei kristal meningkat. Selanjutnya, kristal-kristal ini akan berdesakan dan

bergerak ke luar selama reaksi pengerasan. Semakin banyak nuklei kristal yang bergerak

keluar, ekspansi yang dihasilkan akan semakin besar pula. Pada percobaan kedua ini ekspansi

yang dihasilkan seharusnya lebih besar daripada percobaan pertama. Namun ternyata hasil

praktikum menunjukkan bahwa ekspansi pada percobaan kedua lebih kecil daripada

percobaan pertama. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh dari cara pengadukan bahan

tanam tuang. Seharusnya pengadukan mencapai 120 putaran dalam 1 menit, namun dalam

percobaan kedua, kami melakukan pengadukan 112 putaran dalam 1 menit. Selain itu,

pencampuran yang tidak homogen, dan banyak ikatan antar molekul gypsum yang patah

karena pengandukan yang tidak searah. Pencampuran yang tidak homogen mengakibatkan

permukaan gypsum bonded porus. Selain itu, karena penyimpanan yang kurang rapat, partikel

mudah menguap apabila dibiarkan dalam udara terbuka. Apabila mengacu pada teori, partikel

gipsum bersifat sensitive terhadap kelembaban udara.

Pada percobaan ketiga digunakan komposisi water dan powder (w/p rasio) sesuai

aturan ADA, yaitu 18 ml : 43 gr, dalam hal ini air bertindak sebagai retarder. Pada percobaan

ketiga ini mengalami ekspansi sebesar 0,037%. Pada percobaan ketiga ini juga mengalami

puncak setting expansion pada menit ke 60. Penambahan water menghasilkan konsistensi

adonan yang lebih encer dibandingkan konsistensi adonan pada percobaan pertama. Jumlah

partikel silica yang bertumbukan pada adonan bahan tanam tuang menjadi semakin sedikit

Page 13: hasil tanam tuang

sehingga nuklei kristal yang bergerak keluar semakin sedikit pula, dan ekspansi yang

dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan percobaan yang pertama dan kedua.

Nilai percobaan pada praktikum ini seharusnya dapat mencapai nilai setting expansion

normal yaitu sekitar 0,3 – 1,3 % (Mc Cabe 2008, hal 51). Akan tetapi, karena pada alat

pengukur setting expansion tidak diberi tutup, maka ekspansi yang terjadi tidak hanya linier,

tetapi juga secara vertical. Hal ini juga menjadi faktor ketidak akuratan hasil.

Pada praktikum ini, setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded yang

diujikan adalah setting expansion yang dipengaruhi oleh rasio w:p. Setting expansion bahan

tanam tuang dipengaruhi oleh rasio w:p, cara pengadukan, banyaknya pengadukan, lama

pengadukan, suhu, dan kelembapan dari cara penyimpanan. Rasio w:p berbanding terbalik

terhadap setting expansion, semakin rendah rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya,

begitu juga sebaliknya.

Tingginya rasio w:p mengakibatkan adonan bahan tanam tuang semakin encer karena

mengandung banyak air sehingga menyebabkan tumbukan silika akan semakin sedikit dan

pembentukan kristal-kristal nuklei juga sedikit pula, sehingga ekspansinya akan menjadi

semakin kecil.

Suhu pun berpengaruh pada setting expansion bahan tanam tuang, karena penggunaan

bahan tanam tuang gypsum bonded digunakan pada suhu dibawah 1200o C, semakin tinggi

suhu nya maka setting expansion akan semakin cepat pula.

Kelembapan dari cara penyimpanan juga dapat mempengaruhi setting expansion.

Bahan tanam tuang yang lama disimpan selama dua atau tiga tahun tidak akan memuai

seperti bahan tanam tuang yang baru karena terpengaruh udara luar. Oleh sebab itu, tempat

menyimpan bahan tanam tuang harus tertutup serapat mungkin, terutama disimpan di tempat

yang lembab.

Hasil praktikum menunjukkan kesamaan dengan teori yang terdapat dalam literatur,

yakni rasio w:p pada bahan tanam tuang dapat mempengaruhi setting expansion,

semakin rendah rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya.

6. Kesimpulan

Setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded dipengaruhi oleh rasio w:p, cara

pengadukan, lama pengadukan, banyaknya pengadukan, suhu, dan kelembapan dari cara

penyimpanan. Rasio w:p berbanding terbalik terhadap setting expansion, semakin rendah

rasio w:p maka akan semakin besar ekspansinya, begitu juga sebaliknya, semakin tinggi rasio

w:p maka akan smakin kecil pula ekspansinya.

Page 14: hasil tanam tuang

7. Daftar Pustaka

1. Mc Cabe and Walls. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. Blackwell Science publ.

2. Oktavian Lubis. 2003. Kompensasi Gypsum Bonded Investment terhadap Penyusutan

Logam Campur Emas pada Saat Pengecoran. Karya Ilmiah. hal 17

3. O’Brian W.J. 2002. Dental Material and Their Selection.3rd ed. Michigan.

Quintessence Publishing Co Inc.

4. Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C., 2006, Dental Materials

Properties and Manipulation 8th Edition, Mosby Elsevier, Missouri