Upload
bismantara-aditya
View
64
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tinjauan Pustaka
Citation preview
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau protrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam
kanalis verterbrata (protrusi diskus) atau rupture pada diskus vertebra yang
diakibatkan oleh menonjolnya nucleus pulposus yang menekan annulus fibrosus yang
menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah lumbal dan
servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung) yang
didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan. 1
2.2 Anatomi
Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari
servikal sampai lumbal/ sakral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan
peredam kejut (shock absorber). 2
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis
Lapisan terluar terdiri dari lamelia fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya
sekan-akan menyerupai gulungan per (coiling spring). Lapisan dalam terdiri
dari jaringan fibro kartilagenus. 3
Daerah transisi yaitu mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal
posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal
separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan
di daerah ini.
2. Nucleus pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari
proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi
2
3
(80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi
sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Kemampuan menahan
air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya
usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan
penurunan vaskularisasi ke dalam diskus disertai berkurangnya kadar air
dalam nucleus pulposus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang
elastis. 3
Gambar 1 : Nucleus Pulposus 4
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena pada daerah
lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas menyangga berat badan. Diperkirakan
75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk
gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktifitas fleksi dan
ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1. Daerah lumbal terutama L5-S1
merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh
menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah
posterolateral.5
2.3 Etiologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalam waktu yang lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
4
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
2.4 Epidemiologi
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan
paling jarang pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja
tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Dengan insidensi hernia
lumbosakral kebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%.
2.5 Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nucleus pulposus. 6
Perkembangan pecahan yang menyebar di annulus fibrosus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor
berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. 1
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan maupun tahun. Kemudian degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke
arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal. 1
Hernia nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasi di tengah –tengah tidak ada radiks yang terkena.lagipula pada tingkat L2 dan
terus ke bawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis
tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. 7
5
Setelah terjadi hernia nucleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami
lisis sehingga dua corpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. 3
Gambar 2 : patofisiologi HNP 8
2.6 Klasifikasi
1. Hernia lumbosakralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, biasanya oleh kejadian
luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat
menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/ jumbainya dan
melemahnya annulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nukleus
menonjol keluar sampai annulus dan melintang sebagai potongan bebas pada
kanalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol
sampai pada celah annulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang di tengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau
beberapa serabut syaraf.
6
2. Hernia servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumna vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun
atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5
dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini
menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan
mengacu pada kerusakan kulit.
3. Hernia torakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia.
Gejala-gejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis.
Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah,
membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan
paraparesa.
Penonjolan pada sendi intervertebral torakal masih jarang terjadi. Pada
empat torakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami
trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang
paling utama.
2.7 Manifestasi Klinis
Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke
bawah lutut. Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan
nervus ischiadicus sampai ke tungkai.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks otot dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda equina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang
7
memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen. 2
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat,
membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada
sisi yang sehat.
Menurut Deyo dan Rainville, untuk pasien dengan keluhan LBP dan nyeri
yang dijalarkan ke tungkai, pemeriksaan awal cukup meliputi :
1. Tes Laseque
2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kakik dan ibu jari kaki. Kelemahan
menunjukkan gangguan akar syaraf L4-L5.
3. Tes refleks tendon Achilles untuk menilai syaraf S1
4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP
Bila tes ini positif berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada
HNP. Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang
mencakup 90% kejadian HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring
HNP yang jarang di L2-L3 dan L3-L4 yang secara klinis sulit didiagnosis hanya
dengan pemeriksaan fisik saja.
Gejala masing-masing tipe HNP berbeda-beda :
a. Hernia lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung
dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi
badan tertentu, ketegangan, hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi
sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri
lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan
disertai nyeri menjalar ke dalam bokong dan tungkai. “low back pain” ini
8
disertai dengan rasa nyeri yang menjalar ke daerah ischias sebelah tungkai
(nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi
nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Sindrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri dari :
1. Kekuatan/ ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
2. Nyeri radiasi pada paha, betis, dan kaki
3. Kombinasi parestesiasi, lemah, dan kelemahan refleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai
yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tes Naffziger : penekanan pada vena jugularis bilateral
3. Tes Lasegue
4. Tes Valsava
5. Tes Patrick
6. Tes Kontra Patrick
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral
tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi
paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
b. Hernia servikalis
Parestesi dan rasa sakit ditemukan di daerah ekstremitas
(servikobrachialis)
Atrofi di daerah biseps dan triceps
Refleks bisep yang menurun atau menghilang
Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk
c. Hernia torakalis
Nyeri radikal
o Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan
kejang paraparesis
9
o Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
2.8 Faktor Resiko
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
Umur : makin bertambah umur resiko makin tinggi
Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari wanita
Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor resiko yang dapat diubah
Pekerjaan dan aktifitas : duduk yang terlalu lama. Mengangkat atau menarik
barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan oada vibrasi yang konstan seperti
supir.
Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrient yang diperlukan dari dalam darah.
Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah
Batuk lama dan berulang
2.9 Gambaran Radiologis
Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan intervertebral,
“spur formation” dan perkapuran dalam diskus. Bila gambaran radiologis tidak jelas,
maka sebaiknya dilakukan pungsi lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang
meningkat tapi masih di bawah 100 mg%.
2.10 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat
10
beban yang berat dan berulang, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnose pada hernia intervertebral kebocoran
lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan
perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda
menghilang. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu
lokalisasi yang akurat. 2
1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat
trauma atau memperingan, ada riwayat penderita penyakit yang sama. Adanya
riwayat mengangkat beban yang berat dan berulangkali, timbulnya low back
pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. 2
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita :
Keterbatasan gerak pada salh satu sisi atau arah
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan
nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf
yang terinflamasi di atas suatu diskus protrusion sehingga
meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya
(jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan, ke lateral kanan, dan ke kiri. Fleksi ke depan,
ke suatu sisi atau ke lateral yang menyebabkan nyeri pada tungkai
yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
11
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan dan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat
respons pasien.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3.
Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari pula refleks patologis seperti
babinski, terutama bila ada hiperrefleksia yang menunjukkan suatu gangguan
upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan
akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan Motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus
dibandingkan kedua sisi untuk menentukan abnormalitas motoris yang
seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersyarafinya.
Pemeriksaan Sensorik : pemeriksaan sensorik akan sangat subyektif
keran membutuhkan perhatian dari penderita dan tidak jarang keliru, tapi tetap
penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP
sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam
menunjukkan informasi lokalisasi dibandingkan dengan motoris.
3. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin lebih penting untuk melihat lauj
endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologis
12
Foto Rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebralis, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral
kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan
melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT Scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neruologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah syaraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. 2
MRI sangat berguna bila :
Vertebra dan level neurologis belum jelas.
Kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinal atau jaringan
lunak.
Untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi.
Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
2.11 Diagnosis Banding
1. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang
berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
2. Arthritis.
3. Anomali kolumna spinal.
2.12 Terapi
a. Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf,
memperbaiki kondisi pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang
punggung secara keseluruhan. 90 % pasien akan membaik dalam waktu 6
minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.
13
Terapi konservatif untuk HNP meliputi :
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2- 4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut, dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
Analgesik standar (paracetamol, kodein, dan dehidrokodein yang
diberikan tersendiri atau kombinasi)
NSAID : penghambat COX-2 (ibuprofen, naproxen, diklofenak)
dan penghambat COX-2 (nabumeton, etodolak, dan meloxicam) 2
Analgesik kuat : potensi sedang (meptazinol dan pentazosin),
potensi kuat (buprenorfin, dan tramadol), dan potensi sangat kuat
(diamorfin dan morfin).
Kortikosteroid oral : pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
b. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan
traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.
Diatermi/ kompres panas/ dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin,
14
termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres
panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksarsebasi akut atau nyeri pada HNP
kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta
dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stress minimal pada
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa
kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas
fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan
dapat terjadi pemanjangan otot, ligament dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra
lumbosakral tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan
sebagai keluhan “kencang”. Latihan untuk kelenturan punggung adalah
dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai
digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest,
panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi
bertahap punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu
ke dada. Dengan gerakan in sendi akan mencapai rentang maksimumnya.
Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
Latihan penguatan
- Latihan pergelangan kaki : gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring
15
- Latihan menggerakkan tumit : dari posisi terbaring lutut ditekuk dan
kembali diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser
tumit).
- Latihan mengangkat panggul : pasien dalam posisi telentang, dengan lutut
dan punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung
ditekankan pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai,
dibantu dengan tangan yang bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk
meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
- Latihan berdiri : berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm,
kemudian punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari
dinding sehingga punggung menekan dinding. Latihan ini untuk
memperkuat muskulus kuadriseps.
- Latihan peregangan otot hamstring : peregangan otot hamstring penting
karena otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra
lumbosakral termasuk pada annulus diskus posterior, ligament dan otot
erector spinae. Latihan dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan
dan badan dibungkukkan untuk berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan
ini dapat dilakukan dengan berdiri.
- Latihan berjinjit : latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada
2 kaki, kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula.
Gerakan ini dilakukan 10 kali.
- Latihan mengangkat kaki : latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20
cm dan tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini
diulang 10 kali.
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut :
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak
dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
16
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir
tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan
berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpuan tangan pada
paha untuk membantu posisi berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan
menggeser posisi panggul
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
dinagkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus, beban diangkat dengan
cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan
sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung,
dan kaki harus berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan memutar vertebra. Bila perlu, ganti WC jongkok dengan
WC duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani
punggung saat bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu
secara teratur maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan
membaik sebanyak 20-40%.
c. Terapi Operatif
Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk
mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologis. 9
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
- Defisit neurologis memburuk
- Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual)
- Terapi konservatif gagal
1. Disektomi :
Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral. 2
2. Laminektomi :
17
Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanali spinalis,
mengindentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi
medulla dan radiks.
3. Laminotomi:
Pembagian lamina vertebra
4. Disektomi denga peleburan
Graf tulang (dari Krista iliaka atau bank tulang) yang digunakan untuk
menyatukan dengan prosesus spinosus vertebrata. Tujuan peleburan spinal
adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi kekambuhan.
Berdasar lokasi herniasi penatalaksanaan dapat dibedakan menjadi :
a. Hernia lumbosakralis
Pada fase akut, pasien tidur di atas kasur yang keras beralaskan papan
dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 kg kemudian berangsur-angsur
dinaikkan 10 kg. pada hernia ini dapat diberikan analgesic salisilat.
b. Hernia servikalis
Untuk HNP servikalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson,
berat beban mulai dari 2 kg berangsur-angsur dinaikkan sampai 5 kg. tempat
tidur di bagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang
rekuren. Injeksi enzim chympapim ke dalam sendi harus selalu diperhatikan.
2.13 Komplikasi
1.) Kelemahan dari atrofi otot
2.) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3.) Kehilangan kontrol otot sfingter
4.) Paralis/ ketidakmampuan pergerakan
5.) Perdarahan
6.) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal.
18
2.14 Prognosis
Sebagian besar pulih dengan penanganan. Namun akan tetap nyeri
berkepanjangan meskipun dengan prosedur penatalaksaan.
Memerlukan waktu beberapa bulan hingga tahunan untuk beraktifitas tanpa
keluhan nyeri pada punggung. Penderita dengan pekerjaan yang melibatkan kerja
berat seperti mengangkat beban dianjurkan untuk beralih pekerjaan untuk mencegah
kekambuhan penyakit. 2