2
NELAYAN DAN MASYARAKAT PESISIR Kelompok kami melakukan wawancara kepada nelayan yang sedag bersantai di kawasan PPN Palabuhan Ratu. Beliau bernama Asep atau biasa di panggil Enye. Sudah sekitar 23 tahun Pak Enye menjadi nelayan, bermula dari usianya yg belia yang selalu ikut ketika orang-oarng terdekatnya melakukan pelayaran dan penangkapan. Aktivitas ini berlanjut hingga ia menjadikan profesi ini menjadi mata pencaharian. Bermodalan dengan perbekalannya dari bos atau Pak Haji Dede Ola, Pak Enye dan 4 orang lainnya pergi selama kurang lebih 10 hari menuju perbatasan Australia dengan menggunakan kapal rumpon yang sudah dilengkapi dengan radio contack untuk berkomunikasi agar tidak lost contack serta GPS untuk mengetahui titik koordinat keberadaan mereka atau untuk mencapai tempat tujuan penangkapan ikan. Perjalanan laut yang mencapai 2 hari 2 malam tersebut tidak mengalahkan semangat Pak Enye dan rekan-rekannya untuk menangkap ikan dan pulang dengan membawa tangkapan yang banyak. Cangkalang dan tuna merupakajn jenis ikan yang sering di dapat, terlebih ikan tuna merupakan jenis ikan dengan komoditi yang tinggi. Setelah melakukan penangkapan dan sekiranya cukup sesuai dengan target, Pak Enye beserta rekan- rekannya pulang. Ikan yang sudah ditangkap tidak hanya didiamkan begitu saja, hasil tangkapan tersebut langsung diserahkan kepada bos mereka, yaitu Pak Haji Dede Ola yang kemudian tahap distribusi serta penjualan dilakukan lebih lanjut oleh Pak Haji Dede Ola.

hasil wawancara dengan pak asep

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hasil wawancara seorang nelayan bernama pak asep di palabuhan ratu

Citation preview

Page 1: hasil wawancara dengan pak asep

NELAYAN DAN MASYARAKAT PESISIR

Kelompok kami melakukan wawancara kepada nelayan yang sedag bersantai di kawasan

PPN Palabuhan Ratu. Beliau bernama Asep atau biasa di panggil Enye. Sudah sekitar 23 tahun

Pak Enye menjadi nelayan, bermula dari usianya yg belia yang selalu ikut ketika orang-oarng

terdekatnya melakukan pelayaran dan penangkapan. Aktivitas ini berlanjut hingga ia menjadikan

profesi ini menjadi mata pencaharian. Bermodalan dengan perbekalannya dari bos atau Pak Haji

Dede Ola, Pak Enye dan 4 orang lainnya pergi selama kurang lebih 10 hari menuju perbatasan

Australia dengan menggunakan kapal rumpon yang sudah dilengkapi dengan radio contack

untuk berkomunikasi agar tidak lost contack serta GPS untuk mengetahui titik koordinat

keberadaan mereka atau untuk mencapai tempat tujuan penangkapan ikan. Perjalanan laut yang

mencapai 2 hari 2 malam tersebut tidak mengalahkan semangat Pak Enye dan rekan-rekannya

untuk menangkap ikan dan pulang dengan membawa tangkapan yang banyak. Cangkalang dan

tuna merupakajn jenis ikan yang sering di dapat, terlebih ikan tuna merupakan jenis ikan dengan

komoditi yang tinggi. Setelah melakukan penangkapan dan sekiranya cukup sesuai dengan

target, Pak Enye beserta rekan-rekannya pulang. Ikan yang sudah ditangkap tidak hanya

didiamkan begitu saja, hasil tangkapan tersebut langsung diserahkan kepada bos mereka, yaitu

Pak Haji Dede Ola yang kemudian tahap distribusi serta penjualan dilakukan lebih lanjut oleh

Pak Haji Dede Ola.

Banyaknya jumlah tangkapan Pak Enye dan rekan-rekannya memiliki pengaruh terhadap

jumlah pendapat Pak Enye dan rekan-rekannya bila ditinjau dengan program minapolitan yang

diadakan oleh pemerintah. Jumlah tangkapan banyak maka pendapat yang mereka dapatkan juga

akan banyak atau tinggi. Selain program minapolitan, kehadiran PT AGB juga membantu

pendapat Pak Enye dan rekan-rekannya, berbeda dengan kehadiran PPN Palabuhan Ratu yang

tidak memiliki pengaruh terhadap pendapatan mereka, dikarenakan tidak ada hubungan

komunikasi baik langsung maupun tidak langsung antara nelayan dengan pihak PPN Palabuhan

Ratu. Selama masa karirnya, Pak Enye juga mengalami kendala terlebih lagi semenjak harga

BBM yang melonjak tinggi yang berpengaruh terhadap harga ikan yang ditangkapnya menjadi

turun.