Upload
vanlien
View
232
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA
UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT MURID
SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG TAHUN 2009
TESIS
Oleh
NUR AMANIAH 077012017/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA
UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT MURID
SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG TAHUN 2009
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan dan Kebijakan Kesehatan
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
NUR AMANIAH 077012017/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
PERNYATAAN
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA
UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT MURID
SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Agustus 2009 (Nur Amaniah)
077012017/IKM
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN
CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Nur Amaniah Nomor Induk Mahasiswa: 077012017 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM) (dr. Fauzi, SKM) Ketua Anggota Ketua Program Studi, Dekan,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi) Tanggal lulus: 31 Agustus 2009
Telah diuji pada
Tanggal: 31 Agustus 2009
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM
Anggota : dr. Fauzi, SKM
Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K)
Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)
ABSTRAK
Sampai saat ini, karies dan gingivitis merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang termasuk di Indonesia. Program Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar. Data Profil Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang 2006 menunjukkan bahwa cakupan UKGS dari tahun 2004 sampai 2007 terlihat menurun hampir di seluruh puskesmas. Pada tahun 2004 terlihat bahwa cakupan sekolah yang menjalankan kegiatan UKGS sebesar 44,57%, sedangkan pada tahun 2007 hanya 27,70%.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan studi potong lintang untuk menganalisis hubungan faktor manajemen dan tenaga pelaksana dengan cakupan pelayanan UKGS dan status kesehatan gigi mulut murid sekolah dasar di Kabupaten Aceh Tamiang. Populasi penelitian terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok tenaga kesehatan gigi dan kelompok guru Orkes, murid dan orangtua. Sampel tenaga kesehatan berasal dari 4 puskesmas, 8 guru Orkes dari 8 sekolah dasar, orangtua dan murid, masing-masing 240 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dibantu kuesioner dan angket untuk orangtua murid serta dilakukan pemeriksaan gigi. Analisis data dilakukan dengan uji statistik chi-square dan one-way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan DMFT 1,50±2,13, sekstan gusi sehat 5,15±1,55, mendekati target pencapaian gigi sehat WHO 2010 yaitu DMFT tidak lebih dari 1 pada usia 12 tahun dan mempunyai >3 sekstan gusi sehat. Rerata OHIS siswa 1,11±0,80 termasuk kategori baik. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara sarana/prasarana dan tenaga pelaksana dengan cakupan pelayanan UKGS. Tidak ada hubungan antara sarana/prasarana dengan rerata DMFT, namun ada hubungan dengan rerata status periodontal dan OHIS. Peran tenaga kesehatan dan guru mempunyai hubungan bermakna dengan rerata DMFT dan rerata status periodontal (p<0,05) serta sangat bermakna dengan OHIS (p<0,001). Ada hubungan antara peran orangtua dengan status kesehatan gigi mulut (rerata DMFT, status periodontal dan OHIS) (p<0,05).
Disarankan pihak pengelola program pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang agar bekerja sama dengan pihak terkait lainnya dalam menyusun Kebijakan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang terintegrasi dengan Usaha Kesehatan
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Sekolah (UKS) dalam upaya pengembangan program peningkatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar.
Kata kunci: manajemen, status kesehatan gigi dan mulut
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
ABSTRACT
Up to now, dental caries and gingivitis are the most common oral health problem among children in the developing countries including Indonesia. The program of Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) is the activities done to minimize the problem of oral and dental health developing in primary school students. The data that the obtained from the Profile of Aceh Tamiang Disctrict Health Office 2006 showed that the coverage of the UKGS from 2004 to 2007 decreased in almost all health center. In 2004, the coverage of the schools which implemented the UKGS program was 44.57% while in 2007 it was only 27.70%.
The purpose of this study with cross-sectional design is to analyze the relationship between management factors and UKGS officers and UKGS coverage and the dental health status of primary school students in Aceh Tamiang Regency. The population of this study consisted of two groups comprising the group of dental health workers and the group of physical education teachers, primary school students, and parents. The samples for this study were the health workers from 4 health center, 8 physical education teachers from 8 primary schools, 240 parents and 240 primary school students. The data for this study were obtained through interviews using questionaires and anquette distributed in the primary school students’ parents, and the result of dental examination done. The data obtained were analyzed through Chi-squares test and one-way ANOVA.
The results of univariate analysis showed that the DMFT 1.50±2.13, healthy gum sextant 5.15±1.55, approaching the target of healthy teeth achievement set by WHO for 2010 stating that, for the children of 12 years old, the DMFT cannot be more than 1 and haved more than 3 healthy gum sextant. The average OHIS of the primary school children belonged to good category (1.11 ± 0.80). The result of statistical analysis showed that there was relationship between facility/infra structure and the UKGS service covered. There was no relationship between facility/infra structure and the average DMFT, but there was a relationship between average periodontal status and OHIS. The role of dental health workers and teachers had a significant relationship with the average DMFT and the average periodontal status (p<0,05) and a very significant relationship with OHIS (p<0,001). There were relationship between the role of parents and the oral and dental health status (average DMFT, periodontal status and OHIS) (p<0,05).
It is suggested that the program manager of Aceh Tamiang District Health Officer to cooperate with the other related agencies in making the policy for the UKGS which is integrated to Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) in the attempt of the development of oral and dental health care improvement program for the primary school students. Key words: management, oral and dental health status
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim,
Dengan mengucap syukur Alhamdullillah atas berkat rahmat dan ridho yang
telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
tesis dengan judul “Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga pelaksana UKGS
Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Murid Sekolah Dasar di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009”.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian tesis ini selain atas upaya
penulis, juga tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Ria Masniari
Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
dan juga kepada Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM,
selaku ketua komisi Pembimbing dan dr. Fauzi, SKM, selaku anggota komisi
pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta
dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Trimurni Abidin, drg., M.
Kes., Sp. KG (K) dan Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K), selaku
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
komisi pembanding yang telah memberikan kritikan dan saran demi kesempurnaan
tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada drg. Ida Sophia, MKes, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, keluarga besar puskesmas Karang Baru,
Kuala Simpang, Manyak Payed dan Bendahara, Kepala Sekolah, guru dan murid-
murid SD Muka Sungai Kuruk, SDN Lhok M Ara, SDN Glg Merak, SDN Kuta
Lintang, SDN K. Simpang, SDN KP Pahlawan, SDN Matang Tepah, dan SDN Tugu
Upah dan semua pihak yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada orang
tua saya Alm. M. Yusuf Ririmasse dan Alm. Hj. Syafiah sebagai narasumber
kehidupan saya dan kepada suami tercinta Novelly Harahap, yang selalu
mendampingi, memberikan bantuan baik moril maupun materiil serta doanya kepada
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anak-anakku M. Habib
Octanial Hrp, Ovie Vellycia Hrp, Sheyna Audrie Hrp, dan M. Hafiz Hrp, atas
dukungan, pengertian dan doa-doanya.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekhilafan selama mengikuti pendidikan Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara
ini. Semoga amalan yang telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang
berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin ya Robbal Alamin.
Medan, Agusuts 2009
Penulis
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
RIWAYAT HIDUP
Nur Amaniah, lahir pada tanggal 28 Oktober 1963 di Medan, anak kedua dari
enam bersaudara dari pasangan ayahanda Alm. H. M. Yusuf Ririmasse dan ibu Alm.
Hj. Syafiah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Swasta
Medan Putri di Medan, selesai tahun 1976, Sekolah Menengah Pertama Swasta di
Nasional Khalsa di Medan, selesai tahun 1980, Sekolah Menengah Atas Negeri 4 di
Medan, selesai tahun 1983 dan melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara Medan, selesai tahun 1994.
Penulis mulai bekerja sebagai dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) tahun
1995-1998 di Puskesmas Kota Datar, Kab. Deli Serdang, Sumut dan tahun 1999-2002
sebagai dokter gigi di Puskesmas Tanjung Langkat, Kab. Langkat, Sumut. Tahun
2003 diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil di Nanggroe Aceh Darussalam,
ditempatkan sebagai staf di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang.
Pada tanggal 1 November 1987 penulis menikah dengan Novelly Harahap,
anak dari Alm. M. Said Harahap dan Nasmi Diana Lubis dan sudah dikaruniai dua
orang putera dan dua orang puteri.
Tahun 2007 penulis mengikuti pendidikan lanjutan S-2 Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ................. ................................................................. v DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Permasalahan ................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 6
1.4 Hipotesis ....................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ................. 9 2.2 Manajemen UKGS ....................................................... 13 2.3 Kinerja Program UKGS ................................................ 15
2.4 Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................. 20
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Gigi ...... 22 2.6 Landasan Teori .............................................................. 26 2.7 Kerangka Konsep Penelitian ......................................... 30
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .............................................................. 31 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 31 3.3 Populasi dan Sampel ..................................................... 31 3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................... 33 3.5 Variabel dan Definisi Operasional ................................ 35 3.6 Metode Pengukuran ....................................................... 39 3.7 Metode Analisis Data .................................................... 42 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 44 4.2 Karakteristik Responden ................................................ 44 4.3 Manajemen UKGS ......................................................... 46 4.4 Peran Tenaga Pelaksana UKGS ..................................... 48 4.5 Cakupan Pelayanan UKGS ............................................... 53 4.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar .. 54 4.7 Hubungan Sarana/Prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS ................................................................................ 56 4.8 Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS .............................................................. 57 4.9 Hubungan Faktor Sarana/Prasarana dengan Status Kesehat- an Gigi ................................................................................ 58 4.10Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kesehat- an Gigi ............................................................................... 60 4.11Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut .......................................................................... 62 BAB 5 PEMBAHASAN
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
5.1 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ............................................ 64 5.2 Hubungan Faktor Sarana/Prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS .............................................................. 64 5.3 Hubungan Faktor Sarana/Prasarana dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................ 65 5.4 Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS .............................................................. 66 5.5 Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................ 67 5.6 Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................................. 67 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................... 69 6.2 Saran ................................................................................. 71 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 74 LAMPIRAN
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 2.1. Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris ............................................... 19 2.2. Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus ............................................... 20 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009 ................................................................ 45 4.2. Distribusi Responden Orangtua Murid Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009 ........................... 45 4.3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ................................................................................... 46 4.4. Kategori Ketersediaaan Sarana dan Prasarana UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ................................................................. 46 4.5. Ketersediaan Biaya Operasional untuk Pelaksanaan UKGS di Pus- kesmas Kabupaten Aceh Tamiang ................................................... 47 4.6. Kategori Ketersediaan Biaya Operasional UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ................................................................ 47 4.7. Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang .............................................. 49 4.8. Kategori Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang .............................. 50 4.9. Peran Guru Orkes di Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Di Kabupaten Aceh Tamiang ........................................................... 51 4.10. Kategori Peran Guru Orkes di Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiat- an UKGS di Kabupaten Aceh Tamiang .......................................... 52 4.11. Peran Orangtua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak di Kabupaten Aceh Tamiang ............................................................... 52 4.12. Kategori Peran Orangtua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak di Kabupaten Aceh Tamiang .......................................................... 53 4.13. Kategori Cakupan Pelayanan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ........................................................................................... 54 4.14. Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang .. 55 4.15. Rerata Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ............................................................................................. 55 4.16. Rerata Status Kebersihan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang .................................................................................... 56 4.17. Hubungan Sarana/Prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ............................................... 57 4.18. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang ............................... 58 4.19. Hubungan Sarana/Prasarana dengan Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ..................................... 59 4.20. Hubungan Sarana/Prasarana dengan Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ..................................... 59 4.21. Hubungan Sarana/Prasarana dengan Status Kebersihan Mulut
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang .......................... 60 4.22. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang .................................... 60 4.23. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ......................... 61 4.24. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kebersihan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang .............. 62 4.25. Hubungan Peran Orangtua dengan Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ................................................. 62 4.26. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ................................... 63 4.27. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kebersihan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang ................................... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 1.1. Hubungan 3 Komponen dalam Status Kesehatan Gigi Anak
(Wright, 1987) ................................................................................... 23
1.2. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 30
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner untuk Petugas Kesehatan Gigi
(Puskesmas yang Ada Dokter Gigi) ...........................................
77
2. Kuesioner Cakupan Pelayanan UKGS ....................................
79
3. Kuesioner untuk Guru Orkes ....................................................
80
4. Angket untuk Orangtua .............................................................
81
5. Kuesioner untuk Murid .............................................................
82
6. Kuesioner untuk Petugas Kesehatan Gigi
(Puskesmas yang Tidak Ada Dokter Gigi) ..................................
84
7. Kuesioner Cakupan Pelayanan UKGS .....................................
86
8. Kuesioner untuk Guru Orkes.....................................................
87
9. Angket untuk Orangtua .............................................................
88
10. Kuesioner untuk Murid ............................................................
89
11. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas..............................
91
12. Master Data Responden..............................................................
92
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
13. Output SPSS (Deksriptif) ........................................................
109
14. Output SPSS (Chi-square dan Anova) .....................................
117
15. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ..........................................
128
16. Surat Izin Melakukan Penelitian ...............................................
133
17. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang ......................................
134
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karies dan gingivitis merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak
dijumpai pada anak-anak di negara berkembang termasuk di Indonesia, dan cenderung
meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% anak
mengalami karies dan 80% menderita gingivitis. Angka ini diduga lebih parah di
daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah.
Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh
kembang bahkan masa depan mereka (Irmawati & Satiti, 2001, DepKes RI, 2000).
Di Indonesia, berbagai penelitian kesehatan gigi dan mulut menunjukkan
tingginya prevalensi dan keparahan penyakit karies dan penyakit periodontal. Data
penelitian morbiditas dan disabilitas menunjukkan prevalensi pengalaman karies
(DMFT) cenderung meningkat dengan bertambahnya umur yaitu 43,9% umur 12
tahun dengan DMFT 1,1 sampai mencapai 80,1% pada usia 35-44 tahun dengan
DMFT 4,7 (SKRT, 2001). Data SKRT (2004) menyatakan bahwa prevalensi karies
sudah mencapai 90,06%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan
bahwa prevalensi karies aktif pada usia 12 tahun sebesar 29,8% dengan indeks DMFT
0,91 dan mencapai 4,46 pada usia 35-44 tahun (Riskesdas, 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triapnya (cit. Utoyo) pada anak usia 12
tahun di Denpasar menunjukkan bahwa 82% anak mengalami gingivitis ringan, 12%
mengalami gingivitis sedang dan 6% gingivitis berat. Persentase karies gigi pada anak
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
usia 6-14 tahun Panti Karya Pungal di Binjai, Sumatera Utara yang dilakukan oleh
Octiara (2001) dilaporkan sebesar 64,59% dengan DMFT rata-rata 1,6 dan indeks
OHIS 2,37 yang termasuk kriteria sedang. Hal ini mungkin disebabkan karena masih
rendahnya persentase anak-anak menyikat gigi dengan waktu yang tepat yaitu hanya
4,16% yang menyikat gigi sesudah sarapan dan 10,41% yang mempunyai kebiasaan
menyikat gigi sebelum tidur malam.
Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan Oral Health Global Indicators for
year 2025, yang salah satunya adalah nilai DMFT pada anak usia 12 tahun tidak boleh
lebih dari 1 (Axelsson, 1999). Ketetapan ini dianut oleh Departemen Kesehatan yang
telah membuat indikator kesehatan gigi dan mulut dengan melihat status kesehatan
gigi anak usia 12 tahun yang disesuaikan dengan target pada tahun 2010 yaitu rerata
DMF = 1, prevalensi karies gigi <50% dan nilai Indeks Performed Treatment (PTI) =
50% (Depkes RI, 1999).
UKGS adalah upaya kesehatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya
pencegahan penyakit gigi dan mulut. UKGS ditujukan untuk memelihara,
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah yang
ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi peserta didik
yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (DepKes RI, 2004).
Pemerintah juga telah mencanangkan ”Indonesia Sehat 2010” sebagai paradigma
baru, yaitu paradigma sehat melalui pendekatan promotif dan preventif dalam
mengatasi permasalahan kesehatan di masyarakat termasuk kesehatan gigi dan mulut.
Mengingat hakekat upaya kesehatan yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional, sudah selayaknya kita sebagai
tenaga kesehatan bertanggung-jawab penuh untuk mewujudkan program UKGS
sebagai salah satu program pemerintah (DepKes RI, 2000; DepKes RI, 2004).
Usaha untuk mengatasi masalah karies dan gingivitis melalui kegiatan UKGS
di puskesmas belum dapat meminimalkan masalah kesehatan gigi di Indonesia, malah
diperkirakan peningkatan kasus karies dan gingivitis akan terus terjadi sejalan dengan
kenaikan konsumsi gula, adanya faktor distribusi penduduk, faktor lingkungan, dan
faktor perilaku kesehatan gigi masyarakat Indonesia. Walaupun tidak menimbulkan
kematian, kerusakan gigi dan jaringan pendukung gigi dapat menurunkan tingkat
produktivitas seseorang, karena dari aspek biologis akan dirasakan sakit atau gigi
goyang, sehingga aktivitas belajar, makan dan tidur terganggu. Selain itu, dari aspek
estetispun dapat menimbulkan masalah psikososial. Apabila tidak segera dilakukan
upaya pencegahan, dengan meningkatnya umur, kerusakan gigi dan jaringan
pendukungnya akan menjadi lebih berat, bahkan dapat mengakibatkan terlepasnya
gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi yang semakin mahal
(WHO Oral Health Report 2003).
Menurut Debnath (2002) ada empat faktor yang dapat meningkatkan
keberhasilan program kesehatan gigi yaitu melakukan seleksi orang-orang yang akan
bertanggung jawab dalam pendidikan kesehatan gigi, mengikut-sertakan orangtua
yang dapat memberikan bantuan latihan kesehatan gigi di rumah, mengidentifikasi
dan menggunakan sumber daya kesehatan masyarakat dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan program.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Robinson (cit. Debnath, 2002) mengidentifikasi bahwa orang tua adalah
variabel intervensi yang paling persuasif dalam program kesehatan gigi di sekolah. Ia
juga menyatakan bahwa orangtua mempunyai pengaruh langsung terhadap kebiasaan
berperilaku sehat sehingga harus dilibatkan dalam program tersebut. Perry dkk.(cit.
Debnath, 2002) telah membuktikan efektivitas kerjasama sekolah (dalam hal ini guru),
orang tua dan tenaga kesehatan terhadap perubahan perilaku kesehatan anak.
Salah satu keuntungan sekolah berbasis program kesehatan adalah memberi
kesempatan untuk menjangkau lebih banyak anak selama masa awal perkembangan
yaitu pada saat pola kesehatan masih dapat dirubah atau dimodifikasi. Keadaan
sekolah juga memberikan suasana yang mendukung untuk belajar (learning) dan
menguatkan (reinforcement) sehingga guru dapat menggunakan strategi/metode baru
untuk mengajak anak-anak berpartisipasi dalam tindakan pencegahan penyakit gigi
dan mulut (Debnath, 2002).
Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan termasuk
kegiatan UKGS di mana orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Tanpa manajemen maka semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan
sia-sia belaka. Dalam pelaksanaannya, program penyelenggaraan UKGS juga harus
didukung oleh manajemen (sarana/prasarana dan biaya operasional) yang memadai
agar rangkaian kegiatan UKGS berjalan secara sistematis untuk menghasilkan output
yang efektif dan efisien (DepKes RI, 2004). UKGS harus didukung oleh
sarana/prasarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan
peralatan pemeriksaan gigi untuk screening sedangkan biaya yang dimaksudkan
adalah banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
atau memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Masalah kesehatan gigi seperti yang diuraikan di atas cenderung relatif merata
di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Tamiang. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang yang merupakan kabupaten baru
yaitu pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Sejak tanggal 2 Juli 2002, Kabupaten
Aceh Tamiang resmi menjadi kabupaten otonom yang terus berbenah dengan segala
sarana dan prasarana yang dimiliki untuk mendukung terlaksananya pemerintahan.
Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang dilaporkan sebanyak 223.904 jiwa terdiri atas 8
kecamatan dengan 10 puskesmas dan sarana penunjang kesehatan, 1 rumah sakit dan
1 buah klinik swasta.
Data Profil Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang 2006
menunjukkan bahwa cakupan UKGS dari tahun 2004 sampai 2007 terlihat menurun
hampir di seluruh puskesmas. Pada tahun 2004 terlihat bahwa cakupan sekolah yang
menjalankan kegiatan UKGS sebesar 44,57%, sedangkan pada tahun 2007 hanya
27,70%. Tidak berjalannya kegiatan UKGS secara merata di puskesmas yang ada di
Kabupaten Aceh Tamiang kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh faktor
manajemen (sarana/prasarana dan biaya operasional) dan tenaga pelaksana program
UKS/UKGS yaitu keterlibatan petugas kesehatan, guru dan orang tua.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan UKGS yaitu manajemen (sarana/prasarana dan
biaya operasional) dan tenaga pelaksana UKGS dalam hubungannya dengan cakupan
pelayanan UKGS. Penilaian cakupan pelayanan UKGS ditentukan oleh status
kesehatan gigi dan mulut peserta didik sehingga penelitian ini juga ditujukan untuk
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
melihat hubungannya dengan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar di
Kabupaten Aceh Tamiang.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, hal berikut ini menjadi latar belakang
permasalahan yaitu:
1. Apakah ada hubungan faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya) dan
tenaga pelaksana UKGS dengan cakupan pelayanan UKGS?
2. Apakah ada hubungan faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya) dan
tenaga pelaksana UKGS dan orangtua dengan status kesehatan gigi dan
mulut murid sekolah dasar?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor manajemen (sarana/prasarana, biaya) dan peran tenaga
pelaksana UKGS dan orangtua dalam menjalankan program UKGS.
2. Menganalisis cakupan pelayanan UKGS (sekolah yang melaksanakan sikat
gigi masal, siswa terpilih yang mendapat mendapat perawatan dan
frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke sekolah) dan status kesehatan
gigi dan mulut murid sekolah dasar (DMFT, status periodontal dan OHIS).
3. Menganalisis hubungan faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya)
dan tenaga pelaksana UKGS dengan cakupan pelayanan UKGS.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
4. Menganalisis hubungan faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya),
tenaga pelaksana UKGS dan orangtua dengan status kesehatan gigi dan
mulut murid sekolah dasar (DMFT, status periodontal dan OHIS).
1.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya) dan
tenaga pelaksana dengan cakupan pelayanan UKGS.
2. Ada hubungan antara faktor manajemen (sarana/prasarana dan biaya),
tenaga pelaksana UKGS dan orangtua dengan status kesehatan gigi dan
mulut (DMFT, status periodontal dan OHIS) murid sekolah dasar.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang dalam
mengambil kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan Program
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.
2. Sebagai masukan atau sumber informasi bagi pengelola program dalam
membuat rencana intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di seluruh puskesmas di wilayah kerjanya.
3. Memperkaya pengembangan konsep di bidang Ilmu Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, secara khusus dalam pengembangan pola kesehatan.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi dan mulut mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, walaupun
demikian, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa rongga mulut adalah organ
yang berperan penting bagi kesehatan tubuh. Beberapa ahli menyatakan bahwa
kesehatan rongga mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum (Peterson,
2003; Richmond et al., 2007). Rongga mulut dikatakan sehat tidak hanya bila
mempunyai susunan gigi yang cantik, rapi dan teratur saja tetapi juga harus bebas dari
bau mulut, rasa sakit oro-fasial kronis, kanker, lesi oral dan penyakit atau gangguan
lain yang melibatkan gigi, mulut dan sistem stomatognasi. Selain berfungsi untuk
berkomunikasi secara efektif, rongga mulut yang sehat memungkinkan seseorang
menikmati berbagai jenis makanan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
kualitas hidup seseorang dalam domain yang saling berkaitan meliputi gejala rasa
sakit di rongga mulut, fungsi fisik, psikis dan fungsi sosialnya (Naito, 2006). Namun
sayangnya, masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi prioritas kedua terutama
bagi masyarakat Indonesia.
Kesehatan gigi dan mulut harus dipelihara sejak dini terutama pada anak-anak.
Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang
dilaporkan mempunyai prevalensi yang tinggi pada anak-anak sehingga perlu
mendapat perhatian. Apabila tidak ditangani segera, penyakit ini lama kelamaan dapat
menimbulkan nyeri dan rasa sakit, kehilangan gigi bahkan menjadi pemicu timbulnya
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
berbagai penyakit berbahaya. Beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara
penyakit gigi dengan penyakit jantung koroner, aterosklerosis, pneumonia, diabetes
dan kelahiran prematur. Hal ini menunjukkan pentingnya tindakan pencegahan dan
perawatan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat terhindar dari komplikasi penyakit
gigi yang membahayakan (Panjaitan, 1997; DepKes RI, 2000).
Kesehatan gigi anak memegang peranan pada pertumbuhan dan kesehatan
anak. Apabila timbul penyakit gigi dan mulut pada anak, maka proses tumbuh
kembang anak juga berpengaruh. Selain itu, kemampuan belajar juga menurun
sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar (Media Online, 2001).
2.1. Pendekatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Dalam upaya pembinaan kesehatan dan pengembangan IPTEK bidang
kesehatan menuju ‘Paradigma Sehat 2010’, aspek kesehatan gigi mulut tidak dapat
diabaikan. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah suatu komponen Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistematik dan
ditujukan bagi semua murid sekolah dasar dalam bentuk paket promotif, promotif-
preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif
dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini
mungkin dan dilakukan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Di samping itu,
kelompok ini juga lebih mudah dibentuk mengingat anak sekolah dasar selalu di
bawah bimbingan dan pengawasan para guru sehingga pada kelompok ini sangat
potensial untuk ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup sehat (DepKes RI, 2000).
Dalam SK MenKes RI no. 128/MKes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat DepKes RI dinyatakan bahwa UKGS merupakan program
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
pengembangan yang mana segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan di
sekolah diupayakan melalui Tim Pembina UKS Pusat dan Tim Pembina UKS di
daerah secara berjenjang. Hasil penelitian maupun pengamatan yang dilakukan empat
departemen terkait dalam program UKS (Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri)
menyimpulkan bahwa secara umum prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik belum mencapai tingkat yang diharapkan yang salah satunya ditinjau dari aspek
kesehatan gigi (Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah,
2003).
Program UKGS dimulai tahun 1951 dan ditujukan tidak hanya untuk anak usia
sekolah di lingkungan sekolah saja tetapi juga menjangkau mereka yang berada di luar
lingkungan sekolah (tidak sekolah) maupun anak cacat fisik dan mental di usia
tersebut. Pada awalnya, sasaran UKGS di lingkungan sekolah anak sekolah di tingkat
pendidikan dasar (STPD) yaitu dari usia 6-14 tahun, namun sejak Pelita IV diperluas
sampai usia 18 tahun. Untuk pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS
disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu: UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS
diselenggarakan oleh guru orkes dan guru Pembina UKS, UKGS Tahap II/Paket
Standar UKS diselenggarakan oleh guru dan tenaga kesehatan puskesmas dan UKGS
Tahap III/Paket Optimal UKS yang diselenggarakan oleh guru, tenaga puskesmas dan
tenaga kesehatan gigi (DepKes RI, 2004).
Untuk pemerataan jangkauan UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan
mulut tahun 2010 yang harus dicapai, maka diterapkan strategi pentahapan UKGS
yang disesuaikan dengan paket-paket UKS sebagai berikut (DepKes RI, 2004):
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
1. UKGS tahap I/Paket Minimal UKS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum ter-
jangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim Pelaksana UKS di SD/MI
melaksanakan kegiatan yaitu:
a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat
gigi masal minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan
memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.
2. UKGS tahap II/Paket Standar UKS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau
oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. Kegiatannya meliputi:
a. Pelatihan kepada guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
Orkes/Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk murid SD/MI dengan
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal pada kelas I, II dan III dengan
pasta mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
g. Rujukan bagi yang memerlukan.
3. UKGS tahap III/Paket Optimal UKS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid yang sudah terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai. Pada tahap ini digunakan sistem
incremental dan pemeriksaaan ulang status kesehatan gigi setiap 2 tahun sekali untuk
gigi tetap kelas III dan V. Kegiatannya meliputi:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk murid SD/MI dengan
melaksanakan sikat gigi masal kelas I–VI dengan memakai pasta gigi
mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk murid kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care
on demand).
f. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk
kelas I, III, V dan VI (treatment need).
g. Rujukan bagi yang memerlukan.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
2.2. Manajemen UKGS
Menurut Susilo (cit. Pintauli, 2003), manajemen dibutuhkan oleh semua
organisasi tidak terkecuali puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi yang
fungsional. Tanpa manajemen maka semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai
tujuan akan sia-sia belaka. Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan untuk semua tipe
kegiatan organisasi dimana orang-orang bekerja sama dalam organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
2.2.1. Sarana dan Prasarana
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu
dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi antara lain
mempunyai pendukung. Menurut Depkes RI (2000), UKGS harus didukung oleh
sarana/prasarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan
peralatan pemeriksaan gigi sederhana yang secara bertahap akan ditingkatkan sesuai
dengan mutu pelayanan. Selain itu, harus tersedia alat peraga untuk kegiatan promotif.
Berdasarkan penelitian Lubis (2005), disimpulkan bahwa keterbatasan sumber daya
puskesmas untuk pelayanan kesehatan gigi di puskesmas dan UKGS menyebabkan
kurang berjalannya program UKGS.
2.2.2. Biaya Operasional
Biaya operasional juga diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program
UKGS sehingga dapat meminimalkan kegiatan program. Biaya yang dimaksud adalah
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
kesehatan. Dalam pelaksanaan UKGS, biaya dapat diperoleh dari pemerintah dan
sumber lain yang tidak mengikat berupa dana sehat, sistem asuransi atau swadana dari
masyarakat (DepKes RI, 2004).
Untuk dapat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gigi promotif dan
preventif dengan baik melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga
petugas UKGS dengan komite sekolah, ada tahapan yang perlu diperhatikan dan
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sebagai pelaksana yaitu organisasi, perencanaan
dan persiapan. Banyak pelaku usaha berpandangan bahwa kesuksesan sebuah
organisasi usaha tergantung pada modal dan aset yang dimiliki, namun yang paling
penting adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan prima dan relevan
dengan bidang dan profesinya (Buletin Pengembangan & Pemberdayaan SDM
Kesehatan, 2004), sedangkan untuk mengembangkan kegiatan pelayanannya, pada
hakekatnya meliputi dua aspek yaitu:
1. Aspek peningkatan mutu
Pola pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya
adalah melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan UKGS yang meliputi unsur-unsur
kegiatan operasional administratif dan teknis antara lain perbaikan mutu tenaga, alat
dan bahan serta pembiayaan opersional untuk program itu sendiri.
2. Aspek peningkatan cakupan
Untuk memperluas cakupan pelayanan dapat dilakukan dengan cara perbaikan
terhadap hubungan lintas sektor dan lintas program terkait, sehingga pelaksanaan
UKGS di SD/MI dapat dikembangkan ke SMP yang berdekatan. Aspek peningkatan
cakupan terdiri atas pembinaan (administrasi, teknik dan sosial) dan monitoring serta
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
evaluasi sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus untuk
melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Evaluasi minimal dilakukan pada setiap semester dengan melakukan
analisis monitoring terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk program UKGS
diharapkan adalah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh DepKes (1999) yang
meliputi laporan cakupan sikat gigi masal, laporan cakupan SD binaan dan laporan
cakupan siswa selektif yang mendapat perawatan.
Evaluasi merupakan bagian terpenting dari proses manajemen, karena dengan
evaluasi akan diperoleh umpan balik terhadap suatu program dari suatu kegiatan
termasuk program kesehatan gigi. Tanpa adanya evaluasi, sulit diketahui sejauh mana
tujuan-tujuan yang direncanakan telah mencapai tujuan atau belum. Menurut
Notoatmojo, evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh
suatu program dengan tujuan yang direncanakan (Notoatmojo, 1997). Untuk upaya
kesehatan gigi dan mulut digunakan isitlah pemantauan dan evaluasi atau penilaian.
Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran pencapaian tujuan dan target mulai dari
kebijaksanaan dan perencanaan yang hakekatnya merupakan hasil pelaksanaan dari
perencanaan itu sendiri.
2.3. Kinerja Program UKGS
Kinerja program UKGS dapat dianalisis berdasarkan pendekatan cakupan
pelayanan UKGS dan pendekatan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah
dasar.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
2.3.1 Cakupan Pelayanan UKGS
Cakupan pelayanan UKGS diharapkan sesuai dengan target yang ditetapkan
oleh Depkes (1999) yang meliputi cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS,
cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal, cakupan siswa selektif yang
mendapat perawatan dan cakupan frekuensi pembinan petugas UKGS ke sekolah.
2.3.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat
menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat/diobati dapat menjadi
semakin parah karena adanya sifat progresif. SKRT 2001 menginformasikan bahwa
pengalaman karies anak usia 10 tahun sebesar 5,3. Ini berarti bahwa jumlah kerusakan
gigi rata-rata per orang 5 gigi mengalami kerusakan dan akan meningkat sejalan
dengan pertambahan usia. Status kesehatan gigi meliputi pemeriksaan karies dan
kondisi penyakit periodontal oleh karena kedua penyakit ini yang terbanyak dialami
masyarakat di Indonesia (DepKes RI, 2004).
Berdasarkan pemeriksaan klinis dijumpai persentase dan rata-rata gigi
berlubang lebih tinggi dibandingkan dengan gigi yang sudah ditambal (F), persentase
dan rata-rata gigi indikasi cabut (Mi) lebih tinggi dibandingkan dengan gigi yang
sudah dicabut (Me), di samping itu kondisi penyakit periodontal terlihat sekstan sehat
>3 persentasenya masih rendah menurut hasil penelitian Ramola (2006).
1. Indeks DMFT
Untuk mengetahui kinerja program UKGS maka dilakukan pemeriksaan
terhadap murid- murid yang berusia 12 tahun yaitu kelas 6 yang ditentukan sebagai
indikator derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2010 adalah apabila indeks
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
DMFT<2. Keadaan klinis dan keparahan penyakit karies gigi dapat ditunjukkan
melalui indeks karies. DMF rata-rata adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi dengan
jumlah orang yang diperiksa.
Index Decayed, Missing dan Filled Teeth (DMFT) terdiri atas:
a. Komponen D (decayed) yang meliputi gigi tetap dengan satu lesi karies
atau lebih yang belum ditambal.
b. Komponen M (missing) terdiri atas Mi (Missing indicated) yaitu gigi
tetap dan lesi karies yang tak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, Me
(missing extracted) yaitu gigi tetap dengan lesi karies yang tak dapat
ditambal lagi dan sudah dicabut.
c. Komponen F (filled) yaitu gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal
sempurna.
2. Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)
Gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal, baik macam maupun besarnya
kebutuhan perawatan dapat diketahui melalui indeks CPITN. Ada beberapa prinsip
kerja CPITN yaitu:
a. Indikator
Ada tiga indikator untuk status periodontal yang digunakan untuk penilaian:
1. Ada/tidaknya perdarahan gusi
2. Kalkulus supra atau sub-gingiva
3. Saku periodontal, terbagi atas dangkal (4-5 mm) dan dalam (6 mm atau
lebih)
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
Digunakan suatu sonde yang dirancang khusus, ringan dengan ujung
berbentuk bola dengan garis tengah 0,5 mm, yang mempunyai garis hitam terletak
antara 3,5 dan 5,5 mm dari ujung bola disebut WHO periodontal Examining Probe.
b. Sekstan
Terdapat sekstan yang meliputi 6 buah sekstan yaitu:
Sekstan 1: gigi 4,5,6,7 kanan rahang atas
Sekstan 2: gigi 1,2,3 kanan rahang atas dan gigi 1,2,3 kiri rahang atas
Sekstan 3: gigi 4,5,6,7 kiri rahang atas
Sekstan 4; gigi 4,5,6,7 kanan rahang bawah
Sekstan 5: gigi 1,2,3 kanan rahang bawah dan gigi 1,2,3 kiri rahang bawah
Sekstan 6: gigi 4,5,6,7 kiri rahang bawah
Suatu sekstan hanya diperiksa bilamana di sekstan tersebut terdapat dua gigi
atau lebih dan tidak indikasi pencabutan. Bila tinggal sebuah gigi saja pada suatu
sekstan, gigi tersebut dimasukkan ke sekstan di dekatnya.
c. Gigi Indeks
Untuk orang-orang muda sampai dengan 19 tahun hanya enam gigi yang
diperiksa yaitu gigi molar atas kanan (16), insisivus atas kanan (11), molar atas kiri
(26), molar bawah kiri (36), insisivus bawah kiri (31), dan molar bawah kanan (46).
Hal ini untuk mencegah tercatatnya saku gusi palsu (false pocket) sehubungan dengan
erupsi gigi molar kedua. Untuk alasan yang sama bilamana pemeriksaan dilakukan
pada anak-anak usia di bawah 15 tahun, maka tidak dilakukan pencatatan, dalamnya
saku gusi/poket, hanya dilakukan pencatatan atas ada/ tidaknya pendarahan atau
karang gigi saja.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
3. Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)
Indeks oral higiene dapat ditentukan dari jumlah gigi yang diperiksa yaitu
hanya 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula.
bukal labial bukal
6 1 6
6 1 6
lingual labial lingual
Apabila salah satu gigi tersebut di atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi
tetangganya. Indeks oral higiene ini dapat diukur bila paling sedikit ada 2 gigi dari 6
gigi yang ditentukan. Gigi yang diperiksa/diukur adalah gigi-gigi yang sudah erupsi
sempurna.
Indeks oral higiene terdiri atas indeks oral debris dan indeks kalkulus.
a. Indeks Oral Debris
Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat diatas permukaan gigi yang
terdiri atas musin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga
(Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris
Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain 1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
Ada extrinsik stain tang tidak tergantung pada luas permukaan gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris
2 Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
b. Indeks Kalkulus
Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama
terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan,
bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati.
Ada dua macam kalkulus :
1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat disebelah oklusal
dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan.
2. Kalkulus subgingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual
dari tepi gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai
hitam bercampur dengan darah.
Tabel 2.2. Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus
Skor Kriteria
0 Tak ada karang gigi 1 Karang gigi supra gingiva yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan
gigi 2 Karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tapi tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi dan/atau adanya bercak karang gigi sub gingiva yang tidak melingkari leher gigi.
3 Karang gigi supra gingiva yang menutupi lebih dari 2/3 dari permukaan gigi dan/atau karang gigi sub gingiva yang dengan tidak putus-putus mengelilingi bagian leher gigi.
2.4. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat
menyerang semua golongan usia, yang mempunyai sifat progresif bila tidak
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
dirawat/diobati akan makin parah. Hasil studi morbiditas SKRT-Susenas 2001
menunjukkan dari prevalensi 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan
masyarakat, maka penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama (SKRT 2001,
DepKes, 2004).
Hasil studi SKRT 2001 menyatakan 52,3% penduduk usia 10 tahun ke atas
mengalami karies gigi yang belum ditangani. Prevalensi karies umur 10 tahun ke atas
adalah 71,2% dengan catatan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada umur lebih
tinggi, pendidikan lebih rendah, serta status ekonomi lebih rendah. Hal yang
memprihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih
sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan yang belum ditangani di
mana memerlukan penambalan dan atau pencabutan mencapai 82,5%. Berdasarkan
SKRT 2001, rata-rata 16 gigi dicabut pada umur 65 tahun ke atas.
Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok 12 tahun merupakan
indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies yang menurut WHO
dinyatakan dengan indeks DMFT. Profil Kesehatan Gigi di Indonesia (2001)
memperlihatkan skor DMFT pada kelompok anak usia 12 tahun adalah 2,69. Selain
DMFT, WHO juga menjadikan indikator status kesehatan gigi di suatu negara dengan
prevalensi penyakit periodontal anak usia 8-14 tahun. Prevalensi penyakit periodontal
di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Direktorat Kesehatan Gigi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia diperoleh angka 60% pada anak usia 8
tahun dan 90% pada anak usia 14 tahun. Selain itu dilaporkan pada penduduk usia 10
tahun ke atas, 46% mengalami penyakit periodontal, dan prevalensi ini semakin tinggi
pada umur yang lebih tinggi. Kondisi ini dihubungkan dengan perilaku terhadap
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
kesehatan gigi yang kurang baik. Apa yang diuraikan di atas mencerminkan minimnya
derajat kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia.
Status kesehatan gigi dan mulut dapat digambarkan dengan indikator sebagai
berikut (WHO, 1997):
1. Indeks pengalaman karies (DMFT) merupakan indikator dari keadaan gigi
yang mengalami kerusakan, hilang atau ditambal akibat adanya karies.
2. Indeks penyakit periodontal merupakan indeks CPITN (WHO) untuk
mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan kebutuhan
perawatannya.
3. Indeks kebersihan mulut yang merupakan indikator untuk melihat kebersihan
mulut dengan melihat ada tidaknya debris dan kalkulus.
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Gigi
Menurut Murphy, faktor perilaku merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi status kesehatan seseorang (Health Bulletin, 2004). Perilaku kesehatan
terdiri atas perilaku tertutup seperti pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan, dan
perilaku terbuka berupa tindakan atau praktek kesehatan seperti menyikat gigi.
Mengubah perilaku manusia bukanlah usaha yang mudah. Hal ini disebabkan manusia
merupakan individu yang mempunyai sikap, kepribadian dan latar belakang sosial
ekonomi yang berbeda. Untuk itu, diperlukan kesungguhan dari berbagai komponen
masyarakat untuk ikut andil dalam mengubah perilaku (Herijulianti dkk, 2002).
Pernyataan ini mendukung apa yang telah diuraikan oleh Wright (1987) dalam
kaitannya dengan status kesehatan gigi anak dengan terlibatnya 3 komponen yaitu
anak, orangtua/guru dan tenaga kesehatan. Hubungan ini digambarkan dalam bentuk
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
segitiga sama sisi yang disebut dengan Paedodontic Treatment Angle.
1. Peran Orangtua
Dalam hubungannya dengan perilaku kesehatan, maka anak-anak mempunyai
hubungan yang dekat dengan orangtua terutama ibunya. Umumnya pemeliharaan
kesehatan anak-anak bergantung pada ibunya. Kedekatan hubungan ibu dengan
anaknya telah dikemukakan oleh Fukuta seperti yang dikutip Budiharto (1998) yang
menyatakan bahwa perilaku ibu mengenai kesehatan gigi dapat digunakan untuk
meramalkan status kesehatan gigi anaknya. Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan
gigi baik, dapat diramalkan bahwa status kesehatan gigi dan gusi anaknya juga baik.
Kebiasaan baik yang ditanamkan oleh ibu kepada anaknya dalam keluarga seperti
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam merupakan contoh yang
dilakukan dalam lingkungan keluarga dan kebiasaan ini akan menjadi perilaku yang
sifatnya menetap pada si anak. Oleh karena itu, dalam komite sekolah sudah
seharusnya keterlibatan orangtua diperhitungkan sehingga perubahan perilaku dapat
Anak
Guru/orang tua Tenaga kesehatan
Gambar 1. Hubungan 3 komponen dalam status kesehatan gigi anak (Wright, 1987)
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
menjadi tanggung jawab ketiga komponen sumber daya termasuk tenaga keseahatan
dan guru (Budiharto, 1998).
2. Peran Guru
Sekolah adalah lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum, guru,
siswa, metode belajar, media belajar dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan
kegiatan belajar. Diharapkan keterlibatan sekolah dalam pelaksanaan program UKGS
khususnya dalam hal ini keterlibatan kepala sekolah/guru. Sebagaimana diketahui
bahwa selama ini dalam pelaksanaan UKGS hanya dilakukan oleh guru bidang olah
raga. Kepala sekolah/guru merupakan tokoh yang disegani dan panutan di sekolah
sehingga keterlibatannya dalam pelaksanaan UKGS sangat mempengaruhi kesediaan
murid dan para orang tua murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di
rumah, sekolah dan puskesmas (Astoeti, 2006; Herijulianti dkk, 2002). Ciri-ciri
perubahan perilaku yang teridentifikasi dari belajar antara lain (Herijulianti dkk,
2002):
a. Bahwa perubahan itu intensional, yaitu pengalaman atau latihan dilakukan
dengan sengaja dan disadari, bukan secara kebetulan.
b. Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan
atau berhasil baik dipandang dari segi siswa maupun guru.
c. Bahwa perubahan itu efektif, artinya membawa pengaruh dan makna
tertentu bagi siswa.
d. Bahwa perubahan itu mempunyai tujuan atau arah sehingga perubahan
tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
e. Bahwa perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku
yaitu perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan.
Dalam proses belajar tentu terjadi hubungan timbal balik antara guru dan
siswa. Hubungan yang terjalin sebaiknya tidak kaku, guru dapat menempatkan diri
secara tepat dan bijak, sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman materi yang disampaikan serta guru dapat mengetahui kelemahan siswa
sekaligus penyebabnya.
3. Peran Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang dilibatkan dalam UKGS adalah dokter gigi dan
perawat gigi. Peran tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi juga dapat
merubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.
Dalam menjalankan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan
masyarakat termasuk kepada anak-anak tentang permasalahan yang terjadi dan
memberi penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya masalah dan cara
mengatasinya. Dalam pelaksanaan UKGS tahap II/paket standar UKS, pelayanan
kesehatan gigi dan mulut murid-murid SD/MI sudah harus terjangkau oleh tenaga
kesehatan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan
kegiatan:
1. Menyusun rencana kegiatan, menentukan target tahunan serta jadwal
kegiatan bulanan dan memonitoring program kegiatan UKGS.
2. Membina integrasi dengan unit terkait di tingkat kecamatan, lurah, dan
PKK.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
3. Mensosialisasikan program UKGS kepada orang tua murid kelas I
4. Pengarahan kepada dokter kecil dan orang tua murid.
5. Perawat gigi melakukan persiapan lokakarya mini untuk guru SD.
6. Pelayanan medik gigi dasar dan rujukan.
2.6. Landasan Teori
Menurut Debnath (2002), keberhasilan program kesehatan gigi ditentukan
dengan melakukan seleksi pada orang-orang yang akan bertanggung jawab dalam
pendidikan kesehatan gigi. Robinson (cit. Debnath, 2002) mengidentifikasi bahwa
orang tua mempunyai pengaruh langsung terhadap kebiasaan berperilaku sehat
sehingga harus dilibatkan dalam program kesehatan gigi di sekolah. Perry dkk.(cit.
Debnath, 2002) telah membuktikan efektivitas kerjasama unit sekolah (dalam hal ini
guru), orang tua dan tenaga kesehatan terhadap perubahan perilaku kesehatan anak.
Pernyataan ini mendukung apa yang telah diuraikan oleh Wright (1987) dalam
kaitannya dengan status kesehatan gigi anak ada 3 peran yang mempengaruhi perilaku
anak yaitu:
1. Peran Orangtua
Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi baik, dapat diramalkan bahwa
status kesehatan gigi dan gusi anaknya juga baik. Kebiasaan baik yang ditanamkan
oleh ibu kepada anaknya dalam keluarga seperti menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur malam merupakan contoh yang dilakukan dalam lingkungan keluarga
dan kebiasaan ini akan menjadi perilaku yang sifatnya menetap pada si anak. Oleh
karena itu, dalam unit sekolah sudah seharusnya keterlibatan orang tua diperhitungkan
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
sehingga perubahan perilaku dapat menjadi tanggung jawab ketiga komponen sumber
daya termasuk tenaga kesehatan dan guru.
2. Peran Guru.
Dalam proses belajar tentu terjadi hubungan timbal balik antara guru dan
siswa. Hubungan yang terjalin sebaiknya tidak kaku, guru dapat menempatkan diri
secara tepat dan bijak, sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman materi yang disampaikan serta guru dapat mengetahui kelemahan siswa
sekaligus penyebabnya.
3. Peran tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan yang dilibatkan dalam UKGS adalah dokter gigi dan
perawat gigi. Peran tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi juga dapat
merubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.
Dalam menjalankan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan
masyarakat termasuk kepada anak-anak tentang permasalahan yang terjadi dan
memberi penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya masalah dan cara
mengatasinya.
Dalam Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992 disebutkan bahwa
penyelenggaraan kesehatan sekolah ditujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat bagi peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
pokok puskesmas yang bersifat menyeluruh dan terpadu melalui Program Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (DepKes RI, 2004).
Pelaksanaan UKGS sangat tergantung pada adanya sumber daya di puskesmas,
yang meliputi tenaga pelaksana, sarana/prasarana dan sumber biaya dan berjalannya
fungsi manajemen puskesmas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi atau penilaian (DepKes RI, 1999). Tenaga pelaksana di puskesmas
meliputi dokter dan perawat gigi atau tenaga kesehatan lain yang telah dilatih
sedangkan tenaga di sekolah meliputi guru Orkes dan dokter kecil yang telah dilatih
tentang kesehatan gigi dan mulut (DepKes RI, 2004).
Biaya operasional yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang
tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dalam pelaksanaan
UKGS, biaya dapat diperoleh dari pemerintah dan sumber lain yang tidak
mengikat berupa dana sehat, sistem asuransi atau swadana dari masyarakat (DepKes
RI, 2004).
Pelaksanaan program UKGS dihubungkan dengan kinerja program UKGS
yang terdiri atas pendekatan cakupan pelayanan UKGS serta pendekatan status
kesehatan gigi dan mulut murid SD berdasarkan ada tidaknya dokter gigi di
puskesmas. Dengan menerapkan manajemen kesehatan gigi maka derajat kesehatan
gigi dan mulut dapat tercapai. Penilaian cakupan pelayanan UKGS ditentukan oleh
variabel:
1. Cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal
2. Cakupan sekolah yang melaksanakan UKGS
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
3. Cakupan siswa jenjang kelas selektif yang mendapat perawatan.
4. Frekuensi kunjungan petugas ke sekolah dasar
Status kesehatan gigi dan mulut menurut Depkes RI (2000), antara lain
ditetapkan berdasarkan indikator status karies gigi, penyakit periodontal dan
kebersihan rongga mulut. Status kesehatan gigi dan mulut murid SD diambil
berdasarkan sekolah dasar yang ada di wilayah puskesmas yang ada dan tidak ada
dokter giginya meliputi pemeriksaan karies gigi dengan indeks DMFT, pemeriksaan
status periodontal dengan indeks CPITN, serta pemeriksaan oral debris dan kalkulus
dengan indeks OHIS.
Nur Amaniah : Hubungan Faktor Manajemen Dan Tenaga Pelaksana Ukgs Dengan Cakupan Pelayanan UKGS Serta Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kab. Aceh Tamiang Tahun 2009, 2009
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat
Manajemen UKGS - Sarana/prasarana Kit UKGS Alat peraga Bahan dan obat- obatan - Biaya operasional
Dari pemerintah Sumber lain
Tenaga pelaksana UKGS - Tenaga kesehatan gigi
Kepala puskesmas Petugas UKGS
- Unit sekolah Kepala sekolah Guru Orkes
Cakupan pelayanan UKGS
a. Sekolah yang melaksanakan sikat gigi masal
b. Siswa yang terpilih (selektif) mendapat perawatan
c. Frekuensi kunjungan petugas ke sekolah
Orang tua dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah
Status kesehatan gigi dan mulut:
a. DMF-T b. CPITN c. OHIS
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi epidemiologi analitik dengan menggunakan
desain cross-sectional atau potong lintang.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah puskesmas dan sekolah dasar yang ada di Kabupaten
Aceh Tamiang. Penelitian ini diperkirakan selama 4 bulan mulai bulan Maret 2009
sampai dengan bulan Juni 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian terdiri atas 2 kelompok, kelompok pertama adalah petugas
kesehatan gigi (dalam hal ini kepala puskesmas dan pelaksana UKGS) sedangkan
kelompok kedua adalah unit sekolah yang meliputi kepala sekolah dan guru Orkes, murid
sekolah dasar dan orangtuanya (ibu).
Pengambilan sampel dilakukan secara 4 tahap:
Tahap I, seluruh puskesmas di Kabupaten Aceh Tamiang diteliti menurut
laporannya berdasarkan ada tidaknya dokter gigi yang melaksanakan kegiatan UKGS.
Tahap II, secara purposif diambil 2 puskesmas yang ada dokter giginya dan 2
puskesmas tidak ada dokter giginya dalam pelaksanaan UKGS, oleh karena itu ada 4
puskesmas yang menjadi sampel.
Tahap III, Pada masing-masing puskesmas yang terpilih diambil masing-masing 2
sekolah dasar yang menjadi sampel sehingga diperoleh 8 sekolah dasar.
Sampel subjek yang menjadi responden adalah sebagai berikut:
a. Responden tenaga kesehatan yaitu pelaksana UKGS dari setiap puskesmas
berjumlah 4 orang
b. Responden dari unit sekolah adalah guru Orkes sehingga jumlah sampel
unit sekolah 8 orang.
c. Responden orangtua/ibu mewakili orangtua murid kelas V sejumlah murid
sekolah yang menjadi sampel.
d. Murid sekolah dasar yaitu murid kelas V
Pemilihan sampel seharusnya dilakukan pada murid kelas V dan VI, Mengingat
bahwa kelas V termasuk salah satu kelas pilihan dalam pelaksanaan UKGS dan jadwal
pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan masa ujian murid kelas VI sehingga agar
tidak mengganggu, dalam penelitian ini sampel yang diambil hanya murid kelas V saja.
Pengambilan sampel murid dilakukan dengan rumus perhitungan besar sampel
sebagai berikut:
P1 x (100-P1) + P2 x (100-P2)
n = --------------------------------------------- x f (α,β) (P2-P1)2
di mana: P1 = persentase prevalensi karies gigi anak umur 12 tahun sebesar 43,90% (SKRT, 2001) yang mendapat pelayanan UKGS P2 = persentase prevalensi karies gigi anak umur 6-14 tahun sebesar 64,59% (Octiara, 2001) yang tidak mendapat pelayanan UKGS α = 0,05 dan β = 0,1
α = biasanya disebut type I error (kesalahan tipe I) yaitu kemungkinan untuk mendeteksi ada perbedaan yang bermakna (hipotesis nol ditolak) β = biasanya disebut type II error (kesalahan tipe II) yaitu kemungkinan untuk mendeteksi tidak ada perbedaan yang bermakna (hipotesis nol diterima)
(43,9 x 56,1) + (64,59 x 35,41) n = -------------------------------------------- x 10,5 (64,59-43,90)2
2462,79 + 2287,13 n = ---------------------------------- x 10,5 (20,69)2 4749,92 n = ----------------- x 10,5 428,07
n = 11,09 x 10,5 n = 116,44
Sampel minimum yang diperoleh adalah 116 orang, dalam penelitian ini
digunakan sampel sebanyak 120 orang murid pada kelompok puskesmas yang
mempunyai dokter gigi dan 120 orang murid pada kelompok puskesmas yang tidak
mempunyai dokter gigi, jadi jumlah sampel 240 orang. Oleh karena 8 sekolah dasar
terpilih, maka sampel di tiap sekolah diambil sebanyak 240/8 = 30 orang, dengan
demikian sampel orang tua juga sebanyak jumlah sampel murid.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer meliputi potensi sumber daya yaitu pelaksana UKS/UKGS di
Puskesmas, guru Orkes, orang tua murid (ibu) dan murid kelas V. Data primer
dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan responden tenaga kesehatan di
puskesmas menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data tentang manajemen (sarana
dan prasarana serta sumber pembiayaan) dan responden unit sekolah dalam
menyelenggarakan program UKGS. Data status kesehatan gigi dan mulut murid SD
diperoleh dengan cara pemeriksaan gigi secara langsung dalam rongga mulut dibantu
kuesioner yang dilakukan oleh peneliti didampingi pencatat data sedangkan data orang
tua diperoleh dari angket yang diberikan melalui murid.
2. Data sekunder
Data sekunder meliputi profil puskesmas dan profil sekolah diperoleh dari
dokumen yang tersedia di puskesmas, Dinas Kesehatan dan sekolah.
Pengujian validitas dan reabilitas instrumen digunakan untuk mendapatkan
instrumen sebagai alat ukur yang dapat mengukur dengan valid dan realibel dalam arti
kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek yang diteliti.
Untuk melihat validitas, nilai yang dilihat adalah nilai yang ada dalam kolom corrected
item total correlation kemudian dibandingkan dengan r tabel. Dari hasil penelitian
diperoleh nilai r hitung pada semua variabel lebih besar dari nilai r tabel. Sedangkan
untuk melihat reliabilitas, nilai yang dilihat adalah cronbach/s alpha if item deleted
(Situmorang, 2001). Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha > 0,60.
Pada penelitian ini, nilai cronbach’s alpha 0,80-0,90.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Bebas
Manajemen UKGS adalah pengelolaan UKGS yang sistematik dengan
sarana/prasarana dan biaya yang cukup.
1. Sarana dan prasarana adalah ketersediaan alat medis maupun non medis yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program UKGS. Indikator penelitian untuk sarana dan
prasarana meliputi adanya:
a. UKGS Kit berupa seperangkat alat kedokteran gigi (pinset, sonde, kaca mulut,
micromotor, sterilisator, tang, amalgam pistol, burnisher dan stopper) yang
diperlukan untuk pelaksanakan program UKGS.
b. Sarana alat peraga berupa poster, model gigi dan sikat gigi besar.
c. Bahan dan obat-obatan yaitu yang diperlukan dalam pelaksanaan UKGS seperti
bahan tambalan (amalgam dan ART), bahan anastesi (pehacain), obat
penghilang rasa sakit pada gigi dan antibiotika.
2. Biaya operasional adalah sumber dana yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan UKGS baik dari pemerintah ataupun sumber lain. Indikator penelitian adalah
ada tidaknya dana yang berasal dari pemerintah untuk biaya operasional dalam
pelaksanaan UKGS, sedangkan sumber lain adalah ada tidaknya dana untuk operasional
selain biaya pemerintah.
3. Tenaga pelaksana UKGS adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
pelaksanaan kegiatan UKGS yaitu tenaga kesehatan gigi dan guru Orkes).
a. Tenaga kesehatan gigi adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
pelaksanaan kegiatan UKGS di puskesmas yaitu pelaksana program UKGS di
puskesmas dalam hal:
1) Menyusun rencana kegiatan
2) Membina integrasi dengan unit terkait
3) Mensosialisasikan program UKGS kepada orang tua murid
4) Pengarahan kepada dokter kecil
5) Persiapan lokakarya mini tentang UKGS
6) Pelayanan medik gigi dasar
7) Menerima rujukan
8) Mendapat pelatihan UKGS
b. Unit sekolah adalah sumber daya manusia yang berperan dalam pelaksanaan
kegiatan UKGS di sekolah yaitu guru olah raga kesehatan (Orkes) dalam hal:
1) Membantu tenaga kesehatan gigi dalam penjaringan
2) Memberikan pendidikan kesehatan gigi mulut pada jadwal pelajaran Orkes
3) Pembinaan dokter kecil
4) Membina kerja sama dengan petugas kesehatan (dalam hal sikat gigi
bersama dan memelihara kesehatan lingkungan jajan, warung sekolah)
5) Mengajar cara menggosok gigi
6) Melakukan rujukan
7) Mendapat pelatihan UKS/UKGS
4. Orang tua murid adalah mitra kerja unit sekolah yang berperan dalam pemeliharaan
kesehatan gigi anak di rumah yaitu dalam hal:
1) Mengajar anak menyikat gigi,
2) Mengontrol atau mengawasi anak menyikat gigi
3) Menyediakan dan mengganti sikat gigi anak,
4) Menyediakan pasta gigi
5) Mengawasi jajanan anak
6) Melakukan pemeriksaan sederhana pada gigi anak
7) Merujuk anak ke dokter gigi bila ada keluhan.
3.5.2. Variabel terikat
Cakupan pelayanan UKGS adalah jumlah SD yang melaksanakan sikat
gigi masal, jumlah murid kelas selektif yang mendapat perawatan dan frekuensi
kunjungan petugas kesehatan ke sekolah.
1. SD yang melakukan sikat gigi masal adalah frekuensi kegiatan sikat gigi masal
dibawah asuhan/bimbingan tenaga pelaksana UKGS.
a. Baik, apabila frekuensi sikat gigi bersama dan kumur-kumur fluor mencapai
9-12 kali dalam setahun
b. Cukup, apabila frekuensi sikat gigi bersama dan kumur-kumur fluor mencapai
7-8 kali dalam setahun
c. Kurang, apabila frekuensi sikat gigi bersama dan kumur-kumur fluor <7 kali
dalam setahun
2. Murid kelas selektif yang mendapat perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah
banyaknya murid kelas V dari kelas selektif yang memerlukan perawatan dan mendapat
perawatan melalui penjaringan dan pemeriksaan gigi dan mulut.
a. Baik, apabila >80% murid kelas V yang memerlukan perawatan
mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
b. Cukup, apabila 60%-80% murid kelas V yang memerlukan perawatan
mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut
c. Kurang, apabila <60% murid kelas V yang memerlukan perawatan men-
dapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
3. Frekuensi kunjungan pelaksana UKGS ke sekolah adalah banyaknya jumlah
kunjungan ke sekolah untuk pemeriksaan gigi.
a. Baik, apabila pelaksana UKGS melakukan kunjungan pemeriksaan gigi ke
SD >2 kali pertahun.
b. Cukup, apabila pelaksana UKGS melakukan kunjungan pemeriksaan gigi ke
SD 2 kali pertahun.
c. Kurang, apabila pelaksana UKGS melakukan kunjungan pemeriksaan gigi ke
SD <2 kali pertahun.
4. Status kesehatan gigi dan mulut siswa adalah kondisi derajat kesehatan gigi dan
mulut yang diukur berdasarkan DMFT, status periodontal dan OHIS dengan menghitung
rata-ratanya.
a. DMFT adalah pengalaman karies siswa yang meliputi decay, missing, dan
filling berdasarkan indeks karies WHO, yang mana:
1) Decay adalah gigi dengan diagnosis lubang, tambalan dengan lubang, tambalan
sementara, warna hitam pada pit dan fisur, dan sonde tersangkut.
2) Missing adalah gigi dengan diagnosis gigi hilang karena karies.
3) Filling adalah gigi dengan diagnosis tambalan tanpa lubang.
b. Indeks CPITN adalah pemeriksaan kondisi jaringan periodontal berdasar-kan
indeks periodontal (WHO) dalam enam sektan dengan memeriksa gigi indeks.
c. OHIS yaitu indeks oral higiene (Green dan Vermillion) yang merupakan
penjumlahan dari indeks oral debris dan indeks kalkulus.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel bebas
Aspek pengukuran variabel bebas meliputi manajemen UKGS (sarana/prasarana
dan sumber biaya operasional), peran tenaga pelaksana UKGS di puskesmas dan sekolah,
dan peran orang tua.
No Variabel Kriteria Skala Ukur
Keterangan
1 Sarana/Prasarana: UKGS kit Alat peraga Bahan/Obat2an
Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal Baik, bila semua sarana/ prasarana (UKGS kit, alat peraga dan bahan serta obat-obatan) tersedia Cukup, bila salah satu dari UKGS kit, alat peraga, dan bahan serta obat-obatan tidak tersedia. Kurang, bila dua dari sarana/prasarana (UKGS kit, alat peraga, bahan atau obat-obatan) tidak tersedia.
2 Sumber biaya: Dari pemerintah Dari masyarakat
Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal Baik, bila ada sumber dana dari pemerintah dan masyarakat Cukup, bila salah satu sumber dana tersedia Kurang, bila tidak ada sumber dana sama sekali
No Variabel Kriteria Skala Ukur
Keterangan
3 Peran tenaga kesehatan (pelaksana UKGS)
Baik (skor 3) Cukup
Ordinal Baik, bila 6-8 item dilaksa-nakan Cukup, bila 4-5 item dilaksa-
(skor 2) Kurang (skor 1)
nakan Kurang, bila 1-3 item dilaksa-nakan
4 Peran unit sekolah ( guru Orkes)
Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal Baik, bila 6-7 item dilaksa-nakan Cukup, bila 4-5 item dilaksa-nakan Kurang, bila 1-3 item dilaksa-nakan
5 Peran orang tua Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal
Baik, bila 6-7 item dilaksa-nakan Cukup, bila 4-5 item dilaksa-nakan Kurang, bila 1-3 item dilaksa-nakan
3.6.2. Variabel terikat
1. Pengukuran cakupan pelayanan UKGS menggunakan skala ordinal yang
dikategorikan dalam kategori baik, cukup dan kurang.
No Variabel Kriteria Skala Ukur
Keterangan
6 Cakupan pelayanan UKGS a. Frekuensi SD yang melaksanakan sikat gigi masal
Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal
Baik, bila frekuensi SD 9-12 kali per tahun melaksanakan sikat gigi masal Cukup, bila frekuensi SD 7-8 kali per tahun melaksanakan sikat gigi masal Kurang, bila frekuensi SD <7 kali per tahun melaksanakan sikat gigi masal
No Variabel Kriteria Skala
Ukur Keterangan
7 b. Siswa kelas selektif
Baik (skor 3)
Ordinal Baik, bila banyaknya siswa >80% mendapat perawatan
Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Cukup, bila banyaknya siswa 60-80% mendapat perawatan Kurang, bila banyaknya siswa <60% mendapat perawatan
8 c. Frekuensi kunjung- an pelaksana UKGS ke sekolah untuk pemeriksaan gigi
Baik (skor 3) Cukup (skor 2) Kurang (skor 1)
Ordinal Baik, bila frekuensi kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah >2 kali Cukup, bila frekuensi kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah 2 kali Kurang, bila frekuensi kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah <2 kali
2. Pengukuran status kesehatan gigi dan mulut yaitu menghitung rata-rata DMF-T,
CPITN dan OHIS.
a. Indeks pengukuran DMFT
Pemeriksaan DMFT dilakukan dengan menggunakan sonde dan kaca mulut pada
semua gigi dengan menuliskan kondisi gigi berdasarkan kode:
0 = gigi sehat
D = decayed (lobang)
Mi = gigi indikasi cabut
Me = gigi sudah dicabut karena alasan lain
F = gigi dengan tambalan sempurna/sealant
Fd = gigi dengan tambalan dan ada karies primer/sekunder
X = gigi belum tumbuh
b. Indeks pengukuran status periodontal (WHO)
Pemeriksaan kondisi periodontal dilakukan dengan menggunakan sonde khusus
(periodontal probe) dengan kriteria:
0 = kondisi periodontal sehat
1 = pendarahan, tampak secara langsung atau dengan kaca mulut setelah
perabaan dengan sonde
2 = terdapat karang gigi, diraba dengan sonde terasa adanya karang gigi
Gigi dibagi atas 6 sekstan dan yang diperiksa adalah gigi indeks yaitu:
16 11 26
46 31 36
*untuk anak-anak usia di bawah 19 tahun
c. Indeks pengukuran oral higiene (OHIS, Greene & Vermillion)
Indeks oral higiene adalah kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur
dari skor indeks debris dan kalkulus.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS v.15 untuk
Windows, sebelumnya dilakukan proses pengolahan data untuk memeriksa kebenaran,
kelengkapan pengisian dan kejelasan jawaban yang meliputi:
a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
b. Coding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memu-dahkan
proses entri data.
c. Entry data, pemasukan data ke komputer dengan menggunakan program
komputer.
d. Cleaning, pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.
Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi variabel yang diteliti dengan
menggunakan:
1. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari tiap variabel guna
mendapatkan gambaran umum masing-masing variabel.
2. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan faktor
manajemen dan peran tenaga kesehatan dengan cakupan pelayanan UKGS
menggunakan chi-square test. Untuk menguji ada tidaknya hubungan faktor
manajemen (sarana.prasarana) dan peran tenaga pelaksana (tenaga kesehatan
dan guru), dan orangtua dengan status kesehatan gigi digunakan uji Anova.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara garis besar kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah dataran rendah
dan perbukitan yang sangat cocok untuk daerah perkebunan dan persawahan. Hal ini
sesuai dengan jenis pekerjaan mayoritas dari penduduk Aceh Tamiang sebagai petani.
Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang (2005) dilaporkan sebanyak 229.209 jiwa dengan
persentase lebih banyak perempuan (50,9%) daripada laki-laki (49,1%). Sebagai
kabupaten baru yaitu pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang
terdiri atas 8 kecamatan dengan 10 puskesmas dengan sarana penunjang kesehatan, 1
rumah sakit dan 1 buah klinik swasta. Kesepuluh puskesmas tersebut adalah puskesmas
Manyak Payed, Bendahara, Sungai Iyu, Seruway, Karang Baru, Kuala Simpang,
Kejuruan Muda, Rantau, Sapta Jaya dan Tamiang Hulu. Penelitian ini dilakukan di empat
puskesmas terpilih yaitu puskesmas Karang Baru dan Kuala Simpang mewakili
puskesmas yang ada dokter giginya sebagai pelaksana UKGS dan puskesmas Manyak
Payed dan Bendahara mewakili puskesmas yang tidak ada dokter giginya.
4.2. Karakteristik Responden
Responden meliputi tenaga pelaksana UKGS, guru, orangtua dan murid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua responden tenaga pelaksana UKGS di keempat
puskesmas yang ada atau tidak ada dokter gigi adalah perempuan (100%). Responden
guru Orkes berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan pada puskesmas tidak
ada dokter gigi (75%) dan (25%), sedangkan pada puskesmas yang ada dokter giginya
responden guru perempuan mempunyai persentase yang sama dengan laki-laki (masing-
masing 50%). Responden murid kelas V lebih banyak laki-laki pada puskesmas tidak ada
dokter gigi yaitu 62,50% sedang pada puskesmas yang ada dokter giginya lebih banyak
perempuan yaitu 57,50% (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas
Tidak ada dokter gigi Puskesmas
Ada dokter gigi Responden Laki-
laki (%)
Perempuan (%)
Jlh
(%)
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Jlh
(%)
Total
Tenaga ke-sehatan gigi
- 2 (100)
2 (100)
- 2 (100)
2 (100)
4
Guru Orkes
3 (75)
1 (25)
4 (100)
2 (50)
2 (50)
4 (100)
8
Murid
75 (62,50)
45 (37,50)
120 (100)
51 (42,50)
69 (57,50)
120 (100)
240
Responden orangtua semuanya diwakili ibu dengan latar belakang pendidikan ibu
lebih banyak pada kelompok tamat SD/SLTP baik di puskesmas yang ada atau tidak ada
dokter gigi yaitu masing-masing 56,7% dan 47,5% (Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Distribusi Responden Orangtua Murid berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Wilayah Puskesmas
Tidak ada dokter gigi Wilayah Puskesmas
Ada dokter gigi
Pendidikan ibu N % N %
Jlh
Tidak tamat SD/ Tidak sekolah 29 24,2 18 15,0 47 Tamat SD/SLTP 68 56,7 57 47,5 125 Tamat SLTA/D1 20 16,7 37 30,8 57 Tamat D3/S1/S2 3 2,5 8 6,7 11 Jumlah 120 100 120 100 240
4.3. Manajemen UKGS
Manajemen puskesmas meliputi sarana/prasarana yang dimiliki dan pemerolehan
dana operasional untuk pelaksanaan kegiatan UKGS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketersediaan sarana/prasarana yang lengkap meliputi KIT, alat peraga (poster,
model gigi, sikat gigi) dan bahan pakai serta obat-obatan dimiliki oleh semua (100%)
puskesmas yang ada dokter giginya sedangkan di puskesmas yang tidak ada dokter gigi
hanya KIT yang dimiliki semua puskesmas (100%) sedangkan 50% masih belum
mempunyai alat peraga dan bahan atau obat-obatan (Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas Tidak ada dokter gigi
Puskesmas Ada dokter gigi
Total Sarana/ Prasarana
Ada (%)
Tidak ada (%)
Jumlah
Ada (%)
Tidak ada (%)
Jumlah
Ya Tidak
KIT
2 (100)
- 2
2 (100)
- 2
4 (100)
-
Alat peraga
1 (50)
1 (50)
2 2 (100)
- 2
3 (75)
1 (25)
Bahan &obat2an
1 (50)
1 (50)
2
2 (100)
- 2
3 (75)
1 (25)
Bila dikelompokkan dalam kategori, maka 3 puskesmas dikategorikan baik dan 1
puskesmas kategori kurang (Tabel 4.4).
Tabel 4.4. Kategori Ketersediaan Sarana dan Prasarana UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas Tidak ada dokter gigi (N=2)
Puskesmas Ada dokter gigi (N=2)
Kategori sarana/prasarana N % N %
Jumlah
%
Baik 1 50 2 100 3 75 Cukup - - - - - - Kurang 1 50 - - 1 25 Jumlah 2 100 2 100 4 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun baik di puskesmas yang ada
atau tidak ada dokter gigi yang memperoleh dana pelaksanaan kegiatan UKGS dari
pemerintah. Selain itu, mereka juga tidak memperoleh dana operasional dari swasta,
tetapi memperolehnya dari sumber lain seperti Jamkesmas (Tabel 4.5).
Tabel 4.5. Ketersediaan Biaya Operasional untuk Pelaksanaan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas
Tidak ada dokter gigi Puskesmas
Ada dokter gigi Total Biaya
Operasio-nal UKGS Ada
(%) Tidak ada (%)
Jumlah
Ada (%)
Tidak ada (%)
Jumlah
Ada (%)
Tidak Ada (%)
Pemerintah
- 2 (100)
2
- 2 (100)
2
-
4 (100)
Swasta - 2 (100)
2 - 2 (100)
2
- 4 (100)
Sumber Lain: Jamkesmas
2 (100)
-
2
2 (100)
- 2
4 (100)
-
Bila dikategorikan, dana operasional semua puskesmas dikategorikan kurang
(Tabel 4.6).
Tabel 4.6. Kategori Ketersediaan Biaya Operasional UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas Tidak ada
dokter gigi (N=2) Puskesmas Ada
dokter gigi (N=2) Kategori biaya operasional N % N %
Jumlah
%
Baik - - - - - - Cukup - - - - - - Kurang 2 100 2 100 4 100 Jumlah 2 100 2 100 4 100
4.4. Peran Tenaga Pelaksana UKGS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua (100%) responden tenaga kesehatan
gigi baik di puskesmas yang ada atau tidak ada dokter gigi membuat rencana kerja
kegiatan UKGS, 75% menjawab pernah membina integrasi dengan pihak terkait seperti
Poli Umum dan Unit Kesehatan Anak, melakukan pelayanan medik gigi dasar seperti
penambalan gigi, pencabutan gigi susu, pembersihan karang gigi dan trepanasi,
menerima rujukan dari sekolah dan melakukan pembinaan kepada dokter kecil. Untuk
lokakarya mini UKGS, hanya 1 puskesmas yang ada dokter gigi yang melaksanakannya
sedangkan puskesmas yang tidak ada dokter giginya tidak melaksanakannya. Selain itu,
tidak satupun responden tenaga kesehatan gigi yang pernah melakukan sosialisasi kepada
orangtua siswa kelas 1 dan mendapat pelatihan tentang UKGS baik pada puskesmas yang
ada dokter gigi maupun tidak ada dokter giginya (Tabel 4.7).
Tabel 4.7. Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas Tidak ada
dokter gigi (N=2) Puskesmas
Ada dokter gigi (N=2) Total
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Peran Tenaga
Kesehatan N % N % N % N % N % N %
Membuat rencana kerja
2 100 - - 2 100 - - 4 100
- -
Membina integrasi dengan unit terkait
2 100 - - 1 50 1 50 3 75 1 25
Menerima rujukan dari sekolah
2 100 - - 1 50 1 50 3 75 1 25
Pembinaan dokter kecil
1 50 1 50 2 100 - - 3 75 1 25
Melakukan pelayanan medik gigi dasar
2 100 - - 1 50 1 50 3 75
1 25
Lokakarya mini puskesmas
- - 2 100 1 50 1 50 1 25
3 75
Sosialisasi kepada orangtua murid kls 1
- - 2 100 - - 2 100 - - 4 100
Pelatihan tentang UKGS
- - 2 100 - - 2 100 - - 4 100
Tenaga kesehatan pada puskesmas yang ada dokter giginya mempunyai peran
baik dan kurang masing-masing 50%, sedangkan pada puskesmas yang tidak ada dokter
giginya, keduanya (100%) pada kategori cukup (Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Kategori Peran Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Kegiatan
UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskemas Tidak ada dokter gigi
Puskesmas Ada dokter gigi
Kategori Peran Tenaga
Kesehatan N % N %
Jumlah
%
Baik - - 1 50 1 25 Cukup 2 100 - - 2 50 Kurang - - 1 50 1 25 Jumlah 2 100 2 100 4 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% responden guru Orkes di puskesmas
yang tidak ada dokter gigi sudah melakukan pendidikan kesehatan gigi, mengajarkan cara
menyikat gigi yang baik, melakukan pembinaan dokter kecil, sikat gigi bersama, rujukan
dan membantu tenaga kesehatan gigi untuk melakukan penjaringan. Di puskesmas yang
ada dokter gigi 50% melakukan pembinaan terhadap dokter kecil dan membuat rujukan
ke puskesmas, 75% sudah membantu melakukan penjaringan, tetapi hanya 25% yang
melakukan sikat gigi bersama. Selain itu, masih ada 50% guru Orkes belum mendapat
pelatihan tentang UKGS, sedangkan di puskesmas yang ada dokter gigi hanya 25%
(Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Peran Guru Orkes di Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Wilayah Puskesmas
Tidak ada dokter gigi (N=4)
Wilayah Puskesmas Ada dokter gigi
(N=4)
Total
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Peran
Guru Orkes
N % N % N % N % N % N % Melakukan pendidikan kesehatan gigi
3 75 1 25 3 75 1 25 6
75 2
25
Melakukan pembinaan dokter kecil
3 75 1 25 2 50 2 50 5
62,5 3
37,5
Kerjasama dengan petugas UKGS (sikat gigi bersama)
3 75 1 25 1 25 3 75 4
50 4
50
Mengajarkan cara menyikat gigi yang baik
3 75 1 25 3 75 1 25 6
75 2
25
Melakukan rujukan
3 75 1 25 2 50 2 50 5
62,5
3
37,5
Membantu melakukan penjaringan
3 75 1 25 3 75 1 25 6
75 2
25
Mendapat pelatihan tentang UKS/UKGS
3 75 1 25 2 50 2 50 5
62,5 3
37,5
Pada puskesmas yang tidak ada dokter gigi, persentase guru Orkes kategori baik
75% dan kurang 25%, sedangkan pada puskesmas yang ada dokter gigi persentase cukup
dan kurang 50% (Tabel 4.10).
Tabel 4.10. Kategori Peran Guru di Sekolah dalam Pelaksanaan Kegiatan UKGS di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Wilayah Puskemas Tidak ada dokter gigi
Wilayah Puskesmas Ada dokter gigi
Kategori Peran Guru
N % N %
Jumlah
%
Baik 3 75 - - 3 37,5 Cukup - - 2 50 2 25 Kurang 1 25 2 50 3 37,5 Jumlah 4 100 4 100 8 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya (97-100%) orangtua sudah
berperan dalam mengajar anak menyikat gigi, menyediakan dan mengganti sikat gigi
yang rusak serta menyediakan pasta gigi untuk keluarga. Dalam hal mengontrol anak
menyikat gigi, memeriksa gigi anak di rumah, membawa ke dokter gigi, dan mengawasi
jajanan, persentase ibu yang menjawab ‘ya’ masih lebih rendah (59-64,6%) (Tabel 4.11).
Tabel 4.11. Peran Orangtua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Pemeliharaan kesehatan gigi (N=240) Peran
orangtua Ya % Tidak %
Mengajar anak menyikat gigi 238 99,1 2 0,9 Mengontrol/ mengawasi anak menyikat gigi
145
60,4 95
39,6
Menyediakan & mengganti sikat gigi yang rusak
236
98,3 4
1,7
Menyediakan pasta gigi untuk keluarga
235
97,9 5
2,1
Mengawasi jajanan anak 142 59,1 98 40,9 Memeriksa gigi anak di rumah
155
64,6 85
35,4
Membawa anak ke dokter gigi
155
64,6 85
35,4
Peran orangtua dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak kategori baik 51,7%,
kategori cukup 35,4% dan 12,9% kategori kurang (Tabel 4.12).
Tabel 4.12. Kategori Peran Orangtua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Jumlah Kategori
Peran Orangtua N % Baik 124 51,7 Cukup 85 35,4 Kurang 31 12,9 Jumlah 240 100 4.5. Cakupan Pelayanan UKGS
Cakupan pelayanan UKGS meliputi frekuensi sekolah dasar yang melaksanakan
sikat gigi masal, siswa kelas selektif dan frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke
sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua puskesmas baik yang ada ataupun
tidak ada dokter gigi termasuk kategori kurang dalam melaksanakan sikat gigi masal yaitu
frekuensinya <6 kali pertahun. Pada sekolah di puskesmas yang ada dokter giginya,
perawatan selektif dengan kategori baik dan kurang masing-masing 50%. Kunjungan
petugas ke sekolah pada puskesmas yang tidak ada dokter gigi semuanya (100%)
termasuk kategori kurang dengan frekuensi <2 kali per tahun. Pada puskesmas yang ada
dokter giginya, frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke sekolah kategori cukup dan
kurang masing-masing 50% (Tabel 4.13).
Tabel 4.13. Kategori Cakupan pelayanan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Puskesmas Tidak ada
dokter gigi (N=2) Puskesmas Ada
dokter gigi (N=2) Cakupan pelayanan UKGS
N % N %
Jumlah (%)
Sikat gigi masal • Baik • Cukup • Kurang
- - 2
- -
100
- - 2
- -
100
- -
4 (100) Siswa selektif yang mendapat perawatan
• Baik • Cukup • Kurang
- 1 1
-
50 50
1 - 1
50 -
50
1 (25) 1 (25) 2 (50)
Kunjungan petugas ke sekolah
• Baik • Cukup • Kurang
- - 2
100
- 1 1
50 50
-
1 (25) 3 (75)
4.6. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar
Status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar diukur dengan menghitung
rerata DMFT, status periodontal dan OHIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
DMFT pada puskesmas yang tidak ada dokter gigi 1,61, lebih tinggi dibandingkan
puskesmas yang ada dokter gigi yaitu 1,12. Rerata decay karies lebih tinggi dari rerata
missing dan filling. Rerata filling sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali pada
puskesmas yang tidak ada dokter gigi yang berarti bahwa tidak ada gigi yang ditambal
(Tabel 4.14).
Tabel 4.14. Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status DMFT
Puskesmas Tidak ada dokter
Puskesmas Ada dokter
Rerata DMFT
Jumlah murid
gigi gigi Decay
1,25±1,78 0,55±0,96 0,90±1,47 240
Missing
0,42±1,07 0,56±0,93 0,49±1,00 240
Filling
0 0,01±0,09 0,00±0,06 240
DMFT 1,61±2,45 1,12±1,44
1,50±2,13 240
Tabel 4.15 menunjukkan rerata sekstan sehat murid pada puskesmas yang tidak
ada dokter gigi 4,27, lebih rendah dibandingkan dengan puskesmas yang ada dokter gigi
yaitu 5,68. Sebaliknya, rerata sekstan yang mengalami perdarahan dan kalkulus lebih
rendah pada puskesmas yang ada dokter gigi dibandingkan dengan puskesmas yang tidak
ada dokter giginya (Tabel 4.15).
Tabel 4.15. Rerata Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status periodontal
Puskesmas Tidak ada dokter gigi
Puskesmas Ada dokter
gigi
Rerata sekstan
Jumlah murid
Sekstan sehat
4,27±1,31 5,68±0,97 5,15±1,55 240
Sekstan perdarahan
0,19±0,63 0,16±0,77 0,30±0,91 240
Sekstan ada kalkulus
1,52±2,35 0,16±0,63 0,49±1,24 240
Rerata skor debris, kalkulus dan kebersihan mulut (oral higiene) murid pada
puskesmas yang tidak ada dokter gigi lebih tinggi dibandingkan puskesmas yang ada
dokter gigi, yang berarti bahwa kebersihan mulut murid pada sekolah dasar yang tidak
ada dokter giginya lebih buruk (Tabel 4.16).
Tabel 4.16. Rerata Status Kebersihan Mulut Murid Sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status OHI
Puskesmas Tidak ada dokter
gigi
Puskesmas Ada dokter gigi
Rerata Status OH
Jumlah murid
Skor debris
0,89±0,32 0,66±0,51 0,77±0,44 240
Skor kalkulus
0,41±0,64 0,25±0,43 0,33±0,55 240
OHI
1,30±0,81 0,91±0,84 1,11±0,85 240
4.7. Hubungan Sarana/prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Peran sarana/prasarana baik, cakupan sikat gigi masal tidak ada yang baik dan
cukup, bahkan 75% kurang. Demikian juga dengan cakupan kelas selektif, tidak ada yang
baik, hanya 25% cukup dan 50% kurang, sedangkan cakupan frekuensi kunjungan
petugas kesehatan 75% kurang (Tabel 4.17). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara sarana/prasarana dengan cakupan pelayanan UKGS
yang meliputi pelaksanaan sikat gigi masal, siswa kelas selektif yang mendapat
perawatan maupun frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke sekolah (p>0,05).
Tabel 4.17. Hubungan Sarana/prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Cakupan pelayanan UKGS Sikat gigi masal Siswa kelas selektif Frekuensi kunjungan
petugas kesehatan
Sarana/ Prasarana Baik
Jlh Cukup
Jlh Kurang
Jlh
p Baik Jlh
Cukup Jlh
Kurang Jlh
p
Baik Jlh
Cukup Jlh
Kurang Jlh
P
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Baik Kurang
-
-
-
-
3
(75) 1
(25)
a
-
1
(25)
1
(25) -
2
(50) -
0,13
-
-
-
1 (25)
3
(75) -
0,25
a No statistics are computed
4.8. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Peran tenaga kesehatan baik, cakupan sikat gigi masal tidak ada yang baik dan
cukup bahkan kurang yaitu 25%, cakupan siswa selektif kurang 25%, cakupan frekuensi
kunjungan petugas kesehatan 25% kurang. Peran guru baik, cakupan sikat gigi masal
37,5% kurang, cakupan kelas selektif cukup 12,5% dan kurang 25% sedangkan cakupan
frekuensi kunjungan petugas kesehatan 37,5% kurang. Hasil analisis statistik
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tenaga pelaksana dengan
cakupan pelayanan UKGS yang meliputi pelaksanaan sikat gigi masal, siswa kelas
selektif yang mendapat perawatan dan frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke sekolah
(p>0,05) (Tabel 4.18).
Tabel 4.18. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS di Puskesmas Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Cakupan pelayanan UKGS
Sikat gigi masal Siswa kelas selektif Frekuensi kunjungan petugas kesehatan
Peran tenaga pelaksana
Baik Jlh (%)
Cukup Jlh
(%)
Kurang Jlh (%)
p
Baik Jlh (%)
Cukup Jlh (%)
Kurang Jlh (%)
p
Baik Jlh (%)
Cukup Jlh (%)
Kurang Jlh (%)
P
Peran tenaga kesehatan Baik Cukup Kurang
- - -
- - -
1 (25)
2 (50)
1 (25)
a
- -
1 (25)
-
1 (25)
-
1 (25)
1 (25)
-
0,28
- - -
- -
1 (25)
1 (25)
2 (50)
-
0,13
Peran guru Baik Cukup Kurang
- - -
- - -
3
(37,5) 2
(25) 3
(25)
a
-
1 (12,5)
1 (12,5)
1
(12,5) -
1 (12,5)
2
(25) 1
(12,5) 1
(12,5)
0,67
- - -
-
1 (12,5)
1 (12,5)
3
(37,5) 1
(12,5) 2
(25)
0,41
a No statistics are computed
4.9. Hubungan Faktor Sarana/prasarana dengan Status Kesehatan Gigi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana/prasarana di Kabupaten Aceh
Tamiang berada pada kategori baik dan kurang. Sarana/prasarana baik, rerata DMFT
murid SD 1,60, lebih tinggi dibandingkan rerata DMFT pada puskesmas dengan
sarana/prasarana kurang yaitu 1,18. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor
sarana/prasarana dengan DMFT (p>0,05) (Tabek 4.19).
Tabel 4.19. Hubungan Sarana/prasarana dengan DMFT Murid Sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
DMFT
Sarana/Prasarana
N
X
SD Hasil
Analisis
Statistik Baik Kurang
180 60
1,60 1,18
2,33 1,32
Total 240 1,50 2,13
p= 0,18 F=1,76 df=1
Sarana/prasarana baik, rerata sekstan sehat dan sekstan perdarahan lebih rendah
dibandingkan sarana/prasarana kurang namun sekstan kalkulus lebih tinggi dibandingkan
puskesmas yang sarana/prasarananya kurang. Ada hubungan yang bermakna dengan
status periodontal (p<0,05) (Tabel 4.20).
Tabel 4.20. Hubungan Sarana/prasarana dengan Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status periodontal
Sekstan sehat
Sekstan ada perdarahan
Sekstan ada karang gigi
Sarana/ Prasarana
N
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis Statistik
Baik Kurang
180
60
5,01 5,60
1,66 1,06
0,28 0,35
0,89 0,97
0,63 0,05
1,39 0,28
Total 240 5,15 1,55
p=0,01* F=6,60 df=1
0,30 0,91
p= 0,02* F=5,23 df=1
0,49 1,24
p= 0,01* F=10,54
df=1
Sarana/prasarana baik, rerata OH murid SD 1,36, lebih tinggi dibandingkan rerata
OH pada puskesmas dengan sarana/prasarana kurang yaitu 0,35. Ada hubungan yang
bermakna antara sarana/prasarana dengan kebersihan mulut (p<0,05) (Tabel 4.21).
Tabel 4.21. Hubungan Sarana/prasarana dengan Status Kebersihan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status kebersihan mulut (OH) Sarana/Prasarana
N
X
SD Analisis Statistik
Baik
180
1,36
0,80
p= 0,00*
Kurang
60 0,35 0,41
Total 240 1,11 0,85
F=86,85 df=1
4.10. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Peran tenaga kesehatan baik, DMFT murid 1,06 lebih rendah dibandingkan
dengan peran cukup dan kurang. Peran guru baik, rerata DMFT murid 1,23, lebih tinggi
dari peran cukup yaitu 1,16 namun lebih rendah dari peran kurang yaitu 1,98. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara peran guru dan
petugas kesehatan dengan rerata DMFT murid (p<0.05) (Tabel 4.22).
Tabel 4.22. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
DMFT Peran tenaga pelaksana
Jumlah murid
X
SD
Hasil analisis statistik
Peran tenaga kesehatan • Baik • Cukup • Kurang
60 120 60
1,06 1,87 1,18
1,56 2,60 1,32
Total 240 1,50 2,13
p= 0,02* F=3,84 df= 2
Peran guru • Baik • Cukup • Kurang
90 60 90
1,23 1,16 1,98
1,81 1,47 2,66
Total 240 1,50 2,13
p= 0,02* F=3,89 df=2
Tabel 4.23 menunjukkan peran tenaga kesehatan baik, rerata sekstan sehat murid
lebih rendah dibandingkan dengan peran cukup dan kurang, sedangkan rerata sekstan
kalkulus dan perdarahan lebih tinggi. Secara statistik dijumpai hubungan yang signifikan
antara peran tenaga kesehatan gigi dengan sekstan sehat murid (p<0,05), namun tidak
dijumpai hubungan peran guru terhadap sekstan sehat murid (p>0.05).
Tabel 4.23. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Periodontal Murid SD di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status periodontal Sekstan sehat Sekstan ada perdarahan Sekstan ada kalkulus
Peran tenaga pelaksana
Jlh mrd
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis Statistik
Peran tenaga kesehatan -Baik -Cukup -Kurang
60 120 60
5,18 4,92 5,60
1,56 1,71 1,06
0,45 0,20 0,35
1,26 0,62 0,97
0,36 0,77 0,05
1,08 1,50 0,28
Total 240 5,15 1,55
p=0,02* F=3,86 df=2
0,30 0,91
p=0,20 F=1,61 df=2
0,49 1,24
p= 0,00* F=7,63 df=2
Peran guru -Baik -Cukup -Kurang
90 60 90
5,06 5,51 5,01
1,54 1,01 1,78
0,22 0,38 0,32
0,59 1,02 1,08
0,58 0,10 0,65
1,31 0,47 1,45
Total 240 5,15 1,55
p=0,11 F=2,17 df=2
0,30 0,91
p=0,55 F=0,59 df=2
0,49 1,24
p= 0,01* F=4,15 df=2
Hasil penelitian menunjukkan peran tenaga kesehatan baik, rerata oral higiene
murid 1,48, lebih tinggi dibandingkan peran cukup 1,30 dan kurang 0,35. Demikian juga
dengan peran guru baik, rerata oral higiene 1,31 lebih tinggi dibandingkan peran cukup
0,88 dan kurang 1,05. Secara statistik ditemukan ada hubungan bermakna antara peran
guru dan tenaga kesehatan gigi dengan skor oral higiene (p<0,05) (Tabel 4.24).
Tabel 4.24. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kebersihan
Mulut Murid SD di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status kebersihan mulut (OH) Peran tenaga pelaksana
N
X
SD Analisis statistik
Peran tenaga kesehatan • Baik • Cukup
60 120 60
1,48 1,30 0,35
0,77 0,81 0,40
p=0,00* F=44,81
df=2
4.11. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Peran orang tua baik, DMFT anaknya 1,64, lebih tinggi dari peran cukup 1,07
tetapi lebih rendah dari peran kurang 2,09. Secara statistik ditemukan ada hubungan
sangat bermakna antara peran orangtua dengan DMFT (Tabel 4.25).
Tabel 4.25. Hubungan Peran Orangtua dengan Rerata DMFT Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
DMFT
Peran orangtua Jumlah murid
X
SD
Hasil analisis statistik
• Baik • Cukup • Kurang
124 85 31
1,64 1,07 2,09
2,42 1,62 1,97
Total 240 1,50 2,13
p= 0,03* F=3,28 df=2
Pada peran orangtua baik, dijumpai rerata sekstan sehat 5,31 lebih tinggi
dibandingkan dengan peran kurang 3,93 dan secara statistik terlihat ada hubungan antara
peran orangtua dengan status periodontal (Tabel 4.26).
Tabel 4.26. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Periodontal Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status periodontal Sekstan sehat Sekstan ada perdarahan Sekstan ada kalkulus
Peran orangtua
Jlh mrd
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis statistik
X
SD
Analisis Statistik
• Baik • Cukup
124 85 31
5,31 5,37 3,93
1,41 1,20 2,27
p=0,00* F=12,06
df=2
0,13 0,31 0,90
0,48 0,96 1,61
p= 0,00* F=9,31 df=2
0,45 0,29 1,16
1,19 0,81 1,98
p=0,00* F=5,86 df=2
• Kurang Total 240 1,11 0,84 Peran guru
• Baik • Cukup • Kurang
90 60 90
1,31 0,88 1,05
0,87 0,82 0,80
Total 240 1,11 0,84
p=0,00* F=5,19 df=2
• Kurang Total 240 5,15 1,55
0,30 0,91
0,49 1,24
Pada peran orangtua baik, dijumpai rerata OH lebih tinggi 1,14 dibandingkan
dengan peran cukup 0,96 dan secara statistik terlihat ada hubungan antara peran orangtua
dengan status kebersihan mulut (p<0,05) (Tabel 4.26).
Tabel 4.27. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kebersihan Mulut di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009
Status kebersihan mulut (OH) Peran orangtua
N
X
SD Analisis statistik
• Baik • Cukup • Kurang
124 85 31
1,14 0,96 1,39
0,81 0,85 0,89
Total 240 1,11 0,84
p= 0,04* F=3,21 df=2
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten
Aceh Tamiang
Status kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar yaitu rerata DMFT siswa
1,50±2,13, rerata ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Octiara (2001)
pada anak usia 6-14 tahun di Panti Karya Pungal Binjai, Sumatera Utara yaitu 1,6. Bila
dibandingkan dengan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, rerata DMFT 0,91,
menunjukkan DMFT murid sekolah dasar di Kabupaten Aceh Tamiang lebih tinggi
(Riskesdas, 2007). Selain itu, DMFT pada penelitian ini mempunyai rerata mendekati
target pencapaian gigi sehat WHO tahun 2010 yang mana DMFT pada usia 12 tahun tidak
lebih dari 1. Rerata sekstan gusi sehat >3. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Ramola (2006) pada siswa kelas 6 SD di wilayah kerja puskesmas Kota Matsum yang
mana rerata sekstan gusi sehat >3, sama dengan target tahun 2010 WHO yaitu penduduk
mempunyai >3 sekstan gusi sehat. Rerata OHIS adalah 1,11, angka ini termasuk kategori
baik (0,0-1,2) dalam kriteria tingkat kebersihan mulut (DepKes RI, 2004).
5.2. Hubungan Faktor Sarana/prasarana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Hasil penelitian menunjukkan peran sarana/prasarana baik, cakupan sikat gigi
masal, cakupan kelas selektif dan frekuensi kunjungan petugas kesehatan tidak ada yang
baik. Terlihat bahwa cakupan sikat gigi masal dalam kategori kurang 75%, cakupan kelas
selektif cukup 25% dan kurang 50%, sedangkan cakupan frekuensi kunjungan petugas
kesehatan kurang 75%. Secara statistik tidak ada hubungan antara sarana/prasarana
dengan sikat gigi masal dan siswa kelas selektif kecuali dengan frekuensi kunjungan
petugas kesehatan (Tabel 4.17). Hal ini mungkin disebabkan karena tidak hanya
sarana/prasarana yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu kegiatan pelayanan
UKGS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun puskesmas mendapat dana
dari pemerintah atau swasta untuk membiayai kegiatan UKGS. Semua responden tenaga
kesehatan menyatakan bahwa biaya operasional puskesmas untuk melaksanakan kegiatan
UKGS diperoleh berdasarkan kemampuan masing-masing puskesmas mengalokasikan
sumber dana lain untuk melaksanakannya yang mana sebagian responden menjawab
bahwa sumber dana mereka dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) (Tabel
4.5). Seharusnya, dana dapat diperoleh dari pemerintah dan sumber lain yang tidak
mengikat berupa dana sehat, sistem asuransi atau swadana dari masyarakat (DepKes RI,
2004). Dengan demikian, agar cakupan meningkat diperlukan usulan dana oleh kepala
puskesmas kepada dinas kesehatan agar diupayakan menjadi anggaran tahunan.
5.3. Hubungan Faktor Sarana/prasarana dengan Status Kesehatan Gigi
dan Mulut
Sarana/prasarana baik, rerata DMFT murid SD 1,43, lebih tinggi dibandingkan
rerata DMFT pada puskesmas dengan sarana/prasarana kurang yaitu 1,18 dan secara
statistik tidak ada hubungan bermakna (Tabel 4.19). Hal ini mungkin disebabkan masih
adanya puskesmas yang sarana/prasarananya kurang karena alat peraga, bahan dan obat-
obatan tidak tersedia (25%). Kemungkinan lain adalah tenaga kesehatan belum
melakukan pelayanan medik dasar secara maksimal di puskesmas (75%) (Tabel 4.7) dan
kurangnya kerjasama guru Orkes dengan petugas kesehatan dalam hal merujuk murid
untuk mendapat pelayanan medik (Tabel 4.9). Sarana/prasarana baik, rerata sekstan gusi
sehat murid SD 5,01, lebih rendah dibandingkan sarana/prasarana kurang yaitu 5,60.
Secara statistik ada hubungan bermakna antara rerata sekstan gusi sehat dan rerata OHIS
dengan sarana/prasarana yang baik, hal ini mungkin disebabkan tersedianya
sarana/prasarana KIT 100% dan alat peraga 75% (Tabel 4.3).
5.4. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Peran tenaga kesehatan baik, cakupan sikat gigi masal tidak ada yang baik dan
cukup bahkan kurang yaitu 25%, cakupan siswa selektif kurang 25%, cakupan frekuensi
kunjungan petugas kesehatan 25% kurang. Peran guru Orkes baik, cakupan sikat gigi
masal kurang 37,5%, cakupan kelas selektif cukup 12,5%, dan kurang 25% sedangkan
cakupan frekuensi kunjungan petugas kesehatan 37,5% kurang. Hasil analisis statistik
menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara tenaga kesehatan gigi dan guru Orkes
dengan cakupan pelayanan UKGS (p>0,05) (Tabel 4.18). Hal ini mungkin disebabkan
75% puskesmas belum pernah melakukan lokakarya mini puskesmas, bahkan tidak
satupun dari petugas kesehatan yang pernah mendapat pelatihan tentang UKGS (Tabel
4.7), yang mungkin disebabkan karena keterbatasan dana. Dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa tidak pernah diselenggarakan pelatihan UKGS oleh dinas
kesehatan kabupaten dalam beberapa tahun terakhir ini.
5.5. Hubungan Peran Tenaga Pelaksana dengan Status Kesehatan Gigi dan
Mulut
Peran tenaga kesehatan baik, rerata DMFT murid lebih rendah dibandingkan
peran cukup dan kurang, hal yang sama dijumpai peran guru Orkes baik, rerata DMFTnya
juga lebih rendah dibandingkan peran kurang. Analisis statistik menunjukkan ada
hubungan antara peran petugas kesehatan dan guru terhadap status kesehatan gigi dan
mulut murid. Hal ini sudah baik dan perlu ditingkatkan peran petugas kesehatan dalam
melaksanakan perawatan bagi kelas V dan VI dan peran guru Orkes dalam melakukan
rujukan dan penjaringan murid (Tabel 4.9).
Sebaliknya, peran tenaga kesehatan baik rerata sekstan gusi sehat lebih rendah
dari peran kurang, demikian juga peran guru Orkes baik rerata sekstan gusi sehat juga
lebih rendah dari peran cukup. Hal ini menunjukkan peran tenaga kesehatan dan guru
Orkes belum maksimal dan perlu ditingkatkan dalam melakukan pendidikan kesehatan
dan mengajarkan cara menyikat gigi dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor
(Tabel 4.9).
5.6. Hubungan Peran Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Peran orang tua baik DMFT anaknya 1,64, lebih tinggi dari peran cukup 1,07
tetapi lebih rendah dari peran kurang 2,09, meskipun secara statistik menunjukkan ada
hubungan (Tabel 4.25). Hal ini menunjukkan bahwa peran sebagian orangtua (59,1%)
belum berjalan dengan baik, yaitu dalam hal mengawasi jajanan anak. Suwelo (1992)
dalam bukunya “Kajian pada anak usia sekolah” menyatakan bahwa tidak hanya cara
membersihkan gigi saja tetapi jenis jajanan yang menguntungkan kesehatan gigi perlu
diperhatikan oleh orangtua sehingga orangtua dapat mengetahui jenis jajanan yang baik
untuk anak mereka. Pada peran orangtua baik, dijumpai rerata sekstan sehat 5,31, lebih
tinggi dibandingkan dengan peran orangtua kurang 3,93. Hal ini menunjukkan peran
orangtua sudah baik yang mana terlihat bahwa hampir semua orangtua (99,10%) sudah
mengajar anak menyikat gigi, 60,45% sudah mengawasi anak menyikat gigi dan 64,6%
memeriksa gigi anak di rumah (Tabel 4.11). Demikian juga terlihat peran orangtua baik,
rerata OH 1,14 lebih rendah dari peran kurang 1,39 dan ada hubungan bermakna
(p<0,05). Hal ini menunjukkan peran orangtua terhadap status kebersihan mulut sudah
baik. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa 60,4% orangtua sudah mengawasi anak menyikat
gigi.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor Manajemen
a. Puskesmas yang telah memiliki sarana/prasarana lengkap (ada KIT, alat peraga,
bahan dan obat-obatan) 75%, hanya 1 puskesmas (25%) yang tidak memiliki
sarana/prasarana lengkap
b. Dalam melaksanakan kegiatan UKGS, semua puskesmas (100%) tidak
mempunyai biaya dari pemerintah/swasta tetapi memperolehnya dari dana
Jamkesmas.
2. Tenaga Pelaksana UKGS
a. Semua tenaga kesehatan gigi telah berperan dalam membuat rencana kerja. Yang
belum dilaksanakan adalah sosialisasi kepada orangtua murid kelas 1 dan belum
pernah mendapat pelatihan UKGS. Sebagian peran tenaga kesehatan yang sudah
dilaksanakan adalah membuat rencana kerja, membina integrasi dengan unit
terkait, menerima rujukan dari sekolah, melakukan pembinaan dokter kecil,
melaksanakan pelayanan medik gigi dasar dan lokakarya mini puskesmas.
b. Guru Orkes sudah melakukan peran dalam pendidikan kesehatan gigi 75%,
mengajarkan cara menyikat gigi yang baik 75%, dan membantu melakukan
penjaringan 75%. Sedangkan peran yang masih kurang adalah melakukan
pembinaan dokter kecil 62,5%, bekerjasama dengan petugas UKGS 50%,
melakukan rujukan 62,5%. Hanya 37,5% yang sudah mendapat pelatihan tentang
UKS/UKGS.
c. Orangtua umumnya sudah berperan dalam hal mengajar anak menyikat gigi,
menyediakan dan mengganti sikat gigi yang rusak serta menyediakan pasta gigi,
namun perannya masih kurang dalam mengontrol anak menyikat gigi, memeriksa
gigi anak di rumah, mengawasi jajan anak dan membawa anak ke dokter gigi.
3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi
Cakupan sikat gigi masal 100% masih kurang, murid selektif yang mendapat
perawatan 50%, dan kunjungan petugas kesehatan ke sekolah kategori kurang
75%.
4. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Status kesehatan gigi mulut murid sekolah dasar di Kabupaten Aceh Tamiang
yaitu rerata decay adalah 0,90 ± 1,47, missing 0,49±1,00, filling 0.00±0,06 dan
DMFT 1,50 ±2,13, rerata sekstan gusi sehat 5,15±1,55, sekstan perdarahan
0,30±0,91 dan sekstan kalkulus 0,49±1,24, sedangkan rerata skor debris
0,77±0,44, skor kalkulus 0,33±0,55 dan OHI adalah 1,11±0,85.
5. Hubungan Faktor Manajemen (Sarana/prasarana dan Biaya) dan Tenaga
Pelaksana UKGS dengan Cakupan Pelayanan UKGS
Tidak ada hubungan bermakna antara sarana/prasarana dengan sikat gigi
masal, siswa kelas selektif yang mendapat perawatan dan kunjungan petugas
kesehatan ke sekolah. Tidak ada hubungan bermakna antara peran tenaga
kesehatan dan peran guru dengan sikat gigi masal, siswa kelas selektif yang
mendapat perawatan dan frekuensi kunjungan petugas kesehatan ke sekolah.
6. Hubungan Faktor Manajemen (Sarana/prasarana dan Biaya) dan Tenaga
Pelaksana UKGS dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Tidak ada hubungan antara sarana/prasarana dengan DMFT, namun ada hubungan
bermakna dengan sekstan sehat, sekstan perdarahan, sekstan kalkulus dan OHIS.
Ada hubungan bermakna antara peran guru dan tenaga kesehatan dengan DMFT
(p<0,05). Ada hubungan bermakna antara peran tenaga kesehatan dengan sekstan
sehat dan sekstan kalkulus tetapi tidak ada hubungan dengan sekstan perdarahan.
Ada hubungan bermakna antara peran guru dengan sekstan kalkulus tetapi tidak
ada hubungan dengan sekstan sehat dan perdarahan. Ada hubungan sangat
bermakna antara peran tenaga kesehatan dan guru dengan OHIS (p<0,001).
7. Hubungan Orangtua dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Ada hubungan bermakna antara peran orangtua terhadap rerata DMFT, status
periodontal dan OHIS anak (p<0,05).
6.2. Saran
Untuk Dinas Kesehatan
1. Membuat kesepakatan untuk semua puskesmas agar menjalankan program UKGS.
2. Membuat kebijakan dan strategi dalam pelaksanaan Program Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) yang dapat meningkatkan motivasi tenaga pelaksana
UKGS melalui pelatihan, pengembangan program, memfasilitasi kegiatan sektoral
dan melakukan fungsi evaluasi dan monitoring terhadap program UKGS.
3. Menyediakan dana untuk melaksanakan kegiatan UKGS.
4. Menyediakan alat peraga di puskesmas yang alat peraganya tidak ada dan
menyediakan bahan dan obat-obatan pada puskesmas yang belum tersedia bahan
dan obat-obatan.
5. Melaksanakan pelatihan UKGS untuk tenaga kesehatan gigi dan guru Orkes di
sekolah.
6. Menempatkan tenaga dokter gigi di puskesmas untuk meningkatkan status
kesehatan gigi dan mulut.
Untuk Puskesmas
1. Pihak pengelola program dan tenaga kesehatan gigi diharapkan dapat membuat
rencana intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di seluruh puskesmas
di wilayah kerjanya dengan lebih dititikberatkan pada pencegahan.
2. Mengatasi biaya operasional dengan membuat usulan dana oleh kepala puskesmas
kepada dinas kesehatan agar diupayakan menjadi anggaran tahunan.
3. Meningkatkan pelayanan penambalan dengan ART bila tidak tersedia mikromotor
dan pelayananan pembersihan karang gigi untuk mencegah penyakit periodontal.
Untuk Unit Sekolah
1. Sebagai masukan bagi guru Olahraga kesehatan (Orkes) di sekolah agar
mengajarkan kepada anak cara menyikat gigi yang baik, melakukan rujukan,
membantu penjaringan dan bekerjasama dengan petugas UKGS.
2. Turut melaksanakan program sikat gigi masal di sekolah.
Untuk Orangtua
1. Melibatkan orangtua dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak di rumah untuk
mengajar dan mengawasi anak menyikat gigi, menyediakan pasta gigi, mengawasi
jajanan anak, memeriksa gigi anak dan membawa anak ke dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Perilaku dan temukan kesehatan Gigi Anak. http://www.rumahku.hut (21
Oktober 2008). Astoeti, Tri Erri., 2006. Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di
Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada: 20-30. Axelsson P., 1999. An Introduction to Risk Prediction and Preventive Dentistry. Chicago:
Quinressence Publishing Co., Inc., 113-114. BPPSDMK., 2007. Program Model Pendayagunaan Dokter Gigi dan Perawat Gigi di
Sekolah. http://www.bppsdmk.depkes.go.id/?show= (16 Oktober 2008). Budiharto, 1998. Kontribusi Umur, Pendidikan, Jumlah Anak, Status Ekonomi Keluarga,
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gigi dan Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Perilaku Ibu, JKGUI; 5(2): 92-108.
Debnath T., 2002. Ashok’S Public Health and Preventive Dentistry. 2nd ed., India:
AITBS Publishers & Distributors (Regd.): 8-30. ------------------., 1999. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik. ------------------., 2000. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Indonesia Sehat
2010. Jakarta. ------------------., 2000. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik. ------------------., 2004. Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.
Jakarta. ------------------., 2005. Survei Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2004. Vol. 3. Jakarta: Badan Litbangkes: 18-20. ------------------., 2007. Data Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional., 2003. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang., 2003. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2003. ------------------., 2004. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2004. ------------------., 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2007. ------------------., 2007. Data Dasar. Puskesmas Rantau Kecamatan Rantau. Herijulianti, E., Indriani, TS., dan Sri Artini., 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran: 97-115. Irmawati., dan Satiti, K., 2001. Prevalensi Karies pada Anak-Anak yang Tinggal di Tiga
Desa dengan Konsumsi Air Minum yang Berbeda Kadar Fluornya. Majalah Kedokteran Gigi (dental Journal) FKG UNAIR: 147-50.
Lubis, H.D., 2005. Pembentukan Model Jaringan Kerja Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di
Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Murphy, E.M., 2004. Promoting Healthy Behaviour. Health Bulletin. Population
Refrences Bureau: 1-7. Naito, M, dkk., 2006 Oral Health Status and Health-related Quality of Life: A Systematic
review. J Oral Science; 48, 1-7. Notoatmojo, S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yokyakarta: Andi Offset. Octiara, E., dan Roesnawati, Y., 2001. Karies Gigi, Oral Higiene dan Kebiasaan
Membersihkan Gigi pada Anak-Anak Panti Karya Pungai di Binjai. J Kedokteran Gigi UI; 6(1): 18-23.
Panjaitan, M., 1997. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Ed ke-1. Medan:
USU Press: 30-53. Paulander, J., Axelsson, P., Lindhe, J., 2003. Association between Level of Education and
Oral Health Status in 35-, 50-, and 75-year olds. J Clinical Periodontology; 30(8): 697.
Peterson, P.E., 2003. The Role of the WHO Global Oral Health Programme. African
Journal of Oral Health: 2-16. Pintauli, S., 2003. Dokter Gigi sebagai Manajer Kesehatan di Puskesmas. Fakultas
Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara, USU Digital Library.
Pintauli, S., dan Hamada, T., 2007. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan: USU Press: 1-20.
Ramola, E., 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Need dan Demand Kesehatan
Gigi Siswa Kelas VI SD dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Matsum tahun 2005. Medan: Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Richmond, S., Chesnutt, I., Shennan, J., Brown, R., 2007. The Relationship of Medical
and Dental Factors to Perceived General and Dental Health. Community Dental Oral Epidemiology: 89-97.
Singarimbun, M., dan Effendi, S., 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Situmorang N., 2001. Penyakit Gigi dan Mulut serta Pengaruhnya terhadap Kualitas
hidup. Dentika Dental Journal; 6(1): 164-8. Soetiarto, F., 2001. Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap
Kesehatan Gigi dan Mulutnya. J Kedokteran Gigi: 6-9. Sutopo U., 2001. Kegiatan Penelitian di Lingkungan Direktorat Kesehatan Gigi.
Departemen Kesehatan. Cermin Dunia Kedokteran 75: 13-5. Suwelo, S.S., 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Kajian pada
anak usia prasekolah. Jakarta: EGC: 3-5. Surat Keputusan MenKes RI no. 128/MKes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat DepKes RI. Tjokronegoro, A., Sudarsono, S., Eds., 1985. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.
Jakarta: FK UI, 131-7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992. Tentang Kesehatan, Jakarta World Health Organization., 1997. Oral Health Survey Basic Methods. 4th ed., Geneva World Health Organization., 2003. The World Oral Health Report. Geneva: 1-33. Wright, G., 1998. Non-Pharmacologic Management of Children Behaviours. Dalam: Mc
Donald et al., Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed., Mosby: 35-49. Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia., 2007. Program pelayanan UKGS.
http://www.ykgi.or.id/program.html (17 November 2007).
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
KUESIONER UNTUK PETUGAS KESEHATAN GIGI Puskesmas yang ada dokter gigi Nama : A.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki A
2. Perempuan Nama Puskesmas : B. :1. Kepala Puskesmas 2. Dokter gigi B 3. Perawat gigi C.Manajemen Puskesmas
1. Apakah tersedia UKGS kits di puskesmas untuk pelaksanaan kegiatan UKGS a.Ya b. Tidak
2. Apakah tersedia alat peraga (poster, model gigi dan sikat gigi C besar) di puskesmas? a.Ya b. Tidak
3. Apakah tersedia bahan habis pakai dan obat-obatan di puskesmas untuk pelaksanaan kegiatan UKGS? a.Ya b. Tidak
Kriteria: a. Baik (3), bila 3 item tersedia b. Cukup (2), bila 2 dari 3 item tersedia c. Kurang (1), bila hanya 1 item tersedia
D.Biaya operasional 4. Dari mana diperoleh dana operasional untuk pelaksanaan kegiatan UKGS?
a. Pemerintah b. Swasta/masyarakat D c. Tidak ada d. Lain-lain: ............................... (sebutkan)
Kriteria: a. Baik (3), bila dana a & b b. Cukup (2), bila dana a atau b c. Kurang (1), bila tidak ada dana
Lampiran 1
Pertanyaan:
1.Apakah Saudara ada membuat rencana kerja kegiatan UKGS (penentuan sekolah dasar)?
a. Ya b. Tidak 1. 2.Dalam pelaksanaan UKGS, apakah Saudara membina integrasi dengan unit terkait misalnya Poli Umum atau Unit Kesehatan Anak?
a. Ya b. Tidak 2. 3.Apakah Saudara melakukan sosialisasi pelaksanaan UKGS kepada orang tua siswa kelas I? a.Ya b. Tidak 3 4. Apakah Saudara melakukan pembinaan dokter kecil?
a. Ya b. Tidak 4. 5. Apakah ada pertemuan lokakarya mini tentang UKGS?
a. Ya b. Tidak 5. 6. Apakah Saudara melakukan pelayanan medik gigi dasar?
a.Ya b. Tidak 6. 6a.Apabila Saudara menjawab no. 6 ya, bentuk pelayanan apa saja yang dilakukan:
a. penambalan gigi b. pencabutan gigi susu c. pembersihan karang gigi 6a d. dan lain-lain (sebutkan .............................)
7. Apakah Saudara ada menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan? a. Ya b. Tidak 7
8. Apakah Saudara pernah mendapat pelatihan tentang UKGS? a. Ya, pernah b. Tidak pernah 8 9. Kriteria: Kategori:
a. Baik (3) bila 6-8 item terlaksana b. Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 9 c. Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
E. Cakupan Pelayanan UKGS
Jumlah SD:
Sikat gigi masal Nama-nama SD Jumlah %
Jumlah murid kelas
selektif
Jumlah murid yang diperiksa
Jumlah murid
mendapat perawatan
Jumlah kunjungan
sekolah dasar
1 2 3 4 5 6 7
Kategori: A.Untuk kolom 2 dan 3
1) Baik, apabila frekuensi sikat gigi masal 9-12 kali dalam setahun 2) Cukup, apabila frekuensi sikat gigi masal 7-8 kali dalam setahun 3) Kurang, apabila frekuensi sikat gigi masal <7 kali dalam setahun
B.Untuk kolom 4, 5 dan 6
1) Baik, apabila >80% murid mendapatkan perawatan 2) Cukup, apabila 60%-80% murid mendapatkan perawatan 3) Kurang, apabila <60% murid mendapatkan perawatan
C.Untuk kolom 7 1) Baik, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD >2 kali pertahun. 2) Cukup, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD 2 kali pertahun. 3) Kurang, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD <2 kali pertahun.
Lampiran 2
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
No: KUESIONER UNTUK UNIT SEKOLAH (GURU ORKES) Nama : Nama Sekolah :
Lokasi sekolah :
Pertanyaan: 1. Apakah Saudara ada melakukan pendidikan kesehatan gigi (penyuluhan) di sekolah ?
a.Ya b. Tidak 1. 2. Apakah Saudara ada melakukan pembinaan kepada dokter kecil yang terpilih di sekolah
a.Ya b. Tidak 2. 3. Apakah Saudara membuat kerjasama dengan petugas kesehatan UKGS (sikat gigi bersama dan memelihara kesehatan lingkungan jajan)?
a.Ya b. Tidak 3 4. Apakah Saudara mengajarkan cara menyikat gigi pada waktu sikat gigi masal kepada murid-murid sekolah?
a. Ya b. Tidak 4. 5. Apakah ada melakukan rujukan ke puskesmas bila menjumpai masalah gigi pada siswa?
a. Ya b. Tidak 5 6. Apakah Saudara ada membantu tenaga kesehatan gigi pada waktu melakukan penjaringan? a. Ya b. Tidak 6 7. Apakah Saudara pernah mendapat pelatihan tentang UKS/UKGS? a. Ya, pernah b. Tidak pernah 7 8. Kriteria: Kategori:
a. Baik (3) bila 6-7 item terlaksana b. Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 8. c. Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
Lampiran 3
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
Puskesmas yang ada dokter gigi ANGKET UNTUK ORANG TUA MURID No:
Nama murid : Nama Ibu : Pendidikan Ibu :
a. Tidak tamat SD/Tidak sekolah b. Tamat SD/SLTP A c. Tamat SLTA/D1 d. Tamat D3/S1/S2
Nama dan lokasi sekolah : Lingkari jawaban yang menurut Saudara benar. Pertanyaan: 1. Apakah Ibu ada mengajari anak menyikat gigi di rumah? a.Ya b. Tidak 1. 2. Apakah Ibu ada mengontrol atau mengawasi anak saudara menyikat gigi di rumah a.Ya b. Tidak 2. 3. Apakah Ibu ada menyediakan dan mengganti sikat gigi anak bila sudah rusak?
a.Ya b. Tidak 3. 4. Apakah Ibu ada menyediakan pasta gigi untuk keluarga di rumah?
a.Ya b. Tidak 4. 5. Apakah Ibu mengawasi jajanan anak?
a.Ya b. Tidak 5. 6. Apakah Ibu melakukan pemeriksaan gigi anak di rumah? a.Ya b. Tidak 6. 7. Apakah Ibu pernah membawa anak ke dokter gigi/ puskesmas bila anak mengalami masalah gigi? a. Ya b. Tidak 7. 8.Kriteria: Kategori:
a. Baik (3) bila 6-7 item terlaksana b. Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 8 c. Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
Lampiran 4
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
Puskesmas yang ada dokter gigi Nama murid:
Jenis Kelamin:
A. DMFT No.
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
0 = gigi sehat D = decayed (lobang) Mi= gigi indikasi cabut Me= gigi sudah dicabut karena alasan lain F = gigi dengan tambalan sempurna/sealant Fd = gigi dengan tambalan dan ada karies primer /sekunder X = gigi belum tumbuh
A. Status Periodontal
6 1 6 6 1 6
Keterangan: 0 = kondisi peridontal sehat 1 = pendarahan, tampak secara langsung atau dengan kaca mulut
setelah perabaan dengan sonde 2 = terdapat karang gigi, diraba dengan sonde terasa adanya
karang gigi
1. D =
2. M (Mi +Me) =
3. F (F + Fd) =
4. DMFT =
5. Σ Sekstan kode 0 =
6. Σ Sekstan kode 1 =
7. Σ Sekstan kode 2 =
Sekstan Sekstan
Lampiran 5
C.OHIS
Indeks debris
6 1 6 6 1 6
Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain 1 Debris <1/3 permukaan gigi
Ada extrinsik stain 2 Debris > 1/3 - < 2/3 permukaan gigi 3 Debris > 2/3 permukaan gigi
Indeks kalkulus
6 1 6 6 1 6
Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus
Skor Kriteria
0 Tak ada karang gigi 1 Karang gigi supra gingiva > 1/3
permukaan gigi 2 Karang gigi supra gingiva > 1/3 -< 2/3
permukaan gigi Ada bercak karang gigi sub gingiva yang tidak melingkari leher gigi.
3 Karang gigi supra gingiva >2/3 dari permukaan gigi dan/atau karang gigi sub gingiva yang dengan tidak putus-putus mengelilingi bagian leher gigi.
8. ID = =
9. IK = =
10. OHI =
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
KUESIONER UNTUK PETUGAS KESEHATAN GIGI Puskesmas yang tidak ada dokter gigi Nama : A.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki A
2. Perempuan Nama Puskesmas : B. :1. Kepala Puskesmas 2. Dokter gigi B 3. Perawat gigi C.Manajemen Puskesmas
1. Apakah tersedia UKGS kits di puskesmas untuk pelaksanaan kegiatan UKGS a.Ya b. Tidak
2. Apakah tersedia alat peraga (poster, model gigi dan sikat gigi C besar) di puskesmas? a.Ya b. Tidak
3. Apakah tersedia bahan habis pakai dan obat-obatan di puskesmas untuk pelaksanaan kegiatan UKGS? a.Ya b. Tidak
Kriteria: a) Baik (3), bila 3 item tersedia b) Cukup (2), bila 2 dari 3 item tersedia c) Kurang (1), bila hanya 1 item tersedia
D.Biaya operasional 4. Dari mana diperoleh dana operasional untuk pelaksanaan kegiatan UKGS?
1) Pemerintah 2) Swasta/masyarakat D 3) Tidak ada 4) Lain-lain: .............................................. (sebutkan)
Kriteria: a) Baik (3), bila dana a & b b) Cukup (2), bila dana a atau b c) Kurang (1), bila tidak ada dana
Lampiran 6
Pertanyaan:
1.Apakah Saudara ada membuat rencana kerja kegiatan UKGS (penentuan sekolah dasar)? a.Ya b. Tidak 1. 2.Dalam pelaksanaan UKGS, apakah Saudara membina integrasi dengan unit terkait misalnya Poli Umum atau Unit Kesehatan Anak?
a.Ya b. Tidak 2. 3.Apakah Saudara melakukan sosialisasi pelaksanaan UKGS kepada orang tua siswa kelas I?
a.Ya b. Tidak 3 4. Apakah Saudara melakukan pembinaan dokter kecil?
a.Ya b. Tidak 4. 5. Apakah ada pertemuan lokakarya mini tentang UKGS?
a.Ya b. Tidak 5. 6. Apakah Saudara melakukan pelayanan medik gigi dasar?
a.Ya b. Tidak 6. 6a.Apabila Saudara menjawab no. 6 ya, bentuk pelayanan apa saja yang dilakukan:
a. penambalan gigi b. pencabutan gigi susu c. pembersihan karang gigi 6a d. dan lain-lain (sebutkan .............................)
7. Apakah Saudara ada menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan? a. Ya b. Tidak 7
8. Apakah Saudara pernah mendapat pelatihan tentang UKGS? a. Ya, pernah b. Tidak pernah 8 9. Kriteria: Kategori:
a. Baik (3) bila 6-8 item terlaksana b. Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 9 c. Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
E. Cakupan Pelayanan UKGS Jumlah SD:
Sikat gigi masal Nama-nama SD Jumlah %
Jumlah murid kelas
selektif
Jumlah murid yang diperiksa
Jumlah murid
mendapat perawatan
Jumlah kunjungan
sekolah dasar
1 2 3 4 5 6 7
Kategori: A.Untuk kolom 2 dan 3
1) Baik, apabila frekuensi sikat gigi masal 9-12 kali dalam setahun 2) Cukup, apabila frekuensi sikat gigi masal 7-8 kali dalam setahun 3) Kurang, apabila frekuensi sikat gigi masal <7 kali dalam setahun
B.Untuk kolom 4, 5 dan 6
1) Baik, apabila >80% murid mendapatkan perawatan 2) Cukup, apabila 60%-80% murid mendapatkan perawatan 3) Kurang, apabila <60% murid mendapatkan perawatan
C.Untuk kolom 7 1) Baik, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD >2 kali pertahun. 2) Cukup, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD 2 kali pertahun. 3) Kurang, apabila kunjungan pemeriksaan gigi ke SD <2 kali pertahun.
Lampiran 7
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
Puskesmas yang tidak ada dokter gigi No: KUESIONER UNTUK UNIT SEKOLAH (GURU ORKES) Nama : Nama Sekolah :
Lokasi sekolah :
Pertanyaan: 1.Apakah Saudara ada melakukan pendidikan kesehatan gigi (penyuluhan) di sekolah ?
a.Ya b. Tidak 1. 2. Apakah Saudara ada melakukan pembinaan kepada dokter kecil yang terpilih di sekolah
a.Ya b. Tidak 2. 3. Apakah Saudara membuat kerjasama dengan petugas kesehatan UKGS (sikat gigi bersama dan memelihara kesehatan lingkungan jajan)?
a.Ya b. Tidak 3 4. Apakah Saudara mengajarkan cara menyikat gigi pada waktu sikat gigi masal kepada murid-murid sekolah?
b. Ya b. Tidak 4. 5. Apakah ada melakukan rujukan ke puskesmas bila menjumpai masalah gigi pada siswa?
b. Ya b. Tidak 5 6. Apakah Saudara ada membantu tenaga kesehatan gigi pada waktu melakukan penjaringan? a. Ya b. Tidak 6 7. Apakah Saudara pernah mendapat pelatihan tentang UKS/UKGS? a. Ya, pernah b. Tidak pernah 7 8. Kriteria: Kategori:
a. Baik (3) bila 6-7 item terlaksana b. Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 8. c. Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
Lampiran 8
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
Puskesmas yang tidak ada dokter gigi ANGKET UNTUK ORANG TUA MURID No:
Nama murid : Nama Ibu : Pendidikan Ibu :
a. Tidak tamat SD/Tidak sekolah b. Tamat SD/SLTP A c. Tamat SLTA/D1 d. Tamat D3/S1/S2
Nama dan lokasi sekolah : Pertanyaan: 1. Apakah Ibu ada mengajari anak menyikat gigi di rumah? a.Ya b. Tidak 1. 2. Apakah Ibu ada mengontrol atau mengawasi anak saudara menyikat gigi di rumah a.Ya b. Tidak 2. 3. Apakah Ibu ada menyediakan dan mengganti sikat gigi anak bila sudah rusak?
a.Ya b. Tidak 3. 4. Apakah Ibu ada menyediakan pasta gigi untuk keluarga di rumah?
a.Ya b. Tidak 4. 5. Apakah Ibu mengawasi jajanan anak?
a.Ya b. Tidak 5. 6. Apakah Ibu melakukan pemeriksaan gigi anak di rumah? a.Ya b. Tidak 6. 7. Apakah Ibu pernah membawa anak ke dokter gigi/ puskesmas bila anak mengalami masalah gigi? a. Ya b. Tidak 7. 5. Kriteria: Kategori:
a) Baik (3) bila 6-7 item terlaksana b) Cukup (2) bila 4-5 item terlaksana 8 c) Kurang (1) bila 1-3 item terlaksana
Lampiran 9
HUBUNGAN FAKTOR MANAJEMEN DAN TENAGA PELAKSANA UKGS DENGAN CAKUPAN PELAYANAN UKGS SERTA STATUS
KESEHATAN GIGI MURID SEKOLAH DASAR DI KAB. ACEH TAMIANG, TAHUN 2009
Puskesmas yang tidak ada dokter gigi Nama murid: Jenis Kelamin:
B. DMFT No.
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan:
0 = gigi sehat D = decayed (lobang) Mi= gigi indikasi cabut Me= gigi sudah dicabut karena alasan lain F = gigi dengan tambalan sempurna/sealant Fd = gigi dengan tambalan dan ada karies primer /sekunder X = gigi belum tumbuh
B. Status Periodontal
6 1 6 6 1 6
Keterangan: 0 = kondisi peridontal sehat 1 = pendarahan, tampak secara langsung atau dengan kaca mulut
setelah perabaan dengan sonde 2 = terdapat karang gigi, diraba dengan sonde terasa adanya
karang gigi
5. D =
6. M (Mi +Me) =
7. F (F + Fd) =
8. DMFT =
5. Σ Sekstan kode 0 =
6. Σ Sekstan kode 1 =
7. Σ Sekstan kode 2 =
Sekstan Sekstan
Lampiran 10
C.OHIS
Indeks debris
6 1 6 6 1 6
Kriteria Penilaian Indeks Oral Debris Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain 1 Debris <1/3 permukaan gigi
Ada extrinsik stain 2 Debris > 1/3 - < 2/3 permukaan gigi 3 Debris > 2/3 permukaan gigi
Indeks kalkulus
6 1 6 6 1 6
Kriteria Pengukuran Indeks Kalkulus
Skor Kriteria
0 Tak ada karang gigi 1 Karang gigi supra gingiva > 1/3
permukaan gigi 2 Karang gigi supra gingiva > 1/3 -< 2/3
permukaan gigi Ada bercak karang gigi sub gingiva yang tidak melingkari leher gigi.
3 Karang gigi supra gingiva >2/3 dari permukaan gigi dan/atau karang gigi sub gingiva yang dengan tidak putus-putus mengelilingi bagian leher gigi.
8. ID = =
9. IK = =
10. OHI =
Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas
Variabel r-tabel r-hitung Alpha Keterangan D 0,361 0,7497 0,8183 Valid dan Reliabel M 0,361 0,8852 0,8018 Valid dan Reliabel F 0,361 0,8143 0,8120 Valid dan Reliabel DMFT 0,361 1,0000 0,8413 Valid dan Reliabel Sekstan 0 0,361 0,7996 0,8995 Valid dan Reliabel Sekstan 1 0,361 0,9242 0,8023 Valid dan Reliabel Sekstan 2 0,361 0,7766 0,9293 Valid dan Reliabel Indeks plak 0,361 0,8387 0,8950 Valid dan Reliabel Indeks kalkulus 0,361 0,8664 0,8388 Valid dan Reliabel Indeks oral hygiene 0,361 0,9997 0,8072 Valid dan Reliabel Manajemen 1 0,632 0,8402 0,8824 Valid dan Reliabel Manajemen 2 0,632 0,7906 0,9000 Valid dan Reliabel Manajemen 3 0,632 0,8402 0,8824 Valid dan Reliabel Operasional 0,632 0,7906 0,9000 Valid dan Reliabel Petugas 1 0,632 0,7003 0,8894 Valid dan Reliabel Petugas 2 0,632 0,6253 0,8959 Valid dan Reliabel Petugas 3 0,632 0,6253 0,8959 Valid dan Reliabel Petugas 4 0,632 0,8882 0,8712 Valid dan Reliabel Petugas 5 0,632 0,6654 0,8926 Valid dan Reliabel Petugas 6 0,632 0,7003 0,8894 Valid dan Reliabel Petugas 7 0,632 0,6654 0,8926 Valid dan Reliabel Petugas 8 0,632 0,6654 0,8926 Valid dan Reliabel Guru 1 0,632 0,8082 0,9097 Valid dan Reliabel Guru 2 0,632 0,7600 0,9147 Valid dan Reliabel Guru 3 0,632 0,7496 0,9160 Valid dan Reliabel Guru 4 0,632 0,7496 0,9160 Valid dan Reliabel Guru 5 0,632 0,7600 0,9147 Valid dan Reliabel Guru 6 0,632 0,8025 0,9102 Valid dan Reliabel Guru 7 0,632 0,7496 0,9160 Valid dan Reliabel Orang tua 1 0,361 0,7058 0,8244 Valid dan Reliabel Orang tua 2 0,361 0,5563 0,8470 Valid dan Reliabel Orang tua 3 0,361 0,7436 0,8256 Valid dan Reliabel Orang tua 4 0,361 0,7236 0,8244 Valid dan Reliabel Orang tua 5 0,361 0,6846 0,8276 Valid dan Reliabel Orang tua 6 0,361 0,5551 0,8470 Valid dan Reliabel Orang tua 7 0,361 0,4566 0,8616 Valid dan Reliabel
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Manajemen Puskesmas ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. M1 .6000 .5164 10.0 2. M2 .8000 .4216 10.0 3. M3 .6000 .5164 10.0 4. OP .8000 .4216 10.0 N of Cases = 10.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 2.8000 2.8444 1.6865 4 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .7000 .6000 .8000 .2000 1.3333 .0133 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .2222 .1778 .2667 .0889 1.5000 .0026 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted M1 2.2000 1.5111 .8402 . .8824 M2 2.0000 1.7778 .7906 . .9000 M3 2.2000 1.5111 .8402 . .8824 OP 2.0000 1.7778 .7906 . .9000 Reliability Coefficients 4 items Alpha = .9167 Standardized item alpha = .9199
Petugas Kesehatan ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. PETUGAS1 .3000 .4830 10.0 2. PETUGAS2 .7000 .4830 10.0 3. PETUGAS3 .7000 .4830 10.0 4. PETUGAS4 .4000 .5164 10.0 5. PETUGAS5 .6000 .5164 10.0 6. PETUGAS6 .3000 .4830 10.0 7. PETUGAS7 .6000 .5164 10.0 8. PETUGAS8 .6000 .5164 10.0 N of Cases = 10.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 4.2000 9.5111 3.0840 8 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .5250 .3000 .7000 .4000 2.3333 .0279 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .2500 .2333 .2667 .0333 1.1429 .0003 Item-total Statistics
Lampiran 15
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted PETUGAS1 3.9000 7.4333 .7003 . .8894 PETUGAS2 3.5000 7.6111 .6253 . .8959 PETUGAS3 3.5000 7.6111 .6253 . .8959 PETUGAS4 3.8000 6.8444 .8882 . .8712 PETUGAS5 3.6000 7.3778 .6654 . .8926 PETUGAS6 3.9000 7.4333 .7003 . .8894 PETUGAS7 3.6000 7.3778 .6654 . .8926 PETUGAS8 3.6000 7.3778 .6654 . .8926 R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients 8 items Alpha = .9025 Standardized item alpha = .9023
Guru Orkes ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. GURU1 .5000 .5270 10.0 2. GURU2 .4000 .5164 10.0 3. GURU3 .8000 .4216 10.0 4. GURU4 .8000 .4216 10.0 5. GURU5 .4000 .5164 10.0 6. GURU6 .6000 .5164 10.0 7. GURU7 .8000 .4216 10.0 N of Cases = 10.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 4.3000 7.7889 2.7909 7 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .6143 .4000 .8000 .4000 2.0000 .0348 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .2302 .1778 .2778 .1000 1.5625 .0024 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted GURU1 3.8000 5.5111 .8082 . .9097 GURU2 3.9000 5.6556 .7600 . .9147 GURU3 3.5000 6.0556 .7496 . .9160 GURU4 3.5000 6.0556 .7496 . .9160 GURU5 3.9000 5.6556 .7600 . .9147 GURU6 3.7000 5.5667 .8025 . .9102 GURU7 3.5000 6.0556 .7496 . .9160 R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients 7 items Alpha = .9253 Standardized item alpha = .9274
Orang Tua ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. ORTU1 .5667 .5040 30.0 2. ORTU2 .5667 .5040 30.0 3. ORTU3 .8333 .3790 30.0 4. ORTU4 .7667 .4302 30.0 5. ORTU5 .5000 .5085 30.0 6. ORTU6 .6000 .4983 30.0 7. ORTU7 .5333 .5074 30.0 N of Cases = 30.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 4.3667 6.0333 2.4563 7 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .6238 .5000 .8333 .3333 1.6667 .0158 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .2287 .1437 .2586 .1149 1.8000 .0021 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted ORTU1 3.8000 4.3034 .7058 .6848 .8244 ORTU2 3.8000 4.5793 .5563 .7465 .8470 ORTU3 3.5333 4.6713 .7436 .7977 .8256 ORTU4 3.6000 4.5241 .7236 .7906 .8244 ORTU5 3.8667 4.3264 .6846 .6119 .8276 ORTU6 3.7667 4.5989 .5551 .4820 .8470 ORTU7 3.8333 4.7644 .4566 .3822 .8616 Reliability Coefficients 7 items Alpha = .8571 Standardized item alpha = .863
Status Kesehatan Gigi Murid DMFT ***** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. D 1.3000 1.0222 30.0 2. M 1.0667 .8683 30.0 3. F .6667 .9223 30.0 4. DMFT 3.0333 2.4563 30.0 N of Cases = 30.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 6.0667 24.1333 4.9126 4 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance
1.5167 .6667 3.0333 2.3667 4.5500 1.0907 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance 2.1707 .7540 6.0333 5.2793 8.0015 6.6457 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted D 4.7667 16.8057 .7497 . .8183 M 5.0000 17.0345 .8852 . .8018 F 5.4000 17.0759 .8143 . .8120 DMFT 3.0333 6.0333 1.0000 . .8413 Reliability Coefficients 4 items Alpha = .8536 Standardized item alpha = .9281
Status Periodontal ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. SEKST0 1.6333 .7184 30.0 2. SEKST1 1.7000 .7022 30.0 3. SEKST2 1.8667 .8193 30.0 N of Cases = 30.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 5.2000 4.3034 2.0745 3 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance 1.7333 1.6333 1.8667 .2333 1.1429 .0144 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .5602 .4931 .6713 .1782 1.3613 .0094 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted SEKST0 3.5667 2.1161 .7996 .7593 .8995 SEKST1 3.5000 1.9828 .9242 .8601 .8023 SEKST2 3.3333 1.8851 .7766 .6914 .9293 Reliability Coefficients 3 items Alpha = .9143 Standardized item alpha = .9187
Indeks Oral Higiene ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases 1. ID 1.1503 .6061 30.0 2. IK .5587 .7135 30.0
3. OHI 1.7037 1.2189 30.0 N of Cases = 30.0
N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables Scale 3.4127 5.9098 2.4310 3 Item Means Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance 1.1376 .5587 1.7037 1.1450 3.0495 .3279 Item Variances Mean Minimum Maximum Range Max/Min Variance .7874 .3673 1.4858 1.1184 4.0450 .3708 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Squared Alpha if Item if Item Total Multiple if Item Deleted Deleted Correlation Correlation Deleted ID 2.2623 3.6107 .8387 .9980 .8950 IK 2.8540 3.1917 .8664 .9985 .8388 OHI 1.7090 1.4696 .9997 .9995 .8072 Reliability Coefficients 3 items Alpha = .9004 Standardized item alpha = .9404