29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hernia merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Dapat terjadi karena congenital ataupun karena factor-faktor perdisposisi. Hernia umbilicalis merupakan salah satu penyakit hernia yang hampir sering dijumpai pada anak-anak dan tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa. Hernia berasal dari bahasa latin yaitu herniae yang artinya menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Kebanyakan hernia terjadi ketika ada sebagian usus yang keluar melalui dinding perut yang lemah, sehingga terlihat tonjolan yang dapat dirasakan & diraba. Hernia dapat terjadi didaerah pangkal paha, umbilicus ataupun bagian lain. Ada hernia yang sudah muncul sejak lahir, ada juga yang berkembang dalam hitungan bulan atau tahun, tetapi ada juga hernia yang muncul tiba-tiba. Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fasia cincin umbilicalis ( fasia richet) di dasar umbilicus yang memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi oleh lapisan peritoneal ( kantong hernia) dan kulit. Cincin umbilical terbuka selama hamil. Cincin menjadi lebih kecil secara progresif seiring 1

hernia umbilicalis

  • Upload
    -

  • View
    186

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hernia umbilicalis terjadi karena adanya locus minores

Citation preview

Page 1: hernia umbilicalis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hernia merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Dapat terjadi karena congenital

ataupun karena factor-faktor perdisposisi. Hernia umbilicalis merupakan salah satu penyakit

hernia yang hampir sering dijumpai pada anak-anak dan tidak menutup kemungkinan terjadi

pada orang dewasa.

Hernia berasal dari bahasa latin yaitu herniae yang artinya menonjolnya isi suatu rongga

melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu

membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah

perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Kebanyakan hernia terjadi ketika ada

sebagian usus yang keluar melalui dinding perut yang lemah, sehingga terlihat tonjolan yang

dapat dirasakan & diraba. Hernia dapat terjadi didaerah pangkal paha, umbilicus ataupun bagian

lain. Ada hernia yang sudah muncul sejak lahir, ada juga yang berkembang dalam hitungan bulan

atau tahun, tetapi ada juga hernia yang muncul tiba-tiba.

Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fasia cincin umbilicalis ( fasia richet) di dasar

umbilicus yang memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi oleh lapisan

peritoneal ( kantong hernia) dan kulit. Cincin umbilical terbuka selama hamil. Cincin menjadi

lebih kecil secara progresif seiring berkembangnya gestasi. Hernia umbilicalis disebabkan oleh

kegagalan fasia cincin umbilical untuk menutup. Sebagian besar hernia umbilicalis terlihat pada

bulan pertama kehidupan, dan hampir semuanya terlihat pada usia 6 bulan. Hernia umbilical juga

bisa terjadi karena adanya daerah yang lemah didinding abdomen atau sekitar umbilical. apabila

terdapat peningkatan tekanan intraabdomen secara terus menerus seperti batuk, obesitas, dan

kehamilan multipara menyebabkan timbulnya penonjolan melalui umbilical.

Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi

premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Terdapat insidensi yang lebih

tinggi pada bayi keturunan Afrika dan Amerika. Hernia umbilicalis pada orang dewasa

merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada anak-anak. Perbandingan antara lelaki dan

perempuan kira-kira 1:3.

1

Page 2: hernia umbilicalis

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu mengetahui

dan memahami tentang penyakit hernia umbilicalis sehingga dapat mengatasi kasus

hernia umbilicalis dengan tepat dan cepat serta mampu mengedukasikan kepada pasien

bagaimana mencegah terjadinya hernia umumnya serta henia umbilicalis khususnya.

1.2.2. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan :

a. Definisi hernia umbilicalis

b. Epidemiologi hernia umbilicalis

c. Etiologi hernia umbilicalis

d. Klasifikasi penyakit hernia umbilicalis

e. Patogenesa hernia umbilicalis

f. Patogenesa hernia umbilicalis

g. Gejala dan tanda penyakit hernia umbilicalis

h. Diagnosa hernia umbilicalis

i. Pemeriksaan fisik hernia umbilicalis

j. Pemeriksaan penunjang hernia umbilicalis

k. Diagnosa Banding hernia umbilicalis

l. Penatalaksanaan dan pengobatan hernia umbilicalis

1.3. Manfaat

1. Mendapatkan pengetahuan secara detail tentang hernia umbilicalis

2. Mengetahui teknik anamnesis terhadap pasien hernia umbilicalis

3. Mengetahui tentang pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan pada pemeriksaan

hernia umbilicalis.

2

Page 3: hernia umbilicalis

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Anamnesa

2.1.1 Identitas pasien

Nama : Ny. Ani

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Bukit Tinggi Raya No.742 Siteba

2.1.2. Sumber informasi

Informasi didapat dari pasien (autoanamnesa) dan dari keluarga pasien (alloanamnesa).

2.1.3. Keluhan utama

- Rasa nyeri pada abdomen

- Adanya benjolan pada abdomen

2.1.4. Riwayat penyakit sekarang

- Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan di abdomen area

umbilicus. Benjolan ini menurut pasien dan keluarganya ada sejak ± 1 tahun yang

lalu. Benjolan terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila

diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.

- Pasien merasakan nyeri bila benjolan tersebut ditekan.

- Pasien menyatakan bahwa sering merasa mual bahkan muntah.

2.1.5. Riwayat penyakit dahulu

- Pasien sebelumnya pernah di operasi dan menyatakan bahwa dirinya saat bayi

pernah menderita hernia umbilicalis.

3

Page 4: hernia umbilicalis

- Sebelumnya menderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sehingga

menyebabkan sering batuk.

2.1.6. Riwayat keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

2.1.7. Riwayat Psikososial

Pasien merasa terganggu dengan adanya penyakitnya, pasien tidak dapat beraktivitas

dengan bebas.

2.1.8. Riwayat pengobatan

Pasien mengonsumsi analgesic (obat penghilang rasa nyeri).

2.1.9. Tinjauan sistem

- Rasa nyeri di perut

- Mual dan muntah

2.1.10. Kondisi umum

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x / menit

Frekuensi nafas : 18 x / menit

Suhu : 38oC

2.2. Pemeriksaan fisik

2.2.1. Inspeksi

Inspeksi abdomen seharusnya meliputi observasi seksama atas bentuk luar, jaringan

parut, penonjolan setempat, peristalsis yang dapat dilihat, vena terdistensi, pengembungan

“flank” dan penampilan umbilicus.

4

Page 5: hernia umbilicalis

Pada inspeksi hernia umbilicalis yang sangat penting adalah memperhatikan regio

umbilical. Apakah ada penonjolan atau tidak. Minta pasien untuk berbaring. Kemudian

untuk mempermudah dalam penilaiannya, pada orang dewasa dengan meminta pasien

untuk batuk, sedangkan pada bayi lebih mudah dilihat saat bayi dalam keadaan menangis.

Tindakan ini dilakukan dengan maksud meningkatkan tekanan intra abdominal, dapat

menyebabkan timbulnya benjolan secara tiba-tiba didaerah umbilicus. Jika pasien ini telah

menjalani pembedahan, batuk dapat memperlihatkan benjolan di sepanjang parut

abdominal yang berkaitan dengan hernia insisional. Pada penderita hernia umbilicalis,

umbilicus tampak menonjol/ keluar dari umbilicus akibat adanya locus minores sehingga

terbentuk kantong hernia yang berisi peritoneum ataupun usus.

2.2.2. Auskultasi

Aukultasi bunyi usus dapat memberikan informasi mengenai gerakan udara dan

cairan didalam saluran cerna. Pemeriksa melakukan auskultasi abdomen sebelum perkusi

atau palpasi, berbeda dengan urutan yang biasa karena perkusi atau palpasi dapat

mengubah motilitas usus. Pada hernia reponible, pada tonjolannya pemeriksa dapat

mendengar bising usus. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia

yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserasi).

2.2.3. Palpasi 

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia. Pemeriksaan seksama

untuk lokasi, ukuran dan bentuk massa, permukaannya, konsistensi, batas, mobilitas dan

pemeriksa  mencoba mendorong benjolan tersebut apakah benjolan dapat direposisi. Juga

diperiksa apakah terasa nyeri jika ditekan. Jika nyeri mungkin terjadi hernia stangulata

atau inkarserata.

2.2.4. Perkusi

Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan

hernia umbilical mengalami strangulasi. Terdengar hipertimpani dan terdengar pekak.

5

Page 6: hernia umbilicalis

2.3. Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan Hb: pada pemeriksaan Hb didapatkan Hb turun yang menyatakan pasien

anemia

- Pemeriksaan Ht: pada pemeriksaan Ht didapatkan Ht meningkat yang menyatakan

bahwa terjadi peningkatan cairan/ asites.

- Pemeriksaan sel darah putih: pada pemeriksaan didapatkan peningkatan leukosit.

2.4. Pemeriksaan penunjang

Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau

inkarserasi.

USG

Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.

CT dan MRI

Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.  

2.5. Diagnosis kerja

Hernia dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik

memperlihatkan suatu defek pada fasia abdominal setinggi umbilicus. Diperiksa apakah isi

hernia dapat di reposisi kembali atau tidak. Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk

melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.

Berdasar anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis kerja pada kasus diatas

adalah hernia umbilicalis.

2.6. Differensial diagnosa

- Omphalocele

- Tumor

- Keloid

- Hernia paraumbilicus

- Metastasis ke peritoneum pada pusar (nodulus sister joseph)

6

Page 7: hernia umbilicalis

- Diastasis rekti abdominis

- Lipoma

- Peritonitis

Jaringan Benjolan

Kulit Kista sebasea/ epidemoid

Lemak Lipoma

Fasia Fibroma

Otot Tumor yang mengalami hernia melalui

pembungkusnya

Arteri Aneurisma

2.7. Penatalaksanaan

2.7.1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi adalah tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara

hati – hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan

pada hernia reponible dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan

leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.

Tindakkan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponible apabila pasien takut operasi,

yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10

mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg. Setelah reposisi berhasil suntikkan zat

yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.

2.7.3. Farmakologi

Terapi obat analgetik.

2.7.2. Operatif

Terapi hernia umbilicalis pada orang dewasa hanya dengan pembedahan. Defek

ditutup dengan mesh, dapat melalui operasi terbuka maupun operasi laparoskopi yang

7

Page 8: hernia umbilicalis

memberikan nyeri minimal dan pemulihan yang cepat pascaoperasi dibandingkan dengan

operasi terbuka. Pengobatan operatif dilakukan apabila adanya indikasi seperti hernia telah

mengalami strangulasi atau inkarserasi. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy,

yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia

dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

 

b. Hernioplasti mayo

Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri

dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia

umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prosthesis (bagian alat tubuh yang hilang)

yang mirip dengan perbaikan prostesis untuk hernia insisional.

Strepping dengan plester di atas hernia dengan ataupun tanpa uang logamyang

dipertahankan selama 10-20 hari dan di ulang sampai 6-1 tahun, hal ini dapat mempercepat

penyembuhan namun masih kontroversi. Indikasi dilakukan tindakan bedah:

1. Bila diameter cincin hernia < 1 cm pada umur 1 tahun, hernia mungkin sekali akan

menutup spontan. Sebaiknya ditunggu sampai pasien berumur 3 tahun.

2. Bila diameter cincin hernia > 1 cm pada umur 1 tahun, kemungkinan menutup spontan

kurang, tetapi tidak ada salahnya bila ditunggu hingga umur 3 tahun

3. Bila diameter cincin hernia 2 cm atau lebih, penutupan spontan hampir pasti tidak akan

terjadi, pembedahan dapat dilakukan pada setiap saat dalam tahun ke-2 atau ke-3.

2.8. Komplikasi klinis

Hernia umbilicalis dapat mengalami inkarserasi, tetapi sangat jarang terjadi. Kalau

terjadi, kerusakan usus lebih cepat dibanding pada hernia inguinal karena cincin umbilicus

kurang elastic dibanding hernia inguinal. Jika terjadi inkarserasi, aliran darah terganggu dan

terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati (nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai

dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah, dan shock. Komplikasi lain yang mungkin pada

8

Page 9: hernia umbilicalis

hernia Umbilicalis termasuk pecahnya kantung hernia, infeksi, perut kembung, pneumonia,

cairan di paru-paru(edema paru), perubahan warna kulit dari disfungsi hati (jaundice),

perdarahan usus dan masalah ginjal. Umbilicus yang nyeri tekan, merah dan membengkak

seharusnya memicu kecurigaan terjadinya omfalitis (infeksi umbilicus) yang disebabkan oleh

adanya sisa omfalomesenterik paten. Manifestasi inkarserasi maupun omfalitis adalah massa

yang nyeri tekan, selulitis dan demam. Dalam membedakan kedua keadaan tersebut, adanya

drainase yang purulen maupun jernih merupakan tanda duktus omfalomesenterik paten. Massa

harus diperiksa secara cermat untuk melihat apakah mengandung isi abdomen. Ultrasonografi

dapat membantu menegakkan diagnosis.

2.9. Prognosa

Hernia umbilicalis mempunyai prognosa yang baik. Insiden residif bergantung pada

umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia umbilicalis pada

bayi sangat jarang residif. Penyebab hernia umbilicalis residif antara lain:

Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia

Terjadinya infeksi pada luka operasi

Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal

2.10. Pencegahan

Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun

langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen:

Menjaga berat badan ideal

Seseorang yang obesitas memiliki resiko lebih tinggi menderita hernia umbilicalis.

Konsumsi makanan berserat tinggi.

Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-

makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.

Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda

berat.

Berhenti merokok.

9

Page 10: hernia umbilicalis

Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit serius seperti kanker dan

penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat

menyebabkan hernia umbilicalis.

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

3.1. Anatomi

3.1.1. Struktur dinding anterior abdomen

Dinding anterior abdomen dibentuk oleh:

1. Kulit

Garis – garis lipatan alami berjalan konstan dan hampir horizontal disekitar tubuh.

Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan sembuh

dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis ini akan

sembuh dengan jaringan parut yang menonjol.

2. Fascia superficialis

Fascia superficialis dapat di bagi menjadi lapisan luar, panniculus adiposus (fascia

Camperi) dan lapisan dalam, stratum membranosum (fascia scarpae). Panniculus

adiposus berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan

mungkin sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas).

3. Fascia profunda

Fascia profunda pada dinding anterior abdomen hanya merupakan lapisan tipis

jaringan ikat yang menutupi otot-otot; fascia profunda terletak tepat di sebelah

profunda stratum membranosum fascia superficialis.

4. Otot dinding anterior abdomen

Otot-otot dinding anterior abdomen terdiri atas tiga lapisan otot yang lebar, tipis dan

didepan berubah menjadi aponeurosis. Otot tersebut dari luar ke dalam yaitu

10

Page 11: hernia umbilicalis

M.obliquus externus abdominis, M. obliquus internus abdominis dan M. transverses

abdominis.

5. Fascia transversalis

Fascia transversalis merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi M.transversus

abdominis dan melanjutkan diri sebagai lapisan sama yang melapisi diaphragma dan

M.iliacus.

6. Lemak extraperitoneal

Lemak extraperitoneal merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak

dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan

peritoneum parietale.

7. Peritoneum parietale

Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietale. Lapisan ini merupakan

membrana serosa tipis dan melanjutkan diri kebawah dengan peritoneum parietale

yang melapisi rongga pelvis.

3.1.2. Anatomi hernia

Hernia meliputi 3 unsur, yaitu:

1. Kantong hernia (peritoneum parietalis)

2. Isi (Viskus)

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.

3. Cincin hernia

Merupakan bagian locus minoris resitence yang dilalui kantong hernia.

Isi kantong hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen

isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.

11

Page 12: hernia umbilicalis

 Gambar 1. Bagian-bagian Hernia

Gambar 2. Hernia umbilicalis

 

3.2. Definisi

Hernia umbilicalis merupakan suatu defek dinding abdomen persis dipusat umbilicus,

berupa herniasi isi abdomen yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang

inkomplet dan tidak adanya fasia umbilicalis. Omentum dan usus dapat masuk ke dalam kantong

hernia,khususnya bila bayi menangis.

3.3. Epidemiologi

Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi

premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tidak ada perbedaan angka

kejadian pada bayi laki-lakidan perempuan. Terdapat insidensi yang lebih tinggi pada bayi

keturunan Afrika dan Amerika. Insiden hernia umbilicalis 8 kali lebih sering pada bayi kulit

hitam dibanding bayi kulit putih.

12

Page 13: hernia umbilicalis

Hernia umbilicalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada anak-

anak. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Hernia ini lebih sering terjadi

pada wanita di usia 50-60 tahun. Diagnosis mudah dibuat seperti halnya pada anak-anak.

Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan anak-anak.

3.4. Etiologi

Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilicus dan

manifestasinya terjadi setelah lahir. Selama kehamilan, tali pusat melewati sebuah lubang di

dinding perut bayi. Pembukaan ini harus menutup sebelum kelahiran, tetapi dalam beberapa

kasus otot-otot tidak menutup sepenuhnya. Hal ini membuat titik lemah pada dinding otot

sekitarnya (dinding perut). Burut dapat berkembang ketika jaringan lemak atau bagian dari usus

pokes melalui ke daerah dekat pusar.

Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali pusat. Setelah pengikatan,

puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir kulit

sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup sempurna

dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering ditemukan. Defek ini

cukup besar untuk dilalui peritoneum, bila tekanan intraabdomen meninggi, peritoneum dan

kulit akan menonjol dan berdekatan.

Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia umbilicalis yaitu peningkatan tekanan

intraabdomen dan melemahnya dinding abdomen. Tekanan yang meningkat pada abdomen

terjadi karena:

1. Mengangkat beban berat

2. Batuk – PPOK

3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma

4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar

5. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen

13

Page 14: hernia umbilicalis

6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan, lemak

tubuh.

Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :

1. Umur yang semakin bertambah

2. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)

3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik

4. Abnormal metabolisme kolagen.

Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang

telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding

abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen sehingga menyebabkan isi abdomen

memasuki kantong tersebut.

3.5. Klasifikasi

Hernia umbilicalis dapat diklasifikasikan atas 3 yaitu:

1. Hernia umbililicalis congenital / omphalocele

Omphalocele adalah herniasi atau tonjolan (protusi) isi abdomen ke dasar tali pusat. Berbeda dengan

hernia umbilicalis yang lebih lazim, kantongnya tertutup oleh peritoneum tanpa penumpangan kulit.

Besarnya kantong yang terletak di luar rongga abdomen bergantung pada isinya. Omphalocale terjadi

karena sebagian usus tengah (midgut) gagal kembali ke dalam cavitas abdominalis dari selom

extraembrional pada masa kehidupan janin.

2. Hernia umbilicalis infantile didapat

Merupakan hernia kecil yang kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Terjadi pada 5% bayi kulit putih

dan 20% bayi kulit hitam. Disebabkan oleh kelemahan parut umbilicus pada line alba. Sebagian besar

akan menjadi lebih kecil dan menghilang tanpa pengobatan seiring dengan membesarnya cavitas

abdominalis.

3. Hernia umbilicalis didapat pada orang dewasa

14

Page 15: hernia umbilicalis

Hernia ini lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas dan multipara. Lebih tepatnya dianggap sebagai

hernia paraumbilicalis. kantong hernia tidak menonjol melalui parut umbilicalis, tetapi melalui linea alba

pada daerah umbilicus. Hernia paraumbilicalis lambat laun bertambah besar dan tergantung ke bawah.

Leher badan kantong sering berisis lengkung-lengkung usus halus dan usus besar dan omentum. Hernia

paraumbilicalis jauh lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Incarserasi dan strangulasi sering

terjadi dan harus ditangani sedini mungkin berupa pembedahan ( mayo principle).

Table 1 . umbilical hernia

Omphalocale Infatile Adult

Age at onset bayi (premature) bayi (premature) Muda hingga tua

Jenis kelamin (sex) Sama Sama Wanita > laki-laki

Ras Sama Kulit hitam > kulit

putih

Sama

Incidence Jarang Very common Biasa

Penyebab Congenital Congenital Wear and tear

Skin cover Tidak ada Lengkap Lengkap

Other anomalies Sering Biasa Biasa

Ukuran leher hernia Besar Kecil hingga besar Jarang kecil

Incarserasi Jarang Jarang Sering

Strangulasi Jarang Jarang Sering

Pengobatan Pembedahan Observasi Pembedahan

3.6. Patogenesa

Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilicus dan

manifestasinya terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali

pusat. Setelah pengikatan, puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari

pinggir kulit sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilicalis karena defek yang tidak

menutup sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering

ditemukan. Defek ini cukup besar untuk dilalui peritoneum, bila tekanan intraabdomen

meninggi, peritoneum dan kulit akan menonjol dan berdekatan.

15

Page 16: hernia umbilicalis

Selain itu, hernia umbilicalis berkembang ketika intra abdominal mengalami

pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang

air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,

tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu

kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada

daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup

lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil

pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia umbilicalis. Karena organ-organ selalu selalu

saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga

terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Akhirnya menyebabkan

kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah

terganggu maka menyebabkan nyeri umbilical dan kerusakan jaringan. Jika bagian dari usus

terperangkap atau tidak dapat direposisi sehingga suplai darah terhambat maka terjadi kematian

jaringan (gangrene). Infeksi dapat menyebar ke seluruh rongga perut dan menyebabkan situasi

berbahaya yang mengancam jiwa.

3.7. Gejala klinis

Hernia umbilicalis umumnya tidak menimbulkan nyeri dan pada bayi sangat jarang

terjadi inkarserasi. Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilicus. Sedangkan

pada dewasa sering mengalami inkarserasi atau stangulasi. Jika isi hernia tidak dapat direposisi,

maka penderita merasakan nyeri jika penonjolan tersebut ditekan.

Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:

1. Reponible

Benjolan di daerah umbilicus, tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat menonjol,

kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap.

Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal.

2. Irreponible

Benjolan yang ada sudah menetap di daerah umbilicus. Pada hernia umbilicalis, misalnya

usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian

16

Page 17: hernia umbilicalis

terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi

belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak maupun orang dewasa.

3. Incarcerata

Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran makanan di

bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis penderita pun mulai berubah dengan

munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.

4. Strangulata

Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit. Selain

benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul, seperti demam

dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut akan mati

dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke pembuluh darah.

Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang

dapat mengancam nyawa penderita. Sangat mungkin penderita tidak akan bisa tenang karena

merasakan nyeri yang luar biasa.

Gambar 3 dan 4. Hernia umbilicalis pada bayi

17

Page 18: hernia umbilicalis

Gambar 5. Hernia umbilicalis pada orang dewasa

BAB IV

KESIMPULAN

Hernia adalah menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada

dinding rongga. Dinding rongga yang lemah membentuk suatu kantong dengan berupa cincin.

Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fascia cincin umbilical di dasar umbilicus yang

memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi pleh lapisan peritoneal dan kulit.

Hernia umbilicalis disebabkan oleh kagagalan fasia cincin umbilical untuk menutup dan juga

bisa terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraabdomen secara terus-menerus.

Manifestasi klinis dari hernia umbilicalis adalah adanya massa atau tonjolan pada

abdomen area umbilicus. Penderita jarang merasakan nyeri. Jika terjadi inkarserasi atau

strangulasi, aliran darah terganggu dan terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati

(nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah, dan shock.

Jika sudah terjadi strangulasi atau incarserasi penanganan segera adalah dengan operasi.

Sebagian besar hernia umbilicalis pada bayi menutup secara spontan tanpa intervensi medis atau

bedah pada usia 4 tahun.

18

Page 19: hernia umbilicalis

BAB V

SARAN

Anamnesis yang teliti merupakan bagian terpenting untuk mendapatkan diagnosa yang

tepat terhadahap suatu penyakit. Pemeriksaan seksama untuk lokasi, ukuran dan bentuk massa,

permukaannya, konsistensi, batas, mobilitas dan pemeriksa  mencoba mendorong benjolan

tersebut apakah benjolan dapat direposisi. Juga diperiksa apakah terasa nyeri jika ditekan. Jika

nyeri mungkin terjadi hernia stangulata atau inkarserata. Jika terjadi strangulata maka pemeriksa

dapat merekomendasikan penderita untuk melakukan terapi pembedahan sedini mungkin untuk

menghindari gangguan pada aliran darah yang dapat menyebabkan jaringan mati ( nekrosis).

Disini penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah dalam penulisan karya ilmiah ini

banyak mengalami kekurangan, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi serta semangat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

19

Page 20: hernia umbilicalis

DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Harold, Sir Roy Calne, dkk. 2008. General Surgery 11th edition. Singapore: Blackwell

Publishing.

Gleadle, Jonathan. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Glynn, Thomas J.Mc, John W.Burnside. 1995. Adams Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta: EGC.

Greenberg. Michael I. 2007. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.

Manthey, D. Hernia. http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm. (diakses tanggal

12 april 2007).

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC.

Moore, Keith L, Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC.

20

Page 21: hernia umbilicalis

Newell, Simon J, Jonathan C.Darling. 2008. Paediatrics 8th edition. Singapore: Blackwell

Publishing.

Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.

Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.

Wolf, Stewart. 1989. Diagnosis Abdomen. Jakarta: EGC.

21