42
HUBUNGAN KEBIASAAN JAJAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PADA USIA SEKOLAH DI SDN BIBIS KASIHAN BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.YANI YOGYAKARTA DISUSUN OLEH : UKI LUTFI PAMUNGKAS NPM: 2213125 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN KEBIASAAN JAJAN ANAK DENGAN STATUS …repository.unjaya.ac.id/2105/2/UKI LUTFI PAMUNGKAS_2213125_pisah.pdf · Faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan anak diantaranya lingkungan,

  • Upload
    ledung

  • View
    243

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN KEBIASAAN JAJAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK

PADA USIA SEKOLAH DI SDN BIBIS KASIHAN

BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES A.YANI YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

UKI LUTFI PAMUNGKAS

NPM: 2213125

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2017

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha pengasih

atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Jajan Anak Dengan Status Gizi Anak

Pada Usia Sekolah Di SDN Bibis, Kasihan, Bantul” dalam rangka memnuhi

sabagai syarat memperoleh gelar kesarjanaan jenjang serata 1 pada Program Studi

Ilmu Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani. Dalam penyusunan skripsi telah

banyak mendapatkan arahan, bimbingan dan bantuan. Oleh karena itu, dengan

segala ketulusan hati penelitip mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kuswanto Hardjo, dr.,M.Kes selaku ketua Stikes A. Yani Yogyakarta.

2. Tetra Santika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.,MB sekalu Ketua Prodi Ilmu

Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta.

3. Masta Hutasoit M.Kep selaku dosen pembimbing, pemberi saran dan

diskusinya.

4. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns.,MPH selaku penguji yang telah memberikan

masukan dan saran bagi penulis dalam penyusun skripsi.

5. Kepala sekolah SDN Bibis, Kasihan, Bantul yang telah memberikan izin

untuk studi pendahuluan.

6. Kedua orang tuayang selalu mendukung dan memotivasi dalam

mengerjakan skripsi.

7. Rekan-rekan mahasiswa Stikes Jendral Achmad Yani angkatan 2013

8. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi.

Semoga tuhan yang maha pengasih memberikan balasan yang berlipat dan

menyertai kita semua. Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, April 2017

Penulis

Uki Lutfi Pamungkas

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................ 1

B. Rumusan masalah .................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................. 5

E. Keaslian Penelitian ............................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka .................................................... 9

B. Landasan Teori ...................................................... 21

C. Kerangka Teori ...................................................... 23

D. Kerangka Konsep ................................................... 24

E. Hipotesis ............................................................... 24

BAB III METODEPENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian ...................................... 25

B. Lokasi dan Waktu ......................................................... 25

C. Populasi dan Sampel ..................................................... 25

D. Variabel Penelitian ........................................................ 27

E. Definisi Operasional ..................................................... 28

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................ 29

G. Validitas dan Reabilitas ................................................ 31

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................... 33

I. Etika Penelitian ............................................................. 35

J. Pelaksanaan Penelitian ................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................... 39

B. Pembahasan ......................................................................... 43

C. Keterbatasan Peneliti ........................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 50

B. Saran .................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 7

3.1 Definisi Operasional................................................................................... 29

3.2 Tabel Koefisien Kontingensi...................................................................... 37

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Uang Saku

di SDN Bibis Kasihan, Bantul, Yogyakarta .............................................. 40

4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orangtua Murid di SDN Bibis

Kasihan, Bantul, Yogyakarta .......................................................................... 40

4.2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Responden

di SDN Bibis Kasihan Bantul ................................................................... 41

4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Di SDN Bibis Kasihan Bantul ............... 42

4.4 Distribusi Frekuensi Crosstab Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi

Responden Di SDN Bibis Kasihan Bantul ............................................... 42

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 24

2.2 Kerangka Konsep ....................................................................................... 25

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi

Lampiran 2 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 3 Form Data Demografi

Lampiran 4 Form Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Data Uji Valid

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

Lampiran 7 Data Demografi Responden

Lampiran 8 Data Kuesioner Hasil Penelitian

Lampiran 9 Tabulasi Data Kebiasaan Jajan

Lampiran 10 Hasil Univariat Dan Bivariat

Lampiran 11 Surat Izin Studi Pendahuluan SDN Bibis Kasihan Bantul

Lampiran 12 Surat Izin Uji Vallidtas

Lampiran 13 Surat Keterangan Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 14 Surat Izin Penelitian

Lampiran 15 Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak

Lampiran 16 Lembar Bimbingan Penyusunan Skripsi

8

HUBUNGAN KEBIASAAN JAJAN ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK

PADA USIA SEKOLAH DI SD BIBIS, KASIHAN, BANTUL

Uki Lutfi Pamungkas1, Masta Hutasoit2

INTISARI

Latar Belakang: Masalah status gizi yang dialami pada anak usia sekolah yaitu

anak memiliki status gizi obesitas, gemuk, kurus. Anak usia sekolah mayoritas

memiliki kebiasaan jajan di lingkungan sekolah ataupun diluar jam sekolah untuk

pemenuhan energi yang dibutuhkan. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan

anak diantaranya lingkungan, uang saku, teman sebaya, dan orang tua.

Tujuan: Diketahui hubungan kebiasaan jajan anak dengan status gizi anak pada

usia sekolah di SD Sembungan Bantul.

Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan

sampel berjumlah 73 responden. Instrumen penelitian dengan alat ukur kuesioner

kebiasaan jajan dan pengukuran antopometri dengan timbangan pijak dan

mikrotoa. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Spearman rank.

Hasil: Anak di SDN Bibis memiliki kebiasaan jajan 78,1% dimana mayoritas

uang saku sekitar Rp. 3000-Rp. 5000 sebanyak 76,7%. status gizi anak mayoritas

normal sebanyak 61,6%. Hasil uji spearman rank diperoleh nilai p value sebesar

0,036 (p<0,05) dan nilai koefisen kontingensi sebesar 0,246 dengan nilai keeratan

rendah dalam rentang 0,20-0,399.

Kesimpulan: Ada hubungan kebiasaan jajan anak dengan status gizi anak pada

usia sekolah di SD Bibis Kasihan, Bantul dengan tingkat keeratan hubungan

rendah.

Kata Kunci : Kebiasaan Jajan, Status Gizi, Anak Usia Sekolah.

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

9

THE CORRELATION OF CHILDERN WITH NUTRITION STATUS

CHILDREN IN SCHOOL AGE IN SDN BIBIS KASIHAN BANTUL

Uki Lutfi Pamungkas1, Masta Hutasoit2

ABSTRACT

Background : Nutritional ststus problem experienced by school-age children are

obese, fat, thin. Most school-aged children have habit of snacking in the school

enveroment or outside school hour for the required energy fulfiltime. Factor that

energy children’s snack habits such as enveroment, pocket money, peer, parents.

The Research Purpose: To know the correlation of children snack habits with

nutritional ststus of children at schol age in SDN Bibis Kasihan Bantul.

The Research Method : This research type is descriptive corelation with cross

sectional approach. The samplling technique using purpsive sampling with the

sample amounted to 73 respondents. Research instrumen with measurement tol of

habitual snack habits and antopometric measurement with pig foot and microto

scale. The reasults were analyzed by spearman rank corelation test.

The Research Results : Children in SDN Bibis have a habit of snacking 100%

where the majority of allowance around Rp. 3000-Rp. 5000 as much as 76,7%.

Nutritional ststus of children of normal majority as much as 76,6%. Spearman

rank result obtained ρ-value of 0,036 (ρ<0,05) and level of close relationship.

Keywords : Pocket Habit, Nutritional Status, School-Age Children.

1Students Of Nursing Studies Program Stikes General Achmad Yani Yogyakarta 2Students Of Nursing Science Program Stikes General Achmad Yani Yogyakarta

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) cenderung melakukan banyak aktifitas

seperti bermain belajar dan olahraga. Anak harus diberikan makanan dengan gizi

yang seimbang untuk mendukung aktivitas yang tinggi dan meningkatkan kekebalan

tubuh. Gizi yang dibutuhkan oleh anak yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral (Denny & Ana, 2012). Semua asupan gizi anak harus diperhatikan, karena

penting untuk mendukung aktivitas mereka. Asupan nutrisi bukan hanya makanan di

rumah tetapi juga termasuk makanan diluar rumah seperti jajanan (Sarman, 2015).

Jajanan anak adalah hal yang tidak mudah untuk diawasi. Anak cenderung

memakan jenis makanan atau jajanan yang tidak baik di sekolah atau lingkungannya,

karena anak sudah mulai berinteraksi dengan orang lain atau teman teman sebayanya

(Denny & Ana, 2012). Jajanan anak sekolah menyumbang sekitar 20% dari kalori

yang dibutuhkan. Jajanan menurut FAO (Food and Agricultural Organization) yang

biasa disebut food street adalah makanan atau minuman yang di jual dan dihidangkan

oleh pedagang kaki lima di jalanan di tempat umum yang dapat dikonsumsi langsung

tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Food and Agricultural Organization,

2009).

Status gizi anak adalah status makanan yang dapat diterima dan dimanfaatkan

oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi, aktivitas fisik dan tumbuh kembang

anak. Zat gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah beberapa diantaranya karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral (Indarti & Murdijati, 2014). Angka kebutuhan

gizi pada anak usia 7-9 tahun dengan berat badan 27 kg dan tinggi badan 130 cm

adalah energi dan protein yang dibutuhkan 1850 kkal serta 49 g. Sedangkan pada

anak usia 10-12 tahun energi dan protein yang dibutuhkan berbeda yaitu anak laki-

laki dengan ideal berat badan 34 kg dan tinggi badan 142 cm kebutuhan energi 2100

kkal serta proteinnya 56 gr, untuk anak perempuan dengan berat badan ideal 36 dan

11

tinggi badan ideal 145 sedangkan kebutuhan energi 2000 kkal dan protein 60 gr

(Departemen Kesehatan Gizi, 2013).

Berdasarkan penelitian oleh The National Health And Nutrition Examination

Survey (NHANES) tahun 2015 di United States anak sekolah setiap harinya 40% tidak

makan sayur kecuali kentang dan saos tomat, 20% tidak makan buah. Anak usia 2-11

tahun jarang mengkonsumsi jajanan cepat saji di banding dengan anak usia 12-19

tahun. Anak-anak yang mengkonsumsi jajanan berakibat nafsu makan yang kurang

dan mengalami masalah pada gizinya yaitu 12,2% anak mengalami berat badan

kurang, 11,4% anak mengalami berat badan lebih dan 14,6% anak mengalami

obesitas (Centers for Diseases Control, 2015).

United States membuat program tahun 2016 USDA’s (The United States

Departement Of Agriculture) tentang jajanan anak sekolah yaitu sekolahan

memberikan sarapan pagi, makan siang, dan pemberian susu, serta mengajak

partisipasi ibu dalam pemberian makan atau jajan setelah pulang sekolah sesuai

komponen yang telah ditentukan. Pemerintahan Indonesia juga memperhatikan

pangan/ jajan anak yang tertuang pada Undang-Undang RI No.18 tahun 2012 yaitu,

“Pangan yang merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai pemenuhan hak asasi

setiap rakyat. Jaminan atas keamanan, mutu dan gizi pangan. Salah satu jenis pangan

yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun dari pihak sekolah adalah

jajanan anak sekolah karena memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan

pemeliharaan ketahanan belajar anak di sekolah” (Undang-UndangRepublik

Indonesia, 2012).

Berdasarkan pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI situasi pangan

jajanan anak sekolah (PJAS) di Indonesia pada tahun 2014 terdapat penurunan.

Penurunan presentase kualitas PJAS (pangan jajan anak sekolah) yang menemuhi

syarat sekitar 76,82% dengan target pencapaian 90% (Infodatin RI, 2014).

Berdasarkan penelitian Noviani (2016) di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta

menunjukan bahwa 100% anak membeli jajan pada saat sekolah dengan presentase

49,2% anak sering jajan (≥2x jajan) dan 50,8% anak tidak sering jajan (≤2x jajan).

12

Setiap anak memiliki uang jajan berkisar <Rp.5000 - >10.000 (Kurnia, 2016).

Selanjutnya penelitian oleh Januar (2014) di SD Negeri Telogo Bantul Yogyakarta

menunjukkan bahwa 100% anak membeli jajan pada saat istirahat dan 50% membeli

jajan pada saat pulang sekolah. Setiap anak menghabiskan uang jajan berkisar antara

Rp.1000 - Rp. 5000. Jajanan yang di pilih adalah roti, makanan kemasan yang

menarik, makanan tradisional, es cendol, dan gorengan. Anak-anak SD sebagian

besar belum memperhatikan tanggal kadaluarsa pada makanan saat membeli makanan

kemasan (Zulfi, 2014).

Jenis jajanan yang biasa dijajakan di sekolah diantaranya makanan utama

berupa soto, gado-gado, lontong isi sayur bakso dan lain-lain. Jajanan cemilan

biasanya gorengan jelly, biskuit keripik, permen, dan lain-lain. Jajanan minuman

yaitu es doger, es serut, minuman kemasan seperti teh, sari buah (Badan POM RI,

2013). Pada saat anak usia anak sekolah cenderung makan atau jajan sesuai dengan

keinginan dan terpengaruh dari beberapa faktor diantaranya lingkungan, uang saku,

teman sebaya, dan orang tua (More, 2014). Menurut penelitian (Robert, 2014)

terdapat hubungan antara kebiasaan jajan anak terhadap pengetahuan, sarapan pagi,

kebiasaan membawa bekal makanan dan besarnya uang saku yang diberikan dari

orang tua.

Jajanan tidak selamanya baik untuk dikonsumsi. Salah satu masalah dari

jajanan anak adalah kasus keracunan makanan atau jajanan di lingkungan sekolah

dasar lebih tinggi dibanding dengan jenjang pendidikan yang lain. 60% kasus

keracunan jajanan dikarenakan mikroba, bahan kimia (formalin, rhodamin B), dan

benda asing (fisik) seperti kuku, rambut, staples yang masuk dalam makanan dan

peralatannya (PDPERSI, 2013). Efek yang berdampak buruk dari mengkonsumsi

makanan salah satunya adalah food born illness yang disebabkan olah makanan dan

minuman yang sudah terkontaminasi oleh kuman. Tanda gejala yang muncul antara

lain diare, muntah, nyeri perut, kembung dan demam (www.organisasi.org, 2015)

Negara maju upaya untuk perbaikan gizi anak di sekolah melibatkan peran

sekolah dan orangtua untuk mengawasi penjualan makanan dan memberikan school

13

feeding atau makan siang dari rumah bahkan membuat warung makan sehat di kantin

sekolah (Hariyani,2011). Sedangkan, di negara berkembang salah satunya Indonesia

mempunyai program PMT-AS (Penyedia Makanan Tambahan-Anak Sekolah) yaitu

sekolahan memberikan snack sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan

pendidikan, kesehatan dan gizi anak sekolah (Analytical And Capacity Development

Partnership, 2013).

Studi pendahuluan pada tanggal 11 Januari - 24 juli 2017 di SD daerah Bantul

dengan jumlah siswa yaitu sekitar 75498 siswa (www.pendidikan-diy.go.id, 2016).

Peneliti melakukan survei lokasi dan wawancara di lingkungan sekolah serta

beberapa anak-anak di sekolah. Dari hasil pengamatan terhadap beberapa sekolah SD

di Bantul terdapat 4 kriteria yaitu 28,5% gerbang sekolah terbuka dan anak-anak

membeli jajan, 28,5% gerbang sekolah dengan terbuka tetapi anak tidak membeli

jajan, 14,3% gerbang tertutup anak membeli jajan lewat pagar, dan 28% gerbang

tertutup anak tidak membeli jajan di luar sekolah. 28,5% gerbang terbuka dan anak-

anak membeli jajan diluar sekolah terdapat satu sekolah dengan intensitas penjual dan

anak membeli jajan lebih banyak, uang saku yang di dapat dari orangtua berkisar

antara Rp. 2000-Rp. 5000, terdapat anak yang gemuk, kurus dan sedang. Kebiaasaan

orangtua dalam memberikan uang saku kepada anak agar lebih praktis serta, kadang

anak malas untuk membawa bekal makanan dari rumah. Kebiasaan orang tua dalam

memasak pada orangtua yaitu terdapat 70% orang tua belum selesai memasak pada

pagi hari sebelum anak berangkat sekolah dan terdapat 30% orang tua yang sudah

selesai memasak pada pagi hari sebelum anak berangkat sekolah sehingga anak bisa

sarapan pagi. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan antara Kebiasaan Jajan Anak di Sekolah dengan Status

Gizi Anak Usia Sekolah SDN Bibis Kasihan Bantul”.

14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah Ada Hubungan Kebiasaan Jajan Anak Di Sekolah Dengan Status

Gizi Anak Pada Usia Sekolah Di SDN Bibis Kasihan Bantul?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan kebiasaan jajan anak dengan status gizi anak pada usia

sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kebiasaan jajan anak di SDN Bibis Kasihan Bantul.

b. Diketahui status gizi anak pada usia sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul.

c. Diketahui keeratan hubungan kebiasaan jajan anak dengan status gizi anak pada

usia sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan anak

khusunya yang berkaitan kebiasaan jajan anak sekolah dan status gizi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah Dasar Bibis Kasihan Bantul

1) Memberikan informasi tentang status gizi anak Di SDN Bibis Kasihan

Bantul.

2) Memberikan informasi tentang hubungan kebiasaan jajan anak dengan status

gizi anak di SDN Bibis Kasihan Bantul.

15

3) Penelitian ini dapat menjadikan bahan informasi bagi pihak sekolah dalam

mendidik siswa untuk berprilaku jajan yang baik dengan menyediakan

makanan yang sehat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian dapat melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi status gizi

pada anak.

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian adalah hasil-hasil dari penelitian lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti. Tujuan dari penulisan keaslian penelitian yaitu untuk

memperluas pengetahuan peneliti serta menghindari penggulangan penelitian dari

peneliti sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 1.1Keaslian Penelitian

No Judul peneliti Metode Hasil Perbedaan Persamaan

1

1

Januar (2014)

Prilaku jajan

anak usia

sekolah di SD

Negeri Telogo

Kasihan

Bantul

Yogyakarta.

Kuantitatif

dengan

pendekatan

diskriptif survey

dengan 36

responden

berusia 10-13

tahun, sampel

yang digunakan

adalah purposive

sampling.

Dari hasil

penelitian Januar

adalah 100%

jajan pada saat

jam istirahat dan

50% jajan pada

saat pulang

sekolah. 86,1%

suka jajan roti

tetapi 80,6%

tidak

memperhatikan

tanggal

kadaluarsa yang

tertera disetiap

bungkus.makana

n. Dari segi

tempat yang

dipilih untuk

tempat jajan

94,4% memilih

di tempat yang

bersih dan 86,1%

memilih jajan

Terdapat perbedaan

pada variabel

penelitian yaitu

menggunakan satu

vaiabel pada

penelitian tersebut.

Metode yang

digunakan sama-

sama mengunakan

cross sectional

Pengambilan

sample :

purposive

sampling

16

No Judul Peneliti Metode Hasil Perbedaan Persamaan

dilingkungan

sekolah atau di

kantin sekolah.

2 Putra (2012)

Hubungan

antara tingkat

pengetahuan

demam tifoid

ibu tentang

terhadap

kebiasaan

jajan anak

sekolah dasar.

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan

observasional

analitik dengan

desain cross

sectional study

dengan 24

responden ibu

yang memiliki

anak sekolah di

wilayah endemik

tifoid. Sampel

yang digunakan

adalah purposive

sampling.

Dari hasil

penelitian Putra

adalah terdapat

hubunngan yang

bermakna antara

tingkat tentang

demam tifoid

terhadap

pengetahuan ibu

kebiasaan jajan

anak sekolah

dasar dengan

hasil penelitian ρ

0,017 (ρ<0,005).

Terdapat perbedaan

pada variabel bebas

dan terikat yaitu:

Variabel bebas

(pengetahuan ibu

tentang demam

tifoid), Variabel

terikat (kebiasaan

jajan anak).

Terdapat perbedaan

pada pengambilan

sample yaitu

menggunakan 2

jenis sampling yaitu

ibu dari orang tua/

wali murid dan

anak sekolah dasar.

Terdapat

persamaan pada

metode penelitian

yaitu cross

sectional.

Terdapat

persamaan pada

pengambilan

sample yaitu

purposive

sampling.

3

3

Noviani

(2016)

Kebiasaan

jajan dan pola

makan serta

hubungannya

dengan status

gizi anak usia

sekolah di SD

Sonosewu

Bantul

Yogyakarta.

Observasi

dengan

rancangan cross

sectional dengan

160 responden

kelas 3,4,5.

Sampel yang

digunakan

adalah 160

sampel dengan

tabel bilangan

random.

Dari hasil

penelitian

Noviani adalah

tidak ada

hubungan antara

kebiasaan jajan

dengan status

gizi dengan hasil

penelitian ρ

0,781 (ρ>0,005)

dan ada

hubungan antara

pola makan

dengan status

gizi dengan ρ

0,008 (ρ<0,005)

Terdapat perbedaan

pada variabel bebas

yaitu kebiasaan

jajan dan pola

makan

Terdapat perbedaan

pada pengambilan

sample yaitu

menggunakan

bilangan random

Terdapat

persamaan pada

metode penelitian

yaitu cross

sectional.

Terdapat

persamaan

variabel terikat

yaitu status gizi

anak Sekolah

Dalam

pengambilan

sample tidak sama

peneliti

menggunakan

purposive

sampling.

4

4

Rahayu (2014)

Hubungan

pola makan

dengan status

gizi anak kelas

3 SD di SD

Kanisius

Wirobrajan.

Metode

pendekatan

observasional

dengan

rancangan cross

sectional.

Dengan teknik

sampling yang

digunakan total

sampling.

Sample yang

digunakan 58

Dari hasil

penelitian

Rahayu

ditemukan (τ =

0,004)

dinyatakan ada

hubungan antara

pola makan

dengan status

gizi anak. Status

gizi anak kelas 3

SD termasuk

Terdapat

perbedaan pada

variabel bebas yaitu

pola makan.

Terdapat

perbedaan pada

pengambilan

sample yaitu

dengan total

sampling.

Terdapat

persamaan pada

metode penelitian

Yaitu cross

sectional.

Terdapat

persamaan pada

variabel terikat

yaitu status gizi

anak. Dalam

pengambilan

17

No Judul Peneliti Metode Hasil Perbedaan persamaan

responden

dengan

membatasi usia

9-11 tahun.

dalam kategori

normal (62,1%).

Pola makan anak

kelas 3SD

sebagian besar

dalam pedoman

umum gizi

seimbang

(74,1%).

sample tidak sama

peneliti

menggunakan

purposive

sampling.

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

SDN Bibis Kasihan Bantul merupakan salah satu SD yang berada di

Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. SDN Bibis memiliki siswa

laki-laki 154 anak dan siswa perempuan 148 anak. Fasilitas pendukung

kesehatan di SDN Bibis yaitu terdapat UKS dengan pengukuran tinggi badan

serta timbangan berat badan. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

dilakukan setiap semester pada saat jam olahraga minggu pertama ajaran

baru. Siswa sebagian membawa bekal makanan dari rumah. SDN Bibis

Kasihan, Bantul tidak menyediakan makanan tambahan untuk siswanya tetapi

memiliki kantin sekolah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah

dengan menjajakan makanan yang telah diizinkan oleh pihak sekolah

misalnya nasi soto, nasi goreng, air mineral, jus jambu, dan lain-lain. SDN

Bibis Kasihan, Bantul memiliki termasuk kantin sekolah dan lebih dari 5

tempat jajanan makanan diluar sekolah. Tingkat kebersihan tempat jajanan

yang ada di SDN Bibis, Kasihan, Bantul 63% tingkat kebersihan rendah.

Jajanan yang biasa dibeli yaitu: cilok, nasi goreng, sosis, nasi tempe, nasi teri,

gorengan, soto, es teh, es marimas, es lilin, dan lain-lain. Siswa SDN Bibis

Kasihan, Bantul bebas membeli jajanan di luar sekolah dan gerbang sekolah

tidak ditutup pada saat jam sekolah.

2. Analisa Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26-31 Juli 2017 di SDN Bibis

Kasihan Bantul. Subjek penelitian adalah anak di SDN Bibis Kasihan, Bantul,

Yogyakarta pada kelas 4 dan 5 yang berjumlah 73 siswa. Gambaran

mengenai karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi berdasarkan variabel penelitian. Karakteristik yang

dibahas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin dan uang saku

responden.

40

a. Analisa Univariat

1) Karakteristik Responden dan Wali Murid

a) Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteritik responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, uang saku di SDN Bibis

Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Uang

Saku di SDN Bibis Kasihan, Bantul, Yogyakarta (n=73).

Karakteristik Frekuensi Presentase

Umur

9 tahun 22 30,1

10 tahun 38 52,1

11 tahun 12 16,4

12 tahun 1 1,4

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 38,4

Perempuan 45 61,6

Uang Saku

≤ Rp 5000 62 84,9%

> Rp 5000 11 15,1%

Total 73 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang

mayoritas adalah responden yang berusia 10 tahun yaitu

sebanyak 52,1%. Jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini

adalah perempuan dengan jumlah 61,6%. Dilihat dari uang saku

≤ Rp 5000 yaitu sebanyak 84,9%.

b) Karakteristik Wali Murid

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteritik wali murid

responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

di SDN Bibis Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

41

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orangtua Murid di SDN

Bibis Kasihan, Bantul, Yogyakarta (n=73).

Karakteristik Wali Murid Frekuensi Presentase

Umur

Ayah

Dewasa Awal (25-35 Tahun) 20 27.4

Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 39 53.4

Lansia Awal (46-55 Tahun) 14 19.2

Ibu

Dewasa Awal (25-35 Tahun) 34 46.6

Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 33 45.2

Lansia Awal (46-55 Tahun) 6 8.2

Total 73 100%

Pendidikan

Ayah

Pendidikan Dasar 32 43,8

Pendidikan Menengah 35 47,9

Pendidikan Tinggi 6 8,3

Ibu

Pendidikan Dasar 45 61,6

Pendidikan Menengah 23 31,5

Pendidikan Tinggi 5 6,8

Total 73 100%

Pekerjaan

Ayah

Buruh 34 46.6

Pedagang/Wiraswasta 11 15.1

Karyawani Swasta 22 30.1

Pegawai Negeri 6 8.2

Ibu

IRT 28 38.4

Buruh 23 31.5

Pedagang/Wiraswasta 7 9.6

Karyawan Swasta 14 19.2

Pegawai Negeri 1 1.4

Total 73 100%

Penghasilan Keluarga

<UMR 35 47,9

>UMR 38 52.9

Total 73 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa wali murid responden yang

mayoritas adalah umur ayah 53.4% dewasa Akhir (36-45 Tahun), umur

ibu 46.6% dewasa Awal (25-35 Tahun), pendidikan ayah 47.9% SMA,

pendidikan ibu 61,6% Sekolah Dasar, pekerjaan ayah 46.6% Buruh,

pekerjaan ibu 38.4% IRT, penghasilan keluarga 52,9% (>UMR).

42

2) Gambaran Kebiasaan Jajan Responden

Kebiasaan jajan responden dikategorikan menjadi dua kategori yaitu

sering dan jarang/tidak pernah. Sebagai gambaran kebiasaan jajan

responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Jajan Responden Di SDN Bibis Kasihan

Bantul

Kebiasaan jajan Frekuensi Persentase

Sering 57 78,1

Jarang/tidak pernah 16 21,9

Total 73 100

Bedasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kebiasaan jajan responden yang

mayoritas adalah kategori sering yaitu sebanyak 78,1%. Kebiasaan jajan

sering apabila siswa tidak sarapan pagi dan tidak membawa bekal dari

rumah. Kebiasaan jajan jarang apabila anak sudah membawa bekal dari

rumah dan sarapan pagi.

3) Gambaran Status Gizi Responden

Status gizi responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi lima

kategori yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Sebagai

gambaran status gizi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada

table berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Di SDN Bibis Kasihan Bantul

Status Gizi Frekuensi Persentase

Sangat kurus 5 6,8

Kurus 2 2,7

Normal 45 61,6

Gemuk 8 11

Obesitas 13 17,8

Total 73 100

Bedasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas anak SD kelas IV

dan V memiliki status gizi normal 61,6%.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu

variabel terikat kebiasaan jajan dan variabel bebas adalah ststus gizi. Hasil

43

tabulasi hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi anak usia sekolah di

SDN Bibis, Kasihan, Bantul disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Crosstab Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi

Responden Di SDN Bibis Kasihan Bantul

Kebiasaan

jajan

Status Gizi Total p-

value

Spear

man

corel

ation Sangat

kurus

Kurus Normal Gemuk Obesitas

f % f % F % f % f % f %

Sering jajan 5 6,8 2 2,7 36 49,3 7 9,6 7 9,6 57 78,1 0,036 0,246

Jarang/ tidak

pernah 0 0 0 0 9 12,3 1 1,4 6 8,2 16 21,9

Jumlah 5 6,8 2 2,7 45 61,6 8 11,0 13 17,8 73 100

Berdasarkan table 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

kebiasaan jajan sering terbanyak memiliki status gizi normal yaitu

sebanyak 36 orang, sedangkan responden dengan kebiasaan jajan

jarang/tidak pernah terbanyak memiliki status gizi normal yaitu sebanyak

9 orang. Hasil pengujian statistik uji spearman rank didapatkan nilai p-

value 0,036 lebih kecil dari pada (α=0,05). Disimpulkan terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan status gizi.

Kebiasaan jajan dengan status gizi memiliki nilai koefisien kontingensi

yaitu 0,246 dalam rentan (0,20-0,399) sehingga dikatakan rendah.

B. Pembahasan

1. Gambaran Kebiasaan Jajan Responden

Hasil penelitian tentang kebiasaan jajan pada penelitian ini

menunjukkan sebanyak 78,1% pada kategori sering jajan. Hasil ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariza (2012) yaitu sebanyak

90,65% pada kelompok kasus energi makanan jajan dan 53,15% pada

kelompok kontrol kebiasaan jajan termasuk dalam kategori biasa jajan. Hasil

ini juga sesuai dengan penelitian Noviani (2016) di SD Sonosewu Bantul

44

Yogyakarta menunjukan bahwa 100% anak membeli jajan pada saat sekolah

dengan presentase 49,2% anak sering jajan (≥2x jajan) dan 50,8% anak tidak

sering jajan (≤2x jajan). Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Lutfi (2015) yang mendapatkan hasil sebesar 52% anak

memiliki kebiasaan jajan dengan kategori sering dengan frekuensi konsumsi

jajanan anak sekolah sebesar 141 kali dalam satu bulan.

Hasil penelitian kebiasaan jajan pada penelitian ini menunjukkan

mayoritas perempuan 46,6% memiliki kebiasaan jajan, hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian dari Firdaus (2016) bahwa anak perempuan

15% memiliki kebiasaan jajan. Anak usia 10 tahun mayoritas anak memiliki

kebiasaan jajan 39,7%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noviani

(2016) di SDN Sonosewu Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa 46% anak

usia 10 tahun memiliki kebiasaan jajan. Munculnya perilaku jajan ana

ditempat-tempat tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan anak tenteng

efek yang timbul akibat konsumsi jajanan dari tempat yang kurang baik

(Wawan, 2010). Anak yang memiliki kabiasaan jajan dengan uang saku ≤Rp.

5000 sebanyak 68,5%, hasil penelitian ini sejalan dengan Januar (2010) bahwa

72,2% anak memiliki kebiasaan jajan dengan uang saku ≤Rp. 5000. Uang jajan

adalah uang yang diberikan orangtua kepada anak untuk membeli makanan dan

minuman selama berada di luar rumah (Mulyadi, 2012).

Kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi oleh lingkungan, teman

sebaya, orang tua, media massa, jenis jajanan anak. Lingkungan berperan

penting dalam menyediakan jajanan yang beraneka ragam sehingga dengan

banyaknya pilihan jajanan yang tersedia akan mempengaruhi keinginan anak

untuk membeli jajanan tersebut. Selain lingkungan teman sebaya juga

berpengaruh pada kebiasaan jajan anak, hal ini dikarenakan teman sebaya

sering mengajak anak untuk membeli makanan jajanan yang tersedia

dilingkungan sekolah. Sedangkan orang tua berperan penting dalam

membentuk kebiasaan jajan anak, salah satu faktornya adalah kebiasaan orang

tua memberikan uang saku kepada anak untuk membeli jajanan disekolah

(Sinta, 2015).

45

Anak-anak lebih menyukai jajan karena makanan jajanan anak

sekolah yang murah, mudah didapat, menarik, bervariasi dan harganya

terjangkau. Selain itu mereka lebih menyukai membeli makanan jajanan pada

pedagang kaki lima daripada membawa bekal dari rumah. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa jajanan banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah dan

rutin dikonsumsi sebagian besar anak sekolah. Bahkan berapapun uang jajan

dihabiskan untuk membeli makanan yang kurang memenuhi standar gizi ini

(Lutfi, 2015).

Kebiasaan jajan pada anak menyumbang sekitar 20% dari kalori yang

dibutuhkan. Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan pada anak terjadi

karena anak-anak menghabiskan seperempat waktu mereka di sekolah, di mana

sekolah menyediakan beragam jenis makanan jajanan yang menarik. Street

food menurut definisi Food and Agricultral Organization (FAO) adalah

makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di

tempat-tempat keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi

tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Data Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam Yuliastuti (2012) menyebutkan bahwa 78 persen anak sekolah

mengonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah.

Irianto (2007) menyebutkan bahwa dampak pada kebiasaan jajan anak

akan menyebabkan gangguan gizi, anak bisa cacingan, anemia, obesitas.

Jajanan anak juga hampir merusak semua organ, hati terjadi sirosis hati, gagal

ginjal dan organ metabolik lain, hingga kanker. Sedangkan jajanan yang

mengandung virus atau bakteri bisa menyebabkan diare, muntah-muntah

hingga keracunan dan ini juga termasuk dampak pada jangka pendek. Pada

penelitian ini menunjukan bahwa terdapat anak yang mengalami gangguan

gizi.

2. Gambaran Status Gizi Responden

Status gizi responden dalam penelitian ini adalah normal yaitu sebanyak

61,6% dan yang paling sedikit adalah kurus yaitu sebanyak 2,7%. Hasil ini

sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anzarkusuma (2014)

yaitu status gizi berdasarkan IMT/U z-skor yang terbanyak adalah pada

46

kategori normal sebanyak 75% dan yang paling sedikit adalah kurus sebanyak

6,5%. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Amalia (2016) yang mendapatkan

hasil status gizi responden yang terbanyak adalah normal sebanyak 64,4% dan

yang paling sedikit adalah obesitas sebanyak 11,6%.

Status gizi normal mayoritas perempuan 35,6% hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Handayani (2015) dengan menunjukkan 65,1% anak

perempuan memiliki gizi normal. Anak usia 10 tahun mayoritas 31,5% hasil ini

sesuai dengan penelitian Mariza (2012) dengan menunjukkan anak usia 10

tahun memiliki status gizi normal 18,5%. Uang saku ≤Rp.5000 sebanyak

52,1% Hasil penelitian ini sejalan dengan Umardani (2011) dengan

menunjukkan 88,9% anak memiliki uang saku ≤Rp.5000. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian (Rosa, 2011) bahwa rendahnya pendidikan orangtua

dapat mengakibatkan rendahnya pengetahuan dan semakin rendah dalam

pemenuhan status gizi anak. Semakin baik pekerjaan seseorang maka jumlah

pendapatan semakin meningkat. Meningkatnya jumlah pendapatan lebih lanjut

dapat mempengaruhi asupan makanan karena dapat menyediakan makanan

yang memadai baik kualitas maupun kuantitas bagi keluarga.

Status gizi anak adalah status makanan yang dapat diterima dan

dimanfaatkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi, aktivitas fisik dan

tumbuh kembang anak. Zat gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah beberapa

diantaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Retno &

Murdijati, 2014). Status gizi adalah penilaian dari suatu makanan yang

dimanfaatkan oleh tubuh melalui pemeriksaan tubuh dengan pemeriksaan

penunjang, wawancara atau pengukuran antopometri (berat badan, indeks masa

tubuh, lingkar perut dan lain-lain) (Andry, 2015). Status gizi dipengaruhi faktor

internal dan faktor eksternal. Status gizi anak sekolah yang dibutuhkan adalah

karbohidrat, protein, lemak dan mineral (Merryana & Bambang, 2012)

Pemenuhan status gizi yang baik sangat dibutuhkan oleh anak usia

sekolah. Pemenuhan gizi yang tepat sangat penting untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dengan baik. Manfaat

pmenuhan nutrisi pada anak sekolah antara lain pertumbuhan tulang, otot dan

47

gigi, mengoptimalkan kognitif dan meningkatkan prestasi belajar, daya tahan

tubuh, mengurangi resiko penyakit dimasa depan, meningkatkan produktivitas

dimasa depan (Wijayanti, 2016). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh dua

hal, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah tingkat

kecukupan zat gizi, yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas

ketersediaan pangan, pola makan, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi,

budaya, dan sosial ekonomi. Faktor sekunder terkait dengan faktor-faktor yang

menyebabkan tingkat kecukupan gizi tidak sampai didalam sel-sel tubuh

manusia, seperti status kesehatan, gangguan penyakit infeksi dan non infeksi,

sanitasi lingkungan dan pelayanan kesesehatan (Kusuma, 2015).

Masalah gizi yang muncul pada anak sekolah adalah masalah

ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi, yaitu asupan yang

melebihi atau kurang dari kebutuhan tubuh, masalah tersebut diantanranya

adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Beberapa masalah dari gizi

kurang diantaranya kekurangan energi protein (KEP), anemia gizi besi,

gangguan akibat kekurangan gizi yodium (GAKI) dan kurang vitamin A,

sedangkan masalah gizi lebih salah satunya obesitas yaitu kelebihan berat

badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Arisman,

2010). Status gizi yang baik atau optimal akan tercapai apabila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja otak.

Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi

genetik yang dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh

asupan gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Cadangan energi yang

rendah dan tinggi lemak akan berdampak pada penurunan produktivitas dan

prestasi belajar pada anak sekolah sebagai akibat kekurangan dan kelebihan zat

gizi. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan mempengaruhi status gizi anak

(Noviani, 2016). Status gizi merupakan faktor yang memberikan pengaruh

cukup besar terhadap prestasi seseorang. Gizi merupakan salah satu faktor

penting dalam memberikan kontribusi terhadap kualitas sumber daya manusia

(Adriansyah, 2017).

48

3. Hubungan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Pada Anak

Hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Bibis Kasihan Bantul

diperoleh data dari pengujian statistik mendapatkan nilai p-value 0,036 lebih

kecil daripada (α= 0,05) dengan koefisien korelasi 0,246 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan

dengan status gizi anak di SDN Bibis Kasihan Bantul dengan tingkat keeratan

hubungan rendah.

Hasil ini sesuai dengan teori menyatakan bahwa kebiasaan jajan dapat

meningkatkan asupan energi sehingga berlebih dibandingkan dengan energi

yang keluar (energy expenditure) dan kebiasaan jajan dapat meningkatkan total

energi yang berasal dari asupan lemak sehingga memicu kenaikan berat badan

bila tidak sesuai dengan energi yang keluar, sehingga dapat mempengaruhi

status gizi seseorang (Candra, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mariza (2013) dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan jajan dengan status gizi lebih pada anak dengan hasil uji statistik

menunjukkan hasil p-value 0,001<0,05. Namun hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil yang didapatkan oleh Noviani (2016) yang mendapatkan hasil

tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi dengan hasil

penelitian ρ 0,781 (ρ>0,005). Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor di antaranya pengaruh dari orang tua, budaya/adat, pengaruh

teman sebaya, harga, merek, pengetahuan, sikap.

Widaninggar (2010) menyatakan bahwa anak usia sekolah beresiko

mengalami masalah gizi terhadap keterkaitannya dengan kebiasaan jajan.

Banyak sedikitnya makanan jajanan yang dikomsumsi anak akan memberikan

kontribusi atau sumbangan zat gizi pada status gizi seseorang. Kecenderungan

anak sekolah mengalami masalah gizi dikarenakan kebiasaan jajan yang tidak

tepat. Hal tersebut didukung oleh beberapa pendapat antara lain yaitu masalah

gizi yang diakibatkan karena kebiasaan jajan yang tidak tepat atau karena

49

berlebihan ketika makan. Status gizi pada anak sekolah dipengaruhi oleh

kebiasaan jajan anak, anak yang biasa jajan memiliki risiko sebesar 7 kali lebih

besar terhadap terjadinya status gizi lebih. Kebiasaan jajan anak juga

memberikan sumbangan yang cukup berati dalam pemenuhan gizi anak dan

sebagai alternatif pemenuhan gizi harian anak, namun anak harus selektif

dalam memilih jajan yang akan dimakan, jajanan yang dianjurkan untuk

dimakan adalah jajanan yang bersih/higienis, sehat dan memiliki nilai gizi

(Ayuniyah, 2015).

4. Keeratan Hubungan Kebiasaan Jajan Anak Dengan Status Gizi Anak Usia

Sekolah

Keeratan hubungan kebiasaan jajan anak dengan status gizi anak usia

sekolah yang telah dilakukan Di SDN Bibis Kasihan Bantul koefisien korelasi

rendah dengan nilai 0,246 pada rentang 0,20-0,399. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian Octaviani (2016) dengan koefisien kontingensi sebesar

0,369.

Kebiasaan jajan yang tidak higenis memungkinkan jajanan

terkontaminasi oleh mikroba maupun penggunaan bahan tambahan pangan

yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2006). Makanan jajanan mengandung

banyak resiko, debu, dan lalat yang hinggap pada makanan yang tidak ditutupi

dapat menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan. Dampak pada kebiasaan

jajan anak menyebabkan gangguan gizi, anak bisa cacingan, anemia, obesitas

(Irianto, 2007).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Variable pengganggu yang mempengaruhi faktor kebiasaan jajan

diantaranya televisi/ media massa karena jajanan makanan yang diiklankan

mempengaruhi anak berkeinginan untuk membeli jajanan yang sama.

2. Anak-anak tidak dapat dipantau pada saat jajan diluar jam sekolah.

3. Status gizi yang kurang terkontrol secara rutin.

4. Aktivitas siswa yang tidak dapat terkontrol diluar sekolah dan di

jam sekolah karena pada saat penelitian dilakukan pada saat jam olahraga.

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan kebiasaan

jajan anak dengan status gizi anak usia sekolah di SDN Bibis, Kasihan, Bantul

maka dapa diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Anak SDN Bibis Kasihan memiliki kebiasaan jajan 78,1% dimana

mayoritas uang saku anak sekitar ≤Rp. 5000 sebanyak 76,7%.

2. Status gizi anak di SDN Bibis Kasihan Bantul mayoritas memiliki status

gizi normal sebanyak normal 61,6 %.

3. Hasil pengujian statistik mendapatkan nilai p-value 0,036 lebih kecil dari

pada (α= 0,05) Ha diterima maka terdapat hubungan anatara kebiasaan jajan

dengan status gizi anak usia sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul.

4. Keeratan hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi memiliki

hubungan dengan tingkat keeratan rendah pada rentang (0,20-0,399) yang

ditunjukkan koefisien kontingensi 0,246.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian hubungan kebiasaan jajan anak dengan status

gizi anak usia sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul beberapa saran yang dapat

diajukan menjadi bahan pertimbangan yaitu :

1. Diharapkan siswa dan semua pihak dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan

yang berkaitan menjaga status gizi yang baik dengan mengonsumsi

makanan yang sehat.

2. Bagi pihak sekolah di SDN Bibis Kasihan Bantul diharapkan guru dapat

memberikan informasi tentang status gizi anak, menganjurkan siswa untuk

membawa bekal dari rumah daripada membeli jajanan disekolah,

menyediakan makanan yang sehat.

52

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk

dapat meneliti faktor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi status gizi

pada anak antara lain pola makan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, A.A. (2017). Sosialisasi Jajanan Sehat Sebagai Upaya Perbaikan

Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Sd Miftakhul Ulum Rungkut

Surabaya. Journal Volume 1 No. 1 June 2017 ISSN: 2580-5282 E-ISSN:

2580-5290.

Amalia, N. R. (2016). Hubungan Konsumsi Junk Food dengan Status Gizi Lebih

pada Siswa SD Pertiwi 2 Padang. Artikel Penelitian Jurnal Kesehatan

Andalas. 2016; 5(1).

Amelia, S. (2015), Permenkes Tentang Angka Kecukupan Gizi, Gizi,

Depkes.go.id, Diakses Pada Tanggal 27 Febuari 2017.

Analytical And Capacity Development Partnership (ACDP). (2013),Evaluasi

Program Makanan Pemberian Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah

(PMT-AS), www.acpd-indonesia.org, Diakses pada tanggal 27 januari 2017.

Anzarkusuma, I. S. (2014), Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah

Dasar Di Kecamatan Rajeg Tanggerang. Indonesian Journal of Human

Nutrition E-ISSN 2355-3987 Desember 2014, Vol. 1 No.2 : 135 – 148.

Aprillia, B.A. (2014), Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan

Jajanan pada Anak Sekolah Dasar, Skripsi. Semarang: Program Studi Ilmu

Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Aryani, R. (2010), Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya, Salemba Medika,

Poltekkes Depkes Jakarta I, Jakarta.

Ayuniyah, Q. (2015), Ketersediaan Dan Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan

Olahan Siswa Sekolah Dasar Di Bandar Lampung,JIIA, Jurnal Volume 3

No. 4, Oktober 2015.

Balai POM Yogyakarta. (2015), Komunitas Sekolah DIY Siap Mewujudkan

Pangan Jajanan Anak Sekolah PJAS,http://www.pom.go.id, Di akses pada

tanggal 28 oktober 2016.

Bahri, S and Zamzam, F. (2015), Metode Penelitian Kuantitatif Berasis Sam-

Amos, CV.Budi Utama, Sleman.

Candra A. B. S, and Damanik, R..(2013), Pengaruh pemberian makanan jajanan,

pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan

gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar, JGIZIPANGAN. 2013.

Centers for Diseases Control. (2015), CDC Reveals Just How Much Fast Food

American Kids Eat Each Day, http://www.latimes.com/science/la-sci-sn-

fast-food-calories-kids-20150915-story.html, Diakses pada tanggal 5 januari

2017.

Denny and Ana. (2012), Gizi Pada Anak Sekolah, Universtas Kristen Indonesia

Jakarta, Samuel Panjaitan, Jakarta.

Departemen Kesehatan. (2013), Tabel AKG, gizi.depkes.go.id>kebjakan gizi, Di

Akses pada tanggal 9 januari 2017.

Dinas Pendidikan. (2016), Siswa-Usia-Sekolah,www.pendidikan-diy.go.id,

Diakses pada tanggal 30 november 2016.

Devi, N. (2010), Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga, PT. Kompas Media

Nusantara, Jakarta.

Fatmah. (2012), Gizi Lanjut Usia, Erlangga medical series, jakarta.

Firdaus. (2016). Analisis Jenis Kelamin Ddan Kebiasaan Jajan Dengan Kejadian

ISPA Pada Anak Di Tk Dharma Wnaita Persatuan Unit Sidoklumpuk

Sidoarjo, Sidoarjo.

Food and Agricultural Organization. (2009), Food safety and quality (Street

food),www.fao.org, Diakses pada tanggal 1 januari 2017.

Godam. (2015), Resiko/Dampak Negatif Jajan Sembarangan Makanan Dan

Minuman,www.organisasi.org, Diakses Pada Tanggal 4 Januari 2017.

Sulistyoningsih, H. (2011), Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak, Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Handayani, (2015). Hubungan Defisiensi Besi Dengan Prilaku Anak Usia Sekolah

Di Kota Palembang, Universitas Siwijaya, Palembang.

Hartono, A. (2015), Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit Edisi 2, EGC, Jakarta.

Infodatin. (2014), Situasi Pangan Jajan Anak Sekolah, Kementrian RI, Jakarta.

Retno, I and Murdijat G. (2014), Pendidikan Konsumsi Pangan, Kencana, Jakarta.

Iryanto, K.(2007), Gizi Dan Pola Hidup Sehat, CV. Yrama Widya, Bandung.

Januar, Zulfi. (2014), Prilaku Jajan Anak Usia Sekolah Di SD Telogo Kasihan

Bantul Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

More, J Diterjemahkan Oleh Soetjipto, M. (2014), Gizi Bayi, Anak, Dan Remaja,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2015), Arti Kata Jajan, kbbi.web.id>jajan,

Diakses pada tanggal 5 januari 2017.

KFI (Yayasan Kegizian Untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia).

(2013), Apa Itu Gizi Seimbang?,www.kfiindonesia.org, Diakses pada

tanggal 7 januari 2017.

Khoiruddin, A. M. (2015), Pengembangan Alat Ukur Tinggi Badan Dan Berat

Badan Digital Yang Terintegerasi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Kusuma, E.R. (2015), Perbedaan Tingkat Kecukupan Energi Protein, Status

Kesehatan Dan Status Gizi Anak yang Memanfaatkan dan Tidak

Memanfaatkan Makanan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Harapan

Bunda Semarang, Artikel Penelitian Program Studi S1 Ilmu Gizi FIKKES

Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lutfi, M. A. (2015), Hubungan Antara Konsumsi Jajanan Kaki Lima Terhadap

Penyakit Diare Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu

Kesehatan, Vol 13 No 3, Desember 2015.

Mariza, Y.Y. (2013), Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan

Jajan Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang, Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Mudjajanto, E. (2006), Keamanan Makanan Jajanan Tradisional, Kompas,

Jakarta.

Mulyadi, S and Lutfi, T. (2012), Financial Parenting, Mizan, Jakarta.

Noviani, K. (2016), Kebiasaan Jajan Dan Pola Makan Serta Hubungannya

Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di SD Sonosewu Bantul

Yogyakarta, Universitas Alma Ata, Jurnal Hal 4-7. Yogyakarta.

Novita, S. (2015), Makanan Adalah Sumber Pengobatan Dan Juga Sumber

Penyakit. Solusinutrisi.org, Diakses Pada Tanggal 27 Febuari 2017.

Nursalam. (2013), Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis

Edisi 3, Jakarta, Salemba Medika.

PDPRESI (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia). (2013),

60% Kasus Keracunan di Sekolah Dipicu Buruknya

Kebersihan,www.pdpresi.co.id, Diakses pada tanggal 5 januari 2017.

Pujiati, E. (2013), Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Buara Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Purbalingga, Universitas Negeri Yogyakarta, Hal

9-11.

Purwanti, I. Y. (2015), Karakteristik Anak Usia SD (7-12 Tahun), staff.uny.ac.id,

Diakses Pada Tanggal 10 Febuari 2017.

Putra, A. (2012), Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam

Tifoid Terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar, Skripsi, Universitas

Diponegoro.

Rachman. (2015), Infodatin Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak

Indonesia, disdik.bekasi.go.id, Diakses Pada Tanggal 9 Febuari 2017.

Rahayu, A. (2014), Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Kelas 3 SD

di SD Kanisius Wirobrajan,Stikes A. Yani Yogyakarta,Yogyakarta.

Robert, D and Sudarti N.W. (2014), Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku

Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar Negeri Dasae Di Kecamatan

Wonosari Kabupaten Boalemo, Poltekkes Kemenkes Manado.

Rosa. (2011). Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Pangan Jajan Serta Kebiasaan

Jajan Siswa Sekolah Dasar Di Depok Dan Sukabumi, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Sari, and G.P Shinta. (2015), Analisa Faktor-Faktor Kebiasaan Siswa Membeli

Makanan Jajanan Di Sekolah (Studi Eksploraori) Pada Sekolah Lanjut

Tingkat Atas Se-Kota Malang, Universitas Negeri Malang, Hal 8-13,

Malang.

Sarman, T. (2015), Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS), Kecukupan Energi Dan

Zat Gizi Anak Sekolah Dasar, Poltekkes Kemenkes Malang, Malang.

Soekirman. (2012), Apa Itu Gizi Seimbang, kfindonesia.org, Diakses Pada

Tanggal 4 Januari 2017.

Umardani. (2011). Kebiasaan Jajan, Aktifitas Fisik,Status Gizi Dan Kesehatan

Serta Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kota

Bogor, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

USDA’s (The United States Departement Of Agriculture). (2016), Child And

Adult Care Food Program: Meal Pattern Revision Related To The Health,

Huger-Free Kids Act Of 2010, www.usda.gov, Diakses Pada Tanggal 3

Febuari 2017.

UURI (Undang-Undang Republik Indonesia). (2012), Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang

Pangan,www.djpp.depkumham.go.id, Diakses pada tanggal 20 November

2016.

Vikraman S, D. C, and Ogden C. L. (2015), Caloric Intake For Fast Food Among

Children And Adolescents In The United States 2011-2012,www.cdc.gov,

Diakses pada tanggal 9 januari 2017.

Wawan, A And Dewi. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan

Prilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta.

Wariyah, C. (2013), Penggunaan Pengawet Dan Pemanis Buatan Pada Pangan

Jajan Anak Sekolah (PJAS) Di Wilayah Kabupaten Kulonprog- DIY,

Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta.

Widaninggar, (2010). Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Jakarta : Kepala Pusat

Pengembangan Kualitas Jasmani Kementrian Pendidikan Nasional.

Wong, L. D. (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1, Ahli Bahasa

Agus Sutarna, EGC,Jakarta.

Wijayanti, Hartanti S, Zuliani A, and Safitri I. (2016), Modul Untuk Sekolah Dan

Guru Gizi Pada Anak Sekolah Dasar, Rz, Jakarta.

Lampiran 4

LAMPIRAN INSTRUMEN

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah terlebih dahulu semua pertanyaan dan tanyakan kepada peneliti

apabila ada yang kurang dimengerti.

2. Isilah pertanyaan dengan mengisi pada kolom yang telah disediakan.

3. Beri tanda centang ( √ ) pada kolom sesuai dengan jawaban

Ya : jika pertanyaan sesuai

Tidak : jika pertanyaan tidak sesuai

4. Setelah selesai mengerjakan, periksa kembali jawaban anda diberikan,

sehingga tidak ada jawaban yang terlewat. Atas partisipasinya saya ucapkan

terima kasih.

Lembar Pertanyaan (Kuesioner) Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar :

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anda biasa jajan di sekolah ? ( ) Ya

( ) Tidak

2 Apakah anda lebih sering jajan di sekolah daripada

mengkonsumsi makanan dari rumah ?

( ) Ya

( ) Tidak

3 Apakah anda lebih sering jajan pada pedagang keliling

disekitar sekolah daripada kantin sekolah?

( ) Ya

( ) Tidak

4 Apakah anda lebih sering jajan makanan yang tidak

dibungkus daripada yang dibungkus?

( ) Ya

( ) Tidak

5 Apakah anda tetap sering jajan di sekolah meskipun anda

membawa bekal dari rumah?

( ) Ya

( ) Tidak

6 Apakah anda tetap sering jajan meski sarapan? ( ) Ya

( ) Tidak

7 Apakah ibu anda selalu mengawasi kebiasaan jajan anda

disekolah?

( ) Ya

( ) Tidak

8 Apakah ibu anda selalu memberi uang saku sebelum

berangkat ke sekolah?

( ) Ya

( ) Tidak

9 Apakah anda menabungkan sebagian dari uang saku anda? ( ) Ya

( ) Tidak

10 Apakah anda selalu mengikuti ajakan teman untuk

membeli jajan di kantin sekolah?

( ) Ya

( ) Tidak

Data Tambahan Kuesioner Kebiasaan Jajan Anak

1. Berapa jumlah tempat jajan yang tersedia di sekolah anda? Baik kantin sekolah

maupun pedagang keliling ?

a. 1-2

b. 3-5

c. ≥ 5

2. Makanan apa yang biasanya dibeli ? (sebutkan minimal 3)

3. Minuman apa yang biasa dibeli ? (sebutkan minimal 3)

4. Berapa nominal uang saku yang anda terima?

a. ≤Rp.5000

b. ≥ Rp.5000