40
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA OLEH SISCA RATNA AYUNINGTYAS 802011070 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA

OLEH

SISCA RATNA AYUNINGTYAS

802011070

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan
Page 3: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan
Page 4: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUKKEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

dibawah ini :

Nama : Sisca Ratna Ayuningtyas

NIM : 802011070

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak

bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul :

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media/

mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan

tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 26 Agustus 2015

Yang menyatakan,

Sisca Ratna Ayuningtyas

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Page 5: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sisca Ratna Ayuningtyas

NIM : 802011070

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA

Yang dibimbing oleh :

1. Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan

orang lain yang lain saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian

kalimat atau gambaran serta simbol yang saya akui selah-olah sebagai karya sendiri tanpa

memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 26 Agustus 2015

Yang memberi pernyataan

Sisca Ratna Ayuningtyas

Page 6: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA

Oleh

Sisca Ratna Ayuningtyas

802011070

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 26 Agustus 2015

Oleh :

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 7: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KEPUASAN

PERNIKAHAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH DI USIA MUDA

Sisca Ratna Ayuningtyas

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga

dengan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah di usia muda. Subjek dalam

penelitian ini adalah 30 pasangan suami istri yang pada saat menikah berusia 15-19 tahun

yang bertempat tinggal di Salatiga. Pengambilan sampel yakni Snowball dengan alat ukur

skala dukungan sosial dan skala kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil perhitungan

antara variabel dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan diperoleh nilai

koefisien korelasi (r) sebesar 0,649; p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan ada

hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan

pernikahan.

Kata Kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Kepuasan Pernikahan.

Page 9: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

ii

Abstract

This research aims to determine the relationship between social support of family with

marital satisfaction on couples who are married in young age. The subject in this

research are 30 couples which is husband and wife who are married on 15 – 19 years

old, that are living in Salatiga. For taking sample is used snowball measuring instrument

scale social support and marriage satisfaction scale. Based on calculations result

between family social support variable with marriage satisfaction, result value coefficient

colerasion in the amount of 0,649 : p = 0,000 (p < 0,05). It is show that there is a

significant positive relationship between family social support with marriage satisfaction.

Keyword : Family social support, Marriage satisfaction.

Page 10: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

1

1

PENDAHULUAN

Pernikahan memang hal yang sangat dinantikan bagi setiap orang, baik pria

maupun wanita. Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral serta menjadi dambaan dan

harapan hampir setiap orang yang berkeinginan untuk membentuk sebuah rumah tangga

dan keluarga yang bahagia. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan seksual, pernikahan

juga dapat memenuhi kebutuhan psikologis seseorang, seperti rasa kasih sayang, rasa

aman, dan rasa ingin dihargai (Walgito, 2002). Kebutuhan tersebut secara umum

melatarbelakangi seseorang untuk menikah, namun demikian hal yang perlu

dipertimbangkan adalah masalah kesiapan individu itu sendiri untuk melakukan

pernikahan. Dalam undang-undang perkawinan tahun 1974 bab II pasal 7 ayat 1

disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 tahun

dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Kebijakan pemerintah dalam

menetapkan batas minimal usia pernikahan tersebut tentunya melalui proses dan berbagai

pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang

dari sisi fisik, psikis maupun mental. Namun tentu saja pelaksanaan undang-undang

tersebut tidak bisa dimaknai dan dilaksanakan secara langsung begitu saja, karena dalam

prakteknya usia 19 tahun bagi pria dan wanita, masih masuk dalam kategori usia dewasa

muda (lead adolescent). Pada usia ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja

ke masa dewasa dan memasuki tahapan proses penemuan jati diri.

Dari sisi psikologis, memang wajar kalau banyak yang merasa khawatir, bahwa

pernikahan di usia muda akan menghambat studi atau rentan konflik yang berujung

perceraian, karena kurang siapnya mental dari kedua pasangan yang masih belum dewasa

betul. Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum

Page 11: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

2

2

siap untuk melaksanakan pernikahan. Diharapkan pernikahan akan memberikan nilai-

nilai yang positif, sehingga diperlukan syarat-syarat yang diatur dalam ketentuan agama

maupun hukum. Hal ini tidak lain adalah agar setiap pernikahan akan memberikan

manfaat baik bagi individu maupun lingkungan sosialnya. Manfaat menikah lainnya

adalah untuk memenuhi kebutuhan religi seseorang, yaitu dengan melakukan pernikahan

maka salah satu aspek dalam agama dapat dipenuhi sesuai dengan kepercayaan yang

dianut oleh individu yang bersangkutan (Walgito, 2002). Namun demikian terdapat

beberapa kasus dimana perkawinan dilakukan pada kondisi yang belum siap seperti

pernikahan dibawah umur atau pada usia remaja.

Beberapa hal yang terkait dengan fenomena mengenai jumlah pernikahan remaja

diantaranya dikemukakan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan

Keluarga BKKBN Sudibyo Alimoeso, mengungkapkan akibat tren menikah dini yang

meningkat, kini rata-rata kelahiran pada remaja (Age Specific Fertility Rate/ASFR) usia

15-19 tahun di Indonesia meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi

45 per 1.000 di 2012. (Metro News.com, 12 Juli 2013). Hal ini selaras dengan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang menyatakan 46% perempuan Indonesia menikah

sebelum berusia 20 tahun. Sementara data BPS 2010 tentang usia perkawinan pertama di

Indonesia menunjukkan sebanyak 12% perempuan ternyata sudah / pernah menikah

diusia 10 hingga 15 tahun. Selain itu, sebanyak 32% perempuan yang pernah menikah

melakukan pernikahan pertamanya di usia 16-19 tahun. Artinya sekitar 45% perempuan

Indonesia sudah / pernah menikah pada usia di bawah 20 tahun (Kompas 11 Juli 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Weinstein, Powers dan Laverghetta (2010)

menunjukkan bahwa usia ketika menikah pertama kali berpengaruh terhadap kepuasan

Page 12: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

3

3

pernikahan yang dirasakan oleh individu. Karena usia pernikahan yang masih terbilang

muda belum memiliki kesiapan yang matang baik secara fisik, psikis maupun mental,

sehingga dapat mempengaruhi kepuasan dalam pernikahannya. Lee (dalam Alder, 2010)

menambahkan bahwa mereka yang menikah di usia muda lebih mungkin mengalami

kekurangan dalam melaksanakan peran mereka dalam hubungan pernikahan sehingga

menimbulkan ketidakpuasan dalam pernikahan, karena umur mereka yang masih dibilang

muda mereka belum cukup dewasa dan belum cukup matang untuk menjalankan peran

mereka sebagai sepasang suami istri. Berdasarkan pengamatan, ada beberapa pasangan

yang belum dapat mencapai kepuasan dalam pernikahannya. Itu disebabkan karena

adanya faktor yang memicu ketidakpuasan dalam sebuah pernikahan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Archuleta, Britt, Tonn dan Grable (2011), faktor ekonomi

dapat berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Untuk mampu menghidupi keluarga

dengan layak maka pasangan dituntut mapan dari segi ekonomi. Stres yang diakibatkan

karena masalah ekonomi atau yang berhubungan dengan dunia kerja berpengaruh

terhadap penurunan kepuasan pernikahan (Stone & Shackelford, 2007). Tekanan

ekonomi dapat meningkatkan kekerasan terhadap pasangan dan menurunkan kehangatan

dalam hubungan. Selain dari segi ekonomi, dari segi komunikasi yang kurang terbuka

dan penyesuaian yang kurang baik juga dapat mempengaruhi kepuasan dalam

pernikahan. Kondisi seperti ini dapat memicu ketidakstabilan dalam pernikahan dan

menurunkan kepuasan terhadap pernikahan (Kerkmann, Lee, Lown, & Allgood, 2000).

Pernikahan dapat saja langgeng selamanya atau dapat pula bercerai di tengah

perjalanannya. Di samping itu banyak bukti yang menunjukkan bahwa kepuasan dalam

kehidupan pernikahan akan lebih berperan dalam menciptakan kebahagiaan hidup secara

Page 13: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

4

4

keseluruhan. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam kehidupan pernikahan

kemungkinan akan muncul berbagai permasalahan, yang sedikit banyak mempengaruhi

kepuasan rumah tangga. Orang yang memasuki kehidupan perkawinan pastilah

membawa kebutuhan, harapan dan keinginannya sendiri-sendiri. Individu berharap bisa

memenuhinya dalam institusi perkawinan yang dibangun. Untuk mencapai semua

kebutuhan tersebut harus didasari dengan adanya dukungan sosial khususnya dari

keluarga atau orang terdekat, karena dengan adanya dukungan sosial akan memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis bagi pasangan untuk mendapatkan kepuasan dalam

pernikahannya.

Demikian juga yang terjadi pada beberapa pasangan usia muda di daerah sekitar

Salatiga, berdasarkan hasil wawancara informal dan hasil observasi, ada beberapa

pasangan yang sudah mencapai kepuasan pernikahannya, karena partisipan sudah

memenuhi atau sudah mencapai beberapa aspek kepuasan pernikahan dan di samping itu

partisipan juga mendapatkan dukungan sosial keluarga yang tinggi sehingga mereka

dapat mencapai sebuah kepuasan pernikahan. Tetapi ada juga beberapa partisipan yang

belum mencapai kepuasan dalam pernikahannya, karena ada beberapa aspek-aspek

pernikahan yang belum mereka capai seperti kurang baik dalam membangun komunikasi

dan kedekatan dengan keluarga maupun dengan pasangan, kurang baik dalam mengatur

manajemen financial, dan kurang baik dalam melakukan peran sebagai orangtua,

sehingga hal itu menunjukkan ada problem dalam kepuasan pernikahannya. Karena untuk

dapat mencapai sebuah kepuasan pernikahan tidak hanya dengan dukungan dari kedua

pasangan suami istri itu sendiri, tetapi dengan adanya dukungan sosial dari keluarga juga

dapat mempengaruhi kepuasan dalam pernikahannya. Sebagaimana diungkap Lieberman

Page 14: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

5

5

(1992) bahwa secara teoritis adanya dukungan sosial keluarga dapat menurunkan

kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Dukungan sosial

akan mengubah persepsi individu pada kejadian yang menimbulkan stressfull dan oleh

karena itu akan mengurangi potensi terjadinya stres pada individu yang bersangkutan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2011), yang menyatakan ada hubungan

antara dukungan sosial pasangan dengan kepuasan pernikahan dengan koefisien korelasi r

= 0,561. Lebih lanjut dinyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang

dirasakan akan semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya. Menurut Rahmi (2011)

dalam penelitiannya mengenai dukungan sosial pasangan bahwa dukungan sosial

keluarga mempengaruhi kepuasan pernikahan seseorang. Bukti adanya pengaruh

kepuasan pernikahan terhadap dukungan sosial keluarga, berarti menghubungkan antara

dukungan sosial keluarga menuju ke kepuasan pernikahan pernikahannya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas maka

permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang positif

dan signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada

pasangan yang menikah di usia muda.

Dari latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada

pasangan yang menikah di usia muda.

Page 15: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

6

6

TINJAUAN PUSTAKA

KEPUASAN PERNIKAHAN

Pernikahan merupakan tahapan perkembangan dalam kehidupan seseorang yang

memberikan perasaan membahagiakan seperti perasaan dimiliki, dilindungi dan merasa

aman. Terdapat beberapa alasan orang menikah, yaitu ingin berbagi, membutuhkan cinta

dan kedekatan, mendapatkan dukungan dari orang lain, memiliki pasangan untuk

berhubungan seksual, dan untuk memiliki anak (Olson & DeFrain, 2006). Setiap individu

tentunya menginginkan perkawinan yang sukses dan sekali dalam hidupnya. Salah satu

kriteria yang dapat mempengaruhi kesuksesan dalam perkawinan adalah kepuasan

pernikahan. Kata puas sendiri berarti senang, gembira dan sebagainya, karena sudah

terpenuhi hasrat hatinya lebih dari cukup. Oleh karena itu, kepuasan pernikahan dapat

diartikan sebagai bersifat puas, lega, dan bahagia sehingga tidak ada ketegangan terhadap

kehidupan pernikahan yang dijalani pasangan.

Menurut Olson dan DeFrain (2006), yang mendefinisikan kepuasan pernikahan

sebagai sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan yang dijalani.

Kepuasan pernikahan tidak bersifat stabil tetapi berubah-ubah selama siklus kehidupan

pernikahan. Masa awal pernikahan, yaitu 2 sampai 3 tahun pertama mengakibatkan

banyaknya perubahan yang membutuhkan penyesuaian. Pada umumnya, pasangan yang

menikah akan menyesuaikan diri dengan baik dalam pernikahannya setelah 3 ‐ 4 tahun

pernikahan. Dan biasanya kepuasan pernikahan berpuncak pada 5 tahun pertama

pernikahan kemudian menurun sampai periode ketika anak‐anak sudah menginjak remaja

/ dewasa. Pasangan suami istri yang baru menikah tidak selalu memiliki latar belakang

yang sama. Penyesuaian dalam pernikahan adalah perubahan dan penyesuaian dalam

Page 16: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

7

7

hubungan dengan pasangan dalam kehidupan berkomitmen atau pernikahan.

Sebagaimana persepsi terhadap hal yang lain kepuasan pernikahan bukanlah suatu hal

yang sifatnya permanen akan tetapi dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu,

terutama sekali sangat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang dalam kehidupan yang

dijalaninya.

Di dalam pernikahan, memang dapat tercipta kedekatan dan keintiman, tetapi

tidak jarang juga muncul perbedaan pendapat dan konflik. Komunikasi yang terbuka dan

efektif juga akan meningkatkan kepuasan pernikahan, karena komunikasi merupakan

salah satu faktor yang memainkan peran penting dalam sebuah pernikahan. Pasangan

suami istri yang tidak melakukan komunikasi tersebut biasanya akan kehilangan

keintiman dari masing-masing pasangannya. Hal tersebut disebabkan karena tiap-tiap

pasangan saling berbagi pikiran dan perasaan pribadinya secara jelas dan jujur. Kepuasan

pernikahan bukan hanya hasil dari upaya orang lain terhadap diri seseorang, tetapi apa

yang dilakukan seseorang terhadap orang lain juga dapat menimbulkan kepuasan

tersendiri (Olson dan DeFrain, 2006).

Aspek-Aspek Kepuasan Pernikahan

Seorang ahli yang lain yakni Olson dan Fowers (1989) mengemukakan bahwa aspek-

aspek yang dapat mengukur kepuasan pernikahan meliputi sepuluh aspek yakni :

(a) Isu-isu kepribadian.

Isu kepribadian yang dimaksud disini adalah persepsi individu dan level

kepuasannya dengan karakter pribadi pasangannya yang ditunjukkan dengan tingkah

Page 17: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

8

8

laku. Apabila individu merasa senang dengan karakter pribadi dan kebiasaan

pasangannya, maka hal itu akan mendukung kepuasan pernikahannya.

(b) Komunikasi.

Kepuasan pernikahan dilihat dari perasaan dan sikap individu terhadap komunikasi

dalam hubungannya. Orang yang memiliki sikap dan peniliaian positif terhadap

komunikasi dalam hubungannya, merasa dimengerti oleh pasangannya, dan melihat

diri mereka sendiri dapat menyatakan perasaan dan keyakinan-keyakinannya.

(c) Pemecahan masalah.

Kepuasan dalam strategi dan proses dalam menyelesaikan masalah atau konflik

diantara pasangan maka akan mendukung sebuah kepuasan pernikahan.

(d) Manajemen financial.

Kepuasan pernikahan dapat dilihat dari bagaimana sikap dan kepedulian seseorang

tentang cara pengaturan masalah keuangan dan kepuasannya dengan keadaan

ekonomi mereka.

(e) Kegiatan di waktu luang.

Seseorang yang puas dengan pengaturan aktivitasnya di waktu luang dan intensitas

waktu yang dihabiskan bersama pasangannya maka akan menunjukkan kepuasan

pernikahan yang baik.

(f) Hubungan seksual.

Kepuasan dalam hubungan seksual ini dapat dilihat dari sejauh mana pasangan puas

dengan ekspresi kasih sayang terhadap satu sama lain, level kenyamanan dalam

mendiskusikan isu-isu seksual, sikap terhadap tingkah laku seksual, keputusan

kelahiran anak, dan kesetiaan pasangan dalam hal seksual.

Page 18: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

9

9

(g) Pengasuhan anak-anak.

Pengasuhan seseorang dengan pembagian peran sebagai orang tua dan cara pasangan

menangani masalah pengasuhan anak juga dapat menentukan kepuasan pernikahan.

Hal tersebut dapat terlihat dari penilaian pasangan tentang dampak anak terhadap

hubungan mereka, kepuasan dengan bagaimana peran dan tanggung jawab orang tua

dibuat, kesepakatan tentang mendisiplinkan anak, kesesuaian tujuan dan nilai-nilai

yang diinginkan untuk anak, persetujuan jumlah anak yang diinginkan.

(h) Keluarga dan teman-teman.

Penilaian seseorang mengenai hubungannya dengan saudara, orang tua, teman,

mertua, ipar, serta teman dari pasangan juga menentukan kepuasan pernikahan.

(i) Kesamaan peran.

Penilaian yang baik mengenai pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga,

seperti pekerjaan rumah, peran sebagai orang tua, peran pencari nafkah, dan peran

dalam hubungan seksual juga mendukung kepuasan pernikahan.

(j) Orientasi agama.

Sikap dan kepedulian seseorang dalam hal keyakinan dan praktek keagamaan dalam

sebuah keluarga dan kepuasan dengan peran yang diharapkan dari agama terhadap

pernikahan juga mendukung kepuasan pernikahan.

Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Papalia dkk (2007) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

pernikahan antara lain adalah :

Page 19: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

10

10

1. Usia saat menikah merupakan salah satu prediktor utama. Orang yang menikah pada

usia dua puluhan memiliki kesempatan lebih sukses dalam pernikahan, dari pada

yang menikah pada usia yang lebih muda.

2. Latar belakang pendidikan dan penghasilan, karena pendidikan dan penghasilan

adalah saling berhubungan, mereka yang berpendidikan tinggi pada umumnya

berpenghasilan lebih tinggi dan memiliki cara berpikir yang lebih terbuka.

3. Agama, dimana orang yang memandang agama sebagai hal yang penting, relatif

jarang mengalami masalah pernikahan dibandingkan orang yang memandang agama

sebagai hal yang tidak penting.

4. Dukungan emosional, kegagalan dalam pernikahan ini ada kemungkinan terjadi

karena ketidakcocokan secara emosional dan tidak adanya dukungan emosional dari

lingkungan.

5. Perbedaan harapan, dimana perempuan cenderung lebih mementingkan ekspresi

emosional dalam pernikahan, disisi lain suami cenderung puas jika istri mereka

menyenangkan.

6. Bagaimana menjadi orangtua.

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yaitu

(a) usia saat menikah, (b) latarbelakang pendidikan dan penghasilan, (c) religiusitas, (d)

dukungan emosional, (e) perbedaan harapan, (f) bagaimana menjadi orangtua.

DUKUNGAN SOSIAL

Ada beberapa definisi dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-

masing ahli memberikan definisi yang berbeda namun pada intinya memiliki pengertian

Page 20: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

11

11

yang sama. Robert Weiss ( dalam Cutrona, 1994), mendefinisikan bahwa dukungan sosial

adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau

pertolongan kepada yang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa

terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa

yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat

menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Dukungan sosial dapat berasal

dari keluarga atau orang-orang yang dianggap keluarga dan mempunyai ruang lingkup

yang sempit. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang menjadi tempat

berinteraksi individu yang berada di dalamnya. Dalam keluarga individu mulai

melakukan interaksi dengan orang yang berada disekitarnya baik sebagai orangtua

maupun anak. Dukungan sosial dapat juga disebut sebagai pemberian rasa nyaman baik

secara fisik maupun psikologis oleh keluarga kepada seseorang untuk menghadapi

kecemasan atau stres. Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu

yang ada di lingkungan dapat menjadi dukungan sosial atau tidak tergantung pada

sejauhmana individu merasakan hal itu sebagai dukungan sosial.

Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan sosial ke dalam enam

bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain. Berikut merupakan enam

komponen dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994) :

1) Reliabel Alliance

Pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang

nyata ketika dibutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang

Page 21: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

12

12

karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya dalam

menghadapi masalah.

2) Guidance

Dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Dukungan ini juga dapat berupa pemberian umpan balik atas suatu yang telah

dilakukan individu.

3) Reassurance of worth

Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan

dan kualitas individu (Cutrona,dkk., 1984). Dukungan ini akan membuat individu

merasa dirinya diterima dan dihargai.

4) Attachment

Pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu (Cutrona,dkk.,

1984) yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang menerima.

5) Social Intergration

Dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki dalam

suatu kelompok.

6) Opportunity to Provide Nurturance

Dinyatakan bahwa dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan

oleh orang lain.

Efek Dukungan Sosial

Smet (1994) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial

dalam kehidupan, yaitu model efek langsung ( direct effect ) dan model efek penyangga (

Page 22: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

13

13

buffer effect ). Dalam efek langsung tetap berpendapat bahwa dukungan sosial itu

bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak perduli banyaknya stres yang dialami

seseorang. Menurut efek dukungan sosial yang positif sebanding di bawah intensitas-

intensitas stres tinggi dan rendah. Contohnya, orang-orang dengan dukungan sosial tinggi

dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu

mudah diserang stres. Sedangkan efek penyangga, dukungan sosial mempengaruhi

kesehatan dengan melindungi orang itu terhadap efek negatif dari stres berat. Fungsi yang

bersifat melindungi ini hanya efektif kalau orang itu menjumpai stres yang kuat. Efek

penyangga bekerja paling sedikit dengan dua cara. Orang-orang dengan dukungan sosial

tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stres (mereka tahu bahwa mungkin

akan ada seorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial

tinggi akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres. Kedua segi itu

mempengaruhi dampak sumber stres.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial

keluarga adalah tindakan positif dari keluarga yang berfungsi memberi bantuan melalui

hubungan interpersonal yang dekat dan dapat menimbulkan kenyamanan baik secara fisik

maupun psikologis untuk membantu individu dalam menghadapi suatu masalah. Dengan

adanya perasaan di dukung oleh lingkungan membuat segala sesuatu menjadi lebih

mudah terutama pada waktu menghadapi peristiwa yang menekan.

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepuasan Pernikahan Pada

Pasangan Yang Menikah Di Usia Muda

Seseorang yang telah melakukan ikatan lahir batin antara pria dengan wanita

sebagai sepasang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, baik yang dilakukan

Page 23: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

14

14

secara hukum maupun secara adat / kepercayaan dapat dikatakan sebagai pernikahan.

Apabila suatu pernikahan tersebut dilakukan oleh seseorang yang memiliki usia yang

relatif muda maka hal itu dapat dikatakan dengan pernikahan dini. Usia yang relatif muda

yang dimaksud tersebut adalah usia pubertas yaitu usia antara 15-19 tahun. Sehingga

seorang remaja yang berusia antara 15-19 tahun yang telah melakukan ikatan lahir batin

sebagai sepasang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga dikatakan sebagai

pernikahan dini atau pernikahan muda. Suatu pernikahan yang memuaskan sangat

dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Landis (dalam Lailatushifah, 1998) kunci agar

suatu pernikahan dapat menghasilkan sesuatu yang memuaskan adalah adanya kerjasama

dari kedua pasangan. Dalam menjalin kerjasama demi tercapainya tujuan bersama, maka

sepasang suami istri dituntut untuk dapat berkomunikasi dan menyesuaikan diri antara

satu dengan yang lain. Kepuasan pernikahan seseorang ditentukan oleh tingkat

terpenuhinya kebutuhan, harapan dan keinginan orang yang bersangkutan. Persepsi

individu terhadap situasi yang dialami sehari-hari itu menjadi dasar penilaian terhadap

kepuasan pernikahannya.

Kepuasan pernikahan seseorang merupakan penilaiannya sendiri terhadap situasi

pernikahan yang dipersepsikan masing-masing pasangan. Untuk mencapai kepuasan

pernikahan tersebut terdapat tiga kebutuhan yang juga menjadi aspek kepuasan

pernikahan yang harus dipenuhi agar pernikahan memiliki kepuasan, yaitu kebutuhan

materil, kebutuhan seksual, dan kebutuhan psikologis (Saxton,1986). Untuk mencapai

semua kebutuhan tersebut harus di dasari dengan adanya dukungan sosial khususnya dari

keluarga maupun kedua pasangan itu sendiri, karena dengan adanya dukungan sosial

akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis bagi pasangan untuk mendapatkan

Page 24: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

15

15

kepuasan dalam pernikahannya. Sebagaimana diungkap Lieberman (1992) bahwa secara

teoritis adanya dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian

yang dapat mengakibatkan stres. Dukungan sosial akan mengubah persepsi individu pada

kejadian yang menimbulkan stressfull dan oleh karena itu dengan adanya dukungan

sosial akan mengurangi potensi terjadinya stres pada individu yang bersangkutan.

Dengan adanya dukungan sosial yang tinggi, maka disitu akan tercapai suatu kepuasan

dalam pernikahan. Tidak hanya pasangan yang menikah dengan usia yang ideal saja yang

mungkin dapat mencapai suatu kepuasan dalam pernikahan, tetapi pasangan yang

menikah di usia muda juga dapat mencapai kepuasan tersebut.

HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif yang

signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan

yang menikah di usia muda. Semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan,

maka semakin tinggi kepuasan pernikahannya.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dukungan Sosial Keluarga sedangkan

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepuasan Pernikahan.

Page 25: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

16

16

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang (suami istri) yang menikah muda

di Salatiga dan sekitarnya, dengan mendatangi rumah partisipan dan memberikan angket

penelitian kepada partisipan yang sebagian besar partisipan masih bertempat tinggal

bersama orangtuanya. Informasi tentang partisipan sebagian diperoleh dari teman dan

sebagian dari partisipan sebelumnya. Penelitian menggunakan teknik snowball yang

kriterianya adalah orang-orang yang menikah di usia muda (15 - 19 tahun) dengan usia

pernikahan 1 - 5 tahun.

Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala Dukungan Sosial dan skala

Kepuasan Pernikahan. Skala Kepuasan Pernikahan menggunakan skala yang disusun oleh

Olson dan Fowers (1989) yang terdiri dari 10 aspek yaitu Isu-isu kepribadian,

komunikasi, pemecahan masalah, manajemen financial, kegiatan di waktu luang,

hubungan seksual, pengasuhan anak, keluarga dan teman, kesamaan peran dan orientasi

agama. Sedangkan skala Dukungan Sosial menggunakan skala yang disusun oleh Weiss

(dalam Cutrona, 1994) yang terdiri dari 6 komponen yaitu Reliabel Alliance, Guidance,

Reassurance of worth, Attachment, Social Intergration, Opportunity to Provide

Nurturance. Setiap skala terdiri atas dua item yaitu item favourable dan item

unfavourable. Dalam masing-masing item disediakan empat pilihan jawaban, yaitu :

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Berdasarkan seleksi item skala kepuasan pernikahan yang semula tersusun 15

item sesudah dilakukan pengujian daya diskriminasi menjadi 11 item (4 item gugur) yang

Page 26: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

17

17

kemudian akan digunakan dalam analisis selanjutnya. Berdasarkan uji reliabilitas Alpha

Cronbach diperoleh hasil r = 0,688 , dan berdasarkan seleksi item skala dukungan sosial

keluarga yang semula tersusun 23 item sesudah dilakukan pengujian daya diskriminasi

menjadi 12 item (11 item gugur) yang kemudian akan digunakan dalam analisis

selanjutnya. Berdasarkan uji reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh hasil r = 0,720.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai

tanggal 23 - 31 Juli 2015 peneliti mulai melakukan penelitian secara individual dengan

mendatangi rumah partisipan dan memberikan angket penelitian kepada partisipan.

Pengumpulan data dilakukan di kota Salatiga dan sekitarnya dengan partisipan 60 orang

(suami istri). Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan

bantuan program computer SPSS 16.0 for windows.

Teknik Analisis Data

Metode analisis data menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif

signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan

yang menikah di usia muda. Analisis data dilakukan dengan bantuan program bantu

komputer SPSS 16.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Variabel dukungan sosial keluarga mempunyai 12 item yang baik dengan

pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan adanya skor

Page 27: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

18

18

tertinggi yaitu 48 dan skor terendahnya adalah 12. Sedangkan kepuasan pernikahan

mempunyai 11 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam

pembagiannya ditemukan adanya skor tertinggi yaitu 44 dan skor terendahnya adalah 11.

Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk

menentukan kategori tersebut yaitu :

Dukungan Sosial Keluarga

Berdasarkan jumlah item skala dukungan sosial keluarga yaitu 12 item dengan

rentang nilai 1 - 4 dan dibuat dalam lima kategori, diperoleh intervalnya 7,2 interval,

maka kategorisasinya sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kategorisasi pengukuran skala dukungan sosial keluarga

NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE

1 40,8 < x ≤ 48 Sangat Tinggi 21 35 %

2 33,6 < x ≤ 40,8 Tinggi 40,48 38 63,33 %

3 26,4 < x ≤ 33,6 Sedang 1 1,66%

4 19,2 < x ≤ 26,4 Rendah 0 0 %

5 12 < x ≤ 19,2 Sangat Rendah 0 0 %

JUMLAH 60 100 %

Page 28: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

19

19

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala dukungan sosial keluarga di atas,

menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 63,33% dukungan sosial keluarga berada pada

kategori tinggi.

Kepuasan Pernikahan

Berdasarkan jumlah item skala kepuasan pernikahan yaitu 11 item dengan rentang

nilai 1 - 4 dan dibuat dalam lima kategori, diperoleh intervalnya 6,6 interval, maka

kategorisasinya sebagai berikut :

Tabel 1.2 Kategorisasi pengukuran skala kepuasan pernikahan

NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE

1 37,4 < x ≤ 44 Sangat Tinggi 21 35 %

2 30,8 < x ≤ 37,4 Tinggi 35,93 36 60 %

3 24,2 < x ≤ 30,8 Sedang 3 5 %

4 17,6 < x ≤ 24,2 Rendah 0 0 %

5 11 < x ≤ 17,6 Sangat Rendah 0 0 %

JUMLAH 60 100 %

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala kepuasan pernikahan di atas,

menunjukkan bahwa rata-rata sebesar 60% kepuasan pernikahan berada pada kategori

tinggi.

Uji Asumsi

Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variabel dukungan sosial keluarga

memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,576 dengan p atau signifikansi sebesar

Page 29: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

20

20

0,894 (p > 0,05) maka distribusi data dukungan sosial keluarga berdistribusi normal.

Demikian juga untuk variabel kepuasan pernikahan yang memiliki nilai Kolmogorov-

Smirnov sebesar 0,743 dengan p atau signifikansi sebesar 0,639 (p > 0,05) maka

distribusi data kepuasan pernikahan berdistribusi normal.

Tabel Hasil Uji Normalitas antara

Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

Unstandardized

Residual

N 60 60

Normal Parametersa Mean .0000000 .0000000

Std. Deviation 2.30863441 2.28029254

Most Extreme

Differences

Absolute .074 .096

Positive .074 .050

Negative -.072 -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .576 .743

Asymp. Sig. (2-tailed) .894 .639

a. Test distribution is Normal.

Page 30: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

21

21

Dari hasil uji linearitas, maka diperoleh nilai F sebesar 62,367 dengan signifikansi

0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah di usia muda adalah linear.

Tabel Hasil Uji Linearitas antara

Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepuasan Pernikahan

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

KP *

DSK

Between Groups (Combined) 361.717 12 30.143 8.432 .000

Linearity 222.949 1 222.949 62.367 .000

Deviation from

Linearity

138.768 11 12.615 3.529 .001

Within Groups 168.016 47 3.575

Total 529.733 59

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson hasilnya sebagai

berikut.

1) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

pada pasangan suami istri.

Page 31: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

22

22

Tabel Hasil Uji Korelasi

Correlations

KP DSK

KP Pearson Correlation 1 .649**

Sig. (1-tailed) .000

N 60 60

DS

K

Pearson Correlation .649**

1

Sig. (1-tailed) .000

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial

keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,649 dengan signifikansi = 0,000 (p < 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial

keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri yang menikah di usia

muda.

Hasil Tambahan

1) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan

pernikahan pada suami.

Page 32: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

23

23

Tabel Hasil Uji Korelasi

Correlations

KP DSK

KP Pearson

Correlation

1 .660**

Sig. (1-tailed) .000

N 30 30

DSK Pearson

Correlation

.660**

1

Sig. (1-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial

keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,660 dengan signifikansi = 0,000 (p < 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial

keluarga dengan kepuasan pernikahan pada suami.

2) Uji hipotesis hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan

pernikahan pada istri.

Page 33: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

24

24

Tabel Hasil Uji Korelasi

Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi antara dukungan sosial

keluarga dan kepuasan pernikahan, sebesar 0,531 dengan signifikansi = 0,001 (p < 0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dukungan sosial

keluarga dengan kepuasan pernikahan pada istri.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara

dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah di

usia muda. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian korelasi di dapatkan koefisien korelasi

sebesar r = 0,649, p = 0,000 , (p < 0,05), artinya adanya hubungan positif signifikan

Correlations

KP DSK

KP Pearson

Correlation

1 .531**

Sig. (1-tailed) .001

N 30 30

DSK Pearson

Correlation

.531**

1

Sig. (1-tailed) .001

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 34: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

25

25

antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan, yang berarti semakin

tinggi dukungan sosialnya maka semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya. Dengan

demikian hipotesis diterima.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2011), yang menyatakan ada

hubungan antara dukungan sosial pasangan dengan kepuasan pernikahan, hal ini di

buktikan dari hasil pengujian korelasi oleh Rahmi (2011) di dapatkan koefisien korelasi

sebesar r = 0,561. Lebih lanjut dinyatakan bahwa semakin tinggi dukungan sosial

keluarga yang dirasakan akan semakin tinggi pula kepuasan pernikahannya. Hal ini juga

dapat dilihat dari pasangan (suami istri), jika mereka mendapatkan dukungan yang tinggi

maka pasangan akan mudah menerima kepuasan pernikahan, dan dari beberapa aspek-

aspek dukungan sosial dan kepuasan pernikahan yang sudah mereka capai atau penuhi,

mereka akan cenderung mudah mendapatkan kepuasan dalam pernikahannya.

Menurut Rahmi (2011) dalam penelitiannya mengenai dukungan sosial pasangan

bahwa dukungan sosial keluarga mempengaruhi kepuasan pernikahan seseorang. Bukti

adanya pengaruh kepuasan pernikahan terhadap dukungan sosial keluarga, berarti

menghubungkan antara dukungan sosial keluarga menuju ke kepuasan pernikahannya.

Hal ini semakin menguatkan teori-teori sebelumnya yang menyatakan bahwa dukungan

sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau

pertolongan kepada yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Robert Weiss ( dalam

Cutrona, 1994). Dukungan sosial dapat juga disebut sebagai pemberian rasa nyaman baik

secara fisik maupun psikologis oleh keluarga kepada seseorang untuk menghadapi

kecemasan atau stres.

Page 35: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

26

26

Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan pernikahan,

dukungan sosial keluarga merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya kepuasan pernikahan (Wismanto, 2004). Jika dilihat

sumbangan efektif yang diberikan dukungan sosial keluarga terhadap kepuasan

pernikahan antara suami dan istri memberikan kontribusi sebesar 42,1% (r²). Dan pada

hasil tambahan, yang dihasilkan oleh suami mendapatkan dukungan sosial keluarga

sebesar 43,56%, sehingga sumbangan efektif dukungan sosial keluarga yang diterima

suami terhadap kepuasan pernikahan sebesar 43,56%, dan pada istri mendapatkan

dukungan sosial keluarga sebesar 28,19%, sehingga sumbangan efektif dukungan sosial

keluarga yang diterima istri terhadap kepuasan pernikahan sebesar 28,19%.

Yang dimaksud keluarga disini adalah anggota keluarga terdekat, baik dari

orangtua kedua pasangan maupun saudara sekandung. Partisipan dalam penelitian ini

adalah 60 orang (suami istri) yang menikah muda di Salatiga dan sekitarnya, dengan

mendatangi rumah partisipan dan memberikan angket penelitian kepada partisipan yang

sebagian besar partisipan masih bertempat tinggal bersama orangtuanya. Informasi

tentang partisipan sebagian diperoleh dari teman dan sebagian dari partisipan

sebelumnya. Kriteria penelitiannya adalah orang-orang yang menikah di usia muda (15 -

19 tahun) dengan usia pernikahan 1 - 5 tahun.

Dari hasil data yang diperoleh melalui kuisioner, sebagian besar partisipan

memperoleh dukungan sosial keluarga dengan mengandalkan bantuan yang nyata ketika

dibutuhkan. Karena dengan individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang

karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya dalam

menghadapi masalah. Hal ini disebabkan juga dengan partisipan yang masih tinggal

Page 36: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

27

27

bersama dengan orangtuanya, sehingga partisipan masih bergantung terhadap

orangtuanya.

Saat ini kita sering dihadapkan dengan usia rata-rata remaja yang menikah di usia

antara 14 - 19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Undang-Undang pernikahan No.1 tahun

1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan

Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena

hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker

serviks serta penyakit menular seksual. Selain menimbulkan beberapa penyakit

pernikahan usia muda juga dapat menimbulkan banyaknya kasus perceraian, hal ini

dikarenakan kurang siapnya mental dari kedua pasangan yang masih belum dewasa betul.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor

ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006). Hal ini

juga didukung dengan hasil wawancara lanjutan yang dilakukan penulis terhadap

partisipan bahwa alasan mereka menikah muda di dasari dengan beberapa alasan, yang

pertama karena saling mencintai, keputusan orangtua, ingin cepat mendapatkan

keturunan, ingin memperbaiki ekonomi, hamil diluar nikah, target menikah di usia muda,

dan yang terakhir agar tidak terjerumus atau menghindari pergaulan bebas.

Dari uraian diatas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi dukungan

sosial keluarga maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pernikahan. Hal ini terlihat

dari hasil kajian penelitian diatas, bahwa antara dukungan sosial dengan kepuasan

pernikahan memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan analisis deskriptif

dalam penelitian ini diperoleh data bahwa dukungan sosial keluarga sebesar 63,33%

partisipan berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan tingginya dukungan sosial

Page 37: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

28

28

keluarga pada pasangan yang menikah di usia muda. Begitu juga dengan data kepuasan

pernikahan diperoleh sebesar 60% partisipan berada pada kategori tinggi pula. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pasangan yang menikah di usia muda memiliki kepuasan

pernikahan yang tergolong tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa dukungan sosial keluarga memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan,

sehingga nampak jelas bahwa dukugan sosial keluarga mempunyai hubungan positif yang

signifikan dengan kepuasan pernikahan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara variabel

dukungan sosial keluarga dengan variabel kepuasan pernikahan pada pasangan

(suami istri) yang menikah di usia muda. Demikian juga khusus pada suami saja dan

pada istri saja juga tetap memiliki hubungan yang positif signifikan antara dukungan

sosial keluarga dan kepuasan pernikahan.

2). Sebagian besar pasangan menikah muda ini (63,33%) dalam penelitian ini memiliki

tingkat dukungan sosial keluarga yang tergolong tinggi, dan sebagian besar pasangan

menikah muda ini (60%) juga memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tergolong

tinggi.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung di lapangan serta melihat

hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan :

Page 38: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

29

29

1. Bagi suami dan istri yang melakukan nikah muda

1) Bagi pasangan yang sudah terikat dalam ikatan pernikahan usia muda bahwa

dukungan sosial keluarga dan kepuasan pernikahan diharapkan untuk tetap di

tingkatkan dan dipertahankan dengan baik, karena dukungan sosial keluarga dan

kepuasan pernikahan pada saat menikah merupakan faktor yang cukup penting

dalam mencapai kepuasan pernikahan.

2. Bagi orang tua

1) Bagi orang tua yang anaknya telah menikah pada usia muda, hendaknya tetap

menjalin hubungan sosial dan menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya

sampai mereka memasuki usia dewasa dan selalu memberikan dukungan yang

positif.

2) Hendaknya perhatikan kesadaran mengenai pernikahan usia muda akan lebih

beresiko pada kesehatan. Terutama akan mudah terkena penyakit kanker leher

rahim / kanker serviks serta penyakit menular seksual, selain itu banyaknya kasus

perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pernikahan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

1) Dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor lain selain faktor dukungan sosial keluarga dan kepuasan

pernikahan, misalnya seperti menikah muda dengan status keyakinan yang

berbeda, taraf sosial ekonomi, atau pendidikan.

2) Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk tidak hanya meneliti pada daerah-

daerah Salatiga saja, tetapi juga menjangkau daerah-daerah lainnya agar hasil

penelitian dapat menggambarkan populasi yang lebih luas.

Page 39: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

30

30

DAFTAR PUSTAKA

Alder, E.S. (2010). Age, education level and length of courtship in relation to marital

satisfaction. (Tesis, Pacific University, United States). Retrieved from

http://commons.pacificu.edu/spp/145 tanggal 6 April 2013

Alfiyah. (2010). Sebab-sebab pernikahan dini. http// alfiyah23.student.umm.ac.id. Diakses

tanggal 1 Oktober 2014.

Archuleta, K.L., Britt, S.L., Tonn, T.J . & Grable, J.E. (2011). Financial satisfaction and

financial stressors in marital satisfaction. Psychology reports, 108, 563-576.

DOI:10.2466/07.21.PR0.108.2.563-576. Diakses tanggal 23 Februari 2013

Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bishop, G.D. (1997). Health psychology: Integrating mind and body. Boston: Allyn & Bacon.

Cutrona, C.E. & Russell, D. (1987). The provisions of social relationships and adaptation to

stress. Advances in personal relationships, 1, 37 – 67. Greenwich CT: JAI Press.

Duffy, Karen. G., & Atwater, Eastwood. (2002). Psychology for living : Adjusment, growth, and

behavior today (7nd ed.). New Jersey : Practice Hall Upper Saddle River.

Hobfoll, S.E. (1986). Stress, social support and women: the series in clinical and community

psychology. New York: Herpe & Row.

Kerkmann, B.C., Lee, T.R., Lown, J.M. & Allgood, S.M. (2000). Financial management,

financial problems and marital satisfaction among recently married university students.

Financial Counseling. 11 (2). 55-65. Retrieved from

http://afcpe.org/assets/pdf/vol1126.pdf tanggal 23 Februari 2013

Lieberman, M.A. (1992). The effect of social support on respond on stress. Dalam Bretnitz &

Golberger (Eds).Handbook of stress: Theoritical & clinical aspects. London: Collier

MacMillan Publisher.

Nurhajati L., Wardyaningrum D., (2013). Komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan

perkawinan. Jakarta : Universitas Al Azhar Indonesia.

Olson , D . H . & DeFrain, J. (2006). Marriages and families ; Intimacy, diversity, and strength

5th

ed. Boston ; McGraw-Hill.

Olson, David H dan Fowers, Blaine J. 1989. ENRICH Marital Inventory: A Discriminant

Validity and Cross-Validity Assessment. Journal of marital and family therapy, 15 (1), 65-

79.

Ozirney, Henry. (2007). Knot Happy: How Your Marriage Can Be. Oklahoma: Tate Publishing

& Enterprises.

Page 40: Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9148/2/T1_802011070_Full...lembar pengesahan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepuasan pernikahan

31

31

Puspitasari. (2006). Perkawinan usia muda : Faktor pendorong dan dampaknya terhadap pola

asuh keluarga (studi kasus di Desa Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten

Tasikmalaya). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan :

Universitas Negeri Semarang

Rahmi, F.H. (2011). Dukungan sosial pasangan dengan kepuasan pernikahan. Surakarta :

Universitas Muhammadiyah.

Rini, Q.K., & Retnaningsih. (2008). Keterbukaan diri dan kepuasan perkawinan pada pria

dewasa awal. Jurnal Psikologi Volume 1 (2), 152-157.

Rybash, J.W., Roodin, P.A., & Santrock, J.W. (1991). Adult development and aging. 2nd

edition.

New York: Wm. C. Brown Publishers.

Sarafino, E.P. (1997). Health psychology: Biopsychological interactions (4rd ed). New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia.

Stone, E.A. & Shackelford, T.K. (2007). Marital satisfaction. Encyclopedia of Social

Psychology (pp. 541-544). California: Sage. Retrieved from

http://www.toddshackelford.com/download/Stone-Shackelford-Marital-Satisfaction-

2006.pdf tanggal 2 Desember 2013

Gottlieb, B.H. (1983). Social support strategie: Guideliness for mental helth practice. London:

Sage Publication.

Walgito, B. (2002). Bimbingan dan konseling perkawinan: Undang-undang pernikahan no.1

tahun 1974. Yokyakarta: Andi Offset.

Weinstein, L., Powers, J. & Laverghetta, A. (2010). College students’ chronological age predicts

marital happiness regardless of length of marriage. College student journal, 44 (22).

Retrieved from

http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=pbh&AN=51362173&site=ehost-

live tanggal 25 April 2013

Wibisono, L. (2001). Pasangan Harmonis Tahan Banting dalam Kumpulan Artikel Psikologi

Intisari. Jakarta: Gramedia.

Widyastuti Y. A. Rahmawati. Y.E. Purwaningrum. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :

Fitramaya

Wismanto, Y. B. (2004). Kepuasan Pernikahan ditinjau dari komitmen perkawinan, kesediaan

berkorban, kesetaraan pertukaran dan persepsi terhadap perilaku pasangan. Disertasi (tidak

diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM