16
HEMOSTASIS 1. DEFENISI Hemostasis atau haemostasis berasal dari bahasa Yunani : aimóstasis (αιμόστασις), yang terdiri dari dua kata yaitu aíma (αίμα) yang berarti “darah" dan stásis (στάσις) yang berarti "stagnasi". Hemostasis adalah peristiwa berhentinya mengalirnya darah dari pembuluh darah yang mengalami trauma. 2. PROSES HEMOSTASIS Proses hemostasis terjadi melalui tiga proses yaitu : a. Fase vascular Terjadi karena akibat dari adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yang pertama kali adalah respon dari vaskuler/kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler). b. Fase Platelet/trombosit Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit. Akibat dari bertemunya trombosit dengan

Hemostasis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ydhjkjhu

Citation preview

Page 1: Hemostasis

HEMOSTASIS

1. DEFENISI

Hemostasis atau haemostasis berasal dari bahasa Yunani : aimóstasis (αιμόστασις), yang

terdiri dari dua kata yaitu aíma (αίμα) yang berarti “darah" dan stásis (στάσις) yang berarti

"stagnasi".

Hemostasis adalah peristiwa berhentinya mengalirnya darah dari pembuluh darah yang

mengalami trauma.

2. PROSES HEMOSTASIS

Proses hemostasis terjadi melalui tiga proses yaitu :

a. Fase vascular

Terjadi karena akibat dari adanya trauma pada pembuluh darah maka respon yang

pertama kali adalah respon dari vaskuler/kapiler yaitu terjadinya kontraksi dari kapiler

disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat dari extra vasasi ini akan

memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan darah disekitar kapiler).

b. Fase Platelet/trombosit

Pada saat terjadinya pengecilan lumen kapiler (vasokontriksi) dan extra vasasi ada

darah yang melalui permukaan asar (jaringan kolagen) dengan akibatnya trombosit.

Akibat dari bertemunya trombosit dengan permukaan kasar maka trombosit tersebut

akan mengalami adhesi serta agregasi.

Setelah terjadinya adhesi maka dengan pengaruh ATP akan terjadilah agregasi yaitu

saling melekat dan desintegrasi sehingga terbentuklah suatu massa yang melekat.

Peristiwa trombosit yang mulai pecah/lepas- lepas hingga menjadi suatu massa yang

melekat disebut Viscous metamorphosis. Akibat dari terjadinya semua proses ini

maka terjadilah gumpalan plug (sumbatan) baru kemudian terjadi fase yang ketiga.

c. Fase koagulasi

Page 2: Hemostasis

Fase ini terdiri dari tiga tahapan yaitu :

a.Pembnetukan prothrombinase/prothrombin activator

b.Perubahan prothrombine menjadi trombone

c.Perubahan fibrinogen menjadi fibrin

Pada proses pembekuan darah terjadi karena adanya factor intrinsic dan factor

ekstrinsik. Factor intrinsic baru terjadi bila ada kontak aktivasi. Apabila kontak

aktivasi tidak ada, kebanyakan factor intrinsic berada dalam keadaan tidak aktiv

(cascade theory dari clotting factor). Waktu pembuluh darah terputus ada kontak dan

adanya cairan jaringan yang masuk, cairan jaringan ini mengandung thromboplastin.

Jaringan thromboplastin adalaj factor yang berasal dari jaringan.

Factor ekstrinsik reaksinya adalah berjalan dengan cepat (10 – 11 detik), sedngkan

factor intrinsic berjalan selama 8 menit.

FAKTOR – FAKTOR PEMBEKUAN DARAH

a. Faktor I = fibrinogen

b. Faktor II = Prhotrombine

c. Faktor III = Fakotr jaringan

d. Faktor IV = Ion kalsium

e. Faktor V = Proaccelerine

f. Faktor VI = Accelerine

g. Faktor VIII = A.H.G (Anti Haemphilly Globulin)

h. Faktor IX = Christmas factor

i. Faktor X = Stuart factor

j. Faktor XI = Plasma thromboplastin antecedent

k. Faktor XII = Hagemen factor

l. Faktor XIII = Fibrine stabilizing factor (fibrinase)

3. MEKANISME HEMOSTASIS

a) Primer

Mekanisme vasokonstriksi pembuluh darah pada luka yang kecil.

b) Sekunder

Page 3: Hemostasis

Mekanisme yang melibatkan faktor-faktor koagulasi dalam plasma dan trombosit

dengan tujuan akhir pembentukan jala-jala fibrin, terjadi pada luka yang besar.

c) Tersier

Mekanisme kontrol yang menjaga agar hemostasis tidak berlebihan melaku sistem

fibrinolitik.

4. HEMOSTASIS ( HEMOFILIA)

Hemofilia merupakan salah satu gangguan dari hemostasis.

Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang

berarti darah dan philia yang berarti cinta atu kasih sayang.

Jadi dapat diartikan bahwa hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan dari ibu

kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Adapun pengertian lain dari hemofilia adalah penyakit kelainan perdarahan yang

disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah atau trombosit (penyakit gangguan

pembekuan darah). Hal ini disebabkan karena darah pada penderita hemofilia tidak dapat

membeku dengan sendirinya secar normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita

hemofilia tidak secepat atau sebanyak orang yang normal. Penderita hemofilia akan lebih

banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

Penderita hemofilia ini kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit :

seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan

sendirinya jika si penderita telah melakukan aktifitas yang berat sepertai pembengkakkan

pada persendian ; seperti lutut, pergelanagn tangan atau siku tangan. Hemofilia bisa

membahayakan jiwa jika terjadi perdarahan di organ vital seperti perdarahan pada otak.

Hemofilia lebih sering dijumpai pada anak-anak. Bila pria penderita hemofilia bertahan

hidup dan bertahan sampai perkawinan, maka dia akan menurunkan anak- anak wanita yang

normal pembawa ( carier ). Dan ank wanita keturunannya ini akan menurunkan kepada

sebagian anak laki – lakinya, sehingga anak laki – lakinya ada yang menderita hemofilia.

Jenis – Jenis Hemofilia

Page 4: Hemostasis

a. Hemofilia A

Hemofilia A dikenal juga dengan nama :

1. Hemofilia Klasik ; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak

kekurangan faktor pembekuan pada darah ( FAH = Factor Anti Hemophilia )

2. Hemofilia FVIII : yaitu penyakit hemofilia yang terjadi karena kekurangan faktor 8

(FVIII) protein pada darah yag menyebabkan masalah pada proses pembekuan

darah.

b. Hemofilia B

Hemofilia B terjadi karena penderita tidak mempunyai faktor KPT ( Komponen

Plasma Tromboplastin ). Hemofilia B juga dikenal dengan nama :

1. Christmas Desease ; ditemukan pertama kali pada seorang yang bernama Steven

Christmas yang berasal dari Kanada. Penyakit hemofilia yang dideritanya

diwariskan dari ibunya yaitu Ratu Victoria.

2. Hemophilia kekurangan faktor IX ; merupakan penyakit hemofilia yang terjadi

karena kekurangan faktor 9 ( FIX ) protein pada darah yang menyebabkan

masalah pada proses pembekuan darah.

Tingkatan Hemofilia

Pada dasarnya penyakit hemofilia mempunyai tinkatan yang berbeda – beda.

Hemofilia A dan B dapat digolongkan dalam 3 tingkatan yaitu :

1. Berat

2. Sedang

3. Ringan

Page 5: Hemostasis

Klasifikasi Kadar Faktor VIII dan Faktor IX di Dalam Darah

Berat Kurang dari 1 % dari jumlah normalnya

Sedang 1 % - 5 % dari jumlah normalnya

Ringan 5 % - 30 % dari jumlah normalnya

Berikut adalah penjabaran mengenai pembagian tinkatan dalam hemofilia A dan Hemofilia B

:

1. Hemofilia Parah / Berat

Penderita hemofilia pada tinkatan ini hanya memiliki faktor VIII dan faktor IX kurang

dari 1 % dari jumlah normal di dalam darahnya. Dalam artian bahwa penderita hemofilia

pada tingkatan ini akan megalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang –

kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang jelas.

2. Hemofilia Sedang

Seseorang yang menderita hemofilia tingkat sedang lebih jarang mengalami perdarahan

dibanding hemofilia tingkat berat. Perdarahan kadang terjadi akibat dari aktivitas tubuh

yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.

3. Hemofilia Ringan

Penderita hemofilia tingkat ringan ini lebih jarang sekali mengalami perdarahan

dibandingkan dengan hemofilia tingkat berat dan hemofilia tingkat sednag. Yang

menderita hemofilia tingkat ringan mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi

tertentu, seperti operasi, cabut gigi, atau mengalami luka yang serius. Jika wanita

Page 6: Hemostasis

mengalami hemofilia tingkat ringan kemungkinan akan mengalami perdarahn lebih pada

saat wanita tersebut mengalami menstruasi.

Pada hemofilia berat, perdarahan dapat terjadi spontan tanpa trauma. Sedangkan yang

sedang, biasanya perdarahan didahului trauma ringan. Hemofilia ringan umumnya tanpa

gejala atau dapat terjadi perdarahan akibat trauma berat.

Page 7: Hemostasis

B. Kasus Mengenai Hemostasis

1. Kasus Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)

a. Definisi

Purpura trombositopenia idiopatik (autoimmune thrombocytopenic purpura; morbus

Wirlhof; purpura hemorrhagica) merupakan sindrom klinis berupa manifestasi

perdarahan (purpura, petekie, perdarahan retina, atau perdarahan nyata lain) disertai

trombositopenia (penurunan jumlah trombosit). PTI merupakan gangguan perdarahan

yang sering dijumpai pada anak usia 2-4 tahun, lebih sering pada wanita. PTI dapat

dibagi menjadi akut dan kronik. PTI akut biasanya sembuh sendiri dalam 6 bulan,

sedangkan PTI kronik, sering ditemukan pada usia < 1 tahun atau > 10 tahun,

umumnya dihubungkan dengan kelainan imun yang umum.

b. Gejala dan Tanda

Page 8: Hemostasis

Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola, varisela), atau

setelah vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum trombositopenia.

c. Riwayat pendarahan

Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,

aspirin.

Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau

kelainan hematologi.

Manifestasi perdarahan (ekimosis multipel, petekie, epistaksis).

Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar.

Infeksi.

d. Epidemiologi

Purpura trombositopenia idiopatik akut paling sering terjadi pada anak antara umur 2 –

8 tahun, dan lebih sering pada anak wanita.

e. Etiologi

Penyebab pasti belum diketahui. Adapun berbagai kemungkinan penyebab yang dapat

dikemukakan adalah:

Akibat hiperspenisme

Intoksikasi makanan atau obat [asetosal, para amino salisilat (PAS),

fenilbutazon, diamoks, kina, sedormid

Bahan kimia

Pengaruh fisis (radiasi, panas)

Kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi)

Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)

 Autoimun, perlekatan kompleks imun non spesifik

Pada lebih dari 50 % kasus, 1 – 6 minggu sebelumnya terkena infeksi virus

(ISPA, hepatitis, mumps, mononudeosus infectisa, sitomegalovirus, dll) seperti

cacar air atau mononukleosis infeksiosa.

f. Gejala Klinis

Gejala klinis pada penderita ITP akut dapat berupa :

Perdarahan → kulit dan selaput lendir

Page 9: Hemostasis

Petekie dan ekimosis

Melena, hematuri

Perdarahan alat dalam → jarang

Trombositopeni berat → perdarahan otak

g. Prognosis

Sebagian besar ( 85 – 90 % ) dapat sembuh. Sedangkan 10 – 15 % lainnya dapat

berubah menjadi ITP kronis.

h. Pemeriksaan penunjang :

Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit biasanya normal.

Hemoglobin, indeks eritrosit dan jumlah leukosit normal.

Trombositopenia, besar trombosit normal atau lebih besar (giant platelets).

Masa perdarahan memanjang.

Pemeriksaan fungsi sumsum tulang hanya dilakukan bila ditemukan limfadenopati,

organomegali, anemia, atau kelainan jumlah leukosit.

2. Kasus  Epistaksis

Page 10: Hemostasis

a. Definisi

Epistaksis anterior adalah perdarahan yang berasal dari septum (pemisah lubang

hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus kiesselbach atau arteri

etmoidalis anterior.

b. Etiologi

Penyebab Epistaksis :

1) Lokal 

Trauma misalnya trauma maksilofasial waktu mengeluarkan ingus dengan

kuat, bersin, mengorek hidung, terjatuh, terpukul, iritasi oleh gas yang

merangsang.

Page 11: Hemostasis

Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan mimisan ringan disertai ingus

yang berbau busuk.

Infeksi, pada hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, sinusitis.

Iatrogenik (pembedahan).

Neoplasma pada cavum nasi atau nasofaring, baik jinak maupun ganas.

Zat kimia (logam berat seperti merkuri, kromium dan fosfor, asam sulfur,

amonia, gasolin, glutaraldehid).

Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak

(seperti pada penerbang dan penyelam/penyakit caisson) atau lingkungan

yang udaranya sangat dingin.

Tidak diketahui penyebabnya, biasanya terjadi berulang dan ringan pada

anak dan remaja

2) Gangguan Sistemik

Penyakit kardiovaskular : arteriosklerosis, hipertensi

Gangguan endokrin seperti pada kehamilan, menstruasi dan menopause.

Infeksi sistemik : demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid.

Telangiektasia hemoragik herediter (Osler weber rendu disease). Merupakan

penyakit autosomal dominan yang ditunjukkan dengan adanya perdarahan

berulang karena  anomali pembuluh darah.

Kelainan hematologi : hemopilia, leukemia, multiple myeloma, imune

trombositopenia purpura (ITP), polisitemia vera.

Obat-obatan : NSAID, aspirin, warfarin, agen kemoterapeutik.

Defisiensi Vitamin C dan K.

c. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Umur Keadaan umum Tensi dan nadi Trauma Tumor Deviasi septum/spina septum  Infeksi Kelainan kongenital Hipertensi

Page 12: Hemostasis

Kelainan darah Perubahan tekanan atmosfir mendadak Gangguan endokrin

d. Penatalaksanaan

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :

1) Menghentikan perdarahan

2) Mencegah komplikasi

3) Mencegah berulangnya epistaksis