Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI SMA
MUHAMMADIYAH 6 PALEMBANG
SKRIPSI
MEGA OKTARIANI
13350094
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN
PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA DI SMA
MUHAMMADIYAH 6 PALEMBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi dalam Ilmu
Psikologi Islam
MEGA OKTARIANI
13350094
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
ABSTRACT
Name : Mega Oktariani
Study Program/ Faculty : Islamic of Psychology/ Psychology
Title : Hubungan Antara Kecerdasan
Emosi dengan Penyesuaian Diri
di SMA Muhammadiyah 6
Palembang.
This research aims to know the relationship between
emotional intelligence with adaptability SMA Muhammadiyah 6
Palembang. The subject of this research as much as 158 people.
Data collection tools using the scale, i.e. emotional intelligence
scale and the scale of the adjustments themselves. Methods of
data analysis used to test the hypothesis of this research is to
use product moment.
This research aims to examine the relationship between
emotional intelligence with adaptability. The sample in this
research is the teen classes X, XI in SMA Muhammadiyah 6
Palembang. Based on the approach of the study, researchers
used a quantitative approach by using design research
korelasional. Results of correlation Pearson product moment
correlation numbers from shows of rxy = 0.663 with ρ = 0000
where this is because p < 0.01 (0.01 < 0.000) thus it can be
stated that the proposed hypothesis is proven or accepted.
Keywords:
Emotional Intelligence, Self Adjustments
INTISARI
Nama : Mega Oktariani
Program Studi : Psikologi Islam / Psikologi
Judul : Hubungan Antara Kecerdasan
Emosi dengan Penyesuaian Diri
di SMA Muhammadiyah 6
Palembang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri SMA
Muhammadiyah 6 Palembang. Subjek penelitian ini sebanyak
158 orang. Alat pengumpulan data menggunakan skala, yaitu
skala kecerdasan emosi dan skala penyesuaian diri. Metode
analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
ini menggunakan Product Moment.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara
kecerdasan emosi dengan Penyesuaian diri. Sampel dalam
penelitian ini adalah remaja kelas X, XI di SMA Muhammadiyah 6
Palembang. Berdasarkan pendekatan penelitian, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian korelasional. Hasil korelasi product moment
dari Pearson menunjukkan angka korelasi sebesar rxy = 0,663
dengan ρ = 0.000 dimana Hal ini dikarenakan p < 0,01 (0,000 <
0,01) Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang
diajukan terbukti atau diterima.
Kata Kunci:
Kecerdasan Emosi, Penyesuaian Diri
LEMBAR MOTTO
“Dan barang siapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya
itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam”.
(QS. Al-Ankabuut: 6)
“Perbuatanmu diukur dari niatmu
Maka lakukanlah sesuai apa yang ada dalam hatimu“
Alhamdulillah, berkat izin Allah SWT., saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Karya sederhana ini merupakan hadiah
kecil yang kupersembahkan untuk:
Orang Tua yaitu Ayah (Kartawi) dan Almarhumah Ibu
(Satriana) atas ketulusan cinta dan pengorbanan yang
diberikan untukku. Terima kasih atas segala kasih sayang
dan doa yang telah tercurah untukku.
Saudaraku yaitu Kakak (Ronal Diansyah) dan Adik (Novi
Palwasari) Terima kasih atas dorongan serta dukungan
yang selalu menjadikan penyemangat dalam setiap
langkahku.
Seluruh Keluarga besarku yang telah mendo‟akan dan
memberi dukungan baik berupa materi maupun moril
dalam keberhasilanku.
Tak lupa pula kepada seseorang yang telah memberi
suport atau dorongan dalam mengerjakan skripsi ini,dan
ikut membantu dalam kesuksesan perjalanan ini yaitu
Dede Rian Saputra, S.Psi. Terima kasih atas waktu dan
kebersamaan dalam menemani suka duka setiap proses
perjalanan.
Teman seperjuangan yaitu Mardiansyah, Muhammad
Hasyim, Muhammad Putra Dana, Marta Diana, Meliyani
Anggi Saputri, Maydina Ariningrum, Desmi Wati, dan
Yunia. Terima kasih atas keceriaan serta keakraban yang
tercurah dalam menjadikan motivasi setiap traitmen
langkah ini.
Teman-teman Psikologi Islam Angkatan 2013, Terkhusus
PI 03. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kalian
berikan dalam perjalanan ini.
Almamaterku UIN Raden Fatah Palembang.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadlirat Allah,
Shubhanawata‟alah dan shalawat serta salam kepada Rasulullah
Sahallahu‟alaihiwasallam Karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: “Hubungan Kecerdasan
Emosi dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang”. yang dibuat guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Islam pada Jurusan Psikologi Islam Fakultas Psikologi UIN Raden
Fatah Palembang.
Pada kesempatan yang baik ini Penulis sangat
berterimakasih kepada Bapak Prof. Drs. H. M. Sirozi, M.A., Ph.D
selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang beserta staff dan
pimpinan lainnya, atas kesediaan tempat dalam penulis menimba
ilmu. Terimakasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Ris‟an Rusli, MA.
Selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ibu Listya Istiningtyas, M.
Psi, Psikolog., selaku Ketua Prodi Psikologi Islam Fakultas
Psikologi, Atas dedikasi yang telah memberikan wadah untuk
penulis dalam belajar di Fakultas Psikologi.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada Bapak H. Moh Isa Anshari Mutaal. Lc, M.Hum
selaku Dosen Pembimbing Utama serta Bapak Dr. Muhammad
Uyun, S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua, Atas
kesediaan meluangkan waktu, tenaga, memberikan dukungan
dan semangat, serta pikiran untuk membimbing sehingga
selesainya skripsi ini, semoga kebaikan Bapak mendapatkan
balasan Allah SWT.
Selanjutnya terimakasih kepada seluruh Dosen Prodi
Psikologi Islam Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Raden
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
ABSTRACT ...................................................................... vi
INTISARI ........................................................................ vii
LEMBAR MOTTO ............................................................. viii
KATA PENGANTAR.......................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .............................................................. xv
DAFTAR TABEL ............................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................... 10
1.3. Tujuan Penelitian .................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian .................................................. 10
1.5. Keaslian Penelitian .................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................... 13
2.1 Penyesuaian Diri .......................................................... 13
2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri ................................... 13
2.1.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ................................ 15
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ........... 17
2.1.4 Penyesuaian Diri dalam Perspektif Islam ................. 18
2.2 Kecerdasan Emosi ........................................................ 21
2.2.1 Pengertian Kecerdaan Emosi .................................. 21
2.2.2 Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi .............................. 23
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ....... 25
2.2.4 Kecerdasan Emosi dalm Perspektif Islam ................. 28
2.3 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian Diri ... 30
2.4 Kerangka Konseptual .................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ....................................... 33
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................. 34
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ....................................... 34
3.3 Definisi Operasional ...................................................... 34
3.4 Populasi dan Sampel .................................................... 35
3.4.1 Populasi ............................................................... 35
3.4.2 Sampel ................................................................. 36
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................... 37
3.5.1 Skala Kecerdasan Emosi ........................................ 38
3.5.2 Skala Penyesuaian Diri ........................................... 40
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 41
3.6.1 Uji Validitas .......................................................... 41
3.6.2 Uji Reliabilitas ....................................................... 42
3.7 Metode Analisis Data .................................................... 43
3.7.1 Uji Asumsi ............................................................ 43
3.7.2 Uji Hipotesis Penelitian .......................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... 46
4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan .................................... 46
4.2 Persiapan Penelitian ..................................................... 49
4.2.1 Persiapan Administrasi ........................................... 49
4.2.2 Persiapan Alat Ukur ............................................... 49
4.2.3 Uji Coba Alat Ukur ................................................. 50
4.2.4 Hasil Uji Coba Alat Ukur ......................................... 51
4.3 Pelaksanaan Penelitian ................................................. 51
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Seleksi Item Skala
Kecerdasan Emosi ..................................................... 52
4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Seleksi Item Skala
Penyesuaian Diri ....................................................... 57
4.4 Hasil Penelitian ............................................................ 63
4.4.1 Kategorisasi Variabel Penelitian .......................... 63
4.4.2 Uji Asumsi ........................................................ 66
4.4.3 Uji Hipotesis ..................................................... 68
4.5 Pembahasan ................................................................ 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 79
5.1 Kesimpulan .................................................................. 79
5.2 Saran .......................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 80
LAMPIRAN................................................................... ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat SK Pembimbing .................................................... 84
2. Surat Pra-Penelitian ....................................................... 85
3. Surat Izin Penelitian ....................................................... 86
4. Surat Balasan Izin Penelitian........................................... 87
5. Lembar Konsultasi ......................................................... 88
6. Daftar Riwayat Hidup ..................................................... 93
DAFTAR BAGAN
Kerangka Konseptual ......................................................... 32
DAFTAR TABEL
1. Blue Print Kecerdasan Emosi ........................................... 39
2. Blue Print Penyesuaian Diri ............................................. 40
3. Skor Skala Likert ............................................................ 41
4. Orang yang ikut Adil Mendirikan SMA Muhammadiyah
06 Palembang ............................................................... 46
5. Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2017/2018 ............. 49
6. Blue print Skala Kecerdasan Emosi Uji Coba (Try Out)....... 52
7. Blue print Skala Kecerdasan Emosi Peneltian Penomoran
Baru ................................................................................. 54
8. Blue Print Skala Kecerdasan Emosi Penelitian ................... 55
9. Blueprint Skala Penyesuaian diri Uji coba (Try Out) ........... 58
10. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Penomoran Baru .......... 59
11. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Penelitian ................... 61
12. Deskripsi Data Penelitian .............................................. 63
13. Kategorisasi Skor Skala Penyesuaian Diri ........................ 64
14. Rumus 3 Kategori ........................................................ 65
15. Katagorisasi Skor Skala Kecerdasan Emosi...................... 66
16. Deskripsi Hasil Uji Normalitas ........................................ 67
17. Deskripsi Hasil Uji Linieritas ........................................... 68
18. Deskripsi Hasil Uji Hipotesis .......................................... 69
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat SK Pembimbing ...............................................
2. Surat Pra-Penelitian ..................................................
3. Surat Izin Penelitian .................................................
4. Surat Balasan Izin Penelitian .....................................
5. Lembar Konsultasi ....................................................
6. Daftar Riwayat Hidup ...............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika seorang anak beralih dari fase lingkungan
keluarga ke fase lingkungan pendidikan di sekolah, pada
saat itulah pengaruh-pengaruh sekolah dan masyarakat
yang lebih luas mulai efektif berlaku dalam mengembangkan
kepribadiaannya dan membentuk sistemnya yang bersifat
moral maupun sosial. Dengan faktor baru inilah, si anak
melakukan adaptasi. Dari sini mulai keliatan dengan jelas
beda anak per anak dari segi pola pemikiran dan perilaku
mereka, bahwa diantara sesama mereka ada warna
keterpautan tingkat kontroversi dan penyimpangan yang
memerlukan penanganan, dan warna itu akan sampai pada
puncaknya dalam fase remaja (Mahfuzh, 2007: 153-154).
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi
dari masa anak menuju dewasa (Sobur, 2003: 119). Pada
masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai
kematangan fisik, sosial, dan emosional. Umumnya masa ini
berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai 18 tahun, yaitu
masa anak duduk di bangku sekolah menengah. Masa ini
biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja
sendiri maupun bagi keluarga, atau lingkungannya (Ali dan
Asrori, 2015: 67).
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja,
terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap
orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya ,
maupun masyarakat pada umumnya. Menurut Monks, masa
remaja merupakan salah satu tahap dalam perkembangan
manusia, seperti dalam massa perkembangan yang lainnya,
masa ini mempunyai ciri-ciri khusus seperti susah diatur,
mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Lidya
Sayidatun Nisya dan Diah Sofiah, (2012), Religiusitas,
Kecerdasan Emosional, dan Kenakalan Remaja, 7, 565).
Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan
remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan
tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-
orang sesuainya. Adanya perubahan baik di dalam maupun
di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin
meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan
psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja
memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan
keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan
masyarakat lain (Agustiani, 2006: 28).
Masa remaja harus mempunyai penyesuaian diri yang
baik, karena dalam penyesuaian diri dipengaruhi oleh sifat
atau pribadi yang dimiliki (Rumini dan Sundari, 2004: 67).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan
adaptasi padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis,
atau biologis (Ali dan Asrori, 2015: 175). Menurut Musthafa
Fahmi (Sobur, 2003: 526) penyesuaian diri adalah suatu
proses dinamika terus menerus yang bertujuan untuk
mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang
lebih serasi antara diri dan lingkungan.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang yang mencakup konformitas terhadap
suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun
terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai
penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan
bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat
untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari
penyimpangan prilaku, baik secara moral, sosial, maupun
emosional. (Ali dan Asrori, 2015: 175)
Dalam firman Allah SWT, mengatakan bahwa
penyesuaian diri adalah QS. Al-Baqarah : 286 yaitu:
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-
orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka
tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-
Baqarah : 286)
Dalam Tafsir Nurul Qur‟an menjelaskan ayat di atas
bahwa kesanggupan atau kemampuan manusia, bergantung
pada kebaikan atau keburukan apapun yang dilakukan
seseorang akan kembali kepadanya. Menegaskan orang-
orang beriman mengenai tanggung jawab yang mereka
perbuat sendiri. Penyesuaian diri dibutuhkan oleh semua
orang dalam setiap pertumbuhan, dan lebih dibutuhkan
pada usia remaja. Karena pada usia remaja mengalami
banyak keguncangan dan perubahan dalam dirinya (Syarbini
dan Khusaeri, 2012: 14).
Menurut Fahmi, ada sebagian orang menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosial tempat Ia bisa hidup dengan
sukses, sebagaian lainnya tidak sanggup melakukannya,
boleh jadi, mereka mempunyai kebiasaan yang tidak serasi
untuk berperilaku sedemikian rupa, sehingga menghambat
penyesuaian diri sosial baginya dan kurang menolongnya.
Ternyata kebanyakan mahasiswa dapat meyesuaikan diri
dengan gembira serta mudah bergaul dengan teman-teman
baru mereka, mereka menemukan kecenderungan baru dan
mempelajari macam-macam perilaku, serta sikap baru yang
dapat memenuhi kebutuhan serta dorongan mereka. Akan
tetapi, sebagian dari mereka gagal dalam usaha
penyesuaian diri dengan lingkungan baru, sehingga mereka
menjauhi dan menghindari mahasiswa lain, bahkan mungkin
mempunyai sikap bermusuhan terhadap yang lain, sehingga
mereka selalu dalam keadaan cemas dan tidak tenang
(Sobur, 2003: 524).
Orang akan dikatakan sukses dalam melakukan
penyesuaian diri jika Ia dapat memenuhi kebutuhannya
dengan cara-cara yang wajar atau dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain.
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap
orang, tidak akan dapat tercapai , kecuali bila kehidupan
orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan,
kegoncangan dan ketegangan jiwa akan akut, dan orang
tersebut mampu menghadapi kesukaran dengan cara
objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta Ia
dapat menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang,
merasa senang, dan berpestasi (Fatimah, 2006: 204).
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan
diri dan kematangan emosional. Kematangan emosional
berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat
pada setiap persoalan dan situasi (Fatimah, 2006: 195).
Menurut Salovey dan Mayer (Khodijah, 2016: 146)
kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri
sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri
dengan tepat, memotiviasi diri sendiri, mengenali orang lain,
dan membina hubungan dengan orang lain. Hal ini
sependapat dengan Goleman, bahwa kecerdasan emosional
adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan seseorang dalam penyesuaian diri dengan
lingkunganya (Novita dan Martina Winarni, (2007),
Penyesuaian Diri Siswa MAN ditinjau dari Kecerdasan
Emosionalnya, 3-32).
Adapun dalam studi pendahuluan yang dilakukan
dengan menggunakan metode observasi menyatakan bahwa
siswa di SMA Muhammadiyah 6 Palembang diwajibkan untuk
melakukan kegiatan rutin sholat dhuzur berjama‟ah setiap
hari pada pukul 12:20 WIB, siswa di suruh untuk pergi ke
masjid dan mengerjakan sholat berjamaah akan tetapi
kenyataannya ada sebagian siswa yang tidak
melaksanakannya dan tidak melakukan tanggung jawab atas
kesadaran dalam etika dan hidup jujur dalam mengerjakan
sholat dzhur berjam‟ah ada bebererapa siswa yang malah
duduk di belakang masjid dan ada sebagian diajak
temannya untuk jajan dan mengobrol pada sholat dzhuhur,
ketika guru piket ingin melihat keadaan siswa di masjid
siswa yang ketahuan tidak melakukan sholat langsung
bergegas untuk mengambil wudhu‟ dan ada yang sebagian
di panggil ke kantor untuk ditanya kenapa siswa tersebut
tidak melaksanakan sholat (Hasil Observasi di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang, Pada Hari senin, Tanggal 18
Juli 2017).
Saat saya mewawancarai senin 17 juli 2017 (09:45)
kepada DP yang merupakan siswa di SMA Muhammadiyah
tersebut mengenai melaksanakan sholat berjama‟ah mereka
sering untuk menunda-menunda sholat bahkan ada sama
sekali yang tidak sholat dikarenakan berbagai alasan,
misalnya lagi datang bulan, dan ada yang ikut-ikutan teman
yang asik ngobrol dan malah memilih untuk nongkrong-
nongkrong dibelakang masjid (Wawancara, 20 juli 2017).
Padahal salah satu faktor yang menyebabkan mereka
mampu memiliki penyesuaian diri yang baik adalah dengan
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi mereka akan memiliki
kemampuan memotivasi diri sendiri. Hal ini sesuai dengan
apa yang di ungkapkan oleh Salovey dan Mayer yang
mengatakan kecerdasan emosional untuk menggambarkan
sejumlah ketermapilan yang berhubungan dengan
keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri dan orang
lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk
memotivasi, merencanakan dan meraih tujuan hidup (
Prawira, 2016:160).
Menurut Garlow, Kecerdasan emosi merupakan proses
pribadi yang terus berusaha mencapai tingkatan emosi yang
sehat intrafisik dan intrapersonal. Remaja yang matang
secara emosional terlibat dengan kepentingan dengan orang
lain, mampu mengekspresiakn emosi dengan spontan.
Individu yang cerdas secara emosi dapat menentukan
dengan tepat kapan dan sejauh mana perlu terlibat dalam
masalah sosial, serta dapat turut serta memberikan jalan
keluar atau solusi yang diperlukan. Kecerdasan emosi dapat
mengkondisikan individu merasa bebas mengekpresikan
emosi secara tepat, bertindak lugas, spontan, memiliki rasa
humor, dan mampu mengatasi stress (Jannah, (2013),
Hubungan Antara Self-Efficacy Dan Kecerdasan Emosional
Dengan Kemandirian Pada Remaja, 2, 281).
Menurut Muhydin (Tuloli dan Ismail, 2016: 119)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan membangun
emosi secara baik dalam hubungannya dengan diri sendiri
dan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional menghadirkan kemampuan untuk
merasa, menilai, dan mengekspresikan emosi secara akurat
dan adaptif, kemampuan untuk mengenal dan memahami
emosi, kemampuan untuk mengakses perasaan ketika
melakukan aktivitas kognitif dan melakukan penyesuaian,
serta untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain (Inge
Hutagalung, (2014) Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Komunikasi Interpersonal, Komitmen Organisasi terhadap
Manajemen Stres Kerja, 3, 106). Dalam Al-Qur‟an dijelaskan
bahwa sifat sabar berkaitan dengan kecerdasan emosional.
Maka perintah sabar yang tertera dalam kitab suci Al-Qur‟an
merupakan pembelajaran bagi manusia agar mereka dapat
mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Allah SWT
berfirman:
Artinya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu', (QS. Al-Baqarah : 45)
Dalam Tafsir Muyassar bahwa bersabarlah dalam
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya,
karena sabar merupakan salah satu sumber kekuatan jiwa
yang diperlukan untuk menjalani seluruh aturan kehidupan
dan aktivitasnya. Dan hendaklah kamu senantiasa
mengerjakan shalat, karena shalat akan menolong
pelakunya dalam berbagai kesulitan dan melapangkan disaat
kesusahan. Dalam sebuah hadist disebutkan ”Lapangkanlah
kami dengan shalat, Wahai Bilal”. Dan shalat itu merupakan
penyejuk hati dan pelipur jiwa. (Al-Qarni, 2008: 36)
Adapun dalam QS. Al-Baqarah : 153 menjelaskan
bahwa:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah :153)
Dalam Tafsir Muyassar bahwa Jadilah sabar dan shalat
sebagai penolong kalian untuk menjalankan ketaaatan
kepada Rabb kalian. Dengan begitu, Niscaya segala
kesusahan akan menjadi mudah bagi kalian, karena dengan
kesabaran itu apa yang kalian inginkan dan harapkan akan
terwujud, dengan shalat kalian dapat menolak segala
perbuatan dosa dan kemaksiatan yang tercela.
Kesabaran akan mendorong kalian melakukan segala
bentuk kebaikan dan kebaktian, sedangkan shalat akan
mencegah kalian dari berbagai perbuatan dan mungkar.
Ketahuailah, sesungahnya Allah senantiasa bersama orang
yang sabar. Artinya, orang yang sabar itu akan selalu berada
dalam penjagaan, pemeliharaan, dan bimbingannya.
Padahal, betapa terhormatnya pengawasan, pemeliharaan,
dan bimbingan-Nya itu. (Al-Qarni, 2008: 117)
Orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang
melakoni hidup dan kehidupan dengan jiwa yang sabar,
gembira, yang di cintai Allah, yang pahalanya diberikan-Nya
dengan sempurna tanpa batas. Bersabar pasti lebih
merupakan sikap jiwa, dan bukan merupakan sifat fisik.
Subtansi sabar bukanlah pada ketidaktergesaan dan
kesanggupan menunggu saja, tetapi justru terletak pada
kesanggupan manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya.
(Nawawi. 2011: 72-74)
Secara umum, Allah SWT., berpesan kepada kita agar
mengontrol, mengendalikan, dan menguasai emosi kita.
Keimanan kepada Allah SWT., serta merta mengikuti ajaran
yang telah digariskan-Nya dalam Al-Qur‟an dan dijelaskan
oleh Rasulullah SAW., akan membantu kita dengan segala
kesungguhan dan kemauan kuat dalam mengendalikan dan
mengotrol emosi (Najati, 2005: 193).
Remaja diharapkan bisa memahami serta menguasai
emosinya, sehingga mampu mencapai kondisi emosional
yang adaptif. Remaja yang kontrol emosi yang baik
memiliki kapasitas perilaku yang dapat menangani
kemarahannya (Radhitia Paramitasari dan Ilham Nur Alfian,
(2012), Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan
Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir, 1, 2). Pada
masa remaja awal kesempatan untuk bersosialisasi
bertambah luas, dibanding dengan masa masa sebelumnya.
Sosialisasi merupakan proses yang berkesinambungan
terjadi sejak masa kanak kanak hingga dewasa. Menurut
Hurlock untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi, remaja
harus membuat penyesuaian baru. Terpenting dan tersulit
adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh
kelompok sebaya, perubahan dalam pola perilaku sosial,
pengelompokan sosial yang baru dalam seleksi persahabat,
nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai
nilai baru dalam seleksi pemimpin (Rita Sinthia, (2011),
Hubungan Antara Penerimaan Sosial Kelompok Kelas
Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas I SLTP XXX, 14,
37).
Generasi sekarang cenderung mulai banyak yang
mengalami kesulitan emosional, misalnya mudah cemas,
mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan santun
dan sebagainya (Prawira, 2016: 159). Anak-anak yang
mempunyai masalah dalam kecerdasan emosionalnya, akan
mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapat
mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah
dapat dilihat sejak usia prasekolah, dan kalau tidak ditangani
akan terbawah sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja
yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi
oleh remaja (Zubaedi, 2012: 45).
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk
menggali lebih dalam tentang masalah-masalah remaja yang
berkaitan mengenai kecerdasan emosi dengan penyesuaian
diri, Maka dari itu peneliti tertarik untuk memilih judul
tentang “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian
Diri Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 6 Palembang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka
penulis dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut : “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi
dengan penyesuaian diri pada remaja di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri
pada remaja di SMA Muhammadiyah 6 Palembang.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat,
baik secara teoritis maupun praktis, seperti:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuai
dan wacana penelitian dalam kajian ilmu psikologi,
khususnya psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang di rasakan langsung oleh remaja
adalah agar remaja bisa berinteraksi dan dapat
menjadikan dirinya lebih berani dalam menyesuaiakan diri
di lingkungan.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Lidya Sayidatun Nisya dan
Diah Sofiah dengan judul Religiusitas, Kecerdasan
Emosional, Dan Kenakalan Remaja, Hasil penelitian adalah
kolerasi antara variabel Religiusita dan Kecerdasan
Emosional dengan Kenakalan Remaja adalah tidak
signifikan, nilai signifikansinya lebih besar dari ketentuan
yang diperkenankan (0,05). Artinya hipotesis penelitian yang
berbunyi: ada hubungan antara Religiusitan dan kecerdasan
emosional dengan kenakalan remaja tidak dapat diterima
atau ditolak (Lidya Sayidatun Nisya dan Diah Sofiah, (2012),
Religiusitas, Kecerdasan Emosional, Dan Kenakalan Remaja,
7, 583).
Penelitian yang dilakukan oleh Novita dan Martina
Winarni dengan judul Penyesuaian diri siswa MAN ditinjau
dari kecerdasan emosionalnya, Hasil penelitiannya adalah
Korelasi kedua variabel cukup tinggi yaitu r = 0,636 dengan
p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi
murid-murid sekolah Islam itu mempengaruhi penyesuaian
diri dengan lingkungannya (Novita dan Martina Winarni,
(2007), Penyesuaian diri siswa MAN ditinjau dari kecerdasan
emosionalnya, 3, 31).
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Wahyu
Indrariyani Artha dan Supriyadi dengan judul hubungan
antara kecerdasan emosi dan Self Efficacy dalam
pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal, Hasil
penelitian adalah hasil analisa regresi ganda diperoleh nilai
koefisien kolerasi R = 0,772, F regresi = 93,211, P = 0,000,
yang berarti ada hubungan antara kecerdasan emosi dan
self efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian diri
remaja awal (Ni Made Wahyu Indrariyani Artha dan
Supriyadi, (2013), hubungan antara kecerdasan emosi dan
Self Efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian diri
remaja awal, 1, 190).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelum-
sebelumnya adalah bahwa penelitian ini berfokus pada
hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri
pada remaja di SMA Muhammadiyah 6 Palembang, dengan
subjek remaja yang berstatus sebagai pelajar di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyesuaian Diri
2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa inggris adalah
adjusment. (Adjusment) artinya Kemampuan
penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan
merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi
terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu (Fatimah,
2006:193).
Makna akhir hasil pendidikan seseorang individu
terletak pada sejauh mana hal telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaiakan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Berdasarkan pengalaman yang didapat
disekolah dan di laur sekolah ia memiliki sejumlah
pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap.
Dengan pengalaman itu ia secara berkesinambungan
dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang
dimiliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di
masa datang. Menyesuaiakn diri atau tidak mampu
menyesuaiakan diri. Kodnisi fisik, mental dan emosional
dipengaruhui dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan
di mana kemungkinan akan berkembang proses
penyesuaian yang baik atau yang salah (Hartinah, 2011:
183).
Penyesuaian diri adalah salah satu aspek penting
dalam usaha manusia untuk menguasai perasaan yang
tidak menyenangkan atau tekanan akibat dorongan
kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan dan
usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas
(Ghufron dan Risnawati, 2016: 49).
Adapun menurut R. Scott dan W. Scoot menunjukan
bahwa penyesuaian diri tidak hanya penyesuaian kepada
seseorang, tetapi juga untuk kondisi menekankan.
Sisestem sosial seperti keluarga, jaringan persahabatan,
kelompok kerja atau sekolah dan dalam berbagai jenis
tradisional kelompok (Japar Danp urwati (2014)
Religiousty, Sprituality And Adolescents‟ Self-Adjusment.
Internatonal Education studies, 8, 67).
Menurut Davidoff (Fatimah, 2006: 194) penyesuaian
diri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu
antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Adapun
menurut Satmoko (Ghufron dan Risnawata, 2016: 50)
penyesuaian diri di pahami sebagai interaksi seseorang
yang kontinu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
dunianya.
Seseorang di katakan mempunyai penyesuaian diri
yang berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan dalam
usahanya memenuhui kebutuhan, mengatasi ketegangan,
bebas dari berbagai simptom yang menganggu seperi
kecemasan, depresi, frustasi dan konflik. Banyaknya
hambatan penyesuaian diri mencerminkan kesukaran
seseorang dalam penyesuaian dirinya (Ghufron dan
Risnawati, 2016: 50).
Pendapat di atas juga di dukung oleh Schneiders
bahwa penyesuaian diri mengandung banyak arti antara
lain usaha manusia untuk menguasahi tekanan akibat
dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan,
dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan
realitas (Ghufron dan Risnawati, 2016: 51). Menurut
Ghufron dan Risnawita (2016) bahwa penyesuaian diri
adalah kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan, keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
dengan tuntutan lingkungan.
Dari beberapa menurut para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah
kemampuan individu untuk berinteraksi dan bisa menjalin
hubungan denga baik dalam menghadapi tuntutan atau
kebutuhan lingkungan.
2.1.2 Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fromm dan Gilmore (Desmita, 2009: 195)
penyesuaian diri yang sehat di lihat dari empat aspek
yaitu:
1. Kematangan Emosional
a. kematangan suasana kehidupan emosional.
b. kemantapan suasana kehidupan kebersamaan
dengan orang lain.
c. Kemampuan untuk santai, gembira dan
menyatakan kejengkelan.
d. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan
kenyataan diri sendiri.
2. Kematangan Intelektual
a. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.
b. Kemampuan memahami orang lain dan
keragamanya.
c. Kemampuan mengambil keputusan.
d. Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.
3. Kematangan Sosial
a. Keterlibatan dalam partisipan sosial.
b. Kesediaan kerja sama.
c. Kemampuan memimpin.
d. Sikap toleransi.
e. Keakraban dalam pergaulan.
4. Tanggung Jawab
a. Sikap produktif dalam mengembangkan diri.
b. Melakukan perancanaan dan melaksanakannya
secara fleksibel.
c. Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam
hubungan interpersonal.
d. Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
e. Melihat prilaku dari segi konsekuensi atas dasar
sistem nilai.
f. Kemampuan bertindak.
Ada juga menurut Fatimah (2006: 207) menyebutkan
penyesuaian diri yaitu:
1. Penyesuaian pribadi
penyesuain pribadi adalah kemampuan seseorang
untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang
harmonis antara di rinya dan lingkungan sekitarnya.
2. Penyesuain sosial
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling
mempengaruhi satu sama lain yang terus-menerus dan
silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola
kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan
aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori di atas
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Fromm dan Gilmore, dan Fatimah di
mana aspek-aspek penyesuaian diri ada empat yaitu,
kematangan emosional, kematangan itelektual,
kematangan sosial, tanggung jawab. Dari teori tersebut
maka didapat di indikatorkan yang meliputi yaitu:
kemantapan suasana kehidupan emosional, kemampuan
mencapai wawasan diri sendiri, keterlibatan dalam
partisipasi sosial, dan sikap produktif dalam
mengembangkan diri.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian
Diri
Menurut Burhanuddin (1999: 55) ada tiga faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu:
1. Frustasi
Frustasi merupakan pernyataan sikap seseorang akibat
adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, atau adanya suatu hal yang
menghalangi keinginannya.
2. Konflik
Apabila dalam diri seseorang terdapat dua dorongan
atau lebih yang saling bertentangan dan tidak dapat di
penuhi dalam waktu yang bersamaan dapat
menyebabkan adanya konflik jiwa pada seseorang.
3. Kecemasan
Kecemasan adalah luapan berbagai emosi yang
menjadi satu. Kecemasan ini terjadi ketika seseorang
sedang menghadapi sesuatu yang menekan perasaan
dan menyebabkan pertentangan batin dalam dirinya.
Adapun Menurut Ghufron dan Risnawati (2016: 55-
56) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
yaitu:
1. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri
individu yang meliputi kondisi jasmani, psikologis,
kebutuhan, kematangan intelektual, emosional,
mental, dan motivasi.
2. Faktor eksternal yaitu berasal dari lingkungan yang
meliputi lingkungan rumah, keluarga, dan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori di atas
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Burhanuddin dan Ghufron dan
Risnawati di faktor-faktor yang mempengaruhui
penyesuaian diri yaitu, frustasi, konflik, dan kecemasan.
Dan didukung oleh Ghufron dan Risnawati bahwa faktor-
faktor yang mepengaruhi penyesuaian diri yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
2.1.4 Penyesuaian diri dalam Perspektif Islam
Adapun penyesuaian diri dalam perspektif disiplin ilmu
psikologi adalah suatu proses perubahan dalam diri dan
lingkungan, dimana individu harus dapat mempelajari
tindakan atau sikap baru untuk hidup dan menghadapi
keadaan tersebut sehingga tercapai kepuasan dalam diri,
hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
Telaah penyesuaian diri dalam perspektif Islam telah
tertuang dalam Al-Qur‟an surah Al-Hujurat ayat 13.
Firman Allah SWT :
Artinya :
”Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat:
13).
Berdasarkan tafsir Al-Azhar yang dikemukakan oleh
Hamka, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan.” Melalui arti ayat tersebut Hamka
menafsirkan bahwanya segala manusia sejak dahulu
sampai sekarang ialah terjadi daripada seorang laki-laki
dan seorang perempuan, yaitu ibu. “Dan kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya
kenal-mengenallah kamu.” Yaitu bahwasanya manusia
pada hakikatnya adalah dari asal keturunan yang satu.
Meskipun telah jauh berpisah, namun di asal-usul adalah
satu. Tidaklah ada perbedaan di antara yang satu dengan
yang lain dan tidaklah ada perlunya membangkit-bangkit
perbedaan, melainkan menginsafi adanya persamaan
keturunan. “Sesungguhnya yang semulia-mulia kamu di
sisi Allah ialah yang setaqwa-taqwa kamu.” Ujung ayat
ini menjelaskan bahwasanya kemuliaan sejati yang
dianggap bernilai oleh Allah lain tidak adalah kemuliaan
hati, kemuliaan budi, kemuliaan perangai, ketaatan
kepada Ilahi. “Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” Di ujung ayat ini Allah menyatakan
bahwa Allah Maha Mengetahui, bahwasanya bukan
sedikit kebangsaan menimbulkan ashabiyah jahiliyyah,
pongah dan bangga karena mementingkan bangsa
sendiri sebagai perkataan orang Jerman di kala Hitler
naik, (Jerman di atas dari segala-galanya). Allah
mengetahui bahwa semuanya itu palsu belaka, Allah
mengenal bahwa setiap bangsa ada kelebihan sebanyak
kekurangan, ada pujian sebanyak cacatnya. Islam telah
menentukan langkah yang akan ditempuh dalam hidup;
“Yang semulia-mulia kamu ialah barang siapa yang paling
taqwa kepada Allah.”
Kemudian, berdasarkan tafsir Al-Misbah menurut
Shihab. Qs. Al-hujurat ayat 13, melalui penggalan
pertama ayat “Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari laki-laki dan seorang perempuan” adalah pengantar
untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat
kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan
antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga
perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan
perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-
laki dan perempuan. Pengantar tersebut mengantar pada
kesimpulan yang disebut dengan pengantar terakhir ayat
ini yakni, “Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” Karena itu
berusahalah untuk meningkatkan ketaqwaan agar
menjadi yang termulia disisi Allah. Adapun sebab nuzul-
nya, ayat tersebut menegaskan kesatuan asal usul
manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat
kemanusiaan manusia. Tidak wajar manusia berbangga
dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain, bukan saja
antar satu bangsa, suku, atau warna kulit dengan
selainnya, tetapi antar jenis kelamin mereka (Shihab,
2005: 260-261).
Melalui kedua tafsir dari Qs. Al-Hujurat ayat 13 di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri sangat
penting untuk semua orang. karena untuk bersatu
dengan orang lain membutuhkan penyesuaian diri, untuk
mengenal orang baru harus dilalui dengan proses
penyesuaian diri. Sikap saling tolong-menolong atau
membantu, saling menjaga hubungan silaturahmi dengan
sesama. Semua itu dapat terjadi karena adanya
kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian
diri, baik mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
maupun antar sesama individu. Penyesuaian diri yang
dilakukan dengan baik pada akhirnya akan membuat
kehidupan jadi lebih baik, nyaman, dan kebahagian
dalam diri pun akan terwujud. Semua menusia derajat
kemanusiaannya sama disisi Allah, tidak ada perbedaan
antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga
perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan
perempuan. Namun, berusahalah untuk meningkatkan
ketaqwaan agar menjadi yang termulia disisi Allah.
Taqwa dalam artian menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya.
2.2 Kecerdasan Emosi
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan istilah yang
dikemukakan oleh Pater Salovey, ahli psikologi dari
Universitas Harvard dan Mayer dari Universitas
Hampshire pada tahun 1990. Istilah kecerdasan
emosional dipopulerkan oleh Goleman dalam karyanya
emotional intellegence (Mansur, 2016: 75).
Kecerdasan emosi menunjukan kepada suatu
kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-
masing dan persaan orang lain, kemampuan untuk
memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik
emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam
berhubungan dengan orang lain (Mustaqim, 2004: 154).
Menurut thorndike (Prawira, 2016: 159) istilah
kecerdasan emosi berakar dari konsep social intelligence,
yaitu suatu kemampuan memahami dan mengatur untuk
bertindak secara bijak dalam hubungan antar manusia.
Menggunakan ungkapan Howard Gardner (Wahab, 2015:
152) kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan,
dianatranya interpersonal intelligence merupakan
kecakapan mengenali persaan kita sendiri dan
interpersonal intelligence merupakan kecakapan
berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan ini semakin banyak kajian yang
menyorot secara kritis pentingnya peran kecerdasan
emosi dalam mewujudkan keberhasilan atau kesuksesan
seseorang. Dalam keadaan ini sangat diperlukan dalam
upaya-upaya konstruktif guru untuk mengembangkan
dimensi-dimensi emosional siswa agar mereka semakin
mampu menghadapi berbagai persoalan, bertanggung
jawab, mampu menjalin komunikasi secara sehat dengan
individu atau kelompok lain (Aunurrahman, 2013: 84).
Kecerdasan emosi bukan merupakan bakat, tetapi aspek
emosi di dalam diri kita yang bisa dikembangkan dan
dilatih. Tinggal sejauh mana pengembangannya itu
tergantung kemauan kita sendiri. Satu yang pasti
kecerdasan emosional kita akan terbentuk dengan baik
apabila dilatih dan dikembangkan secara intensif dengan
cara metode dan waktu yang tepat (Efendi, 2015: 166).
Istilah kecerdasan emosi pertama kali di lontarkan
pada tahun 1990 oleh Salovey dan Mayer. Menurut
Salovey dan Mayer (Zubaedi, 2011: 47) kecerdasan
emosi merupakan himpunan bagian dari kecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan
dan emosi, baik pada diri sendiri maupun pada orang
lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan
informasi untuk membimbing pikiran dan tindakan serta
menjalin hubungan dengan orang lain.
Menurut Pater Salovey dan Jhon Mayer menerangkan
kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali
emosi diri, kepekaan akan rasa indah dan kemampuan
membina hubungan bersosialisasi (Wahab, 2015: 152).
Pendapat di atas juga didukung oleh Golemen
(Zubaedi, 2011: 47) yang menyatakan kecerdasan emosi
diartikan sebuah kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati, tidak melebih-lebihkan
kesenangan mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir,
berempati, dan berdoa.
Berbeda pendapat di atas juga didukung oleh Reuvan
Barone (Iskandar, 2009: 63) bahwa kecerdasan emosi
didefinisikan sebagai mata rantai keahlian,kompentensi,
dan kemampuan non cognitive yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menghadapi tuntutan dan
tekanan lingkungannya. Menurut Slovey dan Mayer
kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang
melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan dan
emosi seseorang dan orang lain . (Gift Rupande (2015)
The Impact Of Emotional Intelligence On Student
Learning, 3, 134)
Berdasarkan pengertian kecerdasan emosi yang
telah dijelaskan dari berbagai para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkaitan
dengan pemahaman diri dan orang lain, beradaptasi dan
menghadapi lingkungan sekitar, dan penyesuaian secara
cepat agar lebih berhasil dalam mengatasi tuntutan
lingkungan.
2.2.2 Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey (Zubaedi, 2011: 47-48) ada lima
aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu mengenali emosi,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain dan membina hubungan :
1. Mengenali emosi diri
Kesadaran diri untuk mengenali perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Menurut
Mayer kesadaran diri berarti waspada baik pada
suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana
hati.
2. Mengelola Emosi
Mengangani perasaan yang dihadapi dapat terungkap
dengan pas dan sesuai menurut situasi serta kadar
yang tepat adalah kecakapan yang bergantungan pada
kesadaran diri.
3. Memotivasi diri sendiri
Menurut shapiro orang yang termotivasi mempunyai
keinginan dan kemauan untuk menghadapi dan
mengatasi rintangan.
4. Mengenali emosi orang lain (empati)
Kebutuhan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional merupakan keterampilan bergaul.
5. Membina hubungan
Seni membina hubungan sebagian besar merupakan
keterampilan mengelola keterampilan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan
suksess dalam bidang apa pun yang mengandalakan
pergaulan yang mulus dengan orang lain.
Adapun pendapat Ari Ginanjar (Mufron, 2013: 76)
bahwa aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu:
1. konsistensi
2. kerendahan hati
3. berusaha dan berserah diri
4. ketulusan
5. keseimbangan dan
6. intergritas dan penyempurnaan
Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori di atas
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Salovey dan Ari Ginanjar, di
mana aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu, mengenali
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain dan membina hubungan
dengan orang lain. Dari teori tersebut maka didapat di
indikatorkan yang meliputi yaitu, kesadaran diri,
menangani perasaan yang dihadapi, memotivasi ,
kesadaran dairi emosional, membina hungan dengan
orang lain.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
Emosi
Menurut Golmen (Zubaedi, 2011: 49-50) Kecerdasan
Emosi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Faktor Otak
Bagian otak manusia yang disebut sistem limbik
merupakan pusat emosi. Amigdala menjadi bagian
penting dalam mengatur kehidupan yang berkaitan
dengan masalah-masalah emosional. Ini berarti
amigdala dalam struktur otak berfungsi sebagai
tempat ingatan emosi dan makna dari emosi.
2. Faktor Pola Asuh Orang Tua
Menurut Djamarah (2014: 60-67) terdapat pola asuh
orang tua dalam kelurga yaitu:
a. Gaya Otoriter
Tipe pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua
yang memaksakan kehendak. Dengan tipe orang
tua ini cenderung sebagai pengendali atau
pengawas selalu memaksakan kehendak kepada
anak, tidak terbuka terhadap pendapat anak,
sangat sulit menerima saran dan cenderung
memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu
percaya pada diri sendiri.
b. Gaya Demokrasi
Tipe pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada hal ini
di sebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan
kepentingan bersama di atas kepentingan individu.
c. Gaya Laissez-Faire
Tipe pola asuh orang tua ini tidak berdasarkan
aturan-aturan. Kebebasan memilih terbuka bagi
anak dengan sedikit terkendali.
d. Gaya Fathernalistik
Fathernalistik (kebapakan) adalah pola asuh
kebapakan, dimana orang tua bertindak sebagai
ayah terhadap anak dalam perwujudan mendidik,
mengasuh, mengajar, memimbing, dan menasehati.
e. Gaya Karismatik
Tipe pola asuh karismatik adalah pola asuh orang
tua yang memiliki kewibawaan yang kuat.
Kewibawaan itu hadir bukan karena kekuasaan atau
ketakutan, tetapi karena adanya relasi kejiwaan
antara orang tua dan anak.
f. Gaya Melebur Diri
Tipe pola asuh melebur diri (affiliate) adalah tipe
kepemimpinan orang tua yang mengendapakan
keharmonisan hubungan dan membangun kerja
sama dengan anak dengan cara menggabungkan
diri.
g. Gaya Pelopor
Tipe pola asuh orang tua yang satu ini biasanya
selalu berada di depan, untuk memberikan contoh
atau suri teladan dalam kebaikan bagi anak dalam
keluarga.
h. Gaya Manipulasi
Tipe pola asuh ini selalu melakukan tipuan, rayuan,
memutar balik kenyataan. Agar apa yang
dikehendak tercapai orang tua menipu dan merayu
anak agar melakukan yang dikehendaki.
i. Gaya Transaksi
Pola asuh orang tua tipe ini selalu melakukan
perjanjian (transaksi), dimana antara orang tua dan
anak membuat kesepakatan dari setiap tindakan
yang diperbuat.
j. Gaya Biar Lambat Laut Selamat
Pola asuh orang tua tipe ini melakukan segala
sesuatunya sangat berhati-hati . orang tua
berprinsip biar lambat asal selamat.
k. Gaya Alih Peran
Gaya alih peran adalah tipe kepemimpinan orang
tua dengan cara mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada anak.
l. Gaya Pamrih
Tipe polah asuh ini disebut pamrih, karena setiap
hasil kerja yang dilakukan ada nilai material.
m. Gaya Tanpa Pamrih
Tipe pola asuh ini disebut tanpa pamrih, karena
asuhan yang dilaksanakan orang tua kepada anak
mengajarkan keikhlasan dalam perilaku dan
perbuatan.
n. Gaya Konsultan
Tipe polah asuh ini menyediahkan diri sebagai
tempat keluh kesah anak, membuka diri menjadi
pendengar yang baik bagi anak.
o. Gaya Militeristik
Pola asuh militeristik adalah tipe kepemimpinan
orang tua yang suka memerintah. Tanpa dialog
anak harus mematuhi perintahnya.
Khususnya orang tua memegang peranan
penting terhadap perkembangan kecerdasan
emosional. Golmen berpendapat adalah lingkungan
keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak
untuk mempelajari emosi. (Zubaedi, 2011: 50)
3. Faktor Lingkungan Sekolah
Guru memegang peran penting dalam
mengembangkan potensi anak melalui teknik, gaya
kepemimpinan dan metode mengajarnya sehingga
kecerdasan emosionalnya berkembang secara
maksimal.
Adapun menurut Indiati (Prawira, 2016: 163-164),
ada dua faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan emosi seseorang, yaitu:
1. Kematangan Perilaku Emosional
Perkembangan intelektual seseorang nantinya
menghasilkan kemampuan untuk memahami makna
yang sebelumnya tidak dimengerti, memerhatikan
suatu rangsangan dalam jangka waktu lebih lama,
dan memutuskan ketegangan emosi pada satu
objek.
2. Kegiatan Belajar
Faktor belajar dinilai lebih penting karena lebih
mudah dikendalikan dibanding faktor lain. Caranya
adalah mengendalikan positif lingkungan belajarnya
guna menjamin pembinaan emosi si anak.
Dari menurut para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
adalah faktor otak, faktor pola asuh orang tua, serta
faktor disekolah.
2.3.4 Kecerdasan emosi dalam Perspektif Islam
Istilah “cerdas” lazimnya dinisbahkan pada akal yang
memiliki sifat tersebut, yakni akal yang cerdas ( al-aql
adz-dzakiy). Akan tetapi dalam psikologi islam dikenal
apa yang disebut an-nafs dzakiyyat (jiwa yang cerdas).
Dengan demikian cerdas tidak hanya sebagai sifat bagi
akal, tetapi juga sifat bagi jiwa. (Nawawi, 2011: 107).
Dalam pandangan Al-Qur‟an ditemukan metode
pendidikan yang diangkat dalam bentuk keteladanan.
Untuk meniru hal-hal positif, Al-Qur‟an menunjukan
keteladanan yang dapat dipelajari, apabila seseorang
mau belajar dan meneladaninya (Nawawi, 2011: 109).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an yang berkaitan
dengan kata sabar yang berhubungan dengan moral dan
etika. Adapun moral dan etika yang baik adalah ciri dari
kecerdasan emosional. Bunyi ayat Al-Qur‟an tersebut
yaitu:
Artinya:
“Jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang
lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (QS. An-
Nahl :126).
Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa Allah SWT.,
hanya menuntut dirimu agar engkau mengarah kepada
kesabaran, sekedar mengarah dan membulatkan niat jika
itu telah engkau lakukan, Allah SWT., akan melahirkan
dalam dirimu bisikan-bisakan baik yang membantumu
bersabar, mempermudah bagimu serta menjadikan
engkau rela menerima apa yang engkau hadapi dengan
demikian kesabaranmu menjadi sabar yang indah tanpa
gerutu dan tanpa pembangkang.(Shibab, 2010: 780)
Adapun dalam QS. Al-Baqarah : 157. Yaitu:
Artinya:
“Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 157)
Tafsir Muyassar menjelaskan bahwa orang-orang
yang bersabar tersebut mendapat pujian dan sanjungan
dari yang maha terpuji lagi maha mulia. Disebutkan,
mereka akan mendapat Rahmat dan Keridhaan dari yang
maha kuasa karena mereka mendapat petunjuk untuk
menyembah Rabb mereka dengan cara bersyukur
terhadap setiap nikmatnya dan bersabar atas setiap
cobaan darinya. (Al-Qarni, 2008: 119) Secara etimologis,
sabar berasal dari bahasa arab Shaabara, yang artinya
dasarnya menahan (al-habs), menahan diri dan
mengendalikan jiwa. (Nawawi, 2011: 72)
2.3 Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penyesuaian
Diri
Masa remaja merupkan suatu masa perubahan. Pada
masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara
fisik, maupun psikologis (Jahja, 2011: 235). James dan
Lange, menyatakan bahwa emosi itu timbul karena
pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu
(Jahja, 2011: 191). Emosi biasanya dipandang sebagai
cara individu merasakan sesuatu (Khairani, 2011: 143).
Individu yang telah mencapai kematangan emosi ditandai
oleh adanya kemampuan didalam mengontrol emosi,
mampu berpikir realistik, memahami diri sendiri, dan
mampu menampakan emosi disaat dan ditempat yang
tepat (Khairani, 2011: 153).
Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek
kejiwaan seseorang yang paling mendalam dan merupakan
suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia
dapat menuntukkan keberadaannya dalam masalah-
masalah manusiawi (Aunurrahman, 2012: 95). Hal ini
sependapat dengan Goleman, bahwa kecerdasan
emosional adalah faktor yang paling besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan seseorang dalam penyesuaian diri
dengan lingkunganya (Novita dan Martina Winarni, (2007)
Penyesuaian Diri Siswa MAN ditinjau dari Kecerdasan
Emosionalnya, 3, 32).
Penyesuaian diri adalah salah satu aspek penting
dalam usaha manusia untuk menguasai perasaan yang
tidak menyenangkan atau tekanan akibat dorongan
kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan individu dengan realitas (Ghufron
dan Risnawita, 2016: 49). Seseorang dikatakan
mempunyai penyesuian diri yang berhasil apabila Ia dapat
mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi
kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai
psikologis, frustasi, dan konflik (Ghufron dan Risnawita,
2016: 52).
2.4 Kerangka Konseptual
SMA MUHAMMADIYAH 6 PALEMBANG
Menurut Salovey dan Mayer (Zubaedi, 2011:47) Kecerdasaan Emosi merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi untuk membimbing pikiran dan tindakan serta menjalin hubungan dengan orang lain.
Menurut Fahmi (Sobur, 2003: 526), Penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.
Menurut Salovey dan Mayer (Khodijah, 2016: 146),
Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri
sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri
dengan tepat, memotiviasi diri sendiri, mengenali orang lain,
dan membina hubungan dengan orang lain.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka
hipotesis yang didapat dalam penelitian ini adalah Ada
hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian
diri pada remaja di SMA Muhammadiyah 6 Palembang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang datanya dinyatakan dalam angka dan di analisis
dengan teknik statistik (Sangadji dan Sopiah, 2010: 26).
Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatiif atau statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditentukan (Sugiono, 2016:97).
Penelitian kolerasi bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana
variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada
satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi
(Azwar, 2012: 53)
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel hanya ada pada penelitian kuantitatif, karena
penelitian kuantitatif berpandangan bahwa, suatu gejala
dapat diklasifikasihkan menjadi variabel-variabel. Kalau ada
pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya
berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersbut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016: 95).
Ada juga yang mengatakan bahwa Variabel memiliki
dua macam, yaitu variabel independen yang merupakan
variabel yang mempengaruhi, biasa disebut dengan variabel
bebas (X), dan variabel dependen yaitu variabel yang
dipengaruhi, biasa disebut dengan dengan variabel terikat
(Y) (Sugiyono, 2015:38). Adapun variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X) : Kecerdasaan Emosi
2. Variabel terikat (Y) : Penyesuaian Diri
3.3 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional adalah variabel penelitian
dimaksudkan untuk memahami arti-arti setiap variabel
penelitian sebelum dilakukan analisis (Sujaweni 2014:87).
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi yang dimaksud adalah
kemampuan siswa siswi SMA Muhammadiyah 6
Palembang dalam mengelola, mengendalikan diri atau
mengontrol perasaan dalam berinteraksi pada orang
lain.Variabel kecerdasan emosi di ukur berdasarkan
karakteristik kecerdasan emosi, Salovey mengatakan
yaitu Mengenali emosi, Mengelola emosi, Memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan (Zubaedi, 2012: 47-48)
2. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang dimaksud adalah kemampuan
yang dimiliki siswa-siswi SMA Muhammadiyah 6
Palembang agar bisa menjalin hubungan dengan baik
pada keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Variabel
penyesuaian diri di ukur berdasarkan karakteristik
penyesuaian diri, Fromm dan Gilmore mengatakan yaitu
kematangan emosi, kematangan intelektual, kematangan
sosial, dan tanggung jawab. (Desmita, 2009: 195)
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generilisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2015: 80). Menurut Arikunto (2006: 130)
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Apabilah seorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilaya penelitian, maka penelitianya
merupakan penelitian populasi.
Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi
pada penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas X
dan XI SMA Muhammadiyah 6 palembang yang
berjumlah 286 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang
diambil dari populasi (Sugiyono, 2015:81).
Berdasarkan Populasi di atas yang berjumlah
286 orang di atas, maka diambil menggunakan
probability sampling, probability sampling (Sugiyono,
2015:82) adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah melihat tabel
pengambilan sampel yang dikembangkan oleh Isaac
dan micheal. Pada taraf kesalahan 5% yaitu 158
orang dari jumlah populasi 286 siswa-siswi di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang. Dalam penelitian ini
menggunakan sampel random sampling dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
b. Usia 15-16 tahun
c. Seluruh remaja kelas X dan kelas XI di SMA
Muhammadiyah 6 Pelembang.
Dalam penelitian ini menggunakan Teknik
simple random sampling dikatakan simple atau
sederhana karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,
2015:82). dengan sistem undian, yaitu menggunakan
kertas-kertas kecil yang di tuliskan nomor subjek,
satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas
digulung dan diambil beberapa gulungan kertas
sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan
kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor
subjek penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses
pengumpulan data primer dan sekunder dalam suatu
penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang
amat penting, karena data yang dikumpulkan akan
digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti
atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
(Siregar, 2014: 39)
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur
berupa skala.
Skala ini berisi buti-butir yang digolongan menjadi 2 butir
yang bersifat favourable dan unfavourable (Azwar,
2016:98). Pernyataan favourable adalah pernyataan yang
mendukung, sedangkan pernyataan unfavourable adalah
pernyataan yang tidak mendukung (Reza, 2016: 30).
Skala pengukuran adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengkuantifikasi informasi yang diberikan oleh
konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan dalam koesioner (Noor, 2015:125).
Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk
mengatur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono,
2016:173). Skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.5.1 Skala Kecerdasan Emosi
Skala kecerdasan emosi ini disusun sendiri oleh
peneliti, mengacu pada aspek - aspek kecerdasan emosi,
Menurut Goleman yaitu mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
dan membina hubungan (Zubaedi, 2012: 47-48).
Kemudian diukur dengan menggunakan jenis skala likert
untuk objek sikap berupa pernyataan-pernyataan. Pada
skala likert terdapat 4 alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (tidak Setuju), STS (Sangat Tidak
Setuju).
Skala yang terdiri dari 60 item pernyataan
disajikan dalam bentuk kalimat pernyataan Favourable dan
unfavourable. Pada item favourable nilai 4 diberikan untuk
jawaban SS (Sangat Setuju) dan nilai 1 diberikan untuk
jawaban STS (Sangat Tidak Setuju). Sedangkan untuk item
unfavourable nilai 1 diberika untuk jawaban SS (Sangat
Setuju) dan nilai 4 diberikan untuk jawaban STS (Sangat
Tidak Setuju). Berikut ini adalah Blue Print skala
kecerdasan emosi.
Tabel. 1
Blue Print Skala Kecerdasan Emosi
Aspek-aspek
Kecerdasa
n emosi
Indikator Perilaku
Sebaran Itam Jumlah
Favourable Unfavourable
Mengenali
Emosi Diri
Mengenal dan
merasakan emosi
sendiri
1,21,41 11,31,51
12
Memahami penyebab
timbulnya perasaan
2,22,42
12,32,52
Mengelola
Emosi
Mampu
mengendalikan
emosi
3,23,43 „;;;13,33,53
12
Mengekpresikan
emosi dengan
tepat
4,24,44
14,34,54
Memotivasi Diri
Sendiri
Lebih bertanggung
jawab
5,25,45
15,35,55
12 Optimis
6,26,46
16,36,56
Mengenali
Emosi
Orang Lain
Lebih peka terhadap
perasaan orang
lain
7,27,47
17,37,57
12
Mampu
mendengarkan
orang lain
8,28,48
18,38,58
Membina
hubungan
dengan
Dapat berkomunikasi 10 9,29,49 1 19,39,59
12
Dapat bekerja sama 10,30,50 20,40,60
3.5.2 Skala Penyesuaian Diri
Skala penyesuaian diri ini disusun sendiri oleh
peneliti, mengacu pada aspek – aspek penyesuaian diri,
Menurut Cole, dkk yaitu kematangan emosional,
kematangan intelektual, kematangan sosial, dan tanggung
jawab (Rosdakarya, 2009: 195). Kemudian, diukur dengan
menggunakan jenis skala likert untuk objek sikap berupa
pernyataan-pernyataan. Pada skala likert terdapat 4
alternatif jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (Setuju), TS
(tidak setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Skala yang terdiri dari 60 item pernyataan disajikan
dalam bentuk kalimat pernyataan Favourable dan
unfavourable. Pada item favourable nilai 4 diberikan untuk
jawaban SS (Sangat Setuju) dan nilai 1 diberikan untuk
jawaban STS (Sangat Tidak Setuju). Sedangkan untuk item
unfavourable nilai 1 diberika untuk jawaban SS (Sangat
Setuju) dan nilai 4 diberikan untuk jawaban STS (Sangat
Tidak Setuju). Berikut ini adalah Blue print penyesuaian
diri.
orang lain
Jumlah 60
Tabel. 2
Blue Print Skala Penyesuaian Diri
Aspek-Aspek
Penyesuai
n Diri
Indikator Perilaku
Sebaran Itam
Jumlah Favourable Unfavourable
Kematangan
Emosional
Kemantapan suasana
kehidupan emosional
1,21,41 3,23,43
12 Kemantapan suasana
kehidupan
kebersamaan dengan
orang lain
2 2,22,42 4,24,44
Kematangan
Intelektual
Memahami orang lain 5,25,45 8,28,48
18 Kemampuan mengambil
keputusan
6,26,46 9,29,49
Keterbukaan dalam
mengenal lingkungan
7,27,47 10,30,50
Kematangan
Sosial
Keterlibatan dalam
partisipasi sosial
11,31,51 14,34,54
18 Sikap toleransi 74 12,32,52 15,35,55
Keakraban dalam
pergaulan
13,33,53 16,36,56
Tanggung
Jawab
Kesadaran akan
etika dan hidup jujur
17,37,57 19,39,59
12 Sikap altuarisme, .empati
, bersahabat dalam
hubungan
interpersonal
18,38,58 20,40,60
Jumlah 60
Table. 3
Skor Skala Likert
Jawaban Favourable Unfavourabl
e
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setujuh 2 3
Sangat Tidak
Setuju
1 4
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam melakukan pengujian instrumen ukur.
Terdapat dua tahapan pengujian data yaitu uji validitas dan
reabilitas.
3.6.1 Uji Validitas
Menurut Imam Setyawan validitas adalah sejauh
mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin
diukur. Selanjutnya Menurut Dali Gulo menyatakan validitas
adalah tingkat keabsahan dari sebuah tes. Sedangkan
Menurut Suharsimi Arikunto menyataka bahwa validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau keaslihan suatu instrumen. Sesuatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. (Reza, 2016: 68).
Untuk menentukan apakah instrumen pengumpulan
data tersebut layak atau tidak digunakan, maka dapat
melakukan dengan uji korelasi product moment signifikansi
koefesien korelasi pada taraf 0,05 artinya suatu item
dianggap valid jika item tersebut berkorelasi signifikan
terhadap skor total item (Alhamdu, 2016: 45) pengujian
validitas item (instrumen pengumpulan data) dengan
menggunakan program Statistical Programme for Social
Science (SPSS) versi 22.00 for windows.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliable bila alat itu
dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan
senantiasa menunjukan hasil yang sama. Jadai alat yang
reliable secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama
(Nasution, 2016: 77). Menurut Sudjana (Mustafidah, 2014:
43) bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau
keajekan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya
artinya kapanpun alat penilaian tersebut akan digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama.
Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mngarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Instrumen yang sudah sapat dipercaya
yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya maka berapa kalipun diambil, tetap akan
sama reliabilitas menunjukan pada tingkat keterandalan
sesuatu reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan. Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen
penelitian harus reliabel (Arikunto, 2006: 178-179).
Koefisien reliabilitas pada variabel kecerdasan emosi
dengan penyesuaian diri pada penelitian ini juga dianalisis
dengan teknik koefisien alpha cronbach. Penggunaan teknik
ini karena dipandang lebih sederhana dari teknik
pengukuran yang lain namun memiliki tingkat ketelitian yang
cukup tinggi. Sebagaiman Menurut Azwar (2015: 112)
Koefisien reliabilitas (rxx) berada dalam rentang angka dari 0
sampai dengan 1,00. Sekalipun bila koefisien relliabilitas
semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran
semakin reliable, namun dalam kenyataan pengukuran
psikologi koefisien sempurna yang mencankum angka rxx-
1,00 belum pernah dijumpai. Pengujian reliabilitas
instrument dikerjakan dengan menggunakan program
komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) versi
22 for windows.
3.7 Metode Analisis Data
Dalam penelitian kauntitaf, metode analisis data
memiliki metode tersendiri yang membedahkannya dengan
jenis penelitian kualitatif. adapun dalam penelitian ini
metode analisis data penelitian kuantitatif berdasarkan jenis
penelitiannya. Dimulai dari uji asumsi dalam penelitian
kuantitatiff dan dilanjutkan uji hipotesis penelitian.
3.7.1 Uji Asumsi
Uji asumsi atau uji prasyarat adalah rangkaian
pengujian analisis dalam penelitian kuantitatif. Dalam
melaksanakan uji asumsi dapat menggunakan aplikasi SPSS
(Statistical Package For The Social Sciences). Langkah
pengujian uji asumsi memiliki tahapan-tahapan sesuai
dengan uji analisis statistik yang digunakan masing-masing
dalam penelitian kuantitatif yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diambil berasal dari populasi yang distribusi normal
atau tidak (Noor, 2011: 174). Adapun Menurut Hadi,
(Reza, 2016: 67) kaidah yang digunakan untuk
menentukan apakah data penelitian berdistribusi normal
atau tidak jika nilai ρ >0,05 maka dikatakan data
berdistribusi normal. Sebaliknya,jika nilai ρ ≤ 0,05 maka
data dinyatakan tidak normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah
variabel bebas dan variabel terikat memiliki hubungan
linier. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat dikatakan linier jika tidak ditemukan
penyimpangan yang berarti. Kaidah uji yang digunakan
adalah jika p ≤ 0,05, maka hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dinyatakan linier. Sebaliknya
jika p ≥ 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan
terikat dinyatakan tidak linier.
3.7.2 Uji Hipotesis Penelitian
Setelah terpenuhinya ujinormalitas dan linieritas,
kemudian dilakukan uji hipotesis. Perhitungan ang
digunakan dalam penelitian ini memakai analisis korelasi
Pearson Product Moment. Adapun analisis ini menggunkan
bantuan menggunakan program komputer SPSS (Statistical
Program for Social Science) versi 22 for windows. Adapun
kaidah yang digunakan dalam uji hipotesis adalah jika nilai
signifikan > 0.05 maka Ho diterima, jika nilai signifikansi <
0.05 maka Ho ditolak, berarti kedua variabel tersebut
berkorelasi secara signifika. Selain kriteria tersebut kita juga
dapat mengetahui tingkat korelasi berdasarkan tanda *
(bintang) yang dikeluarkan melalui output program SPSS.
Bila ada tanda* maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel
tersebut berkorelasi signifikansi pada level 0.05. sedangkan
bila tanda ** berarti kedua variabel berkorelasi signifikan
pada level 0.01 (Alhamdu, 2016: 122).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Orientasi Kancah dan Persiapan
4.1.1 Sejarah Berdirinya SMA Muhammadiyah 6
Palembang
Berkenaan dengan itu, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
dengan ini menyatakan bahwa :
SMA Muhammadiyah 12 Palembang berkedudukan di
Jalan Jenderal Sudirman km.4,5 Palembang adalah milik
Persyarikatan Muhammadiyah yang dibina oleh
Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
PDM Kota Palembang Wilayah Sumatera Selatan,
didirikan tanggal 1 Juli 1988 dan telah terdaftar pada
Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Pusat No. 4340 / II-12 / Sm. S-88.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 270 / I.11.4 / F4e/1988, menetapkan /
menyetujui Yayasan Muhammadiyah Km.4,5 Palembang
mulai Tahun Pelajaran 1988 / 1989 untuk membuka
sekolah SMA Swasta Muhammadiyah 12 alamat jalan
Jenderal Sudirman Km.4,5 Palembang.
Tabel. 4
Orang yang ikut adil mendirikan SMA Muhammadiyah 12
Palembang
No Nama Tugas
1 Dra. Sri Sumarti Kepala SPG Muhammadiyah II Plg
2 Zainal Imron. BA Wakasek Kesiswaan
3 Hanafiah, BA Wakasek Kurikulum
4 Susanto Tata Usaha
Tempat belajar SMA Muhammadiyah 12 Palembang,
Gedung SPG Muhammadiyah II Palembang yang didirikan
15 Januari 1976 yang telah ditutup/dihapus izin
operasionalnya oleh Pemerintah (alih fungsi) pada tahun
pelajaran 1985/1986 yang beralamat di Jalan Jenderal
Sudirman Km.4,5 Palembang. Baik Gedung, Sarana dan
Prasarana Penunjang Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru
dan Pegawai dialih fungsikan ke SMA Muhammadiyah 12
Palembang, kecuali untuk siswa.
Perubahan sekolah :
a. Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah tanggal 31
Desember 1991 Nomor : 476 / C / Kep / I / 1991.
SMA Muhammadiyah 12 Palembang NDS.
G.09024022 alamat jalan Jenderal Sudirman Km. 4,5
Palembang di Wilayah Kecamatan Ilir Timur I
Kotamadya Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
Penyelenggara Sekolah / yayasan MPK
Muhammadiyah Sumatera Selatan. Jenjang
Akreditasi ( Status Diakui ) ini berlaku untuk jangka
waktu 5 ( lima ) tahun terhitung sejak awal tahun
pelajaran 1991 / 1992.
b. Berdasar Keputusan Dirjen Dikdasmen tanggal 6
Maret 1997 Nomor : 16 / C.C7 / Kep / MW / 1997.
dalam akreditasi ulang SMA Muhammadiyah 12
Palembang ditetapkan berstatus DIAKUI dan berlaku
untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun terhitung sejak
awal tahun pelajaran 1996 / 1997.
c. Berdasar Keputusan Badan Akreditasi Sekolah ( BAS
) Propinsi Sumatera Selatan pada tanggal 12
Desember 2007 dalam akreditasi tersebut SMA
Muhammadiyah 6 Palembang ditetapkan berstatus
TERAKREDITASI B dan berlaku untuk jangka waktu
4 ( empat ) tahun terhitung sejak tanggal 12
Desember 2007.
d. Berdasar Keputusan Badan Akreditasi Nasional
Sekolah.Madrasah ( BAN-S/M ) Propinsi Sumatera
Selatan pada tanggal 9 November 2011 dalam
akreditasi tersebut SMA Muhammadiyah 6
Palembang ditetapkan berstatus TERAKREDITASI
“B” dan berlaku sampai dengan Tahun Pelajaran
2015 / 2016, terhitung sejak tanggal 9 November
2011.
e. Berdasar Keputusan Badan Akreditasi Nasional
Sekolah. Madrasah ( BAN-S/M ) Propinsi Sumatera
Selatan pada tanggal 16 Oktober 2015 dalam
akreditasi tersebut SMA Muhammadiyah 6
Palembang ditetapkan berstatus TERAKREDITASI
“A” dan berlaku sampai dengan Tanggal 16 Oktober,
terhitung sejak tanggal 16 Oktober 2015.
4.1.2 Keadaan Siswa di SMA Muhammadiyah 6
Palembang
Siswa yang masuk SMA Muhammadiyah 6 Palembang,
kebanyakan dari daerah dan dari golongan keluarga yang
kurang mampu, dan dari saudara, famili, keluarga dekat
alumni SMA Muhammadiyah 6 Palembang. Sebagian
siswa mengontrak/menyewa, jauh dari orang tua.
Dampaknya bayaran sekolah sering terlambat. Menyikapi
hal tersebut, pihak sekolah sering memberi peringatan
dan sangsi agar siswa membayar kewajibannya.
Walaupun demikian minat orang tua untuk memasukkan
anaknya ke SMA Muhammadiyah 6 Palembang masih
tetap tinggi terbukti dari :
Tabel. 5
Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2017/2018
Kelas
Jumlah
Jumlah
Laki-laki Perempuan
X 81 84 165
XI 59 62 121
XII-IPA 10 40 50
XII-IPS 24 36 60
Jumlah 207 359 566
4.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan tahap awal yang harus
peneliti siapkan sebelum mengadakan suatu penelitian di
lapangan. Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah:
1) Persiapan administrasi dan 2) Persiapan alat ukur.
4.2.1 Persiapan administrasi
Persiapan administrasi telah peneliti lakukan dalam
penelitian ini dengan pengurusan surat izin peneliti (riset)
yang di keluarkan dari fakultas atas nama Dekan Fakultas
Psikologi UIN Raden Fatah Palembang. Surat izin
penelitian ini di keluarkan pada tanggal 08 November
2017 dengan nomor: B-1976/Un.09/IX/PP.09/11/2017
yang ditujukan kepada Kepala SMA Muhammadiyah 6
Palembang. Kemudian surat ini mendapat surat balasan
dari SMA Muhammadiyah 6 Palembang, pada tanggal 22
Desember 2017 dengan nomor: 002.b/III.4.AU/KET/F.7/2
017.
4.2.2 Persiapan Alat Ukur
Persiapan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh
data mengenai variabel kecerdasan emosi dengan skala
penyesuaian diri yang disusun oleh peneliti berdasarkan
teori salovey (seperti yang telah di tulis di BAB II) yaitu
aspek-aspek Skala kecerdasan emosi menurut Salovey,
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, menegnali emosi orang lain, dan membina
hubungan orang lain. Dari kelima bentuk tersebut telah
peneliti kembangkan menjadi 60 item yang terdiri dari 30
item favourable dan 30 item unfavourable.
Selanjutnya peneliti membuat sendiri alat ukur
penyesuaian diri menurut Fromm dan Gilmore diambil
dari aspek-aspek penyesuaian diri (seperti yang telah di
tuliskan di BAB II) yang meliputi Kematangan Emosional,
Kematangan Intelektual , Kematangan Sosial, Tanggung
Jawab. disusunlah 60 pernyataan yang terdiri dari 30
pernyataan favourable dan 30 unfavourable.
4.2.3 Uji Coba Alat Ukur
Setelah disusun instrumen penelitian, langkah selanjutnya
adalah mengadakan uji coba (Try Out). Pengukuran
validitas ini dengan menggunakan pernyataan, yang
sebelumnya sudah dibuat untuk disebarkan pada sampel,
terlebih dahulu di uji cobakan pada subjek sebanyak 119
subjek yang merupakan siswa-siswi SMA Muhammadiyah
6 Palembang pada tanggal 13 November 2017 dengan
kelas dengan kelas X IPA B berjumlah 34 Siswa, X IPS A
berjumlah 31 Siswa, XI IPA A berjumlah 26 Siswa, XI IPA C berjumlah 28 Siswa.
Pengambilan data dilakukan secara klasikal pada
masing-masing kelas dimana subjek berada. Pengambilan
data di kelas X IPAB, X IPSA, XI IPAA, XI IPAC berlangsung
pada pelajaran 1-2. Pada proses pengambilan data (try
out), peneliti dibantu oleh empat orang teman untuk
membantu dalam membagikan skala dan mengambil
kembali skala yang telah di isi oleh subjek. Masing-
masing subjek mendapatkan satu eksemplar skala
penelitian yang berisi dua alat ukur yaitu skala
kecerdasan emosi dan skala penyesuaian diri. Proses
pengambilan data diawali pembukaan, pembacaan
petunjuk pengisian, kemudian membagikan skala kepada
subjek. Setelah uji coba selesai, peneliti mulai
memeriksa tiap-tiap item valid dalam pernyataan, yang
akan diberikan pada sampel penelitian. Uji coba dilakukan
agar hasil yang tadinya muncul tidak menyimpang dari
gambaran tentang variabel yang dimaksud dalam
penelitian.
4.2.4 Hasil Uji Coba Alat Ukur
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap uji coba
alat ukur, selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan
reliabilitas terhadap kedua skala dengan menggunakan
SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 22.00
for windows. Analisis item uji coba dalam penelitian ini
menggunakan parameter indeks daya beda item yang
diperoleh dari korelasi antar masing-masing skor item
dengan skor total item. Kemudian dapat ditentukan item
yang layak dan tidak layak dimasukkan dalam skala
penelitian. Item yang tidak mencapai 0,05 maka item
tersebut akan dikeluarkan dari skala penelitian atau
dianggap gugur.
Koefisien reliabiltas skala kecerdasan emosi try
out bergerak dari rentang 0,020 samapi 0,481 dan
koefisien reliabilitas skala penyesuaian diri bergerak dari
rentang 0.058 sampai 0.559.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan selama 1 hari, yaitu pada hari
Senin tanggal 23 desember 2017. Pada pengambilan
data peneliti menggunakan subjek penelitian sebanyak
158 subjek yang merupakan siswa-siswi kelas X,XI SMA
Muhammadiyah 6 Palembang.
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas seleksi Item skala
Kecerdasan Emosi
a. Validitas Skala Kecerdasan emosi
Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala
kecerdasan emosi dengan menggunakan product
moment (korelasi) maka didapatkan 42 item valid,
item yang valid bergerak dari rentang 0.118 sampai
0.481. Sedangkan pada kriteria item peneliti
mengambil batas kritis sebesar 0,05 Selanjutnya item
yang berada di atas 0,05 diuji kembali. Di bawah ini
adalah tabel yang di dalamnya terdapat item yang
telah di klasifikasikan menjadi item valid dan item
gugur.
Tabel. 6
Blue print Skala Kecerdasan Emosi
Uji Coba (Try Out)
Keterangan : item yang ada tanda * adalah item yang gugur
Aspek-aspek
Kecerdasan
emosi
Indikator Perilaku
Sebaran Itam Jumlah
Favourable Unfavourable
Mengenali
Emosi Diri
Mengenal dan
merasakan emosi
sendiri
1,21*,41* 11,31*,51
12
Memahami penyebab
timbulnya perasaan
2,22,42*
12,32*,52
Mengelola Emosi
Mampu mengendalikan
emosi
3,23,43 13,33*,53
12 Mengekpresikan emosi
dengan tepat
4*,24*,44
14*,34,54
Memotivasi Diri
Sendiri
Lebih bertanggung
jawab
5*,25,45
15,35,55
12 Optimis
6,26,46
16,36*,56
Mengenali
Emosi Orang
Lain
Lebih peka terhadap
perasaan orang lain
7*,27*,47
17,37,57
12
Mampu mendengarkan
orang lain
8,28,48*
18*,38,58
Membina
hubungan
dengan
orang lain
Dapat berkomunikasi 9,29,49* 19,39,59
12
Dapat bekerja sama 10*,30,50
20,40,60*
Jumlah 30 30 60
Maka item yang di atas 0,05 sebanyak 42 item,
sedangkan untuk item yang di bawah 0,05 sebanyak 18
item. Rentang di bawah 0,05 yang didapatkan bergerak
dari angka 0.020 sampai 0.179. Setelah item-item yang
gugur tersebut dikeluarkan, maka distribusi sebaran item
pada skala kecerdasdan emosi berubah menjadi seperti
yang tampak pada tabel beriku ini.
Tabel.7
Blueprint Skala Kecerdasan Emosi Peneltian Penomoran
Baru
Aspek-aspek
Kecerdasan
emosi
Indikator Perilaku
Sebaran Itam
Jumlah Favourable Unfavourable
Mengenali
Emosi Diri
Mengenal dan
merasakan
emosi sendiri
1, 11(7),31(34)
7 Memahami penye
bab timbulnya
perasaan
2(2),22(15)
12(8),52(35)
Mengelola Emosi
Mampu
mengendalikan
emosi
3(3),23(16),43(
28) 13(9),53(36)
8 Mengekpresikan
emosi dengan
tepat
44(29)
34(22),54(37)
Memotivasi Diri
Sendiri
Lebih
bertanggung
jawab
25(17),45(30)
15(10),35(23),5
5(38)
10
Optimis
6(4),26(18),46(
31)
16(11),56(39)
Mengenali Lebih peka 47(32) 17(12),37(24),5
Keterangan: dalam ( ) adalah nomor urut item baru setelah uji
coba
Emosi Orang
Lain
terhadap
perasaan
orang lain
7(40)
8
Mampu
mendengarkan
orang lain
8(5),28(19,)
38(25),58(41)
Membina
hubungan
dengan
orang lain
Dapat
berkomunikasi
9(6),29(20)
19(13),39(26),5
9(42)
9
Dapat bekerja
sama
30(21),50(33)
20(14),40(27)
Jumlah 21 21 42
Tabel. 8
Blue Print Skala Kecerdasan Emosi Penelitian
Aspek-aspek
Kecerdasan
emosi
Indikator Perilaku
Sebaran Itam
Jumlah Favourable Unfavourable
Mengenali
Emosi Diri
Mengenal dan
merasakan emosi
sendiri
1, 7,34
7 Memahami penyebab
timbulnya
perasaan
2,15
8,35
Mengelola
Emosi
Mampu
mengendalikan
emosi
3,16,28 9,36
8 Mengekpresikan
emosi dengan
tepat
29
22,37
Memotivasi Diri
Sendiri
Lebih bertanggung
jawab
17,30
10,23,38
10 Optimis
4,18,31
11,39
Mengenali
Emosi Orang
Lain
Lebih peka terhadap
perasaan orang
lain
32
12,24,40
8 Mampu
mendengarkan
orang lain
5,19
25,41
b. Reliabilitas Skala Kecerdasan emosi
Adapun hasil uji reliabilitas yang diperoleh dari uji
coba skala kecerdasan emosi menunjukkan Alpha
Cronbach sebesar 0,743 sebelum item dikeluarkan,
namun setelah item dikeluarkan maka Alpha Cronbach
berubah menjadi 0,790 Maka dengan demikian skala
kecerdasan emosi dapat dikatakan reliabilitas.
4.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas seleksi Item skala
penyesuaian diri
a. Validitas Skala Penyesuaian Diri
Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala
penyesuaian dengan menggunakan product moment
(korelasi) maka didapatkan 58 item valid, item yang
valid bergerak dari rentang -0,281 sampai 0.584.
Sedangkan pada kriteria item peneliti mengambil batas
kritis sebesar 0,05 Selanjutnya item yang berada di
atas 0,05 diuji kembali. Di bawah ini adalah tabel yang
di dalamnya terdapat item yang telah di klasifikasikan
menjadi item valid dan item gugur.
Membina
hubungan
dengan
orang lain
Dapat berkomunikasi
6,20
13,26,42
9
Dapat bekerja sama
21,33
14,27
Jumlah 19 23 42
Tabel. 9
Blueprint Skala Penyesuaian diri Uji coba (Try Out)
Aspek-Aspek
Penyesuai
n Diri
Indikator Perilaku
Sebaran Item
Jumlah Favourable Unfavourable
Kematangan
Emosional
Kemantapan suasana
kehidupan
emosional
1*,21,41 3,23,43*
12 Kemantapan suasana
kehidupan
kebersamaan
dengan orang lain
2,22,42 4,24,44
Kematangan
Intelektual
Memahami orang lain 5,25,45 8,28,48
18 Kemampuan
mengambil
keputusan
6,26,46 9,29,49
Keterbukaan dalam
mengenal lingkungan
7,27,47 10,30,50
Kematangan
Sosial
Keterlibatan dalam
partisipasi sosial
11,31,51 14,34,54
18 Sikap toleransi 12,32,52 15,35,55
Keakraban dalam
pergaulan
13,33,53 16,36,56
Tanggung
Jawab
Kesadaran akan
etika dan hidup
jujur
17,37,57 19,39,59
12 Sikap altuarisme,
empati ,
bersahabat dalam
hubungan
18,38,58 20,40,60
Maka item yang di atas 0,05 sebanyak 58 item
sedangkan untuk item yang di bawah 0,05 sebanyak 2 item.
Rentang yang di bawah 0,05 didapatkan bergerak dari
angka -0,058 sampai -0,162. Setelah item-item yang gugur
tersebut dikeluarkan, maka distribusi sebaran item pada
skala penyesuaian diri berubah menjadi seperti yang
tampak pada tabel berikut:
Tabel. 10
Blue Print Skala Penyesuaian Diri penomoran baru
Aspek-Aspek
Penyesuain
Diri
Indikator
Perilaku
Sebaran Itam
Jumlah Favourable Unfavourable
Kematangan
Emosional
Kemantapan
suasana
kehidupan
emosional
21,41 3(2),23(22),
10 Kemantapan
suasana
kehidupan
kebersamaa
n dengan
orang lain
2(1),22(21),
42(41)
4(3),24(23),44(4
2)
Kematangan
Intelektual
Memahami
orang lain
5(4),25(2
4),45(43
)
8(7),28(27)
,48(46)
18
Kemampuan
mengambil
6(5),26(25),
46(44)
9(8),29(28),49
(47)
interpersonal
Jumlah 30 30 60
keputusan
Keterbukaan
dalam
mengenal
lingkungan
7(6),27(26),
47(45)
10(9),30(29),5
0(48)
Kematangan
Sosial
Keterlibatan
dalam
partisipasi
sosial
11(10),31(3
0),51(49
)
14(13),34(33),
54(52)
18 Sikap toleransi
12(11),32(3
1),52(50
)
15(14),35(34),
55(53)
Keakraban
dalam
pergaulan
13(12),33(3
2),53(51
)
16(15),36(35),
56(54)
Tanggung
Jawab
Kesadaran
akan etika
dan hidup
jujur
17(16),37(3
6),57(55
)
19(18),39(38),
59(57)
12
Sikap
altuarisme,
empati ,
bersahabat
dalam
hubungan
interperson
al
18(17),38(3
7),58(56
)
20(19),40(39),
60(58)
Jumlah 29 29 58
Keterangan: dalam ( ) adalah nomor urut item baru setelah uji
coba
Tabel.11
Blue Print Skala Penyesuaian Diri Penelitian
Aspek-Aspek
Penyesuain
Diri
Indikator Perilaku
Sebaran Itam
Jumlah Favourable Unfavourable
Kematangan
Emosional
Kemantapan suasana
kehidupan
emosional
20,40 2, 22
10 Kemantapan suasana
kehidupan
kebersamaan
dengan orang lain
1,21,41 3,23,42
Kematangan
Intelektual
Memahami orang lain 4,24,43 7,27,46
18 Kemampuan
mengambil
keputusan
5,25,44 8,28,47
Keterbukaan dalam
mengenal lingkungan
6,26,45 9,29,48
Kematangan
Sosial
Keterlibatan dalam
partisipasi sosial
10,30,49 13,33,52
18 Sikap toleransi 11,31,50 14,34,53
Keakraban dalam
pergaulan
12,32,51 15,35,54
Tanggung
Jawab
Kesadaran akan
etika dan hidup jujur
16,36,55 18,38,57
12 Sikap altuarisme,
empati , bersahabat
dalam hubungan
interpersonal
17,37,56 19,39,58
Jumlah 29 29 58
b. Reliabilitas Penyesuaian Diri
Adapun hasil uji reliabilitas yang diperoleh dari
uji coba skala penyesuian diri menunjukkan Alpha
Cronbach sebesar 0,870 sebelum item dikeluarkan,
namun setelah item dikeluarkan maka Alpha
Cronbach berubah menjadi 0,878. Maka dengan
demikian skala penyesuaian diri dapat dikatakan
reliabel.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Kategorisasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari
variabel kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri.
variabel ini dapat diuraikan setelah penyajian tabel
deskripsi data penelitian. Dalam tabel deskripsi data
penelitian tersebut akan diketahui skor X yang diperoleh
empirik melalui skor X maksimal, X minimal, mean dan
standar deviasi.
Skor X yang diperoleh empirik didapat dari tabel
deskriptif statistik dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product for Service Solution) versi 20 for
windows dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 12
Deskripsi Data Penelitian
Variabel
Skor X (empirik)
X
Mak
X
Min
Mean SD
Kecerdasan Emosi 152 98 129,34 11,361
Penyesuain diri 216 113 178,80 17,861
Keterangan :
SD : Standar Deviasi
ME : Mean Empirik
Selanjutnya, setelah mengetahui skor empirik skala
penyesuaian diri maka akan dilakukan penggolongan
dalam tiga kategorisasi tingkat pada penyesuaian diri
siswa SMA Muhammadiyah 6 Palembang. Pada skala
penyesuaian diri kategorisasi tinggi, sedang, dan rendah
dengan ketentuan bahwa skor 196,661 sebagai nilai
untuk kategorisasi tinggi dan skor di bawah 160,939
sebagai nilai untuk kategorisasi rendah sementara untuk
skor kategorisassi sedang, nilai berada di atas atau sama
dengan 196,661 dan kurang 160,939. Berikut ini,
disajikan deskripsi kategorisasi skala penyesuaian diri
yang digunakan untuk mengetahui kategorisasi
penyesuaian diri pada siswa SMA Muhammadiyah 6
Palembang.
Tabel. 13
Kategorisasi Skor Skala Penyesuaian Diri
Skor Kategori N %
X> 196,661 Tinggi 18 11,4%
196,661≤ x
≤160,939
Sedang 111 70,3%
x< 160,939 Rendah 29 18,4%
Total 158 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa
dari 158 siswa SMA Muhammadiyah 6 Palembang yang
dijadikan sebagai sampel penelitian, terdapat 18 atau
11,4% orang yang memiliki penyesuaian diri tinggi, 111
atau 70,3% orang yang memiliki penyesuaian diri yang
sedang, dan 29 atau 18,4% orang yang memiliki
penyesuain diri yang rendah.
Dari ketiga kategorisasi tersebut dapat
disimpulkan yang menduduki kategorisasi dengan jumlah
terbanyak yakni pada kategori sedang yang berjumlah
111 atau 70,3% orang, seseorang yang memiliki
penyesuaian diri dalam kategori sedang dapat dikatakan
cukup, yang artinya masih tergolong dalam penyesuaian
diri yang cukup baik Adapun rumus statistik yang
digunakan untuk mengetahui nilai dari masing-masing
kategorisasi yaitu :
Tabel. 14
Rumus 3 Kategori
Kategori
X ≥ (µ+1,0 σ) Tinggi
(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ+1,0 σ) Sedang
X < (µ - 1,0 σ) Rendah
Keterangan :
σ = deviasi
µ = Mean teoritik
Sedangkan untuk penggolongan dalam tiga
kategorisasi kecerdasan emosi pada siswa SMA
Muhammadiyah 6 Palembang, terdapat kategorisasi
tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan bahwa skor
140,701 sebagai nilai untuk kategorisari tinggi dan skor di
bawah 117,979 sebagai nilai untuk kategorisasi rendah.
Sementara untuk skor kategorisasi sedang, nilai berada di
atas atau sama dengan 140,701 dan kurang dari 117,979
Berikut ini disajikan deskripsi kategorisasi skala
kecerdasan emosi yang digunakan untuk mengetahui
masing-masing nilai kategorisasi kecerdasan emosi pada
siswa SMA Muhammadiyah 6 Palembang.
Tabel. 15
Katagorisasi Skor Skala Kecerdasan Emosi
Skor Kategori N %
X> 140,701 Tinggi 28 17,7%
140,701≤ x
≤117,979
Sedang 103
65,2
%
x< 117,979 Rendah 27 17,1%
Total 158 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui bahwa
dari 158 siswa SMA Muhammadiyah 6 Palembang yang
dijadikan sebagai sampel penelitian, terdapat 28 atau
17,7% orang yang memiliki penyesuaian diri tinggi, 103
atau 65,2% orang yang memiliki penyesuaian diri yang
sedang, dan 27 atau 17,1% orang yang memiliki
penyesuain diri yang rendah.
Dari ketiga kategorisasi tersebut dapat disimpulkan
yang menduduki kategorisasi dengan jumlah terbanyak
yakni pada kategori sedang yang berjumlah 103 atau
65,2% orang, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi
dalam kategori sedang dapat dikatakan cukup, yang
artinya seseorang dapat menentukan mana yang bagus
dan yang tidak.
4.4.2 Uji Asumsi
Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat
sebelum melakukan uji analisis product moment dengan
maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang
dari kebenaran yang seharusnya didapatkan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas
sebaran data penelitian, yaitu jika taraf signifikan lebih
dari 0,05 (p > 0,05) berarti data berdistribusi normal.
Sebaliknya, jika taraf signifikan kurang dari 0,05 (p <
0,05), maka data berdistribusikan tidak normal. Hasil uji
normalitas terhadap variabel kecerdasan emosi dan
penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel. 16
Deskripsi Hasil Uji Normalitas
Variabel K-S Z Sig. Keterangan
Kecerdasan emosi 0,650 0,792 Normal
Penyusuaian diri 0,882 0,418 Normal
*Lampiran
Berdasarkan tabel deskripsi hasil uji normalitas di
atas, maka dapat dipahami bahwa:
a. Hasil uji normalitas terhadap variabel kecerdasan
emosi diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,650 dan memiliki
nilai Signifikan = 0,792. Berdasarkan data tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa p = 0,792 > 0,05,
sehingga dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi
normal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
data keceerdasan emosi berdistribusi normal
b. Hasil uji normalitas terhadap variabel penyesuaian diri
diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,882 dan memiliki nilai
Signifikan = 0,418. Berdasarkan data tersebut, maka
dapat dikatakan bahwa p = 0,418 > 0,05, sehingga
dapat dinyatakan bahwa data variabel penyesuaian diri
berdistribusi normal.
b. Uji linieritas
Uji linieritas ini dilakukan pada kedua variabel
dengan menggunakan korelasi bivariate person, yaitu
untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan jenis
skala interval/ratio (scale) dan data terdistribusi normal.
Variabel yang hendak diuji yaitu variable kecerdasan
emosi dan penyesuaian diri. Kaidah uji yang digunakan
adalah “jika p < 0,05, maka hubungan antara variabel
bebas (X) dan variabel tergantung (Y) dinyatakan linier.
Sebaliknya, jika p > 0,05, maka hubungan antara
variabel bebas (X) dan variabel tergantung (Y)
dinyatakan tidak linier”. Hasil uji linieritas antara kedua
variabel tersebut dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 17
Deskripsi Hasil Uji Linieritas
Variabel r
Square Sig. Keterangan
KE>< PD 0.440 0.000 Linier
Berdasarkan tabel deskripsi hasil uji linieritas
antara variabel kecerdasan emosi dengan penyesuaian
diri 0.000, dapat dilihat bahwa nilai signifikan yang
diperoleh adalah sebesar 0.000 dan R square sebesar
0.440. Hal ini berarti bahwa ρ > 0.05 dan dapat
dikatakan bahwa hubungan kedua variabel linier. Dengan
demikian asumsi linieritas terpenuhi.
4.4.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis tipe penelitian ini dimaksudkan untuk
menguji ada tidaknya hubungan variabel X (kecerdasan
emosi) terhadap variabel Y (penyesuaian diri).
Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis product moment dengan menggunakan
bantuan program SPSS versi 22 for windows.
Hasil uji hipotesis antara kedua variabel tersebut
dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 18
Deskripsi Hasil Uji Hipotesis Product Moment
Variabel r Sig. (ρ) Keterangan
KE<=>PD 0.663 0.000 Signifikan
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa
besarnya koefisien korelasi antara variabel kecerdasan
emosi dan penyesuaian diri adalah 0,663 dengan
signifikansi hubungan kedua variabel sebesar 0,000.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dikarenakan p < 0,01 (0,000 < 0,01)
maka hal ini berarti kecerdasan emosi memiliki korelasi
yang signifikan terhadap penyesuaian diri pada remaja
siswa SMA Muhammadiyah 6 Palembang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kecerdsan emosi memiliki korelasi
yang signifikan terhadap penyesuain diri pada siswa
remaja SMA Muhammadiyah 6 Palembang. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang
diajukan terbukti atau diterima.
4.5 Pembahasan
Setelah dilakukan analisis product moment yang
digunakan untuk menentukan hubungan antara dua
variabel penelitian yaitu kecerdasan emosi dengan
penyesuaian diri pada remaja di SMA Muhammadiyah 6
Palembang. Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa kecerdasan emosi
memiliki hubungan signifikan, dengan penyesuaian diri
pada remaja di SMA Muhammadiyah 6 Palembang. Hasil
penelitian ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi
yang menunjukkan angka 0,663 dengan nilai sig. 0,000
dimana p < 0,01, maka dari hasil ini dapat diketahui
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan kecerdasan
emosi dengan penyesuaian diri pada remaja di SMA
Muhammadiyah 6 Palembang.
Di lihat dari kategorisasi pada persentase tingkat
kecerdasan emosi sebagian besar remaja memiliki tingkat
kecerdsan emosi tinggi sebanyak 17,7% (28 orang),
seseorang yang mempunyai kecerdsan emosi yang tinggi
dapat diartikan sebagai kecerdasan emosi yang baik, dan
untuk kategori sedang yaitu sebanyak 65,2 % (103
orang), seseorang yang memiliki kecerdasan emosi dalam
kategori sedang dapat dikatakan cukup. Selanjutnya,
sebagian lagi berada pada kategori rendah 17,1 % (27
orang) dapat diinterpretasikan bahwa tingkat kecerdasan
emosi yang rendah dapat diartikan kurang.
Berdasarkan katagorisasi pada persentasi skala
penyesuaian diri, sebanyak sebanyak 11,4% (18 orang),
seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi
dapat diartikan sebagai penyesuaian diri yang baik, dan
untuk kategori sedang yaitu sebanyak 70,3% (111 orang),
seseorang yang memiliki penyesuaian diri dalam kategori
sedang dapat dikatakan cukup. Selanjutnya, sebagian lagi
berada pada kategori rendah 18,4% (29 orang) dapat
diinterpretasikan bahwa tingkat penyesuaian diri yang
rendah dapat diartikan kurang.
Berdasarkan uraian di atas, hal ini menunjukkan
bahwa Masa remaja identik dengan lingkungan sosial
dimana mereka berinteraksi, maka remaja juga dituntut
pandai dan mampu menyesuaikan diri secara efektif untuk
menekan pengaruh buruk yang ada disekitarnya. Untuk
menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya
dan orang lain, remaja hendaknya membentengi diri
dengan keagamaan yang tinggi serta memahami dan
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. (Lidya
Sayidatun Nisya dan Diah Sofiah, Religiusitas, Kecerdasan
Emosional, dan Kenakalan Remaja, 2012, Jurnal Psikologi,
Volume 7 No. 2, hlm 574)
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa
transisi dari masa anak menuju dewasa (Sobur, 2003:
119). Pada masa ini remaja mengalami perkembangan
mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosional.
Umumnya masa ini berlangsung sekitar umur 13 tahun
sampai 18 tahun, yaitu masa anak duduk di bangku
sekolah menengah. Masa ini biasanya dirasakan sebagai
masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga,
atau lingkungannya (Ali dan Asrori, 2015: 67).
Secara histatory istilah ” penyesuaian diri” adalah
mengalami banyak perubahan. Karena kuatnya pengaruh
pemikiran evolusi pada psikologi, maka penyesuaian diri
disamakan dengan adapatasi, yaitu suatu proses di mana
organisme yang agak sederhana mematuhi tuntutan-
tuntutan lingkungan (Semuin, 2006: 34).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian
diri, Menurut Burhanuddin (1999: 55) ada tiga faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri yaitu, Frustasi merupakan
pernyataan sikap seseorang akibat adanya hambatan
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau adanya
suatu hal yang menghalangi keinginannya. Konflik, Apabila
dalam diri seseorang terdapat dua dorongan atau lebih
yang saling bertentangan dan tidak dapat di penuhi dalam
waktu yang bersamaan dapat menyebabkan adanya konflik
jiwa pada seseorang. Kecemasan adalah luapan berbagai
emosi yang menjadi satu. Kecemasan ini terjadi ketika
seseorang sedang menghadapi sesuatu yang menekan
perasaan dan menyebabkan pertentangan batin dalam
dirinya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang yang mencakup konformitas terhadap
suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun
terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai
penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan
bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan
kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari
penyimpangan prilaku, baik secara moral, sosial, maupun
emosional. (Ali dan Asrori, 2015: 175)
Salah satu ayat Al-qur‟an yang mengemukakan
tentang suri tauladan yang baik untuk dijadikan sebagai
contoh dalam penyesuaian diri, yaitu dalam Qs. Al-Ahzab
ayat 21. Firman Allah SWT :
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.
Al-Ahzab: 21) (Departemen Agama RI, 2004: 595)
Berdasarkan tafsir Al-Misbah menurut Shihab,
bahwasanya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
bagi kalian, yang dapat dibaca iswatun dan uswatun (yang
baik) untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan
serta kesabarannya, yang masing-masing diterapkan pada
tempat-tempatnya (bagi orang) lafal ayat ini berkedudukan
menjadi badal dari lafal lakum (yang mengharap rahmat
Allah), yakni takut kepada Allah dan hari kiamat, serta dia
banyak menyebut Allah. Berbeda halnya dengan orang-
orang yang selain mereka (Shihab, 2005: 21)
Jadi, berdasarkan penjelasan tafsir diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk melakukan penyesuaian diri yang
baik maka kita dapat mencontoh sikap dan perilaku yang
dibawakan oleh Rasulullah semasa hidupnya di dunia.
Setiap individu harus memiliki keteguhan serta kesabaran
dimanapun ia berada. Karena untuk mengharap rahmat
Allah kita sebagai manusia harus banyak mengingat Allah
serta menjalankan segala perintah Allah sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah.
Adapun kajian islam mengenai penyesuaian diri.
Dalam Al-qur‟an surah An-Nisa‟ ayat 1, Allah berfirman:
Artinya: “Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (Qs.An-Nisaa‟:1). Dalam Tafsir Nurul Qur‟an menjelaskan ayat di atas
bahwa kesanggupan atau kemampuan manusia,
bergantung pada kebaikan atau keburukan apapun yang
dilakukan seseorang akan kembali kepadanya. Menegaskan
orang-orang beriman mengenai tanggung jawab yang
mereka perbuat sendiri. (Allamah Kamal Faqih Imani,
Tafsir Nurul Qur‟an, Jakarta: Al-Huda, 2003: 90)
Telah dijelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk
bertaqwa dan menjaga hubungan silaturahmi. Bertaqwa
dalam artian melakukan perbuatan baik, mentaati perintah
Allah SWT dan menjauhi segala sesuatu yang dilarang-
Nya. Perbuatan baik tersebut bisa dilakukan kepada diri
sendiri, sesama manusia maupun terhadap lingkungan.
Berbuat baik kepada diri sendiri, yakni dengan menjaga
kesehatan tubuh, mengatur pola makan, memberikan
waktu pada diri untuk beristirahat dan lain sebagainya.
Berbuat baik terhadap sesama manusia, misalkan saling
tolong-menolong, saling kasih mengasihi, saling
memperdulikan keadaan orang lain, dan masih banyak
lagi. Berbuat baik terhadap lingkungan, misalkan menjaga
kebersihan lingkungan.
Untuk melakukan perbuatan baik tersebut, seseorang
harus mampu melakukan suatu proses, yakni penyesuaian
diri. Seseorang yang mampu melakukan penyesuaian diri
dengan baik akan menciptakan hubungan yang baik
kepada sesama manusia maupun hubungan yang baik
terhadap lingkungan dimana orang itu berada. Dengan
mampu melakukan penyesuaian diri yang baik tadi, maka
akan mewujudkan hubungan silaturahmi yang baik antar
sesama manusia. Baik laki-laki maupun perempuan yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka akan baik pula
kehidupannya. Dalam surah An-Nisa‟ ayat 1 ini juga
menjelaskan bahwa dengan menjalin persatuan dan
menjaga ikatan kekeluargaan (silaturahmi) adalah dasar
ketaqwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat
kesempurnaan. (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an,
Tafsir Ringkas Al-Qur‟an Al-Karim, Jakarta, Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2016: 212)
Masa remaja identik dengan lingkungan sosial
dimana mereka berinteraksi, maka remaja juga dituntut
pandai dan mampu menyesuaikan diri secara efektif untuk
menekan pengaruh buruk yang ada disekitarnya. Untuk
menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya
dan orang lain, remaja hendaknya membentengi diri
dengan keagamaan yang tinggi serta memahami dan
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (Lidya
Sayidatun Nisya dan Diah Sofiah, (2012), Religiusitas,
Kecerdasan Emosional, dan Kenakalan Remaja, 7, 574).
Menurut Garlow, Kecerdasan emosi merupakan
proses pribadi yang terus berusaha mencapai tingkatan
emosi yang sehat intrafisik dan intrapersonal. Remaja yang
matang secara emosional terlibat dengan kepentingan
dengan orang lain, mampu mengekspresiakn emosi
dengan spontan. Individu yang cerdas secara emosi dapat
menentukan dengan tepat kapan dan sejauh mana perlu
terlibat dalam masalah sosial, serta dapat turut serta
memberikan jalan keluar atau solusi yang diperlukan.
Kecerdasan emosi dapat mengkondisikan individu merasa
bebas mengekpresikan emosi secara tepat, bertindak
lugas, spontan, memiliki rasa humor, dan mampu
mengatasi stress (Jannah, (2013), Hubungan Antara Self-
Efficacy Dan kecerdasan emosional dengan kemandirian
pada remaja, 2, 281).
Menurut Muhydin (Tuloli dan Ismail, 2016: 119)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan membangun
emosi secara baik dalam hubungannya dengan diri sendiri
dan dengan orang lain. Kecerdasan emosional
menghadirkan kemampuan untuk merasa, menilai, dan
mengekspresikan emosi secara akurat dan adaptif,
kemampuan untuk mengenal dan memahami emosi,
kemampuan untuk mengakses perasaan ketika melakukan
aktivitas kognitif dan melakukan penyesuaian, serta untuk
mengatur emosi diri sendiri dan orang lain (Inge
Hutagalung, (2014) Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Komunikasi Interpersonal, Komitmen Organisasi terhadap
Manajemen Stres Kerja, 3, 106). Al-Quran juga
menjelaskan bentuk kecerdasan emosi di dalam Al-Qur‟an
yaitu Q.S Al-Hadid ayat 22-23 yang berbunyi:
Artinya:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya
kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput
dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan
Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri,” (QS. Al-Hadid : 22-23).
Secara umum, Allah SWT., berpesan kepada kita
agar mengontrol, mengendalikan, dan menguasai emosi
kita. Keimanan kepada Allah SWT., serta merta mengikuti
ajaran yang telah digariskan-Nya dalam Al-Qur‟an dan
dijelaskan oleh Rasulullah SAW., akan membantu kita
dengan segala kesungguhan dan kemauan kuat dalam
mengendalikan dan mengotrol emosi (Najati, 2005: 193).
Kecerdasan emosi menunjukan kepada suatu kemampuan
untuk memahami perasaan diri masing-masing dan
persaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya
sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang
muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan
orang lain (Mustaqim, 2004: 154).
Adapun faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi , Faktor otak Bagian otak manusia yang disebut
sistem limbik merupakan pusat emosi. Faktor pola asuh
orang tua, Terdapat tiga bentuk pola asuh orang tua
terhadap anaknya, yaitu otoriter, permisif, dan
otoriteritatif. Khususnya orang tua memegang peran
penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional.
Faktor lingkungan sekolah, Guru memegang peran penting
dalam mengembangkan potensi anak melalui teknik, gaya
kepemimpinan dan metode mengajarnya sehingga
kecerdasan emosionalnya berkembang maksimal.
Generasi sekarang cenderung mulai banyak yang
mengalami kesulitan emosional, misalnya mudah cemas,
mudah bertindak agresif, kurang menghargai sopan santun
dan sebagainya (Prawira, 2016: 159). Anak-anak yang
mempunyai masalah dalam kecerdasan emosionalnya,
akan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapat
mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini
sudah dapat dilihat sejak usia prasekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawah sampai usia dewasa. Sebaliknya
para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan
emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum
yang dihadapi oleh remaja (Zubaedi, 2012: 45).
4.6 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini yang berjudul “Kecerdasan Emosi
Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Di SMA
Muhammadiyah 6 terdapat beberapa keterbatasan dan
kelemahan, yaitu, beberapa siswa dalam mengerjakan
pengisian angket ada yang dibarengi mengerjakan
kegiatan lain, seperti mengerjakan tugas sekolah sehingga
siswa tersebut tidak terlalu focus, ketidakefisienan waktu
yang diberikan sekolah untuk peneliti dalam melakukan
penelitian di kelas yaitu pada saat jam terakhir memasuki
saat jam istirahat sehingga membuat siswa cenderung
tidak fokus dan bermain – main dalam pengisian angket,
peneliti juga meihat langsung saat beberapa siswa
cenderung mengisi dikarenakan melihat teman dan
berdiskusi dalam menentukan jawaban, serta terdapat
beberapa guru dan siswa yang tertutup sehingga informasi
yang diberikan tidak mendalam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan hasil
analisis yang telah di lakukan menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
penyesuaian diri pada remaja di SMA Muhammadiyah 6
Palembang.
B. Saran
Adapun saran yang di ajukan oleh peneliti dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah SMA Muhammadiyah 6 Palembang
Bagi sekolah, Agar dapat menjadikan wadah untuk siswa-
siswi dalam menyalurkan potensi dirinya menjadi suatu
pengetahuan yang dapat di aplikasikan ke dalam
lingkungan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mempertimbangkan tingkat kelemahan yang ada dalam
penelitian ini agar bisa menjadikan suatu karya yang
benar-benar dibutuhkan dalam suatu lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Refika Aditama.
Alhamdu. 2016. Analisis Statistik Dengan Program SPSS.
Palembang: NoerFikri.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2015. Psikologi
Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Al-Qarni, „Aidh. 2008. Tafsir Muyassar. Jakarta Timur:
Qisthi Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Azwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental. Bandung:
Pustaka Setia.
Departemen Kementerian Agama RI. 2013. Al-Qur‟an Dan
Terjemahan, Bandung: Al-Qur‟an Cordoba.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan
Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta: Rineka
Cipta.
Efendi, Nur. 2015. Islamic Eduational Leadrship.
Yogyakarta: Kalimedia.
Ema Uzlifatul Jannah. 2013. Hubungan Antara Self-Efficacy
Dan Kecerdasan Emosional Dengan Kemandirian
Pada Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 2,
No. 3.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung:
Pustaka Setia.
Ghufron, Nur dan Rini Risnawati. 2016. Teori-Teori
Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
Gift Rupande. 2015. The Impact Of Emotional Intelligence
On Student Learning. Volume 3.
Hartinah, Siti. 2011. Pengembangan Peserta didik.
Bandung: Refika Aditama.
Imani, Allamah Kamal Faqih. 2003. Tafsir Nurul Qur‟an.
Jakarta: Al-Huda.
Inge Hutagalung. 2014. Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Komunikasi Interpersonal, Komitmen Organisasi
terhadap Manajemen Stres Kerja. Jurnal
Interaksi, Vol 3 No 2.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Gaung
Persada Press.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
KENCANA.
Japar dan Purwati. 2014. Religiousty, Sprituality And
Adolescents‟ Self-Adjusment. Internatonal
Education studies. Volume 8.
Khairani, Makmun. 2011. Psikologi Umum. Yogyakarta:
Asswaja Pressindo.
Khodijah, Nyanyu. 2016. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Grafindo Persada.
Lidya Sayidatun Nisya dan Diah Sofiah. 2012. Religiusitas,
Kecerdasan Emosional, dan Kenakalan Remaja.
Jurnal Psikologi, Volume 7 No. 2.
Mahfuzh, Syaikh M. Jamaluddin. 2007. Psikologi Anak dan
Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mansur, Ahmad. 2016. Pendidikan karakter. Jakarta: Gaung
Persada.
Mufron, Ali. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura
Pustaka.
Mustafidah, Tukiran Taniredja Hidayati. 2014. Penelitian
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Najati, Muhammad Utsman. 2005. Psikologi dalam Al-
Qur‟an. Bandung: Pustaka Setia.
Nasution. 2016. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, Rif‟at Syauqi. 2011. Kepribadian Qur‟ani. Jakarta:
Amzah.
Ni Made Wahyu Indrariyani Artha dan Supriyadi. 2013.
Hubungan antara kecerdasan emosi dan Self
Efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian
diri remaja awal. Jurnal Psikologi Udayana, Vol.
1 No. 1.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta:
KENCANA.
Novita dan Martina Winarni. 2007. Penyesuaian Diri Siswa
MAN ditinjau dari Kecerdasan Emosionalnya.
Jurnal Psikologi, Vol 3.
Prawira, Purwa Atmaja. 2016. Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Radhitia Paramitasari dan Ilham Nur Alfian. 2012.
Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan
Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir.
Volume 1 No 2.
Reza, Iredho fani. 2016. Penyusunan Skala Psikologi.
Palembang: Neofikri.
Rita Sinthia. 2011. Hubungan Antara Penerimaan Sosial
Kelompok Kelas Dengan Kepercayaan Diri Pada
Siswa Kelas I SLTP XXX. Volume 14 No 1.
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak &
Remaja, Jakarta: Rineka Cipta.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Semuin, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta:
kanisus.
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Lentera Hati.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka
Setia.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta.
________. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Syarbini, Amirullah dan Akhmad Khusaeri. 2012. Kiat-kiat
Islami Mendidik Akhlak Remaja. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Tuloli, Jassin dan Dian Ekawaty Ismail. 2016. Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: UII Press.
Wahab, Rohmalina. 2015. Psikologi Belajar. Depok:
RajaGrafindo.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kencana.
LAMPIRAN A
1. Skala Kecerdasan Emosi (Try Out)
2. Skala Penyesuaian Diri (Try Out)
3. Skala Kecerdasaan Emosi Penelitian
4. Skala Penyesuaian Diri Penelitian
IDENTITAS PENELITI
Assalamu’alaikum Wr.Wb Saya Mega Oktariani (13350094) Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Angkatan 2013 Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah Palembang. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi untuk menyandang gelar sarjana strata satu (S1). Saya mohon bantuan dan ketersediaan Adik-adik untuk dapat mengisi kuesioner (angket) dengan baik sesuai keinginan Adik-adik. Data pribadi yang Adik-adik berikan akan dijamin kerahasiannya. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terimahkasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i dibalas oleh Allah SWT., Aamiin Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Nama : Usia : Jenis kelamin : Tanggal/hari : PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isi biodata terlebih dahulu TIDAK perlu mencantumkan NAMA cukup Inisial saja
2. Berilah tanda conteng (√) pada salah satu pilihan
jawaban yang sesuai dengan keadaan anda
NO Pernyataan Responden
SS S TS STS
1 Saya lebih senang bermain sendiri √
3. Arti kode jawaban :
SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat Tidak Setuju
4. Tidak ada istilah BENAR dan SALAH pada jawaban anda, seluruh jawaban akan dianggap benar.
“Selamat Mengerjakan dan Terimakasih”
Skala Kecerdasan Emosi
No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menahan diri untuk tidak
marah saat diejek teman
2 Perasaan malu untuk bertanya dapat membuat saya kesulitan
belajar
3 Saya berusaha menyingkirkan pemikiran negative ketika sedang
marah
4 Mengucap hamdala setiap
mendapat hasil memuaskan
5 Saya menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu
6 Yakin dengan hasil ujian 7 Saya sedih saat ada teman yang
tertimpah musibah
8 Memberi nasihat tepat waktu ketika
teman ada masalah
9 Aktif ketika ada kegiatan keagamaan di sekolah
10 Suka belajar kelompok 11 Saya merasa sulit untuk memahami
diri sendiri
12 Saya gugup dalam mengerjakan
soal ujian meskipun saya sudah belajar
13 Saya merasa perlu membalas ejekan
teman
14 Menggaruk kepala jika ada
matapelajaran yang tidak mengerti
15 Saya tidak mempunyai target dalam belajar
16 Pasra mendapat nilai buruk 12 Membiarkan teman yang jatuh 13 Saya selalu dikucilkan oleh teman-
teman dikelas
14 Lebih suka belajar dirumah 15 Saya tahu hal-hal yang membuat
timbulnya rasa malas untukbelajar
16 Saya berusaha menenangkan diri
pada saat marah
17 Membiarkan teman yang jatuh 18 Bukan pendengar yang baik 18 Yakin bisa lulus dengan nilai terbaik 19 Saya selalu dikucilkan oleh teman-
teman dikelas
20 Lebih suka belajar dirumah 21 Saya sedih ketika dimarahi guru 22 Saya tahu hal-hal yang membuat
timbulnya rasa malas untukbelajar
23 Saya berusaha menenangkan diri pada saat marah
24 Sholat tepat waktu dan berdoa 25 Saya ikut serta dalam
menyelesaikan tugas kelompok
26 Yakin bisa lulus dengan nilai terbaik 27 Mendengarkan cerita ketika teman
mempunyai masalah
28 Saya suka dijadikan tempat curhat
ketika ada teman yang sedih
29 Meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan teman-teman
30 Mengkiuti berbgai organisasi 31 Saya memahami perasaan diri saya
saat ini
32 Banyak yang mengatakan sayah
mudah tersinggung
33 Saya tidak mampu mengendalikan
diri ketika marah
34 Bolos sekolah jika tidak suka salah satu pelajaran
35 Terkadang saya lupa ketika ada
teman menitipkan barang
36 Merasa sedih tidak bisa masuk
sekolah unggulan
37 Senang ketika melihat teman susah 38 Saya kesal saat teman berkeluh
kesah
39 Saya suka berkata sesuka hati
kepada orang lain
40 Tidak suka mengikuti organisasi
41 Saya merasan akhir-akhir ini mudah
tersinggung
42 Perasaan malu untuk bertanya dapat membuat saya kesulitan
dalam belajar
43 Saya berusaha sabar ketika guru
memarahi saya
44 Mengucapakan inalilahi ketika teman mendapatkan musibah
45 Saya selalu mematuhi peraturan
disekolah
46 Saya percaya bahwa dengan
membaca membuat saya lebih
banyak ilmu
47 Memberi selamat kepada teman
yang mendapatkan prestasi
48 Saya senang mendengarkan pendapat orang lain
49 Memiliki teman yang baik 50 Aktif pada kegiatan ekstralikuler 51 Menonton televisi walaupun besok
ujian semester
52 Saya bersikap santai meskipun tidak
belajar untuk mengikuti ujian
53 Berteriak-teriak saat marah 54 Saya kurang percaya diri saat disuru
maju kedapan kelas
55 Saya suka menonton tv
dibandingkan mengerjakan PR
56 Saya takut memikirkan masa depan 57 Makan didepan teman yang
berpuasa
58 Bukan pendengar yang baik 59 Memilih teman yang sederajat 60 Lebih suka mengikuti les dirumah
Skala Penyesuaian Diri
NO
Pernyataan
SS S TS STS
1 Saya senang ketika mendapatkan teman baru di sekolah
2 Dengan sikap kepercayaan diri saya mudah menjalin hubungan dengan siapa saja
3 Saya cemas ketika berhadapan dengan orang yang baru kenal
4 Ketika berada di suatu kelompok saya lebih banyak diam
5 Saya senang berteman bersama siapa saja
6 saya selalu berfikir dengan matang untuk memecahkan masalah yang saya hadapi
7 saya mengikuti esktralikuler yang merupakan pilihan saya disekolah
8 Saya tidak peduli ketika ada teman yang curhat
9 Saya lebih memilih tidak sekolah jika PR belum diselesaikan
10 Ketika ada masalah dikelas saya tidak ingin ikut campur
11 Saya aktif mengikuti organisasi disekolah
12 Saya menghargai teman yang berbedah agama untuk beribadah
13 Saya selalu berbagi cerita dengan teman dekat saya
14 Ketika saya mengalami kesulitan dalam berdiskusi saya memilih untuk diam
15 Ketika guru menjelaskan pelajaran saya lebih memilih
bermaian sama teman sebangku
16 Saya sering terlambat ke sekolah
17 Saya selalu menaati tata tertib yang ada di sekolah
18 Saya selalu bersedia membatu teman dalam keadaan susah
19 Saya merusak barang di sekolah
20 Saya senang membantu, untuk menutupi kesalahan saya
21 Saya senang dalam mengikuti pelajaran yang diberikan bapak/ibu guru
22 Saya menyapa staf atau karyawan sekolah setiap kali bertemu
23 Saya gemetaran ketika berbicara di depan kelas
24 Ketika teman mengajak berbicara saya lebih baik memilih memainkan HP
25 Saya memiliki teman yang berbeda budaya
26 Saya biasanya mempertimbangkan akibat-akibat dari keputusan saya
27 Saya memanfaatkan fasilitas yang di sediakan di sekolah
28 Jika ada teman kesusahan saya akan bertingkah laku biasa saja
29 Bila ada kesulitan dalam belajar saya akan menghindarinya
30 Ketika teman menyapa, saya tidak menanggapinya
31 Saya aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarahkan oleh osis
32 Saya dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri saya
33 Saya memiliki teman yang sangat akrab di sekolah
34 Ketika ada tugas kelompok saya kurang yakin dengan hasil kerja mereka
35 Mengobrol dengan teman sebangku pada saat guru menjelaskan
36 Saya merasa rendah diri dihadapan teman-teman karena status sosial yang berbeda
37 Saya merasa bersalah ketika saya melanggar peraturan sekolah
38 Saya ikut perihatin ketika melihat teman dalam kesusahan
39 ketika saya mendapat tugas dari guru saya akan memberikan tugas itu kepada teman yang lain
40 Saya mengucapkan kata-kata yang mengajak permusuhan
41 Saya yakin dengan kemampuan saya ketika mengerjakan tugas
42 Saya mau berbagi cerita kepada teman ketika saya menghadapi masalah
43 Ketika guru memberikan soal saya memberanikan diri maju ke depan
44 Ketika teman mengajak berbicara saya suka menundukan kepala
45 Saya memiliki teman yang berbeda agama
46 Saya mengingkuti pertandingan sesuai dengan peraturan
47 Saya menjaga fasilitas yang telah disediakan
48 Ketika ada teman yang sakit saya akan bersikap biasa-biasa saja
49 Saya tergesa-gesa dalam
melakukan sesuatu
50 Bersikap biasa saja ketika melihat orang kesusahan
51 Saya Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah
52 Saya mengumpulkan tugas tepat pada waktunya
53 Ketika ada teman yang sakit saya menjenguknya
54 Saya Menghindari mengikuti kegiatan ekstralikuler
55 Saya merasa malas ketika mengikuti pelajaran disekolah
56 Ketika ada teman yang ribut saya mendukungnya
57 Saya sering terlambat datang kesekolah
58 Jika teman bertanya mengenai tugas saya akan memberitahu
59 Saya sering mengabaiakan tugas yang diberikan oleh guru karena malas
60 Saya akan menghindari teman ketika lagi sedih
IDENTITAS PENELITI
Assalamu’alaikum Wr.Wb Saya Mega Oktariani (13350094) Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Angkatan 2013 Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah Palembang. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi untuk menyandang gelar sarjana strata satu (S1). Saya mohon bantuan dan ketersediaan Adik-adik untuk dapat mengisi kuesioner (angket) dengan baik sesuai keinginan Adik-adik. Data pribadi yang Adik-adik berikan akan dijamin kerahasiannya. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terimahkasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i dibalas oleh Allah SWT., Aamiin Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Nama : Usia : Jenis kelamin : Tanggal/hari : PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isi biodata terlebih dahulu TIDAK perlu mencantumkan NAMA cukup Inisial saja
2. Berilah tanda conteng (√) pada salah satu pilihan
jawaban yang sesuai dengan keadaan anda
NO Pernyataan Responden
SS S TS STS
1 Saya lebih senang bermain sendiri √
3. Arti kode jawaban :
SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat Tidak Setuju
4. Tidak ada istilah BENAR dan SALAH pada jawaban anda, seluruh jawaban akan dianggap benar.
“Selamat Mengerjakan dan Terimakasih”
Skala I
No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menahan diri untuk tidak
marah saat diejek teman
2 Perasaan malu untuk bertanya dapat membuat saya kesulitan
belajar
3 Saya berusaha menyingkirkan pemikiran negative ketika sedang
marah
4 Yakin dengan hasil ujian 5 Memberi nasihat tepat waktu ketika
teman ada masalah
6 Aktif ketika ada kegiatan keagamaan di sekolah
7 Saya merasa sulit untuk memahami
diri sendiri
8 Saya gugup dalam mengerjakan
soal ujian meskipun saya sudah belajar
9 Saya merasa perlu membalas
ejekan teman
10 Saya tidak mempunyai target dalam belajar
11 Pasra mendapat nilai buruk 12 Membiarkan teman yang jatuh 13 Saya selalu dikucilkan oleh teman-
teman dikelas
14 Lebih suka belajar dirumah 15 Saya tahu hal-hal yang membuat
timbulnya rasa malas untukbelajar
16 Saya berusaha menenangkan diri
pada saat marah
17 Saya ikut serta dalam
menyelesaikan tugas kelompok
18 Yakin bisa lulus dengan nilai terbaik 19 Saya suka dijadikan tempat curhat
ketika ada teman yang sedih
20 Meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan teman-teman
21 Mengikuti berbagai organisasi
22 Saya tahu hal-hal yang membuat
timbulnya rasa malas untukbelajar
23 Terkadang saya lupa ketika ada teman menitipkan barang
24 Senang ketika melihat teman susah 25 Saya kesal saat teman berkeluh
kesah
26 Saya suka berkata sesuka hati
kepada orang lain
27 Tidak suka mengikuti organisasi 28 Saya berusaha sabar ketika guru
memarahi saya
29 Mengucap inalilahi ketika mendapat
musibah
30 Saya selalu mematuhi praturan sekolah
31 Saya percaya bahwa dengan
membaca membuat saya lebih banyak ilmu
32 Memberi selamat kepada teman
yang mendapatkan prestasi
33 Aktif pada kegiatan ekstrakurikuler 34 Menonton televisi walaupun besok
ujian semseter
35 Saya bersikap santai meskipun tidak belajar untuk mengikuti ujian
36 Berteriak-teriak saat marah 37 Saya kurang percaya diri saat disuru
maju kedepan kelas
38 Saya suka menonton tv
dibandingkan mengerjakan PR
39 Saya takut memikirkan masa depan 40 Makan didepan teman yang
berpuasa
41 Bukan pendengar yang baik 42 Memilih teman yang sederajat
2.Skala II
NO
Pernyataan
SS S TS STS
1 Dengan sikap kepercayaan diri saya mudah menjalin hubungan dengan siapa saja
2 Saya cemas ketika berhadapan dengan orang yang baru kenal
3 Ketika berada di suatu kelompok saya lebih banyak diam
4 Saya senang berteman bersama siapa saja
5 saya selalu berfikir dengan matang untuk memecahkan masalah yang saya hadapi
6 saya mengikuti esktralikuler yang merupakan pilihan saya disekolah
7 Saya tidak peduli ketika ada teman yang curhat
8 Saya lebih memilih tidak sekolah jika PR belum diselesaikan
9 Ketika ada masalah dikelas saya tidak ingin ikut campur
10 Saya aktif mengikuti organisasi disekolah
11 Saya menghargai teman yang berbedah agama untuk beribadah
12 Saya selalu berbagi cerita dengan teman dekat saya
13 Ketika saya mengalami kesulitan dalam berdiskusi saya memilih untuk diam
14 Ketika guru menjelaskan pelajaran saya lebih memilih bermaian sama teman sebangku
15 Saya sering terlambat ke sekolah
16 Saya selalu menaati tata tertib yang ada di sekolah
17 Saya selalu bersedia membatu teman dalam keadaan susah
18 Saya merusak barang di sekolah
19 Saya senang membantu, untuk menutupi kesalahan saya
20 Saya senang dalam mengikuti pelajaran yang diberikan bapak/ibu guru
21 Saya menyapa staf atau karyawan sekolah setiap kali bertemu
22 Saya gemetaran ketika berbicara di depan kelas
23 Ketika teman mengajak berbicara saya lebih baik memilih memainkan HP
24 Saya memiliki teman yang berbeda budaya
25 Saya biasanya mempertimbangkan akibat-akibat dari keputusan saya
26 Saya memanfaatkan fasilitas yang di sediakan di sekolah
27 Jika ada teman kesusahan saya akan bertingkah laku biasa saja
28 Bila ada kesulitan dalam belajar saya akan menghindarinya
29 Ketika teman menyapa, saya tidak menanggapinya
30 Saya aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarahkan oleh osis
31 Saya dapat menerima kelebihan dan kekurangan diri saya
32 Saya memiliki teman yang sangat akrab di sekolah
33 Ketika ada tugas kelompok saya kurang yakin dengan hasil kerja
mereka
34 Mengobrol dengan teman sebangku pada saat guru menjelaskan
35 Saya merasa rendah diri dihadapan teman-teman karena status sosial yang berbeda
36 Saya merasa bersalah ketika saya melanggar peraturan sekolah
37 Saya ikut perihatin ketika melihat teman dalam kesusahan
38 ketika saya mendapat tugas dari guru saya akan memberikan tugas itu kepada teman yang lain
39 Saya mengucapkan kata-kata yang mengajak permusuhan
40 Saya yakin dengan kemampuan saya ketika mengerjakan tugas
41 Saya mau berbagi cerita kepada teman ketika saya menghadapi masalah
42
Ketika teman mengajak berbicara saya suka menundukan kepala
43 Saya memiliki teman yang berbeda agama
44 Saya mengingkuti pertandingan sesuai dengan peraturan
45 Saya menjaga fasilitas yang telah disediakan
46 Ketika ada teman yang sakit saya akan bersikap biasa-biasa saja
47 Saya tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu
48 Bersikap biasa saja ketika melihat orang kesusahan
49 Saya Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah
50 Saya mengumpulkan tugas tepat pada waktunya
51 Ketika ada teman yang sakit saya menjenguknya
52 Saya Menghindari mengikuti kegiatan ekstralikuler
53 Saya merasa malas ketika mengikuti pelajaran disekolah
54 Ketika ada teman yang ribut saya mendukungnya
55 Saya sering terlambat datang kesekolah
56 Jika teman bertanya mengenai tugas saya akan memberitahu
57 Saya sering mengabaiakan tugas yang diberikan oleh guru karena malas
58 Saya akan menghindari teman ketika lagi sedih
LAMPIRAN B 1. Data Mentah Skala Kecerdasan Emosi Uji Coba
(Try Out)
2. Data Mentah Skala Penyesuaian Diri Uji Coba
(Try Out)
3. Data Mentah Skala Kecerdasan Emosi Setelah
Uji Coba (Penelitian)
4. Data Mentah Skala Penyesuaian Diri Setelah
Uji Coba (Penelitian)
LAMPIRAN C
1. Analisis Frekuensi
2. Uji Prasyat
a. Uji Normalitas
b. Uji Linieritas
3.Uji Hipotesis
1. Analisi Frekuensi
Statistics
skalakecerdas
anemosi
skalapenyesu
aiandiri
N Valid 158 158
Missing 0 0
Mean 129,34 179,85
Median 130,00 181,50
Std. Deviation 11,361 16,418
Minimum 98 141
Maximum 152 216
Percentiles 25 122,75 168,00
50 130,00 181,50
75 138,00 192,00
2. Uji Prasyarat
a. UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kecerdasanemosi
penyesuai
andiri
N 158 158
Normal Parametersa,b
Mean 129,34 178,80
Std.
Deviation 11,361 17,861
Most Extreme Differences Absolute ,052 ,070
Positive ,032 ,037
Negative -,052 -,070
Test Statistic ,052 ,070
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
,055c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
B. UJI LINIERITAS
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kecerdasanemosi
Equatio
n
Model Summary
Parameter
Estimates
R
Square F df1 df2 Sig.
Constan
t b1
Linear ,440 122,513 1 156 ,000 53,909 ,422
The independent variable is penyesuaiandiri.
3. UJI HIPOTESIS
Correlations
kecerdasanem
osi
penyesuaiandi
ri
kecerdasanemosi Pearson Correlation 1 ,663**
Sig. (2-tailed) ,000
N 158 158
Penyesuaiandiri Pearson Correlation ,663** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 158 158
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
LAMPIRAN
1. SK PEMBIMBING
2. SURAT IZIN PENELITIAN
3. SURAT PRA PENELITIAN
4. SURAT BALASAN PENELITIAN
5. LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN
6. LEMBAR REVISI SKRIPSI
7. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mega Oktariani
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 11 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jln. Prumnas Talang Kelapa, kec
Alang-alang Lebar
Telepon : 085366589660
Email : [email protected]
Orang Tua
Nama Ayah : Kartawi
Nama Ibu : Satriana (Almarhum)
Pekerjaan Ayah : Buruh Swasta
Pekerjaan Ibu : PNS
Riwayat Pendidikan :
No Pendidikan Jurusan Tahun
1 SD Negri 296 Palembang - 2001-2006
2 SMP Negri 54 Palembang - 2006-2009
3 SMA Muhammadiyah 6 PLG IPS 2010-2012
4 UIN Raden Fatah Psikologi
Islam
2013
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-
benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan
Palembang, 15 Maret 2018
Mega Oktariani
13350094