Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

  • Upload
    hendi

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    1/177

    KAJI EKSPERIMEN PENGUKURAN KOEFISIEN

    SERAP SUARA SERAT KELAPA SAWIT DENGAN

    METODE RUANG GEMA

    TUGAS AKHIRDiajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    Disusun Oleh:

    HENDI MARSHINTO SIBURIAN

    2006 – 41 – 070

    JURUSAN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIKA ATMA JAYA

    JAKARTA

    2011 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    2/177

     

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    3/177

     

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    4/177

     

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    5/177

     

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    6/177

     

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    7/177

    vii

    ABSTRAK

    Pengujian koefisien serapan suara merupakan pengujian yang dilakukan pada suatumaterial (spesimen) apakah dapat menyerap suara dan menentukan besar dari

    serapan suara dari spesimen yang dibuat. Pada pengujian ini spesimen yang

    digunakan memiliki dua tipe penyusunan yakni tipe 450

    dan tipe 900 dengan dimensi

    spesimen 300 mm x 300 mm x 20 mm. Mekanisme pengujian serap suara yang

    terlebih dahulu dilakukan yaitu menentukan ruangan yang memiliki waktu gemaapakah dapat digunakan untuk pengujian atau tidak. Hal ini penting karena tahap

    awal pengujian koefisien serapan suara yaitu menentukan waktu gema. Pengujianawal yang dilakukan yakni mengukur besar waktu gema pada ruang kosong

    kemudian dilanjutkan dengan pengukuran waktu gema ruangan yang diisi spesimen

    serat kelapa sawit. Setelah mendapatkan waktu gema dengan kedua pengondisian

    tersebut, maka didapatkan waktu gema. Setelah mendapatkan waktu gema, maka

     besar koefisien serapan suara dapat dihitung.

    Kata kunci : koefisien serapan suara, waktu gema, serat kelapa sawit

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    8/177

     

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala berkat dan rahmat yang selalu diberikan, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Kaji Eksperimen Pengukuran

    Koefisien Serap Suara Pada Kelapa Sawit Dengan Metode ruang Gema” .

    Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

    dan dukungan baik dalam hal moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

    ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

    1.  Bapak Ir. Noor Eddy, MSME sebagai dosen pembimbing yang senantiasa

    memberikan waktu, bimbingan, dukungan, pengalaman, motivasi dan

    teladan bagi penulis.

    2.  Bapak Andre Yohanes, ST. sebagai mentor di UPT LAGG-BPPT (Unit

    Pelaksana Teknis Laboratorium Aero Gasdinamika dan Getaran Badan

    Pengkajian dan Penerapan Teknologi) PUSPITEK yang senantiasa

    meluangkan waktu, tenaga, pikiran, diskusi, dan pengalamannya serta

     penggunaan perangkat pengujian AeroAkustik.

    3.  Bapak Harjadi Gunawan, S.T., M.Eng sebagai Ketua Jurusan Teknik

    Mesin Universitas Katolik Atma Jaya.

    4.  Bapak Prof. Dr. Ir. Wegie Ruslan.,M.S sebagai pembimbing akademik

    yang senantiasa meluangkan waktu dalam membimbing dalam bidang

     perkuliahan.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    9/177

     

    ix

    5.  Orang tua dan keluarga besar Siburian yang selalu memberikan semangat,

    materi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

    6. 

    Rian Hernando dan Donny George Hutagalung sebagai rekan kerja dalam

    tugas akhir yang selalu membantu dan memberikan masukan, semangat,

    motivasi pada penulis.

    7.  Bapak DR. Ir. Erwinsyah di kepala bagian Pusat Peneilitian Kelapa Sawit

    Medan yang telah membantu penulis dalam pengadaan serat tandan

    kosong kelapa sawit.

    8.  Segenap keluarga besar Teknik Mesin Unika Atma Jaya angkatan 2006

    yang selalu memberikan bantuan, semangat dan motivasi pada penulis

    dalam menyelesaikan tugas akhir.

    Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

    dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang

    konstruktif. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi dunia pendidikan

    dan kemajuan bangsa Indonesia.

    Jakarta, 22 Juli 2011

    Hendi Marshinto Siburian

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    10/177

     

    x

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR iii

    LEMBAR PERNYATAAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR iv

    LEMBAR PERNYATAAN TANDA SELESAI TUGAS AKHIR v

    LEMBAR PERNYATAAN JUDUL TUGAS AKHIR vi 

    ABSTRAK   vii

    KATA PENGANTAR viii

    DAFTAR ISI x

    DAFTAR NOTASI xiv

    DAFTAR GAMBAR xv

    DAFTAR TABEL xviii

    BAB I PENDAHULUAN 1 

    1.1  Latar Belakang 1

    1.2  Rumusan Masalah 2

    1.3  Tujuan dan manfaat 3

    1.4  Batasan Masalah 3

    1.5 

    Metode penelitian 4

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    11/177

     

    xi

    1.6  Sistematika penulisan 4

    BAB II TEORI DASAR 6

    2.1  Gelombang bunyi 6

    2.1.1 Frekuensi bunyi 6

    2.1.2  Analisa frekuensi 7

    2.1.3 Tingkat tekanan bunyi / Sound Pressure Level 8

    2.2  Komposit 8

    2.3  Material akustik 9

    2.3.1  Penyebab material serat dapat menyerap suara 10

    2.3.2  Penyerapan suara 11

    2.3.3  Reaksi pantulan 13

    2.3.4  Reaksi sebar 15

    2.4  Waktu gema (reverberation time =RT)  15

    2.5  Pengukuran penyerapan suara 17

    2.5.1 

     Impedance (Standing Wave Tube) 17

    2.5.2 Two-microphone free field 18 

    2.5.3  Reverberation Chamber 19 

    2.6  Standarisasi pengujian 20

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    12/177

     

    xii

    2.6.1  ASTM:C423-09a  21 

    2.6.2 ISO:354-2003  22

    2.7  Perangkat lunak matlab 23

    BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 24

    3.1  Pengujian Waktu Gema 25

    3.2  Pengaturan perangkat peengujian 33

    3.2.1 Pengaturan function generator   34

    3.2.2 Pengaturan loudspeaker   34

    3.2.3 Pengaturan microphone dan microphone power supply  34

    3.2.4 Pengaturan Digital Signal Analyzer (DSA) 35

    3.3  Prosedur pengujian 36

    3.4  Program matlab 37

    BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 38 

    4.1  Waktu Gema 38

    4.1.1  Penentuan Waktu Gema Pengujian 38

    4.1.2 

    Analisis Data Waktu Gema (RT) 39

    4.1.2.1 Waktu gema ruangan kosong dan ruangan dengan

    spesimen 450  39

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    13/177

     

    xiii

    4.1.2.2 Waktu gema ruangan kosong dan ruangan dengan

    spesimen 900  45

    4.2  Koefisien serapan suara 51

    4.2.1  Koefisien serapan suara dengan spesimen serat kelapa

    sawit tipe 450  51

    4.2.2  Koefisien serapan suara dengan spesimen serat kelapa sawit

    tipe 900  52

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 60 

    5.1  Kesimpulan 60

    5.2  Saran 60

    DAFTAR PUSTAKA 62

    LAMPIRAN DATA HASIL PENGUJIAN WAKTU GEMA 63 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    14/177

    xiv 

    DAFTAR NOTASI

    RT20  : Waktu gema dengan peluruhan 20 dB (s)

    RT60  : Waktu gema dengan peluruhan 60 dB (s)

    t1 : Waktu pada saat kurva tepat akan meluruh (s)

    t2 : Waktu pada saat kurva telah meluruh 20 dB (s)

    A : Daerah absorpsi suara (m2)

    c : Kecepatan suara di udara dalam (m/s)

    V : Volume ruang gema dalam (m3)

    RT1  : Waktu gema pada ruang gema tanpa spesimen dalam (s)

    RT2  : Waktu gema pada ruang gema dengan spesimen dalam (s)

    t : temperatur udara (C)

    S : Luas spesimen yang digunakan (m2)

        : Koefisien serapan suara

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    15/177

    xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Skema Penyusunan Serat 9

    Gambar 2.2 Penyebaran Suara 10

    Gambar 2.3 Garis suara langsung dan pantulan yang di dengar 14

    Gambar 2.4 Definisi waktu Gema 16

    Gambar 2.5 Tube Impedance Methode 18

    Gambar 2.6 Two Microphone Free Field 19

    Gambar 3.1 Diagram alir pengujian 24

    Gambar 3.2 set up alat pengujian di dalam ruangan kosong 25

    Gambar 3.3 set up alat pengujian di dalam ruangan dengan spesimen 26

    Gambar 3.4 Digital Signal Analyzer 27

    Gambar 3.5 Microphone Power Supply  Bruel & Kjaer  tipe 1135 28

    Gambar 3.6 Mounting microphone 28

    Gambar 3.7 Microphone 29

    Gambar 3.8 Sound level calibrator 29

    Gambar 3.9 Function Generator (PHILIPS PM 5132) 30

    Gambar 3.10 Loudspeaker  Bruel & Kjaer Tipe 4224 30

    Gambar 3. 11 Kabel penghubung 31

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    16/177

    xvi

    Gambar 3. 12 Sound level meter 31

    Gambar 3.13 lapisan dalam 1 spesimen 32

    Gambar 3.14 spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 900 dan sudut 450  32

    Gambar 3.15 ruangan pengujian 33

    Gambar 3.16 Tampilan Menu Utama DEWEsoft 6.6 35

    Gambar 3.17 Tampilan Menu Hardware Setup 35

    Gambar 3.18 Tampilan Channel Setup 35

    Gambar 3.19 Tampilan Pengaturan Keluaran Grafik 36

    Gambar 3.20 Tampilan Program Matlab 37

    Gambar 4.1 Grafik waktu peluruhan 39

    Gambar 4.2 Grafik Waktu Gema Ruangan Kosong (RT1) 41

    Gambar 4.3 Grafik Waktu Gema Ruangan Dengan Spesimen tipe 450  (RT2) 43

    Gambar 4.4 Grafik waktu gema ruang kosong dan dengan spesimen 450

    45

    Gambar 4.5 Grafik Waktu Gema Ruangan Kosong 47

    Gambar 4.6 Grafik Waktu Gema Dengan Spesimen tipt 900

      49

    Gambar 4.7 Grafik waktu gema ruang kosong dan dengan spesimen 900

    50

    Gambar 4.8 Grafik koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450  52

    Gambar 4.9 Grafik koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 900  53

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    17/177

    xvii

    Gambar 4.10 Koefisien serapan suara spesimen tipe 450 dan 90

    0  55

    Gambar 4.11 Perbandingan serapan suara kelapa sawit dan kelapa tipe 450  57

    Gambar 4. 12 Perbandingan serapan suara kelapa sawit dan kelapa tipe 900  58

    Gambar 4.13 Perbandingan serapan suara kelapa sawit dan kelapa tipe 450 dan tipe 900  59

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    18/177

    xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Waktu gema ruangan kosong (RT1) 40

    Tabel 4.2 Waktu gema ruangan dengan spesimen tipe 450 (RT2) 42

    Tabel 4.3 Waktu gema ruang kosong (RT1) dan dengan spesimen 450(RT2) 44

    Tabel 4.4 Waktu gema ruangan ruangan kosong (RT1) 45

    Tabel 4.5 Waktu gema ruangan dengan spesimen tipe 900 (RT2) 47

    Tabel 4.6 Waktu gema ruang kosong (RT1) dan dengan spesimen 900 (RT2) 49

    Tabel 4.7 Koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450  51

    Tabel 4.8 Koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 900  53

    Tabel 4.9 Koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450 dan 900  54

    Tabel 4.10 Koefisien serap suara kelapa sawit dan kelapa dengan tipe 450 dan tipe 900  56

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    19/177

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    20/177

    2

    dibakar. Dari hasil pembakaran tersebut akan menghasilkan asap yang dapat berdampak

    negatif bagi lingkungan, yang dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon.

    Selain dari dampak perusakan lapisan ozon tersebut, di zaman sekarang ini

     perkembangan teknologi sangatlah berkembang pesat. Hal ini tampak bahwa dari segi

    kendaraan yang semakin lama semakin banyak dengan aneka jenis variasi dan

    modifikasi yang beraneka ragam. Tidak hanya pada bidang kendaraan, banyak

     peralatan-peralatan teknologi lainnya yang digunakan oleh manusia di sekelilingnya.

    Dari berbagai jenis peralatan teknologi (elektronik) yang kerap digunakan didalam

    kehidupan sehari-hari, banyak yang menimbulkan suara berisik yang menyebabkan

    kebisingan. Disamping kebisingan yang ditimbulkan peralatan-peralatan tersebut, saat

    ini perumahan penduduk telah dibangun dengan jarak yang sangatlah berdekatan dan

     bahkan saling berdempetan. Berdasarkan hal ini, dapat diperhitungkan betapa besarnya

     jumlah volume suara atau kebisingan yang ada di saat ini.

    Berdasarkan hal tersebut, dengan tingkat kebisingan suara yang ada disekitar

    lingkungan kehidupan kita dan jumlah sampah organik dari tandan kosong kelapa sawit

    dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat merusak likungan, maka penulis

    memiliki suatu pemikiran untuk memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit menjadi

     peredam akustik baik di dalam ruangan atau pada bagian suspensi mesin.

    I.2. Rumusan Masalah

      Bagaimana cara menentukan besar koefisien serap suara serat kelapa sawit?

      Berapakah besar koefisien serap suara dari spesimen serat kelapa sawit?

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    21/177

    3

      Berapakah besar perbedaan koefisien serap suara antara spesimen serat kelapa

    sawit dengan sudut 900, 45

    0, 0

    0dan sudut 90

    0, 0

    0dengan spesimen serabut kelapa

    dengan sudut 900, 45

    0, 0

    0dan sudut 90

    0, 0

    0?

    I. 3. Tujuan dan Manfaat

      Tujuan : 

      Mengetahui cara atau metode pegujian koefisien serapan suara. 

      Mengetahui apakah serat tandan kosong kelapa sawit dapat meyerap

    suara. 

      Mengetahui besar konstanta koefisien serapan suara yang dihasilkan dari

    serat tandan kosong kelapa sawit. 

      Manfaat :

      Mengurangi tingkat polusi udara atau perusakan lingkungan akibat

     pembakaran sampah organik tandan kosong kelapa sawit dalam jumlah

    yang sangat besar.

      Menanbah nilai jual dari sampah organik tandan kosong kelapa sawit,

    yang semula hanya dibuang sia-sia diubah menjadi peredam suara.

    I. 4. Batasan Masalah

     

    Koefisien serapan suara dari spesimen serabut kelapa sawit dihitung dengan

    menggunakan standard ISO : 354-2003  Acoustics – Measurement of Sound

     Absorption in a Reverberation Room 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    22/177

    4

      Besar koefisien serapan suara serat kelapa sawit di analisa dengan menggunakan

     Digital Signal Analyzer   (DSA)  buatan DEWETRON dengan model DEWE-41-

    T-DSA.

    I. 5. Metode Penelitian

    Metode-metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

    1.  Membaca dan memahami literatur penyerapan bunyi, bahan-bahan penyerap

     bunyi dan cara untuk mengetahui waktu gema dan menentukan nilai koefisien

    serap bunyi.

    2.  Menentukan tempat pengujian ruang gema.

    3.  Melakukan pengaturan dan kalibrasi perangkat pengujian yang diperlukan dalam

     pengujian.

    4.  Melakukan pengujian ruang gema pada saat ruangan tanpa spesimen dan dengan

    spesimen serta kelapa sawit.

    5.  Melakukan pengolahan data.

    6.  Mencatat, menganalisa, membandingkan dan menyimpulkan data hasil

     pengolahan.

    7.  Penulisan laporan tugas akhir.

    I.6. Sistematika Penulisan

    Pembahasan dalam Tugas Akhir ini diuraikan ke dalam 5 bab, yang disebutkan

    sebagai berikut :

    BAB I. PENDAHULUAN

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    23/177

    5

    Bab ini terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

     batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini membahas mengenai teori – teori dasar yang berhubungan dengan

    topik dari tugas akhir, antara lain : bunyi, akustik dalam ruang tertutup, bahan

     penyerap bunyi, waktu gema, ruang gema, koefisisien serap bunyi, metode pengujian

    absorbsi suara, serat komposit.

    BAB III. PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

    Pada bab ini membahas beberapa hal yang berhubungan dengan peralatan dan

     prosedur pengujian, diantaranya: skema pengujian, spesifikasi spesimenPerangkat

     pengujian, pengaturan perangkat pengujian, prosedur pengujian, pengolahan data

    dengan software Dewesoft 6.6 dan Matlab 7.1. 

    BAB IV. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan analisis dari hasil yang

    diperoleh.

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan dan saran – saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    24/177

    6 BAB II. Teori Dasar

    BAB II

    TEORI DASAR

    2.1 Gelombang Bunyi

    Kata bunyi mempunyai dua definisi, yaitu: (1) secara fisis, bunyi adalah

     penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti udara dan (2)

    secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan fisis

    (Doelle, 1993). 

    Banyak jenis-jenis bunyi, seperti pembicaraan, musik, bising terdiri dari banyak

    frekuensi, yaitu komponen-komponen frekuensi rendah, tengah dan medium. Karena itu

    amatlah penting untuk memeriksa masalah-masalah akustik meliputi spectrum frekuensi

    yang dapat didengar. Frekuensi standar yang dipilih secara bebas sebagai wakil yang

     penting dalam akustik lingkungan adalah 125, 250, 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz atau

    128, 256, 512, 1024, 2048, dan 4096 Hz[2]

    .

    2.1.1  Frekuensi Bunyi

    Frekuensi Bunyi adalah jumlah siklus gelombang bunyi per satuan waktu. Dalam

    satuan SI, satuan frekuensi adalah Hertz (Hz), dinamakan berdasarkan seorang fisikawan

    Jerman Heinrich Hertz. 1 Hz berarti bahwa suatu peristiwa berulang kali per detik.

    Sebuah nama sebelumnya untuk unit ini adalah siklus per detik. Telinga normal tanggap

    terhadap bunyi di antara jangkauan (range) frekuensi audio sekitar 20 Hz sampai 20.000

    Hz.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    25/177

    7 BAB II. Teori Dasar

    Kebanyakan bunyi merupakan gabungan dari berbagai sinyal, tetapi bunyi murni

    secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan frekuensi yang di ukur dalam hertz 

    (Hz) dan ampitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran desibel. Suara diatas 20

    kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20Hz disebut infrasonic.

    2.1.2  Analisa Frekuensi

    Bunyi yang kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, seperti musik,

     pembicaraan, termasuk bunyi yang terdiri dari banyak frekuensi. Oleh karena itu,

    diperlukan analisis frekuensi sehingga dapat dilihat distribusi tekanan bunyi dalam

    rentang frekuensi tertentu. Untuk melakukan analisis frekuensi diperlukan  filter  

    frekuensi yang disebut band filter .

    Dalam pengukuran akustik dikenal banyak filter  yang masing-masing mempunyai deret

    frekuensi tengah yang berbeda-beda. Jenis filter  yang umum digunakan adalah filter  1/1

    oktaf dan 1/3 oktaf. Filter   yang sering digunakan dalam pengujian adalah  filter   1/3

    oktaf. Filter 1/3 oktaf memiliki keuntungan memiliki pita frekuensi yang lebar.

    Jumlah frekuensi tengah untuk  filter   1/1 oktaf lebih sedikit dibandingkan dengan 1/3

    oktaf, sehingga analisis frekuensi suara menggunakan  filter   1/3 akan lebih terperinci

    dibandingkan dengan 1/1 oktaf.

      Frekuensi tengah  filter   1/1 oktaf (Hz) : 16, 31.5, 63, 125, 250, 500, 1000, 2000,

    4000, 8000, 16000.

      Frekuensi tengah  filter  1/3 oktaf (Hz) : 16, 20, 25, 31.5, 40, 50, 63, 80, 100, 125,

    160, 200, 250, 315, 400, 500, 630, 800, 1000, 1250, 1600, 2000, 2500,

    3150, 4000, 5000, 6300, 8000, 10000, 12500, 16000.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    26/177

    8 BAB II. Teori Dasar

    2.1.3  Tingkat Tekanan Bunyi / Sound Pressure Level

    Satuan tekanan suara sebagai satuan tingkat suara atau kebisingan kurang

    tepat karena daerah pendengaran manusia memiliki jangkauan yang sangat lebar

    (2×105

     Pa sampai 200 Pa) dan respon telinga manusia tidak linier tehadap tekanan

    suara, tetapi bersifat logaritma. Berdasarkan alasan ini maka ukuran tingkat

    kebisingan biasanya dinyatakan dalam skala tingkat tekanan suara (sound pressure

    level=SPL) dengan satuan decibel (dB).

    2.2 Komposit

    Komposit adalah kombinasi antara dua material atau lebih yang berbeda bentuk,

    komposisi kimia dan tidak saling melarutkan dimana material yang satu berperan

    sebagai penguat dan lainnya sebagai pengikat (Gibson, 1994). Secara sederhana dapat

    didefinisikan sebagai dua material bentuk dan perbedaannya dapat dilihat secara

    makroskopis. Komposit disusun dari dua komponen, yaitu: matriks atau resin, dan

    reinforcement atau penguat atau ada juga yang menyebut filler. Filler ini nantinya akan

     berfungsi sebagai penguat dimana distribusi tegangan yang diterima oleh komposit akan

    diteruskan ke filler juga. Filler ini dapat berupa partikel atau serat. Serat dapat berupa

    serat alam dan serat sintetis. Material komposit memiliki beberapa keuntungan,

    diantaranya (Schwartz, 1997):

    1. Bobot ringan

    2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik

    3. Biaya produksi murah

    4. Tahan korosi

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    27/177

    9 BAB II. Teori Dasar

    Secara garis besar komposit dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis ( Jones, 1999),

    yaitu:

    1. Fibrous composites materials

    Terdiri dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan serat. Skema penyusunan dapat

    dibagi menjadi 3.

    Gambar 2.1 Skema Penyusunan Serat. (a) Continous Fibres, (b) Discontinuous Fibres, (c)

     Random Discontinuous Fibres

    2. Laminated composites materials

    Terdiri sekurang – kurangnya 2 lapis material yang berbeda dan digabungkan secara

     bersama – sama.  Laminated composite dibentuk dari berbagai lapisan – lapisan dengan

     berbagai macam arah penyusunan serat yang ditentukan yang disebut laminat.

    3. Particulate composite material

    Terdiri dari satu atau lebih partikel yang tersuspensi di dalam matriks dari matriks

    lainnya. Partikel logam dan non logam dapat digunakan sebagai matriks.

    2.3 Material Akustik

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    28/177

    10 BAB II. Teori Dasar

    Menurut Lewis dan Douglas (1993) material akustik dapat dibagi ke dalam tiga

    kategori dasar, yaitu:

    1.  Material penyerap (absorbing material)

    2.  Material penghalang (barrier material)

    3.  Material peredam (damping material)

     Nilai absorpsitivitas Bahan yaitu kemampuan suatu bahan dalam menyerap energi

    suara yang datang, atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Nilai absorptivitas bahan

    dinyatakan dengan koefisien absorpsi atau .

    Gambar 2.2 Penyebaran Suara (Beberapa reaksi permukaan terhadap gelombang suara)

    2.3.1  Penyebab Material Serat Dapat Menyerap Suara 

    Molekul udara (dengan tambahan gerak termal acak) berosilasi pada celah dari

    material porous dengan frekuensi pemberian gelombang suara karena adanya tindakan

    tekanan suara. Osilasi menghasilkan kerugian gesek, berubah dalam arah aliran dan

     perluasan dan kontraksi dari aliran melewati proses yang tidak biasa, menghasilkan

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    29/177

    11 BAB II. Teori Dasar

    kerugian momentum dalam arah gelombang propagasi[1]. Dua nilai fenomena ini

    merupakan banyak kerugian energi pada frekuensi tinggi.

    Pada frekuensi rendah konduksi panas merupakn sumber lain kerugian energi. Udara

    dalam pori-pori mengalami kompresi periodik dan dekompresi dan disertai perubahan

    temperature karena pemberian suara. Akibat waktu yang lama selama setengah periode

    osilasi, rasio luas permukaan volume dan konduksi panas relatif tinggi dari serat.

    Efisiensi pertukaran panas berarti kompresi pada dasarnya isothermal. Pada frekuensi

    tinggi proses kompresi menjadi adiabatic. Pada frekuensi antara isothermal  dan

    kompresi adiabatic, proses pertukaran panas menghasilkan kerugain energi suara lebih

    lanjut. Pada material serat kerugian ini tinggi khususnya jika propagasi suara sejajar

     pada bidang serat dan dapat dinilai di atas 40% pelemahan suara (kerugian energi per

     propagasi).

    2.3.2 Penyerapan Suara 

    Penyerapan suara adalah perubahan energi suara menjadi bentuk lain, biasanya

     panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah

     panas yang dihasilkan pada perubahan energi ini sangat kecil sedangkan kecepatan

    rambat suara tidak dipengaruhi oleh penyerapan[3].

    Dalam akustik lingkungan dengan unsur-unsur berikut dapat menunjang

     penyerapan suara:

    a  Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    30/177

    12 BAB II. Teori Dasar

     b  Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan bahan lunak

    dan karpet.

    c  Udara dalam ruangan

    Efisiensi penyerapan suara suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan

    oleh koefisien penyerapan suara. Koefisien penyerapan suara suatu permukaan ()

    adalah bagian energi suara datang yang diserap atau tidak dipantulkan oleh permukaan.

     Nilai  dapat berada antara 0 dan 1, misalnya pada 500 Hz bila bahan akustik menyerap

    65% dari energi suara datang dan memantulkan 35% dari padanya, maka koefisien

     penyerapan suara ini adalah 0.65. Permukaan interior yang keras, yang tak dapat

    ditembus (kedap), seperti bata, bahan bangunan (masory), batu dan beton, menyerap

    energi gelombang datang kurang dari 5% dan memantulkan 95% atau lebih dan

    koefisien penyerapan bahan-bahan ini kurang dari 0.05. Lapisan tebal menyerap lebih

    dari 80% energi gelombang suara yang datang, dalam hal ini koefisien penyerapan

    adalah di atas 0.8. Koefisien penyerapan suara berubah dengan sudut datang gelombang

    suara pada bahan dan dengan frekuensi.

    Penyerapan suara suatu permukaan (penyerapan permukaan) diukur dalam

    Sabine, sebelumnya disebut satuan jendela terbuka (open window units). Satu Sabine

    menyatakan suatu permukaan seluas 1 ft2  (atau 1 m2) yang mempunyai koefisien

     penyerapan,   sebesar 1.0. Penyerapan permukaan diperoleh dengan mengalikan luas

     permukaan, dalam ft2 (atau m

    2) dengan koefisien penyerapan suaranya.

    Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang suara

    yang sampai pada permukaan material tersebut. Getaran suara yang sampai dipermukaan

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    31/177

    13 BAB II. Teori Dasar

    turut menggetarkan partikel dan pori – pori udara pada material tersebut. Sebagian dari

    getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan

    sebagian lagi di teruskan ke bidang lain dari material tersebut. Penyerapan suara adalah

    terjadinya perubahan energi akustik menjadi energi dalam bentuk lain (kalor konduksi,

    vibrasi, dan gerakkan molekuler medium dll).

    Secara teknis, terdapat jenis-jenis penyerapan suara. Diantaranya yaitu :

    a. 

    Bahan Porus, yaitu bahan yang memiliki penyerapan energi suara secara

    mikroskopis disebabkan oleh perubahan energi suara tersebut menjadi energi lain

    seperti getaran, kalor ataupun perubahan momentum.

     b.  Membran penyerap, yaitu lembaran bahan solid (tidak Porus) yang dipasang

    dengan lapisan udara pada bagian belakangnya (air space backing). Bergetarnya

     panel ketika menerima energi suara serta transfer energi getaran tersebut ke

    lapisan udara menyebabkan terjadinya efek penyerapan suara.

    c.  Rongga Penyerap, yaitu rongga udara dengan volume tertentu yang dapat

    dirancang berdasarkan efek resonantor Helmholtz. Efek osilasi udara pada

     bagian leher (neck ) yang terhubung dengan volume udara dalam rongga ketika

    menerima energi suara menghasilkan efek penyerapan suara.

    2.3.3 Reaksi pantulan

    Hampir semua permasalahan ruang dengar adalah minimnya panel akustik pada

     permukaan dinding, lantai, plafon ruang tersebut. Jika permukaan dinding, lantai dan

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    32/177

    14 BAB II. Teori Dasar

     plafon memantulkan kembali sebagian dari energi suara maka akan mendengar suara

     pantulan.

    Gambar 2.3 Garis suara langsung dan pantulan yang di dengar

    Pada gambar 2.3 terlihat speaker yang ditempatkan di ruang dekat dinding dan lantai.

    Dengan demikian akan mendengar suara langsung dari speaker plus suara pantulan

    dinding, lantai, dan plafon. Suara pantulan tersebut terdengar sedikit lebih lambat dari

    suara langsung plus warna suara yang berbeda, dan fase suara yang berbeda pula.

    Gabungan semua suara pantulan dan suara langsung mengakibatkan penurunan kualitas

    suara yang didengar.

    Fenomena ini dinamakan “comb filtering”, dimana dua buah gelombang suara

    dengan selisih fase pada puncak dan lembah gelombang yang saling meniadakan atau

    saling memperkuat frekuensi tertentu. Hal ini menyebabkan kolorasi suara yang

    didengar.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    33/177

    15 BAB II. Teori Dasar

    2.3.4 Reaksi sebar

    Salah satu solusi akustik yang terbaik adalah meletakan panel serap dan sebar

    (difusi) pada bidang pantul pararel. Pantulan suara dari lantai mudah untuk diatasi

    dengan meletakan karpet atau permadani. Frekuensi rendah, biasanya, tidak terserap

    oleh karpet atau rug, menghasilkan fase negativ pada frekuensi midbass yang saling

    meniadakan, akibat interfensi suara langsung dan suara pantulan, sering disebut dengan

    “Allison Affect”, diambil dari nama designer loudspeaker Roy Allison, yaitu orang

     pertama mempublikasikan fenomena ini.

    Perlu di ingat, jenis karpet berhubungan pula dengan kualitas suara. Sebagai contoh

    karpet wool memilki suara yang lebih alami dibandingkan dengan karpet sintetik.

    Karena serabut padan karpet wool memiliki panjang dan ketebalan yang tidak sama,

    sehingga masing – masing serabut menyerap frekuensi yang berbeda. Karpet sintetik,

    sebaliknya, terbuat dari serabut dengan panjang dan ketebalan yang persis sama

    sehingga masing – masing serabut menyerap frekuensi yang sama.

    2.4  Waktu Gema ( Reverberation Time = RT) 

    Gema (reverberation) merupakan ciri akustik yang terjadi di dalam suatu ruang

    tertutup. Misalnya suatu sumber suara diradiasi di dalam suatu ruangan besar tertutup

    kemudian secara tiba-tiba sumber suara tersebut dihentikan maka suara di dalam ruang

    tersebut tidak secara langsung menghilang tetapi masih dapat terdengar untuk sementara

    waktu dan secara perlahan kekasaran suaranya menurun hingga akhirnya menghilang

    sama sekali. Hal ini terjadi karena disebabkan adanya pantulan suara yang terjadi pada

    dinding yang terdapat di dalam ruang itu dan terjadi perlambatan suara yang sampai di

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    34/177

    16 BAB II. Teori Dasar

    telinga setelah sumber suara dihentikan. Hal ini berarti adanya penurunan energi akustik

    secara temporer.

     Namun selang waktu proses penurunan energi ini dalam akustik tidak dicirikan oleh

    konstanta damping tetapi dicirikan dengan apa yang disebut waktu gema ( Reverberation

    Time = RT ). Waktu gema ( RT ) menurut definisi Sabine adalah selang waktu yang

    diperlukan oleh suara menurun tingkat tekanan (level) suara sebesar 60dB dari sejak

    suara itu dimatikan. Untuk lebih jelasnya definisi RT tersebut dapat diiliustrasikan oleh

    kurva peluruhan (penurunan) energi sebagai berikut:

    Gambar 2.4 Definisi waktu Gema ( Reverberation Timen = RT )

    Pada Gambar 2.4 di atas menunjukkan bahwa tingkat tekanan suara awal berada

     pada nilai 100 dB, dan kemudian dari tingkat tekanan suara tertinggi dilakukan

     pengurangan sebesar 60 dB. Waktu yang dihitung selama penurunan 60 dB tersebutlah

    yang merupakan waktu Gema ( Reverberation Timen = RT ).

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    35/177

    17 BAB II. Teori Dasar

    Ketelitian nilai RT masih bisa didapat dengan mendapatkan kurva peluruhan

    energi dengan dynamic range yang dapat mencapai minimum 20 dB atau 30 dB

    kemudian nilai RT dapat dilihat lamanya waktu saat penurunan sebesar 20 dB dan 30 dB

    dari tingkat tekanan suara yang tertinggi, dan setelah mendapatkan waktunya maka

    dikalikan 3 dan 2 guna mencapai angka penurunan 60 dB.[4]

    RT20 = t2 – t1  (2.1)

    RT60 = 3 x RT20  (2.2)

    Keterangan :

    RT20 : Waktu gema dengan peluruhan 20 dB (s)

    RT60 : Waktu gema dengan peluruhan 60 dB (s)

    t1 : Waktu pada saat kurva tepat akan meluruh (s)

    t2 : Waktu pada saat kurva telah meluruh 20 dB (s)

    2.5  Pengukuran Penyerapan Suara 

    2.5.1   Impedance (Standing Wave Tube)

    Metode ini memberikan kedua kejadian normal koefisien absorpsi dan

    impedance  permukaan untuk diukur. Metode ini sangat berguna bila membiarkan

    koefisien absorpsi dan impedance diukur dalam definisi dan kondisi terkontrol dengan

     baik. Oleh karena itu, metode ini biasa digunakan untuk memvalidasi prediksi model

    material porus. Metode ini memiliki keuntungan yaitu hanya memerlukan sedikit

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    36/177

    18 BAB II. Teori Dasar

    material dan ideal bagi para perancang material, sebagai alternatif pengembangan contoh

     besar untuk uji ruang gema, dimana membutuhkan biaya yang tinggi dan juga lebih

    susah. Kunci kelebihan metode ini dapat berlangsung dengan aparatus yang sederhana

    dalam ruang normal dan tidak memerlukan ruang khusus. Permasalahan pada metode ini

     berkembang saat penyerapan dari contoh yang kecil tidak dapat mewakilkan kebiasaan

     pada contoh yang besar, sama seperti yang terjadi pada beberapa penyerap resonan[2]

    .

    Gambar 2.5 Tube Impedance Methode

     2.5.2  Two-microphone free field

    Kerugian dari tabung impedansi yaitu tidak dapat menyertakan kejadian yang tak

    langsung (miring) pada pengukurannya. Secara jelas metode Two-microphone free field  

    dapat membiarkan kejadian yang tak langsung terjadi. Secara alami, metode ini

    memerlukan spesimen yang besar yang susah untuk dihasilkan dan juga membutuhkan

    ruangan anechoic  atau hemi-anechoic  dalam pengukuran. Metode ini, seperti tabung

    impedansi, banyak digunakan oleh para perancang penyerap porus.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    37/177

    19 BAB II. Teori Dasar

    Gambar 2.6 Two Microphone Free Field

     2.5.3   Reverberation Chamber

    Suara akan terjadi pada material penyerap dari banyak sudut kejadian seketika.

    Secara laboratorium, hal ini tidak efisien sebab pengukuran koefisien absorpsi untuk

    setiap sudut kejadian dalam medan bebas dan pembangunan ulang ini ke dalam kejadian

    acak koefisien penyerapan. Oleh karena itu, metode yang lebih cepat diperlukan.

    Kejadian acak absorpsi suara merupakan parameter yang banyak digunakan pada

     pembuatan ruang untuk menjelaskan kinerja penyerapan material. Kejadian acak

    absorpsi terkenal sangat susah untuk diprediksi. Untuk sementara kejadian acak

    koefisien absorpsi diperlukan untuk memungkinkan.

    Koefisien absorpsi suara didapatkan dengan mengukur waktu peluruhan

    kerapatan energi suara pada ruang gema yang telah disetujui dengan dan tanpa spesimen

    yang dibaringkan pada lantai[8]. Persamaan daerah absorpsi suara, A dalam meter

     persegi, dari spesimen uji dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

     

      

     

    12

    113,55

     RT  RT c

    V  A   (2.3)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    38/177

    20 BAB II. Teori Dasar

    Keterangan :

    c : Kecepatan suara di udara dalam m/s

    V : Volume ruang gema dalam m3 

    T1 : Waktu gema pada ruang gema tanpa spesimen dalam s

    T2 : Waktu gema pada ruang gema dengan spesimen dalam s

    Untuk temperatur berkisar 15-30 C, kecepatan suara di udara, c, dalam m/s,

    dapat dikalkulasikan dengan persamaan:

    c  331 0,6t   (2.4)

    dengan t adalah temperatur udara dalam derajat Celsius.

    Koefisien absorpsi dari spesimen datar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

     A    (2.5)

    Keterangan :

      : koefisien serapan suara

    S : Luas spesimen yang digunakan (m2

    )

    2.6  Standarisasi Pengujian 

    Standarisasi pengujian yang digunakan untuk melakukan pengujian penentuan

    koefisien absorpsi suara diantaranya yaitu ASTM:C423-09a dan AS PER IS:8225-1987 /

    ISO:354-1985, 2003

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    39/177

    21 BAB II. Teori Dasar

     2.6.1  ASTM:C423-09a Standard Test Method for Sound Absorption and Sound

     Absorption Coefficients by the Reverberation Room Method

    Absorpsi suara dari permukaan adalah property dari suatu material terdiri dari

     permukaan atau objek. Dengan ideal didefinisikan sebagai fraksi dari kekuatan suara

    yang terjadi secara acak yang diserap oleh permukaan. Pada metode ASTM C423

    absorpsi suara didefinisikan dengan persamaan Sabine sebagai berikut[9]

    :

    A = 0,921 Vd/c (2.6)

    Keterangan :

    A : absorpsi ruangan dalam metric Sabine

    V : volume ruangan dalam m3 atau ft

    d : laju peluruhan tingkat tekanan suara dalam dB/s

    c : kecepatan suara pada medium dalam m/s atau ft/s

    Kecepatan suara adalah fungsi temperatur dan dapat ditentukan dengan persamaan:

    c  20,047 273,15 T   (2.7)

    Keterangan :

    c : kecepatan suara, dalam m/s

    T : temperatur ruangan dalam C

    Jika objek diletakkan didalam ruangan jauh dari segala permukaan tertutup yang

    menyumbangkan absorpsi suara dalam ruangan, dinamakan penyerap ruang. Untuk

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    40/177

    22 BAB II. Teori Dasar

    menghitung absorpsi suara yang disumbangkan oleh objek, ini ditentukan dari perbedaan

     pada ruang absorpsi “A” (2.5) pada ruang uji dengan objek ataupun tanpa objek. Saat

     perbedaan dibagi dengan area objek maka didapatkan koefisien absorpsi suara, yang

     persamaannya sebagai berikut:

       ( A2  A1) /S    (2.8)

    Keterangan :

     : koefisien absorpsi spesimen

    A1 : absorpsi pada ruang gema kosong dalam sabins 

    A2 : absorpsi pada ruang gema dengan spesimen dalam sabins 

    S : daerah spesimen uji dalam m2 

    2.6.2 

    ISO : 354-2003  Acoustics – Measurement of Sound Absorption in a

     Reverberation Room 

    Rata-rata waktu gema pada ruang gema diukur dengan atau tanpa material uji

    dalam keadaan terpasang. Dari waktu gema ini, setara luas absorpsi suara pada material

    uji, AT, dihitung dengan persamaan Sabine[5]:

     AT   A2  A1  55,3V 1

    c2T 2

    1

    c1T 1

     

      4V (m2  m1)   (2.9)

    Dimana, V adalah volume, dari daerah kosong ruang gema (m3), c1 , c2  merupakan

    kecepatan propagasi suara pada udara, pada ruang gema kosong dan tanpa spesimen

    (m/s), T1, T2  adalah waktu gema pada ruang gema yang kosong dan dengan specimen

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    41/177

    23 BAB II. Teori Dasar

    (s) dan m1, m2 adalah koefisien kekuatan pelemahan, dalam timbal-balik meter, dihitung

     berasarkan ISO 9613-1 menggunakan kondisi iklim pada ruang gema kosong selam

     pengukuran. Nilai m dapat dihitung dari koefisien pelemahan,  , dimana digunakan

    dalam ISO 9613-1 menurut rumus

    m    

    10lg(e)  (2.10)

    Untuk temperatur jarak antara 150C dan 30

    0C, c dapat dihitung dari rumus

    c  (331 0,6t /C )m /s  (2.11)

    dimana t adalah temperatur udara, dalam derajat Celsius.

    2.7 Perangkat Lunak Matlab

    Matlab merupakan suatu perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan

     berbagai masalah matematis yang kerap ditemui dalam bidang teknis. Matlab juga

    dimanfaatkan untuk menemukan solusi dari berbagai masalah numerik secara cepat,

    hingga dalam bentuk yang kompleks. Matlab mampu untuk menggambarkan berbagai

     jenis grafik, sehingga dapat memvisualisaskikan data dan fungsi yang kompleks.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    42/177

    24

    BAB III

    PERALATAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN 

    Tahapan yang dilakukan dalam proses pengujian koefisien serap suara dengan

    menggunakan spesimen serat kelapa sawit dan hingga menghasilkan nilai serapannya

    dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

    Gambar 3.1 Diagram alir pengujian

    Persiapan peralatan

    pengujian dan

    spesimen

    Pengujian Ruang Gema

    Data pengujian

    Pengolahan Data

    den an software

    Waktu

     Analisa

    Selesai

    Kesimpulan

    Mulai

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    43/177

    25

    3.1 Pengujian Waktu Gema

    Pengujian waktu gema dilakukan untuk menentukan koefisien absorpsi pada

    spesimen yang digunakan pada berbagai frekuensi. Perhitungan logaritma dynamic

    range yang digunakan sebesar 20 dB. Waktu gema yang didapat akan digunakan untuk

    menghitung berapa besar koefisien serapan dari spesimen. 

    Gambar 3.2 set up alat pengujian di dalam ruangan kosong tanpa spesimen

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    44/177

    26

    Gambar 3.3 set up alat pengujian di dalam ruangan dengan spesimen

    Keterangan gambar :

    1.   Digital Signal Analyzer  (DSA)

    2.   Mounting microphone  dan Microphone 

    3.  Komputer

    4.   Microphone Power Supply 

    5.  Function Generator  

    6.   Loudspeaker  

    7.  Spesimen serat kelapa sawit. 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    45/177

    27

    Berikut ini adalah penjelasan dari alat – alat yang digunakan dalam pengujian, serta

    kegunaan dari masing – masing alat pengujian :

    1.   Digital Signal Analyzer   (DSA) buatan DEWETRON dengan model DEWE-41-

    T-DSA yang berfungsi untuk membaca dan menganalisa data pengujian dari

    suara yang ditangkap oleh mikropon yang akan menangkap dalam berbagai

     bentuk kurva, diantaranya kurva antara waktu dan frekuensi, waktu dan tingkat

    tekanan suara. Akan tetapi data dalam bentuk kurva perlu di export kedalam

     bentuk txt diubah kedalam exel dan kemudian data dimasukan kedalam program

    matlab. Hal ini disebabkan data yang dihasilkan oleh DSA yang sangat banyak

    sehingga dibutuhkan program matlab untuk membaca data dan mengubah kedala

     bentuk grafik, sehingga dari grafik akan dapat ditentukan besar waktu gema

    (waktu peluruhan).

    Gambar 3.4 Digital Signal Analyzer  

    2.   Microphone Power Supply buatan Bruel & Kjaer tipe 1135 yang berfungsi untuk

    memberikan  power   kepada microphone  dan sebagai penyambung antara

    microphone dan DSA.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    46/177

    28

    Gambar 3.5 Microphone Power Supply  Bruel & Kjaer  tipe 1135

    3.  Komputer digunakan sebagai media yang memberikan perintah program pada

    DSA yang disambung ke komputer dan sebagai pembaca data yang di analisa

    oleh DSA serta sebagai media penyimpanan data pengujian.

    4.   Mounting microphone yang dipakai adalah Tipe Bruel & Kjaer 4166 dan 2639

    yang berfungsi untuk tempat melekatnya microphone yang dihubungkan dengan

     Microphone Power Supply.

    Gambar 3.6 Mounting microphone 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    47/177

    29

    5.   Microphone yang digunakan adalah Tipe Bruel & Kjaer 4166 yang memiliki

    nilai sensitivity 49.5 mV/Pa yang berfungsi sebagai penangkap suara yang

    dipancarkan oleh loudspeaker  yang kemudian dikirim menuju DSA dalam

     bentuk kurva data pengujian.

    Gambar 3.7 Microphone 

    6.  Sound level calibrator Tipe Bruel & Kjaer 4230, 94dB – 1000 Hz yang

    digunakan sebagai alat kalibrasi microphone sebelum melakukan pengujian. 

    Gambar 3.8 Sound level calibrator  

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    48/177

    30

    7.  Function Generator  buatan Philips PM 5132 yang akan disambungkan dengan

    loadspeaker yang memiliki fungsi sebagai media yang memberikan frekuensi

    suara yang akan di keluarkan oleh loudspeaker .

    Gambar 3.9 Function Generator (PHILIPS PM 5132)

    8.   Loudspeaker  buatan Bruel & Kjaer Tipe 4224 yang berfungsi sebagai alat yang

    memancarkankan keseluruh ruangan.

    Gambar 3.10 Loudspeaker  Bruel & Kjaer Tipe 4224

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    49/177

    31

    9.  Kabel penghubung memiki fungsi sebagai penghubung antara alat satu dengan

    alat lainya. Beberapa alat yang menggunakan kabel ini sebagai penghubung

    yaitu; DSA dengan  Microphone Power Supply, loudspeaker dengan  function

    generator. 

    Gambar 3. 11 Kabel penghubung

    10. Sound level meter  buatan Bruel & Kjaer memiliki fungsi sebagai penganalisa

     besar tingkat tekanan didalam suatu ruangan. Alat ini digunakan saatmenentukan ruangan yang layak untuk digunakan dalam pengujian. 

    Gambar 3. 12 Sound level meter

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    50/177

    32

    11. Spesimen Pengujian

    Spesimen serat kelapa sawit yang digunakan memiliki dimensi 300 mm x

    300 mm x 20 mm, dengan dua tipe yaitu spesimen dengan sudut 900  dan

    spesimen dengan sudut 450. Proses pengolahan spesimen dilakukan secara

    manual dengan merekatkan 4 lapisan untuk 1 spesimen dan perekat yang

    digunakan adalah pati kanji.

    Gambar 3.13 lapisan dalam 1 spesimen

    a b

    Gambar 3.14 (a) spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 900 dan (b) spesimen serta

    kelapa sawit dengan sudut 450

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    51/177

    33

    12. Ruangan

    Ruangan yang digunakan dalam pengujian diharapkan ruangan yang

     benar – benar kosong tanpa ada barang didalamnya dan tanpa adanya celah udara

    dari luar. Hal ini agar ruangan memiliki penggemaan yang maksimal sehingga

    dapat menghasilkan waktu gema yang besar.

    Ruangan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu memiliki dimensi

     panjang = 7.9 m, lebar = 3.43 m, dan tinggi = 4 m. Sehingga volume ruangan

    yang digunakan dalam pengujian ini yaitu 108.338 m3.

    Gambar 3.15 ruangan pengujian

    3.2  Pengaturan Perangkat Pengujian 

    Sebelum melakukan proses pengujian, akan dilakukan pengaturan

     perangkat pengujian pada alat-alat yang digunakan. Seperti halnya mengatur

    terlebih dahulu program DSA, loudspeaker , dan juga function generator . Hal ini

    dilakukan agar data yang dihasilkan dalam pengujian akan lebih akuran dan

    sesuai dengan standard pegujian.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    52/177

    34

    3.2.1  Pengaturan Function Generator

    Pemasangan kabel yang menghubungkan loudspeaker  dengan function generator

    yang dimaksudkan untuk memberikan frekuensi dengan spektrum sinyal kontinyu yang

    telah ditentukan kepada loudspeaker . Pengaturan function generator  sebagai berikut:

    a.  Atur attenuation  sebesar 20 dB pada function generator sebelum dinyalakan.

     b.  Atur frekuensi yang akan diberikan antara lain: 100 Hz, 125 Hz, 160 Hz, 200 Hz,

    250 Hz, 315 Hz, 400 Hz, 500 Hz, 630 Hz, 800 Hz, 1000 Hz, 1250 Hz, 1600 Hz,

    2000 Hz, 2500 Hz, dan 3150 Hz.

    3.2.2  Pengaturan Loudspeaker 

    Berikut merupakan langkah-langkah prosedur pengaturan loudspeaker setelah

     pemasangan kabel sound generator ke bagian  External Generate Input   pada

    loudspeaker , antara lain:

    a.  Atur signal selector  pada pilihan “ Ext. Generator ”.

     b.  Atur level dari loadspeaker  pada 4,5 dan attenuation 20 dB.

    3.2.3 

    Pengaturan Microphone dan Microphone Power Supply 

     Microphone  dihubungkan dengan microphone power supply  agar microphone 

    dapat berfungsi untuk menerima suara. Kemudian dari microphone   power supply 

    dihubungkan dengan DSA.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    53/177

    35

    3.2.4  Pengaturan Digital Signal Analyzer (DSA) 

    Pengaturan DSA dilakukan pada notebook yang dipakai dengan menggunakan

    software DEWEsoft. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatur DSA pada

     program DEWEsoft agar dapat mengukur level tekanan suara, sebagai berikut:

    Gambar 3.16 Tampilan Menu Utama DEWEsoft 6.6

    a. 

    Pilih menu system > hardware setup > Analog > analog device > Data translation >

    OK  

    Gambar 3.17 Tampilan Menu Hardware Setup

     b.  Pilih menu Setup > analog > Set.Ch 0 

    Gambar 3.18 Tampilan Channel Setup

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    54/177

    36

    Pada menu general ubah unit  dalam Pa, kemudian pada menu scaling tentukan nilai

    sensitivity 0,0495. Kemudian OK. 

    c.  Pada menu setup  ubah sampel rate menjadi 10 KHz, kemudian pilih sound level. 

    Klik tanda “ + “ untuk memunculkan input ch 0. Kemudian atur output   sesuai

    keinginan. 

    Gambar 3.19 Tampilan Pengaturan Keluaran Grafik

    d.  Pilih menu  Display > FFT untuk menampilkan kurva logaritma. Kemudian pilih

     Design > Recorder. 

    e.  Untuk memulai menyimpan data pilih Store, dan untuk mengakhirinya tekan Stop. 

    3.3 Prosedur Pengujian

    Pengujian waktu gema pada ruangan dilakukan baik tanpa menggunakan

    spesimen maupun menggunakan spesimen di dalam ruangan antara lain:

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    55/177

    37

    a.  Susun perangkat pengujian seperti yang terlihat pada Gambar 3.2. dan Gambar

    3.3

     b.  Atur program Dewesoft yang akan digunakan untuk mengolah dan

    menampilkan data pengujian.

    c.  Atur  function generator dan  loudspeaker yang kemudian memberikan berbagai

    frekuensi yang sesuai dengan standard pengujian.

    d. 

    Perekaman dan simpan data pengujian.

    e.  Pengujian dilakukan secara berulang kali guna mendapat data yang akurat.

    3.4 Program Matlab

    Format data-data yang dihasilkan pada program Dewesoft akan diubah kedalam

    format textfile yang kemudian data tersebut akan dipindahkan kedalam word exel, dan

    setelah itu akan dipindahkan kedalam program matlab yang akan mengubah data – data

    tersebut menjadi sebuah grafik.

    Gambar 3.20 Tampilan Program Matlab

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    56/177

    38

    BAB IV

    HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Waktu Gema

    4.1.1 Penentuan Waktu Gema Pengujian

    Dalam menentukan koefisien serap suara, yang pertama diketahui dari hasil

     pengujian yang dilakukan yaitu waktu gema (reverberation time). Waktu gema yang

     pertama kali diukur dengan situasi ruangan kosong yaitu sebagai waktu gema (RT1) dan

    kemudian dilakukan pengujian dengan ruangan yang telah diisi spesimen serat kelapa

    sawit, maka di dihasilkan waktu gema (RT2).

    Waktu gema (RT) dapat dihitung dengan melakukan menghitung lamanya waktu

    dalam pengurangan tingkat tekanan suara dB yang tertinggi dikurangin sebesar 20 dB.

    Setelah mendapatkan waktu gema (RT) dari hasil pengurangan kemudian dikalikan 3

    agar sesuai dengan standard reverberation time yaitu 60 dB.

    a

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    57/177

    39

     b

    Gambar 4.1 (a) grafik waktu peluruhan dengan frekuensi 125 a pada ruangan

    kosong dan (b) grafik waktu peluruhan dengan frekuensi 125 a dengan spesimen serat

    kelapa sawit 450.

    Pada gambar 4.1 (a) dapat dilihat bahwa tingkat tekanan suara dB yang tertinggi

    adalah 93.39 dB yaitu terdapat pada sumbu Y yang berada di waktu 1.179s yaitu yang

    terdapat pada sumbu X maka dilakukan pengurangan sebanyak 20 dB, sehingga

    dihasilkan tingkat tekanan suara sebesar 73.39 dB dan waktu sebesar 1.046. Setelah itu,

    nilai waktu gema (RT) akan dapat ditentukan dengan persamaan (2.1) dan persamaan

    (2.2) yaitu :

    RT20 = (1.179 - 1.046) = 0.673 s

    RT60 = 0.779 x 3 = 2.019 s

    4.1.2 Analisi data waktu gema (RT)

    4.1.2.1 Waktu gema ruangan kosong dan ruangan dengan spesimen 450 

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    58/177

    40

    Pengukuran waktu gema yang pertama adalah waktu gema dengan ruangan

    kosong (RT1). Berikut ini adalah tabel dan grafik nilai dari waktu gema (RT1) dengan

     pemberian beberapa nilai frekuensi :

    Tabel 4.1 Waktu gema ruangan kosong (RT1)

    Frekuensi

    (Hz) T1 (s) T2 (s)

    RT2

    20 (s)

    RT2

    60 (s)

    Rata-rata

    RT2 60

    (s)

    100

    1.407 2.233 0.826 2.478

    2.4681.236 2.059 0.823 2.4691.471 2.29 0.819 2.457

    125

    1.046 1.719 0.673 2.019

    2.0091.225 1.895 0.67 2.01

    1.113 1.779 0.666 1.998

    160

    0.9811 1.746 0.7649 2.2947

    2.29891.214 1.98 0.766 2.298

    1.004 1.772 0.768 2.304

    200

    1.226 2.012 0.786 2.358

    2.40961.201 2.004 0.803 2.409

    0.9754 1.796 0.8206 2.4618

    2501.53 2.259 0.729 2.187

    2.2441.194 1.956 0.762 2.286

    1.8 2.553 0.753 2.259

    315

    1.424 2.055 0.631 1.893

    1.9051.584 2.22 0.636 1.908

    1.729 2.367 0.638 1.914

    400

    1.98 2.723 0.743 2.229

    2.2391.116 1.861 0.745 2.235

    1.431 2.182 0.751 2.253

    500

    1.324 2 0.676 2.028

    2.0191.151 1.821 0.67 2.01

    1.727 2.4 0.673 2.019

    630

    0.9476 1.712 0.7644 2.2932

    2.27141.038 1.776 0.738 2.214

    1.119 1.888 0.769 2.307

    800

    1.003 1.775 0.772 2.316

    2.44920.9888 1.838 0.8492 2.5476

    1.455 2.283 0.828 2.484

    1000

    1.491 2.568 1.077 3.231

    3.01371.2553 2.305 1.0497 3.1491

    1.833 2.72 0.887 2.661

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    59/177

    41

    1250

    1.273 1.958 0.685 2.055

    2.0781.297 2.008 0.711 2.133

    1.339 2.021 0.682 2.046

    1600

    1.427 2.216 0.789 2.367

    2.2831.208 2.009 0.801 2.403

    1.326 2.019 0.693 2.079

    2000

    1.638 2.377 0.739 2.217

    2.2371.315 2.056 0.741 2.223

    1.763 2.52 0.757 2.271

    2500

    1.399 2.071 0.672 2.016

    2.3121.136 1.91 0.774 2.322

    1.401 2.267 0.866 2.598

    3150

    1.216 1.928 0.712 2.136

    2.0661.307 1.993 0.686 2.0581.355 2.023 0.668 2.004

    Gambar 4.2 Grafik Waktu Gema Ruangan Kosong (RT1)

    Setelah melakukan pengujian dan penghitungan waktu gema (RT1) pada ruangan

    kosong, maka dilakukan pengujian dan penghitungan waktu gema (RT2) pada ruangan

    yang telah diisi dengan spesimen. Spesimen serat kelapa sawit yang digunakan dalam

     pengujian adalah 2 tipe, yaitu spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 450  dan

    spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 900. Berikut ini adalah tabel dan grafik nilai

    1,51,7

    1,92,12,32,52,72,93,13,33,5

       w   a    k   t   u    (   s    )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    60/177

    42

    dari waktu gema (RT2) pada ruangan yang telah diisi spesimen serat kelapa sawit

    dengan sudut 450 dengan pemberian beberapa nilai frekuensi :

    Tabel 4.2 Waktu gema ruangan dengan spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 450 

    (RT2)

    Frekuensi

    (Hz) T1 (s) T2 (s)

    RT2

    20 (s)

    RT2

    60 (s)

    Rata-rata

    RT2 60

    (s)

    100

    1.458 2.163 0.705 2.115

    2.1631.421 2.146 0.725 2.1751.587 2.32 0.733 2.199

    125

    1.161 1.813 0.652 1.956

    1.9711.247 1.905 0.658 1.974

    1.289 1.95 0.661 1.983

    160

    1.118 1.864 0.746 2.238

    2.2391.311 2.063 0.752 2.256

    1.081 1.822 0.741 2.223

    200

    1.144 1.881 0.737 2.211

    2.2151.323 2.062 0.739 2.217

    1.344 2.083 0.739 2.217

    250

    1.346 2.003 0.657 1.971

    2.141.368 2.11 0.742 2.226

    1.632 2.373 0.741 2.223

    315

    1.447 2.087 0.64 1.92

    1.9032.747 3.38 0.633 1.899

    1.305 1.935 0.63 1.89

    400

    1.562 2.232 0.67 2.01

    1.941.81 2.406 0.596 1.788

    1.551 2.225 0.674 2.022

    500

    1.777 2.428 0.651 1.953

    1.9521.5 2.139 0.639 1.917

    1.885 2.547 0.662 1.986

    630

    1.599 2.295 0.696 2.088

    2.121.704 2.409 0.705 2.115

    1.527 2.246 0.719 2.157

    8001.451 2.053 0.602 1.806

    1.8261.125 1.733 0.608 1.824

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    61/177

    43

    1.547 2.163 0.616 1.848

    1000

    1.537 2.221 0.684 2.052

    2.0181.661 2.32 0.659 1.9771.847 2.522 0.675 2.025

    1250

    1.792 2.468 0.676 2.028

    2.0381.466 2.116 0.65 1.95

    1.528 2.24 0.712 2.136

    1600

    1.392 2.085 0.693 2.079

    2.02291.345 1.96 0.615 1.845

    0.9241 1.639 0.7149 2.1447

    2000

    1.416 2.06 0.644 1.932

    1.9441.531 2.195 0.664 1.992

    1.847 2.483 0.636 1.908

    2500

    1.428 2.051 0.623 1.869

    1.9921.673 2.359 0.686 2.058

    1.59 2.273 0.683 2.049

    3150

    1.563 2.244 0.681 2.043

    1.9911.53 2.191 0.661 1.983

    1.916 2.565 0.649 1.947

    Gambar 4.3 Grafik Waktu Gema Ruangan Dengan Spesimen serat kelapa sawit dengan

    sudut 450  (RT2)

    1,5

    1,7

    1,9

    2,1

    2,3

    2,5

       w   a    k   t   u    (   s    )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    62/177

    44

    Pada tabel 4.1 dan gambar 4.2 dapat dilihat waktu gema (RT1) yang tertinggi

    terdapat pada frekuensi 1000 Hz dengan waktu gema (RT1) yaitu 3.0137 s dan waktu

    gema (RT1) yang terendah terdapat pada frekuensi 315 Hz dengan waktu gema (RT1)

    1.905 s. Sedangkan pada Pada tabel 4.2 dan gambar 4.3 dapat dilihat pada frekuensi

    1000 Hz memiliki waktu gema (RT2) 2.018 s dan pada frekuensi 315 Hz memiliki

    waktu gema (RT2) sebesar 1.903 s. Berdasarkan waktu gema (RT) terjadi pengurangan

    dari pengujian dengan ruang kosong dan pengujian yang telah berisis spesimen.

    Tabel 4.3 waktu gema ruang kosong (RT1) dan waktu gema dengan spesimen

    450 (RT2)

    Frekuensi RT (detik)

    (Hz) Tanpa Spesimen Serat Kelapa sawit 450 

    100 2.468 2.163

    125 2.009 1.971

    160 2.2989 2.239

    200 2.4096 2.215

    250 2.244 2.14

    315 1.905 1.903

    400 2.239 1.94

    500 2.019 1.952

    630 2.2714 2.12800 2.4492 1.826

    1000 3.0137 2.018

    1250 2.078 2.038

    1600 2.283 2.0229

    2000 2.237 1.944

    2500 2.312 1.992

    3150 2.066 1.991

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    63/177

    45

    Gambar 4.4 grafik waktu gema ruang kosong (RT1) dan waktu gema dengan

    spesimen 450 (RT2)

    4.1.2.2 Waktu gema ruangan kosong dan ruangan dengan spesimen 900 

    Berikut ini adalah tabel dan grafik nilai dari waktu gema (RT1) dengan

     pemberian beberapa nilai frekuensi pada ruangan kosong:

    Tabel 4.4 Waktu gema ruangan ruangan kosong (RT1)

    Frekuensi

    (Hz) T1 (s) T2 (s)

    RT2

    20 (s)

    RT2

    60 (s)

    Rata-rata

    RT2 60 (s)

    1000.8806 1.689 0.8084 2.4252

    2.39141.002 1.797 0.795 2.385

    1.811 2.599 0.788 2.364

    125

    1.531 2.418 0.887 2.661

    2.69341.138 2.047 0.909 2.727

    0.9696 1.867 0.8974 2.6922

    160

    1.022 1.702 0.68 2.04

    2.03681.004 1.682 0.678 2.034

    0.8902 1.569 0.6788 2.0364

    1,5

    1,7

    1,9

    2,1

    2,3

    2,5

    2,7

    2,9

    3,1

            1        0

            1        2

            1        6

            2        0

            2       5

            3        1

            4        0

           5        0

            6        3

            8        0

            1        0        0

            1        2       5

            1        6        0

            2        0        0

            2       5

            0

            3        1       5

       W  a   k   t  u  g  e  m  a   (  s   )

    Frekuensi (Hz)

    WAKTU GEMA

    WAKTU GEMA (RT1)

    WAKTU GEMA (RT2)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    64/177

    46

    200

    1.041 1.86 0.819 2.457

    2.4631.147 1.971 0.824 2.472

    1.159 1.979 0.82 2.46

    250

    2.36 3.103 0.743 2.229

    2.2292.412 3.15 0.738 2.214

    2.668 3.416 0.748 2.244

    315

    1.737 2.656 0.919 2.757

    2.2892.363 3.045 0.682 2.046

    2.74 3.428 0.688 2.064

    400

    2.496 3.273 0.777 2.331

    2.2822.305 3.086 0.781 2.343

    2.102 2.826 0.724 2.172

    500

    2.033 2.965 0.932 2.796

    2.82490.9231 1.862 0.9389 2.8167

    1.597 2.551 0.954 2.862

    630

    1.394 2.228 0.834 2.502

    2.6041.322 2.186 0.864 2.592

    1.501 2.407 0.906 2.718

    800

    0.9051 1.534 0.6289 1.8867

    2.02591.468 2.147 0.679 2.037

    1.25 1.968 0.718 2.154

    10001.119 1.841 0.722 2.166

    2.1711.654 2.416 0.762 2.286

    1.754 2.441 0.687 2.061

    1250

    1.489 2.167 0.678 2.034

    2.241.824 2.58 0.756 2.268

    1.251 2.057 0.806 2.418

    1600

    1.596 2.326 0.73 2.19

    2.15320.9658 1.68 0.7142 2.1426

    1.173 1.882 0.709 2.127

    2000

    0.9844 1.766 0.7816 2.3448

    2.18261.147 1.807 0.66 1.98

    1.026 1.767 0.741 2.223

    2500

    1.463 2.266 0.803 2.409

    2.4221.74 2.571 0.831 2.493

    1.327 2.115 0.788 2.364

    3150

    1.812 2.483 0.671 2.013

    2.0221.235 1.926 0.691 2.073

    1.513 2.173 0.66 1.98

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    65/177

    47

    Gambar 4.5 Grafik Waktu Gema Ruangan Kosong (RT1)

    Berikut ini adalah tabel dan grafik nilai dari waktu gema (RT2) pada ruangan

    yang telah diisi spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 900  dengan pemberian

     beberapa nilai frekuensi :

    Tabel 4.5 Waktu gema ruangan dengan spesimen serat kelapa sawit dengan sudut 90

    0

     

    (RT2)

    Frekuensi

    (Hz) T1 (s) T2 (s)

    RT2

    20 (s)

    RT2

    60 (s)

    Rata-rata

    RT2 60

    (s)

    100

    1.127 1.849 0.722 2.166

    2.18231.128 1.843 0.715 2.145

    0.9807 1.726 0.7453 2.2359

    1251.608 2.387 0.779 2.337

    2.3591.197 1.982 0.785 2.355

    1.359 2.154 0.795 2.385

    160

    1.086 1.734 0.648 1.944

    1.911.037 1.662 0.625 1.875

    1.113 1.75 0.637 1.911

    200

    1.053 1.833 0.78 2.34

    2.35080.8752 1.662 0.7868 2.3604

    1.119 1.903 0.784 2.352

    1,5

    1,7

    1,9

    2,1

    2,3

    2,5

    2,7

    2,9

       w   a    k   t   u    (  s   )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    66/177

    48

    250

    1.252 1.947 0.695 2.085

    2.1231.513 2.212 0.699 2.097

    1.604 2.333 0.729 2.187

    315

    1.839 2.507 0.668 2.004

    2.0131.98 2.652 0.672 2.016

    2.082 2.755 0.673 2.019

    400

    1.387 2.115 0.728 2.184

    2.21380.9564 1.723 0.7666 2.2998

    0.9698 1.689 0.7192 2.1576

    500

    1.681 2.483 0.802 2.406

    2.5231.902 2.784 0.882 2.646

    1.189 2.028 0.839 2.517

    630

    1.168 1.87 0.702 2.106

    2.1261.035 1.748 0.713 2.139

    1.051 1.762 0.711 2.133

    800

    1.057 1.722 0.665 1.995

    1.9491.512 2.164 0.652 1.956

    1.343 1.975 0.632 1.896

    1000

    1.469 2.096 0.627 1.881

    1.8861.216 1.843 0.627 1.881

    1.476 2.108 0.632 1.896

    12501.719 2.355 0.636 1.908

    1.8281.535 2.133 0.598 1.794

    1.49 2.084 0.594 1.782

    1600

    1.641 2.347 0.706 2.118

    2.0461.556 2.234 0.678 2.034

    1.06 1.722 0.662 1.986

    2000

    1.304 2.058 0.754 2.262

    2.0932.02 2.657 0.637 1.911

    1.31 2.012 0.702 2.106

    2500

    1.694 2.289 0.595 1.785

    1.8371.499 2.103 0.604 1.812

    1.29 1.928 0.638 1.914

    3150

    0.8983 1.557 0.6587 1.9761

    1.93871.42 2.045 0.625 1.875

    1.557 2.212 0.655 1.965

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    67/177

    49

    Gambar 4.6 Grafik Waktu Gema Ruangan Dengan Spesimen serat kelapa sawit dengan

    sudut 900  (RT2)

    Pada tabel 4.4 dan gambar 4.5 dapat dilihat waktu gema (RT1) yang tertinggi

    terdapat pada frekuensi 500 Hz dengan waktu gema (RT1) yaitu 2.8249 s dan waktu

    gema (RT1) yang terendah terdapat pada frekuensi 3150 Hz dengan waktu gema (RT1)

    2.022 s. Sedangkan pada Pada tabel 4.5 dan gambar 4.6 dapat dilihat pada frekuensi 500

    Hz memiliki waktu gema (RT2) 2.523 s dan pada frekuensi 3150 Hz memiliki waktu

    gema (RT2) sebesar 1.9387 s. Berdasarkan waktu gema (RT) terjadi pengurangan dari

     pengujian dengan ruang kosong dan pengujian yang telah berisis spesimen.

    Tabel 4.6 waktu gema ruang kosong (RT1) dan waktu gema dengan spesimen

    900(RT2)

    Frekuensi RT (detik)

    (Hz) Tanpa Spesimen Serat Kelapa sawit 900 

    100 2.3914 2.1823

    1,5

    1,7

    1,9

    2,1

    2,3

    2,5

    2,7

    2,9

    100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150

       w   a    k   t   u    (  s   )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    68/177

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    69/177

    51

    4.2 Koefisien Serapan Suara

    4.2.1 Koefisien serapan suara dengan spesimen serat kelapa sawit tipe 450

    .

    Koefisien serapan suara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3 dan

     juga persamaan 2.5. Tahap pertama sebelum melakukan penghitungan koefisien serapan

    suara yaitu menentukan nilai A (daerah serapan suara) terlebih dahulu. Berikut ini

    adalah salah satu contoh perhitungan koefisien serapan suara pada frekuensi 125 Hz,

    dengan volume ruangan 108.338 m

    3

    , dengan luas spesimen (S) 4,32 m

    2

      kemudian

    mengahasilkan waktu gema ruang kosong (RT1) sebesar 2.009 s dan waktu gema

    ruangan dengan spesimen serat kelapa sawit tipe 450  sebesar 1.971 s. Kemudian

    dilakukan penghitungan, yaitu :

    2

    12

    125 167621.0971.1

    1

    009.2

    1

    )343(

    )338.108(3,55113,55m

     RT  RT c

    V  A  

     

      

     

     

      

       

    maka ;

    038801.032.4

    167621.0

     A   

    Tabel 4.7 koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 45 0

    Frekuensi

    (Hz) RT1 (s) RT2 (s) A (m2)  

    100 2.468 2.163 0.99795 0.23101

    125 2.009 1.971 0.16762 0.038801

    160 2.2989 2.239 0.20327 0.04705

    200 2.4096 2.215 0.63685 0.14742

    250 2.244 2.14 0.37828 0.08756

    315 1.905 1.903 0.00964 0.00223

    400 2.239 1.94 1.20234 0.27832

    500 2.019 1.952 0.29694 0.06874

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    70/177

    52

    630 2.2714 2.12 0.54917 0.12712

    800 2.4492 1.826 2.43396 0.56342

    1000 3.0137 2.018 2.85969 0.661971250 2.078 2.038 0.16498 0.03819

    1600 2.283 2.0229 0.98372 0.22771

    2000 2.237 1.944 1.17684 0.27242

    2500 2.312 1.992 1.21363 0.28093

    3150 2.066 1.991 0.31847 0.07372

    Gambar 4.8 grafik koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450.

    Pada tabel 4.7 dan gambar 4.8 dapat dilihat besar koefisien serapan suara dengan

    menggunakan spesimen serat kelapa sawit 450. Koefisien serapan suara yang tertinggi

    terdapat pada frekuensi 1000 Hz yaitu sebesar 0.66197, sedangkan koefisien serapan

    suara yang terndah terdapat pada frekuensi 315 Hz yaitu sebesar 0.00223.

    4.2.2 Koefisien serapan suara dengan spesimen serat kelapa sawit tipe 900.

    Berikut ini adalah hasil koefisien serapan suara pada ruang gema dengan

    menggunakan spesimen serat kelapa sawit tipe 900 :

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

    100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2 000 2500 3150

       K   o   e    f   i   s   i   e   n   S   e   r   a   p   S   u   a   r   a    (        )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    71/177

    53

    Tabel 4.8 koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 90 0

    Frekuensi(Hz) RT1 (s) RT2 (s) A (m

    2)  

    100 2.3914 2.1823 0.699841 0.162

    125 2.6934 2.359 0.919283 0.212797

    160 2.0368 1.91 0.569311 0.131785

    200 2.463 2.3508 0.338473 0.07835

    250 2.229 2.123 0.391253 0.090568

    315 2.289 2.013 1.04624 0.242185

    400 2.282 2.2138 0.235799 0.054583

    500 2.8249 2.523 0.739869 0.171266

    630 2.604 2.126 1.508119 0.349102

    800 2.0259 1.949 0.34018 0.078745

    1000 2.171 1.886 1.21578 0.281431

    1250 2.24 1.828 1.757458 0.406819

    1600 2.1532 2.046 0.425027 0.098386

    2000 2.1826 2.093 0.342591 0.079304

    2500 2.422 1.837 2.296595 0.531619

    3150 2.022 1.9387 0.371163 0.085917

    Gambar 4.9 grafik koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 900.

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2 000 2500 3150

       K   o   e    f   i   s   i   e   n   S   e   r   a   p   S   u   a   r   a    (        )

    Frekuensi (Hz)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    72/177

    54

    Pada tabel 4.8 dan gambar 4.9 dapat dilihat besar koefisien serapan suara dengan

    menggunakan spesimen serat kelapa sawit 900. Koefisien serapan suara yang tertinggi

    terdapat pada frekuensi 2500 Hz yaitu sebesar 0.531619, sedangkan koefisien serapan

    suara yang terndah terdapat pada frekuensi 400 Hz yaitu sebesar 0.054583.

    4.2.3 Perbandingan koefisien serap suara spesimen tipe 450 dan tipe 90

    Setelah menghitung besar koefisien serapan suara yang menggunakan spesimen

    serat kelapa sawit tipe 45

    0

     dan spesimen serat kelapa sawit tipe 90

    0

    , maka berikut adalah

     perbedaan hasil koefisien serapan dari kedua tipe spesimen serat kelapa sawit :

    Tabel 4.9 koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450 dan 90

    0

    Frekuensi

    (Hz) Spesimen tipe 45   Spesimen tipe 90  

    100 0.23101 0.162

    1250.0388 0.212797

    1600.04705 0.131785

    200 0.14742 0.07835

    250 0.08756 0.090568

    3150.00223 0.242185

    4000.27832 0.054583

    500 0.06874 0.171266

    630 0.12712 0.349102

    800 0.56342 0.078745

    1000 0.66197 0.281431

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    73/177

    55

    1250 0.03819 0.406819

    16000.22771 0.098386

    20000.27242 0.079304

    2500 0.28093 0.531619

    3150 0.07372 0.085917

    Gambar 4.10 koefisien serapan suara spesimen serat kelapa sawit tipe 450 dan 90

    4.2.4 Perbandingan koefisien serap suara spesimen kelapa sawit dan kelapa

    Dalam proses pengujian koefisien serapan suara pada spesimen serat kelapa

    sawit, terdapat juga pengujian koefisien serapan suara dengan menggunakan spesimen

    serat kelapa. Proses pengujian yang dilakukan pada kedua jenis spesimen ini

    mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu dari segi cara pembuatan spesimen dengan

    cara manual dan juag dengan menggunakan metode yang sama.

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

            1        0

            1        2

            1        6

            2        0

            2       5

            3        1 0

           5        0

            6        3

            8        0

            1        0        0

            1        2       5

            1        6        0

            2        0        0

            2       5

            0

            3        1       5

       K   o   e    f   i   s   i   e   n   S   e   r   a   p   S   u   a   r   a

        (         )

    Frekuensi (Hz)

    serapan suara 90

    serapan suara 45

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    74/177

    56

    Spesimen serat kelapa sawit dan kelapa sama-sama meiliki dua jenis tipe

    spesimen, yaitu tipe 450  dan tipe 900. Berikut ini adalah hasil dari koefisien serapan

    suara spesimen kelapa sawit dan kelapa dengan tipe 450 dan tipe 90

    0:

    Tabel 4.10 koefisien serap suara kelapa sawit dan kelapa dengan tipe 450 dan tipe 90

    Frekuensi (Hz)

     

    kelapa sawit kelapa

    45o

      90o

      45o

      90o

     

    100 0.231007587 0.1620001 0.271914 0.126946

    125 0.038801196 0.21279702 0.00647 0.152076

    160 0.047052286 0.13178488 0.145901 0.243924

    200 0.147418582 0.07835033 0.083021 0.086445

    250 0.087563839 0.09056781 0.170912 0.254227

    315 0.002230613 0.2421852 0.118095 0.445458

    400 0.278319377 0.05458313 0.065552 0.196386

    500 0.068736395 0.17126588 0.004236 0.52575

    630 0.127123099 0.34910152 0.304078 0.585444

    800 0.563417716 0.07874529 0.527627 0.034984

    1000 0.661965576 0.28143067 0.425187 0.230388

    1250 0.038189005 0.40681887 0.216377 0.187314

    1600 0.227713147 0.0983859 0.415695 0.308934

    2000 0.272416528 0.07930356 0.346657 0.322465

    2500 0.280931794 0.53161919 0.242937 0.128413

    3150 0.073720414 0.08591744 0.25965 0.134011

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    75/177

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    76/177

    58

    Gambar 4. 12 perbandingan serapan suara spesimen kelapa sawit dan kelapa tipe 900 

    Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar 4.12, terlihat perbedaan koefisien serapan

    suara antara spesimen kelapa sawit dan kelapa dengan tipe 900. Pada spesimen kelapa

    sawit koefisien suara yang tertinggi berada pada frekuensi 2500 Hz dengan koefisien

    serapan suara () sebesar 0.53161919 dan koefisien serapan suara terendah berada pada

    frekuensi 400 Hz dengan koefisien serapan suara sebesar 0.05458313. Sedangkan pada

    spesimen kelapa, koefisien serapan suara yang tertinggi berada pada frekuensi 630 Hz

    dengan koefisien serapan suara sebesar 0.585444 dan koefisien serapan suara terendah

     berada pada frekuensi 800 Hz dengan koefisien serapan sebesar 0.034984.

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

            1        0        0

            1        2       5

            1        6        0

            2        0        0

            2       5

            0

            3        1       5

            4        0        0

           5        0        0

            6        3        0

            8        0        0

            1        0        0        0

            1        2       5

            0

            1        6        0        0

            2        0        0        0

            2       5

            0        0

            3        1       5

            0

       K   o   e    f   i   s   i   e   n   S   e   r   a   p   S   u   a   r   a    (        )

    Frekuensi (Hz)

    koefisien serapan kelapa

    koefisien serapan sawit

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    77/177

    59

    Gambar 4.13 perbandingan serapan suara spesimen serat kelapa sawit dan kelapa dengan

    tipe 450 dan tipe 900 

    0

    0,1

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    0,6

    0,7

            1

            0

            1

            2

            1

            6

            2

            0

            2

           5

            3

            1

            4

            0

           5

            0

            6

            3

            8

            0

            1        0

            0

            1        2

           5

            1        6

            0

            2        0

            0

            2       5

            0

            3        1

           5

       K   o   e    f   i   s   i   e   n   S   e   r   a   p   S   u   a   r   a    (        )

    Frekuensi (Hz)

    serapan suara 45 kelapa

    serapan suara 45 sawit

    serap suara 90 sawit

    serap suara 90 kelapa

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    78/177

    60

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Setelah dilakukannya pengujian koefisien serapan suara pada spesimen kelapa

    sawit, dapat disimpulkan bahwa :

    1. 

    Pengujian koefisien serapan suara dapat dilakukan dengan menggunakan metode

    ruang gema.

    2.  Berdasarkan hasil pengujian akan didapatkan waktu gema, dan waktu gema yang

    diperoleh pada saat ruang kosong lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan

    yang telah diisi dengan spesimen kelapa sawit baik yang bertipe 450 dan 900.

    3.  Spesimen kelapa sawit dapat digunakan sebagai peredam suara.

    4.  Besar konstanta serapan suara dari spesimen kelapa sawit mencapai

    0.661965576 pada spesimen tipe 450dan 0.53161919 pada spesimen tipe 90

    0.

    5.  Koefisen serapan suara spesimen kelapa sawit memiliki nilai yang berbeda-beda

     pada tiap frekuensi.

    5.2 Saran

    Beberapa saran untuk penelitian koefisien serapan suara agar kedepannya jauh

    lebih baik yaitu :

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    79/177

    61

    1.  Ruangan yang digunakan sesuai standard pengujian akustik.

    2.  Spesimen yang digunakan dibuat dengan proses machining  guna mendapatkan

    dimensi dan ketebalan yang seragam antara spesimen satu dan lainnya.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    80/177

    62

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Beranek, Leo L and Istval L Ver, “ Noise and Vibration Control Engineering : Principal and

     Application”, McGraw- Hill Inc. USA.

    2.  Cox, Trevor J & Peter D’Antonio.  Acoustic Absorbers and Diffusers.  2009. USA:Taylor &

    Francis.

    3.  Doelle, Leslie L.,” Akustika Lingkungan”, Erlangga, Jakarta, 1972.

    4. 

    Everest, Alton F and Pohlman C ken, “ Master Handbook of Acoustic”. McGraw- Hill Inc.

    USA. 

    5.  ISO 354 : 2003 “Measurement of Sound Absorpstion In A Reverberation Room”.

    6.  http://foragri.wordpress.com/2011/03/02/mengolah-sawit-jadi-cpo/ diakses pada tanggal 14

    Juni 2011 pada pukul 14.30. 

    7.  http://isroi.wordpress.com/2008/12/11/pemanfaatan-tkks-untuk-kompospupuk-organik-di-kebun-

    sawit/ diakses pada tanggal 14 Juni 2011 pada pukul 14.50. 

    8.  http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr292074.pdf diakses pada tanggal 20 April

    2010 pada pukul 20.50 – 21.00.

    9.  www.monoglass.com/sonoglass/DOC/SonoglassASTM_C423.pdf.

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    81/177

    63

    LAMPIRAN

    DATA HASIL PENGUJIAN WAKTU GEMA 

    Berikut ini merupakan data waktu gema dari hasil pengujian yang dilakukan dengan

    melakukan tiga kali pengambilan data untuk pemberian tiap frekuensi :

    I.  Pada ruangan kosong sebelum diisi dengan spesimen kelapa sawit 450 

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 100 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    82/177

    64

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 100 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 100 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    83/177

    65

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 125 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 125 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    84/177

    66

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 125 Hz (c)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 160 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    85/177

    67

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 160 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 160 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    86/177

    68

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 200 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 200 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    87/177

    69

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 200 Hz (c)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 250 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    88/177

    70

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 250 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 250 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    89/177

    71

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 315 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 315 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    90/177

    72

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 315 Hz (c)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 400 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    91/177

    73

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 400 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 400 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    92/177

    74

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 500 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 500 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    93/177

    75

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 500 Hz (c)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 630 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    94/177

    76

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 630 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 630 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    95/177

    77

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 800 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 800 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    96/177

    78

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 800 Hz (c)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 1000 Hz (a)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    97/177

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    98/177

    80

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 1250 Hz (a)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 1250 Hz (b)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    99/177

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    100/177

    82

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 1600 Hz (b)

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 1600 Hz (c)

  • 8/19/2019 Hendi Marshinto Siburian's Undergraduate Theses

    101/177

    83

    Gambar data hasil pengujian waktu gema pada frekuensi 2000 Hz (a)

    Gambar d