Upload
lamtu
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN
LEMAK DENGAN STATUS OBESITAS PADA LANSIA DI
POSYANDU LANSIA WEDRA UTAMA PURWOSARI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
NOVIA TRI RAHAYU
J 310 120 015
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
hjgjy
1
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK DENGAN STATUS OBESITAS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WEDRA
UTAMA PURWOSARI
Abstrak
Pemberian nutrisi pada lansia perlu diperhatikan supaya terhindar dari masalah gizi. Asupan
yang tidak tepat dapat menyebabkan obesitas. Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 menunjukan
bahwa adanya peningkatan obesitas pada lansia sebanyak 18.10% dari tahun 2007. Berdasarkan
survei pendahuluan di Posyandu Lansia Wedra Utama 46.42% lansia mengalami obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan lemak
dengan status obesitas pada lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari. Penelitian ini
adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Tiga puluh tiga lansia yang
berpartisipasi dalam penelitian ini direkrut menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data
Asupan energi, karbohidrat dan lemak didapatkan dengan Food Frequency Questionnaire semi
kuantitatif, penimbangan berat badan dan tinggi badan masing-masing diukur menggunakan
timbangan injak dan microtoice. Analisis hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan lemak
dengan status obesitas pada lansia menggunakan Pearson Product Moment dengan program
SPSS for windows versi 21.0. Dua belas (36.40%) lansia memiliki asupan energi cukup, sebelas
(33.30%) lansia memiliki asupan karbohidrat kategori kurang, lima belas (45.50%) lansia
memiliki asupan lemak dalam kategori kurang dan delapan belas (54.50%) lansia termasuk
obesitas I (IMT= 25.0-29.5 kg/m2). Tidak ada hubungan asupan energi, karbohidrat dan lemak
dengan status obesitas lansia dengan nilai p masing-masing 0.622, 0.800 dan 0.136.
Kata Kunci:Asupan energi, karbohidrat, lemak, obesitas lansia
Abstract
The nutrition given for the elderly is important to avoid the malnutrition problem. Inappropriate
dietary intake can lead to obesity. Results based on Riskesdas, 2013 show that obesity in elderly
has increased at 18.10% since 2007. Based on the preliminary surveys conducted in Posyandu
Lansia Wedra Utama, 46.42% of the elderly are obese. To determine the relationship of energy,
carbohydrates and fats intake with obesity status of elderly in Posyandu Lansia Wedra Utama
Purwosari. The research was an observational study with cross sectional approach. Thirty-three
elderly were participated in this study recruited using simple random sampling technique. The
data of energy, carbohydrate and fat intake were obtained using semi-quantitative Food
Frequency Questionnaire, weight and height was measured using bathroom scale and microtoice
respectively. Pearson Product Moment test of SPSS for Windows version 21.0 was used to
analyze the relationship between energy, carbohydrate and fat intake and obesity status in the
elderly. Twelve (36.4%) elderly have sufficient energy intake, 11 (33.3%) elderly have less
carbohydrate intake, 15 (45.5%) elderly have poor fat intake and 18 (54.5%) elderly obesity
stage I (IMT= 25.0-29.5kg/m2). There are no relationship between energy, carbohydrates and
fats intake and obesity status of the elderly, with p value 0.622, 0.800 and 0.136 respectively
Keywords:Energy intake, carbohydrate, fat, the obese elderly
2
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk lansia semakin meningkat, pada tahun 2010 penduduk lansia
mengalami peningkatan sebanyak 9,7% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun, dan pada tahun
2020 diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan
peningkatan 11,3% dan usia harapan hidup 71,1 tahun (Nugroho, 2008).
Pemberian nutrisi pada lansia perlu mendapat perhatian karena, pemberian nutrisi yang
optimal merupakan kunci bagi kesembuhan penyakit, khususnya pada lanjut usia dengan
masalah multi patologinya yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
asupan zat gizi dan menimbulkan berbagai macam masalah gizi (Purba, 2005). Pengaturan
jumlah makanan sebagai sumber energi harus mengandung semua unsur gizi, seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya (Maryam, 2008).Pola
makan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis
makanannnya dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas (Nugroho, 2008).Hasil dari
Riskesdas 2013 menunjukan bahwa adanya peningkatan obesitas pada lansia. Pada tahun 2007
terdapat 14.8% lansia dengan IMT >25.0 dan naik menjadi 32,9% pada tahun 2013 (Riskesdas,
2013).
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan
terutama makanan yang banyak mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang menyebabkan berat
badan berlebih atau obesitas (Almatsier, 2011).Hasil penelitian Mainake (2012) menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi lansia di
Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget Barat Kota Manado.Penelitian Ade dkk
(2013) menunjukan bahwa adanya hubungan antara frekuensi konsumsi karbohidrat dengan
status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan salah satu
penyebab kejadian obesitas pada lansia.Hasil penelitian Dara (2011) menyatakan bahawa ada
hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi manula di Kelurahan Balla
Kabupaten Enrekang.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui Posyandu Lansia Wedra
Utama merupakan posyandu di daerah perkotaan yang paling aktif dan memiliki peserta paling
banyak di wilayah kerja Puskesmas Purwosari, dengan 46.42% lansia mengalami obesitas pada
kegiatan posyandu bulan Maret 2016.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
Hubungan Asupan energi, karbohidrat dan lemak dengan status obesitas pada lansia di
Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari.
3
2. METODE
Jenis penelitian adalah observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada 21-28 juli 2016 di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari. Penelitian ini
dilakukan setelah dinyatakan lolos etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan nomor No: 275/B.1/KEPK-
FKUMS/V/2016.Pengambilan sampel dengan sistem Simple Random Samplingyaitu dengan
cara undian. Dari 139 populasi yang tersebar, terlebih dahulu peneliti membuat gulungan kertas
diberi nama responden kemudian dikocok, diambil 33 gulungan dan dibuka, nama yang tertera
merupakan sampel penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji Pearson Product Moment.
2.1 Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak
Pengambilan data asupan energi, karbohidrat, lemak dengan wawancara langsung
pada lansia menggunakan form FFQoleh peneliti.Data FFQ yang didapatkan, selanjutnya
dilakukan perhitungan asupan energi, karbohidrat, lemak per haridan perhitungan
kebutuhan asupan individu menurut AKG 2013. Hasil perhitungan asupan energi,
karbohidrat, lemak dibandingkan dengan asupan individu menurut AKG 2013dan
dikategorikan menurut Depkes (2005) dalam bentuk persentase.
2.2 Status Obesitas Lansia
Status gizi lansia didapatkan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara
langsung oleh peneliti. Alat yang digunakan untuk pengukuran status gizi sudah melalui
proses tera oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Balai Metrologi Wilayah Surakarta.
Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan nomor: 510.61/1059 dan
penimbangan berat badan menggunakan timbangan pegas dengan nomor: 510.61/1060.
Kriteria status gizi lansia berdasarkan pada klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut
Asia Pasifik.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Posyandu Lansia Wedra Utama berada di Jl.Flamboyan Dalam No.2 RT.002/XI
Purwosari Surakarta, dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali tepatnya setiap hari
rabu pada minggu keempat. Kegiatan yang diselenggarakan di Posyandu Lansia Wedra
Utama Purwosari dibantu oleh beberapa kader yang merupakan warga RW 11, bidan desa
dan juga dipantau oleh pimpinan perhimpunan di desa Purwosari.Berdasarkan hasil
penelitian, distribusi responden berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari Status Obesitas Total
Normal Pre-obes 0bes I Obes II
n % n % n % N % ∑ %
Umur Pralansia
Lansia
Lansia resiko tinggi
7
0
1
21.21
0.00
3.03
1
2
1
3.03
6.06
3.03
11
6
1
33.33
18.18
3.03
2
1
0
6.06
3.03
0.00
21
9
3
63.63
27.27
9.09
Total 8 24.24 4 12.12 28 84.84 3 9.09 33 100.0
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
2
6
6.06
18.18
0
4
0.00
12.12
3
15
9.09
45.45
0
3
0.00
9.09
5
28
15.15
84.84
Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0
Pendidikan Pendidikan Dasar
Pendidikan Lanjut
8
0
24.24
0.00
4
0
12.12
0.00
17
1
51.51
3.03
3
0
9.09
0.00
32
1
96.96
3.03
Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
5
3
15.15
9.09
2
2
6.06
6.06
8
10
24.24
30.30
2
1
6.06
3.03
17
16
51.51 48.48
Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0
Tabel 6 menunjukan bahwa usia pralansia paling banyak mengalami obesitas I (
IMT= 25.0-29.5 Kg/m2) sejumlah 33.33%. Berdasarkan distribusi jenis kelamin, pada
penelitian ini lansia perempuan 45.45% mengalami obesitas I. Penelitian Batsis (2015)
juga menyatakan bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi indeks masa tubuh pada
lansia. Berdasarkan latar belakang pendidikan 17 (51,51%) responden pendidikan dasar
mengalami obesitas I. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 30.30% lansia yang tidak
bekerja mengalami obesits I. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi aktivitas fisik
orang tersebut. Selama beraktivitas, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh (Almatsier, 2004).
Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak dan Status Obesitas Lansia
Distribusi responden berdasarkan asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak
dan status gizi lansia di posyandu lansia Wedra Utama Purwosari dibandingkan dengan
AKG 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
5
Tabel 2.
Distribusi Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi
Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari Dibandingkan dengan AKG
2013 Mean Standar
Deviasi
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Asupan Energi (%) 73.78 33.49 17.48 188.20
Asupan Karbohidrat (%) 75.92 35.14 16.01 175.97
Asupan Lemak (%) 70,89 37.63 10.04 200.14
Status Gizi (Kg/m2) 26.31 4.48 18.58 43.20
Tabel 8 menunjukan mean atau rata-rata asupan energi, karbohidrat dan lemak lansia
termasuk dalam kategori cukup (60-79%) menurut DepkesRI (2005), sedangkan status gizi
lansia termasuk dalam kategori obesitas I berdasarkan WHO (2000) yaitu 26.31%. Nilai
minimum asupan energi, karbohidrat dan lemak lansia menunjukan dalam kategori asupan
kurang, hal ini disebabkan karena responden sedikit mengkonsumsi sumber karbohidrat
seperti nasi, responden hanya mengkonsumsi nasi sebanyak 2-4x/minggu.Responden
dengan nilai minimum jarang mengkonsumsi sumber lemak seperti lauk hewani dan
pengunaan minyak dalam pengolahan bahan makanan, dalam sehari-harinya responden
lebih banyak mengkonsumsi sayuran dengan alasan untuk menurunkan berat badan.
Nilai maksimum asupan responden termasuk dalam kategori asupan yang berlebih
yaitu >110% (DepkesRI 2005). Responden dengan nilai maksimum tertinggi sering
mengkonsumsi bermacam-macam bahan makanan seperti nasi, roti, singkong, daging
ayam, telur, gula pasir dan minyak goreng dengan cara pengolahan sering digoreng
sehingga asupan energi, karbohidrat dan lemak dalam sehari berlebih.
Nilai rata-rata status gizi lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari yaitu
26.31Kg/m2
±4.48 yang berarti sebagian besar lansia mengalami obesitas tingkat I. Nilai
minimum status gizi lansia sebesar 18.58 Kg/m2. Lansia dengan status gizi normal
memiliki pola makan yang baik sehingga mereka dapat mengontrol status gizi mereka.
Nilai maksimum status gizi lansia yaitu 43.20 Kg/m2, karena proporsi tinggi badan lansia
tidak sebanding dengan berat badanya yaitu dengan tinggi badan 133.5 cm memiliki
memiliki berat badan 77 kg. Lansia yang memiliki status gizi obesitas mengaku bahwa
sejak dari kecil mereka sudah memiliki status gizi berlebih, tetapi ada juga yang
dikarenakan pola makan yang berlebihan dan seringnya mengkonsumsi makan-makanan
yang tinggi energi, karbohidrat dan lemak saat masih muda.
Distribusi Kategori Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi
Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari dapat di lihat pada tabel 3.
6
Tabel 3.
Distribusi Kategori Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi
Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari
Kategori
Asupan
Status Obesitas Total
Normal Pre-obes 0bes I Obes II
n % n % n % N % ∑ %
Energi Kurang
Cukup
Baik Lebih
2
2
4 0
6.06
6.06
12.12 0.00
0
1
1 2
0.00
3.03
3.03 6.06
9
6
2 1
27.27
18.18
6.06 3.03
0
3
0 0
0.00
9.09
0.00 0.00
11
12
7 3
33.33
36.36
21.21 9.09
Total 8 24.24 4 12.12 18 54.81 3 9.09 33 100.00
Karbohidrat Kurang
Cukup
Baik Lebih
2
1
5 0
6.06
3.03
15.15 0.00
0
2
0 2
0.00
6.06
0.00 6.06
9
4
3 2
27.27
12.12
9.09 6,06
0
1
2 0
0.00
3.03
6.06 0.00
11
8
10 4
33.33
24.24
30.30 12.12
Total 8 33.33 4 12.12 18 54.27 3 9.09 33 100.00
Lemak Kurang
Cukup
Baik Lebih
2
2
2 2
6.06
6.06
6.06 6.06
0
0
3 1
0.00
0.00
9.09 3.03
10
4
3 1
30.30
12.12
9.09 3.03
3
0
0 0
9.09
0.00
0.00 0.00
15
6
8 4
45.45
18.18
24.24 12.12
Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.00
Hasil pada Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar lansia yang mengalami
obesitas I memiliki asupan energi, karbohidrat dan lemak dalam kategori kurang. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa bila konsumsi energi
terlalu rendah dari kebutuhan akan menyebabkan berat badan kurang, sebaliknya bila
konsumsi energi terlalu tinggi dari yang dibutuhkan maka akan menyebabkan berat badan
berlebih (Almatsier, 2011).
Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang
genetik, hormon, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan makan
yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik (Murray, 2009). Faktor genetik
merupakan salah satu penyebab obesitas, namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki
kebiasaan makan yang sama. Akan tetapi bukti terkini menunjukan bahwa 20-25% obesitas
dapat disebabkan karena faktor genetik (Guyton, 2007).
Obesitas dapat disebabkan oleh kecenderungan tubuh untuk menyimpan makanan
lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya, artinya proses metabolisme tubuh berjalan
lambat. Daya serap tubuh seseorang terhadap makanan berbeda-beda, sebagian orang
berdaya serap kalori tinggi walaupun porsi makanya sedikit, tubuh mereka mengalami
7
kegemukan karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap dengan baik (Nugraha, 2009).
Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan
aktivitas fisik atau penurunan jumlah makan, maka kalori yang berlebih akan diubah
menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan (Maryam, 2008).
Hormon adalah pembawa pesan kimia yang mengatur proses didalam tubuh kita.
Hormon juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan obesitas. Hormon insulin dan
leptin, hormon sex dan hormon pertumbuhan dapat mempengaruhi nafsu makan, distribusi
lemak tubuh dan metabolisme (kemampuan tubuh dalam membakar energi). Hasil
penelitian dari Brydon (2008) menunjukan bahwa orang yang lebih responsif terhadap
stres psikologis berada pada peningkatan risiko mengembangkan obesitas.
Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu pada proses pengambilan data
menggunakan metode FFQ semi kuantitatif, dimana metode ini bersifat subjektif dan
mengandalkan ingatan responden. Sebaiknya penelitian seperti menggunakan metode Food
Weighing sehingga data yang dihasilkan bersifat objektif.
Distribusi Jenis Bahan Makanan Berdasarkan Sumber Energi, Karbohidrat dan
Lemak yang Dikonsumsi Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi Jenis Bahan Makanan Berdasarkan Sumber Energi, Karbohidrat dan
Lemak yang Dikonsumsi Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari
Bahan
Makanan*
Konsumen Frekuensi Rata-rata
konsumsi
(g/hari)**
Persentase
(%)
Kandungan
Energi
Nasi
Tahu Tempe
Minyak goreng
Susu bubuk Sosis
SKM
Daging ayam Roti tawar
Telur ayam
33
32 32
33
4 9
13
29 24
31
2-3x/hari
2-3x/hari 2-3x/hari
2-3x/hari
5-6 x/hari 1-3x/bulan
1-3x/bulan
1x/minggu 1x/minggu
2-4x/minggu
270.01
189.90 79.93
12
21 14.3
18.07
13.72 15.87
23.87
100.00
96.96 96.96
100.00
12.12 27.27
39.39
87.87 72.72
93.93
Energi(kkal)
480.6
129.1 119.1
108.2
90.8 64.6
60.7
41.4 39.4
38.7
Karbohidrat
Nasi Susu bubuk
Papaya
SKM Pisang ambon
Energen
Kentang
Roti tawar Singkong
Kopi instan
33 4
26
13 20
4
28
24 29
10
2-3x/hari 5-6 x/minggu
2-4x/minggu
1-3x/bulan 1x/minggu
2-4x/minggu
2-4x/minggu
1x/minggu 2-4x/minggu
5-6 x/minggu
270.01 21
86.73
18.07 37.3
8.57
29.85
15.87 20.89
7.8
100.00 12.12
78.78
39.39 60.60
12.12
84.84
72.72 87.87
30.30
Karbohidrat (g)
109.6 14.9
10.6
9.9 9.6
8.6
7.9
7.6 7.2
7.2
8
Bahan
Makanan*
Konsumen Frekuensi Rata-rata
konsumsi
(g/hari)**
Persentase
(%)
Kandungan
Lemak
Minyak goreng
Tahu
Sosis Mentega
Daging ayam
Tempe Telur ayam
Saden
Susu bubuk Kacang tanah
33
32
9 11
29
32 31
5
4 17
2-3x/hari
2-3x/hari
1-3x/bulan 2-4x/minggu
1x/minggu
2-3x/hari 2-4x/minggu
2-4x/minggu
5-6 x/hari 1x/minggu
12
189.90
14.3 5
13.72
12 23.87
7
21 5.11
100.00
96.96
27.27 33.33
87.87
96.96 93.93
15.15
12.12 51.51
Lemak (g)
12.0
8.7
6.0 4.1
3.4
3.2 2.7
2.6
2.4 2.2
* Bahan makanan diurutkan berdasarkan jumlah energi, karbohidrat dan lemak paling tinggi.
** Rata-rata konsumsi perhari berdasarkan jumlah lansia yang mengkonsumsinya
Pada tabel 4 sumbangan energi terbanyak diperoleh dari nasi.Rata-rata lansia
mengkonsumsi nasi sebanyak 270 gram/hari yang menghasilkan energi sebesar 480.6
kkal.Selain nasi bahan makanan yang banyak menyumbangkan energi yaitu tahu.Setiap
harinya lansia mengkonsumsi tahu sebanyak 2-3x/hari dengan rata-rata konsumsi sebanyak
190 gram/hari yang menghasilkan energi sebesar 129.1 kkal.
Asupan energi sangat penting untuk kebutuhan manusia. Asupan energi disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang dan setiap individu tidak sama kebutuhannya (Notoatmodjo,
2003). Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari kebutuhan akan menyebabkan berat badan
kurang, sebaliknya bila konsumsi kalori terlalu tinggi dari yang dibutuhkan maka akan
menyebabkan berat badan berlebih (Almatsier, 2011).
Bahan makanan sumber karbohidrat yang tingkat konsumennya paling tinggi yaitu
nasi.Setiap hari responden mengkonsumsi nasi dengan frekuensi 2-3x/hari sebanyak
270.01 gram/hari yang menyumbangkan karbohidrat sebanyak 109.6 gram. Selanjutnya
yaitu susu bubuk, rata-rata konsumsi susu bubuk menghasilkan sebanyak 14.9 gram
karbohidrat yang biasanya di konsumsi sebanyak 5-6x/minggu sebanyak 21 gram/hari.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Setiap 1 gram karbohidrat
yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan
berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot, serta untuk
menjalankan berbagai aktivitas fisik (Fatmah, 2010).
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa bahan makanan sumber lemak yang tingkat
konsumenya paling tinggi yaitu minyak goreng sebesar 100.00% dengan frekuensi
konsumsi 2-3x sehari sebanyak 12 gram/hari yang menyumbangkan 12.0 gram lemak.
Hampir semua lansia yang menjadi responden mengolah bahan makanan dengan cara
9
ditumis atau digoreng. Lemak dalam tubuh berfungsi untuk membantu dalam pengaturan
suhu, memberikan sumber energi cadangan, memudahkan penyerapan vitamin yang larut
dan mengurangi sekresi asam dan aktivitas otot perut (Miller, 2004).
3.4. Hubungan Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak dengan Status Obesitas
Jumlah asupan didapatkan dari hasil wawancara menggunakan form FFQ semi kuantitatif
yang berisi daftar bahan makanan yang sering dikonsumsi dalam jangka waktu satu bulan
terakhir. Persen asupan diperoleh dari perbandingan asupan makan sehari dengan AKG
2013.Distribusi asupan subjek penelitian dengan status obesitas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Distribusi Hubungan Asupan Dengan Status Obesitas Pada Lansia
Variabel Mean SD p*
Asupan Energi (%)
Status Obesitas (Kg/m2)
73.78
26.31
33.49
4.48 0.622
Asupan Karbohidrat (%) Status Obesitas (Kg/m
2)
75.92 26.31
35.14 4.48
0.800
Asupan Lemak (%)
Status Obesitas (Kg/m2)
70.89
26.31
37.63
4.48 0.136
*UjiPearson Product Moment
Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama
Purwosari menggunakan uji Pearson Product Moment dengan tingkat kemaknaan α= 0.05
menunjukan hasil bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status obesitas
pada lansia (p= 0.622). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa antara asupan
karbohidrat dan status obesitas tidak terdapat hubungan (p= 0.800). Untuk hubungan
asupan lemak dengan status obesitas juga tidak menunjukan adanya hubungan yang
bermakna (p= 0.136).
Sebagian besar responden yang memiliki status gizi obesitas memiliki asupan energi
yang kurang dan cukup.Hal ini menunjukan bahwa obesitas yang dialami responden tidak
disebabkan oleh asupannya.Kegemukan terkadang juga didasarkan pada kecenderungan
tubuh untuk menyimpan makanan lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya, artinya
proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Daya serap tubuh seseorang terhadap makanan
berbeda-beda, sebagian orang berdaya serap kalori tinggi walaupun porsi makanya sedikit,
tubuh mereka mengalami kegemukan karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap
dengan baik (Nugraha, 2009).
Terdapat berbagai faktor lain penyebab obesitas pada lansia, diantaranya perubahan
hormonal tubuh dalam beberapa fase hidup. Peningkatan berat badan juga dapat
diperantarai oleh keadaan stress (Elder, 2012). Hasil penelitian dari Brydon (2008)
10
menunjukan bahwa orang yang lebih responsif terhadap stres psikologis berada pada
peningkatan risiko mengembangkan obesitas.
Salah satu penyebab terjadinya obesitas yaitu karena faktor hormonal. Apabila
asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adipose meningkat disertai
dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang
anorxigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY)
sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya apabila kebutuhan
energi lebih besar daripada asupan energi, maka jaringan adipose akan berkurang dan
terjadi rangsangan pada orexigenic center dihipotalamus yang akan menyebabkan
peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin,
sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunana nafsu makan (Jeffrey,
2009).
Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang
genetik, hormon, obat-obatan steroid jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang
akan mengalami penambahan berat badan, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup
dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik (Murray,
2009).Pada penelitian Ribe (2009), menyatakan bahwa pentingnya aktivitas fisik untuk
menghindari obesitas terutama pada usia tua.
Gaya hidup dan pola konsumsi yang diterapkan sejak usia muda bahkan anak-anak
dapat berpengaruh besar terhadap asupan zat gizi makro yang diterima oleh tubuh,
sehingga secara tidak sadar asupan yang berlebih yang diterima tubuh pada saat muda
berdampak besar pada saat usia lansia ditambah kurangnya aktivitas fisik (Philips et al,
2012)
Hal ini sejalan dengan penelitian Situmorang (2015) yang menyatakan bahwa tidak
adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan
IMT.Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014)
yang berjudul hubungan pola makan, status gizi dan interaksi sosial dengan kualitas hidup
lansia suku bugis di Kelurahan Sapanan Kabupaten Pengkep, bahwa tidak hanya asupan
karbohidrat yang mempengaruhi status gizi pada lansia.Namun hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Dara (2011) yang menyatakan adanya hubungan antara asupan lemak
dengan status gizi manula di kelurahan Balla Kabupaten Enrekang.Keterbatasan penelitian
ini yaitu peneliti hanya melakukan penelitian tentang hubungan asupan energi, karbohidrat
dan lemak terhadap status obesitas pada lansia, sedangkan status obesitas pada lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain dimana pada penelitian ini faktor-faktor
tersebuthidup tidak diteliti
11
4. PENUTUP
Dari hasil penelitian yang dilakukan di posyandu lansia Wedra Utama Purwosari dapat
disimpulkan bahwa Rata-rata Asupan Energi lansia sebesar 1440.72 kkal dan 36.40% lansia
memiliki persen asupan dalam kategori cukup dengan bahan makanan yang menghasilkan
tinggi energi yaitu nasi. Sumber karbohidrat lansia yang sering di konsumsi yaitu nasi 2-3x/hari
sebayak 270.01 gram/hari, sebagian besar asupan karbohidrat termasuk dalam kategori kurang
yaitu 33.30% dengan rata-rata asupan sehari sebanyak 283.19 gram/hari sedangkan asupan
lemak lansia termasuk dalam kategori kurang yaitu 45.50% dengan rata-rata asupan 38,72
gram/hari, bahan makanan bersumber lemak yang sering dikonsumsi yaitu minyak goreng 2-
3x/hari dan telur ayam 2-4x/minggu. Tidak ada hubungan asupan energi, asupan karbohidrat
dan asupan lemak dengan status obesitas pada lansia di posyandu lansia Wedra Utama
Purwosari
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Brydon L, Wrightt CE, O”Donnell K, Zachry I. 2008.Stress-induced cytocine response and central
adiposity in young woman.International journal of obesity
Depkes RI. 2006. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Cetakan Ke-
2. Jakarta: Dirjen Bina Gizi Masyarakat
Dara dan Nurhaedar.2011. Kebiasaan Merokok Dan Asupan Makan Terhadap Status Gizi Manula
Kelurahan Balla Kabupaten Enrengkeng. Jurnal kesehata Masyarakat.
Elder CR et al. Impact Of Sleep, Screen Time, depression and Stress On Weight Change In The
Intensive Weight Loss Phase Of The Life Study. . International journal of obesity 36, 86-92
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga
Guyton AC and J.E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9nd
edition. Jakarta: EGC
Leite MLC dan A Nicolosi. 2006. Lifestyle Correlates Of Antropometric Estimates Of Body
Adiposity In An Italian Middle Aged and Elderly Population: A covariance Analysis.
International Jurnal of Obesity 30, 926-934
Miller, CA. 2004.Nursing for wellness in older adults: theory and practice.Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin.
Nugroho. 2008. Keperawatan gerontik& Geriatrik (3 nd
ed). Jakarta: EGC
Purba M. 2005. Status Gizi Mikro dan Kadar Homocysteine pada Usia lanjut. Pertemuan Ilmiah
Nasional.Dietetic II Tahun 2005.Prosiding 18-19 Februari 2005. Bandung
Rahmawati., Burhanudin, Bahar.,Yustini. Hubungan Pola Makan, Status Gizi, dan Interaksi sosial
dengan Kualitas Hidup Lansia Suku bugis di Kelurahan Sapanang Kabupaten
Pangkep.Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan MAsyarakat. Universitas Indonesia
12
Riebe Deborah et al. 2009. The Relationship Between Obesity, Physcal Activity, and Physcal
Function in Older Adults. Journal Aging Health vol 21 no 8 1159-1178