4
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 AgustusDesember 2018 1 ISSN ISSNL 23376686 23383321 HUBUNGAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA USIA PRODUKTIF Jumaini Andriana 1) , Nur Nunu Prihantini 2) dan Fidella Dary Raizza 3) 1) Departement of Anatomy, Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, Jakarta 2) Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, Jakarta 3) Student of Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, Jakarta Email: 1) [email protected], 2) [email protected] PENDAHULUAN Latar belakang dari penelitian ini bahwa obesitas kini menjadi masalah kesehatan publik yang lebih besar dibandingkan kelaparan. Lebih dari 2,1 miliar penduduk dunia atau hampir 30 persen dari populasi global mengalami kelebihan berat badan, dan jumlah tersebut hampir 2,5 kali jumlah orang dewasa dan anakanak yang kekurangan gizi (Freychet L, Rizkalla SW, Desplanque N., 1988:13641366). Orang obesitas cenderung memiliki kadar glukosa darah yang tinggi karena pola makan yang tidak terkontrol. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat berakibat tubuh tidak dapat menyimpan glukosa sehingga terjadi penumpukan glukosa di dalam darah karena insulin tidak mampu mengontrol kelebihan glukosa. Gaya hidup yang tidak sehat adalah salah satu faktor penyebab kadar glukosa darah yang tinggi pada usia produktif. Glukosa darah yang tinggi disertai IMT abnormal merupakan pertanda kemungkinan penyakit metabolik. Karena itu perlu diketahui hubungan antara IMT dengan kadar glukosa darah. Bila berat badan dalam kisaran normal, sirkulasi darah dalam tubuh lebih efektif, level cairan akan lebih mudah di kelola dan penyakit seperti Diabetes Mellitus, jantung, penyakit kanker tertentu tidak akan mudah berkembang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan BB ideal yaitu menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai IMT yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. IMT dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya (Teuku, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar glukosa pada usia produktif karena ini merupakan indikasi seseorang dapat mengalami berbagai macam penyakit metabolik adalah akibat kontrol glukosa darah serta indeks massa tubuh yang abnormal. ABSTRAK: Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu parameter yang paling banyak digunakan dalam menentukan kriteria proporsi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar glukosa pada usia produktif karena ini merupakan indikasi seseorang dapat mengalami berbagai macam penyakit metabolik akibat kontrol glukosa darah serta indeks massa tubuh yang abnormal. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan GDS normal dengan IMT normal sebanyak 26 responden (81.3 %) serta didapatkan bahwa GDS tidak normal terbanyak juga dari kelompok IMT normal sebanyak 6 responden (18.8 %). IMT dinyatakan tidak berhubungan dengan GDS pada responden usia produktif dengan pvalue korelasi usia dan GDS adalah p = 0.537 (p > 0.05) sedangkan pvalue korelasi IMT dan GDS adalah p = 0.203 (p > 0.05). Kata Kunci: Indeks massa tubuh, glukosa darah, usia produktif ABSTRACT : Body Mass Index was found as one of many parameters which have been used to determine body proportion. This study aims to determine the relationship of body mass index (BMI) and glucose levels in the productive age because this is an indication that one may experience a wide variety of metabolic diseases due to control blood glucose and abnormal body mass index. The research method was an observational crossectional. The results shows that GDS normal with normal BMI are 26 respondents (81.3%), and found that the most abnormal GDS is also derived from the normal BMI groups with 6 respondents (18.8%). BMI otherwise unrelated to the productive age’s GDS with pvalue correlation with age and GDS is p = 0.537 (p > 0.05) while pvalue correlation BMI and GDS is p = 0.203 (p > 0.05). Keywords: body mass index, blood glucose, productive age

HUBUNGAN GLUKOSADARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN GLUKOSADARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS …

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20181

ISSNISSN­L

2337­66862338­3321

HUBUNGAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU DENGAN INDEKSMASSA TUBUH PADA USIA PRODUKTIF

Jumaini Andriana1), Nur Nunu Prihantini2) dan Fidella Dary Raizza3)

1) Departement of Anatomy, Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, Jakarta2) Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, Jakarta

3) Student of Faculty of Medicine, Christian University of Indonesia, JakartaE­mail: 1) [email protected], 2) [email protected]

PENDAHULUANLatar belakang dari penelitian ini bahwa obesitas

kini menjadi masalah kesehatan publik yang lebihbesar dibandingkan kelaparan. Lebih dari 2,1 miliarpenduduk dunia atau hampir 30 persen dari populasiglobal mengalami kelebihan berat badan, dan jumlahtersebut hampir 2,5 kali jumlah orang dewasa dananak­anak yang kekurangan gizi (Freychet L,Rizkalla SW, Desplanque N., 1988:1364­1366).Orang obesitas cenderung memiliki kadar glukosadarah yang tinggi karena pola makan yang tidakterkontrol. Kadar glukosa darah yang tinggi dapatberakibat tubuh tidak dapat menyimpan glukosasehingga terjadi penumpukan glukosa di dalam darahkarena insulin tidak mampu mengontrol kelebihanglukosa. Gaya hidup yang tidak sehat adalah salahsatu faktor penyebab kadar glukosa darah yang tinggipada usia produktif.

Glukosa darah yang tinggi disertai IMTabnormal merupakan pertanda kemungkinan penyakitmetabolik. Karena itu perlu diketahui hubungan

antara IMT dengan kadar glukosa darah. Bila beratbadan dalam kisaran normal, sirkulasi darah dalamtubuh lebih efektif, level cairan akan lebih mudah dikelola dan penyakit seperti Diabetes Mellitus,jantung, penyakit kanker tertentu tidak akan mudahberkembang. Salah satu metode yang dapatdigunakan untuk menentukan BB ideal yaitumenggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT).IMT didapat dengan cara membagi berat badan (kg)dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai IMTyang didapat tidak tergantung pada umur dan jeniskelamin. IMT dapat digunakan untuk menentukanseberapa besar seseorang dapat terkena resikopenyakit tertentu yang disebabkan karena beratbadannya (Teuku, 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadarglukosa pada usia produktif karena ini merupakanindikasi seseorang dapat mengalami berbagai macampenyakit metabolik adalah akibat kontrol glukosadarah serta indeks massa tubuh yang abnormal.

ABSTRAK: Indeks Massa Tubuh merupakan salah satu parameter yang paling banyak digunakan dalam menentukan kriteriaproporsi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar glukosa pada usiaproduktif karena ini merupakan indikasi seseorang dapat mengalami berbagai macam penyakit metabolik akibat kontrol glukosadarah serta indeks massa tubuh yang abnormal. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan crosssectional. Hasil penelitian menunjukkan GDS normal dengan IMT normal sebanyak 26 responden (81.3 %) serta didapatkan bahwaGDS tidak normal terbanyak juga dari kelompok IMT normal sebanyak 6 responden (18.8 %). IMT dinyatakan tidak berhubungandengan GDS pada responden usia produktif dengan p­value korelasi usia dan GDS adalah p = 0.537 (p > 0.05) sedangkan p­valuekorelasi IMT dan GDS adalah p = 0.203 (p > 0.05).

Kata Kunci: Indeks massa tubuh, glukosa darah, usia produktif

ABSTRACT: Body Mass Index was found as one of many parameters which have been used to determine body proportion. This studyaims to determine the relationship of body mass index (BMI) and glucose levels in the productive age because this is an indicationthat one may experience a wide variety of metabolic diseases due to control blood glucose and abnormal body mass index. Theresearch method was an observational crossectional. The results shows that GDS normal with normal BMI are 26 respondents(81.3%), and found that the most abnormal GDS is also derived from the normal BMI groups with 6 respondents (18.8%). BMIotherwise unrelated to the productive age’s GDS with p­value correlation with age and GDS is p = 0.537 (p > 0.05) while p­valuecorrelation BMI and GDS is p = 0.203 (p > 0.05).

Keywords: body mass index, blood glucose, productive age

Page 2: HUBUNGAN GLUKOSADARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS …

Jumaini Andriana, Nur NunuPrihantini dan Fidella Dary Raizza1 ­ 7

Hubungan Glukosa Darah SewaktuDengan Indeks Massa Tubuh Pada

Usia Produktif

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20182

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini adalah penelitian observasional

dengan pendekatan cross sectional untuk memulaihubungan antara IMT dengan kadar glukosa darah.Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah BintaroJakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalahlaki­laki dan perempuan usia produktif 26­64 tahun.Populasi terjangkau adalah usia 41­60 tahun. Besarsampel dihitung dengan formula berikut(Notoatmojo, 2012):

Keterangan :n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi.

Perhitungan tersebut didapat jumlah minimumsampel yang diteliti sebesar 64 orang. Pengambilansampel di lakukan di gereja Bintaro Jakarta dari bulanNovember 2015 hingga Januari 2016.

Subjek penelitian adalah perempuan dan laki­lakiusia produktif yaitu dalam rentang usia 26­64 tahun.Subyek penelitian telah menyetujui untuk dijadikanobjek penelitian guna kepentingan ilmiah yangdisampaikan pada saat pengambilan sampel darahsecara tertulis. Dalam penelitian ini teknikpengambilan sampel darah perifer yang di lakukan diJakarta. Pengukuran IMT menggunakan rumus beratbadan (Kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2)dan penilaian kadar glukosa darah dilakukan denganpengambilan darah kapiler sewaktu. Klasifikasi IMTmenggunakan kriteria World Health Organization(WHO) (Gaw, 2012).

Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadarglukosa darah dilakukan menggunakan pengukurNesco (Nesco asal Amerika). Untuk mengukur tinggibadan digunakan alat ukur tinggi badan Stature 2m(sature asal china). Alat pengukur berat badan (GEA­mechanical personal scale) serta formulir isiandisertai dengan tanda tangan persetujuan responden.

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian (n=64)

Jumlah subyek penelitian laki–laki sebanyak 32orang (50%) sedangkan perempuan 32 subyek.Sehingga jumlah keseluruhan adalah sebanyak 64orang. Subyek penelitian ini adalah orang yangberusia 26­64 tahun, sebagian besar berada padarentang umur 41­60 tahun yaitu sebanyak 41 orang(76%).

Dari data yang diperoleh berdasarkan IMTdidapatkan sekitar 53.1% dari responden masukdalam kategori IMT normal, sedangkan IMT dengankategori kurus dan obesitas memiliki nilai yang samayaitu sebesar 10.9%. IMT kategori kurus (< 18.5) dankategori obesitas (≥ 30) masing­masing sebanyaktujuh subyek (10.9%), subyek dengan IMT kategorinormal adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 34subyek (53.1%) kemudian diikuti jumlah subyekpenelitian terbanyak kedua yang dikategorikansebagai pre­obesitas yaitu sebanyak 16 subyek (25%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Glukosa DarahGlukosa merupakan molekul yang sangat penting

terutama bagi eritrosit dan sel saraf otak. Karena sel­sel tersebut tidak dapat menggunakan molekul lainsebagai sumber energi. Metabolisme glukosa sangatpenting untuk fungsi fisiologis normal. Glukosabertindak sebagai sumber energi dan sebagai sumberbahan awal hampir semua jenis reaksi biosintesis.Otak menggunakan sekitar 120 gram glukosa dalamsehari: 60­70% dari total metabolisme glukosa dalamtubuh. Otak hanya menyimpan sedikit cadanganglukosa dan tidak mempunyai tempat cadangan lagi.Fungsi otak menjadi semakin serius ketika kadarglukosa pada otak telah mencapai penurunan hinggadibawah 40 mg/dL. Kadar glukosa yang terlihatmenurun secara signifikan dapat menyebabkankerusakan permanen bahkan kematian.

Selain memenuhi kebutuhan energi bagi otak daneritrosit, glukosa juga merupakan satu­satunyamolekul penghasil energi bagi otot dalam keadaananaerob. Glukosa adalah bentuk sederhana dari gulaatau biasa disebut monosakarida. Tubuh kitamemproduksinya dari protein, lemak dan palingbanyak berasal dari karbohidrat. Selama prosespencernaan, molekul nutrient besar (makromolekul)diuraikan menjadi subunit­subunit yang lebih kecildan dapat diserap sebagai berikut: protein diubah

Page 3: HUBUNGAN GLUKOSADARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS …

Jumaini Andriana, Nur NunuPrihantini dan Fidella Dary Raizza1 ­ 7

Hubungan Glukosa Darah SewaktuDengan Indeks Massa Tubuh Pada

Usia Produktif

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20183

menjadi asam amino, karbohidrat kompleks menjadimonosakarida (terutama glukosa), dan trigliserida(lemak makanan) menjadi monogliserida dan asamlemak bebas. Unit­unit yang diserap ini dipindahkandari lumen saluran cerna ke dalam darah, baiklangsung atau melalui pembuluh limfe (Sherwood,2009). Amilum langsung membentuk glukosa,sementara fruktosa (dari sukrosa dalam diet) dangalaktosa (dari laktosa dalam diet) diserap dandikonversi menjadi glukosa didalam hati (Gaw,2012). Glukosa adalah monosakarida paling dominan,merupakan bahan bakar pemasok energi bagi ototrangka pada keadaan anaerob. Glukosa merupakanprekursor untuk sintesis bermacam­macam senyawakhusus yang bermanfaat untuk metabolisme tubuhmisalnya laktosa. Dalam jangka panjang, sebagianbesar jaringan juga memerlukan glukosa untuk fungsilain misalnya membentuk gugus ribosa padanukleotida atau bagian karbohidrat pada glikoprotein(Murray, 2006).

Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian BerdasarkanGlukosa Darah Sewaktu

Berdasarkan Tabel 2 diatas, Glukosa DarahSewaktu (GDS) digolongkan menjadi 2 bagian: 1)GDS normal apabila konsentrasi kadar glukosa darahpada seseorang yang bukan penderita diabetes beradapada kisaran 3.5­7.8 mmol/L atau setara dengan 63­140.4 mg/dL, dan 2) GDS tidak normal apabila GDSsubyek dinyatakan dalam kisaran < 63 atau > 140,4mg/dL. Subyek dengan GDS normal sebanyak 54subyek (84,37 %) dan subyek dengan GDS tidaknormal sebanyak 10 subyek (15,62%) denganketerangan didapatkan GDS tidak normal yaitu GDS> 140,4 mg/dl sebanyak sembilan subyek, dan GDSabnormal yaitu GDS < 63 mg/dL sebanyak 1 subyek.

Analisis Korelasi

Tabel 3. Hubungan Usia Produktif (26­64 tahun)dengan kadar GDS

Berdasarkan Tabel 3 diatas, pada kelompok usia41­60 tahun didapatkan hasil GDS normal palingtinggi yakni dari 35 subyek 85.36 %.

Tabel 4. Hubungan Indeks Massa Tubuh denganKadar Glukosa Darah Sewaktu

Pada Tabel 4 terlihat, GDS normal dengan IMTnormal didapatkan pada 26 subyek (81.3 %) dan GDSabnormal terbanyak di temukan pada kelompok IMTnormal yakni sebanyak enam subyek (18.8 %).

Tabel 5. Hasil Uji Spearman's

Berdasarkan Tabel 5, dengan melihat nilaisignifikan diperoleh bahwa tidak ada korelasi antaraIMT dengan kadar glukosa darah sewaktu p (p =0.537, p > 0.05) sedangkan nilai p korelasi IMT danGDS adalah p = 0.203 (p > 0.05).

Hubungan antara GDS dengan Indeks MassaTubuh

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwatidak terdapat korelasi antara GDS dengan IMT padausia produktif yang diuji. Secara klinis jika seseorangmengalami kelebihan berat badan maka kadar leptindalam tubuh akan meningkat. Hormon leptinberhubungan dengan gen obesitas. Jika kadar leptindalam plasma meningkat maka akan terjadipeningkatan berat badan. Leptin bekerja pada sistemsaraf perifer dan pusat. Leptin akan menghambatambilan glukosa. Sehingga mengalami peningkatankadar gula dalam darah. Data hasil analisis diperolehsubyek penelitian dengan IMT > 30 kg/m2 tidakdisertai dengan adanya kadar glukosa darah sewaktuyang tinggi, dan terlihat bahwa usia juga tidakmempengaruhi kadar glukosa darah sewaktu yangtinggi ataupun IMT > 30 kg/m2 ataupun IMT < 18,5kg/m2.

Diseluruh dunia proporsi indeks massa tubuh(Body Mass Index/BMI) orang dewasa meningkatpada periode 1980­2013 dari 28,8 persen menjadi

Page 4: HUBUNGAN GLUKOSADARAH SEWAKTU DENGAN INDEKS …

Jumaini Andriana, Nur NunuPrihantini dan Fidella Dary Raizza1 ­ 7

Hubungan Glukosa Darah SewaktuDengan Indeks Massa Tubuh Pada

Usia Produktif

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 5 Nomor 1 Agustus­Desember 20184

36,9 persen untuk laki­laki dan dari 29,8 persenmenjadi 38 persen untuk perempuan. Nilai normalindeks massa tubuh antara 18,5 Kg/m2 dan 25 Kg/m2.(Freychet L, Rizkalla SW, Desplanque N.1988:1364­1366). Menurut Purwati (1998) menunjukkan adanyahubungan antara IMT dengan terjadinya peningkatangula darah pada DM tipe 2. IMT tinggi mempunyai 2kali lebih besar untuk terkena DM tipe 2dibandingkan dengan IMT rendah.

Kondisi obesitas tidak selalu memiliki kadarglukosa darah sewaktu yang tinggi. MenurutSustriani (2004) dikutip dari Witasari dkk (2009)mengatakan bahwa tingkat gula darah tergantungpada kegiatan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjaradrenal yaitu adrenalin dan kortikosteroid. Adrenalinakan memacu kenaikan kebutuhan gula darah, dankortikosteroid akan menurunkannya kembali. IMTdapat menjadi salah satu acuan untuk menentukanresiko seseorang terhadap kemungkinan mengidapsuatu penyakit metabolik. Berat badan kurang dapatmeningkatkan resiko terhadap suatu penyakit infeksi,sedangkan berat badan lebih akan meningkatkanresiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,mempertahankan berat badan normal memungkinkanseseorang dapat mencapai usia harapan hidup yanglebih panjang (Sherwood, 2009:776­9).

PENUTUP

KesimpulanRata­rata subyek penelitian yang mengalami

obesitas terkait dengan usia yang semakin bertambahmemiliki prevalensi 53,1% masuk kedalam kategoriIMT normal. Prevalensi 10,9% yang masuk kedalamkategori obesitas. GDS tidak normal didapatkan padausia 41­60 tahun dengan prevalensi 14.63%. IMTdinyatakan tidak berhubungan dengan GDS padasubyek usia produktif dengan nilai p korelasi usia danGDS adalah p = 0,537 (p > 0,05) sedangkan nilai pkorelasi IMT dan GDS adalah p = 0,203 (p > 0,05).

Saran­SaranUntuk usia produktif hendaknya menjaga pola

makan, selalu berolah raga rutin guna menjagakesehatan. Mengurangi stress yang sering berakibatbagi peningkatan kadar glukosa dalam darah.

DAFTAR PUSTAKAD’adamo, Peter, J. Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah.

Yogyakarta: Delapratasa. 2008Freychet L, Rizkalla SW, Desplanque N, Basdevant Zirinis P,

Tchobroutsky G, Slama G. Effect of intranasal glucagon onblood glucose levels in healthy subjects and hypoglycaemicpatients with insulin­dependent diabetes. Lancet 1:1364–1366, 1988.

Gaw, Allan; Murphy J,Michael; Cowan,A Robert; O’Reilly, St.Denis; Stewart,J. Michael; Shepherd, James. BiokimiaKlinis. Edisi 4. Jakarta: Elsevier; 2012:60

H. Teuku : Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan JumlahCirculatting Cell (Jurnal Kedokteran Syiah Kuala) Volume14 Nomor 1 April 2014

Indonesia­investment. Penduduk Indonesia. Diunduh darihttp://www.indonesia­investments.com/id/budaya/demografi/item67, 5 Januari2016.

Murray,Robert K; Granner,Daryl K; Rodwell,Victor W: BiokimiaHarper. Edisi 27. EGC. Jakarta. 2006:179­81.

Mayes, Peter A, Granner, Daryl K, Rodwell,Victor W, Martin,David W Jr. Biokimia Harper. Edisi 26. Jakarta: EGC;2009:295­6

Myers SR, Diamond MP, Adkins­Marshall BA, Williams PE,Stinsen R, and Cherrington AD. Effects of small changes inglucagon on glucose production during a euglycemic,hyperinsulinemic clamp. Metabolism 40: 66–71, 1991.

Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta. 2012.

Purnawati, Lies. Hubungan IMT dengan Kejadian DiabetesMellitus tidak tergantung insulin pada Pasien Rawat Jalan diUPN Cipto magunkusumo pada tahun 1998.UniversitasIndonesia. Tesis.

Sherwood, L. Fisiologi Manusia. Edisi 6. EGC. Jakarta.2009:776­9

Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini.Dalam Soegondo S dkk (eds), Penatalaksanaan DiabetesMellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.

Supariasa, I.D.N, Bakri, B, Fajar, I. Penilaian Status Gizi.Penerbit Buku EGC. Jakarta. 2001.

World Health Organization. BMI Classification. Diunduh darihttp://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html,28 November 2015.

Witasari.U, Setianingrum.R, Siti.Z.Hubungan TingkatPengetahuan Asupan Karbohidrat dan Serat denganPengendalian Kadar Glukosa Darah pada PenderitaDiabetes Mellitus tipe 2.Jurnal penelitian Sains danTeknologi Vol.10 No.2,2009:130­138 Program Studi GiziFakultas Kesehatan Universitas MuhamadiyahSurakarta,2009