20
HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE, CORPORATE GOVERNANCE, DAN EARNINGS MANAGEMENT (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010) Anggia Ramadhani 0906612314 ABSTRACT This research aims to examine the association between corporate environmental disclosure (CED), corporate governance and earnings management (EM). Data used in this study come from quarterly reports and sustainable report of nonfinancial companies listed on the IDX and the Program for Pollution Control Evaluation and Rating (PROPER) in 2010, with a total sample of 6 companies. Samples are obtained by using purposive sampling method. Hypothesis testing method used is multiple linear regression. The result of this research indicates that the proportion of independent commissioners, and firm size had a significant effect to corporate environmental disclosure. Meanwhile, earnings management, the number of audit committee meetings, profitability ratio and leverage ratio had no significant effect to corporate environmental disclosure. Keywords: Corporate Environmental Disclosure (CED), Earnings Management (EM), Corporate Governance Mechanism. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Corporate Environmental Disclosure (CED), Corporate Governance, dan Earnings Management (EM). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan triwulanan serta laporan keberlanjutan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) tahun 2010, dengan total sampel sebanyak 15 perusahaan. Sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Corporate Environmental Disclosure. Sementara itu, manajemen laba, jumlah rapat komite audit, profitabilitas, dan rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Environmental Disclosure. Kata Kunci: Corporate Environmental Disclosure (CED), EarningsManagement (EM), Mekanisme Corporate Governance. 1 Universitas Indonesia Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL DISCLOSURE, CORPORATE GOVERNANCE, DAN EARNINGS

MANAGEMENT

(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010)

Anggia Ramadhani 0906612314

ABSTRACT

This research aims to examine the association between corporate environmental

disclosure (CED), corporate governance and earnings management (EM). Data used in this study come from quarterly reports and sustainable report of nonfinancial companies listed on the IDX and the Program for Pollution Control Evaluation and Rating (PROPER) in 2010, with a total sample of 6 companies. Samples are obtained by using purposive sampling method. Hypothesis testing method used is multiple linear regression. The result of this research indicates that the proportion of independent commissioners, and firm size had a significant effect to corporate environmental disclosure. Meanwhile, earnings management, the number of audit committee meetings, profitability ratio and leverage ratio had no significant effect to corporate environmental disclosure. Keywords: Corporate Environmental Disclosure (CED), Earnings Management (EM),

Corporate Governance Mechanism.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Corporate Environmental Disclosure (CED), Corporate Governance, dan Earnings Management (EM). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan triwulanan serta laporan keberlanjutan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) tahun 2010, dengan total sampel sebanyak 15 perusahaan. Sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode pengujian hipotesis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Corporate Environmental Disclosure. Sementara itu, manajemen laba, jumlah rapat komite audit, profitabilitas, dan rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Environmental Disclosure. Kata Kunci: Corporate Environmental Disclosure (CED), EarningsManagement (EM),

Mekanisme Corporate Governance.

1 Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

2

PENDAHULUAN Perusahaan kini semakin sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan

hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas di sekelilingnya (Rahman, 2009). Fenomena inilah yang kemudian memicu timbulnya Corporate Social Responsibility (CSR) (Yuniarti, 2007). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang selajutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al. 2005).

Perwita (2009) menyatakan bahwa perusahaan dapat memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan melalui environmental disclosure yaitu pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab lingkungan dalam instrumen laporan keuangan. Corporate Environmental Disclosure (CED) mencakup pengungkapan tentang lingkungan hidup, juga mengungkapkan informasi mengenai energi serta kesehatan dan keselamatan kerja (Gray et al., 2001). Namun, pada kenyataannya, banyak manajer yang memiliki dorongan untuk mengambil alih kebijakan dalam penghasilan yang dilaporkan untuk memaksimalkan keuntungan untuk kepentingan sendiri dengan memanipulasi laporan keuangan tahunan.

Watts dan Zimmerman (1990) mendefinisikan manajemen laba (Earnings Management (EM)) sebagai penerapan kebijakan manajer melalui angka akuntansi, dan bahwa intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal mungkin dimaksudkan untuk menyesatkan beberapa stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan yang sebenarnya, atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada laporan keuangan. Konflik keagenan (agency conflict) muncul ketika manajer oportunis memanipulasi earnings management untuk menguntungkan diri sendiri, maka Corporate Environmental Disclosure, yang merupakan sarana untuk mengamankan pekerjaan mereka, juga dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian pemegang saham dari pemantauan kegiatan earnings management.

Manajemen laba (EM) dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Manajer yang terlibat dalam earnings management, termotivasi untuk berperilaku proaktif dengan mencari persepsi daripemegang saham dan kelompok-kelompok stakeholder yang beragam dengan cara mengambil tindakan untuk mengamankan kinerja yang optimal. Jadi, keterbukaan secara sukarela dalam laporan tahunan, seperti Corporate Environmental Disclosure, dipandang perlu untuk menunjukkan kepada para stakeholder perusahaan tentang kesadaran akan kepentingan yang lebih luas dan akuntabilitasnya untuk berperilaku sosial dengan penuh tanggung jawab.

Konsep Corporate Governance (CG) diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Corporate governance merupakan aspek inti dan dinamis dari sebuah bisnis. Parkinson (1994), berpendapat bahwa corporate governance adalah proses pengawasan dan kontrol yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa manajemen perusahaan bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 3: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

3

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penulisan skripsi ini, peneliti mereplikasi jurnal yang dibuat oleh Nan Sun and Aly Salama; Khaled Hussainey; dan Murya Habbash (2010) yang berjudul “Corporate Environmental Disclosure,Corporate Governance, and Earnings Management” yang bertujuan untukmenyelidiki hubungan antara Corporate Environmental Disclosure (CED) dan Earnings Management (EM) dan juga dampak dari mekanisme Corporate Governance (CG).

Peneliti melakukan beberapa penyesuaian dengan jurnal rujukan, yaitu dengan mengganti variabel ukuran dewan direksi (board size) dengan variabel dewan komisaris dengan menggunakan jumlah dewan komisaris independen, sebagai proksi dari mekanisme Corporate Governance karena disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, dimana perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan sistem dua tingkat (Two Tier Board System) yang memisahkan fungsi eksekutif (direksi) dan fungsi pengawasan (komisaris).

POKOK PERMASALAHAN 1. Apakah Earnings Management berpengaruh terhadap pelaporan Corporate Environmental Disclosure? 2. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan proporsi dewan

komisaris independen berpengaruh terhadap pelaporan Corporate Environmental Disclosure?

3. Apakah mekanisme Corporate Governance yang diproksikan dengan jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap pelaporan CorporateEnvironmental Disclosure?

4. Apakah karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap pelaporan Corporate Environmental Disclosure?

5. Apakah karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pelaporan Corporate EnvironmentalDisclosure?

6. Apakah karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pelaporan Corporate Environmental Disclosure?

KONSTRUKSI MODEL TEORITIS Teori Agensi

Menurut Darmawati et al. (2005), inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal, salah satunya adalah yang disebut sebagai earnings management (manajemen laba) (Widyaningdyah, 2001). Earnings management dipandang sebagai salah satu agency costs.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 4: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

4

Perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab lingkungan (corporate environmental disclosure) memiliki tujuan untuk membangun citra positif terhadap perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Sun et al. (2010) menyatakan bahwa corporate environmental disclosure merupakan sinyal yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian pemegang saham dari pengawasan manipulasi laba ke isu-isu lainnya. Hasilnya, harga saham di pasar modal akan meningkat seiring meningkatnya kepercayaan pemegang saham terhadap transparansi informasi yang diungkapkan oleh perusahaan. Teori Sinyal

Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Mengginson dalam Hartono, 2005).

Perusahaan yang memiliki kualitas yang tinggi cenderung menggunakan akuntansi sosial dan lingkungan perusahaan sebagai pengalihan dari laporan keuangan tradisional. Kualitas laporan keuangan merupakan sinyal untuk pelaku pasar keuangan dan stakeholder lainnya bahwa manajemen dianggap mampu untuk mengontrol risiko sosial dan lingkunggan dalam perusahaan (Gray, 2005). Dorongan untuk mengungkapkan informasi akuntasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholder.

Gray (2005) juga menjelaskan bahwa corporate environmental disclosure merupakan sinyal bagi investor dan stakeholder lainnya bahwa perusahaan secara aktif mengambil peran dalam praktik CSR dan menunjukkan bahwa nilai pasarnya berada dalam posisi baik. Kinerja sosial perusahaan yang baik membantu perusahaan meraih reputasi untuk keandalan dari pasar modal dan pasar hutang. Teori Stakeholder-Legitimacy

Stakeholder theory menjelaskan hubungan antara stakeholder dan informasi yang mereka terima. Ullman (1985) dalam Sun et al. (2010) mengatakan terdapat dua perspektif dalam aktivitas CSR. Pertama, membangun citra positif di antara stakeholder dan mendapat dukungan dan kepercayaan stakeholder. Kedua, dampak positif terhadap reputasi perusahaan dan membawa keuntungan ekonomi dari perspektif strategi. Teori stakeholder memiliki bidang etika (moral) dan manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan, 2004).

Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi perusahaan yang sering disebut legitimacy gap. Bahkan menurut Lindblom (1994) dalam Guthrie dan Ward (2006) menyatakan bahwa ketika legitimacy gap terjadi dapat menghancurkan legitimasi organisasi yang berujung pada berakhirnya eksistensi perusahaan. Legitimasi manajemen dapat dilihat sebagai cara berkomunikasi, dalam hubungan organisasi dan masyarakat, untuk memperoleh dukungan masyarakat (Sun et al., 2010).

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 5: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

5

Guthrie dan Parker (1977) menyarankan bahwa organisasi mengungkapkan kinerja lingkungan mereka dalam berbagai komponen untuk mendapatkan reaksi positif dari lingkungan dan mendapatkan legitimasi atas usaha perusahaan (Hui dan Bowrey, 2008). Teori legitimasi juga dapat digunakan untuk menjelaskan keterkaitan mekanisme corporate governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Artinya, dengan mekanisme corporate governance dan profitabilitas yang mencukupi, perusahaan tetap akan mendapatkan keuntungan positif, yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya keuntungan perusahaan di masa yang akan datang.

Earnings Management (Manajemen Laba) Praktek manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan. Menurut Healy dan Wahlen yang dikutip oleh Riduwan (2001) menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Terdapat pendekatan lainnya yang dapat digunakan dalam mengendalikan net income (Lontoh dan Lindrawati, 2004): 1. Dengan mengendalikan transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki

pengaruh terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Terdapat dua konsep akrual yaitu: Discretionary Accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen, dan Non-Discretionary Accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang tundukpada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Patten dan Trompeter (2003) menyatakan bahwa earnings management berhubungan dengan penggunaan discretionary accruals untuk memanipulasi besarnya earnings yang dilaporkan.

2. Dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat menentukan netincome yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk melaksanakan hal initidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin.

Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Kotler dan Nancy (2005:4) Corporate Social Responsibility adalah komitmen

perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan. CSR Forum mendefinikan Corporate Social Responsibility sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007:8).

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 6: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

6 Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika

bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainable akan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat (Wibisono, 2007:66). Kotler dan Nancy (2005) juga mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra perusahaan karena jika perusahaan menjalankan tata kelola bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka.

Melihat pentingnya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dalam membantu perusahaan menciptakan citra positif, seharusnya perusahaan melihat ini sebagai profit center bagi perusahaan di masa yang akan datang, dan bukan sebagai cost center. Logikanya sederhana, jika Corporate Social Responsibility diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui peniadaan Corporate Social Responsibility itu sendiri. Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata publik (Wibisono, 2007).

Pengungkapan Lingkungan Perusahaan (Corporate Environmental Disclosure) Pengungkapan terkait dengan informasi baik yang terdapat dalam laporan keuangan

maupun komunikasi tambahan (supplementary communication) yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan di masa datang, prakiraan keuangan operasi, serta informasi lainnya (Wolk dan Tearney dalam Widiastuti (2000) dalam Sitepu, 2009).

Pengungkapan secara umum terbagi atas dua jenis yaitu, Voluntary disclosure dan mandatory disclosure. Voluntary disclosure berkaitan dengan aktivitas/keadaan perusahaan secara sukarela. Gray et al. (1993:257) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah berutang lebih banyak untuk iklan, public relations, dan pembentukan citra daripada yang dilakukannya untuk informasi, akuntabilitas, dan transparansi. Sedangkan Mandatory Disclosure berkaitan dengan aktivitas/keadaan perusahaan yang bersifat wajib dan dinyatakan dalam peraturan hukum.

Neu et al. (1998, hlmn 273) berteori bahwa pada dasarnya, pengungkapan lingkungan (environmental disclosure) berusaha untuk mengelola kesan publik terhadap tindakan perusahaan dengan melakukan pengungkapan secara selektif dalam rangka membentuk opini publik yang relevan tentang apa yang mereka tahu atau rasakan terhadap perusahaan.

Laporan yang berkaitan dengan informasi yang bersifat non-keuangan seperti CSR telah diatur dalam undang-undang dan bersifat mandatory melalui Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang no.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Terdapat beberapa hal yang mendukung namun berkaitan dengan aspek lingkungan, belum terdapat suatu peraturan yang benar-benar mengatur tentang pengungkapannya. Environmental disclosure merupakan pengungkapan informasi yang berkaitandengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Pada umumnya terdapat pada bagian terpisah pada Sustainability Report atau tercantum dalam Annual Report. Di Indonesia yang memiliki otoritas pengungkapan mandatory (wajib) adalah Bapepam.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 7: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

7

Untuk dapat mendukung harapan ini dan juga dalam mengkomunikasikan secara jelas dan terbuka mengenai keberlanjutan, maka diperlukan sebuah kerangka konsep yang global, dengan bahasa yang konsisten dan dapat diukur. Adalah menjadi misi dari Inisiatif Pelaporan Global/Global Reporting Initiative (GRI) untuk memenuhi kebutuhan itu dengan menyediakan sebuah kerangka yang kredibel dan dapat dipercaya dalam melaporkan keberlanjutan yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda ukuran, sektor, dan lokasinya. (www.globalreporting.org, diunduh pada tanggal 10 Oktober 2011). Dari daftar pengungkapan sosial GRI, dalam penelitian ini menggunakan satu kategori, yaitu indikator kinerja lingkungan. Para pemangku kepentingan (stakeholders) akan memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan memberikan tekanan dan atau dorongan kepada perusahaan yang belum berperingkat baik. Mekanisme Corporate Governance

Kajian atas Corporate Governance mulai disinggung pertama kalinya oleh Berle dan Means tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang menganalisis pemisahan kepemilikan saham (ownership) dan kontrol. Istilah CG pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992, yang menggunakan sitilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik CG di seluruh dunia.

Cadbury Committee mendefinisikan corporate governance (I Nyoman Tjager, dalam Deny, 2005) sebagai suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Corporate governance merupakan elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (OECD, 1999). Berkaitan dengan agency conflict, corporate governance diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang diinvestasikan(Jama’an, 2008).

Menurut Iskander & Chamlou (2000) dalam Lastanti (2004), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuandengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain denganmenggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

Dewan Komisaris Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama

dalam pelaksanaan Good Corporate Governance.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 8: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

8 Berdasarkan UU Nomor 40 tahun 2007, dewan komisaris adalah organ perusahaan

yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi yang sesuai dengan pedoman umum dari tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia.

Berkaitan dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu One Tier System, dan Two Tiers System. One Tier System hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dangan prinsip paruh waktu (Non Direktur Eksekutif), misalnya Amerika Serikat dan Inggris. Two Tier System, (Denmark, Jepang, Jerman, dan Belanda) mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi).

Dewan Direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris. Sedangkan Dewan Komisaris terutama bertanggungjawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi dengan pihak ketiga.

Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan Two Tiers System adalah Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan. Meskipun terdapat pula perbedaan-perbedaan yang cukup penting termasuk di dalamnya adalah hak dan kewajiban Dewan Komisaris dimana dalam keadaan yang umum tidak termasuk kewenangan Dewan Komisaris untuk menunjuk dan memberhentikan direksi (FCGI, 2005). Kriteria Komisaris Independen

Dalam pola penyelenggaraan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlah proposionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris (Darmawati, 2004).

Kriteria untuk Outside Directors dalam One Tier System telah diterjemahkan menjadi kriteria untuk Komisaris Independen, sebagai berikut: 1. Bukan merupakan anggota manajemen; 2. Bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara

lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisiseperti itu;

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 9: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

9 4. Bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu

kelompok dengan perusahaan tersebut; 5. Bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari

perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;

6. Tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan tersebut;

7. Bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2000:6).

Peranan Komite Audit Dewan Komisaris harus mendelegasikan beberapa tugas mereka kepada komite-komite.

Komite yang pada umumnya dibentuk adalah Komite Kompensasi/Remunerasi untuk badan eksekutif dalam perusahaan, Komite Nominasi, dan Komite Audit.

Komite Audit beranggotakan Komisaris Independen, dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan (www.cic-fcgi.org, 10 Oktober 2011). Pada umumnya, Komite Audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu Laporan Keuangan (Financial Reporting), Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), dan Pengawasan Perusahaan (Corporate Control).

Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No.SE-008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit di perusahaan publik, disebutkan bahwa: • Jumlah anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk Ketua Komite audit. • Anggota yang berasal dari komisaris hanya sebanyak 1 (satu) orang. Anggota yang berasal

dari komisaris tersebut harus merupakan Komisaris Independen Perusahaan Tercatat yang sekaligus menjadi Ketua Komite audit.

Hipotesis Penelitian Mengacu pada jurnal Nan Sun and Aly Salama; Khaled Hussainey; dan Murya

Habbash (2010) mengenai hubungan antara Earnings Management (EM) dan Corporate Environmental Disclosure (CED) dan dampaknya terhadap mekanisme Corporate Governance (CG). Tampaknya manajer yang terlibat dalam praktik manajemen laba termotivasi untuk berperilaku secara positif untuk menciptakan persepsi yang baik bagi shareholders dan kelompok stakeholder bahwa mereka bertindak untuk menjamin kinerja yang optimal melalui kegiatan CED. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1: Manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan (CED).

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 10: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

10 Menurut Haniffa dan Cooke (2002), apabila jumlah komisaris independen semakin

besar atau dominan hal ini dapat memberikan power kepada dewan komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan. Dengan kata lain, komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholder perusahaan sehingga hal ini dapat mendorong pengungkapan corporate environmentaldisclosure lebih luas. Maka, hipotesis selanjutnya adalah:

H2: Jumlah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan (CED).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009), yang menemukan adanya hubungan antara jumlah pertemuan komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi laba perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering komite audit mengadakan pertemuan maka pengungkapan informasi laba perusahaan semakin transparan. Ini berarti semakin besar jumlah rapat komite audit, discretionary accruals semakin rendah, dan dapat mendukung peningkatan pengungkapan CED. Maka, hipotesisnya adalah:

H3: Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan (CED).

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Semakin besar aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Maka, hipotesisnya adalah:

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab lingkungan perusahaan (CED).

Penelitian dari Bowman & Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) mengehendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Maka, hipotesisnya adalah:

H5: Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan (CED).

Perusahaan yang mempunyai proporsi utang lebih banyak dalam strktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditnya sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Maka, hipotesisnya adalah:

H6: Tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan (CED).

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 11: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

11

POPULASI DAN SAMPEL Target populasi adalah perusahaan-perusahaan yang telah mendaftarkan perusahaannya

pada Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2008-2010 dan bukan termasuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2008-2010 secara berturut-turut, lengkap dan dapat diakses pada situs BEI, menyediakkan laporan tahunan dan laporan keberlanjutan tahun 2008-2010, dan memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 12 perusahaan yang menjadi sampel penelitian: PT. Holcim Tbk, PT. Adaro Indonesia, PT. Unilever Indonesia Tbk, PT. Medco E&P Indonesia, PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk, PT. Timah (Persero) Tbk, PT. Astra International Tbk, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PT. Astra Agro Lestari, PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka prosedur pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan atau penempatan sampel penelitian yang dilakukan tidak secara acak (random) melainkan telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sampel perusahaan kemudian dikumpulkan menjadi gabungan data cross sectional dan time series atau yang lebih dikenal dengan data panel (pooled data), dimana cross-section-nya terdiri dari enam perusahaan dan time series-nya terdiri dari tahun 2008-2010.

Kemudian, dari perusahaan yang telah terpilih menjadi data sampel penelitian maka sampel tersebut dikelompokkan berdasarkan pada jenis industrinya. Selanjutnya data sampel akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi Pooled Least Square (PLS) dengan robust standard error untuk menguji hubungan antara CED dan EM, dan performance-matched Discretionary Accruals (DA) sebagai ukuran EM.

Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel bebas yang tidak dipengaruhi oleh variabel

apapun. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan earnings management sebagai variabel independen, yang diukur dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Kothari et al. (2005). Model tersebut merupakan pengembangan dari model modified Jones (Dechow et al., 1995) dengan menambahkan Return on Assets (ROA) – sebagai variabel kontrol dalam regresi total accruals (Sun et al., 2010). Tahap-tahap penentuan discretionary accrual adalah seperti berikut:

1. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow approach), yaitu:

TAit = NIit – CFOit (1)

Dimana: TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t. NIit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t. CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t.

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 12: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

12

2. Menentukan discretionary accruals. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi earnings management mengacu pada penelitian Kothari et al. (2005), dan juga karena saat ini discretionary accruals digunakan secara luas untuk menguji hipotesis earnings management. Langkah awal untuk

menentukan discretionary accruals (DA (DAit)) yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut: TAit / Ait–1 = ai ( 1 / Ait–1 ) + β1i ( ΔREVit - ΔRECit / Ait–1 ) + β2i ( PPEit / Ait–1 ) + β3i ( ROAit / Ait–1 ) + εit (2)

Dimana: DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t. Ait- 1 = Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1. ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t. ΔRECit = Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada

tahun t. PPEit = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t. ROAit = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t.

Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan adalah corporate environmental disclosure. CED

digunakan sebagai proksi untuk CSR, yang datanya dapat diperoleh melalui pengungkapan CSR dalam laporan tahunan. Penilaian menggunakan indeks GRI ini hanya melihat indikator kinerja lingkungan.

Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa (www.globalreporting.org, diunduh pada tanggal 10 Oktober 2011). Dalam penelitian ini, pengungkapan item environmental disclosure dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

CED = Jumlah item yang diungkapkan perusahaan Jumlah item pengungkapan lingkungan GRI

Variabel Kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah dewan komisaris independen, dan jumlah rapat komite audit sebagai mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan (firm’s size), profitabilitas, dan leverage.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 13: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

13 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Menurut peraturan Bapepam IX.I.5, Komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.

Proporsi Dewan = Jumlah anggota komisaris independen

Komisaris Independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris Jumlah Rapat Komite Audit

Jumlah rapat komite audit yang dilakukan oleh komite audit dalam waktu satu tahun dapat diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan maupun laporan komite audit.

Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh

perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:

SIZE = ln (total assets)

Profitabilitas Variabel profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset

(ROA). ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Dalam rasio profitabilitas dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Pengukuran ROA menggunakan rumus sebagai berikut:

ROA = Laba bersih setelah pajak (EAT) x 100%

Total aktiva

Leverage Leverage dapat diartikan sebagai perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk

membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan. Penghitungan leverage adalah rasio atas total hutang dibagi dengan total aset.

LEV = Total Debt x 100% Equity

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 14: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

14 Model Analisis

Analisis regresi digunakan oleh peneliti apabila peneliti bermaksud untuk

Dimana: CED = Corporate Environmental Disclosure

λ1 = Konstanta

λ2-9 = Koefisien regresi dari setiap variabel DA = Manajemen laba yang diproksi dengan discretionary

accruals (DA) SIZE = Total aset LEV = Rasio Leverage (Debt-to-equity ratio) ROA = Profitabilitas yang diproksi dengan Return on Assets CG = Proporsi dewan komisaris independen AUDIT = Jumlah rapat komite audit

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata masing-masing variabel penelitian yang digunakan. Alat yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel dalam penelitian ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Gambaran umum variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.

CED 0.684259 0.750000 1.000000 0.200000 0.246691

DA -0.026690 -0.025157 0.255057 -0.238702 0.081098

CG 0.503219 0.472222 0.857143 0.200000 0.198718

AUDIT 12.08333 8.000000 37.00000 2.000000 10.06089

SIZE 16.45420 16.32032 18.54163 15.36314 0.871529

ROA 0.139295 0.115420 0.416504 0.010969 0.115739

LEV 1.173000 1.176991 3.108405 0.151780 0.734431

Sumber: hasil olahan peneliti menggunakan Eviews 6

CEDit = λ1 + λ2 (DA)it + λ3 (SIZE)it + λ4 (LEV)it + λ5 (ROA)it + λ6 (CG)it

+ λ7 (AUDIT)it + εit

meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen, dan apabila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor di manipulasi nilainya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini model regresi yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 15: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

15

CED dihitung dengan jumlah indeks GRI untuk lingkungan (sebanyak 30 item) yang dipenuhi oleh perusahaan. Berdasarkan tabel diatas, nila rata-rata darivariabel CED sebesar 0.684259 dengan nilai minimum sebesar 0.2 dan nilai maksimum sebesar 1. Artinya rata-rata perusahaan sampel melakukan pelaporan CED sebesar 68% dari nilai maksimal yang seharusnya dicapai.

DA digunakan sebagai proksi dari manajemen laba. Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata dari variabel DA sebesar -0.026690 dengan nilai minimum sebesar -0.238702 dan nilai maksimum sebesar 0.255057. CG menunjukkan jumlah dewan komisaris independen setiap perusahaan, dengan nilai rata-rata sebesar 0.503219, nilai minimum sebesar 0.2, nilai maksimum sebesar 0.857143, dan standar deviasi sebesar 0.198718. AUDIT menunjukkan jumlah rapat komite audit setiap perusahaan. Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata dari variabel AUDIT sebesar 12.08333, dengan nilai minimum sebesar 2.000000, dan nilai maksimum sebesar 37.00000.

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata dari variabel SIZE sebesar 16.45420 dengan nilai minimum sebesar 15.36314 dan nilai maksimum sebesar 18.54163. ROA menunjukkan return on total assets setiap perusahaan, dengan nilai rata-rata sebesar 0.139295, nilai minimum sebesar 0.010969, dan nilai maksimum sebesar 0.416504. LEV menunjukkan debt to equity ratioperusahaan dengan nilai rata-ratasebesar 1.173000, nilai minimum sebesar 0.151780 dan nilai maksimum sebesar 3.108405. Analisis Regresi Data Panel Common Effect / Ordinary Least Squares

Untuk melihat besarnya pengaruh dari variabel DA, CG, AUDIT, SIZE, ROA, dan LEV terhadap CED, maka dilakukan estimasi dengan common effect dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk data panel dengan menggunakan program Eviews 6. Hasil estimasi dengan menggunakan model common effect dengan metode Ordinary Least Square, menunjukkan paling tidakterdapat satu vaiabel yang mempengaruhi CED. Hal ini

dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.086960 yang berarti secara keseluruhan variabel independen dalam persamaan tesebut hanya mampu mempengaruhi variabel CED sebesar 8,69% selama periode penelitian, sedangkan sisanya sebesar 91,31% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.

Hasil Estimasi dengan Generalized Least Square Metode GLS dapat dianalisis dengan fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) sehingga dapat diketahui model mana yang terbaik untuk digunakan dalam mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi CED. Fixed Effect Model

Berdasarkan hasil estimasi dengan metode GLS, fixed effect model (FEM)

menunjukkan koefisien determinasi R-square (R2) sebesar 0.882673 yang berarti secara keseluruhan variabel DA, CG, AUDIT, SIZE, ROA, dan LEV mampu menjelaskan variabel

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 16: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

16

CED sebesar 88,26%.

Random Effect Model Berdasarkan hasil estimasi dengan metode GLS, random effect model (REM)

menunjukkan koefisien determinasi R-square (R2) sebesar 0.387340 yang berarti secara keseluruhan variabel DA, CG, AUDIT, SIZE, ROA, dan LEV mampu menjelaskan variabel CED sebesar 38,73%.

Pengujian Model Terbaik Langkah pertama yang dilakukan adalah menguji ada tidaknya individual effect dari

model, yaitu antara common effect dengan fixed effect, dengan menggunakan uji Chow. Sementara perbandingan antara fixed effect dengan random effect menggunakan uji Hausman.

Uji Chow Pengujian ini menggunakan Chow-test atau Likelihood ratio test, kesimpulan dari uji

Chow adalah apabila hipotesi nol (H0) diterima, maka model yang digunakan adalah

common effect dan sebaliknya apabila hipotesis (H0) ditolak, maka model yang digunakan adalah fixed effects model (FEM). Uji Chow bertujuan untuk memilih antara metode OLS dan metode fixed effect. Hipotesis untuk uji Chow adalah sebagai berikut: H0: metode common effect. H1: metode fixed effect.

Tabel 4.2 Uji Chow

Effect Test Statistic d.f. Prob.

Cross section F 3.953069 (11,18) 0.0049

Cross-section Chi-square 44.222445 11 0.0000

Sumber: Hasil olahan peneliti dengan menggunakan Eviews 6 Berdasarkan hasil uji Chow diatas menunjukkan p-value 0.0049 lebih kecil dari 0.05 (0.0049 < 0.05) sehingga H0 ditolak, maka model terbaik dalam penelitian ini adalah fixed effect. Uji Hausman

Uji ini dilakukan untuk menentukan model mana yang terbaik antara fixedeffect model (FEM) dan random effect model (REM) dalam metode Generalized Least Square (GLS). Kesimpulan dari uji Hausman adalah apabila null hypothesis (H0) diterima, maka model yang digunakan adalah Random Effect Model (REM) dan sebaliknya apabila null hypothesis (H0) ditolak, maka model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah sebagai berikut: H0: Random Effect Model (REM). H1: Fixed Effect Model (FEM).

Dari hasil uji Hausman ini, diperoleh nilai Chi-squarenya seperti pada tabel dibawah ini.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 17: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

17

Tabel 4.3 Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 7.192415 6 0.3034

Dari hasil uji Hausman ini dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0.3034 lebih besar dari 0.05, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, maka model estimasi terbaik adalah menggunakan Random Effect Model (REM).

Model Regresi Terbaik Sebagaimana pada analisis sebelumnya, dari hasil uji Chow dan uji Hausman menghasilkan model terbaik dalam penelitian ini yaitu Random EffectModel (REM).

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Regresi Corporate Environmental Disclosure

Variabel Dependen (CED) Koefisien T-Statistic P-value

Variabel Independen

C 81.18581 3.137203 0.0039

DA 8.944135 0.999457 0.3258

CG 11.89450 3.270134 0.0028

AUDIT -0.035120 -0.290960 0.7732

SIZE -3.814047 -2.440988 0.0210

ROA -2.675933 -0.222134 0.8258

LEV -2.431401 -1.306554 0.2016

R-squared 0.387340

Adjusted R-squared 0.260583

F-statistic 3.055767

Prob. F-statistic 0.019289 R2 dan Adjusted R2

Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Random Effect Model (REM), menghasilkan

bukti bahwa nilai R2 (koefisien determinasi) pada perusahaan dengan persentase sebesar 0.387340.

Hal ini membuktikan bahwa manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat komite audit, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, dan rasio leverage

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 18: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

18 mempengaruhi corporateenvironmental disclosure sebesar 38,73% dan sisanya sebesar 61,27% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Setelah melakukan pengujian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model random effect adalah metode yang paling tepat, sehingga persamaan yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:

Uji Hipotesis Keseluruhan (F-Stat) Uji F digunakan untuk melihat apakah model tersebut dapat digunakan dalam penelitian

ini (uji kelayakan model). Nilai F-stat adalah sebesar 3.055767 dengan probabilitas sebesar 0.019289. Artinya paling sedikit terdapat satu variabel independen, yaitu CG dan SIZE yang mempengaruhi variabel dependen, yaitu CED dan model layak untuk digunakan.

Signifikansi Parsial (t-Stat) Signifikansi parsial digunakan untuk menjelaskan hubungan masing-masing variabel

bebas atau penjelas terhadap variabel terkait.

DA (Earnings Management) Nilai t-stat untuk variabel DA adalah 0.999457, dengan nilai probabilitas sebesar

0.3258 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Sementara nilai koefisien DA adalah 8.944135 atau memiliki arah positif. Dengan demikian, praktik earnings management suatu perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sun et al. (2010) yang menemukan bahwa praktik earnings management memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Kesimpulannya, H1 ditolak.

CG (Proporsi Dewan Komisaris Independen) Nilai t-stat untuk variabel CG adalah 3.270134 dengan nilai probabilitas sebesar

0.0028 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Sementara nilai koefisien CG adalah 11.89450 atau memiliki arah positif. Dengan demikian, proporsi anggota dewan komisaris independen memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Artinya, setiap kenaikan 1 poin variabel CG maka akan mengakibatkan kenaikan variabel CED sebesar 11.89450. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa keberadaan dewan komisaris independen terbukti mampu mengurangi tindakan manajemen laba terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sun et al (2010) yang juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota dewan komisaris independen dengan pengungkapan lingkungan. Keberadaan dewan komisaris independen dapat memberikan kontrol dan monitoring bagi manajemen dalam operasional perusahaan, termasuk dalam pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Kesimpulannya, H2 diterima.

AUDIT (Jumlah Rapat Komite Audit) Nilai t-stat untuk variabel AUDIT adalah -0.290960 dengan nilai probabilitas sebesar

0.7732 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Nilai koefisien AUDIT adalah -0.035120 atau memiliki arah negatif. Artinya, jumlah rapat komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 19: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

19

Hal ini terjadi karena pembentukan komite audit dalam perusahaan masih bersifat mandatory terhadap peraturan yang ada, sehingga berapapun jumlah rapat yang dilakukan tidak menjamin pelaksanaan monitoring terhadap manajemen akan berjalan secara efektif. Hasil penemuan ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sun et al. (2010) yang menyatakan bahwa jumlah rapat komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Kesimpulannya, H3 ditolak.

SIZE (Ukuran Perusahaan) Nilai t-stat untuk variabel SIZE adalah -2.440988 dengan nilai probabilitas sebesar

0.0210 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Sementara nilai koefisien SIZE adalah -3.814047 atau memiliki arah negatif. Hasil ini mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Artinya, setiap kenaikan 1 poin variabel SIZE akan mengakibatkan penurunan variabel CED sebesar 3.814047. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sun et al. (2010) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol secara positif signifikan terkait dengan pengungkapan lingkungan perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung teori legitimasi bahwa perusahaan yang besar akan mengungkapkan tanggung jawab lingkungan perusahaannya untuk mendapatkan legitimacy dari stakeholders. Cowen dkk (1987) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa perusahaan besar yang melakukan lebih banyak aktivitas yang memberikan dampak yang lebih besar terhadap masyarakat, kemungkinan mempunyai lebih banyak pemegang saham yang boleh jadi terkait dengan program sosial perusahaan, dan laporan tahunan akan dijadikan sebagai alat yang efisien untuk menyebarkan informasi ini. Kesimpulannya, H4 diterima.

ROA (Rasio Profitabilitas) Nilai t-stat untuk variabel ROA adalah -0.222134 dengan nilai probabilitas sebesar

0.8258 dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Sementara nilai koefisien ROA adalah -2.675933 atau memiliki arah negatif. Dengan demikian, rasio profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan ingkungan perusahaan. Penemuan ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.

Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa aktivitas pengungkapan lingkungan dianggap sebagai aktivitas yang merugikan dan tidak bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini menghasilkan temuan yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hossain dkk (2006) yang menemukan hubungan positif terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung teori legitimasi yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Kesimpulannya, H5 ditolak.

LEV (Rasio Leverage) Nilai t-stat untuk variabel LEV adalah -1.306554 dengan nilai probabilitas sebesar

0.2016, dan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Sementara nilai koefisien LEV adalah -2.431401 atau memiliki arah negatif.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013

Page 20: HUBUNGAN ANTARA CORPORATE ENVIRONMENTAL …

   

       

20

Dengan demikian, rasio leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Schipper (1981) dalam Marwata (2001) berpendapat bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung teori agensi dan berdasarkan teori agensi, tingkat leverage perusahaaan mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab lingkungan. Kesimpulannya, H6 ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Proporsi dewan komisaris independen ditemukan memiliki pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan lingkungan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris independen yang dimiliki oleh perusahaan di Indonesia dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Keberadaan dewan komisaris independen dapat memberikan kontrol dan monitoring bagi manajemen dalam operasional perusahaan, termasuk dalam pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Hal ini terjadi karena keberadaan mekanisme CG dalam perusahaan adalah untuk menegakkan Good Corporate Governance di dalam perusahaan.

2. Ukuran perusahaan (firm size) ditemukan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Artinya, semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin kecil pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan pengungkapan lingkungan.

3. Manajemen laba, jumlah rapat komite audit, rasio profitabilitas, dan rasio leverage ditemukan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadappengungkapan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang relatif sedikit yang digunakan dalam penelitian ini.

Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah variabel makanisme CG lainnya. 2. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah periode penelitian dan sampel

penelitian, sehingga data yang diperoleh akan lebih akurat. 3. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi variabel-variabel yang lebih mempunyai

pengaruh terhadap Corporate EnvironmentalDisclosure.

Universitas Indonesia

Hubungan antara…, Anggia Ramadhani, FISIP UI, 2013