Upload
ladygresia
View
216
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Konsep Dr. Medeline Leinenger sebagai pencetus Truskultural Nursing dikombinasikan dengan Konsep Hlistic Caring dari Jean watson
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
HOLISTIC CARE DAN TRANSKULTURAL
A. Deskripsi Singkat
Holistik care dan transkultural membahas tentang konsep berpikir kritis dalam
keperawatan, perkembangan keperawatan di Indonesia dan Internasional dengan prinsip
holistik care berupa terapi komplementer atau terapi modalitas alternatif dan prinsip
transkultural nursing dalam konteks keperawatan dan faktor budaya, sosial dan perilaku
dalam pelayanan dan mengkaji pasien dengan lintas budaya.
Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan.Keputusan tersebut berasal dari pengetahuan (scientific) sehingga dapat mensintesa
dengan baik informasi yang didapat.
Selain itu, perawat juga harus memiliki kemampuan dalam menilik budaya pasien. Hal ini
penting karena pelayanan yang diberikan akan menjadi baik jika perawat dapat menyesuaikan
dengan budaya pasien.
B. Tujuan
Tujuannya adalah agar perawat mampu berpikir secara kritis dalam pengelolaan klien
(pasien dan keluarga) dengan pendekatan holistik care dan transkultural sehingga dapat
mencapai kondisi keseimbangan dan harmoni dalam meningkatkan kualitas hidup klien
secara keseluruhan.
1
Bab II
Konsep Holistic Care dan Transkultural
A. Konsep Berpikir Kritis dalam Keperawatan
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat
keputusan,menarik kesimpulan dan merefleksikan (Gordon,1995). Sedangkan, berpikir kritis
adalah dasar berpikir dimulai dari penilaian,analisa,keputusan dan evaluasi yang berdasarkan
pada perhatian peristiwa yang mungkin dan dapat terjadi.Menurut R. Ennis, berpikir kritis
adalah memutuskan apa yang harus diputuskan berdasarkan rasional yang reflektif. Berpikir
kritis meliputi mengemukakan ide, asumsi, persepsi, prinsip, argumentasi, kesimpulan,
pernyataan, keyakinan dan tindakan yang rasional (Arif Muttaqin, 2008).
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang
masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan.Berpikir kritis dalam keperawatan adalah kemampuan
untuk berpikir melalui penerapan pengetahuan dan pengalaman, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan pada pusat praktek keperawatan profesional (Potter&Perry, 2004 :
268).
Dalam dunia keperawatan, berpikir kritis digunakan untuk mengemukakan alasan
yang scientific terhadap semua langkah dalam asuhan keperawatan yang dituangkan dalam
pembuatan proses keperawatan (Bandman dan Bandman, 1988). Berfikir kritis dalam
keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas
asuhan keperawatan. Berfikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai
sukses dalam berbagai aktifitas.
Berfikir kritis diperlukan bagi perawat karena :
· Penerapan profesionalisme
· Pengetahuan teknis dan keterampilan teknis dalammemberikan askep
Hal-hal yang terkait dengan critical thinking in nursing adalah :
· Berhubungan dengan suatu perdebatan
· Debat tentang suatu isu
· Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
· Penjelasan yang rasional
· Pengambilan keputusan
2
Komponen berpikir kritis adalah :
· Dasar pengetahuan khusus
· Pengalaman
· Konpetensi
· Sikap untuk berpikir kritis
· Standar untuk berpikir kritis
B. Konsep Caring , Dimensi Caring dan Perilaku Caring dari Pasien yang Berbeda
Budaya
1. Pengertian Caring
Secara Umum, caring berarti :
oSense of dedication to another person
oWacthful supervision
oFeeling and exhibiting concern and emphaty for other
oA loving feeling
Secara teoritis, caring adalah “tindakan” ysng menunjukkan pemanfaatan lingkungan
pasien dalam membntu penyembuhan, memberikan lingkungan yang bagus, ventilasi yang
baik dan tenang(Florence Nightingel, 1860). Caring merupakan fenomena universal yang
berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan
dengan orang lain.Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut
Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk
melindungi, meningkatkan dan menjaga atau mengabdikan rasa kemusiaan dengan membantu
orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan dan keberadaannya serta membantu orang
lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. Caring dalam praktik
keperawatan adalah :
o Providing presence (being with the client)
o Comforting
o Listening
o Knowing the client
o Spiritual caring
o Family care
3
2. Perilaku Caring
Sikap caring diberikan melalui :
o Mendengar penuh perhatian
o Memberi rasa nyaman
o Berkata jujur
o Memiliki kesabaran
o Bertanggung-jawab
o Memberikan informasi
o Memberikan sentuhan
o Sensitif
o Hormat pada pasien
o Memanggil klien dengan namanya
o Bersikap jujur dan empati
C. Kajian Spiritual pada Pasien yang Berbeda Budaya
Spiritual adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan
kekuatan yang lebih tinggi (tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan
terhadap tuhan dan permohonan atas segala kesalahan yang pernah dibuat.Stoll (1989),
menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yakni dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang
lain dan denganlingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi
tersebut. Menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996), faktor
penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah :
keluarga
latar belakang etnik dan budaya
pengalaman hidup sebelumnya
krisis
terpisah dari ikatan spiritual
isu moral terkait dengan terapi
asuhan keperawatan yang kurang tepat
4
Cara mengetahui spiritualitas seorang pasien, perawat dapat melakukan pengkajian data
subjektif.
Beberapa orang yang membutuhkan spiritual adalah :
Pasien kesepian
Pasien ketakutan dan cemas
Pasien menghadapi pembedahan
Pasien yang mengubah gaya hidup
D. Dimensi Pendekatan Holistik
1. DIMENSI PSIKOLOGIS (STRATEGI KOPING)
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi
perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan
dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Mekanime koping dapat dipelajari, sejak awal
timbulnya stresor dan orang menyadari dampak dari stressor tersebut (Carlson, 1994).Strategi
Koping (Cara Penyelesaian Masalah) Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan berbagai
strategi tergantung ketrampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit.
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang positif (Teknik
Koping) Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:
a) Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri) Sumber daya psikologis
merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stres
yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah
ini merupakan sumber daya psikologis yang penting.
1. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori dari Colley’s
looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
2. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan situasi (internal
control) dan external control (bahwa kehidupannya dikendalikan oleh keberuntungan,
nasib, dari luar) sehingga pasien akan mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking
for silver lining).
b) Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
5
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam mencari
arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi stres, respons
individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus terang, mengabaikan,
atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah tersebut bukan sesuatu yang
penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang
berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya.
Sebagian lagi menggantungkan semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual,
lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari
semua yang terjadi.
c) Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi
situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang
kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat membantu
peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan seimbang, minum obat
anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang
cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.
2. DIMENSI SOSIAL
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap manusia. Individu yang termasuk
dalam memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak
keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
a. Konsep Dukungan Sosial
Beberapa pendapat mengatakan dukungan sosial terutama dalam konteks
hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan
sumber dukungan sosial yang paling penting (Rodin & Salovey, 1989 dikutip Smet, 1994).
Jenis dukungan social: House membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial
1) Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan
2) Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan
6
positif orang itu dengan orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih
buruk keadaannya (menambah harga diri)
3) Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang, kepada
orang yang membutuhkan atau menolong dengan member pekerjaan pada orang
yang tidak punya pekerjaan.
4) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
b. Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatan
Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai
situasi penuh stress (mereka akan tahu bahwa mungkin akan ada seseorang yang dapat
membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial tinggi akan mengubah respon
mereka terhadap sumber stres misalnya pergi ke seorang teman untuk membicarakan
masalahnya. Hipotesis efek langsung berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stress yang dialami orang-orang menurut
hipotesis ini efek dukungan sosial yang positif sebanding dibawah intensitas stes tinggi dan
rendah. Contohnya orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan
diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.
c. Dukungan Sosial (Social Support)
Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan
bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator
yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan
bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari
kelompok lainnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):
1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai,
dan diperhatikan)
2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah
7
3. DIMENSI SPIRITUAL
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien
terhadap sakit yang dideritanya (Ronaldson, 2000). Sehingga pasien akan dapat menerima
dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan mampu mengambil hikmah. Asuhan
keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak
mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat
harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan
memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
b. Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk
selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang
dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus
menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
c. Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi
cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi
setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan
kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada pasien. Perawat dapat menguatkan
diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat
orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi
kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang
diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.
E. Konsep Transkultural
Kozier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing
Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan
yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi
pengetahuan ilmu humanistic, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi
dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang
menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual .
8
Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif
sekaligus holistik. Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang
nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses
yang dijalaninya. Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan (cultural nursing approach).
F. Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya
kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan
social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan,
peranan masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub – kultur.
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan
keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur
masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru
; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya. Leininger (1991) mengatakan bahwa transcultural
nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai – nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada
seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan
pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan
yang berkaitan dengan kesehatan.
9
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
(kultur), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan. Leininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan
dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
G. PERAWATAN HOLISTIK
Semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya adalah membantu kesembuhan
seseorang secara menyeluruh. Perawat melihat pasien sebagai manusia secara total dimana
ada keterkaitan antara tubuh, pikiran, emosi, sosial/budaya, spirit, relasi, konteks dan
lingkungan
(American Holistic Nurses’ association). Asuhan keperawatan yang didasarkan kepada
perawatan pasien secara total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial,
ekonomi dan spiritual seseorang ( Anderson, Anderson dan Glaze, 1994 ).Perawat perlu
mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Perawat harus menjadi teman yang
mendukung dan memotivasi pasien, mendorong pasien agar pasien memahami arti kehidupan
H. DIMENSI PERAWATAN HOLISTIK
Dimensi hubungan antara bio- psiko- sosial dan spiritual seseorang. Dimensi pemahaman
bahwa seseorang merupakan satu kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.
I. NILAI UTAMA PERAWATAN HOLISTIK
Filosofi dan pendidikan
1. Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu kerangka filosofi serta
komitmen terhadap pendidikan, refleksi dan pengetahuan.
2. Holistik etik, teori keperawatan dan riset
Menekankan bahwa asuhan yang profesioanal didasarkan pada teori, diinformasikan oleh
penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai petunjuk praktik yang kompeten.
3. Holistic nurse self care
10
Keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat dapat
melayani orang lain sebagi suatu alat bagi proses penyembuhan seseorang
4. Holistic communication, therapeutic environment and cultural competency
Perawat perlu bekerja sama dengan klien untuk menentukan tujuan bagi kesehatan
penyembuhan
5. Holistic caring process
Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan pengkajian dan asuhan terapeutik
yang mengacu pada pola, masalah, dan kebutuhan klien dan suatu lingkungan yang
mendukung proses penyembuhan pasien
J. ISU TERKAIT PERAWATAN HOLISTIK
Isu utama: hubungan pasien dan keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yang
dinamik.
- Dalam keadaan stress maka sistem keluarga cenderung mempertahankan keseimbangan/
homeostasis
- Efek utama yang mempengaruhi: stress pada anggota keluarga, takut terhadap kematian,
reorganisasi peran keluarga
K. TIP PENYELESAIAN MASALAH
Lakukan sentuhan langsung pada pasien-kelurga.
Hindari sikap yang membuat pasien takut, tidak mau mendengarkan, dan biarkan
keluarga untuk memberikan informasi langsung ke pasien
Biarkan pasien mengetahui berbagai situasi yang terjadi diluar rumah sakit seperti
tentang keluarga, binatang kesayangannya dll
Identifikasi anggota keluarga yang bertanggung jawab dalam menerima dan
member informasi
Pertimbangkan orang tepat yang harus menunggu pasien jika diperlukan sewaktu-
waktu
Yakinkan bahwa suport pelayanan tersedia jika pasien atau keluarga memerlukan
11
12
Bab III
PENUTUP
A. Simpulan
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir melalui penerapan pengetahuan dan
pengalaman, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada pusat praktek
keperawatan profesional. Berpikir kritis sangat diperlukan untuk melakukan asuhan
keperawatan mandiri.
Di Indonesia, perkembangan keperawatan melalui beberapa periode dari masa
kolonial hingga sekrang dan perkembangan tersebut dipengaruhi oleh agama dan ekonomi.
Sedangkan di Internasional, perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh agama dan
perdagangan yang berkemmbang sejak masa purba hingga sekarang.
Keperawatan holistik berkembang melalui riset, edukasi, training serta upaya promosi
dengan tujuan meningkatkan kebutuhan biopsychosocial dan spritual. Perawat akan
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan agama (spiritual) dan budaya sehingga
asuhan tersebut memberikan kenyamanan bagi klien (pasien).
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku
sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajarai mulai dari kehidupan biologis
sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya.
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri
sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.
B. Saran
Holistic care dan transkultural mempunyai manfaat yang begitu besar dalam
keperawatan dan seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan
dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau
pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik.Pelaksanaan holistic
care dengan baik dan sesuai dengan apa yang seharusnya akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
13
disarankan bagi para perawat untuk menjalankan holistik keperawatan dengan baik.
Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan transkultural efektif digunakan
pada klien, namun pengkajian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam proses penyembuhan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier.B, Erb.G, Blais.K. ( 1997 ). Professional Nursing Practice Concepts and
Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.
2. Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (1998). Nursing Theorists and Their
Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.
3. Hidayat, A. Aziz Alimul (2004). Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika Asmadi (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Kusnanto (2004). Pengantar Pprofesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :
EGC Nila Ismani (2000). Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
5. Bena LS, Tansa,Fry WF, Napner BJ, Lee Jw, Hubbard RW, Lewrs JE dan Eby WC
(1989). Neurondoctrine and Stress Hormone Changes During Mirthful Laughter
6. Setiono, Mangoen Prasodjo A. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya hidup Sehat. Jakarta :
Pradipta Publishina Balkam (2000). Aromaterapi. Semarang : Dahara Prize
7. Nanda Sartika (2009).Konsep Caring Menurut Jean Watson.Dikutip tanggal 20
september 2013 darihttp://www.pedomannews.com/opini/berita-opini/ekonomi/1920-
konsep-caring-menurut-jean-watson
8. American Body Center (2005). Terapi Meditasi. Dikutip tanggal 20 september 2013 dari
http://www.jadebudha.org/body-center/html
9. Adams, R.P (1995). Identification of Essential Oil Components by Gs
Chromatography/Mas Spectroscopy : Allured Pub. Co. Carol Stream. Dikutip tanggal 25
September 2013 dari http://www.pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads.
15
16