Upload
ngodung
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA GERAKAN LITERASI SEKOLAH
DAN KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL E- JOURNAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
oleh
SITI MAULIDYA
NIM 130388201001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
Siti Maulidya. 2017. Hubungan Antara Gerakan Literasi Sekolah dan Kemahiran
Membaca Pemahaman Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017. Pembimbing I: Dr. H. Abdul
Malik, M.Pd. Pembimbing II: Indah Pujiastuti, M.Pd.
Kata Kunci: Korelasi, Gerakan Literasi Sekolah, Kemahiran Membaca Pemahaman
Permasalahan yang dialami oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang ialah
kurangnya pembiasaan membaca dan kurangnya kemahiran mmahami isi sebuah
bacaan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji gerakan literasi sekolah siswa
kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang; (2) mengkaji kemahiran membaca
pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang; dan (3) mengkaji
hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman
siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjungpinang Tahun
Pelajaran 2016/2017. Adapun teknik pengambilan sampel ialah dengan teknik
sampel acak. Jumlah sampel dalam penelitian yaitu 47 siswa. Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data berupa angket untuk mengumpulkan data gerakan literasi
sekolah dan tes untuk mengumpulkan data kemahiran membaca pemahaman.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui skor rata-rata gerakan literasi sekolah siswa
adalah 72,77 dengan kategori cukup baik. Skor rata-rata kemahiran membaca
pemahaman siswa ialah 82,98 dengan kategori tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan perbandingan nilai thitung = 7,031 dan ttabel = 2,014 yang menyatakan
terdapat hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca
pemahaman siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjungpinang Tahun
Pelajaran 2016/2017 dalam tingkat koefisien korelasi yang tinggi yaitu 0,631.
ABSTRACT
Siti Maulidya. 2017. Correlation Between School Literacy Movement and
Reading Comprehension Skills of Student Class X Senior High School 2
Tanjungpinang Lesson Year 2016/2017. Superrvisor I: Dr. H. Abdul Malik,
M.Pd. Supervisor II: Indah Pujiastuti, M.Pd.
Keywords: Correlation, School Literacy Movement, Reading Comprehension
Skills
The Problems experienced by students of class Senior High School 2
Tanjungpinang is the lack of reading habit and lack of skill understanding the
contents of a reading. This research aims to (1) examine the literacy movement of
school students of grade X SMA Negeri 2 Tanjungpinang; (2) to examine the
reading comprehension skills of class X students of Senior High School 2
Tanjungpinang; And (3) examine the correlation between school literacy movement
and reading comprehension skills of class X Senior High School 2 Tanjungpinang.
This research uses correlation research method with quantitative approach. The
population of this research is all students of class Senior High School 2
Tanjungpinang Lesson Year 2016/2017. The technique of sampling is by random
sampling. The samples in this research were 47 students. Researcher used data
collection techniques in the form of questionnaires to collect school literacy
movement data and tests to collect reading comprehension reading data. Based on
the results of the research, it is known that the average score of student literacy
movement is 72.77 with good enough category. The average score of reading
comprehension skills of students is 82.98 with high category. The result of the
research shows the comparison of tcount = 7,031 and ttable = 2,014 which states
there is correlation between the school literacy movement and the reading
comprehension skills of class X Senior High School 2 students Tanjungpinang
Lesson Year 2016/2017 in high correlation coefficient level is 0,631.
1. Pendahuluan
Buku adalah sumber pengetahuan, seperti semboyan ‘buku jendela ilmu’
dan ‘baca buku, buka dunia’. Dengan membaca buku, kita akan memperoleh
pengetahuan. Oleh sebab itu, membaca dapat memperbaiki kehidupan.
Membaca merupakan jendela dunia. Bacaan adalah kuncinya. Manusia
yang gemar membaca adalah manusia yang tahu dunia. Tidak hanya berhenti di
situ, membaca merupakan jantung pendidikan. Bisa dibayangkan apabila jantung
manusia berhenti, maka berhenti pula kehidupan manusia itu. Begitu juga dengan
pendidikan, apabila membaca sebagai jantung pendidikan diabaikan, maka
pengetahuan tidak akan bergerak ke arah yang lebih maju. Semakin sering orang
membaca, maka semakin besar pula pengetahuannya dan semakin maju juga
pendidikannya. Itulah yang melatarbelakangi bahwa membaca merupakan jendela
dunia.
Pada era informasi dan komunikasi yang serba cepat sekarang ini, seseorang
dituntut untuk dapat mengikuti laju perkembangan zaman. Untuk mengikuti laju
perkembangan zaman tersebut, setiap orang harus mengimbanginya dengan
kemahiran membaca (Somadayo, 2011:1). Tidak berhenti sampai di situ, untuk
mengikuti laju perkembangan zaman, setiap orang juga harus memiliki kemahiran
literasi. Baru-baru ini, kata literasi sudah menjadi sesuatu yang sedang hangat
diperbincangkan. Kemendikbud (2016:2) mengartikan literasi sebagai,
“Kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas
melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, atau
berbicara.” Kemahiran literasi ini diperlukan untuk menyerap informasi sebanyak
mungkin melalui buku, majalah, surat kabar, televisi, internet, dan lain-lain,
sehingga akan menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang literat.
Minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data yang
dikeluarkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa minat baca orang Indonesia
hanya 0,001 dan Indonesia menduduki posisi kedua dari bawah dalam keliterasian
dunia, setingkat di atas Botswana, yaitu urutan ke- 60 dari 61 negara yang ikut serta
(Solopos, 2016). Hal ini juga menunjukkan kurangnya minat dan kemahiran
membaca peserta didik Indonesia.
Mengupas penyebab kurangnya minat baca, banyak faktor yang
melandasinya. Namun, yang paling mendasar adalah tidak adanya kebiasaan
membaca yang ditanamkan sejak usia dini. Padahal kemahiran membaca sangat
berperan penting dalam kehidupan, sebab salah satu cara memperoleh pengetahuan
ialah dari membaca. Oleh karena itu, kemahiran membaca harus dikuasai dengan
baik sejak dini, apalagi oleh peserta didik.
Dalam konteks internasional, pemahaman membaca tingkat sekolah
menengah diuji oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi
(OECD-Organization for Economic Cooperation and Development) dalam PISA
(Programme for International Student Assesment). Mengutip dari Kemendikbud
(2016:1), uji literasi membaca dalam PISA 2009 menunjukkan peserta didik
Indonesia berada pada peringkat ke- 57 dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 493)
dan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke- 64
dengan skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Sebanyak 65 negara berpartisipasi
dalam PISA 2009 dan 2012. Data PISA tahun 2015 menunjukkan peserta didik
Indonesia memeroleh skor 397 dalam membaca, hanya naik satu skor dari tahun
2012 (Kemdikbud, 2016). Data PISA khususnya dalam kemahiran memahami
bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia masih tergolong
rendah.
Rendahnya kemahiran tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan
belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan.
Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah.
GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit
membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini bertujuan
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan kemahiran memahami
bacaan agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Anderson & Krathwol
(dalam Kemendikbud, 2016:28) menyebutkan, “Kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan
mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah
kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan pengayaan dan buku pelajaran.” Ini berarti kegiatan gerakan literasi sekolah
bertujuan meningkatkan kemahiran siswa dalam memahami sebuah bacaan.
Membaca pemahaman ialah kegiatan berpikir untuk memahami isi teks
yang dibaca (Dalman, 2014:5). Memahami sebuah bacaan berarti menemukan
informasi dan pengetahuan baru. Seseorang dapat menambah informasi dan
meningkatkan pengetahuan apabila ia sering membaca. Gerakan literasi sekolah
dengan pembiasaan membaca lima belas menit setiap hari sebelum belajar
berfungsi untuk meningkatkan pemamahaman siswa pada sebuah bacaan. Apabila
siswa mahir dalam memahami bacaan dan mampu menguasai pengetahuan dengan
baik, tujuan dari gerakan literasi sekolah tercapai.
Berdasarkan pengalaman peneliti melaksanakan praktik pengalaman
lapangan pada bulan September hingga Desember 2016, Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Tanjungpinang sudah melaksanakan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
sejak pertengahan semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Dalam
pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Tanjungpinang belum dilaksanakan secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan sarana dan prasarana yang menunjang seperti buku, tempat, dan
lainnya.
Berdasarkan wawancara dengan guru pelajaran bahasa Indonesia, guru
menyatakan siswa kurang minat dalam membaca, guru juga mengemukakan bahwa
sebelum adanya Gerakan Literasi Sekolah banyak siswa yang tidak mengunjungi
perpustakaan pada saat istirahat. Siswa hanya membaca ketika diberikan tugas oleh
guru. Guru juga menyatakan siswa tidak mampu menjawab dengan tepat
pertanyaan-pertanyaan disebabkan karena tidak memahami bacaan dengan baik.
Berdasarkan teori dan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Gerakan Literasi Sekolah
dan Kemahiran Membaca Pemahaman Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas
Negeri 2 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan antara Gerakan Literasi Sekolah dan kemahiran membaca
pemahaman siswa. Adanya Gerakan Literasi Sekolah tujuannya mampu
menumbuhkan minat baca siswa, sehingga kemahiran siswa dalam memahami
sebuah bacaan akan bagus. Begitu pun sebaliknya, tingginya kemahiran siswa
dalam memahami sebuah bacaan berarti tercapainya tujuan dari Gerakan Literasi
Sekolah itu sendiri.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjungpinang.
Populasi yang akan dijadikan peneliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang tahun pelajaran 2016/2017. Pengambilan
sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel acak. Teknik sampel acak
adalah proses pemilihan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebesar 10%
dari jumlah populasi diambil dengan satuan terdekat. Pengambilan sampel 10% ini
dilihat dari kemampuan peneliti terhadap waktu, tenaga, dan dana. Jumlah sampel
dalam penelitian ini berjumlah 47 siswa. Tempat penelitian ini dilaksankaan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjungpinang. Sekolah ini terletak di Jalan
Basuki Rahmat nomor 4, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari,
Provinsi Kepulauan Riau.
Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode
penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini digunakan untuk
membuktikan ada atau tidaknya hubungan pada masalah yang diteliti yaitu
hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman
siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang. Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu angket dan tes. Angket
digunakan peneliti untuk mencari tahu sejauh mana sikap atau pendapat siswa
terhadap kegiatan gerakan literasi sekolah di sekolah tersebut. Dalam penilaian
angket ini, peneliti menggunakan skala Likert. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan data untuk mengukur kemahiran membaca pemahaman siswa adalah
tes. Tes yang digunakan peneliti ialah tes tertulis berupa pilihan ganda.
Adapun teknik dalam menganalisis data dalam menganalisis data dalam
penilitian ini adalah pemeriksaan dan pemberian skor pada setiap hasil angket
menggunakan skala Likert. Pemberian skor dilakukan dengan menghitung jumlah
skor pada angket. Pemeriksaan dan pemberian skor pada setiap hasil tes kemahiran
membaca pemahaman. Pemberian skor tes membaca pemahaman dilakukan dengan
dengan cara mengali hasil bagi antara jumlah skor benar dan skor total dengan
seratus. 10. Selanjutnya melakukan pengujian persyaratan analisis. Uji
persyaratan analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan
memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknik statistik yang dipilih. Uji
persyaratan analisis dilakukan dengan uji normalitas dan uji linearitas. Mencari
hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman
dengan menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan kedua variabel tersebut. Menghitung nilai t untuk mencari
jawaban dari hipotesis yang diajukan. Setelah semua data selesai dianalisis,
kemudian dibuat kesimpulan terhadap hasil yang didapatkan.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data dalam
penelitian ini adalah lembar angket tentang gerakan literasi sekolah dan lembar tes
kemahiran membaca pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 2 Tanjungpinang
tahun pelajaran 2016/2017. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen penelitian dibuat
berdasarkan indikator-indikator variabelnya.
3. Hasil dan Pembasahan Penelitian
Skor angket gerakan literasi sekolah dari 47 sampel penelitian memiliki
skor rata-rata 72,77 dengan jumlah keseluruhan skor 3420. Berdasarkan tabel di
atas, sebanyak 6 siswa mendapatkan nilai sangat baik. Siswa yang mendapatkan
nilai dengan kriteria baik sebanyak 18 siswa. Sebanyak 20 siswa memperoleh nilai
dengan kriteria cukup. Siswa yang mendapatkan nilai dengan kriteria kurang
sebanyak 3 siswa. Adapun nilai tertinggi untuk angket gerakan literasi sekolah yaitu
88,75 dan nilai terendah yaitu 50.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor kemahiran membaca
pemahaman dari 47 sampel penelitian memiliki skor rata-rata 82,98 dengan jumlah
keseluruhan skor 3900. Sebanyak 2 siswa memiliki nilai kemahiran membaca
pemahaman sangat tinggi. Siswa yang mendapatkan nilai dengan kualifikasi nilai
tinggi sebanyak 35 siswa. Sebanyak 7 siswa memperoleh nilai dengan kriteria
rendah. Siswa yang mendapatkan nilai dengan kriteria sangat rendah sebanyak 3
siswa. Adapun nilai tertinggi untuk angket gerakan literasi sekolah yaitu 100 dan
nilai terendah yaitu 40.
Hasil uji kolmogrov-smirnov membuktikan bahwa sebaran data
berdistribusi normal yaitu sebesar 0,274. Data berdistribusi normal apabila nilai
asymp-sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Nilai asymp-sig (2-tailed) yaitu 0,274
lebih besar dari 0,05, sehingga syarat data berdistribusi normal terpenuhi. Diperoleh
nilai Fhitung sebesar 1,526. Nilai Fhitung tersebut dibandingkan dengan nilai Ftabel
dengan db 24:22. Diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,03. Nilai Fhitung 1,526 lebih kecil
dari Ftabel 2,03, maka hubungan antara dua variabel tersebut dikatakan linear.
Nilai korelasi yang diperoleh dari variabel X (gerakan literasi sekolah) dan
variabel Y (kemahiran membaca pemahaman) ialah 0,631. Berdasarkan nilai
korelasi yang diperoleh tersebut, nilai korelasi 0,631 berada pada interval 0,60 –
0,799. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel gerakan
literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman dengan tingkat hubungan
yang tinggi.
Tabel Hasil Korelasi
GLS
Membaca
Pemahaman
GLS Pearson Correlation 1 ,631**
Sig. (2-tailed) ,000
N 47 47
Membaca
Pemahaman
Pearson Correlation ,631** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 47 47
Dari derajat kebebasan dan nilai signifikansi, maka diperoleh t tabel sebesar
2,014 (lihat tabel distribusi t pada lampiran). Nilai thitung yang diperoleh ialah
sebesar 7,031 dan nilai ttabel dengan jumlah sampel 47 ialah sebesar2,014. Hal ini
berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut,
dapat dikatakan bahwa pada taraf signifikansi 5% hipotesis nol ditolak, sedangkan
hipotesis alternatif diterima. Artinya, pada taraf signifikansi 5% memang terdapat
hubungan antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman
siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjungpinang Tahun Pelajaran
2016/2017 dengan koefisien korelasi yang tinggi.
GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit
membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini bertujuan
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan kemahiran memahami
bacaan agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik.
Apabila gerakan literasi sekolah dengan pembiasaan membaca sudah
dilaksanakan dengan baik, maka siswa memiliki perbendaharaan kata yang cukup
banyak dan memiliki teknik membaca yang lebih efektif. Sehingga apabila
pembiasaan membaca pada siswa sudah terbentuk, maka siswa akan mahir
memahami isi bacaan tersebut dengan benar. Adanya Gerakan Literasi Sekolah
tujuannya mampu menumbuhkan minat baca siswa, sehingga kemahiran siswa
dalam memahami sebuah bacaan akan bagus. Begitu pun sebaliknya, siswa mampu
memahami is bacaan dengan benar apabila ia terbiasa membaca. Tingginya
kemahiran siswa dalam memahami sebuah bacaan berarti tercapainya tujuan dari
Gerakan Literasi Sekolah itu sendiri. Kedua hal ini yaitu antara gerakan literasi
sekolah dan kemahiran membaca pemahaman memang berkaitan. Sehingga,
penelitian ini membuktikan bahwa antara gerakan literasi sekolah dan kemahiran
membaca pemahaman memiliki hubungan.
4. Simpulan dan Saran
Gerakan literasi sekolah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam kategori cukup baik. Kemahiran
membaca pemahaman siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2016/2017 dalam kategori tinggi. Ada hubungan
antara variabel gerakan literasi sekolah dan kemahiran membaca pemahaman
dengan tingkat hubungan yang tinggi. Berdasarkan uji signifikansi, nilai thitung yang
diperoleh ialah sebesar 7,031 dan nilai ttabel dengan jumlah sampel 47 ialah sebesar
2,014.
Guru harus ikut serta dalam kegiatan membaca lima belas menit sebelum
belajar, sehingga siswa juga akan serius dalam membaca selain ikut dalam kegiatan
membaca guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk menumbuhkan
minat baca siswa. Guru harus mengadakan kegiatan menanggapi buku yang sudah
dibaca dan kegiatan ini bertujuan agar siswa dapat bertukar pendapat terhadap isi
buku yang dibaca.
5. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hernowo. 2015. Quantum Reading. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Kemdikbud. 2016. Peringkat dan Capaian PISA Indonesia Mengalami
Peringkatan. Tersedia: http://kemdikbud.go.id/blog/2016/12/peringkat-
dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan. (diakses 25 Januari
2017)
Kemendikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khofiah, Siti. 2015. Hubungan Minat Baca dengan Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas Tinggi SD N 1 Karangsari Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Lidang. 2013. Kemahiran Membaca Pemahaman Menggunakan Metode SQ3R
Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Tanjungpinang.
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMRAH.: Tidak
Diterbitkan.
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. 2014. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarya.
Pujiastuti, Indah. 2013. Analisis Kualitas Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk
Kelas Tinggi yang Digunakan di SD Negeri 2 Centre Curup Tahun Ajaran
2012/2013. Tesis Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bengkulu: Tidak Diterbitkan.
Purnamasari, Dewi. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan
Pemahaman Bacaan Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman.
Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak
Diterbitkan.
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Ramadiati, Michelias Puspaseruni. 2009. Literasi Informasi. Skripsi Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia: Tidak Diterbitkan.
Razak, Abdul. 2001. Membaca Pemahaman Teori dan Aplikasi Pengajaran.
Pekanbaru: Autografika.
Septiani, Shinta Tri. 2014. Analisis Literasi Media Pegawai Perpustakaan
Proklamator Bung Hatta Bukititinggi. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara: Tidak Diterbitkan.
Solopos. 2016. Minat Baca Orang Indonesia Terendah Kedua di Dunia. Tersedia:
http://www.solopos.com/2016/10/10/hasil-survei-unesco-minat-baca-
orang-indonesia-terendah-kedua-di-dunia-759534aa. (diakses 25 Januari
2017)
Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sri Wahyuni dan Abdul Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulastri, Isna. 2010. Keterbacaan Wacana dan Teknik Pengukurannya. Tersedia:
http://www.uniisna.wordpress.com/2010/12/31/keterbacaan-wacana-dan-
teknik-pengukurannya/. (diakses 25 Maret 2017).
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS.
Susana Rini Kristanti dan Fr. Rahayuningsih. 2016. Seri Literasi Informasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Susetyo. 2010. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang Profesional. Bengkulu:
Unit Penerbitan FKIP Unib.
Tampubolon. 2015. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa Bandung.
Wiratmi. 2014. Korelasi Kebiasaan Membaca Terhadap Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran
2013/2014. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMRAH:
Tidak Diterbitkan.